kemampuan inferensi dalam pembelajaran fisika bagi …

121
KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI PESERTA DIDIK SMA NEGERI 22 MAKASSAR SKRIPSI ST. NUR FADILLA 10539 1339 15 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI

PESERTA DIDIK SMA NEGERI 22 MAKASSAR

SKRIPSI

ST. NUR FADILLA

10539 1339 15

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

i

KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI

PESERTA DIDIK SMA NEGERI 22 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Unismuh Makassar

ST. NUR FADILLA

10539 1339 15

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

ii

Page 4: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

iii

Page 5: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

iv

Page 6: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

v

Page 7: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kesempatan untuk sukses selalu ada,

yang penting ada kemauan dan berani mencoba

Kupersembahkan karya ini buat :

Kedua orang tuaku, saudara, dan sahabatku,

atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan satu harapan menjadi suatu hal yang nyata

Page 8: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

vii

ABSTRAK

St. Nur Fadillla. 2020. Kemampuan Inferensi Dalam Pembelajaraan Fisika Bagi

Peserta didik SMA Negeri 22 Makassar. Skripsi. Program studi Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Abdul Haris dan pembimbing II Rahmini Hustim

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana seberapa besar

kemampuan inferensi pada kemampuan induksi dan deduksi dalam pembelajaran

fisika pada peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 22 Makassar. Penelitian ini

bertujuan untuk mendiskripsikan kemampuan inferensi pada kemampuan induksi

dan deduksi dalam pembelajaran fisika pada peserta didik kelas XI MIPA SMA

Negeri 22 Makasssar.

Jenis penelitian ini merupakan Ekspost Facto karena peneliti tidak

melakukan perlakuan terhadap subjek penelitian tetapi meneliti efek dari suatu

perlakuan yang telah terjadi secara alami. Metode pengambilan sampel adalah

teknik random sampling. Adapun jumlah sampel yang terdapat pada penelitian ini

adalah sebanyak 105 peserta didik kelas X MIA 1, 2 dan 3 di SMA Negeri 22

Makassar. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan

tes kemampuan inferensi meliputi deduksidan induksi dan menggunakan tes

pilihan berganda sebanyak 27 nomor yang memenuhi kriteria valid.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes kemampuan inferensi meliputi

induksi dan deduksi yaitu sebesar 7,96 dan 7,60. Hasil karegorisasi skor tes

inferensi dalam pembelajaran fisika bagi peserta didik SMA Negeri 22 Makassar

dengan reabilitas sebesar 0,832 yang berada pada kategori tinggi.

Berasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwakemampuan

inferensi dam pembelajaran fisikapada peserta didik kelas XI MIPA di SMA

Negeri 22 Makassar masuk dalam kategori sedang.

Kata Kunci : Kemampuan Inferensi

Page 9: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, Segala puji hanya

milik Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan

Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul

“Kemampuan Inferensi Dalam Pembelajaran Fisika Bagi Peserta Didik SMA

Negeri 22 Makassar”.

Tulisan ini diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah

Muhammad SAW sang revolusioner sejati sepanjang masa, juga kepada seluruh

ummat beliau yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera

kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud hanya

adanya ulur tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang

Khalik untuk memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung

maupun tidak langsung bagi penulis, oleh Karen itu disamping rasa syukur

kehadirat Allah SWT, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

kepada pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi

ini.

Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada

kedua orang tuaku tercinta, Ayahandaku Jamaluddin dan Ibundaku Marhabang

atas segala

Page 10: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

ix

jerih payah, pengorbanan dalam mendidik, membimbing, mendo’akan penulis

dalam setiap langkah menjalani hidup selama ini hingga selesainya studi (S1)

penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengalami hambatan, namun

berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan.Oleh karean aitu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

setulusnya kepada Bapak Drs. Abd. Haris, M.Si selaku pembimbing 1 dan Ibunda

Dra. Hj. Rahmini Hustim, M,Pd selaku pembimbing II yang selalu bersedia

meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, serta memberikan ilmu dan

pengetahuan yang berharga dalam bimbingan ini.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. sebagai Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar .

2. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.d. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd dan Bapak Ma’ruf, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua

dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ayahanda dan Ibunda Dosen Studi Pendidikan Fisika Universitas

Muhammadiyah Makassar atas segala ilmu dan perhatian yang telah

diberikan kepada penulis.

Page 11: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

x

5. Bapak dan Ibu guru fisika sekaligus guru pamong SMA Negeri 22 Makassar

yang selalu memberikan arahan selama melakukan kegiatan penelitian.

6. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Fisika,

yang telah bersama-sama penulis menjalani masa-masa perkuliahan, atas

sumbangsi dan motivasinya selama ini. Semoga persaudaraan kita tetap

terajut untuk selamanya.

7. Adik-adik peserta didik kelas XI MIPA atas perhatian dan kerjasamanya

selama pelaksanaan penelitian ini.

8. Seluruh pihak yang tak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Hal

ini tidak mengurangi rasa terima kasihku atas segala bantuannya.

Dengan kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik

yang konstruktif, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah

khasanah ilmu khususnya di bidang pendidikan fisika.

Amin Yaa Rabbal Alamin.

Wassalam

Makassar, Januari 2020

Penulis

Page 12: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ............................................................................................ v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 5

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 7

A. Kajian Pustaka ............................................................................................. 7

1. Pembejaran Fisika Di SMA ..................................................................... 7

2. Kemampuan ............................................................................................ 8

3. Kemampuan Menarik Kesimpulan ........................................................ 10

4. Inferensi ................................................................................................ .13

5. Penalaran Deduksi ................................................................................ .18

Page 13: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

xii

6. Penalaran Induksi ................................................................................. .21

B. Kerangka Pikir ........................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 33

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 33

B. Populasi dan Sampel ................................................................................. 33

C. Variabel Penelitian ................................................................................... 33

D. Definisi Operasional Variabel ................................................................. 34

E. Prosedur Penelitian ................................................................................... 34

F. Instrumen Penelitian ................................................................................. 35

G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 38

H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ............................................ 42

A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 41

1. Analisis Deskriptif Hasil Tes Kemampuan Inferensi............................ 42

2. Analisis Indikator Inferensi ................................................................... 46

D. Pembahasan ............................................................................................... 47

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 48

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 48

B. SARAN ...................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 49

LAMPIRAN ...............................................................................................................

RIWAYAT HIDUP

Page 14: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Kriteria Reabilitas ....................................................................................... 38

3.2 Kisi-kisi instrumen kemampuan inferensi .................................................. 39

3.3 Kategori kemampuan inferensi .................................................................... 41

4.1 Statistik Hasil Kemampuan Inferensi meliputi Induksi pada Pembelajaran

Fisika ........................................................................................................... 42

4.2 Statistik Hasil Kemampuan Inferensi meliputi Induksi pada Pembelajaran

Fisika ............................................................................................................ 43

4.3 Distribusi Kategorisasi Skor Hasil Tes Kemampuan Inferensi pada

Pembelajaran Fisika Kelas di SMA 22 Makassar ....................... 44

Page 15: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Bagan Kerangka Fikir ..................................................................................... 32

4.1 Diagram Distribusi Kategorisasi Skor Hasil Tes Kemampuan Inferensi

pada Pembelajaran Fisika Kelas di SMA 22 Makassar ................. 45

Page 16: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ................................................................... 52

2. Instrumen Penelitian Uji Coba ................................................................... 65

3. Uji Gregory ................................................................................................ 78

4. Uji Validitas .............................................................................................. 79

5. Uji Reliabilitas ........................................................................................... 80

6. Daftar r Tabel ............................................................................................. 82

7. Tabel Penentuan Jumlah Sampel ............................................................... 83

8. Analisis Deskriptif ..................................................................................... 84

9. Dokumentasi .............................................................................................. 95

10. Persuratan .......................................................................................................

Page 17: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan memiliki tujuan untuk membantu siswa memperoleh

pengetahuan dalam berbagai bidang. Masing- masing bidang pengetahuan, seperti

matematika, sains atau sosial, menyajikan suatu aspek penting bagi perkembangan

kompetensi siswa.

Dalam konteks kurikulum 2013 di Indonesia terdapat empat kompetensi

inti yang harus dikembangkan pada peserta didik jenjang pendidikan dasar dan

pendidikan menengah, yaitu: (1) kompetensi inti sikap spiritual; (2) kompetensi

inti sikap sosial; (3) kompetensi inti pengetahuan; dan (4) kompetensi inti

keterampilan. Keempat kompetensi ini harus menyatu pada diri peserta didik

sebagai gambaran kualitas tujuan pendidikan yang mereka capai.

Page 18: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

2

Dalam ilmu pengetahuan sains berupaya membangkitkan minat peserta didik

agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya

yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir

rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya,

jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi. Untuk

itu, siswa harus menggali ataupun meningkatkan fikirannya agar mampu

menjelaskan segala sesuatu yang di pelajarinya. Sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh al-qur’an sebagai berikut:

Artinya:

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi

orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang

dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan

menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum

yang beriman”.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun

sains yang mengacu pada pengembangan kemampuan berpikir analitis induktif

dan deduktif. Fisika juga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dan dapat mengembangkan pengetahuan

peserta didik, keterampilan dan sikap percaya diri.

Page 19: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

3

Menurut Mursalin (2014) dalam Fitri pembelajaran Fisika lebih

menekankan pada pemahaman dibandingkan ingatan. Kompleksitas pelajaran

Fisika menjadi pelajaran yang cukup rumit bagi siswa dan berpotensi

memunculkan kerancuan pemahaman siswa, yang jika berlangsung dapat

menimbulkan miskonsepsi dan akhirnya menghambat siswa dalam mempelajari

Fisika. Walaupun mengembangkan berbagai cara pikir merupakan tujuan penting

dalam pendidikan, siswa seringkali tidak belajar untuk menerjemahkan atau

menerapkan fakta- fakta dan ide- ide yang mereka pelajari di kelas dalam rangka

memahami pengalaman mereka pada kehidupan sehari- hari.

Dengan mengetahui kemampuan dan permasalahan yang dialami siswa

selama belajar Fisika maka perlu dilihat seperti apa kaitan antara kemampuan

berdasarkan tipe- tipe pengetahuan siswa terhadap hasil belajarnya. Penilaian

terhadap kemampuan inferensi fisika peserta didik, dapat memberikan informasi

data status pencapaian keterampilan peserta didik. Hasil tersebut, dijadikan

sebagai acuan dalam pengembangan kemampuan inferensi peserta didik,

selanjutnya serta instrument refleksi terhadap perencanaan dan proses

pembelajaran. Dengan demikian, pentingnya inferensi dalam pembelajaran fisika

karena merupakan dasar dalam pembentukan pengetahuan sains bagi peserta didik

dan akan digunakan dalam setiap sisi kehidupannya di masa depan.

Kegiatan pembelajaran di sekolah dihadapkan dengan sejumlah

karakteristik peserta didik yang beraneka ragam. Ada peserta didik yang dapat

mengubah kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami banyak

kesulitan, namun disisi lain tidak sedikit pula peserta didik yang justru dalam

Page 20: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

4

belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar peserta didik

ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil

belajar.

Di dalam mempelajari fenomena atau gejala alam, fisika mengugunakan proses

yang terdiri dari pengamatan, pengukuran, analisis, dan penarikan kesimpulan.

Mata pelajaran fisika bukan sekedar mata pelajaran yang hanya membahas

tentang pengetahuan konsep,teori, prinsip, atau hukum alam tetapi juga

merupakan proses cara berpikir. Oleh karena itu melalui belajar fisika dapat

dikembangkan kemampuan berpikir yang sesuai dengan karakteristik materi

pelajaran tersebut. Kemampuan fisika yang bersifat generik dapat dikembangkan

melalui pembelajaran fisika salah satunya adalah kemampuan inferensi.

Kemampuan inferensi melibatkan peserta didik untuk mengeluarkan pendapat-

pendapat mereka tentang suatu permasalahan yang berkaitan dengan hukum

fisika.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik mengkaji lebih lanjut mengenai

pentingnya kemampuan inferensi pada peserta didik dengan judul “Kemampuan

Inferensi Dalam Pembelajaran Fisika Bagi Peserta Didik SMA Negeri 22

Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Page 21: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

5

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Seberapa Besar Kemampuan Inferensi Pada Kemampuan

Induksi dan Deduksi dalam Pembelajaran Fisika SMA Negeri 22 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan yang ingin di capai dalam peneliatian ini adalah Untuk Mendeskripsikan

Kemampuan Inferensi Pada Kemampuan Induksi dan Deduksi dalam

Pembelajaran Fisika SMA Negeri 22 Makassar.

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang diperoleh yaitu dapat dimanfaatkan untuk pengetahuan

khususnya mata pelajaran fisika, selain itu dapat memberikan sumbangan

informasi bagi peneliti yang akan meneliti yang sama guna penyempurnaan

penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini sebagai wahana menambah wawasan dan pengetahuan

pada proses pembelajaran dan dalam dunia pendidikan.

b. Manfaat bagi sekolah

Page 22: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

6

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dan masukan

untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa dengan memperhatikan

kemampuan yang dimiliki siswa.

c. Manfaat bagi universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan literatur untuk

penelitian selanjutnya.

Page 23: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Fisika Di SMA

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa pembelajaran

adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar suatu lingkungan belajar. Pembelajaran fisika dapat diartikan salah

satu proses intraksi antara pendidik dan peserta didik dengan mengoptimalkan

berbagai sumber belajar fisika dalam menyelidiki konsep, fakta, prinsip yang

berkaitan denganfenomena fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Sama halnya dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran lain

yang menerapkan kurikulum 2013, pembelajaran fisika bertujuan untuk empat

kompetensi inti, yaitu: (1) kompetensi inti sikap spiritual; (2) kompetensi inti

sikap sosial; (3) kompetensi inti pengetahuan; dan (4) kompetensi inti

keterampilan. Untuk mencapai keempat kompetensi ini pihak penentu

kebijakan pendidikan nasional Indonesia lebih banyak menekankan

pentingnya pembelajaran saintifik untuk diterapkan pada setiap pembelajaran

fisika SMA dengan tetap berpedoman pada Pemendikbud RI Nomor 22 tahun

2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, serta standar

pendidikan nasional lainnya yang berlaku di Indonesia.

Page 24: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

8

Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan

sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbagan yaitu pertama,

selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika

dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan keterampilan berpikir

yang berguna untuk memecahkan masalah didalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus

yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah

keterampilan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang

lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran fisika

dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan keterampilan berpikir

bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek

penting dalam kecakapan hidup.

Pembelajaran fisika di SMA sangat dibutuhkan karena dapat

menumbuhkan keaktifan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan

yang dimiliki peserta didik terutama kemampuan ataupun keterampilan

berpikir karena peserta didik dituntut untuk mampu menyelesaikan dan

memberikan solusi atas masalah yang diberikan.

2. Kemampuan

a) Pengertian Kemampuan

Di dalam kamus Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata

“mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat,

mempunyai harta berlebihan. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam

melakukan sesuatu.

