kematian dalam irang-irang sekar panjang karya …digilib.uin-suka.ac.id/3023/1/bab i, v, daftar...
TRANSCRIPT
i
KEMATIAN DALAM IRANG-IRANG SEKAR PANJANG
KARYA K.H. MUHAMMAD SIRADJ
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Guna Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam S. Fil. I
Oleh: Yusyik Wazan NIM: 01510655
JURUSAN AKIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2008
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Yusyik Wazan
NIM. : 01510655
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan : Akidah Filsafat
Alamat Rumah : Kauman 1 No.20 Payaman Secang Magelang
Telp. : 081804109368
Alamat di Yogyakarta : Minhajul Muslim Jl. Timoho No. B.8 komp. UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta
Judul Skripsi : Konsep Kematian dalam Irang-irang Sekar Panjang
Karya K.H. Muhammad Siradj
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Skripsi yang saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang saya tulis
sendiri.
2. Bilamana skripsi ini telah dimunaqasyahkan dan diwajibkan revisi, maka
saya bersedia merevisi dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung dari tanggal
munaqasyah, jika lebih dari 2 (dua) bulan maka saya bersedia dinyatakan
gugur dan bersedia munaqasyah kembali.
3. Apabila dikemudian hari ternyata diketahui bahwa karya tersebut bukan
karya ilmiah saya, maka saya bersedia menanggung sanksi untuk dibatalkan
gelar kesarjanaan saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
iii
Dr. H. Zuhri, S.Ag, M.Ag Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta NOTA DINAS PEMBIMBING
HAL : Pengajuan Munaqasah Skripsi Lam : 6 (Enam) ekslempar Kepada Yth., Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga DiYogyakarta Assalamu’alaikum wr. wb. Setelah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa,
maupun teknik penulisan dan setelah membaca keseluruhan skripsi ini maka
mahasiswa tersebut di bawah ini:
Nama : Yusyik Wazan NIM : 01510655 Jurusan : Akidah Filsafat Judul : Kematian dalam Irang-irang Sekar Panjang Karya K.H.
Muhammad Siradj
Maka kami selaku pembimbing dan pembantu pembimbing, berpendapat
bahwa skripsi ini telah layak diajukan untuk dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya
kami mengucapkan terima kasih.
Assalamu’alaikum wr. wb.
Yogyakarta, 22 Oktober 2008
iv
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA FAKULTAS USHULUDDIN
Jl. Marsda Adisucipto Telpon/Fax. (0274) 512156 Yogyakarta
PENGESAHAN Nomor : UIN.02/DU/PP.00.9/1086/2008
Skripsi dengan judul: Konsep Kematian Dalam Irang-irang Sekar Panjang Karya K.H. Muhammad Siradj
Diajukan oleh: 1. Nama : Yusyik Wazan 2. NIM : 01510655 3. Program Sarjana Strata 1 Jurusan : Akidah Filsafat
Telah dimunaqosyahkan pada hari: Kamis, tanggal: 30 Oktober 2008 dengan
nilai: 91/A- dan telah dinyatakan syah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu.
v
MOTTO
t Ï%©! $# (#θ ãΖ tΒ#u óΟs9 uρ (#þθ Ý¡ Î6ù=tƒ Ο ßγ uΖ≈yϑƒÎ) AΟù=ÝàÎ/ y7 Í×‾≈ s9 'ρ é& ãΝ ßγ s9 ßøΒF{ $#
Ν èδuρ tβρ߉ tGôγ •Β
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.
~ Q.S. Al-An’am : 82 ~
“ La Vita E Bella “ ~ Roberto Benigni ~
The purpose of life is not to be happy. It is to be
useful, to be honorable, to be compassionate, to have it
difference that you have lived and lived well
~ Ralph Waldo Emerson ~
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Alm. Ahmad Fauzan dan Alm. Istiqomah, bapak ibuku tercinta;
Kakakku Kumala Izza;
Bapak Muhammad Anas;
Tanpa kalian, aku bukanlah apa-apa
Mbah Hadi Sekeluarga,
Terima kasih
vii
ABSTRAK
Kematian, sebuah kata yang tak asing lagi. Setiap manusia pasti akan merasakannya, karena kematian merupakan suatu fase yang harus dilalui oleh manusia. Walaupun kematian merupakan hal yang biasa manusia lihat maupun dengar, tetapi kematian menyebabkan ketakutan yang sangat luar biasa. Hal ini dikarenakan kematian merupakan sebuah misteri, sebuah hal ghaib yang belum satupun manusia mengetahui yang sesungguhnya, kecuali manusia tersebut merasakan sendiri kematian. Misteri dibalik kematian ini, di dalam agama Islam sedikit banyak dijelaskan di dalam al-Qur’an dan Hadits. Di dalam kedua sumber tersebut disebutkan bahwa akan ada kehidupan setelah manusia mati, yang mana dalam kehidupan tersebut manusia akan dimintai pertanggungjawaban selama manusia hidup di dunia. Hal inilah yang juga dikemukakan oleh K.H Muhammad Siradj dalam buku yang beliau tulis, Irang-irang Sekar Panjang. Beliau menggambarkan kematian dan kehidupan setelah mati sedemikian rupa dan memaknainya sehingga ketakutan manusia akan kematian dijadikan cara yang jitu untuk memperbaiki syari’ah warga di sekitar tempat tinggalnya yang masih abangan. Yang menjadi persoalan kemudian adalah kematian seperti apakah yang digambarkan oleh K.H. Muhammad Siradj dalam buku tersebut dan bagaimankah makna kematian dalam buku tersebut, sehingga mampu menggugah keimanan dan ketakwaan seseorang, sehingga orang tersebut yang semula merasa ketakutan menghadapi kematian menjadi seseorang yang sangat tenang menghadapi kematian. Penelitian mengenai konsep kematian yang terdapat dalam buku Irang-irang Sekar Panjang karya K.H. Muhammad Siradj ini menggunakan metode deskriptif-intepretatif sebagai metode penelitiannya. Dengan metode ini diharapkan, peneliti mampu menggambarkan dengan jelas konsep kematian dalam buku tersebut, sehingga dapat dimaknai apa sesungguhnya makna dari kematian. Dengan kedua metode tersebut dapat menghasilkan kesimpulan bahwa kematian dalam Irang-irang Sekar Panjang edapat diartikan sebagai nikmat tetapi juga dapat diartikan sebagai bencana. Kematian akan menjadi nikmat bagi orang-orang yang melakukan amal baik semasa hidupnya. Kematian akan menjkadi bencana ketika yang menghadapinya adalah orang-orang yang tak pernah melakukan amal buruk dalam kehidupannya. Kematian merupakan kehidupan baru manusia yang lebih abadi dan di dalamnya manusia akan mendapatkan nikmat di surga atau siksa yang pedih di neraka. Dengan begitu, manusia dituntut untuk selalu mengamalkan perbuatan baik guna bekalnya menghadapi kematian.
Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai konsep kematian. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan seseorang sehingga dengan keimanan dan ketakwaan tersebut mereka mampu menghadapi kematian dengan penuh ketenangan dan kedamaian.
viii
KATA PENGANTAR
�� ا��� وا�� ة وا�� م ��� ا� � � ا�ي ��� �� � ��� � � �دم ����� وا�
�� ا�&ب وا�$� و��� �! وأ"�� �! �� ��' � :و��� ، ا��(م وا�*� )ا�(
Segala puji syukur senantiasa penulis sampaikan kepada Allah SWT, atas
segala rahmat dan petunjukNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad Saw, Nabi akhir zaman, para sahabat dan keluarga beliau.
Selanjutnya penulis menyadari akan kelemahan yang melekat dalam sisi
diri penulis, bahwa skripsi “Konsep Kematian dalam Irang-irang Sekar Panjang
Karya K.H. Muhammad Siradj” ini tidak mungkin dapat penulis selesaikan tanpa
bantuan orang-orang hebat disekitar penulis.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih yang setinggi-tingginya kepada : Ibu Dr. Sekar Ayu Aryani, M.Ag., selaku
Dekan Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan izin penulis untuk
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Bapak Sudin, M.Hum., selaku Ketua
Jurusan Akidah Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Bapak Fahrudin Faiz, M.Ag.,
selaku sekretaris Jurusan yang telah mengabulkan skripsi ini. Bapak Dr. Alim
Roswantoro, S.Ag, M.Ag, selaku penasihat akademik yang telah dengan sabar dan
penuh pengertian mengarahkan dan membimbing penulis selama aktif studi di
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Bapak Dr. H. Zuhri, S.Ag, M.Ag, selaku
pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran dalam
ix
membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini. Almarhum Bapak dan Ibu, yang
dengan pengorbanan, limpahan kasih sayang dan cintanya yang tulus, ikhlas
mendidik dan membesarkan penulis, semoga limpahan kasih sayang Allah
senantiasa tercurah kepada beliau sekalian, Amin. Bapak, kakak-kakakku, dan
seluruh keluarga yang dengan ikhlas selalu memberikan semangat kepada penulis.
Buat anak-anak Payaman yang menyemangati penyelesaian penulisan
skripsi ini hanya untuk bisa ke Jogja bareng-bareng: Lala, Amna, Undil, Acha,
Khurin “Kaing-Kaing”, Thoriq, Fikri, Upin, Spesial Pak Adung atas semua
support dan bagi pengalamannya
Spesial kepada Minhaj jaya community; Sabik, Arip “Gondrong”, Muklis,
Mada, terimakasih atas bantuannya dan banyak kawan minhaj lainnya yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu. Tak luput teman-teman angkatan 2001,
terutama kelas AF B dan teman-teman angkatan 2002 Sastra Arab Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang tak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Terakhir, penulis menyadari banyak kesalahan dalam skripsi ini, tiada
gading yang tak retak, namun disitulah letak keasliannya. Semoga skripsi ini
bermanfaat, Amin.
La Tahzan Inna Alla>ha Ma’a>na>
Yogyakarta, 22 Oktober 2008
Penulis
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI., tertanggal 22 Januari 1988, No:
158/1987 dan 0543b/U/1987.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama Huruf Latin Keterangan
Alif ……….. tidak dilambangkan أ
Bā' B be ب
Tā' T te ت
Śā' s\ es titik atas ث
Jim J je ج
Hā' h ح·
ha titik di bawah
Khā' Kh ka dan ha خ
Dal D de د
Źal z\ Zet titik di atas ذ
Rā' R er ر
Zai Z zet ز
Sīn S es س
xi
Syīn Sy es dan ye ش
Şād s} es titik di bawah ص
Dād d ض·
de titik di bawah
Tā' t} te titik di bawah ط
Zā' Z ظ·
zet titik di bawah
Ayn …‘… koma terbalik (di atas)' ع
Gayn G ge غ
Fā' F ef ف
Qāf Q qi ق
Kāf K ka ك
Lām L el ل
Mīm M em م
Nūn N en ن
Waw W we و
# Hā' H ha
Hamzah …’… apostrof ء
Yā Y ye ي
xii
II. Konsonan Rangkap, karena tasydīd ditulis rangkap:
&'(*+,- ditulis muta‘aqqidīn
ditulis ‘iddah /)ة
III. Tā' Marbūt}ah di akhir kata.
1. Bila dimatikan, ditulis h:
ditulis hibah ه01
0'34 ditulis jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya,
kecuali dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t:
ditulis ni'matullāh 8+07 ا5
ditulis zakātul-fit}r زآ=ة ا>;:9
IV. Vokal Pendek
____ (fathah) ditulis a, contoh: 9ب@ ditulis d}araba
____ (kasrah) ditulis i, contoh: ACD ditulis fahima
____ (dammah) ditulis u, contoh: F,آ ditulis kutiba
xiii
V. Vokal Panjang
1. fathah + alif, ditulis ā (garis di atas).
0HI4=ه ditulis jāhiliyyah
2. fathah + alif maqşūr, ditulis ā (garis di atas).
K+L' ditulis yas'ā
3. kasrah + ya mati, ditulis ī (garis di atas).
(HM- ditulis majīd
4. dammah + wau mati, ditulis ū (dengan garis di atas).
{9D ditulis furūdوض
VI. Vokal Rangkap
1. fathah + yā mati, ditulis ai.
ANOHP ditulis bainakum
2. fathah + wau mati, ditulis au.
QR ditulis qaulل
VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof.
A,8اا ditulis a'antum
ditulis u'iddat ا/)ت
AS9NT &U< ditulis la'in syakartum
xiv
VIII. Kata Sandang Alif + Lām
1.Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-.
ditulis al-Qur'ān ا>*9ان
ditulis al-Qiyās ا>*H=س
2.Bila diikuti huruf syamsiyyah, ditulis dengan menggandengkan huruf
syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l-nya.
V7W<ا ditulis asy-syams
'ditulis as-samā ا>7L=ء
IX. Huruf Besar
Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut
penulisannya.
{ditulis z}awi> al-furūd ذوى ا>;9وض
0OL<ا Yاه ditulis ahl as-sunnah
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... ii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN........................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xv
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
D. Metode Penelitian .............................................................................. 7
E. Tinjauan Pustaka................................................................................ 9
F. Sistematika Pembahasan .................................................................... 10
BAB II: BIOGRAFI K.H. MUHAMMAD SIRADJ .................................. 11
A. Biografi K.H. Muhammad Siradj........................................................ 11
B. Sekilas tentang Irang-irang Sekar Panjang........................................ 21
1. Latar Belakang Penulisan Irang-irang Sekar Panjang..................... 21
2. Ajaran-Ajaran Yang Terdapat Dalam Irang-irang Sekar Panjang .. 27
xvi
BAB III: KEMATIAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT, TEOLOG I,
BUDAYA ......................................................................................... 34
A. Kematian Dalam Perspektif Filsafat ................................................... 35
B. Kematian Dalam Perspektif Teologi................................................... 41
C. Kematian Dalam Perspektif Budaya ................................................... 49
BAB IV: KONSEP KEMATIAN DALAM IRANG-IRANG SEKAR
PANJANG ........................................................................................ 54
A. Bekal Manusia Untuk Menghadapi Kematian..................................... 54
B. Proses Terjadinya Kematian ............................................................. 65
C. Kehidupan Setelah Kematian ............................................................. 69
D. Makna Kematian Dalam Irang-irang Sekar Panjang.......................... 76
BAB V: PENUTUP ..................................................................................... 83
A. Kesimpulan........................................................................................ 83
B. Saran.................................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 86
CURRICULUM VITAE ............................................................................. 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kajian tentang masa depan merupakan salah satu objek filsafat. Sebab, masa
depan merupakan segmen dari entiti manusia yang selalu bergerak di antara dua
kutub: kutub masa lalu dan segala pengalaman yang mempengaruhi nilai-nilai
kemanusiaan; serta kutub masa depan sebagai cakrawala yang dituju oleh manusia.
Masa depan yang akan dialami manusia adalah kematian.
Kematian adalah sebuah kepastian. Ujung dari perjalanan seorang manusia
di dunia ini adalah kematian. Kematian selalu mengintai manusia. Suka tidak suka,
mau tidak mau setiap manusia pasti akan mengakhiri hidupnya. Semua orang pasti
suatu saat akan mati, entah bagaimana caranya atau seperti apa matinya. Setiap
orang pasti akan merasakan kematian.1 Kematian pasti akan menghampiri tiap diri
manusia tanpa dapat dihindari. Sudah menjadi sunatullah (hukum alam) bahwa
kehidupan akan berakhir dengan kematian.2 Sejak manusia ada, mati pun ada.
Sejak kehidupan ada, maka mati juga ada, karena mati merupakan kepastian yang
tidak dapat dihindari oleh manusia.3
1 Ulis Tofa, Lc, Perjalanan Menuju Kematian, Lihat www.dakwatuna.com akses tanggal
25 Juni 2008
2 Abdullah Al Taliyadi, Metode Menyambut Maut Khusnul Khotimah (Jogjakarta: Diva Press, 2007) hal. 6
3 Ali Unal, Makna Hidup Setelah Mati (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) hal. 55
2
Kematian adalah salah satu bagian dari kehidupan yang pasti dijalani, sama
seperti kelahiran. Bedanya adalah yang pertama menandai akhir dari suatu
kehidupan sedangkan yang terakhir menandai awal dari suatu kehidupan.
Kelahiran dan kematian bisa diandaikan seperti ujung dari seutas tali yang
bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Di tengahnya
itulah kehidupan yang ada dan berada.
Kematian dan kehidupan setelahnya, masih misteri. Sigmund Freud
mengatakan bahwa pada akhirnya ada suatu teka-teki yang penuh dengan rasa
kesaktian, yaitu teka-teki mati. Teka-teki itu tak ada obatnya pada waktu ini dan
kiranya tidak akan ada obatnya di kemudian hari.4 Banyak yang tidak tahu seperti
apa dunia sesudah kematian. Banyak yang percaya bahwa ada kehidupan lain
setelah kematian. Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah akhir dari
segalanya dan akhir dari eksistensi seseorang, dan setelah itu yang ada adalah
ketiadaan. Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah awal dari suatu
kehidupan baru dalam suatu bentuk siklus. Apapun kepercayaan yang dianut, tak
ada seorang pun yang tahu seperti apa situasi dan kondisi sesudah kematian.
Banyak yang mengandaikannya sebagai suatu kondisi “ketiadaan”, bahwa sebuah
kematian adalah awal dari suatu ketiadaan, bertentangan dengan kelahiran yang
dianggap sebagai awal dari suatu keberadaan.
4 H.M. Rasjidi, Filsafat Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1975) hal. 221
3
Bagi orang yang percaya akan adanya kehidupan setelah mati, kematian
menjadikan sebuah kata yang menakutkan. Mengingatnya saja sudah
menggetarkan hati sanubari. Bagaimana jika kelak seseorang benar-benar
menghadapi dan itu pasti terjadi ? Berpikir tentang kematian atau sekadar
membicarakannya saja, kerapkali dianggap tidak sehat. Bisa menganggu dan
membahayakan keseimbangan psikologis. Membahas soal kematian saja bisa
menimbulkan sebuah pemberontakan yang menyimpan kepedihan pada setiap jiwa
manusia; yaitu kesadaran dan keyakinan bahwa mati pasti akan tiba serta punahlah
semua yang dicintai dan dinikmati dalam hidup ini. Ketika kematian dialami oleh
seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi
kenangan akan hari-hari indah di dunia ini. Manusia takut karena ia tidak pernah
ingat kematian dan tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut
kehadirannya.5 Ketidaksiapan manusia dalam menghadapi kematian disebabkan
manusia tidak mengetahui sedikitpun misteri dibalik kematian dan kehidupan
setelahnya.
Sebuah buku klasik karya seorang kiai besar dari Magelang yang bernama
K.H Muhammad Sirodj merupakan salah satu buku yang mengungkap misteri
kematian dan kehidupan setelah kematian, sehingga manusia mampu
mempersiapkan diri menghadapi kematian. Dengan kesiapan tersebut diharapkan
manusia tidak menjadikan kematian sebagai momok yang menakutkan, karena
sebenarnya dalam kematian tersebut terdapat makna yang mendalam. K.H.
5 http://nelkaonline.wordpress.com akses tanggal 25 Juni 2008
4
Muhammad Siradj menggambarkan kematian, kehidupan setelah kematian, dan
makna kematian dengan bahasa yang sederhana, yang mana merupakan
pembahasan yang sangat rumit sebenarnya, dengan bahasa yang sangat sederhana.
Sehingga masyarakat awam mampu mengerti dan memahami apa yang dibahas
beliau dalam buku tersebut. Buku tersebut berjudul Irang-irang Sekar Panjang.
Buku ini terdiri dari tiga jilid kecil dan tiap jilidnya terdiri dari bab-bab yang
beberapa bab didalamnya membahas kematian, kehidupan setelah mati, dan apa
yang harus manusia persiapkan untuk menghadapi kematian. Buku ini ditulis
menggunakan huruf Arab Pegon6 dan ditulis dalam bentuk tembang7. Hal ini
dikarenakan masyarakat pada saat itu masih menjunjung tinggi budaya Jawa,
sehingga K.H. Siradj memperkenalkan ilmu agama melalui pendekatan budaya.
Ilmu agama diperkenalkan oleh beliau dengan bahasa masyarakat setempat dan
budaya yang telah dikenal dan disenangi di masyarakat itu, tembang Jawa.
Keunikan inilah yang menggelitik peneliti untuk meneliti lebih lanjut konsep
kematian yang ada dalam buku Irang-irang Sekar Panjang karya K.H Muhammad
6 Huruf Pegon adalah huruf Arab atau lebih tepat: Huruf Jawi yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa. Kata Pegon konon berasal dari bahasa Jawa pégo yang berarti menyimpang. Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim. Berbeda dengan huruf Jawi, yang ditulis gundul, pegon hampir selalu dibubuhi tanda vokal. Jika tidak, maka tidak disebut pegon lagi melainkan gundhul. Bahasa Jawa memiliki kosakata vokal (aksara swara) yang lebih banyak daripada bahasa Melayu sehingga vokal perlu ditulis untuk menghindari kerancuan. Huruf pegon di Jawa terutama dipergunakan oleh kalangan umat Muslim yang taat, terutama di pesantren-pesantren. Biasanya ini hanya dipergunakan untuk menulis komentar pada Al-Qur'an, tetapi banyak pula naskah-naskah manuskrip cerita yang secara keseluruhan ditulis dalam pegon. Lihat www.id.wikipedia.org akses tanggal 20 Oktober 2008
7 Tembang adalah lirik/sajak yang mempunyai irama nada sehingga dalam bahasa Indonesia biasa disebut sebagai lagu. Kata tembang berasal dari bahasa Jawa yaitu tembang. Lihat www.id.wikipedia.org akses tanggal 20 Oktober 2008
5
Sirodj, selain juga keinginan peneliti untuk mendalami ajaran-ajaran yang ada
dalam buku ini.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan Dengan penelitian ini agar lebih terpusat pada substansi persoalan,
maka penulis merumuskan dalam bentuk pertanyaan : Bagaimana konsepsi
kematian dalam buku Irang-irang Sekar Panjang karya K.H. Muhammad Sirodj
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
konsepsi kematian yang terdapat dalam buku Irang-irang Sekar Panjang karya
K.H. Muhammad Sirodj
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam menemukan
dan mengembangkan pemikiran tentang kematian dalam Irang-irang Sekar
Panjang karya K.H. Muhammad Sirodj.
