kejang bulat

Upload: riskidafianto

Post on 10-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kejang

TRANSCRIPT

KEJANG1. PengertianKejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (betz & Sowden,2002). Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis. Keadaan tersebut merupakan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala awal dari penyakit berat, atau cenderung menjadi status epileptikus. Tatalaksana kejang seringkali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis yang salah atau penggunaan obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejang tidak terkontrol, depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya.

2. EtiologiKejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak, truma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan gejala putus alcohol dan gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik subcutan, sabagian kejang merupakan idiopatuk (tidak diketahui etiologinya).a. Intra kranial1) Asfiksia: Ensefalitis, hipoksia iskemik.2) Trauma (perdarahan): Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricular.3) Infeksi: Bakteri virus dan parasit.4) Kelainan bawaan: Disgenesis, korteks serebri.b. Ekstra kranial1) Gangguan metabolic: Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, gangguan elektrolit (Na dan K)2) Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.3) Kelainan yang diturunkan: Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan dan kekurangan asam amino.c. Idiopatik Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5 (Lumbang Tebing, 1997).

3. Klasifikasi Kejang Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik. a. Kejang TonikKejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus b. Kejang KlonikKejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik. c. Kejang MioklonikGambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.(Lumbang Tebing, 1997)

4. Patofisiologi Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. 1,3 Status epileptikus adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atu kejang berulang lebih dari 30 menit tanpa disertai pemulihan kesadaran.2 Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangsang sel neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh; 1) kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan; 2) berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama amino butirat; atau 3) meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang. 3,4,5 Status epileptikus terjadi oleh karena proses eksitasi yang berlebihan berlangsung terus menerus, di samping akibat ilnhibisi yang tidak sempurna.

5. Manifestasi Klinika. Kejang parsial (fokal, lokal) Kejang parsial sederhana: Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini:1) Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.2) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus: mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia. 3) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik. 4) Kejang tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama. b. parsial kompleks1) Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks.2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik: mengecap-ngecapkan bibir, mengunyah, gerakan menongkel yang berulang-ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.3) Dapat tanpa otomatisme: tatapan terpaku.c. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi ) 1) Kejang absensa) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas b) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik c) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh 2) Kejang mioklonik a) Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.b) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.c) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompokd) Kehilangan kesadaran hanya sesaat. 3) Kejang tonik klonik a) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit b) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih c) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah. d) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal 4) Kejang atonik a) Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah. b) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

6. KomplikasiWalaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada orang tua, sebagian kejang demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka panjang, kejang demam tidak mengakibatkan kerusakan otak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar / ataupun epiksi Epilepsy pada anak di artikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam kecil kemungkinan epilepsy timbul setelah kejng demam. Sekitar 2 4 anak kejang demam dapat menimbulkan epilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang pertama kadang di alami oleh anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami demam. Namun begitu antara 95 98 % anak yang mengalami kejang demam tidak menimbulkan epilepsy Komplikasi yang paloing umum dari kejang demam adalah adanya kejang demam berulang. Sekitar 33% anaka akan mengalami kejang berulang jika ,ereka demam kembali. Sekitar 33% anka akan mengalami kejang berulang jika mereka demam kembali resiko terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika : 1. Pada kejang yang pertama, anak hanya mengalami demam yang tidak terlalu tinggi 2. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yang sempit 3. Ada faktor turunan dari ayah ibunya Risiko yang akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor: 1. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga 2. kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam. 3. kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal. Namun begitu faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia. Semakin muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar kemungkinan mengalami kejang berulang.

7. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul:a. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan b. Devisit volume cairan berhubungan dengan output berlebihan (dehidrasi) c. Risiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengn kejang d. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang e. Risiko kurang nutrisi berhubungan dengan anoreksia f. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi