kejujuran adalah syarat nomor satu dalam pengembangan ilmu

6
NAMA : THOMAS ARIA CIPTA, S.Si. NPM : 1420011011 TAKE HOME EXAM SCIENTIFIC METHOD AND WRITING TECHNIQUE MAGISTER ILMU LINGKUNGAN 2014 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG Kejujuran Adalah Syarat Nomor Satu dalam Pengembangan Ilmu Sains adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuari yang dilanjutkan dengan proses observasi (empiris) secara terus-menerus dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta. Sains juga merupakan pengetahuan yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu dan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan. Menurut Carin dan Sund (1990), Sains pada hakekatnya meliputi tiga aspek yakni Scientific Processes, Scientific Product, dan Scientific Attitudes. Sains dipandang sebagai proses (Scientific Processes) artinya sains merupakan cara untuk memperoleh pengetahuan melalui sejumlah kegiatan keterampilan proses sains dengan cara berinquiri, observasi dan eksperimen. Sains dipandang sebagai produk (Scientific Product) artinya ilmu pengetahuan yang sistematis berupa kumpulan fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, rumus. Sains dipandang sebagai sikap (Scientific Attitudes) artinya bagaimana sains tersebut dapat menanamkan nilai-nilai sikap yang berkembang setelah melakukan proses ilmiah. Demi tujuan itu, ilmu harus membatasi diri pada bidang-bidang tertentu dan mengembangkan metode-metode setepat mungkin untuk bidangnya masing- masing. Pertanyaan yang lebih umum, yang menyangkut beberapa bidang atau hubungan interdisiplin, pertanyaan mengenai realitas sebagai keseluruhan, mengenai manusia dalam keutuhannya, tidak dapat ditangani oleh ilmu-ilmu itu karena ilmu-ilmu itu tidak memiliki sarana teoretis untuk membahasnya (Magnis- Suseno, 1988). Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34), mengemukakan sikap ilmiah yang dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain :

Upload: thomasariacipta

Post on 30-Sep-2015

238 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

filsafat, ilmu, kejujuran

TRANSCRIPT

  • NAMA : THOMAS ARIA CIPTA, S.Si.

    NPM : 1420011011

    TAKE HOME EXAM SCIENTIFIC METHOD AND WRITING TECHNIQUE

    MAGISTER ILMU LINGKUNGAN 2014

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    Kejujuran Adalah Syarat Nomor Satu dalam Pengembangan Ilmu

    Sains adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori

    yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuari yang

    dilanjutkan dengan proses observasi (empiris) secara terus-menerus dilakukan

    oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta. Sains juga merupakan

    pengetahuan yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang

    dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang

    (pengetahuan) itu dan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan

    dibuktikan.

    Menurut Carin dan Sund (1990), Sains pada hakekatnya meliputi tiga aspek yakni

    Scientific Processes, Scientific Product, dan Scientific Attitudes. Sains dipandang

    sebagai proses (Scientific Processes) artinya sains merupakan cara untuk

    memperoleh pengetahuan melalui sejumlah kegiatan keterampilan proses sains

    dengan cara berinquiri, observasi dan eksperimen. Sains dipandang sebagai

    produk (Scientific Product) artinya ilmu pengetahuan yang sistematis berupa

    kumpulan fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, rumus. Sains dipandang sebagai

    sikap (Scientific Attitudes) artinya bagaimana sains tersebut dapat menanamkan

    nilai-nilai sikap yang berkembang setelah melakukan proses ilmiah.

    Demi tujuan itu, ilmu harus membatasi diri pada bidang-bidang tertentu dan

    mengembangkan metode-metode setepat mungkin untuk bidangnya masing-

    masing. Pertanyaan yang lebih umum, yang menyangkut beberapa bidang atau

    hubungan interdisiplin, pertanyaan mengenai realitas sebagai keseluruhan,

    mengenai manusia dalam keutuhannya, tidak dapat ditangani oleh ilmu-ilmu itu

    karena ilmu-ilmu itu tidak memiliki sarana teoretis untuk membahasnya (Magnis-

    Suseno, 1988).

    Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34), mengemukakan sikap ilmiah yang

    dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah,

    antara lain :

  • 1. Sikap ingin tahu; apabila menghadapi suatu masalah yang baru

    dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan

    pertanyaan tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera

    sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah

    dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.

    2. Sikap kritis; Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada

    bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada saat menarik

    kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain;

    bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

    3. Sikap obyektif; Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan

    bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain

    mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya

    sebagai subjek.

    4. Sikap ingin menemukan; Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen

    baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik

    dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan

    yang dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui

    dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran

    ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

    5. Sikap tekun; Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi

    eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan

    kegiatan-kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin

    diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

    6. Sikap terbuka; Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda

    dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif

    terhadap pendapatnya.

    PENUTUP

    Kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh ilmuwan harus memiliki ruh yang

    mengendalikannya yaitu etika. Etika ilmiah ini berfungsi untuk mengendalikan

    ilmu agar tetap berjalan pada koridor yang benar.

    Sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh setiap ilmuwan adalah kejujuran dan

    kebenaran. Nilai kejujuran dan kebenaran ini merupakan nilai intrinsik yang ada

    didalam ilmu pengetahuan, sehingga harus integral masuk dalam etos semua

    pelaku ilmu pengetahuan. Kejujuran meyangkut proses dalam kegiatan ilmiah,

    klaim kebenaran yang dihasilkan dari proses ilmiah, maupun dalam penerapan

    suatu ilmu pengetahuan.

    Tanpa kejujuran tidak akan didapat kebenaran sebagaimana apa adanya,

    sedangkan motif dasar ilmu pengetahuan adalah memenuhi rasa ingin tahu untuk

    mendapatkan pengetahuan yang benar. Sikap jujur & obyektif. Sikap ilmiah

  • tercermin pada sikap jujur dan objektif dalam mengumpulkan faktor dan

    menyajikan hasil analisis fenomena alam dan sosial melalui cara berpikir logis.

    Sikap jujur dan objektif menghasilkan produk pemikiran berupa penjelasan yang

    lugas dan tidak bias karena kepentingan tertentu.

    DAFTAR ACUAN

    Winarti. .Pembangunan Karakter dalam Pembelajaran Sains melalui Metode

    Ilmiah. Jurnal Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju

    Pembangunan Berkarakter. Hal. 371-374.

    Carin & Sund. (1990). Teaching Science through Discovery. New York: Merrill

    Publishing Company

    https://ciptadestiara.wordpress.com/category/4-hal-sikap-yang-ilmiah/. Diakses

    tanggal 13 April 2015

    Magnis-Suseno, Franz, Etika Dasar, 1990, Kanisius, Yogyakarta.

    Wilujeng, Sri Rahayu. . Filsafat Etika dan Ilmu: Upaya Memahami Kakikat Ilmu

    dalam Konteks Keindonesiaan. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Diponegoro.

    Diakses dari

    http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0

    CFYQFjAH&url=http%3A%2F%2Fejournal.undip.ac.id%2Findex.php%2Fhuma

    nika%2Farticle%2Fdownload%2F5313%2F4774&ei=dZMoVej-

    HM7UuQSs4YHQBw&usg=AFQjCNGOKRRWYoGrKPaAIPZdxWmLdAg4tQ

    &sig2=cHL0o6RUgkCZOcXXP2arpA&bvm=bv.90491159,d.c2E&cad=rja.

    Tanggal 13 April 2015

  • NAMA : THOMAS ARIA CIPTA, S.Si.

    NPM : 1420011011

    TAKE HOME EXAM SCIENTIFIC METHOD AND WRITING TECHNIQUE

    MAGISTER ILMU LINGKUNGAN 2014

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    PENGAJUAN HIPOTESIS DALAM METODE ILMIAH

    Ilmu pengetahuan ialah sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis

    dan runtut melalui metode ilmiah. Metode ilmiah atau disebut juga metode

    penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan

    pengetahuan. Langkah-langkah sistematis tersebut meliputi:

    (1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

    (2) Menyusun kerangka pemikiran

    (3) Merumuskan hipotesis

    (4) Menguji hipotesis, dan

    (5) Menarik kesimpulan

    Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatu

    kerangka berpikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkonteks,

    yang relevan dengan maksud dan tujuan.

    Metode ilmiah merupakan prosedur atau cara-cara tertentu yang digunakan untuk

    memperoleh pengetahuan yang disebut dengan ilmu/pengetahuan ilmiah

    (Senn,1971). Epistemoligi (filsafat pengetahuan) merupakan suatu cara untuk

    memperoleh pengetahuan dalam kajian filsafat. Dengan demikian, metode ilmiah

    merupakan epistemologi ilmu yang mengkaji sumber-sumber untuk memperoleh

    kajian yang benar. Metode ilmiah adalah gabungan antara penalaran deduktif dan

    penalaran induktif yang memiliki ciri-ciri: sistematik, rasional, objektif,

    kumulatif, empiris, teliti, jelas, dan non-etikal.

    Dengan kata lain, metode ilmiah adalah cara memperoleh dan menyususun

    pengetahuan. Beda Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan terletak pada:

    Pengetahuan adalah bahan ilmu, dan hanya menjawab tentang apa, sedangkan

    Ilmu Pengetahuan menjawab tentang mengapa suatu kenyataan atau kejadian.

    Jadi, ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan dalam bidang

    tertentu yang disusun secara sistematis, menggunakan metode keilmuan, dapat

    dipelajari dan diajarkan, dan memiliki nilai guna tertentu.

  • Pokok masalah keilmuan adalah meliputi aspek ontologi, aspek epistimologi, dan

    aspek aksiologis. Kegiatan ilmiah diawali dengan perumusan masalah dan dan

    penyusunan kerangka berfikir yang didalamnya termasuk logika dan matematika

    yang kemudian menghasilkan khasanah pengetahuan ilmiah (didalamnya

    termasuk teori dan hasil penelitian empiris). Dari kerangka berpikir tersebut,

    timbullah hipotesis untuk diuji dengan menggunakan data, analisis, teknik

    pengujian (statistik) dan dibuat kesimpulan statistis. Jika hipotesis tersebut

    diterima, maka akan menjadi khasanah pengetahuan ilmiah dan apabila ditolak

    akan kembali lagi kepada penyusunan kerangka berfikir untuk diulang lagi ke

    hipotesis sampai kesimpulan akhirnya diterima.

    Langkah-langkah Penulisan Ilmiah

    1. Perumusan masalah

    Pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat

    diindentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

    2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis

    Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat

    antara berbagai faktor yang saling mengkaitkan dan membentuk konstelasi

    permasalahan. Kerangka berfikir disusun secara rasional berdasarkan premis-

    premis ilmiah yang teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor

    empiris yang relevan dengan permasalahannya.

    3. Perumusan hipotesis

    Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban

    pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka

    berpikir yang dikembangkan.

    4. Pengujian hipotesis

    Pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk

    memperlihaatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut

    atau tidak.

    5. Penarikan kesimpulan

    Penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.

    Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis

    maka hipotesis itu diterima. Dan sebaliknya apabila proses pengujian tidak

    terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak.

    Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan

    ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangkat

    penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelum teruji

    kebenarannya.

  • PENUTUP

    Penerimaan suatu hipotesis terjadi karena tidak cukup bukti untuk menolak

    hipotesis tersebut dan bukan karena hipotesis itu benar, dan penolakan suatu

    hipotesis terjadi karena tidak cukup bukti untuk menerima hipotesis tersebut dan

    bukan karena hipotesis itu salah.

    DAFTAR ACUAN

    https://www.academia.edu/8944806/Ebook_metode_penelitian

    https://coecoesm.wordpress.com/2014/04/27/metode-ilmiah/

    http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis

    http://usupress.usu.ac.id/files/Metode%20Penelitian%20Bisnis%20Edisi%202_N

    ormal_bab%201.pdf