D. Tinjauan Pustaka
Kematian adalah misteri kehidupan yang selalu manusia cari-cari
jawabannya. Banyak karya-karya yang mencoba mencari tahu misteri dibaliknya.
Tentang bagaimanakah hidup setelah mati atau benarkah adanya surga dan neraka.
Sebuah makalah yang ditulis oleh Baedhowi Harun yang berjudul Mengkaji
Kearifan Kyai Siradj Merengkuh Masyarakat dalam Irang-irang Sekar Panjang
6
membahas sepak terjang K.H. Muhammad Siradj dalam mengislamkan
masyarakat yang pada waktu belum mengenal Islam. Metode yang dipakai K.H.
Muhammad Siradj adalah dengan menyelami kebudayaan yang berkembang dalam
masyarakat, yaitu kesenangan masyarakat akan tembang Jawa. Dengan alasan
itulah beliau mengarang Irang-irang Sekar Panjang, mengenalkan ajaran-ajaran
Islam melalui tembang.
Buku Forum Silaturahmi Keluarga Besar Romo Agung K.H. Siradj yang
disusun oleh Tim Penulis Keluarga Besar Bani Siradj. Buku ini berisi mengenai
sekilas riwayat hidup beliau dan silsilah keluarga beliau.
Buku karangan Umar Sulaiman al-Asyqar yang berjudul Ensiklopedi Kiamat
menjelaskan dengan sistematis bagaimana kematian tersebut berlangsung dan
misteri hidup setelah mati yang didasarkan pada al-Qur’an dan Hadits.
Karya lainnya yang juga membahas tentang kematian adalah Mati itu
Spektakuler: Siapkah Anda Menyambutnya ? karya Khawaja Muhammad Islam.
Buku ini juga menggambarkan kematian, kiamat, surga dan neraka. Dengan
gambaran tersebut mengharapkan manusia untuk siap dalam menghadapi kematian.
Eskatologi Al-Ghazali dan Fazlur Rahman karya Sibawaihi berupaya
mengeksplorasi sumber, metode, pendekatan, pola argumen dasar al-Ghazali dan
Fazlur Rahman dalam membicarakan eskatologi. Sibawaihi mendekati persoalan
ini bukan semata-mata dari perspektif teologis dengan mengumpulkan dalil-dalil,
melainkan mencobanya dari perspektif epistemologis, yaitu dari kondisi-kondisi
yang memungkinkan manusia untuk membangun pengetahuannya.
7
Buku Psikologi Kematian karya Komarudin Hidayat yang membahas
tentang psikologi manusia tentang kematian. Bayangan-bayangan kematian yang
menakutkan manusia diruntuhkan dalam buku ini. Dengan menyelami hakekat
kematian, menjadikan kematian bukan hal yang patut ditakuti, tetapi mampu
menjadikan kematian sesuatu hal yang indah.
Berdasarkan tulisan-tulisan di atas, sudah banyak buku yang menjelaskan
dan menggambarkan misteri dibalik kematian, tetapi belum pernah ada belum ada
buku yang membahas kematian dalam Irang-irang Sekar Panjang karya K.H
Muhammad Sirodj. Untuk itu, penelitian mengenai kematian dalam buku tersebut
dapat dilakukan.
E. Metode Penilitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka
penelitian ini akan dimulai dengan mengumpulkan data dan memaparkannya
dengan metode deskriptif, yaitu dengan jalan mengumpulkan data-data, menyusun
dan mengintepretasikan data-data tersebut.
Karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan maka pengumpulan
data-datanya tidak tidak memerlukan teknik-teknik seperti dalam penelitian
lapangan. Karena sifatnya yang literer ini, maka pengumpulan datanya banyak
dilakukan dari koleksi perpustakaan. Selain mengumpulkan data melalui koleksi
perpustakaan, peneliti juga mengumpulkan data dengan menggunakan metode
8
wawancara, guna mendapatkan data-data mengenai biografi K.H. Muhammad
Sirodj, mengingat sedikitnya literatur yang mengangkat beliau.
Berdasar latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka
penelitian ini menggunakan buku Irang-irang Sekar Panjang sebagai data
primernya. Buku ini dikarang oleh K.H. Muhammad Sirodj pada tahun 1351
Hijriah/1931 M dengan menggunakan bahasa Arab Pegon. Selain menggunakan
data primer, penelitian ini juga menggunakan karya tulis lainnya yang berupa
buku-buku, karya tulis, essai, makalah, dan lain sebagainya sebagai data sekunder.
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap buku Irang-irang
Sekar Panjang mengenai kematian. Metode analisa ini berarti merinci istilah-
istilah atau pernyataan ke dalam bagian-bagian sedemikian rupa sehingga dapat
dipahami makna yang terkandung di dalamnya.8 Teknik analisis data yang
digunakan adalah :
1. Deskripsi
Deskripsi yaitu memberikan uraian terhadap isi buku.9 Analisis deskripsi
merupakan teknik analisis data yang dilakukan dalam rangka mencapai
pemahaman terhadap sebuah fokus kajian yang kompleks, dengan cara
memisahkan tiap-tiap bagian dari keseluruhan fokus yang dikaji atau memotong
tiap-tiap adegan atau proses dari kejadian sosial atau kebudayaan yang sedang
8 Louis O Katsoff, Pengantar Filsafat, Soejono Soemargono (penj.) (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1989). hal. 18
9 Anton Bakker dan A Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1990). hal. 65
9
diteliti, atau dengan kata lain menggambarkan secara detil dalam bagian-bagian
yang lebih kecil.10 Dalam penelitian ini, metode deskripsi dipakai untuk
menggambarkan secara rinci konsep kematian dalam buku Irang-irang Sekar
Panjang
2. Intepretasi
Sastra merupakan sebuah teks yang multi tafsir. Hal ini dikarenakan dalam
sastra terdapat simbol-simbol yang harus dicari maknanya. Metode intepretasi
digunakan untuk menyampaikan, merumuskan tentang makna yang terkandung di
dalam realitas, sehingga makna yang terkandung di dalamnya menjadi dapat
dipahami oleh manusia.11 Dalam meneliti buku Irang-irang Sekar Panjang ini
penulis menggunakan metode intepretasi untuk memahami makna kematian.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, maka sistematika yang
penulis gunakan adalah sebagai berikut :
Bab pertama berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,
batasan masalah, tujuan penulisan, metode yang digunakan, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
10 Moh. Soehada, Pengantar Metode Penelitian Sosial Kualitatif (Yogyakarta: Program
Studi Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga, 2004) hal. 63 11 Kaelan, Pengembangan Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (tanpa penerbit dan
tahun terbit) hal. 26
10
Bab kedua berisi tentang K.H. Muhammad Sirodj yang meliputi latar
belakang K.H. Muhammad Sirodj dan sekilas mengenai buku Irang-irang Sekar
Panjang
Bab ketiga berisi konsep kematian yang dilihat dari sudut pandang filosofis,
teologi, dan budaya.
Bab keempat berisi konsepsi kematian dalam Irang-irang Sekar Panjang,
yang meliputi sebelum terjadinya kematian (sangu mati), proses terjadinya
kematian, kehidupan setelah kematian, dan makna dari kematian
Bab kelima berisi penutup yang memuat kesimpulan serta saran.
11
BAB II
BIOGRAFI K.H. MUHAMMAD SIRODJ
A. Biografi K.H. Muhammad Sirodj
K.H. Muhammad Sirodj lahir di desa Payaman Magelang pada tahun
1878 dari bapak yang bernama Abdul Rosyid dan ibu yang bernama Siti
Salamah1 atau yang sering disebut mbah Nduk atau Mbah Dul Hakim.2 Jalur
keturunan dari pihak ibu K.H Muhammad Siradj ada lima bersaudara yang
berasal dari desa Punduh, kecamatan Tempuran kurang lebih terletak 9 KM
arah selatan kota Magelang, Jawa Tengah. Lima bersaudara tersebut terdiri dari
dua putra, yang merupakan anak pertama dan anak terakhir, dan tiga putri.
Anak yang terakhir atau adik ibu K. H. Muhammad Siradj ini bernama K.H. R.
Maksum (w. 1927 M), konon sebagai tokoh pertama pendiri pondok pesantren
di kabupaten Magelang. Jalur ke atas keturunan dari pihak ayah K.H. R.
Maksum bersaudara ini bila dirunut secara geneologis ada hubungan darah
dengan Joko Tingkir, yang bermukim di daerah Salatiga.3
Awal kehidupan K.H. Muhammad Siradj banyak diisi dengan mencari
ilmu. K.H. Muhammad Siradj pada awalnya belajar agama dari ayahnya.
Kemudian beliau melanjutkan belajarnya kepada K.H. Abdul Hamid, Payaman.
1 Baedhowi Harun, Mengkaji Kearifan Kyai Siradj Merengkuh Masyarakat dalam
Irang-irang Sekar Panjang, hal. 2. Makalah ini pernah dipresentasikan dalam Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XI di Bima NTB pada tahun 2007.
2 Informasi ini penulis peroleh dari anak beliau, K.H. Anwari, pengasuh Pondok
Pesantren Romo Agung, Payaman.
3 Baedhowi Harun, Mengkaji Kearifan..., hal. 3
12
Setelah itu beliau melanjutkan belajarnya kepada K.H. Idris, Plumbon Grabag
selama dua tahun. Setelah itu, oleh ayahnya, K.H Muhammad Siradj dikirim ke
pondok pesantren yang dikelolah oleh Pamannya, K.H. Maksum yang terletak
di Punduh Tempuran. Setelah belajar selama tiga tahun di tempat pamannya,
K.H. Muhammad Siradj melanjutkan belajarnya kepada K.H. Kholil di
Bangkalan Madura. Setelah dari Bangkalan beliau melanjutkan belajarnya di
Tanah Suci Makkah selama 8 tahun. Pada saat itu pendidikan agama di
Makkah menjadi pusat perhatian beberapa ulama Indonesia, sehingga tidak
mengherankan jika tokoh pendiri organisasi sosial keagamaan terbesar di tanah
air, yaitu K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah pada tahun 1912) dan
K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdatul Ulama pada tahun1926) pernah belajar
di sana. Bahkan beberapa tokoh ulama lain, seperti Nuruddin ar-Raniri,
Abdurauf Singkel, dan M. Yusuf al-Maqassari mempunyai reputasi di tanah
suci, Makkah dan Madinah (H}aramayn). Walaupun mereka bukan berasal dari
Jawa tetapi nama mereka dinisbatkan kepada tanah Jawa dengan dipakainya
sebutan As}h}a>b al-Jawiyyi>n (saudara dari Jawa).4 Karena itu bisa dipahami bila
ulama Indonesia, seperti Nawawi al-Bantani (1813-1897), penulis tafsir Marah
Labib dan beberapa ilmu keislaman lainnya, selain sangat dikenal di dunia
pesantren di tanah air juga dikenal di Timur Tengah dan mendapat sebutan
Imam Haramain, sebuah sebutan yang didedikasikan bagi guru yang
4 Istilah Jawi meski berasal dari kata Jawa, tetapi dalam konteks ini adalah orang-orang
yang datang dari bumi nusantara (Melayu-Indonesia) dimana kala itu (Abad 17-18 an) dengan adanya hubungan politis yang baik antara muslim nusantara dengan penguasa Haramayn (Makkah dan Madinah) sehingga banyak murid-murid dari Indonesia belajar di sana, dan akhirnya banyak melakukan pembaharuan politis maupun keagamaan. Lihat, pengantar yang ditulis oleh Azyumardi Azra dalam Oman Fathurahman, Tanbih al-Masyi: Menyoal Wahdatul Wujud, (Bandung: Mizan, 1999) hal. 11
13
mempunyai kualitas keilmuan keislaman dan reputasi yang sangat baik
sehingga bisa mengajar di Makkah dan Madinah.
Di Makkah, K.H. Muhammad Siradj belajar dari Sayid Alawy al-Maliky,
Sayid Ahmad Syato, Syekh Mahfud at-Tirmisi, dan ulama-ulama yang lain. Di
sana pula beliau bertemu dengan santri-santri setanah air, seperti K.H. Dimyati
(Termas), K.H. R. Asnawi (Kudus), K.H. R. Dahlan (Semarang), K.H. Bakir
(Jogjakarta), dan K.H. Hasyim Asy’ari (Jombang). Pengembaraan beliau dalam
mencari ilmu berakhir ketika pada tahun 1916 beliau pulang ke tanah air.5
Sepulang K.H. Muhammad Siradj, desa Payaman masih sangat kuat
dengan budaya Jawa. Masyarakatnya bila memakai trikotomisasi Geerzt juga
masih banyak diisi oleh golongan priyayi dan abangan. Sedangkan golongan
santri masih minoritas. Keluarga K.H. Muhammad Siradj sendiri meskipun
berasal dari golongan priyayi tetapi secara keagamaan juga tergolong mewakili
masyarakat santri yang minoritas. Beliau sadar dan tanggap bahwa masyarakat
di desa Payaman dan sekitarnya adalah orang-orang Jawa yang masih akrab
dengan budaya Jawanya dan masih banyak yang digolongkan ke dalam kaum
abangan yang belum sepenuhnya menjalankan perintah syari’at Islam. Hal ini
menjadikan pekerjaan rumah yang amat besar bagi K.H. Muhammad Siradj
setelah beliau pulang dari Makkah. Apalagi pada saat itu organisasi katolik
yang dipelopori oleh Van Lith di Muntilan mulai menunjukkan kemajuan.
Organisasi tersebut mulai mendirikan lembaga pendidikan untuk
mempengaruhi masyarakat. Melihat kondisi seperti itu, beliau merasa sangat
5 Tim Penulis, Forum Silaturahmi Keluarga Besar Romo Agung, (Payaman:Ikatan
Keluarga Bani Siradj, 2004) hal. 38
14
prihatin. Kemudian beliau mengadakan pengajian keliling yang pertama kali di
daerah Magelang yang disebut dengan Nasehat. Pengajian ini seperti namanya
berisi nasehat-nasehat keagamaan agar masyarakat mau menjalankan syari’at
Islam. Karena kebudayaan Jawa yang masih mengakar dalam masyarakat pada
saat itu, K.H. Muhammad Siradj menggunakan mediasi budaya sebagai sarana
dakwahnya. Hal ini seperti apa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Salah
satunya adalah pengenalan nilai keimanan dan keislaman yang tertuang dalam
buku yang beliau karang, Irang-irang Sekar Panjang, yang ditembangkan
sebelum acara Nasehat dimulai.
Selain itu untuk pendalaman lebih lanjut beliau mendirikan pondok
pesantren yang terkenal dengan Pondok Kidul, karena letaknya di arah selatan
Masjid Agung Payaman, pada tahun 1943. Pondok ini dikelola oleh putra dan
menantu beliau, yaitu K.H Khozin (putra), Kyai Jazuli (putra), Kyai Muhlasin
(menantu), dan Kyai Abdul Madjid (menantu). Kemudian Kyai Muhlasin
mendirikan pondok sendiri yang terletak di lor (utara) Masjid Agung Payaman.
Pondok ini dinamakan pondok Sirojul Muhlasin, tetapi sering disebut dengan
Pondok Baru. Pondok ini sekarang dikelola oleh putra Kyai Muhlasin, K.H.
Muhlisun. Walaupun masih mempertahankan model salaf (klasik), pondok ini
juga diarahkan oleh K.H. Muhlisun ke aktivitas tabligh (dakwah al-islamiyah),
karena K.H Muhlisun memang menjadi pengurus penting Jama’ah Tabligh
yang berpusat di Kebon Jeruk Jakarta. Karena kesalahan manajemen, Pondok
Kidul mengalami kemunduran. Putra-putra beliau yang lain juga mendirikan
pondok. K.H Anwari mendirikan pondok Romo Agung (diambil dari julukan
15
K.H Muhammad Sirodj) dan K.H. Ahmad Fauzan mendirikan pondok Sekar
Panjang (diambil dari buku yang K.H Muhammad Siradj karang).
Dalam kesehariannya, K.H Muhammad Siradj adalah sebagai imam
Masjid Agung Payaman. Setelah sholat Subuh berjama’ah beliau bersandar di
tembok serambi masjid dengan menghadap utara untuk mengajar sorogan 6 al-
Qur’an santri anak-anak. Setelah beliau mengajar al-Qur’an kepada anak-anak
giliran beliau mengkaji sendiri al-Qur’an. Setiap selesai sholat Ashar, beliau
masih berada di masjid untuk mengkaji bandongan 7 dengan santri pondok.
Tidak hanya itu, setiap hari selasa siang juga terdapat pengajian yang
bertempat di serambi masjid yang mana pesertanya berasal dari berbagai
pelosok daerah yang dikenal dengan Selasan. Materi yang disampaikan adalah
al-Qur’an yang kadang-kadang diselingi dengan dialog interaktif. Sebelumnya
beliau mengajar tafsir Jalalain di rumahnya. Kemudian oleh putra beliau, K.H
Ahmad Fauzan, pengkajian tafsir Jalalain dan Selasan diganti hari menjadi
setiap hari senin dan berubah sebutan menjadi Seninan. Aktivitas beliau akan
bertambah banyak ketika bulan Ramadhan, karena pada saat itu banyak santri
dadakan yang datang untuk mengaji kepada beliau. Biasanya pengajian khusus
pada bulan Ramadhan dilaksanakan sebelum Dzuhur dan Ashar.
6 Sorogan sadalah sistem pengajaran di pondok pesantren yang mana sang guru
berhadap-hadapan dengan paling banyak 3-4 orang secara langsung sehingga guru bisa mengawasi secara langsung perkembangan kemampuan santri. Biasanya guru yang menggunakan metode seperti lebih mementingkan kualitas. Lihat Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai cetakan II (Jakarta: Penerbitan LP3ES, 1983) hal. 28
7 Bandongan adalah kebalikan dari sorogan. Dalam metode ini sejumlah murid (antara 5 sampai ratusan) mendengarkan guru yang mebaca, menerjemahkan, menerangkan, dan mengulas kitab-kitab yang diajarkan di pesantren. Setiap santri menmperhatikan bukunya sendiri-sendiri dan membuat catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Metode ini juga dinamakan sistem weton. Ibid. hal. 28
16
Karena kebanyakan umatnya adalah orang-orang tua, maka K.H.
Muhammad Siradj mendirikan pondok jompo di dusun Karang Geneng
Payaman. Tetapi oleh beliau kemudian dipindah di samping persis Masjid
Agung Payaman, mengingat lebih dekatnya lokasi dengan rumah dan tempat
mengaji beliau.
K.H. Muhammad Siradj digambarkan seorang yang terbuka dan moderat,
sehingga siapapun juga dapat menjalin hubungan dengan beliau, walaupun
berlatar belakang berbeda sepanjang tidak merugikan umat Islam dan
masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena beliau dianggap sebagai ulama
maupun waliyullah yang sudah mencapai maqam tertinggi. Tidak
mengherankan jika beliau dekat dengan para pemimpin kala itu. Bupati
Magelang saat itu, Danoe Soegondo sangat hormat kepada beliau. Setiap satu
bulan sekali, tepatnya pada hari Ahad, beliau diundang untuk memberi
wejangan pengajian di kantor kabupaten Magelang. Sering kali beliau
dijadikan sebagai penasehat spiritual Danoe Soegondo. Beliau sering diajak
berdiskusi dalam mengelola wilayah kabupaten Magelang. Dari hubungan
yang sangat erat tersebut, muncullah dua bangunan bersejarah yang dibangun
atas prakarsa K.H. Muhammad Siradj, yaitu Masjid Agung Magelang yang
terletak di depan Alun-Alun Magelang dan Masjid Agung Payaman. Kedua
bangunan masjid tersebut dibangun dengan menggunakan kas pemerintah
Belanda. Masjid Agung Payaman diarsiteki oleh insinyur Belanda bernama
Van Misch. Hasilnya terlihat pada akulturasi budaya yang terdapat pada
17
bangunan tersebut, perpaduan mustaka Jawa dan dua atap kerucut khas
bangunan puri di Eropa.
Selain dua bangunan tersebut di atas, keeratan hubungan K.H.
Muhammad Siradj dengan Danoe Soegondo terlihat dari tradisi Syawalan. Tiap
tanggal 8 Syawal Danoe Soegondo mengadakan ziarah ke makam Kyai Soleh
di dusun Kauman Payaman dan K.H. Muhammad Siradj didaulat sebagai
pemimpin ziarah. Setelah ziarah, Danoe Soegondo sekeluarga sowan kepada
K.H. Muhammad Siradj. Tradisi ini berlangsung sampai sekarang. Setiap
tanggal tersebut diadakan ziarah ke makam Danoe Ningrat dan makam K.H
Muhammad Sirodj.
