teluk balikpapan

91

Upload: yogi-eriawan

Post on 19-Jan-2016

127 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teluk Balikpapan
Page 2: Teluk Balikpapan

Koleksi DokumenProyek Pesisir1997 - 2003

Kutipan: Knight, M. dan S. Tighe, (editor) 2003. Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003;Coastal Resources Center, University of Rhode Island, Narragansett, Rhode Island,USA. (5 Seri, 30 Buku, 14 CR-ROM).

Page 3: Teluk Balikpapan

2

elama lebih dari 30 tahun terakhir, telah terdapat ratusan program —baik internasional,nasional maupun regional— yang diprakarsai oleh pemerintah, serta berbagaiorganisasi dan kelompok masyarakat di seluruh dunia, dalam upaya menatakelolaekosistem pesisir dan laut dunia secara lebih efektif. USAID (The United States Agency

for International Development) merupakan salah satu perintis dalam kerja sama dengan negara-negara berkembang untuk meningkatkan pengelolaan ekosistem wilayah pesisir sejak tahun 1985.

Berdasarkan pengalamannya tersebut, pada tahun 1996, USAID memprakarsai ProyekPengelolaan Sumberdaya Pesisir (Coastal Resources Management Project—CRMP) atau dikenalsebagai Proyek Pesisir, sebagai bagian dari program Pengelolaan Sumberdaya Alam (NaturalResources Management Program). Program ini direncanakan dan diimplementasikan melalui kerjasama dengan Pemerintah Indonesia melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional(BAPPENAS), dan dengan dukungan Coastal Resources Center University of Rhode Island (CRC/URI) di Amerika Serikat. Kemitraan USAID dengan CRC/URI merupakan kerja sama yang amatpenting dalam penyelenggaraan program-program pengelolaan sumberdaya pesisir di berbagainegara yang didukung oleh USAID selama hampir dua dasawarsa. CRC/URI mendisain danmengimplementasikan program-program lapangan jangka panjang yang bertujuan membangunkapasitas menata-kelola wilayah pesisir yang efektif di tingkat lokal dan nasional. Lembaga inijuga melaksanakan analisis dan berbagi pengalaman tentang pembelajaran yang diperoleh daridan melalui proyek-proyek lapangan, lewat program-program pelatihan, publikasi, dan partisipasidi forum-forum internasional.

Ketika CRC/URI memulai aktivitasnya di Indonesia sebagai mitra USAID dalam programpengelolaan sumberdaya pesisirnya (CRMP, atau dikenal dengan Proyek Pesisir), telah adabeberapa program pengelolaan pesisir dan kelautan yang sedang berjalan. Program-programtersebut umumnya merupakan proyek besar, sebagian kecil di antaranya telah mencapai tahapimplementasi. CRC/URI mendisain Proyek Pesisir untuk lebih berorientasi pada implementasidalam mempromosikan pengelolaan wilayah pesisir dan tujuan-tujuan strategis USAID, sepertipengembangan ekonomi dan keamanan pangan, perlindungan kesehatan masyarakat, pencegahankonflik, demokrasi partisipatoris, dan perlindungan kelestarian lingkungan melalui pengelolaansumberdaya pesisir dan air.

Kegiatan Proyek Pesisir menempatkan Indonesia di garis depan pengembangan model baru danpeningkatan informasi baru yang bermanfaat bagi Indonesia sendiri dan negara-negara lain didunia dalam hal pengelolaan sumberdaya pesisir. Sebagai negara keempat terbesar di dunia,dengan kurang lebih 60 persen dari 230 juta penduduknya tinggal di dalam radius 50 kilometerdari pesisir, Indonesia secara sempurna berada pada posisi untuk mempengaruhi danmemformulasikan strategi-strategi pengembangan pengelolaan pesisir negara-negara berkembangdi seluruh dunia. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari17.500 pulau, 81.000 kilometer garis pantai, dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) seluas 5,8 juta

S

Koleksi Proyek Pesisir–Kata Pengantar

Page 4: Teluk Balikpapan

3

ver the past 30 years, there have been hundreds of international, national and sub-national programs initiated by government, organizations and citizen groups thatattempted to more effectively govern the world’s coastal and marine ecosystems.Among these efforts, the U.S. Agency for International Development (USAID) has

been a pioneer since 1985 in working with developing countries to improve the management oftheir coastal ecosystem to benefit coastal people and their environment.

Building on its experience, as part of its Natural Resources Management Program, USAID initi-ated planning for the Indonesia Coastal Resources Management Project (CRMP, or Proyek Pesisir)in 1996. This program was planned and implemented in cooperation with the Government ofIndonesia through its National Development Planning Agency (BAPPENAS) and with the supportof the Coastal Resources Center at the University of Rhode Island (CRC/URI) in the United States.USAID’s partnership with CRC/URI has been central to the delivery of coastal resources manage-ment programs to numerous USAID-supported countries for almost two decades. CRC/URI de-signs and implements long-term field programs that work to build the local and national capacity toeffectively practice coastal governance. It also carries out analyses and shares experiences drawnfrom within and across field projects. These lessons learned are disseminated worldwide throughtraining programs, publications and participation in global forums.

When CRC/URI initiated work in Indonesia as a partner with USAID in its international CoastalResources Management Program, there were numerous marine and coastal programs alreadyongoing. These were typically large planning projects; few projects had moved forward into “on-the-ground” implementation. CRC/URI designed Indonesia’s CRMP to be “implementation ori-ented” in promoting coastal governance and the USAID strategic goals of economic developmentand food security, protection of human health, prevention of conflicts, participatory democracy andenvironmental protection through integrated management of coasts and water resources.

The CRMP put Indonesia in the forefront of developing new models and generating new informa-tion useful in Indonesia, and in other countries around the world, for managing coastal resources.Being the fourth largest country in the world, with approximately 60 percent of its 230 millionpeople living within 50 kilometers of the coast, Indonesia is perfectly positioned to influence andshape the coastal management development strategies of other developing countries around theworld. It is the world’s largest archipelago state, with 17,500 islands, 81,000 kilometers of coast-line, and an Exclusive Economic Zone covering 5.8 million square kilometers of sea –more thanthree times its land area. Indonesia is also the richest country in the world in terms of marine bio-

CRMP/Indonesia Collection–Preface

O

Page 5: Teluk Balikpapan

4

kilometer laut persegi -lebih tiga kali luas daratannya. Indonesia menjadi negara terkaya di duniadalam hal keragaman hayati (biodiversity). Sumber daya pesisir dan laut Indonesia memiliki artipenting bagi dunia inernasional, mengingat spesies flora dan fauna yang ditemukan di perairantropis Indonesia lebih banyak daripada kawasan manapun di dunia. Sekitar 24 persen dari produksiekonomi nasional berasal dari industri-industri berbasis wilayah pesisir, termasuk produksi gasdan minyak, penangkapan ikan, pariwisata, dan transportasi. Beragam ekosistem laut dan pesisiryang ada menyediakan sumberdaya lestari bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Hasil-hasillautnya mencukupi lebih dari 60 persen rata-rata kebutuhan bahan protein penduduk secaranasional, dan hampir 90 persen di sebagian desa pesisir. Masyarakat nelayan pedesaan cenderungmenjadi bagian dari kelompok masyarakat termiskin akibat eksploitasi berlebihan, degradasisumberdaya, serta ketidakmampuan dan kegagalan mereka memanfaatkan sumberdaya pesisirsecara berkelanjutan.

Di bawah bimbingan CRC/URI, Proyek Pesisir, yang berkantor pusat di Jakarta, bekerja samaerat dengan para pengguna sumberdaya, masyarakat, industri, LSM, kelompok-kelompok ilmiah,dan seluruh jajaran pemerintahan. Program-program lapangan difokuskan di Sulawesi Utara,Kalimantan Timur, dan Provinsi Lampung (sebelah selatan Sumatera) ditambah Provinsi Papuapada masa akhir proyek. Selain itu, dikembangkan pula pusat pembelajaran pada Pusat KajianSumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) di Institut Pertanian Bogor (IPB), sebagai perguruantinggi yang menjadi mitra implementasi Proyek Pesisir dan merupakan fasil itator dalampengembangan Jaringan Universitas Pesisir Indonesia (INCUNE).

Komponen program CRMP yang begitu banyak dikembangkan dalam 3 (tiga) lingkup strategipencapaian tujuan proyek. Pertama, kerangka kerja yang mendukung upaya-upaya pengelolaanberkelanjutan, telah dikembangkan. Kemudian, ketika proyek-proyek percontohan telah rampung,p en g alam an -p en g alam an d an telad an b ai k d ar i keg iata n -keg ia tan ter seb u td id oku men tasikan dan d ilemb ag akan dalam p emerin tah an, sebagai lembaga yangbertanggung jawab dalam jangka panjang untuk melanjutkan hasil yang sudah ada sekaligusmenambah lokasi baru. Kegiatan ini dilakukan lewat kombinasi perangkat hukum, panduan,dan pelatihan. Kedua, Departemen Kelautan dan Perikanan yang baru berdiri didukung untukmengembangkan peraturan perundangan dan panduan pengelolaan wilayah pesisir nasionaluntuk peng elolaan pesis ir terpadu yang terdesent ralisasi. Pengembangan peraturanperundangan ini dilakukan melalui suatu proses konsultasi publik yang partisipatif, terbuka danmelembaga, yang berupaya mengintegrasikan inisiatif-inisiatif pengelolaan wilayah pesisir secaravertikal dan horisontal. Ketiga, proyek ini mengakui dan berupaya memperkuat peran khas yangdijalankan oleh perguruan tinggi dalam mengisi kesenjangan kapasitas pengelolaan wilayahpesisir.

Strategi-strategi tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip:• Partisipasi luas dari berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) dan pemberdayaan mereka

dalam pengambilan keputusan• Koordinasi efektif berbagai sektor, antara masyarakat, dunia usaha, dan LSM pada berbagai

tingkatan• Penitikberatan pada pengelolaan yang terdesentralisasi dan kesesuaian antara pengelolaan/

pengaturan di tingkat lokal dan nasional• Komitmen untuk menciptakan dan memperkuat kapasitas organisasi dan sumberdaya

manusia untuk pengelolaan pesisir terpadu yang berkelanjutan• Pembuatan kebijakan yang lebih baik yang berbasis informasi dan ilmu pengetahuan

Di Sulawesi Utara, fokus awal Proyek Pesisir terletak pada pengembangan praktik-praktik terbaikpengelolaan pesisir terpadu berbasis masyarakat, termasuk pembuatan dan implementasi rencanadaerah perlindungan laut (DPL), daerah perlindungan mangrove (DPM), dan pengelolaan pesisirtingkat desa, serta pemantauan hasil-hasil proyek dan kondisi wilayah pesisir. Untuk melembagakankegiatan-kegiatan yang sukses ini, dan dalam rangka memanfaatkan aturan otonomi daerah yangbaru diberlakukan, Proyek Pesisir membantu penyusunan peraturan pengelolaan wilayah pesisir,baik berupa Peraturan Desa, Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten, maupun Perda Provinsi. Selainitu, dikembangkan pula perangkat informasi sebagai alat bagi pengelolaan wilayah pesisir, sepertipembuatan atlas wilayah pesisir. Dalam kurun waktu 18 bulan terakhir, kegiatan perluasan pro-gram (scaling up) juga telah berhasil diimplementasikan di 25 desa pesisir di Kecamatan Likupang

Page 6: Teluk Balikpapan

5

diversity. Indonesia’s coastal and marine resources are of international importance with more plantand animal species found in Indonesia’s waters than in any other region of the world. Approxi-mately 24 percent of national economic output is from coastal-based industries such as oil andgas production, fishing, tourism and transportation. Coastal and marine ecosystems provide sub-sistence resources for many Indonesians, with marine products comprising on average more than60 percent of the protein intake by people, and nearly 90 percent in some coastal villages. Ruralcoastal communities tend to be among the poorest because of overexploitation and degradationof resources resulting from their inability to sustainably and successfully plan for and manage theircoastal resources.

Under the guidance of CRC/URI, the Jakarta-based CRMP worked closely with resource users,the community, industry, non-governmental organizations, academic groups and all levels of gov-ernment. Field programs were focused in North Sulawesi, East Kalimantan, and Lampung Prov-ince in South Sumatra, with an additional site in Papua in the last year of the project. In addition, alearning center, the Center for Coastal and Marine Resources Studies, was established at BogorAgricultural Institute, a CRMP implementation partner and facilitator in developing the eleven-member Indonesia Coastal University Network (INCUNE).

The many components of the CRMP program were developed around three strategies for achiev-ing the project’s goals. First, enabling frameworks for sustained management efforts were devel-oped. Then, as pilot projects were completed, experiences and good practices were docu-mented and institutionalized within government, which has the long-term responsibility to bothsustain existing sites and launch additional ones. This was done through a combination of legalinstruments, guidebooks and training. Second, the new Ministry of Marine Affairs and Fisher-ies (MMAF) was supported to develop a national coastal management law and guidelines fordecentralized integrated coastal management (ICM) in a widely participatory, transparent andnow institutionalized public consultative process that attempted to vertically and horizontally inte-grate coastal management initiatives. Finally, the project recognized and worked to strengthenthe unique role that universities play in fi l l ing the capacity gap for coastal management.

The strategies were based on several important principles:• Broad stakeholder partic ipation and empowerment in decision making• Effective coordination among sectors, between public, private and non-governmental entities

across multiple scales• Emphasis on decentralized governance and compatibility between local and national govern-

ance• Commitment to creating and strengthening human and organizational capacity for sustain-

able ICM• Informed and science-based decis ion making

In North Sulawesi, the early CRMP focus was on developing community-based ICM best prac-tices including creating and implementing marine sanctuaries, mangrove sanctuaries and village-level coastal management plans, and monitoring project results and coastal conditions. In order toinstitutionalize the resulting best practices, and to take advantage of new decentralized authori-ties, the CRMP expanded activities to include the development of village, district and provincialcoastal management laws and information tools such as a coastal atlas. In the last 18 months ofthe project, a scaling-up program was successfully implemented that applied community-basedICM lessons learned from four original village pilot sites to Likupang sub-district (kecamatan) with25 coastal villages. By the end of the project, Minahasa district was home to 25 community coralreef sanctuaries, five mangrove sanctuaries and thirteen localized coastal management plans. In

Page 7: Teluk Balikpapan

6

Barat dan Timur. Perluasan program ini dilakukan dengan mempraktikkan berbagai hasilpembelajaran mengenai pengelolaan pesisir terpadu berbasis masyarakat dari 4 lokasi percontohanawal (Blongko, Bentenan, Tumbak, dan Talise). Pada akhir proyek, Kabupaten Minahasa telahmemiliki 25 DPL, 5 DPM, dan 13 rencana pengelolaan pesisir tingkat desa yang telah siapdijalankan. Sulawesi Utara juga telah ditetapkan sebagai pusat regional untuk Program KemitraanBahari berbasis perguruan tinggi, yang disponsori oleh Departemen Kelautan dan Perikanan dandifasilitasi oleh Proyek Pesisir.

Di Kalimantan Timur, fokus dasar Proyek Pesisir adalah pengenalan model pengelolaan pesisirberbasis Daerah Aliran Sungai (DAS), yang menitikberatkan pada rencana pengelolaan terpaduTeluk Balikpapan dan DAS-nya. Teluk Balikpapan merupakan pintu gerbang bisnis dan industriProvinsi Kalimantan Timur. Rencana Pengelolaaan Teluk Balikpapan (RPTB) berbasis DAS yangbersifat interyurisdiksi ini merupakan yang pertama kalinya di Indonesia dan menghasilkan sebuahmodel untuk dapat diaplikasikan oleh pemerintah daerah lainnya. Rencana pengelolaan tersebut,yang dirampungkan dengan melibatkan partisipasi dan konsultasi masyarakat lokal secara luas,dalam implementasinya telah berhasil menghentikan konversi lahan mangrove untuk budidayaudang di sebuah daerah delta, terbentuknya kelompok kerja (pokja) terpadu antarinstansi untukmasalah erosi dan mangrove, terbentuknya sebuah Organisasi Non Pemerintah (Ornop) berbasismasyarakat yang pro aktif, dan jaringan Ornop yang didanai oleh sektor swasta yang berfokuspada isu-isu masyarakat pesisir. Selain itu, telah terbentuk Badan Pengelola Teluk Balikpapan,yang dipimpin langsung oleh Gubernur Kalimantan Timur berikut 3 Bupati (Penajam Paser Utara,Pasir, dan Kutai Kartanegara), dan Walikota Balikpapan. Seluruh kepala daerah tersebut, bersamadengan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, ikut menandatangani Rencana Pengelolaan TelukBalikpapan tersebut. Rencana Pengelolaan Teluk Balikpapan ini telah mendorong pemerintahdaerah lain untuk memulai program-program serupa. Kalimantan Timur juga telah ditetapkansebagai pusat regional untuk Program Kemitraan Bahari berbasis perguruan tinggi, yang disponsorioleh Departemen Kelautan dan Perikanan, dan difasilitasi oleh Proyek Pesisir.

Di Lampung , kegiatan Proyek Pesisir berfokus pada proses penyusunan rencana dan pengelolaanstrategis provinsi secara partisipatif. Upaya ini menghasilkan Atlas Sumberdaya Pesisir Lampung,yang untuk pertama kalinya menggambarkan kualitas dan kondisi sumberdaya alam suatu provinsimelalui kombinasi perolehan informasi terkini dan masukan dari 270 stakeholders setempat, serta60 organisasi pemerintah dan non pemerintah. Atlas tersebut menyediakan landasan bagipengembangan sebuah rencana strategis pesisir dan progam di Lampung, dan saranapembelajaran bagi Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB, yang telahmenangani program pengelolaan pesisir di Lampung. Sebagai contoh kegiatan pelaksanaan awaltingkat lokal dari Rencana Strategis Pesisir Provinsi Lampung, dua kegiatan berbasis masyarakattelah berhasil diimplementasikan.Satu berlokasi di Pematang Pasir, dengan titik berat pada praktikbudidaya perairan yang berkelanjutan, dan yang lainnya berlokasi di Pulau Sebesi di Teluk Lampung,dengan fokus pada pembentukan dan pengelolaan daerah perlindungan laut (DPL). Model AtlasSumberdaya Pesisir Lampung tersebut belakangan telah direplikasi oleh setidaknya 9 (sembilan)provinsi lainnya di Indonesia dengan menggunakan anggaran provinsi masing-masing.

Di Papua, pada tahun terakhir Proyek Pesisir, sebuah atlas pesisir untuk kawasan Teluk Bintuni -yang disusun berdasarkan penyusunan Atlas Lampung-telah diproduksi Kawasan ini merupakandaerah yang lingkungannya sangat penting, yang tengah berada pada tahap awal aktivitaspembangunan besar-besaran. Teluk Bintuni berlokasi pada sebuah kabupaten baru yang memilikisumberdaya alam melimpah, termasuk cadangan gas alam yang sangat besar, serta merupakandaerah yang diperkirakan memiliki paparan mangrove terbesar di Asia Tenggara. Prosespenyusunan atlas sumberdaya pesisir kawasan Teluk Bintuni ini dilaksanakan melalui kerja samadengan Ornop lokal, perusahaan minyak BP, dan Universitas Negeri Papua (UNIPA). Kegiatan inimengawali sebuah proses perencanaan partisipatif dan pengelolaan pesisir terpadu, yangmengarah kepada mekanisme-mekanisme perencanaan partisipatif untuk sumberdaya pesisir dikawasan tersebut. Para mitra-mitra lokal telah menunjukkan ketertarikan untuk menggunakanAtlas Teluk Bintuni sebagai rujukan awal (starting point) dalam mengembangkan ‘praktik-praktikterbaik’ mereka sendiri, misalnya pengelolaan pesisir berbasis masyarakat dan pengelolaan telukberbasis DAS bagi Teluk Bintuni.

Page 8: Teluk Balikpapan

7

the last few months, due to its significant capacity in coastal management, North Sulawesi wasinaugurated as a founding regional center for the new national university-based Sea PartnershipProgram sponsored by the MMAF and facilitated by the CRMP.

In East Kalimantan, the principal CRMP focus was on introducing a model for watershed-basedcoastal management focusing on developing an integrated coastal management plan for BalikpapanBay and its watershed. Balikpapan Bay is the commercial and industrial hub of East KalimantanProvince. The resulting inter-jurisdictional watershed-based Balikpapan Bay Management Plan(BBMP) was the first of its kind in Indonesia and provides a model for other regional governments.The BBMP, completed with extensive local participation and consultation, has already resulted ina moratorium on shrimp mariculture in one delta region, the creation of mangrove and erosioninterdepartmental working groups, a new proactive community-based NGO and a NGO-networksupported by private sector funding that is focused on coastal community issues. The BBMP alsoresulted in the formation of the Balikpapan Bay Management Council, chaired by the ProvincialGovernor and including the heads of three districts (Panajam Paser Utara, Pasir and KutaiKartengara), the Mayor of the City of Balikpapan and the Minister of Marine Affairs and Fisheries,who were all co-signatories to the BBMP. The BBMP has already stimulated other regional gov-ernments to start on similar programs. In the last few months, East Kalimantan was also inaugu-rated as a founding regional center for the new national university-based Sea Partnership Pro-gram sponsored by the MMAF and facilitated by the CRMP.

In Lampung, the CRMP focused on establishing a participatory provincial strategic planning andmanagement process. This resulted in the ground-breaking Lampung Coastal Resources Atlas,which defines for the first time the extent and condition of the province’s natural resources througha combination of existing information and the input of over 270 local stakeholders and 60 govern-ment and non-government organizations. The atlas provided the foundation for the developmentof a Lampung coastal strategic plan and the program served as a learning site for Bogor Agricul-tural Institute’s Center for Coastal and Marine Resources Studies that has since adopted themanagement of the Lampung coastal program. As a demonstration of early local actions under theLampung Province Coastal Strategic Plan, two community-based initiatives - one in PematangPasir with an emphasis on sustainable aquaculture good practice, and the other on Sebesi Islandin Lampung Bay focused on marine sanctuary development and management - were implemented.The atlas model was later replicated by at least nine other provinces using only provincial govern-ment funds.

In Papua, in the final year of Proyek Pesisir, a coastal atlas based upon the Lampung atlas formatwas produced for Bintuni Bay, an environmentally important area that is in the early stages ofmajor development activities. Bintuni Bay is located within the newly formed Bintuni District that isrich in natural resources, including extensive natural gas reserves, and perhaps the largest con-tiguous stand of mangroves in Southeast Asia. The atlas development process was implementedin cooperation with local NGOs, the petroleum industry (BP) and the University of Papua andbegan a process of participatory planning and integrated coastal management that is leading tomechanisms of participatory planning for the coastal resources in the area. Local partners haveexpressed their interest in using the Bintuni Bay atlas as a starting point for developing their ownset of “best practices” such as community-based coastal management and multi-stakeholder,watershed-based bay management for Bintuni Bay.

Page 9: Teluk Balikpapan

8

Pengembangan Universitas merupakan aspek penting dari kegiatan Proyek Pesisir dalammengembangkan pusat keunggulan pengelolaan pesisir melalui sistem Perguruan Tinggi di Indo-nesia, dan memanfaatkan pusat ini untuk membangun kapasitas universitas-universitas lain diIndonesia. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut (PKSPL) yang dikembangkan di InstitutPertanian Bogor (IPB) telah dipilih sebagai mira utama, mengingat posisinya sebagai institusipengelolaan sumberdaya alam utama di Indonesia. Selain mengelola Lampung sebagai daerahkajian, PKSPL-IPB mendirikan perpustakaan sebagai referensi pengelolaan pesisir terpadunasional, yang terbuka bagi para mahasiswa dan kalangan profesional, serta menyediakan layananpeminjaman perpustakaan antaruniversitas untuk berbagai perguruan tinggi di Indonesia (situsweb: http://www.indomarine.or.id). PKSPL-IPB telah memprakarsai lokakarya tahunan pembelajaranpengelolaan pesisir terpadu, penerbitan jurnal pesisir nasional, serta bekerja sama dengan ProyekPesisir mengadakan Konferensi Nasional (KONAS) Pengelolaan Pesisir Terpadu, yang kini menjadiajang utama bagi pertukaran informasi dan studi kasus pengelolaan pesisir terpadu di Indonesia.Kegiatan dua tahunan tersebut dihadiri 600 peserta domestik dan internasional. Berdasarkanpengalaman positif dengan IPB dan PKSPL tersebut, telah dibentuk sebuah jaringan universitasyang menangani masalah pengelolaan pesisir yaitu INCUNE (Indonesian Coastal UniversitiesNetwork), yang beranggotakan 11 universitas. Jaringan ini menyatukan universitas-universitas diwilayah pesisir di seluruh Indonesia, yang dibentuk dengan tujuan untuk pertukaran informasi,riset, dan pengembangan kapasitas, dengan PKSPL-IPB berperan sebagai sekretariat. SelainINCUNE, Proyek Pesisir juga memegang peranan penting dalam mengembangkan ProgramKemitraan Bahari (PKB) di Indonesia, mengambil contoh keberhasilan Program Kemitraan Bahari(Sea Grant College Program) di Amerika Serikat. Program ini mencoba mengembangkan kegiatanpenjangkauan, pendidikan, kebijakan, dan riset terapan wilayah pesisir di berbagai universitaspenting di kawasan pesisir Indonesia. Program Kemitraan Bahari menghubungkan universitas didaerah dengan pemerintah setempat melalui isu-isu yang menyentuh kepentingan pemerintahlokal dan masyarakat, serta berupaya mengatasi kesenjangan dalam kapasitas perorangan dankelembagaan di daerah.

Proyek Pesisir mengembangkan usaha-usaha di tingkat nasional untuk memanfaatkan peluang-peluang baru yang muncul, seiring diberlakukannya Undang-Undang tentang Otonomi Daerah.Pada periode 2000-2003, Proyek Pesisir bekerja sama dengan Departemen Kelautan danPerikanan, BAPPENAS, instansi nasional lainnya, pemerintah daerah, lembaga swadayamasyarakat (LSM), dan perguruan tinggi dalam menyusun rancangan undang-undang pengelolaanwilayah pesisir (RUU PWP). Rancangan undang-undang ini merupakan salah satu rancanganundang-undang yang disusun secara partisipatif dan transparan sepanjang sejarah Indonesia.Saat ini RUU tersebut sedang dipertimbangkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). RUU disusunberbasis insentif dan bertujuan untuk mendukung pemerintah daerah, LSM, dan masyarakat lokaldalam memperoleh hak-hak mereka yang berkaitan dengan isu-isu desentralisasi daerah dalampengelolaan pesisir. Dukungan lain yang diberikan Proyek Pesisir kepada Departemen Kelautandan Perikanan adalah upaya mengembangkan kapasitas dari para staf, perencanaan strategis,dan dibentuknya program baru yang bersifat desentralistik seperti Program Kemitraan Bahari.

Koleksi dokumen dan bahan bacaan ini bertujuan untuk mendokumentasikan pengalaman-pengalaman Proyek Pesisir dalam mengelola wilayah pesisir, memberikan kesempatan yang lebihluas kepada publik untuk mengaksesnya, serta untuk mentransfer dokumen tersebut kepada seluruhmitra, rekan kerja, dan sahabat-sahabat Proyek Pesisir di Indonesia. Produk utama dari koleksi iniadalah Pembelajaran dari Dunia Pengelolaan Pesis ir di Indonesia, yang dibuat dalam bentukCompact Disc-Read Only Memory (CD-ROM), berisikan gambaran umum mengenai Proyek Pesisirdan produk-produk penting yang dihasilkannya. Adapun Koleksi Proyek Pesisir ini terbagi kedalam5 tema, yaitu:

• Seri Reformasi Hukum, berisikan pengalaman dan panduan Proyek Pesisir tentang prosespenyusunan rancangan undang-undang/peraturan kabupaten, provinsi, dan nasional yangberbasis masyarakat, serta kebijakan tentang pengelolaan pesisir dan batas laut

• Seri Pengelolaan Wilayah Pesis ir Regional, berisikan pengalaman, panduan, dan rujukanProyek Pesisir mengenai Perencanaan dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), profilatlas dan geografis pesisir Lampung, Balikpapan, Sulawesi Utara, dan Papua

Page 10: Teluk Balikpapan

9

University development was an important aspect of the CRMP, and the marine center at BogorAgricultural Institute, the premier natural resources management institution in Indonesia, was itsprimary partner, and was used to develop capacity in other universities. In addition to managingthe Lampung site, the Center for Coastal and Marine Resources Studies established a nationalICM reference library that is open to students and professionals, and provides an inter-universitylibrary loan service for other universities in Indonesia (Website: http://www.indomarine.or.id). TheCenter initiated an annual ICM learning workshop, a national peered-reviewed coastal journal andworked with the CRMP to establish a national coastal conference that is now the main venue forexchange of information and case studies on ICM in Indonesia, drawing over 600 Indonesian andinternational participants to its bi-annual meeting. Building from the positive experience with Bogorand its marine center, an Indonesia-wide network of 11 universities (INCUNE) was developed thattied together key coastal universities across the nation for information exchange, academic re-search and capacity development, with the Center for Coastal and Marine Resources Studiesserving as the secretariat. In addition to INCUNE, the CRMP was instrumental in developing thenew Indonesia Sea Partnership Program, modeled after the highly successful U.S. Sea GrantCollege Program, that seeks to develop coastal outreach, education, policy and applied researchactivities in key regional coastal universities. This program, sponsored by MMAF, connects re-gional universities with local governments and other stakeholders through issues that resonatewith local government and citizens, and addresses the gap of human and institutional capacity inthe regions.

National level efforts expanded to take advantage of new opportunities offered by new laws onregional autonomy. From 2000 to 2003, the CRMP worked closely with the Ministry of MarineAffairs and Fisheries, the National Development Planning Agency (BAPPENAS), other nationalagencies, regional government partners, NGOs and universities to develop a new national coastalmanagement law. The National Parliament is now considering this law, developed through one ofthe most participatory and transparent processes of law development in the history of Indonesia.The draft law is incentive-based and focuses on encouraging local governments, NGOs and citi-zens to assume their full range of coastal management authority under decentralization on issuesof local and more-than-local significance. Other support was provided to the MMAF in developingtheir own organization and staff, in strategic planning, and in creating new decentralized programssuch as the Sea Partnership Program.

The collection of CRMP materials and resources contained herein was produced to document andmake accessible to a broader audience the more recent and significant portion of the CRMP’sconsiderable coastal management experience, and especially to facilitate its transfer to our Indo-nesian counterparts, colleagues and friends. The major product is Learning From the World ofCoastal Management in Indonesia , a CD-ROM that provides an overview of the CRMP (ProyekPesisir) and its major products. The collection is organized into five series related to generalthemes. These are:

• Coastal Legal Reform Series, which includes the experience and guidance from the CRMPregarding the development of community-based, district, provincial and national laws and poli-cies on coastal management and on marine boundaries

• Regional Coastal Management Series, which includes the experience, guidance and refer-ences from the CRMP regarding watershed planning and management, and the geographicaland map profiles from Lampung, Balikpapan, North Sulawesi and Papua

Page 11: Teluk Balikpapan

10

• Seri Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat, berisikan pengalaman dan panduanProyek Pesisir dan desa-desa percontohannya di Sulawesi Utara mengenai keberhasilankegiatan, serta proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan pesisir

• Seri Perguruan Tinggi, berisikan pengalaman, panduan, dan rujukan Proyek Pesisir danPKSPL-IPB mengenai peranan dan keberhasilan perguruan tinggi dalam pengelolaan pesisir

• Seri Pemantauan Pesis ir, berisikan pengalaman, panduan, dan rujukan Proyek Pesisirmengenai pemantauan sumberdaya pesisir oleh masyarakat dan pemangku kepentingan,khususnya pengalaman dari Sulawesi Utara

Kelima seri ini berisikan berbagai Studi Kasus, Buku Panduan, Contoh-contoh , dan Katalogdalam bentuk hardcopy dan softcopy (CD-ROM), tergantung isi setiap topik dan pengalaman dariproyek. Material dari seri-seri ini ditampilkan dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.Sedianya, sebagian besar dokumen akan tersedia baik dalam Bahasa Indonesia maupun Inggris.Namun karena keterbatasan waktu, hingga saat koleksi ini dipublikasikan, belum semua dokumendapat ditampilkan dalam dua bahasa tersebut. Masing-masing dokumen dalam tiap seri berbeda,tetapi fungsinya saling mendukung satu sama lain, yaitu:

• Studi Kasus, mendokumentasikan pengalaman Proyek Pesisir, dibuat secara kronologis padahampir semua kasus, dilengkapi dengan pembahasan dan komentar mengenai proses danalasan terjadinya berbagai hal yang dilakukan. Dokumen ini biasanya berisikan rekomendasi-rekomendasi umum dan pembelajaran, dan sebaiknya menjadi dokumen yang dibaca terlebihdahulu pada tiap seri yang disebutkan di atas, agar pembaca memahami topik yang disampaikan.

• Panduan, memberikan panduan mengenai proses kegiatan kepada para praktisi yang akanmereplikasi atau mengadopsi kegiatan-kegiatan yang berhasil dikembangkan Proyek Pesisir.Mereka akan merujuk pada Studi Kasus dan Contoh-contoh, dan sebaiknya dibaca setelahdokumen Studi Kasus atau Contoh-contoh.

• Contoh-contoh, berisikan pencetakan ulang atau sebuah kompilasi dari material-material terpilihyang dihasilkan atau dikumpulkan oleh proyek untuk suatu daerah tematik tertentu. Dalamdokumen ini terdapat pendahuluan ringkas dari setiap contoh-contoh yang ada serta sumberberikut fungsi dan perannya dalam kelima seri yang ada. Dokumen ini terutama digunakansebagai rujukan bagi para praktisi, serta digunakan bersama-sama dengan dokumen StudiKasus dan Panduan, sehingga hendaknya dibaca setelah dokumen lainnya.

• Katalog, berisikan daftar atau data yang dihasilkan pada daerah tematik dan telah disertakanke dalam CD-ROM .

• CD-ROM, berisikan file elektronik dalam format aslinya, yang berfungsi mendukung dokumen-dokumen lainya seperti diuraikan di atas. Isi CD-ROM tersebut bervariasi tiap seri, dan ditentukanoleh penyunting masing-masing seri, sesuai kebutuhan.

Beberapa dokumen dari Koleksi Dokumen Proyek Pesisir ini dapat diakses melalui internet disitus Coastal Resources Center (http://www.crc.uri.edu), PKSPL-IPB (http://www.indomarine.or.id),dan Proyek Pesisir (http://www.pesisir.or.id).

Pengantar ini tentunya belum memberikan gambaran detil mengenai seluruh kegiatan, pekerjaan,dan produk-produk yang dihasilkan Proyek Pesisir selama tujuh tahun programnya. Karena itu,kami mempersilakan pembaca untuk dapat lebih memahami seluruh komponen dari koleksidokumen ini, sembari berharap bahwa koleksi ini dapat bermanfaat bagi para manajer pesisir,praktisi, ilmuwan, LSM, dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meneruskan model-model dankerangka kerja yang telah dikembangkan oleh Proyek Pesisir dan mitra-mitranya. Kami amatoptimis mengenai masa depan pengelolaan pesisir di Indonesia, dan bangga atas kerja samayang baik yang telah terjalin dengan seluruh pihak selama program ini berlangsung. Kami jugagembira dan bangga atas diterbitkannya Koleksi Dokumen Proyek Pesisir ini.

