kelompok 2 teori fishbein ajzen

Upload: puji-kurniasih

Post on 09-Oct-2015

198 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

FISBEN AJZEN ADALAH TEORI PERILAKU

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    1/14

    Teori Tindakan Beralasan (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang

    Direncanakan(Theory of Planned Behaviour)

    Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 . Teori ini

    disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan

    mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Model tindakan yang masuk akal tentang

    faktor-faktor yang menentukan perilaku seseorang, yang dijelaskan Fishbein dan Ajzen dalam

    skema di bawah ini:

    Dalam Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action)ini, Fishbein dan Ajzen

    menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan

    atau tidak dilakukannya perilaku atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua

    penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan

    hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior). Disamping

    itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi

    individu (evaluation regarding the outcome). Penentu yang kedua berhubungan dengan pengaruh

    sosial yaitu norma subjektif. Norma subjektif mengacu pada keyakinan seseorang terhadap

    bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggapnya penting (referent person)dan

    Normative Belief

    (Keyakinan seseorang bahwaindividu atau kelompoktertentu berpikir apakah dia

    sebaiknya melakukan suatuperilaku tertentu atau tidak,serta motivasi untuk

    mengikutinya)

    Behavioural Belief

    (Keyakinan seseorangbahwa setiap perilaku

    menimbulkan hasil tertentu,dan penilaian orang akan

    hasil tersebut)

    Sikap terhadap

    perilaku

    Norma subyektif

    Niat Perilaku

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    2/14

    motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut. Dalam upaya mengungkapkan pengaruh

    sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku,

    Fishbein dan Ajzen melengkapi teori tindakan beralasan ini dengan keyakinan (belief).

    Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioural belief),

    sedangkan norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative belief).

    Contoh : Orang tua mempunyai harapan tentang keikutsertaan dalam program ini imunisasi bagi

    anak-anaknya. Mereka mungkin percaya bahwa imunisasi melindungi serangan-

    serangan penyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan rasa sakit atau tidak enak

    badan dan juga mahal (kerugian). Orang tua akan mempertimbangkan mana yang

    lebih penting antara perlindungan kesehatan atau tangisan, mungkin anak panas dan

    mengeluarkan uang.

    Pertanyaan yang sering muncul ialah atas dasar apa seseorang mempunyai keyakinan dan

    norma sosial? Pertanyaan ini mencakup peran variabel eksternal, seperti variabel demografis,

    jenis kelamin, usia, yang tidak muncul secara langsung dalam theory of reasoned action.

    Menurut Fishbein & Middlestadt variabel ini bukannya kurang penting, tetapi efeknya pada

    intensi (kehendak) dianggap diperantai oleh sikap, norma subyektif, dan berat relatif dari

    komponen-komponen ini.

    Keuntungan teori ini adalah member pegangan untuk menganalisa komponen perilaku

    dalam item yang operasional. Bagaimana sejumlah pencegahan harus dipertimbangkan supaya

    model ini dipergunakan dengan tepat. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku

    yang dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali seseorang. Artinya bahwa perilaku

    sasaran harus diseleksi dan diidentifikasikan secara jelas. Tuntutan ini memerlukan

    pertimbangan mengenai tidakan (action), sasaran (target), konteks(context), waktu (time).

    Lebih lanjut, sebuah konsep penting dalam teori ini ialah fokus perhatian (salience).

    Istilah ini mengacu intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan kelompok

    referensi yang penting bagi perilaku populasi yang dipertimbangkan. Hal ini berbeda dari dari

    perilaku populasi yang satu ke populasi yang lain. Ini mengacu pada norma nilai dan norma-

    norma dalam kelompok sosial yang diselidiki, sebagai indikator penting untuk memprediksikan

    perilaku yang akan diukur.

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    3/14

    Dengan menggunakan model Fishbein, dapat dikatakan yang penting bukankah budaya

    itu sendiri, tetapi cara budaya mempengaruhi sikap, intensi dan perilaku.

    Banyak penelitian di bidang sosial yang sudah membuktikan bahwaTheory of

    ReasonAction ( TRA ) ini adalah teori yang cukup memadai dalam memprediksi tingkah laku.

    Namun setelah beberapa tahun, Ajzen melakukan meta analisis, ternyata didapatkan suatu

    penyimpulan bahwa Theory Reason Action( TRA ) hanya berlaku bagi tingkah laku yang berada

    di bawah kontrol penuh individu karena ada faktor yang dapat menghambat atau memfalisistasi

    relisasi niat ke dalam tingkah laku. Berdasarkan analisis ini, lalu Ajzen menambahkan suatu

    faktor yang berkaitan dengan control individu, yaituperceived behavior control( PBC ).

    Penambahan satu faktor ini kemudian mengubah Theory of Reason Action( TRA )

    menjadi Theory of Planned Behaviour ( TPB).

    Teori Perilaku yang Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour )

    Model teoritik dari Teori Planned Behavior (Perilaku yang direncanakan) mengandungberbagai variabel yaitu :

    1. Latar belakang (background factors)

    Seperti usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian, dan

    pengetahuan) mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Faktor latar

    belakang pada dasarnya adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang dalam model

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    4/14

    Kurt Lewin dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Dalam kategori ini Ajzen (2005),

    memasukkan tiga faktor latar belakang, yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor personal

    adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai

    hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia,

    jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah

    pengalaman, pengetahuan, dan ekspose pada media.

    2. Keyakinan perilaku (behavioral belief)

    Hal-hal yang diyakini oleh individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif,

    sikap terhadap perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu

    perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut.

    3. Keyakinan normatif (normative beliefs)

    Berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan yang secara tegas dikemukakan oleh Lewin

    dalam Field Theory. Pendapat Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui perceived

    behavioral control. Menurut Ajzen (2005), faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang

    yang berpengaruh bagi kehidupan individu (significant others) dapat mempengaruhi

    keputusan individu.

    4. Norma subjektif (subjective norm)

    Sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap

    perilaku yang akan dilakukannya (Normative Belief). Kalau individu merasa itu adalah hakpribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain

    disekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan

    dilakukannya. Fishbein dan Ajzen (1975), menggunakan istilah motivation to comply

    untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain

    yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.

    5. Keyakinan dari dalam diri individu bahwa suatu perilaku yang dilaksanakan (control beliefs)

    dapat diperoleh dari berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama

    sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat orang lain misalnya, teman,

    keluarga dekat dalam melaksanakan perilaku itu sehingga ia memiliki keyakinan bahwa ia

    pun akan dapat melaksanakannya. Selain pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman,

    keyakinan individu mengenai suatu perilaku akan dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh

    ketersediaan waktu untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya fasilitas untuk

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    5/14

    melaksanakannya, dan memiliki kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan yang

    menghambat pelaksanaan perilaku.

    6. Persepsi kemampuan mengontrol tingkah laku (perceived behavioral control)

    Keyakinan (beliefs) bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan

    perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu,

    kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia punya

    kemampuan atau tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku tersebut. Ajzen

    (2005) menamakan kondisi ini dengan persepsi kemampuan mengontrol (perceived

    behavioral control). Niat untuk melakukan perilaku (intention) adalah kecenderungan

    seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini

    ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan

    sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat

    dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.

    Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak berdasarkan intensi atau

    niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap perilakunya (Ajzen, 2002). Teori ini tidak hanya

    menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada keyakinan bahwa

    target tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu tersebut atau suatu tingkah laku

    tidak hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak adadibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk

    menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005). Dari sini lah Ajzen memperluas teorinya

    dengan menekankan peranan dari kamuan yang kemudian disebut sebagai Perceived Behavioral

    Control(Vaughan & Hogg, 2005).

    Berdasarkan Theory of Planed Behavior, intensi merupakan fungsi dari tiga determinan, yang

    satu yang bersifat personal, kedua merefleksikan pengaruh sosial dan ketiga berhubungan dengan

    masalah kontrol (Ajzen, 2005). Berikut ini adalah penjabaran dari variabel utama dari Theory of

    Planned Behavior yang terdiri dari: intensi, attitude toward behavior, subjective norms, dan

    perceived behavioral control.

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    6/14

    Intensi

    Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang

    mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. ntensi didefinisikan sebagai

    dimensi probabilitas subjektif individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Bandura (1986),

    menyatakan bahwa intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu

    atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa depan. Intensi menurutnya adalah bagian vital

    dari Self regulation individu yang dilatarbelakangi oleh motivasi seseorang untuk bertindak.

