kebijakan sekolah dalam menerapkan nilai …eprints.uny.ac.id/45443/1/chandra...

220
i KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI BUDAYA JAWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Chandra Puspitasari NIM 09110241021 PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2016

Upload: dothuan

Post on 27-Feb-2018

253 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

i

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI

BUDAYA JAWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

DI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Chandra Puspitasari

NIM 09110241021

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

OKTOBER 2016

Page 2: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

ii

Page 3: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

iii

Page 4: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

iv

Page 5: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

v

MOTTO

Pondasi negara yang terbaik adalah budaya, sebagai dasar mengembangkan

bangsa tanpa melupakan asal usul jati dirinya

(NN)

Jangan melihat masa lalu dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan

dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitarmu dengan penuh kesadaran dan keyakinan

bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

(Penulis)

Page 6: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

vi

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur kepada Allah SWT

Dan dengan penuh rasa hormat

Karya sederhana ini kupesembahkan kepada

Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta

Dan

Kupersembahkan untuk :

Ayah dan Ibuku tercinta yang tak pernah berhenti berharap dan berdoa untuk

kesuksesanku

Juga untuk Adikku

Yang tak henti memberi semangat sampai penulisan ini selesai

Page 7: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

vii

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI

BUDAYA JAWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

DI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

Oleh

Chandra Puspitasari

NIM 09110241021

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan kebijakan sekolah

dalam menerapkan nilai- nilai budi pekerti, (2) memahami kebijakan sekolah

dalam menerapkan nilai-nilai budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler, (3)

memahami faktor penghambat dan pendukung kebijakan sekolah dalam

menerapkan nilai-nilai budaya Jawa, dan (4) memahami strategi yang dilakukan

oleh pihak sekolah dalam menanggulangi hambatan yang ditemui saat

menerapkan nilai-nilai budaya Jawa.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Subyek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru,

dan beberapa peserta didik di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta.

Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Teknik analisis data berupa pengumpulan data, reduksi data

(penyederhanaan), display data (disajikan), atau verifikasi atau penarikan

kesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) bentuk nilai-nilai budaya jawa

yang diterapkan meliputi penggunaan bahasa Jawa dalam berkomunikasi,

penerapan sikap sopan santun dan menghormati terhadap semua warga sekolah,

berbaris sebelum masuk kelas dan salim kepada Kepala sekolah dan guru setiap

pagi dan pulang sekolah, serta wajib menyanyikan tembang dan lagu nasional; 2)

cara menanamkan nilai-nilai budaya jawa meliputi menyanyikan tembang jawa

sebelum memulai pelajaran dan melalui kegiatan ekstrakurikuler tari, gamelan,

karawitan, pramuka, membatik, dolanan anak, dan nembang Jawa; 3) faktor

pendukung adalah pemerintah, sekolah, guru, orangtua, siswa dan seluruh

komunitas sekolah. Sedangkan, faktor penghambat adalah kebiasaan sehari-hari

siswa di rumah yang sering menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa jawa,

keterbatasan dana sekolah, keterbatasan alat, kurangnya pelatih pada kegiatan

ekstrakurikuler karawitan dan 4) upaya pihak sekolah dalam mengatasi setiap

hambatan berupa melakukan kerjasama dengan seluruh komunitas sekolah dan

orangtua, dalam hal pendanaan sekolah bekerjasama dengan pemerintah dan

orangtua, sekolah berupaya mengumpulkan dana untuk pembelian alat musik,

sekolah mendatangkan pelatih dari luar, sekolah memberikan tanggung jawab

kepada guru kelas untuk bertanggung jawab kepada masing-masing kelas dan

memberikan sanksi tegas bagi siswa yang melanggar.

Kata kunci: Kebijakan Sekolah, Nilai-Nilai, Budaya Jawa, dan Ekstrakurikuler

Page 8: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kebijakan Sekolah Dalam Menerapkan Nilai-Nilai Budaya Jawa Melalui

Kegiatan Ekstrakurikuler Di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta”.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Strata Satu (S1) Program Studi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu

Pensdidikan Unversitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan

kesempatan dan fasilitas untuk menimba ilmu selama masa studi di

Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang

telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah yang telah

membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

4. Pembimbing Akademik Bapak I Made Suatera M. Hum, yang telah

membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis selama menjadi

mahasiswa.

5. Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Dr. Dwi Siswoyo M. Hum, yang

telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing, memotivasi,

mengarahkan dan memberi saran dalam penyusunan skripsi ini.

Page 9: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

ix

6. Ibu Anastasia, Kepala Sekolah SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Yogyakarta.

7. Keluarga Besar SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta.

8. Ayah dan Ibuku tercinta yang senantiasa membesarkan hati dan dengan

penuh kasih sayang memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi

ini, dan adikku tersayang Dhimas Bayu Dwi Arivianto

9. Teman-teman angkatan 2009: Restu, Wulan, Lia, Wahyu, Furi yang

memberi motivasi hingga skripsi ini selesai

10. Teman-teman seperjuangan Bayu, Aldy, Kak Rio, Kak Ika, Kak Alin,

Kak Yosua, Kak Alma, Marcel, Kak Yonas, Kak Hugo yang

memberikan bantuan, semangat, kritik, saran, dan motivasi.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini

Semoga bantuan dan kebaikan pihak-pihak yang disebutkan di atas mendapatkan

balasan pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat

memberikan manfaat optimal bagi pengembangan keilmuan Kebijakan

Pendidikan dan bagi siapa saja yang membacanya. Amin.

Yogyakarta, 20 Agustus 2016

Penulis

Page 10: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERSETUJUAN ............................................................................................ ii

PERNYATAAN ............................................................................................. iii

PENGESAHAN ............................................................................................. iv

MOTTO ......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 12

C. Batasan Masalah ...................................................................................... 13

D. Rumusan Masalah .................................................................................... 13

E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 13

F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 14

BAB II KAJIAN TEORI

A. Implementasi Kebijakan .......................................................................... 16

1. Pengertian Kebijakan Pendidikan ...................................................... 16

2. Pengertian Kebijakan Sekolah ........................................................... 18

B. Budaya Jawa ............................................................................................ 24

1. Pengertian Budaya Jawa ..................................................................... 24

2. Unsur Budaya Jawa ........................................................................... 28

Page 11: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

xi

3. Hakikat Kearifan Lokal ...................................................................... 36

4. Nilai dan Budi Pekerti Budaya Jawa .................................................. 40

C. Budaya Sekolah ......................................................................................... 55

D. Ekstrakurikuler .......................................................................................... 58

E. Penelitian yang Relevan ........................................................................... 62

F. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 64

G. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 67

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 68

B. Subjek Penelitian ..................................................................................... 68

C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 69

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 69

E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 73

F. Teknik Analisis Data............................................................................... 73

G. Keabsahan Data ....................................................................................... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................................... 77

B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 92

C. Pembahasan .............................................................................................. 121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 143

B. Saran ........................................................................................................ 145

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 147

LAMPIRAN ................................................................................................... 151

Page 12: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

xii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Jumlah Rombongan Belajar .............................................................. 79

Tabel 2. Jumlah Peserta Didik ......................................................................... 79

Tabel 3. Keadaan Pendidik .............................................................................. 80

Tabel 4. Jumlah Tenaga Kependidikan Berdasarkan Status Kepegawaian .... 80

Tabel 5. Jumlah Tenaga Kependidikan Berdasarkan Pengalaman Kerja ....... 80

Tabel 6. Jumlah Keadaan Ruangan ................................................................. 81

Tabel 7. Prestasi Siswa .................................................................................... 82

Page 13: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Struktur Organisasi SD .............................................................. 21

Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian ...................................................... 67

Gambar 3. Pendopo Sekolah Tamansiswa ................................................... 196

Gambar 4. Lapangan SD Taman Muda IP Yogyakarta ............................... 196

Gambar 5. Halaman Depan SD Taman Muda IP Yogyakarta ..................... 196

Gambar 6. Kondisi Pendopo Tamansiswa ................................................... 197

Gambar 7. Visi dan Misi Taman Muda Ibu Pawiyatan ............................... 197

Gambar 8. Semboyan Ki Hajar Dewantara yang terdapat pada dinding

ruang guru .................................................................................. 197

Gambar 9. Kegiatan Salim dengan Guru dan Kepala Sekolah pada

pagi hari ..................................................................................... 198

Gambar 10. Kegiatan baris berbaris sebelum memasuki kelas ..................... 198

Gambar 11. Kegiatan bersalaman dengan guru sebelum pulang sekolah ..... 198

Gambar 12 Pamong menjelaskan cara membaca aksara jawa dalam

pembelajaran ekstrakurikuler bahasa Jawa ................................ 199

Gambar 13. Aksara jawa yang di tulis peserta didik ..................................... 199

Gambar 14. Pembelajaran notasi dan gerakan dalam kegiatan

ekstrakurikuler karawitan ......................................................... 199

Gambar 15. Peserta didik berlatih menggunakan gamelan dalam

ekstrakurikuler karawitan .......................................................... 200

Gambar 16. Tari Perang-perangan putra dalam ekstrakurikuler tari ............. 200

Gambar 17. Tari Lilin untuk peserta didik putri dan putra dalam

ekstrakurikuler tari ..................................................................... 200

Gambar 18. Peserta didik menyanyikan tembang tak pethik-pethik dalam

ekstrakurikuler nembang ........................................................... 201

Gambar 19. Peserta didik memainkan dolanan jamuran dalam

ekstrakurikuler dolanan anak ................................................... 201

Gambar 20. Peserta didik memainkan dolanan cublak –cublak suweng

dalam ekstrakurikuler dolanan anak .......................................... 201

Gambar 21. Peserta didik menggambar motif batik truntum ........................ 202

Gambar 22. Peserta didik menggambar dan memberi warna motif batik

truntum dalam ekstrakurikuler membatik .................................. 202

Page 14: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ..................................................................... 152

Lampiran 2. Pedoman Wawancara .................................................................. 153

Lampiran 3. Transkip Wawancara yang Telah Direduksi ............................... 158

Lampiran 4. Catatan Lapangan ........................................................................ 173

Lampiran 5. Kisi Kisi Wawancara ................................................................... 193

Lampiran 6. Dokumentasi Foto........................................................................ 195

Lampiran 7. Surat Penelitian ............................................................................ 202

Page 15: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku

seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui

proses pengajaran dan pelatihan. Pengertian lain pendidikan adalah

sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan

sepanjang perjalanan umat manusia. John Dewey mengemukakan bahwa

pendidikan dapat dipahami sebagai sebuah upaya konservatif dan

progresif dalam bentuk pendidikan sebagai pendidikan sebagai formasi,

sebagai rekapitulasi dan retropeksi, dan sebagai rekonstruksi (Riant

Nugroho, 2008: 20).

Pendidikan sebagai proses budaya yang secara terus menerus

selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan ruang dan

waktu. Jika nilai-nilai budaya hilang dari proses pendidikan, maka

dampaknya dapat kita rasakan pada generasi mendatang, yakni suatu

generasi yang tidak memahami karakter budaya dan cenderung mengarah

pada perbuatan negatif.

Dewasa ini negara kita sedang dihadapkan dengan permasalahan

moral dikalangan pelajar. Arus globalisasi didorong dengan kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi memicu lunturnya moral dan

hilangnya nilai luhur budaya ditandai dengan semakin terkikisnya nilai

Page 16: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

2

budaya Jawa lama yaitu nilai gotong royong, ramah tamah, tenggang

rasa, kerendahan hati, kejujuran dan nilai positif lainnya.

Globalisasi sendiri memberikan dua dampak yang dirasakan oleh

masyarakat yaitu sisi negatif dan sisi positif. Sisi positif dari adanya

globalisasi adalah terjadinya perluasan pasar sehingga berdampak pada

kenaikan pendapatan suatu negara, sedangkan pada sisi pemerintahan

banyak negara yang saat ini menerapkan sistem demokrasi yaitu dengan

memberikan kebebasan pada rakyatnya. Dalam bidang budaya,

globalisasi menyebabkan interaksi antar bangsa semakin cepat sehingga

arus pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan semakin terbuka.

Sisi negatif dari globalisasi juga tidak kalah banyaknya. Dibidang

ekonomi menyebabkan semakin jelas perbedaan antara kelompok kaya

dan miskin. Dalam bidang sosial politik demokrasi cenderung mengarah

pada demokrasi tanpa batas. Dalam bidang budaya, adanya globalisasi

membawa dampak pada mudahnya warga masyarakat di negara

berkembang, termasuk Indonesia meniru budaya luar dalam berbagai

bentuk. Seperti, pola pergaulan, pola berpakaian, pola makan, dan

berbagai pola perilaku lain yang justru dapat merusak harkat, martabat

dan jati diri bangsa itu sendiri (Zamroni, 2005: 65).

Kesadaran diri sebagai warga bangsa dan mengukuhkan ikatan –

ikatan sosial dengan tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku

bangsa, dan agama sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional. Hal

Page 17: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

3

ini berdasar pada aturan Kemendiknas tentang UU No 20 Tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional bab satu, pasal satu yang berbunyi,

“Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

Indonesia dan tanggap pada tuntutan perubahan zaman.”

Kebudayaan suatu bangsa adalah kebudayaan yang timbul

sebagai buah usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Usaha

kebudayaan harus menuju kearah kemajuan adab, budaya, dan persatuan

dengan tidak menolak budaya baru melainkan dengan cara melakukan

akulturasi budaya. Hal ini berdasarkan pada UUD 1945 tentang

pendidikan dan kebudayaan bab tiga belas pasal tiga puluh dua yang

berbunyi,

“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah

peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam

memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”

(http://www.frewaremini.com/2014/01/bab-pasal-ayat-uud-1945

penjelasan.html.)

Kebudayaan itu akan berubah terus sejalan dengan perkembangan

ilmu dan teknologi, serta pengembangan pola pikir manusia melalui

pendidikan. Sebab pendidikan adalah tempat manusia dibina,

ditumbuhkan, dan dikembangkan potensi-potensinya. Menurut Parsudi

Suparlan ada enam fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia,

Page 18: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

4

yaitu: agama, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, organisasi sosial,

bahasa serta komunikasi dan kesenian (Rusmin Tumanggor, 2010: 19).

Pendidikan merupakan bekal penting untuk mengajarkan norma,

mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja di kalangan warga

masyarakat. Peran pendidikan menjadi lebih penting ketika arus

globalisasi yang membawa pengaruh nilai-nilai dan budaya sering

bertentangan dengan nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia.

Mengintegrasikan budaya melalui pendidikan berbasis budaya

merupakan salah satu cara mewariskan nilai budaya tanpa mengurangi

porsi pendidikan yang dibutuhkan peserta didik. Penting bagi bangsa

Indonesia untuk menerapkan pendidikan berbasis budaya yang

mengedepankan pembentukan karakter sesuai dengan nilai luhur budaya

bangsa.

Pendidikan berbasis budaya di Indonesia memiliki kaitan yang

erat dengan konsep pendidikan Tamansiswa. Hal ini disebabkan Ki

Hadjar Dewantara sebagai pendiri Tamansiswa yang juga merupakan

bapak pendidikan nasional yang telah meletakkan dasar-dasar pendidikan

nasional yang berorientasi budaya. Sehingga ada pengaruh yang kuat dari

konsep taman siswa terhadap pendidikan berbasis budaya di Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara (2011: 33) tidak hanya berbicara mengenai

masyarakat Jawa saja, tetapi yang dimaksud adalah masyarakat

kebangsaan Indonesia artinya kebudayaan yang dimiliki atau yang akan

Page 19: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

5

dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat Indonesia. Kemudian

pendidikan pada konsep Tamansiswa dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat yang riil dengan tujuan untuk meningkatkan

derajat negara dan rakyat. Pendidikan nasional mengangkat unsur

ketamansiswaan dalam menerapkan budaya sebagai landasan pendidikan

untuk meningkatkan hak-hak asasi manusia dan melaksanakan tanggung

jawab bersama sebagai bangsa Indonesia daam melestarikan budaya

bangsa.

Bangsa Indonesia memiliki wilayah yang luas dengan berbagai

suku bangsa dengan masing-masing daerah yang memiliki budaya dan

ciri khas masing-masing. Seperti di daerah lain, masyarakat Suku Jawa

juga memiliki kebudayaan daerah yang beragam. Budaya juga

merupakan pengikat Suku Jawa yang menunjukkan karakteristik dengan

mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam

kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, pengikat tersebut telah terabaikan dan

menjadi hal yang sulit untuk dicari di era globalisasi ini. Masyarakat

Jawa saat ini bisa dianggap kurang memperhatikan unsur-unsur

budayanya sendiri yang telah ada seiring dengan berkembangnya zaman,

contohnya menurunnya penguasaan bahasa Jawa oleh masyarakat Jawa

yang merupakan pemilik bahasa tersebut. Nilai-nilai luhur budaya Jawa

mulai terkikis seiring dengan cepatnya penyerapan budaya global yang

negatif dan tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.

Page 20: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

6

Nilai merupakan sebuah inti dari kebudayaan. Salah satu contoh

nilai kebudayaan didalam pendidikan yaitu budi pekerti. Budi Pekerti

adalah nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan

dan keburukannya melalui norma agama, norma hukum, tata krama dan

sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat. Budi pekerti

luhur merupakan wujud etika pergaulan yang dilandasi oleh tata krama

dan ajaran moral luhur, yaitu ajaran moral (budaya Jawa) yang berkaitan

dengan perbuatan dan kelakuan sebagai bentuk budi pekerti. Tata krama

meliputi aturan moral, sopan santun, unggah ungguh dan etika. Hal ini

senada dengan penjabaran Yumarna (Suwardi Endraswara, 2006: 53)

yang menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional adalah untuk

meningkatkan kualitas manusia Indonesia dan dapat diwujudkan dalam

tiga hal, yaitu usaha pencerdasan siswa dalam kerangka kehidupan,

integritas kepribadian sebagai wujud pengembangan manusia yang

meliputi religiusitas, budi pekerti, skill, serta keadaan jasmani rohani, dan

pembentukan sikap dasar yang meliputi kemandirian dan tanggung jawab

sosial.

Penanaman nilai-nilai budi pekerti di sekolah, untuk saat ini

memang mengalami kemunduran. Siswa sering kali berperilaku tidak

sopan terhadap guru, melecehkan sesama teman. Paul Suparno (Nurul

Zuriah, 2007: 170) menyatakan bahwa penyempitan pendidikan budi

pekerti hanya sebatas menekankan pentingnya sopan santun saja. Menilai

anak itu baik atau tidak membutuhkan pengertian apa yang ada dalam

Page 21: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

7

diri anak itu, apalagi segi moral. Anak tidak dapat dinilai buruk budi

pekertinya hanya dari segi luar. Sikap pendidik yang tidak menjadi

teladan juga dapat mempengaruhi sikap anak didik tersebut. Pendidik

dapat menjelaskan banyak nilai yang baik dalam budi pekerti, namun

apabila pendidik tersebut tidak melakukan nilai tersebut maka proses

pendidikan tidak akan berjalan baik.

Sosialisasi budi pekerti di sekolah dengan cara pemberdayaan

sopan santun dan etika sesuai dengan norma-norma sopan santun yang

ditunjukkan guru atau dosen. Khusus di jenjang Taman Kanak-Kanak,

Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah

Umum, sopan santun telah diterapkan sejak dini melalui peraturan

sekolah yang sangat disiplin. Oleh karena itu, dalam realisasi pendidikan

budi pekerti perlu diwujudkan dalam lingkungan keluarga, masyarakat,

dan juga sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal

perlu mengambil peran dalam pengembangan sisi afektif siswa. Jadi

kesimpulannya sekolah perlu lebih menekankan pada pembinaan perilaku

siswa tentang pendidikan budi pekerti melalui upaya keteladanan,

pembiasaan, pengamalan, dan pengkondisian lingkungan.

Cara yang dapat ditempuh di sekolah adalah dengan cara

mengintegrasikan nilai-nilai kearifan budaya lokal dalam proses

pembelajaran, kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler serta kegiatan

kesiswaan lainnya di sekolah. Sebagai contoh dengan mengadakan

kegiatan kesiswaan yang menekankan pada pengenalan budaya lokal

Page 22: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

8

yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan sosial

dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah setempat

yang perlu diajarkan kepada pada pemuda, selain itu penggunaan bahasa

lokal dipandang perlu diaplikasikan paling tidak satu hari dalam enam

hari proses pembelajaran di sekolah. Di samping itu diharapkan kegiatan

ekstrakurikuler berbasis kebudayaan lokal mulai diadakan di tiap-tiap

sekolah guna mendukung kegiatan pelestarian budaya lokal.

Pendidikan hanya berfungsi membantu perkembangan anak,

maka pendidik harus menyesuaikan diri dengan individualitas anak.

