kehidupan kota

13
Kehidupan kota http://indonesian-furnitures.com/2008/12/17/jepara-klaster-industri- mebel/ JEPARA KLASTER INDUSTRI MEBEL 17 DESEMBER 2008 FURNITURE JEPARA 10 KOMENTAR Oleh Hermawan Kertajaya Jepara sudah identik dengan kerajinan ukir. Kerajinan ukir tersebut kini telah berkembang menjadi industri, terutama industri mebel. Industri mebel di Jepara tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, tetapi juga melayani pasar internasional. Cikal bakal industri tersebut sudah muncul sejak ratusan tahun yang lalu sehingga pemusatan industri dilakukan secara geografis dengan industri pendukung yang kita kenal sebagai klaster (cluster) Industri. kalau dilihat dari segi omset maupun jumlah tenaga kerja yang terserap di dalamnya, Jepara merupakan klaster terbesar di Indonesia. Perkembangan kerajinan ukir di Jepara menurut kami, didukung oleh positioning, diferensiasi dan brand Jepara yang kuat.Segitiga positioning, diferensiasi dan brand merupakan inti dari strategi yang dijalankan oleh sebuah daerah. Positioning adalah tentang bagaimana kita memposisikan produk kita di benak pelanggan. Positioning tersebut harus didukung

Upload: xmiljpr

Post on 16-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kehidupan kota

TRANSCRIPT

Kehidupan kotahttp://indonesian-furnitures.com/2008/12/17/jepara-klaster-industri-mebel/JEPARA KLASTER INDUSTRI MEBEL17 DESEMBER 2008FURNITURE JEPARA 10 KOMENTAROleh Hermawan KertajayaJeparasudah identik dengan kerajinan ukir. Kerajinan ukir tersebut kini telah berkembang menjadi industri, terutama industri mebel. Industri mebel di Jepara tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, tetapi juga melayani pasar internasional. Cikal bakal industri tersebut sudah muncul sejak ratusan tahun yang lalu sehingga pemusatan industri dilakukan secara geografis dengan industri pendukung yang kita kenal sebagai klaster (cluster) Industri. kalau dilihat dari segi omset maupun jumlah tenaga kerja yang terserap di dalamnya, Jepara merupakan klaster terbesar di Indonesia.Perkembangan kerajinan ukir di Jepara menurut kami, didukung oleh positioning, diferensiasi dan brand Jepara yang kuat.Segitiga positioning, diferensiasi dan brand merupakan inti dari strategi yang dijalankan oleh sebuah daerah.

Positioning adalah tentang bagaimana kita memposisikan produk kita di benak pelanggan. Positioning tersebut harus didukung dengan diferensiasi yang kokoh. Apabila positioning yang tepat tersebut ditopang oleh diferensiasi yang kokoh, dengan sendirinya ekuitas merek yang kokoh akan terbentuk.Kalau Jepara dianalisis dengan menggunakan segitiga positioning, diferensiasi, brand tersebut, maka akan terlihat bagan di atas.Menurut pengamatan kami, positioning statement yang tepat untuk Jepara adalah the Carving Center of Indonesia atau pusatnya kerajinan ukir di Indonesia.

