kematian kerapu di teluk lampung
DESCRIPTION
studi kasus penyebab kematian kerapu di teluk lampung akhir tahun 2012TRANSCRIPT
PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DAN FENOMENA RED TIDE
SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN MASSAL KERAPU DI KERAMBA
JARING APUNG TELUK LAMPUNG
(Makalah Parasit dan Penyakit Organisme Akuatik)
Oleh
Melinda Oktafiani
1114111034
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
PENDAHULUAN
Kerapu merupakan salah satu jenis ikan dengan nilai jual yang cukup tinggi.
Hingga sekarang telah banyak nelayan yang membudidayakan kerapu, begitu juga
di Provinsi Lampung, khususnya wilayah Teluk Lampung. Namun, beberapa
waktu yang lalu, sekitar akhir tahun 2012 telah terjadi fenomena pasang merah
(Red Tide) fitoplankton di wilayah Teluk Lampung tersebut. Peristiwa ini berawal
dari bulan Oktober 2012 di Teluk Hurun yang kemudian meluas hingga ke Teluk
Lampung. Fenomena pasang merah ini mengakibatkan terjadinya kematian massal
kerapu di 3.000 keramba yang tersebar di sekitar perairan Teluk Hanura, Mutun,
Ringgung, serta Tanjungputus.
Hingga saat ini, pemerintah belum mengetahui dengan pasti penyebab kematian
massal kerapu di Teluk Lampung tersebut. Nemun, telah banyak pendapat tentang
penyebab kematian massal kerapu tersebut. Beberapa pendapat menyebutkan
bahwa kematian ini disebabkan oleh berbagai faktor, sepertipenurunan kualitas
lingkungan, pembuangan limbah organik maupun non organik yang toksik bagi
ikan, lokasi budidaya, nutrisi, fenomena red tide fitoplankton, parasit, baik
ektoparasit maupun endoparasit, bakteri, dan virus.
Untuk menyikapi masalah ini, Badan Litbang KP menurunkan Tim Survei yang
terdiri dari para peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Laut dan Pesisir (P3SDLP) dan Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan
Konservasi Daya Ikan (P4KSDI) untuk membantu Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut (BBPL) dalam rapid assessment (www.p3sdlp.litbang.kkp.go.id).
Untuk mempelajari penyebab kematian massal kerapu di Teluk Lampung ini,
maka dibuatlah makalah ini dengan tujuan agar mendapatkan solusi
penanggulangan fenomena tersebut.
ISI
Fenomena pasang merah (Red Tide) di Teluk Lampung yang diduga sebagai
penyebab kematian massal kerapu di wilayah tersebut telah menjadi perbincangan
hangat dan mengundang banyak perhatian baik di kalangan pembudidaya,
pemerintah, pengamat perikanan, bahkan masyarakat umum. Kematian massal
kerapu ini telah berdampak pada penurunan produksi kerapu asal Lampung yang
notabene merupakan salah satu wilayah pengekspor kerapu di Indonesia dan pusat
produksi perikanan budidaya nasional. Peristiwa ini telah mengundang banyak
Berdasarkan informasi yang didapat, telah banyak spekulasi yang diberikan dari
berbagai kalangan mengenai penyebab kematian massal hewan bernilai ekonomi
tinggi ini. Berbagai sumber mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi karena adanya
fenomena pasang merah fitoplankton, limbah industri maupun rumah tangga, baik
yang bersifat organik maupun anorganik, lokasi pelaksanaan budidaya,
pengerukan di wilayah sekitar budidaya, nutrisi/ pakan, parasit, bakteri, dan virus.
Namun, fenomena pasang merah tersebut dikatakan sebagai alasan terkuat
terjadinya kematian massal kerapu di Teluk Lampung. Hal tersebut terjadi karena
penurunan kualitas lingkungan.
