kep·109/a1jal09/2007 b/271811x12007 kep·1093/k1d6/2007 109_a_ja_2007.pdf · instruksi presiden...

4
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLlK INDONESIA, KEPOLlSIAN NEGARA REPUBLlK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR NO. POL. NOMOR KEp 109/A1JAl09/2007 B/271811X12007 KEp 1093/K1D6/2007 TENTANG KERJASAMA DALAM PENANGANAN KASUS PENYIMPANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA YANG BERINDIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI TERMASUK DANA NONBUDGETER JAKSAAGUNG REPUBLlK INDONESIA, KEPALA KEPOLlSIAN NEGARA REPUBLlK INDONESIA, DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Menimbang: a bahwa dalam rangka meWujudkan pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada peraturan perundang- undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, perlu dilakukan penertiban, khususnya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara termasuk dana nonbudgeter serta pengadaan barang dan jasa; b bahwa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan Clan pembangunan ditemukan keraguan dari para penyelenggara negara yang dapat menghambat laju pembangunan nasional, sehingga perlu adanya kesamaan persepsi dalam proses penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus-kasus berindikasi tindak pidana korupsi termasuk dana nonbudgeter serta pengadaan barang danjasa; 107

Upload: vanphuc

Post on 22-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NOTA KESEPAHAMANANTARA

KEJAKSAAN REPUBLlK INDONESIA, KEPOLlSIAN NEGARA REPUBLlK INDONESIA,DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

NOMORNO. POL.NOMOR

KEp·109/A1JAl09/2007B/271811X12007KEp·1093/K1D6/2007

TENTANGKERJASAMA DALAM PENANGANAN

KASUS PENYIMPANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARAYANG BERINDIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI

TERMASUK DANA NONBUDGETERJAKSAAGUNG REPUBLlK INDONESIA, KEPALA KEPOLlSIAN NEGARA

REPUBLlK INDONESIA, DAN KEPALA BADAN PENGAWASANKEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Menimbang: a bahwa dalam rangka meWujudkan pengelolaan keuangannegara yang tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, danbertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada Pasal 3Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara, perlu dilakukan penertiban, khususnyapenyimpangan dalam pengelolaan keuangan negaratermasuk dana nonbudgeter serta pengadaan barang danjasa;

b bahwa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan Clanpembangunan ditemukan keraguan dari parapenyelenggara negara yang dapat menghambat lajupembangunan nasional, sehingga perlu adanya kesamaanpersepsi dalam proses penyelidikan dan penyidikanterhadap kasus-kasus berindikasi tindak pidana korupsitermasuk dana nonbudgeter serta pengadaan barangdanjasa;

107

Mengingat

c bahwa dalam rangka penegakan hukum yang efisien danefektif, maka diperlukan kerjasama antara KejaksaanRepublik Indonesia, Kepolisian Negara RepublikIndonesia, dan Badan Pengawasan Keuangan danPembangunan;

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang HukumAcara Pidana (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874)sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor20 Tahun 2001 (Lembar Negara Republik IndonesiaNomor 4150);

3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisi~nNegara Republik Indonesia (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4168);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor4286);

5. unoanp-undans Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 4, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor4355);

6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentan~ KejaksaanRepublik Indonesia (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran NegaraNomor4401);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentangPelaksanaan KUHAP (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3250);

8. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerinta~an. NonDepartemen sebagaimana telah beberapa kaf diubah

108

terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor64 Tahun 2005;

9. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentangPercepatan Pemberantasan Korupsi;

BABIKETENTUAN UMUM

Pasal1Dalam Nota Kesepahaman ini yang dimaksud dengan;

1. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabatpengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangan,yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, danpertanggungjawaban.

2. Dana Nonbudgeter adalah semua dana yang diperoleh dan/atau dikelolamenyimpang dari sistem keuangan Negara.

3. Instansi adalah Kejaksaan Republik Indonesia, Kepolisian Negara RepublikIndonesia (POLRI), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP).

