kensep dasar pajak
DESCRIPTION
By AndyTRANSCRIPT
TUGAS RESUME
“KONSEP DASAR PAJAK”
Dosen pengampu :
Putut Gunawan F.SH, MH
Disusun oleh :
Kelompok 2
Andy Putra Ferdiyanto 14.641.0358
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2015
A. Definisi Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak
dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-
barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Jadi, Pajak merupakan hak prerogatif pemerintah, iuran wajib yang dipungut
oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin
negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung
berdasarkan undang-undang.
Ada bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak menurut para ahli
diantaranya adalah :
1. Prof. Dr. P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran masrayakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayararnya menurut peraturan-peraturan
umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas-tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
2. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH.
Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara yang berdasarkan undang-
undang, tidak mendapat timbal balik yang langsung dapat ditunjukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi lain dari pajak sendiri
adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan sebagai public saving yang
merupakan sumber utama untuk pembiayaan public investment.
Apabila dilihat dari sisi propektif ekonomi maka pajak adalah beralihnya
sumber daya dari sector privat kepada sector public yang mengakibatkan
berkurangnya kemampuan individu dalam kepentingan menguasai sumber daya
dan bertambahnya kemampuan keuangan Negara dalam penyediaan barang dan
jasa public yang merupakan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan pengertian pajak dari Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH.
maka dapat diambil kesimpulan bahwa pajak mempunyai beberapa cirri-
ciri utama yaitu pajak dipungut dan diatur oleh undang-undang sebagai pedoman
pelaksanaanya, pajak tidak menghasilkan kontraprestasi (imbalan) langsung bagi
individu yang membayarkannya, pajak dipungut oleh pemerintah daerah dan
pemerintah pusat, pajak digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan pengeluaran
pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya dan apabila ada surplus digunakan
sebagai public investment.
3. Sommerfeld Ray M. Anderson Herschel M. & Brock Horace R.
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,
berdasarkan ketentuan yang sudah ditentukan dan tanpa mendapat imbalan yang
langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya
untuk menjalankan pemerintahan.
4. Smeets
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-
norma umum dan dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat
ditunjukan dalam hak individual untuk membiayai pengeluaran pemerintah
5. Suparman Sumawidjaya
Pajak adalah iuran wajib berupa barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
B. Lima unsur pokok dalam definisi pajak
1. Iuran/pungutan dari rakyat kepada negara
2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
3. Pajak dapat dipaksakan
4. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi
5. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara (pengeluaran umum
pemerintah)
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, baik pengertian secara
ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah)
atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik
kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak antara lain
sebagai berikut:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dalam undang-undang”.
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (konraprestasi perseorangan) yang
dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat
membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama
kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan
bermotor.
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila
wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundag-undangan.
5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas
Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi
dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
Berdasarkan Sifatnya :
1. Pajak subjektif,
adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan wajib
pajak sebagai subjeknya misalnya adalah dalam pengenaan PPh atau
pajak penghasilan dimana subjuknya adalah orang pribadi yang
memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (perkawinan, jumlah
tanggungan) untuk dimasukan ke dalam perhitungan wajib pajak.
2. Pajak objektif,
adalah pajak yang memperhatikan objek pengenaan pajak tan pa
melihat keadaan subjek pajaknya, contohnya adalah PPN dan pajak
penjualan atas barang mewah.
Menurut Lembaga Pemungutnya
1. Pajak Negara,
adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat
dan digunakan oleh untuk membiayai rumah tangga Negara pada
umumnya contoh dari pajak pusat adalah PPh dan PPN.
2. Pajak Daerah,
adalah pajak yang dipungut oleh daerah baik daerah tingkat I atau
daerah tingkat II dan dignakan untuk pembiayaan rumah tangga masing-
masing contohnya adalah pajak kendaraaan bermotor, pajak reklame,
PBB dan BPHTB
C. Ciri-ciri Pajak yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain sebagai
berikut :
1. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh
pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari
sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut
pajak/administrator pajak).
3. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
4. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh
pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib
pajak.
5. Berfungsi sebagai budgeter atau mengisi kas negara/anggaran negara yang
diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan,
pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur /
regulatif)
D. FALSAFAH PAJAK
Falsafah Pajak ini dapat ditemukan atau tersirat dalam Pasal 23a,
Amandemen ke III yang berbunyi: “segala pajak dan pungutan lainnya yang
sifatnya memaksa harus dengan Undang Undang”. Kata Undang Undang ini
bermakna atau mempunyai arti bahwa Pajak itu HARUS DIKETAHUI OLEH
RAKYAT, dimana Rakyat Indonesia ini direpresentasikan (diwakilkan) oleh para
anggota DPR yang berperan sebagai Legislator atau sebagai Pembuat UU atau
Pajak harus ada KETERWAKILAN dari rakyat itu sendiri. Hal ini dikarenakan
karena Pajak ini diambil dari Rakyat dan tentunya harus diketahui juga oleh
rakyatnya (Dari rakyat untuk rakyat )
Jadi, pada intinya Falsafah Pajak adalah adanya KETERWAKILAN
RAKYAT pada pajak, dimana segala sesuatu tentang pajak HARUS diketahui oleh
Rakyat. Peralihan barang yang tidak diketahui oleh Rakyat, tentunya tidak akan
dikenakan Pajak. Seperti seseorang yang kecopetan, dimana telah terjadi peralihan
barang dari seseorang tersebut ke Pencopet, sang pencopet tentunya tidak akan
dikenakan pajak atas barang yang didapatkan dari hasil mencopet tersebut.
Kebetulan Falsafah Pajak Indonesia sejalan atau sama dengan system di
Inggris, yaitu Taxation without Representation dan USA, yaitu Taxation without
Representation is Robbery.
Falsafah Pajak ini sejalan dengan Sila ke -4 Pancasila, yaitu Pajak
merupakan representasi atau perwakilan rakyat, dimana Pajak harus diketahui oleh
rakyat karena dari rakyat untuk rakyat.
E. Fungsi pajak
Selain mengemban fungsi penerimaan negara, pajak juga berfungsi sebagai
alat kebijakan ekonomi-politik yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
atau tingkat pertumbuhan konsumsi masyarakat. Sebagai contoh, untuk melindungi
produksi dalam negeri, negara dapat menerapkan tarif bea masuk, agar daya beli
rakyat berpenghasilan rendah terjaga, negara dapat memberikan fasilitas berupa
pajak ditanggung pemerintah dan sebagainya.
Pajak dengan berbagai fasilitas dan keringanan yang ditawarkan juga
menjadi sarana efektif untuk menjaga stabilitas dan menjadi alat redistribusi
pendapatan yang baik. Sistem pemungutan pajak yang baik, aturan perpajakan yang
adil dan dukungan aparatur yang profesional adalah pilar agar pajak sebagai alat
redistribusi pendapatan berdaya guna. Pajak yang dikelola dan
dipertanggungjawabkan dengan baik merupakan sarana menuju kebaikan dan
kesejahteraan bersama (Yustinus Prastowo, 2009: 9).
Sementara kalau dalam Erly Suandy (2008: 13-14) tidak jauh berbeda
dengan pendapat diatas bahwa pada dasarnya pajak memiliki dua fungsi, yaitu:
1. Fungsi Budgetair/Finansial
yaitu memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan
tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
Penerimaan dari sektor pajak dewasa ini menjadi tulang punggung
penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Dalam upaya meningkatkan penerimaan perpajakan, pemerintah
secara konsisten melakukan berbagai upaya pembenahan, baik aspek
kebijakan maupun aspek sistem dan adminstrasi perpajakan melalui:
a. Amandemen Undang-Undang perpajakan;
b. Moderenisasi kantor pajak;
c. Ekstensifikasi dan intensifikasi;
d. Extra effor dalam pemeriksaan dan penagihan pajak;
e. Pembangunan basis data terintegrasi;
f. Penyediaan layanan melalui pemanfaatan teknologi
informasi; dan
g. Penegakan kode etik pegawai untuk meningkatkan
kedisiplinan dan good governance aparatur pajak.
2. Fungsi Regulerend / Mengatur
yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik masyarakat
baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik dengan tujuan tertentu.
Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat
dilihat dalam contoh sebagai berikut:
a. Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan
dipercepat) dalam rangka meningkatkan inventasi baik
inventasi dalam negeri maupun investasi asing.
b. Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.
c. Fungsi pajak yang pertama adalah sebagai fungsi anggaran
atau penerimaan (budgetair): pajak merupakan salah satu
sumber dana yang digunakan pemerintah dan bermanfaat
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran. Penerimaan
negara dari sektor perpajakan dimasukkan ke dalam
komponen penerimaan dalam negeri pada APBN.
d. Fungsi pajak yang kedua adalah sebagai fungsi mengatur
(regulerend) : pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi. Contohnya adalah pengenaan pajak yang lebih
tinggi kepada barang mewah dan minuman keras.
e. Fungsi pajak yang ketiga adalah sebagai fungsi stabilitas :
pajak sebagai penerimaan negara dapat digunakan untuk
menjalankan kebijakan-kebijakan pemerintah. Contohnya
adalah kebijakan stabilitas harga dengan tujuan untuk
menekan inflasi dengan cara mengatur peredaran uang di
masyarakat lewat pemungutan dan penggunaan pajak yang
lebih efisien dan efektif.
f. Fungsi pajak yang keempat adalah fungsi redistribusi
pendapatan : penerimaan negara dari pajak digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum dan pembangunan nasional
sehingga dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
F. PENDEKATAN PAJAK
1. Ekonomi
Ditinjau dari segi ekonomi, pajak dapat dilihat dari sisi
Mikroekonomi dan Makroekonomi, yaitu:
a. M i k r o e k o n o m i
Pajak itu mengurangi pedapatan (i n c o m e ) individu,
mengurangi daya beli (Konsumsi) seseorang, mengurangi
kesejahteraan individu, mengubah pola hidup wajib pajak
b. M a k r o e k o n o m i
Pajak itu merupakan income atau pendapatan suatu
Negara (masyarakat) tanpa menimbulkan kewajiban pada
Negara terhadap wajib pajak.
2. Sosial
Pajak dapat dipandang secara negative dan positive dengan melihat
dampak yang dirasakan oleh rakyat. Pajak akan oleh rakyat, ketika tidak
memberatkan rakyat dan mempunyai manfaat bagi rakyat itu sendiri
(meningkatkan kesadaran pajak). Sebaliknya, apabila pajak itu memberatkan
rakyat dan hasilnya tidak dirasakan langsung oleh rakyat, maka akan timbul
resistensi dari rakyat
3. Agama
Pajak ini tidak bertentangan dengan agama, dimana dalam agama
punn juga terdapat pungutan- pungutan demi kemashlatan umat
(kepentingan bersama)
4. Keuangan
Sama halnya dengan ekonomi makro, pajak jika dilihat dari sisi
keuangan adalah mempunyai fungsi budgeter, yaitu seberapa besar hasil
pemasukan pajak ini bagi keuangan negara.
5. Politik
Pajak itu dapat digunakan untuk mencapai tujuan politik tertentu,
karena pajak itu adalah sesautu yang selalu melibatkan rakyat. Seringkali di
periode pemilihan kepala Negara atau daerah, para calon pemimpin
menggunakan issue pajak dengan menyampaikan janji-janji tertentu, seperti
akan memberikan pembebasan bagi pajak-pajak yang terlalu membebani
rakyat.
6. Pembangunan
Pembangunan Negara itu merupakan suatu tujuan Negara, dimana
dari pembangunan tersebeut diharapkan terciptanya masyarakat yang
sejahtera. Pembangunan ini sendiri dilakukan di dua sektor, yaitu sektor
Publik yang mana dananya berasal dari APBN dan hibah (Fungsi Budgeter
pada Pajak), dan juga Sektor Privat (swasta) yang dananya berasal dari
investasi pihak swasta, baik lokal maupun asing (Fungsi mengatur pada
Pajak).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pajak ini digunakan untuk
melaksanakan pembangunan yang akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dan dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tentunya
akan meningkatkan peranan masyarakat dalam pembangunan nasional itu
sendiri melalui pajak.
7. Hukum
a. Definisi Pajak
Pajak adalah Perikatan yang timbul karena UU yang
mewajibkan seseorang yang memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh UU (TATBESTAND) untuk membayar
sejumlah uang kepada Negara yang dapat dipaksakan tanpa
mendapat suatu imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk,
yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara
(APBN) dan yang digunakan sebagai alat pendorong,
penghambat dan pencegah untuk mencapai tujuan yang ada
diluar bidang keuangan.
b. Definisi "Hukum Pajak"
Hukum pajak adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan hukum hak dan kewajiban antara Negara
sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak,
beserta seluruh lembaga yang melaksanakan pungutan pajak.
c. Sistematika Hukum Pajak
a) Hukum Pajak Formal
hukum yang mengatur mengenai
pelaksanaan dari hukum materiil memuat
bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hukum
materil menjadi kenyataan (cara melaksanakan
hukum pajak materil). Hukum iini memuat
antara lain:
1. Tata cara penyelanggaraan
(prosedur) penetapan suatu utang
pajak.
2. Hak fiskus untuk mengadakan
pengawasan terhadap para Wajib
Pajak mengenai keadaan, perbuatan
dna peristiwa yang menimbulkan
utang pajak.
3. Kewajiban Wajib Pajak misalnya
menyelenggarakan
pembukuan/pencatatan, dan hak-hak
Wajib Pajak misalnya mengajukan
keberatan atau banding. Contoh:
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Pada pajak penghasilan (PPh) dan
pajak pertambahan nilai (PPN), hukum pajak
formil dan materil terpisah. Hukum pajak
formil untuk kedua jenis pajak tersebut adalah
UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)
sebagaimana diubah terakhir dengan UU No16
Tahun 2009. Artinya, kewajiban dan hak WP
dalam urusan PPh dan PPN dapat kita
temukan pada UU KUP.
Berbeda dengan hukum pajak formil,
hukum pajak materil PPh terpisah dengan
hukum pajak materil PPN. Hukum pajak
materil PPh adalah UU No. 7 Tahun 1983
sebagaimana diubah terakhir dengan UU No.
36 Tahun 2008, sedangkan untuk PPN adalah
UU No. 8 Tahun 1983 sebagaimana diubah
terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009.
UU No. 6 tahun 1983
sebagaimana telah beberapa
kali diubah yang terakhir oleh
UU No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan umum dan Tata Cara
Perpajakan .
UU No. 19 Tahun 2000 tentang
Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa .
UU No. 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak
b) Hukum Pajak Materiil
Hukum yang mengatur mengenai
Subjek, objek dan tarif pajak
UU PPH
UU PPN
UU PPnBM
UU PBB
UU BPHTB
G. ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
1. asas keadilan : Menurut Teori yang mendasari Pengertiannya
a) Asas Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu
dikenakan pada orang pribadi yang harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan
manfaat yang diterima.
b) Asas Certainty
Penetapan pajak hendaknya tidak sewenang-wenang, jadi
wajib pajak harus mengetahui kapan membayar dan batas waktu
pembayaran
c) Asas Convenience of Payment
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya
sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak, misalnya
pada saat memperoleh penghasilan.
d) Asas Economy
Secara ekonomi, biaya pemungutan dan pemenuhan
kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin,
demikian pula beban yang dipikul.
2. Asas Manfaat
Pengenaan pajak hendaknya seimbang dengan keuntungan
(manfaat) yang didapat wajib pajak dari jasa-jasa public yang diberikan
oleh pemerintah. Berdasarkan criteria ini, maka pajak dikatakan adil bila
seseorang yang memperoleh kenikmatan lebih besar dari jasa-jasa publik
yang dihasilkan oleh pemerintah dikenakan proporsi lebih besar. PBB
menggunakan prinsip benefit dalam mengukur aspek keadilan dalam
perpajakan. Fungsi negara adalah memberikan perlindungan terhadap
kekayaan warga, dan karenanya pemiliknya berkewajiban ikut membayar
keperluan-keperluan negara.
3. Asas Pembuatan Undang-undang
a) Asas Yuridis
Untuk menyatakan suatu keadilan, hukum pajak harus
memberikan jaminan hokum kepada negara atau warganya. Oleh
karena itu, pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang.
Landasan hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat
(2) Undang-Undang Dasar 1945.
b) Asas Ekonomis
Seperti pada uraian sebelumnya, pajak mempunyai fungsi
regular dan budgeter. Asas ekonomi ini lebih menekankan pada
pemikiran bahwa negara menghendaki agar kehidupan ekonomi
masyarakat terus meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus
diupayakan tidak menghambat kelancaran ekonomi sehingga
kehidupan ekonomi tidak terganggu.
c) Asas Finansial
Berkaitan dengan hal ini, fungsi pajak yang terpenting adalah
fungsi budgeter nya, yakni untuk memasukkan uang sebanyak-
banyaknya ke dalam kas negara. Sehubungan dengan itu, agar
diperoleh hasil yang besar, maka biaya pemungutannya harus sekecil-
kecilnya.
4. Asas yuridiksi pemungutan pajak
a. Asas Tempat Tinggal
Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh
penghasilan wajib Pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak. Wajib
Pajak yang bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau berasal dari
luar negeri (Pasal 4 Undang-undang Pajak Penghasilan).
b. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu negara. Asas ini
diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia untuk membayar pajak.
c. Asas Sumber
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan
yang bersumber pada suatu negara yang memungut pajak. Dengan
demikian Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia dikenai pajak di Indonesian tanpa memperhatikan tempat tinggal
Wajib Pajak
F. Jenis Pajak
Pajak dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu
pengelompokan berdasarkan golongan, sifat, dan menurut lembaga
pemungutnya.
Berdasarkan Golongannya :
1. Pajak langsung, adalah pajak yang harus ditanggung sendiri
atau menjadi beban oleh wajib pajak sendiri sehingga tidak dapat
dilimpahkan kepada orang lain contaoh dari pajak langsung adalah PPh
atau pajak penghasilan.
2. Pajak tidak langsung, adalah kebalikan dari pajak langsung
dimana pada pajak tidak langsung pada akhirnya dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak ketiga contoh dari pajak tidak
langsung adalah pada kegiatan penyerahan atau penjualan dan pembelian
barang dan jasa (PPN).
Dalam menentukan apakah suatu kegiatan termasuk kedalam
pajak langsung atau tidak harus dilihat tiga factor dalam arti ekonomis
yaitu : penanggung jawab pajak (orang yang secara yuridis harus melunasi
pajak), penanggung pajak (berdasarkan fakta adalah orang yang pertama
memikul beban pajak) dan pemikul pajak ( orang yang menurut UU harus
dikenakan pajak). Jika seseorang atau aktivitas tertentu terdapat ketiga
unsure tersebut maka pajaknya adalah pajak langsung sedangkan apabila
salah satu unsur itu terdapat secara terpisah maka disebut pajak tidak
langsung.
Berdasarkan Sifatnya :
1. Pajak subjektif, adalah pajak yang pengenaannya
memperhatikan keadaan wajib pajak sebagai subjeknya misalnya adalah
dalam pengenaan PPh atau pajak penghasilan dimana subjuknya adalah
orang pribadi yang memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak
(perkawinan, jumlah tanggungan) untuk dimasukan ke dalam perhitungan
wajib pajak.
2. Pajak objektif, adalah pajak yang memperhatikan objek
pengenaan pajak tan pa melihat keadaan subjek pajaknya, contohnya
adalah PPN dan pajak penjualan atas barang mewah.
Menurut Lembaga Pemungutnya
1. Pajak Negara, adalah pajak yang pemungutannya dilakukan
oleh pemerintah pusat dan digunakan oleh untuk membiayai rumah tangga
Negara pada umumnya contoh dari pajak pusat adalah PPh dan PPN.
2. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh daerah baik
daerah tingkat I atau daerah tingkat II dan dignakan untuk pembiayaan
rumah tangga masing-masing contohnya adalah pajak kendaraaan
bermotor, pajak reklame, PBB dan BPHTB.
