kelud-laporan

10
1 SURVEI PENDAHULUAN: DALAM USAHA MENANGGULANGI KERUSAKAN LAHAN AKIBAT LETUSAN GUNUNG KELUD Syekhfani RINGKASAN Ditinjau dari aspek tanah, letusan gunung Kelud di suatu pihak dapat menyebabkan kerusakan karena sifat kesuburan tanah meliputi fisik, kimia, maupun biologi mengalami perubahan. Suhu bahan letusan tinggi akan berpengaruh langsung terhadap kehidupan jazad mikro tanah; atau bisa pula menyebabkan penimbunan bahan-bahan meracun yang dapat mempengaruhi kehidupan tanaman. Tetapi, di lain pihak akibat letusan dapat menguntungkan segi-segi kesuburan tanah yaitu berupa penambahan bahan debu atau pasir yang kaya akan unsur hara. Analisis contoh-contoh bahan letusan dan tanah yang diambil menunjukkan bahwa pasir dan debu memberikan kontribusi unsur P dan S; sedang kadar unsur-unsur dalam tanah yang tertimbun material pada saat survei belum dipengaruhi. Agar bahan berupa pasir atau debu tidak hilang melalui pengangkutan oleh air dan/atau angin, maka diperlukan tindakan-tindakan konservasi. Di samping itu, diperlukan pula penelitian-penelitian dari berbagai aspek meliputi studi status perharaan, biologi tanah, dan konservasi tanah dan air untuk tujuan reklamasi jangka pendek. Sejauh mana dampak negatif dan positif akibat letusan perlu diteliti. Untuk maksud tersebut maka Team Survei Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya telah melaksanakan survei pendahuluan ke lokasi-lokasi yang terkena musibah. ------------------------------------------------------------------------- Disajikan dalam seminar penaggulangan akibat1letusan G. Kelud, yang diselenggarakan atas kerjasama Balittan Malang dan Universitas Brawijaya, Juli 1991 Staf Jurusan Tanah, Ketua Team Survei Pendahuluan G. Kelud, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Upload: pane

Post on 11-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

contoh laporan

TRANSCRIPT

Page 1: KELUD-LAPORAN

1

SURVEI PENDAHULUAN:

DALAM USAHA MENANGGULANGI KERUSAKAN LAHAN

AKIBAT LETUSAN GUNUNG KELUD

Syekhfani

RINGKASAN

Ditinjau dari aspek tanah, letusan gunung Kelud di suatu pihak

dapat menyebabkan kerusakan karena sifat kesuburan tanah meliputi fisik,

kimia, maupun biologi mengalami perubahan.

Suhu bahan letusan tinggi akan berpengaruh langsung terhadap

kehidupan jazad mikro tanah; atau bisa pula menyebabkan penimbunan

bahan-bahan meracun yang dapat mempengaruhi kehidupan tanaman.

Tetapi, di lain pihak akibat letusan dapat menguntungkan segi-segi

kesuburan tanah yaitu berupa penambahan bahan debu atau pasir yang kaya

akan unsur hara.

Analisis contoh-contoh bahan letusan dan tanah yang diambil

menunjukkan bahwa pasir dan debu memberikan kontribusi unsur P dan S;

sedang kadar unsur-unsur dalam tanah yang tertimbun material pada saat

survei belum dipengaruhi.

Agar bahan berupa pasir atau debu tidak hilang melalui pengangkutan

oleh air dan/atau angin, maka diperlukan tindakan-tindakan konservasi.

Di samping itu, diperlukan pula penelitian-penelitian dari berbagai

aspek meliputi studi status perharaan, biologi tanah, dan konservasi

tanah dan air untuk tujuan reklamasi jangka pendek.

Sejauh mana dampak negatif dan positif akibat letusan perlu

diteliti. Untuk maksud tersebut maka Team Survei Jurusan Tanah, Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya telah melaksanakan survei pendahuluan ke

lokasi-lokasi yang terkena musibah.

------------------------------------------------------------------------- Disajikan dalam seminar penaggulangan akibat1letusan G. Kelud, yang

diselenggarakan atas kerjasama Balittan Malang dan Universitas Brawijaya, Juli 1991

Staf Jurusan Tanah, Ketua Team Survei Pendahuluan G. Kelud, Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya

Page 2: KELUD-LAPORAN

2

I. PENDAHULUAN

Letusan gunung Kelud di suatu pihak memberikan dampak negatif yang

sangat merugikan penduduk di sekitarnya, terutama pada kawasan yang

terkena langsung penimbunan material baik berupa debu, pasir, batu, atau

aliran lahar. Areal pertanian yang pada saat sebelum terjadi letusan

merupakan kawasan yang subur tiba-tiba berubah menjadi gundul akibat

penimbunan material dan hancurnya tanaman. Keadaan ini tentu saja

merupakan pukulan berat bagi petani maupun pekebun yang mengandalkan

pendapatannya dari usaha pertanian di kawasan tersebut. Dalam waktu-

waktu mdekat para petani dan pekebun yang terkenamusibah ini terpaksa

belum dapat mengusahakan kembali lahan pertaniannya secara normal. Hal

ini disebabkan penimbunan permukaan tanah oleh material sehingga sulit

untuk diusahakan seperti semula.

Pada dasarnya potensi kesuburan tanah meningkat akibat penimbunan

bahan letusan. Bahan-bahan vulkan mengandung berbagai jenis unsur dalam

jumlah yang cukup tinggi sehingga merupakan cadangan unsur bagi tanah-

tanah pertanian.

Permasalahannya adalah bahwa unsur-unsur tersebut masih berada

dalam bentuk mineral-mineral primer yang membutuhkan proses pelapukan

jangka lama agar dapat tersedia bagi tanaman. Di segi lain, material

yang tertimbun merupakan bahan kasar atau agak kasar berupa pasir atau

debu yang mempunyai sifat mudah hanyut oleh aliran air, tidak mempunyai

kemampuan memegang air maupun unsur hara.

Dengan demikian, maka kawasan yang mengalami penimbunan material

debu atau pasir akan menghadapi masalah erosi, kekeringan dan pencucian

hara, terutama pada lapisan bahan timbunan tersebut. Suhu material yang

tinggi saat letusan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman maupun

kehidupan biologi tanah yang terkena langsung

bahan tersebut.

Berbagai usaha perlu dilakukan apabila kita ingin mengembalikan

fungsi lahan untuk pertanian seperti semula. Pengalaman dari letusan

gunung Agung atau Galungggung misalnya dapat memberi gambaran berapa lama

waktu yang dibutuhkan untuk proses pemulihan agar lahan kembali dapat

dibudidayakan. Untuk mendapatkan informasi awal tentang kerusakan lahan,

maka team survei Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, melakukan

survei pendahuluan ke lokasi yang terkena letusan. Hasil survei

diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar

dan Kediri yang terkena musibah, dalam usaha penanggulangan awal serta

rencana penanggulangan jangka panjang.

II. METODOLOGI

1. Pelaksanaan Survei

Survei pendahuluan ini bersifat peninjauan lapang untuk penjajagan

sampai sejauh mana lahan yang terkena musibah dapat dipulihkan melalui

Page 3: KELUD-LAPORAN

3

usaha-usaha perbaikan sifat-sifat tanah atau sistem pertanaman. Suatu

peta vulkanologi yang memberikan informasi tentang batas-batas areal yang

tertimbun material dibutuhkan sebagai peta dasar; dibedakan atas dasar

tingkat bahaya yaitu: Lokasi Bahaya I, II, III dan IV serta daerah aliran

lahar (Lampiran 1). Pada peta ditentukan jalan pengamatan yaitu memotong

kawasan menuju puncak gunung Kelud. Diambil dua jalur arah Blitar menuju

Kecamatan Nglegok, Penataran, Candi Sewu dan Darungan, serta arah dari

Pupus, Candi Rejo dan Gambar (lihat peta pada Lampiran 1). Untuk setiap

lokasi bahaya dilakukan pengamatan secara visual maupun pengukuran-

pengukuran berbagai parameter tanah. Pengamatan visual meliputi keadaan

vegetasi, iklim, topografi tanah, sumber air, dan sebagainya, sedang

parameter tanah yang diamati meliputi ketebalan timbunan material, dan

sebagainya. Sampel tanah/materi dibawa ke laboratorium untuk dianalisis

beberapa sifat fisik maupun kimianya. •

2. Waktu Pelaksanaan

Survei lapang dilakukan pada tanggal 12 hingga 17 Maret 1990.

III. HASIL SURVEI

1. Pengamatan Secara Visual di Lapang:

Lokasi Bahaya I

Secara visual tampak bahwa areal diseputar puncak menunjukkan

tingkat kerusakan paling besar. Vegetasi hutan dan juga perkebunan

(kopi,cengkeh) disini rusak total, tanpa daun dan hanya tinggal batang

serta cabang cabang besar. Kerusakan mencapai 85-100 % daun terbakar.

Timbunan material mencapai 40 cm dengan bahan pasir kasar disertai batu-

batu koral yang bertebaran dibagian permukaan tanah. Pada lokasi datar,

di permukaan tanah masih dijumpai lapisan berdebu yang cukup tebal

(kurang lebih 2 cm), meskipun dari informasi yang diterima telah terjadi

hujan lebat beberapa kali. Tampaknya tanaman berdaun lebar mempunyai

kepekaan yang tinggi, seperti misalnya: pohon kopi yang sama sekali

gundul. Tanaman pelindung dari jenis lamtoro (Leucaena leucephala)

glirisidia (Gliricidia sepium) relatif tahan dan masih menunjukkan

pertumbuhan normal meskipun menun jukkan kelainan warna daun yang

menampakkan gejala difisiensi nitrogen. Jenis tanaman lain yantahan

adalah Flemingia congesta yang masih tumbuh dengan segar tanpa perubahan

warna. Ketebalan materi yang mencapai 40 cm ini sudah barang tentu

merupakan kendala utama dalam usaha pemulihan dan perlu di teliti lebih

detail. Ketika materi digali, maka terlihat banyak akar yang tumbuh

menembus keatas, namun busuk dan mati. Kemungkinan hal ini akibat

panasnya bahan material tersebut ataupun akibat adanya zat meracun pada

saat letusan terjadi. Pada saat survai dilakukan, tanaman kopi telah

menunjukkan pemunculan tunas-tunas baru.

Page 4: KELUD-LAPORAN

4

Lokasi Bahaya II

Pada kawasan ini timbunan material mencapai ketebalan 20 - 30 cm.

Vegetasi kebanyakan masih tanaman perkebunan dan sedikit tanaman

pekarangan (kelapa, rambutan, pisang). Kerusakan tanaman kopi dan coklat

yang berdaun lebar masih cukup parah meskipun tidak sampai gundul. Daun

daun tua masih bertahan tetapi daun muda rusak dan gugur. Besar

kerusakan antara 50-75 %. Kondisi perakaran tanaman seperti pada lokasi

bahaya I, tanaman kopi, coklat dan cengkeh mulai tumbuh tunas-tunas baru.

Kawasan perkebunan di Lokasi Bahaya II ini masih hijau, namun untuk

pemulihan secara maksimal dibutuhkan cara-cara yang tepat dalam hal

perbaikan kondisi tanah dan air.

Lokasi Bahaya III

Di sini timbunan material mencapai ketebalan 10-20 cm. Kawasan

relatif datar dan didominansi oleh areal tanaman pangan, terutama sawah.

Vegetasi lain meliputi kopi, coklat dan tanaman pekarangan (kelapa,

rambutan dan lain-lain). Besarnya kerusakan meliputi 30-40 %.

Permasalahan utama selain timbul materi yang masih cukup tebal, juga

tersumbatnya saluran-saluran irigasi sehingga air tidak dapat dialirkan

ke sawah. Menurut informasi dari pihak Dinas Pertanian Tanaman Pangan,

tanaman padi sawah yang pada saat letusan berada pada ke fase berbunga,

tidak mengalami hambatan untuk pengisian biji dan tampaknya panen masih

bisa dilaksanakan, asalkan turun hujan. Akan tetapi tanaman padi yang

pada saat letusan masih berada pada fase vegetatif sangat menderita

akibat kekurangan air dan tampaknya panen sama sekali tidak dapat

diharapkan. Pihak Perkebunan Penataran (coklat) tampaknya berusaha untuk

mengatasi masalah timbunan materi dengan jalan membuka timbunan di

seputar tajuk pohon. Pekerjaan ini membutuhkan tambahan biaya yang

tidak kecil. Tujuan membuka permukaan tanah ini antara lain dikatakan

untuk pemberian pupuk (ZA, KCl, TSP, Kieserit).

Lokasi Bahaya IV

Timbunan materi hanya berkisar antara 5-10 cm. Vegetasi terutama

tanaman semusim (padi dan lain-lain) dan tanaman pekarangan. Padi sawah

pada kawasan ini tidak banyak terpengaruh oleh letusan; tetapi tanaman

berdaun lebar seperti pisang, kelapa, masih dipengaruhi. Saluran-saluran

irigasi masih mudah untuk difungsikan dan air dapat mengalir ke

petak-petak sawah. Tanaman padi sawah yang pada saat letusan berada

pada fase vegetatif dapat terus tumbuh ke fase generatif dan panen

tampaknya masih tetap dapat di peroleh secara normal.

Lokasi di Daerah Aliran Lahar

Lokasi yang terkena aliran lahar, terutama untuk lahan sawah

cukup menderita karena sebagian tanaman padi hanyut terbawa arus.

Tanaman padi yang tidak hanyut memperoleh timbunan bahan-bahan material

pasir,debu dan batu-batu kerikil sampai koral yang cukup tebal. Di

Page 5: KELUD-LAPORAN

5

samping itu tampak pula adanya timbunan bahan-bahan organik berupa

sisa-sisa cabang dan ranting pohon yang ikut hanyut. Petak sawah yang

tidak tertimbun memperoleh limpahan materi halus berupa debu atau

lempung. Diduga pengikisan permukaan tanah sepanjang aliran lahar

menyebabkan ikut terkikisnya liat yang kemudian bercampur dengan debu.

Hal menarik di jumpai pada lokasi sawah yang mendapat timbunan

ini adalah bahwa akar tanaman padi dijumpai dalam jumlah banyak di

lapisan material. Diduga akar tanaman tumbuh ke atas karena terdapat

rangsangan tertentu di lapisan material tersebut.

Analisis Material dan Tanah:

Hasil analisis unsur tersedia dalam bahan material tanah

disajikan pada Tabel 1. Contoh mewakili lokasi bahaya I, II, III, dan IV

serta dibedakan antara Vegetasi sawah, kebun kopi/coklat dan daerah

aliran lahar.

IV. PEMBAHASAN

Kerusakan areal pertanian akibat letusan Gunung Kelud ini perlu

mendapat perhatian khusus, bila ingin memperbaiki kembali fungsi lahan.

Meskipun setelah terjadi hujan, dan tanaman telah mulai menunjukkan

pertumbuhan tunas-tunas, namun kita belum dapat memastikan apakah nanti

tunas-tunas ini dapat tumbuh normal serta dapatberproduksi kembali.

Permasalahan jangka pendek bila ditinjau dari segi kesuburan tanah

adalah:

(1) keseimbangan perharaan,

(2) kekurangan air terutama pada bulan-bulan kering,

(3) erosi dari bahan materi halus yang tertimbun, dan

(4) longsor pada tanah-tanah miring dan memperolehbeban materi yang cukup

berat.

Dari hasil analisis tanah (Tabel 1) dapat diketahui bahwa:

(1) Material (pasir, debu) mempunyai pH agak masam, kandungan C, N, K,

dan Mg rendah, dan KTK tidak terukur. Hal ini berarti bahwa di samping

ke empat unsur hara tersebut termasuk rendah, unsur-unsur lain yang

berupa ion tidak dapat di ikat oleh material. Dengan perkataan lain,

unsur-unsur larut dalam air akan segera hilang tercuci atau masuk

kedalam lapisan tanah di bawahnya. Unsur P, S, dan Ca larut cukup

tinggi sehingga dari material terdapat sumbangan ketiga unsur ini bagi

kesuburan tanah.

(2) Analisis contoh perlapisan tanah tidak menunjukkan adanya akumulasi

atau lonjakan konsentrasi unsur yangtinggi,demikian pula tidak ada

perubahan dalam hal sifatfisik dan kimia tanah. Hal ini berarti bahwa

Page 6: KELUD-LAPORAN

6

penimbunan materi letusan tidak menimbulkan efek negatif terhadap

tanaman. Bila, ada maka efek tersebut disebabkan perubahan kondisi fisik

tanah, misalnya kondisi aerasi.

(3) Informasi yang diperoleh dari salah seorang staf Dinas Pertanian

Tanaman Pangan diketahui bahwa pada saat letusan terjadi udara sekitar

lokasi bahaya I menunjukkan adanya bau belerang; sedangkan dari lahar

dingin tercium bau Fosfor.

(4) Hasil analisis kimia pasir/debu (Tabel 1),menunjukkan keadaan unsur

terutama P dan S berturut-turut berkisar antara 12-138 kg P/ha dan 12-120

kg SO4/ha. Jumlah tersebut setara dengan 60-690 kg TSP/ha dan 176-480

kg ZA/ha. Sedang kontribusi unsur K dan Ca dapat dikatakan kecil dan

bahkan unsur N dan Mg tidak terukur. Contoh perhitungan disajikan dalam

Lampiran 1.

Pola penyebaran material pada masing-masing lokasi berbeda,

demikian pula halnya dengan nilai pH dan kadar unsur P, S, K, Na, dan Ca

dalam material tersebut (Gambar 1, 2, 3, 4, 5, dan 6). Dalam Gambar 7,

8, 9, dan 10 disajikan jumlah unsur P, S, K dan Ca setara TSP, ZA, KCl,

dan Kalsit.

Secara umum dapat dikatakan bahwa masalah utama yang

dihadapi petani/pekebun akibat letusan Gunung Kelud pada saat ini

adalah:

(1) Saluran irigasi tertutup sehingga pengaliran air irigasi ke petak-

petak sawah terhambat. Bahan material menghambat pengerjaan tanah

sawah untuk persiapan tanaman.

(2) Pada lahan perkebunan, sulit untuk dilakukan tindakan pemupukan

karena tanah dibawah tajuk tertimbun material. Pembukaan permukaan tanah

akan membutuhkan tambahan biaya.

Sedangkan masalah-masalah yang mungkin akan dihadapi oleh

petani/pekebun pada waktu-waktu mendatang antara lain adalah:

(1) Kekeringan, akibat sumber air mati ataupun daya pemegang air tanah

menjadi rendah akibat penimbunan material.

(2) Penimbunan daerah-daerah cekungan akibat penghanyutan bahan material.

(3) Suhu terlalu tinggi dipermukaan tanah terutamabila material tidak

diangkut ataupun dicampurkan dengan tanah.

(4) Pemulihan pertumbuhan tanaman yang maksimal sulit tercapai ataupun

bila dapat tercapai kemungkinan pengaruh negatif terhadap produksi

tanaman bisa terjadi.

(5) Kemungkinan timbulnya hama atau penyakit tertentu secara eksplosif

akibat terjadi perubahan kondisi lingkungan.

Page 7: KELUD-LAPORAN

7

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil survei pendahuluan ini dapat disimpulkan bahwa lahan

bekas letusan Gunung Kelud perlu diperbaiki baik dari segi tanah maupun

tanaman, sesuai dengan tingkat kerusakannya agar fungsi lahan dapat

dipulihkan.

Bahan timbunan berupa pasir dan debu memberikan kontribusi terutama

unsur P dan S. Agar bahan masukan ini tidak hilang melalui erosi, maka

diperlukan tindakan konservasi.

2. Saran Perbaikan Sementara

Berdasarkan pada pembahasan dimuka maka beberapa saran

penanggulangan dikemukakan sebagai berikut:

A. Bidang Tanah

Bagi lahan perkebunan yang mengalami kerusakan disarankan:

(a) Bila ketebalan timbunan materi > 20 Cm; maka bahan timbunan

disekitar pohon perlu dikurangi hingga ketebalan mencapai 20 Cm agar

pertumbuhan akar tidak terganggu dan tindakan pemupukan dan lain-lain

mudah dilakukan. Tetapi,pada prinsipnya materi tidak boleh diangkut

keluar lahan; terutama materi halus.