Page 25: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

9

Menurut Akhmat Sudrajat, ability adalah menghubungkan

kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan

yang berbeda- beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini

mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut.

Kemampuan juga bisa disebut dengan kompetensi. Kata kompetensi

berasal dari bahasa Inggris “competent” yang berarti ability, power,

authority, skill, knowledge, dan kecakapan, kemampuan serta wewenang.

Jadi kata kompetensi dari kata competent yang berarti memiliki kemampuan

dan keterampilan dalam bidangnya, sehingga ia mempunyai kewenangan

atau otoritas untuk melakukan sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.

Berdasarkan pengertian- pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa kemampuan merupakan pengetahuan dan keterampilan individu

dalam menguasai suatu keahlian bidang tertentu yang memungkinkannya

berwenang dalam melakukan sesuatu dan diwujudkan melalui tindakan.

b) Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan

Menurut Robbins menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua

faktor, yaitu:

1) Kemampuan Intelektual

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk

melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan

memecahkan masalah.

2) Kemampuan Fisik

Page 26: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

10

Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas- tugas yang menuntut

stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.

3. Kemampuan Menarik Kesimpulan

Dalam menarik kesimpulan dalam pengajaran fisika, terdapat langkah-

langkah yang harus diperhatikan, yaitu langkah percobaan. Percobaan

menghasilkan hasil yang mempunyai ciri seperti suatu pernyataan. Hasil

percobaan biasanya masih belum merupakan temuan ilmiah. Hanya satu

interpretasi abstrak dari hasil percobaan yang pada akhirnya dapat membawa

kepada pengetahuan ilmiah yang baru.

Kesimpulan yang benar dari hasil-hasil pengamatan atau percobaan

tergantung kepada masalah ilmiah itu sendiri, kepada hipotesa yang diajukan, dan

kepada metode percobaan yang digunakan. Perlu disadari bahwa kebanyakan nilai

terukur, diindikasikan oleh pergerakan petunjuk suatu alat ukur. Tergantung

kepada metode pengukuran yang digunakan, maka pergerakan suatu jarum

misalnya, dapat menimbulkan kesimpulan bahwa ada arus yang mengalir, bahwa

ada tegangan listrik tertentu, bahwa ada tekanan, jarak tertentu dan sebagainya.

Contoh-contoh tersebut di atas dengan jelas dapat mendemonstrasikan

pernyataan-pernyataan bersifat jauh lebih mendalam daripada pengamtan-

pengamatan belaka.

Berkaitan dengan ini, seseorang sudah mulai mencapai kesimpulan-

kesimpulan secara terus menerus selama langkah percobaan, terutama kalau

menggunakan instrumentinstrumen yang dikalibrasi. Bagi para peserta didik yang

Page 27: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

11

belum begitu mengenal pemikiran ilmiah perlu mencapai kesimpulan secara

sadar, seperti yang ditunjukkan contohcontoh berikut ini:

a) Observasi

“Bola lampu yang tersambung pada rangkaian listrik dapat menyala”.

Kesimpulan

Dari pernyataan di atas peserta didik antara lain dapat menyimpulkan bahwa

“Arus listirk mengalir “atau” bahwa rangkaian itu tertutup “atau” bahwa bola

lampu itu berfungsi “atau” bahwa baterai itu masih berisi “atau” bahwa bahan

yang tersambung pada rangkaian bersifat penghantar”.

b) Observasi

“Jarum penunjuk ampere meter menyimpang”

Kesimpulan

Kesimpulan peserta didik “kami menarik kesimpulan bahwa arus

mengalir “atau” rangkaian itu tertutup “dan sebagainya.

Dari sudut pandang teori pengetahuan, sangat penting bagi pendidik

maupun peserta didik untuk selalu menyadari apakah mereka sedang

menangani observasi atau tidak.

Penarikan kesimpulan diapandang dari sudut generalisasi, abstraksi,

dan elementarisasi dari perumusan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pernyataan rangkuman sederhana

Observasi

Page 28: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

12

“kawat besi menghantar arus listrik” Kesimpulan “besi merupakan salah

satu penghantar arus lstrik”

b. Kesimpulan perbandingan

Observasi

“air pansa dalam panci naik dari bawah keatas” Kesimpulan “molekul air

panas lebih ringan daripada air dingin”.

c. Kesimpulan penyebab dengan rumus “kalau……..maka……..”

Contoh:

“Kalau kita memanaskan suatu batang logam, maka panjangnya akan

berubah”.

d. Kesimpulan penyebab dengan rumus “ semakin……..semakin……..”

disertai indikasi arah ketergantungan.

Contoh:

“Semakin jauh jarak suatu daerah, semakin lama pula waktu tempuh yang

diperlukan”.

e. Kesimpulan verbal-kuantitatif

Contoh:

“Kalau jarak ditingkatkan dua kali, tiga kali, n kali, waktu tempuh yang

diperlukan dua kali, tiga kali, n kali lebih lama”.

4. Inferensi

Adapun landasan proses inferensi diantaranya intisari informs yang baru

dan impilis dari informs yang diberikan eksplisit. Dengan demikikian, proses yang

Page 29: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

13

dapat digunakan lawan bicara untuk memperoleh implikaturbdari ujaran penutur

yang dikombinasikan dengan ciri-ciri konteks pada dasrnya merupakan proses

inferensi. Jenis inferensi dalam hal ini dibagi menjadi tiga yaitu, inferensi

deduktif, elaborative, dan percakapan. Inferensi deduktif berkaitan dengan logika

dan semantik, inferensi elaborative berkaitan dengan psikologi dan intelegensi

aartifisial, dan inferensi percakapan berhubungan dengan pragmatik.

Inferensi deduktif diperoleh atas dasar kaidah deduktif logika. Hal ini

berhubungan dengan silogisme. Inferensi ini terjadi karena komponen makna

semantik sesuai dengan sifat logika tertentu. Inferensi deduktif atau langsung

memiliki revelansi tertentu dengan kajian pragmatik. Relevansi inferensi langsung

ini berasal dari kesamaan structural antara lain jenis inferensi dengan fenomena

pragmatik sentral interpretasi ujaran. Kedua proses ini menyebabkan

pengintegrasian informasi. (Arista, 2018:81).

Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau

pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenrnya, yang

dimaksud oleh prmbicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja

berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar

meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus

membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh

pendengar atau pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak

terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pebicara atau penulis.

Secara umum, inferensi adalah proses penalaran dari apa yang sudah

diketahui ke apa yang sampai sekarang belum diketahui, suatu gerak pemikiran

Page 30: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

14

dari premis-premis ke kesimpulan. Ada tiga jenis inferensi yakni, deduksi,

induksi, dan abduksi. Deduksi adalah proses inferensi atau penyimpulan yang

apabila premis-premisnya benar, kesimpulannya mesti benar. Kesimpulannya

bersifat niscaya dalam hubungan dengan premis-premisnya. Misalnya semua

mangga dalam karung itu adalah mangga jenis manalagi. Mangga ini diambil dari

karung itu. Maka, mangga ini adalah mangga jenis manalagi. Sedangkan

kesimpulan yang ditarik dalam abduksi dan induksi tidak pernah bersifat niscaya.

Paling banter hanya bersifat barangkali. Induksi adalah bentuk inferensi yang

membentuk suatu hipotesis sedemikian rupa sehingga apabila hipotesis itu benar,

maka premis-premis dari mana inferensi itu ditarik juga dengan sendirinya benar.

Misalnya, mangga ini diambil dari karung itu. Mangga ini adalah mangga jenis

manalagi. Maka, barangkali semua mangga dalam karung itu adalah mangga jenis

manalagi. Abduksi adalah bentuk inferensi yang menguji hipotesis dengan

menarik konsekuensi sebagai sebuah prediksi dan kemudian mengujinya dalam

pengalaman. Contoh, semua mangga dalam karung itu adalah mangga jenis

manalagi. Mangga-mangga ini adalah mangga jenis manalagi. Maka ada

kemungkinan bahwa mangga-mangga ini diambil dari karung itu.

Inferensi selalu ditarik secara sadar. Aturan bagi validitas argument

deduktif dan norma untuk hipotesis yang terjamin atau induksi yang benar, tidak

menetapkan bagaimana kita mesti atau secara niscaya berpikir, tetapi hanya

bagaimana seharusnya berpikir. Maka, inferensi selalu dilakukan secara sadar dan

tidak terjadi secara otomatis. (Sudarminta, 2002:78-79)

Page 31: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

15

Kesimpulan adalah penyampaian yang lengkap terhadap hasil pengamatan.

Dalam membuat kesimpulan, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, sebagai

berikut:

a. Kesimpulan yang diberikan merupakan suatu interpretasi data yang masuk

akal.

b. Hubungan antara variabel manipulasi dan variabel respon jelas.

c. Kesimpulan singkat.

d. Ketepatan menggunakan kata-kata, struktur, dan kalimat lengkap.

e. Kesimpulan teratur.

Adapun landasan proses inferensi diantaranya intisari informs yang baru

dan impilis dari informs yang diberikan eksplisit. Dengan demikikian, proses yang

dapat digunakan lawan bicara untuk memperoleh implikaturbdari ujaran penutur

yang dikombinasikan dengan ciri-ciri konteks pada dasrnya merupakan proses

inferensi. Jenis inferensi dalam hal ini dibagi menjadi tiga yaitu, inferensi

deduktif, elaborative, dan percakapan. Inferensi deduktif berkaitan dengan logika

dan semantik, inferensi elaborative berkaitan dengan psikologi dan intelegensi

aartifisial, dan inferensi percakapan berhubungan dengan pragmatik.

Inferensi deduktif diperoleh atas dasar kaidah deduktif logika. Hal ini

berhubungan dengan silogisme. Inferensi ini terjadi karena komponen makna

semantik sesuai dengan sifat logika tertentu. Inferensi deduktif atau langsung

memiliki revelansi tertentu dengan kajian pragmatik. Relevansi inferensi langsung

ini berasal dari kesamaan structural antara lain jenis inferensi dengan fenomena

Page 32: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

16

pragmatik sentral interpretasi ujaran. Kedua proses ini menyebabkan

pengintegrasian informasi (Arista, 2018:81).

Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau

pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenrnya, yang

dimaksud oleh prmbicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja

berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar

meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus

membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh

pendengar atau pembacauntuk memahami makna yang secara harfiah tidak

terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pebicara atau penulis.

Secara umum, inferensi adalah proses penalaran dari apa yang sudah

diketahui ke apa yang sampai sekarang belum diketahui, suatu gerak pemikiran

dari premis-premis ke kesimpulan. Ada tiga jenis inferensi yakni, deduksi,

induksi, dan abduksi. Deduksi adalah proses inferensi atau penyimpulan yang

apabila premis-premisnya benar, kesimpulannya mesti benar. Kesimpulannya

bersifat niscaya dalam hubungan dengan premis-premisnya. Misalnya semua

mangga dalam karung itu adalah mangga jenis manalagi. Mangga ini diambil dari

karung itu. Maka, mangga ini adalah mangga jenis manalagi. Sedangkan

kesimpulan yang ditarik dalam abduksi dan induksi tidak pernah bersifat niscaya.

Paling banter hanya bersifat barangkali. Induksi adalah bentuk inferensi yang

membentuk suatu hipotesis sedemikian rupa sehingga apabila hipotesis itu benar,

maka premis-premis dari mana inferensi itu ditarik juga dengan sendirinya benar.

Misalnya, mangga ini diambil dari karung itu. Mangga ini adalah mangga jenis

Page 33: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

17

manalagi. Maka, barangkali semua mangga dalam karung itu adalah mangga jenis

manalagi. Abduksi adalah bentuk inferensi yang menguji hipotesis dengan

menarik konsekuensi sebagai sebuah prediksi dan kemudian mengujinya dalam

pengalaman. Contoh, semua mangga dalam karung itu adalah mangga jenis

manalagi. Mangga-mangga ini adalah mangga jenis manalagi. Maka ada

kemungkinan bahwa mangga-mangga ini diambil dari karung itu.

Inferensi selalu ditarik secara sadar. Aturan bagi validitas argument

deduktif dan norma untuk hipotesis yang terjamin atau induksi yang benar, tidak

menetapkan bagaimana kita mesti atau secara niscaya berpikir, tetapi hanya

bagaimana seharusnya berpikir. Maka, inferensi selalu dilakukan secara sadar dan

tidak terjadi secara otomatis. (Sudarminta, 2002:78-79)

5. Penalaran Deduktif (Rasionalisme/Logika Minor)

Penalaran Deduktif adalah suatu kerangka atau cara berfikir yang bertolak

dari sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum untuk mencapai sebuah

kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Ia sering pula diartikan dengan istilah

logika minor, dikarenakan memperdalami dasardasar pensesuaian dalam

pemikiran dengan hukum, rumus dan patokanpatokan tertentu. Pola penarikan

kesimpulan dalam metode deduktif merujuk pada pola berfikir yang disebut

silogisme. Yaitu bermula dari dua pernyataan atau lebih dengan sebuah

kesimpulan. Yang mana kedua pernyataan tersebut sering disebut sebagai premis

minor dan premis mayor. Serta selalu diikuti oleh penyimpulan yang diperoleh

melalui penalaran dari kedua premis tersebut. Namun kesimpulan di sini hanya

bernilai benar jika kedua premis dan cara yang digunakan juga benar, serta

Page 34: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

18

hasilnya juga menunjukkan koherensi data tersebut. Contoh dari penggunaan

premis dalam deduksi: Premis Mayor: Perbuatan yang merugikan orang lain

adalah dosa. Premis Minor: Menipu merugikan orang lain. Kesimpulan: Menipu

adalah dosa. Selain itu, matematika sebagai salah satu disiplin keilmuan yang

yang menerapkan prinsip koherensi di dalam pembuktian kebenarannya.

Penalaran deduktif merupakan salah satu cara berfikir logis dan analistik,

yang tumbuh dan berkembang dengan adanya pengamatan yang semakin intens,

sistematis, dan kritis. Juga didukung oleh pertambahan pengetahuan yang

diperoleh manusia, yang akhirnya akan bermuara pada suatu usaha untuk

menjawab permasalahan secara rasional sehingga dapat dipertanggung jawabkan

kandungannya, tentunya dengan mengesampingkan hal-hal yang irasional.

Adapun penyelesaian masalah secara rasional bermakna adanya tumpuan pada

rasio manusia dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Dan paham

yang mendasarkan dirinya pada proses tersebut dikenal dengan istilah paham

rasionalisme. Metode deduktif dan paham ini saling memiliki keterikatan yang

saling mewarnai, karena dalam menyusun logika suatu pengetahuan para ilmuan

rasionalis cenderung menggunakan penalaran deduktif.

Lebih jauh lagi deduksi sering lahir dari sebuah persangkaan mayoritas

orang. Sehingga hampir bisa dikatakan bahwa setiap keputusan adalah deduksi,

Dan setiap deduksi diambil dari suatu generalisasi yang berupa generalisasi

induktif yang berdasar hal-hal khusus yang diamati. Generalisasi ini terjadi karena

adanya kesalahan dalam penafsiran terhadap bukti yang ada. Generalisasi induktif

sering terjadi dari banyaknya tumpuan pada pengamatan terhadap hal-hal khusus

Page 35: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

19

yang kenyataanya tidak demikian. seperti halnya kesalahan dokter dalam

mendiagnosis penyakit pasien, hal ini terjadi karena tanda-tandanya sama namun

bisa jadi ada penyakit lain dengan tanda-tanda seperti itu, ataupun kasus polisi

yang menyelidiki barang bukti di tempat tindakan kriminal.

Ada beberapa teori yang sering dikaitkan dengan penalaran deduktif. Di

antaranya “teori koherensi”, serta “teori kebenaran pragmatis.” Hal yang disebut

terakhir merupakan sebuah proses pembuktian secara empiris dalam bentuk

pengumpulan fakta-fakta real yang mendukung semua pernyataan sebelumnya.

Adapun pencetus teori ini adalah Charles S. Pierce dalam sebuah makalah dengan

judul “how to make our ideas clear?” yang terbit pada tahun 1878. Bagi seorang

penggiat pragmatisme, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan ada tidaknya

fungsional hal tersebut dalam kehidupan praktis. Dengan kata lain, sebuah

pernyataan bernilai benar jika berkonsekuensi dengan adanya kegunaan praktis

dalam kehidupan manusia. Sehingga penalaran deduktif juga sering diartikan

sebagai sebuah metode eksperimen.

Kelebihan model ini adalah terletak pada faktor kebutuhan fokus yang

intens dalam menganalisa suatu pengertian dari segi materinya, sehingga

penggunaan waktu bisa lebih efisien. Bahkan dari segi lain keterampilan yang

digunakan bisa tersusun lebih rapi, hal ini bisa terjadi karena poin-poin yang ingin

dicapai sudah jelas. Terlebih pendekatan ini sesuai untuk digunakan dalam proses

pembelajaran, seperti halnya guru memberikan penerangan sebelum memulai

pembelajaran. Selain itu pada deduksi, kesimpulannya merupakan suatu

konsekuensi logis dari premispremisnya. Sehingga pada suatu penalaran yang

Page 36: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

20

baik, kesimpulan dapat menjadi benar manakala premis-premisnya benar. Adapun

kelemahannya terletak pada aktifitas penarikan kesimpulan yang dibatasi pada

ruang lingkup tertentu. Serta jika salah satu dari kedua premisnya, atau bahkan

keduanya salah maka kesimpulan yang didapat berdasarkan premis tersebut akan

salah pula. Kelemahan lainnya adalah kesimpulan yang diambil berdasarkan

logika deduktif tak mungkin lebih luas dari premis awalnya, sehingga sulit

diperoleh kemajuan ilmu pengetahuan jika hanya mengandalkan logika deduktif.

Selain itu manakala argumennya diuji kebenarannya, maka yang mungkin teruji

hanya bentuk atau pola penalarannya tapi bukan materi premisnya, jadi benar

salahnya premis tersebut tidak dapat diuji.

6. Penalaran Induktif (Empirisme/Logika Mayor)

Penalaran induktif adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan dari

pengamatan terhadap hal yang bersifat partikular kedalam gejala-gejala yang

bersifat umum atau universal. Sehingga dapat dikatakan bahwa penalaran ini

bertolak dari kenyataan yang bersifat terbatas dan khusus lalu diakhiri dengan

statemen yang bersifat komplek dan umum. Generalisasi adalah salah satu ciri

yang paling khas dalam metode induksi. Hanya saja, generalisasi di sini tidak

berarti dengan mudahnya suatu proposisi yang diangkat dari suatu individu

dibawa untuk digeneralisasikan terhadap suatu komunitas yang lebih luas. Justru,

melalui metode ini, diberikan suatu kemungkinan untuk disimpulkan. Dalam

artian, bahwa ada kemungkinan kesimpulan itu benar tapi tidak berarti bahwa itu

pasti benar, sehingga akhirnya disinilah lahir probabilitas.

Page 37: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

21

Penalaran model ini dipublikasikan secara massive oleh Francis Bacon

(1561-1626), Bacon yang merasa tidak puas dengan penalaran deduktif, merasa

kecewa kenapa, misalnya masalah jumlah gigi kuda saja harus berdebat habis-

habisan, bukannya dengan menggunakan logika induktif pemecahannya sangat

mudah? buka saja mulut-mulut kuda lalu dihitung jumlah giginya. Dalam satu

sisi, walaupun Bacon dianggap sebagai pencetus penalaran ini namun pada

hakekatnya telah berhutang budi pada sarjana muslim yang telah mengenalkan

metode ini, dalam kurun waktu antara abad 9-12 masehi. H.G. Wells

menyimpulkan bahwa semangat pencarian kebenaran ini dimulai oleh para

pemikir Yunani, dan kembali dikobarkan oleh pemikir Muslim. Sehingga estafet

penalaran ini dimulai dari pemikir Yunani, disesuaikan oleh Muslim, dan ditiru

oleh Bacon. Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, induksi merupakan

sebuah cara berfikir yang memiliki andil besar dalam perkembangan peradaban

manusia. Maka dari itu setiap pola berfikir memiliki identitasnya masing-masing.

Ciri khas dari penalaran induktif adalah generalisasi. Generalisasi dapat

dilakukan dengan dua metode yang berbeda. Pertama, yang dikenal dengan

istilah induksi lengkap, yaitu generalisasi yang dilakukan dengan diawali hal-hal

partikular yang mencakup keseluruhan jumlah dari suatu peristiwa yang diteliti.

Seperti dalam kasus: penelitian bahwa di depan setiap rumah di desa ada pohon

kelapa, kemudian digeneralisasikan dengan pernyataan umum “setiap rumah di

desa memiliki pohon kelapa.” Maka generalisasi macam ini tidak bisa

diperdebatkan dan tidak pula ragukan.

Page 38: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

22

Kedua, yang dilakukan dengan hanya sebagian hal partikular, atau bahkan

dengan hanya sebuah hal khusus. Poin kedua inilah yang biasa disebut dengan

induksi tidak lengkap. Dalam penalaran induksi atau penelitian ilmiah sering kali

tidak memungkinkan menerapkan induksi lengkap, oleh karena itu yang lazim

digunakan adalah induksi tidak lengkap. Induksi lengkap dicapai manakala

seluruh kejadian atau premis awalnya telah diteliti dan diamati secara mendalam.

Namun jika tidak semua premis itu diamati dengan teliti, atau ada yang

terlewatkan dan terlanjur sudah diambil suatu kesimpulan umum, maka

diperolehlah induksi tidak lengkap. Bahkan manakala seseorang seusai

mengamati hal-hal partikular kemudian mengeneralisasikannya, maka sadar atau

tidak, ia telah menggunakan induksi. Generalisasi di sini mungkin benar mungkin

pula salah, namun yang lebih perlu dicermati adalah agar tidak terjadi sebuah

kecerobohan generalisasi. Misalnya “sarjana luar negeri lebih berkualitas

daripada sarjana dalam negeri.” Jenis induksi tidak lengkap inilah yang sering

kita dapati. Alasanya sederhana, keterbatasan manusia.

Induksi sering pula diartikan dengan istilah logika mayor, karena

membahas pensesuaian pemikiran dengan dunia empiris, ia menguji hasil usaha

logika formal (deduktif), dengan membandingkannya dengan kenyataan empiris.

Sehingga penganut paham empirme yang lebih sering mengembangkan

pengetahuan bertolak dari pengalaman konkrit. Yang akhirnya mereka

beranggapan satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang diperoleh

langsung dari pengalaman nyata. Dengan demikian secara tidak langsung

penggiat aliran inilah yang sering menggunakan penalaran induktif. Karena

Page 39: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

23

Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi indrawi atau empiris. Dengan

kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus

yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Inilah

alasan atas eratnya ikatan antara logika induktif dengan istilah generalisasi, serta

empirisme.

Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada suatu

dilema tersendiri, yaitu banyaknya kasus yang harus diamati sampai mengerucut

pada suatu kesimpulan yang general. Sebagai contohnya jika kita ingin

mengetahui berapa rata-rata tinggi badan anak umur 9 tahun di Indonesia tentu

cara paling logis adalah dengan mengukur tinggi seluruh anak umur 9 tahun di

Indonesia. Proses tersebut tentu akan memberikan kesimpulan yang dapat

dipertanggung jawabkan namun pelaksanaan dari proses ini sendiri sudah

menjadi dilema yang tidak mudah untuk ditanggulangi.

Di samping itu, guna menghindari kesalahan yang disebabkan karena

generalisasi yang terburu, Bacon menawarkan empat macam idola atau godaan

dalam berfikir: Pertama, idola tribus, yaitu menarik kesimpulan, tanpa dasar yang

cukup. Artinya, kesimpulan diperoleh darik pengamatan yang kurang mendalam,

dan memadai, sehingga ia diambil dari penelitian yang masih dangkal. Kedua,

idola spesus, yakni, kesimpulan yang dihasilkan bukan berdasarkan pengamatan

yang cukup, namun lebih sebagai hasil dari prasangka belaka. Ketiga, idola fori,

poin ketiga ini cukup menarik, karena kesimpulan lahir hanya sebatas mengikuti

anggapan ataupun opini public secara umum. Dan terakhir, idola theari, anggapan

bahwa dunia ini hanyalah sebatas panggung sandiwara, makanya kesimpulan

Page 40: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

24

yang diambil hanya berdasarkan mitos, doktrin, ataupun lainnya. Jika seandainya

keempat idola ini dapat dihindari oleh seorang peneliti, maka kasimpulan yang

dihasilkan dapat dikategorikan sebagai sebuah hasil yang valid.

Seperti halnya hal yang lain, Pengambilan kesimpulan secara induktif

juga tidak luput dari kekeliruan. Ia juga tidak bisa menghindari adanya error

seperti adanya ketidak telitian dalam pengamatan. Yang dipengaruhi banyak

faktor, sebut saja alat atau panca indra yang tidak sempurna. Hal yang sama juga

terjadi pada statistika, ia notabennya bertujuan memperingan kerja penggiat

penalaran induktif dengan metode pengambilan samplenya, namun akhirnya

kesadaran statistika yang menganggap kebenaran absolut tidak mungkin dapat

dicapai walaupun ada kemungkinan bahwa kebenaran yang dapat dipertanggung

jawabkan dapat dicapai, telah membawa manusia kedalam suatu sikap relativis.

Terlepas dari itu semua, kegiatan ilmiah mutlak memerlukan sebuah

pengujian atas hipotesis yang ada. Pengujian ini dilakukan dengan melihat pada

fakta ilmiah yang ada. Maka disinilah diperlukan sebuah metode induktif.

Umpamanya, untuk menguji hipotesis bahwa “Mahasiswa pascasarjana semester

2 ISID lebih antusias pada mata kuliah filsafat ilmu, dari pada statistika”

diperlukan pengumpulan fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut. Yaitu

dengan mengadakan wawancara kepada seluruh ataupun sebagian mahasiswa

tersebut, sebagai representif dan obyektif dari keseluruhan populasi mereka.

Penalaran ini diadobsi oleh banyak penggiatnya, karena ia dipandang

dapat memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang ragam pengetahuan yang akan dituju.

Page 41: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

25

Sehingga lebih mudah menemukan pola-pola tertentu suatu ilustrasi yang ada. Ia

juga dinilai efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam suatu

proses pencapaian kesimpulan. Sebabnya tiada lain adalah adanya kasus awal

yang tepat. Adapun kelemahan dari proses ini antara lain, Penalaran induktif,

sesuai dengan sifatnya, yaitu tidak memberikan jaminan bagi kebenaran

kesimpulannya. Meskipun, premispremisnya semua benar, tidak otomatis

membawa kebenaran pada kesimpulan yang diperoleh, selalu saja ada

kemungkinan terdapat sesuatu yang tidak sama sebagaimana di amati. Serta pada

induksi, kesimpulannya bukan merupakan suatu konsekuensi logis dari premis-

premisnya. Sehingga pada suatu penalaran yang baik, kesimpulan tidak dapat

menjadi benar 100% manakala premis-premisnya benar. Atau dengan kata lain

kelengkapan kesimpulannya hanya dapat menjadi bersifat tidak lebih dari

“mungkin benar” manakala kesemua premis-premisnya benar. Sehingga

kesimpulan penalaran induktif tidak 100 % pasti. Selain itu besarnya ada

kemungkinan ketidaktelitian di dalam pengamatan atau human error, yang

dipengaruhi banyak faktor, sebut saja fasilitas ataupun panca indra yang tidak

sempurna. Maka di sini perlunya ketersediaan tenaga pembimbing yang terampil.

Serta model ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang diamati, dengan

kata lain perlunya sebuah kondisi yang benar-benar kondusif dalam proses

observasi, serta penyimpulannya. Serta waktu yang dibutuhkan cenderung lebih

lama dari pada model deduktif, serta persiapan menuju proses ini terkesan lebih

banyak karena harus siap menghadapi kondisi seperti apapun.

Page 42: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

26

Baik penalaran induktif ataupun deduktif kesemuanya memiliki

kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Yang mana keduanya telah ikut

memberikan corak cara berfikir ilmiah modern saat ini. Jika berpijak pada

induktif semata maka ilmu pengetahuan akan berada dalam suatu “kegelapan

ilmiah” begitu pula jika hanya pada deduktif belaka maka ia tidak akan maju.

Maka dari itu dengan berkaca pada aspek positif dan negatif dari keduanya, orang

kemudian mencoba mengkolaborasikan, memodifikasi, dan mengembangkan

keduanya menjadi sebuah sistem penalaran ilmiah modern saat ini (scientific

method), atau dalam istilah John Dewey dikenal dengan berpikir reflektif

(reflective thinking). Dan yang oleh Anderson dirumuskanlah langkah-langkah

metode ilmiah tersebut, yang meliputi: 1) Perumusan masalah. 2) Penyusunan

hipotesis. 3) Melakukan eksperimen/pengujian hipotesis. 4) Pengumpulan dan

pengolahan data. 5) pengambilan kesimpulan. Artinya, lahirlah ilmu yang

memiliki kerangka penjelasan yang masuk serta mencerminkan kenyataan yang

sebenarnya

Menurut Soekardijo (1989), untuk sampai pada pengertian kesimpulan

induktif dan deduktif, maka harus dimulai pembahasan proses berfikir dengan

bertolak dari pengamatan indera atau lazim disebut sebagai observasi empirik.

Proses tersebut di dalam pikiran menghasilkan sejumlah pengertian dan proporsi

sekaligus. Berdasarkan pengamatan-pengamatan indera yang sejenis, pikiran

menyusun proporsi-proporsi yang sejenis pula.

Misalnya:

Page 43: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

27

Logam 1 dipanasi dan memuai, logam 2 dipanasi dan memuai, dan logam

3 dipanasi dan memuai, dan seterusnya katakanlah sampai 10 logam. Kalau orang

yang mengamati itu sadar akan kesamaan diantara kesepuluh proporsi itu, ia akan

mengharapkan logam-logam lain pun kalau dipanasi juga akan memuai.

