kelompok 4 pembagian
DESCRIPTION
Kelompok 4 pembagianTRANSCRIPT
SKENARIO
Anto, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan tangannya teraba dingin seperti es. Empat hari yang lalu Anto demam tinggi terus menerus, tidak menggigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Anto sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar dan kemudian naik lagi. Satu hari yang lalu panas mulai turun dan Anto mulai batuk-batuk serta sedikit sesak napas, disertai mimisan. Sejak 8 jam yang lalu pasien tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.
Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.
Pemeriksaan fisik:
KU: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, nadi: filiformis, RR 36x/menit, T: 36,2°C, BB 15 kg, TB 98 cm. Rumple leede test : (+)
Keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva tidak pucat, napas cuping hidung (-)
Thorak: simetris, dyspnea (-). Jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-), irama derap (-). Paru: suara napas vesikuler, kiri = kanan, wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hati teraba 2 cm di bawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas: akral dingin, capillary refill time 4”
Pemeriksaan penunjang:
Hb 12 g/dl, Ht 45 vol%, leukosit 2899/mm3, trombosit 45000/mm3
KLARIFIKASI ISTILAH
Demam : suatu keadaan disaat suhu badan melebihi 37,2°C, yang disebabkan oleh peradangan
Menggigil : keadaan tubuh yang gemetar secara involunter seperti demam
Obat penurun panas : obat antipiretik
Mimisan : epitaksis, suatu perdarahan yang berasal dari hidung biasanya akibat pecahnya pembuluh darah kecil yang terletak di bagian anterior septum nasal
Tidak buang air kecil : tidak dapat memproduksi urin lebih dari 100 ml dalam 24 jam
Delirium : gelisah, diorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berhalusinasi, kadang berkhayal
Filiformis : nadi cepat, lemah, sulit diraba
Rumple leede test : suatu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui permeabilitas pembuluh darah yang ditandai dengan timbulnya ptechie, pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan seseorang terkena demam berdarah atau tidak
Irama derap : bunyi jantung rangkap tiga yang menyerupai derap lari seekor kuda
Wheezing : bunyi paru abnormal seperti suara siul yang bersifat kontinyu
Capillary refill time : tes yang dilakukan pada daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi dan aliran darah ke jaringan (perfusi)
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Anto, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan tangannya teraba dingin seperti es. Sejak 8 jam yang lalu pasien tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.
2. Empat hari yang lalu Anto demam tinggi terus menerus, tidak menggigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Anto sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar dan kemudian naik lagi.
3. Satu hari yang lalu panas mulai turun dan Anto mulai batuk-batuk serta sedikit sesak napas, disertai mimisan. Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.
4. Pemeriksaan fisik:
KU: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, nadi: filiformis, RR 36x/menit, T: 36,2°C, BB 15 kg, TB 98 cm. Rumple leede test : (+)
Keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva tidak pucat, napas cuping hidung (-)
Thorak: simetris, dyspnea (-). Jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-), irama derap (-). Paru: suara napas vesikuler, kiri = kanan, wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hati teraba 2 cm di bawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas: akral dingin, capillary refill time 4”
5. Pemeriksaan penunjang: Hb 12 g/dl, Ht 45 vol%, leukosit 2899/mm3, trombosit 45000/mm3.
ANALISIS MASALAH
1. Anto, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, dibawa oleh ibunya berobat karena kaki dan tangannya teraba dingin seperti es. Sejak 8 jam yang lalu pasien tidak buang air kecil disertai tangan dan kaki teraba dingin seperti es.
a. Bagaimana status gizi Anto?
b. Apa etiologi kaki dan tangan teraba seperti es?
c. Bagaimana mekanisme kaki dan tangan teraba seperti es?
Jawab:
Kaki dan tangan teraba dingin merupakan manifestasi syok hipovolemik pada dbd
yang biasanya terjadi pada fase kritis selama 24 sampai 48 jam. Syok hipovolemik
disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas membrane vascular. Mekanisme
terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular dan perdarahan pada DBD belum
diketahui dengan jelas. Pada otopsi kasus DBD tidak dijumpai adanya infeksi virus
dengue pada sel endotel kapiler. Pada percobaan in vitro dengan kultur sel endotel,
ternyata sel endotel akan mengalami aktivasi jika terpapar dengan monosit yang
terinfeksi virus dengue. Diduga setelah virus dengue berikatan dengan antibodi maka
komplek ini akan melekat pada monosit karena monosit mempunyai Fc receptor.
Oleh karena antibodi bersifat heterolog, maka virus tidak dinetralkan sehingga bebas
melakukan replikasi di dalam monosit. Monosit akan menghasilkan sitokin yang
akan menyebabkan sel endotel teraktivasi sehingga mengekspresikan molekul adhesi
seperti vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) dan intercellular
adhesionmolecule-1 (ICAM-1). Peningkatan TNF-αdan IL-6 pada DBD telah
dilaporkan oleh Hadinegoro. Sedangkan Suharti menemukan peningkatan TNF–α,
IL-1βdan IL-1Ra pada DBD. Pada infeksi yang berat ekspresi VCAM-1 pada sel
endotel berlebihan sehingga dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam bentuk terlarut
(soluble VCAM-1). Jadi molekul adhesi terlarut merupakan petanda aktivasi atau
kerusakan endotel. Sitokin juga dapat menimbulkan berbagai perubahan pada fungsi
sel endotel yaitu peningkatan sekresi faktor von Willebrand (vWF), tissue factor
(TF), platelet activating factor (PAF), plasminogen activator inhibitor (PAI)
prostasiklin (PGI2), dan nitric oxide(NO) serta penurunan tissue plasminogen
activator (tPA) dan trombomodulin. Oleh karena itu pada disfungsi endotel terjadi
peningkatan permeabilitas vaskular dan aktivasi sistem koagulasi. Salah satu petanda
aktivasi sistem koagulasi adalah peningkatan kadar D-dimer yang merupakan hasil
degradasi fibrin oleh plasmin.
d. Apa etiologi anuria?
e. Bagaimana mekanisme anuria?
f. Apa makna klinis terjadi anuria pada kasus?
Jawab:
Tidak buang air kecil menandakan adanya syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Sehingga aliran darah ke ginjal akan berkurang dan berdampak pada produksi urin yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali.
2. Empat hari yang lalu Anto demam tinggi terus menerus, tidak menggigil, disertai sakit kepala, pegal-pegal dan sakit perut. Tidak ada batuk pilek, buang air besar dan buang air kecil seperti biasa. Anto sudah diberi obat penurun panas, namun panas turun sebentar dan kemudian naik lagi.
a. Bagaimana klasifikasi demam dan jenis demam apa pada kasus?
Jawab:
Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:
Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas, diagnosis
etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis, dengan atau
tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.
Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat
ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri dengan
tes laboratorium, misalnya demam tifoid.
Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom
virus.
Tipe-tipe demam berdasarkan kenaikan suhu tubuh:
Demam septik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat.
Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga
demam hektik.
Ex : Tuberkulosis & abses piogenik.
Demam hektik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi hari
Demam remiten Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu normal. Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun
setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Contoh : demam tifoid, infeksi virus & mikoplasma
Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik
Demam intermiten Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Pada demam intermiten, suhu badan turun
ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti
ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
Contoh : Malaria
Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang
tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tipe demam kontinyu variasi suhu
sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.Pada tingkat demam yang
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
Contoh : pneumonia
Demam Siklik Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula. (Sumber: Nelwan, Demam: Tipe dan Pendekatan,
2009). Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu tubuh seperti semula.
Contoh : Limfoma Hodgkin's
b. Bagaimana patofisiologi:
- Demam tinggi terus menerus
Jawab:
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu
pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari
pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau
mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin
lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen
adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh
pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.
Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan
limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika
terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2005).
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah put ih (monosit,
limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator
inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat
kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).
Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus
untuk membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang
terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi
hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari
suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk
meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme
volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi
panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan
suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase
kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu
tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan
aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan
merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu
yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase
penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan
berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan
berwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky, 2006).
- Sakit kepala
Jawab:
- Pegal-pegal
Jawab:
- Sakit perut
Jawab:
- Sesak napas
Jawab:
c. Mengapa setelah diberi obat penurun panas, demam Anto turun sebentar lalu naik lagi?
Jawab:
Pemberian obat penurun panas memang diperlukan pada fase demam untuk
menghilangkan gejala yang ditimbulkan. Pada kasus ini, demam yang timbul lagi
pada hari ke 4 (satu hari yang lalu) masih merupakan fase demam pada perjalanan
penyakit DBD. Biasanya fase ini berlangsung selama 2 sampai 7 hari dengan suhu
tubuh 39◦C sampai 40◦C. Setelah fase ini dapat dibedakan demam dengue dengan
DBD. Pada pasien demam dengue setelah terbebas dari demam selama 24 jam tanpa
penurun panas, pasien akan memasuki fase penyembuhan. Namun pada pasien DBD
setelah fase demam selesai, akan memasuki fase kritis (WHO, 2009). Biasanya orang
yang terinfeksi virus dengue untuk pertama kali, umumnya hanya menderita demam
dengue dan akan sembuh sendiri dalam 5 hari pengobatan (Depkes, 2005). Infeksi
ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda akan menyebabkan DBD.
3. Satu hari yang lalu panas mulai turun dan Anto mulai batuk-batuk serta sedikit sesak napas, disertai mimisan. Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.
a. Mengapa setelah demamnya turun muncul batuk-batuk, sesak napas, dan mimisan?
Jawab:
b. Apa makna klinis dari riwayat mimisan sebelumnya disangkal?
4. Pemeriksaan fisik:
KU: gelisah/delirium, TD 70/50 mmHg, nadi: filiformis, RR 36x/menit, T: 36,2°C, BB 15 kg, TB 98 cm. Rumple leede test : (+)
Keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva tidak pucat, napas cuping hidung (-)
Thorak: simetris, dyspnea (-). Jantung: bunyi jantung I-II normal, bising jantung (-), irama derap (-). Paru: suara napas vesikuler, kiri = kanan, wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hati teraba 2 cm di bawah arcus costae, lien tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas: akral dingin, capillary refill time 4”
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
Jawab:
Keadaan umum
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi Mekanisme
Kesadaran Delirium Compos
mentis
Abnormal Kurangnya oksigen
yang dibawa untuk
perfusi jaringan
(terutama otak dan
SSP)
Tekanan
Darah
70/50
mmHg
100/65
mmHg
Hipotensi Kebocoran plasma
volume intravaskular
menurun tekanan
darah meningkat
sebagai kompensasi
tubuh lama-lama
terjadi syok tekanan
darah menurun
Nadi Filiformis Isi cukup,
tegangan
Abnormal Kompensasi tubuh
terhadap kehilangan
cukup,
amplitudo
cukup,
frekuensi
teratur,
kecepatan
normal
cairan akibat kebocoran
plasma
RR 36x/menit 20-50x/menit Normal
Suhu 36,2◦C 37,2◦C Hipotermi Kurangnya suplai darah
dan oksigen ke jaringan
perifer
Berat Badan 15 kg
BMI = 15,8
Gizi kurang
Tinggi Badan 98 cm
Rumple Leede
Test
Positif Negatif Ada
perdarahan
intravaskul
ar
Penurunan jumlah
trombosit di darah
perifer sehingga terjadi
perdarahan di kapiler
Keadaan spesifik
Keadaan Normal Hasil Interpretasi
Konjuctiva Tidak pucat Tidak pucat Normal
Nafas cuping
hidung
(-) (-) Normal
Thorak simetris simetris Normal
Bunyi jantung normal normal Normal
Bising jantung (-) (-) Normal
Irama derap (-) (-) Normal
Suara nafas
vaskuler
Kiri = kanan Kiri = kanan Normal
Wheezing (-) (-) Normal
b. Bagaimana cara pemeriksaan Rumple leede test?
5. Pemeriksaan penunjang: Hb 12 g/dl, Ht 45 vol%, leukosit 2899/mm3, trombosit 45000/mm3.
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan penunjang?
Jawab:
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi Mekanisme
Hemoglobin 12 g/dl 11-14 g/dl Normal
Hematokrit 45% 31-40% Meningkat Terjadi
hemokonsentrasi
akibat
kebocoran
plasma sehingga
kadar Ht seolah-
olah meningkat
didalam plasma.
Leukosit 2800/mm3 > 5000/mm3 Leukopenia Infeksi virus
dengue
menyebabkan
banyak leukosit
mati
Trombosit 45000/mm3 Trombositopenia
berat
Trombositopenia
terjadi akibat
pemendekan
umur trombosit
akibat destruksi
berlebihan oleh
virus dengue dan
sistem
komplemen
(pengikatan
fragmen C3g);
depresi fungsi
megakariosit,
serta supresi
sumsum tulang.
TEMPLATE
Pendekatan Diagnosis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO (1997).
Terdiri dari Kriteria klinis dan Laboratorium sebagai berikut:
1) Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan uji tourniquet positif, petekie,
ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan
melena.
c. Pembesaran hati
d. Shock ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
2) Laboratorium
a. Trombositopenia (< 100.000/mm3)
b. Hemokonsentrasi (kadar Ht > 20% dari normal)
WHO (1997) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat yaitu:
Derajat I : Demam dengan uji bendung positif.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
Derajat III : Ditemui kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekan nadi
menurun (< 20mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang lembab dan
pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Shock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur.
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan terutama untuk mendeteksi perubahan hematologis,
antara lain:
a. Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45%
dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (>15% dari jumlah total
leukosit) yang pada fase syok meningkat.
b. Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/μl) pada hari ke 3-
8.
c. Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit ≥20%
dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
d. Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan prothrombin time (PT), partial thromboplastin time (aPTT),
thrombin time (TT) atau fibrinogen pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah
e. Protein/albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. Nilai normal albumin adalah
3-5,5 g/dl, nilai normal protein total adalah 5-8 g/dl (Price, 2003).
f. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase)
Dapat meningkat. Nilai normal alanin aminotransferase adalah 0-40 IU/l. Menurut
Kalayanarooj (1997) anak dengan level enzim hati yang meningkat sepertinya lebih
rentan mengalami dengue yang parah dibandingkan dengan yang memiliki level
enzim hati yang normal saat didiagnosis.
g. Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. Jumlah kalium normal serum
adalah 3,5-5,2 mEq/l, sedangkan natrium 135-145 mEq/l.
h. Golongan darah dan cross match
Bila akan diberikan transfusi darah dan komponen darah.
i. Imunoserologi
Dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue. IgM terdeteksi mulai hari ke
3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari. IgG pada infeksi
primer mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi
pada hari ke-2.
2. Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan. Tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
Diagnosis Banding
Demam dengue (DD)
Diagnosis Kerja
Demam berdarah grade 3
Epidemiologi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara yang paling
ringan, demam dengue (DD), DBD dan demam dengue yang disertai renjatan atau dengue
shock syndrome (DSS);ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang
terinfeksi. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Seluruh wilayah di
Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue, sebab baik
virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk
maupun di tempat-tempat umum diseluruh Indonesia, terkecuali di tempat tempat dengan
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila Filipina pada tahun 1953 dan
selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali
dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan
kematian 24 orang (41,3%), akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972.
Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik
dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB
setiap tahun. KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) =
35,19 per 100.000 penduduk dan CFR =
2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahuntahun berikutnya IR
cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan
23,87 (tahun 2003). Saat ini endemis pada 122 daerah tingkat II, 605 daerah kecamatan dan
1800 desa/kelurahan di Indonesia. Walaupun angka kesakitan penyakit ini cenderung
meningkat dari tahun ke tahun, sebaliknya angka kematian cenderung menurun yaitu dari
41,3% pada akhir th 60an menjadi sekitar 3-5% pada saat ini. Hal disebabkan oleh semakin
dininya penderita mendapat penanganan tenaga kesehatan yang ada di daerah-daerah .
