kelompok 2 teori fishbein ajzen
DESCRIPTION
FISBEN AJZEN ADALAH TEORI PERILAKUTRANSCRIPT
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
1/14
Teori Tindakan Beralasan (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang
Direncanakan(Theory of Planned Behaviour)
Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 . Teori ini
disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan
mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Model tindakan yang masuk akal tentang
faktor-faktor yang menentukan perilaku seseorang, yang dijelaskan Fishbein dan Ajzen dalam
skema di bawah ini:
Dalam Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action)ini, Fishbein dan Ajzen
menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan
atau tidak dilakukannya perilaku atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua
penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan
hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior). Disamping
itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi
individu (evaluation regarding the outcome). Penentu yang kedua berhubungan dengan pengaruh
sosial yaitu norma subjektif. Norma subjektif mengacu pada keyakinan seseorang terhadap
bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggapnya penting (referent person)dan
Normative Belief
(Keyakinan seseorang bahwaindividu atau kelompoktertentu berpikir apakah dia
sebaiknya melakukan suatuperilaku tertentu atau tidak,serta motivasi untuk
mengikutinya)
Behavioural Belief
(Keyakinan seseorangbahwa setiap perilaku
menimbulkan hasil tertentu,dan penilaian orang akan
hasil tersebut)
Sikap terhadap
perilaku
Norma subyektif
Niat Perilaku
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
2/14
motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut. Dalam upaya mengungkapkan pengaruh
sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku,
Fishbein dan Ajzen melengkapi teori tindakan beralasan ini dengan keyakinan (belief).
Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioural belief),
sedangkan norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative belief).
Contoh : Orang tua mempunyai harapan tentang keikutsertaan dalam program ini imunisasi bagi
anak-anaknya. Mereka mungkin percaya bahwa imunisasi melindungi serangan-
serangan penyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan rasa sakit atau tidak enak
badan dan juga mahal (kerugian). Orang tua akan mempertimbangkan mana yang
lebih penting antara perlindungan kesehatan atau tangisan, mungkin anak panas dan
mengeluarkan uang.
Pertanyaan yang sering muncul ialah atas dasar apa seseorang mempunyai keyakinan dan
norma sosial? Pertanyaan ini mencakup peran variabel eksternal, seperti variabel demografis,
jenis kelamin, usia, yang tidak muncul secara langsung dalam theory of reasoned action.
Menurut Fishbein & Middlestadt variabel ini bukannya kurang penting, tetapi efeknya pada
intensi (kehendak) dianggap diperantai oleh sikap, norma subyektif, dan berat relatif dari
komponen-komponen ini.
Keuntungan teori ini adalah member pegangan untuk menganalisa komponen perilaku
dalam item yang operasional. Bagaimana sejumlah pencegahan harus dipertimbangkan supaya
model ini dipergunakan dengan tepat. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku
yang dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali seseorang. Artinya bahwa perilaku
sasaran harus diseleksi dan diidentifikasikan secara jelas. Tuntutan ini memerlukan
pertimbangan mengenai tidakan (action), sasaran (target), konteks(context), waktu (time).
Lebih lanjut, sebuah konsep penting dalam teori ini ialah fokus perhatian (salience).
Istilah ini mengacu intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan kelompok
referensi yang penting bagi perilaku populasi yang dipertimbangkan. Hal ini berbeda dari dari
perilaku populasi yang satu ke populasi yang lain. Ini mengacu pada norma nilai dan norma-
norma dalam kelompok sosial yang diselidiki, sebagai indikator penting untuk memprediksikan
perilaku yang akan diukur.
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
3/14
Dengan menggunakan model Fishbein, dapat dikatakan yang penting bukankah budaya
itu sendiri, tetapi cara budaya mempengaruhi sikap, intensi dan perilaku.
Banyak penelitian di bidang sosial yang sudah membuktikan bahwaTheory of
ReasonAction ( TRA ) ini adalah teori yang cukup memadai dalam memprediksi tingkah laku.