Sebagai seorang yang tengah berjuang mengembangkan nilai-nilai agama
Islam, K.H Muhammad Siradj mendapat pertentangan dari pemerintah Belanda
dan Jepang yang saat itu berkuasa. Pada awal beliau berdakwah keliling
memberikan Nasehat, pemerintah Belanda membuat surat penangkapan kepada
beliau dengan dalih bahwa beliau menimbulkan keresahan masyarakat dan
mengganggu stabilitas. Melihat beliau di tangkap, masyarakat merasa
terpanggil untuk menolongnya. Bahkan ada yang bersedia untuk menggantikan
beliau dipenjara. K.H. Damanhuri, Rois Syuriah NU Purworejo saat itu
menyediakan dirinya sebagai jaminan kebebasan beliau, tetapi semuanya gagal.
Di dalam persidangan, beliau diadili. Tetapi karena memang beliau tidak
terbukti bersalah, maka beliau dibebaskan.
Pada saat Agresi Militer Belanda, sebagai seorang pejuang beliau tidak
berpangku tangan. Beliau terus mengorbankan semangat juang untuk berjihad.
18
Di rumah, beliau menerima para pejuang yang meminta bekal menuju front
pertempuran Ambarawa, tercatat diantara nama tokoh Saifuddin Zuhri, yang
pada masa pasca kemerdekaan menjabat Menteri Agama dan Jenderal
Sudirman. Di Pondok Kidul seluruh kegiatan Hizbullah dirancang. Semangat
perjuangan bukan hanya beliau tunjukkan pada bawahan saja, pada November
1945 beliau bersama 300 para kyai memimpin pembacaan Khizib Bahr dan
Khizib Rifa’i, dirumah Suroso kota Magelang untuk persiapan menggempur
markas tentara Belanda di gedung Seminari Katolik, 200 meter sebelah
utaranya.
Pada saat Agresi Militer Belanda II, tepatnya pada hari selasa, yang mana
waktu itu bertepatan dengan acara Selasan muncul pesawat Belanda jenis
Fokker yang berbaling-baling dan bermoncong merah, sehingga pada waktu itu
disebut dengan cocor abang, menembaki masjid. Sebelumnya pesawat tersebut
terbang rendah dan berputar-putar da atas masjid dan desa Payaman. Para
jamaah pengajian yang meluber sampai halaman masjid pada saat itu terheran-
heran. Mereka tidak sadar akan bahaya yang mengancam mereka. Begitu
pesawat tersebut memuntahkan peluru yang mengakibatkan rumah-rumah
rusak dan pohon kelapa hancur, mereka baru sadar akan bahaya yang
menimpanya. Para jamaah pada waktu itu lari terbirit-birit mencari
perlindungan. Keadaan seketika menjadi kacau. Sebagian jamaah ada yang
tetap di masjid dan sebagian yang lain mencari perlindungan di rumah beliau.
Berkat pertolongan Allah, tidak ada korban jiwa dalam insiden itu, hanya
beberapa saja yang mengalami luka. Akibat serangan yang membabi buta
19
tersebut jendela atas dekat atap masjid berlubang, dan sampai sekarang lubang
tersebut masih ada.
Semenjak itu K.H. Muhammad Siradj menyadari bahwa dirinya menjadi
target serangan pembunuhan. Beliau bersama bersama istri-istri serta anak-
anak beliau mengungsi ke lain daerah. K.H. Muhammad Siradj bersama
keluarga bani Fatimah mengungsi ke kampung Canden, Desa Payaman,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Keluarga bani Istiqomah mengungsi
ke dusun Bengkung, Desa Payaman, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
Sedangkan bani Sofiah mengungsi ke dusun Ngletoh dan Selote, Desa
Payaman Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Ngili (mengungsi) ini
dilakukan selama hampir setengah tahun dan dilakukan hampir semua warga
Kauman. Keadaan dusun tersebut bagaikan kota mati, kosong dan sepi.
Pada tanggal 28 Mei 1955, beliau memprakarsai berdirinya madrasah di
Payaman. Beliau namakan madrasah itu dengan nama Rosyidin yang kemudian
disempurnakan menjadi ar-Rosyidin. Madrasah ini terletak di selatan masjid,
tepatnya dibelakang rumah putra beliau, K.H. Anwari. Mulai 1 Februari 1962,
madrasah yang diprakarsai beliau berkembang dengan dilengkapinya taman
kanak-kanak (TK). Kini madrasah ar-Rosyidin berganti nama menjadi MI ar-
Rosyidin dan TK RA Masyitoh dan terletak di dusun Tegowanon Payaman.
K.H. Muhammad Siradj juga memprakarsai adanya khataman dan
pembacaan kitab Bukhori di daerah Karisidenan Kedu. Kitab yang disusun
oleh Imam Abu Abdillah bin Ismail Ibrahim dari Bukhara itu terkenal dengan
hadits-hadits paling sahih, sehingga banyak para ulama menempatkan kitab ini
20
setingkat di bawah al-Qur’an. Konon saat pemerintahan Belanda, Gunung
Merapi meletus dengan dahsyatnya. Diperkirakan letusan gunung Merapi akan
berlanjut dan memakan korban lebih banyak lagi. Tampaknya pemerintah
kewalahan dan wadul masalah ini kepada para ulama’. Melihat keresahan yang
dialami oleh rakyat, beliau mengusulkan pembacaan kitab Bukhari bersama-
sama satu khataman dan ditutup dengan doa oleh K.H Dalhar dari Watucongol
Muntilan. Maka atas izin Allah redalah bencana itu.
K.H. Muhammad Siradj semasa hidupnya dikenal sebagai sosok yang
lemah lembut dalam menghadapi persoalan. Beliau dalam menghadapi jamaah
pengajiannya tidak dengan nada tinggi. Hal ini menjadikan ajaran-ajaran yang
disampaikan oleh beliau dapat diterima dengan baik oleh masyarakat yang
waktu itu masih abangan. Sewaktu ada jamaah yang tanya ingin sholat tetapi
tidak bisa, beliau berujar sedakep krekep moso bodoho sing ngarep rubuh-
rubuh gedang asal tumandang, yang arti bebasnya sholatlah mengikuti apa
yang imam lakukan.
Setelah sekian lama sakit, pada hari Sabtu tanggal 29 Agustus 1959
bertepatan dengan 24 Shofar 1379 jam 16.30 WIB, K.H. Muhammad Siradj
wafat di ndalem wetan Pondok Kidul. Beliau dimakamkan keesokan harinya
jam 11.30 WIB. Keadaan saat itu sangat berduka. Berpuluh ribu pelayat
memadati dusun Kauman. Masyarakat seakan merasa kehilangan sosok yang
dapat mengayomi mereka. Seperti wasiat beliau kepada putrinya yang pertama,
Zahro beliau dimakamkan dibelakang Masjid Agung Payaman bagian tengah,
karena pada suatu kali beliau pernah bertemu dengan seorang auliya’ yang
21
telah dimakamkan tepat di makam beliau yang sekarang ini. Setelah
dimakamkan beliau ditalqin oleh K.H. Asnawi yang datang dari Kudus. K.H.
Muhammad Siradj meninggalkan empat orang istri dan 16 orang anak. Sampai
sekarang, setiap hari makam beliau selalu dikunjungi oleh peziarah yang
berasal dari berbagai daerah.
Salah satu peninggalan beliau yang fenomenal adalah buku Irang-irang
Sekar Panjang. Buku ini adalah karangan beliau yang berisi ajaran-ajaran
tentang Agama Islam yang disampaikan beliau ketika melakukan Nasehat
diberbagai daerah. Dengan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti oleh
khalayak yang saat itu masih minim pengetahuannya tentang agama Islam,
Irang-irang Sekar Panjang masih ditembangkan di berbagai tempat.
B. Sekilas Irang-irang Sekar Panjang
1. Latar Belakang Penulisan Irang-irang Sekar Panjang
Dalam konteks sosiologis masyarakat Jawa, dimana di dalamnya masih
didominasi oleh budaya abangan, maka budaya santri menjadi tidak dominan.
Dalam realitas kultural, kaum abangan biasanya begitu longgar dengan aturan-
aturan yang dipegang oleh kaum santri, terutama dalam menjalankan syari’at
Islam. Dalam masyarakat yang masih memegang teguh dengan budaya Hindu
dan Budha yang telah berkembang sebelum Islam datang, maka mereka selain
lebih meneruskan budaya sebelumnya juga tidak jarang melakukan perilaku
yang dianggap bertentangan dengan syari’at Islam. Kebiasaan semacam itu,
dimata kaum santri sering hanya dianggap secara teologis, namun tidak jarang
22
pula kebiasaan semacam itu dilihat sebagai sebuah kenyataan sosiologis dan
antropologis. Dalam konteks semacam ini, K.H Muhammad Siradj memahami
kenyataan bahwa masyarakatnya bukan bersifat teologis semata melainkan
juga memahami bahwa kenyataan tersebut juga sebagai kenyataan sosiologis
dan antropologis. Beliau ingin menggabungkan kebiasaan masyarakatnya
dalam kerangka kontinuitas budaya, yaitu dari budaya abangan menuju budaya
santri. Kenyataan sosiologis-antropologis masyarakat tersebut telah diarahkan
oleh beliau ke dimensi teologis bahkan spiritual. Salah satu upaya tersebut
adalah melalui pendekatan jalur budaya Jawa yang dituangkan dalam Irang-
irang Sekar Panjang.
Naskah Irang-irang Sekar Panjang adalah naskah yang secara historis
dipengaruhi oleh kondisi masyarakat lokal (daerah Payaman dan sekitarnya
yang masih lekat dengan budaya abangan). K.H. Muhammad Siradj tampaknya
mencoba menyentuh budaya kaum abangan yang masih sangat longgar dengan
ajaran-ajaran Islam melalui jalur kesenian yang diakrabi oleh masyarakatnya.
Dari kenyataan tersebut beliau mencoba memberikan nasehat-nasehat disela-
sela pengajiannya. Melihat jamaah pengajiannya yang kebanyakan dari
masyarakat awam dan para mu’alaf dan agar nasehat tersebut mudah dipahami,
diingat, dan disenangi oleh mereka, maka oleh K.H. Muhammad Siradj
dibuatkan tembang-tembang bernuansa agama atau suluk.8 Karya suluk sebagai
8 Kata suluk konon berasal dari bahasa Arab, yakni sulukan, bentuk ism masdar dari
kata salaka yang berarti “melintasi jalan”. Namun mungkin juga bentukan dari kata sulukun yang merupakan ism jama’ dari silkun yang berarti “benang” atau “tali yang digunakan untuk merangkai intan atau mutiara”. Lihat Louis Ma’luf, al-Munjid (Beirut: Dar al-Masyriq, 1994) hal 347, Jika saja pengambilan kata asal kata suluk tersebut benar maka suluk merupakan petunjuk jalan yang bisa menghubungkan seorang hamba denga Tuhannya atau petunjuk jalan yang harus dilalui
23
karya sastra kitab biasanya berisi beberapa aspek ajaran, seperti taukhid, fikih,
tasawuf, dan sebagainya.
Karena sifatnya yang spontanitas tanpa dipersiapkan dahulu, maka tidak
mengherankan jika bab-bab yang dituangkan dalam naskah Irang-irang Sekar
Panjang melompat-lompat dan tidak sistematis. Hal ini dikarenakan
kecerdasan K.H. Muhammad Siradj dalam mengamati situasi dan kondisi
jama’ahnya saat itu, baik secara sosiologis maupun psikologis. Naskah ini
ditulis oleh Kyai Kurmen yang menyimak dan menulis ketika K.H.
Muhammad Siradj mendendangkan tembang Irang-irang Sekar Panjang
sebelum beliau melakukan pengajian. Kyai Kurmen jugalah yang menafsirkan
naskah tersebut dalam pengajian pembuka. Kumpulan dari naskah-naskah
tersebut kemudian dikumpulkan dan dibawa oleh Sayyid Abdurrahman bin
Husain al-Idrus untuk dicetak dan diterbitkan pada tahun 1931 M/1351 H.
Irang-irang Sekar Panjang ditulis dengan bahasa Arab Pegon (Arab Jawa)
dengan bentuk tembang. Buku ini dicetak menjadi tiga jilid kecil.
Jilid pertama dalam buku Irang-irang Sekar terdapat 24 halaman dan
memuat 31 bab yang setiap babnya berisi satu judul. Bab-bab yang ada dalam
buku jilid satu ini adalah :
a. Bab Banget Bungah Ana Dunya
b. Bab Jangka Dunya
c. Bab Pecat Nyawa
d. Bab Iling Pati
seseorang untuk mencapai ma’rifat dengan_Nya. Suluk juga bisa dimaknai wirid sinawung sekar, yakni wirid yang disusun dengan menggunakan tembang-tembang. Lihat Faqir Abdil Haq, Suluk Sajinah (Yogyakarta: Keluarga Bratakesawa, 1953), hal. 42-43
24
e. Bab Beja Cilaka Kubur
f. Bab Aja Ngarep-Arep Mulyane Awak
g. Bab Nusahi Landerat
h. Bab Uwot
i. Bab Neraka Suwarga Sepisan
j. Bab Nggolek Selamet
k. Bab Sambate Wong Ana Krendo
l. Bab Kewan Krungu Sambat
m. Bab Golek Banda Gentayangan
n. Bab Kineban Lawang Tobat
o. Bab Wekase Wong Ana Krenda
p. Bab Susahe Wong Kubur
q. Bab Bekti Kang Maha Suci
r. Bab Amal Ala Becik Ana Kubur
s. Bab Nggolek Pangan
t. Bab Dawuhe Kanjeng Nabi
u. Bab Alane Numpuk Dunya
v. Bab Pangan Kanggo Ibadah
w. Bab Bekti Bapa Biyung
x. Bab Apike Titah Lan Alane
y. Bab Ngelingi Awak
z. Bab Tambane Susahe Awak
aa. Bab Tambane Larane Ati
25
Dalam buku Irang-irang Sekar Panjang jilid kedua terdapat 18
halaman yang memuat 19 bab yang setiap babnya memuat satu judul. Bab dan
judul yang terdapat dalam jilid kedua buku ini adalah :
a. Bab Nggolek Ilmu
b. Bab Rukune Iman
c. Bab Wujude Pangeran
d. Bab Ngimanake Malaikat
e. Bab Nerima Pesten Becik Ala
f. Bab Rukune Islam
g. Bab Ngaweruhi Sampurnane Islam
h. Bab Wong Tinggal Sholat
i. Bab Mungkur Wong Kang Gawe Keruwat
j. Bab Siksa Kubur Terus Neraka
k. Bab Sambat Kerah Asu
l. Bab Dadi Rawe
m. Bab Kerasa Gatel
n. Bab Siksane Ngribakake
o. Bab Neraka Pindo Ukuman Tinggal Wajib
p. Bab Tetukulan Neraka
q. Bab Susahe Wong Neraka
r. Bab Payahe Wong Neraka
26
Di dalam jilid ketiga buku irang-irang Sekar Panjang terdapat 34
halaman yang memuat 21 bab yang setiap babnya terdiri dari satu judul. Bab
dan judul yang terdapat dalam buku ini adalah :
a. Bab Rupane Ula
b. Bab Melicete Kulit
c. Bab Mangsane Tunggeng
d. Bab Da Jarangi
e. Bab Mulyane Surga
f. Bab Peplesiran
g. Bab Kedaton
h. Bab Guyon
i. Bab Manggon Suwargo
j. Bab Sandangane Widodari
k. Bab Basane Widodari
l. Bab Adol Gawe Nyang Bendoro
m. Bab Pamite Bondo
n. Bab Setan Ngreka Daya
o. Bab Nyawane Wong Kang Lelaku
p. Bab Tanda Bagus Pungkasane
q. Bab Ngucap Kalimat Zikir
r. Bab Wajib Ngudi Ikhlas
s. Bab Aja Nduwe Pamrih
t. Bab Katekanan Janji
27
u. Bab Inane Takabur ‘Ujub Riya’
2. Ajaran-Ajaran yang Terdapat dalam Irang-irang Sekar Panjang.
Ajaran-ajaran yang dituangkan dalam buku ini sebenarnya sangat
nurmatif, artinya bahwa kandungan yang terdapat dalam naskah ini sebenarnya
banyak diambil dari teks-teks suci al-Qur’an maupun Hadits. Meskipun begitu
K.H. Muhammad Siradj tampaknya cukup cerdas dan jeli membaca kondisi
sosio-kultural masyarakatnya (daerah payaman dan sekitarnya) dan daerah
Jawa Tengah-Timur pada umumnya telah lama mengenal tembang-tembang
Jawa melalui macapat, geguritan, tembang suluk, yang masih diapresiasi
masyarakat Jawa sebagai budaya dan kesenian miliknya. Irang-irang Sekar
Panjang merupakan cara beliau menjemput bola terhadap kesenangan
masyarakat pada waktu itu. Hal ini terbukti dari bagaimana beliau tetap masih
mau memperhatikan budaya masyarakatnya, walaupun itu hanya digunakan
sebagai perantara (wasilah) untuk menyampaikan nilai-nilai keimanan dan
keislaman. Dua aspek inilah yang diajarkan oleh K.H. Muhammad Siradj
kepada masyarakat awam dalam Irang-irang Sekar Panjang.
a. Aspek Keimanan
Perhatian K.H. Muhammad Siradj dalam menyelamatkan keimanan
kaum awam tempak begitu jelas dalam tembang-tembang yang ia karang.
Aspek keimanan atau teologis diberikan beliau kepada jamaahnya dalam
rangka memberi bekal dan persiapan diri manusia terhadap kehidupan yang
lebih abadi di akhirat nanti. Jadi pengajaran aspek keimanan tersebut selalu
dikaitkan dengan aspek eskatologis (al-akhirat). Alasan yang berkaitan dengan
28
soal keakhiratan semacam ini sangat jelas banyak disebut dalam al-Qur’an.
Hanya saja untuk memberikan gambaran dunia eskatologis semacam kepada
orang awam perlu diupayakan pemahaman dalam bentuk adanya kebangkitan
tubuh dengan segala konsekuensi yang didapatnya, sebagai akibat kelakuan
semasa hidup di dunia.
Hal semacam ini ditegaskan betul dalam tembang-tembangnya dan
anjuran semacam itu, yang mana sejalan dengan hadits nabi yang mengatakan
bahwa dunia hanyalah tempat sementara dan merupakan sarana untuk
mencapai kehidupan yang lebih abadi di akhirat (ad-dunya mazra’at al-
akhirat). Aspek teologis yang ingin diarahkan oleh K.H. Muhammad Siradj
kepada sebuah tindakan praksis guna meningkatkan keimanan kaum awam,
sehingga kelak dapat berdampak positif terhadap para pelakunya.
Aspek teologis yang diajarkan K.H. Muhammad Siradj tampak di setiap
jilid buku Irang-irang Sekar Panjang. Kajian keimanan dalam naskah ini dapat
ditemui secara acak, mengingat tidak sistematisnya penulisan buku ini. Pada
jilid pertama K.H. Muhammad Siradj mencoba memberikan pengertian kepada
masyarakat awam bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Sehingga
bagaimana di dalam kehidupan yang sebentar ini manusia mempersiapkan diri
menghadapi kematian. Bab yang menjelaskan tentang persiapan ke kehidupan
abadi antara lain Bungah Ono Dunyo (senang-senang di dunia) dan Jongko
Dunyo (menjangkau dunia).
Selain bab yang menjelaskan tentang bagaimana manusia
mempersiapkan diri menghadapi kematian, ada juga bab yang menjelaskan
29
kematian dan kehidupan setelah mati, baik di alam kubur maupun di akhirat
nanti. Bab-bab tersebut antara lain Pecate Nyowo (berpisahnya nyawa), Iling
Pati (mengingat mati), Bejo Ciloko Kubur (beruntung dan tidak beruntungnya
kubur), Neroko Suwargo Sepisan (neraka dan surga sekali pilihan).
Aspek keimanan pada jilid kedua buku ini meliputi Wujude Pangeran
(wujud Tuhan), Iman Maring Malaikat (iman kepada para malaikat), Nerima
Pesten Olo Becik (menerima takdir baik dan buruk), Ngaweruhi Sampurnane
Islam (mengetahui sampurnanya Islam), Siskso Kubur Terus Neroko (siksa
kubur yang dilanjutkan siksa neraka).
Pada jilid ketiga, aspek keimanan lebih ditekankan kepada gambaran-
gambaran kehidupan di akhirat, seperti yang terdapat dalam bab Rupane Ulo
(wujud ular), Mangsane Tunggeng (makanan kalajengking), Kedaton (kerajaan
surga), Sandangane Widodari (pakaiannya bidadari), dan Guyon (bercanda).
Aspek keimanan yang berhubungan dengan eskatologi inilah yang akan
menjadi bahasan dalam skripsi ini.
b. Aspek Keislaman
Yang dimaksud aspek keislaman dalam naskah Irang-irang Sekar
Panjang adalah adanya unsur kesatuan pandangan K.H. Muhammad Siradj
terhadap pemikiran teologis, fikih dalam arti luas dan tasawuf yang dalam
naskah ini disebut dengan istilah ma’rifat, syari’at, thoriqot, dan hakikat.
Kesatuan seperti ini mencerminkan pandangan atau ideologi K.H. Muhammad
30
Siradj. Beliau masih setia mengikuti aliran ahlu sunnah wal jama’ah 9 dan
secara teologis mengikuti faham Asy’ariyah 10 serta secara fikih mengikuti
madzhab Syafi’i. Sedangkan dalam bertasawuf beliau mengikuti aliran tariqat
Syadziliyah.
Pandangan semacam ini walaupun sedikit diulas oleh K.H. Muhammad
Siradj dalam Irang-irang Sekar Panjang, tetapi dapat mewakili ideologi beliau.
Pandangan ini sekilas dibahas dalam bab Ngaweruhi Sampurnane Islam
(mengetahui sampurnanya Islam) yang ada di jilid kedua buku Irang-irang
Sekar Panjang yang berbunyi:
Wajib Sira Ngaweruha # Ing anane Islam ira Sampurnane Islam iku # Kumpule patang perkoro Ingkang dingin saka papat # Anane ilmu Ma’rifat Kaping pindo seko papat # Anane ilmu Syari’at Kaping telu seko papat # Anane ilmu Thariqat Kaping pate kanggo tukul # Anane ilmu Haqiqat 11
Jika diterjemahkan bebas, artinya :
Wajib bagi kalian semua mengetahui keislaman kalian Sempurnanya Islam itu jika terkumpul empat perkara Yang pertama dari empat tersebut adanya ilmu Ma’rifat Yang kedua dari empat adalah adanya ilmu Syari’at Yang ketiga dari empat adalah adanya ilmu Thariqat
9 Aliran ahlu sunnah wa jama’ah dapat diartikan sebagai pengikut tradisi Nabi dan
ijma’ Ulama. Dengan menyatakan diri sebagai pengikut tradisi Nabi dan ijma’ ulama’, secara otomatis berarti membedakannya dengan aliran lain yang hanya berpegang teguh dengan al-Qur;an dan Hadits saja dan mereka yang menolak Ijma’ Ulama’. Lihat Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren…., hal. 148
10 Aliran Asy’ariyah adalah aliran dalam ilmu kalam yang mempunyai pemikiran
berupa jalan tengah antara dua aliran yang saling bertentangan, yaitu mu’tazilah yang terlalu mnegandalkan penalaran dan Jabariyah yang menolak penalaran dan kembali bersandar kepada makna dhohir ayat-ayat Hadits secara murni. Faham ini diperkenalkan oleh Abd al-Hasan Ali bin Ismail al-‘Asy’ari (873-941 M). Lihat Sayyed Hossein Nasr, Intelektual Islam: Teologi, Filsafat, dan Gnosis (Yogyakarta: CIIS Press, 1995) hal. 19-20. Lihat juga Ahmad Hanafi, Theology Islam (ilmu Kalam) Cet.X (Jakarta: Bulan Bintang,1993) hal.61
11 Lihat K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang Sekar Panjang jilid 2 (Muntilan:
Percetakan Sayyid Abdurrahman al Idrus, 1931), hal. 8-9
31
Yang keempat untuk penyempurna adalah adanya ilmu Haqiqat
Pengertian keempat hal tersebut dijelaskan di bait-bait selanjutnya. Ilmu
ma’rifat oleh K.H. Muhammad Siradj dijelaskan sebagai berikut
Tegese ma’rifat iku # Sira rumangsa kawula Saha sira nekodaken # Allah Ta’ala pangeran kawula Nggone sira nekodaken # Kanggo tanda kang sanyoto Tandane Allah ono # Wujude sak awak kito 12
Artinya :
Arti ma’rifat adalah bahwa kalian merasa menjadi hamba Dan kalian menyakini bahwa Allah adalah Tuhan Keyakinan tersebut sebagai tanda nyata Tanda bahwa Allah ada wujudnya diseluruh tubuh kita
Bait berikutnya menjelaskan tentang pengertian syari’at.
Tegese syari’ah iku # Ing anane lakon mahi Anderek dawuh tinggal cegah # Sangking Dzat Kang Maha Suci 13
Artinya :
Maksud syariat adalah adanya perbuatan yang harus dipatuhi Menjalankan perintah meninggalkan cegah dari Yang Maha Suci
Pengertian syari’at menyerupai makna takwa yang dijelaskan dalam bahasa
Jawa dengan ungkapan nuruti perintah ngedohi cegah (menjalani perintah
menjauhi larangan).
Bait selanjutnya K.H. Muhammad Siradj menjelaskan pengertian thariqat.
Tegese thariqat iku # Nggonmu podo ngati-ati Nguwatiri nek di tolak # Ngamale kang dilakoni 14
Artinya :
12 Ibid. hal.9 13 Ibid. 14 Ibid.
32
Maksud thariqat adalah agar kamu berhati-hati Mengkhawatirkan jika amal yang telah dilakukan ditolak
K.H. Muhammad Siradj mengajarkan pentingnya sikap al-khauf (cemas) jika
amalannya ditolak tetapi juga mengajarkan ar-roja’ (pengharapan) agar
amalannya diterima oleh Allah SWT.
Puncak kesempurnaan Islam yang diajarkan K.H. Muhammad Siradj
dalam buku Irang-irang Sekar Panjang adalah adanya ilmu haqiqat. Ilmu
haqiqat oleh beliau dijelaskan sebagai berikut.
Tegese haqiqat iku # roso ora duwe doyo Anane kabeh lakon # kersane kang moho mulyo 15
Artinya :
Yang dimaksud haqiqat itu adalah merasa tidak mempunyai kekuatan Adanya semua kejadian adalah kehendak Yang Maha Mulya
Maksudnya adalah bahwa segala hal telah diatur oleh Allah SWT. Manusia
tidak mempunyai daya untuk melakukan perintah Allah maupun menjauhi
maksiat, kecuali dengan pertolongan Allah. Dengan pemaknaan seperti ini
K.H. Muhammad Siradj ingin mengajarkan kepada jama’ahnya sebuah
kepasrahan total kepada Tuhan. Dengan begitu hati bisa tenang dan
kebahagiaan lahir dan bathin akan diraihnya. Pemaknaan seperti ini seperti
makna lafadz La> H}aula Wala> Quwwata Illa> Billa>hi. Lafadz ini juga berkhasiat
sebagai obat stress, penolak bala (bencana), obat susah, dan penolak
kefakiran.16
15 Ibid. 16 Ikhsan M Dahlan, Siraj al-Thalibin ala Syarh al-Minhaj al-‘Abidin Illa Jannatin
Rabb al-‘Alamin (Surabaya: Syirkah Maktabah Salim Sa’id) hal. 53
33
Pemikiran ini seolah-olah mengindikasikan bahwa K.H. Muhammad
Siradj berpaham Jabariyah, tetapi jika dilihat dari bait-bait sebelumnya secara
keseluruhan yang menghargai upaya dan usaha mannusia meskipun hasil akhir
ditentukan oleh Allah SWT terlihat bahwa beliau berfaham Asy’ariyah. K.H.
Muhammad Siradj menekankan kepada jamaahnya untuk selalu bertawakal,
artinya berusaha sekuatnya dan pasrah dengan hasil yang diterimanya. Sebab
beliau menyadari bahwa di dunia ini banyak keinginan manusia tetapi sedikit
sekali yang terpenuhi. Hal tersebut menimbulkan keluh kesah manusia dan
sikap putus asa.
34
BAB III
KEMATIAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT, TEOLOGI,
DAN BUDAYA
Membicarakan mengenai kematian tidak bisa dipisahkan dengan ruh.
Ada banyak istilah lain yang dipakai yang pengertiannya sama dengan ruh
(Bahasa Arab), yaitu Jiwa, Suksma (Bahasa Sanskerta) atau Spirit.1 Ruh
manusia mengalami beberapa fase kehidupan selama kehidupannya. Yang
pertama ruh masih berada di alam ruh, dimana ruh manusia masih belum
memiliki wujud wadag. Yang kedua ruh manusia yang telah ditiupkan ke
dalam janin ketika berada di dalam alam kandungan. Setelah lahir, ruh yang
telah memiliki wujud berupa jasad berada di alam dunia. Tidak lama kemudian
ruh kembali meninggalkan jasad dan memasuki alam kubur dan akhirat.
Ketika ruh meninggalkan jasad, itulah yang dinamakan dengan kematian.
Kematian adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme
biologis.2 Kematian oleh sementara ulama didefinisikan sebagai ketiadaan
hidup. Manusia mengalami dua kematian. Kematian pertama dialami manusia
sebelum kelahirannya, atau saat Allah belum menghembuskan ruh kehidupan
kepadanya. Sedangkan kematian kedua saat ia meninggalkan dunia yang fana
ini.3 Pengertian kematian dalam pandangan filsafat, teologi, maupun budaya
1 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Buku ke Tiga : Pengantar Kepada Metafiska
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996) hal. 22 2 Lihat www.wikipedia.com akses tanggal 25 Juni 2008 3 M Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung: Mizan, 2007) hal. 68
35
tidak mempunyai banyak perbedaan. Yang berbeda hanyalah bagaimana ketiga
pandangan tersebut memandang misteri kehidupan ruh setelah ruh
meninggalkan tubuh.
A. Kematian dalam Perspektif Filsafat
Ada dua filosof yang pertama kali mengemukakan mengenai konsep
kematian. Konsep kematian dalam dunia filsafat pertama kali dikemukakan
oleh Socrates (470-399 SM). Begitu tegarnya Socrates ketika menghadapi
kematian yang sudah berada di depan matanya menjelang detik-detik
pelaksanaan hukuman minum racun. Kekuatan yang besar hinggap pada
dirinya hingga mampu menghadapinya dengan ketenangan yang luar biasa
diiringi derai tangis Xanthipe (istri), anak-anak, dan sahabat-sahabatnya.
Kekuatan Socrates muncul dari dasar keyakinannya akan arti dari kematian itu
sendiri. Kematian baginya merupakan pemisahan jiwa dari raga. Kematian
adalah proses pemurnian dari jiwa itu sendiri.4
Bagi Socrates, dalam kematian, jiwa dan tubuh terpisah, tubuh menjadi
hancur dan jiwa meneruskan perjalanannya, karena jiwa bersifat langgeng.
Seperti dikenal dalam legenda kuno Yunani, bahwa jiwa-jiwa orang mati akan
kembali ke rumah Hades, dan kelak di kemudian hari akan dihidupkan lagi dari
kematian. Menurutnya, hal tersebut berarti orang-orang yang hidup adalah
mereka yang dibangunkan kembali dari kematiannya. Ini membuktikan bahwa
jiwa memang benar-benar ada di sana, dan tak mungkin dihidupkan lagi
4 Rahmat, Socrates tentang Perjalanan Jiwa dan Persemayamannya, Lihat
www.erabaru.or.id akses tanggal 25 Juni 2008
36
apabila jiwa tersebut tidak ada. Hal ini sudah merupakan bukti bahwa orang-
orang yang kini hidup datang dari mereka yang sebelumnya telah mati dan
dibangunkan kembali. Dengan demikian jika jiwa itu telah ada sebelumnya,
dan jika pada waktu kita lahir jiwa datang dari orang yang mati maka jiwa
tersebut tetap ada ketika seseorang meninggal sebab nantinya dia akan
dilahirkan kembali. Jadi untuk apa manusia harus takut pada kematian?
Bukankah pada akhirnya akan lahir kembali? 5
Menurut Socrates tubuh merupakan hal yang tampak dan selalu berubah-
ubah, sedangkan jiwa sebagai hal yang tak tampak yang selalu sama tak
berubah-ubah. Ada kemungkinan jiwa kita akan selalu dibawa tubuh ke arah
sesuatu yang berubah dan terbawa ke keadaan kacau tersesat kehilangan arah.
Namun apabila jiwa mampu mempelajari segala sesuatunya sendiri, maka ia
akan menuju ke sesuatu yang murni dan abadi tak dapat mati serta tak akan
berubah. Dalam hubungan dengan hal ini maka jiwa tinggal bersama kebaikan
setiap kali jiwa terpisah dari tubuh. Dapat dikatakan bahwa jika jiwa yang
murni lepas dari tubuh maka tidak akan membawa-bawa tubuh lagi karena
memang tidak perlu lagi bersatu dalam hidup, melainkan menjauhi keinginan
badani. Jiwa dalam kondisi ini melatih diri bebas dari keinginan badani,
kejahatan, keburukan, dan penyakit duniawi lainnya. Dengan demikian jiwa
terkondisi dalam keadaan mencinta kebijaksanaan sejati.
Socrates menganggap jiwa yang langgeng dan terlatih ini berperan
penting dalam menghadapi kematian, maka jiwa membutuhkan perawatan
5 Ibid.
37
sepanjang waktu. Jika kematian terbebas dari segala sesuatu, maka akan
merupakan suatu keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang jahat untuk
terbebas dari tubuhnya dan kejahatan mereka bersama-sama dengan jiwanya.
Lebih-lebih ternyata jiwa itu tidak dapat mati, maka tak ada jalan baginya
untuk terlepas dari kejahatan dan tak dapat menyelamatkannya kecuali ia bisa
menjadi sebaik dan sebijaksana mungkin. Sebab ketika jiwa datang ke rumah
Hades, sebuah tempat persemayaman kebijaksanaan bagi jiwa, dia tidak akan
membawa apa-apa kecuali latihan yang diterimanya. Jalan menuju Hades
tidaklah mudah tetapi memiliki banyak cabang dan pemberhentian yang akan
berakibat pada keadaan jalan yang salah. Jiwa yang bijaksana dan mulia dapat
mengikuti dan mengerti keadaan yang demikian, namun jiwa yang masih
memiliki nafsu badani akan terus menginginkan pemuasan nafsu dan
bergentayangan di dunia yang tampak dalam wujud roh hantu, setan dan
semacamnya. Ketika jiwa yang tidak murni ini datang ke tempat berkumpul
lainnya, maka ia tidak akan bisa diterima dan dijauhi oleh jiwa lainnya. Jiwa-
jiwa yang menjalani kehidupan di dunia dengan kemurnian dan kemuliaan
akan mendapatkan dewa-dewa sebagai kawan seperjalanan dan masing-masing
mendapat tempat yang pantas. Suatu tempat yang tidak pernah dapat disamai
keindahannya kala hidup di dunia. Keindahan tempat yang hanya dapat
ditinggali oleh jiwa-jiwa yang bersih dan murni.6
Jiwa manusia bukanlah nafasnya semata-mata, tetapi juga asas hidup
manusia dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa adalah intisari manusia, hakekat
6 Ibid.
38
manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena jiwa adalah
intisari manusia, maka manusia wajib mengutamakan kebahagiaan jiwanya
(eudaimonia : jiwa yang baik), lebih daripada kebahagiaan tubuhnya atau
kebahagiaan lahiriah. Manusia harus membuat jiwanya menjadi jiwa yang
sebaik mungkin,7 agar kelak dalam Hades mendapatkan tempat yang pantas.
Socrates mengajarkan manusia untuk selalu berbuat bijaksana selama
hidupnya di dunia. Menurutnya, jiwa membutuhkan bekal ketika menuju
Hades, tempat bersemayam jiwa setelah meninggalkan tubuh, yaitu berupa
amal kebaikan, atau yang dalam istilahnya kebijaksanaan.
Seorang murid Socrates, Plato (429-347 SM) juga berpendapat bahwa
rohani mempunyai prioritas atas jasmani. Oleh Plato jiwa dan tubuh dipandang
sebagai dua kenyataan yang harus dibedakan dan dipisahkan. Jiwa berada
sendiri. Jiwa adalah sesuatu yang adikodrati yang berasal dari dunia ide dan
oleh karenanya bersifat kekal, tidak dapat mati.8
Jiwa sejak dahulu sudah ada, dan karena
itu jiwa bersifat baka. Jiwa hendaknya dipandang bukan seperti ia
menampakkan diri dalam kenyataan (bertalian dengan tubuh), melainkan
dalam kemurniannya, tanpa dicemarkan oleh tubuh.9
7 Harus Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1 (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1980) hal. 36
8 Ibid. hal 42. Lihat juga C.A. Van Peursen, Tubuh-Jiwa-Roh : Sebuah Pengantar Dalam Filsafat Manusia, terj. K. Bertens (Jakarta: Gunung Mulia, 1981) hal. 39
9 Stephen, Kematian: Perspektif dan Sikap Teologis, Lihat http://stephen.wordpress.com akses tanggal 25 Juni 2008
39
Tubuh digariskan sebagai hambatan dan pencemaran. Manusia harus
mentahirkan diri dengan melepaskan diri dengan tubuh. Hal itu bukan saja
karena tubuh adalah tempat tinggal keinginan-keinginan lebih rendah.
Pentahiran juga mempunyai seuatu efek epistemologis (artinya: mempengaruhi
pengetahuan manusia).10
Menurut Plato, ada dua jenis sumber penghasil pengetahuan. Yang satu
adalah dunia pengalaman, yang berubah-ubah. Yang satu adalah dunia ide,
yang bersifat tetap. Yang menghubungkan ide (kehidupan dahulu) dengan
kehidupan sekarang adalah jiwa. Jiwa kekal seperti juga ide. Karena itu jiwa
dapat membawa kenangan ke dalam kehidupan sekarang.11
Yang selalu berubah adalah merupakan tangkapan inderawi dan yang
tepat tidak berubah diketahui dengan berpikir. Karena barang-barang yang
dapat ditangkap inderawi ambil bagian dalam bagian dalam gambaran aslinya
di dalam ide-ide, maka sesuatu tangkapan secara inderawi membangkitkan
ingatan akan ide-ide yang pernah dipandang sebelum orang hidup di dunia
ini.12
Bagian jiwa ada tiga, yaitu bagian rasional, yang dihubungkan dengan
kebijaksanaan, bagian kehendak atau keberanian yang dihubungkan dengan
kegagahan, dan bagian keinginan atau nafsu yang dihubungkan dengan
pengendalian diri. Karena hukumanlah jiwa dipenjarakan dalam tubuh. Agar
10 C. A. Van. Peursen, Tubuh-Jiwa-Roh… hal. 39
11 Sidi Gazalba,Sistematika Filsafat…hal. 32
12Bernard Delfgaauw, Sejarah Ringkas Filsafat Barat (Yogyakarta: Tiara Wacana,1992)
hal. 23
40
jiwa terlepas dari penjaranya, orang harus mendapat pengetahuan, yang
menjadikan orang melihat ide-ide seperti yang pernah dialami jiwa sebelum
dipenjarakan dalam tubuh.13
Usaha-usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan memandang ide-ide
merupakan upaya untuk melepaskan diri dari raga dengan mengendalikan
nafsu. Ide tertinggi adalah kebaikan. Jiwa seseorang yang semasa hidup
berupaya memandang ide, setelah mati akan merasa bahagia.14
Jadi, kata Plato yang dikutip C. A. Van Peursen, hendaknya manusia
memandang jiwa bukannya seperti ia menampakkan diri dalam kenyataan
(bertalian dengan tubuh), melainkan dalam kemurniannya, tanmpa dicemarkan
oleh tubuh. Dengan demikian kematian dapat dianggap sebagai pengungsian
penuh gembira dari tubuh.15
Sokrates dan Plato setuju bahwa jiwa dan raga merupakan dua entitas
yang berbeda. Mereka juga percaya bahwa ketika manusia mati, jiwa lepas dari
raga, dan ada tempat akhir sebagai tempat tujuan jiwa bersemayam setelah jiwa
terlepas dari raga. Agar jiwa mendapatkan tempat bersemayam yang nyaman
dan merasa bahagia, jiwa harus dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan
mengenai kebaikan dan kebijaksanaan. Filsafat sebagai hasrat akan
kebijaksanaan menjadi suatu jalan keselamatan.
13 Harun Hadiwijono, Sari Sejarah…hal. 42 14 Bernard Delfgaauw, Sejarah Ringkas….hal.23 15 Van. Peursen, Tubuh-Jiwa-Roh… hal. 40
41
B. Kematian dalam Perspektif Teologi
Dalam teologi, kematian dianggap sebagai awal kehidupan yang kekal.
Pembicaraan mengenai kematian tidak hanya didominasi oleh agama-agama
besar, tetapi juga terdapat dalam kepercayaan masyarakat kuno. Penjelasan
kehidupan sesudah mati menjadi konsep terpenting bagi agama-agama dalam
menjelaskan inti ajarannya. Baik agama-agama bumi maupun agama-agama
samawi. Kehidupan sesudah mati menjadi kunci pencapaian tertinggi berupa
pencerahan dan keabadian kehidupan ruh manusia. Kematian adalah
pengalaman dan fase terpenting dalam perjalanan hidup manusia.
Bangsa Mesir kuno percaya bahwa ruh orang mati akan menuju langit.
Untuk itu, agar ruh tersebut cepat sampai tujuan dibuatkanlah bangunan
berbentuk piramid yang runcing. Kepercayaan seperti ini juga terdapat dalam
agama Zoroaster, Manu, dan lain-lain.16
Agama-agama besar tidak luput membicarkan tentang kematian dan
keadaan setelah mati. Baik agama yang berdasarkan wahyu maupun agama
yang tidak berdasarkan berdasarkan wahyu, sama-sama memiliki perhatian
yang besar pada kematian dan kehidupan setelah mati. Agama Budha,
menekankan pada Nirwana, yaitu keadaan yang tidak ada. Jiwa manusia
terpenjara dalam tubuh. Karena itu, untuk membebaskan manusia dari
keterikatan yang demikian, dia harus mensucikan dirinya dari rayuan nafsu
dunia agar dia dapat kembali ke alam spiritual yang tiada bertepi (abadi). Kalau
16 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1999) hal. 215
42
tidak sanggup mensucikan dirinya selama hidup, manusia akan kembali ke
alam materi, yaitu melalui jalan reinkarnasi.17
Agama Yahudi, Kristen, dan Islam memandang kehidupan setelah mati
adalah suatu keyakinan yang pokok setelah iman kepada Tuhan. Dalam dunia
Kitab Suci Yahudi-Kristiani digambarkan bagaimana manusia hidup
merupakan bagian dari tata alam yang diciptakan dan dipelihara oleh Allah,
demikian pula tentang kematiannya. Ada yang menjelaskan bahwa kematian
adalah hilangnya daya hidup Allah pada manusia dan kemudian masuk ke
dalam hidup bayangan di sebuah tempat penantian yang dinamakan sheol. Pada
zaman Yesus, ada yang mengartikan kematian sebagai awal harapan akan
kebangkitan badan.18 Yohanes Calvin, seorang teolog kristen, mengatakan
bahwa kenyataan yang tak terbantahkan bahwa manusia terdiri dari jiwa dan
raga. Yang dimaksud jiwa ialah suatu wujud yang abadi, tetapi yang diciptakan
juga, yang merupakan bagian manusia yang paling luhur. Meskipun dalam
rupa lahir seorang manusia tercermin kemuliaan Allah, namun tak perlu
diragukan bahwa gambar Allah sebenarnya terdapat di dalam jiwa. Di dalam
jiwa manusia terdapat dua bagian, akal budi dan kemauan. Tugas
akal budi ialah membeda-bedakan hal-hal yang ditemui, apakah harus
dibenarkan atau disalahkan dan tugas kemauan ialah memilih dan
mengikuti apa yang dianggap baik oleh akal budi, menolak dan menjauhi
apa yang disalahkannya. Akal budi adalah pemimpin dan pengatur jiwa,
17 Ibid. hal. 216 18 Hartono Budi, S.J., Refleksi Tentang Kematian, Rohani No.11, Tahun ke 47,
November 2000, hal. 5
43
sedangkan kemauan selalu mengindahkan isyarat akal budi. Jadi Allah
telah memperlengkapi jiwa manusia dengan akal budi dan kemauan sehingga
manusia mempunyai kemauan bebas untuk mencapai kehidupan kekal.19
Menurutnya, kematian adalah perpisahan antara jiwa dan tubuh. Pada
saat kematian, jiwa dibebaskan dari kungkungan tubuh. Dengan demikian,
tubuh yang fana (mortal body) identik dengan keberdosaan daging (sinful
flesh). Kematian telah mengakhiri perjuangan orang percaya dalam
peperangan menghadapi keinginan-keinginan daging. Ketika manusia
meninggal, jiwa terpisah dari tubuh dan tubuh kembali kepada
tanah/debu. Tetapi jiwa itu baka, dan setelah terpisah dari tubuh, jiwa
tidak terkena hukuman dan tidak ”tidur” dalam kematian. Setelah
kematian, jiwa menikmati damai sorgawi (heavenly peace) sambil menunggu
kebangkitan daging. Jiwa mengalami kedamaian yang lebih tinggi setelah
lepas dari tubuh dan mencapai penyempurnaannya dalam kebahagiaan
kebangkitan daging kelak. Jiwa orang percaya setelah keluar dari tubuh
hidup terus dan merasakan ”kedamaian sementara” (provisional
blessedness) di dalam Allah walaupun belum sempurna.20
Senada dengan Yohannes Calvin, sorang teolog kristen Amerika, R.C.
Sproul mengatakan bahwa manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah adalah makhluk yang dibuat dari tubuh yang bersifat materi dan jiwa
yang bukan materi. Baik tubuh maupun jiwa diciptakan Allah dan merupakan
19 Stephen, Kematian: Perspektif…, Lihat http://stephen.wordpress.com akses tanggal
25 Juni 2008 20 Ibid.
44
aspek yang berbeda. Paham dualitas ini menggambarkan bahwa manusia
merupakan satu keberadaan dengan dua unsur yang berbeda, yang disatukan
oleh Allah dalam satu penciptaan.21 Menurutnya Pada waktu
kematian, meskipun tubuh ini mati, tetapi baik jiwa orang percaya
maupun orang tidak percaya tetap hidup. Orang-orang percaya menantikan
pemenuhan dari penebusan mereka, sedangkan orang yang tidak percaya
menunggu penghakiman Allah. Oleh karena Allah menjaga jiwa dari
kematian, maka manusia memiliki kesadaran terus menerus akan keberadaan
pribadinya yang melampaui kematian. Keseluruhan pribadi manusia jatuh
ke dalam dosa; baik tubuh maupun jiwa adalah obyek penyelamatan Allah
yang diberikan berdasarkan kasih karunia-Nya.22
Dalam agama Islam, iman terhadap kematian dan hari akhir mempunyai
kedudukan tertinggi setelah keimanan terhadap Allah. Dalam Islam terdapat
juga dualitas dalam diri manusia. Manusia terdiri dari jasad dan jiwa atau ruh.23
Menurut Ibn Taimiyah yang dikutip Umar Sulaiman al-Asyqar, ruh adalah
pengatur badan yang berpisah dengan badan saat mati adalah ruh yang
ditiupkan padanya. Ruh tersebut adalah jiwa yang berpisah dengan badan pada
saat mati.24 Menurut al-Ghazali, ruh adalah bukan jism yang bertempat tinggal
di badan, seperti bertempatnya air di dalam suatu wadah dan bukan juga aradh
21 Ibid. 22 Ibid. 23 Sidi Gazalba, Ilmu, Filsafat, dan IslamTentang Manusia dan Agama (Jakarta: Bulan
Bintang, 1985), hal. 62
24 Umar Sulaiman al-Asyqar, Ensiklopedi Kiamat… hal. 92
45
(unsur benda) yang bertempat tinggal di jantung atau di otak. Ruh adalah
jauhar (inti) dan bukan unsur materi.25
Menurut al-Ghazali yang dikutip Sibawaihi, kematian dan kehidupan
menyiratkan konsep sunatullah, bahwa kematian dan kehidupan merupakan
merupakan proses alami menurut kehendakNya. Kematian dan kehidupan
merupakan proses kontinuitas yang saling terkait. Kematian dan kehidupan
kerapkali digambarkan secara beriringan dalam al-Qur’an. Digambarkan
kematian dan kehidupan terjadi dua kali. Kematian pertama diwujudkan ketika
ruh kehidupan belum dihembuskan kepada manusia, dan kematian kedua
terjadi ketika ruh kehidupan yang telah dihembuskan dicabut kembali.
Mengenai kehidupan juga digambarkan terjadi dua kali, yaitu yang pertama
terjadi ketika kesaksian ruh akan ketuhanan Allah, dan yang kedua adalah
kehidupan manusia di dunia ini. Dengan demikian, menurut al-Ghazali, setelah
kematian kedua (tercabutnya ruh dari badan), akan ada lagi kehidupan yang
ketiga, yang merupakan kehidupan abadi, yakni kehidupan akhirat.26 Kematian
dalam konsep al-Ghozali juga dinamakan kiamat kecil.
Setelah manusia meninggal ruh akan mendiami alam barzakh. Konsep
mengenai alam barzakh adalah keistimewaan agama Islam, karena hanya
Islamlah yang mempunyai konsep mengenai alam barzakh. Hanya
Zoroasterianisme (Majusi) yang memiliki kemiripan dengan konsep ini, yang
25 Imam al-Ghazali, Metafisika Alam Akhirat terj. Drs. Wasmukan dan Muhammad
Luqman Hakim (Surabaya: Risalah Gusti, 1998), hal. 97 26Sibawaihi, Eskatologi al-Ghazali dan Fazlur Rahman (Yogyakarta: Penerbit Islamika,
2004) hal. 80
46
juga mempercayai adanya Alam Antara, yang menghubungkan kematian dan
kebangkitan. Alam barzakh adalah proses pra-Peradilan Akhir.27
Menurut al-Ghazali yang dikutip Sibawaihi mengatakan bahwa pahala
seseorang akan ditampakkan dan dibalas seketika, sesaat setelah manusia
meninggal. Al-Ghazali meyakini bahwa ketika manusia meninggal, manusia
menyadari bahwa dirinya telah mati, dan juga meyadari pada saat ia
dikuburkan. Sang mayit akan menemukan esensi dirinya yang sesungguhnyadi
alam barzakh ini serta merasakan efek-efek dari kualitas amalnya. Bilamana
sang mayit tergolong sebagai orang yang tidak beruntung, ia akan merasakan
sakit dan pedih, yang bentuk penyiksaannya dapat diumpamakan dengan
gigitan ular berbisa atau sesuatu yang paling ditakuti di dunia ini. Sebaliknya,
jika ia merasa orang yang beruntung, jiwanya akan mampu mengimajinasikan
kebahagiaan dalam bentuk yang sama dengan yang dia yakini akan
kehadirannya semasa di dunia, seperti taman indah, sungai jernih, bidadari, dan
sebagainya, karena itulah pahala di alam kubur.28
Berdasarkan dalil-dalil syar’i ketika ruh berada dalam alam barzakh
memiliki derajat/tingkatan yang berlainan. Pertama, ruh yang berada di
Illiyyin , yaitu singgasana paling atas, singgasana ruh para nabi. Kedua, ruh
yang berada dalam tembolok burung hijau, yang terbang sesuka hati di area
surga, yaitu ruh sebagian orang yang mati syahid. Ketiga, adalah ruh yang
27 Sibawaihi, Eskatologi… hal. 92 28 Ibid. hal. 95
47
berada dalam tempat yang paling bawah dan paling hina, yakni ruh orang-
orang kafir dan pendosa besar.29
Kemudian ruh akan menuju ke alam akhirat. Transferabilitas Ruh dari
alam dunia ke alam akhirat ditentukan oleh amal perbuatan yang merupakan
ekspresi nilai yang efektif. Apabila amal perbuatan sesuai dengan fungsi
transenden atau das Ueber Ich, yaitu segala perbuatan baik yang didedikasikan
kepada personalitas Tuhan yaitu Allah, maka ruh mencapai tingkat kemurnian
yang hakiki sehingga memiliki energi nirjasadi yang cukup untuk memasuki
alam transendental, yang oleh Yesus di Galilea disebut secara eksplisit sebagai
Surga atau oleh Rasulullah SAW disebut Yaum Al-Dien. Transferabilitas ruh ke
alam akhirat menjadi sulit apabila zatnya terkontaminasi terlalu banyak oleh
faktor-faktor das Es berupa berbagai perbuatan pemuasan hawa nafsu belaka
yang didedikasikan kepada pemujaan duniawi yang fana. Itulah sebabnya maka
Yesus atau Isa Al-Masih mempersyaratkan untuk mencapai Kerajaan Sorga
harus berbuat kasih kepada Allah dan kepada sesama. Al-Qur’an menyebutnya
dengan H>>>}}ablun minallah wa h}ablun minanna>s.30
Tetapi sebelum ruh benar-benar mendiami surga ataupun neraka, ruh
akan mengalami beberapa fase pengalaman. Pengalaman pertama adalah H>}isab
(penghitungan). Pengalaman ini merupakan proses penghitungan amal
manusia. Dalam proses penghitungan ini dilakukan di suatu tempat yang
dinamakan Padang Mahsyar. Q.S. Ibrahim [14]: 48 menginformasikan hari
29 A’idh al-Qarni, dkk, Malam Pertama di Alam Kubur (Solo: Maktabah Sha’idul
Fawa’id, 2006), hal. 130 30 Agus Miftach, Agnostik dan Transenden. Lihat www.fpn.com akses tanggal 25 Juni
2008
48
jatuhnya janji Allah tentang pembalasan terhadap manusia adalah pada hari
ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian juga langit, dan
mereka semuanya berkumpul di Padang Mahsyar berkumpul menghadap ke
hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.31 Dijelaskan bahwa pada
waktu itu matahari sedemikian rendahnya, hingga semua manusia dibasahi oleh
keringatnya sendiri sesuai dengan dosa masing-masing.32 Dalam proses
penghisaban ini semua makhluk yang dibebani tanggung jawab akan
menghadapi penghitungan.
Fase kedua adalah perjalanan menuju tempat hasil penimbangan amal
manusia di Padang Mahsyar. Setelah semua manusia diadili, mereka
dipersilahkan menuju rempat masing-masing. Perjalanan ini melalui dengan
apa yang diitilahkan Al-Qur’an dengan S}ira>t}. Sebagian pakar mengilustrasikan
jalan itu sebagai jembatan yang dilalui menuju surga dan di bawah jembatan
adalah neraka. Sehingga manusia yang terjatuh ketika menyeberang jembatan
tersebut dapat dipastikan akan mengalami siksa pedih neraka. Sedangkan
orang yang berhasil melewati jembatan dan tiba dengan bahagia wajahnya
berseri-seri dan memancarkan cahaya. Mereka akan merasakan kenikmatan
yang sudah dijanjikan Allah, yaitu surga.33
31 Al-Qur’an dan Terjemahannya (Saudi Arabia: Mujamma’ Al-Malik Fahd Li Thiba’at
Al-Mushaf, 1426 H) hal. 387 32 M. Quraish Shihab, Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga, dan Ayat-Ayat
Tahlil (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2001), hal. 110 33 Ibid. hal. 130
49
C. Kematian dalam Perspektif Budaya
Dalam kebudayaan Batak, kematian dipercaya sebagai tempat
berkumpulnya roh-roh orang yang sudah mati, yang sewaktu-waktu akan
datang kembali untuk mengambil sanak keluarga, kenalan, atau orang
asing, untuk dibawa ke tempat kumpulan itu. Karenanya, orang Batak
berkata: ”Na dialap ompungna do i.” Artinya, ”Dia sudah diambil
neneknya”. Hidup di akhirat setelah kematian adalah kelanjutan hidup di
dunia ini. Saat kematian terjadi, para anggota keluarga duduk
berjongkok mengelilingi jenazah dan meratapinya. Ritus ratapan (andung)
dilakukan karena mereka merasa segan dan takut terhadap begu (hantu)
yang telah mengambil jiwa orang yang ditangisi itu. Karena dia
(almarhum) sudah jadi asing dan berada di bawah kekuasaan setan maut.
Di sini pentingnya kehadiran tokoh datu (tokoh spirituil adat) untuk
menjaga supaya roh orang mati tidak mengikutsertakan jiwa seorang dari
orang-orang yang mengantarkannya memasuki liang lahatnya. Hubungan
orang mati dan yang hidup tidak berakhir dengan kematian. Roh orang
mati masih dapat mengunjungi keluarganya untuk memberi nasihat atau
petunjuk. Baru setelah lima generasi hubungan roh orang mati dan
keturunannya putus.34
Dalam budaya Toraja, kematian diartikan sebagai lepasnya ruh dari
jasad. Untuk mengantarkan ruh kembali negeri ruh dan berkumpul kembali
dengan leluhurnya, diadakanlah upacara yang dinamakan Ma’badong. Upacara
34 Stephen, Kematian…. Lihat http://stephen.wordpress.com akses tanggal 25 Juni 2008
50
ini merupakan suatu upacara menyanyikan kidung sebagai bagian dari upacara
kematian. Nyanyian ini ditembangkan setiap malam sampai terbit fajar selama
berlangsungnya upacara kematian. Kidung ini berisi mengenai pernyataan duka
cita, puji-pujian terhadap jasa-jasa almarhum dan para leluhurnya. Bagi para
bangsawan juga dinyanyikan silsilahnya terkait dengan keturunan dewa-dewa
yang dahulu turun ke bumi Toraja.35
Pada masyarakat Bali, yang sebagian besar beragama Hindu, adat
upacara kematian dan penguburan sangat dipengaruhi oleh kepercayaan bahwa
manusia yang mati dapat menitis kembali (reinkarnasi). Untuk mempercepat
kesempurnaan jasad orang yang meninggal, jenazah harus dibakar. Upacara
pembakaran mayat ini dinamakan Ngaben. Kemudian abu dibuang ke sungai
atau ke laut.36
Upacara Ngeben berarti proses mempercepat roh, jiwa atau atman
kembali kepada Hyang Esa atau Tuhan Yang Esa. Kematian atau
meninggalnya seseorang, berarti hubungan dengan dunia nyatanya telah putus,
ia dikatakan kembali ke alam baka atau ke akhirat. Tuhan, sang pencipta
kelahiran dan kematian yang berwenang menentukan status batas usia, yang
tidak dapat diramal oleh manusia, kapan waktunya yang tepat seseorang
berpulang ke dunia akhirat.37
35
Tim Penyusun, Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 10 (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1990), hal.1
36 Tim Penyusun, Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid. 1 (Jakarta: PT Cipta Adi
Pustaka, 1990), hal. 73 37
I Gusti Ngurah Agung, Unsur Metafisika dalam Upacara Ngaben, Lihat. www. Jurnalfilsafat.com akses tanggal 25 Juni 2008
51
Ngaben berasal dari kata beya . Beya berarti bekal, yakni berupa jenis
upakara yang diperlukan dalam upacara ngaben itu. Kata Beya yang berarti
bekal, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi biaya atau prabeya dalam
bahasa bali. Orang yang menyelenggarakan beya dalam bahasa bali disebut
meyanin. Kata ngaben, meyanin, sudah menjadi bahasa baku, untuk
menyebutkan upacara sawa wedhana. Jadi sesunggungnya tidak perlu lagi
diperdebatkan akan asal usul kata itu. Yang jelas ngaben atau meyanin adalah
penyelenggaraan upacara untuk sawa bagi orang yang sudah meninggal.38
Dalam budaya Jawa, terdapat istilah ngudi kawicaksanan atau ngudi
kasampurnan. Istilah ini diartikan dengan mengerti akan asal dan akhir hidup,
yang dikenal dengan istilah mengerti atau wikan sangkan-paran.
Kesempurnaan haruslah dihayati dengan seluruh kemampuan cipta-rasa-dan
karsa yang dimiliki oleh manusia. Manusia yang sempurna pada umumnya
telah mengerti awal dan akhir hidupnya yang umumnya disebut mulih mula
mulanira dan manunggal. Manusia telah kembali dan manunggal dengan
penciptanya.39 Tuhan merupakan sangkan paraning dumadi lan manungsa.
Pemikiran ini dapat diartikan bahwa kematian adalah kembalinya jiwa kepada
pemiliknya yang telah menciptakannya.
Dalam proses kembali kepada Sang Pencipta, diperlukan dua unsur yang
menjadi sarana kembali. Unsur yang pertama unsur jasmani yang terdiri dari
kakang kawah adhi ari-ari (air ketuban dan plasenta), lubang sembilan, dan
38 Ibid. 39 Abdullah Ciptoprawiro, Filsafat Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), hal. 82
52
panca indra. Yang kedua adalah unsur rohani yang terdiri dari nafsu empat 40,
aku (ego) dengan kemampuan cipta-rasa-karsa, dan pribadi (self) suksma sejati
sebagai penuntun aku.41 Penggunaan dua unsur dalam proses kembali kepada
Tuhan mengindikasikan bahwa dalam budaya jawa juga terdapat dualitas jasad
dan jiwa. Jiwa dan jasad dipandang sebagai kesatuan yang berdiri sendiri-
sendiri.
Dalam budaya jawa usaha mencapai kesempurnaan haruslah dapat
melewati unsur-unsur di atas. Seseorang haruslah dapat menahan keempat
hawa nafsunya agar dapat menjadi manusia sampurna. Setelah mampu
menguasai nafsu dengan segala cipta-rasa-karsa yang dimiliki oleh aku (ego)
manusia, manusia akan memasuki tahap Self (pribadi). Penghayatan pribadi
hanya bisa dengan mempertajam cipta-rasa-karsa sehingga tercipta
penghayatan roh suci, suksma, atau Guru Sejati dan Suksma Kawekas.42
Dengan menguasai unsur-unsur tersebut, manusia dapat dikatakan telah
manunggal dengan Tuhannya.
Setelah manusia menjadi manusia sempurna, manusia megerti hakikat
kehidupan bahwa hidup sesungguhnya adalah bersama Tuhan setelah mereka
meninggal dan untuk dapat manunggal bersama dengan Tuhan ketika mereka
40
Ada empat nafsu yang etrdapat dalam diri manusia, yaitu Amarah, Lawwamah, Muthmainnah, dan Supiah. Nafsu Amarah, Lawwamah, dan Supiah adalah nafsu yang tidak baik dan nafsu Muthmainah adalah nafsu yang mengajak manusia ke dalam kebaikan. Lihat Abdullah Ciptoprawiro, Filsafat Jawa: Manusia dalam Tiga Dimensi Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Proyek Javanologi Departement Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, tt), hal. 33
41 Abdullah Ciptoprawiro, filsafat jawa… hal. 23-24 42 Abdullah Ciptoprawiro, Filsafat Jawa: Manusia dalam….hal. 36
53
sudah mati, manusia akan berusaha keras dalam kehidupannya di dunia.
Manusia akan selalu menjalankan perintah Tuhannya dan meninggalkan semua
laranganNya.
Dalam budaya Jawa dipercaya bahwa ruh manusia yang sudah meninggal
benar-benar meninggalkan dunia setelah seribu hari setelah kematiannya.
Mereka percaya bahwa hari itu ruh untuk terakhir kalinya mengunjungi
keluarganya dan tenang di alam baka. Untuk itu diadakan upacara Nyewu,
upacara terbesar diantara upacara-upacara kematian dalam budaya Jawa.43
Pada hakikatnya upacara kematian suku bangsa yang ada di Indonesia
didasari adanya kepercayaan bahwa akan ada alam lain yang akan didiami oleh
ruh orang yang telah mati. Upacara itu juga berkaitan dengan kepercayaan
bahwa pada masa tertentu ruh orang yang mati masih berhubungan dengan
orang yang masih hidup. Upacara-upacara tersebut dilakukan agar ruh orang
yang mati tersebut mendapat ketenangan dan kenyamanan di alam lain dan
tidak berhubungan dengan alam dunia ini.