Page 12: Teluk Balikpapan

11

• Community-Based Coastal Resource Management Series, which includes the experience,and guidance from the CRMP and its North Sulawesi villages regarding best practices and theprocess for engaging communities in coastal stewardship

• Coastal University Series, which includes the experience, guidance and references from theCRMP and the Center for Coastal and Marine Resources Studies regarding the role and ac-complishments of universities in coastal management

• Coastal Monitoring Series, which includes the experience, guidance and references from theCRMP regarding community and stakeholder monitoring of coastal resources, primarily fromthe North Sulawesi experience

These five series contain various Case Studies, Guidebooks, Examples and Catalogues inhard copy and in CD-ROM format, depending on the content of the topic and experience of theproject. They are reproduced in either the English or Indonesian language. Most of the materials inthis set will ultimately be available in both languages but cross-translation on some documentswas not complete at the time of publishing this set. The individual components serve different, butcomplementary, functions:

• Case Studies document the CRMP experience, chronologically in most cases, with some dis-cussion and comments on how or why things occurred as they did. They usually contain gen-eral recommendations or lessons learned, and should be read first in the series to orient thereader to the topic.

• Guidebooks are “How-to” guidance for practitioners who wish to replicate or adapt the bestpractices developed in the CRMP. They will refer to both the Case Studies and the Examples,so should be read second or third in the series.

• Examples are either exact reprints of key documents, or a compilation of selected materialsproduced by the project for the thematic area. There is a brief introduction before each exampleas to its source and role in the series, but they serve primarily as a reference to the practitioner,to be used with the Case Studies or Guidebooks, and so should be read second or third in theseries.

• Catalogues include either lists or data produced by the project in the thematic area and havebeen included on the CD-ROMs.

• CD-ROMs include the electronic files in their original format that support many of the otherdocuments described above. The content of the CD-ROMs varies from series to series, andwas determined by the individual series editors as relevant.

Several of the documents produced in this collection of the CRMP experiences are also availableon the Internet at either the Coastal Resources Center website (http://www.crc.uri.edu), the BogorAgricultural Institute website (http://www.indomarine.or.id) and the Proyek Pesisir website (http://www.pesisir.or.id).

This preface cannot include a detailed description of all activities, work, products and outcomesthat were achieved during the seven-year CRMP program and reflected in this collection. Weencourage you to become familiar with all the components of the collection, and sincerely hope itproves to be useful to coastal managers, practitioners, scientists, NGOs and others engaged infurthering the best practices and frameworks developed by the USAID/BAPPENAS CRMP and itscounterparts. We are optimistic about the future of coastal management in Indonesia, and havebeen proud to work together during the CRMP, and in the creation of this collection of CRMP(Proyek Pesisir) products.

Page 13: Teluk Balikpapan

12

Dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruhmitra di Indonesia, Amerika Serikat, dan negara-negara lainnya, yang telah memberikan dukungan,komitmen, semangat, dan kerja keras mereka dalam membantu menyukseskan Proyek Pesisir dansegenap kegiatannya selama 7 tahun terakhir. Tanpa partisipasi, keberanian untuk mencoba hal yangbaru, dan kemauan untuk bekerja bahu-membahu -baik dari pihak pemerintah, LSM, universitas,masyarakat, dunia usaha, para ahli, dan lembaga donor-’keluarga besar’ pengelolaan pesisir Indone-sia tentu tidak akan mencapai kemajuan pesat seperti yang ada sekarang ini.

Dr. An ne Patterson Maurice KnightDirektur Chief of PartyKantor Pengelolaan Sumber Daya Alam Proyek PesisirU.S. Agency for International Development/ Coastal Resources CenterIndonesia (USAID) University of Rhode Island

Dr. Widi A. Pratikto Dr. Dedi M.M. RiyadiDirektur Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Deputi Menteri Negara PerencanaanDepartemen Kelautan dan Perikanan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENASRepublik Indonesia Bidang Sumberdaya Alam dan

Lingkungan Hidup

25 Agustus 2003

Page 14: Teluk Balikpapan

13

We would like to acknowledge and extend our deepest appreciation to all of our partners in Indo-nesia, the USA and other countries who have contributed their support, commitment, passion andeffort to the success of CRMP and its activities over the last seven years. Without your participa-tion, courage to try something new, and willingness to work together –government, NGOs, univer-sities, communities, private sector, experts and donors– the Indonesian coastal family could nothave grown so much stronger so quickly.

Dr. An ne Patterson Maurice KnightDirector Chief of PartyOffice of Natural Resources Management Indonesia Coastal ResourcesU.S. Agency for International Management ProjectDevelopment/ Indonesia Coastal Resources Center

University of Rhode Island

Dr. Widi A. Pratikto Dr. Dedi M.M. RiyadiDirector General for Coasts and Deputy Minister/Deputy Chairman forSmall Island Affairs Natural Resources and EnvironmentIndonesia Ministry of Marine Affairs Indonesia National Developmentand Fisheries Planning Agency

August 25, 2003

Page 15: Teluk Balikpapan

14

DAFTAR KOLEKSI DOKUMEN PROYEK PESISIR 1997 - 2003CONTENT OF CRMP COLLECTION 1997 - 2003

Yang tercetask tebal adalah dokumen yang tersedia sesuai bahasanyaBold print indicates the language of the document

PEMBELAJARAN DARI PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI INDONESIALEARNING FROM THE WORLD OF COASTAL MANAGEMENT IN INDONESIA

1. CD-ROM Latar Belakang Informasi dan Produk-produk Andalan Proyek PesisirCD-ROM Background Information and Principle Products of CRMP

SERI REFORMASI HUKUMCOASTAL LEGAL REFORM SERIES

1. Studi Kasus Penyusunan RUU Pengelolaan Wilayah PesisirCase Study Developing a National Law on Coastal Management

2. Studi Kasus Penyusunan Perda Minahasa Pengelolaan Sumberdaya WIlayahPesisir Terpadu Berbasis Masyarakat

Case Study Developing a District Law in Minahasa on Community-BasedIntegrated Coastal Management

3. Studi Kasus Batas Wilayah Laut Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bangka-Belitung

Case Study The Marine Boundary Between the Provinces of South Sumatera andBangka-Bilitung

4. Studi Kasus Konsultasi Publik dalam Penyusunan RUUCase Study A Public Consultation Strategy for Developing National Laws

5. Panduan Penentuan Batas Wilayah Laut Kewenangan Daerah MenurutUndang-Undang No.22/1999

Guidebook Establishing Marine Boundaries under Regional Authority Pursuant toNational Law No. 22/1999

6. Contoh Proses Penyusunan Peraturan Perundangan PengelolaanSumberdaya Wilayah Pesisir

Example The Process of Developing Coastal Resource Management Laws

7. Contoh Dokumen-dokumen Pendukung dari Peraturan PerundanganPengelolaan WIlayah Pesisir

Example Example from Development of Coastal Management Laws

8. CD-ROM Dokumen-dokumen Pilihan dalam Peraturan PerundanganPengelolaan Wilayah Pesisir

CD-ROM Selected Documents from the Development of Coastal ManagementLaws

9. CD-ROM Pengesahan Perda Minahasa Pengelolaan Sumberdaya WilayahPesisir Terpadu Berbasis Masyarakat

CD-ROM Enactment of a District Law in Minahasa on Community-Based Inte-grated Coastal Management

Page 16: Teluk Balikpapan

15

SERI PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAERAHREGIONAL COASTAL MANAGEMENT SERIES

1. Panduan Penyusunan Atlas Sumberdaya Wilayah PesisirGuidebook Developing A Coastal Resources Atlas

2. Contoh Program Pengelolaan WIlayah Pesisir di LampungExample Lampung Coastal Management Program

3. Contoh Rencana Strategis Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan dan Peta-peta Pilihan

Example Balikpapan Bay Integrated Management Strategic Plan and Volumeof Maps

4. Contoh Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir PilihanExample Selected Compilation of Coastal Resources Atlases

5. CD-ROM Rencana Strategis Pengelolaan Terpadu Teluk BalikpapanCD-ROM Balikpapan Bay Integrated Management Strategic Plan

6. Katalog Database SIG dari Atlas Lampung (Edisi Terbatas, dengan 2 CD)Catalogue Lampung Atlas GIS Database (Limited Edition, with 2 CDs)

7. Katalog Database SIG dari Atlas Minahasa, Manado dan Bitung (EdisiTerbatas, dengan 2 CD)

Catalogue Minahasa, Manado and Bintung Atlas GIS Database (with 2 CDs)(Limited Edition, with 2 CDs)

8. Katalog Database SIG dari Atlas Teluk Bintuni (Edisi Terbatas, dengan 2 CD)Catalogue Bintuni Bay Atlas GIS Database (Limited Edition,with 2 CDs)

9. Katalog Database SIG dari Teluk Balikpapan (Edisi Terbatas, dengan 1CD)Catalogue Balikpapan Bay GIS Database (Limited Edition, with 1 CDs)

SERI PENGELOLAAN SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR BERBASIS MASYARAKATCOMMUNITY-BASED COASTAL RESOURCES MANAGEMENT SERIES

1. Studi Kasus Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat diSulawesi Utara

Case Study Community Based Coastal Resources Management in North Sulawesi

2. Panduan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Berbasis MasyarakatGuidebook Community Based Coastal Resources Management

3. Panduan Pembentukan dan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut BerbasisMasyarakat

Guidebook Developing and Managing Community-Based Marine Sanctuaries

4. Panduan Pembersihan Bintang Laut BerduriGuidebook Crown of Thorns Clean-Ups

5. Contoh Dokumen dari Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir BerbasisMasyarakat di Sulawesi Utara

Example Documents from Community-Based Coastal Resources Managementin North Sulawesi

6. CD-ROM Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Berbasis MasyarakatCD-ROM Community-Based Coastal Resources Management

Page 17: Teluk Balikpapan

16

SERI PERGURUAN TINGGI KELAUTANCOASTAL UNIVERSITY SERIES

1. Studi Kasus Pengembangan Program Kemitraan Bahari di IndonesiaCase Study Developing the Indonesian Sea Partnership Program

2. Contoh Pencapaian oleh Proyek Pesisir PKSPL-IPB dan INCUNE (1996-2003)Example Proyek Pesisir’s Achievements in Bogor Agricultural Institute’s Center

for Coastal and Marine Resources Studies and the Indonesian CoastalUniversity Network (1996-2003)

3. Contoh Kurikulum dan Agenda Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya WilayahPesisir Terpadu

Example Curriculum and Agenda from Integrated Coastal ResourcesManagement Training

4. Katalog Abstrak “Jurnal Pesisir dan Lautan” (1998-2003)Catalogue Abstracts from “Pesisir dan Lautan Journal” (1998-2003)

5. CD-ROM Dokumen Perguruan Tinggi KelautanCD ROM Coastal University Materials

SERI PEMANTAUAN WILAYAH PESISIRCOASTAL MONITORING SERIES

1. Studi Kasus Pengembangan Program Pemantauan Wilayah Pesisir oleh ParaPemangku Kepentingan di Sulawesi Utara

Case Study Developing a Stakeholder-Operating Coastal Monitoring Program inNorth Sulawesi

2. Panduan Pemantauan Terumbu Karang dalam rangka PengelolaanGuidebook Coral Reef Monitoring for Management (from Philippine Guidebook)

3. Panduan Metode Pemantauan Wilayah Pesisir oleh FORPPELA, jilid 1Guidebook FORPPELA Coastal Monitoring Methods, Version 1

4. Panduan Pemantaun Terumbu Karang Berbasis Masyarakat dengan MetodeManta Tow

Guidebook Community-Based Monitoring of Coral Reefs using the Manta TowMethod

5. Contoh Program Pemantauan oleh Para Pemangku Kepentingan di SulawesiUtara Tahun Pertrama, Hasil-hasil FORPPELA 2002 (dengan 1 CD)

Example Year One of North Sulawesi’s Stakeholder-Operated Monitoring Pro-gram, FORPPELA 2002 Results (with 1 CD-ROM)

Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:For more information:

Coastal Resource Center CRMPUniversity of Rhode island Ratu Plaza Building, lt 18Narragansett, Rhode Island 02882, USA Jl. Jenderal Sudirman Kav. 9Phone: 1 401 879 7224 Jakarta 10270, IndonesiaWebsite: http//www.crc.uri.edu Phone: (021) 720 9596

Website: http//www.pesisir.or.id

Page 18: Teluk Balikpapan

i

ContohRencana Strategis PengelolaanTerpadu Teluk Balikpapandan Peta-peta Pilihan

Tim Editor:Jacobus J. WennoMaurice KnightSteve TilleyAgustinus W. TaufikNiel MakinuddinSigit HardwinartoA. Syafei SidikM. KhazaliAry Setiabudi Dharmawan (alm.)Agus HermansahElisabeth B. WetikRamonAri KristianiM. Farid FadillahEka Sriutami

Seri Pengelolaan Wilayah Pesisir DaerahKoleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997 - 2003

Page 19: Teluk Balikpapan

ii

ContohRencana Strategis Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapandan Peta-peta Pilihan

Tim Editor:Jacobus J. WennoMaurice KnightSteve TilleyAgustinus W. TaufikNiel MakinuddinSigit HardwinartoA. Syafei SidikM. KhazaliAry Setiabudi Dharmawan (alm.)Agus HermansahElisabeth B. WetikRamonAri KristianiM. Farid FadillahEka Sriutami

Kutipan : Wenno, J.J., M. Knight, S. Tilley, A.W. Taufik, N. Makinuddin, S. Hardwinarto, A. S.Sidik, M. Khazali, A.S. Dharmawan (alm.), A. Hermansah, E.B. Wetik, Ramon, A.Kristiani, M.F. Fadillah, E. Sriutami. 2003. Contoh Rencana Strategis PengelolaanTerpadu Teluk Balikpapan dan Peta-peta Pilihan, dalam Koleksi Dokumen ProyekPesisir 1997-2003, Seri Pengelolaan Wilayah Pesisir Daerah, M. Knight, S. Tighe(editor), Coastal Resources Center, University of Rhode Island, Narragansett, RhodeIsland, USA

Dicetak di Jakarta, Indonesia 2003Edisi Cetakan ke 2

Dana untuk persiapan dan pencetakan dokumen ini disediakan oleh USAID bagian dari USAID/BAPPENAS Program Pengelolaan Sumberdaya A lam (NRM) USAID/CRC-URI Proyek Pesisir Jakarta

Keterangan rinci tentang publikasi Proyek Pesisir bisa diperoleh melalui www.pesisir.or.idKeterangan rinci tentang publikasi NRM bisa diperoleh melalui www.nrm.or.idKeterangan rinci tentang publikasi CRC bisa diperoleh melalui www.crc.uri.edu

Editor Bahasa: Kun S. Hidayar, Ahmad HuseinPeta : Agus Hermansah, M. Farid Fadilla, Audrie J. SiahaineniaFotografi : Tantyo Bangun, Koleksi Proyek Pesisir Kalimantan TimurTata letak : Yayak M. Saat, Agus Hermansah, Muhamad Fadli

Page 20: Teluk Balikpapan

iii

Pengantar

erbagai materi dalam Seri Pengelolaan Pesisir Daerah ini merupakan kumpulanhasil terpenting yang telah dibuat selama 7 (tujuh) tahun upaya reformasipenatakelolaan pesisir oleh United States Agency for International Development(USAID), bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional(BAPPENAS), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), dan Direktorat

Jenderal Pembangunan daerah (BANGDA), Departemen Dalam Negeri. Dalam kurunwaktu tersebut, USAID di Indonesia telah mengalokasikan anggaran untuk ProyekPengelolaan Sumberdaya Pesisir (Coastal Resources Management Project—CRMP),atau yang lebih dikenal sebagai Proyek Pesisir. Kegiatan tersebut dilaksanakan di ProvinsiLampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Papua, serta secara khusus mendukungberbagai kegiatan pemerintah daerah, antara lain di Kota Balikpapan, Kota Manado,Kabupaten Penajam Paser Utara, Pasir, Kutai kertanegara, Minahasa, Bintuni, danManokwari.

Misi proyek ini adalah untuk ‘Memperkuat Pengelolaan Sumber Daya Alam Pesisir yangTerdesentralisasi di Indonesia’. Dalam programnya, Proyek Pesisir berupaya melakukanpenegasan peran dan tanggung jawab di antara berbagai mitra regional dan lokal terhadappengambilan kebijakan dan pengelolaan di bidang sumberdaya alam, meningkatkankemampuan pihak-pihak terkait tersebut dalam menjalankan tanggung jawab merekayang berhubungan dengan sumberdaya alam, serta mengembangkan dan memperluaskonstituen untuk mendukung pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan diIndonesia. Melalui program kerja sama ini, Proyek Pesisir mendukung pemerintah daerahlewat berbagai cara, yang seluruhnya dilakukan dengan memadukan pembelajaran setiapbagian program, demi untuk menyampaikan berbagai perubahan yang positif dalampenatakelolaan sumberdaya pesisir serta kondisi yang mendukungnya.

Reformasi penatakelolaan pesisir daerah di Indonesia bertambah penting setelah tahun1999, sejak dikeluarkannya UU No 22/1999 dan 25/1999 yang dengan cepatmendesentralisasikan penatakelolaan pesisir kepada pemerintah tingkat daerah dan lokal.Untuk pertama kalinya, pemerintah daerah secara langsung bertanggung jawab terhadappengelolaan kawasan pesisir mereka, termasuk wilayah laut hingga jarak 4 mil laut untukkabupaten dan 12 mil laut untuk provinsi. Perubahan-perubahan ini, berikut perubahan dipemerintahan lainnya, telah menegaskan fakta bahwa daerah pesisir secara geografissaling berhubungan dengan yang lain baik melalui laut dan samudera, melalui danaudan sungai- sungai, maupun melalui aliran air yang masuk ke daerah-daerah aliransungainya (DAS).

Langkah-langkah yang tepat di daerah, utamanya didasarkan pada keefektifan dalammemadukan secara tepat ilmu alam, ilmu sosial, ilmu ekonomi, dan realitas-realitas politikke dalam konteks budaya penatakelolaan pesisir daerah dan lokal. Hal tersebut selanjutnyamembutuhkan keterpaduan aspek-aspek daerah dan lokal tersebut dalam konteksnasional, yakni untuk memastikan bahwa seluruh prioritas-prioritas nasional dapat

B

Page 21: Teluk Balikpapan

iv

terpenuhi. Perangkat berupa peta, sering kali merupakan sarana yang paling tepat untukmenampilkan dan memadukan semua komponen di atas dalam bentuk yang lebih mudahdipahami. Sebagai hasilnya, pada tahun 1998, Proyek Pesisir memulai kegiatan di ProvinsiLampung untuk menyusun atlas sumberdaya pesisir pertama di Indonesia, dalam rangkamemadukan berbagai aspek tersebut. Proses penyusunan Atlas Sumberdaya PesisirLampung ini menunjukkan bahwa pembentukan kesadaran kolektif dan kemauan berbagiinformasi merupakan komponen penting dalam penerapan pengelolaan pesisir terpadu.Atlas tersebut disusun dengan kerja sama antara pemerintah daerah dan para pemangkukepentingan melalui sebuah proses yang partisipatif. Atlas tersebut menjadi sebuah modelyang kemudian dicontoh oleh lebih 9 provinsi lain, yang menyusunnya dengan anggaranmereka sendiri. Di Lampung, atlas tersebut menjadi acuan dalam penyusunan RencanaStrategis (Renstra) Pesisir Lampung. Berdasarkan Renstra tersebut, Pemerintah Provinsidan Kabupaten telah berkomitmen dan mengalokasikan anggaran dengan jumlah yangsignifikan bagi berbagai kegiatan pengelolaan pesisir.

Proyek Pesisir kemudian bekerja sama dengan pemerintah daerah dan para pemangkukepentingan di Kabupaten Minahasa, Kota Manado, dan Bitung (Sulawesi Utara) sertaTeluk Bintuni (Papua) dalam menyusun sebuah atlas pesisir, berdasarkan model yangtelah dilakukan di Lampung. Masing-masing tempat tersebut merupakan wilayah yangdirencanakan menjadi kawasan pengembangan ekonomi yang besar denganmengandalkan kekayaan sumberdaya alam daerah tersebut. Penyusunan atlas diSulawesi Utara dan Papua sama-sama dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Adapunmaksud dan tujuan pembuatan atlas, berikut sumberdaya yang digunakan dalamprosesnya, masing-masing daerah memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan.

Dalam rangka saling berbagi pengalaman dan pembelajaran, Seri Pengelolaan PesisirDaerah ini menampilkan Buku Panduan penyusunan atlas pesisir dan Buku Contohkompilasi berbagai peta-peta pilihan dari atlas yang ada dan sumber lainnya. Juga, sebuahbuku contoh berisi berbagai materi program pengelolaan pesisir yang dilaksanakan diLampung, dengan fokus pelaksanaan kegiatan awal dalam rencana strategis pengelolaanpesisir Lampung. Kegiatan itu antara lain berupa pembentukan dan pengelolaan daerahperlindungan laut berbasis masyarakat (DPL-BM) di Pulau Sebesi.

Atlas-atlas yang disusun ini, serta atlas lain dibuat oleh beberapa pemerintah daerah diberbagai wilayah Indonesia, menjadi titik awal diskusi mengenai sumberdaya pesisir,hubungannya dengan perencanaan tata ruang, dan cara pengelolaannya secara kooperatifantara pemerintah daerah, masyarakat umum, dan swasta.

Seperti disebutkan di atas, sumberdaya pesisir sangat dipengaruhi oleh berbagai aktivitashingga mencakup kawasan DAS-nya. Pada tahun 1999, Proyek Pesisir memprakarsaisebuah program dalam rangka memperkenalkan pengelolaan dan perencanaan pesisirberbasis DAS bagi Teluk Balikpapan di Kalimantan Timur. Kalimantan Timur merupakanprovinsi terkaya di Indonesia, dan Teluk Balikpapan merupakan pintu gerbangperdagangan dan industri. Potensi ekonomi masa depan Provinsi Kalimantan Timurdikhawatirkan menurun akibat dampak-dampak negatif kegiatan tersebut terhadap teluk.Kegiatan itu juga akan berdampak, baik untuk jangka pendek maupun panjang, terhadapmata pencaharian dan kualitas hidup masyarakat pesisir setempat.

Prakarsa Proyek Pesisir membuahkan hasil pada 2002 berupa Rencana PengelolaanStrategis Terpadu Teluk Balikpapan, yang telah disepakati dan diteken bersama olehWalikota Balikpapan, Bupati Penajam Paser Utara, Pasir, dan Kutai Kartanegara, GubernurProvinsi Kalimantan Timur, serta Menteri Kelautan dan Perikanan R.I. Dokumen ini

Page 22: Teluk Balikpapan

v

merupakan rencana lintas-yurisdiksi pertama kalinya di Indonesia, dan menjadi modelyang telah mulai ditiru oleh pemerintah daerah lainnya. Dokumen Rencana StrategisPengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan tersebut disertakan dalam seri ini. Bersamadokumen contoh tersebut, disertakan pula beberapa peta berwarna pilihan yang berasaldari data Sistem Informasi Geografis (SIG) tentang Teluk Balikpapan, dan sebuah CDberisi rencana dan referensi dari berbagai kegiatan dan kajian dalam mempersiapkansebuah perencanaan pengelolaan serta sebagai panduan bagi para pemangkukepentingan dan pengambil kebijakan.

Proyek Pesisir telah menyusun dan menyediakan sebuah database sistem informasigeografis (SIG) luas dari Teluk Balikpapan tersebut dan ketiga wilayah tempat atlasdikerjakan bagi seluruh pemangku kepentingan yang membutuhkannya. Agar keempatdatabase SIG tersebut menjadi sebuah sumber informasi yang transparan, hidup, danterbuka, Proyek Pesisir telah membuat Katalog lembaran data SIG dengan tabel-tabelmetadata yang mendokumentasikan sumber dan parameter-parameter penting lainnyadari data tematik tiap wilayah (Lampung, Sulawesi Utara, Teluk Bintuni, dan TelukBalikpapan). Tiap katalog terdapat dalam CD-ROM terpisah, berisi file-file gambar dantabel-tabel metadata, serta file gambar (format jpeg) untuk peta-peta yang dihasilkanoleh Proyek Pesisir. Untuk ketiga wilayah tempat atlas dibuat (Lampung, Sulawesi Utara,Papua), terdapat CD-ROM kedua, berisikan program interaktif yang mudah dioperasikan,yang memungkinkan pengguna SIG memodif ikasi beberapa data pada peta-peta atlastersebut. Katalog tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah referensi bagi para teknisiSIG dan para pengelola pesisir yang bermaksud memanfaatkan database SIG ini untukpekerjaan selanjutnya di masa depan.

Seri Pengelolaan Pesisir Daerah ini menggambarkan betapa lebar dan dalamnya upaya-upaya yang dilakukan oleh Proyek Pesisir dalam perencanaan daerah. Sebagian besardokumen yang ada disajikan dalam bahasa Indonesia, meskipun terdapat rencana untukmenerjemahkan bagian-bagian tertentu yang mungkin relevan untuk kalangan yang lebihluas di tingkat internasional.

Dokumen-dokumen dalam seri ini hendaknya dibaca bertalian satu dengan lainnya.Masing-masing dokumen juga saling mengacu antara satu dengan lainnya. Dalam konteksyang lebih luas, dokumen ini juga sebaiknya ditinjau dengan isu lainnya dalam 4 (empat)koleksi Dokumen Proyek Pesisir lainnya yang sama-sama diterbitkan. Dokumen-dokumendan CD yang tersedia dalam seri ini mencakup:

1. Panduan: Penyusunan Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir2. Contoh: Program Pengelolaan Wilayah Pesisir di Lampung3. Contoh: Rencana Strategis Pengelolaan Teluk Balikpapan dan Peta-Peta Pilihan4. Contoh: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Pilihan5. CD-ROM: Rencana Strategis Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan6. Katalog: Database SIG dari Atlas Lampung (plus 2 CD) Edisi Terbatas7. Katalog: Database SIG dari Atlas Minahasa, Manado dan Bintung (plus 2 CD) Edisi

Terbatas8. Katalog: Database SIG dari Atlas Teluk Bintuni (plus 2 CD) Edisi Terbatas9. Katalog: Database SIG dari Teluk Balikpapan (plus 1 CD) Edisi Terbatas

Kami berharap agar materi dan contoh-contoh yang ada dalam seri ini memberikanmanfaat dalam pekerjaan dan kegiatan para pembaca, baik sebagai praktisi, pegawaipemerintah, anggota organisasi non pemerintah (Ornop), maupun anggota masyarakatpesisir. Dokumen-dokumen ini sebaiknya dibaca bertalian dengan yang lain, dan dapat

Page 23: Teluk Balikpapan

vi

direferensi silang antara satu dengan yang lain. Bahan-bahan dalam seri ini bukan sajaditampilkan sebagai contoh model yang sukses dalam pengelolaan pesisir yangterdesentralisasi di Indonesia, tetapi juga sebagai model yang dapat digunakan dalampengelolaan sumberdaya alam lainnya di Indonesia dan negara-negara lain. Isu-isu yangdidiskusikan dan tantangan yang dihadapi dalam upaya-upaya ini berlaku untuk berbagaikonteks. Karena itu, ditampilkannya dokumen-dokumen tersebut dalam seri diharapkandapat memaksimalkan nilainya, khususnya dalam konteks di Indonesia.

Page 24: Teluk Balikpapan

SAMBUTAN MENTERI KELAUTANDAN PERIKANAN RI

Pertama-tama, saya mengucapkan selamat atas dicapainya kesepakatan kerja sama antara Pemerintah PropinsiKalimantan Timur, Kota Balikpapan, Kabupaten Pasir, dan Penajam Paser Utara dalam pengelolaan terpaduTeluk Balikpapan. Di Indonesia, ini adalah pertama kalinya pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kotabersedia mengikatkan diri dalam sebuah kerja sama pengelolaan kawasan teluk yang berbasiskan DAS (DaerahAliran Sungai).

Berbagai pola kebijakan pembangunan di masa lalu ternyata kurang memberikan kontribusi yang diinginkanterhadap kemajuan bangsa. Kondisi yang dialami sekarang malah menunjukkan bahwa dampak kebijakanpembangunan masa lalu membawa masalah yang serius dan sangat pelik untuk diselesaikan. Kemiskinanmasih menjadi masalah yang menghantui bangsa ini padahal negara kita adalah negara yang kaya akansumberdaya alam.

Wilayah pesisir dan laut merupakan salah satu yang potensial sebagai pembangkit di sektor riil. Pengalamanmembuktikan, pada saat terjadi krisis ekonomi, kegiatan di wilayah pesisir dan laut malah mendapatkankeuntungan yang berlipat ganda.

Dari segi ekologi dan ekonomi, ada tiga mahzab atau paradigma pembangunan. Mahzab yang pertama adalahdeep environmentalism, yang sangat romantis terhadap lingkungan. Yang kedua adalah mahzab frontiereconomy, yaitu yang segala sesuatunya ditujukan untuk pertumbuhan ekonomi dengan tidak mempedulikandampaknya terhadap kerusakan lingkungan. Pembangunan yang baik adalah rational resources management,yaitu pengelolaan sumberdaya alam yang rasional, yang wujudnya adalah pembangunan berkelanjutan(sustainable development). Ada tiga indikator, yang dapat dijadikan kriteria keberhasilan gubernur, walikota,bupati di masa mendatang yakni pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pemerataan kesejahteraan, dan jugakelestarian ekologis. Paradigma kebijakan yang mengutamakan PAD (Pendapatan Asli Daerah) kini harus diubahmenjadi paradigma PAD plus pemerataan kesejahteraan dan kelestarian lingkungan.

Secara praktis, penerapan pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir membutuhkan beberapahal, antara lain:1. Perlunya zonasi. Jika pengelolaan diserahkan kepada pihak swasta yang berorientasi kepada mekanisme

pasar bebas maka kemungkinan seluruh wilayah pesisir akan dimanfaatkan untuk tujuan ekonomi semata-mata;

2. Pemanfaatan sumberdaya alam seperti ikan dan bakau dibolehkan dengan syarat lajunya tidak melebihikemampuan lestari dari ikan dan bakau tersebut;

3. Resultan jasa lingkungan seperti limbah, pencemaran udara, dan sebagainya, tidak boleh melebihi dayadukung lingkungannya;

4. Design and construction with nature as buffer zone. Bangunan-bangunan yang didirikan di wilayah pesisirjangan sampai menghilangkan kawasan mangrove yang berfungsi sebagai kawasan penyangga;

5. Pengayaan stok. Sumberdaya perikanan tangkap perlu dimanfaatkan dengan penambahan benih-benih ikandan lain-lain (pengayaan stok), sehingga menjamin pemanfaatan yang berkelanjutan.

Upaya pengelolaan kawasan Teluk Balikpapan hendaknya mempunyai tujuan akhir untuk pembangunan yangberkelanjutan tersebut, yaitu pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengorbankan ataumengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan dalampengelolaannya, pemahaman batasan wilayah pesisir hendaknya tidak menjadi kaku (rigid). Yang terpentingadalah tujuan pengelolaan. Apabila pengelolaannya adalah untuk menangani masalah pencemaran air lautmaka sumber pencemarannya bisa terdapat hingga jauh ke darat yang melampaui batas wilayah administrasi.

Page 25: Teluk Balikpapan

Sedangkan bila yang diinginkan fungsional, maka batasannya adalah ekologi. Jadi, batasnya tidak berdasarkanbatas administrasi.

Model pengelolaan berdasarkan pendekatan DAS merupakan hal yang tepat, mengingat kawasan pesisirmerupakan penerima dampak dari perilaku buruk kawasan di atasnya. Karena itu, Renstra yang sudah disepakatiini sungguh luar biasa dan merupakan yang pertama kalinya di Indonesia karena bersifat lintas batas administrasidan melibatkan tiga kabupaten yang akan dikoordinasikan oleh gubernur, dalam rangka mewujudkanpengelolaan terpadu.

Menteri Kelautan dan Perikanan RI

Prof. DR. Ir. H. Rokhmin Dahuri, MS

Page 26: Teluk Balikpapan

Pertama-tama, sebagai umat beragama, kita memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahannikmat-Nya sehingga bisa menyelesaikan dan menyepakati Rencana Strategis Pengelolaan Terpadu TelukBalikpapan. Atas nama pemerintah Propinsi Kaltim, saya menyampaikan selamat atas terjadinya keterpaduandan kesepakatan bersama dalam pengelolaan teluk, yang secara administratif berada di bawah Kota Balikpapan,Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Ada beberapa permasalahan yang patut kita perhatikan dan menjadi acuan bersama dalam pengelolaan TelukBalikpapan di masa depan. Dari aspek perikanan, pada umumnya permasalahan tersebut adalah tentangketerbatasan data. Dari aspek pemanfaatan sumberdaya, permasalahannya adalah alih fungsi lahan, konflikkepentingan pemanfaatan ruang, tidak terkendalinya pembangunan fisik, dan berubahnya fungsi kawasanlindung. Sementara dari aspek pengendalian adalah adanya ketertinggalan dari kondisi lapangan, belumterdapatnya mekanisme yang efektif dalam pemberian sanksi, minimnya data, kurangnya sarana dan prasarana,serta belum tegasnya pembagian kewenangan.

Selain itu, permasalahan teknis Teluk Balikpapan adalah laju erosi dan sedimentasi, degradasi hutan mangrove,pencemaran perairan, terbatasnya air bersih, potensi wisata pesisir yang belum dikembangkan, penggunaanlahan yang belum konsisten, rendahnya tingkat pendididikan dan keterlibatan masyarakat, ancaman terhadapHutan Lindung Sungai Wain, dan kelembagaan pengelolaan teluk.

Harus disadari, tidak mudah untuk memulai sesuatu yang baru. Namun dengan sinergi dari instansi pemerintah,dunia usaha, dan masyarakat, visi dan misi pengelolaan Teluk Balikpapan akan dapat terwujud. Beberapa pointerkait dalam pengelolaan pesisir dan laut serta DAS (Daerah Aliran Sungai) Teluk Balikpapan yang dikaitkandengan kepentingan kita semua antara lain: kawasan DAS merupakan kawasan yang sangat strategis baik dariaspek sosial ekonomi, lingkungan, politis maupun pertahanan dan keamanan, karena berbatasan langsungdengan Laut Sulawesi yaitu Selat Makasar yang merupakan jalur pelayaran internasional.

Dalam tata ruang nasional, Kota Balikpapan merupakan pusat kegiatan nasional untuk wilayah Kalimantanyang didukung oleh fasilitas infrastruktur tingkat internasional, antara lain bandar udara dan pelabuhan lautpeti kemas. Dalam RTRW Propinsi, Kota Balikpapan, Kabupaten Pasir, serta Kabupaten Penajam Paser Utaratermasuk wilayah pembangunan selatan, dengan pusat pembangunan di Kota Balikpapan. Wilayahpembangunan selatan meliputi dua wilayah yaitu wilayah pembangunan terpadu, masing-masing KotaBalikpapan dan Kabupaten Pasir.

Pemerintah Provinsi Kaltim pada tahun 2002 menyusun master plan rencana tata ruang wilayah Teluk Balikpapan,yang di dalamnya berisi tata ruang Teluk Balikpapan, pengembangan infrastruktur, pengembangan investasi,pengembangan kapasitas kelembagaan, dan program-program pembangunan.

Dari beberapa permasalahan dan potensi yang tersebut, kita mengharapkan tidak ada lagi kebijakan yang tidakkonsisten dari para pengambil keputusan dalam pengelolaan kawasan Teluk Balikpapan. Selama ini yangterjadi adalah lemahnya koordinasi lintas sektoral serta kurangnya keterbukaan semua pihak, yang akhirnyamenyebabkan terjadinya tumpang tindih pemanfaatan ruang yang sama.

