studi geomorfologi kabupaten kediri dan pemodelan bahaya aliran … · piroklastik yang mengalir...

61
STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN LAHAR GUNUNGAPI KELUD ARDLI SWARDANA DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Upload: hanhu

Post on 16-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN

PEMODELAN BAHAYA ALIRAN LAHAR

GUNUNGAPI KELUD

ARDLI SWARDANA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Geomorfologi

Kabupaten Kediri dan Pemodelan Bahaya Aliran Lahar Gunungapi Kelud adalah

benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Ardli Swardana

NIM A14080010

Page 3: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

ABSTRAK

ARDLI SWARDANA. Studi Geomorfologi Kabupaten Kediri dan Pemodelan

Bahaya Aliran Lahar Gunungapi Kelud. Dibimbing oleh BOEDI TJAHJONO dan

BABA BARUS.

Gunungapi Kelud di Jawa Timur merupakan gunungapi aktif yang sering

melahirkan aliran lahar. Lahar merupakan campuran air dengan bahan-bahan

piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya

lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan bencana alam di wilayah sekitarnya,

antara lain di Kabupaten Kediri. Aliran lahar tersebut merusak daerah-daerah yang

dilewatinya dan menelan banyak korban jiwa. Pada letusan tahun 1990, misalnya,

lahar Gunungapi Kelud telah menelan korban 33 orang dan menimbulkan banyak

kerusakan di wilayah Kecamatan Puncu dan Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten

Kediri. Melihat sejarah tersebut, maka studi bahaya aliran lahar sangat diperlukan

untuk mendukung penanggulangan bencana dan menunjang pembangunan di

Kabupaten Kediri. Penelitian ini bertujuan (1) mempelajari geomorfologi wilayah

Kabupaten Kediri dan (2) melakukan analisis morfometri bentuklahan untuk

pemodelan daerah bahaya aliran lahar Gunungapi Kelud di Kabupaten Kediri.

Metode yang digunakan untuk menilai bahaya lahar merupakan analisis

geomorfologi (morfometri) dengan memanfaatkan sistem informasi geografis

(SIG). Daerah bahaya aliran lahar dibagi menjadi 2, yaitu daerah proksimal dan

daerah medial serta distal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuklahan yang

terdapat di Kabupaten Kediri didominasi oleh bentuklahan asal proses vulkanik

dan fluvial. Dataran fluvio-vulkanik Gunungapi Kelud merupakan bentuklahan

terluas yang meliput 52,44% dari luas Kabupaten Kediri, sedangkan bentuklahan

terkecil adalah perbukitan vulkanik (0,06%). Hasil analisis bahaya aliran lahar

menunjukkan bahwa untuk daerah proksimal, DAS Puncu (Kecamatan Puncu)

dan DAS Mangli (Kecamatan Kepung) merupakan DAS yang mempunyai tingkat

bahaya melahirkan lahar yang paling tinggi. Sebaliknya DAS Petungkobong

(Kecamatan Ngancar) mempunyai tingkat bahaya paling rendah. Adapun untuk

daerah medial dan distal, Sungai Konto (Kecamatan Kepung) merupakan sungai

yang mempunyai nilai bahaya lahar paling kecil, sebaliknya Sungai Sumberagung

mempunyai nilai bahaya lahar paling besar. Bahaya luapan lahar di wilayah

medial dan distal terdapat di sekitar alur sungai dan dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu bahaya luapan tinggi dan luapan sedang, yang didasarkan pada sejarah

bencana lahar di masa lalu. Bahaya luapan lahar yang lain (BLP) diakibatkan oleh

adanya perubahan kemiringan lereng sungai. Wilayah bahaya tersebut berada di

atas bentuklahan gabungan kipas laharik, yaitu pada titik-titik perubahan lereng

dari kerucut vulkanik ke dataran fluvio-vulkanik.

Kata kunci : geomorfologi, gunungapi Kelud, bahaya, lahar

Page 4: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

ABSTRACT

ARDLI SWARDANA. Geomorphological Study of Kediri Region and Modelling

of Lahar Hazard from Kelud Volcano. Supervised by BOEDI TJAHJONO and

BABA BARUS .

Kelud Volcano (East Java) is an active volcano which often to occured the

lahar flow. Lahar is a mixture of water and pyroclastic materials flowing down the

river valleys. Historically lahar of Kelud often produced natural disasters, like in

Kediri Regency, destroying everything through which it passed and claimed many

lives. From 1990 eruption, for example, lahar of Kelud has killed 33 people and

caused a lot of damages in Puncu and Plosoklaten Districts of Kediri Regency.

Based on those disaster historical data, the lahar hazard studies of Kelud are

needed to support disaster relief program and also for supporting development of

Kediri Regency. This reasearch aims (1) to study geomorphology of the Kediri

region and (2) to perform morphometric analysis of landforms for modeling lahar

hazard generated from Kelud volcano. The method used is a geomorphological

analysis (morphometry) using geographic information system (GIS). In lahar

hazard assessment, the region is divided into two areas, namely proximal area and

medial-distal area. The results showed that geomorphology of Kediri Regency

dominated by volcanic and fluvial landforms. Fluvio-volcanic plains of Kelud

Volcano is the largest landform that covers 52,44 % of Kediri region, while the

smallest one is hilly volcanic landforms (0,06 %). The result of lahar hazard

analysis showed that for proximal area, watershed of Puncu (Puncu District) and

watershed of Mangli (Kepung District) were the most hazardous watershed to

produce lahar, conversely watershed of Petungkobong (Ngancar District) was the

lowest one. As for the medial and distal areas, Konto River (Kepung District) has

the lowest value for lahar hazard, otherwise Sumberagung River has the greatest

one. The hazard of lahar’s overflow for the medial and distal areas were located in

along the vicinity of river valey, and it can be divided into two categories, i.e. high

and moderate hazards. The categories were based on historical lahar disaster of

Kelud in the past time. Another type of lahar hazard (BLP) was caused by the

change of river slope, where the areas were situated up on coalescent laharic fans

landforms, or at the points of break of slope from Kelud’s volcanic cone to fluvio-

volcanic plains.

Keywords : geomorphology, Kelud Volcano, hazard, lahar

Page 5: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN

PEMODELAN BAHAYA ALIRAN LAHAR

GUNUNGAPI KELUD

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

ARDLI SWARDANA

Page 6: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan
Page 7: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

Judul Skripsi : Studi Geomorfologi Kabupaten Kediri dan Pemodelan Bahaya

Aliran Lahar Gunungapi Kelud

Nama : Ardli Swardana

NIM : A14080010

Disetujui oleh

Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc.

Pembimbing I

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc.

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc.

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

Judul Skripsi: Studi Geomorfologi Kabupaten Kediri dan Pemodelan Bahaya Aliran Lahar Gunungapi Kelud

Nama : Ardli Swardana NIM : A14080010

Disetujui oleh

~~ ~

Dr. Boedi Tjahjono, MoSco Dr. Ir. Baba Barus, MoSco _Pembimbing I Pembimbing II

Tanggal Lulus: J 6 JJl.N 2014

Page 9: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Studi

Geomorfologi Kabupaten Kediri dan Pemodelan Bahaya Aliran Lahar Gunungapi

Kelud”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc. dan Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. atas teladan,

bimbingan, ide, kritik, saran, kesabaran, motivasi dan ilmu yang diajarkan

selama penulis menempuh pendidikan.

2. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc. sebagai Penguji atas kritik dan

sarannya.

3. Ir. Bambang Hendro Trisasongko, M.Sc. M.Si. atas bantuan peralatan

lapangan.

4. BAPPEDA dan BPS Kabupaten Kediri atas data yang diberikan.

5. Bapak Warli dan Ibu Lilik Kuswidarti selaku Orangtua atas perhatian,

kasih sayang, kesabaran, motivasi, pengorbanan dan doa yang tidak pernah

putus.

6. Ery Yustiawan, adik tersayang atas segala dukungannya.

7. Maghfirah Sandi Pratama Putri yang selalu mendukung dan memberi

motivasi kepada penulis.

8. Rekan-rekan MSL’45 dan Panjen untuk kebersamaan dan dukungannya.

9. Staf tata usaha dan studio yang senantiasa membantu penulis dalam

menyelesaikan penelitian.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi

ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi

ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.

Bogor, Januari 2014

Page 10: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

METODOLOGI PENELITIAN 6

Waktu dan Tempat 6

Bahan dan Alat 7

Metode Penelitian 7

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 11

Lokasi Penelitian 11

Topografi 13

Iklim 15

Geologi 16

Tanah 16

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Analisis Geomorfologi Kabupaten Kediri 17

Jenis Bentuklahan di Kabupaten Kediri 18

Analisis Bahaya Aliran Lahar Gunungapi Kelud 24

Hasil Wawancara Masyarakat terkait Kebencanaan di Kabupaten

Kediri 33

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 48

Page 11: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan
Page 12: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

DAFTAR TABEL

1 Mekanisme pemicu terjadinya lahar beserta tahu kejadiannya

di Gunungapi Kelud 5

2 Data dan peta yang digunakan dalam penelitian 7

3 Bentuklahan di Kabupaten Kediri 19

4 Kerapatan aliran sungai di DAS proksimal, curah hujan, gradien

sungai, dan Wh 25

5 Penilaian bahaya aliran Lahar Medial dan Distal di Gunungapi

Kelud 29

DAFTAR GAMBAR

1 Proses muncul dan perkembangan kubah lava dari kawah Gunungapi

Kelud 3

2 Produk letusan Gunungapi 4

3 Lahar dingin dari Gunungapi Merapi yang menerjang Sungai Code 6

4 Peta daerah penelitian 7

5 Diagram alir penelitian 12

6 Peta batas administrasi Kabupaten Kediri 13

7 Peta ketinggian tempat Kabupaten Kediri 14

8 Peta lereng Kabupaten Kediri 14

9 Peta curah hujan dan sebaran stasiun klimatologi di DAS Brantas

Kabaupaten Kediri 15

10 Peta geologi Kabupaten Kediri 16

11 Peta jenis tanah Kabupaten Kediri 17

12 Perbedaan morfologi Gunungapi Kelud dan Wilis dilihat dari citra

satelit SRTM resolusi 90 m 18

13 Peta bentuklahan Kabupaten Kediri 20

14 Lembah Sungai Ngobo, Lembah Sungai Konto, Dataran Fluvio

Vulkanik Gunungapi Kelud kondisi sebenarnya dan kenampakan dari

citra GeoEye 21

15 Kerucut vulkanik Gunungapi Kelud 22

16 Lembah sungai vulkanik Gunungapi Kelud DAS Gedog 23

Page 13: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

17 Gabungan kipas laharik Gunungapi Kelud 24

18 Peta DAS proksimal Gunungapi Kelud Kabupaten Kediri 26

19 Peta bahaya aliran lahar proksimal Gunungapi Kelud Kabupaten

Kediri 27

20 Aliran lahar di Sungai Gedog tahun 1901 28

21 Peta titik survey sungai medial dan distal Kabupaten Kediri 28

22 Peta bahaya aliran lahar medial dan distal Gunungapi Kelud 30

23 Peta bahaya aliran lahar medial dan distal Kecamatan Badas,

Kabupaten Kediri 31

24 Foto cek dam Konto rusak karena terjangan lahar di Desa Oro-Oro

Ombo, Kecamatan Kandangan 32

25 Foto upaya masyarakat Desa Lestari dalam menghadapi terjangan

lahar yang melanda tahun 1990 32

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lembar wawancara untuk masyarakat 38

2 Tabel Stasiun Klimatologi beserta Besar Curah Hujan Tahunan 44

3 Cara pengukuran dan perhitungan lembah sungai-sungai medial dan

distal Gunungapi Kelud 45

4 Tabel lebar, tinggi tebing, luas, dan volume sungai-sungai medial dan

distal Kab. Kediri 46

Page 14: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang kawasannya dilalui oleh jalur

gunungapi. Gunungapi-gunungapi tersebut menjadi bagian dari ring of fire yang

terbentang memanjang di sekeliling Samudera Pasifik. Negeri Nusantara

merupakan salah satu bagian daripadanya yang dibentuk oleh hasil proses

pertemuan lempeng tektonik sehingga juga merupakan wilayah aktif tektonik

(gempa bumi). Fenomena ini membawa konsekuensi logis yang menjadikan

Indonesia sebagai wilayah yang rawan terhadap bencana alam (Putra 2011).

Letusan gunungapi merupakan ancaman bagi makhluk hidup yang berada di

sekitarnya. Ancaman yang dimaksud berupa bahaya primer maupun sekunder.

Bahaya primer letusan gunungapi antara lain berupa gas vulkanik, aliran lava, dan

aliran awan panas yang mengandung debu, pasir, dan bebatuan yang sangat panas.

Bahaya sekunder yang sering terjadi di Indonesia adalah aliran lahar. Lahar

merupakan suatu aliran yang terdiri dari campuran antara bahan-bahan piroklastik

(tephra) dengan air yang mengalir dari puncak gunungapi ke lereng bawah. Aliran

lahar dapat mencapai jarak puluhan kilometer, sehingga aliran ini sering

menimbulkan bencana alam di sekitar aliran sungai. Korban aliran lahar dari

letusan Gunungapi Merapi tahun 2010, contohnya, adalah mereka yang tinggal di

bantaran sungai di kawasan lindung. Mereka terkena luapan sungai yang

mengandung pasir dan bebatuan (Suhardjo 2010).

Menurut Yunita et al. (2008) Gunungapi Kelud memiliki interval letusan

rata-rata 20 tahun, sedangkan jarak antar dua letusan terakhir hanya 17 tahun.

Dalam sejarah letusan, semua erupsi Gunungapi Kelud terjadi secara eksplosif

dari tipe letusan plinian dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) antara 3 sampai

5 dan juga berasosiasi dengan syn-eruptive lahars (De Belizal et al. 2011).

Letusan Gunungapi Kelud yang terjadi tahun 1586 merupakan letusan yang

paling banyak menimbulkan korban jiwa, yaitu mencapai 10.000 orang meninggal

dibandingkan dengan letusan-letusan berikutnya. Mulai Abad 20, gunungapi ini

setidaknya telah enam kali mengalami letusan, yaitu berturut-turut tahun 1901,

1919, 1951, 1966, 1990, dan 2007 dan menelan korban jiwa seluruhnya mencapai

5.400 jiwa (Dinas Komunikasi dan Informatika 2011). Dari keenam letusan

tersebut, letusan tahun 1919 merupakan letusan yang melahirkan lahar paling

merusak ketika volume air terbesar meluap dari danau kawah. Letusan

melimpaskan 40 juta m3 air yang membentuk lahar hingga sejauh 37 km ke arah

hilir. Lahar ini melanda areal hingga seluas 130 km2 (Scrivenor 1929). Letusan

tahun tersebut telah menelan 5.160 jiwa manusia, 104 desa rusak berat, 5.050

hektar lahan pertanian rusak berat, dan korban ternak mencapai 1.571 ekor. Pada

kejadian ini, aliran lahar merupakan faktor penyebab utama bencana.

Belajar dari pengalaman letusan 1919, upaya-upaya mitigasi telah dilakukan

oleh pemerintah pada waktu itu dengan membangun terowongan untuk

menurunkan permukaan air danau kawah hingga 50 meter sehingga dapat

mengurangi volume air danau kawah hingga sekitar 2 juta m3 (Scrivenor 1929;

Zen dan Hadikusumo 1965). Berkat terowongan tersebut, lahar yang terbentuk

pada letusan 1951 menjadi kecil meskipun kejadian ini tetap membawa korban

Page 15: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

2

jiwa sebanyak 7 orang; 3 orang diantaranya adalah pegawai Dinas Vulkanologi

yang sedang bertugas, yaitu Suwarna Atmadja, Diman, dan Napan. Korban lain

sebanyak 157 orang hanya mengalami luka-luka, sedangkan kerusakan fisik

meliputi areal perkebunan dan kehutanan yang mencapai luas sekitar 320 hektar

(Dinas Komunikasi dan Informatika 2011).

Letusan berikutnya, yaitu pada 26 April 1966 pukul 20.15, juga melahirkan

aliran lahar yang mengalir di Kali Badak, Kali Putih, Kali Ngobo, Kali Konto, dan

Kali Semut. Korban manusia mencapai 210 orang dan 86 orang luka-luka. Aliran

lahar ini dampaknya mencapai daerah Jatilengger dan Atas Kedawung

(Kusumadinata 1979).

Letusan tahun 1990 dimulai pukul 11.41 dengan tipe letusan freatik.

Piroklastik berukuran lapili jatuh di stasiun pengamat gunungapi di Margomulyo

(Kecamatan Ngancar) atau sekitar 7 km arah ke barat dari danau kawah. Letusan

berlangsung sampai pukul 17.00 dan hujan abu terus terjadi pada malam hari

(Lesage dan Surono 1993). Lahar yang terjadi tahun tersebut, mengangkut 40%

volume dari piroklastik yang dideposisikan di lembah-lembah gunungapi. Daya

angkut yang besar ini menggambarkan tingginya daya tampung pada sistem

drainase radial di Gunungapi Kelud. Adanya sistem drainase radial ditambah

dengan kondisi curah hujan yang tinggi (2.100-2.600 mm) selama musim hujan di

Gunungapi Kelud menyebabkan hujan sebagai pemicu terbentuknya lahar selama

dan pasca erupsi (Bourdier et al. 1997). Daerah yang mengalami kerusakan akibat

erupsi langsung sesungguhnya mempunyai luasan relatif kecil, hanya berada

dalam radius sekitar 2 km dari kawah, namun sebaran abu letusan cukup luas

hingga mencapai areal seluas sekitar 1.700 km2. Kerusakan rumah penduduk dan

fasilitas publik umumnya disebabkan oleh hujan abu yang terakumulasi di atas

atap rumah. Ada sekitar 500 rumah dan 50 gedung sekolah rusak pada jarak 15

km dari pusat letusan, sedangkan korban jiwa tercatat mencapai 33 orang

(Matahelumual 1982 dan Alzwar 1985 dalam Bronto 2001).

Gunungapi Kelud kembali mengalami erupsi pada tahun 2007. Pada 10

September 2007 terjadi 15 kali gempa bumi vulkanik yang berasal dari kedalaman

2 sampai 3,5 km di bawah permukaan danau kawah (Kelut Volcano Observatory

reports 2007 dalam De Belizal et al. 2011). Peningkatan aktivitas vulkanik

Gunungapi Kelud terjadi lagi pada 16 Oktober 2007 dan penduduk yang tinggal

dalam radius 10 km dari pusat letusan telah mengungsi karena status bahaya

vulkanik dinaikkan dari tingkat “waspada” menjadi “awas”. Aktivitas vulkanik

pada tahun tersebut memunculkan gejala baru, yaitu letusan terjadi secara non

eksplosif dan asap putih muncul di tengah danau kawah yang diikuti dengan

munculnya sumbat lava (lava plug). Fenomena ini terjadi pada tanggal 5

November 2007 dan sumbat lava terus "tumbuh" hingga memiliki garis tengah

100 meter. Para ahli menganggap sumbat lava ini telah menyumbat saluran

magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi letusan yang ada dipakai

untuk mendorong sumbat lava hasil letusan tahun 1990 (Dinas Komunikasi dan

Informatika 2011).

Terkait dengan aktivitas Gunungapi Kelud yang tinggi ini, maka perlu

dilakukan pemetaan daerah bahaya aliran lahar Gunungapi Kelud, jika perlu

sampai pada skala besar (kecamatan) agar dapat diketahui objek-objek dan

infrastruktur yang berada dalam bahaya tinggi (Subagio dan Dewandari 2008).

Kegiatan seperti ini sangat membantu untuk penanggulangan bencana alam

Page 16: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

3

maupun kegiatan-kegiatan lain seperti perencanaan tata ruang wilayah atau yang

lainnya. Selain itu, pemetaan bahaya aliran lahar dapat digunakan untuk

melakukan prediksi kejadian lahar di masa yang akan datang dengan merunut

sejarah terjadinya lahar di waktu yang lalu (Iverson et al. 1998).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan (1) mempelajari geomorfologi di Kabupaten Kediri

dan (2) melakukan analisis morfometri bentuklahan untuk pemodelan daerah

bahaya aliran lahar Gunungapi Kelud di Kabupaten Kediri.

Manfaat Penelitian

Informasi yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

yang memerlukan informasi tentang daerah bahaya aliran lahar Gunungapi Kelud,

khususnya untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri sebagai penanggung

jawab pengelolaan daerah serta untuk mendukung progam mitigasi bencana alam

di Kabupaten Kediri.

TINJAUAN PUSTAKA

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan

bumi, terutama terkait dengan sifatnya, asal mula, proses perkembangan, dan

komposisi materialnya (Cooke dan Doornkamp 1990). Tjahjono et al. (2001)

lebih jauh menguraikan bahwa geomorfologi merupakan suatu pemerian dan

penjelasan bentuklahan yang mencakup aspek-aspek morfologi (morfografi dan

morfometri), morfogenesis (proses geomorfik endogen dan eksogen),

morfokronologi (dalam ruang dan waktu), serta struktur dan litologi penyusunnya.

Contoh proses geomorfik dan perubahan bentuklahan bisa diambil dari

Gunungapi Kelud, misalnya, sebelum tahun 2007, Gunungapi Kelud mempunyai

danau kawah di bagian puncaknya. Namun, aktivitas vulkanik tahun 2007

melahirkan sumbat lava di tengah-tengah kawah, sehingga danau kawah tersebut

mengering dan terisi oleh sumbat lava. Munculnya sumbat lava merupakan contoh

aktivitas dari dalam bumi atau disebut proses endogenik (Gambar 1).

(a) (b)

Page 17: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

4

(c) (d)

Gambar 1 Proses muncul dan perkembangan kubah lava dari kawah Gunungapi Kelud: danau

kawah sebelum aktivitas Gununapi Kelud tahun 2007 (a); awal munculnya kubah lava

(b); tumbuhnya diameter kubah lava tahun 2009 (c); dan kenampakan kubah lava

tahun 2012 mengalami proses denudasi sehingga mengurangi sedikit kemiringan

lereng (d) (Sumber: www.Kampungkelud.com diakses 23 Desember 2013)

Hasil kajian geomorfologi umumnya dapat digunakan untuk berbagai

aplikasi, terutama untuk pengelolaan lingkungan (Cooke dan Doornkamp 1990),

seperti perencanaan mitigasi bencana. Penelitian Asriningrum (2008) merupakan

salah satu contoh studi geomorfologi terkait dengan gunungapi yang

menggunakan citra Landsat untuk mitigasi bahaya letusan.

Menurut MacDonald (1972) dalam Bronto (2001), gunungapi adalah suatu

tempat terbuka (corong) yang batuan kental pijar dan gas keluar dari dalam perut

bumi menuju ke permukaan, sedangkan bahan batuan yang terkumpul di

sekeliling corong tersebut membentuk suatu bukit menjadi sebuah gunung.

Selain produk-produk primer letusan gunungapi (Gambar 2a), terdapat pula

produk-produk sekunder. Salah satu produk tersebut dinamakan lahar (Gambar

2b). Lahar merupakan suatu terminologi yang menggambarkan suatu aliran

berkonsentrasi tinggi berupa campuran antara runtuhan batuan, lumpur, pasir, dan

air yang datang dari suatu gunungapi. Istilah lahar berasal dari Bahasa Jawa yang

telah dikenalkan oleh Van Bammelen (1949) dalam Bronto (2001) kepada dunia

internasional. Lahar umumnya diartikan sebagai aliran debris, aliran transisional,

atau aliran hyperconcentrated yang berasal dari gunungapi (Vallance 1999). Lahar

tergolong aliran debris jika konsentrasi sedimen sekitar 60% (volume) dan 80%

(berat), sedangkan lahar termasuk aliran hyperconcentrated jika konsentrasi

sedimen berkisar antara volume 20-60% dan beratnya berkisar antara 40-80%

(Beverage and Cullberston 1964 dalam Lavigne et al. 2000).

Gambar 2 Produk letusan Gunungapi: Tumpukan material dari letusan Gunungapi Kelud tahun 1919 (2a)

dan foto kejadian lahar akibat dari letusan Gunungapi Kelud tahun 1901 (2b). (Sumber:

commons.wikimedia.org/wiki/file: collective_Tropenmuseum 1901-1931) diakses 23

Desember 2013.

(a) (b)

Page 18: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

5

Pada kasus tertentu, terbentuknya lahar ada kaitannya dengan keberadaan

danau kawah. Salah satu Gunungapi di Indonesia yang mempunyai danau kawah

di atasnya adalah Gunungapi Kelud. Bahan abu vulkanik yang mengendap di

dasar kepundan menyebabkan kawah menjadi kedap air, sehingga kawah dapat

terisi air (Aisyah dan Purnamawati 2012). Erupsi eksplosif gunungapi yang

memiliki danau kawah biasanya disertai dengan peristiwa tumpahnya air danau

kawah sehingga terbentuklah aliran lahar. Danau kawah umumnya mengandung

Sulfur, kemasamannya tinggi, dan suhunya dapat mencapai 40 °C selama proses

letusan (Kusumosubroto 2012).

Menurut Thornbury (1969) dan Wiradisastra et al. (2002) ada empat

penyebab terbentuknya lahar, yaitu

1. Hujan jatuh di atas endapan piroklastik

2. Aliran piroklastik masuk ke dalam sungai

3. Danau kawah tumpah

4. Mencairnya es/salju di puncak gunungapi

Tabel 1 berikut memaparkan mekanisme pemicu timbulnya lahar

berdasarkan tahun kejadiannya di Gunungapi Kelud beserta pemicunya (James W.