43
Dalam rangkaian upacara kematian, yaitu geblag (pada hari kematian), nelung dina (tiga hari setelah kematian), mitung ndino (tujuh hari setelah kematian), matangpuluh dina (empat puluh hari setelah kematian), nyatus dina (seratus hari kematian), dan nyewu dina (seribu hari setelah kematian. Upacara ini bertujuan untuk mendoakan manusia yang telah meninggal. Lihat Ensiklopedi Nasional…jilid 1, hal. 71
54
BAB IV
KONSEP KEMATIAN DALAM IRANG-IRANG SEKAR PANJANG
Walaupun hanya berbentuk tiga jilid kecil, buku Irang-irang Sekar
Panjang karya K.H. Muhammad Siradj sarat dengan ajaran dan makna. Salah satu
konsep yang menonjol yang ada dalam buku ini adalah konsep mengenai
kematian. Konsep kematian ini meliputi pembicaraan mengenai apa yang
diperlukan manusia sebagai bekal menghadapi kematian, proses terjadinya
kematian, kehidupan manusia setelah mengalami kematian, dan makna yang
terkandung dalam sebuah kematian. Dari satu persatu konsep ini akan dijelaskan
dalam bab ini.
A. Bekal Manusia Untuk Menghadapi Kematian
Kematian manusia memang tak bisa dipungkiri kedatangannya. Bahkan
manusia tidak mampu mengetahui dan memperkirakan kapan datangnya
kematian. Bagi manusia yang mempercayai adanya kehidupan setelah
kematian (surga dan neraka), tentu akan berusaha sebaik-baiknya untuk
menyambutnya. Demikian pula salah satu ajaran yang ada dalam buku Irang-
irang Sekar Panjang karya K.H. Muhammad Siradj. Beliau mengajarkan
bahwa manusia harus menyambut kematian dengan keadaan baik (h}usnu al-
h}atimah). Beliau mengatakan ada tujuh hal yang harus dilakukan oleh manusia
agar dapat menghadapi kematian dengan keadaan baik. Tujuh hal tersebut
beliau rangkai dalam syair berikut.
55
Wajib sira gawe apik # gawe jembar uwot ira Sebabe jembar apik # ana lakon pitung perkoro Ingkang dingin kudu mantep # perkarane iman ira Ingkang pindo kudu mantep # perkarane islam ira Kaping telu kudu nerima # ing anane awak ira Kurang pangan kurang pangan # lara susah ja nggresulo Kaping pat kudu loma # maring sanak kadang ira Aja pisan gawe serik # maring sanak pada nira Kaping lima aja pisan # gawe ngina ing manungsa Senajan fakir ina # duwe laku ora tata Kaping nem kudu sira # ngati-ati pangan ira Aja ngasi klebonan # barang haram weteng ira Kaping pitu aja sira # duwe laku ora jujur Titenana awak ira # nguwot nggrembet jur kejegur 1
Terjemahan bebasnya adalah :
Wajib kalian membuat bagus dan lebar jembatan kalian Agar bagus dan lebar (jembatan) itu ada tujuh hal yang harus dilakukan Yang pertama adalah harus mantap keimanan kalian Yang kedua harus mantap Islam kalian Yang ketiga adalah harus menerima dengan kondisi yang kalian terima (Keadaan) kurang pakaian dan makanan, sakit, maupun sedih jangan mengeluh Yang keempat adalah harus (ikhlas) bersedekah, kepada saudara-saudara kalian Jangan sampai membuat tersinggung saudara-saudara kalian Yang kelima jangan sampai sekalipun membuat orang lain hina Walaupun orang itu miskin dan tidak mempunyai tata krama Yang keenam kalian harus berhati-hati terhadap apa yang kalian makan Jangan sampai perut kalian kemasukan barang haram Yang ketujuh jangan sampai kalian melupakan Tuhan Ketika kalian kekurangan pakaian maupun makanan Jangan sampai kalian punya kelakuan tidak jujur Lihat saja (jika kalian meninggalkan hal-hal tersebut) kalian akan melewati jembatan (s}ira>t} al-mustaqi>m) dengan susah payah lalu terjatuh.
Di antara tujuh hal yang digunakan sebagai bekal kematian manusia, hal
yang paling mendasar adalah keimanan dan keislaman pada diri seorang
1 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang Sekar Panjang jilid 1 (Muntilan: Percetakan
Sayyid Abdurrahman al Idrus, 1931), hal. 8-9
56
manusia. Keimanan dan keislaman tersebut oleh beliau harus diwujudkan
dengan bentuk ketakwaan. Seperti dalam satu bait berikut
Wajib sira golek selamet # kanggo urip mati ira Sebabe bisa selamet # ana lakon rong perkoro Sewijine nderek perintah # kapindone ngedohi cegah Saklawase urip ira # Sahingga ngasi pejah 2
Artinya :
Wajib bagi kalian mencari keselamatan diri untuk hidup dan mati kalian Agar (manusia) bisa selamat ada dua hal yang harus dilakukan Yang pertama adalah menjalankan perintah dan yang kedua adalah menjauhi larangan Selamanya (selamat) dalam hidup kalian hingga kalian mati
Dalam bait lain, beliau juga menyebutkan manusia untuk selalu taat
dalam menjalankan perintah Allah.
Ilingana sira manungsa # kabeh iku bakal mati Pumpung durung sira iku # katekanan maring pati Rasane pecat nyawa # luwih banget lara nira Katimbang kabesete # sekabehe kulit ira Ora ana penaware # sakliyane taat ira 3
Artinya :
Ingatlah wahai manusia semua akan mati Mumpung kalian semua belum kedatangan mati Rasanya dicabut nyawa lebih sakit Daripada tersabetnya seluruh kulit kalian (dengan pedang)
Tidak ada penawarnya selain taat kalian
Walaupun dalam alam bait ini, K.H. Muhammad Siradj tidak secara
eksplisit menggunakan kata takwa, tetapi kata taat yang beliau gunakan
mengindikasikan sebagai kepatuhan manusia dalam menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Arti ini sama dengan pengertian takwa pada
2 Ibid. hal. 9 3 Ibid, hal. 6-7
57
umumnya. Menurut beliau, ketaatan merupakan amal baik yang dapat
digunakan sebagai bekal menghadapi kematian.
Bektenana sira iku # maring kang maha suci Mbok menowo gusti Allah # paring bungah ba’da mati Nemenana nggonmu golek # kanggo sangu awak ira Ora ana sesangune # sakliyane amal ira Aja pisan sira sangu # mati nggawa amal ala Balik sira sesanguo # amal becik kang saknyata Rupane amal becik # nggonmu pada gelem taat Rupane amal ala # nggonmu nggawe laku maksiyat 4 Artinya :
Berbaktilah kalian kepada Yang Maha Suci Mungkin Allah akan memberikan kebahagiaan setelah kalian mati Bersungguh-sungguhlah kalian dalam mencari bekal mati kalian Tidak ada bekal kecuali amal kalian Jangan sampai kalian berbekal amal buruk Berbekallah kalian dengan amal baik yang sesungguhnya Wujud dari amal baik adalah (amal) ketika kalian taat Wujud dari amal buruk adalah (amal) ketika kalian melakukan maksiyat
Tidak akan pernah tenang hidup manusia di dalam kubur, jika tidak
dibekali dengan amal baik. Hal tersebut yang selalu ditekankan oleh K.H.
Muhammad Siradj dalam setiap bait-bait tembangnya. Beliau menggambarkan
amal baik di dalam kubur seperti seseorang yang sempurna yang memberikan
ketenangan dengan ucapannya.
Wondene amal bagus # rupa uwong kang sampurno Banjur muni wis turuo # aja ngrembug apa-apa 5
Artinya :
Amal yang baik berwujud orang yang baik (sempurna) Yang mengatakan tidurlah dengan tenang jangan bicara apa-apa lagi
4 Ibid. hal 12
5 Ibid, hal. 6
58
Sedangkan amal yang buruk haruslah dijauhi, karena amal tersebut tidak
memberikan ketenangan manusia di dalam kuburnya. Amal yang buruk oleh
beliau digambarkan sebagai suatu sosok yang akan membawa bencana di
dalam kubur.
Wondene amal ala # ana kubur dadi memala Rupa uwong bosok nggo kelono # ngulang-nguleng maring sira 6
Artinya :
Sedangkan amal buruk di dalam kubur menjadi bencana Berwujud orang yang busuk untuk mengganggu tidur kalian
Menurut K.H. Muhammad Siradj, janganlah manusia mengharapkan
ketenangan dalam kubur jika belum melakukan amal baik.
Aja sira ngarep-arep # ing mulyane awak ira Lamun ora gelem taat # arikala urip ira Ora ana gawe kanca # sakliyane amal ira Arikala ana kubur # hingga tekan mahsyar ira 7
Artinya :
Janganlah kalian mengharap kemuliaan kalian Jika tidak mau taat ketika masa hidup kalian Tidak ada yang buat teman kecuali amal kalian Ketika ada di dalam kubur sampai kalian ada di Padang Mahsyar
Menurut beliau, amal baik yang paling bagus yang memberikan
ketenangan manusia di dalam kubur adalah amal sholat. Hal ini sesuai dengan
hadits Nabi yang mengatakan bahwa sholat adalah amal yang paling utama dan
yang paling afdhol.8 Untuk itulah mengapa sholat menjadi poin yang terpenting
6 Ibid, hal. 7 7 Ibid, hal. 6 8 Yang pertama-tama dipertanyakan terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal
perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses
59
dalam rukun Islam.9 Dalam beberapa bait tembangnya beliau menekankan
manusia untuk selalu melaksanakan sholat tepat waktu. Jangan sekalipun
seseorang meninggalkannya.
Ora ana penaware # sakliyane taat ira Aja pisan sira lali # maring sholat fardhu ira 10
Artinya :
Tidak ada penawarnya selain ketaatan kalian Jangan sekali-kali kalian lupa melakukan sholat fardhu
Di dalam bait ini dijelaskan sholat lima waktu dapat menjadi penawar sakitnya
manusia menghadapi sakaratul maut dan siksa kubur.
Selain iman dan Islam yang harus diwujudkan dengan ketakwaan, bekal
untuk menghadapi kematian yang lain adalah menerima dengan ikhlas apa
yang telah diberikan oleh Allah, walaupun dalam keadaan serba kekurangan
dan dalam keadaan sakit. Seperti dalam bait berikut.
Balik sira da nrimaha # taninge kang maha mulya 11
Artinya :
Kalian haruslah menerima apa yang telah menjadi ketentuan Yang Maha Mulya
dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi (Hr.Annasa'i dan Attirmidzi) Lihat CD Kumpulan Hadits Shahih Bab Shalat
9 Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob r.a dia berkata : Saya
mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (Riwayat Turmuzi dan Muslim). Lihat CD Syarah} Arba’i>na H}adi>s\ an-Nawawiyah Hadits ketiga tentang Rukun Islam.
10 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang… jilid 1, hal. 5 11 Ibid, hal. 3
60
Jika manusia mampu sabar dan menerima keadaan yang telah ditentukan
oleh Allah, maka manusia akan diberikan obat penawar rasa sakit ketika
menghadapi sakaratul maut.
Nambanana sira iku # ing larane awak ira Tambanana lara nira # nganggo tamba sabar nrima 12
Artinya ;
Berobatlah kalian dari rasa sakit kalian Berobatlah sakit kalian dengan obat sabar dan menerima
Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal seseorang. Tidak ada gunanya
seseorang melakukan sesuatu kebaikan tanpa dilandasi dengan keikhlasan.
Wajib sira angudiya # nggone ikhlas ati ira Lamun sira ora ikhlas # banjur muspra amal ira 13
Artinya :
Kalian wajib belajar ikhlas hati (Karena) kalau kalian tidak ikhlas amal kalian akan sia-sia
Selain beribadah secara transenden, manusia mengabdi sebagai hamba
Allah, K.H. Muhammad Siradj juga mengajarkan kepada jama’ahnya untuk
beribadah secara horizontal (sosial).
Kaping pat kudu loma # maring sanak kadang ira Aja pisan gawe serik # maring sanak pada nira Kaping lima aja pisan # gawe ngina ing manungsa Senajan fakir ina # duwe laku ora tata 14
Artinya :
12 Ibid, hal. 22 13 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang Sekar Panjang jilid 3 (Muntilan: Percetakan
Sayyid Abdurrahman al Idrus, 1931) hal. 19 14 Ibid, hal. 8
61
Yang keempat adalah harus (ikhlas) bersedekah, kepada saudara-saudara kalian Jangan sampai membuat tersinggung saudara-saudara kalian Yang kelima jangan sampai sekalipun membuat orang lain hina
Walaupun orang itu miskin dan tidak mempunyai tata krama
Hal ini merupakan poin keempat dan poin kelima dalam tujuh hal yang
diajarkan beliau sebagai bekal manusia menghadapi kematian, yaitu ikhlas
bersedekah kepada orang lain, jangan menghina sesama walaupun mereka
dalam keadaan miskin dan tidak mempunyai tata krama. Jangan sampai mereka
merasa tersinggung. Menurut beliau, manusia dituntut untuk selalu menjaga
lidahnya,15 karena lidah adalah pangkal terjadinya hubungan yang tidak
harmonis antar sesama manusia.
15 Dari Abu Syuraih al-Khuza'i r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau hendaklah berdiam saja."Diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan lafaz seperti di atas ini dan Imam Bukhari meriwayatkan sebahagiannya.
Hadis di atas, juga yang ada di bawahnya itu, mengandungi pengertian bahwa jika kita ingin dianggap sebagai seorang mu'min yang benar-benar sempurna keimanannya, maka tiga hal ini wajib kita laksanakan dengan baik.
(a) Jangan menyakiti tetangga, tetapi hendaknya berbuat baik kepadanya, termasuk di dalamnya tetangga yang dekat atau yang jauh, ada hubungan kekeluargaan atau tidak, juga tanpa pandang apakah ia seorang Muslim atau kafir. Ringkasnya semua diperlakukan sama dalam soal ketetanggaan.
(b) Memuliakan tamu, baik yang kaya ataupun yang miskin, yang sudah kenal atau belum, kenalnya sudah lama atau baru saja bertemu dan berkenalan, seagama ataupun tidak dan lain-lain, bahkan musuh pun kalau datang ke tempat kita, wajib pula kita muliakan sebagai tamu.
Cara memuliakannya ialah dengan jalan menampakkan wajah yang manis, berseri-seri di mukanya, berbicara dengan sopan, menyatakan gembira atas kedatangannya dan segera memberikan jamuan sepatutnya bila mana ada, tanpa memaksa-maksakan diri atau mengada-adakan, sehingga berhutang dan lain-lain.
(c) Kalau dapat mengeluarkan kata-kata yang baik, itulah yang sebagus-bagusnya untuk dijadikan bahan percakapan. Tetapi jika tidak dapat berbuat sedemikian, lebih baik berdiam diri saja.
Dalam mengulas sabda Rasulullah s.a.w. yang terakhir ini. Imam as-Syafi'i r.a. berkata: "Jadi hendaknya difikirkan sebelumnya perihal apa yang hendak dikatakan itu. Manakala memang baik untuk dikeluarkan, maka yang terbagus sekali ialah berkata- kata yang baik tersebut. Maksudnya kata-kata yang baik ialah yang tidak akan menyebabkan timbulnya kerusakan atau permusuhan, serta tidak pula akan menjurus ke arah pembicaraan yang diharamkan oleh syariat ataupun
62
Tampaknya K.H. Muhammad Siradj sadar betul bahwa manusia adalah
makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain. Beliau
menganjurkan manusia untuk selalu menjaga hubungan baik kepada sesama
manusia. Yang pertama, seseorang haruslah berbuat baik terhadap orang tua,
baik kandung maupun tidak.
Wajib sira gawe seneng # maring bapak biyung ira 16 Artinya :
Kalian harus membuat bahagia bapak ibu kalian Bait ini mempertegas ajaran dalam al-Qur’an surat al-Isra>’ [17]: 2317
yang menjelaskan tata krama hubungan anak dengan kedua orang tuanya.
Selain berbuat baik kepada orang tua, Beliau juga menganjurkan untuk berbuat
sama baiknya dengan mertua, karena mereka dianggap sebagai orang tua
kedua.
Aja pisan gawe susah # maring para mara tuwo 18
Artinya :
Jangan sekalipun membuat susah kepada mertua
dimakruhkan. Inilah yang dianggap sebagai kata-kata yang memang betul-betul baik. Tetapi sekiranya akan membuat keonaran, permusuhan dan kekacauan atau akan menjurus kepada pembicaraan yang keruh, apalagi yang haram, maka di situlah tempatnya kita tidak boleh berbicara dan lebih baik berdiam diri saja." Lihat CD Kumpulan Hadits Shahih Bab Tetangga
16 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang…jilid 3 . hal. 19-20 17 Dalam ayat ini, Allah mengajarkan untuk berbuat baik kepada bapak ibu.dalam ayat
ini berbicara kepada mereka dengan kata “ah” saja tidak diperbolehkan apalagi mengucapkan kata-kata atau perlakuan yang lebih kasar dari itu. Lihat Al-Qur’an dan Terjemahannya … hal. 427
18 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang…,Jilid 3, hal 10
63
Di dalam bait selanjutnya beliau menghimbau agar sesama saudara dan
tetangga haruslah rukun dan saling tolong menolong, jangan sampai terlibat
pertengkaran.
Wajib sira gawe rukun # maring sanak tanggan ira Aja pisan padu tukar # karo sanak tanggan ira 19 Artinya :
Kalian harus menciptakan rukun dengan saudara dan tetangga kalian Jangan sampai kalian bersitegang dengan mereka
Beliau mengajarkan kepada jama’ahnya untuk selalu memberikan
pertolongan kepada yang membutuhkan. Tetapi beliau juga menganjurkan
untuk lebih mementingkan memberikan pertolongan kepada saudara terlebih
dahulu daripada memberi pertolongan kepada orang lain (tetangga).
Wajib sira duwe welas # karo para tanggan ira Luwih wajib nggonmu welas # maring para dulur ira 20
Artinya :
Kalian harus mempunyai belas kasih dengan para tetangga Lebih wajib kalian mengasihi saudara kalian
Bukan hanya itu saja, tampaknya beliau juga sadar akan peran seorang guru
dalam kehidupan seseorang. Seorang guru yang dapat menentukan nasib
seseorang di masa depan. Untuk itu beliau mengajarkan untuk selalu menurut
apa yang dikatakan oleh guru.
Wajib sira kudu nurut # maring bapak guru ira Semangsane ora nurut # calon susah awak ira 21
19 Ibid. 20 Ibid. 21 Ibid.
64
Artinya: Kalian harus menurut kepada guru-guru kalian Jika tidak, bakal susah hidup kalian K.H. muhammad Siradj berpendapat, dengan adanya kerukunan yang
terjalin antara seseorang dengan orang tua, mertua, suami/istri, anak-anak,
sanak saudara, para tetangga, dan para guru akan membuahkan pahala bagi
orang yang bersangkutan dan pahala tersebut dapat menjadikan seseorang
bahagia ketika mereka meninggal dunia, selain juga membahagiakan mereka
semasa hidupnya.
Mengenai bekal menghadapai kematian, pemikiran K.H. Muhammad
Siradj dalam buku ini hampir sama dengan pemikiran mengenai Kebijaksanaan
menurut Socrates, ide tertinggi (kebaikan) menurut Plato, maupun Ngudi
Kasampurnan dalam budaya Jawa.
Segala amal baik yang oleh K.H. Muhammad Siradj sebutkan di atas,
baik melalui jalan ibadah secara transenden maupun ibadah secara horizontal,
adalah apa yang dinamakan kebijaksanaan oleh Socrates atau ide tertinggi
(kebaikan) menurut Plato. Pemikiran mengenai amal baik dalam buku Irang-
irang Sekar Panjang ini mirip dengan pemikiran Socrates dan Plato yang
percaya bahwa kebijaksanaan dapat medatangkan kebahagiaan di dalam dunia
selanjutnya (Hades). Hanya saja lebih spesifik K.H. Muhammad Siradj
memasukkan unsur teologi dalam pemikirannya. Beliau menambahkan bahwa
amal yang paling baik diantara amal-amal baik lainnya adalah Shalat.
Dalam budaya Jawa amal baik merupakan hasil pengendalian hawa nafsu
untuk mencapai kesempurnaan hidup. Setelah berhasil mencapai kesempurnaan
65
dan mengerti makna sangkan paraning dumadi lan manungsa, seseorang akan
berusaha mencapai kemanunggalan dengan Tuhannya, yaitu dengan
melakukan amal baik semasa hidupnya.
B. Proses Terjadinya Kematian
Unsur konsep kematian dalam Irang-irang Sekar Panjang yang kedua
adalah proses terjadinya kematian. Dalam buku ini, K.H. Muhammad Siradj
hanya memberikan sedikit penjelasan mengenai hal tersebut. Dalam buku ini
digambarkan ketika badan manusia akan kehilangan ruh, terlebih dahulu orang
tersebut akan mengalami rasa haus. Rasa haus tersebut tidak dapat diobati
walaupun orang tersebut meminum air sebanyak-banyaknya.
