peranan pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan ...repository.uinjambi.ac.id/656/1/se 120108...
TRANSCRIPT
Peranan Pemerintah Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan Di Kota
Jambi
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Syariah Jurusan Ekonomi Islam
Disusun Oleh:
Muhammad Iqbal
NIM : SE.120108
KONSENTRASI PERBANKAN
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2017/2018
ii
iii
iv
v
MOTTO
....ِمِ هِ سِ فِ ن ِ اهِابِ اِمهِوِرِ ي ِ غهِي ِ ِىتِ حهِِمِ وِ قهِابِ مهِرِ ي ِ غهِي ِ ِلهِِاللهِِنِ اِ ... “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Q.S Ar-Ra‟d: 11).1
1Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Surat Ar-ra‟d ,11, Departemen Agama RI (Bandung: Penerbit
Diponegoro, 2011)
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada :
Abah Sayyid Usman Al Mukhdor Bin Sayyid Salim Al Mukhdor dan Ibu
Mainun, serta adik dan sanak saudara yang senantiasa memberi dukungan
moril dan materil dalam susah dan senang sehingga dapatlah penulis selesaikan
skripsi ini.
Untuk teman-teman Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi khususnya teman-teman Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Tampa kalian mungkin penulis
tidak seperti ini dalam menyelesaikan skripsi ini hanyalah ungkapan terima
kasih atas segala dukungan yang kalian berikan selama ini hanya Allah SWT
yang dapat membalas kebaikan kalian.
vii
ABSTRAK
Skripsi ini dilatar belakangi oleh permasalahan Peranan Pemerintah Dalam
Upaya Pengentasan Kemiskinan Di Kota Jambi. Melalui penelitian ini ingin di
jawab dua hal penting yaitu bagaimana upaya yang di lakukan pemerintah dalam
pengentasan kemiskinan di kota jambi dan apa saja kendala yang di hadapi
pemerintah dalam melakukan pengentasan kemiskinan di kota jambi.
Untuk menjawab persoalan di atas, maka peneliti menggunakan
metodologi penelitian yang sistematik. Adapun pendekatan penelitian yang di
gunakan adalah kualitatif, setting penelitiannya di bappeda kota jambi, teknik
pengumpulan datanya menggunakan wawancara dan dokumentasi.
Secara praktis penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran
mengenai permasalahan dan juga masukan bagi Pemerintah Kota Jambi,
khususnya peranan Pemerintah Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di Kota
Jambi.
Setelah melakukan penelitian tentang Peranan Pemerintah dalam Upaya
Pengentasan Kemiskinan di Kota Jambi dapat di ambil kesimpulan salah satunya
yaitu Peran Bappeda sebagai aparatur pemerintah dalam pelaksanaan dan
perencana pembangunan di Kota Jambi yang mana dapat kita lihat dari
pelimpahan wewenang Pemerintah dalam Pengentasan Kemiskinan di Kota
Jambi yang mana bappeda bisa disebut juga sebagai dapur bagi pemerintahan.
Yang mengatur dan merencanakan setiap pembangunan guna melakukan
pengentasan kemiskinan yang ada di Kota Jambi.
Kata Kunci : Pemerintah dan Kemiskinan.
viii
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………………….... i
NOTA DINAS……………………………………….…………………………………………………... ii
PENGESAHAN………………………………………………………………………………………… iii
PERNYATAAN………………………………………...………………………………………………. iv
MOTTO…………………………………………………………………………………………………. v
PERSEMBAHAN………………………………………………………………………………….…… vi
ABSTRAK………….……………………………………………………………………...………..….. vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………..... viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….…... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………. 6
C. Batasan Masalah………………………………………………………………………………… 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………………………………….. 7
E. Tinjauan Pustaka………………………………………………………………………….…….. 8
F. Kerangka Teori…………………………………………………………………………………. 10
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian…………………………………………………………………………... 15
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian……………………………………………………………. 16
C. Jenis dan Sumber Data…………………………………………………………………………. 16
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………………………... 18
E. Teknik Analisis Data…………………………………………………………………………… 19
F. Uji Keabsahan Data……………………………………………………………………………. 21
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kota Jambi…………………………………………………………………………….. 22
B. Keadaan Geografis Kota Jambi………………………………………………………………... 28
BAB IV TEMUAN PENELITIAN
A. Program dan Kebijakan Pemerintah Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di Kota
Jambi………………………………………………………………………………………….. 33
B. Kendala Pemerintah Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di Kota
Jambi………………………………………………………………………………………….. 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………...…………………………………………………. 63
B. Saran – saran………………………………………………………………………………….. 64
C. Kata penutup………………………………………………………………………………….. 65
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………... 66
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan persoalan global yang dihadapi di setiap
wilayah didunia. Tingginya angka kemiskinan mengundang perhatian dunia
untuk menurunkan jumlah penduduk miskin dunia. Oleh karenanya
pengurangan jumlah penduduk miskin menjadi salah satu kesepakatan global
yang dinyatakan dalam Tujuan Pembangunan Millenium ( Millenium
Development Goals/MDGS ) yang diukur capaiannya pada akhir 2015, dan
dilanjutkan dengan Tujuan Pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Developments Goals/SDGS) pasca 2015.
Masalah kemiskinan juga bersifat multidimensi, dimana kemiskinan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kemiskinan
bukanlah sebatas permasalahan ekonomi melainkan juga permasalahan sosial.
Kemiskinan juga menjadi hal yang mendasari munculnya berbagai
permasalahan sosial lain dimasyarakat seperti kebodohan akinbat kurangnya
akses pendidikan, pengangguran, peningkatan jumlah anak jalanan dan
pengemis, serta meningkatnya tindak kriminal. Oleh karena itu, kemiskinan
juga disebut sebagai akar dari kejahatan. Karena terdesak oleh kebutuhan yang
harus dipenuhi serta minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia, terkadang
menyebabkan orang-orang miskin melakukan jalan pintas dengan melakukan
tindak kriminal seperti pencurian, perampokan, pengedaran narkoba hingga
pembunuhan untuk memenuhi kebutuhannya.
2
Penanggulangan kemiskinan menjadi isu penting karena : (1)
merupakan masalah yang tidak dapat ditunda; (2) harus menjadi prioritas
utama dalam pelaksanaan pembangunan; (3) sesuai dengan prinsip keadilan
dalam mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan; (4) menjadi komitmen
bersama (nasional dan daerah) yang harus dilakukan secara sistematis, lintas
sektor, lintas pelaku, terpadu dan berkelanjutan.
Dalam hal pengurangan kemiskinan, indonesia sendiri sebenarnya
tercatat dua kali mendapat apresiasi dalam hal pengurangan kemiskinan.
Pertama, pada zaman orde baru, bank dunia memberikan apresiasi kepada
indonesia sebagai negara yang berhasil menurunkan tingkat kemiskinan,
dimana tingakt kemiskinan di Indonesia telah berhasil diturunkan dari sekitar
40% pada tahun 1976 menjadi sekitar 11% pada tahun 1996 berdasarkan data
Badan Pusat Statistik. Kedua, pada periode 2005-2009. Berdasarkan catatan
Worldfactbookdan World Bank, penurunan jumlah penduduk miskin di
indonesia termasuk yang tercepat dibandingkan negara laninnya. Angka
kemiskinan di tahun 2005 sebesar 15,97% (35,1 juta orang) dapat ditekan
menjadi (29 juta orang) per Maret 2012. Ini menunjukkan telah terjadi
pengurangan jumlah penduduk miskin hingga 6 juta orang dengan tingkat
konsistensi penurunan yang terjaga, termasuk pada pasca krisis dan
perlambatan global 2008-2009.
Namun demikian, sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, terjadi
perlambatan penurunan angka kemiskinan (angka kemiskinan menurun tetapi
dalam laju yang melambat). Dimana angka kemiskinan di indonesia sebesar
3
12,36% pada tahun 2011, hanya turun menjadi 11,13 pada tahun 2015 (tidak
sampai 0,5% pertahun). Hal ini disebabkan karena kondisi kemiskinan yang
tersisa umumnya kronis, dan lokasinya makin tersebar.
Demikian pula dengan Provinsi jambi yang juga kondisi kemiskinannya
fluktuatif. Dari 8,40% pada tahun 2010 menjadi 7,9% pada tahun 2011 dan
8,42% pada tahun 2012 menjadi 8,20% pada tahun 2013 dan 9,12% pada
tahun 2014.
Table. 1.1
Tahun Tingkat kemiskinan di kota jambi (%)
2010 9,9%
2011 9,27%
2012 9,80%
2013 8,31%
2014 8,90%
Sumber : Bappeda Kota Jambi
Melihat dari tabel diatas hal yang sama juga terjadi di Kota Jambi,
dimana angka kemiskinan di Kota Jambi fluktuatif mulai dari 9,9% pada tahun
2010, sempat turun menjadi 9,27% pada tahun 2011 kemudian naik lagi
menjadi 9,80% pada tahun 2012, dan turun menjadi 8,31% pada tahun 2013dan
naik lagi menjadi 8,90% pada tahun 2014. Jika diamati laju penurunan
kemiskinan baik di Provinsi maupun Kota Jambi sejak tahun 2010 hingga 2014
terjadi perlambatan yaitu tidak sampai 0,5% per tahun.
Dengan kondisi penurunan kemiskinan yang melambat tersebut, bahkan
bisa naik jika terjadi guncangan seperti krisis ekonomi, kenaikan harga BBM,
atau penurunan harga komoditas, tentunya dibutuhkan langkah-langkah
penanganan dan pendekatan yang sistematis, terpadu dan komprehensif. Oleh
4
karenanya Pemerintah didalam Rencana Pembangunan jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2014-2019 telah menargetkan penurunan angka
kemiskinan menjadi 4,2% pada tahun 2019 dari 10,96% pada tahun 2014.
Untuk mendukung target tersebut pemerintah Provinsi Jambi telah
menetapkan target sebesar 3,8% pada tahun 2021 dari 9,12% pada tahun 2014.
Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah kota jambi juga telah menetapkan
target penurunan angka kemiskinan yaitu sebesar 8-10% pada tahun 2018 dari
8,90% pada tahun 2014. Tentunya dengan laju penurunan angka kemiskinan
Nasional. Provinsi dan Kota Jambi yang rata-rata hanya kisaran 0,5% pertahun
tentunya bukanlah hal yang mudah untuk mencapai target tersebut.
Dalam hal tersebut Pengelolaan keuangan daerah sangat besar
pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah
yang kuat dan berkuasa serta mampu mengembangkan kebesarannya atau
menjadi tidak berdaya tergantung pada cara mengelola keuangannya.
Pengelolaan daerah yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif atau
memenuhi value for money serta partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan
keadilan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya
mengurangi jumlah pengangguran serta menurunkan tingkat kemiskinan.
Untuk pengelolaan daerah tidak hanya dibutuhkan sumber daya manusia,
tetapi juga sumber daya ekonomi berupa keuangan yang dituangkan dalam
suatu anggaran pemerintah daerah.2
2Lanis,Pendapatan Daerah dalam Ekonomi Orde Baru (Jakarta: BPFE-UI, 1999),30
5
Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah.
Anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan
kapabilitas, efisiensi, dan efektifitas pemerintah daerah. Anggaran daerah
seharusnya dipergunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya
pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan, alat bantu pengambilan keputusan
dan perencanaan pembangunan, alat otoritas pengeluaran di masa yang akan
datang, ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua
aktivitas di berbagai unit kerja. Anggaran sebagai instrumen kebijakan dan
menduduki posisi sentral harus memuat kinerja, baik untuk penilaian secara
internal maupun keterkaitan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang
selanjutnya mengurangi pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan.
Kinerja yang terkait dengan anggaran merupakan kinerja keuangan berupa
perbandingan antara komponen-komponen yang terdapat pada anggaran.
