kepemimpinan etik dalam kinerja layanan publik
TRANSCRIPT
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
355
KEPEMIMPINAN ETIK DALAM KINERJA LAYANAN
PUBLIK BERKELANJUTAN (STUDI PADA LEMBAGA
LAYANAN PUBLIK DI KALIMANTAN TIMUR)
Muchlis Syahrani
Universitas Mulawarman Samarinda
Email : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan menganalisis
Kepemimpinan etik dalam layanan publik berkelanjutan. Analisis yang digunakan
berupa pendekatan konstruksistik untuk mengurai realitas dengan horizon yang
lebih luas dan mendalam. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
dokumen dan FGD beberapa pimpinan di setiap level di pemerintah daerah
Kalimantan Timur. Analisis data yang digunakan menggunakan analisis
konstruktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran-peran strategik pemimpin
lebih fokus pada persoalan administratif. Fungsi strategik pemimpin terabaikan
terutama menghadirkan etika sebagai orientasi dalam memberikan layanan kepada
publik. Peran tersebut masih terbatas dan belum menyentuh substansi persoalan
dari layanan publik yaitu memberikan kebajikan utama berupa keadilan.
Kata kunci : Kepemimpinan, Etika, dan Layanan berkelanjutan
ABSTRACT
The purpose of this research was to give a the image and analyze leadership of
conduct for public services sustainable.Analysis used in the form of approach
konstruksistik to unravel from the horizon more sky and deep.Technique data
collection use observation, documents and fgds several leaders in every level in
local government east kalimantan.Data analysis used using analysis
constructive.The results of the study showed that strategic lead roles leader more
focus on administrative problems.Function strategic leader neglected especially
call ethics as orientation to provide services to the public.This role is still limited
and have not touched substance the problem from public services namely
providing good main of justice.
Key words : Leadership, Ethics, and Sustainability Service
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
356
PENDAHULUAN
Persoalan etika kepemimpinan dan layanan publik menjadi salah satu pokok
bahasan yang cukup banyak diperdebatkan. Etika itu sendiri dipahami beragam
dengan perbedaan yang cukup mendalam. Etika adalah pemikiran kritis tentang
moralitas (Suseno, 2005) sedangkan kepemimpinan adalah bagaimana
mempengaruhi, menginspirasi, sedangkan layanan public berkaitan dengan
keadilan di masyarakat sebagai kebajikan utama. Nollet dan Farmer (1991)
menekankan pada kurangnya produktivitas dan penekanan pada prosedur layanan
publik. Bulmer (2008) menjelaskan bahwa layanan publik belum memiliki standar
dan masih rendah.
Fakta menunjukan Beragam persoalan layanan publik terutama di negara-
negara berkembang dan di daerah antara lain persoalan skandal dalam
kepemimpinan publik. Etika , kepemimpinan dan layanan publik memiliki
hubungan yang cukup kompleks. Langvardt (2012) mengemukakan bahwa
terdapat beragam hal dalam skandal sebagai pembelajaran dalam kepemimpinan
etika.
Munculnya beragam kasus tentang etika kepemimpinan dalam lembaga
publik memunculkan pertanyaan tentang bagaimana pemikiran kritis para
pemimpin tentang pandangan-pandangan moral, bagaimana fungsi etika sebagai
sarana orientasi bagi pemimpin untuk mengoptimalkan fungsinya secara efektif di
lembaga publik, bagaimana tentang kinerja layanan publik pasca persoalan etika
mengemuka dan menjadi perdebatan publik atau apakah terjadi degradasi fungsi
kepemimpinan sehingga tanpa kepemimpinan sebenarnya layanan publik dapat
berjalan seperti biasa. Pokok persoalan lain yang menjadi fokus dalam layanan
publik adalah tentang sustainability yang dinilai belum menjadi praktek utama.
Kinerja layanan lebih berorientasi pada kinerja jangka pendek.
