kejang
DESCRIPTION
meningoencephalitisTRANSCRIPT
STEP 7
1. Mekanisme kejang?
Meningitis bakterial
Patofisiologi
Ada jalur utama dimana agent infeksi (bakteri, virus, fungi, parasit) dapat mencapai
system saraf pusat dan menyebabkan penyakit meningeal. Awalnya, agent infeksi
berkolonisasi atau membentuk suatu fokal infeksi pada tuan rumah. Kolonisasi ini
bisa berbentuk infeksi pada kulit, infeksi telinga, gigi, nasopharynx, traktus
respiratorius, traktus gastrointestinal atau traktus urinarius. Kebanyakan pathogen
meningeal ditransmisikan melewati rute respiratorik
Dari area kolonisasi ini, organism menembus submucosa melawan pertahanan tuan
rumah (misalnya, barier fisik, imunitas lokal, fagosit/makrofag) dan mencapai akses
ke system saraf pusat melalui
(1) invasi kedalam sirkulasi darah (bakteremia, viremia, fungemia, dan
parasitemia) dan selanjutnya secara hematogenous dilepaskan ke system
saraf pusat, dimana ini merupakan mode yang penyebaran yang paling
sering untuk kebanyakan agent (misalnya, meningokokkus, cryptococcal,
syphilitic, dan pneumococcal meningitis);
(2) kerusakan neuronal (misalnya, nervus olfactory dan peripheral) dengan
agent penyebab misalnya, Naegleria fowleri, Gnathostoma spinigerum; atau
(3) kontak langsung (misalnya, sinusitis, otitis media, congenital
malformations, trauma, inokulasi langsung selama manipulasi intrakranial).
Sekali berada di dalam system saraf pusat, agent-agent infeksi ini akan dapat
bertahan hidup oleh karena pertahanan tuan rumah (misalnya, immunoglobulin,
neutrophil, komponen komplement) terbatas dalam kompartemen tubuh ini.
Adanya agent dan replikasi yang dilakukan tidak terkontrol dan mendorong
terjadinya suatu cascade inflamasi meningeal.
Kunci patofisiologi dari meningitis termasuk peran penting dari cytokines (mis,
tumor necrosis factor-alpha [TNF-alpha], interleukin [IL]–1), chemokines (IL-8), dan
molekul proinflamasi lain dalam pathogenesis pleocytosis dan kerus akan neuronal
selama bakterial meningitis. Peningkatan konsentrasi TNF-alpha, IL-1, IL-6, dan IL-8
dalam cairan serebrospinal adalah temuan khas pasien meningitis bakterial.
Kejang demam
2. Penyebab apa saja yg bisa menimbulkan kejang dan mekanismenya masing-masing ?
Penyakit-penyakit yang Menyebabkan Kejang
Penyakit-penyakit yang menyebabkan kejang dapat dikelompokkan secara sederhana menjadi
penyebab kejang epileptik dan penyebab kejang non-epileptik. Kelompok non-epileptik terbagi lagi
menjadi penyakit sistemik, tumor,trauma, dan infeksi.
a. Sistemik
Hiponatremia
Hiponatremia terjadi bila :
a). Jumlah asupan cairan melebihi kemampuan ekskresi,
b). Ketidakmampuan menekan sekresi ADH (mis : pada kehilangan cairan melalui saluran
cerna atau gagal jantung atau sirosis hati atau pada SIADH = Syndrom of Inappropriate ADH-
secretion).
Hiponatremia dengan gejala berat (mis : penurunankesadaran dan kejang) yang terjadi
akibat adanya edema sel otak karena air dari ektrasel masuk ke intrasel yang osmolalitas-nya
lebih tinggi digolongkan sebagai hiponatremia akut (hiponatremia simptomatik). Sebaliknya
bila gejalanya hanya ringan saja (mis : lemas dan mengantuk) maka ini masuk dalam kategori
kronik (hiponatremia asimptomatik).Langkah pertama dalam penatalaksanaan hiponatremia
adalah mencari sebab terjadinya hiponatremia melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang. Langkah selanjutnya adalah pengobatan yang tepat sasaran dengan
koreksi Na berdasarkan kategori hiponatremia-nya.
Hipernatremia
Hipernatremia terjadi bila kekurangan air tidak diatasi dengan baik misalnya padaorang
dengan usia lanjut atau penderita diabetes insipidus. Oleh karena air keluar maka volume
otak mengecil dan menimbulkan robekan pada vena menyebabkan perdarahan lokal dan
subarakhnoid.Setelah etiologi ditetapkan, maka langkah penatalaksanaan berikutnya ialah
mencoba menurunkan kadar Na dalam plasma ke arah normal. Pada diabetes insipidus,
sasaran pengobatan adalah mengurangi volume urin. Bila penyebabnya adalah asupan Na
berlebihan maka pemberian Na dihentikan.
