kemudian kita - debucahaya.files.wordpress.com€¦ · observasi aerial awan enggan menyelam di...

67
KEMUDIAN KITA atawa: taman ekspresi gembira.luka 2009 : kikie ise febriani

Upload: others

Post on 15-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KEMUDIAN KITA atawa: taman ekspresi gembira.luka 2009

    : kikie ise febriani

  • in a manner of speaking pikiranku masih gonjang-ganjing. aku sedang berjuang untuk membangkitkan diri yang terpuruk, aku memillih untuk mulai dari memilih untuk berpikir positif dan bahagia. berkata memang jauh lebih mudah dari praktek: dengan kondisi yang melingkupiku, bagiku ini adalah perjuangan. pagi ini aku melalui beberapa pohon besar. salah satu di antaranya punya cabang yang entah bagaimana turun sampai mendekati tanah. mungkin sesuatu memberatinya dulu. namun kulihat ujung cabang itu mulai mengarah ke matahari lagi. dengan dedaunan dan bunga yang tumbuh segar, membentang semampunya. dalam filosofi (atau apapun namanya) yang dibagi Thay, pohon itu tentunya memiliki sebagian keping kita semua, termasuk aku. rasanya seakan alam yang saat itu dan beberapa momen di lampau melebur denganku, menyapa: hai, ayo bangkit! seperti cabang pohon ini yang perlahan bangkit setelah terpuruh. indah sekali! itu adalah kenangan yang mengagumkan, di tengah segala kepenatan yang menubruk lagi dan lagi. in a manner of speaking I just want to say that I could never forget the way you told me everything by saying nothing. (Martin L. Gore) paradoks yang sangat artistik: bicara banyak justru klise dan kurang mengesankan; sementara bicara sedikit atau tidak usah saja, maka segalanya akan tersibak. cerah itu seperti hewan yang pemalu, jangan agresif dan banyak bersuara jika ingin ia datang. let go, you'll get a lot then. ah, indahnya! andai saja mereka paham dan sadar

  • observasi aerial awan enggan menyelam di kolam debu itu. mari melambung tinggi saja, tidak usah di sana dan tidak usah bersentuhan dengan para perusak bumi. namun ingatkah kau bahwa kau pernah di sana? di sana lah kau dilahirkan, dan dulu kau pernah jadi bagian dari mereka. salah satu dari mereka. namun aku tidak ingin kembali. padahal suatu waktu akan tiba saatnya kita terberai dan kembali ke tanah. kolam yang kotor, dan para bandit perusak bumi. terkutuklah kita semua... membelai ozon tercinta yang sekarat, terus ada dalam kepahitan mengada dan derita. ingin ku tidak rasakan apa pun seperti meteorit yang terlupakan. kini biar ku jadi phoenix putih yang memeluk bumi teraniaya, tak berdaya sebelum menetes air mataku dan mati aku kembali pada kenistaan yang biadab. segalanya telah terhalangi asap, seperti wajahnya yang kunjung menghilang dari ingatanku. maafkan aku yang gagal menjagamu...

  • melankolia cahaya I malam yang dingin. siang tanpa kesempatan. aku adalah cahaya, melesat cepat melampaui semua. debu yang ambisius, berambisi merangkul dunia. hingga ku jatuh cinta pada malam yang manis, dengan udara penuh gula. malam yang dingin, namun cinta pun sudah cukup menghangatkanku. hingga pagi datang, air mata hadir tuk merajamku atas cinta yang janggal ini, dan kau tak lagi mampu kutemukan. aku jadi seperti detik prosa, yang sudah sepantasnya dilebur cinta yang menusuk. kenapa malam? kenapa bukan komet yang dapat kubelai setiap saat. bukan pagi yang dapat kudampingi selamanya. bukan pun minyak lilin yang akan sehidup semati bila bersatu denganku. kini aku hanya ingin memelukmu. dan menyatu dengan detik ini. sayangku, aku rindu kamu...

  • melankolia cahaya II gelombang baru. lagu itu mengingatkanku padamu. pada gelombang yang kau gulung untuk menerbangkanku. pada kedamaian yang fana itu. aku merindukanmu, sayang. ataukah seluruh masa itu? manisnya lampu pasar malam, udara penuh gula, dirimu dan senyummu. dimanakah kamu kini, sayang? kini aku hanya dapat mengenang kefanaan itu. teratai tidak mekar abadi, wanginya juga fana. aku merindukanmu, sayang. gelombang yang manis ini. ketika masa yang kutakutkan tiba. karena damai akan berlalu. dan kesempatan untuk mengenangmu. dan manisnya masa itu. kau hilan ditelan waktu. dan malam yang panjang... bagaimana cahaya yang melesat cepat tanpa henti dapat jatuh cinta pada malam yang panjang? ketika waktu menguraikan kita, sebelum melahap habis kita. kau yang menjelang pagi. aku yang lebur seiring dengan lesatku. ah, tak apa, pikirku kemudian. karena ketika ku melebur dengan angkasa yang hampa dan gelap ku akan mampu merangkulmu, sayang. dan semesta pun tersenyum, merayakan cinta yang sunyi ini. membelai . hati yang dirajam air mata ini. maka, sampai nanti, sayang. semoga kau diselimuti damai yang manis. semoga damai mampu menembus materi. dan terus menyelubungimu tuk kau hirup, mengalir di tiap selmu, seperti cinta yang kurasakan dan gelombang yang kau tinggalkan di sini.

  • delirium tiga puluh sembilan ada apa di balik delirium? kudengar suara-suara manis yang memuakkan, yang kutahu di baliknya hanyalah kebusukan yang egois. bahkan kini kebusukan yang terpapar pun diabaikan, telah bebal penginderaan yang lupa indahnya sunyi. kutemui ketakutan terselubungku dalam delirium, belasan manusia bersuara menawarkan bantuan agar kemudian dapat menambang untung, keramaian keramaian keramaian yang tidak pernah gagal membuatku cemas... sering kudengar orang jadi kreatif dengan menggairahkan ketika mabuk dan memasuki delirium. namun yang kurasakan hanya pahit yang menusuk dan sakit serta ketakutan yang mengerikan. seperti terperangkap dalam kubangan darah yang kelam. mungkin karena aku istimewa sehingga banyak yang terinversi dalam duniaku. hanya ketika sadar aku dapat membuka gerbang dunia baru. mungkin aku pernah jadi pilot atau kaum nomaden di masa lalu. namun kini aku gagal memulai cerita tentang si gadis tomat. tentu saja ia tidak ada hubungannya dengan gadis jeruk. ia hanya seorang gadis penyendiri yang ganjil sepertiku...

  • delirium tiga puluh enam beberapa waktu yang lalu aku mulai mengagumi betapa di kota dengan udara seburuk ini masih banyak burung gereja yang berkicau mewarnai pagi para pemerhati. aku juga jadi merasa beruntung karena tak terhitung orang di dunia yang bisa saja menikmati permata hidup ini secara gratis tapi justru melewatkannya demi perkara-perkara materi yang memberatkan kepala. atau sekedar merusak ketenangan pribadi sendiri dengan terlalu memusingkan drama perpolitikan yang lebih picisan dari apapun.

  • pre menstruatial syndrome pagi. saat ini sistem tubuhku tidak kooperatif padaku. barusan myometrium tergelak menertawakan sandiwara raksasaku. mungkin apa yang selama ini kuragukan itu memang ada. dan tubuhku sudah mulai memberi peringatan: kami tidak pernah ada di sisimu, you know. tapi, kamu tahu, aku masih seperti yang kemarin.

  • supermarket hari ini aku melakukan perjalanan super membosankan ke dua supermarket yang berbeda. sebenarnya aku tidak ingin ikut, tapi aku terpancing rencana ke el matador. siyalnya, el matador sudah penuh. agaknya semangatku sedang rendah-rendahnya hari ini, sehingga aku agak uring-uringan saat harus ikut ke supermarket untuk membeli berbagai kebutuhan rumah tangga. lagipula lebih baik aku menghantam target bacaanku daripada melayang-layang di lorong-lorong supermarket yang monoton itu. baru kali itu aku merasakan benci yang amat sangat pada supermarket. baru kali itu aku benar-benar menghayati betapa membosankannya supermarket itu. entah kenapa. meski kesuntukanku yang maksimal itu cukup terselamatkan pojok hewan peliharaan di supermarket raksasa kedua. baru kali itu aku melihat ikan botia dengan corak spot abu-abu tua! dan hamster dan kelinci itu memang lucu! di titik palung kesuntukan sesi kali ini, sepertinya hanya hewan-hewan peliharaan dan bisikan sho sakurai di lagu “yume de iikara” (“oh I see you, every day in my dreams” *tepar* emang beda ya efeknya kalau apa-apa diucapkan orang kayak dia) yang bisa membuatku tersenyum tulus.

  • pelarian sebenarnya aku berniat bangun pagi hari ini. ada hutang yang belum kulunasi. tapi pagi ini aku benar-benar lupa alasan untuk bangun pagi-pagi sekali, jadi aku melanjutkan tur alam mimpiku selama satu jam ke depan. aku baru mengingat segalanya pada jam 2 siang. dunia luar hari ini beraroma kolam renang, meski tidak ada hujan dan air berlebih lainnya di jalanan. seperti biasa, aku merasa begitu bahagia tiap kali berada dalam perjalanan di luar rumah menggunakan transportasi umum sendirian. dunia begitu damai dengan keberadaan orang tak dikenal dalam jumlah yang tak terhitung. pemikiran yang cukup nggak biasa, aku tahu itu.