Etiologi dan Faktor Risiko
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter
30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.Terdapat 4
serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue keempat serotype ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype
dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West Nile virus
(Suhendro, Nainggolan, Chen).
Patofisiologi
Patofisiologi primer pada Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma ke dalam ruang ekstra
vaskuler, sehingga akan menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume
plasma menurun mencapai 20% pada kasus berat yang diikuti efusi pleura, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi
dengan cepat dan menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Syok Syndrome (DSS) yang akan melibatkan 3 faktor
yaitu: (1) perubahan vaskuler; (2) trombositopenia; dan (3) kelainan koagulasi. Setelah virus
Dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak didalam sel retikuloendotelial
yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Respon imun humoral
atau seluler muncul akibat dari infeksi virus ini. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah
IgG dan IgM, pada infeksi Dengue primer antibodi mulai terbentuk dan pada infeksi sekunder
kadar antibodi yang ada telah meningkat. Antibodi terhadap virus Dengue dapat ditemukan
di dalam darah sekitar demam pada hari ke 5, meningkat pada minggu pertama sampai
minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer antibodi IgG
meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG
meningkat pada hari kedua. Diagnosis dini pada infeksi primer hanya dapat ditegakkan
dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari kelima, sedangkan pada infeksi sekunder
dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan IgM yang cepat.
Trombositopenia merupakan kelainan hematologi yang sering ditemukan pada sebagian
besar kasus Demam Berdarah Dengue. Trombosit mulai menurun pada masa demam dan
mencapai nilai terendah pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat meningkat pada
masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai pada 7-10 hari sejak permulaan sakit.
Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai penyebab utama terjadinya
perdarahan pada DBD. Gangguan hemostasis melibatkan perubahan vaskuler, pemeriksaan
tourniquet positif, mudah mengalami memar, trombositopenia dan koagulopati. DBD
stadium akut telah terjadi proses koagulasi dan fibrinolisis, Disseminated Intravaskular
Coagulation (DIC) dapat dijumpai pada kasus yang berat dan disertai syok dan secara
potensial dapat terjadi juga pada kasus DBD tanpa syok. Terjadinya syok yang
berlangsung akut dapat cepat teratasi bila mendapatkan perawatan yang tepat dan
melakukan observasi disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostatis.
Tatalaksana
Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dasarnya bersifat suporatif, yaitu untuk
mengatasi kehilangan suatu cairan plasma sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas
kapiler dan perdarahan. Umumnya penderita demam berdarah dianjurkan untuk dirawat
dirumah sakit di ruang perawatan biasa, akan tetapi pada kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) dengan komplikasi diperlukan perawatan yang intensif. Untuk dapat melakukan
perawatan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan baik perlu dokter dan perawat yang terampil
serta laboratorium yang memadai, cairan kristaloid dan koloid serta bang darah yang siap
bila diperlukan. Untuk mengurangi angka kematian perlu dilakukan diagnosis dini dan
edukasi untuk dirawat bila terdapat tanda syok. Kunci keberhasilan penanganan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) terletak pada keterampilan dokter dalam mengatasi
peralihan fase, dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik.
Pencegahan dan Edukasi
4M ( menguras, menutup, mengubur, memantau)
Memberikan ikan di kolam air
Memberikan ABATE untuk memberantas jentik nyamuk
Obat nyamuk semprot dan oles
Fogging/ pengasapan
Komplikasi
Pada demam dengue tidak terdapat komplikasi berat namun anak dapat mengeluh lemah/lelah
saat fase pemulihan. Komplikasi berat dapat terjadi pada DBD yaitu ensefalopati dengue, gagal
ginjal akut, atau edema paru akut.
Infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue biasanya ringan dan dapat
sembuh sendirinya. Kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam adalah
komplikasi paling sering pada bayi dan anak-anak. Epistaksis, petekie, dan lesi purpura tidak
umum tetapi dapat terjadi pada derajat manapun. Keluarnya darah dari epistaksis, muntah atau
keluar dari rektum, dapat memberi kesan keliru perdarahan gastrointestinal. Pada dewasa dan
mungkin pada anak-anak, keadaan yang mendasari dapat berakibat pada perdarahan signifikan.
