kementerian sosial republik indonesia · 2018. 10. 9. · alamat ini disalin dari daftar...
TRANSCRIPT
-
1
PEDOMAN PEMUTAKHIRAN BASIS
DATA TERPADU TAHUN 2015
KEMENTERIAN SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
-
2
PENGANTAR BUKU PEDOMAN PEMUTAKHIRAN BASIS DATA TERPADU
Buku ini merupakan buku pedoman Pemutakhiran Basis Data Terpadu 2015 (PBDT 2015)
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Mei Tahun 2015. Selama hampir
duta tahun terakhir PKH telah menjadi pionir dalam pelaksanaan financial inclusive bantuan sosial
di Indonesia. Kita tidak saja berhasil menjalankan rangkaian bussiness process as usual namun
juga melakukan berbagai inovasi dan terobosan yang belum pernah dilakukan pelaksana Program
Keluarga Harapan (PKH) sebelumnya.
Validasi merupakan salah satu bussines process yang sangat penting dalam PKH.
Merupakan kegiatan mencocokkan data calon peserta PKH dengan bukti atau fakta sesuai kriteria.
Bertujuan untuk mendapatkan kembali kondisi terkini dari calon peserta PKH. Sumber data
validasi adalah basis data terpadu yang dikeluarkan oleh Pusat data dan Informasi, dari hasil
validasi ini dapat diperoleh data eligible (dimana data KPM memenuhi syarat sebagai peserta
PKH) dan data non eligible (data tidak memenuhi syarat sebagai peserta PKH). Mulai tahun 2017
ini kegiatan validasi terintegrasi dengan sistem basis data terpadu (BDT) hal ini agar PKH dapat
berjalan dengan optimal.
Instrumen BDT ini dijadikan satu instrumen tunggal dalam hal pelaksanaan kegiatan baik
validasi dan pemutakhiran data. Untuk itu kepada pemerintah daerah, koordinator wilayah,
koordinator kabupaten dan para pendamping serta operator agar mengacu pada ketentuan yang ada
dalam buku pedoman ini baik mengenai tata cara mekanisme pendataan serta pengisian data sesuai
pada instrumen BDT.
Akhir kata terima kasih kepada para stakeholder baik di pusat dan daerah dan diharapkan
dapat menyamakan gerak langkah semua pihak terkait dalam menyukseskan Program Keluarga
Harapan, kami sampaikan apresiasi dan ucapkan terima kasih.
Jakarta, Oktober 2017
-
3
KATA PENGANTAR
Pemutakhiran Basis Data Terpadu 2015 (PBDT 2015) adalah kegiatan nasional untuk
melakukan perbaikan terhadap data karakteristik rumah tangga Basis Data Terpadu (BDT). BDT
merupakan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 dan sumber data lain yang
dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dari 2012-2014,
misalnya rumah tangga pengganti penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) hasil musyawarah
desa/kelurahan (musdes/muskel). Kegiatan PBDT 2015 perlu dilakukan karena selama periode
2011-2015 besar kemungkinan telah terjadi perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat
khususnya penerima bantuan program perlindungan sosial. Kegiatan PBDT 2015 dilaksanakan
berdasarkan Inpres No. 7 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera,
Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk Membangun Keluarga Produktif.
Kegiatan serupa pernah dilaksanakan oleh BPS sebanyak tiga kali dengan nama yang
berbeda, yaitu Pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005 (PSE 2005), Pendataan Program
Perlindungan Sosial (PPLS) 2008, dan PPLS 2011. Data tersebut digunakan untuk menyusun
rumah tangga sasaran penerima BLT (Bantuan Langsung Tunai), Bantuan Langsung Subsidi
Masyarakat (BLSM), Program Keluarga Harapan (PKH), Program pembagian beras untuk
penduduk miskin (Raskin), Program Simpanan Keluarga Sejahtera 2015, Program Indonesia
Pintar, Program Indonesia Sehat, Penerima Bantuan Iuran (PBI) 2014-2015, dan sebagainya.
Kegiatan PBDT 2015 harus disikapi sebagai bentuk tanggung jawab kepada bangsa dan
negara sehingga dalam pelaksanaannya dilakukan secara serius oleh jajaran BPS baik di pusat
maupun di daerah, terutama petugas yang bertugas di lapangan yaitu pencacah (PCL) dan
pemeriksa (PML) sebagai ujung tombak bagi tersedianya Basis Data Terpadu yang berkualitas dan
tepat guna.
Buku pedoman ini diperuntukkan bagi PCL dan PML yang perlu dipelajari secara cermat
dan dipedomani secara utuh dalam melaksanakan PBDT 2015. Buku ini berisi tentang ruang
lingkup kegiatan, jenis data yang dikumpulkan, mekanisme pendataan, tata cara pengisian
kuesioner, konsep dan definisi dari semua pertanyaan yang tercantum pada kuesioner
PBDT2015.RT. Pencacah diharapkan dapat memahami aturan, prosedur, konsep dan definisi
dengan sebaik-bainya agar dapat melaksanakan pendataan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dan dapat menghasilkan rumah tangga yang tepat sasaran.
Jakarta, Mei 2015
Kepala Badan Pusat Statistik
Dr. Suryamin, M. Sc
NIP. 19560805 197903 1 001
-
4
Pengenalan Daftar
PBDT2015.FKP
Sebelum mengisi kuesioner PBDT2015.RT, petugas pendataan harus mengetahui isi dari daftar
PBDT2015.FKP.
Daftar PBDT2015.FKP merupakan daftar pre-printed hasil verifikasi yang dilakukan pada tahap
Forum Konsultasi Publik (FKP). Daftar ini berisi nama kepala rumah tangga (KRT), nama anggota
rumah tangga (ART) lainnya, alamat lengkap dan keterangan. Daftar ini terdiri dari dua blok,
yaitu Blok I Identitas Wilayah SLS, Blok II Daftar RTS.
BLOK I. IDENTITAS WILAYAH SLS
Rincian (1) – (6): Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan/Nagari, Nama
SLS lengkap dibawah Desa/Kelurahan/Nagari dan jumlah RTS di daftar
ini.
Rincian (1) – (6) sudah tercetak.
BLOK II. DAFTAR RTS
Kolom (1) – (4): Nomor urut, nama kepala rumah tangga (KRT), nama anggota rumah
tangga (ART) lainnya, alamat lengkap
Isian pada Kolom (1) s.d. (4) sudah tercetak (pre-printed), PCL tidak boleh mencoret walaupun
ada perbedaan nama dan alamat antara yang tercetak dengan keadaan lapangan.
Kolom (2): Nama Kepala Rumah Tangga (KRT)
PCL tidak boleh mencoret nama KRT yang telah tercetak, apabila terdapat perbedaan pada nama
KRT antara yang tercetak dengan keadaan lapangan, maka tambahkan catatan pada Blok II
Kolom (5) Keterangan.
Kolom (3): Nama Anggota Rumah Tangga (ART) Lainnya
Isian pada kolom ini sudah terisi dua nama anggota rumah tangga. Kolom ini diharapkan dapat
memudahkan PCL untuk menemukan rumah tangga yang dimaksud.
Kolom (4): Alamat Lengkap
Alamat dari rumah tangga ini sudah tercetak. PCL tidak boleh mencoret walaupun ada perubahan
nama wilayah. Apabila terjadi kesalahan atau perubahan alamat rumah tangga, tuliskan alamat
yang baru pada Daftar PBDT2015.RT.
Kolom (5): Keterangan
Kolom keterangan akan berisi semua keterangan hasil FKP (pre printed), selain itu juga digunakan
untuk menuliskan hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pendataan seperti perubahan nama
KRT karena KRT meninggal atau KRT pindah dan ada ART lain yang menggantikannya, serta
perubahan alamat rumah tangga.
-
5
Cara Pengisian Daftar
PBDT2015.RT
5.1 Tata Cara Pengisian Kuesioner
Dalam pengisian Daftar PBDT2015.RT, perlu diperhatikan jenis aturan pengisian yang
masing-masing berlaku untuk rincian atau pertanyaan tertentu. Pada dasarnya, cara
pengisian rincian atau pertanyaan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Menuliskan nama di tempat yang tersedia dan mengisikan kode pada kotak yang
tersedia;
Contoh: pada Blok IV, PBDT2015.RT
2. Melingkari kode jawaban, kemudian menuliskan kode ke kotak yang tersedia;
Contoh: pada Rincian 7 – 10 , Blok III, PBDT2015.RT
a. .
b.
9 a. Sumber penerangan utama: 1. Listrik PLN 3. Bukan listrik2. Listrik non PLN
1. 450 watt 4. 2.200 watt2. 900 watt
5. > 2.200 watt3. 1.300 watt 6. Tanpa meteran
1. Membeli eceran 2. Langganan8. Cara memperoleh air minum: 3
10. Bahan bakar/energi utama untuk memasak: 1. Listrik 4. Gas kota/biogas
2. Gas > 3 kg 5. Minyak tanah6. Briket
b. Jika R.9a berkode 1, daya terpasang:
3. Gas 3 kg
3. Tidak membeli
7. Arang
8. Kayu bakar 3
1
1
9. Tidak memasak di rumah
2 01. Air kemasan bermerk
07. Sumur tak terlindung
02. Air isi ulang
08. Mata air terlindung
03. Leding meteran
09. Mata air tak terlindung
04. Leding eceran
10. Air sungai/danau/waduk
05. Sumur bor/pompa
11. Air hujan
06. Sumur terlindung
12. Lainnya
7. Sumber air minum:
0 5
3. Mengisikan jawaban responden pada tempat yang disediakan dan langsung
memindahkan pada kotak yang tersedia;
Contoh: pada Rincian 2 dan Rincian 6, Blok III, PBDT2015.RT
2. Luas lantai ……… m2 002200
6. Jumlah kamar tidur: ……… kamar 22
Perhatikan tanda-tanda atau alur pertanyaan yang tertera pada daftar isian
-
6
4. Membiarkan kotak tidak terisi apabila suatu rincian atau pertanyaan tidak perlu diisi
karena aturan,misalnya harus dilewati.
Contoh: pada Rincian 11.b, Blok III, PBDT2015.RT
11 a. Penggunaan fasilitas tempat buang air besar: 1. Sendiri 3. Umum 2. Bersama 4. Tidak ada à (R.12)
12. Tempat pembuangan akhir tinja: 1. Tangki 3. Lubang tanah
2. SPAL
5. Pantai/tanah lapang/kebun
4. Kolam/sawah/sungai/danau/laut 6. Lainnya
b. Jenis kloset: 1. Leher angsa 3. Cemplung/cubluk
2. Plengsengan 4. Tidak pakaiTIDAK PERLU DIISI
5.2 Daftar PBDT2015.RT
Daftar PBDT2015.RT digunakan untuk mengumpulkan kondisi sosial ekonomi rumah
tangga dan keterangan pokok rumah tangga yang tercantum dalam Daftar PBDT2015.FKP. Daftar
ini terdiri dari lima blok, yaitu Blok I Pengenalan Tempat, Blok II Keterangan Petugas dan
Responden, Blok III Keterangan Perumahan, Blok IV Keterangan Sosial Ekonomi Anggota
Rumah Tangga, serta Blok V Kepemilikan Aset dan Keikutsertaan Program. Satu Daftar
PBDT2015.RT digunakan untuk satu rumah tangga.
BLOK I. PENGENALAN TEMPAT
Rincian 1- 5: Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan/Nagari, dan Nama SLS
Rincian 1 sudah tercetak, sedangkan Rincian 2 - 5 di salin dari Daftar PBDT2015.FKP. Penulisan
nama SLS pada Rincian 5 di mulai dari SLS terkecil. Contoh RT 01 RW 04.
Rincian 6: Alamat
Tuliskan alamat secara jelas. Alamat ini disalin dari Daftar PBDT2015.FKP Blok II Kolom (4).
Apabila ditemui perbedaan antara alamat yang tercetak pada Daftar PBDT2015.FKP Blok II
Kolom (4) dengan kondisi di lapangan, perbaiki alamat sesuai kondisi di lapangan. Tuliskan secara
lengkap dan benar dengan memakai huruf besar [HURUF BALOK].
Rincian 7: Nomor urut rumah tangga (dari PBDT2015.FKP Kolom (1))
Nomor urut rumah tangga ini disalin dari Daftar PBDT2015.FKP Kolom (1).
Rumah Tangga (Ruta) adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Makan
satu dapur adalah pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama dan menjadi satu.
Rumah tangga umumnya terdiri dari ibu, bapak, anak, orang tua/mertua, famili, pembantu dan
lainnya.
Rincian 8: Nama Kepala Rumah Tangga (KRT)
Nama KRT disalin dari Daftar PBDT2015.FKP Blok II Kolom (2). Apabila terdapat perbedaan
pada nama KRT antara yang disalin dengan keadaan lapangan, tuliskan nama KRT yang sesuai
kondisi di lapangan di samping nama yang telah disalin dengan diberi garis miring (/). Perbaikan
nama KRT hanya boleh dilakukan pada Daftar PBDT2015.RT. Perbedaan ini dapat terjadi bila
KRT meninggal atau KRT pindah dan ada ART lain yang menggantikannya.
Contoh: di dalam Daftar PBDT2015.FKP kolom (2) tertulis Agus, pada saat pendataan ternyata
Agus meninggal dan yang menjadi kepala rumah tangganya adalah istrinya yang bernama Erni.
Untuk penulisan Blok I Rincian (8): Agus/Erni
-
7
Kepala Rumah Tangga (KRT) adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang
bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga, atau orang yang dituakan/dianggap/
ditunjuk sebagai KRT.
Kepala rumah tangga yang mempunyai tempat tinggal lebih dari satu, hanya dicatat di salah satu
tempat tinggalnya di tempat ia berada paling lama. Khusus untuk kepala rumah tangga yang
mempunyai kegiatan/usaha di tempat lain dan pulang ke rumah istri dan anak-anaknya secara
berkala (kurang dari 6 bulan), tetap dicatat sebagai KRT di rumah istri dan anak-anaknya.
Contoh:
1. Untuk menghidupi keluarganya, Anton berjualan sate di Jakarta. Istri dan ketiga anaknya
tinggal di Sukabumi yang berjarak 100 km dari Jakarta. Anton pulang ke Sukabumi setiap akhir
bulan. Karena Anton adalah KRT, maka ia tetap dicatat sebagai KRT di Sukabumi.
2. Ibu Martilah tinggal bersama anaknya, yang bernama Subagyo yang masih menganggur.
Karena ibunya sudah tua dan menjanda, maka segala urusan dengan lingkungan dan orang lain
diurus oleh Subagyo. Dalam contoh ini, Subagyo dapat dicatat sebagai kepala rumah tangga,
karena ia ditunjuk oleh ibunya untuk menjadi kepala rumah tangga.
Rincian 9 : Jumlah Anggota Rumah Tangga (ART)
Isikan jumlah ART ke dalam kotak yang tersedia. Jumlah ART harus sama dengan jumlah
baris yang terisi pada Blok IV. Rincian ini diisi setelah Blok IV selesai diisi.
Anggota Rumah Tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu
rumah tangga, baik yang berada di rumah tangga maupun yang sementara tidak ada pada waktu
pencacahan (kepala ruta, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang tua/mertua, pembantu ruta atau
anggota ruta lainnya). Orang yang telah tinggal dalam rumah tangga selama 6 bulan atau lebih,
atau yang tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap/berencana tinggal selama 6 bulan atau
lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga. Sebaliknya anggota rumah tangga yang telah
bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi
dengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai
anggota rumah tangga.
Contoh:
Hendro dan istrinya tinggal menumpang di rumah bapak ibunya (Seto dan Tiara). Hendro adalah
pencari barang bekas dan Seto adalah tukang becak. Penghasilan Hendro dan Seto setiap hari
disatukan untuk memenuhi kebutuhan makan dan kebutuhan lainnya. Dalam contoh ini, di rumah
Pak Seto hanya ada 1 rumah tangga. Hendro dengan istrinya dan Tiara merupakan ART.
Termasuk anggota ruta:
1. Bayi yang baru lahir.
2. Tamu yang sudah tinggal 6 bulan atau lebih, meskipun belum berniat untuk menetap (pindah
datang). Termasuk tamu menginap yang belum tinggal 6 bulan tetapi sudah meninggalkan
rumahnya 6 bulan atau lebih.
3. Orang yang tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk menetap (pindah datang).
4. Pembantu ruta, tukang kebun atau sopir yang tinggal dan makannya bergabung dengan ruta
majikan.
5. Orang yang mondok dengan makan (indekos) jumlahnya kurang dari 10 orang.
-
8
6. Kepala ruta yang bekerja di tempat lain (luar BS), tidak pulang setiap hari tapi pulang secara
periodik (kurang dari 6 bulan) seperti pelaut, pilot, pedagang antar pulau, atau pekerja tambang.
Tidak termasuk anggota ruta:
1. Anak yang tinggal di tempat lain (di luar SLS) misalnya untuk sekolah atau bekerja, meskipun
kembali ke orang tuanya seminggu sekali atau ketika libur, dianggap telah membentuk ruta
sendiri atau bergabung dengan ruta lain di tempat tinggalnya sehari-hari.
2. Seseorang yang sudah bepergian 6 bulan atau lebih, meskipun belum jelas akan pindah
3. Orang yang sudah pergi kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk pindah..
4. Pembantu ruta yang tidak tinggal di ruta majikan.
5. Orang yang mondok tidak dengan makan
6. Orang yang mondok dengan makan (indekos) lebih dari 10 orang
Catatan
Jika diketahui seorang suami mempunyai istri lebih dari satu, maka ia harus dicatat di salah
satu ruta istri yang lebih lama ditinggali. Bila diketahui lamanya tinggal bersama istri-istrinya
sama, maka ia dicatat di rumah istri yang paling lama dinikahi.
Rincian 10: Jumlah keluarga
Isikan jumlah keluarga di rumah tangga ini di kotak yang tersedia. Jumlah keluarga adalah nilai
tertinggi pada Blok IV Kolom (4). Dalam satu rumah tangga minimal ada 1 keluarga.
Keluarga adalah sekelompok orang yang mempunyai pertalian darah dan atau hukum yang terdiri
dari suami, istri, dan atau anak-anaknya (keluarga batih atau keluarga inti) atau terdiri dari
keluarga batih ditambah dengan beberapa orang yang mempunyai hubungan kekerabatan langsung
(keluarga besar/extended family) dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS DAN RESPONDEN
Blok ini mencatat keterangan tentang petugas yang melakukan pendataan dan pemeriksaan Daftar
PBDT2015.RT serta pernyataan responden.
Rincian 1 - 2: Tanggal pencacahan, nama pencacah, kode dan tanda tangan pencacah
Setelah selesai mencacah dalam satu rumah tangga maka PCL wajib menuliskan tanggal dan bulan
pencacahan, nama PCL, dan tanda tangan sebagai tanda pertanggungjawaban. Kode pencacah
merupakan nomor urut petugas pada setiap kabupaten/kota. Kode ini dapat diminta dari BPS
kabupaten/kota.
Rincian 3 - 4: Tanggal pemeriksaan, nama pemeriksa, kode dan tanda tangan pemeriksa
Setelah selesai memeriksa PBDT2015.RT yang telah diserahkan oleh PCL, maka PML wajib
menuliskan tanggal, dan bulan pemeriksaan, nama PML, dan tanda tangan sebagai tanda
Seseorang yang tinggal kurang dari 6 bulan dan tidak berniat menetap, tetapi telah
meninggalkan rumahnya 6 bulan atau lebih, maka orang tersebut dicatat dimana dia
tinggal pada saat pencacahan, ia tidak dicatat lagi di rumah asalnya.
-
9
pertanggungjawaban. Kode pemeriksa merupakan nomor urut petugas pada setiap
kabupaten/kota. Kode ini dapat diminta dari BPS kabupaten/kota.
Rincian 5: Hasil pencacahan rumah tangga:
Rincian ini diisi apabila pencacah sudah selesai mendatangai rumah tangga yang bersangkutan.
1. Selesai dicacah: apabila pencacah berhasil mewawancarai responden
2. Rumah tangga tidak ditemukan: apabila rumah tangga tersebut tidak ditemukan di SLS ini.
3. Rumah tangga pindah atau bangunan sensus sudah tidak ada: apabila rumah tangga pada
waktu pendataan sudah pindah dari SLS ini.
4. Bagian dari rumah tangga di dokumen PBDT2015.FKP: apabila rumah tangga ini merupakan
art dari ruta yang ada di daftar PBDT2015.FKP.
Jika rumah tangga yang didata merupakan anggota/bagian dari rumah tangga lain yang
tercatat di dokumen PBDT2015.FKP, maka ditulis nomor urut dari rumah tangga induknya.
Isikan nomor urut rumah tangga induk berdasarkan daftar PBDT2015.FKP di sebelah kanan
rincian jawaban kode 4.
Bangunan sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu
keluar/masuk sendiri dalam satu kesatuan fungsi/penggunaan.
Nama dan tanda tangan responden
Pada bagian akhir dari Blok II ini disediakan tempat untuk membubuhkan nama, tanda tangan dari
responden, sebagai pernyataan dari responden bahwa data yang diberikan benar dan boleh
dipergunakan untuk keperluan pemerintah. Bacakan pernyataan yang tertulis dan yakinkan bahwa
responden mengerti isi dari pernyataan tersebut. Jika responden sudah mengerti, tuliskan nama
yang bersangkutan, mintakan tanda tangan pada tempat yang disediakan. Responden yang diminta
tanda tangan adalah responden yang berhasil dicacah (B2R5 = 1) dan responden yang merupakan
bagian dari rumah tangga di dokumen PBDT2015.FKP (B2R5 = 4). Nama dan tanda tangan
responden ditulis langsung oleh responden. Jika responden tidak dapat menulis nama dan tanda
tangan, nama ditulis oleh pencacah dan responden membuat tanda sendiri menggunakan pulpen.
BLOK III. KETERANGAN PERUMAHAN
Rincian 1a: Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati
Lingkari salah satu kode 1 sampai dengan 5 sesuai dengan jawaban, kemudian tuliskan ke dalam
kotak yang tersedia. Status rumah yang ditempati ini harus dilihat dari sisi anggota rumah tangga
yang mendiaminya.
Kode 1: Milik sendiri, jika tempat tinggal tersebut pada waktu pencacahan betul-betul sudah
milik kepala rumah tangga atau salah seorang anggota rumah tangga. Rumah yang dibeli secara
angsuran melalui kredit bank atau rumah dengan status sewa beli dianggap rumah milik sendiri;
Kode 2: Kontrak/sewa,
Kontrak jika tempat tinggal tersebut disewa oleh kepala rumah tangga/anggota rumah tangga
dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik dan pemakai,
misalnya 1 atau 2 tahun. Cara pembayaran biasanya sekaligus di muka atau dapat diangsur
menurut persetujuan kedua belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak pengontrak harus
-
10
meninggalkan tempat tinggal yang didiami dan bila kedua belah pihak setuju bisa diperpanjang
kembali dengan mengadakan perjanjian kontrak baru;
Sewa jika tempat tinggal tersebut disewa oleh kepala rumah tangga atau salah seorang anggota
rumah tangga dengan pembayaran sewanya secara teratur dan terus menerus tanpa batasan
waktu tertentu;
Kode 3: Bebas sewa, jika tempat tinggal tersebut diperoleh dari pihak lain (baik famili/bukan
famili/orang tua yang tinggal di tempat lain) dan ditempati/didiami oleh rumah tangga tanpa
mengeluarkan suatu pembayaran apapun;
Kode 4: Dinas, jika tempat tinggal tersebut dimiliki dan disediakan oleh suatu instansi tempat
bekerja salah satu anggota rumah tangga baik dengan membayar sewa maupun tidak;
Kode 5: Lainnya, jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu
kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik bersama, rumah adat.
Contoh lainnya adalah bila seseorang yang menempati rumah adat karena statusnya di lingkungan
adat misalnya keturunan bangsawan.
Rincian 1b: Status lahan tempat tinggal yang ditempati
Rincian 1b hanya akan terisi jika rincian 1a berkode 1.
Lingkari salah satu kode 1 sampai dengan 4 sesuai dengan jawaban, kemudian tuliskan ke dalam
kotak yang tersedia. Status lahan tempat tinggal yang ditempati ini harus dilihat dari sisi anggota
rumah tangga yang mendiaminya.
Kode 1: Milik sendiri, jika status lahan tempat tinggal tersebut pada waktu pencacahan betul-
betul sudah milik kepala rumah tangga atau salah seorang anggota rumah tangga.;
Kode 2: Milik orang lain, jika status lahan tempat tinggal tersebut adalah milik orang lain (baik
famili/bukan famili) baik dengan membayar sewa maupun tidak;
Kode 3: Tanah Negara, jika status lahan tempat tinggal tersebut adalah milik negara;
Kode 4: Lainnya, jika status lahan tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah
satu kategori di atas, misalnya status lahan milik bersama, status lahan tanah adat, dll.
Rincian 2: Luas lantai ……(m2)
Luas lantai bangunan tempat tinggal adalah jumlah luas lantai dari setiap bagian bangunan
(sebatas atap) yang ditempati (dihuni) dan digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh rumah
tangga, termasuk teras, garasi, tempat mencuci, WC, gudang , lantai setiap tingkat untuk bangunan
bertingkat dalam satu bangunan sensus.
Luas lantai tempat tinggal rumah tangga tidak termasuk ruangan khusus untuk usaha, warung,
restoran, toko, salon, kandang ternak, lantai jemur (lamporan semen), lumbung padi dan lain-lain.
Untuk bangunan bertingkat, luas lantai adalah jumlah luas dari semua tingkat yang ditempati.
Catatan:
1. Jika satu bangunan sensus ditempati oleh beberapa rumah tangga, maka luas lantai bangunan
tempat tinggal satu rumah tangga adalah luas lantai ruangan yang dipakai bersama dibagi
dengan banyaknya rumah tangga yang menggunakannya, kemudian ditambah luas lantai
ruangan yang dipakai sendiri.
-
11
2. Jika ada 2 bangunan terpisah yang ditempati oleh satu rumah tangga dan masih dalam satu blok
sensus, maka luas lantainya dihitung seluruhnya.
3. Taman yang di dalam rumah, atau yang disamping rumah namun masih di bawah atap,
semuanya ditambahkan sebagai luas lantai.
4. Jika luas lantai lebih dari 998 m2 ditulis 998.
Isikan luas lantai dari bangunan tempat tinggal yang dihuni oleh rumah tangga responden dan
tuliskan ke dalam kotak yang tersedia (dalam m2). Isian pada rincian ini harus lebih besar dari
nol.
Rincian 3: Jenis lantai terluas
Yang dicatat dalam rincian ini adalah jenis lantai yang paling luas dari bangunan tempat tinggal
yang dihuni rumah tangga. Bila bangunan tersebut menggunakan lebih dari satu jenis lantai yang
luasnya sama, maka yang dianggap sebagai lantai terluas adalah lantai yang bernilai lebih tinggi
(kode terkecil). Lingkari salah satu kode jenis lantai terluas dari bangunan tempat tinggal yang
dihuni rumah tangga responden, kemudian pindahkan ke dalam kotak yang tersedia.
Lantai adalah bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan, baik terbuat dari marmer/keramik/granit,
tegel/traso, semen, kayu, tanah, dan lainnya.
Lakukan pengamatan langsung. Bila petugas tidak dapat melihat/mengamati langsung, maka
petugas dapat bertanya kepada responden. Kode untuk pertanyaan ini ada 10 (sepuluh), yaitu:
Kode 1: Marmer/granit,
Marmer adalah batu gamping yg telah mengalami metamorfosis, dan dapat dipakai untuk
lantai, dinding, dsb; marmer biasa juga disebut batu pualam;
Granit adalah batuan keras yg keputih-putihan, bila digunakan sebagai bahan lantai dapat
bertahan lebih lama dari marmer/keramik.
Kode 2: Keramik adalah tanah liat yg dibakar, dicampur dengan mineral lain;
Kode 3: Parket/vinil/permadani,
Parket (parquetted) berarti menyusun potongan-potongan kayu untuk dijadikan penutup
lantai;
Vinil adalah karpet yang berbahan dasar dari campuran karet dan plastik, yang di lapis dengan
motif pada permukaannya;
Permadani adalah bahan yang digunakan sebagai penutup lantai, biasanya terbuat dari
benang tebal yang dirajut/dianyam.
Kode 4: Ubin/tegel/teraso,
Tegel adalah ubin yang dibuat dari semen.
Teraso adalah jenis lantai yg dibuat dari batu alam kecil-kecil, diaduk dulu adukan kapur
pasir, dituang di atas dasar batu, lalu digiling.
Kode 5: Kayu/papan kualitas tinggi adalah lantai yang terbuat dari kayu/papan yang dapat
bertahan lama (lebih dari 20 tahun) dan kuat. Biasanya harga kayu/papan ini lebih mahal dari
kayu biasa, seperti kayu jati, kayu ulin, kayu kelapa, kayu akasia, kayu gelam, kayu merbau, kayu
bangkirai/yellow balau.
-
12
Kode 6: Semen/bata merah,
Lantai semen adalah lantai yang terbuat dari adukan semen tambah pasir atau semen saja.
Lantai bata merah adalah lantai yang tersusun dari bata merah.
Kode 7: Bambu adalah lantai yang terbuat dari tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga
dan ruas di batangnya. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru.
Kode 8: Kayu/papan kualitas rendah adalah lantai yang terbuat dari kayu/papan yang dapat
bertahan kurang dari 10 tahun, seperti kayu meranti, kayu kamper.
Kode 9: Tanah adalah lantai langsung ke permukaan bumi tanpa ada alas lain diatasnya seperti
pasir, tanah atau batu.
Kode 10: Lainnya adalah jenis lantai selain yang disebutkan di atas.
Rincian 4a: Jenis dinding terluas
Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan bangunan fisik
lain. Bila bangunan tersebut menggunakan lebih dari satu jenis dinding yang luasnya sama, maka
yang dianggap sebagai dinding terluas adalah dinding yang bernilai lebih tinggi (kode terkecil).
Lakukan pengamatan langsung. Bila petugas tidak dapat melihat/mengamati langsung, maka
petugas dapat bertanya kepada responden. Kode untuk pertanyaan ini ada 7 (tujuh), yaitu:
Kode 1: Tembok adalah dinding yang terbuat dari susunan bata merah atau batako biasanya
dilapisi plesteran semen. Termasuk dalam kategori ini adalah dinding yang terbuat dari pasangan
batu merah dan diplester namun dengan tiang kolom berupa kayu balok, biasanya berjarak 1-1½ m
Kode 2: Plesteran anyaman bambu/kawat adalah dinding yang terbuat dari anyaman bambu atau
kawat dengan luas kurang lebih 1 m x 1 m yang dibingkai dengan balok, kemudian diplester
dengan campuran semen dan pasir.
Kode 3: Kayu adalah bagian dari pohon yang sudah berumur tua, biasanya berumur di atas 5
tahun. Bagian ini bisa berupa batang utama, cabang atau ranting yang merupakan batang pokok
yang keras, yang biasa dipakai untuk bahan bangunan.
Kode 4: Anyaman bambu merupakan bambu yang di iris tipis-tipis kemudian di rajut seperti kain
dan berbentuk lebar.
Kode 5: Batang kayu adalah batang dari pohon langsung (masih bulat), tanpa dibelah
terlebih dahulu.
Kode 6: Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya.
Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru.
Kode 7: Lainnya adalah jenis dinding selain yang tersebut di atas seperti dari seng, kardus.
Rincian 4b: Jika 4a berkode 1, 2 atau 3, kondisi dinding:
Rincian 4b akan terisi bila isian 4a adalah tembok (kode 1), plesteran anyaman bambu/kawat (kode
2) atau kayu kode3). Lingkari kode jawaban yang sesuai dan tuliskan kode yang dilingkari tersebut
pada kotak yang tersedia.
Kode 1: bagus/kualitas tinggi: adalah jika dinding terbuat dari tembok atau plesteran anyaman
bambu/kawat atau kayu dan masih dalam keadaan baik dan terawat.
-
13
Kode 2: jelek/berkualitas rendah: adalah dinding yang terbuat dari tembok atau plesteran
anyaman bambu/kawat atau kayu dengan keadaan jelek seperti tembok yang tidak
diplester/disemen, atau diplester/disemen tetapi dalam keadaan usang dan tidak terawat, atau
berlumut.
Rincian 5a: Jenis atap terluas
Lakukan pengamatan langsung. Bila petugas tidak dapat melihat/mengamati langsung, maka
petugas dapat bertanya kepada responden. Lingkari salah satu kode jenis atap terluas dari bangunan
fisik tempat rumah tangga responden berada, kemudian tuliskan dalam kotak yang tersedia.
Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan sehingga orang yang mendiami di bawahnya
terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap yang
dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut. Kode untuk pertanyaan ini ada 10
(sepuluh), yaitu:
Kode 01: Beton atau genteng beton adalah atap yang terbuat dari campuran semen, kerikil, dan
pasir yang dicampur dengan air.
Kode 02: Genteng keramik adalah genteng yang terbuat dari tanah liat, pasir, padas dan samot.
Sebagai bahan pelapis genteng dapat diberi lapisan glazur atau di cat dengan cat acrylic.
Kode 03: Genteng metal adalah bahan atap yang dibuat dari logam. Bentuknya
berupa lembaran, menyerupai bahan seng. Genteng tersebut ditanam di balok
gording dari rangka atap (kuda-kuda), menggunakan baut. Ukuran yang tersedia
bervariasi, 60-120 cm (lebar), dengan ketebalan 0,3 mm dan panjang antara
1,2-12 m.
Kode 04: Genteng tanah liat adalah genteng tanah yang dicetak. Seperti genteng kodok,
plentong, dan murando.
Kode 05: Asbes adalah atap yang terbuat dari campuran serat asbes dan semen. Pada umumnya
atap asbes berbentuk gelombang.
Kode 06: Seng adalah atap yang terbuat dari bahan seng. Atap seng berbentuk seng rata, seng
gelombang, termasuk genteng seng yang lazim disebut decrabond (seng yang dilapisi epoxy dan
acrylic).
Kode 07: Sirap adalah atap yang terbuat dari kayu/kepingan kayu yang tipis dan biasanya
terbuat dari kayu ulin atau kayu besi.
Kode 08: Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya.
Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru.
Kode 09: Jerami/ijuk/daun-daunan/rumbia adalah atap yang terbuat dari serat pohon
aren/enau atau sejenisnya yang umumnya berwarna hitam.
Kode 10: Lainnya adalah jenis atap selain yang tersebut di atas, misalnya kardus.
Rincian 5b: Jika 5a berkode 01,02, 03, 04, 05, 06 atau 07, kondisi atap:
Rincian 5b akan terisi bila isian rincian 5a adalah beton/genteng beton (kode 01), genteng keramik
(kode 02), genteng metal (kode 03), genteng tanah liat (kode 04), asbes (kode 05), seng (kode 06),
atau sirap (kode 07). Lingkari kode jawaban yang sesuai dan tuliskan kode yang dilingkari tersebut
pada kotak yang tersedia.
-
14
Kode 1: bagus/kualitas tinggi: adalah atap yang terbuat dari beton/genteng beton/genteng
keramik/genteng metal/genteng tanah liat/asbes/seng/sirap yang terawat baik dan rapi.
Kode 2: jelek/kualitas rendah: adalah atap yang terbuat dari beton/genteng beton/genteng
keramik/genteng metal/genteng tanah liat/asbes/seng/sirap yang tidak rapi, pecah-pecah, berupa
tambalan, atau terbuat dari bahan-bahan bekas.
Rincian 6 : Jumlah kamar tidur
Kamar tidur adalah ruangan yang benar-benar difungsikan hanya untuk tidur. Jika suatu ruangan
memiliki fungsi lebih dari 1 (satu), seperti untuk tidur dan untuk ruang tamu maka tidak dihitung
sebagai kamar tidur.
Ruangan adalah bagian dari suatu tempat tinggal yang memiliki luas (panjang x lebar) minimum
sekitar 3 m2, dibatasi minimal oleh 3 dinding/sekat yang tetap minimal pada 3 sisi dan tertutup
dari lantai hingga langit-langit, atau tingginya dinding/sekat minimal sekitar 2 m.
Isikan jumlah kamar tidur yang berada di dalam bangunan tempat tinggal yang ditempati.
Rincian 7: Sumber air minum
Tanyakan sumber air minum utama yang digunakan oleh rumah tangga responden. Lingkari salah
satu kode jawaban yang sesuai dan tuliskan di dalam kotak yang tersedia.
Perlu pula diingat bahwa yang ditanyakan di sini adalah sumbernya. Jika rumah tangga responden
mendapatkan air dari mata air yang disalurkan sampai ke rumah, maka sumber airnya adalah mata
air. Bila responden menggunakan air yang berasal dari beberapa sumber air, maka pilih salah satu
sumber air yang volume airnya paling banyak digunakan oleh rumah tangga tersebut.
Kode untuk pertanyaan ini ada 12, yaitu:
Kode 01: Air kemasan bermerk adalah air yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu
perusahaan dalam kemasan botol (330 ml, 600 ml, 1,5 liter, 12 liter, atau 19 liter) dan kemasan
gelas; misalnya air kemasan merk Aqua, 2Tang, VIT, dsb.
Kode 02: Air isi ulang adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan tidak memiliki
merk.
Kode 03: Leding meteran adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan
sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air sampai di rumah
responden. Sumber air ini diusahakan oleh PAM (Perusahaan Air Minum), PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum), atau BPAM (Badan Pengelola Air Minum), baik dikelola oleh pemerintah
maupun swasta.
Kode 04: Leding eceran adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan
(air PAM) namun disalurkan ke konsumen melalui pedagang air keliling/pikulan.
Untuk Rincian 3-5 (jenis lantai, dinding, dan atap) petugas selain mewawancarai, juga
mengamati jenisnya dan kondisi/kualitasnya, apakah dalam keadaan baik atau buruk.
-
15
Contoh Leding Meteran Contoh Leding Eceran
Kode 05: Sumur bor/pompa adalah air tanah yang cara pengambilannya dengan menggunakan
pompa tangan, pompa listrik, atau kincir angin, termasuk sumur artesis (sumur pantek).
Contoh Sumur Bor/Pompa
Sumur adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali. Cara pengambilan air sumur
terlindung maupun tak terlindung dengan menggunakan gayung atau ember, baik dengan maupun
tanpa katrol. Air sumur dikelompokkan menjadi air sumur terlindung dan tidak terlindung.
Kode 06: Sumur terlindung adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali dan lingkar
sumur tersebut dilindungi oleh tembok paling sedikit 0,8 meter di atas tanah dan 3 meter ke bawah
tanah, dan ada lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar sumur/perigi, serta terlindung dari air
bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau lainnya.
Contoh Sumur Terlindung
Kode 07: Sumur tak terlindung adalah sumur yang tidak memenuhi syarat sebagai sumur
terlindung.
Contoh Sumur Tidak Terlindung
Semen
-
16
Kode 08: Mata air terlindung adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan
sendirinya dan terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau lainnya.
Kode 09: Mata air tak terlindung, adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan
sendirinya tetapi tidak terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau lainnya.
Contoh Mata Air Terlindung Contoh Mata Air Tak Terlindung
Kode 10: Air sungai/danau/waduk adalah air yang berasal dari sungai/danau/waduk.
Kode 11: Air hujan adalah air yang berasal dari hujan, biasanya di daerah yang sulit air, sehingga
pada musim penghujan mereka menampung air hujan tersebut di suatu bak/kolam, sehingga pada
waktu musim kemarau air tersebut bisa dipergunakan.
Kode 12: Lainnya adalah sumber air selain yang tersebut di atas, seperti air laut yang disuling.
Penjelasan:
a. Rumah tangga yang minum dari air leding yang diperoleh dari pedagang air keliling dianggap
mempunyai sumber air minum leding eceran.
b. Rumah tangga yang air minumnya berasal dari mata air atau air hujan yang ditampung dan
dialirkan ke rumah dengan menggunakan pipa pralon/pipa leding maka sumber air minumnya
tetap mata air atau air hujan.
c. Rumah tangga yang menggunakan dua sumber air minum atau lebih, maka sumber air minum
yang dicatat adalah yang terbanyak dimanfaatkan selama sebulan terakhir.
d. Bila suatu rumah tangga menggunakan sumur terlindung sebagai sumber air minum, namun
dalam mengambil (menaikkan) airnya, rumah tangga itu menggunakan pompa (pompa tangan
atau pompa listrik), maka sumber air rumah tangga tersebut tetap dikategorikan sebagai sumur
terlindung.
e. Untuk sumber air dari leding, sumur terlindung dan sumur tak terlindung berlaku baik yang
terletak di dalam rumah, di luar rumah, maupun di tempat umum.
Rincian 8: Cara memperoleh air minum
Lingkari salah satu kode jawaban yang sesuai, lalu pindahkan ke dalam kotak yang tersedia.
Kode untuk pertanyaan ini ada 3 (tiga), yaitu:
Kode 1: Membeli eceran adalah apabila membeli air untuk minum secara bukan langganan
biasanya saat membeli langsung bayar.
Kode 2: Langganan adalah apabila membeli air untuk minum secara periodik/bulanan.
Contoh: Leding dari PAM/PDAM/BPAM, atau air kemasan yang dibeli secara berlangganan.
Kode 3: Tidak membeli adalah bila diperoleh dengan usaha sendiri tanpa harus membayar.
Penjelasan:
Bila menyuruh tetangga untuk mengambil air dari waduk dengan memberi upah, cara memperoleh
-
17
air minum dianggap membeli eceran.
Rincian 9a: Sumber penerangan utama
Lingkari salah satu kode sumber penerangan yang digunakan oleh rumah tangga responden, lalu
tuliskan di dalam kotak yang tersedia. Apabila responden menggunakan lebih dari satu sumber
penerangan, maka pilih sumber penerangan yang paling lama dipakai satu bulan terakhir. Jika
waktu penggunaan sama, maka pilih kode yang terkecil.
Kode untuk pertanyaan ini ada 3 (tiga), yaitu:
Kode 1: Listrik PLN adalah sumber penerangan listrik yang dikelola oleh PLN. Ruta responden
dikatakan menggunakan listrik PLN baik menggunakan maupun tidak menggunakan meteran
(volumetrik).
Kode 2: Listrik non PLN adalah sumber penerangan listrik yang dikelola oleh
instansi/pihak lain selain PLN termasuk yang menggunakan sumber penerangan dari accu (aki),
generator, dan pembangkit listrik tenaga surya (yang tidak dikelola oleh PLN).
Kode 3: Bukan Listrik, seperti petromak, aladin, pelita, sentir, obor, lilin, karbit, biji jarak, kemiri,
dan lain-lain.
Rincian 9b. Jika R.9a berkode 1, daya terpasang
Rincian ini ditanyakan jika rincian 9a berkode 1 (Listrik PLN). Lingkari salah satu kode daya
terpasang listrik.
Catatan :
Jika ada beberapa rumah tangga yang memakai satu meteran, maka daya yang terpasang dibagi
jumlah rumah tangga yang memakai. Jika hasil pembagian tersebut tidak terdapat dalam pilihan,
maka pilih daya yang paling mendekati.
Contoh : Daya 1.300 watt digunakan oleh 3 rumah tangga, maka daya yang terpasang di setiap
rumah tangga adalah 1.300 watt dibagi 3 ruta, yaitu 433,33 watt. Jadi, daya yang terpasang di
setiap rumah tangga dituliskan 450 watt (kode 1).
Rincian 10: Bahan bakar/energi utama untuk memasak
Lingkari salah satu kode yang sesuai dengan jawaban responden. Pertanyaan ini dimaksudkan
untuk mendapatkan informasi mengenai bahan bakar utama yang digunakan ruta untuk memasak.
Bila menggunakan bahan bakar lebih dari satu maka dipilih bahan bakar yang paling banyak
digunakan. Memasak termasuk memasak nasi, memasak air untuk membuat kopi, teh, dan
sebagainya.
-
18
Gambar Macam-Macam Bahan Bakar Utama untuk Memasak
Listrik Bluegaz Elpiji 12 Kg Elpiji 3 Kg Gas Kota
Biogas Minyak Tanah Briket/Batubara Arang Kayu Bakar
Rincian 11a: Penggunaan fasilitas tempat buang air besar
Fasilitas tempat buang air besar adalah ketersediaan jamban atau kakus yang digunakan oleh
rumah tangga responden. Lingkari kode jawaban yang sesuai dan tuliskan kode yang dilingkari
tersebut pada kotak yang tersedia.
Kode untuk pertanyaan ini ada 4 (empat), yaitu:
Kode 1: Sendiri, bila fasilitas tempat buang air besar yang digunakan khusus oleh rumah tangga
responden, walaupun kadang-kadang ada yang menumpang.
Kode 2: Bersama, bila fasilitas tempat buang air besar digunakan bersama dengan beberapa rumah
tangga tertentu. Tidak ada batasan berapa rumah tangga yang menggunakan secara bersama-sama,
asalkan penggunaannya terbatas pada beberapa rumah tangga.
Kode 3: Umum, bila fasilitas tempat buang air besar yang penggunaannya tidak terbatas pada
rumah tangga tertentu, tetapi siapa saja dapat menggunakannya. Contoh MCK yang disediakan
pemerintah untuk masyarakat, dan sejenisnya.
Kode 4: Tidak ada, bila rumah tangga responden tidak mempunyai fasilitas tempat buang air
besar, misalnya lahan terbuka yang bisa digunakan untuk buang air besar
(tanah/kebun/halaman/semak belukar), pantai, sungai, danau, kolam dan lainnya.
Gambar Kepemilikan Fasilitas Tempat Buang Air Besar (TBAB)
-
19
Rincian 11b: Jenis kloset
Kloset adalah tempat duduk/jongkok yang digunakan di WC/kakus.
Kloset leher angsa adalah kloset yang di bawah dudukannya terdapat saluran berbentuk huruf "U"
(seperti leher angsa) dengan maksud menampung air untuk menahan agar bau tinja tidak keluar.
Kloset plengsengan adalah jamban/kakus yang di bawah dudukannya terdapat saluran rata yang
dimiringkan ke pembuangan kotoran.
Kloset cemplung/cubluk adalah jamban/kakus yang di bawah dudukannya tidak ada saluran,
sehingga tinja langsung ke tempat pembuangan/penampungan akhirnya.
Petugas dipastikan untuk melihat jenis kloset yang digunakan oleh rumah tangga
Catatan : Jika menggunakan fasilitas tempat buang air besar yang memiliki bilik di
sungai/danau, maka dianggap ada fasilitas
-
20
Rincian 12: Tempat Pembuangan Akhir Tinja (TPAT)
Lingkari salah satu kode yang sesuai, lalu pindahkan ke dalam kotak yang tersedia. Kode untuk
pertanyaan ini ada 6 (enam), yaitu:
Kode 1: Tangki adalah tempat pembuangan akhir yang berupa bak penampungan, biasanya
terbuat dari pasangan bata/batu atau beton di semua sisinya baik mempunyai bak resapan maupun
tidak. Pada beberapa jenis jamban/kakus yang disediakan di tempat umum/keramaian, seperti di
taman kota, tempat penampungannya dapat berupa tong yang terbuat dari logam atau kayu.
Tempat penampungan ini bisa dilepas untuk diangkut ke tempat pembuangan. Dalam hal
demikian tempat pembuangan akhir dari jamban/kakus ini dianggap sebagai tangki.
Contoh Tangki Septik
Kode 2: SPAL adalah Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) terpadu. Dalam
sistem pembuangan limbah cair seperti ini, air limbah ruta tidak ditampung di
dalam tangki atau wadah, tetapi langsung dialirkan ke suatu tempat
pengolahan limbah cair. Di tempat pengolahan tersebut, limbah cair diolah sedemikian rupa
(dengan teknologi tertentu) sehingga terpilah menjadi 2 bagian yaitu lumpur dan air. Air hasil
pengolahan ini dianggap aman untuk dibuang ke tanah atau badan air (sungai, danau, laut).
Termasuk disini daerah permukiman yang mempunyai SPAL terpadu yang dikelola oleh
pemerintah kota.
Gambar SPAL
Kode 3: Lubang tanah, bila limbahnya dibuang ke dalam lubang tanah yang tidak diberi
pembatas/tembok (tidak kedap air).
-
21
TPAT Lubang Tanah
Kode 4: Kolam/sawah/sungai/danau/laut, bila limbahnya dibuang ke kolam/sawah atau
sungai/danau/laut.
Kode 5: Pantai/tanah lapang/kebun, bila limbahnya dibuang ke daerah pantai atau tanah lapang,
termasuk dibuang ke kebun.
Kode 6: Lainnya, bila limbahnya dibuang ke tempat selain yang telah disebutkan di atas.
BLOK IV. KETERANGAN SOSIAL EKONOMI ANGGOTA RUMAH TANGGA
Blok ini digunakan untuk mencatat keterangan pokok sosial ekonomi Anggota Rumah Tangga
(ART). Keterangan yang dicatat meliputi nama, hubungan dengan Kepala Rumah Tangga (KRT),
nomor urut keluarga, hubungan dengan kepala keluarga, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
kepemilikan kartu identitas, jenis cacat, penyakit kronis/menahun, pendidikan, dan pekerjaan.
Kolom (1): Nomor urut
Nomor urut sudah tertulis dari nomor 1-10. Jika banyaknya ART lebih dari 10, gunakan kuesioner
tambahan dengan memberikan keterangan ”bersambung” di sudut kanan atas pada kuesioner
pertama dan keterangan ”sambungan” pada sudut kanan atas kuesioner tambahan. Salin
keterangan pengenalan tempat pada Daftar PBDT2015.RT tambahan dan ganti nomor urut pada
Kolom (1) Blok IV menjadi 11, ........,20, dst.
Kolom (2): Nama anggota rumah tangga
Konsep dan definisi anggota rumah tangga sama dengan konsep di Blok I R 9.Tuliskan semua
nama ART dan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dari ART yang tinggal di rumah tangga.
Penulisan nama ART diurutkan seperti berikut:
1. No urut pertama adalah kepala rumah tangga dan diikuti oleh nama istri/suami
(pasangannya)
2. Nomor urut berikutnya adalah nama anak-anaknya yang belum menikah. Susunan nama
anak-anak yang belum menikah diurutkan mulai dari yang tertua.
3. Nomor urut berikutnya adalah nama anak yang telah menikah yang diikuti oleh
pasangannya dan anak-anaknya yang belum menikah. Susunan nama anak-anak dari
pasangan ini yang belum menikah diurutkan mulai dari yang tertua. Demikian seterusnya,
untuk para anak dari kepala rumah tangga yang telah menikah disusun berurutan dengan
pasangannya dan anak-anaknya.
4. No urut berikutnya adalah anggota rumah tangga selain anak, yang sudah menikah diikuti
oleh pasangannya dan anak-anaknya yang belum menikah.
5. No urut berikutnya adalah anggota rumah tangga lainnya yang tanpa pasangan dan tanpa
anak mulai dari orang tua/mertua, pembantu rumah tangga, famili lain dan lainnya.
-
22
Nama tidak boleh disingkat dan tanpa menggunakan kata sebutan atau gelar, misalnya: Ir, Drs,
Tuan, Nyonya, Bapak, Ibu, dan lain-lain. Apabila KRT memiliki nama panggilan maka tulis nama
panggilan di dalam kurung (…) setelah nama aslinya. Setelah semua selesai dicatat bacakan
kembali nama-nama tersebut untuk memastikan tidak ada nama ART yang terlewat. Untuk ART
yang masih bersekolah, tuliskan namanya sesuai dengan yang tertulis di buku laporan sekolah
(rapor).
Pada kolom ini juga di tanyakan Nomor Induk Kepependudukan (NIK). Data NIK diambil dari
KTP atau dari kartu keluarga, Petugas di dalam mengisi data ini harus meminjam kepada
responden kartu keluarga atau KTP, agar penulisannya tidak terjadi kesalahan.
Kolom (3): Hubungan dengan kepala rumah tangga
Konsep dan definisi kepala rumah tangga sama dengan Blok I R 8. Tanyakan hubungan setiap
ART dengan KRT dan isikan kode yang sesuai pada kotak yang tersedia. Anggota rumah tangga
pertama harus kepala rumah tangga (kode 1), ikuti aturan baku susunan ART.
Kode pada pertanyaan ini ada 8 (delapan), yaitu:
1. Kepala rumah tangga
2. Istri/suami adalah istri/suami dari kepala ruta
3. Anak mencakup anak kandung, anak tiri, dan anak angkat dari istri/suami KRT
4. Menantu, yaitu suami/istri dari anak kandung, anak tiri atau anak angkat
5. Cucu, yaitu anak dari anak kandung, anak tiri atau anak angkat
6. Orang tua/mertua, yaitu bapak/ibu dari KRT atau bapak/ibu dari istri/suami KRT
7. Pembantu ruta, yaitu orang yang bekerja sebagai pembantu yang menginap di ruta tersebut
dan menerima upah/gaji baik berupa uang ataupun barang
8. Lainnya, yaitu
Famili lain adalah orang yang ada hubungan famili dengan kepala ruta atau dengan
istri/suami kepala ruta, seperti adik, kakak, bibi, paman, kakek, atau nenek.
Lainnya adalah orang yang tidak ada hubungan famili dengan kepala ruta atau istri/suami
kepala ruta yang berada di ruta tersebut lebih dari 6 bulan, seperti tamu, teman dan orang
yang mondok dengan makan (indekos), termasuk anak pembantu yang juga tinggal dan
makan di ruta majikannya.
Kolom (4): Nomor urut keluarga
Konsep dan definisi keluarga dijelaskan pada Blok IV kolom (5). Isikan nomor urut keluarga
setiap ART. Apabila di rumah tangga ini hanya ada 1 keluarga maka isian pada kolom ini semua
ART berkode ”1”. Apabila ada 2 keluarga, maka isian pada kolom ini ada yang berkode ”1” dan
”2”, dan minimal ada dua kode yang sama.
Nama ART yang masih sekolah harus sama dengan yang tertulis di Rapor.
-
23
Kolom (5): Hubungan dengan kepala keluarga
Tanyakan hubungan anggota keluarga (AK) dengan kepala keluarga. Tuliskan kode sesuai
hubungan dengan kepala keluarga. Kode hubungan AK dengan kepala keluarga seperti hubungan
ART dengan kepala rumah tangga pada Kolom (3).
Keluarga adalah sekelompok orang yang mempunyai pertalian darah dan atau hukum yang terdiri
dari suami, istri, dan atau anak-anaknya (keluarga batih atau keluarga inti) atau terdiri dari
keluarga batih ditambah dengan beberapa orang yang mempunyai hubungan kekerabatan langsung
(keluarga besar/extended family) dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. Jumlah keluarga dalam suatu rumah tangga biasanya didasarkan atas
banyaknya pasangan suami-istri di rumah tangga tersebut. Bisa disebut keluarga apabila ada 2
status hubungan dengan kepala keluarga yang berbeda, misalnya suami dan istri, suami dan anak
atau ibu dan anak.
Contoh:
1. Rumah tangga Pak Mursid terdiri dari Pak Mursid, istri, anak dan ibu mertua yang tinggal
dalam satu bangunan rumah yang sama. Rumah tangga Pak Mursyid dihitung 1 keluarga.
2. Contoh kasus 1, apabila ibu mertuanya berbeda bangunan rumah, dalam PBDT 2015
dianggap ada 2 rumah tangga yaitu 1 rumah tangga Pak Mursid beserta istri dan anak-
anaknya dan 1 rumah tangga ibu mertua pak Mursid.
3. Rumah tangga Pak Joko terdiri dari Pak Joko, istri, anak, Abdul (bapak mertua) beserta
Wawan (famili dari mertua) yang tinggal dalam satu rumah. Pak Joko, istri, anak dan
Wawan tercantum dalam satu Kartu Keluarga. Pak Abdul mempunyai Kartu Keluarga
yang terpisah yang terdiri dari Pak Abdul dan Budi (anaknya) yang sudah tidak tinggal di
rumah tangga tersebut. Walaupun rumah tangga tersebut mempunyai 2 Kartu Keluarga
yang terpisah dihitung sebagai 1 keluarga.
4. Untuk kasus 3, apabila Budi masih tinggal di rumah Pak Joko sebagai ART maka di rumah
tangga Pak Joko terdapat 2 keluarga.
Catatan : Pembantu rumah tangga yang tidak ada hubungan keluarga dengan majikannya
dianggap keluarga tersendiri.
Kolom (6): Jenis kelamin
Tuliskan kode sesuai dengan jenis kelamin. Jangan menduga jenis kelamin seseorang berdasarkan
namanya, untuk meyakinkan tanyakan kembali apakah ART tersebut laki-laki atau perempuan.
Kolom (7): Umur
Dalam pengertian demografis, umur diartikan sebagai satuan waktu (hari, bulan atau tahun) yang
pernah dilalui oleh seseorang dalam kehidupannya. Karena ini umur selalu dibulatkan ke bawah
atau umur menurut ulang tahun terakhir. Pengalaman menunjukkan bahwa jawaban responden
mengenai umur cenderung dibulatkan ke atas. Untuk itu, perlu ditanyakan kembali apakah
responden sudah mencapai umur pada jawaban tersebut. Setelah yakin dengan jawaban mengenai
Tanyakan dulu semua nama ART, hubungan dengan KRT, nomor urut keluarga,
hubungan dengan kepala keluarga dan jenis kelamin. Setelah terisi semua, lanjutkan
rincian untuk setiap ART yang dimulai dari Kolom (7) sampai dengan Kolom (21).
-
24
umur responden, isikan umur tersebut ke dalam kotak jawaban. Isian pada kolom ini antara 0 –
98 tahun.
Contoh:
1. Bila responden mengatakan bahwa ia lahir pada tanggal 7 Agustus 1950, dan Pencacahan pada
tanggal 10 Juli 2015 maka umur responden adalah 64 tahun (2015 – 1950-1).
2. Bila responden mengatakan bahwa ia lahir pada tanggal 2 Juli 1950, dan Pencacahan pada
tanggal 10 Juli 2015 maka umur responden adalah 65 tahun (2015–1950).
Contoh:
10 bulan 0 0
5 tahun 01 bulan 0 5
102 tahun 9 8
Kolom (8): Status perkawinan
Tanyakan status perkawinan seluruh ART dan isikan kodenya pada kotak yang tersedia.
Kode 1: belum kawin adalah belum mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan)
pada saat pencacahan.
Kode 2: kawin/nikah adalah mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan) pada
saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja
mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara, dsb), tetapi juga mereka yang hidup
bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri.
Kode 3: cerai hidup adalah berpisah sebagai suami-istri karena bercerai dan belum kawin lagi.
Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum.
Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin,
misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari
pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi
pernah hamil, dianggap cerai hidup.
Kode 4: cerai mati adalah ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin lagi.
Kolom (9): Kepemilikan akta/buku nikah atau akta cerai
Tanyakan apakah memiliki akta nikah/buku nikah untuk yang berkode 2 (kawin), atau akta cerai
untuk yang berkode 3 (cerai hidup).
Kode 0: Tidak
Kode 1: Ya, dapat ditunjukkan. Yang disebut dengan “dapat ditunjukkan” adalah ketika pencacah
dapat melihat langsung akta/buku nikah atau akta cerai secara fisik.
Kode 2: Ya, tidak dapat ditunjukkan.
Untuk pengisian umur hanya disediakan dua kotak, bagi yang umurnya kurang
dari 10 tahun harus ditambahkan angka 0 di kotak pertama dan yang umurnya 98
tahun atau lebih tuliskan 98.
-
25
Kolom (10): Tercantum dalam Kartu Keluarga (KK) di rumah tangga ini
Dalam sebuah rumah tangga bisa saja dijumpai anggota rumah tangga (ART) yang tidak tercantum
dalam KK, misalnya anggota keluarga lain seperti keponakan, cucu, atau pembantu rumah tangga.
Tanyakan apakah ART tercantum dalam Kartu Keluarga (KK) yang dimiliki oleh salah satu
keluarga yang terdapat di rumah tangga ini. Lingkari kode 1 jika Ya atau kode 2 jika Tidak.
Kolom (11): Kepemilikan Kartu Identitas
Tanda pengenal pribadi diperlukan dalam berbagai hal, untuk itu perlu diketahui jenis tanda
pengenal/kartu identitas yang dimiliki oleh ART. Tanyakan apakah setiap ART memiliki kartu
identitas yang masih berlaku.
Kode 0: Tidak memiliki tanda pengenal, jika ART tidak memiliki kartu identitas seperti KTP,
SIM, Kartu Pelajar yang masih berlaku atau akta kelahiran.
Kode 1: Akta Kelahiran adalah surat tanda bukti kelahiran yang dikeluarkan oleh kantor catatan
sipil. Akta kelahiran bukan merupakan surat keterangan lahir dari rumah
sakit/dokter/bidan/kelurahan.
Kode 2: Kartu Pelajar, jika ART memiliki kartu pelajar yang masih berlaku.
Kode 4: KTP, jika ART memiliki KTP yang masih berlaku.
Kode 8: SIM, jika ART memiliki SIM yang masih berlaku.
Jika art memiliki lebih dari satu kartu indentitas, jumlahkan kode dari kartu yang dimiliki.
Contoh:
1. Budi memiliki akta kelahiran (kode 1) dan KTP (kode 4), maka isian pada kotak adalah 1 + 4
= 05.
2. Amin memiliki akta kelahiran (kode 1), KTP (kode 4), dan SIM (kode 8), maka isian pada
kotak adalah 1+ 4+ 8 = 13
Kolom (12): Untuk Wanita Usia 10 – 49 Tahun dan Kol (8) = 2, Status Kehamilan
Tanyakan kepada wanita usia 10 – 49 tahun dan berstatus kawin/nikah, apakah sedang hamil.
Tuliskan kode 1 jika Ya atau kode 2 jika tidak.
Kolom (13): Jenis cacat
Kolom ini bisa berisikan kode 00 sampai dengan 12. Kode 00 apabila ART tidak mempunyai
kecacatan.
Penyandang cacat adalah setiap orang yang mengalami kecacatan sehingga terganggu atau
mendapatkan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya.
Kecacatan dapat terjadi akibat kecelakaan, korban kriminalitas, penyakit atau cacat lahir. Secara
umum cacat dibagi menjadi dua yaitu cacat fisik dan cacat mental.
Cacat fisik terdiri dari tuna daksa/cacat tubuh, cacat netra/buta, cacat rungu, dan cacat wicara.
Jenis kecacatan dalam pertanyaan ini berbeda dengan disabilitas yang ditanyakan pada
SUPAS.
Jika seseorang memiliki kecacatan tetapi fungsinya tidak terganggu, maka tidak termasuk
dalam kecacatan.
-
26
- Tuna daksa/cacat tubuh: adalah kelainan pada tulang, otot atau sendi anggota gerak dan
tubuh, tidak ada atau tidak lengkapnya anggota gerak atas dan anggota gerak bawah
sehingga menimbulkan gangguan gerak.
- Tuna netra/buta, adalah orang yang kedua matanya tidak dapat melihat sama sekali. Tidak
termasuk yang hanya salah satu matanya buta atau yang kurang awas.
- Tuna rungu: apabila kedua telinganya tidak dapat mendengar suara atau perkataan yang
disampaikan pada jarak 1 meter tanpa alat bantu dengar
- Tuna wicara: apabila tidak dapat bicara sama sekali atau pembicaraannya tidak dapat
dimengerti oleh orang lain.
Cacat mental: kelainan mental dan/atau tingkah laku, baik cacat bawaan maupun akibat dari
penyakit.
- Cacat mental retardasi: keadaan dengan intelegensia/kepandaian yang kurang (subnormal)
sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama adalah
intelegensia/kepandaian yang terbelakang. Cacat ini dianggap sebagai orang yang tidak
dapat menguasai keahlian yang sesuai dengan umurnya dan tidak bisa merawat dirinya
sendiri.
Misalnya anak yang terhambat perkembangan kepandaiannya (duduk, berdiri, jalan, bicara,
berpakaian, makan), orang tidak bisa mempelajari dan melakukan perbuatan yang umum
dilakukan orang lain seusianya (berkomunikasi dengan orang lain), orang tidak dapat
mengikuti sekolah biasa. Wajah penderita terlihat seperti wajah dungu.
- Mantan penderita gangguan jiwa: seseorang yang pernah menderita gangguan jiwa/gila.
Kolom (14): Penyakit kronis/menahun
Penyakit kronis adalah gangguan atau penyakit yang berlangsung lama (berbulan-bulan atau
bertahun-tahun), tidak terjadi secara tiba-tiba/spontan, dan penyembuhannya pun memakan waktu
yang lama. Penyakit kronis sering dikenal sebagai penyakit menahun. Misalnya, hipertensi,
rematik, asma, penyakit jantung kronis/masalah jantung, diabetes/kencing manis, TBC, stroke,
kanker/tumor ganas, dan lain-lain. Isikan sesuai dengan penyakit kronis yang diderita. Apabila
ART menderita lebih dari satu penyakit kronis maka isikan jenis penyakit yang paling berat
dirasakan oleh ART.
Hipertensi (tekanan darah tinggi): peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Tekanan darah
yang tinggi dalam arteri menyebabkan peningkatan risiko penyakit jantung, penyakit ginjal,
pengerasan dari arteri, kerusakan mata dan stroke. Penderita hipertensi memiliki tekanan darah di
atas 140/90.
Rematik: penyakit yang menyerang sendi dan bagian tubuh lainnya.
Asma: keadaan saluran nafas yang mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan peradangan.
Gejala asma adalah sesak nafas yang terjadi sewaktu-waktu, mengalami batuk dan bengek.
Masalah jantung: penyakit ini bisa diakibatkan oleh penyempitan pembuluh darah. Gejala
seperti nyeri di dada, nyeri ulu hati, keringat dingin, pusing, pingsan, dan mual/muntah.
Catatan : orang yang terkena stroke tidak termasuk dalam jenis cacat.
Cacat permanen akibat kecelakaan termasuk cacat
-
27
Diabetes (kencing manis): keadaan kadar gula dalam darah tinggi. Gejala diabet adalah sering
buang air kecil, haus berlebihan, penglihatan kabur, dan penurunan berat badan secara cepat.
Tuberkulosis (TBC): penyakit yang disebabkan oleh kuman mycrobacterium tuberculosis, yang
menyebabkan kerusakan terutama pada paru, menimbulkan gangguan barupa batuk, sesak napas,
bahkan dapat menyebar ke tulang, otak, dan organ lainnya.
Stroke: terjadi ketika penyediaan darah ke bagian dari otak terganggu yang diakibatkan oleh
tekanan darah tinggi/hipertensi.
Kanker/tumor ganas: Kanker atau biasa disebut tumor ganas adalah sel yang mengalami
pertumbuhan tidak normal, seperti kanker payudara, kanker otak, kanker rahim, kanker darah,
kanker kulit dan sebagainya.
Lainnya: seperti gagal ginjal dan sejenisnya.
Kolom (15): Partisipasi Sekolah
Seseorang dikatakan bersekolah apabila ia terdaftar dan aktif mengikuti proses belajar baik di
suatu jenjang pendidikan formal maupun non formal khususnya program kesetaraan (Paket A/B/C)
yang berada di bawah pengawasan Kemdikbud maupun kementerian lainnya. Dikatakan aktif
mengikuti paket A, paket B atau paket C apabila dalam sebulan terakhir pernah mengikuti proses
belajar pada kegiatan paket.
Pertanyaan ini diisi dengan cara menuliskan salah satu kode 0 s.d 2 pada kotak yang tersedia. Jika
jawaban berkode 1 lanjutkan pertanyaan ke anggota ruta berikutnya, jika berkode 2 atau 3, maka
lanjutkan ke rincian kolom 16-18.
Kode untuk pertanyaan ini ada 3 (tiga), yaitu:
Kode 0: Tidak/belum pernah bersekolah adalah anggota ruta berumur 5 tahun ke atas yang tidak
pernah atau belum pernah terdaftar dan tidak/belum pernah aktif mengikuti pendidikan baik di
suatu jenjang pendidikan formal maupun non formal (Paket A/B/C), termasuk juga yang
tamat/belum tamat taman kanak-kanak tetapi tidak melanjutkan ke sekolah dasar.
Kode 1: Masih bersekolah adalah anggota ruta berumur 5 tahun ke atas yang terdaftar dan aktif
mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal maupun non formal (Paket A/B/C),
yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud),
Kementerian Agama (Kemenag), Instansi Negeri lain maupun Instansi Swasta. Termasuk bagi
mahasiswa yang sedang cuti dianggap masih bersekolah.
Kode 2: Tidak bersekolah lagi adalah anggota ruta berumur 5 tahun ke atas yang pernah terdaftar
dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal maupun non formal (Paket
A/B/C), tetapi pada saat pencacahan tidak terdaftar atau tidak aktif mengikuti pendidikan lagi.
Kolom (16): Jenjang dan jenis pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki
Jenjang pendidikan tertinggi yang sedang/pernah diduduki adalah jenjang pendidikan
tertinggi yang sedang diduduki oleh seseorang yang masih bersekolah atau yang pernah diduduki
oleh seseorang yang sudah tidak bersekolah lagi, baik jenjang pendidikan formal maupun non
formal kesetaraan (Paket A/B/C).
Kode untuk pertanyaan ini ada 10 (sepuluh), yaitu:
Kolom (15) – (21) hanya ditanyakan untuk ART yang berusia 5 tahun ke atas
-
28
Kode 01: SD/SDLB
Sekolah Dasar (SD) adalah Sekolah Dasar atau yang sederajat (sekolah dasar kecil, sekolah
dasar pamong);
SDLB adalah Sekolah Dasar Luar Biasa
Kode 02: Paket A adalah satuan pendidikan non formal yang setara atau sederajat dengan jenjang
pendidikan dasar (SD).
Kode 03: Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum dengan kekhasan agama islam yang terdiri dari 6 (enam) tingkat pada jenjang
pendidikan dasar (sederajat dengan SD).
Kode 04: SMP/SMPLB
Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajat
(MULO, HBS 3 tahun, sekolah kepandaian putri atau SKP, sekolah menengah ekonomi
pertama atau SMEP, sekolah tehnik atau ST, sekolah kesejahteraan keluarga pertama atau
SKKP, sekolah ketrampilan kejuruan 4 tahun, sekolah usaha tani, sekolah pertanian menengah
pertama, sekolah guru bantu atau SGB, pendidikan guru agama 4 tahun atau PGA, kursus
pegawai administrasi atau KPA, pendidikan pegawai urusan peradilan agama, dan lulus Paket
B).
SMPLB adalah Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
Kode 05: Paket B adalah satuan pendidikan non formal yang setara atau sederajat dengan jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Kode 06: Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum dengan kekhasan agama islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada jenjang
pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar (SD), MI, atau bentuk lain yang sederajat.
Kode 07: SMA/SMK/SMALB
Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah Sekolah Menengah Atas (SMA), atau yang sederajat
(HBS 5 tahun, AMS, dan Kursus Pegawai Administrasi Atas (KPAA);
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah kejuruan setingkat SMA misalnya
Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial (SMPS), Sekolah Menengah Industri Kerajinan, Sekolah
Menengah Seni Rupa, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), Sekolah Menengah
Musik, Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan, Sekolah Menengah Ekonomi Atas
(SMEA), Sekolah Teknologi Menengah, Sekolah Menengah Teknologi Pertanian, Sekolah
Menengah Teknologi Perkapalan, Sekolah Menengah Teknologi Pertambangan, Sekolah
Menengah Teknologi Grafika, Sekolah Guru Olah Raga (SGO), Sekolah Guru Pendidikan
Luar Biasa (SGPLB), Pendidikan Guru Agama 6 tahun, Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak,
Kursus Pendidikan Guru (KPG), Sekolah Menengah Analis Kimia, Sekolah Asisten Apoteker
(SAA), Sekolah Bidan, Sekolah Penata Rontgen.
SMALB adalah Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
Kode 08: Paket C adalah satuan pendidikan non formal yang setara atau sederajat dengan jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Kode 09: Madrasah Aliyah (MA) adalah satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum dengan kekhasan agama islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat.
-
29
Kode 10: Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi yang meliputi program diploma (D1/D2/D3), program sarjana (D4/S1/S2/S3) dan program
pendidikan profesi.
Kolom (17): Kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki
Kelas tertinggi adalah tingkatan/kelas terakhir atau paling tinggi yang dilalui seseorang pada
suatu jenjang pendidikan baik formal maupun non formal (Paket A/B/C) di sekolah negeri maupun
swasta.
Isikan tingkat/kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki. Isikan salah satu kode 1 sampai
dengan 8 ke dalam kotak yang telah disediakan.
Penjelasan Tingkat/Kelas Tertinggi yang pernah/sedang diduduki :
- Seseorang yang telah tamat sekolah, maka tingkat/kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki diberi kode 8.
- Seseorang yang pernah/sedang mengikuti tingkat/kelas tertinggi pada program S1 diberi kode 5. - Sarjana yang pernah/sedang kuliah pada program master/S2 diberi kode 6. - Seseorang yang pernah/sedang kuliah program doktor/S3 diberi kode 7. - Tingkat/kelas pada Paket A adalah 1 s.d 6.
- Tingkat/kelas pada Paket B dan Paket C adalah 1 s.d 3.
- Penulisan kelas pada tingkat SMP/sederajat dan SMA/sederajat menggunakan 1, 2 dan 3.
Tamat sekolah/satuan pendidikan adalah menyelesaikan pelajaran yang ditandai dengan lulus
ujian akhir pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang pendidikan formal dan non formal (Paket
A/B/C) di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat belajar/ijazah.
Seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi sudah mengikuti ujian akhir
dan lulus, dianggap tamat sekolah/satuan pendidikan.
Penjelasan:
Bagi seseorang yang pernah/sedang mengikuti pendidikan pada perguruan tinggi yang memakai
sistem SKS (satuan kredit semester), keterangan tentang tingkat/kelas yang diduduki dapat
diperoleh dengan mengajukan rincian tambahan sebagai berikut:
"Berapa jumlah SKS yang sudah diselesaikan?".
Jawaban responden tersebut dikonversikan dengan ketentuan sebagai berikut:
0 - 30 SKS Tingkat 1
31 - 60 SKS Tingkat 2
61 - 90 SKS Tingkat 3
91 - 120 SKS Tingkat 4
121 SKS ke atas Tingkat 5
Contoh:
1. Seseorang yang mengikuti alih program dari akademi/program diploma III ke perguruan
tinggi dengan jumlah SKS yang dikonversikan, maka tingkatnya ditentukan berdasarkan SKS
hasil konversi tersebut ditambah dengan SKS yang telah diselesaikannya di perguruan tinggi.
2. Tingkat yang pernah atau sedang diduduki oleh seseorang mengikuti pendidikan di perguruan
tinggi dan telah menyelesaikan 30 dan 65 SKS adalah sebagai berikut:
-
30
Jumlah SKS
yang selesai
Tingkat yang
pernah diduduki
Tingkat yang
sedang diduduki
30 SKS 1 2
65 SKS 2 3
3. Paket A/B/C disetarakan dengan sekolah formal (Permen Diknas RI No.3 Tahun 2008)
dengan ketentuan sebagai berikut:
Paket A Tingkatan awal Bobot SKK = 102 Kelas I – III (Tingkat/Kelas 1)
Tingkatan dasar Bobot SKK = 102 Kelas IV – VI (Tingkat/Kelas 2)
Paket B Tingkatan terampil 1 Bobot SKK = 68 Kelas VII – VIII (Tingkat/Kelas 3)
Tingkatan terampil 2 Bobot SKK = 34 Kelas IX (Tingkat/Kelas 4)
Paket C
(IPA/IPS)
Tingkatan mahir 1 Bobot SKK = 40 Kelas X (Tingkat/Kelas 5)
Tingkatan mahir 2 Bobot SKK = 82 Kelas XI – XII (Tingkat/Kelas 6)
Beban belajar Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C dinyatakan dalam Satuan
Kredit Kompetensi (SKK) yang menunjukkan bobot kompetensi yang harus dicapai oleh peserta
didik dalam mengikuti program pembelajaran. SKK merupakan ukuran kegiatan pembelajaran
yang pelaksanaannya fleksibel. SKK dapat digunakan untuk alih kredit kompetensi yang diperoleh
dari jalur pendidikan formal, informal, kursus, keahlian, dan pengalaman yang relevan.
Kolom (18): Ijazah tertinggi yang dimiliki
Isiannya salah satu kode 0 s.d. 6.
Kode 0: Tidak punya ijazah adalah mereka yang tidak atau belum pernah menamatkan jenjang
pendidikan formal atau non formal terendah. Mereka yang pernah bersekolah di sekolah dasar
5/6/7 tahun atau yang sederajat (antara lain sekolah luar biasa tingkat dasar, madrasah ibtidaiyah,
sekolah dasar pamong, sekolah dasar kecil, dan Paket A) tetapi tidak/belum tamat. Termasuk juga
seseorang yang tamat sekolah dasar 3 tahun atau yang sederajat bukan karena akselerasi.
Kode 1: SD/sederajat adalah tamat sekolah dasar 5/6/7 tahun atau yang sederajat (sekolah luar
biasa tingkat dasar, sekolah dasar kecil, sekolah dasar pamong, atau Paket A).
Madrasah Ibtidaiyah (MI), adalah tamat madrasah ibtidaiyah yang sederajat dengan sekolah dasar.
Kode 2: SMP/sederajat adalah tamat sekolah menengah pertama baik umum maupun kejuruan,
atau yang sederajat.
Madrasah Tsanawiyah (MTs), adalah tamat madrasah tsanawiyah yang sederajat dengan sekolah
menengah pertama.
Kode 3: SMA/sederajat adalah tamat sekolah menengah atas (SMA), atau yang sederajat
Kode 4: D1/D2/D3 adalah tamat kuliah D1/D2/D3.
Kode 5: D4/S1 adalah tamat kuliah D4/S1.
Kode 6: S2/S3 adalah tamat kuliah S2/S3
-
31
Catatan:
1. Kepala ruta/anggota ruta yang duduk di kelas 5 SD, atau kelas 2 SMP (kelas VIII),
atau kelas 2 SMA (kelas XI) tetapi telah mengikuti ujian SD, atau SMP, atau SMA dan
lulus, maka pendidikan yang ditamatkan adalah SD atau SMP atau SMA, sesuai dengan
jenjang yang dinyatakan lulus ujiannya.
2. Ada kemungkinan kepala ruta/anggota ruta yang telah menamatkan jenjang pendidikan
tertentu ternyata pada saat wawancara sedang menjalani jenjang pendidikan yang lebih
rendah dari yang telah ditamatkan. Pastikanlah hal tersebut dengan mengajukan
pertanyaan sekali lagi. Bila keadaan ini terjadi, beri penjelasan di Blok Catatan.
3. Jika ijazah yang dimiliki hilang/terbakar dianggap memiliki ijazah.
4. Jika seseorang pernah/sedang bersekolah di jenjang formal, karena gagal UAN kemudian ikut
ujian paket maka jenjang dan jenis pendidikan tertinggi yang pernah/sedang yang
diduduki adalah jenjang formalnya dan ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki adalah ijazah
paket.
