kekuatan hukum momerandum of understanding ( mou …

128
KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU ) PADA PERJANJIAN KAWASAN PENGEMBANGAN LOT C-5 ANTARA PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO ) DENGAN PT. JAYA MAKMUR BERSAMA JAKARTA. (Analisis Putusan MA Nomor : 1788 K/Pdt/2014 ) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : Luthfi Muhammad Nim : 1113048000019 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S PROGRAM STUDI I L M U HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1438H/2017 M

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU )

PADA PERJANJIAN KAWASAN PENGEMBANGAN LOT C-5 ANTARA PT.

PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO ) DENGAN PT. JAYA

MAKMUR BERSAMA JAKARTA.

(Analisis Putusan MA Nomor : 1788 K/Pdt/2014 )

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

Luthfi Muhammad

Nim : 1113048000019

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

PROGRAM STUDI I L M U HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1438H/2017 M

Page 2: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …
Page 3: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …
Page 4: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …
Page 5: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

iv

ABSTRAK

Luthfi Muhammad, NIM 1113048000019, KEKUATAN HUKUM

MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU ) PADA PERJANJIAN

KAWASAN PENGEMBANGAN LOT C-5 ANTARA PT. PENGEMBANGAN

PARIWISATA BALI (PERSERO ) DENGAN PT. JAYA MAKMUR

BERSAMA JAKARTA. (Analisis Putusan MA Nomor: 1788 K/Pdt/2014), Strata

satu (S1), Kosentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam

Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M, ix+75+ 43 halaman

lampiran. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan Hukum Memorandum of

Understanding pada kasus sengketa antara PT. Pengembangan Bali Persero dan PT.

Makmur Jaya Bersama. Latar Belakang penelitian ini adalah berkaitan dengan

pembuatan MoU menyerupai kontrak yang diperselisihkan oleh pihak yang

membuatnya. Penelitian ini bersifat library research, mengkaji putusan Mahkamah

Agung Nomor : 1788 K/Pdt/2014 dan mengaitkan ke undang-undang yang berlaku

untuk mendukung penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah yuridis normatif

dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach),

pendekatan kasus (case study) serta pendekatan konseptual (conceptual approach).

Dalam penelitian ini menggunakan tiga bahan hukum yakni, bahan hukum primer

terdiri dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang perjanjian, putusan

Mahkamah Agung Nomor : 1788 K/Pdt/2014 dan aturan perundang-undangan lain

yang terkait. bahan hukum sekunder terdiri dari publikasi tentang hukum dalam

perjanjian meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-

komentar atas putusan pengadilan, bahan non hukum terdiri dari buku-buku

mengenai Ilmu Ekonomi, Sosiologi, transaksi bisnis atau laporan-laporan penelitian

non-hukum. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata secara jelas menjelaskan bahwa apabila syarat sah suatu perjanjian tidak

sempurna, maka suatu perjanjian tersebut dinyatakan tidak sah.

Kata Kunci : Kekuatan hukum, Memorandum of Understanding

Pembimbing : Dra. Hafni Muchtar, S.H., M.H., MM.

Dewi Sukarti, M.A.

Sumber Rujukan dari 1984 sampai 2014

Page 6: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang tidak

terhingga banyakanya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga

akhir zaman.

Dengan mengucap Alhamdullilahi Robbil „alamin penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF

UNDERSTANDING ( MoU ) PADA PERJANJIAN KAWASAN

PENGEMBANGAN LOT C-5 ANTARA PT. PENGEMBANGAN

PARIWISATA BALI (PERSERO ) DENGAN PT. JAYA MAKMUR

BERSAMA JAKARTA (Analisis Putusan MA Nomor : 1788 K/Pdt/2014 )”.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Peneliti dalam membuat penulisan ini, mengalami berbagai kesulitan,

mengingat penulisan tersebut terbilang masih baru, namun hal ini dijadikan motivasi

untuk menggapai cita-cita lebih tinggi. Terciptanya penulisan ini tidak terlepas dari

pengetahuan keilmuan peneliti dapatkan dari berbagai sumber. Oleh karena itu, dalam

Page 7: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

vi

kesempatan ini ingin peneliti sampaikan dengan setulus hati ucapan terima kasih

kepada Yang Terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H.,M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

Drs. Abu Tamrin, S.H.,M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan arahan serta masukan atas

penyusunan skripsi

3. Dra. Hafni Muchtar, S.H., M.H., MM. dosen Pembimbing I yang telah bersedia

menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan masukan

terhadap proses penyusunan skripsi ini

4. Dewi Sukarti, M.A. Selaku dosen Pembimbing II yang telah bersedia menyediakan

waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran dan masukan terhadap

proses penyusunan skripsi ini

5. Kedua Orang tua yang sangat saya cintai & sayangi, Bapak Syarifudin dan Ibu Nur

Azizah yang telah mendoakan, mendoakan, mendukung, dan menjadi motivasi

untuk menyelesaikan skripsi ini, tanpa kalian saya tidak akan bisa sampai ke tahap

ini.

6. Adik penulis, Hafizul Qurro, Azka Farezi Ramadhan, dan Ahmad Adnan Muzaki

yang sangat saya sayangi dan cintai telah menjadi inspirasi Penulis untuk bisa

Page 8: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

vii

dibanggakan dan Keluarga Besar Penulis yang selalu mendoakan agar penelitian

ini terselesaikan.

7. Sahabat-sahabat penulis, Agesa Abdullah Muksid, Edi Hernawan, Elvin Maulani

Ma’ruf, dan Abdul Rizal Asror yang telah membantu memberikan semangat

kepada penulis.

8. Teman – teman Ilmu Hukum angakatan 2013 yang telah membantu memberikan

semangat kepada penulis, semoga teman-teman dapat menyelesaikan skripsi

dengan segera.

Akhir kata, atas jasa dan bantuan semua pihak yang telah membantu & memberikan

masukan, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat. Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis, masyarakat serta para pembaca

kalangan umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 18 Juni 2017

Luthfi Muhammad

Page 9: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………….... 1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………………………… .. 8

C. Pembatasan Dan Rumusan Masalah…………………………………………... .. 9

D. Tujuan dan Penelitian…………………………………………………………. 10

E. Tinjauan ( review ) Kajian Terdahulu…………………………………………. 11

F. Definisi Operasional…………………………………………………………... 14

G. Kerangka Konseptual………………………………………………………….. 15

H. Metode Penelitian……………………………………………………………... 17

I. Sistematika Penelitian………………………………………………………… 21

BAB II DEFINISI MOU, DAN PERJANJIAN KONTRAK

A. Memorandum of Understanding ( MoU )

1. Istilah dan Pengertian Memorandum of Understanding………………. 23

2. Tujuan dibuatnya Memorandum of Understanding…………………… 27

3. Struktur Memorandum of Understanding……………………………... 29

4. Jangka waktu berlakunya Memorandum of Understanding…………... 30

B. Perjanjian Kontrak

1. Istilah dan Pengertian Kontrak………………………………………… 30

2. Struktur Kontrak………………………………………………………. 32

BAB III KEKUATAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM

PERJANJIAN

1. Kekuatan Memorandum of Understanding menurut KUH Perdata…… 35

2. Kekuatan Memorandum of Understanding menurut Hukum

Kontrak………………………………………………………………... 42

Page 10: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

ix

BAB IV MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1788 K/PDT.G/2014

1. Posisi Kasus……………………………………………………………. 53

2. Pertimbangan dan Interpretasi Hakim…………………………………. 56

3. Analisis Penyelesaian sengketa antara pihak PT.Pengembangan Bali

(Persero) dengan PT. Jaya Makmur Bersama pada Klausul

pelanggaran Memorandun of Understanding dalam putusan Perkara

Mahkamah Agung NOMOR : 1788

K/Pdt.G/2014………………………………………………………….. 60

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan…………………………………………………………… 69

2. Saran ………………………………………………………………... 72

Daftar Pustaka………………………………………………………………………. 74

Page 11: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kontrak merupakan bagian dalam proses transaksi bisnis, baik

transaksi bisnis dalam negeri maupun bisnis luar negeri. Fungsi perjanjian

kontrak sangatlah penting dalam menjamin bahwa seluruh hak dan kewajiban

para pihak dapat terlaksana dan dipenuhi.hukuman bagi Para pihak yang gagal

ataupun lalai melakukan kewajiban atau prestasi yang telah disanggupinya

dalam kontrak ( wanprestasi ) pelaksanaannya dijamin oleh pengadilan. Yaitu

: pengadilan akan membuat suatu putusan yang menghukum pihak yang

melakukan wanprestasi untuk mengganti kerugian dalam bentuk uang yang

meliputi : biaya yang telah dikeluarkan sehubungan dengan pelaksaan

kontrak, ganti kerugian yang dialami oleh pihak berkontrak yang dirugikan

akibat dari tindakan wanprestasi, termasuk juga bunga yang dibebankan

terhadap ganti rugi ,yang secara umum dijamin pelunasannya dari harta pihak

yang wanprestasi.1

Kontrak – kontrak yang telah diatur dalam KUH Perdata, seperti jual –

beli, tukar – menukar, sewa – menyewa, persekutuan perdata, hibah, penitipan

barang, pinjam pakai, pinjam – meminjam, pemberian kuasa, penanggungan

1 Ricardo Simanjutak, Hukum Kontrak Teknik Perancangan Kontrak Bisnis,( Jakarta : kontan

Page 12: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

2

utang, perjanjian untung-untungan, dan perdamaian. Diluar KUH Perdata, kini

telah berkembang kontrak baru, seperti Leasing, beli – sewa, production

sharing, joint venture,dan lain lain. Walaupun kontrak – kontrak itu telah

hidup dan berkembang dalam masyarakat, namun peraturan yang berbentuk

Undang – Undang belum ada. Yang ada hanya dalam bentuk Peraturan

Mentri. Peraturan itu hanya terbatas pada peraturan yang mengandung tentang

Leasing, sedangkan kontrak – kontrak yang lain belum mendapat pengaturan

secara khusus. Akibat dari tidak adanya kepastian hukum tentang kontrak

tersebut maka akan menimbulkan persoalan dalam dunia perdagangan,

terutama ketidakpastian bagi para pihak yang mengadakan kontrak.2

Suatu kontrak bisa dianggap sah jika memenuhi syarat-syarat sah

perjanjian yang ada dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Empat syarat sahnya perjanjian yaitu:3

1. Adanya kesepakatan antara dua belah pihak.

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.

3. Adanya objek, dan

4. Adanya kausa yang halal.

2 Salim H.S., Hukum Kontrak : “Teori dan teknik penyusunan kontrak “, ( Jakarta : Sinar

Grafika,2006 ),h. 2.

3 Salim H.S., Hukum Kontrak : “Teori dan teknik penyusunan kontrak “, h. 33.

Page 13: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

3

Kendatipun kini terdapat perkembangan yang sangat menggembirakan

yaitu dengan aktifnya keterlibatan Indonesia dalam pendesainan dan

penandatanganan perjanjian-perjanjian yang bersifat melindungi pelaku

bisnis, seperti GATT Anti-Dumping Code, dan beberapa konvensi

internasional penting lainnya seperti Convention of the law applicable to

international sales of goods (1995) dan penandatanganan WTO Agreement.4

Harus disadari bahwa perjanjian - perjanjian itu sebenarnya terbatas,

Transaksi - transaksi bisnis WTO dilakukan terbatas dalam kerangka WTO.

Dalam hal penyelesaian sengketa, juga ditentukan. bahwa Badan Penyelesaian

Sengketa (Disputes Settlement Body) WTO hanya berurusan dengan sengketa-

sengketa yang timbul akibat dari pelaksanaan perjanjian (WTO Agreement)

dan sama sekali tidak berkaitan dengan perjanjian yang bersifat privat yang

dibuat untuk suatu transaksi antar perusahaan. Ketentuan tersebut

menunjukkan bahwa untuk masalah-masalah yang bersifat privat, yang

berkaitan dengan transaksi bisnis internasional, tetap berlaku hukum kontrak.

Oleh karena itu, subyek bisnis, tetap mengusahakan perlindungan sendiri

melalui kontrak yang dibentuk dari akibat-akibat perilaku curang mitra

bisnisnya.5

4 Ida Bagus Wiyasa Putra, Aspek-aspek Hukum Perdata Intemasional dalam Transaksi Bisnis

Intemasional, ( Bandung: Refika Aditama,1997 ), h. 39.

5 Ida Bagus Wiyasa Putra, Aspek-aspek Hukum Perdata Intemasional dalam Transaksi Bisnis

Intemasional, h. 40.

Page 14: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

4

Dalam Rumusan suatu kontrak, semakin banyak detail yang

dimasukkan dalam suatu kontrak tersebut, maka akan semakin baik pula suatu

kontrak. Karena itu, tidak mengherankan jika dalam dunia bisnis terdapat

kontrak yang jumlah halamannya mencapai puluhan bahkan ratusan lembar

dengan tujuan membuat kontrak sedetail mungkin, demi membuat pihak yang

melaksanakan suatu kontrak tidak berselisih paham di kemudian hari, atau

bahkan melakukan wanprestasi. Namun, biasanya dalam skala bisnis besar,

para pebisnis tidak langsung mengadakan suatu perjanjian kontrak, tetapi

terlebih dahulu melakukan suatu kesepahaman yang dituangkan dalam bentuk

nota dan ditandatangani oleh kedua belah pihak sebelum menuju ke suatu

perjanjian kontrak. Nota Kesepakatan semacam ini sering disebut sebagai

Memorandum of understanding.

Sebelum transaksi bisnis berlangsung, biasanya terlebih dahulu

dilakukan negosiasi awal. Negosiasi merupakan suatu proses upaya untuk

mencapai kesepakatan dengan pihak lain. Dalam negosiasi inilah proses tawar

menawar berlangsung. Tahapan berikutnya pembuatan MoU. MoU

merupakan pencatatan atau pendokumentasian hasil negosiasi awal tersebut

dalam bentuk tertulis. MoU penting sebagai pegangan untuk digunakan lebih

lanjut di dalam negosiasi lanjutan atau sebagai dasar untuk melakukan studi

kelayakan. Maksudnya sebagai studi kelayakan adalah setelah pihak-pihak

memperoleh MoU sebagai pegangan atau pedoman awal, baru dilanjutkan

Page 15: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

5

dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study, due diligent) untuk melihat

tingkat kelayakan dan prospek transaksi bisnis tersebut dari berbagai sudut

pandang yang diperlukan misalnya ekonomi, keuangan, pemasaran, teknik,

lingkungan, sosial budaya dan hukum. Hasil studi kelayakan ini diperlukan

dalam menilai apakah perlu atau tidaknya melanjutkan transaksi atau

negosiasi lanjutan.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia dan hukum

Indonesia tidak mengenal dan tidak mengatur tentang Memorandum of

Understanding (MoU). karna sebenarnya MoU berasal dari sistem hukum

Common Law atau Anglo saxon seperti Belanda, Perancis, dll. Sedangkan

Indonesia menganut system civil law atau Eropa Kontinental. Akan Tetapi,

Indonesia saat ini memberlakukan MoU dengan meniru (mengadopsi) apa

yang dipraktekkan secara internasional. Jadi sebenarnya dengan Indonesia

memberlakukan MoU itu telah ikut memperkaya istilah dalam kontrak bisnis

di Indonesia.

Dengan tidak diaturnya MoU di dalam hukum Indonesia dan Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, maka banyak menimbulkan

kesimpangsiuran dan ketidak tahuan tentang MoU itu sendiri. Dewasa ini

banyak sekali ketidaktahuan dan kebingungan terhadap status dari MoU,

sehingga sepenting apakah MoU dalam suatu kontrak bisnis, apakah MoU

termasuk dalam perjanjian, bagaimana cara membuatnya, siapa pihak yang

Page 16: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

6

bertanggung jawab apabila terjadi suatu pengingkaran di dalam kesepakatan

semacam ini, mengingat Memorandum of Understanding hanya merupakan

suatu nota-nota kesepakatan saja.dan yang paling sering terjadi dewasa ini,

adalah perjanjian MoU yang notabene adalah nota kesepahaman namun berisi

perjanjian kontrak. Sebuah kekeliruan yang dirasa fatal dalam suatu kontrak

dalam berbisnis.

Sebagai contoh adalah kasus antara PT. Pengembangan Bali (Persero)

dengan PT. Jaya Makmur Bersama tentang Pengembangan Lot C-5 (Kantor

BTDC). PT. Pengembangan Bali bermaksud untuk mengembangan kawasan

Lot C-5 di atas lahan dengan Sertipikat Hak Pengelolaan Nomor 4/Desa

Benoa, oleh karenanya PT. Pengembangan Bali mencari investor yang

mempunyai kemampuan untuk menyelenggarakan dan mengoperasikan

kawasan Lot C-5 menjadi suatu kawasan pariwisata. Kemudian PT.

Pengembangan Bali ( Persero ) menunjuk PT. Jaya Makmur Bersama yang

merupakan suatu perseroan yang bergerak di bidang Akomodasi, Rekreasi

serta Hiburan.

PT. Pengembangan Bali dan PT. Jaya Makmur Bersama sepakat

membuat kesepahaman berupa MoU yang telah dirumuskan secara detail dan

terperinci mengenai ketentuan-ketentuannya bagi para pihak, sehingga MOU

tersebut telah dapat dipersamakan dengan perjanjian dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat berdasarkan KUH Perdata, karena telah

Page 17: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

7

memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sesuai Pasal 1320 KUH Perdata.

Namun kedua pihak sepakat akan membuat suatu kontrak setelah dibuatnya

MoU. atas dasar MoU tersebut, PT. Jaya Makmur Bersama telah

mengeluarkan biaya-biaya demi terwujudnya kerjasama pengembangan

sebagaimana tertuang dalam MoU sejumlah uang sebesar

Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). Namun PT.

Pengembangan Bali ( Persero ) tak kunjung menerima tawaran dari PT. Jaya

Makmur Bersama untuk melakukan Kontrak. Akan tetapi, PT.

Pengembangan Bali ( Persero ) menolak secara sepihak pembuatan Kontrak,

bahkan membatalkan perjanjian. PT. Pengembangan Bali (Persero) berdalih

bahwa MoU yang dibuat adalah Nota Kesepahaman saja dan tidak memiliki

kekuatan Hukum.

Hal ini menjadi kerugian yang dialami oleh PT. Jaya Makmur

Bersama karena sudah mengeluarkan dana untuk merealisasikan apa yang

tertuang dalam MoU. Dengan alasan ini, PT. Jaya Makmur Bersama

menggugat PT. Pengembangan Bali ( Persero ) ke Pengadilan Negeri

Denpasar. Kasus ini berlanjut sampai ke tahap Kasasi di Mahkamah Agung.

Berdasarkan latar belakang inilah peneliti tertarik untuk membahas

masalah yang menyangkut informasi tentang Nota Kesepahaman

(Memorandum of Understanding ) yang dirasa masih sedikit informasi untuk

peneliti ketahui. Demikian juga persoalan MoU (Nota Kesepakatan) yang

Page 18: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

8

terjadi antara pihak perusahaan PT.Pengembangan Putusan pengadilan Bali

dan PT. Jaya Makmur Bersama. Peneliti ingin menganalisis lebih dalam

mengenai kasus tersebut. untuk itu, dari penjelasan dan permasalahan diatas

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “KEKUATAN

HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU ) PADA

PERJANJIAN KAWASAN PENGEMBANGAN LOT C-5 ANTARA PT.

PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO ) DENGAN PT.

JAYA MAKMUR BERSAMA JAKARTA (Analisis Putusan MA Nomor

: 1788 K/Pdt/2014 )”.

B. Identifikasi Masalah

Dalam hal permasalahan merupakan kesenjangan antara apa yang

seharusnya dengan apa yang sebenarnya, antara apa yang diperlukan dengan

apa yang tersedia, antara harapan dengan capaian, atau singkatnya das sollen

dengan das sain.6

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun dalam hal ini masalah yang

akan di identifikasi adalah:

1. Perbedaan ketentuan Memorandum of Understanding dan Perjanjian

menurut KUH Perdata dengan putusan MA Nomor : 1788 K/Pdt/2014

6 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005), h.103.

Page 19: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

9

2. Status hukum dari Memorandum of Understanding sebagai perjanjian

yang tidak mengikat secara hukum

3. Penyelesaian sengketa apabila salah satu Pihak melanggar klausul

Memorandum of Understanding dalam perundang-undangan di Indonesia

dan Hukum Internasional dalam putusan hakim MA.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat pembahasan tentang MoU cukup luas, untuk lebih

terarahnya sasaran sesuai dengan judul yang telah peneliti kemukakan

diatas, peneliti memberikan pembatasan masalah pada :

a. Perbedaan Memorandum of Understanding dan Perjanjian menurut

KUH Perdata dan kontrak bisnis yang dikaitkan dengan putusan MA

Nomor : 1788 K/Pdt/2014, untuk menjawab permasalahan status

Momerandum Of understanding ( MoU ) dalam prespektif kontrak

Bisnis pada putusan,

b. Penyelesaian sengketa apabila salah satu Pihak melanggar klausul

Memorandum of Understanding dalam perundang-undangan di

Indonesia dan Hukum Internasional dalam putusan hakim MA

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan pembatasan masalah diatas,

maka dalam penelitian ini ada beberapa masalah yang dirumuskan dan

Page 20: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

10

dicari penyelesaiannya secara ilmiah. Adapun masalah tersebut sebagai

berikut:

a. Bagaimana Kekuatan & Kedudukan hukum MoU ( Memorandum Of

Understanding ) menurut KUH Perdata dan kontrak bisnis ?

b. Bagaimana penyelesaian sengketa jika salah satu pihak melanggar

klausul Memorandun of Understanding dalam putusan Perkara

Mahkamah Agung Nomor : 1788 K/Pdt/2014 ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian disini ialah penelitian berkenaan dengan maksud

peneliti melakukan penelitian, terkait dengan perumusan masalah dan

judul. Peneliti mempunyai tujuan atau hal-hal yang ingin dicapai melalui

penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui Kekuatan & Kedudukan hukum MoU

(Memorandum Of Understanding ) menurut KUH Perdata dan kontrak

bisnis

b. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa jika salah satu pihak

melanggar klausul Memorandun of Understanding dalam putusan

Perkara Mahkamah Agung Nomor : 1788 K/Pdt/2014.

Page 21: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

11

2. Manfaat Penelitian

Setiap Penelitian selalu diharapkan dapat memberi manfaat

pada berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti adalah :

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dan

perkembangan pengetahuan ilmu hukum kontrak bisnis mengenai

Nota Kesepahaman ( Memorandum of Understanding).

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan dan perbaikan bagi para penegak hukum agar menerapkan

hukum.

E. Tinjauan ( Review ) Studi Terdahulu yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi penelitian, peneliti melakukan penelusuran

terhadap penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, penelitian

tersebut diantaranya:

1. Skripsi yang berjudul “ ANALISIS WANPRESTASI PERJANJIAN

BUILD OPERATE TRANSFER TERKAIT ADDENDUM

PERJANJIAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. ( TINJAUAN

PUTUSAN PN JAKARTA PUSAT NOMOR

157/PDT.G/2010/PN.JKT.PST) ” yang disusun oleh Azhary Arsyad

Page 22: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

12

Sulaiman Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Ilmu Hukum Tahun 2015. Pada

skripsi tersebut terdapat persamaan dengan yang akan peneliti tulis

diantaranya pada skripsi tersebut objek perjanjian sama – sama tentang

perjanjian dan kajiannya sama – sama membahas soal wanprestasi.

Hal yang membedakan antara skripsi tersebut dan Skripsi peneliti

adalah fokus permasalahan yang dibahas. Skripsi tersebut membahas

wanprestasi perjanjian Build Operate Transfer, sedangkan skripsi peneliti

membahas kedudukan MoU dari kawasan Lot C-5. Perbedaan lainnya

antara skripsi tersebut dengan skripsi peneliti adalah skripsi tersebut

berfokus pada wanprestasi Perjanjiannya, sedangkan skripsi peneliti

berfokus pada kedudukan dari MoU . Kemudian yang terakhir, yang

membedakan skripsi peneliti adalah peneliti menggunakan analisis putusan

dari Mahkamah Agung, sedangkan skripsi tersebut menggunakan analisis

putusan Pengadilan Negeri.

2. Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

DEBITUR WANPRESTASI DALAM KREDIT TANPA AGUNAN

DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN” yang disusun oleh

Madama Taufiq, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Ilmu Hukum Tahun 2014.

Page 23: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

13

Pada skripsi tersebut terdapat persamaan dengan yang akan peneliti tulis

diantaranya pada Skripsi tersebut objek perjanjian sama – sama tentang

Perjanjian dan kajiannya sama – sama membahas soal wanprestasi. Namun

hal yang membedakan antara skripsi tersebut dan Skripsi peneliti adalah

fokus permasalahan yang dibahas, skripsi tersebut membahas wanprestasi

dalam kredit anggunan, sedangkan skripsi peneliti membahas kedudukan

MoU dari pada kawasan Lot C-5.

Perbedaan lainnya antara skripsi tersebut dengan skripsi peneliti

adalah skripsi tersebut berfokus pada wanprestasi Perjanjiannya, sedangkan

skripsi peneliti berfokus pada kedudukan dari MoU, Kemudian yang

terakhir, yang membedakan skripsi peneliti adalah peneliti menganalisis

putusan dari Mahkamah Agung, sedangkan skripsi tersebut menganalisis

Undang Undang No 88 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3. Buku yang berjudul “ PERANCANGAN KONTRAK DAN

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ( MOU ) ” yang dibuat oleh

H. Salim HS., S.H., M.S., H. Abdullah, S.H. (Notaris), Wiwiek

Wahyuningsih, S.H., M.Kn. dan diterbitkan oleh Sinar Grafika Pada Tahun

2012. Persamaan buku tersebut dengan Skripsi peneliti adalah sama – sama

membahas tentang MoU, namun hal yang membedakan Skripsi peneliti

dengan buku tersebut adalah fokus analisa. Pada buku tersebut tidak hanya

membahas MoU, tetapi juga membahas perancangan kontrak. Sedangkan

Page 24: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

14

Penelitian Peneliti membahas sepenuhnya tentang MoU. Adapun dalam

buku ini penulis dapat mengambil teori-teori perjanjian seperti asas itikad

baik, asas personalia, dan asas kebebasan berkontrak.

F. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan makna bias dari pengertian masing – masing yang

berkaitan dengan skripsi ini, maka konsepsi atau operational definition sangat

diperlukan, adapun konsepsi tersebut sebagai berikut :

a. Wanprestasi

Wanprestasi adalah apabila si berutang ( debitur ) tidak melakukan apa

yang dijanjikan akan dilakukannya, alpa, lalai, atau cedera janji. Atau juga

melanggar perjanjian, yaitu apabila melakukan atau berbuat sesuatu yang

tidak boleh dilakukannya.7

b. Nota Kesepahaman / MoU

suatu nota dimana masing-masing pihak melakukan penandatanganan MoU

sebagai suatu pedoman awal tanda adanya suatu kesepahaman diantara

para pihak.

c. Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian Sengketa adalah penyelesaian pertentangan antara dua pihak

atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu

kepentingan atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi

7 Subekti, Pokok – Pokok Hukum Perdata, ( Jakarta: Intermasa,2001,), cet. 26, h. 45.

Page 25: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

15

keduanya. Penyelesaian Sengketa yaitu berupa negosiasi, mediasi,

Konsiliasi, dan Arbitase.

d. Hukum Kontrak

Hukum kontrak adalah hukum yang mengatur tentang kaidah yang

mengatur keseluruhan hubungan hukum antara 2 pihak atau lebih. Hukum

ini didasarkan pada kata sepakat yang muncul dari 2 pihak atau lebih dalam

perjanjian.8

e. Jual – Beli

Jual beli Adalah suatu perjanjian bertimbal – balik dalam mana pihak yang

satu ( si penjual ) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang,

sedang pihak yang lainnya ( si pembeli ) berjanji untuk membayar harga

yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik

tersebut.9

G. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu dengan konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka

konseptual ini gunanya untuk menghubungkan dan menjelaskan tentang suatu

topik yang akan dibahas. Berikut ini akan digambarkan kerangka konseptual

yang digunakan dalam penelitian ini:

8 Salim H.S.,S.H.,M.S, Hukum Kontrak : Teori dan teknik penyusunan kontrak , h. 4.

9 Subekti, Aneka Perjanjian, ( Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2014 ), cet.11, h. 1.

Page 26: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

16

Perjanjian

Peraturan Perundang-undangan :

-Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata

-Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang

Penyelesaian Permasalahan

oleh Hakim

Das Sein

Dalam pelaksanaannya

masih didapati sebuah Mou

yang bersubstansi Kontrak

yang dibuat oleh Kedua

belah pihak dalam

melaksanakan suatu

perjanjian.

Das Sollen

Nota

kesepahaman (memorandum of

understanding atau MoU)

adalah sebuah

dokumen legal yang

menjelaskan persetujuan antara

dua belah pihak. MoU tidak

seformal sebuah kontrak.

Memorandum Of

Understanding

Syarat Sahnya Perjanjian:

-Adanya Kesepakatan Antara Kedua

Belah Pihak

-Kecakapan untuk Melakukan Perbuatan

Hukum

-Adanya Objek

-Adanya Kuasa yang Halal

Page 27: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

17

H. Metode Penelitian

Metode merupakan strategi utama dalam pengumpulan data – data

yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini. Pada dasarnya sesuatu yang dicari dalam penelitian ini tidak

lain adalah “ pengetahuan ” atau lebih tepatnya “ pengetahuan yang benar ”,

dimana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat dipakai untuk menjawab

pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu.10

Metode penelitiaan menggunakan

suatu penelitian, mencari informasi secara terencana dan sistematis.

1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu;

sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti

tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.11

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum yuridis normatif. Penelitian hukum yuridis normatif adalah suatu

prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan

10 Bambang Sugono, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2012 ),

h. 27-28.

11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

cet-III 1986) h. 42.

Page 28: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

18

logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya12

, serta suatu penelitian yang

merupakan studi dokumen.13

Dalam penelitian jenis ini hukum

dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-

undangan atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang

merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.14

Penelitian ini mengacu pada pada putusan Mahkamah Agung sebagai

putusan yang dianalisis dan dikaitkan dengan landasan norma hukum yang

berlaku pada kasus tentang MoU ini.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan penulis dari beberapa pendekatan diatas

adalah pendekatan perundang-undangan (statutary approach) dan

Pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan perundangan-

undangan adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua

undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang

ditangani.15

12 Amirudin dan Zaenal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta : RajawaliPers,

2012 ), h.30.

13 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010 ),h.47.

14 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004), h.118.

15 Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

2011), h. 24.

Page 29: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

19

Pendekatan perundang-undangan ini yang akan yang akan dipakai

untuk meneliti kasus antara PT. pengembangan Pariwisata Bali dan PT.

Makmur Jaya Bersama. Pendekatan konsep digunakan untuk memahami

konsep-konsep dalam penelitian mengenai kedudukan hukum MoU dalam

perkara lahan Lot C-5.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Studi pustaka (library research) yaitu dengan cara membaca buku buku

dan mempelajari literatur-literatur yang selanjutnya diolah dan

dirumuskan secara sistematis sesuai dengan masing-masing pokok

bahasannya dengan mengacu pada norma hukum yang terdapat pada

peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan terkait kedudukan

hukum MoU dalam perkara perjanjian lahan Lot C-5 antara PT.

Pengembangan Pariwisata Bali dengan PT. Makmur Jaya Bersama.

Selain itu, peneliti juga menggunakan Studi dokumen, yaitu salah satu

metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis

dokumen-dokumen seperti Letter of Intent, Memorandum of

Understanding, dan Perjanjian Kontrak yang akan dikaitkan pada putusan

Mahkamah Agung mengenai kasus MoU ini.

Page 30: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

20

4. Metode Analisa Data

Analisa bahan hukum dalam penelitian skripsi ini menggunakan

metode analisis deskriptif dimana peneliti akan menganalisis sebuah MoU

antara PT. Pengembangan Bali Persero dan PT. Makmur Jaya Bersama

dimana MoU tersebut dijadikan kontrak oleh PT. Makmur Jaya Bersama

sehingga kekuatan MoU tersebut mengikat sebagai suatu perjanjian yang

harus ditaati oleh kedua belah pihak.

5. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data primer karena dalam

penelitian ini data yang diperoleh dari Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata dan Putusan Pengadilan. Penelitian ini juga menggunakan

Sumber data sekunder karena diperoleh dari dari hasil kepustakaan antara

lain buku, Internet, artikel, serta literatur lainnya yang berhubungan

dengan hak kekayaan intelektual.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penelitian dan pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam

skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulian Skripsi dan buku

“Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012”.

Page 31: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

21

I. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan alur pemahaman dan alur pemikiran yang logis

dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan gambaran umum secara

sistematis tentang keseluruhan penelitian ini. Peneliti membagi dalam

beberapa bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan menguraikan tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan, manfaat, Tinjauan (Review) studi Terdahulu, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Pengertian

Memorandum of Understanding, tujuan dibuatnya

Memorandum of Understanding, struktur Memorandum of

Understanding, jangka waktu Memorandum of Understanding,

Istilah dan Pengertian Kontrak, struktur Kontrak.

BAB III KEKUATAN MOU DALAM PERJANJIAN

Dalam Bab ini akan membahas tentang kekuatan Hukum

Memorandum of Understanding (MoU) dalam Perjanjian

yang dinilai dari segi KUH PERDATA dan juga dari segi

Hukum Kontrak.

Page 32: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

22

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG Nomor 1788

K/Pdt/2014

Pembahasan ini mengenai Kedudukan dan kekuatan hukum

MoU ( Memorandum Of Understanding ) pada putusan Perkara

Mahkamah Agung Nomor 1788 K/Pdt/2014, dan Penyelesaian

sengketa antara pihak PT.Pengembangan Bali ( Persero )

dengan PT. Jaya Makmur Bersama pada Klausul pelanggaran

Memorandun of Understanding yang dalam putusan Perkara

Mahkamah Agung Nomor 1788 K/Pdt/2014.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini peneliti akan membuat kesimpulan dan saran dari

analisa permasalahan yang peneliti ajukan yang berguna untuk

perbaikan di masa yang akan datang.

Page 33: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

23

BAB II

DEFINISI MOU, DAN PERJANJIAN KONTRAK

A. Pengertian Memorandum Of Understanding

Kontrak yang disebut pula kontrak awal yang lazim disebut dengan

Memorandum of Understanding (MoU). Acapkali istilah yang digunakan adalah

Letter of Intent. Bentuk seperti ini biasanya disebut pula dengan dokumen pra-

kontrak atau precontractual document atau precontractual instrument. Bentuk

kontrak seperti ini merupakan suatu dokumen yang memuat keinginan (awal) para

pihak. Bentuk kontrak ini biasanya digunakan sebagai kontrak awal sebelum

masuk ke kontrak-kontrak turunannya yang lebih kompleks dan rinci.16

Istilah Memorandum of Understanding berasal dari dua kata, yaitu

Memorandum dan Understanding. Secara gramatikal Memorandum of

Understanding diartikan sebagai nota kesepahaman. Memorandum adalah : Dasar

untuk memulai penyusunan kontrak secara formal pada masa datang.

Understanding diartikan sebagai pernyataan persetujuan secara tidak langsung

terhadap hubungannya dengan persetujuan lain, baik secara lisan maupun tertulis.

Dari terjemahan kedua kata itu, dapat dirumuskan pengertian Memorandum of

Understanding. Memorandum of Understanding adalah dasar penyusunan kontrak

pada masa datang yang didasarkan pada hasil permufakatan para pihak, baik

16 Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional,( Bandung : PT. Refika Aditama,

2007 ), h. 106.

Page 34: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

24

secara tertulis maupun lisan.17

Memorandum of Understanding dalam pengertian

idealnya sebenarnya merupakan suatu bentuk perjanjian ataupun kesepakatan

awal menyatakan langkah pencapaian saling pengertian antara kedua belah pihak

untuk melangkah kemudian pada penandatanganan suatu kontrak.18

Kesepakatan untuk membangun kesamaan pengertian antara pihak sebelum

masuk jauh sebelum ikatan bisnis sangat sering terjadi dalam aktivitas bisnis. Hal

tersebut sering dilatarbelakangi keinginan ataupun langkah untuk memastikan

bahwa masing-masing pihak telah saling mengenal dan memiliki kesamaan

pemahaman dalam upaya mengurangi rasio kegagalan (mitigation of Risk of

failure) dalam aktivitas bisnis yang selanjutnya akan diikat dalam suatu kontrak.

Khususnya bagi investor ataupun financier, ataupun para pelaku bisnis bermodal

kuat dan reputasi baik yang akan melakukan aktivitas bisnis di dalam, atau

apalagi diluar wilayah negaranya ataupun dengan pihak (pelaku bisnis) yang

masih baru baginya, sering akan mendahului pendatanganan Memorandum of

Understanding sebagai bagian dari negosiasi untuk menjajaki sampai sejauh

mana mitra bisnis tersebut dapat memenuhi harapannya sebelum masuk tahap ke-

penandatanganan kontrak. Hal serupa juga berlaku bagi mitra bisnisnya tersebut,

17 Salim HS, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h .46.

18 Ricardo Simanjutak, Hukum Kontrak & Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, h. 45.

Page 35: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

25

sebagai pihak yang juga ingin mengenal lebih mendalam calon mitra bisnis asing

ataupun investor asing tersebut.19

Menurut Munir Fuady, Memorandum of Understanding di definisikan sebagai

Perjanjian pendahuluan, dalam arti nantinya akan diikuti dan dijabarkan dalam

perjanjian lain yang mengaturnya secara detail. Karena itu, Memorandum of

Understanding berisikan hal-hal yang pokok saja. Adapun mengenai lain-lain

aspek dari Memorandum of Understanding relatif sama dengan perjanjian-

perjanjian lain.20

Erman Rajagukguk mengartikan Memorandum of Understanding sebagai

berikut ; Dokumen yang memuat saling pengertian diantara para pihak sebelum

perjanjian dibuat. Isi dari Memorandum of Understanding harus dimasukkan ke

dalam kontrak, sehingga ia mempunyai kekuatan mengikat.21

I. Nyoman Sudana, mengartikan Memorandum of Understanding sebagai

suatu perjanjian pendahuluan, dalam arti akan diikuti perjanjian lainnya. Unsur-

unsur yang terkandung dalam ketiga definisi ini, adalah :

a. Memorandum of Understanding sebagai perjanjian pendahuluan.

b. Isi Memorandum of Understanding adalah mengenai hal-hal yang pokok.

c. Isi Memorandum of Understanding dimasukkan dalam kontrak.

19

Ricardo Simanjutak, Hukum Kontrak & Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, h. 46.

20 Salim HS, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding, h .46.

21 Salim HS, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding, h .47.

Page 36: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

26

H. Salim mengartikan Memorandum of Understanding sebagai Nota

kesepahaman yang dibuat antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum

lainnya, baik dalam suatu negara maupun antarnegara untuk melakukan

kerjasama dalam berbagai aspek kehidupan dan jangka waktu tertentu.22

Adapun unsur yang dikandung dalam definisi Memorandum of Understanding

meliputi :

a. Para pihak yang membuat Memorandum of Understanding tersebut adalah

subyek hukum baik berupa, badan hukum publik maupun badan hukum

privat. Badan hukum publik, misalnya Negara, pemerintah provisi, kabupaten

atau kota. Adapun badan hukum privat, antara lain Perseroan Terbatas (PT),

Koperasi dan Yayasan.

b. Substansi Memorandum of Understanding adalah kerjasama dalam berbagai

aspek kehidupan.

c. Wilayah keberlakuan dari Memorandum of Understanding, bisaregional,

nasional maupun internasional.

d. Jangka waktunya tertentu.

Dari pengertian tersebut, sejak awal para pihak telah mempunyai maksud

untuk memberlakuan langkah-langkah tersebut sebagai bagian kesepakatan untuk

bernegosiasi ( agreement to negotiate ). Karena itu langkah-langkah tersebut

22 Salim HS, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding, h .47.

Page 37: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

27

seharusnya tidak dimaksudkan untuk menciptakan akibat hukum (no intention to

create legal relation ) terhadap konsekuensi pelaksanaan kesepakatan dari MoU. 23

B. Tujuan Dibuatnya Memorandum of Understanding

Pada prinsipnya, setiap Memorandum of Understanding yang dibuat

oleh para pihak, tentunya mempunyai tujuan tertentu. Munir Fuady telah

mengemukakan tujuan dan ciri Memorandum of Understanding. Tujuan

Memorandum of Understanding adalah :24

a. Untuk menghindari kesulitan pembatalan suatu agreement nantinya, dalam

hal prospek bisnisnya belum jelas benar, dalam arti belum bisa dipastikan

apakah deal kerja sama tersebut akan ditindaklanjuti, sehingga dibuatlah

Memorandum of Understanding yang mudah dibatalkan.

b. Penandatanganan kontrak masih lama karena masih dilakukan negosiasi

yang cukup lama. Karena itu, daripada tidak ada ikatan apa-apa sebelum

ditandatangani kontrak tersebut, dibuatlah Memorandum of

Understanding yang akan berlaku sementara waktu.

c. Adanya keraguan para pihak dan masih perlu waktu untuk memikirkan

dalam hal penandatanganan suatu kontrak, sehingga untuk sementara

dibuatlah Memorandum of Understanding.

23 Ricardo Simanjutak, Hukum Kontrak & Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, h. 45.

24 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek: Buku Keempat, ( Bandung : PT.Citra

Aditya Bakti, 2002 ), h. 91.

Page 38: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

28

d. Memorandum of Understanding dibuat dan ditandatangani oleh pihak

eksekutif dari suatu perusahaan, sehingga untuk suatu perjanjian yang

lebih rinci harus dirancang dan dinegosiasi khusus oleh staf-staf yang

lebih rendah tetapi lebih menguasai secara teknis.

Ciri-ciri Memorandum of Understanding menurut Munir Fuady, adalah

sebagai berikut25

:

Isinya ringkas, bahkan sering sekali satu halaman saja.

Berisikan hal yang pokok saja.

Bersifat pendahuluan saja, yang akan diikuti oleh perjanjian lain yang

lebih rinci.

Mempunyai jangka waktu, misalnya satu bulan, enam bulan ataun

setahun. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ditindaklanjuti dengan

suatu perjanjian yang lebih rinci, perjanjian tersebut akan batal, kecuali

diperpanjang oleh para pihak.

Biasanya dibuat dalam bentuk perjanjian dibawah tangan.

Biasanya tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak

untuk membuat suatu perjanjian yang lebih detail setelah

penandatanganan Memorandum of Understanding.

25 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek: Buku Keempat, h. 92.

Page 39: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

29

William F.Jox Jr juga mengemukakan ciri dari Memorandum of

Understanding. Ia mengemukakan bahwa ada enam ciri Memorandum of

Understanding, yaitu26

:

a. Bentuk dan isinya terbatas.

b. Untuk mengikat pihak lainnnya terhadap berbagai persoalan, untuk

menemukan dan mempelajari tentang beberapa persoalan.

c. Sifatnya sementara dengan batas waktu tertentu.

d. Dapat digunakan sebagai dasar untuk mendatangkan keuntungan selama

tercapainya kesepakatan.

e. Menghindari timbulnya tanggung jawab dan ganti rugi.

f. Sebagai dasar untuk membuat perjanjian untuk kepentingan berbagai

pihak, yaitu kreditor, investor, pemerintah, pemegang saham dan lainnya.

C. Struktur Memorandum of Understanding

Memorandum of Understanding yang dibuat antara para pihak adalah

tertulis. Adapun substansi Memorandum of Understanding itu telah

ditentukan oleh kedua belah pihak. Dalam berbagai literatur tidak kita

temukan tentang struktur atau susunan dari sebuah Memorandum of

Understanding, sebelum dirumuskan tentang struktur dari MoU maka kita

harus melihat substansi MoU yang dibuat para pihak.

26 Salim HS, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding, h .53.

Page 40: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

30

Berdasarkan substansi MoU tersebut, maka kita dapat merumuskan

struktur MoU yang terdiri dari :27

1. Titel dari Memorandum of Understanding

2. Pembukaan Memorandum of Understanding

3. Para pihak/komparisi Memorandum of Understanding

4. Isi atau substansi kesepakatan yang dibuat oleh para pihak

5. Penutup dan

6. Tanda tangan para pihak

D. Jangka Waktu Berlakunya Memorandum of Understanding

Dalam Memorandum of Understanding yang dibuat oleh para pihak telah

ditentukan jangka waktu berlakunya. Jangka waktu berlakunya Memorandum

of Understanding tergantung kesepakatan para pihak. Ada yang menetapkan

jangka waktu enam bulan dan ada juga yang menetapkan jangka waktunya

selama 1 (satu) tahun. Jangka waktu itu dapat diperpanjang.28

E. Pengertian kontrak

Subekti membedakan pengertian antara perikatan dengan perjanjian,

yakni bahwa hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah perjanjian itu

menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di samping

27 Salim HS, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding, h .58.

28

Salim HS, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding, h .61.

Page 41: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

31

sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua

pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Suatu perikatan adalah suatu

perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak

yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang

lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu, sedangkan suatu perjanjian

adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di

mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.29

Abdul kadir Muhammad menyatakan bahwa perjanjian adalah

persetujuan dengan mana dua pihak atau lebih saling mengikatkan diri untuk

melaksanakan suatu hal yang bersifat kebendaan dibidang harta kekayaan.

Definisi dalam arti sempit ini jelas menunjukkan telah terjadi persetujuan

antara pihak yang satu (kreditor) dan pihak yang lain (debitor), untuk

melaksanakan satu hal yang bersifat kebendaan (zakelijk) sebagai objek

perjanjian.30

Ricardo Simanjuntak menyatakan bahwa kontrak merupakan bagian

dari pengertian perjanjian. Perjanjian sebagai suatu kontrak merupakan

perikatan yang mempunyai konsekuensi hukum yang mengikat para pihak

29 Subekti, Hukum Perjanjian, ( Jakarta: Intermasa,2005 ), h. 1.

30 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, ( Bandung : Citra Aditya Bakti,2010 ) h.

290.

Page 42: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

32

yang pelaksanaannya akan berhubungan dengan hukum kekayaan dari

masing-masing pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut.31

F. STRUKTUR KONTRAK

Struktur atau anatomi kontrak dalam prakteknya dijabarkan menjadi 12

item kontrak yang meliputi :

1. Judul kontrak

Memuat tentang jenis kontrak apa yang akan dibuat para pihak.

2. Pembukaan kontrak

Membuat pendahuluan sebelum masuk kedalam substansi kontrak.

Pembukaan kontrak dikenal juga sebagai premis.

3. Komparisi/preamble

Hari, tanggal, tahun pembuatan perjanjian dan data para pihak yang

melakukan perjanjian/kontrak.

4. Recital (latar belakang)

Latar belakang dari diadakannya suatu perjanjian/kontak antara para

pihak dan kedudukannya.

31 Ricardo Simanjutak, Hukum Kontrak Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, h. 32.

Page 43: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

33

5. Definisi

Pengertian-pengertian yang ada didalam kontrak.

6. Pengaturan hak dan kewajiban (substansi kontrak)

Memuat hak dan kewajiban yang harus dipatuhi para pihak dalam

pembuatan kontrak.

7. Domisili

Tempat dibuatnya kontrak antara para pihak.

8. Keadaan memaksa (force majeur, act of god)

Memuat tentang kejadian alam seperti gempa bumi, banjir, tsunami, dll

yang dapat mengakibatkan kontrak yang tidak sesuai dengan yang

diharapkan.

9. Kelalaian dan pengakhiran kontrak

Memuat tentang bagaimana salah satu pihak jika melakukan wanprestasi.

10. Pilihan penyelesaian sengketa

Memuat jika salah satu pihak bersengketa, kemana penyelesaian sengketa

akan diarahkan. Bisa melalui pengadilan atau Badan arbitrase.

Page 44: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

34

11. Penutup/Testimonium

Memuat pernyataan tegas kekuatan hukum dalam perjanjian/kontrak

yang dibuat oleh para pihak yang berlaku sama dan tanda tangan para

pihak.

12. Tanda tangan

Tanda tangan para pihak untuk menadakan kesepakatan kontrak yang

telah dibuat.

Page 45: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

35

BAB III

KEKUATAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM

PERJANJIAN

A. KEKUATAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

MENURUT KUH PERDATA

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, tidak ada suatu

ketentuan yang mengatur secara khusus tentang Memorandum of

Understanding. Yang ada dalam KUH Perdata hanyalah ketentuan-

ketentuan yang berkaitan dengan kontrak seperti syarat sahnya

kontrak, asas kebebasan berkontrak, dan lain-lain.

Apabila kita menganalisis substansi Memorandum of

Understanding, tampaklah bahwa substansinya berisi kesepakatan

paran pihak untuk melakukan kerja sama dalam berbagai bidang,

seperti kerja sama dalam bidang ekonomi, agraria, kerjasama usaha

dan lainnya.

