kel4

11
ETIKA LINGKUNGAN HIDUP Kelompok IV Handri Trisna (0910452003) Rahmi (0910452015) Zeldi Syahmar (0910452029) Ozil Afindra Putra (0910452037) Desti Rabersyah (0910452041) Amirsyah (0910452045) Khairatun Nisa (0910453067)

Upload: harnim-wahyuni

Post on 12-Aug-2015

12 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: kel4

ETIKA LINGKUNGAN HIDUPKelompok IV

Handri Trisna (0910452003)

Rahmi (0910452015)

Zeldi Syahmar (0910452029)

Ozil Afindra Putra (0910452037)

Desti Rabersyah (0910452041)

Amirsyah (0910452045)

Khairatun Nisa (0910453067)

Lucyana Suci Perdani (0910453075)

Page 2: kel4

PENDAHULUANEtika lingkungan adalah cabang etika aplikasi yang memberikan perhatian landasan moral bagi pelestarian dan perbaikan lingkungan. Etika lingkungan yang merupakan studi filsafat dimulai pada tahun 1970-an dan 1980-an, yang sebagian diinisiasi oleh gerakan lingkungan dan karya-karya sarjana dari anglo-Amerika. Ia dapat dikatakan berawal dari adanya penemuan teknologi monumental pada abad 20, seperti tenaga nuklir, pertisida kimia, penggunaan yang berlebihan dan penyalahgunaan pestisida kimia, dan degradasi lingkungan yang disebabkan penggunaan teknologi-teknologi ini.

Page 3: kel4

PEMBAHASAN

Page 4: kel4

Pengertian Etika dan MoralIstilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Aristoteles menggunakan kata etika untuk menunjukkan filsafat moral.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai :

“ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :•Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)•Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak•Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Page 5: kel4

Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat.

’etika’ = ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat.

Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin.

Page 6: kel4

Teori Etika LingkunganBerdasarkan pendekatan meta-etika terdapat tiga kubu aliran etika lingkungan :

a.Antroposentris

Nilai-nilai lingkungan hanyalah merupakan preferensi manusia atau merupakan bidang yang harus mengutamakan manusia di atas pertimbangan alam dan lingkungan. Kalangan yang terkenal menganut paham ini adalah antara lain John Passmore, Bryan Norton, Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. John Passmore berpendapat bahwa etika antroposentris Barat, yang lebih menitikberatkan pada peranan manusia, sudah cukup untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan dengan argument bahwa apa yang merugikan lingkungan juga akan merugikan manusia.

b.Non-antroposentris

Nilai-nilai lingkungan bukanlah hanya merupakan produk dari preferensi manusia atau dengan kata lain bahwa etika tradisional telah melakukan transformasi agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan terkini.

Page 7: kel4

Etika non-antroposentris sendiri dapat digolongkan menjadi beberapa aliran :

BiosentrismeBiosentrisme mengagungkan nilai kehidupan yang ada pada ciptaan, sehingga komunitas moral tidak lagi dapat dibatasi hanya pada ruang lingkup manusia. Mencakup alam sebagai ciptaan sebagai satu kesatuan komunitas hidup (biotic community).Biosentrisme memiliki tiga varian, yakni :•the life centered theory (hidup sebagai pusat), yang dikemukakan oleh Albert Schweizer dan Paul Taylor, •land ethic (etika bumi), dikemukakan oleh Aldo Leopold, •equal treatment (perlakuan setara), dikemukakan oleh Peter Singer dan James Rachel.

EkosentrisEkosentris adalah suatu pandangan tentang lingkungan yang memihak pada oikos (eko = rumah = lingkungan = alam). Segala pandangan harus cocok, selaras dan tidak bertentangan dengan alam. Misalnya ketika menghadapi persoalan mana yang harus dipilih membuat rumah baru dari kayu dari sebuah pohon atau memilih pohon itu tetap tumbuh, orang yang berpandangan ekosentris tidak akan menebang pohon tersebut untuk membangun sebuah rumah.