Kolom (19): Bekerja atau membantu bekerja selama seminggu yang lalu
Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh penghasilan atau keuntungan, paling sedikit selama satu jam dalam seminggu
terakhir. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus.
Penghasilan atau keuntungan mencakup upah/gaji termasuk semua tunjangan dan bonus bagi
pekerja/karyawan/ pegawai dan hasil usaha berupa sewa, bunga atau keuntungan, baik berupa uang
atau barang termasuk bagi pengusaha.
Seminggu terakhir adalah jangka waktu tujuh (7) hari berturut-turut yang berakhir sehari sebelum
tanggal pencacahan.
Isikan Kode 1 pada kotak pertama jika selama 1 minggu terakhir responden bekerja untuk
memperoleh uang/barang, termasuk ART yang sementara sedang tidak bekerja (karena sakit, cuti,
menunggu panen, atau mogok kerja) dalam seminggu yang lalu. Lanjutkan dengan mengisi jam
kerjanya pada kedua kotak berikutnya. Jam kerja ditanyakan untuk seluruh pekerjaan (bukan
hanya pekerjaan utama) serta ditanyakan hanya untuk seminggu yang lalu. Untuk ART yang
sementara sedang tidak bekerja (karena sakit, cuti, menunggu panen, atau mogok kerja) dalam
seminggu yang lalu dan tidak mengerjakan apa-apa isikan “00” pada dua kotak berikutnya.
Isikan Kode 2 apabila ART tidak bekerja dalam seminggu yang lalu maka pertanyaan STOP,
kemudian lanjutkan pertanyaan untuk ART berikutnya.
Contoh:
1. Anggota rumah tangga yang bekerja :
a. Rani setiap pulang sekolah selalu membantu orang tuanya di warung selama 1 jam.
Jika Rani bekerja setiap hari pulang sekolah, maka jam kerjanya 7 jam, maka isiannya
kolom (19) adalah 1/07
b. Ratri berumur 14 tahun, karena tidak ada biaya untuk bersekolah, maka Ratri setiap
hari setelah pulang sekolah membantu tetangganya memasang manik-manik pada
kain/baju sekitar 2 jam. Ratri dibayar Rp.10.000,- untuk setiap baju, maka isian kolom
(19) adalah 1/14.
-
32
2. Anggota rumah tangga yang sementara tidak bekerja :
a. Pekerja profesional seperti tukang pijat, dukun, ustadz, dan dalang yang sementara
tidak bekerja karena sakit atau menunggu pekerjaan berikutnya.
b. Petani yang mengusahakan tanah pertanian sedang tidak bekerja karena alasan sakit
atau menunggu panen atau menunggu musim hujan untuk menggarap sawah.
c. Buruh swasta yang diistirahatkan sementara karena perusahaan menghentikan
kegiatannya karena kerusakan mesin, bahan baku tidak tersedia dan sebagainya.
Jam Kerja adalah lama waktu (dalam jam) yang digunakan untuk bekerja dari seluruh pekerjaan
yang dilakukan selama seminggu yang lalu.
Apabila tidak bekerja maka kolom 19 kotak pertama isikan 2 dan kotak 2 dan 3 biarkan “blank”
Penjelasan:
1. Bagi para buruh yang biasanya mempunyai jam kerja tetap, penghitungan jam kerja resmi
dikurangi dengan jam istirahat resmi maupun jam meninggalkan kantor/bolos. Bila melakukan
lembur, jam kerja harus dihitung
2. Penghitungan jam kerja untuk pedagang keliling meliputi kegiatan belanja bahan baku ke pasar,
memasak, menyiapkan makanan dagangan, berjualan keliling, dan merapikan peralatan
dagangan.
3. Melakukan pekerjaan dalam konsep bekerja adalah melakukan kegiatan ekonomi yang
menghasilkan barang atau jasa.
4. Orang yang melakukan kegiatan budidaya tanaman yang hasilnya hanya untuk dikonsumsi
sendiri dianggap tidak bekerja, kecuali budidaya tanaman bahan makanan pokok, yaitu padi,
jagung, sagu, dan atau palawija (ubi kayu, ubi jalar, kentang).
5. Anggota ruta yang membantu melaksanakan pekerjaan kepala ruta atau anggota ruta yang
lain, misal di sawah, ladang, warung/toko dan sebagainya dianggap bekerja walaupun tidak
menerima upah/gaji (pekerja tak dibayar).
6. Orang yang memanfaatkan profesinya untuk keperluan ruta sendiri dianggap bekerja.
Contoh:
1. Pembantu ruta termasuk kategori bekerja, baik sebagai anggota ruta majikannya maupun
bukan anggota ruta majikannya.
2. Pekerja serabutan/bebas baik yang bekerja di sektor pertanian maupun nonpertanian yang
sedang menunggu pekerjaan, dianggap tidak bekerja.
Maksimum jumlah jam kerja yang dapat diisikan pada kotak adalah 98 jam. Bila jumlah
kerja lebih dari 98 jam tetap tuliskan 98 pada kotak yang telah disediakan.
Dalam menanyakan bekerja harus dilakukan hati-hati, biasanya responden beranggapan
bahwa bekerja adalah bekerja formal.
Cara menanyakan bekerja adalah
1. Apa saja kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh ART selama seminggu yang lalu?
2. Apakah kegiatan tersebut untuk memperoleh penghasilan/keuntungan (uang/barang)?
3. Berapa jam waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut?
-
33
Kolom (20): Lapangan usaha dari pekerjaan utama
Pertanyaan ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai lapangan usaha dari pekerjaan
utama art. Isikan salah satu kode lapangan usaha dari kode 01 sampai dengan 21 pada kotak yang
tersedia untuk KRT dan masing-masing ART.
Isikan dua digit dalam kotak. Untuk kode 1 – 9, ditambahkan angka nol “0” di depan. Contoh,
lapangan usaha utama adalah hortikultura, maka Blok 4 Kolom (20) isikan kode “02”.
Lapangan usaha/bidang pekerjaan adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/
perusahaan/kantor tempat KRT/ART bekerja.
Kode 01 : Pertanian tanaman padi dan palawija, adalah kegiatan budidaya tanaman padi, jagung,
singkong, ketela, dan palawija lainnya. Contoh pekerjaan di lapangan usaha ini misalnya buruh
tanam, buruh panen, petani padi.
Kode 02 : Hortikultura, adalah kegiatan budidaya tanaman sayuran dan buah-buahan, contoh:
petani sayuran, petani buah-buahan
Kode 03 : Perkebunan, kegiatan budidaya tanaman perkebunan seperti karet, kopi, teh, sawit,
misalnya buruh pemetik teh/kopi/kelapa, penderes karet, petani tebu, dsb
Kode 04 : Perikanan tangkap, mencakup kegiatan “penangkapan ikan”, yaitu perburuan,
penangkapan organisme air liar yang masih hidup (terutama ikan-ikanan, mollusca dan crustacea)
termasuk tumbuhan laut, tumbuhan pesisir atau tumbuhan perairan dalam untuk konsumsi atau
tujuan lain yang ditangkap baik menggunakan tangan atau berbagai jenis alat tangkap seperti
jaring, dan peralatan pancing lainnya.
Kode 05 : Perikanan budidaya, mencakup kegiatan perikanan budidaya pembudidayaan ikan
untuk menghasilkan produk ikan atau biota air seperti ikan bersirip, mollusca, crustacea, tumbuhan
air, buaya, aligator dan binatang ampibi dan lainnya, termasuk budidaya berbagai biota air laut,
payau dan air tawar, serta tempat penetasan telur ikan dan peternakan cacing laut.
Kode 06 : Peternakan, mencakup budidaya dan pembibitan hewan ternak, unggas, serangga,
binatang melata/reptil, cacing, hewan peliharaan. Termasuk budidaya hewan untuk diambil
hasilnya seperti bulu, telur, susu, madu dan lilin lebah, dan kepompong ulat sutera. Contoh
pekerjaannya : pengangon ternak, pemelihara ternak bagi hasil.
Kode 07 : Kehutanan & pertanian lainnya,
Kode 08 : Pertambangan/penggalian, mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha pengambilan
mineral dalam bentuk alami, yaitu padat (batu bara dan bijih logam), cair (minyak bumi), atau gas
(gas alam).
Pertambangan, misalnya pertambangan minyak bumi, gas alam, panas bumi, batu bara, pasir
besi, bijih besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak dan
sejenisnya.
Penggalian, misalnya penggalian batu (batu hias, batu bangunan, batu kapur/gamping, kerikil),
pasir, tanah liat dan gips.
Kode 09 : Industri pengolahan, Industri pengolahan adalah pengubahan bahan dasar (bahan
mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun dengan
tangan.
Kegiatan/usaha industri pengolahan mencakup: industri makanan; minuman; pengolahan
tembakau; industri tekstil; pakaian jadi; industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki; industri
kayu, barang dari kayu, gabus, barang anyaman bambu, rotan dan sejenisnya; industri kertas dan
barang dari kertas; industri pencetakan dan reproduksi media rekaman; industri produk dari batu
-
34
bara dan pengilangan minyak bumi; industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia; industri
farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional; industri karet, barang dari karet, dan plastik;
industri barang galian bukan logam; industri logam dasar; industri komputer, barang elektronik
dan optik; industri peralatan listrik; industri mesin dan perlengkapan yang tidak dapat
diklasifikasikan di tempat lain (ytdl); industri kendaraan bermotor, trailer dan semitrailer; industri
alat angkut lainnya; industri furniture; industri pengolahan lainnya; dan jasa reparasi dan
pemasangan mesin dan peralatan.
Kode 10 : Listrik dan gas, Lapangan usaha ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha
pengadaan tenaga listrik, gas alam, uap panas, air panas dan sejenisnya melalui jaringan, saluran
atau pipa infrastruktur permanen.
Yang termasuk dalam kegiatan ini antara lain: ketenagalistrikan; gas alam dan buatan; dan
pengadaan uap/air panas, udara dingin, dan produksi es.
Ketenagalistrikan adalah kegiatan pembangkitan, transmisi, dan pendistribusian energi listrik
kepada konsumen akhir.
Gas alam dan buatan, pembuatan/penyediaan gas dan pendistribusian gas alam atau buatan atau
sintetis kepada konsumen melalui sistem saluran pipa, dan kegiatan penjualan gas.
Pengadaan uap/air panas, udara dingin, dan produksi es mencakup kegiatan produksi,
pengumpulan, dan pendistribusian uap/air panas untuk pemanas, energi dan tujuan lain; produksi
dan distribusi pendinginan udara; dan produksi es untuk makanan/minuman atau tujuan lain.
Kode 11 : Bangunan/konstruksi, mencakup kegiatan konstruksi umum dan konstruksi khusus
pekerjaan bangunan gedung dan bangunan sipil. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru,
perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi
proyek, dan konstruksi yang bersifat sementara.
Konstruksi gedung, mencakup gedung tempat tinggal, perkantoran, industri, perbelanjaan,
kesehatan, pendidikan, penginapan, tempat hiburan, dan lainnya.
Konstruksi bangunan sipil, mencakup konstruksi jalan raya; jembatan dan jalan layang; landas
pacu pesawat; jalan dan jembatan kereta api; terowongan; pelabuhan, bandara; dan bangunan sipil
lainnya.
Konstruksi khusus