kelompok 3_wawasan al-qur'an tentang penciptaan manusia dan kesetaraan jender (dna,...
TRANSCRIPT
COVER
Tugas Makalah III
MAKALAH
TAFSIR TARBAWI
Wawasan Al-Qur’an tentang Penciptaan Manusia dan Kesetaraan Jender
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pembimbing: Akhmad Supriadi, M.S.I.
Di susun oleh:
Sofyan Rahmat AliNIM: 1301140330
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
2014 M / 1435 H
i
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Penciptaan Manusia.....................................................................................................3
1. Asal-Usul Manusia Menurut Al-Qur’an..................................................................3
2. Asal-Usul Manusia Menurut Teori Evolusi.............................................................4
3. Unsur Pembentukan Manusia Menurut Al-Qur’an..................................................5
4. Unsur Pembentuk Manusia secara Ilmiah...............................................................7
5. Perpaduan Al-Qur’an dan Hasil Penelitian Ilmiah tentang Proses Penciptaan Manusia........................................................................................................................8
B. Jender dalam Perspektif Al-Qur’an...........................................................................14
1. Pengertian Jender...................................................................................................14
2. Perbedaan Sex dan Jender......................................................................................15
3. Pandangan Al-Qur’an Terhadap Kesetaraan Jender..............................................15
4. Konsep Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur’an......................................19
5. Kendala dalam Penyetaraan Jender.......................................................................21
BAB III PENUTUP................................................................................................................22
A. Kesimpulan................................................................................................................22
B. Saran..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Al-Qur’an Allah Swt menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk
ciptaan-Nya yang sempurna dari makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia
dilengkapai dengan panca indar yang lengkap, organ tubuh yang lengkap, dan yang
terutama manusia diberikan akal untuk berfikir yang membedakan manusia dengan
hewan dan makhluk-Nya yang lain. Dengan akal ini manusia memiliki potensi menjadi
berprilaku buruk dan baik.
Melihat manusia adalah ciptaan yang Maha Kuasa, maka proses kejadian manusia
itu pun diterangkan pula dalam Kalam-Nya Al-Qur’an. Ada ayat-ayat yang
menerangkan atau menyataka manusia diciptakan dari sari pati tanah, dari tanah liat
kering yang berasal dari tanah hitam, dari tanah kering seperti tembikar, dari tanah
kering yang berasal dari lumpur hitam.
Dalam menunjukkan asal manusia pertama dan asal manusia secara langsung
(setelah Adam). Keduanya berasal dari tanah. Adam diciptakan dari tanah secara
langsung, sedangkan sperma pertama berasal dari Adam, sperma merupakan sari dari
makanan, sedangkan makanan berasal dari tanah. Ditegaskan pula dalam ayat Surah Al-
Mu’min (Dialah yang menciptakan kamu dari tanah) atau menciptakan kamu dari
Adam, sedangkan Adam dari tanah, atau menciptakan kamu dari sperma yang asalnya
dari makanan, dan makanan itu berasal dari tanah.1
Dalam memandang hal di atas, makalah yang berjudul Wawasan Al-Qur’an
Tentang Penciptaan Manusia dan Kesetaraan Gender ini penulis mencoba
memaparkan bagaimana proses penciptaan manusia berdasarkan ayat-ayat yang
menerangkan penciptaan manusia dan ditamabah dengan pemaparan bagaimana
kesetaraan jender dalam pandangan Islam.
1 Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil Anfus Al-Qur’an dan Embriologi (Ayat-Ayat tentang Penciptaan Manusia), Solo: Tiga Serangkai, 2006, hlm. 21
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman penciptaan manusia dalam perspektif Al-Qur’an.?
2. Apa yang dimaksud jender dalam perspektif Al-Qur’an.?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui penciptaan manusia dalam perspektif Al-Qur’an.
2. Mengetahui jender dalam perspektif Al-Qur’an.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Penciptaan Manusia
1. Asal-Usul Manusia Menurut Al-Qur’an
Manusia pertama adalah salah satu spesies biologis yang asal-usulnya berasal
dari tanah, sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an berikut:2
Artinya: : “Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya.”
(QS. Nuh/71: 17)
Artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya
ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang dia
sendirilah mengetahuinya), Kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit
itu).” (QS. Al-An’am/6 : 2)
Artinya: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami
bentuk tubuhmu, Kemudian kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu
kepada Adam", Maka merekapun bersujud kecuali iblis. dia tidak termasuk mereka
yang bersujud.” (QS. Al-A’raf/7 : 11)
Artinya: “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr 15 :
26)
2 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 2001, h. 212
3
4
Menurut ayat-ayat di atas, manusia sebagai makhluk biologis yang berasal dari
jenis tanah tertentu, dan di dalam Al-Qur’an juga mengungkapkan bahwa manusia
pertama adalah Adam yang diciptakan langsung dari tanah.
Di dalam sebuah Hadits Rasulullah Saw bersabda:
“sesungguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari
tanah.” (HR. Bukhari)
Manusia disini adalah salah satu ciptaan Allah Swt disebut sebagai makhluk
terbaik yang diberitugas sebagai khalifah. Komplesitas manusia tersebut tergambar
dari beragam istilah yang digunakan Al-Qur’an ketika menyebut manusia yaitu an-
nas, al-insan, al-basyar, Bani Adam, khalifah, dan abd’Allah.3
2. Asal-Usul Manusia Menurut Teori Evolusi
Asal-usul kejadian manusia mengharuskan kita untuk berbicara tentang asal-
usul kehidupan dan hidup. Teori pertama yang dapat dikenali dari Aristotles (384-322
M) yang disebut sebagai teori Abiogenesis atau Generasio Spontanea. Menurut teori
ini, semua yang hidup muncul secara terus menerus dari yang mati atau materi.
Namun teori ini diragukan oleh Lazardo Spanlazani, Frencesco Redi (dari Italia)
dan Louise Pateur (dari Perancis), berhasil membuktikan bahwa makhluk hidup tidak
dari materi yang mati. Semenjak itu, pada tahun 1860, telah muncul teori baru yang
menyetakan bahwa semua makhluk yang hidup berasal dari yang hidup sebelumnya
(omne vivum ex vivo).
Setelah itu, munculnya teori evolusi dari seorang ahli zoologi bernama Charles
Robert Darwin (1809-1882). Dalam teorinya ia mengatakan “sesuatu benda (bahan)
mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan.”
Pada hakikatnya merupakan kelanjutan saja dari teori omne vivum ex vivo. Kemudian
ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia. Dia
menagatakan bahwa “hewan, tumbuhan, dan juga manusia merupakan hasil
perubahan evolusi dari makhluk hidup yang sangat sederhan pada awal kehidupan di
bumi, yang secara perlahan-lahan melalui proses penurunan denagn modifikasi yang
akhirnya berkembang menjadi spesies organisme di muka bumi.”
Khusus tentang kejadian manusia, menurut teori evolusi Darwin, manusia
adalah hewan atau binatang yang lebih maju dibandingkan hewan atau spesies lain.
Menurut dia manusia sekarang ini adalah hasil paling sempurna dari perkembangan
3 Akhmad Supriadi & Jumrodah, Tafsir Ayat-Ayat Biologi, Yogyakarta: Kanwa Sekawan, 2013, hlm. 58
5
tersebut secara terartur oleh hukum-hukum mekanika seperti halnyatumbuhan dan
hewan. Kemudian lahirlah suatu pengertian bahwa manusia yang ada sekarang ini
merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar (kera berjalan tegak) selama bertahun-
tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna.
Di dalam teori Darwin berpendapata bahwa manusia berasal dari perkembangan
makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian berkembang menjadi hewan kera
tingkat tingggi sampai akhirnya menjadi manusia. Makhluk tertua yang ditemukan
dengan bentuk mirip manusia adalah Australopithecus yang diperkirakan berumur
350.000-1.000.000 tahun dengan ukuran otak sekitar 450-1450 cm3.
Perkembangan dengan perubahan volume otak ini besar pengarunya bagi
kecerdasan otak manusia. Australopithecus yng mempunyai volume otak rata-rata
450cm3 berevolusi menjadi manusia kera Neandartal yang mempunyai volume otak
1450 cm3. Dari penelitian ini diperkirakan dalam waktu antara 400.000-500.000 tahun
volume otak itu bertambah 1000 cm3. Tetapi anehnya perkembangan dari Neandartal
ke manusia moderen kurang dari 100.000 tahun volume otaknya tidak berkembang.
Tetapi dalam hal ini Darwin memiliki kelemahan teori yang dikemukakannya,
karena tidak ada titik temu antar teori dengan kenyataan. Seperti ganggang biru,
panchronic, dan komodo yang telah berada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan
hingga kini tetap ada serta tidak mengalami perubahan.
Selain itu juga dari keberada teori evolusi ini membangun sebuah paham
Darwin nisme yang menyatakan adanya hukum alam yaitu yang kuat yang menang
(bertahan). Sehingga lahir lah perang di dunia dan penindasan komonisme di Rusia
dan penindasan-penindasan yang lain di dunia.