Vallance 2006 dalam Kusumosubroto 2012 dan Matahelumual 1982 dan Alzwar

1985 dalam Bronto 2001):

Tabel 1 Mekanisme pemicu terjadinya lahar beserta tahun kejadiannya di

Gunungapi Kelud

Mekanisme Pemicu Tahun Kejadian Catatan

Tumpahan Air Danau

Kawah

1826 65 Desa Hancur

1848 11 Desa Hancur

1864, 1901 -

1919 Menumpahkan 40 juta m3 air danau kawah.

Awal tahun 1923 dibuat terowongan untuk

mengurangi volume air kawah hingga

tersisa 2 juta m3

1966 Danau kawah didrainasi 1967. Saat itu,

volume danau kawah 21.6 juta m3.

Danau Kawah Hancur

1875 Dinding kawah sisi barat runtuh, 30 desa

hancur

1990 Lahar sekunder terjadi 1 bulan pasca

letusan. Volume danau kawah 2.5 juta m3

Lahar dibedakan menjadi dua macam, yaitu lahar primer dan lahar sekunder.

Lahar primer atau lahar letusan terbentuk dari gunungapi yang memiliki danau

kawah, seperti Gunungapi Kelud di Jawa Timur atau Gunungapi Galunggung di

Jawa Barat. Apabila volume air dalam danau kawah cukup besar, maka saat

terjadi letusan dapat menumpahkan lumpur panas. Suhu lahar letusan dapat

mencapai di atas 100 °C dan jika melanda suatu daerah bisa menimbulkan banyak

korban dan kerusakan (Aisyah dan Purnamawati 2012). Lahar sekunder/hujan

terbentuk dari endapan piroklastik yang belum terkonsolidasi, yang jenuh dengan

air (hujan) dalam jumlah memadai, seperti lahar hujan di Gunungapi Merapi

(Gambar 3) dan Gunungapi Semeru (Kusumosubroto 2012). Material piroklastika

mulai dari bongkah, bom vulkanik, lapili, dan debu vulkanik bercampur dengan

air dan bergerak ke bawah, melalui lembah-lembah pada lereng gunungapi.

Karena densitasnya yang besar dan geraknya dikendalikan oleh gaya berat dan

Page 19: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

6

topografi, maka aliran lahar mampu mengangkut bongkah-bongkah ukuran besar

sampai jarak yang sangat jauh (Aisyah dan Purnamawati 2012). Variabel-variabel

yang mempengaruhi bahaya lahar gunungapi adalah curah hujan, volume material

(Megawati dan Soedjono 2011), kemiringan lereng sungai (Aisyah dan

Purnamawati 2012), dan sejarah terlandanya lahar di suatu tempat (Iverson et al.

1998). Dalam hal ini, variabel geomorfologi sebagai variabel utama yang

mempengaruhi bahaya gunungapi (Ayala 1999) dan aliran lahar dapat dinyatakan

sebagai bahaya jika aliran tersebut meluap keluar lembah dan melanda wilayah

permukiman.

Gambar 3 Lahar dingin dari Gununapi Merapi yang menerjang Kali Code (Hapsari 2012)

(Sumber:http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/12/02/02/lyr2g2-

seorang-perempuan-ditemukan-tewas-di-jalur-lahar-gunung-kelud (23 Desember

2013).

Bahaya (hazard) menurut Sagita dan Widiyanto (2010) merupakan suatu

kondisi yang mengancam keberlangsungan hidup manusia, kehilangan harta

benda, dan kerusakan lingkungan. WMO (1999) dalam Sagita dan Widiyanto

(2010) juga mengemukakan bahwa bahaya adalah kemungkinan kejadian yang

mengancam suatu tempat dalam kurun waktu tertentu. Tilling (1989) dalam

Bronto (2001) mengemukakan bahwa bahaya gunungapi adalah kemungkinan

suatu daerah dilanda proses-proses vulkanik yang berpotensi merusak pada waktu

tertentu.

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai bulan Maret 2013.

Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa

Timur dengan luas wilayah 1.386,05 km2. Secara astronomis, Kabupaten Kediri

terletak pada koordinat geografis 7º36‟12” - 8º0‟32” LS dan 111º47‟05” -

112º18‟20” BT, adapun analisis data dilakukan di Laboratorium Penginderaan

Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Untuk penelitian di lapangan

dilakukan sesudahnya, meliputi wilayah yang terancam oleh aliran lahar dari

Gunungapi Kelud. Gambar 4 berikut menampilkan peta daerah penelitian.

Page 20: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

7

Gambar 4 Peta Daerah Penelitian (Kabupaten Kediri)

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer (lapangan) dan

data sekunder. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat

komputer dan beberapa software seperti ArcGIS 9.3, Global Mapper 12, dan

Google Earth. Untuk survei lapangan digunakan peralatan berupa GPS, alat

pengukur kedalaman lembah (Lasser), kamera digital, peta topografik, dan peta

tematik (seperti peta bentuklahan).

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui 5 tahapan seperti diuraikan berikut ini:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap pengumpulan literatur dan data sekunder.

Data yang disiapkan untuk penelitian ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian

No. Nama Bahan Spesifikasi

Skala

Sumber Data

1. Citra GeoEye dengan tampalan mulai

tahun 2003-2012 wilayah Kabupaten

Kediri

GoogleEarth

2. SRTM Resolusi 90 m Jawa Timur www.USGS.glovis.com

3. Peta batas administrasi Kabupaten Kediri

tahun 2010, BAPEDA, Kab. Kediri

1:228.151 BAPPEDA Kabupaten Kediri

4. Peta geologi Kabupaten Kediri tahun

2010, BAPEDA, Kab. Kediri

1:228.151 BAPPEDA Kabupaten Kediri

5.

Titik koordinat stasiun klimatologi DAS

Brantas beserta curah hujan tahunan

tahun 1990-2002

(Hasan 2003)

Page 21: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

8

2. Tahap Pengolahan dan Interpretasi Data

Tahap pengolahan dan interpretasi data meliputi pembuatan peta

bentuklahan tentatif (sementara) hasil dari interpretasi SRTM 90 m dan peta curah

hujan dengan metode isohyet. Berikut proses pembuatan peta-peta tersebut:

a. Pembuatan Peta Bentuklahan

Bahan yang digunakan adalah peta sungai, peta kontur, Citra GeoEye,

SRTM 90 m, dan peta geologi. Peta kontur dan peta sungai diperoleh dari citra

SRTM 90 m. Peta Kontur dibuat dengan interval kontur (IC) = 12,5 meter dan

peta sungai dengan kedalaman isian 10 meter. Keduanya dihasilkan dari software

Global Mapper 12, dengan menggunakan berturut-turut tools “create contour”

dan “create watershed”. Selanjutnya, data diekspor dalam bentuk file shapefile

(shp). Kedua data tersebut digunakan untuk membantu interpretasi bentuklahan

(landform) secara visual di atas citra SRTM maupun GeoEye dengan

menggunakan software ArcGIS 9.3. Penggunaan Citra GeoEye diperlukan untuk

mengidentifikasi dan memetakan bentuklahan lembah sungai terutama di daerah

hilir (dataran). Hasil interpretasi ini selanjutnya akan dicek kebenarannya pada

tahap kerja lapangan.

b. Pembuatan Peta Curah Hujan

Peta curah hujan dibuat dengan software ArcGIS 9.3 menggunakan metode

isohyet. Extension Spatial Analyst pada ArcGIS 9.3 memberikan dua pilihan

metode interpolasi, yaitu metode spline dan IDW (Inverse Distance Weighted).

Metode Spline mempunyai kemiripan dengan metode isohyet dalam proses

analisisnya. Metode ini dipakai untuk menentukan hujan rata-rata pada daerah

dengan penyebaran stasiun atau pos pengamatan hujan yang tidak merata. Selain

itu, metode ini dapat menaksir nilai garis isohyet berdasarkan jarak terhadap nilai

garis isohyet yang mewakili suatu titik (Ria 2008).

Penelitian ini menggunakan metode spline untuk perhitungan curah hujan di

wilayah penelitian. Metode Spline adalah metode yang menghubungkan titik-titik

yang sama nilainya dengan mempertimbangkan titik-titik lain yang berbeda

nilainya serta mampu memperkirakan nilai suatu daerah berdasarkan jarak titik-

titik tersebut. Berbeda dengan metode IDW, metode ini mempertimbangkan

varian kumpulan titik berdasarkan fungsi jarak dari setiap titik yang diinterpolasi

dimana metode ini mempunyai kemiripan dengan metode polygon Thiessen (Ria

2008).

3. Tahap Kerja Lapang

Kerja lapang dilakukan dengan tujuan unuk mengetahui kebenaran peta

bentuklahan tentatif dan untuk memperoleh data primer melalui observasi

lapangan seperti wawancara dengan masyarakat setempat, yaitu meliputi 21

kecamatan yang dilewati oleh sungai-sungai yang berhulu di Gunungapi Kelud

dan mempunyai hilir di Sungai Brantas. Selain itu, dilakukan pula pengukuran

morfometri bentuklahan, berupa kedalaman dan lebar lembah sungai. Tujuan

wawancara adalah untuk menggali informasi mengenai sejarah terjadinya bencana

Page 22: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

9

lahar Gunungapi Kelud dan memetakan wilayah yang pernah terlanda oleh lahar.

Aliran-aliran lahar yang pernah melanda Kabupaten Kediri dibuktikan di

lapangan, baik di sungai maupun desa-desa di sekitar sungai yang pernah terlanda

lahar. Wawancara dilakukan dengan metode “purposive random sampling”

kepada 29 responden yang tinggal di sekitar sungai. Untuk kecamatan-kecamatan

seperti Kepung, Puncu, Plosoklaten, dan Ngancar masing-masing dipilih 3

responden, sedangkan untuk kecamatan-kecamatan lainnya hanya dipilih masing-

masing 1 responden. Hal ini dikarenakan keempat kecamatan tersebut berada

paling dekat dengan Gunungapi Kelud dan berdasarkan informasi dari warga

Kabupaten Kediri bahwa aliran lahar banyak melanda di 4 kecamatan tersebut

pada masa lalu.

4. Tahap Analisis

Dari data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis untuk menilai

bahaya aliran lahar Gunungapi Kelud. Dalam penelitian ini, asumsi-asumsi perlu

dibuat untuk menilai bahaya aliran lahar karena proses erupsi vulkanik pada

gunungapi yang sama dapat berubah di setiap periode aktivitas. Asumsi yang

dimaksud adalah (1) pusat letusan Gunungapi Kelud di waktu yang akan datang

adalah berada di kawah puncak, (2) persebaran bahan piroklastik hasil erupsi

bersifat merata ke segala arah, dalam arti tidak ada pengaruh hembusan angin

(pada musim tertentu) saat letusan berlangsung, dan (3) penggunaan/tutupan lahan

pada kerucut vulkanik dianggap hilang (gundul) karena mati terlanda aliran

piroklastik. Dengan demikian, jika letusan Gunungapi Kelud di waktu yang akan

datang jauh berbeda dengan asumsi tersebut, maka peta bahaya aliran lahar

Gunungapi Kelud yang dibuat ini dapat saja tidak berlaku lagi.

Pembuatan peta bahaya aliran lahar Gunungapi Kelud dibagi menjadi dua

kawasan, yaitu daerah proksimal (proximal) atau daerah yang dekat dengan pusat

letusan, dan daerah medial dan distal yang jauh dari pusat letusan. Secara

geomorfologis daerah proksimal meliputi tubuh (kerucut) gunungapi yang

merupakan daerah terkumpulnya material vulkanik yang dierupsikan suatu

gunungapi (endapan material vulkanik masih tebal), sedangkan daerah medial

(sedang) dan distal (jauh) berturut-turut meliputi daerah kipas laharik dan dataran

fluvio-vulkanik serta daerah dataran fluvial yang berada di sekitar jalur sungai.

a. Bahaya Aliran Lahar Proksimal Gunungapi Kelud

Metode penilaian bahaya proksimal menggunakan variabel-variabel curah

hujan, kerapatan aliran sungai (drained density), dan gradien lembah dan

dirumuskan oleh penulis sebagai berikut:

Keterangan:

Wlh : Lahar Hazard from Watershed (Bahaya DAS) (/th)

Dd : Drained density (Kerapatan aliran sungai) (m/m²)

P : Precipitation (Curah hujan) di daerah proksimal (m/th)

G : Gradien lembah

Wlh= Dd x P x G

Page 23: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

10

Langkah awal adalah pembuatan DAS di tubuh gunungapi menggunakan

peta sungai dan kontur. Maksud dari pembuatan DAS adalah untuk melihat

besarnya daya tampung material piroklastik yang diendapkan pada tubuh

gunungapi di setiap DAS tersebut. Piroklastik adalah produk erupsi vulkanik

(berupa bahan lepas-lepas) yang menjadi material dasar aliran lahar. Langkah

selanjutnya adalah melakukan penghitungan kerapatan aliran sungai (Dd) di

masing-masing DAS dengan menggunakan rumusan morfometri sebagai berikut

(Goudie et al. 1990):

Keterangan:

Dd : Drained density (Kerapatan aliran sungai) (m/m²)

RL : River Length (panjang total sungai) dalam suatu DAS (m)

A : Luas DAS (m²)

Dalam hal ini, kerapatan aliran menggambarkan peluang terhadap endapan

piroklastik di dalam DAS untuk terbawa air hujan masuk ke dalam saluran sungai.

Dengan demikian, semakin tinggi nilai kerapatan aliran sungai, maka semakin

tinggi peluang endapan piroklastik membentuk lahar.

Untuk curah hujan (CH), perhitungannya dilakukan melalui perkalian antara

proporsi luas CH tertentu di dalam DAS dengan nilai CH nya karena dalam satu

DAS terdapat beberapa nilai CH yang berbeda (Gambar 9). Daftar stasiun

klimatologi beserta curah hujannya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2.

Perhitungan gradien lembah digunakan rumus sebagai berikut: (Hidrartan 1994

dalam Arifanti 2011 dimodifikasi)

Keterangan:

G : Gradien lembah

Elevmax : Elevasi Tertinggi pada daerah proksimal (m)

Elevmin : Elevasi Terendah pada daerah proksimal (m)

L : Lenght (Panjang jarak puncak ke kaki gunungapi secara horizontal) (m)

Untuk melakukan pendetilan kelas bahaya dalam DAS, maka digunakan

variabel bentuklahan lembah dan non lembah. Bentuklahan lembah diberi nilai 1,

sedangkan non lembah diberi nilai 0. Perbedaan nilai ini dikarenakan piroklastik

lebih banyak berpeluang terakumulasi di bagian lembah terutama yang bersumber

dari aliran piroklastik dibandingkan dengan di daerah punggungan.

Bahaya aliran lahar proksimal selanjutnya oleh penulis digambarkan dengan

pemodelan morfometri sebagai berikut

Keterangan:

Wlh : Lahar Hazard from Watershed (Bahaya DAS) (/th)

Dd : Drained density (Kerapatan aliran sungai) (m/m²)

P : Precipitation (Curah hujan) di daerah proksimal (m/th)

G : Gradien lembah

Dd= RL/A

Wlh= Dd x P x G x Lf

G = (Elevmax-Elevmin)/L

BL : Landform (Bentuklahan) lembah dan non lembah pada kerucut vulkanik

Page 24: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

11

b. Bahaya Aliran Lahar Medial dan Distal Gunungapi

Metode analisis yang digunakan untuk menilai bahaya di daerah medial dan

distal, menggunakan variabel morfometri sungai-sungai utama yang mempunyai

hulu di DAS-DAS proksimal. Variabel yang dimaksud adalah daya tampung atau

kapasitas maksimal lembah yang dihitung melalui volume lembah sungai.

Mengingat penampang lembah sungai utama tidak teratur, maka dilakukan

penyederhanaan, yaitu lembah sungai dianggap berbentuk teratur, berupa segi

empat di sepanjang lembah. Volume dihitung melalui perkalian luas rata-rata

penampang sungai dengan panjang sungai. Titik-titik pengamatan dalam satu

badan sungai utama diambil 3 sampai 5 titik dimulai dari daerah medial menuju

Sungai Brantas (contoh perhitungan volume lembah sungai dapat dilihat pada

Lampiran 3). Setelah nilai kapasitas tampung di setiap sungai utama tersebut

diperoleh, maka selanjutnya dilakukan pemodelan bahaya aliran lahar, yang

diformulasikan oleh penulis sebagai berikut.

Keterangan:

Hm+d : Hazard (Bahaya) aliran lahar di daerah medial dan distal (m³/th)

C : Capacity (Kapasitas Tampung Sungai) (m³)

Wlh : Lahar Hazard from Watershed (Bahaya DAS) (/th)

Dalam hal ini, bahaya aliran lahar merupakan rasio antara bahaya aliran

lahar dari DAS terhadap kapasitas tampung lembah-lembah sungai di wilayah

medial dan distal.

5. Tahap Penyajian Hasil

Seluruh hasil penelitian ini selanjutnya disajikan dalam bentuk skripsi yang

dilengkapi dengan tabel, peta-peta, dan foto-foto lapangan. Secara singkat

rangkaian dari seluruh penelitian ini disajikan dalam bentuk diagram alir seperti

yang terlihat pada Gambar 5.

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Lokasi Pelitian

Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah Kabupaten Kediri di Provinsi

Jawa Timur, namun tidak termasuk Kota Kediri yang berada di bagian tengah

Kabupaten Kediri. Secara spasial, Kabupaten Kediri berbatasan dengan

kabupaten-kabupaten lain, yaitu

Sebelah Utara : Kabupaten Nganjuk dan Jombang

Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk dan Tulungagung

Sebelah Selatan : Kabupaten Tulungagung dan Blitar

Sebelah Timur : Kabupaten Malang

Hm+d = C/Wlh

Page 25: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

12

Gambar 5 Diagram alir penelitian

Peta Sungai

dan DAS

SRTM 90 m

Peta kontur

Interpretasi dan

pemetaaan

Bentuklahan

Tentatif

Peta

Administrasi Citra

GeoEye

Cek

lapang

Peta

Bentuklahan

Peta

Geologi

Peta Curah

Hujan

Kerapatan

Aliran Gradien

Sungai

Penilaian dan pemetaan

Bahaya Aliran Lahar

(Proksimal)

Nilai Kapasitas

Tampung Lembah

(Medial dan Distal)

Penilaian dan

pemetaan Bahaya

Aliran Lahar

(Medial dan Distal)

Data curah

hujan dan

koordinat

stasiun

klimatologi

Metode

Isohyet

12

Page 26: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

13

Kabupaten Kediri terdiri dari 26 kecamatan, dengan luas total wilayah

sebesar 158.651,22 hektar. Peta administrasi batas kecamatan ditampilkan pada

Gambar 6.

Gambar 6 Peta batas administrasi Kabupaten Kediri

Topografi

Secara topografis, Kabupaten Kediri terletak pada ketinggian 140 sampai

dengan 2.400 meter di atas pemukaan air laut, memiliki relief dataran dan

pegunungan dan dilalui Sungai Brantas yang membelah wilayah Kediri dengan

arah Utara-Selatan. Daerah terendah di Kabupaten Kediri terletak di sepanjang

aliran Sungai Brantas, sedangkan titik tertinggi berada di Lereng Atas Gunungapi

Wilis, yaitu pada elevasi 2.400 meter di atas permukaan air laut. Peta Elevasi

Kabupaten Kediri disajikan pada Gambar 7.

Secara umum, kemiringan lereng di Kabupaten Kediri dapat dibagi menjadi

5 kelas, yaitu 0-8%, 8-15%, 15-30%, 30-45%, dan > 45% . Lereng 0-8% berada di

relief dataran diapit oleh dua gunungapi, yaitu Kelud dan Wilis. Kemiringan

lereng 8-15% sebagian besar berada pada lereng bawah dari gunungapi, yaitu

Wilis, Gede, dan Kelud. Adapun kemiringan lereng >15% tersebar di bagian

lereng tengah dan atas dari gunungapi-gunungapi tersebut (Gambar 8).

Page 27: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

14

Gambar 7 Peta ketinggian tempat Kabupaten Kediri

Gambar 8 Peta lereng Kabupaten Kediri

Page 28: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

15

Iklim

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS 2012), Kabupaten Kediri

memilki suhu udara antara 23 °C - 31 °C sebesar dengan curah hujan rata-rata

sekitar 15,81 mm per hari yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya,

yaitu sebesar 16,76 mm per hari. Daerah yang memiliki ketinggian tempat antara

0 - 500 meter di atas permukaan laut akan cenderung memiliki curah hujan relatif

rendah, yaitu berkisar antara 1.750 – 2.500 mm per tahun, sedangkan daerah yang

mempunyai ketinggian di atas 500 meter cenderung memiliki curah hujan yang

lebih tinggi, yaitu sekitar 2.500 mm per tahun.

Dari sumber yang sama tercatat bahwa secara umum musim hujan jatuh

pada bulan Oktober – April, sedangkan pada musim kemarau terjadi antara bulan

Mei -September. Jumlah curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Januari 2011 (370

mm) dengan jumlah hari hujan 20 hari dan curah hujan terendah jatuh pada bulan

Juli 2011 (jumlah hari hujan 0,10 hari). Berikut ditampilkan sebaran spasial curah

hujan dan sebaran stasiun klimatologi di Kabupaten Kediri (Gambar 9).

Adanya hujan dalam jumlah yang cukup banyak di atas alur-alur atau

lembah-lembah sungai maka curah hujan sangat berperan dalam

mengkontribusikan kemungkinan terjadinya lahar hujan. Pada banyak kejadian

lahar hujan, kontribusi hujan dapat berupa hujan yang relatif lebat ataupun hujan

yang relatif lama (Aisyah dan Purnamawati 2012).

Gambar 9 Peta curah hujan dan sebaran stasiun klimatologi di DAS Brantas Kabupaten Kediri

Page 29: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

16

Geologi

Menurut Peta Geologi dari Bappeda Kabupaten Kediri tahun 2011, daerah

penelitian didominasi oleh material lahar yang berasal dari Gunungapi Kelud.

Secara umum Kabupaten Kediri tersusun atas 3 Formasi, yaitu Aluvium, Material

Vulkanik Lapuk, dan Material Vulkanik Baru. Persebaran Formasi Aluvium

meliputi pada bagian tengah wilayah Kabupaten Kediri (di sekitar aliran Sungai

Brantas), Formasi Material Vulkanik Lapuk berada di bagian barat (tubuh Gunung

Wilis), sedangkan Formasi Material Vulkanik Baru berada di bagian timur (tubuh

Gunungapi Kelud) (Gambar 10).

Gambar 10 Peta geologi Kabupaten Kediri

Tanah

Berdasarkan Peta Jenis Tanah dari Bappeda Kabupaten Kediri tahun 2011,

terlihat bahwa pola persebaran jenis tanah mengikuti pola persebaran formasi

geologi seperti tersebut di atas. Tanah-tanah yang terbentuk antara lain: Regosol

Coklat Kekelabuan, Aluvial Coklat Kelabu, Kompleks Andosol Coklat

Kekuningan, Regosol Coklat Kekuningan, dan Litosol, Asosiasi Mediteran Coklat

Merah dan Grumusol Kelabu, Litosol Coklat Kemerahan, Kompleks Regosol dan

Litosol, Aluvial Kelabu, Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kelabu, dan

Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol. Secara umum jenis tanah yang

dominan adalah Regosol Coklat Kekelabuan. Gambar 11 menunjukkan peta tanah

yang terbentuk berkaitan dengan proses vulkanik dari 2 gunungapi yang ada di

Kabupaten Kediri. Tanah-tanah tersebut tergolong tanah-tanah subur, terutama

Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kelabu.

Page 30: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Geomorfologi Kabupaten Kediri

Secara geomorfologis, Kabupaten Kediri diapit oleh dua gunungapi, yaitu

Gunungapi Kelud di sebelah timur dan Gunungapi Wilis di sebelah barat.

Gunungapi Wilis merupakan gunungapi yang sudah lama tidak menunjukkan

aktivitas sehingga tidak termasuk sebagai gunungapi aktif menurut Pemerintah

Indonesia (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian

Pertambangan dan Energi). Hal ini secara geomorfologis dapat dilihat dari bentuk

tubuh gunungapi yang banyak mempunyai torehan akibat adanya erosi yang terus

berlangsung sepanjang waktu tanpa adanya endapan vulkanik baru

menyelimutinya. Secara morfologi, kenampakan Gunungapi Wilis berbeda

dengan tubuh Gunungapi Kelud yang masih aktif dimana torehan relatif lebih

sedikit karena endapan vulkanik baru masih menutupinya (Gambar 12).

Menurut Neumann van Padang (1951) dalam Bronto (2001), Gunungapi

Kelud merupakan gunungapi tipe A atau gunungapi yang kegiatan atau letusannya

tercatat dalam sejarah sejak tahun 1600. Gunungapi ini mempunyai ketinggian

1.791 meter di atas permukaan air laut dan aktivitas terakhir tercatat tahun 2007

meskipun tidak melahirkan suatu letusan. Gunungapi ini sebelumnya dikenal

mempunyai danau kawah, sehingga setiap periode aktivitas sering melahirkan

aliran lahar.

Gambar 11 Peta jenis tanah Kabupaten Kediri

Page 31: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

18

Gunungapi Wilis Gunungapi Kelud

Gambar 12 Perbedaan morfologi Gunungapi Kelud dan Wilis dilihat dari citra satelit SRTM

resolusi 90 m

Berdasarkan karakteristik Gunungapi Kelud yang kaya aliran lahar, maka

terdapat bentuklahan kipas laharik muda. Persebaran lahar di daerah penelitian

terjadi melalui alur-alur sungai yang berhulu di tubuh Gunungapi Kelud, seperti

Sungai Konto, Sumberagung, Ngobo, Petungkobong, dan Gedog. Dengan

demikian, semakin jauh dari kaki gunungapi, bentuklahan yang ditemukan adalah

dataran fluvio-vulkanik. Hal ini cukup berbeda dengan Kabupaten Kediri sebelah

barat yang didominasi oleh pegunungan yang telah mengalami proses denudasi

lebih lama, yaitu Gunungapi Wilis.

Jenis Bentuklahan di Kabupaten Kediri

Berdasarkan hasil interpretasi dari SRTM 90 meter yang dibantu dengan

peta kontur, peta geologi, peta sungai, dan pengamatan lapangan didapatkan 16

bentuklahan di Kabupaten Kediri seperti ditampilkan pada Tabel 3, sedangkan

persebaran spasial ditampilkan pada Gambar 13.

Tabel 3 menunjukkan bahwa bentuklahan dataran fluvio-vulkanik

Gunungapi Kelud mempunyai luasan terbesar, yaitu 83.191,20 hektar (atau

52,44% dari total luasan Kabupaten Kediri) yang menempati bagian tengah

Kabupaten Kediri. Bentuklahan yang mempunyai luasan terkecil adalah

bentuklahan perbukitan vulkanik dengan luas 92,65 hektar (atau 0,06% dari total

luasan Kabupaten Kediri) yang terletak di Kecamatan Ngancar.

Page 32: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

19

Tabel 3 Bentuklahan di Kabupaten Kediri

Nama Bentuklahan Luas (ha) Persen

(%)

Perbukitan Vulkanik 92,65 0,06

Lereng Atas Kerucut Vulkanik Gunung Kelud 324,46 0,20

Lereng Atas Kerucut Vulkanik Denudasional Gunung Gede 453,68 0,29

Lereng Tengah Kerucut Vulkanik Denudasional Gunung Gede 508,45 0,32

Lembah Sungai Vulkanik Gunung Gede 575,01 0,36

Kerucut Parasiter Gunung Klotok 976,83 0,62

Lereng Tengah Kerucut Vulkanik Gunung Kelud 1.088,73 0,69

Lereng Atas Kerucut Vulkanik Denudasional Gunung Wilis 1.454,13 0,92

Lereng Bawah Kerucut Vulkanik Denudasional Gunung Gede 1.838,59 1,16

Lembah Sungai 2.662,46 1,30

Lembah Sungai Vulkanik Gunung Kelud 3.517,55 2,22

Lereng Bawah Kerucut Vulkanik Gunung Kelud 4.155,48 2,62

Lereng Tengah Kerucut Vulkanik Denudasional Gunung Wilis 4.443,70 2,80

Lembah Sungai Vulkanik Denudasional Gunung Wilis 7.901,98 4,98

Lereng Bawah Kerucut Vulkanik Denudasional Gunung Wilis 13.851,49 8,73

Kipas Laharik Muda Gunung Kelud 18.855,47 11,88

Dataran Fluvio-VulkanikG. Kelud 83.191,20 52,44

Dataran Fluvio-Vulkanik G. Wilis 12.758,87 8,04

Jumlah 158.651,22 100

a. Bentuklahan Dataran Fluvio-Vulkanik dan Lembah Sungai

Secara morfologi, bentuklahan dataran fluvio-vulkanik merupakan dataran

yang tersusun dari endapan material vulkanik klastik yang dialiri oleh sungai-

sungai dari Gunungapi Kelud dan Wilis.

Lembah merupakan suatu daerah yang dibatasi oleh dua tebing memanjang

yang terbentuk karena adanya proses erosi vertikal oleh air sehingga membentuk

cekungan-cekungan memanjang yang dialiri oleh sungai. Sebagian besar

bentuklahan ini mempunyai hulu di daerah kerucut vulkanik dan berhilir di

Sungai Brantas.

Sungai Brantas merupakan sungai besar yang melewati bagian tengah

Kabupaten Kediri dan seolah membelah wilayah ini menjadi dua, yaitu wilayah

barat dan timur. Ketika musim kemarau, Sungai Brantas tidak pernah kering,

namun terjadi pengurangan jumlah debit sehingga terlihat adanya pengendapan-

pengendapan material di pinggir maupun tengah badan sungai (gosong pasir).

Berikut ditampilkan beberapa gambar lembah sungai yang berhulu di Gunungapi

Kelud dan gambar dataran fluvio-vulkanik Gunungapi Kelud (Gambar 14).

Page 33: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

20

Gambar 13 Peta bentuklahan Kabupaten Kediri

20

Page 34: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

21

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 14 Lembah Sungai Ngobo (a), Lembah Sungai Konto (b), Dataran Fluvio-Vulkanik

Gunungapi Kelud di lapangan (c), dan kenampakan Dataran Fluvio-Vulkanik

Gunungapi Kelud pada citra GeoEye (d)

b. Bentuklahan Kerucut Vulkanik Gunungapi Kelud

Kerucut vulkanik adalah akumulasi bahan-bahan vulkanik yang dikeluarkan

secara langsung setiap letusan terjadi dari suatu titik erupsi atau kawah

(Asriningrum 2002 dalam Rafiuddin 2010). Bentuklahan kerucut vulkanik dapat

dipilah menjadi 3, yaitu bagian lereng atas, tengah, dan bawah. Pemilahan ini

berdasarkan kerapatan kontur yang diekstrak dari citra SRTM 90 m. Tingkat

torehan pada tubuh gunungapi ini masih tergolong sedang karena masih ada

penambahan material baru dari aktivitas-aktivitas gunungapi ini. Tubuh

gunungapi ini berbentuk kerucut, sehingga pola aliran sungai yang berkembang

adalah pola radial. Lahan pada bentuklahan ini banyak digunakan untuk hutan dan

perkebunan serta masih dapat ditemukan pemukiman dalam jumlah kecil. Gambar

15 menampilkan bentuklahan kerucut vulkanik Gunungapi Kelud.

Page 35: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

22

Gambar 15 Kerucut vulkanik Gunungapi Kelud

c. Bentuklahan Kerucut Vulkanik Denudasional Gunungapi Wilis dan

Gede

Kerucut vulkanik denudasional dari Gunungapi Wilis dan Gunungapi Gede

ditandai dengan torehan yang banyak, karena telah banyak mengalami proses

erosi. Kerucut vulkanik di Gunungapi Wilis berada di bagian barat, sedangkan

kerucut vulkanik Gunungapi Gede berada di bagian timur-laut. Bentuklahan ini

juga dapat dipilah menjadi 3, yaitu bagian lereng atas, tengah, dan bawah yang

memiliki tingkat torehan tinggi.

d. Lembah Sungai Vulkanik Gunungapi Kelud

Bentuklahan lembah sungai vulkanik tersebar di atas kerucut vulkanik

dengan pola radial dan dialiri air di dalamnya. Lembah adalah bentuklahan hasil

proses denudasi yang membentuk cekungan memanjang menuruni lereng dan

menjadi jalan utama semua bentuk aliran produk erupsi vulkanik, seperti aliran

gas, aliran lava, aliran piroklastik, maupun aliran lahar. Lembah-lembah sungai

besar, seperti Sungai Konto, Sumberagung, Petungkobong, dan Ngobo,

mempunyai hulu di puncak kerucut vulkanik Gunungapi Kelud. Pemetaan

bentuklahan lembah dalam penelitian ini terbatas hanya untuk lembah-lembah

besar yang berhulu di puncak kerucut gunungapi saja.

Bentuklahan ini merupakan tempat berkumpulnya material piroklastik saat

terjadinya letusan Gunungapi Kelud. Besarnya jumlah piroklastik yang

diendapkan ditambah dengan besarnya pasokan air (air hujan yanng mengisi

lembah) akan memicu terbentuknya lahar. Semakin besar jumlah air, maka akan

semakin encer sifat lahar tersebut dan akan semakin jauh jangkauan alirannya.

Gambar 16 menampilkan gambar bentuklahan lembah sungai vulkanik dari

Gunungapi Kelud.

Page 36: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

23

Gambar 16 Lembah Sungai Vulkanik Gunungapi Kelud di DAS Gedog pada ketinggian 803

meter di atas permukaan air laut (koordinat: 7°55‟45,03” S dan 112°15‟50,33” E)

e. Lembah Sungai Vulkanik Gunungapi Wilis dan Gunungapi Gede

Lembah-lembah sungai Gunungapi Wilis dan Gunungapi Gede yang

dipetakan dalam penelitian ini hanya untuk sungai-sungai besar yang berhulu di

lereng atas Gunungapi Wilis dan Gunungapi Gede dan bermuara di Sungai

Brantas.

f. Kerucut Parasitik Gunung Klotok

Kerucut ini muncul dari tubuh Gunungapi Wilis dan tidak menunjukkan

adanya aktifitas vulkanik. Bentuklahan ini berada di bagian lereng bawah dari

Gunungapi Wilis, tertoreh sedang, dimungkinkan didominasi oleh material lava

yang dulunya berasal dari Gunungapi Wilis.

g. Gabungan Kipas Laharik Muda Gunungapi Kelud

Bentuklahan ini muncul karena adanya penumpukan material piroklastik

yang terbawa oleh lahar, baik lahar panas maupun lahar dingin. Bentuklahan

deposisional ini berada di wilayah perubahan lereng dari tubuh kerucut vulkanik

ke dataran. Dengan demikian, bentuklahan ini tergolong lebih muda dibandingkan

dengan bentuklahan-bentuklahan lain di sekitarnya karena sering mendapat

tambahan material baru.

Endapan lahar dicirikan oleh pemilahannya yang sangat buruk, meskipun

masih nampak adanya kecenderungan bahwa fragmen yang besar-besar dan berat

akan terkumpul di bagian bawah endapan. Kadang-kadang endapan lahar hujan

sulit dibedakan dari endapan awan panas, terutama yang sudah lama (Aisyah dan

Purnamawati 2012). Setelah tertransport agak jauh dari sumbernya, lahar hujan ini

akan berangsur menjadi sungai dan mengendapkan bebannya seperti sungai biasa.

Kenampakan bentuklahan ini pada SRTM 90 m lebih halus dibandingkan dengan

Page 37: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

24

bentuklahan di sekitarnya karena adanya penumpukan material tersebut. Gambar

17 berikut menampilkan foto bentuklahan kipas laharik Gunungapi Kelud.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 17 Gabungan kipas laharik Gunungapi Kelud: pada kondisi di lapangan yang berada di

Sungai Ngobo (Kecamatan Plosoklaten) (a); profil singkapan lahar pada Sungai

Ngobo (b); Gabungan kipas laharik tampak pada citra GeoEye (c); dan salah satu

tanaman (nanas) yang diusahakan pada bentuklahan kipas laharik (d)

h. Perbukitan Vulkanik

Perbukitan vulkanik ini muncul di sekitar bentuklahan endapan laharik

muda Gunungapi Kelud. Bentuklahan ini tersusun sebagian besar dari batu lava,

besar kemungkinan merupakan tubuh vulkanik parasitik, namun telah mengalami

proses denudasi sehingga menjadi bukit sisa (isolated hill). Bentuklahan ini

mempunyai luasan terkecil dibandingkan bentuklahan lainnya, yaitu 92,65 hektar.

Analisis Bahaya Aliran Lahar Gunungapi Kelud

Lahar adalah massa aliran air yang bercampur dengan endapan material

(piroklasik) gunungapi. Hasil pengamatan di lapang terlihat bekas-bekas aliran

lahar Gunungapi Kelud terdeposisi pada lembah-lembah sungai kering dan pada

rumah-rumah penduduk di beberapa kecamatan, seperti di Kecamatan Puncu dan

Plosoklaten.

Page 38: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

25

Lembah-lembah sungai yang dilewati aliran lahar adalah lembah-lembah

yang berhulu di puncak Gunungapi Kelud. Aliran lahar umumnya mirip dengan

aliran banjir, yang membedakan adalah bahwa lahar mempunyai aliran yang

bersifat lebih kental dibandingkan dengan banjir karena mengandung material

vulkanik dalam jumlah yang besar.

Bahaya aliran lahar merupakan bahaya yang mengancam daerah di sekitar

aliran sungai. Kejadian lahar dapat dikatakan bahaya jika (1) lahar yang melewati

sungai yang kapasitas tampungnya lebih kecil daripada jumlah lahar yang

dihasilkan, sehingga dapat meluap ke daerah di sekitar sungai, (2) Terdapat

pendangkalan sungai akibat banyaknya endapan (sedimen) dari kejadian lahar

masa lalu (kapasitas tampung berkurang), akibatnya jika lahar baru yang

dihasilkan lebih besar dari daya tampung sungai tersebut, maka akan terjadi

luapan sungai, dan (3) Terdapat sumbatan pada saluran sungai, sehingga air/lahar

akan meluap ke kanan/kiri sungai.

Untuk menilai bahaya lahar di daerah proksimal, diperlukan peta daerah

aliran sungai (DAS) di wilayah kerucut vulkanik. Hasil pemetaan DAS di wilayah

proksimal menunjukkan ada 8 DAS utama yang berisi sungai-sungai dan

berpotensi melahirkan lahar dan akan mengalirkan ke daerah medial dan distal.

Gambar 18 memperlihatkan persebaran spasial 8 DAS, sedangkan Tabel 4

menyajikan nilai kerapatan aliran, besarnya gradien sungai utama, curah hujan,

dan nilai bahaya lahar dari setiap DAS (Wlh).

Tabel 4 Kerapatan aliran sungai di DAS proksimal, curah hujan, gradien sungai,

dan Wlh

Nama DAS

Total

Panjang

Sungai (m)

Luas DAS (m²)

Kerapatan

Aliran

Sungai

(m/m²)

Gradien

Lereng

CH

(m/th) Wlh (/th)

Konto 52.364,80 15.362.039,32 0,00341 0,119 3,4906 0,00141

Puncu 49067,17 14.199.544,76 0,00346 0,133 3,4908 0,00160

Ngobo 39.333,30 12.418.196,60 0,00317 0,090 3,4725 0,00099

Sumberagung 27.021,21 7.523.912,88 0,00359 0,086 3,4435 0,00107

Gedog 32.350,95 11.156.123,78 0,00290 0,081 3,3779 0,00079

Petungkobong 14.859,29 6.872.794,89 0,00216 0,064 3,3030 0,00046

Serinjing 18.198,63 6.476.427,48 0,00281 0,079 3,2721 0,00072

Mangli 54.876,98 11.803.222,61 0,00465 0,092 3,3613 0,00143

Dari Tabel 4 terlihat bahwa dari 8 DAS yang ada, DAS Sumberagung

mempunyai nilai kerapatan aliran sungai terbesar, yaitu 0,00359, sedangkan DAS

Petungkobong mempunyai nilai kerapatan aliran sungai terkecil, yaitu 0,00216.

Artinya DAS Sumberagung berpotensi melahirkan lahar yang lebih besar daripada

DAS-DAS lainnya. Selain itu, terbentuknya lahar juga dapat dilihat dari gradien

sungai dan curah hujan. Semakin besar nilai gradien sungai dan curah hujan, maka

akan semaikn besar peluang terbentuknya lahar. Gambar 19 menampilkan peta

bahaya aliran lahar proksimal.

Page 39: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

26

Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 19 tampak bahwa DAS Puncu

(Kecamatan Puncu) dan Mangli (Kecamatan Kepung) mempunyai nilai tertinggi,

artinya DAS-DAS tersebut berpotensi untuk menghasilkan lahar tertinggi. Hal ini

terlihat dari nilai Wlh yang lebih tinggi dari DAS-DAS lainnya, yaitu 0,00160

(/th) untuk DAS Puncu dan 0,00143 (/th) untuk DAS Mangli. Nilai yang tinggi

tersebut ternyata sesuai dengan hasil wawancara dengan penduduk di Kabupaten

Kediri yang menyatakan bahwa Kecamatan Puncu dan Kecamatan Kepung yang

berbatasan dengan Kecamatan Puncu telah terlanda lahar pada tahun 1990. Untuk

DAS Petungkobong (Kecamatan Ngancar) mempunyai tingkat bahaya rendah

dengan nilai Wh sebesar 0,00046 (/th). Hal ini mencerminkan bahwa DAS

Petungkobong relatif paling kecil peluangnya dalam melahirkan lahar. Pada tahun

1919, lahar juga pernah melanda daerah di sepanjang aliran Sungai Gedog

(Kabupaten Kediri) (Gambar 20) dan Sungai Badak (Kabupaten Blitar) (Bergen et

al. 2000).

Gambar 18 Peta DAS dan nilai Wlh daerah proksimal Gunungapi Kelud Kabupaten Kediri

Page 40: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

27

Gambar 19 Peta bahaya proksimal aliran lahar Gunungapi Kelud Kabupaten Kediri

27

Page 41: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

28

Gambar 20 Aliran lahar di Sungai Gedog tahun 1901 (Sumber: commons.wikimedia.org/wiki/file:

collective_Tropenmuseum)

Penilaian bahaya aliran lahar selanjutnya adalah untuk wilayah medial dan

distal. Namun pada pengerjaannya, wilayah medial disatukan dengan distal.

Gambar 21 menunjukkan area survey pada sungai-sungai di daerah medial dan

distal, sedangkan Tabel 5 menunjukkan nilai dari bahaya medial dan distal.

Gambar 21 Peta titik survey sungai medial dan distal Kabupaten Kediri

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa sungai-sungai di hilir dari DAS Konto

mempunyai nilai rasio lebih tinggi dibandingkan dengan sungai-sungai lainnya,

yaitu sebesar 11.040.961.564 (m³/th). Hal ini menunjukkan bahwa Sungai Konto

mempunyai peluang bahaya yang rendah disebabkan kapasitas tampung lembah di

hilir cukup besar. Sebaliknya, Sungai Sumberagung dan Ngobo mempunyai nilai

Page 42: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

29

rasio rendah, atau mempunyai peluang bahaya yang lebih besar daripada sungai-

sungai lainnya dengan nilai bahaya berturut-turut sebesar 98.421.084 (m³/th) dan

333.435.831 (m³/th). Sebaran spasial dari bahaya aliran lahar medial dan distal

dapat dilihat pada Gambar 22.

Tabel 5 Penilaian bahaya aliran lahar medial dan distal Gunungapi Kelud

Nama DAS Wlh (/th) Kapasitas Tampung

Lembah (m³) Volume/Wlh (m³/th)

Konto 0,00141 15.593.971,25 11.040.961.564

Puncu 0,00160 2.125.323,20 1.326.543.795

Ngobo 0,00099 328.756,65 333.435.831

Sumberagung 0,00107 104.970,00 98.421.084

Gedog 0,00079 1.378.638,05 1.740.914.414

PetungKobong 0,00046 1.650.643,65 3.616.313.232

Serinjing 0,00072 1.004.279,08 1.389.358.831

Mangli 0,00143 2.659.236,94 1.854.893.773

Tanda panah pada Gambar 22 menunjukan bahaya luapan dari aliran lahar

karena perubahan lereng yang besar, yaitu dari kerucut vulkanik menuju ke kipas

laharik yang disebut sebagai bahaya perubahan lereng (BPL). Bahaya ini mengacu

pada proses geomorfik masa lalu berupa aliran lahar yang membentuk kipas

laharik di area peralihan kemiringan lereng tersebut. Bahaya di atas bentuklahan

ini dapat dikatakan sebagai bahaya aliran lahar jarak menengah (medial) dari

pusat letusan atau terletak di antara bahaya proksimal dan distal. Tanda lingkaran

menunjukkan daerah-daerah potensial bahaya perluapan lahar karena terjadi

kelokan dan penyempitan alur sungai. Bahaya Luapan Tinggi dan Bahaya Luapan

Sedang merupakan bahaya yang ada di sepanjang aliran sungai yang

menunjukkan besarnya potensi meluapnya aliran air dari lembah sungai jika aliran

dari daerah proksimal besar. Hal ini didasarkan pada data sejarah masa lalu yang

didapat di lapangan. Gambar 23 merupakan perbesaran gambar (zoom) dari

Gambar 22. yang meliputi wilayah Kecamatan Badas, yaitu salah satu kecamatan

yang dilewati oleh aliran Sungai Konto dan Pluncing yang juga sering dilewati

oleh aliran lahar.

Berdasarkan data di lapangan didapatkan informasi bahwa lahar banyak

mengalir di Sungai Konto (tahun 2012) dan Sungai Puncu dan Ngobo (tahun

1990) dan lahar tersebut mengalami perluapan. Hal ini dikarenakan cek dam yang

telah dibangun untuk pengendali aliran lahar tidak berfungsi sebagaimana

mestinya. Selain itu, pada sungai-sungai yang dulunya sering dilewati lahar, pada

saat ini tidak dilakukan pengerukan lagi, sehingga sungai tersebut menjadi

dangkal (berkurang daya tampungnya). Kondisi dari cek dam dan sungai yang

tidak terawat ini menyebabkan meluapnya lahar keluar dari lembah sungai.

Sebaliknya, Sungai Sumberagung adalah sungai yang volume tampungnya paling

kecil dibandingkan dengan sungai-sungai lainnya, namun Sungai Sumberagung

termasuk sungai yang jarang dialiri aliran lahar. Hal ini disebabkan dari DAS

Sumberagung banyak terdapat sungai-sungai intermitten yang tidak terisi air.

Page 43: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

30

Gambar 22 Peta bahaya aliran lahar medial dan distal Kabupaten Kediri

Arah Luapan Potensial Meluap

30

Page 44: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

31

Gambar 23 Peta bahaya aliran lahar distal di Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri

Potensial meluap

Arah Luapan

31

Page 45: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

32

pada musim kemarau dan baru terisi air jika musim hujan tiba (jika curah hujan

tinggi).

Gambar 24 Foto cek dam Konto yang tidak berfungsi sehingga lahar meluap ke daerah

sekitarnya di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Kandangan.

Gambar 24 menunjukkan salah satu contoh gagalnya fungsi cek dam Konto

yang telah dibuat untuk menahan lahar, akibatnya lahar meluap ke daerah

sekitarnya. Alasan lain menyebutkan bahwa pada cek dam terdapat sumbatan

berupa sampah-sampah dan sedimentasi masa lalu sehingga memudahkan lahar

meluap dan menerjang daerah di sekitar cek dam. Akibatnya daerah yang

ditanami tebu seluas 3 hektar menjadi rusak. Terjangan lahar ini juga

menyebabkan terputusnya jembatan dan transportasi masyarakat.Gambar 24

memperlihatkan karung-karung putih untuk menahan air sebagai bentuk upaya

masyarakat agar dapat menyeberangi sungai.

Menurut catatan sejarah pada periode letusan Gunungapi Kelud tahun 1990,

aliran lahar telah melanda beberapa lokasi, seperti di Desa Lestari dan Desa

Gedang Sewu (Kecamatan Puncu) serta Desa Karangdinoyo (Kecamatan

Kepung). Gambar 25 berikut menunjukkan upaya-upaya masyarakat di Desa

Lestari, Kecamatan Puncu dalam menghadapi terjangan lahar yang melanda tahun

1990. Karung-karung putih tersebut berfungsi sebagai penahan aliran lahar dan

menjadikan bukti bahwa di desa ini pernah terjadi terjangan lahar.

Gambar 25 Foto upaya masyarakat Desa Lestari dalam menghadapi terjangan lahar yang

melanda tahun 1990

Page 46: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

33

Hasil Wawancara Masyarakat terkait Kebencanaan di Kabupaten Kediri

Dari wawancara dengan masyarakat terkait kebencanaan di Kabupaten

Kediri didapatkan beberapa hasil di antaranya berupa saran-saran tentang usaha-

usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi ancaman aliran lahar di Kabupaten

Kediri. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: (1) perlu dilakukan

penghijauan di sepanjang aliran lahar, perbaikan saluran, dan pembuatan cek dam

aliran lahar, serta perlu dipasang alat pendeteksi dini tentang banjir lahar, (2)

penertiban kegiatan tambang pasir liar di lembah-lembah sungai dan kantong

lahar, (3) perlu dilakukan kontrol tanggul secara rutin dan berkala, dan (4) perlu

dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang banjir lahar (wawancara

pribadi). Berdasarkan hasil analisis terkait poin 2, dapat dicermati bahwa

penambangan pasir dan batu di lembah-lembah sungai dan kantong lahar

membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah volume material

dalam kantong berkurang sehingga tampungan kantong untuk lahar semakin

besar, sedangkan dampak negatifnya adalah kerusakan pada bangunan kantong

terutama tanggul kantong karena banyak digunakan untuk penambangan pasir dan

pertanian sawah atau lahan kering.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa

masyarakat Kabupaten Kediri sudah mengenal tentang lahar beserta cara

penanggulanganya dengan baik. Responden sebagian besar sudah pernah

mengalami kejadian banjir lahar, baik lahar skala besar maupun kecil. Responden

juga mengetahui tempat-tempat yang pernah terlanda lahar pada tahun 1990.

