kepnda syal'iahdan hukum untuk mcmenuhi persyaratan guna...

85
PEMBAGIAN WARISAN MASYA RAKA T BADUY DESA KANEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK PROVINSr BANTEN SKRIPSI Difljukml k epnda Fak ul tas Syal'i ah dan Hukum untuk Mcmenuhi Per s yara tan Gu na Mempcrol eh Oe l8 1' Sa 1' jaun Hukum (S, H) Oleh: Ridwan Abdillah NIM. 1112044100009 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA KONSENTRASI PERADILAN AGAMA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 BJ2016 M

Upload: hahanh

Post on 13-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT BADUY DESA KANEKES KECAMATANLEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK PROVINSr BANTEN

SKRIPSI

Difljukml kepnda Fakultas Syal'iah dan Hukumuntuk Mcmenuhi Persyara tan Guna Mempcroleh

Oel81' Sa1'jaunHukum (S,H)

Oleh:Ridwan Abdillah

NIM. 1112044100009

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 BJ2016 M

Page 2: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT BADUY DESA KANEKESKECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK PROVINSI

BANTEN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukumuntuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Ridwan AbdillahNIM: 1112044100009

Dibawah Bimbingan

Drs. SirrH Wafa, MANIP:19600318 199103 1001

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H12017 M

Page 3: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul "PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKATBADUY DESA KANEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATENLEBAK PROVINSI BANTEN" telah diajukan dalam sidang munaqasyah FakultasSyariah dan Hukum Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Januari 2017. Skripsi ini telah diterimasebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-I)pada Program Studi Hukum Keluarga.

Jakarta, 09 Januari 2017MengesahkanDekan,

1. Ketua

2. Sekretaris

3. Pembimbing

4. Penguji I

5. Penguji II

: Dr. H. Abdul Halim ( .NIP. 19670608 1994031005

: Arip Purgon, M.A ( ..

NIP. 197904272003121002 ~ ..., t

.<?#J .-- 'X~': Drs. Sirril Wafa, MA (. ~

NIP.19600318 1991031001I'~ ItI

: HJ.Hotnidah Nasution, MA (.......... . )

:::p~:~i:a: 9~:3 2 002 ( :..:..,J!..~~!~ )NIP .1969061 02003122~~:.->-· - _ ·

11

Page 4: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

LEMBARPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skirpsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Univesitas Islam

Negeri (DIN) SyarifHidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain , maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (DIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Januari 2017

RIDWAN ABDILLAHNIM . 1113044100009

111

Page 5: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

ABSTRAK

RIDWAN ABDILLAH, NIM 1112044100009, PEMBAGIANWARISAN MASYARAKAT BADDY DESA KANEKES KECAMATANLEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN, KosentrasiPeradilan Agama, Program Studi Ahwal AI-Syakhiyyah, Fakultas Syariah danHukum, Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2016 M/ 1347 H. x+ 75.

Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui kedudukan laki-lakidan perempuan dalam pembagian waris dan untuk mengetahui dasar hukum yangdigunakan dalam pembagian waris di Masyarakat Adat Baduy. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan menggunakanpendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalahwawancara dan studi kepustakaan. Sumber datadiperoleh dari hasil wawancaradan buku-buku, jurnal, karya tulis ilmiah. Dan kemudian data-data yang adadianalisis.

Hasil dari pengamatan penulis Pembagian warisan dalam masyarakatBaduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten bahwakedudukan laki - laki & perempuan disamaratakan , dan tidak mengenal istilah(2:1) dua banding satu antara laki - laki dan perempuan. Dan dasar hukum yangdigunakan masyarakat Baduy Dalam adalah aturan adat yang tidak tertulis dalamPikukuli akan tetapi dilaksanakan secara turun temurun sejak zaman dahulu.Adapun perbedaan mendasar antara hukum kewarisan masyarakat Baduy danhukum kewarisan islam itu terletak pada Pikukuh yang menjadi dasar aturan ­aturan pembagian warisan yang tidak tertulis yang mana dalam hukum kewarisanislam sudah jelas berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.Dan disamping itu jugaada kesamaan antara hukum kewarisan masyarakat Baduy dan juga hukumkewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan dari orang yangmeninggal dan warisan hanya dapat dibagikan setelah meninggalnya pewaris.Akan tetapi masyarakat Baduy tidak membagikan harta warisan ke garisketurunan ke atas. .

Kata kunci

Pembimbing

DaftarPustaka

: Warisan Baduy Provinsi Banten

: Drs. Sirril Wafa, M.Ag

: Tahun 1975 s.dTahun 2015

IV

Page 6: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

KATA PENGANTAR

~j3' ~j3' ~, ~

Alhamdulillahirabbil 'alamin. tiada untaian kata yang pantas diucapkan

melainkan ucapan kalimat puja puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta

alamo Karena rahmat dan karunianya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang

berjudul "Pembagian Warisan Masyarakat Baduy Desa Kanekes Kecamatan

Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten" Sholawat berlantunkan

salam semoga tercurahkan kepada manusia pengubah zaman yakni baginda Nabi

Besar Muhammad SAW . Tak lupa juga kepada para Sahabat, Tabiin, dan kita

selaku Umatnya.

Berkat rahmat dan kasih sayang yang diberikan Allah SWT, penulis

mendapatkan kemampuan untuk bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi

ini tidak akan bisa selesai tanpa adanya bantuan, bimbingan, arahan, dukungann,

dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan banyak-banyak terimakasih dan penghargaan yang setinggi­

tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. , Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Saepuddin lahar, M.A. , Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN SyarifHidayatullah Jakart, beserta Wakil Dekan I, II, dan III.

3. Dr. H. Abdul Halim, M.A. , Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam

dan Arip Purkon, S.HI, M.A. , Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga

Islam.

v

Page 7: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

4. Dr. Azizah. MA, selaku dosen pembimbing akademik yang banyak

memberi motivasi kepada penulis.

5. Drs. Sirril Wafa, MA, dosen pembimbing skripsi yang telah sabar dan

banyak membantu serta membimbing penulis dari awal hingga akhir

dalam menye1esaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan karyawan di lingkunan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

7. Pimpinan Perpustakaan Umum, Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum dan Perpustakaan Pascasarjana beserta staff UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan layanan berupa buku-buku

selama penulis menempuh jenjang S1 ini.

8. KH. Bahruddin, S.Ag ( Abi Kyai ) sebagai Pimpinan Pondok Pesantren

Daar El-Hikam, yang telah memberi banyak nasehat serta bimbingan dan

mendidik penulis sclama masa studi di Pondok Pesantren tercinta.

9. Paling istimewa kepada kedua orang tua, Ayahanda Nasan, S,pd, M.Si dan

Ibunda Yuliyanah tercinta. Terimakasih atas segala pengorbanan dan do'a

kepada p~nulis, serta dukungan moril , materil, dan juga tenaga sehingga

penulis dapat mcnyelesaikan penulisan skripsi ini sampai menyelesaikan

studi SI di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .

Serta Adik-Adik dari penulis Arif Abdillah dan Suci Fadilah yang selalu

memberikan do'a dan semangat kepada penulis .

VI

Page 8: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

memberikan kontribusi, arahan, bantuan, do'a, dan bimbingannya atas

terselesaikannya penulisan skripsi ini. Semoga ilmu yang penulis dapatkan

dijadikan ilmu yang bermanfaat dan berkah . Dan semoga kita semua selalu dalam

bimbingan, Rahmat, dan Hidayah Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin.

Ciputat, 09 Januari 2017Hormat saya,

Ridwan AbdillahPenulis

V11l

Page 9: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

DAFfARISI£TUJUAN PEMBIMBING i

. \ IBAR PENGESAHAN ii

. \ tB.-\R PERNYATAAN ; iii

.:::> ' r R.A.K .iv

- \ .\ PENGANTAR v\ F f R lSI ix

. \ B I :

\B II :

\ B III :

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah l

B. Pembatasan Masalah 6

C. Rumusan Masalah 6

D. Tujuan dan Manfaat 6

E. Metode Penelitian 7

F. Studi Review Terdahulu 9

G. Sistematika Penulisan 10

KETENTUAN HUKUM WARIS ISLAM DAN HUKUM WA RIS ADAT

A. Pengertian Hukum Kewarisan Islam 12

B. Faktor Terjadinya Kewarisan 15

C. Dasar Hukum Waris 19

D. Macam - Macam Ahli Waris 24

E. Asas - asas Hukum Kewarisan Islam .27

F. Hukum Kewarisan Adat. 28

G. Sifat Hukum Waris Adat 31

H. Sistem Kekeluargaan dan Hukum Adat Waris 32

I. Proses Pembagian Harta Warisan 34

PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT BADUY DESA

KENEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KAB UPAT EN LEBAK

PROVINSI BANTEN

IX

Page 10: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

A. Profil Desa Kanekes Kabupaten Lebak

1. Gambaran Umum Desa 35

2. Adat Istiadat 41

B. Profil Masyarakat Desa Kanekes, Kabupaten Lebak

1. Pendidikan 41

2. Agama 42

C. Praktek Pembagian Waris Masyarakat Baduy Kanekes

Kabupaten Lebak

1. Ahli Wari s 48

2. Praktek Pembagian Waris 50

\8 IV:

.\ 8 V :

ANALISIS PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT BADUY DESA

KENEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK

PROVINSI BANTEN

A. Kedudukan Laki-Iaki dan Perempuan dalam Pemb agian Warisan

Masyarakat Baduy 53

B. Pros es Pembagian Harta Warisan Berdasarkan Adat Masyarakat

Baduy 54

C. Analisis Penulis mengenai Pembagian Wari san Masyarakat

Baduy 57

PENUTUP

A. Kesimpulan 69

B. Saran 70

).\ Fl'AR PUSTAKA 72

x

Page 11: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya adat, termasuk dalam hal

pewarisan, Indonesia memiliki berbagai macam bentuk waris diantaranya, waris

menurut hukum BW, Hukum Islam, dan Hukum Adat. Masing – masing hukum

tersebut memiliki karakter yang berbeda dengan yang lainnya.

Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana saja

di dunia ini, namun corak suatu Negara Islam dan kehidupan masyarakat di

Negara atau daerah tersebut memberi pengaruh atas hukum waris di daerah itu.

Pengaruh itu adalah pengaruh terbatas yang tidak dapat melampaui garis pokok

dari ketentuan hukum kewarisan Islam tersebut. Namun, pengaruh tadi dapat

terjadi pada bagian – bagian yang berasal dari ijtihad atau pendapat ahli – ahli

Hukum Islam sendiri.1

Adapun corak hukum kewarisan adat yang dimaksud diatas adalah

serangkaian peraturan yang mengatur penerusan dan pengoperan harta

peninggalan atau harta warisan dari suatu generasi ke generasi lain, baik yang

berkaitan dengan harta benda maupun yang berkaitan dengan hak – hak

kebendaan (materi dan nonmateri).2

Hukum kewarisan adat adalah hukum adat yang memuat garis – garis

ketentuan tentang sistem dan azas - azas hukum kewarisan, tentang harta warisan,

1 Sayuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Cet, Ke-8 (Jakarta: Sinar Grafika,

2004), h.1.

2 Zainudin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008). h.2.

Page 12: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

2

pewaris, dan ahli waris serta cara bagaimana harta warisan itu dialihkan

penguasaan dan pemiliknya dari pewaris kepada ahli waris.

Masyarakat adat Indonesia mempunyai hukum adat waris masing – masing,

dimana biasanya hukum adat mereka dipengaruhi oleh system kekeluargaan dan

system kewarisan yang mereka anut serta menganggap hukum waris adat lebih

bisa memberikan keadilan bagi ahli waris. Hukum adat pada masing – masing

daerah, seperti hukum adat di jawa berbeda dengan hukum adat di Batak, begitu

juga dengan yang lainnya.

Di masyarakat Batak dan di Bali dengan sifat kebapakan dari

kekeluargaannya, mempunyai anggapan kuat bahwa secara jujur seakan – akan

seorang istri dibeli oleh keluarga seorang suami, maka istri almarhum suaminya

juga dianggap sebagai harta warisan, yang akan jatuh kepada ahli waris dari

suaminya, yang menyebabkan istri dari almarhum akan menjadi istri dari saudara

laki – laki almarhum suaminya (Leviraats huwwlijken).

Seandainya pernikahan dengan saudara laki – laki dari suaminya tidak

terlaksanakan, maka sifat – sifat kebapakan dari keluarganya akan terhapuskan.

Sebagaimana kita ketahui sistem kebapakan yang ada di masyarakat Batak

dan Bali diatas yang mana sistem tersebut memiliki perbedaan dengan adat yang

ada di Lampung, di daerah ini istri dari almarhum tetap menjadi bagian dari

keluarga suami, dengan itikad supaya istri dari almarhum ini tidak akan

terbengkalai hidupnya dan akan tetap menikmati barang yang ditinggalkan dari

suaminya yang meninggal dunia.3

3 Oemarsalim, Dasar – dasar Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 32

Page 13: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

3

Dalam masalah sistem kewarisan, di Indonesia dapat dijumpai tiga macam

sistem kewarisan. Pertama adalah sistem kewarisan kolektif, yaitu dimana para

ahli waris dapat mewarisi harta peninggalan secara bersama – sama, mewarisi

harta yang tidak dapat di bagi - bagi atau dimiliki (harta pusaka) hanya dapat

dipakai atau hak pakai (Minangkabau). Kedua, sistem kewarisan individual, yaitu

harta peninggalan dapat di bagi – bagikan kepada ahli waris dengan mewarisi

secara perorangan seperti dalam masyarakat di jawa. Ketiga, adalah sistem

kewarisan Mayorat atau Perorat, yaitu mewariskan seluruh harta peninggalan atau

sebagian besar jatuh pada salah satu anak saja seperti di lampung. Perbedaan

sistem waris ini dilatarbelakangi oleh bentuk masyarakat yang ada.4

Dengan demikian, hukum waris itu memuat ketentuan – ketentuan yang

mengatur cara penerusan dan peralihan harta kekayaan dari pewaris kepada para

ahli warisnya. Cara penerusan dan peralihan harta tersebut dapat berlaku sejak

pewaris masih hidup atau setelah pewaris meninggal dunia. Bentuk peralihannya

dapat dengan cara penunjukan, penyerahan kekuasaan, atau penyerahan

kepemilikan atas benda oleh pewaris kepada ahli warisnya.

Hukum waris suatu golongan masyarakat sangat dipengaruhi oleh bentuk

kekerabatan dari masyarakat itu sendiri, setiap kekerabatan atau kekeluargaan

memiliki sistem hukum waris sendiri – sendiri. Secara teoritis sistem kekerabatan

di Indonesia dapat dibedakan antara tiga corak, yaitu sistem patrilineal, sistem

matrilineal, dan sistem parental atau bilateral. Sistem keturunan ini berpengaruh

4 Ikhwan Lubis, Pelaksanaan Waris Bagi Rata Menurut Penuturan Pemuka Masyarkat Desa

Hutanopan Dalam Perspektif Hukum Islam, (Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 2.

Page 14: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

4

dan sekaligus membedakan masalah hukum kewarisan, disamping itu juga antara

sistem kekerabatan yang satu dengan yang lain dalam hal perkawinan.5

Salah satu kekayaan budaya di Indonesia adalah masyatakat Suku Baduy,

dengan Agama Sunda Wiwitan sebagai pedoman yang dianutnya, Agama Sunda

Wiwitan masih tetap hidup lestari dan damai di tengah – tengah hutan tua lebat,

hulu sungai dan puncak gunung kendeng banten selatan. Sunda Wiwitan adalah

agama masyarakat Baduy yang menghormati roh Karuhun, nenek moyang .6

Dalam masyarakat Baduy terdapat pola atau sistem kekerabatan tersendiri.

Sistem kekerabatan pada kedudukan nama terletak sebagai seorang keturunan para

Batara. Hubungan kekerabatan bisa dilihat dari tiga sisi yaitu pertama, Kampung

Tangtu, kedua, Kampung Panamping. Ketiga, Pajaroan. Dalam hal itu seluruh

masyarakat Baduy menyatakan bahwa seluruh wilayah desa Baduy adalah

“Tangtu Teulu Jaro Tujuh” yang memiliki arti seluruh penduduk di wilayah

Kanekes Baduy merupakan satu kerabat yang berasal dari satu nenek moyang.

Pandangan hidup umat sunda Wiwitan berpedoman pada Pikukuh, aturan adat

mutlak. Pikukuh adalah aturan dan cara bagaimana seharusnya (wajibnya)

melakukan perjalanan hidup sesuai dengan amanat Karuhun, nenek moyang.

Berbeda dengan umat muslim, yang mana pedoman dan aturan dalam

menjalankan hidup itu mengacu pada Al-Quran dan As-Sunnah, yang mana hal ini

berarti bahwa sumber – sumber hukum selain Al-Quran tidak boleh menyalahi apa

yang telah ditetapkan Al- Quran.

5 Absyar Surwansyah, Tesis, Suatu Kajian Tentang Hukum Waris Adat Masyarakat Bangko

Jambi, Universitas Diponegoro Semarang, h. 3.

6 Maskur Wahid, Jurnal, Sunda Wiwitan Baduy, Agama Penjaga Alam Lindung Desa Kanekes

Banten. IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten. h. 2.

Page 15: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

5

Ketentuan – ketentuan Syari’at yang ditunjuk oleh nash – nash yang sharih,

termasuk didalamnya masalah pembagian warisan, selama tidak ada dalil (nash)

lain yang menunjukkan ketidakwajibannya, merupakan suatu keharusan yang

patut dilaksanakan oleh seluruh umat Islam.7

Masyarakat Suku Baduy mempunyai cara tersendiri dalam menyelesaikan

hubungan hukum yang ditimbulkan yang berkaitan dengan harta peninggalan

seorang yang telah meninggal dunia dengan anggota keluarga dan keturunan yang

ditinggalkan.

Dalam menyelesaikan segala masalah dalam adat Baduy masih murni

mengikuti aturan Pikukuh yang ada. Tidak ada intervensi dari lembaga Negara

manapun termasuk dalam pembagian warisan bagi masyarakat Baduy. Sperti

dalam perkawinan adat Baduy yang mana tidak dilaksanakan di hadapan pegawai

pencatat nikah, akan tetapi perkawinan dilaksanakan dihadapan Puun yaitu tetuah

adat yang menjadi panutan dan pemimpin di Balai Adat yang memimpin segala

penyelesaian masalah.

Dengan demikian dari paparan di atas terjadi perbedaan pendapat

dikalangan masyarakat, ketika terjadinya kematian di masyarakat Baduy,

bagaimana pembagian harta warisan yang dilakukan sesuai dengan aturan adat

Baduy tersebut. Dan bagaimana kedudukan para ahli waris tersebut dimata

hukum. Dan apakah ada kaitan atau kesamaan sistem pembagian waris di adat

Baduy dengan Hukum Islam.

7 Suparman Usman dan Yufuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, Jakarta :

Gaya media Pratama, 1997, h.15.

Page 16: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

6

B. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dan agar penelitian ini lebih akurat

dan terarah sehingga tidak menimbulkan masalah baru serta meluas maka penulis

membatasi pembahasan ini pada masalah praktek pembagian warisan di

masyarakat Suku Baduy di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten

Lebak Provinsi Banten.

C. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah, dibuat dalam bentuk pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana kedudukan laki-laki dan perempuan dalam pembagian waris di

Masyarakat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak

Provinsi Banten dan apa dasar hukum pembagian waris tersebut?

2. Apa perbedaan dan persamaan mendasar antara hukum kewarisan Masyarakat

Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten

dengan hukum kewarisan Islam yang berlaku?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kedudukan laki-laki dan perempuan dalam pembagian waris dan

untuk mengetahui dasar hukum yang digunakan dalam pembagian waris

masyarakat Baduy di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak

Provinsi Banten.

Page 17: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

7

2. Mengetahui perbedaan mendasar antara hukum kewarisan masyarakat Baduy

Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten dengan

Hukum Kewarisan Islam.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Kita dapat mengetahui pengembangan wawasan mengenai masalah waris,

terutama pembagian harta warisan menurut adat suku Baduy.

2. Kita dapat mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap pembagian warisan di

adat Suku Baduy desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar.

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian, jenis penelitian ini merupakan

penelitian eksploratif, maka cara yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat

penelitian lapangan (field research) yaitu upaya untuk mengungkapkan secara

faktual “pembagian harta warisan menurut adat masyarakat Baduy Desa Kanekes

Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten”.

2. Jenis data penelitian

a. Data Primer

Adapun data primer dalam penelitian ini adalah pelaku/ahli waris dari

wawancara dari para sumber yang dirasa berkompeten dan ahli dalam

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Page 18: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

8

b. Data Sekunder : Buku-buku, Journal, artikel dan sebagainya yang berkaitan dan

ada korelasi serta relevansinya dengan permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini.

3. Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Dengan observasi ini,penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap

objek penelitian yaitu tentang pembagian warisan berdasarkan adat masyarakat

Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi

Banten.. Pengamatan yang dilakukan difokuskan pada berbagai peristiwa yang

relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara. Teknik

wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara

mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview)8 adalah proses keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab dengan para Tokoh Adat

Masyarakat Baduy dan Kepala Desa Kanekes sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan (Library Research) yaitu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan serta menganalisa data yang diperolah dari literatur-literatur yang

berkenaan dengan permasalahan yang diangkat dalam pemelitian ini.

d. Lokasi Penelitian

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1986).h. 231.

Page 19: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

9

Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti Masyarakat Baduy Desa

Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Penulis

mengambil lokasi ini dikarenakan lokasi tersebut merupakan salah satu lokasi

yang unik dan belum diketahui sistem pembagian warisnya.

e. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu

kepada “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

F. Studi Review Terdahulu

Sebelum penentuan judul bahasan dalam skripsi ini, penulis melakukan

review kajian terdahulu yang berkaitan dengan judul yang penulis bahas. Review

kajian terdahulu yang berkaitan dengan penulis diantaranya :

1. Skripsi Asep Saefullah NIM 103044128108 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, judul skripsi : “Analisa perbandingan hukum

kewarisan adat sunda dengan hukum kewarisan Islam”. Skripsi ini membahas

bagaimana eksistensi hukum kewarisan adat sunda dan hukum kewarisan Islam

dalam praktiknya di masyarakat di desa Cibingbin Kecamatan Cibingbin

Kabupaten Kuningan Jawa Barat.

2. Skripsi Moh. Ikhwan Mufti NIM 107044201799, judul skripsi : “Kesetaraan

pembagian waris dalam adat Bawean Gresik Jawa Timur”. Skripsi ini membahas

dasar hukum pembagian waris adat Bawean di Gresik Jawa T imur dan bagaimana

kedudukan para ahli waris dalam adat Bawean Gresik Jawa Timur.

Page 20: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

10

3. Skripsi Andri Widiyanto Alfaqih NIM 10350067 Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, judul skripsi : “Tinjauan Hukum Islam terhadap pembagian

harta waris di Dusun Wonokasihan Desa Sojokerto Kecamatan Leksono

Kabupaten Wonosobo”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana tinjauan

Hukum Islam terhadap praktik pembagian harta warisan yang dilaksanakan oleh

masyarakat Dusun Wonokasihan.

Perbedaan dengan skripsi yang penulis teliti adalah dalam penelitian ini

penulis meniliti tentang latar belakang pembagian warisan di Suku Baduy dalam

dan Baduy luar Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi

banten, dan bagaimana proses pembagian warisan pada masyarakat Baduy dalam

dan Baduy luar. Serta bagaimana dasar hukum dalam pembagian warisnya.

G. Sistematika Penulisan

Agar dalam penulisan skripsi ini menjadi terarah dan tidak mengambang,

penulis membuat sistematika penulisan yang disusun per bab. Dalam skripsi ini

terdiri dari lima bab, dan setiap bab memiliki subbab yang menjadi penjelasan dari

masing-masing bab tersebut. Skripsi ini diakhiri dengan kesimpulan hasil

penelitian dan saran bagi para pembaca. Adapun sistematika penulisan tersebut

ialah sebagai berikut :

Bab pertama menyajikan tentang pendahuluan yang merupakan suatu

pengantar umum pada tulisan berikutnya yang meliputi : latar belakang,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian,

review studi terdahulu, dan sistematika penulisan.

Page 21: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

11

Bab kedua adalah tinjauan umum tentang hukum Kewarisan Islam, bab ini

menguraikan tentang pengertian Hukum Waris Islam, dasar Hukum Waris Islam,

harta, rukun dan syarat pembagian warisan, sebab-sebab mendapatkan harta

warisan dan tentang macam-macam ahli waris beserta metode pembagian waris.

Uraian kewarisan Islam diletakkan dalam bab dua dimaksud untuk dijadikan dasar

analisis perbandingan dan tinjauan terhadap pembagian warisan secara

kekeluargaan yang disajikan dalam bab empat.

Bab ketiga merupakan pembahasan mengenai praktek pembagian warisan

di masyarakat Baduy dalam dan Baduy luar, bab ini menguraikan tentang Profil

Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Profil Masyarakat Baduy Dalam dan

Baduy Luar, dan praktek pembagian waris masyarakat Baduy Dalam dan Baduy

Luar.

Bab keempat adalah analisa penulis terhadap praktek pembagian warisan

masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar Desa Kanekes Kecamatan

Leuwidamar, Kabupaten Lebak yang meliputi kedudukan laki-laki dan perempuan

pada prakteknya dan dasar hukum yang digunakan dan perbedaan mendasar

hukum kewarisan Baduy Dalam dan Baduy Luar dengan Hukum Kewarisan

Islam.

Bab kelima merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-

saran.

Page 22: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

12

BAB II

KETENTUAN – KETENTUAN HUKUM WARIS

A. Pengertian Hukum Kewarisan Islam

Dalam beberapa literature Islam ditemui beberapa istilah untuk menamakan

Hukum Kewarisan Islam, seperti Fiqh Mawaris, ilmu Faraidh, dan hukum

kewarisan. Perbedaan dalam penamaan ini terjadi karena perbedaan arah yang

dijadikan titik utama dalam pembahasan.

Fiqh mawaris adalah kata yang berasal dari bahasa arab fiqh dan mawaris.

Untuk mengetahui maksud dan pembahasannya lebih lanjut, sebaiknya

terlebih dahulu kita mengetahui tentang pengertian fiqh mawaris itu.

Fiqh menurut bahasa berarti mengetahui, memahami, yakni mengetahui

sesuatu atau memahami sesuatu sebagai hasil usaha mempergunakan pikiran yang

sungguh – sungguh.9

Prof. Daud Ali Memberikan pemahaman, bahwa fiqh adalah memahami dan

mengetahui wahyu ( Alquran dan Alhadis ) dengan menggunakan penalaran akal

metode tertentu, sehingga diketahui ketentuan hukumnya dengan dalil secara

rinci. Sebagaimana dijelaskan dalam surah At-Taubah ayat 122.

هوا ف تفق نهم طائفة لل فرقة ملين فلول نفر من كل ... ٱلل

9 Moh. Muhibbin & Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan

hukum Positif Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009). h. 5.

Page 23: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

13

... mengapa tidak pergi dari tiap – tiap golongan diantara mereka beberapa

orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama…

Menurut istilah ulama, fiqh ialah suatu ilmu yang menerangkan segala hukum

syara’ yang berhubungan dengan amaliyah, dipetik dari dalil – dalilnya yang rinci

(tafsili). Maka dia melengkapi hukum – hukum yang dipahami para mujtahid

dengan jalan ijtihad dan hukum yang tidak diperlukan ijtihad, seperti hukum yang

dinashkan dalam Alquran, Assunnah, dan masalah ijmak.

Dari pengrtian diatas, dapat disimpulkan bahwa fiqh itu sebagai ilmu

Sedangkan kata mawaris diambil dari bahasa Arab, Mawaris bentuk jamak dari

.yang berati harta peninggalan yang diwarisi oleh ahli warisnya (miiraats) ميراث10

Dalam hal kematian (meninggalnya) seseorang, pada prinsipnya, segala

kewajiban perorangannya tidak beralih kepada pihak lain. Adapun yang

menyangkut harta kekayaan dari yang meninggal tersebut beralih kepada pihak

lain yang masih hidup, yaitu kepada orang - orang yang telah ditetapkan sebagai

pihak penerimanya.11

Proses peralihan harta kekayaan dari yang meninggal kepada yang masih

hidup inilah yang diatur oleh Hukum Waris / Ilmu Faraidh.12

Perbedaan pendapat dikalangan ulama mujtahid dalam menginterpretasikan

ayat – ayat faraidh bukan hanya disebabkan tidak adanya petunjuk penyelesaian

10

Moh. Muhibbin & Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan

hukum Positif Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009). h. 7 11

Suparman Usman & Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam,

(Jakarta: Radar Jaya Jakarta, 2002). h. 13. 12

Suparman Usman & Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam,

h.13.

Page 24: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

14

dalam al- Quran, tetapi juga dikarenakan adanya lafaz dalam ayat faraidh yang

mungkin menimbulkan keraguan dalam mengartikannya. Usaha memecahkan

keraguan tersebut pada akhirnya menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan

para mujtahid.13

Adapun beberapa perbedaan para mujtahid di bawah ini adalah sebagai berikut

a. Muhammad al – Syarbini mendefinisikan ilmu faraidh sebagai berikut :

الفقه المتعلق باإلرث و معرفة الحساب الموصل إلى معرفة ذلك

.ومعرفة قدر الواجب من التركة لكل ذى حق

Ilmu fiqh yang berkaitan dengan pewarisan, pengetahuan tentang cara

perhitungan yang dapat menyelesaikan pewarisan tersebut, dan pengetahuan

tentang bagian – bagian yang wajib dari harta peninggalan bagi setiap pemilik

hak waris (ahli waris).14

b. Muhammad Muhyidin Abdul Hamid mendefinisikan sebagai berikut :

العلم الموصل إلى معرفة قدر ما يجب بكل ذي حق من التركة

Ilmu yang membahas tentang kadar ( bagian ) dari harta peninggalan bagi

setiap orang yang berhak menerimanya ( ahli waris).

c. Rifa’i Arif mendefinisikan sebagai berikut :

لورثة و النصيب المقدر لهم و طريقة قواعد و أصول تعرف بها ا

التركة لمستحقها

Kaidah – kaidah dan pokok – pokok yang membahas tentang para ahli waris,

bagian – bagian yang telah ditentukan bagi mereka (ahli waris), dan cara

membagikan harta peninggalan kepada orang (ahli waris ) yang berhak

menerimanya.

13

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004). h. 38. 14

Suparman Usman & Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam,

(Jakarta: Radar Jaya Jakarta, 2002). h. 14.

Page 25: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

15

Dari definisi – definisi diatas, dapatlah dipahami bahwa ilmu faraidh atau fiqh

mawaris adalah ilmu yang membicarakan hal ihwal pemindahan harta

peninggalan dari seseorang yang meninggal dunia kepada yang masih hidup, baik

mengenai harta yang ditinggalkannya, orang – orang yang berhak menerima harta

peninggalan tersebut, bagian masing – masing ahli waris, maupun cara

penyelesaian pembagian harta peninggalan itu.15

B. Faktor Terjadinya Kewarisan

1. Hubungan Perkawinan.

Hubungan perkawinan adalah suami - istri saling mewarisi karena mereka

telah melakukan Aqad perkawinan secara sah. Dengan demikian, suami dapat

menjadi ahli waris dari istrinya. Demikian pula sebaliknya, istri dapat menjadi ahli

waris dari suaminya.

Dalam surah al – Nisa, 4 : 12 disebutkan :

( ۲۱: سورة النساء ) ....و لكم نصف ما ترك أزواجكم

Dan bagimu ( suami – suami ) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh

istri – istrimu…

15

Suparman Usman & Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam,

(Jakarta: Radar Jaya Jakarta, 2002). h. 15

Page 26: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

16

2. Hubungan Nasab

Untuk menyatakan adanya hubungan nasab dari komponen yang disodorkan

oleh Alquran, maka dalam hukum kewarisan dikenal dengan tiga macam

kekerabatan nasab , yakni :

a. Keluarga garis lurus ke bawah, yakni anak dan cucu.

b. Keluarga garis lurus ke atas, yakni ayah dan ibu.

c. Keluarga garis ke samping, yakni keluarga yang sama – sama mempunyai

hubungan nasab yang terdekat. Misalnya, saudara sekandung atau seayah

seibu.

3. Hubungan Memerdekakan Budak

Yang dimaksud dengan hubungan wala adalah seseorang menjadi ahli waris

karena ia telah memerdekakan budaknya. Jadi apabila seseorang telah

dimerdekakan oleh tuannya, maka ketika ia wafat, ahli warisnya adalah bekas

tuannya itu.

Jadi dapat ditegaskan bahwa hubungan wala menjadi salah satu sebab

terjadinya kewarisan karena Alquran menganut prinsip persaudaraan.