SAMBUTAN GUBERNURKALIMANTAN TIMUR

Page 27: Teluk Balikpapan

Sebagaimana disebut sebelumnya, tidak mudah memulai sesuatu yang baru. Namun dengan sinergi dankesadaran seluruh komponen pemerintah, dunia usaha, masyarakat, kita mengharapkan maksud yang baikdari kesepakatan bersama ini, dapat mencapai sasaran yang diharapkan.

Balikpapan, Agustus 2002Gubernur Provinsi Kalimantan Timur

H. Suwarna AF

Page 28: Teluk Balikpapan

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kehendak-Nya jualah kita dapatmenyelesaikan Rencana Strategis Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan, yang merupakan salah satu upayauntuk mengelola secara terpadu kawasan Teluk Balikpapan.

Upaya pengelolaan wilayah pesisir dan laut menjadi perhatian penting kita bersama, seiring dengan era otonomidaerah yang merupakan implementasi UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang memberikanpemerintah kabapaten kewenangan untuk mengeksplorasi, mengeksploitasi, dan juga konservasi wilayah pesisirdan laut sejauh 4 mil. Bagi Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, wilayah pesisir Teluk Balikpapan akanmenjadi perhatian utama untuk dimanfaatkan dalam rangka mendukung upaya percepatan pembangunandaerah dan peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga dapat sejajar dengan daerah kabupaten lainnyayang ada di Kaltim.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, yang telah menjadi Kabupatendefinitif sejak diresmikannya pada tanggal 10 Juli 2002, menyambut baik upaya dan kegiatan yang telah dilakukanoleh Proyek Pesisir, yang merupakan bagian dari Kerjasama Pemerintah Rl (BAPPENAS) dengan PemerintahAmerika Serikat melalui USAID, dalam melakukan penyusunan Rencana Strategis Pengelolaan TerpaduTeluk Balikpapan, yang proses penyusunannya dilakukan secara terpadu dan melibatkan berbagai pihak yangberkepentingan di wilayah pesisir Teluk Balikpapan. Wilayah pesisir Teluk Balikpapan bagi Kabupaten PenajamPaser Utara memiliki arti sangat penting, karena potensi ekonomi yang dimiliki sangat besar sehingga perludikelola secara hati-hati dan bijaksana. Untuk itu diperlukan suatu upaya pengelolaan bersama antara PemerintahKabupaten Penajam Paser Utara, Pemerintah Kota Balikpapan, dan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.Salah satu bentuk upaya pengelolaan tersebut diawali dengan adanya komitmen dan keterpaduan sertasinkronisasi dari pihak-pihak tersebut dalam setiap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang akandilaksanakan pada setiap kegiatannya. Pihak swasta yang kegiatannya ada di wilayah pesisir Teluk Balikpapanjuga harus berperan aktif di dalam mendukung pengelolaan bersama ini.

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara menghadapi beberapa permasalahan kerusakanlingkungan, baik yang ada di darat maupun di pesisir, sehingga tingkat erosi dan sedimentasi juga semakinmeningkat. Di darat, lahan kritis semakin meluas, sedangkan di wilayah pesisir konversi hutan bakau semakinmerajalela, antara lain terlihat dari abrasi pantai yang cukup hebat di Kelurahan Sungai Paret dan KelurahanSesumpu. Juga adanya pembukaan tambak yang cukup luas di Kelurahan Mentawir dan Desa Semoi II.

Berbagai kegiatan tersebut di atas tentunya memerlukan suatu upaya penyelamatan yang cepat dan terpadu,dan kami mengharapkan bantuan semua pihak untuk kegiatan penyelamatan tersebut. Akhirnya, kami jugamengharapkan Renstra yang telah disepakati bersama ini dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam upaya-upaya pengelolaan yang akan dilakukan.

Penajam, Agustus 2002Plh. Bupati Penajam Paser Utara,

Drs. Yusran, MSi

SAMBUTAN BUPATIPENAJAM PASER UTARA

Page 29: Teluk Balikpapan

Teluk Balikpapan merupakan kawasan yang memiliki berbagai keunikan dan nilai penting untuk menyokongkehidupan baik secara ekologis maupun ekonomis. Jika sumberdaya alam teluk dapat dikelola dengan baik makadapat terwujud lingkungan yang sehat bagi semua yang tinggal dan menikmati hidup di kawasan ini sertamenyediakan berbagai jenis lapangan pekerjaan. Namun pertumbuhan industri yang pesat disertai peningkatanjumlah dan kegiatan penduduk telah menimbulkan tekanan ekosistem alami dan lingkungannya, berupa pengurasansumberdaya, penciutan habitat, degradasi lingkungan fisik dan pencemaran. Permasalahan tersebut terutamadisebabkan oleh lemahnya koordinasi dan tidak transparannya/kurangnya sikap keterbukaan lintas sektoral atauantar para pemangku kepentingan serta kurang adanya kemitraan yang partisipatif. Disamping itu, pola pemanfaatanyang masih berorientasi pada peningkatan keuntungan ekonomi dengan kurang memperhatikan aspek kelestariandan tidak berwawasan lingkungan semakin menambah kompleksnya permasalahan yang ada.

Untuk mengatasi permasalahan yang berkembang di kawasan Teluk Balikpapan, diperlukan suatu upayaPengelolaan Teluk Terpadu/PTT (Integrated Bay Management) melalui pola kemitraan yang partisipatif denganpendekatan ekosistem DAS dan penekanan pada aspek konservasinya. Tujuan PTT adalah memaksimalkan manfaatyang diberikan oleh kawasan teluk dan meminimalkan konflik dan dampak buruk dari kegiatan satu dan/ataukegiatan lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya pemahaman bersama tentang suatupengelolaan yang terpadu berbasiskan ekosistem DAS.

Pengelolaan Teluk Terpadu merupakan kerja sama dari para pemangku kepentingan, khususnya antara PemerintahKabupaten Pasir/Penajam Paser Utara, Pemerintah Kota Balikpapan, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara,dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Program kerjasama ini melibatkan semua pemangku kepentingan(stakeholders), seperti pemerintah daerah, dunia usaha (swasta), lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggidan masyarakat lokal. Oleh karena itu, untuk mencapai pengelolaan teluk secara terpadu disusun Rencana Strategis(Renstra).

Renstra ini dikembangkan dengan harapan dapat dijadikan sebagai model pengelolaan teluk terpadu berbasiskanDAS dengan melibatkan lebih dari satu wilayah administrasi yang mempunyai wewenang pengelolaan. Modelpengelolaan semacam ini diyakini dapat diterapkan baik secara lokal, regional, maupun nasional. Untuk itudibutuhkan bantuan dan partisipasi semua pihak.

Proses penyusunan Renstra Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan dilakukan dengan pendekatan partisipatifberbasiskan ekosistem teluk serta melibatkan pemerintah kota, kabupaten, provinsi, swasta, universitas, LSM,dan perwakilan masyarakat. Pendekatan ini digunakan agar renstra yang disusun menyangkut masyarakat luas,sehingga keberhasilan renstra ini sangat tergantung kepada dukungan masyarakat tersebut.

Visi pengelolaan Teluk Balikpapan adalah terwujudnya pengelolaan sumberdaya Teluk Balikpapan secara terpadudan berkelanjutan bagi sebesar-besarnya kesejahteraaan masyarakat, dengan tetap mempertahankan kelestarianfungi sumberdaya alam teluk dan lingkungannya. Sedangkan misi pengelolaan teluk adalah memberikan pedomansebagai arahan proses strategis yang terkoordinasi dan terpadu bagi pemerintah, masyarakat serta para pemangkukepentingan dalam merencanakan, mengimplementasikan, memantau, dan mengevaluasi pengelolaan terpadusumberdaya Teluk Balikpapan selama kurun waktu tertentu.

Perwujudan visi dan misi tersebut dengan dukungan para pemangku kepentingan dalam renstra pengelolaanteluk sangat penting guna mewujudkan masa depan yang lebih baik dalam pengelolaan teluk yang sehat secaraberkesinambungan. Visi dan misi tersebut diharapkan dapat direalisasikan melalui pencapaian sejumlah sasaranyang strategis:

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 30: Teluk Balikpapan

1. Melindungi dan menjamin kesehatan kawasan teluk dari kegiatan yang bersifat merusak;2. Memperbaiki kualitas lingkungan kawasan teluk terutama yang sudah rusak;3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Berdasarkan peninjauan lapangan dan konsultasi publik diprioritaskan 8 (delapan) isu utama yang berkaitandengan pengelolaan kawasan Teluk Balikpapan saat ini. Isu-isu tersebut meliputi penanggulangan erosi dansedimentasi, pengelolaan hutan mangrove, penanganan pencemaran air, persediaan air bersih,pengembanganwisata pesisir, perencanaan tata ruang dan tata guna lahan, pendidikan dan keterlibatan masyarakat sertapengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW).

Untuk menangani isu-isu tersebut telah ditetapkan berbagai strategi dan langkah-langkah yang diperlukan (dapatdilihat pada matriks Renstra Pengelolaan Terpadu Teluk berdasarkan isu) guna mewujudkan tercapainya visi danmisi pengelolaan teluk. Dengan demikian, diperlukan suatu kelembagaan berupa badan pengelola teluk yangprofesional yang dapat mengintegrasikan kepentingan para pihak serta selaras dengan konteks kebijakanpembangunan yang bersifat lokal, regional, maupun nasional.

Dengan diadopsinya Renstra Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan ini diperlukan tindak lanjut sebagai berikut:· Perwujudan kelembagaan badan pengelola teluk· Mobilisasi sumberdaya seperti pendanaan, teknologi dan informasi, sumberdaya manusia, dan sebagainya

yang dapat berasal dari pemerintah daerah, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, swasta, masyarakat, sertadana lain yang tidak mengikat.

· Perlu segera disusun rencana aksi berdasarkan langkah-langkah strategis seperti yang tercantum dalam dokumenrenstra pengelolaan teluk, sehingga dapat menjadi bagian dari rencana kegiatan pembangunan di tiap wilayahadministratif.

Diperlukan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang menunjang implementasi Renstra PengelolaanTerpadu teluk seperti SK Gubernur Kaltim tentang Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan yang diikuti denganPerda Pengelolaan Pesisir Terpadu (PPT) Kaltim, Tata Ruang Kawasan Teluk Balikpapan serta Rencana StrategiPengelolaan Wilayah Pesisir Kota dan Kabupaten.

Renstra ini bersifat makro mencakup areal pengelolaan yang luas meliputi sekitar 54 sub DAS dengan kawasanhulu, aliran sungai, pesisir dan laut yang sangat bervariasi antar sub DAS. Untuk melakukan pengelolaan terpaduteluk yang lebih efektif dan efisien diperlukan rencana aksi (action plan) berdasarkan daerah hulu, aliran sungai,pesisir dan laut pada satu atau beberapa sub DAS sesuai dengan prioritas kepentingannya. Selain itu, renstra iniperlu dievaluasi secara periodik guna penyempurnaan sesuai dengan perkembangan atau perubahan yang terjadidari waktu ke waktu.

Page 31: Teluk Balikpapan

KATA PENGANTAR

Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa pembangunan yang hanya berorientasi pada aspek ekonomi tanpapendekatan pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan yang meliputi aspek kelestarian, kesejahteraan, dansosial ternyata hanya memberikan manfaat jangka pendek. Selaras dengan perkembangan teknologi moderndan pesatnya peningkatan pertumbuhan populasi dan semakin terbatasnya sumberdaya serta ruanglingkungannya, dituntut pola pembangunan yang terencana dengan baik, realistik, strategis dan berwawasanlingkungan yang dalam jangka panjang dapat menjamin pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan.

Rencana Strategis (Renstra) Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan merupakan suatu model pengelolaan telukyang kolaboratif dan integratif yang melibatkan beberapa pemerintah kabupaten, kota dan pemerintah provinsidi wilayah Kalimantan Timur dan pertama kali diterapkan di Indonesia. Renstra ini disusun atas hasil kerjasamaantara Pemerintah Kabupaten Pasir, Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, Pemerintah Kota Balikpapan,Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan Proyek PesisirKalimantan Timur.

Renstra ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan lingkungan teluk yang sehat dan untuk mencapaikesejahteraan masyarakat di kawasan teluk secara berkelanjutan. Renstra ini diharapkan akan menjadi pedomansebagai arahan bagi semua pihak pemangku kepentingan dalam melakukan aktivitasnya di lingkungan kawasanteluk secara bijak, sehingga dapat dilakukan pemanfaatan yang berkelanjutan dan terpeliharanya lingkunganyang bebas dari kegiatan yang bersifat merusak dan bebas dari pencemaran.

Pola pendekatan dalam pengelolaan teluk terpadu didasarkan atas pendekatan ekosistem Daerah Aliran Sungai(DAS) dengan menitikberatkan pada aspek konservasi yang diyakini jauh akan lebih baik dibandingkan denganpendekatan atas dasar administratif. Hal ini dengan dasar petimbangan bahwa dalam mewujudkan teluk yangsehat, ternyata tidak terlepas dari pengaruh daerah hulunya (DAS). Apabila daerah hulu mengalami kerusakan,maka dampaknya akan mengalir sampai ke perairan teluk. Selain hal ini, dalam rencana aksi sebagai tindaklanjut penjabaran renstra teluk, maka didekati dengan pertimbangan sosial ekonomi yang merupakan bagianyang integral dari lingkungan DAS teluk. Pola pendekatan dengan menggunakan kaidah sosial ekonomi jugamerupakan alat ampuh dalam membantu pelestarian sumberdaya teluk.

Renstra ini bersifat terbuka untuk mengantisipasi dinamika perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.Denganperkembangan yang pesat yang terjadi di lapangan, kemungkinan dapat terjadi bahwa isu-isu yang teridentifikasiselama proses penyusunan renstra ini sudah tidak relevan dan mengalami perubahan. Oleh karenanya, masukandan kritik yang sifatnya membangun akan sangat bermanfaat untuk tercapainya pengelolaan teluk yang sehatdan berkelanjutan.

Balikpapan, Agustus 2002

Jacobus J. WennoField Program Manager Proyek Pesisir Kalimantan Timur

Page 32: Teluk Balikpapan

Proses penyusunan renstra yang partisipatif dan terpadu tentunya melibatkan banyak pihak. Tanpa keterlibatansemua pihak, renstra ini mustahil akan terwujud. Oleh karena itu ucapan terima kasih disampaikan kepada:

Rokhmin Dahuri, Menteri Kelautan dan Perikanan Republik IndonesiaSuwarna AF, Gubernur Propinsi Kalimantan TimurImdaad Hamid, Walikota Kota BalikpapanYusriansyah Syarkawi, Bupati Kabupaten PasirYusran, Pejabat Bupati Kabupaten Penajam Paser UtaraSyaukani HR, Bupati Kabupaten Kutai KartanegaraMaurice Knight , Chief of Party Proyek Pesisir USAID Coastal Resources Management ProjectSarwono Kusumaatmadja, Senior Advisor Proyek PesisirBrian Crawford, Associate Coastal Resources Manager, Asia Program, CRC-URI

PROPINSI KALIMANTAN TIMURAdi Buchari M, Kepala BappedaKaspoel Basran, Kepala BapedaldaFachroerozi S., Kepala Dinas Perikanan dan KelautanM. Asli Amin, Bappeda (Sekarang Balitbangda)Muhammad Dahyar, Bappeda (Sekarang Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang)Khailani, Kepala PUKasmawaty, BappedaNursigit, BappedaSumanto, BappedaNoorsirwan Imani, BappedaFarida Hydro F, BappedaIdrus Salman, BappedaSukandar, BappedaEko Antarikso, BappedaAmir Hamzah, BappedaAndreas Pirade, BappedaIskandar Zulkarnain, BappedaHidayanthi Darma, BappedaRiza Indra Riadi, BapedaldaBachtiar Effendi BapedaldaUsman, Dinas Perikanan dan KelautanIndri Indah Winarni, Dinas Perikanan dan KelautanFarid W, Dinas Perikanan dan KelautanEndang Retnowati, Dinas PerindustrianMuhammad Kasim, Dinas KehutananRusdi Manaf, Dinas KehutananDjupri Suprijono, BKSDA Kanwil Departemen KehutananHerry Suprihanto, Kanwil BPNSofian Helmi, Biro HukumTri Tyas Wardono, Biro Ortala (Sekarang Kepala Pendidikan Nasional)Jumar Soewito, Biro OrtalaNurul, Biro Hukum

UCAPAN TERIMA KASIH

Page 33: Teluk Balikpapan

Salamat Harahap, Biro HukumHelmi Mashud, Biro OrtalaM. Noor, Biro OrtalaAchmad Subadi, Biro PemerintahanSyahrudin, Biro Pemerintahan

KOTA BALIKPAPANSardjono, Kepala BappedaM. Saleh Basri, Kepala BapedaldaM. Adriani A.S., Kepala KantorPerikanan dan KelautanYusuf Wahab, Kepala Dinas PariwisataMiseri Pribadi, Ketua DPRDSri Soetantinah, BappedaAchmad Yani, BappedaTatang Priyatna, BappedaChassan Inany, BappedaAdri Yulius, BappedaSyafaruddin, BappedaSetyarso Wahyudiono, BappedaAmin Latif, Bapedalda (Sekarang Dinas Kebersihan

dan Pertamanan)Arpan, BapedaldaRosmarini, BapedaldaSoufian, BapedaldaMaskun, BappedaldaTiti Hasanah, Kantor Perikanan dan KelautanTony Riadinata, Kantor Perikanan dan KelautanM. Slamet Djunaidi, Dinas PariwisataMuhammad Fuad, Dinas PariwisataArdi Subrata, Dinas Pariwisata (Sekarang Kelurahan

Sepinggan)Zulfikar, CDK (Sekarang UPTD PHH Kehutanan)Pitrus D, Dinas PertanianM. Naenggolan, BPNSumardi, BPNAsranuddinsyah, DeperindagMerly Manurung, DeperindagSoegito Wiratmoko, Komisi D DPRDLilik Ambar Widiastuti, Komisi D DPRDMachmud Husaeni, Komisi D DPRDSyarifudin, Bagian HukumDaud Pirade, Bagian HukumHasanuddin, Lurah KariangauArbain, Kelurahan KariangauAziz, Kelurahan KariangauKatimin, Kelurahan Margomulyo

KABUPATEN PENAJAM PASER UTARAMizlan, Kepala BappedaIbrahim, Kepala Dinas PertanianAndi Harahap, Ketua DPRDSurodal, Bappeda

Yogyana, BappedaKaspar Panggabean, Dinas PertanianMisni, Bagian Hukum Tasmad Hariyadi, Camat

Sepaku (Sekarang SETWAN)Abdul Zaman, Kecamatan Penajam (Sekarang

Asisten II)Wagiman, Kecamatan PenajamAchmad Paimin, Kecamatan SepakuKaharudin, Kelurahan JeneboraRamlie, Lurah SesumpuRisman Abdul, Kelurahan Sepaku IIIAsnawie MR, Kelurahan Pantai LangoSaka, Kelurahan Kampung BaruMasse, Kelurahan Gersik

KABUPATEN PASIRSanusi Oenih, Bapedalda (Sekarang Kepala

Bappeda)Sudirman, Kepala BapedaldaAsmuni Samad, Kepala Dinas Perikanan dan

KelautanJohan, Kepala BPNAbdul Aziz Maulana, Kepala Dinas KehutananAhmad Badong, Kepala Dinas PariwisataH.M. Mardikansyah, Ketua DPRDHary Djumiharso, Bappeda (sekarang Dinas

Pendapatan Kabupaten Penajam Paser Utara)Romif Erwinadi, BappedaBahaidin Naqsyahbandani, Bappeda (sekarang

Kepala PMD)Syamsudin Noor, BapedaldaEko Purwito, BapedaldaTatang Abdimas, BapedaldaBambang Eko Yuwono, Dinas KehutananM. Isnaini Yanuardi, Dinas KehutananSarino, Dinas PertanianSuraryo, Dinas PertanahanMusni Bahrun, Dinas PUTukiran, BPNRakhmadi Awang, Dinas PariwisataRudiansyah, Dinas Perikanan dan KelautanIndra Wahyudi, Dinas Perikanan dan KelautanAbu Bakar Muhidin, Komisi A DPRDUndang Waras, Komisi A DPRDYudi Chandra, Komisi A DPRD

KABUPATEN KUTAI KARTANEGARAR.R. Rini Budisayekti, Kepala BapedaldaH. Bahrudin Noor, Kepala BappedaM. Husni Tamrin, Asisten ISuhadi, Dinas KehutananSaleh Sanlias, Dinas KehutananAlamsyah, Dinas Kehutanan

Page 34: Teluk Balikpapan

Bahtramsyah, Dinas PerikananHendriansyah, Bagian HukumAsranie, Bapedalda

PROYEK PESISIR KALIMANTAN TIMURJacobus J. Wenno, Agustinus W. Taufik, Steve Tilley,Niel Makinuddin, Ahmad Syafei Sidik, SigitHardwinarto, M. Khazali, Ary SetiabudiDharmawan (alm), Achmad Setiadi, AgusHermansah, Elisabeth B. Wetik, Ramon, M. FaridFadillah, Ari Kristiani, Eka Sriutami, Lisa Anggraini,Masyithah, Maureen Tuhatu, Rusdin Abidin,Achirul Muslim, Budi, Sugito, Ramli Malik,Muhammad Zulfikar Muchtar, Audrie J. Siahainenia

PKSPL-IPBDietriech G. Bengen, Fedi A. Sondita, Neviaty P.Zamani, Amirudin Tahir, Burhanuddin, BambangHeryanto

PROYEK PESISIR JAKARTAStacey Tighe, Jacub Rais, Adi Wiyana, Kun Hidayat,Ahmad Husein, Yayak M. Saat

SWASTAZ. Mangumbahang, Total FinaElf E & P IndonesieTogar Hasibuan, Total FinaElf E & P IndonesieDidik Widiarso, Total FinaElf E & P IndonesieSuripno, Total FinaElf E & P IndonesieSuwardi Suwarsa, PT ITCISatria Jaya, UNOCALSuta Vijaya, UNOCALDharma Saputra, UNOCALAdji Setijoprodjo, UNOCALSuwito, UNOCALTri Warsono, UNOCALSoedi Oetomo, PT. DMRHarry Surjadi, JurnalisEmir Widjaya, Pelindo IVH. N. Sihombing, PT. ASDPNanik K, PT. INHUTANI IAmiruddin, PT. ITCIKUAlam Hamzah, INKINDOSuberdi, GAPENSIImam Sugiatmo, GAPENSIHarry Surjadi, Jurnalis

PERGURUAN TINGGIMursidi, UNMULIwan Suyatna, UNMULSarosa Hamongpranoto, UNMULSudrajat, UNMULSarwono, UNMULZainuri, UNMULIwied Wahyuliaanto, UNMULCipto Hadi Purnomo, UNMULM. Iqbal Djawad, UNHASHaseah Haneng, UNHASMuh. Muhdar, UNIBAMuh. Nasir, UNIBASonni Sukada, Laboratorium Sosiologi UIJalal, Laboratorium Sosiologi UIMade Octoda S, ITN Malang

LEMBAGA INTERNASIONALGraham Usher, NRM-EPIQSugeng Rahardjo, NRM-EPIQSatria Iman Pribadi, NRM-EPIQGabrielle Fredrikkson, Tropenbos

LSM/KSMAdief Mulyadi, Yayasan BIKALAbrianto Amin, APKSAPurwanto, YBMLJufriansyah, YBMLRuslan Rivai, AMaNHerryadi, YSTBTrimanto, FSTBMulkani, Pecinta AlamJean Mandala, Yayasan BOSMukti Ali Azis, Yayasan BIKALDaniella Krebs, Yayasan RASIFazrin Ramadani, BEBSiCSupriatin, Yayasan Padi IndonesiaMuhamad Fadli, Yayasan BumiKelompok Pengelola Mangrove Semangat BersamaKelurahan KariangauM. Syarifudin, IA-KPMKT

MASYAKARAT DI DAS TELUK BALIKPAPANWakil-wakil masyarakat peserta lokakarya,pelatihan, studi banding, dan diskusi teknis yangtelah memberikan masukan, klarifikasi danverifikasi.

Page 35: Teluk Balikpapan

DAFTAR SINGKATAN

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak LingkunganAPKSA : Aliansi Pemantau Kebijakan

SumberdayaAlam

APBD : Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah

APBN : Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara

Bappeda : Badan Perencanaan PembangunanDaerah

Bapedalda : Badan Pengendalian DampakLingkunganDaerah

BEBSiC : Borneo Ecological & BiodiversityScienceClub

BIKAL : Lembaga Binakelola LingkunganBPN : Badan Pertanahan NasionalBUMD : Badan Usaha Milik DaerahBUMN : Badan Usaha Milik NegaraDAS : Daerah Aliran SungaiDPRD : Dewan Perwakilan Rakyat DaerahFOKAL : Forum Kampanye Konservasi AlamFSTB : Forum Sahabat Teluk BalikpapanGESAMP : Group of Experts on the Scientific

Aspect of Marine EnvironmentalProtection

GTZ : Deutsche Gessellschaft für TechnischeZusammenarbéit

HLSW : Hutan Lindung Sungai WainHPH : Hak Pengusahaan HutanHTI : Hutan Tanaman IndustriIATA : International Air Transport AssociationIFFM : Integrated Forest Fire ManagementKaltim : Kalimantan Timur

KeKePAn : Kekuatan Kelemahan PeluangAncaman

Kepmen : Keputusan MenteriKeppres:Keputusan Presiden

KB : Kejenuhan BasaKTK : Kapasitas Tukar KationLORIES : Lembaga Ornithologi dan Informasi

SatwaLSM : Lembaga Swadaya MasyarakatMenhut : Menteri KehutananMIGAS : Minyak dan Gas BumiNRM : Natural Resources ManagementOrnop : Organisasi non PemerintahPDAM : Perusahaan Daerah Air MinumPDB : Produk Domestik BrutoPemda : Pemerintah DaerahPropeda : Program Pembangunan DaerahProp. : PropinsiRepetada : Rencana Pembangunan Tahunan

DaerahPermenkes: Peraturan Menteri KesehatanPPT : Pengelolaan Pesisir TerpaduRASI : Rare Aquatic Species of IndonesiaRenstra : Rencana StrategisSIG : Sistem Informasi GeografisSK : Surat KeputusanSTB : Sahabat Teluk BalikpapanUNMUL : Universitas MulawarmanUSAID : United States Agency for

International DevelopmentWWF : World Wildlife Fund for NatureYBML : Yayasan Bina Manusia dan

LingkunganYSTB : Yayasan Selamatkan Teluk

Balikpapan

Page 36: Teluk Balikpapan

Abrasi : pengikisan pantai yang disebabkan oleh hempasan ombak/gelombang lautAir Payau : percampuran antara air laut dan air tawar dengan salinitas berkisar antara 5-20 pptAir limbah pemberat : air l imbah yang sengaja dibuang karena dipergunakan sebagai bobot pengimbang,(ballast water) misalnya dalam kapalAlga : tumbuhan air berkhlorofil yang bersifat mikro maupun makroskopik yang hidupnya

sangat dipengaruhi oleh gerakan airAkuifer : lapisan batuan yang bisa ditembus air sehingga menghasilkan air tanah ke dalam

sumur dan mata air.Antibiotik : senyawa kimia yang dihasilkan sejenis organisme yang dapat menghambat atau

organisme lain.Badan air : tempat atau wadah di atas permukaan daratan yang berisi dan atau menghasilkan air,

seperti rawa, danau, sungai, waduk, dan saluran airBagan : alat tangkap menetap (bagan tancap) atau berpindah (bagan apung) yang dioperasikan

pada malam hari dengan alat bantu cahaya lampu (seperti petromak) untuk menarikikan

Bahan berbahaya dan beracun (B3) : bahan/zat yang karena sifat-sifat fisis dan kimianya dapat membahyakanmanusia maupun lingkungannya, seperti bahan/zat beracun, bahan/zat yang mudahmeledak,bahan/zat radioaktif, dan sebagainya.

Bakau/Mangrove : komunitas vegetasi pantai tropis yang mampu tumbuh dan berkembang di daerahpasang surut pantai berlumpur

Bakteri berbentuk koli (Coliform bacteria) : bakteri yang lazim terdapat dalam usus manusia dan hewan berdarahpanas dan kehadirannya dalam lingkungan menunjukkan adanya pencemaran olehkotoran manusia dan hewan tersebut

Baku mutu air laut : batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi, atau komponen lain, dan zat atau bahanpencemar yang diinginkan dan ditolerir kandungannya di dalam air laut.

Bioakumulasi : pengambilan senyawa-senyawa misalnya logam berat atau hidrokarbon terklorinasiyang menjurus ke arah meningkatnya konsentrasi senyawa tersebut di dalam organismelaut

Biochemical Oxygen Demand (BOD) : banyaknya oksigen yang terlarut dalam suatu perairan yang dibutuhkanuntuk metabolisme mikroorganisme dalam mencerna berbagai bahan organik yangterdapat dalam perairan itu

Biofisik : komponen biologis, fisika dan kimiawi dari lingkunganBiofouling/biota penempel : berbagai jenis biota yang menempel pada kapal, dermaga, dan benda-benda

keras lainnyaBiomagnifikasi : bioakumulasi yang meningkat dengan meningkatnya posisi suatu organisme dalam

rantai makananBiota : tumbuhan dan satwa di suatu kawasanChemical Oxygen Demand (COD) : banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dibutuhkan dalam kondisi

tertentu untuk menguraikan bahan organik secara kimiawiContingency Plan : seperangkat rencana penanggulangan yang dipersiapkan terlebih dahulu untuk

mengurangi resiko kerusakan yang diakibatkan kecelakaan yang tidak terduga,misalnya tumpahan minyak dalam jumlah besar

Corals/karang : termasuk hewan Coelenterata yang dapat atau tidak dapat membentuk rangka kapurDaerah Asuhan : suatu wilayah di pantai tempat fauna akuatik stadia larva, juwana atau muda berkumpul

untuk mencari makan dan berlindung

DAFTAR ISTILAH

Page 37: Teluk Balikpapan

Daya Dukung : batas terhadap banyaknya kehidupan atau kegiatan ekonomi yang dapat ditopangoleh lingkungan; sering merupakan jumlah individu atau spesies yang dapat ditopangoleh suatu habitat khusus tertentu; batas-batas yang beralasan dari pemanfaatan olehmanusia dan/atau pemanfaatan sumberdaya

Detritus : bahan yang terdiri dari sisa-sisa bahan organik tumbuhan dan hewan yang merupakansumber makanan terutama dalam ekosistem mangrove dan ekosistem laut lainnyadan sering sangat padat didiami oleh sejumlah besar bakteri pengurai

Ekologi : ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik (interaksi dan interrelasi) antaraorganisme dengan lingkungannya

Ekosistem : sistem ekologi yang lengkap yang berlangsung dalam unit geografis tertentu termasukkomunitas biologi dan lingkungan fisik yang berfungsi sebagai satu unit ekologi dialam

Ekoturisme : wisata lingkungan yang tidak semata-mata ditujukan agar wisatawan dapat menikmatikeindahan alam atau keunikan flora dan fauna saja tetapi berusaha untuk lebihmemahami dan menghayati proses-proses yang terdapat di alam yang mewujudkankeserasian, keselarasan di alam yang dinamis. Lebih lanjut, diharapkan dapatmenumbuhkan sikap dan perilaku yang mendukung upaya pelestarian fungsi danstruktur lingkungan

Eksploitasi : kegiatan yang dilakukan untuk mengambil manfaat (sosial dan ekonomi) darisumberdaya alam

Ekstensifikasi : proses peningkatan produksi dengan cara memperluas lahan budidayaEndemik : suatu spesies organisme yang penyebarannya terbatas pada suatu kawasan geografi

yang spesifikErosi Tanah : proses pengikisan permukaan tanah oleh air atau anginEstuari : suatu ekosistem dimana air sungai bertemu dengan perairan samudera yang dicirikan

oleh tingkat-tingkat salinitas menengah atau bervariasi dan sering ditandai olehproduktivitas yang tinggi

Eutrofikasi : proses penyuburan perairan yang mendorong pertumbuhan alga dan menghambatpertumbuhan organisme lainnya karena terjadinya pasokan berlebih dari unsur haratertentu, seperti nitrat atau fosfat

Exotic Species/alien species : spesies asing yang bukan spesies asli suatu daerah tertentuHabitat : suatu tempat atau ruang di dalam lingkungan yang biasanya dihuni oleh sejenis

organisme tertentu atau kelompok organisme tertentuHerbisida : bahan kimia yang dipakai untuk memberantas tumbuhanHidrologi : ilmu yang mempelajari tentang sifat, distribusi, dan sirkulasi air di atas permukaan

tanah, di dalam tanah dan batuan, serta di atmosfirIntensifikasi : proses peningkatan produksi budidaya dengan cara menambah masukan teknologi

di dalam prosesnya, seperti pemberian pakan, pupuk, mesin, dan sebaginyaIntrusi : proses masuknya air laut ke dalam sistem perairan tawar;pemompaan air tanah yang

tawar secara berlebihan dekat pantai akan menimbulkan kekosongan yang lambatlaun diisi oleh air laut

Isolasi : penutupan suatu wilayah dari kegiatan tertentuJalur hijau : jalur vegetasi, biasanya sepanjang suatu sempadan kawasan peralihan yang

memisahkan satu tipe kawasan sumberdaya terhadap tipe lainnyaKawasan teluk : kawasan yang terdiri dari daerah aliran sungai dari hulu ke hilir, pesisir, dan perairan

lautKonservasi tanah : cara penggunaan tanah disesuaikan dengan kemampuannya dan memperlakukannya

sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah melaluipenerapan langkah-langkah vegetatif, struktural, dan pengelolaan daratan, baik secarasendiri atau kombinasi, yang memungkinkan stabilitas dan produktivitas lahandipertahankan

Kontur : garis yang menghubungkan sekumpulan titik yang semuanya bernilai sama; yangbiasanya digunakan dalam konteks data elevasi dan kedalaman

Page 38: Teluk Balikpapan

Lahan Basah : daerah rawa, rawa gambut, atau perairan, alami atau buatan, permanen atausementara, tergenang atau mengalir, tawar, payau, atau asin, termasuk perairan lautdengan kedalaman pada saat surut tidak lebih dari 6 meter

Lahan Kritis : lahan yang terbuka tanpa tumbuhan sehingga rentan terhadap erosi dan abrasiLamun : semacam rumput (ilalang) laut yang termasuk tanaman tingkat tinggi, yang tumbuh

pada perairan pantai berpasir yang dangkalLand Suitability/kesesuaian lahan : kesesuaian suatu kawasan yang ditentukan untuk suatu jenis penggunaan

yang dispesifikasikanLarva : tahap perkembangan awal dari siklus hidup hewan setelah menetas dari telur yang

organ tubuhnya belum selengkap bentuk dewasanyaNutrien : unsur hara (anorganik) yang diperlukan tumbuhan dalam proses fotosintesis untuk

membangun tubuhnyaParameter : suatu ukuran kuantitatif yang digunakan untuk menjelaskan beberapa ciri-ciri sebuah

populasi biologi, fisik, dan kimiaPatogen : mikroorganisme yang mempunyai kemampuan menimbulkan penyakitPemilikan lahan : penguasaan atas lahan berdasarkan hak-hak tertentu seperti hak garap, hak sewa,

dan hak milikPengguna lahan : orang atau badan usaha yang memanfaatkan lahan untuk kegiatan tertentuPengkajian dampak : menilai pengaruh positif dan negatif suatu kegiatan terhadap manusia dan lingkungan

sekitarnyaPenyangga : suatu kawasan lindung yang berfungsi untuk mengendalikan suatu pemanfaatanPeran serta masyarakat : keterlibatan masyarakat mulai dari proses perencanaan, implementasi sampai evaluasi

suatu program kegiatanPestisida : bahan kimia yang dipakai untuk memberantas hamaPlankton : organisme (mikro maupun makroskopik) dari jenis tumbuhan dan hewan yang

hidupnya melayang-layang dalam air yang gerakannya sangat dipengaruhi olehgerakan air

Point source pollution: sumber pencemaran yang dapat diidentifikasi, dikontrol, dan diisolasi; kebalikannyaadalah non point source pollution

Polikultur : membudidayakan dua jenis organisme atau lebih dalam suatu tempatPrasarana : sistem pendukung yang dibangun untuk umumRehabilitasi : kegiatan untuk memperbaiki kondisi yang rusak kepada keadaan semulaRun off (water)/limpasan air : bagian air hujan (presipitasi) atau air irigasi yang mengalir dari daratan ke sungai

atau badan air termasuk perairan pantaiSalinitas : konsentrasi total ion terlarut dalam air yang secara kolektif disebut garam dan

dinyatakan dalam g/kg air atau promil (o/oo)atau part per thousand (ppt)Sanitasi : proses yang dilakukan untuk menjaga agar l ingkungan tetap bersih dan sehatSedimentasi : proses pengendapan partikel lumpur, pasir dan partikel lainnya yang tersuspensi

(melayang) dalam air ke dasar perairanSilvofishery : kegiatan terpadu antara sistem perikanan dan kehutanan sebagai upaya untuk menjaga

kelestarian sumberdaya perikanan dan kehutananSistem Informasi Geografis (SIG) : suatu kumpulan perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi,

dan tenaga kerja yang teratur yang dirancang secara efisien untuk memperoleh,menyimpan, memutakhirkan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan seluruhbentuk informasi yang mengacu pada geografi. Operasi spasial tertentu yang komplekdimungkinkan dalam SIG, yang akan sangat sulit, memakan waktu dan tidak praktistanpa SIG. Data biasanya berasal dari peta dan nilai yang diperoleh dapat dicetaksebagai peta.

