kementerian keuangan badan kebijakan fiskal dan 24 s.d. 30...laporan ekonomi keuangan mingguan /...

6
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 s.d. 30 Juni 2019 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL I. Pasar Global Pasar Saham. Wall Street ditutup melemah dibanding penutupan pekan sebelumnya dengan indeks Dow Jones turun 0,45 persen, sementara S&P 500 mencatatkan pelemahan sebesar 0,29 persen. Meskipun demikian, Wall Street sempat membukukan posisi tertinggi di semester pertama 2019 ini dalam 2 dekade terakhir. Indeks S&P 500 bahkan telah naik sebesar 17 persen selama semester I 2019 ini dan angka ini merupakan penguatan tertinggi dalam satu semester sejak 1997. Sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan Wall Street selama sepekan bersumber dari pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada KTT G20 di Jepang yang mana keduanya bersepakat untuk melanjutkan negosiasi. Sebelumnya, Wall Street tertekan oleh rilis indeks kepercayaan konsumen AS bulan Juni 2019yang turun ke posisi 121,5, menyentuh level terendah sejak September 2017, sementara ekepktasi berada pada level 131,1. Selain itu, sentimen lainnya yang mempengaruhi pergerakan Wall Street selama sepekan berasal dari pernyataan Gubernur the Fed terkait proyeksi penurunan suku bunga the Fed, rilis hasil stress test perbankan oleh the Fed, dan konfrontasi AS dengan Iran pada awal pekan. Dari rilis data ekonomi AS selain indeks kepercayaan konsumen, penjualan rumah baru bulan Mei 2019 tercatat sebanyak 626 ribu, sedikit di bawah ekspektasi sebanyak 680 ribu, sementara pending home sales bulan yang sama naik sesuai ekspektasi sebesar 1,1 persen secara bulanan. PDB AS Q1 2019 juga tumbuh sesuai ekspektasi sebesar 3,1 persen secara kuartalan. Sementara itu, jumlah pesanan barang tahan lama bulan Mei 2019 tercatat naik 0,3 persen secara bulanan, di atas ekspektasi sebesar 0,1 persen. Dari kawasan Eropa, bursa saham utama di kawasan seperti FTSE 100 Inggris, DAX Jerman, dan CAC Prancis ditutup menguat dalam sepekan. Di tengah berbagai sentimen negatif bursa saham AS dan perekonomian global, katalis positif datang dari ekspektasi bahwa sebagian besar bank sentral akan menjadi lebih akomodatif untuk mengatasi dampak konflik perang dagang. Gambar 1. Pasar Saham Global Indikator 28 Juni 2019 Perubahan (%) WoW YoY Ytd T1 ---- Nilai Tukar/USD ---- Euro 0,88 0,03 (1,72) (0,81) Yen 107,85 (0,49) 2,39 1,68 GBP 0,79 (0,36) (2,98) (0,46) Real 3,85 (0,74) 0,27 0,63 Rubel 63,21 (0,30) (0,62) 9,33 Rupiah 14.128,00 0,21 1,82 1,82 Rupee 69,03 0,80 (0,34) 1,07 Yuan 6,87 0,02 (3,62) 0,17 KRW 1.154,70 0,79 (2,73) (3,48) SGD 1,35 0,16 1,07 0,73 Ringgit 4,13 0,41 (2,21) 0,04 Baht 30,67 0,59 7,41 5,77 Peso 51,24 0,62 4,29 2,56 T2 ----- Pasar Modal ------ DJIA 26.599,96 (0,45) 2,24 14,03 S&P500 2.941,76 (0,29) 5,14 17,35 FTSE 100 7.425,63 0,24 (3,58) 10,37 DAX 12.398,80 0,48 (6,65) 17,42 KOSPI 2.130,62 0,24 (15,31) 4,39 Brazil IBrX 867,56 0,88 (7,73) 3,18 Nikkei 21.275,92 0,08 (10,47) 6,30 SENSEX 39.394,64 0,51 11,73 9,22 JCI 6.358,63 0,68 (1,76) 2,65 Hangseng 28.542,62 0,24 (11,14) 10,43 Shanghai 2.978,88 (0,77) (14,27) 19,45 STI 3.321,61 0,01 (5,67) 8,24 FTSE KLCI 1.672,13 (0,60) (8,21) (1,09) SET 1.730,34 0,77 (4,89) 10,64 PSEi 7.999,71 (0,69) (9,31) 7,15 T3 ------ Surat Berharga Negara ------ Yield 5 th, (FR 77) 6,81 (6) n/a (118) Yield 10 th, (FR78) 7,33 (9) n/a (63) T4 ------ Komoditas ------ Brent Oil 64,74 0,45 2,26 17,88 CPO 1.865,00 (6,66) (24,34) (6,94) Gold 1.409,55 0,71 6,22 9,91 Coal 70,90 (0,56) (33,58) (30,52) Nickel 12.690,00 4,96 1,76 18,71 T5 ------ Rilis Data ------ Consumer confidence AS Jun : 121,5 Mei : 131,2 New Home Sales AS Mei : 626 ribu Apr : 679 ribu Interest rate News Zealand Jun : 1,50 Mei : 1,50 GDP AS Q1 : 3,1 Q4 -18 : 3,1 Inggris Q1 : 1,8 Q4 – 18 : 1,8 Pending home sales AS Mei : 1,1 Apr : -1,5 CPI Eropa Jun : 1,2 Mei : 1,2 Manufacturing PMI Tiongkok Jun : 49,4 Mei : 49,4 Highlight Minggu Ini Bursa saham global ditutup bervariasi melemah selama sepekan dengan bursa saham Wall Street mengalami pelemahan, bursa Eropa menguat, sementara bursa Asia bervariasi. Sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan bursa saham global selama sepekan antara lain bersumber dari pertemuan Donald Trump dengan Xi Jinping pada KTT G20, rilis data ekonomi di kawasan, dan ekspektasi akomodatif kebijakan bank - bank sentral di dunia. Indeks dollar AS tercatat melemah sebesar 0,09 persen ke level 96,13 pada Jumat (28/06), sementara yield US Treasury 10 tahun turun sekitar 4 bps ke level 2,01. Dari pasar komoditas, harga minyak mentah jenis Brent melanjutkan penguatan selama sepekan, sementara harga batubara dan CPO kembali terkoreksi. IHSG menguat 0,68 persen secara mingguan ke level 6.358,63 dengan investor nonresiden mencatatkan beli bersih dalam sepekan, imbal hasil SBN seri benchmark bergerak turun dengan posisi kepemilikan investor nonresiden mengalami kenaikan,sementara nilai tukar Rupiah menguat 0,21 persen ke level Rp14.128 per USD. Pemimpin negara G20 dalam G20 Summit Osaka 29-29 Juni 2019 menyepakati berbagai isu mengenai permbangunan berkelanjutan, komitmen untuk mengatasi berbagai tantangan global serta bersama- sama mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara khusus, pemimpin G20 sepakat untuk mengakhiri perang dagang dengan menciptakan sistem perdagangan yang bebas, adil dan indiskriminatif.

