kementerian keuangan republik indonesia direktorat ... kinerja... · kualitas organisasi untuk...

153

Upload: others

Post on 29-Oct-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 1

Page 2: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 i

PENGANTAR

Selaras dengan ikhtiar kita untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui kegiatan pembangunan di segala bidang, telah sepantasnya kita senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tidak terhingga bagi bangsa ini.

Demi terwujudnya akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan tugas, pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi, serta sebagai alat penilaian dan pengendalian dalam rangka memacu peningkatan kinerja organisasi, disusunlah Laporan Kinerja. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas pencapaian tujuan/sasaran strategis DJPU tahun 2014 sebagai salah satu Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang disusun dalam rangka memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu Atas Laporan Kinerja (Permenpan Nomor 53/2014).

Sejalan dengan proses reformasi birokrasi, indikator keberhasilan yang digunakan dalam Laporan Kinerja DJPU diukur berdasarkan peta strategi (strategy map) DJPU yang disusun dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard (BSC). Peta strategi tersebut memetakan setiap Sasaran Strategis (SS) yang akan dicapai dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Setiap SS memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan target kinerja yang telah ditentukan. Pada tahun 2014, DJPU memiliki peta strategi dengan 10 SS dan 18 IKU yang telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pengukuran Laporan Kinerja dengan menggunakan IKU diharapkan sekaligus menjadi bentuk transparansi dan pertanggungjawaban pencapaian target kinerja dalam setahun. Selain itu ditetapkan pula 4 Inisiatif Strategis Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk Tahun 2014.

Secara best practice, agenda reformasi birokrasi telah memberikan dorongan sekaligus tantangan yang cukup besar bagi DJPU untuk mampu menyelaraskan fungsinya sebagai organisasi birokrasi sekaligus sebagai unit yang terkait dengan pasar keuangan, baik domestik maupun internasional. Pasar keuangan yang berkembang dengan sangat dinamis dan disertai dengan meningkatnya kompleksitas pekerjaan menuntut DJPU untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance secara konsisten serta meningkatkan kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar.

Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KMK.01/2014 tentang Cetak Biru Program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan Tahun 2014-2025, visi DJPU adalah “Pendukung pembiayaan APBN yang efisien dan berkesinambungan melalui pengelolaan portofolio utang pemerintahan yang efektif, transparan, dan bertanggung jawab”. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam 5 misi, yakni sebagai berikut:

Page 3: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 ii

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal;

c. Mengedepankan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri dan mengembangkan pasar finansial domestik yang efisien dan stabil;

d. Memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional; dan

e. Menjaga risiko finansial sovereign pemerintah dikelola secara pruden dan holistic.

Dengan mengacu pada visi dan misi yang telah ditetapkan untuk periode tahun 2010-2014, DJPU diharapkan dapat mencapai target kinerja secara lebih terarah, transparan, dan akuntabel, serta mampu menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas.

Direktur Jenderal,

Robert Pakpahan NIP 19591020 198012 1 001

Page 4: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 disusun sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja DJPU selama tahun 2014. Pada tahun 2014, DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan yang terdiri dari 10 SS dan 18 IKU. Capaian IKU DJPU tahun 2014 adalah:

1. 17 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan/atau di atas target;

2. 1 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target;

dengan nilai kinerja sebesar 111,81%.

Secara garis besar, uraian atas pencapaian Sasaran Strategis beserta IKU DJPU selama tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1. Pencapaian SS Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal dengan indikator Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

“Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan” tahun 2014 ditargetkan sebesar 100,00% (Rp445,04 triliun) dengan realisasi sebesar 100,19% (Rp445,90 triliun), sehingga terdapat selisih lebih sebesar Rp0,86 triliun. Selisih dimaksud dikarenakan realisasi Pinjaman Program dalam mata uang rupiah sebesar Rp17,77 triliun, lebih tinggi dari target sebesar Rp16,9 triliun, sebagai dampak pelemahan nilai tukar rupiah. Data realisasi utang di atas lebih rendah dari data realisasi utang pada Buku Merah (Ditjen Perbendaharaan) yang tertulis sebesar Rp456,85 triliun. Hal ini disebabkan pencatatan pada Buku Merah memasukkan:

a. Realisasi Debt Switch sebesar Rp5,94 triliun; dan

b. Realisasi penerimaan bunga dan imbalan dibayar dimuka sebesar Rp5,02 triliun.

2. Pencapaian SS Pengelolaan utang dan hibah yang akuntabel dan kredibel dengan indikator Rata-rata indeks opini BPK atas LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah, Indeks kepuasan pengguna layanan, dan Tingkat akurasi pembayaran kewajiban utang, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. “Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Bagian Anggaran (LK BA) Pengelolaan Utang dan Hibah” tahun 2013 ditargetkan mencapai nilai indeks 4,00 (WTP). Capaian ini diperoleh dari Opini BPK terhadap LK BA BUN yang menghasilkan WDP, dimana pengecualian yang ada bukan berasal dari LK BA Utang dan Hibah. Dengan demikian capaian kedua LK BA tersebut dikategorikan sebagai opini WTP, yaitu mencapai indeks 4,00.

b. “Indeks kepuasan pengguna layanan” tahun 2014, ditargetkan sebesar 4,00 dengan realisasi sebesar 4,09, nilai tersebut berdasarkan hasil survei tentang layanan unggulan DJPU dengan responden para stakeholders DJPU, dimana

Page 5: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 iv

survei dimaksud dilaksanakan oleh tim independen yang dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal, Kementerian Keuangan. Sebagai perbandingan berikut nilai indeks kepuasan DJPU dari tahun 2011 – 2014:

Tahun 2011 2012 2013 2014

Target 3,87 3,90 3,90 4,00

Realisasi 4,02 3,77 4,04 4,09

c. “Pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran“ tahun 2014 ditargetkan sebesar 100,00%, dengan realisasi sebesar 99,99%. Realisasi yang di bawah target dikarenakan terdapat denda keterlambatan pembayaran pokok dan bunga (default interest) sebesar USD 234,53 eq Rp2.841.800 kepada The Export Import Bank of Korea yang disebabkan human error yang mengakibatkan keterlambatan pembuatan SPM. Total realisasi pembayaran kewajiban utang pada tahun 2014 sebesar Rp370,42 triliun, yang diselesaikan melalui 3.601 SPM.

3. Pencapaian SS Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil dengan indikator Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN (Turn Over Ratio), Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi, dan Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. “Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN (turn over ratio)” tahun 2014 ditargetkan sebesar 100,00%, dan terealisasi sebesar 250,44%, dengan rincian:

1) Untuk SUN seluruh seri benchmark, dari target 8,00 kali sesuai perhitungan rata-rata transaksi harian perdagangan SUN seri benchmark dibandingkan dengan rata-rata outstanding SUN seri benchmark, dapat terealisasi sebanyak 8,82 kali (110,23%). Capaian yang melebihi target tersebut disebabkan:

Peningkatan rata-rata transaksi harian SUN seri benchmark baik secara volume maupun frekuensi transaksi, yang antara lain disebabkan penggunaan benchmark seri yang sama selama 2 tahun berturut-turut sehingga jumlah outstanding seri benchmark yang diperdagangkan meningkat.

Peningkatan porsi kepemilikan asing atas SBN yang mendorong aktifitas perdagangan SBN di pasar sekunder domestik.

Peningkatan transaksi repo (mini repo).

2) Untuk seluruh seri SBSN Rupiah tradable di pasar domestik, dari target sebesar 0,50 kali rata-rata transaksi, terealisasi sebesar 1,95 kali (390,00%). Capaian yang melebihi target tersebut disebabkan peningkatan transaksi perdagangan seri-seri SR (SR005 dan SR006) serta seri-seri SPNS (SPNS04032014, SPNS09102014 dan SPNS02012015).

b. “Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi” berdasarkan data yang tersedia, sampai dengan tahun 2014 terealisasi sebesar 76,83% (efektif). Capaian tersebut diperoleh melalui hasil survei (penyebaran kuesioner) yang dilakukan kepada peserta sosialisasi SBN (SUN dan SBSN), sebagai berikut:

Page 6: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 v

No Tanggal Lokasi ∑ Responden Hasil

1 28 Feb 2014 Universitas Haluoleo, Kendari 278 80,86%

2 07 Mar 2014 Universitas Hasanudin, Makassar

202 76,55%

3 14 Mar 2014 Universitas Pelita Harapan, Tangerang

150 77,21%

4 14 Mar 2014 IAIN Ambon, Ambon 224 73,61%

5 27 Mar 2014 Universitas Lampung, Bandar Lampung

249 72,88%

6 03 Apr 2014 Universitas Diponegoro, Semarang

217 76,27%

7 25 Apr 2014 Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

165 81,04%

8 07 Mei 2014 Universitas Bengkulu, Bengkulu

189 74,13%

9 13 Mei 2014 Hotel Swissbell, Tarakan 53 78,91%

c. “Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik” tahun 2014 ditargetkan sebesar 7,00%, dan terealisasi sebesar 11,50%. Capaian ini diperoleh dari kenaikan kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik sebesar Rp77,19 triliun (Rp671,42 triliun pada akhir tahun 2013 menjadi Rp748,61 triliun pada akhir tahun 2014).

4. Pencapaian SS Pinjaman yang efektif dan efisien dengan indikator Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

“Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman” tahun 2014 terealisasi sebesar 90,00%. Capaian ini diperoleh dari 20 Loan Agreement (LA) yang telah ditandatangani, 18 diantaranya telah sesuai dengan Arahan Presiden dan Surat Edaran Sekretaris Kabinet Nomor SE-592/Seskab/XI/2012 perihal Pembatasan Pinjaman Luar Negeri yang membebani APBN/APBD (dikecualikan pinjaman untuk membiayai Alutsista dan Almatsus TNI/Polri). Adapun 2 Pinjaman yang sektornya tidak berkaitan dengan infrastruktur dan energi yaitu :

a. Pinjaman Professional Human Resource Development (IV) dari JICA untuk sektor Pendidikan; dan

b. Pinjaman Pembiayaan Kegiatan Procurement of Medical Equipment for Army Hospital dari Erste Bank, Austria untuk sektor Kesehatan.

Adapun 2 LA dimaksud, meskipun tidak sesuai dengan Arahan Presiden dan SE Sekretaris Kabinet, tetap ditandatangani dikarenakan sudah direncanakan dalam RPJM 2010-2014.

Page 7: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 vi

5. Pencapaian SS Biaya dan risiko portofolio utang yang terkendali dengan indikator Persentase pencapaian target effective cost, Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang, dan Tingkat efektivitas pengendalian risiko default badan usaha yang dijamin, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. ‘’Persentase pencapaian target effective cost’’ tahun 2014 ditargetkan sebesar 100,00%, dengan realisasi sebesar 98,80%, dengan rincian:

Target effective cost 2014

Realisasi effective cost 2014 Realisasi

IKU

5,42%

Pembayaran beban Rp 133,44 triliun

98,90%

Rata-rata outstanding Rp 2.490,21 triliun

EC = (Pembayaran beban/ Rata-rata outstanding) x 100%

5,36%

Pencapaian target tersebut di atas dikarenakan:

1) Adanya efisiensi pada operasi pengelolaan portofolio utang terkait operasi debtswitching dan buyback, sehingga terdapat saving cost sebesar kurang lebih Rp900 miliar. Efisiensi dimaksud sejalan dengan arahan komite ALM;

2) Saving anggaran discount pada penerbitan SUN melalui lelang sebesar kurang lebih Rp348 miliar; dan

3) Depresiasi EUR dan JPY yang signifikan memberikan saving yang lebih besar daripada apresiasi USD (kurang lebih Rp1,4 triliun).

b. ‘’Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang’’ tahun 2014 terealisasi sebesar 102,42% dari target sebesar 100%. Capaian tersebut diperoleh karena secara umum struktur portofolio utang telah sesuai dengan target yang ditetapkan dalam strategi pengelolaan utang tahunan dan jangka menengah, dengan perincian:

Indikator Target Realisasi

2014 Strategi Tahunan Strategi Menengah

Risiko Bunga

Komposisi utang dalam tingkat bunga mengambang

14,15% 14,00% 14,80%

Risiko Nilai Tukar

Komposisi utang dalam valas

42,35% 42,00% 43,28%

Risiko Pembiayaan

Rata-rata utang jatuh tempo

9,85 tahun 9,50 tahun 9,76 tahun

Page 8: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 vii

Perhitungan target kinerja untuk struktur portofolio utang didasarkan pada strategi tahunan dan strategi jangka menengah dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai struktur portofolio utang yang efisien dengan risiko terkendali, baik dalam pendek maupun jangka panjang, dalam kaitannya dengan pencapaian kesinambungan fiskal.

c. “Tingkat efektivitas pengendalian risiko default badan usaha yang dijamin” tahun 2014 ditargetkan sebesar 100,00%, dengan realisasi sebesar 100,00%. Capaian tersebut menunjukkan tidak adanya klaim dari kreditur atas penjaminan pemerintah terhadap Proyek 10.000 MW tahap I dan II, Proyek Percepatan Penyediaan Air Minum, dan Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) melalui 45 Surat Jaminan Pemerintah dengan nilai total Rp280,85 triliun dan USD7,26 miliar.

6. Pencapaian SS Pengelolaan utang yang taat prosedur dengan indikator Tingkat penerapan pengendalian intern, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

“Tingkat penerapan pengendalian intern” tahun 2014 dari target sebesar 95,00%, terealisasi sebesar 98,83% , dengan rincian sebagai berikut:

No Kegiatan UIC Tingkat

Kepatuhan

1 Penerbitan SPP dan SPM LS Setditjen 99,79%

2 Pengadaan Barang & Jasa (Pengadaan Langsung) pada Sekretariat

Setditjen 98,46%

3 Pengadaan Pinjaman Multilateral (Proyek)

Dit PH 98,00%

4 Lelang SUN di Pasar Perdana Dit SUN & Dit EAS 100,00%

5 Lelang SBSN di Pasar Perdana Dit PS & Dit EAS 100,00%

6 Penjualan dan Penerbitan SBSN Ritel di Pasar Perdana Dalam Negeri

Dit PS 100,00%

7 Penyusunan Rencana Pembiayaan APBN Melalui Utang Tahunan

Dit SPU 100,00%

8 Pengelolaan Kewajiban Kontinjensi (PDAM)

Dit SPU 93,33%

9 Pelaksanaan Pembayaran Pokok, Bunga, Biaya Pinjaman/Biaya Hibah

Dit EAS 98,71%

10

Pemantauan TL Rekomendasi mengenai Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Pelaksanaan Pinjaman (”Behind Schedule” dan ”At Risk”)

Dit EAS 100,00%

Nilai Rata-Rata 98,83%

Page 9: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 viii

7. Pencapaian SS SDM yang kompetitif dengan indikator Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

“Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan” tahun 2014 ditargetkan sebesar 96,00%, dan terealisasi sebesar 98,31%, dengan rincian:

No Eselon Jumlah Pejabat

Jumlah Pejabat yang telah mengikuti

Assesment

Jumlah Pejabat dengan JPM ≥ 72%

Capaian (%)

1 II 5 5 4 80,00

2 III 24 24 24 100,00

3 IV 89 89 88 98,88

Jumlah 118 118 116 98,31

Sebagai perbandingan berikut realisasi IKU Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan pada akhir tahun 2013:

No Eselon Jumlah Pejabat

Jumlah Pejabat yang telah mengikuti

Assesment

Jumlah Pejabat dengan JPM ≥ 72%

Capaian (%)

1 II 6 6 5 83,33%

2 III 24 24 23 95,83%

3 IV 86 86 84 97,67%

Jumlah 116 116 112 96,55%

8. Pencapaian SS Organisasi sehat yang berkinerja tinggi dengan indikator Indeks Kesehatan Organisasi, Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko, dan Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. “Indeks Kesehatan Organisasi” tahun 2014 ditargetkan sebesar 68,00 dan terealisasi sebesar 76,00. Capaian ini diperoleh melalui Survei MOFIN (The Ministry of Finance Organizational Fitness Index) yang dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal, Kementerian Keuangan. Nilai 76,00 menggambarkan bahwa 76% responden menyatakan DJPU telah menjalankan praktik-praktik organisasi yang mendukung kesehatan organisasi. Pada tahun 2013 melalui survei OHI oleh McKinsey nilai DJPU adalah 57,00. sehingga terdapat kenaikan 19 poin pada tahun 2014. Penilaian survei dilakukan terhadap aspek-aspek sebagai berikut:

Page 10: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 ix

b. “Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko” tahun 2014 ditargetkan sebesar 75,00, dan terealisasi sebesar 75,44. Nilai tersebut berada pada level 4 (Risk Managed) dari 5 level, dimana hasil penilaian untuk seluruh unit eselon I di Kementerian Keuangan pada kisaran 55,09 – 75,97. Penilaian tersebut dilakukan oleh Tim Penilai Tingkat Kematangan Penerapan Manajemen Risiko (TKPMR) Inspektorat VII atas penerapan manajemen risiko pada Unit Pemilik Risiko (UPR) Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen DJPU untuk periode 1 Januari s.d. 30 Juni 2014, yang meliputi komponen sebagai berikut:

1) Kepemimpinan;

2) Proses manajemen risiko;

3) Aktivitas penanganan risiko, dan

4) Hasil penerapan manajemen risiko.

c. “Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan” tahun 2014 ditargetkan sebesar 100,00% dengan realisasi sebesar 100,00%. Hal ini berdasarkan surat Chief Change Management Officer II Central Transformation Office nomor S-02/TRBTKP/2015 tanggal 7 Januari 2015. Adapun rincian capaian DJPU adalah sebagai berikut:

No. Inisiatif Transformasi Kelembagaan Target 2014

Progress 2014

1. Mengenalkan platform perdagangan elektronik. 100,00% 100,00%

2. Meluncurkan sistem baru primary dealer. 100,00% 100,00%

3. Meningkatkan kerangka kerja stabilisasi obligasi secara berkelanjutan.

100,00% 100,00%

4. Mengelola utang: Konsolidasi benchmark surat berharga negara domestik.

100,00% 100,00%

5. Mendukung OJK dalam mengembangkan pasar repo yang likuid dan dalam.

100,00% 100,00%

6. Meningkatkan partisipasi domestik dari investor-investor utama.

100,00% 100,00%

7. Mengoordinasikan tata kelola risiko untuk keseluruhan sovereign risk.

100,00% 100,00%

8. Mengaktifkan pengelolaan risiko pada area-area risiko utama.

100,00% 100,00%

9. Pencapaian SS Sistem informasi manajemen yang terintegrasi dengan indikator persentase pencapaian target proses bisnis DJPU yang didukung TIK, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Page 11: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 x

“Persentase pencapaian target proses bisnis DJPU yang didukung TIK” tahun 2014 terealisasi sebesar 100,00% dari target 100,00%, dengan rincian sebagai berikut:

Aplikasi TIK Tahapan Realisasi

Modul Transaksi Lindung Nilai/ Hedging (proses setelmen)

1. Analisa kebutuhan 5,00%

2. Perancangan 5,00%

3. Pengembangan 5,00%

4. Pengujian 5,00%

5. Implementasi 5,00%

Realisasi 25,00%

Modul Interface Sistem Aplikasi Register 1. Analisa kebutuhan 5,00%

2. Perancangan 5,00%

3. Pengembangan 5,00%

4. Pengujian 5,00%

5. Implementasi 5,00%

Realisasi 25,00%

Portal Interface DMFAS - SPAN 1. Analisa kebutuhan 5,00%

2. Perancangan 5,00%

3. Pengembangan 5,00%

4. Pengujian 5,00%

5. Implementasi 5,00%

Realisasi 25,00%

Aplikasi Debt Calculator

1. Analisa kebutuhan 5,00%

2. Perancangan 5,00%

3. Pengembangan 5,00%

4. Pengujian 5,00%

5. Implementasi 5,00%

Realisasi 25,00%

Total realisasi pencapaian target proses bisnis DJPU yang didukung TIK 100,00%

Page 12: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 xi

10. Pencapaian SS Pelaksanaan anggaran yang optimal dengan indikator Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

“Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja” tahun 2014 terealisasi sebesar 97,35%. Capaian dimaksud diperoleh dari realisasi DIPA DJPU non belanja pegawai sebesar Rp36,35miliar (93,79%) dari pagu DIPA sebesar Rp38,75 miliar serta realisasi capaian output sebesar 100,91%, dengan rincian sebagai berikut:

Rincian Target Realisasi

Anggaran 95,00% 93,79%

Rata-rata realisasi output 95,00% 100,91%

Fisik 95,00% 101,81%

Progress 95,00% 100,00%

Capaian IKU 95,00% 97,35%

No Belanja Pagu DIPA

Realisasi % realisasi tahun 2014

% realisasi tahun 2013

Sisa Pagu 2014

1 Barang Rp35,53 miliar

Rp33,35 miliar

93,86% 94,90% Rp2,18 miliar

2 Modal Rp3,22 miliar

Rp3,00 miliar

93,08% 82,39% Rp0,22 miliar

Jumlah Rp38,75 miliar

Rp36,35 miliar

93,79% 93,48% Rp2,40 miliar

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar target kinerja DJPU pada tahun 2014 telah berhasil dicapai. Keberhasilan pencapaian tersebut diupayakan untuk semakin ditingkatkan.

Dengan disusunnya Laporan Kinerja ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJPU dan menjadi umpan balik peningkatan kinerja DJPU pada periode berikutnya.

Page 13: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 xii

DAFTAR ISI

PENGANTAR ..................................................................................................................... i

IKHTISAR EKSEKUTIF.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xii

I. PENDAHULUAN

A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia …....................... 3

B. Mandat yang Diberikan Kepada Instansi ................................................... 12

C. Peran Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang ........................... 13

D. Sistematika Penyajian .................................................................................... 16

II. PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis ............................................................................................ 19

B. Penetapan Kinerja .......................................................................................... 24

III. AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi .......................................................................... 34

1. Capaian IKU Tahun 2014 ...................................................................... 34

2. Perbandingan Capaian IKU Tahun 2012-2014 ................................... 36

3. Evaluasi dan Analisis Kinerja Tahun 2014 .......................................... 42

4. Kinerja Lainnya ....................................................................................... 105

B. Realisasi Anggaran ......................................................................................... 117

IV. PENUTUP

A. Keberhasilan dan Kegagalan ........................................................................ 126

B. Kendala Dalam Pencapaian Kinerja ............................................................ 127

C. Strategi Pemecahan Masalah di Masa Mendatang .................................... 127

Page 14: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Proses Bisnis DJPU .………………………………………………... 5

Bagan 1.2 Struktur Organisasi DJPU ................................................................ 6

Bagan 2.1 Nilai-Nilai Kementerian Keuangan …………….....…...………… 21

Bagan 2.2 Peta Strategi DJPU Tahun 2014 ....................................................... 24

Bagan 3.1 Kinerja Pengelolaan Hibah 2008 – 2013 ......................................... 63

Bagan 3.2 Hasil Survei MOFIN DJPU Tahun 2014 ......................................... 94

Bagan 3.3 Aspek Penilaian Survei MOFIN DJPU ........................................... 95

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Komposisi Pegawai Menurut Golongan ..……………………….. 9

Grafik 1.2 Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II .………………..….. 9

Grafik 1.3 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan ………..………………….. 10

Grafik 1.4 Komposisi Pegawai Menurut Gender …………...………………. 10

Grafik 1.5 Komposisi Pegawai Menurut Pendidikan ………………………. 10

Grafik 3.1 Ikhtisar Capaian Kinerja DJPU Tahun 2014 .................................. 42

Grafik 3.2 Distribusi Jumlah dan Volume Pemesanan ORI011 .................... 53

Grafik 3.3 Kinerja Pengelolaan SUN Tahun 2011 – 2014 ............................... 54

Grafik 3.4 Kinerja Penerbitan SBSN Tahun 2012 – 2014 ................................ 56

Grafik 3.5 Kinerja Penerbitan Sukuk Negara Ritel SR-003 s.d. SR-006 ........ 58

Grafik 3.6 Realisasi pembayaran utang Tahun Anggaran 2010 s.d. 2014 ... 67

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Posisi Utang Pemerintah Tahun 2009-2014 ...…......……………… 14

Tabel 2.1 Target Indikator Kinerja Utama Kemenkeu-One Tahun 2014 ...... 25

Tabel 2.2 Inisiatif Strategis Dirjen Pengelolaan Utang Tahun 2014 .............. 27

Tabel 2.3 Matriks Hubungan Sasaran Strategis dan IKU .............................. 29

Tabel 3.1 Capaian IKU Kemenkeu-One Tahun 2014 ...................................... 34

Tabel 3.2 Perbandingan Capaian IKU Kemenkeu-One Tahun 2012 – 2014 36

Tabel 3.3 Rincian Pinjaman Program dalam APBN 2014 .............................. 45

Tabel 3.4 Revisi Rincian Pinjaman Program dalam APBN 2014 .................. 46

Tabel 3.5 Hasil Penerbitan SUN Tahun 2014 ................................................... 48

Tabel 3.6 Hasil Penerbitan SUN melalui Lelang dan Private Placement

Page 15: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 xiv

Tahun 2014 ........................................................................................... 50

Tabel 3.7 Penerbitan Surat Utang Negara Berdenominasi USD di Pasar Perdana Internasional ........................................................................

51

Tabel 3.8 Kinerja Pengelolaan SUN Tahun 2011 – 2014 ................................. 54

Tabel 3.9 Realisasi Penerbitan SBSN Tahun 2014 ........................................... 55

Tabel 3.10 Karakteristik Sukuk Negara Ritel Seri SR-006 ................................ 57

Tabel 3.11 Hasil Penerbitan Islamic GMTN Program Tahun 2014 ................... 59

Tabel 3.12 Kinerja Lelang SBSN Tahun 2012 – 2014 ......................................... 60

Tabel 3.13 Penyelenggaraan Sosialisasi SUN Tahun 2014 ............................... 72

Tabel 3.14 Penyelenggaraan Sosialisasi SUN Tahun 2014 Melalui Kerjasama dengan Unit Lain di Lingkungan DJPU ......................

72

Tabel 3.15 Hasil Kuesioner dalam Sosialisasi SBSN Tahun 2014 ................... 74

Tabel 3.16 Daftar Penandatanganan Pinjaman Luar Negeri Tahun 2015 ..... 77

Tabel 3.17 Realisasi effective cost Tahun 2014 ..................................................... 82

Tabel 3.18 Bobot Pengukuran Tingkat Risiko Utang ....................................... 84

Tabel 3.19 Target dan Realisasi Indikator Risiko Portofolio Utang Tahun 2014 .......................................................................................................

85

Tabel 3.20 Tingkat Kepatuhan dalam Pengelolaan Utang .............................. 90

Tabel 3.21 Persentase Pejabat yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatannya Tahun 2014 ........................................................................

92

Tabel 3.22 Summary Progress Inisiatif Transformasi Kelembagaan DJPU ..... 99

Tabel 3.23 Realisasi DIPA DJPU Tahun Anggaran 2014 .................................. 103

Tabel 3.24 Penghargaan yang Diterima DJPU Tahun 2014 ............................. 116

Tabel 3.25 Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2014 (per belanja) ............... 117

Tabel 3.26 Perbandingan Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2013 dan 2014 (per belanja) ................................................................................

118

Tabel 3.27 Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2014 (per program-kegiatan-output) ...................................................................................

118

Tabel 3.28 Perbandingan Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2014 dan 2013 (per program-kegiatan-output) .................................................

120

DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumen Kontrak Kinerja Kemenkeu-One DJPU Tahun 2014

2. Dokumen Pengukuran Kinerja DJPU Tahun 2014

Page 16: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 1

Page 17: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 2

Page 18: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia

1. Perkembangan Unit Pengelola Utang

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN, dibentuklah suatu unit pengelola utang, yaitu Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan. Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan mutu pelayanan kepada masyarakat, perlu diwujudkan suatu tata kelola yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Unit pengelola utang telah mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan utang sebagai akibat semakin besar dan semakin beragamnya jumlah dan jenis utang Pemerintah. Perkembangan unit pengelola utang adalah sebagai berikut:

a. Sebelum tahun 1998, sebagian besar utang pemerintah dalam bentuk pinjaman luar negeri dikelola oleh Direktorat Dana Luar Negeri (DDLN) pada Direktorat Jenderal Anggaran;

b. Tahun 1999, dibentuk Tim Debt Management Unit (DMU) di bawah Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai tugas mengelola obligasi negara yang diterbitkan untuk menyehatkan perbankan akibat krisis tahun 1998;

c. Tahun 2001, Tim DMU diubah menjadi Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON) di bawah Sekretariat Jenderal yang secara khusus mengelola Surat Utang Negara.

d. Tahun 2004, unit pengelolaan utang disatukan dalam Direktorat Jenderal Perbendaharaan. PMON menjadi Direktorat Pengelolaan SUN sedangkan DDLN menjadi Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri;

e. Tahun 2006, dengan berkembangnya ruang lingkup pengelolaan utang dan dalam rangka memusatkan pengelolaanya dalam unit tersendiri, dibentuk Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang; dan

f. Tahun 2007 s.d 2011, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang telah 2 kali melaksanakan penataan organisasi yang ditetapkan melalui:

1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan; dan

2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.

g. Tahun 2012, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang kembali mengusulkan penataan organisasi sebagai dampak likuidasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang sebagian bergabung kedalam Otoritas Jasa Keuangan. Sebagai respon, dilakukan reposisi Pusat Pengelolaan Risiko

Page 19: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 4

Fiskal untuk menjadi bagian dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang sebelumnya merupakan unit Eselon II pada Badan Kebijakan Fiskal. Hal tersebut juga ditujukan untuk melakukan integrasi pengelolaan risiko keuangan baik fiskal maupun utang.

h. Sebagai tindak lanjut dari butir g di atas, pada Tahun 2013, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang mengusulkan perubahan nama instansi menjadi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko. Nomenklatur nama tersebut dilatarbelakangi oleh rencana usulan penggabungan Pusat Pengelolaan Resiko Fiskal ke dalam unit DJPU. Sampai akhir tahun 2014, usulan penataan organisasi sudah sampai pada tahap pengajuan RPMK (Rancangan Peraturan Menteri Keuangan). Saat ini, RPMK tersebut sedang dilakukan penelaahan oleh Menteri Keuangan untuk selanjutnya ditetapkan menjadi Peraturan Menteri Keuangan.

Penataan organisasi tersebut dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penataan Organisasi di Lingkungan Departemen Keuangan, dimana hal tersebut merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkesinambungan untuk merespon dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan publik, baik sebagai regulator maupun sebagai pemberi layanan kepada masyarakat. Penataan organisasi merupakan upaya untuk menyempurnakan tugas, fungsi dan struktur organisasi demi terwujudnya pencapaian visi dan misi organisasi secara efektif dan efisien.

2. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengelolaan utang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang pengelolaan utang;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan utang;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan utang;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan utang; dan

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.

3. Organisasi

Dalam rangka penerapan international best practice organisasi pengelola utang, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang membagi struktur organisasinya berdasarkan:

Page 20: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 5

a. Fungsi Front Office, dilaksanakan oleh:

1) Direktorat Pinjaman dan Hibah (Dit. PH);

2) Direktorat Surat Utang Negara (Dit. SUN); dan

3) Direktorat Pembiayaan Syariah (Dit. PS).

b. Fungsi Middle Office, dilaksanakan oleh Direktorat Strategi dan Portofolio Utang (Dit. SPU);

c. Fungsi Back Office dilaksanakan oleh Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen (Dit. EAS); serta

d. Fungsi Supporting and Coordinating Unit (sebagai pendukung dan koordinator kegiatan teknis), dilaksanakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal.

Proses bisnis dari keempat fungsi tersebut tergambar dalam bagan berikut:

Bagan 1.1

Proses Bisnis DJPU

Sementara itu, struktur organisasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Page 21: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 6

Bagan 1.2

Struktur Organisasi DJPU

4. Stakeholders Pengelolaan Utang

Dalam pelaksanaan tugas selaku pengelola utang negara, peran Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang terkait secara langsung dengan berbagai institusi baik internal maupun eksternal Kementerian Keuangan, yang dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut:

a. Internal Kementerian Keuangan, antara lain dengan:

1) Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), dalam hal penyusunan komponen pembiayaan APBN dan penyusunan dokumen anggaran, dan penyiapan Daftar Kegiatan yang telah mendapatkan alokasi dana dari APBN untuk digunakan sebagai underlying penerbitan Project Base Sukuk;

2) Badan Kebijakan Fiskal (BKF), dalam hal pelaksanaan kebijakan fiskal;

3) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB), dalam hal:

a) koordinasi pengelolaan kas khususnya untuk mengharmonisasikan pelaksanaan/eksekusi penerbitan/pengadaan utang tunai dengan ketersediaan kas untuk pembiayaan; dan

b) koordinasi pengelolaan penerusan pinjaman.

4) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), dalam hal penyusunan underlying asset yang akan digunakan dalam penerbitan sukuk;

Page 22: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 7

5) Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dalam hal aspek perpajakan pada pengelolaan utang;

6) Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan:

a) Biro Perencanaan dan Keuangan terkait penyusunan rencana jangka menengah, jangka pendek, strategis, dan rencana kerja tahunan, serta penyusunan anggaran dan Laporan Keuangan Kementerian;

b) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan terkait pelaksanaan penataan organisasi, tata laksana, dan jabatan fungsional;

c) Biro Hukum terkait pelaksanaan perumusan peraturan perundang-undangan dan memberikan pertimbangan hukum dalam rangka penyelesaian masalah hukum yang berkaitan dengan tugas;

d) Biro Bantuan Hukum terkait koordinasi dan pelaksanaan penelaahan kasus hukum, memberikan bantuan hukum, pendapat hukum, dan perimbangan hukum yang berkaitan dengan tugas Kementerian Keuangan;

e) Biro Sumber Daya Manusia terkait pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f) Biro Komunikasi dan Layanan Informasi terkait pelaksanaan tugas aktivitas komunikasi, layanan informasi kebijakan pengelolaan utang, penyusunan strategi komunikasi kehumasan, penyusunan program komunikasi publik, dan monitoring opini publik;

g) Biro Perlengkapan terkait pengelolaan perlengkapan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

h) Biro Umum terkait pelaksanaan koordinasi urusan tata usaha dan rumah tangga;

i) Pusat Informasi dan Teknologi Keuangan (Pusintek) terkait aspek pengembangan sistem teknologi, informasi, dan komunikasi di lingkungan Kementerian Keuangan;

j) Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan terkait pelaksanaan analisis, harmonisasi dan sinergi kebijakan atas pelaksanaan program dan kegiatan Menteri Keuangan, pengelolaan program dan kegiatan Menteri Keuangan, dan pengelolaan indikator kinerja utama di lingkungan Kementerian Keuangan; dan

k) Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik terkait pelayanan pengadaan secara elektronik Kementerian Keuangan.

7) Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, dalam hal pelaksanaan pengawasan internal Kementerian Keuangan; dan

Page 23: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 8

8) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) khususnya Pusdiklat Keuangan Umum dan Pusdiklat Pengembangan SDM, dalam hal pelaksanaan Capacity Building Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.

b. Eksternal Kementerian Keuangan, antara lain dengan:

1) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dalam hal alokasi pembiayaan melalui utang dalam APBN, persetujuan penggunaan BMN sebagai underlying asset penerbitan SBSN, dan persetujuan penggunaan dana SAL untuk pembelian SBN dalam rangka stabilisasi pasar SBN;

2) Bank Indonesia (BI) yang dalam kaitannya dengan pengelolaan utang memiliki dua peran, yaitu:

a) Sebagai pengelola kebijakan moneter dan neraca pembayaran dalam kerangka Asset and Liability Management (ALM); dan

b) Sebagai mitra dalam pengembangan pasar dan sebagai agen lelang, agen penatausahaan utang, dan setelmen utang.

3) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai mitra dalam pengembangan dan pengawasan pasar SBN;

4) Pelaku pasar/investor termasuk dealer utama/primary dealers dan peserta lelang, dalam hal mengembangkan kapasitas daya serap pasar dan memperoleh input atas kondisi pasar keuangan pada umumnya (market update), preferensi instrumen, dan rencana alokasi investasi;

5) Investment Bank dan International/Local Legal Counsel, dalam hal pelaksanaan transaksi penerbitan SBN valas;

6) Lembaga Pemeringkat/Rating Agencies, dalam hal assessment tahunan dan assessment transaksi penerbitan SBN valas;

7) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dalam hal:

a) koordinasi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM);

b) perencanaan usulan kegiatan yang dapat dibiayai dengan pinjaman atau sebagai underlying asset sukuk project; dan

c) pelaksanaan dan monitoring/evaluasi kegiatan yang dibiayai dari pinjaman.

8) Kementerian/Lembaga, dalam hal pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman, serta penyiapan policy matrix atas pinjaman program;

9) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dalam hal pemenuhan dokumen pengefektifan pinjaman;

10) DSN – MUI, dalam hal penerbitan Fatwa dan Pernyataan Kesesuaian Syariah (Opini Syariah) penerbitan SBSN;

11) Pemberi Pinjaman/Lender, dalam hal memperoleh informasi mengenai fokus pembiayaan dan indikasi besaran/alokasi pinjaman; dan

12) Lembaga atau negara pemberi donor.

Page 24: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 9

5. Sumber Daya Manusia

a. Gambaran Umum Pegawai

Berdasarkan data pegawai per 31 Desember 2014, jumlah pegawai DJPU adalah sebanyak 365 orang, dengan penjelasan sebagai berikut:

1) 318 orang berstatus Pegawai Negeri Sipil;

2) 31 orang berstatus Calon Pegawai negeri Sipil; dan

3) 16 orang sedang diusulkan untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil yang semuanya merupakan lulusan Program Diploma III Keuangan STAN tahun 2013.

Grafik 1.1

Komposisi Pegawai Menurut Golongan

Grafik 1.2

Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II

No Golongan Pegawai Jumlah Pegawai

No Unit Eselon II

Jumlah Pegawai

1 IV/e 1 1

Sekretariat

Direktorat Jenderal 84

2 IV/d 1

3 IV/c 3 2 Direktorat PH 65

4 IV/b 13 3 Direktorat SUN 55

5 IV/a 25 4 Direktorat PS 48

6 III/d 57 5 Direktorat SPU 46

7 III/c 47 6 Direktorat EAS 67

8 III/b 80 JUMLAH 365

9 III/a 48

10 II/d 37

11 II/c 53

JUMLAH 365

Page 25: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 10

Grafik 1.3

Komposisi Pegawai Menurut Jabatan

Grafik 1.4

Komposisi Pegawai Menurut Gender

No Jabatan Pegawai Jumlah Pegawai

No

Jenis Kelamin Pegawai

Jumlah Pegawai

1 Eselon I 1 1 Laki-laki 278

2 Eselon II 5 2 Perempuan 87

3 Eselon III 24 JUMLAH 365

4 Eselon IV 89

5 Pelaksana 245

6 Diperbantukan ke ADB 1

JUMLAH 365

Grafik 1.5

Komposisi Pegawai Menurut Pendidikan

No Tingkat Pendidikan

Jumlah Pegawai

1 S3 2

2 S2 95

3 S1/D4 252

4 D3 89

5 < D3 15

JUMLAH 365

Page 26: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 11

Di bidang pendidikan, DJPU membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi para pegawai untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, baik melalui program beasiswa maupun dengan biaya sendiri, sehingga kompetensi para pegawai DJPU dapat menjadi lebih baik dan dapat menopang bidang tugas di mana pegawai itu berada.

Pada tahun 2014, DJPU telah memiliki peraturan terkait pola mutasi dan pola karir sehingga penempatan para pegawai baik di unit-unit Eselon II maupun pada jabatan-jabatan tertentu di lingkungan DJPU, diharapkan telah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai dan memang dibutuhkan oleh unit atau jabatan tempat kerja pegawai bersangkutan.

Selain itu, dengan adanya pengarusutamaan gender, walaupun jumlah pegawai wanita lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pegawai laki-laki (dapat dilihat pada grafik 1.4 Komposisi Pegawai Menurut Gender), perlakuan dan penilaian kinerja tetap dilakukan secara fair. Hal tersebut terbukti dengan diisinya beberapa jabatan strategis di DJPU oleh para pegawai perempuan, contohnya: dari 6 Pejabat Eselon II di DJPU, 2 diantaranya adalah wanita.

b. Program Pengembangan Pegawai

Unit organisasi yang handal tentu harus didukung penuh dengan sumber daya manusia yang handal baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Selama tahun 2009-2014, DJPU telah melakukan beberapa kebijakan dan kegiatan sebagai bagian program peningkatan kompetensi dan kinerja pegawai. Adapun kebijakan dan kegiatan tersebut antara lain:

1) Penyusunan dan penetapan Hard Competency Pegawai DJPU;

2) Penyusunan dan penetapan Soft Competency Pegawai DJPU;

3) Penyusunan dokumen Gap Hard Competency Pegawai DJPU;

4) Pelaksanaan Assesment Center (AC);

5) Pelaksanaan diklat teknis sesuai Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) Hard Competency;

6) Menugaskan pegawai untuk mengikuti Diklat Berbasis Kompetensi pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan;

7) Menugaskan pegawai untuk mengikuti diklat sertifikasi keahlian (CFA, CHRP, dan sebagainya);

8) Peningkatan kemampuan Bahasa Inggris pegawai (TOEFL Training);

9) Membuka kesempatan pegawai mengikuti short course (IMF, DMFAS, dan sebagainya) sesuai bidang tugasnya;

10) Membuka kesempatan pegawai untuk mencari program beasiswa dengan inisiatif sendiri di dalam maupun luar negeri; dan

11) Mengirim pegawai mengikuti program beasiswa reguler baik dari Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, maupun negara lain (Australia, Jepang, dan lain-lain).

Page 27: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 12

Dengan komposisi pegawai DJPU seperti dijelaskan di atas dan dengan program pengembangan pegawai yang terus dilakukan, DJPU terbukti dapat melaksanakan tugas dan fungsi dengan baik sesuai amanat peraturan perundang-undangan. Hal ini membuktikan bahwa program pengembangan pegawai DJPU berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yaitu dalam rangka membentuk sumber daya manusia yang handal.

B. Mandat yang Diberikan Kepada Instansi

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi DJPU berdasarkan mandat yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, antara lain:

1. Pedoman Umum

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit APBN dan APBD, yang mengatur bahwa:

1) Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun bersangkutan; dan

2) Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemda dibatasi tidak melebihi 60% dari PDB tahun yang bersangkutan.

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang mengatur antara lain:

1) Pembebanan biaya pengadaan utang/hibah Pemerintah pada APBN; dan

2) Tata cara pengadaan utang negara dan penerusan utang/hibah luar negeri kepada Pemda dan BUMN/BUMD.

c. Undang-Undang tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun antara lain menyebutkan bahwa Pemerintah dapat melakukan perubahan instrumen utang dalam hal terdapat sumber utang yang lebih menguntungkan.

2. Pedoman Khusus:

a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang SUN, yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SUN;

b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SBSN;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah, yang antara lain mengatur tentang penggunaan pinjaman dalam negeri;

d. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2014;

e. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2011 tentang Dana Perwalian;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, yang antara lain mengatur

Page 28: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 13

tentang perencanaan, penggunaan, penatausahaan, pemantaun, evaluasi, dan pelaporan serta pengawasan pinjaman luar negeri dan hibah;

g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.05/2008 tentang Sistem Akuntansi Utang Pemerintah;

i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.08/2010 tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi, dan Dokumentasi Pinjaman dan/atau Hibah Pemerintah;

j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.08/2010 tentang Tata Cara Pemilihan Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri;

k. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah;

l. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah;

m. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 14/PMK.08/2012 tentang Tata Cara Pengadaan Pembiayaan yang Bersumber dari Kreditor Swasta Asing;

n. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 514/KMK.08/2010 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun 2010-2014; dan

o. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 453/KMK.08/2011 tentang Tata Cara Perundingan Perjanjian Pinjaman Luar Negeri.

C. Peran Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

DJPU adalah organisasi yang memegang peranan strategis di bidang pengelolaan utang. Peran strategis DJPU digambarkan sebagai berikut:

1. Memenuhi Pembiayaan APBN yang Bersumber dari Utang

Selain penerimaan pajak dan bukan pajak, utang mempunyai kontribusi yang penting dalam menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam kerangka pembangunan nasional. Sampai saat ini peranan utang baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri masih menjadi sumber utama pembiayaan APBN. Untuk memenuhi pembiayaan APBN tersebut maka pembiayaan melalui utang harus dapat disediakan dalam jumlah yang cukup, tersedia pada saat diperlukan dengan biaya yang efisien dan tingkat risiko terkendali.

Utang digunakan untuk membiayai defisit dan sebagian pengeluaran pembiayaan antara lain pelunasan pokok utang jatuh tempo, buyback, dan penerusan pinjaman. Sumber pembiayaan dari utang, meliputi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), serta pengadaan Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek) dan Pinjaman Dalam Negeri.

Page 29: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 14

2. Mewujudkan Kesinambungan Fiskal Melalui Pengelolaan Portofolio dan Risiko Utang

Pengelolaan utang yang dilaksanakan secara profesional, akuntabel, dan transparan dimaksudkan untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat dan mempertahankan kemampuan negara dalam melaksanakan pembiayaan secara berkesinambungan. Pengelolaan utang yang tidak profesional akan berdampak negatif terhadap kondisi fiskal Pemerintah yang tercermin antara lain dalam ketidakmampuan Pemerintah membayar kewajiban utang secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, membengkaknya kewajiban utang di luar perkiraan, dan terhambatnya kegiatan pemerintahan akibat tidak terjaminnya sumber pembiayaan. Selain itu, dampak selanjutnya dapat berupa menurunnya kepercayaan investor dan kreditor, terjadinya penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terhambatnya perkembangan pasar keuangan domestik, serta ekonomi biaya tinggi.

Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang pada tanggal 31 Desember 2014 mencapai Rp 2.604,93 triliun. Jumlah utang yang relatif besar tersebut memerlukan pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai dimensi risiko yang berpotensi menimbulkan masalah terhadap kesinambungan fiskal, antara lain risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga, dan risiko refinancing.

Tabel 1.1

Posisi Utang Pemerintah Tahun 2009-2014

Catatan:

* Termasuk semi commercial #) Angka Sementara ** Beberapa termasuk semi concessional ##) Termasuk SUN Valas Domestik *** Seluruhnya termasuk commercial

Page 30: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 15

Sumber: Perkembangan Utang Negara Edisi Januari 2015

Oleh sebab itulah, pembiayaan APBN melalui utang harus didukung dengan

pengelolaan berbagai risiko dimaksud melalui upaya antara lain dengan melakukan: debt securities buyback, loan prepayment, debt-switch/reprofiling, debt swap, restrukturisasi pinjaman, dan hedging.

3. Pengembangan Pasar yang Dalam, Aktif, dan Likuid

Saat ini, peningkatan target pembiayaan melalui SBN belum sebanding dengan pertumbuhan daya serap pasar SBN domestik yang masih terbatas. Peningkatan likuiditas dan daya serap pasar SBN domestik diperlukan agar target pembiayaan SBN dapat dipenuhi dengan biaya efisien tanpa menyebabkan peningkatan risiko utang yang berlebihan. Basis investor baik domestik maupun luar negeri yang besar dan terdiversifikasi, diperlukan untuk memperkuat dan menjaga kestabilan permintaan terhadap instrumen utang negara.

Penerbitan utang dalam bentuk SBN berperan strategis dalam pengembangan pasar keuangan khususnya pasar domestik antara lain:

a. Mendukung pengembangan institusi/lembaga keuangan domestik dengan memberikan alternatif instrumen investasi;

b. Mendukung kebutuhan industri keuangan dalam pengelolaan ALM;

c. Yield SBN, sebagai benchmark bagi penerbitan instrumen keuangan lainnya;

d. Pasar SBN yang berkembang akan mendukung terbentuknya pasar repo, derivatif yang akan semakin mengefisienkan pasar keuangan secara keseluruhan; dan

e. Memperluas basis investor domestik.

Page 31: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 16

D. Sistematika Penyajian

Penyusunan Laporan Kinerja bertujuan untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja DJPU pada tahun 2014, yaitu dengan melakukan analisis atas capaian kinerja (performance results) tahun 2014 terhadap rencana kinerja (performance plans) tahun 2014. Analisis tersebut memungkinkan teridentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai umpan balik perbaikan kinerja di masa datang. Sejalan dengan hal tersebut, sistematika penyajian Laporan Kinerja sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu Atas Laporan Kinerja (Permenpan Nomor 53/2014) adalah sebagai berikut:

Bab I – Pendahuluan

Menyajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama yang sedang dihadapi.

Bab II – Perencanaan Kinerja

Menyajikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.

Bab III – Akuntabilitas Kinerja

Capaian Kinerja Organisasi

Menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja.

Realisasi Anggaran

Menyajikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

Bab IV – Penutup

Menyajikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya.

Lampiran:

1. Perjanjian Kinerja

2. Lain-lain yang dianggap perlu

Page 32: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 17

Page 33: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 18

Page 34: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 19

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor KEP-16/PU/2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, telah ditetapkan arahan pelaksanaan tugas DJPU dalam periode 5 tahun ke depan yang dituangkan dalam Renstra. Penyusunan Renstra tersebut mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mewajibkan setiap kementerian/lembaga menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

2. Salah satu prioritas bidang ekonomi dalam RPJMN tahun 2010-2014, yaitu Prioritas Pengelolaan APBN yang Berkelanjutan dengan Fokus Prioritas Perumusan Kebijakan Fiskal, Pengelolaan Pembiayaan Anggaran, dan Pengendalian Risiko. Fokus prioritas tersebut ditujukan untuk mengoptimalkan pengelolaan utang pemerintah, baik yang berasal dari SBN maupun pinjaman dengan biaya dan tingkat risiko yang terkelola dengan baik untuk mendukung kesinambungan fiskal.

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, yang mengamanatkan penyusunan Renstra kepada unit-unit organisasi (Eselon I, Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana Teknis/UPT) di lingkungan Kementerian Keuangan.

Dalam Renstra tersebut ditetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai DJPU dalam periode Tahun 2010-2014, yaitu:

1. Visi

Visi DJPU untuk periode tahun 2010-2014 sebagaimana dalam dokumen Rencana Strategis adalah “Menjadi Pengelola Utang yang mampu menyediakan sumber pembiayaan APBN yang paling efisien dan aman melalui kegiatan pengelolaan yang mengedepankan standar tata kelola internasional, dengan mengutamakan pemanfaatan potensi pendanaan dari pasar keuangan domestik”.

2. Misi

Misi DJPU untuk periode tahun 2010-2014 sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Strategis adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap ketahanan dan kesinambungan fiskal;

Page 35: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 20

b. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui pengembangan pasar domestik yang efisien dan stabil; dan

c. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.

Namun, dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KMK.01/2014 tentang Cetak Biru Program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan Tahun 2014-2025, visi DJPU menjadi “Pendukung pembiayaan APBN yang efisien dan berkesinambungan melalui pengelolaan portofolio utang pemerintahan yang efektif, transparan, dan bertanggung jawab”. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam 5 misi, yakni sebagai berikut:

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal;

c. Mengedepankan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri dan mengembangkan pasar finansial domestik yang efisien dan stabil;

d. Memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional; dan

e. Menjaga risiko finansial sovereign pemerintah dikelola secara pruden dan holistic.

Dalam perkembangannya, telah dilakukan penyempurnaan dan dicantumkan dalam Konsep Road Map DJPU Tahun 2010-2014 dan Laporan Review Rencana Strategis Tahun 2010-2014, yaitu:

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal;

c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan domestik yang efisien dan stabil; dan

d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.

3. Nilai-Nilai

Menteri Keuangan telah melakukan Launching Nilai-Nilai Kementerian Keuangan pada tanggal 29 Juli 2011. Nilai-nilai ini menjadi penting karena dengan dasar itulah organisasi bergerak mencapai visi dan misinya. Sosialisasi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang telah dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2011. Adapun Corporate value dimaksud terdiri dari 5 nilai dan 10 perilaku utama yaitu:

Page 36: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 21

a. Integritas

1) Bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya;

2) Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela;

b. Profesionalisme

3) Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas;

4) Bekerja dengan hati;

c. Sinergi

5) Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati;

6) Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik;

d. Pelayanan

7) Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan;

8) Bersikap proaktif dan cepan tanggap;

e. Kesempurnaan

9) Melakukan perbaikan terus menerus;

10) Mengembangkan inovasi dan kreativitas.

Bagan 2.1

Nilai-Nilai Kementerian Keuangan

4. Tujuan

Berdasarkan visi dan misi DJPU tahun 2010-2014 serta arahan dari RPJMN dan Renstra tahun 2010 - 2014, maka ditetapkan tujuan pengelolaan utang pada tahun 2010-2014 yaitu:

a. Mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara; dan

b. Mendukung upaya untuk menciptakan pasar SBN yang dalam, aktif dan likuid.

Page 37: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 22

5. Sasaran Strategis

Sasaran strategis pengelolaan utang untuk tahun 2014 sebagaimana tercantum dalam Peta Strategi Kemenkeu-One, adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal;

b. Pengelolaan utang dan hibah yang akuntabel dan kredibel;

c. Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil;

d. Pinjaman yang efektif dan efisien;

e. Biaya dan risiko portofolio utang yang terkendali;

f. Pengelolaan utang yang taat prosedur;

g. SDM yang kompetitif;

h. Organisasi sehat yang berkinerja tinggi;

i. Sistem informasi manajemen yang terintegrasi; dan

j. Pelaksanaan anggaran yang optimal.

6. Kebijakan

Kebijakan umum pengelolaan utang dalam strategi pengelolaan utang jangka menengah tahun 2014-2017 sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 113/KMK.08/2014 Tentang Strategi Pengelolaan Utang Tahun 2014 – 2017, adalah sebagai berikut:

a. Mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber dalam negeri dan memanfaatkan sumber utang dari luar negeri sebagai pelengkap;

b. Melakukan pengembangan instrumen dan perluasan basis investor utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih sumber utang yang lebih sesuai kebutuhan dengan biaya yang minimal dan risiko terkendali;

c. Memanfaatkan fleksibilitas pembiayaan utang untuk menjamin terpenuhinya pembiayaan APBN dengan biaya dan risiko yang optimal;

d. Memaksimalkan pemanfaatan pinjaman untuk belanja modal terutama pembangunan infrastruktur;

e. Melakukan pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka ALM Negara; dan

f. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

7. Strategi

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi-strategi yang efektif dan tepat sasaran, dimana di sisi lain dapat sekaligus mengatasi permasalahan yang ada. Strategi-strategi yang disusun harus dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki, baik internal maupun eksternal. Adapun strategi DJPU untuk periode tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Mengutamakan penerbitan SBN domestik yang dapat mendukung market development dan pengelolaan risiko portofolio utang;

Page 38: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 23

b. Penerbitan SBN valas sebagai komplementer;

c. Penentuan instrumen memperhatikan kebutuhan pasar SBN dan dalam rangka memperluas basis investor;

d. Penerbitan SBN Ritel dalam rangka pendalaman pasar (market deepening) dan meningkatkan keikutsertaan masyarakat (financial inclusion);

e. Melakukan pengelolaan portofolio SBN secara aktif dan meningkatkan likuiditas pasar SBN antara lain melalui buyback dan debt switch, termasuk liability management untuk SBN valas;

f. Memperluas cakupan Bond Stabilization Framework (BSF) dan menyempurnakan indikator Crisis Management Protocol (CMP) Pasar SBN dalam rangka mendukung stabilitas pasar SBN;

g. Mempertahankan kebijakan negative net-flow bagi pinjaman luar negeri;

h. Memperkuat fungsi Investor Relation Unit, antara lain melalui diseminasi informasi secara proaktif, respon yang cepat dan efektif, dan komunikasi yang efektif dengan investor dan stakeholder lainnya;

i. Pengadaan pinjaman/kredit luar negeri dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan prioritas dengan berfokus kepada sektor pembangunan infrastruktur yang dapat memberikan Value Added bagi kepentingan nasional;

j. Mengefektifkan disbursement pinjaman yang telah aktif sesuai jadwal dan melakukan pemilihan/pengadaan pemberi pinjaman dengan tingkat biaya dan risiko yang terkendali; dan

k. Meningkatkan fungsi monitoring dan evaluasi pinjaman luar negeri untuk memberikan early warning terhadap upaya peningkatan efektivitas dan kinerja penyerapan pinjaman.

8. Program dan Kegiatan

Sejalan dengan penganggaran dengan dasar performanced based budgeting, dalam pelaksanaan kegiatan operasional pada tahun 2014, DJPU memiliki program pokok dan program penunjang. Program pokok adalah Pengelolaan dan Pembiayaan Utang, yang dilaksanakan melalui Kegiatan sebagai berikut:

a. Pengelolaan Pinjaman;

b. Pengelolaan Surat Utang Negara;

c. Pengelolaan Pembiayaan Syariah;

d. Pengelolaan Strategi dan Portofolio Utang; dan

e. Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen Utang.

Sedangkan, program penunjang adalah program yang ditujukan untuk memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal, yaitu Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.

Page 39: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 24

B. Penetapan Kinerja

Pada tahun 2014, DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pada Kontrak kinerja tersebut terdapat peta strategi (strategy map) dengan 10 sasaran strategis (SS) yang ingin dicapai. Untuk setiap SS yang disusun dan ditetapkan memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU). Keseluruhan IKU DJPU pada tahun 2014 untuk semua SS berjumlah 18 IKU. Selain itu ditetapkan pula Inisiatif Strategis Direktur Jenderal Pengelolaan Utang untuk Tahun 2014, yang terdiri dari 4 Inisiatif Strategis.

Peta strategi merupakan suatu dashboard (panel instrument) yang memetakan SS ke dalam suatu kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi DJPU. Peta strategi memudahkan DJPU untuk mengkomunikasikan keseluruhan strateginya kepada seluruh pejabat/pegawai dalam rangka pemahaman demi suksesnya pencapaian visi, misi, dan tujuan DJPU. Peta strategi DJPU memetakan setiap SS yang disusun dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sesuai visi dan misi yang diemban. Peta strategi DJPU tahun 2014 yang disepakati antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan pada tanggal 9 Januari 2014 ditunjukkan dalam bagan berikut:

Bagan 2.2

Peta Strategi DJPU Tahun 2014

Page 40: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 25

Dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard, setiap SS dikelompokan kedalam empat perspektif, yaitu stakeholder perspective, customer perpective, internal process perspective, dan learning and growth perspective. Dari stakeholder perspective, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal. Dari customer perpective terhadap investor, kreditor, donor dan kementerian/lembaga, terdapat SS yang disusun untuk mewujudkan pengelolaan utang dan hibah yang akuntabel dan kredibel.

Dari internal process perspective DJPU, untuk mendukung pencapaian SS pada dua layer stakeholder perspective dan customer perpective tersebut diperlukan adanya dua faktor penting berupa pengelolaan dan pengembangan serta pengawasan terhadap core business DJPU. Dalam hal ini, proses internal yang dimaksud terkait dengan proses pengelolaan biaya dan risiko portofolio utang yang terkendali, pengembangan pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil, pengadaan pinjaman yang efektif dan efisien, serta monitoring dan evaluasi pengelolaan utang yang taat prosedur.

Sedangkan dari learning and growth perspective, terdapat empat faktor penting yang harus dikelola dengan baik guna menciptakan modal utama untuk mencapai tujuan organisasi yaitu faktor pengembangan sumber daya manusia, faktor organisasi, faktor teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan faktor pengelolaan anggaran.

Sebagai alat ukur pencapaian SS, target 18 IKU DJPU yang ditetapkan pada awal tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Target Indikator Kinerja Utama Kemenkeu-One Tahun 2014

No Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Utama

Realisasi

2013

Target

2014 Perspektif

1 Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal

1a-N Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan

100,04% 100,00%

Sta

keh

old

ers

Per

spec

tiv

e

2 Pengelolaan utang dan hibah yang akuntabel dan kredibel

2a-N Rata-rata indeks opini BPK atas LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah

4,00 4,00

Cu

sto

mer

Per

spec

tiv

e

2b-CP Indeks kepuasan pengguna layanan

4,04 4,00

2c-N Tingkat akurasi pembayaran kewajiban utang

99,99% 100,00%

Page 41: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 26

No Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Utama

Realisasi

2013

Target

2014 Perspektif

3 Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil

3a-N Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN (Turn Over Ratio)

152,39% 100,00%

Inte

rna

l P

roce

ss P

ersp

ecti

ve

3b-N Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi

77,28 75,00%

3c-N Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik

22,16% 7,00%

4 Pinjaman yang efektif dan efisien

4a-N Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman

65,91% 70,00%

5 Biaya dan risiko portofolio utang yang terkendali

5a-N Persentase pencapaian target effective cost

96,72% 100,00%

5b-N Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang

104,94% 100,00%

5c-N Tingkat efektivitas pengendalian risiko default badan usaha yang dijamin

100,00% 100,00%

6 Pengelolaan utang yang taat prosedur

6a-N Tingkat penerapan pengendalian intern

99,79% 95,00%

7 SDM yang kompetitif

7a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan

96,55% 96,00%

Lea

rnin

g &

Gro

wth

P

ersp

ecti

ve

8 Organisasi sehat yang berkinerja tinggi

8a-CP Indeks Kesehatan Organisasi

N/A 68,00

Page 42: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 27

No Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Utama

Realisasi

2013

Target

2014 Perspektif

8b-N Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko

61,69 75,00

8c-CP Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan

N/A 100,00%

9 Sistem informasi manajemen yang terintegrasi

9a-N Persentase pencapaian target proses bisnis DJPU yang didukung TIK

N/A 100,00%

10 Pelaksanaan anggaran yang optimal

10a-CP Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja

93,48% 95,00%

Berikut ini merupakan Inisiatif Strategis Direktur Jenderal Pengelolaan Utang

untuk Tahun 2014:

Tabel 2.2

Inisiatif Strategis Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Tahun 2014

No Indikator

Kinerja Utama Inisiatif Strategis

Output/

Outcome

Periode Pelaksanaan

Penanggung Jawab

1 Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman

1. Penyusunan RPP Pemberian Hibah kepada Pemerintah/ Lembaga Asing

Draft RPP Pemberian Hibah kepada Pemerintah/ Lembaga Asing

Januari-Desember

Dit. PH

2 Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN (Turn Over

2. Melaksanakan transaksi instrumen baru dan debt switch/buyback dalam rangka

Penerbitan Saving Bond

Januari-Desember

Dit. SUN

Debt switch dengan metode many to

Maret-Desember

Dit. SUN

Page 43: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 28

No Indikator

Kinerja Utama Inisiatif Strategis

Output/

Outcome

Periode Pelaksanaan

Penanggung Jawab

Ratio) meningkatkan likuiditas pasar SBN

many

Melaksanakan buyback/ switching SBSN

Januari-September

Dit. PS

3. Melaksanakan kajian lebih lanjut mengenai kemungkinan pembentukan produk Government Bond Futures di Bursa Berjangka Jakarta

Pilot project Government Bond Futures di Bursa Berjangka Jakarta

Januari-Desember

Dit. SUN Dit. SPU

3 Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik

4. Mendorong peningkatan investasi pada SBN oleh sumber-sumber dana dalam negeri (misal: Dana Haji, Tapera, LPDP, BPJS Kesehatan)

Peningkatan investasi/ kepemilikan SBN oleh Kementerian

/Lembaga /BUMN dalam negeri

Januari-Desember

Dit. SUN Dit. PS

Peta strategi DJPU tahun 2014 yang memetakan 10 SS dengan alat ukur

pencapaian berupa 18 IKU, telah disusun berdasarkan Renstra DJPU tahun 2010-2014. Berikut tabel yang menunjukkan kesesuaian antara hal-hal tersebut.

Page 44: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 29

Tabel 2.3

Matriks Hubungan Sasaran Strategis dan IKU

Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Utama Kemenkeu-One tahun 2014

Rencana Strategis DJPU Tahun 2010-2014

Peta Strategi DJPU Tahun

2014

Strategi Pengelolaan Pinjaman

Sasaran Strategis 1 yaitu Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal melalui pengadaan pinjaman

Strategi Pengelolaan Surat Utang Negara

Sasaran Strategis 1 yaitu Terpenuhinya pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal melalui pengelolaan SUN

Strategi Pengelolaan Pembiayaan Syariah

Sasaran Strategis 1 yaitu Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal melalui SBSN

Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal

1a-N Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan

Strategi Pengelolaan Strategi Dan Portofolio Utang

Sasaran Strategis 4 yaitu Kredibilitas

Strategi Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen

Sasaran Strategis 3 yaitu Akuntabilitas

Sasaran strategis 4 yaitu Kredibilitas

Pengelolaan utang dan hibah yang akuntabel dan kredibel

2a-N Rata-rata indeks opini BPK atas LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah

2b-CP Indeks kepuasan pengguna layanan

2c-N Tingkat akurasi pembayaran kewajiban utang

Strategi Pengelolaan Surat Utang Negara

Sasaran Strategis 3 yaitu Stabilitas Pasar SUN

Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil

3a-N Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN (Turn Over Ratio)

3b-N Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi

3c-N Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik

Page 45: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 30

Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Utama Kemenkeu-One tahun 2014

Rencana Strategis DJPU Tahun 2010-2014

Peta Strategi DJPU Tahun

2014

Strategi Pengelolaan Pinjaman

Sasaran Strategis 2 yaitu Pengefektifan dan amandemen perjanjian tepat waktu

Pinjaman yang efektif dan efisien

4a-N Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman

Strategi Pengelolaan Strategi dan Portofolio Utang

Sasaran Strategis 2 yaitu Pemenuhan target penerbitan rekomendasi jaminan pemerintah yang optimal.

Biaya dan risiko portofolio utang yang terkendali

5a-N Persentase pencapaian target effective cost

5b-N Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang

5c-N Tingkat efektivitas pengendalian risiko default badan usaha yang dijamin

------ Pengelolaan utang yang taat prosedur

6a-N Tingkat penerapan pengendalian intern

Strategi Reformasi Birokrasi (Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya di Lingkungan DJPU)

Sasaran Strategis 2 yaitu pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi

SDM yang kompetitif

7a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan

Strategi Reformasi Birokrasi (Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya di Lingkungan DJPU)

Sasaran Strategis 3 yaitu pengembangan organisasi yang handal dan modern

Organisasi sehat yang berkinerja tinggi

8a-CP Indeks Kesehatan Organisasi

8b-N Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko

8c-CP Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan

Strategi Reformasi Birokrasi (Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya di Lingkungan DJPU)

Sasaran Strategis 4 yaitu pembangunan sistem TIK yang terintegrasi

Sistem informasi manajemen yang terintegrasi

9a-N Persentase pencapaian target proses bisnis DJPU yang didukung TIK

Page 46: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 31

Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Utama Kemenkeu-One tahun 2014

Rencana Strategis DJPU Tahun 2010-2014

Peta Strategi DJPU Tahun

2014

Strategi Reformasi Birokrasi (Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya di Lingkungan DJPU)

Sasaran Strategis 5 yaitu pengelolaan anggaran yang optimal.

Pelaksanaan anggaran yang optimal

10a-CP Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja

Page 47: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 32

Page 48: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 33

Page 49: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 34

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

1. Capaian IKU Tahun 2014

Capaian IKU DJPU tahun 2014 pada stakeholders perspective, customer perspective, internal process perspective, dan learning and growth perspective dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Capaian IKU Kemenkeu-One Tahun 2014

Kode SS/IKU Sasaran Strategis/

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Nilai

Stakeholder Perspective (25%) 119,62%

1 Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal

119,62%

1a-N Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan

100% 100,19% 119,62%

Customer Perspective (15%) 106,27%

2 Pengelolaan utang dan hibah yang akuntabel dan kredibel 106,27%

2a-N Rata-rata indeks opini BPK atas LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah

4 4 120,00%

2b-CP Indeks kepuasan pengguna layanan

4,00 4,09 102,25%

2c-N Tingkat akurasi pembayaran kewajiban utang

100% 99,99% 99,99%

Internal Process Perspective (30%) 112,57%

3 Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil 114,15%

3a-N Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN (Turn Over Ratio)

100% 250,44% 120,00%

3b-N Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi

75% 76,83% 102,44%

Page 50: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 35

Kode SS/IKU Sasaran Strategis/

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Nilai

3c-N Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik

7,00% 11,50% 120,00%

4 Pinjaman yang efektif dan efisien 120,00%

4a-N Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman

70% 90,00% 120,00%

5 Biaya dan risiko portofolio utang yang terkendali 112,09%

5a-N Persentase pencapaian target effective cost

100% 98,90% 101,10%

5b-N Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang

100% 102,42% 115,16%

5c-N Tingkat efektivitas pengendalian risiko default badan usaha yang dijamin

100% 100,00% 120,00%

6 Pengelolaan utang yang taat prosedur 104,03%

6a-N Tingkat penerapan pengendalian intern

95% 98,83% 104,03%

Learning and Growth Perspective (30%) 107,32%

7 SDM yang kompetitif 102,41%

7a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan

96,00% 98,31% 102,41%

8 Organisasi sehat yang berkinerja tinggi 104,39%

8a-CP Indeks Kesehatan Organisasi 68,00 76,00 111,76%

8b-N Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko

75,00 75,44 100,59%

8c-CP Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan

100,00% 100,00% 100,00%

9 Sistem informasi manajemen yang terintegrasi 120,00%

9a-N Persentase pencapaian target proses bisnis DJPU yang didukung TIK

100,00% 100,00% 120,00%

Page 51: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 36

Kode SS/IKU Sasaran Strategis/

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Nilai

10 Pelaksanaan anggaran yang optimal 102,47%

10a-CP Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja

95,00% 97,35% 102,47%

Nilai Kinerja Organisasi 111,81%

2. Perbandingan Capaian IKU Tahun 2012 - 2014

Perbandingan capaian IKU DJPU tahun 2012 - 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

Perbandingan Capaian IKU Kemenkeu-One Tahun 2012 - 2014

No Indikator

Kinerja Utama

2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1. Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang cukup

100,00% 98,87% Penyempurnaan IKU Penyempurnaan IKU

2. Persentase pencapaian target effective cost

100,00% 80,58% 100,00% 96,72% 100,00% 98,90%

3. Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang

100,00% 98,13% 100,00% 104,94% 100,00% 102,42%

4. Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan

N/A 110,00% 100,04% 100,00% 100,19%

5. Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah

100,00% 87,50% Penyempurnaan IKU Penyempurnaan IKU

6. Rata-rata indeks opini BPK atas LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah

N/A 4,00 4,00 4,00 4,00

Page 52: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 37

No Indikator

Kinerja Utama

2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

7. Indeks kepuasan pengguna layanan

3,90 3,79 3,90 4,04 4,00 4,09

8. Tingkat akurasi pembayaran kewajiban utang

N/A N/A 100,00% 99,99%

9. Persentase pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran

100,00% 100,00% 100,00% 99,99% Dihapus

10. Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN (Turn Over Ratio)

N/A 100,00% 152,39% 100,00% 250,44%

11. Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi

75,00 75,83% 75,00% 77,28% 75,00% 76,83%

12. Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik

N/A 7,00% 22,16% 7,00% 11,50%

13. Persentase penyediaan peraturan yang mendukung pengembangan pasar dan pengelolaan portofolio utang

100,00% 92,50% Penyempurnaan IKU Dihapus

14. Persentase penyusunan dokumen strategi pembiayaan tahunan melalui utang

100,00% 100,00% Dihapus Dihapus

Page 53: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 38

No Indikator

Kinerja Utama

2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

15. Persentase pelaksanaan kajian restrukturisasi Surat Utang Pemerintah dalam rangka ALM

100,00% 100,00% Dihapus Dihapus

16. Persentase penyediaan strategi/pedoman/kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan utang

N/A 100,00% 100,00% Dihapus

17. Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman

N/A N/A 70,00% 90,00%

18. Spread WAY yang dimenangkan dengan highest yield awarded (tail)

15,00 4,29 Dihapus Dihapus

19. Tingkat efektivitas pengendalian risiko default badan usaha yang dijamin

N/A N/A 100,00% 100,00%

20. Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang

6,53% 5,29% Penyempurnaan IKU Dihapus

21. Akurasi penetapan yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman terhadap benchmark

90,00% 91,65% Dihapus Dihapus

22. Persentase implementasi CMP pasar SBN yang mendukung stabilitas sektor keuangan

N/A 100,00% 138,54% Dihapus

Page 54: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 39

No Indikator

Kinerja Utama

2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

23. Tingkat penerapan pengendalian intern

N/A N/A 95,00% 98,83%

24. Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu

100,00% 100,00% Dihapus Dihapus

25. Persentase kegiatan yang disiapkan yang sesuai dengan Kebijakan Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri

N/A 70,00% 65,91% Dihapus

26. Persentase pinjaman program yang mempersyaratkan policy matrix

N/A 68,00% 28,57% Dihapus

27. Persentase usulan kegiatan yang akan dibiayai dengan Pinjaman Luar Negeri ≤ USD 50 Juta

N/A 40,00% 25,00% Dihapus

28. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan

82,50% 96,58% 87,00% 96,55% 96,00% 98,31%

29. Persentase tingkat kepatuhan dalam pengelolaan utang

100,00% 98,39% 100,00% 99,79% Dihapus

30. Rata-rata persentase realisasi janji layanan unggulan

100,00% 100,00% Dihapus Dihapus

Page 55: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 40

No Indikator

Kinerja Utama

2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

31. Indeks ketepatan waktu penyelesaian tindak lanjut Instruksi Presiden

80,00% - 80,00 - Dihapus

32. Rasio pembayaran bunga utang terhadap outstanding

N/A 5,50% 5,18% Dihapus

33. Persentase suku bunga SPN 3 bulan terhadap tingkat inflasi

N/A 125,00% 64,90% Dihapus

34. Persentase keberhasilan mencegah terjadinya default badan usaha yang dijamin dan cross default pembayaran klaim

N/A 100,00% 100,00% Penyempurnaan IKU

35. Indeks Kesehatan Organisasi

N/A N/A 68,00 76,00

36. Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko

N/A 55,00 61,69% 75,00 75,44

37. Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan

N/A N/A 100,00% 100,00%

38. Persentase pemenuhan pelatihan pegawai sesuai dengan gap kompetensi pegawai (hard competency)

100,00% 115,00% Dihapus Dihapus

Page 56: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 41

No Indikator

Kinerja Utama

2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

39. Persentase pencapaian target proses bisnis DJPU yang didukung TIK

N/A N/A 100,00% 100,00%

40. Persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan

70,00% 100,00% Dihapus Dihapus

41. Indeks reformasi birokrasi

92,00 96,72 Penyempurnaan IKU Dihapus

42. Indeks kepuasan pegawai

3,00 3,19 Dihapus Dihapus

43. Persentase policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti

85,00% 100,00% 90,00% 100,00% Dihapus

44. Persentase pegawai yang memenuhi standar jamlat

N/A 50,00% 75,75% Dihapus

45. Persentase akurasi data SIMPEG

100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Dihapus

46. Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja

N/A N/A 95,00% 97,35%

47. Persentase pengembangan database utang yang terintegrasi

100,00% 100,00% Dihapus Dihapus

48. Nilai reformasi birokrasi

N/A 92,00% 95,61% Dihapus

49. Persentase penyerapan DIPA

95,00% 96,50% Penyempurnaan IKU Penyempurnaan IKU

Page 57: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 42

No Indikator

Kinerja Utama

2012 2013 2014

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

50. Persentase penyelesaian pembangunan sistem informasi yang mendukung proses bisnis

N/A 80,00% 100,00% Penyempurnaan IKU

51. Persentase pertukaran data oleh unit Eselon I

N/A 90,00% 98,87% Dihapus

52. Persentase penyerapan DIPA (non belanja pegawai)

N/A 95,00% 93,48% Penyempurnaan IKU

53. Persentase penyelesaian kegiatan belanja modal dalam DIPA

N/A 98,00% 90,86% Penyempurnaan IKU

3. Evaluasi dan Analisis Kinerja Tahun 2014

Pada tahun 2014, dari 18 IKU DJPU terdapat 17 IKU berstatus hijau dan 1 IKU berstatus kuning dengan nilai kinerja organisasi sebesar 111,81%. IKU dengan status kuning adalah “Tingkat akurasi pembayaran kewajiban utang”.

Grafik 3.1

Ikhtisar Capaian Kinerja DJPU Tahun 2014

Page 58: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 43

a. SS Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal

Pembiayaan APBN harus dapat disediakan dalam jumlah yang cukup, dengan biaya yang efisien dan tingkat risiko terkendali (yang terukur). Pembiayaan APBN meliputi pembiayaan defisit (deficit financing) dan pembayaran kembali utang jatuh tempo (debt refinancing). Dalam memenuhi pembiayaan tersebut, Pemerintah dapat memanfaatkan sumber pembiayaan dari utang melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yang terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) serta pengadaan Pinjaman yang terdiri dari Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek) dan Pinjaman Dalam Negeri.

Penerbitan utang baru dalam rangka debt refinancing, diupayakan dengan terms and conditions yang lebih baik, sehingga didapatkan biaya dan risiko yang lebih rendah. Penerbitan SBN dilakukan di pasar keuangan domestik maupun internasional, yang ditujukan kepada investor individu dan institusi. Sementara itu pengadaan pinjaman diperoleh dari kreditor multilateral, kreditor bilateral, dan kreditor komersial baik domestik maupun luar negeri. Penerbitan SBN harus didukung dengan upaya pengembangan pasar domestik SBN yang dalam, likuid, dan aktif melalui diversifikasi instrumen SBN, dan penggunaan metode penerbitan/penjualan SBN yang transparan dan efektif (private placement, book building, dan lelang), serta pembangunan infrastruktur pasar sekunder (primary dealership, pengembangan benchmark yield curve, dan mekanisme pembentukan harga yang efisien). Sedangkan pengadaan pinjaman harus didukung dengan usulan proyek/program yang dibiayai melalui pinjaman secara selektif, penerapan readiness criteria yang ketat serta monitoring dan evaluasi pinjaman proyek yang efektif. Pembiayaan APBN melalui utang harus didukung dengan pengelolaan berbagai risiko (risiko mata uang, risiko suku bunga, dan risiko refinancing) dengan upaya mitigasi risiko yang efektif, antara lain melalui debt securities buyback, loan prepayment, debt-switch/reprofiling, debt swap, restrukturisasi pinjaman, dan lindung nilai (hedging).

Untuk itu, demi mendukung tercapainya SS Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal, DJPU menyusun IKU sebagai berikut:

Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan

Persentase pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang cukup yang menjadi IKU unit pengelola utang dihitung dari realisasi penerbitan SBN bruto dan pengadaan pinjaman program. Pemenuhan pembiayaan dari pinjaman yang digunakan sebagai komponen IKU hanya yang berasal dari pinjaman program, tidak termasuk pinjaman proyek karena sifat pinjaman program yang relatif sama dengan SBN dalam hal pola penarikannya. Pinjaman proyek tidak dimasukkan ke dalam komponen IKU karena penyerapan pinjaman proyek sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan kegiatan/proyek pada Kementerian/ Lembaga sebagai Executing Agency.

Dalam memenuhi target pembiayaan melalui utang, realisasi penerbitan SBN/pengadaan pinjaman program dilakukan dengan menggunakan konsep gross agar lebih mencerminkan upaya/kinerja Pemerintah dalam memenuhi total kebutuhan pembiayaan APBN yang berasal dari utang. Adapun perhitungan

Page 59: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 44

target kebutuhan pembiayaan setiap triwulan dihitung dengan metode sebagai berikut:

1) Triwulan I berdasarkan proyeksi kebutuhan pembiayaan yang disusun dari target APBN/APBNP dan strategi pembiayaan tahunan; dan

2) Triwulan II, III, dan IV berdasarkan keputusan rapat Komite ALM pada akhir periode triwulan sebelumnya, yang telah memperhitungkan kebutuhan pengelolaan kas dan kebutuhan pengelolaan utang, agar operasi pembiayaan (pengadaan/penerbitan utang) masih dapat dilakukan secara optimal baik dari aspek target biaya dan risiko.

IKU ini menggunakan polarisasi stabilize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang sesuai atau mendekati target yang ditetapkan. Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut:

1) Capaian IKU

Pada tahun 2014, Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan

pembiayaan ditargetkan sebesar 100% (Rp445,04 triliun), dengan realisasi sebesar 100,19% (Rp445,90 triliun) sehingga memperoleh nilai capaian 119,62%. Hal ini menyebabkan terdapat selisih lebih sebesar Rp0,86 triliun. Selisih dimaksud dikarenakan realisasi Pinjaman Program dalam mata uang rupiah sebesar Rp17,77 triliun, lebih tinggi dari target sebesar Rp16,9 triliun, sebagai dampak pelemahan nilai tukar rupiah.

Data realisasi utang di atas lebih rendah dari data realisasi utang pada Buku Merah (Ditjen Perbendaharaan) yang tertulis sebesar Rp456,85 triliun. Hal ini disebabkan pencatatan pada Buku Merah memasukkan:

a) Realisasi Debt Switch sebesar Rp5,94 triliun; dan

b) Realisasi penerimaan bunga dan imbalan dibayar dimuka sebesar Rp5,02 triliun

dengan rincian atas IKU tersebut sebagai berikut:

(1) Pinjaman Program

Pembiayaan atas defisit APBN diusahakan dalam jumlah yang cukup, tersedia pada saat diperlukan dan dengan biaya yang efisien serta tingkat risiko yang terkendali. Sumber pembiayaan defisit APBN antara lain melalui pengadaan Pinjaman Program.

Pinjaman Program adalah pinjaman yang pencairannya bersifat tunai yang bersumber dari Development Partners yang dibedakan dalam bentuk Pinjaman Tunai dengan Policy Matrix dan/atau Pinjaman Tunai tanpa Policy Matrix. Development Partners adalah lembaga multilateral (misal: World Bank, Asian Development Bank, Islamic Development Bank atau European Union), lembaga bilateral (misal: JICA, AFD) dan Pemerintah Negara Asing (misal: Jepang, Australia) yang mempunyai kerja sama pembangunan dengan Pemerintah Indonesia.

Page 60: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 45

Penandatanganan 7 Pinjaman 7 Proyek Infrastruktur dengan JICA Jepang

Sesuai dengan target APBN 2014, pemenuhan pembiayaan defisit

APBN direncanakan sebesar USD 400 Juta atau equivalen Rp 3,9 Triliun yang seluruhnya berasal dari World Bank. Adapun rincian Pinjaman Program dalam APBN 2014, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Rincian Pinjaman Program dalam APBN 2014

No Lenders RAPBN 2014 Keterangan

1. World Bank 400,0

1 Local Government and Decentralization Project

120,0 Refinancing

2 PNPM Refinancing 240,0 Refinancing

3 Road Assets Preservation Program

40,0 Refinancing

Total (USD Juta) 400,0

Namun demikian, mempertimbangkan adanya peningkatan

kebutuhan pembiayaan defisit APBN serta terdapat ketidakjelasan satu pinjaman program yaitu Road Assets Preservation Program, maka target penarikan pinjaman program dalam APBN-P 2014 direvisi menjadi USD 1,506 Milyar atau equivalen dengan Rp. 16,9 Milyar yang terdiri dari:

Page 61: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 46

Tabel 3.4

Revisi Rincian Pinjaman Program dalam APBN 2014

No Lenders 2014

APBN APBN-P Realisasi

1. World Bank 400,00 805,60 773,84

1 Local Government and Decentralization Project

120,00 39,90 48,60

2 PNPM Refinancing 240,00 265,70 225,24

3 Road Assets Preservation Program

40,00 - -

4 Financial Sector and Investment Climate Reform and Modernization Development Policy Loan (FIRM-DPL 2)

- 500,00 500,00

2. ADB - 400,00 400,00

1 FIRM-DPL 2 (Co-financing dengan World Bank)

- - -

2 Strengthening Investment for Growth Acceleration Program (SIGAP)

- 400,00 400,00

3 AFD (Perancis) - 100,00 100,00

1 Connectivity (Carry over 2013)

- 100,00 100,00

4 KFW (Jerman) - 200,00 200,00

1 SIGAP(Co-Financing dengan ADB)

- 200,00 200,00

Total (USD Juta) 400,00 1.505,60 1.473,84

Reliasasi pinjaman program dalam valuta asing tahun 2014 hanya

sebesar USD 1,4738 Milyar atau terdapat selisih kurang USD 31,76 Juta sebagai akibat kurangnya realiasasi Pinjaman Program PNMP Refinancing yang hanya mampu ditarik sebesar USD 225.24 Juta. Kurangnya realisasi dimaksud disebabkan sebagai akibatnya adanya pengalihan BLM oleh KemenPU yang menjadi dasar reimbursement pinjaman program refinancing modality ke dalam reksus.

Page 62: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 47

Penandatanganan Pinjaman Development of Sewerage System in Batam Island dengan EDCF Korea Selatan

Namun demikian, sesuai dengan target rupiah dalam APBN-P 2014,

total pinjaman program melampaui target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp. 17,77 Triliun dari target Rp. 16,9 Triliun sebagai akibatnya pelemahan nilai rupiah, sehingga secara capaian, realisasi pinjaman program melampaui target yang ditetapkan mengingat perhitungan capaian menggunakan nilai rupiah yang dialokasikan dalam APBN-P 2014.

Penandatanganan Pinjaman Development of Education in Seven Universities Project dengan Saudi Fund for Development

Page 63: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 48

(2) Surat Berharga Negara

Realisasi penerbitan SBN pada tahun 2014 sebesar Rp428,129 triliun dari target sebesar Rp428,134 triliun. Realisasi dan target dimaksud termasuk nominal penerbitan SPN non-tradable seri SPNNT 20140303 pada 2 Januari 2014 dengan masa jatuh tempo sampai dengan 3 Maret 2014, sehingga menyebabkan penambahan kebutuhan penerbitan dan jatuh tempo SBN tahun 2014.

(a) Surat Utang Negara

i. Realisasi Penerbitan SUN

Realisasi penerbitan SUN sampai 31 Desember 2014 sebesar Rp352,6 triliun atau sebesar 100% sesuai dengan target tahunan penerbitan dalam APBN-P tahun 2014.

Dari sisi komposisi, penerbitan SUN melalui lelang di pasar domestik dalam mata uang rupiah sebesar Rp248,37 triliun, sedangkan dalam denominasi USD sebesar USD350 juta (ekuivalen Rp3,985 triliun). Di samping itu, penerbitan global bond selama tahun 2014 yang terdiri atas SUN dalam denominasi USD sebesar USD4 miliar (ekuivalen Rp48,466 triliun) dan SUN dalam denominasi Euro sebesar EUR1 miliar (ekuivalen Rp15,759 triliun). Dalam rangka pengembangan basis investor domestik, pada tahun 2014 telah diterbitkan SUN ritel sebanyak dua kali yaitu SBR001 sebesar Rp2,391 triliun dan ORI011 sebesar Rp21,2 triliun.

Tabel 3.5

Hasil Penerbitan SUN Tahun 2014

(dalam miliar rupiah)

JenisTotal

Penawaran

Total Penawaran

Memenuhi

Benchmark

Total

Penawaran

Diterima

Penerbitan domestik

(lelang dan private

placement)

533,431 376,578 264,755

FR Rupiah 366,155 268,898 199,870

FR USD 6,825 6,718 3,985

SPN 160,451 100,961 60,900

Obligasi Ritel 23,732 23,607 23,607

SBR 2,395 2,391 2,391

ORI 21,336 21,216 21,216

ON Valas 154,051 64,227 64,226

Total 711,213 464,411 352,588

Catatan: termasuk transaksi private placement SPNNT 20140303 pada 2 Januari 2014

Page 64: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 49

Penerbitan SUN tahun 2014 terdiri atas:

Penerbitan SUN melalui lelang mata uang rupiah dan valas serta transaksi private placement

Penerbitan SUN melalui lelang diawali dengan pelaksanaan rapat rencana lelang yang dilakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan lelang dan dihadiri oleh unit-unit terkait, antara lain Bank Indonesia selaku agen lelang dan otoritas moneter dan Direktorat Pengelolaan Kas, Ditjen Perbendaharaan. Sebagaimana yang tercantum dalam Calendar of Issuance, seri-seri SUN yang ditawarkan pada saat lelang termasuk SUN dengan tenor 30 tahun yang ditujukan untuk long-term investor seperti dana pensiun dan perusahaan asuransi.

Lelang SUN dilakukan secara elektronik dengan menggunakan sistem lelang BI-SSSS (Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System) dengan peserta PDs yang terdiri dari 15 bank dan 4 perusahaan sekuritas, Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan. Untuk mengikuti lelang, peserta lelang harus memasukkan penawaran ke dalam terminal BI-SSSS yang telah tersedia pada Dealing Room masing-masing PDs. Penawaran berupa seri, yield/price dan volume, hanya dapat dimasukkan pada waktu lelang yaitu dari jam 10.00 WIB sampai dengan jam 12.00 WIB. Pemerintah menetapkan penawaran yang dimenangkan, mulai dari yield/price yang terbaik untuk Pemerintah.

Pada tahun 2014 di samping melakukan lelang SUN dalam mata uang rupiah, Pemerintah juga menerbitkan SUN berdenominasi USD melalui lelang di pasar perdana domestik sebanyak 1 (satu) kali dengan total penerbitan sebesar USD350 juta (ekuivalen Rp3,985 triliun) dengan tanggal setelmen pada 13 Maret 2014. Transaksi tersebut mengacu pada ketentuan dalam PMK Nomor 43/PMK.08/2013 tentang Lelang SUN dalam Mata Uang Rupiah dan Valuta Asing di Pasar Perdana Domestik. Sebagaimana lelang SUN dalam mata uang rupiah, pelaksanaan lelang SUN dalam USD diikuti oleh PDs, BI dan LPS. Sedangkan investor yang dapat berpartisipasi di pasar perdana dibatasi hanya investor domestik yang telah melakukan registrasi terlebih dahulu sebelum pelaksanaan lelang.

Sementara itu pada tahun 2014 Pemerintah menerbitkan SPNNT 20140303 melalui transaksi private placement sesuai dokumen kesepakatan yang ditetapkan pada tanggal 30 Desember 2013. Transaksi tersebut bertujuan dalam rangka menutup kekurangan kas jangka pendek, khususnya terkait dengan kebutuhan kas di awal tahun. Pelaksanaan penjualan SUN dengan metode Private Placement diatur dalam PMK Nomor 08/PMK.08/2009 yang telah direvisi menjadi PMK Nomor 192/PMK.08/2013 tentang Penjualan SUN dengan Cara Private Placement.

Page 65: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 50

Tabel 3.6

Hasil Penerbitan SUN melalui Lelang dan Private Placement

Tahun 2014

Jenis Instrumen Frekuensi

Lelang

Nominal

(triliun rupiah)

Obligasi Negara (ON) *) 23 203,855

Surat Perbendaharaan Negara (SPN) **)

22 60,90

Catatan: *) Termasuk lelang SUN dalam mata uang USD **) Termasuk penerbitan SPNNT 20140303 pada 2 Januari 2014

Penerbitan Surat Utang Negara Berdenominasi Valuta Asing di Pasar Internasional

Sejak penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), yang didalamnya termasuk SUN, menjadi sumber utama pemenuhan target pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Pemerintah berupaya semaksimal mungkin untuk menggali potensi sumber pembiayaan dalam negeri. Namun, dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain keterbatasan daya serap pasar SUN dalam negeri, pembentukan benchmark SUN dalam valuta asing di pasar internasional, kebutuhan untuk meningkatkan cadangan devisa, dan pembayaran kewajiban dalam valuta asing serta antisipasi terhadap kondisi pasar keuangan yang penuh ketidakpastian, maka sejak tahun 2004 Pemerintah menerbitkan SUN dalam valuta asing di Pasar Internasional.

Pada tahun 2014, Pemerintah menerbitkan SUN berdenominasi USD di pasar perdana internasional sebanyak satu kali dengan total penerbitan sebesar USD4 miliar (ekuivalen Rp48,466 triliun) dengan tanggal setelmen pada 15 Januari 2014. Ringkasan hasil penerbitan SUN berdenominasi USD di pasar perdana internasional adalah sebagai berikut :

Page 66: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 51

Tabel 3.7

Penerbitan Surat Utang Negara Berdenominasi USD

di Pasar Perdana Internasional

Keterangan

Seri SUN

RI0124

(New Issuance)

RI0144

(New Issuance)

Jumlah nominal yang

dimenangkan USD2.000.000.000 USD2.000.000.000

Tingkat kupon 5,875% 6,750%

Tingkat yield yang

dimenangkan 5,960% 6,850%

Jatuh tempo 15 Januari 2024 15 Januari 2044

Tanggal Setelmen 15 Januari 2014 15 Januari 2014

Listing Singapore Stock Exchange

Trustee, Registrar,

Transfer Agent,

Paying Agent

Bank of New York Mellon

Di samping itu pada tahun 2014, Pemerintah melakukan

penerbitan SUN dalam valuta asing denominasi Euro pertama kali (seri RIEUR0721) pada tanggal 8 Juli 2014 (settlement date) dengan menggunakan format 144A/RegS dalam program Global Medium Term Notes (GMTN). Jumlah nominal penerbitan sebesar EUR1,0 miliar equivalen dengan Rp15,76 triliun (kurs Rp15.758,62/EUR), total pemesanan EUR6,7 miliar (oversubscribed 6,7 kali), tingkat kupon 2,875%, yield 2,976% dan masa jatuh tempo 8 Juli 2021. Penerbitan Global Bonds ini dilakukan sebagai langkah diversifikasi portofolio SUN dalam valuta asing dimana selama ini berdenominasi US Dollar dan Yen. Pendistribusian Global Bonds denominasi Euro seri RIEUR0721 berdasarkan lokasi investor adalah 47% untuk investor Eropa, 24% untuk investor Asia (termasuk Indonesia 2,40%), 18% untuk investor Amerika, dan investor lain sebesar 11%. Global Bonds denominasi Euro seri RIEUR0721 dicatatkan secara dual-listing di Singapore Stock Exchange (SGX) dan Frankfurt Open Market (FOM) yang secara efektif tercatat mulai tanggal 9 Juli 2014.

Page 67: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 52

Penerbitan Obligasi Negara kepada Investor Ritel

Dalam rangka perluasan basis investor serta untuk mendorong terciptanya investment-oriented society serta mendukung program financial inclusion, sejak tahun 2006, Pemerintah menerbitkan Obligasi Negara Ritel (ORI). ORI adalah obligasi negara yang dijual kepada individu atau orang perseorangan warga negara Indonesia melalui agen penjual. Sejalan dengan upaya tersebut, pada tahun 2014 Pemerintah mengenalkan instrumen baru dalam bentuk Saving Bond Ritel (SBR) yang memiliki fitur berbeda dengan ORI.

Pembukaan Masa Penawaran (Launching) SBR001 dan ORI011 pada Tahun 2014

SBR merupakan Obligasi Negara yang dijual kepada individu

atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual di Pasar Perdana domestik dengan fitur tertentu dan tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Berbeda dengan ORI yang memiliki kupon fixed sampai jatuh tempo, SBR memiliki fitur tingkat kupon minimal (floating with floor) sehingga kupon yang diterima oleh investor terlindungi dari volatilitas suku bunga. SBR pertama kali diterbitkan pada tanggal 2 Mei 2014 (seri SBR001) senilai Rp2,391 triliun yang dipasarkan melalui 21 Agen Penjual. SBR001 memiliki tenor 2 tahun dan memiliki tingkat kupon mengambang dengan tingkat kupon minimal sebesar 8,75% per tahun. Tingkat kupon SBR001 disesuaikan setiap 3 bulan pada tanggal penyesuaian kupon. Penyesuaian tingkat kupon dilakukan dengan menjumlahkan Tingkat Bunga Penjaminan LPS yang berlaku pada tanggal penyesuaian kupon dengan spread tetap sebesar 125 bps (1,25%) sampai dengan jatuh tempo. Pembayaran kupon SBR001 berlaku tetap untuk periode setiap 3 (tiga) bulan dan dibayar pada tanggal 20 setiap bulannya sampai dengan jatuh tempo. Secara umum penerbitan SBR001 dapat dilaksanakan dengan baik. Agen Penjual telah menunjukan kinerja yang maksimal untuk mencapai target yang ditetapkan. Namun demikian, masih perlu dilakukan langkah-langkah penyempurnaan untuk penerbitan SBR seri berikutnya agar tujuan utama penerbitan SBR untuk memperluas basis investor dan menuju masyarakat investasi dapat terwujud.

Page 68: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 53

Di samping itu pada tahun 2014, Pemerintah kembali menerbitkan ORI dengan seri baru ORI011 dengan fitur Minimum Holding Periode (MHP). Kebijakan fitur MHP telah diberlakukan sejak penerbitan ORI009. Berdasarkan ketentuan ini, pemilik ORI tidak dapat memindahbukukan kepemilikan ORI-nya selama 1 (satu) periode kupon pertama. Tujuan penerapan MHP ini adalah: (1) mengurangi laju perpindahan kepemilikan ORI dari investor individu ke investor institusi/lainnya, (2) memperluas basis investor ritel, dan (3) memperluas kesempatan investor ritel untuk memperoleh penjatahan ORI di pasar perdana. Dengan fitur ini diharapkan tujuan utama penerbitan ORI dapat lebih tepat sasaran. Selanjutnya, Untuk ORI011, MHP dibelakukan 1 (satu) periode kupon pertama berlaku hingga tanggal 15 November 2014.

ORI011 diterbitkan dengan tenor 3 tahun dan tingkat kupon tetap sebesar 8,50% per tahun yang dibayarkan secara bulanan. Berdasarkan hasil penjatahan ORI011 ditetapkan nominal penerbitan ORI011 sebesar Rp21,2 triliun. Distribusi hasil penjualan ORI011 dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut:

Grafik 3.2

Distribusi Jumlah dan Volume Pemesanan ORI011

5 Juta>5 Juta -50 Juta

>50 Juta -100 Juta

>100 Juta -500 Juta

>500 Juta -1 Miliar

>1 Miliar -3 Miliar

Nom (Mil)-RHS 3.96 188.47 515.73 4,075.95 5,308.68 11,123.13

Frek-LHS 792 5,788 5,367 12,036 5,884 5,157

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

Page 69: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 54

Tabel 3.8

Kinerja Pengelolaan SUN Tahun 2011 – 2014

Frek. Rp. (miliar) Frek. Rp. (miliar) Frek. Rp. (miliar) Frek. Rp. (miliar)

ON 98,850 122,245 165,450 23 203,855

SPN 40,000 30,520 42,400 22 60,900

Global Bond

USD 1 21,442 2 39,005 2 41,494 1 48,468

Euro - - - 1 15,759

Samurai Bond - 7,012 - -

SUN Ritel

ORI 1 11,000 1 12,676 1 20,205 1 21,216

SBR - - - 1 2,390

171,292 211,458 269,549 352,588

2014Instrumen

2011 2012 2013

22 21 23

Grafik 3.3

Kinerja Pengelolaan SUN Tahun 2011 – 2014

0

50000

100000

150000

200000

2011 2012 2013 2014

ON

SPN

Global Bond

Samurai Bond

SUN Ritel

(miliar Rp)

Penerbitan SUN melalui Lelang SUN, penerbitan global bond dan penerbitan Obligasi Negara kepada Investor Ritel dari tahun 2011 s.d. 2014 mengalami peningkatan dalam jumlah yang diterbitkan. Sementara itu instrumen Samurai Bond tidak diterbitkan pada tahun 2011, 2013, dan 2014. Penerbitan Samurai Bond dilakukan pada tahun 2010 dan 2012.

(b) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara

i Kinerja Penerbitan SBSN tahun 2014

Realisasi penebitan SBSN tahun 2014 sampai dengan akhir bulan Desember adalah sebesar Rp75,541 triliun, atau 99,99% dari target Rp75,546 triliun. Sisa target sebesar Rp5 miliar tidak direalisasikan karena jumlah realisasi penerbitan yang telah dicapai tersebut sudah mencukupi kebutuhan pembiayaan, sehingga lelang SBSN terakhir yang telah dijadwalkan sebelumnya tidak dilaksanakan.

Page 70: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 55

Rincian realisasi penerbitan SBSN tahun 2014 sebagaimana terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.9

Realisasi Penerbitan SBSN Tahun 2014

Instrumen Metode

Penerbitan Frekuensi

Jumlah (Rp Miliar

Porsi (%)

SPN-S

Private Placement

1 3.000 3,98%

Lelang 19 13.170 17,43%

PBS

8.446 11.18%

Private Placement

1 1.000 1,32%

SR Bookbuilding 1 19.323 25,58%

SDHI Private

Placement 6

12.855 17,02%

SNI* Bookbuilding

Int’l 1

17.747 23,49%

Total 29 75.541 100%

* Penerbitan SBSN dalam valuta asing di pasar perdana internasional sebesar USD1,5 miliar dengan kurs setelah closing date Rp11.831.

Total penerbitan SBSN pada tahun 2014 tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar Rp57,089 triliun dan tahun 2013 sebesar Rp53,176 triliun, dengan rincian sebagai berikut:

Instrumen Tahun 2012 (Rp miliar)

Tahun 2013 (Rp miliar)

Tahun 2014 (Rp miliar)

IFR 400 - -

PBS 16.714 9.316 9.446

SPN-S 1.380 11.653 16.170

SR 13.614 14.969 19.323

SDHI 15.342 - 12.855

SNI 9.639 17.238 17.747

Page 71: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 56

Peningkatan jumlah penerbitan terutama karena adanya penerbitan seri SDHI yang pada tahun sebelumnya tidak ada, serta peningkatan penerbitan seri SPN-S, SR dan PBS. Sedangkan penerbitan seri SNI masih tetap dalam nilai valasnya, yaitu USD1,5 miliar.

Peningkatan kinerja penerbitan SBSN selama tiga tahun terakhir (dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014) sebagaimana terdapat pada grafik di bawah ini.

Grafik 3.4

Kinerja Penerbitan SBSN Tahun 2012 - 2014

0

5000

10000

15000

20000

2012 2013 2014

IFR

PBS

SPN-S

SR

SDHI

SNI

ii Penerbitan Sukuk Negara Ritel (SR).

Sejak tahun 2009, Pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara Ritel yang dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual. Tujuan penerbitan Sukuk Negara Ritel antara lain:

Diversifikasi sumber pembiayaan APBN, terutama yang bersumber dari pasar domestik;

Memperluas basis investor Surat Berharga Negara di pasar domestik;

Memberikan alternatif instrumen ritel yang berbasis syariah bagi investor;

Mendukung pengembangan pasar keuangan syariah;

Memberikan kesempatan kepada investor individu untuk berinvestasi dalam instrumen pasar modal; dan

Memperkuat pasar modal Indonesia dengan mendorong transformasi dari savings-oriented society menjadi investment-oriented society.

Page 72: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 57

Pada tahun 2014, Pemerintah kembali menerbitkan Sukuk Negara Ritel seri baru, yaitu seri SR-006, yang dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2014, dengan metode bookbuilding di pasar perdana dalam negeri. Adapun karakteristik SR-006 adalah sebagaimana terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.10

Karakteristik Sukuk Negara Ritel Seri SR-006

Deskripsi Keterangan

Penerbit Pemerintah Republik Indonesia melalui Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia

Tenor 3 tahun (jatuh tempo 5 Maret 2017)

Nominal per-unit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)

Harga per-unit At par (100%)

Minimum pemesanan Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan kelipatannya

Maksimum pemesanan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

Tingkat imbalan (Fixed) 8,75% p.a

Minimum Holding Period

1 periode pembayaran imbalan

Pembayaran imbalan Tanggal 5 setiap bulan sampai dengan jatuh tempo

Tradability Tradable

Akad Ijarah Asset To Be Leased

Underlying asset Proyek yang telah mendapatkan alokasi dalam APBN tahun 2014

Kebijakan penerapan fitur Minimum Holding Periode (MHP)

yang telah diberlakukan sejak penerbitan SR-005 masih tetap diberlakukan pada SR-006. Berdasarkan fitur tersebut, pemilik SR-006 tidak dapat memindahbukukan kepemilikannya selama 1 (satu) periode kupon pertama. Tujuannya adalah untuk mengurangi laju perpindahan kepemilikan Sukuk Negara Ritel dari investor individu ke investor institusi/lainnya, sehingga diharapkan agar tujuan utama penerbitan Sukuk Ritel akan dapat lebih tepat sasaran.

Masa penawaran SR-006 berlangsung selama 11 hari kerja dari tanggal 14 sampai dengan 28 Februari 2014. Pada saat akhir masa penawaran SR-006, jumlah pemesanan melalui 28 Agen Penjual mencapai 34.692 pemesanan dengan total volume sebesar Rp19,354

Page 73: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 58

triliun. Selanjutnya, dalam proses penjatahan, volume pemesanan yang diterima/mendapat penjatahan sebesar Rp19,323 triliun, sedangkan volume pemesanan sebesar Rp31,145 miliar ditolak karena terdapat pemesanan yang melebihi jumlah maksimal pemesanan Rp5 miliar per investor, yaitu sebanyak 23 pemesanan yang tersebar di 15 Agen Penjual.

Hasil penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR-006 yang merupakan penerbitan SR yang keenam sejak tahun 2009, adalah penerbitan Sukuk Negara Ritel dengan volume penerbitan dan jumlah investor yang terbesar. Peningkatan penerbitan Sukuk Negara Ritel dari SR-003 tahun 2011 sampai dengan SR-006 tahun 2014 sebagaimana terdapat pada grafik di bawah ini.

Grafik 3.5

Kinerja Penerbitan Sukuk Negara Ritel SR-003 s.d. SR-006

iii Penerbitan Sukuk Global (SNI).

Pada tahun 2014, Pemerintah juga telah melakukan penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara dalam valuta asing (valas) di pasar perdana internasional dengan menggunakan skema Islamic Global Medium Term Notes Program (Islamic GMTN Program). Penerbitan Sukuk Negara valas atau Sukuk Global pada tahun 2014 tersebut, merupakan kelanjutan program tahun 2012, dimana pada tahun 2012 telah diterbitkan seri SNI-22 (tenor 10 tahun) sebesar USD1 miliar dan pada tahun 2013 telah diterbitkan seri SNI-24 (tenor 10 tahun) sebesar USD1,5 miliar.

Penerbitan Sukuk Global untuk yang ketiga kalinya (third drawdown), dilaksanakan pada tanggal 10 September 2014 dengan menggunakan format Islamic GMTN Program dan Reg S/144 A. Sukuk Global yang diterbitkan dengan seri INDOIS-24 atau SNI-24 tersebut, memiliki tenor 10 tahun (jatuh tempo pada tanggal 10 September 2024) dan tingkat imbalan sebesar 4,35% per tahun yang dibayarkan secara semesteran.

Page 74: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 59

Penebitan SNI-24 dengan metode bookbuilding mendapat respon yang baik dari investor internasional, setelah Joint Lead Managers (JLM) mengumpulkan pemesanan dari para investor dan Pemerintah melakukan price whispering, price tightening dan kemudian pada tanggal 3 September 2014 dilakukan pricing, total pemesanan yang disampaikan melalui bookrunners oleh 390 investor mencapai lebih dari USD10 miliar atau mengalami oversubcribed sebesar 6 kali terhadap target yang ditetapkan sebesar USD1,5 miliar. Adapun pelaksanaan setelmen dilakukan pada tanggal 10 September 2014, dengan pokok-pokok hasil penerbitan sebagaimana terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.11

Hasil Penerbitan Islamic GMTN Program Tahun 2014

No Deskripsi Keterangan

1. Format Islamic GMTN Program, Reg S/144 A

2. Rating BBB- (Fitch)

BB+ (Standard & Poor’s)

Baa3 (Moody’s)

3. Program Size USD5 miliar

4. Total volume pemesanan (third drawdown)

USD10 miliar

5. Volume penerbitan (second drawdown)

USD1,5 miliar (ekuivalen dengan Rp17,746 triliun)*

6. Tanggal penerbitan/ setelmen

10 September 2014

7. Tanggal jatuh tempo 10 September 2024

8. Imbalan Fixed 4,35% p.a (fixed)

9. Periode pembayaran imbalan

Semi annual, setiap tanggal 10 bulan Maret dan September

10. Struktur/Akad Wakalah

11. Listing Singapore Stock Exchange

12. Governing Law English Law and Indonesian Law

Dalam penerbitan Sukuk Global tersebut, untuk pertama

kalinya Pemerintah menggunakan struktur akad yang baru, yaitu “Struktur SBSN Wakalah”.

Page 75: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 60

iv Penerbitan SBSN dengan Metode Lelang

Pada tahun 2014, Pemerintah masih tetap melaksanakan penerbitan SBSN seri PBS dan SPN-S dengan metode lelang di pasar perdana dalam negeri yang dilakukan secara reguler. Lelang SBSN, khususnya untuk instrumen SPN-S, selain dalam rangka pengelolaan cash mismatch, juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan operasi moneter oleh Bank Indonesia (market-based monetary policy). Disamping itu, penerbitan SPN-S akan mendorong pengembangan pasar keuangan, khususnya pasar uang syariah, optimalisasi operasional pengelolaan kas Negara dan penyediaan instrumen untuk mendukung pengelolaan likuiditas bagi perbankan syariah.

Kinerja lelang SBSN tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun 2013. Meskipun frekuensi lelang SBSN turun 1 kali menjadi sebanyak 19 kali, namun realisasi jumlah penerbitan SBSN melalui lelang naik menjadi sebesar Rp21,616 triliun dari Rp20,96 triliun pada tahun sebelumnya. Demikian juga dari jumlah penawaran (bid) pembelian yang memenuhi benchmark naik menjadi Rp42,19 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp28,49 triliun. Hal ini mencerminkan bahwa pembentukan harga SBSN yang semakin baik, namun Pemerintah tetap selalu memperhatikan cost and risk of borrowing, sehingga tidak selalu memenangkan seluruh bid yang masuk.

Perkembangan kinerja lelang SBSN selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.12

Kinerja Lelang SBSN Tahun 2012 – 2014

No Deskripsi 2012 2013 2014

1. Frekuensi lelang 19 kali 20 kali 19 kali

2. Jumlah penawaran yang masuk

Rp56,08 T Rp71,21 T Rp67,70 T

3. Jumlah penawaran yang memenuhi benchmark

Rp26,35 T Rp28,49 T Rp42,19 T

4. Jumlah penawaran yang dimenangkan

Rp18,49 T Rp20,96 T Rp21,62 T

5. Rata-rata penawaran yang masuk

Rp2,95 T Rp3, 56 T Rp3, 56 T

6.

Rata-rata penawaran yang memenuhi benchmark

Rp1,38 T Rp1,42 T Rp2,22 T

Page 76: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 61

No Deskripsi 2012 2013 2014

7. Rata-rata penawaran yang dimenangkan

Rp0,97 T Rp1,04 T Rp1,13 T

v Penerbitan SBSN dengan Metode Private Placement

Penerbitan SBSN melalui metode private placement dimulai pada tahun 2009, dimana sampai dengan tahun 2013, pihak yang menempatkan dananya pada SBSN melalui metode private placement masih terbatas pada Kementerian Agama, yaitu untuk menempatkan Dana Haji dan Dana Abadi Umat (DAU) pada instrumen SBSN sebagai implementasi dari Nota Kesepakatan Bersama antara Kementerian Keuangan dan Kementerian Agama, pada SBSN seri Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI).

Pada tahun 2014, selain untuk SBSN seri SDHI, penerbitan SBSN dengan metode private placement juga dilakukan untuk seri SPN-S dan PBS. Penerbitan SBSN dengan metode private placement pada tahun 2014 untuk ketiga seri SBSN tersebut adalah sebanyak 8 kali transaksi dengan jumlah sebesar Rp16,,855 triliun atau 22,32% dari total penerbitan SBSN, yang terdiri dari:

- SDHI sebesar Rp12,855 triliun dengan 6 kali transaksi;

- SPN-S sebesar Rp3 triliun dengan 1 kali transaksi;

- PBS sebesar rp1 triliun dengan 1 kali transaksi.

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti tertera

pada tabel berikut.

Periode Pelaporan 2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan N/A 110,00% 100,04% 100,00% 100,19%

Beberapa tantangannya antara lain:

Kondisi pasar keuangan global yang berfluktuasi mengakibatkan ketidakpastian biaya utang, yang antara lain disebabkan karena rencana kenaikan tingkat bunga US, ketidakstabilan geopolitik khususnya Rusia dan Timur Tengah, serta penurunan kondisi ekonomi di Eropa, China dan Jepang, sehingga terdapat potensi investor asing untuk melakukan aksi jual terhadap SBN yang dimiliki dan menahan diri untuk tidak melakukan pembelian di pasar perdana; dan

Pasar SBN domestik yang belum dalam dan likuid dimana tingkat kepemilikan asing masih tinggi sehingga berpotensi sudden reversal, sedangkan kapasitas daya serap domestik belum memadai.

Page 77: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 62

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

Meningkatkan efektifitas edukasi/ sosialisasi/ diseminasi SBN kepada masyarakat, investor, dan pelaku pasar;

Melakukan pengembangan instrumen SBN, antara lain yang dilakukan pada tahun 2014 adalah instrumen SBR dan global bond dalam mata uang Euro;

Melakukan riset/survey untuk mengetahui preferensi investor SBN (termasuk terhadap jenis instrumen baru), serta mengukur potensi demand;

Penyusunan strategi pembiayaan tahunan melalui utang yang prudent; dan

Penerbitan SBN untuk tahun 2015 akan dilakukan sesuai dengan jadwal dan target penerbitan untuk memenuhi pembiayaan tahun 2015.

Kesimpulan:

Pencapaian SS Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal dengan indikator Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan, pada

tahun 2014 dapat tercapai dengan baik.

b. SS Pengelolaan utang dan hibah yang akuntabel dan kredibel

1) Rata-rata indeks opini BPK atas LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah

Upaya untuk mendapatkan dan mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK sebagai eksternal auditor terhadap Laporan Keuangan Bagian Anggaran Pengelolaan Utang dan Hibah yang dikelola DJPU akan terus dilakukan secara maksimal. Terkait dengan opini BPK maka terdapat 4 jenis opini yang dapat diberikan, yakni (i) opini wajar tanpa pengecualian (WTP/unqualified opinion), (ii) opini wajar dengan pengecualian (WDP/qualified opinion), (iii) pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion) dan (iv) opini tidak wajar (adversed opinion).

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Rata-rata indeks opini BPK atas LK BA Pengelolaan

Utang dan Hibah tahun 2013 ditargetkan sebesar 4,00 (WTP), dengan realisasi 4.00 sehingga indeks capaiannya 100%, dengan rincian sebagai berikut:

a) Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Bagian Anggaran (LK BA) Pengelolaan Utang dan Hibah tahun 2013 ditargetkan mencapai nilai indeks 4,00 (WTP). Namun demikian, sehubungan dengan hal tersebut sebagai dasar perhitungan IKU opini BPK atas LK BA 999.01 dan BA 999.02 TA 2013 adalah jumlah pengecualian pada LK Konsolidasi BUN yang terkait dengan BA tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil entry meeting antara BPK dengan Pemerintah pada tanggal 2 April 2014, bahwa BPK tidak lagi memberikan opini pada LK BA 999.01 dan 999.02,

Page 78: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 63

akan tetapi hanya memberikan opini terhadap LK BA 15 dan LK Konsolidasi BUN.

b) Opini BPK terhadap LK BUN adalah WDP. Akan tetapi, pengecualian tersebut bukan berasal dari BA 999.01 maupun BA 999.02, sehingga untuk capaian kedua BA tersebut dikategorikan sebagai capaian indeks opini WTP (indeks 4).

Kinerja pengelolaan hibah selama dari tahun 2008 sampai dengan 2013 dapat digambarkan seperti bagan berikut:

Bagan 3.1

Kinerja Pengelolaan Hibah 2008 - 2013

Kinerja Pengelolaan Hibah Tahun 2008-2013

Realisasi pendapatan hibah dalam APBN mengalamipeningkatan dari Rp0,85 triliun tahun 2008 menjadiRp6,97 triliun tahun 2013;

Temuan hibah langsung (Off Budget/Off Treasury),Rp2,69 triliun tahun 2013, sebesar Rp2,46 triliunmerupakan dana yang diterima KPU dan Bawaslu untukpenyelenggaraan pilkada yang menurut pemerintahtidak dapat dikategorikan sebagai hibah. Sisanyasebesar Rp0,23 triliun merupakan hibah langsung yangbelum dilaporkan.

Tahun TargetOpini BA 999.02

(Pengelolaan Hibah)

2008 - TMP

2009 WDP WDP

2010 WTP WDP

2011 WTP WDP

2012 WTP WTP – DPP

2013 WTPTidak menyumbang temuan yang

mempengaruhi opini LKBUN

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

2008 2009 2010 2011 2012 2013

2,95

1,01

1,90

4,66

0,80

4,48

0,85

3,34

4,14

5,445,79

6,97

3,90

1,53

0,86

0,29 0,50

2,69

15 16 18 15 15 19

Pagu Realisasi Hibah yang Belum DilaporkanJumlah K/L (unit)

Dalam triliun Rp

Capaian IKU selama tiga tahun terakhir sedikit mengalami kenaikan

dari tahun sebelumnya, yaitu seperti digambarkan pada tabel berikut:

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan

(Triwulan II) 3.5 4 4 4 4

Beberapa tantangannya antara lain:

a) Utang

Terdapat kelemahan dalam Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SABUN) dan Sistem Akuntansi Utang Pemerintah (SAUP) sehingga terdapat selisih pencatatan penerimaan pembiayaan luar negeri antara LKBUN dan LK BA 999.01 Tahun 2013.

Page 79: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 64

b) Hibah

Penatausahaan pendapatan hibah Tahun 2013 belum memadai sehingga terdapat perbedaan pencatatan realisasi pendapatan hibah TA 2013 antara pendapatan hibah di LK BA 999.02 dan LKBUN Audited TA 2013 dan terdapat realisasi pendapatan hibah langsung TA 2013 yang belum dilaporkan secara akuntabel.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a) Intensifikasi pertukaran data elektronik realisasi pendapatan hibah dengan DJPB (Direktorat APK, Direktorat PKN dan KPPN Khusus Pinjaman dan Hibah);

b) Melakukan rekonsiliasi dengan K/L dan melakukan konfirmasi kepada Donor; dan

c) Melakukan sosialisasi kepada kementerian/lembaga untuk memberikan informasi kepada kementerian/lembaga terkait pengelolaan registrasi, pengesahan dan penyampaian laporan penerimaan hibah yang diterima oleh kementerian/lembaga.

2) Indeks kepuasan pengguna layanan

DJPU sebagai institusi publik memiliki posisi yang unik dan strategis karena memiliki peran sebagai pelaku pasar di industri keuangan domestik maupun global. Peranan ini dilakukan DJPU dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi utama untuk memenuhi sumber pembiayaan melalui utang dalam jumlah yang cukup, biaya yang efisien, dan risiko yang terkendali. Agar dapat mencapai hal tersebut, DJPU dituntut mampu membangun kepercayaan (trust) di kalangan stakeholders-nya (investor, dealer utama, agen penjual, kreditur, executing agencies, dll) melalui pelaksanaan pengelolaan utang secara akuntabel dan kredibel, sehingga pada giliran selanjutnya stakeholders puas dengan layanan yang diberikan DJPU.

Parameter tingkat kepuasan stakeholders atas layanan yang diberikan DJPU ini tercermin pada indeks sebagai berikut:

Indeks kepuasan terhadap layanan pengelolaan utang berdasarkan hasil survei:

Keterangan:

0 ≤ X ≤ 1 = Tidak Puas

1 < X ≤ 2 = Kurang Puas

2 < X ≤ 3 = Cukup Puas

3 < X ≤ 4 = Puas

4 < X ≤ 5 = Sangat Puas

Page 80: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 65

Indeks di atas diperoleh melalui hasil survei yang dilaksanakan oleh tim independen secara swakelola, dimana pada tahun 2014 adalah tim dari Institut Pertanian Bogor. Survei dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan in-depth interview kepada responden sebagai pengguna layanan atas 6 layanan utama DJPU sebagai berikut:

a) Pelayanan Pengadaan Pinjaman Rupiah Dalam Negeri;

b) Pelayanan Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana;

c) Pelayanan Lelang Surat Berharga Syariah Negara di Pasar Perdana;

d) Pelayanan Setelmen Transaksi Surat Berharga Negara;

e) Penjualan Obligasi Negara kepada Investor Ritel di Pasar Perdana Domestik; dan

f) Pelayanan Penerbitan Sukuk Ritel.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Indeks kepuasan pengguna layanan ditargetkan sebesar 4,0, dengan realisasi sebesar 4,09 sehingga memperoleh nilai capaian 102,25%.

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan 3,77 3,90 4,04 4,00 4,09

Beberapa tantangannya antara lain:

1) Semakin meningkatnya ekspektasi stakeholders terhadap kualitas layanan DJPU; dan

2) Jumlah layanan yang semakin meningkat dan kompleks, terutama terkait adanya penambahan tugas dan fungsi baru seiring dengan penataan organisasi DJPU menjadi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a) Melaksanakan tindak lanjut atas rekomendasi hasil survei tahun 2014;

b) Meningkatkan kualitas layanan DJPU kepada stakeholders pada setiap aspek penilaian; dan

c) Meningkatkan komunikasi dan koordinasi secara aktif dengan stakeholders melalui berbagai forum seperti sosialisasi, investor gathering,

Page 81: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 66

dealer & analyst meeting, dan rekonsiliasi data, untuk memperoleh feedback dan menampung aspirasi dari stakeholders dalam meningkatkan kualitas layanan DJPU.