Page 8: kel4

c. Campuran (mixed)

Etika harus diubah untuk mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan, namun ada beberapa kepentingan manusia yang harus didahulukan atas kepentingan-kepentingan lingkungan.

Christopher Belshaw dan Kristin Shrader-Frechette mengadopsi pandangan yang moderat.

Belshaw mengkritik pandangan biosentris dengan argumentasi bahwa meskipun kiat memperluas ruang kepentingan moral pada makhluk hidup.

Scharader-Frechette menyatakan bahwa hak asasi manusia, seperti hak untuk hidup harus dijadikan prioritas utama.

Disamping tiga aliran di atas, terdapat etika lingkungan yang secara eksplisit tidak menggunakan pendekatan mera-etika atau metafisika. Diantara yang terkenal terdapat dua aliran, yaitu “ekofeminisme”, dengan tokohnya Val Plumwood, Karen Warren dan Carolyn Merchant, dan George Sessions. Bagian berikut artikel ini akan menguraikan secara singkat pandangan aliran-aliran yang ada dalam etika lingkungan, yaitu Eugene C. Hargrove (antroposentris), Baird Callicott (ekosentris), Kristin Shrader-Frechette (campuran), Arne Naess (deep ecology).

Page 9: kel4

Pentingnya etika lingkungan dalam pengelolaan lingkungan / sda dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan

Etika antroposentrisme menurut Keraf (2002) cenderung mangantarkan perilaku manusia yang ekspolitatif terhadap alam dapat dilihat dari beberapa fakta berikut :

•Kepentingan politik dan kekuasaan masih lebih mendominasi proses peradilan. Bencana lumpur panas Lapindo bisa menjadi salah satu contoh. •Mafia Peradilan dan Tekanan Pemodal. Keraf (2002) mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan asing multinasional banyak sekali menerapkan standar ganda sekaligus menggunakan superioritas ekonomi dan politik untuk melindungi kepentingan bisnisnya di negara-negara sedang berkembang. Hal ini menjadi salah satu penyebab utama krisis lingkungan hidup. Kasus-kasus kejahatan lingkungan seringkali endingnya tidak membawa rasa keadilan. Contoh ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat adalah bebasnya bos PT Newmont.•Konflik kepentingan berbagai sektor akibat kerakusan dan kelicikan. Diijinkannya 13 perusahaan pertambangan beroperasi di kawasan lindung melalui PP 2/2008, dengan model pertambangan terbuka bisa menjadi contoh.

Page 10: kel4

Etika yang salah akan menjadi driving faktor kerusakan lingkungan, misalnya :

•Etika Developmentalisme dan Liberalisasi Ekonomi. Keraf (2002) menyebutkan adanya keterkaitan erat antara liberalisasi perdagangan dengan kerusakan lingkungan di negara-negara berkembang. Negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia biasanya mengambil jalan termudah dalam menghadapi persaingan global, dengan cara menggadaikan kekayaan alamnya untuk dieksploitasi.•Keraf (2002) juga menegaskan bahwa etika developmentalisme telah mengilhami ide utang luar negeri. Utang luar negeri telah mengantarkan dunia ketiga termasuk Indonesia pada kerusakan sumberdaya alam dan lungkungan yang sangat parah.•Sikap dan perilaku destruktif. Djajadiningrat (2001) mengatakan bahwa keutuhan lingkungan banyak tergantung pada kearifan manusia dalam mengelola sumberdaya alam. Individu, kelompok masyarakat, pengusaha dan pemerintah semestinya peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup dan fungsi lingkungan hidup. Namun acapkali sikap hidup manusia justru sangat destruktif terhadap lingkungannya.

Page 11: kel4

Alternatif SolusiMenyadari berbagai problematika lingkungan di atas, beberapa alternatif solusi yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut :

•Perubahan cara pandang terhadap alam secara filosofis dan radikal.•Politik Lingkungan yang Dilandasi Etika Lingkungan.•Hal lain yang sangat mendesak adalah penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance).