kejang
DESCRIPTION
lp kejangTRANSCRIPT
FUNDAMENTAL DAN PATOFISIOLOGI SISTEM SARAF
KEJANG
TRIGGER I
Disusun Oleh :
Kelompok II
INDAH PUSPITA SARI 0910721005
RAHMATUZ ZULFIA 0910721010
ILHAM AKBAR 0910723004
MERINDA KUSUMA W. 0910723006
ASTRIANA GRACIA L. 0910723014
BAYU ALDI I. 0910723016
DANANG RAHMADANI 0910723018
DONI AGUNG NUGROHO 0910723020
PUPUT AYU KRISTINA W. 0910720071
RATIH KUSUMA M. 0910720075
RENNY ERNAWATI 0910720077
RYAN PRIAMBODO 0910720082
SILMA KAMILA 0910720085
SITI AL QOMARIYAH 0910720087
UMI LATIFAH 0910720091
YULISTIANA F. 0910720095
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
MALANG
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan diskusi PBL Sistem Saraf
Trigger I : Kejang.
Terima kasih penyusun sampaikan kepada DR.dr. Achdiat Agoes. Selaku
fasilitator dalam diskusi ini yang telah membimbing dan membuka wawasan kami
pada saat diskusi PBL sehingga diskusi dapat berjalan dengan lancar.
Semoga apa yang telah kami susun dalam laporan ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Malang, 23 November 2010
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Susunan saraf manusia merupakan bagian tubuh yang paling
kompleks dan dibentuk oleh lebih dari 100 juta sel saraf (neuron), dan
didukung oleh sel-sel glia yang jumlahnya lebih banyak. Sistem saraf
merupakan salah satu sistem tubuh yang berfungsi sebagai media untuk
berkomunikasi anter sel maupun organ dan dapat berfungsi sebagai
pengendali berbagai sistem organ lain serta dapat pula memproduksi hormon.
Bahasan kami dalam laporan diskusi ini adalah tentang anatomi
fisiologi sistem saraf serta konsep-konsep kejang, sebagai gejala dari
gangguan pada sistem saraf. Kejang merupakan manifestasi klinis secara
tiba-tiba (paroksismal) pada fungsi otak tanpa sengaja.
Sebagai mahasiswa keperawatan yang dituntut untuk berlaku
profesional, bahasan tentang sistem saraf : kejang adalah salah satu materi
yang harus dikuasai. Oleh karena itu konsep sistem saraf : kejang akan kami
paparkan pada laporan diskusi ini.
2. Batasan Masalah
Mengidentifikasi tentang anatomi fisiologi sistem saraf
Mengidentifikasi tentang penurunan kesadaran
Konsep kejang yang meliputi pengertian kejang, klasifikasi kejang,
patofisiologi kejang, etiologi kejang, penatalaksanaan medis kejang.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf
Susunan saraf manusia merupakan bagian tubuh yang paling
kompleks dan dibentuk oleh lebih dari 100 juta sel saraf (neuron), dan
didukung oleh sel-sel glia yang jumlahnya lebih banyak. Rata-rata setiap
neuron memiliki sekurang-kurangnya seribu hubungan dengan neuron lain,
membentuk suatu system komunikasi yang kompleks.
Neuron mengadakan komunikasi yang cepat antara kelompok-kelompok sel
yang diatur secara serial, sehingga memungkinkan penghantaran informasi
yang cepat melewati jarak yang jauh.
Jaringan saraf tersebar di seluruh tubuh berupa jalinan komunikasi terpadu.
Secara anatomis, susunan saraf dibagi dalam susunan saraf pusat yang
terdiri atas otak dan medulla spinalis; dan susunan saraf tepi yang terdiri atas
serat saraf dan kumpulan kecil sel-sel saraf yang disebut ganglion saraf.
a. Jaringan Saraf
Neuron
Sel saraf, atau neuron, adalah satuan anatomis dan fungsional
independent dengan ciri morfologis majemuk. Mereka
berperan pada penerimaan, penghantaran dan pemrosesan
rangsang; pencetus aktivitas sel tertentu; dan pelepas
neurotransmitter dan molekul-molekul penyampai informasi
lainnya.