Namun setelah beberapa tahun, Ajzen melakukan meta analisis, ternyata didapatkan suatu
penyimpulan bahwa Theory Reason Action( TRA ) hanya berlaku bagi tingkah laku yang berada
di bawah kontrol penuh individu karena ada faktor yang dapat menghambat atau memfalisistasi
relisasi niat ke dalam tingkah laku. Berdasarkan analisis ini, lalu Ajzen menambahkan suatu
faktor yang berkaitan dengan control individu, yaituperceived behavior control( PBC ).
Penambahan satu faktor ini kemudian mengubah Theory of Reason Action( TRA )
menjadi Theory of Planned Behaviour ( TPB).
Teori Perilaku yang Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour )
Model teoritik dari Teori Planned Behavior (Perilaku yang direncanakan) mengandungberbagai variabel yaitu :
1. Latar belakang (background factors)
Seperti usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian, dan
pengetahuan) mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Faktor latar
belakang pada dasarnya adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang dalam model
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
4/14
Kurt Lewin dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Dalam kategori ini Ajzen (2005),
memasukkan tiga faktor latar belakang, yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor personal
adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai
hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia,
jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah
pengalaman, pengetahuan, dan ekspose pada media.
2. Keyakinan perilaku (behavioral belief)
Hal-hal yang diyakini oleh individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif,
sikap terhadap perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu
perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut.
3. Keyakinan normatif (normative beliefs)
Berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan yang secara tegas dikemukakan oleh Lewin
dalam Field Theory. Pendapat Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui perceived
behavioral control. Menurut Ajzen (2005), faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang
yang berpengaruh bagi kehidupan individu (significant others) dapat mempengaruhi
keputusan individu.
4. Norma subjektif (subjective norm)
Sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap
perilaku yang akan dilakukannya (Normative Belief). Kalau individu merasa itu adalah hakpribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain
disekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan
dilakukannya. Fishbein dan Ajzen (1975), menggunakan istilah motivation to comply
untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain
yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.
5. Keyakinan dari dalam diri individu bahwa suatu perilaku yang dilaksanakan (control beliefs)
dapat diperoleh dari berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama
sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat orang lain misalnya, teman,
keluarga dekat dalam melaksanakan perilaku itu sehingga ia memiliki keyakinan bahwa ia
pun akan dapat melaksanakannya. Selain pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman,
keyakinan individu mengenai suatu perilaku akan dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh
ketersediaan waktu untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya fasilitas untuk
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
5/14
melaksanakannya, dan memiliki kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan yang
menghambat pelaksanaan perilaku.
6. Persepsi kemampuan mengontrol tingkah laku (perceived behavioral control)
Keyakinan (beliefs) bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan
perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu,
kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia punya
kemampuan atau tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku tersebut. Ajzen
(2005) menamakan kondisi ini dengan persepsi kemampuan mengontrol (perceived
behavioral control). Niat untuk melakukan perilaku (intention) adalah kecenderungan
seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini
ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan
sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat
dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.
Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak berdasarkan intensi atau
niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap perilakunya (Ajzen, 2002). Teori ini tidak hanya
menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada keyakinan bahwa
target tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu tersebut atau suatu tingkah laku
tidak hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak adadibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk
menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005). Dari sini lah Ajzen memperluas teorinya
dengan menekankan peranan dari kamuan yang kemudian disebut sebagai Perceived Behavioral
Control(Vaughan & Hogg, 2005).
Berdasarkan Theory of Planed Behavior, intensi merupakan fungsi dari tiga determinan, yang
satu yang bersifat personal, kedua merefleksikan pengaruh sosial dan ketiga berhubungan dengan
masalah kontrol (Ajzen, 2005). Berikut ini adalah penjabaran dari variabel utama dari Theory of
Planned Behavior yang terdiri dari: intensi, attitude toward behavior, subjective norms, dan
perceived behavioral control.
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
6/14
Intensi
Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang
mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. ntensi didefinisikan sebagai
dimensi probabilitas subjektif individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Bandura (1986),
menyatakan bahwa intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu
atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa depan. Intensi menurutnya adalah bagian vital
dari Self regulation individu yang dilatarbelakangi oleh motivasi seseorang untuk bertindak.