Selama ini, di benak pelanggan kesan Jepara sebagai pusat kerajinan ukir tertancapkuat.Bukanhanya di pasar lokal, namun juga di pasar internasional.Bahkan di pasar Internasional, produk ukir Jepara dikenal sebagai ukiran berkualitas, dengan detail dan finishing yang halus. Mencanangkan positioning Jepara sebagai pusat ukir, berarti seluruh stakeholder kerajinan ukir Jepara harus mempertahankan citra yang sudah tertanam di benak pelanggan. Mebel merupakan media ukir yang paling banyak dihasilkan oleh industri ukir di Jepara.Positioning sebagai pusat kerajinan ukir tersebut telah dibuktikan dengan diferensiasi yang kuat yang dimiliki oleh Jepara. Kabupaten ini memiliki diferensiasi sebagai pusat klaster industri mebel ukir. Sentra industri mebel ukir tersebar di 13 kecamatan di Jepara. Menurut catatan pemerintah, tahun 2004 di jepara terdapat 3.539 unit produksi unit usaha mebel. Itu merupakan unit usaha yang terdaftar pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, danPenanaman modal. Di luar itu, diperkirakan masih terdapat 15.000 unit usaha dengan skala kecil. Dari total industri mebel yang ada, Jepara mampu menyerap sekitar 85.000 tenaga kerja.Industri Mebel bagi kabupaten Jepara menjadi sektor unggulan. Sektor ini adalah penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi. Tercatat pada tahun 1998, sektor industri ini menempati posisi 61,3 % diikuti sektor perdagangan, hotel dan restauran (29,9%), sektor pertanian (3,4%), sektor jasa (2,7%) dan sektor keuangan sebesar 2,4%.Setiap bulannya, Jepara mampu menghasilkan rata-rata 400 kontainer mebel ukir untuk pasar ekspor. Kapasitas ekspor tersebut biasanya akan meningkat pada sekitar bulan September-Maret hingga 600-700 kontainer untuk memenuhi permintaanpasar. Data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Jepara menunjukkan realisasi ekspor mebel dan berbagai jenis kerajinan telah menembus 78 negara. Dari ratusan eksportir yang ada, volume ekspor yang dihasilkan sebesar 52.642,5 ton dengan nilai 112,6 juta dolar AS. Apa yang mendukung tumbuhnya klaster industri ukir Jepara? Tak lain adalah faktor talenta atau keterampilan orang Jepara sebagai perajin ukir yang andal.Keterampilan orang Jepara ini juga menjadi diferensiasi yang kuat. Keterampilan ukir bagi orang Jepara sudah diwarisi secara turun-temurun sejak beberapa abad yang lalu.Menurut sejarah, karya seni ukir pertama kali di Jepara terdapat di Masjid Mantingan yang dibangun pada tahun 1559. Ukiran tersebut dipahatkan pada batu putih bermotif bunga. Ukiran batu itu merupakan karya seniman dari China yang bernama Tji Wie Gwan. Singkat cerita, Ratu kalinyamat, penguasa Jepara saat itumenganugerahkan sebuah nama baru untuk Tji Wie Gwan menjadi Sungging Badar Duwung. Sungging artinya ahli ukir, Badar sama dengan batu dan Duwung artinya tatah.Selanjutnya Sungging Badar Duwung mengajarkan ilmu ukir kepada masyarakat di sekitarnya baik di daerah Jepara maupun di Kudus. Maka seni ukir sudah menjadi tradisi masyarakat Jepara.Selain merupakan keterampilan yang turun-temurun, talenta perajin ukir di Jepara didukung dengan tersedianya pendididikan formal yang khusus melatih keterampilan mengukir. Di tingkat menengah, terdapat SMK Negeri 2 Jepara, yang khusus mendidik siswa di bidang Seni Rupa dan Kerajinan. Selain kerajinan ukir kayu, dilatih pula kerajinan batik, keramik, dan logam. Sedangkan di tingkat perguruan tinggi, terdapat Akademi Teknologi Industri Kayu Jepara (ATIKA). Akademi ini membuka program studi Manajemen Industri Kayu, Desain Kayu, dan Teknik Mesin Kayu.Mulai tahun 2003, Jepara membuka Sekolah Ukir dengan nama Pusat Pelatihan Keterampilan Ukir Kayu FEDEP Jepara (PPKUFJ) yang dikelola oleh FEDEP (Forum for Economic Development and Employment Promotion) atau Forum Pengembangan Ekonomi dan Perluasan Lapangan Kerja. Sekolah yang dibangun atas bantuan kedutaan Jepang ini berdiri di sentra industri ukir Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan. Sekolah ini menyediakan fasilitas gedung, asrama, dan peralatan praktik. Kurikulum yang digunakan berbasis kompeten perkayuan. Para siswa selama sembilan bulan mendapatkan pendidikan