  • tadi malam aku tidak mendongeng, aku hanya

    bertanya-tanya hingga tertidur Jika dunia orang dewasa cenderung menerima ketidakadilan sebagai bagian dari kehidupan, apakah yang disebut kebijaksanaan itu? Seringkali orang dewasa lah yang merasa berwenang menunjuk orang-orang tertentu sebagai orang bijak yang patut didengar, padahal sebagian dari orang-orang itu hanya bicara omong kosong yang klise saja. Jika segalanya relatif, orang bijak bagimu belum tentu orang bijak bagiku, kenapa dipaksakan? Jika ketidakadilan dapat diterima kenapa perspektif harus dipaksakan?

  • …lalu mimpi mengendarai mobil hingga remnya blong

    tempat tidurku seperti vampir: semakin lama aku di atas sana, semakin lemas aku dibuatnya. mendengar gumaman kalbuku itu, lalu tempat tidur pun membeo Puthut di samping bantalku: "tempat ini belum akan berhenti menjadi surgamu...*" sambil terus menghisap setiap tetes darah dan setiap titik energi yang tersisa dari tubuhku. - siluman kebo yang mengkambinghitamkan tempat tidur -

  • apakah kamu bahagia sekarang? "apakah kamu bahagia sekarang?" pertanyaan yang sulit. dan kusadari bahwa itulah sekali-kalinya seseorang memberiku pertanyaan itu. tentu saja aku berpikir agak keras. ia pun sadar bahwa ini bukan pertanyaan yang mudah. aku terdiam cukup lama sebelum akhirnya ia berkata sesuatu seperti, "pertanyaan sederhana yang sulit ya...". menurut karakterku yang sulit percaya orang lain, sebenarnya ia memiliki kunci untuk menerobos barrier yang kubuat di sekelilingku untuk melindungiku dari semua manusia lain yang ada di dunia ini. namun pada akhirnya pun aku meninggalkannya, pergi tanpa pamit, bahkan meninggalkan hutang jasa yang pasti sempat membuatnya minimal "buete-buanget". ia adalah orang yang kuhargai, tapi aku pun lelah dengan ribuan kata yang terus ia jejalkan pada semua orang di depannya. keluh, teori, kritik, pengetahuan yang dibagi dengan rasa bangga... namun aku tahu bahwa hanya aku yang jengah akan hal itu. pada akhirnya, ia pun menjadi salah satu alasanku untuk pergi. selain banyak hal lainnya yang pada akhirnya mengantarkanku pada satu konklusi: hidupku sudah berantakan, tapi aku masih bisa menyelamatkannya jika aku rela pergi meninggalkan banyak hal yang sebenarnya kusayangi dan kuhargai di sini. maka akhirnya aku pun pergi. "apakah kamu bahagia sekarang?" aku masih belum mampu menjawab pertanyaan itu dengan sungguh-sungguh. namun kini aku telah menemukan alasanku untuk tetap bertahan hidup di muka bumi yang lusuh ini. Paling tidak untuk saat ini... apakah kamu bahagia sekarang?

  • kapan terakhir kali… …kuhadapi malam dalam hujan sendirian? aku rindu momen seperti itu. hanya aku, hujan, dan sebuah labirin mimpi yang coba kutakhlukkan dengan langkah-langkah pikirku. entah bagaimana labirin itu terasa lebih terang ketika menemui hujan yang sendirian. seperti ada lampu dari belasan kunang-kunang berdiri di tiap 20 meter lorong labirin itu.

  • dangdut kupu-kupu aku tidak tahu bagaimana agar kamu tidak berubah jadi kupu-kupu arwah dalam benakku. aku hanya dapat mengingat rasa yang kurasa ketika kamu hadir, bukan segalanya yang lain pada dirimu. bukan rupamu, bukan pula suaramu, bukan senyummu yang dalam sekejap memekarkan bunga-bunga di segala penjuru bawah sadarku, bukan pula ujung jemarimu yang indah namun begitu dingin dan telah membawamu pergi itu. aku tidak tahu bagaimana agar kamu tidak berubah jadi kupu-kupu arwah dalam benakku. kurasa aku perlu menemuimu lagi sekali saja agar aku dapat mengetahuinya. namun aku pun tidak tahu bagaimana agar aku dapat menemuimu lagi sekali saja...

  • seakan amekami mendengar lirihnya

    hujan malam, pelangi yang mengalir di koklea, ekstrak green fig yang mengalir di sinus, debar gorden hijau-kuning. hanya saja malam ini tidak sedingin yang kudambakan, tidak sedingin jemarimu. sehingga tidak seperti senyummu yang mengingatkanku pada gula warna-warni. andai saja salju yang dipancarkan mata-mata yang berpendar itu cukup untuk membekukanku bersama detik ini dalam dingin yang sedingin jemarimu. namun pada akhirnya aku terima betapa akulah manusia serakah yang tak kenal puas. terimakasih, hujan. hujan malam dengan warna-warni pastel yang terang dan hangat....

  • akibat tigapuluh dipalsukan sehingga terjadilah inflasi besar-

    besaran Ketika kecurigaan demi kecurigaan berdiri angkuh seperti pilar-pilar mahkamah agung, apakah kau dapat lihat luka bernanah teronggok di lumpur tempat berdirinya kecurigaan demi kecurigaan itu? Luka luka dan luka, dihujam tombak besi yang semula berjaya melampaui kecurigaan-kecurigaan itu, ditenggelamkan dalam ditelan lumpur nista tempat mereka semua berdiri kokoh. Luka-luka itu kini telah bernanah, perlahan menyembul ke permukaan lumpur, namun hanya kecurigaan-kecurigaan itu yang mampu berkoar menarik perhatian. Maka para luka pun terlupakan. Terabaikan. Tak terlihat. Hanya mampu menangis dalam bisu. Menangis dalam bisu, kawan...

  • amekami pulang

    mungkin, suatu saat, momen yang gagal kubangun untuk menghidupkan kembali momen yang kurindukan itu kini, akan jadi salah satu momen yang paling kurindukan sepanjang masa. waktu berlalu . begitu pula sunyinya kesederhanaan yang indah . damai dan mekarnya bunga, memang akan selalu fana hingga Yang Berwenang memutuskan untuk menghentikan semua siklus yang ada. hujan pun baru saja berlalu. menyisakan makhluk-makhluk jalanan yang kebasahan, dedaunan yang berpesta pora, dan aku . yang tenggelam dalam lautan bisik yang menyembur dari bawah sadar. "it's just time to say goodbye..."

  • kami hanyalah sekumpulan yang lain

    di antara keluh yang belukar, ada permata-permata kehidupan. terima kasih pada mereka yang bersedia memilih untuk tersenyum ketika mereka bisa saja ikut mengeluh seperti aku dan yang lainnya. lihatlah, dunia sedemikian damai jadinya, tanpamu...

  • bagaimanapun juga aku bukan politikus

    aku ingin berkata "aku akan mencarimu, sampai kau hilang lagi*". ingin sekali. namun aku tidak ingin menjanjikan apa yang tidak dapat aku lakukan. bagaimanapun juga, aku benar-benar tidak tahu dimana kamu sekarang...

  • ketika itu, sesaat sebelum jantungku hampir meledak

    saat ini, entah kenapa aku teringat masa-masa ketika aku masih punya banyak kesempatan menikmati malam di atap rumah kostku yang pertama. aku sangat menikmatinya, dan tak ada satupun momen yang mampu menyamai momen-momen ekstasik di atas sana. dengan lampu emergency, buku, kertas bekas dan pulpen merah, aku membuka lebar-lebar gerbang imajinasi itu. kadang aku takut, bagaimana jika tiba-tiba ada orang jahat menyergapku ketika di sana. bagaimana jika Chupacabra mendarat dan melahapku setelah mengoyak-ngoyak tubuhku. bagaimana jika si peloncat kilat melintas di sana. pikiran-pikiran aneh hasil sedimentasi urban legend itu. namun sering juga aku mengalahkan ketakutan itu, dan tetap bermain dengan imajinasiku di atap rumah kost lama itu. di sana aku pernah menyaksikan gerhana bulan. di sana aku merenungkan hubunganku dengan orang yang memenuhi pikiranku di sebagian besar masaku di kota itu. di sana aku menemukan logam-logam emas imitasi dari labirin mimpiku. di sana aku menyelamatkan diri dari gempa susulan dan aroma fogging nyamuk Aedes. tiba-tiba aku ingin ke sana lagi. menghabiskan tiga hingga empat jam malamku di sana, sendiri saja. namun pastinya itu tidak lagi mungkin. aku butuh sekali kesendirian dalam gelap yang dingin sekarang. karena segalanya begitu riuh kini. suara televisi dari bawah, aku yang selalu dibayang-bayangi pengawasku, dan jika hanya ada cahaya lampu dalam kamarku, mungkin mereka akan kembali mencurigaiku. aku hanya ingin tenang dalam kesunyian... setelah pagi-pagiku dirampas, kebebasanku dirantai, kehidupan cintaku dirajam, malam-malamku diracuni,.... aku hanya ingin tenang dalam kesunyian. aku juga ingin membunuh televisi

  • atas kristal salju termanis di muka bumi yang meresap di

    ujung jemari kita dingin menusuk yang kurindukan, perlahan merayap melalui jemariku. aku yakin bahwa setiap hari kamu merasakan dingin yang menusuk ini, hingga jemarimu yang kupuja itu pun ikut menjadi dingin; seakan akan selalu dingin seperti itu selamanya. aku yakin bahwa setiap hari kamu merasakan dingin yang menusuk ini, sembari kamu berjuang untuk tetap mengada di dunia ini, dunia dimana uang adalah raja. dingin . uang . jemarimu lalu aku . terhenyak di sini . sementara kamu . mereka terbangkan tanpa kehendak aku tidak ingin lagi merengekkan rinduku padamu. rindu yang sudah begitu akrab denganku seperti dingin menusuk yang sudah menyatu dengan jemarimu. aku sudah terlalu terbiasa dengannya, seperti kamu yang sudah terlalu terbiasa dengan dingin yang menusuk itu. aku hanya ingin bertanya:

    "apa kabarmu?" semoga selama mungkin kamu bahagia. --- entah bagaimana, tiba-tiba aku ingin ke supermarket. membeli lipgloss pink mengkilat yang murahan. karena jika aku membeli di stan kosmetik betulan, akan terlihat sekali bahwa aku yang hampir tidak pernah bergincu ini hanya ingin menggila dalam cara yang lain lagi.