Sejak dini anak perlu di didik berpikir kritis. Ini bertujuan agar anak tidak

menerima begitu saja suatu kebudayaan melainkan melalui pemahaman

dan perasaan ketika berada dalam kandungan budaya itu, yang akhirnya

menimbulkan penilaian menerima, merevisi, atau menolak budaya itu

(Suwardi Endraswara, 2006: 55).

Melalui pendidikan serta program melestarikan kebudayaan lokal

melalui kegiatan ekstrakurikuler, berbagai budaya baru yang masuk dan

bersifat negatif dapat ditanggulangi, oleh sebab itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berkaitan dengan penerapan nilai-nilai budaya

Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler di Kota Yogyakarta.

Kegiatan ekstrakurikuler memiliki peran cukup penting dalam

membangun karakter siswa. Dalam kegiatannya, penerapan nilai-nilai

berbudi luhur juga diberikan. Ini menjadi salah satu alasan pentingnya

Page 23: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

9

kegitan ekstrakurikuler diterapkan dalam lingkungan sekolah. Dalam

penerapannya, siswa tidak hanya menerima pelajaran budi pekerti di

kelas, tapi juga dapat diberikan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Dalam

budaya Jawa, unggah-ungguh atau perilaku sopan santun masih sangat

penting untuk diterapkan kepada siswa, baik dari sikap, tutur kata kepada

pendidik atau orangtua.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu pusat

orientasi budaya Jawa di Indonesia. Sejalan dengan hal ini provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengeluarkan Peraturan Daerah

(PERDA) DIY nomor 5 tahun 2011 yang berisi tentang pengelolaan dan

penyelenggaraan pendidikan berbasis kebudayaan. Peraturan gubernur ini

secara khusus menunjukkan bahwa dalam menerapkan pendidikan dan

nilai luhur budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan

berdasarkan konsep “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa,

tut wuri handayani” dengan mengedepankan sifat asah, asih dan asuh.

Ki Hadjar Dewantara mendirikan Perguruan Tamansiswa yang

sarat dengan muatan kebudayaan nasional khususnya budaya Jawa di

Yogyakarta. Melalui perguruan ini budaya Jawa mulai digunakan sebagai

dasar dari pembentukan karakter melalui penerapan budi luhur budaya

masyarakat Jawa. Beberapa sekolah dasar di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta telah menerapkan Pendidikan Berbasis Budaya Jawa salah

satunya adalah SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang berdiri

atas prakarsa Ki Hadjar Dewantara.

Page 24: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

10

Penerapan Pendidikan Berbasis Budaya Jawa di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa melalui beberapa program intrakurikuler dan

ekstrakulikuler yang mengadopsi kebudayaan Jawa. Hal ini dilakukan

dengan tujuan meningkatkan kualitas peserta didik melalui penggunaan

budaya Jawa dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga siswa dapat

memiliki nilai luhur yang dijunjung dalam budaya Jawa. Terlihat dengan

banyaknya prestasi dari siswa SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa dalam bidang budaya lokal seperti karawitan, panembromo,

macapat, tari dan lain sebagainya.

Membangun karakter siswa dengan budi pekerti luhur bangsa

merupakan fokus utama yang di bentuk di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa melalui penerapan unsur budaya Jawa. Tujuan

pembelajaran budi pekerti diberikan kepada siswa agar nilai-nilai budaya

bangsa seperti sopan santun tidak luntur oleh perkembangan zaman. SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa menerapkan sistem “among”

yang dianggap sebagai keseimbangan antara pendidikan orangtua atau

keluarga, sekolah dan masyarakat. Hasil observasi awal diperoleh bahwa

konsep pendidikan Tamansiswa yang menjaga nilai luhur budaya bangsa

dan penanaman budi pekerti di sekolah tersebut masih dijaga hingga saat

ini. Sesuai dengan visi dan misinya, sekolah tersebut memberikan

pelajaran budi pekerti baik melalui pelajaran sehari-hari di dalam kelas

(intrakurikuler) maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Page 25: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

11

Kebijakan dari sekolah mengenai penerapan budaya Jawa dalam

kegiatan sehari-hari dapat dilihat dengan membiasakan menyanyikan

lagu nasional dan tembang sebelum memulai pelajaran. Sedangkan salah

satu kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti peserta didik adalah

membatik. Ini dilakukan sebab disamping pendidikan budi pekerti juga

untuk melestarikan budaya Jawa yang hampir luntur.

Keberhasilan SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

menjadi sekolah dasar yang menjunjung tinggi budaya Jawa dan

menghasilkan peserta didik yang berbudi pekerti bisa menjadi contoh

bagi sekolah lain yang akan menerapkan pendidikan berbasis budaya

Jawa khususnya di Yogyakarta.

Tidak semua sekolah dapat menyusun program pendidikan yang

kental akan budaya lokal, bahkan sangat sedikit sekolah yang

menggunakan kebudayaan lokal dalam penyelenggaraan pendidikannya.

Perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi serta bagaimana pendidik

dapat mengarahkan siswa dengan baik dalam setiap program pendidikan

berbasis budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

yang menjadi fokus dalam penelitian yang dilakukan peneliti.

Memiliki visi menjadi sekolah bermutu, berbasis seni budaya dan

pendidikan budi pekerti luhur bukan berarti SD Taman Muda IP tersebut

tidak memiliki kendala dalam menerapkan budaya Jawa di sekolah. Salah

satu hal yang menjadi kendala yaitu sikap orangtua yang tidak

Page 26: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

12

membiasakan siswa untuk bertutur kata menggunakan bahasa Jawa dan

tidak membiasakan sikap unggah-ungguh yang baik terhadap orang yang

lebih tua. Ini menyebabkan kebiasaan siswa yang bersikap sesuka hati

terhadap orang lain. Untuk itu mengetahui kebijakan sekolah dalam

penerapan budaya Jawa dan apa saja faktor pendukung dan penghambat

dalam penerapan nilai budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Berdasarkan pada uraian tersebut peneliti tertarik untuk

mendeskripsikan kebijakan sekolah dalam menerapkan nilai-nilai budaya

jawa melalui penelitian skripsi yang berjudul ”Kebijakan Sekolah Dalam

Menerapkan Nilai-Nilai Budaya Jawa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta” sebagai kajian untuk

menerapkan nilai budaya Jawa atau nilai budi pekerti di sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan

pendidikan budaya Jawa dalam kebijakan sekolah di Sekolah Dasar

Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta tersebut antara lain:

1. Dampak arus globalisasi yang bersifat negatif membuat siswa saat ini

lupa terhadap tatanan nilai budaya lokal dan bangsa.

2. Nilai budaya lokal dan nilai budaya bangsa yang sudah ada perlu

ditanamkan terutama untuk anak usia sekolah.

Page 27: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

13

3. Kurangnya pembinaan siswa tentang pendidikan budi pekerti di

sekolah dengan upaya keteladanan, pembiasaan, pengamalan, dan

pengkondisian lingkungan.

4. Minimnya kebijakan sekolah mengenai penerapan nilai budaya Jawa

di sekolah tersebut.

5. Kurangnya kesadaran dalam penerapan nilai budaya Jawa, salah

satunya budi pekerti dalam setiap kegiatan belajar mengajar.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraiakan di atas,

maka peneliti membatasi penelitian ini pada bagaimana penerapan

nilai-nilai budaya Jawa di sekolah di Taman Muda Ibu Pawiyatan

Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk nilai – nilai budaya Jawa yang diterapkan di sekolah ?

2. Bagaimana cara menanamkan nilai- nilai budaya Jawa dalam

pendidikan sekolah ?

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman nilai- nilai

budaya Jawa di sekolah ?

4. Bagaimana upaya dalam mengatasi kendala tersebut ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 28: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

14

1. Mendeskripsikan bagaimana kebijakan sekolah dalam menerapkan

nilai- nilai budi pekerti di Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta.

2. Untuk memahami bagaimana cara menanamkan nilai-nilai budaya

Jawa melalui pendidikan sekolah yang ada di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Yogyakarta.

3. Untuk memahami faktor penghambat dan pendukung kebijakan

sekolah dalam menerapkan nilai-nilai budaya Jawa melalui kegiatan

ekstrakurikuler di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta.

4. Untuk memahami upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam

menanggulangi hambatan yang ditemui saat menerapkan nilai-nilai

budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Secara Teoritis

Penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan informasi yang

bermanfaat mengenai kebijakan sekolah dalam menerapkan

nilai- nilai budaya jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Yogyakarta, serta menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi

Program Studi Kebijakan Pendidikan, Jurusan Filsafat dan

Sosiologi Pendidikan jurusan Kebijakan Pendidikan khususnya

pada mata kuliah Kebijakan Pendidikan.

2. Secara Praktis

Page 29: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

15

a. Bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan masukan serta pertimbangan oleh pihak sekolah

terkait dengan penyelenggaraan dan pengelolaan kebijakan

sekolah dalam mengembangkan kreativitas siswa.

b. Bagi Siswa

Dengan penelitian ini, diharapkan siswa dapat mengetahui dan

mengenal budaya warisan bangsa. Walaupun arus globalisasi

berdampak negatif, namun siswa tetap mampu melalui sekolah

dan ekstrakurikuler melestarikan nilai luhur budaya Jawa.

c. Bagi Peneliti

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat menambah

referensi peneliti mengenai pendidikan budaya di Kota

Yogyakarta.

Page 30: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

16

Page 31: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

17

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Implementasi Kebijakan

1. Pengertian Kebijakan Pendidikan

William Dunn (Nanang Fattah, 2012: 9) menjabarkan bahwa

kebijakan merupakan suatu disiplin ilmu yang berupaya memecahkan

masalah dengan menggunakan teori, metode, dan substansi penemuan

tingkah laku, dan ilmu-ilmu sosial, profesi sosial, dan filosofi sosial

politis atau dengan arti lain analisis kebijakan adalah proses pengkajian

multidisipliner ilmu yang dirancang secara kreatif, dengan penilaian yang

kritis, dan mengkomunikasikan informasi yang bermanfaat dan dipahami

serta meningkatkan kebijakan. Dalam analisis kebijakan prosedur ini

diberi istilah khusus, yaitu a) pengawasan (monitoring) adalah hasil

informasi tentang hasil kebijakan yang diamati; b) peramalan

(forecasting) adalah hasil informasi tentang hasil kebijakan yang

diharapkan; c) evaluasi (evaluation) hasil informasi tentang nilai atau

value dari hasil yang diamati serta yang diharapkan; d) rekomendasi

(recomendation) adalah hasil informasi tentang kebijakan yang lebih

disukai; e) struktur masalah (problem structuring) adalah hasil informasi

tentang masalah yang dipecahkan.

Prosedur ini menjelaskan ada sejumlah model analisis kebijakan

yang bisa menjadi rujukan, yaitu a) model deskripstif yang berupaya

Page 32: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

18

menggambarkan dan menjelaskan sesuatu, atau memprediksi sebuah

variabel yang dapat mereaksi perubahan dari suatu bagian sebuah sistem,

b) model normatif yang bertujuan merekomendasi untuk

mengoptimalkan pencapaian beberapa nilai, c) model verbal

diapresiasikan dalam bahasa sehari-hari berupa definisi, dan d) model

simbolis menggunakan simbol matematis untuk menerangkan hubungan

di antara variabel-variabel inti yang memiliki sifat suatu masalah

(Nanang Fattah, 2012: 14).

H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho (2009: 15) menyatakan bahwa

keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis

pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka

untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu

masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Aspek-aspek yang

tercakup dalam kebijakan pendidikan adalah:

a. Kebijakan pendidikan merupakan suatu keseluruhan deliberasi

mengenai hakikat manusia sebagai mahkluk yang menjadi manusia

dalam lingkungan kemanusiaan.

b. Kebijakan pendidikan dilahirkan dari ilmu pendidikan sebagai ilmu

praksis yaitu kesatuan antara teori dan praktik pendidikan.

c. Kebijakan pendidikan haruslah mempunyai validitas dalam

perkembangan pribadi serta masyarakat yang memiliki pendidikan itu.

d. Keterbukaan (Opennes)

e. Kebijakan pendidikan didukung oleh riset dan pengembangan.

Page 33: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

19

f. Analisis kebijakan.

g. Kebijakan pendidikan pertama-tama ditujukan kepada kebutuhan

peserta didik.

h. Kebijakan pendidikan diarahkan pada terbentuknya masyarakat

demokratis.

i. Kebijakan pendidikan berkaitan dengan penjabaran misi pendidikan

dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu.

j. Kebijakan pendidikan harus berdasarkan efisiensi.

Duncan Macrae (Nanang Fattah, 2012: 3) mengartikan analisis

kebijakan sebagai suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan

argumentasi rasional dengan menggunakan fakta-fakta untuk

menjelaskan, menilai, dan membuahkan pikiran dalam rangka upaya

memecahkan masalah publik.

Berdasar atas berbagai pendapat di atas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu perumusan

langkah-langkah yang dijadikan pedoman untuk bertindak yang

berkenaan dengan masalah-masalah pendidikan dalam rangka

tercapainya pendidikan yang berkualitas.

B. Pengertian Kebijakan Sekolah

Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan memiliki fungsi

dalam menyampaikan ilmu-ilmu dan pengetahuan yang ada. Sekolah

memegang peranan sebagai tempat menuntut ilmu dan belajar. Sebagai

lembaga pendidikan formal, keberadaan sekolah dari dan untuk

Page 34: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

20

masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan

layanan pendidikan bagi masyarakat.

Pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diperoleh seseorang

di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti

syarat-syarat yang jelas dan disiplin mulai dari Taman Kanak-kanak

sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, di dalam melaksanakan tugas

pendidikan tersebut diperlukan pengaturan-pengaturan tertentu yang

disebut juga dengan kebijakan sekolah. Sehingga tujuan pendidikan yang

diharapkan oleh stakeholder lembaga pendidikan itu dapat tercapai.

Duke dan Canady (Syafaruddin, 2008: 118) menjabarkan bahwa

kerjasama dan keputusan oleh individu atau keinginan kelompok dengan

kewenangan yang sah dari dewan sekolah, pengawas, administrator

sekolah atau komite sekolah dan tanggung jawab bagi kontrak negosiasi.

