kelompok 2 (reklamasi lahan)

Upload: niken-dewi-nagarana

Post on 10-Jul-2015

396 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

REKLAMASI LAHAN Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Salah satu tujuan utama reklamasi adalah pemulihan lahan yang terganggu (Kartosudjono, 1994). Perencanaan reklamasi ini perlu dikaitkan dengan rencana tata guna lahan. Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga menyebabkan penurunan mutu lingkungan, berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam dan membahayakan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Kegiatan seperti pembukaan hutan, penambangan, pembukaan lahan pertanian dan pemukiman, bertanggung jawab terhadap kerusakan ekosistem yang terjadi. Akibat yang ditimbulkan antara lain kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi buruk, seperti contohnya lapisan tanah tidak berprofil, terjadi bulk density (pemadatan), kekurangan unsur hara yang penting, pH rendah, pencemaran oleh logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta penurunan populasi mikroba tanah. Untuk itu diperlukan adanya suatu kegiatan sebagai upaya pelestarian lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara merehabilitasi ekosistem yang rusak. Dengan rehabilitasi tersebut diharapkan akan mampu memperbaiki ekosistem yang rusak sehingga dapat pulih, mendekati atau bahkan lebih baik dibandingkan kondisi semula (Rahmawaty, 2002). Reklamasi dibutuhkan dalam jangka waktu yang lama agar material tanah cocok atau sesuai secara alami untuk penanaman pohon tanpa teknik rancangan timbunan yang manal, penyusunan timbunan yang sempurna (disesuaikan dengan urutan horisonnya), dan penempatan lapisan permukaan tanah (top soil). Reklamasi lahan bekas tambang memang cukup mahal jika lokasi memerlukan penataan timbunan yang sempurna untuk mengurangi kemiringan yang terjal. Tujuan akhir dari rencara reklamasi adalah untuk menstabilkan permukaan tanah sambil menyediakan kondisi fisik yang menunjang agar terbentuknya Suatu komunitas spesies tumbuhan asli yang beragam dan sama dengan lingkungan hutan primer. Areal yang terbuka dan terganggu direklamasi secara progresif.

2

Strategi penanaman kembali dilaksanakan untuk menstabilkan lahan terganggu dan meminimalkan erosi, karena kalau tidak demikian akan memperburuk mutu air permukaan.

A. Prosedur Reklamasi (Reclamation Procedures) Terdapat beberapa teknik dalam prosedur reklamasi diantaranya konservasi topsoil, aplikasi topsoil, aplikasi material lain, hydraulic seeding (pembenihan hidrolik), dan re-vegetasi 1. Konservasi Topsoil (Topsoil Conservation) Di bawah ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam pengembangan skema reklamasi tanah khususnya dalam konservasi top soil diantaranya: 2. Aplikasi Topsoil (Humus) Kadang kadang, dapat memungkinkan untuk meniadakan lapisan atas dari tanah yang baik menyebar melalui area lain dimana tanah telah berkurang. Prosedur ini dapat memberikan perkembangan penuh dan tanah subur dari struktur dan tekstur yang baik. Secara umum, penetapan dan pertumbuhan dari tanaman ketika humus digunakan sebagai material penutup yang memuaskan, biasanya dengan penambahan pupuk. Akan tetapi, selalu ada batasan pada kedalaman humus yang dapat digunakan. Lapisan bawah akan menjadi bagian dari zona akar dari tanaman dan karakteristik mereka, karena itu, tidak dapat diabaikan seluruhnya. Jika mereka beracun atau tidak dapat larut, akar akan ditempatkan pada humus. 3. Aplikasi Material Lain Teknik ini adalah berdasarkan pada ide menggunakan beberapa produk limbah untuk menangani dengan masalah disebabkan oleh lainnya (1). Bahkan, ada banyak produk limbah yang menjadi media baik untuk pertumbuhan tanaman, seperti saluran pembuangan, kompos jamur, pupuk halaman pertanian dan kotoran babi, limbah rumah tangga, abu bahan bakar, dan limbah tambang

3

Keputusan tentang penggunaan lahan utama (dalam kaitannya dengan lingkungan, kebutuhan sosial, kembali keuangan, pengerjaan ulang yang memungkinkan, persyaratan perencanaan)

Desain operasi (orientasi dumps, penyebaran overburden, bentuk penggalian, landscape akhir)

Penilaian dari situs dan substrat (iklim, sifat fisik, kesuburan, toksisitas)

perumusan tujuan ekologis untuk reklamasi (dalam kaitannya dengan penggunaan lahan utama)

Pengembangan program ameriolation (pupuk, pupuk organik, agen stabilisasi, limbah beracun, bawah tanah, tanah, jika tersedia)

Situs persiapan (recontouring, drainase, aplikasi amelioran)

Pengembangan benih campuran (rumput, kacang, rempah-rempah lainnya, benih bebas dan belukar) )

pembenihan (pilihan metode)

Pemantauan (pertumbuhan tanaman dan perkembangan tanah)

Gambar 1. Skema Reklamasi Tanah dalam Konservasi Topsoil.Perawatan tanaman (pohon, belukar dll.) Penambahan(pupuk, pemotongan rumput)

4

kimia. Material ini, meskipun dari sumber berbeda, adalah sama dengan pengertian menjadi tidak beracun dan menyimpan nutrien dan air. 4. Pembenihan Hidrolik (Hydraulic Seeding) Hydraulic seeding atau hydro-mulching adalah teknik yang terdiri dari menyebarkan benih dan nutrien diatas tanah dalam bentuk slurry (kotor). Biasanya benih ditempatkan pada larutan cair yang dapat disebarkan diatas jarak lima puluh meter atau lebih dari mesin yang tidak harus melewati tanah. Ketika benih mencapai permukaan tanah dibawa kedalam crevices (celahan tanah) oleh larutan. Agar larutan tepat dicampurkan, bentukan starch (kanji/zat tepung) atau emulsi berbasis minyak ditambahkan untuk meningkatkan viskositas dari campuran. Bahan ini juga memainkan peran dalam memperbaiki adhesi dari benih pada tanah ketika mencapai tanah. Nutrien yang sesuai diberikan baik dengan pupuk atau oleh pupuk cair harus juga ditambahkan untuk mencegah tanaman muda dari gagal untuk menetapkan dikarenakan kondisi tanah yang kurang mendukung. 5. Re-vegetasi Salah satu dari komponen paling umum semua skema reklamasi adalah penetapan dari vegetasi. Tanah secara drastis terganggu oleh aktivitas antropogenik sering sulit untuk revegetate karena lapisan tanah telah dipadatkan pada tingkatan dimana akar tanaman tidak mampu untuk menetrasi mereka

B. Penilaian Masalah Saat ini kewaspadaan terhadap kondisi sumber daya alam semakin lama semakin meningkat. Di banyak negara, ada perhatian khusus mengenai perlindungan terhadap sumber daya alam sebagai gantungan hidup makhluk hidup. Di antara sumber daya alam, tanah merupakan salah satu yang terpenting. Reklamasi, dalam arti luas berarti memodifikasi karakteristik-karakteristik fisik, kimia, dan biologi tanah untuk mengembalikan kemampuan tanah dengan memerhatikan kondisi lingkungan. Tanah dapat kehilangan kemampuannya sebagai media tanam atau hal lainnya secara alami atau oleh karena ulah manusia.

5

Dalam beberapa kasus, kita berurusan dengan ekosistem yang mengalami prosesproses biologis yang bersiklus. Proses-proses ini perlu dipulihkan supaya keadaannya menjadi ideal kembali untuk menjadi kesatuan ekosistem tanah, tanaman, dan hewan. Bagaimanapun juga, tanah adalah sistem biologis yang kompleks yang terbentuk dalam periode waktu yang panjang. Apabila ingin memperbaiki keadaan tanah, hal yang perlu diketahui adalah bahwa tanah berfungsi secara fisik, kimia, dan bioligis. Selain itu, pengertian mengenai interaksi antara tanah dan organisme-organisme yang hidup bergantung pada tanah perlu dimiliki. Perbaikan tanah memerlukan wakru yang cukup lama karena prosesnya tergantung pada kondisi awal dan juga kondisi alam. Metode-metode terkini dapat melancarkan usaha perbaikan tanah. Kuncinya adalah identifikasi dan koreksi terhadap masalah yang menyebabkan tanah terdegradasi. Drainase pada lahan basah, perbaikan lahan yang mengandung garam, perbaikan pada lahan yang dipenuhi sampah, dan perbaikan pada lahan pasang surut semuanya adalah usaha-usaha reklamasi tanah. Dalam beberapa kasus, usaha-usaha tersebut tidak membawa kepada perbaikan total. Di samping itu, proses perbaikan secara alami terus berlangsung. Gambar berikut menunjukkan langkah-langkah perencanaan dalam usaha reklamasi tanah.

6

Sumber Daya Alam Tidak Digunakan Digunakan Tetap Alami Penggunaan A Penggunaan B Pemukiman Imdustri Olahraga Vegetasi Rekreasi Hutan Pertanian

Ditinggalkan Tidak Direklamasi Pembuangan Sampah Direklamasi Kawasan Konservasi Rekreasi

Gambar 2. Langkah-Langkah Reklamasi Lahan. C. Lahan Basah (Wet Soils) Masalah Dalam istilah umum, lahan basah berarti tanah yang dominan mengandung air. Lahan basah juga adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Lahan basah berada di daratan dan menempati posisi peralihan antara sungai atau danau dan tanah darat (uplands), ditemukan di depresi, dan cekungancekungan di bagian terendah pelembahan sungai, di dataran banjir sungai-sungai besar, dan di wilayah pinggiran danau. Mereka tersebar di dataran rendah, dataran berketinggian sedang, dan dataran tinggi. Lahan rawa yang tersebar di dataran berketinggian sedang dan dataran tinggi, umumnya sempit atau tidak luas, dan terdapat setempat-setempat. Lahan rawa yang terdapat di dataran rendah, baik

7

yang menempati dataran banjir sungai maupun yang menempati wilayah dataran pantai, khususnya di sekitar muara sungai-sungai besar dan pulau-pulau deltanya adalah yang dominan. Prosedur Reklamasi Konservasi diartikan sebagai tindakan pencegahan terhadap terjadinya proses degradasi lahan pertanian. Sedangkan rehabilitasi merupakan upaya meningkatkan kembali produktivitas lahan yang sebelumnya telah mengalami degradasi. Apabila dibandingkan dengan lahan sawah maupun lahan kering, lahan basah lebih memerlukan upaya konservasi, dan kehati-hatian dalam mengelolanya. Menurut Widjaja-Adhi et al. (1992), lahan basah tergolong ekosistem yang tidak saja marginal tetapi juga fragil atau rapuh, sehingga untuk menjadikannya produktif diperlukan perencanaan yang teliti, pemanfatan dan penerapan teknologi yang sesuai, serta pengelolaan tanah dan air yang tepat. Drainase Permukaan Pada umumnya jaringan pembuang direncanakan untuk mengalirkan kelebihan air secara gravitasi. Pembuangan kelebihan air dengan pompa biasanya tidak layak dari segi ekonomi. Pembuangan air di daerah datar dan daerah pasangsurut yang dipengaruhi oleh fluktuasi muka air di laut, sangat tergantung pada muka air sungai, saluran atau laut yang merupakan outlet dari pembuang. Muka air di outlet ini sangat penting dalam perencanaan bangunan-bangunan khususnya di lokasi ujung saluran pembuang, misalnya pintu klep otomatis (flape gate) yang menutup selama muka air tinggi untuk mencegah air masuk ke areal drainase dan membuka kembali pada waktu muka air rendah. Sistem Paralel Dalam sistem singular masing-masing pipa drainase mempunyai outlet yang masuk ke parit kolektor. Dalam sistem komposit air dari pipa lateral masuk ke pipa kolektor. Pola pada sistem komposit dapat berbentuk tipe paralel atau gridiron. Sistem ini merupakan pola yang teratur yang cocok untuk lokasi yang homogen.