    Merangkum pendapat di atas, Santoso (1995) beranggapan bahwa intensi adalah hal-hal yang

    diasumsikan dapat menjelaskan faktor-faktor motivasi serta berdampak kuat pada tingkah laku.

    Hal ini mengindikasikan seberapa keras seseorang berusaha dan seberapa banyak usaha yang

    dilakukan agar perilaku yang diinginkan dapat dilakukan.

    Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak berdasarkan intensi atau

    niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap perilakunya (Ajzen, 2002). Teori ini tidak hanya

    menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada belief bahwa target

    tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu tersebut. Suatu tingkah laku tidak

    hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak ada

    dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk

    menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).

    Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait dengan tindakan dan merupakan unsur yangpenting dalam sejumlah tindakan, yang menunjukan pada keadaan pikiran seseorang yang

    diarahkan untuk melakukan sesuatu tindakan, yang senyatanya dapat atau tidak dapat dilakukan

    dan diarahkan entah pada tindakan sekarang atau pada tindakan yang akan datang. Intensi

    memainkan peranan yang khas dalam mengarahkan tindakan, yakni menghubungkan antara

    pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan diinginkan oleh seseorang dengan tindakan

    tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwaintensi adalah kesungguhan niat

    seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu.

    Berdasarkan Theory Of Planned Behavior, intensi terbentuk dari attitude toward behavior,

    subjective norms, dan perceived behavioral control yang dimiliki individu terhadap suatu

    perilaku. Berikut ini adalah rumus dari intensi:

    B ~ I = (AB) W1+ (SN) W2+ (PBC) W3

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    7/14

    Keterangan:

    B = behavior

    I =Intention

    AB = Sikap (attitude) terhadap perilaku

    SN =subjective norm

    PBC =Perceived Behavioral Control

    W1, W2& W3= weight/bobot/skor

    Atti tude Toward Behavior

    Sikap atau attitudeberasal dari Bahasa Latin, yaitu aptusyang berarti sesuai atau cocok dan

    siap untuk bertindak atau berbuat sesuatu (Ismail & Zain, 2008). Menurut Ajzen (2005), sikap

    adalah evaluasi individu secara positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian,

    perilaku atau minat tertentu. Menurut Gagne dan Briggs (dalam Ajzen, 2002), sikap merupakan

    suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tindakan individu terhadap

    objek, orang atau kejadian tertentu. Sikap merupakan kecenderungan kognitif, afektif, dan

    tingkah laku yang dipelajari untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap objek,

    situasi, institusi, konsep atau seseorang. Sikap merupakan faktor personal yang mengandung

    evaluasi positif atau dalam tingkah laku yang menghindari, melawan, atau menghalagi objek

    (Eagly & Chaiken, 1993).Berdasarkan teori ini, sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari keyakinan

    terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut, yang diistilahkan dengan

    behavioral beliefs(keyakinan terhadap perilaku). Keyakinan terhadap perilaku menghubungkan

    perilaku dengan hasil tertentu, atau beberapa atribut lainnya seperti biaya atau kerugian yang

    terjadi saat melakukan suatu perilaku. Dengan kata lain, seseorang yang yakin bahwa sebuah

    tingkah laku dapat menghasilkan outcome yang positif, maka individu tersebut akan memiliki

    sikap yang positif, begitu juga sebaliknya.

    Berdasarkan Theory Of Planned Behavior, seseorang yang percaya bahwa menampilkan

    perilaku tertentu akan mengarahkan pada hasl yang positif akan memiliki sika favorable terhadap

    ditampilkannya perilaku, sedangkan orang yang percaya bahwa menampilkan tingkah laku

    tertentu akan mengarahkan pada hasil yang negatif, maka ia akan memiliki sikap unfavorable

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    8/14

    (Ajzen, 1988). Berikut ini adalah rumus untuk mengukur attitude toward behavior (Ajzen,

    1988):

    Keterangan:

    AB = sikap terhadap perilaku B

    bi = belief bahwa menampilkan perilaku B akan menghasilkan i

    ei = evaluasi terhadap hasil i

    Subjective Norms

    Subjective Norms merupakan faktor dari luar individu yang berisi persepsi seseorang tentang

    apakah orang lain akan menyetujui atau tidak menyetujui suatu tingkah laku yang ditampilkan