Terkait hal tersebut, dalam upaya mengakselerasi dan meningkatkan
efektivitas upaya penanggulangan kemiskanan, Pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan yang diperbarui dengan Peraturan Presiden
Nomor 96 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 15
Tahun 2010 tentang percepatan Penanggulangan kemiskinan. Peraturan
Presiden tersebut mengamanatkan untuk dibentuknya wadah koordinasi lintas
sektoral dan lintas pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan,
baik ditingkat pusat maupun Provinsi dan Kabupaten/Kota.
6
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti termotivasi untuk
meneliti lebih jauh tentang “PERANAN PEMERINTAH DALAM UPAYA
PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA JAMBI”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil
suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Jambi dalam
mengentas/menanggulangi kemiskinan di Kota Jambi?
2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Jambi dalam
mengentas/menanggulangi kemiskinan di Kota Jambi?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini dapat dikategorikan dalam tiga
aspek, yaitu:
Pertama, dari sisi objek materi nya, penelitian ini membatasi diri hanya
pada Peranan Pemerintah dalam Upaya mengentas kemiskinan di Kota Jambi.
Dengan demikian, maka pembicaraan di dalam skripsi ini tidak akan
menyentuh aspek-aspek di luar hal tersebut.
Kedua, dari sisi lokasi penelitiannya, skripsi ini dibatasi pada instansi
Bappeda Kota Jambi.
7
Ketiga, dari sisi waktu penelitiannya, dibatasi pada tahun 2014. Hal ini
dengan pertimbangan bahwa satu tahun mundur dari tahun 2015 menjadikan
diskursus ( pembahasan ) penelitian ini menjadi lebih up to date (kekinian).
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :
a. Ingin mengetahui seperti apa Upaya yang dilakukan pemerintah Kota
Jambi dalam pengentasan kemiskinan;
b. Ingin mengetahui kendala apa yang dihadapi oleh Pemerintah Kota
Jambi dalam upaya pengentasan kemiskinan di Kota Jambi;
2. Kegunaan Penelitian
a. Ingin memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang
Peranan Pemerintah dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di Kota
Jambi.
b. Bagi pihak yang terkait, khususnya praktisi pendidikan, masyarakat
maupun pemerintah penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih yang positif bagi pembaharuan dunia pendidikan untuk
menjadi lebih baik.
c. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Satu (S1) pada jurusan Ekonomi Islam Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) di Universitas Islam Negeri (UIN)
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
8
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan kepustakaan mengenai penelitian-penelitian
terdahulu yang memiliki korelasi dengan penelitian ini ternyata ditemukan
adanya beberapa literatur terdahulu yang memiliki kesamaan dan perbedaan
dengan penelitian ini. Adapaun hasil tinjauan pustaka yang dimaksudkan
adalah sebagai berikut:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dengan judul
“Analisa Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran,
dan Kemiskinan: Pendekatan Analisis Jalur (Studi pada 29 Kabupaten dan 9
Kota di Provinsi Jawa Timur).Dalam tulisannya Ahmad memaparkan tentang
mekanisme keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan
kemiskinan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Kemudian Ahmad juga memaparkan kedala dan upaya yang dilakukan untuk
menekan angka pengangguran dan kemiskinan guna mencapai pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik di jawa timur.3
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Jufriadi dengan judul “Faktor-
faktor yang Berpengaruh terhadap Kemiskinan di Kabupaten Sampang
Madura.”.Adapun hasil kesimpulan dari penelitian beliau adalah bahwa
kemiskinan dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi,
dan faktor pendidikan.4
3Ahmad, “Analisa Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan
Kemiskinan: Pendekatan Analisis Jalur (Studi pada 29 Kabupaten dan 9 Kota di Provinsi Jawa
Timur).”Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010), hlm. 18 4Jufriadi, “Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kemiskinan di Kabupaten Sampang
Madura” Skripsi (Malang: Universitas Muhammadiyah, 2015), hlm. 4
9
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Yonatan Pasaribu dengan judul
“Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Fungsi Pendidikan, Kesehatan,
Perlindungan Sosial dan Infrastruktur terhadap Kemiskinan di Indonesia
Tahun 2010-2013 (Studi Kasus 33 Provinsi di Indonesia).” Adapun
kesimpulan dari penelitian ini adalah pengeluaran pemerintah fungsi
pendidikan berpengaruh positif terhadap kemiskinan. Sedangkan pengeluaran
pemerintah, fungsi kesehatan, dan perlindungan ternyata berpengaruh negatif
terhadap kemsikinan. Pengeluaran pemerintah fungsi infrastruktur tidak
berpangaruh terhadap kemiskinan.5
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Azwardi dan Sukanto dengan
judul “Efektivitas Alokasi Dana Desa (ADD) dan Kemiskinan di Provinsi
Sumatera Selatan.” Adapun hasil penelitian beliau adalah bahwa penyaluran
dana ADD belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bila dilihat dari
jumlah yang disalurkan hingga tahun 2012 belum satu pun yang memenuhi
ketentuan yang berlaku (minimal 10% dari dana bagi hasil ditambah pajak
dikurangi belanja pegawai).6
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh James Erik Siagian dengan
judul “Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten
Deli Serdang.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan
5Yonatan Pasaribu, “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Fungsi Pendidikan,
Kesehatan, Perlindungan Sosial dan Infrastruktur terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 2010-
2013 (Studi Kasus 33 Provinsi di Indonesia).”Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2016),
hlm. 5-7 6Azwardi dan Sukanto, “Efektivitas Alokasi Dana Desa (ADD) dan Kemiskinan di Provinsi
Sumatera Selatan.” Journal of Economic and Development Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 12,
No. 1. Edisi Juni (2014), hlm. 29
10
keberhasilan pengentasan kemiskinan dengan adanya program penyediaan
sarana sosial dasar sebesar 7 kali lebih besar dibandingkan tanpa adanya
program penyediaan sarana sosial dasar. Demikian juga dengan variabel
penyediaan sarana dasar.7
Dari semua penelitian diatas yang membedakan dengan skripsi peneliti
yaitu peneliti focus terhadap Peran Pemerintah Dalam mengentas kemiskinan
yang ada di Kota Jambi.
F. Kerangka Teori
1. Pemerintah Daerah ( PEMDA )
a. Konsep Pemerintah Daerah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibai atas daerah-daerah
Provinsi dan daerah Provinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota yang
masing-masing mempunyai pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah
adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam system dan prinsip. Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintahan Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
Undang-Undang ditentukan menjadi urusan Pemerintah. Pemerintah
7Erik Siagian, “Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan
Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang.”Tesis (Medan:
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2007), hlm. 7
11
Daerah sebagai lembaga unsure penyelenggara pemerintah daerah
terdiri dari Kepala Daerah dan Perangkat Daerah. Kepala Daerah
Untuk Provinsi disebut Gubernur, untuk Kbaupaten disebut Bupati dan
untuk Kota disebut Walikota. Dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah, kepala daerah dibantu oleh Perangkat Daerah yang meliputi
Sekretaris Daerah, Sekretaris DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga
teknis Daerah serta untuk Kabupaten atau Kota termasuk kecamatan
dan Kelurahan.8
Bupati atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsure
penyelenggara pemerintahan daerah. Dengan demikian peran
pemerintah daerah adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam bentuk
cara tindak baik dalam rangka melaksanakan otonomi daerah sebagai
suatu hak, wewenang dan kewajiban pemerintah daerah untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan Perundaang-Undangan.
Juga sebagai daerah otonom, selanjutnya disebut daerah , adalah
kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam system Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
8Dr. Arifin Tahir, M.Si, Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah,
Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 117
12
Istilah pemerintah menurut Bagirmanan sebagaimana yang
dikutip oleh Syafruddin (2004;51) berasal dari kata dasar „Perintah„
mendapat kata sisipan „em‟ yang berarti suatu system dalam
menjalankan wewenang dan kekuasaan untuk mengatur kehidupan
social, ekonomi dan politik suatu Negara atau bagian-bagiannya, atau
sekelompok orang yang secara bersama-sama memikul tanggung
jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan atau penguasa suatu
Negara.9
Istilah “ Pemerintah “ ini pula yang oleh kebanyakan kalangan
menyepadankan dengan istilah government ( bahasa Inggris ) dan
gouverment ( Bahasa Prancis ) yang keduanya berasal dari perkataan
latin gubermaculumyang artinya “ kemudi “. Istilah pemerintah ini
pula disinonimkan dengan penguasa, kadang juga diartikan sama
dengan eksekutif, yakni pemegang atau yang melaksanakan
pemerintahan secara riil dan ada pula yang mengistilahkan pemerintah
dengan jawatan atau aparatur dalam susunan pemerintahan.
Sementara itu istilah “ pemerintahan “ dalam bahasa inggris
dikenal dengan “ administration “ yakni proses, perbuatan atau cara
pemerintah atau segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam
menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dalam kepentingan
Negara. Selanjutnya, Moh. Kusnaidi dan Harmaily Ibrahim
sebagaimana dikutip oleh Syafruddin (2004;52), mengemukakan
9Ibid., hlm.120
13
bahwa yang dimaksud dengan pemerintahan adalah Pemerintahan
dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh Negara
dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan
Negara itu sendiri, jadi tidak diartikan sebagai pemerintah yang hanya
menjalankan tugas eksekutif saja, melainkan meliputi tugas-tugas
lainnya termasuk legislative dan yudikatif .
Menurut Bagir Manan ( 1994 ) dengan mengacu kepada
beberapa pendapat para sarjana, menjelaskan pula bahwa secara
yuridis ada perbedaan yang sangat nyata antara ”Negara“ dan
“Pemerintah“.Negara adalah sebuah badan (body) sedangkan
pemerintah adalah badan kelengkapan Negara (organ). Pemerintah
sebagai alat kelengkapan Negara dapat diberi pengertian luas atau
dalam artian sempit. Pemerintah dalam artian luas mencakup semua
alat kelengkapan Negara yang pada pokoknya terdiri dari cabang –
cabang kekuasaan eksekutif, legislative, dan yudikatif atau alat
kelengkapan Negara lain yang juga bertindak untuk dan atas nama
Negara.
Dalam arti sempit pemerintah adalah cabang kekuasaan
eksekutif. Cabang pemerintahan eksekutif mewakili dua hal, pertama
sama dengan yudikatif dan legislative berperan sebagai alat
kelengkapan Negara, bertindak untuk dan atas nama Negara . Kedua
sebagai badan administrasi Negara yang mempunyai kekuasaan
mandiri yang dilimpahkan Negara.
14
Berdasarkan gambaran tersebut diatas, dapat dikontruksikan
bahwa pemerintah dalam arti luas dalam konteks Indonesia adalah
keseluruhan alat kelengkapan Negara , yaitu Lembaga Tertinggi
(MPR) dan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara (DPR, Presiden, MA
dan BPK). Sedangkan pemerintahan dalam arti sempit presiden beserta
jajaran/aparatur yang berada dalam lingkup kekuasaan eksekutif yang
selain atau tidak termasuk pemegang kekuasaan legislative dan
yudikatif sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, pemerintah daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
Berdasarkan dari pemahaman diatas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Kalau pemerintah hanyalah eksekutif yang menjalankan
pemerintahan dalam arti sempit, sedangkan pemerintahan
meliputi seluruh unsur atau fungsi penyelenggaraan Negara baik
eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
2) Kalau pemerintah menunjuk kesutau badan pemerintahan,
sedangkan pemerintahan merupakan proses atau cara dalam
memerintah.
15
b. Peran Pemerintah Daerah.
1. Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal pada
suatu Badan Usaha Milik Pemerintah dan atau milik swasta.