8

Gambar 3. Drainase Sistem Paralel. Sistem Random Untuk mengeringkan lahan-lahan basah yang terisolasi dapat dilakukan dengan suatu sistem yang random (acak). Sistim ini biasa disebut sebagai sistim drainase pipa random.

Gambar 4. Drainase Sistem Random. D. Salinitas Tanah (Saline Soils) Masalah Salinitas tanah berkaitan dengan konsentrasi tinggi dari garam terlarut dalam lengas tanah pada daerah perakaran. Konsentrasi garam terlarut yang tinggi ini menyebabkan tekanan osmotik yang tinggi sehingga mempengaruhi

9

pertumbuhan tanaman dengan cara menghambat pengisapan air oleh akar. Pada tanah dengan konsentrasi Na yang tinggi (alkalinitas) biasanya disertai dengan pH tinggi (pH > 9) juga mempengaruhi kondisi fisik tanah akibat dari dispersi partikel liat. Hasilnya adalah struktur tanah yang jelek. Hal ini akan mengurangi laju infiltrasi dan perkolasi tanah dan juga mengurangi laju difusi gas.

Pengaruh utama salinitas pada pertumbuhan dan produksi tanaman adalah: Perkecambahan benih akan terhambat Secara fisiologis tanaman akan kering dan layu Pertumbuhan tanaman terhambat, daun kecil, ruas pendek dan percabangan sedikit. Daun berwarna hijau kebiruan Pembungaan terhambat, biji lebih kecil Sebagai akibatnya produksi juga akan berkurang. Tabel 1. Produksi Jagung (kg/ha) Dalam Kaitannya Dengan Kondisi Drainase dan Pemupukan. Pemupukan NO3 NH4Tanpa-

Baik 2.800 3.320 2.843

Kondisi Drainase Sedang 2.036 1.895 931

Buruk 1.190 591 249

Toleransi tanaman terhadap salinitas dinyatakan dengan konduktivitas listrik ekstrak jenuh tanah atau EC(e) dalam mmhos/cm di daerah perakaran tanaman. Berdasarkan percobaan di lapangan beberapa tanaman seperti gandum, padi, oat dan rye tahan pada EC(e) = 4 - 8 mmhos/cm. Tanaman lainnya seperti kapas, sayuran, kurma tahan pada EC(e) = 8 - 16 mmhos/cm. Beberapa pengarang menyatakan salinitas dalam satuan dS/m (desiSiemens/m). Konversi satuan ini dS/m = mS/cm (miliSiemens/cm = mmhos/cm). Untuk padi:

10

Jika EC(e) kurang dari 4, maka perkiraan kehilangan hasil tanaman kurang

dari 10% Jika EC(e) lebih dari 4, maka perkiraan kehilangan hasil tanaman 10-20% Jika EC(e) lebih dari 6, maka perkiraan kehilangan hasil tanaman 20-50% Jika EC(e) lebih dari 10, maka perkiraan kehilangan hasil tanaman lebih

dari 50% Untuk tanaman lain: tanaman yang sensitif (seperti pepaya, mangga dan pisang) akan terpengaruh pada nilai EC(e) sekitar 2, dan tanaman yang toleran (misalnya kelapa, asam) hanya akan terpengaruh pada nilai 8-10 atau lebih. Tabel 2. Toleransi Salinitas Tanah pada pH pada Berbagai Jenis Tanaman. Salinitas (mmhos/cm) pada Tanaman 0 Buncis Cabai Jagung Kacang Tanah Kedelai Kelapa Nenas Padi Sawit Semangk a Tomat2,5 2,5 0,5 2,5 2,5 2,5 0,5 2,5 0,5 2,5 2,5

pengurangan produksi (%) 10 25 503,5 3,3 1 3,5 3,3 3,5 1 3,5 1 3,3 3,5 5 4,4 2 5 4,4 5 2 5 2 4,4 5 7,6 6,3 3 7,6 6,3 7,6 3 7,6 3 6,3 7,6

pH 10012,5 10 8 12,5 10 12,5 8 12,5 8 10 12,5

Kisaran Optimum5 - 8,2 5 - 8,2 3,5 - 7,5 5 - 8,2 5 - 8,2 5 - 8,2 3,5 - 7,5 5 - 8,2 3,5 - 7,5 5 - 8,2 5 - 8,2 6 - 7,5 5,6 - 7,6 5 - 7,5 6 - 7,5 5,6 - 7,6 6 - 7,5 5 - 7,5 6 - 7,5 5 - 7,5 5,6 - 7,6 6 - 7,5

