kemitraan pemerintah swasta dalam menciptakan lingkungan hijau melalui

14
KEMITRAAN PEMERINTAH SWASTA DALAM MENCIPTAKAN LINGKUNGAN HIJAU MELALUI CSR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan (sustainability) merupakan hal yang sangat urgen dalam perkembangan era globalisasi saat ini. Seluruh elemen bangsa di dunia saat ini sudah mulai menyadari akan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan. Tentu hal ini menjadi bagian dari tugas pemerintah kita sebagai bagian dari Negara-negara di dunia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga sering disebut juga sebagai “paru-paru dunia”. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah segala bentuk pembangunan yang mengeksploitasi kekayaan alam atau dapat pula dikatakan memberikan dampak terhadap lingkungan masih sangat kurang diperhatikan oleh pemerintah. Terbukti dengan jauh berkurangnya luas hutan di Negara kita yang notabene sebagai habitat satwa-satwa serta sumber sebagai sumber air. Akibat kerakusan dan kebringasan manusia-manusia yang hanya ingin merasakan kenikmatan sesaat dan tidak pernah berpikir bagaimana masa depan anak cucunya. Pemerintah tentu perlu bertindak cepat dan tepat dalam menanggulangi permasalahan di atas. Dengan adanya otonomi daerah ini membuka peluang bagi daerah untuk membuat kebijakan dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Adapun dalam tataran pelaksanaannya dapat melibatkan berbagai pihak baik itu swasta maupun masyarakat. Sehingga dalam hal ini konsep kemitraan perlu untuk dikembangkan. Konsep kemitraan yang dimaksud adalah dengan menerapkan kebijakan bagi swasta (perusahaan) dalam operasionalisasi dengan keharusan memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan (environment oriented). Adanya kerjasama ini tentu

Upload: doni-ferdian

Post on 05-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kemitraan Pemerintah Swasta Dalam Menciptakan Lingkungan Hijau Melalui

TRANSCRIPT

Page 1: Kemitraan Pemerintah Swasta Dalam Menciptakan Lingkungan Hijau Melalui

KEMITRAAN PEMERINTAH SWASTA DALAM MENCIPTAKAN LINGKUNGAN HIJAU MELALUI CSR

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Pembangunan berkelanjutan (sustainability) merupakan hal yang sangat urgen dalam perkembangan era globalisasi saat ini. Seluruh elemen bangsa di dunia saat ini sudah mulai menyadari akan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan. Tentu hal ini menjadi bagian dari tugas pemerintah kita sebagai bagian dari Negara-negara di dunia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga sering disebut juga sebagai “paru-paru dunia”.

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah segala bentuk pembangunan yang mengeksploitasi kekayaan alam atau dapat pula dikatakan memberikan dampak terhadap lingkungan masih sangat kurang diperhatikan oleh pemerintah. Terbukti dengan jauh berkurangnya luas hutan di Negara kita yang notabene sebagai habitat satwa-satwa serta sumber sebagai sumber air. Akibat kerakusan dan kebringasan manusia-manusia yang hanya ingin merasakan kenikmatan sesaat dan tidak pernah berpikir bagaimana masa depan anak cucunya.

Pemerintah tentu perlu bertindak cepat dan tepat dalam menanggulangi permasalahan di atas. Dengan adanya otonomi daerah ini membuka peluang bagi daerah untuk membuat kebijakan dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Adapun dalam tataran pelaksanaannya dapat melibatkan berbagai pihak baik itu swasta maupun masyarakat. Sehingga dalam hal ini konsep kemitraan perlu untuk dikembangkan.

Konsep kemitraan yang dimaksud adalah dengan menerapkan kebijakan bagi swasta (perusahaan) dalam operasionalisasi dengan keharusan memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan (environment oriented). Adanya kerjasama ini tentu akan membawa implikasi positif bagi masyarakat yang secara langsung merasakan  manfaat yang ditimbulkan.

Kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam kemitraan dengan swasta adalah melalui Corporate Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang akrab disingkat dengan CSR. Atas dasar itulah penulis menyusun makalah yang berjudul “Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam Menciptakan Lingkungan Hijau melalui CSR”.

