kependudukan dan aspek aspek kehidupan manusia pklh
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia, sejak permulaan keberadaannya di bumi, sudah hidup dari dan dengan
lingkungannya. Semasih segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan memanfaatkan
sumber daya alam di sekitarnya, dan semasih bumi mampu memproses secara alamiah
buangan/sisa yang diperlukan manusia, tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan pada
lingkungan. Namun, sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan perkembangan teknologi
manusia, tampak masalah lingkungan menjadi semakin memprihatinkan. Masalah lingkungan
bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sangat erat hubungannya dengan masalah
kependudukan dalam konteks penduduk dan pembangunan (Ananta, 1992; Mantra,2001;
Moertopo, 1992). Dalam hal ini, kerusakan lingkungan tidak hanya sebagai akibat dari
bertambahnya penduduk serta meningkatnya kebutuhan hidup. Terdapat proses lain yang
menyertai yang menyebabkan menipisnya sumber daya alam menjadi jauh lebih parah.
Indonesia merupakan negara berpenduduk terbesar ke-lima sesudah RRC, India,
USSR, dan USA sangat merasakan betapa berat tekanan-tekanan akibat adanya masalah
kependudukan dan kemerosotan kualitas lingkungan hidupnya. Masalah kependudukan yang
sangat berat dirasakan tersebut adalah pertumbuhan yang pesat dan persebarannya ke seluruh
wilayah negeri yang sangat timpang. Sementara itu, karena pertumbuhan penduduk yang
pesat, maka pemanfaatan sumber daya alamnya diperluas dan dipergiat. Dengan pengetahuan
penduduk yang relatif rendah, maka akhirnya masalah yang dihadapi meluas hingga
terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan hidup di negara ini.
Bertambahnya penduduk dalam jumlah besar memberikan pengaruh positif sekaligus
negatif bagi suatu daerah. Pertumbuhan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,
tetapi juga dapat sebagai penghalang bagi pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga,
pertambahan penduduk dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Dimana
pelayanan kesehatan yang merata merupakan aspek penting yang harus dipenuhi dalam
mempercepat tercapainya tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan. Pertimbangan
situasi distribusi penduduk, kepadatan penduduk, kondisi geografis dan luas wilayahnya
menjadikan pemerataan pelayanan kesehatan sebagai suatu tuntutan dalam upaya
mengoptimalkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
2
Pengertian pelayanan kesehatan yang dimaksud selayaknya mengandung pengertian
yang kompleks, tidak hanya memandang aspek fisik sarana pelayanan semata, akan tetapi
secara luas juga meliputi keterjangkauan dari segi jarak,ekonomi dan budaya. Permasalahan
utama yang dihadapi adalah masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat.Kondisi
penduduk yang berkualitas, sejahtera, hidup yang cukup baik akan menjadi aset pemerintah
yang menguntungkan karena akan berdampak terhadap kemajuan dan perkembangan bangsa
dan negara. Sebaliknya penduduk yang tidak berkualitas, yang serba kekurangan ,kesehatan
masyarakat buruk, kemiskinan akan menjadi beban pemerintah dan masyarakat akhirnya
akan berdampak pada perkembangan bangsa dan negara terutama dalam hal kemajuan
negara.
Hal tersebut merupakan nilai filosofi dasar, bahwa negara secara sadar dalam unsur
terbentuknya negara salah satu pondasinya adalah adanya masyarakat atau penduduk.
Pemerintah berkewajiban memperhatikan penduduk mulai dari status, hak-hak asasinya,
sampai pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan berdasarkan keadilan dan kemakmuran,
hal ini tentu saja sebagaimana diamanatkan Pembukaan UUD 1945, alinea keempat : “…….
Dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ……..”
Jelas bahwa negara berkewajiban untuk memperhatikan masyarakatnya termasuk
dalam pendataan jumlah penduduk. Karena adanya data secara kuantitatif akan diketahui
indikator-indikator yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Sehingga dapat
dijadikan suatu dasar pijakan dalam mengambil dan menentukan arah suatu kebijakan
pemerintah (public policy).
Menyadari paparan di atas dan memperhatikan hakikat pendidikan (Salam, 1997),
maka dalam rangka menumbuhkembangkan sikap dan perilaku masyarakat yang
berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup, peran pedidikan menjadi sangat penting.
Hal-hal inilah yang kemudian mendorong timbulnya gagasan diantara para pendidik dan ahli
di bidang ini yang menyarankan perlunya penyusunan dan pelaksanaan program pendidikan
kependudukan dan lingkungan hidup secara formal dan non formal.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka judul makalah yang kami ambil adalah
“Kependudukan dan Aspek-Aspek Kehidupan Manusia”.
B. Rumusan Masalah
3
Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
(PKLH)?
2. Apakah tujuan pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH)?
3. Apa hubungannya manusia dengan alam lingkungan hidupnya?
4. Bagaimanakah peran manusia dalam melestarikan potensi lingkungan hidup?
5. Apakah hubungannya antara pertambahan penduduk dengan produksi, distribusi dan
penyediaan pangan?
6. Bagaimana keterkaitan antara penduduk, kesehatan dan pelayanan kesehatan?
7. Bagaimana cara menanggulangi pertambahan penduduk, penyediaan dan pelayanan
pendidikan?