Kajian tentang Sustainabilitas dalam layanan publik masih terbatas
terutama dalam layanan publik di Kalimantan. Sustainabilitas merupakan aspek
penting yang perlu dipahami dan menjadi praktek yang didasarkan pada
pemahaman dengan horizon yang luas. Sustainabilitas itu sendiri dinyatakan
sebagai moral action (Dun et al., 2012). Meijboom dan Bromm (2012)
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
357
sustainabilitas sebagai moral ideal. Salah satu aspek penting yang menjadi fokus
perhatian dalam sustainabilitas adalah pemimpin termasuk dalam layanan publik.
Birney et al (2010) mengemukakan bagaimana kepemimpinan untuk
sustainabilitas. Sebelumnya Toor dan ofori (2009) menyatakan kajian tentang
kepemimpinan etika masih lemah. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh
gambaran mengenai peran kepemimpinan etik dalam layanan publik
berkelanjutan. Uraian dengan horizon yang lebih luas dengan dukungan literatur,
fakta empiris guna memperoleh pemahaman mendalam tentang realitas untuk
menghasilkan solusi diperlukan dalam kontek layanan publik.
LANDASAN TEORI
Kepemimpinan Etika
Pemimpin berbeda dengan manajer. Kemimpinan ada pada setiap level
organisasi bahkan pada tingkat operasional. Kepemimpinan secara umum menurut
Robbins dan Judge (2013) adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok
menuju pencapaian sasaran. Reynolds dan Warfield (2010) menyatakan
pemimpin berinovasi, bertanya apa dan mengapa, fokus pada orang,
mengembangkan, menginspirasi kepercayaan, memiliki perspektif, jangka
panjang menantang status quo, dan menunjukkan orisinalitas. Pemimpin,
menangani perubahan, menetapkan arah dan menyusun visi,
mengartikulasikannya secara realistis, mengkomunikasikan dan mengungkapkan
visi melalui pemimpin yang memiliki pemikiran kritis dan sistematis tentang
ajaran moral dalam kinerja layanan. Robin dan Judge (2013) menegaskan
bagaimana seorang pemimpin yaitu : “ We need leaders today to challenge the
status quo, create visionsof the future, and inspire organizational members to
want to achieve thevisions.
Mengenai kepemimpinan etika Caldwell et al. (2002) menjelaskan peran
pemimpin yaitu “.. Facilitating Idealist”. Trevina et al (2003) menyatakan
kepemimpinan etika antara lain integriats dan lebih dari sekedar menginspirasi
nilai. Kuntia dan Suar (2005) menyatakan kepemimpinan etika adalah a)
empowerment, and (b) motive and character. Resicks et al (2006) menjelaskan
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
358
indikator kepemimpinan etika berkarakter dan integritas, kesadaran etika,
berorientasi pada masyarakat atau orang, memotivasi, mendorong,
memberdayakan, dan mengelola akuntabilitas etis. Brown dan Trevino (2006)
mengambarkan proposisi tentang kepemimpinan etika dalam skema sebagai
berikut:
Gambar 1. Skema Proposisi tentang Kepemimpinan Etika
Sumber : Modifikasi Brown dan Trevino, 2006
Pada dasarnya kepemimpinan etika adalah bagaimana mempengaruhi
pemikiran kritis, sistematis tentang moralitas. Shama dan Soaf (2007)
menyatakan kepemimpinan etis berasal dari model kepemimpinan
transformasional. Visi kepemimpinan etis adalah kebaikan moral, dan nilai-nilai
inti menunjukan integritas, kepercayaan, dan kejujuran moral. Pemimpin etik
menginspirasi orang lain berperilaku berdasarkan pemikiran kritis tentang ajaran
moral. Pemimpin etika bersikap persuasif untuk mendorong perubahan moral
positif berdasarkan pemikiran kritis tentang moral. Kalshoven et al. (2011)
menekankan adanya indikator sustainabilitas pada kepemimpinan etika.
Kepemimpinan etika berdampak pada performance lembaga. Mayer et al.