3. Unsur Pembentukan Manusia Menurut Al-Qur’an
Dalam firman Allah Swt:
Artinya: “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah” (QS. Al-Mu’minuun: 12)
Artinya: “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk” (QS. Al-Hijr: 26)
6
Artinya: “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar” (QS. Ar-
Rahmaan: 14)
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk” (QS. Al-Hajr: 28)
Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah,
Kemudian dari setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari
segumpal daging yang Sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami
jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi,
Kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya
Telah diketahuinya. dan kamu lihat bumi Ini kering, Kemudian apabila Telah kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al-Hajj : 5)
Artinya: “Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan
manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa”
(QS. Al-Furqaan: 54)
7
Berdasarkan ayat-ayat di atas, menunjukkan bahawa manusia berasal dari dua
jenis unsur, yaitu terdiri dari unsur benda padat dan unsur benda cair. Unsur benda
padat di sini berbentuk tanah, tanah liat, dan tembikar, sedangkan unsur benda cair
berbentuk air dan mani. Allah Swt berfirman: “Dan Allah menciptakan kamu dari
tanah, kemudian dari air mani…” (QS Faathir: 11)
4. Unsur Pembentuk Manusia secara Ilmiah
Ayat-ayat Al-Qur’an menyatakan bahwa proses penciptaan manusia
melibatkan tanah (kerak bumi) sebagai bahan dasar. Tanah mengandung berbagai
macam unsur, antara lain Oksigen (O) 46,6%, Silikon (Si) 27,7%, Alumunium (Al)
8,1%, besi (Fe) 5,0%, Kalsium (Ca) 3,6%, Natrium (Na) 2,8%, Kalium (K) 2,6%, dan
Magnesium (Mg) 2,1%. Unsur-unsur inilah yang menciptakan fisik manusia. Selain
itu juga tanah terdiri dari beberapa partikel, antara lain seperti silikat dan alumunium.
Berdasarkan unsur-unsur dan partikel-partikel yang ditemukan di dalam tanah, diduga
bahawa tanah yang dipakai sebagai bahan dasar penciptaan manusia adalah tanah liat.
Tanah liat merupakan partikel berair berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Tanah liat
berbentuk gumpalan keras saat kering dan lengket saat basah terkena air.4
Berdasarkan hasil penelitian dan riset pada abad ke-20 ini juga menegaskan
lagi bahwa tubuh manusia tersusun dari beberapa zat kimia, yaitu senyawa kimia
silikat, oksigen, aluminium, asam karbon, asam amino, karbon, dan air. Zat kimia ini
merupakan unsur kimia yang juga ditemukan di dalam tanah.5
Melihat makna dari QS. Al-Furqaan: 54 yang menegaskan “Dan Dia
menciptakan manusia dari air.....” ini menunjukkan bahwa unsur selanjunya dalam
proses penciptaan manusia adalah air.
Sebagaiman riset yang dilakukan pada abat ke-20 ini menunjukkan bahwa, air
merupakan unsur penting dalam penciptaan manusia. Hal ini terbukti pada tubuh
manusia sebagian besar terdiri dari air. Lebih dari 70% tubuh manusia / makhluk
hidup terdiri dari air. Air berperan dalam membantu melarutkan berbagai nutrien dan
mengalirkannya ke seluruh tubuh. Air juga membantu mengeluarkan pembuangan
akibat proses metabolisme di dalam tubuh.6
4 Kiptiyah, Embriologi dalam Al-Qur’an Kajian pada Proses Penciptan Manusia, Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012, hlm. 4-55 Kiptiyah, Embriologi dalam Al-Qur’an Kajian pada Proses Penciptan Manusia, Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012, hlm. 166 Kiptiyah, Embriologi dalam Al-Qur’an Kajian pada Proses Penciptan Manusia, Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012, hlm. 15
8
5. Perpaduan Al-Qur’an dan Hasil Penelitian Ilmiah tentang Proses
Penciptaan Manusia
Awal mula penciptaan manusia yaitu dimulai dari rasa cinta kasih yang
membuat laki-laki dan perempuan saling tertarik satu sama lainnya dan masing-
masing cenderung menjadikan pihak lainnya (perempuan dan laki-laki) sebagai teman
hidup.
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
(QS. Ar-Ruum: 21)
Seandainya perempuan bukan bagian dari jenis laki-laki dan perempuan
berbeda dengan dengan laki-laki karena sifat kewanitaannya, maka rasa cinta kaish itu
pun tak pernah ada dan tidak akan terjadi kehidupan suami isteri yang akan
membuahkan keturunan yang berlanjut setelah mereka tiada. Akan tetapi, Allah Swt
menjadikan suami isteri saling berbeda dari satu sisi, sedangkan dari sisi lain sama.7
Kemudian dalam salah satu Hadits Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh bin
Mas’ud rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam
telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan
dibenarkan: “Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di
dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah (air mani),
kemudian menjadi ‘alaqoh (segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh
hari), kemudian menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu
diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan
ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan
nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Alloh yang tiada tuhan selain-
Nya, sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan
amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang
satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia
7 Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil Anfus Al-Qur’an dan Embriologi (Ayat-Ayat tentang Penciptaan Manusia), Solo: Tiga Serangkai, 2006, hlm. 41
9
melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan
sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk
neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan
neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapka atas
dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke
dalamnya.” (HR. Bukhori dan Muslim).
a. Pembentukkan Zigot
Dari rasa cinta kasih yang saling mengisi antara laki-laki dan perempuan ini
membawa mereka kepada keturunan yang akan berlanjut. Melalui hubungan
seksual antar laki-laki dan perempuan.8 Cairan sperma laki-laki berpindah ke
organ-organ reproduksi perempuan dengan dipancarkan dan menyebabkan
pencampuran atau penyerbuan sel-sel spermatozoa terhadap sel telur disebut
dengan nutfah. Sebagaimana firman Allah Swt:
Artinya: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),
Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat.” (QS. Al- Insaan: 2)
Kata “bercampur” di sini berrati pengerumbungan sel spermatozoa terhadap
sel telur dan satu dari ± 250 juta spermatozoa masuk ke dalam inti telur. Setelah
terjadi pencampuran selanjutnya terjadi peleburan di antara keduanya. Pada proses
ini terjadi penetrasi (penembusan) sel spermatozoa yang berhasil mencapi sel telur.
Pencampuran ini disebut dengan proses fertilisasi yang terjadi pada tuba falopii
dan akhirnya menghasilkan Zigot.9
8 Ibid, hlm. 419 Kiptiyah, Embriologi dalam Al-Qur’an Kajian pada Proses Penciptan Manusia, Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012, hlm. 36
10
Setelah melalui proses pembuhan sel telur oleh spermatozoa dalam proses
fertilisasi yang manghasilkan Zigot. Zigot tersebut mengalami pembelahan sel dan
pada akhirnya berubah menjadi segumpal daging (sepotong daging) yang disebut
embrio. Embrio menepel pada uterus sama seperti akar yang menempel dengan
kuat ke bumi. Melalui penempelan ini embrio memperoleh zat-zat penting bagi
perkembangannya (embrio / janin) dari tubuh ibunya. Merujuk pada pertumbuhan
embrio dirahim ibu Allah menggunakan kata “alaq” dalam Al-Qur’an.10
Artinya: “1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2.Dia
Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah” (QS. Al-Alaq: 1-3)
Arti kata “alaq” di dalam bahsa Arab adalah sesuatu yang menempel pada
suatu tempat. Kata ini secara harfiyah digunakan untuk menggambarkan lintah
yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah. Penggunaan kata ini bukanlah
sebuah kebetulan untuk menggambar sebuah embrio yang sedang tumbuh dalam
rahim ibu membuktikan bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu dari Allah Swt Tuhan
semseta alam.11
b. Tahapan Bayi dalam Rahim Ibu
Di dalam Al-Qur’an surah Az-zumar Ayat 6, Allah Swt menggambarkan
proses kejadian manusia:
Artinya: “Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan dari
padanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang
berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu
kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. yang (berbuat) demikian itu adalah
Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain Dia;
Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan.”
10 Akhmad Supriadi & Jumrodah, Tafsir Ayat-Ayat Biologi, Yogyakarta: Kanwa Sekawan, 2013, h. 6111Film, Keajaiban Al-Qur’an. PT Nada Cipta Raya
11
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diciptakan di dalam Rahim Ibu
dalam tiga tahapan yang berbeda. Biologi moderen telah membukukan bahwa
perkembangan embriologis bayi terjadi pada tiga bagian yang berbeda di dalam
rahim. Kehidupan di dalam uterus mempunyai tiga tahapan yaitu pra embrio,
embrio, dan vetal. Fase-fase ini meruju pada berbagai tahapan perkembangan yang
berbeda pada bayi sama seperti yaang di jelaskan ayat di atas. Tahapan-tahapan
perkembangan ini sebagai berikut:12
1) Pra embrio (Minggu 0-12)
a) Periode Germinal (Minggu 0-3)
(1) Pembuahan telur oleh sperma terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama
menstruasi terakhir.
(2) Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba follopi dan
menempel ke dinding uterus (endometerium).
b) Periode Embrio (Minggu 3-8)
(1) Sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai
terbentuk.
(2) Mata, mulut, dan lidah terbentuk. Hati mulai memproduksi sel darah.
(3) Janin berubah dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan
kepala yang besar.
c) Periode Fetus (Minggu 9-12)
(1) Semua organ penting terus tumbuh dengan cepat dan saling berkait.
(2) Aktivitas otak sangat tinggi.
Dalam Al-Qur’an tahap-tahap pembentukkan manusia dalam rahim ibu
dalam fase pra embrio ini juga di sebutkan secara jelas dalam firman-Nya.
Artinya: “Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian
kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mu’minuun: 23 : 14)
12 Akhmad Supriadi & Jumrodah, Tafsir Ayat-Ayat Biologi, Yogyakarta: Kanwa Sekawan, 2013, h. 69
12
Penelitian canggih dalam cabang ilmu embriologi sekarang ini dilakukan
dengan mikroskop yang menggunakan teknologi canggih. Saat ini telah
mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian ditingkat mikroskiopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam
rahim ibu terjadi sama persis dengan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an. Pertama
jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras, kemudian sel-sel otot yang terpilih
dari jaringan yang berada di sekitar tulang bergabung dan membungkus tulang-
tulang tersebut. Seperti rangkaian di bawah ini:13
(1) Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar keseluruh tubuh dan tulang
belulang mencapai bentuknya.
(2) Akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati
posisinya di sekeliling bentukan tulang.
2) Embrio (Minggu 12-24)
a) Pada minggu ke-18 ultrasonografi sudah bisa dilakukan untuk mengecek
kesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar.
b) Jaringan kuku, kulit, dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke
20-21.
c) Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi, kelopak mata
dapat membuka dan menutup.
d) Janin (fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm.
3) Vetal (Minggu 24-40)
a) Semua organ tumbuh sempurna.
b) Janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi (berupa
“tendangan” atau “tonjokan”) serta periode tidur dan bangun. Masa tidurnya
jauh lebih lama dibandingkan masa bangun.
c) Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna.
d) Pada bulan ke-9, janin mengambil posisi kepala di bawah, siap untuk
dilahirkan.
e) Berat bayi lahir berkisar antar 3-3,5 kg dengan panjang 50 cm.
PENCIPTAAN MANUSIA
13 http://blognyasharing.blogspot.com/2014/06/fakta-ilmiah-dalam-al-quran-5.html. Palangka Raya, 19 September 2014, 14.57 WIB
Tanah
RuhMATERI IMMATERI
13
B. Jender dalam Perspektif Al-Qur’an
1. Pengertian Jender
Kata jender bersala dari bahasa Inggris gender yang berarti jenis kelamin. Dalam
Webster New Word Dictinory, jender diartikasn sebagai perbedaan yang tampak
antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dalam
Women’s Studies Encyclopedy dijelaskan bahwa jender adalah suatu konsep kultural
yang berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan
karakteristik emosiaonal antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat.14
Pendapat para ahli dalam mendefinisikan jender yaitu:15
a. Menurut Dr. Nasaruddin Umar, MA mendefinisikan jender adalah suatu yang di
gunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan di lihat dari
segi sosial-budaya.16
b. Istilah gender menurut Oakley (1972) berarti perbedaan atau jenis kelamin yang
bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan.
c. Caplan (1987) menegaskan bahwa gender merupakan perbedaan perilaku antara
laki-laki dan perempuan selain dari struktur biologis, sebagian besar justru
terbentuk melalui proses social dan cultural.
d. Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-
laki dan perempuan (cultural expectations for women and men).
e. Linda L. Lindsey menganggap bahwa semua ketetapan masyarakat perihal
penentuan seseorang sebagai laki-laki dan perempuan adalah termasuk bidang
kajian gender (What a given society defines as masculine or feminim is a
component of gender).
f. H. T. Wilson mengartikan gender sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan
sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang
sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan.
g. Elaine Showalter menyebutkan bahwa gender lebih dari sekedar pembedaan laki-
laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial-budaya.
14Akhmad Supriadi & Jumrodah, Tafsir Ayat-Ayat Biologi, Yogyakarta: Kanwa Sekawan, 2013, h. 7415 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 2001, h. 3316 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 2001, h. 35
14
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jender adalah suatu istilah
yang menggambarkan kedudukan laki-laki dan perempuan yang setara hak-haknya
sebagai manusia yang ditinjau dari segi sosial dan budaya.
2. Perbedaan Sex dan Jender
Istilah jender digunakan berbeda dengan sex. Jender digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya.
Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan
dari segi anatomi biologis. Istilah sex lebih banyak berkonsentrasi pada aspek biologis
seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi
fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sementara itu, jender lebih
banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non-
biologis lainnya.17
3. Pandangan Al-Qur’an Terhadap Kesetaraan Jender
Sejak 15 abad yang lalu Islam telah menghapuskan diskriminasi berdasarkan jenis
kelamin. Islam memberikan posisi yang tinggi kepada perempuan. Prinsip kesetaraan
dan keadilan gender dalam Islam tertuang dalam Kitab Suci Al-Quran. Dalam ajaran
Islam tidak dikenal adanya isu gender yang berdampak merugikan perempuan. Islam
bahkan menetapkan perempuan pada posisi yang terhormat, mempunyai derajat,
harkat, dan martabat yang sama dan setara dengan laki – laki.
Islam memperkenalkan konsep relasi gender yang mengacu kepada ayat – ayat
Al-Qur’an. Suatu kenyataan, masih banyak masyarakat, tidak terkecuali beberapa
guru agama yang belum memahami makna qodrat, apabila berbicara soal jenis
kelamin perempuan, dikaitkan dengan upaya mewujudkan keadilan dan kesetaraan
gender. Salah satu akibat dari salah memahami alasan untuk mempertahankan
subordinasi, marginalisasi, dan diskriminasi terhadap perempuan.
Al-Qur an sebagai “Hudan linnasi”, petunjuk bagi umat manusia, dan kehadiran
Nabi Muhammad Rasulullah SAW dengan sunnahnya, sebagai “Rahmatan lil
alamin”. Islam datang untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk ketidak-
adilan.