Upload: dangduong

Post on 09-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL DAN 24 s.d. 30...Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 s.d. 30 Juni 2019 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1

DAN 24 s.d. 30 Juni 2019

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

I. Pasar Global

Pasar Saham. Wall Street ditutup melemah dibanding penutupan pekan

sebelumnya dengan indeks Dow Jones turun 0,45 persen, sementara S&P 500

mencatatkan pelemahan sebesar 0,29 persen. Meskipun demikian, Wall Street

sempat membukukan posisi tertinggi di semester pertama 2019 ini dalam 2

dekade terakhir. Indeks S&P 500 bahkan telah naik sebesar 17 persen selama

semester I 2019 ini dan angka ini merupakan penguatan tertinggi dalam satu

semester sejak 1997. Sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan Wall

Street selama sepekan bersumber dari pertemuan Presiden AS Donald Trump

dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada KTT G20 di Jepang yang mana

keduanya bersepakat untuk melanjutkan negosiasi. Sebelumnya, Wall Street

tertekan oleh rilis indeks kepercayaan konsumen AS bulan Juni 2019yang turun

ke posisi 121,5, menyentuh level terendah sejak September 2017, sementara

ekepktasi berada pada level 131,1. Selain itu, sentimen lainnya yang

mempengaruhi pergerakan Wall Street selama sepekan berasal dari pernyataan

Gubernur the Fed terkait proyeksi penurunan suku bunga the Fed, rilis hasil

stress test perbankan oleh the Fed, dan konfrontasi AS dengan Iran pada awal

pekan.

Dari rilis data ekonomi AS selain indeks kepercayaan konsumen, penjualan

rumah baru bulan Mei 2019 tercatat sebanyak 626 ribu, sedikit di bawah

ekspektasi sebanyak 680 ribu, sementara pending home sales bulan yang sama

naik sesuai ekspektasi sebesar 1,1 persen secara bulanan. PDB AS Q1 2019 juga

tumbuh sesuai ekspektasi sebesar 3,1 persen secara kuartalan. Sementara itu,

jumlah pesanan barang tahan lama bulan Mei 2019 tercatat naik 0,3 persen

secara bulanan, di atas ekspektasi sebesar 0,1 persen.

Dari kawasan Eropa, bursa saham utama di kawasan seperti FTSE 100

Inggris, DAX Jerman, dan CAC Prancis ditutup menguat dalam sepekan. Di

tengah berbagai sentimen negatif bursa saham AS dan perekonomian global,

katalis positif datang dari ekspektasi bahwa sebagian besar bank sentral akan

menjadi lebih akomodatif untuk mengatasi dampak konflik perang dagang.

Gambar 1. Pasar Saham Global

Indikator 28 Juni 2019 Perubahan (%)

WoW YoY Ytd

T1 ---- Nilai Tukar/USD ---- Euro 0,88 0,03 (1,72) (0,81) Yen 107,85 (0,49) 2,39 1,68

GBP 0,79 (0,36) (2,98) (0,46) Real 3,85 (0,74) 0,27 0,63

Rubel 63,21 (0,30) (0,62) 9,33 Rupiah 14.128,00 0,21 1,82 1,82 Rupee 69,03 0,80 (0,34) 1,07 Yuan 6,87 0,02 (3,62) 0,17 KRW 1.154,70 0,79 (2,73) (3,48) SGD 1,35 0,16 1,07 0,73

Ringgit 4,13 0,41 (2,21) 0,04 Baht 30,67 0,59 7,41 5,77 Peso 51,24 0,62 4,29 2,56

T2 ----- Pasar Modal ------

DJIA 26.599,96 (0,45) 2,24 14,03 S&P500 2.941,76 (0,29) 5,14 17,35

FTSE 100 7.425,63 0,24 (3,58) 10,37 DAX 12.398,80 0,48 (6,65) 17,42

KOSPI 2.130,62 0,24 (15,31) 4,39 Brazil IBrX 867,56 0,88 (7,73) 3,18

Nikkei 21.275,92 0,08 (10,47) 6,30 SENSEX 39.394,64 0,51 11,73 9,22

JCI 6.358,63 0,68 (1,76) 2,65 Hangseng 28.542,62 0,24 (11,14) 10,43 Shanghai 2.978,88 (0,77) (14,27) 19,45