Persaudaraan dibutuhkan dalam semua bidang kehidupan, termasuk dalam hal

kewarisan berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al-Ahzab, 33 : 6 yang

menyatakan bahwa saling mewarisi antara sesama ummat Islam adalah perbuatan

terpuji.16

16

Ali Parman, Kewarisan Dalam Al- Quran, suatu kajian hukum dengan pendekatan

tafsir tematik, Cet-1, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 70.

Page 27: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

17

Untuk terjadinya pewarisan, diperlukan tiga rukun (unsur), yaitu sebagaimana

ditulis oleh Sayyid Sabiq :

وهو الذي ينتمى إلى الميت بسبب من أسباب الميراث: الوارث . ۲

و هو الميت حقيقة أو حكما مثل المفقود الذي حكم : المورث . ۱

بموته

و هو المال أو الحق المنقول , يسمى تركة أو ميراثاو : الموروث .۳

من المورث إلى الوارث

1. Ahli waris, yaitu orang yang dihubungkan kepada si mati dengan salah

satu sebab – sebab pewarisan;

2. Pewaris, yaitu si mati, baik mati haqiqi maupun hukmi, seperti orang

hilang, yang oleh hakin dinyatakan telah meninggal dunia;

3. Warisan, dinamakan juga dengan tirkah atau mirats, yaitu harta atau hak

yang berpindah dari sipewaris kepada ahli waris.

Ketiga rukun diatas berkaitan antara satu dengan yang lainnya ketiganya harus

ada dalam setiap pewarisan. Dengan kata lain pewarisan tidak mungkin terjadi

manakala salah satu diantara ketiga unsur diatas tidak ada.

Sebagaimana rukun pewarisan, syarat pewarisan pun ada tiga, yaitu:

موت المورث حقيقة أو موته حكما كأن يحكم القاضي بموت .۲

المفقود

لوارث بعد موت المورث و لو حكما كالحملحياة ا.۱

اال يوجد مانع من موانع اإلرث.۳

1. Meninggalnya pewaris dengan sebenarnya maupun secara hukum seperti

keputusan hakim atas kematian orang yang mafqud (hilang)….

2. Hidupnya ahli waris setelah kematian si pewaris, walaupun secara hukum

seperti anak dalam kandungan…

3. Tidak adanya salah satu penghalang dari penghalang – penghalang

pewarisan.17

17

Suparman Usman & Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam,

(Jakarta: Radar Jaya Jakarta), 2002. h. 24.

Page 28: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

18

Dengan adanya syarat pertama diatas, maka segala harta dan hak seseorang

tidak boleh dibagikan, kecuali orang tersebut benar – benar telah meninggal dunia

atau hakim memutuskan kematiannya, seperti orang yang menghilang misalnya.

Apabila hakim telah memutuskan kematian orang tersebut, dengan bukti – bukti

yang kuat, maka saat itu barulah harta peninggalannya dapat dibagikan diantara

ahli warisnya.

Dengan syarat kedua, maka kelayakan seseorang sebagai ahli waris dapat

terjamin, sebab ahli warislah yang akan menerima perpindahan harta peninggalan

orang yang meninggal dunia, dan hal itu tidak mungkin terjadi manakala ahli

waris tersebut telah meninggal terlebih dahulu dan atau meninggal bersama –

sama dengan pewarisnya.

Dengan syarat ketiga, diharapkan, para ahli waris berupaya untuk tidak

melakukan hal – hal yang sekiranya dapat menolaknya untuk menerima harta

peninggalan si pewaris.

Faktor – faktor penghalang warisan yang sudah disepakati ulama syariat yaitu

jika salah satu hal tersebut ada, maka ia dapat menghalangi seseorang

mendapatkan warisan, meskipun semua syarat dan sebab pewarisan sudah

terpenuhi, ada tiga faktor.

Pertama, perbudakan. Kedua, pembunuhan, yaitu ahli waris membunuh

pewarisnya. Ketiga, perbedaan agama.18

18

Muhammad Muhyidin Abdul Hamid, Panduan Waris Empat Madzhab, Cet – Pertama,

(Jakarta: Pustaka Al – Kautsar), 2006. h. 47.

Page 29: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

19

C. Dasar Hukum Waris

Sumber – sumber hukum ilmu faraidh adalah Al-Quran, as-Sunnah Nabi

SAW. dan ijmak para ulama. Ijtihad atau qiyas di dalam ilmu faraidh tidak

mempunyai ruang gerak, kecuali jika ia sudah menjadi ijmak para ulama.19

Sedangkan dasar dan sumber utama dari Hukum Islam sebagai hukum agama

(Islam) adalah nash atau teks yang terdapat dalam Al-Quran dan sunnah Nabi

yang secara langsung mengatur kewarisan tersebut antar lain sebagai berikut :

1. Ayat- ayat Al-Quran

ا ا ترك الوالدين واألقربون و للنساء نصيب مم للرجال نصيب مم

ا قل منه أو كثر نصيبا مفروضا ) ۷: النساء )ترك الوالدان واألقربون مم

Bagi orang laki – laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu – bapak

dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak dan bagian pula dari harta

peninggalan ibu – bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut

bagian yang telah di tetapkan.(QS. An-Nissa ayat 7).

Ketentuan dalam ayat diatas, merupakan landasan utama yang menunjukan,

bahwa dalam Islam baik laki – laki maupun perempuan sama – sama mempunyai

hak waris dan sekaligus merupakan pengakuan Islam, bahwa perempuan

merupakan subjek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban. Tidak demikian

halnya pada masa jahiliyah, dimana wanita dipandang sebagai objek bagaikan

benda biasa yang dapat diwariskan.

19

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Mesir, Hukum Waris,(Jakarta: Cet –

Pertama, Sebayan Abadi Publishing, 2004). h. 12

Page 30: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

20

Sebagai pertanda yang lebih nyata, bahwa Islam mengakui wanita sebagai

subjek hukum, dalam keadaan tertentu mempunyai hak waris, sedikit ataupun

banyak yang telah dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Quran.

QS. An-Nisaa ayat 8 :

ٱلقسمة حض إوذا ولوا

ىمى و ٱلقربى أ ك و ٱلت زقوهمف ي ٱلمسى نه وقولوا ٱر ملا وفا عر ٨لهم قولا م

Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat ( kerabat yang tidak

mempunyai hak warisan dari harta benda pusaka), anak yatim dan orang miskin

maka berilah mereka dari harta itu ( pemberian sekadarnya itu tidak boleh lebih

dari sepertiga harta warisan atau sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka

perkataan yang baik.

QS. An-Nisaa ayat 11 :

يوصيكم ٱلل كر مثل حظل ىدكم لذل ول

ن ف أ نثييساءا فوق ٱل فإن كن ن

ىحدةا فلها ٱثنتي إون كنت و لصف فلهن ثلثا ما ترك ىحد ٱل و لكل بويه

ول

نهما دس مل ا تر ٱلس ۥإن كن ل ك مم م يكن ل ورثه ۥول فإن ل بوا ۥ ول و

ه أ ه مل

ۥ فإن كن ل ٱثللث فل ه مل

فل دس إخوة و ٱلس

أ ة يوص بها من بعد وصي

ي

ون أ بناؤكم ل تدر

ءاباؤكم وأ ن هم دين ا فريضةا مل قرب لكم نفعا

ه أ ٱلل إن ا كن علي ٱلل ١١ما حكيما

Allah mensyariatkan bagimu tentang ( pembagian pusaka untuk ) anak –

anakmu. Yaitu bagian seorang laki – laki sama dengan bagian dua orang anak

perempuan ( karena kewajiban laki – laki lebih berat dapi perempuan, seperti

kewajiban membayar maskawin dan member nafkah); dan jika anak itu semuanya

Page 31: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

21

perempuan lebih dari dua ( dua atau lebih atau sesuai dengan apa yang

diamalkan oleh Nabi) maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang

ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh

separuh harta. Dan untuk dua orang ibu – bapak, bagi masing – masingnya

seper-enam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai

anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu

– bapaknya ( saja ) maka ibunya mendapat sepertiga. Jika yang meninggal itu

memiliki beberapa saudara maka ibunya mendapat seperenam. ( pembagain –

pembagian tersebut diatas )sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)

sesudah dibayar hutangnya. ( tentang ) orang tuamu dan anak – anakmu, kamu

tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat ( banyak ) manfaatnya

bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah maha mengetahui

lagi maha bijaksana.

QS. An-nisaa ayat 12 :

ىجك زو

هن ول فإن كن لهن ول ۞ولكم نصف ما ترك أ م يكن ل م إن لبع فلكم و دينن ولهن ٱلر

أ يوصي بها ة ا تركن من بعد وصي بع مم ا ٱلر مم

م يكن لكم ول ا تركتمن ٱثلمن فإن كن لكم ول فلهن تركتم إن ل مم و

ىلة أ رث كل رجل يو ن و دين إون ك

أ ة توصون بها ن بعد وصي مل ة

ۥ ول ٱمرأ

نهما ىحد مل وخت فلكل

و أ

خ أ

دس أ ٱلس

أ ىلك فهم كث فإن كنوا من ذ

كء ف ن ٱثللثن ش ةا مل وصي و دين غي مضارل

أ ة يوصى بها ه من بعد وصي ٱلل و ١٢عليم حليم ٱلل

Dan bagimu ( suami – suami ) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh

istri – istrimua. Jiak mereka tidak mempunyai anak. Jika istri – istrimu itu

mempunyai anak maka kamu mendapat seperempat dari harta yang

ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau ( dan ) sudah

dibayar hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu

tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak maka

istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah

dipenuhi wasiat yang kamu buat atau ( dan ) sesudah dibayar hutang –

hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki – laki maupun perempuan yang tidak

meniggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang

saudara laki – laki ( seibu saja ) atau seorang saudara perempuan ( seibu saja )

Page 32: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

22

maka baigan masing – masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.

Teteapi jika saudara – saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka

bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya

atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat ( kepada ahli

waris ). ( Allah menetapkan yang demikian itu sebagai ) syariat yang benar –

benar dari Allah, dan Allah maha mengetahui lagi maha penyayang.

QS, An-nisaa ayat 176 :

قل يستفتونك ن يفتيكم ف ٱلل ىلة إن ٱلكل ۥ ول ول ۥهلك ليس ل ٱمرؤاها ول فإن كنتا م يكن ل إن ل خت فلها نصف ما ترك وهو يرثها

ٱثنتي أ

ا ترك ٱثللثان فلهما مم ثل حظل كر م خوةا رلجالا ونساءا فلذل إ إون كنوا نثيي

ٱل يبيل ه و ٱلل ن تضلوا

لكم أ ء عليم ٱلل ش

١٧٦بكلل

Mereka meminta fatwa kepadamu ( tentang kalalah ). Katakanlah : Allah

member fatwa kepadamu tentang kalalah ( yaitu ) : jika seseorang meninggal

dunia, dia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan maka bagi

saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan

saudaranya yang laki – laki mempusakai ( sleuruh harta saudara perempuan ),

jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang,

maka bagi keduanya duapertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang

meninggal. Dan jika mereka ( ahli waris itu terdiri atas ) saudara – saudara laki

– laki dan perempuan maka bagian seorang saudara laki – laki sebanyak bagian

dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan ( hukum ini ) kepadamu,

supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Hadis Nabi Muhammad yang secara langsung mengatur tentang kewarisan

adalah sebegai berikut.

a. Hadis Nabi dari Abdullah ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari :

Page 33: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

23

: عن إبن عباس رضى هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه و سلم قال

(البخاري رواه ) ألحقوا الفرائض بأهلها فما بقي فهو ألولى رجل ذكر 20

Berikanlah faraidh ( bagian yang ditentukan ) itu kepada yang berhak dan

selebihnya berikanlah kepada laki – laki.

b. Hadis Nabi menurut Usamah bin Zaid menurut riwayat Tarmidzi :

عن أسامة بن زيد رضي هللا عنهما أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال

(رواه الترمذي ) ال يرث المسلم الكافر و ال الكافر المسلم 21

Dari Usamah bin Zaid bahwa Nabi SAW bersabda : seorang muslim tidak

mewarisi harta orang non muslim dan orang non muslim pun tidak dapat

mewarisi harta orang muslim.

Hadis Nabi dari ibnu ‘Amr Al-Huseini menurut riwayat At-Tirmidzi :

عن عمرو بن مسلم عن طاوس عن عائشة قالوا قال رسول هللا صلى هللا

(رواه الترمذي ) عليه وسلم الخال وارث من ال ورث له 22

Dari ‘Amr bin Muslim dari Thawus, dari aisyah yang berkata : bersabda

Rasulullah SAW. “ saudara laki –laki ibu menjadi ahli waris bagi yang tidak ada

ahli warisnya”.

Meskipun Al-Quran dan Al- Hadis sudah memberikan ketentuan

terperinci mengenai pembagain harta warisan, dalam beberapa hal masih

diperlukan adanya ijtihad, yaitu terhadap hal – hal yang tidak ditentukan dalam

20

Muhammad Bin Isma’il Al – Bukhori, Shahih Bukhari, (Mesir: Daarul ‘Aalamiyyah,

Cetakan Pertama, 2014) Jilid Ke-4. BAB Faraidh. h. 5. 21

Imam Abu Hasan Al-Muslim, Shahih Muslim, (Mesir: Maktabah Mishri, Cetakan

Pertama, 2007) Jilid Ke – 1.h. 801 22

Muhammad Bin Isma’il Al-Shan’ani, Subulussalaam, (Bairut: Daarul Fikr, 1991)

Cetakan Ke – 1, Juz 3.h. 193.

Page 34: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

24

Al-Quran maupun Al-Hadis. Misalnya mengenai bagian warisan banci (waria),

diberikan kepada siapa harta warisan yang tidak habis terbagi, bagian ibu apabila

hanya bersama – sama dengan ayah dan suami atau istri dan sebagainya.

D. Macam – Macam Ahli Waris

Secara umum, ahli waris dapat dikelompokkan kepada dua kelompok, yaitu :

ahli waris sababiyah dan ahli waris Nasabiyah.

1. Ahli waris sababiyah ialah orang yang berhak mendapatkan bagian harta

warisan, karena adanya sebab, yaitu adanya akad perkawinan, sehingga

antara suami dan istri mempunyai hubungan saling mewarisi.

2. Ahli waris Nasabiyah ialah orang yang berhak memperoleh harta warisan

karena ada hubungan nasab (hubungan darah / keturunan).23

a. Furu’ al – mayyit yaitu hubungan nasab menurut garis lurus keturunan

ke bawah.

b. usul al – mayyit ialah ahli waris yang merupakan asal keturunan dari

orang yang mewariskan, atau hubungan nasab garis keturunan keatas.

c. Al-Hawasyi, yang dimaksud dengan al-hawasyi ialah, hubungan

nasab dari arah menyamping.

Dengan melihat kepada apa yang secara dzahir disebutkan dalam al-Quran dan

ditambahkan oleh Nabi terlihat ada enam furudh dan ahli waris yang

23

Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan (suatu analisis komparatif pemikiran

mujtahid dan Kompilasi Hukum Islam), Cetakan Ke – 1,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2012). h. 99.

Page 35: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

25

menerimanya disebut dzaul furudh. Mereka adalah sebagaimana dirinci dibawah

ini :

1. Furudh 1 / 2. Ahli waris yang memperoleh furudh ini adalah :

• Anak perempuan bila ia hanya sendiri saja;

• Saudara perempuan bila ( kandung atau seayah ) ia hanya seorang saja;

• Suami, bila pewaris tidak ada meninggalkan anak.

2. Furudh 1 / 4. Ahli waris yang menerima furudh 1/ 4 ini adalah:

• Suami, bila pewaris ( istri ) meninggalkan anak;

• Istri, bila si pewaris (suami ) tidak meninggalkan anak.

3. Furudh 1 / 8. Ahli waris yang menerima furudh ini adalah :

• Istri, bila pewaris meninggalkan anak.

4. Furudh 1 / 6. Ahli waris yang berhak menerima furudh ini adalah :

• Ayah, bila pewaris meninggalkan anak;

• Kakek, bila pewaris tidak meninggalkan anak;

• Ibu, bila pewaris meninggalkan anak;

• Ibu, bila pewaris meninggalkan beberapa saudara;

• Nenek, bila pewaris tidak meninggalkan ibu;

• Seorang saudara seibu laki – laki atau perempuan.

5. Furudh 1 / 3. Ahli waris yang memperoleh furudh 1/ 3 ini adalah :

• Ibu, bila ia mewarisi bersama ayah dan pewaris tidak meninggalkan anak

atau saudara;

• Saudar seibu laki – laki atau perempuan, bila terdapat lebih dari

seseorang.