(2009) menyatakan kepemimpinan etika menjadi mediasi antara top manajemen,
penyimpangan dan OCB. Toor dan ofori (2009) kepemimpinan etika berkaitan
dengan outcome pegawai dan budaya organsiasi. MCcan (2010) mengemukakan
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
359
lebih menguntungkan dan disukai organisasi. Kalshoven et al (2011) menjelaskan
kepemimpinan etika yang diperkuat oleh adanya kesadaran moral dan empati
memiliki hubungan positif dengan sikap sopan dan membantu bawahannya.
Aarons (2011) menegaskan bahwa dalam layanan publik adalah sistem yang
melibatkan beragam aktor. Kepemimpinan menjadi kunci untuk layanan publik
berkelanjutan. Kepemimpinan dalam layanan publik mendorong budaya dan iklim
yang kondusif dalam inovasi layanan dan praktek yang inovatif. Langvardt
(2012) menyatakan kepemimpinan etika yang efektif pemimpin yang menyadari
dan belajar dari kegagalan. Rendahnya pertimbangan etis dalam pengambilan
keputusan dapat menyebabkan organisasi berakhir dengan ratapan daripada
dengan kemenangan. Shin et al. (2015) mengemukakan kepemimpinan etis secara
signifikan dapat memprediksi iklim etika, yang menghasilkan iklim keadilan
secara prosedural dan berdampak pada kinerja keuangan.
Proposisi tentang kepemimpinan etika dalam konteks kehidupan berorgansiasi
menunjukan bahwa kepemimpinan etika memiliki peran strategis yang
mengarahkan organsiasi pada pencapaiannya melalui pemikiran sistematis tentang
moralitas. Nilai-nilai yang menunjukan kepemimpinan etika akan memperkuat
aspek-aspek positif bagi pencapaian organsiasi.
Kinerja Layanan publik berkelanjutan
Model-model layanan public yang dikemukakan pada dasarknya diifungsikan
untuk menjelaskan bagaimana mengoptimalkan keadilan sebagai kebajikan utama.
Kinerja efektif dengan tingkat kepuasan masyarakat menjadi indicator
keberhasilan kinerja layanan. Salah satu pendekatan kualitas layanan jasa adalah
model SERVQUAl (service quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman et al.
(1990). Brown et al. (2006) menyatakan tentang nilai, institusi dan pasar layanan
dalam layanan publik. Hal ini menunjukan bahwa fokus perhatian dalam layanan
publik mengalamai perkembangan dan peningkatan terutama dalam hal
pemenuhan kebutuhan layanan berdasarkan orientasi pada pelanggan. Ancarani
(2009) mengemukakan model berbasis agency untuk mensimulasikan interaksi
antara aktor dalam layanan publik. Hal ini mengaskan bahwa orientasi para
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
360
pengambil kebijakan termasuk pelaksana operasional adalah kepentingan publik.
Carvalho (2010) menjelaskan pentingnya mengelola emosi dalam layanan publik
guna mewujudkan layanan berkualitas.
Proposisi tentang layanan public termasuk dimensi-dimensinya teris
dibuktikan dan dikembangkan. Pembuktian empiris menghasilkan pemahaman
tentang kebenaran di dalam layanan publik sesuai konteks dan pengakuan adanya
distraksi makna sebelumnya. Kinerja layanan publik berkelanjutan adalah hasil
dari sebuah proses memahami pemahaman tentang kinerja publik dihubungkan
dengan keberadaan manusia sebagai bagian dari keseluruhan termasuk
lingkungannya. Aarons (2011) mengemukakan model layanan publik yang
berbasis bukti yang berorientasi pada keberlanjutan. Konsep tersebut digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2. Model layanan publik yang berbasis bukti yang berorientasi pada
keberlanjutan
Sumber : Aarons, 2011
Kinerja layanan publik pada setiap fungsi tata kelola tidak dapat dilepaskan
dari beragam pandangan. Organsiasi, kepemimpinan dan sistem sebagai aspek
penting guna mewujudkan layanan publik bermutu. Osborne et al. (2013)
merumuskan model layanan publik berkelanjutan. Dimensi sustainabilitas adalah
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
361
organisasi layanan publik secara individu, keberlanjutan mekanisme sistem
pelayanan publik dan tata kelola, masyarakat lokal, dan kelestarian lingkungan.
