kemampuan inferensi dalam pembelajaran fisika bagi …
TRANSCRIPT
KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI
PESERTA DIDIK SMA NEGERI 22 MAKASSAR
SKRIPSI
ST. NUR FADILLA
10539 1339 15
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI
PESERTA DIDIK SMA NEGERI 22 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Unismuh Makassar
ST. NUR FADILLA
10539 1339 15
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kesempatan untuk sukses selalu ada,
yang penting ada kemauan dan berani mencoba
Kupersembahkan karya ini buat :
Kedua orang tuaku, saudara, dan sahabatku,
atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis
mewujudkan satu harapan menjadi suatu hal yang nyata
vii
ABSTRAK
St. Nur Fadillla. 2020. Kemampuan Inferensi Dalam Pembelajaraan Fisika Bagi
Peserta didik SMA Negeri 22 Makassar. Skripsi. Program studi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Abdul Haris dan pembimbing II Rahmini Hustim
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana seberapa besar
kemampuan inferensi pada kemampuan induksi dan deduksi dalam pembelajaran
fisika pada peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 22 Makassar. Penelitian ini
bertujuan untuk mendiskripsikan kemampuan inferensi pada kemampuan induksi
dan deduksi dalam pembelajaran fisika pada peserta didik kelas XI MIPA SMA
Negeri 22 Makasssar.
Jenis penelitian ini merupakan Ekspost Facto karena peneliti tidak
melakukan perlakuan terhadap subjek penelitian tetapi meneliti efek dari suatu
perlakuan yang telah terjadi secara alami. Metode pengambilan sampel adalah
teknik random sampling. Adapun jumlah sampel yang terdapat pada penelitian ini
adalah sebanyak 105 peserta didik kelas X MIA 1, 2 dan 3 di SMA Negeri 22
Makassar. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan
tes kemampuan inferensi meliputi deduksidan induksi dan menggunakan tes
pilihan berganda sebanyak 27 nomor yang memenuhi kriteria valid.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes kemampuan inferensi meliputi
induksi dan deduksi yaitu sebesar 7,96 dan 7,60. Hasil karegorisasi skor tes
inferensi dalam pembelajaran fisika bagi peserta didik SMA Negeri 22 Makassar
dengan reabilitas sebesar 0,832 yang berada pada kategori tinggi.
Berasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwakemampuan
inferensi dam pembelajaran fisikapada peserta didik kelas XI MIPA di SMA
Negeri 22 Makassar masuk dalam kategori sedang.
Kata Kunci : Kemampuan Inferensi
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, Segala puji hanya
milik Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Kemampuan Inferensi Dalam Pembelajaran Fisika Bagi Peserta Didik SMA
Negeri 22 Makassar”.
Tulisan ini diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW sang revolusioner sejati sepanjang masa, juga kepada seluruh
ummat beliau yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera
kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud hanya
adanya ulur tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang
Khalik untuk memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung
maupun tidak langsung bagi penulis, oleh Karen itu disamping rasa syukur
kehadirat Allah SWT, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi
ini.
Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada
kedua orang tuaku tercinta, Ayahandaku Jamaluddin dan Ibundaku Marhabang
atas segala
ix
jerih payah, pengorbanan dalam mendidik, membimbing, mendo’akan penulis
dalam setiap langkah menjalani hidup selama ini hingga selesainya studi (S1)
penulis.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengalami hambatan, namun
berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan.Oleh karean aitu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
setulusnya kepada Bapak Drs. Abd. Haris, M.Si selaku pembimbing 1 dan Ibunda
Dra. Hj. Rahmini Hustim, M,Pd selaku pembimbing II yang selalu bersedia
meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, serta memberikan ilmu dan
pengetahuan yang berharga dalam bimbingan ini.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. sebagai Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar .
2. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.d. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd dan Bapak Ma’ruf, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua
dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ayahanda dan Ibunda Dosen Studi Pendidikan Fisika Universitas
Muhammadiyah Makassar atas segala ilmu dan perhatian yang telah
diberikan kepada penulis.
x
5. Bapak dan Ibu guru fisika sekaligus guru pamong SMA Negeri 22 Makassar
yang selalu memberikan arahan selama melakukan kegiatan penelitian.
6. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Fisika,
yang telah bersama-sama penulis menjalani masa-masa perkuliahan, atas
sumbangsi dan motivasinya selama ini. Semoga persaudaraan kita tetap
terajut untuk selamanya.
7. Adik-adik peserta didik kelas XI MIPA atas perhatian dan kerjasamanya
selama pelaksanaan penelitian ini.
8. Seluruh pihak yang tak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Hal
ini tidak mengurangi rasa terima kasihku atas segala bantuannya.
Dengan kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik
yang konstruktif, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah
khasanah ilmu khususnya di bidang pendidikan fisika.
Amin Yaa Rabbal Alamin.
Wassalam
Makassar, Januari 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 5
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 7
A. Kajian Pustaka ............................................................................................. 7
1. Pembejaran Fisika Di SMA ..................................................................... 7
2. Kemampuan ............................................................................................ 8
3. Kemampuan Menarik Kesimpulan ........................................................ 10
4. Inferensi ................................................................................................ .13
5. Penalaran Deduksi ................................................................................ .18
xii
6. Penalaran Induksi ................................................................................. .21
B. Kerangka Pikir ........................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 33
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 33
B. Populasi dan Sampel ................................................................................. 33
C. Variabel Penelitian ................................................................................... 33
D. Definisi Operasional Variabel ................................................................. 34
E. Prosedur Penelitian ................................................................................... 34
F. Instrumen Penelitian ................................................................................. 35
G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 38
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ............................................ 42
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 41
1. Analisis Deskriptif Hasil Tes Kemampuan Inferensi............................ 42
2. Analisis Indikator Inferensi ................................................................... 46
D. Pembahasan ............................................................................................... 47
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 48
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 48
B. SARAN ...................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 49
LAMPIRAN ...............................................................................................................
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Kriteria Reabilitas ....................................................................................... 38
3.2 Kisi-kisi instrumen kemampuan inferensi .................................................. 39
3.3 Kategori kemampuan inferensi .................................................................... 41
4.1 Statistik Hasil Kemampuan Inferensi meliputi Induksi pada Pembelajaran
Fisika ........................................................................................................... 42
4.2 Statistik Hasil Kemampuan Inferensi meliputi Induksi pada Pembelajaran
Fisika ............................................................................................................ 43
4.3 Distribusi Kategorisasi Skor Hasil Tes Kemampuan Inferensi pada
Pembelajaran Fisika Kelas di SMA 22 Makassar ....................... 44
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Bagan Kerangka Fikir ..................................................................................... 32
4.1 Diagram Distribusi Kategorisasi Skor Hasil Tes Kemampuan Inferensi
pada Pembelajaran Fisika Kelas di SMA 22 Makassar ................. 45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ................................................................... 52
2. Instrumen Penelitian Uji Coba ................................................................... 65
3. Uji Gregory ................................................................................................ 78
4. Uji Validitas .............................................................................................. 79
5. Uji Reliabilitas ........................................................................................... 80
6. Daftar r Tabel ............................................................................................. 82
7. Tabel Penentuan Jumlah Sampel ............................................................... 83
8. Analisis Deskriptif ..................................................................................... 84
9. Dokumentasi .............................................................................................. 95
10. Persuratan .......................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan memiliki tujuan untuk membantu siswa memperoleh
pengetahuan dalam berbagai bidang. Masing- masing bidang pengetahuan, seperti
matematika, sains atau sosial, menyajikan suatu aspek penting bagi perkembangan
kompetensi siswa.
Dalam konteks kurikulum 2013 di Indonesia terdapat empat kompetensi
inti yang harus dikembangkan pada peserta didik jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah, yaitu: (1) kompetensi inti sikap spiritual; (2) kompetensi
inti sikap sosial; (3) kompetensi inti pengetahuan; dan (4) kompetensi inti
keterampilan. Keempat kompetensi ini harus menyatu pada diri peserta didik
sebagai gambaran kualitas tujuan pendidikan yang mereka capai.
2
Dalam ilmu pengetahuan sains berupaya membangkitkan minat peserta didik
agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya
yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir
rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya,
jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi. Untuk
itu, siswa harus menggali ataupun meningkatkan fikirannya agar mampu
menjelaskan segala sesuatu yang di pelajarinya. Sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh al-qur’an sebagai berikut:
Artinya:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman”.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun
sains yang mengacu pada pengembangan kemampuan berpikir analitis induktif
dan deduktif. Fisika juga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dan dapat mengembangkan pengetahuan
peserta didik, keterampilan dan sikap percaya diri.
3
Menurut Mursalin (2014) dalam Fitri pembelajaran Fisika lebih
menekankan pada pemahaman dibandingkan ingatan. Kompleksitas pelajaran
Fisika menjadi pelajaran yang cukup rumit bagi siswa dan berpotensi
memunculkan kerancuan pemahaman siswa, yang jika berlangsung dapat
menimbulkan miskonsepsi dan akhirnya menghambat siswa dalam mempelajari
Fisika. Walaupun mengembangkan berbagai cara pikir merupakan tujuan penting
dalam pendidikan, siswa seringkali tidak belajar untuk menerjemahkan atau
menerapkan fakta- fakta dan ide- ide yang mereka pelajari di kelas dalam rangka
memahami pengalaman mereka pada kehidupan sehari- hari.
Dengan mengetahui kemampuan dan permasalahan yang dialami siswa
selama belajar Fisika maka perlu dilihat seperti apa kaitan antara kemampuan
berdasarkan tipe- tipe pengetahuan siswa terhadap hasil belajarnya. Penilaian
terhadap kemampuan inferensi fisika peserta didik, dapat memberikan informasi
data status pencapaian keterampilan peserta didik. Hasil tersebut, dijadikan
sebagai acuan dalam pengembangan kemampuan inferensi peserta didik,
selanjutnya serta instrument refleksi terhadap perencanaan dan proses
pembelajaran. Dengan demikian, pentingnya inferensi dalam pembelajaran fisika
karena merupakan dasar dalam pembentukan pengetahuan sains bagi peserta didik
dan akan digunakan dalam setiap sisi kehidupannya di masa depan.
Kegiatan pembelajaran di sekolah dihadapkan dengan sejumlah
karakteristik peserta didik yang beraneka ragam. Ada peserta didik yang dapat
mengubah kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami banyak
kesulitan, namun disisi lain tidak sedikit pula peserta didik yang justru dalam
4
belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar peserta didik
ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar.
Di dalam mempelajari fenomena atau gejala alam, fisika mengugunakan proses
yang terdiri dari pengamatan, pengukuran, analisis, dan penarikan kesimpulan.
Mata pelajaran fisika bukan sekedar mata pelajaran yang hanya membahas
tentang pengetahuan konsep,teori, prinsip, atau hukum alam tetapi juga
merupakan proses cara berpikir. Oleh karena itu melalui belajar fisika dapat
dikembangkan kemampuan berpikir yang sesuai dengan karakteristik materi
pelajaran tersebut. Kemampuan fisika yang bersifat generik dapat dikembangkan
melalui pembelajaran fisika salah satunya adalah kemampuan inferensi.
Kemampuan inferensi melibatkan peserta didik untuk mengeluarkan pendapat-
pendapat mereka tentang suatu permasalahan yang berkaitan dengan hukum
fisika.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik mengkaji lebih lanjut mengenai
pentingnya kemampuan inferensi pada peserta didik dengan judul “Kemampuan
Inferensi Dalam Pembelajaran Fisika Bagi Peserta Didik SMA Negeri 22
Makassar”.
B. Rumusan Masalah
5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Seberapa Besar Kemampuan Inferensi Pada Kemampuan
Induksi dan Deduksi dalam Pembelajaran Fisika SMA Negeri 22 Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin di capai dalam peneliatian ini adalah Untuk Mendeskripsikan
Kemampuan Inferensi Pada Kemampuan Induksi dan Deduksi dalam
Pembelajaran Fisika SMA Negeri 22 Makassar.
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diperoleh yaitu dapat dimanfaatkan untuk pengetahuan
khususnya mata pelajaran fisika, selain itu dapat memberikan sumbangan
informasi bagi peneliti yang akan meneliti yang sama guna penyempurnaan
penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini sebagai wahana menambah wawasan dan pengetahuan
pada proses pembelajaran dan dalam dunia pendidikan.
b. Manfaat bagi sekolah
6
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dan masukan
untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa dengan memperhatikan
kemampuan yang dimiliki siswa.
c. Manfaat bagi universitas
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan literatur untuk
penelitian selanjutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Fisika Di SMA
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar suatu lingkungan belajar. Pembelajaran fisika dapat diartikan salah
satu proses intraksi antara pendidik dan peserta didik dengan mengoptimalkan
berbagai sumber belajar fisika dalam menyelidiki konsep, fakta, prinsip yang
berkaitan denganfenomena fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Sama halnya dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran lain
yang menerapkan kurikulum 2013, pembelajaran fisika bertujuan untuk empat
kompetensi inti, yaitu: (1) kompetensi inti sikap spiritual; (2) kompetensi inti
sikap sosial; (3) kompetensi inti pengetahuan; dan (4) kompetensi inti
keterampilan. Untuk mencapai keempat kompetensi ini pihak penentu
kebijakan pendidikan nasional Indonesia lebih banyak menekankan
pentingnya pembelajaran saintifik untuk diterapkan pada setiap pembelajaran
fisika SMA dengan tetap berpedoman pada Pemendikbud RI Nomor 22 tahun
2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, serta standar
pendidikan nasional lainnya yang berlaku di Indonesia.
8
Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan
sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbagan yaitu pertama,
selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika
dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan keterampilan berpikir
yang berguna untuk memecahkan masalah didalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus
yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah
keterampilan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang
lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran fisika
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan keterampilan berpikir
bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek
penting dalam kecakapan hidup.
Pembelajaran fisika di SMA sangat dibutuhkan karena dapat
menumbuhkan keaktifan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan
yang dimiliki peserta didik terutama kemampuan ataupun keterampilan
berpikir karena peserta didik dituntut untuk mampu menyelesaikan dan
memberikan solusi atas masalah yang diberikan.
2. Kemampuan
a) Pengertian Kemampuan
Di dalam kamus Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata
“mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat,
mempunyai harta berlebihan. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam
melakukan sesuatu.
9
Menurut Akhmat Sudrajat, ability adalah menghubungkan
kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan
yang berbeda- beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini
mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut.
Kemampuan juga bisa disebut dengan kompetensi. Kata kompetensi
berasal dari bahasa Inggris “competent” yang berarti ability, power,
authority, skill, knowledge, dan kecakapan, kemampuan serta wewenang.
Jadi kata kompetensi dari kata competent yang berarti memiliki kemampuan
dan keterampilan dalam bidangnya, sehingga ia mempunyai kewenangan
atau otoritas untuk melakukan sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.
Berdasarkan pengertian- pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan merupakan pengetahuan dan keterampilan individu
dalam menguasai suatu keahlian bidang tertentu yang memungkinkannya
berwenang dalam melakukan sesuatu dan diwujudkan melalui tindakan.
b) Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan
Menurut Robbins menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua
faktor, yaitu:
1) Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan
memecahkan masalah.
2) Kemampuan Fisik
10
Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas- tugas yang menuntut
stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.
3. Kemampuan Menarik Kesimpulan
Dalam menarik kesimpulan dalam pengajaran fisika, terdapat langkah-
langkah yang harus diperhatikan, yaitu langkah percobaan. Percobaan
menghasilkan hasil yang mempunyai ciri seperti suatu pernyataan. Hasil
percobaan biasanya masih belum merupakan temuan ilmiah. Hanya satu
interpretasi abstrak dari hasil percobaan yang pada akhirnya dapat membawa
kepada pengetahuan ilmiah yang baru.
Kesimpulan yang benar dari hasil-hasil pengamatan atau percobaan
tergantung kepada masalah ilmiah itu sendiri, kepada hipotesa yang diajukan, dan
kepada metode percobaan yang digunakan. Perlu disadari bahwa kebanyakan nilai
terukur, diindikasikan oleh pergerakan petunjuk suatu alat ukur. Tergantung
kepada metode pengukuran yang digunakan, maka pergerakan suatu jarum
misalnya, dapat menimbulkan kesimpulan bahwa ada arus yang mengalir, bahwa
ada tegangan listrik tertentu, bahwa ada tekanan, jarak tertentu dan sebagainya.
Contoh-contoh tersebut di atas dengan jelas dapat mendemonstrasikan
pernyataan-pernyataan bersifat jauh lebih mendalam daripada pengamtan-
pengamatan belaka.
Berkaitan dengan ini, seseorang sudah mulai mencapai kesimpulan-
kesimpulan secara terus menerus selama langkah percobaan, terutama kalau
menggunakan instrumentinstrumen yang dikalibrasi. Bagi para peserta didik yang
11
belum begitu mengenal pemikiran ilmiah perlu mencapai kesimpulan secara
sadar, seperti yang ditunjukkan contohcontoh berikut ini:
a) Observasi
“Bola lampu yang tersambung pada rangkaian listrik dapat menyala”.
Kesimpulan
Dari pernyataan di atas peserta didik antara lain dapat menyimpulkan bahwa
“Arus listirk mengalir “atau” bahwa rangkaian itu tertutup “atau” bahwa bola
lampu itu berfungsi “atau” bahwa baterai itu masih berisi “atau” bahwa bahan
yang tersambung pada rangkaian bersifat penghantar”.
b) Observasi
“Jarum penunjuk ampere meter menyimpang”
Kesimpulan
Kesimpulan peserta didik “kami menarik kesimpulan bahwa arus
mengalir “atau” rangkaian itu tertutup “dan sebagainya.
Dari sudut pandang teori pengetahuan, sangat penting bagi pendidik
maupun peserta didik untuk selalu menyadari apakah mereka sedang
menangani observasi atau tidak.
Penarikan kesimpulan diapandang dari sudut generalisasi, abstraksi,
dan elementarisasi dari perumusan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pernyataan rangkuman sederhana
Observasi
12
“kawat besi menghantar arus listrik” Kesimpulan “besi merupakan salah
satu penghantar arus lstrik”
b. Kesimpulan perbandingan
Observasi
“air pansa dalam panci naik dari bawah keatas” Kesimpulan “molekul air
panas lebih ringan daripada air dingin”.
c. Kesimpulan penyebab dengan rumus “kalau……..maka……..”
Contoh:
“Kalau kita memanaskan suatu batang logam, maka panjangnya akan
berubah”.
d. Kesimpulan penyebab dengan rumus “ semakin……..semakin……..”
disertai indikasi arah ketergantungan.
Contoh:
“Semakin jauh jarak suatu daerah, semakin lama pula waktu tempuh yang
diperlukan”.
e. Kesimpulan verbal-kuantitatif
Contoh:
“Kalau jarak ditingkatkan dua kali, tiga kali, n kali, waktu tempuh yang
diperlukan dua kali, tiga kali, n kali lebih lama”.
4. Inferensi
Adapun landasan proses inferensi diantaranya intisari informs yang baru
dan impilis dari informs yang diberikan eksplisit. Dengan demikikian, proses yang
13
dapat digunakan lawan bicara untuk memperoleh implikaturbdari ujaran penutur
yang dikombinasikan dengan ciri-ciri konteks pada dasrnya merupakan proses
inferensi. Jenis inferensi dalam hal ini dibagi menjadi tiga yaitu, inferensi
deduktif, elaborative, dan percakapan. Inferensi deduktif berkaitan dengan logika
dan semantik, inferensi elaborative berkaitan dengan psikologi dan intelegensi
aartifisial, dan inferensi percakapan berhubungan dengan pragmatik.
Inferensi deduktif diperoleh atas dasar kaidah deduktif logika. Hal ini
berhubungan dengan silogisme. Inferensi ini terjadi karena komponen makna
semantik sesuai dengan sifat logika tertentu. Inferensi deduktif atau langsung
memiliki revelansi tertentu dengan kajian pragmatik. Relevansi inferensi langsung
ini berasal dari kesamaan structural antara lain jenis inferensi dengan fenomena
pragmatik sentral interpretasi ujaran. Kedua proses ini menyebabkan
pengintegrasian informasi. (Arista, 2018:81).
Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau
pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenrnya, yang
dimaksud oleh prmbicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja
berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar
meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus
membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh
pendengar atau pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak
terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pebicara atau penulis.
Secara umum, inferensi adalah proses penalaran dari apa yang sudah
diketahui ke apa yang sampai sekarang belum diketahui, suatu gerak pemikiran
14
dari premis-premis ke kesimpulan. Ada tiga jenis inferensi yakni, deduksi,
induksi, dan abduksi. Deduksi adalah proses inferensi atau penyimpulan yang
apabila premis-premisnya benar, kesimpulannya mesti benar. Kesimpulannya
bersifat niscaya dalam hubungan dengan premis-premisnya. Misalnya semua
mangga dalam karung itu adalah mangga jenis manalagi. Mangga ini diambil dari
karung itu. Maka, mangga ini adalah mangga jenis manalagi. Sedangkan
kesimpulan yang ditarik dalam abduksi dan induksi tidak pernah bersifat niscaya.
Paling banter hanya bersifat barangkali. Induksi adalah bentuk inferensi yang
membentuk suatu hipotesis sedemikian rupa sehingga apabila hipotesis itu benar,
maka premis-premis dari mana inferensi itu ditarik juga dengan sendirinya benar.
Misalnya, mangga ini diambil dari karung itu. Mangga ini adalah mangga jenis
manalagi. Maka, barangkali semua mangga dalam karung itu adalah mangga jenis
manalagi. Abduksi adalah bentuk inferensi yang menguji hipotesis dengan
menarik konsekuensi sebagai sebuah prediksi dan kemudian mengujinya dalam
pengalaman. Contoh, semua mangga dalam karung itu adalah mangga jenis
manalagi. Mangga-mangga ini adalah mangga jenis manalagi. Maka ada
kemungkinan bahwa mangga-mangga ini diambil dari karung itu.
Inferensi selalu ditarik secara sadar. Aturan bagi validitas argument
deduktif dan norma untuk hipotesis yang terjamin atau induksi yang benar, tidak
menetapkan bagaimana kita mesti atau secara niscaya berpikir, tetapi hanya
bagaimana seharusnya berpikir. Maka, inferensi selalu dilakukan secara sadar dan
tidak terjadi secara otomatis. (Sudarminta, 2002:78-79)
15
Kesimpulan adalah penyampaian yang lengkap terhadap hasil pengamatan.
Dalam membuat kesimpulan, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, sebagai
berikut:
a. Kesimpulan yang diberikan merupakan suatu interpretasi data yang masuk
akal.
b. Hubungan antara variabel manipulasi dan variabel respon jelas.
c. Kesimpulan singkat.
d. Ketepatan menggunakan kata-kata, struktur, dan kalimat lengkap.
e. Kesimpulan teratur.
Adapun landasan proses inferensi diantaranya intisari informs yang baru
dan impilis dari informs yang diberikan eksplisit. Dengan demikikian, proses yang
dapat digunakan lawan bicara untuk memperoleh implikaturbdari ujaran penutur
yang dikombinasikan dengan ciri-ciri konteks pada dasrnya merupakan proses
inferensi. Jenis inferensi dalam hal ini dibagi menjadi tiga yaitu, inferensi
deduktif, elaborative, dan percakapan. Inferensi deduktif berkaitan dengan logika
dan semantik, inferensi elaborative berkaitan dengan psikologi dan intelegensi
aartifisial, dan inferensi percakapan berhubungan dengan pragmatik.
Inferensi deduktif diperoleh atas dasar kaidah deduktif logika. Hal ini
berhubungan dengan silogisme. Inferensi ini terjadi karena komponen makna
semantik sesuai dengan sifat logika tertentu. Inferensi deduktif atau langsung
memiliki revelansi tertentu dengan kajian pragmatik. Relevansi inferensi langsung
ini berasal dari kesamaan structural antara lain jenis inferensi dengan fenomena
16
pragmatik sentral interpretasi ujaran. Kedua proses ini menyebabkan
pengintegrasian informasi (Arista, 2018:81).
Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau
pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenrnya, yang
dimaksud oleh prmbicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja
berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar
meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus
membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh
pendengar atau pembacauntuk memahami makna yang secara harfiah tidak
terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pebicara atau penulis.
Secara umum, inferensi adalah proses penalaran dari apa yang sudah
diketahui ke apa yang sampai sekarang belum diketahui, suatu gerak pemikiran
dari premis-premis ke kesimpulan. Ada tiga jenis inferensi yakni, deduksi,
induksi, dan abduksi. Deduksi adalah proses inferensi atau penyimpulan yang
apabila premis-premisnya benar, kesimpulannya mesti benar. Kesimpulannya
bersifat niscaya dalam hubungan dengan premis-premisnya. Misalnya semua
mangga dalam karung itu adalah mangga jenis manalagi. Mangga ini diambil dari
karung itu. Maka, mangga ini adalah mangga jenis manalagi. Sedangkan
kesimpulan yang ditarik dalam abduksi dan induksi tidak pernah bersifat niscaya.
Paling banter hanya bersifat barangkali. Induksi adalah bentuk inferensi yang
membentuk suatu hipotesis sedemikian rupa sehingga apabila hipotesis itu benar,
maka premis-premis dari mana inferensi itu ditarik juga dengan sendirinya benar.
Misalnya, mangga ini diambil dari karung itu. Mangga ini adalah mangga jenis
17
manalagi. Maka, barangkali semua mangga dalam karung itu adalah mangga jenis
manalagi. Abduksi adalah bentuk inferensi yang menguji hipotesis dengan
menarik konsekuensi sebagai sebuah prediksi dan kemudian mengujinya dalam
pengalaman. Contoh, semua mangga dalam karung itu adalah mangga jenis
manalagi. Mangga-mangga ini adalah mangga jenis manalagi. Maka ada
kemungkinan bahwa mangga-mangga ini diambil dari karung itu.
Inferensi selalu ditarik secara sadar. Aturan bagi validitas argument
deduktif dan norma untuk hipotesis yang terjamin atau induksi yang benar, tidak
menetapkan bagaimana kita mesti atau secara niscaya berpikir, tetapi hanya
bagaimana seharusnya berpikir. Maka, inferensi selalu dilakukan secara sadar dan
tidak terjadi secara otomatis. (Sudarminta, 2002:78-79)
5. Penalaran Deduktif (Rasionalisme/Logika Minor)
Penalaran Deduktif adalah suatu kerangka atau cara berfikir yang bertolak
dari sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum untuk mencapai sebuah
kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Ia sering pula diartikan dengan istilah
logika minor, dikarenakan memperdalami dasardasar pensesuaian dalam
pemikiran dengan hukum, rumus dan patokanpatokan tertentu. Pola penarikan
kesimpulan dalam metode deduktif merujuk pada pola berfikir yang disebut
silogisme. Yaitu bermula dari dua pernyataan atau lebih dengan sebuah
kesimpulan. Yang mana kedua pernyataan tersebut sering disebut sebagai premis
minor dan premis mayor. Serta selalu diikuti oleh penyimpulan yang diperoleh
melalui penalaran dari kedua premis tersebut. Namun kesimpulan di sini hanya
bernilai benar jika kedua premis dan cara yang digunakan juga benar, serta
18
hasilnya juga menunjukkan koherensi data tersebut. Contoh dari penggunaan
premis dalam deduksi: Premis Mayor: Perbuatan yang merugikan orang lain
adalah dosa. Premis Minor: Menipu merugikan orang lain. Kesimpulan: Menipu
adalah dosa. Selain itu, matematika sebagai salah satu disiplin keilmuan yang
yang menerapkan prinsip koherensi di dalam pembuktian kebenarannya.
Penalaran deduktif merupakan salah satu cara berfikir logis dan analistik,
yang tumbuh dan berkembang dengan adanya pengamatan yang semakin intens,
sistematis, dan kritis. Juga didukung oleh pertambahan pengetahuan yang
diperoleh manusia, yang akhirnya akan bermuara pada suatu usaha untuk
menjawab permasalahan secara rasional sehingga dapat dipertanggung jawabkan
kandungannya, tentunya dengan mengesampingkan hal-hal yang irasional.
Adapun penyelesaian masalah secara rasional bermakna adanya tumpuan pada
rasio manusia dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Dan paham
yang mendasarkan dirinya pada proses tersebut dikenal dengan istilah paham
rasionalisme. Metode deduktif dan paham ini saling memiliki keterikatan yang
saling mewarnai, karena dalam menyusun logika suatu pengetahuan para ilmuan
rasionalis cenderung menggunakan penalaran deduktif.
Lebih jauh lagi deduksi sering lahir dari sebuah persangkaan mayoritas
orang. Sehingga hampir bisa dikatakan bahwa setiap keputusan adalah deduksi,
Dan setiap deduksi diambil dari suatu generalisasi yang berupa generalisasi
induktif yang berdasar hal-hal khusus yang diamati. Generalisasi ini terjadi karena
adanya kesalahan dalam penafsiran terhadap bukti yang ada. Generalisasi induktif
sering terjadi dari banyaknya tumpuan pada pengamatan terhadap hal-hal khusus
19
yang kenyataanya tidak demikian. seperti halnya kesalahan dokter dalam
mendiagnosis penyakit pasien, hal ini terjadi karena tanda-tandanya sama namun
bisa jadi ada penyakit lain dengan tanda-tanda seperti itu, ataupun kasus polisi
yang menyelidiki barang bukti di tempat tindakan kriminal.
Ada beberapa teori yang sering dikaitkan dengan penalaran deduktif. Di
antaranya “teori koherensi”, serta “teori kebenaran pragmatis.” Hal yang disebut
terakhir merupakan sebuah proses pembuktian secara empiris dalam bentuk
pengumpulan fakta-fakta real yang mendukung semua pernyataan sebelumnya.
Adapun pencetus teori ini adalah Charles S. Pierce dalam sebuah makalah dengan
judul “how to make our ideas clear?” yang terbit pada tahun 1878. Bagi seorang
penggiat pragmatisme, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan ada tidaknya
fungsional hal tersebut dalam kehidupan praktis. Dengan kata lain, sebuah
pernyataan bernilai benar jika berkonsekuensi dengan adanya kegunaan praktis
dalam kehidupan manusia. Sehingga penalaran deduktif juga sering diartikan
sebagai sebuah metode eksperimen.
Kelebihan model ini adalah terletak pada faktor kebutuhan fokus yang
intens dalam menganalisa suatu pengertian dari segi materinya, sehingga
penggunaan waktu bisa lebih efisien. Bahkan dari segi lain keterampilan yang
digunakan bisa tersusun lebih rapi, hal ini bisa terjadi karena poin-poin yang ingin
dicapai sudah jelas. Terlebih pendekatan ini sesuai untuk digunakan dalam proses
pembelajaran, seperti halnya guru memberikan penerangan sebelum memulai
pembelajaran. Selain itu pada deduksi, kesimpulannya merupakan suatu
konsekuensi logis dari premispremisnya. Sehingga pada suatu penalaran yang
20
baik, kesimpulan dapat menjadi benar manakala premis-premisnya benar. Adapun
kelemahannya terletak pada aktifitas penarikan kesimpulan yang dibatasi pada
ruang lingkup tertentu. Serta jika salah satu dari kedua premisnya, atau bahkan
keduanya salah maka kesimpulan yang didapat berdasarkan premis tersebut akan
salah pula. Kelemahan lainnya adalah kesimpulan yang diambil berdasarkan
logika deduktif tak mungkin lebih luas dari premis awalnya, sehingga sulit
diperoleh kemajuan ilmu pengetahuan jika hanya mengandalkan logika deduktif.
Selain itu manakala argumennya diuji kebenarannya, maka yang mungkin teruji
hanya bentuk atau pola penalarannya tapi bukan materi premisnya, jadi benar
salahnya premis tersebut tidak dapat diuji.
6. Penalaran Induktif (Empirisme/Logika Mayor)
Penalaran induktif adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan dari
pengamatan terhadap hal yang bersifat partikular kedalam gejala-gejala yang
bersifat umum atau universal. Sehingga dapat dikatakan bahwa penalaran ini
bertolak dari kenyataan yang bersifat terbatas dan khusus lalu diakhiri dengan
statemen yang bersifat komplek dan umum. Generalisasi adalah salah satu ciri
yang paling khas dalam metode induksi. Hanya saja, generalisasi di sini tidak
berarti dengan mudahnya suatu proposisi yang diangkat dari suatu individu
dibawa untuk digeneralisasikan terhadap suatu komunitas yang lebih luas. Justru,
melalui metode ini, diberikan suatu kemungkinan untuk disimpulkan. Dalam
artian, bahwa ada kemungkinan kesimpulan itu benar tapi tidak berarti bahwa itu
pasti benar, sehingga akhirnya disinilah lahir probabilitas.
21
Penalaran model ini dipublikasikan secara massive oleh Francis Bacon
(1561-1626), Bacon yang merasa tidak puas dengan penalaran deduktif, merasa
kecewa kenapa, misalnya masalah jumlah gigi kuda saja harus berdebat habis-
habisan, bukannya dengan menggunakan logika induktif pemecahannya sangat
mudah? buka saja mulut-mulut kuda lalu dihitung jumlah giginya. Dalam satu
sisi, walaupun Bacon dianggap sebagai pencetus penalaran ini namun pada
hakekatnya telah berhutang budi pada sarjana muslim yang telah mengenalkan
metode ini, dalam kurun waktu antara abad 9-12 masehi. H.G. Wells
menyimpulkan bahwa semangat pencarian kebenaran ini dimulai oleh para
pemikir Yunani, dan kembali dikobarkan oleh pemikir Muslim. Sehingga estafet
penalaran ini dimulai dari pemikir Yunani, disesuaikan oleh Muslim, dan ditiru
oleh Bacon. Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, induksi merupakan
sebuah cara berfikir yang memiliki andil besar dalam perkembangan peradaban
manusia. Maka dari itu setiap pola berfikir memiliki identitasnya masing-masing.
Ciri khas dari penalaran induktif adalah generalisasi. Generalisasi dapat
dilakukan dengan dua metode yang berbeda. Pertama, yang dikenal dengan
istilah induksi lengkap, yaitu generalisasi yang dilakukan dengan diawali hal-hal
partikular yang mencakup keseluruhan jumlah dari suatu peristiwa yang diteliti.
Seperti dalam kasus: penelitian bahwa di depan setiap rumah di desa ada pohon
kelapa, kemudian digeneralisasikan dengan pernyataan umum “setiap rumah di
desa memiliki pohon kelapa.” Maka generalisasi macam ini tidak bisa
diperdebatkan dan tidak pula ragukan.
22
Kedua, yang dilakukan dengan hanya sebagian hal partikular, atau bahkan
dengan hanya sebuah hal khusus. Poin kedua inilah yang biasa disebut dengan
induksi tidak lengkap. Dalam penalaran induksi atau penelitian ilmiah sering kali
tidak memungkinkan menerapkan induksi lengkap, oleh karena itu yang lazim
digunakan adalah induksi tidak lengkap. Induksi lengkap dicapai manakala
seluruh kejadian atau premis awalnya telah diteliti dan diamati secara mendalam.
Namun jika tidak semua premis itu diamati dengan teliti, atau ada yang
terlewatkan dan terlanjur sudah diambil suatu kesimpulan umum, maka
diperolehlah induksi tidak lengkap. Bahkan manakala seseorang seusai
mengamati hal-hal partikular kemudian mengeneralisasikannya, maka sadar atau
tidak, ia telah menggunakan induksi. Generalisasi di sini mungkin benar mungkin
pula salah, namun yang lebih perlu dicermati adalah agar tidak terjadi sebuah
kecerobohan generalisasi. Misalnya “sarjana luar negeri lebih berkualitas
daripada sarjana dalam negeri.” Jenis induksi tidak lengkap inilah yang sering
kita dapati. Alasanya sederhana, keterbatasan manusia.
Induksi sering pula diartikan dengan istilah logika mayor, karena
membahas pensesuaian pemikiran dengan dunia empiris, ia menguji hasil usaha
logika formal (deduktif), dengan membandingkannya dengan kenyataan empiris.
Sehingga penganut paham empirme yang lebih sering mengembangkan
pengetahuan bertolak dari pengalaman konkrit. Yang akhirnya mereka
beranggapan satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang diperoleh
langsung dari pengalaman nyata. Dengan demikian secara tidak langsung
penggiat aliran inilah yang sering menggunakan penalaran induktif. Karena
23
Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi indrawi atau empiris. Dengan
kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Inilah
alasan atas eratnya ikatan antara logika induktif dengan istilah generalisasi, serta
empirisme.
Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada suatu
dilema tersendiri, yaitu banyaknya kasus yang harus diamati sampai mengerucut
pada suatu kesimpulan yang general. Sebagai contohnya jika kita ingin
mengetahui berapa rata-rata tinggi badan anak umur 9 tahun di Indonesia tentu
cara paling logis adalah dengan mengukur tinggi seluruh anak umur 9 tahun di
Indonesia. Proses tersebut tentu akan memberikan kesimpulan yang dapat
dipertanggung jawabkan namun pelaksanaan dari proses ini sendiri sudah
menjadi dilema yang tidak mudah untuk ditanggulangi.
Di samping itu, guna menghindari kesalahan yang disebabkan karena
generalisasi yang terburu, Bacon menawarkan empat macam idola atau godaan
dalam berfikir: Pertama, idola tribus, yaitu menarik kesimpulan, tanpa dasar yang
cukup. Artinya, kesimpulan diperoleh darik pengamatan yang kurang mendalam,
dan memadai, sehingga ia diambil dari penelitian yang masih dangkal. Kedua,
idola spesus, yakni, kesimpulan yang dihasilkan bukan berdasarkan pengamatan
yang cukup, namun lebih sebagai hasil dari prasangka belaka. Ketiga, idola fori,
poin ketiga ini cukup menarik, karena kesimpulan lahir hanya sebatas mengikuti
anggapan ataupun opini public secara umum. Dan terakhir, idola theari, anggapan
bahwa dunia ini hanyalah sebatas panggung sandiwara, makanya kesimpulan
24
yang diambil hanya berdasarkan mitos, doktrin, ataupun lainnya. Jika seandainya
keempat idola ini dapat dihindari oleh seorang peneliti, maka kasimpulan yang
dihasilkan dapat dikategorikan sebagai sebuah hasil yang valid.
Seperti halnya hal yang lain, Pengambilan kesimpulan secara induktif
juga tidak luput dari kekeliruan. Ia juga tidak bisa menghindari adanya error
seperti adanya ketidak telitian dalam pengamatan. Yang dipengaruhi banyak
faktor, sebut saja alat atau panca indra yang tidak sempurna. Hal yang sama juga
terjadi pada statistika, ia notabennya bertujuan memperingan kerja penggiat
penalaran induktif dengan metode pengambilan samplenya, namun akhirnya
kesadaran statistika yang menganggap kebenaran absolut tidak mungkin dapat
dicapai walaupun ada kemungkinan bahwa kebenaran yang dapat dipertanggung
jawabkan dapat dicapai, telah membawa manusia kedalam suatu sikap relativis.
Terlepas dari itu semua, kegiatan ilmiah mutlak memerlukan sebuah
pengujian atas hipotesis yang ada. Pengujian ini dilakukan dengan melihat pada
fakta ilmiah yang ada. Maka disinilah diperlukan sebuah metode induktif.
Umpamanya, untuk menguji hipotesis bahwa “Mahasiswa pascasarjana semester
2 ISID lebih antusias pada mata kuliah filsafat ilmu, dari pada statistika”
diperlukan pengumpulan fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut. Yaitu
dengan mengadakan wawancara kepada seluruh ataupun sebagian mahasiswa
tersebut, sebagai representif dan obyektif dari keseluruhan populasi mereka.
Penalaran ini diadobsi oleh banyak penggiatnya, karena ia dipandang
dapat memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang ragam pengetahuan yang akan dituju.
25
Sehingga lebih mudah menemukan pola-pola tertentu suatu ilustrasi yang ada. Ia
juga dinilai efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam suatu
proses pencapaian kesimpulan. Sebabnya tiada lain adalah adanya kasus awal
yang tepat. Adapun kelemahan dari proses ini antara lain, Penalaran induktif,
sesuai dengan sifatnya, yaitu tidak memberikan jaminan bagi kebenaran
kesimpulannya. Meskipun, premispremisnya semua benar, tidak otomatis
membawa kebenaran pada kesimpulan yang diperoleh, selalu saja ada
kemungkinan terdapat sesuatu yang tidak sama sebagaimana di amati. Serta pada
induksi, kesimpulannya bukan merupakan suatu konsekuensi logis dari premis-
premisnya. Sehingga pada suatu penalaran yang baik, kesimpulan tidak dapat
menjadi benar 100% manakala premis-premisnya benar. Atau dengan kata lain
kelengkapan kesimpulannya hanya dapat menjadi bersifat tidak lebih dari
“mungkin benar” manakala kesemua premis-premisnya benar. Sehingga
kesimpulan penalaran induktif tidak 100 % pasti. Selain itu besarnya ada
kemungkinan ketidaktelitian di dalam pengamatan atau human error, yang
dipengaruhi banyak faktor, sebut saja fasilitas ataupun panca indra yang tidak
sempurna. Maka di sini perlunya ketersediaan tenaga pembimbing yang terampil.
Serta model ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang diamati, dengan
kata lain perlunya sebuah kondisi yang benar-benar kondusif dalam proses
observasi, serta penyimpulannya. Serta waktu yang dibutuhkan cenderung lebih
lama dari pada model deduktif, serta persiapan menuju proses ini terkesan lebih
banyak karena harus siap menghadapi kondisi seperti apapun.
26
Baik penalaran induktif ataupun deduktif kesemuanya memiliki
kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Yang mana keduanya telah ikut
memberikan corak cara berfikir ilmiah modern saat ini. Jika berpijak pada
induktif semata maka ilmu pengetahuan akan berada dalam suatu “kegelapan
ilmiah” begitu pula jika hanya pada deduktif belaka maka ia tidak akan maju.
Maka dari itu dengan berkaca pada aspek positif dan negatif dari keduanya, orang
kemudian mencoba mengkolaborasikan, memodifikasi, dan mengembangkan
keduanya menjadi sebuah sistem penalaran ilmiah modern saat ini (scientific
method), atau dalam istilah John Dewey dikenal dengan berpikir reflektif
(reflective thinking). Dan yang oleh Anderson dirumuskanlah langkah-langkah
metode ilmiah tersebut, yang meliputi: 1) Perumusan masalah. 2) Penyusunan
hipotesis. 3) Melakukan eksperimen/pengujian hipotesis. 4) Pengumpulan dan
pengolahan data. 5) pengambilan kesimpulan. Artinya, lahirlah ilmu yang
memiliki kerangka penjelasan yang masuk serta mencerminkan kenyataan yang
sebenarnya
Menurut Soekardijo (1989), untuk sampai pada pengertian kesimpulan
induktif dan deduktif, maka harus dimulai pembahasan proses berfikir dengan
bertolak dari pengamatan indera atau lazim disebut sebagai observasi empirik.
Proses tersebut di dalam pikiran menghasilkan sejumlah pengertian dan proporsi
sekaligus. Berdasarkan pengamatan-pengamatan indera yang sejenis, pikiran
menyusun proporsi-proporsi yang sejenis pula.