3) Tingkat akurasi pembayaran kewajiban utang

IKU ini dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kredibilitas pengelolaan utang melalui pembayaran kewajiban pokok utang, bunga, dan biaya utang secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga dapat menghindari kerugian negara. Kegiatan penyelesaian pembayaran kewajiban utang meliputi penyelesaian pembayaran pokok, bunga, dan biaya atas pinjaman dan SBN (SUN dan SBSN). Adapun yang dimaksud dengan tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran:

1) Tepat jumlah adalah kesesuaian jumlah pokok, bunga/ imbalan, dan biaya yang dibayar dengan perhitungan tagihan dari lender, agen pembayar, bursa efek, lembaga pemeringkat, agen penjual sesuai Loan Agreement, perjanjian/ terms and conditions;

2) Tepat waktu adalah kesesuaian pembayaran pokok, bunga/ imbalan, dan biaya dengan jadwal waktu yang diatur dalam Loan Agreement, perjanjian /terms and conditions; dan

3) Tepat sasaran adalah ketepatan pembayaran pokok, bunga/ imbalan, dan biaya sesuai penerima tagihan.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Tingkat akurasi pembayaran kewajiban utang ditargetkan sebesar 100%. Namun demikian, realisasi capaian adalah sebesar 99,9% atau senilai Rp370.472.381.814.099,00. Capaian ini dikarenakan terdapat denda keterlambatan pembayaran pokok dan bunga (default interest) sebesar USD234.53 (Rp2,84 juta) kepada The Export Import Bank of Korea, yang disebabkan karena keterlambatan pembuatan SPM. Realisasi pembayaran kewajiban utang pada tahun 2014 sebesar Rp. 370,47 triliun, yang diselesaikan melalui 3.601 SPM, terdiri atas:

a) pembayaran pokok sebesar Rp. 237,03 triliun;

b) pembayaran bunga sebesar Rp. 123,30 triliun; dan

c) pembayaran biaya sebesar Rp. 10,14 triliun

Perkembangan realisasi pembayaran utang selama Tahun Anggaran 2014 dan Tahun Anggaran 2010 s.d. 2014 sebagaimana tercantum pada grafik di bawah ini.

Page 82: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 67

Grafik 3.6

Realisasi pembayaran utang Tahun Anggaran 2010 s.d. 2014

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti

tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan 100,00% 100,00% 99,99% 100,00% 99,99%

Beberapa tantangannya antara lain:

a) Terdapat tagihan (Notice of Payment/NOP) dari pemberi pinjaman yang belum diterima hingga mendekati tanggal jatuh tempo pembayaran pinjaman yang bersangkutan;

b) Terdapat data penarikan (Notice of Disbursement) pinjaman luar negeri dari pemberi pinjaman yang diterima tidak tepat waktu, sehingga berpengaruh terhadap data outstanding pinjaman luar negeri;

c) Masih ditemukannya jadwal pembayaran utang dengan status tentative di database pengelolaan utang; dan

d) Terdapat beberapa tagihan fee yang belum dapat dijadwalkan pembayarannya.

Page 83: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 68

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a) Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan pihak terkait, seperti Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bank Indonesia, maupun lender/donor dalam rangka meningkatan akurasi data pengelolaan utang;

b) Menerbitkan Notice Of Payment (NOP) Pengganti untuk tagihan yang telah mendekati jatuh tempo tetapi belum diterima;

c) Melakukan optimalisasi sistem informasi alat kendali NOP dan SPM untuk monitoring proses pelaksanaan pembayaran utang;

d) Melakukan updating database utang sesuai hasil rekonsiliasi data posisi utang dan data pembayaran utang;

e) Memperbaiki proses bisnis internal terkait pembayaran kewajiban utang;

f) Melakukan konfirmasi dan rekonsiliasi data utang dengan DJPB, BI dan kreditur secara bulanan dan triwulanan;

g) Melakukan pemantauan data schedule pembayaran fee pinjaman luar negeri didasarkan pada informasi yang tersedia dari aplikasi Payment to be Made dan Oracle Browser DMFAS 6.0 sebagai pendukung;

h) Melakukan koordinasi dengan DJPB mengenai penggunaan aplikasi SPAN dalam proses pembayaran; dan

i) Mengupayakan otomasi ADK SPM pada aplikasi SPAN.

Kesimpulan:

Pencapaian SS Pengelolaan utang dan hibah yang akuntabel dan kredibel dengan indikator Rata-rata indeks opini BPK atas LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah, Indeks kepuasan pengguna layanan, dan Tingkat akurasi pembayaran kewajiban utang, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik.

c. SS Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil

Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil merupakan salah satu faktor yang mendukung penyediaan pembiayaan dalam jumlah yang cukup, efisien, dan risiko yang terukur dalam rangka mendukung kesinambungan fiskal. Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil memiliki karakteristik, antara lain:

Struktur pendukung pasar yang kompetitif;

Infrastruktur pasar yang efektif dan aman;

Heterogenitas yang tinggi di antara pelaku pasar dengan jumlah dana yang cukup untuk menyerap SBN yang ditransaksikan (jumlah investor yang banyak pada basis yang diversified);

Page 84: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 69

Terdapat proses pembentukan harga yang wajar dan transparan;

Transaksi yang aktif pada tingkat harga yang wajar/ kompetitf dengan biaya transaksi yang rendah (tingginya turn over ratio instrumen SBN dengan interval harga jual dan beli yang semakin menipis); dan

Variasi instrumen dan jumlah nominal SBN yang cukup untuk mendorong aktivitas pasar.

Untuk itu, demi mendukung tercapainya SS Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil, DJPU menyusun IKU sebagai berikut:

1) Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN (Turn Over Ratio)

Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN (Turn Over Ratio) adalah persentase jumlah nominal rata-rata transaksi harian perdagangan SBN di pasar sekunder dibandingkan dengan nominal rata-rata outstanding SBN. Perhitungan IKU untuk tahun 2014 hanya dibatasi untuk:

a) SUN seri benchmark untuk semua tenor; dan

b) SBSN domestik tradable.

Hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan volume transaksi di pasar sekunder yang lebih stabil dan likuid dibandingkan dengan seri lainnya. Adapun tujuan disusunnya IKU ini adalah untuk mengukur likuiditas pasar sekunder SBN, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan untuk mendukung upaya pengembangan pasar SBN.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN

(Turn Over Ratio) direncanakan sebesar 100%, dengan realisasi sebesar 250,44% sehingga indeks capaiannya sebesar 120%, dengan rincian:

a) Untuk SUN seri benchmark terealisasi 8,82 kali lebih besar dari target 8 kali; dan

b) Untuk seluruh seri SBSN Rupiah tradable di pasar domestik, dari target

sebesar 0,50 kali rata-rata transaksi, terealisasi sebesar 1,95 kali.

Untuk Surat Utang Negara, realisasi sampai dengan Desember 2014, jumlah rata-rata transaksi harian perdagangan SUN seri benchmark sebesar Rp1.516,4 triliun dengan rata-rata outstanding SUN seri benchmark sebesar Rp171,957 triliun, sehingga capaian IKU sampai dengan Desember 2014 sebesar 8,82% yang merupakan nilai rata-rata dari penjumlahan capaian bulan Januari s.d Desember 2014. Capaian yang melebihi target tersebut disebabkan:

a) Peningkatan rata-rata transaksi harian SUN seri benchmark baik secara volume maupun frekuensi transaksi, yang antara lain disebabkan penggunaan benchmark seri yang sama selama 2 tahun berturut-turut

Page 85: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 70

sehingga jumlah outstanding seri benchmark yang diperdagangkan meningkat;

b) Peningkatan porsi kepemilikan asing atas SBN yang mendorong aktifitas perdagangan SBN di pasar sekunder domestik; dan

c) Peningkatan transaksi repo (mini repo).

Sedangkan untuk SBSN, realisasi sampai dengan akhir Desember 2014 yang dihitung dari rata-rata transaksi perdagangan harian terhadap rata-rata outstanding keseluruhan SBSN rupiah yang tradable di pasar domestik pada tahun 2014 mencapai sebesar 1,95 kali dari target yang ditetapkan sebesar 0,50 kali. Realisasi tersebut antara lain disebabkan oleh tingginya transaksi perdagangan SBSN seri-seri SR (SR005 dan SR006) serta seri-seri SPNS (SPNS04032014, SPNS09102014 dan SPNS02012015).

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan N/A 100,00% 152,39% 100,00% 250,44%

Beberapa tantangannya antara lain adalah Pasar SBN domestik yang belum dalam dan likuid dimana tingkat kepemilikan asing masih tinggi sehingga berpotensi sudden reversal.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a) Meningkatkan efektifitas edukasi/sosialisasi/diseminasi SBN kepada masyarakat, investor, dan pelaku pasar;

b) Melakukan pengembangan instrumen SBR yang diperuntukkan bagi investor ritel domestik; dan

c) Pengurangan seri-seri SBN yang tidak aktif melalui buyback/debtswitch.

2) Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi

Dalam rangka memperkuat implementasi kebijakan di bidang pengelolaan utang, maka perlu dilakukan peningkatan pemahaman stakeholders terhadap pengelolaan utang. Bentuk peningkatan pemahaman dimaksud dapat dilakukan melalui komunikasi dan edukasi secara berkelanjutan dan komprehensif. Efektivitas edukasi dan komunikasi merupakan bentuk pengukuran tingkat keberhasilan peserta (stakeholders) dalam hal pemahaman substansi/materi pengelolaan SBN dan mekanisme pengelolaan pinjaman dan hibah yang disampaikan melalui sosialisasi yang dilaksanakan.

Page 86: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 71

IKU ini hanya mengukur edukasi dan komunikasi yang disampaikan ke pihak eksternal. Variabel yang diukur dalam kuisioner adalah tingkat pemahaman peserta (bobot 65%), bahan presentasi (bobot 10%), pembicara (bobot 20%), dan fasilitas tempat pelaksanaan (bobot 5%). Perhitungan IKU ini mempertimbangkan frekuensi maupun tingkat pemahaman masyarakat, sehingga sejak awal tahun sudah harus ditargetkan berapa frekuensi kegiatan peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SBN dan Sistem Akuntansi Hibah. Target peserta yang hadir minimal 50 peserta dan yang mengembalikan kuesioner minimal 50% dari peserta yang hadir, dan disesuaikan dengan daftar hadir.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi ditargetkan sebesar 75,00%, dengan realisasi sebesar 76,83% sehingga nilai capaiannya adalah 102,44%. Capaian tersebut diperoleh melalui survei kepada peserta sosialisasi.

a) Sosialisasi SUN

Persentase pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SUN pada tahun 2014 ditargetkan sebesar 75% dengan realisasi sebesar 77,68% (kriteria paham).

Dalam proses pengembangan pasar SUN sangat diperlukan penyampaian pemahaman seluas-luasnya kepada masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SUN. Sejak tahun 2005, Direktorat SUN melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat luas memahami mekanisme pengelolaan SUN dan mengetahui manfaat investasi pada instrumen SUN serta arti penting SUN dalam mendukung proses pembangunan di Indonesia sehingga dapat menambah daya tarik masyarakat untuk berinvestasi di Surat Utang Negara.

Suasana Sosialisasi Surat Utang Negara (SUN) di Bandung, 25 April 2014

Page 87: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 72

Program sosialisasi SUN ini merupakan salah satu program tahunan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan. Pada kegiatan sosialisasi SUN tahun 2014, Direktorat SUN melibatkan peserta dari kalangan akademisi dengan bekerjasama dengan pihak perguruan tinggi dengan rincian pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel 3.13

Penyelenggaraan Sosialisasi SUN Tahun 2014

No Perguruan

Tinggi Lokasi

sosialisasi Tanggal sosialisasi

Hasil Kuisioner

1 Universitas Haluoleo

Kendari 28 Februari 2014 80.86

2 Universitas Pelita Harapan

Tangerang

14 Maret 2014 77.21

3 Universitas Pendidikan Indonesia

Bandung 25 April 2014 81.04

Di samping pelaksanaan secara mandiri oleh Direktorat SUN,

kegiatan sosialisasi SUN dimaksud juga dilaksanakan melalui kerjasama dengan unit lain di lingkungan DJPU, yaitu Direktorat Pembiayaan Syariah dan Direktorat Strategi dan Portofolio Utang. Kerjasama sosialisasi dengan dengan Direktorat PS telah dimulai sejak tahun 2013 sedangkan kerjasama dengan Direktorat SPU baru dimulai tahun 2014. Sosialisasi bersama yang menghadirkan 3 (tiga) narasumber dari Direktorat SUN, Direktorat PS dan Direktorat SPU dilaksanakan pada 2(dua) lokasi yaitu Universitas Hasanuddin, Makassar dan Universitas Diponegoro, Semarang. Adapun sosialisasi bersama khusus 2 (dua) Direktorat yakni Direktorat SUN dan Direktorat PS dilaksanakan di Universitas Bengkulu. Rincian pelaksanaan sosialisasi bersama adalah sebagai berikut:

Tabel 3.14

Penyelenggaraan Sosialisasi SUN Tahun 2014

Melalui Kerjasama dengan Unit Lain di Lingkungan DJPU

No Perguruan

Tinggi Lokasi

Sosialisasi Tanggal

Sosialisasi Hasil

Kuisioner Ket

1 Universitas Hasanuddin

Makassar 7 Maret

2014 76.55

Host: Dit. SUN

2 Universitas Diponegoro

Semarang 2 April

2014 76.27

Host: Dit. PS

Page 88: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 73

No Perguruan

Tinggi Lokasi

Sosialisasi Tanggal

Sosialisasi Hasil

Kuisioner Ket

3 Universitas Bengkulu

Bengkulu 7 Mei 2014 74.13 Host:

Dit. PS

b) Sosialisasi SBSN

Dalam rangka menyebarluaskan informasi dan pemahaman mengenai SBSN, Direktorat Pembiayaan secara rutin melaksanakan program sosialisasi SBSN ke berbagai daerah di Indonesia. Di samping itu, terdapat pula kegiatan sosialisasi secara khusus kepada kalangan akademis yang dinamakan “Sukuk Negara Goes to Campus”. Kegiatan sosialisasi SBSN tahun 2014 dilaksanakan menggunakan konsep seminar maupun talk show dengan menghadirkan pembicara dari Direktorat Pembiayaan Syariah dan moderator yang memandu acara.

Sosialisasi Daerah

Sosialisasi daerah adalah sosialisasi yang dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia dengan target perserta adalah masyarakat umum yang terdiri atas perwakilan dari kantor vertikal Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Pemerintah Daerah, bank, BPR, lembaga keuangan daerah non-bank, pondok pesantren, universitas/sekolah tinggi, media massa lokal, dll. Pemilihan lokasi pelaksanaan sosialisasi daerah didasarkan pada data bahwa di daerah tersebut belum pernah dilaksanakan sosialisasi SBSN sebelumnya.

Sosialisasi Kampus (Sukuk Negara Goes to Campus)

Sosialisasi kampus adalah pelaksanaan sosialisasi yang bekerjasama dengan perguruan tinggi di beberapa daerah di Indonesia dengan target peserta lebih spesifik, yaitu kalangan akademisi yang terdiri dari dosen dan mahasiswa. Target utama peserta sosialisasi kampus adalah dosen dan mahasiswa, terutama pada fakultas hukum, ekonomi dan pasca sarjana. Kampus yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan adalah kampus yang dianggap memiliki perhatian khusus terhadap perkembangan pasar sukuk di Indonesia.

Realisasi capaian tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi pengelolaan SBSN pada tahun 2014 sebesar 75,39%, lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar 75%. Capaian tersebut merupakan nilai rata-rata tingkat pemahaman masyarakat terhadap SBSN berdasarkan hasil kuesioner dalam sosialisasi SBSN sebagai berikut:

Page 89: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 74

Tabel 3.15

Hasil Kuesioner dalam Sosialisasi SBSN Tahun 2014

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti

tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan 75,83% 75,00% 77,28% 75,00% 76,83%

Tantangan yang dihadapi berkaitan dengan pencapaian IKU antara lain:

a) Menambah tingkat pemahaman para peserta sosialisasi; dan

b) Jangkauan wilayah dan peserta sosialisasi.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a) Menyusun materi presentasi sosialisasi yang lebih sistematis dan menarik serta penggunaan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami para peserta; dan

b) Menyelenggarakan sosialisasi ke universitas-universitas yang belum pernah dikunjungi atau pernah dikunjungi minimal 4 (empat) tahun yang lalu.

Page 90: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 75

3) Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik

Pertumbuhan investor domestik diukur berdasarkan peningkatan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable. Pertumbuhan investor domestik sangat tergantung pada jumlah peningkatan outstanding SBN setiap tahunnya serta menyesuaikan dengan strategi pengelolaan utang dan kebutuhan pembiayaan dalam APBN. Apabila penerbitan SBN tetap dilakukan seperti kondisi saat ini, maka Pemerintah berupaya untuk menjaga agar porsi kepemilikan SBN oleh investor domestik tetap dominan.

Penerbitan SBN di pasar domestik dilakukan dengan senantiasa melihat daya serap pasar domestik. Saat ini, pasar SBN domestik masih didominasi oleh investor domestik. Namun demikian, seiring dengan semakin baiknya kondisi fundamental perekonomian Indonesia (pulled factor) dan kebijakan bank sentral di beberapa advanced country serta kondisi perekonomian global yang masih belum pulih (pushed factor), membuat SBN di pasar domestik semakin diminati asing, khususnya dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Kenaikan kepemilikan SBN oleh investor asing yang signifikan di satu sisi memberikan dampak positif seperti cost of borrowing yang semakin rendah karena adanya permintaan yang sangat tinggi dari investor asing, tetapi di sisi yang lain dapat menimbulkan dampak negatif antara lain meningkatnya risiko terjadinya pembalikan arus dana keluar Indonesia secara tiba-tiba (sudden reversal), dengan indikasi melonjaknya imbal hasil (yield) SBN. Masuknya dana asing masih akan dibutuhkan dalam rangka memperluas basis invetor SBN dan memperdalam pasar SBN. Namun, Pemerintah perlu menyiapkan kebijakan untuk mengantisipasi hal tersebut, salah satunya dengan mengembangkan pasar domestik terutama pengembangan industri pasar keuangan domestik seperti dana pensiun, asuransi, reksadana, dan perbankan. Hal ini penting mengingat pasar SBN yang andal harus ditopang oleh industri pasar keuangan yang cukup solid. Pengembangan pasar domestik melalui penguatan potensi investor domestik perlu dilakukan secara komprehensif.

Adapun upaya pemerintah untuk memperkuat investor domestik di pasar SBN antara lain dengan bekerja sama dengan semua otoritas/ regulator, komunikasi aktif dengan pelaku industri pasar keuangan domestik, serta peningkatan partisipasi investor ritel melalui penerbitan SBN ritel. Dengan menetapkan target pertumbuhan sebesar 7% setiap tahun, maka diharapkan upaya maksimal dari Pemerintah untuk tetap mempertahankan dominasi investor domestik pada SBN tradable di pasar domestik dapat terwujud. Jadi, IKU ini bertujuan untuk menggambarkan peningkatan basis investor domestik terhadap total kepemilikan investor pada SBN domestik yang diperdagangkan.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Page 91: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 76

Pada tahun 2014, Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik direncanakan sebesar 7%, dengan realisasi sebesar 11,50%. sehingga capaiannya sebesar 120%.

Jumlah pertumbuhan nominal kepemilikan investor (baik asing maupun domestik) mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dalam tahun ini. Isu tapering yang berhembus pada pertengahan tahun 2013 juga menjadi ‘berkah’ tersendiri karena ketika investor asing melepas portofolionya maka kemudian diserap oleh investor domestik. Capaian tersebut diperoleh karena pada tahun 2014, kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik naik sebesar Rp77,19 triliun dari sebelumnya Rp671,42 triliun pada akhir tahun 2013 menjadi Rp748,61 triliun pada akhir tahun 2014. Capaian persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBSN tradable oleh investor domestik pada tahun 2014 adalah sebesar 31,567%.

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan N/A 7,00% 22,16% 7,00% 11,50%

Tantangan yang dihadapi berkaitan dengan pencapaian IKU antara lain:

a) Menarik investor domestik yang potensial seperti dana pensiun dan asuransi; dan

b) Menjaga tingkat kepemilikan asing atas SUN domestik.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a) Melakukan kajian penerbitkan instrumen baru SUN, yakni inflation linked bonds yang diharapkan dapat menarik minat investor institusi dana pensiun dan asuransi; dan

b) Menerbitkan obligasi negara kepada investor ritel yang khusus diperuntukkan bagi investor domestik dan tidak dapat diperdagangkan.

Kesimpulan:

Pencapaian SS Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil dengan indikator Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN (Turn Over Ratio), Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi, dan Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik.

Page 92: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 77

d. SS Pinjaman yang efektif dan efisien

Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman

Persentase kegiatan yang disiapkan sesuai dengan Kebijakan Pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri adalah usulan kegiatan infrastruktur dan energi yang disiapkan untuk dibiayai dengan Pinjaman Luar Negeri dibandingkan dengan usulan kegiatan dalam tahapan Daftar Rencana Prioritas Pinjaman/ Hibah Luar Negeri - Jangka Menengah (green book). Dalam menunjang pencapaian kinerja tersebut, DJPU melakukan review bersama Bappenas atas usulan kegiatan dalam blue book yang akan dijadikan bagian dalam green book. Adapun kegiatan infrastruktur dan energi adalah kegiatan yang berkaitan dengan bidang infrastruktur dan energi sesuai dengan Arahan Presiden dan Surat Edaran Sekretaris Kabinet Nomor SE-592/Seskab/XI/2012 perihal Pembatasan Pinjaman Luar Negeri yang membebani APBN/ APBD (dikecualikan pinjaman untuk membiayai Alutsista dan Almatsus TNI/ Polri).

Dalam indikator ini, penandatangan komitmen baru pinjaman luar negeri akan diselesaikan dalam jangka waktu tahun 2014 s.d. 2019, sehingga diasumsikan pada tahun 2025 tidak terdapat kegiatan baru yang akan dibiayai dengan pinjaman luar negeri. Tujuan dari IKU ini adalah sebagai filter dan pembatasan terhadap pinjaman luar negeri agar lebih selektif dan sesuai dengan arahan, sehingga pemanfaatan pinjaman luar negeri dapat semaksimal mungkin digunakan. Sesuai dengan kebijakan pemanfaatan Pinjaman Luar Negeri (PLN) yang ditetapkan pada Arahan Presiden dan Surat Edaran Sekretaris Kabinet Nomor SE-592/Seskab/XI/2012, maka PLN hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan infrastruktur dan energi.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman direncanakan sebesar 70%, dengan realisasi sebesar 90,00%, sehingga capaiannya sebesar 120%. Pada tahun ini, telah ditandatangani 20 Pinjaman Luar Negeri (dikecualikan pinjaman untuk membiayai Alutsista dan Almatsus TNI/ Polri), dimana terdapat 2 pinjaman yang bukan merupakan sektor infrastruktur dan energi, seperti ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.16

Daftar Penandatanganan Pinjaman Luar Negeri Tahun 2015

No Nama Perjanjian

Pinjaman Lender

Tanggal Tandatangan

Sektor

1

Rural Settlement Infrastructure and Kabupaten Strategic Area Development ((RISE) II)

JICA 24-Feb-14 Infrastruktur

Page 93: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 78

No Nama Perjanjian

Pinjaman Lender

Tanggal Tandatangan

Sektor

2

Metropolitan Sanitation Management Investment Program: Engineering Services for Sewerage System Development in DKI Jakarta

JICA 24-Feb-14 Infrastruktur

3

Urgent Disaster Reduction Project for Mount Merapi and Lower Progo River Area II

JICA 24-Feb-14 Infrastruktur

4

Countermeasures for Sediment in Wonogiri Multipurpose Dam Resevoir (II)

JICA 24-Feb-14 Infrastruktur

5 Professional Human Resource Development (IV)

JICA 24-Feb-14 Pendidikan

6 Coremap CTI - Loan World Bank 17 Maret 2014 Infrastruktur Kelautan dan

Perikanan

7

Railway Double Tracking on Java South Line Project (IV) (Kroya-Kutoarjo Phase II)

JICA 24-Feb-14 Infrastruktur

8 Jabodetabek Railway Capacity Enhancement Phase I

JICA 24-Feb-14 Infrastruktur

9 Development of Education in Seven Universities Project

Saudi Fund for

Development 12 Maret 2014

Infrastruktur Pendidikan

10 Proyek Improvement on TV Transmitting Stations Phase II (ITTS-II)

Natixis, Perancis

13 Maret 2014 Infrastruktur

Telekomunikasi

11 Development of Sewerage System in Batam Island

EDCF Korea

21 Maret 2014 Infrastruktur

12

Draft Direct Funding Agreement dari AusAID Untuk Program Provincial Road Improvement and

DFAT Australia

28 Februari 2014

Infrastruktur

Page 94: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 79

No Nama Perjanjian

Pinjaman Lender

Tanggal Tandatangan

Sektor

Maintenance (PRIM)

13

Pinjaman ADB No. 3122-INO: Neighborrhood and Upgrading Shelter Project-Phase 2 (NUSP-2)

ADB 23 April 2014 Infrastruktur

14

Pinjaman ADB No. 3123-INO: Metropolitan Sanitation Management Investment Project

ADB 13 Mei 2014 Infrastruktur

15

Pinjaman ADB No. 8280-INO (AIF): Metropolitan Sanitation Management Investment Project

ADB 13 Mei 2014 Infrastruktur

16 Scattered Transmission and Substation Package-7 Project

AFD, Perancis

25 Juli 2014 Energi

17

Pembiayaan Kegiatan Procurement of Medical Equipment for Army Hospital

Erste Bank, Austria

17-Dec-14 Kesehatan

18

Preferential Buyer Credit Loan Agreement Pembiayaan Proyek Takalar Steam Power Plany (2 X 100 MW)

CEXIM 22 Desember

2014 Energi

19 Proyek Pangkalan Susu Coal Fired Steam Power Plant (2 x 200 MW)

CEXIM 23 Desember

2014 Energi

20

Loan Agreement dari KfW Jerman untuk Pembiayaan Proyek Scattered Transmission and Substation Paket-3, PT PLN (Persero)

KfW Jerman

5 Desember 2014

Energi

Page 95: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 80

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan N/A N/A N/A 70,00% 90,00%

Beberapa tantangan dalam rangka pencapaian tersebut antara lain:

1) Pembiayaan rupiah murni belum dapat menjamin ketersediaan pendanaan untuk kegiatan multiyears dan belum mampu menyediakan dana untuk penyiapan proyek termasuk studi kelayakan yang diperlukan;

2) Belum terdapat kejelasan mengenai besaran kebutuhan yang diperlukan untuk mendanai kegiatan pembangunan nasional baik yang akan dibiayai melalui rupiah murni ataupun yang akan dibiayai dengan instrumen utang seperti pinjaman atau sukuk based project;

3) Belum terdapat kejelasan mengenai arah kebijakan pemanfaataan pinjaman dan kriteria kegiatan yang dapat dibiayai dengan pinjaman; dan

4) Masih terbatasnya sektor kegiatan yang bisa dibiayai melalui pinjaman dalam negeri sebagai alternatif pengganti pinjaman luar negeri.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

1) Berkoordinasi dengan Bappenas dalam rangka penentuan usulan kegiatan yang akan dicantumkan di dalam Daftar Rencana Prioritas Pinjaman Luar Negeri (Green Book) tahun 2014;

2) Review atas kegiatan dalam blue book sehingga terjadi proses penyaringan yang makin berkualitas dan cermat atas usulan kegiatan yang diusulkan dibiayai dengan pinjaman luar negeri, dengan menyiapkan kriteria kegiatan yang dapat dibiayai dengan Pinjaman Luar Negeri dengan lebih tajam. Diperlukan penguatan koordinasi dengan Kementerian PPN/Bappenas dalam rangka perbaikan proses perencanaan dan penyiapan kegiatan yang akan dbiayai dengan pinjaman luar negeri dengan berfokus kepada penyiapan kriteri kegiatan yang akan dibiayai dengan pinjaman luar negeri dan prioritisasi kegiatan yang dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri;

3) Meningkatkan peran serta dalam penyusunan dokumen kerjasama dengan lender untuk menghindari terjadinya pengadaan pinjaman luar negeri yang didikte oleh lender (lender driven);

4) Penguatan koordinasi dengan Bappenas dalam rangka menyusun kerangka kebijakan prioritas pinjaman luar negeri dengan pembagian tugas yang meliputi pemilihan Kegiatan, penilaian kesiapan Kegiatan

Page 96: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 81

dan penentuan sumber pembiayaan sehingga tercapai efisiensi pembiayaan utang dan tujuan pembangunan nasional;

5) Negosiasi pinjaman luar negeri hanya dilakukan setelah terpenuhinya seluruh kriteria kesiapan (readiness criteria) dari kegiatan yang akan dibiayai dengan pinjaman luar negeri; dan

6) Perbaikan batas maksimum pinjaman luar negeri sebagai alat pengendali pinjaman luar negeri.

Kesimpulan:

Pencapaian SS Pinjaman yang efektif dan efisien dengan indikator Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik.

e. SS Biaya dan risiko portofolio utang yang terkendali

1) Persentase pencapaian target effective cost

Persentase pencapaian target effective cost merupakan pencapaian total biaya utang yang diukur secara presentase berdasarkan realisasi effective cost terhadap target effective cost yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun perhitungan target Effective cost diperoleh dari total proyeksi pembayaran bunga utang selama satu tahun dibagi dengan target rata-rata outstanding utang. Dimana rata-rata outstanding utang adalah rata-rata outstanding utang akhir tahun 2013 dan proyeksi outstanding utang akhir tahun 2014.

Kunjungan DMO Vietnam Desember 2014

Berdasarkan APBN tahun 2014 target effective cost sebesar 4,92% dan dengan adanya APBN-P target tersebut disesuaikan menjadi 5,42%.

Formula yang digunakan untuk mengukur IKU Persentase pencapaian target effective cost adalah:

Page 97: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 82

Formula realisasi effective cost utang:

Pembayaran Bunga Utang

Rata-rata Outstanding Utangx 100%

Formula capaian Effective cost utang:

x 100%Target Effective cost

Realisasi Effective cost

IKU ini menggunakan polarisasi minimize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin rendah atau kurang dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Persentase pencapaian target effective cost ditargetkan sebesar 100%, namun realisasi yang dicapai adalah sebesar 98,90% sehingga nilai capaiannya 101,10%, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.17

Realisasi effective cost Tahun 2014

Target effective cost 2014

Realisasi effective cost 2014 Realisasi

IKU

5,42%

Pembayaran beban Rp 133,44 triliun

98,90%

Rata-rata outstanding Rp 2.490,21 triliun

EC = (Pembayaran beban/ Rata-rata outstanding) x 100%

5,36%

IKU target effective cost pada tahun 2014 mengalami perubahan yang

signifikan dalam formulasi perhitungan capaian IKU, dengan demikian perkembangan capaian untuk tiga tahun terakhir belum dapat dilihat.

