keputusan rektor universitas indonesia rektor …
TRANSCRIPT
KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA
NOMOR: 2446/SK/R/UI/2016
TENTANG
RENCANA INDUK (MASTER PLAN)
KAMPUS BARU UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK
PERIODE 2016-2026
REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa berdasarkan Rencana Induk Pembangunan dan
Pengembangan Kampus Baru Universitas Indonesia
Depok 1984-1992;
b. bahwa pelaksanaan pembangunan dan pengembangan
Kampus Barn Universitas Indonesia Depok tahun 2008
telah berakhir;
C. bahwa berdasarkan butir a dan b di atas perlu
ditetapkan Rencana Induk (Master Plan) Kampus Barn
Universitas Indonesia Depok Periode 2016-2026 dengan
Keputusan Rektor Universitas Indonesia.
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
-2-
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5336);
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2013 tentang
Statuta Universitas Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 166, Tanibahan
Lembaran Negara Nomor 5455);
7. Peraturan Majeis Wall Amanat Universitas Indonesia
Nomor 002 / Peraturan/ MWA-UI/ 2015 tentang Rencana
Strategis Universitas Indonesia 2015-2019;
8. Peraturan Majelis Wall Amanat Universitas Indonesia
Nomor 004/ Peraturan/ MWA-UI/ 2015 tentang Anggaran
Rumah Tangga Universitas Indonesia;
9. Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia
Nomor 005/SK/MWA- UI/2010 tentang Norma
Pendldikan di Universitas Indonesia
10. Keputusan Majelis Wall Amanat Universitas Indonesia
Nomor 020/ SK/ MWA-UI/ 2014 tentang Pengangkatan
dan Penugasan Rektor Universitas Indonesia Periode
2014-2019;
11. Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor
3875/SK/R/UI/2014 tentang Struktur Intl Organisasi
Universitas Indonesia;
-3-
12. Keputusan Rektor Nomor 0275/SK/R/UI/2015 tentang
Kedudukan, Struktur, Wewenang, Tugas Pokok Fungsi
Badan/Direktorat/ Kantor/ Unit Pelaksana Teknis serta
Uraian Tugas Pejabat di Pu sat Administrasi Universitas
Indonesia sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan
Hukum 2014-2019;
MEMUTUSKAN
Menetapkan: RENCANA INDUK (MASTER PLAN) KAMPUS BARU
UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK PERIODE 2016-2026
Pertama - Rencana Induk (Master Plan) Kampus Baru Universitas
Indonesia Depok adalah rencana jangka panjang
pembangunan dan pengembangan Kanipus Barn
Universitas Indonesia Depok berjangka waktu 10 tahun
yang mencakup realisasi pembangunan yang telah
dilaksanakan dan rencana kegiatan 10 tahun mendatang;
Kedua - Rincian Rencana Induk (Master Plan) Kampus Barn
Universitas Indonesia Depok tersebut diktum pertama,
adalah sebagaimana terlanipir pada Keputusan Rektor
mi;
Ketiga - Rencana Induk (Master Plan) Kampus Barn Universitas
Indonesia Depok, memiliki jangka waktu pembangunan
dan pengembangannya selania 10(sepuluh) tahun (2016-
2026). Tatanan lingkup kegiatan pembangunan,
dijabarkan dalani bentuk Rencana Kerja Lima Tahunan
(RKL) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT);
Keempat - Untuk melaksanakan tugas Koordinasi Perencanaan,
Pengembangan serta Pengawasan Rencana Induk (Master
Plan) Kampus Baru Universitas Indonesia Depok, maka
Unit Kerja yang ditunjuk sebagai Koordinator adalah
Badan Perencanaan, Pengembangan dan Pengendalian
Universitas (BP3U);
Kelima - Anggaran pembangunan dan pengembangan Kampus
Baru Universitas Indonesia Depok bersumber dan
berbagai instansi yang terkait baik daerah maupun pusat
dan sumber-sumber lain yang tidak mengikat.
Keenam - Keputusan mi benlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan
ini , akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal ft O'tJ c2O
Rektor,
//N ~ Prof. Dr. Jr. Muhammad Anis, M.Met-
NIP 195706261985031002
cm LMLJ
dm cm cm C042 CM
CLM
Act
C-, w w
co
CD c'J
CbsJ
co
5
(j
0
V k
,)/\
/• / ///
RENCANA INDUK KAMPUS DEPOK
UNWERSITAS INDONESIA
2016-2026
1
KATA PENGANTAR
Rencana induk adalah serangkaian instruksi yang secara garis besar
memandu tindakan untuk mencapai suatu tujuan pengembangan jangka
panjang. Dalam kaitan kampus suatu perguruan tinggi, rencana induk
memberikan rambu-rambu pengarah agar dalam pelaksanaan
membuahkan hasil yang tak berakibat negatif dan dampak turutan yang
tak diinginkan. Dengan demikian, kegiatan yang berada di dalam rencana
berlangsung dengan baik.
Bentuk suatu rencana induk amat tergantung dari keadaan yang tercita-
citakan suatu lembaga. Lembaga pendidikan tinggi dapat memiliki
beberapa jenis rencana induk. Rencana induk pengembangan akademik
merupakan sejenis rencana yang akan dijalankan oleh lembaga untuk
mencapai tujuan. Rencana Induk Akademik (RIA) adalah sejenis rencana
induk yang perlu dibuat oleh lembaga pendidikan tinggi untuk memandu
strategi pengembangan tata laksana kegiatan akademik. RIA senantiasa
ada konsekuensi kebutuhan ruang yang perlu diterjemahkan ke rencana
induk tata ruang. Rencana Induk Tata Ruang (RITR) tanpa Rencana
Induk Akademik akan kehilangan landasan berpijak.
Rencana Induk Tata Ruang kampus mencakup berbagai garis besar
panduan yang terkait dengan sarana dan prasarana mengisi khan yang
tersedia secara legal kampus yang pada akhirnya melayani kegiatan
masyarakat akademik dengan sebaik-baiknya sesuai visi, misi, dan tujuan
yang diembankannya. RITR memetakan prioritas, batas-batas
pengembangan sesuai sumber daya, tata lingkungan, peruntukan dan
LI
intensitas, tata lalu lintas, tata air, tata tenaga listrik, tata olah sampah
sehingga pelaksanaan pembanguan ragawi teratur.
Pembangunan dapat saja dilaksanakan tanpa suatu rencana induk jangka
panjang. Setiap ada kebutuhan langsung dibangun hingga suatu saat
lahan yang tersedia tak lagi mampu menampung dan wadah yang ada
tambal sulam jauh dari keselarasan. Keadaan demikian bukanlah ciri
kehidupan suatu lembaga perguruan tinggi yang melambangkan
kecendekiaan sebagai pengejawantahan peradaban.
Sebagai lembaga penghasil pengetahuan baru, pengabdi pada
masyarakat, dan melaksanakan pendidikan, perguruan tinggi yang sadar
tentang kemuliaan tugasnya wajib mencerminkan misinya. Untuk itu
kampus perguruan tinggi dunia senantiasa menyiapkan rencana induk
pengembangan akademik dan tata ruangnya mengingat tugas dan
kewajiban yang diembankannya bertanggung jawab pada masyarakat
berbagai tingkat, mulai dari lokal, kawasan, kota, wilayah, negara,
regional, dan dunia.
Dalam era ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat
dengan dinamika tinggi mi, perguruan tinggi wajib berperan serta
menyumbangkan hasil kecendekiaan yang bermutu tinggi. Hasil
demikian berlangsung dalam mutu ruang inspiratif yang terencana.
Tanpa suatu Rencana Induk Tata Ruang yang baik tentu yang dihasilkan
rawan inspirasi.
Prof. Jr. Gunawan Tjahjono, M. Arch., Ph.D.
0
DAFTAR 1ST
KATA PENGANTAR 11
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan dan Sasaran 5
II. VlSI, MISI DAN TUJUAN UI 2014-2019 6
2.1 Visi Universitas 7
2.2 Misi Universitas 7
2.3 Tujuan Universitas 8
III. UI DALAM ANGKA
10
3.1 Pemanfaatan Energi UI
13
3.2 Pemanfaatan Sumber Daya Air 13
3.3 Pemanfaatan ICT
14
3.4 Buku dan Koleksi Perpustakaan 14
3.5 Unit Usaha Akademik
15
IV. RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAM PUS 15
4.1 Arsitektur dan Lansekap 16
4.1.1 Zona Inti
4.1.2 Zona Akademik
25
4.1.3 Zona Rekreasi & Olah Raga 28
4.1.4 Zona Enterprising dan Penunjang 32
4.1.5 Pedoman Tata Bangunan 36
4.2 Rencana Struictur dan Infrastruktur 37
4.2.1 Rencana struktur 38
4.2.2 Sirkulasi dan Transportasi 42
4.3 Rencana Tata Kelola Air 52
4.3.1 UI dalam GreenMetric 54
4.3.2 Tahapan Rencana Tindak Lanjut 56
4.4 Rencana Sistem Daya Listrik 58
4.4.1 Rencana Sistem Kelistrikan 58
4.4.2 Standarisasi dan Keselamatan Kerja Lisrik 59
4.4.3 Rencana Pengembangan dan Pemanfaatan 6o
4.4.4 Efisiensi Energi 61
4.4.5 Audit Energi 62
4.4.6 SDM Kelislrikan 63
4.5 Sistem Jaringan Telekomunikasi 63
4.5.1 Jaringan Telepon dan Telepon Genggam 64
4.5.2 Penyebaran Informasi 64
4.6 Sistem Pembuangan sampah 64
4.7 Rencana Sistem Informasi Jaringan 76
4.7.1 Teknologi Informasi 68
4.7.2 Sistem Informasi dan Fasilitas 69
ri
4.7.3 Sistem Informasi dan Pengelolaan Aset 70
4.8 Kesehatan Keselamatan Keija Lingkungan 70
4.8.1 Fire Safety 72
4.8.2 Fire Protection 72
4.8.3 Fire escape 73
4.8.4 Penangkal Petir 80
4.9 Rencana Keamanan Kampus 84
'1
H
PENDAHULUAN
Kampus UI Depok telah hadir dan menjalankan tugasnya sejak tahun
1987. Selama hampir tiga dekade, perkembangan pembangunan dan
fasilitas penunjang di dalam kampus bertambah terus. Hal itu sesuai
dengan rencana strategis Universitas Indonesia dengan pertimbangan
penambahan program pendidikan, daya tampung pada masing-masing
fakultas, dan perkembangan teknologi, dapat mengisi sebagian besar
lahan kampus yang telah disediakan dalam target Penyesuaian Rencana
Induk Kampus IJniversitas Indonesia Depok 1984. Perkembangan fisik
yang sedemikian pesat juga terkait dengan perkembangan kota dan
wilayah perkotaan Depok, sehingga kampus Universitas Indonesia tidak
lagi berkedudukan sebagai kawasan yang berada di pinggiran kota
sebagaimana masih dirasakan sekitar tiga dekade yang lalu, akan tetapi
kampus Universitas Indonesia sudah merupakan kawasan yang bersifat
urban, dengan segala konsekuensi dan kompleksitas kegiatan dan
lingkungan secara fisik.
Pengembangan Kampus UI Depok mulai dari ide pemindahan kegiatan
akademik kampus Salemba, pencarian lahan kampus, perencanaan,
pembangunan dan pemindahan. Kronologis pengembangan kampus UI
Depok adalah sebagai berikut;
1975: Pemerintah memutuskan Kampus UI di Jakarta (Salemba,
Rawamangun, PGT, Wisma Rini), harus dipindahkan keluar
Jakarta.
11
1975-1980: Pencarian lahan kampus (7 alternatif: Ciputat,
Kalibata, Ragunan, Sempiak, Rumpin, Gunung Putri, Depok 312
Ha)
• 1980-1982: Studi banding ke kampus-kampus di Asia/Asean
• 1982-1984: Pembuatan Master Plan & DEDC Kampus
• 1984-1987: Pelaksanaan pembangunan fisik
• 1987: 5 September, Peresmian Kampus UI Depok oleh Presiden
Suharto
-.
/1
1987-2015: Pengembangan Kampus UI Depok;
Pada saat diresmikan pada tahun 1987, Kampus UI Depok baru
memindahkan tujuh Fakuitas saja yakni Fakuitas Hukum, Fakultas
Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Fakultas Sastra, Fakuitas
Matematika Ilimu Pengetahuan Alam, Fakuitas Teknik, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, dan membangun beberapa bangunan penunjang
antara lain Rektorat, Mesjid, Balairung, stadion olah raga, dan
gymnasium. Selanjutnya Fakuitas Ekonomi menynsul, lain UI
membangun Asrama Mahasiswa, Pusat Studi Jepang, dan Fakultas Ilmu
Komputer.
Pembangunan Fakultas Ekonomi menerapkan pola yang berbeda dan
citra semula. Seianjutnya pembangunan Pusat Studi Jepang yang
merupakan sumbangan Pemerintah Jepang sebagai bagian dari Fakuitas
Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Kebudayaan), juga tidak lagi mengikuti
guidelines Penyesnaian Rencana Induk 1984. Pembangunan Fakuitas
Ilmu Komputer yang sementara ditambahkan ke Pusat Ilmu Komputer
melanjutkan poia melingkar berlantai enam (menembus batas empat
lantai). Pembangunan Asrama Mahasiswa di sebeiah utara Kampus
belahan DKI menyimpang dari Penyesuaian Rencana Induk 1984 yang
7 , . _..a C
uiI\\
4 fit
/ Gambar 1.1: Rencana Induk Kampus Depok 1984
[2]
Gambar 1.2: Rencana Induk Kampus Depok 1997
tidak menghendaki asrama berada di dalam kampus.
Menghadapi permasalahan perkembangan kampus, pimpinan UI telah merevisi dalam Penyesuaian Rencana Induk 1984 menjadi Rencana
Induk Kampus Depok 1997. Dalam Rencana Induk 1997 orientasi pembangunan memusatkan diri dengan peningkatan daya guna lahan, bukan perluasan pembangunan ke lahan baru, kemudian rencana Induk
ditinjau dan direvisi kembali menjadi Rencana Induk 2008 di era UI
menjadi Badan Hukum Milik Negara yang menuju universitas riset
berkelas dunia.
Rencana Induk 1997 memumpun ke suatu perkembangan padat dalam batas ranab bangunan, kecuali untuk beberapa fakultas baru yang berkaitan dengan kedokteran yang belum direncanakan kehadirannya. Dengan demikian tahap pengembangan lanjutan bagi fakultas yang telah
hadir sebelumnya tetap mengisi lahan yang telah ditetapkan dalam Penyesuaian Rencana Induk 1984. Sehingga perubahan Rencana Induk
2008 sudah merencanakan pengembang fakultas kedokteran dan kedokteran gigi lengkap dengan pembangunan rumah sakit pendidikan. Untuk dapat menghemat lahan, bangunan barn dibangun lebih dan
empat lantai. Akan lebih baik lagi apabila dapat sekaligus membangun delapan lantai. Selain itu lembaga-lembaga barn sebaiknya masih tetap
berada di dalam batas lama dengan hubungan langsung ke disiplin ilmu yang memayunginya.
Kawasan baru yang mungkin berkembang menampung kegiatan kajian-kajian khusus akan mengambil posisi di tempat-tempat tententu berpotensi dalam sumbu-sumbu terbayang ke Rektorat (sekarang Pusat Administrasi Universitas). Rektorat, dengan demikian masih menjadi
tifik acu dalam Rencana Induk 1997 yang dikuatkan pada Rencana Induk 2008.
Dengan perkembangan-perkembangan yang ada, tim perancang
11
menganggap perlu memperkuat citra ranah-ranah yang selama mi belum
terisi secara optimal. Ranah tengah yang sudah terbangun dan
menampillcan wajah kampus bercitra Indonesia tetap menjadi tempat
pengembangan pendidikan. Ranah mi masih mampu menampung
perluasan fakultas-fakultas dan fasilitas barn dengan mempertahankan
ranah Centrum.
Bagian utara kampus UI Depok berisi hutan kota, fasilitas penunjang,
Integrated Faculty Club dan asrama mahasiswa. Hutan kota dan danau
tetap berperan sebagai penadah air, pereduksi polusi dan radiasi,
penghasil oksigen selama terkena sinar surya, dan penurun suhu bagi
Provinsi DKJ Jakarta. Faculty Club dapat digunakan untuk tempat
rekieasi dan berolah raga seperti misalnya berenang, driving range,
tenis, futsal, dan basket.
Kawasan selatan kampus memiliki potensi berkembang menjadi ranah
kelembagaan yang bermitra dengan pihak luar, mengingat akan ada jalan
bebas hambatan sejajar jalur pipa gas yang melewatinya. Sisi barat
kampus merupakan jalur rawan karena bersebelahan dengan perumahan
yang belum teratur. Oleh sebab itu jalur tersebut perlu diisi dengan
kegiatan-kegiatan seperti inkubator tekno-ekonomi, dan perumahan. Sisi
timur kampus berbatasan dengan jalur kereta, dan jalan raya. Bagian
jalan raya dapat berkembang menjadi pusat mekanis seperti bengkel dan
pompa bensin dengan fasilitas perbeknjaan kecil. Bagian di sisi jalur
kereta dapat berkembang menjadi pusat usaha mahasiswa atau
apartemen (student housing).
Perubahan-perubahan tersebut adalah suatu kenyataan yang
menandakan selaki ada kebutuhan yang baru namun belum dipikirkan Gambar 1.3: Rencana Induk Kampus Depok 2008
sebelumnya. Meski tidak sesuai dengan arahan semula, kehadiran
bangunan-bangunan baru tersebut tidak menimbulkan masalah lahan
karena masih banyak lahan yang tersedia di Kampus Depok mi.
r
4
Penyimpangan menandakan perlu ada penyesuaian kebijakan dan peninjauan kembali Penyesuaian Rencana Induk 1984, Rencana Induk 1997 dan Rencana Induk 2008. Dengan demikian, sebagai salah satu upaya perencanaan dan pengendalian perkembangan kampus Universitas
Indoenesia, perlu adanya pembaharuan terhadap Rencana Induk
Pengembangan Kampus yang pernah disusun sebelumnya. Diharapkan bahwa Rencana Induk Pengembangan Kampus mi dapat menjadi pedoman bagi setiap bentuk kegiatan pembangunan, khususnya secara fisik.
Tantangan terhadap pesan Awal Revisi Rencana Induk 1984 yang ingin menciptakan citra Indonesia karena UI satu-satunya universitas di
Indonesia yang menyandang nama bangsa tetap berlanjut, meski
menghadapi perubahan-perubahan baru.
1.1 Tujuan dan Sasaran
Tujuan kegiatan pembaharuan Rencana Induk Pengembangan Kampus Universitas Indonesia adalah memperoleh suatu Rencana Induk 2016-
2026 setelah meninjau kembali Rencana Induk 2008 yang pernah disusun, dengan mempertimbangkan perkembangan yang teijadi serta sesuai dengan Rencana Strategis yang telah ditetapkan.
Sasaran kegiatan pembaharuan mi berupa serangkaian dokumen Rencana Induk Pengembangan Kampus UI 2016-2026 yang diharapkan
dapat disepakati oleh segenap masyarakat akademik, dan disahkan oleh
Majelis Wali Amanat IJniversitas UI, hingga selanjutnya memiiki
kekuatan hukum untuk dijadikan sebagai pedoman pembangunan hingga akhir tahun berlaku perencanaan.
Ll
El
VlSI, MIS!, DAN TUJUAN UI 2014-2019
2.1 Visi Universitas
Mengacu pada Renstra UI 2014-2019 maka Visi UI pada periode 2015-
2019 adalah:
"Mewujudkan Universitas Indonesia menjadi PTN BH yang mandiri
dan unggul serta mampu menyelesaikan masalah dan tantangan pada
tingkat nasional maupun global, menuju unggulan di Asia Tenggara."
2.2 Misi Universitas
UI memiliki misi:
a. menyediakan akses yang luas dan adil, serta pendidikan dan
pengajaran yang berkualitas;
b. menyelenggarakan kegiatan Tridharma yang bermutu dan relevan
dengan tantangan nasional serta global;
c. menciptakan lulusan yang berintelektualitas tinggi, berbudi pekerti
luhur, dan mampu bersaing secara global; dan
d. menciptakan iklim akademik yang mampu mendukung perwujudan
visi UI.
r
2.3 Tujuan Universitas
Universitas Indonesia menetapkan tujuan universitas sebagai berikut:
a. menciptakan komunitas pendidikan yang inidusif, berdasar pada
adab, kepercayaan, integritas, saling menghargai dan kebhinekaan dalam lingkungan yang aman dan bersahabat;
b. menyiapkan peserta didik agar menjadi lulusan yang cerdas dan bernurani melalui penyediaan program pendidikan yang jelas dan
terfokus sehingga dapat menerapkan, mengembangkan, memperkaya, dan memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan;
c. mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan serta mengupayakan penerapannya untuk meningkatkan martabat dan kehidupan masyarakat, dan memperkaya kebudayaan nasional;
d. mendorong dan menguatkan pengembangan ilmu-ilmu yang telah ada, maupun ilmu-ilmu dan kajian baru dalam bidang monodisiplin,
multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin demi menjawab
tantangan persoalan kehidupan yang maldn kompleks;
e. mendorong dan mendukung peran serta aktif sivitas akademika dalam pembangunan dan pengabdian kepada masyarakat yang demokratis, sejahtera, dan beradab sebagai kekuatan moral yang mandiri;
1. memperkuat peran sebagai penyelenggara pendidikan tinggi, dan bekerjasama dengan lembaga dan asosiasi profesi, sehingga lulusan
dapat memperoleh keahlian pada tingkat profesional;
g. meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan kepada bangsa, negara, dan dunia melalui kolaborasi, kemitraan, dan kesempatan
untuk pengayaan budaya dan pendidikan berkelanjutan, dan;
ES
h. berinvestasi pada pengembangan profesional bagi semua warga UI
dan juga dalam teknologi yang bermanfaat dalam rangka mencapai
keunggulan kompetitif melalui pengajaran, riset, dan pengabdian
kepada masyarakat
11
F1
25.000
UiH11:' / I /
Gambar 3.1: Jumlah Mahasiswa dan Luas
48 277
dn 5p,,
2013 2024 2015
Pertumbuhan Mahasiswa Ut
CAGR 2. 1%
50000
40000
4.2%
30000 .3%
27520 27960 28520 rn000
0
2012 2013 2014
Mahasiswa Si Mahasiswa 52 & 53
womPertumbuhan Mahasiswa
Gambar 3.2: Bauran Mahasiswa UI
0
BAB III
UI DALAI ANGKA
Universitas Indonesia merupakan sebuah Universitas yang melakukan
kegiatan secara terpadu dengan kegiatan utama akademik Universitas
dilangsungkan di kampus Depok. Namun, UI secara resmi saat mi memiliki luas total lahan sebesar 3.231.653 m 2 dengan komposisi:
a. Kampus UI Depok seluas 3.019.421 m 2 (77,33%),
b. Kampus Salemba seluas 93.850 m2 (7,58%),
c. Pegangsaan Timur No. 16 seluas 7.703 m2
d. Pegangsaan Timur No. 17 seluas 23.583 m2 ,
e. Asrama mahasiswa (Wisma Rini) Ji. Otto Iskandardinata seluas
11.134 m2
f. Rawamangun seluas 25.692 m (7,58%),
g. Puskesmas Serpong seluas 4.280 m 2
h. Guest House Ji. Kimia seluas 571 m 2
i. Guest House di Mender seluas 500 m
j. Perumahan dosen di Ciputat seluas 42.730 m2
k. Puskesmas Cempaka Putih seluas 331 m 2
1. Puskesmas Pulo Gadung seluas 1.858 m2
0
I
Saat mi pada lokasi kampus UI sebagai kawasan akademik utama sudah
ditempati oleh 13 fakultas. Kegiatan akademik Fakultas Kedokteran,
Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Ilmu Keperawatan, Fakultas Farmasi,
dan Fakultas Kesehatan Masyarakat di Depok dilangsungkan di gedung-
gedung Rumpun Ilmu Kesehatan. Besarnya bauran luas area dan
perbandingannya denganjumlah mahasiswa nampak pada Gambar 3.1
Fasilitas yang terdapat di area kampus mencakup ruang kuliah,
laboratorium pendidikan dan riset, studio, perpustakaan, ruang seminar/
lokakarya/diskusi, ruang dosen, ruang kegiatan ekstrakurikuler, ruang
pusat komputer, dan ruang administrasi. Kampus UI yang luas dapat
menjadi wadah riset untuk berbagai bidang ilmu antara lain lingkungan,
energi, biologi, perilaku manusia dan lain sebagainya. Fasilitas
laboratorium yang spesifik mampu menjadi wadah yang kuat untuk
melakukan riset sehingga harapan UI untuk meningkatkan penelitian,
inovesi, dan publikasi dapat tercapai.
Fasilitas penunjang di UI dimaksudkan untuk mewujudkan Tri Dharma
perguruan tinggi. Salah satu fungsi universitas yang termaktub dalam Tn
Dharma perguruan tinggi merupakan kegiatan pelayanan pembelajaran,
yang secara tradisional menjadi core competence universitas. Untuk
menunjang kegiatan mi secara utuh, maka sesuai dengan amanah Renstra
UI 2015 - 2019 UI telah memberikan arahan pemenuhan standar layanan
pembelajaran yang direpresentasikan oleh rasio jumlah karyawan
terhadap mahasiswa dan rasio jumlah dosen terhadap mahasiswa.
Indikator tersebut tercantum dalam Tabel 3.1
Rasio tabel yang ada membenikan gambaran umum besaran jumlah
mahasiswa yang ada di UI, yang saat mi (2014-2015) sudah mencapai
48.277 orang yang tersebar di berbagai wilayah UI walaupun konsentrasi
terbesar mahasiswa UI saat mi terpusat di wilayah UI Depok.
0
N — -
- 0
N -
0 0 o TJ T N — -
CO
N - -
N
Cz
- .i tv
It
0
0
0 0
DaD
r1j
ri
- C I
w 0 V1 I-'
CO 0 U1 1 I-'
Ln NJ vi rIj w 0 00 0 0
-
.ui-r.r', -N Lri CO
fj I
I I I I I I Q'I I I I I I
0_0oo-0 NJ - 0 IA I 00 1'J
Pertumbuhan mahasiswa UI yang tergambar pada Gambar 3.2
menunjukkan potensi peningkatan mahasiswa yang masih ada.
Pertumbuhan mahasiswa UI tetap mempertahankan kualitas akademik.
Kualitas akademik yang dimiliki oleh mahasiswa UI, khususnya
- mahasiswa program Sarjana, sudah sangat baik. Hal mi terlihat dan
proses penerimaan mahasiswa Si yang melalul seleksi sangat ketat
terhadap peminat calon mahasiswa, balk dari SNMPTN maupun SIMAK
UI. Keketatan diukur berdasarkan rasio jumlah peminat terhadap jumlah
yang diterima. Pada tahun 2014, tingkat keketatan SNMPTN dan
SBMPTN adalah sebesar 3.5% sedangkan SIMAK 2%, dengan jumlah
yang diterima pada proses SNMPTN dan SBMPTN adalah 3.418 dan
SIMAK 1.310. Kemampuan intelektual mahasiswa S2 dan S3 merupakan
modal penting untuk mendorong kegiatan akademik, penelitian dan
pengembangan UI. UI melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan
kualitas calon peserta pendidikan S2 dan S3 UI antara lain melalui
program Fast Track yang memungkinkan mahasiswa Si pada semester 7
dan 8 untuk mengikuti pendidikan S2 dan disertai dengan pemberian
beasiswa biaya kuliah yang akan mempermudah dan menarik minat para
calon. Jumlah mahasiswa baru program Magister tahun 2014 adalah
4.545 dan untuk S3 sebanyak 335 mahasiswa.
Besarnya jumlah populasi mahasiswa UI didukung dengan ketersediaan
jumlah dosen UI. Sampai dengan tahun 2014, dosen tetap UI (PNS dan
PUT) beijumlah 2.102 personil, sedangkan tenaga dosen tidak tetap
berjumlah 2.135 personiL
Berdasarkan tingkat pendidikan, struktur populasi dosen tetap UI
tergolong balk, dengan 853 orang atau 41% bergelar doktor dari berbagai
universitas dalam dan luar negeri ternama, 1.032 orang atau 49%
berpendidikan magister, 35 orang atau 2% berpendidikan spesialis II, 116
orang atau 5% berpendidikan spesialis I, 50 orang atau 2%
berpendidikan sarjana dan 16 orang atau i% berpendidikan Si profesi.
H
Tabel 3.3: Data Danau UI
No. Naina Luas (ma) Tahun Pembangunan
1. Kenanga 44.253 1992
2. Agatis 58.072 1995
3. Mahoni 60.680 1996
4. Puspa 20.615 1995
5. Ulin 55.150 1998
6. Salam 54.189 1998
Total 292.959
Meskipun jumlah dosen tidak tetap cukup banyak pada setiap fakultas
dan program studi, namun komitmen dan dedikasi mereka menjalankan
Tridharma perguruan tinggi tidak diragukan lagi.
Demi memenuhi pelayanan dan menyangga kegiatan Tridharma
pendidikan tinggi, UI memerlukan dukungan utilitas dalam
melaksanakan kegiatannya. Penggunaan utilitas di UI dibagi menjadi
pemanfaatan energi, pemanfaatan sumber daya air, pemanfaatan ICT,
angkutan umum dan pengelolaan sampah.
3.1 Pemanfaatan Energi UI
Peningkatan jumlah mahasiswa dan jumlah program studi UI yang
meakukan penelitian intensif menyebabkan kebutuhan energi UT
meningkat. Biaya penyediaan listrik UI pada tahun 2014 mencapai 3
miliar rupiah per bulan dengan beban rata rata UI 10.424 WA (UI
Depok). Dengan Rumah Sakit UI yang akan beroperasi pada tahun 2017
maka diperkirakan UI akan memerlukan tambahan sebesar 1.500 kVA
untuk memasok daya ke RSUI.
3.2 Pemanfaatan Sumber Daya Air
Pada tahun 1995 disusun gagasan pengembangan sumberdaya air
Kampus UI Depok yang realisasinya didukung oleh Proyek Induk
Ciliwung-Cisadane dan Pemda DKJ-Jakarta. Dalam kurun waktu 1995-
1998 telah dibangun lima buah situ/danau, melengkapi situ/danau Rektorat yang dibangun pada tahun 1992.
Keenam danau tersebut diberi nama danau K.A.M.P.U.S yang merupakan
singkatan dari Kenanga-Aghatis-Mahoni-Puspa-Ulin-Salam, yang
13
merupakan nama-nama pohon endemik Indonesia. Luas area danau
ditampilkan pada Tabel 3.3.
3.3 Pemanfaatan ICT
Sampai dengan tahun 2014 UI telah melakukan penrngkatan
infrastruktur TIK dalam bentuk pemasangan fiber optic, peningkatan
kapasitas backbone, dan beberapa hal lain yang difasiitasi oleh DSTI
dengan rincian sebagai berikut:
• Panjang total kabel Fiber Optik UT di tahun 2014m i menjadi 57.6 km
• Jumlah total Access Point di UI mencapai 747 AP.
• Total bandwidth internet hingga 1.6 Gbps untuk NAP, dan 1 Gbps
untuk I1X
• Storage backup 1: -7.5TB, terpakai 54% dan Storage backup : -8TB,
terpakai 61%
3.4 Buku dan Koleksi Perpustakaan
UI menyediakan fasifitas perpustakaan yang memiiki koleksi buku yang
tergolong lengkap. Dengan penambahan buku pada tahun 2014 sebanyak
3.025 judul dan 5.426 eksemplar maka total keseluruhan koleksii
Perpustakaan sampai bulan Desember 2014 sebanyak 211.669 judul dan
471.536 eksemplar buku teks (di luar UIANA dan naskah). Koleksi e-
books melengkapi koleksi buku dan naskah akademik UI diolah di Bagian
Pengolahan. Koleksi diadakan melalui pengadaan perpetual dan
berlangganan. Penambahan koleksi e-books sepanjang tahun 2014 adalah
sebanyak 1998, sehingga total koleksi e-books perpetual yang dimiliki
Perpustakaan adalah sebanyak 4.919 judul.
ii
3.5 Unit Usaha Akademik
Pada tahun 2015 UI memiliki 30 Unit Usaha Akademik, 15 Unit Usaha
Penunjang yang terdaftar di bawah pengelolaan PAU, Fakultas, Program
S2, dan Vokasi. Di tingkat PAU, terdapat dua Unit Usaha Komersial yaitu,
PT Daya Makara dan PT Makara Mas.
15 1
C- Li'
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN
KAMPUS UI DEPOK 2016-2026
4.1 Arsitektur dan Lansekap
Pengembangan Kampus UI 10 tahun ke depan perlu mengantisipasi
perkembangan teknologi, program studi, jumlah mahasiswa, jumlah
dosen dan pegawai, rencana pengembangan jangka parijang UI, dan
rencana strategis Universitas Indoensia yang sudah ditetapkan. Kampus
UI Depok perlu direncanakan dengan baik dan matang, karena kampus
UI adalah tempat berkumpulnya orang-orang terbaik untuk bertemu dan
berkarya, serta tempat mengajarkan nilai-nilai luhur bangsa. Kampus UT
berperan sebagai tempat membangun dan mengembangkan ilmu, seni
dan budaya bangsa Indonesia, sebagai tempat pusat unggulan kemajuan
bangsa yang berkelas dunia. Kampus UI harus mampu mendukung
kapasitas dari setiap potensi akademik, sebagai pusat inkubator bisnis
dan industrial exposer. Selain itu, kampus UI juga hams mampu menjaga
keseimbangan antara populasi (jumlah dan fungsi), ruang, infrastruktur,
serta mempertahankan keasriannya sehingga menjadi kampus hijau
percontohan di Indonesia dan internasional.
Hasil diskusi dalam forum mengenai kesenjangan dan kebutuhan yang
ada, dapat diinventaris sebagai berikut;
• Kuantitas dan kualitas sarana ruang perkuliahan mengalami
penurunan secara gradual selama 5 tahun terakhir;
Gambar 4.1: Master Plan Depok 2016
0
• Sarana dan prasarana umum kampus seperti ruang interaksi, kantin,
dan jalur pejalan kaki sangat terbatas, dan juga banyak sarana
prasarana yang rusak dan terbengkalai;
• Pemutakhiran, pengelolaan, dan perawatan peralatan pendidikan dan
riset belum memadai;
• Sistem tata kelola sarana dan prasarana jaringan informasi belum
menjamin keandalan dan kecepatan transaksi data;
• Sarana prasarana dan fasiltas untuk orang berkebutuhan khusus
masih sangat terbatas;
• Kapasitas dan kualitas layanan asrama, termasuk Wisma Makara UI
masih kurang;
• Sistem pengelolaan transportasi di lingkungan UI belum terpadu dan
terkoordinir dengan baik, dan tingkat ketertiban lalu lintas clan
keamanan di lingkungan UI masih rendah;
• Sistem pengelolaan dan pengembangan sumber daya listrik dan
sumber daya air yang masih belum memadai;
• Sistem pengelolaan parkir dan area parkir di lingkungan UI masih
belum memadai;
• Sistem pengelolaan sarana dan prasarana antara PAU dan Fakultas
belum sepenuhnya terintegrasi;
• Sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran yang tersedia
belum sepenuhnya kompatibel untuk mendukung model
pembelajaran aktif;
• Kurang optimalnya sistem keamanan dan keselamatan di lingkungan
kampus UI;
• Kurang optimalnya kebersihan, keindahan, dan kenyamanan di
17
-.---.J
Gambar 4.2: Zona Inti
0
lingkungan Kampus UI;
• Belum adanya sistem pengelolaan sampah dan penanganan kualitas
air kotor yang baik;
• Belum optimalnya resources sharing antar fakultas, seperti lab
terintegrasi atau workshop terintegrasi;
• Perlu disediakan lampu-lampu penerangan yang memadai di seluruh
area Kampus untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan bagi
semua masyarakat akademik dan pengunjung kampus.
• Pengelolaan Hutan Kota sebagai paru-paru kota Jakarta perlu
dioptimalkan dan ditingkatkan kualitas kenyamanannya;
• Pedunya meningkatkan sarana pembangkit energi terbarukan atau
ramah lingkungan untuk mengantisipasi krisis energi.
Di dalam UI, perlu ada tata olah keterpaduan universitas untuk
menyatukan apa yang selama mi terberai. Sebagai pengejawantahan
perpaduan tersebut, maka kini di atas lahan Kampus UI Depok tidak ada
lagi lahan yang seakan-akan dikuasai oleh Fakultas. Seluruh lahan di
Kampus adalah ranah UI dan kenyataan mi perlu diyakini oleh seluruh
masyarakat akademik UI. Perpaduan mi juga menuntut, agar semua
ruangan kuliah yang berada di dalam kampus dikelola oleh Pusat Administrasi UI.
Secara garis besar, Kampus Depok UI dibagi menjadi 4 zona, yakni: Zona
Inti, Zona Akademis, Zona Rekreasi dan Olahraga, dan Zona Enteprising dan Penunjang.
4.1.1 Zona Intl
Pada bagian Zona Inti, telah berdiri beberapa pusat yang meliputi: Pusat
K.
Gambar 4.3: Sketsa Perancangan Rektorat
Administrasi, Pusat Riset dan Inovasi, Pusat Ibadah, Pusat Pertemuan,
Pusat Pustaka, dan Pusat Seni Budaya. Sellanjutnya direncanakan akan
dikembangkan Museum UI, Hall of Fame, Taman Rempah, dan Pusat
Data.
Pusat Administrasi (Rektorat)
Sebagai bangunan utama di wilayah pusat, Gedung Rektorat tidak
menyatakan diii sebagai bentuk salah satu gaya arsitektur tradisional
di Indonesia melainkan mengacu pada tipe arsitektur, yaitu gubuk
primitif.
Gubuk primitif adalah cikal bakal semua bangunan mendasar yang
hampir universal. Gambaran gubuk primitif tersebut adalah empat
tonggak memikul satu penutup. Dalam sejarah arsitektur gubuk
primitif mi dianggap sebagai tipe/jenis arsitektur yang kemudian
membuahkan berbagai model. Tentu gagasan tersebut hanya berupa
suatu pemikiran bukan berdasarkan suatu penelitian andal. Dalam
penerapan gagasan gubuk primitif mi, Gunawan Tjahjono memakai
kiasan empat tiarig besar yang diakhiri oleh suatu atap besar Keempat
tiang tersebut berupa tabung bangunan dan atap terakhir berupa
ruang sidang.
Selain mengacu pada gagasan abstrak, Gunawan juga menyatakan
bahasa arsitektur yang banyak terdapat di berbagai daerah di
Indonesia yaitu bangunan berkolong. Gedung Rektorat adalah suatu
bangunan yang terdiri atas empat tabung bangunan yang ditopang
oleh tiang-tiang sebagai kaki bangunan. Setiap tabung tersebut
berteritis untuk menutupi lapisan ruangan yang berada di bawahnya,
dan pada puncaknya menyatu dan ditutupi suatu atap sebagai
kulminasi atau sintesis bentuk.
Penempatan kegiatan gedung Rektorat menurut suatu pemikiran
g _ Ell
91
bahwa bagian bawah bangunan itu sebagai dasaran (basement) yang
menampung segala kesibukan penunjang, sebagainiana teijadi di
bangunan tradisional di beberapa daerah. Lantai pertaxna di atas
dasaran digunakan untuk tempat upacara dan juga merupakan Balai
(Hall of Fame, tempat pengunjung dapat menghargai ruangan para
pendiri dan merelca yang beijasa path UI). Lantai di atas Balai Kirti
terdiri dan ruangan-ruangan tempat bekeija Rektor dan para Wakil
Rektor ditambah satu ruang rapat besar. Setelah itu lantai-lantai di
atasnya menampung kegiatan perkantoran dan lantai terakhir
merupakan ruang sidang Senat Universitas.
Cara penempatan demildan memberi anti bahwa keputusan terpenting
tentang kebijakan normatif ditentukan oleh Senat Universitas yang
berada di lantai teratas. Keputusan niereka barns dijabarkan dan
dilaksanakan oleh Rektor yang berada lantai terdekat dengan dasar
bangunan sebagai lapisan pertama bekerja.
Sebagai bangunan tertinggi di kampus, Gedung Rektorat tidak boleh
menyombongkan diii. Oleh sebab itu bangunan mi mendapat tempat
di daerah yang cukup rendah. Perancang memperkuat kesan
merendah melalui pembuatan sebuah lapangan tertutup (courtyard)
sebagai peralihan suasana bagi tamu-tamu yang mencapai gedung
tersebut.
Kegelapan yang teriadi pada Balai Kirti juga membantu suasana
hening bagi pengunjung. Hal mi merupakan penerusan gagasan
bangunan tradisional yang pada umumnya beruang dalam gelap. Hal
tersebut pernah diungkapkan oleh seorang pengunjung asal India
yang menyertai rombongan Aga Khan Award for Architecture pada
tahun 1991. Bagi mereka, kegelapan justru akan membantu suasana
hening.
Gedung Rektorat tidak merupalcan bangunan tunggal. Gedung mi
E I''
terletak di atas sebuah kawasan berukuran ioo meter kali ioo meter
bersama bangunan pendukung lain. Rektorat hendaknya dibaca
sebagai suatu kompleks bangunan yang menyerupai kompleks candi.
Kompleks candi tidak pernah terdiri atas satu bangunan tetapi pada
umumnya dari satu induk bangunan dan sejumlah anak bangunan.
Konsep pembangunan Gedung Rektorat tidak dari awal menggunakan
konsep candi, tetapi secara kebetulan mendekati konsep candi. Adalah
Profesor Nugroho Notosusanto saat beliau menjabat sebagai Rektor,
yang memberitahu perancang tentang hal itu.
Pusat Pertemuan (Balairung)
Sebelum Kampus UI Depok dibangun, kegiatan upacara hari wisuda
sanjana dan penerimaan mahasiswa baru dilaksanakan di Gedung
Jakarta Convention Hail, Senayan. Gedung Balairung di Kampus UI
Depok dibangun antara lain untuk kegiatan tersebut dengan
persyaratan yang sama, tetapi dengan wujud bangunan yang
benlainan.
Jumlab para mahasiswa dan sanjana baru diperkirakan setiap tahun
jumlahnya akan meningkat, karena itu Gedung Balairung dirancang
sebagai bangunan yang dapat diperluas daya tampungnya.
Perluasannya dirancang ke dua daerah. Daerah perluasan pertama
adalah tribun landai beratap teritisan di selasar luar gedung, dan
daerah perluasan kedua adalah sekeliling halaman luarnya.
Perancangan Gedung Balairung mi menghadapi dua permasalahan
teknis yang kritis, yaitu pengudaraan dan pengendalian akustik.
Apabila didinginkan secara mekanis biaya yang harus dikeluarkan
oieh Universitas Indonesia untuk membeli mesin pendingin mi besar sekali Oieh karena itu, gedung dirancang dengan pengudaraan alam,
yaitu dengan jalan mendayagunakan volume nuangnya yang amat
r 11
besar untuk menghasilkan aliran udara alami.
Volume ruang yang besar tersebut juga mempengaruhi kualitas
akustik bangunan, terlebih lagi sebagian besar elemennya terbuat dan
beton dan bara yang memantulkan suara. Pemecahan kedua
permasalahan tersebut ditangani perancang bangunan mi dengan
bantuan penyeliaan dari Dr. Jr. Soegianto, seorang ahli fisika
bangunan dari Institut Teknologi Bandung.
Sejak mulai dipakai pada tahun 1986 sampai sekarang Gedung
Balairung nampak telah berfungsi dengan baik. Suasana khidmat dan
agung dalam upacara wisuda segera berubah menjadi kekeluargaan
seusai upacara. Para hadirin bercampur-baur dengan para wisudawan
dan mahasiswa baru, mencari lokasi yang cocok untuk berfoto
bersama di dalam maupun di halaman gedung.
• Pusat Data (Pusilkom)
Gedung Fakultas Ilmu Komputer semula direncanakan sebagai
gedung Pusat Komputer Kampus Depok, sedangkan fakultasnya
sendiri direncanakan di lokasi dekat Menara Air. Akan tetapi berbagai
pertimbangan yang berkaitan dengan ketersediaan dana akhirnya
diputuskan untuk menggabungkan Pusat Komputer dengan Fakultas
Ilmu Komputer.
Sejak semula perancangan Gedung Fakuhas Ilmu Komputer
dirancang dengan pola melingkar memusat yang serupa seperti
Gedung Perpustakaan Pusat.
Kompleks fakultas tersebut, dengan demikian juga terdiri dan
bangunan gedung dua lantai berbentuk melingkar dan gedung tinggi
berbentuk meru di bagian tengah. Sekalipun demikian, gedung tinggi di lingkungan Fakultas Ilmu Komputer mi dirancang berbeda karena pihak pimpinannya menginginkan efisiensi dalam pemakaian
0
pendinginan udara. Sebab itu gedung tinggi tersebut dirancang tidak
mengikuti perwujudan sebuah meru melainkan berwujud kompleks
candi
Pusat Ibadah (Mesjid Ukuwah Islamiah)
Lokasi masjid berada di bagian paling depan lahan kampus yang
menghadap rel kereta api dan menjadi salah satu bangunan cli tepi
danau mendampingi Gedung Rektorat dan Balairung. Dengan
demikian bangunan mi juga berada paling dekat yang dapat dicapai
dengan menembus pintu yang terbuka di depan Fakultas Hukum.
Berdasarkan bentuk bangunan masjid-masiid di Nusantara, sang
perancang (Triatno Yudoharyoko) menyimpulkan beberapa unsur
yang akhirnya dia masukkan ke dalam rancangan. Unsur-unsur
tersebut adalah denah yang berbentuk bujur sangkar, atap yang
beringkat, dan dinding keliing masjid mendampingi sebuah selasar
beratap mengelilingi halaman masjid. Jelas bahwa unsur-unsur yang
dipakai menyerupai bentuk masjid yang berkembang di Pulau Jawa
seperti, Masjid Agung di Demak dan Masjid Agung di Yogyakarta.
Unsur yang tidak dliambil adalah serambi yang di Jawa Tengah
dipakai untuk kegiatan lain pada hari-hari biasa.
Namun demikian dalam penerapannya soko guru empat yang
mendukung atap utama sebagaimana terdapat di masjid-masjid
tersebut disesuaikan oleh Triatno dengan keadaan masa itu yang pada
umumnya menghendaki di dalam masjid tidak terdapat tiang-tiang
yang dapat menghalangi pandangan ke arab mig'rab. Untuk itu
Triatno mencoba membentang ruang dalam dengan busur beton yang
kemudian diisi dengan marmer. Lantai masjid dilapisi dengan
marmer dengan demikian tampilan ruang dalam menjadi bersifat
dingin.
E
Gambar 4.4: Gedung Integrated Lab & Research Center
(ILRC)
Halaman masjid ditanami rumput dengan grassblock yang teratur.
Dengan demikian halaman tersebut dapat melayani lebih banyak
jemaat pada saat bersalat Jumat atau hari-hari raya Islam kinnya.
• Pusat Pustaka
Dapur suatu universitas ada di perpustakaannya. Pengetahuan digali, dicani, dikaji ulang, dan disebarkan di perpustakaan. Peran suatu
perpustakaan yang bukan lagi gudang buku, tetapi suatu ranah belajar yang tenang dan pusat media berselancar jejaring. Pepustakaan
tersebut melengkapi area sekitar danau yang hingga kini mulai
dikelilingi oleh pusat-pusat kegiatan universitas. Sosok perpustakaan
pusat yang ham berupa prasasti yang berdiri di atas bukit hijau.
• Pusat Seth Budaya
Suatu unversitas tentu memenlukan tempat mengekspresikan seni
budaya. Dalam hal mi selain tiga rumpun ilmu yang telah ditentukan
oleh MWAUI, pimpinan UI sadar bahwa penggerak ketiga rumpun
ilmu itu adalah perancangan dengan pusat seni. Oleh sebab itu di daerah centrum di sekitar danau, selain ada Pusat Administrasi, Pusat
Ibadah, Pusat Pertemuan (Balainung), Pusat Pustaka, juga penlu ada Pusat Pementasan Seni, baik untuk seni netra (visual), maupun seni peraga (performing). Dengan Pusat-pusat tersebut, maka suatu centrum yang hidup dan penuh energi akan menjadi kenyataan. Suatu
pusat seperti itu penlu menjadi tempat asah dan pendalaman bidang sehingga akan merupakan suatu laboratorium bidang kreatif.
• Pusat Riset dan Inovasi
Sebagai Research University yang mengakomodasi riset-niset multidisiplin, UI mengembangkan Pusat Riset dan Pusat
Laboratotium Riset Tenpadu dalam rangka menghasilkan riset-riset unggulannya. Pusat Riset mi juga dapat digunakan untuk fasilitas
r 24 1
kuliah bersama atau kuliah tamu.
Museum III
Sebagai upaya untuk menunjang misinya sebagai Research University
khususnya yang berkaitan dengan material kebudayaan dan
bersejarah yang sangat berharga sudah selayaknya UI mempunyai
sebuah tempat yang bisa menampung koleksi-koleksi budaya dan
pengetahuan manusia yang berguna bagi riset-riset unggulan di IJI.
UI Museum ini, rencananya akan menempati Gedung Balai Sidang.
. Hall of Fame
Selain pembangunan Museum UI, untuk mengabadikan peran dan
jasa masyarakat akademik UI yang mengharumkan nama bangsa dan
negara, maka perlu dibangun sebuah 'Hall of Fame' yang berada di
area rotunda depan Gedung Rektorat UT.
Taman Rempah
Dalam rangka melestarikan kekayaan hayati nusantara khususnya
yang berkaitan dengan penelitian tanaman herbal dan rempah-
rempah maka lansekap di area zona inti juga difungsikan sebagai
Taman Rempah.
4.1.2 Zona Akademik
Majelis Wali Amanah UI telah menggariskan tiga ranah ilmu, yaitu: ilmu-
ilmu sosial dan humaniora; ilmu-ilmu kesehatan; dan ilmu-ilmu alam dan rekayasa.
Rumpun-rumpun mi merupakan gabungan dari keilmuan sejenis untuk pengembangan pengetahuan yang lebih baik.
O 200
Gambar 4.5: Zona Akademik
[ 25
Gambar 4.6: Rumpun Ilmu Kesehatan
Untuk meningkatkan pengetahuan multidisiplin dan efisiensi ruang,
pimpinan UI telah mendorong agar menyediakan Fasilitas Akademik
Bersama yang akan digunakan untuk kuliah ilmu-ilmu dasar
Perpaduan (integration) lebih lanjut mengejawantahkan suatu sistem
kurikulum dasar yang menyatukan segenap mahasiswa UI. Dengan
kurikulum dasar yang memungkinkan mahasiswa menjadi insan
berbudaya, santun, beradab, berani mengambil resiko dalam bertindak
dengan bertanggung jawab, dan siap mengembangkan dan mengabdikan
ilmu dengan nalar dan nalurinya. Untuk itu UI perlu menyiapkan ruang
kuliah bersama untuk menampung terjadinya interaksi antar rumpun.
Gedung-gedung untuk kegiatan perkuliahan bersama tersebut berada di
bekas gedung fasilkom, lecture halt, gedung art & culture center, dan
gedung ILRC.
Sesuai dengan pembagian ranah kegiatan di dalam Penyesuaian Rencana
Induk 1984, fakultas-fakultas telah menempati ranah yang tepat dengan
kajian manusia: raga dan jiwa; dan kajian lingkungan: alami dan buatan,
maka pemasukan ketiga rumpun besar ilmu pengetahuan dan rekayasa
tak mengalami permasalahan yang berarti. Lahan bagi pengembangan
Fakultas Kedokteran, dan Kedokteran Gigi telah lama ditentukan dan
dengan pengelompokan baru, tak banyak mengalami perubahan.
Rumpun Ilmu Kesehatan
Ilmu-ilmu kesehatan mencakup: kedokteran, kedokteran gigi,
kesehatan masyarakat, keperawatan, dan farmasi.
Rumah sakit pendidikan yang berada di sisi Selatan kampus dengan
batas rel kereta dan jalan Tol, berlokasi dekat dengan Rumpun Ilmu
Kesehatan. Rumah sakit tersebut akan berkembang dan akan ada
beberapa jenis rumah sakit penelitian dan pelayanan dengan berbagai
strata di sekitar itu. Untuk mempermudah akses ke rumah sakit
E
Gambar 4.7: Gedung Vokasi UI
pendidikan, perlu disiapkan akses khusus yang berhubungan dengan
Jalan Margonda Raya
• Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora
Ilmu-ilmu sosial dan humaniora antara lain: filsafat, budaya, sosial,
politik, hukum, ekonomi, arkeologi, psikologi, dan sastra.
Rumpun ilmu-ilmu sosial mi memerlukan fasilitas bersama berupa
ruang kulliah bersama/lecture-hall. Penempatan ruang kuliah
bersama yang strategis adalah di ranah FISIP sekarang.
• Rumpun Ilmu Alam dan Rekayasa
Ilmu-ilmu alam dan rekayasa mencakup antara lain: matematika,
fisika, kimia, biologi, geografi/bumi, komputer, bahan, teknik sipil,
teknik elektro, teknik mesin, teknik metalurgi & material, arsitektur,
teknik kimia, dan teknik industri.
Untuk peningkatan kualitas pendidikan dan penelitian, Rumpun Ilmu
Alam dan Rekayasa membutuhkan pengembangan infrastruktur
berupa gedung laboratorium dan workshop terpadu, terutama untuk
strata satu. Laboratorium terpadu tingkat lanjut telah ditempatkan di
ILRC. Pembangunan tahap lanjut masih akan dilaksanakan dengan
mengantisipasi perkembangan peralatan. Oleh sebab itu ruangan
perlu selentur mungkin dengan utilitas yang mudah dicapai dan
dirawat.
• Program Pendidikan Vokasi
Selain ketiga rumpun mi, dalam rangka mendidik tenaga-tenaga
terampil yang siap pakai, UI mendorong pengembangan Program
Pendidikan Vokasi UI. Program mi melayani seluruh pendidikan
vokasi yang dibutuhkan dalam peningkatan kualitas SDM di
Indonesia. Dalam pengembangan selanjutnya Program Pendidikan
H
Vokasi UI tidak terlepas dari pengembangan Master Plan UI
• Pembangunan Fakultas Baru dan Pengembangan Fakultas
yang Sudah Ada
Dalam 5 tahun terakhir UI telah membentuk Fakultas-fakultas baru
dan program studi baru. Dalam hal pembentukan fakultas baru, perlu
juga dilengkapi dengan perencanaan sarana dan fasilitas pendukung
untuk menunjang program pembelajaran dan penelitian. Fakultas
Farmasi dan Fakultas Ilmu Adminitrasi merupakan fakultas yang
relatif baru, yang saat mi masih berada di dalam fakultas induk
sebelumnya. Untuk memfasilitasi perkembangan fakultas tersebut
perlu menetapkan lokasi pembangunan untuk perkembangan fakultas
tersebut.
Atas pentimbangan kedekatan dengan rumpun induk fakultas dan
ketersediaan lahan, maka Fakultas Farmasi akan berada di rumpun
Rumpun Ilmu Pengetahuan Alam dengan jarakjalan kaki tak melebihi
10 menit dengan rumpun kesehatan, sementara Fakultas Ilmu
Administrasi akan berada di rumpun ilmu sosial.
Landasan kebutuhan pembangunan infrastruktur Fakultas yang
sudah ada dilakukan berdasarkan kajian academic planning, serta
dengan memperhatikan bangunan existing agar karakter visual UI
yang khas sebelumnya dapat dengan selaras menyatu dengan
pengembangan yang baru.
4.1.3 Zona Rekreasi & Olah Raga
Kegiatan akademik senantiasa berdampingan dengan kegiatan luar
akademik. Kampus UI sesuai visi misi dan tujuannya memerhatikan
keseimbangan pembangunan pikiran dan badan. Oleh sebab itu tata
r 2 1
.1
O 2C
Gambar 4.8: Hutan Kota Ui
291
lahan untuk kegiatan olah raga dan hiburan mendapatkan perhatian
dalam Rencana Induk 2015-2015 mi. Hiburan dan olah raga dapat
berpadu dengan pengetahuan. Pertimbangan mi mewarnai penempatan
dan tema hiburan dan olah raga.
Hutan Kota UI
Kampus UI memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) total seluas 208 Ha, 100 Ha diantaranya termasuk 3 (tiga) danau seluas 13 Ha berada di
wilayah DKI Jakarta dan berstatus sebagai Hutan Kota DKI. Dalam
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) DKI Jakarta, Hutan Kota UI
telah ditetapkan sebagai daerah resapan air bagi wilayah selatan DKI
Jakarta.
Telah terjadi banyak perubahan kondisi lingkungan seiring
perkembangan jaman. Di daerah Kukusan yang semula 67% ruang
terbuka hijau, sekarang berada dibawah 60% akibat tumbuh pesatnya
rumah kost. Di daerah Pondok Cina yang semula 27% sekarang, hanya
tinggal sekitar 15% akibat pelebaran jalan Margonda yang diikuti tumbuh
-kembangnya mall, ruko, dan apartemen. Sedangkan di daerah Srengseng
Sawah yang semula sekitar 570/6, kini tinggal sekitar 45% akibat
dibangunnya kampus ISTN clan Universitas Pancasila yang memicu
tumbuhnya daerah pemondokan, kedai makanan, serta fasilitas lain di
sekitar kampus.
Kampus Universitas Indonesia berusaha tetap konsisten untuk
mewujudkan kampus hijau. Pengembangan mi diharapkan dapat
menyadarkan segenap sivitas akademika UI dan warga sekitar kampus
agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya dan memicu lebih
banyak aktifitas dilakukan di alam terbuka.
Rencana induk penataan Hutan Kota UI yang berkelanjutan mengacu
pada prinsip dasar:
-
• Fungsional: sebagai penyangga resapan wilayah selatan DKI Jakarta
yang optimal dan tidak boleh terganggu, bahkan harus terpelihara berkelanjutan;
• Berkesinambungan: mempertahankan kondisi RTH, tanaman langka,
dan tanaman unggulan yang ada secara selektif;
• Sinkron: merujuk RTRW serta kebijakan Pemprov DKJ Jakarta dan
Pemkot Depok;
• Antisipatif: penataan keseimbangan daya dukung ekologis dirancang
untuk mengatasi masalah lingkungan yang diperkirakan muncul di
masa depan.
• Jangka panjang: penataan dirancang agar dapat berfungsi dengan
baik untuk jangka waktu 15 - 25 tahun; tata letak tanaman dan jarak
tanamnya hams memperhatikan lingkungan setempat.
• Efektif: hutan kota dapat berperan dalam mengatasi masalah
lingkungan.
• Estetik dan efisien: konfigurasi setiap jenis tanaman per satuan luas
yang minimal diupayakan dapat mengatasi masalah lingkungan.
• Ketahanan: tahan terhadap tekanan lingkungan alam dan buatan.
• Swadaya: menjalin kemitraan dengan pihak luar agar tidak
membebani anggaran rutin UI.
Perlu disepakati jenis fauna apa yang ingin dan sesuai untuk
dikembangkan di dalam hutan tersebut. Jenis-jenis tumbuhan berbiji,
berbuab, dan berbunga hams diperhatikan karena merupakan makanan
burung dan serangga yang dapat memperkaya ekosistem Hutan Kota UT.
Kawasan Olah Raga
Untuk memberikan keseimbangan antara aktivitas olah pikir dan olaJ.i
Gambar 4.9: Kawasan Olah Raga
0
raga, maka UI perlu membangun fasilitas olah raga yang memadai
dan memenuhi standar internasional.
Fasilitas mi setidaknya meliputi perluasan fasilitas indoor gymnasium untuk you, basket, dan bulu tangkis, serta pengembangan fasilitas
outdoor yang dapat terdiri dari lapangan futsal, tenis lapangan, dan
kolam renang untuk melengkapi fasilitas olah raga yang sudah ada
sebelumnya.
Stadion UI juga perlu dikembangkan untuk kebutuhan olah raga
sepak bola dan atletik, terutama penambahan kapasitas penonton di
tribun barat.
Pengembangan Pusat Kegiatan Mahasiswa
Dengan pesatnya peningkatan jumlah mahasiswa UI sejak pindah ke
Depok, maka kapasitas Pusat Kegiatan Mahasiswa yang lama tidak
lagi mencukupi. Oleh karena itu, di dekat Pusat Kegiatan Mahasiswa
yang lama perlu dibangun fasilitas baru yang melengkapi fasilitas
yang lama.
Dari Pusat Kegiatan Mahasiswa mi akan dibangun sebuah jembatan
yang juga berfungsi sebagai penghubung untuk memudahkan
pencapaian ke zona pusat kegiatan kampus (centrum) di seberangnya.
Pengembangan Integrated Faculty Club
Untuk melengkapi fasilitas lain di ITC yang sudah dibangun
sebelumnya, akan dibangun sarana berupa cottage-cottage untuk
melayani tamu-tamu UI dan juga dosen-dosen di UI (Faculty
member) tanpa mengurangi koefisien Dasar Bangunan sesuai
ketentuan DKI.
Freedom Mall
Gambar 4.10: Gedung IFC
31 1
Gambar 4.11: Zona Enteprising dan Penunjang
0
Dengan akan ada jalan Tol yang melintasi sisi Selatan UI dengan
mengambil lahan UI, maka kini UI ada kesempatan mendapatkan titik
masuk utama kampus, yaitu langsung dari sisi Selatan melalui jalan
arteri Depok yang sejajar pipa gas ke dalam Kampus. Titik masuk mi dapat menunjukkan karakter Kampus yang menyandang nama bangsa
mi dengan suatu jalan raya atau boulevard sebagai suatu academic
mall yang menarik perhatian dan sekaligus mengantarkan pandangan
pengunjung ke suatu suasana kebebasan menimba ilmu pengetahuan.
4.1.4 Zona Enterprising dan Penunjang
UI menghadapi tekanan dari luar yang sangat dinamis dan selalu
mendesak. Perubahan masyarakat yang perlu dilayani dalam negeri dan
ancaman masyarakat global yang sangat dinamis menuntut UI juga perlu
siap dengan semangat wirausaha. Untuk itu UI wajib mengembangkan
perannya sebagai suatu kampus enterprise.
Bentuk enterprise suatu dunia akademik pasti ada hubungan dengan
tempat bertemunya tamu-tamu peneliti internasional untuk melakukan
seminar, konferensi, dan workshop berskala internasional. Ranah UI
yang berada di sisi Selatan menjadi tempat yang sangat bagus untuk
tujuan itu. Di lokasi tersebut sarana penginapan dan ruang pertemuan
berstandar internasional dapat berkembang karena dekat dengan nadi
perhubungan.
. Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri
Rumah Sakit Perguruan Tinggi (RSPTN) Universitas Indonesia
dengan kapasitas 300 tempat tidur dengan infrastruktur bangunan
yang terdiri dari 14 lantai. Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof.
Muhammad Anis, M.Met bersama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Prof. Muhammad Nuh, DEA dan perwakilan dan
Japan International Cooperation (JICA) meresmikan pembangunan
Rumah Sakit (RS) universitas di UI pada Senin (30/09/2013) di lokasi
proyek, area kampus UI Depok. Lokasi proyek rumah sakit mi adalah
di area FIK lama (Gedung A) dan area Pusat Kesehatan Mahasiswa
(PKM), dengan Fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) berada persis
di depan lokasi pembangunan RS tersebut. Rumah sakit UI dibangun
seluas 74.043 m2 dan memiliki 14 lantai dengan 300 kamar yang
terdiri dan 1/3 kamar kelas satu (VIP), 1/3 kamar kelas dua dan 1/3
kamar kelas tiga mengikuti standar internasional.
Rumah sakit pendidikan sendiri adalah rumah sakit yang
mencampurkan unsur pendidikan dan pelayanan kesehatan dalam
kesehariannya. Sebagai rumah sakit pendidikan, rumab sakit mi kedepannya akan terintegrasi dengan kegiatan belajar mengajar
mahasiswa di fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) yaitu Fakultas
Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Farmasi, dan Kesehatan
Masyarakat. Konsepnya akan seperti RSCM dimana akan terdapat
ruang observasi bagi para mahasiswa dan juga dengan seizin pasien,
mereka akan menjadi subjek praktik para mahasiswa dari rumpun
ilmu kesehatan. Selain itu, gedung RS mi akan dilengkapi dengan
infrastruktur teknologi yang mendukung mahasiswa memantau
tindakan mendis secara langsung di ruang kelas. Jembatan
penghubung antara Gedung Fakultas RJK dan rumah sakit juga akan
dibangun untuk mendukung mobiisasi mahasiswa diantara kedua
gedung tersebut. RS UI mi direncanakan akan dapat diakses dari jalur
Jalan Tol Cinere—Jagorawi ataupun dari Jalan Margonda Raya Depok
sehingga memudahkan akses masyarakat menuju rumah sakit.
Rumah sakit di UI sendiri nantinya akan merupakan rumah sakit
pertama di Indonesia yang mengakomodasi konsep patient safety
serta berakreditasi internasionaL Patient safety merupakan konsep
barn dari dunia kedokteran yang memperhatikan sistem konstruksi,
Gambar 4.12: Area RSUI
731
tata letak ruangan, penggunaan material bangunan serta pengaturan
alur pasien infectious dan pasien non-infectious. Material bangunan
yang dipilih merupakan material ramah lingkungan yang memenuhi
konsep Green Building. Demikian pula limbah domestik dan limbah
air dari rumah sakit mi akan diberi penanganan khusus agar tidak
merusak lingkungan dan dapat digunakan kembali sebagai water
flush toilet di dalam rumah sakit. Bangunan mi memiliki ketahanan
akan bencana alam. Rumah sakit mi juga akan mampu bertahan
selama 7 hari dengan listrik dan air yang besumber dari rumah sakit
itu sendiri.
Kedepannya rumah sakit di UI mi akan menjadi model percontohan
bagi universitas-universitas lain di Indonesia dan juga tidak hanya
berkontribusi bagi internal UI sendiri namun juga berkontribusi bagi
lingkungan disekitarnya.
• Klinik Satelit
Klinik Satelit dibangun berdekatan dengan Fakultas Teknik
menghadap ke arah kukusan. Klinik satelit merupakan klinik rujukan
awal yang dibangun untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat umum maupun warga sekitar lingkungan UI sebelum
dirujuk ke rumah sakit. Klinik satelit mi akan berstandar seperti
Puskesmas pada umumnya.
• Pengembangan Asrama Mahasiswa
Dengan peningkatan jumlah mahasiswa UI, maka perlu
pengembangan asrama mahasiswa di area sebelah utama kampus UI.
Pengembangan mi dibuat senyawa dengan bangunan lama. Di ranah
itu akan bertambah 2 bangunan tambahan yang barn sebagai asrama
yang dibangun oleh Kemenpera dan Kementnian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Gambar 4.13: Klinik Satelit
Gambar 4.14: Gedung Asrama
H
Untuk menghemat lahan maka asrama mahasiswa yang baru mi akan
dibangun sebagai twin tower. Selain itu, Wisma Makara UI yang
lama, akan ditata ulang dan dikembangkan sebagai Asrama
Mahasiswa
Hunian Dosen dan Mahasiswa Pascasarjana / Internasional
Hunian dosen dan mahasiswa pasca sarjana menempati jalur batas
barat, berbentuk townhouses berlantai tiga hingga empat sebagai
jalur. Jalur mi berfungsi ganda sebagai hunian dan pembendung batas
di sepanjang jalur batas barat kampus.
Student housing merupakan fasilitas penunjang akademik dengan
prioritas penghuni mahasiswa asing dan pasca saijana. Perencanaan
dan perancangan bangunan mi terdiri dari 6 menara dengan masing-
masing memiliki + 300 kamar
Gedung Parkir
UI perlu menata ulang parkir kendaraan. Lahan untuk parkir jauh
lebih besar daripada luas ruangan untuk kegiatan pendidikan. Satu
mahasiswa hanya menghabiskan 3 hingga 4 m2 luas lantai (termasuk
sirkulasi) untuk kuliah dan mengerjakan tugas di laboratorium.
Namun jika mahasiswa membawa kendaraan maka lahan parkir yang
perlu dia konsumsi adalah 25 m2 (termasuk manuver).
mi berarti jika mahasiswa memerlukan tempat parkir untuk
kendaraannya maka UI akan menyediakan lahan untuk kendaraan
menganggur. Hal tersebut tentu sangat tidak mendidik. Untuk itu jika
tempat parkir adalah suatu kebutuhan, maka yang memakainya perlu
membayar untuk kemewahan itu.
Dengan membangun gedung parkir, UI dapat mengalihkan lapangan
parkir yang ada sebagai taman. Dengan demikian ranah berkegiatan (r).
Gambar 4.15: Hunian Dosen dan Maliasiswa
F35
Gambar 4.16: Gedung Parldr Terpadu
0
dapat bebas dari polusi dan 131 semakin dekat ke perwujudan kampus
hijau.
• Pos Pemadam Kebakaran
Sebagai kampus yang menampung kegiatan 6o.000 manusia yang
tersebar di berbagai gedung, UI wajib menjamin keselamatan
pemakainya dari bencana, terutama api. Oleh sebab itu penyediaan
pos kebakaran menjadi suatu keharusan.
Pos Pemadam Kebakaran mi dibangun melalui bekerjasama dengan
Dinas Pemadam kebakaran Pemerintah DKI dan akan dibanguan di
sisi utara kampus UI. Dalam hal mi UI menyediakan lahan, sedangkan
bangunan disediakan oleh Pemda DKI. Fasilitas Damkar mi, selain
melayani kampus UI, pos inijuga melayani lingkungan sekitar.
• SPBU/SPBG, Bengkel
Untuk meningkatkan pelayanan UI kepada masyarakat kampus dan
luar kampus di seberang dari IFC yang berhubungan jalan raya UI -
Pasar Minggu, maka 131 akan dibangun SPBU/SPBG berikut sarana
penunjangnya serta bengkel kendaraan bermotor.
• Pool Bis
Guna menampung parkir bis kuning yang sudah tidak mencukupi,
maka UI akan dibangun pool bis kuning UI bersebelahan dengan pos
damkar.
4.1.5 Pedoman Tata Bangunan
Pedoman tata bangunan meliputi beberapa prinsip sebagai berikut;
• Bangunan barn menerapkan efisiensi lahan, diantaranya melalui
rancangan bangunan dengan ketinggian minimal 8 lantai;
• Bangunan gedung fakultas tetap berada di dalam jalan lingkar tengah,
dan bangunan pelayanan seluruh kampus berada di dalam jalan
lingkar inti (centrum);
• Bangunan memperhatikan arsitektur iklim tropis (orientasi timur-
barat);
Lantai dasar digunakan untuk ruang-ruang terbuka bersama;
• Bangunan menggunakan konsep bangunan hijau antara lain hemat
energi, material lokal, serta mempertimbangkan zero run off, water
harvesting, green replacement, dan minimum foot print;
• Terdapat penghubung antar bangunan berupa koridor ataujejalur;
• Optimalisasi penggunaan ruang dalam bangunan;
• Bangunan memperhatikan kebutuhan fasilitas bersama (resource
sharing);
• Memperhatikan orang dengan kebutuhan khusus (difable);
• KDB (koefisien dasar bangunan) maksimum 25% dalam area
rumpunnya;
• KDB keselurran ranah bangun yang dibatasi jalan lingkar tengah dan
jalan lingkar inti maksimum 25%;
• KLB maksimum 1
4.2 Rencana Struktur dan Infrastruktur
Perencanaan struktur dan infrastruktur di lingkungan kampus UI Depok
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan kebutuhan dan
Gambar 4.16: Pos PLK dan Damkar, Pool Bis, dan SPBG
0
perkembangan akademik. Akibat peningkatan jumlah sivitas akademika
UI, maka diperlukan standarisasi dalam rencana pengembangan serta
rekayasa terhadap stuktur dan infrastuktur di lingkungan kampus UI.
4.2.1 Rencana Struktur
a. Revitalisasi Bangunan Eksisting
Bangunan eksisting yang dibuat sejak awal pembangunan kampus
UI Depok, hampir semua masih berfungsi dan digunakan dengan
baik. Seiring perkembangan zaman dan berdasarkan kebutuhan
akademik, beberapa bangunan eksisting tersebut mengalami
beberapa perbaikan clan modifikasi khususnya bangunan yang
berada di lingkungan fakultas. Banyak fakultas yang memodifikasi
bangunan eksisting tanpa adanya persetujuan dari Tim TPLK. Oleh
karena itu dalam masterplan mi, dibuat guideline yang
menyangkut revitalisasi bangunan eksisting mengenai
penambahan luas dasar bangunan serta penambahan lapisan
bangunan.
Adapun beberapa poin yang menyangkut guideline tersebut antara
lain:
i. Tidak mengizinkan penambahan luas dasar bangunan eksisting
ii. Penambahan lapis bangunan diizinkan maksimum 1 lapis ke
atas di dalam bangunan setelah penilaian arsitektural,
struktural, dan instalasi.
iii. Penilaian harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang kompeten
dengan kiasifikasi utama (kelas A).
iv. Penilaian struktur terdiri dari uji pondasi dan struktur atas yang
dilaksanakan berdasarkan standar perancangan struktur
[
38 1
bangunan yang berlaku yang dituangkan dalam bentuk laporan
penilaian struktur.
v. Hasil penilaian struktur harus dulengkapi dengan rancangan
perkuatan struktur eksisting yang dikeijakan oleh tenaga ahli
struktur dengan kiasifikasi utama (Kelas A). Keluaran rancangan
perkuatan struktur terdiri dari laporan racangan perkuatan,
gambar desain perkuatan struktur, RKS dan RAB. Hasil dan
penilaian stuktur tersebut disampaikan ke Tim TPLK melalui
BP3U untuk dievaluasi kembali dan diputuskan persetujuan
pelaksanaannya.
vi. Jika pekerjaan tersebut disetuji oleh TPLK, maka pelaksanaan
konstruksi harus diawasi oleh konsultan pengawas yang
berpengalaman.
vii. HasH rancangan perkuatan struktur harus dilaksanakan oeh
kontraktor yang berpengalaman dibidang perkuatan struktur
yang didahului dengan pembuatan gambar pelaksana kerja
(shop drawing). Hasil pelaksanaan konstruksi harus dituangkan
dalam gambar terbangun (as-built drawing).
viii.Untuk standar penilaian lainnya yang belum disebutkan di atas,
harus mengacu ke aturan struktur yang berlaku.
ix. UI akan mengaudit struktur pada bangunan gedung 4 (empat)
lapis atau lebih, pada bangunan dengan sistem struktur khusus,
pada bangunan yang dilengkapi dengan alat peredam gempa
(seperti base isolation, viscoelastic damper, dli) dan pada
bangunan non-gedung.
r
b. Bangunan Baru
Seiring pertumbuhan jumlah mahasiswa di lingkungan kampus UI,
maka kebutuhan akan infrastruktur baru sangat dibutuhkan dalam
mengakomodir kegiatan akademik. Dalam perencanaan bangunan
baru yang akan dikembangkan oleh unit-unit atau fakultas di UI,
maka dalam masterplan mi, dibuat guideline mengenai hal tersebut
seperti yang tertuang dibawah mi
i. Perancangan struktur bangun baru harus berdasarkan atas basil
perancangan arsitektur dan perancangan MEP (Mechanical,
Elecetrical, Plumbing)
ii. Peracangan struktur yang terdiri dari struktur bawah/pondasi
dan struktur atas, harus dilaksanakan oleh tenaga ahli pondasi
dan struktur atas dengan kiasifikasi utama (kelas A)
iii. Pemilihan sistem struktur bawah/pondasi harus berdasarkan
atas hasil perancangan struktur atas, hasil penyelidikan tanah
dilokasi bangunan dan kondisi lingkungan di lokasi
pembangunan.
iv. Untuk setiap luas dasar bangunan gedung ± 600 m2 ,
penyelidikan tanah yang harus dilakukan adalah minimal satu
titik bor dalam dengan kedalaman sekurang-kurangnya 30 m
dan 2 titik sondir dengan kapasitas 2,5 ton.
v. Untuk bangunan non gedung seperti terowongan, jembatan
kendaraan, jembatan penyeberang orang, atau bangunan
lainnya, penyelidikan tanah yang terdiri dari satu titik bor dalam
dengan kedalaman sekurang-kurangnya 30 meter dan dua titik
sondir dengan kapasitas 2,5 ton hams dilaksanakan pada setiap
interval 25 meter atau pada posisi pilar jembatan dan kepala
jembatan.
vi. Untuk setiap bor dalam harus diambil data SPT setiap interval
1,5 m dan 4 buáh contoh tanah tak terganggu (undisturbed
sample). Contoh tanah tersebut hams diuji di laboratorium
untuk mendapatkan sifat-sifat umum tanah dan sifat mekanis tanah (uji triaXial dan konsolidasi).
vii.Untuk bangunan gedung yang dilengkapi lantai basement,
dengan kedalaman melebihi 4 meter dari permukaan tanah,
hams digunakan struktur dinding penahan tanah.
viii.Metodologi perancangan struktur meliputi sekurang-kurangnya dan tidak terbatas pada deskripsi bangunan, penentuan standar/ peraturan perancangan, pemilihan sistem struktur, pemilihan kriteria perancangan (beban dan material), modeling dan analisis struktur serta desain komponen struktur.
ix. Luaran rancangan struktur terdliri dari laporan rancangan,
gambar desain, RKS dan RAE.
x. Hasil dari rancangan struktur tersebut disampaikan ke Tim TPLK melahii BP3U untuk dievaluasi kembali dan diputuskan persetujuan pelaksanaannya.
xi. Jika hasil rancangan struktur telah disetujui Tim TPLK, maka
konstruksi dilakukan oleh kontraktor yang berpengalaman dibidang struktur yang didahului dengan pembuatan gambar laksana keija (shopdrawing) dan pengujian pondasi. Pengujian
pondasi tiang hams dilaksanakan dengan metode statik dan atau PDA (Pile Dynamic Analysis) dengan jumlah tiang uji sekurang-
kurangnya 1% dari jumlah tiang pondasi. Sekurang-kurangnya 75% dari tiang uji hams dilaksanakan dengan metode statik.
xii.Pelaksanaan konstruksi harus diawasi oleh konsultan pengawas
yang berpengalaman dengan kualifikasi utarna (Kelas A).
r 1
JALUR PEJALAN KAKI
JALUR SEPEDA
ANGKUTAN UMUM MASSAL
ANGKUTAN KOTA
W TAKSI
HOV
SOV
Gambar 4.17: Hirarki Komponen Transportasi Aktif
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum, 2013
xiii.Hasil pelaksanaan konstruksi harus dituarigkan oleh kontraktor
dalam gambar terbangun (as-built drawing).
xiv.Untuk standar perencanaan lainnya yang belum disebutkan di
atas harus mengacu pada aturan perencanaan struktur yang
berlaku.
xv. Struktur bangunan baru harus dirancang sebagai struktur
bangunan tahan gempa berdasarkan standar dan peraturan
gempa terbaru yang berlaku di Indonesia
xvi.Perancangan struktur bangunan yang dilengkapi dengan alat
peredam gempa (seperti base isolation, viscoelastic damper, dli)
harus berdasarkan metode perancangan berbasis kinerja
(performance based design)
4.2.2 Sirkulasi dan Transportasi
Kampus UI Depok merupakan kampus yang manusiawi dan diharapkan
memiliki sistem transportasi yang mampu mendukung aktivitas warga UI
meiiputi dosen, mahasiswa, karyawan, warga sekitar serta pihak luar yang
berkepentingan untuk berpindah dan berinteraksi di dalam kampus.
Transportasi di Kampus Universitas Indonesia harus memberikan
dukungan kepada warga UI untuk dapat memilih mode transportasi yang
berkelanjutan mengarah pada peningkatan kualitas udara lokal,
kesehatan dan kemudahan mobilitas warga UI, selain mengurangi
kemacetan ialu lintas, kebutuhan parkir, biaya fasilitas, dan emisi gas
rumah kaca
Tujuan perencanaan transportasi berkelanjutan di dalam Kampus UI
adalah untuk:
Menyediakan akses yang aman dan mudah, balk di dalam kampus
ILI-, 1
maupun ke dan dari kampus untuk semua warga UI dan pengunjung.
(Accessible).
• Merencanakan dan mengoperasikan sistem transport untuk
meningkatkan kesehatan (fisik, mental, dan kesejahteraan sosial),
menjamin keamanan dan keselamatan warga UI dan masyarakat.
(Health and Safety)
• Mendorong dan memfasilitasi perubahan perilaku untuk beralih dan
mengemudi ke pilihan transportasi yang berkelanjutan. (Individual
Responsibility)
• Mengkoordinasikan perencanaan dengan Pemkot Depok dan
PemProv DKI Jakarta, guna mempertahankan karakter kawasan UI
dan mematuhi kebijakan penggunaan lahan. (Integrated Planning)
• Mendukung penggunaan kendaraan tidak bermotor dan transportasi
massal di dalam dan sekitar kampus UI, serta perjalanan ke dan dan
kampus (komuter). (Pollution Prevention)
• Mempertimbangkan biaya jangka panjang, masa layan, dan usulan
terbaik, membandingkan dan menilai kelayakan ekonomi, kesetaraan
dan lingkungan dari berbagai pilihan infrastruktur transportasi. (Cost
Accounting)
Penambahan jumlah mahasiswa dan peningkatan aktivitas warga kampus
menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan transportasi yang hams
disediakan, untuk itu diperlukan penentuan hirarki transportasi dalam
kampus UI yang terdiri dan:
Pejalan kaki
• Pengendara moda tidak bermotor (sepeda)
• Penumpang angkutan bus kampus
Gambar 4.18: Radius Pejalan Kaki Lh3 1
Pengendara kendaraan pribadi
Transportasi Aktif
Transportasi Aktif adalah suatu sistem yang berorientasi pada manusia,
seperti berjalan kaki, bersepeda, dan menggunakan moda angkutan
umum massal. Masyarakat didorong untuk memanfaatkan transportasi
publik dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dalam bepergian.
Transportasi Aktif merupakan salah satu solusi bagi berbagai efek negatif
yang ditimbulkan aldbat lalu lintas kendaraan berinotor. Dengan
menyedialcan fasiitas dan suasana yang baik bagi para. pelaku
Transportasi Aktif dapat menyelesaikan permasalahan, seperti
kemacetan, mengurangi tingkat polusi udara, meningkatkan keselamatan
berkendara, dan masih banyak pula keuntungan dan Transportasi Aktif,
seperti meningkatkan aktivitas fisik, karena berjalan kald merupakan
salah satu pilthan dalam menjalankan Transportasi Aktif.
Salah satu komponen utama dalam merancang jalur pejalan kaki adalah
jarak tempuh. Kawasan akademik di wilayah UI, Depok tidak Iebih dan
radius 2 km. Berdasarkan Congress for the New Urbanism (CNU) path
tahun 2001, untuk beijalan melintasi 400 meter, pada umumnya pejalan
kaki membutuhkan waktu rata-rata 10 menit, dan 800 meter dengan
waktu tempuh 20 menit. Referensi mi kemudian digunakan sebagai
radius jarak tempuh oleh pejalan kald di Kawasan Kampus UI, Depok.
Berikut mi merupakan spesifikasi umum bagi jalur pejalan kaki yang
baik.:
Harus ada trotoar, minimal di sisi jalan lingkar dalam
• Lebar trotoar minimal dapat mengakomodir 2 orang berjalan bersama
atau dianjurkan minimal 2 meter clan absolut minimal 1.5 meter
1 1
• Pejalan kaki selalu mencari jarak terpendek
• Aman, terang dan terpantau (CCTV)
• Tertutup dan terlindung dari panas maupun hujan
• Dilengkapi dengan fasiitas bersosial (social street), seperti gazebo,
bahkan dilengkapi dengan area komersial terbatas
• Nyaman bagi para difable
Hierarki Jalan
Pedestrian Street mi memiliki hierarki jalan. Terdapat 3 (tiga) hierarki
yang akan diterapkan pada Pedestrian Street mi.
• Hierarki 1
Merupakan Jalur Arteni dari jalur pejalan kaki. Jalur mi menghubungkan 4 (empat) lokasi bangkitan pejalan kaki terbesar di
wilayah Kampus UI, Depok, yaitu:
• Stasiun UI
• Stasiun Pondok Cina
o Vokasi (Kukusan Kelurahan)
o Kukusan Teknik;
yang kemudian berpusat pada Gedung Rektorat dan perpustakaan
Universitas Indonesia.
Jalur mi memiliki spesifikasi khusus sebagai berikut:
Lebar minimum 6 meter (tenmasuk jalan berpermukaan aspal yang
kemudian diubah menjadi paving block minimal di ujungnya).
CO
Cc CU -CZ Cj
ZC
c)
CO cc
Gambar 4.19: Hierarki Jalan
L51
• Memiliki rambu penunjuk yang menerus (terdapat pula waktu
tempuh ke lokasi tujuan terdekat)
• Bila peril dengan paving block atau karpet jalan berwarna (yang
juga dapat digunakan sebagai fasilitas penunjuk arah)
o Tertutup kanopi
• Terdapat kursi taman di beberapa tempat sepanjangjalan
• Memiliki penerangan yang memadai
• Keamanan teijaga (baik CCTV, maupun pos atau satpam yang
berpatroli)
• Landai, nyaman digunakan para difable ataupun pejalan kaki yang
lanjut usia
• Terdapat area komersial terbatas (i.e. street café)
Hierarki 2
Merupakan Jalur Sekunder dari jalur pejalan kaki. Jalur mi menghubungkan seluruh fakuitas di wilayah Kampus UI, Depok.
Dengan adanya jalur mi, diharapkan seluruh pergerakkan antar
fakuitas dapat dilakukan meialui transportasi aktif, baik
menggunakan bis (Bikuri) dan pada khususnya melalui berjaian kaki,
sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di
wiiayalh Kampus UI, Depok.
Jalur mi memiliki spesifikasi khusus sebagai berikut:
o Lebar minimum 3 meter
o Memiliki rambu penunjuk yang menerus (terdapat pula waktu
tempuh ke lokasi tujuan terdekat)
r
• Tertutup paving block berwarna (yang juga dapat digunakan
sebagai fasiitas penunjuk arah)
• Sebagai social street yang menampung aktifitas antar fakultas
• Terdapat gazebo tertutup atau minimal terhubungan dengan gazebo
tertutup untuk aktifitas mahasiswa
• Landai, nyankan digunakan para difable ataupun pejalan kaki yang
lanjut usia
• Hierarki3
Merupakan Jalur Tersier dari jalur pejalan kaki. Jalur mi berada di
tepi Jalur Lingkar Luar Kampus UI, Depok.
Fasiitas pejalan kald tetap disediakan di sepanjang Jalur Lingkar
Luar, namun diharapkan, warga dapat menggunakan moda
transportasi aktiflainnya (Bikun) untuk melanjutkan perjalanannya.
Jalur mi memilild spesifikasi khusus sebagai berikut:
• Lebar minimum 1,50 hingga 2 meter, dan
• Terdapat penerangan yang memadai (Penerangan Jalan Umum
diharapkan thpat menerangi jalur pejalan kaki di Hierarki 3)
Angkutan Massal
Bis kuning UI adalah komponen utama dari sistem transportasi
berkelanjutan karena menyediakan mobilitas massal dengan mengurangi
dampak gas rumah kaca. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
• Menyediakan moth bus kampus dengan frekwensi lebth tinggi dengan
sistem infonnasi kedatangan bis kuning yang lebth akurat
1
• Meningkatkan jumlah penumpang dengan memperluas partisipasi dan meningkatkan akses ke angkutan umum
• Bekerjasania dengan Pemerintah Kota Depok, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, dan PT KM Commuter untuk merencanakan peningkatkan frekwensi dan kehadalan sistem transit.
• Mengembangkan rencana untuk penainbahan bertahap tempat
pemberhentian Bikun UI, dan merubah menjadi halte bus bertenaga
surya
• Memperluas (memindahkan) halte bus stasiun UI, agar dapat menampung 3 bus untuk menunggu penumpang
• Meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif yang ramah
Iingkungan untuk Bikun UI.
• Meluncurkan program tap cash, yang memungkinkan semua pemegang ID UI untuk menggunakan angkutan umum.
• Meningkatkan komunikasi untuk membuat bis kuning UI menjadi pilihan transit bagi masyarakat UI.
• Mengembangkan pemanfaatan alat komunikasi individu untuk menginformasikan waktu dan pilihan angkutan (Bikun mania)
Kendaraan Pribadi
Pengurangan penggunaan kendaraan pribadi dapat mengurangi kebutuhan lahan parkir baru, dan meningkatkan kualitas lingkungan serta kesehatan warga UI. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
• Mengembangkan rencana strategi nol pertumbuhan area parkir.
Mengembangkan pemikiran kritis untuk menilai kebutuhan ruang
parkir pada penambahan gedung baru
r
o Penyediaan area parkir harus berdasarkan data survei transportasi
• Perencanaan dengan tujuan "ekuitas modal" (dukungan pendanaan
untuk transit, beijalan, bersepeda, sebesar biaya pembuatan jalan dan lahan parkir)
o Menggunakan analisis biaya manfaat dan sikius untuk membandingkan alternatif pembangunan jalan dan lahan parkir (termasuk investasi sepeda, pejalan kaki, dan infrastruktur
transit).
• Merubah geometri untuk mengurangi konflik lalu lintas dan
melakukan manajemen rekayasa lalu lintas kendaraan di kampus UI Depok.
• Memberlakukan sistem buka tutup
• Melakukan sistem satu arah
• Memanfaathan jalur sisi utara untuk memberikan jalan alternatif bagi
arus lalu lintas pelintas.
• Perbaikan permukaan jalan, termasuk pemasangan penerangan jalan, pemasangan rambu-rambu dan marka jalan yang memenuhi persyaratan teknis
• Pengaturan pagar dan akses masuk di setiap cluster yang direncanakan.
• Membangun area parkir kendaraan bermotor di luar "Zona
Akademik";
• Pembangunan Gedung Parkir terpusat bagi mahasiswa dan pengunjung di luar zona akademik sehingga tidak banyak kendaran yang masuk ke Zona Inti
• Memberikan area parkir khusus bagi tamu VIP, dosen dan peneliti,
1
serta difabel. pada setiap gedung di Zona Akademik dengan rambu
dan marka yang sesuai standar
• Perbaikan sistem drainasi jalan, agar tidak terjadi genangan air.
• Kebijakan lembaga untuk menjalankan prinsip berbagi biaya dengan
pengguna kendaraan pribadi
• Menyamakan tarif parkir lingkungan kampus dengan Pemda.
• Mengkomunikasikan informasi penting tentang transportasi kepada
masyarakat akademik UI.
• Analisis Biaya Manfaat dan Sikius basil dari parkir vs
infrastruktur transportasi yang berkelanjutan.
• Memberikan insentif untuk pengguna mode transportasi yang
kurang polusi
Agar rumusan kebijakan tersebut di atas terlaksana, maka UI perlu
membuat strategi untuk menangani transportasi di kawasan Kampus UI
Depok yang secara umum dapat diringkas sebagai berikut:
• Strategi Penanganan Jangka Pendek, yakni strategi yang harus
dilakukan segera, untuk mengatasi permasalahan;
• Strategi Penanganan Jangka Panjang, yakni strategi yang dapat
dilakukan berdasar prediksi serta asumsi masa kini untuk mengatasi
permasalahan mendatang
Rencana Jangka Pendek
Penn ditekankan pada pemecahan bersifat semi permanen mengacu pada
alternatif jangka panjang. Pemberdayaan sisi utara kampus yang dapat
dilakukan antara lain:
EO
Perbaikan jalur pedestrian
• Sosialisasi ketertiban lalu lintas di kampus:
• Perlu ada pengawas yang memberikan peringatan/sanksi bagi
pelanggar-pelanggar lalu lintas.
• Perlu sosialisasi melalui masing-masing fakultas terhadap dosen,
mahasiswa, dan pegawai mengenai aturan-aturan lalulintas dan
himbauan untuk mentaatinya.
• Menghijaukan jalan-jalan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda
dengan perindang dan lorong-lorong peneduh yang membuat
kemudahan akses ke tempat-tempat pemberhentian, his dan kantor
atau ruang-ruang kuliah serta praktikum.
• Perlu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Kepolisian
(SATLANTAS)
Rencana Jangka Panjang
Dajam menyusun program jangka panjang, penataan transportasi
kampus UI hams memegang konsep bahwa pengembangan sistem
transportasi kampus dilaksanakan secara komprehensif, sistematik, dan
berkesinambungan. Sistematik berarti semua unsur harus dicermati
keterkaitannya karena transportasi adalah "sistem terbuka," sedangkan
kampus UI adalah suatu area yang tertutup guna terjamin keamanannya.
Konsep-konsep di atas diharapkan dapat merealisasikan Transportasi
yang Berwawasan Kampus, yaitu transportasi yang dapat membangkitkan
iklim akademis yang sejuk, aman, dan nyaman selama masyarakat
akademik dan masyarakat melakukan kegiatan mobilitas spasial dari dan
ke kampus UI. Kawasan UI akan menjadi kawasan tersendiri, yang tidak
[ 51
terganggu oleh arus menerus dan aktivitas luar.
oot 4R
fe
:::'1 i
• F m , ' '44
iøc,d',.e 4
r444' aft
OR 0 I
4.4
A 0. It ot- ,ft1
ot
43 IF,
the op. A
/.. -
I
- T
.•;
•
- -
:1 k_ r-- ,
• i. .••• ,—.
:
Gambar 4.20: Peta Danau UT
0
4.3 Rencana Tata Kelola Air
Tujuan pengembangan sumber daya air di kawasan Kampus UI Depok
dirumuskan sebagai berikut:
• Memfungsikan lembah di kawasan Kampus UI Depok sebagai
sarana penampung air untuk mendukung upaya pemerintah dalam
penataan kembali fungsi situ-situ dan/atau danau-danau di wilayah
Botabek, guna memperbesar kapasitas resapan air tanah di daerah
sekitarnya, dengan cara membendung.
• Mengoptimalkan upaya pengelolaan sumberdaya air di dan sekitar
Kampus UI Depok, dengan cara mengaitkari sistem tata air
kawasan kampus dengan sistem tata air terpadu DAS Ciliwung-
Cisadane.
Adapun tujuan pemanfaatannya antara lain adalah sebagai:
• sarana resapan air tanah;
• sarana pengendali banjir;
• pendukung hutan kampus;
• sarana pendidikan dan riset;
• sarana olah-raga dan rekreasi warga di dan sekitar Kampus UI
Depok, serta
• komponen lansekap yang menambah keasrian lingkungan,
kesegaran suasana dan kesejukan udara di sekitarnya.
Pada Gambar 4.21 disajikan komponen-komponen sistem yang terkait
CO II I I II
ri IcI
CL E
I 0
(ø C 0
tea. 0 0.
- E 0
C
Cl)
J '---I
-
I 0
- El
dengan situ/danau di Kampus UI Depok. Sistem situ/danau di Kampus UI Depok mi dapat difungsikan sebagai Laboratoriuni Alam, yaitu suatu sarana kajian ilmiah, rekayasa fisik dan biologi, yang dapat menunjang penyelenggaraan kegiatan teaching through research dan juga service
through research, sesuai dengan kebijakan dalam pengembangan Universitas Indonesia sebagai Research University.
Tema riset yang mungkin untuk dilaksanakan oleh para periset UI dan berbagai Program Studi/Fakultas dengan memanfaatkan wahana laboratoniuin alam mi, yang dapat juga dimanfaatkan sebagai sarana penunjang pendidikan semuajalur dan strata, antara lain mencakup:
• sistem tata air kawasan kampus dan sekitarnya;
• pengelolaan sumber daya air di dan sekitar kawasan kampus;
• analisis dampak penianfaatan sumberdaya air di dan sekitar kawasan kampus terhadap kawasan hulu dan hilirnya;
• sistem operasi dari bangunan pemanfaat, pengatur dan pengendali air;
• penyehatan lingkungan kampus, mencakup sistem drainasi kampus, sistem pembuangan llmbah padat, cair maupun berbahaya;
• sistem transportasi ulang-alik dalam kampus sebagai alternatif dan sistem transportasi masal yang ada;
• kontribusi dari pembangkit listnilc mikro-hidro, tenaga surya dan tenaga angin terhadap kebutuhan listnik Kampus UI Depok;
• penataan bangunan, lansekap dan hutan kampus;
• jenis dan perilaku biologis tuinbuhan atau harna tumbuhan, pola pemeltharaan dan pengawasan termasuk sanitasi dan perekayasaan hutan;
5 85
C - - 0. c
. i
Tabel 4.1: Kategori Pembobotan GreenMetric
No. Category Points
1 Setting and Infrastructure (SI) 15% 2 Energy and Climate Change (EC) 21% 3 Waste (WS) 18% 4 Water MR) 10% 5 Transportation (TR) 18% 6 - Education (ED) 18%
TOTAL 100%
• kaitan hutan dengan sistem tata air; kontribusi hutan sebagai
penangkap dan sumber air tanah terhadap kualitas dan kuantitas
aliran yang dihasilkan;
potensi hutan sebagai penutup tanah untuk menahan erosi;
• sebagai habitat flora dan fauna, dapat dipelajari kaitan antar jenis
flora dan fauna hutan tertentu;
• disiplin ilmu terkait/penunjang lainnya seperti hidrologi, hidrolika,
mekanika tanah, geodesi, geologi, biologi, kimia lingkungan;
Hingga saat mi Master Plan 1984 telah direvisi dua kali, yaitu Revisi I
Master Plan 1997 dan Revisi II Master Plan 2008. Baik revisi I maupun
revisi II, dari aspek tata kelola air dan daerah tangkapan airnya tidak ada
perubahan berarti semenjak realiasi gagasan pengembangan sumber daya
air kampus UI Depok 1995 pada tahun 1995-1998, kecuali tambahan
berupa kolam dan kolam resapan di hilir (Utara) Danau Salam.
4.3.1UI dalam GreenMetric
15.8'o 17.2% Pada tahun 2010 UI telah meluncurkan "UI GreenMetric World
University Ranking" dalam bentuk survei daring (online) tentang kondisi
11.8% 11.6% dan kebijakan yang dimaksudkan untuk membangun kampus yang lebih
"hijau" dan berkelanjutan di berbagai universitas di seluruh dunia.
- LJ Pemeringkatan didasarkan pada kerangka konseptual mencakup
lingkungan, ekonomi dan kesetaraan. Kategori dan indikator
2010 2011 2012 2013 2014 pemeringkatan dimaksudkan agar relevan untuk berbagai pihak, dengan
sistem pembobotan yang sedapat mungkin diusahakan tidak bias. Selain Gambar 4.22: Perkembangan Posisi Peringkat UI itu diusahakan juga sistem pengumpulan dan pengunggahan data yang (Persen Terbaik) dalam UT GreenMetric
relatif sederhana dan tidak memakan waktu.
E4:
1800
1000jA
800
2100
1500 TotaiScore Energy & Climate Change
• Water •Education
37.5%
81
47.5
62.5%
10000
• Setting & Infrastructure • Waste • Transportation
64.2%
68.8%
Total Score • Setting and Ithastxucture Energy and ClimateChange • Waste
• Water U Transportation • Education
Gambar 4.23:. Capaian UI untuk Semua Kategori dalam UI GreenMetric Tahun 2014.
Terdapat enam kategori dalam pemeringkatan dengan bobot masing-
masing seperti yang disajikan pada Tabel 4.1,
Pada tahun pertama (2010), 95 universitas dari 35 negara telah merespon
sistem pemeringkatan mi, dan jumlah tersebut terus meningkat mencapai
360 universitas dari 62 negara pada tahun 2014. Meskipun peringkat UI
terlihat semakin menurun seiring dengan meningkatnya jumlah
universitas yang merespon, akan tetapi apabila ditinjau secara statistik,
posisi UI masih bertahan pada 10-20% terbaik.
Data selengkapnya disajikan pada Gambar 4.9 dan 4.10 yang diolah
berdasarkan data/informasi dari situs UI GreenMetric 6
Tahun 2010: 95 universitas dari 35 negara (peringkat UI: 15/95)
Tahun 2011: 178 universitas dari 42 negara (peringkat UI: 21/178)
Tahun 2012: 215 universitas dari 49 negara (peringkat UI: 25/215)
Tahun 2013: 301 universitas dari 61 negara (peringkat UI: 30/301)
Tahun 2014: 360 universitas dari 62 negara (peningkat UI: 62/360)
Memperhatikan peringkat UI pada tahun 2014, Tim Green.Metric UI telah
mengidentifikasi berbagai upaya peningkatan mencakup berbagai
rencana aksi yang sebagian terkait dengan upaya revitalisasi tata kelola
air dan daerah tangkapan air Kampus UI Depok, antara lain:
• Menambah area hutan kampus, tanaman dan resapan air.
• Pengaturan pengolahan limbah organik dan anorganik.
• Program konservasi air.
• Pemanfaatan kembali air hujan.
H
Audit 2016 Pre-Audit 2015 • Penggunaan peralatan hemat air.
Peningkatan penggunaan air PAM.
__: • Menambah jumlah mata kuliah, program studi, riset, dan acara m
2.
terkait lingkungan. 1 , - 5
• Perlunya unit yang khusus menangani masalah keberlanjutan. E —
-
. — —
0 5-
S
4.3.2 Tahapan Rencana Tindak Lanjut 2015-2020
H : -. .
3 - r Rencana tindak tahun 2015-2020 disajikan pada Figur 4.17 berikut mi, . . yang dibagi menjadi empat tahap:
S 2 > • Tahap I (tahun 2015): Pre-Audit kesehatan perairan dan daerah
tangkapan air (DTA) Kampus UI Depok. Luaran kegiatan mi adalah C C U a. a. kiasifikasi awal DTA.
u5 S
a. a. • Tahap II (tahun 2016): Audit kesehatan perairan dan daerah S
S tangkapan air Kampus UI Depok. Luaran kegiatan mi berupa:
S n ° Rencana Induk (Master Plan) Tata Kelola Air dan DTA Kampus UI
Depok.
Gambar 4.24:. Rencana Audit Kesehatan Perairan ° Rencana implementasi. dan DTA Kampus UI Depok (Tahun 2016).
o Rencana pelembagaan dan pembiayaan.
• Tahap III (tahun 2017-2019): Restorasi DTA Kampus UT Depok.
Luaran kegiatan berupa aset infrastruktur hijau di Kampus UI Depok
(restorasi DTA).
• Tahap W (tahun 2020 dan seterusnya): pemeliharaan aset
infrastruktur hijau yang telah terbangun pada tahun 2017-2019.
0
Hasil Implementasi Tahap I
Menurut Center for Watershed Protection, kondisi perairan (akuatik)
suatu daerah tangkapan air mencerminkan perlakuan pada daratannya
(terestrial), terutama persentase tutupan lahan kedap air yang terdapat
pada DTA.
Apabila luas DTA pada kisaran antara 800-i000 hektar, dan 6o% luasnya
berada di luar kampus dengan tutupan lahan kedap air diperkirakan
sebesar 90%, dan yang berada di dalam kampus tutupan lahan kedap air
ditaksir sebesar 10%, maka persentase tutupan lahan kedap air total pada
DTA berada pada kisaran 50-60%. Dengan demikian dapat diduga bahwa
kondisi kualitas perairan UI berkisar antara rusak dan rusak berat
(Gambar 4.16).
Gambar 4.25: Hubungan Persentase Tutupan Lahan dengan Kualitas Perairan.
Rencana Audit Kesehatan DTA UI Tahun 2016
Peluang Restorasi
Berikut mi beberapa lokasi yang berpeluang untuk direstorasi mengacu
pada rambu-rambu infrastruktur hijau
• Penambahan box tanaman dan taman bio retensi di sepanjang bahu
jalan
• Mengganti pant menjadi pant resapan
• Mengganti aspal dengan paving block lobs air
Potensi Pemanenan Air Hujan
Curah hujan di DTA Kampus UT Depok sangat potensial untuk
dimanfaatkan sebagai sumber air berbagai keperluan yang tidak
E7 1
'0
3 3 flu 3
3
0
flu U,
fla
C
flu
flu 3- fla
0
3
Gambar 4.26: Bak Penampungan Hujan Terpendam
Tabel 4.2:UI Peduli Lingkungan
m C 0 5F 0
0 0
-'- = 0
—1 0
rb
OQ 0 flaw
3
a 03 (-. 03
c3
=-
3 E 3
—. = .0 = 3 = g0,. 3 = = 0 C. - •. w - '—.0 " 5 5w
3 0M D 0. o..< — Cr. 3.<
CO (DE 3g03 0(D -o -. o. 3
, — 0 flaw ow ,c 0.5' 0 0 = 3-. on
00 Ia 0 = 900 w —.
3 0.-. ='D
fla w3 QflI 0
3 —. -, 5. ,, m
= —I 0 r -' cc 0 ( fla
T- --s- (D° 3' -.0 3. 3 < 0
3 a- C > c
D -•
I U- CL -
menuntut kualitas air minum, seperti misalnya: untuk menyiram
tanaman, menggelontor toilet, atau mencuci kendaraan.
Setiap atap bangunan gedung dapat digunakan sebagai pengumpul
limpasan hujan, untuk ditampung di dalam bak penampungan air hujan
terpendam (cistern). Perhitungan kapasitas bak penampung mi didasarkan pada neraca antara kebutuhan dan ketersediaan air.
Pelembagaan dan Pembiayaan
Tahap IV Rencana Induk (Master Plan) Tata Kelola Air dan DTA Kampus
UI Depok memerlukan upaya yang menjamin keberlanjutan
pemeliharaan aset infrastrukiur hijau yang sudah dibangun.
Dua faJrtor penting untuk menjamin keberlanjutan adalah pelembagaan
dan pembiayaan. Dengan adanya lembaga yang memiliki tanggungjawab
untuk menangani University Social Responsibility (USR), dengan tugas
mengkoordinasikan kegiatan UI Peduli Lingkungan, khususnya
mengkoordinasikan kegiatan mahasiswa baru terkait dengan penyuluhan
dan pendampingan bagi masyarakat yang berada di dalam DTA Kampus
UI Depok tentang pengelolaan air bersih dan air limbah.
Pada Tabel 4.2 berikut mi disajikan rincian lingkup IJSR baik untuk
pimpinan universitas dan fakultas maupun untuk mahasiswa dan dosen.
4.4 Rencana Sistem Daya Listrik
4.4.1 Rencana Sistem Kelistrikan
• Standar tegangan menengah (TM) di UI adalah 20 kV, mulai dan
gardu langganan PLN ke Gardu Distribusi yang ada di lingkungan
Kampus UI Depok.
E
• Standar tegangan Rendah (TR) adalah 220 Volt (1 fasa) dan 380 Volt
(3 fasa) mulai dari Gardu Distribusi hingga masing-masing Instalasi,
diantaranya Gedung perkuliahan, perkantoran, dli.
• Pengelolaan jaringan Tegangan Menengah beserta gardunya dilakukan
oleh suatu Divisi yang dibentuk oleh Rektorat UI, sedangkan
Pengelolaan jaringan Tegangan Rendah beserta panel dan beban yang
terhubung dikelola oleh masing-masing Fakultas, tetapi hams
berkoordinasi dengan Unit Kelistrikan
• Untuk Tahap awal masing-masing Gardu akan ditempatkan alat ukur
energi yang dapat dipantau oleh Unit Kelistrikan, dan selanjutnya
dikembangkan alat ukur energi yang dapat dipantau untuk setiap
instalasi yang terhubung dengan system jaringan kelistrikan di UI
• Penataan system jaringan kelistrikan di UI hams mengikuti kaidah
kaidah yang andal, aman dan ramah lingkungan
• Untuk meningkatkan keandalan, disiapkan penyulang-penyulang yang
menghubungkan dua buah gardu utama dan gardu hubungan, selain
sebagai penyalur ke beban juga sebagai penyulang cadangan.
• As-build drawing harus terarsip dengan baik dan dalam bentuk digital
4.4.2 Standarisasi dan Keselamatan Tenaga Listrik
• Mengingat instalasi kelistrikan yang ada di UI Depok sudah lebih dan
20 tahun perlu dilakukan restandarisasi instalasi lama secara
bertahap, dengan melakukan perbaikan, penggantian dli, sebelumnya
perlu dilakukan auditioleh konsultan ahli.
• Untuk menjamin keselamatan kelistrikan di UI Depok, maka setiap
instalasi harus mendapatkan pernyataan laik operasi yang
dikeluarkan oleh DPPF seteiah mendapatkan assesment berupa
Gambar 4.27: Peta Jaringan Listrik UI
E9 1
sertifikat dari lembaga yang mengeluarkan Sertifikat Laik Operasi
(SLO).
• Instalasi yang baru harus mengikuti standar instalasi listrik dan
keselamatan kelistrikan yang dikeluarkan oleh DPPF.
Incoming dan outgoing instalasi yang baru harus menyesuaikan master
plan kelistrikan yang dikeluarkan oleh DPPF
4.4.3 Rencana Pengembangan dan Pemanfaatan Energi
Peningkatan jumlah mahasiswa yang diikuti dengan penambahan
bangunan gedung dan fasilitas lainnya akan meningkatkan penggunaan
energi yang direpresentasikan dalam penambahan kebutuhan tenaga
listrik.
Universitas Indonesia perlu mengembangkan sistem penyediaan energi
yang memanfaatkan energi terbarukan. Salah satu upaya tersebut telah
dimulai dengan memasang sistem solar cell/photo voltaic langsung tanpa
menggunakan baterai pada gedung IFC.
Tersedianya jalur pipa gas bumi di sekitar kampus UI memungkinkan
pemasangan instalasi pembangkit listrik tenaga mini gas kapasitas 2 x 6
MW yang terintegrasi dengan sistem kogenerasi untuk pemenuhan
beban listrik pada beban-beban puncak, penerangan jalan umum dan
juga sebagai salah satu fasilitas pendidikan. Selain itu, air hangat yang
dihasilkan dapat digunakan untuk kebutuhan rumah sakit dan sistem tata
udara bangunan gedung dengan sistem absorpsi.
Ketersediaan jalur pipa gas dapat dimanfaatkan juga untuk pembangunan
Stasiun Penyediaan Bahan Bakar Gas bagi masyarakat umum.
• Dalam rangka kontribusi UI terhadap perkembangan energi
terbarukan, maka UI akan mengembangkan pembangkit listrik
r 1
terbarukan skala kecil sebagai pembelajaran dan sekaligus
laboratorium alam. Pembangkit listrik tersebut dapat berupa
pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin,
pembangkit listrik Tenaga Mikro Hidro, Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah, dli.
• Untuk menjaga keandalan kelistrikan di Kampus UI Depok dan juga
sebagai pembelajaran UI akan membangun juga Pembangkit Listrik
Tenaga Mesin Gas.
• Setiap Gedung barn diaralikan mempunyai pembangkit terbarukan
paling tidak sebesar 5% dari kebutuhan llstniknya.
4.4.4 Efisiensi Energi
Kecenderungan tarif energi yang semakin meningkat mengharuskan
penerapan program energi efisiensi di semua fasiitas. lJntuk itu,
pemasangan sistem monitoring pemakaian energi menjadi keharusan
bagi semua pengelola bangunan gedung. Dengan perangkat monitoring
energi mi dapat diketahui penggunaan energi suatu bangunan apakah
melebthi quota dan bangunan yang penggunaan energinya efisien. Sistem
monitor direncanakan berbasis web sehingga dapat dilihat secara
langsung oleh pengelola dan pengguna.
Mesin tata udara path bangunan gedung mengkonsumsi energi listrik
terbesar. Selain itu, penggunaan refrigeran konvensional akan menyebabkan pemanasan global dan penipisan lapisan ozon. Oleh
karenanya, pemasangan mesin tata udara untuk setiap bangunan gedung
disarankan menggunakan refrigeran alternatif yang raniah lingkungan.
Untuk gedung-gedung yang akan dibangun, penlu menerapkan kaidah-
kaidah efisiensi energi yang terkait dengan sistem mekanikal dan
1
elektrikal sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
• Seluruh instalasi energi listrik yang ada di UI Depok, hams
menj alankan langkah-langkah penghematan
• Pengembangan sistem monitoring energi, dalam rangka penghematan
energi, dikembangkan untuk seluruh instalasi listrik bangunan dan
instalasi listrik lainnya yang ada di UI Depok.
• Penggantian kabel TM 20 Ky yang sudah dianggap tidak memenuhi
keandalan sistem akan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
master plan kelistrikan UI Depok.
• Audit energi dan implementasinya hams dilakukan oleh setiap
pengelola gedung
• Peralatan yang hemat energi hams diterapkan secara bertahap di
lingkungan Kampus UI
• Perlu dibentuk tim komite energi yang diketuai oleh manajer energi
yang bertugas untuk melakukan monitoring, benchmarking, audit,
analisis clan eksekusi penghematan energi
• Pembangunan gedung akan diarahkan pada integrated building
management sistem atau gedung cerdas.
4.4.5 Audit Energi
Pelaksanaan audit energi pada bangunan gedung eksisting yang
mencakup sistem mekanikal, elektrikal dan plumbing menjadi suatu
kebutuhan yang mendesalk. Sehingga basil audit energi dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui besarnya konsumsi energi dan potensi
penghematan energi yang dilakukan secara keseluruhan Gambar 4.28: Solar Cell di atap Gedung IFC
2]
4.4.6 SDM Kelistrikan
• Seluruh Instalasi Energi Listrik yang ada di UI Depok harus dikelola
oleh SDM yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya
• Setiap SDM yang ada, diberikan kesempatan untuk mengambil
sertifikat kompetensi dibidang kelistrikan pada lembaga yang mengeluarkan sertifikat kompetensi.
• Perencana, kontraktor dan pelaku pembangunan lain, yang
mengerjakan pekerjaan kelistrilcan di lingkungan UI harus dapat menunjukkan surat atau sertifikat kompetensi sesuai bidangnya.
4.5 Sistem Jaringan Telekomunikasi
Mengukur penggunaan peralatan komunikasi per unit, didasarkan path
jumlah mahasiswa dan kegiatannya. Menentukan faktor pembeda flap unit, kemudian menentukan quota masing-masing secara bijaksana dan kesepakatan bersama, kemudian selanjutnya bila melebihi quota yang telah disepakati bersama itu, wajib membayar sendiri sisanya.
4.5.1 Jaringan Telepon dan Telepon Genggam
• UI perlu melakukan pendataan dan penataan jaringan dan nomor telepon di lingkungan kampus UT yang disesuaikan dengan kebutuhan. Setiap dosen dan pegawai harus mempunyai akses untuk dapat berkomunikasi melalui telepon.
• Perlu dikembangkan repeater untuk daerah-daerah yang blank spot
untuk pengguna handphone.
• Disiapkan fasilitas untuk pengisian baterai handphone
LI
4.5.2 Penyebaran Informasi
Jaringan nirkabel untuk penyebaran informasi secara internal maupun dengan pihak eksternal dapat dilakukan melalui short message service (SMS) dengan memanfaatkan fitur telepon seluler, dapat dilakukan secara melembaga. Pengembangkan Modul SMS Gateway sebagai
jaringan komunikasi nirkabel perlu dilakukan. Modul SMS Gateway
adalah software aplikasi untuk mengirimkan SMS secara massal yang
dapat kembangkan agar dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa dan
pemangku kepentingan lainnya cepat menerima informasi dari UI yang bersifat segera. Informasi tersebut misalnya: pengumuman informasi yang penting, undangan rapat, perubahan jadwal ujian atau rapat, undangan seminar, dan lain-lain. SMS Gateway juga dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk mengakses nilai UTS maupun UAS melalui SMS
(Short Message Service) dengan mengirim kode mata kuliah tertentu ke server SMS gateway, dan mahasiswa mendapat reply berupa SMS nilai
ujian masing-masing mata kuliah. Nomer SMS Call Center dapat menggunakan provider seluler yang ada.
4.6 Sistem Pembuangan Sampah
Sampah merupakan permasalahan lama yang kerap timbul dalam kehidupan sehari-hari. Kampus sebagai suatu Lembaga/ Institusi yang
fungsi utamanya menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat, tentunya dalam semua kegiatannya tidak terlepas dari penggunaan kertas yang cukup banyak bahkan cenderung sangat boros. Selain kentas, kampus juga turut
menghasilkan limbah atau sampah baik itu limbah organik maupun non
organik yang berasal dad laboratonium dan kantin-kantin yang
I 1
menghasilkan sisa makanan atau minuman. Hal mi akan berdampak pada meningkatnya volume limbah atau sampah.
Peningkatan produksi limbah/ sampah mi sangat memicu teijadinya perubahan ildim dan diperidrakan akan semakin hebat jika tidak ada upaya untuk menguranginya. Dua senyawa kimia terbesar yang
berkontribusi terjadinya pemanasan global adalah gas karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Kedua senyawa tersebut sebagian besar
dihasilkan dari sampah. Oleh sebab itu, di dalam llngkungan kampus
perlu pengelolaan sampah yang tepat dan bijak dengan menerapkan konsep 4 R (Reduce, Recycle, Reuse dan Repair atau Recovery).
Universitas Indonesia telah memiliki kebijakan tentang pengelolaan sampah dan limbah cli kampus yaitu dengan adanya Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor: 13o5/SK/R/UI/2011 tentang kebijakan pengelolaan sampali dan limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) di kampus Universitas Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 20 Juni 2011.
• Terwujudnya pengelolaan sampah dan limbah yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun (B3) cli lingkungan Universitas Indonesia;
• Mengembangkan Tridharma perguruan tinggi yaitu pendiclikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang terkait dengan
persampahan dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di lingkungan Universitas Indonesia;
• Mendorong pembentukan sistem pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (113) yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan di Lingkungan Universitas Indonesia;
• Mendorong upava-upava pendaur-ulangan sampah dan limbah bahan berbahava dan heracun;
E
Melakukan sosialisasi kebersihan di lingkungan Universitas Indonesia.
Sampai saat mi UI baru sebagian melakukan pengolahan sampah dan
masih sebagian besar membuang sampah ke TPA Cipayung setiap han.
Tanpa adanya pengelolaan sampah yang baik, volume sampah di UI yang
cenderung bertambah seiring dengan meningkatnya aktivitas dan jumlah
warga akan mengakibatkan peningkatan tumpukan sampah di TPA Cipayung yang dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan
lingkungan dan masyarakat. Tong sampah dan kontainer warna-warni
untuk membedakan jenis sampahnya untuk menampung sampah dan
ruang kerja, selasar dan hálaman yang terletak di halaman, sudah banyak diterapkan di fakultas-fakultas. Hasil pengamatan menunjukan bahwa fakultas-fakultas yang terdapat di Kampus UI Depok menggunakan sistem kumpul-angkut-buang dan rata-rata volume sampah yang dihasilkan oleh fakultas perhari adalah 14,5 m 3. Rata-rata volume sampah UI Depok yang dibuang ke TPA Cipayung dalam seminggu adalah 90 m 3 .
Kampus UI Depok belum sepenuhnya melakukan pengolahan sampah
dan mereduksi volume sampah dengan menggunakan metode komposting dan bank sampah.
Model pengelolaan sampah yang sudah banyak dijalankan yaitu dengan melakukan pemilaban terhadap sampah menurut sumbernya.Juga dapat dilakukan dengan melakukan pembuangan di depo sampah. Selayaknya pengelolaan sampah yang dilakukan secara terpadu yang melibatkan peran aktif dari seluruh stakeholder di seluruh fakultas.
Kegiatan pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan pemilahan sampah menjadi empat macam yakni sampah organik; sampah plastik, kaca, dan logam; sampah kentas; dan sampah lain-lain. Kemudian
pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan di semua titik tempat sampah fakultas dalam keadaan sudah terpilah. Selanjutnya
F(I
sampah yang sudah terkumpul diangkut menuju tempat sampah besar
yang kemudian akan dibawa ke depo.
Untuk sampah organik dapat dibuat kompos. Sedangkan untuk sampah
plastik, gelas, logam, dan kertas UI dapat bekerjasama dengan pemulung
untuk dibawa ke tempat daur ulang atau bank sampah. Kelebihan sampah
organik berupa biomass yang tidak sempat diproses menjadi kompos,
seanjutnya dapat diproses untuk diubah menjadi energi melalui proses
gasifikasi.
Dengan melakukan pengelolaan sampah sendiri di dalam kampus
nantinya UI tidak lagi membuang sampah ke luar kampus. Dengan
demikian mengurangi beban yang ditanggung oleh TPA di wilayah Depok
yang semakin lama tidak akan mampu lagi menampung berton-ton
sampali yang dihasilkan masyarakat Depok. Harapannya kedepan UI bisa
menjadi contoh dalam pengelolaan sampah dan menjadi area zero waste.
4.7 Rencana Sistem Informasi Jaringan
Kampus Universitas Indonesia telah memiliki jaringan backbone serat
optik untuk system informasi. Infrastruktur mi membentuk jaringan
komputer lokal dalam cakupan kampus UI secara keseluruhan. Simpul-
simpul akses di semua fakultas, pasca sarjana, kantor pusat,
perpustakaan terhubung ke pusat jaringan di Pusat Pelayanan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dengan jalur ethernet Gigabit.
Layanan Intranet dasar (e-mail dan Web Hosting) disedikan secara
bertahap sesuai kebutuhan termasuk memondokkan program-program
aplikasi sistem informasi manajemen universitas. Jaringan kampus UI
dipersiapkan untuk dapat mendukung komunikasi suara dan gambar
sehingga dimungkinkan melakukan video conference antar unit kerja di
lingkungan kampus.
[
67 1
Kapasitas koneksi internet secara bertahap ditambah untuk mencapai rasio 1 kbps : 1 mahasiswa. Tahapan penambahan kapasitas saluran Internet dilakukan dengan strategi peningkatan seiring dengan perkembangan jumlah PC yang terhubung ke jaringan kampus. Berdasar studi kualitas akses Internet berbagai ISP dan Waning Internet, diperoleh rasio optimal 15 PC per 64kbps.
Network Operating Center Untuk mengelola dan memelihara koneksi
internet dan intranet jaringan kanipus UI, telah dipasang core switch
dengan kapasitas back plane 256 Gbps. Di masing-masing cluster telah dipasang distribution switch dengan backplane 32 bps dan access switch
fast ethernet dengan backplane 2 Bbps di masing-masing unit kerja.
Dengan memperhatikan kondisi tersebut, UI memutuskan untuk menggunalcan kabel serat optik untuk pengembangan tulang punggung jaringan kainpus.
4.7.1 Teknologi Informasi
• Peningkatan bandwidth di lingkungan Kampus UI, disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan
• Dalam rangka menuju kanipus cerdas berbasis ICT maka disiapkan
infrastruktur, baik pengembangan jaringan fiber optic, maupun pengembangan pendukung smart grid, dan integrated building
management system
• UI memiliki jaringan internet dan intranet yang dapat saling menghubungkan antar komputer. Jaringan komputer yang terhubung
ke masing-masing unit satuan kerja (USK) di tiap gedung menggunakan fasilitas Local Area Network (LAN) yang terhubung dengan fiber-optic. Sedangkan untuk jaringan internet, disediakan
[ 1
fasilitas hot spot (wi-fl) dengan kapasitas bandwidth yang
disesuaikan dengan kebutuhan.
• Kapasitas bandwidth masih perlu ditambah untuk memenuhi
kebutuhan pengguna internet yang makin meningkat di lingkungan
kampus, terutama dosen dan mahasiswa. Setiap ruang kelas dan
ruang kerja dosen dilengkapi dengan Personal Computer (PC) untuk
mendukung proses pembelajaran dan bimbingan yang terhubung
dengan jaringan wifi atau kabel UTP. Seluruh laboratorium juga
dilengkapi komputer yang terhubung dengan jaringan internet,
sehingga memudahkan kegiatan praktikum mahasiswa yang
memerlukan akses internet. Meskipun demikian, personal computer
pada setiap ruang tersebut perlu diperbarui atau diganti secara
berkala mengikuti perkembangan teknologi. Untuk mendukung
proses pembelajaran, UI menyediakan akses wifi terbuka (hotspot)
yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa pada setiap sudut kampus.
Akses hotspot diamankan dengan otentifikasi kode keamanan
jaringan.
4.7.2 Sistem Informasi dan Fasiitas
Untuk kegiatan administrasi akademik, administrasi keuangan, dan
administrasi kepegawaian, mencakup fasilitas: (i) komputer yang
terhubung dengan jaringan internet; (2) manajemen basis data yang
memadai; dan () kecepatan akses terhadap data/informasi yang relevan.
Komputer untuk mendukung kegiatan administrasi yang terhubung
dengan jaringan luas/internet terdiri dari komputer server dan client.
Jumlah komputer server disesuaikan dengan kebutuhan, dengan fungsi
antara lain: Server Sistem Informasi Manajemen, Server Website, dan
Server Manajemen File, dan Backup Server. Seluruh server tersebut
terhubung ke jaringan intranet (local area network) kampus, dan
0
sebagian terhubung ke jaringan internet sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan komputer client meliputi komputer Iayanan administrasi
program studi, layanan administrasi per- pustakaan, administrasi umum,
kemahasiswaan, dan administrasi unit satuan kerja lainya
4.7.3 Sistem Informasi dan Pengelolaan Aset
• Sistem informasi pengelolaan aset (sarana dan prasarana) berbasis
teknoogi informasi dengan jaringan luas perlu dikembangkan.
Pengelolaan aset berbasis teknologi informasi tersebut perlu dibangun
agar pengelolaan prasarana dan sarana yang dimiliki oleh UI dapat
dilakukan secara transparan, menghasilkan informasi aset secara
akurat, dan memenuhi informasi aset dengan cepat.
• Sistem informasi aset dengan jaringan luas mempermudah UI dalam
proses perencanaan serta pengendalian parasarana dan sarana.
Sistem informasi aset UI harus mampu memberikan informasi
tentang jenis aset (sarana dan prasarana), mutasi aset (perolehan,
penghentian, penghapusan, atau penjualan), serta lokasi penempatan
asset dli. yang terkait.
4.8 Rencana Kesehatan Keselamatan Kerja
Lingkungan (K3L)
Aspek K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan) merupakan
hak asasi manusia. Universitas Indonesia berkomitmen
mengimplementasikan K3L dalam setiap aktivitasnya bagi seluruh
masyarakat akademik UI, tenaga kependidikan, kontraktor dan
pengunjung yang berada di kampus UI. Unit Pelaksana Teknis (UPT) K3L
merupakan unit yang diberikan tugas dan wewenang untuk menjamin
7°
implementasi K3L di kampus UI.
Master plan K3L UI disusun untuk memberikan arah bagaimana
implementasi K3L di UI dijalankan, dengan visi untuk menjadikan UI
sebagai kampus yang selamat, sehat, asri serta nyaman dan ramah
lingkungan. Misi utama adalah melindungi jiwa, mencegah cidera, dan
proteksi terhadap lingkungan, melalui pembangunan budaya K3L.
Tujuan jangka panjangnya adalah seluruh masyarakat akademik UI
memiliki pemahaman dan peduli terhadap K3L, menjadi budaya dan
norma sehingga di tempat kerja masingmasing dapat menerapkannya.
Tahun pertama dan kedua difokuskan pada penguatan internal IJPT K3L
dan UI, antara lain penguatan sumber daya manusia, infrastruktur dan
teknologi; penyusunan kebijakan, pedoman, prosedur operasional baku
dan standarisasi, yang dilanjutkan dengan sertifikasi K3L; untuk
menjamin implementasinya pendekatan sistem manajemen K3L
dilakukan dan pelibatan pimpinan puncak UI serta pimpinan fakultas
serta memasukkan aspek K3L kedalam penilaian kinerja pimpinan
fakultas.
Kesuksesan implementasi K3L ditentukan sebagian besar pada komitmen
dari manajemen puncak serta didukung oleh implementasi pada setiap
level dan menjadi bagian dari kebijakan dan budaya karyawan.
Tahun ke tiga hingga tahun keempat menjadikan K3L sebagai budaya,
norma dan nilai-nilai dalam kegiatan di kampus UI, serta didukung
dengan pendekatan infrastruktur modern dan teknologi seperti online
training, online pelaporan keadaan darurat, online inspeksi, online
pelaporan insiden, serta sistem monitoring K3L modern yang terintegrasi
antara lain deteksi dini kebakaran yang terintegrasi pada pusat komando
insiden (Incident Command System); serta menjadikan UI organisasi
yang unggul dan bersaing secara global melalui penerapan K3L serta
E
Gambar 4.29: Tangga Kebakaran
Universitas yang tangguh terhadap bencana.
4.8.1 Keselamatan Kebakaran
Mengacu pada peristiwa kebakaran pada beberapa gedung yang
diakibatkan oleh arus hubung singkat dan belajar dari pengalaman
teijadinya musim panas berkepanjangan yang mengakibatkan kebakaran
hutan, maka sudah saatnya UI merencanakan dan membangun sistem
proteksi dan penanggulangari kebakaran secara terpadu. Mobil pemadam
kebakaran, perangkat pendukung termasuk petugas pemadam yang
berkompeten sudah menjadi kebutuhan yang mendesak dan perlu segera
diimplementasikan. Manajeman operasionalnya dapat dilaksanakan
bekeijasama dengan Pemda DKI.
4.8.2 Perlindungan Kebakaran
Perlu peningkatan sistem keselamatan dan proteksi kebakaran pada
bangunan gedung di Kampus UI. Peningkatan keselamatan dan proteksi
kebakaran pada bangunan tersebut berupa:
• sarana penyelamatan jiwa, penyediaan tanda dan jalur evakuasi
dalam bangunan gedung yang tidak terhalang dan terjaga kondisinya,
sehingga dalam keadaan darurat evakuasi menuju tempat berhimpun
(assembly point) dapat dilakukan dengan selamat dan tanpa
hambatan. Tersedia dan berfungsinya alat komunikasi internal di
dalam bangunan
• proteksi pasif, rancangan fisik, material dan isi bangunan, beban
apinya dapat dijaga serendah mungkin. Prasarana penanggulangan
bahaya kebakaran, termasuk struktur bangunan, kompartemenisasi
yang tahan api.
• proteksi aktif, sistem deteksi dan alarm kebakaran, APAR, hidran,
sprinkler, pengendalian asap, akses mobil pemadam kebakaran yang
cukup.
manajemen keselamatan gedung terhadap bahaya api
4.8.3 Evakuasi Kebakaran
Bangunan gedung balk yang baru akan dibangun dan sudah terbangun di
kampus Depok UI tangga darurat atau tangga kebakaran. Dalam Dgan keminngan
Peraturan Menteri Pekerjaan lJmum Nomor: 26/PRT/M/2008, tangga anak tangga ke depan
0-
Kedalaman anaK tangga
A TlngglanaktanggaA+B
kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan Horisontal
bila terjadi kebakaran.
Dalam perencanaan tangga darurat/tangga kebakaran ada beberapa
kriteria yang disyaratkan untuk digunalcan dalam perancangan bahwa
semua tangga darurat, terutama pada bangunan tinggi hams aman dan
terlindung dari api dan gas panas yang beracun.
Pada SNI 03-1746-2000 butir 5.2 kriteria tangga darurat, antara lain:
Konstruksi
-r Dengan keñngan A ngglanaktangga=A+ B
anak tangga ke belakang
Horisontal
B Semua tangga yang digunakan sebagai sarana jalan ke luar sesuai
persyaratan, harus dari konstruksi tetap yang permanen. Pengukuran anak tangga Kedalaman anak tangga -
Setiap tangga, panggung (platform) dan bordes tangga dalam Lengkungan atau 71 Turn yang
bangunan yang dipersyaratkan dalam standar mi untuk konstruksi dapat mengurangi sini kemiringan di stabil ada di
kedalaman anak
kelas A atau kelas B hams dari baktan yang tidak mudah terbakar. thna.
2OdajM
• Bordes Tangga
Tangga dan bordes antar tangga harus sama lebar dengan tanpa
pengurangan lebar sepanjang arah lintasan jalan ke luar. Dalam Gambar 4.30: Permukaan Anak Tangga
bangunan baru, setiap bordes tangga harus mempunyai dimensi yang
F3
Lantai karpet
Kedalaman anak tangga
kaan n yang tabll
Gambar 4.31: Permukaan Anak Tangga
diukur dalam arah lintasan sama dengan lebar tangga.
Pengecualian: Bordes tangga harus diijinkan untuk tidak lebih dan
120 cm (4 ft) dalam arah lintasan, asalkan tangga mempunyai jalan
lurus.
Perniukaan Anak Tangga dan Bordes Tangga
Anak tangga dan hordes tangga harus padat, tahanan gelincirnya
seragam, dan bebas dari tonjolan atau bibir yang dapat menyebabkan
pengguna tangga jatuh. Jika tidak tegak (vertikal), ketinggian anak
tangga hams diijinkan dengan kemiringan di bawah anak tangga pada
sudut tidak lebih dari 30 derajat dari vertikal, bagaimanapun, tonjolan
yang diijinkan dari pingulan harus tidak lebih dari 4 cm (11/2 mci).
Kemiringan anak tangga harus tidak lebih dari 2 cm per m (1/4 mci per
ft) (kemiringan 1 48).
Ketinggian anak tangga harus diukur sebagai jarak vertikal antar
pingulan anak tangga.
Kedalaman anak tangga harus diukur horisontal antara bidang
vertikal dari tonjolan terdepan dari anak tangga yang bersebelahan
dan pada sudut yang betul terhadap ujung terdepan anak tangga,
tetapi tidak termasuk permukaan anak tangga yang dimiringkan atau
dibulatkan terhadap kemiringan lebih dari 20 derajat (kemiringan i:
2,75)
Pada pingulan anak tangga, pemiringan atau pembulatan hams tidak
lebih dari 1,3 cm (1/2 mci) dalam dimensi horisontal
Hams tidak ada variasi lebih dari 1 cm (3/16 mci) di dalam kedalaman
anak tangga yang bersebelahan atau di dalam ketinggian dari tinggi
anak tangga yang bersebelahan, dan toleransi antara tinggi terbesar
dan terkecil atau antara anak tangga terbesar dan terkecil harus tidak
lebih dari 1 cm (3/8 mci) dalam sederetan anak tangga.
1
Bangunan dengan jalan ke luar yang dipersyaratkan kurang atau sarna dengan 150 cm
Pengecualian: Apabila anak tangga terbawah yang berhubungan Rel
dengan keiniringan jalan umum, jalur pejalan kaki, jalur lalu lintas, tang
mempunyai tingkat ditentukan dan melayani suatu bordes, perbedaan ketinggian anak tangga terbawah tidak boleh lebih dari 7,6 cm (3 mci) dalam setiap 91 cm (3 ft) lebarjalur tangga harus diijinkan.
Pagar Penganian dan Rel Pegangan Tangan
Sarana jalan ke luar yang lebih dari 75 cm (30 mci) diatas lantai atau di bawah tanáh hams dilengkapi dengan pagar pengaxnan untuk mencegah jatuh dari sisi yang terbuka.
an
lDiarsggap jalur I Danggap jalur
lintasan biasa lintasan biasa
Tangga dan ram hams mempunyai rel pegangan tangan pada kedua sisinya. Di dalam penambahan, rel pegangan tangan harus disediakan
Rdp di dalam jarak 75 cm (30 mci) dari semua bagian lebar jalan ke mar bma
yang dipersyaratkan oleh tangga. Lebar jalan ke luar yang dipersyaratkan hams sepanjang jalur dasar dari lintasan.
Pengecualian 1: Pada tangga yang sudah ada, pegangan tangga harus disediakan di dalam jarak 110 cm ( 44 mci ) dari semua bagian lebar jalan ke luar yang disyanatkan oleh tangga.
Bangunan dengan jalan ke luar yang dipersyaratkan kurang atau sama dengan 160 cm
an
Pengecualian 2: Jika bagian dari batu penahan pinggiran trotoir memisahkan sisi pejalan kaki dari jalan kendaraan, sebuah langkah tunggal atau sebuah ram tidak harus disyaratkan untuk mempunyai rel pegangan tangan.
Rd
Pengecualian 3: Tangga yang sudah ada, ram yang sudah ada, tangga tang
di dalam unit rumah tinggal dan di dalam wismar tamu, dan ram di dalam unit rumah tinggal dan di dalam wisma tamu, hams mempunyai sebuah rel pegangan tangan tidak kurang pada satu sisi
Pagar pengaman dan rel pegangan tangan yang disyaratkan harus
menerus sepanjang tangga. Pada belokan tangga, rel pegangan tangan
bagian dalam harus menenus antara deretan tangga pada bordes
76 cm 75 cm
Dian" plur Iinbsan biasa
Bangunan dengan jalan ke luar yang drpersyaratkan lebih besar dan 150 cm
76 cm 75cm 75 CM /bcnat
nanggup jalur lintasan biasa
ngan
Gambar 4.32: Rel Pegangan Tangan
L: 1
Min. 3Ocm.
dengan 96 cm
- Mm. I. cnt
- Mm 28cm
su kedalaman aL
Maks. 18cr
- tangga Wa ada pagar pengaman atau dlnding
Ketlngglan (tangga
Min. 4cni
ft
lurus)
mi dibelokkan
II
tangga. Pengecualian: Pada tangga yang sudah ada, rel pegangan
tangan hams tidak dipersyaratkan menerus antara deretan tangga
pada bordes.