(b) Untuk menjaga bahan timbunan hilang karena erosi, diperlukan

tindakan konservasi. Pada lahan-lahan miring perlu ditanam tanaman pagar

secara strip (Strip Cropping). Jenis yang dianjurkan adalah Flemingia

congesta karena tampaknya tanaman ini tidak banyak terpengaruh akibat

timbunan materi.

(c) Di samping itu dianjurkan pula untuk memasukkan bahan organik.

Sumber utama adalah dari tanaman pelindung seperti Gliricidia sepium dan

Leucaena leucephala. Kedua jenis tanaman ini juga masih tetap bertahan

terhadap pengaruh letusan. Bahan berupa pangkasan ditutupkan kepermukaan

tanah sebagai mulsa dan bila jumlahnya banyak dapat dicampur dengan

material pasir.

(d) Pemupukan dilakukan pada bagian diseputar pohon yang telah dibuka

dari bahan timbunan. Jenis pupuk terutama N, K dan Mg (Urea, KCl atau

Dolomit), dengan dosis seperti anjuran Dinas Perkebunan dan diberikan

pada awal dan akhir musim hujan. Sedang unsur P dan S (TSP ataupun

ZA/ZK) untuk sementara tidak perlu di berikan. Cara memupuk yaitu sistem

"band placement" (jalur seputar tanaman).

Page 8: KELUD-LAPORAN

8

Bagi Lahan Sawah yang Memperoleh Timbunan:

Dianjurkan agar segera memperbaiki saluran irigasi dan bila dapat

mengalirkan air irigasi ke petak sawah pada saat pengolahan tanah. Bahan

timbunan dibajak dan diaduk rata dengan tanah asli sehinga memperoleh

kondisi tanah sawah seperti semula . Bila mungkin dimasukkan bahan

organik dari pupuk kandang. Diperlukan pemberian pupuk N, K dan Mg dengan

dosis dan cara seperti dianjurkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan

sebelumnya. Cara pemberian yaitu sistem tugal/lubang ("hole").

Bila lahan sawah tidak dapat memperoleh air irigasi, maka

dianjurkan agar tanah dipersiapkan untuk palawija (jagung, kacang tanah,

kedelai). Dianjurkan agar membuat larikan sesuai dengan jarak tanam dan

bila mungkin pada larikan tersebut diberi pupuk kandang. Pupuk N, K dan

Mg (berupa Urea, KCl atau Dolomit) perlu pula diberikan sepanjang larikan

tersebut. Dosis pupuk seperti dianjurkan oleh Dinas Pertanian Tanaman

Pangan sebelumnya, disesuaikan dengan jenis palawija yang akan ditanam.

Bagi lahan sawah yang terkena aliran lahar:

a. Sementara waktu, lahan dianjurkan untuk ditanami palawija (jagung,

kacang tanah, kedelai).

b. Cara persiapan tanah sama seperti butir (b) di atas.

Program Perbaikan Jangka Panjang

Studi status perharaan tanah akibat penimbunan materi letusan serta

pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pangan maupun

pekebunan.

Studi terhadap penggunaan teknik-teknik konservasi tanah dan air dalam

mencegah kehilangan material dari bahan-bahan vulkanik.8•2‚8(3) Studi

sistem pola tanam terhadap sifat kesuburan tanah dan konservasi tanah

dan air.

Studi terhadap berbagai cara pemulihan pertumbuhan dan produksi

tanaman.

Studi terhadap sifat dan perilaku hama/penyakit tanaman dan cara

pencegahan dini. Judul Penelitian: "Inventarisasi dan Reklamasi Tanah

dan Tanaman di Wilayah letusan Gunung Kelud"

B. Bidang Agronomi

a. Untuk tanaman perkebunan (kopi, coklat) terutama yang menunjukkan

kerusakan berat pada akar (lokasi bahaya I) dianjurkan tanaman agar

dibongkar dan ditanami dengan tanaman yang baru, atau kalau masih

memungkinkan dapat dilakukan dengan pemangkasan berat.

b. Tanaman perkebunan (kopi, coklat) di lokasi bahaya I atau II di mana

perakaran masih baik, maka dianjurkan untuk direjuvinasi atau apabila

Page 9: KELUD-LAPORAN

9

masih memungkinkan dipangkas berat sampai ringan tergantung tingkat

kerusakan pohon.

c. Tanaman kopi, coklat, dan lain-lain pada lokasi bahaya III cukup

dipangkas ringan. Tanah sawah dapat terus diolah dan ditanami

palawija untuk tanaman berikutnya.

d. Untuk tanaman pekarangan yang daun-daunnya rusak (kelapa, pisang, dan

lain-lain) sebaiknya dipotong atau ditanaman tanaman baru.

C. Bidang Hama dan Penyakit

Pelaksanaan sistem peringatan dini (early warning system)dalam

perlindungan tanaman dari serangga “Helopeltis antonii” perlu

ditingkatkan. Namun, secara umum belum tampak adanya peledakan populasi

hama maupun penyakit.

Program Perbaikan Jangka Panjang

(1) Studi status perharaan tanah akibat penimbunan materi letusan serta

pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pangan maupun

pekebunan.

(2) Studi terhadap penggunaan teknik-teknik konservasi tanah dan air

dalam mencegah kehilangan material dari bahan-bahan vulkanik.

(3) Studi sistem pola tanam terhadap sifat kesuburan tanah dan

konservasi tanah dan air.

(4) Studi terhadap berbagai cara pemulihan pertumbuhan dan produksi

tanaman.

(5) Studi terhadap sifat dan perilaku hama/penyakit tanaman dan cara

pencegahan dini.

Judul Penelitian: "Inventarisasi dan Reklamasi Tanah dan Tanaman di

Wilayah letusan Gunung Kelud"

VI. Ucapan Terima Kasih

Terima kasih yang mendalam disampaikan kepada Pemerintah Daerah TK

II Blitar dan Kediri, Dinas Pertanian TK II Blitar, dan Perkebunan

Gambar, atas bantuannya sehingga survei dapat dilaksanakan dengan baik.

Page 10: KELUD-LAPORAN

10

TEAM SURVEI

Pelindung : Rektor Universitas Brawijaya Malang

Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang

Pengarah : Dr.Ir. Slamet Setijono, MSc (Kesuburan Tanah)

Dr.Ir. Wani Hadi Utomo (Fisika Tanah)

Ketua team : Dr.Ir. Syekhfani, MS. (Kesuburan Tanah)

Wakil Ketua : Dr.Ir. Nur Basuki (Agronomi)

Anggota team : Dr.Ir. Gatot Mudjiono, MS (Hama Penyakit)

Ir. A. Mukri Prabowo, M. Agr.Sc(Pedologi)

Ir. EkoHandayanto, MSc.(Biologi Tanah)

Ir. Sumeru Ashari, M.Agr.Sc. (Agronomi)

Ir. Zaenal Kusuma, SU (Pengawetan Tanah)

Ir. Heru (HMIT)

Ir. Beny Imam Safii (HMIT)

Rudi Eko Subandiono (HMIT)

Judiantoro (HMIT)

LAMPIRAN

CONTOH PERHITUNGAN TAFSIRAN UNSUR YANG DAPAT DIHARAPKAN

Dasar:

- Analisis unsur dari pasir/debu

- Ketebalan pasir/debu

- BJ. pasir/debu

Bobot = Luas x BJ x Tebal

Unsur = Bobot x Kadar Unsur

Contoh: Kebun Gambar

- Kadar P tersedia = 17 ppm

- Kadar SO4 tersedia = 17 ppm

- BJ pasir/debu = 2.3

- Ketebalan = 22 Cm2‚ P tersedia/ha:

= 2.3 x 22 x 106 x 17 mg

= 8.6 x 107 mg

= 86 kg P/ha

==

86 kg P/ha setara 420 kg TSP/ha

== ===

2‚10S tersedia/ha:

= 2.3 x 22 x 106 x 17 mg

= 86 kg SO4/ha

86 kg SO4/ha setara 344 kg ZA/ha

== ==