kelompok 4 pembagian

44
SKENARIO Anto, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan tangannya teraba dingin seperti es. Empat hari yang lalu Anto demam tinggi terus menerus, tidak menggigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Anto sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar dan kemudian naik lagi. Satu hari yang lalu panas mulai turun dan Anto mulai batuk-batuk serta sedikit sesak napas, disertai mimisan. Sejak 8 jam yang lalu pasien tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es. Riwayat mimisan sebelumnya disangkal. Pemeriksaan fisik: KU: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, nadi: filiformis, RR 36x/menit, T: 36,2°C, BB 15 kg, TB 98 cm. Rumple leede test : (+) Keadaan spesifik: Kepala: konjungtiva tidak pucat, napas cuping hidung (-) Thorak: simetris, dyspnea (-). Jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-), irama derap (-). Paru: suara napas vesikuler, kiri = kanan, wheezing (-) Abdomen : datar, lemas, hati teraba 2 cm di bawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+) normal Ekstremitas: akral dingin, capillary refill time 4” Pemeriksaan penunjang: Hb 12 g/dl, Ht 45 vol%, leukosit 2899/mm 3 , trombosit 45000/mm 3

Upload: dwi-lestari

Post on 10-Apr-2016

25 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Kelompok 4 pembagian

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 4 pembagian

SKENARIO

Anto, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan tangannya teraba dingin seperti es. Empat hari yang lalu Anto demam tinggi terus menerus, tidak menggigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Anto sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar dan kemudian naik lagi. Satu hari yang lalu panas mulai turun dan Anto mulai batuk-batuk serta sedikit sesak napas, disertai mimisan. Sejak 8 jam yang lalu pasien tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.

Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.

Pemeriksaan fisik:

KU: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, nadi: filiformis, RR 36x/menit, T: 36,2°C, BB 15 kg, TB 98 cm. Rumple leede test : (+)

Keadaan spesifik:

Kepala: konjungtiva tidak pucat, napas cuping hidung (-)

Thorak: simetris, dyspnea (-). Jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-), irama derap (-). Paru: suara napas vesikuler, kiri = kanan, wheezing (-)

Abdomen : datar, lemas, hati teraba 2 cm di bawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+) normal

Ekstremitas: akral dingin, capillary refill time 4”

Pemeriksaan penunjang:

Hb 12 g/dl, Ht 45 vol%, leukosit 2899/mm3, trombosit 45000/mm3

KLARIFIKASI ISTILAH

Demam : suatu keadaan disaat suhu badan melebihi 37,2°C, yang disebabkan oleh peradangan

Menggigil : keadaan tubuh yang gemetar secara involunter seperti demam

Obat penurun panas : obat antipiretik

Page 2: Kelompok 4 pembagian

Mimisan : epitaksis, suatu perdarahan yang berasal dari hidung biasanya akibat pecahnya pembuluh darah kecil yang terletak di bagian anterior septum nasal

Tidak buang air kecil : tidak dapat memproduksi urin lebih dari 100 ml dalam 24 jam

Delirium : gelisah, diorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berhalusinasi, kadang berkhayal

Filiformis : nadi cepat, lemah, sulit diraba

Rumple leede test : suatu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui permeabilitas pembuluh darah yang ditandai dengan timbulnya ptechie, pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan seseorang terkena demam berdarah atau tidak

Irama derap : bunyi jantung rangkap tiga yang menyerupai derap lari seekor kuda

Wheezing : bunyi paru abnormal seperti suara siul yang bersifat kontinyu

Capillary refill time : tes yang dilakukan pada daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi dan aliran darah ke jaringan (perfusi)

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Anto, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan tangannya teraba dingin seperti es. Sejak 8 jam yang lalu pasien tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.

2. Empat hari yang lalu Anto demam tinggi terus menerus, tidak menggigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Anto sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar dan kemudian naik lagi.

3. Satu hari yang lalu panas mulai turun dan Anto mulai batuk-batuk serta sedikit sesak napas, disertai mimisan. Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.

4. Pemeriksaan fisik:

KU: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, nadi: filiformis, RR 36x/menit, T: 36,2°C, BB 15 kg, TB 98 cm. Rumple leede test : (+)

Keadaan spesifik:

Kepala: konjungtiva tidak pucat, napas cuping hidung (-)

Page 3: Kelompok 4 pembagian

Thorak: simetris, dyspnea (-). Jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-), irama derap (-). Paru: suara napas vesikuler, kiri = kanan, wheezing (-)

Abdomen : datar, lemas, hati teraba 2 cm di bawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+) normal

Ekstremitas: akral dingin, capillary refill time 4”

5. Pemeriksaan penunjang: Hb 12 g/dl, Ht 45 vol%, leukosit 2899/mm3, trombosit 45000/mm3.

ANALISIS MASALAH

1. Anto, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan tangannya teraba dingin seperti es. Sejak 8 jam yang lalu pasien tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.

a. Bagaimana status gizi Anto?

b. Apa etiologi kaki dan tangan teraba seperti es?

c. Bagaimana mekanisme kaki dan tangan teraba seperti es?