Namun mengingat bahwa suatu memorandum of understanding

merupakan suatu perjanjian pendahuluan, maka pengaturannya tunduk

kepada ketentuan tentang perikatan yang tercantum dalam Buku III

KUH Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Buku III KUH

Perdata mengatur asas-asas dalam melakukan suatu perjanjian,

diantara sebagai berikut :

Page 46: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

36

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Adanya kebebasan untuk sepakat tentang apa saja dan dengan

siapa saja merupakan hal yang sangat penting. Sebab itu pula, asas

kebebasan berkontrak dicakupkan sebagai bagian dari hak-hak

kebebasan manusia. Kebebasan berkontrak sangat penting, baik

bagi individu dalam konteks kemungkinan pengembangan diri

dalam kehidupan pribadi maupun dalam lalu lintas kehidupan

bermasyarakat, serta untuk menguasai atau memiliki harta

kekayaanya. Dari sudut kepentingan masyarakat, kebebasan

berkontrak merupakan sebagai suatu totalitas. Sehingga oleh

beberapa penulis dipandang sebagai hak asasi manusia

tersendiri.32

Suatu asas yang penting dalam hukum perjanjian adalah asas

kebebasan berkontrak yang terkandung dalam Pasal 1338 ayat 1,

yang berbunyi setiap perjanjian yang dibuat secara sah, mengikat

sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Asas

kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan

kebebasan kepada para pihak untuk:

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian.

2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

32 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang

Kenotariatan, Cet. 2 (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010), h. 31.

Page 47: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

37

3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya.

4. Menentukan bentuknya perjanjian yaitu tertulis atau lisan.

2. Asas Konsensualisme

Perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan kehendak

(consensus) dari pihak-pihak. Perjanjian pada pokoknya dapat

dibuat bebas tidak terikat bentuk dan tercapainya tidak secara

formil, tetapi cukup melalui konsensus belaka. Hukum perjanjian

dalam buku III KUH Perdata menganut asas konsensualisme.

Konsensualisme artinya perjanjian sudah mengikat para pihak yang

membuatnya, sejak detik tercapainya kata sepakat mengenai hal-hal

yang diperjanjikan.33

Dengan demikian perjanjian sudah sah dan mengikat para

pihak tanpa perlu suatu formalitas tertentu atau perbuatan tertentu.

Asas konsensualisme ini tercermin dalam perjanjian Pasal 1458

KUH Perdata tentang perjanjian jual beli. Dalam pasal tersebut jual

beli dianggap telah terjadi dan mengikat secara hukum sejak

disepakatinya barang dan harga, meskipun harga belum dibayar dan

barang belum diserahkan. Terhadap asas konsensualisme terdapat

pengecualian yaitu bagi perjanjian formil dan perjanjian riel.

33 Akhmad Budi Cahyono, Mengenal Hukum Perdata, Cet. 1 (Jakarta: CV. Gitama

Jaya, 2008) , h. 133.

Page 48: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

38

Perjanjian formil ialah perjanjian yang disamping memenuhi syarat

kata sepakat juga harus memenuhi formalitas tertentu.

3. Asas Personalia

Menurut Pasal 1315 KUH Perdata, pada umumnya tiada

seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta

ditetapkannya suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri. Asas

tersebut dinamakan asas personalia.34

Dalam rumusan tersebut

dapat kita ketahui bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang

dibuat oleh seseorang dalam kepastiannya sebagai individu, subyek

hukum pribadi, hanya akan berlaku dan mengikat untuk dirinya

sendiri.

Meskipun secara sederhana dikatakan bahwa ketentuan Pasal

1315 menunjuk pada asas personalia, namun lebih jauh dari itu,

ketentuan Pasal 1315 juga menunjuk pada kewenangan bertindak

dari seseorang yang membuat atau mengadakan perjanjian. Secara

spesifik ketentuan Pasal 1315 ini menunjuk pada kewenangan

bertindak secara individu pribadi sebagai subyek hukum pribadi

yang mandiri, yang memiliki kewenangan bertindak untuk dan atas

nama dirinya sendiri.

34 Akhmad Budi Cahyono, Mengenal Hukum Perdata, h. 137.

Page 49: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

39

4. Asas Itikad Baik

Dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata menyatakan bahwa

suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Artinya

dalam melaksanakan haknya seorang kreditur harus memperhatikan

kepentingan debitur dalam situasi tertentu. Jika kreditur menuntut

haknya pada saat yang paling sulit bagi debitur mungkin kreditur

dapat dianggap melaksanakan perjanjian tidak dengan itikad baik.

Jika dianalisa lebih jauh itikad baik ini merupakan pembatasan

dari asas kebebasan berkontrak. Dalam asas kebebasan berkontrak

para pihak diberi kebebasan untuk membuat atau menentukan isi

perjanjian. Masalahnya dalam perjanjian seringkali posisi para

pihak tidak seimbang baik dari segi ekonomi, pendidikan, sehingga

dimungkinkan perjanjian ditentukan secara sepihak oleh pihak yang

lebih kuat sementara pihak yang lain karena kelemahannya

dimanfaatkan oleh pihak yang kuat secara tidak adil.

Dalam teori klasik Hukum Perjanjian, asas itikad baik dapat

diterapkan dalam situasi di mana perjanjian sudah memenuhi syarat

hal tertentu, akibatnya ajaran ini tidak melindungi pihak yang

menderita kerugian dalam tahap pra kontrak atau tahap

perundingan, karena dalam tahap ini perjanjian belum memenuhi

syarat hal tertentu. Ditinjau dari teori Hukum Perjanjian, bahwa

Page 50: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

40

Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, yang seharusnya diberlakukan

bukan hanya pada saat ditandatanganinya dan dilaksanakan

perjanjian, tetapi juga pada saat sebelum ditandatanganinya

perjanjian, contohnya dalam Hukum Benda ada perkataan-

perkataan pemegang barang yang beritikad baik, pembeli barang

yang beritikad baik dan lain sebagainya, sebagai lawan dari orang-

orang yang beritikad buruk.

5. Asas Kekuatan Mengikat

Suatu kesepakatan harus dianggap sudah dipenuhi dan kita

tidak pernah mempertanyakannya kembali. Kehidupan

kemasyarakatan hanya mungkin berjalan denagn baik jika

seseorang dapat mempercayai perkataan orang lain. Ilmu

pengetahuan kiranya tidak mungkin dapat memberikan penjelasan

lebih dari itu, terkecuali jika kontrak memang mengikat karena

merupakan suatu janji serupa dengan undang-undang karena

undang-undang tersebut dipandang sebagai perintah pembuat

undang-undang. Jika kepastian terpenuhinya kesepakatan

kontraktual ditiadakan, seluruh sistem pertukaran benda dan jasa

yang ada masyarakat akan hancur.35

35

Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang kenotariatan, cet. 2, h. 31.

Page 51: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

41

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, KUH Perdata tidak mengatur

tetapi tidak melarang MoU. Logika hukumnya, KUH Perdata

memperbolehkan MoU. Kemudian, sebenarnya KUH Perdata memuat

asas-asas dan norma-norma hukum umum yang dapat dijadikan

rujukan untuk MoU melalui 5 asas tersebut.36

Menurut Sanusi dan Dahlan MoU adalah bagian dari tahapan proses

pembuatan kontrak. MoU merupakan pencatatan atau

pendokumentasian hasil negosiasi awal dalam bentuk tertulis.37

Kemudian, menurut Tim Penulis buku Keterampilan Perancangan

Kontrak, MoU adalah suatu surat yang dibuat oleh satu pihak yang

ditujukan kepada Pihak lain, yang isinya memuat kehendak untuk

mengadakan hubungan hukum. MoU merupakan kesepakatan antara

para pihak untuk berunding dalam rangka membuat perjanjian di

kemudian hari jika hal-hal belum pasti telah dapat dipastikan.38

36 Muhammad Syarifudin, Hukum Kontrak “ Memahami Kontrak dalam Prespektif Filsafat,

Teori, Dogmatik, dan Praktik Hukum”, ( Bandung : CV. Mandar Maju, 2012 ), h.169.

37 Sanusi Bintang dan Dahlan, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, ( Bandung : Citra

Aditya Bakti, 2000), h. 21.

38 Tim Penulis, Keterampilan Perancangan Kontrak, ( Bandung : Laboratorium Fakultas

Hukum Universitas Parahyangan, 1997), h. 173.

Page 52: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

42

B. KEKUATAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING dari segi

Kontrak Bisnis

Keberadaan MoU masih banyak diperdebatkan, terutama perlu

tidaknya MoU dalam hal para pihak akan membuat kontrak. Terlepas

dari perdebatan tersebut, ketika suatu kontrak akan dibuat apakah

diperlukan MoU atau tidak, hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:39

1. Hukum Kontrak Indonesia tidak mengenal MoU, apalagi

mengharuskan MoU dalam sebuah kontrak yang dibuat.

2. Seandainya dikehendaki ada MoU, maka perlu diteliti

keberadaannya hanya merupakan ikatan moral atau ikatan hukum.

Jika sebagai ikatan moral, perlu ditegaskan bahwa MoU itu adalah

semata-mata bukti bahwa para pihak berniat untuk masuk kedalam

perundingan untuk membentuk kontrak. Jika sebagai ikatan

hukum, perlu dibuat pernyataan yang tegas bahwa para pihak

saling mengikatkan diri untuk membuat kontrak secara lengkap di

kemudian hari.

3. Para pihak mungkin bermaksud untuk saling mengikatkan diri

dalam kontrak, akan tetapi ada sesuatu faktor yang belum dapat

dipastikan yang memengaruhi mereka, sehingga kontrak pun

belum kunjung dibuat. Jika ditemukan keadaan seperti itu dan

39 Muhammad Syarifudin, Hukum Kontrak “ Memahami Kontrak dalam Prespektif Filsafat,

Teori, Dogmatik, dan Praktik Hukum”, h.170.

Page 53: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

43

kontrak yang dibuat akan diawali dengan MoU, maka di dalamnya

harus memuat condition atau kondisi tertentu yang harus terjadi

lebih dahulu sebelum mereka saling mengikat.

Munir Fuady mengemukakan dua pandangan yang membahas

tentang kekuatan mengikat dari Memorandum of Understanding,

yaitu:40

a. Gentlemen Agreement

Pendapat ini mengajarkan bahwa MoU hanyalah merupakan

suatu Gentlemen Agreement saja. Yaitu kekuatan mengikatnya

suatu MoU tidak sama dengan perjanjian biasa, sungguhpun MoU

dibuat dalam bentuk paling kuat seperti dengan akta notaris

sekalipun (tetapi dalam praktek jarang MoU dibuat secara

notarial). Bahkan ujung ekstrim dari pendapat golongan ini

berpendapat bahwa MoU mengikat hanya sebatas pengikatan

moral belaka, dalam arti tidak enforceable secara hukum, dan

pihak yang wanprestasi tidak dapat digugat ke pengadilan.

Sebagai ikatan moral, tentu jika dia wanprestasi, dia dianggap

tidak bermoral, dan ikut jatuh reputasinya di kalangan bisnis.

Namun yang jelas, pendapat bahwa MoU adalah hanya

Gentlement Agreement lebih bersifat factual belaka.

40 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek “Buku Keempat”, h. 93.

Page 54: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

44

b. Agreemen is Agreement

Ada juga pihak yang berpendapat bahwa sekali suatu

perjanjian dibuat, apapun bentuknya, lisan ataupun tertulis,

pendek atau panjang, lengkap/detail ataupun hanya diatur pokok-

pokoknya saja, tetap saja merupakan perjanjian, dan karena

mempunyai kekuatan mengikat seperti layaknya suatu perjanjian,

sehingga seluruh ketentuan pasal-pasal tentang hukum perjanjian

telah biasa diterapkan kepadanya. Menurut pendapat yang

sebenarnya lebih formal dan legalistis ini, kalau suatu perjanjian

mengatur hanya hal-hal pokok saja, maka mengikatnya pun hanya

terhadap hal-hal pokok tersebut.

Jika suatu perjanjian hanya berlaku untuk suatu jangka waktu

tertentu, maka mengikatnyapun hanya untuk jangka waktu tertentu

tersebut. Sungguhpun para pihak tidak dapat dipaksakan untuk

membuat perjanjian yang lebih rinci sebagai follow up dari MoU,

paling tidak, selama jangka waktu perjanjian itu masih

berlangsung, para pihak tidak boleh membuat perjanjian yang

sama dengan pihak lain. Ini tentu jika dengan tegas disebutkan

untuk itu dalam MoU tersebut. Pelanggaran terhadap ketentuan

ini, berarti wanprestasi sehingga dapat digugat ke pengadilan

menurut hukum yang berlaku. MoU tidak dikenal dalam system

Page 55: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

45

hukum Konvensional Indonesia, karenanya tidak ada pengaturan

hukum tentang MoU. KUH Perdata yang merupakan dasar hukum

dari setiap perjanjian tidak pernah mengecualikan berlakunya

hukum perjanjian terhadap suatu MoU.

Hikmahanto Juwana mengemukakan pandangannya tentang

penggunaan istilah Memorandum of Understanding. Ia

mengemukakan bahwa penggunaan istilah Memorandum of

Understanding harus dibedakan dari segi teoritis dan praktis. Secara

teoritis, dokumen Memorandum of Understanding bukan merupakan

hukum yang mengikat para pihak. Agar mengikat secara hukum, harus

ditindaklanjuti dengan sebuah perjanjian. Kesepakatan dalam

Memorandum of Understanding lebih bersifat ikatan moral. Namun

secara praktis, Memorandum of Understanding disejajarkan dengan

perjanjian. Ikatan yang terjadi tidak hanya bersifat moral, tetapi juga

ikatan hukum. Titik terpenting bukan pada istilah yang digunakan,

tetapi isi atau materi dari nota kesepahaman tersebut.

MoU bukan suatu kontrak yang mengikat secara yuridikal

terhadap para pihak yang membuatnya, melainkan hanya nota

kesepahaman yang dibuat para pihak sebagai persetujuan pendahuluan

untuk membuat suatu kontrak, sehingga MoU hanya mengikat secara

etikal (moral) terhadap para pihak yang membuatnya saja.

Page 56: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

46

Berdasarkan kesimpulan ini dapat dipahami karakteristik MoU sebagai

berikut:41

1. MoU adalah suatu tahapan atau mekanisme sebelum dibuatnya

suatu kontrak (tahap prakontraktual) yang menghasilkan suatu

persetujuan pendahuluan para pihak untuk membuat kontrak, yang

berupa pencatatan atau pendokumentasian hasil negosiasi awal

dalam bentuk nota tertulis.

2. MoU proses terjadinya dan tujuan pembuatannya tidak sama

dengan proses terjadinya dan tujuan pembuatan kontrak.

Maksudnya, MoU terjadi dengan perantaran pernyataan kehendak

dari pihak-pihak yang melakukan perbuatan, yang tidak bertujuan

menimbulkan akibat hukum sebagaimana tujuan pembuatan

kontrak, melainkan hanya menegaskan adanya kesepahaman para

pihak sebagai wujud persetujuan pendahuluan untuk membuat

kontrak;

3. MoU anatominya tidak selengkap anatomi kontrak, sehingga

substansi dan isinya pun juga tidak di formulasikan sebagaimana

formulasi kontrak. Jadi, MoU tidak merefleksikan hakikat kontrak

yang sesungguhnya. Maksudnya, bentuk MoU hanya berupa nota

tertulis (dokumen yang memuat catatan-catatan penting) yang

41 Muhammad Syarifudin, Hukum Kontrak “ Memahami Kontrak dalam Prespektif Filsafat,

Teori, Dogmatik, dan Praktik Hukum”, ( Bandung : CV. Mandar Maju, 2012 ), h.171-172.

Page 57: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

47

isinya diformulasikan dalam wujud pasal-pasal yang umum dan

abstrak, yang masih harus dikonkritisasi dalam pasal-pasal yang

khusus dan konkrit dalam kontrak yang akan dibuat oleh para

pihak dikemudian hari;

4. MoU memuat materi dasar atau persoalan pokok yang berfokus

pada kesepahaman para pihak untuk membuat kontrak. Oleh

karena itu, materi dasar atau persoalan pokok yang diatur dalam

MoU tidak sampai pada hak dan kewajiban khusus dan konkrit

sebagaimana dalam kontrak. Konsekuensinya, dalam MoU juga

tidak diatur bentuk,forum, dan mekanisme hukum penyelesaian

sengketa hukum jika terjadi pelanggaran terhadap materi dasar

atau persoalan pokok dalam MoU tersebut, karena memang MoU

hanya menimbulkan keterikatan etikal bukan keterikatan yuridikal.

Satu-satunya bentuk, forum dan mekanisme penyelesaian sengketa

etika diantara para pihak adalah negosiasi yang diletakan dalam

kerangka musyawarah untuk mencapai kesapahaman.

5. MoU hanya memuat norma-norma etikal yang sifatnya tidak

memaksa sebagaimana norma-norma hukum dalam kontrak. Oleh

karena itu, jika dalam jangka waktu yang ditentukan dalam MoU

para pihak tidak menindaklanjutinya dengan pembuatan kontrak,

maka kontrak tersebut akan batal dibuat, kecuali diperpanjang oleh

Page 58: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

48

para pihak. Selain itu, juga tidak ada sanksi hukum terhadap satu

diantara dua pihak atau kedua belah pihak yang tidak

menindaklanjuti MoU, melainkan hanya ada sanksi etik saja, yaitu

dianggap tidak mempunyai etika (tidak bermoral), sehingga dapat

merusak kredibilitas mereka dalam lingkungan pergaulan

(komunikasi dan interaksi) di masyarakat, khususnya para pelaku

bisnis;

6. MoU tidak diatur secara khusus dalam aturan hukum kontrak yang

berlaku, tetapi tumbuh dan berkembang dalam praktik hukum

kontrak, mempunyai ciri-ciri yang sederhana dan tidak formal,

antara lain, jangka waktu berlakunya terbatas (lazimnya tidak lebih

dari setahun), bentuknya berupa nota tertulis dibawah tangan, dan

isinya sangat ringkas (lazimnya tidak lebih dari satu halaman).

Secara teori, Memorandum of Understanding bukanlah

merupakan kontrak karena memang masih merupakan kegiatan pra-

kontrak. Karena itu, didalamnya sengaja tidak dimasukannya unsur

“intention to create legal relation” oleh para pihak yang melakukan

kesepakatan tersebut. Dengan pengertian lain, walaupun para pihak

sepakat menandatangani kesepakatan dalam bentuk Memorandum of

Understanding, akan tetapi, apabila para pihak tetap menyetujui untuk

memasukan unsur intention to create legal relation, sebagai

Page 59: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

49

konsekuensi hukum atas tidak dilaksanakannya kesepakatan pra-

kontrak tersebut, Maka Memorandum of Understanding yang secara

teori bukanlah kontrak, dapat berubah konsekuensinya menjadi

kontrak bagi para pihak tersebut.

Dalam praktek, keinginan untuk tetap memasukan “akibat

hukum yang mengikat” terhadap pelaksanaan kesepakatan dalam

Memorandum of Undersatanding bisa saja terjadi oleh para pihak.

Beberapa alasan yang mendasarinya: pertama, sering terjadi dalam

praktek bahwa Memorandum of Understanding digunakan oleh

pelaku-pelaku usaha kuat, ataupun pelaku usaha yang tidak serius

untuk mempermainkan calon mitra bisnisnya. Contohnya, suatu

perusahaan asing yang ingin mengajak pengusaha Joint Venture

dalam rencana investasinya di Indonesia ataupun membangun

hubungan distributorship bagi penjualan produknya di Indonesia,

sering mendahului penandatanganan Memorandum of Understanding

dengan calon mitranya di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk lebih

memaksimalkan langkah pengenalan terhadap mitra berkontraknya.

Langkah pengenalan tersebut dilakukan kedua belah pihak saling

sepakat untuk memenuhi seluruh poin-poin yang menjadi dasar

penentu untuk memastikan apakah kedua belah pihak yang sedang

bernegosiasi pada tahap para-kontrak tersebut, nantinya, akan

Page 60: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

50

melanjutkannya pada penandatanganan kontrak sebagai suatu

hubungan hukum yang sebenarnya atau tidak. Misalnya; ketika

seorang calon investor asing ingin mengajak mitra lokalnya untuk

melakukan bisnis bersama dalam bentuk Joint Venture, maka,

normalnya, terlebih dahulu akan dilakukan langkah pengenalan untuk

lebih mendalami calon mitra bisnisnya tersebut termasuk juga untuk

menegosiasikan poin-poin penting sehubungan dengan kesepakatan

Joint Venture tersebut.

Munir Fuady berpendapat bahwa suatu MoU bisa dikatakan kontrak

atau bukan jika memenuhi syarat-syarat, yaitu antara lain mengenai:

1. Materi/ substansi dalam MoU

Mengetahui materi atau substansi apa saja yang diatur dalam pasal-

pasal MoU sangat penting, karena apakah dalam materi yang termaktub

dalam MoU tersebut terdapat unsur-unsur yang akan membuat salah satu

pihak dirugikan apabila ada salah satu materi dalam MoU tersebut yang

diingkari. Misalkan dalam MoU disebutkan mengenai kerjasama untuk

membangun suatu proyek, dimana kedua belah pihak menyetujui untuk

kerja sama dalam pembangunan proyek tersebut. Tetapi di tengah

perjalanan salah satu pihak ingin membatalkan kerja sama tersebut dengan

dalil proyek tersebut tidak berprospek bagus. Dengan adanya pembatalan

Page 61: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

51

sepihak tersebut jelas merugikan pihak lain yang bersangkutan, karena

salah satu pihak tersebut merasa telah menyiapkan segalanya termasuk

anggaran- anggaran yang dibutuhkan. Maka dalam hal ini berdasarkan teori

mengenai wanprestasi yaitu tentang hilangnya keuntungan yang

diharapkan, dimana salah satu pihak merasa rugi dan merasa kehilangan

suatu keuntungan yang besar dari pembatalan MoU tersebut, maka MoU

yang telah dibuat tersebut dapat dikategorikan suatu kontrak atau setingkat

dengan perjanjian berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata. Dalam Teori

kepercayaan merugi (Injurious Reliance Theori) juga telah dinyatakan

dengan jelas bahwa kontrak sudah dianggap ada jika dengan kontrak yang

bersangkutan sudah menimbulkan kepercayaan bagi pihak terhadap siapa

janji itu diberikan sehingga pihak yang menerima janji tersebut karena

kepercayaannya itu akan menimbulkan kerugian jika janji itu tidak

terlaksana.42

Akan tetapi lain halnya jika dalam materi MoU tersebut hanya

mengatur mengenai ulasan-ulasan pokok saja dimana dalam pasal MoU

disebutkan bahwa kerjasama mengenai kegiatan-kegiatan yang

dilakukan antar pihak akan ditentukan dalam perjanjian pelaksanaan yang

akan ditentukan oleh masing-masing pihak. Dan jika ditentukan pula dalam

salah satu pasal lain bahwa untuk pembiayaan akan diatur pula dalam

42

Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek “Buku Keempat”, h. 32.

Page 62: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

52

perjanjian lain yang lebih detil. Apabila substansi dalam MoU mengatur

hal-hal yang demikian, maka berdasarkan asas hukum kontrak bahwa dapat

disebut kontrak apabila suatu perjanjian itu bersifat final, maka MoU

semacam ini berdasarkan asas obligator tidak bisa dikatakan suatu kontrak,

karena belum final dalam pembuatannya. 43

2. Ada tidaknya sanksi

Untuk menentukan suatu MoU itu suatu kontrak atau bukan maka harus

dilihat apakah MoU tersebut telah memuat sanksi atau tidak. Kalau dalam

MoU tidak memuat suatu sanksi yang tegas maka MoU tersebut tidak dapat

dikatakan suatu kontrak. Dan kalau hanya memuat sanksi moral maka MoU

tidak bisa dikatakan suatu kontrak berdasarkan Teori Holmes yang

menyatakan bahwa tidak ada sanksi moral dalam suatu kontrak.

43

Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek “Buku Keempat”, h. 11.

Page 63: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

53

BAB IV

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1788 K/PDT.G/2014

Pembahasan mengenai putusan Mahkamah Agung berfokus pada kedudukan

Memorandum of Understanding dalam perkara ini. Kedudukan MoU akan dikaitkan

dengan KUH Perdata dan kontrak bisnis.

A. Posisi Kasus

Pada 9 Mei 2008 PT. Jaya Makmur Bersama mengikuti penawaran untuk

pengembangan pariwisata di Bali yang ditawarkan oleh PT. Pengembangan

Pariwisata Bali selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saat ini

mengelola kawasan pariwisata Nusa Dua Bali. Pengembangan itu untuk

meningkatkan pariwisata yang berkualitas dan mempunyai nilai tambah dalam

bentuk pengembangan sarana akomodasi, recreation, and entertainment center

yang akan dibangun dan dioperasikan diatas lahan Lot C-5 dengan sertipikat

HPL No. 4/ Desa Benoa atas nama PT Pengembangan Pariwisata Bali (kantor

BTDC).

Pada 15 Agustus 2008 PT. Pengembangan Pariwisata Bali menunjuk PT. Jaya

Makmur Bersama sebagai calon investor yang diterima untuk mengembangkan

pariwisata di lahan Lot C-5 hal tersebut diberitahukan melalui surat penunjukkan

dengan Nomor 1/Timbang/PT.PPB/VIII/2008 tertanggal 15 Agustus tahun 2008.

