kepolisian negara republik indonesia daerah nusa...
TRANSCRIPT
1
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT
RENCANA STRATEGIS
KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
TAHUN 2015-2019 (REVISI)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Kondisi Umum
Pelaksanaan Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 telah merumuskan dan menetapkan
Visi pembangunan Nasional Tahun 2005-2025 yaitu “Indonesia yang Mandiri,
Maju, Adil, dan Makmur.” Dalam implementasinya RPJPN dibagi dalam 4 (empat)
tahapan Pembangunan Nasional yaitu : RPJMN Tahap I Tahun 2005-2009;
RPJMN Tahap II Tahun 2010-2014; RPJMN Tahap III Tahun 2015-2019, dan
RPJMN Tahap IV Tahun 2020-2025. Penahapan tersebut merupakan penjabaran
dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 ke
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dengan
masa pelaksanaan 5 (lima) tahunan. Yaitu Rencana Strategis (Renstra) tahap I
Tahun 2005-2009, Renstra Tahap II Tahun 2010-2014, Renstra Tahap III Tahun
2015-2019, dan Renstra Tahap IV Tahun 2020-2025.
Sebagai implementasi Polri telah menjabarkan ke dalam Grand Strategy Polri
Tahun 2005-2025 yang mencakup 3 (tiga) tahapan waktu, yaitu: Tahap I Tahun
2005-2009 untuk membangun kepercayaan (trust building),
2
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
Tahap II Tahun 2010-2014 membangun kemitraan (partnership building), Tahap III
Tahun 2015-2025 menuju organisasi unggulan (strive for excellence) yang akan
diimplementasikan sampai dengan tahap ideal yaitu Polri sebagai organisasi
unggulan (excellence).
Pada Grand Strategy Polri Tahap III, Polri menjabarkan ke dalam 2 tahapan
Renstra yaitu Renstra Tahap III Tahun 2015-2019 (strive for excellence), dan
Renstra tahap IV Tahun 2020-2025 (excellence).
Bagan: Tahapan Grand Strategy Polri 2005-2025
Dalam penetapan sasaran pelaksanaan Renstra Tahap I Tahun 2005-2009
Polri berusaha mewujudkan Postur Polri yang profesional, bermoral dan modern.
sehingga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri menjadi prioritas
pertama yang harus diwujudkan sebagai fondasi dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 30 ayat
(4) dan UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Pasal 13 ayat 1, 2 dan 3, yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat.
3
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
Pada Renstra tahap II Tahun 2010-2014, lebih ditekankan pada
pembangunan dan penguatan konstruksi kelembagaan Polri sebagai pelayan
Kamtibmas menuju pelayanan prima, tegaknya hukum dan Kamdagri mantap,
serta terjalinnya sinergi polisional yang proaktif.” dengan sasaran membangun
kemitraan (partnership building) dengan seluruh komponen dan masyarakat.
Dari hasil evaluasi pada pelaksanaan Renstra Polres Sumbawa Barat tahap
II Tahun 2010-2014 bahwa kondisi Kamtibmas dan Kamseltibcarlantas di wilayah
Sumbawa Barat relatif aman dan kondusif, dengan menerapkan manajemen
operasional kepolisian yang baik sehingga masyarakat dapat melaksanakan
aktivitas kehidupan sehari-hari dengan aman, roda pemerintahan daerah dapat
berjalan dengan lancar, meskipun dalam kurun waktu tertentu masih terjadi
berbagai gangguan Kamtibmas.
Secara umum sasaran strategis pada Renstra Polres Sumbawa Barat 2010-
2014 telah tercapai, dalam bidang operasional antara lain Polres Sumbawa Barat
berhasil mengindikasi keberadaan ISIS di lapas Porong, meredam konflik sosial
lumpur lapindo dan kasus-kasus lain.
Polres Sumbawa Barat juga telah berhasil melaksanakan Operasi KepolisianTerpusat dengan sandi “Mantap Brata 2014” yang dilaksanakan selama 224 hari
(pra, semasa, dan pasca Pemilu). Dalam menjalankan tugas pengamanan Pemilu
Legislatif maupun Pemilu Presiden, Polres Sumbawa Barat mengedepankan
kegiatan preemtif dan preventif yang didukung kegiatan intelijen, represif, kuratif
dan rehabilitasi dalam rangka mengamankan setiap tahapan inti Pemilu guna
mewujudkan situasi Kamtibmas yang kondusif.
Dalam upaya mewujudkan trust building dan partnership building, Polres
SUMBAWA BARAT membangun komunikasi dengan masyarakat sekitar melalui
strategi Pemolisian Masyarakat (Polmas) dengan wujud Bhabinkamtibmas di
setiap desa. Polmas bertujuan untuk mendekatkan personel Polres Sumbawa
Barat dengan kearifan lokal, melalui tokoh-tokoh adat, pemuka agama, pamong
4
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
desa/kelurahan, kelompok remaja, dan lain-lain,untuk ikut bertanggung jawab
terhadap keamanan wilayah masing-masing. Ukuran keberhasilan Polisi bukan
pada banyaknya kasus kejahatan yang mampu ditangani, melainkan pada
pencegahan (preventif) dan penangkalan (pre-emtif). Polres Sumbawa Barat
sudah berusaha ke arah sana, dengan mengembangkan dan menerapkan
community policing (pemolisian masyarakat, atau Polmas) serta menggerakan
kesadaran bernegara dengan program seribu Bendera Merah Putih yaitu
mengganti/membagikan kepada instansi atau elemen lainnya yang masih
mengibarkan Bendera Merah Putih yang sudah tidak layak (kusam/sobek).
Dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Polri telah
berusaha melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Polri
Polres Sumbawa Barat guna menghadapi segala tuntutan tugas. Pemerintah telah
menetapkan rasio ideal Polisi dibanding penduduk adalah 1: 575 pada akhir tahun
2019. Pada Tahun 2015, jumlah personel Polri telah mencapai 402.166 orang
dengan rasio 1: 591 dan untuk Polres SUMBAWA BARAT jumlah personel Polri
telah mencapai 1.400 orang dengan rasio 1 : 1.489, padahal kemampuan
keuangan negara untuk menyediakan anggaran Polri masih sangat terbatas.