    (Baron & Byrne, 2000). Norma subjektif ditentukan oleh adanya keyakinan normatif (normative

    belief)dan keinginan untuk mengikuti (motivation to comply) (Ajzen, 2005).Keyakinan normatif

    berkenaan dengan harapan-harapan yang berasal dari referent atau orang dan kelompok yang

    berpengaruh bagi individu (significant others) seperti orang tua, pasangan, teman dekat, rekan

    kerja atau lainnya, tergantung pada perilaku yang terlibat. Subjective Norms didefinisikan

    sebagai adanya persepsi individu terhadap tekanan sosial yang ada untuk menunjukkan atau tidaksuatu perilaku. Individu memiliki keyakinan bahwa individu atau kelompok tertentu akan

    menerima atau tidak menerima tindakan yang dilakukannya. Apabila individu meyakini apa yang

    menjadi norma kelompok, maka individu akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai

    dengan kelompoknya.

    Subjective Norms tidak hanya ditentukan oleh referent,tetapi juga ditentukan oleh motivation

    to comply. Secara umum, individu yang yakin bahwa kebanyakan referent akan menyetujui

    dirinya menampilkan perilaku tertentu, dan adanya motivasi untuk mengikuti perilaku tertentu,

    akan merasakan tekanan sosial untuk melakukannya. Sebaliknya, individu yang yakin bahwa

    kebanyakan referent akan tidak menyetujui dirinya menampilkan perilaku tertentu, dan tidak

    adanya motivasi untuk mengikuti perilaku tertentu, maka hal ini akan menyebabkan dirinya

    memiliki subjective norm yang menempatkan tekanan pada dirinya untuk menghindari

    melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005).

    AB biei

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    9/14

    Dalam Theory of Planned Behavior, Subjective Norms juga diidentikan oleh dua hal, yaitu:

    belief dari seseorang tentang reaksi atau pendapat orang lain atau kelompok lain tentang apakah

    individu perlu, harus, atau tidak boleh melakukan suatu perilaku, dan memotivasi individu untuk

    mengikuti pendapat orang lain tersebut (Michener, Delamater, & Myers, 2004). Berikut adalah

    rumus dari Subjective Norms (Ajzen, 2005):

    Keterangan:

    SN = Subjective Norm

    ni = belief normative (belief seseorang bahwa seseorang atau kelompok yang menjadi

    referensi berpikir bahwa ia seharusnya menampilkan atau tidak

    menampilkan perilaku

    mi = motivasi seseorang untuk mengikuti seseorang atau kelompok yang menjadi referensi.

    Perceived Behavioral Control

    Perceived Behavioral Control menggambarkan tentang perasaan self efficacy atau

    kemampuan diri individu adalam melakukan suatu perilaku. Hal senada juga dikemukakan oleh

    Ismail dan Zain (2008), yaitu Percieved Behavior Control merupakan persepsi individumengenai kontrol yang dimiliki individu tersebut sehubungan dengan tingkah laku tertentu.

    Percieved Behavior Control merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor-faktor yang

    memfasilitasi dan menghalangi individu untuk melakukan suatu perilaku. Percieved Behavior

    Control ditentukan oleh pengalaman masa lalu individu dan juga perkiraan individu mengenai

    seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan suatu perilaku. Pengalaman masa lalu individu

    terhadap suatu perilaku bisa dipengaruhi oleh informasi yang didapat dari orang lain, misalnya

    dari pengalaman orang-orang yang dikenal seperti keluarga, pasangan dan teman.

    Ajzen (dalam Ismail & Zain, 2008) menjelaskan bahwa perilaku seseorang tidak hanya

    dikendalikan oleh dirinya sendiri, tetapi juga membutuhkan kontrol, misalnya berupa

    ketersediaan sumber daya dan kesempatan bahkan keterampilan tertentu. Perceived Behavioral

    Control merepresentasikan kepercayaan seseorang tentang seberapa mudah individu

    menunjukkan suatu perilaku. Ketika individu percaya bahwa dirinya kekurangan sumber atau

    SN nimi

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    10/14

    tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan suatu perilaku, (kontrol perilaku yang rendah)

    individu tidak akan memiliki intensi yang kuat untuk menunjukkan perilaku tersebut (Engel,

    Blackwell, & Miniard, 1995).