8. Bagaimana keterkaitan antara pertambahan penduduk dengan aspek–aspek
pembangunan sosial ekonomi dan agama?
C. Tujuan Penyusunan Makalah
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH)
2. Mengetahui tujuan pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH)
3. Mengetahui hubungannya manusia dengan alam lingkungan hidupnya
4. Mengetahui peran manusia dalam melestarikan potensi lingkungan hidup
5. Mengetahui hubungan antara pertambahan penduduk dengan produksi, distribusi dan
penyediaan pangan.
6. Mengetahui keterkaitan antara penduduk, kesehatan dan pelayanan kesehatan.
7. Mengetahui penanggulangan pertambahan pendudukan, penyediaan dan pelayanan
pendidikan.
8. Mengetahui keterkaitan antara pertambahan penduduk dengan aspek-aspek
pembangunan sosial ekonomi dan agama.
BAB II
4
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar diberbagai lingkungan
yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu.
Pendidikan dalam arti sempit dalam prakteknya identik dengan penyekolahan (schooling),
yaitu pengajaran formal dibawah kondisi-kondisi yang terkontrol, jadi pendidikan hanya
berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu sekolah atau mahasiswa pada suatu
perguruan tinggi.
Menururut UU SPN No. 20 Tahun 2003 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masayarakat, bangsa dan negara”.
Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan segala makhluk hidup, makhluk tak hidup,
dan daya serta manusia dengan segala perilakunya, yang saling berhubungan secara timbal
balik, jika ada perubahan salah satu komponen akan mempengaruhi komponen lainnya.
Yang dimaksud dengan Kependudukan adalah sejumlah orang yang tinggal disuatu
wilayah atau daerah dengan segala kebudayaan, tata kehidupan dan adanya peraturan
pemerintahan yang mengaturnya.
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa PKLH adalah program pendidikan
untuk membina anak didik agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang
rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh timbal balik antara penduduk dengan
lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia
B. Tujuan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
PKLH (Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup ) merupakan salah satu
program pendidikan agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional
serta bertanggung jawab tentang pengaruh timbal balik antara penduduk dengan lingkungan
hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia , dalam batas ini memiliki tujuan umum yang
terkandung di dalamnya.
Tujuan umum dari PKLH tersebut dapat dianalisis menjadi dua arah sasaran yaitu:
Tujuan yang mengarah pada kemanfaatan individu dan tujuan yang mengarah pada
5
kemanfaatan suatu kelompok masyarakat. Melalui pembelajaran PKLH ini diharapkan kedua
sasaran tersebut dapat dicapai, khususnya mahasiswa yang akan berperanan sebagai guru,
maupun mahasiswa yang berkedudukan sebagai warga Negara Indonesia memiliki
pengetahuan, sikap, perilaku rasional, dan bertanggung jawab yang berwawasan
kependudukan dan lingkungan hidup.
PKLH bukanlah sekadar menyajikan kepada murid contoh-contoh kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku manusia, yang bahan-bahannya dapat diambil dari
guntingan-guntingan koran atau yang sejenisnya. Pembelajaran PKLH harus mengandung
etika lingkungan dengan mengajak anak didik atau mahasiswa menyadari makna lingkungan
baginya dan keterkaitannya dengan penduduk (Sumaatmadja, 2001; Kastama, 1996).
Keberhasilan pelaksanaan PKLH ditentukan oleh kejelasan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai. Secara umum tujuan PKLH adalah membina dan mengembangkan anak
didik agar memiliki sikap dan tingkah laku kependudukan serta dapat mengelola lingkungan
hidup secara rasional dan bertanggung jawab dalam rangka memelihara keseimbangan sistem
lingkungan dan penggunaan sumber daya alam secara spiritual maupun material.
Tujuan umum di atas dapat dikelompokkan menjadi dua aspek besar yang ingin
dicapai, yaitu:
a. Anak didik mau bersikap dan bertingkah laku reproduktif yang rasional dan
bertanggung jawab melalui pembentukan keluarga kecil dalam lingkungan hidup yang
dikelola secara serasi dengan kepentingan individu dan keluarganya sendiri.
b. Anak didik bersikap dan bertingkah laku yang rasional dan bertanggung jawab terhadap
pemecahan masalah kependudukan dan pengelolaan lingkungan hidup dilihat dari
kepentingan masyarakat umum, bangsa dan dunia secara keseluruhan.
C. Tinjauan Filsafah Hubungan Manusia dan Lingkungannya
Dalam abad ke 21, dimana modernisasi teknologi dan industri terus berkembang,
kondisi tersebut akan menciptakan persaingan yang ketat antar bangsa dalam menggunakan
bahan baku dan sumber energi. Sementara itu, persediaan cadangan bahan baku dan sumber
energi akan semakin berkurang, sehingga hubungan antar manusia, antar bangsa dalam
mengeksplorasi sumberdaya alam akan membawa permasalahan yang cukup serius dalam
kehidupan umat manusia.