STI 3.321,61 0,01 (5,67) 8,24 FTSE KLCI 1.672,13 (0,60) (8,21) (1,09)

SET 1.730,34 0,77 (4,89) 10,64 PSEi 7.999,71 (0,69) (9,31) 7,15

T3 ------ Surat Berharga Negara ------ Yield 5 th, (FR 77) 6,81 (6) n/a (118) Yield 10 th, (FR78) 7,33 (9) n/a (63)

T4 ------ Komoditas ------ Brent Oil 64,74 0,45 2,26 17,88

CPO 1.865,00 (6,66) (24,34) (6,94) Gold 1.409,55 0,71 6,22 9,91 Coal 70,90 (0,56) (33,58) (30,52)

Nickel 12.690,00 4,96 1,76 18,71 T5 ------ Rilis Data ------

Consumer confidence

AS Jun : 121,5 Mei : 131,2

New Home Sales AS Mei : 626 ribu Apr : 679 ribu Interest rate News

Zealand Jun : 1,50 Mei : 1,50 GDP AS Q1 : 3,1 Q4 -18 : 3,1

Inggris Q1 : 1,8 Q4 – 18 : 1,8 Pending home sales AS Mei : 1,1 Apr : -1,5

CPI Eropa Jun : 1,2 Mei : 1,2 Manufacturing PMI Tiongkok Jun : 49,4 Mei : 49,4

Highlight Minggu Ini

• Bursa saham global ditutup bervariasi melemah selama sepekan dengan bursa saham Wall Street mengalami pelemahan, bursa Eropa menguat, sementara bursa Asia bervariasi.

• Sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan bursa saham global selama sepekan antara lain bersumber dari pertemuan Donald Trump dengan Xi Jinping pada KTT G20, rilis data ekonomi di kawasan, dan ekspektasi akomodatif kebijakan bank - bank sentral di dunia.

• Indeks dollar AS tercatat melemah sebesar 0,09 persen ke level 96,13 pada Jumat (28/06), sementara yield US Treasury 10 tahun turun sekitar 4 bps ke level 2,01.

• Dari pasar komoditas, harga minyak mentah jenis Brent melanjutkan penguatan selama sepekan, sementara harga batubara dan CPO kembali terkoreksi.

• IHSG menguat 0,68 persen secara mingguan ke level 6.358,63 dengan investor nonresiden mencatatkan beli bersih dalam sepekan, imbal hasil SBN seri benchmark bergerak turun dengan posisi kepemilikan investor nonresiden mengalami kenaikan,sementara nilai tukar Rupiah menguat 0,21 persen ke level Rp14.128 per USD.

• Pemimpin negara G20 dalam G20 Summit Osaka 29-29 Juni 2019 menyepakati berbagai isu mengenai permbangunan berkelanjutan, komitmen untuk mengatasi berbagai tantangan global serta bersama-sama mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara khusus, pemimpin G20 sepakat untuk mengakhiri perang dagang dengan menciptakan sistem perdagangan yang bebas, adil dan indiskriminatif.

Page 2: KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL DAN 24 s.d. 30...Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 s.d. 30 Juni 2019 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 2

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Gambar 4. Harga minyak mentah dunia dan inflasi

global

Gambar 2. Yield treasury AS tenor 10 tahun menurun

secara mingguan ke level 2,00 pada hari Jumat (28/06)

Bursa saham Jerman bahkan membukukan kinerja terbaik semester I 2019 ini

yang merupakan kinerja semesteran terbaik dalam 2 dekade terakhir.

Dari perkembangan Brexit, Boris Johnson, calon favorit Perdana Menteri

Inggris penerus Theresa May, pada tengah pekan mengatakan bahwa peluang

UK meningggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan (no-deal) adalah satu juta

banding satu. Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE) Mark Carney kemudian

mengatakan bahwa dalam hal “no-deal Brexit”, BoE akan cenderung untuk

menurunkan suku bunga acuan.

Dari rilis data ekonomi di kawasan, PDB UK Q1 2019 tumbuh sesuai ekspektasi

sebesar 0,5 persen qoq atau 1,8 persen yoy. Inflasi zona Euro bulan Juni 2019

juga tercatat sesuai ekspektasi sebesar 1,2 persen yoy.

Dari kawasan Asia, indeks saham di Kawasan ditutup bervariasi dalam

sepekan dengan indeks SET Thailand dan IHSG mengalami penguatan

mingguan tertinggi di kawasan masing – masing sebesar 0,77 dan 0,68 persen.

Sebaliknya, indeks Shanghai Tiongkok dan PSEi Filipina mencatatkan

pelemahan mingguan terdalam di kawasan masing – masing sebesar 0,77 dan

0,69 persen.

Dari rilis data ekonomi di kawasan, manufaktur Tiongkok bulan Juni 2019

masih menunjukkan kontraksi. Baik indikator Manufacturing PMI maupun

Caixin Manufacturing PMI pada bulan Juni 2019 masih berada di bawah 50.

Sementara itu di Jepang, Tankan Large Manufacturers Index Q2 2019 berada

di level 7. Meskipun lebih rendah dari ekspektasi sebesar 9, angka positif ini

menunjukkan kondisi bisnis yang meningkat. Untuk nonmanufaktur, Tankan

Large Non-Manufacturers Index pada kuartal yang sama berada di level 23, di

atas ekspektasi sebesar 20. Data ini merupakan data survei terhadap 1.200

perusahaan besar.