Sumberdaya alam : sumberdaya lahan dan laut yang relevan dengan potensi penggunaannya, misalnyaiklim, air, tanah, lepas pantai, dekat pantai, hutan.

Sumberdaya pesisir : sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat diwilayah pesisir. Sumberdaya alam terdiri atas sumberdaya hayati dan nir-hayati.Sumberdaya hayati antara lain ikan, rumput laut, padang lamun, hutan mangrove,terumbu karang, dan biota perairan lainnya; sedangkan sumberdaya nir-hayati terdiri

Page 39: Teluk Balikpapan

dari lahan pesisir, permukaan air, sumberdaya di airnya, dan di dasar laut sepertiminyak dan gas, pasir, timah, dan mineral lainnya.

Suspended solids : partikel hidup atau mati yang tersuspensi (melayang) dalam airTata guna lahan : pembagian peruntukan lahan sesuai dengan urgensi dan fungsinya.Teluk : bagian laut di pantai yang menjorok ke daratTerumbu karang : endapan-endapan masif (padat) yang terbentuk dari kalsium karbonat yang dihasilkan

oleh organisme pembentuk rangka kapurTidal Flat/Dataran Pasang Surut : daerah pasang surut di pantai yang tidak ditutupi oleh vegetasi dan biasanya

berlumpur atau berpasir atau campuran keduanyaTurbiditas : keadaan kekeruhan jika sedimen atau bahan melayang teraduk atau menyebar di

dalam suatu medium yang transparanUpland : daerah darat di hulu yang sedikit sekali berinteraksi dengan laut.Watershed/DAS : suatu kawasan yang dibatasi oleh dua punggung gunung dimana curah hujan yang

jatuh ke daerah tersebut mengalir melalui satu saluran tertentu yaitu sungai atau aliranair lainnya.

Wilayah pesisir : wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimanake arah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut ituuntuk kabupaten/kota, dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.

Zona Pasang Surut : zona yang terletak antara pasang naik tertinggi dengan pasang surut terendah

Page 40: Teluk Balikpapan

Hal

Sambutan Menteri Kelautan dan Perikanan RI iSambutan Gubernur Kalimantan Timur ii iSambutan Bupati Penajam Paser Utara vRingkasan Eksekutif v iKata Pengantar vii iUcapan Terima Kasih ixDaftar Singkatan xiiDaftar Istilah xii iDaftar Isi xviiDaftar Tabel xvii iDaftar Gambar xvii iDaftar Lampiran xvii i

BAB I. PENDAHULAUAN 1A. Latar Belakang 1B. Tujuan dan Manfaat� 3C. Kondisi Umum Kawasan Teluk Balikpapan 3D. KeKePAn Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan 4E. Lingkup Daerah Perencanaan dan Kerangka Waktu 5F. Struktur Dokumen 5

BAB II. PROSES PENYUSUNAN RENSTRA 7A. Yuridis Historis 7B. Proses Penyusunan 8C. Tindak Lanjut Pelaksanaan Renstra 9

BAB III. RENSTRA PENGELOLAAN TERPADU 11A. Visi dan Misi 11B. Strategi Pengelolaan Terpadu 12

1. Penanggulangan Erosi dan Sedimentasi 122. Pengelolaan Hutan Mangrove 163. Penanganan Pencemaran Air 194. Persediaan Air Bersih 225. Pengembangan Wisata Pesisir 246. Penataan Ruang dan Penggunan Lahan 267. Pendidikan dan Keterlibatan Masyarakat 328. Hutan Lindung Sungai Wain 35

BAB IV. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN TEERPADU 37

BAB V. PEMANTAUAN DAN EVALUASI 43

DAFTAR PUSTAKA 47MATRIK RENCANA STRATEGIS PENGELOLAAN TERPADU KAWASAN TELUK BALIKPAPANBERDASARKAN ISU 51LAMPIRAN 67

DAFTAR ISI

Page 41: Teluk Balikpapan

Hal

Tabel 1. Konsentrasi sedimen melayang di empat patusan (muara) sungai 13

Hal

Lampiran 1. Profil Kawasan Teluk Balikpapan 67Lampiran 2. Matriks Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman (KeKePAn) Pengelolaan Terpadu

Kawasan Teluk Balikpapan 88Lampiran 3. Proses Penyusunan Rencana Strategis Pengelolaan Terpadu Kawasan Teluk Balikpapan 89Lampiran 4. Kegiatan-kegiatan dalam rangka penyusunan rencana strategis pengelolaan terpadu

kawasan Teluk Balikpapan 90Lampiran 5. Siklus Tahapan Pengelolaan Pesisir Terpadu 119Lampiran 6. Renstra Pengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain 120

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Peta Lingkup Daerah Perencanaan Kawasan Teluk Balikpapan 5Gambar 2. Diagram Posisi Renstra Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan dalam Perencanaan

Pembangunan Kawasan Teluk Balikpapan 10Gambar 3. Peta Sebaran Mangrove di Teluk Balikpapan 16Gambar 4. Peta Suplai Air di Teluk Balikpapan 23Gambar 5. Usulan penataan ruang perairan Teluk Balikpapan untuk fungsi lindung mangrove, pesut,

dan duyung 29Gambar 6. Struktur organisasi pengelolaan terpadu Teluk Balikpapan 39Gambar 7. Siklus perencanaan progam, kegiatan, dan pendanaan pengelolaan teluk 41

DAFTAR LAMPIRAN

Page 42: Teluk Balikpapan

BAB I

A. Latar Belakang

Teluk Balikpapan termasuk salah satu teluk yang ramaidilayari dan dimanfaatkan seperti Teluk Jakarta danTeluk Banten. Hal ini disebabkan karena posisinyayang strategis di Kalimantan Timur dan Selat Makassar.Sebagaimana telah diketahui, Selat Makassarmerupakan salah satu jalur pelayaran yang pentingbaik secara nasional maupun internasional. Olehkarena itu, Teluk Balikpapan dijadikan pintu gerbangmobilitas orang dan barang dari dan ke Kalimantan

Timur. Teluk ini juga merupakan penghubung antarakota-kota di dalam dan luar Kalimantan Timur.Beberapa kegiatan pembangunan juga berkembangpesat di teluk, seperti industri, pertambangan,perkebunan, perikanan, pertanian dan kehutanan.Untuk menunjang aktivitas-aktivitas tersebut, berbagaisarana dan prasarana pendukung dibangun di TelukBalikpapan dan Daerah Aliran Sungainya (DAS).Kesibukan di Teluk Balikpapan juga dipengaruhi olehintensifnya kegiatan penduduk dan perkembanganpemukiman yang pesat di sekitarnya.

PENDAHULUAN

Panorama Teluk Balikpapan

Page 43: Teluk Balikpapan

Di samping berbagai aktivitas tersebut, kawasan inijuga merupakan habitat satwa langka seperti bekantan(Nasalis larvatus) yang mendiami hutan mangrove sertapesut (Orcaella brevirostris) dan duyung (Dugongdugon) yang terdapat di perairan teluk.

Ironisnya berbagai kegiatan pembangunan yangdilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupunmasyarakat yang selama ini kurang dilandasi dengankebijakan yang berwawasan lingkungan telahmenyebabkan pencemaran, kerusakan lingkungan fisikdan tekanan pada ekosistem teluk yang berfungsi sebagaisistem penyangga kehidupan ( life support system).Permasalahan-permasalahan tersebut di antaranyaadalah terjadinya peningkatan kekeruhan, pencemaranair, dan degradasi mangrove di beberapa tempat di telukyang dapat mengancam kehidupan manusia dankelestarian satwa. Selain itu kebijakan yang kurangkonsisten dalam pengambil keputusan, lemahnyakoordinasi lintas sektoral serta kurangnya sikapketerbukaan semua pihak, telah menyebabkan terjadinyatumpang tindih pemanfaatan ruang yang sama.

Rencana menjadikan Teluk Balikpapan sebagai jalurpelayaran berskala internasional lengkap dengansarana dan prasarananya bisa dijadikan contohperlunya upaya koordinasi. Salah satu syarat mutlakpelabuhan seperti itu adalah perairan dengankedalaman lebih dari 10 meter serta dapat diandalkandalam jangka waktu yang lama. Namun apabila terjadisedimentasi dari daerah hulu yang tidak pernahdipantau dan diatasi, rencana membangun pelabuhan

berskala internasional tersebut akan mengalamikesulitan.

Ilustrasi di atas mengindikasikan bahwa dalampelaksanaan pembangunan dituntut adanya kemitraanyang ino vatif , b erimban g, tran sparan, p erluketerpaduan pengetahuan yang bersifat teoritis danpeng elolaan yang bersifa t prakt is gunamempertahankan lingkungan teluk yang sehat dandinamis dalam satu konsep Pengelolaan PesisirTerpadu (Integrated Coastal Management) denganpendekatan ekosistem DAS teluk yang selanjutnyadisebut dengan Pengelolaan Terpadu Teluk (PTT).

Pendekatan perencanaan berdasarkan ekosistem DASdiyakini akan lebih baik dibandingkan dengan

Salah satu contoh kawasan yang mempunyai potensi terjadinya pencemaran air

Pengelolaan Pesisir Terpadu adalahsebuah proses dinamis dan

berkelanjutan yang menyatukanpemerintah dan masyarakat, ilmu

pengetahuan dan pengelolaan, sertakepentingan sektoral dan masyarakat

umum dalam menyiapkan danmelaksanakan suatu rencana terpadu

untuk perlindungan danpengembangan sumberdaya dan

ekosistem pesisir (GESAMP, 1996)

Page 44: Teluk Balikpapan

pendekatan berdasarkan administratif pemerintahanatau yuridis dan politis. Untuk itu pendekatan PTT yangberbasiskan ekosistem DAS merupakan pilihan terbaikyang mengintegrasikan kepentingan semua pihak dalammengantisipasi kebijakan yang sektoral dan antarwilayah administratif. Pendekatan ini memerlukan kerjasama yang terkoordinasi baik dan bersifat transparandalam mencapai tujuan bersama oleh karena TelukBalikpapan terletak diantara Kota Balikpapan,Kabupaten Pasir (saat ini Kabupaten Pasir telahdimekarkan menjadi Kabupaten Pasir dan PenajamPaser Utara), dan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Pengelolaan Teluk Terpadu dijabarkan dalam suatuRencana Strategis (Renstra) Pengelolaan yangmengintegrasikan pengelolaan kawasan daratan (DASteluk) dengan pesisir dan laut teluk. Renstra tersebutmutlak harus mengoptimalkan peran aktif semua pihakyang terlibat baik di tingkat Provinsi, Kota danKabupaten. Selain itu pada saat menyusun Renstraperlu melihat isu atau masalah lokal yang ada. Salahsatu usaha memahami isu-isu lokal antara lain melaluipembentukan Kelompok Kerja (Working Group)bersama. Kelompok kerja bersama ini diharapkan akansemakin melibatkan berbagai instansi pemerintahterkait dari wilayah Kota, Kabupaten dan Propinsi, LSMserta masyarakat. Renstra ini juga disusun sebagai salahsatu respons terhadap adanya kebijakan otonomidaerah. Dengan demikian kebijakan dan pembaruanperaturan perundangan yang berkaitan denganwilayah Teluk Balikpapan harus mendukung tujuanyang tercermin dalam visi Teluk Balikpapan, selarasdengan tujuan Renstra, dan sesuai dengan manfaatnya.

Renstra ini masih bersifat makro karena mencakup ar-eal pengelolaan yang luas, meliputi sekitar 54 sub DASdengan kawasan hulu, aliran sungai, pesisir dan lautyang sangat bervariasi antar sub DAS. Untuk melakukanpengelolaan terpadu teluk yang lebih efektif dan efisiendiperlukan rencana aksi (action plan) berdasarkandaerah hulu, aliran sungai, pesisir dan laut pada satuatau beberapa sub DAS sesuai dengan prioritaskepentingannya (dapat dilihat pada peta Sub DAS)

Renstra ini disusun dan dikembangkan secara lebihspesifik dengan menitikberatkan pada aspek konservasiatas dasar pendekatan ekosistem DAS teluk. Hal laindari Renstra ini memuat usulan langkah-langkahpengelolaan yang diperlukan dan kelembagaanpengelolaan yang tidak termuat di dalam pedomanumum perencanaan pengelolaan pesisir terpadumenurut Keputusan Menteri (Kepmen) Kelautan danPerikanan RI No. 10 Tahun 2002 tentang PedomanUmum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan Rencana Strategis Pengelolaan Terpadu TelukBalikpapan adalah untuk pelestarian pemanfaatan danperlindungan sumberdaya teluk secara berkelanjutanmelalui kebijakan pengelolaan secara terpadu.

Manfaat Rencana Strategi Pengelolaan Terpadu Telukadalah sebagai pedoman, arahan dan metode bagi parapemangku kepentingan untuk merencanakan,melaksanakan dan mengendalikan berbagai kegiatanpelesta rian pema nfa ata n dan pe rlindun gansumberdaya teluk sesuai dengan daya dukunglingkungannya.

C. Kondisi Umum KawasanTeluk Balikpapan

Profil Teluk Balikpapan beserta DAS-nya (Lampiran 1)memberikan gambaran mengenai keadaan biofisik,sosial-budaya, dan ekonomi wilayah Teluk Balikpapan.Informasi yang disajikan dalam profil ini diperolehmelalui berbagai studi dan telaah/kajian data yang ada.Namun demikian tidak seluruh data yang dikumpulkanselama proses perencanaan dimuat dalam profil.Selanjutnya untuk mengetahui keseluruhan data daninformasi tersebut dapat dil ihat pada laporan-laporanstudi dan kajian maupun dalam format Sistem

Kondisi Teluk BalikpapanTeluk dan DAS-nya seluas 211.456 Haterdiri dari perairan seluas 15.994 Ha

dan daratan seluas 195.462 HaTerdapat 54 Sub DAS dan 31 buah

pulau-pulau keci lSatwa yang unik di Teluk Balikpapan:Beruang Madu, Elang Hitam, Pesut,

Duyung dan BekantanTerdapat dua tipe ekosistem padang

lamun: intertidal dan subtidal (habitatmakan bagi duyung) dan komunitaskarang di sekitar Teluk BalikpapanNilai Ekonomi Sumberdaya Teluk

Balikpapan = US$ 556.100.000

Penduduk berjumlah 225.523 jiwa(1999) dan multi-etnis (sekitar 17 etnis)

termasuk suku asli Paser

Page 45: Teluk Balikpapan

Informasi Geografis (SIG). Sebagian data yang disusunke dalam format SIG telah dipergunakan oleh berbagaiinstansi pemerintah dan pemangku kepentinganlainnya yang terkait dengan perencanaan danpengelolaan Teluk Balikpapan.

D. KeKePAn PengelolaanTerpadu Teluk Balikpapan

Secara lengkap KeKePAn (Kekuatan KelemahanPeluang Ancaman) Teluk Balikpapan dapat dilihatpada Lampiran 2.

Beberap a gambaran kekuatan dalam rangkapengelolaan Teluk Balikpapan dapat dijelaskan sebagaiberikut. Agenda 21 Konferensi Rio 1992 yangditandatangani oleh pemerintah-pemerintah di duniasepakat untuk mengembangkan rencana pengelolaankawasan pesisir secara terpadu paling lambat tahun2000 (Pernetta, 1994). Pada tingkat nasional telahditerbitkan Keputusan Menteri Kelautan dan PerikananRI No. 10 Tahun 2002. Renstra teluk ini telah berusahauntuk memenuhi keinginan Konferensi Rio maupunKepmen tersebut.

Adanya dukungan dan keinginan dari DPRD danPemkot Balikpapan, DPRD dan Pemkab Pasir/PenajamPaser Utara, kalangan masyarakat dan pemangkukepent ingan lainnya d alam me ngup ayakanpengelolaan Teluk Balikpapan secara terpadumerupakan kekuatan utama dalam mewujudkan visiRenstra teluk. Selain itu, kawasan ini memiliki potensisumberdaya alam yang besar dan beragam, dantersedianya sumber daya manusia yang cukupmerupakan kekuatan yang vital untuk menopangpembangunan yang berkelanjutan; posisi geografisyang strategis terutama sebagai pusat pengembanganekonomi dan industri; lebih dari itu, visi dan misiKabupaten Pasir dan komitmen Walikota Balikpapandan Bupati Pasir/Penajam Paser Utara yang menunjangupaya pelestarian lingkungan Teluk Balikpapan.

Namun dalam rangka meningkatkan upaya-upayapengelolaan kawasan Teluk Balikpapan terdapatbeberapa kelemahan seperti lemahnya koordinasi dankurangnya kerjasama antar dinas instansi terkait danpara pihak lainnya dalam pengelolaan teluk. Juga,masih kuatnya keinginan sektoral dan kurangketerbukaan dalam pengelolaan sumber daya pesisirdan laut teluk. Masih lemahnya perangkat peraturanperundang-undangan di daerah yang selama ini lebihbanyak tergantung pada peraturan-peraturan dari

pusat, serta belum ada lembaga yang khususbertanggun g jawab dalam pengelolaan teluk.Kelemahan lainnya adalah upaya memberdayakan,melibatkan dan mensejahterakan masyarakat pesisirdan teluk masih terbatas dan relatif rendah ditambahdengan minimnya pemahaman dan kepedulianmasyarakat terhadap fungsi dan peranan penting dariTeluk Balikpapan. Di samping itu tingkat dan kualitaspendidikan masyarakat yang mendiami lingkunganteluk masih rendah.

Berba gai peluan g yang hingg a saat ini bisaditemukenali dalam kerangka suksesnya pengelolaanTeluk Balikpapan adalah letaknya yang strategis dankondisi perairan Teluk Balikpapan yang cukup dalam,berpotensi dikembangkan sebagai suatu pelabuhanyang berskala internasional. Beragamnya jenissumberdaya di bidang industri, pelayanan dan jasa.Beragam jenis-jenis hayati serta yang langka danmenarik (seperti bekantan, lumba-lumba, pesut atauduyung) dengan bentang alam yang spesifik jugaberpotensi sebagai obyek wisata pesisir dan penelitianilmiah. Demikian juga beragam jenis sumber dayaalam mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagaisumber pendapatan asli daerah maupun bagipemasukan devisa negara.

Namun demikian, sejumlah ancaman penting perlumemperoleh perhatian yang serius, di antaranyaadalah terjadi degradasi lingkungan fisik akibat antaralain penebangan hutan mangrove secara ilegal danpembukaan lahan mangrove untuk pertambakan dankepentingan lainnya. Adanya penurunan produksiperikanan yang diperkirakan karena penangkapanyang berlebihan maupun kecenderungan adanyapencemaran perairan. Adanya potensi pencemaranlimbah bahan beracun berbahaya dari industri, limbahdomestik, dan proses pendangkalan mengakibatkankerusakan lingkungan perairan dan hilangnyabeberapa jenis biota air. Adanya pembukaan wilayahyang tidak proporsional dengan ketersediaan lahannya(lahan darat terbatas) menyebabkan kerusakanlingkungan fisik dan tekanan pada sumber daya di

Peningkatan pengelolaan terpadu TelukBalikpapan yang berkelanjutanmengupayakan peningkatan

pemanfaatan dan perlindunganberdasarkan kekuatan dan peluang yang

ada semaksimal mungkin danmengurangi berbagai kelemahan dan

ancaman.

Page 46: Teluk Balikpapan

Gambar 1. Peta Lingkup Daerah Perencanaan Kawasan Teluk Balikpapan

wilayah pesisir; Terbatasnya ketersediaan sarana airbersih terutama untuk permukiman penduduk di teluk.

E. Lingkup Daerah Perencanaandan Kerangka Waktu

Daerah perencanaan pengelolaan terpadu teluk yangdimaksud dalam renstra ini adalah daerah hulu DASTeluk Balikpapan, sungai dan anak sungai, pesisir danperairan teluk seluas 211.456 hektare (Gambar 1).Secara administratif mencakup Kabupaten PenajamPaser Utara, Kota Balikpapan dan Kutai Kartanegara.

Kawasan Teluk Balikpapan telah disepakati sebagaikawasan perencanaan pengelolaan. Melalui RenstraTeluk Balikpapan yang direncanakan untuk jangkawaktu 20 tahun ke depan diharapkan kondisi Teluk

Balikpapan menjadi pulih dan semakin sehat bagikegiatanpemanfaatan dan perlindungan

Renstra ini bersifat terbuka dan perlu untuk ditinjaukembali secara periodik dan diperbaharui sesuaidengan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu,melalui pendekatan yang berulang (iteratif).

F. Struktur Dokumen

Dokumen Renstra Teluk Balikpapan terdiri dari limabab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan mengulas alasan mengapa Renstrapenting untuk dibuat, siapa yang terlibat dan jugatentang rentang waktu Renstra tersebut; kondisi umumteluk dilengkapi dengan peta DAS teluk; KeKePAn

Page 47: Teluk Balikpapan

pengelolaan Teluk Balikpapan; pengertian PPT danketerlibatan para pemangku kepentingan; lingkupdaerah perencanaan dan kerangka waktu; strukturdokumen.

Bab II Proses Penyusunan Renstra berisi uraian tentangpemilihan Teluk Balikpapan sebagai lokasi rencanapengelolaan wilayah pesisir terpadu di KalimantanTimur; isu-isu pengelolaan, proses penyusunandokumen Renstra, dan tindak lanjut untuk pelaksanaanRenstra.

Bab III Rencana Strategi Pengelolaan menguraikanvisi, misi serta isu-isu pengelolaan yang meliputi latarbelakang, sasaran, tujuan, strategi dan tindakan. Tujuandirumuskan secara spesifik. Strategi menjelaskanbagaimana cara mencapai tujuan. Tindakan adalahlangkah yang perlu diambiluntuk mencapai tujuan.

Bab IV Kelembagaan Pengelolaan Teluk memuaturaian tentang koordinasi dan kelembagaan. Selain itudiberikan gambaran mengenai pranata sosial dankelembagaan yang berkaitan dengan pengelolaanteluk, organisasi pengelolaan teluk, dan perencanaanserta pelaksanaan tahunan disertai dengan siklusanggaran. Kelembagaan yang diusulkan tidak bersifatmengikat dan hanya merupakan suatu pilihan, pihakpengguna dapat mengambil pilihan yang paling pasdari serangkaian alternatif sesuai dengan kebutuhan,prioritas dan kondisi lokal.

Bab V Pemantauan dan Evaluasi memuat tentang latarbelakang tentang pemantauan dan evaluasi yangmerupakan proses-proses penting untuk mengukurkesuksesan, mengetahui penyimpangan, efisiensi, danefektivitas penerapan strategi dari rencana pengelolaanteluk.

Page 48: Teluk Balikpapan

A. Yuridis Historis

Penyusunan Rencana Strategis Pengelolaan TerpaduTeluk Balikpapan ini diawali dari pertemuan konsultasidengan jajaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Timurpada awal tahun 1998. Pertemuan ini menghasilkanrekomendasi tentang perlunya pengembangankebijakan-kebijakan dalam pengelolaan wilayahpesisir yang sifatnya melanjutkan pengembangan danimplementasi Rencana Strategis Pengelolaan Pesisirdan Laut Kalimantan Timur tahun 1998.

Pemilihan Teluk Balikpap an seba gai lokasipengelolaan wilayah pesisir didasarkan padapertimbangan sebagai berikut :1. Sesuai dengan diskusi antara para pemangku

kepentingan tingkat Provinsi Kalimantan Timur yangmenggunakan kriteria :• Kawasan terpil ih memiliki aktivitas industri yang

tinggi.• Memiliki tekanan lingkungan yang besar.• Memiliki kemudahan aksesibilitas.• Permasalahan yang ada dapat dikelola.

2. Kawasan teluk yang dipilih merupakan daerahperencanaan pengelolaan yang spesifik atas dasarpendekatan ekosistem teluk beserta DAS-nya.

3. Kawasan terpilih diharapkan mampu menarikkonstituen (dalam arti mendapat dukungan dari parapemangku kepentingan) dan untuk meningkatkan

kemampuan merencanakan dan implementasipengelolaan terpadu.

Di samping itu, berkenaan dengan isu-isu pengelolaanyang telah mengemuka pada saat itu di sekitar TelukBalikpapan, maka direkomendasikan adanya suaturencana pengelolaan Teluk Balikpapan secara terpadu,yang aktivitasnya didukung oleh para pemangkukepentingan.

BAB I IPROSES PENYUSUNAN RENSTRA

Pertemuan koordinasi para pemangku kepentingan

Page 49: Teluk Balikpapan

B. ProsesPenyusunan

Sepe rti telah dikemu kakansebelumnya, proses penyusunanRenstra Teluk Balikpapanmengg unakan pend ekatanpartisipatif berbasis ekosistem DASteluk dengan melibatkan parapemangku kepentingan, sepertipemerintah kota/kab upaten/provinsi, swasta, universitas, LSMdan perwakilan masyarakat yangterkait dengan pengelolaan teluk.Pendekatan ini digunakan karenaRenstra yang disusun padadasarnya menyangkut kepentinganmasyarakat sehinggakeberhasilannya juga sangattergantung pada peran serta masyarakat. Sosialisasiawal telah dilakukan dalam rangka menyamakanpersepsi mengenai pengelolaan terpadu denganpendekatan-pendekatan yang dikemukakan di atas.

Kegiatan penyusunan dokumen Renstra dimulai dariidentifikasi serta analisis isu dan permasalahan yangterkait dengan pengelolaan sumberdaya pesisir danlaut Teluk Balikpapan.Kegiatan ini dilakukan bersamaperwakilan para pemangku kepentingan melaluisurvei-survei lapangan, konsultasi/wawancara, curahpendapat dan diskusi teknis. Curah pendapat dibeberapa desa dilakukan dengan mengundangperwakilan dari desa-desa lain. Diskusi teknisdilakukan dengan instansi pemerintah terkait, univer-sitas dan LSM. Dari proses ini pada tahap awaldiidentifikasi lebih dari 100 isu. Kemudian melaluidiskusi dan konsultasi pada lokakarya I Januari 1999diperoleh 52 isu/masalah yang berkaitan denganpengelolaan Teluk Balikpapan. Selanjutnya dilakukanverifikasi, klarifikasi dan kontribusi isu oleh parapemangku kepentingan, dan dari lokakarya berikutnyaOktob er 19 99 d irumuskan 8 (dela pan)penanggulangan erosi dan sedimentasi, pengelolaanhutan mangrove, penanganan pencemaran air,persediaan air bersih, pengembangan wisata pesisir,perencanaan tata ruang dan tata guna lahan,pendidikan dan keterlibatan masyarakat sertapengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW).Demikian pula isu kelembagaan muncul dalam rangkakoordinasi pengelolaan Teluk Balikpapan.

Tahapan selanjutnya adalah penyusunan draftdokumen Renstra melalui beberapa lokakarya dan

pertemuan tim-tim kecil seperti KTF (Kabupaten/KotaTask Force) bersama para pemangku kepentingan. Daritahapan ini dirumuskan visi dan misi Rencana StrategisPengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan. Selain itu jugadirumuskan sasaran, tujuan, strategi dan usulanlangkah-langkah yang diperlukan untuk pengelolaandari setiap isu. Setelah draft Renstra terbentukkemudian dilanjutkan kegiatan konsultasi dengan parapemangku kepentingan, lokakarya dan beberapapertemuan khusus dalam rangka penyempurnaannya,tersusun draft akhir Renstra pada Juli 2002. Bagan alirdan proses penyusunan Rencana Strategis PengelolaanTerpadu Teluk Balikpapan dapat dilihat pada Lampiran3 dan Lampiran 4.

Selama proses penyusunan Renstra berlangsung,dilaksanakan beberapa kegiatan untuk mendukungpelaksanaan rencana pengelolaan. Pertama adalahpembentukan pusat informasi di tiga kelurahan yaitu

Presentasi hasil Kelompok Kerja Pengelolaan Mangrove dan Erosi & Sedimentasi

Pembentukan kepengurusan Forum STB dalam RapatUmum Anggota

Page 50: Teluk Balikpapan

Kariangau, Kampung Baru (Tanjung Jumelai) danMentawir. Kedua adalah melakukan kegiatan dibeberapa desa, antara lain pengadaan fasilitas airbersih dan penanaman mangrove. Ketiga adalahpembentukan Forum Sahabat Teluk Balikpapan (STB)dengan tujuan untuk meningkatkan kepedulianmasyarakat umum terhadap kelestarian TelukBalikpapan. Keempat adalah pemasangan papan namasungai di sebagian besar sungai-sungai yang bermuaradi Teluk Balikpapan. Kelima adalah memfasilitasikegiatan-kegiatan gugus tugas/task force. Keenamadalah pembentukan kelompok-kelompok kerja(working group) berdasarkan isu yang pada tahap awaldimulai dengan Kelompok Kerja Pengelolaan Man-grove, Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasi, danKelompok Kerja Kebijakan. Keanggotaan masing-masing kelompok ini terdiri dari perwakilan berbagaiinstansi terkait dari Provinsi Kalimantan Timur, Kota

Balikpapan dan Kabupaten Pasir serta perwakilan LSMdan Universitas Mulawarman. Tujuannya untukmeningkatkan kerjasama dan keterpaduan di antaraberbagai instansi bersama dengan LSM dan masyarakatuntuk menyusun perencanaan dan pelaksanaankegiatan. Tujuan lain yaitu, untuk mendorongterbentuknya persepsi yang sama dalam pengelolaanterpadu dan meningkatkan kemampuan sertaketrampilan dalam pengelolaan terpadu.

C. Tindak Lanjut PelaksanaanRenstra

Dalam sistem perencanaan pembangunan kawasanTeluk Balikpapan, penyusunan dokumen Renstra

Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan mengacukepada Renstra Pengelolaan Pesisir dan Laut ProvinsiKalimantan Timur. Untuk mendukung pelaksanaanRenstra ini selanjutnya perlu disusun RencanaPemintakatan Kawasan Teluk Balikpapan secaraterpadu dan Rencana Tata Ruang Pesisir KotaBalikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara yangmengacu kepada rencana pemintakatan tersebut.Untuk dapat melaksanakan langkah-langkah tindakanyang tercantum dalam Renstra Pengelolaan TerpaduTeluk Balikpapan, selanjutnya perlu disusun rencanapengelolaan (management plan) dan rencana kerja(action plan) tahunan. Posisi Renstra PengelolaanTerpadu Teluk Balikpapan dalam perencanaanpembangunan pesisir di Kawasan Teluk Balikpapandapat dilihat pada Gambar 2.

Dokumen Renstra Pengelolaan Terpadu TelukBalikpapan merupakan tahap kedua darisiklus tahapan pengelolaan pesisir terpadu.Dokumen ini pada hakekatnya merupakandokumen dasar yang berfungsi sebagaipedoman dan arahan dalam pengelolaanterpadu Teluk Balikpapan secara terpadu.Untuk dapat mengkoordinasika n danmelaksanakan berbagai arahan kegiatanyang direkomendasikan dalam Renstra inidiperlukan upaya-upaya lanjutan dalambentuk struktur kelembagaan dan sistempendanaan.Berdasarkan kesepakatan internasional(Pemda Provinsi Lampung, 2000) prosespengelolaan sumberdaya wilayah pesisirmengikuti suatu siklus pembangunan ataukebijakan. Siklus tersebut terdiri dari 5hingga 6 langkah sebagai berikut :

1. Identifikasi isu-isu pengelolaan sumberdaya wilayahpesisir.

2. Persiapan atau perencanaan program.3. Adopsi program dan pendanaan.4. Pelaksana program.5. Pemantauan dan Evaluasi.

Contoh siklus dengan enam tahap untuk pengelolaanpesisir terpadu menurut Kepmen No 10 Tahun 2002dapat dilihat pada Lampiran 5.

Dalam menerapkan konsep pengelolaan wilayahpesisir terpadu dibutuhkan waktu beberapa tahun,bahkan hanya untuk kawasan tertentu. Hal ini telahterbukti berdasarkan pengalaman dari negara-negaratetangga yaitu Sri Lanka, Thailand dan Filipina (PemdaProvinsi Lampung, 2000). Belajar dari pengalamannegara-negara tersebut, diharapkan diperoleh

Kegiatan pengumpulan isu jender yang dilakukan diKelurahan Kariangan, Kota Balikpapan

Page 51: Teluk Balikpapan

pencapaian waktu yang efektif bagi pengelolaan TelukBalikpapan untuk menyelesaikan satu siklus kebijakanpengelolaan wilayah pesisir terpadu. Pengalaman jugamenunjukkan program akan menjadi lebih matang dandidukung para pemangku kepentingan apabila telahberhasil melewati satu siklus. Biasanya, satu sikluskebijakan disebut satu generasi program.

Penyusunan dokumen ren cana aksi tahun anmerupakan langkah akhir yang perlu dilakukansebelum b erbag ai kegia tan dilaksanakan dilapangan.Dalam pelaksanaannya, kegiatan-kegiatantersebut dapat dilakukan oleh lembaga-lembagapemerintah, perguruan tinggi, masyarakat desa, LSMmaupun swasta. Adapun pendanaannya dapatdiperoleh melalui APBD/APBN, swasta, donaturmaupun swadaya masyarakat.

Keberadaa n kelembagaan pengelolaan TelukBalikpapan sangat diperlukan, karena didasarkan padapendekatan (ekosistem) DAS Teluk Balikpapan. Halini juga penting karena fungsi kelembagaan ini adalahuntuk memberi arahan kebijakan, serta mengatur danmengawasi pelaksanaan rencana pengelolaan teluksecara terpadu, serta melakukan koordinasi antara parapemangku kepentingan yang berada pada lebih darisatu wilayah administratif tersebut. Sistem pengelolaanpend anaa n pent ing untuk dimasukkan dandialokasikan dalam perencanaan anggaran terutamaguna menjalankan lembaga pengelola teluk apabilatelah terbentuk bersama dengan program-programnya.Tanpa adanya sistem pendanaan yang jelas, maka tidakada sistem yang dapat mendorong atau menjalankanprogram-program yang sudah dirancang.

Repetada ProvinsiKalimantan Timur

Propeda ProvinsiKalimantan Timur

Propeda KotaBalikpapan/

Kabupaten Pasir/PPU

Repetada KotaBalikpapan/Kabu-paten Pasir/PPU

Rencana Tata Ruang,Pesisir dan Laut

Kalimantan Timur

Renstra PengelolaanPesisir dan Laut

Kalimantan Timur

RenstraPengelolaan

Terpadu TelukBalikpapan

RencanaPemintakan

Teluk Balikpapan

Rencana KerjaTahunan

Pengelolaan TerpaduTeluk Balikpapan

Acuan

Masukan

Gambar 2. Diagram Posisi Renstra Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan dalam PerencanaanPembangunan Kawasan Teluk Balikpapan

Page 52: Teluk Balikpapan

BAB I I IRENSTRA PENGELOLAAN TERPADU

A. Visi dan Misi

Visi atau pandangan masa depan yang ingin dicapaidari pengelolaan terpadu Teluk Balikpapan dijabarkanberdasarkan masukan dari konsultasi publik denganpara pemangku berkepentingan (stakeholders ). Melaluivisi ini diharapkan dapat diwujudkan pemanfaatansumberdaya Teluk Balikpapan secara berkesinam-bungan dengan tetap memperhatikan tidak hanyapengembangan kegiatan yang bersifat strategis, tapijuga yang menyangkut kepentingan masyarakat sekitarTeluk Balikpapan. Upaya untuk mewujudkan visi iniselanjutnya dinyatakan dalam misi pengelolaanterpadu Teluk Balikpapan. Melalui misi ini diharapkandapat diwujudkan pengelolaan terpadu TelukBalikpapan melalui proses strategis dan terkoordinasiantar pemangku kepentingan.

Perwujudan visi tersebut dengan dukungan semuapihak yang berkepentingan dalam Renstra pengelolaanterpadu Teluk Balikpapan sangat penting untukmewujudkan masa depan yang lebih baik untuk TelukBalikpapa n. Vis i tersebut diharap kan dapa tdirealisasikan bersama-sama melalui pencapaiansejumlah tujuan strategis:1. Melindungi dan menjamin kesehatan lingkungan

teluk beserta DAS-nya dari kegiatan yang bersifatmerusak.

2. Memperbaiki kualitas lingkungan teluk dan DAS-nya yang rusak.

3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

VisiTerwujudnya pengelolaan

sumberdaya Teluk Balikpapan secaraterpadu dan berkelanjutan bagisebesar-besarnya kesejahteraan

masyarakat, dengan tetapmempertahankan kelestarian fungsi

sumberdaya alam danlingkungannya.

MisiMenyediakan pedoman sebagai

arahan proses strategis yangterkoordinasi dan terpadu bagipemerintah, masyarakat, dan

berbagai pemangku kepentingandalam merencanakan,

mengimplementasikan, memantaudan mengevaluasi pengelolaan

terpadu sumberdaya TelukBalikpapan selama kurun waktu

tertentu

Page 53: Teluk Balikpapan

B. Strategi Pengelolaan Terpadu

Strategi pengelolaan ini disusun atas dasar isu untukmengantisipasi isu yang sedang berlangsung dandiharapkan masih relevan untuk diterapkan sesuaidengan perkembangan teluk di masa yang akandatang. Isu-isu tersebut adalah penanggulangan erosidan sedimentasi, pengelolaan hutan mangrove,

penang anan pe ncemaran air, persediaan airbersih,pengembangan wisata pesisir, penataan ruangdan penggunaan lahan, pendidikan dan keterlibatanmasyarakat serta pengelolaan Hutan Lindung SungaiWain (HLSW). Pada setiap isu diberikan uraian latarbelakang, sasaran dan tujuan yang akan dicapai,strategi yang diterapkan, dan langkah upaya yangdiperlukan.

Latar Belakang

Penerapan tata guna lahan dan praktek pengelolaanDAS yang tidak benar dan tidak berwawasanlingkungan dapat menimbulkan erosi dan sedimentasi.Erosi dapat mempengaruhi produktivitas lahan yangbiasanya mendominasi DAS bagian hulu dan dapatmemberikan dampak negatif berupa endapan/sedimenpada DAS bagian hilir (sekitar muara sungai).

Erosi dan sedimentasi juga terjadi di kawasan TelukBalikpapan, salah satu akibatnya berupa pendangkalandi pesis ir dan perairan teluk. Pe ndang kalanmengganggu aktivitas ekonomi dan lingkungan hidupsekitarnya, seperti yang terjadi di beberapa muara subDAS Teluk Balikpapan.

Proses terjadinya erosi dan sedimentasi sangatkompleks karena tidak hanya mencakup hal-hal yangbersifat alami tetapi juga terkait dengan beberapakegiatan manusia. Namun permasalahan erosi dansedimentasi dapat dipahami dan bisa dicegah ataudikurangi dengan tindakan yang relatif sederhana.

Secara visual seseorang dapat dengan mudahmengenal akibat-akibat yang ditimbulkan erosi dansedimentasi. Menipisnya pe rmukaan ta nah ,munculnya selokan atau parit-parit, perubahanvegetasi, terjadinya kekeruhan dan sedimentasi padasungai, danau, kawasan penampungan air maupunmuara sungai di tepian laut. Beberapa sungai yangbermuara di Teluk Balikpapan kondisi air sungainyasangat keruh dengan tingkat sedimentasinya yangsemakin tinggi (Hop ley, 199 9). Se lanjutnyadikemukakan 5 (lima) faktor utama yang berpengaruhterhadap masalah erosi di kawasan Teluk Balikpapan:1. Hilangnya vegetasi akibat penebangan hutan

(termasuk mangrove), persiapan lahan untuk

I. PENANGGULANGAN EROSI DAN SEDIMENTASI

pertanian, perkebunan, pertambakan, permukimandan kebakaran hutan.

2. Lereng yang curam dan puncak yang sempit,terutama di bagian barat teluk, bersifat sangat pekaterhadap erosi.

3. Kondisi tanah DAS teluk yang buruk akibat prosespencucian yang melemahkan ikatan strukturnya.Apabila lahan ini terbuka (karena pembukaan dankebakaran hutan), maka dapat tererosi menjadisedimen berbutiran halus. Sedangkan lapisan dibawahnya peka erosi terutama bila jenuh terisi airhujan. Di bagian selatan teluk, jenis tanahnyaacrosols bersifat rentan erosi dan mudah longsor.Di bagian utara tanah arenosols mudah tercuci danrentan erosi permukaan.

4. Curah hujan yang tinggi. Total curah hujan tahunanmencapai 3.000 milimeter (minimum 1.180milimeter pada bulan Oktober). Limpasan air (runoff) rata-rata pada permukaan tanah bisa mencapai55% (melebihi rataan normal sebesar 30%).Pembabatan atau pembersihan vegetasi akanmeningkatkan limpasan air dan berpotensimeningkatkan erosi.

5. Pembangunan infrastruktur, terutama jalan danbangunan dapat meningkatkan limpasan air dankonsentrasinya dalam masa yang singkat.

Sebagai i lustrasi, penelitian Hardwinarto (2000)menunjukkan terjadi peningkatan total sedimen diWaduk Wain tahun 1998 sebesar kurang lebih 8.926ton per tahun berasal dari erosi pada sub DAS Wainyang diperkirakan sebesar kurang lebih 68.669 ton.Peningkatan erosi dan sedimentasi diduga kuat karenameluasnya lahan terbuka akibat perambahan hutandan kebakaran hutan tahun 1997/1998. Selain itukondisi biogeofisik DAS Wain, curah hujan yang relatiftinggi sepanjang tahunnya, dan sifat tanahnya yangrelatif peka erosi, mempercepat laju limpasan air, erosi,dan sedimentasi di Waduk Wain.

Page 54: Teluk Balikpapan

Hasil observasi Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasipada akhir 2001 sampai awal 2002 di empat sub DASutama (Sub-DAS Semoi, Riko, Sepaku dan Wain)menunjukkan keempat sub-DAS itu berisiko tinggitererosi. Hasil prediksi laju erosi tanah di keempat subDAS itu berkisar antara 0,05-52 ton/ha/tahun, dengannilai kehilangan tanah yang masih bisa ditoleransi (Tol-erable Soil Loss) sebesar 9,6 ton/ha/tahun. Sedangkanhasil pengu kuran da n perhitung an te rhada pkonsentrasi dan debit sedimen melayang padakeempat patusan (outlet) sungai utama yang mengalirdan bermuara ke Teluk Balikpapan disajikan padaTabel 1.

Selain persoalan teknis, ada persoalan lain yangberkaitan dengan aspek hukum, antara lain adalahpemanfaatan kawasan dan penggunaan lahan yangtidak sesuai dengan peraturan. Misalnya, ada tumpangtindih penggunaan dan pemanfaatan lahan yang tidaksesuai dengan prioritas peruntukannya. Selain ituperambahan lahan hutan dan bencana kebakaranhutan meningkatkan jumlah tanah yang tererosi danhasil sedimennya.

Menteri Pertanian RI tahun 1980 dan 1981 telahmengeluarkan Keputusan Menteri No 638/Kpts/Um/8/1981 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan HutanProduksi dan Kepmen No 837/Kpts/Um/8/1980tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan HutanLindun g. Kawasan hutan lindu ng ditentukanberdasarkan faktor penciri fis ik lingkungan yangberkaitan erat dengan permasalahan erosi dansedimentasi. Faktor penciri itu antara lain kemiringanlereng, jenis tanah menurut kepekaannya pada erosi,dan intensitas curah hujan harian. Penilaian dilakukanmenggunakan sistem skor. Sementara itu kenyataandi lapangan masih saja ada pemanfaatan kawasanhutan yang tidak sesuai dengan peruntukan danfungsinya.

Kemudian beberapa peraturan mengenai penataanruang telah dibuat termasuk penggunaan lahan, diantaranya Undang-undang No 24 Tahun 1992mengenai Perencanaan Tata Ruang, PeraturanPemerintah No 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Petauntuk Penataan Ruang Wilayah, dan KeputusanPresiden RI No 62 Tahun 2000 tentang KoordinasiPenataan Ruang Nasional. Namun dalam prakteknyamasih saja ada permasalahan tumpang tindihpenggunaan lahan. Tumpang tindih itu mengakibatkanbertambahnya lahan terbuka yang akan meningkatkanerosi dan degradasi lahan.

Peraturan lain mengenai izin usaha pemanfaatankawasan hutan tercantum dalam Undang-undang No41 tahun 1999 mengenai Kehutanan (Pasal 23 sampai39). Meskipun ada peraturan yang jelas, realisasinyamasih saja ada pemanfaatan hutan tanpa izin usaha.Perambahan hutan tidak hanya terjadi di kawasanhutan produksi, tetapi juga di kawasan Hutan LindungSung ai Wain dan kawasan lindung lainn ya.Perambahan hutan dengan sistem tebang habis danbakar mengakibatkan meluasnya lahan yang terbuka.Kegiatan tersebut selain mengganggu fungsi kawasanjuga menyebabkan terjadinya erosi.

Pembuatan jalan hutan terma suk salah satupenyumbang utama terjadinya erosi dan sedimentasi.Dalam kenyataannya di lapangan sering terjadipembukaan jalan hutan yang tidak sesuai denganPetunjuk Teknis Pembukaan Wilayah Hutan danPembuatan Jalan Hutan sebagaimana diatur dalamSurat Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan HutanNo 151/KPTS/IV-BPHH/1993 tentang PedomanTebang Pilih Tanam Indonesia. Berdasarkan aturantersebu t pe mbuatan ja lan hu tan harusmempertimbangkan kelerengan, membuat gorong-gorong dan saluran pembuangan/pengaliran air dikanan dan/atau kiri badan jalan, permukaan badan

Tabel 1. Konsentrasi sedimen melayang di empat patusan (muara sungai)

No. Lokasi sampling Konsentrasi Sedimen Melayang Debit Sedimen MelayangRataan Cs (mg/liter) Qs (ton/hari)

1. Patusan Sungai Semoi 312,0 (kategori jelek) 2.250,7852. Patusan Sungai Riko 273,0 (kategori jelek) 391,1233. Patusan Sungai Sepaku 103,4 (kategori sedang) 376,9064. Patusan Sungai Wain 31,6 (kategori baik)* 6,763

Sumber: Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasi (2002)* Lokasi pengukuran pada Patusan Sungai Wain di sebelah hilir dari waduk Hutan Lindung Sungai Wain

Page 55: Teluk Balikpapan

jalan harus diperkeras dengan batu. Kenyataan dilapangan banyak jalan hutan dibuat pada kelerenganyang relatif curam, tanpa gorong-gorong, tanpa saluranpembuangan air di kanan dan atau kiri badan jalan,dan badan jalan tidak diperkeras dengan batu. Kondisijalan seperti itu akan sangat mudah tererosi danmeningkatkan limpasan air permukaan.

Sudah banyak peraturan perudangan-undanganmengenai pembuatan jalan umum dan penyiapanlahan untuk permukiman, mulai dari undang-undangsampai tingkat surat keputusan menteri. Contohperaturan dan perundangan-undangan tersebut antaralain:- Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup;- Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;- Keputusan Presiden RI No. 63 Tahun 2000 tentang

Bada n Keb ijaksanaan d an Penge ndalianPembangunan Perumahan dan PemukimanNasional;

- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RINo. 4 Tahun 2000 tentang Panduan PenyusunanAMDAL Kegiatan Pembangunan PemukimanTerpadu;

- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RINo. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usahadan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi denganAMDAL;

- SK Menteri Pekerjaan Umum RI No. 58/KPTS/1995tentang Petunjuk Tata Laksana AMDAL DepartemenPekerjaan Umum).

Namun demikian, dalam prakteknya masih dijumpaiadanya beberapa penyimpangan, seperti praktekpembuatan jalan dan pe nyiapan lahan yangsebelumnya tanpa dilakukan studi AMDAL terlebihdahulu serta kurang memperhatikan pedoman ataupetunjuk teknis yang ada. Sebagai contoh, adanyakesalahan dalam proses pembuatan jalan maupunkawasan permukiman karena tidak mempertimbangkankondisi setempat, bentang lahan, topografi dan kontur.Selain itu, jalan umum sering tidak dilengkapi dengansaluran pembuangan air, tanpa pengerasan lapisanpermukaan dan tanpa mengupayakan kestabilandinding atau tebing jalan. Contoh lain adalahpembukaan lahan permukiman yang terutamadilakukan di daerah perbukitan. Penyimpangan-penyimpangan itu bisa memicu terjadinya erosi danbanjir.

Pengupasan lahan sebagai salah satu penyumbang erosi dan sedimentasi di Teluk Balikpapan

Page 56: Teluk Balikpapan

Selain peraturan pemerintah mengenai perlindunganhutan, pemerintah juga menerbitkan peraturan khususmengenai kebakaran hutan antara lain SK MenteriKehutanan RI No 195/Kpts-II/1986 tentang PetunjukPencegahan dan Penanganan Kebakaran Hutan, SKMenhut RI No 677/Kpts-II/1993 tentang Jaringan KerjaResmi Pengelolaan Kebakaran Hutan dan SK MenhutRI No 188/Kpts-II/1995 tentang Pembentukan PusatPengendalian Kebakaran Hutan Nasional. Tidak adajaminan aturan bisa mencegah kebakaran hutan,seperti kebakaran hutan yang secara periodik terjadidi Kalimantan Timur .

SasaranTerkendalinya erosi dan sedimentasi di kawasan TelukBalikpapan

Tujuan1. Menentukan tingkat kekritisan lahan, laju erosi dan

laju sedimentasi di kawasan Teluk Balikpapan.2. Menyusun dan melaksanakan rencana rehabilitasi

lahan dan konservasi tanah.3. Menegakkan hukum dan menerapkan peraturan

teknis yang berkaitan dengan pengendalian erosidan sedimentasi di kawasan Teluk Balikpapan.

Strategi 1Mengkaji tingkat kekritisan lahan, laju erosi dansedimentasi di DAS Teluk Balikpapan.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi jalan

hutan, jalan umum, dan pembukaan lahan untukpermukiman maupun kegiatan lainnya sebagaisumber erosi di DAS Teluk Balikpapan.

2. Mengidentifikasi dan menentukan lahan yangmudah terbakar pada DAS Teluk Balikpapan.

3. Mengidentifikasi dan menentukan tingkat kekritisanunit lahan dan tingkatan bahaya erosi pada DASTeluk Balikpapan.

4. Mengidentifikasi dan menentukan konsentrasisedimen dan laju sedimentasi dari patusan sungai-sungai utama yang bermuara di Teluk Balikpapan.

5. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap erosidan sedimentasi.

Strategi 2Menyusun rancangan petunjuk teknis pelaksanaankegiatan rehabiltasi lahan dan konservasi tanah di DASTeluk Balikpapan.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mempelaja ri proyek-pro yek percontohan

rehabilitasi lahan dan konservasi tanah yangberhasil.

2. Menyeleng garakan dialog dan lokakaryapenanggulangan lahan kritis, rehabilitasi lahan, dankonservasi tanah di DAS Teluk Balikpapan.

3. Melakukan upaya penanggulangan lahan kritismelalui rehabilitasi lahan dan konservasi tanah.

4.Me nyelengg arakan lokakarya penyusuna nrancangan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatanrehabiltasi lahan dan konservasi tanah di DAS TelukBalikpapan.

Strategi 3Membangun komitmen dan kesadaran para pihakdalam mengendalikan erosi dan sedimentasi.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mensosialisasikan produk hukum yang berkaitan

dengan erosi dan sedimentasi kepada pihak terkait.2. Mensosialisasikan pengelolaan yang baik untuk

pengembangan pertanian, kehutanan, pembuatanjalan hutan dan jalan umum, pembangunanpemukiman yang berwawasan lingkungan di DASTeluk Balikpapan.

3. Melembagakan dan memberdayakan fungsi kontrolpihak terkait.

4. Melakukan keg iata n pe mantapan danpembangunan kesadaran berwawasan lingkunganpara pihak terkait melalui strategi komunikasi yangefektif dan efisien.

5. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan danpelatihan rehabilitasi lahan dan konservasi tanahbagi dinas/instansi teknis terkait dan maupunmasyarakat umum.

Page 57: Teluk Balikpapan

Latar Belakang

Kawasan Teluk Balikpapan merupakansalah satu tempat tumbuh mangroveyang terbaik di Kalimantan Timur. Darihasil survei tahun 1999 diketahui luashutan mangrove di teluk ini sekitar16.918 ha dengan perincian 15.108 hadi wilayah Kabupaten Penajam PaserUtara dan 1.810 ha di wilayah KotaBalikpapan. Jenis-jenis mangrove yangada di kawasan ini cukup beragam,dari 18 marga mangrove yang tumbuhdi Kalimantan (Mc Kinnon, 1996),terdapat tujuh marga yang tumbuh diTeluk Balikpapan, yaitu Avicennia,Xylocarpus, Bruguiera , Ceriops ,Rhizophora, Sonneratia dan Nypa(Boer dan Udayana, 1999). Sebaranmangrove di Teluk Balikpapan dapatdilihat pada Gambar 3.

Ekosistem mangrove merupakanhabitat bagi beragam jenis ikan,kepiting, udang, kerang, reptil danmamalia. Detritus dari mangrovemerupakan dasar pembentukan rantaimakanan bagi banyak organismepesisir dan laut. Hutan mangrovedengan sistem perakarannya yangkokoh mampu menahan hempasanombak dan mencegah abrasi pantai, selain itu jugaberfungsi untuk perangkap sedimen dan dapatmenetralisir sebagian senyawa-senyawa yang bersifatracun.

Penduduk setempat telah lama memanfaatkan mang-rove. Mereka menggunakan kayu mangrove untukbahan bangunan, arang, dan kayu bakar. Beberapajenis mangrove tertentu dimanfaatkan sebagai obatluka akibat tersengat ikan. Selain itu pendudukmenangkap ikan, udang, kepiting dan bahan makananlainnya di kawasan mangrove.

Seperti juga mangrove di tempat lain, hutan mangrovedi Teluk Balikpapan terancam oleh bertambahnyapenduduk yang membutuhkan lahan dan sumberdayaalam. Antara tahun 1998-1999 sebanyak 929 hektaratau lima persen dari hutan mangrove di TelukBalikpapa n dikonversi untuk tamba k udang ,

2. PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE

perumahan, dan terminal pelabuhan (Boer danUdayana, 1999).

Kenaikan harga udang pada saat krisis ekonomi telahmendorong banyak orang untuk membuka tambakudang. Lahan mangrove di Sungai Riko, Sungai Wain,Sungai Somber dan Sungai Sesumpu dikonversi secarabesar-besaran. Berdasarkan observasi Kelompok KerjaMangrove Desember 2001 dan Januari 2002 di daerahSungai Sepaku ditemukan pembukaan hutan mang-rove sepanjang 4,5 kilometer menjadi tambak. Lebihironis lagi, hutan mangrove di sepanjang Sungai Som-ber dan Sungai Wain yang masuk ke dalam KelurahanKariangau, Margo Mulyo, Muara Rapak, Baru Ulu danBatu Ampar telah berubah menjadi permukiman danindustri.

Tumpahan minyak yang terjadi setiap hari atausewaktu-waktu dalam jumlah besar (termasuk lantung)

Gambar 3. Peta Sebaran Mangrove di Teluk Balikpapan

Page 58: Teluk Balikpapan

juga mengancam kelestarian hutan mangrove di TelukBalikpapan. Peristiwa ini terjadi di KelurahanKariangau pada Juli 2001 dimana tumpahan minyaksepanjang satu kilometer menempel di pohon-pohonmangrove di muara Sungai Wain dan Somber. Kejadianserupa juga pernah terjadi di Kelurahan KampungBaru, Tanjung Jumelai, Kabupaten Pasir, tahun 1998dan 2000 penduduk menemukan lapisan minyakdengan ketebalan berbeda mencemari hutan mang-rove dan tambak. Tumpahan itu dapat mematikansejumlah besar pohon mangrove dan biota air, sertamenurunkan produktivitas mangrove dan tambak.

Meskipun secara umum kondisi hutan mangrove diTeluk Balikpapan masih baik, na mun te rjadipenurunan luasan hutan mangrove dari tahun ke tahundan dampaknya sudah mulai dirasakan. Hal ini terbuktidari hasil tangkapan nener bandeng (Chanos chanos)dan benur udang windu (Penaeus monodon) diperairan Sungai Somber, Riko dan Sesumpu, yangcenderung menurun dari waktu ke waktu dan salahsatu penyebabnya adalah kerusakan mangrove.

Beberapa upaya untuk mengatasi kerusakan mangrovetelah dilakukan oleh beberapa pihak. Misalnya,Cabang Dinas Kehutanan Balikpapan melakukanpenghijauan di Kelurahan Kariangau selama PekanPenghijauan dan Konservasi Nasional bulan Februari2000. Totalfinaelf E&P Indonesie telah memberikanbantuan bibit mangrove ke beberapa kelurahan diTeluk Balikpapan. Dinas Perikanan Kota Balikpapantelah memberikan penyuluhan kepada petani tambakmengenai pentingnya hutan mangrove dan melakukan

studi banding mengenai manajemen mangrove diKelurahan Tongke-tongke Kabupaten Sinjai, SulawesiSelatan. Bapedalda Kota Balikpapan membangunproyek percontohan penanaman mangrove di muaraSungai Pandan Sari. Masyarakat setempat juga telahberupaya untuk mengatasi kerusakan mangrove.Misalnya di Kampung Baru Kecamatan Penajam danKariangau, masyarakat di kelurahan tersebut berupayauntuk menanam mangrove di areal pertambakanmereka maupun di sempadan pantai.

Kota Balikpapan memprioritaskan perlindungan hutanmangrove (terutama di pantai barat) ke dalam revisiRencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan Tahun1994 - 2004. Sedangkan lokasi pertambakan diarahkanke pantai timur Kota Balikpapan yang berada di luarTeluk Balikpapan. Hal ini berdasarkan pertimbanganbahwa pantai timur sesuai sebagai lokasi yang secaralingkungan cocok untuk tambak. Hanya daerah hilirSungai Wain Besar merupakan satu-satunya bagianDAS Teluk Balikpapan di Kota Balikpapan yang sampaisaat ini difungsikan untuk pertambakan. KotaBalikpapan juga melestarikan mangrove antara SungaiSomber dan Sungai Wain di dekat Kariangau untukekoturisme.

Keputusan Presiden (Keppres) RI No 32 tahun 1990memberikan pedoman pengelolaan kawasan lindungmelalui kegiatan identifikasi, konservasi, daneksploitasi terkendali untuk melindungi sumber dayaalam, keragaman hayati, ekosistem langka, sejarah danbudaya. Keppres itu juga memberikan pedomanperlindungan hutan mangrove. Pedoman pertama,

Kondisi mangrove di Sungai Riko, Teluk Balikpapan

Page 59: Teluk Balikpapan

perlindungan mangrove di sempadan pantai harusproporsional dengan bentuk pantai dan kondisi fisik,serta memanjang ke arah darat minimal 100 meterdari batas pasang tertinggi. Kedua, perlindunganspesies bakau (Rhizopora) untuk pelestarian jenis,perlindungan pantai dan nilai budaya. Lebar daerahlindung bakau harus 130 kali selisih rata-rata pasangtertinggi dan surut terendah, yang diukur dari rata-ratasurut terendah.

Meskipun sudah ada upaya menghentikan kerusakanmangrove, tetapi kenyataan di lapangan masih terjadiperusakan hutan mangrove. Salah satu permasalahanyang cukup menonjol adalah tidak ada kebijakan yangjelas dan pengawasan mengenai penguasaan danpemanfaatan lahan pesisir di tingkat kelurahan.Akibatnya mudah sekali mengkonversi mangroveuntuk peruntukan lainnya. Hanya dengan surat segeldari lurah/kelurahan, masyarakat dapat mengkonversihutan mangrove untuk kebutuhan lain. Hal ini terjadihampir di seluruh kelurahan yang ada di sekitarkawasan teluk.Permasalahan lain adalah masih kurangnya kesadaranmasyarakat mengenai pentingnya pelestarian man-grove dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat di sekitarhutan mangrove yang masih rendah. Hal inimengakibatkan kurangnya kepedulian masyarakatuntuk melestarikan mangrove.

SasaranTerwujudnya pengelolaan ekosistem mangrove secaralestari dan berkelanjutan dalam upaya menunjangkehidupan dan kesejahteraan masyarakat danlingkungannya

Tujuan1. Melindungi dan melestarikan fungsi hutan mang-

rove sehingga keberadaannya tetap terjamin.2. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai

pentingnya hutan mangrove.3. Meningkatkan ekonomi masyarakat melalui

kegiatan pengelolaan mangrove yang berwawasanlingkungan.

4. Memulihkan kawasan mangrove yang kritis danrusak.

Strategi 1Menyusun dan mengembangkan peraturan-peraturandan petunjuk praktis yang berkaitan deng anpengelolaan hutan mangrove di Teluk Balikpapan.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengidentifikasi kepemilikan dan penguasaan

lahan serta gangguan / kerusakan pemanfaatanlahan mangrove di tingkat lokal secara partisipatif.

2. Membuat panduan untuk penyusunan usulanrencana penataan ruang oleh masyarakat setempatuntuk pemanfatan dan perlindungan kawasan hutanmangrove.

3. Mengembangkan pemintakatan di Teluk Balikpapanuntuk menjamin kelestarian hutan mangrove.

4. Membuat peraturan perundang-undangan yangberkaitan dengan kawasan lindung hutan mang-rove secara partispatif seperti draft SK WalikotaBalikpapan tentang blok perlindungan mangrove.

5. Membuat peraturan daerah yang berkaitan dengankepemilikan dan penguasaan lahan di kawasanteluk.

6. Menyusun pe ratu ran lokal tentang sistempengelolaan limbah domestik dan limbah yangberpotensi merusak hutan mangrove sepertitumpahan minyak, oli bekas, bahan plastik, botol,dan kaleng.

Strategi 2Memperkaya informasi dan pengetahuan mengenaipentingnya hutan mangrove serta meningkatkanketrampilan dalam pengelolaannya bagi parapemangku kepentingan.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mensosialisasikan fungsi dan manfaat hutan

mangrove kepada masyarakat kelurahan, kelurahan,kabupaten maupun kota, pengelola jasa angkutanair, pengelola industri dan pemerintah daerah.

2. Mensosialisasikan peraturan-peraturan yangberkaitan dengan pengelolaan dan pelestarian hutanmangrove.

3. Melakukan studi banding untuk meningkatkanpengetahuan, pemahaman dan wawasan dalampengelolaan dan pelestarian hutan mangrove.

4. Melakukan pelatihan pengelolaan mangrove danwilayah pesisir.

5. Membuat pedoman rehabilitasi mangrove di TelukBalikpapan

Strategi 3.Mengembangkan pola pemanfaatan hutan mang-roveberwawasan lingkungan.

Page 60: Teluk Balikpapan

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengembangkan pola pengelolaan tambak yang

berwawasan lingkungan.2. Mengembangkan pola pemanfaatan hutan mang-

rove yang berbasiskan masyarakat untuk kayu bakar,arang, perikanan tangkap, gula nipah, atap nipah,dan bahan bangunan.

Strategi 4Merehabilitasi kawasan mangrove yang rusak dankritis.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Menyusun atlas/peta hutan mangrove di Teluk

Balikpapan dan membuat lokasi prioritas untukdirehabilitasi.

2. Mensosialisasikan dan menyelenggarakan pelatihanteknis penanaman dan pemeliharaan mangrove.

3. Melakukan penanaman di kawasan hutan mang-rove yang rusak dan kritis.

Latar Belakang

Pencemaran air merupakan salah satu masalah seriusyang bisa mengganggu tidak saja kesehatan manusia,lingkungan melainkan juga mempengaruhi beberapakegiatan ekonomi seperti perikanan. Bahan pencemaratau polutan di perairan Teluk Balikpapan berasal darikegiatan rumah tangga, bisnis, industri dan pertanian.

Keseimbangan ekosistem Teluk Balikpapan dapatterp enga ruh akiba t pe rairan yan g tercemar.Pencemaran bahan-bahan organik dan anorganik daril imbah ru mah tang ga d an p erta nian akanmeningkatkan eutrofikasi. Eutrofikasi akan memacuterjadinya ledakan jumlah populasi plankton tertentu.Saat plankton mati akan meningkatkan populasibakteri pen gurai, yang pa da akhirnya akanmeningkatkan konsumsi oksigen dalam jumlah besarsehingga oksigen terlarut menjadi berkurang.Akibatnya dapat menimbulkan kematian ikan danorganisme lainnya.

Minyak dan limbah B3 (misalnya limbah dari dasartangki timbun yang berkadar minyak antara 10 – 40%)juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran yangpada kadar tertentu dapat menghambat, merusak danmematikan organisme seperti mangrove, lamun dankomunitas karang. Tumpahan minyak dengan berbagaiketebalan seringkali dilaporkan menggenangi daerahpasang surut dekat Kota Balikpapan, perairan teluk danhutan mangrove. Tumpahan ini berasal baik dariberbagai kegiatan industri maupun dari depo-depobahan bakar dan transportasi laut yang secara terus-menerus menghasilkan tumpahan-tumpahan kecilminyak.

Berdasarkan penelitian Sarwono dkk. (1999)ditemukan 9 - 43 koloni bakteri bentuk coli dalamseratus mililiter air di dua lokasi perairan yaitu PandanSari dan Jenebora. Bakteri bentuk coli di TelukBalikpapan diduga berasal dari permukiman di pesisirTeluk Balikpapan yang tidak memiliki fasilitas MCKyang layak. Penelitian tersebut juga menunjukkanTeluk Balikpapan telah tercemar oleh bahan organikyang cukup serius yang ditunjukkan dari indikasiadanya pertumbuhan ganggang. Selain bahan organik,penelitian tahun 1999 dan pemantauan tahun 2000menunjukkan perairan Teluk Balikpapan di bagiantimur dan barat, mempunyai potensi tercemar logamberat yang ditunjukkan dengan tingginya kadarmerkuri, timbal, tembaga dan seng (Lampiran 1 TabelPro-06).

Limbah ruma h tang ga yang menga ndun gmikroorganisme patogen, limbah bahan beracunberbahaya (B3), dan bahan pencemar lainnya bisamasuk ke dalam badan air. Pencemaran logam beratdan limb ah b eracun lainnya telah diketa huimempengaruhi sistem rantai makanan perairan.Sebagai contoh kerang yang hidup di perairan dapatmenjadi tercemar karena pengaruh logam beratsehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

Salah satu sumber pencemaran air yang perlumendapat perhatian secara khusus adalah spesieseksotis yang terbawa dalam air pemberat kapal (bal-last water). Air pemberat biasanya mengandungberbagai jenis organisme kecil yang terambil daripelabuhan persinggahan sebelumnya. Spesies-spesiesini bisa menyebabkan masalah berat bagi ekosistemdi Teluk Balikpapa n dan dian tara nya dapa tmengakibatkan penyakit seperti kolera.

3. PENANGANAN PENCEMARAN AIR

Page 61: Teluk Balikpapan

Sampai saat ini industri yang beroperasi di kawasanteluk masih ada yang belum memiliki instalasipengolah air limbah, bahkan ada yang membuanglimbah langsung ke teluk. Usaha mengurangipencemaran masih sebatas pada pemenuhan aturan-aturan antara lain kewajiban membuat studi Amdal(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan syaratbaku mutu air l imbah. Namun demikian upayapenegakan hukum masih lemah, sehingga perlu adaupaya untuk mengatasi, mengurangi dan mencegahpencemaran di Teluk Balikpapan.

Pengalaman di negara maju menunjukkan bahwapemerintah dan pengusaha harus menanggung biayayang mahal untuk pemulihan perairan yang tercemar.Akibatnya banyak perusahaan yang menimbulkanpencemaran tersebut bangkrut karena tidak mampumemenuhi kewajibannya untuk membiayai pemulihanperairan yang tercemar itu. Jika perusahaan tidak bisaatau tidak mampu untuk membayar biaya pemulihanpada akhirnya pemerintah dan masyarakatlah yangharus menanggung dana pemulihan tersebut.

Untuk mengembalikan kondisi perairan yang tercemarperlu waktu lama, dana besar, keahlian teknis,dukungan masyarakat dan tergantung dari sumber sertajenis pencemarannya. Setelah diketahui sumber danjenis pencemarannya baru dapat ditentukan cara-carapenanganannya. Dengan demikian upaya pencegahanadalah sangat pen ting untu k dilakukan gunamelindungi manusia, hewan, dan tumbuhan daridaerah yang terancam pencemaran.