Intoksikasi
Penegakan diagnosa pasti penyebab keracunan cukup sulit karena diperlukan sarana
laboratorium toksikologi sehingga dibutuhkan autoanamnesis dan alloanamnesis yangcukup
sermat serta bukti-bukti yang diperoleh di tempat kejadian. Selanjutnya pada pemeriksaan
fisik harus ditemukan dugaan tempat masuknya racun. Penemuan klinisseperti ukuran pupil
mata, frekuensi napas dan denyut jantung mungkin dapatmembantu penegakan diagnosis
pada pasien dengan penurunan kesadaran.Pemeriksaan penunjang berupa analisa
toksikologi harus dilakukan sedini mungkindengan sampel berupa 50 ml urin, 10 ml serum,
bahan muntahan, feses. Pemeriksaanlain seperti radiologis, laboratorium klinik, dan EKG
juga perlu dilakukan. Adapunstandar penatalaksanaan dari intoksikasi yaitu stabilisasi,
dekontaminasi, eliminasi,dan pemberian antidotum. Sementara gejala yang sering menjadi
penyerta atau penyulit adalah gangguan cairan, elektrolit, dan asam-basa ; gangguan irama
jantung ;methemoglobinemia ; hiperemesis ; distonia ; rabdomiolisis ; dan
sindromantikolinergik.
b. Tumor
Kira-kira 10% dari semua proses neoplasmatik di seluruh tubuh ditemukan padasusunan
saraf dan selaputnya, 8% di antaranya berlokasi di ruang intrakranial dan 2%sisanya di ruang
kanalis spinalis. Dengan kata lain 3-7 dari 100.000 orang penduduk mempunyai neoplasma
saraf primer. Urutan frekuensi neoplasma intrakranial yaitu :Glioma (41%), Meningioma
(17%), Adenoma hipofisis (13%), Neurilemoma /neurofibroma (12%), Neoplasma metastatik
dan neoplasma pembuluh darah serebral.Pembagian tumor dalam kelompok benigna dan
maligna tidak berpengaruh secaramutlak bagi tumor intrakranial oleh karena tumor benigna
secara histologik dapatmenduduki tempat yang vital, sehingga menimbulkan kematian
dalam waktu singkat.
c. Trauma
Kejang dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus segera diatasi karena akan
menyebabkan hipoksia otak dan kenaikan tekanan intrakranial serta memperberatedem
otak. Mula-mula berikan diazepam 10 mg intravena perlahan-lahan dan dapatdiulangi
sampai 3 kali bila masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan fenitoin15 mg/kgBB
secara intravena perlahan-lahan dengan kecepatan tidak melebihi 50mg/menit.
d. Infeksi
Infeksi pada susunan saraf dapat berupa meningitis atau abses dalam bentuk
empiemaepidural, subdural, atau abses otak. Klasifikasi lain membahas menurut jenis
kumanyang mencakup sekaligus diagnosa kausal
1) Infeksi viral
2) Infeksi bakteria
l3) Infeksi spiroketal
4) Infeksi fungal
5) Infeksi protozoal
6) Infeksi metazoal
Sumber : Dewanto, George, dkk. Panduan Praktis Diangnosis dan Tata Laksana Penyakit
Saraf.EGC. Jakarta: 2009.
3. Klasifikasi dari kejang?
Jenis Kejang
A. Kejang Parsial
a. Kejang Parsial Sederhana
1. Kesadaran tidak terganggu; dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini:
o Tanda-tanda motoris→kedutaan pada wajah. Tangan, atau salah satu sisi
tubuh : umumnya gerakan
o kejang yang sama.
o Tanda atau gejala otonomik→muntah berkeringan, muka merah, dilatasi
pupil.
o Gejala somatosensoris atau sensoris khusus→-mendengar musik, merasa
seakan jatuh dari udara,
o parestesia.
o Gejala psikik→dejavu, rasa takut, sisi panoramic.
b. Kejang parsial komplesk
1. Terdapat gangguan kesadaran. Walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks.
2. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan aromatic—mengecapkan bibir,
mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan dan gerakan
tangan lainnya.
3. Dapat tanpa otomatisme—tatapan terpaku
B. Kejang Umum (Konvulsif atau Non-Konvulsif)
a. Kejang Absens
1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.
2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15
detik.
3. Awitan dan khiran cepat, setelah itu kembali waspada dan berkonsentrasi penuh.
4. Umumnya dimulai pada usia antara 4 dan 14 tahun dan sering sembuh dengan
sendirinya pada usia 18 tahun.
b. Kejang Mioklonik
Kedutaan-kedutaan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi mendadak
c. Kejang Mioklonik→Lanjutan
1. Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila patologik, berupa
kedutaan-kedutaan
sinkron dari leher, bahu, lengan atas dan kaki.
2. Umumnya berlangusung kurang dari 15 detik dan terjadi didalam kelompok.
3. Kehilangan kesadaran hanya sesaat
d. Kejang Tonik-Klonik
1. Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ektremitas, batang tubuh,
dan wajah, yang langsung kurang dari 1 menit.
2. Dapat disertai dengan hilangnya kontrol kandung kebih dan usus.
3. Tidak adan respirasi dan sianosis
4. Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
5. letargi, konfusi, dan tidur dalam fase postical
e. Kejang Atonik
1. Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata
turun, kepala menunduk atau jatuh ketanah.
2. Singkat, dan terjadi tanpa peringatan.
f. Status Epileptikus
1. Biasanya. Kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang.
2. Anak tidak sadar kembali diantara kejang.
3. Potensial untuk depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia
4. memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera
Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena
Sisi otak yg terkena Gejala
Lobus frontalis Kedutan pada otot tertentu
Lobus oksipitalis Halusinasi kilauan cahaya
Lobus parietalis Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu
Lobus temporalisHalusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang kompleks
misalnya berjalan berputar-putar
Lobus temporalis anterior Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium
Lobus temporalis anterior sebelah
dalam
Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg tidak
menyenangkan
4. Mengapa kejangnya berlangsung selama 5 menit,dan interpretasi dari kejang itu sendiri?
5. Apa hubungan kejang dengan demam dan nyeri kepala?
TIK yang meningkat menimbulkan gangguan kesadaran dan menifestasi disfungsi batang
otak yang dinamakan:
(a) sindrom unkus / kompresi diensefalon ke lateral ;
(b) sindrom kompresi sentral restrokaudal terhadap batang otak ; dan
(c) herniasi serebelum di foramen magnum.
Sebelum tahap stupor atau koma tercapai, TIK yang meninggi sudah menimbulkan gejala-
gejala umum.2. Gejala-gejala umum akibat tekanan intrakranial yang meninggi
Sakit kepala = Akibat peningkatan CBF setelah terjadi penumpukan PCO2 serebral
terutama setelah tidur. Lonjakan TIK juga akibat batuk, mengejan atau berbangkis.
Muntah = Akibat peningkatan TIK selama tidur malam karena PCO2
serebralmeningkat. Sifat muntah proyektil atau muncrat dan tidak didahului mual.
Sumber : Mardjono, Mahar, Prof. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta: 2006
6. Apa hubungan riwayat infeksi telinga kronis dengan RPS
7. Kenapa pasien mengalami penurunan kesadaran(GCS E2M5V3)
Hilangnya kesadaran pada saat kejang tidak dapat diterima sebagai manifestasi lepas
muatan listrik neuron-neuron kortikal. Dalam hal ini yang secara primer melepaskan muatan
listriknya adalah nuklei intralaminer talami, yang dikenal juga sebagai centrecephalic. Inti
tersebut merupakan terminal dari lintasan asendens ekstralemniskal. Input korteks serebri
melalui lintasan aferen aspesifik itu menentukan derajat kesadaran. Bilamana sama sekali
tidak ada input maka timbullah koma. Perangsangan talamokortikal yang berlebihan
menghasilkan kejang otot seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi neuron-neuron pembina
kesadaran menerima impuls aferen dari dunia luar sehingga kesadaran hilang.
Penyelidikan juga mengungkapkan adanya bagian dari substansia retikularis di bagian rostral
dari mesensefalon yang dapat melakukan blokade sejenak terhadap inti-inti laminar talamik,
sehingga kesadaran hilang sejenak tanpa disertai kejang-kejang pada otot skeleta.
Inti-inti laminar talamik juga dapat digalakkan oleh lepasnya muatan listrik dari sekelompok
neuron-neuron kortikal. Pada gilirannya inti-inti intralaminar talamik melepaskan muatan
listriknya dan merangsang seluruh neuron kortikal. Kejang tonik-klonik yang menyeluruh
hampir selalu dapat dianggap sebagai manifestasi primer lepas muatan listrik dari inti-inti
intralaminar talamik.
