kepemimpinan dan supervisi pendidikan

17
Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan Bab 1 Konsep, Prinsip, dan Syarat-syarat Kepemimpinan Pendidikan A. Konsep Dasar Kepemimpinan Pendidikan 1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan Menurut bafadal (2003), kepemimpinan dapat didefinisikansebagai keseluruhan proses mempengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan dan menuntun orang lain dalam proses kerja agar berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan Dengan demikian pada hakikatnya proses kepemimpinan dapat muncul bila terdapat unsure-unsur berikut : Orang yang memimpin Orang-orang yang dipimpin Kegiatan atau tindakan penggerakan untuk mencapai tujuan Tujuan yang ingin dicapai bersama 2. Teori-teori Kepemimpinan Beberapa inti sari teori kepemimpinan dari berbagai penulis : a. Teori Sifat (Traits Theory) Teori ini beranggapan bahwa apa yang membuat seorang pemimpin berhasil (efektif) bersumber dari kepribadian (personality) pemimpin itu sebagai seorang insan. Penganut teori ini berusaha mengidentifikasikan ciri-ciri seorang pemimpin yang

Upload: amalia-betaliza

Post on 06-Aug-2015

451 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

Bab 1 Konsep, Prinsip, dan Syarat-syarat Kepemimpinan Pendidikan

A. Konsep Dasar Kepemimpinan Pendidikan

1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan

Menurut bafadal (2003), kepemimpinan dapat didefinisikansebagai

keseluruhan proses mempengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan dan

menuntun orang lain dalam proses kerja agar berpikir, bersikap, dan bertindak

sesuai dengan aturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang telah di

tetapkan

Dengan demikian pada hakikatnya proses kepemimpinan dapat muncul bila

terdapat unsure-unsur berikut :

Orang yang memimpin

Orang-orang yang dipimpin

Kegiatan atau tindakan penggerakan untuk mencapai tujuan

Tujuan yang ingin dicapai bersama

2. Teori-teori Kepemimpinan

Beberapa inti sari teori kepemimpinan dari berbagai penulis :

a. Teori Sifat (Traits Theory)

Teori ini beranggapan bahwa apa yang membuat seorang pemimpin

berhasil (efektif) bersumber dari kepribadian (personality) pemimpin itu

sebagai seorang insan. Penganut teori ini berusaha mengidentifikasikan ciri-

ciri seorang pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil melalui sifat-sifat

pemimpin. Sifat-sifat tersebut antara lain intelektual, hubungan sosial, keadaan

emosional, keadaan fisik, imajinasi, kekuatan imajinasi dan sebagainya yang

di perkirakan merupakan sifat-sifat yang dimiliki seorang pemimpin.

Pada dasarnya teori ini memiliki beberapa kelemahan, di antaranya sebagai

berikut :

Tidak adanya penyesuaian atau kesamaan mengenai perincian sifat-

sifat yang dimaksud.

Terlalu sulit untuk menetapkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh

seorang pemimpin.

Page 2: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

Situasi dan kondisi tertentu memerlukan sifat-sifat pemimpin yang

tertentu pula.

b. Teori Lingkungan (Environmental Theory)

Teori ini berpendapat bahwa kemunculan pemimpin merupakan hasil

dari waktu, tempat, dan situasi sesaat. Seorang pemimpin akan timbul dari

situasi tertentu dan dari situasi tertentu ini sekelompok orang akan

memerlukan seseorang yang memiliki kelebihan dan ketrampilan tertentu

untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam situasi tersebut.

Dengan demikian, kepemimpinan tidak terletak pada diri individu

melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa. Kepemimpinan dapat

dianggap sebagai faktor instrument pemimpin dalam memecahkan masalah

yang muncul.

Melalui teori ini menjelaskan bahwa seseorang akan muncul sebagai

pemimpin apabila ia berada dalam lingkungan sosial, yaitu suatu kehidupan

kelompok dan memanfaatkan situasi dan kondisi sosial untuk bertindak dan

berkarya mengatasi masalah-masalah social yang timbul.

c. Teori Pribadi dan Situasi (Personal – Situational Theory)

Menjelaskan kepemimpinan sebagai akibat dari seperangkat kekuatan yang

tunggal. Sementara itu adanya interaktif antara faktor pribadi dan faktor situasi

diabaikan. Pada dasarnya teori ini mengakui bahwa kepemimpinan merupakan

produk dari terkaitnya 3 faktor:

Perangkai (sifat-sifat) pribadi dari pemimpin,

Sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya, dan

Kejadian-kejadian (atau masalah-masalah) yang di hadapi oleh

kelompok.

d. Teori Interaksi dan Harapan (Interaction – Expectation Theory)

Mendasarkan pada variabel-variabel; aksi, reaksi, interaksi, dan perasaan.

Oleh karena itu aksi-aksi pemimpin harus berisi sesuai dengan harapan untuk

kemudian ditanggapi dengan reaksi sehingga dengan demikian terjadilah

interaksi yang dipatrisipasikan dengan perasaan-perasaan tertentu. Interaksi

tersebut diusahakan dapat memenuhi harapan-harapan bersama.

Page 3: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

e. Teori Humanistik (Humanistic Theory)

Menurut teori ini menjelaskan bahwa perlu dilakukannya otivasi pada

pengikut dengan memenuhi harapan mereka dan memuaskan kebutuhan

mereka. Dengan mengusahakan keseimbangan antara kebutuhan/ kepentingan

perseorangan dan kebutuhan/ kepentingan umum organisasi.

f. Teori Tukar-Menukar (Exchange Theory)

Berdasarkan asumsi bahwa interaksi social menggambarkan suatu bentuk

tukar-menukar dimana pemimpin dan yang dipimpin memberikan kontribusi

dengan pengorbanan dan menerima dari pengorbanan yang mereka berikan.

Maka dengan cara demikian terjadi gerak, yaitu gerak dari pengikut yang

digerakkan oleh pemimpin.

3. Sumber-Sumber Kepemimpinan

Kepemimpinan pendidikan dapat di golongkan melalui statusnya menjadi :

Pemimpin Resmi, merupakan sebutan bagi mereka yang menduduki posisi

pimpinan dalam suatu struktur organisasi pendidikan

Pemimpin yang Tidak Resmi merupakan sebutan bagi mereka yang

mampu mempengaruhi dan mendorong ke arah perbaikan pendidikan dan

pengajaran, walaupun mereka tidak menduduki posisi pimimpinan dalam

struktur organisasi pendidikan.

Melalu penjabaran di atas akan lebih baik bila seorang pemimpin dalam struktur

organisai pendidikan juga memiliki kelebihan-kelebihan yang berasal dari dirinya.

4. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan Pendidikan

Sebelum menjelaskan tentang kepemimpinan pendidikan, berikut

merupakan fungsi-fungsi kepemimpinan secara umum, oleh Bales dan Slater

(1955) melihat ada 2 fungsi utama dalam yang di tampilkan oleh pemimpin.

1) Dihubungkan dengan produktifitas seorang pemimpin

2) Berkaitan dengan dukungan sosio emosional dari anggota-anggota kelompok.

Saat ini di jelaskan pembahasan tentang fungsi-fungsi kepemimpinan

dalam pendidikan oleh Tahalele dan Indrafachrudi (1975) menyebutkan ada 2

fungsi primer pada kepemimpinan pendidikan :

1) Yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Page 4: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

2) Yang berkaitan dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan

menyenangkan.

B. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Pendidikan

Dapat dikemukakan beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Prinsip Pelayanan

Prinsip pelayanan berarti bahwa kepemimpinan sekolah harus menerapkan unsur-

unsur pelayanan dalam kegiatan operasional di sekolahannya. Unsur pelayanan

dititikberatkan pada diri pemimpin pendidikan (kepala sekolah). Yang difokuskan

pada kepentingan dan perkembangan peserta didik dan para guru agar dapat

mencapai prestasi yang diharapkan.