Akibat pola perilaku manusia yang serakah dan hanya mementingkan diri sendiri, tanpa
menghiraukan daya dukung sumberdaya alam, telah terjadi pula berbagai macam konflik
6
kepentingan. Persoalan sumberdaya alam memiliki berbagai macam dimensi yang berkaitan
erat dengan ekonomi, politik, budaya dan keamanan.
Dengan demikian, dampak yang terjadi terhadap pelestarian sumberdaya alam acap kali
menimbulkan terjadinya konflik kepentingan. Perilaku manusia yang hanya mementingkan
hasrat dan nafsu konsumtifisme dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumberdaya alam
akan berdampak terjadinya berbagai macam konflik kepentingan (Armawi, 2007).Masalah
pemanfaatan sumberdaya alam sebagai komponen lingkungan hidup memiliki berbagai
macam keterkaitan, seperti dengan ekonomi, politik budaya dan keamanan. Oleh karena itu,
tidak dapat dipungkiri jika siapapun dapat mengangkatnya sebagai isu dalam berbagai kasus
yang tidak pernah selesai terhadap pelestarian sumberdaya alam. Berbagai kasus tersebut bila
ditelusur lebih dalam sering kali memunculkan adanya konflik kepentingan.
Pada kenyataannya, konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya alam ini akan
berdampak kelangsungan hidup dan eksistensi umat manusia. Hanya saja dalam konflik
kepentingan ini motivasinya akan terselubung dari hal-hal yang kelihatannya menawarkan
suatu harapan. Konflik kepentingan yang berdimensi kawasan dalam kaitannya dengan
sumberdaya alam, seperti perebutan kepulauan Spratly oleh beberapa negara yang berada di
kawasan Asia Tenggara, di mana di kepulauan tersebut terdapat sumberdaya alam yang
sangat potensial. Dalam skala nasional terjadinya konflik antara penduduk asli dengan
pendatang dalam mengelola sumberdaya alam, baik berupa penambangan, hutan, dan air,
atau penggunaan bahan-bahan kimia aktif, baik berupa cairan maupun gas.
D. Peranan Manusia dalam Melestarikan Potensi Lingkungan Hidup
Sebagai penduduk bumi, manusia bertanggung jawab kepada tuhannya, dalam arti
menjaga kelangsungan hidup manusia dan kelestarian lingkungannya. Manusia
mempengaruhi lingkungan hidupnya dan juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Dalam usaha
menjaga kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memanfaatkan sumber-sumber alam
yang ada dengan disertai pengelolaan yang baik. Manusia sangat dominan dalam mengelola
lingkungannya, sedangkan kelangsungan hidup manusia tergantung pada kelestarian
ekosistemnya. Sebagai contoh, ekosistem sungai yang mengalami pencemaran logam berat
Mercuri (Hg), air tawar yang terdapat dalam sungai itu tidak dapat lagi digunakan untuk
keperluan hidupnya, khususnya minum. Pembuangan limbah yang banyak megandung
mercuri ke sungai, merupakan perbuatan yang tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian
ekosistem.
7
Dalam kasus ini manusia merupakan perusak lingkungan yang tidak memperhatikan
orang lain. Manusia harus sadar terhadap lingkungannya bahwa dirinya merupakan bagian
dari keseluruhan ekosistem, dan kelangsungan hidup manusia sangat tergantung terhadap
kondisi lingkungannya, jadi perilaku manusia harus seimbang dan selaras dengan alam
lingkungannya. Dengan kata lain manusia harus dapat menjadi pengelola lingkungannya.
Hubungan manusia dengan lingkungannya, ditinjau dari sejarah hidup manusia adalah
sebagai berikut:
a. Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik
Pada masa ini, kebudayaan manusia masih sangat sederhana. Alat-alat digunakan
untuk mengeksploitasi alam, kemampuannya masih rendah sehingga manusia tidak
mampu mengatasi rintangan alam dan akibatnya manusia sangat dipengaruhi alam
b. Manusia mempengaruhi lingkungan fisik
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, sehingga dengan teknologi yang
dimilikinya manusia dapat menguasai dan mengendalikan alam, mengolah hasil alam
secara optimal untuk memenuhi kebutuhannya.
c. Manusia dan kingkungan fisik saling mempengaruhi
Akibat dari perkembangan IPTEK dan perkembangan sosial budaya masyarakat,
maka hubungan manusia dan lingkungannya berubah pula yaitu manusia dan
lingkunganya saling mempengaruhi
d. Kebudayaan menjadi faktor perantara hubungan manusia dengan lingkungannya
Pandangan manusia mengalami perubahan bahwa lingkungan fisik tidak lagi
menentukankegiatan manusia, tetapi manusia justru dapat memilih apa yang
dikehendakinya, sesuai dengan apa yang tersedia pada lingkungan fisik. Dalam hal ini
manusia dapat memilih sesuai dengan tingkat sosial budayanya
e. Hubungan manusia dengan lingkungan fisik
Lingkungan fisik ternyata sangat komplek, seperti tanah, udara, cuaca, air, mineral,
cahaya, lautan, dan sebagainya merupakan senyawa yang sangat majemuk. Manusia
mempunyai faktor sosial budaya serta faktor-faktor fisiologis, psikologis, serta
keadaan fisik yang beraneka ragam. Hal ini menimbulkan hubungan yang sangat
komplek pula dengan alam dan lingkungannya.
E. Masalah-Masalah Pertambahan Pendudukan, Distribusi dan Penyediaan Pangan
1. Pertambahan Penduduk
Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan yang
disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk.
8
Perubahan keadaan penduduk tersebut dinamakan dinamika penduduk. Dinamika atau
perubahan penduduk cenderung kepada pertumbuhan. Pertumbuhan penduduk yaitu
perkembangan jumlah penduduk suatu daerah atau negara.
Jumlah penduduk suatu negara dapat diketahui melalui sensus, registrasi dan
survei penduduk. Jumlah penduduk Indonesia sejak sensus pertama sampai dengan
sensus terakhir jumlahnya terus bertambah. Sensus pertama dilaksanakan pada tahun
1930 oleh pemerintah Hindia Belanda. Sedangkan sensus yang pernah dilakukan oleh
pemerintah Indonesia adalah pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990 dan yang terakhir
2000. Sensus di Indonesia dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan waktu
pelaksanaan sensus di Indonesia diadakan sepuluh tahun sekali.
Gambar 1: Pertumbuhan Penduduk yang semakin meningkat.
Gambar 2: Dampak Pertumbuhan Penduduk Terhadap Negara Maju.
9
Gambar 3: Dampak Pertumbuhan Penduduk Terhadap Negara Berkembang
Perkembangan jumlah penduduk Indonesia:
Perbandingan jumlah, kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk Indonesia dengan
beberapa negara lain:
1. Di wilayah Asia Tenggara , Indonesia dalam urutan pertama.
2. Di wilayah Asia, Indonesia dalam urutan ketiga setelah Cina dan India.
3. Di dunia, Indonesia urutan ke lima setelah Republik Rakyat Cina, India, Rusia
dan Amerika Serikat.
Bertambahnya penduduk dalam jumlah besar memberikan pengaruh positif
sekaligus negatif bagi suatu daerah.Pertumbuhan penduduk dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat sebagai penghalang bagi pertumbuhan
ekonomi. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, karena didukung oleh investasi yang tinggi, teknologi yang tinggi dan lain-
lain. Akan tetapi di negara berkembang, akibat pertumbuhan penduduk terhadap
10
pembangunan tidaklah demikian, karena kondisi yang berlaku sama sekali berbeda
dengan kondisi ekonomi negara maju. Ekonomi negara berkembang modal kurang,
teknologi masih sederhana, tenaga kerja kurang ahli. Karena itu, pertumbuhan
penduduk benar-benar dianggap sebagai hambatan pembangunan ekonomi, dimana
pertumbuhan penduduk yang cepat memperberat tekanan pada lahan dan menyebabkan
pengangguran dan akan mendorong meningkatnya beban ketergantungan. Penyediaan
fasilitas pendidikan dan sosial secara memadai semakin sulit terpenuhi.
Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia memiliki masalah-masalah
kependudukan yang cukup serius dan harus segera diatasi agar tidak terjadi ledakan
penduduk. Faktor terjadinya ledakan penduduk antara lain adalah :
1. Jumlah penduduk yang besar.
2. Pertumbuhan penduduk yang cepat.
3. Penyebaran penduduk yang tidak merata.
4. Banyaknya yang menikah di usia dini.
5. Program KB tidak terlaksana dengan baik.
6. Menurunnya angka kematian,yang disebabkan oleh berkembangnya bidang
kesehatan atau medis.
7. Banyak penduduk desa yang berurbanisasi, sehingga pusat kota menjadi lebih
padat.
2. Distribusi dan Penyediaan Pangan.
Dalam rangka pembangunan nasional, suatu pemerintahan termasuk Indonesia
sangat fokus terhadap ketahanan pangan nasional. Jangan harap pembangunan suatu
Bangsa berjalan dengan baik apabila ketahanan pangan negara tersebut masih lemah.
Pembangunan berbagai sektor termasuk pembangunan Sumber Daya Manusia tidak
akan berhasil jika masih terhambat dengan ketahanan pangan.Indonesia sebenarnya
mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri jika kita mampu mengolah hasil
bumi Indonesia secara maksimal. Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan negara
maritim, namun miris rasanya jika ketahanan pangan di negara berlambang burung
garuda ini sangat lemah. Banyak para warganya yang belum bisa memenuhi gizinya
setiap hari. Pekerjaan kita semua adalah mengelola sumber daya alam dalam negeri
untuk penguatan pangan Indonesia serta mewujudkan pembangunan nasional yang akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat pokok dan tidak boleh
diganggu gugat. Pangan merupakan sesuatu hak asasi bagi setiap individu yang harus
11
terpenuhi setiap saat. Karena makanan sangat vital untuk mendukung kehidupan
manusia, terutama makanan pokok harus tersedia setiap waktu. Hal ini tentu sangat
terkait dengan ketersediaan pangan di suatu tempat, dalam hal ini adalah negara.
Besarnya jumlah penduduk terkait langsung dengan penyediaan pangan.