di kelas, dan 3 bulan berikutnya akan menjalani magang di industri.Tidak jauh dari Jepara, yakni di kota Semarang, dibuka juga Pendidikan Industri Kayu (PIKA). Sekolah yang bergerak di bidang desain dan teknik perkayuan ini telah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2001. Selain talenta, cluster Jepara didukung oleh tersedianya pasokan bahan baku kayu jati dan mahoni dari daerah seputar Jepara. Kayu tersebut bisa didapatkan dari Perhutani, pedagang kayu, maupun hutan rakyat. Daerah penghasil kayu yang selama ini memasok kayu untuk mebel Jepara adalah Boyolali, Blora, Kendal, Klaten, Pemalang, Rembang, dan Sragen. Namun belakangan ini kayu jati menjadi langka karena kebijakan Perhutani yang membatasi volume tebang kayu jati, sedangkan, permintaan pasar yang terus meningkat membutuhkan pasokan dalam jumlah besar. Kebutuhan kayu jati di Jepara yang semula di bawah 100.000 meter kubik per tahun, melonjak menjadi 600.000 -800.000 meter kubik. Karena pasokan kayu dari daerah sekitar tidak lagi mencukupi, beberapa produsen berinisiatif melakukan impor kayu.Pada tahun 1980 dan awal 1990an, pemerintah melalui Program Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil Departemen Perindustrian mendirikan unit pelayanan teknis (UPT) yang memperkenalkan teknologi pengeringan kayu. Pemerintah juga melakukan pelatihan dan memberikan bantuan peralatan kepada sejumlah produsen. Pelatihan tersebut kemudian diikuti dengan penyediaan kredit kepada produsen terpilih. Pemerintah juga menyediakan pelatihan kepada para pedagang maupun produsen bagaimana menembus pasar ekspor untuk menghadapi pasar bebas.Sedangkan untuk mengembangkan klaster lebih jauh lagi, pemerintah melakukan perbaikan infrastruktur berupa perbaikan jalan dan pengadaan sara telekomunikasi. Pemerintah juga mensponsori pameran mebel baik dalam skala regional, nasional, maupun internasional, yang dananya diambil dari APBD. Pemerintah Jepara juga memberlakukan pajak untuk pengapalan kayu setengah jadi dari Jepara untuk mengerem keluarnya bahan baku mebel ke luar Jepara. Pemerintah Jawa Tengah juga melarang ekspor kayu gelondongan.Selain unsur pemerintah, pengembangan klaster mebel Jepara juga melibatkan produsen, asosiasi pedagang, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat Jepara sendiri. FEDEP Jepara merupakan forum yang sangat aktif dalam mengadakan pelatihan-pelatihan bagi produsen maupun pedagang. Salah satu asosiasi yang aktif mendukung perkembangan klaster di Jepara adalah Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia Komda Jepara (Asmindo Komda Jepara).Asosiasi ini menjadi tempat berkumpul dan merancang program bersama. Asosiasi ini juga memberi kontribusi kebijakan ke pemerintah di bidangnya, sebagai pusat informasi tentang mebel. Asmindo berfungsi sebagai akses informasi serta mengkoordinasikan anggota untuk ikut dalam berbagai pameran baik di dalam maupun di luar negeri. Selain Asmindo, pertumbuhan klaster juga didiukung oleh Himpunan Pedagang Kayu Jati Jepara (HPKJ). Asosiasi ini cukup berpengaruh dalam penentuan bahan baku dan harga.Selain peranan asosiasi pedagang, produsen, dan LSM, pertumbuhan klaster industri di Jepara juga didukung oleh posisi geografis kabupaten ini yang cukup strategis. Jepara terletak tidak jauh dengan kota Semarang yang lengkap dengan infrastruktur untuk menjangkau pasar ekspor.Letaknya di Jawa Tengah membuat Jepara diapit oleh dua metropolitan, yakni Surabaya dan Jakarta yang merupakan pasar domestik yang tinggi daya serapnya. Selain memanfaatkan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, kegiatan ekspor juga bisa menggunakan Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok Jakarta. Kemudahan akses untuk mencapai pasar ini merupakan diferensiasi tersendiri bagi Jepara.Kegiatan ekspor ini berjalan lancar, apalagi setelah pemerintah pada tahun 1986 mengeluarkan deregulasi ekspor yang mempermudah prosedur ekspor. Sejak tahun 1990 banyak pengusaha asing datang ke Jepara untuk ambil bagian dalam bisnis mebel. Beberapa diantaranya bermitra dengan pengusaha lokal. Pengusaha lokal bertindak sebagai penguhubung dengan produsen, sedangkan pengusaha asing berperan dalam mencari pasar ekspor. Datangnya Pengusaha asing yang mempunyai kaiten dengan para wholesaler tersebut semakin memeriahkan bisnis jasa ekspor di Jepara.Tumbuhnya bisnis jasa ini juga menjadi kekuatan sendiri bagi Jepara. Sayang para pedagang yang bergerak dalam bidang ekspor ini bisa mempengaruhi harga. Hal ini mendorong para produsen untuk menurunkan harga dengan mengambil margin yang kecil demi mengejar omset yang besar. Hal ini mengakibatkan jatuhnya harga produk dan turunnya standar mutu produk. Padahal seharusnya para produsen tidak boleh mengejar keuntungan jangka pendek dengan mengabaikan keuntungan jangka panjang. Jatuhnya harga dan turunnya mutu produk dapat merusak citra industri ukir Jepara.Naiknya permintaan pasar produk ukir Jepara telah ditindaklanjuti dengan keluarnya kebijakan baru dari pemerintah untuk membuka investai asing di bidang mebel tahun 1997. Menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal, hingga awal Juni 2004 investasi yang masuk Jepara Rp 4 triliun lebih. Dibukannya keran investor tersebut mendorong sejumlah investor untuk menanamkan modal di industri ini. Pemerintah membuka Kantor Pelayanan Satu Atap (KPSA) untuk melayani proses perizinan investasi agar tidak berbelit-belit. Lewat KPSA, perizinan membutuhkan waktu 5-7 hari. Dukungan finansial juga menjadi diferensiasi yang kuat bagi industri mebel ukir Jepara. Selain investasi, beberapa bank turut mengucurkan modal bagi pelaku industri. Sayang sekali masih banyak perajin yang masuk dalam kategori UKM, yang masih memakai manajemen tradisional susah memenuhi persyaratan kredit yang diberlakukan beberapa bank. Karena untuk mengajukan kredit senilai 500 juta ke atas kepada Bank disyaratkan beberapa hal seperti bisnis plan, hasil-hasil pembukuan serta pencatatan transaksi lainnya yang berkaitan dengan usaha yang dimiliki.Positioning sebagai pusat kerajinan ukir dan diferensiasi yang dimiliki oleh Jepara akan semakin memperkuat merek Jepara. Selama ini, Pemda Jepara bekerja sama dengan para pelaku bisnis telah melakukan promosi dengan mengikuti berbagai pameran, baik lokal maupun internasional. Para produsen juga telah melakukan inovasi produk dengan menciptakan alternatif kayu jati yang semakin langka. Demikian pula halnya dengan desain produk. Selain mempertahankan desain yang klasik, para produsen juga mulai memasuki model desain kontemporer. Itu semua mendukung merek Jepara sebagai produsen kerajinan ukir.Namun Jepara harus berhati-hati karena persaingan di bidang produk ukir, terutama di pasar internasional semakin ketat. Walaupun pasar internasional sudah bertahun-tahun mengenal Jepara sebagai penghasil mebel ukir dengan kualitas bagus, tetapi Jepara harus berhati-hati dengan para pesaing seperti China dan Vietnam yang dikenal sebagai penghasil mebel dengan harga yang lebih murah. Tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana Jepara bisa mempertahankan mereknya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat ini. Berdasarkan model positioning, diferensiasi, dan merek di atas, kalau Jepara bisa mempertahankan masing-masing elemen dari inti strategi Pemasaran tersebut, niscaya Jepara dapat memenangi persaingan.dicukil dari bukuAttracting tourists, traders, investors: strategi memasarkan daerah di era otonomiOleh Hermawan KartajayaDiterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, 2005

prospek wirausahahttp://bisnisukm.com/potensi-industri-meubel-jepara.htmlPOTENSI INDUSTRI MEUBEL JEPARAukiran kayu Jepara, yang sudah mampu menembus pasar ekspor di pelbagai negara06 April 2010 11 Komentar Potensi Bisnis DaerahJawa Tengahmemiliki sentra-sentra industri yang keunikannya sulit ditiru. Ini merupakan potensi sangat besar untuk terus dikembangkan, sehingga kontribusinya terhadap perekonomian daerah ini bisa makin signifikan.Denyut ekonomiJawa Tengah sangat kental diwarnai tumbuhnyasentra-sentra industridi sejumlah kota/kabupaten di wilayah ini. Yang menarik, setiap sentraindustripunya keunikan yang tak gampang ditiru oleh daerah lain, bahkan negara lain. Tentu saja, ini merupakan potensi ekonomi yang harus didorong terus pertumbuhannya agar dari waktu ke waktu mampu memberikan kontribusi yang makin signifikan terhadap perekonomian daerah dan nasional.VIDEO PRAKTISI

Memaksimalkan Bisnis Berbasis Hobi, Asimetris Craft

Siapa yang tak kenal ukiran kayu Jepara, yang sudah mampu menembuspasar ekspordi pelbagai negara? Kota Jepara, yang berada di bagian utara Jawa Tengah, memang terkenal dengan sentra industri mebel (kayu) ukiran. Total nilai bisnis industri mebel di kota ini tahun 2006 tercatat Rp 1,3 triliun. Jumlah perusahaan yang terlibat di industri ini mencapai 518 perusahaan, sementara jumlah tenaga kerjanya 27.271 orang. Dan, sekitar 60% produk meubel Jepara dijual kepasar mancanegaradan sisanya ke pasar dalam negeri.Pemerintah daerah Jepara akan terus memperbaiki sejumlah fasilitas yang ada untuk mendorong perkembangan sentra industri mebel ukir di kota ini. Caranya, memperkuat fasilitas umum, seperti Jepara Trade Center. Pusat perdagangan yang diluncurkan pada 2007 ini terdiri atas pusat promosi (yang juga berfungsi sebagai balai lelang), pusat informasi, pusat desain, serta advokasi atas hak dan kekayaan intelektual.Seputar Industri MebelIndustri mebel Indonesia terdiri atas produk-produk kayu (kayu karet, mahogani, jati, akasia), rotan dan logam/plastik baik untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri. Sementara perusahaan besar umumnya mengkhususkan diri pada campuran panel (kayu lapis, papan partikel dan papan serat kepadatan sedang) dan kayu keras, produsen kecil-menengah berfokus pada mebel kayu keras. Hal itu disebabkan oleh tingginyabiaya modalyang diperlukan untuk menghasilkan mebel berlapis panel. Bagi produsen kecil-menengah, biaya panel yang dibeli sebagai bahan masih tinggi, sebagaimanaharga pasarproduk-produk ini tercermin pada permintaan dalam negeri dan ekspor terhadap kayu lapis, papan partikel, dan papan serat kepadatan sedang (Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari 2007).Sentra-sentra industri mebel dankerajinandi Jawa Tengah terutama berkembang pesat di Semarang, Jepara, Solodan Yogyakarta. Industri permebelan dankerajinan inididominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan sistemhome industryyang bekerjasama dengan industri-industri besar (Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia, 2007).Menurut Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia (2007), permasalahan yang dihadapi industri permeubelan dan kerajinan sebagai berikut: kurangnya bahan bakunegative brand imageakibat pembalakan liar rendahnya kualitas produk Indonesia dibanding produk dari negara lainnya. lebih mahalnya harga produk Indonesia dibanding pesaing. lebih disukainya produk-produk bersertifikat.Ambar Tjahyono, Ketua Umum ASMINDO menyebutkan dari segi kualitas bahan baku dan desain produk, Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan negaraprodusen mebellainnya (Bank Ekspor Indonesia, 2007).Proses Produksi1. Setelah ditebang, kayu bulat dikuliti dan dipotong menjadi papan di kilang gergaji, kemudian kayu ditumpuk dan diantar dengan truk ke lahan penerimaan pabrik mebel. Syarat pembayaran biasanya tunai ke kontraktor yang memotong dan mengangkut kayu. Bahan-bahan lain, dari panel sampai lem, bahan pemulas, perkakas, kemasan, dan bahan tak langsung dibuat setempat atau di pabrik mancanegara dan dibeli dari pemasok yang biasanya bekerja atas pembayaran net-30, yang berarti seluruh tagihan harus dibayar ke pemasok bahan mentah dalam 30 hari.2. Setelah diterima oleh pabrik meubel, papan ditempatkan di kamar hampa autoklaf. Campuran encer boraks (untuk terapan penindasan jamur noda biru) dan boriks (insektisida) dimasukkan ke kamar hampa itu dan menyusupi segenap serat dari kayu yang sedang dirawat. Lalu, papan dipindahkan dan ditempatkan langsung di kamar pengering untuk dikeringkan.3. Proses pengeringan mencakup penghembusan terus-menerus udara panas dan kering ke kamar pengering. Gerakan hidrolis menarik kelembapan yang terbenam jauh di papan. Banyak kamar pengering kini dikendalikan komputer untuk memantau keadaan kamar. Kamar pengering dipantau secara berkala dan kandungan kelembapan sejumlah papan diperiksa. Kayu dikeluarkan setelah kandungan kelembapan kurang dari 10%.4. Kayu gergajian yang dikeringkan ini dipotong dan digiling di mesin penggosok atau pencetak. Kerja pencetakan memotong enam sisi sekaligus, menghasilkan kayu halus berukuran tepat dan siap untuk pengolahan selanjutnya.5. Langkah pengolahan berikutnya adalah menyambung-gerigikan (finger-joint) potongan-potongan pendek kayu untuk menyusun papan yang lebih panjang. Potongan lika-liku (zigzag) papan yang tersambung-gerigi memaksimalkan bidang permukaan kayu yang dilem. Jika dilakukan dengan benar, kayu tersambung-gerigi lebih kuat daripada kayu alami yang melingkunginya. Papan sambungan ini digabungkan di mesin tekan kepit besar, lalu digosok lagi untuk menghilangkan kekasaran atau beda ketebalan atau lebar di sepanjang papan.6. Setelah digiling, dibentuk dan diputar, komponen-komponen dipulas dalam sebuah proses banyak langkah yang mencakup beberapa lapisan awal plamir. Langkah itu melenyapkan permukaan yang tak rata dan lubang di kayu, menghasilkan permukaan licin yang siap bagi pemulasan akhir. Satu-satu komponen dipulas sebagai komponen bagian dari suatu satuan rangkai-sendiri (knock down) atau satuan utuh lewat perakitan memakai paku dan sekrup.7. Beberapa langkah ulangan diperlukan dalam pemulasan. Pertama, plamir disapukan dalam satu atau dua lapisan. Plamir adalah bahan dari lak yang cepat kering dan, saat kering, membuat penggosokan efisien. Setelah itu, konveyor cat memudahkan kerja penyemprotan dan penganginan. Biasanya sebuah oven segaris menjadi bagian dari jalur perakitan dan memercepat proses pengeringan. Setelah kering, komponen dipindahkan dan dikemas untuk dikapalkan menggunakan lembaran busa polietilen dan karton luar lima lidah (five-ply).ASPEK PEMASARAN :Keadaan supply dan demand Perdagangan mebel di pasar dunia saat ini trennya juga cenderung terus membaik. Nilai perdagangan mebel dunia meningkat dari USD 51 milyar pada tahun 2000 menjadi USD 76 milyar pada tahun 2005. Pada 2006, angkanya telah melonjak naik menjadi USD 80 miliar (Bank Ekspor Indonesia, 2007). Namun, pangsa pasar mebel di dunia masih dipegang oleh negara pengekspor mebel terkemuka, antara lain: Italia yang menguasai pangsa pasar sebesar 14,18 %, disusul Cina (13,69%), Jerman (8,43%), Polandia (6,38%), dan Kanada (5,77%). Sedangkan pangsa pasar meubel Indonesia saat ini hanya mencapai 2,9% (Bank Ekspor Indonesia, 2007). Indonesia telah memertahankan pangsa pasarnya lebih-kurang tetap selama lebih dari tiga tahun terakhir pada angka 2,5%, sekalipun terjadi lonjakan tajam pangsa pasar yang direbut oleh China. Pemerintah telah mengupayakan untuk mengembangkan industri meubel dan menetapkan sektor ini sebagai salah satu dari 10 komoditas unggulan ekspor Tanah Air. Selama tahun 2005, ekspor meubel dan kerajinan Indonesia telah mencapai sebesar USD 1,8 miliar. Skala itu meningkat di tahun 2006 menjadi USD 2,2 miliar. Bahkan, di tahun 2007, nilai ekspor meubel dan kerajinan ditargetkan mencapai USD 2,9 miliar. Dan, jika tak ada hambatan, pada 2010 pemerintah menargetkan ekspor meubel nasional bisa menembus USD 5 miliar (Bank Ekspor Indonesia, 2007).Kondisi persaingan- Persaingan di pasar ekspor berasal baik dari produsen lokal maupun produsen luar negeri relatif ketat, antara lain :- Pesaing usaha sejenis yang berasal dari lokal dan sekitarnya.- Pesaing usaha sejenis yang berasal dari luar negeri saat ini masih cukup banyak yaitu antara lain dari negara Cina, Vietnam, Kamboja, Malaysia dan Myanmar, dimana mereka cukup gencar menyerbu pasar Eropa dengan keunggulan kualitas yang tinggi dan harga yang lebih murah karena bahan kayu jati yang melimpah di negara masing-masing, namun dari negara-negara tersebut sebagian besar perusahaan besar yang tidak mau mengekspor dalam partai kecil (satu-dua kontainer dengan barang yang tidak sejenis).Strategi usahaStrategi usaha yang perlu dilakukan oleh industri meubel adalah:- Menciptakan produk yang responsif terhadap permintaan pasar, khususnya pengembangan produk yang unik dan berdesain etnik.- Membangun dan menggunakan sumber-sumber pasokan bahan baku alternatif.- Investasi dan perbaikan teknologi.