B. Pungutan Lain Selain Pajak
Pajak bukan hanya pungutan yang dilakukan kepada rakyatnya
ada beberapa macam pungutan lain yang diterapkan oleh Negara tapi
mempunyai perlakuan dan sifat yang berbeda, beberapa pungutan tersebut
adalah :
1. Bea Materai, pungutan yang dikenakan kepada dokumen yang
bersifat perdata dan dokumen yang digunakan di pengadilan berbeda
dengan pajak bea materai tidak memerlukan no identitas baik untuk objek
pajak atau untuk wajib pajak.
2. Bea Masuk dan Bea Keluar yang dimaksud dengan bea masuk
adalah pungutan atas barang yang dimasukan ke dalam daerah pabean
sedangkan bea keluar adalah kebalikan dari bea masuk jumlah bea masuk
dan bea keluar ditentukan berdasarkan harga/nilai dari barang tersebut atau
berdasarkan tarif yang ditentukan bagi masing-masing golongan barang.
3. Cukai adalah pungutan yang dikenakan kepada beberapa
barang yang mempunyai ciri-ciri (konsumsinya perlu dikendalikan,
peredarannya perlu dibatasi, penggunaannya mempunyai dampak negative
bagi masyarakat atau lingkungan dan pemakaiannya perlu dikenakan
pembebanan pungutan Negara untuk menjaga keadilan) sedangkan barang
yang terkena cukai dan tariff yang dikenakannya dapat dilihat pada
undang-undang No 39 Tahun 2007.
4. Retribusi adalah suatu beban atau biaya yang diberikan kepada
seseorang di dalam suatu negara yang mendapatkan layanan atau fasilitas
tertentu. Retribusi lebih bersifat spesifik, misalnya seseorang mendapatkan
layanan tertentu, maka dia wajib membayar retribusi secara rutin.
Contohnya adalah parkir dan jalan tol.
5. Iuran adalah pungutan yang diberikan akibat suatu jasa atau
fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada
pembayar.
#.Sumber penerimaan pajak
1.User Charges (Retribusi)
Dianggap sebagai sumber penerimaan tambahan, tujuan
utamanya adalahuntuk meningkatkan efisiensi dengan menyediakan
informasi atas permintaan bagi penyedia layanan publik dan memastikan
apa yang disediakan oleh penyedialayanan publik minimal sebesar
tambahan biaya (Marginal Cost) bagi masyarakat.Ada tiga jenis retribusi,
antara lain:
a)Retribusi perizinan tertentu (service fees),
seperti penerbitan surat izin(pernikahan, bisnis, kendaraan
bermotor) dan berbagai macam biaya yangditerapkan oleh pemerintah
daerah untuk meningkatkan pelayanan.Pemberlakuan biaya/tarif kepada
masyarakat atas sesuatu yang diperlukanoleh hukum tidak selalu rasional.
b)Retribusi jasa umum (Public Prices)
, adalah penerimaan pemerintahdaerah atas hasil penjualan
barang-barang privat dan jasa. Semua penjualan jasa yang disediakan di
daerah untuk dapat diidentifikasi secara pribadi dari biaya manfaat publik
untuk memberikan tarif atas fasilitashiburan/rekreasi. Biaya tersebut
seharusnya diatur pada tingkat kompetisiswasta, tanpa pajak dan subsidi,
dimana itu merupakan cara yang palingefisien dari pencapaian tujuan
kebijakan publik, dan akan lebih baik lagi jika pajak subsidi dihitung secara
terpisah.
c) Retribusi jasa usaha (specific benefit charges),
secara teori, merupakancara untuk memperoleh keuntungan dari
pembayar pajak yang kontrasseperti pajak bahan bakar minyak atau pajak
Bumi dan Bangunan.
2.Property Taxes (pajak Bumi dan Bangunan)
Pajak Property (PBB) memiliki peranan yang penting dalam hal
keuangan pemerintah daerah, pemerintah daerah di kebanyakan negara
berkembang akanmampu mengelola keuangannya tapi hak milik
berhubungan dengan pajak property. Jika pemerintah daerah diharapkan
untuk memerankan bagian pentingdalam keuangan sektor jasa (contoh:
pendidikan, kesehatan), sebagaimanaseharusnya mereka akan
membutuhkan akses untuk sumber penerimaan yanglebih elastis.
3.Excise Taxes (pajak cukai)
Pajak cukai berpotensi signifikan terhadap sumber penerimaan
daerah,terutama pada alasan administrasi dan efisiensi. Terutama cukai
terhadap pajak kendaraan. Pajak tersebut jelas dapat dieksploitasi lebih
lengkap daripada yang biasanya terjadi di sebagian besar negara yaitu dari
perspektif administrative berupa pajak bahan bakar dan pajak
otomotif.Pajak bahan bakar juga terkait penggunaan jalan dan efek
eksternal sepertikecelakaan kendaraan, polusi dan kemacetan. Swastanisasi
jalan tol pada prinsipnya dapat melayani fungsi pajak manfaat, didasarkan
pada fitur umur danukuran mesin kendaraan (mobil lebih tua dan lebih
besar biasanya memberikankontribusi lebih kepada polusi), lokasi
kendaraan (mobil di kota-kota menambah polusi dan kemacetan), sopir
catatan (20 persen dari driver bertanggung jawabatas 80 persen
kecelakaan), dan terutama bobot roda kendaraan (berat kendaraanyang
pesat lebih banyak kerusakan jalan dan memerlukan jalan yang lebih
mahaluntuk membangun).