Merangkum pendapat di atas, Santoso (1995) beranggapan bahwa intensi adalah hal-hal yang
diasumsikan dapat menjelaskan faktor-faktor motivasi serta berdampak kuat pada tingkah laku.
Hal ini mengindikasikan seberapa keras seseorang berusaha dan seberapa banyak usaha yang
dilakukan agar perilaku yang diinginkan dapat dilakukan.
Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak berdasarkan intensi atau
niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap perilakunya (Ajzen, 2002). Teori ini tidak hanya
menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada belief bahwa target
tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu tersebut. Suatu tingkah laku tidak
hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak ada
dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk
menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).
Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait dengan tindakan dan merupakan unsur yangpenting dalam sejumlah tindakan, yang menunjukan pada keadaan pikiran seseorang yang
diarahkan untuk melakukan sesuatu tindakan, yang senyatanya dapat atau tidak dapat dilakukan
dan diarahkan entah pada tindakan sekarang atau pada tindakan yang akan datang. Intensi
memainkan peranan yang khas dalam mengarahkan tindakan, yakni menghubungkan antara
pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan diinginkan oleh seseorang dengan tindakan
tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwaintensi adalah kesungguhan niat
seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu.
Berdasarkan Theory Of Planned Behavior, intensi terbentuk dari attitude toward behavior,
subjective norms, dan perceived behavioral control yang dimiliki individu terhadap suatu
perilaku. Berikut ini adalah rumus dari intensi:
B ~ I = (AB) W1+ (SN) W2+ (PBC) W3
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
7/14
Keterangan:
B = behavior
I =Intention
AB = Sikap (attitude) terhadap perilaku
SN =subjective norm
PBC =Perceived Behavioral Control
W1, W2& W3= weight/bobot/skor
Atti tude Toward Behavior
Sikap atau attitudeberasal dari Bahasa Latin, yaitu aptusyang berarti sesuai atau cocok dan
siap untuk bertindak atau berbuat sesuatu (Ismail & Zain, 2008). Menurut Ajzen (2005), sikap
adalah evaluasi individu secara positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian,
perilaku atau minat tertentu. Menurut Gagne dan Briggs (dalam Ajzen, 2002), sikap merupakan
suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tindakan individu terhadap
objek, orang atau kejadian tertentu. Sikap merupakan kecenderungan kognitif, afektif, dan
tingkah laku yang dipelajari untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap objek,
situasi, institusi, konsep atau seseorang. Sikap merupakan faktor personal yang mengandung
evaluasi positif atau dalam tingkah laku yang menghindari, melawan, atau menghalagi objek
(Eagly & Chaiken, 1993).Berdasarkan teori ini, sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari keyakinan
terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut, yang diistilahkan dengan
behavioral beliefs(keyakinan terhadap perilaku). Keyakinan terhadap perilaku menghubungkan
perilaku dengan hasil tertentu, atau beberapa atribut lainnya seperti biaya atau kerugian yang
terjadi saat melakukan suatu perilaku. Dengan kata lain, seseorang yang yakin bahwa sebuah
tingkah laku dapat menghasilkan outcome yang positif, maka individu tersebut akan memiliki
sikap yang positif, begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan Theory Of Planned Behavior, seseorang yang percaya bahwa menampilkan
perilaku tertentu akan mengarahkan pada hasl yang positif akan memiliki sika favorable terhadap
ditampilkannya perilaku, sedangkan orang yang percaya bahwa menampilkan tingkah laku
tertentu akan mengarahkan pada hasil yang negatif, maka ia akan memiliki sikap unfavorable
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
8/14
(Ajzen, 1988). Berikut ini adalah rumus untuk mengukur attitude toward behavior (Ajzen,
1988):
Keterangan:
AB = sikap terhadap perilaku B
bi = belief bahwa menampilkan perilaku B akan menghasilkan i
ei = evaluasi terhadap hasil i
Subjective Norms
Subjective Norms merupakan faktor dari luar individu yang berisi persepsi seseorang tentang
apakah orang lain akan menyetujui atau tidak menyetujui suatu tingkah laku yang ditampilkan
(Baron & Byrne, 2000). Norma subjektif ditentukan oleh adanya keyakinan normatif (normative
belief)dan keinginan untuk mengikuti (motivation to comply) (Ajzen, 2005).Keyakinan normatif
berkenaan dengan harapan-harapan yang berasal dari referent atau orang dan kelompok yang
berpengaruh bagi individu (significant others) seperti orang tua, pasangan, teman dekat, rekan
kerja atau lainnya, tergantung pada perilaku yang terlibat. Subjective Norms didefinisikan
sebagai adanya persepsi individu terhadap tekanan sosial yang ada untuk menunjukkan atau tidaksuatu perilaku. Individu memiliki keyakinan bahwa individu atau kelompok tertentu akan
menerima atau tidak menerima tindakan yang dilakukannya. Apabila individu meyakini apa yang
menjadi norma kelompok, maka individu akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai
dengan kelompoknya.