Rancangan dan pagar pelindung dan rel pegangan tangan dan
perangkat keras untuk memasangkan rel pegangan tangan ke pagar
pelindung, balustrade atau dinding-dinding hams sedemikian
sehingga tidak ada tonjolan yang mungkin menyangkut pakaian.
Bukaan pagar pelindung hams dirancang untuk mencegah pakaian
yang menyangkut menjadi terjepit pada bukaan seperti itu.
Rel pegangan tangan pada tangga hams paling sedikit 86 cm (34 mci)
dan tidak lebih dan 96 cm (38 mci) di atas permukaan anak tangga,
diukur vertikal dan atas rel sampai ke ujung anak tangga.
Pengecualian 1: Ketinggian dan rel pegangan tangan yang diperlukan
yang membentuk bagian dan pagar pelindung harus diijinkan tidak
lebih dan 107 cm (42 mci) diukur vertikal ke bagian atas rel dan ujung
anak tangga. Pengecualian 2: Rel pegangan tangan yang sudah ada
hams paling sedikit 76 cm (30 mci) dan tidak lebih dan 96 cm (38
mci) di atas permukaan atas anak tangga, diukur vertikal ke bagian
atas rel dan ujung anak tangga. Pengecualian 3: Rel pegangan tangan
tambahan yang lebih rendah atau lebih tinggi dan pada rel pegangan
tangan utama hams diijinkan.
Rel pegangan tangan yang baru hams menyediakan suatu jarak bebas
paling sedikit 3,8 cm (11/2 mci) antara rel pegangan tangan dan
dinding pada mana rel itu dipasangkan.
Rel pegangan tangan yang baru harus memiliki luas penampang
lingkaran dengan diameter luar paling sedikit 3,2 cm (11/4 mci) dan tidak lebih dan 5 cm (2 mci). Rel pegangan tangan yang baru hams
dengan mudah dipegang terus menerus sepanjang selunuh
liii dlbelokkan
satu Keaalaman anaK tangga bIa ada pagar pengaman atau dinding
Denah tangga turun
Gambar 4.32: Rel Pegangan Tangan
Fol
Proteksi tidak dlsyaratkan.
nin diIim
Proteksi dlsyaratkan. tldak disyaratkan.
Gambar 4.33: Proteksi Tangga Kebakaran
panjangnya. Pengecualian i: Setiap bentuk lain dengan sam dimensi
keliling paling sedikit 10 cm (4 mci) tetapi tidak lebih dari 16 cm (61/4
mci), dan dengan dimensi penampang terbesar tidak lebih dari 5,7 cm
(21/4 mci) harus diijinkan, asalkan ujungnya dibulatkan sampai sam
jarak radius minimum 0,3 cm (1/8 ii). Pengecualian 2: Pengikat rel
pegangan tangan atau balustrade dipasang ke bagian bawah
permukaan dari rel pegangan tangan, yang mana tonjolan
horisontalnya tidak melewati sisi sisi dari rel pegangan tangan dalam
jarak 2,5 cm (i mci) dari bagian bawah rel pegangan tangan dan yang
memiliki ujung dengan radius minimum 0,3 cm (1/8 mci), hams tidak
dipertimbangkan sebagai penghalang pada pegangan tangan.
Ujung rel pegangan tangan yang baru hams dikembalikan ke dinding
atau lantai atau berhenti pada tempat terbaru.
Rel pegangan tangan yang baru yang tidak menerus diantara
sederetan anak tangga harus melebar horisontal, pada ketinggian yang
diperlukan, paling sedikit 30 cm ( 12 mci ) tidak melebihi tiang tegak
teratas dan menerus miring pada kedalaman satu anak tangga di atas
tiang tegak paling bawah. Pengecualian: Apabila disetujui oleh
instansi yang berwenang karena keterbatasan tempat dan di dalam
unit hunian, kepanjangan horisontal di atas anak tangga teratas tidak
diperlukan asalkan rel pegangan tangan memanjang pada ketinggian
yang diperlukan sampai pada satu titik langsung di atas tiang tegak teratas.
Ketinggian pagar pengaman yang dipersyaratkan hams diukur
vertikal ke bagian atas pagar pengaman dari permukaan yang dekat dimaksud.
Pagar pengaman paling sedikit harus 100 cm (42 mci) tingginya.
Pengecualian i: Pagar pengaman yang sudah ada yang di dalam unit
hunian harus sedikitnya 90 cm (36 mci) tingginya. Pengecualian 2:
/ lOft / (3m)
Proteksl disyaratkan
Protekst tidak disyaratkan.
ri dalam
Baglan dalam
r 1
Gambar 4.34: Penandaan Tangga Darurat
Seperti yang ada pada bangunan kumpulan. Pengecualian 3: Pagar
pengaman yang sudah ada pada tangga yang sudah ada hams paling
sedikit tingginya 8o cm (30 mci).
Pagar pengaman terbuka harus mempunyai rel atau pola ornamen
sehingga bola berdiameter 10 cm (4 mci ) harus tidak bisa lobs
melalui bukaan sampai ketinggian 8o cm (34 mci). Pengecualian 1:
Bukaan segitiga yang dibentuk oleh tiang tegak, anak tangga, dan
elemen bawah rel pagar pengaman pada sisi terbuka dari sebualh
tangga harus ukurannya sedemikian rupa sehingga sebuah bola
dengan diameter 15 cm (6 mci) harus tidak dapat lobs melalui bukaan
segitiga itu. Pengecualian 2: Dalam rumah tahanan, dalam hunian
industri, dan di dalam gudang, jarak bebas antara rel terdekat diukur
tegak lurus pada rel hams tidak lebih dari 50 cm (21 mci).
Pengecualian 3: Pagar pengaman yang sudah ada yang disetujui
Ruangan Tertutup dan Proteksi dail Tangga
Semua tangga di dalam, yang melayani sebuah eksit atau komponen
eksit hams tertutup (hams aman dan terlindung dari api dan gas
panas yang beracun).
Semua tangga lain di dalam hams diproteksi sesuai dengan bukaan
vertikalnya. Pengecualian: Dalam bangunan gedung yang sudah ada,
apabila sebuah ruangan eksit dua lantai menghubungkan lantai eksit
pelepasan dengan lantai berdekatan, eksit tersebut harus
dipersyaratkan untuk ditutup pada lantai eksit pelepasan dan paling
sedikit 50% dari jumlah dan kapasitas eksit pada lantai eksit
pelepasan hams tersendiri ditutupnya.
Apabila dinding yang bukan tahan terhadap api atau bukan tidak
terproteksi menutup bagian luar jalur tangga dan dinding serta
bukaan itu di ekspos pada bagian lain dari bangunan pada satu sudut
IsMc?1
1) I I .*mii
1 78
tidak lebih dari 18o derajat, dinding penutup bangunan dalam jarak 3
m (10 ft) horisontal dari dinding yang bukan tahan api atau bukan
yang terproteksi harus dikonstruksikan seperti dipersyaratkan untuk
ruang jalur tangga tentutup termasuk proteksi untuk bukaannya.
Konstruksi harus menjulur vertikal dari dasar ke suatu titik 3 m (io ft)
di atas bordes tangga di puncak paling tinggi atau pada garis atap,
yang mana yang lebih rendah.
Pada tangga darurat harus diadakan penandaan jalur tangga. Dalam
perencanaan penandaan tangga darurat/kebakaran ada beberapa kritenia
yang disyaratkan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 26/PRT/M/2008 Bab 3 butir 3.8.4, antara lain:
Menunjukkan tingkat lantai,
2. Menunjukkan akhir teratas dan terbawah dari ruang tangga
terlindung,
3. Menunjukkan tingkat lantai dan, dan ke arah exit pelepasan,
4. Diletak.kan di dalam ruang terlindung di tempat mendekati 1,5 m di
atas bordes lantai dalam suatu posisi yang mudah terlihat bila pintu
dalam posisi terbuka atau tertutup,
5. Dicat atau dituliskan pada dinding atau pada penandaan terpisah
yang terpasang kuat pada dinding,
6. Huruf identifikasi jalur tangga hams ditempatkan pada bagian atas
dari penandaan dengan tinggi minimum huruf 2,5 cm dan hams
memenuhi ketentuan tentang "karakter huruf',dan
7. Angka level lantai hams ditempatkan di tengah-tengah penandaan
dengan tinggi angka minimum 12,5 cm.
[ 1
4.8.4 Penangkal Petir
Kampus Depok UI terkenal dengan daerah petir, sehingga proteksi dan
bahaya petir perlu dilakukan guna menghidani kerugian yang ditimbulkan
dari bahaya petir. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, bangunan atau
instalasi tinggi perlu dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan
bagi petir menuju ke permukaan bumi (grounding system) tanpa
merusak benda-benda yang dilewatinya. Bagian-bagian utama pada
bagian penangkal petir yaitu: ujung batang penangkal petir, tiang
penyangga, kabel penghantar dan grounding system.
Terdapat beberapa sistem penangkal petir anatara lain:
Penangkal petir konvesional, yakni instalasi listrik sederhana yang
difungsikan untuk membuat saluran elektris dari atas bangunan ke
tanah. Pengamanan sambaran petir mi mempunyai sistem sederhana
berupa rangkaian jalur instalasi yang bersifat pasif atau menunggu
terkena sambaran, baru kemudian menyalurkannya ke dalam bumi
dengan kemampuan perlindungan proteksi sebesar 45 derajat
berbentuk kerucut. Penangkal petir jenis mi cocok untuk rumah /
bangunan kecil.
• Penangkal petir elektrostatis, merupakan penangkal petir modern
dengan menggunakan sistem E.S.E (Early Streamer Emission).
Sistem E.S.E bekerja secara aktif dengan cara melepaskan ion dalam
jumlah besar ke lapisan udara sebelum terjadi sambaran petir.
Pelepasan ion ke lapisan udara secara otomatis akan membuat
sebuah jalan untuk menuntun petir agar selalu memilih ujung
terminal penangkal petir elektrostatis mi dan pada area sekitarnya. Dengan sistem E.S.E mi akan meningkatkan area perlindungan yang
lebih luas dan pada sistem penangkal petir konvensional.
E
• Internal Protection adalah sistem pengamanan jaringan kabel daya
atau data di dalam bangunan agar efek dari sambaran petir tidak
merusakjaringan listrik, jaringan PABX, jaringan elektronik dan
jaringan LAN atau internet. Arrester petir merupakan perangkat yang
dipasang di jaringan daya untuk membelokkan tegangan petir ke
grounding.
Kabel penghantar mempunyai fungsi sangat penting dalam instalasi
penangkal petir. Kabel penghantar penangkal petir adalah jalur logam
elektris yang menghubungkan antara ujung finial atau air terminal
penerima sambaran kedalam tanah / pembumian, dengan tujuan
menyalurkan muatan listrik yang disebabkan sebuah sambaran. Maka
secara fungsi kabel penghantar penangkal petir harus mampu menahan
dan menerima beban tegangan kejut dan arus yang melaluinya. Kabel
penghantar yang biasa digunakan untuk instalasi penangkal petir yaitu:
• Kabel NYY, kabel NYY merupakan kabel yang memiliki 2 (dua) lapis
isolator yang membungkus batang konduktor di dalamnya.
• Kabel NYA , kabel NYA merupakan kabel yang memiliki 1 (satu) lapis
isolator yang membungkus batang konduktor di dalamnya.
• Kabel BC, merupakan kabel yang tersusun dari beberapa lilitan kabel
tembaga yang lapisan luarnya tidak terbungkus isolator.
• KABEL HVSC/ Coaxial Cable, mi merupakan kabel yang tersusun
beberapa konduktor dan beberapa isolator. Kabel mi merupakan
kabel memiliki standart tinggi (height standart) karena didesain agar
mampu menahan tegangan yang besar dan menyerap induksi yang
ditimbulkanya.
Dari tipe-tipe kabel diatas batas ukuran luas penampang yang dianjurkan adalah minimal 50 mm', semakin besar semakin baik karena semakin
luas penanampang semakin kecil nilai hambatan / resistansinya.
r 81 1
Tiang penyangga dalam sistem instalasi penangkal petir berguna untuk
menyangga head protector / air terminal penangkal petir supaya
posisinya lebih tinggi dari area sekitarnya. Dengan meninggikan posisi
head / air terminal penangkal petir maka area perlindungan / radius
perlindungan semakin besar. Berdasarkan sistem pemasangan tiang
penyangga dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu:
• Monopole / tiang tunggal, adalah tiang penyangga yang terbuat dan
susunan pipa besi. Susunan pipa besi mi disusun mulai dari besar di
bawah dan mengecil ke atas. Pemasangan penangkal petir di atap
bangunan harus kuat untuk menghindani roboh yang disebabkan
tiupan angin kencang ataupun disebabkan oleh sambaran petir itu
sendiri. Tiang penyangga di atas tower, cerobong asap, silo, dli.
Dalam instalasi penangkal petir, pembumian atau grounding sistem
benfungsi untuk pelepasan muatan listrik ke dalam tanah. Bahan yang
biasa digunakan untuk grounding sistem biasanya berupa copper rod/
batang tembaga, kabel BC + pipa besi galvanis, dan pelat tembaga yang
ditanam di dalam kedalaman tertentu. Baik atau tidaknya instalasi
penangkal petir sangat terpengaruh oleh grounding system, Syarat yang
dikeluarkan oleh perundangan pemerintah mengenai grounding sistem
mi adaiah hams memilik nilai resistansi maksimal 5 ( lima ) Ohm /
semakin kecil nilai resistansinya semakin baik. Untuk mendapatkan nilai
tahanan sebaran grounding dibawah 5 Ohm tidak semua area bisa dengan
mudah memenuhi nilai grounding yang diinginkan, tergantung oleh
berbagai macam faktor yang mempengaruhinya misal: Kadar Air,
Mineral / Garam, Keasaman, Tekstur tanah
Melihat karakteristik tanah sebagaimana di atas maka ada berbagai teknis
pembuatan grounding yang bisa dipakai:
• Single Rod Grounding
H
Hanya terdiri dari satu buah titik penancapan tiang arus pelepas di
dalam tanah dengan kedalaman tertentu (misal. 3 m) untuk daerah
yang memiliki karakteristik tanah yang konduktif tentu mudah untuk
didapatkan tahanan sebaran tanah dibawah 5 Ohm hanya dengan satu
buah rod.
• Paralel Rod Grounding
Paralel Grounding system menjadi tindakan alternatif bila sistem
single rod masih mendapatkan hasil yang kurang baik ( diatas 5 Ohm ) maka perlu ditambahkan stik arus pelepas dengan minimal
jarak antar stik 2 meter dari ground sebelumnya dan disambung ke
ground baru disebeláhnya, hal mi dilakukan berulang sampai
menghasilkan nilai tahanan tanah yang diinginkan ( dibawah 5 Ohm).
• Multi Rod Grounding
Bila didapati kondisi tanah yang memiliki ciri:
• kering/air tanah dalam
• kandungan logam sedikit
• Basa (berkapur)
• Pasir dan Porous.
Maka penggunaan 2 cara di atas akan susah dan bisa gagal untuk
mendapatkan resistansi kecil, maka teknis yang digunakan dengan cara
penggantian tanah dengan tanah yang mempunyai sifat menyimpan air
atau tanah yang kandungan mineral garam dapat menghantar listrik
dengan baik, pada daerah titik logam rod ground yang ditancapkan dan di
kisaran kabel penghubung antar ground nya. Tanah humus, tanah dan
kotoran ternak, atau tanah hat sawah cukup memenuhi standart hantar
tanah yang baik.
LI
Lightning Counter (alat penghitung sambaran petir) adalah alat yang
dipasang dalam instalasi penangkal petir yang berfungsi untuk
menghitung seberapa banyak instalasi penangkal petir telah disambar.
Dengan mengetahui seberapa banyak disambar petir maka akan
diketahui pula bahwa instalasi penangkal petir mi benar-benar berfungsi.
Sertifikat penangkal petir dari DISNAKER berguna untuk
menstandartkan dan menguji kelayakan instalasi penangkal petir sesuai
dengan standar yang ada di perundang-undangan pemerintah mengenai
instalasi penangkal petir yaitu Undang Undang Menteri Tenaga Kerja RI
No. PER. 02 / MEN / 1989.
4.9 Rencana Keamanan Kampus
Dalam pengamanan kampus, UI menerapakan sistem sentralisasi dengan
membentuk UPT PLK yang memiliki wewenang antara lain
1. Pencegahan dan penanganan tindak pelanggaran keamanan dan
ketertiban di lingkungari kampus;
2. Pencegahan, penanganan dan pemberkasan tindak pelanggaran
keamanan dan ketertiban di lingkungan kampus;
3. Pengelolaan Ijin Masuk Kampus (IMK);
4. Pengawasan keselamatan warga Uldan pengamanan fasilitas di
lingkungan kampus berikut upaya pencegahan dan penanganan
tindak dan dampak yang mengganggu keberadaan aset tersebut; dan
5. Pemantau dan menangani secara preventif potensi tumbuhnya
gerakan radikalisme dalam kampus dan melakukan penanganan
kuratif tindak pidana radikalisme yang terjadi termasuk akibat buruk
yang ditimbulkannya.
84 1
Tugas Pokok UPT Pengamanan Lingkungan Kampus adalah
meminimalisasi tindak pelanggaran keamanan dan ketertiban,
melakukan pengawasan dan pengamanan aset universitas serta
keselamatan warga UI dan masyarakat di lingkungan kampus, optimisasi
ijin masuk dan lalu lintas kendaraan di lingkungan kampus serta
pengelolaan kegiatan pemeliharaan lingkungan kampus.
Fungsi UPT Pengamanan Lingkungan Kampus adalah:
1. Perencana dan pelaksana layanan di bidang keamanan dan ketertiban
kampus;
2. Penanggungjawab pengembangan sistem keamanan, perparkiran, dan
ketertiban kampus sesuai dengan perkembangan keadaan kampus
dan kemajuan teknologi;
3. Koordinator pelaksanaan kegiatan pengamanan aset universitas
berikut upaya pencegahan dan penanganan tindak dan dampak yang
menggangu keberadaan aset tersebut;
4. Koordinator pelaksanaan kegiatan penanganan Narkotika dan Obat-
obatan Terlarang; dan
5. Pemantau dan pelaksana penanganan secara preventif potensi
tumbuhnya gerakan radikalisme dalam kampus dan melakukan
penanganan kuratif tindak pidana radikalisme yang terjadi termasuk
akibat buruk yang ditimbulkannya.
[
85 1
RENCANA INDUK TATA RUANG
Rencana induk adalah serangkaian instruksi yang secara garis besar memandu tindakan-tindakan untuk mencapai suatu tujuan pengembangan jangka panjang.
Dalam kaitan kampus perguruan tinggi, rencana induk memberikan rambu-rambu pengarah agar dalam pelaksanaannya membuahkan hasil yang tak berakibat negatif dan dampak turutan yang tak diinginkan. Dengan demikian, kegiatan yang berada di dalam rencana berlangsung dengan baik.
Dalam era ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat dengan dinamika tinggi ini, perguruan tinggi wajib berperan serta menyumbangkan hasil kecendekiaan yang bermutu tinggi.
Hasil demikian berlangsung dalam mutu ruang inspiratif yang terencana. Tanpa suatu Rencana Induk Tata Ruang yang baik, tentu yang dihasilkan akan rawan inspirasi.
Rektor Universitas Indonesia Prof.Dr.Ir. Muhammad Anis, M. Met.
' BADAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PENGENE
ow GEDUNG SCIENCE PARK U LT. 2, Kus U DEPOK 1
PENGEMBANGAN.BP3U(UI.AC.ID
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal '— No 'j e vJar zo tf, Rektor,
IrIl Prof. Dr. Jr. Muhammad Anis, M.Met.
NIP 195706261985031002