Pasar Uang. Indeks dolar AS bergerak sedikit lebih rendah ke level 96,13

pada akhir perdagangan pekan lalu (28/06) atau melemah sebesar 0,09

persen dalam sepekan terhadap enam mata uang utama dunia dari posisi

96,22 pada akhir pekan sebelumnya (21/06). Dolar AS bergerak lebih

rendah akibat ketidakpastian perkembangan perang dagang antara AS dan

Tiongkok, apakah Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping

akan mencapai kesepakatan perang dagang pada KTT G20 atau melanjutkan

konflik. Hal tersebut mendorong optimisme para investor terhadap dolar AS.

Selain itu, data indeks harga konsumsi personal di AS atau The core U

Spersonal consumption expenditure dilaporkan naik 0,2 persen di periode Mei

2019 atau sesuai dengan perkiraan sebelumnya sehingga memperkuat

ekspektasi investor bahwa the Fed akan memangkas suku bunga sedikitnya 25

bps pada meeting bulan berikutnya. Di sisi lain, mata uang Poundsterling

ditutup melemah terhadap dolar AS pada akhir pekan lalu, turun ke level

terendah dalam lima bulan di tengah kekhawatiran investor seputar

kemungkinan Brexit yang bisa berakhir tanpa kesepakatan. Sementara itu,

mata uang Euro menguat tipis terhadap dolar AS, memanfaatkan posisi

pelemahan dolar AS jelang KTT G20.

Pasar Obligasi. Yield US Treasury tenor 10 tahun pekan lalu (28/06)

ditutup di level 2,01 persen atau turun sekitar 4 bps dibandingkan

penutupan pekan sebelumnya (21/06) di level 2,05 persen. Pekan lalu, yield

US Treasury 10 tahun bahkan sempat ditutup di level 1,98 persen pada Selasa

(25/06) atau terendah dalam 20 bulan terakhir dipicu oleh turunnya

kepercayaan konsumen AS untuk bulan Juni 2019 ke level terendah dalam 21

bulan terakhir. Konsumen AS menunjukkan sikap pesimis tentang kondisi

bisnis dan pasar tenaga kerja di tengah kekhawatiran peningkatan ketegangan

perdagangan AS dan Tiongkok. The Conference Board mencatat indeks

kepercayaan konsumen turun 9,8 poin dari 131,3 pada bulan Mei 2019 menjadi

121,5 pada bulan Juni 2019 sekaligus yang terendah sejak September 2017.

Selain itu, sinyal penurunan suku bunga acuan FFR semakin kuat setelah

Presiden the Fed St. Louis James Bullard menyatakan bahwa dirinya meyakini

penurunan FFR sebesar 50 bps pada FOMC Meeting yang akan datang terlalu

berlebihan dan penurunan 25 bps sudah tepat. Di sisi lain, dalam pidatonya di

Gambar 3. The Fed dikabarkan akan menghentikan

program pengurangan neracanya dan lebih dovish

terhadap kenaikan suku bunga acuan

Page 3: KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL DAN 24 s.d. 30...Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 s.d. 30 Juni 2019 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 3

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Gambar 6. Harga hard commodities: semua harga hard

commodities menguat secara mingguan

Gambar 5. Harga minyak mentah Brent, minyak

mentah WTI menguat sementara harga acuan

batubara ICE Newcastle melemah secara mingguan

hadapan Council on Foreign Relations pada hari Selasa (25/06), Gubernur the

Fed Jerome Powell menyatakan bahwa the Fed melihat inflasi AS terus berjalan

di bawah target 2 persen yang ditetapkan dan ketidakpastian yang dihadapi

oleh perekonomian AS semakin membesar seiring ketidakpastian global. Selain

itu, sentimen dari semakin memanasnya hubungan antara AS dan Iran juga

memicu meningkatnya US Treasury sebagai salah satu safe haven assets.

Pasar Komoditas. Harga minyak Brent kontrak berjangka acuan global

pekan lalu masih melanjutkan penguatan pada pekan sebelumnya. Pada

penutupan pekan Jumat (28/06), harga minyak Brent tercatat di level US$64,74

per barel atau menguat tipis 0,45 persen dalam sepekan dari posisi US$64,45

per barel pada Jumat (21/06) dengan sentimen utama datang meningkatnya

ketegangan AS dan Iran, ekspektasi positif dari rencana pertemuan presiden

AS dan presiden Tiongkok di sela KTT G20 Osaka serta pertemuan OPEC dan

sekutunya di Wina, Austria pada 1 hingga 2 Juli 2019. Sebagai respon atas

penembakan pesawat tanpa awak (drone) milik AS oleh Iran, pada hari Senin

(24/06) Presiden AS, Donald Trump, menandatangani sanksi baru terhadap Iran

yang akan membuat Pimpinan Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei dan

jajarannya, tidak bisa mengakses sumber finansial yang penting. Iran merespon

sanksi tersebut dengan menyatakan bahwa sanksi terhadap Khamenei berarti

pemutusan hubungan diplomatik antara kedua negara. Selain itu, pelaku pasar

membentuk ekspektasi positif dari rencana pertemuan Presiden AS, Donald

Trump, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, di sela KTT G20 Osaka, Jepang.