Sebuah neuron mempunyai badan sel (cell body) atau
perikarion, yang relative besar yang mengandung nucleus dan
berbagai ragam organel seluler lainnya. Merupakan pusat
trofik untuk seluruh sel saraf dan juga peka terhadap
rangsang. Neuron memiliki penjuluran mirip serat yang disebut
prosesus, sehingga sel mampu mencapai jarak yang jauh
untukmenghantarkan pesan. Ada dua jenis penjuluran neural
yang umum: dendrit, yang merupakan juluran-juluran panjang
dikhususkan untuk menerima stimulus dari lingkungan, dari sel
apitelial sensoris, atau dari neuron lain dan kemudian
mengirimkan sinyal dari ujungnya ke seluruh bagian lain
neuron; dan akson, yang merupakan juluran tunggal yang
dikhususkan untuk membangkitkan atau menghantar implus
saraf ke sel lain melalui ujung neuron. Akson juga dapat
menerima informasi dari neuron lain; informasi ini terutama
mengubah penghantaran potensial aksi ke neurom lain.
Bagian distal akson umumnya bercabang dan membentuk
cabang-cabang terminal. Setiap cabang ini berakhir pada sel
berikutnya berupa pelebaran yang disebut pentol akhir
(bouton), yang membentuk struktur yang disebut sinaps.
Sinaps meneruskan informasi kepada sel berikut dalam sirkuit.
Neuron dan julurannya mempunyai bentuk dan ukuran yang
sangat berfariasi. Berdasarkan ukuran dan bentuk julurannya
neuron dapat dibagi menjadi: neuron multipolar, yang memiliki
lebih dari 2 juluran, satu adalah akson dan lainnya adalah
dendrite; neuron bipolar, dengan satu akson dan satu dendrite;
dan neuron pseudounipolar, yang memiliki satu juluran dekat
perikarion yang bercabang menjadi 2 cabang. Juluran itu
berbentuk huruf T, dengan satu cabang meluas ke ujung
perifer dan satu lagi kea rah susunan saraf pusat .Pada
neuron pseudounipolar, rangsangan yang diambil oleh dendrit
labgsung menuju akson terminal tanpa melewati perikarion.
Neuron dapat pula digolongkan berdasarkan peran
fungsionalnya. Neuron motoris (eferen) mengendalikan organ
efektor seperti seret otot dan kelenjar eksokrin dan endokrin.
Neuron sensoris (aferen) terlibat daam penerimaan stimulus
sensoris dari lingkungan dan dari dalam tubuh. Interneuron
mengadakan hubungan sesame neuron, membentuk rantai
atau sirkuit fungsional kompleks (seperti pada retina).
Dalam susunan saraf pusat, badan sel-sel saraf hanya
terdapat dalam substansi kelabu. Substansi putih
mengandung juluran-juluran neuron tanpa perikarion. Dalam
susunan saraf tepi ditemukan perikarion dalam ganglion dan
dalam beberapa daerah sensoris (misalnya mukosa olfaktoris).
- Badan sel (perikarion)
Perikarion adalah bagian neuron yang mengandung inti
dan sitoplasma di sekelilingnya, tidak termasuk juluran-
juluran sel. Ia terutama merupakan pusat trofik, ia juga
memiliki kemampuan reseptif. Perikarion kebanyakan
neuron menerima sejumlah besar ujung saraf yang
membawa stimulus pembangkit atau penghambat yang
timbul dalam sel-sel saraf lain.
- Dendrit dan Akson
Dendrit biasanya pendek dan bercabang-cabang seperti
pohon. Kebanyakan sel saraf memiliki banyak dendrite,
yang sangat memperluas daerah reseptif sel. Percabangan
dendrite memungkinkan sebuah neuron untuk menerima
dan memadukan sejumlah besar terminal akson dari sel-
sel saraf lain.
Komposisi sitoplasma dendrit serupa dengan yang terdapat
pada perikarion. Bedanya, pada dendrit tidak ditemukan
kompleks golgi.
Neuron pada umumnya hanya memiliki satu akson,
beberapa bahkan tidak memiliki akson, hanya sedikit.
Akson adalah juluran silindris dengan panjang dan garis
tengah bervariasi sesuai jenis neuronnya. Akson umumnya
sangat panjang. Semua akson bermula dari daerah
berbentuk pyramid yang disebut akson hilok yang keluar
dari perikarion. Membrane plasma akson disebut aksolema
yang berisi aksoplasma.
Sel-sel Pendukung (Glia)
Sel-sel glia memegang peranan sangat penting dalam
menunjang neuron. Sel ini sangat penting bagi integritas
struktur system saraf dan bagi fungsi normal neuron.
Jumlahnya melebihi neuron mulai dari sepuluh kali sampai
lima puluh kali lebih banyak daripada neuron. Sel-sel glia
mengelilingi perikarion, akson dan dendrite, selain itu mereka
huga terdapat pada ruang interseluler. Sel-sel glia
menyediakan lingkungan mikro yang sesuai untuk aktivitas
neuron.
Sel-sel glia dapat digolongkan menurut asal dan fungsinya
antara lain:
- Oligodendrosit
Oligodendrosit (oligos, kecil + dendron + kytos, sel)
menghasilkan selubung myelin yang membentuk penyekat
listrik dari neuron pada susunan saraf pusat Sel-sel ini
memiliki sedikit juluran yang membungkus akson,
membentuk suatu selubung myelin.
- Sel Schwan
Memiliki fungsi yang sama seperti oligodendrosir namun ia
berlokasi di sekitar akson pada susunan saraf perifer.
Suatu sel scgwan membentuk myelin di sekeliling satu
akson, hal ini berbeda dengan oligodendrosit yang dapat
bercabang dan melayani lebih dari satu neuron dan
julurannya Jadi oligodendrosit (dalam SSP) dan sel schwan
(dalam SST) membentuk selubung myelin yang
menginsulasi daerah sekitar akson.
Neuron akan dibungkus myelin dalam sistemsaraf yang
sedang berkembang ketika sel schwan atau oligodendrosit
tumbuh di sekitar akson sedemikian rupa sehingga
membrane plasmanya membentuk lapisan kosentris
(melilit). Membrane itu sebagian besar disusun oleh lipid,
yang merupakan konduktor arus listrik yang buruk. Dengan
demikian selubung myelin memberikan insulasi listrik pada
akson, analog dengan insulasi plastic yang membungkus
kabel tembaga.
- Astrosit
Astrosit (astron, bintang + kytos) merupakan sel dengan
bentuk seperti bintang kerena memiliki juluran yang
memancar. Sel ini mempunyai banyak filament yang
terbuat dari protein asam fibriler glia yang memperkuat
strukturnya. Astrosit mengikat neuron pada kapiler dan
pada pia meter (jaringan ikat tipis yang membungkus SSP).
Astrosit dengan beberapa juluran panjang disebut astrosit
fibrosa dan berlokasi di substansia putih (white metter),
dan astrosit protoplasmatis, dengan banyak cabang-
cabang pendek ditemukan dalam substansi kelabu
Astrosit berpartisipasi dalam pengendalian lingkungan ionic
dan kimiawi neuron. Astrosit juga memegang peranan
dalam pengendalian banyak fungsi SSP. Disamping itu
astrosit dapat mempengaruhi kelangsungan hidup neuron
dan aktivitasnya, tidak hanya melalui kemampuannya
untuk mengatur konstituen dari lingkungan ekstraseluler,
tetapi juga karena mereka melepaskan substrat-substrat
metabolik dan molekul-molekul neuroaktif. Dan akhirnya,
astrosit juga membentuk komunikasi langsung dengan
yang lainnya lewat hubungan celah (gap junction),
membentuk suatu jaringan dimana informasi dapat berjalan
dari satu titik ke titik lain dalam jarak jauh.
- Sel Ependim
Sel ini merupakan sel epitel kolumner rendah bersilia yang
melapisi rongga-rongga pada susunan saraf pusat.
- Mikroglia
Mikroglia (micros, kecil + glia) adalah sel kecil yang
bentuknya memanjang dengan juluran-juluran pendek yang
ireguler Inti selnya panjang dan padat, berbeda dengan inti
sel-sel glia lainnya yang berbentuk bulat. Mikroglia, sel
fagosit yang mewakili susunan fagosit mononukleus pada
jaringan saraf, berasal dari sel prekusor dalam sumsum
tulang. Mereka terlibat dalam proses inflamasi dan proses
pembentukan SSP orang dewasa, mereka juga
menghasilkan dan melepaskan radikal protease dan
oksidatif netral. Bila diaktifkan, mikroglia berperan sebagai
sel pengenal antigen (antigen presenting cell).
b. Sususan Saraf Pusat
Susunan saraf pusat terdiri dari serebrum, serebelum, dan medulla
spinalis. System saraf pusat tidak memiliki jaringan ikat sehingga
konsistensinya relatif lunak.
Substansi Putih dan Kelabu
Kedua substansia ini terlihat pada potongan melintang serebrum,
serebelum, dan medulla spinalis. Perbedaan warna ini disebabkan
karana distribusi myelin yang berbeda. Komponen utama dari
substansia putih adalah akson yang bermielin dan oligodendrosit yang
memproduksi myelin, dan tidak mengandung badan sel neuron.
Substansia kelabu mengandung badan sel neuron, dendrite dan
bagian awal dari akson dan sel glia yang tidak bermielin, merupakan
daerah timbulnya sinaps. Substansia kelabu biasanya berada pada
permukaan serebrum dan serebelum, membentuk korteks serebral dan
serebelar, sedangkan substansia putih berada pada daerah yang lebih
sentral. Kumpulan nadan sel neuron yang membentuk pulau-pulau
substansia kelabu yang dikelilingi oleh substansia putih disebut nuclei.
Pada korteks serebri, substansia kelabu terdiri atas enam lapis sel
dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Neuron-neuron pada
beberapa tempat di korteks serebri mengatur implus aferen (sensorik),
dan di tempat lain neuron eferen (motorik) mengaktifkan implus motorik
yang mengatur perherakan volunteer.
- Meninges
Susunan saraf pusat dilindungi oleh tengkorak dan kolumna
vertebralis. Disamping itu ia juga dibungkus membrane jaringan
ikat yang disebut meninges .Meninges memiliki beberapa
lapisan, dimulai dari lapisan paling luar berturut-turut antara lain
terdapat dura meter, araknoid dan pia meter. Araknoid dan
piameter saling melekat dan seringkali dipandang sebagai satu
membrane yang disebut pia-akarnoid. Berikut akan dijelaskan
secara detil satu-persatu.
- Durameter
Merupakan meninges luar yang terdiri atas jaringan ikat padat
yang berhubungan langsung dengan periostium tengkorak. Dura
meter yang membungkus medulla spinalis dipisahkan dari
periostium vertebra oleh ruang epidural, yang mengandung
vena yang berdinding tipis, jaringan ikat longgar dan jaringan
lemak.
Durameter dipisahkan dari araknoid oleh celah sempit yang
disebut ruang subdural. Epitel gepeng selapis melapisi
permukaan dalam dan luar dura meter pada medulla spinalis.
- Arachnoid
Diambil dari bahasa Yunani arachnoeides, seperti jarring laba-
laba. Ia memiliki dua komponen: lapisan yang berkontak dengan
dura meter dan sebuah system trabekel yang menghubungkan
lapisan itu dengan pia meter. Rongga diantara trabekel disebut
rongga subaraknoid, yang terisi cairan cerebrospinal dan
terpisah sempurna dari ruang subdural. Ruang ini membentuk
bantalan hidrolik yang melindungi SSP dari trauma. Ruang
subaraknoid berhubungan dengan ventrikel otak.
Araknoid terdiri atas jaringan ikat tanpa pembuluh darah.
Dengan permukaan yang dilapisi oleh epitel gepeng selapis.
Araknoid lebih mudah dibedakan dari pia meter karena dalam
medulla spinalis araknoid lebih sedikit trabekulanya.
Pada beberapa daerah, araknoid menerobos dura meter,
membentuk juluran-juluran yang berakhir pada sinus venosus
dalam dura meter. Juluran ini dilapisi oleh sel-sel endotel dari
vena, disebut villi araknoid, yang fungsinya sebagai penyerap
cairan cerebrospinal ke dalam darah dari sinus venosus.
- Piameter
Pia meter terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung
banyak pembuluh darah. Ia tidak berkontak dengan sel atau
serat saraf meskipun ia terletak cukup dekat dengan jaringan
saraf. Di antara pia meter dan elemen neural terdapat lapisan
tipis cabang-cabang neuroglia, melekat erat pada pia meter dan
membentuk barier fisik pada bagian tepi dari SSP yang
memisahkan SSP dari cairan serebrospinal
Pia meter menyusuri semua lekuk permukaan SSP dan
menyusup ke dalamnya untuk jarak tertentu bersama pembuluh
darah. Pia meter dilapisi oleh sel-sel gepeng yang berasal dari
mesenkim.
Pembuluh darah menembus SSP melalui terowongan, ruang
perivaskular, yang dilapisi oleh pia meter. Pia meter lenyap
sebelum pembuluh darah ditransformasi menjadi kapiler. Dalam
SSP kapiler darah seluruhnya dilapisi oleh perluasan cabang sel
neuroglia.
- Sawar darah otak
Sawar darah-otak merupakan barier fungsional yang mencegah
masuknya beberapa substansi, seperti anti biotik, bahan kimia
dan toksin bakteri, dari darah ke jaringan saraf.
Sawar darah-otak ini terjadi akibat kurangnya permeabilitas
yang menjadi ciri kapiler darah jaringan saraf. Taut kedap, yang
menyatukan sel-sel endotel kapiler ini secara sempurna,
merupakan komponen structural utama dari sawar ini.
Sitoplasma sel-sel endotel tidak bertingkap, terlihat sangat
sedikit vesikel pinositotik. Perluasan cabang sel neuroglia yang
melingkari kapiler ikut mengurangi permeabilitasnya.
Pleksus Koroid dan Cairan Serobrospinal
Pleksus koroid merupakan lipatan-lipatan ke dalam dari
pia meter yang menyusup ke bagian dalam ventrikel. Berupa struktur
vaskular yang terbuat dari kapiler fenestra yang berdilatasi. Terdapat
pada tiap vebtrikel ke tiga dan ke empat dan sebagian pada dinding
ventrikel lateral.
Pleksusu koroid terdiri atas jaringan ikat longgar dari pia meter,
dibungkus oleh epitel kuboid selapis atau silindris yang memiliki
karakteristik sitolohi dari sel pengangkut ion.
Pleksus koroid memiliki beberapa fungsi antara lain: fungsi utama
pleksus koroid adalah membentuk cairan serebro spinal, yang hanya
mengandung sedikit bahan padat dan mengisi penuh ventrikel, kanal
sentral dari medula spinalis, ruang araknoid dan ruang perivaskular.
Fungsi lainnya adalah ia sangat penting bagi metabolisme SSP dan
merupakan alat pelindung, berupa bantalan cairan dalam ruang
subaraknoid.
OTAK
- Otak Besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas
mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi),
ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar
atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan
refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu
terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di
sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan
sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi
yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan
dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan
belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian
yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian
depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis,
berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di
bagian belakang.
- Otak Tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di
depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang
mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak
tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
- Otak Kecil (serebellum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot
yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada
rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar
yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
- Sumsum Sambungan (medula oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari
medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain
seperti bersin, batuk, dan berkedip.
- Jembatan Varol (pons varolli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum
tulang belakang.
Sumsum Tulang Belakang (medula spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian
luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu
dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang
belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas
disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls
sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang
melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang
belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal
terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan
menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya
ke saraf motor.
c. Susunan Saraf Tepi
Serat Saraf
Serat saraf terdiri atas akson yang dibungkus oleh selubung khusus
yang berasal dari ectoderm. Gabungan serat saraf membentuk
berbagai lintas pada otak, medulla spinalis, dan saraf tepi.
Serat saraf pada SSP dan SST memiliki perbedaan pada selubung
pembungkusnya. Kebanyakan akson pada jaringan saraf dewasa
dibungkus oleh satu atau banyak lipatan sel penyelubung. Pada serat
saraf tepi sel penyelubung itu adalah sel schwan, sedangkan pada
serat saraf pusat adalah oligodendrosit. Serat saraf tanpa myelin
umumnya aksonnya bergaris tengah kecil. Sedangkan serat dengan
myelin aksonnya lebih tebal dan dibungkus oleh makin banyak lapisan
pembungkus kosentris yang membentuk selubung myelin.
Berdasarkan tempatnya, dibedakan atas :
1. Saraf kranial (Saraf otak)
- berasal dari otak
- berjumlah 12 pasang, yaitu :
Bersifat sensorik : I, II, VIII
Bersifat motorik : III, IV, VI, XI, XII
Bersifat sensorik-motorik : V, VII, IX, X
2. Saraf spinal (saraf sumsum tulang belakang)
- berasal dari sumsum tulang belakang
- berjumlah 31 pasang
- cabang-cabang saraf spinal mempersatukan seluruh otot rangka
dan kulit
Berdasarkan asalnya, dibedakan atas :
a. 8 pasang saraf leher
b. 12 pasang saraf punggung
c. 5 pasang saraf pinggang.
d. 5 pasang saraf ekor
Berdasarkan arah impulsnya dibedakan :
1. Sistem syaraf aferen :
- Membawa impuls saraf dari reseptor menuju ke sistem saraf pusat
2. Sistim syaraf eferen :
- Membawa impuls saraf dari sistem saraf pusat ke efektor
Macam-macam gangguan sistem saraf- Demensia :
Hilangnya fungsi intelektual tanpa kehilangan fungsi vegetataif atau
kesadaran. Ingatan, pengetahuan umum, pikiran abstrak, kemampuan
menilai, dan interpretasi atas komunikasi tertulis atau lisan dapat terganggu.
Demensia dibagi menjadi 2 :
1. Demensia primer
Alzheimer adalah penyakit yang bersifat degeneratif dan progresif
pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta
mengakibatkan gangguan memori, berpikir, dan tingkah laku.
2. Demensia sekunder
Sindrom Wernicke-Korsakoff berkaitan dengan konsumsi alkohol
yang berlebihan dan kehilangan nutrisi. Perubahan patologis
melibatkan nekrosis sel-sel saraf dan struktur mielinasi.
- Afasia : kehilangan kemampuan untuk mengekspresikan diri sendiri atau
memahami bahasa.
- Agnosia : kehilangan kemampuan untuk mengenali objek melalui sistem
sensori tertentu. Angnosia visual mengacu pada ketidakmampuan untuk
menyebutkan objek meskipun benda itu dikenal. Juga terdapat agnosia
taktik dan auditorius.
- Ataksia : ketidakmampuan untuk mengkoordinasikan gerakan otot, yang
mengakibatkan kesulitan dalam berjalan, bicara, dan melakukan tuas
perawatan diri, kerusakan kemampuan kognitif dan disorientasi.
- Disartia : kesulitan dalam membentuk dan mengartikulasikan kata-kata.
Disebabkan oleh kerusakan pada area motorik serebrum atau kerusakan
pada batang otak.
2. Penurunan Kesadaran
Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. ( Corwin,
2001 )
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam
arti tidak terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu
memberikan respons yang normal terhadap stimulus.
Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana
seseorang mengenal / mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.
(Padmosantjojo,2000)
Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu :
1. Kompos mentis
Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari
panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik
dari luar maupun dalam.
2. Somnelen / drowsiness / clouding of consciousness
Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan
perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung, tampak
gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.
3. Stupor / Sopor
Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata
atau bersuara satu dua kata . Motorik hanya berupa gerakan mengelak
terhadap rangsang nyeri.
4. Soporokoma / Semikoma
Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat
mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif.
5. Koma
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal
membuka mata, bicara maupun reaksi motorik.( Harsono , 1996 )
Penyebab Penurunan Kesadaran
a. S : Sirkulasi meliputi stroke, dan penyakit jantung
b. E : Ensefalitis dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi
sistemik/ sepsis yang mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara
bersamaan.
c. M : Metabolik hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma
hepatikum.
d. E : Elektrolit diare dan muntah yang berlebihan
e. N : Neoplasma tumor otak baik primer maupun metastasis
f. I : Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat
menyebabkan penurunan kesadaran.
g. T : Trauma terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan
subdural, dapt pula trauma abdomen dan dada.
h. E : Epilepsi pasca serangan grandmall atau pada status epileptikus
dapt menyebabkan penurunan kesadaran.
3. Kejang
a. Pengertian Kejang
- Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara
sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan
listrik serebral yang berlebihan (Betz & Sowden,2002).
- Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)
- Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. (Taslim. 1989)
- Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau
anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini
dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini
terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk
pertama kalinya pada usia <> 3 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008)
b. Klasifikasi Kejang
A. Kejang Parsial
Kejang Parsial Sederhana
1. Kesadaran tidak terganggu; dapat mencakup satu atau lebih hal berikut
ini:
- Tanda-tanda motoris→kedutaan pada wajah. Tangan, atau salah satu
sisi tubuh : umumnya gerakan kejang yang sama
- Tanda atau gejala otonomik→muntah berkeringan, muka merah, dilatasi
pupil.
- Gejala somatosensoris atau sensoris khusus→-mendengar musik,
merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
- Gejala psikik→dejavu, rasa takut, sisi panoramic.
Kejang parsial komplesk
1. Terdapat gangguan kesadaran. Walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks.
2. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan aromatic—mengecapkan
bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan
dan gerakan tangan lainnya.
3. Dapat tanpa otomatisme—tatapan terpaku.
B. Kejang Umum (Konvulsif atau Non-Konvulsif)
Kejang Absens
1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.
2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik.
3. Awitan dan khiran cepat, setelah itu kembali waspada dan
berkonsentrasi penuh.
4. Umumnya dimulai pada usia antara 4 dan 14 tahun dan sering sembuh
dengan sendirinya pada usia 18 tahun.
Kejang Mioklonik
Kedutaan-kedutaan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
mendadak
Kejang Mioklonik→Lanjutan
1. Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila patologik,
berupa kedutaan-kedutaan sinkron dari leher, bahu, lengan atas dan kaki.
2. Umumnya berlangusung kurang dari 15 detik dan terjadi didalam
kelompok.
3. Kehilangan kesadaran hanya sesaat
Kejang Tonik-Klonik
1. Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada
otot ektremitas, batang tubuh, dan wajah, yang langsung kurang dari 1
menit.
2. Dapat disertai dengan hilangnya kontrol kandung kebih dan usus.
3. Tidak adan respirasi dan sianosis
4. Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas dan
bawah.
5. letargi, konfusi, dan tidur dalam fase postical
Kejang Atonik
1. Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk atau jatuh ketanah.
2. Singkat, dan terjadi tampa peringatan.
Status Epileptikus
1. Biasanya. Kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang.
2. Anak tidak sadar kembali diantara kejang.
3. Potensial untuk depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia
4. memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera.
c. Etiologi Kejang
Penyebab tersering kejang pada anak :
- Kejang demam
- Infeksi: meningitis, ensefalitis
- Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia,
hipokalsemia, gangguan elektrolit, defisiensi piridoksin, gagal ginjal,
gagal hati, gangguan metabolik bawaan
- Trauma kepala
- Keracunan: alkohol, teofilin
- Penghentian obat anti epilepsi
- Lain-lain: enselopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intrakranial,
Idiopatik
Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta Kedokteran belum
diketahui dengan pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang demam
ialah demam yag tinggi. Demam yang terjadi sering disebabkan oleh :
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
2. Gangguan metabolik
3. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media,
bronchitis.
4. Keracunan obat
5. Faktor herediter
6. Idiopatik.
(Arif Mansjoer. 2000)
d. Patofisiologi Kejang
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermittendapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. Status epileptikus adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atau kejang berulang lebih dari 30 menit tanpa disertai pemulihan kesadaran. Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah
peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangsang sel neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh; 1] kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan; 2] berkurangnya inhibisi olehneurotransmitter asam gama amino butirat [GABA]; atau 3] meningkatnyaeksitasi sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang. Status epileptikus terjadi oleh karena proses eksitasi yang berlebihan berlangsung terus menerus, di samping akibat ilnhibisi yang tidak sempurna.
e. Manifestasi Klinis Kejang
1. Kejang parsial (fokal,lokal)
a. Kejang parsial sederhana
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup 1 atau lebih hal berikut ini :
- Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh,
umumnya gerakan setiap kejang sama.
- Tanda atau gejala otonomik : muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil.
- Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
- Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
- Terdatap gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks.
- Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap-
ngecapkan bibir, mengunyah, gerakan yang menongkel berulang-ulang
pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
- Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku.
2. Kejang umum (konvulsi atau nonkonvulsi)
a. Kejang asbes
- Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.
- Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik.
- Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kembali waspada dan konsentrasi
penuh.
b. Kejang mioklonik
- Kedutan-kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak.
- Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan-kedutan sinkron dari bahu , leher, lengan atas dan kaki.
- Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
otot tertentu.
- Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
- Diawali dengan kehilangan kesadaran saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1
menit.
- Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.
- Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
- Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal.
d. Kejang atonik
- Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk atau jatuh ke tanah.
- Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
f. Penatalaksanaan Kejang
Penatalaksanaan kejang :
1. Farmakoterapi Beberapa obat antikonvulsi diberikan untuk mengontrol kejang, walaupun mekanisme kerja zat kimia dari obat-obatan tersebut tetap tidak tidak diketahui. (KMB, Brunner & Suddart, 2002)Obat- obatan Antikonvulsan/Antieileptik Utama :
Nama Generik
Efek Samping berkaita dg Dosis
Efek toksik
karbamazepin Pusing, mengantukKeadaan tdk mantap,mual dan muntah Diplopia, lekopenia ringan
Ruam kulit beratDiskrasia darahhepatitis
Primidon Letsrgi, peka rangsangDiplopia, ataksiaImpotensi seksual
Ruam kulit
Fenitoin Masalah Reaksi kulit
penglihatan HirsutismaHyperplasia gusidisritma
hebatAtaksia, mengantukDiskrasia darah
Fenobarbital Sedasi, peka rangsangDiplopiaAtaksia
Ruam kulit
Etosuksimid Mual dan muntahSakit kepalaGangguan lambung
Ruam kulit,Diskrasia darahHepatitisLupus Erytomayosus
Valproat Mual dan muntahPenambahan BBRambut rontok
HepatotoksisitasRuam kulit,Diskrasia darahNefritis
Menghentikan pengobatan antikonvulsan dg tiba-tiba dapat menyebabkan kejang lebih sering terjadi atau dapat menimbulkan status epileptic.Efek samping dari medikasi ini adalah:1. Gangguan idiosinkratik alergik yang muncul dalam bentuk reaaksi kullit
primer2. Toksisitas akut, yang terjadi bila obat-obatan dimulai3. Toksisitas kronik, yang terjadi pada akir pemberian terapi obat
2. Pembedahan untuk EpilepsiPembedahan dilakukan untuk pesien yang mengalami epilepsy akibat tumor intracranial, abses, kista, atau adanya anomaly vaskuler.
Penghentian kejang:
0 - 5 menit:
- Yakinkan bahwa aliran udara pernafasan baik
- Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan
oksigen
- Bila keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum
dan
neurologi secara cepat
- Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal dan tanda-tanda infeksi
5 – 10 menit:
- Pemasangan akses intarvena
- Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin, glukosa, elektrolit
- Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgbb secara intravena, atau diazepam
rektal
0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg = 10 mg).
Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang satu – dua kali setelah 5
–
10 menit..
- Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kgbb.
10 – 15 menit
- Cenderung menjadi status konvulsivus
- Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9%
- Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 – 10 mg/kgbb sampai maksimum
dosis 30 mg/kgbb.
30 menit
- Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis tambahan 5-10
mg/kg
dengan interval 10 – 15 menit.
- Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah,
elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda
-tanda depresi pernafasan.
- Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatan
intensif.
BAB III
PENUTUP
Susunan saraf manusia merupakan bagian tubuh yang paling kompleks dan
dibentuk oleh lebih dari 100 juta sel saraf (neuron), dan didukung oleh sel-sel glia
yang jumlahnya lebih banyak. Terdapat beberapa macam gangguan sistem saraf,
kejang merupakan salah satu manifestasi klinis gangguan sistem saraf.
Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis. Kejang
merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
Etiologi dan manifestasi kejang bergantung pada jenis kejang yang dialami.
Penentuan faktor penyebab kejang sangat menentukan untuk tatalaksana
selanjutnya, karena kejang dapat diakibatkan berbagai macam etiologi.
BAB IVDAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddart.2002.buku ajar Keperawatan Medikal Bedah volume.3
edisi 8.Jakarta:EGC
2. dr.Sawitono Amin Singgah, PFK.Sistem Saraf Sebagai Sistem Pelindung
Tubuh. Departemen Ilmu Faal FKUI.
3. dr.Nia Kania,SpA,Mkes.Kejang pada Anak
4. 2009.Anatomi Fisiologi Persyarafan.www.anneahira.com.diakses 15
November 2010.
5. http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/01/kejang-demam.html