kenal lebih dekat dengan ekosistem padang lamun

Upload: yusaksukma

Post on 10-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KENAL LEBIH DEKAT DENGAN EKOSISTEM PADANG LAMUN (THREATS AND CONSERVATION)

Daerah perairan pantai adalah wilayah perairan yang berada antara ujung paparan benua dengan kedalaman laut sekitar 200 m sampai pantai yang didalamnya terdapat ekosistem mangrove, terumbu karang, estuari, padang lamun, sumberdaya hayati dan nonhayati, serta fasilitas-fasilitas seperti pelabuhan dan pemukiman, serta panorama pesisir. Sering dapat dilihat hamparan hijau pada dasar laut di pinggirpantai yang menyerupai padang rumput hijau, yang tidak lain adalah padang lamun atau yang populer dikenal dengan seagrass.

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem bawah air yang berada di laut pada kedalaman dangkal dan umumnya berada di perairan yang hangat. Padang lamun umumnya hidup di substrat pasir berlumpur dan sangat berperan penting pada proses filtrasi sedimen. Seagrass adalah tempat hidup bagi banyak organisme, seperti ikan, kepiting, udang, lobster, seaurchin (bulu babi), dan lainnya. Sebagian besar organisme pantai (ikan, udang, kepiting dll) mempunyai hubungan ekologis dengan habitat lamun. Sebagai habitat yang ditumbuhi berbagai spesies lamun, padang lamun memberikan tempat yang sangat strategis bagi perlindungan ikan-ikan kecil dari "pengejaran" beberapa predator, juga tempat hidup dan mencari makan bagi beberapa jenis udang dan kepiting.

ANCAMAN dan STATUS KONSERVASI EKOSISTEM LAMUN

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di perairan yang cukup rentan terhadap perubahan yang terjadi. Sehingga mudah mengalami kerusakan. Ekosistem lamun juga sering dijumpai berdampingan atau saling tumpang tindih dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Bahkan terdapat interkoneksi antar ketiganya, dimana ekspor dan impor energi dan materi terjadi diantara ketiganya. Ada ikan jenis-jenis tertentu dapat berenang melintas batas dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya. Karena fungsi lamun tak banyak dipahami, banyak padang lamun yang rusak oleh berbagai aktivitas manusia.

Luas total padang lamun di Indonesia semula diperkirakan 30.000 km2, tetapi diperkirakan kini telah menyusut sebanyak 30 40 %. Kerusakan ekosistem lamun antara lain karena reklamasi dan pembangunan fisik di garis pantai, pencemaran, penangkapan ikan dengan cara destruktif (bom, sianida, pukat dasar), dan tangkap lebih (over-fishing). Pembangunan pelabuhan dan industri di Teluk Banten misalnya, telah melenyapkan ratusan hektar padang lamun. Tutupan lamun di Pulau Pari (DKI Jakarta) telah berkurang sebanyak 25 % dari tahun 1999 hingga 2004. Kerusakan lamun juga dapat disebabkan oleh natural stress dan anthrogenik stress. Kerusakan-kerusakan ekosistem lamun yang disebabkan oleh natural stress biasanya disebabkan oleh gunung meletus, tsunami, kompetisi dan predasi. Sedangkan anthrogenik stress bisa disebabkan :1. Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga.2. Eutrofikasi (Blooming mikro alga dapat menutupi lamun dalam memperoleh sinar matahari).3. Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuk tambak memupuk tambak).4. Water polution (logam berat dan minyak).5. Over fishing (pengambilan ikan yang berlebihan dan cara penangkapannya yang merusak).

STRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM PADANG LAMUN

Pengelolaan lamun sebagai salah satu ekosistem sangat penting karena manfaat yang ada sangat beragam, mulai dari sedimentasi, hingga aspek perikanan. Lamun yang sepertinya tidak begitu produktif dalam bidang pengolahan atau sebagai bahan mentah industri, belakangan ini kurang diperhatikan, lalu berdampak kerusakkan pada padang lamun yang tersebar di pesisir. Salah satu upaya pengelolaan lamun yang sudah ada adalah terbentuknya Undang-Undang No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil juga telah mengamanatkan perlunya penyelamatan dan pengelolaan padang lamun sebagai bagian dari pengelolaan terpadu ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Adapula pengelolaan berbasis masyarakat Program Trismades (Trikora Seagrass Management Demonstration Site) di pantai timur Pulau Bintan (Kepulauan Riau) yang mendapat dukungan pendanaan dari UNEP (United Nation Environment Program), baru dimulai tahun 2008.

Bentuk pengelolaan lamun yang bisa kita lakukan secara nyata adalah mengawasi pembangunan yang ada di pesisir dan tetap mengelola dengan baik limbah yang mengalir langsung ke laut. Selain itu, perawatan ekosistem padang lamun yang bisa dilakukan yaitu membudidayakan dan memonitoring setiap kegiatan masyarakat yang memerlukan padang lamun sebagai matapencaharian. Lamun, walaupun tidak terlihat begitu produktif, namun mempunyai manfaat yang lebih dari kita perkirakan, karena alam yang terjaga adalah untuk masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, dkk. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta.Gufron & Kordi, 2011. Ekosistem Padang Lamun, Fungsi Potensi dan Pengelolaan. Rineka Cipta, Jakarta.Himnasurai Untama, 2012. Pengelolaan Padang Lamun. Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (Himnasurai), Universitas Antakusuma Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah