kementerian lingkungan hidup adaptasi perubahan … file2 program apik di regional maluku...

12
NEWSLETTER USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) Regional Maluku Edisi II / 2018 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) Publikasi ini dibuat dengan dukungan Rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi dari publikasi ini merupakan sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan pemerintah Amerika Serikat ataupun USAID.

Upload: lekien

Post on 23-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

NEWSLETTERUSAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) Regional Maluku Edisi II / 2018

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUPDAN KEHUTANAN Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK)

Publikasi ini dibuat dengan dukungan Rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi dari publikasi ini merupakan sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan

pemerintah Amerika Serikat ataupun USAID.

Page 2: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

2

P r o g ra m A P I K d i R e g i o n a l M a l u ku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para pemangku kepentingan di Maluku amat bersemangat untuk menceritakan perkembangan di wilayah kami dalam periode April hingga Juni 2018 melalui Newsletter edisi ini.

APIK bersama mitra pelaksana Yayasan Walang Perempuan memulai implementasi a k s i - a k s i d i t i n g k a t m a s y a r a k a t , d i a n ta ra n ya p e n y u s u n a n re n ca n a kontingensi, pembuatan alat pengering sederhana tenaga surya (solar dryer), serta pengembangan peta dan rambu evakuasi berdasarkan ancaman yang sering terjadi di Negeri (desa) Allang, Passo, Soya, Hative Besar, Leahari, dan Negeri Lima. Di Morella, sebagian besar kegiatan kerjasama dengan PT. Pertamina TBBM Wayame yakni pembuatan rumah bibit, pelatihan sambung/grafting, dan pembuatan solar dryer telah terlaksana dengan baik.

Rencana Aksi Daerah Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim (RAD MAPI) Provinsi Maluku sebagai turunan dari Peta Jalan (Roadmap) MAPI juga telah berjalan, dan mendapatkan banyak masukan dari berbagai pemangku kepentingan melalui konsultasi publik.

Pada kuartal berikutnya (Juli–September 2018) APIK masih akan melanjutkan beberapa kerja prioritas seperti Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim Kabupaten Kepulauan Aru, penyelesaian RAD MAPI Provinsi Maluku, dan RAD API Kabupaten Maluku Tengah. Implementasi skema Dana Ketangguhan di Negeri Haruku, Wassu, dan Ameth juga tengah dipersiapkan untuk mengembangkan sistem informasi cuaca bagi nelayan, pertanian permakultur, dan konsep pengembangan pariwisata.

Willy WicaksonoManajer Regional APIK Maluku

a www.apikindonesia.or.id

f USAID APIK–Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan

t @USAID_APIK

i @USAID_APIK

PENGANTAR REDAKSI

UPAYA BUMI PAMAHANUNUSA MENINGKATKAN NILAI KETANGGUHAN DALAM STRATEGI PEMBANGUNANOleh: Diaman – Field Coordinator Kabupaten Maluku Tengah APIK Maluku

memulihkan diri secara cepat dan efisien dari dampak perubahan iklim, dengan tetap mempertahankan struktur serta fungsi dasarnya. Namun, seperti mimpi indah pada umumnya, diperlukan kerja keras untuk merealisasikannya.

Hasil Penilaian Ketangguhan tahun 2017 berdasarkan indikator dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan Kabupaten Maluku Tengah mendapatkan skor 2,03 dari skala 5, yang berarti di bawah rata-rata. Bupati Maluku Tengah melalui kebijakannya berupaya u n t u k m e n i n g k a t k a n keta n g g u h a n daerahnya dengan menargetkan nilai 4 sebagai indikator sasaran Indeks Ketangguhan Bencana dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sampai tahun 2022. Sebuah kegiatan diskusi yang difasilitasi APIK bersama pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Maluku Tengah pada awal Juni 2018 mencoba mengawali penyelarasan rencana strategis OPD dengan hasil penilaian kerentanan dan kajian kerentanan iklim sebagai pembuka wacana bagi lintas OPD demi mewujudkan nilai indeks ketangguhan yang lebih baik. “Diskusi ini sangat penting sebagai upaya kita bersama untuk wujudkan capaian target

“Hidup adalah anugerah dan menjadi yang terbaik adalah harapan”. Begitulah bunyi kalimat pendek yang menyemangati saat kita maupun suatu bangsa ingin mengejar impian untuk menjadi yang terbaik. Untuk pemerintah Kabupaten Maluku Tengah, salah satu tujuan pembangunan yang ingin diwujudkan adalah ketangguhan daerah dan masyarakat yang mampu beradaptasi,

Temuan dari Penilaian Ketangguhan dan Kajian Kerentanan APIK didiskusikan dengan OPD Maluku Tengah. (Foto: Humas Protokol Maluku Tengah)

SELAMAT BERPISAH AHMAD SAHUBAWA!Ahmad ‘Bade’ Sahubawa terhitung tanggal 20 April 2018 sudah tidak lagi bekerja bersama APIK. Selama ini Bade telah banyak berkontribusi mendampingi implementasi program di Negeri Haruku dan Wassu sebagai Field Coordinator. Sukses selalu di masa depan Bade!

Foto sampul depan dan belakang: Tampak atas wilayah Kepulauan Aru, Maluku yang merupakan salah satu daerah dampingan APIK. (Foto: Desy Talik/Bappelitbang dan Bernard de Fretes/Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kabupaten Aru)

Page 3: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

3

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

2.77

1.13

1.93

2.93

2.332.09 1.85

2.33

1.27

2.00

LM1 LM2 LM3 LM4 LM5 LM6 LM7 LM8 LM9 LM10

nilai ketangguhan sebesar 4, sebagaimana telah dijadikan salah satu indikator sasaran dalam RPJMD Maluku Tengah 2017-2022, sekaligus mewujudkan target penurunan indeks risiko bencana berdasarkan kajian risiko bencana maupun kajian kerentanan iklim di daerah ini,” kata Bupati Maluku Tengah, Tuasikal Abua dalam sambutannya.