Untuk Polres Sumbawa Barat pengembangan SDM telah dilaksanakan
melalui strategi penambahan anggota Polri dengan mengajukan usulan tambahan
personil ke Polres Sumbawa Barat. Melalui Panbanrim rekruitmen anggota Polri
dijaring dari calon-calon yang berkualitas, baik secara kesamaptaan, jasmani,
moral kepribadian, intelektual, melalui proses penerimaan yang dilakukan secara
bersih, transparan, akuntabel dan humanis (BETAH) dengan melibatkan pihak
eksternal sebagai pengawas sehingga menambah kepercayaan
masyarakat/instansi terhadap kinerja Polres Sumbawa Barat. Pada pembinaan
karier masih menemui beberapa permasalahan antara lain penambahan dan
penyusutan personel yang masih tidak seimbang, masih banyak anggota Polri
berpangkat Perwira menengah yang non job dan menempati jabatan Anjak, disisi
lain kualitas SDM Polres Sumbawa Barat yang belum sepenuhnya sesuai standart
kompetensi yang diharapkan dan kesejahteraan personel Polri yang belum
memadai.
5
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
Pada bidang pembangunan Sarana prasarana, telah mendapatkan
pemenuhan Sarpras Polri antara lain : penambahan Ranmor operasional maupun
Ranmor khusus, membangun sarana Kepolisian soft power dan tidak melanggar
HAM, membangun Layanan Contact Center 110, penambahan peralatan Dalmas,
antara lain security barrier dan kendaraan taktis berupa APC dan AWC,
mengusulkan membangun fasilitas Kepolisian dalam upaya mendekatkan Polisi
dengan masyarakat termasuk pembangunan Mako Polres, Polsek dan
Polsubsektor di wilayah Polres Sumbawa Barat, sedangkan dalam pengadaan
barang dan jasa, Polres Sumbawa Barat telah menggunakan LPSE E-
procurement. Tantangan di bidang Sarpras antara lain masih banyaknya fasilitas
Polri yang belum dibangun bahkan sebagian masih bersifat pinjam pakai serta
masih banyak bangunan Polri yang merupakan bangunan lama atau tidak layak
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sarana mobilitas operasional
dalam pelaksanaan tugas Polri dan untuk pelayanan publik masih kurang
memadai.
Pada sistem penganggaran, Polres Sumbawa Barat telah menetapkan 12
program dengan 38 kegiatan, dan Polres Sumbawa Barat melaksanakan 9
program dengan 20 kegiatan. Dukungan anggaran Polres Sumbawa Barat tiap
tahun telah mengalami peningkatan yang signifikan namun peningkatan tersebut
masih didominasi pada anggaran belanja pegawai, sedangkan untuk belanja
modal dan belanja barang yang diperlukan guna mendukung operasionalisasi
pelaksanaan Tupoksi Polres Sumbawa Barat masih sangat terbatas sehingga
dalam implementasinya memerlukan upaya efisiensi dan efektifitas anggaran dan
pelaksanaan Tupoksi belum dapat terlaksana secara optimal. Alokasi anggaran
Polres Sumbawa Barat T.A. 2015 untuk belanja pegawai sebesar 69,90 %, belanja
barang 28,55 % dan belanja modal 1,53 %. Tunjangan kinerja bagi personel Polri
dengan beban dan tantangan tugas di lapangan yang semakin berat dan
kompleks masih relatif kecil dibandingkan dengan Kementerian/Lembaga lainnya.
Selain itu belanja pemeliharaan yang tersedia kurang memadai dikarenakan
penambahan peralatan materiil dan pembangunan fasilitas Polri tidak diimbangi
dengan penambahan anggaran belanja pemeliharaan.
6
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
Keberhasilan yang telah digelar dalam mendukung pelaksanaan tugas Polri
di daerah hukum Polres Sumbawa Barat antara lain di bidang organisasi sebagai
bagian dari Reformasi Birokrasi Polri adalah penggelaran kekuatan dan lapis
kemampuan yang tergelar dengan struktur 1 (satu) Polres, 7 Polsek dengan
tipologi : 1 Polsek Urban, 3 Polsek Rural, 3 Polsek Pra Rural dan 1 Polsubsektor,
menjaga penampilan personil Polres Sumbawa Barat dengan mengganti baju
dinas yang sudah kusam, melaksanakan kunker ke Polsek jajaran dalam rangka
kesiapan panca siap, memberikan reaward dan punishment untuk anggota yang
berprestasi maupun yang melakukan pelanggaran.
Dalam bidang operasional, Polres Sumbawa Barat telah berhasil
mengungkap kasus-kasus kejahatan antara lain kasus Pencurian Ranmor, Kasus
Pembunuhan, Kasus Curas, Kasus pencabulan terhadap anak, Kasus LPG dan
kasus Korupsi dalam menekan tindak kriminalitas Polres Sumbawa Barat secara
terus menerus melaksanakan operasi Miras dan Narkoba sehingga tercapai zero
miras maupun Narkoba diwilayah Sumbawa Barat. Sedangkan di pelayanan publik
yang terkait dengan pelaksanaan quick wins antara lain : SIM, STNK, dan BPKB
yang disertai dengan terobosan pelayanan melalui SIM keliling, SIM corner, SIM
delivery, Samsat keliling, Samsat drive true, Samsat corner, Samsat link, Samsat
delivery, Samsat, yang telah menerima standart ISO 9001:2008, terkait dengan
upaya-upaya tersebut banyak unit pelayanan Polri yang telah memperoleh
penghargaan berupa sertifikat ISO 9001:2008 dari Lembaga yang kompeten;
Selain keberhasilan-keberhasilan tersebut, Polres Sumbawa Barat masih
dihadapkan pada beberapa tantangan di bidang operasional antara lain masih
timbulnya berbagai faham/ajaran atau aliran yang menimbulkan sikap pro kontra di
dalam masyarakat sehingga berpotensi terjadinya konflik sosial bahkan dapat
menimbulkan kerusuhan massal. Sementara itu dalam upaya menangani potensi
konflik sebagai faktor pemicu berkembangnya konflik sosial belum dapat ditangani
secara maksimal sehingga masih perlu mengadakan peningkatan sinergi
polisional secara intensif antar Lembaga/Instansi dan seluruh komponen
masyarakat;
7
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
Tantangan tugas Polri ke depan akan semakin berat, berbagai perkembangan
gangguan Kamtibmas yang semakin kompleks dan mengarah pada transnational
crimes (kartel, bioterorism, narcoterorism, cyber crime), perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi,
implementasi perdagangan bebas dalam program AFTA dan Asean Economy
Comunity (AEC), Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan terjadi persaingan
harga dan kualitas antara produk domestik dan produk asing yang masuk ke
Indonesia khususnya barang/jasa produk China dengan harga murah sangat
berpengaruh terhadap eskalasi Kamtibmas di daerah hukum Polres Sumbawa
Barat. Sedangkan untuk menghadapi hal tersebut kondisi kekuatan personel dan
peralatan Polri yang ada saat ini belum mampu mengimbangi perkembangan
lingkungan strategi dan permasalahan-permasalahan sosial masyarakat yang
berpotensi menimbulkan konflik yang pada akhirnya berdampak pada
meningkatnya gangguan Kamtibmas di daerah hukum Polres Sumbawa Barat.
Selain itu, seiring perkembangan jaman, pergeseran nilai-nilai sosial di
masyarakat yang begitu cepat akan berdampak pada berkembangnya gangguan
Kamtibmas.
Pada pelaksanaan Renstra III (2015-2019), pemerintahan Presiden Joko
Widodo melalui Kabinet Kerja mengusung program pembangunan nasional yang
dikemas di bawah tajuk Nawa Cita (9 Program Kerja Prioritas), yaitu:
a. menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh warga negara. Melalui pelaksanaan politik luar
negeri bebas-aktif;
b. membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;
c. membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan;
d. menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
8
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
e. meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui program Indonesia
Pintar dengan wajib belajar 12 tahun bebas pungutan. Dan program
Indonesia Sehat untuk peningkatan layanan kesehatan masyarakat serta
Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera dengan mendorong program
kepemilikan tanah seluas sembilan juta hektar;
f. meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; g. mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi dan domestik;
h. melakukan revolusi karakter bangsa melalui penataan kembali kurikulum
pendidikan nasional;
i. memperteguh Kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
melalui penguatan kebhinekaan dan menciptakan ruang dialog antarwarga.
Implementasi dari program “Nawa Cita” tersebut telah dijabarkan oleh Polres
Sumbawa Barat dan telah dilaksanakan oleh Polres SUMBAWA BARAT. Program
Kapolri dalam rangka mendukung program “Nawa Cita” pemerintah antara lain
sebagai berikut :
a. implementasi 8 program Kapolri yaitu, yaitu :
1) memantapkan soliditas dengan melakukan reformasi internal Polri
bidang SDM, sarana prasarana dan anggaran;
2) melaksanakan revolusi mental SDM Polri melalui perbaikan sistem
rekruitment, peningkatan kesejahteraan, pendidikan dan latihan serta
pengawasan;
3) memperkuat kemampuan pencegahan kejahatan dengan landasan
prinsip “pemolisian proaktif” dan “pemolisian yang berorientasi pada
penyelesaian akar masalah”;
4) memacu terbentuknya postur Polri yang lebih dominan sebagai
pelayan, pengayom dan pelindung masyarakat;
5) meningkatkan pelayanan yang lebih prima kepada publik; 6) meningkatkan kemampuan deteksi untuk memahami potensi akar
masalah gangguan Kamtibmas;
9
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
7) meningkatkan kemampuan mediasi dan solusi non represif lainnya
dalam menyelesaikan masalah sosial yang berpotensi mengganggu
Kamtibmas;
8) meningkatkan kemampuan penegakkan hukum yang profesional
terutama penyidikan ilmiah guna menekan angka 4 (empat) jenis
kejahatan.
b. Implementasi dari 8 Program Kapolri tersebut dituangkan dalam 11
program prioritas Kapolri untuk mewujudkan Polri yang modern dan
dipercaya masyarakat yaitu :
1) penataan dan pembinaan personel (penyelarasan dengan Nawa Cita
ke-2);
2) penataan kelembagaan dan meningkatkan budaya anti korupsi
(penyelarasan dengan program Nawa Cita ke 2, 3,4 dan 8);
3) peningkatan profesionalisme anggota Polri (penyelarasan dengan
program Nawa Cita ke 1 dan 2);
4) peningkatan kesejahteraan anggota Polri dan pemenuhan Sarpras
khusus (penyelarasan dengan program Nawa Cita ke-1);
5) peningkatan perlindungan terhadap warga Negara untuk meningkatkan
rasa aman (penyelarasan dengan program Nawa Cita ke 4, 6 dan 9);
6) membangun partisipasi publik dalam pengamanan lingkungan
(penyelarasan dengan program Nawa Cita ke 1, 2 dan 4);
7) mengintensifkan sinergitas polisional dengan kementrian/ lembaga
(penyelarasan dengan program Nawa Cita ke 1, 2 dan 4);
8) meningkatkan penegakkan hukum yang profesional, objektif dan bebas
KKN (penyelarasan dengan program Nawa Cita ke 4, 7 dan 9);
9) mempersiapkan rencana pengamanan dan rencana kontijensi
Pemilukada serentak (penyelarasan dengan program Nawa Cita ke-1);
10) penguatan pengawasan Polri (penyelarasan dengan program Nawa
Cita ke 1,2 dan 4);
11) pelaksanaan program Quick Wins Polri.
10
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
c. program Quick Wins Polri tahun 2015-2019 yang meliputi 8 program
yaitu :
a) penertiban dan penegakkan hukum bagi organisasi radikal dan anti
Pancasila;
b) perburuan dan penangkapan gembong teroris Santoso dan jejaring
terorisme;
c) aksi nasional pembersihan preman dan premanisme;
d) pembentukan dan pengefektifan Satgas operasi Polri kontra radikal dan
deradikalisasi (khusus ISIS);
e) pemberlakuan rekruitment terbuka untuk jabatan di lingkungan Polri;
f) Polri sebagai penggerak revolusi mental dan pelopor tertib diruang
publik;
g) pembentukan tim internal anti korupsi;
h) Crash program pelayanan masyarakat dengan mewujudkan pelayanan
bersih dari percaloan.
c. Implementasi monitoring dan evaluasi Reformasi Birokrasi Polri dan Zone
Integritas dan pengukuran kinerja dengan menggunakan instrumen Indeks
Tatakelola Kepolisian (ITK).
Posisi Polri dari aspek kelembagaan dan struktural dalam program “Nawa
Cita” adalah melindungi dan menciptakan rasa aman segenap warga negara.
Pernyataan tersebut telah selaras dengan Tupoksi Polres Sumbawa Barat dalam
penegakan hukum dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka pemuliaan
publik, Polres Sumbawa Barat secara terus menerus melakukan pembinaan
mental dan disiplin dengan menyesuaikan pada kurikulum pendidikan dan latihan
untuk menghasilkan Polisi yang berwatak sipil, tidak militeristik dalam
melaksanakan tugas sebagai penegakan hukum dan memelihara Kamtibmas.
11
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
Potensi dan Permasalahan
a. Potensi gangguan keamanan
1) Ideologi
a) Masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat secara umum masih
menerima secara bulat Pancasila sebagai asas tunggal
dalam kehidupan masyarakat.
b) Faktor-faktor penghambat yang belum sepenuhnya
mendukung Pancasila sebagai ideologi negara antara lain:
(1) Masih terdapatnya oknum/kelompok tertentu pada
masyarakat yang belum dapat menerima Pancasila
sebagai satu-satunya azas ideologi negara;
(2) Masih ada golongan tertentu menghendaki agama
Islam maupun paham komunis dan liberal yang
berkembang di Kabupaten Sumbawa Barat, serta
adanya sekelompok masyarakat yang menginginkan
ditegakkannya Syariat Islam khususnya di wilayah
Sumbawa Barat.
(3) Belum tertangani secara tuntas baik usaha pemerintah
dalam menciptakan aparatur pemerintah yang bersih
dan berwibawa;
(4) Munculnya/eksisnya kembali kelompok-kelompok
Islam garis keras/kelompok radikal yang meghendaki
berdiri-nya syariat Islam di seluruh wilayah Indonesia,
hal tersebut dapat memecah belah persatuan dan
kesatuan ditengah kemajemukan/keanekaragaman
Agama, Suku, Ras dan golongan hal ini juga
berimplikasi dalam kehidupan di masyarakat di
Kabupaten Sumbawa Barat dan tentu saja
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD
1945.
12
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
2) Politik
a) Kondisi politik nasional masih dihadapkan pada upaya untuk
melanjutkan reformasi disegenap aspek kehidupan nasional
dengan bertumpu pada prinsip demokrasi berdasarkan
Pancasila yang telah ditetapkan sebagai dasar Negara.
Hasil pembangunan politik cukup signifikan, antara lain
semakin mengemukanya prinsip demokrasi dan kedaulatan
rakyat, namun dalam pelaksanaannya masih meliputi
suasana euphoria demokrasi yang berkepanjangan sehingga
kadang-kala mengabaikan rambu-rambu yang sudah
disepakati dan diatur dalam undang-undang sehingga
berimplikasi terhadap terganggunya stabilitas kamtibmas;
b) Kondisi budaya politik belum menunjukkan iklim dan budaya
politik yang sesuai dengan demokrasi yang benar. Budaya
politik masih bersifat parchial, primordial, opurtunis, nepotis,
feodal dan anarkhis. Indikatornya antara lain masih adanya
pengerahan massa kekuatan politik sebagai kelompok
penekan yang bernuansa kekerasan dan destruktif.
Budaya faternalistik dan primordial masih dominan mewarnai
pemilihan pemimpin suprastruktur maupun infrastruktur
politik. Etika politik belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip-
prinsip demokrasi dan masih banyak terjadi pemaksaan
kehendak, serta adanya kelompok yang tidak siap kalah
dalam pertarungan politik. Penguatan politik aliran masih
dominan, sehingga pemimpin kharismatik masih menjadi
tumpuan dalam pengambilan keputusan partai.
Kebebasan pers tumbuh dan berkembang, yang belum
diimbangi oleh tanggung jawab sesuai etika jurnalistik,
sehingga mengarah kepada kebebasan tanpa batas dan tidak
bertanggung jawab terhadap akibat pemberitaan. Media
massa masih mengutamakan kepentingan keuntungan bisnis
dibandingkan resiko sosial politik.
13
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
c) Penyelenggaraan Negara masih menghadapi berbagai
tuntutan masyarakat, antara lain:
(1) Masih banyaknya kasus korupsi yang melibatkan
pejabat Negara baik dipusat maupun di daerah;
(2) Pelayanan publik yang dianggap belum baik sebagai
akibat sikap mental yang masih berorientasi kepada
kepentingan pribadi dan kelompok, tanggung jawab
badan-badan/lembaga masih ditemui banyak tumpang
tindih serta birokrat belum mendapat imbalan
penghasilan yang memadai;
(3) Perkembangan netralitas birokrasi masih semu
sebagai akibat adanya aturan bahwa Parpol berhak
menetapkan calon pimpinan Pemerintah Pusat dan
Daerah;
(4) Tuntutan pengusutan terhadap pelanggaran HAM,
penghapusan UU BHP, perbaikan UMP, penghapusan
Outsourchin, UU Minerba dll.
d) Kelembagaan hukum dirasakan masih kurang independen,
akuntabel dan kurangnya SDM serta terbukanya system
peradilan.
(1) Lembaga Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan TUM,
Peradilan Militer dan Peradilan Agama) cenderung
masih tetap rawan bagi praktek komersialisasi
peradilan, intervensi kekuasaan politik dan intervensi
kekuatan massa penekan, sehingga peradilan tidak
berpihak kepada supremasi hukum;
(2) Kinerja Mahkamah Konstitusi dan KPK cenderung
semakin membawa dampak positif. Apabila Lembaga
ini semakin mampu melaksanakan fungsi dan
otoritasnya secara otonom, maka akan meningkatkan
jaminan kepastian hukum;
14
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
(3) Integrated Criminal Justice System (ICJS) kecende-
rungannya masih belum terwujud baik. Sikap sektarian
dan fungsional masih menonjol dengan alasan wilayah
otoritas dan profesionalismenya tidak boleh dicampuri
oleh pihak diluar sektor dan profesionalismenya;
(4) LSM dan Lembaga Bantuan Hukum cenderung masih
dipengaruhi kepentingan ekonomi dan politik, kurang
berpusat pada advokasi bagi masyarakat yang
mencari keadilan dan membutuhkan kebenaran
hokum;
(5) Putusan Peradilan HAM AD HOC yang dianggap tidak
adil cenderung menarik perhatian internasional;
(6) Sarana dan prasarana hukum belum sepenuhnya
dapat diwujudkan, akibatnya menghambat kinerja
penegak hukum;
(7) Budaya hukum aparat penegak hukum maupun
masyarakat sudah ada peningkatan, namun belum
mengarah kepada kesadaran hukum masyarakat.
e) Berkaitan dengan akan dilaksanakannya kegiatan
Pemilukada pemilihan Gubernur di SUMBAWA BARAT tahun
2018, berdasarkan pengalaman saat kegiatan Pemilukada
SUMBAWA BARAT 2013, beberapa permasalahan yang
pernah terjadi selama masa kampanye dan masa tenang
yang kemudian berujung kepada terjadinya tindakan-tindakan
anarkhis serta konflik diantara para pendukung bahkan terjadi
aksi-aksi perlawanan terhadap aparat Kepolisian baik
ditingkat provinsi maupun Kabupaten termasuk Kabupaten
Sumbawa Barat.
f) Terkait dengan kondisi tersebut diatas, diperlukan langkah-
langkah antisipasi terhadap munculnya gejolak dan berbagai
bentuk potensi kerawanan dibidang politik yang akan
menganggu stabilitas Kamtibmas khususnya diwilayah
15
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
Kabupaten Sumbawa Barat sehingga kondisifitas keamanan
selama tahun 2016 dapat tetap terjaga.
3) Ekonomi
a) Berbagai kelangkaan kebutuhan masyarakat khususnya
(Minyak tanah) yang hampir tidak ada dan dengan nilai jual
yang cukup tinggi pada musim oven tembakau dan
kelangkaan pupuk pada saat musim tanam para petani masih
menjadi potensi gangguan kedepan;
b) Naiknya harga-harga kebutuhan pokok masyarakat kedepan
akan semakin dirasakan oleh masyarakat karena tidak
dibarengi dengan peningkatan dan perbaikan perekonomian
masyarakat. Hal tersebut muncul sehubungan dengan
semakin tingginya jumlah pertumbuhan penduduk, tidak
adanya penyediaan lapangan pekerjaan yang memadai,
masih rendahnya kwalitas sumber daya manusia yang
dihasilkan sehingga tidak mampu bersaing, banyaknya
masyarakat sebagai TKI diluar negeri yang dipulangkan
akibat terjadinya krisis ekonomi global serta adanya
persaingan yang ketat ditengah-tengah masyarakat yang
mendorong semakin terbukanya kesenjangan sosial;
c) Pengaruh cuaca ekstrim Tahun 2015 diperkirakan masih
akan terjadi berdampak pada terjadinya gagal panen serta
terganggunya distribusi/pasokan kebutuhan pokok yang
berdampak terhadap terjadinya kenaikan harga Sembako,
disamping karena adanya pemanfaatan oleh para pelaku
spekulan dan distributor karena ingin mendapatkan
keuntungan berlipat;
d) Kebijakan perekonomian pemerintah terpilih pasca Pemilu
Legeslatif dan Pemilu Presiden/Wapres tahun 2014 sebagian
besar masih akan terfokus pada kebijakan ekonomi makro
yang menghambat/memperlambat perkembangan dan
16
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
kemajuan ekonomi mikro bagi masyarakat ekonomi kecil
sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi secara nasional;
e) Dalam hal pembangunan infrastruktur dan perhotelan
sebagai pendukung dunia periwisata SUMBAWA BARAT,
masih akan memunculkan konflik dengan masyarakat
khususnya terkait dengan masalah pembebasan lahan/ganti
rugi lahan milik masyarakat. Hal tersebut akan menjadi faktor
penghambat perkembangan pariwisata kedepan, disamping
juga karena adanya sikap masyarakat yang masih
berpandangan sempit terhadap adat,
budaya dan agama yang dipercaya dimana dinilai bertolak
belakang dengan adat dan budaya para wisatawan asing
yang akan berkunjung ke KabupatenSumbawa Barat.
f) Penambangan emas Ilegal di wilayah Kabupaten Sumbawa
Barat cenderung tidak terkendali dan berdampak negatif
terhadap lingkungan hidup bahkan terjadinya kecelakaan
dilokasi penambangan yang mengakibatkan jatuhnya korban
jiwa, maupun korban lainnya akibat pencemaran lingkungan
oleh bahan-bahan kimia sisa pengolahan emas.
Pada tahun 2015 pertambangan tradisional ilegal yang saat
ini marak diperkirakan masih akan terjadi seiring dengan
potensi SDA SUMBAWA BARAT dibidang pertambangan
yang cukup besar, hal tersebut berpotensi memicu konflik
antara para penambang ilegal dan masyarakat dengan
pemerintah daerah setempat;
g) Dibidang transportasi, dari tahun ketahun semakin meningkat
sebagai salah satu sarana pendukung perekonomian
masyarakat, namun apabila tidak dibarengi dengan
peningkatan sarana dan prasarana jalan juga akan
dapat memunculkan permasalahan baru seperti kemacetan
dan kecelakaan lalu lintas.
17
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
4) Sosial Budaya
a) Pemahaman dan implementasi ajaran agama belum
berkembang secara baik, bahkan pada sisi tertentu
mengalami penurunan memunculkan segala bentuk
fanatisme sempit sebagian pemuka agama cenderung
menggunakan agama untuk kepentingan tertentu (politisasi
agama untuk kepentingan partai politik);
b) Penduduk asli Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari tiga
suku besar yaitu Suku Sasak, Suku Samawa dan Suku
Mbojo disamping beberapa suku
lainnya seperti Suku Bugis, Suku Bali, Suku Jawa, Suku
Timor dan lain-lain dengan berbagai adat istiadat dan budaya
daerah masing-masing. Kemajemukan adat istiadat dan
budaya daerah selain merupakan potensi pembangunan juga
merupakan potensi konflik yang ditandai dengan adanya
penguatan identitas kedaerahan atau kesukuan.
Kecenderungan adanya sikap masyarakat Kabupaten
Sumbawa Barat yang permisif, konsumtif dan individualis
telah membawa sebagian masyarakat untuk melakukan
tindakan melanggar hukum dan norma-norma agama yang
dapat menimbulkan gangguan kamtibmas;
c) Transformasi budaya dalam proses modernisasi tidak dapat
dihindarkan cenderung semakin berpengaruh luas pada
system nilai, norma dan tatalaku masyarakat yang dapat
menimbulkan gejala krisis identitas. Penanaman nilai-nilai
luhur budaya bangsa yang bersumber dari kebhinekaan
masyarakat telah dilakukan secara berkelanjutan, namun
belum mampu menjadi andalan untuk menangkal dan
menyaring pengaruh budaya asing;
d) Kebebasan masyarakat dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan beragama semakin meningkat yang ditandai
dengan muncul dan berkembangnya berbagai
aliran/kepercayaan dalam suatu agama sehingga
18
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
menimbulkan pertentangan antar pemeluk umat beragama
itu sendiri yang berpotensi menimbulkan sikap pro-kontra
masyarakat yang menjurus terjadinya konflik sosial;
e) Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat yang dikenal para tokoh
agama/pemuka agama yang menjadi panutan dan tauladan
serta berkharismatik dipercaya masyarakat, namun dalam
perkembangan sekarang ini tidak sedikit para tokoh agama
tersebut ada kecenderungan menggunakan agama dan
kharismanya untuk kepentingan
politik dan kekuasaan sehingga menurunkan penghormatan
dan kepercayaan masyarakat terhadap para tokoh dan
pemuka agama tersebut;
f) Perkembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa Barat
kedepan akan mengalami peningkatan yang cukup pesat
seiring dengan mulainya dilakukan berbagai perbaikan dan
promosi dibidang pariwisata serta dibangunnya berbagai
infrastruktur penunjang dibidang pariwisata, dibangunnya
beberapa hotel serta perbaikan sarana transportasi sebagai
akses menuju tempat-tempat pariwisata.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, disamping
membawa dampak positif terhadap perkembangan dan
pertumbuhan daerah juga dapat membawa dampak negatif
seperti terpengaruhnya masyarakat dengan pengaruh budaya
barat, meningkatnya tindak kejahatan dengan
jaringan/sindikat internasional, meningkatnya permasalahan
lain dibidang sosial seperti tumbuhnya tempat-tempat maksiat
dan prostitusi yang bertolak belakang dengan budaya dan
kepribadian masyarakat SUMBAWA BARAT yang religius;
g) Pembangunan sektor kesehatan masih dihadapkan pada
permasalahan disparatis status kesehatan, beban ganda
penyakit disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
19
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
(1) Pelayanan kesehatan oleh pemerintah belum dapat
dijangkau keseluruh pelosok tanah air, pada umumnya
baru pada tingkat kecamatan;
(2) Masih mahalnya pelayanan jasa kesehatan dan obat-
obatan, sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat
menengah kebawah;
(3) Masih buruknya budaya sehat.
h) Masalah pertanahan akan terus menjadi permasalahan yang
berkembang di masyarakat daerah perkotaan, daerah yang
baru berkembang, daerah pemukiman, pertanian/perkebunan
dan daerah pariwisata;
i) Kegiatan aksi unjuk rasa oleh elemen mahasiswa, LSM dan
masyarakat serta kelompok/organisasi kemasyarakatan
lainnya masih akan terus terjadi dengan berbagai
isu/permasalahan yang diangkat seperti: penindakan
terhadap pelaku tindak korupsi, kebijakan pemerintah yang
dinilai tidak memihak kepada rakyat, penolakan terhadap UU
BHP, pelaksanaan ujian nasional serta permasalahan lainnya
terkait bidang politik, ekonomi, sosial dan keamanan;
j) Eufhoria reformasi terhadap kebebasan penyampaian
pendapat dimuka umum saat ini, keberadaan UU Pers yang
sangat bebas dan cenderung kebablasan yang
dibarengi dengan aksi-aksi unjuk rasa yang tidak taat aturan,
dalam penyampaian pendapat dilakukan secara
anarkhis/pemaksaan kehendak, merusak fasilitas umum serta
simbol-simbol Negara;
l) Budaya dan adat istiadat ditengah-tengah masyarakat
seringkali dapat memicu munculnya konflik ditengah-tengah
masyarakat seperti budaya Selarian (membawa lari calon
istri) serta budaya Nyongkolan (arak-arakan budaya yang
diiringi musik tradisonal Gendang Belek/Kecimol oleh
mempelai pria ke rumah mempelai wanita untuk
menyerahkan seserahan).
20
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
Budaya Nyongkolan pada umumnya diikuti oleh para
pemuda/remaja sambil menari dalam keadaan mabuk
sehingga mengundang ketersinggungan
masyarakat/kampung yang dilaluinya kemudian berkembang
menjadi keributan antara pemuda/kampung;
k) Terjadinya beberapa bencana alam seperti gunung meletus,
banjir, tanah longsor dan gempa bumi mengingat wilayah
SUMBAWA BARAT memiliki beberapa gunung yang
masih aktif, menurunnya
fungsi hutan akibat tindakan illegal logging, perambahan
hutan dan pengalihan fungsi hutan menjadi perkebunan serta
merupakan wilayah yang dilalui oleh lempengan-lempengan
kerak bumi serta garis khatulistiwa yang merupakan jalur
gempa.
5) Keamanan
a) Meningkatnya kasus kriminalitas seperti pencurian dengan
pemberatan, 3 CR (Curanmor, Curas, Curat), uang palsu,
dan kriminalitas lainnya di seluruh wilayah hukum Polres
Sumbawa Barat akibat dari meningkatnya jumlah angka
pengangguran yang tidak diimbangi dengan penyediaan
lapangan pekerjaan yang
memadai, meningkatnya beban hidup/kebutuhan ekonomi
masyarakat serta masih lemahnya pengungkapan dan
penegakan hukum terhadap para pelaku tindak kriminal
menimbulkan keresahan masyarakat;
b) Kasus-kasus transnasional meliputi kasus narkoba jaringan
internasional, perdagangan manusia/human traficking,
imigran gelap dan terorisme juga menjadi perhatian serius
kedepan;
c) Penggunaan/kepemilikan Senpi rakitan/illegal di wilayah
SUMBAWA BARAT masih tergolong tinggi dan banyak
21
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
digunakan di daerah-daerah konflik seperti di wilayah Dompu
dan Bima.
Pihak Polres Sumbawa Barat dan Polres jajaran telah
melakukan sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat
yang mempunyai/menguasai senjata api rakitan/illegal untuk
menyerahkan secara sukarela kepada aparat Kepolisian
maupun Pemda. Kebijakan tersebut telah membuahkan hasil
yang cukup memuaskan sampai dengan saat ini masyarakat
yang sudah menyerahkan Senpi rakitan/illegal kepada aparat
Kepolisian dan TNI cukup banyak mencapai 70 pucuk terdiri
dari Senpi rakitan dan air soft gun;
d) Wilayah SUMBAWA BARAT masih rentan dijadikan sebagai
tempat persembunyian dan perekrutan kelompok terorisme
khususnya jaringan Poso dan Ambon, terakhir dilakukan
penangkapan terhadap terduga teroris di wilayah Bima oleh
Densus 88 AT Mabes Polri. Saat ini muncul isu yang beredar
melalui SMS bahwa kelompok Radikal/teroris (JAT) di
wilayah Bima akan melakukan aksi balas dendam berupa
perampokan dan pembunuhan terhadap anggota Kepolisian
(FAI). Atas adanya isu tersebut Polres Sumbawa Barat
beserta Polres jajaran telah melakukan kegiatan pencegahan
seperti peningkatan kewaspaaan terhadap anggota yang
bertugas dilapangan dan pengamanan Mako/Rumdin serta
melakukan kegiatan deteksi dan lidik terhadap kegiatan dan
keberadaan kelompok radikal/teroris di SUMBAWA BARAT;
g) Polri dalam perwujudan visi dan misinya yang tertuju pada
upaya membentuk kemampuan sebagai aparat pengayom,
pelindung dan pelayan masyarakat disamping sebagai
penegak hukum, khususnya dalam rangka upaya
mewujudkan kemampuan Polri yang mandiri dan profesional.