2. Prinsip Persuasi

Prinsip persuasi menekankan agar dalam menjalankan kepemimpinannya,

pemimpin pendidikan memperhatikan dan mempertimbangkan situasi dan kondisi

setempat demi keberhasilan kepemimpinan pendidikan atau program pendidikan

yang sedang dan akan dilaksanakan. Diharapkan agar segala sesuatu dapat

berjalan secara serasi, seimbang dan selaras sehingga proses brlajar-mengajar

dapart berlangsung secara wajar dan mantap. Dengan melihat beberapa faktor

yang ada; faktor lingkungan, peraturan, dan kebijakan yang berlaku.

3. Prinsip Bimbingan

Prinsip bimbingan ini menyatakan bahwa dalam melaksanakan kepemimpinannya,

pemimpin pendidikan hendaknya membimbing peserta didik ke arah tujuan yang

ingin dicapai sesuai dengan perkembangan peserta didik di lembaga yang ada

dalam wilayah pembinaannya.

4. Prinsip Efisiensi

Prinsip ini merupakan prinsip yang bersifat ekonomis. Pada dasarnya prinsip ini

menekankan pada pengolahan daya guna yang maksimal dalam melaksanakan

kepemimpinannya. Yang berkaitan dengan dana, waktu, tenaga, dan pikiran.

5. Prinsp Berkesinambungan

Prinsip berkesinambungan adalah prinsip yang bertujuan agar kepemimpinan

pendidikan ini tidak hanya diterapkan pada 1 waktu saja, tetapi perlu secara terus

menerus selama mereka berada di sekolah. Hal ini menjadi penting karena dalam

proses belajar-mengajar memerlukan waktu yang cukup lama dan panjang.

C. Syarat-syarat Kepemimpinan Pendidikan

Page 5: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

Seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin pendidikan harus memenuhi beberapa

persyaratan yang telah ditentukan. Syarat-syaratnya yakni :

1. Syarat-syarat Formal

Syarat-syarat formal seseorang yang menjabat sebagai pemimpin pendidikan

tertuang dan dirumuskan secara lengkap dalam Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional Republiki Indonesia Nomor 162/U/2003 Tentang Pedoman Penugasan

Guru Sebagai Kepala Sekolah

2. Syarat Fundamental

Syarat Fundamental yang dimaksudkan adalah Pancasila yang merupakan falsafah

Negara yang tidak dapat dilepas dari kegiatan pendidikan dan dasar-dasar

pendidikan nasional. Pancasila ini dijadikan acuan/ dirujuk, dihayati, dan

diamalkan.

3. Syarat-syarat Praktis

Syarat-syarat praktis merupakan syarat-syarat yang berkaitan dengan tugas sehari-

hari bagi pemimpin pendidikan, yang terbagi sebagai berikut :

1) Memiliki kelebihan dalam pengetahuan dan kemampuan.

2) Memiliki kelebihan dalam kepribadian.

4. Syarat-syarat Kepemimpinan Lainnya

Nawawi (1988) mengemukakan bahwa menjadi seorang pemimpin memiliki :

a. Kecerdasan atau intellegensi yang cukup baik.

b. Percaya diri dan bersifat membership.

c. Cakap bergaul dan ramah tamah.

d. Kreatif, inisiatif, dan memiliki kemauan berkembang menjadi lebih baik.

e. Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.

f. Memiliki keahlian dan ketrampilan dalam bidangnya.

g. Suka menolong, memberi petunjuk, menghukum secara konsekuen, bijaksana.

h. Memiliki keseimbangan/ kestabilan emosional dan bersifat sabar.

i. Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi.

j. Berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.

k. Jujur, rendah hati, sederhana, dan dapat dipercaya.

l. Bijaksana dan selalu berlaku adil, disiplin.

m. Berpengetahuan dan berpandangan luas.

n. Sehat jasmani dan rohani.

