kepemimpinan
DESCRIPTION
KepemimpinanTRANSCRIPT
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau
kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya,
untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
2. Teori Munculnya Pemimpin/Kepemimpinan
Berikut ini adalah beberapa teori tentang munculnya seorang pemimpin:
a. Teori Genetis (Hereditary Theory) - Leaders are born, not made.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena kelahirannya. Sejak ia lahir, bahkan
sejak ia di dalam kandungan, ia telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.
Pelbagai pengalaman dalam hidupnya akan semakin melengkapinya untuk
menjadi pemimpin di kemudian hari. Teori ini mengatakan bahwa seseorang
dapat menjadi pemimpin karena keturunan. Karena orang tuanya menjadi
pemimpin, maka anaknya juga menjadi pemimpin. Kalau orang tuanya dulu
tidak menjadi pemimpin, maka dipandangnya orang tidak cakap menjadi
pemimpin. Teori ini biasanya dianut dan hidup di kalangan kaum bangsawan.
Misalnya di Yogyakarta yang dapat menjadi Sultan (Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan Yogya saja. Seseorang bisa menjadi
pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan kepemimpinan dari orang
tuanya. Teori ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran atau
kerajaan. Kadang-kadang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk
bisa menjadi pemimpin, tetapi karena ketentuan dinasti itulah, maka ia tetap
bisa menjadi pemimpin. Tidak heran jika kemudian timbul pelbagai masalah
akibat ketidak-mampuan tersebut.
b. Teori Kejiwaan/ Sosial - Leaders are made, not born.
Seseorang bisa menjadi pemimpin karena pembentukan. Jika ia memiliki
keinginan yang kuat, sekalipun ia tidak dilahirkan sebagai seorang pemimpin,
ia bisa menjadi seorang pemimpin yang efektif. Pemimpin yang baik
mengembangkan dirinya melalui proses tiada henti baik dalam belajar
1
mandiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Pada hakikatnya semua
orang sama dan dapat menjadi pemimpin. Tiap-tiap orang mempunyai bakat
untuk menjadi pemimpin, hanya saja memiliki kesempatan atau tidak.
c. Teori Ekologi
Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori kejiwaan/ sosial
yang pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi
seorang pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat
kepemimpinan, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses
pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan
untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah
dimilikinya itu. Kalau teori genetis berpendapat, bahwa orang menjadi
pemimpin karena memang sudah ditakdirkan dan teori kejiwaan/ sosial
mengemukakan bahwa kepemimpinan itu bukan ditakdirkan, akan tetapi
dibentuk oleh pengaruh lingkungan, maka teori ekologis mengakui kedua-
duanya, artinya bahwa seseorang itu hanya akan bisa menjadi pemimpin yang
baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan
bakat-bakat itu kemudian diasah melalui pendidikan.
3. Teori-teori Kepemimpinan
a. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu.
Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi
pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang
dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Walaupun teori sifat
memiliki berbagai kelemahan (antara lain: terlalu bersifat deskriptif, tidak
selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila
kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya
mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2
b. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang
individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model
leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada
pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan,
perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya
terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan
perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi
dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
c. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan
situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan
memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Efektivitas kepemimpinan
seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan
menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan
dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku
tertentu karena tuntutan situasi tertentu.
4. Tipologi Kepemimpinan
Tipologi kepemimpinan merupakan tipe-tipe kepemimpinan lain yang ada disekitar
kita, berikut adalah tipe kepemimpinan menurut (Siagian,1997):
a. Tipe Otokratis
Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata.
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya.
Dalam menggerakan bawahannya sering menggunakan pendekatan
yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
b. Tipe Demokratis
3
Tidak berfikiran bahwa pemimpin adalah manusia mulia yang harus
dihormati dan sebagainya.
Menyingkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi bawahannya.
Senang menerima saran dan kritik.
Mengedepankan kerjasama atau teamwork.
Memberikan kebebasan bawahannya untuk melakukan kesalahan dan
kesempatan untuk bawahannya memperbaiki kesalahannya tersebut
dengan kebijakan tertentu.
Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses.
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
c. Tipe Militeris
Menggunakan perintah dalam menggerakan bawahannya.
Senang menggunakan jabatan dan pangkat dalam memberikan
perintah.
Menuntut displin yang tinggi dan melebih-lebihkan formalitas.
Sukar menerima kritikan.
Menggemari upacara untuk berbagai keadaan.
d. Tipe Paternalistis
Menganggap bawahannya tidak dewasa.
Bersikap terlalu melindungi.
Jarang memberi kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
inisiatif dan mengembangkan kreasinya.
Sering bersikap sok tahu yang berlebihan.
e. Tipe Karismatik
Tipe kepemimpinan ini tidak dapat dijelaskan secara nyata karena pemimpin
yang disukai karena karismanya cenderung tidak memiliki patokan khusus
dalam mencirikan apa yang disukai dari sifat kepemimpinan dengan tipe ini.
Karisma seorang pemimpin biasanya tercipta secara alami dari sikap pribadi
pemimpin tersebut.
5. Pemimpin Versus Manajer
4
Kita adalah pemimpin. Setidaknya kita adalah pemimpin bagi diri sendiri. Ungkapan
diatas tentu sering kita dengar. Begitu juga dalam dunia bisnis, tanpa adanya
pemimpin tentu sebuah perusahaan tidak akan jalan. Warren Bennis dalam bukunya
berjudul On Becoming Leader, menjelaskan perbedaan peran antara manager dan
pemimpin sebagai berikut:
a. Manager mengelola sedangkan pemimpin menginovasi
b. Manager adalah tiruan sediangkan pemimpin orisinal
c. Manager mempertahankan pemimpin mengembangkan
d. Manager berfokus pada sistem dan struktur sedangkan pemimpin fokus kepada
orang
e. Manager bergantung kepada pengawasan sedangkan pemimpin
membangkitkan kepercayaan (bawahan)
f. Manager melihat jangka pendek sedangkan pemimpin melihat perspektif
jangka panjang
g. Manager bertanya kapan dan bagaimana sedangkan pemimpin bertanya apa
dan mengapa
h. Manager melihat hasil pokok sedangkan pemimpin menatap masa depan
i. Manager meniru sedangkan pemimpin melahirkan
j. Manager menerima status quo sedangkan pemimpin menantangnya
k. Manager adalah prajurit yang baik sedangkan pemimpin adalah dirinya sendiri
l. Manager melakukan hal-hal dengan benar sedangkan pemimpin melakukan
hal-hal yang benar
Dari perbedaan diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa seorang Manager hanya
berurusan dengan benda-benda, struktur, sistem dan efisiensi. Sedangkan seorang
Pemimpin berurusan dengan efektivitas, orang, memberdayakan dan menyalurkan
potensi yang dimiliki oleh orang lain. Berdasarkan sumber kekuasaan yang diperoleh,
seorang manajer dipilih melalui jalur formal (seperti dipilih oleh komisaris atau
direktur) dengan dasar yuridis yang dimiliki. Artinya seseorang dapat menjadi
manajer jika mempunyai dasar yuridis yaitu adanya surat keputusan atau surat
pengangkatan.Sedangkan pemimpin (leader) kekuasaan yang dimiliki berdasarkan
kontrak sosial dengan anggota atau bawahan. Berkaitan dengan bawahan, manajer
memiliki bawahan yang biasanya disebut sebagai staf atau karyawan yang memiliki
posisi formal dalam struktur hierarki organisasi. Bawahan atau karyawan menuruti
perintah-perintahmya, karena takut dikenakan hukuman oleh manajer. Sedangkan
5
Pemimpin (leader) memiliki bawahan yang biasanya disebut sebagai pengikut.
Bawahan atau pengikut menjalankan perintah dari pimpinan (leader) atas dasar
kewibawaan pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya karena kecakapan dan
kemampuan serta perlakuannya yang baik.
6. Peran Pemimpin
Menurut Henry Mintzberg, peran pemimpin adalah:
a. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai
pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
b. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
c. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan
gangguan, sumber alokasi, dan negosiator
7. Pemimpin yang Efektif
Ciri-ciri kepemimpinan yang efektif menurut Keith Davis memiliki 4 hal, yaitu:
a. Intelegensinya tinggi (intellegence), seorang pemimpin harus memiliki tingkat
intelegensi yanglebih tinggi dari bawahannya.
b. Kematangan jiwa sosial (social maturity and breadth) Pemimpin biasanya
memiliki perasaan/jiwa yang cukup matang dan mempunyai kepentingan serta
perhatian yang cukup besar terhadap bawahannya.
c. Motivasi terhadap diri dan hasil (inner motivation and achievment drives) Para
pemimpin senantiasa ingin membereskan segala sesuatu yang menjadi tugas
dan tanggung jawabnya.
d. Menjalin hubungan kerja manusiawi (human relation attides) Pemimpin harus
dapat bekerja secara efektif dengan orang lain atau dengan bawahannya
8. Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kepemimpinan
Menurut Teori Perilaku untuk menentukan faktor-faktor yang menentukan perilaku
atau gaya kepemimpinan pada hakekatnya berhubungan dengan gaya pemimpin
tersebut berhubungan dengan bawahan. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan
tersebut dapat bersifat (1) berorientasi pada tugas (task oriented sryle) dan (2)
berorientasi pada bawahan (employee oriented style). Selanjutnya yang dimaksud
perilaku kepemimpinan dalam adalah sifat pemimpin, dan dari perilaku (gaya)
pemimpin yang bersangkutan dalam mempengaruhi orang lain yang menjadi
6
bawahannya untuk mencapai target atau sasaran perusahaan yang menjadi
tanggungjawabnya. Untuk lebih mengarahkan tentang pengertian kepemimipinan
yang dimaksud dalam penelitian ini, maka kiranya diperlukan suatu pengertian
kepemimpinan pendidikan. Hal ini diharapkan dapat mempermudah untuk memahami
secara mendalam dan lebih khusus mengenai kepemimpinan di bidang pendidikan.
9. Isu-isu Kontemporer Dalam Kepemimpinan
Kepercayaan adalah pengharapan positif bahwa orang lain tidak akan-melalui kata-
kata, tindakan, atau keputusan—bertindak secara opurtunistik. Istilah pengharapan
positif dalam definisi kita itu mengasumsikan bahwa pengetahuan keakraban dengan
pihak lain. Kepercayaan adalah satu proses ketergantungan-historis yang didasarkan
pada sample-sampel pengalaman yang relevan dan terbatas. Istilah secara opurtunistik
merujuk pada resiko dan kerentanan yang inheren dalam setiap hubungan
kepercayaan. Kepercayaan mencakup membuat seseorang rentan seperti kita,
misalnya, kita menyingkapkan informasi intim atau tergantung pada janji-janji lain.
Integritas merujuk pada kejujuran dan kebenaran. Konsistensi terkait dengan
kehandalan, prediktabilitas, dan pertimbangan yang baik seseorang dalam menangani
situasi-situasi. “ketidaksesuaian antara kata-kata dan tindakan mengikis kepercayaan”.