Page 64: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

54

Atas dasar surat penunjukan tersebut PT. Pengembangan Pariwisata Bali dengan

PT. Jaya Makmur Bersama bersepakat menandatangani kesepahaman yang

dituangkan dalam nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan

nomor 88/SP/IX/2008 tertanggal 19 September 2008. Atas dasar itu, PT.

Pengembangan Pariwisata Bali (selanjutnya disebut pihak pertama) dan PT. Jaya

Makmur Bersama (selanjutnya disebut pihak kedua) wajib untuk mempersiapkan

dan menandatangani Land Utilization and Land Development (LUDA) sebagai

tindak lanjut dari nota kesepahaman dan LUDA harus dibuat berdasarkan

prinsip-prinsip yang sudah diatur dalam nota kesepahaman.

Selain itu didalam penandatanganan nota kesepahaman para pihak telah

bersepakat bahwa pihak kedua wajib menyerahkan jaminan keseriusan (guaranty

fee) dalam bentuk deposit dengan jumlah 5 % dari total kompensasi yaitu Rp.

1.500.000.000,00 (satu setengah milyar rupiah). Dijelaskan selanjutnya bahwa

nota kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani sampai dengan

penandatanganan LUDA. Dengan jangka waktu paling lambat adalah 31

Desember 2008 LUDA harus sudah ditandatangani. Apabila hingga tanggal 31

Desember 2008 LUDA belum ditandatangani, maka pihak pertama wajib

mengembalikan deposit guaranty fee kepada pihak kedua.

Ketika proses pembahasan, para pihak belum mencapai kesepakatan untuk

segera menyelesaikan LUDA. Hal ini terjadi karena masih terdapat perbedaan

diantara para pihak. Perbedaan tersebut terkait dengan prinsip yang terdapat

Page 65: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

55

didalam nota kesepahaman. Prinsip yang telah disepakati dalam nota

kesepahaman tidak dapat dilaksanakan dalam LUDA. Hal tersebut terjadi karena

pihak pertama selaku Badan Usaha Milik Negara mendapatkan kebijakan dari

Menteri Negara BUMN untuk melakukan beberapa perubahan atas isi nota

kesepahaman. Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Menteri

Negara BUMN dengan nomor S-465/MBU/2009 tertanggal 9 Juli 2009.

Atas dasar pihak pertama meminta untuk dilakukan perubahan persyaratan

dalam pembahasan LUDA sehingga prinsip yang telah ada dalam nota

kesepahaman dapat diabaikan. Perubahan yang diminta pihak pertama yaitu :

Pertama, pihak pertama meminta perubahan pada ketentuan jangka waktu

pengelolaan tanah, yakni dari 50 tahun sejak penandatanganan LUDA dibagi

dalam dua tahap yaitu tahap pertama 30 tahun sejak penyerahan lahan kosong

dan tahap kedua 20 tahun dengan perpanjangan secara otomatis. Batas waktu itu

diubah dengan jangka waktu hanya 30 tahun dan dapat diperpanjang maksimum

adalah 20 tahun.

Kedua, pihak pertama juga meminta agar jumlah kompensasi yang telah

disepakati dalam MoU dirubah menyesuaikan dengan lamanya jangka waktu

pengelolaan tanah. Karena jangka waktu yang baru berkurang menjadi 30 tahun

maka kompensasi seharusnya berkurang secara proporsional. Perubahan yang

diminta oleh pihak pertama diatas mengakibatkan tertundanya penandatanganan

Page 66: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

56

LUDA dan telah melebihi jangka waktu penandatanganan dari paling lambat

adalah 31 Desember 2008.

Selanjutnya pihak kedua masih berupaya untuk menegosiasikan permintaan

perubahan kesepakatan didalam nota kesepahaman karena merasa telah

menyerahkan kompensasi biaya jaminan (guaranty fee) dalam bentuk deposit.

Namun tiba-tiba pihak pertama menyatakan untuk memutuskan kerjasama

dengan pihak kedua dikarenakan tidak adanya kesepakatan atas perubahan yang

diminta oleh pihak pertama. Pemutusan secara sepihak tersebut tertuang didalam

surat nomor 45/Dir/PT.PPB/X/2010 tertanggal 6 Oktober 2010.

Tindakan yang dilakukan pihak pertama diatas tidak dapat diterima oleh pihak

kedua, dan pihak kedua tetap ingin melaksanakan LUDA dengan prinsip-prinsip

dalam nota kesepahaman. Pihak kedua kemudian mengajukan gugatan di

Pengadilan Negeri Bali atas dasar wanprestasi sebagaimana diatur pada pasal

1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

B. Pertimbangan dan Interpretasi Hakim

Dalam putusan Perkara Mahkamah Agung Nomor : 1788 K/Pdt/2014,

majelis hakim mengemukakan sah atau tidaknya MoU tersebut dikategorikan

sebagai sebuah perjanjian dalam perkara ini.

Majelis hakim berpendapat bahwa pernyataan dari pihak PT. Bali

Persero Persada tidak dapat dibenarkan jika dihubungkan dengan

Page 67: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

57

pertimbangan Judex Facti dalam hal ini Pengadilan Negeri Denpasar tidak

salah menerapkan hukum.

Majelis Hakim berpendapat bahwa MoU tersebut telah mengatur hak

dan kewajiban masing-masing pihak dan sesuai dengan ketentuan pasal 1338

KUH Perdata maka para pihak wajib melaksanakan isi kesepahaman dengan

itikad baik. Lagi pula mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat

penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan

dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi karena pemeriksaan tingkat kasasi

hanya berkenaan dengan adanya kesalahan penerapan hukum, adanya

pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-

syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam

kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau bila pengadilan

tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang

dimaksud dalam pasal 30 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985

sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009.

Majelis hakim menimbang, bahwa ternyata putusan Judex

Facti/Pengadilan Tinggi Denpasar dalam perkara ini tidak bertentangan

dengan hukum dan/atau Undang-Undang, maka permohonan kasasi yang

diajukan oleh para pemohon Kasasi PT. Pengembangan Pariwisata Bali

(Persero) tersebut harus ditolak.

Page 68: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

58

Dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang

kekuasaan kehakiman , Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundangan lain yang bersangkutan,

Majelis Hakim MENGADILI :

1. Menolak permohonan kasasi dari permohonan Kasasi : 1. PT.

PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI, 2. PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA Cq. KEMENTRIAN BADAN USAHA MILIK

NEGARA REPUBLIK INDONESIA Cq. MENTERI NEGARA BADAN

USAHA MILIK NEGARA, tersebut:

2. Menghukum Para pemohon Kasasi I dan II/Tergugat /Pembanding dan

Turut Tergugat/TurutTerbanding untuk membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi ini sejumlah Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)

Atas putusan ini, PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI dan

BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA menerima

putusan Mahkamah Agung ini setelah melakukan banding di Pengadilan

Negeri Denpasar dan kasasi di Mahkamah Agung sehingga putusan ini

menjadi memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).

Dari putusan kasasi tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan putusan

tersebut dari aspek yuridis. Majelis Hakim berpendapat bahwa MoU yang

Page 69: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

59

dibuat oleh PT. Pengembangan Bali Persero dan PT. Makmur Jaya Bersama

adalah sebagai kontrak karena memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian

dalam pasal 1320 KUH Perdata. Majelis Hakim juga berpendapat bahwa

dalam MoU tersebut sudah sesuai dengan pasal 1338 KUH Perdata mengenai

itikad baik. Hakim sebagai aplikator undang-undang, harus memahami

undang-undang dengan mencari undang-undang yang berkaitan dengan

perkara yang sedang dihadapi. Hakim harus menilai apakah undang-undang

tersebut adil, ada kemanfaatannya, atau meberikan kepastian hukum jika

ditegakkan, sebab salah satu tujuan hukum itu unsurnya adalah menciptakan

keadilan.44

Keadilan hukum (legal justice), adalah keadilan berdasarkan hukum dan

perundang-undangan. Dalam arti hakim hanya memutuskan perkara hanya

berdasarkan hukum positif dan peraturan perundang-undangan. Keadilan

seperti ini keadilan menurut penganut aliran legalistis positivisme. Dalam

menegakan keadilan ini hakim atau pengadilan hanya sebagai pelaksana

undang-undang belaka, hakim tidak perlu mencari sumber-sumber hukum di

luar dari hukum tertulis dan hakim hanya dipandang menerapkan undang-

undang pada perkara-perkara konkret rasional belaka. Dengan kata lain,

hakim sebagai corong atau mulut undang-undang.45

44 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh hakim dalam prespektif hukum progresif, (Jakarta:

Sinar Grafika,2011), h. 126.

45 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh hakim dalam prespektif hukum progresif, h. 127.

Page 70: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

60

Namun, Majelis Hakim dalam perkara ini hanya condong ke aspek yuridis

dengan hanya menggunakan Undang-Undang saja, tanpa menggunakan aspek

sosiologis dengan tidak menggunakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan adanya berbagai aspek kebutuhan masyarakat yang

menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan

masyarakat. Majelis Hakim juga keliru dalam menerapkan aspek filosofis

dalam perkara tersebut dengan hanya mempertimbangkan pendapat para ahli

secara tidak mendalam.

C. Penyelesaian sengketa dalam putusan Perkara Mahkamah Agung Nomor

: 1788 K/Pdt/2014

Jika suatu perbuatan hukum yang melibatkan seseorang atau lebih

kemudian mempunyai akibat hukum bagi para pihak yang membuatnya dan

mereka saling memberikan pernyataan baik itu tertulis ataupun tidak untuk

memenuhi unsur janji yang diberikan pihak yang satu kepada pihak yang lain

maka ini bisa disebut sebagai kontrak.46

Karena akibat dari pernyataan

tersebut, kedua belah pihak terikat kepada akibat hukum yang para pihak buat

sendiri. Didalam kontrak terdapat suatu kewajiban untuk melaksanakan

46 J. Satrio, Hukum Perjanjian (perjanjian pada umumnya), (Bandung : Citra Aditya

Bakti,1992) h.133.

Page 71: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

61

prestasi. Apalagi untuk kontrak timbal balik, dimana kedua belah pihak harus

sama-sama melakukan kewajibannya.47

Setiap perjanjian juga harus menggunakan prinsip menghormati

kontrak ketika terjadi kesulitan (hardship). Yang dimaksud hardship ini

adalah apabila pelaksanaan kontrak menjadi lebih berat bagi salah satu pihak,

pihak tersebut bagaimanapun juga terikat dalam melaksanakan perikatannya

dengan tunduk pada ketentuan tentang kesulitan. Ketentuan ini menentukan

dua hal pokok, yaitu :48

a. Sifat mengikat dari kontrak sebagai aturan umum

b. Perubahan keadaan yang relevan dengan kontrak jangka panjang.

Akan tetapi, sebagian ahli berpendapat bahwa Memorandum of

Understanding bukanlah sebuah kontrak, hanya berupa perjanjian pra kontrak

yang tidak memiliki suatu akibat hukum jika salah satu pihak melanggar MoU

tersebut, tetapi hanya memiliki suatu akibat moral saja. Unsur yang

terkandung dalam MoU adalah MoU merupakan kesepakatan pendahuluan

dimana isi dari MoU adalah muatan-muatan pokok perjanjian yang nanti akan

dimasukkan kedalam kontrak. Mengingat MoU ini merupakan kesepakatan

47 Subekti, Hukum Perjanjian, ( Jakarta : PT. Intermasa, 1984), h. 57.

48 Taryana Soenandar, Prinsip-Prinsip Unidroit Sebagai sumber hukum Kontrak dan

Penyelesaian Sengketa, (Jakarta:Sinar Grafika, 2004), h.71.

Page 72: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

62

pendahuluan, ia mempunyai batas waktu dalam pemberlakuannya dari segi

jangka waktunya.49

Pada kesepakatan antara PT. Pengembangan Pariwisata Bali (pihak

pertama) dengan PT. Jaya Makmur Bersama (pihak kedua) yang dituangkan

dalam nota kesepahaman tidak dapat dikategorikan sebagai suatu kontrak

karena tidak memiliki substansi kontrak walaupun MoU tersebut memiliki hak

dan kewajiban. Hak dan kewajiban itu hanya mengawali perjanjian yang akan

dibuat dalam mengembangkan daerah Pariwisata di Nusa Dua Bali pada

Lahan Lot C-5 milik pihak pertama. Faktanya sebelum pelaksanaan

pengembangan tersebut mereka sepakat untuk membuat Land Utilization and

Development Agreement (LUDA) sebagai kontraknya.

Nota kesepahaman tersebut mengatur ketentuan dimana batas waktu

kesepakatan berakhir pada tahun 2008, tetapi para pihak secara diam-diam

melanjutkan kesepakatannya hingga waktu yang belum ditentukan.

Pemutusan sepihak oleh pihak pertama merupakan pelanggaran dalam

kategori wanprestasi. Dimana kesepatan para pihak secara diam-diam itu

mewajibkan para pihaknya untuk memberitahukan terlebih dahulu bila ingin

menghentikan perjanjiannya. Hal yang tidak diberitahukan didalam perjanjian

secara diam-diam akan menimbulkan pelanggaran cidera janji atau

49 Salim HS, Abdullah, Wiwik, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding

(MoU), h.48.

Page 73: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

63

wanprestasi. Karena perjanjian diam-diam merupakan perjanjian dengan

waktu tidak tertentu.

Perbedaan MoU dan Perjanjian adalah MoU belumlah

melahirkan suatu hubungan hukum karena MoU baru merupakan persetujuan

prinsip yang dituangkan secara tertulis, sehingga dapat ditarik kesimpulan,

MoU yang dituangkan secara tertulis baru menciptakan suatu awal yang

menjadi landasan penyusunan dalam melakukan hubungan hukum/perjanjian

antara para pihak dikemudian hari.50

Perbedaan lainnya adalah MoU berisi klausul yang sederhana dan

tidak rinci atau detail, diantaranya klausul maksud dan tujuan mengapa para

pihak mengadakan MoU, jangka waktu yang diperjanjikan kedua belah pihak

dalam MoU, hak dan kewajiban para pihak dalam MoU yang sederhana

seperti memberikan kesempatan kedua belah pihak untuk saling mengenal

dengan menginformasikan latar belakang masing–masing pihak atau

melakukan persiapan–persiapandalam pembuatan perjanjian yang lebih rinci,

dan pembentukan tim dalam merancang dan menyusun perjanjian kedepannya

yang lebih lengkap dan tentu saja lebih rinci.

Kesepakatan yang dituangkan pada MoU pada PT. Pengembangan

Pariwisata Bali dengan PT. Jaya Makmur Bersama adalah bukan sebuah

kontrak karena nantinya akan dibuat kontrak yang dinamakan LUDA. MoU

50

http://www.suduthukum.com/2016/11/perbedaan-memorandum-of.html, diakses pada tanggal 28 Februari pukul 12.05

Page 74: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

64

pada kesepakatan tersebut jelaslah bukan sebuah kontrak karena dianggap

tidak berisi cukup detail mengenai perjanjian yang diatur. MoU tersebut

memang Terdapat pasal-pasal yang mengandung hak dan kewajiban yang

wajib dipatuhi oleh masing-masing pihak akan tetapi hak dan kewajiban itu

tidak lain adalah hak dan kewajiban untuk mengiringi kontrak LUDA yang

akan di buat nanti.

Disamping itu, MoU bersifat sebagai pendahuluan saja dengan

mempunyai batas waktu tertentu dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan

para pihak. Ini sesuai dengan MoU yang dibuat oleh kedua belah pihak

dimana kedua belah pihak sepakat untuk menentukan batas waktu berlakunya

MoU dan kedua belah pihak juga dapat memperpanjang jangka waktu

berlakunya.

MoU bukanlah suatu perjanjian karena substansi dari MoU sendiri

merupakan pendahuluan saja dan tidak memiliki akibat hukum apapun. Hal

ini dapat dibuktikan dengan KUH Perdata pasal 1320 tentang syarat sahnya

perjanjian. Persyaratan yang dimaksud pertama adalah adanya penawaran dan

kata penerimaan dari para pihak (meeting of minds).51

Kedua terdapat pihak

yang telah memenuhi kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum. Ketiga

adanya prestasi tertentu timbal balik. Keempat adanya kausa hukum yang

halal. Setiap kesepakatan yang dibuat dengan secara sah dan berdasarkan

51 Ricardo Simanjutak, Hukum Kontrak & Teknik Perancangan Kontrak Bisnis. Cet. 2, h. 150.

Page 75: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

65

ketentuan hukum berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.

Dari keempat syarat tersebut, MoU tidak dapat dikatakan memenuhi

syarat pertama yaitu meeting of Minds atau adanya kata sepakat. Memang,

dalam sebuah MoU sudah tentu adanya kesepakatan para pihak, akan tetapi

para pihak bersepakat bahwa yang mereka sepakati bukanlah perjanjian,

melainkan MoU yang notabene bukan sebuah perjanjian tetapi merupakan

perjanjian pendahuluan saja.

MoU semacam inilah yang disepakati oleh PT. Pengembangan

Pariwisata Bali dengan PT. Makmur Jaya Bersama yaitu mereka bersepakat

bahwa nota kesepahaman ini bukanlah sebuah kontrak, yang jelas mereka

katakan dalam pasal 1 MoU tersebut yang berisi “ para pihak sepakat

maksud dan tujuan Nota Kesepahaman ini adalah sebagai langkah awal

dalam kerjasama pengembangan lahan Lahan C-5 seluas kurang lebih

58.000 m2 milik pihak pertama”.

Selain itu, isi dari MoU yang dibuat kedua belah pihak tidak terdapat

hak dan kewajiban secara detail yang membahas tentang apa-apa saja yang

wajib dilakukan dan apa-apa saja yang dilarang seperti kontrak pada

umumnya. Hanya terdapat serius fee yang digelontorkan oleh PT. Jaya

Makmur Bersama kepada PT. Pengembangan Bali Persero sebesar Rp.

1.500.000.000. tentunya itu bukanlah hak dan kewajiban secara detail,

Page 76: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

66

melainkan hanya hak dan kewajiban untuk pengiring suatu perjanjian seperti

pendapat Prof.Dr. Hikmahanto Juwana,SH.MH yang akan kedua belah pihak

buat nanti. Pihak pertama bukan tidak mau memenuhi prestasinya, tetapi

berusaha untuk mengubah atau setidaknya melakukan negosiasi ulang

terhadap beberapa ketentuan dengan dasar Surat Keputusan BUMN. Sehingga

penandatanganan LUDA tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan prinsip-

prinsip nota kesepahaman.

Kemudian dari segi sanksi, MoU yang dibuat oleh para pihak bukanlah

sebuah kontrak karena isi dari MoU tersebut tidak diatur sanksi bagi pihak

yang melanggar seperti pada pembuatan kontrak pada umumnya. Biasanya

dibagian-bagian akhir suatu kontrak akan mengatur pasal tentang saksi

apabila salah satu pihak melanggar dan pasal yang mengatur penyelesaian

sengketa apabila para pihak tidak menemukan jalan keluar. Namun, di MoU

yang dibuat para pihak tersebut, tidak terdapat pasal-pasal itu.

Maka jelaslah Pada sengketa pihak PT.Pengembangan Bali (Persero)

dengan PT. Jaya Makmur Bersama yang dimana kedua belah pihak berselisih

mengenai apakah MoU merupakan perjanjian atau bukan, penulis berpendapat

MoU tersebut bukanlah suatu perjanjian karena tidak memenuhi pasal 1320

KUH Perdata dan sesuai dengan MoU yang di definisikan oleh para ahli.

Adapun mengenai putusan Majelis Hakim yang mengatakan bahwa

suatu MoU merupakan suatu perjanjian jelas adalah keliru, karena hakim

Page 77: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

67

hanya mempertimbahkan putusannya dari aspek yuridis saja, tidak

mempertimbangkan aspek filosofis dan aspek sosiologis. Aspek filosofis

adalah aspek yang berintikan pada kebenaran dan keadilan, sedangkan aspek

sosiologis, mempertimbangkan tata nilai budaya yang hidup dalam

masyarakat.52

Majelis hakim juga tidak mempertimbangkan pendapat para

ahli dan tidak menafsirkan secara lebih jauh bagaimana kedudukan dari MoU

yang ditinjau dari KUH Perdata dalam hal ini pasal 1320 dan kontrak bisnis.

Kemudian, mengenai putusan hakim yang menyebutkan bahwa MoU

antara PT. Pengembangan Pariwisata Bali dengan PT. Makmur Jaya Bersama

harus dilanjutkan adalah keliru karena tidak berlandaskan hukum. Menurut

pasal 1266 dan 1267 menyebutkan “syarat batal dianggap selalu

dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik, manakala

salahb satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian

persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan

kepada hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal

mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan dalam perjanjian. Jika

syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasa untuk,

menurut keadaan,atas permintaan si tergugat, memberikan jangka waktu

untuk masih juga memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana namun itu

tidak boleh lebih dari satu bulan ”. “pihak terhadap siapa perikatan tidak

52 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh hakim dalam prespektif hukum progresif, h. 126.

Page 78: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

68

dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan

memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, ataukah ia akan

menuntut pembatalan perjanjian, disertai penggantian biaya kerugian dan

bunga.”

Dari pasal 1266 dan 1267 tersebut menjelaskan tentang jika

kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak tidak terdapat dalam klausul

yang di perjanjikan, Majelis Hakim dapat leluasa memberikan putusan dengan

pertimbangan keadaan, permintaan tergugat, dan memberikan jangka waktu

untuk memenuhi kewajibannya. Padahal dalam kasus ini, pihak tergugat yaitu

PT. Pengembangan Pariwisata Bali jelas menginginkan batalnya MoU dan

tidak ingin MoU tersebut dilanjutkan.

Dengan beberapa pendapat yang sudah penulis paparkan, dapat

dikatakan bahwa Majelis Hakim kurang teliti dan detail dalam

mempertimbangkan sebuah keputusan. Majelis hakim seharusnya dapat

mempertimbangkan putusan melalui tiga aspek, yaitu aspek yuridis, filosofis,

dan sosiologis. Serta tentunya mempertimbangkan fakta-fakta dilapangan dan

juga pendapat para ahli.

Page 79: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah peneliti lakukan didapatkan kesimpulan

dari penelitian ini sebagai berikut :

1. MoU dapat dikatakan sebuah perjanjian yang sah dan memiliki dasar

hukum jika didalamnya memuat hak dan kewajiban para pihak serta

secara jelas mengatur klausula penyelesaian jika terjadi perselisihan dan

memenuhi unsur-unsur dalam perjanjian dan akan mengikat bagi yang

menandatanganinya sehingga akan berlaku sebagai undang-undang bagi

yang melakukan perjanjian tersebut. Akan tetapi pada kasus ini, substansi

dari MoU tersebut tidak memiliki hak dan kewajiban secara detail

melainkan hanya menggiring para pihak yang akan dituangkan dalam

perjanjian. Menurut Munir Fuady, mengartikan bahwa Memorandum of

Understanding sebagai berikut ; Perjanjian pendahuluan, dalam arti

nantinya akan diikuti dan dijabarkan dalam perjanjian lain yang

mengaturnya secara detail, karena itu, Memorandum of Understanding

berisikan hal-hal yang pokok saja. Adapun mengenai lain-lain aspek dari

Memorandum of Understanding relatif sama dengan perjanjian-perjanjian

lain. Erman Rajagukguk mengartikan Memorandum of Understanding

sebagai berikut ; Dokumen yang memuat saling pengertian diantara para

Page 80: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

70

pihak sebelum perjanjian dibuat. Isi dari Memorandum of Understanding

harus dimasukkan ke dalam kontrak, sehingga iamempunyai kekuatan

mengikat.

2. Memorandum of Understanding merupakan bentuk perjanjian yang dapat

dikategorikan sebagai pra kontrak atau perjanjian pendahuluan. Para ahli

sudah sepakat pada dasarnya MoU bukan merupakan suatu kontrak dan

tidak memiliki akibat hukum. Pada kasus Perusahaan PT. Pengembangan

Pariwisata Bali (Persero) dengan PT. Jaya Makmur Bersama, Majelis

Hakim menyatakan bahwa Nota Kesepahaman (Memorandum of

Understanding) antara Tergugat dengan Penggugat tentang

Pengembangan Lot C-5 (Kantor BTDC) merupakan perjanjian yang

mengikat antara Penggugat dengan Tergugat dan Turut Tergugat.

Pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama sampai tingkat kasasi yang

menyatakan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) No.