Konsumsi pangan utama sumber karbohidrat adalah beras. Sebagaimana dilaporkan
Pasandaran, sejak tahun 1970–1990 konsumsi beras per kapita per tahun meningkat
nyata, yaitu 109 kg (1970), 122 kg (1980) menjadi 149 kg (1990). Meskipun setelah
tahun 1990, konsumsi beras sedikit turun, tapi dipandang masih cukup besar, yaitu 114
kg/orang/tahun pada 2000 (BPS). Rerata konsumsi per kapita ini merupakan yang
terbesar di dunia.
Ketidakmampuan menyediakan pangan pokok yang ditandai dengan besarnya
impor beras beberapa saat lalu menjadi pertanda yang serius bagi kita agar memiliki
perhatian pada persoalan kependudukan dan penyediaan pangan.
Program pengendalian penduduk diikuti program pendukung seperti layanan
sosial, pendidikan dan kesehatan menjadi prasyarat dan prioritas. Pemerintah pusat dan
daerah harus saling bersinergi dan bermintra dengan kalangan swasta dan korporasi
terkait dengan hal ini.
Penciptaan lahan baru perlu didorong terutama untuk daerah yang layak dan
potensial. Program ini tidak bisa sepenuhnya diharapkan karena kendala sosial, teknis,
dan biaya. Solusi lain adalah mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering.Diversifikasi
pangan menjadi salah satu kata kunci. Bahan pangan nonpadi yang bisa diproduksi dari
lahan kering nonsawah sangat potensial untuk dikembangkan dan dikampanyekan terus
menerus kepada publik.
Penelitian, pengkajian, dan penyebarluasan melalui penyuluhan akan teknologi
produksi baru seperti benih yang memiliki produktivitas tinggi, tahan terhadap
kekurangan air dan guncangan cuaca ekstrem mutlak diupayakan.Program
pengendalian alih fungsi lahan pertanian utamanya sawah sangat mendesak dilakukan.
Beberapa laporan mengindikasikan selama 20 tahun terakhir, kita telah kehilangan 1
juta ha sawah subur di Jawa karena alih fungsi lahan.
Di Indonesia sendiri yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke empat dunia
juga mengalami permasalahan ketersediaan bahan pangan. Sekarang ini, ketersediaan
bahan pangan di Indonesia masih mencukupi. Namun, kegagalan program KB
(Keluarga Berencana) yang disebut-sebut oleh Dosen Pascasarjana Ilmu Kedokteran
Dasar Universitas Padjadjaran, Wildan Yatim yang secara otomatis akan meningkatkan
12
pertumbuhan jumlah penduduk yang di masa akan datang mengakibatkan kekurangan
bahan pangan jika tidak ditangani secara dini.
Kepala BKKBN Pusat Sugiri Syarief sendiri memperkirakan jumlah penduduk
Indonesia bisa membengkak menjadi 270 juta orang tahun 2015 jika program KB gagal
atau 30 juta orang di atas kondisi normal jika KB berjalan baik.
Distribusi pangan berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan
efisien, sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat
memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan
harga yang terjangkau.Pencapaian standar pelayanan minimal distribusi pangan dan
akses pangan, dioperasionalkan melalui indikator ketersediaan informasi pasokan,
harga dan akses pangan, dan indikator stabilisasi harga dan pasokan pangan.
Goal dari pelayanan distribusi pangan adalah untuk menjamin agar seluruh
wilayah dan rumah tangga dapat memperoleh pasokan pangan yang cukup dengan
harga yang stabil dan terjangkau.
F. Keterkaitan antara Masalah-Masalah Pertambahan Penduduk dengan
Penyediaan dan Pelayanan Kesehatan.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan
mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak
mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan
kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap
'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil
dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung
dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi
juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
13
terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social
budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well
being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendah nya derajat kesehatan
masyarakat.
Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan adalah:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan
bersama masyarakat dan dimotori oleh:
a. Dokter Umum (Tenaga Medis)
b. Perawat Mantri (Tenaga Paramedis)
Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan
masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali
diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami gangguan kesehatan atau
kecelakaan. Primary health care pada pokoknya ditunjukan kepada masyarakat yang
sebagian besarnya bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan
rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan ini sifatnya berobat jalan (Ambulatory
Services). Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat
untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.Contohnya :
Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)
14
Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan
bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan kesehatan
sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah sakit, tempat
masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat
berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit
kelas A.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
a. Dokter Spesialis
b. Dokter Subspesialis terbatas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat (inpantient
services).Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap,
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.Contoh : Rumah
Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)
Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan
subspesialis serta subspesialis luas.Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
a. Dokter Subspesialis
b. Dokter Subspesialis Luas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan
rawat inap (rehabilitasi).Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.Contohnya: Rumah
Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum
dapat dibedakan atas dua, yaitu:
a. Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan
utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat
(public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya
secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara
15
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk
kelompok dan masyarakat.
G. Keterkaitan antara Masalah-Masalah Pertambahan Penduduk dengan Aspek
Pembangunan Sosial-Ekonomi dan Agama.
Jumlah penduduk merupakan hal penting di dalam suatu Negara, apalagi di Indonesia.
Karena jumlah penduduk yang selalu bertambah, maka pemerintah banyak melakukan
tindakan untuk mengatasi pertambahan penduduk. Namun, pertumbuhan penduduk banyak
mengundang masalah.