Subjective Norms tidak hanya ditentukan oleh referent,tetapi juga ditentukan oleh motivation
to comply. Secara umum, individu yang yakin bahwa kebanyakan referent akan menyetujui
dirinya menampilkan perilaku tertentu, dan adanya motivasi untuk mengikuti perilaku tertentu,
akan merasakan tekanan sosial untuk melakukannya. Sebaliknya, individu yang yakin bahwa
kebanyakan referent akan tidak menyetujui dirinya menampilkan perilaku tertentu, dan tidak
adanya motivasi untuk mengikuti perilaku tertentu, maka hal ini akan menyebabkan dirinya
memiliki subjective norm yang menempatkan tekanan pada dirinya untuk menghindari
melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005).
AB biei
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
9/14
Dalam Theory of Planned Behavior, Subjective Norms juga diidentikan oleh dua hal, yaitu:
belief dari seseorang tentang reaksi atau pendapat orang lain atau kelompok lain tentang apakah
individu perlu, harus, atau tidak boleh melakukan suatu perilaku, dan memotivasi individu untuk
mengikuti pendapat orang lain tersebut (Michener, Delamater, & Myers, 2004). Berikut adalah
rumus dari Subjective Norms (Ajzen, 2005):
Keterangan:
SN = Subjective Norm
ni = belief normative (belief seseorang bahwa seseorang atau kelompok yang menjadi
referensi berpikir bahwa ia seharusnya menampilkan atau tidak
menampilkan perilaku
mi = motivasi seseorang untuk mengikuti seseorang atau kelompok yang menjadi referensi.
Perceived Behavioral Control
Perceived Behavioral Control menggambarkan tentang perasaan self efficacy atau
kemampuan diri individu adalam melakukan suatu perilaku. Hal senada juga dikemukakan oleh
Ismail dan Zain (2008), yaitu Percieved Behavior Control merupakan persepsi individumengenai kontrol yang dimiliki individu tersebut sehubungan dengan tingkah laku tertentu.
Percieved Behavior Control merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor-faktor yang
memfasilitasi dan menghalangi individu untuk melakukan suatu perilaku. Percieved Behavior
Control ditentukan oleh pengalaman masa lalu individu dan juga perkiraan individu mengenai
seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan suatu perilaku. Pengalaman masa lalu individu
terhadap suatu perilaku bisa dipengaruhi oleh informasi yang didapat dari orang lain, misalnya
dari pengalaman orang-orang yang dikenal seperti keluarga, pasangan dan teman.
Ajzen (dalam Ismail & Zain, 2008) menjelaskan bahwa perilaku seseorang tidak hanya
dikendalikan oleh dirinya sendiri, tetapi juga membutuhkan kontrol, misalnya berupa
ketersediaan sumber daya dan kesempatan bahkan keterampilan tertentu. Perceived Behavioral
Control merepresentasikan kepercayaan seseorang tentang seberapa mudah individu
menunjukkan suatu perilaku. Ketika individu percaya bahwa dirinya kekurangan sumber atau
SN nimi
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
10/14
tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan suatu perilaku, (kontrol perilaku yang rendah)
individu tidak akan memiliki intensi yang kuat untuk menunjukkan perilaku tersebut (Engel,
Blackwell, & Miniard, 1995).