Penyertaan modal tersebut dapat ditambah , dikurangi, dijual
kepada pihak lain dan atau dapat dialihkan kepada Badan Usaha
Milik Daerah. Pemerintah Daerah dapat memilik BUMD yang
pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan dan
pembubarannya ditetapkan dengan perda yang berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
2. Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna
membiayai kebutuhan tertentu dengan dananya tidak dapat
disediakan dalam satu tahun anggaran. Pengaturan tentang dana
cadangan daerah ditetapkan dengan peraturan pemerintah.10
3. Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi surplus atau deficit
APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan
setiap semester dalam tahun anggaran berjalan.Pemerintah
daerah mengajukan rancangan perda tentang perubahan APBD,
disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya
kepada DPRD.
4. Pemerintah Daerah dapat membentuk badan pengelola
pembangunan di kawasan perdesaan yang direncanakan dan
dibangun menjadi kawasan perkotaan. Pemerintah daerah
10Bagas Nugroho, “ Kebijakan Pemerintah Dalam Pembangunan Daerah “ diakses dari
https://www.scribd.com/mobile/doc/45733420/Peran-Fungsi-Pemda.html, pada tanggal 6 November 2017
pukul 13.54.
16
mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan
pengelolaan kawasan perkotaan.
Selain itu, peran Pemerintah Daerah juga dimaksudkan dalam
rangka melaksanakan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
perbanutan sebagai wakil pemerintah di daerah otonom yaitu untuk
melakukan :
1) Desentralisasi.
Desentralisasi atau juga biasa disebut desentralisasi politik
yaitu melaksanakan semua urusan yang yang semula adalah
kewenangan pemerintah pusat menjadi kewenangan pemerintah
daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
system Negara Kesatua Republik Indonesia.
Didalam desentralisasi politik semacam ini, rakyat dengan
menggunakan dan memanfaatkan saluran-saluran tertentu (
perwakilan ) ikut serta dalam pemerintahan, dengan batas wilayah
daerah masing-masing.
Menurut Nurcholis 9 (2005;4) mengemukakan bahwa
desentralisasi dibedakan menjadi dua :
a) Desentralisasi Teritorial ( territorial desentralisatie ) yaitu
penyerahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri (autonomi) batas pengaturannya
17
adalah daerah. Desentralisasi territorial mengakibatkan
adanya otonomi pada daerah yang menerima penyerahan.
b) Desentralisasi fungsional yaitu pelimpahan kekuasaan untuk
mengatur dan mengurus fungsi tertentu, batas
pengaturannya adalah batas fungsi.
2) Dekonsentrasi.
Yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan atau
kepada Instansi fertikal diwilayah tertentu untuk dilaksanakan dan
tugas pembantu yaitu melaksanakan semua penugasan dari
Pemerintah kepada Daerah dan Desa dari Pemerintah Provinsi
kepada Kabupaten atau Kota atau Desa , serta dari Pemerintah
Kabupaten atau Kota kepada Desa untuk melaksanakan tugas
tertentu. Persoalannya adalah bagaimana pemerintah daerah
mampu menerima semua kewenangan yang diserahkan untuk
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Mustopadidjaja (2003) menyatakan bahwa pemerintah
sangat ditentukan oleh tiga hal yaitu aparatur pemerintah,
organisasi birokrasi dan prosedur tatalaksananya, karena
ituapabila prosedur operasionalisasi suatu kebijakan ingin dapat
berjalan secara optimal dan sebagaimana mestinya perlu
dilakukan sosialisasi dan pemberdayaan terhadap aparatur
pemerintahan agar prosedur ketatalaksanaan dan bentuk
18
organisasi birokrasinya sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan
dari misi yang akan dicapai.
Karena tugas pemerintah daerah adalah menciptakan
kesejahteraan umum,, maka kegiatan administrasi Negara dikenal
sebagai suatu kebijakan public, yang memiliki rentang pengaturan
dalam kuantitas dan kualitas seiring dengan kebutuhan konkret
masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
didalam kebijakan public, terkadang suatu upaya formulasi,
implementasi dan evaluasi secara konkret dan terukur dalam
merespon kebutuhan atau persoalan dalam masyarakat umum.
Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek
hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintah
daerah, potensi dan keberagaman daerah, peluang dan tantangan
persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-
luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan
kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan
system penyelenggaraan pemerintahan Negara.
Pemerintah selaku pemegang kekuasaan eksekutif
dibedakan dalam dua pengertian yuridis, yaitu :
a) Selaku alat kelengkapan Negara yang bertindak untuk dan
atas nama Negara yang kekuasaanya melekat pada
kedudukan seorang kepala Negara.
19
b) Selaku pemegang kekuasaan tertinggi atas penyelenggaraan
pemerintahan atau selaku administrator Negara (pejabat
atau badan atas usaha Negara).
Pemerintahan adalah berkenaan system, fungsi, cara,
perbuatan, kegiatan, urusan atau tindakan memerintah yang
dilakukan atau diselanggarakan atau dilaksanakan oleh
pemerintah. Eksekutif adalah cabang kekuasaan dalam Negara
yang melaksanakan kebijakan public (kenegaraan dan atau
pemerintahan )melalui peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan oleh lembaga legislative maupun atas inisiatif sendiri.
Administrasi (Negara) adalah badan atau jabatan dalam
lapangan kekuasaan eksekutif yang mempunyai kekuasaan
madniri berdasarkan hokum untuk melakukan tindakan-tindakan
baik dilapangan pengaturan maupun penyelenggaraan
administrasi (Negara).
Berkaitan hubungan antara pemerintahan dan administrasi
Negara, maka didalam organisasi modern sebagaimana Negara
dan perangkatnya , Max Weber mengintroduksi terminology
birokrasi dengan mengatakan “ Pemerintah tidak lain adalah yang
berhasil menopang klaim bahwa pemerintah yang secara eksklusif
berhak menggunakan kekuasaan fisik untuk memaksakan aturan-
aturannya dalam suatu batas wilayah tertentu. Sedangkan dalam
organisasi pemerintahan diberntuk birokrasi “.
20
c. Fungsi Pemerintah Daerah
Tugas pokok pemerintah adalah pelayanan yang membuahkan
kemandirian, pembangunan menciptakan kemakmuran, sedangkan
birokrasi itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Birokrasi patrimonial yang berfungsi berdasarkan nilai-nilai
tradisional yang tidak memisahkan antara tugas , wewenang dan
tanggung jawab dinas dengan urusan pribadi pejabat.
2) Birokrasi modern (rasional) dicirikan dengan adanya
spesialisasi, hokum, pemisahan tugas dan urusan pribadi.
Fungsi-fungsi pemerintah daerah kurang lebih juga didukung
oleh perangkat daerahnya. Dasar utama penyusunan perangkat daerah
dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan
yang perlu ditangani. Namun tidak berarti bahwa setiap penangan
urusan pemerintahan harus dibentuk kedalam organisasi tersendiri.
Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan factor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah,
cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan,
jenis dan banyaknya tugas , luas wilayah kerja dan kondisi geografis,
jumlah dan kepadatan penduduk , potensi daerah yang bertalian
dengan urusan yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang
tugas. Oleh karena itu kebutuhan akan organisasi perangkat daerah
dibagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
21
1) Sekretaris Daerah.
Dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris daerah
mempunyai tugas dan kewajiban membantu kepala daerah dalam
menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan
lembaga teknis daerah. Sekretaris DPRD dipimpin oleh sekretaris
DPRD. Sekretaris DPRD mempunyai tugas :
a) Menyelenggarakan administrasi kesekretarian DPRD.
b) Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD.
c) Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD.
d) Menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang
diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai
dengan kemampuan keuangan daerah.
2) Dinas Daerah.
Merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Kepala dinas
daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalu
sekretaris Daerah. Lembaga teknis daerah merupakan unsure
pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk
badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah. Kepala badan,
kantor, atau rumah sakit umum daerah tersebut bertanggung
jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.
22
3) Kecamatan.
Dibentuk diwilayah Kabupaten atau Kota dengan Perda
berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kecamatan dipimpin
oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang bupati atau Walikota untuk
menangani sebagian urusan otonomi daerah. Kelurahan dibentuk
di wilayah kecamatan dengan Perda berpedoman pada Peraturan
Pemerintah. Kelurahan dipimpin oleh Lurah yang dalam
pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati atau
Walikota.
2. Pengentasan Kemiskinan.
a. Konsep Kemiskinan
Upaya penanggulangan kemiskinan menurut Undang
Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas ditempuh
melalui dua strategi utama. Pertama, melindungi keluarga dan
kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan sementara.
Kedua, membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan
kronis dengan memberdayakan dan mencegah terjadinya
kemiskinan baru. Strategi tersebut selanjutnya dituangkan dalam
tiga program yang langsung diarahkan pada penduduk miskin
yaitu: 1) Penyediaan Kebutuhan Pokok; 2) Pengembangan Sistem
Jaminan Sosial; dan 3) Pengembangan Budaya Usaha Masyarakat
Miskin.11
11
Mangihot Pasaribu
23
Kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia yang terbaru
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang
menyatakan bahwa kebijakan penanggulangan kemiskinan
meliputi: kebijakan pemenuhan hak-hak dasar dan kebijakan
pembangunan wilayah untuk mendukung pemenuhan hak dasar.
Sepanjang kebijakan pemerintah belum dapat mengatasi
kemiskinan,masyarakat miskin mempunyai strategi sendiri untuk
mengatasi kemiskinannya dengan cara: berhutang pada berbagai
sumber pinjaman informal, bekerja serabutan, istri dan anak turut
bekerja, memanfaatkan sumber daya alam di sekelilingnya, bekerja
di luar daerah, dan berhemat melalui mengurangi atau mengganti
jenis makanan dan mengatur keuangan.
b. Penanggulangan Kemiskinan .
Adalah kebijakan dan program pemeritah pusat , pemda
yang dilakukan secara sistematis dan terencana dan bersinergi
dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah
penduduk miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, bukan sekedar statistik tapi juga menyangkut
masalah kemanusiaan.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota jambi 2013-2018. Tujuan pembangunan
Kota Jambi tergambar dalam visi Pembangunan “ Terwujudnya
Kota Jambi sebagai pusat perdagangan dan jasa berbasis
masyarakat yang berakhlak dan berbudaya”.
24
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Beni, penelitian kualitatif meliputi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data, dan
membuat kesimpulan atas temuan penelitianya.12
Dengan pendekatakan
kualitatif, peneliti berupaya membangun argumentasi rasional tentang segala
macam hal yang berkaitan dengan persoalan yang hendak diteliti sebagaimana
disebutkan di atas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang memadukan 2 jenis
penelitian didalamnya, yaitu penelitian lapangan (Field Reseach) dan
penelitian Pustaka (Library Reseach).13
a. Penelitian Lapangan (Field Reseach)
Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan langsung pada
lokasi penelitian, mulai dari observasi, dokumentasi dan wawancara.
b. Penelitian Pustaka (Library Reseach)14
Yaitu penelitian yang dilakukan pada perpustakaan dengan cara
mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan kemudian menganalisa dan
menjadikannya sumber penelitaian.
12
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 183-184. 13
Chikid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,2007),hlm.44 14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998),hlm.25
25
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Lokasi penelitian ini ada dua yaitu: (1) Di kantor Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Jambi dan (2) Perpustakaan.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah: Pejabat dan Staff yang bekerja di
kantor BappedaKotaJambi. Dalam menentukan subjek penelitianya dipilih
dengan beberapa pertimbangan atau kriteria sebagai berikut: (1) Subjek
dalam penelitian ini bekerja sebagai pegawai di kantorBappeda selama
minimal satu tahun; (2) subjek diambil secara purposive sampling.