  • kabar dari terewelu setelah lama ditahan atas tuduhan provokasi

    yang menyebabkan neo-ragnarok di langit samudera

    atlantik menyadari bahwa sudah berbulan-bulan lamanya sejak terakhir aku merasakan kebebasan yang janggal ini, dan tumpukan dendam yang membuatku memutuskan untuk jalan sendiri hari ini... mataku serasa mau meleleh. lalu ada pria idaman berupa titisan nicholas saputra nyasar ke dapur itu sedang bertugas di abad keemasan. meski sampai saat ini tetaplah poseidon yang menempati ruang utama keseriusanku, dimanapun rimbanya kini. yang mana membuatku memutuskan untuk tidak mau serius menyukai pria manapun juga kini. sampai ada kejelasan yang kasat mata. kasat mata. aku kurang terkesan dengan ode itu. yang jelas saja: aku tidak tahu jalan pulang tanpa memeras dompetku untuk ongkos taksi! beginilah jadi orang tanpa kebebasan finansial di jakarta.

  • mercusuar (atawa: mimpi yang egois)

    jika aku punya uang yang sangat banyak dan dunia sudah terbangun dari tidur panjangnya sehingga aku dapat benar-benar bersantai, aku ingin rumah di tengah alam terpencil. rumah itu sederhana saja, tidak perlu kemewahan. aku bisa memesan kebutuhan harian melalui kurir, sehingga aku tidak perlu khawatir akan hal itu. lagipula aku bisa menanam makananku sendiri di sekitar rumah. aku juga ingin mercusuar di tepi danau, seperti mercusuar di minas tirith. aku akan ke sana pada malam-malam dimana aku menginginkan kesunyian semi-absolut di bawah langit terbuka. cukup aku mencoba bertelepati dengan bulan dan para bintang untuk menciptakan interaksi. mudah-mudahan juga aku bisa membuka kembali gerbang labirin bawah sadarku dalam keadaan sepenuhnya sadar. dan bermain petak umpet atau berburu harta karun ide di sana. meski ide tidak termasuk dalam kekayaan sang karun. belum ada dewan inventarisasi kekayaan pribadi yang saat itu bisa mendaftar seluruh kekayaan karun, namun aku yakin akan hal itu. bahkan bisa saja arwah anubis berkeliaran menggerogoti emas di sana. namun persetan. dalam labirin mimpi, aku tidak butuh emas untuk bertahan hidup dan mempertahankan hidup orang lain. aku hanya butuh ide untuk mengada, karena descartes telah menebaratakan auranya di seluruh labirin. menyisakan aku yang bergelimang ekstase ide, ide-ide-ide yang hanya cocok untuk jadi mainan. bergelimang bait-bait alegori, terperangkap dalam jala perangkap mimpi. lalu terlempar . dalam dunia . su . re . a . lis . . . yang sungguh tidak membutuhkan kritikus sastra hanya aku, benda-benda langit dan labirin mimpi yang mistis. inilah momen ketika sang debucahaya kembali bercengkerama dengan kekasih idamannya: malam dingin berudara sukrosa pekat.

  • peringatan: alkemis ini tidak pernah kuliah di mana khemia

    alkemis detik-detik pendek sedang beraksi merapalkan mantera-mantera pembuka gerbang labirin mimpi. hanya saja kali ini tidak lagi ditemani minuman bersoda atau sparkling water, hanya kiranti sehat datang bulan dan bergalon-galon air mineral. ada kalanya alkemi sederhana yang merupakan hobi utama sang alkemis itu membutuhkan tenaga yang dahsyat. mungkin hari ini ia hanya akan berhasil mengukit satu detik. setelah berhari-hari sebelumnya nol detik. sementara beberapa hari yang lalu empat hingga tujuh detik. bagaimanapun juga, alkemis itu sedang datang bulan. gedung-gedung itu, kalau dilihat dari jauh dengan sudut pandang semi-aerial, kelihatan seperti mainan saja. sekali dilindas katamari raksasa saja, mereka akan langsung lepas dari tanah. lalu tanah pun rata dan rombongan domba dapat bercengkerama di sana. dan raja kosmos akan menyeru: "I FEEL... I FEEL THE COSMOS!!"

  • gempa hari ini ada kabar mengenai gempa. beberapa tahun belakangan ini semakin sering gempa bumi di indonesia. kurasa wajah bumi daerah indonesia sedang mengalami perubahan penting pada periode ini, sehingga demikianlah. tidak ada yang statis, semua mengalami perubahan, begitu juga bumi. dan segala perubahan punya konsekuensi. jadi, seharusnya ini bukan soal minta tuhan berhenti menggariskan kejadian berupa gempa atau “bencana-bencana” lainnya di bumi. bagaimana pun juga “bencana” itu bagian dari metabolisme yang dialami bumi, hanya saja kita merasakan dampak “nggak enak”nya karena nggak siap buat itu semua. sifat bumi memang sudah begini, mau eksodus ke mana juga lambat laun bakal kena gempa juga. atau badai tropis. atau banjir bandang gara-gara penyokong air habis dibabat buat bikin lahan bisnis baru. dan sebagainya. there’s no way to run, baby. seharusnya ini lebih ke soal minta ke tuhan buat dimudahkan dan diberi petunjuk buat kita menemukan cara-cara mencegah terjadinya kerusakan terutama korban nyawa karena gejala alam yang sulit diantisipasi. gimana bikin rumah yang tahan gempa dan badai, atau menyiapkan tempat pengungsian secara dini just in case anything like quakes or bad storms happen, dan sebagainya. dan nggak cuma minta ke tuhan, melainkan segera beraksi buat mulai mengusahakan perubahan. kan udah dibilang juga kalau tuhan nggak bakal mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri mulai berusaha untuk mengubahnya. maap yah kalau saya terbaca terlalu keras dan cenderung nggak berperasaan. geregetan aja lho baca update-update status “ya tuhaaan udah dooong, jangan ada bencana lagiii” di facebook dan sekitarnya. mau diekspor ke mana lempeng bumi indonesia yang lagi puber ini? mau siapa yang kena? manusia-manusia juga yang bakal kena, kita-kita juga, mau dimana juga itu lempeng labil mau ditaro. in the end it’s all the same, yang beda cuma level antisipasinya aja. pembangunan level antisipasi ini juga nggak gampang, nggak cuma masalah materi dan kemajuan teknologi yang udah bisa dikuasai sejauh ini, tapi juga soal faktor mentalitas. kemajuan teknologi nggak bakal tercapai kalo orang-orang pada malas dan gampang menyerah (kebayang nggak sih gimana kalo edison langsung lemes begitu liat hasil percobaan-percobaan lampu pijar awal dia gagal). masalah materi bakalan terus menerus sulit kalo semua orang cuma mentingin diri sendiri dan kesenangan sesaat saja (which results corruption anywhere). dan sebagainya. termasuk budaya berpola "apa-apa nyalahin pemerintah". pemerintah nggak bisa diandalkan? makanya, jangan mau tergantung sama pemerintah, cuy! jangan nunggu aksi pemerintah. nahkoda hidup kita adalah kita sendiri, bukan pihak lain! it's hard, I know, but let's continue working hard for our children and even ourselves' future!

  • bagaimana pun juga, my thoughts and wishes are with you all yang lagi ketimpa musibah akibat gempa akhir-akhir ini. juga buat yang lain-lain yang lagi dalam masa-masa sulit tipe lainnya. semoga nggak menyerah untuk tetap berjuang dalam hidup :)

  • debucahaya tidak pulang debucahaya tidak pulang, karena tidak ada tempat pulang untuk debucahaya. ini adalah perhentian sementara, setelah berjalan menyusuri ladang beri putih. lesatnya belum lagi akan melebur dengan malam berudara sukrosa pekat dalam waktu dekat: lesatnya masih panjang, jutaan asteroid masih akan melaluinya, lubang-lubang hitam masih akan melemparnya dari dimensi satu ke dimensi lainnya. debucahaya masih ingin berkelana.