Page 6: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

Bab 2 Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan

A. Kepemimpinan yang Otokratis

Pada dasarnya pemimpin yang otokratis memiliki sifat yang ingin berkuasa

dan memperlihatkan kekuasaannya. Pemimpin yang seperti ini berpandangan bahwa

maju-mundurnya seolah hanya bergantung pada kepemimpinannya. Pemimpin yang

seperti ini merupakan tipe pemimpin yang pekerja keras, teliti dan tertib sertqa

menghendaki bawahannya juga bekerja keras dan serius. Memiliki ketakutan dan

kekhawatiran akan kinerja bawahannya. Sehingga pengawasan terhadap bawahannya

sangat ketat yang mengakibatkan suasana sekolah menjadi tegang.

B. Kepemimpinan yang Pseudo-Demokratis

Seorang pemimpin yang pseudo-demokratis diibaratkan banyak memakai

topeng. Ia berpura-pura memperlihatkan sikap demokratis di dalam

kepemimpinannya. Ia member hak dan kuasa kepada para guru untuk menetapkan dan

memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia bekerja dengan perhitungan. Di situ ia

mengatur siasat agar kemauannya juga terwujud.

Dengan demikian maka sifat-sifat seorang pemimpin yang disebut pseudo-

demokratis sebenarnya bersifat otokratis, tetapi dalam kepemimpinannya ia member

kesan seperti demokratis. Yang disebut juga sebagai manipulasi diplomatis.

C. Kepemimpinan yang Laissez-Faire

Kepemimpinan yang Laissez-Faire menghendaki bawahannya diberi banyak

kebebasan. Ia berpandangan bahwa biarlah para guru bekerja sesuka hatinya,

berinisiatif, dan menjalankan kebijaksanaannya sendiri. Menghargai usaha para guru

tidak menghalang-halangi dan tidak usah diawasi dalam menjalankan tugasnya.

Pandangannya bahwa para guru akan bekerja dengan kegembiraannya tanpa

kekangan.

Namun pemimpin yang seperti ini bekerja tanpa rencana, sehingga suasana

menjadi tidak teratur, kacau balau dan tidak disiplin. Kepemimpinan seperti ini dapat

memperlihatkan ketidakmampuan, kemalasan seorang pemimpin dan sifat masa

bodoh dan ketidak mengertian akan makna demokrasi.

Page 7: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

D. Kepemimpinan yang Demokratis

Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari

kelompok yang secara bersama-sama berusaha dan bertanggung jawab mencapai

tujuan bersama. Sehingga sosok pemimpin ini melibatkan para bawahannya dalam

proses kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Serta menganggap bahwa

baawqahannya merupakan sumber potensi yang berharga dan mempunyai peranan

dalam uaha pencapaian tujuan.

Melalui kepemimpinan demokratis mewujudkan suasana yang harmonis,

munculnya ketaatan akan perencanaan dan pelaksanaan yang telah dibuat bersama.

Para guru dapat dengan inisiatif dan inovatif mengembangkan metode-metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas belajar-mengajar di kelas.

Bab 3 Perkembangan Teori Kepemimpinan Dalam Organisasi Pendidikan

Pada dasarnya kepemimpinan pada supervisi bukanlah serangkaian

kompetensi yang dibuat oleh seseorang dalam suatu peranan. Akan tetapi,

kepemimpinan adalah suatu pendekatan atau suatu cara kerja dengan manusia dalam

suatu organisasi untuk menyelesaikan dalam suatu tugas. Dengan demikian orang-

orang yang berperan dalam kepemimpinan supervisi harus mengerti kondisi suatu

organisasi dan memiliki tinjauan terhadap apa yang dapat dilakukan untuk

memperbaiki organisasi dan menyambungkan perilaku-perilaku orang lain dengan

struktur organisasi yang bersangkutan.oleh karena itu, untuk memimpin supervisor

(pengawas) harus memiliki teori kepemimpinan.

A. Asal Usul Organisasi

Bangsa mesir kuno (sekitar 500 tahun SM ), memperlihatkan ketrampilan

berorganisasi yang kompleks dalam membangun peramida.

Bangsa Babylonia (sekitar tahun 2000-1700 SM), menciptakan monument

megah yang disebut “Code of Hammurabi”.

Cina (Ribuan tahun yang lalu), mempunyai program latihan yang kompleks

untuk melatih para pemimpin dan ilmuan.