Loyalitas adalah keinginan untuk melindungi dan menyelamatkan wajah untuk orang
lain. Tiga jenis kepercayaan:
a. Kepecayaan Berbasis Ketakutan, kepercayaan berdasarkan ketakutan akan
tindakan balasan jika kepercayaan itu dilanggar. Kepercayaan berdasar
ketakutan akan berfungsi hanya pada tingkat bahwa hukuman itu mungkin
konsekuensinya jelas dan hukuman sesungguhnya dijatuhkan jika kepercayaan
itu di langgar.
b. Kepercayaan Berbasis Pengetahuan, kepercayaan berdasarkan prediktabilitas
perilaku yang berasal dari riwayat interaksi. Pengetahuan ini akan berkembang
dari waktu ke waktu, umumnya sebagai fungsi dari pengalaman yang
membangun kepercayaan akan sifat dapat dipercaya dan prediktibilitas.
c. Kepercayaan Berbasis Identifikasi, kepercayaan berdasarkan rasa saling
memahami atas maksud masing-masing dan menghargai keinginan dan hasrat
orang lain. Saling pengertian dikembangkan ke titik dimana masing-masing
pihak dapat bertindak secara efektif bagi yang lain.
PEMIMPIN SEBAGAI PEMBENTUK MAKNA
7
Dalam bagian ini kami menyajikan tiga teori kepemimpinan kontemporer yang
komponen umumnya adalah bahwa teori itu menampilkan pemimpin sebagai sosok
yang yang menggunakan kata-kata, gagasan dan kehadiran fisik mereka untuk
‘memerintah pasukan’. Untuk memahami kekuatan kata-kata dalam menginspirasi
yang lain, kita lebih dahulu perlu meninjau konsep pembingkai(framing).
Pembingkaian adalah cara penggunaan bahasa untuk mengelola makna.
KEPEMIMPINAN KHARISMATIK
Apa itu kepemimpinan kharismatik? Menurut kepemimpinan kharismatik, para
pengikut terpicu kemampuan kepemimpinan yang heroic atau yang luar biasa ketika
mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka. Apakah Pemimpin
Kharismatik Dilahirkan atau Diciptakan? Walaupun minoritas kecil masih berpikir
bahwa charisma tidak dapat dipelajari, sebagian besar pakar berkeyakinan bahwa
individu dapat dilatih untuk memperlihatkan perilaku kharismatik dan dengan
demikian dapat disebut “pemimpin kharismatik”.
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Arus riset lainnya difokuskan pada pembedaan pemimpin transformasional dari
pemimpin transaksional. Pemimpin transaksional adalah pemimpin yang memandu
atau yang memotivasi para pengikut mereka menuju ke sasaran yang ditetapkan
dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas. Sedangkan Pemimpin
Transformasional adalah pemimpin yang menginspirasi para pengikut untuk
melampaui kepentingan pribadi mereka dan yang mampu membawa dampak
mendalam dan luar biasa pada para pengikut.
KEPEMIMPINAN VISIONER
Mendefinisikan Kepemimpinan Visioner merupakan kemampuan menciptakan dan
mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan
organisasi atau unit organisasi yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini.
Kualitas visi, sifat dasar yang menentukan keberhasilan tampaknya adalah
kemungkinannya memberikan inspirasi yang berpusat pada nilai dan dapat
diwujudkan, disertai gambaran dan artikulasi yang unggul.
KECERDASAN EMOSIONAL DAN EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN
8
Emotional intelektual (EI) terbukti berhubungan secara positifdengan kinerja jabatan
pada semua level. Namun EI tampak sangat relevan dalam jabatan yang menuntut
derajat tinggi interaksi social. Para pemimpin besar menunjukkan EI mereka dengan
memperlihatkan semua lima komponen kuncinya :
a. Kesadaran diri
b. Swakelola
c. Motivasi diri
d. Empati
e. Keterampilan sosial
PERAN KEPEMIMPINAN KONTEMPORER
a. Menyediakan Kepemimpinan Tim
Kepemimpinan mendapatkian tempat yang semakin pentung dalam konteks
tim. Ketika tim semakin popular, peran pemimpin dalam mamandu anggota
tim menjadi semakin penting.
b. Mentoring
Banyak pemimpin menciptakan hubungan mentoring. Mentor adalah
karyawan yang mensponsori dan mendukung karyawan lain yang kurang
berpengalaman (protégé).
c. Kepemimpinan Diri
Merupakan serangkaian proses yang digunakan individu untuk mengendalikan
perilaku mereka sendiri.
