kekerasan di dusun nangkernang sampang

Upload: sandi-yanuar-wahidi

Post on 10-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

13212

TRANSCRIPT

Kekerasan di Dusun Nangkernang Sampang : Pelanggaran HAM Terhadap Pemeluk agama dan kepercayaan

Kekerasan di Dusun Nangkernang Sampang : Pelanggaran HAM Terhadap Pemeluk agama dan kepercayaan

Selasa, 28 Agustus 2012 14:45 | Ditulis oleh Administrator | PDF | Cetak | Surel

Rentetan kekerasan atas terkait dengan agama dan keyakinan ternyata masih terus berlanjut. Kali ini menimpa Jamaah Syiah di Dusun Nangkernang Sampang Kabupaten Madura Provinsi Jawa Timur (Minggu 26 Agustus 2012). Tindakan kekerasan berupa penyerangan tersebut telah mengakibatkan 2 orang Jamaah Syiah meninggal dunia, sementara puluhan orang luka berat dan ringan serta puluhan rumah juga terbakar ketika para korban berupaya melindungi anak-anak dan perempuan dari aksi penyerangan dan tindakan kekerasan.

BAKUMSU berpendapat bahwa tindak kekerasan yang berujung pada korban jiwa, harta dan psikologis korban tersebut merupakan bukti ketidakmampuan dan kegagalan pemerintah dalam menegakkan hukum dan HAM terutama jaminan kebebesan beragama dan berkeyakinan kepada seluruh rakyat Indonesia termasuk kepada golongan mayoritas maupun minoritas. Kegagalan pemerintah tersebut semakin dikuatkan mengingat kasus kekerasan bermotif agama dan kepercayaan sesungguhnya bukanlah kasus baru di negeri ini. Kasus yang sesungguhnya relatif sama dan cenderung berulang dari waktu ke waktu ini tidak seharusnya dianggap sebagai kasus biasa yang membuat pemerintah selalu pasif dan lengah.

Seperti kasus-kasus intoleransi lainnya, aparat kepolisian lagi-lagi tidak hadir ketika rakyat membutuhkan perlindungan, bebas dari rasa takut dan pemenuhan jaminan keamanan. Dengan kata lain, kepolisian Jawa Timur dan jajarannya tidak maksimal dalam melindungi, mencegah dan terjadinya kekerasan antara golongan mayoritas terhadap minoritas merupakan tindakan pembiaran yang berujung pada pelanggaran HAM. Pembiaran ini juga telah menciderai upaya-upaya membangun toleransi baik yang telah dilakukan bangsa Indonesia dalam upayanya untuk memajukan, menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan mewujudkan tatanan demokrasi yang diamanatkan dalam reformasi terutama perlindungan terhadap kelompok-kelompok minoritas.

Disamping itu, terjadinya kekerasan yang berujung pada dugaan pelanggaran HAM tersebut juga merupakan bentuk pelanggaran serius terhadap instrumen-instrumen hak asasi manusia yang secara yuridis telah dibentuk dan berlaku di wilayah Indonesia, antara lain UUD 1945, UU No 12 tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik dan UU No. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia.

Pasal 28E ayat (1) UUD 1945 secara jelas menyatakan bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya. Demikian halnya pasal 28E ayat (2) menyatakan setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Selain itu, kebebasan beragama juga diatur dalam Pasal 29 ayat (2) bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Pasal 18 Konvenan Internasional Hak Sipil dan Politik yang pada intinya juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan beragama yang mencakup kebebasan untuk menetapkan agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri, dan kebebasan, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, baik di tempat umum atau tertutup, untuk menjalankan agama dan kepercayaannya dalam kegiatan ibadah, pentaatan, pengamalan, dan pengajaran. Sehingga dengan demikian tidak seorang pun dapat dipaksa sehingga terganggu kebebasannya untuk menganut atau menetapkan agama atau kepercayaannya sesuai dengan pilihannya.

Dengan demikian, kekerasan terhadap jemaah Syiah di Dusun Nangkernang Sampang Kabupaten Madura Provinsi Jawa Timur merupakan pelanggaran serius terhadap hukum dan konstitusi yang menjadi dasar dalam upaya penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak kebebasan dasar manusia untuk memeluk dan menjalankan ibadahnya berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

Oleh karenanya, Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat Sumatera Utara (BAKUMSU) menyatakan turut bersolidaritas kepada korban sebagaimana disebut di atas. Dengan ini juga mendesa supaya:

Pemerintah segera melakukan tindakan konkrit dalam rangka menghentikan tindakan-tindakan yang dapat menghalangi, membatasi ataupun mengekang kebebasan beragama dan berkeyakinan dan larangan kebebasan HAM lainnya.

Segera memberikan perlindungan dan pemulihan kepada semua Jamaah Syiah korban intoleransi khususnya perempuan dan anak-anak yang memiliki kerentanan khusus atas kekerasan dan diskriminasi berbasis agama.

Presiden segera melakukan evaluasi atas peran kepolisian dengan mencopot Kapolda Jawa Timur dan jajaran di bawahnya.

Kepolisian segera menangkap dan mengadili aktor dan pelaku penyerangan Jamaah Syiah di Dusun Nangkernang Sampang Madura Jawa Timur dengan menerapkan hukuman sebagai bentuk efek jera terhadap kelompok intoleran dan mencegah kejadian serupa tidak berulang dan merambat ke daerah-daerah lain.

Komnas HAM segera melakukan menyelidiki dan mengusut tuntas dugaan pelanggaran HAM tersebut.

Mendesak pemerintah melakukan upaya-upaya penyelesaian konflik atas nama agama dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat termasuk aktivis / organisasi masyarakat sipil.