kelainan refraksi

25
PENDAHULUAN Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata. Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat. DEFINISI Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina(macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat didaerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan

Upload: fiezaina

Post on 26-Oct-2015

105 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kelainan Refraksi

TRANSCRIPT

Page 1: Kelainan Refraksi

PENDAHULUAN

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina.

Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga

menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat

di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi

dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks

bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata. Ametropia adalah suatu keadaan mata

dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan

fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan

miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.

DEFINISI

Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada

retina(macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada

mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media

penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Pada

orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian

seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat

didaerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan

bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata yang tidak melakukan akomodasi

atau istirahat melihat jauh.

Analisis statistik distribusi anomali/ kelainan refraksi yang terjadi di masyarakat

dalam populasi penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara jari-jari

kurvatura kornea, kedalaman bilik mata depan, kekuatan refraksi dari lensa, panjang

sumbu bola mata dengan anomali/ kelainan refraksi. Dikenal beberapa titik di dalam

bidang refraksi, seperti Punctum Proksimum merupakan titik terdekat di mana seseorang masih

dapat melihat dengan jelas. Punctum Remotum adalah titik terjauh di mana seseorang masih dapat

melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan retina

atau foveola bila mata istirahat.

Page 2: Kelainan Refraksi

ANATOMI DAN FISIOLOGI BOLA MATA

Mata seperti sebuah kamera yakni terdiri daripada retina sebagai filmnya dan

media refrakta. Media refrakta terdiri daripada kornea, humor aqueus, lensa dan cairan

vitreus. Masing-masing media refrakta mempunyai ciri-ciri tersendiri.1

Gambar 1: Anatomi mata.2

Kornea mempunyai kekuatan refraksi yang terbesar jika dibandingkan dengan

media refrakta yang lain yaitu sebesar +42D. Kekuatan biasan ini juga mewakili kekuatan

mata secara seluruhnya. Kornea bersifat jernih dan avaskular. Permukaan kornea yang

cembung dapat berperan sebagai pengumpul cahaya. Indeks biasan kornea adalah 1,33.

Media refrakta kedua adalah humor aqueus, cairan ini menempati kamera okuli

anterior (KOA) dan kamar okuli posterior (KOP). Cairan ini diproduksi oleh badan siliar

dimana akan dialirkan ke KOP, KOA, anyaman trabekulum, kanal Schlemm, kanal

kolektor, vena episklera dan akhirnya kembali ke jantung. Indeks biasan humor aqueus

adalah 1,33 di mana cahaya yang melalui kornea diteruskan begitu sahaja.3

Page 3: Kelainan Refraksi

Seterusnya adalah lensa, berbentuk bikonveks dan tersusun oleh epitel yang

mempunyai daya diferensiasi yang tinggi. Lensa terdiri daripada kapsul, epitel dan

substansi lensa yang lentur. Indeks biasan lensa di bagian sentral adalah 1,4 manakala di

bagian tepi adalah 1,36. Kekuatan biasan lensa adalah kira-kira + 20 D. Kemampuan

lensa untuk menambah kekuatan refraksinya dikenali sebagai akomodasi. Akomodasi

adalah kemampuan lensa menambah daya kecembungan lensa saat melihat obyek dekat.

Kekuatan refraksi lensa semakin bertambah seiring dengan pertambahan usia. Manakala

kekuatan refraksi lensa semakin berkurang dengan pertambahan komposisi protein dalam

lensa. Pada keadaan fisiologis lensa mengandungi 65% air dan 35% protein serta

sejumlah kecil mineral terutama terdiri daripada kalium.

Media refrakta yang terakhir adalah vitreus yang terdiri daripada masa gelatinosa.

Mempunyai sifat transparan, tidak berwarna, dengan konsistensi seperti agar-agar.

Komposisinya terdiri daripada air (99%), kombinasi kolagen (1%) dan asam hialuronat.

Indeks biasan vitreus adalah lebih kecil daripada lensa sehingga cahaya sedikit yang

disebarkan.