Dalam beberapa situasi, satu atau dua faktor saja dapat digunakan untuk menjelaskan
intensi, dan kebanyakan ketiga faktor ini masing-masing berperan dalam menjelaskan intensi.
Sebagai tambahan, tiap individu memiliki perbedaan bobot dari antara ketiga faktor tersebut
mana yang paling mempengaruhi individu tersebut dalam berperilaku (Ajzen, 2005). Sehingga
kesimpulannya seseorang akan melakukan suatu perilaku tertentu jika orang tersebut
mengevaluasi perilaku tersebut secara positif, ditambah individu tersebut mendapatkan tekanan
dari sosial untuk melakukan perilaku tersebut, serta individu tersebut percaya bisa dan memiliki
kesempatan untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Berdasarkan hal itu, Perceived
Behavioral Controldapat dirumuskan sebagai berikut (Ajzen, 2005):
PBC =Perceived Behavioral Control
ci = control beliefbahwa faktor i akan ada
pi = kekuatan faktor i untuk mempermudahkan atau menghambat dalam menampilkan
perilaku
Perceived Behavioral Controldapat diukur menggunakan dua skala, yaitu:
a. Skala yang mengukur control belief subjek (Indirect Perceived Behavioral Control) yaitu
mengenai kemampuan individu untuk mengontrol perilakunya terhadap faktor dari luar
individu yang menghambat atau mendukung individu untuk menampilkan perilaku yang
berasal dari luar individu.
b. Skala yang mengukurperceived power(Direct Perceived Behavioral Control)yaitu mengenai
kemampuan individu untuk mengontrol perilakunya terhadap factor dari dalam individu yang
menghambat atau mendukung individu untuk menampilkan perilaku yang berasal dari dalam
diri individu.
PBC cipi
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
11/14
Contoh penerapan Theory Planned of BehaviorAjzen
Mahasiswa Sebagai Individu Dewasa Muda
Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk
mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18 30 tahun. Mahasiswa
merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan
perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam
suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.
Masa dewasa muda (Early Adulthood)dimulai pada usia 18 tahun sampai 40 tahun. Secara
biologis masa dewasa muda merupakan masa puncak perumbuhan fisik yang prima dan usia
tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest people in population) karena
didukung oleh kebiasaan-kebiasaan positif atau pola hidup yang sehat. Secara psikologis, cukup
banyak yang kurang mampu mencapai kematangan akibat banyaknya masalah dihadapi dan tidak
mampu diatasi baik sebelum maupun setelah menikah. Misalnya ketidakmampuan memenuhi
harapan orangtua, ketidakmampuan untuk mendapatkan prestasi akademis yang baik, dan
ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan. Tugas-tugas
perkembangan (development task)pada usia dewasa muda meliputi pengamalan ajaran agama,
memasuki dunia kerja, memilih pasangan hidup, memasuki pernikahan, belajar hidup
berkeluarga, merawat dan mendidik anak, mengelola rumah tanggga, memperoleh karier yang
baik, berperan dalam masyarakat, mencari kelompok sosial yang menyenangkan (Hurlock,
1968).
Mahasiswa sebagai individu dewasa muda memiliki tugas dan tuntutan untuk mendapatkan
keberhasilan atau prestasi akademis yang merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam
hidupnya.
Dalam Theory Planned of Behavior Ajzen (1988), menyatakan bahwa seseorang dapat
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat yang dimiliki oleh orangtersebut. Berarti dapat dikatakan bahwa sikap mahasiswa untuk berprestasi atau tidak berprestasi
tergantung dari niatnya untuk mendapatkan prestasi tersebut. Semakin kuat niat mahasiswa untuk
berprestasi, maka semakin baik prestasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin lemah niat
mahasiswa untuk beprestasi, maka semakin rendah prestasi belajar yang diperoleh.
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
12/14
Dalam Theory of Planned Behaviorniat atau intensi memiliki tiga komponen, yaituAttitude
Toward Behavior, Subjective Norms, Indirect Perceived Behavioral Control, dan Direct
Perceived Behavioral Control (Fishbein & Ajzen, 1975). Keempat komponen tersebut menjadi
indikator dalam menentukan mahasiswa memiliki intensi atau niat untuk berprestasi atau tidak.