Kunjungan delegasi dari Pakistan September 2014

Page 98: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 83

Pencapaian target tahun 2014 tersebut di atas dikarenakan:

1) Efisiensi dalam pengelolaan portofolio utang secara aktif dengan melaksanakan debtswitching dan buyback, sehingga terjadi saving cost yang mencapai sekitar Rp900 miliar. Efisiensi dimaksud sejalan dengan arahan komite ALM;

2) Saving anggaran discount pada penerbitan SUN melalui lelang sebesar kurang lebih Rp348 miliar; dan

3) Depresiasi EUR dan JPY yang signifikan memberikan saving yang lebih besar daripada apresiasi USD (kurang lebih Rp1,4 triliun).

Beberapa tantangan dalam rangka pencapaian tersebut antara lain:

a) Kondisi pasar domestik yang kurang mendukung seperti ketatnya likuiditas yang berdampak sulitnya mendapatkan pembiayaan utang di dalam negeri dan meningkatnya yeild SBN;

b) Kondisi krisis pasar keuangan internasional yang masih lesu yang berakibat kepada tinggi volatilitas tingkat bunga dan nilai tukar;

c) Situasi politik dalam negeri yang kurang kondusif berdampak negatif kepada perekonomian Indonesia antara lain melemahnya nilai tukar rupiah.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a) Melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif dan meningkatkan likuiditas SBN melalui buyback dan debtswitching;

b) Sebagian besar penerbitan SBN memiliki tingkat bunga tetap (fixed rate) sedangkan untuk penarikan pinjaman dimungkinkan memiliki tingkat suku mengambang (variable rate) dengan tetap memperhatikan target porsi variable rate terhadap outstanding utang; dan

c) Menetukan timing penerbitan SBN Valas dengan memperhatikan kondisi pasar keuangan, meliputi likuiditas pasar dan masa pembelian investor, dan kebutuhan valas jatuh tempo. Berdasarkan indikasi biaya, potential demand, pertimbangan risiko portofolio utang maka SBN valas diterbitkan dalam mata uang USD dan dalam mata uang Euro (untuk mengurangi konsentrasi valas dalam mata uang USD) serta menunda penerbitan valas dalam mata uang Yen.

2) Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang

Risiko portofolio utang meliputi risiko tingkat bunga (interest risk), risiko nilai tukar (Exchange Rate Risk) dan risiko pembiayan kembali (refinancing risk). Target risiko portofolio utang tahun 2014 tercantum pada Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah (MTDS) sebagaimana Keputusan Menteri Keuangan (KMK) yang telah diubah terakhir dengan KMK Nomor 113/KMK.06/2014 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun 2014-2017. Selanjutnya, berdasarkan KMK tersebut disusun target

Page 99: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 84

operasional dan pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan utang Pemerintah secara tahunan yang dituangkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor 34/PU/2013 sebagaimana telah dirubah dengan Keputusan Direktur Jenderal Nomor 29/PU/2014 tentang tentang Strategi Pembiayaan Tahunan Melalui Utang tahun 2014 (Strategi Tahunan).

Pembahasan proyeksi market rate dalam penyusunan strategi pengelolaan utang

Perhitungan target kinerja untuk struktur portofolio utang didasarkan

pada strategi tahunan dan MTDS dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai struktur portofolio utang yang efisien dengan risiko terkendali, baik dalam target jangka pendek maupun target jangka menengah dalam kaitannya dengan pencapaian kesinambungan fiskal.

Tingkat risiko utang yang terkendali tercermin pada struktur portofolio utang yang optimal. Dalam Pengukuran IKU ini menggunakan pembobotan pengukuran sebagai berikut:

Tabel 3.18

Bobot Pengukuran Tingkat Risiko Utang

Jenis Risiko Indikator Bobot

Pengukuran

Exchange rate risk

Foreign Exchange Proportion (FX proportion)

40%

Interest Rate Risk Variable Rate Proportion (VR proportion) 20%

Refinancing Risk Average Time to Maturity (ATM) 40%

Page 100: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 85

Pembobotan untuk risiko nilai tukar dan risiko refinancing yang lebih besar daripada risiko tingkat bunga, dikarenakan risiko nilai tukar dan risiko refinancing memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap perubahan biaya dan risiko utang secara agregat dibanding risiko tingkat bunga. Dalam menghitung capaian kuartalan yang diperhitungkan adalah capaian indikator risiko untuk strategi tahunan dengan formula capaian perkuartal dibagi target indikator risiko dalam strategi tahunan.

Sosialisasi Strategi pengelolaan utang negara di IPB Bogor

IKU ini menggunakan polarisasi stabilize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang sesuai atau mendekati target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang direncanakan sebesar 100%, dan realisasi yang dicapai sebesar 102,42% dengan demikian maka nilai capaian sebesar 115,16%. Capaian tersebut diperoleh dari rata-rata realisasi tahun 2014 dibandingkan dengan target indikator risiko yang ada pada Strategi Tahunan dan MTDS. Berdasarkan target Strategi Tahunan diperoleh realisasi sebesar 101,39%, sedangkan berdasarkan MTDS sebesar 103,46%. Berikut rincian target dan realisasi indikator risiko portofolio utang untuk tahun 2014:

Tabel 3.19

Target dan Realisasi Indikator Risiko Portofolio Utang Tahun 2014

Indikator Target Strategi

Tahunan Target MTDS Realisasi 2014

Interest Rate

VR Proportion 14,15% 14,00% 14,80%

Page 101: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 86

Indikator Target Strategi

Tahunan Target MTDS Realisasi 2014

Exchange Rate Risk

FX Proportion 42,35% 42,00% 43,28%

Refinancing Rate

ATM 9,86 9,50 9,76

Dalam tabel di atas, terlihat bahwa risiko nilai tukar tidak mencapai

yang ditargetkan, hal ini disebabkan karena pelemahan nilai rupiah. Pada akhir tahun 2014 rupiah melemah menjadi Rp12.440/USD1 sedangkan proyeksi APBN-P hanya sebesar Rp12.000/USD1. Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap USD, JPY, dan EUR mengakibatkan bertambahnya outstanding utang khususnya outstanding utang valas.

Dampak pelemahan nilai tukar yang berakibat tersebut berakibat bertambahnya outstanding juga menaikan risiko interest rate terutama untuk utang dalam bunga VR proportion. Sedangkan untuk realisasi risiko financing risk dengan indikator ATM menunjukan bahwa realisasi tersebut sesuai dengan target Strategi Tahunan.

Target Strategi Tahunan sebagai operasional pengelolaan utang lebih mendekati realisasi dibandingkan dengan target MTDS. Namun demikian, capaian target risiko portofolio utang secara umum masih dalam rentang target dalam Strategi Tahunan dan MTDS dengan demikian risiko portofolio utang masih dalam kendali.

IKU persentase pemenuhan target risiko portofolio utang mengalami perubahan formulasi dan perhitungan capaian IKU sehingga belum dapat dilihat perkembangan capaiannya pada tiga tahun terakhir.

Tercapainya persentase pemenuhan target risiko portofolio utang antara lain disebabkan oleh:

a) Pelaksanaan review MTDS secara periodik dan apabila terdapat perubahan asumsi yang signifikan maka dilakukan revisi terhadap MTDS sehingga Strategi Pengelolaan Utang dapat menyesuaikan dengan kondisi perkembangan perekonomian dan mencapai struktur portofolio utang yang optimal dengan risiko yang terkendali;

b) Penyusunan target dalam strategi pembiayaan selain memperhitungkan target pembiayaan APBN dan target-target pengelolaan utang dalam MTDS yang akan dicapai, juga memperhitungkan prinsip prudentiality, perkiraan kondisi eksternal yang mempengaruhi pengelolaan utang antara lain kondisi pasar, market demand, dan investor; dan

c) Penerbitan SBN dan penarikan pinjaman telah dilakukan sesuai dengan Strategi Tahunan yang ditetapkan.

Page 102: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 87

Beberapa tantangan dalam rangka pencapaian tersebut antara lain:

a) Sulitnya menentukan target dan mengelola risiko portofolio utang karena sangat dipengaruhi oleh faktor external antara lain kondisi perekonomian baik global maupun domestik;

b) Pelemahan nilai tukar rupiah selain dampak defisit current account juga dampak melemahnya beberapa mata uang asing terhadap USD, sangat berpengaruh kepada target risiko portofolio utang terutama untuk FX propotion dan VR proportion; dan

c) Terbatasnya informasi mengenai kapasitas pasar dan kebutuhan investor domestik dalam rangka memperdalam pasar domestik dan mengurangi penerbitan dalam SBN valas yang akan berdampak kepada penentuan target portofolio.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a) Menyusun strategi yang mengantisipasi dinamika kondisi pasar pada tahun berjalan dengan memonitor serta mengevaluasi secara periodik;

b) Mencari peluang positif dari perkembangan ekonomi dunia, dan memperhatikan waktu yang tepat dalam melakukan penerbitan obligasi valas;

c) Melakukan analisis daya serap pasar keuangan domestik SBN dan selalu mengembangkan metode analisa yang telah dilakukan termasuk mengumpulkan informasi terkait untuk lebih dapat hasil yang lebih baik dalam menentukan kapasitas pasar dan kebutuhan investor; dan

d) Melakukan pengembangan instrumen utang baru yang dapat meminimalisir risiko portofolio utang.

3) Tingkat efektivitas pengendalian risiko default badan usaha yang dijamin

Setiap badan usaha yang mendapatkan penjaminan pemerintah perlu diupayakan untuk tidak mengalami default. Karena hal ini akan berdampak pada timbulnya beban tagihan pembayaran dari kreditur kepada Pemerintah terkait pinjaman badan usaha tersebut yang diperoleh melalui skema penjaminan, sehingga meningkatkan biaya dan risiko utang secara keseluruhan. Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya default terhadap badan usaha yang mendapatkan penjaminan pemerintah, DJPU melaksanakan berbagai upaya antara lain dengan kegiatan strukturing penjaminan yang baik dan kegiatan monitoring serta mitigasi risiko default.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Tingkat efektivitas pengendalian risiko default

badan usaha yang dijamin ditargetkan sebesar 100%, dengan realisasi sebesar 100%, sehingga memperoleh nilai capaian 120%.

Page 103: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 88

Keberhasilan indikator ini didukung dengan kegiatan:

a) Dilaksanakan fungsi pemantauan bersama dengan BKF untuk mengidentifikasi permasalahan yang dapat menimbulkan potensi default, baik terkait dengan proyek yang dijamin atau kondisi keuangan PT PLN;

b) Adanya laporan berkala dari pihak dijamin mengenai posisi penarikan pinjaman dan kewajiban pembayaran pinjaman; dan

c) Adanya laporan berkala dari pihak bank pemberi pinjaman terkait penjaminan PDAM mengenai pemblokiran rekening escrow PDAM.

Realisasi tahun 2014 sebesar 100%, karena tidak ada klaim dari kreditur atas penjaminan Kewajiban Kontijensi. Sampai dengan tahun 2014 jumlah penjaminan Kewajiban Kontijensi adalah sebagai berikut:

a) Proyek 10.000 MW tahap I yaitu 37 Surat Jaminan Pemerintah dengan nilai keseluruhan sebesar Rp83,98 triliun;

b) Proyek Percepatan Penyediaan Air Minum yaitu 5 Surat Jaminan Pemerintah untuk 5 PDAM (Kab. Bogor, Kab. Ciamis, Kab. Lombok Timur, Kota Malang, Kota Banjarmasin) dengan nilai penjaminan Rp205,16 miliar;

c) Proyek 10.000 MW tahap II yaitu 7 Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU) dengan keseluruhan nilai penjaminan sebesar Rp49,6 triliun; dan

d) Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) yaitu 1 Surat Jaminan untuk proyek Central Java Power Plant dengan nilai penjaminan sebesar USD3,20 miliar.

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan 100,00% 100.00% 100.00% 100,00% 100.00%

Beberapa tantangan dalam rangka pencapaian tersebut antara lain:

a. Keterlambatan memperoleh update data keuangan dan proyeksi keuangan PT PLN dan PDAM yang dijamin dalam penghitungan proyeksi default; dan

b. Keterlambatan memperoleh informasi tindak lanjut atas penyelesaian permasalahan proyek penjaminan PDAM dari Kementerian Pekerjaan Umum.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

Page 104: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 89

a) Berkoordinasi dengan Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal-BKF, PT PLN, dan PDAM agar PT PLN dan PDAM menyampaikan laporan keuangan sebagai dasar untuk melakukan proyeksi kondisi keuangan PT PLN;

b) Berkoordinasi dengan pihak perbankan dalam penjaminan PDAM untuk pelaporan pelaksanaan pemblokiran rekening PDAM; dan

c) Berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum terkait tindak lanjut atas penyelesaian permasalahan dalam penjaminan PDAM.

Kesimpulan:

Pencapaian SS Biaya dan risiko portofolio utang yang terkendali dengan indikator Persentase pencapaian target effective cost, Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang, dan Tingkat efektivitas pengendalian risiko default badan usaha yang dijamin, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik.

f. SS Pengelolaan utang yang taat prosedur

Tingkat penerapan pengendalian intern

Tingkat penerapan pengendalian intern pada DJPU diukur berdasarkan hasil pemantauan pengendalian intern terhadap kegiatan-kegiatan utama yang dipilih pada setiap unit Eselon II di lingkungan DJPU. Pemantauan tersebut dilaksanakan dengan mengacu pada KMK Nomor 152/KMK.09/2011 tentang Peningkatan Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan dan KMK Nomor 32/KMK.09/2013 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Teknis Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan. Pemantauan pengendalian intern ini bertujuan untuk menilai kualitas pengendalian intern sekaligus meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan pengelolaan utang.

Pemantauan pengendalian intern dilaksanakan melalui pengecekan secara periodik terhadap atribut-atribut pengendalian utama menggunakan perangkat pemantauan yang telah disusun. Atribut pengendalian yang dimaksud adalah karakteristik/ciri khusus yang melekat pada pengendalian atau bukti yang menunjukkan bahwa pengendalian telah dilaksanakan, seperti dokumentasi pendukung, paraf, tanda tangan.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Tingkat penerapan pengendalian intern ditargetkan sebesar 95,00 (skala 100,00), dengan realisasi sebesar 98,83%, sehingga memperoleh nilai capaian 104,03%. Capaian tersebut diperoleh dari pelaksanaan pemantauan terhadap 10 kegiatan di lingkungan DJPU sepanjang tahun 2014 sebagai berikut:

Page 105: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 90

Tabel 3.20

Tingkat Kepatuhan dalam Pengelolaan Utang

No Kegiatan UIC Tingkat

Kepatuhan

1 Penerbitan SPP dan SPM LS Setditjen 99,79%

2 Pengadaan Barang & Jasa (Pengadaan Langsung)

Setditjen 98,46%

3 Pengadaan Pinjaman Multilateral (Proyek)

Dit. PH 98,00%

4 Lelang SUN di Pasar Perdana Dit SUN dan

Dit EAS 100,00%

5 Lelang SBSN di Pasar Perdana Dit PS dan

Dit EAS 100,00%

6 Penjualan dan Penerbitan SBSN Ritel di Pasar Perdana Dalam Negeri

Dit PS 100,00%

7 Penyusunan Rencana Pembiayaan APBN Melalui Utang Tahunan

Dit SPU 100,00%

8 Pengelolaan Kewajiban Kontinjensi (PDAM)

Dit SPU 93,33%

9 Pelaksanaan Pembayaran Pokok, Bunga, Biaya Pinjaman/Biaya Hibah

Dit EAS 98,71%

10

Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi mengenai Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Pelaksanaan Pinjaman (”Behind Schedule” dan ”At Risk”)

Dit EAS 100%

Rata-Rata 98,83%

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan 98,39% 100.00% (stabilize)

99,79% 95,00% (maximi

ze) 98,30%

Page 106: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 91

Tantangan dalam rangka pencapaian IKU tersebut antara lain perlunya peningkatan awareness seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan DJPU terhadap penerapan pengendalian intern pada setiap proses bisnis yang dilaksanakan, terutama core business DJPU.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a. Meningkatkan pembinaan dari para pimpinan di lingkungan DJPU; dan

b. Mengikutsertakan para pejabat dan pegawai DJPU dalam workshop/diklat akselerasi Unit Kontrol Intern (UKI) dengan tujuan meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan sikap terkait penerapan pengendalian intern di lingkungan kerja masing-masing.

Kesimpulan:

Pencapaian SS Pengelolaan utang yang taat prosedur dengan indikator Tingkat penerapan pengendalian intern, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik.

g. SS SDM yang kompetitif

Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan

Indikator ini bertujuan untuk menyediakan pejabat yang mempunyai kompetensi sesuai jabatannya dalam rangka meningkatkan dan mengamankan keuangan negara. Variabel kompetensi jabatan terdiri atas Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) dan Job Person Match (JPM). SKJ adalah jenis dan level kompetensi yang menjadi syarat keberhasilan pelaksanaan tugas suatu jabatan, sedangkan JPM adalah indeks kesesuaian antara kompetensi pejabat dengan SKJ (JPM minimal sebesar 72%). Data indikator ini diukur dari hasil Assessment Center pejabat Eselon II s.d. Eselon IV dan profil kompetensi pegawai.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Persentase pejabat yang telah memenuhi standar

kompetensi jabatannya ditargetkan sebesar 96.00% dengan realisasi sebesar 98.31%, sehingga memperoleh nilai capaian 102,41%, dengan rincian sebagaimana dalam tabel berikut.

Page 107: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 92

Tabel 3.21

Persentase Pejabat yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatannya

Tahun 2014

No Eselon Jumlah Pejabat

Pejabat yang Telah Mengikuti

Assessment

Pejabat dengan JPM ≥ 72%

%

1 II 5 5 4* 80

2 III 24 24 24 100

3 IV 89 89 88** 98.88

Jumlah 118 118 116 98.31

* 1 pejabat Eselon II telah dilakukan Re-assessment Center oleh Biro SDM Setjen pada tanggal 12 Oktober 2014, namun belum diperoleh hasilnya.

** Telah dilakukan Re-assessment Center namun tetap belum memenuhi.

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti

tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan 96,58% 87,00% 96,55% 96,00% 98,31%

Keberhasilan pencapaian tersebut antara lain disebabkan karena DJPU

secara berkelanjutan melakukan Assessment Center dan Re-assessment Center bagi pejabat yang belum memenuhi JPM.

Beberapa tantangan dalam rangka pencapaian tersebut antara lain:

a) Penyelenggaraan Assessment Center Eselon II dan III merupakan wewenang Biro SDM, sehingga penyelenggaraannya menunggu jadwal yang telah ditentukan oleh Biro SDM; dan

b) Masih kurangnya informasi tentang pentingnya Assessment Center kepada para pegawai.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a) Meningkatkan koordinasi dengan Biro SDM untuk melaksanakan Re-assessment Center bagi pejabat Eselon II dan III DJPU yang belum memenuhi JPM; dan

b) Memperbanyak pemberian informasi mengenai pentingnya Assessment Center kepada para pegawai melalui sosialisasi dan training softskill.

Page 108: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 93

Kesimpulan:

Pencapaian SS SDM yang kompetitif dengan indikator Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik.

h. SS Organisasi sehat yang berkinerja tinggi

1) Indeks Kesehatan Organisasi

Survei penilaian kesehatan organisasi dikembangkan untuk memberikan pemahaman dan diagnostik awal atas kondisi aspek-aspek organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi tersebut dalam jangka panjang. Metode pengukuran indeks kesehatan organisasi (Organizational Health Index atau OHI) dikembangkan oleh Keller dan Price (2011), dimana menurut teori ini kinerja tinggi yang berkesinambungan ditentukan oleh tingkat kesehatan sebuah organisasi. Kesehatan organisasi terbagi menjadi 9 (sembilan) dimensi utama:

a) Arahan, adalah kejelasan arah organisasi dan bagaimana organisasi tersebut mencapainya, serta bagaimana arah organisasi memiliki makna bagi para pegawainya;

b) Kepemimpinan, adalah sejauh mana pimpinan organisasi menginspirasi aktivitas pegawai;

c) Budaya dan iklim kerja, adalah keyakinan bersama dan kualitas interaksi di dalam dan lintas unit organisasi;

d) Akuntabilitas, adalah sejauh mana individu memahami apa yang diharapkan darinya, memiliki cukup kewenangan untuk melaksanakannya, dan mengambil tanggung jawab untuk memberikan hasil terbaik;

e) Koordinasi dan pengendalian, adalah kemampuan untuk mengevaluasi kinerja dan risiko organisasi, dan untuk mengatasi isu dan peluang saat keduanya muncul;

f) Kapabilitas, adalah adanya adanya keahlian dan talenta institusi yang dibutuhkan untuk menjalankan strategi serta menciptakan keunggulan kompetitif;

g) Motivasi, adalah adanya antusiasme yang mendorong pegawai untuk memberikan usaha lebih untuk memberikan hasil terbaik;

h) Orientasi eksternal, adalah kualitas kedekatan dengan pengguna layanan, pemasok, mitra kerja, dan stakeholder eksternal lainnya; dan

i) Inovasi dan pembelajaran, adalah kualitas dan arus ide-ide baru dan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dan membetuk dirinya sendiri saat dibutuhkan.

Kesembilan dimensi ini kemudian diturunkan menjadi 37 (tiga puluh tujuh) indikator yang lebih terukur. Survei kesehatan organisasi telah dilakukan di Kementerian Keuangan pada tahun 2013 oleh konsultan

Page 109: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 94

bertaraf internasional, McKinsey. Selanjutnya, dengan mengevaluasi pelaksanaan survei tersebut, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan bersama para tenaga ahli mengembangkan sebuah survei, yaitu Survei Penilaian Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan, untuk mengukur Indeks Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan (Ministry of Finance Organizational Fitness Index atau MOFIN). Survei ini dikembangkan berdasarkan teori dari Keller dan Price (2011) dan disesuaikan dengan kondisi Kementerian Keuangan sebagai sebuah institusi sektor publik.

Survei MOFIN telah dilaksanakan di seluruh kantor Kementerian Keuangan pada tanggal 3 s.d. 19 November 2014 dengan nilai MOFIN sebesar 81,00. Adapun pegawai Kementerian Keuangan yang berpartisipasi penuh di dalam survei dimaksud berjumlah 27.606 orang. Untuk DJPU, Survei MOFIN tahun 2014 diikuti oleh 251 pegawai. Namun demikian, dari keseluruhan responden tersebut, 21 orang dinyatakan tidak memenuhi skor minimum konsistensi jawaban, sehingga jumlah responden akhir yang digunakan untuk menghitung skor MOFIN DJPU adalah sebanyak 230 pegawai. Jumlah keseluruhan responden tersebut masih di bawah target yang ditetapkan untuk DJPU, yaitu 308 pegawai.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Bagan 3.2

Hasil Survei MOFIN DJPU Tahun 2014

Page 110: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 95

Pada tahun 2014, Indeks Kesehatan Organisasi ditargetkan sebesar 68,00 (Skala 100,00), dengan realisasi sebesar 76,00, sehingga memperoleh capaian 111,76%. Nilai ini menunjukkan bahwa 76 persen responden menyatakan DJPU telah menjalankan praktik-praktik organisasi yang mendukung kesehatan organisasinya secara keseluruhan. Indeks kesehatan organisasi DJPU yang diukur pada tahun 2013 melalui survei OHI oleh McKinsey adalah 57,00, sehingga terdapat kenaikan sebesar 19,00 poin pada indeks di tahun 2014.

Bagan 3.3

Aspek Penilaian Survei MOFIN DJPU

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan N/A N/A N/A 68,00 76,00

Beberapa tantangan dalam rangka pencapaian tersebut antara lain:

a) Kendala saat pelaksanaan survey adalah, tidak semua pegawai mengisi kuesioner, sehingga beberapa hasil survey, khususnya untuk tingkat eselon II kurang mencerminkan keadaan yang sebenarnya; dan

b) Kendala terkait isi/hasil survey antara lain, Survey yang menghasilkan motivasi DJPU rendah, terutama terjadi karena perbedaan tingkat insentif penghasilan antara masing-masing unit eselon II dan ketidak jelasan jenjang karir di masa yang akan datang.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

Page 111: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 96

a) Memberikan sosialisasi kepada seluruh pegawai terkait pentingnya mengisi kuesioner dalam rangka pelaksanaan survey;

b) Memberikan sanksi kepada pegawai yang dengan sengaja tidak mengisi survey/kuesioner; dan

c) Mengusulkan adanya peninjauan ulang terkait pemberian insentif tambahan kepada semua unit eselon II di DJPU.

2) Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko

Salah satu strategi penerapan manajemen risiko berdasarkan PMK Nomor: 191/PMK.09/2008, yaitu secara terus menerus meningkatkan tingkat kematangan penerapan manajemen risiko unit eselon I ke arah yang lebih baik. Untuk penilaian Tingkat Kematangan Penerapan Manajemen Risiko (TKPMR) tahun 2014 masing-masing Unit Eselon I memilih 1 (satu) Unit Pemilik Risiko (UPR) Eselon II yang akan menjadi sample penilaian mewakili UPR Eselon I tersebut.

UPR Eselon II yang dipilih untuk menjadi sample penilaian TKPMR mewakili DJPU adalah Direktorat EAS. Penilaian TKPMR tahun 2014 dilakukan atas penerapan manajemen risiko untuk periode 1 Januari s.d. 30 Juni 2014. Penilaian TKPMR tersebut dilakukan oleh Inspektorat Jenderal sebagai Compliance Office for Risk Management (CORM).

Tingkat kematangan penerapan manajemen risiko (KPMR) dinilai dengan mengevaluasi empat komponen, yaitu:

1) Kepemimpinan;

2) Proses manajemen risiko;

3) Aktivitas penanganan risiko;

4) Hasil penerapan manajemen risiko.

Tingkat kematangan penerapan manajemen risiko ditetapkan dengan indeksasi sebagai berikut:

1) Level 1: 0 - 29,99 Risk Naive;

2) Level 2: 30 - 54,99 Risk Aware;

3) Level 3: 55 - 74,99 Risk Defined;

4) Level 4: 75 - 89,99 Risk Managed;

5) Level 5: 90 - 100,00 Risk Enabled.

Penilaian TKPMR pada UPR DJPU juga telah mendapat perhatian dari pimpinan unit DJPU dengan menjadikan Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko sebagai salah satu IKU Dirjen Pengelolaan Utang.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Page 112: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 97

Pada tahun 2014, Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko ditargetkan berada pada level Risk Managed dengan nilai minimal sebesar 75,00 (Skala 100,00). dengan realisasi sebesar 75,44, sehingga memperoleh capaian 100,59%.

Keberhasilan target antara lain disebabkan oleh:

a) Adanya dukungan pimpinan unit yang sangat aware terhadap pengelolaan manajemen risiko di lingkungan DJPU;

b) Dilaksanakannya rapat berkala UPR, Ketua Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko;

c) Telah ditetapkannya selera risiko (risk appetite) di lingkungan DJPU;

d) Diselenggarakannya Training/Workshop Manajemen Risiko untuk para pegawai; dan

e) Proses Manajemen Risiko didukung dana yang memadai.

Adapun capaian IKU terkait Tingkat Kematangan Penerapan Manajemen Risiko (TKPMR) tersebut selama dua tahun berturut-turut seperti tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2013 2014

Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian

Tahunan 55,00 61,69 112,16% 75,00 75,44 100,59%

Beberapa tantangannya antara lain:

a) Membangun budaya sadar risiko kepada seluruh pegawai di lingkungan DJPU;

b) Masih ditemui adanya ketidakjelasan atas pedoman Manajemen Risiko yang dipakai; dan

c) Adanya perbedaan persepsi penerapan manajemen risiko berdasarkan PMK 191 dengan pemahaman pimpinan.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a) Meningkatkan pemahaman pelaksanaan manajemen risiko dengan menjaga proses pembelajaran secara berkelanjutan;

b) Mengadakan rapat berkala UPR, Ketua Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko secara berkala dan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal sebagai Compliance Office for Risk Management (CORM) terkait aturan-aturan dalam pelaksanaan manajemen risiko di Kementerian Keuangan; dan

c) Memberikan pemahaman kepada pimpinan terkait pengelolaan manajemen risiko yang sesuai dengan PMK nomor 191/PMK.09/2008

Page 113: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 98

dan menerapkan pengelolaan manajemen risiko sesuai dengan PMK tersebut.

Penerapan manajemen risiko harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Bila suatu organisasi mengelola risiko yang ada dengan baik, maka organisasi tersebut akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3) Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan

Transformasi Kelembagaan merupakan salah satu prioritas bagi pemerintah saat ini dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan juga menjadi agenda utama dalam pembangunan nasional tersebut. Tujuan program Transformasi Kelembagaan adalah untuk membangun organisasi agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan nasional. Selain itu, dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut lembaga pemerintahan untuk disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat.

Dasar hukum Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan adalah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KMK.01/2014 tentang Cetak Biru Program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan Tahun 2014-2025. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tersebut, pelaksanaan program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan mencakup bidang organisasi, sumber daya manusia, dan teknologi informasi. Program ini wajib dilaksanakan oleh seluruh unit di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya masing-masing. Setiap pimpinan unit juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan terkait progress Transformasi Kelembagaan masing-masing unit dalam jangka waktu tertentu.

Sejalan dengan Program Transformasi Kelembagaan di Kementerian Keuangan, DJPU sebagai salah satu unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan juga turut melaksanakan program tersebut. Melalui program tersebut, peran DJPU secara khusus dapat diartikulasikan secara lebih jelas dalam pembiayaan APBN dan dukungan terhadap pembiayaan investasi publik. Hal ini menghubungkan pekerjaan DJPU dengan tujuan pembangunan pemerintah yang lebih luas.

Program Transformasi Kelembagaan DJPU mengacu pada program Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Program tersebut mencakup beberapa bidang, yaitu:

1. Manajemen risiko (risk management);

2. Pengembangan pasar utang (debt market management);

3. Manajemen kinerja (performance manajement); dan

Page 114: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 99

4. Manajemen perubahan (change management).

Selama periode tahun 2014, DJPU telah melaksanakan serangkaian kegiatan yang mendukung pencapaian inisiatif-inisiatif dalam Program Transformasi Kelembagaan. Dari total 17 Inisiatif, terdapat sepuluh inisiatif yang milik DJPU dan 7 inisiatif dimana DJPU berperan memberikan dukungan dan koordinasi. Secara umum, pelaksanaan inisiatif Program Transformasi Kelembagaan yang menjadi peranan DJPU baik sebagai owner maupun member selama periode tahun 2014 dapat dilaksanakan dengan baik.