Pada keadaan refraksi yang fisiologis akan membentuk bayangan di retina yang

bersifat nyata, terbalik, diperkecil, dua dimensi dan hitam. Keadaan ini juga dikenali

sebagai emetropia dimana rasio antara panjang aksial bola mata, kekuatan biasan kornea

dan lensa adalah seimbang. Oleh yang demikian, sinar cahaya parallel yang memasuki

mata akan bertemu pada satu titik fokus di retina. Apabila keadaan sedemikian tidak

terjadi, keadaan ini dikenali sebagai ametropia. Antara kelainan ametropia yang sering

adalah miopia, hipermetropia serta astigmatisme.

Pada mata yang normal dapat melihat jarak yang tidak terhingga. Aksis mata

emetropia adalah 24 mm dimana fokus jatuh tepat di retina sehingga bayangan sangat

jelas saat melihat jauh. Pada mata emetrop, pungtum remotum (titik terjauh yang dapat

dilihat dengan nyata tanpa adanya akomodasi) adalah tidak terhingga. Manakala pungtum

proksimum (titik terdekat yang dapat dilihat dengan nyata tanpa akomodasi maksimal

adalah 20cm.3

Page 4: Kelainan Refraksi

Oleh yang demikian dapat diperkirakan kekuatan akomodasi(A) berdasarkan rumus di

bawah:

A = 1/PP – 1/PRPP : Pungtum ProksimumPR: Pungtum Remotum Pada mata emetrop, A= 1/20 – 1/~

= 5 D

EMETROPIA

Pada mata ini daya bias mata adalah normal, di mana sinar jauh

difokuskansempurna di makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila sinar sejajar tidak

difokuskan pada makula lutea disebut ametropia. Mata emetropia akan mempunyai

penglihatan normal atau 6/6 atau 100%. Bila media penglihatan seperti kornea, lensa, dan

badan kaca keruh maka sinar tidak dapat diteruskan di makula lutea. Pada keadaan media

penglihatan keruh maka penglihatan tidak akan 100% atau 6/6.1

Gambar 2: Refraksi pada mata emetrop

Page 5: Kelainan Refraksi

AMETROPIA

Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan

dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata.kornea mempunyai daya pembiasan

sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar

terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang

bola mata seseorang berbede-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea

(mendatar, mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek)

bola mata maka sinar normal tidak dapat jatuh ke makula. Keadaan ini disebut ametropia/

anomali refraksi yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma. Kelainan

lain pada mata normal adalah gangguan perubahan kencembungan lensa yang dapat

berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga erjadi gangguan akomodasi.

Gangguan akomodasi dapat terlihat pada usia lanjut sehingga terlihat keadaan yang

disebut presbiopia. 1

MIOPIA

Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari jarak

tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi, difokuskan

didepan retina sehingga didapatkan bayangan kabur.

Etiologi

1. Genetika (Herediter): Defek pada gen PAX6 terjadi perubahan ukuran antero-

posterior bola mata selama fase perkembangan

2. Lingkungan : Banyaknya kerja mata pada jarak dekat kelemahan pada otot ±

otot silier bola mata yang mengontrol bentuk lensa mata

3. Kombinasi Genetik dan Lingkungan

Klasifikasi

Berdasarkan proses yang mendasarinya:

1. Miopia aksial: karena diameter anteroposterior dari bola mata bertambah

panjang. Komponenrefraktif lainnya berada dalam batas normal.

Page 6: Kelainan Refraksi

2. Miopia refraksional: karena kelainan pada komponen-komponen refraktif pada

mata seperti :

a. Lensa terlalu cembung, misalnya akibat cairan mata masuk ke lensa pada

katarak intumesen

b. Lengkung kornea terlalu cembung, misalnya pada keratokonus.

c. Indek bias lensa yang meninggi, seperti pada diabetes mellitus.

d. Perubahan letak lensa, seperti pada post-operasi glaucoma.

Berdasarkan derajat beratnya

Miopia ringan < -3,00 D

Miopia sedang -3,00 s/d -6,00 D

Miopia berat > 6,00 D

Berdasarkan klinis:

Miopia simpleks/ stasioner : miopia yang menetap setelah dewasa

Miopia progressive : miopia yang bertambah terus setelah dewasa dan dapat

menyebabkan komplikasi.

Miopia maligna : Miopi maligna merupakan miopi progresif yang lebih berat.

Miopia maligna biasanya bila miopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada

fundus okuli dan pada panjangnya bola mata.

Patofisiologi

1. Miopia aksial karena sumbu aksial mata lebih panjang dari normal

2. Miopia kurvatura karena kurvatura atau lensa kornea lebih kuat dari normal

3. Miopia indeks karena indeks bias mata lebih tinggi dari normal

Penderita miopia memiliki kelainan refraksi. Hal ini berarti sinar yang datang

menuju mata dibiaskan dengan tidak tepat sehingga menghasilkan bayangan yang tidak

tepat pula. Penderita yang memiliki bola mata yang terlalu panjang atau kornea nyang

Page 7: Kelainan Refraksi

terlalu melengkung menyebabkan sinar yang masuk ke mata dibiaskan tidak tepat pada

retina (di depan retina) sehingga menyebabkan penglihatan penderita menjadi kabur.

Miopia diturunkan dalam keluarga dan sudah tampak pada masa kanak-kanak. Kadang-

kadang keadaan miopia pada penderita dapat menetap (stasioner) namun bisa juga

memburuk seiring bertambahnya usia penderita.5

Gambar 3: Refraksi pada mata miopia

Manifestasi klinik

Gejala subjektif:

Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan nyaman apabila melihat dekat

Melihat titik-titik seperti lalat terbang karena degenerasi jaringan retina bagian

perifer.

Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk

Memicingkan mata sebagai usaha untuk memperjelas penglihatan

Gejala objektif:

Bilik mata depan dalam karena otot akomodasi tidak dipakai.

Pupil lebar (midriasis) karena kurang berakomodasi.

Page 8: Kelainan Refraksi

Mata agak menonjol pada miopi tinggi.

Pada miopia aksial dapat terlihat perubahan-perubahan pada fundus okuli,

misalnya trigoid fundus dan miotpic crescent yaitu gambaran bulan sabit yang

terlihat pada polus posterior fundus miopia, yang terdapat pada daerah papil saraf

optik akibat tertutupnya sklera oleh koroid.

Diagnosis dan Koreksi

Anamnesis : Gejala-gejala miopia; penglihatan buram, mata cepat lelah

Pemeriksaan refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subyektif dan refraksi obyektif.

Refraksi subyektif tergantung respon pasien untuk mendapatkan koreksi refraksi yang

memberikan tajam penglihatan yang baik. Refraksi obyektif dilakukan dengan

retinoskopi. Mayoritas retinoskopi menggunakan sistem  proyeksi streak yang

dikembangkan oleh Copeland. Retinoskopi dilakukan saat akomodasi pasien relaksasi

dan pasien disuruh melihat ke suatu benda pada jarak tertentu yang diperkirakan tidak

membutuhkan daya akomodasi. Idealnya, pemeriksaan kelainan refraksi dilakukan saat

akomodasi mata pasien istirahat. Pemeriksaan mata sebaiknya dimulai pada anak

sebelum usia 5 tahun. Pada usia 20 – 50 tahundan mata tidak memperlihatkan kelainan,

maka pemeriksaan mata perlu dilakukan setiap 1 – 2tahun. Setelah usia 50 tahun,

pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun.

Pemeriksaan Fisik : Penilaian tajam penglihatan (Kartu Snellen)

1. Minta pasien untuk duduk pada jarak yang ditentukan (6m) dari kartu

pemeriksaan.

2. Ukur jarak pupil untuk penglihatan jauh

3. Pasang trial frame, atur jarak pupil

4. Tutup mata kiri dengan okluder

5. Periksa tajam penglihatan pasien.

6. Tambahkan lensa S + 0,50 pada mata kanan.

7. Tanyakan apakah penglihatan bertambah jelas atau tidak

Page 9: Kelainan Refraksi

8. Bila bertambah jelas, tambahkan terus lensa sferis positif hingga tercapai tajam

penglihatan terbaik. Pilih lensa sferis positif terbesar yang memberi tajam

penglihatan yang terbaik.

9. Bila dengan langkah 6, penglihatan bertambah kabur, tambahkan lensa S -0,50.

Bila bertambah jelas, tambahkan terus lensa negatif hingga tercapai tajam

penglihatan terbaik.Pilih lensa sferis negatif terkecil yang memberikan tajam

penglihatan terbaik.