4.Personal income Taxes(Pajak Penghasilan)
Di antara beberapa negara di mana pemerintah subnasional
memiliki peran pengeluaran besar dan sebagian besar otonom fiskal adalah
negara-negara Nordik.Pajak pendapatan daerah ini pada dasarnya
dikenakan pada sebuah flat, tingkatdaerah didirikan pada basis pajak yang
sama sebagai pajak pendapatan nasionaldan dikumpulkan oleh pemerintah
pusat. Individu juga dikenakan pajak pendapatan daerah progresif basis
yangsama seperti pajak pendapatan nasional dan pajak (seperti Inggris
"komunitascharge") dikenakan pada nasional per kapita ditentukan tingkat
variasi ukurankotamadya, hanya saja dikenakan pada nonresidents yang
bekerja di kotamadya.Semua pajak ini dinilai dan dikumpulkan secara
daerah.Tambahan biaya daerah di pusat pajak penghasilan pribadi (PDL)
baru- baru ini diusulkan di beberapa negara berkembang dan negara
transisi, sepertiAfrika Selatan dan hungaria. pemerintah daerah tidak
memiliki kebebasan dalammenetapkan tingkat pajak. Oleh karena itu
distribusi hasil pendapatan lebih baik dianggap sebagai kombinasi dari
pajak nasional dan antar pemerintah yangterkait. Transfer fiskal
dikumpulkan secara daerah penerimaan pajak nasional atassumber
pendapatan daerah. Jika pemerintah daerah tidak bertanggung jawab atas
pendapatan yang mereka terima, kenyataannya terlalu jauh untuk
mempertimbangkan pendapatan seperti pajak daerah. Sebaliknya, biaya
tambahanyang ditentukan secara daerah jelas pajak local sendiri dalam hal
akuntabilitasmemaksakan pajak dan pengeluaran pendapatan ditempatkan
tepat di pemerintahdaerah. Di Kanada, misalnya, di mana pemerintah pusat
sama-sama menilai danmengumpulkan pajak pendapatan, provinsi dapat
menetapkan harga yang berbedadan karenanya mempengaruhi melalui
tindakan-tindakan mereka sendiri jumlah pendapatan yang diperoleh
mereka.Salah satu alasan pemerintah daerah diberi akses pajak penghasilan
dinegara maju adalah karena ketergantungan dari pemerintah pusat pada
sumber pendapatan. Meskipun demikian, kemungkinan memaksakan
daerah (dalam beberapa kasus daerah) biaya tambahan pajak pendapatan
pribadi harus dibahaslebih lanjut di sebagian besar negara. Meskipun biaya
tambahan seperti itumungkin bervariasi dari satu wilayah ke wilayah,
mereka harus dalam semuakasus bisa dikenakan pada satu ( "flat") menilai
untuk menghindari baik administrasi dan distorsi ekonomi.Implementasi
pajak pendapatan dapat mengambil dua format dasar:menolak pajak akhir
pada pembayaran dan sumber pajak berdasar pada penyimpanan deklarasi
pajak. Pajak-pajak yang masih harus disetorkan mungkin
digunakan dikemudian kasus, tetapi itu adalah pembayaran
sementara (sebagaiganti pajak akhir), untuk menjadi pengganti kerugian
yang melawan terhadapkewajiban menghitung pada pajak deklarasi itu.
Yang manapun format bisa, pada prinsipnya, diterapkan sebagai pajak
subnational pemerintah bertindak bebas atausebagai suatu subcharge pada
pajak dari pemerintah pusat.Tugas pendapatan diperumit jika orang-orang
tidak bekerja jika mereka(atau keluarga-keluarga mereka) tinggal. Menolak
akhir pada sumber adalahmelainkan dengan mudah menerapkan dan dapat,
pada prinsipnya, dibenarkan jika dibutuhkan untuk membiayai keuntungan-
keuntungan jabatan dalam pemerintahan berhubungan dengan pendapatan
pendapatan. jika, bagaimanapun,kebanyakan jabatan dalam pemerintahan
yang disajikan ke rumah tangga adalahkonsumsi orang yang hidup, dan
bukan mereka yang bekerja, distribusi pendapatan dari pajak antar
yurisdiksi seperti itu biasanya tidak mungkin untuk memenuhi biaya-biaya
dalam menyediakan jasa.Pajak deklarasi bisa, pada prinsipnya, digunakan
untuk meninggalkankediaman berbasis pajak penghasilan. Perpajakan
negara merdeka (difasilitasi Namun, dengan informasi dari pajak
pendapatan dari pemerintah federal) adalahaturan di Amerika Serikat. Oleh
perbandingan. Provinsi biaya tambahan yangdikelola oleh pemerintah pusat
lebih umum di Kanada. Seperti masalah di atas,ada banyak yang bisa
dikatakan untuk sistem biaya tambahan diatur secaraterpusat. Negara-
negara berkembang mengalami kesulitan menerapkan pajak berdasarkan
incom deklarasi, kecuali dalam kasus-incom tinggi individu; bagimereka
dengan pendapatan rendah, sebagian besar harus LDCs
sangatmengandalkan penggunaan terakhir dengan memegang pajak.
Dengan demikian,mungkin hampir impossibleto saluran incom pendapatan
dari pajak yang dibayar oleh komuter (dan orang lain yang tidak bekerja di
mana mereka atau keluargamereka tinggal) untuk wilayah tempat tinggal.
5.Payroll Taxes
Pajak tersebut memiliki beberapa kelebihan yaitu jasa-jasanya
mudahdalam administrasinya, setidaknya ketika dikenakan pada
perusahaan besar dan
relatif produktif pada tingkat yang relatif rendah. Kekurangannya
adalah pajak bertindak sebagai penghalang untuk mendapatkan pekerjaan
di sektor modern danmemperkenalkan distorsi ke dalam campuran aktor
keputusan; dan di sebagian besar Negara, pajak gaji sudah banyak
dimanfaatkan untuk membiayai sistem jaminan sosial(pusat). Pada
prinsipnya, jika tidak begitu jelas dalam praktek,seperti lubang subnasional
dapat lebih mudah dikenakan pada tujuan (penduduk)dari asal (pekerjaan)
dasar, faktor penting dalam mempertimbangkan potensisubnasional
distortionary faktor aspek pajak. Meskipun dalam pajak gaji terdapat
panggilan untuk pemeriksaan lebih dekat terhadap penerima biaya
tambahan, disini secara nasional basis PIT sepertinya cara yang lebih tepat
untuk pemerintahsubnasional pajak upah di sebagian besar negara-negara
berkembang dan transisi.
6.Pajak konsumsi
Di banyak negara, mencari sumber pendapatan daerah yang
secaraekonomi layak, terhormat dan administratif, terutama dengan suatu
elastisitasyang masuk akal, datang ke pajak penjualan umum. Pajak
penjualan umumsekarang ditemukan di kebanyakan negara adalah sumber
PPN yang banyak disukai. Dominasi dari PPN telah menimbulkan masalah
serius bagi keuangan pemerintah daerah. Beberapa menekankan kepatuhan
tinggi dan biayaadministrasi. Penekankan lain kemungkinan untuk
kehilangan kontrolmakroekonomi dan keengganan umum pemerintah pusat
untuk berbagi ruangPPN. Yang lain lagi menekankan masalah yang timbul
dari lintas-perbatasan(antarnegara) perdagangan. Subnasional itu jika
dikenakan pada dasar asal-usul,distortionary, dan jika dikenakan pada
tujuan dasar, tidak bisa dijalankan.Di Kanada merupakan suatu operasional
"PPN ganda", sistem pajak dan basis pajak ditetapkan secara independen
oleh pemerintah masing-masingwalaupun pada dasarnya sama. Kanada
menunjukkan bahwa dengan administrasi pajak yang baik itu layak untuk
mengoperasikan PPN pada tingkat subnasional pada tujuan dasar,
setidaknya untuk pemerintah regional yang besar.