Salah satu faktor pendukung seorang mahasiswa untuk berprestasi selain intensi atau niat dari
dalam diri mahasiswa tersebut adalah metode belajar. Saat ini banyak metode belajar yang
ditawarkan oleh perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Dari metode konfensional atau dengan
belajar di kelas sampai dengan metode belajar menggunakan media Teknologi Informasi (IT)
untuk melaksanakan perkuliahan. Salah satu contoh penggunakan Teknologi Informasi pada
dunia pendidikan adalah model belajar online learning. Model belajar online learning adalah
salah satu metode belajar yang tergolong baru, sedangkan selama ini di Indonesia masih
mengandalkan model belajar dengan cara bertatap muka di kelas pada setiap sesi
pembelajarannya. Oleh karena itu banyak orang yang belum tentu mengerti mekanisme model
pembelajaranonline learning dan belum tentu siap untuk menjalankan proses belajar mengajar
dengan menggunakan model online learning (Darmawan, 2011).
Sesuai dengan yang dikatakan oleh McCleland (1961) bahwa berprestasi merupakan salah
satu kebutuhan dasar dari manusia maka dapat diasumsikan bahwa setiap mahasiswa ingin
mendapatkan prestasi yang baik dengan tujuan untuk dapat memenuhi salah satu kebutuhan
dasar dalam hidupnya.
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
13/14
Kesimpulan
1. Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action)/ Teori Perilaku Yang
Direncanakan (Theory of Planned Behaviour)merupakan suatu teori yang menjelaskan
tentang perilaku manusia. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia
berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang
tersedia.
2. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour)merupakan bentuk
pengembangan dari Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action).
3. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour)/ Teori Reasoned
Action (Theory Of Reasoned Action) menjelaskan bahwa perilaku manusia teerbentuk
karena adanya niat dan niat itu sendiri juga memiliki determinan.
4. Faktor pembeda antara kedua teori tersebut adalah pada determinan niat. Dalam Theory
Of Reasoned Action determinan niat terdiri atas dua hal, yaitu sikap dan norma subjektif
sedangkan dalam Theory of Planned Behaviour, Ajzen menambahkan satu determinan
lagi, yaitu control perilaku yang disadari.
5. Contoh dari penerapan Theory Planned of Behavior Ajzen adalah Mahasiswa Sebagai
Individu Dewasa Muda. Dalam Theory of Planned Behaviorniat atau intensi memiliki
tiga komponen, yaitu Attitude Toward Behavior, Subjective Norms,Indirect Perceived
Behavioral Control, danDirect Perceived Behavioral Control (Fishbein & Ajzen, 1975).
Keempat komponen tersebut menjadi indikator dalam menentukan mahasiswa memiliki
intensi atau niat untuk berprestasi atau tidak.
-
5/19/2018 Kelompok 2 Teori Fishbein Ajzen
14/14
Daftar pustaka
Machfoedz, Ircham dan Eko Suryani. 2007.Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.
Shim, Terence A. 2003.Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu.
Diterjemahkan oleh Revyani Sjahrial dan Dyah Anikasari. Jakarta : Erlangga.
Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality, and Behavior. Edisi kedua, New York: Open
University Press.
Anwar, Khairul, Abu Bakar, & Harmaini. 2005. Hubungan antara Komitmen Beragama dengan
Intensi Prososial Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau, dalamJurnal Psikologi,
Volume 1, Nomor 2, Desember 2005, Pekan Baru: Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif
Kasim Riau.
Chaplin, J.P.. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. cet. ke-9, Penerjemah: Dr. Kartini
Kartono,Jakarta: Rajawali Pers.
Echols, John M., & Hassan Shadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia. cet. ke-25,
Jakarta:Gramedia.
Fishbein, Martin, & Icek Ajzen, 1975. Belief, Attitude, Intention, dan Behavior: An
Introductionto Theory and Research. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing
Company
Ajzen, I., Fishbein, M. 1975.Keyakinan, Sikap, Niat, dan Perilaku: Sebuah Pengantar Teori dan
Penelitian Reading. MA:. Addison-Wesley.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/49970/I11dtr_BAB%20II%20Tinjauan%
20Pustaka.pdf?sequence=6