Demikianlah dua kriteria yang peneliti terapkan dalam menentukan subjek
penelitian ini.
C. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Menurut Lofland dalam buku Moloeng“sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan, seperti dokumen dan lain-lain.15
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan sesuai
dengan tujuan penelitian, maka diperlukan dua jenis data yaitu :
15
Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosdakarya,1998),hlm.112
26
1) Data Primer
Data primer adalah data utama penelitian.16
Data primer dalam
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara
dengan subjek penelitian, dan dokumentasi.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung penelitian.17
Data sekunder
diperoleh dari sejumlah literatur yang menjadi bahan untuk menyusun
teori dalam penelitian ini. Data sekunder ini sejumlah data yang tidak
diusahakan oleh peneliti, melainkan data tersebut telah tersedia walaupun
peneliti belum melakukan penggalian data secara komprehensif. Data
sekunder dalam skripsi ini antara lain adalah seperti profil kantor
BAPPEDA Kota Jambi dan data lain yang dianggap relevan.
b. Sumber Data
Sumber data Adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.18
Sumber data ini diperoleh dari kantor BAPPEDA , perpustakaan dan
lain-lain yang dapat dijadikan sumber data.
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan di lapangan peneliti
akan menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu dengan
beberapa teknik yaitu :
16
Suaidi Asy‟ari (Ed), Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa (Jambi, t.p, 2009), 19 17
Ibid., 19. 18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,....... hlm.18
27
a. Observasi
Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan
pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan
organisme disitu, sesuai dengan tujuan empiris. Metode ini penulis
gunakan untuk melihat langsung lokasi penelitian serta mengungkap
fakta yang terjadi pada lokasi penelitian.19
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses Tanya jawab secara lisan dimana
dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat
melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri
suaranya. Bahkan wawancara dapat dilakukan melalui telepon.20
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditunjukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen.21
Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi
yang berkenaan dengan geografis Kantor BAPPEDA yang dapat
dijadikan bukti nyata dalam penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam peneltian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
19
Ibid., 135. 20
Setna Yuwana Sudican, Penuntun Penyusunan Karya Ilmiah (Semarang: Aneka Ilmu,
1998), 39. 21
Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Metodologi dan Aplikasinya,........hlm.87
28
Dalam hal ini Nasution sebagaimana dikutip oleh Sugiyono, menyatakan
bahwa analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah.
Sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutya sampai
jika dimungkinkan teori yang grounded. Namun dalam penelitian kualitatif,
analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan data.22
Analisis data sebelum ke lapangan menurut Miles and Huberman
adalah peneliti menganalisis data terhadap hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun
demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti memasuki lapangan penelitian.23
Analisis setelah di lapangan
menurut Miles and Huberman juga terdiri dari beberapa tahapan sebagaimana
dijelaskan dalam paragraf di bawah ini:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.24
Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
22
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), 90. 23
Ibid,hlm.91 24
Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 200.
29
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.25
2. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitan kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif.26
Peneliti melakukan teknik men-display-kan data ialah dengan
tujuan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,
merencakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang sudah ditemukan
tersebut.
3. Verifikasi Data
Verifikasi dan penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam
proses analisis data penelitian kualitatif. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal.27
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih samar-samar sehingga
25
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2007), 338. 26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2007), 341. 27
Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 202.
30
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
hipotesis, atau teori.28
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan teknik trianggulasi untuk menguji tingkat
keterpercayaan data di lapangan. Trianggulasi adalah suatu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut. Hal ini dapat tercapai dengan cara:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang lain, orang biasa, ahli.
4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang
berkaitan.29
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), 345. 29
Lexy J. Moeleong, Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 1995), 178.
31
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Historis Kota Jambi
Kota Jambi adalah Ibu Kota Provinsi Jambi dan merupakan salah satu
dari 11 (sebelas) daerah kabupaten/kota yang ada dalam Provinsi Jambi.
Secara historis, Pemerintah Kota Jambi dibentuk dengan Ketetapan Gubernur
Sumatera No.103/1946 sebagai Daerah Otonom Kota Besar di Sumatera,
kemudian diperkuat dengan Undang-undang No.9/1956 dan dinyatakan
sebagai Daerah Otonom Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Sumatera
Tengah.
Dengan dibentuknya Provinsi Jambi tanggal 6 Januari 1948, maka sejak
itu pula Kota Jambi resmi menjadi Ibu kota Provinsi Jambi, dengan demikian
Kota Jambi sebagai Daerah Tingkat II pernah menjadi bagian dari tiga
Provinsi yakni Provinsi Sumatera, Provinsi Sumatera Tengah dan Provinsi
Jambi sekarang.
Memperhatikan jarak waktu antara Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945 dengan dibentuknya Pemerintah Kota Jambi, tanggal 17 Mei 1946,
terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini jelas menunjukkan bahwa
Pembentukan Pemerintah Otonom Kota Besar Jambi saat itu sangat
dipengaruhi oleh jiwa dan semangat Proklamasi 17 Agustus 1945.
Meskipun menurut catatan sejarah, pendirian Kota Jambi bersamaan
dengan berdirinya Provinsi Jambi (6 Januari 1948), namun hari jadinya
ditetapkan sebelas tahun lebih dahulu, sesuai Peraturan Daerah (Perda) Kota
32
Jambi No.16 tahun 1985 yang disyahkan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jambi dengan Surat Keputusan No. 156 tahun 1986, bahwa Hari Jadi
Pemerintah Kota Jambi adalah tanggal17 Mei 1946, dengan alasan bahwa
terbentuknya Pemerintah Kota Jambi (sebelumnya disebut Kota madya
sebelum kemudian menjadi Kota saja), adalah tanggal 17 Mei 1946 dengan
Ketetapan Gubernur Sumatera No. 103 tahun 1946, yang diperkuat dengan
UU No. 9 tahun 1956. Kota Jambi resmi menjadi Ibu kota Provinsi Jambi
pada tanggal 6 Januari 1957 berdasarkan UU No. 61 tahun 1958.
Hingga saat ini Kota Jambi telah pernah dipimpin oleh sepuluh orang
Walikota, yakni :
Table 1. Wali Kota yang pernah memimpin Kota Jambi.
No Walikota Periode FotoWalikota
1. Makalam 1946 - 1948
2. Muhammad Kamil 1948 - 1950
33
3. R. Soedarsono 1950 - 1966
4. Drs. HasanBasriDurin 1966 - 1998
5.
Drs. H. Z.
MuchtarDaengMaguna
1968 - 1972
6. H. ZainirHaviz, BA. 1972 - 1983
7. Drs. H. Azhari DS. 1983 - 1993
34
8. Drs. H. Muhammad Sabki 1993 -1998
Setelah Era Reformasi, terjadi perubahan Struktur Pemerintah Kota
Jambi, yang berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
(sebagai pengganti UU no. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan
di Daerah),Walikota sebagai Kepala Daerah, didampingi oleh Wakil
Walikota.
No Pasangan
Walikota &Wakil
Walikota
Periode Foto
Walikota & WakilWalikota
9.
Drs. H. ArifienManap.
MM.
&
H. Turimin, SE.
1998-2008
35
10.
dr. H. R. BambangPriyanto
&
M. Sum Indra, SE. MMSI.
2008-2013
Ketentuan mengenai lambing dan motto Kota Jambi diatur melalui
Perda Nomor 15 Tahun 2002 tentang Lambang Daerah Kota Jambi, yang
ditetapkan di Jambi pada 21 Mei 2002 dan di tandatangani olehWali Kota
Jambi H Arifien Manap dan Ketua DPRD Kota Jambi H Zulkifli Somad.
Lambang Kota Jambi itu secara filosofis melambangkan identitas sejarah dan
kebesaran Kerajaan Melayu Jambi dulu. Di lambing tersimpul pula secara
simbol ikon disigeografis daerah dan sosiocultural masyarakat Jambi.
Lambang Kota Jambi berbentuk perisai dengan bagian yang
meruncing di bawah dikelilingi tiga garis dengan warna bagian luar putih,
tengah berwarna hijau, dan bagian luar berwarna putih. Garis hijau yang
mengelilingi lambing pada bagian atas lebih lebar dan di dalamnya tercantum
tulisan "Kota Jambi" yang melambangkan nama daerah dan diapit oleh dua
bintang bersudut lima berwarna putih. Itu melambangkan kondisi kehidupan
36
social masyarakat Jambi yang terdiri atas berbagai suku dan agama, memiliki
keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Warna dasar lambing berwarna biru langit. Isi dan arti lambing
senapan/lelo, gong, dan angsa. Disebutkan, setelah Orang Kayo Hitam
menikah dengan Putri Temenggung Merah Mato yang bernama Putri Mayang
Mangurai, oleh Temenggung Merah Mato anak dan menantu yaitu diberi
sepasang angsa serta perahu kajanglako.
Kemudian dia disuruh mengaliri aliran sungai Batanghari untuk
mencari tempat guna mendirikan kerajaan baru. Kepada anak dan
menantunya tersebut, dipesankan bahwa tempat yang akan dipilih ialah
dimana sepasang angsa naik ketebing dan mupur di tempat itu selama dua
hari dua malam.
Setelah beberapa hari mengaliri Sungai Batanghari, kedua angsa naik
kedarat di sebelah hilir(kampung jam), kampong tenadang. Dan sesuai dengan
amanat mertuanya, Orang Kayo Hitam dan istrinya, Putri Mayang Mangurai,
beserta pengikutnya membangun kerajaan baru yang kemudian disebut tanah
pilih. Tanah Pilih dijadikan pusat pemerintahan kerajaan (Kota Jambi
sekarang).
Tanah Pilih ini adalah tanah yang dipilih oleh raja zaman dulu untuk
dijadikan istana dan pusat kerajaan. Sedangkan Pusako Batuah maksudnya
adalah saat membangun, ditemukan barang-barang pusaka seperti gong dan
keris," katanya mencoba mengingat kembali kisah-kisah lama itu.Keris yang
ditemukan itu diberi nama "Keris Siginjai" dan merupakan lambang
37
kebesaran serta kepahlawanan Raja dan Sultan Jambi dahulu. Siapapun yang
memiliki keris itu, dialah yang diakui sebagai penguasa atau berkuasa untuk
memerintah Kerajaan Jambi.
Tanah Pilih Pesako Betuah secara filosofi mengandung pengertian
bahwa Kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kota sekaligus sebagai pusat
sosial, ekonomi, kebudayaan, mencerminkan jiwa masyarakatnya sebagai
duta kesatuan baik individu, keluarga, dan kelompok maupun secara
institusional yang lebih luas, berpegang teguh dan terikat pada nilai-nilai adat
istiadat dan hukum adat serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku.(FinarmanWapu)
B. Geografis Kota Jambi
Kota Jambi dengan luas wilayah ± 205.38 km² (berdasarkan UU No. 6
tahun 1986), terletak pada koordinat :
01° 30’ 2.98" - 01° 7’ 1.07" Lintang Selatan
103° 40’ 1.67" - 103° 40 0.23" BujurTimur
Koordinat tersebut menunjukkan keberadaan Kota Jambi yang terletak
di tengah-tengah pulau Sumatera. Secara geomorfologis Kota Jambi terletak
di bagian barat cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut Sub-
Cekungan Jambi, yang merupakan dataran rendah di Sumatera Timur.
Dilihat dari topografinya, Kota Jambi relatif datar dengan ketinggian
0-60 m diatas permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan
selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai
38
Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera dengan
panjang keseluruhan lebih kurang 1.700 km, dari Danau Atas – Danau Bawah
(Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 km yang berada di wilayah Kota
Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai Batanghari membelah
Kota Jambi menjadi dua bagian disisi utara dan selatannya.
Table 1. Demokrafis Kota Jambi
Populasi Penduduk Kota Jambi Tahun 2011-2016
2011
(jiwa)
2012
(jiwa)
2013
(jiwa)
2014
(jiwa)
2015
(jiwa)
2016
(jiwa)
379.168 382.939 412.219 419.917 436.539 446.872
Laju pertumbuhan Penduduk Rata-rata Tahun 2011-20016 : 3,37%
Sumber : BAPPEDA Kota Jambi
Table 2. Sensus Penduduk, Luas Kecamatan dan tingkat kepadatan Th.2010
Jumlah penduduk,Luas Kecamatan dan Tingkat Kepadatan Tahun 2010
Kecamatan Jumlah
penduduk (jiwa)
Luas Wilayah
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/Km2)
Jambi Selatan 97.516 34,07 2.862,22
Kota Baru 96.835 77,80 1.244,99
Jambi Timur 77.776 20,21 3.848,39
Telanai Pura 75.889 30,39 2.497,17
Jelutung 60.381 7,92 7.623,86
(terpadat)
Pasar Jambi 14.000 4,02 3.482,59
Pelayangan 12.396 15,29 810,73
Danau Teluk 12.079 15,70 769,36
(terjarang)
Total 446.872 jiwa 205,40 km2 24.139,31
jiwa/km2
Sumber : BAPPEDA Kota Jambi
39
Dengan populasi sebesar 446.872 jiwa (±17% dari seluruh populasi
penduduk Kota Jambi mayoritas merupakan penduduk suku melayu,
sedangkan suku lain yang hidup berdampingan harmonis di Kota Jambi
antara lain : Habib ( Keturunan dari Arab ) Aceh, banjar, Batak, Bugis,
Flores, padang, jawa, Palembang, tionghoa, dll.
Tabel 3. komposisi lapangan usaha yang di geluti masyarakat Kota Jambi
No Lapangan Usaha Utama Persentase (%)
1 Perdagangan, Hotel dan Restaurant 35,62
2 Jasa ( Kemasyarakatan , social dan
perorangan )
24,42
3 Industry 11,57
4 Tranportasi dan komunikasi 10,70
5 Konstruksi 9,14
6 Keuangan 3,43
7 Pertanian , Perkebunan, Perikanan &
Kehutanan
3,06
8 Pertambangan dan Galian 1,56
9 Listrik, Gas dan Air 0,49
Total 100,00
Sumber : BAPPEDA Kota Jambi
40
41
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Kebijakan dan Program Pemerintah Dalam Menanggulangi Kemiskinan
Di Kota Jambi.
Kinerja organisasi publik merupakan gambaran hasil kerja suatu
organisasi dalam bidang tertentu. Untuk mengetahui tentang kinerja organisasi
publik, maka dapat dilakukan dengan melakukan penilaian kinerja pada
sebuah organisasi publik dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang
menjadi tanggung jawab dari sebuah organisasi. Dengan demikian, maka
dapat diketahui atau diukur tingkat pencapaian hasil kerja suatu organisasi
publik dalam pelaksanaan tugasnya. Sehingga dapat diketahui sejauh mana
sebuah organisasi publik telah bekerja untuk masyarakat.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), merupakan
organisasi publik yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan dan
aset suatu daerah. Dengan melakukan penilaian kinerja Bappeda, maka dapat
diketahui bagaimanakah hasil kerja Bappeda dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya. Seperti telah dijelaskan di awal, penelitian ini
difokuskan pada kinerja Bappeda dalam pengelolaan keuangan daerah Kota
Jambi. Dengan melakukan penilaian kinerja, maka diharapkan dapat diketahui
sejauh mana kinerja Bappeda Kota Jambi dalam merencanakan pembangunan
di Kota Jambi.
Dalam melakukan pembangunan ada beberapa serangkaian proses atau
tindakan yang harus dilakukan, yaitu terdiri atas perencanaan,
42
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan tertentu dengan cara menggunakan manusia
dan sumber-sumber lain.
Demikian pula pada pengelolaan PAD di Kota Jambi yang dikelola
oleh Bappeda yang senantiasa menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam
pengelolaannya agar dalam pelaksanaannya senantiasa merujuk pada upaya
pencapaian tujuannya. Dalam pengelolaan PAD di Kota Jambi masih
menemui beberapa kendala dalam pelaksanaan pengelolaan. Adapun hasil
penelitian dan pembahasan mengenai pengelolaan PAD yang terjadi dilakukan
melalui proses perencanaan, dideskripsikan sebagai berikut:
1. Manajemen Pengelolaan PAD dalam Pengentasan Kemiskinan
Masalah kemiskinan yang identik dengan jumlah pendapat
masyarakat yang tidak memadai, harus selalu menjadi prioritas dalam
pembangunan suatu daerah. Meskipun masalah kemiskinan akan selalu
muncul karena sifat dasar dari kemiskinan adalah relatif, namun ketika
dari sebuah negara mengalami peningkatan taraf hidup, maka standar
hidup akan berubah pula. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan oleh
Kabag Sosial Budaya Bappeda Kota Jambi :
“Setiap program yang kita jalankan, kita selalu mempertimbangkan
aspek kemiskinan ini supaya bisa diselesaikan. Bagaimana formasi
anggarannya itu semua dibahas oleh tim.”30
Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui bahwasanya faktor
kemiskinan ini menjadi hal yang sangat diperhatikan. Agenda mengatasi
30Wawancara Bersama Bapak. Ronald,S.Sos,.M.Si, Kabag Sosial Budaya BAPPEDA Kota Jambi,
Tanggal 18 September 2017
43
kemiskinan bagi suatu daerah berkaitan dengan banyaknya faktor yang
berhubungan dengan apa yang diakibatkan oleh kemiskinan itu sendiri
karena dampak dari kemiskinan itu akan berhubungan dengan kondisi
fundamental menjadi syarat berlangsungnya pembangunan suatu daerah
secara berkesinambungan.
Sementara disisi lain, target penerimaan merupakan tolak ukur
realisasi penerimaan tahunan yang seyogyanya harus dicapai dalam
realisasi penerimaan PAD di Kota Jambi. Yang dimaksud disini adalah
tahapan-tahapan atau proses penentuan target penerimaan PAD dan yang
ingin dicapai dalam satu tahun anggaran.
Bappeda Kota Jambi menyusun target penerimaan PAD dengan
cara memperhitungkan potensi setiap jenis penerimaan APBD Kota Jambi
dimana Bappeda melakukan pengawasan terhadap sumber PAD Kota
Jambi. Diharapkan dengan hal itu dapat memungkinkan dicapai dalam satu
tahun anggaran serta juga memperhatikan analisis realisasi penerimaan
PAD tahun lalu dengan menambah presentasi yang memungkinkan akan
dicapai. Selanjutnya setelah dilakukan analisis terhadap target maka pihak
eksekutif membuat suatu Rancangan APBD dimana didalamnya telah
ditetapkan target penerimaan yang dianggap rasional untuk dicapai dalam
tahun anggaran berikutnya.
44
2. Pengorganisasian Pengelolaan PAD Kota Jambi oleh BAPPEDA
Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari Manajemen,
dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber daya yang dimiliki termasuk
unsur manusia sehingga tujuan dapat tercapai. Pengorganisasian
merupakan kata kerja dari organisasi yang berasal dari kata organisme
yang berarti suatu susunan yang terdiri dari bagian-bagaian yang
diarahkan ke satu tujuan. Atau suatu susunan yang terdiri dari bagian-
bagian yang dipadukan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu
dengan yang lainnya saling mengikat dan secara keseluruhan merupakan
kebulatan yang saling berhubungan, bergantung, saling mempengaruhi dan
bekerja untuk satu tujuan tertentu.
Pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap
individu pada organisasi bertanggung jawab dalam melaksanakan
sekumpulan kegiatan. Kedua aspek ini merupakan dasar proses
pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efisien dan efektif karena hasil yang diharapkan dalam
suatu pengorganisasian adalah agar dapat menggerakkan pegawai sebagai
suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan.
Dalam proses pelaksanaan evaluasi oleh BAPPEDA terhadap
pemungutan retribusi yang dilakukan oleh Dispenda Kota Jambi, maka
diperlukan adanya sumber daya yang berhubungan dengan pemungutan
seperti sumber daya manusia yang merupakan salah satu fungsi
pengorganisasian dalam manajemen yaitu petugas pemungut dan
45
pengawas, metode yang digunakan dalam pemungutannya yaitu standar
kerja petugas serta sarana dan prasarana penunjang. Kesemua unsur
tersebut merupakan unsur-unsur yang menunjang dalam melaksanakan
pengelolaan sumber-sumber PAD.
Unsur manusia merupakan unsur yang paling mendasar dan
memegang peranan penting dalam pengorganisasian. Kualitas pegawai
dalam melakukan tugas sudah seharusnya menguasai apa yang
dikerjakannya agar tujuan dari pelaksanaan tugasnya dapat dikerjakan
dengan baik dan secara kuantitas, semestinya dalam suatu organisasi
jumlah pegawai harus seimbang dengan jumlah pekerjaan dalam
organisasi tersebut dengan maksud bahwa jumlah pegawai tidak
berlebihan agar tidak terjadi pemborosan dan tidak kurang agar pekerjaan
dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota jambi 2013-2018. Tujuan pembangunan Kota Jambi
tergambar dalam visi Pembangunan “ Terwujudnya Kota Jambi sebagai
pusat perdagangan dan jasa berbasis masyarakat yang berakhlak dan
berbudaya”.
Sebagaimana terlihat pada table berikut ini :
46
Table 1. Uraian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran RPJMD
Kota Jambi Tahun 2013-2018
VISI
“TERWUJUDNYA KOTA JAMBI SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA
BERBASIS MASYARAKAT YANG BERAKHLAK DAN BERBUDAYA“
NO VISI TUJUAN SASARAN
1 Pembangunan
Infrastruktur
Perkotaan yang
Merata dan
Berwawasan
Lingkungan
1. Meningkatkan
dan Mewujudkan
Pembangunan
infrastuktur
Perkotaan yang
berkualitas.
2. Mengembangkan
Sarana dan
Prasarana
Perhubungan
yang Terpadu dan
Nyaman.
3. Mewujudkan
Lingkungan
Hidup Perkotaan
yang Sehat,
Hijau, Nyaman
dan
Berkelanjutan.
1. Terbangun dan
terpeliharanya
secara merata
infrastruktur jalan,
drainase, sarana
dan prasarana
dasar lingkungan
perkotaan.
2. Terbangunnya
jaringan
penerangan dan air
bersih sampai
tingkat kelurahan
secara merata dan
berkualitas.
3. Terbangun dan
terpeliharanya
sarana dan
prasarana
perhubungan.
4. Terwujudnya
kualitas
pengelolaan
Lingkungan Hidup
dan Persampahan
yang baik dan
berkelanjutan.
2 Meningkatkan 1. Mewujudkan
Peningkatan
1. Terwujudnya
peningkatan
47
Perekonomian
Kota Berbasis
Potensi Lokal
menuju
kemandirian
Daerah
Kinerja Ekonomi
yang Merata dan
Berkelanjutan
melalui
Penerapan
Kebijakan
Ekonomi yang
Berpihak kepada
Masyarakat,
Menyeluruh,
Seimbang,
Konsisten dan
Adil berbasis
potensi daerah.
pruktivitas
UMKM, IKM dan
aktivitas
perekonomian
2. Terbangun dan
terpeliharanya
pasar-pasar
tradisional.
3. Terciptanya ruang
representative bagi
PKL.
4. Terwujudnya
Peningkatan IKM
yang mampu
mengakses pasar.
3. Mewujudkan
Masyarakat
Kota yang
berkualitas,
berakhlak,
berbudaya dan
Berdaya Saing
1. Peningkatan
kualitas dan daya
saing masyarakat
Kota Jambi yang
berakhlak dan
berbudaya
melalui
pendidikan yang
unggul,
terjangkau dan
merata.