Anane wong lelaku # luwih ngelak luwih ngorong Cangkeme mangap-mangap # sebab banget nggone ngorong Arep sambat ora iso # sebab banget nggone ngorong Kalamenjing munggah medun # kanggo ngetoake jelogro Ora bakal bisa ilang # nggone ngelak nggone ngorong Senajan diombeni # banyu pirang-pirang gentong 22
Artinya :
Ketika orang sekarat (merasa) sangat haus Mulutnya terus membuka sebab sangat haus Mau mengeluh tidak mampu karena hausnya Jakunnya naik turun untuk mengeluarkan ludah Rasa haus itu tidak akan bisa hilang Walaupun meminum air beberapa gentong
Orang yang sedang menghadapi sakaratul maut mampu melihat malaikat
hendak mencabut nyawanya. Ia merasa tenggorokannya tercekat, seperti ada
ludah yang menghalangi suara keluhannya. Itulah sebabnya mengapa ketika
22Ibid, hal. 16
66
orang sedang sekarat jakunnya naik turun. Walaupun begitu orang tersebut
tidak mampu berkata sepatah katapun. Sedangkan matanya terlihat melotot
ketakutan.
Nggone ngetoake jelogro # perlu kanggo arep kondo Cangkeme merot-merot # hingga ngasi pecat nyawa Matane wong kang arep mati # melirak-melirik lan medeni Nggone melak nggo ningali # malaikat juru pati 23
Artinya :
Adapun mengeluarkan ludah hanya usaha untuk berbicara Mulutnya perot sampai tercabut nyawanya Mata orang yang akan mati melirak-melirik dan menakutkan Mendelik karena melihat datangnya malaikat pencabut nyawa K.H. Muhammad Siradj dalam buku ini menjelaskan bahwa dalam
melakukan tugasnya, malaikat pencabut nyawa memperlakukan manusia
dengan berbeda-beda. Terhadap orang yang taat terhadap perintah Allah,
malaikat datang dengan rupa yang baik dan mencabut nyawa dengan lembut.24
Lamun mundut malaikat # nyawane wong kang ahli taat Banjur tandang alon-alon # supaya ojo musyaqoh 25
Artinya :
Ketika Malaikat mencabut nyawa orang yang taat Melakukan dengan hati- hati agar tidak merasakan sakit
23 Ibid. 24 Dari sebuah hadits dari al-Barra’ ibn ‘Azib yang dicukil oleh Umar Sulaiman al-
Asyqar, Rasulullah menggambarkan orang mukmin mendapat perlakuan yang halus dari malaikat maut ketika roh mereka dicabut. Roh mereka ketika dicabut digambarkan seperti tetesan air yang mengalir dari kantong air, lalu malaikat yang berwajah putih dan membawa wewangian dari surga mengambilnya. Lihat Umar Sulaiman Al-Asyqar, Ensiklopedi Kiamat: Dari Sakaratul Maut Sampai Surga-Neraka pen. Irfan Salim dkk Cet. III (Jakarta: PT Serambi ilmu Semesta, 2005) hal. 33 Lihat Juga Abdullah al-Taliyadi, Menyingkap Rahasia Kematian dan Alam Kubur Menurut Penuturan Rasulullah pen. Syafi’ Ulinnuha (Yogyakarta: Taslima Prisma Media, 2004), hal. 119
25 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang…jilid 3, hal. 16
67
Sedangkan malaikat pencabut nyawa memperlakukan orang yang tidak
taat dengan kasar. Malaikat mencabut nyawa dengan rupa yang sangat buruk
seraya marah-marah.26
Tandange malaikat # beringga beringgi lan medeni Arikala arep betot # nyawane wong kang ora bekti
Lamun njabut malaikat # nyawane wong tinggal sholat Terus tandang karo muring # duka sora ngetab-ngetab Dukane malaikat # ayo kowe sesambato Calon kowe nompo sikso # ingkang luwih nggone loro Lorone pecat nyowo # lorone durung sepira Nek dibanding karo loro # besuke wes ning neraka 27
Artinya :
Malaikat melakukan dengan kasar dan menakutkan Ketika akan mencabut nyawa paksa orang yang tidak taat Ketika malaikat mencabut nyawa orang yang meninggalkan sholat Melakukannya dengan marah-marah dan kasar Marahnya malaikat sambil berkata ayo mengeluhlah Kamu akan menerima siksa yang lebih sakit Sakitnya dicabutnya nyawa belum seberapa Daripada sakitnya besok ketika disiksa di neraka
Dalam buku ini diilustrasikan malaikat mencabut nyawa seseorang
dengan tujuh tarikan dan disetiap tarikan, sakitnya melebihi sabetan tujuh puluh
buah pedang .
He menungsa ngilangana # ing larane awak ira Ing anane iku lara # calon teko maring sira Arikala arep mati # banjur teka lara nira Tekane lara nira iku # ana ing badan ira Olehe lara badan nira # nggone mlaku nyawa nira Lumakune seka sikil # terus tekan dada nira Nggone mlaku nyawa iku # mondak-mandek kaping pitu Nek wis rampung kaping pitu # banjur nyawa agek metu
26 Roh orang kafir dicabut oleh malaikat yang bengis dan berwajah hitam seperti wol
yang tebal dan basah yang dicabut dan bersamaan dengan itu putus pula urat-urat dan syarafnya, Lihat Umar Sulaiman Al-Asyqar, Ensiklopedi Kiamat…, hal. 33. Lihat juga Abdullah al-Taliyadi, Menyingkap Rahasia…hal. 119
27 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang…jilid 3, hal. 16-17
68
Ing dalem sak andegan # luwih banget lara nira Katimbang dicacahi # nganggho pedang awak ira Dicacah nganggo pedang # ambal kaping pitung puluh Mulane wong kang mati # sambat lara ngaduh-aduh 28
Artinya :
Hai manusia ingatlah akan sakitnya badan kalian Yang mana sakitnya akan datang kepada kalian Ketika akan mati akan datang sakit kepada kalian Datangnya sakit kalian itu ada di badan kalian Karena sakinya badan kalian untuk berjalannya nyawa kalian Tercabutnya dari kaki sampai dengan dada kalian Tercabutnya nyawa itu berhenti sampai tujuh kali Kalau sudah tujuh kali lalu nyawa keluar (dari badan) Di dalam satu hentian (tercabutnya nyawa) lebih sakit badan kalian Daripada dicacah dengan pedang Dicacah dengan pedang dengan tujuh puluh kali sabetan Makanya orang yang sekarat mengeluh sakit
Menurut K.H. Muhammad Siradj, orang yang paling sakit merasakan
sakit ketika menghadapi sakaratul maut adalah orang yang sering
meninggalkan sholat. Oleh K.H. Muhammad Siradj sakitnya digambarkan
seperti terbenam dalam bara api.
Rasane wong tinggal sholat # arikala pecat nyawa Luwih banget nggone loro # timbang benem ana mawa 29
Artinya :
Rasanya orang yang meninggalkan sholat ketika tercabut nyawanya Lebih sakit daripada dibenamkan di dalam bara api
28 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang…Jilid 1, hal. 3-4 29 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang Sekar Panjang jilid 2 (Muntilan: Percetakan
Sayyid Abdurrahman al Idrus, 1931), hal. 10
69
C. Kehidupan Setelah Kematian
Setelah ruh lepas dari tubuh, kehidupan manusia telah berubah. Manusia
tidak lagi hidup di dunia, tetapi sudah menginjak alam barzakh (alam kubur).
Barzakh dalam bahasa Arab berarti dinding atau sekat untuk menghalangi dua
benda.30 Menurut istilah, barzakh berarti tempat yang berada diantara maut dan
kebangkitan. Alam kubur adalah alam dimana manusia yang telah meninggal
menanti hari kebangkitan tiba.
Di dalam kubur telah ditampakkan kondisi manusia pada akhirnya di
akhirat. Di tempat itu, Allah memberikan sedikit apa yang telah dijanjikannya,
balasan terhadap apa yang telah diperbuat manusia di dunia. Hal inilah yang
digambarkan oleh K.H. Muhammad Siradj dalam buku Irang-irang Sekar
Panjang. Keadaan manusia akan nyaman atau tidak di dalam kuburnya,
tergantung amal perbuatan semasa hidupnya.31
Nggonmu mati lamun bejo # ana kubur luwih mulya Katimbang urip ira # arikala ana dunya Kubur ira lamun beja # dadi taman suwarga Kubur ira lamun cilaka # dadi taman seka neraka 32
Artinya :
Jika beruntung matimu (maka) di dalam kubur akan mulia Daripada ketika kalian hidup di dunia Jika kalian beruntung, kubur kalian akan menjadi taman surga Jika kalian celaka, kubur kalian menjadi taman dari neraka
30 Ahmad Warsun Munawir, Kamus Al Munawir Cet. XIV (Surabaya: Penerbit Pustaka
Progressif, 1997) hal. 75 31 Dalam salah satu hadits diriwayatkan bahwa alam kubur adakalanya jadi pertamanan
dari surga atau jadi jurang dari jurang neraka. Lihat Imam al-Ghozali, Metafisika Alam Akhirat (Surabaya: Risalah Gusti, 1997) hal. 170
32 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang...Jilid 1, hal. 6
70
Bait-bait tembang beliau banyak yang menggambarkan siksa kubur, yang
merupakan sedikit pra-siksa neraka yang amat pedih. Beliau menggambarkan
keadaan orang yang meninggalkan kewajiban sholat ketika di dalam kuburnya
sangat mengenaskan.
Anane wong tinggal sholat # ana kubur sambat-sambat Sakwise pada mungkur # wong kang pada gawe keruwat Sakwise nampa siksa # nuli sambat jerat-jerit Anane kubur aku # luwih seru nggone mipit Sakwise da di pipit # banjur iga pating seluwat Liyane balung iga # iku kabeh pada melesat Rasane kaya ngene # siksane wong tinggal sholat Nggone lara nggone payah # nggone susah tanpa pegat 33
Artinya ;
Keadaan orang yang meninggalkan sholat di dalam kuburnya mengeluh Setelah orang yang merawat (jenazah)nya meninggalkan (makam) Setelah mendapatkan siksa lalu menjerit Kuburku lebih keras menghimpit (badanku) Setelah dihimpit tulang iga menjadi remuk Dan tulang yang lainya lepas kemana-mana Rasanya seperti ini siksa orang yang meninggalkan sholat Rasa sakit, rasa payah, dan rasa susah yang tidak henti-hentinya
Dalam bait tersebut K.H. Muhammad Siradj menggambarkan kubur tidak
memberikan kelapangan kepada orang yang meninggalkan sholat. Dinding-
dinding kubur semakin keras menghimpit badan, hingga mampu meremukkan
tulang iga dan mampu melepaskan tulang-tulang yang lain dari susunannya.
Dalam hadits nabi, siksa kubur ini di riwayatkan oleh beberapa sahabat. Ibn
Umar pernah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : Inilah yang membuat
33 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang….Jilid 2, hal. 11
71
‘arasy bergerak, pintu-pintu langit terbuka dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu
malaikat. Sunggguh ia dihimpit dan dijepit, tapi kemudian dibebaskan.34
Setelah manusia berada di dalam alam kubur manusia mengalami hari
kebangkitan, dimana semua manusia dibangkitkan dari kuburnya untuk
memperoleh hisabnya masing-masing. Semua manusia dikumpulkan di Padang
Mahsyar untuk menunggu penghitungan amal perbuatan semasa hidup di
dunia.
Nggone tunggu landerat iku # ana ara-ara mahsyar Lawase nggone tunggu # seket ewu tahun dunya Lumrahe para manungsa # pada sambat ngaru wara Pating jlerit pating ngglembor # sebab payah awak ira 35
Artinya :
Tempat menunggu penghitungan ada di Padang Mahsyar Lamanya menunggu lima puluh ribu tahun dunia Biasanya manusia mengeluh Dan menjerit-jerit karena payahnya kondisi badan
Setelah mendapatkan hasil penghitungan amal baik dan buruk, setiap manusia
akan melewati jembatan yang dinamakan S}ira>t} al-Mustaqi>m.36 Manusia yang
hasil penghitungannya lebih berat melakukan amal baik, akan melalui dengan
lancar, sedangkan manusia yang berat amal buruknya akan kesulitan melalui
jembatan tersebut. Sedangkan manusia yang semasa hidupnya malas beribadah
akan terjatuh.
34 Dr Umar Sulaiman al-Asyqar, Ensiklopedi Kiamat… hal.55 35 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang….Jilid 1, hal. 7 36 S}ira>t} dalam segi bahasa berarti jalan yang lebar. Kata ini diambil dari kata s}arat}a
yang berartyi menelan, seakan-akan perjalanan pada as}-s}irat} itu ditelan oleh jalan tersebut. Beberapa pakar mengilustrasikan jalan tersebut sebagai jembatan yang dilalui menuju surga, sedangkan dibawahnya redapat neraka. Lihat M Quraish Shihab, Perjalanan Menuju Keabadian: …hal. 129
72
Nek wis landerat terus nguwot # luwih lunyu luwih angel Telung ewu munggah midun # patang ewu rata angel Lumrahe para manungsa # pada gigal pating ngregel Sebabe gek uripe # jak ngibadah angas angel Sebabe olehe njegur # sikil ndredek ati gumyur Nek wes njegur seka duwur # tekan ngisor ajur mumur Sebabe nggone ajur # uwote luwih duwur Lakon pitungpuluh tahun # seka ngisor tekan duwur 37
Artinya :
Sesudah penghitungan lalu menyeberang (jembatan) yang mana lebih susah dilalui dan lebih licin
Susahnya tiga ribu (tahun) jalan naik turun dan empat ribu jalan rata Umumnya para manusia terjatuh dari satu per satu Sebabnya semasa hidupnya susah diajak beribadah Sebab mereka terjatuh karena kaki dan hati bergetar (karena takut) Lalu mereka terjatuh dan hancur Sebab mereka hancur karena jembatannya lebih tinggi Dari tujuh puluh tahun dunia
Setelah melalui tahap tersebut, barulah manusia diletakkan di tempatnya
masing-masing. Bagi manusia yang taat beribadah dan banyak mengumpulkan
pahala, tempatnya adalah surga. Sedangkan bagi manusia yang selalu
melakukan maksiat dan banyak mengumpulkan dosa akan dimasukkan
kedalam neraka.
Surga oleh K.H. Muhammad Siradj digambarkan sebagai tempat terindah
yang pernah ditemui oleh manusia. Tidak ada apapun di surga, kecuali
kesenangan.
Suwargo ora ana # sakliyane kasenengan Saben wektu ora ana # sa’liyane pengantenan Sakwise pengantenan # nuli pada peplesiran Ngggone plesir sak karepe # lamun nunggang tanpa kewan 38
Artinya :
37 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang...Jilid 1, hal. 8-9 38 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang….Jilid 3, hal. 7
73
Tidak ada di surga kecuali kesenangan Setiap waktu selalu ada pernikahan Setelah menikah lalu bepergian Pergi semaunya naik kendaraan tanpa hewan
Dalam buku Irang-irang Sekar Panjang diterangkan bahwa di dalam
surga manusia akan mendapatkan rumah yang di dalamnya berisi bidadari
surga yang diciptakan oleh Allah untuk melayani para penghuninya.
Sakwuse nyang kedaton # nang pendapa njagong kursi Ngadep meja karo nyawang # eseme sang widadari Eseme widadari # kebyar-kebyar kaya kilat Dikirakke ana dunya # eseme madangi jagat Ayune widadari # tan kena di kaya-kaya Tikel maayu-ayu # karo mbok dewi Zulaikha (hal 9)
Artinya :
Setelah dibawa ke sebuah istana, di pendapa duduk di kursi Menghadap meja dan memandang senyum sang bidadari Senyum bidadari bersinar seperti kilat Senyumnya dikirakan bisa menyinari seluruh dunia Cantiknya biadari tidak bisa disamakan (siapapun juga) Beribu-ribu lipat cantiknya dewi Zulaikha
Bait tersebut menggambarkan di dalam surga manusia mendapatkan
kesenangan seperti apa yang mereka impikan di dunia: harta dan wanita. Para
penghuni surga akan mendapatkan sebuah rumah (istana) dan para pelayannya,
bidadari-bidadari yang wajahnya bersinar dan tidak ada seorang wanitapun
yang mampu menandingi cantiknya bidadari tersebut. Dalam bait lain,
cantiknya sang bidadari digambarkan dengan sesorang yang berpakaian serba
bagus. Bajunya berasal dari sutera, yang selalu diganti setiap pagi dan sore
hari. Perhiasannya berasal dari emas yang berkilauan. Digambarkan juga para
bidadari berumuran sekitar dua puluh lima tahun dan dalam kondisi masih
74
perawan. Itulah sebabnya lelaki yang menjadi penghuni surga menjadi muda
kembali.
Sandangane widadari # luwih apik luwih edi Etungane sak pengadek # ana pitung puluh iji Ora ana sandangane # liyane kang liya sitra Wayah esuk wayah sore # nggone da salin busana Wondene gelang kalung # suweng sepil penitine Kabeh iku seka emas # ingkang mencarang rupane Anane widadari # iku kabeh isih perawan Wondene umurane # kira selawe tahunan Wondene para priya # pada pulih adadi jaka Senajan nggone mati # uwis pikun bobrok tuwa 39
Artinya :
Pakaian bidadari lebih bagus dan lebih berharga Dari atas sampai bawah ada tujuh puluh jenis (barang) Bajunya semuanya berasal dari sutera Setiap pagi dan sore hari, mereka mengganti pakainnya Sedangkan galung kelang dan jarumnya Berasal dari emas yang berkilauan Semua bidadari masih dalam kondisi perawan Umurnya sekitar dua puluh lima tahunan Sedangkan para lelaki kembali lagi jadi jejaka Walaupun waktu matinya sudah pikun, jelek, dan tua
Sebaliknya, manusia yang semasa hidupnya banyak melakukan dosa,
oleh Allah akan di kirim ke neraka. Neraka dalam buku ini merupakan tempat
kelanjutan manusia menerima siksa kubur.
Lebare siksa kubur # terus mlebu nyang neraka Nang neraka mlebu beronjang # wesi kukuh isi mawa 40
Artinya :
Setelah menerima siksa kubur terus masuk neraka Di neraka masuk penjara dengan besi yang kokoh dan berisi bara api
39 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang…Jilid 2, hal. 10-11 40Ibid. hal. 11
75
Ada beberapa fase siksa yang manusia rasakan di dalam neraka. Fase
yang pertama adalah manusia di masukkan ke dalam penjara yang terbuat dari
besi yang sangat kokoh. Dalam penjara besi tersebut, manusia mendapatkan
siksa yang pedih, melebihi pedihnya siksa ketika di dalam kuburnya.
Endase wong iku # tongol-tongol arep metu Jur konangan malaikat # nuli inggal patok watu41
Artinya :
Kepala orang itu melongok keluar Lalu malaikat mengetahuinya dan memukulnya dengan batu
Setelah kepalanya hancur, oleh Allah dikembalikan seperti semula.
Karena mengalami siksa yang sangat pedih, para penghuni neraka mencoba
kabur, tetapi mereka tak mampu lari dari siksa neraka.
Sakwuse pada pulih # banjur minggat pada mlayu Nggolek enggon ingkang sepi # basan manggon kerah asu Anane asu iku # luwih luwih nggone galak Nek wes pada gelem ngerah # uwong ora bisa obah 42
Artinya :
Setelah pulih lalu mencoba kabur Mencari tempat yang (dianggap) sepi, setelah menetap disiksa anjing Anjing tersebut segalak-galaknya anjing Kalau menyiksa, tidak seorangpun mampu bergerak
Setelah melewati fase tersebut, para penghuni neraka memasuki fase
yang siksanya lebih pedih. Tangan mereka dipelintir diletakkan melingkar di
lehernya, kemudian dibelenggu menggunakan rantai yang panjangnya tujuh
puluh depa. Kemudian rantai itu dimasukkan ke dalam mulutnya dan
41 Ibid. 42 Ibid. hal 12
76
dikeluarkan melalui duburnya. Rantai tersebut digunakan untuk menyeret
mereka ketika di dalam neraka.
Tangane nuli diuntir # dubetake nang gulune Nuli di rut dadi siji # nganggo belenggu karo rante Anane rante iku # jur lebokake ning cangkeme Nuli terus ditokake # kewer-kewer ning dubure Dawane rante iku # ana pitungpuluh depa Kanggo peranti nglarak-nglarak # ana jerone neraka 43
Artinya :
Kemudian tangannya dipelintir diletakkan melingkar di lehernya Kemudian dijadikan satu dengan belenggu dan rantai Adapun rantai itu dimasukkan ke dalam mulutnya Dan dikeluarkan melalui duburnya Rantai itu sepanjang tujuh puluh depa Digunakan untuk menyeret para penghuni neraka 44
Keadaan manusia di dalam neraka oleh K.H. Muhammad Siradj
digambarkan mengalami penyesalan. Walaupun begitu, tidak ada ampunan
bagi mereka, dan siksa akan berlanjut terus sampai dosa-dosa yang telah ia
perbuat semasa hidupnya terbalas.
D. Makna Kematian dalam Irang-irang Sekar Panjang
Makna kematian, menurut Munandar Soelaiman, adalah maut sebagai
refleksi atas hidup, sebagai pelepasan, sebagai kehidupan baru, dan hanya
Tuhan yang merupakan penguasa.45 Setidaknya makna kematian seperti itu
43 Ibid. hal. 13 44 Dalam Q.S. al-Haqqah : 30-32 juga disebutkan bahwa Allah memerintahkan malaikat
untuk membelenggu tangan penghuni neraka di lehernya , merantainya dengan rantai sepanjang 70 hasta, dan memasukkannya kedalam api neraka yang menyala-nyala. Lihat Khawaja Muhammad Islam, Mati Itu Spektakular: Siapkah Anda Menyambutnya ? (Jakarta: Serambi, 2004) hal. 214
45 Munandar Soelaiman, Ilmu Budaya Dasar (Bandung: PT Eresco, tt) hal. 87
77
juga yang ingin ditunjukkan K.H. Muhammad Siradj melalui buku Irang-irang
Sekar Panjang. Keempat makna kematian tersebut diformulasikan secara
berkesinambungan oleh beliau.