Pertumbuhan penduduk yang besar memerlukan sarana tambahan investasi serta sarana
yang mendukung kesejahteraan rakyat seperti perekonomian, pendidikan, kesehatan dan lain
sebagainya. Hal ini merupakan masalah pemerintah untuk memenuhi taraf hidup masyarakat.
Pemerintah menyediakan berbagai lowongan pekerjaan tetapi akibat pertumbuhan penduduk
yang begitu pesat, jumlah lowongan kerja menjadi semakin sedikit hingga menyebabkan
banyak pengangguran dan terjadinya perilaku kriminalitas. Maka,hal tersebut juga
menimbulkan kurangnya kesejahteraan rakyat dalam perekonomian dan sosial.
Peranan ekonomi dalam pertambahan penduduk sangatlah penting. Seperti dalam hal
pembangunan, kunci sukses pembangunan adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi, pemerataan distribusi pembangunan, maka perlunya peningkatan dari sisi
investasi yang akan menunjang pertumbuhan ekonomi.
Kondisi awal jumlah penduduk memang dapat meningkatkan jumlah perekonomian
namun pada suatu keadaan pertumbuhan penduduk tidak hanya menaikkan ekonomi namun
juga dapat menurunkannya. Pada tahun tahun 2000, jumlah penduduk Indonesia
menunjukkan angka sebesar 205.135 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 10.380 juta
jiwa atau sebesar 5.33 persen dari tahun 1995. Sementara itu persentase penduduk miskin
selama periode 1996- 2008 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan mengalami
penurunan. Sejalan dengan itu kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk merupakan sasaran utama pembangunan sebagaimana tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Hal ini tidak mungkin tercapai jika pemerintah
belum bisa memecahkan masalah kependudukan.
Ledakan penduduk sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang cepat seperti itu
memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Hal ini pun
membuat pemerintah berusaha untuk mengatasinya.
Dampak-Dampak Ledakan Penduduk antara lain :
16
1. Jumlah pengangguran semakin meningkat.
2. Kekurangan pangan yang menyebabkan kelaparan dan gizi rendah.
3. Kebutuhan pendidikan, kesehatan dan perumahan sulit diperoleh.
4. Terjadinya polusi dan kerusakan lingkungan.
5. Tingkat kemiskinan semakin meningkat.
Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Kesejahteraan Sosial
Jumlah penduduk yang besar, selain membuat kerugian, juga ada keuntungannya,
dengan pertumbuhan penduduk rakyat jadi makin bisa saling bersosialisai, bermusyawarah,
dan bersilahturahmi untuk memperkuat kerukunan dan kesatuan. Jadi pada dasarnya
hubungan Pertumbuhan Penduduk terhadap kesejahteraan sangat banyak diantaranya :
1. Dengan adanya SDM baru (muda) yang berprestasi sehingga dapat menggantikan
orangtua-orangtua terdahulu untuk membuat negara semakin maju dan mengerti akan
teknologi.
2. Dengan Membuat lapangan pekerjaan, maka akan meningkatkan kesejahteraan rakyat
terutama bagi para orang yang membutuhkanm pekerjaan atau bagi orang yang tidak
dapat melanjutkan sekolah.
3. Dengan banyaknya pertumbuhan penduduk kita bisa saling bahu membahu untuk bisa
menjaga persatuan dan kesatuan negara kita.
4. Dengan pertumbuhan penduduk kita bisa saling bantu dengan bergotong royong bila
mengalami musibah atau kesusahan.
5. Saling menjaga keamanan dan kedamaian lingkungan negara kita.
Pertumbuhan penduduk yang signifikan akan berdampak pada perubahan sosial
kehidupan masyarakat Indonesia. Ledakan penduduk adalah masalah yang harus segera
ditangani dengan serius oleh pihak-pihak yang terkait karena apabila permasalahan ini terus
berlanjut akan mengakibatkan dampak-dampak yang sangat kompleks dan saling terkait satu
dengan lainnya.
Adapun solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan ledakan penduduk yaitu:
1. Melakukan program transmigrasi.
2. Menggalakkan program keluarga berencana.
3. Mengoptimalkan lahan dengan menggunakan teknologi.
4. Pemerataan pembangunan
5. Memperluas lapangan kerja melalui industrialisasi.
6. Meningkatkan produksi pangan sesuai kebutuhan penduduk.
7. Menambah sarana pendidikan dan perumahan sederhana.
17
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti
proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi
sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi :
Faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah sosial. Apalagi setelah
terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana dan bisa memicu tindak
kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan. Contoh: Kemiskinan,
pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya :
Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat ini sulit dihilangkan
karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti
narkoba, padahal remaja adalah aset terbesar suatu bangsa merekalah yang
meneruskan perjuangan yang telah dibangun sejak dahulu. Contoh: Perceraian,
kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis :
Penyakit menular bisa menimbulkan masalah sosial bila penyakit tersebut sudah
menyebar disuatu wilayah atau menjadi pandemik. Contoh: Penyakit menular,
keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis :.
Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan meresahkan masyarakat walaupun
sudah banyak yang ditangkap dan dibubarkan tapi aliran serupa masih banyak
bermunculan di masyarakat sampai saat ini. Contoh: penyakit syaraf, aliran sesat, dsb
Di Indonesia sendiri terjadi banyak masalah social yang tidak kunjung terselesaikan,
salah satunya adalah masalah kemiskinan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
persentase penduduk miskin di Indonesia tahun 1996 masih sangat tinggi, yaitu sebesar 17,5
persen atau 34,5 juta orang. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan banyak ekonom
yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat dan pada akhirnya mengurangi penduduk miskin.
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program
penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan
kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang
18
miskin.Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman
sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan
kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini
justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk
orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif
dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak,
program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya.
Hal ini lah yang menjadi penyebab lambannya pengetasan kemiskinan di Indonesia.
Cara Penyelesaian Masalah Sosial
Pengangguran dapat menyebabkan kemiskinan, dan selanjutnya menimbulkan
kejahatan dan permusuhan atau pertikaian dalam masyarakat. Hal ini merupakan masalah
sosial yang harus kita atasi.
Pemerintah selalu berusaha mengatasi berbagai persoalan sosial dengan peran serta
tokoh masyarakat, pengusaha, pemuka agama, tetua adat, dan Iain-Iain. Berbagai cara yang
dapat dilakukan oleh berbagai pihak dalam membantu mengatasi masalah sosial antara lain :
1. Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang mampu.
2. Tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan moral dalam
menghadapi persoalan sosial.
3. Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain ikut memberikan
beasiswa.
4. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) membantu
dalam berbagai bidang dimulai dengan penyuluhan sampai bantuan berupa materi.
5. Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF, dan WHO memberikan
bantuan kepada pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah sosial.
6. Para dermawan yang secara pribadi banyak memberi bantuan kepada masyarakat
sekitarnya berupa materi.
7. Organisasi pemuda seperti karang taruna yang mendidik dan mengarahkan para
remaja putus sekolah dan pemuda untuk berkarya dan berusaha mengatasi
pengangguran.
8. Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan
berbagai penyuluhan.
19
Selain cara-cara tersebut di atas, pemerintah juga menggalakkan berbagai program
untuk mengatasi masalah sosial antara lain :
1. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
BOS diberikan kepada siswa-siswa sekolah mulai dari sekolah dasar sampai tingkat
SLTA. Tujuannya untuk meringankan biaya pendidikan.
2. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT).
BLT diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak berpenghasilan sebagai dana
kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
3. Pemberian Kartu Askes.
Bagi keluarga miskin pemerintah memberikan kartu Askes untuk berobat ke
puskesmas atau rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya ringan atau gratis.
4. Pemberian Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin).
Pemberian bantuan pangan dari pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat
murah.
5. Pemberian Sembako.
H. Hubungan Agama dan Kesehatan
Agama adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu berbuat
baik. Untuk itu semua penganut agama yang mempercayai ajaran dan melaksanakan
ajarannya mereka akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran tersebut.
Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, ketika manusia jauh dari agama maka akan ada
kekosongan dalam jiwanya. Walaupun mungkin kebutuhan materialnya mereka terpenuhi.
Akan tetapi kebutuhan batin mereka tidak, sehingga mereka akan mudah terkena penyakit
hati.
Penyakit hati yang melanda manusia yang tidak beragama akan senantiasa
menghantui mereka sehingga mereka akan mudah putus asa. Oleh karena itu orang yang tidak
beragama ketika mendapatkan persolan hidup mereka akan mudah putus asa dan akhirnya
mereka akan melakukan penyimpangan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma
atau ajaran agama.
Banyak penyakit karena emosi-emosi buruk itu, yang tidak mungkin dapat
disembuhkan oleh obat. Penyakit-penyakit sejenis ini dinamakan penyakit psikosomatik.
Krisis akhlak pun mempunyai sebab-sebab dalam emosi tercela yang sedang merajalela.
Karena emosi itu merupakan kenyataan yang dapat disaksikan pada tubuh manusia dan dapat
dibagi dalam emosi yang negatif dan positif, sedangkan yang positif dapat melenyapkan atau
20
menetralkan yang negatif dan menjadi peserta dalam insting religius, lantas akan menjadi
bukti nyata bahwa religi itu anasir yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jadi, religi
bukan obat bius atau racun. Bahkan, sebaliknya religi menjadi obat mujarab bagi penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh gangguan emosi negatif.
Pintu gerbang ke neraka ada tiga buah, yang merusak jiwa, yakni keinginan
(syahwat), marah, dan serakah. Dalam ilmu kedokteran baru yang dinamai psikosomatik,
yang sedang marak dipelajari di Eropa dan Amerika oleh Dr J.L.C. Wortman, dikatakan
bahwa ilmu psikosomatik, ilmu kedokteran, agama, dan filsafat berjabatan tangan. Hal itu
benar-benar akan menjadi pembuka jalan ke arah dunia baru, yang sejak lama kita nanti-
nantikan dan yang akan menjamin kehidupan bahagia bagi seluruh umat manusia, lahir dan
batin.