Amerika serikat (Pada Permulaan Abad ke-19), revolusi industri mendorong

studi perilaku kepemimpinan.

Page 8: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

B. Situasi sebagai Struktur Organisasi

Merekomendasikan suatu piramida struktur organisasi secara hierarki yang

membatasi pengambilan keputusan dari atasan turun kepada bawahan. Pola tradisional

ini yang dikenal sebagai “organisasi formal”.

Melalui teori-teori yang berkembang (Frederick Taylor, Max Weber, dan

Henry Fayol) dijelaskan sebagi berikut:

Frederick Taylor (1911), dalam studi mengenai struktur sebagai dasar

organisasi. Dalam bukunya tentang prinsip-prinsip manajemen ilmiah yang

menyatakan bahwa proses kerja yang teliti dan mengatur kembali organisasi

menurut garis fungsional.

Henry Fayol (sekitar abad ke-19 dan ke-20), untuk mengungkapkan prinsip-

prinsip umum organisasi melalui bukunya yang berjudul manajemen umum

dan organisasi. Ia berpendapat bahwa manajemen adalah jendral untuk semua

usaha manusia dan prinsip yang dapat diterapkan dalam semua kegiatan

manajemen.

Max Weber, melalui analisisnya ia menetapkan suatu konsep birokrasi dan

penyesuaian sistem administrasi pada kebutuhan organisasi yang kompleks

dan luas.

Melalui ketiga pandangan tersebus dapat kategorikan pada susunan dministrative

yang didominasi oleh perhatian pada struktur. Kategori tersebut yakni :

Organisasi formal yang kurang kompleks (organisasi lini).

Organisasi formal yang memiliki garis hubungan sama dengan anggota-

anggota staf tidak terikat dalam rantai kekuasaan.

Organisasi formal yang lebih kompleks, dalam organisasinya terdapat

beberapa lapis (berlapis tinggi dan berlapis tipis).

Selama sekitaran abad tersebut pendidikan juga mengikuti pola struktur yang

demikian, namun dengan perkembangan waktu sekolah-sekolah menggunakan

birokrasi yang sudah di modifikasi. Dalam modifikasi tersebut di temukan suatu hal

yang lebih fleksibel dan tanggap terhadap perubahan lingkungan pendidikan.

Page 9: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

C. Proses sebagai Dasar Organisasi

Sebagai dasar organisasi, proses meliputi suatu siklus yang berhubungan

dengan perubahan langkah-langkah yang termasuk di dalamnya penganalisisan,

perencanaan, penerapan, dan penilaian. Penyelidikan dalam ilmu pengetahuan social

telah mengungkapkan variasi bidang pengetahuan social. Dengan pengungkapan ini

telah mengungkapkan variasi bidang penemuan khusus yang mengagetkan dalam

penganalisisan proses organisasi.

Beberapa teori yang di ungkapkan sebagai cara untuk melukiskan proses

administrasi sekolah sebagai berikut :

Teori Sistem (hasil dari ilmu pengetahuan fisika), memberikan konsep tentang

saling ketergantungan dalam organisasi dan menjelaskan mengapa perubahan

tersebut berpengaruh pada suatu organisasi pada satu pihak dan pada seluruh

organisasi pada pihak lain. Sebuah sistem secara sederhana adalah sekelompok

objek yang diperlakukan sebagai 1 kesatuan. Dengan menyerap teori sistem

dalam administrasi pendidikan, semuanya merupakan proses pelaksanaan

organisasi sekolah yang memiliki arti penting atau wilayah sekolah secara

keseluruhan.

Dalam teori modern, konsep sistem kedudukan administrasi sebagai kekuatan

sentral dalam organisasi yaitu 1 kekuatan yang mengkoordinasikan dan

merangkaikan kegiatan. Peranan tersebut mengharuskan administrator

memahami dan terampil dalam mengkonseptualisasikan hubungan yang

terjadi di dalamnya

Dalam perngkat sekolah, sebuah sistem boleh dirumuskan sebagai seperangkat

komponen yang datur sedemikian rupa untuk tercapainya tujuan yang diharapkan.