7.Pajak Bisnis
Pajak bisnis daerah dan regional dalam bentuk-bentuk seperti
pajak pendapatan perusahaan, pajak modal, pajak property nonhunian, dan
seperti pungutan kuno sebagai octroi, patente, dan berbagai bentuk pajak
"industri dan perdagangan" yang ditemukan di sebagian besar negara. pajak
bisnis subnasionalsangat luas dan populer dengan para pejabat dan warga
Negara karena merekasering menghasilkan pendapatan yang substansial
dan secara khusus cenderung jauh lebih elastis daripada, misalnya, pajak
property; dan tidak ada orang yangcukup yakin dengan insiden pajak
tersebut yang mengasumsikan atau menegaskan bahwa pajak dibayar oleh
seseorang yang bukan penduduk setempat.Kasus ekonomi pajak bisnis
daerah hanya sebagai bentuk keuntunganumum pajak. Manfaat pajak tidak
hanya pada tingkat subnasional tetapi memang penting untuk pencapaian
efisiensi. Jika memungkinkan, pelayanan publik tertentu menguntungkan
perusahaan bisnis yang spesifik tentu saja harus dibayar oleh retribusi yang
sesuai. Tapi di mana itu tidak layak untuk menutup biayamarjinal
mengurangi biaya pengeluaran sektor publik melalui retribusi, beberapa
bentuk secara luas berbasis retribusi umum kegiatan usaha wesssll dapat
dijamin. Namun, untuk menemukan dukungan pajak ini salah satu masukan
untuk pajak, bagaimanapun, apakah tenaga kerja (pajak gaji) atau modal
(pajak penghasilan badan). Sebaliknya, iuran berbasis umum untuk
campuran faktor netral harusdipaksakan, seperti pajak atas nilai tambah.
#.Prinsip dan batas yang lainnya
Dalam penetapan pajak dikenal prinsip dan batas yang lain. Hal
initerkadang saling tidak konsisten.
•Tax competition. Kompetisi dalam penawaran atas publik servis
dandalam disiplin perpajakan politisi dan birokrat menjadi efisien dan
untuk menyediakan pelayanan yang diinginkan masyarakat. Ini
jugamembutuhkan pilihan daerah atas tingkat pajak.
•Kenetralan geografis. Pajak yang ditarik pemerintah tidak
terlalutercampur dengan perdagangan internal dan internasional
tidamenyimpang dari lokasi aktivitas ekonomi. Hal ini mengimplikasikan
bahwa pemerintah daerah tidak memungut pajak penjualan atas barang
produksi (production-related sales tax) atau pajak pendapatan terkaitdengan
sumber daya (source-related income tax) kecuali dimanadibutuhkan untuk
menggambarkan biaya penyediaan jasa (atau dimanadiperlukan realitas
administrasi sebagai contoh kemudahan lebih besar administrasi PPh
daripada PBB)
•Menghindari ekspor pajak. Inti dari pemungutan pajak oleh
pemerintahsecara umum tidak dipikul oleh non penduduk. Pajak ekspor
tidak fair danitu mendorong over ekspansi publik servis.
•Kelayakan administrasi. Hal ini juga memungkinkan untuk
menerapkan penetapan pajak oleh pemerintah tanpa biaya administrasi dan
pemenuhanyang tak pantas.
•Subsidiarity. Pengalaman internasional menyarankan hal ini
secara umumakan lebih mudah terutama dalam negara miskin (less
developedcountries)dan negara yang mengalami transisis dari sosialisme
(CITs) pemerintah pusat melalui pemerintah daerah mendanai
pengeluaranmereka. Untuk menghindari kecenderungan mengakibatkan
ketidak seimbangan fiskal., pemerintah daerah dapat menetapkan sumber
penerimaan yang tidak dapat melanggar prinsip dan batas- batas.
Penetapan unik (unique assignment): kesalahan batas. Kepercayaan bahwa pajak
tertentu harus ditentukan tidak hanya 1 level dari pemerintah adalahtidak memiliki
dasar. Given tax dapat menyediakan satisfactory basis(basis kepuasan) antara pajak
pemerintah pusat dan daerah (dan untuk pajak lebih dari 1 level daerah). Sebagai
contoh misalnya di US keduanya pemerintah federal dan kebanyakan dari negara
menarik pajak pendapatanindividu, dan beberapa negara mengumpulkan pajak
pendapatan atau pajak pertambahan nilai untuk pemerintah daerahnya.
Metode alternatif dalam penetapan pajak
Metode dalam menetapkan pendapatan pemerintah daerah berbeda dengandesentralisasi
fiskal, kemudahan dalam pemenuhan dan administrasi,keadilan/kejujuran dan netralitas dan
tingkat redistribusi hukum dapat merekaakomodasi. Hal ini tepat untuk melihat dengan
jelas 4 ciri: (a) level pajak yangdipilih pemerintah dari penerimaan yang diterima
pemerintah daerah, (b) definisi pajak, (c) tingkat pajak, (d) yang mengadministrasi pajak.
Dari pandanganmengenai subnasional kedaulatan fiskal, kapasitas untuk mengatur tingkat
tarif scara jelas adalah paling penting, hal ini mengijinkan pemerintah daerah untuk
menentukan tingkatnya terhadap pelayanan publik. Pemerintah daerah secara jelastidak
diizinkan pertimbangan total dalam memilih pajak yang mereka pungut,contoh mereka
tidak dapat menentukan memungut bea impor dalam perdaganganinternasional atau
perdagangan antara subnational yuridis atau untuk memaksakan pajak seperti pajak ekspor
dalam lingkup lebih luas. Kebebasan subnational berlebihan pada pilihan pajak dan di
administrasi pajak dapat menciptakankompleksitas yang tidak dapat diterima dan beban
administratif, seperti halnyaketidak-layakan dan distorsi pada alokasi dari sumber daya.
• Legislatif dan administrasi independen daerah menawarkan pemerintah daerah otonomi
fiskal.Melalui pendekatan ini pemerintah daerah menentukan pajak yang mereka pungut
danmendefinisikan tax basenya, mengatur tingkat pajak dan
mengadministrasi pajak. Pendekatan ini mengikuti US. Pendekatanini rentan terhadap
ketidak konsistenan, kerja ganda,dan terlalu banyak dan kompleks syarat serta
administrasinya.
• Administrasi independen tak terikat dengan pajak yangdiselaraskan. Satu cara untuk
mengatasi kompleksitas dari legislasiindependen, sementara memelihara pemerintah daerah
mengontroladministrasi pajak, adalah untuk pemerintah subnational untuk sependapat pada
pajak mendasarkan mengenakan mereka, tapimemegang tanggungjawab untuk
administrasi. ini sebenarnya apa punya occured pada perserikatan eropa dengan hormat ke
pajak pertambahan nilai. yang keenam direktif dan pengganti inimelarang apa negara
anggota dapat lakukan, tapi tidak memusatkan administrasi. Beberapa percaya jenis ini dari
penyelarasan dari bea balik nama status diperlukan pada US
• Biaya tambahan daerah kebanyakan dari hal keuangan pentingotonomi dari independen
legislasi subnational dan administrasi,tanpa ini ketidakadilan, distorsi, kompleksitas dan
masalah darikepatuhan dan administrasi.
