kel 3 pusk upaya kesehatan wajib puskesmas

42
BAB I LATAR BELAKANG Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Yang dimaksud dengan unit pelayanan teknis yakni Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas tehnis operasional Dinas Kesehatan Kota dan merupakan unit prlaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Sedangkan pembangunan kesehatan merupakan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga, dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Dan dalam upaya pelaksanaan tersebut, dibagi menjadi 2 yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Setelah kita membaca konsep dasar PUSKESMAS dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebenarnya PUSKESMAS memiliki peranan dalam upaya 1

Upload: zoel-prates-h-z

Post on 03-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

BAB I

LATAR BELAKANG

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

128/MENKES/SK/II/2004, Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas

kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggungjawab terhadap pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya. Yang dimaksud dengan unit pelayanan teknis

yakni Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas tehnis

operasional Dinas Kesehatan Kota dan merupakan unit prlaksana tingkat pertama

serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Sedangkan

pembangunan kesehatan merupakan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajad kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian

puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga, dan masyarakat serta pusat pelayanan

kesehatan strata pertama. Dan dalam upaya pelaksanaan tersebut, dibagi menjadi

2 yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.

Setelah kita membaca konsep dasar PUSKESMAS dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, dapat

kita ambil kesimpulan bahwa sebenarnya PUSKESMAS memiliki peranan dalam

upaya preventif dan promotif, setelah upaya tersebut dilakukan baru upaya kuratif

dan rehabilitatif dilakukan untuk meningkatkan pembangunan kesehatan bangsa

Indonesia. Namun dalam perkembangannya, terlihat bahwa pada akhirnya upaya

kuratif dan rehabilitatif lebih terlihat mendominasi peranan PUSKESMAS yang

kontras sekali dengan upaya promotif dan preventif yang harusnya dilakukan oleh

PUSKESMAS. Apalagi saat ini banyak puskesmas yang berubah menjadi

miniatur rumah sakit, dengan merubah status menjadi puskesmas dengan

perawatan. Sehingga tenaga kesehatan yang ada terkonsentrasi pada upaya

mengelola rawat inap. Hal ini sangat menunjukkan bahwa semakin kaburnya

peranan PUSKESMAS dari konsep dasar.

Kita sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, harus mengetahui konsep

dasar PUSKESMAS dan upaya kesehatan yang harus dilakukan dan

1

Page 2: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

dipertanggungjawabkan oleh PUSKESMAS dalam menunjang peningkatan

derajat kesehatan bangsa ini. Sebelum mengetahui upaya kesehatan pengembang,

ada baiknya kita harus mengetahui dan memahami upaya kesehatan wajib yang

harus dilakukan oleh PUSKESMAS, diantaranya:

1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

2. Upaya Promosi Kesehatan di PUSKESMAS

3. Upaya Kesehatan Lingkungan

4. Upaya Perbaikan gizi

5. Upaya Pemberantasan Penyakit Menular

6. Upaya Pengobatan Dasar

2

Page 3: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

BAB II

PEMBAHASAN

Upaya Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992

adalah setiap kegiatan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan yang

dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan

dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan.

Upaya Kesehatan Wajib yang dilakukan oleh Puskesmas dalam bentuk

Usaha Pokok Puskesmas meliputi:

A. UPAYA KESEHATAN IBU, ANAK, DAN KB

1. Pengertian

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu

menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan

masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk

membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi

gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan.

Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang

dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat

transportasi atau komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan,

pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB. Dalam

pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, 

pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta

pembinaan kesehatan  di taman kanak-kanak.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya

kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang

3

Page 4: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian

target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010,

serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses

tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan

kualitas manusia seutuhnya.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku)

dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan

menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan

kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan

sebagainya.

2) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak

prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa

Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.

3) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.

4) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin,

ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.

5) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan

seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,

anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam

keluarganya.

3. Kegiatan

a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita

dan anak prasekolah.

b. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.

c. Pemantauan tumbuh kembang balita.

d. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3

kali, Polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi.

e. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan

program KIA.

f. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk

4

Page 5: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

macam-macam penyakit ringan.

g. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan

pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama

periode neonatal (0-30 hari)

h. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para

dukun bayi serta kader-kader kesehatan

4. Sistem Kesiagaan di Bidang KIA di Tingkat Masyarakat

Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :

a. Sistem pencatatan-pemantauan

b. Sistem transportasi-komunikasi

c. Sistem pendanaan

d. Sistem pendonor darah

e. Sistem Informasi KB

Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses

memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja,

tetapi juga merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya

perubahan perilaku, yaitu:

a. Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi

gawat darurat, khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.

b. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan

angka kematian maternal.

c. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat

dalam menolong perempuan saat hamil dan persalinan.

d. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan

dibantu oleh tenaga kesehatan profesional.

e. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan

maternal.

f. Upaya untuk melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders)

dalam mengatasi masalah kesehatan.

Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep-

konsep berikut :

5

Page 6: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

a. Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong

menolong, untuk perempuan saat hamil dan bersalin.

b. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya

urusan perempuan.

c. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab

pemerintah tetapi merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.

d. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.

e. Menggunakan pendekatan partisipatif.

f. Melakukan aksi dan advokasi.

Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk

memahami kondisi mereka dan melakukan aksi dalam mengatasi masalah

mereka ini disebut dengan pendekatan belajar dan melakukan aksi bersama

secara partisipatif (Participatory Learning and Action -PLA). Pendekatan

ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan mengelola

berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan,

sehingga setiap orang memiliki pandangan yang sama tentang penyelesaian

masalah mereka, tetapi pendekatan ini juga merupakan proses

mengorganisir masyarakat sehingga mereka mampu untuk berpikir dan

menganalisa dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah mereka. Ini

adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu

melakukan aksi untuk meningkatkan kondisi mereka. Jadi, ini merupakan

proses dimana masyarakat merubah diri mereka secara individual dan

secara kolektif dan mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki dari

energi dan kekuatan mereka (Hartock, 1981).

Dalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama

masyarakat perlu untuk memahami dan menganalisa kondisi kesehatan

mereka saat ini, seperti kondisi kesehatan ibu; kesehatan bayi baru lahir,

kesehatan bayi, pelayanan kesehatan, dan berbagai hubungan dan

kekuasaan yang memperngaruhi kondisi tersebut agar mereka mampu

untuk melakukan aksi guna memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan

analisa mereka tentang potensi yang mereka miliki. Untuk memfasilitasi

6

Page 7: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

mereka agar berpikir, menganalisa dan melakukan aksi, proses fasilitasi

dan warga yang berperan melakukan fasilitasi sangat diperlukan.

Selain itu, warga yang berperan memfasilitasi masyarakatnya

membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang konsep Pemberdayaan

Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan

keterampilan penggunaan metode dan alat-alat partisipatif. Jadi,

pendekatan yang diaplikasikan dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang

KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan berikutnya dalam

keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.

Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan

mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap

kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit

yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, kejadian bencana,

kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara

gotong royong.

Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan

dasar kepada masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya

peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi

masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam

mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan Desa

Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk

hidup sehat.

Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga

tersebut, maka Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) merupakan salah satu komponen yang penting dalam pencapaian

tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

5. Manajemen Kegiatan KIA

Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah

Setempat – KIA (PWS-KIA) dengan batasan :

a. Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan

kegiatan KIA serta alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor

lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan program KIA

7

Page 8: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

secara teknis maupun non teknis.

b. Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan

teknis dan non teknis, yaitu :

1) Indikator Pemantauan Teknis :

Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam

lingkungan kesehatan yang terdiri dari :

a) Indikator Akses

b) Indikator Cakupan Ibu Hamil

c) Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

d) Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat

e) Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan

f) Indikator Neonatal

2) Indikator Pemantauan Non teknis :

Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi

kemajuan maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para

penguasa di wilayah, sehingga dimengerti dan mendapatkan

bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan

dalam berbagai tingkat administrasi, yaitu :

a) Indikator pemerataan pelayanan KIA

Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam

pemantauan secara teknis memodifikasinya menjadi indikator

pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh para

penguasa wilayah.

b) Indikator efektivitas pelayanan KIA

Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan

secara teknis dengan memodifikasinya menjadi indikator

efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para penguasa

wilayah.

Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per

bulan, per desa serta dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan

lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih

ketinggalan. Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti

8

Page 9: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari para penguasa wilayah

perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian

sumber daya setempat yang diperlukan.

6. Sebelas Indikator Dasar Pelayanan KIA

Puskesmas melalui pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung,

melakukan seluruh program kesehatan Ibu dan Anak secara menyeluruh,

dengan memperhatikan beberapa indikator cakupan program KIA yang

terpadu dengan beberapa kegiatan lainnya seperti program gizi, imunisasi

dan upaya kesehatan sekolah (UKS).

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) : 95%

Cakupan Komplikasi Kebidanan : 80 %

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan : 90%

Cakupan Pelayanan Nifas : 90%

Cakupan Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi : 80%

Cakupan Kunjungan Bayi : 90 %

Cakupan Imunisasi Bayi (Universal Child Immunization): 100 %

Cakupan Pelayanan Anak Balita : 90 %

Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI : 100 %

Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk : 100 %

Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar : 100 %

Setiap cakupan program tersebut merupakan rincian Pelayanan

Kesehatan Dasar (PKD), yang diharapkan bisa tercapai pada kurun waktu

2010-2015, dimana menjadi target khusus pelayanan di tingkat puskesmas,

sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada setiap Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

(Disadur dan diringkas dari Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan di Kabupaten/Kota, Permenkes RI No.

741/Menkes/PER/VII/2008, hal.5-6)

B. UPAYA PROMOSI KESEHATAN

9

Page 10: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dijelaskan bahwa promosi

kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

melalui proses pembelajaran diri dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,

agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan

yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung

oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2008). Saat ini,

perilaku masyarakat merupakan faktor utama yang menyebabkan masalah

kesehatan. Dalam mengantisipasi perilaku masyarakat yang belum menerapkan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), peran promosi kesehatan sangatlah

penting.

Ruang lingkup penyelenggaraan promosi kesehatan tidak hanya berfokus

pada perubahan perilaku masyarakat saja, tetapi juga merupakan upaya

membangun komitmen dan dukungan kongkrit para pengambil kebijakan dan

berbagai kelompok di masyarakat yang peduli terhadap masalah promosi

kesehatan. Promosi kesehatan juga berperan dalam proses peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan, melalui peningkatan kapasitas petugas kesehatan agar

mampu dan responsif dalam memberdayakan kliennya dengan kata lain

sebagai agen perubahan yang bertugas menjaga dan meningkatkan kesehatan

klien untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat

merupakan sarana kesehatan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Untuk itu, peranan Puskesmas hendaknya tidak lagi

menjadi sarana pelayanan pengobatan dan rehabilitatif saja, tetapi juga lebih

ditingkatkan pada upaya promotif dan preventif. Oleh karena itu promosi

kesehatan menjadi salah satu upaya wajib di Puskesmas (Masulili, 2007).

Menurut Depkes RI (2007), promosi kesehatan di Puskesmas adalah

upaya Puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk

mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta

lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan

bersumber masyarakat. Secara operasional, upaya promosi kesehatan di

Puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu ber Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang

10

Page 11: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

diderita maupun yang berpotensi mengancam secara mandiri. Oleh karena itu,

keberadaan Puskesmas dapat diumpamakan sebagai

agen perubahan di masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan

timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat

(Depkes, 2007).

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas

merupakan upaya penggerakakan atau pengorganisasian masyarakat.

Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan membantu

kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah yang mengganggu

kesehatan dan diupayakan agar berbagai kegiatan promosi kesehatan di

Puskesmas meliputi kunjunganrumah dan pemberdayaan berjenjang.

Kunjungan rumah dilakukan petugas sebagai tindak lanjut upaya promosi

kesehatan di dalam Puskesmas, yaitu saat mereka berkunjung ke Puskesmas.

Untuk keluarga yang memiliki masalah kesehatan cukup berat, kunjungan

rumah dilakukan untuk membantu pemecahan masalah tersebut melalui

konseling di tingkat keluarga. Tidak jarang, kunjungan rumah yang semula

dimaksud untuk menyelenggarakan konseling keluarga berkembang menjadi

konseling yang lebih luas lagi, seperti tingkat dasa wisma atau bahkan lebih

luas lagi.