Misalnya:
27
Logam 1 dipanasi dan memuai, logam 2 dipanasi dan memuai, dan logam
3 dipanasi dan memuai, dan seterusnya katakanlah sampai 10 logam. Kalau orang
yang mengamati itu sadar akan kesamaan diantara kesepuluh proporsi itu, ia akan
mengharapkan logam-logam lain pun kalau dipanasi juga akan memuai.
Apa yang terjadi dalam proses di atas ialah bahwa berdasarkan sejumlah
proporsi yang diketahui atau dianggap benar, orang menarik kesimpulan sebuah
proporsi yang baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut
penalaran atau penarikan kesimpulan. Kalau disusun secara format, maka bentuk
penarikan kesimpulan yang akan diambil tersebut sebagai berikut:
Logam 1: dipanasi dan memuai
Logam 2: dipanasi dan memuai
Logam 3: dipanasi dan memuai
Logam……………
Logam 10: dipanasi dan memuai
Jadi logam-logam lain atau semua logam yang dipanasi akan memuai.
Dalam kesimpulan tersebut, proporsi-proporsi yang menjadi dasar
penarikan kesimpulan disebut antesederus atau premis, sedang kesimpulannya
disebut konklusi atau sering disebut konsekuens. Di antara premis dan konklusi
ada hubungan tertentu. Hubungan inilah yang disebut konsekuensi. Jika
kesimpulan tersebut di atas diperhatikan, jelaslah bahwa konklusinya tidak lebih
dari premisnya. Kesimpulan inilah yang disebut kesimpulan induktif atau induksi
(Soekardijo 1989).
28
Disamping kesimpulan induksi, adapula kesimpulan deduksi atau
deduktif. Dalam kesimpulan deduktif, konsklusinya tidak lebih luas daripada
premisnya. Atau dengan kata lain, pada kesimpulan deduktif, dalam premisnya
haruslah proporsinya universal. Proporsi universal itu misalnya proporsi ”semua
benda yang dipanasi memuai”. Kalau kemudian saya mengetahui ban mobil
sesudah perjalanan itu panas, maka saya tahu atau dapat menyimpulkan bahwa
ban mobil itu telah memuai. Ini suatu penalaran deduktif, yang kalau disusun
dalam bentuk format menjadi sebagai berikut:
Semua benda yang dipanasi akan memuai
Ban mobil itu panas dalam perjalanan
Jadi ban mobil itu memuai
Dalam penalaran-penalaran di atas, premisnya terdiri dari satu proporsi.
Adapula penalaran yang premisnya hanya sebuah proporsi dan langsung disusul
dengan proporsi lain sebagai kesimpulannya.
Semua bintang film memakai sabun Lux
Jadi, sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film.
Kesimpulan tersebut erat dan dekat sekali artinya dengan argument, dan
bukti. Proses penarikan kesimpulan meliputi aktivitas mencari proporsi-proporsi
untuk menjadi premis, menilai hubungan proporsi-proporsi dalam arti yang
sbenarnya tidak meliputi aktivitas menemukan proporsi-proporsi di dalam premis
dan menentukan konklusinya (Gie, 2006).
Kesimpulan tersebut erat dan dekat sekali artinya dengan argument, dan
bukti. Proses penarikan kesimpulan meliputi aktivitas mencari proporsi-proporsi
29
untuk menjadi premis, menilai hubungan proporsi-proporsi dalam arti yang
sbenarnya tidak meliputi aktivitas menemukan proporsi-proporsi di dalam premis
dan menentukan konklusinya (Gie, 1989).
Adapun kemampuan inferensi yang digunakan pada penelitian ini
meliputi:
1) Kesimpulan induksi adalah penarikan kesimpulan (inferensi) dari premis
terhadap konklusnya bisa benar tetapi juga bisa salah, yaitu menggunakan
kemungkinan-kemungkinan yang ada.
2) Kesimpulan deduksi adalah penarikan kesimpulan (inferensi) argument yang
tepat tanpa berdasarkan kemungkinan.
Kemampuan inferensi ini harus terus dikembangkan dan dilatih. Guru
dapat melatih kemampuan inferensi peserta didik dalam suasana pembelajaran di
kelas. Salah satunya menerapkan pembelajaran yang bisa memberikan peserta
didik kesempatan dalam mengemukakan dan mengembangkan gagasan mereka
secara bebas namun tetap dibawah bimbingan guru sebagai fasilitator.
30
B. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalh yang
penting (Sugiono,2017:60).
Pembelajaran merupakan proses yang sangat kompleks dengan faktor yang
mempengaruhinya. Peserta didik tak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi
melibatkan tindakan yang harus dilaksanakan terutama bila diinginkan prestasi
belajar yang lebih baik.
Inferensi adalah proses penalaran dari apa yang sudah diketahui apa yang
sampai sekarang belum diketahui, suatu gerak pemikiran dari premis-premis ke
kesimpulan. Ada tiga jenis inferensi yakni, deduksi, induksi, dan abduksi.
Penalaran induksi adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan dari pengamatan
terhadap hal yang bersifat partikular kedalam gejala-gejala yang bersifat umum
atau universal. Sehingga dapat dikatakan bahwa penalaran ini bertolak dari
kenyataan yang bersifat terbatas dan khusus lalu diakhiri dengan statemen yang
bersifat komplek dan umum. Penalaran Deduktif adalah suatu kerangka atau cara
berfikir yang bertolak dari sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum
untuk mencapai sebuah kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Baik penalaran
induktif ataupun deduktif kesemuanya memiliki kekurangan dan kelebihannya
masing-masing. Yang mana keduanya telah ikut memberikan corak cara berfikir
ilmiah modern saat ini. Jika berpijak pada induktif semata maka ilmu pengetahuan
akan berada dalam suatu “kegelapan ilmiah” begitu pula jika hanya pada deduktif
belaka maka ia tidak akan maju.
31
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Inferensi
Kesimpulan
Deduksi
Kesimpulan
Induksi
Suatu cara berfikir peserta
didik untuk menarik
kesimpulan dari
pengamatan terhadap hal
yang bersifat partikular
kedalam gejala-gejala
bersifat umum.
Suatu cara berpikir peserta
didik yang bertolak dari
sebuah asumsi atau
pernyataan yang bersifat
umum untuk mencapai
sebuah kesimpulan yang
bermakna lebih khusus.
Pencapaian Kemampuan
Inferensi Peserta Didik
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian “ex–post facto” karena peneliti tidak
melakukan perlakuan terhadap subjek penelitian tetapi meneliti efek dari suatu
perlakuan yang telah terjadi secara alami. Dalam hal ini perlakuan yang telah
terjadi secara alami adalah pembelajaran fisika yang telah dialami oleh subjek
penelitian
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA
SMA Negeri 22 Makassar, tahun ajaran 2019/2020 yang terdiri dari 4 kelas
dengan jumlah 151 peserta didik.
2. Sampel
Penentuan Jumlah sampel mengacu pada tabel yang dikembangkan
oleh Isaac dan Michael. (Sugiyono, 2017:87). Untuk tingkat kesalahan 5%
di peroleh jumlah sampel 105 peserta didk kelas XI MIPA 1, 2 dan 3 di
SMA Negeri 22 Makassar.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat variabel tunggal yaitu kemampuan
inferensi, meliputi kesimpulan induksi dan deduksi.
34
D. Definisi Operasional Variabel
Kemampuan inferensi adalah kesimpulan sementara dari pengamatan.
Dengan membuat inferensi sama halnya merumuskan penjelasan berdasarkan
penganmatan. Penjelasan yang dimaksud yaitu penjelasan yang digunakan untuk
membuat prediksi. Adapun indikator inferensi yaitu induksi dan deduksi.
E. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa kali pertemuan untuk
memberikan tes kemampuan inferensi peserta didik. Adapun tahapan penelitian
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
beberapa persiapan, yaitu :
a. Berkomunikasi dengan kepala sekolah atau guru bidang studi fisika SMA
Negeri 22 Makassar.
b. Membuat instrumen penelitian dalam bentuk tes pilihan ganda sebanyak
30 butir soal.
c. Membuat instrument penelitian yang terdiri dari tes kemampuan inferensi
yang akan di validasi terlebih dahulu oleh validator.
d. Uji coba instrumen: Uji ini dilakukan pada populasi yang bukan sampel
yaitu kelas XI MIPA 4, setelah dilakukan uji coba diperoleh 27 butir soal
yang valid dan 3 butir soal yang tidak valid.
35
2 Tahap Pelaksanaan
a. Menjelaskan terlebih dahulu jenis tes yang akan dilakukan serta memberikan
contoh pengerjaan soal terkhusus untuk tes kemampuan inferensi pada peserta
didik SMA Negeri 22 Makassar.
b. Membagikan instrumen tes kemampuan inferensi dan lembar jawaban.
3. Tahap akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Pengambilan data: Data diperoleh dengan melaksanakan tes
kemampuan inferensi.
b. Pengolahan data: Data yang diperoleh dari tes kemampuan inerensi
kemudian diolah dengan ketentuan jika benar maka skornya 1 dan jika
salah skornya 0.
c. Menganalisis data: Data kemampuan inferensi kemudian dianalisis
menggunakan teknik analisis deskriptif. Analisis deskriptif ini
dimaksudkan untuk menyajikan tes kemampuan inferensi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan
inferensi. Tes disusun berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan kurikulum
yang digunakan di sekolah. Tes disusun dalam bentuk soal pilihan ganda.
Langkah-langkah yang di tempuh dalam penyusunan instrument
penelitian tes kemampuan inferensi adalah sebagai berikut:
Semua item yang telah disusun dikonsultasikan ke dosen pembimbing dan
kemudian dilakukan validasi instrumen oleh tim validator yang selanjutnya
36
dianalisis dengan menggunakan uji gregory yang dimaksudkan untuk melihat tes
kemampusn inferensi peserta didik dalam bentuk soal pilihan ganda layak atau
tidak untuk digunakan, dalam artian apakah tes tersebut valid dan dapat dipercaya.
Persamaan dari uji Gregory menurut Robert.J.Grerory (Chonstantika,
2012:62) dapat diuraikan sebagai berikut:
Atau dengan bantuan table tabulasi silang 2x2 seperti di bawah ini:
Keterangan:
R = Validitas Isi
A = sel yang menunjukkan ketidak setujuan antara kedua validator
B = Sel yang menunjukkan persetujuan validator 1 setuju, validator 2 tidak
setuju
C = Sel yang menunjukkan persetujuan validator 1 setuju, validator 2 tidak
setuju
D = Sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara kedua penilai
Jika r 0,75, maka instrumen layak untuk digunakan.
Kriteria validitas isi:
0,8-1 = validitas sangat tinggi
0,6-0,79 = valitidas tinggi
0,4-0,59 = validitas sedang
0,2-0,39 = validitas rendah
0,00-0,19 = validitas sangat rendah
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan memberikan tes yang sebelumnya di uji coba untuk mengetahui validitas
dan reliabilitasnya.
Adapun rumus yang digunakan dalam Uji Instrumen, yaitu sebagai
berikut:
a. Validitas
Untuk pengujian validitas digunakan rumus yaitu :
37
ϒpbi =
√
Dengan :
ϒpbi = Koefisien korelasi biserial
Mp = Rerata skor dan subjek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasinya
Mt = Rerata skor total
St = Standar deviasi dan skor total
p = Proporsi peserta didik yang menjawab benar
pbi =
q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah
(q=1-p)
b. Reabilitas
Untuk mengetahui konsistensi instrumen yang digunakan maka harus
ditentukan reliabilitasnya. Untuk menghitung reliabilitas tes pemahaman konsep
fiiska digunakan rumus :
(
)(
)
Dengan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subyek yang menjawab salah (q=1-p)
Σpq = jumlah perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
s2 = standar deviasi
Item yang memenuhi kreteria valid dan mempunyai koefisien reliabilitas
tes tinggi digunakan untuk tes.
Tabel 3.1 Kriteria Reliabilitas
No Rentang Nilai Kriteria
1 0,800-1,000 Tinggi
2 0,600-0,800 Cukup tinggi
3 0,400-0,700 Sedang
4 0,200-0,400 Rendah
5 0.000-0,200 Sangat rendah
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dipaparkan pada lampiran 4
diperoleh nilai r11 = 0,829 maka instrument ini dikatakan memiliki nilai reliabel.
38
Setalah melakukan tahap tersebut, maka diperoleh instrumen tes kemampuan
berpikir formal. Untuk tes kemampuan inferensi terdapat 27 jumlah item butir
soal. Jumlah item tiap indikator dapat dilihat pada tabel 3.2 :
Adapun kisi-kisi instrumen tes kemampuan mengamati (observasi)
dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Inferensi
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Menentukan Jadwal Tes
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan tes kemampuan inferensi, dengan alokasi waktu 3 x 40
menit.
2. Mengolah Data
Setiap sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI MIPA 1, XI MIPA 2
dan XI MIPA 3 masing-masing menjawab soal tes kemampuan inferensi.
No Indikator
Butir Soal Kunci jawaban
Sebelum
Validasi
Setelah
Validasi
Sebelum
Validasi
Setelah
Validasi
1 Induksi
1,2,3,4,5,6,7,8.
9,10,11,12,13,
14,15.
1,3,4,5,6,7,8.
9,10,11,12,13
,14,15.
A, B, A, D, D
A, A, A, D, A,
B, A, E, A,D
A, A, D, D A,
A, A, D, A, B,
A, E, A, D
2 Deduksi
16,17,18,19,20
,21,22,23,24,2
5,26,27,28,29,
30.
16,17,19,20,2
1,22,23,24,25
,26,28,29,30.
D, B, B, C, B,
B, A,B, C, D,
A, C, A, D, A
D, B, C, B, B,
A,B, C, D, A,
A, D, A
39
Setiap soal mempunyai skor yang sama yaitu apabila jawaban benar diberi nilai
satu (1) dan jika salah diberi nilai nol (0).
H. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah diolah dengan
menggunakan analisis statistik yaitu statistika deskriptif. Statistika deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden penelitian. Untuk
keperluan tersebut digunakan skor rata-rata, standar deviasi, dan distributif
frekuensi.
Adapun rumus yang digunakan untuk setiap sub sebagai berikut :
1. Menghitung Rentang rata
Rentang Data (R) = Xf – Xr
Keterangan :
Xf = Skor Maksimum
Xr = Skor Minimun
2. Menghitung Jumlah Kelas Interval
Jumlah kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
3. Menghituung Panjang Kelas
Panjang kelas =
4. Menghitung Rata-Rata
Rata-Rata (X) = ∑
∑
5. Menghitung Standar Deviasi
Standar deviasi = √∑
∑
(Sugiyono, 2016 :137)
6. Kategori Penilaian
40
Untuk mengelompokkan tingkat hasil tes keterampilan berpikir kreatif
maka akan menggunakan 5 kategori atau 5 skala yakni sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah, dan sangat rendah yang diperoleh berdasarkan data hasil tes
peserta didik
Tabel 3.3 Kategori Kemampuan Inferensi Peserta Didik
Interval Presentase
Skor (%)
Kriteria Interpretasi
0 – 20 Sangat rendah
21 – 40 Rendah
41 – 60 Sedang
61 – 80 Tinggi
81 – 100 Sangat tinggi
(Riduwan, 2013:41)
Cara yang digunakan untuk menghitung panjang kelas atau rentang skor
yang digunakan agar sesuatu dengan 5 skala yang digunakan dalam yang
digunakan sedangkan untuk mendapatkan persentase maka digunakan rumus
sebagai berikut:
Persentase =
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Deskriptif Kemampuan Inferensi
Skor hasil tes kemampuan inferensi dalam pembelajaran fisika pada
peserta didik kelas di SMA Negeri 22 Makassar untuk secara
keseluruhan dapat dilihat pada lampiran. Adapun gambaran hasil analisis
deskriptif peserta didik kelas Tahun ajaran 2019-2020 semester ganjil
yang telah dilakukan ini untuk mengetahui tingkat kemampuan inferensi peserta
didik dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Statistik Hasil Kemampuan Inferensi meliputi Induksi pada
Pembelajaran Fisika Peserta Didik
Statistik Nilai- nilai Statistik
Jumlah Sampel 105
Banyaknya Kelas Interval 7
Panjang Kelas Interval 2
Skor Maksimum Ideal 14
Skor Minimum Ideal 0
Skor Maksimum 13
Skor Minimum 1
Rentang data 12
Skor Rata-rata 7,96
Standar deviasi 2,91
Dari Tabel 4.1 mengenai statistik deskriptif kemampuan inferensi pada
pembelajaran fisika peserta didik kelas Kelas di SMA Negeri 22
Makassar
43
menunjukkan bahwa skor maksimum yang dicapai oleh peserta didik setelah
dilakukan tes adalah 13 dari skor maksimum idealnya 14, dan skor minimum yang
dicapai peserta didik adalah 1 dari skor minimum idealnya 0 yang mungkin
dicapai. Skor rata-ratanya yaitu 7,96 dan standar deviasinya yaitu 2,91.
Tabel 4.2 Statistik Hasil Kemampuan Inferensi meliputi Deduksi pada
Pembelajaran Fisika Peserta Didik
Statistik Nilai- nilai Statistik
Jumlah sampel 105
Banyaknya Kelas Interval 7
Panjang Kelas Interval 2
Skor Maksimum Ideal 13
Skor Minimum Ideal 0
Skor Maksimum 12
Skor Minimum 1
Rentang data 11
Skor Rata-rata 7,60
Standar deviasi 2,74
Dari Tabel 4.2 mengenai statistik deskriptif kemampuan inferensi pada
pembelajaran fisika peserta didik kelas Kelas di SMA Negeri 22
Makassar menunjukkan bahwa skor maksimum yang dicapai oleh peserta didik
setelah dilakukan tes adalah 12 dari skor maksimum idealnya 13, dan skor
minimum yang dicapai peserta didik adalah 1 dari skor minimum idealnya 0 yang
mungkin dicapai. Skor rata-ratanya yaitu 7,60 dan standar deviasinya yaitu 2,74.
Berdasarkan kriteria interpretasi skor yang dikemukakan oleh riduwan
pada tabel 3.3, maka apabila disesuaikan dengan skor hasil tes kemampuan
inferensi fisika pada peserta didik Kelas di SMA Negeri 22 Makassar.
Adapun hasil presentasinya adalah sebagai berikut:
44
Tabel 4.3 Distribusi Kategorisasi Skor Hasil Tes Kemampuan Inferensi
pada Pembelajaran Fisika Kelas di SMA Negeri 22
Makassar
Interval Kategori Frekuensi
Induksi Deduksi
0 – 2 Sangat Rendah 3 5
3 – 5 Rendah 17 16
6 – 8 Sedang 50 45
9 – 11 Tinggi 21 31
12 – 14 Sangat Tinggi 14 8
Jumlah 105 105
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dikemukakan bahwa 51 peserta kelas
XI MIPA di SMA 22 Makassar
1. Induksi
Pada kategori sangat rendah terdapat 3 peserta didik, pada kategori
rendah terdapat 17 peserta didik, pada kategori sedang terdapat 50 peserta didik,
pada kategori tinggi terdapat 21 peserta didik. Untuk kategori sangat tinggi
terdapat 14 peserta didik. Dengan demikian frekuensi yang menjawab benar yang
paling tinggi adalah pada kategori sedang dan frekuensi yang menjawab benar
yang paling rendah adalah pada kategori sangat rendah.
2. Deduksi
Pada kategori sangat rendah terdapat 5 peserta didik pada kategori rendah
terdapat 16 peserta didik, pada kategori sedang terdapat 45 peserta didik, pada
kategori tinggi terdapat 31 peserta didik. Untuk kategori sangat tinggi terdapat 8
45
peserta didik. Dengan demikian frekuensi yang menjawab benar yang paling
tinggi adalah pada kategori sedang dan frekuensi yang menjawab benar yang
paling rendah adalah pada kategori sangat rendah.
Adapun gambaran tentang kategorisasi skor hasil tes kemampuan
inferensi yang disusun berdasarkan kategori pada tabel 4.3 dapat dilihat dalam
bentuk diagram batang pada gambar 4.1 di bawah ini:
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Kategorisasi Skor Hasil Tes Kemampuan
Inferensi pada Pembelajaran Fisika Kelas di SMA
Negeri 22 Makassar
2. Skor Rata-rata Hasil Tes Kemampuan Inferensi Fisika untuk Setiap
Indikator Kemampuan Inferensi
Berdasarkan hasil tes kemampuan Inferensi berikut ini akan dipaparkan
pencapaian skor rata-rata untuk setiap indikator kemampuan inferensi: Hasil
analisis tersebut menunjukkan bahwa indikator Induksi mempunyai skor rata-rata
0
10
20
30
40
50
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Fre
ku
ensi
Kategori
Skor Induksi
Skor Deduksi
46
7,96 lebih tinggi dari pada indikator induksi dengan skor rata-rata 7,60. Dari tabel
tersebut yang paling menonjol adalah indikator induksi.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kemampuan
infernsil dalam pembelajaran fisika pada peserta didik kelas XI MIPA di SMA
Negeri 22 Makassar. Data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan setelah
tes tertulis kemampuan inferensi kemudian hasil tes di analisis secara deskriptif.
Berdasarkan hasil analisis deskripsi pada tabe 4.1 dan 4.2 yang
menunjukan bahwa standar deviasi indikator induksi sebesar 2,91 dan indikator
deduktif 2,74 yang relatif kecil maka dapat disimpulkan bahwa penyebaran data
bersifat homogen.
Berdasarkan dari 2 indikator kemampuan inferensi yaitu induksi dan
dedusksi untuk setiap indikator kemampuan inferensi peserta didik kelas XI
MIPA di SMA Negeri 22 Makassar menunjukkan bahwa indikator induksi paling
tinggi, dan indikator deduksi yang paling rendah. Untuk mengetahui lebih dalam
mengenai kemampuan inferensi untuk setiap indikator maka akan dijelaskan lebih
rinci sebagai berikut:
1) Induksi
Hasil penelitian yang diperoleh pada indikator ini memiliki skor rata-rata
sebesar 7,96 dan berada pada kategori sedang. Dimana peserta didik dalam
indikator ini mampu menarik kesimpulan yang bersifat umum dan berbagai
kasus yang bersifat individual serta mampu mengemukakan pernyataan-
47
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup khusus dalam menyusun
argumentasi yang di akhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
2) Deduksi
Hasil penelitian yang diperoleh pada indikator ini memiliki skor rata-rata
sebesar 7,60 dan berada pada kategori sedang. Dimana perserta didik telah
mampu menarik kesimpulan dari satu atau lebih pernyataan umum untuk
mencapai kesimpulan yang bersifat khusus. Dan mampu membuktikan suatu
kebenaran baru berasal dari kebenaran-kebenaran yang sudah ada dan diketahui
sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian statistik deskriptif dan pembahasan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan inferensi dalam pembelajaran fisika
pada peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 22 Makassar masuk dalam
kategori sedang.
48
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dari hasil penelitian yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
Kemampuan Inferensi pada kemampuan induksi dan deduksi peserta didik kelas
di SMA Negeri 22 Makassar berada pada kategori sedang dengan skor
rata-rata 7,96 dan.7,60.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat peneliti berikan kepada beberapa pihak
yaitu sebagai berikut:
1. Kepada peserta didik diharapkan dapat melakukan kegiatan yang
dapat meningkatkan kemampuan inferensi yang dimilikinya serta
lebih giat lagi dalam belajar menyelesaikan soal-soal fisika.
2. Kepada pendidik diharapkan memahami pentingnya kemampuan
inferensi dalam memecahkan masalah fisika sehingga dapat menjadi
panduan untuk menggunakan metode, model, maupun pendekatan
dalam pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki
oleh peserta didik yang diajar.
3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk melanjutkan penelitian ini
dengan meneliti aspek-aspek kemampuan atau kecerdasan lain yang
berkaitan dengan hasil belajar fisika peserta didik.
49
DAFTAR PUSTAKA
Arista, Heni Dewi dan Eti Seriawati. 2018. Piranti Pemahaman Dalam Wacana
Interaksional Kajian Pragmatik. Malang: UB Press.
Astriani, 2015. Kemampuan Menarik Kesimpulan Berdasarkan Tabel Dan Grafik
Fisika Pada Peserta Didik Kelas X (MIA)SMA Barrang Lompo. Jurnal
Pendidikan Fisika:Universitas Muhammadiyah Makassar.
Gie, The Liang. 2006. Pengantar Logika Modern I/II. Yogyakarta: Karta Kencana.
Kurniawan, Edy. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik Kelas XI IPA SMA
Negeri 3 Takalar. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyan
Makassar, 2(5).128.
Maolani Rukaesih A & Cahyana Ucu. 2016. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Badan Penerbit PT Rajagrafindo Persada.
Maulana, 2017. Konsep Dasar Matematika Dan Pengembangan Kemampuan
Berpikir Kritis-Kreatif. Sumedang: UPI Sumedang Press.
Mustofa, Imron. 2016. Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi
sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. Jurnal El-Banat. Sekolah Tinggi Agama
Islam YPBWI Surabaya.
Nurlaila,D.2015.Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika Pada Peserta
Didik Kelas XII.IIPA1 SMA Negeri 2 Bua Ponrang. Jurnal Pendidikan
Fisika: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Riduwan, 2013. Dasar-Dasar statistika. Bandung:Alfabeta.
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Sudaeman, J. Epistemologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan.Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar statistic Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers
Soekardijo. R. G. 1989. Logika Dasar Tradisional, Simbolik, dan Induktif.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
50
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta CV.
Surya, Muhammad. 2016. Strategi Kognitif dalam Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Tawil, Muh dan Liliasari, 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan
Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar
Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar: Panrita Press.
51
LAMPIRA
N
1. Lembar Validasi dari Para Ahli
2. Kisi-kisi instrument penelitian
3. Instrument penelitian
4. Uji instrument
5. Daftar tabel r
6. Jurnal harian & Lembar
Observasi
7. Dokumentasi
8. persuratan
52
KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN INFERENSI
DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 22 Makassar
Mata Peajaran : Fisika
Kurikulum : 2013
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Tahun Ajaran : 2019/2020
Butir Soal : 30 Butir
Alokasi Waktu : 3 x 40 Menit
Bentuk soal : Pilihan Ganda
Indikator
Kemampuan
Inferensi
Soal Kunci
Jawaban
Kseimpulan
Induksi
1. Karena percepatannya konstan maka grafik ɑ
terhadap waktu adalah berupa garis lurus seperti
gambar di bawah ini.
Gambar di atas adalah grafik...
a. Grafik hubungan antara percepatan dengan
waktu pada gerak lurus berubah beraturan
b. Grafik hubungan antara percepatan dengan
waktu pada gerak lurus beraturan
c. Grafik hubungan antara kecepatan dengan
waktu pada gerak lurus berubah beraturan
d. Grafik posisi terhadap waktu pada gerak lurus
berubah beraturan
e. Grafik hubungan antara kecepatan dengan
waktu pada gerak lurus beraturan
A
2. Perhatikan pernyataan berikut.
1) Bola yang di lemparkan vertikal ke atas
2) Naik sepatu roda di jalan mendatar
B
53
3) Buah kelapa yang jatuh daripohon
4) Mobil sedang di rem hingga berhenti
Yang termasuk gerak lurus berubah beraturan
diperlambat adalah
a. 1, 2, dan 3
b. 1 dan 4
c. 1 dan 3
d. 4 saja
e. 2 dan 3
3. Perhatikan pernyataan berikut.
1) Bola jatuh bebas ke permukaan bumi
2) Bola menggelinding di atas pasir
3) Bola menuruni bidang miring licin
4) Bola dilempar vertikal ke atas
Contoh gerak lurus berubah beraturan dipercepat
dalam kehidupan sehari-hari ditunjukkan pada
nomor...
a. 1 dan 3
b. 1 dan 2
c. 2 dan 4
d. 3 dan 4
e. 1 dan 4
A
4. Perhatikan peristia-peristiwa berikut !
1) Bola dilempar vertical ke atas
2) Bola bergerak menuruni bidang miring
3) Bola digelindingkan diatas permukaan tanah
yang datar
4) Bola dijatuhkan dari atas menara
Contoh gerak lurus berubah beraturan
adalah…
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
e. 1 dan 4
D
5. Bila suatu benda bergerak melingkar beraturan,
maka benda memiliki :
1. Laju tetap
2. Arah kecepatan linear tetap
3. Gaya sentripetal arahnya kepusat lintasan
4. Percepatan sentripetal
Pernyataan yang benar adalah ...
