keputusan menteri pekerjaan umum tentang ketentuan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada...

31
KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/KPTS/1985 TENTANG KETENTUAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG MENTERI PEKERJAAN UMUM ; Menimbang : a. bahwa kebakaran pada bangunan gedung merupakan bencana yang menimbulkan ancaman kerugian bagi jiwa manusia, harta benda, lingkungan, terganggunya proses produksi/distribusi barang dan jasa, dan bahkan merupakan pula gangguan pada kesejahteraan sosial ; b. bahwa kerugian-kerugian tersebut pada butir a, mengakibatkan berkurangnya kemampuan masyarakat dalam usaha penyediaan sumber daya yang sangat diperlukan bagi kelanjutan dan kelangsungan pembangunan ; c. bahwa terjadinya kebakaran pada bangunan gedung antara lain disebabkan karena belum diperhatikan sepenuhnya segi-segi upaya teknis teknologis yang menyangkut pencegahan dan penanggulangan kebakaran ; d. bahwa pelimpahan wewenang Menteri Pekerjaan Umum kepada Daerah berdasarkan PP 18 Tahun 1953 tidak mengurangi wewenang Menteri Pekerjaan Umum untuk mengadakan peraturan lebih lanjut ; e. bahwa dipandang perlu untuk mengatur dan menetapkan upaya teknis teknologis pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung guna terselenggaranya tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung dalam Keputusan Menteri. Mengingat : 1. Stadsvorming Ordonantie S.1948 No. 168 ; 2. Stadsvorming Verordening S. 1949 No. 40 ; 3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 ; 4. Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 ; 5. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1953 ; 6. Keputusan Presiden RI No. 44 Tahun 1974 jo No. 15 Tahun 1983 ; 7. Keputusan Presiden RI No. 45/M Tahun 1983 ; 8. Instruksi Presiden RI. No. 4 Tahun 1969 ; 9. Keputusan Menteri PU No. 60/KPTS/1980 ; 10. Keputusan Menteri PU No. 211/KPTS/1984. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG KETENTUAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG. PERTAMA : Ketentuan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada Bangunan Gedung memuat ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan mengenai lingkungan dan bangunan, bahan bangunan, struktur bangunan, utilitas dan usaha penyelamatan terhadap bahaya kebakaran yang harus diperhatikan pada perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung, sebagaimana terlampir dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Keputusan ini. K E D U A : Ketentuan tersebut dalam DIKTUM PERTAMA dilaksanakan secara terpadu dengan peraturan perundang-undangan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku, baik yang bersifat Nasional maupun Daerah setempat.

Upload: stephanie-foster

Post on 28-Oct-2015

407 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUMNOMOR 02/KPTS/1985

TENTANGKETENTUAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PADA BANGUNAN GEDUNG

MENTERI PEKERJAAN UMUM ;

Menimbang :a. bahwa kebakaran pada bangunan gedung merupakan bencana yang menimbulkan

ancaman kerugian bagi jiwa manusia, harta benda, lingkungan, terganggunya prosesproduksi/distribusi barang dan jasa, dan bahkan merupakan pula gangguan padakesejahteraan sosial ;

b. bahwa kerugian-kerugian tersebut pada butir a, mengakibatkan berkurangnyakemampuan masyarakat dalam usaha penyediaan sumber daya yang sangat diperlukanbagi kelanjutan dan kelangsungan pembangunan ;

c. bahwa terjadinya kebakaran pada bangunan gedung antara lain disebabkan karena belumdiperhatikan sepenuhnya segi-segi upaya teknis teknologis yang menyangkut pencegahandan penanggulangan kebakaran ;

d. bahwa pelimpahan wewenang Menteri Pekerjaan Umum kepada Daerah berdasarkan PP18 Tahun 1953 tidak mengurangi wewenang Menteri Pekerjaan Umum untukmengadakan peraturan lebih lanjut ;

e. bahwa dipandang perlu untuk mengatur dan menetapkan upaya teknis teknologispencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung gunaterselenggaranya tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung dalamKeputusan Menteri.

Mengingat :

1. Stadsvorming Ordonantie S.1948 No. 168 ;2. Stadsvorming Verordening S. 1949 No. 40 ;3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 ;4. Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 ;5. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1953 ;6. Keputusan Presiden RI No. 44 Tahun 1974 jo No. 15 Tahun 1983 ;7. Keputusan Presiden RI No. 45/M Tahun 1983 ;8. Instruksi Presiden RI. No. 4 Tahun 1969 ;9. Keputusan Menteri PU No. 60/KPTS/1980 ;10. Keputusan Menteri PU No. 211/KPTS/1984.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG KETENTUAN PENCEGAHANDAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG.

PERTAMA :Ketentuan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada Bangunan Gedung memuatketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan mengenai lingkungan dan bangunan,bahan bangunan, struktur bangunan, utilitas dan usaha penyelamatan terhadap bahayakebakaran yang harus diperhatikan pada perencanaan, pelaksanaan pembangunan danpemanfaatan bangunan gedung, sebagaimana terlampir dan merupakan bagian takterpisahkan dari Keputusan ini.

K E D U A :Ketentuan tersebut dalam DIKTUM PERTAMA dilaksanakan secara terpadu denganperaturan perundang-undangan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku, baik yang bersifatNasional maupun Daerah setempat.

Page 2: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

K E T I G A :Dalam pelaksanaan Keputusan ini, Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umummemberikan pelayanan konsultasi dalam bidang teknis teknologis kepada PemerintahDaerah setempat, khususnya dalam rangka penyusunan Peraturan Daerah yangbersangkutan dengan pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

KEEMPAT :Koordinasi, pengawasan dan petunjuk-petunjuk teknis pelaksanaan dari Keputusan ini diaturlebih lanjut oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya.

K E L I M A :Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Keputusan ini sepanjang telah ditetapkan di dalamPeraturan Daerah setempat, dikenakan tindakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang akan ditentukan lebih lanjut dalam Peraturan Daerah setempat.

K E E N A M :Dengan berlakunya keputusan ini, maka semua Keputusan dan ketetapan Menteri PekerjaanUmum dibidang perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan bangunangedung tetap berlaku yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan-ketentuandalam Keputusan ini.

KETUJUH :Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh MenteriPekerjaan Umum.

KEDELAPAN :Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan Jakarta

pada tanggal 2 Januari 1985.

MENTERI PEKERJAAN UMUM,

SUYONO SOSRODARSONO

Page 3: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

DAFTAR ISI

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM No.02/KPTS/1985 2 JANUARI 1985 TENTANGKETENTUAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG.

BAB I : P E N D A H U L U A N ................................................ 1

BAB II : LINGKUNGAN DAN BANGUNAN .............................. 3Pasal 1. Pengertian ............................................... 3Pasal 2. Persyaratan Lingkungan ......................... 6Pasal 3. Klasifikasi Bangunan ............................... 10Pasal 4. Persyaratan Bangunan ............................ 11

BAB III : BAHAN BANGUNAN ................................................... 17Pasal 5. Pengertian ............................................... 17Pasal 6. Persyaratan Bahan Lapis Penutup ......... 20Pasal 7. Persyaratan Bahan untuk Komponen

Struktur Bangunan ................................... 21

BAB IV : STRUKTUR BANGUNAN ............................................ 23Pasal 8. Pengertian ................................................ 23Pasal 9. Perencanaan Struktur Bangunan ............. 23Pasal 10. Persyaratan Ketahanan Terhadap Api ..... 24Pasal 11. Komponen Struktur Beton Bertulang ........ 26Pasal 12. Komponen Struktur Beton Pratekan .......... 29Pasal 13. Komponen Struktur Baja ............................ 30Pasal 14. Komponen Struktur Bata Merah ................. 31Pasal 15. Komponen Struktur Batako dan Bata

Beton (Concrete Block) ............................... 32Pasal 16. Komponen Struktur Kayu ............................ 32

BAB V : U T I L I T A S ................................................................... 32Pasal 17. Pengertian .................................................... 32Pasal 18. Alarm Kebakaran .......................................... 35pAasal 19. Alam Pemadan Api Ringan ( PAR ) .............. 41Pasal 20. Hidran Kebakaran ......................................... 48Pasal 21. Sprinkler ................................................... 50Pasal 22. Pipa Peningkatan air ( RISER ) ............... 55Pasal 23. Sumber Daya Listrik Darurat ................... 56Pasal 24. Penangkal Petir ....................................... 57

BAB VI : UPAYA PENYELAMATAN ........................................... 57Pasal 25. Pengertian ................................................ 57Pasal 26. Tangga Kebakaran ................................... 58Pasal 27. Koridor ...................................................... 58Pasal 28. Pintu Kebakaran ....................................... 59Pasal 29. Bukaan Penyelamat ................................. 59Pasal 30. Lift Kebakaran ........................................... 59Pasal 31. Penerangan Darurat dan Tanda Penunjuk

Arah ke luar .............................................. 60Pasal 32. Komunikasi Darurat .................................. 60Pasal 33. Pengendalian Asap ................................... 61Pasal 34. Landasan Helikopter ................................. 61Pasal 35. Peralatan Pembantu lainnya ..................... 61

BAB VII : LAIN - LAIN ................................................................... 62Pasal 36. Perlindungan terhadap Ruang dalam

bangunan yang mengandung potensikebakaran ................................................. 62

Pasal 37. Manajemen Sistem PengamatanKebakaran ................................................ 62

Pasal 38. Pemeriksaan Berkala ............................... 63Pasal 39. Sertifikat Layak Pakai ............................... 63Pasal 40. Bebas benda-benda penghalang .............. 64Pasal 41. Latihan Kebakaran pada Bangunan

Umum ....................................................... 64

DAFTAR ISTILAH ................................................................................... 65

Page 4: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

BAB IPENDAHULUAN

Kebakaran pada bangunan gedung dapat menimbulkan kerugian berupa korban manusia,harta benda, terganggunya proses produksi barang dan jasa, kerusakan lingkungan danterganggunya ketenangan masyarakat.