Kejang dapat terjadi saat temperatur tinggi, khususnya pada demam chikungunya. Lebih jarang
lagi, setelah fase febril, astenia berkepanjangan, depresi mental, bradikardia, dan ekstrasistol
ventrikular dapat terjadi.
Komplikasi akibat pelayanan yang tidak baik selama rawatan inap juga dapat terjadi berupa
kelebihan cairan (fluid overload), hiperglikemia dan hipoglikemia, ketidak seimbangan elektrolit
dan asam-basa, infeksi nosokomial, serta praktik klinis yang buruk (Dengue: Guidelines for
diagnosis, treatment, prevention and control, WHO, 2009).
Prognosis
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi
yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi
pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat
kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan dengan
penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak
yang disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan intrakranial (Halstead, 2007)
KDU
4A. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas
HIPOTESIS
Anto, anak laki-laki berusia 5 tahun diduga menderita demam berdarah dengue.
LEARNING ISSUE
DBD
1. IDENTIFIKASI PENYAKIT DEMAM BERDARAH
Demam dengue / Dengue fever / DF dan demam berdarah dengue / DBD / dengue
haemorrhagic fever / DHF, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi yang disertai penurunan
dari sel darah putih, adanya bercak kemerahan di kulit, pembesaran kelenjar getah bening,
penurunan jumlah trombosit dan kondisi terberat adalah perdarahan dari hampir seluruh
jaringan tubuh.
Pemeriksaan rutin dapat dilakukan berupa pemeriksaan laboratorium dengan
pemeriksaan : haemoglobin, haematokrit, leukosit, dan trombosit. Pemeriksaan antibodi
yang lebih spesifik adalah IgG dan IgM dengue.
a. Trombosit : umumnya terdapat penurunan pada hari ke 3 – 8. Angka trombosit
kurang dari 100.000 merupakan indikasi untuk perawatan.
b. Hematokrit : kebocoran plasma menyebabkan pengentalan dari darah, ditentukan
dengan peningkatan kadar hematokrit yaitu > 20% yang biasanya terjadi pada hari
ke c. Faktor pembekuan darah (PT, aPTT) : akan meningkat apabila di curigai
sudah terjadi fase perdarahan.
c. Ureum/kreatinin : merupakan pemeriksaan fungsi ginjal, dapat terjadi peningkatan
akibat perdarahan yang hebat tanpa terapi yang adekuat.
d. Elektrolit : melihat kekurangan cairan dalam tubuh akibat demam yang
berkepanjangan dan asupan cairan yang kurang.
e. Golongan darah : apabila diperlukan tambahan darah akibat pendarahan yang cukup
banyak.
f. IgM : terdeteik setelah hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke-3 dan
menghilang setelah hari ke 60-90.
g. IgG : pada infeksi primer terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan infeksi sekunder
terdeteksi pada hari ke 2.
Agent penyakit DBD Ciri – ciri nyamuk penyebar penyakit yaitu:
a. Warna hitam dan bercak putih pada badan dan kaki
b. Hidup dan berkembang biak didalam rumah dan sekitarnya (bak mandi, tempayan,
drum, kaleng, ban bekas, pot tanaman air dll).
c. Hinggap pada pakaian yang bergantung, kelambu dan ditempat yang gelap dan
lembab
d. Menggigit disiang hari
e. Kemamapuan terbang kira – kira 100 meter
2. ETIOLOGI DAN SIFAT PENYAKIT DBD
DBD disebabkan oleh Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue
(sejenis arbovirus), yang merupakan virus dari genus Flavivirus, yang memiliki
beberapa jenis yaitu DEN-1 sampai DEN-4, dan di Indonesia palng banyak adalah virus
DEN-3. Infeksi virus dengue ini dapat terjadi reaksi silang dengan virus lain seperti
virus yellow fever, japanese enchepalitis dan west nile virus, yang akan memperberat
gejala dari infeksi virus ini sendiri.