Apabila kedua belah pihak dapat menyepakati dimulainya kembali negosiasi

perdagangan, maka terdapat potensi perang dagang dapat diselesaikan

sehingga pelemahan ekonomi global yang menekan permintaan minyak akan

dapat dihindari. Di sisi lain, pelaku pasar juga membaca sinyal-sinyal

perpanjangan pemotongan produksi oleh OPEC dan sekutunya yang akan

dibahas dalam pertemuan di Wina meskipun besaran pemotongan masih

menjadi tanda tanya. Menteri Perminyakan Irak Jabar Al-Luaibi memperkirakan

OPEC akan memperpanjang kebijakan pemangkasan produksi sekaligus

kemungkinan untuk memperbesar kebijakan pemangkasan tersebut. Dikutip

dari Reuters, Aljazair telah mengemukakan ide untuk memperbesar

pemangkasan sebanyak 600 ribu barel per hari untuk semester kedua tahun

ini.

Harga komoditas batubara masih meneruskan pelemahan yang terjadi

pada tujuh pekan sebelumnya. Harga batubara ICE Newcastle kontrak acuan

paling aktif tercatat turun 0,56 persen secara mingguan ke level US$70,90 per

metriks ton pada hari Jumat (28/06). Sentimen utama yang membebani harga

batubara sepanjang pekan lalu berasal dari rencana pemerintah Tiongkok

untuk memperketat impor batubara sehingga mengganggu keseimbangan

pasar batubara global. Dikutip dari Bloomberg, Tiongkok akan memperketat

impor batubara pada semester kedua tahun 2019 apabila regulator mampu

menstabilkan harga batubara domestiknya. Diperkirakan, pemerintah

Tiongkok akan berusaha membatasi impor dibawah tingkat impor tahun 2018

yang mencapai 281 juta ton. Hingga Mei 2019, impor batubara Tiongkok telah

mencapai 127 juta ton, 5,6 persen lebih tinggi dari periode yang sama pada

tahun 2018. Sebelum langkah pembatasan impor ini, pemerintah Tiongkok

menangguhkan bea cukai dalam dua bulan terakhir tahun 2018 untuk

memenuhi batas pengiriman tahunan pada tahun 2019. Setelah harga

batubara domestik Tiongkok meningkat seiring pengawasan yang lebih ketat

terhadap tambang lokal, pembangkit listrik besar mengimbau pemerintah

untuk membantu mengurangi biaya batubara. Dari dalam negeri, Pemerintah

melalui Kementerian ESDM menyatakan akan memprioritaskan agar produksi

batubara akan dominan diserap oleh dalam negeri. Sebagai catatan, produksi

batubara pada tahun 2018 mencapai 528 juta ton atau jauh lebih tinggi

dibanding Perencanaan Nasional Jangka Menengah-Panjang 2015-2019, di

mana produksi batu bara yang direncanakan sebesar 413 juta ton per tahun.

Dengan produksi batu bara yang sangat besar, maka pemerintah mulai

memprioritaskan pasokan batu bara di dalam negeri.

Dari komoditas CPO, harga CPO berjangka kontrak acuan di Bursa

Malaysia Derivatives Exchange pekan lalu melemah tajam sebesar 6,6

persen. Harga CPO pekan lalu ditutup turun ke level 1.865 Ringgit/ton pada

Jumat (26/06) dari pekan sebelumnya 1.998 Ringgit/ton pada Jumat (21/06).

Gambar 7. Harga soft commodities: harga jagung dan

kopi menguat, harga gandum, kakao, dan CPO melemah,

sementara harga kedelai tetap secara mingguan

Page 4: KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL DAN 24 s.d. 30...Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 s.d. 30 Juni 2019 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 4

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Gambar 10. Selain Singapura dan Malaysia, nilai tukar

mata uang di kawasan Asia mengalami apresiasi terhadap

dolar AS pada pekan lalu (19/4)

Pelemahan harga CPO terutama dipengaruhi oleh meningkatnya stok kelapa

sawit dan perang dagang antara AS-Tiongkok yang menyebabkan perlambatan

ekonomi global. Pada akhir tahun lalu, stok minyak sawit di Malaysia

membengkak hingga 3,21 juta ton yang merupakan jumlah terbesar dalam 19

tahun terakhir. Walupun saat ini stok sudah mulai berkurang, namun pada bulan

Mei 2019 posisinya masih sebesar 2,44 juta ton atau lebih tinggi 11,4 persen

dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Selain itu, masih ada

kemungkinan stok kembali meningkat di bulan Juli. Hal ini disebabkan oleh tiga

lembaga survei (Amspec Agri Malaysia, Intertek Testing Services, dan Societe

Generale de Surveillance) mengatakan ekspor minyak sawit Malaysia sepanjang

1-25 Juni turun pada kisaran 15,3-17,8 persen dibanding periode yang sama

bulan sebelumnya. Ekspor yang melambat seringkali diiringi peningkatan stok

kecuali jika produksi bisa ditekan. Namun pelaku pasar tidak yakin produksi bisa

berkurang banyak karena per Mei 2019, produksi minyak sawit Malaysia sudah

menyentuh 1,67 juta ton atau lebih tinggi 9,8 persen dibanding Mei 2018

sebesar 1,52 juta ton. Di sisi lain, harga minyak sawit semakin tertekan setelah

bulan lalu India yang merupakan negara importir CPO terbesar kedua setelah

Tiongkok menerapkan biaya impor yang cukup tinggi untuk minyak sawit.

Dari dalam negeri, Pemerintah memutuskan untuk memangkas tarif bea masuk

produk gula kristal mentah/gula kasar (raw sugar) dari India menjadi 5 persen.

Sebelumnya, impor gula mentah asal India dikenakan tarif MFN (most

favourable nations) sebesar Rp500/kg. Dalam pertimbangannya, Menteri

Keuangan Sri Mulyani Indrawati memutuskan perlu melakukan penyesuaian

terhadap bea masuk gula mentah dari India untuk lebih membuka akses pasar

produk Indonesia di India termasuk CPO.