Thompson (Syafaruddin,2008: 135) menjelaskan bahwa suatu

kebijakan sekolah dibuat oleh orang yang terpilih bertanggung jawab

untuk membuat kebijakan pendidikan, dewan sekolah unsur lain diberi

kewenangan membuat kebijakan, baik kepala sekolah, pengawas,

administrator yang memiliki kewenangan mengelola kebijakan dari

dewan sekolah.

Sistem pendidikan sekolah dasar dapat diartikan suatu kesatuan

dari berbagai komponen pendidikan yang saling berhubungan dan

bergantung untuk mencapai tujuan. Suharjo (2006: 15) mengemukakan

Page 35: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

21

bahwa dalam proses pendidikan di sekolah dasar melibatkan komponen-

komponen, yaitu a) visi, misi dan tujuan pendidikan, b) peserta didik, c)

pendidik dan tenaga kependidikan, d) kurikulum/materi pendidikan, e)

proses belajar mengajar, f) sarana dan prasarana pendidikan, g)

manajemen pendidikan di sekolah, dan h) lingkungan eksternal.

Perlu adanya struktur organisasi yang jelas dalam rangka

melaksanakan tugas kependidikan di sekolah dasar. Secara sederhana

struktur organisasi pada sekolah dasar biasanya terdiri dari komponen

utama yaitu kepala sekolah, guru kelas, siswa dan tenaga staff

kebersihan. Selain komponen tersebut sekolah juga memiliki hubungan

dengan lingkungan sekitar khususnya dengan orangtua peserta didik dan

komite sekolah. Sekolah dengan sumber daya yang cukup biasanya

menambahkan staff tata usaha atau tenaga administrasi.

Suharjo (2006: 19) menjelaskan struktur organisasi yang

digunakan pada sekolah dasar di Indonesia ada beberapa macam.

Struktur tersebut dikondisikan sesuai dengan karakter dan komponen

yang ada di sekolah tersebut. Berikut alternatif struktur organisasi yang

biasa dipergunakan di sekolah dasar :

Kepala Sekolah

Staff TU & Tenaga

Kebersihan

Guru

Kelas

Guru

Kelas

Guru

Kelas

Guru

Kelas

Guru

Kelas

Guru

Kelas

Komite Sekolah

Page 36: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

22

Gambar 1. Struktur Organisasi SD (Suharjo, 2006: 20)

Struktur diatas terkandung bagian-bagian dan hubungan antar

bagian yang diatur dengan baik untuk mencapai tujuan. Hubungan dari

tiap bagian dibentuk oleh garis lurus dan putus-putus. Garis lurus

menandakan saluran komando atau perintas. Sedangkan garis putus-putus

melambangkan hubungan koordinasi. Kepala sekolah mempunyai

wewenang untuk memberikan perintah/tugas secara langsung kepada

para pendidik, staff TU maupun tenaga kebersihan. Tapi kepala sekolah

tidak memberikan komando pada komite sekolah karena hubungannya

hanya bersifat koordinatif.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar terdapat komponen

yang penting salah satunya adalah pendidik dan tenaga kependidikan.

Pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai kewajiban dan tanggung

jawab dalam pembentukan dan perkembangan karakter peserta didik

pada tingkat sekolah dasar. Dijelaskan dalam Undang- undang Nomor 20

tahun 2003 pasal 40 bahwa:

“Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki beberapa kewajiban

utama, yaitu: (a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis; (b) Mempunyai komitmen

secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan;dan (c)

Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya”.

Siswa

Page 37: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

23

Setelah melakukan beberapa kewajiban tersebut pendidik dan

tenaga kependidikan berhak mendapatkan hak-hak yang tertulis dan

diatur dalam undang-undang.

Melihat pentingnya peran pendidik di sekolah dasar yang ikut

pembentukan dan perkembangan karakter peserta didik, maka diperlukan

kemampuan dan syarat tertentu. Suharjo (2006: 56) mengemukakan

secara umum persyaratan menjadi pendidik sekolah dasar sebagai

berikut: a) Persyaratan kepribadian artinya seorang pendidik sekolah

dasar memiliki kepribadian yang utuh, yaitu beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi luhur, dan

memiliki komitmen yang tinggi. Selain dijadikan sebagai landasan dalam

segala perbuatan pendidik, kepribadian ini juga sebagai contoh bagi

peserta didik. Di sekolah dasar kepribadian pendidik sangat berpengaruh

pada pembentukan karakter peserta didik, b) Persyaratan jasmani dan

kesehatan artinya dalam berinteraksi secara optimal disekolah diperlukan

kondisi kesehatan yang prima baik kesehatan jasmani dan rohani. Hal

tersebut dimaksudkan agar pendidik dapat bekerja secara maksimal dan

tidak merugikan peserta didik dari segi kesehatan. Selain itu peran

pendidik sekolah dasar yang sangat besar sebagai wali kelas. Diperlukan

kondisi yang baik untuk menjadi pendidik sekolah dasar karena harus

mengampu dan melaksanakan segala kompetensi pengetahuan yang

diperlukan peserta didik, c) Persyaratan penguasaan kompetensi pendidik

Page 38: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

24

sekolah dasar artinya salah satu persyaratan untuk menjadi pendidik

sekolah dasar adalah pendidik harus memiliki kompetensi tertentu agar

dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Seorang pendidik dianggap

kompeten bila mampu menunjukkan tindakan cerdas yang penuh

tanggung Jawab dalam bidang tersebut, sehingga ia mendapat

kepecayaan dari masyarakat.

Ibrahim Bafadal (2009: 9) mengemukakan pentingnya pendidikan

dasar dari beberapa perspektif. Dilihat dari perspektif yuridis ada dua

fungsi pendidikan yang didasarkan pada PP No. 28 Tahun 1990 pasal 3

yaitu melalui pendidikan sekolah dasar anak didik dibekali kemampuan

dasar dan sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang memberikan

dasar-dasar untuk mengikuti pendidikan ke jenjang berikutnya.

Sedangkan dari perspektif teoritik keberhasilan peserta didik mengikuti

pendidikan di sekolah menengah dan perguruan tinggi sangat ditentukan

oleh keberhasilannya dalam mengikuti pendidikan di sekolah dasar.

Melihat dari perspektif global besarnya peranan pendidikan di

sekolah dasar sangat didasari oleh semua negara di dunia dengan

semakin meningkatnya investasi pemerintah pada sektor tersebut dari

tahun ke tahun.

Berdasarkan beberapa pendapat narasumber di atas dapat

disimpulkan bahwa kebijakan sekolah adalah suatu keputusan dengan

kewenangan yang sah dari sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat

Page 39: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

25

yang dikelola dengan tujuan pengembangan masing-masing sekolah.

Komponen penting dalam pendidikan sekolah dasar diperhatikan secara

mendetail pada kompetensinya untuk meralisasikan tujuan pendidikan

nasional serta diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Penerapan budaya pada pendidikan sekolah dasar membantu penanaman

nilai luhur budaya bangsa sejak dini pada awal pendidikan peserta didik.

Nilai budaya itu kemudian dikembangkan pada jenjang selanjutnya dan

menciptakan rasa cinta pada bangsa.