88/SP/IX/2008 tanggal 19 September 2008 tentang pengembangan Lot C-

5 (kantor BTDC) adalah salah karena telah keliru menafsirkan KUH

Perdata pasal 1320 tentang syarat sahnya perjanjian. Dalam poin pasal

1320 menyatakan adanya kata sepakat antara para pihak, kata sepakat ini

dimaksudkan bahwa para pihak telah sepakat membuat perjanjian dan

telah sepakat jika ada perselisihan akan diadili di pengadilan atau

arbitrase. Dalam kasus ini, kedua belah pihak bersepakat bahwa

perjanjian yang telah mereka buat adalah perjanjian awal dan bukan

Page 81: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

71

merupakan suatu kontrak. Hal ini disampaikan dalam pasal 1 ayat 1

mereka yang berbunyi : “para pihak sepakat maksud dan tujuan Nota

Kesepahaman ini adalah sebagai langkah awal dalam kerjasama

pengembangan lahan Lahan C-5 seluas kurang lebih 58.000 m2 milik

pihak pertama”. Dari pasal tersebut jelaslah kedua belah pihak telah

bersepakat bahwa apa yang mereka sepakati bukanlah sebuah kontrak

yang mengikat, melainkan hanya perjanjian awal saja. Perkara perjanjian

PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) dan PT. Jaya Makmur yang

dimana kedua belah pihak berselisih mengenai apakah MoU merupakan

perjanjian atau bukan, dalam hal ini majelis hakim memutuskan bahwa

MoU tersebut merupakan suatu perjanjian dan menghukum agar MoU

tersebut dilanjutkan. Namun, penulis berpendapat Majelis Hakim tidak

mempunyai landasan hukum yang kuat mengapa MoU harus dilanjutkan.

Dari pasal 1266 dan 1267 tersebut menjelaskan tentang jika kesepakatan

yang dibuat oleh kedua belah pihak tidak terdapat dalam klausul yang di

perjanjikan, Majelis Hakim dapat leluasa memberikan putusan dengan

pertimbangan keadaan, permintaan tergugat, dan memberikan jangka

waktu untuk memenuhi kewajibannya. Padahal dalam kasus ini, pihak

tergugat yaitu PT. Pengembangan Pariwisata Bali jelas menginginkan

batalnya MoU dan tidak ingin MoU tersebut dilanjutkan.

Page 82: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

72

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mengajukan

saran yang berguna untuk penegak hukum agar menerapkan hukum sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku:

1. Sebagaimana telah diketahui dalam pembahasan sebelumnya, MoU adalah

sebagai perjanjian awal terbuatnya suatu kontrak haruslah dibuat

sebagaimana mestinya. Tidak rinci melainkan hanya berisi hal-hal pokok

saja, dan pastinya dibuat secara ringkas dan tidak memiliki kekuatan

hukum yang mengikatnya. MoU pada perkara ini memanglah sebuah

MoU, tetapi jika dicermati MoU ini tidak ringkas seperti pada umumnya.

Lebih detail dan lebih serupa dengan kontrak karena adanya pasal-pasal

yang memuatnya. Seharusnya, MoU dibuat secara ringkas, jelas dan hanya

berisi hal-hal pokok saja sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Munir

Fuady. Agar tidak bermasalah di kemudian hari.

2. Awal mula Permasalahan antara PT. Pengembangan Pariwisata Bali

dengan PT. Makmur Jaya bersama adalah tidak sepakatnya biaya

kompensasi yang diberikan kepada PT. Pengembangan Pariwisata Bali

oleh PT. Makmur Jaya bersama sehingga masa berlaku MoU diundur

beberapa kali dan pada akhirnya PT. Pengembangan Pariwisata Bali

membatalkan MoU karena tidak adanya kesepakatan dalam biaya

kompensasi. Seharusnya perkara ini tidak perlu sampai ke meja

Page 83: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

73

pengadilan. Cukup selesaikan masalah ini melalui arbitase dan mediasi.

Para pihak dapat menyelesaikan perkara ini melalui Badan Arbirase

Nasional (BANI) untuk mencari jalan tengah atau winwin solution dalam

perkara ini agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

3. Memberikan para penegak hukum dan para pebisnis untuk lebih

memahami lagi istilah-istilah dalam kontrak bisnis khususnya

Memorandum of Understanding, tentang bagaimana cara pembuatannya

bagaimana maksud dan tujuan dibuatnya, bagaimana substansinya agar

tidak keliru dalam membedakan antara Memorandum of Understanding

dan Perjanjian kontrak.

4. Mensosialisasikan penyelesaian sengketa diluar pengadilan seperti

Arbitrase, mediasi, dll untuk menyelesaikan perkara, karena dengan

menggunakan metode penyelesaian sengketa seperti ini dinilai jauh lebih

efektif dan efisien daripada melakukan penyelesaian sengketa di

pengadilan. Dengan menggunakan metode ini para pihak dapat lebih

mempersingkat waktu, memperkecil biaya, dan tentunya memberikan

jalan tengah (winwin solution) kepada para pihak agar tidak ada pihak

yang dirugikan atas perkara ini.

Page 84: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

74

DAFTAR PUSTAKA

BUKU – BUKU :

Adolf, Huala. Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Bandung: Refika

Aditama. 2007

Ali, Zainudin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. 2010

Amirudin, dan Zaenal Asikin. Pengantar Metode Penelitian

Hukum. Jakarta : RajawaliPers. 2012

Bintang, Sanusi dan Dahlan. Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis,

Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000

Budiono,Herlien. Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di

Bidang Kenotariatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010

Cahyono, Akhmad Budi. Mengenal Hukum Perdata, Cet. 1, Jakarta: CV.

Gitama Jaya, 2008

Fuady, Munir. Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek “Buku Keempat”,

Bandung: PT. Citra Adiyaksa Bakti. 2002

H.S,Salim. Hukum Kontrak : “Teori dan teknik penyusunan kontrak “.

Jakarta : Sinar Grafika. 2006

-------------. Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding

(MoU), Jakarta : Sinar Grafika, 2007

Kusumadara, Afifah. Kontrak Bisnis Internasional “ elemen-elemen

penting dalam penyusunan, Jakarta: Sinar Grafika. 2013

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada

Media Group. 2011

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perdata Indonesia. Bandung : Citra

Aditya Bakti. 2010

Putra,Ida Bagus Wiyasa. Aspek-aspek Hukum Perdata Intemasional

dalam Transaksi Bisnis Intemasional. Bandung : Refika Aditama.

1997

Rifai, Ahmad. Penemuan Hukum oleh hakim dalam prespektif hukum

progresif, Jakarta: Sinar Grafika. 2011

Salimin, Abdul R. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori Dan Contoh

Kasus),Jakarta : Kencana. 2010

Satrio, J. Hukum Perjanjian (perjanjian pada umumnya), Bandung : Citra

Aditya Bakti. 1992

Simanjuntak, Ricardo. Hukum Kontrak Teknik Perancangan Kontrak

Bisnis,Jakarta : kontan Pub. 2011

Soenandar, Taryana. Prinsip-Prinsip Unidroit Sebagai sumber hukum

Kontrak dan Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Sinar Grafika. 2004

Subekti. Aneka Perjanjian. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. 2014

----------. Pokok – Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa. 2001

----------. Hukum Perjanjian, Jakarta : PT. Intermasa. 1984

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada. 2012

Page 85: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

75

Syarifudin, Muhammad. Hukum Kontrak “Memahami Kontrak dalam

Prespektif Filsafat, Teori, Dogmatik, dan Praktik Hukum”, Bandung :

CV. Mandar Maju. 2012

Tim Penulis. Keterampilan Perancangan Kontrak, Bandung:

Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Parahyangan. 1997

PERUNDANG – UNDANGAN :

Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

INTERNET : http://www.suduthukum.com/2016/11/perbedaan-memorandum-of.html,

Page 86: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

P

U

T

U

S

A

N

N

o

m

o

r

1

7

8

8

K

/

P

d

t

/

2

0

1

4

DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN

YANG MAHA ESA M A H K A M

A H A G U N G

memeriksa perkara perdata dalam tingkat

kasasi telah memutuskan sebagai berikut

dalam perkara:

1 PT. PENGEMBANG

PARIWISATA

BALI, berkedudukan

di Kawasan Pariwisata

Nusa Dua Lot C-5, Po

Page 87: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Box 3 Nusa Dua,

Kabupaten Badung,

Bali, diwakili oleh

Direktur Utama, Ida

Bagus Wirajaya,

dalam hal ini

memberi kuasa

kepada Erbindo

Saragih, S.H., M.H.,

Kepala Kejaksaan

Tinggi Bali, beralamat

di Jalan Kapten

Tantular Nomor 5

Renon Denpasar, dan

kuasa dengan hak

substitusi kepada

Sukamto, S.H., M.H.,

dkk., para Jaksa

Pengacara Negara

pada Kejaksaan

Tinggi Bali Denpasar,

berdasarkan Surat

Kuasa Khusus

tanggal 22 Januari

2014 dan kepada

Prof. Dr. Yusril Ihza

Mahendra, S.H.,

M.Sc., dkk., para

Advokat pada Ihza

& Ihza Law Firm,

beralamat di 88

Kasablanka Office

Tower, Tower A

Lantai 19, Kota

Kasablanka, Jalan

Page 88: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Casablanka Kav. 88,

Kuningan Jakarta,

berdasarkan Surat

Kuasa Khusus tanggal

29 Januari 2014;

2 PEMERINTAH REPUBLIK

INDONESIA Cq.

KEMENTRIAN

BADAN USAHA

MILIK NEGARA

REPUBLIK

INDONESIA Cq.

MENTERI

NEGARA BADAN

USAHA MILIK

NEGARA,

berkedudukan di Jalan

Medan Merdeka

Selatan Nomor 13

Jakarta Pusat, diwakili

oleh Menteri Badan

Usaha Milik Negara,

Dahlan Iskan, dalam

hal ini

memberi kuasa kepada Hambra, dkk., para Pegawai pada

Kementerian

BUMN, beralamat

di Jalan Medan

Merdeka Selatan

Nomor 13 Jakarta

Pusat, berdasarkan

Surat Kuasa Khusus

Page 89: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

tanggal 10 Januari

2014;

Para Pemohon Kasasi I dan II dahulu Tergugat/Pembanding dan Turut

Tergugat/Turut Terbanding;

m

e

l

a

w

a

n

Hal. 1 dari 38 Hal. Putusan

Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 90: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk2 tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

PT. JAYA MAKMUR BERSAMA, berkedudukan di Jalan Blitar

Nomor 2, Menteng, Jakarta Pusat, diwakili oleh Direktur, Eko

Purwanto, dalam hal ini memberi kuasa kepada Efendy H. Purba, S.H.,

M.H., dkk., para Advokat pada Effendy & Remy (Attorney and

Counselor At Law), beralamat di Gedung Lina 2th floor, Suite 205, Jalan

H.R. Rasuna Said Kav. B-7, Kuningan, Jakarta Selatan, berdasarkan

Surat Kuasa Khusus tanggal 17 Pebruari 2014;

Termohon Kasasi dahulu Penggugat/Terbanding;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Temohon

Kasasi dahulu sebagai Penggugat/Terbanding telah menggugat sekarang para Pemohon

Kasasi I dan II dahulu sebagai Tergugat/Pembanding dan Turut Tergugat/Turut

Terbanding di muka persidangan Pengadilan Negeri Denpasar pada pokoknya atas

dalil-dalil:

1 Bahwa Penggugat adalah suatu perseroan yang bergerak di bidang Akomodasi,

Rekreasi serta Hiburan;

2 Bahwa Tergugat dikenal juga dengan nama PT Bali Tourism Development

Corporation (BTDC) merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara yang

bertujuan sebagai penyelenggara dan pengelola atas sarana dan prasarana di

Kawasan Pariwisata Nusa Dua Bali;

3 Bahwa sesuai dengan tujuan pendiriannya, Tergugat bermaksud untuk

mengembangan kawasan Lot C-5 di atas lahan dengan Sertipikat Hak

Pengelolaan Nomor 4/Desa Benoa dan oleh karenanya Tergugat mencari

investor yang mempunyai kemampuan untuk menyelenggarakan dan

mengoperasikan kawasan Lot C-5 menjadi suatu kawasan pariwisata;

4 Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Tergugat telah menunjuk

Penggugat sebagaimana dinyatakan dalam surat dari Tergugat

Nomor 01/Timbang/PT.PPB/2008 tertanggal 15 Agustus 2008 (Bukti P-1) yang

pada pokoknya menunjuk Penggugat sebagai calon investor untuk

pengembangan kawasan Lot C-5;

5 Bahwa kemudian, Penggugat dan Tergugat pada tanggal 19 September 2008

telah menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum Of Understanding

(MoU)) (Bukti P-2), yang mana mengatur hal-hal sebagai berikut:

2

Page 91: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk3 tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

a Dalam rangka pengembangan lahan Lot C-5, maka Tergugat dan

Penggugat sepakat dan setuju untuk mempersiapkan penandatanganan

Land Utilization and Land Development Agreement (selanjutnya

disebut sebagai “LUDA”) berdasarkan prinsip-prinsip dalam MoU;

b Bahwa untuk mencapai tujuan MoU maka Tergugat dan Penggugat

sepakat untuk melakukan proses intern di masing-masing Pihak untuk

kerjasama selanjutnya. Oleh karena itu kerjasama ini tidak

diperbolehkan dialihkan/dipindah tangankan kepada Pihak Ketiga;

c Bahwa jangka waktu kesepakatan mulai sejak tanggal

penandatanganan MoU hingga ditandatanganinya LUDA dengan

batas waktu paling lambat pada 31 Desember 2008;

6 Bahwa antara Penggugat dan Tergugat tidak tercapai kesepakatan mengenai

jumlah kompensasi yang akan diterima oleh Tergugat hingga batas waktu

penandatangan MoU telah terlewati. Bahwa tidak tercapainya kesepakatan antara

Penggugat dan Tergugat adalah karena Tergugat menginginkan jumlah

kompensasi yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur

dalam MoU;

7 Bahwa Penggugat telah mengusulkan agar diadakan perpanjangan jangka waktu

MoU melalui Surat Nomor 001/SB/JMB/III/2009 tanggal 31 Maret 2009 (Bukti

P-3). Bahwa terhadap surat ini, Tergugat melalui surat Nomor 16/Dir/PT.PPB/

VI/2009 tanggal 4 Juni 2009 (Bukti P-4) telah menyatakan untuk menolak

perpanjangan jangka waktu MoU, dengan alasan konsep LUDA yang

disampaikan Tergugat sudah merupakan bentuk standar LUDA di Kawasan

Pariwisata Nusa Dua yang telah disetujui oleh Kementerian sebelum

dipergunakan dalam kerjasama dengan investor di Nusa Dua;

8 Bahwa sehubungan dengan hal ini, Turut Tergugat sebagaimana dinyatakan

dalam suratnya Nomor S-465/MBU/2009 tertanggal 9 Juli 2009 (Bukti P-5) telah

menyetujui rencana kerjasama dengan Penggugat. Hal-hal lain yang dinyatakan

pada surat tersebut antara lain:

a Pada prinsipnya Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara menyetujui

rencana Pengembangan Kantor Pusat BTDC melalui kerjasama dengan

calon mitra yaitu PT Jaya Makmur Bersama (Penggugat) (cetak tebal oleh

Penggugat);

Hal. 3 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 92: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk4 tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

b Bahwa besaran nilai kompensasi untuk BTDC dinegosiasikan kembali

(cetak tebal oleh Penggugat) dengan mempertimbangkan kondisi pariwisata

yang semakin berkembang;

c Masa kerjasama 30 tahun dan dapat diperpanjang maksimum selama 20

tahun dengan catatan untuk perpanjangan tersebut persyaratannya harus

disepakati oleh kedua belah pihak sebagai skim kompensasi baru;

7 Bahwa dengan demikian, Turut Tergugat telah dengan tegas menyatakan (i)

telah setuju dengan rencana kerjasama antara Penggugat dengan Tergugat

dan (ii) telah setuju adanya negoisasi ulang atau dengan kata lain Turut

Tergugat telah setuju adanya perpanjangan waktu MoU, walaupun sesuai

dengan ketentuan Pasal 12 MoU, jangka waktu berakhir pada tanggal 31

Desember 2008;

8 Bahwa atas dasar itikad baik untuk mengadakan negoisasi ulang, maka

Penggugat melalui suratnya pada tanggal 27 September 2010 kembali

meminta perpanjangan waktu penandatanganan MoU (vide Bukti P-2)

kepada Tergugat. Namun, Tergugat melalui suratnya Nomor 19/Dir/

PT.PPBN/V/2010, tertanggal 10 Mei 2010 (Bukti P-6) telah menyatakan

bahwa jangka waktu MoU (vide Bukti P-2) telah berakhir;

9 Bahwa sebelumnya Turut Tergugat melalui suratnya Nomor

S-465/MBU/2009 tertanggal 9 Juli 2009 ( vide Bukti P-5) telah menyatakan

persetujuannya dalam hal perpanjangan waktu MoU. Namun, Tergugat

melaui suratnya (vide Bukti P-6) secara sepihak mengakhiri Nota

Kesepahaman (Memorandum of Understanding) (vide Bukti P-2);

10 Bahwa terhadap tindakan Tergugat yang mengakhiri secara sepihak jangka

waktu MoU (vide Bukti P-2), Turut Tergugat tidak melakukan tindakan

apapun, walaupun tindakan Tergugat telah tidak sesuai dengan surat Turut

Tergugat Nomor S-465/MBU/2009 tertanggal 9 Juli 2009 (vide Bukti P-5);

11 Bahwa tindakan Tergugat sebagaimana tersebut di atas, nyata-nyata telah

melanggar hak-hak Penggugat ;

12 Bahwa oleh karenanya tindakan Turut Tergugat yang tidak melakukan

tindakan apapun /atau membiarkan Tergugat mengakhiri MoU cukup

menjadi alasan bagi Penggugat untuk menarik Turut Tergugat sebagai pihak

dalam gugatan aquo. Hal ini sesuai dengan Putusan MA-RI Nomor 995.K/

Sip/1975, tanggal 8 Agustus 1973:

Putusan MA-RI Nomor 995.K/Sip/1975, tanggal 8 Agustus 1973:

4

Page 93: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk5 tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

“… sedangkan bagi pengajuan gugatan haruslah ada sesuatu hak yang dilanggar

oleh orang lain, untuk dapat menarik yang bersangkutan sebagai Tergugat dalam

suatu proses peradilan”;

TERGUGAT TELAH LAKUKAN WANPRESTASI

NOTA KESEPAHAMAN ADALAH SUATU PERJANJIAN YANG MENGIKAT

PARA PIHAK;

13 Bahwa dalam MoU tersebut, syarat-syarat perjanjian sebagaimana diatur

dalam Pasal 1320 KUH Per telah dipenuhi, antara lain adanya kecakapan

para pihak, kata sepakat, obyek perjanjian, dan sebab yang halal;

14 Bahwa sesuai dengan asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam

Pasal 1338 KUH Per telah mengatur bahwa para pihak mempunyai

kebebasan berkontrak, termasuk kebebasan menentukan bentuk kontrak.

Dengan demikian, MoU (vide Bukti P-2) yang telah memenuhi syarat sah

nya perjanjian (sebagaimana diatur pada Pasal 1320 KUH Per) merupakan

suatu perjanjian yang sah;

15 Bahwa menurut pendapat Munir Fuady, KUH Per tidak pernah

mengecualikan berlakunya Nota Kesepahaman (Mou) atas berlakunya

hukum perjanjian (Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek,

Buku Keempat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal 94);

16 Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, telah jelas dan tegas dapat

disimpulkan bahwa MoU merupakan suatu perjanjian yang sah sebagaimana

diatur dalam KUH Per dan oleh karenanya menimbulkan kekuatan mengikat

bagi para pihak yang membuatnya;

PERBUATAN WANPRESTASI I TERGUGAT

17 Bahwa dalam Pasal 1 Ayat 4 MoU (vide Bukti P-2) telah diatur bahwa para

pihak akan menindaklanjuti dengan penandatanganan Luda. Bahwa

ketentuan-ketentuan dalam Luda tidak boleh menyimpangi ketentuan-

ketentuan yang telah diatur sebelumnya dalam Luda;

18 Bahwa dalam MoU (vide Bukti P-2) telah ditentukan besarnya jumlah

kompensasi yang diterima oleh Tergugat. Namun, ternyata Tergugat

mengajukan penawaran yang lebih besar dari apa yang telah diatur dalam

MoU (vide Bukti P-2);

Hal. 5 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 94: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk6 tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

19 Bahwa perubahan jumlah/atau nilai kompensasi yang diajukan Tergugat

inilah yang menyebabkan tidak ada kesepakatan antara Penggugat dan

Tergugat untuk menandatangani Luda tersebut hingga batas waktu

penandatanganan yang telah ditentukan dalam MoU (vide Bukti P-2) tersebut

berakhir;

PERBUATAN WANPRESTASI II TERGUGAT

20 Bahwa dalam Pasal 16 MoU (vide Bukti P-2) telah diatur bahwa para pihak

tidak akan menahan persetujuannya masing-masing untuk setiap hal atau

tindakan yang memerlukan persetujuannya berdasarkan MoU ini tanpa alasan

yang wajar;

”Para Pihak sepakat bahwa para pihak tidak akan menahan persetujuannya masing-

masing untuk setiap hal atau tindakan yang memerlukan persetujuannya

berdasarkan Nota Kesepahaman ini tanpa alasan yang wajar.”

21 Bahwa sesuai dengan surat dari Turut Tergugat kepada Tergugat (vide Bukti

P-5) telah menyetujui rencana kerjasama antara Penggugat dan Tergugat.