Islam adalah agama ketuhanan sekaligus agama kemanusiaan dan
kemasyarakatan. Dalam pandangan Islam, manusia mempunyai dua kapasitas, yaitu
17 http://e-dokumen.kemenag.go.id/files/5SZWVGjF1347939803.pdf. Palangka Raya, 20 Sep. 14, 02.35 WIB
15
sebagai hamba dan sebagai representasi Tuhan (khalifah) tanpa membedakan jenis
kelamin, etnik, dan warna kulit. Islam mengamanatkan manusia untuk memperhatikan
konsep keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan keutuhan, baik sesama manusia
maupun manusia dengan lingkungan alamnya.
Sebagaimana dalam QS. An-Nissa (4) : 1
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya;
dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.”
Para ahli tafsir seperti Ibnu Katsier dan M. Quraish Shihab menafsirkan ayat di
atas sebagai berikut:
a. Ibnu Katsier
Allah berfirman memerintahkan hamba-hamba-Nya supaya bertaqwa
kepada-Nya, hanya menyembah-Nya tanpa mensekutukan sesuatu kepada-Nya,
seraya memperingatkan mereka akan kekuasaan-Nya yang telah menciptakan
mereka semua dari seorang diri, ialah Adam a.s, dan menciptakan isterinya ialah
Hawa, dari tulang rusuk kirinya di kala Adam tidur dan sewaktu ia terjaga dari
tidurnya dilihatnyalah Hawa sudah berada di sisinya lalu bercumbu-cumbuanlah
satu dengan yang lain. Dan dari kedua makhluk itu Allah menciptakan manusia
laki dan perempuan yang banyak yang tersebar di seluruh pelosok dunia, menjadi
bangsa-bangsa berbeda warna kulitnya, sifat-sifatnya, dan bahasa-bahasanya.
Selanjutnya Allah berfirman, bertaqwalah kamu kepada Allah yang kamu
mempergunakan nama-Nya dalam percakapan, bertanya, dan meminta satu
kepada yang lain. Dan peliharalah hubungan silaturahmi. Dan sesungguhnya
Allah mengawasi segala perbuatan dan tidak–tandukmu.18
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Qatadah bahwa Ibnu Abbas r.a
berkata: “Perempuan itu diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk laki, maka
18 Ibnu Katsier, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid II, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984, h. 302
16
keserakaannya tertuju kepada orang laki, sedangkan orang laki diciptakan oleh
Allah dari tanah, maka keserakaannya tertuju kepada tanah. Karenanya
simpanlah perempuan-perempuanmu.”19
Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan “Sesungguhnya perempuan
itu diciptakan daritulang rusuk, Jika engkai hendak meluruskan tulang yang
bengkok akan patahlah ia, tetapi engkau dapat menikmatinya dalam keadaan
bengkok.”20
b. M. Quraish Shihab
M.Quraish Sihab mengungkapakan ayat ini sebagai pendahuluan untuk
mengatur lahirnya persatuan dan kesatuan dalam masyarakat, serta bantu
membantu dan saling menyayangi karena semua manuisa berasal dari satu
keturunan, tidak ada perbedaan antara lelaki dan perempuan, kecil dan besar,
beragama atau tidak beragama. Semua diatur untu menciptakan kedamaian dan
rasa aman dalam masyarakat serta saling menghormati hak asasi manusia.21
Di sisilain untuk membuktikan adanya hubungan antara manusia dan Tuhan
yang tidak boleh terputus sekaligus menuntut agar senantiasa memlihara
hubungan antara manusia dan sesamanya.22
Dalam konteks Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. M. Quraish Sihab
mengaris bawahi bahwa dalam konteks ini bukan berati bahwa kedudukan
wanita-wanita selain Hawa demikian juga tau lebih rendah dibanding dengan
lelaki. Semua peria dan wanita anak cucu Adam lahir dari gabungan antara pria
dan wanita sebagaiman bunyi surah Al-Hujurat dan sebagaimana penegasan-Nya.
“Sebagian kamu dari sebagaian yang lain” (QS. Ali-Imran (3): 195). Lelaki lahir
dari pasangan pria dan wanita, bagitu juga wanita. Karena itu, tidak ada
perbedaan dari segi kemanusiaan antara keduanya. Kekuatan lelaki dibutuhkan
oleh wanita dan kelemahlembutan wanita didambakan oleh pria. Dengan
berpasangan, akan tercapai pakaian yang indah, serasi, dan nyaman.23
Dalam perspektif Islam, semua yang diciptakan Allah SWT berdasarkan
kudratnya masing-masing.
19 Ibid, h. 30220 Ibid, h. 30321 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 39722 Ibid, h. 39823 Ibid, h. 400
17
“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan qadar” (QS. Al Qamar:
49).