Ketika pertama kali menulis buku Irang-irang Sekar Panjang ini, beliau
langsung memaknai kematian sebagai refleksi atas hidup. Hidup hanyalah
sementara. Menurut beliau, hidup seperti layaknya tamu yang bertandang ke
sebuah rumah, dan kematian adalah tempat kembalinya.
Aja sira banget-banget # nggonmu bungah ana dunyo Malaikat juru pati # lirak-lirik maring sira Ngilingana sira iku # ora suwe ana dunyo Balik mesti sira iku # tembe buri mancal dunyo Nek wis sira tinggal dunyo # terus manggon giri laya Ora ana sing melasi # liyane kang maha mulya 46
Artinya :
Janganlah kalian berlebih-lebihan di dunia Malaikat pencabut nyawa sedang mengintai kalian Ingatlah kalian tidak lama hidup di dunia Kalian pasti akan meninggalkan dunia Kalau kalian sudah meninggalkan dunia terus tinggal di kubur Tidak ada yang kasihan selain Yang Maha Mulya
Bait tersebut menghimbau manusia untuk selalu mengingat-ingat bahwa
setiap kehidupan pasti akan diakhiri dengan sebuah kematian. Kematian adalah
terminal akhir hidup manusia di dunia. Kematian akan selalu datang
menjemput dengan tiba-tiba, tidak mengenal waktu dan usia. Merenggut
kebahagiaan yang telah dicapai manusia di dunia. Tujuannya adalah agar
manusia mampu memberikan yang terbaik di dalam hidup mereka. Bagi orang
yang beriman, kehidupan yang abadi di akhirat akan selalu dikaitkan dengan
46 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang…Jilid 1, hal. 2-3
78
janji Tuhan akan balasan di akhirat, sehingga mendorong untuk berbuat baik
dan menjalani hidup dengan optimis.47 Beliau bertujuan menyadarkan
masyarakatnya bahwa kesenangan di dunia tidak merupakan jaminan
kesenangan di akhirat kelak. Hidup manusia di dunia sesungguhnya hanyalah
sebuah persinggahan sebelum manusia kembali ke pemilik kehidupan.
Makna yang kedua dari kematian menurut buku Irang-irang Sekar
Panjang adalah kematian sebagai pelepasan. Bukan hanya pelepasan ruh dari
jasad wadag manusia saja, tetapi juga pelepasan apa yang telah dimiliki dan
diraih manusia semasa hidup di dunia. Dalam sub bab sebelumnya telah
dijelaskan mengenai proses terjadinya kematian dalam buku ini, mulai dari
bagaimana keadaan manusia ketika manusia sebelum ruh tercabut dari tubuh
manusia hingga proses ketika ruh dicabut dari tubuh manusia. Dalam salah satu
baitnya K.H. Muhammad Siradj menjelaskan seiring lepasnya ruh dari tubuh,
terlepas pula kenikmatan duniawi yang telah diperoleh oleh manusia semasa
hidupnya.
Aja sira ngosa-ngosa # nggonmu nggolek bondo dunya Nggonmu nggolek sira iku # ngasi tekan liya negara Ngilingana sira iku # nek wis lunga nunggang kerondo Ora bakal sira iku # bisa balik maring dunya 48
Artinya :
Janganlah kamu berusaha terlalu keras dalam mencari harta dunia Hingga mencari sampai lain negara Ingatlah kalian itu kalau sudah naik keranda Tidak akan kalian itu balik lagi di dunia
47 Komarudin Hidayat, Psikologi Kematian (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2008) hal xvii 48 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang… Jilid 1. hal 11
79
Terlepasnya ruh dari tubuh dan terlepasnya kenikmatan yang telah diraih
tersebut menimbulkan ketakutan manusia akan kematian. Tetapi jika di
pikirkan lebih lanjut lagi, memaknai kematian seperti itu akan menjadikan
manusia lebih bijaksana. Manusia akan berpikir bahwa objek maupun manusia
yang paling dicintai suatu saat akan lepas dan sirna. Dengan begitu akan
muncul sebuah pertanyaan yang sangat fundamental: apa sesungguhnya yang
paling bermakna dari yang kita miliki ?
Dalam buku Irang-irang Sekar Panjang ini dijawab pertanyaan tersebut.
Dalam salah satu baitnya beliau mengatakan bahwa amal dan ilmu adalah
sesuatu yang akan kita miliki walaupun jasad kita sudah mati. Amal dan ilmu
adalah bekal manusia dalam menghadapi kematian.
Wajib sira angudiya # ing ilmune lakon ira Lamun ngamal tanpa ngilmu # banjur muspra amal ira Wajib sira luru ilmu # najan adoh lakon ira Kaya lunga seka kene # ngasi nyang negara Cina Lamun uwis oleh ilmu # nuli sira lakonana 49
Artinya :
Kalian wajib mempelajari ilmu apa yang kalian amalkan Karena amal tanpa ilmu akan sia-sia Wajib kalian mencari ilmu walaupun jauh Seperti dari sini sampai ke negara Cina Kalau sudah dapat ilmu lalu amalkanlah
Sekalipun manusia telah meninggal tetapi jika ia mewariskan amal dan ilmu
yang berdaya guna maka orang itu masih hidup, atau yang populer dengan
nama ‘amal jariyah.50
49 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang…Jilid. 2 hal. 3 50 Komarudin Hidayat, Psikologi…., hal. 126 Dalam Q.S an-Nahl : 32 dijelaskan bahwa
bila kematian menjemput, suami atau istri, anak, keluarga, teman, harta, dan jabatan akan
80
Makna kematian yang ketiga adalah bahwa kematian adalah kehidupan
yang baru. Agama, khususnya agama-agama samawi, mengajarkan bahwa ada
kehidupan setelah kematian. Kematian adalah awal dari satu perjalanan
panjang dalam evolusi manusia, dimana selanjutnya ia akan memperoleh
kehidupan dengan segala macam kenikmatan atau berbagai ragam siksa dan
kenistaan.51
Kematian di pentas bumi, adalah kelahiran baru manusia di alam lainnya.
Sebelum kelahiran pertama manusia, perut ibunya adalah hunian atau buminya.
Di sana janin berhubungan dengan menggunakan tali pusarnya. Ketika
kelahirannya yang pertama, tali pusar itu diputus agar dia dapat bebas bergerak
di bumi yang baru. Saat itulah lahir dalam keadaan selamat menghuni hunian
baru. Di dalam kehidupannya di bumi, ada juga tali yang menghubungkannya
dengan bumi yang lain di alam sana. Tali itulah yang diputus ketika mati,
sehingga manusia lepas dengan hunian lamanya, yang kali ini adalah bumi,
untuk berada di hunian baru.52
Dalam buku Irang-irang Sekar Panjang banyak disebutkan bagaimana
kondisi manusia setelah menghadapi kematian (sebagian besar oleh penulis
dijelaskan dalam sub bab Kehidupan Setelah Kematian). Makna kematian yang
seperti inilah yang digunakan oleh K.H. Muhammad Siradj meningkatkan
akidah masyarakatnya. Janji yang akan diberikan Allah akan merangsang
ditinggalkan. Hanya amal yang akan menemani. Amal juga yang akan menentukan dimana manusia akan tinggal. Lihat Al-Qur’an dan Terjemahannya…hal. 406 Lihat juga Komarudin Hidayat, Psikologi…hal. 166.
51
M. Quraish Shihab, Wawasan …, hal. 71 52
M. Quraish Shihab, Perjalanan Menuju Keabadian… hal. 42
81
masyarakatnya yang masih abangan untuk memperoleh kenikmatan hidup baru
yang abadi di surga dan menjauhi siksa yang berkepanjangan di neraka.
Makna kematian yang ke empat adalah kematian menunjukkan kalau
Tuhan adalah penguasa alam dunia dan alam akhirat. Manusia tidak
mempunyai kuasa sedikitpun di dunia, apalagi di akhirat. Menurut Sartre yang
dikutip oleh A.N. Whitehead, kematian merupakan kenyataan tragis yang
menyebabkan kita terpuruk di dalam sikap tak berdaya.53 Hal ini ditunjukkan
di dalam bait pertama kali K.H. Muhammad Siradj menulis buku Irang-irang
Sekar Panjang.
Aja sira banget-banget # nggonmu bungah ana dunyo Malaikat juru pati # lirak-lirik maring sira Olehe nglirik malaikat # arep njabut nyawa nira Olehe jabut angenteni # taninge kang Maha Mulya 54
Artinya :
Janganlah kalian berlebih-lebihan di dunia Malaikat pencabut nyawa sedang mengintai kalian Adapun intaian malaikat untuk mencabut nyawa kalian Adapun mencabutnya menunggu perintah Yang Maha Mulia
Bait tersebut menunjukkan bahwa Allah berkuasa penuh atas hidup dan
mati manusia. Tuhan berhak kapan saja mencabut nyawa manusia. Jika Tuhan
bisa bertindak seperti itu ketika manusia hidup dapat dipastikan Tuhan juga
berkuasa terhadap manusia ketika manusia berada di alam kematian. Tuhan
dapat saja menjebloskan manusia ke neraka atau memasukkan manusia ke
dalam surga. Dengan menyadari bahwa manusia tidak mempunyai kuasa
53
A. N. Whitehead, Jati Diri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme, terj. Dr. P. Hardono Hadi (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996) hal. 179
54 K.H. Muhammad Siradj, Irang-irang…Jilid 1, hal. 2-3
82
apapun diharapkan dapat mendorong manusia untuk mengabdi kepada Yang
Maha Kuasa. Pengabdian kepada Yang Maha Kuasa dapat diwujudkan dengan
mengamalkan apa yang diperintahNya dan menjauhi semua yang dilarangNya.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam buku Irang-irang Sekar Panjang, K.H. Muhammad Siradj
menjelaskan bahwa kematian adalah salah satu proses kehidupan manusia yang
merupakan keniscayaan. Kematian dalam buku tersebut merupakan proses
lepasnya roh dari jasad wadag menuju kehidupan selanjutnya. Dalam proses
lepasnya roh dari tubuh tersebut manusia merasakan sakit yang sangat luar
biasa. Tetapi manusia dapat meminimalkan rasa sakit tersebut dengan bekal
dalam menghadapi sakaratul maut dan kehidupan selanjutnya. Bekal tersebut
dicari manusia semasa hidup manusia di dunia. Bekal-bekal tersebut berupa
iman dan takwa. Iman mewakili keyakinan bahwa setelah manusia mati
manusia akan masuk ke dalam kehidupan selanjutnya yang lebih abadi. Takwa
mewakili perbuatan yang didasarkan pada keimanan. Dengan keimanan dan
ketakwaan tersebut menciptakan perbuatan (amal) baik. Dalam buku ini amal
baik dapat berupa amal vertikal yang berhubungan dengan Tuhan maupun amal
horizontal yang berhubungan dengan manusia dan alam sekitar. Walaupun
begitu amal baik haruslah didasari dengan rasa ikhlas. Ikhlas adalah syarat
diterimanya amal baik yang dapat dijadikan penawar sakit ketika menghadapi
sakaratul maut dan kehidupan setelah sakaratul maut.
Setelah roh dicabut dari tubuh manusia mendiami beberapa alam. Yang
pertama adalah alam kubur atau alam barzakh dimana di dalam alam ini
manusia menunggu proses penghitungan (hisab) amal manusia semasa hidup di
84
dunia. Di dalam alam ini sudah diperlihatkan sedikit gambaran bagaimana
kehidupannya di alam akhirat. Selanjutnya manusia memasuki proses
penghisaban. Ketika menuju tempat penghisaban, manusia melewati jembatan
S}ira>t} al-Mustaqi>m. Setelah mengalami penghisaban, manusia memasuki fase
alam akhirat yang abadi sesuai dengan hasil penghisaban bekal manusia
memasuki alam ini. Bagi yang hasil penghisabannya menunjukkan lebih
banyak amal baiknya akan mendiami surga sebagai balasannya. Di dalamnya
manusia akan mengalami kebahagiaan melebihi kebahagiaan di dunia. Bagi
yang lebih banyak amal buruknya akan mendiami neraka, dimana di dalamnya
manusia akan mengalami siksa yang pedih.
Menurut buku ini, kematian adalah terminal akhir kehidupan manusia di
dunia. Dunia adalah semu dan ada kehidupan yang lebih abadi yaitu akhirat.
Kematian adalah pelepasan, baik pelepasan roh dari tubuh dan pelepasan apa
yang telah diperoleh manusia didunia. Serelah terjadi pelepasan, kematian
bermakna hidup baru atau kelahiran. Kematian adalah kelahiran ruh ke alam
untuk melaksanakan kehidupan barunya. Kematian juga berarti bahwa manusia
tidak berdaya di hadapan kekuasaan Tuhan. Tuhan adalah penguasa, baik di
kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat, kehidupan baru setelah manusia
meninggal. Dengan mengingat makna kematian tersebut diharapkan manusia
mampu mengemban tugasnya sebagai khalifah di bumi, yaitu kewajiban
beramal baik.
85
B. Saran
Dengan mencermati konsep kematian dalam buku ini dapat
mengingatkan kembali hakikat manusia, bahwa manusia berasal dari Tuhan
dan akan kembali kepada Tuhan. Dalam buku ini konsep tersebut dikemas
dalam tembang sehingga konsep tersebut dapat cepat diserap bagi setiap
pembacanya, yang pada waktu buku ini ditulis sampai sekarang masyarakat
sekitar sangat menyukai tembang-tembang. Dengan cara tersebut dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaan bagi pembacanya tanpa harus pembaca
merasa digurui.
Metode ini sebaiknya lebih dikembangkan lagi untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan generasi muda yang semakin hari semakin terkikis,
mengingat kesenian yang berupa tembang (lagu) masih sangat disenangi oleh
masyarakat.
86
DAFTAR PUSTAKA
al-Asyqar, Umar Sulaiman. Ensiklopedi Kiamat: Dari Sakaratul Maut
Sampai Surga-Neraka pen. Irfan Salim dkk Cet. III. Jakarta: PT Serambi ilmu
Semesta, 2005
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama. Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1999
Bakker, Anton dan A Charis Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius, 1990
Budi, Hartono. Refleksi Tentang Kematia., Rohani No.11, Tahun ke 47,
November 2000
Ciptoprawiro, Abdullah. Filsafat Jawa. Jakarta: Balai Pustaka, 1992
-------------------------------. Filsafat Jawa: Manusia dalam Tiga Dimensi
Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Proyek Javanologi Departement Pendidikan dan
Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, tt
Dahlan, Ikhsan M. Siraj al-Thalibin ala Syarh al-Minhaj al-‘Abidin Illa
Jannatin Rabb al-‘Alamin. Surabaya: Syirkah Maktabah Salim Sa’id, tt
Delfgaauw, Bernard. Sejarah Ringkas Filsafat Barat. Yogyakarta: Tiara
Wacana,1992
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai cetakan II. Jakarta: Penerbitan LP3ES, 1983
Fathurahman, Oman. Tanbih al-Masyi: Menyoal Wahdatul Wujud.
Bandung: Mizan, 1999
87
Gazalba, Sidi. Ilmu, Filsafat, dan IslamTentang Manusia dan Agama
Jakarta: Bulan Bintang, 1985
------------------. Sistematika Filsafat Buku ke Tiga : Pengantar Kepada
Metafiska. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996
al-Ghazali. Metafisika Alam Akhirat terj. Drs. Wasmukan dan
Muhammad Luqman Hakim. Surabaya: Risalah Gusti, 1998
Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat . Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1980
Hanafi, Ahmad. Theology Islam (ilmu Kalam) Cet.X. Jakarta: Bulan
Bintang,1993
Harun, Baedhowi. Mengkaji Kearifan Kyai Siradj Merengkuh
Masyarakat dalam Irang-irang Sekar Panjang. Makalah ini pernah
dipresentasikan dalam Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XI di
Bima, NTB pada tahun 2007.
Haq, Faqir Abdil. Suluk Sajinah. Yogyakarta: Keluarga Bratakesawa,
1953
Hidayat, Komarudin. Psikologi Kematian. Jakarta: Penerbit Hikmah,
2008
Islam, Khawaja Muhammad. Mati Itu Spektakular: Siapkah Anda
Menyambutnya ?. Jakarta: Serambi, 2004
Kaelan. Pengembangan Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat.
tanpa penerbit dan tahun terbit
88
Katsoff, Louis O. Pengantar Filsafat terj. Soejono Soemargono.
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989
Ma’luf, Louis. al-Munji., Beirut: Dar al-Masyriq, 1994
Munandar, Soelaiman. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT Eresco, tt
Munawir, Ahmad Warsun. Kamus Al Munawir Cet. XIV. Surabaya:
Penerbit Pustaka Progressif, 1997
Nasr, Sayyed Hossein. Intelektual Islam: Teologi, Filsafat, dan Gnosis.
Yogyakarta: CIIS Press, 1995
Poerwadarminto, W.J.S. Baoesastra Djawa. Batavia: Groningen, 1939
al-Qarni, A’idh M. A. dkk, Malam Pertama di Alam Kubur. Solo:
Maktabah Sha’idul Fawa’id, 2006
Rasjidi, H.M. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1975
Shihab, M. Quraish. Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga,
dan Ayat-Ayat Tahlil. Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2001
------------------------. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan, 2007
Sibawaihi. Eskatologi al-Ghazali dan Fazlur Rahman. Yogyakarta:
Penerbit Islamika, 2004
Siradj, Muhammad. Irang-irang Sekar Panjang jilid. Muntilan:
Percetakan Sayyid Abdurrahman al Idrus, 1931
-------------------------. Irang-irang Sekar Panjang jilid 2. Muntilan:
Percetakan Sayyid Abdurrahman al Idrus, 1931
------------------------. Irang-irang Sekar Panjang jilid 3. Muntilan:
Percetakan Sayyid Abdurrahman al Idrus, 1931
89
Soehada, Moh. Pengantar Metode Penelitian Sosial Kualitatif.
Yogyakarta: Program Studi Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga, 2004
al-Taliyadi, Abdullah. Menyingkap Rahasia Kematian dan Alam Kubur
Menurut Penuturan Rasulullah pen. Syafi’ Ulinnuha. Yogyakarta: Taslima Prisma
Media, 2004
----------------------------. Metode Menyambut Maut Khusnul Khotimah.
Jogjakarta: Diva Press, 2007
Tim Penyusun. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Saudi Arabia:
Mujamma’ Al-Malik Fahd Li Thiba’at Al-Mushaf, 1426 H
Tim Penyusun. Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid. 1. Jakarta: PT
Cipta Adi Pustaka, 1990
------------------. Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 10. Jakarta: PT
Cipta Adi Pustaka, 1990
Tim Penyusun. Forum Silaturahmi Keluarga Besar Romo Agung.
Payaman:Ikatan Keluarga Bani Siradj, 2004
Unal, Ali. Makna Hidup Setelah Mati. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002
Van Peursen C.A. Tubuh-Jiwa-Roh : Sebuah Pengantar Dalam Filsafat
Manusia terj. Dr. K. Bertens. Jakarta: Gunung Mulia, 1981
Whitehead, A. N. Jati Diri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme
terj. Dr. P. Hardono Hadi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996
90
Website dan CD
I Gusti Ngurah Agung. Unsur Metafisika dalam Upacara Ngaben. Lihat.
www. Jurnalfilsafat.com, akses 25 Juni 2008
Miftach, Agus. Agnostik dan Transenden. www.fpn.com, akses tanggal
25 Juni 2008
Rahmat. Socrates tentang Perjalanan Jiwa dan Persemayamannya.
www.erabaru.or.id, akses tanggal 25 Juni 2008
Stephen. Kematian: Perspektif dan Sikap Teologis.
http://stephen.wordpress.com, akses tanggal 25 Juni 2008
Tofa, Ulis. Perjalanan Menuju Kematian. www.dakwatuna.com, akses
25 Juni 2008
Kebermaknaan Menurut John Hick. http://nelkaonline.wordpress.com
akses tanggal 25 Juni 2008
Kematian. www.id.wikipedia.org, akses tanggal 25 Juni 2008
Pegon. www.id.wikipedia.org, akses tanggal 20 Oktober 2008
Tembang. www.id.wikipedia.org, akses tanggal 20 Oktober 2008
CD Kumpulan Hadits Shahih
CD Syarah} Arba’i>na H}adi>s\ an-Nawawiyah
91
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi
Nama : Yusyik Wazan
Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 13 September 1982
Alamat Rumah : Kauman 1 Rt 15/Rw 07 No. 20 Payaman
Kec. Secang Kab. Magelang 56195
Alamat Yogyakarta : JPPI Minhajul Muslim, Kompleks IAIN B.8
Ngentak Sapen Yogyakarta
Nama Bapak : Ahmad Fauzan
Nama Ibu : Istiqomah
B. Riwayat Pendidikan
a. Pendidikan Formal
Tahun 1995 : Lulus SD Muhammadiyah Payaman
Tahun 1998 : Lulus SLTP Negeri 3 Magelang
Tahun 2001 : Lulus SMU Negeri 1 Magelang
Tahun 2001 : Terdaftar di Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tahun 2002 : Terdaftar di Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
b. Pendidikan Non Formal
Tahun 2002-2008 : JPPI Minhajul Muslim