kembali ke jati diri menegakkan nilai-nilai kemanusiaan: dr. afifi

8
Halaman | 1 KEMBALI KE JATI DIRI UNTUK MENEGAKKAN NILAI-NILAI KEMANUSIAAN Oleh : Afifi Fauzi Abbas آ و ا ور م ا اآ اا اآ ا اآ ا3 x ا و اآ ا، ، وا ، وق و ى ا ااب وم ا وه. اة رب ا ا ا ا ان . ل اا رﺱ ان ﻡ وا. ا وﺱ ا ا وﺱ ا, وا وﻡ و ا و. د ا ، اﻡنز ا ى ا ى وای او. Ma’asyiral muslimin rahima kumullah. Allahu Akbar 3 x Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Agung, Penjaga alam semesta, Pengayom bagi seluruh makhluk di jagad raya ini, kita mohonkan ampunan dari-Nya, kiranya kita segera dijauhkan dari musibah dan marabahaya, kita dijauhkan dari perpecahan dan sikap permusuhan dan saling curiga karena perbedaan visi dan sikap politik. Kita bersyukur kepada Allah karena berkat lindungan dan inayah-Nya kita masih dapat hadir di tempat ini dalam rangka mengagungkan asma-Nya, menunaikan perintah-Nya, melaksanakan shalat Idul Fitri tahun 1426 H . Kita mohonkan kepada Allah, kiranya salawat serta salam tidak henti- hentinya dicurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah memberikan Khutbah Idul Fitri1426Hijriyah yang disampaikan di Masjid Raya Ampang Gadang VII Koto Talago, Kecamatan Guguk, Kab.50 Kota Sumbar

Upload: arif-abdullah

Post on 11-Jun-2015

478 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Agung, Penjaga alam semesta, Pengayom bagi seluruh makhluk di jagad raya ini, kita mohonkan ampunan dari-Nya, kiranya kita segera dijauhkan dari musibah dan marabahaya, kita dijauhkan dari perpecahan dan sikap permusuhan dan saling curiga karena perbedaan visi dan sikap politik. Kita bersyukur kepada Allah karena berkat lindungan dan inayah-Nya kita masih dapat hadir di tempat ini dalam rangka mengagungkan asma-Nya, menunaikan perintah-Nya, melaksanakan shalat Idul Fitri tahun 1426 H .

TRANSCRIPT

Page 1: Kembali Ke Jati Diri Menegakkan Nilai-Nilai Kemanusiaan: Dr. Afifi

Halaman | 1

KEMBALI KE JATI DIRI UNTUK MENEGAKKAN

NILAI-NILAI KEMANUSIAAN∗∗∗∗

Oleh : Afifi Fauzi Abbas

ا���م ����� ور �� ا و��آ��� ا اآ�� و ا���� 3xا اآ�� –ا اآ�� –اا اآ��

، ��� ا���� ا�&ى $�ق و���، و"!� ����، وا� ��� .وه م ا) اب و

./� ان ) ا�� ا) ا رب ا�- ة ا+� .وا+/� ان م���ا رس2ل ا ) "�0 �-�

,ا��/� $5 وس�� ��0 ا���0 ا�� �� وس�� ا)م�� .و��0 ا�� و$��� وم7 وا)

ام� �-�، ��9 ���د ا .او$��� وای�ى �;:2ى ا 9:� �9ز ا��;:2ن

Ma’asyiral muslimin rahima kumullah.

Allahu Akbar 3 x

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Agung,

Penjaga alam semesta, Pengayom bagi seluruh makhluk di jagad raya ini, kita

mohonkan ampunan dari-Nya, kiranya kita segera dijauhkan dari musibah dan

marabahaya, kita dijauhkan dari perpecahan dan sikap permusuhan dan saling

curiga karena perbedaan visi dan sikap politik. Kita bersyukur kepada Allah

karena berkat lindungan dan inayah-Nya kita masih dapat hadir di tempat ini

dalam rangka mengagungkan asma-Nya, menunaikan perintah-Nya,

melaksanakan shalat Idul Fitri tahun 1426 H .

Kita mohonkan kepada Allah, kiranya salawat serta salam tidak henti-

hentinya dicurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah memberikan

∗ Khutbah Idul Fitri1426Hijriyah yang disampaikan di Masjid Raya Ampang

Gadang VII Koto Talago, Kecamatan Guguk, Kab.50 Kota Sumbar

Page 2: Kembali Ke Jati Diri Menegakkan Nilai-Nilai Kemanusiaan: Dr. Afifi

Halaman | 2

arahan dan petunjuk kepada kita umatnya, agar kita selalu mengikuti jalan yang

lurus, jalan yang lempang, jalan keselamatan, shirathal mustaqim, sehingga

dapat mengantarkan kita kepada kehidupan yang menyenangkan dan penuh

kenikmatan tidak hanya di dunia ini tapi juga di akhirat kelak. Insya Allah.

Ma’asyiral muslimin yang berbahagia !

Sejak tadi malam kumandang takbir terdengar dimana-mana, riuhnya

bagaikan memenuhi rongga-rongga kehidupan kita, menggetarkan dan

menggugah hati sanu bari setiap orang beriman. Ia menembus rongga-rongga

langit, naik terus tanpa henti, bersahut-sahutan dari mulut setiap muslim, tak

peduli apakah ia sudah tua ataupun mereka masih muda, apakah ia orang kaya

ataupun mereka orang papa, apakah ia dalam keadaan gembira ataupun

berduka, dimanapun mereka berada, di masjid ataupun di lapangan terbuka .

Seluruhnya bertakbir, tunduk dan tafakkur dengan setulus hati kepada Allah

SWT. sebagai puncak pengakuan tauhid yang mendalam, bahwa hanya Allah-lah

Yang Maha Besar, hanya Allah-lah Yang Maha Agung, tiada tuhan kecuali Dia.

Reformasi telah mengantarkan kita menjadi orang bebas, bebas dari rasa

takut, bebas dari intimidasi, bebas melakukan ekspressi, bebas menyampaikan

dan menyalurkan aspirasi sesuai dengan yang kita kehendaki. Akan tetapi ada

ironi di balik kebebasan yang kita peroleh pada masa sekarang ini. Ada kesan

dan kecendrungan yang kuat dan mendalam bahwa kita masyarakat Indonesia

telah memiliki terlalu banyak kebebasan (to much freedom), yang pada gilirannya

kita rasakan telah menimbulkan berbagai ekses/akibat. Jika demokrasi adalah

dambaan kita semua, tetapi “to much democrasy” telah memunculkan fenomena

“demo-crazy”, kebebasan yang kebablasan, demo yang gila-gilaan, apa saja

didemo oleh masyarakat, pejabat korup didemo, kenaikan BBM didemo, tidak

mendapatkan jatah beras murah didemo, tidak kebagain kartu sehat didemo,

bahkan tidak dapat surat keterangan miskin supaya dapat subsidipun

didemo,sehingga ia telah menambah akumulasi disorientasi dan dislokasi sosial

budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan kehidupan

beragama kita.

Kini atas nama kebebasan dan demokrasi, kita sering melihat berbagai

kelompok dalam masyarakat melakukan fait a compli (peta kompli) ter hadap

perorangan dan bahkan lembaga, baik itu lembaga politik, lembaga ekonomi,

lembaga sosial dan bahkan lembaga keagamaan. Yang menakutkan kita adalah

“fait a compli” itu sering dilakukan dengan cara-cara intimidatif, arogan dan

Page 3: Kembali Ke Jati Diri Menegakkan Nilai-Nilai Kemanusiaan: Dr. Afifi

Halaman | 3

bahkan dengan kekerasan. Kebebasan seperti ini ternyata justru telah

mengancam kebebasan itu sendiri, kebebasan yang kebablasan dapat menelan

kebebasan yang yang sedang

diperjuangkan.