Data yang dapat dikumpulkan dari berbagai kota di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhirini memberikan petunjuk adanya peningkatan kebakaran pada bangunan gedung. Sementaraitu pengadaan bangunan gedung dan perumahan terus meningkat, demikian pulapenggunaan bahan, komponen bangunan dan peralatan/instalasi dalam bangunan belumdiatur dalam ketentuan yang lebih memadai.

Di lain pihak pengertian dan disiplin masyarakat serta perangkat pengendalian yang berupaperaturan perundang-undangan, pedoman pelaksanaan, standar kualitas, personil pengawas,dan peralatan Pemadam Kebakaran dirasakan masih belum dapat mengatasinya.

Oleh karena itu, apabila pengertian dan disiplin masyarakat serta perangkat pengendaliantersebut di atas tidak ditingkatkan, diperkirakan laju kebakaran akan meningkat lagi.

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1953 tentang“ Pelaksanaan penyerahan sebagian dari urusan Pemerintah Pusat mengenai PekerjaanUmum kepada Propinsi-Propinsi dan Penegasan urusan mengenai Pekerjaan Umum dariDaerah-Daerah Otonom Kabupaten, Kota Besar, dan Kota Kecil “ ditetapkan Pasal 9 huruf jbahwa pencegahan bahaya kebakaran yang telah diurus dan diatur oleh daerah-daerahotonom tetap dijalankan oleh dan sebagai urusan daerah otonom itu. Namun pada Pasal 4dan Pasal 12 disebutkan bahwa penyerahan tersebut tidak mengurangi hak MenteriPekerjaan Umum untuk mengadakan pengawasan atas urusan tersebut, serta merencanakandan menyelenggarakan pekerjaan-pekerjaan dalam lingkungan daerah guna kemakmuranumum, tentang hal mana Menteri Pekerjaan Umum dapat mengadakan peraturannya danpemberian petunjuk-petunjuk teknis.

Menyadari hal-hal tersebut di atas, maka perlu diterbitkan ketentuan yang bersifat teknisteknologis, dalam upaya peningkatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran padabangunan gedung.

Tujuan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung adalah untukmelindungi jiwa dan harta benda terhadap bahaya kebakaran. Hal ini dititik beratkan padapengamanan bangunan gedung, dengan cara memenuhi persyaratan-persyaratan teknisteknologis, dalam proses perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatangedung, yang masing-masing mencakup aspek-aspek lingkungan dan bangunan, bahanbangunan, stuktur bangunan, utilitas, dan upaya penyelamatan.

Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan ini, harus dipakai bersama-samadengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, Peraturan Perencanaan TahanGempa Indonesia untuk Gedung, Peraturan Beton Bertulang Indonesia,, PeraturanPerencanaan Bangunan Baja Indonesia, Peraturan Konstruksi kayu Indonesia, danPersyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia. Peraturan tersebut memuat dalam upayapencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.Khusus mengenai aspek utilitas, perlu ditaati ketentuan-ketentuan yang tercantum dalamPeraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL), Pedoman Sprinkler dan Peraturan Umum InstalasiPenangkal Petir (PUIPP).

Dengan ditetapkannya ketentuan ini, Peraturan-peraturan Daerah yang menyangkutpencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung yang sudah ada tetapberlaku, bahkan diharapkan akan dapat mendorong diterbitkannya Peraturan Daerah-Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran yang bersifatoperasionl, sesuai dengan kondisi dan situasi di daerah.

Page 5: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

BAB IILINGKUNGAN DAN BANGUNAN

Pasal 1PENGERTIAN

(1) Pengaturan lingkungan dalam ketentuan ini meliputi pengaturan blok dan kemudahanpencapaiannya (accessibility), ketinggian bangunan, jarak bangunan, dan kelengkapanlingkungan.

(2) Pengaturan bangunan meliputi pengaturan ruang-ruang efektif, ruang sirkulasi,eskalator, tangga, kompatemenisasi, dan pintu kebakaran.

(3) Yang dimaksud dengan :

a. Blok adalah suatu luasan lahan tertentu yang dibatasi oleh batas fisik yang tegas,seperti laut, sungai, jalan, dan terdiri dari satu atau lebih persil bangunan.Contoh : lihat gambar II.1.

b. Kelengkapan lingkungan meliputi : hidran, sumur gali atau reservoir, dankomunikasi umum.

c. Ruang efektif adalah ruang yang dipergunakan untuk menampung aktivitas yangsesuai dengan fungsi bangunan, misalnya : ruangan efektif suatu hotel antara lainkamar, restoran dan lobby.

d. Ruang sirkulasi adalah ruang yang hanya dipergunakan untuk lalu-lintas atausirkulasi dalam bangunan, misalnya : pada bangunan hotel adalah koridor.

e. Kompartemenisasi adalah usaha untuk mencegah penjalaran kebakaran dengancara membatasi api dengan dinding, lantai kolom, balok yang tahan terhadap apiuntuk waktu yang sesuai dengan kelas bangunan.

f. Eskalator adalah tangga berjalan dalam bangunan.

g. Tangga kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatankebakaran.

h. Pintu kebakaran adalah pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran danhanya dipergunakan apabila terjadi kebakaran.

Page 6: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Gambar II.1.Contoh blok

Pasal 2PERSYARATAN LINGKUNGAN

(1) Lingkungan bangunan harus mempunyai jalan lingkungan yang memenuhi ketentuan dibawah ini :

Lebar minimum perkerasan jalan lingkungan

Luas Blok Searah Bolak - BalikMenerus Buntu Menerus

Besar

Sedang

> 5 Ha

1 - 5 Ha

4 m

3,5 m

3.5 m

3,5 m

5 m

4 m

Kecil < 1 Ha 3,5 m 3,5 m 3,5 m

(2) Dalam suatu lingkungan bangunan, jarak bangunan yang bersebelahan dengan bukaansaling berhadapan adalah :

Tinggi bangunan (dalam meter) Jarak bangunan minimum ( dlm meter )

s /d 8 m 3 m

8 s/d 14 m 3 s/d 6 m

14 s/d 40 m 6 s/d 8 m

di atas 40 m di atas 8 m

Lihat gambar II.2.(3) a. Dalam lingkungan tertentu seperti lingkungan perumahan, sekolah, rumah

sakit/perawatan dan perkantoran, tidak diperkenankan adanya bangunan-bangunanyang dipergunakan sebagai tempat usaha yang mempunyai potensi kebakaran sepertibengkel, tempat las, penjualan bensin eceran, penyimpanan bahan kimia, tempat-tempat yang menggunakan tenaga uap air, gas/uap bertekanan tinggi sertadiesel/generator listrik.

b. Untuk bangunan-bangunan tersebut di atas, perizinan yang meliputi izin usaha, izinmendirikan bangunan serta penentuan lokasi lingkungannya, diatur tersendiri olehKepala Daerah yang bersangkutan.

(4) Kelengkapan lingkungan :a. Untuk lingkungan perumahan perlu dipertimbangkan kemungkinan disediakan gang

kebakaran atau jalur jalan kaki, yang akan memudahkan petugas atau orang yangmenanggulangi bencana kebakaran.

b. Lingkungan Perumahan direncanakan sedemikian rupa sehingga setiap bangunanrumah, bisa terjangkau oleh pancaran air unit pemadam kebakaran dari jalanlingkungan, yang bisa didatangi mobil kebakaran.

c. Lingkungan perumahan dan lingkungan bangunan gedung harus dilengkapi hidranatau sumur gali atau reservoir kebakaran.Bangunan yang berjarak lebih dari 10 m dari jalan lingkungan, harus dilengkapi hidrantersendiri.

d. Setiap lingkungan bangunan, khususnya perumahan harus dilengkapi dengan saranakomunikasi umum, yang dapat dipakai setiap saat.

(5) Persyaratan hidran, sumur gali atau reservoira. Hidran harus memenuhi syarat berikut :

a.1. Kapasitas masing-masing hidran minimum 1.000 liter/menita.2. Tekanan di mulut hidran minimum 2 kg/cm2a.3. Jarak antar hidran maksimum 200 m.

b. Sumur gali atau reservoir kebakaran harus memenuhi ketentuan :b.1. Air yang tersedia setiap saat sekurang-kurangnya 10.000 liter.b.2. Sekeliling sumur gali atau reservoir diperkeras supaya mudah dicapai mobil

pemadam kebakaran.

Page 7: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Gambar II.2.

Jarak bangunan & dinding pembataspada bangunan penerus

Pasal 3KLASIFIKASI BANGUNAN

(1) Dalam ketentuan ini, bangunan diklasifikasikan menurut tingkat ketahanan strukturutamanya terhadap api.

(2) Klasifikasi tersebut dalam ayat (1) terdiri dari 4 (empat) kelas, yaitu kelas A, B, C, dan D.a. Bangunan kelas A, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur utamanya

harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 3 (tiga) jam, yaitu meliputi bangunan-bangunan :a.1. Hotela.2. Pertokoan dan Pasar-rayaa.3. Perkantorana.4. Rumah Sakit dan Perawatana.5. Bangunan Industria.6. Tempat Hiburana.7. Museuma.8. Bangunan dengan penggunaan ganda/campuran.

b. Bangunan kelas B, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur utamanyaharus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 (dua) jam, yaitu meliputi bangunan-bangunan :b.1. Perumahan Bertingkatb.2. Asramab.3. Sekolahb.4. Tempat Ibadah.

c. Bangunan kelas C, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur utamanyaharus tahan terhadap api sekurang-kurangnya ½ (setengah) jam, meliputi bangunangedung yang tidak bertingkat dan sederhana.

d. Bangunan kelas D, yaitu bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A,B, C tidak diatur di dalam ketentuan ini, tetapi diatur secara khusus, misalnya :instalasi nuklir, bangunan-bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpananbahan-bahan yang mudah meledak.

Pasal 4PERSYARATAN BANGUNAN

(1) Untuk bangunan menerus, dinding batas antar bangunan harus menembus atap dengantinggi sekurang-kurangnya 0,5 m dari seluruh permukaan atap (Lihat gambar II.2).

(2) Bagi bangunan yang mempunyai bukaan, baik horizontal maupun vertikal, sepertijendela, lubang eskalator dan lain-lain harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Lubang pintu bangunan perumahan dan gedung yang langsung menghadap keluar,daun pintunya harus membuka ke luar.

b. Lubang jendela atau pintu bangunan yang langsung menghadap ke luar, sekurang-kurangnya berjarak 90 cm satu dengan lainnya, kecuali jika dilindungi penjorokansekurang-kurangnya 50 cm yang terbuat dari struktur tahan terhadap api, minimum 2(dua) jam.

c. Bagian atas dari setiap jendela atau pintu bangunan yang langsung menghadap keluar, harus dilindungi dengan penjorokan, sekurang-kurangnya 50 cm dari dindingyang terbuat dari struktur tahan terhadap api, minimum 2 (dua) jam. (Lihat GambarII.3).

Page 8: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

d. Untuk bangunan bertingkat, pada setiap lantai harus ada sekurang-kurangnya 1(satu) bukaan vertikal pada dinding bagian luar, bertanda khusus yang menghadapke tempat yang mudah dicapai oleh Unit Pemadam Kebakaran. Bukaan tersebutdiperuntukkan bagi Unit Pemadam Kebakaran.

(3) Koridor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :a. Lebar minimum 1,80 mb. Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu kebakaran yang terdekat tidak boleh lebih dari

25 m.c. Dilengkapi tanda-tanda penunjuk yang menunjukkan arah ke pintu kebakaran.

Gambar II.3.Persyaratan bukaan

(4) Tangga kebakaran harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Dilengkapi dengan pintu tahan terhadap api, minimum 2 (dua) jam, dengan arahpembukaan ke tangga kebakaran dan menutup secara otomatis. Pintu tersebut harusdilengkapi dengan lampu dan tanda petunjuk.

b. Tangga kebakaran yang terletak di dalam bangunan, harus dipisahkan dengan ruang-ruang lain memakai pintu tahan api dan bebas asap.

c. Jarak tangga kebakaran dari setiap titik dalam ruang efektif, tanpa ruang sirkulasi,maksimum 25 m.

d. Ruang Sirkulasi harus berhubungan langsung dengan pintu kebakaran.

e. Lebar tangga kebakaran minimum 1,2 m dan tidak boleh menyempit ke arah bawah.

f. Tangga kebakaran harus dilengkapi pegangan (hand rail) yang kuat setinggi 1,10 mdan penerangan darurat yang cukup, serta dilindungi agar tidak memungkinkan orangjatuh.

g. Lebar minimum injakan anak tangga 28 cm dan tinggi maksimum anak tangga 20 cm.

h. Lebar bordes sekurang-kurangnya sama dengan lebar tangga.

I. Tangga kebakaran yang terletak di luar bangunan, berjarak sekurang-kurangnya 1 mdari bukaan yang berhubungan dengan tangga kebakaran tersebut.

j. Tidak boleh berbentuk tangga puntir.

(5) Pintu kebakaran harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Lebar pintu kebakaran minimum 90 cm, membuka ke arah tangga kebakaran, dapatmenutup secara otomatis, dan dapat dibuka dengan kekuatan 10 kgf.

b. Jarak antar pintu kebakaran maksimum 25 m.Untuk persyaratan-persyaratan di atas lihat gambar II.4.

Page 9: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Gambar II.4

BAB IIIBAHAN BANGUNAN

Pasal 5PENGERTIAN

(1) Yang dimaksud dengan Bahan Bangunan dalam ketentuan ini adalah semua macambahan yang dipakai pada atau untuk konstruksi bangunan gedung, baik sebagai bahanlapis penutup bagian dalam bangunan, maupun sebagai bahan komponen strukturbangunan.Bahan bangunan dapat terdiri dari satu jenis bahan, atau merupakan gabungan daribeberapa jenis bahan pembentuknya.Bahan-bahan yang lepas dan mudah dipindahkan, seperti misalnya karpet, tirai, perabotrumah tangga dan sebagainya yang merupakan isi bangunan, tidak termasuk dalampengertian ini.Bahan bangunan dibagi dalam 5 (lima) tingkat mutu, yaitu :

- Tingkat I- Tingkat II- Tingkat III- Tingkat IV- Tingkat V.

(2) Bahan mutu Tingkat I (non-combustible) adalah bahan yang memenuhi persyaratanpengujian sifat bakar (non-combustibility test) serta memenuhi pula pengujian sifatpenjalaran api pada permukaan (surface test).

Bahan mutu Tingkat II (semi non-combustible) adalah bahan yang sekurang-kurangnyamemenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api permukaan untuk tingkat bahan,sukar terbakar, serta memenuhi pengujian permukaan tambahan.Bahan mutu Tingkat III (fire-retardant) adalah bahan yang sekurang-kurangnyamemenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api permukaan, untuk tingkat bahanyang bersifat menghambat api.

Bahan mutu Tingkat IV (semi fire retardant) adalah bahan yang sekurang-kurangnyamemenuhi syarat pada pengujian penjalaran api permukaan untuk tingkat agakmenghambat api.

Bahan mutu Tingkat V (combustible) adalah bahan yang tidak memenuhi, baikpersyaratan uji sifat bakar maupun persyaratan sifat penjalaran api permukaan.

(3) Bahan bangunan yang dimaksudkan dalam pasal 5, ayat (1), dicantumkan dalam TabelIII.1.

Page 10: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

TABEL III.1

TINGKAT MUTU BAHAN BANGUNAN TERHADAP API

MUTU Tingkat I MUTU Tingkat I I MUTU Tingkat III MUTU Tingkat IV MUTU Tingkat V

- Beton- Bata- Batako- Asbes- Alumunium- Kaca- Besi- Baja- Adukan semen- Adukan gips- Asbes semen- Ubin keramik- Ubin semen- Ubin marmer- Lembaran seng- Panel kal- sium Silikat- Rock wool- Glass wool- Genteng keramik- Wired glass- Lembaran baja lapis seng.

- Papan wool kayu semen (Exceisior board)

- Papan Se- men pulp

- Serat kaca semen

- Plasterboard

- Pelat baja lapis PVC

- Kayu lapis yang dilin- dungi

- Papan yang mengandung lebih dari 5290 glass Fibre

- Papan parti- kel yang dilindungi

- Papan wool kayu

- Papan polyester bertulang

Polyvinil de-ngan tulangan

- Setiap bambu- Sirap kayu bukan lilin atau kayu jati- Rumbia- Anyaman Bambu- Bahan atap aspal ber- lapiskan mineral- Kayu kamper- Kayu Meranti- Kayu Teren- tang- Kayu lapis 14 mm 17 mm- Soft board- Hardboard- Papan Par- tikel.

(4) Bahan lapis penutup adalah bahan bangunan yang dipakai sebagai lapisan penutupbagian dalam bangunan (interior finishing materials).

(5) Bahan komponen struktur bangunan adalah bahan bangunan yang dipakai sebagaibahan pembentuk komponen struktur bangunan, seperti kolom, balok, dinding , lantai,atap dan sebagainya.

Pasal 6PERSYARATAN BAHAN LAPIS PENUTUP

(1) Bahan bangunan yang cepat terbakar dan/atau yang mudah menjalarkan api melaluipermukaannya, tanpa perlindungan khusus, tidak boleh dipakai pada tempat-tempatpenyelamatan kebakaran, maupun di bagian lainnya dalam bangunan di mana terdapatsumber api.

(2) Sesuai dengan Klasifikasi Bangunan yang ditentukan dalam Bab II Pasal 3, bahan lapispenutup harus memenuhi syarat minimum yang disebutkan dalam Tabel III.2.

Page 11: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Tabel III.2

Tingkat Mutu Bahan Lapis Penutup

Bahan Lapis Penutup untuk :Ruang efektif,kamar, dsb.

Ruang sirkulasi,koridor, dsb

Tangga kebakaranpintu kebakaran,dsb.

Kelas A (3 jam) Bahan mutu Tingkat I

Kelas B (2 jam) Bahan MutuTingkat II

Bahan MutuTingkat II

Bahan MutuTingkat I

Kelas C ( ½ jam) Bahan MutuTingkat II

Bahan MutuTingkat III

Bahan MutuTingkat II

Kelas D Diatur tersendiri

(3) Daftar bahan-bahan dengan tingkat mutu seperti tersebut dalam Tabel III.2 diberikandalam Tabel III.1.Bahan bangunan yang tidak tercantum dalam Tabel III.1. dapat dipakai setelahdibuktikan oleh hasil pengujian dari instansi yang berwenang.

Pasal 7PERSYARATAN BAHAN UNTUK KOMPONEN STRUKTUR BANGUNAN

(1) Berdasarkan klasifikasi bangunan yang disebutkan dalam Bab II, pasal 3, bahanbangunan yang dipakai untuk komponen struktur bangunan harus memenuhi syaratminimum seperti dicantumkan dalam Tabel III.3 di bawah ini.

Tabel III.3

Persyaratan Bahan untuk Komponen Struktur Bangunan

Kelas bangun-an (Ketahananterhadap api)

Kolom danBalok

AtapDinding luardan bukaanpada dinding

luar

Lantai danTangga

Kelas A(3 jam)

MutuTingkat I

MutuTingkat I

MutuTingkat I

MutuTingkat I

Kelas B(2 jam)

MutuTingkat I

MutuTingkat I

MutuTingkat I

MutuTingkat II

Kelas C(½ jam)

MutuTingkat II

MutuTingkat II

MutuTingkat II

MutuTingkat II

Kelas D Diatur tersendiri

(2) Daftar bahan-bahan dengan tingkat mutu seperti tersebut dalam Tabel III.3 diberikandalam Tabel III.1. Bahan-bahan lainnya yang tidak tercantum dalam Tabel III.1 dapatdipakai setelah dibuktikan oleh hasil pengujian dari instansi yang berwenang.

(3) Pengujian dan penilaian mutu bahan serta petunjuk teknis pemakaiannya, baik untukbahan lapis penutup maupun untuk komponen struktur bangunan, harus mengikutiketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

Kelas bangunan(Ketahanan ter- hadap api)

Page 12: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

BAB IVSTRUKTUR BANGUNAN

Pasal 8PENGERTIAN

(1) Ketahanan terhadap api adalah sifat dari komponen struktur untuk tetap bertahanterhadap api tanpa kehilangan fungsinya sebagai komponen struktur, dalam satuanwaktu yang dinyatakan dalam jam.

(2) Komponen struktur adalah bagian-bagian bangunan gedung baik yang memikul bebanmaupun yang bukan, misalnya dinding, kolom, balok, dinding partisi, atap dan lantai.

(3) Komponen struktur utama adalah bagian-bagian bangunan gedung yang memikul bebandan meneruskan beban tersebut ke pondasi misalnya dinding, kolom, balok dan lantai.

Pasal 9PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN

(1) Semua struktur bangunan gedung yang direncanakan tahan api harus memenuhiketentuan-ketentuan dan cara-cara yang tercantum dalam Bab IV ini.

(2) Cara-cara peningkatan ketahanan komponen struktur terhadap api yang tidak tercantumpada ketentuan Bab IV ini diperbolehkan, asal dapat memenuhi persyaratan melaluipengujian dari instansi yang berwenang.

Pasal 10PERSYARATAN KETAHANAN TERHADAP API

Persyaratan umum ketahanan terhadap api bagi komponen struktur bangunan tinggidicantumkan dalam Tabel IV.1 berikut ini.

Pasal 11KOMPONEN STRUKTUR BETON BERTULANG

(1) Lantai beton bertulangKetahanan api untuk lantai beton bertulang dicantumkan dalam Tabel IV.2 berikut :

Tabel IV.2.Ketahanan api untuk lantai Beton Bertulang

Jenis Lantai

Tebal tolal minimum lantai dalam cm.untuk ketahanan api selama :

3 jam 2 jam ½ jam

Lantai monolit, lantaipracetak berbentuk U

dan T

15,0 12,5 9,0

Lantai balok berongga,lantai pracetak

berbentuk kotak atau l.

12,5 9,0 9,0

Keterangan :Untuk semua jenis lantai, harus terdapat penutup beton pada tulangan pokokminimum setebal 2,5 cm. untuk ketahanan api 3 jam dan minimum 1,5 cm untukketahanan api yang kurang dari 3 jam.

Page 13: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

(2) Balok beton bertulangKetahanan api untuk balok beton bertulang dicantumkan dalam Tabel berikut

Tabel IV.3.Ketahanan api untuk Balok Beton Bertulang

U r a i a n

Tebal minimum penutup beton dalam cm.untuk ketahanan api selama :

3 jam 2 jam ½ jam

Tanpa lapisanpelindungtambahan

5,0 5,0 2,5

(3) Dinding Beton BertulangKetahanan api untuk dinding beton bertulang dicantumkan dalam Tabel berikut ini :

Tabel IV.4.Ketahanan api untuk Dinding Beton Bertulang

UraianTebal minimum dinding dalam cm,

untuk ketahanan api selama :

3 jam 2 jam ½ jam

Tanpa pelindung tambahan 17,5 10,0 7,5

Plesteran semen atau gipssetebal minimum 1,20 cm.

pada kedua permukaan

17,5 10,0 6,5

Keterangan :

Untuk semua dinding harus terdapat penutup beton pada tulangan pokok setebal 2,5cm.

(4) Kolom beton bertulangKetahanan api untuk kolom beton bertulang dicantumkan dalam Tabel IV.5 berikut ini :

Tabel IV.5Ketahanan api untuk Kolom Beton Bertulang

UraianKetahanan api selama :

3 Jam 2 Jam ½ jam

Tebal minimum kolomdalam cm

40,0 30,0 15,0

Penutup beton minimumpada tulangan dalam cm

6,5 5,0 4,0

Page 14: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Pasal 12

KOMPONEN STRUKTUR BETON PRATEKAN

(1) Lantai Beton Pratekan

Ketahanan api untuk lantai beton pratekan dicantumkan dalam Tabel IV.6 berikut ini :

Tabel IV.6Ketahanan api untuk Lantai Beton Pratekan

Uraian

Ketahanan api selama :

3 Jam 2 Jam ½ jam

Tebal minimum penutup beton padatulangan pratekan dalam cm

5,0 4,0 1,5

Tebal minimum lantai dalam cm 15,0 12,5 9,0

(2) Balok Beton PratekanKetahanan api untuk balok beton pratekan dicantumkan dalam Tabel IV.7 berikut ini :

Tabel IV.7Ketahanan api untuk Balok Beton Pratekan

U r a I a nKetahanan api selama :

3 Jam 2 Jam ½ jam

Tebal minimum penutup betonpada tulangan pratekan dalam cm

8,5 6,5 2,5

Lebar minimum balok dalam cm 24,0 18,0 8,0

Pasal 13KOMPONEN STRUKTUR BAJA

Untuk memperpanjang ketahanan api, permukaan struktur baja harus diberi lapisan betonbertulang seperti dicantumkan dalam Tebel IV.8 dan IV.9 berikut ini :

Tabel IV.8Ketahanan api untuk Balok Baja

Lapisan beton bertulangdengan campuran minimum

*) 1 PC : 2 Psr : 3 kerikil

Tebal minimum lapisan beton bertulangdalam cm, untuk ketahanan api selama :

3 jam 2 jam ½ jam

Lapisan beton bertulangtidak memikul beban

6,3 2,5 2,5

Lapisan beton bertulangmemikul beban

7,5 5,0 5,0

Keterangan :

Jarak tulangan beton kesemua arah maksimum 15 cm.

Page 15: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Tabel IV.9.Ketahanan api untuk Kolom Baja

Lapisan beton bertulangdengan campuran minimum

*) 1 PC : 2 Psr : 3 Kerikil

Tebal minimum lapisan beton bertulangdalam cm, untuk ketahanan api selama :

3 Jam 2 jam ½ jam

Lapisan beton bertulangtidak memikul beban

5,0 2,5 2,5

Lapisan beton bertulangmemikul beban

7,5 5,0 5,0

Keterangan :Jarak tulangan beton kesemua arah maksimum 15 cm.

*) Pemakaian semen tidak boleh kurang dari campuran tersebut di atas.

Pasal 14KOMPONEN STRUKTUR BATA MERAH

Ketahanan api untuk komponen struktur bata merah dengan tebal 11 cm, dan menggunakanadukan 1 semen : 3 pasir, adalah 2 jam.

Pasal 15KOMPONEN STRUKTUR BATAKO DAN BATA BETON

(CONCRETE BLOCK)Ketahanan api untuk komponen struktur Batako dan Bata Beton (Concrete Block) dengantebal 10 cm, dan menggunakan adukan 1 semen : 3 pasir, adalah 2 jam.

Pasal 16KOMPONEN STRUKTUR KAYU

Ketahanan api untuk komponen dinding kayu dengan lapisan papan asbestos semen setebalminimum 12 mm, pada tiap bidang permukaannya adalah ½ jam.

Ketahanan api untuk komponen lantai kayu dengan langit-langit dari papan asbestos semensetebal minimum 12 mm adalah ½ jam.

BAB VU T I L I T A S

Pasal 17P E N G E R T I A N

(1) Utilitas adalah perlengkapan dalam bangunan gedung yang digunakan untuk menunjangtercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, komunikasi danmobilitas dalam bangunan tersebut.Utilitas bangunan pada umumnya terdiri dari :

a. Instalasi Listrik dan penangkal petirb. Instalasi Tata Udara (A/C dan ventilasi)c. Instalasi Plambing (Plumbing)d. Instalasi Lift (Lift) dan Eskalator (Escalator)e. Instalasi Komunikasif. Instalsi Proteksi Kebakaran.