  

1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan kemitraan;2. Apa yang dimaksud dengan kemitraan pemerintah dengan swasta;3. Apa yang dimaksud dengan Corporate Social Responsibility (CSR);

Page 2: Kemitraan Pemerintah Swasta Dalam Menciptakan Lingkungan Hijau Melalui

4. Bagaimana model kemitraan pemerintah dengan swasta dalam pembangunan lingkungan.

 

1.3  Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini diantaranya:

1. Menjelaskan mengenai arti dari kemitraan secara umum;2. Memberikan penjelasan mengenai makna dari kemitraan pemerintah dengan swasta;3. Menjelaskan mengenai maksud dan arti dari Corporate Social Responsibility (CSR);4. Memberikan gambaran mengenai model kemitraan pemerintah dengan swasta dalam

pembangunan lingkungan melalui CSR.

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1    Kemitraan Secara Umum

Kemitraan biasanya didefinisikan sebagai hubungan sukarela dan bersifat kerja sama antara beberapa pihak, baik pemerintah maupun swasta, yang semua orang didalamnya setuju untuk bekerja sama dalam meraih tujuan bersama dan menunaikan kewajiban tertentu serta menanggung resiko, tanggung jawab, sumber daya, kemampuan dan keuntungan secara bersama sama. Kunci utama terlaksananya kemitraan adalah dengan menerapkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi seluruh program-program dengan lembaga-lembaga terkait yang berpartisipasi dalam kemitraan tersebut.

Dalam membangun dan mempeluas akses pelaksanaan program kepada masyarakat dan menjawab tantangan pengembangan kemitraan, perlu diterapkan koordinasi, integrasi, dan singkronisasi seluruh program, baik secara internal maupun lintas sektoral. Penggalangan kemitraan dan kerja sama yang baik dilakukan dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), sehingga seluruh program sampai ke masyarakat dan dapat dilaksanakan tanpa hambatan berarti.

Dalam sejarah perkembangan manusia tidak terdapat seorangpun yang bisa hidup sendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya, kecuali dalam keadaan terpaksa dan itupun hanyalah untuk sementara waktu. Aristoteles, seorang ahli pikir Yunani Kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia itu adalah zoon politicon, artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yang suka bermasyarakat. Oleh karena sifatnya yang suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial. Adanya hubungan antarmanusia tersebut kemudian melahirkan istilah kemitraan.

Berikut ini beberapa definisi kemitraan:

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Page 3: Kemitraan Pemerintah Swasta Dalam Menciptakan Lingkungan Hijau Melalui

Arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya : perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra

1. Menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

1. Menurut Ian Linton

Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis di mana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama.

Walaupun definisi di atas merunut pada konsep usaha, namun sejatinya pola kemitraan dapat dilakukan dalam berbagai bidang, termasuk bidang pemerintahan. Kita dapat melihat bahwa konsep kemitraan bertujuan mewujudkan kemampuan dan peranan semua elemen secara optimal dalam mewujudkan program. Dalam hal ini, semua unsur diharapkan mampu menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam berbagai  bidang. 

Adapun prinsip utama dalam pola kemitraan adalah:

Prinsip saling memperkuat Prinsip saling memerlukan Prinsip saling menguntungkan

 

2.2    Kemitraan Pemerintah Swasta

Pasca UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang mengatur pula tentang Otonomi Daerah, Perkembangan tata kelola pemerintahan daerah saat ini telah berkembang pada pemerintahan yang lebih terbuka yang salah satunya ditandai oleh model-model pengembangan kerjasama dari tingkat lokal (Daerah) sampai dengan Internasional seperti Sister City. Bersamaan dengan hal ini, tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik, tuntutan terhadap peningkatan kesejahteraan pun semakin meningkat. Disisi lain Pemerintah Daerah tentunya memiliki keterbatasan sumber daya seperti Dana, Sumber Daya Manusia (SDM), Lahan, dan peralatan/perlengkapan.

Atas dasar itulah kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan pihak lain (dari lokal sampai dengan internasional) perlu dilakukan. Kerjasama atau kemitraan tersebut tentunya perlu dilakukan secara terus menerus, sehingga output/outcome dapat secara maksimal dirasakan, khususnya oleh masyarakat.