2. Peningkatan
Pelayanan
Kesehatan yang
berakhlak dan
revitalisasi
infrastruktur
kesehatan
3. Peningkatan
Ketentraman
Kehidupan
Beragama
4. Pengembangan
Lapangan Usaha
dan Penciptaan
1. Terwujudnya
peningkatan
kualitas
pendidikan yang
unggul, terjangkau
dan merata
2. Tercapainya
peningkatan
derajat kesehatan
masyrakat untuk
semua
3. Terciptanya
lapangan pekerjaan
4. Tersedianya
Tenaga kerja
Lokal yang
Berdaya saing
asing
5. Terwujudnya
peningkatan peran
serta perempuan
dalam
pemerintahan
48
Kesempatan
Kerja
5. Peningkatan
Kesejahteraan
Keluarga dan
Pengarustamaan
Gender di semua
aspek
pembangunan
4. Mewujudkan
pemerintahan
yang Profesional
dan Bersih
(Clean
Govemance)
1. Menciptakan tata
kelola
pemerintahan
yang baik (good
govermance) dan
Pemerintahan
yang bersih
(Clean
Goverment)
1. Tercapainya
pemerataan dan
kualitas pelayanan
public.
2. Terciptanya
peningkatan
kinerja
pemerintahan
3. Terciptanya SDM
aparatur yang
berkualitas
5. Meningkatkan
Kesejahteraan
Sosial,
Keamanan dan
Kenyamanan
Masyrakat,
Dalam Bingkai
kearipan Lokal
1. Peningkatan
Peran serta
Seluruh Lapisan
Masyarakat
dalam
meningkatkan
Kesejahteraan
Sosial Dengan
Mengembangkan
Seni, Budaya
serta
Memperhatikan
Kearifan Lokal
1. Terwujudkan
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat dan
penangan PMKS
2. Terwujudnya
peran pemuda,
kegiatan seni
budaya dan olah
raga
3. Terwujudnya
peningkatan
jumlah kunjungan
wisata
Sumber : BAPPEDA Kota Jambi
Selain itu Bapak. Ronald juga mengatakan bahwa :
49
“pemerintah juga berupaya meningkatkan daya saing SDM yaitu dengan
memberikan beasiswa kepada anak yang berprestasi dan pemberdayaan
terhadap komunitas adat terpencil”.31
Penaggulangan kemiskinan dilakukan dengan empat prinsip utama
penanggulangan kemiskinan yang komprehensif, yaitu :
a) Perbaikan dan Pengembangan Sistem Perlindungan Sosial
Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan system
perlindungan social bagi penduduk miskin dan rentan miskin.
Perlindungan social terdiri atas bantuan social dan system jaringan
social. Bantuan social diberikan kepada mereka yang sangat rentan,
seperti mereka yang hidup dalam kemiskinan absolute, cacat dan
lanjut usia.
Tingginya tingkat kerentanan menyebabkan tingginya
kemungkinan penduduk menjadi miskin. Untuk mencegah semakin
bersarnya kemungkinan itu, perlu dilaksanakan suatu program bantuan
social untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi
miskin dan mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih
miskin.
b) Peningkatan Akses Pelayanan Dasar;
Prinsip kedua adalah meningkatkan akses kelompok masyarakat
miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan dasar
seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan
gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh
31
Wawancara bersama Bapak. Ronald S.sos, M.si, Kabag Sosial dan Budaya Bappeda Kota
jambi , wawancara tanggal 18 september 2017
50
kelompok masyarakat miskin. Di sisi lain, peningkatan akses terhadap
pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi modal manusia (
Human Capital ).
c) Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin;
Prinsip ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin
dalam rangka meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan
penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan
kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk
miskin semata-mata sebagai objek pembangunan. Upaya untuk
memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk
miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali
kedalam kemiskinan. Dengan memperhatikan pemberdayaan
masyarakat diharapkan upaya penanggulangan kemiskinan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat miskin di masing-masing
daerah.
d) Pembangunan Yang Inklusif.
Pembangunan yang inklusif diartikan sebagai pembangunan
yang melibatkan sekaligus member manfaat kepada seluruh
masyarakat. Fakta di berbagai Negara menunjukkan bahwa
kemiskinan hanya dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang
tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang
stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan angka
51
kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan kerja
produktif dalam jumlah besar.
Untuk mencapai kondisi tersebut, perlu diciptakan iklim usaha
yang kondusif di daerah. Diperlakukan kejelasan dan kepastian
berbagai kebijakan dan peraturan, termasuk kemudahan ijin berusaha,
perpajakan dan perlindungan kepemilikan.
Selanjutnya UMKM harus didorong untuk terus menciptakan
nilai tambah, termasuk melalui pasar ekspor. Pertumbuhan yang
berkualitas juga mengharuskan adanya prioritas lebih pada sector
perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan pertanian merupakan
tempat dimana penduduk miskin terkonsentrasi. Dengan demikian,
pengembangan perekonomian perdesaan dan sector pertanian dapat
menjadikan pertumbuhan ekonomi berdampak pada penyerapan
tenaga kerja dalam jumlah besar dan pengurangan kemiskinan secara
signifikan.
Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam
konteks kewilayahan. Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi
sebagai pusat pertumbuhan dengan sumber daya dan komoditi
unggulan yang berlainan. Perekonomian daerah ini pada gilirannya
akan membentuk karakteristik perekonomian basional, dan oleh sebab
itu pengembangan ekonomi local penting untuk memperkuat ekonomi
nasional.
52
Peran serta masyarakat sebagai wujud dari keseriusan
masyarakat mengawal jalannya pembangunan perlu didukung dengan
tersedianya ruang partisipasi publik dalam memberikan masukan-
masukan yang mencerminkan aspirasi masyarakat, maka dari itu salah
satu proses yang mewadahi tersebut adalah dengan diadakannya
musyawarah rencana pembangunan ditingkat kabupaten hingga
tingkat desa/kelurahan.
Sebagai dipaparkan diatas, maka untuk meningkatkan kualitas
implementasi pembangunan daerah di Kota Jambi perlu juga disokong
dengan Sumber Daya Manusia (SDM) nya, yakni pegawai-pegawai
yang pada jajaran bappeda itu sendiri seputar dengan tugas pokok dan
fungsinya, hal ini bersentuhan dengan hasil yang akan dicapai, sebab
SDM sangatlah berpengaruh, mengingat tanpa SDM maka suatu
perencanaan dan pembangunan takkan berjalan dengan sendirinya.
3. Fungsi Pengawasan Kinerja oleh BAPPEDA
Fungsi manajemen yang ke empat yaitu pengawasan (controlling).
Fungsi tersebut menyangkut semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak
manajer atau pemimpin dalam upayanya memastikan bahwa hasil aktual
sesuai dengan yang direncanakan. Pengawasan dimaksudkan disini yaitu
proses pemantauan yang dilakukan oleh tim Bappeda.
Tak dapat dipungkiri bahwa pengawasan memegang peranan
penting sebagai upaya dalam meminimalisir ketimpangan-ketimpangan
53
dalam setiap proses pembangunan tersebut. Pengawasan merupakan proses
pemantauan yang dilakukan sebagai langkah untuk mengetahui apakah
kegiatan pelaksanaan di lapangan sudah sesuai dengan ketentuan. Dengan
pengawasan yang baik maka ketimpangan-ketimpangan yang dapat
mengurangi keberhasilan mengentaskan kemiskinan bisa diminimalisir.
B. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengentas Kemiskinan.
Ada beberapa kebijakan Pemerintah dalam Mengentas Kemiskinan di
Kota Jambi, yaitu :
a. Kebijakan Umum
Secara umum landasan bagi terselenggaranya berbagai kebijakan
pemenuhan hak-hak dasar adalah terwujudnya lingkungan yang
kondusif bagi pengembangan usaha dan terbukanya kesempatan yang
luas bagi peningkatan kapabilitas masyarakat miskin dengan empat
tujuan yang saling berkaitan yaitu menjaga stabilitas ekonomi,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja
dan mengurangi kesenjangan wilayah.
Dengan stabilitas ekonomi akan meningkatkan kepastian berusaha
yang merupakan syarat utama bagi pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dilakukan dalam
54
berbagai kebijakan yang di arahkan untuk mengembangkan investasi,
meningkatkan produkstifitas, memperluas perdagangan dan
meningkatkan pembangunan infrastruktur. Perluasan kesempatan kerja
dan berusaha dapat dilakukan melaui berbagai kebijakan yang di
arahkan untuk menciptakan lapangan kerja, meningktakan produktifitas
usaha dan meningkatkan produktifitas tenaga kerja. Dan pengurangan
kesenjangan dilakukan melalui upaya mempercepat pembangunan di
wilayah pinggiran.
b. Kebijakan Pemenuhan Hak Dasar
Penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan secara singkat
dan sekaligus karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat miskin dan keterbatasan sumber daya untuk mewujudkan
pemenuhan hak-hak dasar. Oleh sebab itu, kebijakan penanggulangan
kemiskinan dipusatkan pada prioritas pemenuhan hak atas pangan,
kesehatan dan KB, pendidikan, pekerjaan, perumahan, rasa aman dan
partisipasi dengan memperhitungkan kemajuan secara
bertahap.Pemenuhan Hak atas Pangan bagi masyarakat miskin laki-laki
dan perempuan dilakukan dengan :
1) Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada
penyempurnaan system penyediaan dan distribusi pangan secara
merata dengan harga terjangkau.
55
2) Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan
yang diarahkan pada peningkatan kapasitas kelembagaan
pendukung ketahanan dengan berbasis masyarakat.
3) Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin yang dilakukan
melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan system
kewaspadaan dini dalam gizi dan rawan pangan.
4) Meningktakan perlindungan social melalui kehidupan yang
diarahkan pada perlindungan dan jaminan kecukupan pangan
pada kelompok yang rentan terhadap goncangan ekonomi, social
dan bencana alam.
c. Pemenuhan Hak atas Pelayanan Kesehatan dan Keluarga Berencana.
Pemenuhan hak dasar masyarakat miskin atas layanan kesehatan
yang bermutu dilakukan dengan memperluas kesempatan melalui
kebijakan yang diarahkan pada peningkatan investasi kesehatan guna
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin, termasuk realokasi anggaran kesehatan dan meningkatkan
ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau.
Menjamin perlindungan resiko akibat pengeluaran kesehatan bagi
masyarakat miskin.
1) Memenuhi hak atas pelayanan pendidikan
Pemenuhan hak atas masyarakat miskin untuk memperoleh
layanan pendidikan yang bebas biaya dan bermutu, tanpa
diskriminasi gender dilakukan dengan :
56
a. Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada
perlaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar dengan
memberikan bantuan khusus bagi keluarga miskin, tanpa
diskriminasi gender dan memperluas kesempatan untuk
melanjutkan kejenjang pendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi
bagi anak perempuan dan laki-laki yang berbakat dari keluarga
miskin.
b. Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan
yang diarahkan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan alternative dan pelatihan bagi
masyarakat miskin
.
2) Pemenuhan Hak atas Pekerjaan dan Kesempatan Berusaha
Memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan
pengembangan usaha yang layak dilakukan dengan :
a. Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada
penigkatan akses masyarakat miskin terhadap kesempatan kerja
dan mengembangkan usaha, dan arah kebijakan dalam
pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
b. Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan
yang diarahkan pada pengembangan kelembagaan masyarakat
miskin untuk meningkatkan akses terhadap kesempatan dan
perlindungan kerja.