Atasnama kebebasan, misalnya kebebasan berfikir (berijtihad), dengan

arogansi intelektualnya sekelompok intelektual muda Islam (baik dari kalangan

Muhammadiyah maupun dari kalangan NU), beranggapan bahwa perbedaan

agama tidak dapat dijadikan sebagai penghalang (mani’) bagi dilangsungkannya

suatu perkawinan. Mahar perkawinan bukanlah hanya kewajiban suami dan hak

istri, akan tetapi adalah hak dan kewajiban timbal balik antara keduanya. Anak

luar nikah nasabnya tidak hanya dapat dinisbahkan kepada ibunya tapi juga

kepada laki-laki yang menghamili ibunya. Masa iddah bukan hanya milik istri

akan tetapi juga milik suami, dan masih banyak contoh lainnya. Dengan alasan

kebeban ijtihad tersebut, apa yang telah menjadi aturan dan padangan Islam

secara umum dianggap bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi, pluralisme,

dan kesetaraan jender. Dalam pandangan mereka ayat al-Quran itu tidak ada

yang qath’I, semuanya dhanny, semuanya relatif, sama kedudukannya dengan

informasi lainnya, hanya sebagai wacana, yang sekali waktu dapat digunakan dan

sekali waktru juga dapat diabaikan. Na’uzubillahi.

Euforia kebebasan, dengan demikian telah menggiring kalangan

masyarakat kita ke arah sejarah kelam baik pada tingkat wacana maupun pada

tingkat empiris. Secara kasat mata ekpresinya dapat kita lihat dalam berbagai

bentuk dan tindakan aksi demo, yang bukan tidak sering sangat anarkis dan

vulgar, dari sudut pandang manapun kita melihatnya; apakah dari sudut pandang

kemanusiaan, sudut pandang agama, sudut pandang hukum, etika dan moral,

budaya dan adat istiadat sekalipun. Dari sudut manapun kita melihatnya sangat

sulit bahkan tidak mungkin kita menemukan alasan terhadap berbagai bentuk

aksi dan tindakan demo tersebut.

Itulah kenyataan yang sedang kita hadapi, dibayang-bayangi oleh rasa

keterhimpitan ekonomi, kenestapaan karena musibah demi musibah dan cobaan

yang diberikan Allah sepertinya tiada henti, dalam ketidak berdayaan dan

frustasi, dan perasaan terbelenggu dan tidak memiliki kebebasan yang dialami

masa lalu, ia telah berbaur, berjalin berkelindan dengan dislokasi dan disorientasi

sosial yang meningkat akibat krisis multi dimensi yang menimpa bangsa kita,

kadang masyarakat telah kehilangan kemanusiaannya. Masyarakat sangat

Page 4: Kembali Ke Jati Diri Menegakkan Nilai-Nilai Kemanusiaan: Dr. Afifi

Halaman | 4

mudah kalap dan mengamuk ketika mereka menemukan orang-orang yang

tertangkap basah melakukan tindakan kriminal, memang tidak masuk akal,

teganya masyarakat kita yang mengaku masyarakat yang berbudaya dan

beragama dan mayoritas muslim membakar hidup-hidup saudaranya sendiri

hanya karena tetangkap basah melakukan pencurian. Na’uzubillah.

Allahu Akbar 3x

La Ilaha illa Allah, Allahu Akbar

Allahu Akbar wa lillahil hamd

Ma’asyiral muslimin rahima kumullah.

Akankah peristiwa demi peristiwa yang telah dikemukakan di atas akan

kita biarkan berkembang begitu saja, ataukah kita perlu melakukan perlawanan,

agar kita tidak terjerembab pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. Marilah

kita melakukan perenungan, melakukan refleksi teologis dengan menggunakan

momentum Idul Fitri ini, dengan kembali ke jati diri kita sebagai orang Minang,

kembali kepada fitrah kemanusiaan kita : yaitu sebagai orang yang beragama dan

orang yang beradat.

