kelompok 1 epistimologi

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rasionalisme adalah sebuah pandangan yang beranggapan bahwa akal atau pola pikir manusia merupakan sumber bagi pengetahuan, pembenaran, serta landasan dalam bertindak dan melakukan sesuatu. Golongan rasionalis memulai dengan sebuah pernyataan aksioma dasar (sesuatu yang dianggap berharga dan benar tanpa adanya pembuktian) yang dipakai untuk membangun sistem pemikirannya, kemudian diturunkan dari ide yang dianggap jelas, tegas, dan pasti dalam pemikiran manusia. Sedangkan empirisme adalah sebuah pandangan dimana pengalaman adalah adalah sumber didapatnya pengetahuan dan ide dibentuk berdasarkan abstraksi penggabungan dari apa apa saja yang pernah dialami manusia, golongan empirisme lebih mengutamakan contoh konkrit dari pembuktian sesuatu. Rasionalisme dan Empirisme juga berkaitan dengan pembelajaran. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang selalu ingin tahu dan sifat keingintahuan itulah yang menimbulkan hasrat untuk belajar atau mempelajari sesuatu. Dalam proses pembelajaran dibutuhkan berbagai komponen seperti materi, metode dan lain sebagainya. Dalam menentukan metode pembelajaran dibutuhkan pengetahuan dan penguasaan tentang materi yang akan di 1

Upload: saifuru-amari

Post on 21-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

epistemologi pendidikan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangRasionalisme adalah sebuah pandangan yang beranggapan bahwa akal atau pola pikir manusia merupakan sumber bagi pengetahuan, pembenaran, serta landasan dalam bertindak dan melakukan sesuatu. Golongan rasionalis memulai dengan sebuah pernyataan aksioma dasar (sesuatu yang dianggap berharga dan benar tanpa adanya pembuktian) yang dipakai untuk membangun sistem pemikirannya, kemudian diturunkan dari ide yang dianggap jelas, tegas, dan pasti dalam pemikiran manusia. Sedangkan empirisme adalah sebuah pandangan dimana pengalaman adalah adalah sumber didapatnya pengetahuan dan ide dibentuk berdasarkan abstraksi penggabungan dari apa apa saja yang pernah dialami manusia, golongan empirisme lebih mengutamakan contoh konkrit dari pembuktian sesuatu. Rasionalisme dan Empirisme juga berkaitan dengan pembelajaran. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang selalu ingin tahu dan sifat keingintahuan itulah yang menimbulkan hasrat untuk belajar atau mempelajari sesuatu. Dalam proses pembelajaran dibutuhkan berbagai komponen seperti materi, metode dan lain sebagainya.Dalam menentukan metode pembelajaran dibutuhkan pengetahuan dan penguasaan tentang materi yang akan di ajarkan supaya materi yang disampaikan tapat dan mengena pada peserta didik. Untuk menguasai materi yang akan disampaikan tentunya membutuhkan usaha untuk memahaminya dengan berpikir, disinilah rasionalisme berperan, sedangkan dalam menetapkan metode yang tepat diperlukan pemahaman tentang karakteristik peserta didik dan pengalaman mengajar. Dengan adanya pengetahuan tentang materi, serta pemahaman terhadap peserta didik dan pengalaman mengajar akan memudahkan pengajar membuat metode mengajar yang tepat, variatif, inovatif dan mengasyikan bagi peserta didik.Hal diatas sangat berkaitan dengan teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan sendiri adalah studi terkait pemecahan masalah belajar, sedangkan masalah belajar yang banyak terjadi di indonesia kebanyakan terletak pada pengajar dan peserta didiknya. Bila masalah pada pengajar seperti kurang berkompetensi, kurang memahami materi, kurang inovatifnya metode mengajar ini teratasi maka akan lebih memudahkan dan membuat peserta didik nyaman dan berkonsentrasi pada materi yang diajarkan. Dengan pengetahuan berbagai teori seperti pemusat perhatian, pemahaman tentang desain pesan, dan bagaimana dan kapan harus menggunakan media yang efektif dan efisien dan pengalaman dalam mengajar (mengetahui karakteristik peserta didik) maka pengajar akan lebih mudah membuat metode mengajar yang pas dengan karakteristik peserta didik sehingga timbul semangat belajar dan hilangnya rasa bosan, mengantuk dan hal lain yang menghambat proses mencapai tujuan dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah pada penulisan ini adalah:1. Apa yang dimaksud dengan rasionalisme ?2. Apa yang dimaksud dengan empirisme ?3. Apa yang dimaksud teknologi pembelajaran (pendidikan) ?4. Bagaimana keterkaitan antara paham rasionalisme dan empirisme dengan ilmu teknologi pembelajaran ?