57
c. Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin yang dilakukan
melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan
kerja
3) Pemenuhan Hak atas Perumahan
Pemenuhan hak masyarakat miskin atas perumahan yang layak
dan sehat dilakukan dengan :
a. Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada
peningkatan akses masyarakat miskin terhadap perumahan,
permukiman dan sanitasi
b. Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan
yang diarahkan pada pengembangan forum lintas pelaku untuk
menyelesaikan masalah permukiman bagi masyarakat miskin
c. Meningkatkan kapasitas masyarakat msikin yang dilakukan
melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat miskin tentang pentingnya rumah dan
sanitasi yang sehat
4. Pertanggungjawaban BAPPEDA.
Pertanggungjawaban BAPPEDA dalam pengelolaan keuangan
daerah adalah dengan membuat laporan. Laporan tersebut berupa neraca
komparatif yang merupakan bagian dari laporan keuangan Pemerintah
Kota Jambi. Laporan tersebut merupakan kompilasi keseluruhan aset
daerah pada akhir tahun.
58
Penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan oleh seksi
pengelolaan kas, setiap hari dibuat laporan pengeluaran dan penerimaan
kas. Dengan adanya laporan pengeluaran dan peenrimaan kas maka
keluar-masuknya kas setiap harinya dapat diketahui.
Seksi pengelolaan kas daerah dalam aktivitas sehari-harinya
membuat laporan harian yang berupa laporan penerimaan dan pengeluaran
kas setiap hari kemudian dilaporkan ke seksi akuntansi dan pembukuan
untuk dibuat laporan triwulan dan semester yang pada akhir tahun laporan
tersebut akan termuat dalam neraca komparatif Pemerintah Kota Jambi.
Bahan penyusunan laporan berasal dari seksi pengelolaan kas tetapi untuk
penyusunan laporan dibuat oleh seksi pembukuan dan pelaporan.
Pertanggungjawaban BAPPEDA dalam pengelolaan aset lancar
kepada masyarakat adalah mengkompilasikan laporan-laporan dari setiap
SKPD dan untuk kemudian dibuat laporan keuangan kabupaten pada akhir
tahun yang terdiri dari laporan realisasi APBD, neraca komparatif, dan
laporan arus kas. Laporan keuangan tersebut memiliki alur sebagai
berikut:
Gambar: Alur laporan pertanggung jawaban laporan keuanganDPPKAD
Kota Jambi32
32
Dokumentasi BAPPEDA Kota Jambi Tahun 2016
59
5. Program-program Pemerintah dalam Menanggulangi Kemiskinan
Adapun program-program yang dijalankan oleh pemerintah Jambi
dalam upayanya untuk menanggulangi kemiskinan di daerah adalah
dengan mengimplementasikan beberapa program ekonomi sebagai berikut:
a. Pembagian Beras Bersubsidi
Laporan-laporan dari masing-masing SKPD
BPKAD melaporkan ke Walikota sebagai pertanggungjawaban
Dari Walikota kemudian diaudit oleh BPK
Setelah diaudit, dilaporkan ke DPRD dan menjadi Perda
60
Program ini mencakup program bantuan sosial seperti beras
bersubsidi (Raskin), pelayanan kesehatan bebas biaya untuk
masyarakat miskin (Jamkesmas), beasiswa untuk siswa-siswi Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama dari masyarakat miskin
(BSM), program Bantuan Langsung Tunai sementara yang digunakan
untuk menyeimbangkan harga-harga yang melambung, dan juga di
program Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta program bantuan
tunai bersyarat untuk rumah-rumah tangga sangat miskin (PKH), yang
memberikan uang jika para ibu datang untuk memeriksakan kesehatan
pra kehamilan dan pasca melahirkan, melahirkan dengan bantuan
profesional, membawa anak-anak untuk pemeriksaan kesehatan
profesional, dan memasukkan anak-anak ke sekolah.33
b. Program Kredit Usaha Mikro
Program yang secara substansial lebih kecil terkait alokasi
sumber daya, meliputi sejumlah program-program kecil untuk
meningkatkan penghasilan jangka panjang melalui kredit usaha mikro
dan kecil. Bentuk nyata dari program ini adalah dengan
dioperasionalkannya kelompok usaha bersama (KUB) di desa dan
level kecamatan.
Secara etimologi, Kelompok Usaha Bersama atau yang
disingkat menjadi KUB atau KUBE merupakan salah satu bentuk
industri rumahan (home industry) yang kegiatanya memanfaatkan
benda-benda di sekitar lingkungan untuk dijadikan suatu komodiitas
33
Dokumentasi BAPPEDA Kota Jambi tahun 2016/2017
61
yang bernilai ekonomis.34
Untuk memahami konsep KUB ini secara
lebih komprehensif dan untuk kepentingan membuat teori yang kuat
bagi penelitian ini, maka peneliti akan memaparkan tentang hakikat
industri rumahan tersebut.
Secara terminologi, KUB merupakan program asistensi
ksejahteraan sosial keluarga.35
Program KUB tumbuh dan
diberdayakan di bawah naungan dinas sosial provinsi maupun kota.
Program ini memberikan Rp. 30.000.000,- kepada masing-masing
kelompok usaha bersama yang disalurkan melalui perbankan.36
Peneliti berpendapat bahwa KUB merupakan organisasi yang
dapat dikategorikan seperti industri rumahan, hanya saja KUB
memiliki sistem yang terorganisir secara struktural kepada pemerintah
melalui Disperindag di level kabupaten. KUB biasanya dikelola oleh
masyarakat lokal yang mengutamakan produk-produk olahan yang
bersesuaian dengan potensi SDA (Sumber Daya Alam) yang mudah
diperoleh. Hal ini dilakukan untuk memangkas biaa produksi.
Adapun tujuan dibentuknya KUB adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUB di dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan
meningkatnya pendapatan, meningkatkan kualitas pangan,
sandang, kesehatan, dan tingakat pendidikan.
34
Ibid. 35
Ibrahi Imran, dkk., “Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Kelompok Usaha
Bersama (Studi pada Kelompok Usaha Bersama di Desa Dawuhan, Kecamatan Poncokusumo,
Kabupaten Malang),” Jurnal Administrasi Publik, Vol. 2 (2000), 486 36
Ibid.
62
2) Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUB dalam
mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam
keluarganya maupun lingkungan sosial.
3) Meningkatnya kemampuan anggota kelompok KUB dalam
enampilkan peranan-peranan sosialnya.37
Agar tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dengan baik, maka
perlu adanya penguatan KUB yang telah berjalan terutama pada fungsi
pemasaran agar KUB dapat memperkuat posisinya di pasaran. Posisi
KUB yang semakin kuat dapat berdampak kepada perajin anggota
KUB semakin kuat pula. Disamping itu tentu perlu adanya komitmen
para anggota kepada KUB melaui kesediaan dan kesadaranya untuk
terus meningkatkan kualtas produk secara berkelanjutan.38
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, secara struktural
KUB di isi oleh masyarakat lokal yang memiliki kemampuan atau skill
yang dapat melakukan usaha produktif baik berupa barang atau jasa.
Adapun tujuan KUB adalah untuk meningkatkan taraf hidup melalui
kegiatan ekonomi dan menciptakan kemandirian masyarakat lokal.
6. Keterlibatan Masyarakat dalam menekan angka kemiskinan di Kota jambi.
Kata partisipasi masyarakat dalam menyejahterakan masyarakat itu
sendiri menunjukkan pengertian pada keikutsertaan mereka dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi program kmiskinan.
37
Ibid. 38
Ari Purwaningsih, dkk., “Peranan Kelompok Usaha Bersama dalam Perbaikan Posisi
Tawar dan Pendapatan Perajin Gula Kelapa“di Kabupaten Banyumas.” Jurnal Pembangunan
Pedesaan, Edisi V, Vol. 5 (Agustus, 2005), 5
63
Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat sadar bahwa untuk menekan
angka kemiskinan dibutuhkan peran dari masyarakat itu sendiri. Sehingga apa
yang direncanakan oleh pemerintah dapat direalisasikan dan dapat berjalan
dengan lancar. Keterlibatan masyarakat baik itu dari segi pembangunan dan lain
sebagainya diyakini banyak pihak menjadi kata kunci dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat itu sendiri guna menekan angka kemiskinan di Kota
Jambi. Karena pada umumnya masyarakat menengah kebawah lebih suka
mengambil langkah yang instan dari pada melakukan apa yang menurut mereka
terlalu sulit untuk dilakukan. Seperti yang dikatakan oleh ibu Siti Khodijah,SE
beliau mengungkapkan bahwa:
“ setiap partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan,
agar masyarakat dapat menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat
membantu dan sangat dibutuhkan dalam mengurangi angka kemiskinan
yang terjadi di Kota Jambi”39
Terkait dengan hal diatas, penciptaan lapangan kerja guna mengurangi
pengangguran perlu digunakan suasana yang kondusif demi tersemainya
kewirausahaan dikalangan warga bangsa. Salah satu problematika yang
masih menggeluyuti adalah sulitnya usaha kecil untuk berkembang .
selama ini hambatan structural yang mengemuka adalah sulitnya aturan
formalisasi yang mewajibkan mereka untuk memenuhi persyaratan legal
formal. Konsekuensinya mereka banyak bergerak di luar pasar yang
memerlukan persyaratan legal formal.
Seperti kata Fernando de Soto , kaum miskin sebenarnya memiliki
elan untuk mentranformasikan capital kedalam bentuk usaha-usaha
39 Wawancara bersama ibu Siti Khodijah,SE bagian Sosial dan Budaya BAPPEDA Kota Jambi, Tanggal 18
september 2017
64
produktif. Hal ini terbukti bahwa sector-sektor ekonomi informal yang
dijalani oleh masyarakat bawah justru dapat bertahan dari hantaman krisis
yang mendera sejak 1997 yang lalu. Pemerintah sudah seharusnya
memfasilitasi mereka dengan memberikan kemudahan dan akses untuk
berusaha. Dalam hal ini ada baiknya pemerintah sesegera mungkin
membantu para pegiat ekonomi lemah dan kaum miskin ini dengan
memberikan kemudahan-kemudahan seperti dalam aspek hukum (legal)
dan jaminan akan property rights.
C. Kendala Pemerintah Kota Jambi dalam Mengentas Kemiskinan
Berdasarkan dari berbagai uraian diatas mengenai Peran Pemerintah
dalam Upaya Pengentasan kemiskinan di Kota Jambi tidak terlepas dari
berbagai kendala ataupun tantangan. Adapun kendala yang dihadapi
pemerintah dalam mengentas kemiskinandi Kota Jambi yaitu :
1. Sumber Daya Manusia Aparatur Pemerintah Kota Jambi.
Keberadaan aparatur pemerintah tidak bisa dilepaskan dari tugas
pokok yang diemban oleh pemerintah, yaitu melayani masyarakat. Tugas
pelayanan ini menekankan mendahulukan kepentingan umum dan
memberikan kepuasan terhadap public. Dalam pelaksanaan tugas
pemerintah, prinsip-prinsip yang terkandung dalam tata pemerintah yang
baik merupakan acuan bagi terselenggaranya pemerintahan yang dapat
bersinergi dengan masyarakat guna mengentas kemiskinan di Kota
65
Jambi. Tetapi tampaknya sikap aparatur pemerintah sebagian besar tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Penyimpangan dalam pelaksanaan
administrasi dan manajemen pemerintah banyak dijumpai. Hal ini
menyebabkan hasil-hasil pembangunan dan pelayanan public sebagian
besar tidak sesuai dengan yang diharapkan dan direncanakan.
Pemerintah berusaha untuk mewujudkan suatu tatanan pemerintah
yang selalu tanggap terhadap perkembangan dan tuntutan aspirasi
masyarakat dengan dukungan dari aparatur yang memiliki profesionalitas
dan prestasi kerja berdasarkan pendidikan dan pelatihan yang memadai.
Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh gambaran bahwa
kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam mengentas kemiskinan di
Kota Jambi yaitu memiliki kualitas Sumber Daya Manusia aparatur yang
kurang. Hal ini terjadi karena prinsip-prinsip yang terdapat dalam tata
kelola kepemerintahan yang baik belum diimplementasikan, sehingga
upaya berupa identifikasi terhadap aparatur yang dilakukan berdasarkan
komponen pendidikan, pelatihan dan penempatan pegawai dalam jabatan.
Kendala yang dihadapi tersebut diungkapkan pula oleh ibu. Siti
Khodijah,SE sebagai berikut :
“salah satu kendala yang menjadi penghambat dalam upaya mengentas
kemiskinan di Kota Jambi yaitu SDM yang sangat terbatas, yang mana
hendaknya mereka yang diterima disini sesuai dengan yang kita butuhkan
atau sesuai dengan kadarnya”.40
2. Sarana dan Prasarana
40 Wawancara bersama Ibu Siti Khodijah,SE bagian Sosial dan Budaya BAPPEDA Kota Jambi, Tanggal 18
september 2017
66
Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang memadai sangat
menghambat kinerja pemerintah demi terselenggaranya pemerintahan.
Sarana perhubungan yang kurang memadai ini masih menjadi PR
tersendiri bagi aparatur pemerintah Kota Jambi. Seperti jalanan yang
rusak, susahnya akses menuju lokasi yang ingin dituju, dan masih ada
pemukiman atau rumah warga yang belum menikmati air bersih dan belum
tersedianya WC didalam rumahnya sendiri. Dari sini dapat dilihat bahwa
factor fasilitas atau perlatan yang masih kurang memadai akan
menghambat pemerintah dalam proses pengentasan kemiskinan itu sendiri.
Seperti yang juga di ungkapkan oleh Ibu. Siti Khodijah,SE beliau
mengungkapan :
“susahnya akses menuju lokasi yang ingin dicapai menjadi penghambat
yang cukup serius. Kita tidak bisa meningkatkan atau memperbaiki
keadaan masyarakat disuatu tempat jika kita tidak memiliki sarana dan
prasarana yang cukup bagus. Untuk itu kita membutuhkan kerja sama dari
semua pihak baik dari pemerintahan maupun dari warga setempat yang
juga ikut dilibatkan. Agar apa yang kita harapkan dapat berjalan dengan
lancar”.41
41 Wawancara bersama ibu Siti Khodijah,SE bagian Sosial dan Budaya BAPPEDA Kota Jambi, Tanggal 18
september 2017
67
BAB V
PENUTUP
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakanpada sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Impelemntasi Pengelolaan PAD oleh BAPPEDA Kota Jambi dalam
Menunjang Pengentasan Kemiskinan terdiri atas pengelolaan kas,
piutang dan persediaan. Untuk persediaan, selama ini di Kota Jambi
belum ada mekanisme yang secara khusus mengatur tentang
pengelolaan persediaan. Secara umum kinerja BAPPEDA Kota
Jambi dalam pengelolaan keuangan daerah dapat dikatakan baik,
meskipun masih belum begitu optimal;
2. Kendala BAPPEDA Kota Jambi dalam Mengelola PAD Guna
Pengentaskan Kemiskinan antara lain dapat dilihat dari beberapa sisi;
transparansi, ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Secara mendetil,
kendala dalam sisi transparansi ialah meskipun sudah diinformasikan
melalui website dan surat kabar, tetapi belum memberikan
kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses informasi tentang aset
lancar dan baru sebatas untuk menggugurkan kewajiban. Dari sisi
ekonomi, kendalanya adalah BAPPEDA Kota Jambi belum mampu
mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah, ehingga
pendapatan daerah yang masuk ke kas daerah belum terlalu tinggi.
68
Sedangkan dari sisi efektivitas, kendalanya adalah belanja pegawai
yang terlalu tinggi dari segi pendapatan daerah. Sehingga, dengan
demikian, kondisi ini berimbas pada belum terealisasinya
pembangunan dan pengentasan kemiskinan.
3. Upaya BAPPEDA Kota Jambi dalam Mengatasi Kendala
Pengelolaan PAD adalah dengan jalan tranparansi publik melalui
jalur media online dan media cetak. Sedangkan dari sisi ekonomi dan
pengentasan kemiskinan, upaya yang dilakukan adalah dengan jalan
menekan serendah mungkin pengeluaran pada akhir tahun anggaran
dengan harapan terdapat saldo yang merupakan sisa dari dana
kegiatan operasional, BAPPEDA mencoba seteliti mungkin dalam
menyeleksi anggaran untuk setiap kegiatan dan program daerah.
E. Saran
Melihat dari indikator-indikator yang digunakan untuk menilai kinerja
BAPPEDA dalam pengelolaan keuangan daerah, dapat diketahui bahwa
kinerja BAPPEDA dalam pengelolaan keuangan daerah masih perlu untuk
ditingkatkan dan masih perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan kinerja
BAPPEDA dalam pengelolaan aset dan keuangan daerah di waktu yang akan
datang. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh BAPPEDA
agar dalam pengelolaan aset lancar lebih optimal sehingga dapat
meningkatkan kinerja BAPPEDA sendiri, antara lain yaitu:
1. BAPPEDA Kota Jambi perlu lebih meningkatkan koordinasi dengan
SKPD-SKPD dalam hal pengumpulan laporan keuangan setiap tahunnya.
69
Koordinasi yang dilakukan dengan menetapkan batas waktu pengumpulan
laporan keuangan yang disepakati bersama dari pihak BAPPEDA dengan
masing-masing SKPD. Penetapan batas waktu atau deadline tersebut
bertujuan untuk menghindari keterlambatan dari SKPD-SKPD dalam
mengumpulkan laporan keuangan tiap tahunnya.
2. BAPPEDA Kota Jambi perlu melakukan pengawasan terhadap SKPD-
SKPD yang memiliki piutang. Cara ini dilakukan untuk mengatasi
keterlambatan penyetoran piutang yang dimiliki oleh SKPD atau SKPD
yang justru tidak melaporkan piutang yang dimilikinya ke BAPPEDA.
Pengawasan yang dapat dilakukan oleh BAPPEDA antara lain seperti
melakukan kroscek antara setoran piutang yang masuk ke kas daerah
dicocokkan dengan nota atau bukti penagihan piutang. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kemungkinan adanya penyalah gunaan.
F. Kata Penutup
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam karena atas petunjuk dan
Ridha-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala usaha yang
maksimal, walaupun terdapat beberapa rintangan dan hambatan yang dihadapi
tetapi kesemuanya itu penulis anggap sebagai tantangan dalam meraih ilmu
dan kesuksesan.
Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnan dan mungkin terdapat beberapa kekeliruan yang penulis tidak
sadari sewaktu dalam penulisan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran
70
dan kritik yang konstruktif dari seluruh pembaca guna penyempurnaan skripsi
ini di masa yang akan dating.
Semoga apa yang dihasilkan oleh peneliti pada hari ini menjadi suatu
ibadah dalam mensyukuri nikmat Allah SWT. Akhir kata, peneliti tutup
dengan ucpan shalawat dan salam serta pujian bagi Rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
2010
Asy‟ari Suaidi (Ed), Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa. Jambi, t.p, 2009
Damang. Pendapatan Asli Daerah dalam http://www.negarahukum.com hukum/pendapatan./ asli-
daerah.html diakses pada 9 September 2016
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Pemebrdayaan Kaum Dhuafa. Jakarta: Aku Bisa, t.th
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 870-893 Tahun 1992
Lanis. Pendapatan Daerah dalam Ekonomi Orde Baru. Jakarta: BPFE-UI, 1999
Lukman Ali dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Moeleong, Lexy J. Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 1995
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.
Muhtadi. Geliat Ekonomi Islam: Memangkas Kemiskinan, Mendorong Perubahan. Malang:
UIN Maliki Press, 2012
Mukarraman, Muhammad. Lisan al-Arab. Beirut: Dar Sadir
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 Pasal 1 Point 1
Saebani, Beni Ahmad. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2010
Sudican, Setna Yuwana. Penuntun Penyusunan Karya Ilmiah. Semarang: Aneka Ilmu, 1998
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2007
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
Ahmad. “Analisa Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan
Kemiskinan: Pendekatan Analisis Jalur (Studi pada 29 Kabupaten dan 9 Kota di
Provinsi Jawa Timur).” Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010
Jufriadi. “Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kemiskinan di Kabupaten Sampang
Madura” Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah, 2015
Pasaribu, Yonatan. “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Fungsi Pendidikan,
Kesehatan, Perlindungan Sosial dan Infrastruktur terhadap Kemiskinan di Indonesia
Tahun 2010-2013 (Studi Kasus 33 Provinsi di Indonesia).” Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro, 2016
Azwardi dan Sukanto. “Efektivitas Alokasi Dana Desa (ADD) dan Kemiskinan di Provinsi
Sumatera Selatan.” Journal of Economic and Development Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol. 12, No. 1. Edisi Juni. 2014
Erik Siagian, “Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan
Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang.” Skripsi. (Medan:
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2007)
Lampiran - Lampiran
Tabel
Populasi Penduduk Kota Jambi Tahun 2011-2016
2011
(jiwa)
2012
(jiwa)
2013
(jiwa)
2014
(jiwa)
2015
(jiwa)
2016
(jiwa)
379.168 382.939 412.219 419.917 436.539 446.872
Laju pertumbuhan Penduduk Rata-rata Tahun 2011-20016 : 3,37%
Tabel
Jumlah penduduk,Luas Kecamatan dan Tingkat Kepadatan Tahun 2010
Kecamatan Jumlah
penduduk (jiwa)
Luas Wilayah
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/Km2)
Jambi Selatan 97.516 34,07 2.862,22
Kota Baru 96.835 77,80 1.244,99
Jambi Timur 77.776 20,21 3.848,39
Telanai Pura 75.889 30,39 2.497,17
Jelutung 60.381 7,92 7.623,86
(terpadat)
Pasar Jambi 14.000 4,02 3.482,59
Pelayangan 12.396 15,29 810,73
Danau Teluk 12.079 15,70 769,36
(terjarang)
Total 446.872 jiwa 205,40 km2 24.139,31
jiwa/km2
Tabel lapangan Usaha yang di geluti masyarakat
No Lapangan Usaha Utama Persentase (%)
1 Perdagangan, Hotel dan Restaurant 35,62
2 Jasa ( Kemasyarakatan , social dan
perorangan )
24,42
3 Industry 11,57
4 Tranportasi dan komunikasi 10,70
5 Konstruksi 9,14
6 Keuangan 3,43
7 Pertanian , Perkebunan, Perikanan &
Kehutanan
3,06
8 Pertambangan dan Galian 1,56
9 Listrik, Gas dan Air 0,49
Total 100,00
CURICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Muhammad Iqbal
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir : Jambi, 2 oktober 1994
Nim : SE 120108
Alamat : JL. Kh. Abdul Qadir
Ibrahim RT 02, Kelurahan Olak Kemang, Kec.
Danau Teluk Kota Jambi
Nama Ayah : Sayyid Usman Almuhdor
Nama Ibu : Mainun
Pekerjaan Orang Tua : Tani
Alamat Orang Tua :Jl. KH. Abdul Qadir Ibrahim RT 02, Kelurahan Olak
Kemang, Kec. Danau teluk Kota Jambi
Riwat Hidup :
No Pendidikan Tahun Alamat
1
2
3
4
SDN 3/IV Kota Jambi
SMP N 3 Kota Jambi
SMA N 7 Kota Jambi
UIN STS JAMBI
2000-2006
2006-2009
2009-2012
2012-sekarang
Kota jambi
Kota jambi
Kota jambi
Jambi