kelompok 5 faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia
TRANSCRIPT
Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia
Kelompok V
Vicka Cahaya Agustin 05-511-1111-004
Fitri Yanti 05-511-1111-010
Dini Anggraeni05-511-1111-025
D III Keperawatan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUKABUMI
2014
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan karunia yang
telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kesehatan Lansia” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah Keperawatan Gerontik di Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi (UMMI).
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh untuk dikatakan sempurna, untuk itu
kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun.
Selama penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta
dorongan dari semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Maka dari itu pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan dari
semuanya, kami berharap semoga semuanya mendapatkan balasan dan lindungan dari Allah
SWT, Amin...
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran kita
semua. Khususnya dilingkungan Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Sukabumi, 1 Maret 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara individu, manusia pada usia di atas 50 tahun terjadi proses penuaan secara
alamiah, sehingga timbul masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Serta
dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit
juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (degeneratif).
Perubahan status sosial lansia dapat mempengaruhi kepribadian, yang berakibat
tidak baik bagi lansia jika tidak mampu menghadapinya. Demikian halnya pada aspek
ekonomi, kondisi lanjut usia akan menyebabkan kemunduran di bidang ekonomi, yang
ditandai adanya masa pensiun yang berakibat turunnya pendapatan, hilangnya fasilitas-
fasilitas, kekuasaan, wewenang dan penghasilan. Sedangkan pada aspek psikologi pada
umumnya setiap lansia menginginkan keadaan panjang umur, menghemat tenaga, tetap
berperan sosial, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, meninggal secara
terhormat. Apabila proses usia lanjut tersebut tidak sesuai dengan keinginan-keingianan
tadi, maka akan dirasakan sebagai beban mental yang cukup besar yang dapat
menyebabkan gangguan dalam keseimbangan mental.
Jumlah dan persentase lansia yang berusia 50 tahun ke atas di Indonesia senantiasa
terus meningkat dari tahun ke tahun dan besarnya, pada tahun 1980 adalah sebanyak 11,4
% dari jumlah penduduk, tahun 1985 sebanyak 13,3 %, tahun 1990 sebanyak 16 %,
tahun 2000 sebanyak 22,2 % dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebanyak
29,12 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia (Darmojo dalam Nugroho, 2008).
Secara umum masalah kesehatan pada seorang lansia diawali dengan terjadinya masalah
pada usia 45 tahun atau lebih, sehingga pada usia terebut dikatakan sebagai pra lansia
(Dinkes. Prop. Jabar, 2003).
Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah
usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan usia yaitu
mewujudkan derajat kesehatan serta optimal. Dalam peningkatan peran serta masyarakat
dapat dilaksanan dengan bentuk penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat
dalam perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Lansia
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).
Pengertian lansia (lanjut usa) menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000) sedangkan menuru UU
no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah
mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus
diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri
dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia
digolongkan menjadi 4, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Lansia (lanjut usia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Proses menua
(lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Berikut beberapa pendapat
mengenai pengertian masa tua :
1. Menurut Hurlock (2002)
Tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang
berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai
pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang.
Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua
atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes, Smith&Staudinger,
Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang
dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson&Perlin).
2. Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190)
Ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu
menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang
tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun
keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut.
Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari
60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia
maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
3. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995)
Masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya.
4. Badan kesehatan dunia (WHO)
Menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74
tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
B. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Pada Lansia
Jumlah penduduk Ianjut usia (Iansia) pada dasawarsa ini mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Fakta yang terjadi di masa kini yaitu Usia Harapan Hidup (UHH) kaum
wanita melampaui kaum Iaki-Iaki (patmonodewo et aI. 2001).
Wanita Iansia beresiko tinggi mengalami masaIah gizi, hal ini terjadi karena kondisi
tubuh Iansia mulai mengalami penurunan sebagai bagian dari proses penuaan. Masalah
gizi dan kesehatan Iansia adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Melalui gizi yang
baik, usia produktif dapat ditingkatkan sehingga wanita Iansia tetap dapat ikut serta
berperan daIam pembangunan (Astawan dan Wahyuni 1988).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kesehatan Pada Lansia (Lanjut Usia)
Kesehatan lansia (lanjut usia) dapat dilihat dari kesehatan fisik dan psikisnya.
Faktor kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik terhadap
serangan penyakit. Faktor kesehatan psikis meliputi penyesuaian terhadap kondisi
kesehatan lanjut usia.
1. Kesehatan Fisik
Kesehatan lansia yang paling utama adalah kesehatan fisik. Keadaan fisik
merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik, pancaindera,
potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap tertentu
( Prasetyo,1998). Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri
kembali dengan ketidak berdayaannya.
Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti
gangguan pada sirkulasi darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik,
neoplasma dan mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih,
mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan
menurunnya konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998)
mengatakan untuk menkaji fisik pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan
keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas,
dan waktu respon yang lamban.
Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang menyebabkan
reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan.
2. Kesehatan Psikis
Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara
otomatis akan timbul kemunduran kemampuan psikis. Salah satu penyebab
menurunnya kesehatan psikis adalah menurunnya pendengaran. Dengan menurunnya
fungsi dan kemampuan pendengaran bagi orang lanjut usia maka banyak dari mereka
yang gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain sehingga mudah
menimbulkan perasaan tersinggung, tidak dihargai dan kurang percaya diri.
Menurunnya kondisi psikis ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif.
Zainudin (2002). Lebih lanjut dikatakan dengan adanya penurunan fungsi kognitif
dan psiko motorik pada diri orang lanjut usia maka akan timbul beberapa kepribadian
lanjut usia sebagai berikut:
a. Tipe kepribadian Konstruktif, pada tipe ini tidak banyak mengalami gejolak,
tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri, pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post
power syndrom, apabila pada masa lanjut usia tidak diisi dengan kegiatan yang
memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe Kepribadian Tergantung, pada tipe ini sangat dipengaruhi kehidupan
keluarga . Apabila kehidupan keluarga harmonis maka pada masa lanjut usia tidak
akan timbul gejolak. Akan tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan
yang ditinggalkan akan menjadi merana apalagi jika terus terbawa arus kedukaan.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuki masa lanjut usia
tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya. Banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonomi rusak.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri, tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena
perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah
dirinya.
3. Karakteristik Resiko Tinggi
Lansia mengalami perubahan fisiologik, psikolosik dan sosial. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada lansia tersebut dapat menjadi faktor risiko bagi lansia
(Springhouse, 2002). Perubahan tubuh yang terjadi pada lansia akan terjadi terus
menerus seiring peningkatan usia dan perubahan spesifik pada lansia dipengaruhi
oleh kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor dan lingkungan (Potter & Perry, 2009).
Kategori yang berhubungan dengan kondisi resiko terhadap perubahan status
kesehatan adalah resiko biologik termasuk resiko terkait usia: resiko lingkungan
termasuk psikologik, sosial ekonomi dan kejadian hidup: resiko perilaku didalamnya
resiko gaya hidup (Stanhope & Lancaster, 2004).
McMurray (2003) faktor yang berhubungan dengan risiko pada individu yaitu
faktor biologik termasuk predisposisi genetik, terpapar elemen lingkungan dan
adanya perilaku manusia. Karakteristik risiko yang dijelaskan oleh para ahli tersebut
pada prinsipnya sama, bahwa karakteristik risiko yaitu risiko biologik, risiko sosial,
risiko ekonomi, risiko kejadian hidup dan resiko gaya hidup. Berdasarkan hal
tersebut, maka dibawah ini diuraikan faktor yang ada pada individu lansia.
a. Risiko Biologik (Biological Risk)
Beberapa kondisi penyakit akibat genetik berkontribusi pada resiko
biologik untuk kondisi tertentu. Faktor yang berkontribusi pada resiko biologik
seperti pola penyakit kardiovaskuler yang terjadi pada beberapa generasi dalam
keluarga. Beberapa hasil riset mendukung bahwa eek positif dari diet, latihan dan
manajemen stres dapat mencegah dan menunda munculnya penyakit
kardiovaskular (Stanhope & Lancaster, 2004). Pengaruh genetik, ras, gender, akan
mempengaruhi status kesehatan individu (Maurier & Smith, 2005).
Adanya ketidakmampuan dan gangguan pergerakan dasar dapat menjadi
faktor resiko dan lansia (Miller,1995). Karakteristik lansia yang berisiko
mendapatkan perlakuan pengabaian dari anggota keluarga antara lain adanya
penurunan kondisi kesehatan dan kerusakan fungsi fisik (Lachs & Pillemer,
2011).
b. Risiko Sosial (Social Risk)
Pentingnya risiko sosial pada kesehatan adalah untuk meningkatkan harga
diri. Kondisi ini akan meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti tingginya
angka kejadian kejahatan, individu yang tanpa rekreasi,individu dengan
kontaminasi dan tingginya stres lingkungan. Beban psikologis akan menghasilkan
stres dalam diri dan juga berefek manjadi stresor baru bagi prang lain. Jika
sumber tidak adekuat dan proses koping tidak ada, maka penurunan dalam
kesehatan akan terjadi (Stanhope & Lancaster, 2004).
Dampak kemiskinan akan mempengaruhi kondisi psikologik dan kondisi
psikologik akan mempengaruhi status kesehatan individu (Maurier & Smith,
2005). Kurangnya dukungan sosial serta adanya pengertian yang salah tentang
penuaan akan menjadi faktor risiko bagi lansia (Miller, 1995).
Resiko kejadian penyakit dapat disebabkan oleh lingkungan fisik berupa
kondisi polusi, suhu lingkungan yang ekstrim panas atau dingin, tidak adekuatnya
kondisi perumahan atau pilihan tempat berlindung. Faktor resiko dapat terjadi
ketika individu tidak mempunyai pilihan lain saat harus bekerja di luar rumah
dengan kondisi pekerjaan yang beresiko untuk kesehatan (McMurray, 2003).
Memasuki tahapan usia lanjut, secara sosial individu akan mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan akan lebih terasa pada individu yang
mempunyai kedudukan soial sebelumnya. Munculnya perasaan kehilangan
perlakuan yang selama ini di dapatkan seperti dihormati, diperhatikan dan
diperlukan. Kondisi ini akan berdampak pada semangat dan suasana hati serta
kesehatan lansia.
Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, tersendiri atau secara
bersama-sama secara kumulatif dapat berdampak negatif secara psikologis. Hal
tersebut dapat menjadi stressor yang kalau tidak diantisipasi akan menimbulkan
stres beserta manifestasi dan gangguan kesehatan (Depkes, 2003).
c. Risiko Ekonomi (Economic Risk)
Kemiskinan merupakan risiko untuk timbulnya masalah kesehatan. Risiko
ekonomi merupakan cerminan hubungan antara sumber keuangan dan kebutuhan.
Memiliki sumber finansial yang adekuat berarti mempunyai kemampuan
memenuhi kebutuhan akses yang berhubungan dengan kesehatan seperti tempat
tinggal yang layak, pakaian, makanan, pendidikan, perawatan kesehatan
(Stanhope & Lancaster, 2004). Rendahnya status ekonomi serta kemiskinan akan
mempengaruhi status kesehatan seseorang (Maurier & Smith, 2005). Menurut
Miller (1995) kemiskinan dapat menjadi faktor risiko bagi lansia.
d. Risiko Kejadian Hidup (Life Event Risk)
Transisi adalah pergerakan dari satu tahap ke tahap yang lain, dan ini
merupakan kondisi yang beresiko bagi individu. Masa transisi merupakan situasi
akan mempengaruhi dan menyebabkan beberapa perubahan seperti perubahan
perilaku, jadwal, pola komunikasi, harus membuat keputusan baru, pemulihan
peran, pembelajaran keterampilan baru dan perubahan dalam menggunakan
sumber-sumber yang baru (Stanhope & Lancaster, 2004).
e. Risiko Gaya Hidup (Life Style Risk)
Kekuasaan kesehatan seseorang dan perilaku yang berisiko yang disebut
gaya hidup. Perilaku dan pola kebiasaan dipengaruhi oleh lingkungan tempat
tinggal. Lansia dengan penurunan fungsi tubuh cenderung mengalami penyakit
fisik, dan mengalami konsekwensi akibat dari perilaku hidup dan pola kebiasaan,
serta sikap lansia yang mempengaruhi masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster,
2004).
Perilaku gaya hidup mempengaruhi seseorang sehingga termasuk dalam
kategori individu yang beresiko (Maurier & Smith, 2005).
Secara umum risiko perilaku termasuk di dalamnya mengkonsumsi
makanan yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak sehat, merokok, menggunakan
alkohol, partisipasi pada aktifitas yang berbahaya, dan terpapar sumber stressor
seperti adanya perilaku kekerasan (McKie et al.,1993 dalam McMurray, 2003).
Secara alamiah, bila kondisi terpapar faktor risiko perilaku terjadi dalam
jangka waktu yang lama, maka akan menimbulkan efek pada level risiko yang
akan dihadapi oleh individu berupa penyakit ataupun injuri (McMurray, 2003).
Ditemukan 70% ketidakmampuan fisik pada lansia yang dihubungkan dengan
hasil proses penuaan karena perilaku tidak sehat atau gaya hidup yang tidak sehat
(Mauk, 2010).
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia (Sosial, Ekonomi, Dan Lingkungan)
1. SosialPada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu merasakan ataus
adarakan kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas
fisiknya. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial, dari segi ekonomi
akibat dari pemberhentian jabatan atau pensiun juga dapat mempengaruhi kesehatan
lansia. Hal tersebut dapat meningkatkan resiko lansia untuk mengalami disabilitas
dan kematian lebih awal. Dukungan social yang tidak cukup, sangat erat
hubungannya dengan peningkatan kematian, kesakitan dan depresi juga kesehatan
dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Lansia yang tidak mendapatkan dukungan social yang cukup 1,5 kali lebih besar
kemungkinan untuk mengalami kematian pada tiga tahun kedepan dari pada mereka
yang mendapatkan dukungan sosial yang cukup. Oleh karena itu dibutuhkan
dukungan sosial yang tinggi ,memiliki perasaan yang kuat bahwa individu tersebut
dicintai dan dihargi. Lansia dengan dukungan sosial yang tinggi merasa bahwa orang
lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal itu dapat mengarahkan
individu kepada gaya hidup yang sehat.
2. Ekonomi
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Pada lansia secara
umum yang memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan orang lain,
sedangkan lansia yang tidak memiliki pendapatan akan menggantungkan hidupnya
pada anak atau saudaranya. Lansia yang tidak memiliki cukup pendapatan
meningkatkan resiko untuk menjadi sakit dan disabilitas.
Banyak lansia yang tinggal sendiri dan tidak mempunyai cukup uang untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi mereka untuk
membeli makanan yang bergizi, rumah yang layak, dan pelayanan kesehatan. Lansia
yang sangat rentan adalah yang tidak mempunyai asset, sedikit atau tidak ada
tabungan, tidak ada pensiun dan tidak dapat membayar keamanan atau merupakan
bagian dari keluarga yang sedikit atau pendapatan yang rendah.
3. Lingkungan
Perhatian spesifik harus diberikan pada lansia yang hidup dan tinggal di
pedesaan dimana pola penyakit dapat berbeda tergantung pada kondisi lingkungan
dan keterbatasan ketersediaan pelayanan pendukung. Urbanisasi dan migrasi untuk
mencari pekerjaan membuat lansia semakin terisolasi di pedesaan dengan
keterbatasan bahkan ketiadaan akses untuk pelayanan kesehatan.
