kelompok 5

38
MAKALAH KONSERVASI GIGI 1 Penatalaksanaan Tumpatan Resin Komposit (C- Factor) Disusun oleh: Maretha Dwi R (04121004038) Helsi Nadia Riani (04121004043) Lidya Astria (04121004039) Afif.R.Thabrani (04121004044) Dewi Kurniasih (04121004040) Yeza Safitri (04121004045) Ghina Tanzila (04121004041) Priskilla R. (04121004046) Dosen Pembimbing: drg.Ulfa Yasmin drg.Billy Sujatmiko Sp.KG

Upload: jessica-west

Post on 01-Oct-2015

236 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

mkdmdkdd

TRANSCRIPT

MAKALAH KONSERVASI GIGI 1Penatalaksanaan Tumpatan Resin Komposit (C-Factor) Disusun oleh:Maretha Dwi R(04121004038)Helsi Nadia Riani (04121004043)Lidya Astria(04121004039)Afif.R.Thabrani (04121004044)Dewi Kurniasih(04121004040)Yeza Safitri (04121004045)Ghina Tanzila (04121004041)Priskilla R. (04121004046)

Dosen Pembimbing:drg.Ulfa Yasmindrg.Billy Sujatmiko Sp.KG

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGIUNIVERSITAS SRIWIJAYA2013-20141. Resin KompositResin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan. Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu pada penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin. Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin komposit dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi, dan bahan coupling agent. Selain itu, resin komposit juga mengandung pigmen agar warna resin komposit dapat menyerupai warna stuktur gigi dan inisiator serta akselerator untuk mengaktifkan mekanisme pengerasan/ polimerisasi.

1.1 Matriks Resin Kebanyakan bahan komposit menggunakan monomer yang merupakan diakrilat aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis-GMA), Urethane Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimethacrylate (TEGDMA) merupakan dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit. Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental pada temperatur ruang (25oC). Monomer yang memiliki berat molekul lebih tinggi dari pada metil metakrilat yang membantu mengurangi pengerutan polimerisasi. Nilai polimerisasi pengerutan untuk resin metil metakrilat adalah 22 % dimana untuk resin Bis-GMA 7,5%. Ada juga sejumlah komposit yang menggunakan UDMA ketimbang Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan tinggi karena memiliki berat molekul yang tinggi. Penambahan filler dalam jumlah kecil saja menghasilkan komposit dengan kekakuan yang dapat digunakan secara klinis. Untuk mengatasi masalah tersebut, monomer yang memiliki kekentalan rendah yang dikenal sebagai pengontrol kekentalan ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA), etilen glikol dimetakrilat (EDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah yang paling sering digunakan.

1.2 Bahan Pengisi (Filler) Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit, berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan kekerasan.

1.3 Coupling agentKomponen penting yang terdapat pada resin komposit yang banyak dipergunakan pada saat ini adalah coupling agent. Melapiskan partikel filler dengan coupling agent contohnya vinyl silane memperkuat ikatan antara filler dan matriks. Coupling agent memperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara bereaksi secara khemis dengan keduanya. Ini membolehkan lebih banyak matriks resin memindahkan tekanan kepada partikel filler yang lebih kaku. Kegunaan coupling agent tidak hanya untuk memperbaiki sifat khemis dari komposit tetapi juga meminimalisasi kehilangan awal dari partikel filler diakibatkan dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan filler.

2. Cara Aktivasi Resin KompositCara aktivasi dari resin komposit dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi secara kimia dan aktivasi dengan menggunakan cahaya. 2.1 Aktivasi secara kimiaProduk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang mengandung benzoyl peroxide (BP) inisiator dan yang satu lagi mengandung aktivator aromatic amine tertier. Sewaktu aktivasi, rantai --O--O-- putus dan elektron terbelah diantara kedua molekul oksigen (O) seperti terlihat pada gambar 6. Pasta katalis dan base diletakkan di atas mixing pad dan diaduk dengan menggunakan instrument plastis selama 30 detik. Dengan pengadukan tersebut, amine akan bereaksi dengan BP untuk membentuk radikal bebas dan polimerisasi dimulai. Adonan yang telah siap diaduk kemudian dimasukkan ke dalam kavitas dengan menggunakan instrument plastis atau syringe.

Gambar 1. Aktivasi benzoyl peroxide(Sumber: represitory.usu.ac.id/pdf)2.2 Aktivasi Menggunakan CahayaSistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk sinar ultraviolet (UV) membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit yang menggunakan curing sinar UV telah digantikan dengan sistem aktivasi sinar tampak biru yang telah diperbaiki kedalaman curing, masa kerja terkontrol, dan berbagai kebaikan lainnya. Dikarenakan kelebihan yang dimiliki sinar tampak biru, komposit yang menggunakan aktivasi sinar tampak biru lebih banyak digunakan dibanding material yang diaktivasi secara kimia.

3. Polimerisasi Resin KompositPolimer (makromolekul) adalah kumpulan molekul-molekul (monomer) yang berikatan secara kovalen yang sangat panjang yang dapat dihasilkan dari sumber alami atau sintetik. Reaksi pembentukan polimer ini dikenal dengan istilah polimerisasi. Reaksi yang terjadi dalam polimerisasi ada 2 macam, yaitu :3.1 Polimerisasi adisiYaitu bergabungnya monomer-monomer yang memiliki ikatan rangkap (ikatan tak jenuh). Ikatan rangkap akan menjadi jenuh saat monomer-monomer tersebut berikatan satu sama lain. Pada polimerisasi adisi, tidak ada molekul yang hilang. Contoh reaksi polimerisasi adisi adalah pembentukan polivinil klorida (PVC) dari monomer-monomer vinilklorida.

Gambar 2. Polimerisasi adisi pada PVC(Sumber: represitory.usu.ac.id/pdf)

Pada polimerisasi adisi sendiri, terdapat 3 tahap yang terjadi yakni:3.1.1 Tahap inisiasi Inisiator (benzoyl peroxide) aktif bereaksi kemudian membentuk radikal bebas.Contoh : pembentukan polietilen

Gambar 3. Pembentukan polietilen(Sumber: represitory.usu.ac.id/pdf)3.1.2 Tahap propagasi Radikal bebas memecah ikatan ganda antara atom karbon dalam monomer dan monomer yg berdekatan saling berikatan. Terus berlanjut hingga menjadi makromolekul.

3.1.3 Tahap terminasi Pada tahap ini, unit monomer sudah habis bereaksi, tdk ada lagi ikatan ganda, atau radikal bebas sudah terikat pada reaksi.

3.2 Polimerisasi kondensasiPolimerisasi kondensasi merupakan bergabungnya monomer-monomer yang memiliki gugus fungsional. Pada saat monomer-monomer berikatan satu sama lain, ada molekul yang hilang, misalnya pelepasan molekul air. Contoh reaksi polimerisasi kondensasi adalah pembentukan protein dari monomer-monomer asam-asam amino.

Gambar 4. Pembentukan protein dari monomer asam amino(Sumber: represitory.usu.ac.id/pdf)

4. Teknik penyinaranMendapatkan polimerisasi yang adekuat merupakan hal yang diharapkan selama manipulasi bahan resin komposit. Sebab, polimerisasi yang adekuat menghasilkan resin komposit dengan sifat fisik dan kimia yang optimal. Polimerisasi resin komposit sinar sangat dipengaruhi oleh teknik penyinaran seperti intensitas sinar, jarak penyinaran, ketebalan bahan, dan lama penyinaran. Polimerisasi optimal didapatkan jika intensitas sinar minimum yang digunakan adalah 300 mw/cm2 dengan panjang gelombang sinar 400-515 nanometer. Ketebalan bahan resin komposit sinar yang baik berkisar antara 2,0 - 2,5 mm agar sinar dapat menembus lapisan yang paling bawah. Ujung alat sinar harus diletakkan sedekat mungkin tanpa menyentuh resin komposit. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dispersi cahaya light curing unit. Variasi penyinaran resin komposit berkisar antara 20-60 detik. Penyinaran yang tidak adekuat (kurang) akan menyebabkan mengerasnya lapisan luar saja dan menghasilkan lapisan yang tidak matang atau lunak di bagian dasar. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa penyinaran optimal adalah 40 detik untuk ketebalan bahan 2mm.

5. Configuration factor (C-Factor)Salah satu kelemahan dari resin komposit yaitu terjadinya pengkerutan selama polimerisasi, sehingga menimbulkan stress yang terkonsentrasi pada daerah interfasial. Stress yang terjadi pada daerah interfasial diakibatkan oleh kompetisi gaya yang dihasilkan antara stress pengkerutan polimerisasi resin komposit dan gaya adhesi terhadap substrat gigi. Pengkerutan polimerisasi merupakan masalah terbesar pada semua bahan restorasi berbahan dasar resin. Penyusutan yang terjadi bervariasi antara 1-5 % volume. Pengkerutan polimerisasi berkaitan dengan c-factor yang merupakan perbandingan antara permukaan restorasi yang berikatan dengan permukaan kavitas. Semakin tinggi C-Factor, semakin besar jumlah permukaan yang terikat, semakin kecil flow, semakin besar stress kontraksi dan semakin besar potensi gangguan obligasi dari efek polimerisasi. Pada resin komposit aktivasi sinar, pengkerutan terjadi kearah sumber sinar, sedangkan pada resin komposit aktivasi kimiawi, pengkerutan terjadi ke arah tengah dari massa resin. Adanya kontraksi polimerisasi menyebabkan terjadinya kehilangan kontak antara resin komposit dan dinding kavitas sehingga mengakibatkan terbentuknya celah (gap) pada tepi restorasi. Selain itu, resin komposit memiliki koefisien ekspansi termal tiga atau empat kali lebih besar daripada koefisien ekspansi termal struktur gigi. Perbedaan koefisien ekspansi termal antara struktur gigi dan resin komposit ini dapat menyebabkan terjadinya perbedaan perubahan volume yang mengakibatkan timbulnya kebocoran mikro.