Etiologi Penyakit DBD :
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe
1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana
– bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di
luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun
dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi
hari dan senja hari.
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
3. MASA INKUBASI /MASA PENULARAN
a. Masa Inkubasi
Masa inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut:
Demam tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38 – 40 derajat Celsius ).
Pada pemeriksaan uji tomiquet, tampak adanya jentik (pupura) perdarah.
Adanya perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan
(Epitaksis), buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lender bercampur
darah (melena) dan lain – lainnya.
Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari 3 – 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000/mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (Anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan
sakit kepala.
Mengalami pendarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
Munculnya bintik – bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Rasa sakit pada persendian.
b. Masa Penularan ke Manusia
Orang yang terinfeksi DBD, yang masih dalam periode 3-7 hari setelah demam,
kemudian digigit oleh nyamuk Aedes betina, lalu nyamuk itu menyebarkan virus DBD
di dalam tubuhnya.
4. FASE PENYAKIT DBD
a. Fase Demam Tinggi.
Terjadi pada hari 1 - 3. Ditandai dengan demam yang mendadak tinggi disertai sakit
kepala, badan terasa ngilu dan nyeri, mual. Seringkali disertai dengan bintik merah di
kulit yang tidak hilang saat kulit diregangkan. Tanda ini adalah tanda umum yang
mudah diketahui oleh orang-orang yang awam dalam bisang kesehatan.
b. Fase Kritis.
Fase ini terjadi pada hari ke 4-5. Fase ini ditandai dengan demam yang mulai menurun
disertai dengan penurunan kadar trombosit dalam darah dan fase ini seringkali
mengecohkan karena seolah-olah demamnya turun dan penyakitnya sembuh. namun
inilah yang disebut fase kritis dan kemungkinan terjadinya "dengue Shock Sindrome".
Pada fase ini dapat terjadi pendarahan hidung, mulut, kulit pucat dan dingin, serta
terjadi penurunan kesadaran.
c. Fase Penyembuhan.
Fase ini terjadi pada hari ke 6-7. Dalam fase ini keadaan umum dari penderita mulai
membaik. Pada fase ini sebaiknya penderita diberikan gizi yang baik untuk
meningkatkan keadaannya serta juga meningkat kadar daripada trombositnya
5. DISTRIBUSI KEJADIAN PENYAKIT
a. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang
DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih banyak
pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan kenaikan
proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas
yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga
memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya
infeksi virus dengue jenis baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang
sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah.
Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah
penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%).
Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia
dewasa muda meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak
berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat
sejak tahun 1984.
b. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan
ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan
suhu yang rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun
waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968
angka kejadian sakit infeksi virus dengue meningkat dari 0,05 per 100.000
penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun 1998. Sampai saat ini DBD telah
ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena
semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan
terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe
virus yang menyebar sepanjang tahun.
c. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu
Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara.
Pada suhu yang panas (28-32 ) derajad celcius , dengan kelembaban yang tinggi,
nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di
Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola
terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada umumnya
infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus
terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.
6. RESERVOIR
Penyakit DBD ditularkan oleh vektor (inang penular) nyamuk aedes aegypti. Untuk
mematangkan telur-telurnya nyamuk betina akan menghisap darah manusia secara
berulang-ulang atau berganti ke manusia lain sampai yang dibutuhkannya tercukupi.
7. CARA PENULARAN
Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia.
Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui
nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne
diseases. Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan
berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu
manusia, virus, dan vektor perantara.
a. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia.
b. Kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius.
c. Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan
sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2
hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik).
d. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut
terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak
dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva.
e. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi
ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini
akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu
nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular
(infektif) sepanjang hidupnya.
f. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum
menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya
(probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus
dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk
betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang.
Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam
16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-
pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini
disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber makanan darah
utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap
darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang
menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.
8. KERENTANAN DAN KEKEBALAN
Kerentanan :
Tingkat kerawanan wilayah terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus didapatkan dari hasil analisis data yang merupakan variabel penentu,
seperti pola permukiman, kepadatan permukiman, vegetasi, curah hujan, saluran air
hujan, tempat pembuangan sampah, dan kepadatan penduduk. Daerah dengan kondisi
agak rentan terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
merupakan daerah yang kualitas lingkungannya relatif sedang. Pemutusan rantai
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dengan cara fogging
atau pengasapan dan program 3M (Menguras, Menutup, Menimbun) merupakan
tindakan prefentif untuk menangkal terjadinya wabah DBD. Daerah yang rentan dan
sangat rentan terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus merupakan daerah yang menjadi prioritas utama untuk pencegahan wabah
penyakit DBD. Daerah yang rentan dan sangat rentan tersebut biasanya mempunyai
kualitas lingkungan yang kurang baik, bahkan minim. Lingkungan yang kurang baik
dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan menjadi salah satu faktor penyebab mudah
tersebar dan menularnya penyakit DBD. Oleh karena itu, perbaikan kualitas
permukiman merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan.
Kekebalan :
Pembentukan antibodi pada infeksi pertama oleh salah satu dari keempat jenis virus
dengue di atas akan menghasilkan kekebalan humoral silang (cross protection) yang
berlaku untuk keempat jenis virus dengue, sehingga infeksi kedua oleh jenis virus
dengue lainnya akan lebih ringan. Infeksi kedua oleh virus dengue dengan tipe yang
sama bahkan dapat menimbulkan kekebalan seluler (sel mediated immunity) yang dapat
bertahan seumur hidup. Sel darah putih menjadi sel pertahanan tubuh pertama untuk
menghadang infeksi. Jumlahnya bertambah jika infeksinya cukup berat. Namun, pada
demam berdarah, sel darah putih justru berkurang. Apalagi anak-anak cenderung
mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak bergizi dan mengandung banyak gula,
sehingga mereka kekurangan vitamin A, C, B 12, asam folat, kalsium, fosfor, dan zat
besi. Padahal, zat-zat gizi itu berperan sangat penting dalam proses pertumbuhan sel
darah, terutama sel darah putih dan trombosit, dan pembekuan darah.
Pada anak berumur di bawah 12 tahun yang masih didominasi antibodi humoral,
serangan virus dengue merupakan Beban berat. Itu sebabnya, pertahanan badan harus
prima agar hal-hal yang mengganggu proses pertahanan badan, terutama pola makan
dan minum, jangan sampai menghambat pertumbuhan sel-sel darah.
9. CARA PENCEGAHAN DAN PENGAWASAN
Pencegahan:
Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit ini. Tindakan paling
efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan
dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue.
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang tepat, yaitu:
a. Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara
lain:
- menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,
- mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali,
- menutup dengan rapat tempat penampungan air,
- mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan
- perbaikan desain rumah.
b. Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan
menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri. Pencegahan yang dilakukan
- Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara ; Menguras , menutup, mengubur
barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
- Fogging atau pengasapan
- Abatisasi
c. Kimiawi
Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk
abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk.
Selain itu dapat juga digunakan larvasida.
- Menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau
minyak lemon eucalyptus.
- Gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila
sedang beraktivitas di luar rumah. Selain itu, segeralah berobat bila muncul gejala-
gejala penyakit demam berdarah sebelum berkembang menjadi semakin parah
- Memutus daur hidup nyamuk dengan menggunakan ovitrap dan memelihara ikan
cupang atau ikan pemakan jentik dapat menggunakan serbuk ABATE, dengan
komposisi takaran 1 gram serbuk ABATE untuk 10 liter air.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue adalah
dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3 M PLUS” yaitu
menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus lainnya yang
sesuai dengan kondisi setempat.
Pengawasan :
Dalam hal pemeriksaan dan pemantauan oleh Jumantik dilaksanakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) minggu sekali, dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Memeriksa setiap tempat, media, atau wadah yang dapat menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus pada tatanan
masyarakat dan mencatat di kartu jentik.
b. Memberikan penyuluhan dan memotivasi masyarakat.
c. Melaporkan hasil pemeriksaan dan pemantauan kepada lurah.