Apa yang terjadi dalam proses di atas ialah bahwa berdasarkan sejumlah

proporsi yang diketahui atau dianggap benar, orang menarik kesimpulan sebuah

proporsi yang baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut

penalaran atau penarikan kesimpulan. Kalau disusun secara format, maka bentuk

penarikan kesimpulan yang akan diambil tersebut sebagai berikut:

Logam 1: dipanasi dan memuai

Logam 2: dipanasi dan memuai

Logam 3: dipanasi dan memuai

Logam……………

Logam 10: dipanasi dan memuai

Jadi logam-logam lain atau semua logam yang dipanasi akan memuai.

Dalam kesimpulan tersebut, proporsi-proporsi yang menjadi dasar

penarikan kesimpulan disebut antesederus atau premis, sedang kesimpulannya

disebut konklusi atau sering disebut konsekuens. Di antara premis dan konklusi

ada hubungan tertentu. Hubungan inilah yang disebut konsekuensi. Jika

kesimpulan tersebut di atas diperhatikan, jelaslah bahwa konklusinya tidak lebih

dari premisnya. Kesimpulan inilah yang disebut kesimpulan induktif atau induksi

(Soekardijo 1989).

Page 44: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

28

Disamping kesimpulan induksi, adapula kesimpulan deduksi atau

deduktif. Dalam kesimpulan deduktif, konsklusinya tidak lebih luas daripada

premisnya. Atau dengan kata lain, pada kesimpulan deduktif, dalam premisnya

haruslah proporsinya universal. Proporsi universal itu misalnya proporsi ”semua

benda yang dipanasi memuai”. Kalau kemudian saya mengetahui ban mobil

sesudah perjalanan itu panas, maka saya tahu atau dapat menyimpulkan bahwa

ban mobil itu telah memuai. Ini suatu penalaran deduktif, yang kalau disusun

dalam bentuk format menjadi sebagai berikut:

Semua benda yang dipanasi akan memuai

Ban mobil itu panas dalam perjalanan

Jadi ban mobil itu memuai

Dalam penalaran-penalaran di atas, premisnya terdiri dari satu proporsi.

Adapula penalaran yang premisnya hanya sebuah proporsi dan langsung disusul

dengan proporsi lain sebagai kesimpulannya.

Semua bintang film memakai sabun Lux

Jadi, sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film.

Kesimpulan tersebut erat dan dekat sekali artinya dengan argument, dan

bukti. Proses penarikan kesimpulan meliputi aktivitas mencari proporsi-proporsi

untuk menjadi premis, menilai hubungan proporsi-proporsi dalam arti yang

sbenarnya tidak meliputi aktivitas menemukan proporsi-proporsi di dalam premis

dan menentukan konklusinya (Gie, 2006).

Kesimpulan tersebut erat dan dekat sekali artinya dengan argument, dan

bukti. Proses penarikan kesimpulan meliputi aktivitas mencari proporsi-proporsi

Page 45: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

29

untuk menjadi premis, menilai hubungan proporsi-proporsi dalam arti yang

sbenarnya tidak meliputi aktivitas menemukan proporsi-proporsi di dalam premis

dan menentukan konklusinya (Gie, 1989).

Adapun kemampuan inferensi yang digunakan pada penelitian ini

meliputi:

1) Kesimpulan induksi adalah penarikan kesimpulan (inferensi) dari premis

terhadap konklusnya bisa benar tetapi juga bisa salah, yaitu menggunakan

kemungkinan-kemungkinan yang ada.

2) Kesimpulan deduksi adalah penarikan kesimpulan (inferensi) argument yang

tepat tanpa berdasarkan kemungkinan.

Kemampuan inferensi ini harus terus dikembangkan dan dilatih. Guru

dapat melatih kemampuan inferensi peserta didik dalam suasana pembelajaran di

kelas. Salah satunya menerapkan pembelajaran yang bisa memberikan peserta

didik kesempatan dalam mengemukakan dan mengembangkan gagasan mereka

secara bebas namun tetap dibawah bimbingan guru sebagai fasilitator.

Page 46: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

30

B. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalh yang

penting (Sugiono,2017:60).

Pembelajaran merupakan proses yang sangat kompleks dengan faktor yang

mempengaruhinya. Peserta didik tak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi

melibatkan tindakan yang harus dilaksanakan terutama bila diinginkan prestasi

belajar yang lebih baik.

Inferensi adalah proses penalaran dari apa yang sudah diketahui apa yang

sampai sekarang belum diketahui, suatu gerak pemikiran dari premis-premis ke

kesimpulan. Ada tiga jenis inferensi yakni, deduksi, induksi, dan abduksi.

Penalaran induksi adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan dari pengamatan

terhadap hal yang bersifat partikular kedalam gejala-gejala yang bersifat umum

atau universal. Sehingga dapat dikatakan bahwa penalaran ini bertolak dari

kenyataan yang bersifat terbatas dan khusus lalu diakhiri dengan statemen yang

bersifat komplek dan umum. Penalaran Deduktif adalah suatu kerangka atau cara

berfikir yang bertolak dari sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum

untuk mencapai sebuah kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Baik penalaran

induktif ataupun deduktif kesemuanya memiliki kekurangan dan kelebihannya

masing-masing. Yang mana keduanya telah ikut memberikan corak cara berfikir

ilmiah modern saat ini. Jika berpijak pada induktif semata maka ilmu pengetahuan

akan berada dalam suatu “kegelapan ilmiah” begitu pula jika hanya pada deduktif

belaka maka ia tidak akan maju.

Page 47: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

31

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Inferensi

Kesimpulan

Deduksi

Kesimpulan

Induksi

Suatu cara berfikir peserta

didik untuk menarik

kesimpulan dari

pengamatan terhadap hal

yang bersifat partikular

kedalam gejala-gejala

bersifat umum.

Suatu cara berpikir peserta

didik yang bertolak dari

sebuah asumsi atau

pernyataan yang bersifat

umum untuk mencapai

sebuah kesimpulan yang

bermakna lebih khusus.

Pencapaian Kemampuan

Inferensi Peserta Didik

Page 48: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian “ex–post facto” karena peneliti tidak

melakukan perlakuan terhadap subjek penelitian tetapi meneliti efek dari suatu

perlakuan yang telah terjadi secara alami. Dalam hal ini perlakuan yang telah

terjadi secara alami adalah pembelajaran fisika yang telah dialami oleh subjek

penelitian

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA

SMA Negeri 22 Makassar, tahun ajaran 2019/2020 yang terdiri dari 4 kelas

dengan jumlah 151 peserta didik.

2. Sampel

Penentuan Jumlah sampel mengacu pada tabel yang dikembangkan

oleh Isaac dan Michael. (Sugiyono, 2017:87). Untuk tingkat kesalahan 5%

di peroleh jumlah sampel 105 peserta didk kelas XI MIPA 1, 2 dan 3 di

SMA Negeri 22 Makassar.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat variabel tunggal yaitu kemampuan

inferensi, meliputi kesimpulan induksi dan deduksi.

Page 49: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

34

D. Definisi Operasional Variabel

Kemampuan inferensi adalah kesimpulan sementara dari pengamatan.

Dengan membuat inferensi sama halnya merumuskan penjelasan berdasarkan

penganmatan. Penjelasan yang dimaksud yaitu penjelasan yang digunakan untuk

membuat prediksi. Adapun indikator inferensi yaitu induksi dan deduksi.

E. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa kali pertemuan untuk

memberikan tes kemampuan inferensi peserta didik. Adapun tahapan penelitian

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan

beberapa persiapan, yaitu :

a. Berkomunikasi dengan kepala sekolah atau guru bidang studi fisika SMA

Negeri 22 Makassar.

b. Membuat instrumen penelitian dalam bentuk tes pilihan ganda sebanyak

30 butir soal.

c. Membuat instrument penelitian yang terdiri dari tes kemampuan inferensi

yang akan di validasi terlebih dahulu oleh validator.

d. Uji coba instrumen: Uji ini dilakukan pada populasi yang bukan sampel

yaitu kelas XI MIPA 4, setelah dilakukan uji coba diperoleh 27 butir soal

yang valid dan 3 butir soal yang tidak valid.

Page 50: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

35

2 Tahap Pelaksanaan

a. Menjelaskan terlebih dahulu jenis tes yang akan dilakukan serta memberikan

contoh pengerjaan soal terkhusus untuk tes kemampuan inferensi pada peserta

didik SMA Negeri 22 Makassar.

b. Membagikan instrumen tes kemampuan inferensi dan lembar jawaban.

3. Tahap akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Pengambilan data: Data diperoleh dengan melaksanakan tes

kemampuan inferensi.

b. Pengolahan data: Data yang diperoleh dari tes kemampuan inerensi

kemudian diolah dengan ketentuan jika benar maka skornya 1 dan jika

salah skornya 0.

c. Menganalisis data: Data kemampuan inferensi kemudian dianalisis

menggunakan teknik analisis deskriptif. Analisis deskriptif ini

dimaksudkan untuk menyajikan tes kemampuan inferensi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan

inferensi. Tes disusun berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan kurikulum

yang digunakan di sekolah. Tes disusun dalam bentuk soal pilihan ganda.

Langkah-langkah yang di tempuh dalam penyusunan instrument

penelitian tes kemampuan inferensi adalah sebagai berikut:

Semua item yang telah disusun dikonsultasikan ke dosen pembimbing dan

kemudian dilakukan validasi instrumen oleh tim validator yang selanjutnya

Page 51: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

36

dianalisis dengan menggunakan uji gregory yang dimaksudkan untuk melihat tes

kemampusn inferensi peserta didik dalam bentuk soal pilihan ganda layak atau

tidak untuk digunakan, dalam artian apakah tes tersebut valid dan dapat dipercaya.

Persamaan dari uji Gregory menurut Robert.J.Grerory (Chonstantika,

2012:62) dapat diuraikan sebagai berikut:

Atau dengan bantuan table tabulasi silang 2x2 seperti di bawah ini:

Keterangan:

R = Validitas Isi

A = sel yang menunjukkan ketidak setujuan antara kedua validator

B = Sel yang menunjukkan persetujuan validator 1 setuju, validator 2 tidak

setuju

C = Sel yang menunjukkan persetujuan validator 1 setuju, validator 2 tidak

setuju

D = Sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara kedua penilai

Jika r 0,75, maka instrumen layak untuk digunakan.

Kriteria validitas isi:

0,8-1 = validitas sangat tinggi

0,6-0,79 = valitidas tinggi

0,4-0,59 = validitas sedang

0,2-0,39 = validitas rendah

0,00-0,19 = validitas sangat rendah

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan memberikan tes yang sebelumnya di uji coba untuk mengetahui validitas

dan reliabilitasnya.

Adapun rumus yang digunakan dalam Uji Instrumen, yaitu sebagai

berikut:

a. Validitas

Untuk pengujian validitas digunakan rumus yaitu :

Page 52: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

37

ϒpbi =

Dengan :

ϒpbi = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor dan subjek yang menjawab betul bagi item yang

dicari validitasinya

Mt = Rerata skor total

St = Standar deviasi dan skor total

p = Proporsi peserta didik yang menjawab benar

pbi =

q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah

(q=1-p)

b. Reabilitas

Untuk mengetahui konsistensi instrumen yang digunakan maka harus

ditentukan reliabilitasnya. Untuk menghitung reliabilitas tes pemahaman konsep

fiiska digunakan rumus :

(

)(

)

Dengan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subyek yang menjawab salah (q=1-p)

Σpq = jumlah perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

s2 = standar deviasi

Item yang memenuhi kreteria valid dan mempunyai koefisien reliabilitas

tes tinggi digunakan untuk tes.

Tabel 3.1 Kriteria Reliabilitas

No Rentang Nilai Kriteria

1 0,800-1,000 Tinggi

2 0,600-0,800 Cukup tinggi

3 0,400-0,700 Sedang

4 0,200-0,400 Rendah

5 0.000-0,200 Sangat rendah

Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dipaparkan pada lampiran 4

diperoleh nilai r11 = 0,829 maka instrument ini dikatakan memiliki nilai reliabel.

Page 53: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

38

Setalah melakukan tahap tersebut, maka diperoleh instrumen tes kemampuan

berpikir formal. Untuk tes kemampuan inferensi terdapat 27 jumlah item butir

soal. Jumlah item tiap indikator dapat dilihat pada tabel 3.2 :

Adapun kisi-kisi instrumen tes kemampuan mengamati (observasi)

dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Inferensi

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Menentukan Jadwal Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan tes kemampuan inferensi, dengan alokasi waktu 3 x 40

menit.

2. Mengolah Data

Setiap sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI MIPA 1, XI MIPA 2

dan XI MIPA 3 masing-masing menjawab soal tes kemampuan inferensi.

No Indikator

Butir Soal Kunci jawaban

Sebelum

Validasi

Setelah

Validasi

Sebelum

Validasi

Setelah

Validasi

1 Induksi

1,2,3,4,5,6,7,8.

9,10,11,12,13,

14,15.

1,3,4,5,6,7,8.

9,10,11,12,13

,14,15.

A, B, A, D, D

A, A, A, D, A,

B, A, E, A,D

A, A, D, D A,

A, A, D, A, B,

A, E, A, D

2 Deduksi

16,17,18,19,20

,21,22,23,24,2

5,26,27,28,29,

30.

16,17,19,20,2

1,22,23,24,25

,26,28,29,30.

D, B, B, C, B,

B, A,B, C, D,

A, C, A, D, A

D, B, C, B, B,

A,B, C, D, A,

A, D, A

Page 54: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

39

Setiap soal mempunyai skor yang sama yaitu apabila jawaban benar diberi nilai

satu (1) dan jika salah diberi nilai nol (0).

H. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah diolah dengan

menggunakan analisis statistik yaitu statistika deskriptif. Statistika deskriptif

digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden penelitian. Untuk

keperluan tersebut digunakan skor rata-rata, standar deviasi, dan distributif

frekuensi.

Adapun rumus yang digunakan untuk setiap sub sebagai berikut :

1. Menghitung Rentang rata

Rentang Data (R) = Xf – Xr

Keterangan :

Xf = Skor Maksimum

Xr = Skor Minimun

2. Menghitung Jumlah Kelas Interval

Jumlah kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n

3. Menghituung Panjang Kelas

Panjang kelas =

4. Menghitung Rata-Rata

Rata-Rata (X) = ∑

5. Menghitung Standar Deviasi

Standar deviasi = √∑

(Sugiyono, 2016 :137)

6. Kategori Penilaian

Page 55: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

40

Untuk mengelompokkan tingkat hasil tes keterampilan berpikir kreatif

maka akan menggunakan 5 kategori atau 5 skala yakni sangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah, dan sangat rendah yang diperoleh berdasarkan data hasil tes

peserta didik

Tabel 3.3 Kategori Kemampuan Inferensi Peserta Didik

Interval Presentase

Skor (%)

Kriteria Interpretasi

0 – 20 Sangat rendah

21 – 40 Rendah

41 – 60 Sedang

61 – 80 Tinggi

81 – 100 Sangat tinggi

(Riduwan, 2013:41)

Cara yang digunakan untuk menghitung panjang kelas atau rentang skor

yang digunakan agar sesuatu dengan 5 skala yang digunakan dalam yang

digunakan sedangkan untuk mendapatkan persentase maka digunakan rumus

sebagai berikut:

Persentase =

Page 56: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Deskriptif Kemampuan Inferensi

Skor hasil tes kemampuan inferensi dalam pembelajaran fisika pada

peserta didik kelas di SMA Negeri 22 Makassar untuk secara

keseluruhan dapat dilihat pada lampiran. Adapun gambaran hasil analisis

deskriptif peserta didik kelas Tahun ajaran 2019-2020 semester ganjil

yang telah dilakukan ini untuk mengetahui tingkat kemampuan inferensi peserta

didik dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Statistik Hasil Kemampuan Inferensi meliputi Induksi pada

Pembelajaran Fisika Peserta Didik

Statistik Nilai- nilai Statistik

Jumlah Sampel 105

Banyaknya Kelas Interval 7

Panjang Kelas Interval 2

Skor Maksimum Ideal 14

Skor Minimum Ideal 0

Skor Maksimum 13

Skor Minimum 1

Rentang data 12

Skor Rata-rata 7,96

Standar deviasi 2,91

Dari Tabel 4.1 mengenai statistik deskriptif kemampuan inferensi pada

pembelajaran fisika peserta didik kelas Kelas di SMA Negeri 22

Makassar

Page 57: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

43

menunjukkan bahwa skor maksimum yang dicapai oleh peserta didik setelah

dilakukan tes adalah 13 dari skor maksimum idealnya 14, dan skor minimum yang

dicapai peserta didik adalah 1 dari skor minimum idealnya 0 yang mungkin

dicapai. Skor rata-ratanya yaitu 7,96 dan standar deviasinya yaitu 2,91.

Tabel 4.2 Statistik Hasil Kemampuan Inferensi meliputi Deduksi pada

Pembelajaran Fisika Peserta Didik

Statistik Nilai- nilai Statistik

Jumlah sampel 105

Banyaknya Kelas Interval 7

Panjang Kelas Interval 2

Skor Maksimum Ideal 13

Skor Minimum Ideal 0

Skor Maksimum 12

Skor Minimum 1

Rentang data 11

Skor Rata-rata 7,60

Standar deviasi 2,74

Dari Tabel 4.2 mengenai statistik deskriptif kemampuan inferensi pada

pembelajaran fisika peserta didik kelas Kelas di SMA Negeri 22

Makassar menunjukkan bahwa skor maksimum yang dicapai oleh peserta didik

setelah dilakukan tes adalah 12 dari skor maksimum idealnya 13, dan skor

minimum yang dicapai peserta didik adalah 1 dari skor minimum idealnya 0 yang

mungkin dicapai. Skor rata-ratanya yaitu 7,60 dan standar deviasinya yaitu 2,74.

Berdasarkan kriteria interpretasi skor yang dikemukakan oleh riduwan

pada tabel 3.3, maka apabila disesuaikan dengan skor hasil tes kemampuan

inferensi fisika pada peserta didik Kelas di SMA Negeri 22 Makassar.

Adapun hasil presentasinya adalah sebagai berikut:

Page 58: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

44

Tabel 4.3 Distribusi Kategorisasi Skor Hasil Tes Kemampuan Inferensi

pada Pembelajaran Fisika Kelas di SMA Negeri 22

Makassar

Interval Kategori Frekuensi

Induksi Deduksi

0 – 2 Sangat Rendah 3 5

3 – 5 Rendah 17 16

6 – 8 Sedang 50 45

9 – 11 Tinggi 21 31

12 – 14 Sangat Tinggi 14 8

Jumlah 105 105

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dikemukakan bahwa 51 peserta kelas

XI MIPA di SMA 22 Makassar

1. Induksi

Pada kategori sangat rendah terdapat 3 peserta didik, pada kategori

rendah terdapat 17 peserta didik, pada kategori sedang terdapat 50 peserta didik,

pada kategori tinggi terdapat 21 peserta didik. Untuk kategori sangat tinggi

terdapat 14 peserta didik. Dengan demikian frekuensi yang menjawab benar yang

paling tinggi adalah pada kategori sedang dan frekuensi yang menjawab benar

yang paling rendah adalah pada kategori sangat rendah.

2. Deduksi

Pada kategori sangat rendah terdapat 5 peserta didik pada kategori rendah

terdapat 16 peserta didik, pada kategori sedang terdapat 45 peserta didik, pada

kategori tinggi terdapat 31 peserta didik. Untuk kategori sangat tinggi terdapat 8

Page 59: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

45

peserta didik. Dengan demikian frekuensi yang menjawab benar yang paling

tinggi adalah pada kategori sedang dan frekuensi yang menjawab benar yang

paling rendah adalah pada kategori sangat rendah.

Adapun gambaran tentang kategorisasi skor hasil tes kemampuan

inferensi yang disusun berdasarkan kategori pada tabel 4.3 dapat dilihat dalam

bentuk diagram batang pada gambar 4.1 di bawah ini:

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Kategorisasi Skor Hasil Tes Kemampuan

Inferensi pada Pembelajaran Fisika Kelas di SMA

Negeri 22 Makassar

2. Skor Rata-rata Hasil Tes Kemampuan Inferensi Fisika untuk Setiap

Indikator Kemampuan Inferensi

Berdasarkan hasil tes kemampuan Inferensi berikut ini akan dipaparkan

pencapaian skor rata-rata untuk setiap indikator kemampuan inferensi: Hasil

analisis tersebut menunjukkan bahwa indikator Induksi mempunyai skor rata-rata

0

10

20

30

40

50

Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

Fre

ku

ensi

Kategori

Skor Induksi

Skor Deduksi

Page 60: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

46

7,96 lebih tinggi dari pada indikator induksi dengan skor rata-rata 7,60. Dari tabel

tersebut yang paling menonjol adalah indikator induksi.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kemampuan

infernsil dalam pembelajaran fisika pada peserta didik kelas XI MIPA di SMA

Negeri 22 Makassar. Data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan setelah

tes tertulis kemampuan inferensi kemudian hasil tes di analisis secara deskriptif.

Berdasarkan hasil analisis deskripsi pada tabe 4.1 dan 4.2 yang

menunjukan bahwa standar deviasi indikator induksi sebesar 2,91 dan indikator

deduktif 2,74 yang relatif kecil maka dapat disimpulkan bahwa penyebaran data

bersifat homogen.

Berdasarkan dari 2 indikator kemampuan inferensi yaitu induksi dan

dedusksi untuk setiap indikator kemampuan inferensi peserta didik kelas XI

MIPA di SMA Negeri 22 Makassar menunjukkan bahwa indikator induksi paling

tinggi, dan indikator deduksi yang paling rendah. Untuk mengetahui lebih dalam

mengenai kemampuan inferensi untuk setiap indikator maka akan dijelaskan lebih

rinci sebagai berikut:

1) Induksi

Hasil penelitian yang diperoleh pada indikator ini memiliki skor rata-rata

sebesar 7,96 dan berada pada kategori sedang. Dimana peserta didik dalam

indikator ini mampu menarik kesimpulan yang bersifat umum dan berbagai

kasus yang bersifat individual serta mampu mengemukakan pernyataan-

Page 61: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

47

pernyataan yang mempunyai ruang lingkup khusus dalam menyusun

argumentasi yang di akhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

2) Deduksi

Hasil penelitian yang diperoleh pada indikator ini memiliki skor rata-rata

sebesar 7,60 dan berada pada kategori sedang. Dimana perserta didik telah

mampu menarik kesimpulan dari satu atau lebih pernyataan umum untuk

mencapai kesimpulan yang bersifat khusus. Dan mampu membuktikan suatu

kebenaran baru berasal dari kebenaran-kebenaran yang sudah ada dan diketahui

sebelumnya.

Berdasarkan hasil penelitian statistik deskriptif dan pembahasan diatas

maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan inferensi dalam pembelajaran fisika

pada peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 22 Makassar masuk dalam

kategori sedang.

Page 62: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

48

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dari hasil penelitian yang

telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

Kemampuan Inferensi pada kemampuan induksi dan deduksi peserta didik kelas

di SMA Negeri 22 Makassar berada pada kategori sedang dengan skor

rata-rata 7,96 dan.7,60.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat peneliti berikan kepada beberapa pihak

yaitu sebagai berikut:

1. Kepada peserta didik diharapkan dapat melakukan kegiatan yang

dapat meningkatkan kemampuan inferensi yang dimilikinya serta

lebih giat lagi dalam belajar menyelesaikan soal-soal fisika.

2. Kepada pendidik diharapkan memahami pentingnya kemampuan

inferensi dalam memecahkan masalah fisika sehingga dapat menjadi

panduan untuk menggunakan metode, model, maupun pendekatan

dalam pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki

oleh peserta didik yang diajar.

3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk melanjutkan penelitian ini

dengan meneliti aspek-aspek kemampuan atau kecerdasan lain yang

berkaitan dengan hasil belajar fisika peserta didik.

Page 63: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

49

DAFTAR PUSTAKA

Arista, Heni Dewi dan Eti Seriawati. 2018. Piranti Pemahaman Dalam Wacana

Interaksional Kajian Pragmatik. Malang: UB Press.

Astriani, 2015. Kemampuan Menarik Kesimpulan Berdasarkan Tabel Dan Grafik

Fisika Pada Peserta Didik Kelas X (MIA)SMA Barrang Lompo. Jurnal

Pendidikan Fisika:Universitas Muhammadiyah Makassar.

Gie, The Liang. 2006. Pengantar Logika Modern I/II. Yogyakarta: Karta Kencana.

Kurniawan, Edy. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik Kelas XI IPA SMA

Negeri 3 Takalar. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyan

Makassar, 2(5).128.

Maolani Rukaesih A & Cahyana Ucu. 2016. Metodologi Penelitian Pendidikan.

Badan Penerbit PT Rajagrafindo Persada.

Maulana, 2017. Konsep Dasar Matematika Dan Pengembangan Kemampuan

Berpikir Kritis-Kreatif. Sumedang: UPI Sumedang Press.

Mustofa, Imron. 2016. Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi

sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. Jurnal El-Banat. Sekolah Tinggi Agama

Islam YPBWI Surabaya.

Nurlaila,D.2015.Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika Pada Peserta

Didik Kelas XII.IIPA1 SMA Negeri 2 Bua Ponrang. Jurnal Pendidikan

Fisika: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Riduwan, 2013. Dasar-Dasar statistika. Bandung:Alfabeta.

Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Sudaeman, J. Epistemologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan.Yogyakarta:

Penerbit Kanisius

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar statistic Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers

Soekardijo. R. G. 1989. Logika Dasar Tradisional, Simbolik, dan Induktif.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Page 64: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

50

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta CV.

Surya, Muhammad. 2016. Strategi Kognitif dalam Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta.

Tawil, Muh dan Liliasari, 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan

Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit

Universitas Negeri Makassar

Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi.

Makassar: Panrita Press.

Page 65: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

51

LAMPIRA

N

1. Lembar Validasi dari Para Ahli

2. Kisi-kisi instrument penelitian

3. Instrument penelitian

4. Uji instrument

5. Daftar tabel r

6. Jurnal harian & Lembar

Observasi

7. Dokumentasi

8. persuratan

Page 66: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

52

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN INFERENSI

DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 22 Makassar

Mata Peajaran : Fisika

Kurikulum : 2013

Kelas/Semester : XI/Ganjil

Tahun Ajaran : 2019/2020

Butir Soal : 30 Butir

Alokasi Waktu : 3 x 40 Menit

Bentuk soal : Pilihan Ganda

Indikator

Kemampuan

Inferensi

Soal Kunci

Jawaban

Kseimpulan

Induksi

1. Karena percepatannya konstan maka grafik ɑ

terhadap waktu adalah berupa garis lurus seperti

gambar di bawah ini.

Gambar di atas adalah grafik...

a. Grafik hubungan antara percepatan dengan

waktu pada gerak lurus berubah beraturan

b. Grafik hubungan antara percepatan dengan

waktu pada gerak lurus beraturan

c. Grafik hubungan antara kecepatan dengan

waktu pada gerak lurus berubah beraturan

d. Grafik posisi terhadap waktu pada gerak lurus

berubah beraturan

e. Grafik hubungan antara kecepatan dengan

waktu pada gerak lurus beraturan

A

2. Perhatikan pernyataan berikut.

1) Bola yang di lemparkan vertikal ke atas

2) Naik sepatu roda di jalan mendatar

B

Page 67: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

53

3) Buah kelapa yang jatuh daripohon

4) Mobil sedang di rem hingga berhenti

Yang termasuk gerak lurus berubah beraturan

diperlambat adalah

a. 1, 2, dan 3

b. 1 dan 4

c. 1 dan 3

d. 4 saja

e. 2 dan 3

3. Perhatikan pernyataan berikut.

1) Bola jatuh bebas ke permukaan bumi

2) Bola menggelinding di atas pasir

3) Bola menuruni bidang miring licin

4) Bola dilempar vertikal ke atas

Contoh gerak lurus berubah beraturan dipercepat

dalam kehidupan sehari-hari ditunjukkan pada

nomor...

a. 1 dan 3

b. 1 dan 2

c. 2 dan 4

d. 3 dan 4

e. 1 dan 4

A

4. Perhatikan peristia-peristiwa berikut !

1) Bola dilempar vertical ke atas

2) Bola bergerak menuruni bidang miring

3) Bola digelindingkan diatas permukaan tanah

yang datar

4) Bola dijatuhkan dari atas menara

Contoh gerak lurus berubah beraturan

adalah…

a. 1 dan 2

b. 1 dan 3

c. 2 dan 3

d. 2 dan 4

e. 1 dan 4

D

5. Bila suatu benda bergerak melingkar beraturan,

maka benda memiliki :

1. Laju tetap

2. Arah kecepatan linear tetap

3. Gaya sentripetal arahnya kepusat lintasan

4. Percepatan sentripetal

Pernyataan yang benar adalah ...

D

Page 68: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

54

a. 1, 2

b. 1, 3

c. 1, 2, 3

d. 1, 3, 4

e. 1, 2, 3, 4

6. Di antara pernyataan berikut ini:

4. Kecepatan sudut tetap, kecepatan linier

berubah

5. Kecepatan sudut dan kecepatan linear tetap

6. Kecepatan sudut berubah beraturan dan

kecepatan linear tetap

Yang berlaku pada gerak melingkar beraturan

adalah...

a. 1

b. 1 dan 2

c. 2

d. 2 dan 3

e. 3

A

7. Sebuah benda ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

Berdasarkan gambar di atas, diketahui :

1) Percepatan benda nol

2) Benda bergerak lurus beraturan

3) Benda dalam keadaan diam

4) Benda akan bergerak jika berat benda lebih

kecil dari gaya tariknya

Parnyataan yang benar adalah ...

a. (1) dan (2) saja

b. (1) dan (3) saja

c. (1) dan (4)

d. (1), (2) dan (3) saja

e. (1), (2), (3) dan (4)

A

8. Jika resultan gaya bekerja pada sebuah benda

sama dengan no, maka ...

1) Benda tidak akan dipercepat

2) Benda selalu diam

3) Perubahan kecepatan benda nol

A

Page 69: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

55

4) Benda tidak mungkin bergerak lurus beraturan

Yang benar adalah ...

a. (1), (2) dan (3)

b. (1), dan (3) saja

c. (2), dan (4) saja

d. (4) saja

e. (1), (2), (3) dan (4)

9. Saat sebuah peluru ditembakkan vertikal ke atas

dari permukaan tanah, berlaku

1) Di permukaan tanah energi kinetik

minimum

2) Di permukaan tanah energi potensial

maksimum

3) Di titik tertinggi energi kinetik maksimum

4) Di titik tertinggi energi potensial

maksimum

Dari pernyataan di atas yang benar adalah

a. 1), 2), dan 3)

b. 1) dan 3)

c. 2) dan 4)

d. 4) saja

e. Semua

D

10. Perhatikan pernyataan berikut ini:

1) Massa jenis benda sama dengan massa jenis

fluida

2) Berat benda sama dengan gaya archimedes

3) Pada saat benda tepat pada dasar bejana,

benda tidak menekan dasar bejana.

Keterangan di atas syarat untuk benda...

a. Melayang

b. Tenggelam

c. Terapung

d. Adhesi

e. Terapung dan melayang

A

11. Gaya apung yang bekerja pada suatu fluida

adalah

1. Sebanding dengan kerapatan zat cair

2. Sebanding dengan kerapatan benda

3. Sebanding dengan volume yang masuk pada

zat cair

4. Sebanding dengan massa benda

Dari empat pernyataan di atas yang benar adalah

a. 1, 2, 3

b. 1 dan 3

c. 2 dan 4

B

Page 70: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

56

d. 1, 2,3, 4

e. 4 saja

12. Jika v adalah kecepatan, s adalah jarak yang

ditempuh dan t adalah waktu tempuh, maka

hubungan antara ketiga besaran dapat

dirumuskan…

a. v= s/t

b. v = t/s

c. s = t/v

d. s = v/t

e. v= v/s

A

13. Jika 3 buah vektor a, b, dan c digambarkan dan

dinyatakan degan persamaan b = a + c maka hal

ini dapat digambarkan...

E

14. Tetapan pegas P lebih besar dari pada tetapan

pegas Q. Apabila kedua pegas ditarik dengan gaya

yang sama maka

a. Energy pegas P sama dengan energy pegas Q

b. Energy pegas P lebih kecil dari pada energy

pegas Q

c. Energi pegas P lebih besar dari pada energy

pegas Q

d. Penambahan panjang pegas P sama dengan

penambahan panjang pegas Q

e. Penambahan panjang pegas P tidak sama

dengan penamb ahan panjang pegas Q

A

15. Syarat terjadinya inferensi gelombang adalah

gelombang-gelombang yang mengalami inferensi

harus bersifat koheren, maksudnya adalah...

1) Memiliki pajang gelombang yang sama

2) Memiliki amplitudo yang sama

3) Memiliki frekuensi yang sama

D

Page 71: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

57

4) Memiliki fase yang sama

Pernyataan di atas yang benas adalah..

a. 1, 2 dan 3

b. 1 dan 3

c. 2 dan 4

d. 4 saja

e. 1, 2, 3 dan 4

Kseimpulan

Deduksi

16. Perhatikan grafik di bawah ini!

Grafik di atas, yang menunjukkan hubungan...

a. Grafik hubungan antara percepatan dengan

waktu pada gerak lurus berubah beraturan

b. Grafik hubungan kecepatan dengan waktu

pada gerak lurus beraturan

c. Grafik hubungan antara kecepatan dengan

waktu pada gerak lurus berubah beraturan

d. Grafik posisi terhadap waktu pada gerak lurus

berubah beraturan

e. Grafik hubungan antara kecepatan dengan

waktu pada gerak lurus beraturan

D

17. Perhatikan grafik berikut:

Sebuah mobil bergerak dinyatakan dengan grafik.

Mobil melakukan gerak lurus berubah beraturan. Dari

grafik tersebut diatas, manakah jawaban yang tepat:

a. 1 dan 2

b. 1 dan 3

B

Page 72: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

58

c. 2 dan 3

d. 2 dan 4

e. 1 dan 4

18. perhatikan grafik di bawah!

1)

2)

3)

4)

5)

Grafik hubungan antara kecepatan terhadap waktu

pada gerak lurus beraturan adalah….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

B

19. Perhatikan grafik berikut!

Pada grafik di atas, yang menunjukkan benda

dalam keadaan diam adalah ...

C

Page 73: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

59

a. 1 dan 2

b. 2 dan 3

c. 2 dan 4

d. 3 dan 5

e. 3 dan 4

20. Suatu gerak lurus memenuhi grafik kelajuam

fungsi waktu seperti pada gambar di bawah ini:

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari analisis

grafik adalah...

a. Benda bergerak lurus berubah beraturan

diperlambat ketika t2 dan 3

b. Benda bergerak lurus berubah beraturan

dipercepat t2 dan t3

c. Benda bergerak lurus berubah beraturan

ketika t1 dan t2

d. Benda bergerak lurus berubah beraturan

ketika t1 dan t3

e. Benda bergerak lurus beraturan 0 dan t1

B

21. Perhatiakn gambar berikut !

Peristiwa sehari-hari yang terjadi berdasarkan

konsep Hukum I Newton ditunjukkan oleh nomor

a. 1 dan 2

b. 1 dan 3

c. 2 dan 3

d. 2 dan 4

e. 1 dan 4

B

22. Perhatikan pernyataan berikut!

1) Untuk dapat bergerak ke depan, gurita

memancarkan air ke belakang.

2) Ketika kita beradadi dalam lift yang sedang ke

A

Page 74: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

60

atas, kita akan merasakan gaya berat yang

lebih besar dibandingkan pada saat lift dalam

keadaan diam.

3) Jika terjadi tabrakan antara sebuah mobil

dengan kereta api, biasanya mobil akan

terseret puluhan bahkan ratusan meter dari

lokasi tabrakan sebelum akhirnya berhenti.

4) Kardus yang berada di atas mobil akan

terlempar ketika mobil tiba-tiba membelok

Peristiwa sehari-hari penerapan Hukum Newton

III di tunjukkan pada nomor

a. 1 saja

b. 1 dan 3

c. 1, 2 dan 3

d. 1, 2, dan 4

e. 2, 3 dan 4

23. Berikut beberapa peristiwa ssehari-hari:

1. Tangan terasa sakit memukul dinding

2. Bagian ujung kaki terasa sakit saat menendang

bola

3. Buah yang jatuh dari pohon bergerak jatuh

bebas

4. Senapan terdorong ke belakang saat

menembakkan peuru

Peristiwa yang merupakan contoh dari Hukum III

Newton adalah ...

a. 1, 2, dan 3

b. 1, 2, dan 4

c. 2, 3 dan 4

d. 3 dan 4

e. 1 dan 3

B

24. Perhatikan gambar berikut!

Gambar yang menunjukkan = 0

adalah gambar nomor

a. (1)

C

Page 75: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

61

b. (2)

c. (3)

d. (4)

e. (5)

25. Perhatikan grafik berikut!

1.

2.

3.

4. Grafik hubungan gaya yang bekerja pada pegas

(F) dengan pertambahan panjang pegas (∆l)

adalah…

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. Semua

D

26. Perhatikan pernyataan berikut!

(1) Konduktivitas logam

(2) Perbedaan suhu ujung-ujung logam

(3) Panjang logam

(4) Massa logam

Faktor-faktor yang menentukan laju perambatan

kalor pada logam adalah ...

a. (1), (2) dan (3)

b. (1) dan (4)

c. (2) dan (4)

d. (3) dan (4

e. (4) saja

A

27. Perhatikan gambar pemantulan cahaya berikut! C

Page 76: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

62

Yang termasuk pemantulan baur ditunjukkan oleh

gambaar...

a. 1 dan 2

b. 1 dan 3

c. 2 dan 3

d. 3 dan 4

e. 1 dan 4

28. Diantara keadaan benda-benda berikut:

(1) Karet ketapel yang diregangkan

(2) Bandul yang disimpangkan

(3) Besi yang dipanaskan.

Benda yang memiliki energi potensial adalah pada

nomor ..

a. 1

b. 1 dan 2

c. 2

d. 2 dan 3

e. 3

A

29. Perhatikan gambar di bawah ini!

Seorang anak meluncur maju seperti gambar di

atas tanpa mengayuh pedal sepedanya. Jenis gerak

lurus berubah beraturan (GLBB) yang terjadi pada

sepeda ketika melalui lintasan …

C-D A-B

A GLBB

dipercepat

GLBB

dipercepat

B GLBB

dipercepat

GLBB

diperlambat

C GLBB

diperlambat

GLBB

diperlambat

D GLBB

diperlambat

GLBB

dipercepat

E GLB

diperlambat

GLBB

diperlambat

D

Page 77: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

63

30. Sebuah mobil sedang bergerak dari satu tempat ke

tempat yang lain. Saat tangki olinya bocor tetesan

oli pada jalan yang dilaluinya seperti pada gambar

berikut:

Ditinjau dari pola tetesan oli, maka jenis gerak

yang ditimbulkan pada lintasan P-Q dan lintasan

Q-R secara berurut adalah ….

a. GLBB diperlambat dan GLBB dipercepat

b. GLBB dipercepat dan GLBB diperlambat

c. Gerak Lurus Braturan dan GLBB

dipercepat

d. GLBB diperlambat dan Gerak Lurus

Beraturan

e. GLB dan GLBB

A

Page 78: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

64

INSTRUMEN PENELITIAN

TES KEMAMPUAN INFERENSI

KELAS : XI MIA

JUMLAH SOAL : 30

ALOKASI WAKTU : 3 x 40 MENIT

PETUNJUK

a. Tuliskan identitas Anda ke dalam lembar jawaban yang telah disediakan.

b. Tersedia waktu 90 menit untuk mengerjakan tes tersebut (disesuaikan).

c. Jumlah 40 butir, pada setiap butir soal terdapat lima pilihan jawaban.

d. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap paling benar

pada lembar jawaban yang disediakan. e. Apabila ada jawaban yang Anda anggap salah maka beri garis

mendatar pada pilihan tersebut dan silanglah jawaban yang Anda

anggap benar. Contoh: a b c d e

f. Periksa kembali jawaban Anda sebelum dikembalikan pada guru.

1. Karena percepatannya konstan maka grafik percepatan terhadap waktu

adalah berupa garis lurus seperti gambar di bawah ini.

Gambar di atas adalah grafik...

a. Grafik hubungan antara percepatan dengan waktu pada gerak lurus

berubah beraturan

b. Grafik hubungan antara percepatan dengan waktu pada gerak lurus

beraturan

c. Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu pada gerak lurus

berubah beraturan

d. Grafik posisi terhadap waktu pada gerak lurus berubah beraturan

e. Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu pada gerak lurus

beraturan

2. Perhatikan pernyataan berikut.

Page 79: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

65

5) Bola yang di lemparkan vertikal ke atas

6) Naik sepatu roda di jalan mendatar

7) Buah kelapa yang jatuh dari pohon

8) Mobil sedang di rem hingga berhenti

Yang termasuk gerak lurus berubah beraturan diperlambat adalah

a. 1, 2, dan 3

b. 1 dan 4

c. 1 dan 3

d. 4 saja

e. 2 dan 3

3. Perhatikan pernyataan berikut.

5) Bola jatuh bebas ke permukaan bumi

6) Bola menggelinding di atas pesir

7) Bola menuruni bidang miring licin

8) Bola dilempar vertikal ke atas

Contoh gerak lurus berubah beraturan dipercepat dalam kehidupan sehari-

hari ditunjukkan pada nomor...

a. 1 dan 3

b. 1 dan 2

c. 2 dan 4

d. 3 dan 4

e. 1 dan 4

4. Perhatikan peristiwa-peristiwa berikut !

1) Bola dilempar vertikal ke atas

2) Bola bergerak menuruni bidang miring

3) Bola digelindingkan diatas permukaan tanah yang datar

4) Bola dijatuhkan dari atas menara

Contoh gerak lurus berubah beraturan adalah…

a. 1 dan 2

b. 1 dan 3

c. 2 dan 3

d. 2 dan 4

e. 1 dan 4

5. Bila suatu benda bergerak melingkar beraturan, maka benda memiliki :

1. Laju tetap

2. Arah kecepatan linear tetap

3. Gaya sentripetal arahnya kepusat lintasan

4. Percepatan sentripetal

Pernyataan yang benar adalah ...

a. 1, 2

b. 1, 3

c. 1, 2, 3

d. 1, 3, 4

Page 80: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

66

e. 1, 2, 3, 4

6. Di antara pernyataan berikut ini:

1. Kecepatan sudut tetap, kecepatan linier berubah

2. Kecepatan sudut dan kecepatan linear tetap

3. Kecepatan sudut berubah beraturan dan kecepatan linear tetap

Yang berlaku pada gerak melingkar beraturan adalah...

a. 1

b. 1 dan 2

c. 2

d. 2 dan 3

e. 3

7. Sebuah benda ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

Berdasarkan gambar di atas, diketahui :

1) Percepatan benda nol

2) Benda bergerak lurus beraturan

3) Benda dalam keadaan diam

4) Benda akan bergerak jika berat benda lebih kecil dari gaya tariknya

Parnyataan yang benar adalah ...

a. (1) dan (2) saja

b. (1) dan (3) saja

c. (1) dan (4)

d. (1), (2) dan (3) saja

e. (1), (2), (3) dan (4)

8. Jika resultan gaya bekerja pada sebuah benda sama dengan no, maka ...

1) Benda tidak akan dipercepat

2) Benda selalu diam

3) Perubahan kecepatan benda nol

4) Benda tidak mungkin bergerak lurus beraturan

Maka pernyataan yang benar adalah ...

a. (1), (2) dan (3)

b. (1), dan (3) saja

c. (2), dan (4) saja

d. (4) saja

e. (1), (2), (3) dan (4)

Page 81: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

67

9. Saat sebuah peluru ditembakkan vertikal ke atas dari permukaan tanah,

berlaku

1) Di permukaan tanah energi kinetik minimum

2) Di permukaan tanah energi potensial maksimum

3) Di titik tertinggi energi kinetik maksimum

4) Di titik tertinggi energi potensial maksimum

Dari pernyataan di atas yang benar adalah

a. 1), 2), dan 3)

b. 1) dan 3)

c. 2) dan 4)

d. 4) saja

e. Semua

10. Perhatikan pernyataan berikut ini:

1) Massa jenis benda sama dengan massa jenis fluida

2) Berat benda sama dengan gaya archimedes

3) Pada saat benda tepat pada dasar bejana, benda tidak menekan dasar

bejana.

Keterangan di atas syarat untuk benda...

a. Melayang

b. Tenggelam

c. Terapung

d. Adhesi

e. Terapung dan melayang

11. Gaya apung yang bekerja pada suatu fluida adalah

1. Sebanding dengan kerapatan zat cair

2. Sebanding dengan kerapatan benda

3. Sebanding dengan volume yang masuk pada zat cair

4. Sebanding dengan massa benda

Dari empat pernyataan di atas yang benar adalah

a. 1, 2, 3

b. 1 dan 3

c. 2 dan 4

d. 1, 2,3, 4

e. 4 saja

12. Jika v adalah kecepatan, s adalah jarak yang ditempuh dan t adalah waktu

tempuh, maka hubungan antara ketiga besaran dapat dirumuskan…

a. v= s/t

b. v = t/s

c. s = t/v

d. s = v/t

e. v= v/s

13. Jika 3 buah vektor a, b, dan c digambarkan dan dinyatakan degan

persamaan b = a + c maka hal ini dapat digambarkan...

Page 82: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

68

14. Tetapan pegas P lebih besar dari pada tetapan pegas Q. Apabila kedua

pegas ditarik dengan gaya yang sama maka

a. Energy pegas P sama dengan energy pegas Q

b. Energy pegas P lebih kecil dari pada energy pegas Q

c. Energi pegas P lebih besar dari pada energy pegas Q

d. Penambahan panjang pegas P sama dengan penambahan panjang

pegas Q

e. Penambahan panjang pegas P tidak sama dengan penamb ahan

panjang pegas Q

15. Syarat terjadinya inferensi gelombang adalah gelombang-gelombang yang

mengalami inferensi harus bersifat koheren, maksudnya adalah...

1) Memiliki pajang gelombang yang sama

2) Memiliki amplitudo yang sama

3) Memiliki frekuensi yang sama

4) Memiliki fase yang sama

Pernyataan di atas yang benas adalah..

a. 1, 2 dan 3

b. 1 dan 3

c. 2 dan 4

d. 4 saja

e. 1, 2, 3 dan 4

16. Perhatikan grafik di bawah ini!

Grafik di atas, yang menunjukkan hubungan...

Page 83: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

69

a. Grafik hubungan antara percepatan dengan waktu pada gerak lurus

berubah beraturan

b. Grafik hubungan kecepatan dengan waktu pada gerak lurus beraturan

c. Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu pada gerak lurus

berubah beraturan

d. Grafik posisi terhadap waktu pada gerak lurus berubah beraturan

e. Grafik hubungan antara kecepatan dengan waktu pada gerak lurus

beraturan

17. Perhatikan grafik berikut:

Sebuah mobil bergerak dinyatakan dengan grafik. Mobil melakukan gerak

lurus berubah beraturan. Dari grafik tersebut diatas, manakah jawaban

yang tepat:

a. 1 dan 2

b. 1 dan 3

c. 2 dan 3

d. 2 dan 4

e. 1 dan 4

18. perhatikan grafik di bawah!

1)

2)

3)

Page 84: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

70

4)

5)

Grafik hubungan antara kecepatan terhadap waktu pada gerak lurus

beraturan adalah….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

19. Perhatikan grafik berikut!

Pada grafik di atas, yang menunjukkan benda dalam keadaan diam adalah

...

a. 1 dan 2

b. 2 dan 3

c. 2 dan 4

d. 3 dan 5

e. 3 dan 4

20. Suatu gerak lurus memenuhi grafik kelajuam fungsi waktu seperti pada

gambar di bawah ini:

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari analisis grafik adalah...

Page 85: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

71

a. Benda bergerak lurus berubah beraturan diperlambat ketika t2 dan 3

b. Benda bergerak lurus berubah beraturan dipercepat t2 dan t3

c. Benda bergerak lurus berubah beraturan ketika t1 dan t2

d. Benda bergerak lurus berubah beraturan ketika t1 dan t3

e. Benda bergerak lurus beraturan 0 dan t1

21. Perhatiakn gambar berikut !

Peristiwa sehari-hari yang terjadi berdasarkan konsep Hukum I Newton

ditunjukkan oleh nomor

a. 1 dan 2

b. 1 dan 3

c. 2 dan 3

d. 2 dan 4

e. 1 dan 4

22. Perhatikan pernyataan berikut!

1. Untuk dapat bergerak ke depan, gurita memancarkan air ke belakang.

2. Ketika kita beradadi dalam lift yang sedang ke atas, kita akan

merasakan gaya berat yang lebih besar dibandingkan pada saat lift

dalam keadaan diam.

3. Jika terjadi tabrakan antara sebuah mobil dengan kereta api, biasanya

mobil akan terseret puluhan bahkan ratusan meter dari lokasi tabrakan

sebelum akhirnya berhenti.

4. Kardus yang berada di atas mobil akan terlempar ketika mobil tiba-

tiba membelok

Peristiwa sehari-hari penerapan Hukum Newton III di tunjukkan pada

nomor

a. 1 saja

b. 1 dan 3

c. 1, 2 dan 3

d. 1, 2, dan 4

e. 2, 3 dan 4

23. Berikut beberapa peristiwa ssehari-hari:

1. Tangan terasa sakit memukul dinding

2. Bagian ujung kaki terasa sakit saat menendang bola

3. Buah yang jatuh dari pohon bergerak jatuh bebas

4. Senapan terdorong ke belakang saat menembakkan peuru

Peristiwa yang merupakan contoh dari Hukum III Newton adalah ...

Page 86: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

72

a. 1, 2, dan 3

b. 1, 2, dan 4

c. 2, 3 dan 4

d. 3 dan 4

e. 1 dan 3

24. Perhatikan gambar berikut!

Gambar yang menunjukkan = 0 adalah gambar nomor

a. (1)

b. (2)

c. (3)

d. (4)

e. (5)

25. Perhatikan grafik berikut!

1.

2.

3.

4. Grafik hubungan gaya yang bekerja pada pegas (F) dengan pertambahan

panjang pegas (∆l) adalah…

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

Page 87: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

73

e. Semua

26. Perhatikan pernyataan berikut!

(1) Konduktivitas logam

(2) Perbedaan suhu ujung-ujung logam

(3) Panjang logam

(4) Massa logam

Faktor-faktor yang menentukan laju perambatan kalor pada logam adalah

...

a. (1), (2) dan (3)

b. (1) dan (4)

c. (2) dan (4)

d. (3) dan (4

e. (4) saja

27. Perhatikan gambar pemantulan cahaya berikut!

Yang termasuk pemantulan baur ditunjukkan oleh gambaar...

a. 1 dan 2

b. 1 dan 3

c. 2 dan 3

d. 3 dan 4

e. 1 dan 4

28. Diantara keadaan benda-benda berikut:

(1) Karet ketapel yang diregangkan

(2) Bandul yang disimpangkan

(3) Besi yang dipanaskan.

Benda yang memiliki energi potensial adalah pada nomor ..

a. 1

b. 1 dan 2

c. 2

d. 2 dan 3

e. 3

29. Perhatikan gambar di bawah ini!

Page 88: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

74

Seorang anak meluncur maju seperti gambar di atas tanpa mengayuh pedal

sepedanya. Jenis gerak lurus berubah beraturan (GLBB) yang terjadi pada

sepeda ketika melalui lintasan …

C-D A-B

A GLBB dipercepat GLBB dipercepat

B GLBB dipercepat GLBB diperlambat

C GLBB diperlambat GLBB diperlambat

D GLBB diperlambat GLBB dipercepat

E GLB diperlambat GLBB diperlambat

30. Sebuah mobil sedang bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Saat

tangki olinya bocor tetesan oli pada jalan yang dilaluinya seperti pada

gambar berikut:

Ditinjau dari pola tetesan oli, maka jenis gerak yang ditimbulkan pada

lintasan P-Q dan lintasan Q-R secara berurut adalah ….

a. GLBB diperlambat dan GLBB dipercepat

b. GLBB dipercepat dan GLBB diperlambat

c. Gerak Lurus Braturan dan GLBB dipercepat

d. GLBB diperlambat dan Gerak Lurus Beraturan

e. GLB dan GLBB

Page 89: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

75

L E M B A R J A W A BAN

Nama :

Tanda Tangan

Kelas :

Skor :

Mata

pelajaran :

Hari/Tgl :

\

SMA NEGERI 22 MAKASSAR

(Berilah Tanda (X) pada jawaban yang dianggap benar)

1 A B C D E

16 A B C D E

2 A B C D E

17 A B C D E

3 A B C D E

18 A B C D E

4 A B C D E

19 A B C D E

5 A B C D E

20 A B C D E

6 A B C D E

21 A B C D E

7 A B C D E

22 A B C D E

8 A B C D E

23 A B C D E

9 A B C D E

24 A B C D E

10 A B C D E

25 A B C D E

11 A B C D E

26 A B C D E

12 A B C D E

27 A B C D E

13 A B C D E

28 A B C D E

14 A B C D E

29 A B C D E

15 A B C D E

30 A B C D E

Catatan :

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

Page 90: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

76

Hasil Analisis Validasi Tes Kemampuan Inferensi

No Aspek Aspek yang Dinilai Validator Ket

I II

1.

SOAL

1. Soal-soalsesuaidengan indikator 4 2 B

2. Soal-soalsesuaidenganaspek yang diukur

4 3 D

3. Batasanpertanyaandirumuskandenganjelas

4 3 D

4. Mencakupmateripelajaransecarareprensentatif

4 3 D

2.

KONSTRUKSI

1. Petunjuk mengerjakan soal dinyatakan dengan jelas

3 4 D

2. Kalimat soal tidak menimbulkan penafsiran ganda

3 3 D

3. Rumusan pertanyaan soal menggunakan kalimat tanya atau perintah yang jelas

4 4 D

4. Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama

4 4 D

3.

BAHASA

1. Menggunakanbahasa yang sesuaidengankaidahbahasa Indonesia yang benar

4

4 D

2. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti

4 4 D

3. Menggunakan istilah (kata-kata)

yang dikenal peserta didik

4 3 D

4. WAKTU Waktu yang digunakansesuai 4 3 D

Page 91: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

77

ANALISIS VALIDITAS INSTRUMEN

TES KEMAMPUAN INFERENSI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 A1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 9 81

2 A2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 13 169

3 A3 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 10 100

4 A4 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 12 144

5 A5 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 21 441

6 A6 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 10 100

7 A7 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 19 361

8 A8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 7 49

9 A9 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 21 441

10 A10 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 9 81

11 A11 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 18 324

12 A12 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 8 64

13 A13 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 19 361

14 A14 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 25 625

15 A15 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 16 256

16 A16 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 12 144

17 A17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 23 529

18 A18 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 13 169

19 A19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 21 441

20 A20 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 12 144

21 A21 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 21 441

22 A22 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 16 256

23 A23 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 49

24 A24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 25 625

25 A25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 25 625

JUMLAH 12 19 15 15 14 15 11 10 14 10 11 7 13 15 12 14 6 23 6 15 14 12 12 12 15 15 11 16 15 13 392 7020

Mp 17.58 17.42 18.20 18.07 18.14 18.07 18.27 18.20 18.50 18.20 18.45 17.00 18.54 17.93 18.25 18.64 18.17 16.04 16.83 18.47 17.93 18.08 17.92 17.58 19.33 18.13 14.64 18.31 18.00 18.23

Mt 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68 15.68

St 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03 6.03

p 0.38 0.59 0.47 0.47 0.44 0.47 0.34 0.31 0.44 0.31 0.34 0.22 0.41 0.47 0.38 0.44 0.19 0.72 0.19 0.47 0.44 0.38 0.38 0.38 0.47 0.47 0.34 0.50 0.47 0.41

q 0.63 0.41 0.53 0.53 0.56 0.53 0.66 0.69 0.56 0.69 0.66 0.78 0.59 0.53 0.63 0.56 0.81 0.28 0.81 0.53 0.56 0.63 0.63 0.63 0.53 0.53 0.66 0.50 0.53 0.59

r hitung 0.41 0.24 0.44 0.42 0.46 0.42 0.59 0.62 0.53 0.62 0.64 0.41 0.57 0.40 0.55 0.56 0.86 0.04 0.40 0.49 0.42 0.51 0.48 0.41 0.64 0.43 -0.24 0.44 0.41 0.51

r tabel 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396

kriteria valid invalid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid invalid valid valid valid valid valid valid valid valid invalid valid valid valid

NAMABUTIR SOAL

NO Skor FX^2

Page 92: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

78

ANALISIS REABILITAS INSTRUMEN

TES KEMAMPUAN INFERENSI

Data yang diperlukan:

Jumlah Responden (n) = 25

Jumlah Butir Pertanyaan (k) yang valid = 27

Total skor (Xi) = 392

No Item p q p.q

1 0,38 0,63 0,24

2 0,59 0,41 0,24

3 0,47 0,53 0,25

4 0,47 0,53 0,25

5 0,44 0,56 0,25

6 0,47 0,53 0,25

7 0,34 0,66 0,22

8 0,31 0,69 0,21

9 0,44 0,56 0,25

10 0,31 0,69 0,21

11 0,34 0,66 0,22

12 0,22 0,78 0,17

13 0,41 0,59 0,24

14 0,47 0,53 0,25

15 0,38 0,63 0,24

16 0,44 0,56 0,25

17 0,19 0,81 0,15

18 0,72 0,28 0,20

19 0,19 0,81 0,15

20 0,47 0,53 0,25

21 0,44 0,56 0,25

22 0,38 0,63 0,24

23 0,38 0,63 0,24

24 0,38 0,63 0,24

25 0,47 0,53 0,25

26 0,47 0,53 0,25

27 0,34 0,66 0,22

28 0,50 0,50 0,25

29 0,47 0,53 0,25

30 0,41 0,59 0,24

Jumlah Σpq 6,93

Variansi Total (Vt) :

Page 93: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

79

Reliabilitas instrument:

(

)(

)

(

) (

)

(

) (

)

Berdasarkan uji reliabilitas pada bab 3 halaman 23 suatu instrument dikatakan

memiliiki nilai reliable apabila koefisien reliabilitas adalah ≥0,70. Nilai rkk = 0,832

yang di peroleh, maka instrument kemampuan inferensi dikatakan memiliki nilai

reliable.

Page 94: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

80

PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DAN POPULASI TERTENTU DENGAN

TARAF KESALAHAN 1%, 5% DAN 10%

Page 95: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

81

Page 96: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

82

DATA HASIL TES KEMAMPUAN INFERENSI

kemampuan inferensi dalam pembelajaran fisika peserta didik kelas XI MIPA SMA 22

Makassar untuk setiap indikator

1. INDUKSI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 A. MUH RINDHO ASSYAFAAT 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 7

2 A. MUHAMMAD FATH MUBARAK T. 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 5

3 A. NUR RIDHA AMINI LUKMAN 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 11

4 ACHMAD AKBAR SYAHRUDDIN 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

5 ADILLANI NUR MUGFIRAH ANWAR 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7

6 ADINDA DWI PUTRI 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 5

7 AFIFAH MARNI WASOLO 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 8

8 AHMAD AZIZUL AKBAR 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 11

9 ALDA NURFADILLAH 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 9

10 ALIF KURNIAWAN 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 4

11 ANDI ALFINA RATNA ANJANI 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 8

12 ANDI MUHAMMAD ALWI 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6

13 ANDI MUTHOMAINNA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

14 ANDI SITI HABIBAH 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 10

15 AQILAH HAYATUNNISAH 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3

16 DELIA NURUL AQILAH 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 7

17 DEVI AULIAH NUR NADIVA ALWI 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6

18 HUSNUL FAUSIAH MAGISTRAWATI 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 11

19 MAGFIRATUL JANNAH S 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13

20 MUH. NURUL FAJRI SUARDI 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 5

21 MUHAMMAD REZKY FAITUL IHSAN A. 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 8

22 NABILA PRATAMA JUNAEDI 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 7

23 NUR FAUZIYYAH FAJRI MS 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2

24 SALSA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 13

25 ST. RAODATUL JANNAH 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 8

26 NANDA ANUGRAH SYAM 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 4

27 ANDI RESKY MAGFIRAH 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 7

28 ALDI PANCA ANUGRAH 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7

29 ALIF SULFIKAR 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5

30 ALMIAH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13

No NamaButir Soal

Skor

Page 97: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

83

31 CORNELLAH RORENG 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 10

32 DEWI PURNAMASARI MAKMUR 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 6

33 FITRIANI 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 7

34 ILYAS MUNAJAH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

35 JEAN KRISTIN MURADI 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 8

36 JESICA AMELIA PUTRI M. 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 10

37 MARCELLINO SAMBAN 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 6

38 MELIANA GAU 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 7

39 MUH. IHCZAN ASHAR NUR 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 11

40 MUH. IKBAL RIDWAN BASO 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 6

41 MUH. FAJHRI 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 8

42 MUTHMAINNAH SYAM 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12

43 NUR FADILLAH SAKTI 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6

44 OLGA TIMANG 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 5

45 PUTRI AMELIA JANUARTY 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 7

46 PUTRI KARINA HAERLINA 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 9

47 SRI MAHARANI AMALIA 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 8

48 UMMU QALSUM PUTRI AKHMAD 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 5

49 YUNI KEMALA HARDI 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11

50 ZAIKUL ANSYARI ZAKARIA ISLAM 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 7

51 REVIANA VERDIANTI 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 6

52 AMARIAN GITA RAMADHANI 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13

53 MAWAR NURJANNAH 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 8

54 MUH. ANWAR MAULANA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12

55 MUG. DAZRIN AL GIFARY 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 6

56 MUHAMMAD ADE KURNIAWAN S 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 7

57 MUHAMMAD FIRMANSYAH ZULKIFLY PUTRA 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 7

58 MUHAMMAD RIFQY DWIANTARA 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1

59 MUHAMMAD RZKY FATUR ISAN 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 6

60 AZZAHRA YUNITA RATRI 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 11

61 YUSNA SRU WAHYUNI SAPUTRI YUSUF 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 8

62 AGUS TRIPUTRI ARIF 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 6

63 MUHAMMAD ARYA PUTRA BUDJANA 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 11

64 MUHAMMAD ALIFAR RIZQILLAH 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 7

65 NURUR AZMYAH MARFUAH TAJUDDIN 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 5

66 RHOMARIOTHA CHABEYRUMANIA BIN KARM 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

67 M. LUKMANUL HASYIM 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 8

68 NUR HAMKA 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5

69 AGNES ANDRISIA PUTRI 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 5

70 ANDI ARISKA PUTRI 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 8

Page 98: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

84

2. DEDUKSI

71 ANDI MUH. ASKA ABRI 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 11

72 AWWAL AFDHALY HB 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 7

73 FADILLAH FAHRI 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 8

74 FARHAN IBRAHIM 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 6

75 FATTAH HIDAYAT 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12

76 FIRDA NUR DEWISARI 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9

77 FITRIANI GUNAWAN 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 6

78 HASRIANA 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 8

79 ISNAENI SALSABILLAH RAHMAN 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

80 JEREMY GIOVANNI JOSHUA MUL 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 6

81 KESIA GESSONG 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11

82 MAGHFIRA IKA MAWARNI 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 7

83 MUH. AFIF MADANI 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5

84 MUH. ILHAM SETIAWAN 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 9

85 MUH. EDIL 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3

86 MUHAMMAD JAMIL 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6

87 MUHLIS 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 8

88 NURFADILLA USMAN 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 12

89 RIZKY WULANDARI RAMLI 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 10

90 SABIAL MASANI HASAN 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 7

91 ST. ASRIDHA H. 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5

92 WAODE RYSKA DINI PRATIWI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 11

93 NUR HIJRAH 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2

94 A. SITTI RAODAH IBRAHIM 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5

95 ANDY RYAN DANI SAPUTRA 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 8

96 ANDI FARHAN FARWANSYA 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 9

97 MUHAMMAD SYARIFUDDIN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12

98 NUR AVILIA WULANDARI 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 7

99 NURHADIJA 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 5

100 RICKY PALINGGI 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 10

101 HASANAH 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 8

102 ARIANI 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 11

103 NISMAYANI 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 6

104 MUHAMMAD FADLAN 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7

105 REZKI RAMADHAN 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 8

Page 99: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

85

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 A. MUH RINDHO ASSYAFAAT 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

2 A. MUHAMMAD FATH MUBARAK T. 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 113 A. NUR RIDHA AMINI LUKMAN 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 9

4 ACHMAD AKBAR SYAHRUDDIN 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10

5 ADILLANI NUR MUGFIRAH ANWAR 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 7

6 ADINDA DWI PUTRI 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 8

7 AFIFAH MARNI WASOLO 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11

8 AHMAD AZIZUL AKBAR 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2

9 ALDA NURFADILLAH 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 10

10 ALIF KURNIAWAN 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 7

11 ANDI ALFINA RATNA ANJANI 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 7

12 ANDI MUHAMMAD ALWI 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 10

13 ANDI MUTHOMAINNA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11

14 ANDI SITI HABIBAH 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 9

15 AQILAH HAYATUNNISAH 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

16 DELIA NURUL AQILAH 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 8

17 DEVI AULIAH NUR NADIVA ALWI 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 9

18 HUSNUL FAUSIAH MAGISTRAWATI 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4

19 MAGFIRATUL JANNAH S 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11

20 MUH. NURUL FAJRI SUARDI 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 8

21 MUHAMMAD REZKY FAITUL IHSAN A. 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 8

22 NABILA PRATAMA JUNAEDI 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 9

23 NUR FAUZIYYAH FAJRI MS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

24 SALSA 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 7

25 ST. RAODATUL JANNAH 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12

26 NANDA ANUGRAH SYAM 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 8

27 ANDI RESKY MAGFIRAH 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 7

28 ALDI PANCA ANUGRAH 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 10

29 ALIF SULFIKAR 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 4

30 ALMIAH 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 9

31 CORNELLAH RORENG 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 7

32 DEWI PURNAMASARI MAKMUR 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11

33 FITRIANI 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 8

34 ILYAS MUNAJAH 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 8

35 JEAN KRISTIN MURADI 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7

No NamaButir Soal

Skor

Page 100: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

86

36 JESICA AMELIA PUTRI M. 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 9

37 MARCELLINO SAMBAN 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12

38 MELIANA GAU 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 8

39 MUH. IHCZAN ASHAR NUR 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 4

40 MUH. IKBAL RIDWAN BASO 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 7

41 MUH. FAJHRI 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 6

42 MUTHMAINNAH SYAM 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 9

43 NUR FADILLAH SAKTI 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 4

44 OLGA TIMANG 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 8

45 PUTRI AMELIA JANUARTY 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 8

46 PUTRI KARINA HAERLINA 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 9

47 SRI MAHARANI AMALIA 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 6

48 UMMU QALSUM PUTRI AKHMAD 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 4

49 YUNI KEMALA HARDI 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 8

50 ZAIKUL ANSYARI ZAKARIA ISLAM 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2

51 REVIANA VERDIANTI 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 10

52 AMARIAN GITA RAMADHANI 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4

53 MAWAR NURJANNAH 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 5

54 MUH. ANWAR MAULANA 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 11

55 MUG. DAZRIN AL GIFARY 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 9

56 MUHAMMAD ADE KURNIAWAN S 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 7

57 MUHAMMAD FIRMANSYAH ZULKIFLY PUTRA 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 8

58 MUHAMMAD RIFQY DWIANTARA 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 6

59 MUHAMMAD RZKY FATUR ISAN 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3

60 AZZAHRA YUNITA RATRI 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 9

61 YUSNA SRU WAHYUNI SAPUTRI YUSUF 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 7

62 AGUS TRIPUTRI ARIF 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12

63 MUHAMMAD ARYA PUTRA BUDJANA 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 11

64 MUHAMMAD ALIFAR RIZQILLAH 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 8

65 NURUR AZMYAH MARFUAH TAJUDDIN 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 4

66 RHOMARIOTHA CHABEYRUMANIA BIN KARM 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 5

67 M. LUKMANUL HASYIM 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 8

68 NUR HAMKA 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 10

69 AGNES ANDRISIA PUTRI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

70 ANDI ARISKA PUTRI 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 8

Page 101: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

87

71 ANDI MUH. ASKA ABRI 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 6

72 AWWAL AFDHALY HB 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 3

73 FADILLAH FAHRI 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 7

74 FARHAN IBRAHIM 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 10

75 FATTAH HIDAYAT 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 7

76 FIRDA NUR DEWISARI 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 8

77 FITRIANI GUNAWAN 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 5

78 HASRIANA 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 7

79 ISNAENI SALSABILLAH RAHMAN 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 9

80 JEREMY GIOVANNI JOSHUA MUL 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 8

81 KESIA GESSONG 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 4

82 MAGHFIRA IKA MAWARNI 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10

83 MUH. AFIF MADANI 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 6

84 MUH. ILHAM SETIAWAN 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 7

85 MUH. EDIL 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9

86 MUHAMMAD JAMIL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12

87 MUHLIS 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 6

88 NURFADILLA USMAN 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 8

89 RIZKY WULANDARI RAMLI 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 7

90 SABIAL MASANI HASAN 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 10

91 ST. ASRIDHA H. 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5

92 WAODE RYSKA DINI PRATIWI 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 8

93 NUR HIJRAH 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 7

94 A. SITTI RAODAH IBRAHIM 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 10

95 ANDY RYAN DANI SAPUTRA 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 10

96 ANDI FARHAN FARWANSYA 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 4

97 MUHAMMAD SYARIFUDDIN 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 8

98 NUR AVILIA WULANDARI 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 6

99 NURHADIJA 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 7

100 RICKY PALINGGI 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10

101 HASANAH 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12

102 ARIANI 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 8

103 NISMAYANI 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10

104 MUHAMMAD FADLAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

105 REZKI RAMADHAN 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1

Page 102: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

88

ANALISIS HASIL TES KEMAMPUAN INFERENSI

Penyajian data hasil tes kemampuan berpikir formal dalam pembelajaran fisika

pada peserta didik kelas XI MIPA SMA 22 Makassar

Analisis deskriptif

1. induksi

Skor Maksimum Ideal = 14 Skor Minimum Ideal = 0

Skor Maksimum = 13 skor minimum = 1

Jumlah Sampel = 105

Rentang Data = skor maksimum – skor minimum

= 13 – 1 = 12

Jumlah kelas interval (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 105

= 1 + 3,3 (2,02)

= 7,67

Jadi, jumlah kelas interval yang digunakan pada tabel adalah 7

Panjang kelas (p) =

Jadi panjang kelas yang digunakan adalah 2

2. Deduksi

Page 103: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

89

Skor Maksimum Ideal = 13 Skor Minimum Ideal = 0

Skor Maksimum = 12 skor minimum = 1

Jumlah Sampel =51

Rentang Data = skor maksimum – skor minimum

= 12 – 1 = 11

Jumlah kelas interval (k) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 51

= 1 + 3,3 (2,02)

= 7,67

Jadi, jumlah kelas interval yang digunakan pada tabel adalah 7

Panjang kelas (p) =

Jadi panjang kelas yang digunakan adalah 2

Page 104: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

90

DISTRIBUSI FREKUENSI

1. Induksi

NO INTERVAL Fi Xi Xi2 fi.xi fi.xi2

1 1 sampai 2 3 1,5 2,25 4,5 6,75

2 3 sampai 4 4 3,5 12,25 14 49

3 5 sampai 6 28 5,5 30,25 154 847

4 7 sampai 8 35 7,5 56,25 262,5 1968,75

5 9 sampai 10 10 9,5 90,25 95 902,5

6 11 sampai 12 16 11,5 132,25 184 2116

7 13 sampai 14 9 13,5 182,25 121,5 1640,25

∑ 105 835,5 7530,25

√∑

2. Deduksi

Page 105: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

91

NO INTERVAL Fi Xi Xi2 fi.xi fi.xi2

1 1 sampai 2 5 1,5 2,25 7,5 11,25

2 3 sampai 4 12 3,5 12,25 42 147

3 5 sampai 6 11 5,5 30,25 60,5 332,75

4 7 sampai 8 38 7,5 56,25 285 2137,5

5 9 sampai 10 25 9,5 90,25 237,5 2256,25

6 11 sampai 12 12 11,5 132,25 138 1587

7 13 sampai 14 2 13,5 182,25 27 364,5

∑ 105 797,5 6836,25

√∑

Untuk mengetahui tingkat pengkategoriannya

Jumlah sampel = 105

Skor Maksimum ideal = 14 Skor Minimum ideal = 0

Page 106: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

92

Skala yang digunakan yaitu 3 (sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah).

Rentang atau panjang kelas yang digunakan dari:

Rentang =

Tabel 5.4 kategori skor hasil tes kemampuan berpikir formal peserta didik kelas XI

MIPA SMA 22 Makassar

No Interval Skor Kategori Frekuensi

Induksi Deduksi

1 0 – 2 Sangat Rendah 3 5

2 3 – 5 Rendah 17 16

3 6 – 8 Sedang 50 45

4 9 – 11 Tinggi 21 31

5 12- 14 Sangat Tinggi 14 0

Jumlah 105 105

Page 107: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

93

DOKUMENTASI PENELITIAN

SMA NEGERI 11 GOWA

Page 108: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

94

Page 109: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

95

Page 110: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

96

Page 111: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

97

Page 112: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

98

Page 113: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

99

Page 114: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

100

Page 115: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

101

Page 116: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

102

Page 117: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

103

Page 118: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

104

Page 119: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

105

Page 120: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

106

Page 121: KEMAMPUAN INFERENSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAGI …

107

RIWAYAT HIDUP

St. Nur Fadilla. Dilahirkan di Pitue Kecamatan Ma’rang

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pada tanggal 22

Maret 1997. Penulis merupakan anak pertama dari empat

bersaudara dari buah cinta Ayahanda Jamaluddin dan Ibunda

Marhabang. Penulis mengawali pendidikan formal pada

tahun 2003 pada jenjang sekolah dasar di SD Negeri 6 Pitue dan tamat pada tahun

2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 3

Ma’rang dan tamat pada tahun 2012. Kemudian pada tahun yang sama, penulis

melanjutkan pendidikannya di MAN PANGKEP dan tamat pada tahun 2015.

Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikannya pada tahun 2015 di perguruan

tinggi swasta yaitu sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar Program

Strata 1 (S1).