D
54
a. 1, 2
b. 1, 3
c. 1, 2, 3
d. 1, 3, 4
e. 1, 2, 3, 4
6. Di antara pernyataan berikut ini:
4. Kecepatan sudut tetap, kecepatan linier
berubah
5. Kecepatan sudut dan kecepatan linear tetap
6. Kecepatan sudut berubah beraturan dan
kecepatan linear tetap
Yang berlaku pada gerak melingkar beraturan
adalah...
a. 1
b. 1 dan 2
c. 2
d. 2 dan 3
e. 3
A
7. Sebuah benda ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.
Berdasarkan gambar di atas, diketahui :
1) Percepatan benda nol
2) Benda bergerak lurus beraturan
3) Benda dalam keadaan diam
4) Benda akan bergerak jika berat benda lebih
kecil dari gaya tariknya
Parnyataan yang benar adalah ...
a. (1) dan (2) saja
b. (1) dan (3) saja
c. (1) dan (4)
d. (1), (2) dan (3) saja
e. (1), (2), (3) dan (4)
A
8. Jika resultan gaya bekerja pada sebuah benda
sama dengan no, maka ...
1) Benda tidak akan dipercepat
2) Benda selalu diam
3) Perubahan kecepatan benda nol
A
55
4) Benda tidak mungkin bergerak lurus beraturan
Yang benar adalah ...
a. (1), (2) dan (3)
b. (1), dan (3) saja
c. (2), dan (4) saja
d. (4) saja
e. (1), (2), (3) dan (4)
9. Saat sebuah peluru ditembakkan vertikal ke atas
dari permukaan tanah, berlaku
1) Di permukaan tanah energi kinetik
minimum
2) Di permukaan tanah energi potensial
maksimum
3) Di titik tertinggi energi kinetik maksimum
4) Di titik tertinggi energi potensial
maksimum
Dari pernyataan di atas yang benar adalah
a. 1), 2), dan 3)
b. 1) dan 3)
c. 2) dan 4)
d. 4) saja
e. Semua
D
10. Perhatikan pernyataan berikut ini:
1) Massa jenis benda sama dengan massa jenis
fluida
2) Berat benda sama dengan gaya archimedes
3) Pada saat benda tepat pada dasar bejana,
benda tidak menekan dasar bejana.
Keterangan di atas syarat untuk benda...
a. Melayang
b. Tenggelam
c. Terapung
d. Adhesi
e. Terapung dan melayang
A
11. Gaya apung yang bekerja pada suatu fluida
adalah
1. Sebanding dengan kerapatan zat cair
2. Sebanding dengan kerapatan benda
3. Sebanding dengan volume yang masuk pada
zat cair
4. Sebanding dengan massa benda
Dari empat pernyataan di atas yang benar adalah
a. 1, 2, 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
B
56
d. 1, 2,3, 4
e. 4 saja
12. Jika v adalah kecepatan, s adalah jarak yang
ditempuh dan t adalah waktu tempuh, maka
hubungan antara ketiga besaran dapat
dirumuskan…
a. v= s/t
b. v = t/s
c. s = t/v
d. s = v/t
e. v= v/s
A
13. Jika 3 buah vektor a, b, dan c digambarkan dan
dinyatakan degan persamaan b = a + c maka hal
ini dapat digambarkan...
E
14. Tetapan pegas P lebih besar dari pada tetapan
pegas Q. Apabila kedua pegas ditarik dengan gaya
yang sama maka
a. Energy pegas P sama dengan energy pegas Q
b. Energy pegas P lebih kecil dari pada energy
pegas Q
c. Energi pegas P lebih besar dari pada energy
pegas Q
d. Penambahan panjang pegas P sama dengan
penambahan panjang pegas Q
e. Penambahan panjang pegas P tidak sama
dengan penamb ahan panjang pegas Q
A
15. Syarat terjadinya inferensi gelombang adalah
gelombang-gelombang yang mengalami inferensi
harus bersifat koheren, maksudnya adalah...
1) Memiliki pajang gelombang yang sama
2) Memiliki amplitudo yang sama
3) Memiliki frekuensi yang sama
D
57
4) Memiliki fase yang sama
Pernyataan di atas yang benas adalah..
a. 1, 2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. 1, 2, 3 dan 4
Kseimpulan
Deduksi
16. Perhatikan grafik di bawah ini!
Grafik di atas, yang menunjukkan hubungan...
a. Grafik hubungan antara percepatan dengan
waktu pada gerak lurus berubah beraturan
b. Grafik hubungan kecepatan dengan waktu
pada gerak lurus beraturan
c. Grafik hubungan antara kecepatan dengan
waktu pada gerak lurus berubah beraturan
d. Grafik posisi terhadap waktu pada gerak lurus
berubah beraturan
e. Grafik hubungan antara kecepatan dengan
waktu pada gerak lurus beraturan
D
17. Perhatikan grafik berikut:
Sebuah mobil bergerak dinyatakan dengan grafik.
Mobil melakukan gerak lurus berubah beraturan. Dari
grafik tersebut diatas, manakah jawaban yang tepat:
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
B
58
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
e. 1 dan 4
18. perhatikan grafik di bawah!
1)
2)
3)
4)
5)
Grafik hubungan antara kecepatan terhadap waktu
pada gerak lurus beraturan adalah….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
B
19. Perhatikan grafik berikut!
Pada grafik di atas, yang menunjukkan benda
dalam keadaan diam adalah ...
C
59
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 5
e. 3 dan 4
20. Suatu gerak lurus memenuhi grafik kelajuam
fungsi waktu seperti pada gambar di bawah ini:
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari analisis
grafik adalah...
a. Benda bergerak lurus berubah beraturan
diperlambat ketika t2 dan 3
b. Benda bergerak lurus berubah beraturan
dipercepat t2 dan t3
c. Benda bergerak lurus berubah beraturan
ketika t1 dan t2
d. Benda bergerak lurus berubah beraturan
ketika t1 dan t3
e. Benda bergerak lurus beraturan 0 dan t1
B
21. Perhatiakn gambar berikut !
Peristiwa sehari-hari yang terjadi berdasarkan
konsep Hukum I Newton ditunjukkan oleh nomor
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
e. 1 dan 4
B
22. Perhatikan pernyataan berikut!
1) Untuk dapat bergerak ke depan, gurita
memancarkan air ke belakang.
2) Ketika kita beradadi dalam lift yang sedang ke
A
60
atas, kita akan merasakan gaya berat yang
lebih besar dibandingkan pada saat lift dalam
keadaan diam.
3) Jika terjadi tabrakan antara sebuah mobil
dengan kereta api, biasanya mobil akan
terseret puluhan bahkan ratusan meter dari
lokasi tabrakan sebelum akhirnya berhenti.
4) Kardus yang berada di atas mobil akan
terlempar ketika mobil tiba-tiba membelok
Peristiwa sehari-hari penerapan Hukum Newton
III di tunjukkan pada nomor
a. 1 saja
b. 1 dan 3
c. 1, 2 dan 3
d. 1, 2, dan 4
e. 2, 3 dan 4
23. Berikut beberapa peristiwa ssehari-hari:
1. Tangan terasa sakit memukul dinding
2. Bagian ujung kaki terasa sakit saat menendang
bola
3. Buah yang jatuh dari pohon bergerak jatuh
bebas
4. Senapan terdorong ke belakang saat
menembakkan peuru
Peristiwa yang merupakan contoh dari Hukum III
Newton adalah ...
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 2, dan 4
c. 2, 3 dan 4
d. 3 dan 4
e. 1 dan 3
B
24. Perhatikan gambar berikut!
Gambar yang menunjukkan = 0
adalah gambar nomor
a. (1)
C
61
b. (2)
c. (3)
d. (4)
e. (5)
25. Perhatikan grafik berikut!
1.
2.
3.
4. Grafik hubungan gaya yang bekerja pada pegas
(F) dengan pertambahan panjang pegas (∆l)
adalah…
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. Semua
D
26. Perhatikan pernyataan berikut!
(1) Konduktivitas logam
(2) Perbedaan suhu ujung-ujung logam
(3) Panjang logam
(4) Massa logam
Faktor-faktor yang menentukan laju perambatan
kalor pada logam adalah ...
a. (1), (2) dan (3)
b. (1) dan (4)
c. (2) dan (4)
d. (3) dan (4
e. (4) saja
A
27. Perhatikan gambar pemantulan cahaya berikut! C
62
Yang termasuk pemantulan baur ditunjukkan oleh
gambaar...
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
e. 1 dan 4
28. Diantara keadaan benda-benda berikut:
(1) Karet ketapel yang diregangkan
(2) Bandul yang disimpangkan
(3) Besi yang dipanaskan.
Benda yang memiliki energi potensial adalah pada
nomor ..
a. 1
b. 1 dan 2
c. 2
d. 2 dan 3
e. 3
A
29. Perhatikan gambar di bawah ini!
Seorang anak meluncur maju seperti gambar di
atas tanpa mengayuh pedal sepedanya. Jenis gerak
lurus berubah beraturan (GLBB) yang terjadi pada
sepeda ketika melalui lintasan …
C-D A-B
A GLBB
dipercepat
GLBB
dipercepat
B GLBB
dipercepat
GLBB
diperlambat
C GLBB
diperlambat
GLBB
diperlambat
D GLBB
diperlambat
GLBB
dipercepat
E GLB
diperlambat
GLBB
diperlambat
D
63
30. Sebuah mobil sedang bergerak dari satu tempat ke
tempat yang lain. Saat tangki olinya bocor tetesan
oli pada jalan yang dilaluinya seperti pada gambar
berikut:
Ditinjau dari pola tetesan oli, maka jenis gerak
yang ditimbulkan pada lintasan P-Q dan lintasan
Q-R secara berurut adalah ….
a. GLBB diperlambat dan GLBB dipercepat
b. GLBB dipercepat dan GLBB diperlambat
c. Gerak Lurus Braturan dan GLBB
dipercepat
d. GLBB diperlambat dan Gerak Lurus
Beraturan
e. GLB dan GLBB
A
64
INSTRUMEN PENELITIAN
TES KEMAMPUAN INFERENSI
KELAS : XI MIA
JUMLAH SOAL : 30
ALOKASI WAKTU : 3 x 40 MENIT
PETUNJUK
a. Tuliskan identitas Anda ke dalam lembar jawaban yang telah disediakan.
b. Tersedia waktu 90 menit untuk mengerjakan tes tersebut (disesuaikan).
c. Jumlah 40 butir, pada setiap butir soal terdapat lima pilihan jawaban.
d. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap paling benar
pada lembar jawaban yang disediakan. e. Apabila ada jawaban yang Anda anggap salah maka beri garis
mendatar pada pilihan tersebut dan silanglah jawaban yang Anda
anggap benar. Contoh: a b c d e
f. Periksa kembali jawaban Anda sebelum dikembalikan pada guru.
1. Karena percepatannya konstan maka grafik percepatan terhadap waktu
adalah berupa garis lurus seperti gambar di bawah ini.
Gambar di atas adalah grafik...
a. Grafik hubungan antara percepatan dengan waktu pada gerak lurus
berubah beraturan
b. Grafik hubungan antara percepatan dengan waktu pada gerak lurus
beraturan
c. Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu pada gerak lurus
berubah beraturan
d. Grafik posisi terhadap waktu pada gerak lurus berubah beraturan
e. Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu pada gerak lurus
beraturan
2. Perhatikan pernyataan berikut.
65
5) Bola yang di lemparkan vertikal ke atas
6) Naik sepatu roda di jalan mendatar
7) Buah kelapa yang jatuh dari pohon
8) Mobil sedang di rem hingga berhenti
Yang termasuk gerak lurus berubah beraturan diperlambat adalah
a. 1, 2, dan 3
b. 1 dan 4
c. 1 dan 3
d. 4 saja
e. 2 dan 3
3. Perhatikan pernyataan berikut.
5) Bola jatuh bebas ke permukaan bumi
6) Bola menggelinding di atas pesir
7) Bola menuruni bidang miring licin
8) Bola dilempar vertikal ke atas
Contoh gerak lurus berubah beraturan dipercepat dalam kehidupan sehari-
hari ditunjukkan pada nomor...
a. 1 dan 3
b. 1 dan 2
c. 2 dan 4
d. 3 dan 4
e. 1 dan 4
4. Perhatikan peristiwa-peristiwa berikut !
1) Bola dilempar vertikal ke atas
2) Bola bergerak menuruni bidang miring
3) Bola digelindingkan diatas permukaan tanah yang datar
4) Bola dijatuhkan dari atas menara
Contoh gerak lurus berubah beraturan adalah…
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
e. 1 dan 4
5. Bila suatu benda bergerak melingkar beraturan, maka benda memiliki :
1. Laju tetap
2. Arah kecepatan linear tetap
3. Gaya sentripetal arahnya kepusat lintasan
4. Percepatan sentripetal
Pernyataan yang benar adalah ...
a. 1, 2
b. 1, 3
c. 1, 2, 3
d. 1, 3, 4
66
e. 1, 2, 3, 4
6. Di antara pernyataan berikut ini:
1. Kecepatan sudut tetap, kecepatan linier berubah
2. Kecepatan sudut dan kecepatan linear tetap
3. Kecepatan sudut berubah beraturan dan kecepatan linear tetap
Yang berlaku pada gerak melingkar beraturan adalah...
a. 1
b. 1 dan 2
c. 2
d. 2 dan 3
e. 3
7. Sebuah benda ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.
Berdasarkan gambar di atas, diketahui :
1) Percepatan benda nol
2) Benda bergerak lurus beraturan
3) Benda dalam keadaan diam
4) Benda akan bergerak jika berat benda lebih kecil dari gaya tariknya
Parnyataan yang benar adalah ...
a. (1) dan (2) saja
b. (1) dan (3) saja
c. (1) dan (4)
d. (1), (2) dan (3) saja
e. (1), (2), (3) dan (4)
8. Jika resultan gaya bekerja pada sebuah benda sama dengan no, maka ...
1) Benda tidak akan dipercepat
2) Benda selalu diam
3) Perubahan kecepatan benda nol
4) Benda tidak mungkin bergerak lurus beraturan
Maka pernyataan yang benar adalah ...
a. (1), (2) dan (3)
b. (1), dan (3) saja
c. (2), dan (4) saja
d. (4) saja
e. (1), (2), (3) dan (4)
67
9. Saat sebuah peluru ditembakkan vertikal ke atas dari permukaan tanah,
berlaku
1) Di permukaan tanah energi kinetik minimum
2) Di permukaan tanah energi potensial maksimum
3) Di titik tertinggi energi kinetik maksimum
4) Di titik tertinggi energi potensial maksimum
Dari pernyataan di atas yang benar adalah
a. 1), 2), dan 3)
b. 1) dan 3)
c. 2) dan 4)
d. 4) saja
e. Semua
10. Perhatikan pernyataan berikut ini:
1) Massa jenis benda sama dengan massa jenis fluida
2) Berat benda sama dengan gaya archimedes
3) Pada saat benda tepat pada dasar bejana, benda tidak menekan dasar
bejana.