Khusus mengenai kerjasama melalui kemitraan Pemerintah dan Swasta (Public Private Partnership/PPP), hal ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mampu menciptakan stimulus dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di Daerahnya. Kemitraan Pemerintah Swasta ini memiliki ciri-ciri diantaranya adalah :

Page 4: Kemitraan Pemerintah Swasta Dalam Menciptakan Lingkungan Hijau Melalui

Adanya pembagian investasi dan resiko Adanya pembagian keuntungan

Komposisi dari nilai investasi yang disepakti dalam kemitraan ini (PPP), tidak menghilangkan kekuatan peran Pemerintah Daerah untuk tetap menjadi pihak yang bertanggungjawab atas pelayanan publik kepada masyarakat. Ginanjar Kartasasmita mengatakan bahwa kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan resiko yang timbul dalam kegiatan tersebut.

Terdapat beberapa tipe PPP yang diantaranya seperti yang disampaikan Caroline Paskarina yang mengadopsi dari Kumar dan Prasad, yaitu :

Kontrak pelayanan Kontrak pengelolaan Sewa Konsesi build-operate-transfer Build-operate-own lepas

Manfaat yang diharapkan dengan adanya PPP ini yaitu :

1. Dampak Biaya, diharapkan PPP mampu mereduksi biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh Pemerintah daerah. Hal ini dapat terjadi melalui pengurangan biaya overhead pemerintah daerah, jumlah staf yang lebih ramping, dan pengelolaan yang lebih baik.

2. Inovasi, Keterlibatan pihak swasta dalam kemitraan dengan Pemerintah daerah diharapkan memberikan dampak pada munculnya temuan-temuan baru, seperti metode yang lebih efektif dan efisien.

3. Dampak pada kualitas, dengan adanya pihak swasta diharapkan ada persaingan yang sehat antar pihak swasta dalam memberikan kualitas pelayanan kepada mitranya (Pemerintah Daerah).

Beberapa prinsip dalam melakukan PPP yaitu :

Saling Percaya Data yang lengkap mengenai apa yang akan dikerjakan Jaminan keuntungan Resiko yang dibagi secara proporsional Dukungan stakeholder

Beberapa hal yang sering menjadi kendala dalam menjalin kemitraan Pemerintah dengan Swasta diantaranya adalah :

Ketidakpastian keuntungan yang besar. Birokrasi yang panjang. Belum mempunyai pola kerjasama yang saling menguntungkan. Kekhawatiran pada paradigma “ganti pemerintah ganti kebijakan”. Kekhawatiran dianggap sebagai kegiatan Kolusi Korupsi atau Nepotisme.

 

Page 5: Kemitraan Pemerintah Swasta Dalam Menciptakan Lingkungan Hijau Melalui

2.3    Tanggungjawab Sosial Perusahaan / Corporate social Responsibility (CSR)

Dalam sudut pandang pemerintah, khususnya pemerintah Republik Indonesia menganggap bahwa CSR perlu diatur dengan sebuah Undang-undang dengan tujuan menjaga kualitas lingkungan dan kualitas sosial masyarakat. Hal ini terlihat dari UU PT No. 40 tahun 2007, yakni pasal 74 ayat 1 yang menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan / atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tangung jawab sosial dan lingkungannya. Ayat 2 berbunyi; tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Ayat 3 menyatakan; perseroan yang tidak melaksanaan kewajiban sebagaimana pasal 1 dikenai sangsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Disamping itu sektor swasta juga, melalui kadin mengharapkan CSR hanya untuk perusahaan yang mengeksploitasi sumber daya alam yang unrenewable (tidak dapat diperbaharui), dan pihak swasta memberikan tawaran lainnya berupa permintaan pemotongan pajak. Perbedaan visi pemerintah dan pihak swasta ini dapat dimaklumi, mengingat pemerintah memiliki kepentingan pada akselerasi pembangunan yang mungkin ingin lebih cepat serta untuk mempertahankan kualitas lingkungan yang belakangan pula banyak disoroti pihak luar negeri dan LSM. Kekhawatiran yang muncul dapat dimaklumi mengingat sektor swasta terkait dengan para stakeholder yang mungkin memiliki cara pandang berbeda terhadap penerapan CSR serta kepentingan para stakeholder yang dapat pula berbeda.

Konsep CSR mulai dipopulerkan pada tahun 1953 dengan terbitnya buku berjudul “Social Responsibilities of the Businessman” oleh Howard R. Bowen, yang periode selanjutnya isu-isu CSR terus berkembang pada tahun 1960-an yang dilandasi oleh permasalahan kemiskinan dan keterbelakangan yang mulai mendapat perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Pada KTT Bumi (Earth Summit), tahun 1992 di Rio De Janeiro ditegaskan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal yang mesti dilakukan. Tahun 2002 pada “World Summit on Sustainable Development (WSSD)” di Yohannesburg, Afrika Selatan memunculkan konsep Social Responsibility, yang mengiringi dua konsep sebelumnya yaitu Economic and Environment Sustainability. Terlebih lagi pada tahun 2010 direncanakan akan diberlakukannya sertifikasi ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility, yang mencakup 7 isu pokok yaitu:

1. Pengembangan Masyarakat2. Konsumen3. Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat4. Lingkungan5. Ketenagakerjaan6. Hak asasi manusia7. Organizational Governance (tatakelola organisasi)

Beberapa definisi mengenai CSR (tanggungjawab social perusahaan) disampaikan oleh beberapa lembaga dunia dan local, diantaranya adalah menurut world bank yang mendefinisikan sebagai berikut :

Page 6: Kemitraan Pemerintah Swasta Dalam Menciptakan Lingkungan Hijau Melalui

“The commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve the quality of life, in ways that are both good for business and good for development. ”.

Sementara itu The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai berikut :

“Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community at large.”

Lingkar Studi CSR Indonesia, menyatakan bahwa CSR adalah :

“Upaya sungguh sungguh dari entitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan ”

Definsi CSR lain adalah yang dikutip Agatha dari buku Holme & Watts, 2000, yang berjudul “Corporate Social Responsibility : Making Good Business Sense”. Dalam kutipan tersebut CSR di definisikan sebagai:

“suatu komitmen yang berkelanjutan oleh para pembisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi pada pengembangan ekonomi, bahkan meningkatkan kualitas hidup bagi tenaga kerja dan keluarganya sebagaimana hal nya pada komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas”

The European Commission’s Directorate-General for Enterprise and Industry, mendefinisikan CSR sebagai berikut:

“A concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basis”.

Dari beberapa definisi di atas, minimal ada tiga hal utama yang menjadi pokok dari CSR yaitu :

1. Merupakan komitmen yang berkelanjutan dari perusahaan2. Kepedulian dan tindakan sosial3. Ada benefit yang dapat diperoleh perushaan

Pada banyak literature mengenai CSR, tidak disebutkan bahwa CSR hanya untuk perusahaan yang terkait dengan eksploitasi sumber daya alam saja, namun CSR adalah merupakan bagian dari kegiatan perusahaan dalam membangun citra perusahaan (Building image). CSR dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan manfaat jangka panjang bagi perusahaan berupa kepercayaan dan loyalitas customers.

Dengan kegiatan CSR sedemikian rupa, diharapkan customers dapat memberikan kontribusi pada peningkatan daya saing perusahaan, apakah perusahaan tersebut listing di bursa saham atau tidak. Implementasi CSR diperusahaan tidak akan berjalan dengan baik manakala implementasinya berseberangan dengan kepentingan para stakeholder. Implementasi CSR, bagi stakeholder diharapkan tidak mengurangi kepentingannya, seperti stockholder misalnya,

Page 7: Kemitraan Pemerintah Swasta Dalam Menciptakan Lingkungan Hijau Melalui

tentunya tidak menginginkan laba perusahaan berkurang karena dikurangi oleh biaya implementasi CSR.

Vittorio Colao, Chief Executive Officer of Vodafone Group Plc, mengatakan:

“Conducting business in a responsible manner is essential to the long-term commercial success of every business.” Untuk itu pelaksanaan CSR di sektor swasta dimungkinkan akan menghadapi kendala-kendala, terutama manakala terjadi perbedaan persepsi antara manajemen dengan stakeholders, khususnya pemegang saham. Namun demikian mempersamakan persepsi dan kepentingan secara terstruktur dan jelas, serta benefit jangka panjang yang dikalkulasi secara tepat, dapat mengurangi gap kepentingan antara manajemen dan pemegang saham.