Pendapat itu tidak bisa diabaikan begitu saja. Ada beberapa bukti yang
menguatakan argumen tersebut. Sejak tanggal 12 Desember 2012 warna perairan
di Teluk hurun telah berubah merah kecoklatan, yang terus merambat hingga ke
Teluk Lampung. Seperti yang telah diberitakan dalam berbagai surat kabar bahwa
telah terjadi ledakan populasi fitoplankton atau alga Cochlodinium polykricoides
yang disebut pasang merah (red tide) di sekitaran wilayah Teluk Lampung pada
akhir tahun 2012. Alga Cochlodinium polykricoides atau biasa dikenal sebagai
ganggang merah memiliki ciri khas sangat berlendir. Oleh karena itu, bila
jumlahnya sangat besar, alga tersebut dapat mengganggu dan menutupi insang
ikan, sehingga ikan tidak bisa bernafas yang berakibat pada kematian ikan
(www.metrotvnews.com). C. Polykrikoides mengandung klorofil a, c dan
fucoxanthin (memberi warna kemerahan) serta lapisan selulosa. Lapisan selulose
memberikan sifat licin dan menyebabkan kerusakan atau gangguan jaringan epitel
insang pada ikan sehingga mati lemas (Kim. D., et al., 2002).
Meledaknya populasi fitoplankton ini juga berhubungan dengan ketersediaan
hara/nutrisi tinggi dan temperatur yang hangat memberikan kontribusi untuk
blooming (Anderson, et al., 2002 dan Kim, et al., 2002). Pola blooming di Teluk
Hurun ditandai dengan peningkatan konsentrasi DIN (Dissolved Inorganic
Nitrogen) terlebih dahulu kemudian penurunan konsentrasi secara tajam
(bbpbl.djpb.kkp.go.id). Sebelumnya, sejumlah akademisi dan peneliti
menyebutkan, fenomena red tide biasanya muncul karena peningkatan kandungan
unsur hara (nutrient) di laut yang menjadi sumber utama makanan plankton.
Peningkatan unsur hara ini biasanya dipicu upwelling, yaitu terangkatnya endapan
laut berupa sampah-sampah yang kaya unsur hara. Upwelling ini dapat terjadi
secara ilmiah karena pertemuan arus di muara atau pengerukan laut
(regional.kompas.com).
Selain itu, tim survei P3SDLP melakukan instalasi: sensor temperatur, tide
master, ADCP dan Automated Weather Station (AWS) dan juga pengukuran
massa air menggunakan CTD Profiler dan kualitas air. Pengambilan sampel
sedimen juga dilakukan untuk melihat potensi sumber pencemaran bahan organik
(www.p3sdlp.litbang.kkp.go.id). Karena aktivitasnya yang mendukung jalannya
kehidupan masyarakat baik di sekitar pesisir maupun yang jauh dari wilayah
pesisir, perairan Teluk Lampung telah tempat pembuangan sampah (TPA)
alternatif. Pembuangan limbah baik dari skala rumah tangga hingga industri,
penggunaan bahan kimia berbahaya seperti potassium dan lain sebagainya juga
merupakan penyebab terjadinya blooming fitoplankton akibat pengkayaan nutrien
dari unsur makro (N) ataupun invasi satu spesies plankton yang lebih unggul
sifatnya ke suatu perairan dan mendominasi kehidupan plankton yang ada.
Pengkayaan nutrien ini bisa jadi karena faktor pencemaran limbah oleh buangan
tambak, over feeding pakan ikan di keramba, ataupun pembuangan limbah yang
banyak mengandung unsur N (en.wikipedia.org/).
Berdasarkan situs KKP tanggal 04 Januari 2013, fenomena ini tidak terlepas dari
posisi lokasi Teluk Lampung yang langsug menghadap ke Samudera Hindia dan
lautan lepas, sehingga memungkinkan masuknya organisme ataupun kandungan
bahan organik dan anorganik dari luar. Pergerakan angina dari arah timur – timur
laut menyebabkan sebaran pasang merah menetap di pesisir barat Teluk Lampung.
Kejadian ini juga dapat dipicu oleh adanya parasit seperti termasuk dalam
golongan cacing yang menjangkiti ikan kerapu karena penurunan kualitas
lingkungan. Seperti diketahui bahwa lingkungan yang tercemar akan lebih mudah
dijangkiti oleh pathogen yang berbahaya bagi kehidupan ikan.