Prosedur Reklamasi Penggunaan Air Bersih Air bersih adalah satu-satunya unsur penting untuk desalinisasi. Tabel 3 berikut ini memperlihatkan jumlah air infiltrasi yang dibutuhkan untuk pencucian (catatan: BUKAN HUJAN, karena sebagian di antaranya hilang melalui evaporasi, yang dapat mencapai 1.500 mm per tahun di wilayah ini, dan/atau

11

aliran permukaan) yang dibutuhkan untuk dapat mencapai EC(e) di bawah 4 dari nilai-nilai EC(e) sebelumnya. Dengan curah hujan yang tinggi di Propinsi Aceh (1.600 mm per tahun di Banda Aceh, 2.000 mm di Aceh Timur dan 3.500 mm di Aceh Barat), hasilnya cukup positif. Bagaimanapun juga, pastikan bahwa air tersebut benar-benar melewati zona perakaran untuk melaksanakan fungsinya. Sebagai tambahan, beberapa wilayah di pantai timur pada kenyataannya cukup kering, sehingga dibutuhkan pendekatan yang lebih teliti. Tabel 3. Air yang Dibutuhkan untuk mencapai EC(e) = 4 pada zona perakaran (kedalaman 20 cm). Nilai Awal EC(e) (mS/cm) 10 15 20 25 30 Infrastruktur Drainase yang Baik Drainase yang baik sama pentingnya dengan air bersih untuk mencuci secara efektif garam dari suatu lahan. Kecuali jika daya serap alami tanah dan kondisi drainase yang baik memungkinkan terjadinya perkolasi air dan drainase dari lahan, pencucian mungkin merupakan satu-satunya cara yang berhasil walaupun tidak seluruhnya, sekalipun dengan menggunakan air berkualitas baik. Secara ideal, membersihkan endapan lumpur debu pada saluran drainase merupakan faktor penting lainnya dari proses rehabilitasi. Memperbaiki kondisi drainase permukaan dengan cara menggali saluran di lahan sawah adalah alternatif yang efektif. Penggelontoran secara cepat, dengan atau tanpa pencampuran juga dapat dipertimbangkan untuk kondisi-kondisi tertentu. Untuk tanaman-tanaman lahan kering bernilai ekonomi yang ditanaman dalam kondisi basah, pembuatan bedengan sangat direkomendasikan untuk menjamin kodisi yang paling cocok bagi akar tanaman. Sumber Air Bersih Air yang Dibutuhkan (mm) 315 430 540 650 765

12

Dalam konteks kualitas, air bersih diartikan sebagai air dengan daya hantar listrik rendah, dan memiliki nilai EC yang kurang dari 0,5 mS/cm. Air yang memiliki nilai sampai 2,0 mS/cm juga masih dapat digunakan, tetapi pengaruh pencucian-nya akan lebih rendah. Untuk mengujinya, celupkan elektroda (EC meter) ke dalam air tanpa tanah. Air hujan adalah yang ideal, karena nilai EC-nya hampir 0. Beberapa pola pemanenan air sederhana juga akan meningkatkan penggunaan air hujan secara efisien. Banyak saluran irigasi di pantai timur, apabila berfungsi, memiliki air dengan kualitas yang baik, tetapi yang terbaik terlebih dulu adalah mengecek nilai EC-nya. Hati-hati menggunakan air dari sumur dangkal, karena air tanah mungkin telah menjadi asin, baik karena genangan akibat tsunami maupun bocoran di bawah permukaan tanah dari tambak-tambak yang terletak di dekatnya: nilai EC-nya mungkin sampai 10 mS/cm atau lebih. Air dari sumur bor mungkin lebih dapat digunakan, tetapi air tersebut lebih dibutuhkan untuk konsumsi manusia (air minum) selain juga biaya pemompaannya yang lebih mahal. Menghancurkan Lapisan Liat atau Debu dengan Pencampuran Satu pilihan yang efektif untuk mempercepat pencucian garam adalah menghancurkan lapisan permukaan dengan pengolahan tanah, baik dengan atau tanpa mencampur bagian permukaan tersebut dengan tanah di bawahnya. Untuk lahan kering, hal ini akan meningkatkan perkolasi. Untuk lahan sawah, pencampuran akan secara aktif melepaskan garam ke dalam air, yang kemudian permukaan. harus Pada dibuang kawasan dengan sawah cara penggelontoran ini dapat tadah-hujan,