    Dalam beberapa situasi, satu atau dua faktor saja dapat digunakan untuk menjelaskan

    intensi, dan kebanyakan ketiga faktor ini masing-masing berperan dalam menjelaskan intensi.

    Sebagai tambahan, tiap individu memiliki perbedaan bobot dari antara ketiga faktor tersebut

    mana yang paling mempengaruhi individu tersebut dalam berperilaku (Ajzen, 2005). Sehingga

    kesimpulannya seseorang akan melakukan suatu perilaku tertentu jika orang tersebut

    mengevaluasi perilaku tersebut secara positif, ditambah individu tersebut mendapatkan tekanan

    dari sosial untuk melakukan perilaku tersebut, serta individu tersebut percaya bisa dan memiliki

    kesempatan untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Berdasarkan hal itu, Perceived

    Behavioral Controldapat dirumuskan sebagai berikut (Ajzen, 2005):

    PBC =Perceived Behavioral Control

    ci = control beliefbahwa faktor i akan ada

    pi = kekuatan faktor i untuk mempermudahkan atau menghambat dalam menampilkan

    perilaku

    Perceived Behavioral Controldapat diukur menggunakan dua skala, yaitu:

    a. Skala yang mengukur control belief subjek (Indirect Perceived Behavioral Control) yaitu

    mengenai kemampuan individu untuk mengontrol perilakunya terhadap faktor dari luar

    individu yang menghambat atau mendukung individu untuk menampilkan perilaku yang

    berasal dari luar individu.

    b. Skala yang mengukurperceived power(Direct Perceived Behavioral Control)yaitu mengenai

    kemampuan individu untuk mengontrol perilakunya terhadap factor dari dalam individu yang

    menghambat atau mendukung individu untuk menampilkan perilaku yang berasal dari dalam

    diri individu.

    PBC cipi

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    11/14

    Contoh penerapan Theory Planned of BehaviorAjzen

    Mahasiswa Sebagai Individu Dewasa Muda

    Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk

    mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18 30 tahun. Mahasiswa

    merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan

    perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam

    suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.

    Masa dewasa muda (Early Adulthood)dimulai pada usia 18 tahun sampai 40 tahun. Secara

    biologis masa dewasa muda merupakan masa puncak perumbuhan fisik yang prima dan usia

    tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest people in population) karena

    didukung oleh kebiasaan-kebiasaan positif atau pola hidup yang sehat. Secara psikologis, cukup

    banyak yang kurang mampu mencapai kematangan akibat banyaknya masalah dihadapi dan tidak

    mampu diatasi baik sebelum maupun setelah menikah. Misalnya ketidakmampuan memenuhi

    harapan orangtua, ketidakmampuan untuk mendapatkan prestasi akademis yang baik, dan

    ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan. Tugas-tugas

    perkembangan (development task)pada usia dewasa muda meliputi pengamalan ajaran agama,

    memasuki dunia kerja, memilih pasangan hidup, memasuki pernikahan, belajar hidup

    berkeluarga, merawat dan mendidik anak, mengelola rumah tanggga, memperoleh karier yang

    baik, berperan dalam masyarakat, mencari kelompok sosial yang menyenangkan (Hurlock,

    1968).

    Mahasiswa sebagai individu dewasa muda memiliki tugas dan tuntutan untuk mendapatkan

    keberhasilan atau prestasi akademis yang merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam

    hidupnya.

    Dalam Theory Planned of Behavior Ajzen (1988), menyatakan bahwa seseorang dapat

    melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat yang dimiliki oleh orangtersebut. Berarti dapat dikatakan bahwa sikap mahasiswa untuk berprestasi atau tidak berprestasi

    tergantung dari niatnya untuk mendapatkan prestasi tersebut. Semakin kuat niat mahasiswa untuk

    berprestasi, maka semakin baik prestasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin lemah niat

    mahasiswa untuk beprestasi, maka semakin rendah prestasi belajar yang diperoleh.

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    12/14

    Dalam Theory of Planned Behaviorniat atau intensi memiliki tiga komponen, yaituAttitude

    Toward Behavior, Subjective Norms, Indirect Perceived Behavioral Control, dan Direct

    Perceived Behavioral Control (Fishbein & Ajzen, 1975). Keempat komponen tersebut menjadi

    indikator dalam menentukan mahasiswa memiliki intensi atau niat untuk berprestasi atau tidak.

    Salah satu faktor pendukung seorang mahasiswa untuk berprestasi selain intensi atau niat dari

    dalam diri mahasiswa tersebut adalah metode belajar. Saat ini banyak metode belajar yang

    ditawarkan oleh perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Dari metode konfensional atau dengan

    belajar di kelas sampai dengan metode belajar menggunakan media Teknologi Informasi (IT)

    untuk melaksanakan perkuliahan. Salah satu contoh penggunakan Teknologi Informasi pada

    dunia pendidikan adalah model belajar online learning. Model belajar online learning adalah

    salah satu metode belajar yang tergolong baru, sedangkan selama ini di Indonesia masih

    mengandalkan model belajar dengan cara bertatap muka di kelas pada setiap sesi

    pembelajarannya. Oleh karena itu banyak orang yang belum tentu mengerti mekanisme model

    pembelajaranonline learning dan belum tentu siap untuk menjalankan proses belajar mengajar

    dengan menggunakan model online learning (Darmawan, 2011).

    Sesuai dengan yang dikatakan oleh McCleland (1961) bahwa berprestasi merupakan salah

    satu kebutuhan dasar dari manusia maka dapat diasumsikan bahwa setiap mahasiswa ingin

    mendapatkan prestasi yang baik dengan tujuan untuk dapat memenuhi salah satu kebutuhan

    dasar dalam hidupnya.

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    13/14

    Kesimpulan

    1. Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action)/ Teori Perilaku Yang

    Direncanakan (Theory of Planned Behaviour)merupakan suatu teori yang menjelaskan

    tentang perilaku manusia. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia

    berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang

    tersedia.

    2. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour)merupakan bentuk

    pengembangan dari Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action).

    3. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour)/ Teori Reasoned

    Action (Theory Of Reasoned Action) menjelaskan bahwa perilaku manusia teerbentuk

    karena adanya niat dan niat itu sendiri juga memiliki determinan.

    4. Faktor pembeda antara kedua teori tersebut adalah pada determinan niat. Dalam Theory

    Of Reasoned Action determinan niat terdiri atas dua hal, yaitu sikap dan norma subjektif

    sedangkan dalam Theory of Planned Behaviour, Ajzen menambahkan satu determinan

    lagi, yaitu control perilaku yang disadari.

    5. Contoh dari penerapan Theory Planned of Behavior Ajzen adalah Mahasiswa Sebagai

    Individu Dewasa Muda. Dalam Theory of Planned Behaviorniat atau intensi memiliki

    tiga komponen, yaitu Attitude Toward Behavior, Subjective Norms,Indirect Perceived

    Behavioral Control, danDirect Perceived Behavioral Control (Fishbein & Ajzen, 1975).

    Keempat komponen tersebut menjadi indikator dalam menentukan mahasiswa memiliki

    intensi atau niat untuk berprestasi atau tidak.

  • 5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen

    14/14

    Daftar pustaka

    Machfoedz, Ircham dan Eko Suryani. 2007.Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi

    Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.

    Shim, Terence A. 2003.Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu.

    Diterjemahkan oleh Revyani Sjahrial dan Dyah Anikasari. Jakarta : Erlangga.

    Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

    Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality, and Behavior. Edisi kedua, New York: Open

    University Press.

    Anwar, Khairul, Abu Bakar, & Harmaini. 2005. Hubungan antara Komitmen Beragama dengan

    Intensi Prososial Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau, dalamJurnal Psikologi,

    Volume 1, Nomor 2, Desember 2005, Pekan Baru: Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif

    Kasim Riau.

    Chaplin, J.P.. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. cet. ke-9, Penerjemah: Dr. Kartini

    Kartono,Jakarta: Rajawali Pers.

    Echols, John M., & Hassan Shadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia. cet. ke-25,

    Jakarta:Gramedia.

    Fishbein, Martin, & Icek Ajzen, 1975. Belief, Attitude, Intention, dan Behavior: An

    Introductionto Theory and Research. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing

    Company

    Ajzen, I., Fishbein, M. 1975.Keyakinan, Sikap, Niat, dan Perilaku: Sebuah Pengantar Teori dan

    Penelitian Reading. MA:. Addison-Wesley.

    http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/49970/I11dtr_BAB%20II%20Tinjauan%

    20Pustaka.pdf?sequence=6