10. Ulangi langkah 4-9 untuk mata kiri.

11. Periksa kembali tajam penglihatan dua mata menggunakan lensa koreksi.

12. Minta pasien berdiri dan berjalan, tanyakan apakah merasa pusing.

Terapi

1. Koreksi non bedah : Kaca mata sferis negatif terkecil yang memberikan

ketajaman penglihatan maksimal.

2. Lensa kontak 

3. Koreksi dengan bedah : Keratotomi radial (RK), Keratektomi fotorefraktif

(PRK), Laser assisted In situ interlamellar keratomilieusis (LASIK)

Komplikasi

Biasa terjadi pada miopia berat :

Degenarasi vitreous

Ablasio retina

Pigmentation changes + Macular bleeding

Strabismus

Ambliopia

Prognosis

Miopia sangat dipengaruhi oleh usia. Setiap derajat miopia pada usia kurang dari

4 tahun harus dianggap serius. Pada usia lebih dari 4 tahun dan terutama 8-10 tahun,

miopia sampai dengan -6 D harus diawasi dengan hati-hati. Jika telah melewati usia 21

tahun tanpa progresivitas serius maka kondisi miopia dapat diharapkan telah menetap dan

Page 10: Kelainan Refraksi

prognosis dianggap baik. Pada derajat lebih tinggi, prognosis harus dipertimbangkan

dengan hati-hati berdasarkan gambaran fundus dan tajam penglihatan setelah koreksi.

Pada semua kasus harus diperhatikan kemungkinan perdarahan tiba-tiba atau ablasio

retina (Abrams D.A., 1993).

HIPERMETROPIA

Adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak

terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi difokuskan dibelakang

retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata

dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di

belakang retina.Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata

(hipermetropia aksial), seperti yang terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau

penurunan indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai

lensa).

Etiologi

1. Hipermetrop aksial: sumbu mata terlalu pendek (karena mikroftalmi, retinitis

sentralis, ablasioretina yang mengakibatkan jarak lensa ke retina terlalu pendek)

2. Hipermetrop refraktif: karena daya bias yang kurang. Penyebabnya antara lain

pada:

Kornea: lengkung kornea kurang dari normal (aplanatio cornea)

Lensa: Sklerosis, sehingga tidak secembung semula, ataupun afakia

Cairan mata: Pada penderita diabetes, karena pengobatan yang berlebihan

sehingga humor akueus yang mengisi bilik mata mengandung kadar gula

rendah dan daya bias berkurang 

Page 11: Kelainan Refraksi

Klasifikasi

Klasifikasi hipermetropi berdasarkan klinis :

1. Hipermetropi manifest: Ditentukan dengan lensa sferis positif terbesar yang

menghasilkan visus sebaik-baiknya. Pemeriksaan dilakukan tanpa siklopegi.

Hipetmetropi manifest absolut: hipemetropi yang tak dapat diatasi dengan akomodasi.

Hipermetropi manifest fakultatif: masih dapat diatasi dengan akomodasi

2. Hipetmetropi total: Merupakan seluruh derajat hipermetropi yang didapatkan setelah

akomodasi dilenyapkan misalnya setelah pemberian siklopegi.

3. Hipermetropi laten: Dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegia diimbangi

seluruhnya dengan akomodasi. Merupakan selisih antara hipetropi total dan manifes,

menunjukkan kekuatan tonus dari otot siliaris.

Gambar 4: Refraksi pada mata hipermetropia

Page 12: Kelainan Refraksi

Manifestasi klinik 

Gejala subjektif:

Penglihatan dekat kabur, kecuali pada hipermetrop tinggi atau pada usia tua,

penglihatan jauh juga terganggu

Astenopia akomodatif dengan gejala sakit sekitar mata, sakit kepala, konjungtiva

merah, lakrimasi, mata terasa panas dan berat. Gejala biasanya timbul setelah

melakukan pekerjaan dekat seperti menulis, membaca, dan sebagainya.

Gejala objektif:

Bilik mata depan dangkal karena akomodasi terus menerus sehingga

menimbulkan hipertrofiotot siliaris yang disertai terdorongnya iris ke depan

Pupil miosis karena berakomodasi.

Pseudopapilitis (pseudoneuritis) karena hiperemis papil N.II akibat akomodasi

terus menerussehingga seolah-olah meradang

Diagnosis

1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda hyperopia

2. Pemeriksaan Oftalmologi (lihat miopia)

Komplikasi

Glaukoma sudut tertutup karena sudut bilik mata depan dangkal

Strabismus konvergen akibat akomodasi terus menerus esotropia (juling kedalam)

Terapi

Koreksi menggunakan lensa spheris positif terbesar yang memberikan visus

terbaik dan dapat melihat dekat tanpa kelelahan. Namun secara umum tidak

diperlukan koreksi pada hipermetropi ringan, tidak ada astenopia akomodatif, dan

tidak ada strabismus.

Page 13: Kelainan Refraksi

ASTIGMATISME

Merupakan suatu kelainan refraksi yang mana didapatkan bermacam-macam

derajat refraksi pada bermacam-macam meridian sehingga sinar sejajar yang datang

difokuskan pada macam-macam fokus.

Gambar 5 : Kelainan refraksi- astigmatisme.8

Etiologi

Akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea (90 %) dan kelainan

kelengkungan permukaan lensa (10 %). Jika distorsi terjadi pada kornea, disebut

astigmatisme kornea, sedangkan jika distorsi terjadi pada lensa, disebut astigmatisme

lentikular.

Genetik 

Dipercayai diturunkan dengan cara autosomal dominan

Trauma atau jaringan parut pada kornea

Penyakit mata yang termasuk tumor pada kelopak mata, insisi pada kornea

Page 14: Kelainan Refraksi

Klasifikasi

1. Astigmatisme regular apabila setiap meridian mempunyai titik fokusnya tersendiri

dan letaknya teratur. Walaupun setiap meridian mempunyai daya bias tersendiri

tetapi perbedaannya teratur daripada meridian dengan daya bias serendah-

rendahnya sehingga meridian yang mempunyai daya bias sebesar-besarnya.

Dengan demikian terdapat dua meridian utama yaitu meridian dengan kekuatan

refraksi tertinggi dan terendah. Dua meridian utama ini mempunyai sudut tegak

antara keduanya. Astigmatisme reguler berdasarkan letak pembiasan dibagi atas :

a. Astigmatisme miopia simpleks: 1 meridian adalah miopia sedangkan

meridian yg lain emetropia

b. Astigmatisme miopia compositium: Kedua meridian berupa myopia

c. Astigmatisme hipermetropia simpleks: 1 meridian berupa hipermetropia,

meridian yg lainemetropia

d. Astigmatisme hipermetropia compositium: Kedua meridian berupa

hipermetropia

e. Astigmatisme mixtus: Satu meridian berupa miopia sedangkan meridian

yang lain hipermetropiaBerdasarkan letak meridian utamanya,

astigmatisma reguler dibagi atas

2. Astigmatisme irregular apabila terdapat perbedaan refraksi yang tidak teratur pada

setiap meridian dan dapat juga ditemukan perbedaan refraksi pada meridian yang

sama. 4,6

Berdasarkan letak meridian utamanya, astigmatisma reguler dibagi atas:

Astigmatism with the rule: Berarti kelengkungan kornea pada bidang vertical

bertambah atau lebih kuat atau jari- jarinya lebih pendek dibanding jari-jari

kelengkungan kornea di bidang horizontal. Daya bias terbesar terletak dalam

rentang 20 derajat meridian vertikal.

Astigmatisme against the rule: Terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian

horizontal lebih kuat dibandingkan kelengkungan kornea vertikal. Sering terjadi

pada usia lanjut.

Page 15: Kelainan Refraksi

Manifestasi klinis dan pendekatan diagnostik

1. Penglihatan pada penderita astigmatisme mengalami distorsi. Dengan itu, untuk

melakukan kompensasi terhadap kelainan refraksi ini dilakukan akomodasi

berlebihan sehingga menimbulkan astenopia (nyeri kepala dan sensasi terbakar di

mata).

2. Untuk pendekatan diagnosis, dilakukan pemeriksaan menggunakan keratoscope

(Placido) untuk melakukan anggaran derajat astigmatnya. Pemeriksan melakukan

evaluasi bayangan yang terbentuk pada kornea pasien. Pada astigmatisme regular

cincin berbentuk oval manakala pada astigmatisme irregular bayangan pada

kornea mengalami distorsi.