C = d/2hFaktor C dinyatakan dalam :

Ket:C = faktor Cd = restorasi h = kedalaman restorasi

Contoh hubungan antara C-faktor dengan pengerutan polimerisasi yakni misalnya dalam kavitas kelas I, akan ada 5 permukaan terikat dan hanya 1 permukaan tak terikat. Hasil bersih akan menjadi faktor C dari 5. Sebagai faktor C meningkat demikian juga kemungkinan gangguan obligasi bila menggunakan resin komposit. Efek ini disebabkan oleh penurunan permukaan tak terikat di mana komposit dapat "mengalir" untuk meredakan stress polimerisasi. Teknik layering tambahan telah diusulkan untuk mengimbangi persiapan dengan faktor konfigurasi tinggi.6. Alat dan bahan yang diperlukan untuk penatalaksanaan resin kompositPeralatan yang diperlukan untuk penatalaksanaan tumpatan resin komposit, yakni:Langkah-langkahPeralatan yag diperlukan

Pengisolasian gigi Cotton roll Isolasi karet

Preparasi kavitas Bur Pulpal floor Mikromotor

Pembuangan jaringan karies Ekskavator dan Bur

Etsa asam Bulatan kapas kecil Potongan busa kecil Kuas kecil

Penempatan bahan bonding Kuas kecil

Penempatan bahan restorasi

Strip mylar Blok kertas plad, Bahan komposit Semprit

Pengecekan oklusi Kertas artikulasi

Penyelesaian

Intan yang butirannya halus, Bur karbit berbilah Batu putih runcing atau bulat Scalpel Strip pengakhir Disk Soft-Flex, kertas ampelas halus dan mangkuk karet putih

7. Penatalaksanaan Resin KompositLangkah-langkah penatalaksanaan tumpatan resin komposit adalah sbb:7.1 Seleksi warna dan pembersihan gigi7.2 Pengisolasian gigi7.3 Preparasi kavitas7.4 Pembuangan jaringan karies7.5 Pemberian pelapik kalsium hidroksida diatas denti7.6 Etsa asam7.7 Penempatan bahan bonding7.8 Penempatan bahan restorasi7.9 Pengecekan oklusi7.10 Penyelesaian

7.1 Persiapan Seleksi Warna7.1.1 Preparation of the Operating Site Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan tidak melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan area operasi dengan menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan pewarnaan superfisial. Menghilangkan kalkulus dengan beberapa instrumen juga diperlukan. Tahapan-tahapan tersebut akan menciptakan area yang baik untuk dilakukan bonding. Prophy paste terdiri dari flavoring agents, gliserin, atau fluoride yang berperan melawan kontaminan dan sebaiknya diberikan untuk mencegah kemungkinan timbulnya masalah saat prosedur etsa asam.

7.1.2 Shade selectionPerhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna gigi dengan komposit material. Umunya gigi berwarna putih dengan berbagai derajat variasi dari abu-abu, putih, dan kuning. Selain itu, gigi seseorang jyga berbeda-beda sesuai translusensi, ketebalan, serta distribusi dari enamel dan dentin dan juga usia pasien. Faktor lain juga mempengaruhi seperti fluorosis, efek tetrasiklin, dan perawatan endodontik.Kebanyakan pabrik menyediakan shade guide untuk material yang spesifik, yang pada umunya tidak dapat diganti dengan material dari pabrik lain. Beda pabrik akan beda shade guide yang ada. Pencahayaan yang baik sangat dibutuhkan ketika melakukan pemilihan warna. Pencahayaan alami lebih diutamakan disini. Ketika memilih warna yang tepat, shade guide diletakkan dekat dengan gigi untuk menentukan warnanya secara umum. Kemudian seseorang yang lain mencocokkan dengan label shade guide yang spesifik disamping area yang direstorasi. Sebagian label shade sebaiknya diletakkan berdekatan dengan bibir pasien untuk mendapatkan efek yang natural. Area servikal biasanya lebih gelap daripada area insisal. Pemilihan warna sebaiknya dilakukan secepat mungkin. Beberapa dokter kadang meminta bantuan asistennya untuk membantu menentukan warna yang tepat. Pemilihan warna final bisa dicek oleh pasien dengan menggunakan hand mirror.

Gambar 5. Penggunaan shade guide untuk menentukan warna resin komposit yang digunakan pada gigi pasien (Sumber: http://blogs.ultradent.com/wp-content/uploads/2013/07/vita-shade-guide.jpg)

7.2 Pengisolasian gigiIsolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva, lidah akan mengganggu penglihatan. Selain itu, gingiva yang berdarah adalah sedikit dari masalah-masalah yang harus diatasi sebelum prosedur kerja yang teliti dan tepat dapat dilakukan. Beberapa metode dapat dilakukan untuk mengisolasi daerah kerja, seperti penggunaan rubber dam dan cotton roll. Absorben seperti cotton roll dapat digunakan untuk mengisolasi gigi sebelum dilakukan perawatan. Penggunaan cotton roll merupakan alternatif, dan dilakukan apabila penggunaan rubber dam dianggap tidak praktis, atau tidak dapat digunakan. Cotton roll memungkinkan terjadinya kontrol kelembapan sehingga mendukung sifat bahan anastesi. Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva. Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll efektif dalam menghasilkan isolasi jangka pendek, seperti dalam prosedur polishing, penempatan sealant, dan aplilan topikal fluoride.Cotton roll kering dijepit dengan cotton roll holder atau pinset, yang dipegang oleh asisten dokter gigi. Apabila cotton roll telah dibasahi seluruhnya oleh saliva, asisten dokter gigi bertanggung jawab untuk mengganti dengan cotton roll yang kering. Kadang-kadang, saliva pada cotton roll yang telah basah dapat dihisap dengan suction, sehingga penggantian cotton roll tidak perlu dilakukan. Beberapa produk untuk memegang cotton roll dalam berbagai posisi telah tersedia di pasaran. Tetapi, cotton roll holder harus sering dikeluarkan dari mulut untuk mengganti cotton roll yang telah basah, sehingga penggunaan cotton roll holder ini dianggap tidak praktis dan membuang waktu, oleh karena itu cotton roll holder jarang digunakan. Walaupun demikian, cotton roll holder mempunyai keuntungan, yaitu dapat digunakan untuk meretraksi pipi dan lidah dari gigi, sehingga menyediakan akses dan pandangan yang baik ke daerah operasi.

Gambar 6. Cotton roll(Sumber: http://www.medicom.com/images/products/product-1332376542.jpg)

7.3 Preparasi kavitasPreparasi kavitas merupakan suatu langkah penting sebelum tindakan restorasi gigi. Preparasi kavitas dilakukan pada pasien yang terkena karies. Preparasi kavitas sendiri adalah mempersiapkan celah kavitas pada gigi yang akan di restorasi. Preparasi kavitas selain membuang karies juga membuang bagian gigi yang bagus seminimal mungkin.7.3.1 Tujuan preparasi7.3.1.1 Membuang sel jaringan rusak sehingga dapat melindungi pulpa7.3.1.2 Membentuk preparasi sehingga tekanan kunyah yang diterima gigi atau restorasi tidak menyebabkan fraktur atau lepasnya restorasi tersebut.7.3.1.3 Membuat suatu restorasi yang memenuhi estetik atau fungsional.

Preparasi kavitas berdasarkan klas masing-masing, yakni:1. Preparasi Kelas IAlat dan bahan: 1 perangkat diamond bur Pulpal floorProsedur:Untuk preparasi kelas I yang besar dengan komposit, masukkan inverted cone diamond lewat distal area pit pada permukaan oklusal, posisikan sejajar dengan sumbu akar dan mahkota. Sebisa mungkin antisipasi seluruh panjang mesiodistal dari sentral groove yang akan dipreparasi. Agar lebih mudah, masukkan bur ke bagian distal terlebih dulu baru kemudian melintasi mesial. Teknik ini memungkinkan penglihatan yang lebih baik untuk operator selama melakukan preparasi. Siapkan pulpal floor untuk kedalaman inisiasi awal 1,5 mm, yang diukur dari sentral groove (Gb. 7) . Setelah daerah groove sentral dibuang, facial atau lingual diukur kedalaman, sekitar 1,75 mm, tetapi tergantung pada kecuraman dari kecondongan cusp. Biasanya kedalaman awal ini adalah kira-kira 0,2 mm di DEJ. Diamond dipindahkan ke mesial untuk menyertakan sisa lain, mengikuti groove sentral, sebaik turun naiknya DEJ.