C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan pada penulisan ini adalah:1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan rasionalisme.2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan empirisme.3. Mengetahui apa yang dimaksud teknologi pembelajaran (pendidikan).4. Mengetahui keterkaitan antara paham rasionalisme dan empirisme dengan ilmu teknologi pembelajaran.

BAB IIPEMBAHASAN

A. RasionalismeSecara etimologis menurut Bagus (2002), rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalims, dan menurut Edwards (1967) kata ini berakar dari bahasa Latin ratio yang berarti akal, Lacey (2000) menambahkan bahwa berdasarkan akar katanya rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegang bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Kaum Rasionalisme mulai dengan sebuah pernyataan aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia.Dalam pembahasan tentang suatu teori pengetahuan, maka Rasionalisme menempati sebuah tempat yang sangat penting. Paham ini dikaitkan dengan kaum rasionalis abad ke-17 dan ke-18, tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan Wolff, meskipun pada hakikatnya akar pemikiran mereka dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya Plato, Aristoteles, dan lainnya. Paham ini beranggapan, ada prinsip-prinsip dasar dunia tertentu, yang diakui benar oleh rasio manusia. Dari prinsip-prinsip ini diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat tentang dunia.Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi manusia dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip ini. Prinsip-prinsip tadi oleh Descartes kemudian dikenal dengan istilah substansi, yang tak lain adalah ide bawaan yang sudah ada dalam jiwa sebagai kebenaran yang tidak bisa diragukan lagi. Ada tiga ide bawaan yang diajarkan Descartes, yaitu:1. Pemikiran; saya memahami diri saya makhluk yang berpikir, maka harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.2. Tuhan merupakan wujud yang sama sekali sempurna; karena saya mempunyai ide sempurna, mesti ada sesuatu penyebab sempurna untuk ide itu, karena suatu akibat tidak bisa melebihi penyebabnya.3. Keluasaan; saya mengerti materi sebagai keluasaan atau ekstensi, sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.Sementara itu menurut logika Leibniz yang dimulai dari suatu prinsip rasional, yaitu dasar pikiran yang jika diterapkan dengan tepat akan cukup menentukan struktur realitas yang mendasar. Leibniz mengajarkan bahwa ilmu alam adalah perwujudan dunia yang matematis. Dunia yang nyata ini hanya dapat dikenal melaui penerapan dasar-dasar pemikiran. Tanpa itu manusia tidak dapat melakukan penyelidikan ilmiah. Teori ini berkaitan dengan dasar pemikiran epistimologis Leibniz, yaitu kebenaran pasti/kebenaran logis dan kebenaran fakta/kebenaran pengalaman. Atas dasar inilah yang kemudian Leibniz membedakan dua jenis pengetahuan.Pertama;pengetahuan yang menaruh perhatian pada kebenaran abadi, yaitu kebenaran logis.Kedua;pengetahuan yang didasari oleh observasi atau pengamatan, hasilnya disebut dengan kebenaran fakta.Paham Rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Jadi dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio maka mustahil manusia itu dapat memperolah ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir. Maka berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan. Dan manusia yang berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin banyak manusia itu berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Berdasarkan pengetahuan lah manusia berbuat dan menentukan tindakannya. Sehingga nantinya ada perbedaan prilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sesuai dengan perbedaan pengetahuan yang didapat tadi. Namun demikian, rasio juga tidak bisa berdiri sendiri. Ia juga butuh dunia nyata. Sehingga proses pemerolehan pengetahuan ini ialah rasio yang bersentuhan dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya. Maka dengan demikian, seperti yang telah disinggung sebelumnya kualitas pengetahuan manusia ditentukan seberapa banyak rasionya bekerja. Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas sekitar maka semakin dekat pula manusia itu kepada kesempunaan. Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag menulis dalam bukunya Filsafat Pendidikan yaitu Kualitas rasio manusia ini tergantung kepada penyediaan kondisi yang memungkinkan berkembangnya rasio kearah yang memedai untuk menelaah berbagai permasalahan kehidupan menuju penyempurnaan dan kemajuan Dalam hal ini penulis memahami yang dimaksud penyedian kondisi diatas ialah menciptakan sebuah lingkungan positif yang memungkinkan manusia terangsang untuk berpikir dan menelaah berbagai masalah yang nantinya memungkinkan ia menuju penyempunaan dan kemajuan diri. Karena pengembangan rasionalitas manusia sangat bergantung kepada pendayagunaan maksimal unsur ruhaniah individu yang sangat tergantung kepada proses psikologis yang lebih mendalam sebagai proses mental, maka untuk mengembangkan sumber daya manusia menurut aliran rasionalisme ialah dengan pendekatan mental disiplin, yaitu dengan melatih pola dan sistematika berpikir seseorang melalui tata logika yang tersistematisasi sedemikian rupa sehingga ia mampu menghubungkan berbagai data dan fakta yang ada dalam keseluruhan realitas melalui uji tata pikir logis-sistematis menuju pengambilan kesimpulan yang baik pula.Kesan dan Gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sementara gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan bisa diartikan dengan cerminan dari kesan. Contohnya, jika saya melihat sebuah rumah, maka punya kesan tertentu tentang apa yang saya lihat (rumah), jika saya memikirkan sebuah rumah maka pada saat itu saya sedang memanggil suatu gagasan. Menurut Hume jika sesorang akan diberi gagasan tentang apel maka terlebih dahulu ia harus punya kesan tentang apel atau ia harus terlebih dahulu mengenal objek apel. Jadi menurut Hume jika seandainya manusia itu tidak memiliki alat untuk menemukan pengalaman itu buta dan tuli misalnya, maka manusia itu tidak akan dapat memperoleh kesan bahkan gagasan sekalipun. Dalam artian ia tidak bisa memperoleh ilmu pengetahuan.Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia tidak menciptakannya, tetapi mempelajari lewat pengalaman. Ide tersebut kiranya sudah ada di sana sebagai bagian dari kenyataan dasar dan pikiran manusia. Kaum rasionalis berdalil bahwa karena pikiran dapat memahami prinsip, maka prinsip itu harus ada, artinya prinsip harus benar dan nyata. Jika prinsip itu tidak ada, orang tidak mungkinkan dapat menggambarkannya. Prinsip dianggap sebagai sesuatu yang a priori, dan karenanya prinsip tidak dikembangkan dari pengalaman, bahkan sebaliknya pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau dari prinsip tersebut. Dalam perkembangannya Rasionalisme diusung oleh banyak tokoh, masing-masingnya dengan ajaran-ajaran yang khas, namun tetap dalam satu koridor yang sama.

B. EmpirismeSecara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes, Jhon Locke, Berkeley, dan yang terpenting adalah David Hume.Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah.Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama, dengan cara yang berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan sistem materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum mekanisme. Atas pandangan ini, ajaran Hobbes merupakan sistem materialistis pertama dalam sejarah filsafat modern.Prinsip-prinsip dan metode empirisme pertama kali diterapkan oleh Jhon Locke, penerapan tersebut terhadap masalah-masalah pengetahuan dan pengenalan, langkah yang utama adalah Locke berusaha menggabungkan teori emperisme seperti yang telah diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Penggabungan ini justru menguntungkan empirisme. Ia menentang teori rasionalisme yang mengenai ide-ide dan asas-asas pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia. Menurut dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Menurutnya akal manusia adalah pasif pada saat pengetahuan itu didapat. Akal tidak bisa memperolah pengetahuan dari dirinya sendiri. Akal tidak lain hanyalah seperti kertas putih yang kosong, ia hanyalah menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman. Locke tidak membedakan antara pengetahuan inderawi dan pengetahuan akali, satu-satunya objek pengetahuan adalah ide-ide yang timbul karena adanya pengalaman lahiriah dan karena pengalaman bathiniyah. Pengalaman lahiriah adalah berkaitan dengan hal-hal yang berada di luar kita. Sementara pengalahan bathinyah berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam diri/psikis manusia itu sendiri.Sementara menuru David Hume bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah persepsi. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sementara gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan bisa diartikan dengan cerminan dari kesan. Contohnya, jika saya melihat sebuah rumah, maka punya kesan tertentu tentang apa yang saya lihat (rumah), jika saya memikirkan sebuah rumah maka pada saat itu saya sedang memanggil suatu gagasan. Menurut Hume jika sesorang akan diberi gagasan tentang apel maka terlebih dahulu ia harus punya kesan tentang apel atau ia harus terlebih dahulu mengenal objek apel. Jadi menurut Hume jika seandainya manusia itu tidak memiliki alat untuk menemukan pengalaman itu buta dan tuli misalnya, maka manusia itu tidak akan dapat memperoleh kesan bahkan gagasan sekalipun. Dalam artian ia tidak bisa memperoleh ilmu pengetahuan.

C. Teknologi PendidikanTeknologi pendidikan adalah kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai.Dalam arti sempit teknologi pendidikan adalah media pendidikan, yakni teknlogi yang digunakan sebagai alat bantu dalam pendidikan supaya lebih efektif, efisien dan berhasil guna.Selain dari definisi di atas, saya juga mengutip pengertian dari beberapa ahli yang memberikan pendapat tentang pengertian atau definisi dari teknologi pendidikan. Berikut perkataan menurut para ahli.