  • atas mengapa aku ingin sekali membaca art of war yang tidak

    ada hubungannya dengan bisnis kesendirian tidak akan selalu berujung kesepian. kita hanya perlu mengganti persepsi, untuk menerimanya sebagai bagian dari hidup. ketika kita menerimanya, ia akan mengisi ruang kosong lainnya dalam diri kita. entah kenapa aku bisa berpikir seperti itu saat ini. Meski tentunya tidak ada manusia yang bisa hidup sendirian. Kita semua memiliki kekurangan, dan kita harus saling berdampingan untuk saling melengkapi. aku juga membayangkan bahwa perjalanan hidup ini adalah petualangan mencari keping-keping untuk mengisi ruang-ruang kosong yang kita bawa sejak titik pertama kita bermanifestasi sebagai kita. keping itu bisa berupa materi, namun tidak semuanya. beberapa di antaranya adalah hal-hal yang tidak bisa ditukar dengan materi. dan hanya ada satu jalan untuk menemukan keping-keping yang hilang dari diri itu: menjalani hidup. memutuskan sendiri arah hidup ini. bertarung semampunya menghadapi segala konsekuensi yang muncul dari pilihan yang kita ambil. atau memanipulasinya dengan kecerdasan tersendiri. dan ketika kita kalah oleh konsekuensi dari pilihan-pilihan itu, kurasa kekalahan itu bukan hal yang sia-sia apabila kita sudah mengerahkan tenaga kita hingga titik terakhir kemampuan kita. meski demikian, baru saja aku berpikir bahwa menyerah pun ada kalanya bukan sesuatu yang buruk juga. menyerah, agar dapat terjun dalam jeda untuk menyusun taktik baru, nggak buruk juga. tapi lalu kurasa hal itu bukan sesuatu yang dapat dikatakan "menyerah". lagi-lagi itu adalah bagian dari manipulasi sebagai taktik perlawanan. pada akhirnya, aku harus mengaku... bahwa sedari tadi ini, aku cuma ngelantur akibat kram perut yang sepertinya menjalar tidak hanya ke kram trisep tapi juga kram otak. *PLAK

  • menilik makna GEKKO OVERHEAD

    O HAI. sedang ingin menulis secara biasa saja. saat ini aku mendapat penyakit baru. sejak kemarin aku batuk-batuk. kemarin malam aku merasakan ada darah tiap kali batuk. dan sepulang makan malam tadi sepertinya demamku naik, sampai sekarang. aku merencanakan pergi ke java rockin'land hari sabtu dan minggu besok. tapi dengan kondisi seperti ini, mungkin aku harus membatalkan rencanaku. tentu saja aku tidak keberatan dengan itu, meski aku cukup geregetan membayangkan uang sekian ratus ribu berteleport ke kantung peter gontha begitu saja. kurasa aku sudah lama lulus dari masa penuh histeria itu, meski sisa-sisanya masih nampak kini. lagipula ini bukan konser plastic tree, meski mew adalah band penting bagi sebagian besar kurage gelombang satu (ref: catatan mengenai gelombang massa kurage dari waktu ke waktu, K.I.F 2007). yap, perlu diketahui bagi kurage lainnya, bahwa mew adalah band penting bagi sebagian besar kurage gelombang satu. sebenarnya aku adalah bagian kurage gelombang dua, tapi aku juga sangat tersihir dengan rilisan-rilisan plastic tree pra-toroimerai, jadi anggap saja aku juga termasuk gelombang pertama. ada sebuah formula yang diusulkan seorang kenalan kurage dari gelombang awal ini: kuragengers (kurage + frengers). ingat juga betapa miripnya andro metamorphose dengan comforting sounds. dan bahwa jonas bjerre dan ryutaro arimura sama-sama dikaruniai suara malaikat dari surga... tapi sekali lagi, aku tidak akan begitu kesal dengan itu. kusadari bahwa sejak kecil aku sakit-sakitan, meski sempat membaik di masa tahun ke 19+1. hanya saja aku jadi memikirkan kembali niatku untuk keliling Indonesia suatu saat. ya, misi budaya itu. dengan tubuh rapuh seperti ini, apa aku bisa menjalaninya suatu saat? lalu mephistopeles berbisik padaku tentang sebuah cita-cita. apakah dengan tubuh serappuh ini, aku akan dapat meraihnya? apa umurku cukup? apa kemudian aku dapat bersantai dengan tenang setelah sekuens tercapainya impian itu berakhir (baca: pensiun)? mephisto keparat, pikirku. akhir-akhir ini ia sering sekali menyambangiku, membisikkan pikiran-pikiran buruk tentang orang-orang di sekitarku. enyah kaw! cukup doctor faustus saja yang berhasil kau telan bulat-bulat. kurasa,.... apapun yang akan terjadi, jalani saja dulu.

  • pada akhirnya, aku harus mengumumkan bahwa: setengah tahun lebih setelah berakhirnya neo-ragnarok di atas samudera atlantik yang dikendalikan dari jalur sutera, akhirnya terewelu liar yang sempat dipenjara atas tuduhan provokasi itu memutuskan untuk rujuk dengan amekami. setelah membelah diri dan menghasilkan debucahaya untuk bertualang menanti tiba saatnya untuk melebur dengan malam dingin berudara sukrosa pekat. dan meraih apa yang dapat dikatakan sebagai: » WIN-WIN SOLUTION «

    bagaimanapun juga, sepertinya aku tidak bisa benar-benar "menulis dengan biasa saja". apalagi dalam kondisi demam seperti ini, meski untung saja aku belum terseret dalam delirium. jadi, mohon maaf yang amat sangat. --- (dalam sekuens sakit liver + radang tenggorokan + demam + nokturnal)

  • karena lepus skandalus bukan reinkarnasi the killing rabbit

    untuk apa kamu jadi pemberontak? untuk memuaskan dirimu sendiri atau demi kebaikan umat manusia? kemarahan-kemarahan tanpa arah tidak akan membawamu kemana-mana. jika kamu menginginkan peraturanmu sendiri, silakan buat aturan itu untukmu sendiri, dan coba lah berkomitmen atasnya. jika kamu sekedar memberontak tanpa komitmen yang jelas, tidak ada apa pun yang akan tercapai. aku teringat perkataan seorang kenalan. terlepas dari ideologinya yang bertolak belakang dengan ideal yang kuanut, yang ia anut dengan cenderung fanatik itu, saat ini aku merasa bahwa sepatutnya aku juga belajar dari pernyataannya itu dengan besar hati. "dengan menjadi bebas pun, kamu akan terikat pada kebebasan itu sendiri!" mungkin pertanyaan yang sesungguhnya adalah:

    pada apa kah kamu rela untuk terikat? mungkin jawaban dari pertanyaan sederhana itu akan sangat berpengaruh pada jalannya hidup ini. saat diri mulai terpapar dunia luar yang nyata dan kerap pahit, saat itu pula lah sebaiknya kita mulai mempertimbangkan jawaban dari pertanyaan itu. pastikan pula bahwa ia akan datang dari diri sendiri. persetankan banyak hal yang mungkin berpotensi untuk menginterferensimu dalam memutuskan jawaban itu. karena ini mungkin akan lebih krusial dari masalah memutuskan untuk menikah. (ano. kok nyasar ke situ ya? ahahaha. jujur gw lagi agak disturbed dengan bunga rampai status facebook bernada kebelet nikah yang lagi marak di network gw. sori kalo ada yang merasa tersindir) namun sekali lagi jangan marah-marah. pikirkan dan putuskan dengan tenang dan berkepala dingin. bagaimanapun juga, kemarahan tanpa arah tidak akan membawamu kemana-mana. salam, pemberontak kacangan yang kadang sotoynya keterlaluan

  • a mind wanderer’s prophecy hari berhujan sudah tiba. kemarin aku memikirkan hubungan kedatangan musim hujan dengan pulangnya amekami bersama kamerad-kameradnya akhir bulan ini untuk memberi makan para ubur-ubur yang kelaparan itu hingga setidaknya akhir november. sementara ubur-ubur ini akan meraih raja-raja yang dirindukannya, ia harus rela melepas sebagian nematosis yang saat ini ada padanya. hidup tanpa nematosis bagaikan menjalani hukuman lari keliling lapangan penuh ranjau darat bagi seekor ubur-ubur. meski labirin ini sudah semakin berkembang dengan kompleksitasnya yang indah, aku pun harus waspada. saatnya memperketat arus masuk gerbang dan lebih sering mengunjungi jantung labirin: hutan bimasakti. eureka! musim hujan memang merupakan berkah bagi kami. ialah musim semi bagi meilaire, dimana pepohonan imajinasi berpesta pora dalam pusaran benang sari, lalu bunga bunga bunga pun membuka matanya dan tersenyum. mereka siap melaksanakan raison d'etrenya: berjuang mencerahkan labirin dengan warna-warni bianglala. pelangi dari dimensi lain yang tidak akan pernah terbayangkan para orang luar. musim semi, oh! sentuhlah bibir yang kering ini dengan tetes hujan! kisah yang dulu terpotong kini kembali berlanjut: saatnya neo orihime dan neo kengyu bertemu kembali!

  • pengantar dansa jemari insomniak

    membayar kepenatan kepala dengan semakin banyak teori, menurutmu bagaimana? hanya saja aku tidak perlu benar-benar menguasai ini secepatnya demi potongan biaya pendidikan satu atau dua tahun lagi, jadi aku merasa jauh lebih rileks untuk ini. aku telah menekan jari manisku dengan begitu intens pula akhir-akhir ini hingga akhirnya ia pun mulai merengek. aku tidak bisa menghentikan dansa jemariku di atas kertas, entah ini demi mimpi egoisku atau nafsu egoisku, mereka belum akan berhenti berdansa. seperti si gadis sepatu merah yang dikutuk untuk terus berdansa tanpa henti, meski aku tidak menyaksikan hiperaktivitas ini sebagai sebuah tragedi. aku hanya bermain di taman bermainku, dan aku merasa lega dapat ke sini lagi setelah sekian lama. kepalaku sudah jadi familiar bagi phallas, dan oh! itu kamerad lamaku, oh ra! dengan senyum yang penuh sirat. catur atau mahyong lagi? tapi semua sudah beda tampilan kini sayang, aku pun menginginkan permainan yang lain lagi. bagaimana pun juga lepus skandalus sudah berubah menjadi ekor komet. dan hujan pun mendadak bersembunyi di balik dinding, entah malu atau mendapat terlalu banyak boikot... untung saja kekeringan bibir ini telah usai. ah. "you must always be high - everything depends on this!" - chuck baudelaire

  • toilet ruang publik yang gratis untuk dinikmati tidak lagi aman dengan adanya kepemilikan, bahkan yang berbayar sekalipun. aku kerap merasa tertekan tiap kali diserang kantuk yang dahsyat di luar rumahku. aku iri dengan mereka yang mampu tertidur di bus tanpa kuatir. aku terlalu takut kecurian. sementara pada saat yang sama aku juga tergelitik untuk mengkritik mereka yang tidak waspada. pada saat yang mendesak, aku biasa mencari toilet duduk di mal yang bersih dan tidur sebisanya. persetan dengan penantian panjang orang-orang beser, di tiap tingkat mal itu ada toilet. sungguh toilet yang bersih adalah satu-satunya hal yang melegakan di sana. tidak musholla sekalipun. potongan terakhir ruang privasi di tengah dominasi properti dan ruang-ruang berbayar. meskiseringkaliakurelamembayardemicintadanketerasinganyangadiktif ngomong-ngomong, apakah pertentangan antara jiwaku yang terlalu bersemangat untuk tidur dengan ragaku yang terlalu mengantuk untuk mencerna informasi ini akan menghasilkan suatu negasi yang menggairahkan? sebagaimana proses-proses menulis yang paling menggairahkan terjadi pada masa-masa sulit dalam hidup atau sekedar keseharian yang pahit. inikah gerak dialektis seorang anak manusia yang sudah termutasi sedemikianrupasehingga? ahahahaha. dan billgatot adalah nemesis semesteral yang nyata. sementara agen-agen mephistopeles pun bertebaran di berbagai arah: mereka lah nemesis abadi yang terselubung di balik berbagai kenikmatan dangkal. kenikmatan dangkal itu. kenikmatan yang mampu menghancurkan peradaban.

  • metamorfosa aurora spiral jaga yang keras kepala tengah mencoba berdamai dengan kantuk yang keterlaluan, dan terbang bersama ke labirin transnotal dengan kendali kesadaran penuh. daripada bergumul dalam dialektika tak berkesudahan. menghanyutkan diri di sungai koloid biru muda terdenaturasi beraroma soda gembira dengan sirup mawar, semoga besok pun aku tetap manusia. berdarah atau beringus, manusia, bukan makhluk berkitin yang dapat merayap.

  • meski soyuz telah didepak dari luna project

    dua dangdutan di hutan jarak, meresmikan purnatugas satu pada periode bulan ajaran september-oktober 2009 . dalam posisi siap, menanti setitik perwakilan peri laut jantan . darah.stabilisasi.tanampaksa.nyeri.nyeri.nyeri. serta rindu . yang tenggelam di balik kulit dasar lubuk hati . pip . pap . pip . pip . pop . pap . . . hinggatidakterasaapapunmeskimasihdisana karena derita adalah kekasih gelap para penyair! separo kombinasi kunci menuju gerbang labirin imajiner! bertualang,bertualang,bertualang, nyala biru jiwa masokis pecandu kata kata kata! dingin yang menyengat, dingin yang menyengat, menyelimutiku, menyelimutiku "bagaimana jika jaga dan kantuk saling jatuh cinta? sebagaimana hujan yang pilu karena mencintai seorang manusia perempuan yang rapuh. dan kamu, ya kamu, yang jatuh cinta pada malam musim gugur beraroma sukrosa pekat."

  • angura seremonia setitik irukandji yang siap menjadi martir bagi revolusi . atau tumbal sebagai jantung labirin bawah sadar kemudian mati demi menjalarkan rinding di sekujur tubuhmu berkelana di sepanjang titik-titik kulit kepalamu gelak tawa & air mata badut lapar riak aurora bait elektrik marionette . pinokio dan gepetto lelap dalam lelah dewa-dewa nematosis merapat 28lepas,29mungkin akurapuhdalamrangkulanmu dipurukmenujupalungmariana dan ekstase langit ke-37564.

  • pisuh pemudi: parodi serius kami pemudi-pemuda bumi manusia bersumpah: - berbangsa satu bangsa manusia, - berbahasa satu bahasa kemanusiaan, - tanpa derajat apa pun yang dapat membedakan kedudukan kami, - tanpa batas apa pun yang dapat mengkotak-kotakkan kami, - mengakui adanya perbedaan orientasi dan atau pandangan yang ada antara kami dan menghargainya. YYUK. yawdahrasahberantemgara2anakoranggamaudiajakdemosumpahpemuda! amit2

  • nya, nya dan nya aku menemukan potongan-potongan jiwaku pada nya, nya dan nya. seharusnya dengan ini aku tidak merasa sendiri. tapi aku tidak pernah menemukan nya, nya dan nya dalam bentuk kasat mata. bahkan tidak pada sang peramu nya, nya dan nya. hanya jalan buntu, itu saja. atau mungkin aku hanya ragu. entahlah.

  • skizofrenia skizofrenia berkelebat . ia dendam pada sisi tertataku dan ingin menghancurkanku . remuk diamuk massa . atau anak kecil yang bersorak . oranggilaa!oranggilaa! sesungguhnya ia tidak membahayakan siapa pun . aku pun yakin akan itu . hanya saja ia sangat merepotkan, saudaraku . bahkan ia pernah menghardik polisi menggunakan tubuhku ... bangkitnya skizofrenia . atau mungkin ini hanya pikiran fantastis lainnya . di sela-sela lipatan undangan mad tea party untuk F, N dan C . dan mungkin pemicu terbukanya gerbang yang sesungguhnya adalah beku di jemari argh, hentikan!! ada . ada . ada . potongan . yang hilang . . . ... karena kami . . mungkin kami adalah jiwa kembar tiga. kembar non-identik. tidak hanya sisi pembangkang dan sisi tertata, melainkan juga yang sedang aktif sekarang. aku yang mana? aku tidak yakin apa itu. aku tidak yakin . sebenarnya aku ini apa

  • studi banding ribuan tanya . mendera: apakah...? lalu tiba-tiba aku rindu melangkahkan kaki di malioboro, sebagaimana yang ada setiap sore pada seperempat akhir tahun lalu. aku bukan mereka yang masa kecilnya direnggut beton yang menjulang angkuh di tanah tempat kami mengukir senyum terlonggar. tapi aku bisa melihat lagi: lubang hitam yang datang dan mengoyak-ngoyak segala harapan itu. tolong,janganakudibunuhlagi...

  • nostalgiting ini adalah pendaratan ketiga saya hari ini. entah kenapa saya merasa nostalgik dengan lagu pengiring di sini, padahal saya nggak setua itu hingga bisa merasa nostalgik sama lagu jaman 70an. umur saya baru mendekati 23. tapi saya jadi ingat saat kita berkumpul di tempat seperti ini, sayang. masa-masa chaotic berselubung euphoria terhadap ide-ide gila kita. meski lalu euphoria itu berbalik mencelakakan kita: kita terlalu bersemangat, dan kita terlalu mabuk untuk melihat kenyataan hingga lupa mengenai taktik. malam-malam dingin. para filosof kacangan. mad tea party affair. karena rindu adalah suatu keniscayaan. air mata jatuh diam dan menguning. usang dimakan usia, melebur di dinding hati. hidup itu luar biasa, ya kan? di balik luka raksasa bertajuk kepedihan itu, saya belajar tentang indahnya proses yang menyakitkan ini. bukan teriakan-teriakan omong kosong lah yang akan membesarkan kita. bukan caci maki hampa. melainkan proses demi proses yang kita lalui. kerja keras untuk apa yang diperjuangkan. kegagalan untuk dijadikan pembelajaran. keterpurukan untuk mengetahui batas kekuatan kita. keberhasilan yang menguji kesahajaan kita. semua, semua ini. apa-apa yang tidak akan tergantikan oleh sesuatu yang instan begitu saja. mereka tidak akan pernah mengerti. biar lah itu jadi masalah mereka :) brainwash euphoria is not our thing, is it?!

  • bukan rumi yang menyihirku, melainkan sang pembawa

    lampion kaca idaman yang menusuk. dan titik jenuh atas tidak percaya. kalau kamu memang benar kodekan semua absurditas biner ini lalu tuntaskan prihatin dan tidak berdaya ini atau akui saja: menjadi kritis sama sekali tidak searah dengan menjadi pasif dan serta merta mengiyakan sautan gerombolan fasis muda! mengiringipelariankudengankekasihkuyangbertopengpandaitu menujupusaransukrosayangmembunuhsuperego sukrosa,sukrosa,sukrosamerahmuda berbaringmenataplangitbertaburanicingdenganmatamatamatamatakamiyangjernihini sebagai tanda kemurnian kami dan kenistaan mereka yang membutakan nuranimu atas nama kritis. far, far away I can hear a polka...

  • dramatisasi mati listrik malam itu para luddite tersenyum dalam kepayahan ku torehkan sebuah sajak bisu di atas prada yang setia dalam penantiannya merutuki para penimbun cahaya yang lalai menanti sesuatu entah apa

  • ketika liver setuju bertukar keadaan dengan kewarasan

    hari ini, sepulang dari luar rumah dan setelah menonton episode Hayate hari ini (duh), area pencernaanku kembali merasakan sakit yang amat sangat karena: - seperti yang beberapa di antara kalian tahu, aku sedang mengalami gangguan liver dan kelenjar empeduku sedang berlumpur. - lumpur di sini bisa dikatakan adalah ratusan atau ribuan batu empedu seukuran pasir. - apabila seseorang menderita gangguan pencernaan terutama di bagian usus dan liver, produksi gas orang tersebut akan amat sangat meningkat dan baunya akan amat sangat mengerikan, yang mana apabila terhirup akan membuat orang-orang di sekitar orang tersebut spontan memble bagaikan orang sedang patah hati sebelum dapat ransum "formula anti-bete hanya dalam satu gigitan" - ... sehingga satu hari ini aku berjuang menahan pengeluaran gas maut itu karena hari ini aku harus ke TPS, lalu mengambil jatah kopi gratis di mal terdekat hanya dengan menunjukkan lumuran tinta biru di jari tengah, dan tentu saja nonton Hayate di ruang tengah. yang berarti adalah berada di tengah orang-orang yang memiliki

    toleransi nol / zero tolerance terhadap orang sakit liver sepertiku. - karena menahan gas maut itu di pencernaan, maka semakin banyak lah gas yang terkumpul di ruang pencernaan, yang mana menimbulkan SAKIT YANG AMAT SANGAT ALAMAKZANG dan kegagalan total dalam pemadatan sisa pencernaan. - dan sepertinya setelah menulis semua yang sudah lama sekali ingin kutuliskan di sini, aku tidak dapat melakukan apapun lagi selain berbaring, mengurusi bintang kecil yang kunamakan Fairy dalam sebuah Tamagotchi V6 (ups), gonta-ganti status Facebook lewat Blackberry dan mungkin membaca buku atau majalah. maksudku, aku benar-benar kesakitan sekarang. serius deh. pada akhirnya aku merenungkan... betapa kita hidup di dunia yang kejam, dunia dimana seorang perempuan tidak pernah lagi dapat berbicara dengan santai bersama lelaki yang paling dicintainya di dunia (saat itu) akibat gangguan usus yang menyebabkan perempuan itu terus menerus kentut sehingga suatu hari ia mengeluhkan hal itu dengan ungkapan yang memang kurang umum lalu lelaki yang paling dicintainya di dunia (saat itu) itu malah salah paham dan pecahlah perang terdingin di muka bumi yang berakhir buntu sebuntu harapan lama seorang mantan mahasiswa biologi yang benar-benar bodoh bahkan bisa dibilang mendekati idiot dalam hal biokimia - metabolisme - serta molekular namun pernah ingin jadi ahli fisiologi hewan.