Ilmu kedokteran psikosomatik -oleh ilmuwan Belanda Prof V. Rijnberk- dinamai juga
ilmu kedokteran kesusilaan. Alasannya, bila seseorang sakit, seluruh jasmani dan rohaninya
sakit. Bukan sebagian atau hanya jasmaninya yang sakit. Pendapat baru ini mungkin dapat
digunakan sebagai pembuka jalan ke arah dunia kedokteran baru.
Ilmu kedokteran menjadi pembuka tabir rahasia seperti yang terbukti dalam
kehidupan manusia. Alexis Carel, Freud, Jung, dan Robert, misalnya, adalah nama-nama ahli
ilmu kedokteran yang memecahkan masalah-masalah yang tidak mungkin dapat diperoleh
oleh ahli-ahli di lapangan ilmu pengetahuan lain. Dengan pendapat baru itu, ilmu
kedokteranlah yang pertama mengerti bahwa di antara ilmu kedokteran, filsafat, dan agama,
ada tali hubungan. Dengan tali-tali hubungan itu, kita dapat mengerti kesatuan berupa
makhluk hidup yang dinamai manusia sebagai keseluruhan, bukan sebagai reduksi.
Terutama agama, yang sejak masa kesombongan ilmu pengetahuan, menjelma
sebagai positivisme akibat diperolehnya hasil-hasil yang menyilaukan, mula-mula diejek,
kemudian diingkari, tapi sekarang diakui oleh ilmu psikosomatik sebagai anasir yang sangat
penting di dalam kehidupan tiap-tiap orang yang ingin memperoleh kebahagiaan.
Pada zaman dahulu penyakit yang diderita oleh manusia sering dihubungkan dengan
gejala-gejala spiritual. Ketika ada salah seorang dari mereka ada yang sakit, maka dengan
spontanitas mereka akan mengkaitkan penyakit tersebut karena adanya gangguan dari
makhluk halus. Oleh karena itu pada zaman dahulu ketika ada orang yang menderita penyakit
selalu berkaitan dengan para dukun yang dipercaya mampu untuk berkomunikasi dengan
makhluk tersebut sehingga diharapkan sang dukun dapat mengobati penyakitnya atau
menahan gangguannya.
21
Ketika pemikiran manusia mengalami perkembangan, maka hal yang demikian tidak
berlaku lagi di tengah-tengah masyarakat kita yang sudah mengenal modernisasi. Segala
macam bentuk penyakit yang di derita oleh manusia akan selalu mereka hubungkan dengan
keadaan sang penderita dan untuk mengobati penyakit tersebut mereka akan selalu pergi
kepada seorang dokter yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kepercayaan ini
memang sebagian besar dapat dibuktikan oleh keberhasilan pengobatan dengan
menggunakan peralatan dan pengobatan hasil temuan di bidang kedokteran modern.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehadiran Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) sebagai suatu
program pendidikan di indonesia untuk bukti nyata bahwa dunia pendidikan memperhatikan
dan turut berusaha menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh bangsa dan negara.
Keberhasilan pelaksanaan PKLH ditentukan oleh kejelasan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai. Secara umum tujuan PKLH adalah membina dan mengembangkan
masyarakat agar memiliki sikap dan tingkah laku kependudukan serta dapat mengelola
lingkungan hidup secara rasional dan bertanggung jawab dalam rangka memelihara
22
keseimbangan sistem lingkungan dan penggunaan sumber daya alam secara spiritual
maupunmaterial.
Dari makalah ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pertumbuhan jumlah penduduk sangat erat kaitannya dengan ketersediaan bahan pangan
di dunia. Dengan bertambahnya jumlah penduduk semakin besar kemungkinan tidak
mencukupinya ketersediaan bahan pangan untuk penduduk itu sendiri, begitupula
sebaliknya. Dan jika permasalahan ini tidak diatasi sedini mungkin, maka tidak menutup
kemungkinan waktu ke depan kita akan mengalami krisis bahan pangan.
2. Masalah kependudukan khususnya yang berada di Indonesia ialah Masalah akibat angka
kelahiran, Masalah akibat angka kematian, Masalah Jumlah Penduduk, Masalah mobilitas
Penduduk, Masalah Kepadatan Penduduk
3. Kita harus melakukan terobosan-terobosan baru untuk mengendalikan pertumbuhan
penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB).
4. Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan
kesehatan kepada masyarakat. Upaya yang diharapkan secara bersama-sama dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.
5. Kearifan terhadap lingkungan hidup terdapat di masyarakat tradisional, maupun
masyarakat modern.
DAFTAR PUSTAKA
Maftuchah Yusuf , Pengaruh Timbal Balik Antara Kependudukan Dengan Berbagai Aspek
Kehidupan Manusia, Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta bekerjasama dengan BKKBN,
Jakarta, 1985
Maftuchah Yusuf, Pendidikan kependudukan dan Lingkungan Hidup di IKIP dan FKIP,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta,
1988
http://marskrip.blogspot.com/2009/12/kependudukan-dan-lingkungan-hidup.html
http://okghiqowiy.blogspot.com/2013/01/dampak-negatif-masalah-kependudukan.html
23
http://attaqinaufalahmad.blogspot.com/2012/04/masalah-kepadatan-penduduk-di -
indonesia.html
http://ilmubudayadasar-wanda.blogspot.com/2011/12/pendidikan-kependudukan-dan-
lingkungan.html