4. Koordinasi adalah suatu forum komunikasi dalam rangka kerjasamalnstansi, untuk membahas kasus/masalah dan penanganan perkarapenyimpanqan pengelolaan keuangan negara yang berindikasi tindakpidana korupsi, termasuk dana nonbudgeter.

BAB 11RUANG L1NGKUP KERJASAMA

Pasal2Ruang lingkup kerjasama meliputi:

a. Tuka~ menukar informasi kasus/masalah dan penanganan perkarapenyimpanqan pengelolaan keuangan negara yang berindikasi tindakpidana korupsi, termasuk dana nonbudgeter.

b. Penanganan kasus/masalah yang dapat menghambat laju pembangunannasional. .

109

BAB IIITUKAR MENUKAR INFORMASI

Pasal3(1) Dalam hat Instansi bersama-sama atau sendiri-sendiri menemukan

dan/atau menerima laporan adanya indikasi penyimpangan pengelolaankeuangan negara, termasuk dana nonbudgeter, maka Instansi salingmemberikan data dan/atau informasi untuk ditentukan tindak lanjutnya.

(2) Tukar-menukar data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh pejabat Instansi sertabersifat rahasia.

BABIVPENANGANAN MASALAH YANG DAPAT MENGHAMBAT LAJU

PEMBANGUNAN NASIONAL

Pasal4(1) Dalam hal terdapat kasus/masalah, termasuk dalam pengadaan barang

dan jasa yang dapat menghambat laju pembangunan nasional, makapimpinan Instansi melakukan koordinasi.

(2) Dalam hal dari hasil koordinasi diperlukan pendalaman, maka BPKPmelakukan audit terlebih dahulu atas kasus/masalah sebagaimanadimaksud pada ayat (1).

(3) Dalam hat dari hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diketahuitidak adanya penyimpangan yang berindikasi tindak pidana korupsi, makadibuat laporan dan disampaikan dalam rapat koordinasi.

(4) Dalam hal dari hasil audit sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) diketahuiadanya penyimpangan yang berindikasi tindak pidana korupsi, maka BPKPmelakukan audit investigatif dan melaporkan hasilnya dalam rapatkoordinasi maupun kepada Instansi penyidik untuk ditindaklanjuti.

BABVPENANGANANPERKARA

Pasal5(1) Data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dibahas

dalam rapat-rapat koordinasi guna menentukan dapat tidaknyaditindaklanjuti dengan penanganan kasus/masalah dan Instansi mana yangmenangani, baik di tingkat penyelidikan, penyidikan atau penuntutan sesuaidengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing Instansi.

110

(2) Dalam hal data dan/atau informasi ditindaklanjuti dengan penyelidikandan/atau penyidikan oleh Kejaksaan maka POLRI membantu mencari danmengumpulkan alat bukti yang perlukan.

(3) Dalam hal da.ta. dan/atau informasi ditindaklanjuti dengan penyelidikandan/atau penyidikan oleh POLRI, maka Kejaksaan membantu memberikanpetunjukdalam rangka melengkapi berkas perkara hasil penyidikan.

(4) Da!am setiap penyelidikan dan/atau penyidikan baik yang dilakukan olehKejaksaan maupun POLRI, BPKP menugaskan auditor profesional untukmelak~kan audit lnvestipatlt atau penghitung kerugian keuangan negarasesuai.denqan permmtaan.

(5) Untuk mela~uk~n penanqan kasuszmasalah sebagaimana dimaksud padaayat (1) pimpman lnstansi menunjuk pejabat masing-masing yangdituqaskan.

(6) Hal-hal yang perlu diatur lebih lanjut dalam rangka pelaksanaanpenang.anan ~tas kasus/masalah dibahas dalam rapat koordinasisebaqairnana dimaksud dalam Pasal7 Nota Kesepahmanan ini.