Page 36: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

26

6. Furudh 2/ 3. Ahli waris yang menerima furudh 2/ 3 ini adalah :

• Anak perempuan bila ia lebih dari dua orang;

• Saudara perempuan kandung atau seayah, bila ia dua orang atau lebih.24

Dilihat dari bagian yang diterima, berhak atau tidaknya mereka menerima

warisan, ahli waris dibedakan menjadi tiga :

a. Ahli waris ashab al – furud yaitu ahli wariss yang telah ditentukan bagain

– bagiannyan seperti 1 / 2, 1 / 3, dan lain – lain.

b. Ahli waris ashab al – ‘ashabah yaitu ahli waris yang ketentuan bagiannya

adalah menerima sisa setelah diberikan kepada ashab al – furudh, seperti

anak laki – laki, ayah, paman, dan lain sebagainya.

c. Ahli waris dzawil arham yaitu orang yang sebenarnya mempunyai

hubungan darah dengan si pewaris, namun dalam ketentuan nash tidak

diberi bagian, maka mereka tidak berhak menerima bagian. Kecuali

apabila ahli waris yang termasuk ashab al – furud dan ashab al – ‘ashabah

tidak ada.25

Dari segi hubungan jauh dekatnya kekerabatan, ahli waris dapat dibedakan

menjadi :

1. Ahli waris hajib yaitu ahli waris yang dekat hubungan kekerabatannya

menghalangi hak waris ahli waris yang jauh hubungannya. Contohnya,

anak laki – laki menjadi penghalang bagi saudara perempuan.

24

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta : Kencana, 2004). h. 44.

25

Ahmad Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),

h. 384.

Page 37: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

27

2. Ahli waris mahjub yaitu ahli waris yang jauh hubungan kekerabatannya,

dan terhalang untuk mewarisi.26

Prinsipnya, ahli waris yang menghalangi (hajib) adalah mereka yang lebih

dekat hubungan kekerabatannya, sedangkan ahli waris yang terhijab (mahjub)

adalah mereka yang jauh hubungan kekerabatannya.

Adapun ahli waris sababiyah , terdiri dari duda (suami) atau janda (istri).

Ahli waris sababiyah, yang dalam kitab – kitab fiqh atau buku – buku hukum

kewarisan Islam umumnya dimasukkan adalah orang yang memerdekakan hamba

sahaya. Kompilasi Hukum Islam tidak memasukannya dalam salah satu pasal –

pasalnya, pertimbangannya, perbudakan tidak dikenal dalam system hukum di

Indonesia, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan. Ini sejalan

dengan Islam yang menganjurkan bahwa perbudakan harus dihapuskan.27

E. Asas – asas Hukum Kewarisan Islam

Kalau sumber Hukum Islam (Al-Quran dan Al-Hadis) dan Kompilasi Hukum

Islam diperhatikan, maka dapat disalurkan dan diuraikan 5 (lima) asas hukum

kewarisan Islam.

1. Asas Ijbari yang terdapat dalam hukum kewarisan Islam mengandung arti

bahwa pengalihan harta dari seseorang yang meninggal dunia kepada ahli

warisnya berlaku dengan sendirinya menurut ketetapan Allah tanpa

digantungkan kepada kehendak pewaris atau ahli warisnya.

26

Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, h. 385. 27

Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, h. 388.

Page 38: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

28

2. Asas Bilateral yang berarti seseorang menerima hak atau bagian warisan

dari kedua belah pihak dari kekerabatan keturunan laki – laki dan dari

kerabat keturunan perempuan.

3. Asas Individual dalam hukum kewarisan Islam berarti harta warisan dapat

dibagi – bagi kepada ahli waris untuk dimiliki secara perorangan.

4. Asas Keadilan Berimbang yang berarti keseimbangan antara hak yang

diperoleh dengan keperluan dan kegunaan dalam melaksanakan

kewajiban.

5. Asas Akibat Kematian yang berarti kewarisan ada kalau ada yang

meninggal dunia, kewarisan ada sebagai akibat dari meninggalnya

seseorang.28

F. Hukum Kewarisan Adat

Istilah waris didalam kelengkapan istilah hukum waris adat diambil alih dari

bahasa arab yang telah menjadi bahasa Indonesia, dengan perngertian bahwa di

dalam hukum waris adat tidak semata – mata hanya menguraikan tentang waris

dalam hubungannya dengan ahli waris, tetapi lebih luas dari itu.

Sebagaimana telah dikemukakan diatas hukum waris adat adalah hukum adat

yang memuat garis – garis ketentuan tentang sistem dan asas – asas hukum waris,

tentang harta warisan, pewaris dan waris serta cara bagaimana harta warisan itu di

alihkan penguasaan dan pemillikannya dari pewaris kepada ahli waris. Hukum

waris adat sesungguhnya adalah hukum penerusan harta kekayaan dari suatu

28

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007).h.

125.

Page 39: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

29

generasi kepada keturunannya. Dalam hal ini perhatikan bagaimana pendapat para

ahli hukum adat dimasa lampau tentang hukum waris adat.

TEER HAAR Menyatakan :

“… het adaterfrecht de rechtsregelen, welke betrekking hebben op het

boeiende, eeuwige process van doorgeven e overgaan van het materiele en

immateriele vermogen van generatie.”29

“… hukum waris adat adalah aturan – aturan hukum yang mengenai cara

bagaimana dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang

berwujud dan tidak berwujud dari generasi ke generasi.”

SOEPOMO menyatakan :

“ hukum adat waris membuat peraturan – peraturan yang mengatur

proses meneruskan serta mengoperkan barang – barang harta benda dan barang

– barang yang tidak berwujud benda (immateriele goederen) dari suatu angkatan

manusia (generatie) kepada turunannya.”30

Dengan demikian hukum waris itu memuat ketentuan – ketentuan yang

mengatur cara penerusan dan peralihan harta kekayaan (berwujud atau tidak

berwujud) dari pewaris kepada para ahli waris nya. Cara penerusan dan peralihan

harta kekayaan itu dapat berlaku sejak pewaris masih hidup atau setelah pewaris

meninggal dunia. Jadi bukanlah sebagaimana dikemukakan WIRJONO,

29

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (PT Citra Aditya Bakti, Bandung : 2003), h.

7. 30

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat,, h. 8.

Page 40: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

30

“… pengertian “warisan” ialah, bahwa warisan itu adalah soal apakah

dan bagaimanakah pelbagai hak – hak dan kewajiban – kewajiban tentang

kekayaan seorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang

lain yang masih hidup.”31

Jadi warisan menurut Wirjono adalah cara penyelesaian hubungan hukum

dalam masyarakat yang melahirkan sedikit banyak kesulitan sebagai akibat dari

wafatnya seorang manusia, dimana manusia yang wafat itu meninggalkan harta

kekayaan. Perhatikan istilah warisan diartikan sebagai cara penyelesaian bukan

diartikan bendanya. Kemudian cara penyelesaian itu sebagai akibat dari kematian

seorang, sedangkan kami mengartikan warisan itu adalah bendanya dan

penyelesaian harta benda seseorang kepada ahli warisnya dapat dilaksanakan

sebelum ia wafat.

Hukum waris adat itu mempunyai corak dan sifat – sifat tersendiri yang

khas Indonesia. Yang berbeda dari Hukum Islam maupun hukum barat. Sebab

perbedaannya terletak dari latar belakang alam fikiran bangsa Indonesia yang

berfalsafah Pancasila dengan masyarakat yang Bhineka Tunggal Ika. Latar

belakang itu pada dasarnya adalah kehidupan bersama yang bersifat tolong

menolong guna mewujudkan kerukunan, keselarasan dan kedamaian dalam hidup.

Bangsa Indonesia murni alam fikirannya berazas kekeluargaan dimana

kepentingan hidup yang rukun damai lebih diutamakan dari sifat – sifat kebendaan

dan mementingkan diri sendiri. Jika pada belakangan ini nampak sudah banyak

31

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003). h.

8.

Page 41: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

31

kecenderungan adanya keluarga – keluarga yang mementingkan kebendaan

dengan merusak kerukunan hidup kekerabatan atau ketetanggaan maka hal itu

merupakan suatu krisis akhlak, antara lain disebabkan pengaruh kebudayaan asing

yang menjajah alam fikiran bangsa Indonesia.

G. Sifat Hukum Waris Adat

Harta warisan menurut hukum waris adat tidak merupakan kesatuan yang

dapat dinilai harganya, tetapi merupakan kesatuan yang tidak terbagi atau dapat

terbagi menurut jenis macamnya dan kepentingan para ahli warisnya. Harta

warisan adat tidak boleh dijual sebagai kesatuan, dan uang penjualan itu lalu

dibagi – bagikan kepada para ahli waris menurut ketentuan yang berlaku

sebagaimana didalam Hukum Waris Islam atau hukum waris barat.

Harta warisan adat terdiri dari harta yang tidak dapat dibagi – bagikan

penguasaan dan pemilikannya kepada para ahli waris dan ada yang dapat

dibagikan. Harta yang tidak terbagi adalah milik bersama para ahli waris, ia tidak

boleh dimiliki secara perseorangan, tetapi ia dapat dipakai dan dinikmati.

Harta warisan adat yang tidak terbagi dapat digadai jika keadaan sangat

mendesak berdasarkan persetujuan para tua – tua adat dan para anggota kerabat

bersangkutan. Bahkan jika harta warisan yang terbagi kalau akan dialihkan

(dijual) oleh ahli waris kepada orang lain harus dimintakan pedapat diantara para

Page 42: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

32

anggota kerabat, agar tidak melanggar hak ketetanggaan dalam kerukunan

kekerabatan.32

H. Sistem Kekeluargaan dan Hukum Adat Waris

Seperti telah dikemukakan bahwa hukum waris merupakan salah satu

bagian dari sistem kekeluargaan yang terdapat di Indonesia. Oleh karena itu,

pokok pangkal uraian tentang hukum waris adat bertitik tolak dari bentuk

masyarakat dan sifat kekeluargaan yang terdapat di Indonesia menurut sistem

keturunan. Setiap sistem keturunan yang terdapat dalam masyarakat Indonesia

memiliki kekhususan dalam hukum warisnya yang satu sama lain berbeda – beda,

yaitu :

1. Sistem patrilineal, yaitu sistem kekeluargaan yang menarik garis

keturunan pihak nenek moyang laki – laki.

2. Sistem Matrilineal, yaitu sistem kekeluargaan yang menarik garis

keturunan pihak nenek moyang perempuan.

3. Sistem Parental atau Bilateral, yaitu sistem yang menarik garis

keturunan dari dua sisi baik dari pihiak ayah maupun dari pihak ibu.

Didalam sistem ini kedudukan anak laki – laki dan perempuan dalam

hukum waris sama dan sejajar.

Dari ketiga sistem keturunan diatas, mungkin masih ada variasi yang lain

yang merupakan perpaduan dari ketiga sistem tersebut, misalnya sistem patrilineal

beralih – alih (alternerend) dan sistem unilateral berganda (dubbel unilateral)

32

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h.

10.

Page 43: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

33

namun tentu saja masing – masing sistem memiliki ciri khas tersendiri yang

berbeda dengan sistem yang lainnya.

Disamping sistem kekeluargaan yang sangat berpengaruh terhadap

pengaturan hukum adat waris terutama terhadap penetapan ahli waris dan bagian

harta peninggalan yang diwariskan, hukum adat waris mengenal tiga sistem

kewarisan, yaitu :

(1) Sistem kewarisan individual yaitu sistem kewarisan yang menentukan

bahwa para ahli waris mewarisi secara perorangan, misalnya di : Jawa,

batak, Sulawesi, dan lain – lain.

(2) Sistem kewarisan kolektif, yaitu sistem yang menentukan bahwa para

ahli waris mewaris harta peninggalan secara bersama – sama (kolektif)

sebab harta peninggalan yang diwarisi itu tidak dapat dibagi – bagi

pemiliknya kepada masing – masing ahli waris.

(3) Sistem kewarisan mayorat, yaitu sistem kewarisan yang menentukan

bahwa harta peninggalan pewaris hanya diwarisi oleh seorang anak.33

Secara teoritis di Indonesia sesungguhnya dikenal banyak ragam sistem

kekeluargaan didalam masyarakat. Akan tetapi secara umum yang dikenal sangat

menonjol dalam peraturan hukum adat ada tiga corak, yaitu : (1) sistem

patrilineal, dengan contoh yang sangat umum yakni Tanah Batak; (2) sistem

matrilineal, dengan contoh daerah Minangkabau, dan (3) sistem parental, yang

dikenal luas yakni Jawa.

33

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW,

(Bandung: PT Refika Aditama 2014), h, 43.

Page 44: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

34

I. Proses Pembagian Harta Warisan

1. Sebelum Pewaris Wafat

Dikala pewaris masih hidup adakalanya pewaris telah melakukan penerusan

atau pengalihan kedudukan atau jabatan adat. Hak dan kewajiban dan harta

kekayaan kepada ahli waris, terutama kepada anak laki – laki tertua menurut garis

kebapak-an, kepada anak perempuan tertua menurut garis ke-ibuan, kepada anak

tertua lelaki atau anak tertua perempuan menurut garis ke-ibu-bapak-an.34

2. Sesudah Pewaris Wafat

Apabila seorang wafat dengan meninggalkan harta kekayaan maka harta

kekayaan itu akan dibagikan kepada para ahli waris. Dengan demikian setelah

pewaris wafat terhadap harta warisan yang tidak dibagi atau ditangguhkan

pembagiannya itu ada kemungkinan dikuasai janda, anak, anggota keluarga

lainnya atau oleh tua – tua adat kekerabatan. Barang siapa menjadi penguasa atas

harta warisan berarti bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala sanngkut

paut hutang piutang pewaris ketika hidupnya dan pengurusan para ahli waris yang

ditinggalkan guna kelangsungan hidup para ahli waris.35

34

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (PT Citra Aditya Bakti, Bandung : 2003), h.

95. 35

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, h. 100.

Page 45: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

35

BAB III

PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT BADUY DESA

KANEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK

PROVINSI BANTEN

A. Profil Desa Kanekes Kabupaten Lebak

1. Gambaran Umum Desa

Perkampungan masyarakat Baduy berada pada ketinggian 800 sampai

1200 meter, diatas permukaan laut. Keadaan suhunya mencapai 20° sampai 22° C,

keadaan tanahnya selalu basah disamping lembab dan berlumut. Daerah yang

dijadikan hunian berada di celah bukit, lereng tabing dan lembah yang ditumbuhi

dengan pohonan besar. Disekeliling alam lingkungan merupakan padang lalang

dan semak belukar yang hidup dengan suburnya. Perkampungan dibangun secara

berkelompok dengan jarak dari satu kampung dengan yang lain puluhan

kilometer, dan dihubungkan dengan jalan setapak.

Batas kawasan sebelah utara Desa Cibungur dan Desa Cisimeut yang

berada di Kecamatan Leuwidamar Sebelah Barat desa Karangcomcong dan Desa

Sobang, Kecamatan Cipanas. Sebelah selatan Desa Cigemblong Kecamatan

Bayah. Sebelah timur Desa Karangnunggal Kecamatan Bojongmanik. Gunung

Bulangil merupakan benteng yang menjadi batas bagian timur Kanekes dan

Karangnunggal. Gunugn Kenjur, Handarusa, Ho’e dan Pamuntuan menjadi

benteng di bagian barat yang membujur dari utara ke selatan. Gunung Kendeng,

Sangresik, Pareang, Beusi, membentengi bagian selatan Kampung Cikeusik,

Page 46: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

36

Sedang Kiara Damar, Godogan, Bukit Keru yang menjadi tapal batas dengan

Cisimeut.36

Desa Kanekes adalah nama sebuah desa di provinsi jawa barat yang

terletak di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Lokasinya di hulu sungai

Ciujung pada sisi utara pegunungan Kendeng di kawasan Banten Selatan.

Menurut gambaran umum nama Kanekes berawal dari nama sungai Cikanekes

yang mengalir didaerah tersebut. Dalam tradisi Sunda, nama tempat yang diambil

dari nama sungai, biasanya memakai CI seperti Cianjur dan Cirebon. Dalam

kasus kanekes mungkin dulu pernah ada kampung yang bernama demikian, lalu

sungai yang mengalir didekatnya dinamakan Cikanekes.

Rendahnya kedudukan tradisional kelompok Baduy dalam pandangan

orang Kanekes dan dihubungkannya nama Baduy dengan Baduwi itulah yang

menyebabkan masyarakat Kanekes membenci panggilan “Baduy” yang

dilontarkan kepada mereka, padahal kelompok Kanekes sendiri merupakan

mayoritas dan menjadi masyarakat inti di daerahnya. Berdasarkan hal tersebut dan

kenyataan bahwa Kanekes dijadikan nama resmi untuk desa mereka, dalam

tulisan ini digunakan nama “Kanekes”.37

36

Djoewisno MS. Potret Kehidupan Masyarakat Baduy, (Banten: Cipta Pratama, 1987),

h. 94. 37

Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda, Kehidupan Masyarakat Kanekes,

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek

Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Javanologi, 1984/1985), h.2.

Page 47: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

37

Posisi Etnik Masyarakat Kanekes

Secara etnik jelas sekali orang Kanekes adalah orang Sunda. Bukan saja

mereka sendiri mengaku sunda, tetapi ditandai pula agama mereka dengan

“Agama Sunda Wiwitan”. Dalam lubuk hati mereka tertanam perasaan “lebih

asli” atau “lebih sunda” dibandingkan dengan orang sunda diluar Kanekes yang

telah beralih agama sebagai penganut agama Islam.38

Penglapisan Masyarakat

Penglapisan masyarakat (stratifikasi sosial) di Kenekes sudah cukup jelas.

Penglapisan ini pada asasnya tidak berdasarkan keturunan melainkan berdasarkan

status wilayah kemandalaan kanekes. Mandala kanekes terbagi atas tiga wilayah

pemukiman yaitu : wilayah Tangtu, wilayah Panamping dan wilayah Dangka. Dua

yang pertama terdapat di Desa Kanekes sedangkan yang ke tiga terdapat

diluarnya. Secara berturut – turut ke tiga wilayah tersebut mempunyai kadar

kemandalaan yang berbeda dan makin “encer”.39

Wilayah tangtu memiliki kadar kemandalaan penuh yang berarti segala

tuntutan hidup di mandala harus diikuti seluruhnya oleh para penghuni disana. Di

wilayah Panamping kadar kemandalaan itu agak longgar dan wilayah dangka jauh

lebih longgar lagi.

38

Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda, Kehidupan Masyarakat Kanekes,

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek

Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Javanologi, 1984/1985), h.9. 39

Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda, Kehidupan Masyarakat Kanekes,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek

Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Javanologi, 1984/1985), h.10.

Page 48: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

38

a. Masyarakat Tangtu

Di Kanekes terdapat tiga buah (Kampung) Tangtu yaitu : Cibeo atau

Tangtu Parahiyang, Cikartawana atau Tangtu Kadu Kujang dan Cikeusik atau

Tangtu Pada Ageung. Ketiga kampung ini disebut Telu Tangtu (Tiga Tangtu).

Istilah Tangtu menurut orang Kanekes sendiri berarti pasti (tentu) karena Tangtu-

lah yang menjadi inti kehidupan masyarakat Kanekes.

Karena kampung tangtu dipagari kampung panamping, orang luar sering

menyebutnya “Baduy jero” (Baduy Dalam). Penduduk tangtu yang disebut kaum

daleum (kelompok dalam) atau “urang kajeroan” (orang pedalaman).

b. Masyarakat Panamping

Diluar tangtu terdapat kampung Panamping (Baduy Luar). Nama itu

berasal dari kata temping yang menurut orang Kanekes berarti “buang”

(pembuangan). Maksudnya tempat itu dijadikan tempat bagi orang tangtu yang

dibuang atau dikeluarkan karena melanggar adat. Sebenarnya kata temping berarti

sisi atau pinggir, dan panamping berarti daerah pinggiran (daerah luar). Menurut

kenyataannya daerah ini memang dijadikan tempat pembuangan orang tangtu. 40

c. Masyarakat Dangka

Masyarakat dangka adalah warga Kanekes yang berada di luar wilayah

Kanekes. Kata dangka sebenarnya searti dengan rangka yang berarti tempat

40

Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda, Kehidupan Masyarakat Kanekes,

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek

Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Javanologi, 1984/1985), h.12.

Page 49: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

39

tinggal atau daerah pemukiman. Namun dalam mitologi dangka adalah nama

pemukiman kaum raksasa dibawah tanah. Dalam bahasa sunda dialek bogor

dangka berarti kotor (pakaian). Masyarakat Kanekes pun menggunakan arti

tersebut karena menurut kepercayaannya daerah Dangka dijadikan “tempat

pembuangan” warga Kanekes yang melakukan pelanggaran adat.41

d. Perubahan Status

Perubahan status antara warga Tangtu, Panamping dan Dangka dapat

terjadi dibawah kondisi tertentu. Pertama karena permintaan sendiri yang hanya

berlaku untuk perubahan turun. Bila seorang Tangtu ingin menjadi orang

Panamping atau orang Panamping ingin menjadi orang Dangka, ia harus “menta

suka” kepada puun. Bila diizinkan, setelah lewat upacara “panyapuan” barulah

perpindahan itu dapat dilaksanakan. Yang demikian itu disebut dengan istilah

“undur rahayu” (mengundurkan diri secara baik – baik).

Tatanan Pemerintahan

Pemerintahan tradisional di Kenekes bercorak kapuunan karena puun

menjadi pemimpin tertinggi. Dalam hal ini pemerintahan Kanekes mirip semacam

“triumvirat” karena puun yang tiga orang itu selain berkuasa di wilayah

kapuunannya masing- masing juga memegang sepertiga fungsi untuk kesatuan

kanekes.

41

Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda, Kehidupan Masyarakat Kanekes,

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek

Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Javanologi, 1984/1985), h.13.

Page 50: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

40

Lembaga Kapuunan

Lembaga Kapuunan dahulu merupakan lembaga tunggal untuk seluruh

wilayah Kanekes yang berstatus mandala. Pemerintah Hindia Belanda kemudian

memasukan lembaga desa untuk urusan umum.42

Lembaga Pemerintahan Desa Kanekes

Pimpinan Desa Kanekes disebut Jaro Pamarentah. Bahulu disebut Jaro

Governemen. Seperti lurah di desa lainnya ia berada dibawah Camat. Namun

dalam urusan adat ia tunduk kepada Puun yang tiga. Berbeda dengan Kepala Desa

lainnya, calon Jaro Kanekes terlebih dahulu harus mendapat retu Puun, baru

kemudian diajukan kepada Bupati (melalui Camat) untuk dikukuhkan sebagai

kepala Desa.43

Masyarakat Baduy dalam melaksanakan tatanan masyarakat,

menggunakan dua sistem, sistem pemerintah ditangani Kepala Desa Kanekes,

sistem pemerintahan menggunakan Struktur Hukum Adat. Struktur budaya

hukum Hukum Adat, dimana pu’un sebagai pimpinan tertinggi pemerintahannya

juga menjadi pimpinan keagamaan. Wewenang dan pengaruh sangat patuh,

kepercayaan itu dipikul dengan penuh tanggung jawab kepada masyarakatnya,

sehingga dijadikan panutan.

42

Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda, Kehidupan Masyarakat Kanekes,

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek

Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Javanologi, 1984/1985), h. 18. 43

Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda, Kehidupan Masyarakat Kanekes, h.

21.

Page 51: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

41

2. Adat Istiadat

Masyarakat Baduy sejak dahulu memang selalu berpegang teguh kepada

seluruh ketentuan maupun aturan – aturan yang telah ditetapkan oleh Pu’un

(Kepala Adat) mereka. Kepatuhan kepada ketentuan – ketentuan tersebut menjadi

pegangan mutlak untuk menjalani kehidupan bersama. Selain itu, didorong oleh

keyakinan yang kuat, hampir keseluruhan masyarakat Baduy luar maupun Baduy

dalam tidak pernah ada yang menentang atau menolak aturan yang diterapkan

sang Pu’un.

Dengan menjalani kehidupan sesuai adat dan aturan yang ditetapkan oleh

Kepala Adat disana, tercipta sebuah komunitas dengan tatanan masyarakat yang

amat damai dan sejahtera. Di masyarakat Baduy, tidak ada orang kaya, namun

tidak ada orang miskin. Kehidupan mereka pada hakekatnya sama seperti

layaknya kehidupan masyarakat lainnya. Hanya saja yang membedakannya adalah

begitu banyak aturan tradisional yang terkesan kolot yang harus mereka patuhi.

B. PROFIL MASYARAKAT DESA KANEKES

1. Pendidikan

Masyarakat Baduy tidak mengenal sistem pendidikan atau sekolah formal.

Adat melarang warganya untuk bersekolah. Mereka berpendapat bila orang Baduy

bersekolah akan bertambah pintar, dan orang pintar hanya akan merusak alam

sehingga akan merubah semua aturan yang telah ditetapkan oleh Karuhun.

Walaupun tidak berpendidikan formal, masyarakat Baduy ada yang mengenal

baca tulis dan berhitung. Mereka belajar dari orang luar yang datang ke dalam

Page 52: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

42

lingkungannya. Beberapa anak – anak Baduy telah dapat menulis namanya sendiri

dengan bahasa latin, yang mereka tulis dengan arang pada kayu – kayu di

rumahnya. Dalam hal hitung menghitung, mereka sudah paham terutama dalam

hal perhitungan uang untuk jual beli. Pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat

Baduy lebih banyak dilakukan melalui ajaran – ajaran yang disampaikan oleh

orang tuanya, terutama tentang Buyut Karuhun (Larangan Karuhun) tentang

bagaimana memanfaatkan alam lingkungannya.44

Meskipun demikian ada satu desa di wilayah Baduy yang sudah mulai

terbuka dengan pendidikan formal yaitu di kampung Cicakal Girang dan bagi

anak – anak yang ingin melanjutkan sekolahnya ke tingkat SLTA (Sekolah

Lanjutan Tingkat Akhir) atau sederajat dengan SMA dan Madrasah Aliyah harus

masuk ke sekolah yang ada diluar Baduy Cicakal Girang,. Meskipun sudah ada

sarana pendidikan formal yang dapat dijangkau masyarakat Baduy, tetap tidak ada

respon sedikitpun dari masyarakat Baduy selain masyarakat Cicakal Girang.

2. Agama

Nama Sunda Wiwitan yang berarti “sunda mula – mula” adalah

merupakan penyebutan untuk nama identitas agama orang Baduy. Penamaan ini

muncul untuk menggambarkan bagaimana keyakinan itu adalah yang paling awal

44

Gunggung Senoaji, Masyarakat Baduy, Hutan, dan Lingkungan, J. Manusia dan

Lingkungan, (Vol. 17, No.2, Juli 2010) h.121

Page 53: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

43

dari masyarakat Sunda. Dalam literatur Sunda kuno, Sunda Wiwitan merupakan

perubahan nama dari agama yang dianut oleh Wangsa Pajajaran.45

Jika dilihat dari sejarahnya, penamaan agama Baduy menjadi sunda

wiwitan bermula pada ritual pemujaan mereka yang disimbolkan dengan Arca

Domas sebagai leluhur mereka. Menurut mereka, dasar religi masyarakat Baduy

dalam ajaran Sunda Wiwitan adalah kepercayaan yang bersifat monoteis,

penghormatan terhadap roh nenek moyang, dan kepercayaan kepada satu

kekuasaan yakni Sanghyang Keresa (Yang Maha Kuasa) yang disebut juga

dengan Batara tunggal (Yang Maha Esa), Batara Jagat (penguasa alam). Dan

Batara Seda Niskala (Yang Maha Gaib) yang bersemayam di Buana Nyungcung

(Buana Atas). Orientasi, konsep, dan pengamalan keagamaan ditunjukan kepada

Pikukuh untuk mensejahterakan kehidupan di jagat mahpar (dunia ramai).

Jika dilihat secara sederhana, kepercayaan orang Baduy tersebut cukup

dekat dengan Islam. Bahkan penyebutan kata “Slam” hampir mirip dengan kata

“Islam”. Kesamaan lainnya juga terlihat dari kepercayaan orang Baduy yang

hanya mempercayai satu Tuhan yang mereka sebut Gusti nu Maha Agung, Gusti

nu Maha Suci atau Sang Hyang Tunggal, namun dalam hal kenabian mereka

hanya percaya kepada Nabi Adam. Menurut salah seorang tokoh adat Baduy

mengatakan bahwa “Nabi Adam adalah junjungan orang Baduy, kami berasal dari

Nabi Adam”.46

45

Kiki Muhammad Hakiki, Identitas Agama Orang Baduy, (Al-Adyan/Vol.VI, No1/Jan-

Jun/2011), h. 95. 46

Kiki Muhammad Hakiki, Identitas Agama Orang Baduy, h.96.

Page 54: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

44

Dalam kepercayaan Agama Slam Sunda Wiwitan tidak dikenal adanya

perintah sholat sebagaimana yang diwajibkan oleh agama Islam. Orang Baduy

pun tidak memiliki kitab suci layaknya agama – agama lain, bagi masyarakat

Baduy, pengenalan dan pemahaman Agama Slam Sunda Wiwitan cukup

dikenalkan hanya dengan lisan, penuturan, dan percontohan.47

Inti kepercayaan tersebut dapat ditunjukan dengan adanya kepercayaan

akan pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang disampaikan para leluhurnya untuk

selalu dianut dan dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari – hari masyarakat

Baduy. Warisan pikukuh nenek moyang ini-lah yang dijadikan “sabda suci” dan

panutan hidup orang Baduy sampai kini. Isi terpenting dari konsep pikukuh

(kepatuhan) masyarakat Baduy adalah konsep ketentuan “tanpa perubahan

apapun”, atau perubahan sesedikit mungkin. Hal ini bisa dilihat dari ajaran

pikukuh :

“buyut nu dititipkeun ka puun

Negara satelung puluh telu

Bangsawan sawidak lima

Pancer salawe nagara

Gunung teu meunang dilebur

Lebak teu meunang dirusak

Larangan teu meunang dirempak

Buyut teu meunang dirobah

Lojor teu meunang dipotong

Pendek teu meunang disambung

Nu lain kudu dilainkeun

Lu ulah kudu diulahkeun

Nu enya kudu dienyakeun

Artinya:

“buyut yang dititipkan kepada puun

47

Asep Kurnia, Saatnya Baduy Bicara, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 139.

Page 55: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

45

Negara tiga puluh tiga

Sungai enam puluh lima

Pusat dua puluh lima

Gunung tidak boleh dihancurkan

Lembah tiak boleh dirusak

Larangan tidak boleh dilanggar

Buyut tidak boleh diubah

Panjang tidak boleh dipotong

Pendek tidak boleh disambung

Yang bukan harus ditiadakan

Yang lain harus dilainkan

Yang benar harus dibenarkan”48

Kesakralan nilai ajaran yang dimiliki agama orang Baduy mambuat

mereka secara berhati – hati dan patuh dalam menjalankan berbagai pikukuh adat

dalam kehidupan sehari – hari.

Masyarakat Baduy juga mengenal akan sebutan syahadat, masyarakat

Baduy juga disunat. Masyarakat Baduy juga percaya dengan adanya hidup, sakit,

mati dan nasib yang semua itu berada pada yang maha pencipta, disebutnya oleh

orang Baduy Batara Tunggal yang tidak bisa dilihat dengan mata, tapi bisa diraba

dengan hati, maha tau segala yang bergerak dan berusik di alam semesta ini.

Pangeran murka yang Kuasa Pencipta Jagat Raya yang tidak ada duanya. Bila

manusia sudah sampai kepada ajalnya, ruh akan kembali kepada Sanghiyang

Batara Tunggal, dan percaya adanya kekuatan yang mengatur gerak dan usik si

jagat raya ini, yang selalu mengayomi semua ciptaannya.49

48

Kiki Muhammad Hakiki, Identitas Agama Orang Baduy, (Al-Adyan/Vol.VI, No1/Jan-

Jun/2011), h. 98. 49

Djoewisno MS. Potret Kehidupan Masyarakat Baduy, (Banten: Cipta Pratama, 1987),

h. 28.

Page 56: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

46

Kedekatan agama orang Baduy dengan Islam semakin terasa dan terlihat

dari syahadat yang mereka gunakan. Dalam kepercayaan adat Baduy, ada dua

macam jenis syahadat; syahadat Baduy Dalam dan Syahadat Baduy Luar.50

Syahadat Baduy Dalam;

“asyhadu syahadat sunda (asyhadu syahadat Sunda

Jaman Allah ngan sorangan Allah hanya Satu

Kaduana Gusti Rosul kedua para Rasul

Ka tilu Nabi Muhammad ketiga Nabi Muhammad

Ka opat umat Muhammad keempat umat Mumahhad

Nu cicing dibumi angaricing yang tinggal didunia ramai

Nu calik dialam kaueung yang duduk dialam takut

Ngacacang di alam mokaha menjelajah dialam nafsu

Salamet umat Muhammad selamat umat Muhammad

Syahadat Baduy Luar;

“asyhadu Alla ilaah illallaah wa asyhadu anna Muhammad da rasulullah

isun netepkeun ku ati, yen taya deui Allah didunya ieu, iwal ti Pangeran Gusti

Allah, jeung taya deui iwal ti Nabi Muhammad utusan Allah”.

Artinya:

asyhadu Allaa ilaah illallaah wa asyhadu anna Muhammad da rasulullaah

aku menetapkan dalam hati, bahwa tiada tuhan didunia ini selain Pangeran Gusti

Allah dan tiada lagi selain Nabi Muhammad utusan Allah.

50

Maskur Wahid, Jurnal, Sunda Wiwitan Baduy, Agama Penjaga Alam Lindung Desa

Kanekes Banten.( IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten), h.34.

Page 57: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

47

Dalam penggunaannya, syahadat Baduy dalam atau disebut juga syahadat

Sunda Wiwitan disampaikan kepada puun sebagai ungkapan janji ikrar akan

kesetiaan kepada aturan adat Baduy. Atau sebagaimana umat Islam ketika mereka

berikrar memeluk agama Islam. Sedangkan syahadat Baduy luar digunakan oleh

orang Baduy ketika mereka hendak melangsungkan pernikahan menurut tata cara

Islam.51

Jika diperhatikan redaksi kedua syahadat diatas, jelas terlihat bahwa orang

Baduy sendiri mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Lalu mengapa tata cara

ibadah orang Baduy berbeda dengan umat Islam pada umumnya?. Menurut

penganut agama sunda wiwitan, dikatakan bahwa “kami mah ngan kabagean

syahadatna wungkul, hente kabagean sholat”. Artinya bahwa mereka hanya

memperooleh syahadatnya saja, sedangkan rukun – rukun Islam lainnya termasuk

didalamnya berbagai jenis ibadah ritual dalam agama Islam tidak pernah

diperoleh.

Dengan demikian, identitas sunda wiwitan adalah Agama sikretis. Religi

ini memberikan pandangan hidup kepada umatnya supaya hidup sederhana dan

menerima apa adanya, hanya untuk dapat bekerja di ladang, menanam padi,

dengan damai dan sejahtera dan menciptakan agama ini tetap lestari secara turun

temurun dengan penganut yang semakin bertambah.52

Adapun satu kampung yang berada dikawasan Baduy, Desa kanekes yang

dikenal dengan Baduy Muslim yang secara total sudah memeluk agama Islam

51

Kiki Muhammad Hakiki, Identitas Agama Orang Baduy, (Al-Adyan/Vol.VI, No1/Jan-

Jun/2011), h. 99. 52

Maskur Wahid, Jurnal, Sunda Wiwitan Baduy, Agama Penjaga Alam Lindung Desa

Kanekes Banten,(IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten), h.14.

Page 58: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

48

yaitu kampung Cicakal Girang. Didalam kampung ini sudah terdapat tempat

ibadah umat muslim yaitu sebuah mushola (tempat shalat) yang biasa digunakan

masyarakat kampung Cicakal Girang untuk melaksanakan ibadah berjamaah, dan

juga di kampung Cicakal Girang inilah didirikannya Sekolah Dasar dan Sekolah

Menengah Pertama yang bebasis Agama Islam.

Dan sistem tata hukum yang berlaku di kawasan Baduy muslim ini sudah

mandiri dan tidak mengikuti aturan adat Baduy yang memeluk keyakinan Sunda

Wiwitan, seperti larangan untuk menggunakan elektronik dan hal – hal yang ada

sangkut pautnya dengan modernisasi. Meskipun demikian, masih ada tekanan dan

intervensi masyarakat Baduy Dalam terhadap keadaan Baduy Muslim yang sudah

mulai berkembang dalam sistem tata hukum dan kehidupannya, yang mana

masyarakat Baduy Dalam masih belum menerima keadaan Baduy muslim yang

dianggap terlalu terbuka dengan dunia luar yang dianggapnya dapat merusak alam

yang dititipkan kepada mereka.

C. Praktek Pembagian Warisan Masyarakat Baduy

1. Ahli waris

Dalam pembagian harta waris berdasarkan adat masyarakat Baduy tidak

hanya satu sistem pembagian, tergantung masyarakat daerah atau kampung mana

yang melaksanakan pembagian warisan. Dikarenakan dalam masyarakat Baduy

ada satu desa yang menganut agama Islam secara kaffah, yang mana dalam

pembagian waris tersebut sudah mulai tersentuh dengan norma dan aturan

pembagian waris menurut Islam meski belum secara keseluruhan merujuk pada

ilmu faraidh yang selama ini digunakan oleh masyarakat muslim pada umumnya.

Page 59: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

49

Berbeda dengan masyarakat Baduy dalam, yang mana dalam pembagian

sistem warisnya menggunakan hukum waris tersendiri. Yang mana dalam

pembagian warisnya sangat dipengaruhi dengan sistem kekerabatan yang berlaku.

Sistem kekerabatan masyarakat Kanekes sama dengan kekerabatan

masyarakat Sunda lainnya yang dijalin secara parental. Hubungan kekerabatan ini

tidak dipengaruhi oleh status kewarganegaraan. Orang Tangtu, orang Panamping,

dan orang Dangka yang mempunyai hubungan darah tetap menjadi kerabat.

Perbedaan status hanya mempengaruhi kemungkinan perkawinan diantara

mereka. Seorang cucu puun yang tinggal di Panamping atau Dangka tetap akan

diakui sebagai cucunya walaupun ia kehilangan hak untuk mewarisi jabatan

kakeknya, karena jabatan puun hanya boleh dipegang oleh orang Tangtu.53

Dalam sistem kekerabatan Kanekes, hubungan lineal (keturunan langsung ke

atas atau ke bawah), hubungan kolateral (sejajar atau menyamping) dan hubungan

affinal (terjadi karena perkawinan) berlaku sistem dan istilah yang sama seperti

yang digunakan oleh masyarakat sunda di luar Kanekes. Kalau ada perbedaan

istilah justru terjadi dengan istilah yang digunakan di daerah Banten.

Secara umum dapatlah dikemukakan bahwa dalam penggunaan istilah

kekerabatan lineal terdapat pergeseran istilah dalam bahasa sunda yang sekarang

dibandingkan dengan Bahasa Sunda kuno. Urutan keturunan sesudah ego dalam

kropak 630 dan 632 adalah : anak – indung – umpi – cicip – muning – Santana –

anggasantana – pratisantana – putuh wakas (putus jejak).54

53

Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda, Kehidupan Masyarakat Kanekes,

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek

Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Javanologi, 1984/1985), h.65. 54Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda, Kehidupan Masyarakat Kanekes, h.66.

Page 60: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

50

Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang menjadi ahli waris

dalam hukum waris adat masyarakat Baduy adalah sama dengan kewarisan yang

berlaku secara umum. Akan tetapi masyarakat Baduy tidak membagikan harta

warisan ke garis keturunan ke atas (ayah, ibu dan kakek). dan dapat disimpulkan

bahwa yang mendapat hak waris dalam masyarakat Baduy adalah : anak laki –

laki, anak perempuan, dan terus garis keturunan ke bawah.

2. Praktek Pembagian Waris

Dalam praktek pembagian warisan masyarakat Baduy, hampir sama

dengan pembagian warisan pada umumnya. Harta warisan dibagikan setelah

pewaris meninggal dunia dan setelah jenazah pewaris selesai dimakamkan oleh

keluarga dan para tetua adat setempat.

Dalam pembagian harta warisan dibagikan dengan dihadiri oleh para

anggota keluarga yang terdiri dari istri atau suami, anak, saudara laki – laki dan

saudara perempuan. Akan tetapi meskipun dalam pembagian harta warisan

dihadiri oleh para saudara, dalam pembagian harta warisan hanya dibagikan

kepada keturunan saja atau anak. Dan tidak dibagikan kepada suami ataupun istri

yang ditinggalkan. Dan dalam masyarakat Baduy pun dikenal dengan istilah ahli

waris pengganti yang dapat menggantikan orang tuanya yang lebih dulu

meninggal dari kakek nya yang memiliki harta warisan. Karena memang di

Indonesia Dalam hukum adat mengenal prinsip ahli waris pengganti. Yang mana

seorang anak dapat bertindak sebagai ahli waris pengganti dari ayahnya. Begitu

Page 61: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

51

juga ada kesamaan dalam hal cucu yang tidak mendapat bagian bila adanya anak

laki – laki yang menjadi penghalang.55

Dalam pembagian warisan masyarakat Baduy dikenal juga istilah batalnya

warisan, yang mana batalnya atau dihapuskannya hak waris ini disebabkan dengan

keluarnya anggota keluarga dari tanah Baduy, seperti masyarakat Baduy yang

keluar ke kota dan menetap menjadi orang kota maka secara otomatis hak

warisnya terputus, begitu juga masyarakat Baduy yang keluar dan menjadi

penghuni Baduy muslim dan masuk Islam maka hak warisnya juga teruputus

secara langsung.

Apabila ahli waris dari yang meninggal sudah tidak ada semua atau

dengan kata lain tidak ada ahli warisnya maka harta warisan yang berupa rumah,

alat2 rumah tangga, lumbung padi, tanah serta lainnya akan dijual, dan uang hasil

penjualannya akan digunakan untuk kepentingan bersama dalam memenuhi

kebutuhan kampung. Misalnya membeli bambu untuk saluran air dan juga

pembangunan jembatan.56

Pembagian warisan dipimpin atau diatur oleh saudara si mayyit yaitu

mamang (paman). Dan bilamana tidak ada ahli waris maka mamang (paman) yang

mengatur warisan disini tetap tidak mendapat bagian, akan tetapi ia yang

bertanggung jawab atas harta warisan yang harus dijual. Dan memanfaatkannya

untuk kepentingan bersama.57

55

Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dengan

Kewarisan Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (BW), Cet Ke – 2, (Jakarta: Sinar

Grafika. 2000), h.123. 56

Wawancara pribadi dengan Jaro Saija, Kanekes, Leuwidamar, 28 Juli 2016. 57

Wawancara pribadi dengan Yardi (Toko Masyarakat Cibeo Baduy Dalam ) Kanekes,

Leuwidamar, 28 Juli 2016.

Page 62: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

52

Dalam masyarakat Baduy sudah ada pengangkatan anak yang mana

masyarakat Baduy menyebutnya Anak Pulung (anak angkat), dan anak angkat ini

derajatnya sama dengan anak kandung lainnya. Yang mana mendapatkan hak

waris yang sama..

Perihal penentuan hubungan kewalian, sama seperti pada umumnya yang

mana hubungan kewalian dan hubungan nasab diperoleh dengan melalui

perkawinan, dan adapun hal lain yang menjadikan hubungan kekerabatan yang

dapat dijadikan ahli waris itu adalah pengangkatan anak atau dengan kata lain

“anak pulung” seperti yang sudah dijelaskan diatas.58

Dan mengenai ‘Ashobah, tidak ada satupun masyarakat Baduy yang

mengenal sistem ‘Ashobah. Karena setiap harta warisan harus dibagikan habis

kepada anak dan keturunan saja, masyarakat Baduy tidak mengenal yang namanya

bagian – bagian yang enam macam yang biasa dikenal dengan furudh al-

muqoddaroh yaitu 1/2, 1/4, 1/8, 2/3, 1/3, 1/6, yang mana bagian – bagian tersebut

adalah bagian yang sudah ditentukan untuk para ahli waris yang ditinggalkan.59

Berdarkan hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat Baduy luar

maupun Baduy dalam, tidak ada sumber atau acuan yang menjadi undang –

undang atau aturan tetap dalam pembagian warisan. Akan tetapi di daerah Baduy

Muslim sudah mengenal dan menggunakan istilah Musyawarah yang mana hal

tersebut mereka kenal dengan sebutan Mashlahat.

58

Wawancara pribad dengan KH. Asid, yang biasa dipanggil Haji Rosid ( Tokoh Agama

di Kampung Cicakal Girang ) Kanekes, Leuwidamar, 22 Agustus 2016 . 59

Wawancara pribad dengan KH. Asid, yang biasa dipanggil Haji Rosid ( Tokoh Agama

di Kampung Cicakal Girang ) Kanekes, Leuwidamar, 22 Agustus 2016 .

Page 63: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

53

BAB IV

ANALISIS PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT BADUY DESA

KANEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK

PROVINSI BANTEN

A. Kedudukan Laki – laki dan Perempuan Dalam Pembagian Warisan

Pembagian harta warisan pada masyarakat Baduy di dasari dengan

pembagian warisan yang mengacu pada aturan adat tersendiri, yang mana

kedudukan laki – laki dan perempuan setara atau seimbang. Dan bagian – bagian

dari ahli waris laki – laki maupun perempuan disamaratakan. Hal ini dilakukan

dengan dasar hukum adat yang turun – temurun dianut dalam pembagian harta

warisannya.60

Namun bila terjadi sengketa dalam pembagian harta warisan, maka

harta warisan ditahan dan harus diselesaikan secara kekeluargaan dengan

mengundang atau memanggil Jaro untuk menjadi pemimpin dalam penyelesaian

masalah pembagian warisan tersebut.61

Adapun alasan dibagikannya warisan dengan sistem sama rata ini di dasari

dengan aturan adat turun temurun yang tidak tertulis. Dan tidak ada sedikitpun

intervensi dari Negara maupun ajaran Islam yang menjadi acuan dan pengaruh

dalam proses pembagian warisan masyarakat Baduy. Meski ada salah satu

60

Wawancara pribadi dengan Yardi (Tokoh masyarakat Cibeo Baduy Dalam ) Kanekes,

Leuwidamar, 28 Juli 2016 . 61

Wawancara pribad dengan Jaro Saija (Kepala Desa Kanekes yang menjabat sebagai

Jaro ) Kanekes, Leuwidamar, 06 Agustus 2016 .

Page 64: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

54

kampung dalam Wilayah Baduy yaitu kampung Cicakal Girang yang mana dalam

Masyarakat Cicakal Girang ini sudah ada interaksi yang sangat kuat dari Islam

dalam pembagian harta warisannya dan dalam pelaksanaan perkawinan yang

dilalui melalui jalur KUA.62

Dalam pembagian warisan masyarakat Baduy diselesaikan dengan

cara kekeluargaan. Yang mana kedudukan seorang laki – laki dan perempuan

disamaratakan. Karena kesetaraan tersebut terjadi karena dalam masyarakat

Baduy tidak dikenal istilah 2 banding 1 dalam pembagian warisan. Dengan alasan

laki – laki dan perempuan sama – sama agar tidak terjadi sengketa atau

pertengkaran antara ahli waris. Dan mereka berpendapat bahwa yang disebut adil

itu adalah samarata.

B. Proses Pembagian Harta Warisan Berdasarkan Adat Masyarakat Baduy

Sebelum harta peninggalan (harta warisan) dibagikan kepada para ahli

waris, sama hal nya dengan Islam dan pembagian warisan pada umumnya, yang

mana “wadag” si meninggal harus di urus hingga selesai seperti dimandikan, dan

di pakaikan pakaian dan kemudian dikubur. Kuburannya pun biasa saja tanpa

diberi nisan dan diratakan saja dengan tanah hanya sekelilingnya ditanami pohon

hanjuang merah.63

62

Wawancara pribad dengan KH. Asid, yang biasa dipanggil Haji Rosid ( Tokoh Agama

di Kampung Cicakal Girang ) Kanekes, Leuwidamar, 22 Agustus 2016 . 63

Djoewisno MS. Potret Kehidupan Masyarakat Baduy,(Banten: Cipta Pratama ,1987. h.

162.

Page 65: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

55

Ada beberapa proses yang harus dilalui hingga harta warisan dapat

dibagikan. Diantaranya adalah selamatan yang dilakukan pada hari ke – 1, ke – 3,

dank ke – 7, namanya selamatan kematian, setelah itu tidak ada selamatan lagi.64

Di Baduy Dalam dikenal istilah “Huma Serang” yang merupakan tanah

yang berada di bawah pengawasan adat penanganannya tanggung jawab “Girang

Serat”65

. Mulai dibuka menjadi ladang sampai dipetik hasilnya. Dibuatnya Huma

Serang diputuskan dalam musyawarah adat, bertujuan menunjang kebutuhan yang

bersifat umum, seperti biaya membangun jembatan, jalan – jalan penghubungn

antar kampung, balai adat dan kegiatan – kegiatan upacara keagamaan sebagai

penunjang kesejahteraannya. Orang – orang yang sudah lanjut usia, para janda,

anak yatim, serta masyarkat yang membutuhkan pada saat musim paceklik. Ini

yang dinamakan “Lumbung Kesejahteraan” sebagai pondasi tegaknya ketahanan

lingkungan, yang tidak pernah rapuh digoyah berbagai pengaruh yang

menghempas dari luar, pendapatan masyarakat tetap utuh, bahkan kalau kurang

malah dibantu dengan Cuma – Cuma, sebagai bayaran tahun mendatang hanya

kerja bakti menggarap. Sampai kepada benih yang untuk ditanam juga harus dari

Huma Serang tidak boleh mengganggu benih padi dari ladang lain.