Jawab:

Kaki dan tangan teraba dingin merupakan manifestasi syok hipovolemik pada dbd

yang biasanya terjadi pada fase kritis selama 24 sampai 48 jam. Syok hipovolemik

disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas membrane vascular. Mekanisme

terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular dan perdarahan pada DBD belum

diketahui dengan jelas. Pada otopsi kasus DBD tidak dijumpai adanya infeksi virus

dengue pada sel endotel kapiler. Pada percobaan in vitro dengan kultur sel endotel,

ternyata sel endotel akan mengalami aktivasi jika terpapar dengan monosit yang

terinfeksi virus dengue. Diduga setelah virus dengue berikatan dengan antibodi maka

komplek ini akan melekat pada monosit karena monosit mempunyai Fc receptor.

Oleh karena antibodi bersifat heterolog, maka virus tidak dinetralkan sehingga bebas

melakukan replikasi di dalam monosit. Monosit akan menghasilkan sitokin yang

akan menyebabkan sel endotel teraktivasi sehingga mengekspresikan molekul adhesi

seperti vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) dan intercellular

adhesionmolecule-1 (ICAM-1). Peningkatan TNF-αdan IL-6 pada DBD telah

Page 4: Kelompok 4 pembagian

dilaporkan oleh Hadinegoro. Sedangkan Suharti menemukan peningkatan TNF–α,

IL-1βdan IL-1Ra pada DBD. Pada infeksi yang berat ekspresi VCAM-1 pada sel

endotel berlebihan sehingga dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam bentuk terlarut

(soluble VCAM-1). Jadi molekul adhesi terlarut merupakan petanda aktivasi atau

kerusakan endotel. Sitokin juga dapat menimbulkan berbagai perubahan pada fungsi

sel endotel yaitu peningkatan sekresi faktor von Willebrand (vWF), tissue factor

(TF), platelet activating factor (PAF), plasminogen activator inhibitor (PAI)

prostasiklin (PGI2), dan nitric oxide(NO) serta penurunan tissue plasminogen

activator (tPA) dan trombomodulin. Oleh karena itu pada disfungsi endotel terjadi

peningkatan permeabilitas vaskular dan aktivasi sistem koagulasi. Salah satu petanda

aktivasi sistem koagulasi adalah peningkatan kadar D-dimer yang merupakan hasil

degradasi fibrin oleh plasmin.

d. Apa etiologi anuria?

e. Bagaimana mekanisme anuria?

f. Apa makna klinis terjadi anuria pada kasus?

Jawab:

Tidak buang air kecil menandakan adanya syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Sehingga aliran darah ke ginjal akan berkurang dan berdampak pada produksi urin yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali.

2. Empat hari yang lalu Anto demam tinggi terus menerus, tidak menggigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Anto sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar dan kemudian naik lagi.

a. Bagaimana klasifikasi demam dan jenis demam apa pada kasus?

Jawab:

Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:

Page 5: Kelompok 4 pembagian

Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas, diagnosis

etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis, dengan atau

tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.

Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat

ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri dengan

tes laboratorium, misalnya demam tifoid.

Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom

virus.

Tipe-tipe demam berdasarkan kenaikan suhu tubuh:

Demam septik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi

sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.

Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali

pada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari.

Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat.

Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga

demam hektik.

Ex : Tuberkulosis & abses piogenik.

Demam hektik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi

sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi hari

Demam remiten Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak

pernah mencapai suhu normal. Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun

setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.

Contoh : demam tifoid, infeksi virus & mikoplasma

Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak

sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik

Demam intermiten Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal

selama beberapa jam dalam satu hari. Pada demam intermiten, suhu badan turun

ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti

ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas

demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

Page 6: Kelompok 4 pembagian

Contoh : Malaria

Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang

tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tipe demam kontinyu variasi suhu

sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.Pada tingkat demam yang

terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

Contoh : pneumonia

Demam Siklik Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang

diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh

kenaikan suhu seperti semula. (Sumber: Nelwan, Demam: Tipe dan Pendekatan,

2009). Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari

yang diikuti periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti

oleh kenaikan suhu tubuh seperti semula.

Contoh : Limfoma Hodgkin's

b. Bagaimana patofisiologi:

- Demam tinggi terus menerus

Jawab:

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.

Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu

pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari

pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau

mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin

lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen

adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh

pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.

Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan

limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika

terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2005).

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah put ih (monosit,

limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator

Page 7: Kelompok 4 pembagian

inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat

kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).

Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus

untuk membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang

terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi

hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari

suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk

meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme

volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi

panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan

suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).

Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase

kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu

tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan

aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan

merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase

keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu

yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase

penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan

berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan

berwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky, 2006).

- Sakit kepala

Jawab:

- Pegal-pegal

Jawab:

- Sakit perut

Page 8: Kelompok 4 pembagian

Jawab:

- Sesak napas

Jawab:

c. Mengapa setelah diberi obat penurun panas, demam Anto turun sebentar lalu naik lagi?

Jawab:

Pemberian obat penurun panas memang diperlukan pada fase demam untuk

menghilangkan gejala yang ditimbulkan. Pada kasus ini, demam yang timbul lagi

pada hari ke 4 (satu hari yang lalu) masih merupakan fase demam pada perjalanan

penyakit DBD. Biasanya fase ini berlangsung selama 2 sampai 7 hari dengan suhu

tubuh 39◦C sampai 40◦C. Setelah fase ini dapat dibedakan demam dengue dengan

DBD. Pada pasien demam dengue setelah terbebas dari demam selama 24 jam tanpa

penurun panas, pasien akan memasuki fase penyembuhan. Namun pada pasien DBD

setelah fase demam selesai, akan memasuki fase kritis (WHO, 2009). Biasanya orang

yang terinfeksi virus dengue untuk pertama kali, umumnya hanya menderita demam

dengue dan akan sembuh sendiri dalam 5 hari pengobatan (Depkes, 2005). Infeksi

ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda akan menyebabkan DBD.

3. Satu hari yang lalu panas mulai turun dan Anto mulai batuk-batuk serta sedikit sesak napas, disertai mimisan. Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.

a. Mengapa setelah demamnya turun muncul batuk-batuk, sesak napas, dan mimisan?

Jawab:

b. Apa makna klinis dari riwayat mimisan sebelumnya disangkal?

4. Pemeriksaan fisik:

Page 9: Kelompok 4 pembagian

KU: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, nadi: filiformis, RR 36x/menit, T: 36,2°C, BB 15 kg, TB 98 cm. Rumple leede test : (+)

Keadaan spesifik:

Kepala: konjungtiva tidak pucat, napas cuping hidung (-)

Thorak: simetris, dyspnea (-). Jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-), irama derap (-). Paru: suara napas vesikuler, kiri = kanan, wheezing (-)

Abdomen : datar, lemas, hati teraba 2 cm di bawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+) normal

Ekstremitas: akral dingin, capillary refill time 4”

a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?

Jawab:

Keadaan umum

Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi Mekanisme

Kesadaran Delirium Compos

mentis

Abnormal Kurangnya oksigen

yang dibawa untuk

perfusi jaringan

(terutama otak dan

SSP)

Tekanan

Darah

70/50

mmHg

100/65

mmHg

Hipotensi Kebocoran plasma

volume intravaskular

menurun tekanan

darah meningkat

sebagai kompensasi

tubuh lama-lama

terjadi syok tekanan

darah menurun

Nadi Filiformis Isi cukup,

tegangan

Abnormal Kompensasi tubuh

terhadap kehilangan

Page 10: Kelompok 4 pembagian

cukup,

amplitudo

cukup,

frekuensi

teratur,

kecepatan

normal

cairan akibat kebocoran

plasma

RR 36x/menit 20-50x/menit Normal

Suhu 36,2◦C 37,2◦C Hipotermi Kurangnya suplai darah

dan oksigen ke jaringan

perifer

Berat Badan 15 kg

BMI = 15,8

Gizi kurang

Tinggi Badan 98 cm

Rumple Leede

Test

Positif Negatif Ada

perdarahan

intravaskul

ar

Penurunan jumlah

trombosit di darah

perifer sehingga terjadi

perdarahan di kapiler

Keadaan spesifik

Keadaan Normal Hasil Interpretasi

Konjuctiva Tidak pucat Tidak pucat Normal

Nafas cuping

hidung

(-) (-) Normal

Thorak simetris simetris Normal

Bunyi jantung normal normal Normal

Page 11: Kelompok 4 pembagian

Bising jantung (-) (-) Normal

Irama derap (-) (-) Normal

Suara nafas

vaskuler

Kiri = kanan Kiri = kanan Normal

Wheezing (-) (-) Normal

b. Bagaimana cara pemeriksaan Rumple leede test?

5. Pemeriksaan penunjang: Hb 12 g/dl, Ht 45 vol%, leukosit 2899/mm3, trombosit 45000/mm3.

a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan penunjang?

Jawab:

Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi Mekanisme

Hemoglobin 12 g/dl 11-14 g/dl Normal

Hematokrit 45% 31-40% Meningkat Terjadi

hemokonsentrasi

akibat

kebocoran

plasma sehingga

kadar Ht seolah-

olah meningkat

didalam plasma.