• Tax sharing secara umum lebih sedikit atraktif daripada biayatambahan daerah.
• Revenue sharing adalah bukan bagian dari penetapan pajak, hal inimerupakan penetapan
pendapatan dari level pemerintahan yaanglebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah.
Analisis konseptual dari pajak tertentu
Argumen konseptual yang kuat mengenai penetapan sumber pendapatantertentu ke
pemerintah pusat atau daerah (atau keduanya) dijelaskan dalamringkasan berikut. Sebagai
bagian berikutnya menandai untuk alasan administratif tidak semua penetapan atraktif
secara konseptual adalah praktis.
• Pajak pendapatan individu cocok diigunakan untuk beberapa tingkat pemerintahan.
Dimana pemerintah pusat menggunakan pajak pendapatan progresif untuk stabilisasi dan
redistribusi sedangkan pemerintah daerahlebih menggunakan tingkat regresif untuk
membiayai keuntungan secaramenyeluruh dari public service.
• Pajak penjualan, dalam teori manfaat pendanaan secara umum ditentukan pemerintah
pusat dan daerah. Jenis pajak ini harus ditentukan yangmenjadi ketetapan terutama
mengenai batas kekuasaan daerah dimanakonsumsi terjadi. Demikian pajak penjualan dan
dasar tujuan VAT secarakonseptual unggul hingga dasar asal VATs.
• Pajak dapat digunakan untuk mengimplementasikan prinsip keuntungan jika konsumsi
pajak barang dan jasa berhubungan erat terhadap manfaat pelayanan publik atau public cost
ditmbulkan karena aksi pribadi (pajak terhadap produksi rokok dan minuman beralkohol
digunakan untuk membiayai biaya perlindungan kesehatan sehubungan dengan rokok
danminuman alkohol). Konsumsi barang mewah dapat digunakan untuk meningkatkan
kemajuan pada sistem pajak, tapi pendekatan ini memilikiketerbatasan. Pajak dapat dengan
baik ditugaskan lebih dari 1 level pemerintahan, pemerintah pusat dapat menggunakan
pajak untuk mendanai public service yang melebihi batas ketika pemerintah
daerahmenggunakannya untuk mendanai public serviceyang secara geografismemiliki
manfaat yang terbatas.
• Environmental levies mengganti kerusakan lingkungan dalam bentuk biaya sosial atas
konsumsi atau produksi pribadi yang mengakibatkan pencemaran atau kerusakan
lingkungan. Lingkungan yang rusak merupakan subjek pajak. Pajak merupakan bentuk
biaya sosial yang harusdibayarkan. Pemerintah pusat dapat menentukan besarnya
kompensasi atas biaya sosial yang harus dibayarkan atas ekstraksi sumber daya
yangmelebihi batas subnasional.
• Pajak atas sumber daya merupakan pertanyaan penting mengenai sifatalami dari
pemerintah federal dan di beberapa negara. Argumen ekonomiatas pentingnya pajak
terhadap sumber daya. Pertama secara geografisakses tidak sama untuk penerimaan dari
pajak sumber daya alam dapatmengarah pada inefisiensi dalm ekonomi. Area yang kaya
sumber dayadapat menyediakan lebih banyak public service daripada area yang
miskinsumber daya pungutan pajak non sumber daya lebih rendah atau keduanya.Hl ini
dapat menyebabkan atraksi nonekonomi dari modal dan tenaga kerjaarea yang kaya sumber
daya. Sebagai tambahan wilayah yang kayasumber daya dapat membelanjakan dana
publiknya secara sosial lebihsedikit produktif daripada proyek yang terdahulu di wilayah
dengansumber daya sedikit. Akhirnya sejak penerimaan dari pajak atas sumber daya sangat
tidak stabil, kecocokannya untuk membiayai pemerintahdaerah adalah dugaan.
• Pajak pendapatan perusahaan adalah tidak sesuai untuk digunakan pemerintah daerah.
Penggunannya oleh pemerintah untuk stabilitasmakroekonomi adalah tidak tepat, pajak
tidak sama dengan efek distribusi biasanya dianggap berasal dari ini ketika digunakan oleh
pemerintahsubnational dan ini tidak berhasil memuaskan kriteria dari manfaat perpajakan.
• Pajak properti pajak kekayaan sering menjadi sesuai untuk dipergunakanoleh pemda
untuk menuntut disamaratakan keuntungan-keuntungan jabatan dalam pemerintahan. Ini
adalah terutama benar ketika hak milik dan populasi adalah homogen dan kepemilikan dari
hak milik adalahtersebar luas,seperti pada kasus dari petani pertanian. Dalam kondisiseperti
ini pajak properti dapat disesuaikan retribusinya terkait denganmanfaat yang diperlukan
untuk membayar terkait aktivitas seperti irigasidan drainase. Seperti halnya ekonomi dan
masyarakatnya menjadi lebih berbeda dan diurbanisasi, argumen ini menjadi kurang
persuasif.