(2) Utilitas dalam ketentuan ini diartikan segala perlengkapan yang dipersiapkan untukmencegah dan menanggulangi kebakaran pada bangunan gedung, yang meliputi :

a. Alarm kebakaranb. Alat pemadam api ringan (PAR)

Page 16: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

c. Hidran kebakarand. Sprinklere. Pipa peningkatan air (riser)f. Sumber daya listrik daruratg. Penangkal petirh. Peralatan lainnya yang merupakan bagian dari utilitas bangunan.

(3) a. Yang dimaksud dengan alarm kebakaran adalah suatu alat pengindera dan alarmyang dipasang pada bangunan gedung, yang dapat memberikan peringatan atautanda pada saat awal terjadinya suatu kebakaran.

b. Alat Pemadam Api Ringan (PAR) adalah alat pemadam api yang mudah dilayani olehsatu orang, digunakan untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran.

c. Hidran kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran dengan menggunakanair bertekanan.

d. Sprinkler otomatis dalam ketentuan ini adalah suatu sistim pemancar air yang bekerjasecara otomatis bilamana suhu ruangan mencapai suhu tertentu yang menyebabkanpecahnya tabung/tutup kepala sprinkler sehingga air memancar ke luar. Deflektoryang terdapat pada kepala sprinkler menimbulkan distribusi pancaran meratakesemua arah.

e. Yang dimaksud dengan pipa peningkatan air (riser) adalah pipa vertikal yangberfungsi mengalirkan air ke jaringan pipa antara di tiap lantai dan mengalirkan air kepipa-pipa cabang dalam bangunan. Pipa peningkatan air dibedakan atas pipapeningkatan air kering (dry riser) yang kosong dan pipa peningkatan air basah (wetriser) yang senantiasa berisi air.Pipa peningkatan air kering adalah pipa air yang umumnya kosong, dipasang dalamgedung atau di dalam areal gedung dengan pintu air masuk (inlet) letaknyamenghadap ke jalan untuk memudahkan pemasukan air dari Dinas Kebakaran gunamengalirkan air ke pipa-pipa cabang yang digunakan untuk mengisi hidran di lantai-lantai bangunan.

Pipa peningkatan air basah adalah pipa air yang secara tetap berisi air dan mendapataliran tetap dari sumber air, dipasang dalam gedung atau di dalam areal bangunan,yang digunakan untuk mengalirkan air ke pipa-pipa cabang yang digunakan untukmengisi hidran di lantai-lantai bangunan.

f. Sumber daya listrik darurat adalah suatu sumber pembangkit listrik, yang digunakanuntuk mengoperasikan peralatan dan perlengkapan yang ada pada bangunan, padawaktu terjadi kebakaran.

Pasal 18ALARM KEBAKARAN

(1) Pembagian alarm kebakaran didasarkan kepada kepekaannya terhadap :

a. Panas

b. Asap

c. Nyala api.

(2) Peralatan alarm kebakaran

Peralatan alarm kebakaran sekurang-kurangnya harus mempunyai:

a. Lonceng/sirene dengan sumber tenaga batere

b. Alat pengindera

c. Panel indikator yang dilengkapi dengan :

Page 17: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

c.1. Fasilitas kelompok alarm

c.2. Sakelar penghubung/pemutus arus

c.3. Fasilitas pengujian batere dengan voltmeter dan amperemeter.

d. Peralatan bantu lainnya.

(3) Persyaratan Penempatan dan Pemasangan alarm kebakarana. Harus ditempatkan pada tempat-tempat sebagai berikut :

a.1. Ruangan tersembunyi seperti misalnya ruangan antara langit-langit dan atap,dengan jarak melebihi 80 cm diukur dari permukaan atap terbawah kepermukaan langit-langit teratas, dan ruangan tersembunyi lainnya dimanaterdapat peralatan listrik yang dihubungkan dengan hantaran utama tanpadilindungi dengan bahan dengan mutu tingkat I.

a.2. Setiap perlengkapan listrik, papan sakelar atau sejenisnya yang memiliki luaspermukaan 1,5 m2 dan ditempatkan dalam lemari.

a.3. Setiap lemari dalam tembok yang memiliki tinggi mencapai langit-langit atauyang volumenya minimum 7,3 m3.

a.4. Karena llif atau pada ruangan penarik vertikal dengan luas lebih dari 0,1 m2dan kurang dari 9 m2.

a.5. Setiap daerah diantara dua lantai yang memiliki lubang luas lebih dari 9 m2pada setiap tingkat dipasang satu buah yaitu pada langit-langitnya denganjarak 1,5 m dari lubang.

a.6. Ruangan Tangga dalam bangunan yang kedap api dan asap dipasang padalangit-langit atas.Untuk yang tidak kedap, dipasang pada setiap langit-langit tangga.

a.7. Daerah yang dilindungi dengan jarak 1,5 m dari pintu tahan api.

a.8. Pada setiap lantai gedung di mana secara khusus dipasang saluranpembuangan udara.

a.9. Bagian dari langit-langit yang berbentuk kisi-kisi yang salah satu sisi dari kisi-kisi tersebut berukuran lebih dari 2 m dan luasnya 7,5 m2

a.10. Pada setiap 12 m sepanjang dinding luar, terbuat dari baja yang digalvanisatau yang terbuat dari kayu bila :

- Bangunan berada pada jarak 9 m dari bangunan lain yang dibuat daribahan yang sama, dan tak dilengkapi dengan alarm kebakaran.

- Bangunan yang berada pada jarak 9 m dari gudang tempat penimbunanbahan yang mudah terbakar.

b. Pemasangan alarm kebakaran

b.1. Untuk jenis bangunan tertentu yang termasuk dalam kelas Bangunan A dan Bharus dipasang alarm kebakaran dengan ketentuan seperti pada Tabel V.I.

b.2. Dipasang sedemikian rupa, sehingga secara normal tidak terganggu olehpengaruh lain yang dapat menimbulkan operasi palsu.

b.3. Dilengkapi dengan indikator sehingga bila ada gangguan pada sistem tersebutakan cepat diketahui.

Page 18: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

b.4. Bila dalam satu sistem alarm kebakaran, dipasang lebih dari satu jenis alarm,tegangannya harus sama.

b.5. Sistem alarm kebakaran harus mempunyai gambaran instalasi secara lengkapdan mencantumkan letak dari perlengkapan tersebut, serta ditempatkan dipusat kontrol.

b.6. Sumber tenaga listrik untuk sistem ini harus mempunyai tegangan 6 volt atau12 volt DC (arus searah).

b.7. Pemasangan harus terpisah dari pemasangan instalasi tenaga dan instalasipenerangan.

Tabel V.1PERSYARATAN PEMASANGAN ALARM KEBAKARAN

MENURUT JENIS, JUMLAH LANTAI, DAN LUAS LANTAI

KLASIFIKASIBANGUNAN

JENISBANGUNAN

JUMLAHLANTAI

JUMLAHLUAS

MINIMUMTIAP

LANTAI (M2)

TIPEALARM

A H O T E L 1 185 manual2 - 4 t.a.b. otomatis> 4 t.a.b. otomatis

PERTOKOAN& PASAR

12 - 4> 4

185t.a.b.t.a.b.

manualotomatisotomatis

PERKANTORAN

12 - 4> 4

185t.a.b.t.a.b.

manualotomatisotomatis

RUMAH SAKITDAN

PERAWATAN

12 - 4> 4

t.a.b.t.a.b.t.a.b.

manualotomatisotomatis

BANGUNANINDUSTRI

2 -4> 4

t.a.bt.a.b.

manualotomatisotomatis

TEMPATHIBURAN,MUSEUM

12 - 4> 4

t.a.bt.a.bt.a.b.

manualotomatisotomatis

B. PERUMAHANBERTINGKAT

-2 - 4> 4

t.d.375

t.d.manualotomatis

ASRAMA 12 - 4> 4

t.d.t.a.b.t.a.b

t.dmanualotomatis

SEKOLAH 12 - 4> 4

t.d.375t.a.b.

t.d.manualotomatis

TEMPATIBADAH

12 - 4> 4

t.d.375t.a.b.

t.d.manual

ootomatis

t.d. = tidak dipersyaratkant.a.b. = tidak ada batasan luas.