Gambar 7. Penggunaan pulpal floor untuk inisiasi gigi awal(Sumber: represitory.usu.ac.id/pdf)

Gambar 8. B. Proses preparasi dari arah mesial ke distal C. Hasil preparasi yang mengikuti kontur DEJ.(Sumber: represitory.usu.ac.id/pdf)

Gambar 10. Hasil preparasi kavitas klas I(Sumber: http://s13.photobucket.com/user/wonton_mie/media/ ClassIIComposite.jpg.html)

2. Preparasi klas II MODAlat dan bahan: Diamond bur Mikromotor Prosedur:Dalam preparasi gigi klas II dimulai dengan preparasi permukaan oklusal menggunakan bur diamond inverted dengan bentuk outline. Bur diamond digerakkan dari sentral groove kearah tonjolan dengan kedalaman pulpa dipertahankan 1.5 mm. Kemudian dilakukan preparasi proksimal box dengan pertimbangan luas lesi karies dan restorasi lama dalam perluasan preparasi proksimal box kearah fasial, lingual, dan gingival.Ketika preparasi telah diperluas sampai marginal ridge, dimulai pemotongan parit proksimal. Tahan diamond bur diatas dento enamel jungtion sedalam 0.2 mm. Bur diamond diperluas kearah fasial, lingual, dan gingival untuk mencakup semua lesi karies atau bahan restorasi yang lama. Pemotongan kearah fasiolingual dilakukan dengan gerakan perlahan mengikuti bentuk dento enamel jungtion dengan bentuk agak konveks disebelah luar. Dinding aksial sebaiknya 0.2 mm kedalam dento enamel jungtion dan sedikit konveks kebagian luar.Retention form dapat ditambahkan dengan penempatan groove, lock, coves, atau slot. Semua retention form di atas harus di tempatkkan di dentin, dengan sedemikian rupa tidak merusak dan melemahkan enamel yang berdekatan. Bevel ditempatkan pada margin enamel yang tersedia.Gambar 11. Preparasi klas II(Sumber: http://dentosca.files.wordpress.com/2011/06/picture1.jpg)

3. Preparasi Klas IIIPermukaan proksimal gigi anterior dengan atau tanpa labial atau lingual (tidak mengenai sudut insisal), biasanya terjadi pada permukaan mesial atau distal dari insisivus atau kaninus dan biasanya terjadi dibawah titik kontak. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam preparasi kavitas kelas III:a. Untuk mendapatkan akses ke dentin jika gigi tetangga masih ada, gunakan diamond bur melalui ridge tepi email dari aspek palatal.b. Dinding labial sebaiknya dipertahankan.c. Retensi (groove stabilisasi) dibuat dengan bur bulat kecil kearah gingival dan insisal.d. Perluasan dinding email dipermukaan palatal kearah palatal, insisal maupun gingival dilakukan dengan bur bulat kecil.

4. Preparasi gigi klas IV desain modifiedKlas IV terjadi pada permukaan proksimal gigi insisivus dan caninus dan pada tepi insisal juga terlibat. Preparasi klas IV desain modified yang menggunakan bahan komposit diindikasikan untuk lesi klas IV yang kecil atau sedang atau juga bisa untuk cacat traumatik. Menghilangkan semua lesi yang ada atau restorasi cacat dengan mata bur ukuran round ataudiamond instrumentserta menyiapkan outline form. Biasanya sedikit atau tanpa preparasi gigi awal diindikasikan untuk sudut insisal yang retak, selain struktur gigi yang retak dan kasar. Margin cavosurface disusun dengan konfigurasi miring serupa dengan yang sebelumnya dijelaskan. Kedalaman aksial tergantung pada luasnya lesi, restorasi sebelumnya, atau patah, tapi awalnya tidak lebih dari 0,2 mm dalam DEJ. Biasanya tidak ada retention form groove yang diindikasi. Sebaliknya, retensi diperoleh terutama dari kekuatan ikatan komposit ke enamel dan dentin.Perawatan gigi dengan fraktur traumatik kecil membutuhkan lebih sedikit preparasi dibanding dengan contoh beveled conventional. Jika fraktur terbatas pada email, retensi yang memadai biasanya dapat dicapai dengan hanya beveling margin cavosurface yang tajam di daerah yang patah dengan mata bur diamond berbetuk flame yang diikuti dengan ikatan.

Gambar 12. Proses preparasi kavitas klas IV(Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-Ht83kljYsag/TqfqTjOv9WI/AAAAAAAAA Mw/z1QykRTpS-I/s320/gigi.jpg)