Akses dan ketersediaan transportasi umum dibutuhkan baik di kota maupun di
pedesaan sehingga orang dengan segala usia dapat berpartisipasi secara penuh di
keluarga dan kehidupan masyarakat. Ini sangat penting untuk lansia yang memiliki
masalah mobilitas. Resiko-resiko pada lingkungan fisik menyebabkan kelemahan dan
cidera yang menyakitkan di antara lanjut usia. Cidera dari jatuh, terbakar, kecelakaan
lalu lintas adalah yang paling sering. Air yang bersih, udara yang bersih dan makanan
yang aman terutama sangat penting untuk sebagian besar kelompok usia rentan dan
mereka yang mempunyai penyakit kronisdan system kekebalan yang menurun.
(WHO, 2002)
4. Pandangan Secara Islam
a. Faktor Sosial Ekonomi
Agama Islam memandang lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana
perhatiannya terhadap generasi muda. Agama Islam memperlakukan dengan baik
para lansia dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap
sia-sia dan tak bernilai oleh masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan
penghormatan terhadap mereka adalah hal yang ditekankan dalam Islam.
Nabi Muhammad Saw bersabda, “penghormatan terhadap para lansia
muslim adalah ketundukan kepada Tuhan”. (http://indonesian.irib.ir).
Dalam Islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para
lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya bahwa lansia adalah
harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan pemikiran. Oleh sebab itu,
lansia harus dihormati, dicintai dan diperhatikan serta pengalaman-
pengalamannya harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad Saw bersabda, “hormatilah
orang-orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang
lebih muda dari kalian”. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat
berkewajiban memperhatikan kondisi para lansia.
Mereka yang beragama Islam aktif dalam perkumpulan keagamaan, seperti
Yasinan yang dilakukan tiap minggu dan pengajian setiap bulan. Kegiatan ini
dihadiri tidak hanya oleh orang lanjut usia saja. Tetapi juga dihadiri oleh
bapak/ibu yang masih muda, dan pra lanjut usia. Mereka berkumpul bersama
untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini didukung teori pertukaran sosial
dimana mereka melakukan kegiatan yang cara pencapaiannya dapat berhasil jika
dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain (Gulardi, 1999). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa Kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut
usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga
dan teman-teman (Hurlock, 1994). Kemajuan sosio-ekonomi, yang pada akhirnya
akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia
harapan hidup.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius
berhubungan dengan sense of well being, terutama pada wanita dan individu
berusia di atas 75 tahun (Koenig, Smiley, & Gonzales, 1988 dalam Santrock,
2006). Studi lain di San Diego menyatakan hasil bahwa lansia yang orientasi
religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan yang lebih baik
(Cupertino & Haan, 1999 dalam Santrock, 2006).
Hasil studi menyebutkan bahwa aktivitas beribadah atau bermeditasi
diasosiasikan dengan panjangnya usia (McCullough & Others, 2000 dalam
Santrock, 2006). Hasil studi lainnya yang mendukung adalah dari Seybold&Hill
(2001 dalam Papalia, 2003) yang menyatakan bahwa ada asosiasi yang positif
antara religiusitas atau spiritualitas dengan well being, kepuasan pernikahan, dan
keberfungsian psikologis; serta asosiasi yang negatif dengan bunuh diri,
penyimpangan, kriminalitas, dan penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Hal ini mungkin terjadi karena dengan beribadah dapat mengurangi stress
dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin. Pengurangan
hormon stress ini dihubungkan dengan beberapa keuntungan pada aspek
kesehatan, termasuk sistem kekebalan tubuh yang semakin kuat (McCullough &
Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Agama dapat memainkan peran penting
dalam kehidupan orang-orang tua (Mcfadden, 1996).
b. Faktor lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh besar bagi kesehatan fisik dan mental
manusia. Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah lingkungan.