Untuk mewujudkan Polri sebagai pelindung, pengayom dan
pelayan masyarakat perlu dilakukan langkah kedalam
22
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
(internal) yaitu pembenahan dan peningkatan kemampuan
Polri dan langkah keluar (eksternal) yaitu langkah operasional
dalam mengantisipasi dan menanggulangi kejahatan
transnasional, terorisme.
b. Analisa SWOT
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas Polres
Sumbawa Barat dalam rangka melaksanakan fungsi keamanan dapat
dianalisa dari faktor lingkungan Intern maupun ekstern melalui analisa
SWOT, yaitu:
1) Kekuatan
a) Polri telah mengambil langkah reformasi yaitu menuju
lembaga kepolisian sipil, profesional, modern dan mandiri,
dengan pembenahan berkelanjutan pada reformasi
struktural, reformasi instrumental dan reformasi kultural.
Yang masih memerlukan waktu dalam mencapai
keberhasilan yang dirasakan oleh semua pihak;
b) Reformasi struktural berwujud antara lain, paradigma baru
pada pola organisasi Polri sebagai postur kekuatan Polri
yang mengandalkan Polsek dan Polres sebagai ujung
tombak pelayanan kepada masyarakat, didukung oleh peran
strategis Pelaksana Pusat Pembinaan, Pelaksana Pusat
Operasional, Satuan Induk Berseragam dan Satuan Induk
tidak berseragam dari Polda sebagai Satuan Induk Penuh.
Sehingga dapat terwujud kekuatan Polri sesuai bijak
pimpinan yaitu Mabes kecil, Polda cukup, Polres besar, dan
Polsek kuat;
c) Reformasi instrumental, berupa perubahan sistem piranti
lunak, fungsional dalam organisasi Polri sebagai pedoman
operasionalisasi fungsi antara lain, pada
pembenahan manajemen keuangan, dengan sistem
penganggaran berbasis kinerja, dimana diseluruh kesatuan
23
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
selalu on budget sehingga pelayanan Polisi pada
masyarakat diharapkan makin efektif. Sistem operasional
yang diperbarui dengan hanya mengandal-kan kekuatan
kesatuan terdepan dalam pelaksanaan operasi, dukungan
logistik yang sudah tersedia di kesatuan terdepan, serta
sistem pengawasan yang semakin efektif dari internal Polri
maupun yang berasal dari eksternal Polri disetiap tingkat
Satuan Kerja;
d) Reformasi kultural telah meletakkan landasan dalam bentuk
pembenahan manajemen sumber daya manusia dengan
berorientasi strategi untuk mewujudkan Polisi berwibawa,
bermoral dan berkinerja yang profesional, memperjelas
manajemen SDM yang sehat, mulai dari sistem rekruitment,
sistem pendidikan dan seleksi, sistem penilaian kinerja,
sistem jalur karier, sampai pada sistem remunerasi personel
berseragam dan tidak berseragam. Sehingga tampilan Polri
dilapangan benar-benar sebagaimana yang diharapkan oleh
masyarakat;
e) Jumlah peralatan pendukung terus dikembangkan pada
intinya peralatan standar untuk melaksanakan tugas pokok
telah mulai dicukupi sampai tingkat Polsek. Kemudian secara
berjenjang ke atas sampai dengan Bidang Operasional dan
Bidang pembinaan di tingkat Polda. Sebagian besar dapat
dikemukakan bahwa rata-rata seluruh Polsek telah dilengkapi
dengan sepeda motor minimal 2 (dua) unit.
Tiap Kapolres dilengkapi dengan mobil jabatan kondisi baik
dan minimal 1 (satu) unit truk pengendali massa (Dalmas)
bahkan lebih dan beberapa unit mobil jabatan staf serta
operasional lainnya. Di tiap Polda berkedudukan Satuan
Brimobda yang juga relatif cukup peralatannya;
f) Prestasi yang menonjol yang menjadi perhatian pimpinan
terutama penanganan beberapa kasus bom dan terorisme
dapat terselesaikan sampai kepengadilan, dengan
24
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
penanganan yang sesuai dengan prosedur dan standar
HAM, dalam rangka pemberantasan terorisme.
2) Kelemahan
a) Rasa aman semakin menjadi kebutuhan yang menonjol di
masyarakat daerah SUMBAWA BARAT, dan mempunyai
harga yang sangat mahal, sehingga membutuhkan
diferensiasi atau alternatif dalam upaya mengurangi
peristiwa kejahatan, masyarakat tidak optimal dalam
kepatuhan hukum dan partisipasi terhadap tugas Polri;
b) Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polisi masih
belum maksimal, akibat belum terhapusnya persepsi masa
lampau tentang perilaku Polisi yang lebih
menonjolkan arogansi dan masih banyak perbuatan-
perbuatan yang dapat menyakiti hati masyarakat;
c) Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) masih terjadi di
masyarakat dan merambah pada kelas masyarakat bawah,
menengah dan atas;
d) Pola kejahatan telah berkembang bahkan kejahatan sudah
merambah pada dunia maya, yang memerlukan penguasaan
tehnik dan peralatan modern, Polisi yang menguasai
tehnologi dan informasi masih sangat terbatas, sehingga
masih diperlukan suatu kemampuan dan peralatan yang
mampu melakukan deteksi terhadap kejahatan dalam
dimensi baru tersebut;
e) Masih rendahnya keterampilan dan kemapuan personel Polri
di lapangan, terutama dari segi penguasaan ketentuan dan
perundang-undangan, dalam menghadapi kualitas dan
kuantitas kejahatan yang semakin canggih, serta
masih tingginya proses birokrasi yang tidak efisien
dalam penyelesaian perkara, di mana setiap saat selalu
berhadapan dengan penjahat dilapangan;
25
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
f) Masih rendahnya kemampuan para anggota Polisi dalam
penguasaan bahasa asing (dihadapkan pada kejahatan
transnasional yang meningkat); penguasaan teknologi
komunikasi berbasis computer, teknologi dan bio-kimia di
bidang kriminalitas modern, dalam pengetahuan di bidang
kejahatan ekonomi, perdagangan, moneter/perdagangan,
bisnis dan lingkungan hidup, yang makin dituntut selalu
siap dan dapat menghadapi perubahan pola kejahatan
nasional dan internasional;
g) Berbagai kelemahan yang masih dirasakan dalam hubungan