Promosi kesehatan di masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas

sebaiknya tidak ditangani sendiri oleh petugas kesehatan Puskesmas.

Masyarakat yang begitu beragam dan luas terdiri dari berbagai tatanan seperti

tatanan:

1. Rumah tangga

2. Sarana pendidikan

3. Tempat kerja

Depkes RI (2007) menyebutkan, proses pemberdayaan berjenjang ini

umumnya diselenggarakan melalui pendekatan yang dikenal dengan sebutan

pengorganisasian masyarakat.

C. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

11

Page 12: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

1. Definisi Kesehatan Lingkungan

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan

adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan

lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut

HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan

lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang

keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya

untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan

bahagia.

2. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup

kesehatan lingkungan, yaitu :

a) Penyediaan Air Minum

b) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran

c) Pembuangan Sampah Padat

d) Pengendalian Vektor

e) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

f) Higiene makanan, termasuk higiene susu

g) Pengendalian pencemaran udara

h) Pengendalian radiasi

i) Kesehatan kerja

j) Pengendalian kebisingan

k) Perumahan dan pemukiman

l) Aspek kesling dan transportasi udara

m) Perencanaan daerah dan perkotaan

n) Pencegahan kecelakaan

o) Rekreasi umum dan pariwisata

p) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

q) epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk

r) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin

lingkungan.

12

Page 13: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam

Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu:

a) Penyehatan Air dan Udara

b) Pengamanan Limbah padat/sampah

c) Pengamanan Limbah cair

d) Pengamanan limbah gas

e) Pengamanan radiasi

f) Pengamanan kebisingan

g) Pengamanan vektor penyakit

h) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

3. Sasaran Kesehatam Lingkungan

Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan

kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :

a) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha

yang sejenis

b) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis

c) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis

d) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan

untuk umum

e) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti

lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan

penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.

4. Lima Upaya dasar Kesehatan Lingkungan

a) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)

Secara umum Program Penyehatan SAB bertujuan untuk

meningkatkan kualitas air bersih untuk berbagai kebutuhan dan

kehidupan manusia untuk seluruh penduduk baik yang berada di

pedesaan maupun di perkotaan dan meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memakai air bersih.

Secara khusus program penyehatan air bersih bertujuan

meningkatkan cakupan air bersih pada masyarakat dan

meningkatkan kualitas air yang aman untuk konsumsi masyarakat.

13

Page 14: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air,

Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air,

Pembinaan kelompok pemakai air.

b) Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah)

Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan permukiman,

dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

hidup serasi dengan lingkungan dan dapat mewujudkan kualitas

lingkungan permukiman yang bebas dari risiko yang

membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan komponen

lingkungan. Sarana sanitasi dasar yang dipantau, meliputi jamban

keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan

tempat pengelolaan sampah (TPS)

c) Penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU)

Program Penyehatan Tempat-Tempat Umum bertujuan untuk

meningkatkan kualitas lingkungan tenpat-tempat umum dan sarana

kemasyarakatan lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan,

sehingga dapat melindungi masyarakat dari penularan penyakit,

keracunan, kecelakaan, pencemaran lingkungan serta gangguan

kesehatan lainnya. Penyehatan Tempat Umum meliputi hotel dan

tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum

lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar

dan tempat hiburan lainnya. Dilakukan upaya pembinaan institusi

Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan

perkantoran.

d) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)

Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan

pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan

makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB

keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.

e) Klinik sanitasi dan Pemeriksaan Jentik Nyamuk

Secara umum klinik sanitasi bertujuan untuk meningkatmya derajat

kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, kuratif dan promotif

14

Page 15: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus di

puskesmas. Pelayanan klinik sanitasi dimaksudkan untuk

mencegah, memulihkan dan memperbaiki lingkungan guna

menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan meliputi malaria,

DBD, campak, TB paru, ISPA, kecacingan, penyakit kulit/ gatal-

gatal, diare, keracunan makanan dan keluhan akibat lingkungan

buruk/ akibat kerja. Klinik sanitasi perlu diwujudkan dan

dikembangkan di puskesmas. Bersama kader juru pengamatan

jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas melakukan

pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi

perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik. Kemudian dihitung,

berapa rumah penduduk yang mengalami bebas jentik.

D. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam

upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan

anak balita. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:

1. Peningkatan Pendidikan Gizi

a. Menyiapkan kerangka kebijakan dan menyusun strategi pendidikan gizi

masyarakat

b. Mengembangkan materi KIE gizi

c. Menyebarluaskan materi pendidikan melalui institusi pendidikan formal,

non formal, dan institusi masyarakat;

d. Menyelenggarakan promosi secara berkelanjutan

e. Meningkatkan kemampuan melalui pelatihan teknis dan manajemen

f. Pembinaan dan peningkatan kemampuan petugas dalam program

perbaikan gizi

2. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi,

Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan

Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya

Kegiatan ini meliputi :

a. Pemantauan dan promosi pertumbuhan

15

Page 16: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

b. Intervensi gizi yang meliputi pemberian makanan tambahan

suplementasi obat program, dan fortifikasi bahan makanan

c. Tatalaksana kasus kelainan gizi

d. Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi

kurang

e. Melakukan pendampingan

3. Penanggulangan Gizi Lebih

Kegiatan ini meliputi :

a. Penyusunan kebijakan penanggulangan gizi lebih

b. Konseling gizi

c. Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi

lebih

4. Peningkatan surveilens gizi

a. Melaksanakan dan mengembangkan PSG, PKG, serta pemantauan

status gizi lainnya

b. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB;

c. Meningkatkan SKPG secara lintas sektor

d. Pemantauan dan evaluasi program gizi

e. Mengembangkan jejaring informasi gizi

5. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi

a. Fasilitasi upaya pemberdayaan keluarga antara lain melalui kader

keluarga, positif deviant (pos gizi), kelas ibu;

b. Menjalin kemitraan dengan lintas sektor, LSM, dunia usaha dan

masyarakat;

c. Mengembangkan upaya pemberdayaan ekonomi kader dan keluarga;

d. Fasilitasi revitalisasi Posyandu;

e. Advokasi program gizi;

f. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat di bidang gizi

E. UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas

merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan

16

Page 17: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

pengendalian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. Upaya

kesehatan yang dilakukan diantaranya :

1. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD) / pengamatan penyakit.

2. Melaksanakan imunisasi.

3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue.

4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit tuberculosis.

5. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Pnemonia pada Balita.

6. Pencegahan dan penanggulangan penyakit Diare pada Balita.

7. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV

atau AIDS.

8. Eliminasi penyakit kusta.

9. Eradikasi polio, Eliminasi Tetanus Neonnatorum dan Reduksi Campak.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai fungsi :

1. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan pencegahan

dan pemberantasan penyakit bersumber pada binatang, penyakit menular

langsung, penyakit menular tertentu dan penyakit tidak menular serta

kejadian luar biasa penyakit dan wabah.

2. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data dan

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit bersumber

pada binatang , penyakit menular langsung, penyakit menular tertentu dan

penyakit tidak menular serta kejadian luar biasa penyakit dan wabah

3. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait

4. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan

Tujuan program ini adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan

kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas

penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah malaria, demam berdarah

dengue, diare, polio, filaria, kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia,

dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit

tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan

sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.

17

Page 18: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:

1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko:

a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan

perundang-undangan, dan kebijakan pencegahan dan

penanggulangan faktor risiko dan diseminasinya

b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan untuk

pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

c. Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor

risiko sebagai stimulant

d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/ juknis/

pedoman pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk

melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan

pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja

informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan

faktor risiko

h. Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor

risiko

i. Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahan dan

penanggulangan faktor risiko

j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan

pencegahan dan pemberantasan penyakit.

2. Peningkatan imunisasi

a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan

perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan

diseminasinya

b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan

peningkatan imunisasi

18

Page 19: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

c. Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan

yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan

khusus sesuai dengan skala prioritas

d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap

program imunisasi

e. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi

f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk

melaksanakan program imunisasi

g. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi

h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja

informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi

i. Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi

j. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan

imunisasi

k. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan

imunisasi.

3. Penemuan dan tatalaksana penderita:

a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan

perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana

penderita dan diseminasinya

b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan

penemuan dan tatalaksana penderita

c. Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita

sebagai stimulant

d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman

program penemuan dan tatalaksana penderita

e. Meningkatkan kemampuan tenagapengendalian penyakit untuk

melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita

f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan

penemuandan tatalaksana penderita

g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja

informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita

19

Page 20: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

h. Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita

i. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan

tatalaksana penderita

j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan

penemuan dan tatalaksana penderita.

4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah :

a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan

perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans

epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah dan diseminasinya

b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan

peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/

wabah

c. Menyediakan kebutuhan peningkatansurveilans epidemiologi dan

penanggulangan KLB/ wabah sebagai stimulan

d. Menyiapkan materi dan menyusunrancangan

juklak/juknis/pedoman program surveilans epidemiologi dan

penanggulangan KLB/ wabah

e. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi

KLB/Wabah, termasuk dampak bencana

f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk

melaksanakan program surveilans epidemiologi dan

penanggulangan KLB/ wabah

g. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan

surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah

h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja

informasi dan konsultasi teknis peningkatan surveilans

epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah

i. Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan

penanggulangan KLB/ wabah

j. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan

surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah

20

Page 21: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

k. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan

surveilans

l. epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah.

5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan

pemberantasan penyakit:

a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan

perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi

informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan

penyakit dan diseminasinya

b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan

peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan

dan pemberantasan penyakit

c. Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan

edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai

stimulant

d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman

program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan

pemberantasan penyakit

e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk

melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE)

pencegahan dan pemberantasan penyakit

f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan

komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan

pemberantasan penyakit

g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja

informasi dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi

dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;

h. Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan

edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (i)

Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan

21

Page 22: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan

pemberantasan penyakit

i. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan

komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan

pemberantasan penyakit.

E.1 SURVEILANS DAN PELAPORAN PENYAKIT MENULAR

Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai upaya

rutin dalam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang

diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat.

Sedangkan Epidemiologi didefinisikan sebagai studi sistematis yang

dilakukan untuk mempelajari fakta-fakta yang berperan atau mempengaruhi

kejadian dan perjalanan suatu penyakit atau kondisi tertentu yang menimpa

masyarakat. Oleh karena itu untuk memberantas suatu penyakit menular

diperlukan pengetahuan tentang Epidemiologi penyakit tersebut serta

tersedianya data surveilans yang dapat dipercaya yang berkaitan dengan

kejadian penyakit tersebut. Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu

bagian saja namun yang paling penting dari suatu system surveilans

kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan “overcrowding”

mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang.

Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi

perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular

tertentu. Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang

mempunyai ekolodi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah

tersebut mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat

menimbulkan masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia

penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru

muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme. Yang paling

penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan

mengidentifikasinnya sedini mungkin. Bagaimanapun juga deteksi dini

terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian

para petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali

22

Page 23: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

kejadian kesehatan yang tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga kesehatan

yang menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan

kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan

yang semestinya.

Sistem pelaporan pasif memiliki kelemahan karena sering tidak

lengkap dan tidak akurat terutama untuk penyakit yang prevalen. Sistem

pelaporan pasif ini perlu didorong setiap saat agar didapatkan laporan yang

lebih lengkap dan tepat waktu terutama untuk penyakit menular yang

mempunyai dampak kesehatan masyarakat yang luas termasuk penyakit yang

mungkin digunakan untuk melakukan bioterorisme.

Dengan segala kelemahan yang dimilkinya syst em pelaporan menular

tetap merupakan garis terdepan dari Sistem Kewaspadaan Dini kita dalam

upaya mencegah dan memberantas penyekit menular. Oleh karena itu setiap

petugas kesehatan tahu dan sadar akan pentingnya melaporkan kejadian

penyakit menular, cara-cara pelaporan dan manfat dari pelaporan ini.

