kepemimpinan dan supervisi pendidikan
DESCRIPTION
Kepemimpinan dan Supervisi PendidikanTRANSCRIPT
![Page 1: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082316/55721212497959fc0b8ffcc7/html5/thumbnails/1.jpg)
Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan
Bab 1 Konsep, Prinsip, dan Syarat-syarat Kepemimpinan Pendidikan
A. Konsep Dasar Kepemimpinan Pendidikan
1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Menurut bafadal (2003), kepemimpinan dapat didefinisikansebagai
keseluruhan proses mempengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan dan
menuntun orang lain dalam proses kerja agar berpikir, bersikap, dan bertindak
sesuai dengan aturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang telah di
tetapkan
Dengan demikian pada hakikatnya proses kepemimpinan dapat muncul bila
terdapat unsure-unsur berikut :
Orang yang memimpin
Orang-orang yang dipimpin
Kegiatan atau tindakan penggerakan untuk mencapai tujuan
Tujuan yang ingin dicapai bersama
2. Teori-teori Kepemimpinan
Beberapa inti sari teori kepemimpinan dari berbagai penulis :
a. Teori Sifat (Traits Theory)
Teori ini beranggapan bahwa apa yang membuat seorang pemimpin
berhasil (efektif) bersumber dari kepribadian (personality) pemimpin itu
sebagai seorang insan. Penganut teori ini berusaha mengidentifikasikan ciri-
ciri seorang pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil melalui sifat-sifat
pemimpin. Sifat-sifat tersebut antara lain intelektual, hubungan sosial, keadaan
emosional, keadaan fisik, imajinasi, kekuatan imajinasi dan sebagainya yang
di perkirakan merupakan sifat-sifat yang dimiliki seorang pemimpin.
Pada dasarnya teori ini memiliki beberapa kelemahan, di antaranya sebagai
berikut :
Tidak adanya penyesuaian atau kesamaan mengenai perincian sifat-
sifat yang dimaksud.
Terlalu sulit untuk menetapkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin.
![Page 2: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082316/55721212497959fc0b8ffcc7/html5/thumbnails/2.jpg)
Situasi dan kondisi tertentu memerlukan sifat-sifat pemimpin yang
tertentu pula.
b. Teori Lingkungan (Environmental Theory)
Teori ini berpendapat bahwa kemunculan pemimpin merupakan hasil
dari waktu, tempat, dan situasi sesaat. Seorang pemimpin akan timbul dari
situasi tertentu dan dari situasi tertentu ini sekelompok orang akan
memerlukan seseorang yang memiliki kelebihan dan ketrampilan tertentu
untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam situasi tersebut.
Dengan demikian, kepemimpinan tidak terletak pada diri individu
melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa. Kepemimpinan dapat
dianggap sebagai faktor instrument pemimpin dalam memecahkan masalah
yang muncul.
Melalui teori ini menjelaskan bahwa seseorang akan muncul sebagai
pemimpin apabila ia berada dalam lingkungan sosial, yaitu suatu kehidupan
kelompok dan memanfaatkan situasi dan kondisi sosial untuk bertindak dan
berkarya mengatasi masalah-masalah social yang timbul.
c. Teori Pribadi dan Situasi (Personal – Situational Theory)
Menjelaskan kepemimpinan sebagai akibat dari seperangkat kekuatan yang
tunggal. Sementara itu adanya interaktif antara faktor pribadi dan faktor situasi
diabaikan. Pada dasarnya teori ini mengakui bahwa kepemimpinan merupakan
produk dari terkaitnya 3 faktor:
Perangkai (sifat-sifat) pribadi dari pemimpin,
Sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya, dan
Kejadian-kejadian (atau masalah-masalah) yang di hadapi oleh
kelompok.
d. Teori Interaksi dan Harapan (Interaction – Expectation Theory)
Mendasarkan pada variabel-variabel; aksi, reaksi, interaksi, dan perasaan.
Oleh karena itu aksi-aksi pemimpin harus berisi sesuai dengan harapan untuk
kemudian ditanggapi dengan reaksi sehingga dengan demikian terjadilah
interaksi yang dipatrisipasikan dengan perasaan-perasaan tertentu. Interaksi
tersebut diusahakan dapat memenuhi harapan-harapan bersama.
![Page 3: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082316/55721212497959fc0b8ffcc7/html5/thumbnails/3.jpg)
e. Teori Humanistik (Humanistic Theory)
Menurut teori ini menjelaskan bahwa perlu dilakukannya otivasi pada
pengikut dengan memenuhi harapan mereka dan memuaskan kebutuhan
mereka. Dengan mengusahakan keseimbangan antara kebutuhan/ kepentingan
perseorangan dan kebutuhan/ kepentingan umum organisasi.
f. Teori Tukar-Menukar (Exchange Theory)
Berdasarkan asumsi bahwa interaksi social menggambarkan suatu bentuk
tukar-menukar dimana pemimpin dan yang dipimpin memberikan kontribusi
dengan pengorbanan dan menerima dari pengorbanan yang mereka berikan.
Maka dengan cara demikian terjadi gerak, yaitu gerak dari pengikut yang
digerakkan oleh pemimpin.
3. Sumber-Sumber Kepemimpinan
Kepemimpinan pendidikan dapat di golongkan melalui statusnya menjadi :
Pemimpin Resmi, merupakan sebutan bagi mereka yang menduduki posisi
pimpinan dalam suatu struktur organisasi pendidikan
Pemimpin yang Tidak Resmi merupakan sebutan bagi mereka yang
mampu mempengaruhi dan mendorong ke arah perbaikan pendidikan dan
pengajaran, walaupun mereka tidak menduduki posisi pimimpinan dalam
struktur organisasi pendidikan.
Melalu penjabaran di atas akan lebih baik bila seorang pemimpin dalam struktur
organisai pendidikan juga memiliki kelebihan-kelebihan yang berasal dari dirinya.
4. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
Sebelum menjelaskan tentang kepemimpinan pendidikan, berikut
merupakan fungsi-fungsi kepemimpinan secara umum, oleh Bales dan Slater
(1955) melihat ada 2 fungsi utama dalam yang di tampilkan oleh pemimpin.
1) Dihubungkan dengan produktifitas seorang pemimpin
2) Berkaitan dengan dukungan sosio emosional dari anggota-anggota kelompok.
Saat ini di jelaskan pembahasan tentang fungsi-fungsi kepemimpinan
dalam pendidikan oleh Tahalele dan Indrafachrudi (1975) menyebutkan ada 2
fungsi primer pada kepemimpinan pendidikan :
1) Yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai.
![Page 4: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082316/55721212497959fc0b8ffcc7/html5/thumbnails/4.jpg)
2) Yang berkaitan dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan
menyenangkan.
B. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Pendidikan
Dapat dikemukakan beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Prinsip Pelayanan
Prinsip pelayanan berarti bahwa kepemimpinan sekolah harus menerapkan unsur-
unsur pelayanan dalam kegiatan operasional di sekolahannya. Unsur pelayanan
dititikberatkan pada diri pemimpin pendidikan (kepala sekolah). Yang difokuskan
pada kepentingan dan perkembangan peserta didik dan para guru agar dapat
mencapai prestasi yang diharapkan.
2. Prinsip Persuasi
Prinsip persuasi menekankan agar dalam menjalankan kepemimpinannya,
pemimpin pendidikan memperhatikan dan mempertimbangkan situasi dan kondisi
setempat demi keberhasilan kepemimpinan pendidikan atau program pendidikan
yang sedang dan akan dilaksanakan. Diharapkan agar segala sesuatu dapat
berjalan secara serasi, seimbang dan selaras sehingga proses brlajar-mengajar
dapart berlangsung secara wajar dan mantap. Dengan melihat beberapa faktor
yang ada; faktor lingkungan, peraturan, dan kebijakan yang berlaku.
3. Prinsip Bimbingan
Prinsip bimbingan ini menyatakan bahwa dalam melaksanakan kepemimpinannya,
pemimpin pendidikan hendaknya membimbing peserta didik ke arah tujuan yang
ingin dicapai sesuai dengan perkembangan peserta didik di lembaga yang ada
dalam wilayah pembinaannya.
4. Prinsip Efisiensi
Prinsip ini merupakan prinsip yang bersifat ekonomis. Pada dasarnya prinsip ini
menekankan pada pengolahan daya guna yang maksimal dalam melaksanakan
kepemimpinannya. Yang berkaitan dengan dana, waktu, tenaga, dan pikiran.
5. Prinsp Berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan adalah prinsip yang bertujuan agar kepemimpinan
pendidikan ini tidak hanya diterapkan pada 1 waktu saja, tetapi perlu secara terus
menerus selama mereka berada di sekolah. Hal ini menjadi penting karena dalam
proses belajar-mengajar memerlukan waktu yang cukup lama dan panjang.
C. Syarat-syarat Kepemimpinan Pendidikan
![Page 5: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082316/55721212497959fc0b8ffcc7/html5/thumbnails/5.jpg)
Seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin pendidikan harus memenuhi beberapa
persyaratan yang telah ditentukan. Syarat-syaratnya yakni :
1. Syarat-syarat Formal
Syarat-syarat formal seseorang yang menjabat sebagai pemimpin pendidikan
tertuang dan dirumuskan secara lengkap dalam Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional Republiki Indonesia Nomor 162/U/2003 Tentang Pedoman Penugasan
Guru Sebagai Kepala Sekolah
2. Syarat Fundamental
Syarat Fundamental yang dimaksudkan adalah Pancasila yang merupakan falsafah
Negara yang tidak dapat dilepas dari kegiatan pendidikan dan dasar-dasar
pendidikan nasional. Pancasila ini dijadikan acuan/ dirujuk, dihayati, dan
diamalkan.
3. Syarat-syarat Praktis
Syarat-syarat praktis merupakan syarat-syarat yang berkaitan dengan tugas sehari-
hari bagi pemimpin pendidikan, yang terbagi sebagai berikut :
1) Memiliki kelebihan dalam pengetahuan dan kemampuan.
2) Memiliki kelebihan dalam kepribadian.
4. Syarat-syarat Kepemimpinan Lainnya
Nawawi (1988) mengemukakan bahwa menjadi seorang pemimpin memiliki :
a. Kecerdasan atau intellegensi yang cukup baik.
b. Percaya diri dan bersifat membership.
c. Cakap bergaul dan ramah tamah.
d. Kreatif, inisiatif, dan memiliki kemauan berkembang menjadi lebih baik.
e. Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.
f. Memiliki keahlian dan ketrampilan dalam bidangnya.
g. Suka menolong, memberi petunjuk, menghukum secara konsekuen, bijaksana.
h. Memiliki keseimbangan/ kestabilan emosional dan bersifat sabar.
i. Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi.
j. Berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.
k. Jujur, rendah hati, sederhana, dan dapat dipercaya.
l. Bijaksana dan selalu berlaku adil, disiplin.
m. Berpengetahuan dan berpandangan luas.
n. Sehat jasmani dan rohani.
![Page 6: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082316/55721212497959fc0b8ffcc7/html5/thumbnails/6.jpg)
Bab 2 Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
A. Kepemimpinan yang Otokratis
Pada dasarnya pemimpin yang otokratis memiliki sifat yang ingin berkuasa
dan memperlihatkan kekuasaannya. Pemimpin yang seperti ini berpandangan bahwa
maju-mundurnya seolah hanya bergantung pada kepemimpinannya. Pemimpin yang
seperti ini merupakan tipe pemimpin yang pekerja keras, teliti dan tertib sertqa
menghendaki bawahannya juga bekerja keras dan serius. Memiliki ketakutan dan
kekhawatiran akan kinerja bawahannya. Sehingga pengawasan terhadap bawahannya
sangat ketat yang mengakibatkan suasana sekolah menjadi tegang.
B. Kepemimpinan yang Pseudo-Demokratis
Seorang pemimpin yang pseudo-demokratis diibaratkan banyak memakai
topeng. Ia berpura-pura memperlihatkan sikap demokratis di dalam
kepemimpinannya. Ia member hak dan kuasa kepada para guru untuk menetapkan dan
memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia bekerja dengan perhitungan. Di situ ia
mengatur siasat agar kemauannya juga terwujud.
Dengan demikian maka sifat-sifat seorang pemimpin yang disebut pseudo-
demokratis sebenarnya bersifat otokratis, tetapi dalam kepemimpinannya ia member
kesan seperti demokratis. Yang disebut juga sebagai manipulasi diplomatis.
C. Kepemimpinan yang Laissez-Faire
Kepemimpinan yang Laissez-Faire menghendaki bawahannya diberi banyak
kebebasan. Ia berpandangan bahwa biarlah para guru bekerja sesuka hatinya,
berinisiatif, dan menjalankan kebijaksanaannya sendiri. Menghargai usaha para guru
tidak menghalang-halangi dan tidak usah diawasi dalam menjalankan tugasnya.
Pandangannya bahwa para guru akan bekerja dengan kegembiraannya tanpa
kekangan.
Namun pemimpin yang seperti ini bekerja tanpa rencana, sehingga suasana
menjadi tidak teratur, kacau balau dan tidak disiplin. Kepemimpinan seperti ini dapat
memperlihatkan ketidakmampuan, kemalasan seorang pemimpin dan sifat masa
bodoh dan ketidak mengertian akan makna demokrasi.
![Page 7: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082316/55721212497959fc0b8ffcc7/html5/thumbnails/7.jpg)
D. Kepemimpinan yang Demokratis
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari
kelompok yang secara bersama-sama berusaha dan bertanggung jawab mencapai
tujuan bersama. Sehingga sosok pemimpin ini melibatkan para bawahannya dalam
proses kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Serta menganggap bahwa
baawqahannya merupakan sumber potensi yang berharga dan mempunyai peranan
dalam uaha pencapaian tujuan.
Melalui kepemimpinan demokratis mewujudkan suasana yang harmonis,
munculnya ketaatan akan perencanaan dan pelaksanaan yang telah dibuat bersama.
Para guru dapat dengan inisiatif dan inovatif mengembangkan metode-metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas belajar-mengajar di kelas.
Bab 3 Perkembangan Teori Kepemimpinan Dalam Organisasi Pendidikan
Pada dasarnya kepemimpinan pada supervisi bukanlah serangkaian
kompetensi yang dibuat oleh seseorang dalam suatu peranan. Akan tetapi,
kepemimpinan adalah suatu pendekatan atau suatu cara kerja dengan manusia dalam
suatu organisasi untuk menyelesaikan dalam suatu tugas. Dengan demikian orang-
orang yang berperan dalam kepemimpinan supervisi harus mengerti kondisi suatu
organisasi dan memiliki tinjauan terhadap apa yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki organisasi dan menyambungkan perilaku-perilaku orang lain dengan
struktur organisasi yang bersangkutan.oleh karena itu, untuk memimpin supervisor
(pengawas) harus memiliki teori kepemimpinan.
A. Asal Usul Organisasi
Bangsa mesir kuno (sekitar 500 tahun SM ), memperlihatkan ketrampilan
berorganisasi yang kompleks dalam membangun peramida.
Bangsa Babylonia (sekitar tahun 2000-1700 SM), menciptakan monument
megah yang disebut “Code of Hammurabi”.
Cina (Ribuan tahun yang lalu), mempunyai program latihan yang kompleks
untuk melatih para pemimpin dan ilmuan.
Amerika serikat (Pada Permulaan Abad ke-19), revolusi industri mendorong
studi perilaku kepemimpinan.
![Page 8: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082316/55721212497959fc0b8ffcc7/html5/thumbnails/8.jpg)
B. Situasi sebagai Struktur Organisasi
Merekomendasikan suatu piramida struktur organisasi secara hierarki yang
membatasi pengambilan keputusan dari atasan turun kepada bawahan. Pola tradisional
ini yang dikenal sebagai “organisasi formal”.