Grubnic et al. (2015) menegaskan bahwa keadilan sosial dan lingkungan di
seluruh generasi adalah atribut fundamental pembangunan berkelanjutan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian didasarkan pada pendekatan dengan asumsi bahwa
desain berkembang, kategori-kategori diidentifikasi selama proses penelitian,
Terikat pada konteks pola (kerangka), teori-teori dikembangkan untuk memahami
kepemimpinan etika dan kinerja layanan publik berkelanjutan berdasarkan
prasangka yang memiliki otoritas dan tradisi yang mendorong penemuan
kebenaran. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumen dan
Focus Group Discussion (FGD) beberapa pimpinan di setiap level di pemerintah
daerah Kalimantan. Analisis data menggunakan analisis konstruktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Etika kepemimpinan di sektor publik merupakan wujud dari kesadaran
terhadap peran dan fungsi pemimpin terhadap pemikiran mengenai moralitas.
Etika kepemimpinan menjadi sarana atau orientasi untuk mengoptimalkan fungsi
pemimpin dalam mendorong sustainabilitas pada layanan publik. Etika
kepemimpinan menjadi sarana orientasi bagi pemimpin untuk mengoptimalkan
fungsinya bagi lembaga (menghasilkan keadilan layanan publik sebagai kebajikan
utama). Sejalan dengan Meijboom dan Broom (2012) bahwa etika tidak
diposisikan sebagai tamu dalam diskusi tentang sustainabilitas. Sustainabilitas
adalah moral ideal. Kepemimpinan etika tidak hanya menunjukan indikasi nilai,
sikap dan perilaku yang menunjukan adanya perilaku etik. Kepemimpinan etika
terkait dengan pengetahuan, pemikiran kritis dan praksis tentang ajaran moralitas
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
362
seperti keadilan, integritas, bimbingan etis, orang orientasi, pembagian
kekuasaan, kejelasan peran, dan kepedulian terhadap keberlanjutan. Seorang
pemimpin etika mentradisikan pemikiran sistematis tentang ajaran moral.
Keberlanjutan sebagai moral ideal yang membantu atau berfungsi sebagai
sarana untuk refleksi kritis mendasar tentang layanan public dan kepemimpinan.
Artinya sustainability dalam layanan menjadi sarana orientasi bagi pemimpin
untuk merefleksikan moralitas perannya berdasarkan pemikiran kritis dalam
layanan publik. Kepemimpinan ada di setiap level organisasi baik struktur
maupun kultural. Adapun hubungan kepemimpinan etika dan kinerja
berkelanjutan digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Hubungan kepemimpinan etika dan kinerja berkelanjutan
Pada saat yang sama pemimpin berfungsi membentuk struktur dan budaya
untuk mengembangkan nilai-nilai yang berorientasi pada kinerja yang
berkelanjutan. Pemimpin mendorong perubahan, menantang status quo, inovasi
dan kreativitas dalam menciptakan nilai untuk layanan publik, menetapkan arah
dan menyusun visi serta mengartikulasikannya secara realistis, mempersatukan
anggota organisasi melaksanakan visi, mengilhami berdasarkan pemikiran kritis
tentang moralitas. Pemimpin meninstitusionlisasikan sustainability sejalan dengan
Ott (2014) : ”Institutionalizing Strong Sustainability” berdasarkan konsep
keadilan Ralws. Sejalan dengan Aarons (2011) yang mengaskan bagaimana peran
Kepemimpinan
Etika
Kinerja berkelanjutan
sebagai moral ideal
Struktur
Budaya
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
363
kepemimpinan dalam fungsi-fungsi tata kelola layanan publik untuk
sustainabilitas.
Kepemimpinan etika adalah bagaimana mempengaruhi adanya pemikiran
kritis, sistematis mengenai moralitas secara produktif. Pemahaman tentang etika
bukan merupakan reproduksi atas nilai. Pemikiran sistematis dan kritis tersebut
merupakan perilaku produktif yang didasarkan pada pemahaman mengenai teks
kehidupan sosial dalam layanan public.Pra struktur mengenai pemahaman tentang
moralitas dalam layanan publik didasarkan pada hasil konfirmasi akan adanya
suatu makna yang telah ada. Pemimpin berpikir secara sistematis dan
mempengaruhi tersituasi di dalam tradisi-tradisi tentang sebuah layanan publik
yang memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Mengacu pada Gadamer
(Hardiman, 2016) bahwa tradisi selalu menjadi bagian kita, sebuah model atau
eksemplar, suatu pengakuan diri kita sendiri yang penilaian historis kita nanti
akan hampir tidak dapat melihatnya sebagai semacam pengetahuan, melainkan
sebagai sebuah ikatan yang paling tulus dengan tradisi.
Pemimpin membentuk budaya yang berorientasi pada kinerja layanan
publik yang berkelanjutan berdasarkan pemikiran kritis tentang moralitas.
Pemimpin menciptakan artifak, basic assumption tentang keyakinan kepercayaan,
ide dan basic lying assumption berdasarkan pemikiran kritis mengenai prinsip-
prinsip moral dasar seperti yang dikemukakan oleh Suseno (2005). Kesamaam
ide, keyakinan, kepercayaan terhadap pemecahan masalah-masalah yang belum
pernah ditemui dalam membangun kinerja yang berkelanjutan dibangun melalui
proses sosialisai dan doktrinisasi berdasarkan etika. Tiga prinsip moral dasar yaitu
sikap baik, keadilan dan hormat terhadap diri sendiri.
Pemimpin membudayakan kinerja layanan berkelanjutan sampai dengan
tingkat basic lying assumption. Pemimpin mentransformasikan nilai-nilai
sustainabilitas sebagai moral ideal ke dalam kehidupan organisasi, menyebarkan
cerita, ritual, menciptakan artifak, membangun asumsi dasar tentang keyakinan
kepercayaan dan ide, basic lying assumption tentang kinerja berkelanjutan
kepada seluruh organisasi dalam rangka menginternalisasikan sustainabilitas
sebagai moral idea. Pemimpin memperluas kesepakatan nilai yang disebarkan
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
364
kepada anggotanya guna terbentuk asumsi dasar dalam diri anggota organisasi.
Tujuannya adalah agar anggota organisasi mampu menghadapi masalah-masalah
kinerja mutu berkelanjutan berdasarkan pemikiran kritis tentang moralitas. Pada
tingkatan expoused belief dan value, pemimpin menciptakan nilai dan
kepercayaan bersama yang dijadikan sebagai landasan untuk menghadapi
masalah-masalah kinerja layanan berkelanjutan berdasarkan pemikiran kritis
tentang moralitas. Meijboom dan Broom (2014) menyatakan sustainability as a
compass that give directions to human action. Nel dan ward (2014)
mengemukakan rasionalitas dalam kerangka kerja berkelanjutan. Waas et al.
(2014) menyatakan bahwa pada era pergantian milenium, kepemimpinan politik
di dunia mengadopsi pembangunan berkelanjutan sebagai model terkemuka untuk
pembangunan masyarakat. Pemimpin tetap memperhatikan bagaimana system
yang berkaitan dengan perikehidupan anggotanya dalam organisasi. Hal ini
sejalan dengan Kuntia dan Suar (2005) bahwa pemimpin meningkatkan
komitmen, prestasi kerja, kepuasan dan perilaku etis. Fungsi dan peran pemimpin
menyebarkan nilai, kepercayaan dan visi organisasi berdasarkan pemikiran
sistematis berkaitan dengan kinerja layanan berkelanjutan sebagai moral ideal.