  • dimana sebagian orang-orang yang benar-benar sakit malah dikucilkan karena entah tidak cukup biaya perawatan atau takut tertular. dimana sebagian orang-orang lanjut usia yang menjadi tak berdaya akibat hukum alam atau sekedar salah menjalani pola hidup ketika muda kemudian ditinggalkan di panti jompo karena kerabatnya entah sudah tua semua atau terlalu sibuk untuk merawatnya. dimana korban kezaliman kelas Orca yang rumahnya tenggelam dan menderita keracunan pernapasan serta penyakit-penyakit lainnya akibat kesalahan operasional industri ilegal terus saja diinjak-injak sementara pelaku kezaliman itu terus saja bertambah stok materi dan penjilatnya. dimana seorang bapak yang baik bisa berubah jadi seorang lelaki cerewet lagi cenderung sok tahu nan bigos serta pemuja katarsis dan kapitalisme. maksudku,

    memindahkan kampus orang demi keseragaman membosankan di Jakarta Pusat yang memang penuh gedung-gedung tinggi yang terlihat sangat membosankan dan menutupi hamparan langit yang adalah tempat aktivitas para kapitalis papan atas beserta boneka-bonekanya?? oh, oke, ide yang bagus!!! dimana... uang itu ada, teknologi didewakan dan nilai-nilai kemanusiaan semakin terkikis. pada akhirnya ... akhirnya kini aku dapat masuk ke kamarku ... dan kentut sepuasnya tanpa perlu khawatir ada yang protes apalagi tersinggung. serta tentu saja menahan sakit yang entah apa dapat kugambarkan ... dan aku pun belajar bahwa gejolak emosi orang yang menderita masalah gangguan liver dan sejenisnya kurang lebih setara dengan gejolak emosi orang yang kelebihan estrogen dalam keadaan PMS. sangat sensitif dan beresiko tinggi untuk menjatuhkan ribuan korban mental. wassalam -_- PS. aku nggak yakin apa aku marah, karena bahkan aku nggak yakin apa aku masih bisa marah, dan aku mengetik ini tanpa maksud marah-marah melainkan kembali berusaha menjadi seorang pujanggagal satire penuh metafora, meski pada episode kali ini aku tidak menggunakan terlalu banyak metafor bahkan setelah kupikir mungkin sama sekali tidak menggunakan metafor (entahlah, aku terlalu malas untuk menelusurinya ulang). PPS. .... jadi kuharap kali ini aku kembali dapat membuat satu atau bahkan beberapa di antara kalian tersenyum atau bahkan tertawa pahit karena membaca postingan ini.

  • gap. aku tidak tahu kalau aku selelah ini. atau mungkin ada sesuatu yang lain di kamarku. mungkin aku tidak lagi sendiri di kamar ini. aku tidak keberatan akan hal itu, karena sepertinya ia di sini untuk menjagaku. entahlah. yang jelas aku sama sekali tidak ingat telah mengunci kamarku, tidur dan menyelimuti diriku. namun aku bangun dalam keadaan seperti ini jam 10 malam. sebenarnya hari ini adalah jadwalku untuk terapi. aku harus berangkan ke rumah dokter jam 5. ibuku membangunkanku di balik pintu yang terkunci. konon ia

    mendengar ada yang menjawab “iya, sebentar”. tapi aku sama sekali tidak terbangun. penginderaanku seakan tertutup rapat. saat itu aku bermimpi membuat sebuah buku kumpulan puisi bersama suami dan anak perempuanku. buku itu baru selesai dicetak, dan aku membacanya di rumah putih kami yang sederhana dan menyenangkan itu. aku hanya membaca tulisan-tulisan suamiku. tulisannya mirip tulisanku. penuh diskoneksi yang kemungkinan besar sesungguhnya adalah alegori-alegori yang saling berhubungan satu sama lain. aku menemukan selembar puisi untukku. sepertinya puisi itu adalah tulisan anak perempuanku. karena alasan tertentu, aku bisa mengetahuinya. puisi itu berjudul “saat itu memang wajar untuk terpuruk, kikie”. isinya pendek saja, tapi aku tahu bahwa itu tertuju pada keadaanku dua tahun belakangan ini. anak perempuanku di sana waktu itu berusia sekolah menengah atas. ia mewarisi sifat literer enigmatisku. tentu saja ia lebih beruntung dariku mengenai potensi itu. ia juga mewarisi kecenderunganku untuk berpembawaan dingin dan soliter. tapi yang jelas saja, ia jauh lebih keren dariku. dan lebih beruntung. mungkin di situ letak gen pekerjakeras ayahnya. aku agak rancu dalam mengingat siapa yang menjadi suamiku di sana. entah itu dia yang mendominasi pikiranku pada akhir 2006 hingga akhir 2008, atau si rambut cokelat tembaga yang mungkin akan tengah beredar di sekitarku saat aku tengah mengetik ini.

  • atas interferensi man of the year 2007

    aku bermimpi tentang man of the year 2007. lagi-lagi aku terlibat interaksi kurang menyenangkan dengannya karena sikap dinginnya. untung saja itu bukan satu-satunya bagian mimpiku saat itu. aku berada dalam antrian di depan kolam. aku membawa sebilah puing dari semen bercat putih, dimana aku menuliskan kekesalanku pada man of the year 2007. entah kenapa lalu anggota duo encer agent jutekman mendadak muncul, dan memanggilku dan memintaku mengembalikan puing itu karena itu adalah properti kolam (entah apa fungsinya?). lalu aku mendapat handuk putih, entah untuk apa. lalu aku mengayunkan kedua lenganku, dan kemudian aku terbang. aku terbang beberapa menit. aku aku mendarat di sebuah toko mainan. entah untuk anak siapa, aku menanyakan harga figure ariel dan sebastian dari the little mermaid. karena terlalu mahal, aku tidak jadi membelinya. mimpi itu penuh diskoneksi yang mungkin merupakan fragmen-fragmen sebuah alegori. aku lebih memilih formula “lihat saja nanti” dalam mengkodekan maknanya.

  • karena lebih baik begini daripada apa yang ada tahun lalu: tiap

    hari bersama alkohol 14% [1] sedikit lagi. sebetulnya aku baik-baik saja. aku hanya sedang dalam pengaruh euphoria progesteron yang masih intens. dulu aku tidak membutuhkan alasan apa pun. kenapa sekarang aku butuh alasan? baiklah. aku mengerti bahwa semua hal berubah. aku mengerti bahwa aku tidak hidup dalam dunia fiktif haruki murakami. aku hidup di dunia penuh prasangka. dunia yang sempat ingin kuhancurkan beberapa tahun yang lalu. tidak, tenang saja, aku bukan teroris, aku tidak punya ambisi menyelamatkan dunia, aku tidak punya kapasitas apa pun untuk itu. aku hanya seorang pemberontak kacangan yang pernah ditahan di suatu tempat selama 18 jam beberapa bulan yang lalu, lalu mengalami keterpurukan rangkap rangkap rangkap dan seterusnya. lalu aku kembali meneruskan pencarianku, pencarian akan tempat persembunyian dimana aku bisa mengeksplorasi tiap bait resahku, tidak titik deritaku, dan hal-hal yang sesungguhnya membuatku jadi manusia paling beruntung di dunia meski kemudian aku merasa muak akannya. menepis segala interferensi, menepis segala prasangka, menepis menepis menepis … dan kini aku kembali menemukan sisi lainku yang berwarna biru kehijauan: si arogan yang terlalu mencintai kesendirian. ia yang keras kepala dan terus berusaha memojokkan sisi diriku yang kehausan dan merindukan sesosok penunjuk jalan. sebetulnya aku sadar bahwa aku tidak akan menemukan pemilik benang merah di kolam semudah ini. namun kemudian. aku terlalu lelah untuk menelusuri perbincangan demi perbincangan. lisan adalah penghambar, lisan adalah musuh semu yang terlanjut kubenci sepenuh hati. sebagaimana aku terlanjur mencintai kesendirian sepenuh hati. tidak ada badai dalam labirinku kini, yang ada hanya air bah yang gelap dan dingin. lalu ombak-ombak-ombak dangkal yang membuatku gundah. bagaimana semua ini bisa sampai di sini? bagaimana? siapa yang membiarkan semua ini terjadi pada labirinku? kampung halamanku yang sesungguhnya. siapa? SIAPA?? aku sadari sejak beberapa lama yang lalu, aku sedikit terlalu longgar dalam menetapkan siapa-siapa saja yang dapat masuk ke dalam labirin ini. bagaimana kini aku dapat mendepak beberapa orang tertentu? selagi saat ini aku terhubung dengan cukup baik tanpa kemungkinan interferensi. aku harus membereskan semua ini. aku harus membereskan semua i n i …….. . . . . . . . . . . . . . .

  • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . apakah ini catatan akhir tahunku? kenapa sekelam ini? padahal awalnya kukatakan bahwa tahun ini adalah tahun kebangkitanku. bagaimana bisa begini? bahkan aku pun tidak ingat siapa-siapa yang kupersilahkan mengakses labirin tahun ini. mungkin aku lelah, mungkin aku benar-benar lelah meski pun aku tidak menyadarinya. aku baru mmpelajari hal itu pagi ini, sebagaimana ternyata aku punya tendensi untuk meletakkan berbagai hal di sembarang tempat dan . . . . . . . . . . ingat kah kamu, ketika dulu aku mampu menulis tujuh halaman di atlantis tanpa dihantui prasangka? meski aku masih percaya bahwa derita adalah kekasih gelap para penyair. hingga kemudian aku bisa mengakses labirin yang porak poranda dengan hampir penuh. getaran telah menjalari seluruh tubuh ini meski seingatku ini adalah gejala baru dan tidak ada sebelumnya. dan saat itu aku memang tengah terputuk di dasar palung, di mana aku bertemu makhluk-makhluk mengerikan paling fantastis di dunia. alalu kemudian, apa yang terjadi padaku tahun 2006? ketika catatan ini lahir dengan indah dan bersahajanya. sebagaimana teratai-teratai di kota terlarang. tahun lalu, aku lah si provokator neo ragnarok. aku menyaksikannya di tengah kabut sukrosa merah muda bersama Ra, terkekeh dan membelokkan sesuai instingku yang tidak pernah benar-benar waras. kini, kampung halamanku diporakporanda entah apa, entah siapa, dan aku hanya dapat terpaku tidak berdaya menyaksikan semua ini. lalu setelah semua kekacauan ini, air bah yang gelap dan dingin ini, surut… perlahan aku akan membelai akar labirin ini. ya. ia akan baik-baik saja. saat itu terjadi, dinding-dinding hijau akan kembali menyemburat keluar dari akar dan meletakkan dirinya masing-masing di posisi yang seharusnya. ia akan baik-baik saja. aku akan baik-baik saja.

  • kepada hidup yang kerap sungguh lebai, bahkan saat

    manikur sekali pun maafkan aku karena tidak menepati janjiku untuk menjelajahi labirin cahaya tiap hari mulai tahun ini. apa pun kekuatan itu, kuharap aku dapat melakukan yang terbaik tahun ini. kuharap kekuatan itu akan konsisten mendukungku dan tangan-tangan kami tetap saling bergenggaman erat. satu yang jelas: beberapa hari yang lalu aku manikur dan ia mengeruk kapalan di jari manis tangan kananku tanpa ampun. kapalan hasil pergumulanku dengan milipen 0.1 mm selama bertahun-tahun untuk melahirkan fragmen-fragmen bianglala yang terlupakan bahkan olehku sendiri. Tuhan memang luar biasa, atau setidaknya itu lah yang kuyakini kini. dan percayalah, pernyataan itu sangat ada hubungannya dengan apa pun di paragraf ini. aku merindukan kapalan itu. ia mereduksi nyeri di jariku akibat terlalu banyak berdansa di atas kertas. kapalan itu sungguhan hasil mekanisme pertahanan yang terlalu baik untuk disingkirkan, demi alasan estetika sekali pun!

  • menggali persembunyian baru … lalu gagal.

    saat ini sepertinya aku menemukan persembunyian yang cukup menyenangkan. suasananya benar-benar sesuai untuk menulis sesuatu seperti ini, belajar atau sekedar memuaskan hasrat yang mengkilat-kilat untuk mengasingkan diri. ini adalah di luar ruangan, dengan angin periodik yang agak lebai namun dapat dimaafkan sebagaimana aku memaafkan kelebaian lebaiman, burung-burung gereja yang sewaktu-waktu mendarat dan melompat-lompat di sekitar, suasana sepi atau minimal sangat individualis, backsound jazz yang cihui (meski telingaku sedang diinfus コンセント…---… on repeat saat ini),…. oh surga dunia dan punggung yang hangat, oh! sayangnya kopi di sini bukan the magic coffee, dan sebagainya (alasan lain yang sebaiknya kurahasiakan dengan baik dan benar). tapi kemudian. seperti yang dapat dilihat di lembar sebelumnya dan apa yang ada di beberapa tempat kemudian: baru saja angin menikam embrio transnotal. pisau itu adalah kopi, meski pun sekali lagi kukatakan bahwa itu bukan the magic coffee. untung saja, dan untung pula bahwa akar-akarnya tidak ikut layu tertikam angin yang berang dan bertanya-tanya. ah, mungkin saja ini petunjukNya: aku harus kembali, mungkin dia memang untukku. itu lah mengapa pada akhirnya aku pun tersenyum, meski karyaku tengah sekarat! dan Ra, oh Ra, ingat kah kamu bahwa pangeran pasar minggu pernah memiliki julukan “kaze”? ketika aku mengingat itu semua, terasa sekali bahwa semua ini seolah saling berhubungan satu sama lain. angin dengan 4l4ynya bernyanyi “oh oh kamu kok selingkuh, la la la la la …” sambil menerjang lepus skandalus yang kali ini mencoba menjalani hidup barunya sebagai debucahaya yang ternyata kemudian bertabrakan dengan roh drupadi. dan Ra pun hanya tergelak dari kejauhan, sambil menepuk punggung lepus dengan penuh kasih sayang bercampur kelicikan, menyaksikan lepus ditampar salah satu pemeran kunci neo ragnarok di timur samudera hindia. apakah ia dendam pada entah-terewelu-entah-ular provokator itu, atau ia hanya benar benar dan benar cemburu, entahlah. lalu Ra yang hanya lah kawan lepus dalam bermain mahyong, tergelak dan tergelak. pada akhirnya aku kembali. sepertinya aku gagal menemukan persembunyian baru. meski pun segalanya atau minimal hampir segalanya mengingatkanku pada persembunyian yang lama: cokelat berdebu dengan beberapa diskoneksi janggal layaknya sebuah wastafel di ruang baca. dan langit-langit yang rapuh. meski sesungguhnya keduanya tidak mirip satu sama lain. namun rasa keterasingan yang adiktif ini begitu begitu BEGITU? (familiar?)

  • dan kemudian aliran kata-kata-kataku menjadi berantakan. seperti alis yang berkedut, kemudian bibir atas sebelah kiri yang berkedut, dan kini ekor mata yang berkedut. atau pangeran cocoa bear yang berkelebat dan melebat. semua petunjuk mengarahkanku ke sini, namun kemudian aku berjuang kembali ke keadaan waspada penuh atau minimal semi-waspada: belum tentu petunjuk ini mengarah pada lampu hijau, bukan? katakan saja bukan. atau apapun kegaringan yang patut dicoba. namun tidak ada salahnya untuk terus tersenyum. bukankah itu yang membuat debucahaya pertama kali jatuh cinta pada pangeran cocoa bear bertopeng panda? debucahaya pun bisa membuat entahapa tertentu di dunia ini jatuh cinta. karena segalanya. memiliki potensi untuk memerangkap entahapa demi kelangsungan perjalanan gen. agen-agen terlicik di alam semesta, meskipun selicik apa pun segala sesuatu lebih licik lagi sang pelopor pembangkangan raksasa. yang jelas saja: itu bukan aku. atau lepus skandalus sekalipun.

  • karena lebih baik begini daripada apa yang ada tahun lalu: tiap

    hari bersama alkohol 14% [2] baru saja aku sempat merasa kram otak. namun baru sekarang aku bisa menuliskannya di sini. wajar saja ia kram, pikirku kemudian. sudah lama sekali aku tidak melakukan eksplorasi eksperimental ini. rasanya enak sekali, mungkin bisa disamakan dengan demikianlah, sehingga separo leebih tubuhku dijalari getaran yang aneh. gejala baru akhir-akhir ini, sebagaimana yang sebelumnya kukatakan. banyak sekali benda-benda berserakan di labirinku, pertanda ia sudah lama sekali tidak benar-benar dibenahi. atau. mungkin ini karena bencana air bah beberapa hari lalu, yang susah payah kuusahakan agar tidak meluap hingga keluar meilaire, lalu kering dengan sendirinya dan dengan bersahajanya kemarin. tugasku di sini banyak sekali, namun tugasku di permukaan bumi juga banyak. dan rencana raksasaku baru saja dimulai pelaksanaannya, meski diinterferensi pihak-pihak arogan nan fasistik tertentu dengan dangkalnya. sementara itu aku juga membarenginya dnegan eksekusi rencana alternatif yang jauh lebih sederhana namun sama sekali tidak bisa dianggap remeh. biarkan saja mereka yang tidak tahu terus menganggap remeh semua ini. itu tragedi mereka yang tidak mampu menghargai hal-hal yang sederhana namun paling berharga dalam dunia nurani. karena materi adalah omong kosong, meski omong kosong itu pun tidak dapat diremehkan.

  • mindmaster kurasa… saat ini gemuruh itu mulai mereda. meski di sisi lain, bumi tempat ku berpijak lah yang tengah diguyur hujan. hujan. yang selalu menjalari sentimentalnya padaku. benar kah di luar tengah hujan? aku menyayanginya, aku menyayangi hujan sebagaimana … dulu aku cukup sering waspada terhadap orang-orang yang mungkin bisa membaca pikiran orang lain. aku tahu setidaknya ada satu mindmaster di negara ini. ketika kamu menyadari keberadaannya dari jauh, matanya akan langsung melesatkan pandangannya ke arahmu dan tersenyum padamu. mungkin, mungkin saja ada lebih dari sedikit orang seperti itu di ddunia ini, bahkan di sekitarku. mereka mendengar sahutan-sahutan hati kita namun tidak memberitahu siapa pun bahwa mereka tahu. dulu aku cukup sering paranoid terhadap orang-orang seperti mereka. tiap kali ada yang menyentuhku, kawan atau dokter atau perawat atau terapis atau kolega, tiap kali aku berhadapan empat mata dengan siapa pun, aku menghardik hati dan pikiranku untuk diam dan menutupnya rapat-rapat: aku tidak akan membiarkan siapa pun membaca pikiranku dan mendengar suara hatiku. pikiranku yang penuh darah dan luka terbuka dan lumpur ini. biar Tuhan saja yang tahu, cukup Tuhan yang tahu rahasia-rahasia terkelamku. atau kesedihan-kesedihan terapuhku. dan impian-impian terindah yang mampu kuukir meski belum tentu akan merelief. cukup… namun baru akhir-akhir ini kusadari bahwa beberapa bulan belakangan ini kewaspadaanku jauh lebih longgar dari sebelumnya. sepertinya… ada beberapa penyusup. aku harus kembali waspada. aku tidak akan membiarkan siapa pun juga mengetahui isi hatiku.

  • jum’at terakhir hujan dan dingin adalah bunga salju dalam hatiku. cantik dan menusuk. jembatan kapsul menuju bayangan monokrom tentang pasukan kartu di dini hari. namun macet raksasa dan pawai komodo, sungguh, tidak kamu punya tempat di sana, seperti fasis-fasis muda yang tidak akan pernah berhasil menancapkan cakarnya di sisiku. macet itu seperti kutu daun hitam yang berserakan. 7:35, arteri, I’m officially late.

  • nostalgiting: epilog ingin lihat bulan dan atau bintang di atap dingin. ketika 2006 yang polos tanpa darah hitam pekat menggenang di lantai hati pikiran. ketika aku hanya tertawa menyaksikan para pecinta yang rabun dan kelimpungan. bukan terpaku dan terseret ke tengah koloid hisap gelap lalu terbenam. ignorance is a bliss indeed.

  • cahaya kapau aku adalah cermin diskoneksi. kemudian aku kekenyangan. itu adalah permata lain di pantai. kakiku mulai merinding, seakan roh kaki memberontak hendak pergi. padahal aku tidak merasa telah tersinkronisasi dengan dunia lain. lalu roh itu menyatu lagi. dan tulisanku semakin jelek. itu adalah tragis. meski di sisi lain kapalan di jariku yang kurindukan itu sudah kembali. aku benar-benar kemiskinan impuls motorik hari ini.

  • melebur ketimpangan oh hidup yang tersegmentasi! kotak kotak kotak dan kotak. sudikah kamu merobohkan tembok-tembok yang memisahkan kita semua? karena, sungguh tembok berlin, ia telah rubuh, sayang. dan jika kita memang satu, dinding-dinding labirin ini sesungguhnya tiada. dan suatu saat, kita akan saling menemukan.

  • ruang. saat ini aku tengah berada dalam suasana menyenangkan berlipat ganda di rumahku sendiri. ini adalah saat yang langka dan aku sendiri lah yang mengkomposisikan setting yang sangat cocok untuk menggila ini. jadi terus terang aku cukup bangga. dua gelas lilin lavender, kamar redup, suhu 21ºC, kings of convenience, buku-buku yang menggetarkan imajinasi ... ini adalah layaknya rokok makan gratis di tengah malam dingin yang ditunggangi kebokekan pekat bagi seorang pejuang ide yang terperangkap pecandu nikotin. sungguh romantis. untung saja aku bukanlah seorang pecandu nikotin yang keras, hanya kafein yang sentimentil namun diam-diam seperti karat yang membelai besi dengan cakarnya. tidakkah ini romantis? hanya sedikit yang kurang, yaitu mejikofi dan pijatan lembut namun kuat. tapi sudahlah, nanti malah jadi erotis. biarkan seperti ini saja dulu, meski aku juga berandai-andai bahwa di atasku adalah langit malam yang terbuka lebar berikut taburan icing semestanya yang berkilau manis, bukan lagi-lagi dinding dan dinding. paling tidak begini. aku beruntung bisa mengetahui cara menyenangkan diriku sendiri, sementara banyak orang yang frustrasi kebosanan karena hal ini. aku memang sangat beruntung. hanya saja aku belum bersuami ... *PLAK!*

  • is it you? katanya, membuat terangsang itu berbeda dengan membuat jatuh cinta. itu adalah pengetahuan umum. tapi kenapa masih banyak yang tertipu? ketika nafsu diklaim sebagai cinta. apakah penyangkalan? atau pemancing bawah sadar? sejak berhenti menyukai si mahasiswa gama itu berkat seorang yang banyak menyebut "alright" dengan aksen yang khas itu, aku agak atau mungkin bahkan menjadi sangat berhati-hati dalam menyimpulkan apakah aku memang jatuh cinta atau ini hanya kesenangan atau euphoria kebersamaan semata. karena ketika aku menyimpulkan bahwa aku sedang jatuh cinta padahal sebenarnya biasa saja, selanjutnya hal itu cenderung akan jadi sugesti yang menjadikannya nyata. lalu aku pun terluka. dan berbalik melukai. jujur aku takut. lalu apa? kini aku terjebak dalam segi empat yang chaotic dan membingungkan. untung saja ini bukan fraktal, yang tentunya akan lebih memusingkan lagi. lagi-lagi aku tidak ingin terlalu cepat mengambil kesimpulan. apakah aku terlalu berhati-hati? tapi aku takut. aku terlalu takut untuk kembali membuka hatiku. meski pada momen tertentu itu. beberapa minggu yang lalu. mungkin pertengahan desember. sesuatu kusaksikan. sesuatu yang memulai gema mendamba ini, yang gingga kini terus menggema meski masih kuragukan kenyataannya. "itu dia... imamku... ya Tuhan, aku ingin dia jadi imamku..." what should I do? to make him notice without looking desperate? why him, anyway?

  • lima watt perjalanan spiral sudah sampai ke pusatnya. pekat pekat pekat benam benam benam kolam hitam pekat … menggerayangi mataku dan pembajak bersepeda oleng menelusuri lekuklekuk gurun landai —- (all cheers to pembajakbersepedaoleng and the wonder boys)

  • neo atlantis and the firefly illusionist

    kegalauan sering menggerakkan langkah-langkahku ke tempat yang tidak diduga. karena apa yang melecut hatiku kemarin, sore ini aku melangkahkan kakiku dengan galau ke berbagai arah. hingga aku sampai ke suatu tempat yang membuat jantungku berdebar. seperti saat itu, 19 oktober 2008. ketika kemudian aku bertemu dengannya untuk yang pertama kali. hari yang tidak akan pernah kulupakan, ketika ia dengan bersahaja memutus gundah itu: gundah yang sudah menggulung dan menyimpul dua tahun lamanya. aku menemukannya lagi. terimakasih Tuhan. kasih sayang dan mereka yang mengingatku dengan senyum, serta bahwa aku kembali menemukannya…. kado yang begitu indah dan lembut dari-Mu. terimakasih, juga pada kaki-kakiku yang menyayangiku. yang telah menuntunku yang galau ke hadapannya. maafkan aku sering membuatmu bekerja terlalu lelah sebagai pengelana. posei ♥

  • macet: kotak merah versus kumbang merah

    terjebak kemacetan jalanan di dalam transportasi umum itu menyenangkan. kita bisa mengamati berbagai reaksi dan tingkahlaku berbagai macam manusia. dari yang berkicau tiada henti hingga yang tidur dengan bersahajanya. terutama saat pulang kerja atau sekolah atau kuliah, dan tidak ada lagi jadwal yang mengikat setelah itu. melayang di jalanan tanpa terikat jadwal itu enak banget. sayang juga bahwa hanya segelintir orang yang cukup peka untuk tahu betapa enaknya itu. hanya saja, tetap waspada terhadap diri dan barang bawaan. kontras dengan kondisi sebelumnya, terjebak kemacetan jalanan di dalam mobil pribadi itu menyebalkan. sekalipun kita cuma penumpang, segala yang terlihat adalah mobil mobil dan mobil serta motor motor dan motor dengan segala tingkah lakunya yang nggak ada seru-serunya. lalu pengemudi mobil yang mencacimaki sesama pengguna jalanan, seakan yang dicacimaki bisa mendengarnya. dan penumpang lain yang berkicau tiada henti seputar hal-hal yang sudah bisa diprediksi karena kita sudah mengenalnya.

  • (late) birthday note setengah ratus lebih cinta terkirim. dan kado terindah dari Tuhan, ketika aku kembali menemukannya. bahkan yang terdahulu pun tersenyum. aku merasa sangat terberkahi. meski urat leherku semakin sulit untuk berelaksasi akibat tragedi yang telah kuterima dengan lapang dada ini. tanganku bergetar dan segala celah seperti terpampang begitu jelas hingga aku kebingungan hendak melanjutkan pengelanaan ini ke mana. buyar buyar dan buyar. lunglai lunglai dan lunglai. namun bagaimana pun juga ini lebih baik daripada diam di tempat, terhenti tanpa menemukan jalan mana pun yang dapat ditempuh. maka untuk ini semua, dan setengah ratus lebih cinta yang tersiram padaku hari ini... terimakasih, Tuhan :) --- kikie new year 23 (4F2010)

  • neo atlantis kemarau hantu perancis galau lalulalang. seperti berenang gaya punggung! lalu memutar mengitari dengan tawa tanpa suara. seperti duyung-duyung yang tidak kunjung dimengerti. // ini tidak mengerikan, karena manusia pada puncak kegemerlapannya kerap lebih mengerikan dari apapun termasuk ikan lampion! // gigiku ngilu. dan sang ilusionis kunang-kunang memutuskan untuk gundul.

    itu adalah syok moderat.