antara Polri dan TNI, seperti perkelahian antar oknum
anggota Polri/TNI sehingga berdampak pada gangguan
keamanan yang memiliki berbagai sebab yang saling
menghimpit diantaranya perbedaan kepentingan diantara
Polri dan TNI, ketidak sejajaran landasan hukum serta konflik
fisik antara oknum anggota Polri dengan oknum anggota TNI
di lapangan;
h) Tingkat kesejahteraan anggota Polri yang masih rendah di
antaranya belum terdukungnya gaji yang cukup membuka
peluang perilaku tidak patuh hukum dan
penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan dari anggota
Polisi terutama padatingkat kepangkatan yang masih berada
dibawah, yang memegang kekuasaan yang besar dalam
penanganan kasus-kasus kejahatan;
i) Penyelesaian kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan
anggota Polri seringkali tidak transparan dan berkesan
melindungi korps meski jelas-jelas publik telah melihat tingkat
keseriusan kesalahannya. Hal ini mudah memperburuk citra
lembaga yang semestinya sudah menerapkan prinsip Good
Governance. Dan lebih jauh akan dapat menumbuhkan dan
menimbulkan antipati masyarakat pada individu maupun
institusi Polri;
26
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
j) Masih belum tercukupi rasio petugas operasional Polri
dengan jumlah penduduk yang dilayani di sebagian besar
Polsek, pada wilayah tertentu. Perlunya pendataan kekuatan
yang memadai sehingga akan dapat segera diberikan jalan
keluar terbaik dalam mengatasi masalah tersebut;
k) Masih belum terdukung sepenuhnya peralatan khusus
(Alsus) untuk beberapa penugasan khusus oleh Satuan-
Satuan Operasional, terutama untuk satuan-satuan yang
bertugas terdepan;
l) Masih belum mampu menerapkan teknologi informasi on line
dari Polsek langsung Polres Sumbawa Barat dan sebaliknya;
m) Di dalam operasionalisasi kegiatan Polres Sumbawa Barat
dihadapkan pada keterbatasan Sumber Daya, baik Sumber
Daya Manusia, Materiil dan Fasilitas.
1) Peluang.
Dengan adanya Sistem Desentralisasi/Otonomi Daerah pelayanan
Pemerintah Daerah SUMBAWA BARAT kepada masyarakat saling
menunjang dengan kontribusi Polri Polres Sumbawa Barat.
Disamping itu peluang yang lain adanya partisipasi publik dalam
setiap upaya Perpolisian Masyarakat dan adanya perubahan sikap
mental kepribadian di kalangan masyarakat SUMBAWA BARAT
termasuk kesediaan membantu dalam mengungkap perkara.
2) Kendala
Sedangkan ancaman yang ada di wilayah hukum Polres
Sumbawa Barat adalah angka pelanggaran hukum dan indikator
kriminalitas yang masih tinggi menyangkut beberapa
golongan/jenis, yaitu :
a) Kejahatan konvensional yang langsung dirasakan oleh rakyat
banyak meliputi: kebakaran/pembakaran, pemalsuan surat,
kejahatan terhadap asal usul dan perkawinan, merusak/
27
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
melanggar kesopanan, perkosaan/perbuatan cabul, judi,
penghinaan, penganiayaan Anirat, kejahatan mengakibatkan
orang mati, kejahatan mengakibatkan orang luka-luka,
menghasut untuk melakukan tindak pidana, Cubis, Curat,
Curas, Curanmor, pemerasan dan pengancaman, peng-
gelapan, penipuan, pengrusakan/merusak barang,
penadahan, penemuan mayat, dan Miras. Kejahatan
transnasional termasuk terorisme yang menimbulkan
dampak politis dan psikologis serta penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA);
b) Kejahatan terhadap kekayaan negara meliputi korupsi,
pembalakan liar/pencurian kayu, pencurian ikan,
penyelundupan dan penambangan liar;
c) Kejahatan yang berimplikasi kontijensi seperti perkelahian
antar kampung sehingga berdampak pada gangguan
keamanan yang meluas sehingga memerlukan pengerahan
kekuatan besar untuk menanggulanginya;
c) Kondisi perekonomian yang belum stabil berdampak pada
kebutuhan hidup dan tuntutan primer sehingga cendrung
berbuat anarkis dalam menyampaikan tuntutannya;
d) Pelaksanaan Pemilukada Gubernur/Walikota/Bupati pada
periode tahun 2015-2019. Akan memunculkan berbagai
program dan isu mulai dimunculkan menjelang pelaksanaan
pemilihan akan berdampak pada kerawanan Kamtibmas.
c. Permasalahan
Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam menciptakan
situasi Kamtibmas yang kondusif di wilayah Hukum Polres Sumbawa
Barat, antara lain :
1) Masih adanya kejahatan konvensional, transnasional, kejahatan
terhadap kekayaan Negara dan kejahatan yang berimplikasi
kontijensi yang terjadi di wilayah hukum Polres Sumbawa Barat;
28
LAMPIRAN KEPUTUSAN KAPOLRES SBW BRT
NOMOR : KEP/ /X/2017
TANGGAL : OKTOBER 2017
2) Masih rendahnya kesadaran masyarakat Sumbawa Barat tentang
masalah pentingnya keamanan;
3) Perilaku masyarakat yang kurang mendukung terhadap penegakan
hukum di wilayah Sumbawa Barat;
4) Masih terbatasnya sarana prasarana terutama kendaraan R2 dan
R4 serta alat komunikasi (Alkom) di tingkat Polres dan Polsek;
5) Prosentase laju tingkat perkembangan penduduk masih dirasakan
sangat cepat dibandingkan dengan tingkat kecepatan laju
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, akibatnya membawa
dampak Keamanan;
6) Meskipun secara umum situasi Kamtibmas di wilayah Sumbawa
Barat cukup kondusif namun masih ada gangguan Kamtibmas
terutama yang menonjol adalah perkelahian antar
kelompok/kampung;
7) Kuantitas pemerataan dan terjangkaunya pelayanan Polri yang
relatif belum optimal terutama di Pulau-pulau kecil terluar yang
berpenghuni sebagian besar tidak terdapat Pos Polisi;
8) Tingginya indikator kriminalitas dengan kemampuan penyelesaian
relatif rendah;
9) Pada periode tahun 2017-2019 adanya Pemilu
Presiden/Wapres, Pemilukada Gubernur/ Walikota/Bupati dan
Pemilihan Kepala Desa yang berdampak timbulnya
kerawanan kamtibmas.