Seorang pemimpin mempengaruhi ide berkaitan dengan kinerja
berkelanjutan berdasarkan pemikiran sistmatis. Pemikiran sistematis tentang
moralitas pada diri, sasaran serta pengarahan diri pada tujuan untuk memberikan
layanan publik berkelanjutan. Pemimpin mendorong anggota organsiasi
menciptakan sasaran yang diciptakan sendiri, memperkuat perilaku, menciptakan
pola pikir yang positif, menciptakan iklim kepemimpinan (merancang ulang
pekerjaan, fokus, imbalan alamiah kerja untuk meningkatkan motivasi, serta
mendorong kritik secara kritis terhadap kinerja berkelanjutan berdasarkan hasil
pemikiran sistematis tentang moralitas.
Pemimpin mengarahkan perilaku etis, kebajikan moral berdasarkan
pemikiran sistematis tentang prinsip moral dasar (bersikap baik,adil dan
menghormati diri sendiri). Pemimpin menginspirasi tumbuhnya pelayanan publik
sebagai wujud dari kesadaran terhadap konstruksi sosial. Para pemimpin etika
mempertanyakan asumsi, memecahkan masalah secara hati-hati, mendorong
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
365
efektivitas dan rasionalitas dalam memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan sistematis tentang moralitas. Pemimpin membangun kegiatan
bermakna yang mengarahkan adanya pemikiran sistematis tentang moralitas
dalam kinerja layanan. Pemimpin mendorong adanya swakelola, sifat layak
dipercaya dan memiliki integritas, nyaman menghadapi ambiguitas dan terbuka
terhadap perubahan berdasarkan pemikiran sistematis dan kritis tentang
moralutas. Tujuan berpikir sistematis tentang peran dirinya sebagai pemimpin dan
kinerja berkelanjutan adalah memperoleh pengertian mendasar yang lebih kritis
dengan horizon yang lebih luas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan dari penelitin ini antara lain :
a. Kepemimpinan etika memiliki hubungan signifikan dengan kinerja layanan
public berkelanjutan. Pemikiran mendasar dan kritis seorang pemimpin tentang
moral ideal (sustainability dalam layanan public) disebarkan ke seluruh
organisasi berdasarkan tradisi sebagai ikatan.
b. Pemikiran kritis dan sistematis menjadi sarana orientasi untuk mewujudkan
keadilan sebagai kebajikan utama lembaga.
c. Pemimpin melalui struktur dan budaya mengarahkan agar setiap kinerja
memiliki landasan pemikiran kritis dan sitematis bahkan radikal tentang
moralitas.
DAFTAR PUSTAKA
Aarons, G. A., Hurlburt, M., & Horwitz, S. M. 2011. Advancing a Conceptual
Model of Evidence-Based Practice Implementation in Public Service
Sectors. Administration and Policy in Mental Health and Mental Health
Services Research, 38(1), 4–23.
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
366
Basuki, H. 2006. Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan Dan
Budaya. Jakarta.
Birney, A., Clarkson, H., Madden, P., Porritt, J., & Tuxworth, B. 2010. Stepping
up a framework for public sector leadership on sustainability. Forum for
the Future Action for a Sustainable World, 18(4),
Bulmer, F. 2008. A New Model For Public Services. Blackwell Publishing Ltd. iea
economic affairs march 47-51
Brown, M. E. 2007. Misconceptions of Ethical Leadership:. How to Avoid
Potential Pitfalls. Organizational Dynamics, 36(2), 140–155.
Brown, M. E., & Trevi??o, L. K. 2006. Ethical leadership: A review and future
directions. Leadership Quarterly, 17(6), 595–616
Caldwell, C., Bischoff, S. J., & Karri, R. 2002. The four empires: A paradigm for
ethical leadership. Journal of Business Ethics, 36, 153–163
Carvalho, C., Brito, C., & Cabral, J. S. 2010. Towards a conceptual model for
assessing the quality of public services. International Review on Public and
Nonprofit Marketing, 7(1), 69–86.
Dunn, M. S., & Hart-Steffes, J. S. 2012. Sustainability as Moral Action. New
Directions for Student Services.