BABVIGELAR KASUS DAN GELAR PERKARA

Pasal6(1) Setiap data dan/atau informasi serta penanganan kasus/masalah

sebagaimana dimaksud dapat Pasal3, Pasal4, dan Pasal 5 dibahas dalamgelar kasus dan gelar perkara bersama.

(2) Gelar kas~s dimak~udkan untuk mengetahui adanya pelanggaran hukum,konstruksi penghltungan kerugian keuangan negara dan menilaikecukupan bukti awal. '

(3) Gela~ ~asus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ay at (2) Instansipenyldlkan menetapkan pelanggaran hukum, sedangkan BPKPmenetapkan ada/tidaknya indikasi kerugian keuangan negara, sehinggadapat citetapkan status kasus yang berindikasi tindak pidana korupsi ataubukan tindak pidana korupsi.

(4) Dalam .hal sta~us kasus ditetapkan berindikasi tindak pidana korupsiseba~~lmana dlmak~ud pada ayat (3), maka dilakukan penyelidikan ataupenyidikan dan selanjutnya dilakukan gelar perkara.

(5) Dalam . hat st~tus kasus ditetapkan bukan tindak pidana korupsisebaqaimana dirnaksud pada ayat (3), maka diselesaikan sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

111

(6) Hasil gelar kasus dan gelar perkara sebagaimana .di.ma~sud pada ayat (1)didokumentasikan dalam acara dan ditandatanqani pimpman instansl.

BAB VIIKOORDINASI

Pasal7(1) Untuk memperlancar dan mengatasi hambatan dalam pelaksanaan

kerjasama dilakukan koordinasi antar pejabat Instansi sekurang-kurangnya2 (dua) bulan sekali.

(2) Pimpinan Instansi dapat saling mengakses penang~n~n pe.rkarapenyimpangan pengelolaan keuangan negara yang berindikasi tindakpidana korupsi, termasukdana nonbudgeter.

(3) Hasil koordinasi dan gelar perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal6, dilaporkan kepada pimpinan Instansi secara tertulis dan berkala.

BAB VIIIPEMBIAYAAN

Pasal8Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Nota Kesepahamanini dibebankan padaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BABIXLAIN-LAIN

Pasal9(1) Pimpinan Instansi dapat melakukan koordinasi lain. ~i luar bentuk

kesepakatan yang telah diatur dalam Nota Kesepahaman im.

(2) Untuk efektivitas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, Jaksa Agung .RImenunjuk Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, KAPOLRI menun~ukKepala Badan Reserse Kriminal POLRI, dan Kepala BPKP menunjukDeputi Bidang Investigasi atau pejabat lain yang ditunjuk untukmelaksanakan Nota Kesepaharnan ini.

(3) Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan. bagi pela~sanaan. N?taKesepahaman ini, akan ditetapkan oleh pejabat lnstansi yang ditunjuksebagaimana dimaksud pada ayat (2) baik secara bersama-sama maupunsendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

112

BABXKETENTUAN PENUTUP

Pasal10(1) Nota Kesepahaman ini tidak menghapus kerjasama antara Jaksa Agung

RI dan Kepala BPKP dalam penanganan kasus yang berindikasi tindakpidana korupsi, serta kerjasama antara KAPOLRI dan Kepala BPKP dalampenanganan kasus yang berindikasi tindak pidana yang telah dituangkandalam masing-masing keputusan bersama.

(2) Dalam hal Nota Kesepahaman ini terdapat hal-hal yang tidak sesuaidengan ketentuan perundang-undangan, maka yang berlaku adalahketentuan perundang-undangan yang ada.

(3) Nota Kesepahaman ini dapat ditinjau kembali apabila diperlukan.

Pasal11Nota Kesepahaman Jaksa Agung RI, KAPOLRI, dan Kepala BPKP ini mulaiberlaku pada tanggal ditetapkan.

113