Leukosit 2800/mm3 > 5000/mm3 Leukopenia Infeksi virus

dengue

menyebabkan

Page 12: Kelompok 4 pembagian

banyak leukosit

mati

Trombosit 45000/mm3 Trombositopenia

berat

Trombositopenia

terjadi akibat

pemendekan

umur trombosit

akibat destruksi

berlebihan oleh

virus dengue dan

sistem

komplemen

(pengikatan

fragmen C3g);

depresi fungsi

megakariosit,

serta supresi

sumsum tulang.

TEMPLATE

Pendekatan Diagnosis

Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO (1997).

Terdiri dari Kriteria klinis dan Laboratorium sebagai berikut:

1) Kriteria Klinis

a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus

selama 2-7 hari.

b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan uji tourniquet positif, petekie,

ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan

melena.

Page 13: Kelompok 4 pembagian

c. Pembesaran hati

d. Shock ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,

hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.

2) Laboratorium

a. Trombositopenia (< 100.000/mm3)

b. Hemokonsentrasi (kadar Ht > 20% dari normal)

WHO (1997) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat yaitu:

Derajat I : Demam dengan uji bendung positif.

Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.

Derajat III : Ditemui kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekan nadi

menurun (< 20mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang lembab dan

pasien menjadi gelisah.

Derajat IV : Shock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak

dapat diukur.

Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan terutama untuk mendeteksi perubahan hematologis,

antara lain:

a. Leukosit

Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45%

dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (>15% dari jumlah total

leukosit) yang pada fase syok meningkat.

b. Trombosit

Umumnya terdapat trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/μl) pada hari ke 3-

8.

c. Hematokrit

Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit ≥20%

dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam

d. Hemostasis

Page 14: Kelompok 4 pembagian

Dilakukan pemeriksaan prothrombin time (PT), partial thromboplastin time (aPTT),

thrombin time (TT) atau fibrinogen pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan

atau kelainan pembekuan darah

e. Protein/albumin

Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. Nilai normal albumin adalah

3-5,5 g/dl, nilai normal protein total adalah 5-8 g/dl (Price, 2003).

f. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase)

Dapat meningkat. Nilai normal alanin aminotransferase adalah 0-40 IU/l. Menurut

Kalayanarooj (1997) anak dengan level enzim hati yang meningkat sepertinya lebih

rentan mengalami dengue yang parah dibandingkan dengan yang memiliki level

enzim hati yang normal saat didiagnosis.

g. Elektrolit

Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. Jumlah kalium normal serum

adalah 3,5-5,2 mEq/l, sedangkan natrium 135-145 mEq/l.

h. Golongan darah dan cross match

Bila akan diberikan transfusi darah dan komponen darah.

i. Imunoserologi

Dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue. IgM terdeteksi mulai hari ke

3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari. IgG pada infeksi

primer mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi

pada hari ke-2.

2. Radiologis

Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan. Tetapi

apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua

hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.

Diagnosis Banding

Demam dengue (DD)

Diagnosis Kerja

Page 15: Kelompok 4 pembagian

Demam berdarah grade 3

Epidemiologi

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara yang paling

ringan, demam dengue (DD), DBD dan demam dengue yang disertai renjatan atau dengue

shock syndrome (DSS);ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang

terinfeksi. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di

tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Seluruh wilayah di

Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue, sebab baik

virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk

maupun di tempat-tempat umum diseluruh Indonesia, terkecuali di tempat tempat dengan

ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

Penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila Filipina pada tahun 1953 dan

selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali

dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan

kematian 24 orang (41,3%), akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972.

Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik

dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB

setiap tahun. KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) =

35,19 per 100.000 penduduk dan CFR =

2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahuntahun berikutnya IR

cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan

23,87 (tahun 2003). Saat ini endemis pada 122 daerah tingkat II, 605 daerah kecamatan dan

1800 desa/kelurahan di Indonesia. Walaupun angka kesakitan penyakit ini cenderung

meningkat dari tahun ke tahun, sebaliknya angka kematian cenderung menurun yaitu dari

41,3% pada akhir th 60an menjadi sekitar 3-5% pada saat ini. Hal disebabkan oleh semakin

dininya penderita mendapat penanganan tenaga kesehatan yang ada di daerah-daerah .

Etiologi dan Faktor Risiko

Page 16: Kelompok 4 pembagian

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk

dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter

30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.Terdapat 4

serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat

menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue keempat serotype ditemukan di

Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype

dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West Nile virus

(Suhendro, Nainggolan, Chen).

Patofisiologi

Patofisiologi primer pada Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi peningkatan akut

permeabilitas vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma ke dalam ruang ekstra

vaskuler, sehingga akan menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume

plasma menurun mencapai 20% pada kasus berat yang diikuti efusi pleura, hemokonsentrasi dan

hipoproteinemia. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi

dengan cepat dan menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada Demam

Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Syok Syndrome (DSS) yang akan melibatkan 3 faktor

yaitu: (1) perubahan vaskuler; (2) trombositopenia; dan (3) kelainan koagulasi. Setelah virus

Dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak didalam sel retikuloendotelial

yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Respon imun humoral

atau seluler muncul akibat dari infeksi virus ini. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah

IgG dan IgM, pada infeksi Dengue primer antibodi mulai terbentuk dan pada infeksi sekunder

kadar antibodi yang ada telah meningkat. Antibodi terhadap virus Dengue dapat ditemukan

di dalam darah sekitar demam pada hari ke 5, meningkat pada minggu pertama sampai

minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer antibodi IgG

meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG

meningkat pada hari kedua. Diagnosis dini pada infeksi primer hanya dapat ditegakkan

dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari kelima, sedangkan pada infeksi sekunder

dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan IgM yang cepat.

Page 17: Kelompok 4 pembagian

Trombositopenia merupakan kelainan hematologi yang sering ditemukan pada sebagian

besar kasus Demam Berdarah Dengue. Trombosit mulai menurun pada masa demam dan

mencapai nilai terendah pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat meningkat pada

masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai pada 7-10 hari sejak permulaan sakit.

Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai penyebab utama terjadinya

perdarahan pada DBD. Gangguan hemostasis melibatkan perubahan vaskuler, pemeriksaan

tourniquet positif, mudah mengalami memar, trombositopenia dan koagulopati. DBD

stadium akut telah terjadi proses koagulasi dan fibrinolisis, Disseminated Intravaskular

Coagulation (DIC) dapat dijumpai pada kasus yang berat dan disertai syok dan secara

potensial dapat terjadi juga pada kasus DBD tanpa syok. Terjadinya syok yang

berlangsung akut dapat cepat teratasi bila mendapatkan perawatan yang tepat dan

melakukan observasi disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostatis.

Tatalaksana

Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dasarnya bersifat suporatif, yaitu untuk

mengatasi kehilangan suatu cairan plasma sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas

kapiler dan perdarahan. Umumnya penderita demam berdarah dianjurkan untuk dirawat

dirumah sakit di ruang perawatan biasa, akan tetapi pada kasus Demam Berdarah Dengue

(DBD) dengan komplikasi diperlukan perawatan yang intensif. Untuk dapat melakukan

perawatan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan baik perlu dokter dan perawat yang terampil

serta laboratorium yang memadai, cairan kristaloid dan koloid serta bang darah yang siap

bila diperlukan. Untuk mengurangi angka kematian perlu dilakukan diagnosis dini dan

edukasi untuk dirawat bila terdapat tanda syok. Kunci keberhasilan penanganan penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) terletak pada keterampilan dokter dalam mengatasi

peralihan fase, dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik.

Page 18: Kelompok 4 pembagian
Page 19: Kelompok 4 pembagian

Pencegahan dan Edukasi

4M ( menguras, menutup, mengubur, memantau)

Memberikan ikan di kolam air

Memberikan ABATE untuk memberantas jentik nyamuk

Obat nyamuk semprot dan oles

Page 20: Kelompok 4 pembagian

Fogging/ pengasapan

Komplikasi

Pada demam dengue tidak terdapat komplikasi berat namun anak dapat mengeluh lemah/lelah

saat fase pemulihan. Komplikasi berat dapat terjadi pada DBD yaitu ensefalopati dengue, gagal

ginjal akut, atau edema paru akut.

Infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue biasanya ringan dan dapat

sembuh sendirinya. Kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam adalah

komplikasi paling sering pada bayi dan anak-anak. Epistaksis, petekie, dan lesi purpura tidak

umum tetapi dapat terjadi pada derajat manapun. Keluarnya darah dari epistaksis, muntah atau

keluar dari rektum, dapat memberi kesan keliru perdarahan gastrointestinal. Pada dewasa dan

mungkin pada anak-anak, keadaan yang mendasari dapat berakibat pada perdarahan signifikan.

Kejang dapat terjadi saat temperatur tinggi, khususnya pada demam chikungunya. Lebih jarang

lagi, setelah fase febril, astenia berkepanjangan, depresi mental, bradikardia, dan ekstrasistol

ventrikular dapat terjadi.

Komplikasi akibat pelayanan yang tidak baik selama rawatan inap juga dapat terjadi berupa

kelebihan cairan (fluid overload), hiperglikemia dan hipoglikemia, ketidak seimbangan elektrolit

dan asam-basa, infeksi nosokomial, serta praktik klinis yang buruk (Dengue: Guidelines for

diagnosis, treatment, prevention and control, WHO, 2009).

Prognosis

Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi

yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi

pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat

kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan dengan

penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak

yang disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan intrakranial (Halstead, 2007)

KDU

Page 21: Kelompok 4 pembagian

4A. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas

HIPOTESIS

Anto, anak laki-laki berusia 5 tahun diduga menderita demam berdarah dengue.

LEARNING ISSUE

DBD

1. IDENTIFIKASI PENYAKIT DEMAM BERDARAH

Demam dengue / Dengue fever / DF dan demam berdarah dengue / DBD / dengue

haemorrhagic fever / DHF, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue

dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai penurunan

dari sel darah putih, adanya bercak kemerahan  di kulit, pembesaran kelenjar getah bening,

penurunan jumlah trombosit dan kondisi terberat adalah perdarahan dari hampir seluruh

jaringan tubuh. 

Pemeriksaan rutin dapat dilakukan berupa pemeriksaan  laboratorium dengan

pemeriksaan : haemoglobin, haematokrit, leukosit, dan trombosit. Pemeriksaan antibodi

yang lebih spesifik adalah IgG dan IgM dengue. 

a. Trombosit : umumnya terdapat penurunan pada hari ke 3 – 8. Angka trombosit

kurang dari 100.000 merupakan indikasi untuk perawatan.

b. Hematokrit : kebocoran plasma menyebabkan pengentalan dari darah, ditentukan

dengan peningkatan kadar hematokrit yaitu > 20% yang biasanya terjadi pada hari

ke c.       Faktor pembekuan darah (PT, aPTT) :  akan meningkat apabila di curigai

sudah terjadi fase perdarahan. 

c. Ureum/kreatinin : merupakan pemeriksaan fungsi ginjal, dapat terjadi peningkatan

akibat perdarahan yang hebat tanpa terapi yang adekuat. 

d. Elektrolit : melihat kekurangan cairan dalam tubuh akibat demam yang

berkepanjangan dan asupan cairan yang kurang.

Page 22: Kelompok 4 pembagian

e. Golongan darah : apabila diperlukan tambahan darah akibat pendarahan yang cukup

banyak.

f. IgM : terdeteik setelah hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke-3 dan

menghilang setelah hari ke 60-90. 

g. IgG : pada infeksi primer terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan infeksi sekunder

terdeteksi pada hari ke 2.

Agent penyakit DBD Ciri – ciri nyamuk penyebar penyakit yaitu:

a. Warna hitam dan bercak putih pada badan dan kaki

b. Hidup dan berkembang biak didalam rumah dan sekitarnya (bak mandi, tempayan,

drum, kaleng, ban bekas, pot tanaman air dll).

c. Hinggap pada pakaian yang bergantung, kelambu dan ditempat yang gelap dan

lembab

d. Menggigit disiang hari

e. Kemamapuan terbang kira – kira 100 meter

2.  ETIOLOGI DAN SIFAT PENYAKIT DBD

DBD disebabkan oleh Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue

(sejenis arbovirus), yang  merupakan virus dari genus Flavivirus, yang memiliki

beberapa jenis yaitu DEN-1 sampai DEN-4, dan di Indonesia palng banyak adalah virus

DEN-3. Infeksi virus dengue ini dapat terjadi reaksi silang dengan virus lain seperti

virus yellow fever, japanese enchepalitis dan west nile virus, yang akan memperberat

gejala dari infeksi virus ini sendiri. 

Etiologi Penyakit DBD :

a. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus

(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe

1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat

dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.

b. Vektor

Page 23: Kelompok 4 pembagian

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk

aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan beberapa

spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.

Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana

– bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di

luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun

dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih

menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi

hari dan senja hari.

c. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan

mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih

mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue

tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang

pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi

ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang

mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat

imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

    3.  MASA INKUBASI /MASA PENULARAN

a. Masa Inkubasi

Masa inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya

penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah  sebagai

berikut:

Demam tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38 – 40 derajat Celsius ).

Pada pemeriksaan uji tomiquet, tampak adanya jentik (pupura) perdarah.

Adanya perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan

(Epitaksis), buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lender bercampur

darah (melena) dan lain – lainnya.

Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).

Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

Page 24: Kelompok 4 pembagian

Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari 3 – 7 terjadi penurunan trombosit

dibawah 100.000/mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit

diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).

Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,

penurunan nafsu makan (Anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan

sakit kepala.

Mengalami pendarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.

Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada

persendian.

Munculnya bintik – bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

Rasa sakit pada persendian.

b. Masa Penularan ke Manusia

Orang yang terinfeksi DBD, yang masih dalam periode 3-7 hari setelah demam,

kemudian digigit oleh nyamuk Aedes betina, lalu nyamuk itu menyebarkan virus DBD

di dalam tubuhnya.

4.   FASE PENYAKIT DBD

a. Fase Demam Tinggi.

Terjadi pada hari 1 - 3. Ditandai dengan demam yang mendadak tinggi disertai sakit

kepala, badan terasa ngilu dan nyeri, mual. Seringkali disertai dengan bintik merah di

kulit yang tidak hilang saat kulit diregangkan. Tanda ini adalah tanda umum yang

mudah diketahui oleh orang-orang yang awam dalam bisang kesehatan.

b. Fase Kritis.

Fase ini terjadi pada hari ke 4-5. Fase ini ditandai dengan demam yang mulai menurun

disertai dengan penurunan kadar trombosit dalam darah dan fase ini seringkali

mengecohkan karena seolah-olah demamnya turun dan penyakitnya sembuh. namun

inilah yang disebut fase kritis dan kemungkinan terjadinya "dengue Shock Sindrome".

Pada fase ini dapat terjadi pendarahan hidung, mulut, kulit pucat dan dingin, serta

terjadi penurunan kesadaran.

c. Fase Penyembuhan.

Page 25: Kelompok 4 pembagian

Fase ini terjadi pada hari ke 6-7. Dalam fase ini keadaan umum dari penderita mulai

membaik. Pada fase ini sebaiknya penderita diberikan gizi yang baik untuk

meningkatkan keadaannya serta juga meningkat kadar daripada trombositnya

    5. DISTRIBUSI KEJADIAN PENYAKIT

a. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang

DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih  banyak

pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan  kenaikan

proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini  mempunyai mobilitas

yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi  yang lancar, sehingga

memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan  juga karena adanya

infeksi virus dengue jenis baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan  DEN 4  yang

sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah.

Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan  jumlah

penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun         (86-95%).

Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan  dalam usia

dewasa muda meningkat. Di  Indonesia penderita DBD terbanyak pada  golongan anak

berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15  tahun meningkat

sejak tahun 1984.

b. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat

Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat  dengan

ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi  dengan

suhu yang rendah  perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun

waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan  Jakarta tahun 1968

angka kejadian sakit infeksi virus dengue meningkat  dari         0,05 per 100.000

penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun 1998. Sampai  saat ini DBD telah

ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.

Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan  karena

semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan

terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat  tipe

virus yang menyebar sepanjang tahun.

Page 26: Kelompok 4 pembagian

c. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu

Pola berjangkitnya infeksi virus  dengue dipengaruhi oleh iklim dan  kelembaban udara.

Pada suhu yang panas (28-32 ) derajad celcius , dengan kelembaban yang tinggi,

nyamuk  Aedes aegypti  akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di

Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka  pola

terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada  umumnya

infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga  kasus

terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.

    6. RESERVOIR

Penyakit DBD ditularkan oleh vektor (inang penular) nyamuk aedes aegypti. Untuk

mematangkan telur-telurnya nyamuk betina akan menghisap darah manusia secara

berulang-ulang atau berganti ke manusia lain sampai yang dibutuhkannya tercukupi.

     7. CARA PENULARAN

Demam berdarah  dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan  manusia.

Virus  dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan  melalui

nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok  arthropod borne

diseases. Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus  tumbuh dan

berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.

Terdapat tiga faktor yang memegang  peran pada penularan infeksi dengue,  yaitu

manusia, virus, dan vektor perantara.

a. Virus dengue masuk ke dalam tubuh  nyamuk pada saat  menggigit manusia yang

sedang mengalami viremia.

Page 27: Kelompok 4 pembagian

b. Kemudian  virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius.

c. Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif)  merupakan

sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah  selama 4-7 hari  mulai 1-2

hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik).

d. Bila penderita DBD digigit  nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut

terhisap masuk ke dalam lambung  nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak

dan menyebar ke seluruh bagian  tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar  saliva.

e. Kira-kira satu minggu setelah  menghisap darah penderita (masa inkubasi

ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk  menularkan kepada orang lain. Virus ini

akan tetap berada dalam tubuh nyamuk  sepanjang hidupnya. Oleh karena itu

nyamuk  Aedes aegypti  yang telah menghisap  virus dengue menjadi penular

(infektif) sepanjang hidupnya.

f. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk),  sebelum

menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya 

(probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus 

dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.

Hanya nyamuk  Aedes aegypti betina yang dapat  menularkan virus dengue. Nyamuk

betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic)  dari pada  darah binatang.

Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00  dan sore hari jam

16.00-18.00. Nyamuk  betina mempunyai kebiasaan menghisap  darah berpindah-

pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple  biter).  Hal ini

disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber  makanan darah

utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk  tidak bisa menghisap

darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu.  Keadaan inilah yang

menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah  terjadi.