Page 19: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

c. Pemasangan alat pengindera

c.1. Pemasangan alat pengindera panas harus mengikuti persyaratan sebagaiberikut :

c.1.1. Untuk sistem yang menggunakan alat pengindera panas, elemen pekapanasnya harus dipasang pada posisi antara 15 mm hingga 100 mm dibawah permukaan langit-langit.

c.1.2. Pada satu kelompok sistem ini, tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah.

c.1.3. Untuk setiap ruangan dengan luas 46 m2 dengan tinggi langit-langit 3m, dipasang satu buah alat pengindera panas.

c.1.4. Jarak antar alat pengindera tidak lebih dari 7 mm untuk ruang efektif,sedangkan untuk ruang sirkulasi tidak lebih dari 10 m.

c.1.5. Jarak alat pengindera dengan dinding pembatas paling jauh 3 m padaruang efektif dan 6 m pada ruang sirkulasi.

c.1.6. Jarak alat pengindera panas dengan dinding, minimum 30 cm.

c.1.7. Pada tiap ketinggian yang berbeda, dipasang satu buah alat penginderapanas untuk setiap luas lantai 92 m2.

c.1.8. Di puncak lekukan atap pada ruangan tersembunyi, dipasang sebuahalat pengindera panas untuk setiap jarak memanjang 9 m.

c.2. Pemasangan alat pengindera asap harus mengikuti persyaratan sebagaiberikut :

c.2.1. Pada setiap luas lantai 92 m2 harus dipasang sebuah alat penginderaasap.

c.2.2. Jarak antar alat pengindera asap maksimum 12 m di dalam ruanganefektif, dan 18 m di dalam ruang sirkulasi.

c.2.3. Jarak titik alat pengindera yang terdekat ke dinding atau dindingpemisah, 6 m, dalam ruang efektif, dan 12 m, dalam ruang sirkulasi.

c.2.4. Setiap kelompok sistem harus dibatasi maksimum 20 buah alatpengindera asap yang dapat melindungi ruangan 2000 m2 luas lantai.

c.3. Pemasangan alat pengindera nyala api mengikuti persyaratan sebagai berikut :

c.3.1. Untuk setiap kelompok sistem harus dibatasi maksimum 20 buah alatpengindera nyala api yang dapat melindungi ruangan.

c.3.2. Untuk yang dipasang di luar ruangan (udara terbuka), maka alatpengindera harus terbuat dari bahan yang tahan karat, tahan pengaruhangin dan getaran.

c.3.3. Untuk pemasangan pada daerah yang sering mengalami sambaranpetir, harus dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkanalarm palsu.

Pasal 19ALAT PEMADAM API RINGAN ( PAR )

(1) Alat pemadam api ringan ( PAR ) dibagi dalam jenis-jenis didasarkan atas golongankebakaran tertentu yang dapat dipadamkannya.Contoh : PAR Jenis A digunakan untuk pemadaman kebakaran golongan A.

Lihat Tabel V.3.

Page 20: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

(2) Penggolongan kebakaran ke dalam golongan A, B, C, dan D didasarkan atas macambahan yang mula-mula terbakar pada saat awal terjadinya kebakaran.

- Kebakaran golongan A adalah kebakaran bahan padat kecuali logam

- Kebakaran golongan B adalah kebakaran bahan cair atau gas

- Kebakaran golongan C adalah kebakaran instalasi listrik bertegangan

- Kebakaran golongan D adalah kebakaran logam.

(3) Persyaratan Teknis PAR

Untuk semua jenis PAR yang biasanya dikemas dalam bentuk tabung harus memenuhisyarat :

a. Tabung harus dalam keadaan baik

b. Etiket harus mudah dibaca dengan jelas dan dimengerti

c. Sebelum dipakai segel harus dalam keadaan baik

d. Slang harus tahan tekanan tinggi

e. Bahan baku pemadam selalu dalam keadaan baik

f. Isi tabung gas sesuai dengan tekanan yang dipergunakan

g. Belum lewat batas masa berlakunya

h. Warna tabung harus mudah dilihat (hijau, merah, biru, kuning)

(4) Pemasangan dan penempatan

Untuk pemasangan dan penempatan PAR harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Setiap PAR harus dipasang pada posisi yang mudah dilihat, dicapai, diambil, sertadilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan sesuai dengan gambar V.2 danV.3.

b. Pemasangan PAR harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.

c. Setiap PAR harus dipasang menggantung pada dinding dengan penguatan sengkangatau dalam lemari kaca, dan dapat dipergunakan dengan mudah pada saatdiperlukan.

d. Pemasangan PAR dilakukan sedemikian rupa sehingga bagian paling atas beradapada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai, terkecuali untuk jenis CO2 dan bubukkimia kering yang penempatannya minimum 15 cm dari permukaan lantai.

e. PAR tidak boleh dipasang di dalam ruangan yang mempunyai suhu lebih dari 49 º Cdan di bawah 4 º C.

f. Penempatan PAR juga didasarkan kepada kemampuan jangkuan serta jenisbangunan sesuai dengan Tabel V.2.

(5) PemakaianPemakaian PAR harus disesuaikan dengan jenis PAR dan golongan kebakaran sesuaidengan Tabel V.3.

KOLOM KOTAK KOLOM BULAT

Page 21: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Gambar V.1Tanda tempat pemasangan alat pemadam api ringan yang dipasang pada kolom

Catatan :1. Tanda tempat pemasangan diberi warna merah2. Lebar ban pada kolom 20 cm

Tabel V.2Penempatan PAR

Jenis BangunaBeratMinimum

luasJangkauan

JarakMaksimum

Industri 2 kg 150 m2 15 mU m u m 2 kg 100 m2 20 mPerumahan 2 kg 250 m2 25 mCampuran 2 kg 100 m2 20 mP a r k i r 2 kg 135 m2 25 mBangunan Tinggi 2 kg 100 m2 20 mLebih dari 14 m

Gambar V.2.

Tanda tempat pemasangan alat pemadam api ringan yang dipasang pada dinding.

Catatan :1. Segi tiga sama sisi dengan warna dasar merah2. Ukuran sisi 35 cm3. Tinggi tanda pada 7,50 cm, warna putih.4. Ruang tulisan, tinggi 3 cm warna putih5. Tulisan warna merah.

ALAT PEMADAM API

7,5 Cm

3 Cm35 CM

Page 22: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Pasal 20HIDRAN KEBAKARAN

(1) Berdasarkan lokasi penempatan jenis hidran kebakaran dibagi menjadi :

a. Hidran gedungb. Hidran halaman.

(2) Komponen Hidran Kebakaran terdiri dari :

a. Sumber persediaan airb. Pompa-pompa kebakaranc. Slang kebakarand. Kopling penyambunge. Perlengkapan lain-lain.

(3) Persyaratan Teknis

Untuk hIdran kebakaran diperlukan persyaratan-persyaratan teknis sesuai denganketentuan-ketentuan yang tersebut dibawah ini :

a. Sumber persediaan air untuk hidran kebakaran harus diperhitungkan minimum untukpemakaian selama 30 menit.

b. Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listriktersendiri dari sumber daya listrik darurat.

c. Slang kebakaran dengan diameter maksimum 1½ inci harus terbuat dari bahan yangtahan panas, panjang maksimum slang harus 30 m.

d. Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling dari UnitPemadam Kebakaran.

e. Semua peralatan hidran kebakaran harus di cat merah.

(4) Pemasangan Hidran Kebakaran

a. Pipa pemancar harus sudah terpasang pada slang kebakaran

b. Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus dilengkapidengan kopling pengeluaran yang berdiameter 2,5 inci ( 6,25 cm ), dengan bentukdan ukuran yang sama dengan kopling dari unit pemadam kebakaran, danditempatkan pada tempat yang mudah dicapai oleh unit pemadam kebakaran.

c. Hidran halaman, harus disambung dengan pipa induk dengan ukuran diameternyaminimum 6 inci ( 15 cm ) mampu mengalirkan air 250 gallon/menit atau 1.125liter/menit untuk setiap kopling.Penempatan hidran halaman tersebut harus mudah dicapai oleh mobil unitkebakaran.

d. Hidran halaman yang mempunyai 2 kopling pengeluaran harus menggunakan katuppembuka yang diameter minimum 4 inci ( 10 cm ), dan yang mempunyai 3 koplingpengeluaran harus menggunakan pembuka berdiameter 6 inci ( 15 cm ).

e. Kotak hidran gedung harus mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak terhalang olehbenda lain.

(5) Pemakaian Hidran Kebakaran

a. Pemakaian hidran kebakaran harus disesuaikan dengan klasifikasi bangunan gedungseperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Page 23: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Tabel V.4.Pemakaian hidran berdasarkan klasifikasi bangunan

KlasifikasiBangunan

RUANG TERTUTUP RUANG TERTUTUP DENGANRUANG TERPISAH

Jumlah Per LuasLantai

Jumlah MinimumPertotal

LuasLantai

A 1 buah Per 800 M2 2 buah Per 800 M2

B 1 buah Per 1000 M2 2 buah Per 800 M2

C 1 buah Per 1000 M2 2 buah Per 1000 M2

D Ditentukan tersendiri Ditentukan tersendiri

b. Untuk bangunan kelas A yang bertingkat, setiap lantai harus mempunyai minimumsebuah hidran kebakaran.

Pasal 21S P R I N K L E R

(1) Sistem Sprinkler terdiri dari :

a. Penyediaan air

b. Jaringan pipa air sprinkler

c. Kepala sprinkler

d. Alat bantu lainnya.

(2) Sistem penyediaan air

Penyediaan air sprinkler dapat diusahakan melalui :a. Tangki Gravitasi

Tangki tersebut harus direncanakan dengan baik yaitu dengan mengatur perletakan,ketinggian, kapasitas penampungannya sehingga dapat menghasilkan aliran dantekanan air yang cukup pada setiap kepala sprinkler.

b. Tangki Bertekanan

Tangki tersebut harus direncanakan dengan baik yaitu dengan memberikan alatdeteksi yang dapat memberikan tanda apabila tekanan dan atau tinggi muka airdalam tangki turun melampaui batas yang ditentukan.Isi tangi harus selalu terisi minimum 2/3 bagian dan kemudian diberi tekanansekurang-kurangnya 5 kg/cm2.

c. Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih dapat digunakan apabila kapasitas dan tekanannya memenuhisyarat yang ditentukan. Diameter pipa air bersih yang dihubungkan dengan pipategak sprinkler harus berdiameter sama, dengan ukuran minimum 100 mm. Pipayang menuju kejaringan air bersih harus sama dengan pipa sprinkler atau denganukuran ø pipa minimum 100 mm.

d. Tangki Mobil Kebakaran

Bila tangki gravitasi, tangki bertekanan dan jaringan air bersih tidak berfungsidengan normal, dapat dipompakan air dari tangki mobil Unit Pemadam Kebakarandengan ukuran pipa minimum 100 mm.