Rasulullah bersabda, "Alam dan seluruh tanah di muka bumi adalah masjid dan
tempat ibadah". (http://indonesian.irib.ir). Aspek lingkungan yang dipengaruhi
kualitas dan keterjangkauan sarana kesehatan, keadaan tempat tinggal, sumber
finansial, serta kesempatan rekreasi pada lansia juga akan mempengaruhi
kesehatan lansia.
Sebagai contoh, bila di daerah lansia itu tinggal sulit diakses pelayanan
kesehatan karena jauhnya jarak atau medan yang tidak bersahabat, hal ini akan
menghambat lansia mendapat pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kesehatanya. Contoh lain, lingkungan tinggal yang mendukung
aktivitas keagamaan, atau anggota masyarakat yang islami atau
keterjangkauannya tempat-tempat ibadah hal ini akan mendukung peningkatan
perkembangan spiritualitas lansia menjadi lebih matang. Pada akhirnya
membantu lansia untuk menghadapi kenyataan termasuk dampak dari penuaan
fisik yang dialami, dan mengahadapi kenyataan tersebut. Sehingga lansia dapat
berperan aktif dalam kehidupan
5. Penelitian Di Beberapa Negara Maju
a. Amerika Serikat
Hasil penelitian di Amerika serikat mengungkapkan bahwa populasi
penduduk yang berusia 64 tahun atau lebih mengalam peningkatan yaitu dari 37
juta pada 2006 menjadi 71,5 juta pada 2030. Menurut laporan 2,3 juta lansia
Amerika menglami kemiskinan, untuk itu pemerintah Amerika meyediakan
Asuransi Kesehatan Medicare untuk memudahkan lansia ke pelayanan kesehatan.
Selain faktor ekonomi factor social juga berperan penting di Amerika,
penduduk lansia memiliki strata sosial di bawah kaum muda. Selain itu, factor
lngkungan juga berperan penting, karena pertumbuhan industri di Amerika sangat
tinggi sehingga risiko terpapar panas, mikroba dan polutan lainnya juga sangat
tinggi untuk setiap penduduk termasuk lansia. Untuk mengatasi hal tersebut
Amerika memiliki Environmental Protection Agency (EPA) mengatasi masalah
air, climte change, emergencies, green living, health and safety, land and cleanup,
pesticides, chemicals, and toxics, waste, and water.
b. Kanada
Pendapatan rata-rata untuk pria dan wanita usia 55 dan menurun. Penelitian
di kanada menunjukkan bahwa lansia miskin/pendapatan yang menurun
menunjukkan hubungan yang kuat dengan status sosial ekonomi, misalnya, tahun
1979 kanada survei kesehatan mengungkapkan bahwa di antara wanita yang
berusia 70 dan atas, tingkat peradangan kronis hipertensi adalah dalam tertinggi
kelompok sosial-ekonomi terendah dan tertinggi di antara orang-orang di kelas
sosio-ekonomi. Selain itu, Orang-orang memiliki pendapatan rata-rata terendah
adalah dua kali lipat untuk meninggal antara 65 dan 70 tahun sebagai orang
dalam tertinggi laba bersih kelompok.
Studi lain telah menunjukkan bahwa angka harapan hidup dari orang yang
hidup di garis kemiskinan yang lebih pendek dengan sembilan tahun dari mereka
memiliki tetangga yang kaya. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Kanada
memberikan jaminan kesehatan pada lansia dengan mengalokasikan dana sekitar
13,3 milyar. Selain factor ekonomi, faktor lingkungan memagang peranan
penting, Negara maju memiliki industry yang maju pula sehingga resiko terpapar
akibat lingkungan juga beresiko tinggi mengganggu kesehatan lansia.