    8. KERENTANAN DAN KEKEBALAN

Kerentanan :

Tingkat kerawanan wilayah terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan 

Aedes albopictus didapatkan dari hasil analisis data yang merupakan variabel  penentu,

Page 28: Kelompok 4 pembagian

seperti pola permukiman, kepadatan permukiman, vegetasi, curah hujan, saluran  air

hujan, tempat pembuangan sampah, dan kepadatan penduduk. Daerah dengan kondisi

agak rentan terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes  aegypti dan  Aedes albopictus

merupakan daerah yang kualitas lingkungannya relatif  sedang. Pemutusan rantai

perkembangbiakan nyamuk  Aedes aegypti dan  Aedes  albopictus dengan cara fogging

atau pengasapan dan program 3M (Menguras, Menutup, Menimbun) merupakan

tindakan prefentif untuk menangkal terjadinya wabah DBD.   Daerah yang rentan dan

sangat rentan terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes  aegypti dan  Aedes

albopictus merupakan daerah yang menjadi prioritas utama untuk  pencegahan wabah

penyakit DBD. Daerah yang rentan dan sangat rentan tersebut  biasanya mempunyai

kualitas lingkungan yang kurang baik, bahkan minim. Lingkungan  yang kurang baik

dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan menjadi salah satu faktor  penyebab mudah

tersebar dan menularnya penyakit DBD. Oleh karena itu, perbaikan  kualitas

permukiman merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan.

Kekebalan :

Pembentukan antibodi pada infeksi pertama oleh salah satu dari keempat jenis virus

dengue di atas akan menghasilkan kekebalan humoral silang (cross protection) yang

berlaku untuk keempat jenis virus dengue, sehingga infeksi kedua oleh jenis virus

dengue lainnya akan lebih ringan. Infeksi kedua oleh virus dengue dengan tipe yang

sama bahkan dapat menimbulkan kekebalan seluler (sel mediated immunity) yang dapat

bertahan seumur hidup. Sel darah putih menjadi sel pertahanan tubuh pertama untuk

menghadang infeksi. Jumlahnya bertambah jika infeksinya cukup berat. Namun, pada

demam berdarah, sel darah putih justru berkurang. Apalagi anak-anak cenderung

mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak bergizi dan mengandung banyak gula,

sehingga mereka kekurangan vitamin A, C, B 12, asam folat, kalsium, fosfor, dan zat

besi. Padahal, zat-zat gizi itu berperan sangat penting dalam proses pertumbuhan sel

darah, terutama sel darah putih dan trombosit, dan pembekuan darah.

Pada anak berumur di bawah 12 tahun yang masih didominasi antibodi humoral,

serangan virus dengue merupakan Beban berat. Itu sebabnya, pertahanan badan harus

Page 29: Kelompok 4 pembagian

prima agar hal-hal yang mengganggu proses pertahanan badan, terutama pola makan

dan minum, jangan sampai menghambat pertumbuhan sel-sel darah.

   9.  CARA PENCEGAHAN DAN PENGAWASAN

Pencegahan:

Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit ini. Tindakan paling

efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan

dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue. 

Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode

yang tepat, yaitu:

a. Lingkungan

Pencegahan demam berdarah dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara

lain:

- menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,

- mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali,

- menutup dengan rapat tempat penampungan air,

- mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan

- perbaikan desain rumah.

b. Biologis

Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan

menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri. Pencegahan yang dilakukan

-      Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara ; Menguras , menutup, mengubur

barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.

-      Fogging atau pengasapan

-      Abatisasi

c. Kimiawi

Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk

abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk.

Selain itu dapat juga digunakan larvasida.

- Menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau

minyak lemon eucalyptus.

Page 30: Kelompok 4 pembagian

- Gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila

sedang beraktivitas di luar rumah. Selain itu, segeralah berobat bila muncul gejala-

gejala penyakit demam berdarah sebelum berkembang menjadi semakin parah

- Memutus daur hidup nyamuk dengan menggunakan ovitrap dan memelihara ikan

cupang atau ikan pemakan jentik dapat menggunakan serbuk ABATE, dengan

komposisi takaran 1 gram serbuk ABATE untuk 10 liter air.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue adalah

dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3 M PLUS” yaitu

menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus lainnya yang

sesuai dengan kondisi setempat.

Pengawasan :

Dalam hal pemeriksaan dan pemantauan oleh Jumantik dilaksanakan sekurang-

kurangnya 1 (satu) minggu sekali, dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Memeriksa setiap tempat, media, atau wadah yang dapat menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus pada tatanan

masyarakat dan mencatat di kartu jentik.

b. Memberikan penyuluhan dan memotivasi masyarakat.

c. Melaporkan hasil pemeriksaan dan pemantauan kepada lurah.