Dengan demikian jelaslah bahwa dalam Masyarakat “Baduy Dalam” tanah

yang ada adalah milik adat. Dan bagi mereka yang melangsungkan pernikahan

akan dibuatkan satu buah rumah dan satu buah lumbung padi untuk menjalani

kehidupan bersama keluarga. Meskipun begitu tetap ketika ada yang meninggal

64

Djoewisno MS. (Potret Kehidupan Masyarakat Baduy), Cipta Pratama, Banten: 1987.

h. 163. 65

Sekretaris Baduy dalam yang berada dibawah naungan Pu’un.

Page 66: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

56

maka tetap ada harta benda yang dijadikan warisan, seperti uang, alat – alat dapur,

benda – benda pusaka, hewan peliharaan dan rumah dengan lumbung padinya.66

Berbeda dengan kasus pembagian warisan di Kampung Cicakal Girang,

yang mana dalam wilayahnya sudah memiliki interaksi sangat erat dengan agama

Islam. Yang sudah jelas dibuktikan bahwa di kampung Cicakal Girang ini sudah

ada tempat ibadah umat muslim yaitu berupa masjid dan adanya sekolah yang

berbasis agama.

Sama hal nya seperti Baduy dalam, setiap anggota keluarga yang menikah

akan dibuatkan rumah untuk dijadikan tempat tinggal bersama pasanganya. Dan

yang menjadi perbedaan ialah, dalam Masyarakat Baduy Muslim tanah tidak lagi

dimiliki oleh adat bersama, akan tetapi tanah dimiliki perorangan dan dapat

diwariskan kepada keturunannya. Berbeda dengan Baduy Dalam yang mana

seluruh tanah yang ada di kawasan Baduy Dalam adalah tanah milik adat yang

tidak dapat di wariskan kepada siapapun, dan tanah yang digunakan untuk

pembangunan rumah dan tempat tinggal serta lumbung ditentukan oleh sekretaris

adat dan puun.

Dan bahkan dikalangan Baduy, ada istilah “Anak Pulung” atau anak

angkat bisa mendapat bagian lebih besar dibandingkan dengan anak – anak

kandung lainnya. Yang mana hal itu bisa terjadi karena wasiat yang disampaikan

oleh si meningal dunia dan hal – hal yang menjadi petimbangan keluarga seperti

anak angkat yang lebih banyak mengurus kehidupan orang tua nya dibandingkan

66

Wawancara Pribadi dengan Jaro Saija ( Kepala Desa Kanekes yang menjabat sebagai

Jaro ), Kanekes, leuwidamar, 06 Agustus 2016.

Page 67: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

57

dengan anak – anak kandung ketika orang tuanya sakit hingga ia meninggal dunia.

Dan keadaan anak angkat yang kemapanannya jauh dibawah anak kandung

sehingga anak angkat ini diutamakan dalam pembagian warisan.67

C. Pembagian Warisan Masyarakat Baduy

Dalam masyarakat Baduy Desa Kanekes, terdapat beberapa cara dan

sistem dalam pembagian warisan, yaitu dengan hukum kewarisan adat yang

sangat kental dengan ketentuan – ketentuan yang sudah turun temurun

dilaksanakan, dan pembagian harta warisan yang mengutamakan kemashlahatan

dalam kekeluargaan atau dengan cara kesepakatan musyawarah yang

dilaksanakan didalam keluarga. Dan sistem tersebut digunakan tergantung pada

setiap kampung dan wilayahnya. Secara garis besar, Baduy Dalam yang menganut

pembagian warisan sama rata, dan Baduy Luar juga dengan prinsip sama rata, dan

Baduy Muslim yang dalam pembagian warisannya menganut prinsip Maslahat

yang mana maslahat yang dimaksudkan adalah pembagian warisan yang

dilakukan dengan cara musyawarah dalam keluarga yang dipimpin oleh para

saudara dan terkadang di bimbing oleh tokoh agama setempat.

Terciptanya hukum kewarisan dalam masyarakat Baduy sudah tentu

dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan dan keadaan lingkungan, serta budaya

hukum yang menjadi faktor utama dalam penentuan hukum di dalam lingkungan

masyarakat Baduy itu sendiri. Seperti di Baduy Dalam yang mana tanah tidak

dimiliki oleh perorangan atau individual, akan tetapi tanah secara keseluruhan

67

Wawancara Pribadi dengan KH. Rosid, yang biasa dipanggil H. Acid ( Tokoh Agama

Kampung Cicakal Girang/ Baduy Muslim) Kanekes Leuwidamar, 22 Agustus 2016.

Page 68: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

58

adalah milik bersama dan tidak dapat dibagi – bagikan kepada siapapun secara

individu.

Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang mana telah tertera dalam

pasal 183 yang berbunyi “para ahli waris dapat bersepakat melakukan

perdamaian dalam pembagian harta warisan, setelah masing – masing menyadari

bagiannya”, dari pasal tersebut dalam pembagian warisan ada kemungkinan dapat

ditempuh dengan jalan perdamaian atau dengan jalan persetujuan semua pihak

yang bersangkutan dengan harta warisan yang ditinggalkan. Yaitu dengan tidak

mengacu pada ketentuan faraidh bahwa laki – laki dengn perempuan mendapatkan

bagian dua berbanding satu (2:1) seperti yang dijelaskan pada pasal 176 KHI

adalah bahwa pembagian warisan tidak sebagaimana sesuai dengan aturan dua

berbanding satu. Karena pasal 176 KHI berbunyi “anak perempuan bila hanya

seorang ia mendapat separoh bagian, bila dua orang atau lebih mereka bersama

– sama mendapat dua pertiga bagian, dan apabil anak perempuan bersama –

sama dengan anak laki – laki, maka bagian anak laki – laki adalah dua

berbanding satu dengan anak perempuan.”.68

Jelaslah bahwa ketentuan hukum kewarisan yang digunakan di wilayah

Baduy sangatlah unik dan beragam yang mana dalam Baduy Muslim memang

tidak menggunakan sistem pembagian warisan secara faraidh akan tetapi mereka

sudah mengenal dengan adanya sistem pembagian warisan dengan cara

musyawarah yang dimaknai dengan kemaslahatan dengan para ahli waris untuk

menemukan persetujuan bersama dalam pembagian harta warisan.

68

Kompilasi Hukum Islam. Cetakan Ke-V, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 377

Page 69: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

59

Sedangkan Dalam Masyarakat Baduy yang masih berpegang teguh pada

Agama Sunda Wiwitan yang mana pedoman aturan dalam kehidupannya tidak

berdasarkan Al-Quran, mereka membagikan harta warisan sama rata tidak

berbanding antara laki – laki dan perempuan dengan alasan bahwa adil yang

sesungguhnya ialah tidak berat sebelah atau dengan kata lain adalah warisan harus

dibagi rata.69

Dasar hukum yang digunakan masyarakat Baduy dalam pembagian harta

warisan terbagi menjadi dau, yaitu berdasarkan hukum adat (Pikukuh) yang tidak

tertulis atau terkodifikasi oleh sistem adat dan pembagian warisan yang didasari

oleh Hukum Islam yang didasari oleh Al-Quran yang mana dianut oleh

masyarakat Baduy Muslim yaitu masyarakat yang berada di kampung Cicakal

Girang.

Perihal anak angkat atau yang dikenal dengan istilah “anak pulung”

dikalangan masyarakat Baduy Muslim itu mendapatkan posisi setara dengan anak

– anak kandung. Sudah barang tentu dalam pembagian harta warisannya pun

sesuai dengan ketentuan yang menyetarakan statusnya tersebut.

Apabila terjadi suatu pelanggaran hukum, maka petugas hukum (Kepala

Adat, dan sebagainya) mengambil tindakan kongkrit (reaksi adat) guna

membetulkan hukum yang dilanggar tersebut dan juga terhadap tindakan –

69

Wawancara Pribadi dengan Jaro Sami, Cikeusik, Kanekes Leuwidamar, 14 Juli 2016.

Page 70: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

60

tindakan ilegal lain, mungkin pelanggaran hukum itu sedemikian rupa sifatnya,

sehingga perlu diambil tindakan untuk memulihkan hukum yang dilanggar,70

Bila kita melihat dari kacamata Islam, yang mana masyarakat Baduy

Muslim ini sudah secara menyeluruh memeluk Agama Islam secara total, maka

secara otomatis yang berlaku dan melekat pada keseharian dan kehidupan dalam

tatanan masyarakatnya adalah Hukum Islam.

Menurut ulama fikih Islam, dasar pewarisan dalam Islam adalah pertalian

darah (al-qarabah), hubungan perkawinan (al-mushaharah), dan memerdekakan

hamba sahaya (wala’). 71

Pewarisan berdasarkan hubungan kekerabatan ini dijelaskan firman Allah

SWT dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 7 dan surat Al-Anfal ayat 75.

ترك لللرلجال ا م ان نصيب مل ىل قربون و ٱلوا ترك وللنلس ٱل م مل اء نصيب

ان ىل قربون و ٱلوا ٱل وضا فر ا م و كث نصيبا

ا قل منه أ ٧مم

“ Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan

kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan

ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah

ditetapkan.”

ين ولوا وٱل

ئك منكم وأ ول معكم فأ ىهدوا وج وا من بعد وهاجر ءامنوا

رحام ىب ٱل ولى ببعض ف كت

بعضهم أ إن ٱلل ء عليم ٱلل ش

٧٥بكلل

“ Dan orang-orang yang beriman sesudah itu Kemudian berhijrah

serta berjihad bersamamu Maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga).

orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak

70

Iman Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Adat, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007),h.176. 71

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, Cet – 1, (Jakarta:

Kencana, 2008), h. 128.

Page 71: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

61

terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam Kitab Allah.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”

Sedangakan pewarisan berdasarkan hubungan perkawinan sebagaimana

dijelaskan dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 12 :

ن لهن ول هن ول فإن ك م يكن ل ىجكم إن ل زو

ما ترك أ ۞ولكم نصف بع فلكم و دينن ولهن ٱلر

أ ة يوصي بها ا تركن من بعد وصي بع مم ا ٱلر مم

ا تركتمن ٱثلمن فإن كن لكم ول فلهن ن لم يكن لكم ول تركتم إ مم و

ىلة أ رث كل و دين إون كن رجل يو

أ ة توصون بها ن بعد وصي مل ة

ۥ ول ٱمرأ

نهما ىحد مل وخت فلكل

و أ

خ أ

دس ٱلأ س

أ ىلك فهم كث فإن كنوا من ذ

كء ف ن ٱثللثن ش مل ةا وصي و دين غي مضارل

أ ة يوصى بها ه من بعد وصي ٱلل و ١٢عليم حليم ٱلل

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh

isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika Isteri-isterimu itu

mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang

ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah

dibayar hutangnya. para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu

tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka

para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah

dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.

jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan

ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki

(seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-

masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika Saudara-

saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang

sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar

hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah

menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan

Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.”

Bila kita tinjau dari segi hukum adat, terdapat (istilah) yang menunjukan

mengenai keinginan perlakuan harta milik seseorang setelah orang tersebut

Page 72: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

62

meninggal dunia. Cara pertama dikenal dengan hibah wasiat yang merupakan

pengaruh dari Hukum Islam. Yang mana dalam perbuatan pemilik memiliki

tujuan agar bagian tertentu dari harta kekayaannya diperuntukkan bagi salah

seorang ahli warisnya sejak saat pewaris yang bersangkutan meninggal kelak.

Pada suatu kesempatan, dihadapan para ahli waris, sipemilik menyebutkan harta

tertentu yang disediakan untuk anak tertentu pula.72

Kompilasi Hukum Islam menetukan kewajiban orang tua angkat untuk

memberikan wasiat wajibah kepada anak angkatnya untuk kemashlahatan anak

angkat sebagaimana orang tua angkat telah dibebani tanggung jawab untuk

mengurus segala kebutuhannya. Kendati secara dalil naqli tidak ditemukan secara

eksplisit, tetapi hal itu dapat dikaitkan dengan firman Allah antara lain dalam Al-

Quran surat Al-Maidah ayat 106 :

ها ي

أ ين ي حدكم ٱل

ىدة بينكم إذا حض أ شه حي ٱلموت ءامنوا ة ٱلوصيبتم ف ٱثنان نتم ض

و ءاخران من غيكم إن أ

نكم أ رض ذوا عدل مل

ٱل

صيبة ىبتكم م ص من بعد نهماتبسو ٱلموتن فأ ة لوى ٱلص فيقسمان ب إن ٱلل

ٱرتبتم ىدة ثم ۦل نشتي به ا ولو كن ذا قربى ول نكتم شه نا ا ٱلل إذا ا إنمن ١٠٦ ٱألثمي ل

“ Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi

kematian, sedang dia akan berwasiat, Maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan

oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama

dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan dimuka bumi lalu kamu ditimpa

bahaya kematian. kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk

bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika kamu

72

Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Hibah dan Wasiat Di Indonesia, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2011). h. 64.

Page 73: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

63

ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan membeli dengan sumpah Ini harga

yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan

tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; Sesungguhnya kami kalau

demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa".

Sedangkan mengenai ketentuan besar wasiat sebanyak – banyaknya 1/3

(sepertiga) dari harta warisan sesuai dengan Hadis Riwayat Al-Bukhari dari Saad

bin Abi Waqqas :

“Aku menderita sakit kemudian Nabi SAW menguunjuki dan aku tanyakan

:” wahai Rasulullah SAW. Berdoalan tuan kepada Allah semoga Dia tidak

menolakku.” Beliau bersabda :”semoga Allah meninggikan derajatmu, dan

manusia lain akan memperoleh manfaat dari kamu”. Aku bertanya : “aku ingin

mewasiatkan hartaku separuh, namun aku ada seorang anak perempuan.” Beliau

menjawab; separuh itu banyak.” Aku bertanya (lagi) : “sepertiga?” Beliau

menjawab :”Sepertiga, sepertiga adalah banyak atau besar.”Beliau bersabda : “

Orang – orang berwasiat sepertiga, dan yang demikian itu boleh bagi

mereka.”(Muttafaq ‘Alaih).

Meskipun demikian, wasiat itu pada hakekatnya akan lebih baik dan utama

serta lebih patut apabila jumlah wasiat dikurang dari sepertiga harta peninggalan,

karena Nabi Muhammad SAW senang wasiat dengan kurang dari sepertiga.73

Dalam menguraikan prinsip – prinsip hukum waris berdasarkan Hukum

Islam, satu – satunya sumber tertinggi dalam kaitan ini adalah Al-Quran dan

73

Sidik Tono, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, (Jakarta:

Kementerian Agama Republik Indonesia, DIrektorat Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat

Pendidikan Tinggi Islam, 2012), h.90.

Page 74: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

64

sebagai pelengkap yang menjabarkannya adalah Sunnah Rasul beserta hasil –

hasil ijtihad atau upaya para ahli Hukum Islam terkemuka.74

Hazairin dalam bukunya Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Quran

mengemukakan bahwa “sistem kewarisan Islam adalah sistem individual

bilateral”. Dikatakan demikian, atas dasar ayat – ayat kewarisan dalam Al-Quran

antara lain seperti yang tercantum masing – masing di dalam surat An-Nisa (QS.

IV) ayat 7, 8, 11, 12, 33 dam ayat 176 serta setelah sistem kewarisan atau sistem

hukum waris menurut Al-Quran yang individual bilateral itu dibandingkan dengan

sistem hukum waris individual bilateral dalam masyarakat yang bilateral.75

Bila kita melihat lewat kacamata sejarah berlakunya Hukum Islam di

Indonesia dapat dilihat dari beberapa periode, pertama, periode penerimaan

Hukum Islam sepenuhnya, disebut dengan teori receptie in comlexu. Sedangkan

periode penerimaan Hukum Islam oleh hukum adat, disebut dengan teori

receptie,76

lalu dilanjutkan dengan munculya teori reseptio a contratio yang

mengemukakan bahwa hukum adat baru bisa di teriman oleh bila tidak

bertentangan dengan Hukum Islam, yang mana teori reseptio a contrario ini

dikemukakan oleh Hazairin.