Tubuh ikan kerapu itu sendiri sangat rentan. Sehingga ketika daya tahan tubuh
melemah, ikan kerapu mudah terserang virus Viral Nervous Necrosis (VNN) dan
virus irido yang mematikan ikan kerapu. Ikan kerapu yang sudah terserang virus
itu akan menularkan virus dengan cepat (Koesharyani et all., 2001).
Selain itu, gangguan utama pada komoditi budidaya ikan kerapu ini adalah
serangan bakteri oleh kelompok vibriosis dan juga virus. Infeksi bakteri
merupakan penyebab kematian masal pada benih ikan kerapu. Penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio ini merupakan masalah yang sangat serius dan
umum menyerang ikan-ikan budidaya laut (blog.ub.ac.id).
Ada pula anggapan bahwa kejadian ini terjadi karena adanya pengerukan oleh PT.
Pelindo. Dalam pertemuan pengurus Forum Komunikasi Kerapu Lampung
(Fokkel) di Padangcermin, (6 Januari 2013), menduga kejadian ini dipicu oleh
limbah pengerukan pantai oleh Pelindo yang mengelola Pelabuhan Panjang, yang
membuang limbahnya sekitar 8 mil atau 12 kilometer dari pelabuhan tersebut atau
di sekitar Pulau Condong, Pulau Tegal, dan Teluk Hanura (lampost.co)
Namun hingga saat ini belum dapat dipastikan penyebab kematian massal kerapu
di Teluk Lampung tersebut.
KESIMPULAN
Dari beberapa sumber yang dikumpulkan, dapat ditarik kesimpulan tentang
penyebab kematian massal kerapu di Teluk Lampung, yaitu karena menurunnya
kualitas lingkungan yang menyebabkan :
Terjadinya red tide yang kemungkinan besar masuknya limbah rumah
tangga dan industry ke perairan. Selain itu juga disebabkan oleh
pengayaan unsur hara dalam dasar laut atau eutrofikasi, perubahan hidro-
meteorologi dalam sekala besar, adanya gejala upwelling yaitu
pengangkatan massa air yang kaya akan unsur hara ke permukaan, dan
akibat hujan dan masuknya air tawar ke laut dalam jumlah besar.
Pembuangan limbah organik dan non-organik di perairan.
Meyebarnya penyakit pathogen, seperti virus, bakteri dan parasit, baik
ektoparasit maupun endoparasit.
Lokasi teluk lampung yang berhadapan langsung dengan laut lepas.
Adapun rekomendasi terhadap masalah ini antara lain:
Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan
agar kualitas lingkungan, termasuk perairan, tetap terjaga.
Adanya evaluasi/kajian bersama tentang pemanfaatan dan pemeliharaan
wilayah pesisir.
Penyuluhan kepada warga dan penempatan unit P3K dan konsultasi
tentang masalah perikanan terutama yang berhubungan dengan penyakit
ikan oleh pemerintah (KKP dan aparaturnya).
Perlu dilakukan pemasangan integrated coastal oceanographic mooring
buoy di Teluk Hurun dan/atau Teluk Lampung sebagai Early Warning
System untuk Algae Bloom/Red Tide.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. http://en.wikipedia.org/. Diakses tanggal 3 April 2013.
Koesharyani, I., Roza, D., Mahardika, K., Johny, F., Zafran & Yuasa, K. 2001.
Marine Fish and Crustaceans Diseases in Indonesia Manual for Fish
Diseases Diagnosis II (Eds.) Sugama, K., Hatai, K., & Nakai, T. Gondol
Reaserch Station for Coastal Fisheries, CRIFI and Japan International
Cooperation Agency, 49 pp.
Website BBPBL KKP. http://bbpbl.djpb.kkp.go.id/ . Diakses tanggal 30 Maret
2013.
Website harian Kompas. http://regional.kompas.com/. Diakses tanggal 3 April
2013.
Website harian Lampost. http://lampost.co/. Diakses tanggal 3 April 2013.
Website harian Republika. http://www.republika.co.id/ . Diakses tanggal 2 April
2013.
Website Metro TV News. http://www.metrotvnews.com/. Diakses tanggal 2 April
2013.
Website P3SDLP Litbang KKP. http://www.p3sdlp.litbang.kkp.go.id/. Diakases
tanggal 30 Maret 2013.