Pada beberapa kasus, kegiatan-kegiatan penyuluhan,pelatihan, pemberian penghargaan, dan bentuk

insentif lainnya dapat menjadi alat yang ampuh untukmencegah pencemaran. Selain itu pemerintah dapatmenyusun panduan untuk pencegahan, pengendaliandan pengembangan fasilitas pengelolaan limbah.

Jika pencemaran telah terjadi, salah satu cara yangperlu dilakukan adalah pemulihan kembali daerahyang telah tercemar, terutama di dasar perairan. Survei-survei dapat dilakukan untuk membantumengidentifikasi luas wilayah yang tercemar danbahan pencemarnya. Kemudian wilayah itu dapatdiprioritaskan untuk dipulihkan berdasarkan tingkatresiko kerusakan, biaya dan faktor lainnya.

Pilihan-pilihan lainnya adalah penutupan tempatpembu anga n, menying kirkan bahan limbah ,mengubur dan mengolahnya di tempat lain. Untukmenghindarkan manusia dari akibat pencemaranadalah dengan melarang orang mandi di air yangtercemar dan tidak mengkonsumsi bahan makanandari laut yang sudah tercemar.

SasaranTerpeliharanya kualitas air di perairan TelukBalikpapan sesuai dengan baku mutu perairan danterciptanya lingkungan perairan yang sehat.

Tujuan1. Mengusulkan baku mutu perairan yang lebih baik

dan sesuai dengan kondisi Teluk Balikpapan.2. Memastikan semua limbah yang berasal dari sumber

yang dapat dilacak (point source) memenuhipersyaratan baku mutu yang telah ditetapkan.

3. Mengendalikan sumber penyebab dari limbah yangtidak bisa dilacak (non-point source) dan limbahlainnya yang spesifik.

4. Menerapkan peraturan hukum secara tegas bagimereka yang menimbulkan pencemaran.

5. Meningkatkan keterampilan staf teknis danmasyarakat dalam pengolaha n limbah danpemantauan kualitas air.

Strategi 1Mengkaji ulang parameter untuk menentukan kualitasair agar sesuai dengan kasus yang berkembang di TelukBalikpapan.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengevaluasi baku mutu air yang berlaku dan

kemungkinan penambahan parameter baru dalambaku mutu perairanPembuangan limbah ke perairan teluk

Page 62: Teluk Balikpapan

2. Mengkaji referensi baku mutu perairan yang telahada, baik lokal, nasional maupun internasional yangdapat digunakan untuk kondisi perairan TelukBalikpapan.

3. Memantau dan menyusun data dasar kualitas airperairan teluk secara berkala/periodik.

Strategi 2Melakukan ana lis is dan evaluasi sertamengembangkan program penanganan pencemarandari sumber yang dapat dilacak (point sources pollu-tion) dan tidak dapat dilacak (non point sources pol-lution).

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Melakukan survei sumber-sumber pencemaran yang

dapat dilacak dan menilai sistem pengelolaanlimbah yang ada.

2. Menge mbang kan strategi untuk mencapa ikesesuaian baku mutu buangan limbah cair bersamapihak yang menghasilkan limbah cair.

3. Menentukan pilihan untuk mendapatkan bantuanpemerintah atau lembaga lain guna merancang danmembangun fasilitas pengolahan limbah.

4. Mengembangkan mekanisme dan prosedur sertasistem peng awasan, pe mbuatan la poranpembuangan air limbah secara periodik.

5. Melakukan evaluasi terhadap baku mutu limbahcair setiap lima tahun dan melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan kondisi yang berkembang.

6. Membuat program untuk pengelolaan limbah yangtidak dapat dilacak dan mengarahkannya agarmemenuhi syarat yang telah ditentukan.

7. Membuat program untuk pengawasan buangan airpemberat kapal.

Strategi 3Mengawasi peredaran bahan-bahan yang dapatmencemari perairan.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengidentifikasi para produsen, penyalur dan

pengguna bahan-bahan yang dapat menimbulkanpencemaran.

2. Menganalisis keseimbangan antara pasokan dankebutuhan bahan pencemar.

3. Mensosialisasikan bagaimana penanganan bahan-bahan yang berpotensi mencemari secara tepatkepada masyarakat pengguna.

4. Membatasi pasokan bahan-bahan yang dapatmenimbulkan pencemaran.

5. Menganjurkan alternatif penggunaan bahan ramahlingkungan sebagai pengganti bahan pencemar.

Strategi 4Mengantisipasi bahaya tumpahan minyak (oil-spill).

Langkah-langkah yangdiperlukan:Menyiapkan rencana penanggulangan darurat (con-tingency plan) tumpahan minyak dan sejenisnya diTeluk Balikpapan.

Strategi 5Membangun komitmen dan kesadaran para pihakdalam pengendalian pencemaran air.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengidentifikasi dan pendekatan kepada pihak-

pihak yang secara sukarela ingin mengontrol danmenginformasikan adanya limbah cair dari sumber-sumber pencemaran, memperkenalkan (caramemantau dan menginformasikan serta mengontrol)dan memberikan insentif untuk mendorong upaya-upaya tersebut.

2. Melakukan sosialisasi tentang peraturan danperundang-undangan yang berkaitan denganpencemaran air kepada masyarakat.

3. Melembagakan dan memberdayakan masyarakatsebagai fungsi kontrol terhadap pihak terkait yangterlibat dalam pencemaran.

4. Mengembangkan peraturan di tingkat lokal yangberkaitan dengan pencemaran air.

5. Memberikan penghargaan kepada pihak yangmengelola limbah sesuai dengan baku mutu limbahdan penerapan sanksi bagi pencemar

Strategi 6Meningkatkan kemampuan staf teknis dan masyarakat.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Pelatihan pengolahan limbah bagi staf teknis2. Pelatihan pemantauan kualitas air bagi staf teknis3. Pelatihan pengolahan limbah bagi masyarakat4. Pelatihan pemantauan kualitas air bagi masyarakat

Page 63: Teluk Balikpapan

4. PERSEDIAAN AIR BERSIH

Latar Belakang

Kawasan Teluk Balikpapan pada saat ini sedangberkembang pesat. Perkembangan itu tergambar darisemakin banyaknya industri dan jumlah penduduk.Penduduk dan industri yang meningkat membutuhkanair bersih semakin banyak pula. Oleh karena itupemenuhan kebutuhan air bersih bagi pendudukdalam kawasan Teluk Balikpapan sangat mendesak.

Sumber air bersih cukup tersedia bagi sebagianpenduduk Kota Balikpapan, tetapi tidak bagi pendudukyang jauh dari kota terutama yang tempatnya terpencildi kawasan teluk. Di Kabupaten Penajam Paser Utara,kebutuhan air bersih untuk makan, minum, mandi,dan cuci hanya dapat dinikmati oleh penduduk yangtinggal di sekitar ibukota kecamatan. Sedangkanpenduduk yang tinggal di kelurahan-kelurahanumumnya kekurangan air bersih. Bahkan lebihmemprihatinkan lagi di daerah Sepaku, air bersihsemakin sulit didapatkan.

Dilihat dari sumbernya, ketersediaan air bersih dikawasan Teluk Balikpapan berasal dari air hujan, airpermukaan dan air tanah. Penduduk setempatmenampung air hujan ke dalam tong-tong atau bakpenampungan. Air permukaan, terutama dari sungai,merupakan sumber air bagi penduduk di kawasanteluk. Air permukaan sebelum dimasak dijernihkandengan menggunakan bahan penjernih. Olehkarenanya air bersih menjadi mahal, terutama bagisebagian penduduk yang kurang mampu. Air tanahyang berasal dari sumur menjadi sumber air terbaikbagi sekelompok kecil penduduk. Namun dalam halini perlu cara khusus untuk menghilangkan aroma danrasanya yang aneh. Pada saat ini belum banyakdiketahui mengenai kualitas air tanah yang dikonsumsimasyarakat.

Air tanah mudah sekali terkontaminasi limbah rumahtangga, peternakan, pabrik atau industri. Pengaruhbahan pencemar dapat mencemari sumber air tanahyang jaraknya jauh ke dalam tanah. Oleh karena itusangat penting untuk mencegah agar daerah pengisianair tanah tidak tercemar limbah. Pemadatan tanah,endapan , penimbuna n tanah , dan konstruksibangunan dapat menghambat aliran air ke dalamdaerah pengisian (aquifer), oleh karenanya harus dijagaselalu dalam kondisi yang baik.

Pemasok utama air bersih di kawasan Teluk Balikpapanadalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) KotaBalikpapan dan PDAM Penajam (Gambar 5). Padatahun 1999 PDAM Penajam hanya mampu melayani1.656 pelanggan (sekitar 20% dari 8.900 rumahtangga) dengan kapasitas rata-rata 20 liter per detik.PDAM Kota Balikpapan hanya bisa melayani sekitar40% kebutuhan air dari jumlah penduduk yang ada.Dari 100.000 penduduk Kota Balikpapan yang tinggaldi kawasan Teluk Balikpapan hanya sebagian kecilyang bisa dilayani PDAM. Penduduk yang tidakdilayani PDAM terpaksa harus membeli air yang dijualpihak swasta dengan menggunakan truk tangki.

Pada saat dokumen ini dibuat, PDAM Kota Balikpapan,mempunyai kapasitas produksi 670 liter per detik,dengan sebagian sumber air bakunya diperoleh dariwaduk di Sungai Manggar yang berada di luar DASTeluk Balikpapan. Namun pada saat ini kondisi DASMangga r kondis inya memprihatinkan karenapembabatan hutan di daerah hulu sehingga pada saatmusim kemarau pasokan air berkurang.

Pertamina sebagai salah satu perusahaan di kawasanTeluk Balikpapan, memiliki fasilitas pengolahan airtersendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Airbakunya berasal dari waduk yang menampung airSungai Wain yang terletak di Hutan Lindung SungaiWain (HLSW). Kapasitas rata-rata suplai air di wadukmencapai 450-750 meter kubik per detik. Hal ini setaradengan 25-40% volume air bersih yang digunakanoleh seluruh rumah tangga di Balikpapan dan di ataskapasitas yang disediakan PDAM Balikpapan.

Beberapa industri di sekitar Teluk Balikpapan jugamembangun fasil itas penampungan air. Selainmenampung air permukaan atau memanfaatkan airsumur, mereka juga melindungi sumber air supayatidak tercemar. Contohnya, PT Inne Dong Hwa Ply-wood telah membangun fasilitas penampungan airtanah untuk kelangsungan kegiatan produksi dankebutuhan karyawannya. Oleh karena jumlah airnyacukup banyak, perusahaan itu juga dapat membagikanair bersih kepada masyarakat sekitarnya.

Bila diperhatikan kualitas air PDAM yang dikonsumsimasyarakat sering kali kurang baik. Hal ini terlihat dariair yang tidak jernih, berwarna kemerahan atau sepertiada lapisan minyak di permukaan atau mengandungendapan tinggi. Dengan demikian tidak ada jaminansuplai air PDAM Kota Balikpapan maupun Kecamatan

Page 64: Teluk Balikpapan

Penajam selalu baik. Menurut Undang-undangKesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 21 ayat 3, airminum yang dikonsumsi masyarakat harus memenuhipersyaratan kualitas dan kuantitas yang memadai.Persyaratan kualitas tertuang dalam Peraturan MenteriKesehatan (Permenkes) RI No. 146 Tahun 1990 tentangsyarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Syarat airminum tersebut antara lain tidak berbau, jernih, tidakberasa, tidak berwarna, dan suhu alami.

Ketersediaan air menjadi masalah di wilayah yangtidak terjangkau layanan PDAM. Di Kariangaumisalnya, penduduk membeli air bersih dari sumurtetangga. Untuk mandi mereka memanfaatkan sumurpeninggalan jaman Jepang setelah Perang Dunia II.Di Maridan, pedagang menjual air yang diangkutdengan truk. Sebagian penduduk di Jenebora terpaksaharus menempuh jarak yang jauh sekitar tiga kilome-ter untuk mengambil air dari sumur peninggalan jamanJepang di Pantai Lango. Penduduk pesisir Desa SungaiParit harus melintas Teluk Balikpapan untukmendapatkan air dari Kota Balikpapan. Pada beberapakasus, suplai air dengan teknologi rendah sepertitempat penampungan air dari gelas fiber telahdiberikan kepada masyarakat Karingau, namun karenatidak dirawat dengan baik tempat penampungan airtersebut pada saat ini tidak berfungsi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwakebutuhan air bersih dalam jumlah yang cukupmerupakan suatu prioritas utama dan sangat pentinguntuk dipenuh i guna keberlangsungan hidupmasyarakat di kawasan Teluk Balikpapan. Disampingitu, diperlukan adanya komitmen dari masyarakat danpara pemangku kepentingan untuk selalu menjaga danmerawat sarana dan prasarana air bersih. Perlu adanyakontribusi dari pihak-pihak yang memanfaatkansumber air alami dalam menjaga hutan sebagai daerahresapan air, mengingat air bersih di kawasan TelukBalikpapan sudah semakin sulit diperoleh dan semakinmahal.

SasaranTersedianya air bersih untuk rumah tangga yang beradadi kawasan Teluk Balikpapan dalam jumlah cukup,sehat dan berkelanjutan.

Tujuan1. Memenuhi kebutuhan pasokan air bersih bagi

masyarakat di kawasan Teluk Balikpapan2. Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan air bersih di Teluk Balikpapan3. Memelihara sumber pasokan air bersih di kawasan

hulu DAS

Gambar 4. Peta Suplai Air di Teluk Balikpapan

Page 65: Teluk Balikpapan

Strategi 1Menentukan kebutuhan air bersih masyarakat dikawasan Teluk Balikpapan

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Melakukan survei untuk mengetahui kebutuhan air

bersih2. Melakukan survei untuk mengetahui sumber untuk

air bersih3. Merancang sistem jaringan distribusi air bersih

Strategi 2Mengadakan dan memelihara sumber air bersih

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Membangun instalasi air bersih

2. Mendistribusikan air bersih sesuai dengankebutuhan

3. Melindungi hutan di daerah hulu sebagai daerahtangkapan air

Strategi 3Membangun mekanisme pengelolaan air bersihberbasis masyarakat

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Membentuk kelompok pengelolaan air2. Menyelenggarakan pelatihan teknik pengolahan

dan pengelolaan air secara tepat guna3. Menyelenggarakan penyuluhan pengelolaan air

secara periodik.

Latar Belakang

Selama dekade 1990-an sektor pariwisata telahmemberi kontribusi 10 persen bagi peningkatanProduk Domestik Bruto (PDB) di banyak negara. Padatahun 1996 pariwisata memberikan pemasukan uangUS$ 3,5 trilyun dan menyerap 225 juta orang pekerja.Pada tahun 1997 sebanyak 595 juta orang melakukanperjalanan wisata di seluruh dunia dengan persentaseterbesar berupa wisata pesisir (IATA, 2001). Pariwisatadapat memberikan banyak manfaat sosial, ekonomidan bahkan dapat menunjang pembangunan di bidanglingkungan hidup, akan tetapi juga bisa memberikandampak yang negatif.

Dewasa ini timbul sebuah gagasan yang muncul untukmengembangkan satu wisata yang dikemas secara khasdan bersifat alami dikenal sebagai ekowisata.Ekosistem alami kawasan Teluk Balikpapan dengankeanekaragaman hayati dan keunikan fenomenaalamnya menawarkan banyak peluang untukpengembangan obyek wisata pesisir. Dari pedalamansampai ke pesisir serta perairan Teluk Balikpapan,dijumpai kekhasan panorama alam berupa hutanhujan tropis, hutan mangrove, hutan rawa air tawar,pantai-pantai berpasir, perairan muara, dan teluk yangindah.

Potensi ala m yang meno njol d i teluk un tukdikembangkan sebagai obyek wisata pesisir adalahhutan mangrove. Kombinasi hutan mangrove dengansistem perairan sungai-sungai yang bermuara di telukmembentuk kekhasan suasana alam yang unik. Potensilain yang sangat menarik sebagai objek wisata alamadalah adanya mamalia laut seperti pesut (Orcaellabrevirostris) dan duyung (Dugong dugon) di beberapalokasi di perairan Teluk Balikpapan.

PT Inhutani I Balikpapan telah membangun danmengoperasikan jembatan gantung lintas kanopi(canopy walk) di Kompleks Hutan Wisata BukitBangkirai, di timur laut Teluk Balikpapan. Jembatanlintas kanopi sudah dikomersilkan untuk dinikmatimasyarakat. Perusahaan itu juga membangunjembatan titian mangrove (mangrove board walk)sepanjang 750 meter di kawasan Sungai Kemantis,namun pada saat ini belum dikomersilkan.

Pemerintah Kota Balikpapan juga telah mencadangkanhutan mangrove di Sungai Somber dan Sungai Wainuntuk dikembangkan menjadi daerah wisata pesisir.HLSW juga memiliki peluang untuk dikembangkanmenjadi salah satu obyek ekowisata. Namun dalamhal ini perlu perencanaan yang cermat supaya kegiatanwisata yang merupakan obyek pendukung tidakmengganggu fungsi utama ekologis HLSW.

5. PENGEMBANGAN WISATA PESISIR

Page 66: Teluk Balikpapan

Pulau Kwangan di lepas pantai timur laut KelurahanJenebora memiliki potensi untuk dikembangkansebagai objek wisata. Pulau ini sudah pernah dikajipotensinya untuk diusulkan menjadi obyek wisatapesisir dengan daya tarik utama berupa panoramapulau yang indah dan adanya pesta adat rakyat yangdiselenggarakan setiap tahun.

Proposal rencana pengembangan bisnis ekowisatamangrove berbasiskan masyarakat di Kariangau pernahdibuat berdasarkan survei kajian singkat. Kajian inimerekomendasikan paket-paket ekowisata alternatifdi daerah Kariangau yang dapat diintegrasikan dengankomponen-komponen wisata lainnya di perairan TelukBalikpapan. Paket perjalanan yang direkomendasikandi Teluk Balikpapan adalah wisata keliling teluk untukmenikmati keunikan hutan mangrove dan jembatantitian mangrove, pengamatan burung, pesut, duyungdan bekantan, disamping untuk tujuan wisata ilmiah.

Para pemangku kepentingan saat ini sudah mulaimemberikan perhatian pada pengembanan ekowisata.Misalnya, pada bulan November 2001, diadakanlokakarya berkenaan dengan rencana pengembanganpaket ekowisata terpadu Teluk Balikpapan dan HLSW.Dari lokakarya itu dihasilkan sejumlah rekomendasiuntuk ditindaklanjuti dalam jangka pendek maupunmenengah. Hasil lokakarya yang penting di antaranyaadalah disepakatinya kebijakan pengembangan danpembangunan pariwisata di Kota Balikpapan yangdilandasi oleh prinsip-prinsip konservasi, pendidikan,ekonomi, rekreasi dan partisipasi masyarakat. Dalamhal ini pelaksanaan pariwisata harus diarahkan kebentuk ekowisata yang berbasiskan masyarakat denganlebih mendukung upaya konservasi sumberdaya alamdan lingkungan hidup dan sekaligus meningkatkanpendapatan mereka.

Meskipun sudah jelas Teluk Balikpapan berpotensiuntuk dikembangkan sebagai obyek wisata dan telahdilakukan upaya-upaya ke arah tersebut, namun masihdiperlukan kerja keras untuk mewujudkannya. Kajian-kajian yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini telahmengide ntif ikasi sejumlah kendala dalammengembangkan wisata pesisir yang berwawasanlingkungan di Teluk Balikpapan. Kendala-kendalatersebut adalah:1. Masyarakat lokal memiliki keterbatasan dalam hal

ketrampilan dan modal untuk mengembangkankegiatan usaha wisata pesisir yang berwawasanlingkungan.

2. Kurang dukungan dari lembaga pemerintahanlainnya kepada Kantor/Dinas Pariwisata untukmengembangkan wisata pesisir.

3. Sebagian lembaga-lembaga pemerintah masihkurang tangg ap dan belu m menyadari artipentingnya potensi dan prospek pengembanganwisata pesisir.

4. Masih minimnya sarana dan prasarana pendukungkegiatan wisata pesisir.

5. Perusahaan-perusahaan operator layanan jasawisata di Kota Balikpapan dan Kabupaten PenajamPaser Utara khususnya maupun di Kaltim padaumumnya belum banyak memiliki pengalamandalam mengembangkan paket-paket wisata pesisiryang berwawasan lingkungan.

6. Belum a da stu di-studi me ndala m untukmengidentifikasi potensi-potensi pengembanganwisata pesisir yang berwawasan lingkungan dikawasan Teluk Balikpapan

7. Belum ad a LSM maupu n pihak lainn ya diKalimantan Timur, khususnya di Kota Balikpapandan Kabupaten Panajam Paser Utara yangmenun jukkan minat seriusnya untukmengembangkan program-program wisata pesisir,khususnya yang berbasis masyarakat.

Satwa unik di kawasan Teluk Balikpapan

Page 67: Teluk Balikpapan

SasaranTerwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakatmelalui kegiatan pengembangan wisata pesisir yangberwawasan lingkungan di Teluk Balikpapan.

TujuanMengembangkan potensi dan pengelolaan wisatapesisir yang berwawasan lingkungan di TelukBalikpapan.

Strategi 1Membangun kerja sama antar pemangku kepentingandalam merencanakan dan mengimplementasikanpengelolaan wisata pesisir, khususnya ekowisata.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengidentifikasi potensi wisata di Teluk Balikpapan2. Meningkatkan kepedulian dan peran partisipatif

pemangku kepentingan dalam pengembanganpotensi wisata pesisir

3. Membuat paket-paket ekowisata4. Mengadakan pendidikan dan latihan wisata pesisir

(bahasa, pemandu, dan sebagainya)5. Mengembangkan promosi/kampanye wisata pesisir

yang ramah lingkungan (brosur, booklet, media, dansebagainya)

Strategi 2Mengadakan dan mengembangkan sarana danprasarana wisata pesisir di Teluk Balikpapan.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengembangkan sistem transportasi dan jaringan

komunikasi2. Membangun sarana jembatan, transportasi, gazebo,

ruang informasi, cindera mata, pos kesehatan dankeamanan.

3. Memberdayakan pengrajin masyarakat sekitar TelukBalikpapan

4. Memanfaatkan sarana dan prasarana milikmasyarakat sekitar untuk ekowisata, misalnya motortempel cepat (speedboat), perahu nelayan, rumahtinggal penduduk (homestay).

5. Menampilkan seni budaya masyarakat untukkegiatan ekowisata (seperti pesta laut, tari tradisionaldan sebagainya).

6. PENATAAN RUANG DAN PENGGUNAAN LAHAN

Latar Belakang

Selama proses penyusunan Rencana StrategisPengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan, PemerintahDaerah (Pemkot Balikpapan, Pemkab Penajam PaserUtara, Pemkab Kutai Kartanegara dan Pemprov Kaltim)dan para pemangku kepentingan lainnya berpendapatbahwa sistem perencanaan penataan ruang danpenggunaan lahan yang ada merupakan suatu isupengelolaan yang memerlukan perhatian prioritas.Pemerintah daerah dan para pemangku kepentinganlainnya sama-sama menyadari bahwa tanpa adanyafungsi kontrol yang ketat dan kemampuan untukmemantau serta mengendalikan praktek-praktekpenggunaan lahan yang tidak berwawasan lingkunganmelalui upaya penataan ruang yang proporsional, tidakakan mampu melindungi kesehatan lingkungan hidupdi kawasan Teluk Balikpapan.

Berdasarkan hasil survei lapangan, wawancara dancurah pendapat/temu wicara di tingkat desa/lingkup

kelurahan di wilayah Teluk Balikpapan sejak tahun1998 dan konsultasi teknis serta lokakarya dengandinas/instansi teknis terkait, kalangan akademisi/uni-versitas dan organisasi non pemerintah serta kalanganusaha/swasta, telah terid ent ifikasi sejumlahpermasalahan dalam penataan ruang yang terkaitdengan penggunaan lahan.Tiga kelompok permasalahan di antaranya yangselama ini terjadi dan terkait dengan prosesperencanaan tata ruang adalah sebagai berikut:(1)Tata ruang yang ada belum mencakup wilayah laut(2)Inkonsistensi dalam implementasi tata ruang

termasuk tumpang tindih dalam penggunaan lahan(3)Minimnya jangkauan sosialisasi penataan ruang dan

keterliba tan masyarakat dala m prosesperencanaannya

Tata Ruang Belum Mencakup Wilayah Perairan Teluk.Proses penyusunan rencana tata ruang mengacukepada UU No. 24 Tahun 1992 tentang PenataanRuang. Dalam Pasal 1 Ayat (1) dan Pasal 9 Ayat (1)dari Undang-undang tersebut disebutkan bahwa

Page 68: Teluk Balikpapan

Penataan ruang wilayah Provinsi dan wilayahKabupaten/Kota, disamping meliputi ruang daratanjuga mencakup ruang lautan sampai batas tertentu.Selanjutnya dalam Pasal 3 UU No. 22 Tahun 1999tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan bahwaWilayah Daerah Provinsi terdiri atas wilayah darat danwilayah laut sejauh dua belas mil laut (22,22 kilome-ter) yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepasdan/atau ke arah perairan kepulauan. Sedangkandalam pasal 10 ayat (3) disebutkan bahwa wilayahlaut sejauh empat mil laut (sepertiga dari batas DaerahProvinsi), merupakan kewenangan Daerah Kabupatendan Daerah Kota pada lingkup Daerah Provinsi yangbersangkutan.

Dengan adanya kewenangan sepertiga dari jarak bataslaut kewenangan Daerah Provinsi, maka baikKabupaten Penajam Paser Utara maupun KotaBalikpapan, secara teoritis masing-masing berhak atas7,40 kilometer wilayah perairan laut Teluk Balikpapan,diukur dari garis pantainya masing-masing ke arah lautlepas. Pada kondisi semacam ini, dalam kontekskewenang an pe ngelo laan, Teluk Balikpapa nmerupakan wilayah perairan yang bisa dibagi (shared-waters) antara Kabupaten Penajam Paser Utara danKota Balikpapan.

Jika wilayah perairan Teluk Balikpapan secarasederhana dapat dibagi dua antara Kabupaten Pasirdan Kota Balikpapan, pembagian tersebut akanmemudahkan pengaturan terutama dalam halpemanfaatan ruang perairan maupun pulau-pulaukecil yang ada di perairan laut Teluk Balikpapan bagimasyarakat umum, pemerintah maupun usaha swastadari masing-masing daerah. Namun demikian,pembagian wilayah kewenangan laut secara sama ratasecara teoritis untuk perairan Teluk Balikpapan belum

tentu dapat mempermudah dalam operasionalpenanggulangan dampak pencemaran perairan.Sebagai contoh, bila ada bagian perairan laut TelukBalikpapan yang merupakan kewenangan KabupatenPenajam Paser Utara yang tercemari tumpahanminyak, dan ternyata sumbernya, misalnya, berasaldari kegiatan pengisian minyak dari kilang minyak kekapal tanker di perairan Kota Balikpapan; maka secaramoral, Pemerintah Kota Balikpapan bertanggung-jawab untuk menanggulangi dampak pencemaranperairan laut Teluk Balikpapan di perairan KabupatenPenajam Paser Utara tersebut.

Meskipun Teluk Balikpapan merupakan suatu kawasanteluk yang mempunyai karakteristik yang khusus,namun karena kawasan teluk berada dalam lintaskabupaten dan kota, sehingga dalam penataan ruanguntuk kawasan yang meliputi lebih dari satu wilayahKabupaten/Kota dikoordinasikan penyusunannya olehgubernur, dengan demikian merupakan kewenanganPemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur(menurut pasal 8 ayat (3) UU No. 22 Tahun 1999).Namun demikian, tetap ada hak dan peluang bagiKabupaten Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapanuntuk mengadakan kerja sama yang partisipatif danbersifat integratif antar daerah yang dapat diaturdengan keputusan bersama, atau melalui kelembagaanteluk yang khusus (Badan Pengelola Teluk).

Berdasarkan RTRWK Pasir (di dalamnya termasukKabupaten Penajam Paser Utara) 1992-1997 (pada saatini dalam proses revisinya) dan Revisi RTR WKBalikpapan 1994-2004, rencana tata ruang yang adabaru mencakup wilayah daratan dan belum meliputwilayah lautan. Prototipe Rencana Tata Ruang TelukBalikpapan telah dibuat pada tahun 2001 olehBappeda Provinsi Kaltim, dan pada saat ini sedang

Kawasan mangrove yang dikonversi menjadi areal pemukiman

Page 69: Teluk Balikpapan

disusun Rencana Tata Ruang Teluk Balikpapan.Berdasarkan Pasal 8 Ayat (1) UU No. 24/1992,penataan ruang wilayah Provinsi dan wilayahKabupaten/Kota dilakukan secara terpadu dan tidakdipisah-pisahkan. Dengan demikian inisiatif daripemerintah provinsi untuk membuat Rencana TataRuang Teluk Balikpapan sudah sesuai denganperannya dalam mengkoordinasikan penataan ruanglintas Kabupaten Penajam Paser Utara, KotaBalikpapan, dan Kabupaten Kutai Kartanegara sertaselaras dengan ketentuan yang tercantum dalam UUNo. 22/1999 dan UU No. 24/1992.

Inkonsistensi Tata Ruang. Praktek penggunaan lahanatau pemanfaatan ruang secara praktis tentumerupakan implementasi dari pada rencana tata ruangyang telah ditetapkan. Rencana tata ruang tersebutdituangkan ke dalam sebuah dokumen resmi, yaknidokumen rencana tata ruang yang diperkuat olehsebuah perangkat hukum berupa Peraturan Daerah(Perda). Inkonsistensi dalam tata ruang yang dimaksuddalam hal ini mencakup dua hal sebagai berikut:1 Inkonsistensi tata ruang diperlihatkan oleh

penyajian informasi spasial (yang berhubungandengan ketetapan rencana pemanfaatan ruang)dalam sebuah dokumen tata ruang yang belummencerminkan ketegasan sebuah ketetapanperencanaan. Ketegasan diperlukan, sebabdokumen tersebut diperkuat oleh sebuah perangkathukum, yakni Peraturan Daerah yang harus ditaatioleh banyak pihak yang akan memanfaatkan ruangtersebut.

2 Inkonsistensi rencana tata ruang diperlihatkan olehpola praktek penggunaan lahan atau pemanfaatanruang yang telah dan sedang berlangsung, yangternyata tidak sesuai dengan rencana tata ruangyang telah ditetapkan. Sebagai contoh, kawasanmangrove dikonversi menjadi areal pemukiman.

Ketetapan rencana tata ruang memang bukan “hargamati”, dalam arti, bahwa tetap ada kemungkinandilakukan perubahan pada saat tahapan implementasi,apabila kondisi aktual yang berlangsung menuntutperubahan tersebut dan selama perubahan tersebutbersifat logis. Akan tetapi, sebuah perencanaan, tidakterkecuali pere ncanaa n pemanfaatan ruan g(penggunaan lahan), telah menyerap waktu dan biayayang tida k sedik it, sehingga dalam tahapa nimplementasinya semestinya telah diperhitungkanmengenai efektifitas pengelolaan dan efisiensinya.Selain itu, salah satu aspek dari visi perencanaan yangsulit mentoleransi perubahan adalah prinsip konservasiyang berlandaskan kepada asas lestari penggunaanlahan. Dalam hal ini yang penting adalah cara

peng enda lian pe manfaatan ru ang yangdiselenggarakan melalui kegiatan pengawasan danpenertiban sebagaimana diamanatkan dalam pasal 17dari UU No. 24/1992. Pada pasal 18 disebutkanbahwa pengawasan terhadap pemanfaatan ruangdilaksanakan dalam bentuk pelaporan, pemantauandan evaluasi. Dengan demikian apabila masih terjadipenyimpangan dari ketentuan yang telah ditetapkandalam UU No. 24 Tahun 1992, berarti fungsi kontrol,pemantauan dan evaluasi tidak berjalan secara efektif.Hal ini juga berarti lemahnya koordinasi antara sektordan dinas instansi terkait yang menjalankan tugas danfungsi tersebut.

Minimnya jangkauan sosialisasi rencana penataanruang dan keterlibatan masyarakat dalam prosesperencanaan. Pelaksanaan kegiatan penataan ruangmerupakan tanggung jawab politis pemerintah.Namun sebagaimana yang disebutkan oleh Pasal 4Ayat (2) UU No. 24 Tahun 1992, bahwa setiap orangberhak untuk:· mengetahui rencana tata ruang;· berperan serta dalam penyusunan rencana tata

ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalianpemanfaatan ruang.

Pasal 5 Ayat (2) UU No. 24 Tahun 1992 menegaskanbahwa setiap orang berkewajiban mentaati rencanatata ruang yang telah ditetapkan. Peran serta seseorangatau anggota-anggota masyarakat dalam prosesperencanaan tata ruang di daerah telah diatur tatacaranya melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No.9 Tahun 1998.

Apabila banyak anggota masyarakat yang tidakmengetahui rencana penataan ruang yang telahditetapkan, adalah hal yang wajar bila terjadi praktekpenggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencanapenataan ruangnya. Disamping itu, dalam penyusunanrencana tata ruang atau perencanaan penggunaanlahannya juga tidak melibatkan anggota-anggotamasyarakat, maka merupakan suatu fenomena yangwajar apabila ada anggota masyarakat yang tidakmenyetujui rencana maupun praktek penataan ruangtersebut.

Pada periode implementasi rencana tata ruang (1994– 2004) khususnya di tingkat daerah, tidak terkecualidi Kabupaten Penajam Paser Utara, maupun KotaBalikpapan maupun Kabupaten Kutai Kartanegarayang terkait dengan kawasan Teluk Balikpapan, dapatdicermati, bahwa pemerintah belum optimal dalammelibatkan peran partisipatif masyarakat dalamkegiatan penyusunan tata ruangnya. Pihak yang

Page 70: Teluk Balikpapan

dilibatkan baru dari lingkungan pemerintahan saja danpihak konsultan perencanaan. Disamping kurangnyakoordinasi dengan para pemangku kepentingan,gagasan penataan ruang juga masih bersifat sektoralyang mendominasi rencana tata rua ng yangditetapkan.

Perencanaan penggunaan lahan sering disalahartikan,dianggap hanya sebagai sebuah proses dimana paraperencana menetapkan apa yang harus dilakukanmasyarakat terhadap ruang (muka bumi). Namunsebenarnya proses perencanaan merupakan suatu halyang kompleks. Oleh karena rencana penataan ruangdan penggunaan lahan merupakan sebuah kajiansistematis atas faktor-faktor bio-fisik, sosial dan ekonomiuntuk membantu para pengguna atau pengelola lahandalam arti ruang dan sumber dayanya dalammenentukan sejumlah pilihan pemanfaatan ruang(muka bumi) agar dapat meningkat-kan produktivitassecara berkelanjutan untuk meme-nuhikebutuhan-kebutuhan masyarakat (FAO,1993).

Dengan demikian, selain masalahgangguan atau kerusakan lingkunganfisik dan dampak ekologis, sebuahperencanaan penataan ruang maupunpelaksanaan peng-gunaan lahan selamaini, juga berpotensi menghadapi masa-lah dan dampak sosial. Khususnya,berkenaan dengan tingkat keterlibatanmasyarakat dala m perenca-n aanpenataan ruang dan penggunaan lahandan tingkat penerimaan masyarakat ter-hadap pelaksanaan penataan ruang danpenggunaan lahan yang berlangsung.

Pada saat ini pemanfaatan ruang yangada di Teluk Balikpapan telahdialokasikan untuk KawasanPengembang-an Ekonomi TerpaduSamarin-da, Sanga-Sanga, Samboja danBalikpapan (Kapet Sasamba), KawasanIndustri Kariangau, berbagai kegiatanindustri lainnya, pela buha n,permukiman, Hutan Lindung SungaiWain, perikanan, HPH dan HTI. Selainitu rencana penataan ruang yang adajuga belum mengatur pengalokasiansumber daya pesisir dan lautnya secaraefektif. Banyak kegiatan di kawasan TelukBalikpapan yang perlu diintegrasikan

dalam rencana penataan ruang terpadu. Sebagaicontoh, tempat berlabuh dan pencadangan ruang dipesis ir teluk dalam wilayah perkotaan untukkepentingan pembangunan perlu diseimbangkansecara proporsional dengan kepentingan perlindungan/ pelestarian daerah-daerah yang rentan. Selain ituperlu dialokasikan ruang yang terbuka agar masyarakatbisa menikmati lingkungan teluk yang indah dan sehat,sehingga mereka dapat lebih memberikan apresiasidan menimbulkan rasa cinta lingkungannya.

Rencana Tata Ruang perlu dialokasikan untukkawasan-kawasan dengan fungsi lindung sepertisempadan sungai dan pantai, daerah ruaya pesut danduyung, habitat lamun, mangrove dan komunitaskarang, daerah tangkapan air, dan daerah perbukitan.Rencana penataan ruang untuk perairan TelukBalikpapan diusulkan meliputi kawasan mangrove dibagian utara teluk, kawasan ruaya pesut di perairan

Gambar 5. usulan penataan ruang perairan Teluk Balikpapan untuk fungsilindung mangrove, pesut, dan duyung

Page 71: Teluk Balikpapan

sekitar Pulau Balang-Kwangan dan Pulau Benawa,kawasan ruaya duyung dan habitat makannya diperairan sekitar Kariangau (Gambar 5). Selain itu dapatditambah dengan fungsi untuk pengembangan usaha-usaha masyarakat yang mempunyai potensi untukdikembangkan menjadi usaha industri dan kegiatanskala kecil termasuk usaha perikanan tangkap danbudidaya laut (bukan tambak) di kawasan TelukBalikpapan.

Penataan ruang sebenarnya dapat ditangani sendiri-sendiri oleh Pemerintah Kota Balikpapan, KabupatenPena jam Pa ser Utara dan Ka bupa ten KutaiKartaneg ara. Namun kare na kawasan TelukBalikpapan terdiri dari perpaduan wilayah administrasiKota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara, danKabupaten Kutai Kartanegara yang berada dalam satukesatuan ekosistem yang saling mempengaruhi, sertamelibatkan banyak pemangku kepentingan, makadiperlukan penanganan yang khusus dalam polapengelolaan dan pengaturan ruangnya secara terpadu.

Sesuai dengan semangat pasal 10 ayat 3 (b dan c) UUNo 24/1992 maka penataan ruang kawasan TelukBalikpapan dikhususkan untuk meningkatkan fungsikawasan lindung dan kawasan budidaya sertamengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkankesejahteraan masyaraka t. Selanjutnya untukkepentingan penyusunan renstra, kawasan TelukBalikpapan disebut sebagai Kawasan Khusus . Padapasal 8 ayat 3 disebutkan bahwa penataan ruang untukkawasan yang meliputi lebih dari satu wilayahkabupaten/kota madya da erah ting kat I Idikoordinasikan penyusunannya oleh GubernurKepala Daerah Tingkat I untuk kemudian dipadukanke dalam rencana penataan ruang wilayah kabupaten/kotamadya daerah tingkat II yang bersangkutan. Halini dipertegas dalam PP No. 25/2000 pasal 3 yangmenyatakan kewenangan provinsi sebagai daerahotonom mencakup kewenangan dalam bidangpemerintahan yang bersifat lintas Kota/Kabupaten.

SasaranTerciptanya kondisi kawasan Teluk Balikpapan yangsehat dan dinamis melalui perencanaan penataanruang yang terpadu guna peningkatan kesejahteraansosial ekonomi masyarakat di sekitar teluk.

Tujuan1 Menyusun dan mengimplementasikan perencanaan

penataan ruang wilayah khusus kawasan TelukBalikpapan

2 Mengidentifikasi daerah-daerah yang rentan kondisi

lingkungan hidupnya di kawasan Teluk Balikpapandalam alokasi ruang yang bertujuan untukperlindungan dan pemanfaatan yang selaras denganprinsip-prinsip konservasi.

3. Menge mbang kan pola koordin asi antarapemerinta h dan masyarakat dalam prosesperencanaan penataan ruang

Strategi 1Menetapkan batas wilayah kewenangan pengelolaanmasing-masing Kota Balikpapan, Kabupaten PenajamPaser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara dikawasan Teluk Balikpapan.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Melakukan survei dan pemetaan secara terpadu

untuk penetapan batas kawasan teluk yang menjadikewenangan pengelolaan yang disepakati masing-masing pihak.

2. Merumuskan dan menetapkan batas wilayahkewenangan pengelolaan di kawasan teluk yangnantinya ditetapkan secara yuridis formal danadministratif perwilayahan, serta secara politis,ekonomi, dan sosial bisa memuaskan semua pihak.

3. Mengkaji aspek-aspek legal batas wilayahkewenangan pengelolaan di kawasan teluk dansecara operasional dapat men gakomodasikepentingan semua pihak (Kota Balikpapan,Kabupaten Penajam Paser Utara dan KabupatenKutai Kartanegara).

4. Membuat usulan batas perairan dan kawasan telukyang merupakan kewenangan Kota Balikpapan,Kabupaten Penajam Paser Utara, dan KabupatenKutai Kartanegara dan mengajukannya kepadapihak-pihak yang berkompeten

Strategi 2Mengembangkan dan menyusun rencana penataanruang kawasan khusus yang mengarahkan danmengatur kegiatan-kegiatan pembangunan danpemanfaatan ruang di kawasan Teluk Balikpapan

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Melakukan studi dan kajian mengenai isu-isu dan

kegiatan-kegiatan yang memerlukan perlakuanpengelolaan khusus, seperti lokasi alur pelayaran,pembu anga n bahan -bah an hasil kegiatanpengerukan dan limbah lainnya, penambatan danbuang jangkar kapal, penempatan alat-alat tangkap

Page 72: Teluk Balikpapan

perikanan, kebutuhan pengembangan wisata pesisir,daerah-daerah tercemar dan lain-lain.

2. Melakukan pembahasan isu-isu perencanaanpenataan ruang kawasan khusus yang menyangkutkegiatan pengelolaan khusus di Kabupaten PenajamPaser Utara, Kota Balikpapan dan Kabupaten KutaiKartanegara, yang dilanjutkan dengan lokakaryaterpadu di kedua wilayah tersebut.

3. Menyusun rencana penataan ruang kawasan khususTeluk Balikpapan, dan mengajukannya kepadamasyarakat untuk memperoleh penilaian internalmaupun eksternal.

4. Mensosialisasikan penataan ruang kawasan khususTeluk Balikpapan

Strategi 3Memaduserasikan kebijakan dan bentuk pengelolaanyang khusus bagi daerah-daerah yang kondisil ingkungan hidupnya rentan ke dalam rencanapenataan ruang.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Melakukan suatu studi dan kajian mengenai

kondisi-kondisi lingkungan hidup yang rentan padakawasan Teluk Balikpapan.

2. Melakukan p emba hasan dan member ikanrekomendasi terhadap hasil-hasil studi dan kajianbersama dengan para pemangku kepentinganmengenai kebijakan-kebijakan, bentuk-bentukpengelolaan khusus yang perlu diintegrasikan dalamperencanaan penataan ruang kawasan khusus.

3. Mengajukan rencana penataan ruang kawasankhusus berdasarkan rekomendasi termaksud kepadapihak yang berkompeten.

Strategi 4Mengembangkan dan menyusun rencana penataanruang kawasan teluk di Wilayah Kota Balikpapan,Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kabupaten KutaiKartanegara yang selaras dengan penataan ruangkhusus kawasan teluk.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Melakukan studi dan kajian mengenai isu-isu

pemanfaatan di kawasan teluk di Kota Balikpapan,Kabupaten Penajam Paser Utaradan KabupatenKutai Kartanegara.

2. Melakukan pembahasan isu-isu perencanaanpenataan ruang yang menyangkut kegiatan

pengelolaan di masing-masing wilayah.3. Menyusun rencana penataan ruang kawasan Teluk

Balikpapa n, d an men gajukan nya kepadamasyarakat untuk memperoleh penilaian internalmaupun eksternal.

4. Mensosialisasikan penataan ruang kawasan TelukBalikpapan

Strategi 5Memastikan kegiatan pembangunan yang ada danyang baru sesuai atau konsisten terhadap rencana-rencana penataan ruang yang telah ditetapkan.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengidentifikasi penggunaan-penggunaan lahan

yang tidak sesuai dengan rencana penataan ruangyang telah ditetapkan.

2. Mengkaji ulang konsistensi dan kesesuaian antararencana penataan ruang yang telah ditetapkandengan implementasinya.

3. Mengembangkan metode evaluasi dalam upayaoptimalisasi kesesuaian antara kegiatan-kegiatanpembangunan yang ada atau yang baru denganrencana penataan ruang yang telah ditetapkan.

Strategi 6Mengembangkan pola koordinasi antara pemerintah danmasyarakat dalam proses perencanaan penataan ruang

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengidentifikasi pola koordinasi antar pemerintah

dan masyarakat dalam proses perencanaanpenataan ruang.

2. Mengevaluasi dan mengkaji pola koordinasi antarapemerinta h dan masyarakat dalam prosesperencanaan penataan ruang.

3. Menyusun pedoman proses perencanaan penataanruang de ngan melibatkan pemerintah danmasyarakat.

Page 73: Teluk Balikpapan

7. PENDIDIKAN DAN KETERLIBATAN MASYARAKAT

Latar Belakang

Perhatian masyarakat pada sumberdaya pesisir danlaut pada akhir-akhir ini cukup meningkat, terutamayang berkaitan dengan sumber mata pencaharian,sumber gizi, rekreasi dan kenyamanan. Namundemikian sebagian besar anggota masyarakat belummengerti dan bahkan tidak perduli pada pentingnyapelestarian sumberdaya ini. Selama ini cara-carapemanfaatannya cenderung bersifat merusak danbeberapa program yang dikembangkan gagal karenakurang mendapat dukungan dari masyarakat. Untukitu perlu mengembangkan suatu program pengelolaanyang bersifat partisipatif.

Keberhasilan pengelolaan Teluk Balikpapan salahsatunya sangat ditentukan oleh adanya dukungan danketerlibatan masyarakat mulai dari perencanaansampai pelaksanaan kegiatan di lapangan. Masyarakatyang memahami pentingnya sumberdaya teluk akanberperan serta dalam melestarikan dan menjaga teluk.Keterlibatan masyarakat dalam program pengelolaandapat memberikan lebih banyak informasi padapembuat keputusan, terutama mengenai a) potensisumberdaya dan kondisi setempat; b) mengenal minatserta kepedulian masyarakat; c) membantu menekanmasalah-masalah yang bersifat kontroversial; d)memberikan ide baru dan pendekatan yang lebihkreatif dalam pengelolaan sumberdaya. Selain ituperan partisipatif masyarakat sangat diperlukanpemerintah untuk mendukung kelancaran pelaksanaanprogram dan kegiatan yang akan dilaksanakan dilapangan.

Alasan lain pentingnya melibatkan masyarakat dalampengelolaan teluk adalah karena program-programpemerintah pada umumnya mengurusi masalah-masalah besar dan strategis yang mempengaruhi teluk.Pada kenyataannya banyak kegiatan masyarakat dankeputusan-keputusan di tingkat kelurahan sangatdominan mempengaruhi pengelolaan kawasan teluk.Oleh karena itu perlu melibatkan peran masyarakatuntuk mencegah, memulihkan, dan melindungi teluk.Masyarakat harus diberi informasi yang jelas mengenaipentingnya peranan dan manfaat sumberdaya kawasanteluk. Masyarakat harus ditingkatkan kesadaran dankepedulian atas masalah pentingnya pelestarianlingkungan kawasan teluk, sehingga mereka dapat ikutmenjaga dalam rangka pengelolaan sumberdayakawasan teluk.

Agar masyarakat mau dan dapat berperan aktif dalamkegiatan-kegiatan pengelolaan di kawasan teluk, makadiperlukan upaya pendidikan masyarakat melaluiberba gai metode dan p end ekatan . Me mberipemahaman dan melibatkan masyarakat dalam suatukegiatan pengelolaan merupakan hal yang tidakmudah. Beberapa hambatan yang dihadapi dalampend idikan masyarakat ad alah kuran gnyapengetahuan mengenai aspek-aspek pendidikanmasyarakat, kurangnya minat dan tenaga parapendidik dan lemahnya dalam berkomunikasi. Untukmenanggulangi hambatan ini diperlukan suatu prosesyang membutuhkan jangka waktu yang panjangdengan tenaga yang terlatih dan disertai pendanaanyang cukup.

Pelibatan masyarakatdalam pemasangan papannama sungai.

Page 74: Teluk Balikpapan

Pendidikan dan keterlibatan masyarakat merupakankomponen utama dalam mengembangkan programpengelolaan Teluk Balikpapan. Berbagai teknikpendidikan masyarakat telah dilakukan, sepertipelatihan pemetaan partisipatif bersama masyarakat,studi banding bagi pemimpin masyarakat, pelatihanmotivator dan pelatihan penanaman mangrove.Beberapa upaya pelibatan masyarakat yang telahdilakukan antara lain kegiatan pemetaan partisipatifbersama masyarakat, penjaringan informasi melaluisurat kabar, pertemuan publik dan lokakarya, publikasidokumen profil Teluk Balikpapan di surat kabar, danpendirian Forum Sahabat Teluk Balikpapan.

Pada saat ini telah ada beberapa program pendidikanmasyarakat mengenai teluk dan sebagian besardilakukan oleh organisasi non-pemerintahan seperti:1. BIKAL telah memfasilitasi pemetaan tiga kelurahan

di pesisir teluk (Jenebora, Gersik, Kampung BaruTanjung Jumelai). Lembaga ini juga berpartisipasidalam penelitian persepsi masyakat mengenai hutanmangrove.

2. Yayasan Bina Manusia dan Lingkungan (YBML)mengadakan kampanye penyadaran masyarakatmengenai rencana pembangunan jembatan PulauBalang dan konservasi Hutan Lindung Sungai Wain.YBML juga berpartisipasi dalam penelitian persepsimasyarakat mengenai hutan mangrove.

3. NRM/EPIQ, suatu proyek yang didanai USAID, telahmemfasilitasi lokalatih Kampanye Peduli Konservasidengan mengambil studi kasus Sungai Wain.Alumni lokalatih ini kemudian membentuk ForumKampanye Konservasi Alam (FOKAL). FOKAL telahmengadakan kegiatan pendidikan masyarakatmengenai pelestarian lingkungan HLSW danmelakukan kampanye pendidikan para muridsekolah dasar di sekitar Hutan Wain.

4. Lembaga Ornithologi dan Informasi Satwa (LORIES)telah melakukan pendidikan masyarakat di sekitarkawasan HLSW.

5. Bapedalda Kota Balikpapan bekerja sama denganorgan isasi non-pe merintah d an le mbagainternasional memberi pendidikan masyarakatmengenai peranan dan pentingnya teluk. Salah satuprogramnya adalah mendirikan papan iklan untukmengide ntif ikasi wilayah teluk yan g akandilindungi.

6. Proyek Pesisir Kaltim bekerja sama dengan 3kelurahan (Kariangau, Kampung Baru TanjungJumelai dan Mentawir) memfasilitasi pendirianpusat informasi pesisir dan laut untuk mendidikmasyarakat mengenai sumberdaya teluk danmasalah di sekitar teluk.

7. WWF Sundaland Bioregion bekerja sama denganProyek Pesisir Kaltim, YBML, BIKAL dan Yayasan

Padi Indonesia mengadakan penelitian persepsimasyakat mengenai hutan mangrove.

8. Saat ini Dinas Pendidikan Nasional Kota Balikpapanbersama para pemangku kepentingan berinisiatifuntuk menyusun modul dan kurikulum sertareferensi pendidikan lingkungan untuk SD, SMP danSMU di Kota Balikpapan.

Suatu upaya telah diprakarsai dan difasilitasi olehProyek Pesisir Kaltim untuk mendorong terbentuknyaorganisasi di dalam masyarakat dengan nama ForumSahabat Teluk Balikpapan (STB). Tujuan pembentukanForum STB adalah mendukung program pengelolaanTeluk Balikpapan dengan melibatkan partisipasimasyarakat serta membantu pemerintah dan parapemangku kepentingan lainnya.

Pada masa-masa sebelumnya pemerintah belummelibatkan secara penuh peranan masyarakat dalamupaya pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut.Namun pada saat ini, pola pendekatan yang semulasentralistik dan bersifat intruksi (top down) mulaiberubah menjadi kemitraan yang partisipatif danberbasis masyarakat.

Dalam era otonomi daerah, perubahan sikap danketerbukaan dari pemerintah dan para pemangkukepentingan lainnya semakin meningkat. Untuk itu,betapa pentingnya dilakukan upaya-upaya pelibatanperan masyarakat secara penuh dalam prosespengelolaan teluk secara terpadu.

SasaranTerwujudnya peningkatan pengetahuan dan kesadaranmasyarakat akan pentingnya pengelolaan sumberdayaTeluk Balikpapan melalui keterlibatan masyarakat.

Tujuan1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai dan

fungsi penting sumberdaya alam Teluk Balikpapan.2. Meningkatkan peran para pemangku kepentingan

dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TelukBalikpapan.

Strategi 1Menyusun model pembelajaran lingkungan pesisir danlaut bagi sekolah dan masyarakat.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Merancang prinsip-prinsip pendidikan lingkungan

pesisir dan laut.2. Membuat model pembelajaran yang praktis sesuai

Page 75: Teluk Balikpapan

dengan tingkat pengetahuan masyarakat baik secaraformal, informal maupun non formal tentang DAS,pesisir dan laut pada umumnya.

Strategi 2Mengembangkan kurikulum dan modul pendidikanlingkungan pesisir dan laut melalui proses yangpartisipatif.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengadakan lokakarya pengembangan kurikulum

dan modul pendidikan lingkungan pesisir dan laut2. Menyusun kurikulum dan modul pendidikan

lingkungan pesisir dan laut yang diperlukanberdasarkan urutan prioritas

3. Menerapkan kurikulum dan modul pendidikanlingkungan pesisir dan laut di sekolah dan lembagapendidikan nonformal lainnya.

4. Mengadakan pelatihan pendidikan lingkunganpesisir dan laut bagi guru-guru.

Strategi 3Mengembangkan program pendidikan lingkunganpesisir dan laut bagi masyarakat khususnya di sekitarteluk dan masyarakat pada umumnya melalui prosesyang partisipatif.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Mengadakan lokakarya program pendidikan

lingkungan pesisir dan laut2. Menyusun program pendidikan lingkungan pesisir

dan laut yang diperlukan berdasarkan urutanprioritas

3. Menerapkan program pendidikan lingkungan pesisirdan laut bagi masyarakat di sekitar teluk khususnyadan masyarakat pada umumnya.

Strategi 4Mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pro-gram-program pendidikan lingkungan pesisir dan laut.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Menerbitkan dan menyebarkan media berkala

dalam format Koran dan elektronik yang memuatinformasi mengenai teluk.

2. Membuat dan mengelola situs website mengenaiteluk dan program teluk.

3. Membuat dan membina perpustakaan mengenaiteluk bagi badan pemerintah dan organisasi lainnya.

4. Menjalin kerjasama dengan media massa mengenaipenyebaran informasi pengelolaan teluk.

5. Mengadakan acara khusus untuk memperingatihari-hari yang berkaitan dengan lingkungan hidupdan sumber daya pesisir di sekitar Teluk Balikpapan,misalnya pada acara peringatan Hari Nusantaratanggal 13 Desember.

Strategi 5Mengg alang dukun gan dari para pema ngkukepentingan dan pelibatan masyarakat dalampengelolaan teluk.

Langklah-langkah yangdiperlukan:1. Melibatkan para pemangku kepentingan dalam

berbagai kegiatan dalam pengelolaan teluk.2. Mencipta kan kader- kader mot ivato r untuk

mendukung kegiatan pengelolaan teluk melaluipelatihan dan lain-lain.

3. Membentuk dan memberdayakan kelompok-kelompok/organisasi-organisasi masyarakat

4. Mengembangkan prinsip-prinsip keterlibatanmasyarakat dalam pengelolaan teluk

5. Memberikan pelatihan bagi tenaga-tenaga lapanganuntuk memberikan pendidikan lingkungan pesisirdan laut serta keterlibatan publik dalam pengelolaanteluk.

6. Mengembangkan koordinasi pendanaan programantara pemerintah, organisasi non-pemerintah,BUMN/BUMD, swasta dan masyarakat.

Strategi 6Membuat dan mengembangkan sistem evaluasi danpemantauan yang melibatkan para pemangkukepent ingan dalam p elaksanaan pend idikanlingkungan pesisir dan laut serta keterlibatanmasyarakat dalam pengelolaan teluk.

Langkah-langkah yangdiperlukan:1. Melakukan evaluasi dan pemantauan secara

terpadu dan berkesinambungan mengenai programpendidikan lingkungan pesisir dan laut sertaketerlibatan masyarakat dalam pengelolaan teluk.

2. Membuat rencana penyempurnaan programpendidikan lingkungan pesisir dan laut danketerlibatan masyarakat dalam pengelolaan teluk.

Page 76: Teluk Balikpapan

8. HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN

Latar Belakang

Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) yang berada disub DAS Wain merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari ekosistem kawasan Teluk Balikpapan.Keberadaan sub DAS Wain sangat berpengaruhterhadap kesehatan Teluk Balikpapan, sebagai contohsumbangan sedimentasi yang berasal dari Sub DASWain yang rendah karena adanya upaya pengelolaanHLSW. Di dalam kawasan Teluk Balikpapan terdapatsub-sub DAS lainnya yang dapat dikelola sepertipengelolaan sub DAS Wain. Diharapkan pengelolaansub-sub DAS tersebut perlu mengacu kepada renstrapengelolaan Teluk Balikpapan sebagai payung daripengelolaan Kawasan Teluk Balikpapan.

HLSW terletak 27 kilometer sebelah barat KotaBalikpapan. Saat ini HLSW mencakup kawasan seluas9.733 hektar dan berada di DAS Bugis dan Wain. Padaawalnya kawasan ini dikenal sebagai Hutan Tutupanyang ditetapkan oleh Sultan Kutai tahun 1934 denganSurat Keputusan Pemerintah Kerajaan Kutai No 48/23-ZB-1934. Berdasarkan peta kawasan hutan Kaltim(Lampiran SK Menteri Pertanian RI No 24/Kpts/Um/I/1983), HLSW terdiri dari Hutan Lindung Balikpapanseluas kurang lebih 3.295 hektar dan hutan produksiyang dapat dikonversi sekitar 6.100 hektar.

Selanjutnya berdasarkan SK Gubernur Kaltim No552.12/311/KLH-III/1988, 6.100 hektar kawasan hutandi Sungai Wain diusulkan untuk ditetapkan sebagaikawasan hutan lindung. Padatahun 1988 Menteri KehutananRI melalui Surat KeputusanMenteri Kehutanan RI No 118/Kpts-VI I/19 88 menetapkanpembentukan kawasan HLSWseluas 6.100 hektar yangletaknya di Kota Balikpapan dantambahan seluas 3.295 hektar .Jadi total areal Hutan LindungSungai Wain adalah seluas9.395 hektar.

HLSW penting bagi masyarakatBalikpapan berfungsi sebagaipensupla i air bersih,pendidikan, tempat wisata, danfungsi lainnya. HSLW juga

menjadi tempat perlindungan satwa liar yang terancampunah seperti orangutan. Meskipun telah ditetapkansebagai hutan lindung dan mendapatkan perhatian dariberbagai organisasi nasional maupun internasional,namun demikian masih saja terjadi penebangan ilegal,perambahan hutan, dan kebakaran hutan yangsemuanya mengancam kelestarian HLSW. Karena ituperlu kebijakan pengelolaan HLSW yang bersifatpreventif dan represif untuk menjaga kelestarianHLSW.

Otonomi daerah (Undang-undang No 22 tahun 1999dan PP No 25 tahun 2000) memberi kewenanganpengelolaan hutan lindung kepada daerah. PP No 25/2000 menetapkan pemerintah kabupaten atau kotasegera membuat peraturan daerah atau untuksementara dalam bentuk surat keputusan kepaladaerah untuk mengelola kawasan hutan lindung yangada di wilayahnya.

Berdasarkan uraian di atas, pada dasarnya pengelolaanhutan lindung menjadi tanggung jawab pemerintahkota dan kabupaten. Selain itu kaitannya dengan hakotonomi daerah, dalam PP No 25 Tahun 2000 tidaktercantum adanya kewenangan pengelolaan hutanlindung pada pemerintah provinsi, jadi pengelolaanhutan lindung menjadi tanggung jawab pemerintahkabupaten dan kota. Namun kewenangan tersebutbaru berlaku efektif apabila pemerintah provinsi,kabupaten maupun kota telah membuat landasanhukumnya.

Terbakaryanya lapisan batu bara di kawasan Hutan Lindung Sungai Wain.

Page 77: Teluk Balikpapan

Ancaman serius kelestarian HLSW adalah penebanganilegal, kebakaran hutan, dan pemukiman pendudukdi dalam kawasan. Pada tahun 2000, diperkirakansekitar 15 persen areal HLSW telah rusak akibatpenebangan ilegal yang masih terus berlangsung.Penduduk membangun rumah di sekitar dan di dalamHLSW dan mereka telah membuka sekitar 12 persenkawasan HLSW untuk lahan pertanian mereka.Kebakaran hutan tahun 1997/1998 telah merusak 48persen dari hutan primer yang ada dalam kawasanhutan lindung.

Beberapa tahun lalu Pemerintah Provinsi Kaltimmerencanakan membangun jalan lingkar yangmenghubungkan Kawasan Industri Terpadu Kariangaudan jembatan Pulau Balang. Jika jadi, jalan ini akanmemisahkan ekosistem HLSW dengan kawasan lahanbasah dan pesis ir. Pembangunan jalan akanmerangsang dan memberi akses bagi perambahmembuka dan menebang HLSW. Jika jalan sudah jadisulit mencegah perambah masuk ke dalam HLSW.Selain itu hutan bagian barat laut HLSW telah ditebangoleh pengusaha HPH sampai batas kawasan HLSW.

Keterlibatan para pemangku kepentingan dalampelestarian HLSW sangat penting untuk antisipasimasalah karena banyak sekali perbedaan kepentinganyang mungkin bisa menimbulkan konflik yangakhirnya merugikan HLSW. Sebagai contoh, kegiatanpendidikan lingkungan, rekreasi, wisata alam suatubentuk pemanfaatan HLSW dapat menimbulkankonflik kepentingan dengan keinginan pelestariansatwa dan penelitian. Selain untuk kepentinganPertamina yang memiliki dam dan fasilitas pemasokanair di Sungai Wain, juga belum selaras denganpenggunaan kawasan itu untuk kepentingan rekreasi.

HLSW sudah banyak dimanfaatkan oleh berbagaipihak untuk berbagai macam kegiatan terutama untukpenelitian, konservasi, perlindungan dan pengamananhutan. Sejumlah kegiatan yang telah dilakukan diHLSW antara lain:1. Proyek Tropenbos Kalimantan meneliti ekosistem

hutan tropis basah.2. Wanariset I Samboja membuat pelatihan partisipatif

masyarakat bagi 450 petugas kehutanan di Kaltim.3. Wanariset I Samboja meliarkan 84 orangutan dan

sejumlah beruang4. Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Balikpapan bersama

Wanariset I Samboja melaksanakan programperlindungan dan pengamanan hutan termasukpencegahan penebangan ilegal, pemantauankegiatan dan patroli perbatasan, pendidikan danpembinaan masyarakat sekitar HLSW.

5. CDK Balikpapan membuat kampanye mengenaimanfaat dan dampak kerusakan hutan untukmeningkatkan kesadaran masyarakat setempat

6. Program perlindungan hutan dengan anggran Rp280 milyar (87,5 persen dana dari lembagainternasional dan 12,5 persen dari Pemerintah RI).Progra m perlindu ngan diguna kan untukkepentingan pengamanan dan perlindungan,pend idikan, pe mbinaa n, da n penin gkatankesadaran masyarakat di kawasan HLSW.

7. CDK Balikpapan menegosiasikan kesepakatandengan warga Desa Karang Joang mengenaipengendalian masuknya penduduk dan perambahhutan lindung, penghijauan, pembuatan rambu-rambu dan patroli perbatasan, dan menghukum/memberikan sanksi yang melanggar ketentuan yangtelah disepakati.

Selain dukungan dana dan usaha pelestarian, perluditingkatkan kapasitas dan kualitas, meningkatkankemampuan manajerial, pemahaman hukum bagipetugas pelestarian melalui pendidikan dan pelatihanberkala. Sarana dan prasarana pengamanan hutanyang pokok, antara lain fasilitas komunikasi, perludisediakan untuk dapat melakukan pengamanan danperlindungan HLSW secara efektif dan efisien.

Pemda Kota Balikpapan memegang peran utamadalam penentuan kebijakan penataan ruang danpengelolaan HLSW. Pemda Kota Balikpapanmengkoordinasikan semua pelaksanaan programperlindungan dan pengelolaan hutan lindung termasukpendanaannya. Tahun 1999, Tropenbos menyusunRencana Strategis Pelestarian Hutan Lindung SungaiWain. Dokumen ini diharapkan bisa disetujui dandigunakan sebagai acuan rencana strategis jangkapanjang HLSW dan dijadikan pedoman pengelolaanHLSW bagi para pengambil keputusan, badanperen canaan pemb angu nan dan pema ngkukepentingan lainnya.

Dinas Kehutanan Propinsi Kaltim juga telah menyusunRencana Lima Tahunan Pengelolaan Hutan Lindung,Unit Pengelolaan Balikpapan, Kaltim. Dokumen inimenjelaskan fungsi dan peran hutan lindung DASSungai Wain dan Manggar.

Pada saat ini sudah tersedia Renstra PengelolaanHLSW yang telah memuat rencana aksi di lapanganyang disusun oleh Badan Pengelola Hutan Lindungsungai Wain (BP-HLSW). Informasi terinci dari haltersebut dapat dilihat dalam Renstra HLSW yangdimuat dalam Lampiran 6.

Page 78: Teluk Balikpapan

Kelestarian dan peningkatan fungsi-fungsi sumberdayaalam dan lingkungan kawasan Teluk Balikpapansangat penting dalam rangka menunjang kegiatanpembangunan dan kesejahteraan masyarakat yangsemakin berkembang di wilayah ini dan sekitarnya.Untuk itu diperlukan suatu kelembagaan dan rencanastrategis pengelolaan kawasan Teluk Balikpapan yangmengintegrasikan kepentingan para pemangku pihakyang selaras dengan konteks pembangunan global,nasional, regional, dan lokal.

Di dalam dokumen renstra ini telah disusun berbagaistrategi dan langkah-langkah yang diperlukan sebagaiarahan dalam pengelolaan teluk. Untuk dapatmenjalankan strategi dan langkah-langkah yang akandijabarkan dalam program dan kegiatan, makadibutuhkan adanya kerjasama dari para pemangkukepentingan. Kerjasama tersebut diyakini akanmemberikan banyak keuntungan seperti penyediaaninformasi, pembentukan komitmen dan alokasisumberdaya yang dibutuhkan dalam memecahkanberbagai permasalahan.

Koordinasi pengelolaan perlu ditingkatkan melaluisuatu sistem kelembagaan yang meliputi penyusunanprogram dan kegiatan kerja, pengusulan anggaran,pengelolaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi pro-gram dan kegiatan, penyelesaian permasalahan, danpenyampaian informasi serta dengan pelibatanmasyarakat, perguruan tinggi, swasta dan lain-lain.

BAB IVKELEMBAGAAN

PENGELOLAAN TERPADU

Kelembagaan pengelolaan teluk tersebut melibatkanpara pemangku kepentingan Kota Balikpapan,Kabupaten Pasir/Penajam Paser Utara, KabupatenKutai Kartanegara dan Provinsi Kalimantan Timur(sesuai dengan PP No. 25/2000). Dengan demikianmelalui sistem kelembagaan tersebut diharapkantercapainya upaya-upaya pengelolaan teluk yangefektif dan efisien dan menghindarkan terjadinyatumpang tindih perencanaan dan pemborosanpend anaa n. Selain itu ju ga d alam ra ngkameningkatkan pemberdayaan partisipasi masyarakatuntuk menunjang pelaksanaan program dan kegiatandi lapangan.

Kebijakan dan OrganisasiPengelolaan Teluk

Dasar hukum pengelolaan teluk merupakan suatu halyang rumit karena ada puluhan aturan nasional yangbisa memberi legitimasi penyusunan peraturanperundang-undangan dalam kebijakan pengelolaankawasan Teluk Balikpapan. Di tingkat Kota Balikpapan,Kabupaten Pasir/Penajam Paser Utara dan KutaiKartanegara, hanya ada beberapa aturan yang bisadijadikan dasar hukum dalam pengelolaan TelukBalikpapan. Sayangnya peraturan-peraturan daerah inibelum dapat menjadi dasar yang kokoh untukkepentingan pengelolaan teluk secara keseluruhan

Page 79: Teluk Balikpapan

maupun untuk aspek-aspek sumberdaya alam teluksecara parsial. Demikian pula dalam prosespenyusunannya, partisipasi dan konsultasi masyarakatbelum menjadi agenda yang penting untuk dapatmengakomodasi norma dan tatanan sosial setempatserta lebih berorientasi pada aspek-aspek ekonomi.Apabila hal ini tidak diantisipasi sejak dini melaluirenstra pengelolaan teluk yang terpadu makadikhawatirkan lingkungan teluk akan semakin rusak.

Hal lain yang ingin ditekankan adalah bahwa dalammembangun kelembagaan pengelolaan TelukBalikpapan harus didasarkan atas aturan-aturan tertulisserta prinsip-prinsip lainnya yang dapat menjaminkeberlangsungan keberadaan kelembagaan tersebutdalam jangka panjang dan dapat diterima oleh parapemangku kepentingan. Keberadaan kelembagaanpengelolaan yang kuat akan sangat mempengaruhitingkat keberhasilan pelaksanaan program dankegiatan pengelolaan teluk secara terpadu.

Prinsip-prinsip yang perlu dikembangkan dalamkelembagaan pengelolaan teluk adalah:• Sikap keterbukaan/transparansi• Bersifat terbuka bagi berbagai pihak (inklusif) dan

berbasis pihak yang berkepentingan• Jenjang pengawasan yang efektif dan struktur

kelembagaan yang lebih ramping• Dapat dipertanggungjawabkan di depan masyarakat

umum• Kejelasan batas wilayah kewenangan, wilayah

kewenangan pengelolaan berikut peran dantanggung jawabnya yang menuntut perangkatprotokol yang menunjang

• Adanya kelengkapan protokol aturan pengambilankeputusan dan penyelesaian sengketa

• Adanya kelengkapan protokol yang mengatur sistemketerwakilan dan peran serta yang seimbang

• Mampu mengakomodasi dan memfasilitasi normadan institusi sosial setempat

• Dikelola secara profesional dan bersifat legal• Menerapkan prinsip–prinsip dan norma hukum

dalam rangka pengelolaan

Struktur organisasi pengelolaan teluk yang akandibentuk perlu disesuaikan dengan kepentingan dankebutuhan pembangunan sosial, ekonomi danlingkungan serta bersifat fleksibel. Organisasi inimeliputi Dewan Pengelola Teluk, Gugus Tugas Pasir/Penajam Paser Utara, Balikpapan, dan KutaiKartanegara, Komite Penasehat Ilmiah dan Teknis,Sekretariat dan Pelaksana Teknis. Struktur organisasipengelolaan teluk dapat dilihat pada Gambar 6.

Mekanisme Kerja

Untuk menjalankan organisasi pengelolaan telukdiperlukan suatu mekanisme kerja. Melalui mekanismekerja ini diharapkan proses koordinasi diantara parapemangku kepentingan dapat dijalankan dengan baik.Mekanisme hubungan kerja pengelolaan teluk sebagaiberikut :• Dalam organisasi pengelolaan teluk, Walikota

Balikpapan, Bupati Pasir/Penajam Paser Utara,Bupati Kutai Kartanegara dan Gubernur atauperwakilannya, merupakan anggota ex officio(sesuatu yang menjadi bagian karena jabatan danandil) pada Dewan Pengelola Teluk. WalikotaBalikpapan bersama dengan Bupati Pasir/PenajamPaser Utara dan Bupati Kutai Kartanegara akanmemilih satu perwakilan dari setiap kelompok yangberkepen ting an sep erti: org anisasi nonpemerintaha n, indust ri permin yakan danpertambangan, bisnis pantai (galangan kapal,pelayaran, dan lain-lain), bisnis kehutanan, bisnispertanian, bisnis kbisnis perikanan, pemerintahkelurahan, Badan Pengelola Hutan Lindung SungaiWain atau badan pengelola lainnya, tokoh agama,industri turisme dan kalangan akademis

• Dewan Pengelola Teluk akan mengadakanpertemuan paling sedikit satu kali setahun yangdiusulkan setiap bulan Mei atau Juni. Keputusanakan dibuat berdasarkan konsensus dari Gubernur,Walikota dan Bupati dengan pertimbangan penuhpada pandangan perwakilan lainnya secarakeseluruhan. Pertemuan dewan pengelola tersebutterbuka untuk umum.

• Sekretariat Pengelolaan Teluk memberi dukungandan mengkoordinasikan semua aspek usahapengelolaan teluk. Walikota dan Bupati masing-masing akan mengangkat seorang Sekretaris.Berdasarkan keperluan dan anggaran, Sekretarismempunyai wewenan g mencari staf untukmembantu fungsi-fungsi seperti yang tercantumdalam tugas dan tanggung jawab sekretariat. Gajidan pengeluaran Sekretariat lainnya akan diberikanoleh Kabupaten dan Kotamadya dan akan ditambahdari sumber lainnya yang tidak mengikat.

• Penasehat Ilmiah dan Teknis (PIT) berfungsi untukmemberikan masukan-masukan ilmiah dan teknisbagi Dewan Pengelola Teluk dalam membuatkebijakan pengelolaan. Keanggotaan penasehatilmiah dan teknis merupakan orang-orang yang ahlidi bidang keilmuan dan teknologi yang berkaitandengan pengelolaan teluk seperti perikanan,kehutanan, bio-ekologi kelautan, pencemaran dankualitas air, erosi tanah dan pengelolaan data. PIT

Page 80: Teluk Balikpapan

ini akan mengadakan pertemuan setiap tiga bulanatau lebih sering dan akan memilih ketua darianggota yang ada. Sekretariat Dewan PengelolaTeluk mencari staf dan pendukung logistik untukPIT.

• Bupati Pasir/Penajam Paser Utara akan mengangkatanggota dan ketua Gugus Tugas Kabupaten Pasir/Penajam Paser Utara. Walikota Balikpapan akanmengangkat anggota dan ketua Gugus Tugas KotaBalikpapan. Bupati Kutai Kartanegara akanmengangkat anggota dan ketua Gugus TugasKabupaten Kutai Kartanegara. Setiap gugus tugasakan meliputi Bappeda, Perikanan, BPN, Kehutanandan dua perwakilan dari desa, kelurahan ataukecamatan. Sekretariat pengelolaan teluk terkaitakan menjadi anggota ex officio dari masing-masinggugus tugas dan membantu ketua gugus tugasmenyiapkan agenda pertemuan dan notulen danbantuan lain yang dibutuhkan. Gugus tugas akanmengadakan pertemuan paling sedikit satu kalisetiap tiga bulan.

• Gugus Tugas Provinsi akan ditentukan olehGubernur dan memberi dukungan kepada upaya-upaya yang akan dilakukan oleh kabupaten dan

kota. Tug as-tug as dimaksudkan untukmengembangkan strategi pengelolaan kawasanpesisir dan laut di seluruh Provinsi Kaltim.

• Kelompok Kerja merupakan kelompok-kelompokterpisah pada tingkat kota atau kabupaten ataukelompok bersama antara kota, kabupaten, atauprovinsi yang dibentuk oleh dewan pengelola telukmelalui sekretariat. Kelompok kerja ini dibentukberdasarkan isu-isu pengelolaan atau isu-isu yangkhusus seperti isu kebijakan dalam periodeimplementasi rencana strategis.

• Pelaksana teknis merupakan unit pelaksanaoperasional dalam menjalankan program ataukegiata n peng elolaan teluk di lapang an.Pelaksanaan hal-hal yang bersifat teknis dapatdilakukan ba ik oleh d inas/instansi te knis,masyarakat, LSM/KSM maupun swasta. Pada setiapakhir kegiatan, akhir tahun atau sewaktu-waktu,pelaksana te knis melaporkan kemajuanpelaksanaan kegiatan di lapangan kepadasekretariat dan memberikan masukan-masukanuntu k penyemp urnaa n pe rencana an a taupelaksanaan kegiatan berikutnya.

Garis hubungan koordinatif Garis hubungan konsultatif

Pelaksana Teknis

Masyarakat Instansi Teknis LSM/KSM Swasta

KotaBalikpapan

ProvinsiKalimantan

Timur

Kab. Pasir/Penajam Paser

Utara

Kab. Kutaikartanegara

Gugus Tugas

DEWANPENGELOLA

TELUK

Sekretariat

PenasehatIlmiah dan

Teknis

Kelompok KerjaTerpadu

(berdasar isu)

Gambar 6. Struktur Organisasi Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan

Page 81: Teluk Balikpapan

Tugas dan Tanggung Jawab

Dewan Pengelola TelukTugas Dewan Pengelola Teluk (DPT) adalah membuatkebijakan dan melakukan koordinasi dalampenyelenggaraan program kegiatan pengelolaanterpadu.

Tanggung jawab DPT :• Mengadopsi dan mengamandemen Renstra

Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan.• Menyetujui usulan program-program dan kegiatan-

kegiata n peng elolaa n telu k terpad u untukmendapatkan pendanaannya.

• Mendorong upaya-upaya mobilisasi sumberdaya(dana, teknologi, sumberdaya manusia, dan lain-lain) dari luar untuk pengelolaan teluk.

• Memfasilitasi penanganan perselisihan dalampengelolaan terpadu teluk.

• Mendorong kerjasama pengelolaan teluk antaraDPRD Pasir/Penajam Paser Utara, Balikpapan, danKutai Kartanegara, badan pemerintah dan pihak-pihak lain yang terkait.

• Mendelegasikan kewenangan dan menyediakandana operasional dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas kesekretariatan.

Sekretariat Pengelola TelukTugas Sekretariat Pengelolaan Teluk adalah memberidukungan dan mengkoordinasikan semua aspek usahapengelolaan teluk, termasuk meningkatkan pelibatanpara pemangku kepentingan (konstituen).

Tanggung jawab Sekretariat:• Memberikan dukungan pada Dewan Pengelolaan

Teluk, Gugus Tugas, Komite Penasehat Ilmiah danTeknis dan komite khusus dan kelompok kerja.Bantuan ini mencakup: menyiapkan agendapertemuan , mempu blikasikan pertemu an,memfasilitasi pertemuan dan menyiapkan notulensi(catatan pertemuan).

• Memfasilitasi persiapan prioritas anggaran tahunandan program kegiatan pengelolaan teluk terpadu.

• Memfasil itasi pencarian dana dari luar untukkegiatan program khusus, menyiapkan proposalpenggalangan permintaan dana dan mengusahakanbantuan pinjaman, jika diminta.

• Mengu mpulkan infor masi meng enai hasilpengelolaan teluk secara terpadu.

• Membuat laporan tahunan mengenai kemajuanpekerjaan pada Lembaga Pengelolaan Teluk.

• Memfa sil itasi pendid ikan dan keterliba tanmasyarakat mengenai masalah-masalah teluk dan

pengelolaan dengan bantuan Sahabat Teluk,organisasi lainnya dan media massa.

• Memfasilitasi program khusus seperti pelak-sanaanpenelitian, pemantauan, dan lain-lain.

Komite Penasihat Ilmiah dan TeknisTugas Komite Penasihat Ilmiah dan Teknis adalahmemberikan pedoman dan arahan untuk memastikanbahwa rencana dan program pengelolaan teluk dibuatberdasarkan pertimbangan teknis dan ilmiah.

Tanggung jawab Komite Penasihat Ilmiah dan Teknis• Memberikan saran mengenai pengembangan,

implementasi dan penyempurnaan programpengawasan jangka panjang termasuk pengelolaandata.

• Mempromosikan dan memfasil itasi pertukaraninformasi di antara pengguna.

• Memberikan informasi ilmiah dan teknis mengenaiwilayah penelitian, sumber daya alam danpenggunaannya bagi manusia.

• Memberikan saran mengenai penelitian yangdiperlukan untuk membuat dan menyempurnakanprogram pengelolaan teluk dan menjalankan tugasrencana kerja tahunan

• Memberikan masukan teknis lainnya yangdiperlukan.

• Mengintegrasikan kajian-kajian ilmiah denganpengalaman praktis di lapangan yang berkaitandengan pengelolaan teluk yang berkelanjutan.

Gugus Tugas Pasir/Penajam Paser Utara,Gugus Tugas Balikpapan, Gugus TugasKutai Kartanegara, Gugus Tugas ProvinsiGugus Tugas Pasir/Penajam Paser Utara, Balikpapan,dan Ku tai Ka rtane gara be rtug as mengawasipelaksanaan program dan menjadi penghubung antarapemerintah daerah dan desa. Sedangkan Gugus TugasProvinsi bertugas mengkoordinasikan dan memberidukungan kepada upaya-upaya yang akan dilakukanoleh kabupaten dan kota, serta mengembangkanstrategi pengelolaan kawasan pesisir dan laut diseluruh Povinsi Kaltim.

Tanggung jawab gugus tugas :• Mengembangkan dan melaksanakan program-pro-

gram pengawasan pemanfaatan dan perlindungansumberda ya lingkunga n kawasana n TelukBalikpapan.

• Membantu dalam mengembangkan kemampuankelembagaan pelaksana teknis dalam rangkapengelolaan teluk.

• Memberikan rekomendasi berdasarkan masukan

Page 82: Teluk Balikpapan

dari kelompok kerja dan pelaksana teknis kepadadewan pengelola mengenai inisiatif prioritas pro-gram, kegiatan, dan anggaran untuk tahunberikutnya.

• Merekomendasikan usulan mobilisasi sumberdayadalam rangka memfasilitasi program dan kegiatanpengelolaan

• Mengkomunikasikan pelaksanaan program denganpemerintah daerah dan perwakilan desa.

• Membuat koordinasi antar gugus tugas.• Membuat koordinasi dengan institusi pada tingkat

provinsi dan pusat.

Kelompok KerjaTugas kelompok kerja adalah membantu gugus tugasdalam hal-hal yang bersifat operasional yang munculakibat pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan(di luar program kegiatan yang telah disetujui olehdewan pengelola).

Tanggung jawab kelompok kerja:• Membuat rencana kerja kelompok yang akan

diusulkan dalam upaya pengelolaan terpaduterhadap isu-isu pemanfaatan dan perlindungankawasan Teluk Balikpapan.

• Menyepakati dan mengusulkan lokasi tertentusebagai kawasan implementasi (sub-sub DAS)penanggulangan dan pemulihan kerusakan.

• Melakukan kajian-kajian teknis operasional yangberkaitan dengan degradasi dan kerusakan

sumberdaya alam dan lingkungan kawasanan TelukBalikpapan serta upaya-upaya penanggulangannya.

• Mengusulkan temuan-temuan hasil kajian untukperumusan kebijakan oleh gugus tugas.

• Menyusun pedo man teknis peng elolaansumberdaya alam dan lingkungan.

• Membantu meningkatkan partisipasi masyarakatdalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan di lapangan.

Pelaksana TeknisPelaksana teknis terdiri dari Dinas/Instansi terkait,swasta, masyarakat, dan LSM/KSM. Tugas pelaksanateknis adalah menjalankan program-program/rencanaaksi tahunan pengelolaan teluk yang telah disetujuidan disahkan oleh dewan pengelola.

Tanggung jawab pelaksana teknis:· Membantu gugus tugas dalam pelaksanaan program

dan kegiatan yang terkait dengan pengelolaankawasan Teluk Balikpapan.

· Membantu pelaksanaan kegiatan yang yangdiusulkan oleh kelompok kerja (berdasarkantemuan-temuan pengelolaan isu di lapangan)melalui gugus tugas.

Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan teluk telahdirintis oleh Forum Sahabat Teluk Balikpapan (FSTB).Forum ini dapat membantu menjadi penghubungpenting antara program manajemen teluk danmasyarakat. Karena FSTB merupakan organisasiindependen.

Juli - Desember

Lembaga terkaitmenyerahkan usulan

dan anggaranprogram/kegiatan

ke DPRD

Januari - April

Lembaga terkaitmelanjutkan program/kegiatan yang sedangberjalan atau memulai

yang baru

Mei - Juni

Dewan Pengelolameninjau, menentukan

prioritas program/kegiatan dan anggaran

untuk tahunberikutnyaGambar 7. Siklus Perencanaan Program, Kegiatan, dan

Pendanaan Pengelolaan Teluk Terpadu

Page 83: Teluk Balikpapan

Forum ini mempunyai peranan dalam memberikanpenyuluhan masyarakat mengenai masalah lingkunganteluk dan manajemen; melibatkan masyarakat dalamperencanaan dan pelaksanaan proyek; meninjau danmemberi usulan pada amandemen mengenai programmanajemen ini dan mengenai rencana kerja tahunandan anggaran; mendistribusikan informasi dan bahanpada organisasi lainnya; mengupayakan bantuan danadari luar untuk mendukung program dan kegiatanpengelolaan teluk.

Karena luasnya cakupan wilayah dan kompleksitaspermasalahan kawasan teluk, maka diharapkanadanya peran serta aktif dari berbagai lembaga laintermasuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),Organisasi Non Pemerintah (Ornop/LSM), danlembaga pembangunan internasional. Lembaga-

lembaga ini diharapkan dapat bekerjasama dalamupaya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaanteluk.

PendanaanSecara operasional sistem perencanaan program danpendanaan pengelolaan teluk dapat disesuaikandengan siklus perencanaan program dan pendanaantahu nan pemerin tah daera h. Gamb ar 7memperlihatkan tahap-tahap siklus ini dalam setahun.Prosesnya dimu lai pad a bu lan Juni d enga npengembangan prioritas kegiatan dan pendanaanuntuk tahun berikutnya. Lembaga terkait akan mulaimenjalankan proyek mereka pada bulan Januari padaawal tahun anggaran. Di bulan Juni, Dewan PengelolaTeluk meninjau kemajuan badan dan memulaisiklusnya lagi.

Page 84: Teluk Balikpapan

Teluk Balikpapan perlu dikelola secara dinamis atasdasar karakteristik biofisik, sosial, ekonomi, danbudaya. Guna mengantisipasi perkembangan yangterjadi terhadap isu-isu pengelolaan teluk di masamenda tan g, ma ka perumu san per encanaa npengelolaan teluk perlu dilakukan dengan berorientasimasa depan. Dengan demikian strategi-strategi yangdiformulasikan tidak ketinggalan tetapi adaptifterhadap perkembangan atau perubahan yang terjadi.Untuk itu strategi dalam renstra pengelolaan telukperlu dipantau, dievaluasi dan dimodifikasi selarasdengan berkembangnya waktu.

Pemantauan dan evaluasi merupakan tahapanpembelajaran dan penyesuaian di dalam siklusperencanaan pengelolaan sumberdaya pesisir terpadu.Pemantauan dan evaluasi juga merupakan satu-satunya alat yang rasional untuk menilai keefektifanstrategi program dan juga berfungsi untuk menyaringatau memperbaiki suatu rencana pengelolaansumberdaya pesisir. Proses dan hasil pemantauan danevaluasi terbuka untuk disempurnakan sebagaikonsekuensi dari meningkatnya partisipasi parapemangku kepentingan, dan ketika hasil evaluasidipublikasikan secara luas melalui program-programpendidikan dan penjangkauan (outreach).

Pemantauan dilakukan untuk melihat perubahan yangdiperkirakan telah terjadi sebagai akibat dari

pelaksanaan pro gram-prog ram dan kegiatanpengelolaan isu di lapangan. Dalam pelaksanaanpemantauan diperlukan adanya indikator programsosial-ekonomi dan lingkungan sebagai dasarpenilaian. Pemantauan dilakukan berdasarkan datadan informasi dari kondisi awal sebelum pelaksanaansuatu program kegiatan dimulai. Untuk itu setiap isupengelolaan telah disusun indikator pencapaian hasilseperti yang dicatumkan dalam Bab III.

Kegiatan pemantauan dapat dilakukan pada satuperiode waktu tertentu atau secara terus menerus.Pemantauan pada satu periode waktu seringkalidigunakan untuk mengembangkan dan memperbaikirencana, program dan kegiatan pengelolaan, ataumencari solusi yang lebih baik. Pemantauan ini bisadigunakan untuk menentukan lokasi atau menentukantingkat pe ncemaran air pad a suatu sumb erpencemaran. Apabila dilaksanakan dengan benar,kajian semacam ini dapat memberikan gambaran yangbaik mengenai status suatu kawasan tercemar dalamperiode waktu tertentu.

Keuntungan pemantauan seperti ini biayanya murahdan pelaksanaannya cepat bila dibandingkan denganpemantauan yang dilaksanakan secara terus-menerusdalam beberapa periode waktu. Kerugian pemantauandalam satu periode waktu adalah data yang diperolehtidak bisa mewakili kondis i rata-rata. Hasil

BAB VPEMANTAUAN DAN EVALUASI

Page 85: Teluk Balikpapan

pemantauan ini bisa sangat bias apabila dilaksanakandalam lingkungan perairan yang dapat berubah dariwaktu ke waktu.

Membangun sistem yang baik berdasarkan programpemantauan bukan merupakan tugas yang mudah.Indikatornya harus dipilih secara tepat dan dirancanguntuk mengevaluasi apakah tindakan pengelolaantelah berhasil. Untuk itu, pemantauan harus mampumembed akan antara efek yang diseba bkanpengelolaan dengan efek yang disebabkan olehperubahan lingkungan alami atau yang disebabkankarena perubahan manusia yang berada di luar kendaliprogram.

Langkah berikut ini dirancang untuk menyusun strategipemantauan jangka panjang Teluk Balikpapan:1. Membua t d aftar isu lingkunga n yang

diidentifikasikan dalam rencana pengelolaan dantindakan konservasi yang telah mendapatkanrekomendasi pengelolaannya.

2. Menjabarkan sasaran ke dalam tujuan pemantauanyang lebih spesifik.

3. Memilih indikator spesifik sesuai dengan masing-masing tujuan pemantauan.

4. Menelaah program pemantauan yang ada danmengidentifikasi program yang mengukur indikatoryang sama.

5. Menentukan rancangan pengambilan sampel(stasiun tetap, stasiun acak, dan/atau disainberstrata).

6. Memilih metoda pemantauan dan pengolahan/analisis sampel.

7. Menguji kemampuan program yang diusulkanuntuk memenuhi kriteria indikator kinerja.

Badan Pengelola Teluk Balikpapan mempunyai fungsikoordinatif dalam usulan rencana program dankegiatan pengelolaan terpadu (yang tentunyamempunyai karakteristik lintas sektor), serta dalampelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Pemantauanyang dilakukan oleh Badan Pengelola dapat dilakukanmelalui suatu unit pemantauan yang bersifat adhoc.Kegiatan pemantauan dapat dilakukan oleh suatu timyang anggotanya terdiri dari orang-orang yang berasaldari instansi/lembaga yang ada di dalam Gugus Tugas.Tim ini akan bertanggung jawab untuk melaksanakankegiatan pemantauan dengan mendapat arahan dariPenasehat Ilmiah dan Teknis. Tugas-tugas dari timadalah :1. Melakukan identifikasi terhadap program-program

pengelolaan yang berkaitan dengan upayapemantauan sesuai dengan saran dari Penasehat

Ilmiah dan Teknis2. Menyusun dan melaksanakan kegiatan program

yang sistematis untuk memantau kelestarianlingkungan teluk disertai dengan rancanganbiayanya.

3. Menilai efektivitas pengelolaan dari programtersebut

4. Menyiapkan laporan berkala dari hasil pemantauan5. Melakukan kajian program pemantauan setiap lima

tahun dan menyesuaikan program sesuai dengankebutuhan

6. Menyebarluaskan informasi mengenai kelestarianlingkungan teluk pada para pemangku kepentingan.

Keluaran dari program pemantauan adalah laporansecara periodik mengenai hasil pemantauan. Laporantersebut disampaikan kepada pimpinan wilayah ad-ministratif (Gubernur, Walikota, dan Bupati) sertaDPRD masing-masing wilayah. Laporan-laporan inimenjadi bahan evaluasi untuk mengukur efektivitaspenerapan program-program dalam strategi darirenstra. Evaluasi terhadap hasil kinerja ini selanjutnyamenjadi bahan untuk merevisi rencana, mengakhiri,menyesuaikan atau menyempurnakan suatu strategirenstra pada masa mendatang. Selain itu evaluasidilakukan terhadap kemampuan lembaga-lembaga(misalnya kelayakan struktur pengelolaan, kapasitaspelaksana) dan kegiatan di lapangan serta pencapaianhasil akhir dari tujuan (misalnya mengukur perubahankondisi bio-fisik, sosial-ekonomi di kawasan TelukBalikpapan). Kegiatan evaluasi dapat dilakukan secaraperiodik misalnya 1 - 3 tahun sekali oleh DewanPengelola Teluk.

Evaluasi dilakukan untuk mengkaji efektivitas daristrate gi program-p rogra m baru, memeriksapermasalahan-permasalahan dalam implementasi-nya, membuat penyesuaian dalam strategi-strategi,membuat keputusan tentang program pengelolaan,penelitian atau pengulangan (replikasi) dan jugamaksud-maksud lainnya.

Dalam pelaksanaan program pemantauan danevaluasi, penting untuk melibatkan publik. Publik,baik yang berada di dalam kawasan maupun di luarkawasan Teluk Balikpapan, dimungkinkan untukmelakukan pemantauan kinerja renstra melalui ruangyang dibuka oleh Sekretariat Dewan Pengelola Teluk.Sekretariat menerima berbagai saran, kritik, masukanmaupun aspirasi publik, dan mendokumentasikan sertamempublikasikannya bagi semua pihak. Saran, kritik,masukan maupun aspirasi tersebut didiskusikan olehGugus Tugas pada setiap tahunnya dan oleh Dewan

Page 86: Teluk Balikpapan

Pengelola dalam setiap 3 tahun guna menjadipertimbangan dalam perbaikan Rencana StrategiPengelolaan Teluk Balikpapan.

Pembukaan ruang bagi publik untuk memberikanberbagai pendapatnya bisa dilakukan denganmenggunakan media kotak pendapat di berbagaitempat strategis, kotak pos, hotline telepon dan faxmaupun melalui internet, baik email, website maupunmailing lis t dengan ditujukan kepada SekretariatDewan Pengelola Teluk.

Setiap hasil dari pemantauan dan evaluasi yangdilakukan oleh Dewan Pengelola Teluk dan GugusTugas, Sekretariat Dewan Pengelola Teluk memilikikewajiban untuk mengkomunikasikannya kepadapublik. Proses pengkomunikasian kepada publikdilakukan dengan berbagai cara, di antaranya melaluibulletin, kolom khusus di media cetak, spot iklan diradio dan televisi, papan informasi di beberapa tempatstrategis, maupun melalui penggunaan fasilitas internet(website dan mailing list).

Page 87: Teluk Balikpapan
Page 88: Teluk Balikpapan

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penasehat Antar Pemerintahan, AdministrasiLayanan Umum Amerika Serikat. 1998. Dasar bagiManajemen Antar Pemerintahan Yang Berhasil.November, 1998.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)Kabupaten Pasir. 2001. Revisi Rencana Tata RuangWilayah Kabupaten Pasir 1997-2004. BappedaKabupaten Pasir. Pasir, Kalimantan Timur.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)Kota Balikpapan. 2000. Revisi Rencana Tata RuangWilayah Kota Balikpapan 2000-2004. BappedaKota Balikpapan. Balikpapan, Kalimantan Timur.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)Provinsi Kalimantan Timur. 1998. RencanaStrategis Pengelolaan Pesisir dan Laut KalimantanTimur. Bappeda Provinsi Kalimantan Timur.Samarinda, Kalimantan Timur.

Badan Pe rencanaan Pemba ngunan Nasional(Bappenas). 1997. Glosari Istilah Perencanaan danPengelolaan Sumberdaya Laut dan Pesisir.Sekretariat Proyek MREP. Jakarta.

Boards of Directors and Advisors of The InternationalEcotourism Society (TIES). 2001. Statement on theUnited Nations International Year of Ecotourism.January 6, 2001

Boer, C. dan D. Udayana. 1999. Kondisi EkosistemHutan Mangrove di Kawasan Pesis ir TelukBalikpapan. Technical Report Proyek Pesisir, CoastalResources Center, University of Rhode Island,Jakarta, Indonesia.

Ceballos-Lascurain H. 1996. Tourism, ecotourism andprotected areas: The state of nature-based tourismaround the world and guidelines for its develop-

ment. IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge,UK.

Charlotte Harbor National Estuary Program. 2000.Comprehensive Conservation and ManagementPlan, North Fort Myers, Florida USA.

De Bruyn, P. 2002. Tipe Komunitas Padang Lamundan Keberad aan Dugong dug on di SekitarKariangau. (Komunikasi lisan ).

Djawad, M. I., R. Malik, J. J. Wenno, A. J. Siahainenia,A. Setiadi, A. Kristiani, dan N. Syamsu. 2001.Potensi Budidaya Wilayah Pesisir Teluk Balikpapandan Balikpapan Timur. Technical Report ProyekPesisir, Coastal Resources Center, University ofRhode Island, Jakarta, Indonesia.

East Kalimantan Provincial Forestry Service. 2000.Five-Year Management Plan for Wain River andManggar Protected Forest. Forestry Service, EastKalimantan.

Fredriksson G.M. and de Kam. 1999. PerencanaanStrategi Untuk Pelestarian Kawasan Hutan LindungSungai Wain Kalimantan Timur. The InternationalMinistry of Forestry and Estate Crops – TropenbosKalimantan Project.

Fredriksson, G., Graham Usher, Dadang I. G., Satria I.P., and Annaliza C. 2001. WRPF Conservation isCollective Responsibility . Paper Presented atBalikpapan City Working Meeting in Collabora-tion with WRPF stakeholders. March 15, 2001.Balikpapan, Indonesia.

GESAMP (IMO/FAO/UNESCO-IOC/WMO/WHO/IAEA/UN/UNEP Joint Group of Experts on the Sci-entific Aspect of Marine Environmental Protection).1996. The contributions of science to coastal zonemanagement. Rep. Stud. GESAMP.

Page 89: Teluk Balikpapan

Hardwinarto, S. 2000. Dampak Gangguan PenutupanLahan terhadap Sedimentasi pada Waduk di DASWain, Balikpapan. Jurnal Frontir UNMUL. No 30.Samarinda.

Hopley, D. 1999. Geological & Geomorphological In-puts Into Tropical Coastal Management with spe-cial reference to Balikpapan Bay, East Kalimantan.Proyek Pesisir Publications TE-99/01-E Coastal Re-sources Center, University of Rhode Island, Jakarta,Indonesia.

Integrated Task Team of the Xiamen DemonstrationPproject. 1996. Coastal Environmental Profile ofXiamen. MPP-EAS Technical Report No. 6. QueenCity, Philipines.

Intergovernmental Advisory Board, U.S. 1998. Foun-dations for Successful Intergovernmental Manage-ment. General Services Administration. USA.

MacKinnon, K., et al. 1996. The Ecology ofKalimantan. Periplus Editions (HK) Ltd.

Magenda, B. 1991. East Kalimantan, The Decline of ACommercial Aristocracy. Cornell Modern Indone-sia Project. Southeast Asia Program, CornellUniversity. Ithaca, New York.

Krebs, D. 2000. Conservation of the Pesut (Orcaelabrevirostris) in the Mahakam River, Lakes and Coastof East Kalimantan, Indonesia. Zoological Mezeum.Amsterdam.

_________. 2001. Conservation of the Pesut (Orcaelabrevirostris) in the Mahakam River, Lakes and Coastof East Kalimantan, Indonesia. Zoological Mezeum.Amsterdam.

Mertohadidjojo, K.T. 2000. Ecotourism assessmentProyek Pesisir.

McCarthy, S.A. and F.M. Khambaty. 1994. Internationaldissemination of epidemic Vibrio cholerae by cargoship ballast and other nonpotable waters. Appliedand Environmental Microbiology 60: 2597-2601.

Montana, P.A. 1996. A Conceptual Ecosystem Modelof the Corpus Christi Bay National Estuary ProgramStudy Area. Corpus Christi National EstuaryProgram.

Mustofa, H.A. 2000. Kamus Lingkungan. Rineka Cipta.Jakarta

National Park Service. 1993. Guiding Principles forSustainable Design. Denver, Colorado, U.S.:National Park Service, Denver Service Center.

Pemda Provinsi Lampung. 2000. Rencana StrategisPengelolaan Wilayah Pesisir Lampung. KerjasamaPemerintah Daerah Provinsi Lampung denganProyek Pesisir Lampung dan PKSPL-IPB. BandarLampung. Indonesia. 96 hal.

Pemkot Balikpapan, YBML, Epiq-NRM, Proyek Pesisir,AMAN dan UNIBA 2002. Rencana StrategiPengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain. Pemkot

Balikpapan.Pimentel, D. L. L., R. Zuniga and D. Morrison. 1999.

Environmental and Economic Costs Associated withNon-Indigenous Species in the United States.Cornell University.

Proyek Pesisir KalTim, BAPPEDA Propinsi KalTim, danBPN Kota Balikpapan dan Kabupaten Pasir. 1999.Survey Kajian Cepat Penggunaan Lahan di TelukBalikpapan. Proyek Peisir KalTim. Balikpapan,Indonesia.

Pernetta, J. 1994. Atlas of the oceans. Oktopus Pub-lished Group Ltd. China. p112.

Puget Sound Water Quality Action Team. 2000. PugetSound Water Quality Management Plan. Olympia,WA, USA

Ramli Malik, M. Zulfikar Mochtar, Amir Hamzah, AdiDarma, A. Pirade, Farida HF, Kasmawaty, AchmadYani, Mukti. 1999. Survey Identifikasi Isu danMasalah di Teluk Balikpapan – Kabupaten Pasir.Technical Report (TE-99/02-I) Proyek Pesisir, CoastalResources Center, University of Rhode Island.Jakarta, Indonesia.

Ramon. 1999. Kajian Sifat-Sifat Tanah dalamHubungannya terhadap Penggunaan Tanah WilayahSistem DAS Teluk Balikpapan. Internship Report,Proyek Pesisir Kalimantan Timur. Balikpapan, In-donesia. (Tidak dipublikasikan).

Resosudarmo, B. 1999. The Structure of EastKalimantan Economy and the Roles of Balikpapan.Natural Resources Management Program, Jakarta.

Sarwono, Mursidi, Abdunur, R. Malik, dan A.J.Siahainenia. 1999. Kondisi HidrooseanografiPerairan Teluk Balikpapan. Technical Report (TE-99/16-I) Proyek Pesisir, Coastal Resources Center,University of Rhode Island, Jakarta, Indonesia.

Saunders, L. 1999. Balikpapan Bay, An Initial Re-view of the Economy and Natural Resources (Pre-liminary Draft), 3 March 1999.

Siahainenia, A. J., B.R. Crawford, R. Malik. 1999.Aspek Sosial-Ekonomi Untuk PemanfaatanSumberdaya Pesisir DAS Teluk Balikpapan dan DesaJenebora, Kalimantan Timur. Technical Report (TE-99/14-I) Proyek Pesisir, Coastal Resources Center,University of Rhode Island, Narragansett, RhodeIsland, USA.

Simarmata, R. 2001. Problem Hukum PengelolaanTeluk Balikpapan. Draft Technical Report ProyekPesisir, Coastal Resources Center, University ofRhode Island, Jakarta, Indonesia.

Suyatna, Iwan, M. Zainuri, M. Mursidi, M. and RamliMalik. Survey Kondisi Perikanan di Kawasan TelukBalikpapan. Technical Report (TE-99/23-I) ProyekPesisir, Coastal Resources Center, University ofRhode Island, Jakarta, Indonesia.

Page 90: Teluk Balikpapan

The Tampa Bay National Estuary Program. 1996. Chart-ing the Course for Tampa Bay. December, 1996. St.Petersburg, FL, USA.

The World Bank. 1996. Guidelines for IntegratedCoastal Zone Management. World Bank

Tropenbos Foundation of the Netherlands. 1999. Stra-tegic Plan for Conservation of the Wain RiverProtected Forest, Wanariset Samboja, Departmentof Forestry.

United Nations Economic and Social Council Resolu-tion, General Assembly, December 1998

UNEP. 2001. Manual for the International Year ofEcotourism. UNEP

UNMUL dan P royek Pesis ir Kaltim. 2001 .Pemantauan Kualitas Air di Teluk Balikpapan.Proyek Pesisir KalTim. (Tidak dipublikasikan)

U.S. Agency for International Development Water andSanitation for Health Project. 1993. Lessons Learnedin Water, Sanitation and Health; Thirteen Years ofExperience in Developing Countries.

Voss, F. 1988. Atlas East Kalimantan Indonesia. EastKalimantan Transmigration Area DevelopmentProject (TAD). Kalimantan Timur, Indonesia.

Walters, J.S., J. Maragos, S. Siar and A.T. White. 1998.Participatory Coastal Resource Assessment: A Hand-book for Community Workers and Coastal ResourceManagers. Coastal Resource Management Projectand Silliman University, Cebu City, Philippines.

Wenno, J.J. 2002. Perubahan Kualitas Perairan TelukBalikpapan serta Upaya PenanggulangannyaMelalui Pendekatan Pengelolaan Terpadu. KONASIII. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan LautanIndonesia. Bali 21-24 Mei 2002.

Wholey, J.S., Hatry, H.P.and K.E. Newcomer. 1994.Handbook of Practical Program Evaluation. Jossey-Bass. San Francisco.

Working Group Erosi dan Sedimentasi. 2002. KajianErosi dan Sedimentasi pada DAS Teluk BalikpapanKalimantan Timur. Technical Report (TE-02/11-I)Proyek Pesisir, Coastal Resources Center, Universityof Rhode Island. Jakarta, Indonesia.

Page 91: Teluk Balikpapan