Melalui teori-teori yang berkembang (Frederick Taylor, Max Weber, dan
Henry Fayol) dijelaskan sebagi berikut:
Frederick Taylor (1911), dalam studi mengenai struktur sebagai dasar
organisasi. Dalam bukunya tentang prinsip-prinsip manajemen ilmiah yang
menyatakan bahwa proses kerja yang teliti dan mengatur kembali organisasi
menurut garis fungsional.
Henry Fayol (sekitar abad ke-19 dan ke-20), untuk mengungkapkan prinsip-
prinsip umum organisasi melalui bukunya yang berjudul manajemen umum
dan organisasi. Ia berpendapat bahwa manajemen adalah jendral untuk semua
usaha manusia dan prinsip yang dapat diterapkan dalam semua kegiatan
manajemen.
Max Weber, melalui analisisnya ia menetapkan suatu konsep birokrasi dan
penyesuaian sistem administrasi pada kebutuhan organisasi yang kompleks
dan luas.
Melalui ketiga pandangan tersebus dapat kategorikan pada susunan dministrative
yang didominasi oleh perhatian pada struktur. Kategori tersebut yakni :
Organisasi formal yang kurang kompleks (organisasi lini).
Organisasi formal yang memiliki garis hubungan sama dengan anggota-
anggota staf tidak terikat dalam rantai kekuasaan.
Organisasi formal yang lebih kompleks, dalam organisasinya terdapat
beberapa lapis (berlapis tinggi dan berlapis tipis).
Selama sekitaran abad tersebut pendidikan juga mengikuti pola struktur yang
demikian, namun dengan perkembangan waktu sekolah-sekolah menggunakan
birokrasi yang sudah di modifikasi. Dalam modifikasi tersebut di temukan suatu hal
yang lebih fleksibel dan tanggap terhadap perubahan lingkungan pendidikan.
![Page 9: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082316/55721212497959fc0b8ffcc7/html5/thumbnails/9.jpg)
C. Proses sebagai Dasar Organisasi
Sebagai dasar organisasi, proses meliputi suatu siklus yang berhubungan
dengan perubahan langkah-langkah yang termasuk di dalamnya penganalisisan,
perencanaan, penerapan, dan penilaian. Penyelidikan dalam ilmu pengetahuan social
telah mengungkapkan variasi bidang pengetahuan social. Dengan pengungkapan ini
telah mengungkapkan variasi bidang penemuan khusus yang mengagetkan dalam
penganalisisan proses organisasi.
Beberapa teori yang di ungkapkan sebagai cara untuk melukiskan proses
administrasi sekolah sebagai berikut :
Teori Sistem (hasil dari ilmu pengetahuan fisika), memberikan konsep tentang
saling ketergantungan dalam organisasi dan menjelaskan mengapa perubahan
tersebut berpengaruh pada suatu organisasi pada satu pihak dan pada seluruh
organisasi pada pihak lain. Sebuah sistem secara sederhana adalah sekelompok
objek yang diperlakukan sebagai 1 kesatuan. Dengan menyerap teori sistem
dalam administrasi pendidikan, semuanya merupakan proses pelaksanaan
organisasi sekolah yang memiliki arti penting atau wilayah sekolah secara
keseluruhan.
Dalam teori modern, konsep sistem kedudukan administrasi sebagai kekuatan
sentral dalam organisasi yaitu 1 kekuatan yang mengkoordinasikan dan
merangkaikan kegiatan. Peranan tersebut mengharuskan administrator
memahami dan terampil dalam mengkonseptualisasikan hubungan yang
terjadi di dalamnya
Dalam perngkat sekolah, sebuah sistem boleh dirumuskan sebagai seperangkat
komponen yang datur sedemikian rupa untuk tercapainya tujuan yang diharapkan.