Simptomatologi tumor intrakranial dapat dibagi dalam :
Gangguan kesadaran akibat tekanan intrakranial yang meninggi. Selain menempati
ruang, tumor intrakranial juga menimbulkan perdarahan setempat. Penimbunan
katabolit di sekitar jaringan tumor menyebabkan jaringan otak bereaksi dengan
menimbulkan edema yang juga bisa diakibatkan penekanan pada vena sehingga terjadi
stasis. Sumbatan oleh tumor terhadap likuor sehinggaterjadi penimbunan juga
meningkatkan tekanan intrakranial.
Sumber : Mardjono, Mahar, Prof. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta: 2006
8. Apa saja tanda rangsang meningeal dan kenapa (+)?
PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL
Bila ada peradangan selaput otak atau di rongga sub arachnoid terdapat benda asing seperti
darah, maka dapat merangsang selaput otak.
1. Kaku kuduk dengan cara :
a. Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring
Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.
b. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.
c. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai dada.
d. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang berat, kepala
tidak dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik ke belakang.
e. Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami waktu
menekukkan kepala.
2. Tanda laseque
Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
a. Pasien berbaring lurus,
b. lakukan ekstensi pada kedua tungkai.
c. Kemudian salah satu tungkai diangkat lurus, di fleksikan pada sendi panggul.
d. Tungkai yang satu lagi harus berada dalam keadaan ekstensi / lurus.
e. Normal : Jika kita dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit
atau tahanan.
f. Laseq (+) = bila timbul rasa sakit atau tahanan sebelum kita mencapai 70
3. Tanda Kerniq
Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
a. Pasien berbaring lurus di tempat tidur
b. Pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai membuat sudut 90o,
c. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
d. Biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut 135 o, antara tungkai bawah
dan tungkai atas.
e. Tanda kerniq (+) = Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut
135̊5̊!
4. Tanda Brudzinsky I
Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada.
c. Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk
mencegah diangkatnya badan.
d. Brudzinsky I (+) ditemukan fleksi pada kedua tungkai.
5. Tanda Brudzinsky II
Pemeriksaan dilakukan seagai berikut :
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang tungkai yang satu lagi
berada dalam keadaan lurus.
c. Brudzinsky I (+) ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, tapi perhatikan
apakah ada kelumpuhan pada tungkai.
Sumber : Dewanto, George, dkk. Panduan Praktis Diangnosis dan Tata Laksana Penyakit
Saraf.EGC. Jakarta: 2009.
9. Apa hubungan tekanan darah dengan keluhan?
10. DD(bikin table guys)
11. Pp dan penatalaksanaan kejang
Terapi Kejang
Fenobarbital
Merupakan obat antiepilepsi atau antikonvulsi yang efektif. Toksisitasnya relatif
rendah, murah, efektif, dan banyak dipakai. Dosis antikonvulsinya berada di
bawahdosis untuk hipnotis. Ia merupakan antikonvulsan yang non-selektive.
Manfaatterapeutik pada serangan tonik-klonik generalisata (grand mall) dan
serangan fokalkortikal.2.
Primidon
Efektif untuk semua jenis epilepsy kecuali absence. Efek antikonvulsi
ditimbulkanoleh primidon dan metabolit aktifnya.3.
Hidantoin
Yang termasuk dalamm golongan ini adalah fenitoin, mefenitoin, dan
etotoin.Fenitoin : Fenitoin adalah obat primer untuk semua bangkitan parsial dan
bangkitantonik-klonik, kecuali bangkitan absence (absence seizure). Fenitoin tidak
sedative pada dosis biasa. Berbeda dengan fenobarbital, obat ini juga efektif pada
beberapakasus epilepsy lobus temporalis.4.
Karbamazepine
Termasuk dalam golongan iminostilbenes. Manfaat terapeutik ialah untuk
Epilepsilobus temporalis, sendiri atau kombinasi dengan bangkitan generalisata
tonik-klonik
TERAPI
Untuk penatalaksanaan kejang adalah sebagai berikut:
A. 0 – 5 menit:
1. Yakinkan bahwa aliran udara pernafasan baik
2. Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan oksigen
3. Bila keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum dan
neurologi secara cepat
4. Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal dan tanda-tanda infeksi
B. 5 – 10 menit:
1. Pemasangan akses intarvena
2. Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin, glukosa, elektrolit
3. Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgbb secara intravena, atau diazepam
rektal 0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg = 10 mg).
4. Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang satu – dua kali setelah 5 –
10 menit.
5. Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kgbb.
C. 10 – 15 menit
1. Cenderung menjadi status konvulsivus
2. Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9%
3. Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 – 10 mg/kgbb sampai maksimum dosis
30 mg/kgbb.
D. 30 menit
1. Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis tambahan 5-10 mg/kg
dengan interval 10 – 15 menit.
2. Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah,
elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda tanda
depresi pernafasan.
3. Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatan
intensif.