kemiskinan kota
DESCRIPTION
implementasi kebijakan persaudaraan madani dalam pengetasan kemiskinan di Kota Kendari memiliki tiga tujuan pokok, yaitu mempercepat pengentasan kemiskinan, menciptakan hubungan sosial yang harmonis antara sesama warga kota, dan menggugah kepedulian warga mampu dalam membantu saudaranya yang kurang mampu. Dampak implementasi kebijakan persaudaraan madani dalam pengetasan kemiskinan di Kota Kendari menyebabkan jumlah masyarakat miskin kota menurun, tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Kota Kendari mencapai 23,30 ribu jiwa, maka tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 21,46 ribu jiwa.TRANSCRIPT
-
DAMPAK KEBIJAKAN PERSAUDARAAN MADANI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN MASYARAKAT KOTA KENDARI
Oleh: Dewi Anggraini8
Abstract This research aims at explaining the implementation of prosperous brotherhood policy in the extermination of poverty in Kendari Town. Furthermore, it explains the impact of implementation of prosperous brotherhood policy in the extermination of the poverty in Kendari Town. This research used qualitative research which is meant to explain and to explore systematically the fact of certain subject carefully and factually. This research was conducted in Tobuuha, Rahandouna, and Bende Village with the number of respondent as many as 132 prosperous brothers and sisters. The findings showed that the implementation of prosperous brotherhood policy in exterminating the poverty in Kendari Town has three principle objectives, i.e. quickening the poverty extermination, creating the harmonious social relation between the fellow urban people, and motivating the care of rich people in helping their poor brothers and sisters. The policy implementation impact of prosperous brotherhood in exterminating the poverty in Kendari Town caused the number of poor society in the city declined, in 2010 the number of poor citizen in Kendari Town reached 23, 30 thousands of souls, so in 2011, it became down into 21, 46 thousands of souls. Key Words: Implementation, Prosperous Brotherhood, and Poverty Level.
Abstrak Penelitian ini bertujuan menjelaskan implementasi kebijakan persaudaraan madani dalam pengetasan kemiskinan di Kota Kendari. Selanjutnya menjelaskan dampak implementasi kebijakan persaudaraan madani dalam pengetasan kemiskinan di Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dimaksudkan untuk menjelaskan dan memaparkan secara sistematis fakta subjek tertentu secara cermat dan faktual. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tobuuha, Kelurahan Rahandouna, dan Kelurahan Bende dengan jumlah responden sebanyak 132 saudara madani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan persaudaraan madani dalam pengetasan kemiskinan di Kota Kendari memiliki tiga tujuan pokok, yaitu mempercepat pengentasan kemiskinan, menciptakan hubungan sosial yang harmonis antara sesama warga kota, dan menggugah kepedulian warga mampu dalam membantu saudaranya yang kurang mampu. Dampak implementasi kebijakan persaudaraan madani dalam pengetasan kemiskinan di Kota Kendari menyebabkan jumlah masyarakat miskin kota menurun, tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Kota Kendari mencapai 23,30 ribu jiwa, maka tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 21,46 ribu jiwa. Kata Kunci: Implementasi, Persaudaraan Madani, dan Tingkat Kemiskinan.
PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi
Penganggulangan Kemiskinan, upaya di tingkat kebijakan untuk percepatan
penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja menitikberatkan pada
upaya-upaya optimalisasi dan harmonisasi penanggulangan kemiskinan. Dalam
8 Dewi Anggraini, S.Sos.,M.Si adalah dosen Sosiologi FISIP Universitas Halu Oleo Kendari
ISSN: 2355-1445; Hal. 78-88
-
Dewi Anggraini:
Dampak Kebijakan Persaudaraan Madani terhadap Tingkat Kemiskinan Masyarakat Kota Kendari
79
rangka penyelenggaraan pembangunan di daerah, maka disusunlah perencanaan
pembangunan daerah dalam berbagai bentuk kebijakan public sebagai satu kesatuan
dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Data dari BPS tahun 2005,
menyebutkan bahwa angka kemiskinan di Kota Kendari mencapai 26 persen.
Sementara itu, pada tahun 2006 dari total jumlah penduduknya sekitar 33,8 persen
diantaranya merupakan keluarga miskin. Kondisi ini sangat kontradiktif dengan
kenyataan bahwa pemerintah Kota Kendari telah menganggarkan dana program
pengentasan kemiskinan untuk kurun waktu 2002-2007 senilai Rp. 126,8 milyar. Hal
ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Kota Kendari dalam mengatasi
permasalahan kemiskinan.
Konsep kemiskinan menurut Soekanto (2000: 406) adalah suatu keadaan
dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai taraf kehidupan
kelompok dan tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam
kelompok itu. Melihat kemiskinan yang terjadi di Indonesia, Sumodiningrat, dkk
(1999: 54) menegaskan bahwa kemiskinan itu bersumber pada dua faktor yaitu
kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Kemiskinan secara struktural
ditandai oleh kondisi struktural ekonomi yang dualistis sehingga menyebabkan
kepincangan pendapatan karena golongan miskin tidak mempunyai kondisi internal
yang memadai dan kurang memperoleh akses terhadap potensi-potensi yang ada.
Sementara di satu sisi, didapati golongan yang berpotensi lebih dan mempunyai
akses informasi serta keterampilan berkembang lebih cepat lagi. Selanjutnya,
kemiskinan kultural lebih berakar pada faktor-faktor budaya setempat (lokal) dan
golongan masyarakat tertentu. Sifat kemiskinan kultural lebih banyak di warnai oleh
sikap dan cara pandang individu serta kelompok masyarakat tertentu terhadap
kehidupan. Sikap-sikap itu antara lain tercermin dalam watak mereka yang
cenderung fatalistik.
Sejak kepemimpinan Ir. Asrun, M.Eng Sc dan Musadar Mappasomba, SP, MP
tahun 2008-2013 telah menyiapkan dan menjalankan beberapa agenda dari kebijakan
pembangunan untuk warga kotanya. Salah satu kebijakan yang menjadi konsentrasi
dalam pembangunan Kota Kendari adalah penanggulangan masalah kemiskinan. Hal
ini dijabarkan dalam Rencana Jangka Menengah Pembangunan Daerah (RJMPD)
tahun 2008-2012, dimana salah satu kebijakan umumnya bertujuan meningkatkan
iklim usaha yang kondusif dan adil bagi semua pelaku dalam mengembangkan
perekonomian kota yang berbasis ekonomi kerakyatan, penganggurandan
pengentasan kemiskinan. Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu kepada
kata empowerment yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah
dimiliki oleh masyarakat,jadi pendekatannya titik beratnya adalah penekaan pada
pentingnya masyarakat local yang mandiri sebagai system yang mengorganisir diri
mereka sendiri, yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu
bukan sebagai objek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut
menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum (Setiana, 2002).
-
SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014
80
Kebijakan pengetasan kemiskinan Kota Kendari, berkonsentrasi dalam
penanggulangan masalah kemiskinan yang berbasis partisipatif, yaitu program
Persaudaraan Madani (Permadani) yang dilaksanakan tahun 2008. Program ini telah
diatur dalam Peraturan Walikota (Perwali) Kendari No.17 Tahun 2008 yang
merupakan program penanggulangan kemiskinan pertama di Indonesia dengan
model mempersaudarakan keluarga mampu dengan keluarga yang kurang mampu.
Program ini digulirkan dengan tujuan mewujudkan hubungan sosial yang harmonis
antar sesama warga kota serta mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat
miskin yang berdaya guna dan berhasil guna. Sasaran yang ingin dicapai dari
pelaksanaan program ini adalah mempercepat pengetasan kemiskinan, terciptanya
hubungan sosial yang harmonis antara sesama warga kota dan menggugah
kepedulian warga mampu dalam membantu saudaranya yang kurang mampu. Pada
dasarnya memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan
adalah memampukan dan memandirikan masyarakat (Kartasasmita, 1996). Upaya
pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya selalu dihubungkan dengan karakteristik
sasaran sebagai suatu komunitas yang mempunyai ciri, latar belakang, dan budaya
tertentu.
Dari realita di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah dengan
implementasi program Permadani yang merupakan program penanggulangan
kemiskinan pertama di Indonesia dengan model mempersaudarakan keluarga
mampu dengan keluarga yang kurang mampu dapat menurunnya angka kemiskinan
di Kota Kendari. Berdasarkan latar belakang pemikiran yang telah paparkan di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini. Pertama Bagaimana implementasi
kebijakan Persaudaraan Madani dalam pengetasan kemiskinan di Kota Kendari.
Kedua, Bagaimana dampak implementasi kebijakan Persaudaraan Madani dalam
pengetasan kemiskinan di Kota Kendari?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, diartikan sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yang berupa kata-kata tertulis. Yang
dimaksudkan dengan deskriptif dalam penelitian ini adalah menjelaskan dan
memaparkan secara sistematis fakta subjek tertentu secara cermat dan
faktual.Penelitian ini dilaksanakan tiga kecamatan Kecamatan Puuwatu, Kecamatan
Poasia, Kecamatan Baruga. Ditetapkannya 3 Kecamatan ini sebagai lokasi penelitian
karena dua pertimbangan. Pertama, berdasarkan data dari Kantor Badan
Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kota Kendari,3 kecamatan ini yang mendapatkan
penghargaan sebagai Kecamatan yang berhasil melaksanakan program Persaudaraan
Madani. Kedua, lokasi ini yang banyak ditemukan saudara madani. Adapun lokasi
penelitian ini tepatnya Penelitian ini dilakukan di tiga kelurahan, Kelurahan Tobuuha
-
Dewi Anggraini:
Dampak Kebijakan Persaudaraan Madani terhadap Tingkat Kemiskinan Masyarakat Kota Kendari
81
Kecamatan Puuwatu, Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia, Kelurahan Bende
Kecamatan Baruga.
Informan yang menjadi sumber untuk mendapatkan data dalam penelitian ini
dalam penelitian ini semua saudara madani pada tiga kelurahan di tiga kecamatan di
Kota Kendari yaitu Kelurahan Tobuuha Kecamatan Puuwatu, Kelurahan
Rahandouna Kecamatan Poasia, Kelurahan Bende Kecamatan Baruga. Dengan
jumlah informan sebanyak 15 Pasang atau 30 (keluarga mampu dan keluarga tidak
mampu). Dan key informan adalah Walikota Kendari, Ir. Asrun, M.Eng Sc, Wakil
Walikota Kendari, Musadar Mappasomba, SP. MP dan Kepala Badan Pemerdayaan
Masyarakat (BPM) Kota Kendari, Arifin Baidi, SH. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini, adalah Wawancara dan Observasi.
PEMBAHASAN
Implementasi Kebijakan Permadani dalam Pengetasan Kemiskinan di Kota
Kendari
Program Persaudaraan Madani (Permadani) merupakan salah satu kebijakan
yang dikeluarkan oleh Pemkot Kendari periode 2008-2012 dalam rangka
mengentaskan masalah kemiskinan masyarakat kota. Program ini merupakan buah
pemikiran Walikota Kendari, Ir. Asrun, M.Eng Sc yang terinspirasi dari Al Quran
surart Al Maun (QS. 107: 1-3). Program ini telah diatur dalam Peraturan Walikota
(Perwali) Kendari No.17 Tahun 2008 tentang Persaudraan Madani. Perumusan
program ini diupaykan dapat mengentaskan kemiskinan dan membangun kesadaran
sosial antar sesama masyarakat kota, dengan pola pemberdayaan masyarakat yang
saling asah, asih, dan asuh.
Teknis pelaksanaan program ini dijalankan oleh Tim Terpadu Sosialisasi dan
Evaluasi Program Permadani, yang langsung diketuai oleh Wakil Walikota Musadar
Mappasomba, SP. MP. Tim ini bertugas melakukan sosialisasi secara kontinyu dan
terus menerus pada individu, lembaga, atau instasni sekaligus menjual profil
keluarga tidak mampu untuk dipilih secara sukarela oleh pihak-pihak tersebut di atas.
Keluarga tidak mampu dipilih tersebut selanjutnya akan menjadi saudara madani
keluarga tidak mampu. Secara umum prosedur mempersaudarakan (memasangkan)
keluarga mampu dengan keluarga tidak mampu meliputi:
a. Pengambilan data profil keluarga kedua belah pihak yang formatnya telah
ditentukan oleh pemerintah kota.
b. Melakukan sosialisasi kepada para calon keluarga yang akan dipersaudarakan
c. Dilakukan fasilitasi pertemuan oleh tim mediasi pemerintah daerah
d. Penandatanganan akta persaudaraan yang dilakukan di hadapan Wakil Walikota
dan Sekretaris Daerah Kota Kendari.
Permadani merupakan wadah kekeluargaan antara keluarga mampu dengan
keluarga yang tidak mampu, yang dilakukan atas kesadaran sosial yang tinggi, yang
memungkinkan keluarga yang mampu dapat mengangkat derajat kehidupan
-
SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014
82
saudaranya yang tidak mampu, melalui program pemberdayaan yang tidak terbatas
yang dilakukan secara ikhlas, sehingga terwujud tatanan kehidupan sosial yang
harmonis dan diridhoi Tuhan Yang Maha Esa. Model pelaksanaan program ini
semacam bapak angkat, dimana satu keluarga mampu membina satu keluarga
miskin. Dalam Juklak dan Juknis program Permadani, selain bantuan pemberdayaan
fisik dan materi kepada keluarga miskin, juga ditumbuhkan penguatan semangat
psikis untuk memunculkan optimisme yang positif sehingga timbul sugesti yang luar
biasa agar di generasi berikutnya bisa memutuskan mata rantai kemiskinan struktural
yang ada.
Melalui program ini keluarga mampu dipersaudarakan dengan keluarga yang
kurang mampu dengan tujuan mewujudkan hubungan sosial yang harmonis antar
sesama warga kota serta mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat miskin
yang berdaya guna dan berhasil guna. Sementara itu sasaran yang ingin dicapai dari
pelaksanaan program ini adalah: (a) Mempercepat pengentasan kemiskinan, (b)
Menciptakan hubungan sosial yang harmonis antara sesama warga kota, (c)
Menggugah kepedulian warga mampu dalam membantu saudaranya yang kurang
mampu.
Berdasarkan Perwali No 17 Tahun 2008 tentang Persaudaraan Madani,
pemberdayaan keluarga tidak mampu oleh keluarga mampu yang dipersaudarakan
melalui program ini mencakup beberapa aspek dengan pola pemberdayaan sebagai
berikut: pertama, aspek lapangan kerja, yang meliputi: pemberian modal kerja dan
atau modal usaha, penyediaan sarana kerja dan/atau sarana usaha, memfasilitasi
mendapatkan lapangan kerja di rumah tangga kerabat atau tempat usaha keluarga
atau kolega, mempekerjakan di kantor, di tempat usaha, di rumah atau di kebun,
penyediaan lahan kebun. Kedua, aspek perumahan yang meliputi: membantu
perbaikan rumah agar menjadi layak huni, yang dapat dilakukan secara bertahap,
memperbaikan rumah dapat mengajak keluarga, rekan kerja, keluarga dan donator
lainnya. Ketiga, aspek pendidikan dan mental spiritual: membantu pendidikan anak-
anak minimal sampai tingkat pendidikan dasar, diikutkan dalam pendidikan
keterampilan, membantu pendidikan di bidang keagamaan sampai mampu dalam
memahami dan menjalankan ajaran agamanya. Keempat, aspek pembinaan rumah
tangga meliputi: melakukan pembinaan keluarga agar hidup rukun, harmonis, sadar
dalam menjalankan kewajiban agamanya, bertanggung jawab terhadap rumah
tangganya dan menjalankan program Keluarga Berencana (KB), melakukan
pembinaan keluarga agar menjauhi dan/atau meninggalkan minuman beralkohol,
narkotika dan kebiasaan-kebiasaan lain yang bertentangan dengan ajaran agama,
adat-istiadat dan norma-norma social, melakukan pembinaan keluarga agar mampu
mengelola usaha dengan baik, tidak atau memanfaatkan pendapatan dengan efisien,
berdaya guna dan berhasil guna.
Program Permadani merupakan ide kreatif dari kepala daerah lahir dari
perenungan setelah membaca Al Quran surah Al Maun (QS. 107:1-3). Dalam
terjemahan surat ini disebutkan Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka
-
Dewi Anggraini:
Dampak Kebijakan Persaudaraan Madani terhadap Tingkat Kemiskinan Masyarakat Kota Kendari
83
itulah orang yang menghadirkan anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang
miskin. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Kepala BPM Kota Kendari
yang mengatakan iya jadi ide ini kan sebenarnya hasil perenungan beliau sendiri
yaPak Walikota setelah membaca surat Al Maun ya yang disitu kalau tidak salah
dikatakan bahwa seseungguhnya orang itu pendusta agama kalau dia tidak
menganjurkan orang untuk memberi makan kalau dia tidak menganjurkan saja itu
sudah pahala, tidak menganjurkan juga itu sudah dosa, sudah pendusta agama
apalagi tidak memberi makan, iya kan? Itu cukup saja kita menganjurkan, itu sudah
kita dapat pahala apalagi kita memberi makan luar biasa. Dari perenungan beliau dan
beliau itu kan kutu buku setiap dari Jakarta pulang dia beli buku (hasil wawancara 3
Maret 2013).
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, formulasi kebijakan Program Permadani ini
termasuk tipe formulasi kebijakan kreatif. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa
program ini merupakan langkah inovatif dan terobosan baru dalam rangka
menanggulangi maslah kemiskinan di Indonesia. Kreativitas Walikota Kendari ini
kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk implementasi program di lapangan dengan
mempersaudarakan (memasangkan) keluarga yang mampu secara ekonomi dengan
keluarga tidak mampu.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wakil Walikota sekaligus Ketua
TKPKD Kota Kendari Iya, kreativitas kepala daerah. Jadi beliau menelepon: Pak
Haji, ini lagi saya baca Surah Al Maun. Oh ya memang bagus, akhirnya
ditindaklanjuti diskusi intens dengan beliau lahirlah konsep itu. Tapi ide awalnya itu
dari Pak Wali Se-Indonesia ini baru. Jadi waktu rapat koordinasi Tim
Penangggulangan Kemiskinan, saya ketua TKPKD, Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah. Itu malah kita diminta untuk mempersentasi
ini Program Persaudaraan Madani. Tetapi kita belum ingin terlalu terekspos luas
jangan sampai kita khawatir kabar itu lebih indah dari rupa begitu. Jadi kita berbuat
dulu, kita belum saatnya untuk succes story walaupun beberapa daerah sudah datang
studi banding ke sini. Kabupaten Kampar Wakil Bupatinya yang langsung membawa
asisten dan pemberdayaan masyarakatnya untuk diskusi
Dalam tipe formulasi kebijakan yang bersifat kreatif atau inovasi, bukan berarti
berbeda sama sekali dengan apa yang sudah ada. Kreativitas atau inovasi tetap
bertolak dari apa yang sudah ada sebelumnya (Jones, 1994). Dalam hal Kebijakan
Program Permadani, pada dasarnya ini adalah praktik yang sudah banyak dilakukan
oleh masyarakat, seperti anak asuh, anak angkat dan bentuk-bentuk serupa. Namun
pada banyak pelaksanaannya didasari karena adanya hubungan kekerabatan atau
keluarga. Sementara model yang dikembangkan dalam kebijakan ini adalah sebagai
upaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan di sebuah kota, dengan
mempersaudarakan keluarga mampu dengan yang tidak mampu, terlepas dari
hubungan kekerabatan dan suku.
-
SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014
84
Dampak implementasi kebijakan Persaudaraan Madani dalam pengetasan
kemiskinan di Kota Kendari
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM),
rekapitulasi kepala keluarga (KK) tidak mampu yang telah dipersaudarakan
(dipasangkan) dalam program Permadani dari tahun 2008 hingga saat ini jumlahnya
mencapai 212 KK. Sementara jumlah keluarga tidak mampu yang dipersiapkan
untuk dipasangkan dalam Program Permadani jumlahnya 1174 KK (BPM, 2009).
Pendataan keluarga miskin terus dilakukan secara kontinyu, karena target Pemkot
Kendari pada tahun 2009 adalah mempersaudarakan 500 KK warga tidak mampu
dan di tahun 2010 mempersaudarakan 1500 KK dalam jalinan Permadani. Dengan
Permadani diharapkan dapat mengurangi kemiskinan di Kota Kendari, karena di
Kota Kendari masih terdapat 19 kelurahan pada 6 kecamatan yang masuk dalam
kawasan pemukiman kumuh.
Dengan pola Persaudaraan madani ini diharapkan keluarga miskin akan
memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari saudaranya yang mampu, sehingga
pada gilirannya dapat memberi motivasi untuk terus meningkatkan taraf hidupnya.
Sedangkan bagi keluarga mampu, minimal akan terbangun satu kesadaran bahwa
Allah SWT telah memberi dan mengaruniakan banyak harta hingga hidayah hingga
terselip bagian harta orang miskin (dhuafa).
Program penanggulangan kemiskinan yang selama ini digulirkan lebih
menitikberatkan pada pemberdayaan kemandirian masyarakat kurang mampu
melalui berbagai program dan kebijakan dari pemerintah. Sementara dalam konsep
Program Permadani. Masyarakat mampu diikutserakan langsung dalam pelaksanaan
program dengan tujuan membangun empati diantara sesama masyarakat. Konsep
kekeluargaan dibangun dengan mengembangkan pola pemberdayaan tidak terbatas
dan dilakukan secara ikhlas, baik itu secara individu, golongan instansi ataupun
lembaga.
Menurut penjelasan Ketua TKPKD Kota Kendari, saat implementasi di
lapangan diketahui bahwa sikap empati dan kepedulian masih tumbuh dimasyarakat.
Walaupun sarana dan fasilitas itu masih sangat sangat minim, kemudian saya
bersyukur bahwa ternyata seperti yang kita yakini dimasyarakat itu tidak hilang
empatinya, belum hilang rasa empatinya hanya memang perlu diarahkan secara tajam
untuk secara bersama-sama menumbuhkan itu (hasil wawancara 1 Maret 2013).
Program persaudaraan madani berjalan dalam 4 aspek yaitu aspek lapangan
kerja, yang meliputi: pemberian modal kerja dan atau modal usaha, penyediaan
sarana kerja dan/atau sarana usaha, memfasilitasi mendapatkan lapangan kerja di
rumah tangga kerabat atau tempat usaha keluarga atau kolegen, mempekerjakan di
kantor, di tempat usaha, di rumah atau di kebun, penyediaan lahan kebun. Aspek
perumahan yang meliputi: membantu perbaikan rumah agar menjadi layak huni,
yang dapat dilakukan secara bertahap, memperbaikan rumah dapat mengajak
keluarga, rekan kerja, keluarga dan donator lainnya.
-
Dewi Anggraini:
Dampak Kebijakan Persaudaraan Madani terhadap Tingkat Kemiskinan Masyarakat Kota Kendari
85
Aspek pendidikan dan mental spiritual yang meliputi: membantu pendidikan
anak-anak minimal sampai tingkat pendidikan dasar, diikutkan dalam pendidikan
keterampilan, membantu pendidikan di bidang keagamaan sampai mampu dalam
memahami dan menjalankan ajaran agamanya. Aspek pembinaan rumah tangga yang
meliputi: melakukan pembinaan keluarga agar hidup rukun, harmonis, sadar dalam
menjalankan kewajiban agamanya, bertanggung jawab terhadap rumah tangganya
dan menjalankan program Keluarga Berencana (KB). Melakukan pembinaan
keluarga agar menjauhi dan/atau meninggalkan minuman beralkohol, narkotika dan
kebiasaan-kebiasaan lain yang bertentangan dengan ajaran agama, adat-istiada dan
norma-norma sosial. Melakukan pembinaan keluarga agar mampu mengelola usaha
dengan baik, tidak atau memanfaatkan pendapatan dengan efisien, berdaya guna dan
berhasil guna. Dari empat aspek tersebut pada dasarnya dapat dibagi atas dua
kelompok bantuan, yaitu bantuan fisik yaitu aspek perumahan dan lapangan kerja,
dan bantuan non fisik yaitu aspek lapangan kerja, aspek pendidikan mental spiritual
dan aspek pembinaan rumah tangga.
Jumlah realisasi program persaudaraan madani yang sudah diaktekan adalah:
Tahun 2008 sebanyak 165 saudara tidak mampu, Tahun 2009 sebanyak 348 saudara
tidak mampu, Tahun 2010 sebanyak 128 saudara tidak mampu, dan Tahun 2011
sebanyak24 saudara tidak mampu. Tahun 2008 terdapat 9 kelompok/profesi
(Pegawai Pemda Kota Kendari, Dosen, Anggota DPRD, TNI/Polri, Karyawan
Bank, Pegawai BUMN, Swasta, Guru/Kepala Sekolah, dan Pensiunan/Ibu RT) yang
ikut dalam program persaudaraan madani pada tahun pertama yaitu tahun 2008
utamanya saudara mampu yang bekerja di Bank-bank pemerintah yang berjumlah
199 orang, dengan memberikan bantuan modal usaha dan beasiswa bagi anak
saudara yang tidak mampu. Hasil wawancara di lapangan dengan ketua BPM Kota
kendari yang kami lakukan terungkap bahwa 90 % pasangan di tahun 2008 ini
program persaudaraan masih berlanjut, karena melihat manfaat yang didapatkan
sangat banyak. Selanjutnya untuk realisasi dari program persaudaraan madani tahun
2009, terdapat peningkatan pada kelompok/profesi yang ikut dalam program
persaudaraan madani pada tahun 2008 menjadi 10 kelompok profesi dan jumlah
pasangan juga mengalami peningkatan dari 165 tahun 2008 menjadi 348 pasang di
tahun 2009. Namun yang dominan dari kelompok Pegawai Pemerintah Kota
Kendari yang berjumlah 177 orang.
Hasil wawancara di lapangan dengan Ketua BPM Kota Kendari yang kami
lakukan terungkap bahwa 80 % pasangan di tahun 2009 ini program persaudaraan
masih berlanjut, namun di lapangan ditemukan terdapat pasangan yang terdata dan
sudah diaktekan namun tidak pernah bertemu dengan saudara mampunya. Hal ini
diungkapkan oleh Wa Lasi (Pembantu Rumah Tangga) yang bertempat tinggal di
Kecamatan Abeli sebagai orang yang di data dalam program persaudaraan Madani
dalam wawancara Saya pernah diberitahu pada tahun 2009 oleh orang Pemda
bahwa saya dan tetangga yang miskin (jumlahnya 4 orang) masuk dalam program
-
SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014
86
persaudaraan Madani tapi sampai hari ini (saat diwawancara) tidak pernah kami
bertemu dengan saudara mampu kami dan tidak pernah mendapatkan bantuan
dalam bentuk apa pun juga (hasil wawancara 18 Maret 2013).
Kondisi tersebut sangat menarik karena jumlah saudara madani bertambah
tetapi muncul beberapa persoalan dilapangan mulai dari realisasi bantuan yang tidak
pernah cair dan tidak adanya pertemuan diantara pasangan permadani serta
beberapa pasangan sudah tidak berlanjut. Selanjutnya pelaksanaan program
persaudaraan madani tahun 2010, terdapat penurunan pada kelompok/profesi yang
ikut dalam program persaudaraan madani pada tahun 2009 terdapat 10
kelompok/profesi dan menurun menjadi 4 kelompok/profesi, penurunan ini juga
terjadi pada jumlah pasangan dari 348 pasang di tahun 2009 menjadi 128 pasang di
tahun 2010. Terjadinya penurunan dalam ketertarikan masyarakat untuk ikut dalam
program persaudaraan madani diungkapkan oleh Frans Delu bahwa Program ini
akan kurang mendapat respon dari masyarakat, karena program ini tidak dibicarakan
dalam dewan karena ini adalah program di luar APBD sehingga tidak dicantumkan
dalam peraturan daerah.saya pikir untuk langkah awal kita akan menjadikannya
sebagai bahan perhatian terutama untuk mereka yang dianggap berkelibahan materi
dalam hal ini mungkin di lingkungan pejabat Pemkot dipertegas dengan aturan. Hal
ini memang penting olehnya komposisi anggaran untuk masyarakat miskin dikota itu
harus diperhatikan. Yang kedua bahwa aspek-aspek yang menyentuh orang banyak
secara pribadi perlu diperhatikan karena masyarakat adalah objek bukan subjek.
Yang Ketiga bahwa pemerintah perlu memperhatikan dan memberikan porsi yang
ADIL kepada kelompok marginal atau kaum minoritas (hasil wawancara 20 Maret
2013).
Adanya penurunan kualitas hubungan persaudaraan madani, diakui oleh Wakil
Walikota Kendari Bahwa data yang dikeluarkan Badan Pemberdayaan Masyarakat
Kota Kendari menunjukkan bahwa program ini tidak berhasil 100%, sehingga ada 3
kategori dalam mengukur pelaksanaan program ini yakni, Sangat Aktif= 68,92 %,
Kurang Aktif = 21,71 %, Tidak Aktif= 9,36 %. Selanjutnya dijelaskan bahwa
Adapun kelurahan yang mendapatkan piagam penghargaan atas keberhasilan
program persaudaaraan madani ini adalah: Kelurahan Tobuuha Kecamatan
Puuwatu, Kelurahan Matabubu Kecamatan Poasia, Kelurahan Wundudopi
Kecamatan Baruga. Dalam hal ini Lurah yang mampu mediasi warga masyarakat dari
keluarga yang mampu sehingga mereka terpanggil untuk mengangkat derajat dari
saudara yang tidak mampu atau miskin yang berada dilingkungan wilayah kelurahan
(hasil wawancara 12 Februari 2013).
Hal ini sejalan dengan pernyataan Kepala BPM Kota Kendari bahwa program
ini berhasil, dan secara simbolis ada tiga saudara madani yang mendapatkan
penghargaan dari pemerintah kota Kendari atas keberhasilan dalam persaudaraan ini,
yaitu Keluarga mampu atas nama Drs. H. Nasir Hanong (Pegawai Bank Mandiri)
yang berprestasi berhasil mengangkat derajat saudara tidak mampunya atas nama
Dg. Ngale dengan memberikan bantuan awal berupa modal usaha untuk membuka
-
Dewi Anggraini:
Dampak Kebijakan Persaudaraan Madani terhadap Tingkat Kemiskinan Masyarakat Kota Kendari
87
usaha rumah makan coto dan sekarang telah mandiri dan usahanya berjalan lancar.
Keluarga mampu atas nama Jeri W. Tanjaya yang telah berhasil mengangkat saudara
tidak mampu atas nama Madjid dengan dipekerjakan sebagai karyawan Swiss
Belhotel dan sampai sekarang telah mandiri dan mampu menyekolahkan anaknya.
Keluarga mampu H. Akhmad Al Jufri (Wiraswasta) yang berprestasi telah berhasil
mengangkat saudara tidak mampunya dengan dipekerjakan sebagai karyawati PT.
Ade Group atas nama Meti dan sampai sekarang telah mandiri dan mampu
menyekolahkan anaknya (hasil wawancara 2 Maret 2013).
Pernyataan ini dipertegas oleh Bapak Walikota Kendari yang menyatakan
bahwa telah banyak hasil yang dicapai oleh program pengetasan kemiskinan di Kota
Kendari dalam mengerem laju kemiskinan kota. Lebih jelas dapat dilihat kutipan di
bawah ini Jika tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Kota Kendari mencapai
23,30 ribu jiwa, maka tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 21,46 ribu jiwa dan
tahun 2012 pemkot kendari menargetkan jumlah menurun menjadi 19,34 ribu jiwa.
Ini dikemukakan Walikota kendari saat rapat koordinasi dengan DPRD mengatakan
menurunya jumlah warga miskin diotoritasnya sebagai efek positif dari pelaksanaan
program-program pro rakyat dari pemerintah pusat, pemprov dan tentu saja
sejumlah program unggulan pemkot yang salah satunya program persaudaraan
permadani (Kendari pos senin 16 April 2012).
Namun dibalik semua itu ada pernyataan pesimis yang diungkapkan oleh H.
Moh. Ali Pidani, S.TP (63 tahun) yang mengatakan Program ini akan kurang
mendapat respon dari masyarakat ke depan, karena program ini tidak dibicarakan
dalam dewan karena ini adalah program di luar APBD sehingga tidak dicantumkan
dalam peraturan daerah. Saya pikir untuk langkah awal kita akan menjadikannya
sebagai bahan perhatian terutama untuk mereka yang dianggap berkelibahan materi
dalam hal ini mungkin di lingkungan pejabat Pemkot dipertegas dengan aturan. Hal
ini memang penting olehnya komposisi anggaran untuk masyarakat miskin dikota itu
harus diperhatikan. Yang kedua bahwa aspek-aspek yang menyentuh orang banyak
secara pribadi perlu diperhatikan karena masyarakat adalah objek bukan subjek.
Yang Ketiga bahwa pemerintah perlu memperhatikan dan memberikan porsi yang
ADIL kepada kelompok marginal atau kaum minoritas (hasil wawancara 3April
2013). Ungkapan tersebut, sejalan dengan data saudara madani dari 2008 sampai
2011 jumlah mereka yang mampu dipersaudarakan oleh program ini juga
menggalami penurunan, bisa terjadi apa yang dikhawatirkan bapak Ali Pidani
menjadi alasan sehingga program ini semakin redup.
PENUTUP
Implementasi kebijakan Persaudaraan Madani dalam pengetasan kemiskinan di
Kota Kendari, Program Persaudaraan Madani (Permadani) merupakan salah satu
kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemkot Kendari periode 2008-2012 dalam rangka
mengentaskan masalah kemiskinan masyarakat kota. Melalui program ini keluarga
-
SOCIETAL: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi; Volume 1, No. 1, April 2014
88
mampu dipersaudarakan dengan keluarga yang kurang mampu dengan tujuan
mewujudkan hubungan sosial yang harmonis antar sesama warga kota serta
mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat miskin yang berdaya guna dan
berhasil guna. Sementara itu sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program ini
adalah: a. Mempercepat pengentasan kemiskinan, b. Menciptakan hubungan sosial
yang harmonis antara sesama warga kota, c. Menggugah kepedulian warga mampu
dalam membantu saudaranya yang kurang mampu.
Dampak implementasi kebijakan Persaudaraan Madani dalam pengetasan
kemiskinan di Kota Kendari, Program persaudaraan madani berjalan dalam 4 aspek
yaitu: Aspek lapangan kerja, yang meliputi: Pemberian modal kerja dan atau modal
usaha, Penyediaan sarana kerja dan/atau sarana usaha, Memfasilitasi mendapatkan
lapangan kerja di rumah tangga kerabat atau tempat usaha keluarga atau kolegen,
Mempekerjakan di kantor, di tempat usaha, di rumah atau di kebun, Penyediaan
lahan kebun. Aspek Perumahan yang meliputi: Membantu perbaikan rumah agar
menjadi layak huni, yang dapat dilakukan secara bertahap, Memperbaikan rumah
dapat mengajak keluarga, rekan kerja, keluarga dan donator lainnya. Keberhasilan
dari program ini menyebabkan jumlah masyarakat miskin kota menurun, tahun 2010
jumlah penduduk miskin di Kota Kendari mencapai 23,30 ribu jiwa, maka tahun
2011 mengalami penurunan menjadi 21,46 ribu jiwa.
Berdasarkan kesimpulan, dapat direkomendasikan beberapa saran: (1) Untuk
kesinambungan dan keberlanjutan Program Persaudaraan Madani, maka sebaiknya
program ini dimasukan dalam program APBD Kota Kendari. (2) Perlu ada
pembatasan jumlah pasangan dalam program persaudaraan Madani, di mana satu
orang saudara mampu cukup mempersaudarakan keluarga tidak mampu dalam
jumlah yang wajar maksimal 5 orang yang tidak mampu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Naskah Peraturan Walikota No. 17 Tahun 2008 Tentang
Persaudaran Madani. Kota Kendari.
Kendari Pos. 2012. Kolom Metro Jumlah penduduk miskin menurun. Halaman
10. Senin 16 April. Kendari.
Setiana, Suci. 2005. Tehnik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi: dilengkapi dengan Metode R and D.
Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika
Aditama.
Suhendra, K. 2006. Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:
Alfabeta.
Sulistiyani Teguh Ambar. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta:
Gava Media.
Sumodinigrat, Gunawan dkk (Santoso, Budi, Maiwan, dan Mohammad). 1999.
Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. Jakarta: IMPAC.