Tempat-tempat tersebut diantaranya Kecamatan Ngancar (Desa Sugihwaras,

Ngancar, dan Sempu), Kecamatan Kepung (Desa Karangdinoyo, Siman),

Kecamatan Puncu (Desa Mbiroto, Lestari, Watu Gede, Kapasan, dan Gadungan),

dan Kecamatan Plosoklaten (Desa Trisulo, Spawon, Dermo, dan Sumberpetung).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Berdasarkan analisis geomorfologi, bentuklahan di Kabupaten Kediri

meliputi Kerucut Vulkanik (Gunungapi Kelud, Wilis, dan Gede), Lembah

Sungai Vulkanik (Gunungapi Kelud, Wilis, dan Gede), Kerucut Parasiter

Gunung Klotok, Lembah sungai, Gabungan Kipas Laharik Gunungapi

Kelud, Perbukitan vulkanik, dan Dataran fluvio–vulkanik (Gunungapi

Kelud dan Wilis). Dari bentuklahan-bentuklahan tersebut, daerah penelitian

didominasi oleh bentuklahan dataran fluvio-vulkanik Gunungapi Kelud

dengan luas total 83.191,20 Ha atau 52,44% dari luas daerah penelitian.

Bentuklahan ini secara morfogenesis dihasilkan oleh proses-proses fluvial

dengan material vulkanik atau disebut endapan lahar, sehingga sesuai

dengan kondisi morfologi sekarang (datar dan terletak di sekeliling

Gunungapi Kelud), maka di waktu yang akan datang aliran lahar masih

dapat terulang kembali menutup bentuklahan ini dengan endapan lahar yang

baru.

Page 47: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

34

2. Berdasarkan hasil analisis bahaya proksimal, DAS Puncu dan DAS Mangli

tergolong mempunyai bahaya tinggi atau berpeluang melahirkan lahar

dengan mudah dibandingkan dengan DAS yang lain di wilayah proksimal.

Hal ini dikarenakan dari aspek morfometri yang digunakan (kerapatan aliran

dan gradien lembah) mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan dengan

DAS-DAS lainnya. Dengan demikian kedua DAS tersebut perlu mendapat

prioritas pengelolaan terutama terkait dengan pencegahan dan

penanggulangan lahar yang akan terbentuk dan yang akan mengalir ke

wilayah hilir (medial dan distal).

3. Di daerah medial dan distal, Sungai Konto merupakan sungai yang

mempunyai lembah dengan kapasitas tampung lebih besar dibandingkan

dengan sungai-sungai yang lain, sehingga dibandingkan dengan besarnya

ancaman lahar dari daerah proksimalnya, sungai tersebut tergolong

mempunyai tingkat bahaya rendah. Sebaliknya, Sungai Sumberagung yang

mempunyai daya tampung kecil, merupakan sungai yang mempunyai

tingkat bahaya tinggi. Berdasarkan catatan sejarah sungai ini jarang

menghasilkan bencana aliran lahar yang mungkin disebabkan oleh

sedikitnya endapan piroklastik yang jatuh di atas DAS hulunya (proksimal)

dan hanya menghasilkan aliran lahar dengan volume kecil atau sedang.

Saran

Beberapa saran yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain adalah (1)

diperlukan pembuatan peta lembah sungai dari puncak Gunungapi Kelud sampai

Sungai Brantas, karena masih terdapat perbedaan antara sungai yang dihasilkan

dari citra SRTM dengan Citra GeoEye. Dengan adanya peta lembah sungai yang

lebih baik, diharapkan akan mampu lebih menunjukkan alur-alur sungai yang

benar yang menjadi aliran lahar, (2) penelitian lanjutan dapat diarahkan untuk

pemetaan resiko, baik dari sudut pandang ekonomi maupun aspek sosial,

demografi, dan lingkungan, serta pembuatan jalur evakuasi yang dapat diketahui

oleh semua lapisan masyarakat, (3) bentuklahan dataran fluvio vulkanik

Gunungapi Kelud berpotensi terkena lahar yang baru di kemudian hari, sehingga

perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah, apalagi bentuklahan ini

sekarang banyak digunakan sebagai lahan pertanian dan permukiman, dan (4)

Sungai Sumberagung harus tetap mendapatkan perhatian/pengelolaan oleh

pemerintah, meskipun menurut catatan sejarah belum pernah melahirkan bencana.

Hal ini dikarenakan masih terdapat peluang meningkatnya endapan piroklastik di

DAS hulunya untuk letusan yang akan datang (persebaran dipengaruhi oleh arah

angin). Hal lain yang penting dilakukan pula adalah bahwa lahar dingin dapat

terjadi secara tiba-tiba tanpa ditandai oleh suatu erupsi dari Gunungapi Kelud.

Page 48: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

35

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah N dan Purnamawati DI. 2012. Tinjauan Dampak Banjir Lahar Kali Putih

Kabupaten Magelang Pasca Erupsi Merapi 2010. Yogyakarta [ID]: Jurnal

Teknologi Technoscientia, vol. 5. Institut Sains dan Teknologi AKPRIND

Yogyakarta.

Arifanti Y. 2011. Potensi Longsor Dasar Laut di Perairan Maumere. Bandung

[ID]: Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, vol. 6 No. 1. p. 53-62.

Asriningrum W. 2008. Identifikasi Geomorfologi Kawah Gunungapi untuk

Mitigasi Bahaya Letusan Menggunakan Citra Landsat. Lembaga

Penerbangan dan Antariksa (LAPAN).

Ayala IA. 1999. Geomorphology, natural hazard, vulnerability and prevention of

natural disasters in developing countries. Geomorphology (47) tahun 2002.

p. 107-124.

Bergen MJ, Bernard A, Sumarti S, Sriwana T, and Sitorus K. 2000. Crater Lakes

of Java: Dieng, Kelud and Ijen. IAVCEI General Assembly, Bali 2000.

Bourdier JL, Thouret JC, Pratomo I, Vincent PM, and Boudon G. 1997. Menaces

volcaniques au Kelut (Java, Indonese): les enseignements de l‟eruption de

1990. C.R. Acad. Sci. Paris, t.324, serie II a, p. 961 a 968.

BPS. 2012. Kediri dalam Angka. Kediri [ID]: Badan Pusat Statistik (BPS).

Bronto S. 2001. Volkanologi. Yogyakarta [ID]: Sekolah Tinggi Teknologi

Nasional Yogyakarta

Cooke RU and Doornkamp JC. 1990. Geomorphology in Environmental

Management (2nd

). Clarendon Press, Oxford, p. 410.

De Belizal E, Lavigne F, Gaillard JC, Grancher D, Pratomo I, dan Komorowski J-

C. 2011. The 2007 eruption of Kelut volcano (East Java, Indonesia):

Phenomenology, crisis management and social response. Geomorphology

(136). Tahun 2012. p. 165-175.

Dinas Komunikasi dan Informatika. 2011. Sejarah Letusan Gunung Kelud

www.kediri.go.id (Diakses pada 24 Januari 2012)

Goudie A, Anderson M, Burt T, Lewin J, Richards K, Whalley B, and Worsley P

1990. Geomorphological Techniques. Routledge. London. p. 692.

Hapsari E. 2012. Seorang Perempuan Ditemukan Tewas di Jalur Lahar Gunung

Kelud.http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/12/02/02/lyr2g2

-seorang-perempuan-ditemukan-tewas-di-jalur-lahar-gunung-kelud. Diakses

pada 23 Desember 2013. Hasan MI. 2003. Kajian Korelasi Curah Hujan, Debit Sungai Brantas dan

Anomali SML Nino 3,4 untuk Estimasi Ketersediaan Air Permukaan DAS

Brantas, Jawa Timur. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor (IPB).

Iverson RM, Schilling SP, dan Vallance JW. 1998. Objective delineation of lahar-

inundation hazard zones. GSA Bulletin (110). No. 8. p. 972-984.

Kampung Kelud. 2012. Wisata Kediri. www.kampungkelud.com. Diakses pada

23 Desember 2013.

Kusumadinata K. 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat

Vulkanologi, Departemen Pertambangan dan Energi. Bandung.

Kusumosubroto H. 2012. Aliran Debris dan Lahar.Yogyakarta [ID]: Graha Ilmu.

Page 49: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

36

Lavigne F, Thouret JC, Voight B, Suwa H, and Sumaryono A. 2000. Lahars at

Merapi Volcano: an overview. Journal of Volcanology and Geothermal

Research (100). Tahun 2000. p.423–456.

Lesage Ph dan Surono. 1993. Seismic Precursor of the February 10, 1990

Eruption of Kelut Volcano, Java. Journal of Volcanology and Geothermal

Research (65). p. 135-146.

Megawati A dan Soedjono ES. 2010. Studi Pengaruh Lahar Dingin pada

Pemanfaatan Sumber Air Baku di Kawaan rawan Bencana Gunungapi

(Studi Kasus: Gunung Semeru). Surabaya [ID]. Institut Teknologi Sepuluh

Nopember (ITS).

Putra AP. 2011. Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana Kabupaten

Kepulauan Mentawai. Jurnal Penanggulangan Bencana vol. 2 No. 1,

Tahun 2011. p.11-20.

Rafiuddin A. 2010. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi

Geografis untuk Kajian Bahaya dan Resiko Bencana Alam di Kota Bogor

Berbasis Geomorfologi. [skripsi]. Bogor [ID]: IPB.

Ria J. 2008. Identifikasi Aliran Permukaan di Setiap Kecamatan DKI Jakarta

Menggunakan Metode SCS. [skripsi]. Bogor [ID]: IPB.

Sagita AF dan Widiyanto. 2010. Penilaian Tingkat Bahaya Lahar Hujan di

Sungai Code. Yogyakarta [ID]: Universitas Gadjah Mada (UGM).

Scrivenor JB. 1929. The Mudstream (“Lahar”) of Gunong Keloet in Java.

Geological Magazine. LXVI (X). p.433-434.

Subagio H dan Dewandari KT. 2008. Identifikasi dan Analisis Potensi

Sumberdaya Air Mendukung Strategi Pengelolaan Air. Prosiding Seminar

Nasional dan Dialog Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor, 18-20

November 2008 Buku III Informasi Sumberdaya Air, Iklim. p. 27-36.

Suhardjo D. 2010. Regulasi Pemukiman Pasca Bencana Merapi di Bantaran Kali

Code. Seminar Nasional: Pengembangan Kawasan Merapi: Aspek

Kebencanaan dan Pengembangan Masyarakat Pasca Bencana. p.59-73.

Thornburry WD .1969. Principles of Geomorphology. 2nd

ed. New York: John

Wiley & Sons Inc.

Tjahjono, Boedi, U.S. Wiradisastra, dan Baba Barus. 2001. Penuntun Praktikum

Geomorfologi dan Analisis Lansekap. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor

(IPB).

Tropenmuseum.2009.http:commons.wikimedia.org/wiki/file:collective_Tropenmu

seum. Diakses pada 23 Desember 2013.

Yunita, Ratna E, Fariza A, dan Sesulihatien WT. 2008. Sistem Emergency dan

evaluasi Bencana gunung Meletus. Studi Kasus: Gunung Api Kelud.

Surabaya [ID]: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Vallance JW. 1999. Lahars. Sigurdsson H (Eds). 1999. Encyclopedia of

Volcanoes. Toronto: Academic Press. P. 603.

Wiradisastra US, Tjahjono B, Gandasasmita K, Barus B, dan Munibah K. 2002.

Geomorfologi dan Analisis Lanskap. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogior

(IPB).

Zen MT and Hadikusumo D. 1965. The Future Danger of Mt. Kelut (eastern Java-

Indonesia). Bull Volcand. 28. p.275-282.

Page 50: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

37

LAMPIRAN

Page 51: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

38

Lampiran 1 Lembar Wawancara untuk Masyarakat

KUESIONER UNTUK MASYARAKAT

STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN

BAHAYA ALIRAN LAHAR GUNUNGAPI KELUD

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 52: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

39

PENDAHULUAN

Dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan dan Ilmu

Tanah, Institut Pertanian Bogor (IPB), maka saya :

Nama : Ardli Swardana

NRP : A14080010

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Lahan dan Ilmu Tanah

mengajukan tugas akhir skripsi dengan judul: Studi Geomorfologi Kabupaten

Kediri dan Pemodelan Bahaya Aliran Lahar Gunungapi Kelud

Berkenaan dengan tugas akhir skripsi tersebut, saya menyusun kuesioner

sebagai bahan untuk analisis.Untuk itu kami mohon kepada Bapak/Ibu untuk

menjawab seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini dengan jawaban yang

benar dan akurat agar data tersebut dapat diolah/dianalisa, sehingga menghasilkan

informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu serta kesediaan dalammeluangkan waktu

untuk mengisi kuesioner ini, kami ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Ardli Swardana

Page 53: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

40

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : ……………………………………………

2. Tempat/tgl. lahir/umur : ……………………………………………

3. Jenis kelamin : L/P

4. Alamat : ……………………………………………

……………………………………………

5. No. Tel/HP : ……………………………………………

6. Berapakah anggota keluarga serumah yang berusia :

a. 0 – 14 thn (….org)

b. 15 – 55 thn (….org)

c. > 55 thn (…..org)

7. Pendidikan terakhir :

a. Tidak/belum pernah sekolah b. Tidak/belum pernah tamat SD

c. SD/sederajat d. SMP/sederajat

e. SLTA/sederajat f. Diploma I/II

g. Diploma III/akademi h. Sarjana S-1/ke atas

8. Pekerjaan utama saat ini :

a. PNS/karyawan b. Pedagang/wirawasta

c. Pensiunan d. Petani

e. Ibu rumah tangga f. Sopir/buruh

g. Lainnya, …………………

9. Pendapatan bersih dalam sebulan

a. Rp. 1.000.000,00 b. Rp. 1.000.000,00 s/d Rp. 2.500.000

c. > Rp. 2.500.000.00

A. Kondisi Hunian

1. Luas rumah (M2) :

2. Jarak bangunan dari sungai :

3. Jarak rumah dari jalan :

4. Jarak rumah dari tempat evakuasi :

5. Kondisi bangunan :

B. Pengetahuan mengenai kebencanaan

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui arti BAHAYA?

a. Ya, darimana………………..

b. Tidak

2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui arti RESIKO?

a. Ya, darimana………………..

b. Tidak

3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai bencana banjir lahar?

a. Ya, darimana………………..

..................................,...............

Responden,

____________________

...............

Page 54: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

41

b. Tidak

4. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apa yang menjadi faktor penyebab bencana

banjir lahar?

1. Manusia

2. Alam

3. Lingkungan

4. Interaksi ketiganya

5. Tidak tahu

5. Apakah Bapak/Ibu sudah mempunyai kesiapan dalam mengahadapi

bencana?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jalur evakuasi jika terjadi bencana?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tempat pengungsian jika terjadi bencana?

a. Ya b. Tidak

C. Pengalaman mengenai kebencanaan

1. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami bencana terutama banjir lahar?

a. Pernah b. Tidak

2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui lokasi sekitar yang beresiko terhadap

bencana terutama banjir lahar?

a. Ya, sebutkan………………

b. Tidak

D. Pelatihan kebencanaan

1. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar atau mengetahui mengenai

pencegahan bencana?

a. Pernah, darimana………………

b. Tidak

2. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti sosialisasi/penyuluhan tentang

kebencanaan terutama banjir lahar?

a. Pernah b. Tidak

3. Menurut Bapak/Ibu apakah pengetahuan tentang bencana perlu bagi

masyarakat?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui atau pernah mendengar peta bahaya

gunungapi terutama peta bahaya bencana lahar?

a. Ya b. Tidak

5. Jika jawaban di atas, “Ya” apakah peta tersebut mempunyai informasi

yang lengkap?

a. Ya b. Tidak

6. Jika jawaban di atas, “Ya” apakah peta tersebut dapat dengan mudah

diakses oleh berbagai lapisan masyarakat?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah peta bahaya lahar sesuai dengan keadaan dilapangan?

a. Sesuai b. Tidak Sesuai

Page 55: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

42

8. Apakah ada upaya dalam pencegahan bencana terutama bencana lahar?

a. Ya, sebutkan upaya apa dan siapa yang melakukan……………….

b. Tidak

E. Pengetahuan Tentang Pemanfaatan Ruang

1. Apakah Bapak/Ibu mempunyai tanah/lahan yang dapat digarap/diusahakan

untuk budidaya?

a. Ya b. Tidak

2. Bagaimana kondisi tanah/lahan yang Bapak/Ibu garap?

a. Datar b. Landai c. Curam

3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang peruntukan penggunaan lahan di

wilayah ini?

a. Ya, sebutkan………………

b. Tidak

4. Kalau „ya‟ dari manakah Bapak/Ibu tahu tentang peruntukan penggunaan

lahan tersebut?

a. Pemerintah

b. Masyarakat

c. Lainnya, sebutkan……………..

5. Menurut Bapak/Ibu apakah penggunaan lahan di wilayah ini sudah sesuai

dengan kondisi wilayah disini?

a. Sudah b. Belum

6. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar atau mengetahui tentang tata ruang?

a. Ya b. Tidak

7. Kalau „ya‟ dari manakah Bapak/Ibu tahu tentang tata ruang?

a. Pemerintah

b. Masyarakat

c. Lainnya, sebutkan……………..

8. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar atau mengetahui tentang rencana

pemanfaatan ruang?

a. Ya b. Tidak

9. Kalau „ya‟ dari manakah Bapak/Ibu tahu tentang rencana pemanfaatan

ruang?

a. Pemerintah

b. Masyarakat

c. Lainnya, sebutkan……………..

10. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti penyuluhan/sosialisasi tentang

rencana tata ruang?

a. Ya b. Tidak

11. Dalam membangun/mengelola lahan, apakah Bapak/Ibu pernah mendapat

arahan tentang penggunaan lahan dari pemerintah?

a. Ya b. Tidak

12. Apakah Bapak/Ibu pernah membaca/mengetahui tentang

peraturan/ketentuan tentang penataan ruang?

a. Ya b. Tidak

13. Menurut Bapak/Ibu, apakah pengetahuan tentang peraturan/ketentuan

tentang penataan ruang penting bagi masyarakat?

Page 56: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

43

a. Ya b. Tidak

14. Apakah perlu peran serta masyarakat dalam penataan ruang?

a. Ya b. Tidak

F. Pertanyaan

1. Apa saran Bapak/Ibu untuk pemanfaatan ruang dan penanggulangan

bencana banjir lahar?

2. Hal yang perlu disampaikan dalam upaya pencegahan bencana terutama

banjir lahar?

Page 57: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

44

Lampiran 2 Tabel Stasiun Kliamatologi beserta Besar curah hujan tahunan

No Lintang Bujur Nama Stasiun Curah Hujan

(mm/th)

1 -7,542404 112,104269 St. Kertosono 1.619,5

2 -7,812163 112,434265 St. Pujon 1.609,5

3 -7,791211 111,975937 St. Kediri 1.689,5

4 -7,916923 112,091174 St. Wates Kediri 2.256,0

5 -7,992875 112,295458 St. Semen 3.329,5

6 -8,076684 112,290219 St. Doko 2.728,0

7 -7,696926 111,787368 St. Wates Sawahan 2.155,5

8 -8,042636 111,580466 St. Tugu 1.767,0

9 -8,003468 112,497066 St. Wagir 2.263,5

10 -7,705365 111,887266 St. Berbek 2.274,5

11 -7,859109 111,874922 St. Wilis 3.795,5

12 -7,94552 111,8738 St. Jeli 1.857,5

13 -7,843398 112,281165 St. Dam Selorejo 2.934,0

14 -7,927564 112,336154 St. Wates Wlingi 3.675,0

15 -8,057741 112,181288 St. Sumberagung 2.843,5

16 -7,489899 112,451742 St. Tampung 1.955,0

17 -8,040601 111,767663 St. Pagerwojo 2.192,0

Page 58: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

45

Lampiran 3 Cara Pengukuran dan Perhitungan Lembah Sungai-Sungai Medial dan

Distal Gunungapi Kelud

Lembah Sungai Dermo di Kecamatan Plosoklaten

Luas Sungai (A): Lebar (l) x Tinggi (t), jika sungai berbentuk segi empat

Luas Sungai (A): ( Ia+Ib) x t , jika lembah sungai berbentuk trapesium

2

Setelah didapatkan luas semua titik pada satu badan sungai utama, selanjutnya

dihitung luas rata-rata.

Untuk menghitung volume Sungai: Luas rata-rata x panjang total sungai

Hor=lebar (l)

Tinggi (t)

Page 59: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

46

Lampiran 4 Tabel lebar, tinggi tebing, luas, dan volume sungai-sungai medial dan distal Kab. Kediri

No Lintang Bujur Hor1

(l1) (m)

Hor2

(l2) (m)

Tinggi

(m)

Luas

(m²) Luas rata-rata (m²) Total Panjang sungai (m) Volume (m³)

1A 7°50'42.0" 112°18'02.0" 31 11,4 353,40

432,25 36.076 15.593.971,25 2A 7°49'42.7" 112°18'25.0" 101 83,4 9,2 84,24

3A 7°48'39.0" 112°18'19.5" 21,4 11,4 5,8 95,12

1B 7°51'53.5" 112°15'44.8" 51,4 6,8 8 232,80

72,80 29.194 2.125.323,20 2B 7°46'26.9" 112°11'36.0" 9,8 2,6 25,48

3B 7°44'10.6" 112°08'52.6" 11,4 2,2 25,08

4B 7°42'53.8" 112°07'54.9" 9,8 0,8 7,84

1C 7°50'14.2" 112°10'35.2" 23,4 16,82 2 40,22

78,96 22.209 328.756,65

2C 7°49'34.1" 112°09'05.4" 30,4 1,8 54,72

3C 7°48'02.5" 112°07'18.0" 10,4 8 2,6 23,92

4C 7°45'23.1" 112°04'39.1" 21,4 9,8 5 78,00

5C 7°43'20.4" 112°03'47.2" 41,4 28,2 7,8 271,44

1Cx 7°45'16.1" 112°06'07.4" 14,8 2,4 35,52

2Cx 7°44'19.2" 112°05'20.1" 22,8 9,8 3 48,90

1D 7°51'32.1" 112°10'19.3" 5 1 5,00 5,00 20.994 104.970,00

1E 7°56'50.9" 112°07'50.5" 8,4 2 16,80

59,39 23.212 1.378.638,05

2E 7°56'22.3" 112°06'54.4" 14,4 1,4 20,16

3E 7°56'10.7" 112°04'01.4" 16,4 1 16,40

4E 7°56'00.3" 112°02'16.5" 11,8 3 35,40

5E 7°53'13.8" 112°09'11.0" 20,4 8,6 175,44

6E 7°57'55.3" 112°01'36.6" 28,8 3,2 92,16

1F 7°52'43.3" 112°09'39.7" 3 1 3,00 71,48 23.094 1.650.643,65

2F 7°52'29.3" 112°09'03.6" 31,8 4,2 133,56

46

Page 60: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

47

3F 7°48'48.2" 112°05'44.0" 27,8 19,4 6 141,60

4F 7°47'35.4" 112°03'17.2" 14,4 9,6 4 48,00

5F 7°45'36.6" 112°01'47.9" 22,8 11,4 2 34,20

1Fx 7°53'13.8" 112°09'11.0" 20,4 8,6 175,44

2Fx 7°52'40.5" 112°07'57.1" 4 1,5 6,00

3Fx 7°51'35.4" 112°07'16.7" 10 3 30,00

1G 7°51'06.9" 112°13'25.9" 10,4 2,1 21,84

41,99 23.919 1.004.279,08 2G 7°49'22.8" 112°11'51.2" 11,4 8,2 4,4 43,12

3G 7°44'33.8" 112°07'30.1" 12,2 5 61,00

1H 7°51'14.7" 112°16'54.0" 34 5,8 197,20

66,52 39.975 2.659.236,94

2H 7°49'41.5" 112°17'11.3" 10,4 5,8 60,32

3H 7°47'38.9" 112°15'21.6" 21,8 6,8 148,24

4H 7°43'56.9" 112°13'24.8" 19 1,6 30,40

5H 7°43'24.8" 112°13'10.8" 4 0,5 2,00

6H 7°41'24.3" 112°12'04.6" 3 1,5 4,50

7H 7°40'00.4" 112°11'00.4" 13,8 1,8 24,84

8H 7°40'34.7" 112°07'17.3" 23,8 22,4 2,8 64,68

47

Page 61: STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN PEMODELAN BAHAYA ALIRAN … · piroklastik yang mengalir menyusuri lembah-lembah sungai. Dalam sejarahnya lahar Gunungapi Kelud sering melahirkan

48

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri pada 25 Juli 1989 dari pasangan Warli dan

Lilik Kuswidarti. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara. Tahun 2008

penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kediri dan pada tahun yang sama penulis lulus

seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI), diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,

Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi asisten

praktikum pada beberapa mata kuliah di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya

Lahan, yaitu Pengideraan Jauh dan Interpretasi Citra, Geomorfologi dan Analisis

Lanskap, Morfologi dan Klasifikasi Tanah, Survey dan Evaluasi Sumberdaya

Lahan, Biologi Tanah, dan Sistem Informasi Geografis. Penulis juga aktif di

organisasi kemahasiswaan sebagai pengurus di Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah

IPB (HMIT) periode 2009/2010 dan mendapat tugas sebagai ketua Divisi

Penelitian dan Pengembangan (Litbang) HMIT periode 2010/2011. Prestasi

akademik yang pernah diraih adalah Juara I lomba soil judging dalam Pekan

Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah yang diselenggarakan oleh FOKUSHIMITI

Regional 2 di Universitas Padjadjaran Bandung dan Juara I lomba soil judging

dalam acara Kongres Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) yang

diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret pada tahun 2011.