#.Pertimbangan administratif : nilai tambah pajak dan pajak penjualan
Banyak dari sumber hasil pajak yang paling utama tidaklah bersediamengimplementasikan
dari dan untuk pemerintah daerah. Dimana hal ini benar,konseptual argument harus
memberi jalan ke kenyataan praktis. Pada bagian inimenjelaskan kemungkinan yang terjadi
dari penetapan VAT pada pajak atau retailsales tax (RST) pada pemerintah daerah. Nilai
tambah pajak sejauh ini merupakan bentuk yang paling penting dari pajak penjualan secara
keseluruhan, hal ini digunakan terutama oleh pemerintah pusat. Pertanyaan penting adalah
apakah VAT cocok digunakan pemerintahdaerah dengan atau tanpa VAT pada tingkat
nasional. Pertimbangannya: dualsentral/ subnational RST dan standalone subnational RST
(dipertimbangkan bersama - sama), “hybrid” central VAT/subnational RST, standalone
subnationalVAT, dan dual sentral/ subnational VAT.A.Dual sentral/subnational RST dan
standalone subnational RST.RTS pemerintah daerah dapat diimplementasikan oleh pemerin
sendiri sebagaistandalone pajak atau sebagai biaya tambahan atas pajak pemerintah pusat
jika RTS diterapkan pemerintah pusat.B.Pemerintah daerah membedakan RTS ketika
pemerintah pusatmembebankan VAT yang akan menimbulkan masalah berkaitan dengan
pembayar pajak dan butuh duplikasi atas upaya administrator pajak. Lebihdari itu hal ini
melibatkan masalah yang sama dari yang hadapi dengan perbatasan jarak subnational
berdagang goda itu standalone subnationalRTs. RST dan VAT dijalankan dengan cara yang
sangat berbeda.C.Standalone subnational VAT. Pemerintah daerah dapat memungut VAT
jika pajak dipaksakan dalam penghubung dengan pajak nasional. Isu dasar apayang harus
dilakukan berhubungan dengan perdagangan antara yurisdiksiapakah untuk diterapkan
aslinya atau prinsip tujuan dalam seperti misalnya perdagangan dan bagaimana.D.Dual
sentral / Subnasional VAT. Nampak bahwa suatu VAT rangkap akan bersifat mungkin
dalam beberapa negara-negara. Subnational pemerintahan akan memberi tarip nol pada
barang ekspor internal dan
menunda pajak atas impor internal. Bird dan Gendron catat bahwa, dalamsistem yang
rangkap yang dipekerjakan oleh Quebec dan pemerintahanKanada yang pemerintah pusat,
pajak dari pemerintahan pemerintah pusat"server sebagai cek silang untuk memastikan
bahwa QST ( Quebec SalesTax) belum dihindarkan" pada tukar tambah intraprovinsial
mengenai. DiEropa, ini adalah, tentu saja, tidak ada over-arching pajak euro
yangmempercayakan untuk pemeriksaan silangBahkan di mana ada suatu VAT nasional,
orang tidak bisa senang dengan penuh harapan karena pemeriksaan silang tidak boleh
terjadi. Resiko bahwa pelanggan akan membuat nol pembelian dapat dikurangi yang dinilai
dalam carayang yang mengikuti jalannya. Sebagai tambahan. "reguler" VAT, pemerintahan
pusat akan mengumpulkan sebuah "penyeimbangan VAT" pada perdaganganantar
subnational yurisdiksi. Tingkat tarip dari yang mengganti rugi VAT boleh jadi rata-rata
yang tertimbang modal subnasional tingkat tarip VAT. Pedagangyang dicatatkan membuat
import dari pesanan yuridisi akan diijinkan kredit untuk masukan VAT yang yang ganti
rugi, seperti halnya VAT reguler dari pemerintahan pusat. Hasil perpajakan akan bersifat
tujuan yang mendasar. Sepertidi ketidakhadiran dari yang mengganti kerugian VAT.Dalam
kasus pembelian dari yuridiksi lain yang dibuat secara langsungoleh konsumen dan
pedagang tidak dicatatkan, penyeimbangan VAT akan suatu pajak akhir, menggantikan
pajak subnational pemerintahan yang jika tidak akantiba. Begitu, akan dilakukan ketidak
adanya (atau sedikit) baik untuk menyembunyikan pembelian rumah tangga seperti bisnis
pembelian. Pendapatandari VAT pada $transaksi ini akan dibagi-bagikan antar subnational
pemerintahandengan rumusan.Pendekatan ini telah menandai keuntungan atas rencana lain
dalamhubungan dengan perdagangan dalam negeri antar yurisdiksi. Pertama,menerapkan
tujuan dasar perpajakan, dibanding asal mendasarkan perpajakan.Kedua, ketidaksamaan
dengan proposal mengenai komisi Eropa, itu tidak akanmemerlukan sesuatu yang diperumit
pada tingkat pajak. Ketiga, tidak akanmemerlukan suatu cleaninghouse pada kredit pajak.
Keempat, tidak akan peka untuk menyakititi dalam via penjualan ke konsumen yang
menyamarkan bisnis pembelian. Akhirnya, tidak sama dengan proposal Keen-Smith, disana
tidak akanada suatu asimetri antara penjualan yang didaftarkan kepada wajib pajak dan
penjualan ke orang lain. Asimetri antara penjualan ke pembeli daerah dalamyuridiksi lain
yang sepertinya jauh lebih dapat dikendalikan untuk kedua-duanya,wajib pajak dan
pengurus pajak dibanding asimetri Keen-Smith.
Manfaat Pajak bagi Perekonomian dan Masyarakat
Perekeonomian negara sama halnya dengan perekonomian rumah tangga dimana mengenal
sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak sendiri merupakan sumber
utama penerimaan negara. Oleh karena itu, apabila masyarakat tidak taat akan pajak maka
seluruh kegiatan negara akan sulit terpenuhi. Dengan membayar pajak masyarakat akan
mendapatkan manfaat:
Fasilitas umum dan Infrastruktur seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit, dan
puskesmas
Pertahanan dan keamanan seperti bangunan, senjata, perumahan hingga gaji-gajinya
Subsidi atas pangan dan Bahan Bakar Minyak
Kelestarian Lingkungan hidup dan Budaya
Dana Pemilu
Pengembangan Alat transportasi Massa, dll.
Uang pajak yang telah disetorkan oleh masyarakat akan digunakan dengan tujuan membuat
masyarakat dari lahir hingga meninggal sejahtera. Uang pajak juga dipakai oleh negara
untuk memberi subsidi barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat dan membayar
hutang-hutang negara. Selain itu uang pajak pun digunakan untuk menunjang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah sehingga perekonomian dapat terus berkembang. Oleh sebab itu
pajak sangat memegang peranan penting dalam sebuah negara.
Manfaat Pajak Menurut Suparmoko
Utama – sifatnya self liquiditing yaitu untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara
seperti pengeluaran proyek produktif barang ekspor.
Kedua – membiayai pengeluaran reproduktif seperti pengeluaran yang memberikan
keuntungan ekonomis bagi masyarakat. Contohnya, pengeluaran untuk pengairan dan
pertanian.
Ketiga – membiayai pengeluaran yang sifatnya tidak self liquiditting dan tidak reproduktif.
Contohnya, pengeluaran untuk mendirikan monumen dan objek rekreasi.
Keempat – membiayai pengeluaran yang sifatnya tidak produktif. Contohnya, pengeluaran
yang dipakai untuk membiayai pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk
penghematan di masa yang akan datang yaitu pengeluaran untuk membiayai anak yatim
piatu.
Fungsi Pajak Bagi Pembangunan Negara
Fungsi Anggaran – Pajak dijadikan alat untuk memasukan dana secara optimal ke
kas negara berlandaskan undang-undang perpajakan yang berlaku sehingga pajak
disini berfungsi membiayai seluruh pengeluaran-pengeluaran yang terkait proses
pemerintahan.
Fungsi Mengatur – Pajak digunakan pemerintah sebagai alat untuk mencapai
tujuan tertentu dan pelengkap dari fungsi utama pajak itu sendiri.
Fungsi Stabilitas – Adanya pajak membuat pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga
inflasi dapat dikendalikan.
Fungsi Retribusi Pendapatan – Pajak digunakan untuk mebiayai semua
kepentingan umum.
Sumber-Sumber Pajak
Pajak di Indonesia ada dua macam yaitu pajak pusat dan pajak daerah dimana pajak pusat
adalah pajak yang dikelola langsung oleh pemerintahan pusat (Direktorat Jenderal Pajak)
yang ada dibawah Kementrian Keuangan sementara Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah di tingkat Propinsi ataupun Kabupaten/Kota.