c. Jepang
Masalah social ekonomi dan lingkungan di jepang juga menjadi masalah
terhadap kesejahteraan lansia. Namun demikian, Jepang menyediakan asuransi
kesehatan nasiona yang mencakup hamper seluruh penduduk termasuk lansia,
pada umumnya mereka membayar 70% dari biaya medis kecuali 30% untuk anak-
anak dan lansia. Namun , angka kejadian bunuh diri lansia akibat depresi tetap
tinggi di jepang merasa kesepian serta tidak mendapat perhatian dari anak-anak
mereka.
d. Australia
Secara empirik, pembangunan nasional (sosial-ekonomi) yang sedang
berjalan serta keadaan lingkungan sekitar juga memiliki kontribusi dalam bidang
kesehatan masyarakat. Indikatornya tampak jelas dengan menurunnya angka
kematian dan penyakit menular, yang diikuti pula meningkatnya angka harapan
hidup.
Selama bertahun-tahun, negara Persemakmuran Australia telah
melaksanakan banyak program yang bermanfaat bagi warga negaranya. Sebagai
hasilnya, rakyat Australia secara umum menikmati standar hidup yang tinggi,
kesehatan yang baik, dan sistem perawatan medis yang terbaik. Pemerintah
mendanai banyak pelayanan medis dan farmasi di banyak rumah sakit umum
maupun tempat perawatan lansia.
Pemerintah Australia juga merupakan sumber dana utama bagi penelitian
kesehatan dan pelatihan tenaga ahli dan teknisi di bidang perawatan kesehatan. Di
australia orang lansia juga lebih diperhatikan. Mereka dapat menikmati layanan
publik di tengah keterbatasan fisik yang dialami. Kebijakan terhadap orang lansia
ditangani langsung oleh lembaga setingkat kementerian, seperti Departemen
Kesehatan dan Lanjut Usia Australia.
Program pemerintah australia sendiri mengalokasikan 1,2 milyar dolar untuk
meningkatkan staff perawatan manula dan disediakan 270-juta dolar untuk
penanganan dementia. Dengan fasilitas tersebut secara tidak langsung akan
meningkatkan derajat kesehatan lansia di negara tersebut.
e. Singapura
Singapura untuk meningkatkan pelayanan sosial bagi kesejahteraan lanjut
usia, fasilitas yang memadai dan ditunjang tenaga profesional sangat mendukung
untuk meningkatkan Pelayanan dan pemberdayaan Lanjut Usia. Tsao Foundation
(Hua Mei Center) merupakan UPT khusus lanjut Usia dengan ekonomi
menengah keatas dengan fasilitas seperti rumah sakit, memiliki visi “ we envision
a society for all ages that supports aktive ageing and values the contributions of
older people.
Sama halnya dengan Hua Mei Center, National Council of Social Service
(NCSS) merupakan UPT yang berfokus pada adding colours to the lives of
seniors, forget full but not forgetten, help for those help others, going beyond
basic care memiliki sarana penunjang bagi kesejahteraan lanjut usia. Dengan
sarana dan prasarana yang memadai tersebut pasti akan meningkatkan derajat
kesehatan lansia di negara tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jumlah penduduk Ianjut usia (Iansia) pada dasawarsa ini mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Fakta yang terjadi di masa kini yaitu Usia Harapan Hidup (UHH) kaum
wanita melampaui kaum Iaki-Iaki (patmonodewo et aI. 2001).
Wanita Iansia beresiko tinggi mengalami masaIah gizi, hal ini terjadi karena kondisi
tubuh Iansia mulai mengalami penurunan sebagai bagian dari proses penuaan. Masalah
gizi dan kesehatan Iansia adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Melalui gizi yang
baik, usia produktif dapat ditingkatkan sehingga wanita Iansia tetap dapat ikut serta
berperan daIam pembangunan (Astawan dan Wahyuni 1988).
Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.
B. SaranSemoga makalah yang berjudul factor-faktor kesehatan pada lansia dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 200.
2. http://www.geocities.ws/klinikikm/kesehatan-ingkungan/status kesehatan.jpg
3. http://wimee.wordpress.com/2011/06/20/teori-h-l-blum