Tidak hanya itu, Turut Tergugat juga menyetujui diadakannya negoisasi

ulang untuk membicarakan jumlah/atau nilai kompensasi. Dengan kata lain,

Turut Tergugat telah menyetujui adanya perpanjangan waktu MoU;

22 Bahwa berdasarkan uraian di atas, tidak ada alasan bagi Tergugat untuk tidak

menerima permohonan perpanjangan waktu penandatanganan LUDA yang

telah diajukan oleh Penggugat (vide Bukti P-3). Namun, nyata-nyata

Tergugat telah menolak permohonan Penggugat (vide Bukti P-4 dan P-6);

23 Bahwa dengan demikian, telah terbukti bahwa Tergugat tidak mempunyai

itikad baik dan alasan yang wajar untuk memberikan perpanjangan waktu

penandatangan Luda, dan oleh karenanya Tergugat telah melanggar Pasal 16

Nota Kesepahaman (vide Bukti P-2);

DASAR HUKUM PERBUATAN WANPRESTASI

24 Menurut Prof. Subekti, S.H., dalam bukunya “Hukum Perjanjian” cetakan

ke-19, halaman 45, yang dimaksud dengan wanprestasi adalah:

“Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa empat macam:

a Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

b Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana

dijanjikan;

c Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

6

Page 95: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk7 tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

d Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya;”

AKIBAT WANPRESTASI

25 Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, telah jelas terbukti bahwa

Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi, oleh karena tidak

melaksanakan ketentuan Pasal 1 ayat 4 dan Pasal 16 MoU (vide Bukti P-2);

26 Bahwa akibat perbuatan wanprestasi oleh Tergugat mengakibatkan

Penggugat mengalamai kerugian. Penggugat telah mengeluarkan biaya-biaya

demi terwujudnya kerjasama pengembangan sebagaimana tertuang dalam

MoU selain deposit uang sebesar Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus

juta rupiah);

27 Bahwa akan tetapi kerugian Penggugat tersebut akan dapat diminimalisir dan

tidak menjadi sia-sia apabila kerjasama ini diteruskan atau dilanjutkan

dengan memperpanjang jangka waktu MoU, sehingga memungkinkan terjadi

negosiasi lebih lanjut dari Penggugat dengan Tergugat. Dengan

memperpanjang MoU, uang yang telah diberikan Penggugat kepada Tergugat

sebesar Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah) tetap menjadi

Deposit Pembayaran Kompensasi, sebagaimana diatur dalam MoU;

28 Bahwa Penggugat selaku pihak yang dirugikan akibat perbuatan wanprestasi

oleh Tergugat, menuntut agar Pengembangkan lahan Lot C-5 tetap

dilaksanakan dan diteruskan dengan penandatanganan Luda. Bahwa hal ini

sesuai dengan Pasal 1267 KUHPerdata:

”Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih memaksa pihak

yang lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau

menuntut pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.”;

a Bahwa untuk memastikan pelaksanaan dari putusan perkara ini sudah

sepantasnya Penggugat meminta Tergugat untuk membayar uang paksa

(dwangsom) sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) setiap hari

keterlambaran pemenuhan putusan sejak putusan ini berkekuatan hukum

tetap (in kracht van gewijsde);

TUNTUTAN PROVISI

b Bahwa sesuai Pasal 1 Angka 3 MoU, Tergugat dan Penggugat telah sepakat

bahwa kerjasama pengembangan Lahan Lot C-5 tidak diperbolehkan

dialihkan/dipindahtangankan oleh Tergugat kepada Pihak Ketiga. Berikut

Penggugat kutipkan bunyi Pasal 1 Angka 3 MoU:

Hal. 7 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 96: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk8 tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

”Agar maksud dan tujuan tersebut di atas dapat tercapai dengan baik, maka para

pihak sepakat setelah penandatanganan nota kesepahaman akan melakukan

proses intern di masing-masing pihak untuk kerjasama selanjutnya. Oleh karena

itu kerjasama ini tidak diperbolehkan dialihkan/dipindah tangankan oleh pihak

kedua kepada pihak ketiga”;

c Bahwa untuk menghindari kerugian yang lebih besar dari Perbuatan

Wanprestasi Tergugat sebagaimana Penggugat jelaskan sebelumnya dan

untuk menghindari sia-sianya gugatan ini maka sudah sepantasnya Tergugat

diperintahkan untuk tidak boleh menawarkan atau mengikatkan diri kepada

pihak lain dalam suatu kesepakatan atau perjanjian yang bertujuan

pengelolaan atau pengembangan Lahan Lot C-5 sebagaimana yang diatur

dalam MoU hingga adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap atas

gugatan a quo;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Penggugat mohon kepada

Pengadilan Negeri Denpasar agar memberikan putusan sebagai berikut:

Provisi:

Memerintahkan Tergugat untuk tidak melakukan penawaran, kesepakatan, perjanjian,

pengalihan dan/atau pemindahtanganan kerjasama pengembangan lahan Lot C-5 kepada

Pihak ketiga atau pihak lainnya hingga adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap

atas gugatan a quo;

Primair:

1 Mengabulkan seluruh gugatan Penggugat ;

2 Menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi;

3 Menyatakan bahwa Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara

Tergugat dengan Penggugat tentang Pengembangan Lot C-5 (Kantor BTDC)

merupakan perjanjian yang mengikat antara Penggugat dengan Tergugat dan

Turut Tergugat;

4 Menyatakan deposit uang sejumlah Rp1.500.000.000 (satu miliar lima ratus ribu

rupiah) tetap sebagai Jaminan Penawaran yang diubah menjadi Deposit

Pembayaran Kompenasasi oleh Penggugat kepada Tergugat, sebagaimana diatur

dalam Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Tergugat

dengan Penggugat tentang Pengembangan Lot C-5 (Kantor BTDC);

5 Menghukum Tergugat untuk tetap melaksanakan penandatanganan Land

Utilization and Land Development Agreement (“LUDA”) berdasarkan Nota

8

Page 97: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk9 tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Tergugat dengan

Penggugat tentang Pengembangan Lot C-5 (Kantor BTDC);

6 Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) setiap hari keterlambatan pemenuhan

Putusan ini sejak berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde);

7 Menghukum Tergugat membayar biaya perkara;

8 Menghukum Turut Tergugat untuk mematuhi putusan ini;

Subsidair:

Apabila Pengadilan Negeri Denpasar berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-

adilnya (ex aequo et bono);

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat dan Turut Tergugat

mengajukan eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:

Eksepsi Tergugat:

Dalam Eksepsi:

A GUGATAN PENGGUGAT ADALAH

PREMATURE, KARENA OBYEK GUGATAN

(MEMORADUM OF UNDERSTANDING)

BUKANLAH PERJANJIAN SEBAGAI DASAR

PERBUATAN WANPRESTASI;

1 Bahwa Memorandum of Understanding (MoU) menurut Ricardo Simanjuntak,

S.H., LLM., ANZIIF., CIP., menyebutkan:

Memorandum of Understanding dalam pengertian idealnya sebenarnya

merupakan suatu bentuk perjanjian awal ataupun kesepakatan awal menyatakan

langkah pencapaian saling pengertian antara kedua belah pihak (preliminary

unserstanding of parties ) untuk melangkah kemudian pada penandatanganan

suatu kontrak;

Dari pengertian tersebut, sejak awal para pihak telah mempunyai maksud untuk

memberlakukan langkah tersebut sebagai bagian kesepakatan untuk bernegosiasi

(agreement to negotiate). Karena itu tidak dimaksudkan untuk menciptakan

akibat hukum (no intention to create legal relation) terhadap konsekuensi

pelaksanaan kesepakatan dari Memorandum of Understanding;

Dengan demikian Memorandum of Understanding bukanlah merupakan kontrak

karena masih merupakan kegiatan pra kontrak, sehingga Memorandum of

Understanding tidak mempunyai konsekuensi hukum;

Hal. 9 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 98: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk10tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

a =(periksa Ricardo Simanjuntak, S.H., LLM., ANZIIF., CIP., Hukum Kontrak

Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, Kontan Publishing, halaman 42 – 46);

2 Bahwa terjadinya wanprestasi senantiasa diawali dengan hubungan kontraktual

(characteristics of deafault is always by a contractual relationship ), demikian

pendapat Dr. Yahman, S.H., M.H., dalam bukunya yang berjudul Karakteristik

Wanprestasi & Tindak Pidana Penipuan yang lahir dari Hubungan Kontraktual,

halaman 49;

3 Bahwa pengertian yang menyebutkan Memorandum of Understanding tersebut

tidak merupakan suatu perjanjian (kontrak) sebagaimana yang Tergugat uraikan

di atas, dengan tegas dan jelas telah diketahui dan disepakati oleh Penggugat

dengan Tergugat sebagaimana diuraikan dalam Nota Kesepahaman

(Memorandum of Understanding) antara PT. Pengembangan Pariwisata Bali

(Persero) dengan PT. Jaya Makmur tentang Pengembangan Lahan Lot C-5

(Kantor BTDC) yang ditandatangani pada hari Jumat tanggal 19 September 2008

(Bukti T-1) yang menyebutkan:

”......, para pihak sepakat untuk menandatangani Nota Kesepahaman ini sebagai

langkah awal suatu ikatan kerjasama pemanfaatan dan pengembangan lahan Lot

C-5, ....”;

Pasal 1 Maksud dan Tujuan ayat (1) :”Para pihak sepakat maksud Nota

Kesepahaman ini adalah sebagai langkah awal dalam kerjasama pengembangan

lahan Lot C-5 seluas lebih kurang 58.000 m2.....”;

4 Bahwa perjanjian materiil dalam MoU a quo tersebut adalah Land Utilization

and Land Development Agreement (“LUDA”), sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 1 ayat (4) MoU yang berbunyi:

“Sehubungan dengan maksud dan tujuan kerja sama para pihak dalam rangka

pengembangan lahan Lot C-5, maka para pihak sepakat dan setuju untuk

mempersiapkan penandatanganan Land Utilization and Land Development

Agreement (“LUDA”) berdasarkan prinsip-prinsip dalam Nota Kesepahaman

ini.”;

5 Bahwa oleh karena Memorandum of Understanding masih merupakan kegiatan

pra kontrak sebagaimana pendapat Ricardo Simanjuntak, S.H., LLM., ANZIIF.,

CIP., dan jika dihubungkan dengan pendapat Dr. Yahman, S.H., M.H., maka

tindakan Tergugat untuk tidak memperpanjang MoU tidaklah merupakan

perbuatan wanprestasi;

10

Page 99: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk11tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

6 Bahwa oleh karena obyek gugatan a quo tidak merupakan perikatan atau

perjanjian (kontrak) sebagai dasar perbuatan wanprestasi sebagaimana ketentuan

Hukum Perdata, maka gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima

(Niet Ontvankelijk verklaard );

A GUGATAN PENGGUGAT ADALAH ERROR IN

PERSONA KARENA TURUT TERGUGAT

BUKANLAH PIHAK DALAM NOTA

KESEPAHAMAN ("MoU") YANG MENJADI

DASAR GUGATAN WANPRESTASI ANTARA

PENGGUGAT DENGAN TERGUGAT A QUO;

7 Bahwa fakta membuktikan, dasar gugatan Penggugat a quo adalah adanya

wanprestasi terhadap MoU fakta lain membuktikan bahwa objek gugatan a quo

adalah MoU yang hanya ditandatangani oleh Penggugat dan Tergugat, namun

demikian, Penggugat justru mengajukan Turut Tergugat sebagai pihak dalam

gugatan a quo, dimana jelas bahwa Turut Tergugat bukanlah pihak dalam MoU

yang menjadi objek gugatan a quo;

8 Bahwa oleh karena Turut Tergugat bukan pihak dalam MoU sementara itu

gugatan Penggugat adalah gugatan atas dasar wanprestasi terhadap MoU maka

gugatan Penggugat telah melanggar ketentuan Pasal 1340 ayat (1) dan (2)

KUHPerdata yang berbunyi:

"Persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya"

"Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak

ketiga tak dapat pihak-pihak ketiga mendapat manfaat karenanya, selain dalam

hal yang diatur dalam Pasal 1317";

9 Bahwa adanya gugatan yang demikian adalah Error in Persona karena

Penggugat telah menarik pihak yang tidak memiliki hubungan hukum dengan

MoU. Bahkan sudah menjadi yurisprudensi tetap Mahkamah Agung RI dalam

putusannya Nomor 157K/Sip/1974 tanggal 10 Juli 1975 yang menyatakan

gugatan yang salah alamat (Error in Persona) harus dinyatakan tidak dapat

diterima (niet ontvankelijk verklaard);

A PENGGUGAT TIDAK MEMILIKI PERSONA

STANDI IN JUDICIO (LEGAL STANDING)

UNTUK MENGAJUKAN GUGATAN KARENA

PENGGUGAT TIDAK MEMILIKI HUBUNGAN

Hal. 11 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 100: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk12tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

HUKUM DENGAN TURUT TERGUGAT

(EKSEPSI DISKUALIFIKASI IN PERSON);

1 Bahwa gugatan a quo adalah gugatan atas dasar wanprestasi adanya MoU.

Sementara itu fakta membuktikan bahwa para pihak dalam MoU hanyalah

Penggugat dan Tergugat. Namun demikian Penggugat justru mengajukan Turut

Tergugat sebagai pihak dalam gugatan a quo. Dari fakta-fakta tersebut jelas

membuktikan bahwa Penggugat tidak memiliki hubungan hukum dengan Turut

Tergugat. Oleh karena Penggugat tidak memiliki hubungan hukum dengan Turut

Tergugat maka dengan demikian Penggugat tidak memiliki legal standing untuk

mengajukan gugatan terhadap Turut Tergugat;

2 Bahwa sebuah gugatan dapat diajukan oleh suatu subjek hukum yang memiliki

hubungan hukum dengan pihak yang akan digugat. Dalam perkara a quo,

Penggugat tidak memiliki hubungan hukum dengan Turut Tergugat apalagi

gugatan a quo adalah atas dasar wanprestasi terhadap MoU yang hanya

ditandatangani oleh Penggugat dan Tergugat;

Bahwa Mahkamah Agung didalam putusannya Nomor 294 K/Sip/1971 tanggal 7

Juli 1971 mensyaratkan bahwa gugatan harus diajukan oleh orang yang

mempunyai hubungan hukum. Dalam perkara a quo, oleh karena Penggugat

tidak memiliki hubungan hukum dengan Turut Tergugat maka sudah seharusnya

gugatan Penggugat a quo dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk

verklaard);

Eksepsi Turut Tergugat:

I DALAM EKSEPSI :

1 Gugatan Error in Persona:

a Perlu dijelaskan kembali bahwa kedudukan Turut Tergugat dalam perkara a

quo adalah hanya sebagai Pemegang Saham yang perannya hanya

memberikan persetujuan dan bukanlah pihak yang berperan dalam

mengambil kebijakan untuk mengadakan KSO. Sehingga, dengan peranan

Menteri BUMN yang hanya sebagai pemberi persetujuan, maka yang paling

berperan dalam KSO adalah Direksi sebagai pihak yang bertanggung jawab

penuh atas pengurusan BUMN sehari-harinya (Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 5

ayat (2) Undang-Undang Nomor 19/2003);

b Bahwa dengan kedudukan Turut Tergugat hanya sebagai pemberi

persetujuan, dan yang paling berperan dalam KSO adalah Direksi sebagai

pihak yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN sehari-

12

Page 101: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk13tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

harinya, maka gugatan yang diajukan Penggugat tidak memenuhi syarat dan

dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard) serta Turut

Tergugat tidak dapat dijadikan pihak dalam perkara a quo, sehingga Turut

Tergugat harus dikeluarkan sebagai pihak dalam perkara a quo;

2 Gugatan Tidak Jelas dan Kabur (Obscuur Libel);

Gugatan yang diajukan oleh Penggugat adalah tidak jelas dan kabur, karena

Penggugat menyatakan Turut Tergugat telah terikat pada Nota Kesepahaman

(Memorandum of Understanding) antara Tergugat dengan Penggugat tentang

Pengembangan Lot C-5 (Kantor) BTDC, yaitu melalui petitumnya pada halaman

8 (delapan) gugatan;

Petitum tersebut tidak beralasan karena Turut Tergugat bukan pihak dalam

perjanjian, sehingga tidak pernah melakukan wanprestasi dan perjanjian tersebut

tidak mengikat Turut Tergugat. Dimana hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 1338

KUHPerdata yang menyebutkan bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”;

Oleh karena itu, gugatan yang diajukan Penggugat tidak memenuhi syarat

dandinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard) serta Turut

Tergugat tidak dapat dijadikan pihak dalam perkara a quo, sehingga Turut

Tergugat harus dikeluarkan sebagai pihak dalam perkara a quo;

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Denpasar telah memberikan

Putusan Nomor 419/PDT.G/2012/PN.DPS., tanggal 12 Pebruari 2013 dengan amar

sebagai berikut:

Dalam Provisi:

Dalam Eksepsi:

• Menolak gugatan Provisi Penggugat untuk seluruhnya;

• Menolak eksepsi Tergugat dan Turut Tergugat untuk

seluruhnya;

Dalam Pokok Perkara;

1 Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2 Menyatakan Tergugat telah melakukan wanprestasi;

3 Menyatakan bahwa Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding)

antara Tergugat dengan Penggugat tentang Pengembangan Lot C-5 (Kantor

BTDC) merupakan perjanjian yang mengikat antara Penggugat dengan

Tergugat dan Turut Tergugat;

Hal. 13 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 102: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk14tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

4 Menyatakan deposit uang sejumlah Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima

ratus juta rupiah) tetap sebagai Jaminan Penawaran yang diubah menjadi

deposit Pembayaran Kompensasi oleh Penggugat kepada Tergugat,

sebagaimana diatur dalam Nota Kesepahaman (Memorandum of

Understanding) antara Tergugat dengan Penggugat tentang Pengembangan

Lot C-5 (Kantor BTDC);

5 Menghukum Tergugat untuk tetap melaksanakan penandatanganan Land

Utilization and Land Development Agreement (“LUDA”) berdasarkan Nota

Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Tergugat dengan

Penggugat tentang Pengembangan Lot C-5 (Kantor BTDC);

6 Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) setiap hari keterlambatan pemenuhan

putusan ini sejak berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde);

7 Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini,

yang hingga kini diperhitungkan sebesar Rp471.000,00 (empat ratus tujuh

puluh satu ribu rupiah);

8 Menghukum Turut Tergugat untuk tunduk dan taat pada putusan ini;

Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Tergugat/

Pembanding putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi

Denpasar dengan Putusan Nomor 126/PDT/2013/PT.DPS., Tanggal 4 Desember 2013;

Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada Tergugat/

Pembanding dan Turut Tergugat/Turut Terbanding pada tanggal 13 Januari 2014 dan 21

Januari 2014 kemudian terhadapnya oleh Tergugat/Pembanding dan Turut Tergugat/

Turut Terbanding dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

masing-masing tanggal 29 Januari 2014 dan 10 Januari 2014 diajukan permohonan

kasasi sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 419/Pdt.G/2012/

PN.DPS., dan Nomor 419/PDT.G/2012/PN.DPS., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan

Negeri Denpasar permohonan tersebut diikuti dengan memori kasasi yang memuat

alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 5

Pebruari 2014 dan 14 Pebruari 2014;

Bahwa memori kasasi dari para Pemohon Kasasi I dan II/Tergugat/Pembanding

dan Turut Tergugat/Turut Terbanding tersebut telah diberitahukan kepada Penggugat

pada tanggal 17 Pebruari 2014 dan tanggal 25 Pebruari 2014;

14

Page 103: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk15tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Kemudian Termohon Kasasi/Tergugat/Pembanding mengajukan jawaban

memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar pada tanggal

28 Pebruari 2014;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah

diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan

dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi

tersebut secara formal dapat diterima ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh para Pemohon Kasasi I

dan II/Tergugat/Pembanding dan Turut Tergugat/Turut Terbanding dalam memori

kasasinya tersebut pada pokoknya sebagai berikut:

Memori Kasasi Pemohon Kasasi I:

1 Bahwa Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi semula Pembanding/

Tergugat telah sesuai dengan alasan-alasan kasasi sebagaimana diatur dalam

Pasal 30 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung;

Bahwa Pasal 30 Undang-undang Mahkamah Agung mensyaratkan secara limitatif

bahwa Mahkamah Agung melakukan pemeriksaan dalam tingkat kasasi guna

menentukan:

a Tidak berwenang mengadili atau melampaui batas wewenang;

b Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;

c Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-

undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang

bersangkutan;

2 Bahwa Judex Facti (Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor 126/

PDT/2013/PT.DPS., jo Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 419/

Pdt.G/2012/PN.Dps) telah keliru menerapkan suatu peraturan hukum atau

tidak menerapkan suatu peraturan hukum sebagaimana mestinya (Pasal 30

Undang-Undang MA), yaitu sebagai berikut:

A Bahwa Pemohon Kasasi tidak sependapat dengan pertimbangan hukum Majelis

Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar yang memeriksa perkara Nomor 126/

PDT/2013/PT.DPS dalam Putusannya tertanggal 4 Desember 2013 pada

Halaman 10 alinea ke-2, yang menyatakan:

“Menimbang, bahwa inti pokok dalam perkara ini adalah mengenai Nota

Kesepahaman (Memorandum of Understanding) Nomor 88/SP/IX/2008 tanggal

19 September 2008 yang telah ditandatangani oleh Penggugat/Terbanding

Hal. 15 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 104: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk16tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

dengan Tergugat/Pembanding apakah suatu perjanjian yang mengikat kedua

belah pihak, ataukah hanya langkah awal yang tidak mengikat antara kedua

belah pihak yang menandatanganinya”;

“Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim tingkat banding memeriksa dan

mempelajari dengan seksama berkas perkara a quo, serta salinan resmi putusan

Pengadilan Negeri Denpasar tanggal 12 Pebruari 2013 Nomor 419/Pdt.G/2012/

PN.Dps., maka Majelis Hakim tingkat banding dapat menerima dan

membenarkan uraian serta pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama,

karena semuanya telah dipertimbangkan dengan benar, sehingga pertimbangan

tersebut tetap dipertahankan dan diambil alih oleh Majelis Hakim tingkat

banding didalam memutus perkara ini…”;

Bahwa pertimbangan hukum Pengadilan Tinggi Denpasar di atas yang hanya

menyatakan membenarkan dan mengambil alih pertimbangan putusan

Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 419/Pdt.G/2012/PN.Dps., tanggal 12

Pebruari 2012 menjadi pertimbangan hukum Pengadilan Tinggi Denpasar,

tanpa suatu pertimbangan hukum sendiri, dan tanpa mempertimbangkan

kembali fakta-fakta hukum yang sesungguhnya terungkap di depan sidang

pengadilan, serta tidak mempertimbangkan dengan layak dan cukup keberatan-

keberatan Pembanding dalam Memori Banding dan dalam Jawaban Pemohon

Kasasi, adalah pertimbangan yang tidak berdasar hukum karena pertimbangan

putusan sangat tidak cukup atau pengambilan putusan tidak berdasar

pertimbangan yang layak menurut hukum pembuktian atau dapat dikatakan

melanggar hukum pembuktian (onvoldoende gemotiveerd) serta bertentangan

dengan SEMA Nomor 3 Tahun 1974 tanggal 23 Nopember 1974 Perihal

Putusan Yang Harus Cukup Diberi Pertimbangan/Alasan;

Bahwa SEMA Nomor 3 Tahun 1974 tanggal 23 Nopember 1974 Perihal

Putusan Yang Harus Cukup Diberi Pertimbangan/Alasan, pada pokoknya

menyatakan bahwa:

“Putusan yang tidak/kurang memberikan pertimbangan/alasan, bahkan apabila

alasan-alasan itu kurang jelas, sukar dimengerti ataupun bertentangan satu sama

lain, maka hal demikian dapat dipandang sebagai suatu kelalaian dalam acara

(Vormverzuim) yang dapat mengakibatkan batalnya Putusan Pengadilan yang

bersangkutan dalam pemeriksaan di tingkat kasasi”;

B Bahwa Pemohon Kasasi tidak sependapat dan keberatan dengan pertimbangan

hukum Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar yang memeriksa perkara

16

Page 105: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk17tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

a Nomor 126/PDT/2013/PT.DPS., dalam Putusannya tertanggal 4 Desember

2013 pada Halaman 11 Alinea ke-2, yang menyatakan:

“…..menurut pendapat Majelis Hakim tingkat banding Nota Kesepahaman

(Memorandum of Understanding) Nomor 88/SP/IX/2008 tanggal 19 September

2008 telah dibuat atas kesepakatan bersama antara Pembanding semula

Tergugat dengan Terbanding semula Penggugat, yang mana isi kesepakatan

tersebut telah memuat hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, dan telah

ditandatangani bersama tanpa adanya paksaan, kekhilapan maupun penipuan,

sehingga sudah memenuhi ketentuan dalam Pasal 1320 KUHPerdata tentang

syarat sahnya suatu perjanjian maka Memorandum of Understanding (Nota

Kesepahaman) tersebut adalah suatu perjanjian, yang mana sesuai dengan asas

pacta sunt servanda yang terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata, maka

Memorandum of Understanding tersebut berlaku mengikat dan harus ditaati

serta dilaksanakan oleh kedua belah pihak yang membuatnya……”;

Bahwa pertimbangan tersebut di atas adalah keliru, tidak cermat dan tidak

berdasar. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan

pada tingkat pengadilan negeri diperoleh fakta hukum sebagai berikut:

a

Bahwa, berdasarkan keterangan ahli Prof. Dr. Ridwan Khairandy, S.H., M.H., (putusan

halaman 26) menerangkan : Bahwa ahli berpendapat apakah suatu kesepakatan tertulis

diberi judul MoU (Nota Kesepahaman) atau perjanjian yang paling penting adalah

substansi dari isi kesepakatan yang dibuatnya, apabila MoU telah mengatur hak dan

kewajiban dari masing masing pihak, isi kesepakatan tersebut adalah mengikat;

Ada beberapa hal MoU sudah merupakan perjanjian dan bersifat mengikat

yaitu:

1 Mereka langsung melaksanakan apa yang diperjanjikan dalam MoU;

2 Apabila MoU sudah jelas substansinya, maka bersifat suatu perjanjian.

Selanjutnya mencermati isi MoU tanggal 19 September 2003 yang dibuat

oleh Termohon Kasasi dengan Pemohon Kasasi (bukti P-2=T-1), Pasal 1

Maksud dan Tujuan menyebutkan:

Ayat (1):

Para pihak sepakat maksud dan tujunan Nota Kesepahaman ini adalah

sebagai langkah awal dalam kerjasama pengembangan lahan Lot C-5

seluas kurang lebih 58.000 m2 milik Pihak Pertama ;

Ayat (3):

Hal. 17 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 106: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk18tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

a Agar maksud dan tujuan tersebut dialas tercapai dengan baik, maka

Para Pihak sepakat setelah penandatangan Nota Kesepahaman akan

melakukan proses intern di masing-masing pihak untuk kerjasama

selanjutnya. Oleh karena itu kerjasama ini tidak diperbolehkan

dialihkan/dipindahtangankan oleh Pihak Kedua kepada pihak Ketiga;

Ayat (4)

Sehubungan dengan maksud dan tujuan kerja sama Para Pihak dalam

rangka pengembangan lahan Lot C-5, maka Para Pihak sepakat dan

setuju untuk mempersiapkan penandatanganan Land Utilization an

Land Development Agreement ("LUDA") berdasarkan prinsip-prinsip

dalam nota kesepahaman ini;

Bahwa berdasarkan keterangan Prof. Dr. Ridwan Khairandy, S.H., M.H.,

dan dihubungkan dengan bunyi Pasal 1 ayat (1), ayat (3) dan ayat (4)

dalam MoU tanggal 19 September 2008 (bukti P-2 = T-1) dapat

disimpulkan bahwa setelah penandatanganan MoU tanggal 19 September

2008 tersebut Termohon Kasasi tidak langsung melaksanakan

pengembangan lahan Lot C-5 seluas kurang lebih 58.000 m2 tersebut,

karena masih ada tahapan-tahapan yang mesti dilaksanakan yaitu proses

intern di masing masing pihak untuk kerjasama selanjutnya dan

mempersiapkan penandatanganan Land Utilization and Land Development

Agreement ("LUDA");

Dengan demikian, maka obyek sengketa berupa MoU tanggal 19

September 2008 (bukti P-2 = T-1) tidak termasuk perjanjian dan tidak

bersifat mengikat, oleh karena itu pertimbangan Majelis Hakim tersebut

sudah sepatutnya dibatalkan;

b Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar dalam

putusannya hal 38 paragraf 3 yang menyatakan MoU adalah perjanjian

karena

telah diatur hak dan kewajiban masing-masing pihak secara imperatif dan mengenai hal-

hal yang belum diatur dalam MoU akan dimusyawarahkan dan hasilnya akan dituangkan

dalam bentuk tertulis dan menjadi satu kesatuan dengan Nota Kesepahaman. MoU

tersebut telah mengatur hak dan kewajiban, dibuat memenuhi ketentuan Pasal 1320

KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian, tidak ada kekhilafan (Pasal 1321

KUHPerdata) atau adanya suatu “paksaan atau penipuan” (Pasal 1324 KUHPerdata dan

Pasal 1328 KUHPerdata), maka Majelis Hakim berpendapat sependapat dengan ahli Dr.