Hukum adat bagi masyarakat berfungsi sebagai neraca yang dapat

menimbang kadar baik atau buruk, salah atau benar, patut atau tidak patut, pantas

atau tidak pantas atau suatu perbuatan atau peristiwa dalam masyarakat sehingga

74

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat dan

BW.(Bandung: PT Refika Aditama, 2014), h.11. 75

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat dan BW, h.15. 76

Said Agil Husin Al-Munawwar, Hukum Islam Dan Pluralitas Sosial, (Jakarta:

Penamadani, 2004), h.11.

Page 75: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

65

eksistensi hukum adat lebih sebagai pedoman untuk menegakkan dan menjamin

terpeliharanya etika kesopanan, tata tertib, moral, dan nilai adat dalam kehidupan

masyarakat.

Ini berarti bahwa hukum adat dengan sejumlah aturannya yang tidak tertulis,

pada hakikatnya di dalamnya sudah diatur dan disepakati bagaimana seseorang

bertindak, berperilaku baik dalam lingkungan sosial masyarakatnya.77

Begitu juga dalam masyarakat Baduy yang mana dalam sistem pembagian

warisannya tidak ada aturan hukum yang tertulis meskipun ada aturan adat

tertulis yang biasa disebut Pikukuh. Akan tetapi Pikukuh hanya mengatur

kehidupan sosial dan bermasyarakat dalam menjaga alam lingkungan serta aturan

dalam kehidupan sehari – hari.

Kalau diperhatikan dari fakta yang ditemukan dari hasil penelitian

pembagian warisan masyarakat Baduy, baik data mengenai kesadaran masyarakat

dalam pelaksanaan hukum kewarisan yang telah diperoleh dari hasil wawancara

dan observasi langsung ke lapangan, maka telah ditemukan keragaman hukum

kewarisan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat Baduy Desa Kanekes

Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten, yaitu ada masyarakat

yang menggunakan hukum adat sebagai acuan dalam pembagian warisan adan ada

juga masyarakat yang menggunakan Hukum Islam sebagai dasar pembagian

warisannya meski tidak secara seluruhnya menggunakan sistem yang biasa

dikenal dengan sebutan faraidh.

77

A. Suriyaman Mustari Pide, Hukum Adat Dahulu, Kini, Dan Akan Datang, (Jakarta:

Kencana, 2014), h. 88.

Page 76: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

66

Terjadinya keragaman pembagian harta warisan yang dilaksanakan oleh

masyarakat Baduy disebabkan karena kultur budaya dan keyakinan masyarakat

terhadap hukum adat yang memiliki strata dalam kepatuhan serta ketaatan

masyarakat terhadap hukum adat tersebut. Seperti Baduy Muslim yang sudah

mulai terbuka dan berinteraksi kuat dengan aturan – aturan syariat Islam dalam

kehidupan sehari – hari dan dalam pelaksanaan pembagian warisan yang mana di

dasari prinsip musyawarah bersama para anggota keluarga yang dianggap sebagai

mashlahat bagi mereka, yang mana sudah melangkah dari ketentuan – ketentuan

adat masyarakat Baduy.

Tejadinya keragaman tersebut, jika diamati oleh penulis dari hasil data yang

diperoleh, dengan terjadinya keragaman pembagian warisan dimasyarakat Baduy,

telah tejadinya tatanan hukum adat tersendiri bagi kehidupan masyarakat Baduy

tersebut, disamping itu ada perilaku hukum kewarisan yang tidak sesuai dengan

aturan yang semestinya dijalani oleh masyarakat Baduy Muslim. Akan tetapi bila

dianalisis secara sosiologis itu merupakan hal yang wajar terjadi dikalangan

masyarakat adat. Karena dalam masyarakat adat memiliki sistem tata hukum

tersendiri yang tidak bisa di intervensi oleh siapapun dan tidak mungkin dalam

penerimaan dan interaksi hukum terhadap masyarakat didalamnya bisa langsung

menerima dan mengadopsi hukum dari luar secara total, sudah barang tentu hal

tersebut terjadi karena didasari oleh beberapa faktor keadaan lingkungan. Karena

Masyarakat Baduy Dalam masih belum bisa menerima keadaan masyarakat

Baduy Muslim yang terlalu terbuka terhadap perkembangan yang masuk dari

dunia luar.

Page 77: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

67

Hazairin memberikan suatu uraian yang relatif panjang mengenai

masyarkat hukum adat, sebagai berikut :

“masyarakat- masyarakat hukum adat seperti desa di Jawa, marga di

Sumatera Selatan, nagari di Minangkabau, kuria di Tapanuli, wanua di Sulawesi

Selatan, adalah kesatuan – kesatuan kemasyarakatan yang mempunyai

kelengkapan – kelengkapan untuk sanggup berdiri sendiri yaitu mempunyai

kesatuan hukum, kesatuan penguasa dan kesatuan lingkungan hidup berdasarkan

hak bersama atas tanah dan air bagi semua anggotanya…”78

Begitu juga sama halnya dengan apa yang terjadi pada tatanan masyarakat

Baduy, yang mana masyarakat Baduy memiliki kelengkapan sistem hukum yang

merupakan suatu bukti bahwa sistem hukum dalam masyarakat Baduy mampu

berdiri sendiri karena telah memiliki kesatuan hukum dan aturan adat yang mana

dalam hukum adat tersebut didasari oleh prinsip kebersamaan yang sangat erat

antara masyarakat Baduy.

Selain itu perkembangan Hukum Islam yang terjadi di kawasan masyarakat

Baduy Muslim murni terjadi karena adanya faktor tuntutan adat yang memang

membutuhkan adanya suatu penghubung antara masyarakat Baduy yang akan

keluar dengan cara dikeluarkan atau dengan cara mengeluarkan diri sendiri atau

meninggalkan wilayah Baduy. Seperti halnya perkawinan yang ingin dilaksanakan

dengan masyarakat luar Baduy yang mana hal itu sudah barang tentu membuat

status warga tersebut harus berubah menjadi penghuni Baduy Luar ( panamping)

78

Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),

h.93.

Page 78: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

68

ataupun Baduy Dangka yang sudah secara garis besar tidak terlalu berpegang erat

pada aturan – aturan adat Pikukuh ataupun suatu budaya Sunda Wiwitan.

Page 79: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesmipulan

Dari pembahasan yang telah dikemukakan penulis pada beberapa bab

sebelumnya, pada akhirnya dalam karya tulis ini penulis dapat mengambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembagian warisan dalam masyarakat Baduy Desa Kanekes Kecamatan

Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten menggunakan prinsip keadilan

yang diartikan bahwa kedudukan anak laki – laki dan anak perempuan

disamaratakan, dan tidak mengenal istilah (2:1) dua banding satu antara

anak laki – laki dan anak perempuan. Dan dasar hukum yang digunakan

masyarakat Baduy Dalam adalah aturan adat yang tidak tertulis dalam

Pikukuh akan tetapi dilaksanakan secara turun temurun sejak zaman nenek

moyang berdasarkan keadilan.

Begitu juga dengan masyarakat Cicakal Girang yaitu masyarakat

Baduy Muslim yang dalam pembagian warisannya juga tidak

menggunakan istilah (2:1) dua banding satu antara anak laki – laki dan

anak perempuan meskipun dalam masayarakat Baduy Muslim ini sudah

memeluk agama Islam secara total. Pada masyarakat Baduy Muslim,

dalam pelaksanaan pembagian warisan, yang menjadi dasar hukumnya

adalah kemaslahatan yang dilaksanakan dengan musyawarah dalam

Page 80: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

70

keluarga untuk mendapat kesepakatan antara anak laki – laki dan anak

perempuan.

2. Adapun perbedaan mendasar antara hukum kewarisan masyarakat Baduy

dan hukum kewarisan Islam itu terletak pada Pikukuh yang menjadi dasar

aturan – aturan pembagian warisan yang tidak tertulis yang mana dalam

hukum kewarisan Islam sudah jelas berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah

yang mana sudah memuat secara lengkap bagian – bagian para ahli waris.

Dan disamping itu juga ada kesamaan antara hukum kewarisan masyarakat

Baduy dan juga hukum kewarisan Islam bahwa yang menjadi ahli waris

ialah keturunan dari orang yang meninggal dan warisan hanya dapat

dibagikan setelah meninggalnya pewaris. Akan tetapi masyarakat Baduy

tidak membagikan harta warisan ke garis keturunan ke atas sperti ayah, ibu

dan kakek. Dan yang mendapat hak waris hanyalah keturunan yaitu anak

laki-laki dan anak perempuan, dan terus kepada garis keturunan ke bawah.

B. Saran

Hukum kewarisan adalah suatu hal yang sangat pokok dalam kehidupan

berkeluarga dikalangan umat muslim maupun umat yang ber-Agama non-muslim.

Dalam Islam sendiri waris sudah diatur sangat sistematis dalam Al-Quran,

berbeda dengan hukum adat yang mana dalam mengatur hukum kewarisan tidak

didasari dengan firman Allah SWT. Akan tetapi didasari dengan sistem

kekeluargaan yang berlaku di masing – masing adat. Dari hasil penelitian yang

dilakukan dapat disimpulkan beberapa saran yang dapat diuraikan sebagai berikut

:

Page 81: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

71

1. Para pembesar adat hendaknya memberikan pengetahuan perihal waris

yang adil atau mensosialisasikan bagaimana pembagian warisan yang

adil dalam sistem tata kehidupan di dalam masyarakat.

2. Pebagian harta warisan hendaknya dibagikan dengan kesepakatan dan

mufakat antara wahli waris agar tidak terjadi percekcokan.

3. Dikalangan Baduy Muslim meskipun membagikan harta warisan

dengan sistem kemaslahatan musyawarah mufakat, hendaknya bagi

umat muslim diberitahukan terlebih dahulu bagian – bagian yang

sudah tertera dalam Al-Quran, setelah para ahli waris mengetahui

bagian – bagian mereka menurut aturan Al-Quran dan kemudian para

ahli waris menghendaki, maka barulah diperbolehkan menerapkan

pembagian warisan dengan sistem musyawarah.

4. Hendaknya para pejabat dan pihak yang memiliki kepentingan di

bidang kewarisan harus melakukan sosialisasi pengenalan hukum

kepada seluruh masyarakat Baduy, karena secara tidak langsung

masyarakat Baduy adalah bagian dari tatanan masyarakat hukum di

Indonesia.

5. Dalam menetapkan Undang – Undang Hukum Kewarisan Nasional

Indonesia sebaiknya Pemerintah dengan DPR menetapkan berlakunya

hukum kewarisan Islam untuk Warga Negara Indonesia yang

beragama Islam menurut ajaran kewarisan bilateral berdasarkan Al-

Quran dan Hadis.

Page 82: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

72

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, Muhammad Muhyiddin, Panduan Waris Empat Madzhab, Cet. Ke-

1, Jakarta : Al – Kautsar, 2009.

Absyar Surwansyah. Tesis, Suatu Kajian Tentang Hukum Waris Adat Masyarakat

Bangko Jambi, Universitas Diponegoro Semarang. 2005.

Ali, Zainuddin, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika,

2008.

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cetakan ke- 2, ( Jakarta: Sinar

Grafika, 2007 ).

Anshori, Abdul Ghofur, Filsafat Hukum Hibah Dan Wasiat Di Indonesia,

Cetakan Pertama, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011).

Danasasmita, Saleh. Djatisunda, Anis, Kehidupan Masyarakat Kanekes,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (

Javanologi ) 1984/1985

Gunggung Senoaji, Masyarakat Baduy, Hutan, dan Lingkungan, J. Manusia dan

Lingkungan, Vol. 17, No.2, Juli 2010: 113 – 123.

Hadikusuma, Hilman, Hukum Waris Adat, Cetakan Ke-VII, Bandung : PT Citra

Aditya Bakti, 2003.

Hadikusuma , Hilman, Antropolgi Hukum Indonesia, Cetakan Ke-3, ( Bandung:

PT Alumni, 2010).

Hakiki, Muhammad, Kiki, Identitas Agama Orang Baduy, (Al-Adyan/Vol.VI,

No1/Jan-Jun/2011).

Ja’far, Moh, Polemik Hukum Waris (Perdebatan Antara Prof. Dr. Hazairin dan

Ahlus Sunnah). Cetakan Ke-1, (Jakarta: Kecana Mas Publishing House,

2007).h. 49.

Kuncoro, Wahyu, N.M, Waris Permasalahan Dan Solusinya, Cetakan Ke – 1,

Jakarta : Raih Asa Sukses, 2015.

Komite Fakultas Syariah dan Hukum Al – Azhar Mesir, Hukum Waris, Cetakan

Pertama, (Jakarta : Senayan Abadi Publishing, 2004).

Page 83: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

73

Kurnia, Asep, Saatnya Baduy Bicara, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011)

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, Ed – 1, Cet Ke –

1, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008)

MS, Djoewisno, Potret Kehidupan Masyarakat Baduy, Cet, Pertama ( Banten:

Cipta Pratama ADV, pt, 1987).

Munawwar Al-, Said Agil Husin, Hukum Islam Dan Pluralitas Sosial, Cetakan ke

– 1 (Jakarta : Penamadani, 2004).

Nasution, Amin Husein. Hukum Kewarisan (suatu analisis komparatif pemikiran

mujtahid dan Kompilasi Hukum Islam, Cet, Ke – 1 ( Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2012).

Oemarsalim. Dasar – Dasar Hukum Waris di Indonesia, Cet Ke - 4 (Jakarta :

Rineka Cipta. 2006).

Parman, Ali, Kewarisan Dalam Al-Quran ( suatu kajian hukum dengan

pendekatan tafsir tematik ), Cetakan Pertama, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1995.

Pide, Mustari, Suriaman, A, Hukum Adat Dahulu, Kini, Dan Akan Datang,

Cetakan Ke-1, (Jakarta : Prenada Media Group. 2014).

Rafiq, Ahmad. Hukum Islam Di Indonesia, Cet – 6, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003.

Ramulyo, Idris, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dengan

Kewarisan Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (BW), Cet

Ke – 2, Jakarta : Sinar Grafika. 2000.

Rusyd, Ibn, Bidayah Al-Mujtahid, ( Mesir: Daarul Hariri, 2004)

Sayarifuddin, Amir. Hukum Kewarisan Islam, Edisi Pertama, Jakarta: Kencana,

2004.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. Ke – 3, (Jakarta : Penerbit

Universitas Indonesia (UI Press), 1986).

________________, Hukum Adat Indonesia, Ed. 1. Cet Ke-6, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2003).

Sudiyat, Iman, Hukum Adat Sketsa Adat, Cetakan Ke-5 (Yogyakarta: Liberty

Yogyakarta, 2007).

Page 84: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

74

Suparman, Eman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam , Adat, dan

BW, Cetakan ke-empat, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2014 ).

_________________, Hukum Waris Indonesia (dalam perspektif Islam, adat, dan

budaya), Cetakan Keempat, Bandung : PT Refika Aditama, 2014.

Thalib, Sayuti. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Cet, Ke – 8 (Jakarta : Sinar

Grafika, 2004).

Tono, Sidik, Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan,

(Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, DIrektorat Jenderal

Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2012).

Usman Suparman dan Somawinata Yusuf. Fiqh Mawaris = Hukum Kewarisan

Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997.

Wahid, Maskur, Jurnal, Sunda Wiwitan Baduy, Agama Penjaga Alam Lindung

Desa Kanekes Banten. IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten

SKRIPSI

Lubis, Ikhwan, “Pelaksanaan Waris Bagi Rata Menurut Peraturan Pemuka

Masyarakat Desa Hutanopan Dalam Perspektif Hukum Islam,” Skripsi S1

Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2013.

DATA WAWANCARA

Wawancara Pribadi dengan Jaro Saija, ( Kepala Desa Kanekes ) Desa Kanekes,

Leuwidamar

Wawancara Pribadi dengan Jaro Sami, ( Jaro Cikeusik ) Cikeusik, Kanekes

Leuwidamar

Wawancara Pribadi dengan KH. Abdul Rasyid, ( Tokoh Masyarakat Baduy

Muslim) Cicakal Girang, Kanekes Leuwidamar

Wawancara Pribadi dengan Narwan, ( Tokoh Masyarakat ) Cibeo, Kanekes

Leuwidamar

Wawancara Pribadi dengan Yardi, ( Tokoh Masyarkat ) Cibeo, Kanekes

Leuwidamar

Page 85: kepnda Syal'iahdan Hukum untuk Mcmenuhi Persyaratan Guna ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kewarisan islam bahwa yang menjadi ahli waris ialah keturunan

75

Wawancara pribadi dengan Ubad ( Tokoh Masyarkat ) Cikeusik, Kanekes

Luwidamar