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Persentase implementasi inisiatif Transformasi

Kelembagaan ditargetkan sebesar 100,00%, dengan realisasi sebesar 100,00%, sehingga memperoleh nilai capaian 100,00%. Hal ini berdasarkan surat Chief Change Management Officer II Central Transformation Office nomor S-02/TRBTKP/2015 tanggal 7 Januari 2015. Capaian atas pelaksanaan inisiatif Transformasi Kelembagaan DJPU sepanjang tahun 2014 tersebut seperti disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.22

Summary Progress Inisiatif Transformasi Kelembagaan DJPU

No Inisiatif Capaian Keterangan

1 Pengenalan Electronic Trading Platform (ETP)/III.11

100%

2 Meluncurkan sistem baru primary dealer/III.12

100%

3 Meningkatkan Bonds Stabilization Framework secara berkelanjutan/III.13

100%

4 Pengelolaan utang: Konsolidasi benchmark surat berharga negara domestik/III.14

100%

5 Memperkuat hubungan investor (IR)/III.15

- Dimulai pada

tahun 2015

6

Mendukung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mengembangkan pasar repo yang likuid dan dalam/III.16

100%

7 Meningkatkan partisipasi domestik dari investor-investor utama/III.17

100%

Page 115: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 100

No Inisiatif Capaian Keterangan

8 Tata kelola risiko untuk keseluruhan sovereign risk/IV.18

100%

9 Kerangka kerja risiko yang bersifat holistik/IV.19

- Dimulai pada

tahun 2015

10 Mengaktifkan pengelolaan risiko pada area-area risiko utama/IV.20

100%

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti

tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan N/A N/A N/A 100,00% 100,00%

Beberapa tantangan dalam rangka pencapaian tersebut antara lain:

a) Beberapa rincian kegiatan yang dilaksankaan kurang sesuai dengan manual cetak Biru Transformasi kelembagaan;

b) Beberapa kegiatan utama dalam inisiatif transformasi kelembagaan sudah dialaksanakan jauh hari sebelum Cetak Biru ditetapkan, namun masih dimasukkan dalam cetak biru; dan

c) Jadwal yang ditetapkan dalam cetak biru sebagian sulit untuk diterapkan, karena beberapa hal teknis. Misalnya terkait peraturan yang perlu dilakukan revisi terlebih dahulu sebelum implementasi dilaksanakan.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

a) Untuk mengatasi kendala pada butir a dan c, Mengusulkan change request kepada CTO agar rincian kegiatan yang tertera dalam cetak biru dilakukan perubahan; dan

b) Mengusulkan penghapusan kegiatan dalam cetak biru yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

Kesimpulan:

Pencapaian SS Organisasi sehat yang berkinerja tinggi dengan indikator Indeks Kesehatan Organisasi, Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko, dan Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan, pada tahun 2014 dapat

tercapai dengan baik.

Page 116: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 101

i. SS Sistem informasi manajemen yang terintegrasi

Persentase pencapaian target proses bisnis DJPU yang didukung TIK

Proses bisnis merupakan aset yang tidak ternilai dari suatu organisasi. Proses bisnis merupakan identitas suatu organisasi sekaligus pembeda satu organisasi dengan organisasi yang lain. Oleh karena itu, proses bisnis hendaknya dikelola dengan baik untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam pencapaian target proses situ sendiri harus serta merta seiring dengan IT Strategy di DJPU. IT Strategy merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengelolaan bisnis suatu organisasi. Fungsi TIK sebagai Strategic Enabler semakin terbukti dengan banyaknya organisasi yang berhasil melakukan transformasi bisnis dengan memanfaatkan TIK dalam mencapai tujuan strategisnya. Bukan lagi sekedar sebagai business support, peran TIK saat ini lebih sebagai business driver. Strategi TIK merupakan kerangka kerja terperinci (arsitektur) sebagai landasan dalam pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta langkah-langkah atau implementasi yang harus dilaksanakan.

Penyusunan ICT Strategy mengacu pada KMK Nomor 260/KMK.01/2009 tentang Kebijakan Pengelolaan TIK di Lingkungan Departemen Keuangan. Dalam rangka mewujudkan Good IT Governance, setiap Unit Eselon I diharuskan menyusun ICT Strategy yang mencakup:

1) Komponen Utama yang meliputi ruang lingkup kegiatan (business context), definisi proses bisnis dan analisis kesenjangan, arsitektur aplikasi dan pemetaannya; dan

2) Komponen Penunjang yang meliputi organisasi TIK, termasuk manajemen layanan, keamanan dan audit, dan perencanaan alihdaya TIK

Pembangunan sistem informasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka membuat atau mengembangkan sistem informasi yang digunakan untuk mendukung proses bisnis DJPU. Adapun sistem informasi yang mendukung proses bisnis DJPU adalah:

1) Modul Transaksi Lindung Nilai/ Hedging; dan

2) Modul Interface Sistem Aplikasi Register.

Pembangunan sistem informasi dibagi menjadi tahapan pembangunan/ pengembangan dengan bobot sebagai berikut:

1) Analisa kebutuhan (bobot 20%);

2) Perancangan (bobot 20%);

3) Pengembangan (bobot 20%);

4) Pengujian (bobot 20%); dan

5) Implementasi (bobot 20%).

Page 117: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 102

Indikator ini memiliki tujuan untuk memantau penyelesaian sistem informasi yang mendukung proses bisnis DJPU. IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014, Persentase pencapaian target proses bisnis DJPU

yang didukung TIK ditargetkan sebesar 100%, dengan realisasi sebesar 100% sehingga memperoleh nilai capaian 120%, dengan rincian sebagai berikut:

1) Modul Transaksi Lindung Nilai/ Hedging selesai 100%; dan

2) Modul Interface Sistem Aplikasi Register selesai 100%.

Training DMFAS di DJPU tahun 2014

Keberhasilan pencapaian target antara lain disebabkan oleh:

1) User requirement yang detail pada tahap awal pembangunan system sangat membantu dalam proses pengembangan; dan

2) Adanya koordinasi yang baik antara tim Bagian TI dengan tim Teknis yang terkait.

Adapun capaian IKU tersebut selama tiga tahun berturut-turut seperti tertera pada tabel berikut.

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan 100% 100% 100% 100% 100%

Page 118: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 103

Beberapa tantangannya antara lain:

1) User dari aplikasi tidak hanya dari DJPU sehingga harus dipublish ke internet, sisi security menjadi perhatian khusus dari aplikasi ini dapat aman dari gangguan hacking; dan

2) Ada beberapa requirement yang belum masuk kedalam requirement awal.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

1) Memastikan bahwa server aplikasi aman dari serangan hacking dengan melakukan serangkain ujicoba pada server; dan

2) Penyampaian perubahan bisnis proses diupayakan jelas dan detail.

Kesimpulan:

Pencapaian SS Sistem informasi manajemen yang terintegrasi dengan indikator entase pencapaian target proses bisnis DJPU yang didukung TIK, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik.

j. SS Pelaksanaan anggaran yang optimal

Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja

Salah satu pengelolaan sumber daya organisasi adalah dana. Dokumen yang dipakai dalam pengelolaan dana adalah DIPA. DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran yang sesuai ketentuan menjadi dasar pengelolaan belanja negara. Dana yang tersedia dalam dokumen pelaksanaan anggaran, harus dikelola dengan optimal sesuai rencana yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pendekatan tolak ukur pengelolaan anggaran antara lain adalah adanya Indikator persentase penyerapan anggaran belanja yang bertujuan untuk mengukur kesesuaian realisasi Belanja yang dilaksanakan dibandingkan pagu Belanja yang telah ditetapkan. Rincian realisasi tersebut sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 3.23

Realisasi DIPA DJPU Tahun Anggaran 2014

Jenis Belanja Pagu DIPA Realisasi %

Belanja Pegawai 18,931,734,000 18,788,084,780 99.24%

Belanja Barang 35,528,889,000 33,346,617,699 93.86%

Belanja Modal 3,221,310,000 2,998,315,680 93.03%

Total 57,681,933,000 55,133,018,159 95.58%

Page 119: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 104

IKU ini menggunakan polarisasi maximize, dimana capaian yang

diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang ditetapkan.

Pada tahun anggaran 2014, realisasi Belanja Pegawai adalah sebesar 99,24%, berasal dari pagu Belanja Pegawai yang ditetapkan sebesar Rp18.931.734.000,00 dengan realisasi sebesar Rp18.788.084.780,00 ; realisasi Belanja Barang sebesar 93,86%, berasal dari pagu Belanja Barang yang ditetapkan sebesar Rp35.528.889.000,00 dengan realisasi sebesar Rp33.346.617.699,00 ; sedangkan realisasi Belanja Modal sebesar 93,03%, berasal dari pagu Belanja Modal yang ditetapkan sebesar Rp3.221.310.000,00 dengan realisasi sebesar 2.998.315.680,00. Sehingga secara keseluruhan, dari total Pagu DIPA untuk seluruh jenis Belanja sebesar Rp57.681.933.000,00 tercapai realisasi sebesar Rp55.132.358.159,00 atau sebesar 95,58% dan sisa anggarannya sebesar Rp2.548.914.841,00 atau sebesar 4,42%.

Sisa anggaran yang cukup signifikan terdapat pada Belanja Barang dan Belanja Modal dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sisa Belanja Barang sebesar Rp2.182.2711.301,00 antara lain disebabkan:

a) Tidak terserapnya perjalanan dinas dalam negeri karena adanya kebijakan pengetatan perjalanan dinas sesuai peraturan yang berlaku; dan

b) Optimalisasi pembiayaan pada pelaksanaan kegiatan yang tersebar pada berbagai akun.

Selain itu, terdapat juga sisa Belanja Modal sebesar Rp222.994.320,00 yang antara lain disebabkan:

a. Pembangunan Sistem Aplikasi Dashboard Pengelolaan Utang dan sistem aplikasi Decision Support System Issuance Surat Berharga Negara tidak jadi dilaksanakan pihak ketiga, namun pembangunan aplikasi tersebut dilaksanakan secara mandiri; dan

b. Optimalisasi pelaksanaan belanja modal.

Pada tahun 2014, terdapat Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output yang menggabungkan pencapaian realisasi anggaran non Belanja Pegawai dengan pencapaian output, yang ditargetkan sebesar 95%.

Realisasi IKU tersebut adalah sebesar 97,35% dengan nilai capaian sebesar 102,47%, berasal dari Capaian Realisasi non Belanja Pegawai sebesar atau 93,79% (didapat dari pagu non belanja pegawai sebesar Rp38.750.199.000,00 sedangkan realisasinya sebesar Rp36.344.933.379,00) dan capaian Output sebesar 100,91% (didapat dari nilai rata-rata dari capaian fisik 100,91% dan capaian progres 100%).

Adapun capaian IKU terkait realisasi anggaran selama tiga tahun berturut-turut seperti tertera pada tabel berikut dengan rincian sebagai berikut:

Page 120: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 105

Periode Pelaporan

2012 2013 2014

Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Tahunan 96.58% 87.00% 96.55% 95% 97,35%

Beberapa tantangan dalam rangka pencapaian tersebut antara lain:

1) Belum baiknya perencanaan kebutuhan dana dan kegiatan; dan

2) Penyesuaian pelaksanaan kegiatan dan pencapaian target dengan adanya perubahan kebijakan pemotongan angggaran.

Upaya yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut antara lain:

1) Melakukan perencanaan kegiatan pada tahun berikutnya, dengan membuat tabel perencanaan kegiatan pada setiap pengelola kegiatan;

2) Menginventarisasi anggaran yang kemungkinan tidak dapat diserap atau dilaksanakan kegiatannya dengan menyampaikannya kepada Sesditjen c.q. Bagian Keuangan untuk dilakukan relokasi/penghematan;

3) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan;

4) Memonitor dan mempercepat proses tagihan pelaksanaan kegiatan seperti tagihan hotel, honor kegiatan, honor tim, biaya diklat, pembayaran pengadaan belanja modal dan tagihan lainnya; dan

5) Disiplin pada rencana penarikan anggaran yang telah direncanakan.

Kesimpulan:

Pencapaian SS Pelaksanaan anggaran yang optimal dengan indikator Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja, pada tahun 2014 dapat tercapai

dengan baik.

4. Kinerja Lainnya

Disamping SS di atas, terdapat beberapa kinerja yang terkait dengan SS tersebut dan lebih bersifat outcomes, namun tidak menjadi IKU DJPU, yaitu:

a. MoU Dukungan BPJS terhadap Bond Stabilization Framework

Dalam rangka mengantisipasi terjadinya krisis keuangan, khususnya krisis pasar SBN yang dipicu oleh faktor internal dan eksternal yang dapat mengakibatkan terjadinya pembalikan modal asing (sudden reversal) sehingga berdampak pada tingginya imbal hasil (yield) SBN, maka Pemerintah telah menyusun kebijakan Bond Stabilization Framework yang antara lain mengatur mekanisme koordinasi antar unit dalam melakukan pembelian SBN pada saat terjadi kondisi krisis pasar SBN. Kebijakan ini diwujudkan antara lain dalam bentuk penandatanganan Nota Kesepahaman antara Menteri

Page 121: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 106

Keuangan dan Menteri Negara BUMN Nomor S-715/MK.08/2010 dan MOU-09/MBU/2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang Koordinasi Dalam Rangka Pemeliharaan Stabilitas Pasar SBN, dan ditindaklanjuti dengan Keputusan Bersama Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan dan Deputi Bidang Usaha Jasa Kementerian Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-06/PU/2011 dan Nomor KEP-01/D4.MBU/2011 tentang Mekanisme Kerja Pelaksanaan Koordinasi Dalam Rangka Pemeliharaan Stabilitas Pasar Surat Berharga Negara.

Untuk meningkatkan efektifitas kebijakan stabilisasi pasar SBN dan mengingat adanya transformasi kelembagaan dari PT Askes dan PT Jamsostek yang semula di bawah Kementerian BUMN menjadi badan tersendiri (BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan), maka telah dilakukan penyesuaian dengan menyusun nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah dengan BPJS Kesehatan Nomor: PRJ-1/MK.8/2014 dan 0009/MOU/0914 dan nota kesepahaman antara Pemerintah dengan BPJS Ketenagakerjaan Nomor: PRJ-2/MK.8/2014 dan MOU/16/092014, serta ditindaklanjuti dengan penyusunan Keputusan Bersama antara Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

b. Saving Bonds Ritel (SBR)

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mewujudkan pasar SUN dalam negeri yang dalam, aktif dan likuid, di antaranya dengan menyediakan alternatif instrumen investasi bagi masyarakat dan memperluas basis investor dalam negeri serta memberikan kesempatan kepada WNI berkontribusi langsung dalam pembiayaan pembangunan melalui investasi pada instrumen ritel. Selain itu, untuk mengimbangi kepemilikan asing yang semakin bertambah, potensi investor ritel yang cukup besar perlu terus digali dengan menyediakan instrumen khusus bagi investor ritel yang memiliki fitur berbeda yaitu Obligasi Negara Ritel (ORI) dan SBR.

SBR merupakan Obligasi Negara yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual di Pasar Perdana domestik dengan fitur tertentu dan tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Berbeda dengan ORI yang memiliki kupon fixed sampai jatuh tempo, SBR memiliki fitur tingkat kupon minimal (floating with floor) sehingga kupon yang diterima oleh investor terlindungi dari volatilitas suku bunga. SBR pertama kali diterbitkan pada tanggal 2 Mei 2014 (seri SBR001) senilai Rp2,391 triliun yang dipasarkan melalui 21 Agen Penjual. SBR001 memiliki tenor 2 tahun dan memiliki tingkat kupon mengambang dengan tingkat kupon minimal sebesar 8,75% per tahun. Tingkat kupon SBR001 disesuaikan setiap 3 bulan pada tanggal penyesuaian kupon. Penyesuaian

Page 122: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 107

tingkat kupon dilakukan dengan menjumlahkan Tingkat Bunga Penjaminan LPS yang berlaku pada tanggal penyesuaian kupon dengan spread tetap sebesar 125 bps (1,25%) sampai dengan jatuh tempo. Pembayaran kupon SBR001 berlaku tetap untuk periode setiap 3 (tiga) bulan dan dibayar pada tanggal 20 setiap bulannya sampai dengan jatuh tempo.

Secara umum penerbitan SBR001 dapat dilaksanakan dengan baik. Agen Penjual telah menunjukan kinerja yang maksimal untuk mencapai target yang ditetapkan. Namun demikian, masih perlu dilakukan langkah-langkah penyempurnaan untuk penerbitan SBR seri berikutnya agar tujuan utama penerbitan SBR untuk memperluas basis investor dan menuju masyarakat investasi dapat terwujud.

Adapun untuk sukuk, jenis sukuk yang memiliki karakteristik seperti Savings Bonds dinamakan dengan Islamic Savings Bonds atau dapat disebut juga sebagai Saving Sukuk. Secara umum, instrumen ini relatif serupa dengan Sukuk Negara Ritel karena keduanya ditujukan untuk investor ritel dan berdenominasi kecil. Perbedaan terletak pada karakteristik Saving Sukuk yang tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-tradable) dan dapat dilunasi sebelum jatuh tempo (early redemption). Pengembangan Saving Sukuk pada dasarnya bertujuan untuk semakin memperluas basis investor SBSN dan meningkatkan partisipasi investor individu dalam SBSN, baik di pasar domestik maupun sekunder. Meski demikian, mengingat telah terdapat instrumen Sukuk Ritel maka perlu terlebih dahulu dilakukan kajian mengenai potensi penerapan Saving Sukuk dalam SBSN yang efektif dan efisien agar tidak meng-crowding out pasar SBSN yang sudah establish. Selain itu mengingat karakteristiknya yang bersifat non-tradable, maka desain instrumen Saving Sukuk perlu memperhatikan berbagai aspek terkait agar SBSN yang diterbitkan tetap diminati dan sesuai dengan kebijakan pengelolaan SBSN.

Berdasarkan hal tersebut, dalam tahun 2014 telah dilakukan kajian mengenai Saving Sukuk sebagai diversifikasi produk SBSN Ritel. Ruang lingkup kajian antara lain meliputi kajian mengenai studi kasus penerbitan Saving Sukuk di negara-negara lain, analisis kinerja Sukuk Ritel baik di pasar perdana maupun sekunder, serta potensi pasar, segmenting dan positioning Saving Sukuk dalam SBSN. Pelaksanaan kajian ini bertujuan untuk memperoleh hasil berupa desain instrumen dan saluran distribusi penjualan (distribution channel) yang dapat digunakan dalam penerbitan Saving Sukuk.Berdasarkan hasil kajian juga telah disusun Rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penerbitan Dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Tabungan (Saving Sukuk) yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam rangka pelaksanaan penerbitan Saving Sukuk.

Page 123: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 108

c. SUN dalam Valuta Asing (Global Bonds) Denominasi Euro

Pemerintah melakukan penerbitan SUN dalam valuta asing denominasi Euro pertama kali (seri RIEUR0721) pada tanggal 8 Juli 2014 (settlement date) dengan menggunakan format 144A/RegS dalam program Global Medium Term Notes (GMTN) sebesar EUR1,0 miliar equivalen dengan Rp15,76 triliun (kurs Rp15.758,62/EUR), total pemesanan EUR6,7 miliar (oversubscribed 6,7 kali), tingkat kupon 2,875%, yield 2,976%dan masa jatuh tempo 8 Juli 2021. Penerbitan Global Bonds ini dilakukan sebagai langkah diversifikasi portofolio SUN dalam valuta asing dimana selama ini berdenominasi US Dollar dan Yen. Pendistribusian Global Bonds denominasi Euro seri RIEUR0721 berdasarkan lokasi investor adalah 47% untuk investor Eropa, 24% untuk investor Asia (termasuk Indonesia 2,40%), 18% untuk investor Amerika, dan investor lain sebesar 11%. Global Bonds denominasi Euro seri RIEUR0721 dicatatkan secara dual-listing di Singapore Stock Exchange (SGX) dan Frankfurt Open Market (FOM) yang secara efektif tercatat mulai tanggal 9 Juli 2014.

d. Transaksi Debtswitch Many-to-Many

Dalam rangka menata struktur jatuh tempo SUN, mengurangi refinancing risk, mengurangi seri-seri SUN yang kurang likuid dan sesuai dengan strategi pembiayaan tahunan melalui utang, Pemerintah pada tahun 2014 melaksanakan kegiatan penukaran SUN dengan metode lelang debt switch many to many untuk yang pertama kali. Transaksi tersebut dilakukan melalui pembelian seri-seri SUN yang mempunyai jangka waktu jatuh tempo jangka pendek dan menukarkannya dengan SUN yang mempunyai jangka waktu jatuh tempo jangka menengah dan panjang. Selama tahun 2014, Pemerintah telah melaksanakan lelang debt switch many to many sebanyak empat frekuensi dengan jumlah nominal yang dimenangkan sebesar Rp5,944 triliun.

e. Optimalisasi Sistem Aplikasi Debt Management and Financial Analysis System (DMFAS) untuk pemanfaatan pengelolaan pinjaman

The Debt Management and Financial Analysis System (DMFAS) Program adalah perangkat lunak dari UNCTAD yang dirancang untuk membantu negara-negara dalam mengelola utang luar negeri dan dalam negeri mereka. DMFAS dapat digunakan untuk memonitor kewajiban utang pemerintah, hibah, dan juga pinjaman utang yang dijamin pemerintah. Kementerian Keuangan sendiri telah menggunakan DMFAS sejak tahun 1988 sebagai sistem utama untuk merekam data utang, mengelola pembayaran utang, dan untuk melaporkan posisi utang luar negeri.

Selama tahun 2014, DMFAS 6.0 telah mengalami 2 kali proses update dari UNCTAD yaitu version 18.9 dan 19.0, dan mulai tahun 2014 juga aplikasi Register yang sebelumnya diluar sistem DMFAS sudah terintegrasi kedalam sistem DMFAS. UNCTAD selaku penyedia aplikasi DMFAS pada tahun 2014

Page 124: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 109

mengadakan pelatihan untuk pegawai di Kementerian Keuangan yaitu ‘Debt Portfolio Analysis’ dimana para peserta terdiri dari DJPU, DJPB dan Bank Indonesia.

f. Pinjaman Siaga

Pinjaman siaga merupakan skema kontinjensi yang disiapkan Pemerintah untuk menghadapi adanya krisis pembiayaan APBN. Pinjaman tersebut disediakan oleh lembaga multilateral dan bilateral, untuk berjaga-jaga dalam hal terdapat kebutuhan pembiayaan yang tidak dapat dipenuhi dari sumber pasar finansial melalui penerbitan surat berharga (SBN), akibat tingginya harga atau tidak tersedianya likuiditas.

Pada tahun 2014 dilakukan perpanjangan Closing Date fasilitas Pinjaman Siaga. Pinjaman siaga yang tersedia ditandatangani pada tahun anggaran 2012-2013 bersumber dari World Bank, ADB, JBIC dan Pemerintah Australia sejumlah total USD5 miliar dengan closing date pada Semester I 2014. Untuk itu, melalui Nota Dinas bersama tanggal 29 April 2014, Dirjen Pengelolaan Utang dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal menyampaikan rekomendasi perlunya perpanjangan pinjaman siaga dalam rangka memitigasi potensi krisis pembiayaan APBN dan memberikan market confidence. Selanjutnya berdasarkan arahan Menteri Keuangan fasilitas tersebut telah diperpanjang sampai dengan bulan Juni 2015.

g. Lindung Nilai (Hedging)

Hedging merupakan salah satu nstrumen derivatif yang dapat digunakan dalam mengendalikan suatu risiko yang belum pasti menjadi pasti. Risiko tersebut terutama dari faktor-faktor di pasar uang, antara lain yaitu fluktuasi tingkat bunga dan nilai mata uang. Dalam pengelolaan utang, transaksi lindung nilai yang akan dilakukan adalah dalam rangka mengendalikan risiko fluktuasi pembayaran bunga dan kewajiban pokok utang, dan/atau melindungi posisi nilai utang akibat volatilitas dari faktor-faktor di pasar uang tersebut, mengingat outstanding utang Pemerintah terdiri dari rupiah dan beberapa mata uang asing. Penggunaan transaksi lindung nilai dalam pengelolaan utang diharapkan dapat memberikan kepastian bagi Pemerintah dalam menjaga besaran pagu belanja kewajiban utang Pemerintah, baik dari sisi pelunasan cicilan pokok utang maupun dari sisi pembayaran bunga utang.

Terdapat hal-hal teknis yang belum dilakukan dalam melakukan transaksi lindung nilai, sehingga sampai akhir 2014 transaksi lindung nilai belum dapat dilaksanakan. Pada tahun 2014 kegiatan dalam rangka lindung nilai antara lain dilakukan penyempurnaan terkait bisnis proses, penyiapan kebijakan dan persiapan pembahasan ISDA dengan salah satu calon counterparty (World Bank), akuntansi, penganggaran, dan hubungan bisnis proses dengan eselon I lain. Hal lain yang terpenting lainnya adalah peningkatan pemahaman konsep lindung nilai terhadap seluruh stakeholder,

Page 125: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 110

yang dilakukan atas inisiasi Ketua BPK dalam Rapat Koordinasi tentang Lindung Nilai dengan Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Jampidsus Kejaksaaan Agung RI, Kabareskrim Kepolisian RI, Deputi Bidang Penindakan KPK RI dan Deputi Bidang Investigasi BPKP RI. Hasil dari rapat dimaksud adalah:

Kesepahaman mengenai transaksi lindung nilai (hedging) yang mencakup konsekuensi biaya serta landasan hukum yang melandasi transaksi sehingga tidak menimbulkan kerugian negara; dan

Para penegak hukum berpendapat bahwa perlu adanya kejelasan mengenai aturan hukum dan pagar aturan yang melandasi transaksi, pelaksanaan aturan hukum serta konsisten dan konseksuen, serta tidak ada pihak yang diuntungkan baik melalui gratifikasi dan feedback.

Dalam rangka menindaklanjuti rapat dibentuk Tim Kerja dengan anggota seluruh instansi tersebut dan Kementerian Keuangan diwakili oleh BKF. Hasil dari Tim Kerja adalah panduan dalam menyusun SOP Transaksi lindung nilai yang melingkupi tahap persiapan transaksi, tahap pelaksanaan transaksi, tahap monitoring, pendokumentasian, evaluasi, dan pelaporan.

Selanjutnya, dalam membangun infrastruktur lindung nilai dengan DJA untuk pelaksanaan transaksi lindung nilai, sesuai dengan arahan Menteri Keuangan maka dalam APBN-P 2015 biaya transaksi lindung nilai akan dianggarkan.

h. Pengendalian Utang Pemerintah

Dalam rangka pengendalian utang Pemerintah khususnya terkait dengan Pinjaman Luar Negeri dan Pinjaman Dalam Negeri serta Pembiayaan Proyek melalui Penerbitan SBSN, telah disusun Batas Maksimal Pinjaman Luar Negeri 2013-2015, Batas Maksimal Pinjaman Dalam Negeri, dan Batas Maksimal Penerbitan SBSN untuk Pembiayaan Proyek. Penyusunan dokumen-dokumen tersebut didasarkan pada amanat dalam PP No. 10 Tahun 2011, PP No. 54 Tahun 2008, dan PP No. 56 Tahun 2011. Dokumen-dokumen dimaksud disampaikan kepada Kementerian PPN/Bappenas sebagai pertimbangan dalam melakukan perencanaan kegiatan/proyek sesuai dengan ketersediaan masing-masing instrumen utang.

Pada tahun 2014, Batas Maksimal Pinjaman Luar Negeri 2013-2015 telah dilakukan review untuk melihat perkembangan pelaksanaan dan perubahan-perubahan berdasarkan dinamika yang terjadi. Dari hasil review dimaksud dapat dilihat bahwa kebijakan negative net flow sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2010-2014 dan Strategi Pengelolaan Utang Negara Jangka Menengah masih berjalan. Namun demikian, ke depan diperlukan perbaikan dengan mempertajam fungsi Batas Maksimal Pinjaman Luar Negeri sebagai alat pengendalian pinjaman luar negeri.

Berbeda dengan Batas Maksimal Pinjaman Luar Negeri, pada tahun 2014, Batas Maksimal Pinjaman Dalam Negeri dan Batas Maksimal

Page 126: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 111

Penerbitan SBSN untuk Pembiayaan Proyek disusun dokumen baru untuk tahun anggaran 2015. Dokumen Batas Maksimal Pinjaman Dalam Negeri tahun anggaran 2015 ditetapkan melalui Surat Menteri Keuangan Nomor: S-461/MK.08/2014 tanggal 24 Juli 2014, sedangkan dokumen Batas Maksimal Penerbitan SBSN untuk Pembiayaan Proyek tahun anggaran 2015 ditetapkan melalui Surat Menteri Keuangan Nomor: S-462/MK.08/2014 tanggal 24 Juli 2014.

i. Government Bond Futures

Government Bond Futures atau Kontrak Berjangka Obligasi Pemerintah adalah kontrak (perjanjian) untuk membeli atau menjual Obligasi Pemerintah di masa datang (akhir periode kontrak) pada tingkat harga tertentu yang disepakati penjual dan pembeli.

GBF merupakan instrumen derivative dari SBN yang dibutuhkan pelaku pasar dan investor yang digunakan untuk:

1) Mengelola risiko (lindung nilai/hedging);

2) Membantu pembentukan harga/pricing SBN di pasar spot/underlying; dan

3) Meningkatkan likuiditas pasar SBN domestik, atau mencari keuntungan (profit motive). Instrumen GBF merupakan instrumen yang dikembangkan oleh dan diperdagangkan di dalam bursa dan bukan merupakan instrumen yang dikeluarkan (issued) oleh Pemerintah.

Pemerintah juga perlu terlibat dalam pengembangan pasar GBF, agar investor SBN memiliki alat untuk melindungi nilai (hedging) portofolio SBN mereka. Dalam rangka pengembangan pasar GBF, Pemerintah telah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawas pasar modal, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) sebagai otoritas pasar komoditi dan futures, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan meng-encourage mereka untuk ikut mengembangkan pasar GBF.

Saat ini BBJ merupakan pihak yang menunjukan minatnya untuk mengembangkan pasar GBF di Indonesia dan pihak yang telah memiliki kelengkapan infrastruktur perdagangan dan pengawasan transaksi. Untuk itu, DJPU telah melakukan beberapa koordinasi dengan OJK selaku pengawas pasar SBN (pasar spot/underlying) dan Bappebti selaku pengawas pasar futures untuk membahas aspek teknis pengawasan GBF dan koordinasi pengawasan pasar GBF antara OJK dan Bappebti. Progres yang dicapai saat ini, pihak Bappebti menyatakan kesiapan mereka dari sisi infrastruktur dan pengawasan. Sedangkan OJK menyatakan bahwa saat ini pengawasan SBN yang umumnya terjadi di OTC (Over The Counter), dilakukan atas pelaku yang merupakan anggota BEI berdasarkan data laporan setelmen transaksi melalui mekanisme Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE).

Page 127: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 112

Terkait aspek koordinsi pengawasan antara Bappebti dan OJK, pihak OJK belum menyatakan sikap mengenai issues pengawasan dan koordinasi pengawasan dengan Bappebti. Di sisi lain pihak Bappebti mengharapkan perlunya disusun MOU antara Kemenkeu, OJK, dan Bappebti untuk memperjelas kewenangan pengawasan GBF oleh Bappebti

j. Pengelolaan Asset dan Kewajiban (ALM)

Tujuan ALM Pemerintah antara lain sebagai berikut:

1) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara;

2) Untuk mengelola aktiva dan pasiva Negara dalam rangka pengendalian risiko keuangan Negara yang meliputi risiko likuiditas, risiko tingkat bunga dan risiko nilai tukar mata uang; dan

3) Untuk memberikan alternatif kebijakan secara dini atas adanya risiko ketidakpastian di pasar keuangan global dan domestik dalam rangka efisiensi dan efektivitas keuangan negara.

Untuk Tahun 2014, ALM Kementerian Keuangan dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor KEP-21/PU/2014 dengan struktur meliputi:

1) Komite Pengarah;

2) Komite Pelaksana; dan

3) Sekretariat ALM/Kelompok Kerja Dukungan Teknis yang terdiri dari sub-Sekretariat sebagai berikut:

a) Sekretariat Bidang Ekonomi dan Outlook Pasar Obligasi;

b) Sekretariat Bidang Manajemen Kas; dan

c) Sekretariat Bidang Legal Framework dan Administrasi.

Komite ALM melakukan rapat Komite ALM setidaknya sebulan sekali atau sesuai urgensitas Kebijakan, sedikitnya pertemuan 1 (satu) kali dalam kurun waktu semester.

Suasana Rapat tim teknis ALM Kementerian Keuangan

Page 128: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 113

Komite ALM Kementerian Keuangan pertama kali dibentuk pada tahun 2011 melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 137/KMK.01/2011 tanggal 9 Mei 2011, dilanjutkan pada tahun 2012 dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 335/KMK.01/2012 dan pada tahun 2013 melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 73/KMK.08/2013 tanggal 4 Maret 2013. Tahun 2014 Komite ALM ditetapkan dengan Kepdirjen PU Nomor KEP-21/PU/2014. Ditetapkan dengan Kepdirjen oleh karena terbitnya KMK Nomor 197/KMK.01/2014 tentang Mekanisme Penetapan Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan di Lingkungan Kementerian Keuangan Dalam Rangka Pembatasan dan Pengendalian Pemberian Honorarium Tahun Anggaran 2014. Untuk tahun 2015 penetapan Komite ALM dapat kembali ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan mengingat Komite ALM adalah wadah pengambilan keputusan atas kebijakan yang terkait pengelolaan Asset dan Liability yang melibatkan pimpinan tinggi Kementerian Keuangan termasuk Menteri Keuangan yang mungkin dijadikan dasar hukum penyusunan peraturan yang terkait pengelolaan aset dan kewajiban.

Prosedur pelaksanaan koordinasi dalam pengambilan keputusan telah diatur dalam KMK Nomor 1168/KM.1/2013 tentang Perubahan Keempat Belas atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 339/KMK.01/2011 tentang Standar Operasional Prosedur Yang Bertautan (Standard Operating Procedures – Link) Kementerian Keuangan yang didalamnya terdapat SOP terkait Penyusunan Bahan Rekomendasi Rapat komite ALM.

k. Penyusunan Rencana Penarikan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Tahun Anggaran 2015 sebagai bagian Penyusunan RAPBN 2015 dan RAPBNP 2015

Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pengelolaan pinjaman dan hibah khususnya peningkatan kinerja penyerapan pinjaman dan hibah, dan sebagai pelaksanaan salah tugas Ditjen Pengelolaan Utang sebagai Pembantu Pengguna Anggaran BA BUN Pengelolaan Utang (BA8 BUN 999.01) dan BA BUN Pengelolaan Hibah (BA BUN 999.02), Ditjen Pengelolaan Utang bersama Kedeputian Pendanaan Pembangunan-Kementerian PPN/Bappenas melaksanakan Pembahasan tiga pihak (trilateral meeting) yang bertujuan untuk menyusun rencana penarikan pinjaman dan hibah yang lebih kredibel sehingga dapat berkontribusi atas perbaikan penganggaran dalam APBN.

Untuk tahun 2015, kegiatan trilateral meeting telah dilaksanakan sebanyak 3 kali yaitu pada Bulan Februari 2014 untuk penyusunan pagu indikatif 2015, Bulan Juni 2014 untuk penyusunan pagu anggaran 2015, dan bulan Desember 2015 untuk penyusunan RAPBNP 2015. Melalui trilateral meeting ini, masing-masing Kementerian/Lembaga diminta untuk menyusun rencana penarikan pinjaman dan hibah sesuai dengan kebutuhan dan realisasi kinerja yang selanjutnya dibahas dalam trilateral meeting bersama dengan unsur-unsur Ditjen Pengelolaan Utang, Ditjen Anggaran, dan Kementerian PPN/Bappenas.

Page 129: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 114

Melalui trilateral meeting diharapkan kinerja penyerapan pinjaman dan hibah dapat sesuai dengan rencana penarikan yang telah disusun dan dibahas sehingga dapat menghindari adanya beban tambahan atas APBN.

l. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Hibah Kepada Pemerintah / Lembaga Asing

Dalam rangka melaksanakan amanah pasal 23 UU No. 17 Tahun 2013 dan Pasal 33 UU No. 1 Tahun 2014, Menteri Keuangan menugaskan Ditjen Pengelolaan Utang untuk menyusun Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Hibah kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing.

Tujuan dari penyusunan PP ini adalah untuk:

1) Memberikan payung hukum bagi pelaksanaan pemberian bantuan hibah kepada pemerintah asing/lembaga asing;

2) Memperbaiki tata kelola pemberian hibah yang telah berlangsung;

3) Mengantisipasi peningkatan pemberian hibah sebagai konsekuensi negara middle-income-country;

4) Mengendalikan pemberian hibah sesuai dengan kapasitas fiskal yang tersedia;

5) Memberikan kejelasan mengenai arah kebijakan strategis pemerintah dalam pemberian bantuan hibah luar negeri;

6) Memperjelas kewenangan dan tugas unit-unit yang terlibat dalam Pengelolaan Pemberian Hibah kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing;

7) Meningkatkan kualitas pengelolaan belanja pengeluaran Bendahara Umum Negara yang berimplikasi pada perbaikan pengelolaan belanja APBN; dan

8) Mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan bantuan hibah kepada pemerintah/lembaga asing.

Sesuai dengan target penyusunan tahun 2014, Ditjen Pengelolaan Utang telah menyelesaikan draft Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Hibah kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing yang telah dibahas dan disepakati di internal Kementerian Keuangan. Selanjutnya, sesuai dengan rencana tahun 2015, draft dimaksud akan dibahas pada forum antar Kementerian dan direncanakan dapat ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah pada akhir tahun 2015.

m. Pengembangan Struktur SBSN Wakalah (Investment Agency Sukuk)

Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara, diversifikasi instrumen, serta mendukung pengembangan pasar keuangan syariah, Pemerintah terus berupaya

Page 130: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 115

melakukan pengembangan instrumen Sukuk Negara. Pertimbangan utama dalam pengembangan instrumen Sukuk Negara antara lain:

- Terbatasnya underlying asset yang berupa Barang Milik Negara (tanah dan bangunan);

- Besarnya potensi underlying asset berupa Proyek/Kegiatan, termasuk proyek infrastruktur dan pengadaan barang/jasa; dan

- Perlunya pengembangan struktur sukuk yang dapat menggunakan berbagai jenis underlying asset.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan jenis struktur sukuk baru yang berbasis struktur Sukuk Wakalah (Investment Agency Sukuk), yaitu Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Wakalah. Pengembangan struktur tersebut dilakukan secara intensif selama kurang lebih dua tahun, mulai dari tahap kajian, perumusan struktur, hingga pembahasan dengan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) selaku pihak yang memiliki kewenangan di bidang syariah. Kegiatan yang dilakukan anatara lain meliputi:

- Menemukan rumusan struktur SBSN Wakalah yang dapat diaplikasikan dalam penerbitan SBSN;

- Identifikasi potensi aset yang dapat digunakan sebagai dasar penerbitan (underlying asset ) SBSN Wakalah; dan

- Identifikasi legal infrastructure yang diperlukan dalam rangka penerbitan SBSN Wakalah.

Pada tahun 2014, kerja keras Pemerintah tersebut kemudian membuahkan hasil dengan diterbitkannya Fatwa Nomor 95 Tahun 2014 tentang SBSN Wakalah oleh DSN-MUI. Fatwa tersebut menjadi landasan syariah dan memberikan pedoman bagi Pemerintah bagi penerbitan Sukuk Negara yang menggunakan struktur sukuk Wakalah. SBSN Wakalah merupakan SBSN yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti kepemilikan atas bagian ( ) dari aset dalam kegiatan investasi yang dikelola oleh Perusahaan Penerbit SBSN selaku Wakil dari pemegang SBSN.

Pengembangan instrumen SBSN Wakalah tersebut diharapkan dapat menyediakan alternatif struktur SBSN yang memiliki fleksibilitas dalam penggunaan akad maupun penggunaan underlying asset (dapat mengkombinasikan campuran berbagai jenis aset, baik tradable asset maupun non tradable asset). Dengan demikian akan dapat menghemat penggunaan underlying asset yang berupa Barang Milik Negara (BMN), mengoptimalkan berbagai potensi underlying asset. Selain itu, SBSN Wakalah juga dapat diperdagangkan di pasar sekunder (tradable) serta diterima secara luas baik domestik maupun internasional.

Selanjutnya, Pemerintah untuk pertama kalinya menggunakan struktur SBSN Wakalah dalam penerbitan Sukuk Valas di pasar keuangan internasional pada bulan September 2014. Penerbitan tersebut berhasil mencatat kesuksesan, yang antara lain ditandai oleh penerimaan yang luas

Page 131: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 116

di pasar keuangan syariah dan permintaan (demand) yang sangat tinggi hingga mencapai kelebihan permintaan sebesar 6,5 kali lipat atau sebesar USD10 miliar. Dari sisi distribusi investor, Sukuk Valas tersebut juga berhasil men-tap investor di wilayah Timur Tengah dengan porsi sebesar 35%, di samping juga diminati oleh investor di wilayah Amerika Serikat (20%), Asia (20%), dan Eropa (15%).

n. Penghargaan (Awards) yang diterima DJPU

Pada tahun 2014 terdapat beberapa penghargaan (awards) yang diterima DJPU terkait dengan kegiatan pengelolaan utang sebagai berikut:

Tabel 3.24

Penghargaan yang Diterima DJPU Tahun 2014

Pemberi Award Keterangan

Finance Asia

The Most Professional Borrowers in Asia for Sovereign Category

Pemerintah Republik Indonesia berhasil memperoleh penghargaan internasional dari majalah FinanceAsia terkait dengan pengelolaan utang, untuk kategori “The Most Professional Borrowers in Asia for Sovereign Category” dalam FinanceAsia Fixed Income Research Poll 2014. Penghargaan diterima oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang pada tanggal 29 Oktober 2014 di Singapura pada malam penganugerahan Award yang diselenggarakan FinanceAsia.

The Asset

Issuer of the year 2014 Penghargaan ini diberikan untuk penerbitan Euro Bond Republik Indonesia tahun 2014. Pada tahun 2014, selain penerbitan di pasar USD Bond dan Global Sukuk, Indonesia juga masuk ke pasar Euro untuk pertama kalinya, dengan menawarkan sovereign bond sebesar EUR1 Milyar.

Page 132: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 117

Pemberi Award Keterangan

IFR Asia

Best Indonesia Bond 2014

Penghargaan ini diperoleh untuk penerbitan Euro Bond Republik Indonesia tahun 2014. Dari penerbitan tersebut, Pemerintah Indonesia berhasil menyerap dana sebesar EUR1 Milyar (dengan total book order EUR6.7 Milyar) dari pasar Eropa dengan yield yang rendah untuk diversifikasi sumber pembiayaan.

Alpha Southeast Asia

Magazine

Best Sovereign Bond Deal in Southeast Asia 2014

Penghargaan ini diberikan untuk penerbitan global sukuk 2014 dengan nominal USD1.5 milyar dengan akad wakalah pada bulan September 2015.

B. Realisasi Anggaran

Alokasi pagu awal tahun 2014 yang disediakan dalam rangka pembiayaan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada DJPU adalah sebesar Rp78.934.704.000,00. Namun, selama tahun 2014 DJPU mengalami empat kali revisi DIPA sehingga pagu terakhir adalah Rp57.681.933.000,00.

Capaian Realisasi Anggaran DJPU Tahun 2014 sebesar 95,58%, naik sebesar 1,01% dari tahun 2013, yaitu 94,57%. Berikut ini akan disampaikan pagu dan realisasi anggaran Tahun 2014, sebagai berikut:

Tabel 3.25

Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2014

(per belanja)

(dalam Juta rupiah)

No Belanja Pagu revisi Realisasi Realisasi (%)

1 Belanja Pegawai 18.931,734 18.788,08478 99,24%

2 Belanja Barang 35.528,889 33.346,617699 93,86%

3 Belanja Modal 3.221,31 2.998,31568 93,08%

J u m l a h 57.681,933 55.133,018159 95,58%

Page 133: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 118

Tabel 3.26

Perbandingan Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2013 dan 2014

(per belanja)

(dalam Juta rupiah)

No Belanja Pagu Revisi Realisasi Realisasi (%)

2013 2014 2013 2014 2013 2014

1 Belanja Pegawai 17.166,3

14 18.931,7

34 16.906,361415

18.788,08478

98,48 99,24%

2 Belanja Barang 54.614,3

87 35.528,8

89 51.839,465924

33.346,617699

94,9 93,86%

3 Belanja Modal 7.098,35

8 3.221,31

5.849,002980

2.998,31568

82,39 93,08%

J u m l a h 78.897,0

59 57.681,9

33 74.594,830319

55.133,018159

94,57 95,58

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi realisasi anggaran DJPU tahun 2014,

sisa anggaran yang tidak terserap disebabkan tidak terserapnya belanja perjalanan dinas dalam negeri karena adanya kebijakan pengetatan perjalanan dinas sesuai peraturan yang berlaku, optimalisasi pembiayaan pada pelaksanaan kegiatan yang tersebar pada berbagai akun, dan Pembangunan Sistem Aplikasi Dashboard Pengelolaan Utang dan sistem aplikasi Decision Support System Issuance Surat Berharga Negara yang tidak jadi dilaksanakan pihak ketiga, tetapi pembangunan aplikasi tersebut dilaksanakan secara mandiri.

Tabel 3.27

Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2014

(per program-kegiatan-output)

(dalam Juta rupiah)

No Uraian Pagu

Revisi Realisasi

Realisasi

%

1 Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang

57.681,933 55.133,016159 95,58%

2 Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen Utang

2.537,816 2.477,9266 97,64%

1)

Laporan Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi, Setelmen Utang dan Hibah

2.537,816 2.477,9266 97,64%

3 Pengelolaan Pembayaran Syariah 3.249,656 3.017,596209 92,86%

Page 134: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 119

No Uraian Pagu

Revisi Realisasi

Realisasi

%

1) Transaksi Pengelolaan Portofolio SBSN

952,430 920,593149 96,66%

2) Layanan Pengembangan Pasar SBSN

1.503,746 1.355,730236 90,16%

3) Laporan Analisis dan Keuangan Pasar SBSN

286,700 254,7422 88,85%

4)

Dokumen Peraturan, Dokumen Hukum dan Kebijakan Operasional Pengelolaan SBSN

506,780 486,530624 96,00%

4 Pengelolaan Pinjaman 3.149,628 3.109,201628 98,72%

1) Dokumen Perjanjian Pinjaman dan Hibah

3.149,628 3.109,201628 98,72%

5 Pengelolaan Strategi dan Portofolio Utang

3.732,709 3.209,184242 85,97%

1) Dokumen Strategi Pengelolaan Utang

2.849,840 2.381,843503 83,58%

2) Rekomendasi Pengelolaan Kewajiban Kontinjensi

503,060 485,9048 96,59%

3) Laporan Kepatuhan dan Manajemen Risiko Pengelolaan Utang

379,809 341,435939 89,90%

6 Pengelolaan Surat Utang Negara 4.186,67 4.165,51 99,49%

1) Transaksi Pengelolaan Portofolio SUN

1.143,879 1.141,710450 99,81%

2) Layanan Pengembangan Pasar SUN

1.292,152 1.291,062935 99,92%

3) Laporan Analisis dan Pemutakhiran Informasi Pasar Keuangan dan SUN

1.045,372 1.030,215030 98,55%

4)

Dokumen Peraturan, Kebijakan Operasional dan Monitoring Pelaksanaan Transaksi SUN

705,270 702,5203 99,61%

Page 135: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 120

No Uraian Pagu

Revisi Realisasi

Realisasi

%

7 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya di DJPU

40.893,72 39.153,6 95,74%

1) Layanan Perkantoran 32.796,188 31.715,122689 96,70%

2) Dokumen Perencanaan 2.257,606 1.818,665359 80,56%

3) Laporan Keuangan dan Kegiatan

801,296 724,8 90,45%

4) Layanan Kepegawaian 864,070 822,118045 95,14%

6) Perangkat Pengolahan Data 356,821 356,821 100,00%

7) Peralatan Fasilitas Perkantoran

1.310,119 1.296,9888 99,00%

8) Gedung Dan Bangunan 528,910 524,406880 99,15%

9) Laporan Pelaksanaan Anggaran

1.978,707 1.894,677992 95,75%

Tabel 3.28

Perbandingan Pagu dan Realiasi Anggaran Tahun 2014 dan 2013

(per program-kegiatan-output)

(dalam Juta rupiah)

No Uraian Pagu Revisi Realisasi Realisasi (%)

2013 2014 2013 2014 2013 2014

1 Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang

78.879,059

57.681,933

74.594,517349

55.133,016159

94,57% 95,58%

2 Pelaksanaan Eevaluasi, Akuntansi, dan Setelmen Utang

4.598,847

2.537,816

4.434,5351

2.477,9266

96,43% 97,64%

1)

Laporan Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi, Setelmen Utang dan Hibah

4.598,847

2.537,816

4.434,5351

2.477,9266

96,43% 97,64%

3 Pengelolaan Pembayaran Syariah

5.629,06

3.249,656

5.170,659535

3.017,596209

91,86% 92,86%

Page 136: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 121

No Uraian Pagu Revisi Realisasi Realisasi (%)

2013 2014 2013 2014 2013 2014

1) Transaksi Pengelolaan Portofolio SBSN

1.237,580

952,430

1.123,192536

920,593149

90,76% 96,66%

2) Layanan Pengembangan Pasar SBSN

2.054,095

1.503,746

1.911,596199

1.355,730236

93,06% 90,16%

3) Laporan Analisis Dan Keuangan Pasar SBSN

750,215

286,700

625,0608

254,7422

83,32% 88,85%

4)

Dokumen Peraturan, Dokumen Hukum Dan Kebijakan Operasional Pengelolaan SBSN

1.587,170

506,780

1.510,81

486,530624

95,19% 96,00%

4 Pengelolaan Pinjaman 5.455,7

92 3.149,6

28 5.048,7

102 3.109,201628

92,54% 98,72%

1) Dokumen Perjanjian Pinjaman Dan Hibah

5.455,792

3.149,628

5.048,7102

3.109,201628

92,54% 98,72%

5 Pengelolaan Strategi Dan Portofolio Utang

6,620,92

3.732,709

6.191,56

3.209,184242

93,52% 85,97%

1) Dokumen Strategi Pengelolaan Utang

4.986,368

2.849,840

4.594,79131

2.381,843503

92,15% 83,58%

2)

Rekomendasi Pengelolaan Kewajiban Kontinjensi

963,912

503,060

935,1417

485,9048

97,02% 96,59%

3)

Laporan Kepatuhan Dan Manajemen Risiko Pengelolaan Utang

670,635

379,809

661,630969

341,435939

98,66% 89,90%

6 Pengelolaan Surat Utang Negara

6.677,671

4.186,67

6.278,726215

4.165,51

94,03% 99,49%

1) Transaksi Pengelolaan Portofolio SUN

1.856,562

1.143,879

1.754,5982

1.141,710450

94,51% 99,81%

2) Layanan Pengembangan Pasar SUN

2.755,394

1.292,152

2.575,514

1.291,062935

93,47% 99,92%

Page 137: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 122

No Uraian Pagu Revisi Realisasi Realisasi (%)

2013 2014 2013 2014 2013 2014

3)

Laporan Analisis dan Pemutakhiran Informasi Pasar Keuangan dan SUN

1.081,040

1.045,372

1.045,837865

1.030,215030

96,74% 98,55%

4)

Dokumen Peraturan, Kebijakan Operasional dan Monitoring Pelaksanaan Transaksi SUN

984,675

705,270

902,77615

702,5203

91,68% 99,61%

7 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya di DJPU

49.000,11

40.893,72

39.153,6

39.153,6

95,6% 95,74%

1) Layanan Perkantoran

31.886,655

32.796,188

31.255,370173

31.715,122689

98,02% 96,70%

2) Dokumen Perencanaan

6.664,920

2.257,606

6.356,416692

1.818,665359

95,37% 80,56%

3) Laporan Keuangan dan Kegiatan

3.902,912

801,296

3.614,05377

724,8 92,60% 90,45%

4) Layanan Kepegawaian

1.850 864,07

0 1.716,264575

822,118045

92,77% 95,14%

6) Perangkat Pengolahan Data

2.399,602

356,821

2.208,6695

356,821

92,04% 100,00%

7) Peralatan Fasilitas Perkantoran

2.296,020

1.310,119

1.691,21961

1.296,9888

73,66% 99,00%

8) Gedung Dan Bangunan

18.010,119

528,910

16.214,952147

524,406880

90,03% 99,15%

9)

Laporan Pelaksanaan Anggaran

- 1.978,7

07 -

1.894,677992

- 95,75%

Dalam upaya untuk terciptanya pelaksanaan anggaran yang berjalan dengan

baik dan dapat tercapai target sesuai ketetapan, DJPU telah berusaha untuk meningkatkan penyerapan anggaran pada tahun-tahun yang akan datang. Beberapa langkah yang akan diambil sehubungan dengan hal tersebut adalah:

Page 138: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 123

1. Melakukan perencanaan kegiatan pada tahun 2015, dengan membuat tabel perencanaan kegiatan pada setiap pengelola kegiatan;

2. Menginventarisasi anggaran yang kemungkinan tidak dapat diserap atau dilaksanakan kegiatannya dengan menyampaikannya kepada Sesditjen c.q. Bagian Keuangan untuk dilakukan relokasi/penghematan;

3. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan;

4. Memonitor dan mempercepat proses tagihan pelaksanaan kegiatan seperti tagihan hotel, honor kegiatan, honor tim, biaya diklat, pembayaran pengadaan belanja modal dan tagihan lainnya; dan

5. Disiplin pada rencana penarikan anggaran yang telah direncanakan.

Page 139: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 124

Page 140: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 125

Page 141: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 126

BAB IV

PENUTUP

A. Keberhasilan dan Kegagalan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang memiliki tugas melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengelolaan utang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Sebagai organisasi pengelola utang, DJPU memiliki 3 peran strategis, yakni:

1. Memenuhi pembiayaan APBN yang bersumber dari utang;

2. Mewujudkan kesinambungan fiskal melalui pengelolaan portofolio dan risiko utang; dan

3. Pengembangan pasar yang dalam, aktif, dan likuid.

Dalam rangka melaksanakan peran strategis tersebut di atas, pada tahun 2014 DJPU telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk Kontrak Kinerja antara Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dengan Menteri Keuangan. Pada Kontrak Kinerja tersebut terdapat peta strategi dengan 10 sasaran strategis (SS) yang ingin dicapai. Untuk setiap SS yang disusun dan ditetapkan memiliki ukuran yang disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU). Keseluruhan IKU DJPU pada tahun 2014 berjumlah 18 IKU. Capaian IKU DJPU tahun 2014 dari 18 IKU adalah:

1. 17 IKU berstatus hijau atau memenuhi dan/atau di atas target;

2. 1 IKU berstatus kuning atau kurang memenuhi target;

dengan nilai kinerja sebesar 111,81%.

Disamping IKU tersebut di atas, terdapat beberapa kinerja yang terkait dengan SS tersebut dan lebih bersifat outcomes, namun tidak menjadi IKU DJPU, yaitu:

1. MoU Dukungan BPJS terhadap Bond Stabilization Framework;

2. Saving Bonds Ritel (SBR);

3. SUN dalam Valuta Asing (Global Bonds) Denominasi Euro;

4. Transaksi Debtswitch Many-to-Many;

5. Optimalisasi Sistem Aplikasi Debt Management and Financial Analysis System (DMFAS) untuk pemanfaatan pengelolaan pinjaman;

6. Pinjaman Siaga;

7. Lindung Nilai (Hedging);

8. Pengendalian Utang Pemerintah;

9. Government Bond Futures;

10. Pengelolaan Asset dan Kewajiban (ALM);

Page 142: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 127

11. Penyusunan Rencana Penarikan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Tahun Anggaran 2015 sebagai bagian Penyusunan RAPBN 2015 dan RAPBNP 2015;

12. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Hibah Kepada Pemerintah / Lembaga Asing; dan

13. Pengembangan Struktur SBSN Wakalah (Investment Agency Sukuk).

B. Kendala Dalam Pencapaian Kinerja

1) Penyajian data informasi keuangan berdasarkan Renstra belum dapat dilakukan karena penyajian informasi keuangan yang dilakukan di DJPU tidak dilakukan berdasarkan sasaran strategis sebagaimana terdapat dalam dokumen Renstra.

2) Di bidang Pasar Surat Berharga Negara, kondisi pasar domestik yang secara umum kurang kondusif, yang ditandai realisasi tingkat inflasi yang melampaui dari target inflasi yang telah ditetapkan, melemahnya mata uang rupiah, serta kebijakan BI menaikkan rate FASBI dan BI rate mendorong kenaikan imbal hasil yang diminta investor.

C. Strategi Pemecahan Masalah di Masa Mendatang

Mengingat pasar SBSN domestik baru mulai terbentuk dan masih dalam tahap pengembangan, maka secara konsisten akan terus melakukan berbagai aktivitas meliputi, penyempurnaan mekanisme penerbitan SBSN, penguatan infrastruktur dalam rangka peningkatan kinerja pasar sekunder SBSN, dan transparansi harga SBSN, antara lain:

1) Kajian program Primary Dealers (PD’s) dan Benchmark Series SBSN;

2) Penyiapan transaksi buyback dan switching SBSN;

3) Meningkatkan size penerbitan SBSN yang tradable

Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai di atas kiranya dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang. Sementara untuk beberapa program/kegiatan yang capaian kinerjanya belum mencapai target sebagaimana direncanakan akan ditingkatkan kinerjanya pada tahun-tahun mendatang.

Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan baik kepada Pimpinan maupun seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJPU, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode berikutnya agar lebih mampu memberikan manfaat kepada masyarakat maupun kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan pengelola utang.

Page 143: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 128

Page 144: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 129

Page 145: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 130

Page 146: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 131

Page 147: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 132

Page 148: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 133

Page 149: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 134

Page 150: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 135

Page 151: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 136

Page 152: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 137

PENGUKURAN KINERJA

Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Tahun Anggaran : 2014

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1 Pembiayaan yang aman untuk mendukung kesinambungan fiskal

1a-N Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan

100,00% 100,19% 119,62%

2 Pengelolaan utang dan hibah yang akuntabel dan kredibel

2a-N Rata-rata indeks opini BPK atas LK BA Pengelolaan Utang dan Hibah

4,00 4,00 120,00%

2b-CP Indeks kepuasan pengguna layanan

4,00 4,09 102,25%

2c-N Tingkat akurasi pembayaran kewajiban utang

100,00% 99,99% 99,99%

3 Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil

3a-N Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN (Turn Over Ratio)

100,00% 250,44% 120,00%

3b-N Tingkat efektivitas edukasi dan komunikasi

75,00% 76,83% 102,44%

3c-N Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik

7,00% 11,50% 120,00%

4 Pinjaman yang efektif dan efisien

4a-N Tingkat efektivitas dan efisiensi pinjaman

70,00% 90,00% 120,00%

5 Biaya dan risiko portofolio utang yang terkendali

5a-N Persentase pencapaian target effective cost

100,00% 98,90% 101,10%

Page 153: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat ... Kinerja... · kualitas organisasi untuk dapat menjaga kepercayaan pasar. Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Laporan Kinerja DJPU Tahun 2014 138

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

5b-N Persentase pemenuhan target risiko portofolio utang

100,00% 102,42% 115,16%

5c-N Tingkat efektivitas pengendalian risiko default badan usaha yang dijamin

100,00% 100,00% 120,00%

6 Pengelolaan utang yang taat prosedur

6a-N Tingkat penerapan pengendalian intern

95,00% 98,83% 104,03%

7 SDM yang kompetitif 7a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan

96,00% 98,31% 102,41%

8 Organisasi sehat yang berkinerja tinggi

8a-CP Indeks Kesehatan Organisasi

68,00 76,00 111,76%

8b-N Tingkat kematangan implementasi manajemen risiko

75,00 75,44 100,59%

8c-CP Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan

100,00% 100,00% 100,00%

9 Sistem informasi manajemen yang terintegrasi

9a-N Persentase pencapaian target proses bisnis DJPU yang didukung TIK

100,00% 100,00% 120,00%

10 Pelaksanaan anggaran yang optimal

10a-CP Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja

95,00% 97,35% 102,47%

Jumlah Anggaran Program Tahun 2014 : Rp78.934.704.000,00

( Setelah mengalami empat kali revisi DIPA menjadi Rp57.681.933.000,00 )

Jumlah Realisasi Anggaran Program Tahun 2014 : Rp55.133.018.159,00