Para pemikir Islam mengartikan qadar di sini dengan ukuran-ukuran, sifat-sifat
yang ditetapkan Allah SWT bagi segala sesuatu, dan itu dinamakan kudrat. Dengan
demikian, laki-laki dan perempuan sebagai individu dan jenis kelamin memiliki
kudratnya masing-masing. Syeikh Mahmud Syaltut mengatakan bahwa tabiat
kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan berbeda, namun dapat dipastikan bahwa
Allah SWT lebih menganugerahkan potensi dan kemampuan kepada perempuan
sebagaimana telah menganugerahkannya kepada laki-laki.24
Ada ayat yang menegaskan bahwa “Para laki-laki (suami) adalah pemimpin para
perempuan (istri)” (QS. An-Nisa’: 34). Namun kepemimpinan ini tidak boleh
mengantarnya kepada kesewenang-wenangan, karena dari satu sisi Al-Quran
memerintahkan untuk tolong menolong antara laki-laki dan perempuan dan pada sisi
lain Al-Quran memerintahkan pula agar suami dan istri hendaknya mendiskusikan
dan memusyawarahkan persoalan mereka bersama.25
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jender dalam perspektif Al-
Qur’an dapat didefinisikan yaitu keberadaan laki-laki dan perempuan dalam
kehidupan adalah sama statusnya antara lain sebebagi hamba Allah, di lahirkan dari
keturunan yang sama (Adam dan Hawa), sama memiliki kedudukan dan saling
melengkapi satu sama lainnya (kekuatan laki-laki dibutuhkan perempuan dan kelemah
lembutan perempuan dibutuhkan laki-laki).
4. Konsep Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur’an
a. Perempuan sebagai individu
Al-qur’an menyoroti perempuan sebagai individu. Dalam hal ini terdapat
perbedaan antara perempuan dalam kedudukannya sebagai individu dengan
perempuan sebagai anggota masyarakat. Al-qur’an memperlakukan baik individu
perempuan dan laki-laki adalah sama, karena hal ini berhubungan antara Allah dan
24https://docs.google.com/document/d/1S_sPlU0eOMcmx6dOEimZRjAgGAn8NEU1x5mqyG3Fu20/edit? hl=in&pli=1. Palangka Raya, 20 Sep. 14, 02.43 WIB25https://docs.google.com/document/d/1S_sPlU0eOMcmx6dOEimZRjAgGAn8NEU1x5mqyG3Fu20/edit? hl=in&pli=1. Palangka Raya, 20 Sep. 14, 02.58 WIB
18
individu perempuan dan laki-laki tersebut, sehingga terminology kelamin (sex)
tidak diungkapkan dalam masalah ini. Pernyataan-pernyataaan al-Qur’an tentang
posisi dan kedudukan perempuan dapat dilihat dalam beberapa ayat sebagaimana
berikut:26
1) Perempuan adalah makhluk ciptaan Allah yang mempunyai kewajiban sama
untuk beribadat kepadaNya sebagaimana termuat dalam (Adz-Dzariyat: 56).
2) Perempuan adalah pasangan bagi kaum laki-laki termuat dalam (An-naba’:8)
3) Perempuan bersama-sama dengan kaum laki-laki juga akan mempertanggung
jawabkan secara individu setiap perbuatan dan pilihannya termuat dalam
(Maryam: 93-95).
4) Sama halnya dengan kaum laki-laki Mukmin, para perempuan mukminat yang
beramal saleh dijanjikan Allah untuk dibahagiakan selama hidup di dunia dan
abadi di surga. Sebagaimana termuat dalam (An-Nahl: 97)
5) Sementara itu Rasulullah juga menegaskan bahwa kaum perempuan adalah
saudara kandung kaum laki-laki (HR Ad-Darimy dan Abu Uwanah)
b. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba Allah Swt
Berpijak dari ayat-ayat tentang penciptaan manusia yang menyebutkan
bahwa kejadian laki-laki dan perempuan berbeda dalam kesetaraan, maka dalam
kapasitas manusia sebagai hamba Allah di pentas dunia adalah sama, tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan untuk mencapai derajat taqwa. Dalam
kapsitas sebagai hamba Allah, laki-laki dan perempuan masing-masing akan
mendapatkan penghargaan dari Tuhan sesaui kadar pengabdiannya sebagaimana
disebutkan dalam QS. An-Nahl: 9727
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka
kerjakan.”
c. Laki-laki dan perempuan sebagai khalifah di bumi
26 http://e-dokumen.kemenag.go.id/files/5SZWVGjF1347939803.pdf. Palangka Raya, 20 Sep. 14, 03.12 WIB27 Akhmad Supriadi & Jumrodah, Tafsir Ayat-Ayat Biologi, Yogyakarta: Kanwa Sekawan, 2013, hlm. 76
19
Dalam Qur’an surah Al-An’am: 165 Allah menegaskan kapasitas manusia
sebagai khalifak di bumi.
Artinya: “Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
Kata khalifah pada ayat di atas tidak menunjuk kepada salah satu jenis
kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi
yang sama sebagai khalifah yang akan mempertanggung jawabkan tugas-tugas
kekhalifahannya di bumi, sebagai mana mereka harus bertanggung jawab sebagai
hamba Allah.28
d. Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi
Artinya: “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan
berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu
adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang
dan yang dibunuh, Pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan
Pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang
baik."