5. Preparasi klas V Tipe kavitas ini paling baik dipreparasi dengan bur bulat kecil (round bur kecil) mengingat akses bur fisur seringkali sukar karena terhalangnya kepala bur oleh ramus mandibula atau pipi, atau oleh prosesus koronoid jika gigi atas yang dirawat. Dalam keadaan demikian, bur fissure dapat mengakibatkan pemotongan gigi terlalu banyak. Ukuran kavitas awal dibatasi hanya seluas besar karies email dan kedalamannya sebatas mencapai dentin. Hal ini akan mengungkapkan seberapa banyak daerah DEJ telah terkena karies. Preparasi kavitas selanjutnya menggunakan handpiece kecepatan rendah karena operator akan lebih bisa mengendalikan pengambilan kariesnya dan lebih bisa merasakan sampai dimana pengambilannya dibanding menggunakan handpiece dengan kecepatan tinggi. Kavitas dilebarkan sesuai dengan banyaknya pembuangan karies di DEJ. Di daerah gingival (gingival wall) kedalaman kavitas tidak boleh kurang dari 1 mm dari permukaan karies karena email di daerah servikal tipis. Pada tahap ini, hanya di dinding aksial yang boleh ditingalkan.Retensi diperoleh dengan membuat alur retensi di seluruh dentin sepanjang dinding gingival dan dinding oklusal memakai bur bulat kecil kecepatan rendah. Walaupun begitu, email tak terdukung jangan sampai terbentuk, dan karena alasan inilah alur retensi di dinding mesial atau distal dari suatu kavitas yang lebar tidak boleh dibuat. Untuk membuang prisma-prisma yang tak terdukung dinding email harus dihaluskan dengan pahat email berbilah ganda; tindakan ini akan menyebabkan melebarnya dinding oklusal dan dinding gingival.Dinding mesial dan dindng distal hendaknya dibuat tegak lurus pada garis singgung permukaan gigi. Dinding gingival sebisa mungkin diletakkan di daerah supra gingiva sehingga tepi kavitas yang merupakan daerah tempat berakumulasinya plak tidak akan ikut menimbulkan peradangan pada gingival. Posisi dinding gingival yang tepat ditentukan oleh perluasan karies di DEJ. Selanjutnya membuang karies yang terdapat di dinding aksial dengan menggunakan bur bulat kecepatan rendah. Pembuangan dentin sehat dari dinding aksial merupaka kontra indikasi karena membahayakan pulpa berhubung letaknya sudah di dekat pulpa. Kavitas hendaknya dicuci dan dikeringkan sehingga dapat dilihat apakah dentin karies sudah terbuang semua apakah retensi bagi restorasinya sudah baik.Ada beberapa ciri dasar preparasi kavitas klas V: Bila ingin memperoleh kedalaman kavitas mesial dan distal yang memadai tanpa merusak pulpa, dinding kavitas harus berjarak setara dari permukaan awal gigi kecuali pada daerah perluasan karies yang mengharuskan diperdalamnya kavitas. Karena bentuk kavitas yang dangkal, garis sudut kavitas yang tajam merupakan indikasi untuk menghindari bentuk kavitas seperti wajan (melengkung) yang mempunyai retensi dan stabilitas yang buruk. Undercut untuk retensi tidak boleh dibuat pada sisi mesial dan distal kecuali bila permukaan gigi relatif datar. Undercutoklusal dan gingival harus dibuat dengan hati-hati karena akan dapat terbentuk enamel yang tidak kuat bila undercut terlalu besar. Tepi gingival kavitas dibuat di bawah tepi gingival bebas hanya apabila keadaan ini diharuskan akibat perluasan karies. Kebersihan mulut yang baik di daerah ini harus ditekankan pada pasien karena ini merupakan upaya pencegahan paling efektif untuk menghindari karies sekunder.

7.4 Pembuangan jaringan kariesPeralatan7.4.1 Eskavator7.4.2 BurProsedurGunakan eskavator tajam atau round bur ukuran sedang dengan handpiece berkecepatan tinggi untuk menghilangkan jaringan karies dari dinding, baru kemudian dari dasar kavitas. Eskavator dan bur sama efektifnya dalam menghilangkan jaringan karies. Jika bur digunakan dengan kecepatan rendah dan dan tekanan ringan. Apabila email kavitas bergaung, email harus dibuang sampai dentin dengan bur fissure. Jika kavitas menjadi telalu dalam, lanjutkan preparasi perlahan dengan eskavator.