Permasalahan perusahaan dengan masyarakat, berupa aksi perusakan asset perusahaan, serta demo karyawan terhadap perusahaan, dapat dijadikan sebagai salah satu parameter mengenai pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan. Perusahaan-perusahan yang telah mengintegrasikan implementasi CSR dalam budaya perusahaannya (Corporate culture) terbukti mendapatkan apresiasi yang baik dari masyarakat sekitar dan dari para karyawannya, serta mendapatkan kepercayaan dan loyalitas customer yang lebih tinggi. Walaupun kepercayaan dan loyalitas ini diperoleh dengan investasi yang tidak sedikit dan dalam jangka panjang benefit tersebut baru dapat dirasakan.

Dengan demikian CSR merupakan suatu bagian dari Good corporate governance yang menganggap lingkungan, masyarakat dan karyawan sebagai suatu kontributor dalam mempertahankan kelangsungan perusahaan.

 

2.4    Model Kemitraan Pemerintah Swasta dalam Pembangunan Lingkungan melalui CSR

Pembangunan lingkungan seringkali bertubrukan dengan kepentingan ekonomi, yang berdampak pada rusaknya lingkungan berupa penurunan kualitas udara, penurunan kualitas air, penurunan kualitas tanah dan lain-lain. Entitas Pengusaha tentu berharap aset yang dimiliki akan memberikan keuntungan yang maksimum, dan berharap pula bahwa biaya produksi dapat seefisien mungkin. Kualitas lingkungan bagi banyak perusahaan menjadi prioritas kesekian, yang pada akhirnya terjadi kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan.

Paradigma pembangunan berkelanjutan seolah menjadi suatu wacana yang tak kunjung terlaksana. Pembangunan berkelanjutan dimaksud merupakan konsepsi yang telah dikumandangkan cukup lama. Secara implisit, hasil KTT Perserikatan Bangsa-bangsa di Rie de janeiro pada tahun 1992 bahwa model Pembangunan berkelanjutan mencakup bagaimana generasi yang akan datang memperoleh manfaat lingkungan yang sama dengan masa kini. Prinsip pembangunan berkelanjutan tersebut dapat dijadikan parameter dalam melihat sejauhmana kebijakan pembangunan lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pada tingkat pemerintahan daerah, perizinan suatu usaha produksi (manufaktur) dan jasa tentunya melalui prosedur yang ketat terutama amdal. Namun demikian sering kali pada tahap pengawasan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Salah satu contoh perizinan untuk

Page 8: Kemitraan Pemerintah Swasta Dalam Menciptakan Lingkungan Hijau Melalui

ruang kantor (Ruko), banyak dijumpai ruko-ruko yang seluruh areanya terpakai untuk gedung dan parkir, tanpa ada ruang terbuka hijau, padahal dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, nomor 05/PRT/M/2008, harus disediakan ruang terbuka hijau privat 10%.

Berdasarkan pada konsep PPP, CSR dan Pengembangan lingkungan maka terdapat berbagai model kemitraan yang dapat dilakukan. Diantaranya:

Pemerintah daerah selaku pemegang kebijakan pembangunan di daerah mensosialisasikan ruang-ruang yang dapat dilakukan CSR dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan

Kegiatan CSR perusahaan dapat diarahkan pada peningkatan objek yang disampaikan Pemerintah daerah.

Beberapa asumsi untuk melakukan ini adalah :

1. Pemerintah memiliki data kondisi lingkungan yang valid.2. Pihak Swasta memiliki kemauan dalam mengimplementasikan CSR pada

bidang pembangunan lingkungan di daerah.3. Adanya sinkronisasi data yang dimiliki Pemerintah Daerah dengan pihak Swasta yang

akan melakukan program CSR.4. Secara berlanjut perkembangan hasil dari program CSR ini di monitor oleh

pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah memiliki data aktual tentang kondisi lingkungannya.

5. Tidak selalu program CSR itu dilakukan oleh Perusahaan berskala besar, dan tidak selalu harus perusahaan manufaktur, perusahaan jasa seperti perhotelan, perdagangan, lembaga pendidikan dan lain-lain perlu didorong untuk mengimplementasikan CSRnya.

Berdasarkan asumsi bahwa kemitraan ini (PPP) akan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang maka, diperlukan suatu lembaga yang mampu menyediakan data secara valid/ril serta mensosialisasikannya kepada stakeholder dalam PPP ini.

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1    Kesimpulan

1. Kemitraan didefinisikan sebagai hubungan sukarela dan bersifat kerja sama antara beberapa pihak, baik pemerintah maupun swasta, yang semua orang didalamnya setuju untuk bekerja sama dalam meraih tujuan bersama dan menunaikan kewajiban tertentu serta menanggung resiko, tanggung jawab, sumber daya, kemampuan dan keuntungan secara bersama sama. Kunci utama terlaksananya kemitraan adalah dengan menerapkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi seluruh program-program dengan lembaga-lembaga terkait yang berpartisipasi dalam kemitraan tersebut.

Page 9: Kemitraan Pemerintah Swasta Dalam Menciptakan Lingkungan Hijau Melalui

2. Kemitraan Pemerintah Swasta disingkat KPS atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Public Private Partnership atau disingkat PPP atau P3 adalah suatu perjanjian kontrak antarapemerintah, baik pusat ataupun daerah dengan mitra swasta. Melalui perjanjian ini , keahlian dan aset dari kedua belah pihak (pemerintah dan swasta) dikerjasamakan dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Dalam melakukan kerjasama ini risiko dan manfaat potensial dalam menyediakan pelayanan ataupun fasilitas dipilah/dibagi kepada pemerintah dan swasta. Bentuk yang banyak dikenal dengan istilah BOT singkatan Build Operate and Transfer atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Bangun Kelola dan Alih Milik tetapi sebenarnya masih banyak bentuk yang bisa digunakan seperti Outsourcing sebagai bentuk paling sederhana sampai bentuk Bangun Kelola dan Miliki atau dalam bahasa Inggrisnya disebut sebagai Build Operate and Own (BOO)

3. Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) adalah tanggung jawabnya terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Jika kita berbicara tentang tanggung jawab sosial perusahaan, maksudnya adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi suatu tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi ekonomis. Hal itu bisa terjadi dengan dua cara yaitu cara positif dan negatif. Secara positif, perusahaan bisa melakukan kegiatan yang tidak membawa keuntungan ekonomis dan semata-mata dilangsungkan demi kesejahteraan masyarakat atau salah satu kelompok di dalamnya. Contohnya menyelenggarakan pelatihan keterampilan untuk penganggur. Kegiatan seperti itu hanya mengeluarkan dana dan tidak mendapat sesuatu kembali. Tujuannya semata-mata sosial dan sama sekali tidak ada maksud ekonomi. Secara negatif, perusahaan bisa menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, yang sebenarnya menguntungkan dari segi bisnis tetapi akan merugikan masyarakat atau sebagian masyarakat. Kegiatan-kegiatan itu bisa membawa keuntungan ekonomis tapi perusahaan mempunyai alasan untuk tidak melakukannya. Jika kita membedakan tanggung jawab sosial dalam arti positif dan dalam arti negatif, langsung menjadi jelas konsekuensinya dalam rangka etika.

4. Berdasarkan pada konsep PPP, CSR dan Pengembangan lingkungan maka terdapat berbagai model kemitraan yang dapat dilakukan. Diantaranya: (a) Pemerintah daerah selaku pemegang kebijakan pembangunan di daerah mensosialisasikan ruang-ruang yang dapat dilakukan CSR dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan; (b) Kegiatan CSR perusahaan dapat diarahkan pada peningkatan objek yang disampaikan Pemerintah daerah.

 

 

 

 

 

 

3.2    Saran

Page 10: Kemitraan Pemerintah Swasta Dalam Menciptakan Lingkungan Hijau Melalui

Dalam menindaklanjuti dari PPP dalam pembangunan lingkungan melalui Program CSR perlu dibentuk suatu lembaga yang secara serius dan inten melakukan kajian-kajian lingkungan di daerah-daerah dan memonitoring serta mengevaluasi implementasi kemitraan ini.

Lembaga yang dimaksud adalah lembaga independen dan professional, hal ini sebagai dampak dari ketidakpercayaan dan ketidakberdayaannya lembaga saat ini yang mengurusi masalah lingkungan.