dilakukan selama musim kemarau ketika tanah lebih keras dan pekerjaannya menjadi lebih mudah, antara lain untuk membantu proses pencucian pada saat musim hujan berikutnya mulai. Gypsum

13

Gypsum menggantikan ion sodium dalam tanah dengan kalsium, dan sebagai akibatnya secara aktif membuang sodium dan meningkatkan perkolasi tanah. Pilihan ini dapat diaplikasikanhanya ketika pH tanah lebih tinggi dari 8,5 (misalnya tanah sodik) dan jika cara mekanis sederhana tidak efektif menghancurkan lapisan padat liat/debu. Gypsum tersedia di Aceh dan harganya bervariasi antara $ 100 sampai $ 200 (sekitar Rp. 1.000.000,00 Rp. 2.000.000,00) untuk kebutuhan per hektar.

Upaya-upaya Tambahan Beberapa teknik seperti sistem tanam, pupuk dan pengelolaan air yang tepat dapat mambantu menurunkan salinitas tanah, tetapi tidak satu pun di antaranya yang bisa menggantikan cara pencucian dengan menggunakan air bersih. Tanaman AlternatifTanaman yang toleran terhadap garam mungkin dapat menjadi pilihan praktis selama proses rehabilitasi. Berikut ini adalah daftar singkat dari tanaman-tanaman yang toleran terhadap garam. Namun demikian, perlu dipertimbangkan bahwa memperkenalkan tanaman baru tidaklah mudah. Evaluasi secara teliti menyangkut kemampuan adaptasi, pasar dan hambatan-hambatan teknis harus dihindarkan, dan saran dari para ahli sangat dibutuhkan. Berikut adalah daftar tanaman yang memiliki toleransi tinggi/sedang terhadap garam:

Tabel 4. Daftar Tanaman Yang Memiliki Toleransi Tinggi atau SedangTerhadap Garam.

14

15

E. Tidal Soils (Tanah Pasang Surut) Masalah Tanah di area pesisir, bersama batas sungai, di muara, dan teluk dan di reclaimed land tanah yang dimanfaatkan/digarap (dengan cara mengeringkan tanah-tanah rawa, pasang surut, dsb) dari laut terbuka adalah disubjekan pada beragam tingkat dari luapan dan kerusakan drainase yang meluas, tergantung pada peningkatan dan pengeksposan tempat pada tanah pasang surut. Tindakan gelombang dapat menyebabkan erosi dalam beberapa wilayah dan deposisi dari tanah, dibuat lumpur, tanah liat di yang lainnya. Usaha selama berabad-abad telah untuk menyelamatkan bagian dari area pesisir dari laut dan