Komponen tersebut terdiri atas fasilitas, material, dana, guru pengujian dan

sekumpulan variabel pengembangan lain untuk mendidik anak-anak. Nilai nyata dari

perspektif sistem bagi supervisor sebagai alat mengidentifikasi kondisi-kondisi yang

tidak menyumbang atau menghambat dalam arus kegiatan. Dapat dikatakan, sekali

dapat diidentifikasikan kekurangan sistem dapat ditargetkan kembali untuk membuat

rancangan. Sistem dapat juga membantu pendidik membangun model-model kondisi

belajar yang di inginkan.

Page 10: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

D. Relasi-Relasi sebagai Dasar Organisasi

Studi relasi diantara orang dalam organisasi merupakan focus yang lain yang

perlu diperhatikan. Hal ini dapat didekati dari sejumlah variabel. Misalnya

komunikasi, kebutuhan individual, semangat juang, motivasi, dan kelompok kerja

kecil studi relasi organisasi telah diperkaya oleh studi kepemimpinan dan member

petunjuk terhadap fungsi organisasi.

Secara keseluruhan, studi mengenai organisasi dari perspektif relasi

menawarkan praktik supervisor dengan berbagai pemahaman tentang peranan mereka

dalam mempengaruhi perilaku manusia.

E. Pengaruh sebagai Dasar Organisasi

Studi mengenai pengaruh terdiri atas :

a. Perubahan

Menurut Guba (1967), disini guba mengidentifikasi menjadi 3 macam

perubahan yakni :

1. Evolusioner (perubahan alamiah)

2. Homeostatic (perubahan rektif)

3. Neomobilisrik (perubahan direncanakan)

Menurut Chin (1969), mengenai strategi perubahan yakni :

1. Rasional empirik

2. Normatif-reedukatif

3. Wibawa-paksa

b. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan suatu kekuatan pendorong yang tidak dapat diraba

dalam suatu perubahan yang direncanakan. Usaha-usaha untuk mempelajari dan

menganalisis kepemimpinan telah berkembang melalui 3 tahap penyelidikan :

Studi mengenai sifat-sifat kepemimpinan.

Analisis situasi atau lingkungan yang mempengaruhi kepemimpinan.

Studi mengenai pertukaran atau transaksi diantara pemimpin dan

pengikut.

c. Pengambilan keputusan

Pengembangan kebijakan atau kewenangan keputusan untuk menuntun

keputusan lain dilengkapi oleh supervisor dengan cara mengature dan

Page 11: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

menstabilkan organisasi melalui perubahan waktu. Bidang-bidang khusus dalam

studi kebijakan, termasuk pembentukan kebijakan, cara-cara untuk pengambilan

keputusan, mempengaruhi badan-badan luar dalam pembentukan kebijakan, dan

pemecahan konflik banyak mendapat perhatian studi kebijakan. Minat dalam

kebijakan dan pengambilan keputusan akan berlanjut dan berkembang luas.

Sehubung dengan hal tersebut, Compbell mengamati hal-hal tersebut dan

diterjemahkan sebagai berikut dalam menjalankan perubahan:

1. Keefektifan sekolah.

2. Kerepresentatifan pembuat kebijakan sekolah.

d. Peranan politik pendidikan

Politik dapat dirumuskan sebagai suatu seni atau ilmu pengetahuan

memerintah, tetapi perhatian penyelidikan terpusat pada aplikasi kewibawaan

untuk mempengaruhi organisasi.

Sistem sekolah diadministrasikan dalam struktur kewibawaan yang

kompleks. Badan pendidikan tidak melakukan wewenang akhir atas kebijakan

pendidikan. Dalam relitasnya badan pendidikan hanya melakukan kewibawaan

sampai ia dapat mensahkan keputusan (membuat keputusan itu dapat diterima)

dalam sistem politik. Badan pendidikan tidak dapat memaksa kebijakan yang

tidak dapat diterima oleh orang yang dilayaninya dan menahan kebijakan itu.

Dengan demikian, orang yang bergerak di sekolahan harus secara continue

mencari persetujuan masyarakat mengenai pelaksanaan kebijakan.