II. Pasar Keuangan Domestik

• Pekan terakhir bulan Juni 2019, IHSG tercatat menguat sebesar 0,68 persen

secara mingguan ke level 6.358,63 dengan investor nonresiden mencatatkan

beli bersih dalam sepekan, imbal hasil SBN seri benchmark bergerak turun

dengan posisi kepemilikan investor nonresiden mengalami kenaikan,

sementara nilai tukar Rupiah menguat 0,21 persen ke level Rp14.128 per

USD.

IHSG tercatat menguat 0,68 persen secara mingguan ke level 6.358,63 dan

diperdagangkan di kisaran 6.280,22 – 6.377,35 pekan

lalu. Investor nonresiden mencatatkan beli bersih sebesar Rp9,77 triliun

sepanjang pekan lalu dan tercatat beli bersih sebesar Rp10,92 trilun mtd dan

tercatat beli bersih sebesar Rp68,76 triliun secara ytd. Nilai rata-rata

transaksi perdagangan harian selama sepekan terpantau turun ke ke level

Rp11,35 triliun dari pekan sebelumnya yang sebesar Rp11,38 triliun.

Dari pasar SBN, yield SUN seri benchmark bergerak turun dibandingkan

posisi Jumat (21/06) dengan penurunan antara 6 hingga 18 bps.

Berdasarkan data setelmen BI tanggal 27 Juni 2019, kepemilikan investor

nonresiden naik Rp15,36 triliun (1,58%) dibandingkan posisi Jumat (21/06) dari

Rp971,67 triliun (38,48%) ke Rp987,03 triliun (39,00%).

Kepemilikan nonresiden naik Rp93,78 triliun (10,50%) secara year to date (ytd)

dan naik Rp37,46 triliun (3,95%) secara month to date (mtd).

Nilai tukar Rupiah menguat sebesar 0,21 persen secara mingguan, secara

mtd Rupiah terapresiasi sebesar 1,03 persen dan menguat sebesar 1,85 persen

secara ytd, berada di level Rp14.128 per USD pada akhir perdagangan hari

Jumat (28/06). Rupiah relatif tidak mengalami tekanan selama

sepekan, sebagaimana tercermin dari perkembangan spread harian antara

nilai spot dan non deliverable forward 1 bulan yang bergerak dalam rentang

Rp42 sampai Rp77 per USD, lebih rendah dibanding spread Rp8 sampai Rp83

per USD pada pekan sebelumnya. Pekan lalu, Rupiah diperdagangkan di

kisaran 14.102 – 14.185 per USD. Secara ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah

berada di level Rp14.195 per USD.

III. Perekonomian Internasional

Dari kawasan AS, Departemen Perdagangan AS menyebutkan ekonomi AS

tumbuh 3,1 persen qoq pada kuartal pertama 2019 menurut estimasi ketiga.

Gambar 9. Tekanan terhadap Rupiah relatif lebih rendah

dibanding pekan sebelumnya

Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia sepekan: Rupiah

terapresiasi, IHSG menguat, yield SBN seri benchmark turun

Gambar 10. Seluruh mata uang Asia yang diamati

menguat secara mingguan

Page 5: KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL DAN 24 s.d. 30...Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 s.d. 30 Juni 2019 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 5

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Gambar 12. PMI zona Euro pada bulan Juni berada pada

level 47,8, sedikit menguat dibandingkan dengan bulan

sebelumnya yang sebesar 47,7

Gambar 13. Inflasi Singapura bulan Mei tumbuh 0,9 persen

yoy lebih tinggi dibandingkan konsensus sebesar 0,7 persen

Angka ini sejalan dengan estimasi kedua karena revisi naik untuk investasi

tetap nonperumahan, ekspor, pengeluaran pemerintah daerah dan negara

bagian, serta investasi tetap perumahan diimbangi oleh revisi turun untuk

pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) dan investasi persediaan serta revisi naik

untuk impor. Sementara itu, tingkat kepercayaan konsumen AS bulan Juni

turun ke level terendah dalam 21 bulan terakhir. The Conference Board AS

mencatat, indeks kepercayaan konsumen turun 9,8 poin menjadi 121,5 bulan

ini. Pada bulan sebelumnya kepercayaan konsumen masih berada pada level

yang lebih tinggi yaitu sebesar 131,3. Hal ini menunjukkan sikap pesimis

konsumen AS akan kondisi bisnis dan pasar tenaga kerja di tengah

kekhawatiran peningkatan ketegangan perdagangan AS dan Tiongkok.

Dari kawasan Eropa, aktivitas sektor manufaktur zona Euro terus membaik

pada bulan Juni 2019. Survei aktivitas manufaktur terbaru dari penelitian

IHS/Markit menunjukkan indeks manajer pembelian manufaktur atau PMI

zona Euro berada pada level 47,8, sedikit menguat dibandingkan dengan

bulan sebelumnya yang sebesar 47,7. Sementara itu, IHS Markit Eurozone

Composite naik dari 51,8 di bulan Mei menjadi 52,1 di bulan Juni.

Dari kawasan Asia Pasifik, inflasi Singapura bulan Mei 2019 tumbuh 0,9

persen yoy lebih tinggi dibandingkan konsensus sebesar 0,7 persen.

Sementara itu, inflasi inti dilaporkan naik 1,3 persen sesuai dengan

konsensus. Inflasi yang bertumbuh di negara tersebut mengindikasikan

adanya geliat permintaan atau konsumsi dan mengurangi kekhawatiran

berlebihan akan terjadinya perlambatan ekonomi di negara tersebut.

Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) memutuskan untuk mempertahankan

tingkat suku bunga acuan pada posisi 1,50 persen. Angka tersebut sama

dengan yang telah diprediksi sebelumnya. RBNZ menyatakan kedepannya,

suku bunga yang lebih rendah mungkin diperlukan seiring waktu akibat

prospek pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah dan risiko

pertumbuhan ekonomi Selandia Baru sendiri.

IV. Perekonomian Domestik

Neraca perdagangan bulan Mei 2019 mencatatkan surplus sebesar US$0,21

miliar dengan nilai ekspor sebesar US$14,74 miliar dan nilai impor sebesar

US$14,53 miliar. Kinerja ekspor dan impor periode Mei 2019 tercatat

mengalami peningkatan yang didukung oleh peningkatan ekspor migas

sebesar 50,19 persen dan ekspor nonmigas sebesar 10,16 persen

dibandingkan bulan sebelumnya. Sama halnya dengan kinerja ekspor,

penurunan impor Mei 2019 juga disebabkan oleh aktivitas impor yang

menurun baik pada sektor migas maupun nonmigas. Impor migas turun 6,41

persen dari periode April 2019 sebesar USD2,24 miliar menjadi USD2,09

miliar pada Mei 2019. Sementara untuk nonmigas turun 5,48 persen dari

USD13,16 miliar menjadi USD12,44 miliar. Namun demikian, secara kumulatif

kinerja ekspor maupun impor pada Januari - Mei 2019 masih mengalami

defisit sebesar USD2,14 miliar, dimana impor secara kumulatif mencapai

US$70,60 miliar dan ekspor USD68,46 miliar. Defisit neraca perdagangan

Indonesia tersebut turut ditengarai sebagai dampak dari perang dagang

antara AS dan Tiongkok.

Bank Indonesia telah menyempurnakan layanan Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.21/8/PBI/2019

tentang Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank

Indonesia, dan ketentuan teknis dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur

No. 21/12/PADG/2019 tentang Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring

Berjadwal oleh Bank Indonesia. Penyempurnaan ketiga ketentuan tersebut

bertujuan untuk meningkatkan efisiensi sistem pembayaran Indonesia,

emberikan layanan, transfer dana yang lebih cepat sejalan dengan

kebutuhan masyarakat dan mengakomodasi kebutuhan pengguna, baik

individu maupun korporasi, untuk transaksi dengan nilai yang lebih besar.

Ketentuan ini akan mulai berlaku 1 September 2019. Adapun salah satu

perubahan dalam aturan tersebut yaitu terkait periode setelmen yang

sebelumnya 5 kali dalam 1 hari untuk Layanan Transfer Dan dan 2 kali dalam

1 hari untuk Layanan Pembayaran Reguler kini menjadi 9 kali dalam 1 hari

untuk Layanan Transfer Dana dan Layanan Pembayaran Reguler.

Selain itu, terkait Service Level Agreement (SLA), penyelesaian transaksi akan

dilakukan maksimal 1 Jam masing-masing di Bank Pengirim dan Bank

Penerima dimana pada aturan sebelumnya dilakukan maksimal 2 jam.

Gambar 11. Departemen Perdagangan AS menyebutkan

ekonomi AS tumbuh 3,1 persen pada kuartal pertama

2019 menurut estimasi ketiga

Page 6: KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL DAN 24 s.d. 30...Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 24 s.d. 30 Juni 2019 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 6

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Penyusun: Kindy Rinaldy Syahrir, Alfan Mansur, Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho Tajuk: Kindy Rinaldy Syahrir Sumber Data: Bloomberg, Reuters,

CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan,

menutup Spring Meeting

yang diselenggarakan

sepanjang minggu lalu. Para

pembuat kebijakan

menyampaikan pesan

mengenai kekhawatiran

yang bercampur dengan

optimisme prospek ekonomi

ke depan. Para Menteri

Keuangan dunia mengakhiri

pembicaraan di Washington

DC yang memadukan

kekhawatiran terhadap

keadaan ekonomi dunia

yang bergerak melambat

saat ini dengan keyakinan

akan segera pulih.

Pergeseran tren yang

menjauh dari pengetatan

kebijakan moneter oleh

bank sentral, kebijakan

stimulus baru-baru ini di

Tiongkok dan meredanya

ketegangan perdagangan

menjadi harapan bahwa

perlambatan ekonomi akan

berlangsung tidak terlalu

lama meskipun tidak ada

yang memperkirakan

momentum booming baru.

Rally pasar saham yang kini

terjadi cukup mengundang

optimisme tentang prospek

pertumbuhan untuk berbalik

"menguat." Direktur

Pelaksana IMF Christine

Lagarde tetap

memperingatkan dunia

berada pada "saat yang

Tajuk Minggu Ini: Kabar dari Osaka

Pandangan dunia sejenak tertuju ke Osaka, Jepang pada 28 dan 29

Juni pekan lalu saat 19 pemimpin negara G20 dan beberapa negara

serta lembaga undangan berkumpul untuk melaksanakan Konferensi

Tingkat Tinggi (KTT) atau G20 Summit. Selain pertemuan tingkat

kepala negara/kepala pemerintahan, G20 Summit Osaka juga diikuti

oleh berbagai pertemuan tingkat Gubernur Bank Sentral dan tingkat

Menteri. Berbagai pengamat menyebut KTT G20 kali ini merupakan

pertemuan paling panas dan berisiko terutama dalam kaitannya

dengan situasi perang dagang AS-Tiongkok, ketegangan AS-Iran,

penarikan diri AS dari kesepakatan perubahan iklim Paris serta

ketegangan geopolitik lainnya.