mengembalikan mereka pada lahan produktif. Dalam hal ini, mungkin, proyek paling terkenal dalam impoldering dari bekas Zuiderzee di Belanda, yang mulai pada tahun 1920an dan terus hingga hari ini. Prosedur Reklamasi Reclamation dan drainase dari tidal soils adalah sangat berhubungan. Bahkan, selama tahap awal dari proses, mereka sebagian besar sinonim. Dalam tanah dataran rendah pesisir pantai dari area interior diblok secara sementara oleh air pasang yang tinggi ketika tidak mempunyai outlet bebas pada laut. Maka, dalam area ini, pengeringan air dimasukan ke kolam (disimpan) dua kali sehari dalam saluran drainase dan area rendah perbatasan. Air ini mungkin segar, asin atau campuran dari keduanya, tergantung pada bahan hidrolik antara air laut dan air kolam. Tujuan dasar dari reclamation di wilayah ini adalah untuk mencegah air laut dari bergerak ke arah darat selama pasang tinggi dan untuk mencegah pembuangan penyimpanan air segar selama periode pasang rendah. Proses Pematangan Tanah Pematangan tanah dari deposit cairan segar mulai dengan kehilangan ekses air dari lumpur, dengan evaporasi dan drainase. Pengukur air turun dan tanah diatas permukaan phreatic menjadi terekspos pada kekuatan kapiler yang mendorong partikel tanah kedalam susunan pengepakan lebih dekat. Ini menghasilkan

16

pengurangan volume tanah, subsidence, dan pada akhirnya, perkembangan struktural dari tanah. Bersama, proses ini terdiri dari pematangan fisik dari tanah. Proses pematangan normalnya dimulai berkembang ke kimia dan biologis terjadi di permukaan dan perlahan lapisan tanah lebih dalam. Pada waktu yang sama, perubahan dalam tanah (secara berurutan disebut sebagai

pematangan kimia dan biologis). Pematangan kimia terdiri dari proses oksidasi dan penyesuaian dalam komposisi kation dari penyerapan kompleks. Pematangan biologis melibatkan perkembangan dari kehidupan mikrobial aerobik dalam tanah. Selama tahap pertama dari proses pematangan, pengadaan hidrolik dari tanah biasanya sangat rendah dan hanya pengeringan buatan mempertahankan permukaan bersih dari air kolam. Maka, sistem paling sesuai adalah paralel field ditches/lahan parit, dengan jarak susunan 10 m atau lebih. Lahan parit harus didalamkan secara bertahap, dalam paralel dengan kemajuan dari pematangan. Diawali dengan kedalaman 30-40 cm, kedalaman 60-70 cm normalnya dicapai dalam periode sekitar lima tahun. Pada saat pematangan awal telah mencapai kedalam subtanah (sebagai contoh pada sekitar 60-70 cm dalamnya) pipa kering juga bisa dipasang. Dalam cara ini, selama periode hujan, kelebihan air hujan mengalir secara vertikal melalui celahan dan kemudian mengalir secara lateral, dalam lapisan yang tidak dapat larut menjadi tidak matang, pada parit dan kemudian menuju pipa. Ruang digunakan tergantung sekali pada perubahan dari nilai pengadaaan hidrolik selama perkembangan dari proses pematangan. Ketika jumlah yang baik dari celahan pematangan ditetapkan, ruang jarak hingga lebih dari 30 50 m dapat digunakan. Pantai Pasir dan Bukit Pasir Pasir pesisir merupakan sumber daya berharga yang tidak hanya untuk kepentingan mereka sendiri sebagai negara terbuka liar dengan vegetasi yang menarik, tetapi juga sebagai bagian dukungan untuk pantai dan fasilitas resort lainnya. Baru-baru ini telah mengalami tekanan besar dari kegiatan pertambangan dan rekreasi.