(AECT) Association for Educational Communication and TechnologyTeknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terpadu denga melibatkan peralatan, ide, prosedur, orang dan organisasi untuk menganalisis permasalahan, menemukan problem solving, melakukan evaluasi serta mengelola pemecahan masalah yang berkaitan dengan semua aspek belajar manusia.Tom Cutchall (1999)Definisi menurut Cutchal ini sama seperti definisi AECT 1994. Dia menekankan bahwa teknologi pembelajaran merupakan penelitian dan aplikasi ilmu prilaku dan teori belajar dengan menggunakan pendekatan sistem untuk melakukan analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan penggunaan teknologi untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja.Tujuan utamanya adalah pemanfaatan teknologi (soft-technology maupun hard-technology) untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja manusia.Dari banyaknya perngertian di atas dan belum lagi di masukkan pengertian dari buku atau dari referensi yang lain. Manakah pengertian teknologi pendidikan yang terbaik? Pertanyaan yang susah untuk di jawab. Tapi yang terpenting semua pendapat tentang teknologi pendidikan bisa di jadikan referensi dalam belajar. Dan yang terpenting lagi, bagaimana di semua pendidikan Indonesia sudah memadukan teknologi dalam proses pembelajaran, sehingga jangan ada lagi terdengar guru yang gagap teknologi.Di dalam Teknologi Pembelajaran juga memiliki lima kawasan yaitu : kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan dan kawasan penilaian. Kelima kawasan Teknologi Pembelajaran menunjukkan keragaman dari bidang, selain itu kawasan-kawasan tersebut merupakan kesatuan yang komplek, dimana mempunyai suatu tujuan yang berorientasi pada pendekatan sistem pemecahan masalah yang memanfaatkan peralatan, teknik, teori, dan metode dari berbagai banyak bidang pengetahuan.

Tujuan Teknologi PendidikanJika kita telusuri secara mendalam, maka dapat di simpulkan bahwa tujuan teknologi pendidikan secara umum adalah: untuk memecahkan masalah belajar, untuk meningkatkan kinerja pembelajaran. Berikut ulasannya:1. Untuk memecahkan masalah belajarSelama ini belajar adalah sebuah masalah bagi guru dan murid. Banyak murid yang tidak bisa konsentrasi dalam belajar, sehingga ilmu yang di sampaikan oleh guru tidak dapat dicerna oleh murid.Belum lagi di tambah dengan kondisi ruangan yang tidak rapi penataannya.Di lain sisi, ada guru yang mengalami kesulitan dalam mengajar. Sehingga ilmu pengetahuan yang ada pada guru tidak bisa tersampaikan dengan baik kepada murid.Dari problem diatas, maka di harapkan dengan adanya teknologi pendidikan bisa menjawab masalah tersebut.2. Untuk meningkatkan kinerja pembelajaran.Guru mengajar dengan menggunakan kapur memang masih bisa memberikan pemahaman kepada murid. Tapi jika di bandingkan guru menerangkan dengan LCD Proyektor, mana yang lebih efektif? Tentu dengan teknologi LCD Proyektor. Sebab akan banyak pesan multimedia dan visual yang memberikan ilmu pengetahuan dan mudah di cerna oleh murid. Seperti contoh: Guru mengajar tentang proses terjadinya hujan, maka dengan di perlihatkan video proses terjadinya hujan, murid akan cepat menangkap pesan tersebut.Hal tersebut yang bisa dijadikan sebagai maksud tujuan teknologi pendidikan sebagai meningkatkan kinerja pembelajaran. Dan mungkin dalam aspek lain masih banyak lagi.

D. Keterkaitan Paham Rasionalisme dan Empirisme dengan Ilmu Teknologi Pendidikan

Rasionalisme /EmpirismeTeknologiPendidikanKeterangan

RasionalismeDalam TP terdapat kawasan desain, yaitu proses untuk menentukan kondisi belajar.

Kawasan Desain pada teknologi pendidikan merupakan bidang garapan yang menggunakan akal untuk mengetahui kebenaran. Untuk merencanakan seseuatu seorang teknolog pendidikan menggunakan akal pikran. Jika seorang teknolog pendidikan merencanakan suatu pembelajaran dengan baik, maka proses dan hasil dari pembelajaran tersebut akan baik pula. Desain bertujuan untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul.

RasionalismeKawasan yang menjadi bidang garapan TP juga adalah kawasan pengembangan,yaitu prosespenterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisikKawasan Pengembangan pada Teknologi Pendidikan merupakan bidang garapan yang mengunakan akal untuk mengetahui kebenaran. Untuk memajukan dan menyempurnakan pembelajaran agar menjadi lebih baik maka dalam penyampaian pesan dalam proses belajar juga perlu dikembangkan.Untuk mengembangkannya maka perlu pemikiran ide / inovasi agar sesuatu yang dihasilkan menjadi lebih baik. Di dalam kawasan pegembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun strategi pembelajarannya. Jika seorang teknolog pendidikan dapat memaksimalkan pembangkan pembelajaran menjadi lebih baik, maka proses dan hasil pembelajaran akan menjadi lebih baik pula.

EmpirismeKawasan yang menjadi bidang garapan TP lainya adalah kawasan pemanfaatan, yaitu aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.Kawasan pemanfaatan merupakan bidang garapan teknologi pendidikan yang menggunakan pengalaman (empiris). Fungsi pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan antara pembelajar dengan bahan atau sitem pembelajarannya. Aktivitas dalam kegiatan pembelajaran menjadikan pengalaman karena para teknolog yang terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokan pembelajar dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pembelajar serta memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan.

EmpirismeDalam Teknologi Pendidikan terdapat Kawasan Pengelolaan. Kawasan Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi.Kawasan pengelolan merupakan bidang garapan teknologi pendidikan yang menggunakan pengalaman (empiris). Pengelolaan biasanya merupakan hasil dari penerapan suatu sistem nilai. Kerumitan dalam mengelola berbagai macam sumber, personil, usaha desain maupun pengembangan akan semakin meningkat dengan membesarnya usaha dari sebuah sekolah. Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang teknologi pembelajaran, kawasan pengelolaan mulai menerapkan dan mengadaptasi teori pengelolaan umum yang telah ada lebih dulu. Teknik atau cara pengelolaan proyek-proyek pada kawasan pengelolaan terus dikembangkan dengan melihat pada pengalaman yang ada, dan juga meminjam dari bidang lain.

EmpirismeDalam Teknologi Pendidikan Terdapat Kawasan Evaluasi.Kawasan evaluasi meliputi Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari hari bedasarkan sistem penilaian tertentuKawasan pemanfaatan merupakan bidang garapan teknologi pendidikan yang menggunakan pengalaman (empiris).Evaluasi tumbuh bersamaan dengan berkembangnya bidang penelitian dan metologi .Perbedaan yang penting antara penilaian menjadi semakin jelas dalam masa pertumbuhan.Penilaian merupakan langkah awal yang penting dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan hambatan .Selain itu Penilaian merupakan penentuan nilai suatu barang.Dalam hal ini berarti penetuan secara formal mengenali kualitasa efektivitas nilai dari suatu program ,produk,proyek,proses,tujuan atau kurikulum .

BAB IIIKESIMPULAN

Rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegang bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah. Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai.Dalam arti sempit teknologi pendidikan adalah media pendidikan, yakni teknlogi yang digunakan sebagai alat bantu dalam pendidikan supaya lebih efektif, efisien dan berhasil guna. Tujuan teknologi pendidikan secara umum adalah: untuk memecahkan masalah belajar, untuk meningkatkan kinerja pembelajaran. Berikut ulasannya:1. Untuk memecahkan masalah belajar2. Untuk meningkatkan kinerja pembelajaran.Mempunyai keterkaitan antara rasionalisme dan empirisme dengan tekonologi pendidikan, yaitu dalam lima kawasan yang dimiliki oleh teknologi pendidikan. Adalah sebagai berikut: Dalam TP terdapat kawasan desain, yaitu proses untuk menentukan kondisi belajar. Kawasan yang menjadi bidang garapan TP juga adalah kawasan pengembangan,yaitu prosespenterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik Kawasan yang menjadi bidang garapan TP lainya adalah kawasan pemanfaatan, yaitu aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Dalam Teknologi Pendidikan terdapat Kawasan Pengelolaan. Kawasan Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Dalam Teknologi Pendidikan Terdapat Kawasan Evaluasi.Kawasan evaluasi meliputi Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari hari bedasarkan sistem penilaian tertentu.

DAFTAR PUSTAKABagus, L. (2002), Kamus Filsafat, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka UtamaMuhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Refika Aditama, Bandung, 2011Muslih Muhammad, Filsafat Ilmu, Belukar, Yogyakarta, 2005Sudarsono, Ilmu Filsafat: suatu pengantar, cetakan ketiga, Rineka Cipta, Jakarta, 2008

1