Grubnic, S., Thomson, I., & Georgakopoulos, G. 2015. New development:
Managing and accounting for sustainable development across generations in
public services—and call for papers. Public Money & Management, 35(3),
Hardiman.F.B 2016 Demokrasi Deliberatif. Menimbang negara hukum dan
Ruang Publik dalam Teori diskursus Jurgen Habermas.Yogyakarta.
Kanisisus
Hardiman.F.B 2016. Menuju Masyarakat Komunikatif .Yogyakarta. Kanisisus
Kalshoven, K., Den Hartog, D. N., & de Hoogh, A. H. B. 2011. Ethical Leader
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
367
Behavior and Big Five Factors of Personality. Journal of Business Ethics,
100(2), 349–366.
Kuntia,R dan Suar,D. 2005. A Scale to Assess Ethical Leadership of Indian
Private and Public Sector Managers. Journal of Business Ethics 49 (1),13–
26
Langvardt, A. W. 2012. Ethical leadership and the dual roles of examples.
Business Horizons, 55(4), 373–384
Mayer, D. M., Kuenzi, M., Greenbaum, R., Bardes, M., & Salvador, R. (Bombie).
2009. How low does ethical leadership flow? Test of a trickle-down model.
Organizational Behavior and Human Decision Processes, 108(1), 1–13
McCann, J., & Holt, R. 2009. Ethical Leadership and Organizations: An Analysis
of Leadership in the Manufacturing Industry Based on the Perceived
Leadership Integrity Scale. Journal of Business Ethics, 87(2), 211–220
Meijboom, F. L. B., & Brom, F. W. a. 2012. Ethics and Sustainability: Guest or
Guide? On Sustainability as a Moral Ideal. Journal of Agricultural and
Environmental Ethics, 25(2), 117–121.
Nollet, J., & Haywood-farmer, J. 1977. A Model of Productivity in Public
Services. RSCA/CJAS 8(1) 9-17
Osborne, S. P., Radnor, Z., Vidal, I., & Kinder, T. 2014. A Sustainable Business
Model for Public Service Organizations ? Public Management Review,
16(2), 165–172.
Ott, K. 2014. Institutionalizing strong sustainability : A Rawlsian perspective.
Sustainability (Switzerland), 6(2), 894–912.
Parasuraman, A., Berry, L., & Zeithaml, V. A. 1991. Perceived service quality as
a customer-based performance measure: An empirical examination of
Jurnal EKSEKUTIF Volume 14 No. 2 Desember 2017
368
organizational barriers using an extended service quality model. Human
Resource …, 30(3), 335–364.
Resick, C. J., Hanges, P. J., Dickson, M. W., & Mitchelson, J. K. 2006. A cross-
cultural examination of the endorsement of ethical leadership. Journal of
Business Ethics, 63(4), 345–359.
Reynolds, B. J. G., & Warfield, W. H. 2010. Discerning the Differences Between
Managers and Leaders. Differences, 77(March), 26–29.
Robbins, S dan Judge, T.,A 2013. Organizational Behavior. London : Pearson
Shamas, L. M., & Shoaf, V. 2008. Ethical leadership for the professions:
Fostering a moral community. Journal of Business Ethics, 78(1–2), 39–46.
Shin, Y., Sung, S. Y., Choi, J. N., & Kim, M. S. 2014. Top Management Ethical
Leadership and Firm Performance: Mediating Role of Ethical and
Procedural Justice Climate. Journal of Business Ethics, 129(1), 43–57
Suseno.2005. Etika Dasar. Yogyakarta. Kanisius
Toor, S. ur R., & Ofori, G. 2009. Ethical leadership: Examining the relationships
with full range leadership model, employee outcomes, and organizational
culture. Journal of Business Ethics, 90(4), 533–547.
Trevino, L. K., Brown, M., & Hartman, L. P. 2003. A Qualitative Investigation of
Perceived Executive Ethical Leadership: Perceptions from Inside and
Outside the Executive Suite. Human Relations, 56(1), 5–37.