7.5 Pemberian pelapik kalsium hidroksida diatas dentinSebelum aplikasi etsa asam atau penempatan restorasi resin, dentin harus dilindungi dengan memberikan pelapik. Bila pelapik tidak diberikan, asam akan berfungsi sebangai etsa atau resin akan meyebabkan iritasi terhadap pulpa. Basis kalium hidroksida adalah pilihan pelapik yang dianjurkan. Bahan ini diaplikasikan sebagai suatu lapisan tipis dibawah resin.Kalsium hidroksida sangat efektif dalam pembentukan dentin sekunder. Dentin sekunder merupakan bantuan yang penting dalam perbaikan pulpa. Begitu juga, dentin ini menghasilkan suatu lapisan dentin yang tebal, yang mampu melindungi pulpa dari iritan-iritan, seperti produk-produk toksik dari bahan restoratif atau agen-agen yang merusak yang berpenetrasi melalaui kebocoran mikro.7.6 Penggunaan etsa asam/Acidic Etchant Suatu tambalan yang bernilai untuk retensi dari sistem resin adalah teknik etsa atau demineralisasi email antara permukaan restorasi. Teknik tersebut sangat membantu pada restorasi klas IV. Etsa asam pada permukaan email sangat menguntungkan untuk retensi restoransi pada gigi anterior yang fraktur. Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi yang tepat adalah 35-50% dan banyak pabrik yang pemasok asam ini dalam bentuk larutan atau gel bersama sistem resin. Keputusan untuk menggunakan etsa asam saja atau dalam kombinasi dengan preparasi didasarkan pada:7.6.1 Lokasi dan ukuran pulpa. Ini dapat mengurangi kegunaan beberapa bentuk preparasi, dengan pengecualian preparasi yang terbatas pada email7.6.2 Terlibatnya daerah insisal atau oklusal. Etsa asam sendiri tidak akan mampu mendukung restorasi menjad subyek tekanan pengunyahanIndikasi digunakannya etsa asam: Mendukung restorasi posterior klas I dan II Digunakan untuk tambalan klas III dan tambahan pada retensi konvensional. Pada klas IV digunakan pada sudut insisal gigi anterior. Dapat digunakan untuk fraktur email terutama pada insisivus sentral dan lateral atas. Klas V, di oklusal atau insisal email sebagai tambahan retensiPeralatan yang digunakan:1. Bulatan kapas kecil 2. Potongan busa kecil 3. Kuas kecil,Prosedur:Etsa asam ditempatkan pada email menggunakan kapas kecil atau sikat bulu unta yang halus. Asam diaplikasikan pada kavitas dan dibiarkan selama 15-20 detik. Asam dan bahan dekalsifikasi dibersihkan dengan air selama 30 detik kemudian dikeringkan selama 15 detik dengan alat pengering. Alat pengering harus terjamin bebas dari kontaminasi.7.7 Penempatan bahan bondingBanyak pabrik memperkenalkan apa yang disebut agen bonding email untuk digunakan pada etsa asam. Bahan bonding biasanya terdiri dari atas bahan matrik resin BIS-MA yang encer tanpa pasi atau hanya sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding adalah cairan sedikit kental yang dengan mudah dapat diaplikasikan dengan kuas kecil kedalam dinding kavitas dan tepi email.

7.8 Penempatan bahan restorasiSemua bahan restorasi resin menimbulkan iritasi pulpa. Jadi dalam preparasi kavitas yang dentinnya masih ada, dianjurkan untuk memberikan pelapik kalium hidroksida atau ionomer kaca diatas dentin. Komponen ini dengan efektif melindungi pulpa dari iritasi bahan restorasi.Ketika manipulasi resin operator juga harus hati-hati sehingga campuran tidak masuk ke dalam campuran. Semua alat harus bersih dan bahkan tidak boleh berkontak dengan jari operator sebelum terjadi polimerisasi.Alat yang dibutuhkan:1. Strip mylar2. Blok kertas plad3. Bahan komposit4. SempritProsedur:Strip mylar dipersiapkan untuk mendapatkan kontur yang diinginkan. Strip yang dipakai dipotong setengah dari panjangnya dan lebarnya dikurang untuk mendapatkan strip yang tidak lebih dari 1-2 mm dibawah tepi insisal. Strip kemudian ditempatkan pada posisinya yaitu diantara kotak dan tepi ginggiva harus tertutup.Banyak komposit dipasarkan dalam bentuk sistem 2 pasta dan instruksi pabrik harus diperhatikan sehubungan dengan penyimpanan dan penanganan. Spatula logam konvensional tidak boleh digunakan karena sifat abrasive dari resin akan menimbulkan kontaminasi logam pada campuran, sehingga menghasilkan suatu variasi warna. Katalis dan basis dalam jumlah yang sama ditempatkan pada kertas pad, yang membakukan polimerisasi dan hasil warna. Waktu polimerisasi adalah singkat maka adonan tersebut harus dicampurkan menggunakan spatula disposibel sampai homogen dan siap untuk ditempatkan pada kavitas dalam waktu 30 detik. Selagi menempatkan tambahan, hindari terperangkapnya udara. Adanya ruangan udara didalam restorasi resin komposit menimbulkan masalah lebih besar dibanding pada resin akrilik nirpasi. Oleh karena itu, kecepatan adalah penting dan tindakan pemasukan bahan pemasukan bahan resin harus selesai dalam waktu satu menit. Segera setelah strip diadaptasikan dan dalam posisi yang diharapkan untuk membentuk kontur, matriks dipasang dengan ketat selama hamper 4 menit untuk membiarkan berlangsungnya polimerisasi. Segera setelah pemasangan strip, instrument plastik yang pipih dapat diunakan utuk melicinkan bagian tepi, hal ini cenderung mengurangi jumlah resin yang berlebihan dan memudahkan proses penyelesaian. Strip melindungi permukaan dari oksigen agar tidak terbentuk permukaan kaya oksigen yang menghambat polimerisasi.