17

Bukit pasir umumnya terbuat dari partikel silika hampir entirelyof dan biasanya kurang dalam air, bahan organik, dan nutrisi. Selain itu, mereka tidak stabil dan pergeseran di bawah pengaruh angin dan ombak. Ketika daerah bukit pasir sedang direklamasi, langkah pertama adalah untuk memastikan perlindungan dari erosi laut, dengan layar gelombang atau groines. Pada saat yang sama, vegetasi asli harus dibangun kembali di tempattempat itu yang telah dihapus atau dihancurkan. Pengalaman dari berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa, pada tahun pertama, sekitar 100 kg / ha nitrogen dan 25 kg / ha fosfor (diberikan dalam dua atau tiga aplikasi) adalah keharusan. Dimana tidak penting untuk membangun kembali vegetasi asli, perhatian harus difokuskan pada semak, terutama kacangkacangan, yang tumbuh dengan cepat dan dapat bertindak sebagai releasers lambat nutrisi untuk penanaman pohon berikutnya. Degradasi Tanah Degradasi tanah adalah sebuah fenomena yang terjadi pada kawasan lahan kering baik yang diusahakan untuk budidaya tanaman maupun dalam keadaan terlantar. Kantong-kantong petani miskin terdapat dikawasan ini dan marginalisasi lahan akan berkecenderungan terjadi terus menerus mengingat pengelolaan oleh petani dikawasan ini menggunakan input usaha tani dan teknologi pengelolaan yang rendah. Keadaan tanah seperti pada jenis tanah Ultisol/Latosols yang merupakan bagian terbesar dari lahan kering yang terdapat di Indonesia mempunyai tingkat kesuburan yang rendah, namun masih mempunyai potensi untuk dipulihkan atau ditingkatkan produktivitasnya. Lingkaran setan kecenderungan terjadinya degradasi lahan ini harus dipotong, sehingga dapat diupayakan rehabilitasinya. Upaya rehabilitasi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kesuburan tanahnya yaitu peningkatan kandungan hara N, P dan K melalui penambahan bahan amelioran organik. Peningkatan kandungan hara ini adalah sangat penting mengingat N, P dan K merupakan bagian dari input usaha tani dalam bentuk pupuk Urea, SP36 atau KCl yang selama ini diakses oleh petani untuk pemupukan. Dengan memanfaatkan bahan organik yang tersedia melimpah seperti jerami dan gambut untuk ameliorasi lahan terdegradasi diharapkan

18

kesuburan tanah dapat meningkat dan selanjutnya produktivitasnya menjadi meningkat pula. Dari hasil penelitian upaya rehabilitasi tanah dengan pemberian bahan amelioran jerami dan gambut nyata meningkatkan kualitas tanah seperti : N, P2O5, dan K2O tanah. Pemberian jerami sebanyak 40 ton/ha meningkatkan kandungan N, P205 dan K20 tanah tertinggi yaitu berturut-turut hingga mencapai sebesar 51,5 %; 2.827,3 %; dan 178 %. Pemberian bahan amelioran jerami pada tanah terdegradasi meningkatkan perbaikan kondisi tanah yang lebih baik dibandingkan pemberian bahan amelioran gambut. Usaha rehabilitasi tanah terdegradasi dengan penambahan bahan amelioran jerami ataupun gambut berimplikasi langsung terhadap substitusi pupuk N, P dan K yang selama ini masih sulit diakses oleh petani dikawasan lahan kering marginal. Selain itu pemberian amelioran dari bahan organik juga dapat memecahkan penanganan permasalahan permasalahan lingkungan kesuburan yaitu dapat membuka peluang dengan lahan terdegradasi

mempertimbangkan ketersediaan sumber bahan amelioran sekaligus pemecahan masalah penanganan limbah pertanian (jerami), limbah peternakan (kotoran ayam) dan lahan gambut terlantar.

19

DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1983. Pcngawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Faperta, IPB. Bogor. Iskandar dan Soebagyo. i 993. Pedoman Reklamasi Lahan Bakas Tambang. Departemen Pertambangan dan Energi, Ditjen Pertambangan Umum. Jakarta. Johnson,C.D. dan J.G. Skousen, 1995. Minesoil Properties of 15 Abandoned Mineland Sites in West Virginia. Journal of Environmental Quality_ 24:635642. Yani Mohamad. Penanaman 2005. Reklamasi Lahan Bekas Pertambangan dengan Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn)

http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40442/1/Reklamasi %20Lahan%20Bekas%20Pertambangan.pdf Soewandita, Hasmana. 2010. Pemulihan Hara N, P Dan K Pada Tanah Terdegradasi Dengan Penambahan Amelioran Organik (Kasus pada Latosols Coklat Kemerahan di Sukabumi) http://www.iptek.net.id/ind/? mnu=8&ch=jsti&id=131

20

TUGAS MATA KULIAH REHABILITASI LAHAN Reklamasi Lahan

Oleh: Kelompok 2 Ayu Qurotul Aini (240110070024) Okky Yuda (240110070045)

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

21

2011