Kembali kepada jati diri orang Minang itu artinya, bagaimana kita sebagai

orang Minang mampu mengintegrasikan antara nilai-nilai sosial, nilai budaya,

agama dan adat Minangkabau secara sinergis dalam menghadapi tantangan

kehidupan yang semakin kompleks. Untuk itu semua seluruh anak nagari

haruslah bahu membahu berusaha secara maksimal dengan melakukan berbagai

aktifitas, terutama dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang mampu

menyongsong dan mengahadapi milenium III yang ditandai dengan persaingan

yang ketat, transparansi dan globalisasi.

Masa datang adalah abad persaingan, siapa yang tidak mampu bersaing

maka dengan sendirinya akan terpinggirkan. Untuk dapat bertahan dan

memenangkan persaingan tidak ada jalan lain kecuali dengan keunggulan. Hanya

dengan kompetensi keunggulan kita dapat memamsuki abad persaingan dengan

aman, agar kita bisa bertahan dan memenangkan persaingan.

Keunggulan yang dimaksud tentu saja dalam berbagai dimensi

kemanusiaan kita, dimana kita manusia ini terdiri dari unsur jasmani dan rohani

serta akal pikiran. Manusia yang unggul dalam perspektif Islam adalah seperti

yang disinyalir oleh al-Quran dengan sebutan ulul albab atau al-insan al-kamil.

Yaitu manusia paripurna, cerdas dan brillian, yang indikatornya minimal : antara

jasmani dan rohaninya, antara pikiran dan perasaannya, dan antara urusan

Page 5: Kembali Ke Jati Diri Menegakkan Nilai-Nilai Kemanusiaan: Dr. Afifi

Halaman | 5

duniawi dan urusan ukhrawinya tumbuh dan berkembang secara serasi dan

seimbang.

Pada diri mereka berpadu antara zikir dan fikir, rohaninya mengalami

pencerahan karena sangat tekunnya ia berzikir kepada Allah, akalnya mengalami

pencerahan karena kuatnya ia mencermati fenomena alam dan masyarakat.

Artinya mereka adalah orang-orang yang selalu berupaya secara amaksimal

melakukan

pendalaman terhadap ayat-ayat Allah.

Problematikanya adalah, bahwa adat Minang yang telah diwarisi secara

turun temurun itu, saat ini terkesan telah dilupakan oleh sebahagian masyarakat

kita, baik yang di kampung maupun yang dirantau, yang mengakibatkan

dirasakannya sekarang ini seolah-olah orang Minang telah kehilangan jati dirinya

sebagai orang Minang terutama di kalangan generasi mudanya.

Akibat yang ditimbulkan oleh situasi seperti itu adalah bergesernya nilai-

nilai luhur dari dat tersebut, sehingga generasi mudanya hanya mengenal adat

Minang sebatas upacara seremonial saja. Hal ini lebih jauh mengakibatkan

langkanya pemangku adat “yang mumpuni”, tenggelamnya kaum cerdik pandai,

terbatasnya alim ulama yang memiliki pengetahuan adat yang memadai.

Kehilangan jati diri sebagai orang Minang terutama bagi tokoh dan

intelektual yang berasal dari Minang, akan mengakibatkan kemunduran

martabat dan identitas yang pernah dikagumi oleh banyak daerah dan

masyarakat daerah lain. “Mancaliak tuah ka nan manang, maliek contoh ka nan

sudah, manuladan ka nan baik”

Terlalu banyak tokoh Minang masa lalu jika disebutkan satu persatu, dan

sungguh sangat sedikit dan memprihatinkan bila dibandingkan dengan tokoh

intelektual Minang masa kini. Jika dipertanyakan apa jawaban yang dapat

diberikan ?

Jika kita merujuk ke sinyal yang pernah diberikan oleh adat Minang,

sekurang-kurangnya ada empat faktor yang mendukung lahirnya manusia baik,

cerdik, tenar dan brilian, yaitu :

1. Pemilihan jodoh yang selektif,

2. Faktor adat yang melekat,

3. Faktor kepemimpinan masa lalu, dan

4. Ajaran agama yang dijalankannya

Maasyiral muslimin rahima kumullah.

Page 6: Kembali Ke Jati Diri Menegakkan Nilai-Nilai Kemanusiaan: Dr. Afifi

Halaman | 6

Telah menjadi ketentuan adat, bahwa untuk mendapatkan keturunan

yang baik, haruslah dengan menyeleksi jodoh anak kemenakan perempuan, “ di

indang di tampi tareh, dipiliah atah ciek-ciek, ma awai sahabih raso, mangauk

sahabiah gaung, dipakai usuo jo pareso, usuo dimainkan cabua dibuang, dicaliak

tuah ka nan manang, dicalik contoh ka nan sudah, gadang aia dicalik ka hulunyo,

gadang kayu dicalaik ka pangkanyo, calaik anak pandang minantu, duduk samo

randah tagak samo tinggi”.

Kecendrungan masyarakat awak saat ini dalam memilih menantu adalah,

apa titelnya, dimana ia bekerja, berapa gajinya. “dahulu rabab nan batangakai,

kini langgundi nan ba bungo, dahulu adat nan dipakai, kini piti nan baharago’.

Adat Minang sebagai bagian dari kebudayaan nasional mempunyai ciri khas

dalam prinsip, sistem dan ajarannya. Adat Minang diwarisi secara turun temurun,

bukan merupakan pengetahuan yang telah dikodifikasikan sebagai layaknya ilmu

pengetahuan, akan tetapi diwariskan dalam bentuk budaya tutur dari mulut ke

mulut, berupa pepatah, petitih, bidal, mamang, dan gurindam. Implementasinya

dicontohkan dalam bentuk prilaku sehari-hari dalam kehidupan berkeluarga oleh

ayah, ibu, mamak, datuak, angku dan nenek dalam bakorong bakampuang,

seanak sekemenakan, selarang sepantangan dalam kehidupan banagari.

Adat yang khas yang melekat pada diri seorang laki-laki Minang adalah

melekatnya dwifungsi kepemimpinan. Ibarat pisau bermata dua, dia adalah

Bapak darianak-anaknya, dan Mamak dari kemenakan-kemenkanya dalam

kaumnya. Kedua fungsi kepemimpinan itu melekat pada diri setiap laki-laki

Minang yang dewasa tanpa kecuali, apakah ia seorang ulama, seorang intelektual

ataupun sebagai seorang pemangku adat ataupun masyarakat kebanyakan

sekalipun.Kedua fungsi tersebut harus dapat berjalan secara serasi dan seimbang

dalam kepemimpinannya. Anak dipangku dengan mata pencaharian, kemenakan

dibimbing dengan pusako secara persuasif dan edukatif. Karena ada dua

kepemimpoinan yang penuh keserasian dan kebersamaan memangku dan

membimbing kemenakannya, hal ini merupakan faktor penunjang kecerdasan

generasi masa lampau.

Faktor dominan yang menunjang jadinya generasi masa lampau tersebut,

cerdas dan brilian prestasinya adalah karena faktor ajaraan agama Islam yang

begitu kental dalam dirinya. Akidah mereka tidak dapat ditawar, mereka begitu

istriqamah, ibadahnya sangat tertib.

Page 7: Kembali Ke Jati Diri Menegakkan Nilai-Nilai Kemanusiaan: Dr. Afifi

Halaman | 7

Jika kesemua hal tersebut dihadapkan pada generasi muda Minang masa

kini “ jauh panggang dari api”, meskipun rata-rata mereka berpendidikan cukup

memadai. Akan tetapi keempat faktor penunjang tersebut tidak lagi dihayati,

apalagi dipraktekan dalam kehdupan sehari-hari masyarakat awak.

Memang adat Minang telah mengingatkan masyarakatnya dalam sebuah

pepatah “ Pariangan manjadi tampuak tangkai, Pagaruyung pusek Tanah Data,

tigo Luhak urang mangataokan, Adat jo Syarak kok bacarai, tampek bagantuang

nan lah sakah, tampek bapijak nan lah taban”

Allahu akbar 3x La Ilaha illallahu wallahu Akbar,

Allahu akbar walillahilhamdMaasyiral muslimin rahima kumullah.

Apa yang telah kami kemukakan di atas setidak-tidak memberikan isyarat

kepada kita semua, bahwa jalan keluar dari permasalah yang dihadapi tiada lain

adalah bahwa awak urang Minang harus tetap konsisten dengan “ pusako adat

Minang yaitu : adat basandi syarak, syaral basandi kitabullah, syarak mangatao

adat mamakai” Agar jati diri urang Minang “ indak hanyuik dibao aia dan indak

hilang dibao angin”, jalan satu-satunya dan tidak ada pilihan lain adalah upaya

pengintegarasaian agama dan adat harus dilakukan secara sungguh-sungguh,

terencana dan terukur. Semua unsur dan semua pihak dan semua anak nagari

harus bersatu padu, seayun selangkah, memikirkan, merencanakan dan

mengupayakan agar integrasi tersebut berjalan dengan baik dan benar agar awak

uarang Minang tidak kehialngan jati dirinya.

Untuk itu mari kita tingkatkan cara berislam kita, kita perluas wawasan

agama kita, kita arahkan pandangan sosial kita ke arah yang lebih positif untuk

kemajuan masa depan. Mari kita bangun bersama-sama lehidupan dan

peradaban masyarakat yang lebih beradab, dengan menggunakan metoda-

metoda yang jauh lebih etis dan bermoral. Kita tingkatkan dan kembangkan

kemanusiaan kita meski ia menuntut banyak pengorbanan.

Terakhir, melalui mimbar ini kami mengajak seluruh kaum muslimin,

untuk senantiasa tanpa hentinya , berupaya mendekatkan diri kepada Allah,

sekaligus meningkatkan kadar tauhid kita. Hanya Allah-lah yang paling

mengetahui tentang segala peristiwa dan rahasia dari satu peristiwa, dan Dia

pulalah yang paling bijak untuk menilai semuanya. Kepada-Nyalah kita memohon

ampun dan kepada-Nyalah kita berserah diri.

Allahu Akbar 3x

Maasyiral muslimin rahima kumullah.

Page 8: Kembali Ke Jati Diri Menegakkan Nilai-Nilai Kemanusiaan: Dr. Afifi

Halaman | 8

Sebagai penutup khutbah ini mari kita bermunajat kepada Allah kiranya

bangsa ini dijaga oleh Allah dari segala malapetaka, dijauhkan dari segala

musibah dan dipelihara-Nya dari segala kebangkrutan.

�2�� �-� اذ ه�ی;�� وه@ ��� م7 ��"? ر �� ا"? ا"< ا�2ه�ب�B غ � ( �� رّ� 0�� �;�� رّ��� ) �HاG&"� ان "���� او اEFG"� رّ��� و) ���5 ����� ا$�ا آ�� �� ا"< � �� وار� �IJوا ��� Kوا� �� ��� �B�L (م� ���� رّ��� و) ��ّ����B 7��ا�&ی

�"�!"�9 ���� وم7 وّ��;� م7 . �ی0��7 ا�:2م ا���9 م�2ى;�ّMأ ��� O�$اّ��/� ا �;? ی� ار � ا��ا ��7. ا�������P�+ 7 م7 ام2ر"��� �/��� و����� Q��وا .� �رّ�

�� و�9ّ2�� مQ ا)��ار�E�ّس ��ّ��Iّوآ ���� ذ"�2��IJ�9 . (0 رس�? و�� ��ر��� م� و����� 09 ا��. �R "� ی2م ا�:��م� ا"? ) �K�R ا���-�د �S ���� و09 ا�GTة ر�� ��"

�� �&اب ا���رBو ��� .

.ا اآ�� و ا���� –)ا�� ا) ا وا اآ�� –ا اآ�� –ا اآ�� -ا اآ�� .وا��ــ�م ����� ور �� ا و��آ���