Komponen tersebut terdiri atas fasilitas, material, dana, guru pengujian dan
sekumpulan variabel pengembangan lain untuk mendidik anak-anak. Nilai nyata dari
perspektif sistem bagi supervisor sebagai alat mengidentifikasi kondisi-kondisi yang
tidak menyumbang atau menghambat dalam arus kegiatan. Dapat dikatakan, sekali
dapat diidentifikasikan kekurangan sistem dapat ditargetkan kembali untuk membuat
rancangan. Sistem dapat juga membantu pendidik membangun model-model kondisi
belajar yang di inginkan.
![Page 10: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082316/55721212497959fc0b8ffcc7/html5/thumbnails/10.jpg)
D. Relasi-Relasi sebagai Dasar Organisasi
Studi relasi diantara orang dalam organisasi merupakan focus yang lain yang
perlu diperhatikan. Hal ini dapat didekati dari sejumlah variabel. Misalnya
komunikasi, kebutuhan individual, semangat juang, motivasi, dan kelompok kerja
kecil studi relasi organisasi telah diperkaya oleh studi kepemimpinan dan member
petunjuk terhadap fungsi organisasi.
Secara keseluruhan, studi mengenai organisasi dari perspektif relasi
menawarkan praktik supervisor dengan berbagai pemahaman tentang peranan mereka
dalam mempengaruhi perilaku manusia.
E. Pengaruh sebagai Dasar Organisasi
Studi mengenai pengaruh terdiri atas :
a. Perubahan
Menurut Guba (1967), disini guba mengidentifikasi menjadi 3 macam
perubahan yakni :
1. Evolusioner (perubahan alamiah)
2. Homeostatic (perubahan rektif)
3. Neomobilisrik (perubahan direncanakan)
Menurut Chin (1969), mengenai strategi perubahan yakni :
1. Rasional empirik
2. Normatif-reedukatif
3. Wibawa-paksa
b. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu kekuatan pendorong yang tidak dapat diraba
dalam suatu perubahan yang direncanakan. Usaha-usaha untuk mempelajari dan
menganalisis kepemimpinan telah berkembang melalui 3 tahap penyelidikan :
Studi mengenai sifat-sifat kepemimpinan.
Analisis situasi atau lingkungan yang mempengaruhi kepemimpinan.
Studi mengenai pertukaran atau transaksi diantara pemimpin dan
pengikut.
c. Pengambilan keputusan
Pengembangan kebijakan atau kewenangan keputusan untuk menuntun
keputusan lain dilengkapi oleh supervisor dengan cara mengature dan
![Page 11: Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082316/55721212497959fc0b8ffcc7/html5/thumbnails/11.jpg)
menstabilkan organisasi melalui perubahan waktu. Bidang-bidang khusus dalam
studi kebijakan, termasuk pembentukan kebijakan, cara-cara untuk pengambilan
keputusan, mempengaruhi badan-badan luar dalam pembentukan kebijakan, dan
pemecahan konflik banyak mendapat perhatian studi kebijakan. Minat dalam
kebijakan dan pengambilan keputusan akan berlanjut dan berkembang luas.
Sehubung dengan hal tersebut, Compbell mengamati hal-hal tersebut dan
diterjemahkan sebagai berikut dalam menjalankan perubahan:
1. Keefektifan sekolah.
2. Kerepresentatifan pembuat kebijakan sekolah.
d. Peranan politik pendidikan
Politik dapat dirumuskan sebagai suatu seni atau ilmu pengetahuan
memerintah, tetapi perhatian penyelidikan terpusat pada aplikasi kewibawaan
untuk mempengaruhi organisasi.
Sistem sekolah diadministrasikan dalam struktur kewibawaan yang
kompleks. Badan pendidikan tidak melakukan wewenang akhir atas kebijakan
pendidikan. Dalam relitasnya badan pendidikan hanya melakukan kewibawaan
sampai ia dapat mensahkan keputusan (membuat keputusan itu dapat diterima)
dalam sistem politik. Badan pendidikan tidak dapat memaksa kebijakan yang
tidak dapat diterima oleh orang yang dilayaninya dan menahan kebijakan itu.
Dengan demikian, orang yang bergerak di sekolahan harus secara continue
mencari persetujuan masyarakat mengenai pelaksanaan kebijakan.