alinyemen horizontal kel4
TRANSCRIPT
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
1. URAIAN PRESENTASI
1.1. DIAGRAM ALIR / FLOWCHART PEMILIHAN BENTUK LENGKUNG
HORIZONTAL
Hal terpenting dalam merencanakan Alinyemen Horizontal suatu trase adalah
menentukan terlebih dahulu bentuk lengkung horizontal yang akan digunakan. Untuk
mempermudah dalam pemilihan bentuk lengkung maka digunakanlah flowchart.
Geometrik Jalan 1
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
FLOW CHART PERENCANAAN LENGKUNG HORIZONTAL
TIDAK
YA
Geometrik Jalan 2
INPUT
Klasifikasi Fungsi Jalan Klasifikasi Medan Jalan
DATA PERENCANAAN
KEC. RENCANA (VR) en = 2% / 4% emaks = 8%/ 10% fmaks lebar jalan
HITUNG
Rmin= VR ²127(em+ fm)
PILIH NILAI R =
Tabel 4.7 Untuk em = 10%
Tabel 4.9 Untuk em = 8%
Dari tabel tersebut didapat :
Superelevasi LS standar (Ls)
JIKAe ≤ 3%
FULL
CIRCLE (C)
A
SCS
ATAU
SS
B
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
A. Flow Chart Full Circle (C)
TIDAK
YA
Geometrik Jalan 3
AA
FULL CIRCLE (C)
HITUNG Ls
Cara Short (LS1) Cara Mod.Short (LS2) Cara bina marga/ASSHTO (Lr)
JIKA
Ls’ > Ls1
Ls’ > Ls2
Ls’ > Lr
Ls’
HITUNG
Ec Lc Tc = Tt
DATA LENGKUNG
STA β En Superelevasi (e) Ec, Lc, dan Tt
Pilih LS
Paling besar Ls1, Ls2,
atau Lr
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
B. Flow Chart Pilihan SCS dan SS
TIDAK
YA
TIDAK
YA
Geometrik Jalan 4
B
INPUT
Ls , β
HITUNG
θs θc = β – 2 θs Lc
JIKA
Lc > 20 M
SS
SCS
LS Standar
Pilih LS
Paling besar LS1, LS2, atau LR
Hitung
Ls
HITUNG Ls
Cara Short (LS1) Cara Mod.Short (LS2) Cara bina marga (LS3) = Lr
JIKA
Ls > LS1
Ls > LS2
Ls > Lr
Lc = 0
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
Geometrik Jalan 5
HITUNG
P K Lt = 2 Ls Es, Ts
HITUNG
P K Lt = LC + 2 Ls Es, Ts
DATA LENGKUNG
STA β en, superelevasi (e) p, k, Ls, dan Lc ec , Lt, dan Tt
Hitung
SS SCS
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
1.1.1. Penjelasan Flow Chart
Dari flow chart di atas langkah awal adalah dengan menentukan kelas
jalan dan medan jalan.
1. Setelah itu tentukan kecepatan rencana (Vr), en =
2% / 4%, emak= 8% / 10%, f maks, dan lebar jalan.
2. Setelah mendapatkan R minimum lalu pilih nilai R yang dinginkan pada Tabel
4.7 untuk em = 10%. Tabel 4.9 untuk em = 8%. Sehingga dari tabel tersebut
didapat : superelevasi (e) dan LS standar (Ls).
3. Setelah menemukan kedua tersebut maka sesuaikan pada kriteria pemilihan
lengkung horizontal. Yaitu bila e ≥ 3% maka tipe tersebut merupakan FULL
CIRCLE, namun jika tidak maka SCS atau SS.
4. Full Circle:
A. Pada pemilihan FULL CIRCLE , hal yang perlu dilakukan adalah dengan
menhitung Ls dengan menggunakan tiga cara yaitu cara short (LS1), cara
mod. Short (LS2) dan cara Bina Marga (LS3) = LR. Setelah itu jika LS
lebih besar dari penentuan perhitungan Ls maka LS yang digunakan
bersifat standar. Namun bila Ls tidak lebih besar diantara ataupun
semuanya dalam perhitungan. Maka pilih LS paling besar, LS1, LS2 atau
Lr. Namun biasanya yang digunakan adalah Ls standar yang sudah didapat
pada tabel.
B. Setelah itu menghitung Ec, Lc, TC = Tt. Setelah menemukan perhitungan
tadi maka didapat data lengkung untuk menggambar diagram super elevasi.
5. Spiral Circle Spiral atau Spiral Spiral
A. Pada pemilihan SS atau SCS. Lahkah awal yang dilakukan
dengan ,memasukan LS dan β. Setelah itu hitung θs, θc = β – 2 θs, LC.
Jika LC> 20m, maka tipe lengkung yang digunakan adalah SCS. Namun
jika LC = 0, maka tipe lengkung yang digunakan adalah SS.
B. Hitung Ls dengan menggunakan tiga cara yaitu cara short (LS1), cara mod.
Short (LS2) dan cara Bina Marga (LS3) = LR. Setelah itu jika LS lebih
besar dari penentuan perhitungan Ls maka LS yang digunakan bersifat
standar. Namun bila Ls tidak lebih besar diantara ataupun semuanya dalam
C. perhitungan. Maka pilih LS paling besar, LS1, LS2 atau Lr. Namun
biasanya yang digunakan adalah Ls standar yang sudah didapat pada tabel.
Geometrik Jalan 6
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
D. Namun pada bentuk lengkung SS, LS yang digunakan yaitu LS1
E. Setelah itu hitung p, k, Lt, Es, Ts. Sehingga didapat data lengkung untuk
menggambar diagram superelevasi.
1.2. CONTOH PERHITUNGAN PEMILIHAN BENTUK LENGKUNG HORIZONTAL
DAN DIAGRAM SUPERELEVASI
Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian superelevasi dari lereng
normal ke superelevasi penult, sehingga dengan mempergunakan diagram
superelevasi dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada setiap titik di
suatu lengkung horizontal yang direncanakan.
1.2.1 Contoh perhitungan: Full Circle
Diketahui :
Geometrik Jalan 7
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
Klasifikasi Fungsi Jalan = Arteri
Klasifikasi Medan = Bukit
Kecepatan rencana = 60 km/jam
e maksimum = 10%
β = 20º
Lebar jalan = 2 x 3,75 m (tanpa median)
Keniringan melintang total = 2%
Ditanya: Rencanakan Alinyemen Horizontal trase di atas dan Belok Kanan!
Jawab:
Tahap I
Rmin= VR2
127(em+ fm)
Rmin= 602
127(0,1+0,153)=112,04 m
Tahap II
Jadi R yang direncanakan harus lebih besar dari 112,04 m
Direncanakan R= 716 m.
Tahap III
Metode AASHTO
Dari tebel metode AASHTO diperoleh e = 0,029 dan Ls’ = 40 m.
Karena e = 2,9% ≤ 3% , maka bentuk lengkung yang digunakan adalah Full Circle
Tahap IV
Ls1¿0,022V 3
R . C = 0, 022 603
318.2=7,47
Rumus Mod. SHORTT
Ls2¿0,022V 3
R . C – 2,727
V . eC
= 0, 022 603
318.2−2,727
60 .0,0292
=5,1
Rumus SHORTT
LR = V . t3,6
=60 .23,6
=33,3
Tahap V
Geometrik Jalan 8
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
Ls’ = 40 > Ls1 = 7,47
Ls’ = 40 > Ls2 = 5,1
Ls’ = 40 > LR = 33,3
Jadi Ls yang digunakan adalah Ls’
Tahap VI
Tc = R tg½β = 716 tg10º = 126,25 m.
Ec = Tc tg¼β = 126,25 tg5º = 11,05 m.
Lc = 0,01745.β.R = 0,01745 . 20 . 716 = 249,88 m.
Tahap VII
Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana tersebut diatas:
V = 60 km/jam Lc = 249,88 m
β = 20º e = 2,9%
R = 716 m Ec = 11,05 m
Tc = 126,25 m Ls’ = 40 m
Tahap VIII
Diagram Superelevasi bentuk lengkung Horizontal Full Circle
1.2.2. Contoh perhitungan: Spiral-Circle-Spiral
Diketahui :
Geometrik Jalan 9
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
Kecepatan rencana = 60 km/jam
e maksimum = 10%
β = 20º
Lebar jalan = 2 x 3,75 m (tanpa median)
Kemiringan melintang total = 2%
Ditanya: Rencanakan Alinyemen Horizontal trase di atas!
Jawab:
Tahap I
Rmin= VR2
127(em+ fm)
Rmin= 602
127(0,1+0,153)=112,04 m
Tahap II
Jadi R yang direncanakan harus lebih besar dari 112,04 m
Direncanakan R= 318 m.
Tahap III
Metode Bina Marga
Dari tabel metode Bina Marga diperoleh e = 0,059 dan Ls’ = 50 m.
Karena e = 0,059 ≤ 3% , maka bentuk lengkung yang digunakan adalah Spiral-
Circle-Spiral atau Spiral-Spiral
Dari tabel 4.6 diperoleh e = 0,059 dan Ls’ = 50 m.
Tahap IV
Ls1 ¿0,022.V 3
R . C=0 ,022.
603
318.2=7,47
Rumus Mod. SHORTT
Ls2¿0,022.V 3
R . C−2,727.
V .eC
=0 , 022.603
318.2−2,727.
60 .0,0592
=2,6
Rumus SHORTT
LR ¿V . t3,6
=60 .33,6
=50
Tahap V
Geometrik Jalan 10
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
Ls’ = 50 > Ls1 = 7,47
Ls’ = 50 > Ls2 = 2,6
Ls’ = 50 > LR = 50
Jadi Ls yang digunakan adalah Ls’
Tahap VI
maka diperoleh:
θs=Ls .90π .R
=50 . 90π .318
=4,504 °
θc=β−2θs=20−2 . 4,504=10,99 °
Lc= θc360
x2 π Rc=10,99360
x 2 π 318=60,996 m(¿20 m)
Karena Lc yang di dapat > 20 m, maka digunakan bentuk lengkung horizontal
Spiral-Circle-Spiral
L = Lc + 2 Ls= 60,996 + 100 = 160,996 m.
p= Ls2
6 Rc−Rc (1−cosθs)
p= 502
6 . 318−318(1−cos 4,504)
p = 0,328 m
Jika mempergunakan table 4.10 diperoleh p* = 0,0065934
p = p* x Ls = 0,0065934. 50 = 0,328 m
k=Ls− Ls3
40 Rc2 −Rc sin θs
k=50− 503
40 .3182 −318 sin 4,504
k=24,99 m
Jika mempergunakan tabel 4.10 diperoleh k* = 0,4998970
k = k* x Ls = 0,4998970. 50 = 24,99 m
Es = (Rc + p) sec ½ - Rc
= (318 + 0,328) sec 10 - 318
= 5,239 m
Ts = (Rc + p) tg ½ + k
Geometrik Jalan 11
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
= (318 + 0,328) tg 10 + 24,99
= 81,12 m
Tahap VII
Data lengkung untuk lengkung spiral-lingkaran-spiral tersebut di atas adalah
V = 60 km/jam L = 160,996 m
= 20° e = 5,9%
= 4,504° Ls = 50 m
Rc = 318 m Lc = 60,996 m
Es = 5,239 m p = 0,328 m
Ts = 81,12m k = 24,99 m
Tahap VIII
Diagram Superelevasi bentuk lengkung Horizontal Spiral-Circle-Spiral
Geometrik Jalan 12
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
1.2.3. Contoh perhitungan: Spiral-Spiral
Diketahui :
Kecepatan rencana = 60 km/jam
e maksimum = 10%
β = 20º
Lebar jalan = 2 x 3,75 m (tanpa median)
Kemiringan melintang total = 2%
Ditanya: Rencanakan Alinyemen Horizontal trase di atas!
Jawab:
Tahap I
Rmin= VR2
127(em+ fm)
Rmin= 602
127(0,1+0,153)=112,04 m
Tahap II
Jadi R yang direncanakan harus lebih besar dari 112,04 m
Direncanakan R= 318 m, Ls = 50 m. Ambil Lc = 0, maka bentuk lengkung yang
digunakan spiral-spiral.
Tahap III
Jika R = 318, maka e = 0,059 sesuai tabel 4.7 buku “Dasar-Dasar Perancanaan
Geometrik Jalan”, maka e > 3%.
Tahap IV
θs = ½β= 10o
Ls = = = 111,00 m (>50m)
Jadi Ls yang digunakan = 111 m
Tahap V
θs = 10o , p*= 0,01474 dan k*=0,4994880
Geometrik Jalan 13
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
Jadi p = p* x Ls = 0,0065934. 111 = 0,732 m
k = k* x Ls = 0,4998970. 111 = 55,49 m
L = 2 Ls = 222 m
TS = ( Rc + p ) tg ½β + k
= (318 + 0,732 ) tg 10 + 55,49
= 111,69 m
Es = ( Rc + p ) sec ½β – Rc
= ( 318 + 55,49 ) sec 10 – 318
= 61,25 m
Tahap VI
Data lengkung dari lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah sebagai
berikut:
V = 60 km/jam L = 222,0 m
β = 20o e = 9,1 %
Ls = 111 m
Rc = 318 m Lc = 0 m
Es = 61,25 m p = 0,732 m
Ts = 111,69 k = 55,49 m
Geometrik Jalan 14
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
Tahap VII
Diagram Superelevasi bentuk lengkung Horizontal Spiral-Spiral
Geometrik Jalan 15
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
2. KOMENTAR DOSEN
Nilai Fm pada rumus R minimum di semua contoh perhitungan yang ada di
pembahasan kurang tepat. Seharusnya nilai Fm yang dipakai diambil dai tabel 4.1
halaman 76 buku “Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan”. Jadi nilai Fm yang
digunakan ialah 0,153 sehingga R minimum di peroleh 112,04 meter.
3. ISTILAH-ISTILAH
Lc : Panjang busur lingkaran
Ec : Jarak antara titik PH dan busur lingkaran
β : Sudut perpotongan
R : Jari-jari lengkung lintasan
Fs : Gaya gesekan melintang
B : Lebar jalan
e : Superelevasi
en : kemiringan melintang normal jalan
Ls : Panjang lengkung peralihan
V : Kecepatan rencana
4. HASIL DISKUSI (PERTANYAAN dan JAWABAN)
a. I.B. Donny Permana (1004105045)
Pertanyaan:
- Darimana anda mendapatkan Fm untuk menghitung R minimum?
- Apa perbedaan Metode Bina Marga dan AASHTO
Jawaban:
Nilai Fm didapatkan pada tabel 4.1 buku “Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan”
halaman 76. Lihat tabelnya dan sesuaikan dengan Kecepatan rencana yang digunakan.
Perbedaan Metode Bina Marga dan AASTHO ialah hanya perbedaan nilai pada tabel
untuk menentukan Ls’ dan e berdasarkan R yang sudah di rencanakan.
Komentar Dosen:
Untuk Metode AASTHO tabelnya jarang digunakan di Indonesia, karena
kecepatannya masih di bawah 100 km/jam. Dan kalau menggunakan Metode Bina Marga
Geometrik Jalan 16
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
untuk merencanakan suatu bentuk lengkung harus konsisten dengan tabel Bina Marga
yang di pakai,
b. I Gede Parmanto (1004105047)
Pertanyaan:
Bagaimana anda tahu kalau pada bentuk lengkung SS nilai Lc pasti 0 ?
Jawaban:
Nilai Lc pasti nol pada bentuk lengkung SS itu memang sudah ketentuan bentuk
lengkung SS yaitu Spiral-Spiral. Jadi antara garis Spiral dan Spiral langsung bertemu
tanpa dihubungkan oleh lingkaran atau Circle (Lc).
c. Putu Vella Agnellia Certina (1004105019)
Mengapa pada contoh perhitungan bentuk lengkung Full Circle mengambil angka 716
meter? Apakah boleh mengambil angka yang lain?
Jawaban:
Pengambilan angka 716 meter pada perhitungan Full Circle itu berdasarkan R
minimum yang telah didapat yaitu 112 meter. Jadi R yang direncanakan minimum 112
meter, karena pada contoh perhitungan akan merencanakan bentuk lengkung Full Circle,
maka diambil R yang berada di atas garis batas e pada tabel 4.7 Buku “Dasar-Dasar
Perencanaan Geometrik Jalan”.
d. Mahasiswa 2009 (0904105091)
Pertanyaan:
Apa sebenarnya Ls’ (Ls Fiktif) tersebut , apakah manipestasi Ls fiktif di lapangan
sebenarnya?
Jawaban:
Ls fiktif berarti pada lapangan Ls fiktif tersebut tidak terlihat secara langsung.
Komentar Dosen:
Ls Fiktif dikatakan fiktif karena seolah-olah tidak ada tapi sebenarnya ada di
lapangan.
Geometrik Jalan 17
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
e. I Ketut Ramawan (1004105039)
Pertanyaan:
Apakah perhitungan yang didapatkan pada saat merencanakan lengkung harus sesuai
pengaplikasiannya di lapangan atau ada toleransi tertentu?
Jawaban:
Jika perhitungan sudah sesuai tabel-tabel Metode yang digunakan untuk
merencanakan lengkung maka tidak dilakukan koreksi, namun jika tidak menggunakan
tabel mungkin akan menggunakan koreksi tertentu. Dan nilai Data Bentuk Lengkung
yang bernilai desimal akan dibulatkan.
Komentar Dosen:
Implementasi di lapangan di lakukan dengan menggunakan koordinat X dan Y.
Sehingga bisa terjadi toleransi, yaitu toleransi satuan ukuran. Menggunakan koordinat
bertujuan untuk tercapainya nilai data lengkung yang telah dihitung secara tepat di
lapangan.
Geometrik Jalan 18
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
LAMPIRAN
BERITA ACARA PROSES PEMBELAJARAN
Topik Bahasan : -Diagram Alir/Flowchart Pemilihan Bentuk Lengkung Horizontal
-Contoh Perhitungan Pemilihan Bentuk Lengkung Horizontal serta Diagram Superelevasi
No Waktu Proses Pembelajaran Keterangan
1 08.30-09.00
Tgl 20 Maret 2012
Persentasi materi “Diagram Alir/Flowchart Pemilihan Bentuk Lengkung Horizontal dan Contoh Perhitungan Pemilihan Bentuk Lengkung Horizontal serta Diagram Superelevasi”
Oleh kelompok 4
2 09.00-09.20
Tgl 20 Maret 2012
Inventarisasi Pertanyaan Oleh Mahasiswa
3 09.20-09.40
Tgl 20 Maret 2012
Menjawab pertanyaan dari mahasiswa mengenai materi presentasi
Oleh kelompok 4
4 09.40-10.10
Tgl 20 Maret 2012
Komentar Dosen mengenai persentasi dan hasil diskusi
Oleh dosen pengampu
Dosen Pengampu
(Ir. I Nyoman Widana Negara, MSc.)
NIP. 195709201985111001
Koordinator Tingkat
(I Putu Satya Wibawa P.)
NIM. 1004105035
Geometrik Jalan 19
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
Geometrik Jalan 20
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
Geometrik Jalan 21
Laporan ProsesPembelajaran Geometrik Jalan
Geometrik Jalan 22