E.2 PELAPORAN PENYAKIT MENULAR

Klinisi atau petugas kesehatan harus segera melaporkan kejadian

penyakit menular kepada pejabat kesehatan setempat. Peraturan yang

mengatur penyakit apa yang harus dilaporkan dan bagaimana cara

melaporkan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini sangat

tergantung kepada situasi di tempat itu.

Tujuan dari sistem pelaporan penyakit menular adalah untuk bisa

menyediakan informasi yang diperlukan dan tepat waktu agar dapat dilakukan

investigasi serta penanggulangannya oleh pihak yang berwenang.

Disamping itu system pelaporan penyakit menular yang seragam dapat

menjamin data kesehatan dan kematian dari satu daerah dan daerah lain serta

dari satu negara dan negara lain dapat di bandingkan.

Sistem pelaporan penyakit menular berfungsi pada empat tingkatan :

1. Data dasar dikumpulkan dari masyarakat dimana penyakit menular tersebut

muncul.

2. Data ini kemudian diolah di tingkat Kabupaten atau tingkat Propinsi.

23

Page 24: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

3. Data kemudian di kompilasi di tingkat Nasional.

4. Untuk penyakit-penyakit tertentu suatu negara melaporkannya ke WHO.

Dari 4 tingkatan diatas maka tingkat pertama adalah yang paling

penting oleh karena data dasar dikumpulkan dari masyarakat yang langsung

tertimpa, merupakan tanggung jawab utama dari petugas kesehatan ditingkat

ujung tombak.

F. UPAYA PENGOBATAN DASAR

Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter

berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan

pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang

dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi

pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi

pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang

rasional. Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang

sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia

setiap saat dan harga terjangkau. Salah satu perangkat untuk tercapainya

penggunaan obat rasional adalah tersedia suatu pedoman atau standar

pengobatan yang dipergunakan secara seragam pada pelayanan kesehatan dasar

atau puskesmas.

Upaya pengobatan di Puskesmas adalah segala bentuk pelayanan

pengobatan yang diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit

atau gejalanya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan

teknologi yang khusus untuk keperluan tersebut.

1. Tujuan Upaya pengobatan diantaranya :

a. Umum : meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat

di Indonesia

b. Khusus :

1) Terhentinya proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.

2) Berkurangnya penderitaan karena sakit.

3) Tercegahnya dan berkurangnya kecacatan.

24

Page 25: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

4) Merujuk penderita ke fasilitas diagnose dan pelayanan yang lebih

canggih bila perlu.

2. Kegiatannya mencakup :

a. Melakukan diagnose sedini mungkin melalui

b. Melaksanakan tindakan pengobatan

c. Melakukan rujukan bila dipandang perlu

Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu,

keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional,

perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kosmetika.

3. Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain:

a. Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan

kesehatan diseluruh Puskesmas dan jaringannya.

b. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan.

c. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan

d. terutama untuk penduduk miskin.

e. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit.

4. Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan diantaranya :

a. Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar.

b. Melaksanakan peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,

termasuk pelayanan kesehatan terhadap keluarga miskin.

25

Page 26: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

BAB III

KESIMPULAN

Terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan puskesmas sebagai rujukan

strata pertama layanan kesehatan salah satunya yaitu upaya kesehatan wajib

puskesmas. Upaya wajib puskesmas ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,

regional, dan global serta mempunyai daya ungkit yang tinggi untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya ini harus diselenggarakan

oleh setiap puskesmas diseluruh indonesia. Upaya kesehatan wajib meliputi:

A. Upaya Kesehatan Ibu&Anak serta KB

B. Upaya Promosi Kesehatan

C. Upaya Kesehatan Lingkungan

D. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

E. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

F. Upaya Pengobatan Dasar

26

Page 27: Kel 3 Pusk Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

128/MENKES/SK/II/2004

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20857/4/Chapter%20II.pdf

http://dinkes.probolinggokota.go.id

http://keslamsel.wordpress.com

http://www.dinkes-kabtangerang.go.id

http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/77

http://dinkes.brebeskab.go.id/index.php/kesehatan/73-mengembalikan-peran-

puskesmas

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20857/4/Chapter%20II.pdf

27