Terlepas dari kondisi tersebut, KTT G20 berhasil mencapai

kesepakatan dalam berbagai isu penting diantaranya peningkatan

peran wanita dan perhatian kepada kesenjangan global termasuk

lingkungan hidup, inovasi, antikorupsi, investasi, tenaga kerja,

pariwisata, pertanian, perubahan iklim, energi, kesehatan dan isu

migrasi/pengungsi. Kesepakatan-kesepakatan yang dituangkan

dalam Deklarasi Osaka tersebut memberikan pesan yang kuat kepada

masyarakat internasional bahwa G20 berada dalam semangat yang

sama untuk mengatasi berbagai tantangan global serta bersama-

sama mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyelesaikan

pembangunan berkelanjutan sebagaimana telah ditetapkan dalam

agenda SDGs 2030.

Pada hari pertama pertemuan, para pemimpin dunia secara khusus

membahas isu perang dagang dan proteksionisme global dan telah

menyepakati untuk mengakhiri perang dagang dengan menciptakan

sistem perdagangan yang bebas, adil dan indiskriminatif, meskipun

belum terdapat kejelasan mengenai langkah-langkah yang akan

dilakukan. Para pemimpin G20 juga memahami risiko perlambatan

perekonomian global yang mencapai sekitar 0,5 persen lebih rendah

sebagaimana disampaikan oleh IMF apabila perang dagang terus

berlanjut. Salah satu poin penting yang disampaikan oleh mayoritas

pemimpin G20 adalah mengenai reformasi WTO terutama dalam hal

penanganan dispute, penanganan masalah multilateral yang sifatnya

mendistorsi, dan penyelesaian perbedaan praktek perdagangan yang

adil.

Selain agenda utama KTT G20, perhatian dunia juga tertuju pada

pertemuan bilateral antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden

Tiongkok Xi Jinping untuk membicarakan kelanjutan perundingan

perdagangan antara kedua negara. Setelah terakhir bertemu tujuh

bulan lalu di Argentina, pertemuan kedua presiden di Osaka dianggap

sebagai pertemuan terpenting yang dapat menentukan arah

perekonomian global ke depan. AS dan Tiongkok telah saling

mengenakan tarif impor terhadap produk-produk kedua negara

senilai ratusan miliar dolar dalam perang dagang yang telah

berlangsung selama hampir setahun. Terakhir, AS menaikkan tarif

impor dari 10 persen menjadi 25 persen atas barang-barang impor

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Penyusun: Alfan Mansur, Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada

kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

dari Tiongkok senilai US$200 miliar dari yang dibalas oleh Tiongkok

dengan menerapkan kenaikan tarif atas barang-barang dari AS.

Saat agenda pertemuan di Osaka tersebut dipublikasikan, pasar

keuangan global merespon positif yang ditandai oleh penguatan

pasar saham secara global dan kenaikan harga aset yang lebih

berisiko, terutama di emerging countries.

Dalam rilis bersama yang disampaikan oleh Presiden AS dan

Presiden Tiongkok, kedua negara tersebut telah bersepakat untuk

memulai kembali perundingan perdagangan dan hubungan kedua

negara telah kembali ke jalur yang benar. Secara spesifik, Presiden

AS menyatakan bahwa AS akan menunda sementara

pemberlakuan kenaikan tarif baru kepada Tiongkok sebagaimana

telah diumumkan sebelumnya bahwa AS akan menambah

kenaikan tarif baru terhadap barang asal Tiongkok senilai US$ 300

miliar. Namun demikian, AS tidak akan menghapus pengenaan tarif

yang telah dilakukan. Pada akhir 2018 lalu, pemerintah AS telah

memutuskan untuk menaikkan biaya tarif tambahan senilai US$

250 miliar kepada Tiongkok. Untuk mengurangi ketegangan

dengan Tiongkok, AS juga akan memberikan pelonggaran

pembatasan bagi perusahaan teknologi asal Tiongkok, Huawei.

Dalam konferensi persnya, Presiden AS menyatakan pemerintah AS

akan memperbolehkan perusahaan AS

menjual produk mereka kepada Huawei sehingga perusahaan AS

bisa tetap beroperasi. Di sisi lain, Tiongkok berkomitmen untuk

membeli produk pertanian AS.

Kembalinya AS dan Tiongkok ke meja perundingan merupakan

kabar bagus bagi pasar keuangan dan perekonomian global paska

kegagalan perundingan perdagangan kedua negara pada bulan

Mei yang lalu. Kembali berundingnya AS dan Tiongkok membuka

asa akan tercapainya kesepakatan untuk menghentikan

perselisihan perdagangan yang selama ini dilakukan oleh kedua

negara yang berarti perlambatan perdagangan dan pertumbuhan

global lebih lanjut dapat dihindari. Sebagaimana sebelumnya,

perkembangan positif dari negosiasi perdagangan kedua negara

selalu menjadi sentimen positif yang kuat terhadap pasar keuangan

dan pasar komoditas global termasuk di Indonesia.

Dengan demikian, kita boleh berharap IHSG dan Rupiah akan

menguat dan imbal hasil SBN akan terus menurun pekan ini seiring

sentimen positif dalam negeri yaitu telah selesainya proses

Pemilihan Presiden 2019 seiring dengan telah ditetapkannya

presiden dan wakil presiden terpilih oleh KPU pada Minggu (30/06).

Ir. H. Joko Widodo dan KH. Ma'ruf Amin ditetapkan sebagai

pasangan presiden dan wakil presiden terpilih periode 2019-2024

dengan perolehan 85.607.362 suara atau 55,50 persen dari total

suara sah nasional.