Page 24: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

(3) Jaringan pipa sprinkler

Jenis pipa yang dapat digunakan adalah :

a. Pipa baja

b. Pipa baja galvanis

c. Pipa besi tuang dengan flens

d. Pipa tembaga

Pipa-pipa tersebut harus memenuhi Standar Industri Indonesia (SII)

(4) Kepala Sprinkler

Kepala sprinkler adalah bagian dari sprinkler yang berada pada ujung jaringan pipa dandiletakkan sedemikian rupa sehingga akibat adanya perubahan suhu tertentu akanmemecahkan kepala sprinkler tersebut dan akan memancarkan air secara otomatis.

5) Jenis kepala sprinkler

Jenis kepala sprinkler dibedakan atas arah pancarannya dan tingkat kepekaannyaterhadap suhu.

a. Berdasarkan arah pancarannya, kepala sprinkler dibedakan atas :

a.1. Pancaran kearah atasa.2. Pancaran kearah bawaha.3. Pancaran dari arah dinding.

b. Berdasarkan kepakaannya terhadap suhu, kepala sprinkler dapat dibedakan atas :

b.1. Kepala sprinkler dengan segel berwarnab.2. Kepala sprinkler dengan tabung gelas berisi cairan berwarna.

Tingkat kepekaan kepala sprinkler tersebut ditandai dengan pemberian warna tertentubaik pada segel maupun pada cairan yang terdapat di dalam tabung gelas. (lihat TabelV.5 dan V.6.).

Tabel V.5Kepekaan kepala sprinkler sesuai dengan warna segel

Suhu lebur segel ( º C ) Warna segel

64 - 74 Tak berwarna93 - 100 P u t i h

141 B i r u182 Kuning224 Merah

Dibedakan dari warna tabung gelas dari kepala sprinkler.

Page 25: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

(6) Pemilihan jenis kepala sprinkler

Pemilihan jenis kepala sprinkler yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisitermal ruangan dimana sprinkler dipasang.(Lihat Tabel V.5 dan V.6).

Tabel V.6Kepekaan kepala sprinkler sesuai dengan warna tabung gelas

Suhu pecah tabung gelas ( ºC) Warna cairan dalam gelas

57 Jingga68 Merah79 Kuning93 Hijau141 Biru182 Ungu

204 - 260 Hitam

(7) Pemakaian

a. Untuk bangunan kelas A mulai dari lantai 4 (empat) ke atas atau ketinggian 14 mpertama harus memakai sprinkler.

b. Untuk bangunan kelas B mulai dari lantai 8 (delapan) ke atas atau ketinggian 40 mke atas harus memakai sprinkler.

c. Dalam hal unit Pemadam Kebakaran setempat belum memiliki tangga pemadamansetinggi 40 m, maka ketentuan mulai dipakainya instalasi sprinkler harus disesuaikandengan tinggi tangga maksimum unit pemadam kebakaran yang dimiliki daerahtersebut.

(8) Pedoman teknis pelaksanaan pemasangan dan penempatan sprinkler otomatis harusmengikuti “Pedoman Penanggulangan Bahaya Kebakaran dengan Sprinkler Otomatis”yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.

Pasal 22PIPA PENINGKATAN AIR

(1) Untuk bangunan Klas A mulai dengan ketinggian 14 m (empat lantai) ke atas danbangunan Klas B mulai dengan ketinggian mulai 40 m (delapan lantai) ke atas, harusdiperhitungkan kemungkinan dipasangnya instalasi pipa peningkatan air.

(2) Pipa peningkatan air kering hanya boleh dipasang pada bangunan gedung denganketinggian maksimum 60 m, dan di atas ketinggian 60 m harus menggunakan pipapeningkatan air basah.

(3) Pemasangan pipa peningkatan air harus memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut :

a. Untuk setiap lantai dengan luas 800 m2 untuk bangunan Klas A dan 1000 m2 untukbangunan Klas B, harus terdapat minimum 1 (satu) buah pipa peningkatan air.

b. Pipa peningkatan air harus dipasang sedemikian hingga jarak dari tiap bagian ditiapbagian di tiap lantai ke pipa peningkatan air tidak melebihi 38 m.

c. Ujung pipa tegak yang berada di halaman luar, harus mudah dilihat dan dicapai,dengan memberi tanda yang jelas misalnya PIPA PENINGKATAN AIR KERING(DRY RISER) atau PIPA PENINGKATAN AIR BASAH (WET RISER).

Page 26: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

d. Ketinggian ujung bawah pipa peningkatan air atau ujung pipa peningkatan air yangberada di halaman, lebih kurang 1,25 m di atas halaman dan harus dilengkapidengan kopling penyambung yang sesuai dengan kopling dari Unit PemadamKebakaran.

Pasal 23SUMBER DAYA LISTRIK DARURAT

(1) Sumber daya listrik dapat diperoleh dari :

a. Sumber Utama dari PLN

b. Sumber darurat

(2) Ketentuan mengenai peralatan dan pemasangan instalasi daya listrik harus mengikutiketentuan seperti yang tercantum pada Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).

(3) Sumber daya listrik darurat dapat berupa :

a. Batere

b. Generator

c. Dan lain-lain.

(4) Sumber daya listrik darurat harus direncanakan dapat bekerja secara otomatis apabilasumber daya utama tidak bekerja.

(5) Sumber daya listrik darurat harus dapat dipergunakan setiap saat (Stand by Power).

(6) Sumber daya listrik darurat harus digunakan untuk :

a. Penerangan darurat

b. Komunikasi darurat

c. Lif Kebakaran

d. Sprinkler

e. Alarm Kebakaran

f. Pintu Tahan Api Otomatis

g. Pengisap asap

h. Hidran.

Pasal 24PENANGKAL PETIR

(1) Untuk melindungi bangunan gedung terhadap kebakaran yang berasal dari sambaranPetir, maka pada bangunan gedung khususnya Klas A dan B harus dipasang penangkalpetir.

(2) Ketentuan mengenai peralatan dan pemasangan instalasi penangkal petir harusmengikuti ketentuan seperti yang tercantum pada Peraturan Umum Instalasi PenangkalPetir (PUIPP).

Page 27: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

BAB VI.UPAYA PENYELAMATAN

Pasal 25P E N G E R T I A N

(1) Upaya penyelamatan dalam ketentuan ini bertujuan agar para penghuni atau pemakaibangunan mudah menyelamatkan diri atau diselamatkan ketempat yang aman pada saatterjadi kebakaran.

(2) Sarana dan perlengkapan ke luar (evakuasi) pada bangunan harus mudah dan jelasdilihat dan atau dicapai oleh penghuni atau pemakai bangunan pada saat terjadikebakaran.

(3) Sarana dan Perlengkapan ke luar terdiri dari :

a. Tangga kebakaran

b. Koridor

c. Pintu kebakaran

d. Bukaan penyelamat

e. Lif kebakaran

f. Penerangan darurat

g. Komunikasi darurat

h. Sistem pengendalian asap

i. Landasan helikopter

j. Peralatan pembantu lainnya.

Pasal 26TANGGA KEBAKARAN

llihat BAB II Pasal 4 ayat (4)

Pasal 27K O R I D O R

Lihat BAB II Pasal 4 ayat (3)

Pasal 28PINTU KEBAKARAN

Lihat BAB II Pasal 4 ayat (5)

Pasal 29BUKAAN PENYELAMAT

Lihat BAB II Pasal 4 ayat (2) d

PASAL 30

Page 28: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

LIF KEBAKARAN

(1) Untuk bangunan gedung yang menggunakan lif, harus menyediakan minimum sebuah lifyang dapat digunakan oleh Unit Pemadam Kebakaran.

(2) Pintu penutup sumur lif maupun pintu kereta lif harus tahan api, tidak kurang dari 1 jam.

(3) Dinding sumur lif harus tahan api tidak kurang dari 2 jam dan terpisah dari unit lainnya.

(4) Lif kebakaran harus dapat berhenti di setiap lantai, dengan pintu yang harus dapatdilalui usungan (brand car) secara datar yang berukuran 2,05 m x 0,7 m.

(5) Sumur lift harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada asap yangterperangkap bila terjadi kebakaran.

(6) Sumber daya listrik untuk lif kebakaran direncanakan dari dua sumber yang berbeda,sehingga secara otomatis aliran listrik dapat dipindahkan bila terjadi kebakaran danaliran listrik tersebut berdiri sendiri.

Pasal 31PENERANGAN DARURAT DAN TANDA PETUNJUK ARAH KELUAR

(1) Bangunan Gedung Kelas A dan B harus dilengkapi dengan penerangan darurat dantanda penunjuk arah ke luar.

(2) Jalan ke luar menuju ruang tangga, balkon atau teras, dan pintu menuju tangga, harusdiberi tanda KE LUAR/EXIT yang jelas, atau dengan panah penujuk arah yangditempatkan pada persimpangan jalan dan atau jalan ke luar yang dianggap perlu.