Ayat di atas mengisyaratkan konsep kesetaraan gender dan memberikan
ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun urusan
karir professional tidak mesti dimonopolikan oleh salah satu jenis kelamin saja.
28 Akhmad Supriadi & Jumrodah, Tafsir Ayat-Ayat Biologi, Yogyakarta: Kanwa Sekawan, 2013, hlm. 77-78
20
laki-laki dan perempuan meperoleh kesempatan yang sama dalam meraih
prestasi.29
5. Kendala dalam Penyetaraan Jender
Teori dan konsep Jender memang mudah nampaknya, namun aplikasinya bukan
perkara gampang, butuh proses dan dukungan penuh serta partisipasi langsung dari
masyarakat dunia, jika jender memang menjadi pilihan utama untuk menyeimbangkan
peran-peran individu dalam masyarakat global.
Ada dua faktor yang menghambat perjuangan jender:
a. Faktor internal yang merupakan faktor dari dalam diri perempuan itu sendiri,
misalnya perempuan selalu mempersepsikan status dirinya berada di bawah status
laki-laki, sehingga tidak mempunyai keberanian dan kepercayaan diri untuk maju
b. Faktor ekternal yaitu faktor yang berada diluar diri perempuan itu sendiri, dan hal
yang paling dominan adalah terdapatnya nilai-nilai budaya patriarki yang
mendominasi segala kehidupan di dalam keluarga masyarakat, sehingga
menomor duakan peran perempuan.
Di samping itu juga masih kuatnya budaya sebagian besar masyarakat yang
menganggap perempuan kurang berkiprah di ruang publik, ditambah dengan adanya
ajaran agama yang dipahami secara keliru, membuat perjuangan perempuan untuk
mencapai keadilan dan kesetaraan jender semakin sulit tercapai.30
29 Akhmad Supriadi & Jumrodah, Tafsir Ayat-Ayat Biologi, Yogyakarta: Kanwa Sekawan, 2013, hlm. 78-7930https://docs.google.com/document/d/1S_sPlU0eOMcmx6dOEimZRjAgGAn8NEU1x5mqyG3Fu20/edit? hl=in&pli=1. Palangka Raya, 20 Sep. 2014, 03.59 WIB
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses penciptaan manusia dalam Al-Qur’an termulai dari beberapa 3 tahapan:
a. Pra embrio (Minggu 0-12), terdiri dari periode greminal (Minggu ke 0-3),
periode embrio (Minggu ke 3-8), dan periode fetus (Minggu ke 9-12)
b. Embrio (Minggu ke 12-24), pertumbuhan kuku, kulit dan rambut, indera janin
mulai berfungsi, serta nampak sosok manusia.
c. Vetal (Minggu ke 24-40), semua organ sempurna, menunjukkan aktivitas
motorik terkoordinasi, mengambil posisi kepala di bawah, dan bayi siap untuk
dilahirkan.
2. Jender dalam perspektif Al-Qur’an dapat didefinisikan yaitu keberadaan laki-laki
dan perempuan dalam kehidupan adalah sama statusnya antara lain sebebagi hamba
Allah, di lahirkan dari keturunan yang sama (Adam dan Hawa), sama memiliki
kedudukan dan saling melengkapi satu sama lainnya (kekuatan laki-laki dibutuhkan
perempuan dan kelemah lembutan perempuan dibutuhkan laki-laki).
B. Saran
Setelah Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, penyusun harapkan saran
dan kritik dari Bapak pembimbing dan rekan-rekan sekalian demi kesempurnaan
makalah ini dan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya. Aamiin.
22
DAFTAR PUSTAKA
Katsier, Ibnu. 1984. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid II. Surabaya: PT Bina Ilmu
Kiptiyah. 2012. Embriologi dalam Al-Qur’an Kajian pada Proses Penciptan Manusia.
Malang: UIN-MALIKI PRESS
Shihab, M.Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati
Supriadi,Akhmad & Jumrodah. 2013. Tafsir Ayat-Ayat Biologi. Yogyakarta: Kanwa Sekawan
Taufiq,Muhammad Izzuddin. 2006. Dalil Anfus Al-Qur’an dan Embriologi (Ayat-Ayat
tentang Penciptaan Manusia). Solo: Tiga Serangkai
Umar,Nasaruddin. 2001. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an. Jakarta:
Paramadina
http://blognyasharing.blogspot.com/2014/06/fakta-ilmiah-dalam-al-quran-5.html. Online
Palangka Raya, 19 September 2014, 14.57 WIB
https://docs.google.com/document/d/
1S_sPlU0eOMcmx6dOEimZRjAgGAn8NEU1x5mqyG3Fu20/edit?hl=in&pli=1.
Online Palangka Raya, 20 Sep. 14, 02.43 WIB
http://e-dokumen.kemenag.go.id/files/5SZWVGjF1347939803.pdf.Online Palangka Raya, 20
Sep. 14, 02.35 WIB
23