Grafik di atas menunjukkan nilai rerata dari masing-masing Langkah Mendasar (LM) yang perlu diperhatikan dalam m e m b a n g u n ke ta n g g u h a n d a e ra h . Tiga nilai terendah ada pada: [1] LM 2 (mengidentifikasi, memahami dan menggunakan skenario r is iko yang dimiliki saat ini dan masa depan) dengan nilai 1,13; [2] LM 9 (memastikan respon darurat bencana yang efektif ), dengan nilai 1,27; dan [3] LM 7 (memahami dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk mewujudkan ketangguhan) dengan nilai 1,85. Sedangkan nilai di atas rata-rata ada pada LM 4 (desain perencanaan p e m b a n g u n a n p e r k o t a a n m e n u j u ketangguhan dengan nilai 2,93 dan LM 1 (kelembagaan untuk ketangguhan bencana) dengan nilai 2,77. Berdasarkan

i n f o r m a s i t e r s e b u t , s e c a ra u m u m dapat dikatakan bahwa perencanaan pembangunan Kabupaten Maluku Tengah secara kelembagaan sudah mengarah pada pembangunan yang tangguh dan berkelanjutan, walau belum didasari skenario risiko saat ini dan masa depan. Akibatnya, kerja keras pembangunan yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan berpotensi gagal karena kurangnya antisipasi risiko dampak perubahan iklim.

Dalam diskusi, sebuah pertanyaan kunci yang terlontar, yaitu bagaimana cara meningkatkan nilai-nilai tersebut dengan sumber daya yang tersedia dan waktu yang telah ditetapkan. Pemerintah Maluku Tengah dalam indikator kinerja sasaran RPJMD menargetkan kenaikan Indeks Ketangguhan Maluku Tengah dari 2,03 pada tahun 2017 menjadi 2,45 di 2018 dan 2,87 di tahun 2019. Dengan rata-rata peningkatan nilai sebesar 0,42 setiap tahunnya, diharapkan pada akhir RPJMD tahun 2022, maka Indeks Ketangguhan Maluku Tengah dapat berada pada nilai 4,13 dari skala 5. Dalam diskusi disepakati untuk memprioritaskan peningkatan setidaknya pada tiga nilai terendah yaitu LM 2, LM 9, dan LM 7 melalui kegiatan spesifik oleh OPD yang terkait dengan ketiga LM tersebut. Hal ini dengan catatan bahwa seluruh OPD menjalankan program dan kegiatan rutin masing-masing namun tetap berorientasi pada rekomendasi penilaian ketangguhan dan kajian kerentanan iklim, agar nilai LM yang lain juga dapat meningkat.

LM 2 (mengidentif ikasi , memahami dan menggunakan skenario risiko yang dimiliki saat ini dan masa depan) menjadi

prioritas pertama untuk ditangani. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebelumnya pernah membuat Kajian Risiko Bencana pada tahun 2011 yang spesifik untuk ancaman bencana geologi. Kajian ini juga pernah dikembangkan untuk mengakomodir ancaman bencana hidrometeorologi pada tahun 2013, namun kedua dokumen tersebut belum mempertimbangkan skenario risiko masa depan dan belum didiseminasikan ke seluruh OPD agar menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan lintas sektor. Berangkat dari kondisi tersebut, BPBD perlu memprioritaskan pembaruan kajian risiko bencana tingkat kabupaten yang mempertimbangkan skenario risiko saat ini dan masa depan. Sebagai acuan untuk kajian risiko, BPBD dapat menggunakan analisis dan proyeksi iklim Provinsi Maluku yang difasilitasi APIK pada tahun 2017. Saat ini, proses pembaruan kajian risiko bencana tengah berjalan melalui kerjasama antara BPBD dan APIK dan diharapkan selesai pada September 2018.

L M 9 ( m e m a s t i ka n re s p o n d a r u ra t yang efektif) dapat menjadi prioritas selanjutnya oleh BPBD setelah kajian risiko bencana tersedia, untuk mengkoordinir lintas instansi dalam penyusunan dan pembaharuan rencana kedaruratan (rencana kontingensi) serta upaya-upaya kesiapsiagaan lainnya sesuai lokasi-lokasi prioritas berisiko tinggi.

LM 7 (memahami dan memperkuat k e m a m p u a n m a s y a r a k a t u n t u k mewujudkan ketangguhan) perlu menjadi prioritas banyak OPD, karena ketangguhan masyarakat adalah tanggung jawab lintas sektor. Nilai-nilai yang berkontribusi terhadap LM 7 termasuk di antaranya: 1 ) l a ya n a n k e s e h a t a n , s o s i a l d a n inklusifitas; 2) pendidikan; 3) kelangsungan penghidupan masyarakat dan usaha; dan 4) warisan budaya dan kearifan lokal. Secara keseluruhan nilai tersebut berkontribusi kepada ketangguhan masyarakat.

Catatan-catatan diskusi ini setidaknya telah membentuk perspektif bersama, b a h w a m e m b a n g u n k e t a n g g u h a n merupakan upaya bersama yang dilakukan secara berkesinambungan. Di akhir diskusi juga disepakati akan dilaksanakannya diskusi tematik lanjutan yang sesuai dengan tema prioritas, tugas, serta fungsi masing-masing OPD.

Hasil Penilaian Ketangguhan Kabupaten Maluku Tengah tahun 2017 menunjukkan nilai rata-rata 2,03 dari skala 5 (Sumber: Laporan Penilaian Ketangguhan Kabupaten Maluku Tengah, 2017)

Peserta memberikan masukan untuk menyelaraskan hasil penilaian kerentanan dengan rencana OPD. (Foto: Humas Protokol Maluku Tengah)

Page 4: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

4

Pengelolaan wilayah laut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah daratan pada konsep pembangunan berbasis gugus pulau-pulau kecil di Maluku. Laut tidak dipandang sebagai pemisah namun sebagai satu kesatuan sehingga harus diperhitungkan sebagai sumber daya pembangunan secara utuh dalam mewujudkan kemandirian pangan dan ekonomi.

O z a e r ( 2 0 1 3 ) m e n y a t a k a n b a h w a kemandirian pangan harus dibangun sebagai “kemandirian lokal”, dengan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mengembangkan diri berdasarkan potensinya, sehingga akan memberi p e l u a n g p a d a k o m p o n e n t a t a n a n berembuk sendir i atau partis ipati f, tanpa ketergantungan dengan pihak luar yang berlebihan. Kemandirian pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi dan terdiri atas sub-sistem utama yaitu ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan konsumsi pangan.   Sub-sistem ketersediaan pangan mencakup aspek produksi, cadangan, serta keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan pangan. Sub-sistem distribusi pangan mencakup aspek aksesibil itas secara f isik dan ekonomi atas pangan secara merata. Sistem distribusi ini perlu dikelola secara optimal dan tidak bertentangan dengan mekanisme pasar, agar tercapai efisiensi dalam proses pemerataan akses pangan bagi seluruh masyarakat. Sedangkan sub-sistem konsumsi pangan menyangkut upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mempunyai pemahaman atas pa ngan, g iz i dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsinya secara optimal.

Negeri Haruku yang berada di gugusan pulau Lease semakin merasakan dampak cuaca yang tidak menentu, terlihat dari terganggunya mata pencaharian di sektor kelautan, yang jika tidak segera diantisipasi akan mengancam ketersediaan pangan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Selain itu, tantangan lain adalah sulitnya mengakses pasokan dari pulau-pulau

NEGERI HARUKU WUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGANOleh: Maun Kusnandar – Community Based Adaptation Specialist APIK Maluku

besar dan menjual hasil perkebunan masyarakat ke luar pulau. Oleh karena itu, tokoh masyarakat/kewang Negeri Haruku, Eliza Kissya atau yang akrab dipanggil Om Eli menggunakan pendekatan diversifikasi ekonomi berbasis pangan guna mengurangi ketergantungan terhadap pasokan dari luar pulau. Bersama putranya, Benito Kissya, Om Eli memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayuran. Sejak Januari 2018, ia mengembangkan perkebunan organik dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di lingkungan sekitar. Ia membuat bedeng, menyemai bibit, hingga menghasilkan pupuk alami/bokashi sendiri. Berbagai sayuran mulai dari sawi, buncis, tomat, cabe, seledri, daun bawang, kangkung, dan selada ditanam di petak seluas 15 meter persegi.

Upaya Om Eli mulai menuai manfaat. Di bulan Mei 2018, kebun yang ia kelola dapat memenuhi kebutuhan sayuran untuk sehari-hari, sehingga tak perlu lagi membeli sayuran di Negeri Tulehu yang letaknya di pulau seberang (Pulau Ambon). Bahkan saat ini , beberapa kelompok ibu-ibu memintanya untuk memberikan pelatihan, karena tertarik untuk mengembangkan hal yang sama di pekarangan rumah masing-masing.

Inisiatif Om Eli yang mulai diadopsi oleh masyarakat diharapkan mampu menjadi modal dasar dalam mewujudkan kemandirian di Negeri Haruku, setidaknya untuk menjamin ketersediaan pangan di masyarakat tanpa harus bergantung pasokan dari pihak luar. Kemampuan pemanfaatan lahan berbasis keragaman sumber daya yang optimal akan membantu masyarakat Haruku untuk lebih tangguh dalam menghadapi dampak negatif perubahan iklim yang terjadi.

Om Eli di antara bibit tanaman di pekarangannya. (Foto: Maun Kusnandar/USAID APIK)

Sayuran ditanam di polybag dan disusun di rak untuk menghemat ruang. (Foto: Maun Kusnandar/USAID APIK)

Page 5: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

5

K e b u t u h a n p e m b a n g u n a n u n t u k menunjang kehidupan masyarakat di tingkat negeri sangatlah beragam, sehingga membutuhkan anggaran yang cukup besar. Keterbatasan Dana Desa maupun alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah belum mampu mengakomodir semua kebutuhan masyarakat sekaligus, sehingga pemerintah negeri (desa) perlu cermat dalam menetapkan prioritas anggaran, juga mengoptimalkan potensi sumberdaya lainnya yang tersedia, termasuk kerjasama d e n g a n l e m b a g a n o n - p e m e r i n t a h maupun swasta. Ketika terdapat peluang kerjasama dengan para pihak, maka perlu dipastikan kolaborasi yang diusulkan sejalan dengan tugas dan fungsi lembaga. Selanjutnya perlu meyakinkan berbagai lembaga tersebut bahwa negeri beserta masyarakatnya memang membutuhkan dan mampu mengelola kerjasama yang akan dibangun.

Yang terjadi selama ini terjadi, masyarakat sering mengalami kesulitan untuk meraih peluang kerjasama baik dalam bentuk pendanaan maupun pendampingan t e k n i s , s e h i n g g a b e r u j u n g p a d a keputusasaan. Kesulitan itu terjadi k a r e n a m a s ya ra k a t m e ra s a b e l u m

MEMBANGUN KEMAMPUAN NEGERI UNTUK BERDIKARI Oleh: Usman Laputi – Field Coordinator Pulau Saparua dan Pulau Nusalaut APIK Maluku

mampu menuliskan gagasan menjadi sebuah konsep yang mampu menarik minat berbagai lembaga. Banyak sekali pemikiran cemerlang yang diusulkan ke berbagai lembaga untuk bersama-sama menjawab kebutuhan prioritas negeri, namun seringkali tidak disertai informasi yang kuat dan obyektif, juga tidak sesuai konteks lembaga yang disasar sehingga kurang menarik.

Atas dasar kondisi tersebut, di April 2018, Kelompok Masyarakat Adaptasi Pe r u ba h a n I k l i m d a n Pe n g u ra n ga n Risiko Bencana (Pokmas API-PRB) di Negeri Siri Sori Islam, Ihamahu, dan Ameth menginisiasi sebuah kegiatan pelatihan penulisan proposal. Kegiatan ini diharapkan menjadi c ikal-bakal dalam membangun budaya literasi dan mendorong masyarakat di tingkat negeri untuk mandiri. Dalam sambutannya, Raja Negeri Ameth (kepala desa), D. Pa r i n u s s a m e n g a t a k a n , “ K e g i a t a n pelatihan ini sebagai salah satu jawaban, karena selama ini kita masih kesulitan bagaimana membuka akses ke luar untuk menginformasikan bahwa Negeri Ameth memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Oleh karena itu saya minta kita semua

bisa benar-benar serius untuk terlibat aktif dalam setiap sesi pelatihan ini,”.

Pelatihan penulisan proposal bertujuan untuk meningkatkan kapasitas anggota P o k m a s d a n p e m e r i n t a h n e g e r i dalam memahami kebutuhan negeri berdasarkan data yang kuat , serta mengemas gagasan dalam proposal kerjasama. Selain itu, diharapkan kegiatan ini akan memperluas wawasan dalam membangun kemitraan dengan pihak lain dan memberi kesempatan Pokmas untuk merumuskan strategi mengelola kerjasama yang dijalankan.

Salah satu gagasan konkrit diusulkan oleh Mellyan Manduapessy, anggota Pokmas Negeri Ameth. “Potensi ikan di Negeri Ameth sangat banyak, dan Ameth memiliki tiga unit bobo (kapal ikan), namun tidak ada kapal timbang atau kapal pembeli ikan yang masuk ke Negeri Ameth. Wilayah Negeri Ameth yang jauh dari ibu kota kabupaten maupun provinsi, dan minimnya sarana transportasi menjadi kendala dalam melakukan pemasaran hasil tangkapan. Harapannya dengan kegiatan ini, Pokmas atau pemerintah negeri dapat menyusun proposal untuk diusulkan ke instansi terkait atau pihak swasta sehingga bisa mendatangkan kapal timbang atau kapal pembeli ikan,” jelasnya di sela-sela pelatihan.

Di sesi akhir pelatihan, peserta melakukan praktik membuat proposal berdasarkan rencana aksi komunitas yang telah dimiliki masing-masing negeri. Negeri Ihamahu dan Siri Sori Islam sepakat untuk mengusulkan proposal terkait sarana dan prasarana pengelolaan sampah, sedangkan Negeri Ameth merancang proposal untuk kapal timbang atau kapal pembeli ikan kepada pihak swasta dan pemerintah. Pasca pelatihan, pendampingan teknis dari APIK terus berjalan untuk memantangkan proposal yang dihasilkan.

Pelatihan proposal mengajarkan peserta untuk menentukan tujuan, membuat log frame, perhitungan anggaran, dan melakukan teknik pemantauan dan evaluasi sederhana. (Foto: Usman Laputi/USAID APIK)

Page 6: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

6

Wassu adalah negeri (desa) kecil yang terletak di bagian selatan Pulau Haruku. Pantai Wassu sangat indah dan terjaga terumbu karangnya. Masyarakat setempat lebih mengenal Negeri Wassu dengan sebutan ‘Erihatu Samasuru’ atau ‘Mari ambil batu untuk membangun kampung’, yang merupakan ajakan yang mulia. Masyarakat Negeri Wassu memiliki tradisi, ideologi, dan budaya yang turun-temurun.

Dalam pelatihan penulisan proposal bersama APIK di Negeri Wassu, Kecamatan Pulau Haruku, muncul percakapan berikut dengan Bace Salakor y, perempuan anggota kelompok masyarakat Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko B e n ca n a ( Po k m a s A P I - P R B ) , “ M a s a keemasan dengan seribu ceritera ‘Goyang Pohong Uang Jatuh’ bisa katong alami lagi, tetapi tidak selamanya harus bertopang pada cengkeh saja. Ada potensi lain dari Bumi Erihatu yang dapat dikembangkan. Waktu Tata Nany1 parentah, katong coba mengolah ewang sampe di Paruparuna2, tetapi akhirnya tastop juga. Mangapa? Kata katong pung ana-ana muda, Bung eee talalo jauh! Katong lalu coba ke laut. Ada yang biking sero3, eeeee untung juga! Tapi, samua ikut-ikutan biking Sero. Datang musim timur, samua sero putus…. katong lupa bahwa akses katong di laut terbatas cuman 6 bulan. Kalo bagitu katong musti

biking apa? Sebab hidup anak-anak Erihatu mesti tetap berlanjut. Basudara, mari katong duduk 1 lesa, minum dari tampurung yang satu. Lalo katong pikir akang!“. Singkatnya, menurut Bace, Negeri Wassu tak dapat mengandalkan lagi dari cengkeh atau mencari ikan saja, harus pintar mencari penghidupan yang lain.

Sudah sejak lama masyarakat Negeri Wassu mengandalkan cengkeh sebagai komoditas dengan nilai ekonomi tinggi selain pala. Bagi masyarakat Wassu yang ada di kepulauan Lease (baik di Pulau Saparua atau di Pulau Nusalaut), cengkeh adalah tabungan untuk jangka panjang. Cengkeh diandalkan untuk membiayai kebutuhan yang memerlukan dana besar, seperti membangun rumah, menyekolahkan anak, membiayai pesta pernikahan, hingga perayaan hari besar lainnya. Namun, sejak awal bulan Mei hingga akhir bulan Juni ini masyarakat di Wassu memasuki musim timur di mana curah hujan tinggi dan gelombang di Laut Banda yang mencapai 3 meter menyebabkan terhentinya akses transportasi laut ke Pulau Ambon dan aktivitas ekonomi. Akibatnya, pasokan kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula, dan sayuran hijau terhambat. Bahkan, kondisi cuaca ekstrem pada musim timur juga menghambat pelayanan kesehatan, pendidikan, serta pemerintahan.

Selama ini saat musim timur, masyarakat Negeri Wassu mengandalkan hasil tanaman jangka pendek yang tumbuh di ladang, seperti ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, dan sukun. Mereka juga pameri (melakukan perawatan) dengan membersihkan gulma yang kemudian dibiarkan membusuk guna menambah kesuburan tanah. Ladang dikelola dengan rapi serta ditanami tanaman rambat dan pohon buah-buahan, yang tak hanya menjadi peneduh namun juga dapat menjadi sumber kayu.

Sistem perladangan seperti ini atau sistem ‘dusung’ telah dilakukan oleh masyarakat di Negeri Wassu dan petani di Maluku sejak

UPAYA ADAPTASI MASYARAKAT ERIHATU SAMASURU DI PULAU HARUKUOleh: Maun Kusnandar – Community Based Adaptation Specialist APIK Maluku

dulu. Sistem dusung menjadi salah satu bentuk kearifan lokal yang mendukung p e l e s t a r i a n l i n g k u n g a n d e n g a n memberikan kesempatan kepada alam untuk ‘beristirahat’ setelah berproduksi.

M a s ya ra ka t m e n g g u n a ka n n a n a ku 4 u n t u k m e m p e r k i ra k a n p e r g a n t i a n

Jaring bubu yang biasa digunakan nelayan di Wassu untuk melaut. (Foto: Maun Kusnandar/USAID APIK)

Bace Salakory (paling kanan) dalam pelatihan kajian risiko bencana tingkat komunitas. (Foto: Maun Kusnandar/USAID APIK)

1 Tata Nany: Raja yang pernah memimpin Negeri Wassu di masa lampau.2 Ewang, Paruparuna: hutan, wilayah perbukitan pedalaman.3 Sero: alat tangkap berupa perangkap dengan susunan pagar-pagar yang akan menuntun ikan menuju perangkap.4 Nanaku: kearifan lokal masyarakat Maluku dalam membaca tanda-tanda alam, atau firasat yang ditandai dalam kaitan dengan suatu kejadian yang telah, sementara, dan bahkan yang akan terjadi nanti.

Page 7: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

7

musim, sehingga sebelum musim timur t i ba m a s ya ra ka t te l a h m e n y i m pa n berbagai kebutuhan pokok. Kemudian untuk antisipasi kondisi para nelayan yang tidak bisa melaut, masyarakat biasa memanfaatkan laor (cacing laut) dan runut (sejenis rumput laut yang tumbuh saat musim timur) sebagai lauk pengganti ikan. Laor dan runut diawetkan m e n g g u n a ka n re m pa h - re m pa h d a n menjadi makanan pelengkap selama musim timur.

Masyarakat di wi layah kepulauan—khususnya pulau-pulau keci l - yang berhadapan langsung dengan laut lepas ‘dipaksa’ untuk mampu hidup dari laut maupun darat. Mereka harus bisa melaut dan juga berladang guna memenuhi mata pencaharian.

Dengan adanya kejadian cuaca ekstrem ya n g m e n ye ba b ka n kete r i s o l a s i a n , masyarakat Negeri Wassu berharap untuk mewujudkan terbukanya akses jalan darat

yang menghubungkan Wassu dengan negeri tetangga, sehingga masyarakat bisa menjual hasil kebun ke Tulehu melalui Negeri Oma dan Negeri Haruku. Harapan lainnya adalah mewujudkan Negeri Wassu yang mandiri pangan dengan mengembangkan sistem perkebunan sayuran di pekarangan rumah, serta pemenuhan kebutuhan akan informasi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk menunjang transportasi, keselamatan nelayan, dan aktivitas laut lainnya.

Dampak perubahan iklim secara perlahan namun pasti mengancam lingkungan dan telah dirasakan akibatnya, termasuk di Provinsi Maluku yang 92,4% wilayahnya adalah lautan, dan hanya 7,6% berupa daratan. Sebagai daerah yang sebagian besar terdiri dari pulau-pulau kecil dan wilayah laut yang jauh lebih luas daripada daratannya, Provinsi Maluku memiliki kerentanan yang tinggi terhadap dampak negatif perubahan iklim.

Proyeksi iklim Provinsi Maluku periode tahun 2016–20451 menunjukkan adanya peningkatan suhu 0,5–1,50 Celcius. Hal

STRATEGI DAN TINJAUAN RENCANA AKSI DAERAH MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM PROVINSI MALUKUOleh: Wawan Budianto – Disaster Risk Reduction Specialist APIK Maluku

ini berakibat pada peningkatan suhu permukaan laut dan karbondioksida yang terserap, sehingga mengancam spesies misalnya tiram dan terumbu. Kenaikan suhu pada daratan juga mengancam ketersediaan air bersih, seperti yang selama ini lazim dialami pulau-pulau kecil. Meningkatnya suhu juga akan menghambat pertumbuhan tanaman s e h i n g g a b e r p o t e n s i m e n u r u n k a n hasil panen.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) stasiun Klimatologi Kairatu pada tahun 2017 menyatakan bahwa perubahan pola curah hujan b e b e r a p a t a h u n k e d e p a n d a p a t menyebabkan musim hujan yang lebih basah dan musim kering yang lebih

kering pada beberapa daerah. Contohnya, Pulau Buru, Ambon, dan Aru berpeluang mengalami penurunan curah hujan efektif, sementara Pulau Wetar yang sekarang sudah kering akan menjadi lebih kering. Tren curah hujan rata-rata tahun 1981–2010 cenderung meningkat, namun di saat yang sama tren jumlah hari hujan lebat cenderung berkurang. Dengan demikian beberapa wilayah di Maluku berpotensi mengalami hujan yang semakin ekstrem.

Pe m e r i n ta h P ro v i n s i M a l u ku te l a h mendeklarasikan komitmennya untuk mewujudkan pembangunan Provinsi Maluku yang rendah emisi, tangguh, dan berkelanjutan berbasis gugus pulau melalui dokumen Roadmap (peta jalan) mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Dokumen Roadmap berisi arah kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim ini telah diluncurkan dan disosialisasikan kepada seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten di bulan Februari 2018. Arah kebijakan ini selanjutnya dijabarkan dalam dokumen Rencana Aksi Daerah untuk Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (RAD MAPI) yang memuat strategi serta program yang dibutuhkan di Provinsi Maluku.

Tu j u a n u t a m a R A D M A P I a d a l a h terselenggaranya pembangunan Provinsi Maluku yang berkelanjutan dan tangguh terhadap dampak perubahan ikl im, dengan diselaraskan dengan rencana

1 Proyeksi iklim Provinsi Maluku dibuat oleh Djunaedi dan Joko Trilaksono (ITB) untuk USAID APIK, 2017.

Rapat tim penyusun RAD MAPI yang melibatkan berbagai pihak. (Foto: Willy Wicaksono/USAID APIK)

Page 8: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

8

strategis pembangunan daerah Provinsi Maluku, serta memberikan panduan bagi institusi pemerintah, legislatif, organisasi non-pemerintah, institusi masyarakat dan pelaku lain baik di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana. Tujuan tersebut akan tercapai dengan membangun ketahanan bidang ekonomi, tata kehidupan, dan wilayah ekosistem khusus dan pulau pulau kecil untuk

mendukung sistem kehidupan baik secara fisik maupun sosial.

Dalam penyusunan RAD MAPI, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) menunjuk Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIKI) Regional Maluku melalui SK Kepala Bappeda Provinsi Maluku nomor 13/BAPP-KPTS/II/2018 untuk memandu penyusunan RAD MAPI. Penyusunan berjalan sejak akhir Februari 2018 dengan melibatkan akademisi,

berbagai OPD, dan USAID APIK. Setelah lebih dari 10 pertemuan, dihasilkan usulan strategi dan program-program untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Selain itu, Bappeda telah memfasilitasi konsultasi publik di Juni 2018 untuk mendapatkan masukan dari seluruh OPD maupun pemangku kepentingan lainnya.

Hal penting yang menjadi prioritas dalam penyusunan RAD MAPI ini adalah bahwa prosesnya dilakukan secara bersama oleh tenaga yang kompeten di bidangnya, dengan melibatkan unsur pemerintah, akademisi, serta para penggiat. Tak hanya itu, RAD MAPI didukung berbagai kajian yang relevan dan sesuai dengan konteks Provinsi Maluku. Ke depannya diharapkan dokumen ini b isa menjadi rujukan dalam penyusunan Rencana Strategi maupun Rencana Kerja pemerintah demi mewujudkan visi “Pembangunan Provinsi Maluku yang rendah emisi, tangguh dan berkelanjutan berbasis gugus pulau”.

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

23.024.025.026.027.028.029.030.031.0

TEKNOLOGI PENGERINGAN UNTUK PANGAN LOKALOleh: Nurhanna – Team Coordinator Pulau Ambon APIK Maluku

Tren kenaikan suhu udara di Provinsi Maluku. (Sumber: BMKG Klimatologi Kairatu dalam Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim Provinsi Maluku, 2017)

beras selain jagung dan umbi-umbian. Sagu tergolong penghasil karbohidrat yang cukup tinggi. Dalam 100 gram sagu terdapat sekitar 354 kalori. Sagu juga memiliki arti penting bagi kehidupan

Rangka solar dryer siap dilapisi plastik ultra violet. (Foto: Hamis Sasole/Pokmas Hausihu Morella)

K e r j a s a m a A P I K , Ya ya s a n Wa l a n g Perempuan, dan pemerintah Hative Besar berlanjut. Melalui skema dana stimulan, kegiatan berfokus pada peningkatan ketahanan ekonomi kelompok perempuan penghasil makanan olahan berbahan dasar sagu dan kasbi (singkong) melalui penyediaan pengering bertenaga surya (solar dryer). Kegiatan ini juga merupakan bagian dari rencana aksi masyarakat u n tu k m e n g u ra n g i d a m pa k n ega t i f akibat cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi, sekaligus melestarikan pangan lokal.

Sagu merupakan makanan asli Maluku yang tergolong popular. Banyak restoran yang menyediakan makanan berbahan dasar sagu. Sagu mentah yang diolah menjadi papeda sangat digemari. Selain itu, sagu dapat diolah menjadi sagu gula, sagu bakar, atau tepung sagu yang dijadikan bahan dasar makanan lainnya. Sagu merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu yang memegang p e ra n p e n t i n g d a l a m m e n d u k u n g diversifikasi pangan sebagai pendamping

masyarakat khususnya di Indonesia bagian timur, tak hanya sebagai makanan namun juga untuk bahan bangunan (daunnya dijadikan atap rumah).

Selain sagu, makanan khas Maluku lainnya adalah kasbi atau singkong. Kasbi dikonsumsi dengan cara direbus, dijadikan bahan dasar sagu putih, maupun diolah menjadi kerupuk. Kasbi merupakan bahan makanan rendah lemak dan kolesterol, namun tinggi kalori. Kandungan kalori pada kasbi bahkan hampir dua kali lipat dibandingkan kentang. Dalam 100 gram kasbi, terdapat sekitar 160 kalori. Dengan kandungan tersebut maka kasbi dapat dijadikan alternatif pengganti nasi untuk memenuhi kebutuhan kalori tubuh sehari-hari.

D i N e g e r i H a t i v e B e s a r, t e r d a p a t kelompok perempuan yang membuat serta menjual sagu dan kerupuk kasbi. Kerupuk kasbi berbeda dengan keripik s i n g k o n g y a n g u m u m d i j u a l . J i k a keripik singkong dibuat dari singkong yang diiris tipis, maka kerupuk kasbi

Page 9: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

9

terjadi turut mengancam sektor ekonomi, khususnya bagi kelompok perempuan pembuat pangan olahan sagu dan kasbi. Oleh karena itu, pengembangan teknologi pengeringan yang ramah lingkungan (solar dryer) turut menjadi prioritas rencana aksi masyarakat, sebagai upaya adaptasi terhadap cuaca dan musim yang tidak menentu.

Solar dryer menggunakan plastik ultra violet yang dapat memerangkap sinar matahari. Dengan solar dryer, pengeringan akan lebih cepat dan merata. APIK dan Yayasan Walang Perempuan mendampingi kelompok pemuda untuk membuat sendiri solar dryer, sementara kelompok perempuan diajarkan pemanfaatan dan perawatannya. Dari pelatihan tersebut, para peserta sangat senang karena dengan solar dryer mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli minyak tanah untuk oven. Selain itu, sagu dan kasbi yang dijemur lebih bersih, dan mereka tidak perlu repot memindah-mindahkan jika tiba-tiba turun hujan. Dari pelatihan ini bahkan kelompok perempuan berencana membuat solar dryer berbentuk seperti oven, sehingga dapat mengeringkan lebih banyak lagi. Untuk menindaklanjutinya, kelompok dengan didampingi APIK dan Yayasan Walang Perempuan akan berdiskusi dengan pembuat solar dryer.

dibuat dari gepe (kasbi yang dikompres menjadi tepung kasar), dicetak menjadi kerupuk, dikukus selama 20–25 menit, dikeringkan, kemudian digoreng.

Terdapat tiga kelompok kerupuk kasbi, dan satu kelompok sagu yang t iap kelompoknya terdir i dari 10 orang. Usaha kasbi baru dimulai di tahun 2012, sedangkan sagu merupakan merupakan usaha turun-temurun. Popy Kiriwenno dan Orpa Talahaturusun dari Negeri Hative Besar mengatakan lima tahun belakangan ini mereka merasa semakin kesulitan untuk mendapatkan bahan dasar karena area tanam sagu dan kasbi yang semakin sedikit. Tanaman sagu di sekitar Hative Besar juga banyak ditebang untuk pembangunan permukiman, sehingga untuk mendapatkan sagu mentah yang akan diolah, mereka harus membelinya dari pasar di kota.

Bagi kelompok perempuan ini, usaha kerupuk kasbi sangat menguntungkan, bahkan mencapai dua kali lipat dibanding produk olahan kasbi lainnya. Kerupuk kasbi dari gepe yang dikeringkan cukup tahan lama, serta memiliki target konsumen yang lebih luas dibanding olahan kasbi lainnya. Namun karena pembuatan kerupuk kasbi harus melalui proses pengeringan, maka biasanya kelompok sangat bergantung kepada kondisi cuaca. Saat musim pa n a s , p e n ge r i n ga n ke r u p u k t i d a k menjadi masalah, namun ketika musim hujan, kelompok harus mengeringkan menggunakan oven, sehingga memerlukan biaya tambahan. Berdasarkan kajian risiko bencana yang dibuat di Negeri Hative Besar, cuaca ekstrem yang semakin sering

Pelatihan pembuatan solar dryer di Negeri Hative Besar. (Foto: Nurhanna/USAID APIK)

YANG MUDA YANG BERKARYA, DARI WACANA HINGGA MENJADI NYATAOleh: M. Saleh Sasole – Anggota Kelompok Masyarakat Negeri Morella

Negeri Morella adalah sebuah desa yang berada di pesisir pantai utara Pulau Ambona. Dikenal juga dengan nama Hausihu Amalatu, negeri (desa) ini tak hanya menawarkan keindahan pantai namun juga pesona rempah-rempah

Suasana pelatihan sambung pucuk di Morella. (Foto: USAID APIK)

seperti cengkeh dan pala. Akan tetapi tak dapat dipungkiri bahwa dampak perubahan iklim turut mempengaruhi hasil produksi cengkeh, pala, durian maupun hasil perikanan. Di bulan Mei-Agustus saat musim timur terjadi, intensitas curah

Page 10: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

10

hujan tinggi dan bertepatan dengan pasang air laut. Akibatnya, di tahun 2014 dan 2015 terjadi longsor di Dusun Lamutul, Samamuai, Alusui, Tilapuai, Tapang I, Tapang II, Haisihi, dan Sawatelu. Bencana ini merusak lahan pertanian warga dan menyebabkan gagal panen yang berdampak pada ekonomi warga.

Kami di Negeri Morella merasa bangga menjadi salah satu wilayah kerja APIK, yang bersama-bersama turut membangun negeri yang tangguh. Melalui penilaian ketangguhan dan kajian kerentanan, kami mendapat informasi detail tentang kondisi di negeri kami, yang ternyata cukup rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Dampak tersebut terlihat pada lima aset penghidupan, yaitu lingkungan, manusia, ekonomi, infrastuktur, dan sosial budaya. Contohnya, kondisi Morella berada di dataran rendah bertopografi landau dan ketiadaan tanaman pelindung di pantai mengakibatkan pengikisan pada area pesisir serta kerusakan pada talud. Dengan adanya cuaca ekstrem, aktifitas m a s ya ra ka t m e l a u t p u n te rga n g g u seperti di saat musim barat (November–Februari), yang mengakibatkan nelayan beristirahat melaut selama kurang lebih

2 minggu. Dampak lain juga dirasakan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani cengkeh dan pala, yang merasa kesulitan menjemur hasil panennya karena hujan berkepanjangan. Cuaca ekstrem juga menyebabkan bunga cengkeh dan pala berguguran, sehingga mengancam produktivitas. Di samping itu, salah satu kearifan lokal yang dikenal sebagai nanaku yang dapat memprediksi musim timur dan barat, kini sudah bergeser sehingga tak lagi dapat dijadikan patokan.

Berbekal informasi tersebut, kami bersama APIK menyusun rencana aksi komunitas, yang berisikan kegiatan-kegiatan yang untuk meningkatkan ketangguhan Negeri Morella dari risiko dan dampak perubahan iklim. Berbagai rencana aksi dimasukkan ke dalam program negeri untuk didanai oleh pemerintah melalui Dana Desa, alokasi Dana Desa, maupun bekerjasama dengan pihak swasta dan pihak lainnya.

U p a ya ke r j a s a m a d e n ga n s w a s ta berbuah manis, dengan keberadaan PT. Pertamina TBBM Wayame sebagai mitra yang mendukung implementasi rencana aksi komunitas, khususnya untuk memberdayakan masyarakat

dengan teknologi ramah lingkungan. Pada 22 Februari 2018, perwakilan PT. Pertamina TBBM Wayame, M. Ali Basah menandatangani nota kesepahaman bersama kelompok masyarakat (Pokmas) Hausihu yang diwakili oleh Amalia Sialana selaku Sekretaris Pokmas, dan disaksikan oleh Paul Jeffery, Chief of Party USAID APIK. Kerja sama yang dilakukan berupa pengering tenaga surya (solar dryer), pelatihan pembibitan, pengadaan bibit tanaman, serta pemasangan display informasi cuaca dan iklim. Hal-hal tersebut m e r u pa ka n l a n g ka h ya n g m e m b e r i kontribusi positif untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan membangun negeri kami.

Amina Ulath yang sehari-harinya berprofesi sebagai pengepul dan pedagang pala, cengkeh, dan kopra di Negeri Morella merasakan manfaat kerja sama ini . “Alhamdulillah dengan adanya solar dryer ini beta seng (saya tidak) susah saat musim hujan. Kalau seng (tidak) beta harus lari angkat pala, cengkeh dan lain-lain yang beta jemur. Apa yang beta jemur itu tetap aman dan terlindungi. Terima kasih semua pihak yang sudah bantu katong (kita),” ungkapnya. Terlihat bahwa teknologi yang sederhana menjadi solusi yang membantu masyarakat beradaptasi dengan kondisi cuaca yang belakangan semakin tidak menentu. Selain itu kegiatan pemberdayaan lain seperti pelatihan teknik sambung pucuk (grafting) untuk tanaman pala, durian, rambutan pun dilakukan dengan melibatkan anggota m a s ya ra ka t ba i k l a k i - l a k i m a u p u n p e r e m p u a n . Pe m b e r d a ya a n u n t u k meningkatkan ekonomi keluarga bukan hanya milik laki-laki atau perempuan tapi adalah upaya bersama.

Kerja sama antara PT. Pertamina TBBM Wayame, Pokmas Hausihu, dan USAID APIK membuktikan bahwa penentuan rencana aksi yang didasari kebutuhan (dan bukan keinginan) sangat penting agar manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat. Melalui kemitraan tersebut, kini pemuda di Negeri Morella telah meletakkan pondasi yang kuat dalam membangun ketangguhan masyarakat negeri dalam menghadapi dampak perubahan iklim.

Perempuan di Morella aktif ikut serta dalam pelatihan. (Foto: USAID APIK)

Page 11: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

11

Kondisi kebencanaan di Negeri (desa) Hative Besar yang berada di wilayah Kota Ambon tidak dapat dipisahkan dari kondisi geologis dan hidrometeorologis wilayah itu sendiri. Hasil Kajian Risiko Bencana yang dilaksanakan bersama masyarakat melalui metode Focused Group Discussion, wawancara, dan survei lapangan, berhasil mengidentifikasi enam jenis bencana, salah satunya yang paling mengancam yaitu banjir.

Negeri Hative mempunyai enam sungai besar, di antaranya Sungai Waisouhuru, Waila’a, Waiyohu, Waimasisi, dan Waipia Kecil. Warga sekitar bantaran seringkali panik dan takut apabila sungai tersebut meluap. Menyadari kondisi dan potensi ancaman banjir yang dampaknya kian dirasakan, maka pemerintah negeri bekerja sama dengan USAID APIK dan Yayasan Walang Perempuan menyelenggarakan kegiatan pelatihan dan penyusunan Rencana Kontingensi (Renkon). Renkon berguna sebagai panduan jika terjadi bencana, di mana dilakukan penyusunan skenario berdasarkan kondisi yang paling mungkin terjadi. Selain itu, tindakan manajerial dan teknis serta sistem untuk menanggapi kejadian darurat dengan lebih baik turut dikembangkan. Dengan adanya Renkon, diharapkan tingkat kewaspadaan maupun respon masyarakat terhadap kejadian bencana akan lebih terorganisir.

Pelatihan Renkon dilakukan tanggal 17–19 Mei 2018 dan berfokus untuk meningkatkan

MENINGKATKAN KESIAPSIAGAAN NEGERI HATIVE BESAROleh: Mercy Selano – Field Officer Yayasan Walang Perempuan

dengan menggunakan skenario bencana terburuk. Pada sesi ini, Popy, salah seorang peserta yang dalam simulasi berperan sebagai ketua bidang dapur umum mengatakan pentingnya menentukan kebutuhan di setiap bidang dengan teliti sehingga saat terjadi bencana, kebutuhan masyarakat yang terdampak dapat segera dipenuhi. Peserta lainnya, Vien Lelapary, menyampaikan bahwa sebelumnya belum pernah ada kegiatan serupa dilakukan di Hative Besar. Oleh karena itu, ia merasa beruntung dan berharap pelat ihan tersebut dapat membawa perubahan. Dari keseluruhan proses pelatihan, peserta memahami bahwasanya Renkon merupakan tanggung jawab semua pihak, dan harus dilaksanakan sesuai dengan pembagian peran yang telah disepakati.

Sem Kiriweno, sekretaris Negeri Hative Besar mengatakan, “Dengan musim dan cuaca yang tidak menentu, kita semua harus bisa membuat suatu rencana untuk menghadapi bencana dan mempunyai tindakan antisipasi yang akan kita lakukan secara bersama,”. Pemerintah negeri sangat berterima kasih karena dengan adanya penyusunan dan pelatihan Renkon, yang secara signifikan telah membantu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Kini, Negeri Hative Besar telah memiliki tim respon darurat banjir yang siap difungsikan saat ancaman datang.

pengetahuan dan keterampilan dalam mengkaji lokasi rawan bencana dan titik aman yang ada di wilayah Hative Besar. Dalam diskusi diketahui 11 dari 25 Rukun Tetangga (RT) di Hative Besar memiliki tingkat keterpaparan banjir tertinggi. Sekitar 133 Kepala Keluarga (KK) atau sekurangnya 665 jumlah jiwa, dan 97 rumah warga terancam bencana banjir. Informasi ini kemudian digambarkan peserta dalam peta sketsa. Dalam peta tersebut disepakati bahwa warga harus waspada dan tahu melakukan apa jika musim hujan tiba. Selain itu lokasi evakuasi juga ditetapkan.

Dalam pelatihan, terdapat pula sesi simulasi yang memberikan kesempatan bagi peserta untuk mempraktikkan Renkon

Simulasi pembagian peran saat bencana terjadi. (Foto: Nurhanna/USAID APIK)

Peserta menggambar peta Negeri Hative Besar dan menentukan titik rawan bencana dan lokasi posko. (Foto: Nurhanna/USAID APIK)

Page 12: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Adaptasi Perubahan … file2 Program APIK di Regional Maluku mengucapkan Selamat Idul Fitri 1439 H bagi saudara-saudara kita yang merayakan. APIK dan para

USAID APIK Regional Maluku Jl. Pitu Ina no. 1 A

Karang Panjang - Ambon 97121

D www.apikindonesia.or.id

F USAID APIK L @USAID_APIK I @USAID_APIK