Keterangan di atas syarat untuk benda...
a. Melayang
b. Tenggelam
c. Terapung
d. Adhesi
e. Terapung dan melayang
11. Gaya apung yang bekerja pada suatu fluida adalah
1. Sebanding dengan kerapatan zat cair
2. Sebanding dengan kerapatan benda
3. Sebanding dengan volume yang masuk pada zat cair
4. Sebanding dengan massa benda
Dari empat pernyataan di atas yang benar adalah
a. 1, 2, 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 1, 2,3, 4
e. 4 saja
12. Jika v adalah kecepatan, s adalah jarak yang ditempuh dan t adalah waktu
tempuh, maka hubungan antara ketiga besaran dapat dirumuskan…
a. v= s/t
b. v = t/s
c. s = t/v
d. s = v/t
e. v= v/s
13. Jika 3 buah vektor a, b, dan c digambarkan dan dinyatakan degan
persamaan b = a + c maka hal ini dapat digambarkan...
68
14. Tetapan pegas P lebih besar dari pada tetapan pegas Q. Apabila kedua
pegas ditarik dengan gaya yang sama maka
a. Energy pegas P sama dengan energy pegas Q
b. Energy pegas P lebih kecil dari pada energy pegas Q
c. Energi pegas P lebih besar dari pada energy pegas Q
d. Penambahan panjang pegas P sama dengan penambahan panjang
pegas Q
e. Penambahan panjang pegas P tidak sama dengan penamb ahan
panjang pegas Q
15. Syarat terjadinya inferensi gelombang adalah gelombang-gelombang yang
mengalami inferensi harus bersifat koheren, maksudnya adalah...
1) Memiliki pajang gelombang yang sama
2) Memiliki amplitudo yang sama
3) Memiliki frekuensi yang sama
4) Memiliki fase yang sama
Pernyataan di atas yang benas adalah..
a. 1, 2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. 1, 2, 3 dan 4
16. Perhatikan grafik di bawah ini!
Grafik di atas, yang menunjukkan hubungan...
69
a. Grafik hubungan antara percepatan dengan waktu pada gerak lurus
berubah beraturan
b. Grafik hubungan kecepatan dengan waktu pada gerak lurus beraturan
c. Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu pada gerak lurus
berubah beraturan
d. Grafik posisi terhadap waktu pada gerak lurus berubah beraturan
e. Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu pada gerak lurus
beraturan
17. Perhatikan grafik berikut:
Sebuah mobil bergerak dinyatakan dengan grafik. Mobil melakukan gerak
lurus berubah beraturan. Dari grafik tersebut diatas, manakah jawaban
yang tepat:
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
e. 1 dan 4
18. perhatikan grafik di bawah!
1)
2)
3)
70
4)
5)
Grafik hubungan antara kecepatan terhadap waktu pada gerak lurus
beraturan adalah….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
19. Perhatikan grafik berikut!
Pada grafik di atas, yang menunjukkan benda dalam keadaan diam adalah
...
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 5
e. 3 dan 4
20. Suatu gerak lurus memenuhi grafik kelajuam fungsi waktu seperti pada
gambar di bawah ini:
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari analisis grafik adalah...
71
a. Benda bergerak lurus berubah beraturan diperlambat ketika t2 dan 3
b. Benda bergerak lurus berubah beraturan dipercepat t2 dan t3
c. Benda bergerak lurus berubah beraturan ketika t1 dan t2
d. Benda bergerak lurus berubah beraturan ketika t1 dan t3
e. Benda bergerak lurus beraturan 0 dan t1
21. Perhatiakn gambar berikut !
Peristiwa sehari-hari yang terjadi berdasarkan konsep Hukum I Newton
ditunjukkan oleh nomor
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
e. 1 dan 4
22. Perhatikan pernyataan berikut!
1. Untuk dapat bergerak ke depan, gurita memancarkan air ke belakang.
2. Ketika kita beradadi dalam lift yang sedang ke atas, kita akan
merasakan gaya berat yang lebih besar dibandingkan pada saat lift
dalam keadaan diam.
3. Jika terjadi tabrakan antara sebuah mobil dengan kereta api, biasanya
mobil akan terseret puluhan bahkan ratusan meter dari lokasi tabrakan
sebelum akhirnya berhenti.
4. Kardus yang berada di atas mobil akan terlempar ketika mobil tiba-
tiba membelok
Peristiwa sehari-hari penerapan Hukum Newton III di tunjukkan pada
nomor
a. 1 saja
b. 1 dan 3
c. 1, 2 dan 3
d. 1, 2, dan 4
e. 2, 3 dan 4
23. Berikut beberapa peristiwa ssehari-hari:
1. Tangan terasa sakit memukul dinding
2. Bagian ujung kaki terasa sakit saat menendang bola
3. Buah yang jatuh dari pohon bergerak jatuh bebas
4. Senapan terdorong ke belakang saat menembakkan peuru
Peristiwa yang merupakan contoh dari Hukum III Newton adalah ...
72
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 2, dan 4
c. 2, 3 dan 4
d. 3 dan 4
e. 1 dan 3
24. Perhatikan gambar berikut!
Gambar yang menunjukkan = 0 adalah gambar nomor
a. (1)
b. (2)
c. (3)
d. (4)
e. (5)
25. Perhatikan grafik berikut!
1.
2.
3.
4. Grafik hubungan gaya yang bekerja pada pegas (F) dengan pertambahan
panjang pegas (∆l) adalah…
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
73
e. Semua
26. Perhatikan pernyataan berikut!
(1) Konduktivitas logam
(2) Perbedaan suhu ujung-ujung logam
(3) Panjang logam
(4) Massa logam
Faktor-faktor yang menentukan laju perambatan kalor pada logam adalah
...
a. (1), (2) dan (3)
b. (1) dan (4)
c. (2) dan (4)
d. (3) dan (4
e. (4) saja
27. Perhatikan gambar pemantulan cahaya berikut!
Yang termasuk pemantulan baur ditunjukkan oleh gambaar...
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
e. 1 dan 4
28. Diantara keadaan benda-benda berikut:
(1) Karet ketapel yang diregangkan
(2) Bandul yang disimpangkan
(3) Besi yang dipanaskan.
Benda yang memiliki energi potensial adalah pada nomor ..
a. 1
b. 1 dan 2
c. 2
d. 2 dan 3
e. 3
29. Perhatikan gambar di bawah ini!
74
Seorang anak meluncur maju seperti gambar di atas tanpa mengayuh pedal
sepedanya. Jenis gerak lurus berubah beraturan (GLBB) yang terjadi pada
sepeda ketika melalui lintasan …
C-D A-B
A GLBB dipercepat GLBB dipercepat
B GLBB dipercepat GLBB diperlambat
C GLBB diperlambat GLBB diperlambat
D GLBB diperlambat GLBB dipercepat
E GLB diperlambat GLBB diperlambat
30. Sebuah mobil sedang bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Saat
tangki olinya bocor tetesan oli pada jalan yang dilaluinya seperti pada
gambar berikut:
Ditinjau dari pola tetesan oli, maka jenis gerak yang ditimbulkan pada
lintasan P-Q dan lintasan Q-R secara berurut adalah ….
a. GLBB diperlambat dan GLBB dipercepat
b. GLBB dipercepat dan GLBB diperlambat
c. Gerak Lurus Braturan dan GLBB dipercepat
d. GLBB diperlambat dan Gerak Lurus Beraturan
e. GLB dan GLBB
75
L E M B A R J A W A BAN
Nama :
Tanda Tangan
Kelas :
Skor :
Mata
pelajaran :
Hari/Tgl :
\
SMA NEGERI 22 MAKASSAR
(Berilah Tanda (X) pada jawaban yang dianggap benar)
1 A B C D E
16 A B C D E
2 A B C D E
17 A B C D E
3 A B C D E
18 A B C D E
4 A B C D E
19 A B C D E
5 A B C D E
20 A B C D E
6 A B C D E
21 A B C D E
7 A B C D E
22 A B C D E
8 A B C D E
23 A B C D E
9 A B C D E
24 A B C D E
10 A B C D E
25 A B C D E
11 A B C D E
26 A B C D E
12 A B C D E
27 A B C D E
13 A B C D E
28 A B C D E
14 A B C D E
29 A B C D E
15 A B C D E
30 A B C D E
Catatan :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
76
Hasil Analisis Validasi Tes Kemampuan Inferensi
No Aspek Aspek yang Dinilai Validator Ket
I II
1.
SOAL
1. Soal-soalsesuaidengan indikator 4 2 B
2. Soal-soalsesuaidenganaspek yang diukur
4 3 D
3. Batasanpertanyaandirumuskandenganjelas
4 3 D
4. Mencakupmateripelajaransecarareprensentatif
4 3 D
2.
KONSTRUKSI
1. Petunjuk mengerjakan soal dinyatakan dengan jelas
3 4 D
2. Kalimat soal tidak menimbulkan penafsiran ganda
3 3 D
3. Rumusan pertanyaan soal menggunakan kalimat tanya atau perintah yang jelas
4 4 D
4. Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama
4 4 D
3.
BAHASA
1. Menggunakanbahasa yang sesuaidengankaidahbahasa Indonesia yang benar
4
4 D
2. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
4 4 D
3. Menggunakan istilah (kata-kata)
yang dikenal peserta didik
4 3 D
4. WAKTU Waktu yang digunakansesuai 4 3 D
77
ANALISIS VALIDITAS INSTRUMEN
TES KEMAMPUAN INFERENSI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 A1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 9 81
2 A2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 13 169
3 A3 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 10 100
4 A4 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 12 144
5 A5 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 21 441
6 A6 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 10 100
7 A7 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 19 361
8 A8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 7 49
9 A9 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 21 441
10 A10 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 9 81
11 A11 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 18 324
12 A12 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 8 64
13 A13 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 19 361
14 A14 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 25 625
15 A15 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 16 256
16 A16 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 12 144
17 A17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 23 529
18 A18 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 13 169
19 A19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 21 441
20 A20 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 12 144
21 A21 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 21 441
22 A22 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 16 256
23 A23 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 49
24 A24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 25 625
25 A25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 25 625
JUMLAH 12 19 15 15 14 15 11 10 14 10 11 7 13 15 12 14 6 23 6 15 14 12 12 12 15 15 11 16 15 13 392 7020
Mp 17.58 17.42 18.20 18.07 18.14 18.07 18.27 18.20 18.50 18.20 18.45 17.00 18.54 17.93 18.25 18.64 18.17 16.04 16.83 18.47 17.93 18.08 17.92 17.58 19.33 18.13 14.64 18.31 18.00 18.23
Mt 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68
St 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03
p 0.38 0.59 0.47 0.47 0.44 0.47 0.34 0.31 0.44 0.31 0.34 0.22 0.41 0.47 0.38 0.44 0.19 0.72 0.19 0.47 0.44 0.38 0.38 0.38 0.47 0.47 0.34 0.50 0.47 0.41
q 0.63 0.41 0.53 0.53 0.56 0.53 0.66 0.69 0.56 0.69 0.66 0.78 0.59 0.53 0.63 0.56 0.81 0.28 0.81 0.53 0.56 0.63 0.63 0.63 0.53 0.53 0.66 0.50 0.53 0.59
r hitung 0.41 0.24 0.44 0.42 0.46 0.42 0.59 0.62 0.53 0.62 0.64 0.41 0.57 0.40 0.55 0.56 0.86 0.04 0.40 0.49 0.42 0.51 0.48 0.41 0.64 0.43 -0.24 0.44 0.41 0.51
r tabel 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396
kriteria valid invalid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid invalid valid valid valid valid valid valid valid valid invalid valid valid valid
NAMABUTIR SOAL
NO Skor FX^2
78
ANALISIS REABILITAS INSTRUMEN
TES KEMAMPUAN INFERENSI
Data yang diperlukan:
Jumlah Responden (n) = 25
Jumlah Butir Pertanyaan (k) yang valid = 27
Total skor (Xi) = 392
No Item p q p.q
1 0,38 0,63 0,24
2 0,59 0,41 0,24
3 0,47 0,53 0,25
4 0,47 0,53 0,25
5 0,44 0,56 0,25
6 0,47 0,53 0,25
7 0,34 0,66 0,22
8 0,31 0,69 0,21
9 0,44 0,56 0,25
10 0,31 0,69 0,21
11 0,34 0,66 0,22
12 0,22 0,78 0,17
13 0,41 0,59 0,24
14 0,47 0,53 0,25
15 0,38 0,63 0,24
16 0,44 0,56 0,25
17 0,19 0,81 0,15
18 0,72 0,28 0,20
19 0,19 0,81 0,15
20 0,47 0,53 0,25
21 0,44 0,56 0,25
22 0,38 0,63 0,24
23 0,38 0,63 0,24
24 0,38 0,63 0,24
25 0,47 0,53 0,25
26 0,47 0,53 0,25
27 0,34 0,66 0,22
28 0,50 0,50 0,25
29 0,47 0,53 0,25
30 0,41 0,59 0,24
Jumlah Σpq 6,93
Variansi Total (Vt) :
79
Reliabilitas instrument:
(
)(
)
(
) (
)
(
) (
)
Berdasarkan uji reliabilitas pada bab 3 halaman 23 suatu instrument dikatakan
memiliiki nilai reliable apabila koefisien reliabilitas adalah ≥0,70. Nilai rkk = 0,832
yang di peroleh, maka instrument kemampuan inferensi dikatakan memiliki nilai
reliable.
80
PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DAN POPULASI TERTENTU DENGAN
TARAF KESALAHAN 1%, 5% DAN 10%
81
82
DATA HASIL TES KEMAMPUAN INFERENSI
kemampuan inferensi dalam pembelajaran fisika peserta didik kelas XI MIPA SMA 22
Makassar untuk setiap indikator
1. INDUKSI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 A. MUH RINDHO ASSYAFAAT 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 7
2 A. MUHAMMAD FATH MUBARAK T. 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 5
3 A. NUR RIDHA AMINI LUKMAN 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 11
4 ACHMAD AKBAR SYAHRUDDIN 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
5 ADILLANI NUR MUGFIRAH ANWAR 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7
6 ADINDA DWI PUTRI 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 5
7 AFIFAH MARNI WASOLO 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 8
8 AHMAD AZIZUL AKBAR 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 11
9 ALDA NURFADILLAH 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 9
10 ALIF KURNIAWAN 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 4
11 ANDI ALFINA RATNA ANJANI 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 8
12 ANDI MUHAMMAD ALWI 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6
13 ANDI MUTHOMAINNA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
14 ANDI SITI HABIBAH 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 10
15 AQILAH HAYATUNNISAH 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3
16 DELIA NURUL AQILAH 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 7
17 DEVI AULIAH NUR NADIVA ALWI 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6
18 HUSNUL FAUSIAH MAGISTRAWATI 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 11
19 MAGFIRATUL JANNAH S 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13
20 MUH. NURUL FAJRI SUARDI 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 5
21 MUHAMMAD REZKY FAITUL IHSAN A. 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 8
22 NABILA PRATAMA JUNAEDI 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 7
23 NUR FAUZIYYAH FAJRI MS 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
24 SALSA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 13
25 ST. RAODATUL JANNAH 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 8
26 NANDA ANUGRAH SYAM 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 4
27 ANDI RESKY MAGFIRAH 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 7
28 ALDI PANCA ANUGRAH 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7
29 ALIF SULFIKAR 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
30 ALMIAH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13
No NamaButir Soal
Skor
83
31 CORNELLAH RORENG 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 10
32 DEWI PURNAMASARI MAKMUR 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 6
33 FITRIANI 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 7
34 ILYAS MUNAJAH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
35 JEAN KRISTIN MURADI 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 8
36 JESICA AMELIA PUTRI M. 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 10
37 MARCELLINO SAMBAN 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 6
38 MELIANA GAU 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 7
39 MUH. IHCZAN ASHAR NUR 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 11
40 MUH. IKBAL RIDWAN BASO 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 6
41 MUH. FAJHRI 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 8
42 MUTHMAINNAH SYAM 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12
43 NUR FADILLAH SAKTI 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6
44 OLGA TIMANG 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 5
45 PUTRI AMELIA JANUARTY 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 7
46 PUTRI KARINA HAERLINA 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 9
47 SRI MAHARANI AMALIA 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 8
48 UMMU QALSUM PUTRI AKHMAD 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 5
49 YUNI KEMALA HARDI 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11
50 ZAIKUL ANSYARI ZAKARIA ISLAM 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 7
51 REVIANA VERDIANTI 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 6
52 AMARIAN GITA RAMADHANI 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13
53 MAWAR NURJANNAH 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 8
54 MUH. ANWAR MAULANA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12
55 MUG. DAZRIN AL GIFARY 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 6
56 MUHAMMAD ADE KURNIAWAN S 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 7
57 MUHAMMAD FIRMANSYAH ZULKIFLY PUTRA 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 7
58 MUHAMMAD RIFQY DWIANTARA 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
59 MUHAMMAD RZKY FATUR ISAN 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 6
60 AZZAHRA YUNITA RATRI 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 11
61 YUSNA SRU WAHYUNI SAPUTRI YUSUF 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 8
62 AGUS TRIPUTRI ARIF 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 6
63 MUHAMMAD ARYA PUTRA BUDJANA 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 11
64 MUHAMMAD ALIFAR RIZQILLAH 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 7
65 NURUR AZMYAH MARFUAH TAJUDDIN 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 5
66 RHOMARIOTHA CHABEYRUMANIA BIN KARM 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
67 M. LUKMANUL HASYIM 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 8
68 NUR HAMKA 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5
69 AGNES ANDRISIA PUTRI 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 5
70 ANDI ARISKA PUTRI 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 8
84
2. DEDUKSI
71 ANDI MUH. ASKA ABRI 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 11
72 AWWAL AFDHALY HB 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 7
73 FADILLAH FAHRI 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 8
74 FARHAN IBRAHIM 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 6
75 FATTAH HIDAYAT 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
76 FIRDA NUR DEWISARI 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9
77 FITRIANI GUNAWAN 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 6
78 HASRIANA 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 8
79 ISNAENI SALSABILLAH RAHMAN 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
80 JEREMY GIOVANNI JOSHUA MUL 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 6
81 KESIA GESSONG 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11
82 MAGHFIRA IKA MAWARNI 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 7
83 MUH. AFIF MADANI 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
84 MUH. ILHAM SETIAWAN 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 9
85 MUH. EDIL 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3
86 MUHAMMAD JAMIL 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6
87 MUHLIS 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 8
88 NURFADILLA USMAN 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 12
89 RIZKY WULANDARI RAMLI 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 10
90 SABIAL MASANI HASAN 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 7
91 ST. ASRIDHA H. 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5
92 WAODE RYSKA DINI PRATIWI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 11
93 NUR HIJRAH 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2
94 A. SITTI RAODAH IBRAHIM 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5
95 ANDY RYAN DANI SAPUTRA 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 8
96 ANDI FARHAN FARWANSYA 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 9
97 MUHAMMAD SYARIFUDDIN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12
98 NUR AVILIA WULANDARI 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 7
99 NURHADIJA 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 5
100 RICKY PALINGGI 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 10
101 HASANAH 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 8
102 ARIANI 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 11
103 NISMAYANI 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 6
104 MUHAMMAD FADLAN 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7
105 REZKI RAMADHAN 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 8
85
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 A. MUH RINDHO ASSYAFAAT 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 A. MUHAMMAD FATH MUBARAK T. 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 113 A. NUR RIDHA AMINI LUKMAN 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 9
4 ACHMAD AKBAR SYAHRUDDIN 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10
5 ADILLANI NUR MUGFIRAH ANWAR 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 7
6 ADINDA DWI PUTRI 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 8
7 AFIFAH MARNI WASOLO 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11
8 AHMAD AZIZUL AKBAR 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2
9 ALDA NURFADILLAH 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 10
10 ALIF KURNIAWAN 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 7
11 ANDI ALFINA RATNA ANJANI 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 7
12 ANDI MUHAMMAD ALWI 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 10
13 ANDI MUTHOMAINNA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11
14 ANDI SITI HABIBAH 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 9
15 AQILAH HAYATUNNISAH 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
16 DELIA NURUL AQILAH 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 8
17 DEVI AULIAH NUR NADIVA ALWI 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 9
18 HUSNUL FAUSIAH MAGISTRAWATI 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4
19 MAGFIRATUL JANNAH S 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11
20 MUH. NURUL FAJRI SUARDI 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 8
21 MUHAMMAD REZKY FAITUL IHSAN A. 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 8
22 NABILA PRATAMA JUNAEDI 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 9
23 NUR FAUZIYYAH FAJRI MS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
24 SALSA 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 7
25 ST. RAODATUL JANNAH 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
26 NANDA ANUGRAH SYAM 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 8
27 ANDI RESKY MAGFIRAH 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 7
28 ALDI PANCA ANUGRAH 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 10
29 ALIF SULFIKAR 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 4
30 ALMIAH 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 9
31 CORNELLAH RORENG 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 7
32 DEWI PURNAMASARI MAKMUR 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11
33 FITRIANI 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 8
34 ILYAS MUNAJAH 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 8
35 JEAN KRISTIN MURADI 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7
No NamaButir Soal
Skor
86
36 JESICA AMELIA PUTRI M. 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 9
37 MARCELLINO SAMBAN 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12
38 MELIANA GAU 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 8
39 MUH. IHCZAN ASHAR NUR 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 4
40 MUH. IKBAL RIDWAN BASO 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 7
41 MUH. FAJHRI 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 6
42 MUTHMAINNAH SYAM 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 9
43 NUR FADILLAH SAKTI 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 4
44 OLGA TIMANG 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 8
45 PUTRI AMELIA JANUARTY 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 8
46 PUTRI KARINA HAERLINA 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 9
47 SRI MAHARANI AMALIA 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 6
48 UMMU QALSUM PUTRI AKHMAD 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 4
49 YUNI KEMALA HARDI 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 8
50 ZAIKUL ANSYARI ZAKARIA ISLAM 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2
51 REVIANA VERDIANTI 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 10
52 AMARIAN GITA RAMADHANI 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4
53 MAWAR NURJANNAH 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 5
54 MUH. ANWAR MAULANA 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 11
55 MUG. DAZRIN AL GIFARY 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 9
56 MUHAMMAD ADE KURNIAWAN S 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 7
57 MUHAMMAD FIRMANSYAH ZULKIFLY PUTRA 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 8
58 MUHAMMAD RIFQY DWIANTARA 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 6
59 MUHAMMAD RZKY FATUR ISAN 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
60 AZZAHRA YUNITA RATRI 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 9
61 YUSNA SRU WAHYUNI SAPUTRI YUSUF 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 7
62 AGUS TRIPUTRI ARIF 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12
63 MUHAMMAD ARYA PUTRA BUDJANA 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 11
64 MUHAMMAD ALIFAR RIZQILLAH 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 8
65 NURUR AZMYAH MARFUAH TAJUDDIN 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 4
66 RHOMARIOTHA CHABEYRUMANIA BIN KARM 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 5
67 M. LUKMANUL HASYIM 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 8
68 NUR HAMKA 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 10
69 AGNES ANDRISIA PUTRI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
70 ANDI ARISKA PUTRI 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 8
87
71 ANDI MUH. ASKA ABRI 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 6
72 AWWAL AFDHALY HB 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 3
73 FADILLAH FAHRI 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 7
74 FARHAN IBRAHIM 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 10
75 FATTAH HIDAYAT 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 7
76 FIRDA NUR DEWISARI 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 8
77 FITRIANI GUNAWAN 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 5
78 HASRIANA 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 7
79 ISNAENI SALSABILLAH RAHMAN 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 9
80 JEREMY GIOVANNI JOSHUA MUL 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 8
81 KESIA GESSONG 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 4
82 MAGHFIRA IKA MAWARNI 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10
83 MUH. AFIF MADANI 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 6
84 MUH. ILHAM SETIAWAN 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 7
85 MUH. EDIL 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9
86 MUHAMMAD JAMIL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12
87 MUHLIS 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 6
88 NURFADILLA USMAN 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 8
89 RIZKY WULANDARI RAMLI 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 7
90 SABIAL MASANI HASAN 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 10
91 ST. ASRIDHA H. 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5
92 WAODE RYSKA DINI PRATIWI 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 8
93 NUR HIJRAH 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 7
94 A. SITTI RAODAH IBRAHIM 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 10
95 ANDY RYAN DANI SAPUTRA 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 10
96 ANDI FARHAN FARWANSYA 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 4
97 MUHAMMAD SYARIFUDDIN 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 8
98 NUR AVILIA WULANDARI 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 6
99 NURHADIJA 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 7
100 RICKY PALINGGI 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10
101 HASANAH 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
102 ARIANI 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 8
103 NISMAYANI 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10
104 MUHAMMAD FADLAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
105 REZKI RAMADHAN 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
88
ANALISIS HASIL TES KEMAMPUAN INFERENSI
Penyajian data hasil tes kemampuan berpikir formal dalam pembelajaran fisika
pada peserta didik kelas XI MIPA SMA 22 Makassar
Analisis deskriptif
1. induksi
Skor Maksimum Ideal = 14 Skor Minimum Ideal = 0
Skor Maksimum = 13 skor minimum = 1
Jumlah Sampel = 105
Rentang Data = skor maksimum – skor minimum
= 13 – 1 = 12
Jumlah kelas interval (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 105
= 1 + 3,3 (2,02)
= 7,67
Jadi, jumlah kelas interval yang digunakan pada tabel adalah 7
Panjang kelas (p) =
Jadi panjang kelas yang digunakan adalah 2
2. Deduksi
89
Skor Maksimum Ideal = 13 Skor Minimum Ideal = 0
Skor Maksimum = 12 skor minimum = 1
Jumlah Sampel =51
Rentang Data = skor maksimum – skor minimum
= 12 – 1 = 11
Jumlah kelas interval (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 51
= 1 + 3,3 (2,02)
= 7,67
Jadi, jumlah kelas interval yang digunakan pada tabel adalah 7
Panjang kelas (p) =
Jadi panjang kelas yang digunakan adalah 2
90
DISTRIBUSI FREKUENSI
1. Induksi
NO INTERVAL Fi Xi Xi2 fi.xi fi.xi2
1 1 sampai 2 3 1,5 2,25 4,5 6,75
2 3 sampai 4 4 3,5 12,25 14 49
3 5 sampai 6 28 5,5 30,25 154 847
4 7 sampai 8 35 7,5 56,25 262,5 1968,75
5 9 sampai 10 10 9,5 90,25 95 902,5
6 11 sampai 12 16 11,5 132,25 184 2116
7 13 sampai 14 9 13,5 182,25 121,5 1640,25
∑ 105 835,5 7530,25
∑
∑
√∑
√
√
√
√
√
2. Deduksi
91
NO INTERVAL Fi Xi Xi2 fi.xi fi.xi2
1 1 sampai 2 5 1,5 2,25 7,5 11,25
2 3 sampai 4 12 3,5 12,25 42 147
3 5 sampai 6 11 5,5 30,25 60,5 332,75
4 7 sampai 8 38 7,5 56,25 285 2137,5
5 9 sampai 10 25 9,5 90,25 237,5 2256,25
6 11 sampai 12 12 11,5 132,25 138 1587
7 13 sampai 14 2 13,5 182,25 27 364,5
∑ 105 797,5 6836,25
∑
∑
√∑
√
√
√
√
√
Untuk mengetahui tingkat pengkategoriannya
Jumlah sampel = 105
Skor Maksimum ideal = 14 Skor Minimum ideal = 0
92
Skala yang digunakan yaitu 3 (sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah).
Rentang atau panjang kelas yang digunakan dari:
Rentang =
Tabel 5.4 kategori skor hasil tes kemampuan berpikir formal peserta didik kelas XI
MIPA SMA 22 Makassar
No Interval Skor Kategori Frekuensi
Induksi Deduksi
1 0 – 2 Sangat Rendah 3 5
2 3 – 5 Rendah 17 16
3 6 – 8 Sedang 50 45
4 9 – 11 Tinggi 21 31
5 12- 14 Sangat Tinggi 14 0
Jumlah 105 105
93
DOKUMENTASI PENELITIAN
SMA NEGERI 11 GOWA
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
RIWAYAT HIDUP
St. Nur Fadilla. Dilahirkan di Pitue Kecamatan Ma’rang
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pada tanggal 22
Maret 1997. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara dari buah cinta Ayahanda Jamaluddin dan Ibunda
Marhabang. Penulis mengawali pendidikan formal pada
tahun 2003 pada jenjang sekolah dasar di SD Negeri 6 Pitue dan tamat pada tahun
2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 3
Ma’rang dan tamat pada tahun 2012. Kemudian pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pendidikannya di MAN PANGKEP dan tamat pada tahun 2015.
Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikannya pada tahun 2015 di perguruan
tinggi swasta yaitu sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar Program
Strata 1 (S1).