(3) Penerangan darurat yang berbentuk lampu penerangan tanda KE LUAR/EXIT dan anakpanah, harus mendapat aliran listrik dari dua sumber yang berbeda, sehingga apabilaaliran utama tidak berfungsi atau terputus, maka penerangan darurat akan segeraberfungsi dengan memperoleh aliran dari sumber cadangan secara otomatis.

Pasal 32KOMUNIKASI DARURAT

(1) Sistem komunikasi darurat terdiri dari sistem tilpon dan sistem tata suara.

(2) Sistem tilpon harus direncanakan sedemikian rupa , sehingga bila terjadi kebakaranmasih dapat bekerja minimum 1 (satu) buah pada tiap-tiap lantai dan 1 (satu) buah padalif kebakaran.

(3) Sistem tata suara yang terpusat harus direncanakan agar dapat digunakan untukmenyampaikan pengumuman dan istruksi bila terjadi kebakaran pada tingkat awal.

Pasal 33PENGENDALIAN ASAP

(1) Bagian-bagian ruangan pada bangunan yang digunakan untuk jalur penyelamatan harusdirencanakan bebas dari asap, bila terjadi kebakaran, melalui sistem pengendalian asap.

(2) Ruang bawah tanah, ruang tertutup, tangga kebakaran, dan atau ruang-ruang yangdiperkirakan asap akan terperangkap, harus direncanakan bebas asap denganmenggunakan ventilasi mekanis, yang akan bekerja secara otomatis bila terjadikebakaran.

(3) Peralatan ventilasi mekanis, maupun peralatan lainnya yang bekerja secara terpusatharus dapat dikendalikan baik secara otomatis maupun manual dari ruang sentral.

Page 29: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Pasal 34LINDASAN HELIKOPTER

Untuk jenis bangunan gedung Klas A yang melebihi 8 tingkat, perlu diperhitungkankemungkinan diadakannya landasan helikopter guna penyelamatan penghuni pada saatterjadi kebakaran.

Pasal 35PERALATAN PEMBANTU LAINNYA

(1) Setiap bangunan gedung yang lebih dari 8 tingkat harus menyediakan peralatanpembantu penyelamatan seperti tangga, peralatan peluncur dan peralatan lainnya yangdapat digunakan untuk penyelamatan darurat.

BAB VIILAIN - LAIN

Pasal 36PERLINDUNGAN TERHADAP RUANG DALAM BANGUNAN YANG MENGANDUNG

POTENSI KEBAKARAN

Ruang atau daerah dalam bangunan umum yang digunakan untuk penempatan boiler,generator, gardu listrik, dapur utama, ruang mesin, tabung gas, dan ruang atau daerahlainnya yang mempunyai potensi kebakaran, harus ditempatkan terpisah atau biladitempatkan pada bangunan utama, harus dibatasi oleh dinding atau lantai kompartemenyang nilai ketahanan apinya minimal 3 (tiga) jam, Pada dinding atau lantai kompartementersebut harus tidak terdapat lubang terbuka, kecuali untuk bukaan yang dilindungi.

Pasal 37MANAJEMEN SISTEM PENGAMANAN KEBAKARAN

(1) Manajemen sistem pengamanan kebakaran adalah suatu sistem pengelolaan untukmengamankan penghuni, pemakai bangunan, maupun harta benda di dalam dan dilingkungan bangunan tersebut terhadap bahaya kebakaran.

(2) Untuk bangunan tempat tinggal yang mempunyai kapasitas lebih dari 50 penghuni danuntuk bangunan umum seperti theater, pertokoan, tempat ibadah dan lain-lain, yangmempunyai kapasitas lebih dari 30 orang, harus memiliki dan melaksanakan manajemensistem pengamanan kebakaran.

(3) Manajemen sistem kebakaran berada di bawah koordinasi seorang penanggung jawabyang akan mengelola tugas-tugas sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana strategi sistem pengamanan kebakaran.b. Pengadaan latihan pemadaman kebakaran secara periodik, minimum sekali setahun.

c. Pemeriksaan dan pemeliharaan perangkat pencegahan dan penanggulangankebakaran.

d. Pemeriksaan secara berkala ruang-ruang yang menyimpan bahan-bahan yang mudahterbakar atau yang mudah meledak, minimum setahun sekali.

e. Evakuasi penghuni atau pemakai bangunan pada waktu terjadi kebakaran.

Page 30: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

Pasal 38PEMERIKSAAN BERKALA

Perangkat pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang dipasang pada bangunangedung dan lingkungannya seperti tersebut pada Pasal 17 ayat (2), harus diperiksa secaraberkala oleh petugas yang berwenang untuk menjamin keandalan masing-masing peralatantersebut agar dapat berfungsi secara efektif setiap saat.

Pasal 39SERTIFIKAT LAYAK PAKAI

Hasil pemeriksaan berkala seperti tercantum pada Pasal 37, menentukan diperolehnyasertifikat layak pakai untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan ketentuan-ketentuan yangberlaku.

Pasal 40BEBAS BENDA-BENDA PENGHALANG

(1) Perangkat pencegahan dan penanggulangan kebakaran seperti yang tersebut padaPasal 17 ayat (2), harus bebas dari benda-benda yang dapat menghalangi berfungsinyaperalatan tersebut.

(2) Jalur penyelamatan dan sarana yang digunakan pada penyelamatan penghuni dan ataupemakai bangunan terhadap bahaya kebakaran seperti koridor, dan ruang-ruangsirkulasi lainnya, pintu kebakaran, dan tangga kebakaran harus bebas dari benda-bendayang menghalangi fungsi jalur penyelamatan tersebut pada saat terjadi kebakaran.

(3) Tanda-tanda penunjuk serta lampu tanda harus selalu dalam kondisi yang baik,senantiasa dalam keadaan siaga atau menyala, dapat dilihat dan dibaca serta harusbebas dari benda-benda penghalang.

Pasal 41LATIHAN KEBAKARAN PADA BANGUNAN UMUM

Bangunan umum seperti pertokoan dan pasar-raya serta bangunan lainnya yang digunakanoleh banyak orang, harus mengadakan latihan kebakaran sekurang-kurangnya sekalisetahun, untuk menjamin kesiagaan petugas pengamanan bangunan dan pemakai/penghunibila terjadi kebakaran.

DAFTAR ISTILAH

1. Alat pengindera asap, atau smoke detector (bhs. Inggris) adalah suatu alat yang dapatmemberikan reaksi mekanis bilamana terdapat asap pada tingkat kepakaan tertentu.

2. Bahan lapis penutup, atau disebut pula interior finishing material (bhs. Inggeris) adalah bahanyang digunakan sebagai lapisan bagian dalam bangunan seperti plesteran, pelapis dinding,panel kayu dan lain-lain.

3. Bangunan umum adalah bangunan gedung yang digunakan untuk segala macam kegiatan kerjaantara lain untuk :

(1) Pertemuan umum(2) Perkantoran(3) Hotel(4) Pasar-raya(5) Tempat rekreasi/hiburan(6) Rumah sakit/perawatan(7) Museum

4. Bukaan penyelamat adalah bukaan/lubang yang dapat dibuka atau opening (bhs. Inggeris) yangterdapat pada dinding bangunan terluar, bertanda khusus, menghadap ke arah luardan diperuntukkan bagi unit pemadam kebakaran dalam pelaksanaan pemadamankebakaran dan penyelamatan penghuni.

Page 31: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung

5. Eskalator, asal kata escalator (bhs. Inggeris), sering dikenal sebagai tangga berjalan adalahsuatu sistem transportasi dalam bangunan gedung yang mengangkut penumpangnyadari satu tempat ke tempat lain, dengan gerakan terus menerus dan tetap, ke arahhorisontal atau kearah diagonal.

6. H i d r a n, asal kata hydrant (bhs. Inggeris) adalah alat yang dilengkapi dengan slang gulung(hose-reel) dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yangdigunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.

7. Kereta lift adalah ruangan atau tempat yang ada pada sistem lif, di dalam mana penumpangberada dan atau diangkut.

8. Kgf, singkatan dari kilogram force atau kilogram gaya.

9. Lantai monolit adalah lantai beton yang dicor setempat yang merupakan satu kesatuan yangutuh.

10. Lapisan pelindung adalah lapisan khusus yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan apisuatu komponen struktur.

11. L i f , asal kata lift (bhs. Inggeris) adalah suatu sarana transportasi dalam bangunan gedung,yang mengangkut penumpangnya di dalam kereta lif, yang bergerak naik-turun secaravertikal.

12. Penutup beton, atau beton dekking (bhs. Belanda) adalah bagian dari struktur beton yangberfungsi melindungi tulangan agar tahan terhadap korosi dan api.

13. Plambing, asal kata plumbing (bhs. Inggeris) adalah instalasi/kelengkapan dalam bangunan yangberupa sistem pemipaan baik pemipaan untuk pengaliran air bersih, air kotor dandrainase, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan pemipaan.

14. PVC, singkatan dari Plyvinyl Chloride, sejenis plastik thermosetting.

15. Sprinkler atau springkler, adalah alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yangmempunyai tudung berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga airdapat memancar ke semua arah secara merata. Dalam pertanian ada juga jenissprinkler yang digunakan untuk penyiram tanaman.

16. Sumur lif, adalah suatu ruang berbentuk lubang vertikal di dalam bangunan, di mana di dalamlubang tersebut lif bersikulasi naik-turun.