7.9 Pengecekan oklusiPeralatan yang dibutuhkan:1. Kertas artikulasi2. Bur intan, bur karbidProsedur:Pengecekan oklusi dilakuan dengan melepas isolator karet dan oklusi diperiksa menggunakan kertas artikulasi. Jika oklusi tepat langsung dilanjutkan dengan tahap penyelesaian tetapi jika kontur maka dilakukan perataan dengan bur intan yang halus atau bur karbid dengan kecepatan sedang.

7.10 Polishing resin komposit yang telah ditambalPeralatan yang dibutuhkan: Bur intan yang butirannya halus bentuknya bervaiasi dari silindris, runcing sampai bulat. Bur karbit berbilah 12-20, bentuknya bervariasi tapi mencakup bentuk nyala api meruncing dan bulat. Batu putih runcing atau bulat Skalpel Strip pengakhir dan disk Soft-Flex Kertas amplas halus Mangkuk karet putih

Prosedur Buang kelebihan resin komposit dengan menggunakan skapel atau intan. Kontur dibuat dengan menggunakan batu atau bur pengakhir. Bagian interproksimal dibentuk dengan strip. Bagian fasial dan permukaan lingual dipoles dengan disk atau instrument intan. Resin nirpasi dipoles dengan bubuk pemoles. Olesi dengan penutup resin.Penyelesaian atau pembentukan kontur amat mudah dilakukan dengan bur intan dan bur karbid dengan kecepatan sedang. Bur karbid lebih diutamakan karena memberikan permukaan yang lebih halus dibandingkan intan konvensional. Kalau digunakan dalam kecepatan tinggi sangat berbahaya karena dapat merusak email, oleh karena itu kecepatan lambat lebih dianjurkan.Kontur yang paling penting dalam permukaan tambalan besar berkaitan dengan fasial dan lingual, keduanya dibuat dengan intan atau bur, diikuti pemakaian batu putih yang diiringi semprotan air untuk menambah kelicinannya. Flash atau kelebihan gingival atau tepi pada mulanya dibuang memakai skapel atau pisau emas yang tajam asalkan kelebihan tersebut tidak terlalu besar. Untuk memoles bagian interproksimal digunakan strip plastic yang mempunyai celah kosong dibagian tengahnya, Strip ini dilapisi dengan aluminium oksida. Untuk penyelesaian bagian interproksimal cukup menggunakan separator mekanis agar kontak yang baik bisa dipertahankan. Akan lebih baik bila permukaan oklusal diolesi dengan bahan penutup (sealent) yang viskositasnya rendah.

8. KESIMPULAN Resin komposit adalah tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat estetis yang lebih baik dibandingkan dengan bahan tumpatan lain. Bahan resin komposit yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi, dan bahan coupling agent. Selain itu, resin komposit juga mengandung pigmen agar warna resin komposit dapat menyerupai warna stuktur gigi dan terdapat juga inisiator serta akselerator untuk mengaktifkan mekanisme pengerasan/polimerisasi. Penentuan warna resin komposit agar sesuai dengan warna gigi dapat ditentukan dengan menggunakan shade guide.Untuk mendapatkan tambalan resin komposit yang kuat dan tahan lama, penatalaksanaan tambalan resin komposit harus diperhatikan. Selain itu juga, pengerutan polimerisasi dari resin komposit juga harus diperhatikan. Faktor yang berpengaruh terhadap pengerutan polimerisasi yakni c-factor. C-factor merupakan perbandingan antara permukaan restorasi dengan permukaan kavitas. Semakin tinggi c-factor maka semakin tinggi potensi terjadinya pengkerutan polimerisasi karena semakin besarnya permukaan yang terikat bebas. Kontraksi polimerisasi yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya hilangnya kontak antara resin komposit dan dinding kavitas sehingga mengakibatkan terbentuknya celah (gap) pada tepi restorasi. Oleh karena itu, nilai c-factor harus sekecil mungkin untuk menghindari terjadinya celah pada tepi restorasi.

DAFTAR PUSTAKAAnusavie, Keneth J. 2003. Philips Science of Dental material. Jakarta: EGC.

Andlaw R. J., Rock W.P..2012. Perawatan gigi. Jakarta: Widya Medika.

Bowman, C. and J. Stansbury. 2006. Building a Better Dental Composite. National Institute of Dental and Craniofacial Research.

Baum L. Philips R.W., Lund MR. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC.

Ferracane J.L.. 2004. Material in Dentistry 2nd Edition. Oregon: Lippicott Williams&Wilkins.

Represitory.usu.ac.id/pdf, diunduh pada tanggal 14 November 2013.

Roberson, T.M., H.O. Heymann, and E.J. Swift. 2002. Sturdevant's Art & Science of Operative Dentistry 4th Ed. Missouri: Mosby Inc.