KEPEMIMPINAN MORAL
Topik kepemimpinan dan etika secara mengejutkan mendapatkan sedikti perhatian.
Baru akhir-akhir ini saja para ahli etika dan peneliti kepemimpina mulai
mempertimbangkan implikasi etis dari kepemimpinan. Kepemimpinan tidak bebas
dari nilai. Sebelum kita menilai pemimpin macam apa yang efektif, kita hendaknya
memperhatikan baik upaya yang dugunakan oleh pemimpin untuk mencapai
sasarannya mempunay muatan moral dari sasaran tersebut.
TANTANGAN BAGI PEMBENTUKAN KEPEMIMPINAN
9
Dalam bagian ini, kami menyajikan dua perspektif yang menantang keyakinan yang
diterima secara luas akan pentingnya kepemimpinan. Argumentasi pertama
mengemukakan bahwa kepemimpinan itu lebih berhubungan dengan penampilan dari
pada realistis. Argumentasi yang kedua langsung menyerang pengertian
bahwasebagian kepemimpinan akan selalu efektif terlepas dari situasi.
a. Kepemimpinan sebagai Atribusi
Teori atribusi kepemimpinan adalah ide bahwa kepemimpinan hanya
merupakan atribusi yang dibuat orang tentang individu lain.
b. Pengganti dan Penetral Kepemimpinan
Penetrak memustahilkan perilaku pemimpin membuat perbedaan pada hasil
pengikut. Penetral menafikan pengaruh pemimpin. Di pihak lain, pengganti,
membuat pengaruh pemimpin bukan hanya menjadi tidak mungkin melainkan
juga tidak perlu.
MENEMUKAN DAN MENCIPTAKAN PEMIMPIN YANG EFEKTIF
a. Seleksi
Keseluruhan proses yang ditempuh organisasi untuk mengisi posisi
manajemen pada hakikatnya merupakan latihan dalam upaya mengidentifikasi
individu-individu yang akan menjadi pemimpin yang efektif.
b. Pelatihan
Dalam catatan yang optimistic, terdapat bukti yang mengemukakan bahwa
pelatihan perilaku melalui pelatihan pemodelan dapat meningkatkan
kemampuan individu memperlihatkan cirri kepemimpinan kharismatik.
10. Implikasi Manajerial dan Kepemimpinan
Bagi para manajer yang memberikan pelatihan pada cara mengisi posisi kunci dalam
organisasi mereka dengan para pemimpin yang efektif, kami telah menunjukkan
bahwa tes dan wawancara membantu mengidentifikasi orang yang memilki cirri
kepemimpinan. Selain berfokus pada seleksi kepemimpinan, para manajer harus juga
mempertimbangkan investasi dalam pelatihan kepemimpinan, banyak orang yang
memiliki potensi kepemimpinan dapat meningkatkan keterampilan mereka melalui
kursus formal, loka karya, rotasi tanggungjawab pekerjaan, pelatihan, dan mentoring.
DAFTAR PUSTAKA
10
Ardana, Komang, Ni Wayan Mujiati, dan Anak Agung Ayu Sriathi, 2008. Perilaku
Keorganisasian, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Jakarta.
Kreitner, Robert dan Angelo Kinichi, 2005. Perilaku Organisasi, Buku 2, Edisi Kelima,
Penerjemah: Erly Suandy, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Robbins, Stephen P, 2007. Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Cetakan Kedua, Alih
Bahasa: Benyamin Molan, Penerbit PT. Indeks, Jakarta.
Sofyandi, Herman dan Iwa Garniwa, 2007. Perilaku Organisasional, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sopiah, 2008. Perilaku Organisasional, Edisi Pertama, Penerbit CV. Andi Offset, Yogyakarta.
Tampubolon, Manahan P., 2008. Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior), Edisi
Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Wahjono, Sentot Imam, 2010. Perilaku Organisasi, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit
Graha Ilmu, Yogyakarta.
https://www.google.co.id/
11