3. Selain itu, pemeriksaan menggunakan computerised corneal topography

(videokeratoscopy) dapat dilakukan untuk mendapatkan distribusi bayangan

berdasarkan nilai refraksi permukaan kornea secara menyeluruh. Di samping itu,

terdapat juga pemeriksaan Helmholtz atau Javal ophthalmometer yang berfungsi

untuk mengukur kurvatura kornea di sentral. Dengan itu, kekuatan refraksi kornea

dapat ditentukan.6

Penatalaksanaan

Koreksi dini sangat penting karena jika anak yang tidak diterapi akan

menyebabkan kelainan ambliopia refraktif di mana tidak dapat dikoreksi lagi. Prinsip

terapi pada astigmatisme regular adalah menyatukan dua titik fokus utama menjadi satu

titik fokus. Hal ini memerlukan lensa yang hanya membias sinar pada satu plana sahaja.

Dengan demikian digunakan lensa silinder. Setelah dua titik fokus menyatu pada satu

titik fokus, penambahna lensa sferis diperlukan untuk membawa titik fokus tersebut ke

retina jika diperlukan.4,6

Pada astigmatisme irregular tidak dapat dikoreksi dengan pemberian kaca mata.

Astigmatisme yang eksternal dapat diberikan kontak lensa yang rigid, keratoplasti atau

dengan operasi. Manakala pada astigmatisme internal biasanya berhubungan dengan

lensa, dengan itu pengangkatan lensa dan diimplantasi lensa intraokuler dapat dilakukan

atas indikasi.6

Page 16: Kelainan Refraksi

PRESBIOPIA

Definisi

Merupakan perubahan kemampuan melihat dekat karena penurunan

kemampuanakomodasi yang perlahan-lahan berkurang. Biasanya terjadi diatas usia 40

tahun.

Etiologi

Terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut

Kelemahan otot-otot akomodasi

Lensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang elasitasnya akibat kekakuan

(sklerosis) lensa

Klasifikasi

Presbiopia Insipien ± tahap awal perkembangan presbiopia, dari anamnesa

didapati pasienmemerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak

kelainan bila dilakukan tes,dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca

mata baca

Presbiopia Fungsional ± Amplitud akomodasi yang semakin menurun dan akan

didapatkankelainan ketika diperiksa

Presbiopia Absolut ± Peningkatan derajat presbiopia dari presbiopia fungsional,

dimana prosesakomodasi sudah tidak terjadi sama sekali

Presbiopia Prematur ± Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia40 tahun dan

biasanya berhubungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan

Presbiopia Nokturnal ± Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap

disebabkanoleh peningkatan diameter pupil

Page 17: Kelainan Refraksi

Manifestasi klinik

Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih. Kelelahan

mata dansakit kepala jika membaca terlalu lama

Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan tampak kabur

pada jarak  baca yang biasa

Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari

Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca

DIAGNOSIS

Anamnesa: gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopia 

Pemeriksaan Oftalmologi

1. Minta pasien duduk di ruang terang.

2. Ukur jarak pupil untuk penglihatan dekat.

3. Pasang trial frame, atur jarak pupil.

4. Tutup mata kiri dengan okluder.

5. Periksa tajam penglihatan mata kanan menggunakan kartu Jaeger, dari jarak

yangdiinginkan pasien (umumnya 33 cm).

6. Bila bertambah jelas, tambahkan lensa sferis positif hingga pasien dapat membaca

sampai besar huruf 20/30

7. Ulangi langkah yang sama pada mata kiri

8. Ulangi pemeriksaan dengan kedua mata.

Penatalaksanaan Non bedah

o Digunakan lensa positif yang paling besar yang dapat menghasilkan penglihatan

yang paling baik 

o Berdasarkan usia:Usia (tahun) Kekuatan Lensa Positif yang dibutuhkan40 +1.00

D45 +1.50 D50 +2.00 D55 +2.50 D60 +3.00 D

Bedah

Page 18: Kelainan Refraksi

o Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, LASIK, LASEK, dan

keratektomifotorefraktif