Ridwan Khairandy, S.H., M.H., bahwa MoU dibuat tanggal 19 September 2008 yang

18

Page 107: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk19tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

a dibuat oleh Penggugat dan Tergugat (bukti P-2 = T-1) adalah merupakan perjanjian mengikat kedua belah pihak layaknya undang-undang dan apabila dilanggar, pihak yang

melanggar dapat dinyatakan secara hukum telah melakukan wanprestasi adalah

pertimbangan yang keliru karena Majelis Hakim kuarang cermat menilai atau tidak

mempertimbangkan keterangan Prof. Dr. Ridwan Khairandy, S.H., M.H., Dan bukti

T-1=P-2 secara lengkap dan menyeluruh;

Bahwa mengenai hak dan kewajiban masalah besarnya kompensasi dari

Termohon Kasasi pada Pemohon Kasasi sebesar Rp1.500.000.000,00 yang

diatur dalam MoU (Bukti T-1=P-2) ini, secara hukum tidaklah dapat

disamakan arti dan maknanya dengan hak dan kewajiban dalam sebuah

perjanjian sesungguhnya, Hak dan kewajiban yang tersurat dalam MoU

hanya bertujuan mengikat pihak-pihak untuk bukti keseriusan sebagai

langkah awal/ pendahuluan untuk kesepakatan pengembangan Lot-5 yang

akan dituangkan dalam LUDA;

Bakwa bukti keseriusan Termohon Kasasi untuk pengembangan Lot C-5

(Kantor BTDC) tersebut telah dengan jelas dan tegas disepakati

sebagaimana bunyi Pasai 7 ayat (1) MoU yaitu:

"Dengan penandatanganan Nota Kesepahaman ini Pihak Kedua (Termohon

Kasasi dahulu Penggugat/Terbanding) sepakat bahwa Jaminan Penawaran

yang diserahkan Pihak Kedua kepada Pihak Pertama (Pemohon Kasasi

dahulu Tergugat/Pembanding) sebesar Rp1.500.000.000,00 yang

merupakan jaminan keseriusan untuk mengembangkan Lot diubah menjadi

deposit pembayaran kompensasi yang diserahkan oleh Pihak Kedua kepada

Pihak Pertama,";

Selanjutnya ditegaskan kembali dengan ayat (3) Pasal 7 MoU tersebut yang

bunyinya:

"Deposit pembayaran tersebut pada ayat (1) Pasal 7 ini akan ditingkatkan

menjadi bagian dari pembayaran kompensasi tetap apabila Nota

Kesepahaman ini dilanjutkan dengan kesepakatan para pihak untuk

menandatangani LUDA, setelah Pihak Kedua ditunjuk oleh Pihak Pertama

sebagai calon mitra definitif pengembangan Lahan Lot C-5.";

Bahwa dengan bertitik tolak pada ketentuan Pasal 7 MoU tersebut, maka

dapatlah disimpulkan hak dan kewajiban mengenai pembayaran Jaminan

Penawaran oleh Termohon Kasasi kepada Pemohon Kasasi sama arti dan

maknanya dengan uang muka sebagai bukti keseriusan salah satu pihak

dengan ketentuan jangka waktu tertentu. Hal tersebutpun telah dengan jelas

Hal. 19 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 108: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk20tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

dan tegas disepakati oleh Para Pihak sebagaimana isi Pasal 12 MoU

tentang Jangka Waktu Kesepakatan yang menyebutkan:

"Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani sampai dengan

ditandatanganinya LUDA, namun dengan batas waktu paling lambat

LUDA harus telah ditandatangani pada tanggal 31 Desember 2008.

Apabila hingga tanggal 31 Desember 2008 LUDA belum ditandatangani,

maka Pihak Pertama wajib mengembalikan deposit sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 Nota Kesepahaman ini kepada Pihak Kedua, kecuali Para

Pihak sepakat untuk memperpanjang Nota Kesepahaman ini.";

Bahwa oleh karena hak dan kewajiban Para Pihak (Tergugat/Pembanding

dan Penggugat/Terbanding) terhadap penyetoran Jaminan Penawaran/

deposit sebesar Rp1.500.000.000,00 adalah

merupakan uang muka sebagai bukti keseriusan sebagaimana disepakati

dalam Pasal 7 jo. Pasal 12 Nota Kesepahaman (MoU), maka secara yuridis

tidaklah dapat hak dan kewajiban tersebut dimaksudkan sebagai suatu

perjanjian sebagaimana ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata atau Pasal 1338

KUHPerdata, akan tetapi masih bersifat kesepakatan pendahuluan (para

kontrak) dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sebagaimana

layaknya perjanjian sebagaimana pendapat Ahli Prof. Dr. Hikmahanto

Juwana, S.H., M.H., yang menerangkan:

"Bahwa MoU biasanya memang mengatur hak dan kewajiban tapi sifatnya

hanya menggiring para pihak yang nantinya akan dituangkan dalam

perjanjian, maka dalam MoU bisa sama atau tidak sama dengan apa yang

akan diperjanjikan oleh para pihak” (Putusan hal. 28);

c Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar

halaman 40 paragraf 3 mengenai adanya perubahan besarnya nilai

kompensasi yang telah ditetapkan oleh Penggugat/Terbanding dengan

Tergugat/Pembanding dalam MoU, sehingga tidak terlaksananya

penandatanganan LUDA adalah pertimbangan yang keliru karena tidak

mempertimbangan seluruh bukti-bukti atau fakta-fakta hukum yang

terungkap dipersidangan;

Bahwa sesuai fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan belum

terlaksananya penandatanganan LUDA oleh Tergugat/ Pembanding dengan

Penggugat/Terbanding sampai batas waktu MoU berakhir tanggal 31

Desember 2008 adalah disebabkan oleh tindakan Penggugat/Terbanding

20

Page 109: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk21tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

a yang mengulur-ngulur waktu untuk mengkoordinasikan mengenai besarnya

nilai kompensasi yang akan dituangkan dan diperjanjikan dalam LUDA

(periksa Bukti T-3, penyampaian Draf LUDA oleh Tergugat/Pembanding

tertanggal 31 Oktober 2008, dan baru dijawab oleh Penggugat/Terbanding

dengan suratnya tertanggal 31 Maret 2009/Bukti P-3);

Bahwa adanya perubahan mengenai besarnya nilai kompensasi oleh Pemohon Kasasi

selain telah diatur dalam MoU Pasal 1 ayat (3) yang bunyinya:

"Agar maksud dan tujuan tersebut tercapai dengan baik, maka Para Pihak

sepakat setelah penandatanganan Nota Kesepahaman akan melakukan

proses intern di masing-masing Pihak untuk kerjasama selanjutnya

perubahan nilai kompensasi tersebut telah didasarkan pada ketentuan

perundang-undangan (Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara) dan dipandang dari segi ekonomis terhadap

rencana pengembangan Lot C-5 (Kantor BTDC) untuk menghindari

timbulnya kerugian atau potensi kerugian keuangan negara atau

perekonomian negara”.

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka pertimbangan Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Denpasar tersebut sudah sepatutnya dibatalkan;

d Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar dengan

menyatakan Tergugat/Pembanding telah melakukan wanprestasi dengan

mengakhiri secara sepihak MoU karena tidak mendapat persetujuan dari

Turut Tergugat (Menteri BUMN) selaku Pemegang Saham sebagaimana

diuraikan dalam putusan halaman 36 adalah fakta hukum yang sangat

keliru dan bertentangan dengan alat-alat bukti yang terungkap

dipersidangan, sehingga pertimbangan tersebut sudah sepatutnya

dibatalkan;

Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan Pemohon

Kasasi tidak pernah mengakhiri MoU secara sepihak, akan tetapi fakta

yang terjadi sebenarnya adalah jangka waktu MoU yang disetujui dan

disepakati oleh Pemohon Kasasi dengan Termohon Kasasi selaku Para

Pihak tersebut telah berakhir atau berlalu sebelum LUDA (perjanjian

materiil) disepakati dan ditanda tangani oleh Para Pihak yaitu pada tanggal

31 Desember 2008 sebagaimana bunyi Pasal 12 MoU (vide bukti T-1=P-2)

yang berbunyi;

Hal. 21 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 110: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk22tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

”Pasal 12 Jangka Waktu Kesepakatan:

Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani sampai dengan

ditandatanganinya LUDA, namun dengan batas waktu paling lambat

LUDA harus telah ditandatangani pada tanggal 31 Desember 2008.

Apabila hingga tanggal 31 Desember 2008 LUDA belum ditandatangani

maka Pihak Pertama wajib mengembalikan deposit sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 Nota Kesepahaman ini kepada pihak kedua, kecuali Para

Pihak sepakat untuk memperpanjang Nota Kesepahaman ini";

Selain itu, berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1263 KUHPerdata

dinyatakan (dikutip) sebagai berikut:

Suatu perikatan dengan syarat tunda adalah suatu perikatan yang

tergantung pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan belum tentu

akan terjadi, atau yang tergantung pada suatu hal yang sudah terjadi tetapi

hal itu tidak diketahui oleh kedua belah pihak. Dalam hal pertama,

perikatan tidak dapat dilaksanakan sebelum peristiwanya terjadi; dalam hal

kedua, perikatan mulai berlaku sejak terjadi;

Seandainya mengikuti pola pikir Majelis yang menyatakan MoU (Nota

Kesepahaman) tersebut adalah suatu perikatan sehingga sudah memenuhi

ketentuan dalam Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu

perjanjian dan sesuai dengan asas pacta sunt servanda, maka perikatan

tersebut masuk ke dalam jenis perikatan bersyarat sebagaimana ditentukan

dalam Pasal 1263 KUHPerdata di atas, dimana MoU tersebut merupakan

perikatan yang tidak dapat dilaksanakan sebelum peristiwa yang

dipersyaratkan itu terjadi, yaitu dalam kasus ini adalah persetujuan dari

Turut Tergugat;

Bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap dipersidangan dan dengan

bukti-bukti surat yang telah diajukan oleh Pemohon Kasasi (dahulu

Tergugat/Pembanding) pada Pengadilan Tingkat Pertama, Pemohon Kasasi

tidak dapat melanjutkan kerjasama dengan Termohon Kasasi, selain karena

alasan-alasan proses renegoisasi yang tidak tercapai kesepakatan dan itikad

tidak baik dari Termohon Kasasi, yang telah Pemohon Kasasi uraikan

diatas, akhirnya pun Kementerian BUMN selaku pemegang saham dari

Pemohon Kasasi mengeluarkan Surat yang ditujukan kepada Pemohon

Kasasi dengan Nomor S-543/MBU/2010 tanggal 3 September 2010 tentang

22

Page 111: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk23tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Pengembangan Lahan kantor BTDC (lot C-5). Yang pada intinya surat

tersebut menyatakan:

“Bahwa Menteri Negara BUMN tidak menyetujui permohonan Pemohon

Kasasi (dahulu Tergugat Konpensi/Penggugat Rekonpensi untuk

melanjutkan kerjasama pengembangan lahan kantor pusat (in casu

kerjasama dengan Termohon Kasasi I dahulu Penggugat Konpensi/

Tergugat Rekonpensi).”;

Dengan demikian maka dalam hal ini Majelis Hakim Tingkat Banding

telah keliru dan kurang cermat sehingga mengakibatkan pertimbangan

hukum dan amar putusannya pun menjadi kurang cermat sekaligus

merupakan suatu kekeliruan hukum (rechtdwaling);

e Bahwa Pemohon Kasasi tidak sependapat dan keberatan dengan

pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar yang

memeriksa perkara Nomor 126/PDT/2013/PT.DPS dalam Putusannya

tertanggal 4 Desember 2013 pada Halaman 12 Alinea ke-3, yang

menyatakan:

“Menimbang, bahwa ternyata sampai dengan akhir batas waktu

penandatanganan LUDA pada tanggal 31 Desember 2008 Para Pihak

belum berhasil menandatangani LUDA hal tersebut disebabkan karena

antara para pihak belum tercapai adanya kesepakatan tentang besarnya

kompensasi serta tidak adanya persetujuan dari Turut Tergugat selaku

pemegang saham, sehingga dengan demikian maka belum

ditandatanganinya LUDA sampai batas waktu berakhir pada tanggal 31

Desember 2008, adalah bukan kesalahan atau kelalaian pihak Penggugat,

oleh karena mengenai persetujuan dari Turut Tergugat tentang besarnya

dana kompensasi hal itu adalah urusan intern antara Tergugat dengan Turut

Tergugat, yang merupakan tanggungjawab dari pihak Tergugat, yang tidak

dapat dialihkan pertanggungjawabannya kepada pihak Penggugat.”

Bahwa Pemohon Kasasi tidak sependapat dengan pertimbangan tersebut

karena sesuai ketentuan Pasal 15 ayat (1) MoU mengenai Force Majeur

dinyatakan bahwa Force Majeur dalam Nota Kesepahaman ini adalah

suatu keadaan diluar kekuasaan para pihak antara lain: gempa bumi, banjir,

epidemic, kebakaran, perang saudara, pemogokan, huru-hara dan kebijakan

pemerintah yang berdampak signifikan dan langsung pada pelaksanaan

Nota Kesepahaman ini;

Hal. 23 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 112: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk24tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

a Bahwa sesuai dengan fakta hukum yang terjadi dan telah diungkapkan

dalam persidangan di Pengadilan Negeri Denpasar bahwa kementerian

BUMN telah mengeluarkan kebijakan sebagaimana ditunjukkan dalam

bukti TK-16/PR-16 dan sesuai dengan ketentuan dalam MoU pun sudah

dilaksanakan pemberitahuan kepada Penggugat bahwa kebijakan tersebut

berdampak signifikan dan langsung pada pelaksanaan MoU sehingga

Tergugat tidak bisa dibebankan atas kesalahan ini;

f Bahwa Pemohon Kasasi tidak sependapat dan keberatan dengan amar

ke-3 dalam Pokok Perkara putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Denpasar Nomor 419/Pdt.G/2012/PN.Dps., yang menyatakan:

“Menyatakan bahwa Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding)

antara Tergugat dengan Penggugat tentang Pengembangan Lot C-5 (kantor

BTDC) merupakan perjanjian yang mengikat antara Penggugat dengan

Tergugat dan Turut Tergugat”;

Bahwa amar putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar dan

dikuatkan oleh Majelis Hakim Tingkat Tinggi Denpasar tersebut adalah

salah menerapkan dan melanggar hukum yang berlaku, yaitu ketentuan

sebagaimana diatur dalam Pasal 1340 ayat (1) dan ( 2) KUHPerdata, yang

berbunyi:

“Persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya ”

“Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat membawa rugi kepada pihak-

pihak ketiga tak dapat pihak-pihak ketiga mendapat manfaat karenanya,

selain dalam hal yang diatur dalam Pasal 1317”;

Bahwa seluruh pihak dalam perkara ini (Majelis Hakim tingkat pertama

dan tingkat banding, Pemohon Kasasi, Termohon Kasasi dan Turut

Tergugat) mengetahui dan menyadari penuh bahwa objek sengketa dalam

perkara ini adalah Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding)

yang dibuat, disepakati dan ditandatangani hanya antara Pemohon Kasasi

selaku Pihak Pertama dan Termohon Kasasi selaku Pihak Kedua, dan tidak

serta merta Turut Tergugat (Kementerian BUMN). Namun dalam amar

putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar (in casu putusan butir

ke-3 Dalam Pokok Perkara) menyertakan Turut Tergugat sebagai pihak

yang terikat dengan objek sengketa tersebut (Memorandum of

Understanding);

24

Page 113: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk25tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Bahwa amar putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar tersebut

sangatlah menyesatkan bagi suatu pengetahuan hukum perjanjian atau

kontrak yang sudah ditentukan dengan teori-teori perjanjian dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Yakni suatu perjanjian

hanya berlaku bagi pihak-pihak yang membuatnya dan terikatnya para

pihak dalam perjanjian yang mereka buat berlaku sebagai undang-undang

(pacta sunt servanda) sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1338 ayat (1)

KUHPerdata;

Bahwa oleh karena Turut Tergugat bukanlah pihak dalam Nota

Kesepahaman (MoU), maka haruslah ditolak petitum Penggugat yang

memohon kepada Majelis Hakim agar menyatakan Nota Kesepahaman

(Memorandum of Understanding) antara Tergugat dengan Penggugat

tentang Pengembangan Lot C-5 (Kantor BTDC) merupakan perjanjian

yang mengikat antara Penggugat dengan Tergugat dan Turut Tergugat

(vide halaman 8 angka 3 gugatan Termohon Kasasi);

C Bahwa selebihnya Pemohon Kasasi bertetap pada dalil-dalil yang telah

disampaikan dalam Memori Banding sebelumnya (maupun Jawaban dan

Duplik pada Pemeriksaan di Pengadilan Tingkat Pertama) sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dalam Memori Kasasi ini;

Bahwa tindakan Judex Facti di atas yang dengan sengaja mengabaikan penerapan suatu

peraturan perundang-undangan jelas-jelas merupakan kekeliruan yang nyata

(rechtdwaling) sekaligus melanggar asas kepastian hukum. Selain itu, menurut hemat

Pemohon Kasasi adalah tindakan yang tidak elok dan tidak adil bilamana dalam

menegakkan hukum dengan cara melakukan pelanggaran hukum. Dengan demikian

tindakan Judex Facti di atas dapat dikategorikan Keliru atau salah dalam menerapkan

suatu peraturan hukum atau tidak menerapkan suatu peraturan hukum sebagaimana

mestinya;

Memori Kasasi Pemohon Kasasi II:

I Putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Denpasar tidak

memberikan pertimbangan yang cukup (niet voldoende

gemotiveerd) adalah kelalaian memenuhi syarat-syarat

yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan ;

1 Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar dalam pertimbangan

hukumnya pada halaman 9 sampai dengan halaman 10 menyatakan bahwa :

”Menimbang, bahwa sedangkan mengenai pertimbangan hukum Majelis Hakim

Hal. 25 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 114: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk26tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

tingkat pertama yang bersifat yuridis formal (tidak menyangkut pokok perkara)

Majelis Hakim tingkat banding menilai bahwa pertimbangan Majelis Hakim

tingkat pertama yang telah menolak eksepsi Tergugat serta Turut Tergugat

dinilai sudah tepat dan benar, sehingga pertimbangan tersebut diambil alih oleh

Majelis Hakim tingkat banding didalam memutus tentang eksepsi ini ...............”,

serta dalam pertimbangan hukumnya pada halaman 10 sampai dengan halaman

11 menyatakan bahwa : ”Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim tingkat

banding memeriksa dan mempelajari dengan seksama berkas perkara a quo, serta

salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Denpasar tanggal 12 Pebruari 2013

Nomor 419/PDT.G/2012/PN.DPS, maka Majelis Hakim tingkat banding dapat

menerima dan membenarkan uraian serta pertimbangan Majelis Hakim tingkat

pertama, karena semuanya telah dipertimbangkan dengan benar, sehingga

pertimbangan tersebut tetap dipertahankan dan diambil alih oleh Majelis Hakim

tingkat banding didalam memutus perkara ini ...........”;

2 Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar

tersebut di atas adalah bertentangan dengan Yurisprudensi, yaitu sebagai

berikut :

a Putusan Mahkamah Agung Nomor 951 K/Sip/1973 tertanggal 9 Oktober

1975 yang menyatakan bahwa ”......Seharusnya Hakim Banding mengulang

memeriksa kembali perkara yang keseluruhannya baik mengenai fakta

maupun mengenai penerapan hukumnya.......”;

b Putusan Mahkamah Agung Nomor 9 K/Sip/1972 tertanggal 19 Agustus 1972

yang menyatakan bahwa ”......Pertimbangan Pengadilan Tinggi yang isinya

hanya menyetujui dan menjadikan sebagai alasan sendiri hal-hal yang

dikemukakan pembanding dalam memori bandingnya, seperti halnya kalau

Pengadilan Tinggi keputusan Pengadilan Negeri, adalah tidak cukup......”;

c Putusan Mahkamah Agung Nomor 492 K/Sip/1970 tertanggal 16 Desember

1970 yang menyatakan bahwa ”......Putusan Pengadilan Tinggi harus

dibatalkan, karena kurang cukup pertimbangannya (onvoldoende

gemotiveerd), yaitu karena dalam putusannya itu hanya mempertimbangkan

soal mengesampingkan keberatan-keberatan yang diajukan dalam memori

banding dan tanpa memeriksa perkara itu kembali baik mengenai fakta-

faktanya maupun soal penerapan hukumnya dan terus menguatkan putusan

pengadilan negeri begitu saja.......”;

26

Page 115: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk27tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

a 3 Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar tidak memberikan

pertimbangan hukum yang berisi analisis, argumentasi, pendapat, atau

kesimpulan hukum yang didasarkan pada hukum pembuktian sebagai landasan

memutus perkara a quo, sehingga karena putusan Majelis Hakim Pengadilan

Tinggi Denpasar tidak lengkap dan tidak seksama dalam mendeskripsikan dan

mempertimbangkan alat bukti dan nilai kekuatan pembuktian, maka putusan

Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar belum cukup pertimbangan

hukumnya (niet voldoende gemotiveerd ) sehingga putusan Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi Denpasar yang demikian bertentangan dengan Pasal 178 ayat

(1) HIR, Pasal 189 RBG dan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004

tentang Kekuasaan Kehakiman, oleh karena itu putusan Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi Denpasar mengandung cacat, maka putusan Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi Denpasar yang demikian harus dinyatakan batal demi hukum;

4 Bahwa hal tersebut sesuai dengan Yurisprudensi, yaitu sebagai berikut :

a Putusan Mahkamah Agung Nomor 443 K/Sip/1986 yang menyatakan bahwa

”......pengabulan gugatan tanpa disertai pertimbangan yang seksama

mengenai alat bukti yang diajukan dinyatakan sebagai putusan yang tidak

cukup pertimbangan......”;

b Putusan Mahkamah Agung Nomor 2461 K/Pdt/1984 yang menyatakan

bahwa ”......putusan yang dijatuhkan tanpa disertai pertimbangan yang

seksama dan rinci mengenai fakta yang ditemukan dalam persidangan

dinyatakan sebagai putusan yang tidak cukup pertimbangan......”;

c Putusan Mahkamah Agung Nomor 672 K/Sip/1972 tertanggal 18 Oktober

1972 yang menyatakan bahwa ”.....putusan harus dibatalkan, karena tidak

cukup pertimbangan (niet voldoende gemotiveerd) mengenai alat bukti dan

nilai kekuatan pembuktian....”;

Bahwa oleh karena Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar dalam memeriksa

dan memutuskan perkara a quo tidak memberikan pertimbangan yang cukup (niet

voldoende gemotiveerd) adalah kelaiaian memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan

oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya

putusan yang bersangkutan, sehingga putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor

126/PDT/2013/ PT.DPS tanggal 4 Desember 2013 jo Putusan Pengadilan Negeri

Denpasar Nomor 419/PDT.G/2012/PN.DPS tanggal 12 Pebruari 2013, sudah

seharusnya dinyatakan batal demi hukum;

Hal. 27 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 116: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk28tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

a I Putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Denpasar salah menerapkan atau

melanggar hukum yang berlaku dan lalai memenuhi syarat-syarat yang

diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan;

1 Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar dalam pertimbangan

hukumnya pada halaman 11 alinea kedua, menyatakan bahwa ”Menimbang,

bahwa menanggapi memori banding dari Pembanding ini Majelis Hakim tingkat

banding tidak sependapat dengan Pembanding, oleh karena menurut pendapat

Majelis Hakim tingkat banding Nota Kesepahaman (Memorandum of

Understanding) Nomor 88/SP/IX/2008 tanggal 19 September 2008 telah dibuat

atas kesepakatan bersama antara Pembanding semula Tergugat dengan

Terbanding semula Penggugat, yang mana isi kesepakatan tersebut telah memuat

hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, dan telah ditandatangani bersama

tanpa adanya paksaan, kekhilafan maupun penipuan, sehingga sudah memenuhi

ketentuan dalam Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian

maka Memorandum of Understanding (Nota Kesepahaman) tersebut adalah

suatu perjanjian, yang mana sesuai dengan asas pacta sunt servanda yang

terdapat dalam pasal 1338 KUHPerdata, maka Memorandum of Understanding

tersebut berlaku mengikat dan harus ditaati serta dilaksanakan oleh kedua belah

pihak yang membuatnya yaitu Pembanding semula Tergugat serta Terbanding

semula Penggugat”;

2 Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar pada

halaman 11 alinea kedua tersebut di atas, telah keliru dan tidak cermat karena

tidak mempertimbangkan pendapat dari Prof. Hikmahanto Juwana, SH, LLM,

Ph.D yang diajukan sebagai saksi ahli oleh Pemohon Kasasi I/Pembanding/

Tergugat dimuka persidangan menyatakan bahwa pada prinsipnya Nota

Kesepahaman atau sering disebut MoU berbeda dengan perikatan, karena MoU

hanya merupakan suatu ikatan moral berbeda dengan sebuah perikatan yang

merupakan suatu ikatan hukum, MoU tahapannya belum sampai pada tahapan

hukum karena MoU masih merupakan sebuah ikatan moral. MoU tidak memiliki

kekuatan hukum, berbeda dengan perjanjian yang memiliki kekuatan hukum,

jadi MoU tidak bisa menjadi dasar untuk menggugat salah satu pihak apabila

tidak melakukan prestasinya pada pihak lain karena MoU hanya sebagai ikatan

moral, maka dengan tidak dipenuhinya MoU tidak menjadikan adanya

wanprestasi, MoU tidak dapat dijadikan untuk menuntut adanya ganti rugi di

28

Page 117: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk29tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

pengadilan dan MoU juga tidak bisa dipakai sebagai undang-undang untuk

mengikat para pihak ;

3 Dapat kami sampaikan pula bahwa Nota Kesepahaman atau Memorandum of

Understanding (MoU) pada dasarnya tidak dikenal dalam hukum di Indonesia,

tetapi dalam prakteknya MoU sering digunakan dalam hubungan bisnis. MoU

merupakan suatu langkah awal dari salah satu pihak untuk menyatakan

maksudnya kepada pihak lainnya akan sesuatu yang ditawarkannya. MoU

memberikan kesempatan kepada para pihak untuk mengadakan studi kelayakan

(feasibility study) terlebih dahulu sebelum membuat perjanjian yang lebih

terperinci dan mengikat para pihak pada nantinya. Studi kelayakan dilakukan

untuk melihat tingkat kelayakan dan prospek transaksi bisnis tersebut dari

berbagai sudut pandang yang diperlukan, misalnya ekonomi, keuangan,

pemasaran, teknik, lingkungan, sosial budaya dan hukum. Hasil studi kelayakan

ini diperlukan dalam menilai apakah perlu atau tidaknya melanjutkan transaksi

atau negosiasi lanjutan. Dengan demikian, materi dari MoU hanya memuat hal-

hal yang pokok-pokok saja dan dalam MoU ada tenggang waktu yang bersifat

sementara;

Oleh karena itu, MoU belum melahirkan suatu hubungan hukum, karena MoU

baru merupakan persetujuan prinsip yang dituangkan secara tertulis. MoU yang

dituangkan secara tertulis baru menciptakan suatu awal yang menjadi landasan

penyusunan dalam melakukan hubungan hukum/perjanjian;

Sedangkan perjanjian merupakan suatu peristiwa di mana salah satu pihak

(subjek hukum) berjanji kepada pihak lainnya atau yang mana kedua belah

dimaksud saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal sebagaimana diatur

dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Suatu

perjanjian mengandung unsur sebagai berikut:

a Perbuatan.

Frasa “Perbuatan” tentang perjanjian ini lebih kepada “perbuatan hukum”

atau “tindakan hukum”. Hal tersebut dikarenakan perbuatan sebagaimana

dilakukan oleh para pihak berdasarkan perjanjian akan membawa akibat

hukum bagi para pihak yang memperjanjikan tersebut;

b Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih;

Perjanjian hakikatnya dilakukan paling sedikit oleh 2 (dua) pihak yang

saling berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan satu sama lain.

Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum (subjek hukum);

Hal. 29 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 118: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk30tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

c Mengikatkan diri.

Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu

kepada pihak yang lain. Artinya, terdapat akibat hukum yang muncul karena

kehendaknya sendiri;

Adapun suatu perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak maka

perjanjian dimaksud haruslah memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur

dalam Pasal 1320 KUHPer, yang menyatakan:

a Adanya kesepakatan kedua belah pihak;

Kata “sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kekhilafan mengenai

hakikat barang yang menjadi pokok persetujuan atau kekhilafan

mengenai diri pihak lawannya dalam persetujuan yang dibuat terutama

mengingat dirinya orang tersebut ;

b Cakap untuk membuat perikatan;

Para pihak mampu membuat suatu perjanjian, dalam hal ini tidak

terkualifikasi sebagai pihak yang tidak cakap hukum untuk membuat

suatu perikatan sebagaimana diatur dalam Pasal 1330 KUHPer;

Dalam hal suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap

sebagaimana tersebut di atas, maka perjanjian tersebut batal demi hukum

(Pasal 1446 KUHPer);

c Suatu hal tertentu;

Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Dalam hal

suatu perjanjian tidak menentukan jenis objek dimaksud maka perjanjian

tersebut batal demi hukum. Sebagaimana Pasal 1332 KUHPer

menentukan bahwa hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan

yang dapat menjadi objek perjanjian. Selain itu, berdasarkan Pasal 1334

KUHPer barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari dapat

menjadi objek perjanjian kecuali jika dilarang secara tegas oleh undang-

undang;

d Suatu sebab atau causa yang halal ;

Sahnya causa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian

dibuat. Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum,

kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Sebagaimana Pasal 1335

KUHPer menyatakan suatu perjanjian yang tidak memakai suatu sebab

yang halal, atau dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau terlarang,

tidak mempunyai kekuatan h ukum;

30

Page 119: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk31tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

4 Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Nota Kesepahaman

(Memorandum of Understanding) Nomor 88/SP/IX/2008 tanggal 19 September

2008 tentang Pengembangan Lot C-5 (kantor BTDC) yang ditandatangani oleh

Pemohon Kasasi I/Pembanding/Tergugat dan Termohon Kasasi/Terbanding/

Penggugat, bukanlah suatu perjanjian dan tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat, karena tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 1313, Pasal

1320 dan Pasal 1338 KUHPer. Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1)

dan ayat (4) mengenai maksud dan tujuan MoU disebutkan maksud MoU adalah

sebagai langkah awal dalam kerja sama pengembangan lahan Lot C-5 yang

apabila disepakati akan dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian yaitu

Land Utilization and Land Development Agreement (LUDA) berdasarkan

prinsip-prinsip dalam MoU. Kemudian sesuai dengan ketentuan Pasal 12 MoU

bahwa jangka waktu MoU mulai tanggal 19 September 2008 sampai dengan

tanggal 31 Desember 2008, kecuali para pihak sepakat untuk memperpanjang

MoU. Kemudian dalam ketentuan Pasal 13 MoU disebutkan bahwa kedua belah

pihak sepakat dalam pembatalan MoU untuk melepaskan ketentuan Pasal 1266

dan 1267 KUHPer sehingga pembatalan tidak harus melalui pengadilan negeri.

Berdasarkan ketentuan Pasal 12 dan Pasal 13 MoU tersebut, maka pemutusan/

pembatalan MoU dapat dilakukan oleh salah satu pihak dan bukan merupakan

perbuatan wanprestasi. Kemudian di dalam MoU tersebut tidak terdapat

ketentuan mengenai pemberian sanksi bagi pihak yang tidak melaksanakan

MoU, sehingga MoU tersebut secara hukum tidak mempunyai daya eksekusi.

Mengingat MoU tersebut bukanlah suatu perjanjian, maka gugatan Termohon

Kasasi/Terbanding/Penggugat yang tidak jelas dan kabur (obscuur libel) harus

dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard );

5 Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar dalam pertimbangan

hukumnya pada halaman 12 alinea kesatu, menyatakan bahwa: ”Menimbang,

bahwa mengenai jangka waktu Nota Kesepahaman (Memorandum of

Understanding) tertanggal 19 September 2008, berlaku sejak ditandatanganinya

sampai dengan ditandatanganinya LUDA dengan batas waktu paling lambat pada

tanggal 31 Desember 2008 dan sampai dengan batas waktu Memorandum of

Understanding berakhir LUDA belum dapat ditandatangani, oleh karena belum

adanya kesepakatan mengenai perubahan dana kompensasi antara Penggugat

dengan Tergugat yang harus mendapat persetujuan dari Turut Tergugat”;

Hal. 31 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 120: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk32tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

6 Kemudian Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar dalam pertimbangan

hukumnya pada halaman 12 alinea kedua, menyatakan bahwa : ”Menimbang,

bahwa mengenai besarnya dana kompensasi sebenarnya telah diatur dalam pasal

5 Memorandum of Understanding yaitu sebesar Rp58.699.999.999,00 (lima

puluh delapan miliar enam ratus sembilan puluh sembilan juta sembilan ratus

sembilan puluh sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan rupiah)

yang harus dibayar oleh pihak Penggugat kepada pihak Tergugat secara bertahap

selama 5 (lima) tahun, yang akan diatur oleh para pihak melalui LUDA, dan

pembayaran kompensasi tahap pertama akan dilaksanakan pada saat

penandatanganan LUDA”;

7 Kemudian Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar dalam pertimbangan

hukumnya pada halaman 12 alinea ketiga, menyatakan bahwa : ”Menimbang,

bahwa ternyata sampai dengan batas akhir waktu penandatanganan LUDA pada

tanggal 31 Desember 2008 para pihak belum berhasil menandatangani LUDA,

hal tersebut disebabkan oleh karena antara para pihak belum adanya kesepakatan

tentang besarnya kompensasi serta tidak adanya persetujuan dari Turut Tergugat

selaku pemegang saham, sehingga dengan demikian maka belum

ditandatanganinya LUDA sampai batas waktu berakhir pada tanggal 31

Desember 2008, adalah bukan kesalahan atau kelalaian dari pihak Penggugat,

oleh karena mengenai persetujuan dari Turut Tergugat tentang besarnya dana

kompensasi hal itu adalah urusan intern antara Tergugat dengan Turut Tergugat,

yang merupakan tanggung jawab dari pihak Tergugat, yang tidak dapat dialihkan

pertanggung jawabannya kepada pihak Penggugat”;

8 Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar pada

halaman 12 alinea kesatu, alinea kedua dan alinea ketiga tersebut di atas, telah

keliru dan tidak cermat karena Pemohon Kasasi II/Turut Terbanding/Turut

Tergugat bukanlah sebagai pihak dalam MoU, mengingat MoU hanya

ditandatangani oleh Termohon Kasasi/ Terbanding/Penggugat dan Pemohon

Kasasi I/Pembanding/Tergugat, sehingga Pemohon Kasasi II/Turut Terbanding/

Turut Tergugat tidak memiliki hubungan hukum dengan MoU tersebut. Oleh

karena itu, gugatan Termohon Kasasi/Terbanding/Penggugat yang salah alamat

(error in persona) harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk

Verklaard) sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dengan Putusan Nomor

157K/Sip/1974 tanggal 10 Juli 1975. Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 5

ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

32

Page 121: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk33tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

a Usaha Milik Negara (UU BUMN) dinyatakan bahwa pengurusan BUMN

dilakukan oleh Direksi dan Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan

BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN baik di

dalam maupun di luar pengadilan. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan

ayat (2) UU BUMN tersebut, maka Direksi PT Pengembangan Pariwisata Bali

(Persero) yang bertindak untuk melakukan kerja sama dengan Termohon Kasasi/

Terbanding/Penggugat dalam pengembangan lahan Lot C-5 yang sebagai

langkah awalnya dituangkan dalam suatu MoU yang disepakati oleh Termohon

Kasasi/Terbanding/Penggugat dan Pemohon Kasasi I/Pembanding/Tergugat.

Bahwa dalam perkembangannya antara Termohon Kasasi/Terbanding/Penggugat

dengan Pemohon Kasasi I/Pembanding/Tergugat tidak tercapai kesepakatan

mengenai perubahan nilai kompensasi yang akan diterima oleh Pemohon Kasasi

I/Pembanding/Tergugat hingga jangka waktu penandatanganan MoU telah

terlewati. Dengan tidak tercapainya kesepakatan mengenai nilai kompensasi,

maka MoU tidak dapat diperpanjang oleh kedua belah pihak sehingga MoU batal

berdasarkan ketentuan Pasal 13 MoU. Bahwa batalnya MoU bukan karena ada

kesalahan atau kelalaian dari salah satu pihak, namun karena kedua belah pihak

tidak tercapai ketidaksepakatan mengenai perubahan nilai kompensasi dalam

rencana kerja sama pengembangan lahan Lot C-5 (kantor BTDC) sampai dengan

berakhirnya jangka waktu MoU yaitu pada tanggal 31 Desember 2008;

9 Bahwa ketentuan Pasal 12 MoU tentang Jangka Waktu Kesepakatan, berbunyi

sebagai berikut:

”Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani sampai dengan

ditandatanganinya LUDA, namun dengan batas waktu paling lambat LUDA

harus telah ditandatanganinya pada tanggal 31 Desember 2008. Apabila hingga

tanggal 31 Desember 2008 LUDA belum ditandatangani, maka Pihak Pertama

wajib mengembalikan deposit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Nota

Kesepahaman ini kepada Pihak Kedua, kecuali Para Pihak sepakat untuk

memperpanjang Nota Kesepahaman ini.”;

Bahwa ketentuan Pasal 12 MoU yang berbunyi:

”Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani sampai dengan

ditandatanganinya LUDA, namun dengan batas waktu paling lambat LUDA

harus telah ditandatanganinya pada tanggal 31 Desember 2008.” Maksud bunyi

kalimat dalam Pasal 12 MoU ini adalah batas waktu tanggal 31 Desember 2008

adalah batas akhir penandatanganan LUDA.

Hal. 33 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 122: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk34tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

a Kemudian ketentuan Pasal 12 MoU yang berbunyi:

”Apabila hingga tanggal 31 Desember 2008 LUDA belum ditandatangani, maka

Pihak Pertama wajib mengembalikan deposit sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 Nota Kesepahaman ini kepada Pihak Kedua.”

Maksud bunyi kalimat Pasal 12 MoU ini bahwa Pihak Kedua menyetujui

pengembalian deposit sebagaimana ketentuan Pasal 7 MoU;

Selanjutnya ketentuan Pasal 12 MoU yang berbunyi:

”kecuali para pihak sepakat untuk memperpanjang Nota Kesepahaman ini.”

Maksud bunyi kalimat Pasal 12 MoU ini bahwa perpanjangan Nota

Kesepahaman harus disepakati oleh Para Pihak, yaitu Pihak Pertama dan Pihak

Kedua;

Kesimpulan dari ketentuan Pasal 12 MoU yaitu, apabila sampai dengan tanggal

31 Desember 2008 tidak ada penandatanganan LUDA atau perpanjangan MoU,

maka Pihak Pertama wajib mengembalikan deposit kepada Pihak Kedua. Atau

Pihak Kedua menyetujui dan wajib menerima pengembalian deposit dari Pihak

Pertama;

10 Bahwa sampai dengan tanggal 31 Desember 2008 fakta hukum adanya

perpanjangan Nota Kesepahaman (Memorandum Of Understanding) tanggal 19

September 2008 tidak pernah terbukti, maka berdasarkan ketentuan Pasal 12

Nota Kesepahaman (Memorandum Of Understanding) tanggal 19 September

2008 kewajiban yang harus dipenuhi oleh Pihak Pertama in casu PT.

Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) adalah mengembalikan deposit kepada

Pihak Kedua in casu PT Jaya Makmur Bersama, bukan melanjutkan

penandatanganan Land Utilization and Land Development Agreement (LUDA);

11 Bahwa dalam Nota Kesepahaman (Memorandum Of Understanding) tanggal 19

September 2008 tidak ada ketentuan yang mengatur bahwa apabila timbul

masalah, maka penandatanganan Land Utilization and Land Development

Agreement (LUDA) tetap akan dilanjutkan, dengan demikian telah ternyata

Judex Facti telah salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku yaitu

melanggar ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata;

12 Bahwa demikian halnya Judex Facti dalam amar putusannya menyatakan Nota

Kesepahaman (Memorandum Of Understanding) tanggal 19 September 2008

juga mengikat Pemohon, padahal Pemohon bukan pihak dalam Nota

Kesepahaman (Memorandum Of Understanding) tanggal 19 September 2008

tersebut adalah nyata-nyata dan fakta yang tak terbantahkan Judex Facti telah

34

Page 123: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk35tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

a salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku yaitu Pasal 1338

KUHPerdata;

13 Bahwa rencana kerja sama pengembangan lahan Lot C-5 (kantor BTDC) antara

Pemohon Kasasi I/Pembanding/Tergugat dengan Termohon Kasasi/Terbanding/

Penggugat merupakan kewenangan dari Pemohon Kasasi I/Pembanding/

Tergugat, termasuk mengenai besarnya nilai kompensasi adalah kewenangan

dari Pemohon Kasasi I/Pembanding/ Tergugat untuk dinegosiasikan dengan

Termohon Kasasi/Terbanding/ Penggugat. Bahwa besarnya nilai kompensasi

yang disebutkan dalam Pasal 5 MoU yaitu sebesar Rp58.699.999.999,00 adalah

belum final karena harus disepakati lebih lanjut oleh kedua belah pihak dalam

perjanjian/LUDA;

14 Sehubungan dengan rencana kerja sama pengembangan lahan Lot C-5 (kantor

BTDC) tersebut, dan mengingat ketentuan Pasal 14 ayat (3) huruf f UU BUMN

dan Pasal 11 ayat (10) huruf g Anggaran Dasar PT Pengembangan Pariwisata

Bali (Persero) yang mengatur bahwa kerja sama BUMN harus disetujui oleh

Menteri BUMN selaku pemegang saham, maka Pemohon Kasasi I/Pembanding/

Tergugat melalui surat kepada Pemohon Kasasi II/Turut Terbanding/Turut

Tergugat Nomor 51/Dir/PT.PPB/IX/2008 tanggal 16 September 2008

menyampaikan permohonan persetujuan pengembangan lahan kantor BTDC

(Lot C-5). Kemudian Pemohon Kasasi II/Turut Terbanding/Turut Tergugat

melalui surat kepada Pemohon Kasasi I/Pembanding/Tergugat Nomor S-465/

MBU/2009 tanggal 9 Juli 2009 dengan memperhatikan surat tanggapan dari

Dewan Komisaris PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) Nomor S-05/

DEKOM.BTDC/V/2009 tanggal 18 Mei 2009 memberikan persetujuan prinsip

atas rencana pengembangan kantor pusat BTDC melalui kerja sama dengan

calon mitra yaitu PT Jaya Makmur Bersama sebagaimana diusulkan dalam surat

Pemohon Kasasi I/Pembanding/Tergugat tersebut, dengan catatan antara lain

sebagai berikut:

a Agar besarnya nilai kompensasi untuk BTDC dinegosiasi kembali dengan

mempertimbangkan kondisi pariwisata yang semakin berkembang sebagaimana

saran Dewan Komisaris dalam suratnya tersebut di atas;

b Masa kerjasama 30 tahun dan dapat diperpanjang maksimum selama 20 tahun

dengan catatan untuk perpanjangan tersebut persyaratannya harus disepakati oleh

kedua pihak, sebagai skim kompensasi baru;

Hal. 35 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 124: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk36tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

a 15 Selanjutnya Pemohon Kasasi I/Pembanding/Tergugat menyampaikan surat

kepada Pemohon Kasasi II/Turut Terbanding/Turut Tergugat Nomor 79/Dir/

PT.PPB/XII/2009 tanggal 23 Desember 2009 dan Nomor 03/Dir/PT.PPB/I/2010

tanggal 5 Januari 2010 mengenai pengembangan lahan kantor BTDC (Lot C-5).

Kemudian Pemohon Kasasi II/Turut Terbanding/Turut Tergugat melalui surat

kepada Pemohon Kasasi I/Pembanding/Tergugat Nomor S-543/MBU/2010

tanggal 3 September 2010 menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

a Renegosiasi yang telah saudara lakukan dengan calon investor belum dapat

menghasilkan skema revenue sharing yang optimal bagi perusahaan sebagaimana

surat kami Nomor S-465/MBU/2009 tanggal 9 Juli 2009, baik terhadap besaran

nilai kompensasi maupun masa kerja sama. Selain itu, Dewan Komisaris PT

BTDC melalui surat Nomor S-05/DEKOM.BTDC/V/2009 tanggal 18 Mei 2009

juga meminta dilakukan evaluasi kembali atas ”owner estimates” pengembangan

lahan kantor pusat sesuai kondisi industri pariwisata yang semakin meningkat;

b Memperhatikan hal tersebut di atas, Pemegang Saham belum dapat menyetujui

permohonan Saudara untuk melanjutkan kerja sama pengembangan lahan kantor

pusat tersebut;

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat:

mengenai alasan ke I dan II:

Bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah memeriksa

secara saksama memori kasasi Pemohon Kasasi I tanggal 5 Pebruari 2014 dan memori

kasasi Pemohon Kasasi II tanggal 14 Pebruari 2014 memori kasasi dan jawaban memori

tanggal 27 Pebruari 2014 dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti dalam hal ini

Pengadilan Negeri Denpasar tidak salah menerapkan hukum dengan pertimbangan

sebagai berikut:

Bahwa, telah benar terlepas dari jadwalnya, nota kesepakatan (memorandum of

understanding/MoU), dalam perkara a quo telah mengatur hak dan kewajiban masing-

masing pihak dan sesuai ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata maka para pihak wajib

melaksanakan isi kesepahaman dengan iktikad baik, lagi pula mengenai penilaian hasil

pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat

dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi karena pemeriksaan dalam

tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan penerapan hukum, adanya

pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang

diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan

36

Page 125: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk37tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : [email protected]

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

batalnya putusan yang bersangkutan atau bila pengadilan tidak berwenang atau

melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2009;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, ternyata putusan Judex

Facti/Pengadilan Tinggi Denpasar dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum

dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh para Pemohon

Kasasi PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero), dk., tersebut harus ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi ditolak

dan Pemohon Kasasi ada di pihak yang kalah, maka Pemohon Kasasi dihukum untuk

membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini;

Memperhatikan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004

dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan

perundangan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:

1 Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: 1. PT. PENGEMBANG

PARIWISATA BALI, 2. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Cq.

KEMENTRIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK

INDONESIA Cq. MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK

NEGARA, tersebut;

2 Menghukum Para Pemohon Kasasi I dan II/Tergugat/Pembanding dan Turut

Tergugat/Turut Terbanding untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi

ini sejumlah Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada

hari Rabu tanggal 28 Januari 2015 oleh Syamsul Ma’arif, S.H., LLM., Ph.D., Hakim

Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr.

Nurul Elmiyah, S.H., M.H., dan Dr. H. Zahrul Rabain, S.H., M.H., Hakim-hakim

Agung sebagai anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu

juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri para anggota tersebut dan dibantu oleh Liliek

Prisbawono Adi, S.H., M.H., Panitera Pengganti dan tidak dihadiri oleh para pihak.

Anggota-anggota, Ketua Majelis,

Hal. 37 dari 38 Hal. Putusan Nomor 1788 K/Pdt/201 4

Page 126: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

ttd./Dr. Nurul Elmiyah, S.H., M.H., ttd./

ttd./Dr. H. Zahrul Rabain, S.H., M.H. Syamsul Ma’arif,

S.H., LLM., Ph.D.,

P

anitera Pengganti, Biaya Kasasi: ttd./

1. Meterai ……………… Rp 6.000,00 Liliek Prisbawono

Adi, S.H., M.H.,

2. Redaksi ……………… Rp 5.000,00

3. Administrasi Kasasi … Rp489.000,00

J u m l a h … Rp500.000,00

u

n

t

u

k

S

a

l

i

n

a

n

M

A

H

K

A

M

A

H

A

G

U

N

G

R

Page 127: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk37tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

I

.

a

.

n

.

P

a

n

i

t

e

r

a

Panitera Muda Perdata

D

r

.

P

R

I

P

A

Page 128: KEKUATAN HUKUM MOMERANDUM OF UNDERSTANDING ( MoU …

Direk37tori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

M

B

U

D

I

T

E

G

U

H

,

S

H

.

,

M

H

.

N

i

p

.

1

9

6

1

0

3

1

3

1

9

8

8

0

3

1

0

0

3