C. Budaya Jawa

1. Pengertian Budaya Jawa

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu budhayah, yaitu

budhi yang berarti akal. Sedangkan kata budaya merupakan

perkembangan dari kata budi daya yang artinya daya dari budi.

Kesimpulan kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa manusia yang

akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan

sehari- hari kebudayaan itu bersifat abstrak (Koentjaraningrat, 1996: 12).

Koentjaraningrat (Joko Tri Prasetya, 2004: 32) mengemukakan

bahwa kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu: a) wujud kebudayaan

sebagai kompleks gagasan, konsep, nilai-nilai, norma dan peraturan

adalah wujud ideal kebudayaan. Memiliki sifat abstrak, tidak dapat

diraba dan difoto dan terletak dalam pikiran manusia. Ide- ide dan

gagasan manusia ini banyak hidup dalam masyarakat dan memberi jiwa

Page 40: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

26

kepada masyarakat; b) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks

aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat adalah

yang disebut sistem sosial yaitu tindakan berpola manusia itu sendiri.

Sistem sosial ini terdiri dari aktifitas manusia yang berinteraksi satu

dengan lainnya dari waktu ke waktu, yang selalu menurut pola tertentu.

Sistem sosial ini bersifat konkrit sehingga bisa didokumentasikan; c)

wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia adalah

kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya manusia dalam

masyarakat. Bersifat konkrit berupa benda yang bisa diraba dan

didokumentasikan.

Ki Hadjar Dewantara (2011: 27) menjelaskan bahwa budaya

adalah buah-buah dari suatu keluhuran budi yang sifatnya bermacam-

macam, akan tetapi karena semuanya adalah buah adab, maka semua

kebudayaan selalu bersifat tertib, indah, berfaidah, luhur, memberi rasa

damai, senang, bahagia, dan sebagainya. Sifat- sifat itulah yang dijadikan

pedoman hidup luhur bangsa Indonesia sebagai budaya. Sifat kebudayaan

yang dikemukakan di atas dapat dilihat melalui nilai-nilai budaya yang

diakui dan digunakan oleh masyarakat hingga saat ini. Pengertian dan

definisi mengenai budaya di atas secara umum prinsipnya sama yaitu

mengakui bahwa budaya merupakan hasil cipta manusia yang dibiasakan

bahkan didapat melalui belajar untuk mneyempurnakan kehidupan.

Dengan demikian hampir semua tindakan manusia yang dibiasakannya

Page 41: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

27

dengan belajar untuk mencapai kesempurnaan hidup bisa disebut dengan

budaya.

Ki Hadjar Dewantara (2011: 66) kemudian membagi kebudayaan

menjadi: a) buah fikiran misalnya ilmu pengetahuan, pendidikan dan

pengajaran; b) buah perasaan misalnya segala sifat keindahan, dan

keluhuran budi, kesenian, adat istiadat, kenegaraan, keadilan, keagamaan,

kesosialan dan sebagainya; dan c) buah kemauan misalnya semua sifat

perbuatan dan buatan manusia seperti industri, pertanian, perkapalan,

bangunan-bangunan dan sebagainya. Pembagian jenis-jenis kebudayaan

di atas berdasarkan bentuk atau buah dari suatu budaya. Bentuk-bentuk

tersebut yang kemudian dikembangkan dan dijadikan suatu kebiasaan

sebagai kebudayan.

Kebudayaan sebagai fungsi kehidupan manusia dalam

hubungannya dengan manusia lain, alam sekitar dan dengan Tuhan untuk

kedamaian batin serta kehidupannya yang abadi, pada hakikatnya selalu

berubah sesuai dengan perubahan masyarakat dan perkembangan zaman.

Budaya dalam pengertian ini meliputi dimensi sistem berpikir, sistem

ekspresif seperti gaya bentuk seni, serta sistem orientasi nilai.

Soerjono Soekanto (Nur Zazin, 2011: 50) mendefinisikan budaya

sebagai, “Sebuah sistem nilai yang dianut seseorang pendukung budaya

tersebut yang mencakup konsepsi abstrak tentang baik dan buruk. Nilai

yang dianut oleh suatu organisasi diadopsi dari organisasi lain, baik

melalui re-inventing maupun re-organizing.”

Page 42: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

28

Danim (Nur Zazin, 2011: 150) mengartikan budaya sebagai

seluruh sistem gagasan, rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan

manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya

melalui proses belajar sesuai dengan kekhasan etnik, profesi, dan

kedaerahan.

Kebudayaan memiliki pengertian yang begitu luas cakupannya,

untuk mempermudahnya disebut unsur universal yaitu: a) sistem religi

dan upacara keagamaan, b) sistem dan organisasi kemasyarakatan, c)

sistem pengetahuan, d) bahasa, e) kesenian, f) sistem mata pencaharian

hidup, g) sistem teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat, 2015: 22).

Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang menjadi identitas

bangsa. Budaya luhur dan beragam penuh nilai kemanusiaan adalah

karakteristik yang dimiliki Indonesia sebagai budaya nasional. Budaya

nasional dibentuk oleh budaya-budaya daerah yang merupakan

karakteristik bangsa, salah satu budaya daerah yang membentuk budaya

nasional adalah budaya Jawa.

Pemilik kebudayaan Jawa yaitu Suku Jawa menduduki wilayah

Indonesia terutama di pulau Jawa sehingga ikut menentukan karakter

bangsa. Suku Jawa merupakan penduduk asli yang mendiami bagian

tengah dan timur dari seluruh Pulau Jawa yaitu propinsi Jawa Tengah dan

Jawa Timur. Budaya juga merupakan pengikat Suku Jawa yang

menunjukkan karakteristik dengan mengutamakan keseimbangan,

Page 43: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

29

keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari hari

(Koentjaraningrat,1999: 300).

Kebudayaan Suku Jawa tidak merupakan suatu kesatuan yang

homogen dikarenakan adanya suatu keanekaragaman yang bersifat

regional. Menurut Kodiran (Koentjaraningrat, 1999: 322), daerah

kebudayaan Jawa itu luas yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur

dari pulau Jawa. Walaupun demikian ada beberapa daerah yang sering

disebut daerah kejawen. Daerah itu adalah Banyumas, Kedu, Yogyakarta,

Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri.

Daerah di luar itu dinamakan pesisir dan ujung timur. Dilihat dari

banyak daerah tempat kediaman orang Jawa terdapat berbagai variasi dan

perbedaan yang bersifat yang bersifat lokal dalam beberapa unsur

kebudayaannya, seperti perbedaan istilah teknis, dialek bahasa dan

sebagainya namun masih merujuk pada satu pola yang sama.

Keberagaman kebudayaan Jawa di setiap daerah terpusat pada dua daerah

yaitu Yogyakarta dan Surakarta.

Berdasar analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan

ideal dan adat istiadat mengatur dan mengarahkan tindakan manusia baik

gagasan, tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda kebudayaan

secara fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk lingkungan hidup

tertentu sehingga dapat mempengaruhi pola berpikir dan berbuatnya.

Dengan kata lain di mana manusia hidup bermasyarakat, pasti akan

timbul kebudayaan.

Page 44: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

30

2. Unsur-unsur Budaya Jawa

Suatu kebudayaan terdapat macam- macam unsur yang masuk

bahkan membentuk suatu kebudayaan itu sendiri. Bakker (1990: 38)

mengatakan sebagai unsur karena pokok-pokok tersebut dapat

digabungkan menjadi paduan yang lebih tinggi. Unsur- unsur ini yang

menjiwai dan menjadi pokok dari setiap kebudayaan. Unsur- unsur

kebudayaan itu dapat disistematisasikan menurut beberapa prinsip

pembagian.

Koentjaraningrat (2009: 165) mengemukakan pembagian unsur-

unsur kebudayaan ditemukan pada semua bangsa di dunia berjumlah

tujuh buah, yang dapat disebut sebagai pokok dari setiap kebudayaan,

yaitu: (a) bahasa, yaitu sistem perlambangan manusia yang lisan maupun

tertulis untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Bahasa yang

digunakan oleh suku bangsa yang bersangkutan memiliki variasi-variasi

dari bahasa itu sendiri, (b) sistem pengetahuan, yaitu pemahaman suatu

suku bangsa tentang suatu hal. Setiap bangsa di dunia biasanya

mempunyai pengetahuan tentang alam sekitar, flora, fauna, zat-zat atau

benda di lingkungannya, tubuh manusia, sifat dan tingkah laku manusia,

serta ruang dan waktu, (c) sistem kekerabatan dan Organisasi sosial,

yaitu adat istiadat dan aturan mengenai berbagai macam kesatuan di

dalam lingkungan tempat suatu bangsa hidup dan bergaul di kehidupan

sehari-hari, (d) sistem peralatan hidup dan teknologi, yaitu cara-cara

memproduksi, memakai, dan memelihara segala peralatan hidup dari

Page 45: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

31

suatu suku bangsa. Yang dimaksud sistem peralatan hidup ini seperti

bentuk serta cara membuat pakaian, bentuk rumah, bentuk serta

pemakaian senjata, bentuk serta cara membuat dan mempergunakan alat

transportasi dan sebagainya, (e) sistem mata pencaharian hidup, yaitu

sistem produksi lokal termasuk sumber daya alam hingga

pengembangannya. Sistem mata pencaharian dalam hal ini terbatas pada

sistem- sistem yang bersifat tradisional terutama untuk lebih

memperhatikan kebudayaan suatu bangsa secara holistik, (f) sistem

religi, yaitu menyangkut hal-hal yang dipercaya dan dijadikan pedoman

hidup suatu suku bangsa, (g) kesenian, yaitu segala ekspresi hasrat

manusia akan keindahan dalam suatu kebudayaan bangsa. Benda-benda

hasil kesenian budaya dapat berwujud gagasan, ciptaan pikiran, cerita,

dan syair yang indah. Selain itu kesenian juga berupa benda-benda indah

seperti candi, kain tenun dan sebagainya.

Munandar Soelaeman (2001: 32) mengemukakan bahwa unsur-

unsur nilai budaya Jawa yaitu ide dan gagasan manusia yang hidup

bersama dalam suatu masyarakat dan menciptakan materi kebudayaan

dalam unsur budaya universal. Unsur nilai budaya dibagi menjadi: a)

agama meliputi adanya umat beragama, sistem keyakinan, sistem

peribadatan, sistem peralatan ritus dan emosi keagamaan, b) ilmu

pengetahuan meliputi sistem pengetahuan yang utuh menanggapi

keberadaan alam nyata dan nirwana, kondisi ini menyambung kepada

pemahaman tentang kehidupan dan kematian, perbuatan dan keadilan,

Page 46: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

32

kefanaan dan keabadian, c) teknologi meliputi setiap warga negara

pendukung suatu kebudayaan memiliki kemampuan dalam melaksanakan

kegiatan bersama dan menciptakan peralatan hidup yang difungsikan

untuk memenuhi kebutuhan pada unsur budaya lainnya, d) ekonomi

meliputi setiap kehidupan masyarakat dengan proses jual beli, e)

organisasi sosial meliputi perkumpulan jaringan dalam tali perkawinan,

wilayah masyarakat, etnis, profesi, dan politik, f) bahasa dan komunikasi

meliputi setiap masyarakat dalam kebudayaan memiliki simbol-simbol

bunyi dan intonasi serta isyarat yang digunakan untuk menyampaikan

suatu maksud untuk dipahami atau dilaksanakan, g) serta kesenian yang

meliputi ungkapan seni berupa simbol pernyataan rasa suka atau duka.

Baik untuk umum atau diri sendiri, dalam bentuk ukiran, gambar, tulisan,

gerak tari dan nyanyian.

Unsur-unsur budaya Jawa sangat menonjol dan mencirikhaskan

budaya Jawa. Di dalam pergaulan aktifitas sosialnya masyarakat Jawa

sehari- hari menggunakan bahasa Jawa. Pada waktu pengucapan dan

penggunaan bahasa Jawa seseorang harus memperhatikan dan

membedakan keadaan lawan bicara atau yang sedang dibicarakan

berdasarkan usia maupun status sosialnya. Pada dasarnya ada dua macam

bahasa Jawa apabila ditinjau dari tingkatanya, yaitu: a. Bahasa Jawa

Ngoko, dipakai untuk orang yang sudah dikenal akrab dan terhadap orang

yang lebih muda usianya serta lebih rendah derajat atau status sosialnya.

Lebih khusus lagi adalah bahasa Jawa Ngoko Lugu dan Ngoko Andap, b.

Page 47: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

33

Bahasa Jawa Krama, dipergunakan untuk bicara dengan orang yang

belum dikenal akrab dan juga orang yang lebih tinggi umur serta status

sosialnya (Koentjaraningrat, 1999: 320).

Kedua macam derajat bahasa ini kemudian ada variasi dan

kombinasi antara kata-kata dari bahasa Jawa ngoko dan bahasa Jawa

krama yang pemakaiannya disesuaikan dengan keadaan perbedaan usia,

serta derajat sosial. Misalnya bahasa Jawa Madya yang terdiri dari tiga

macam bahasa Madya Ngoko, Madyaantara, Madya Krama. Selain itu

juga ada bahasa Krama Inggil, bahasa Kedaton, bahasa Krama Desa, dan

bahasa Jawa Kasar yang digunakan pada saat- saat dan lingkungan sosial

tertentu (Koentjaraningrat, 1999: 329).

Perbedaan penggunaan bahasa yang disebabkan oleh perbedaan

tingkatan, masyarakat Jawa juga memiliki keberagaman pada logat dan

karakter bahasa berdasarkan geografi. Sesuai pada keadaan geografis

pulau Jawa, maka dapat dibedakan beberapa subdaerah linguistik yang

masing-masing mengembangkan logat bahasa Jawa. Beberapa daerah

yang berada disekitar peradaban suka Jawa juga mempengaruhi logat

Bahasa Jawa yang beragam. (Koentjaraningrat, 1984: 23)

Masyarakat Jawa juga mengenal tulisan asli yang merupakan

identitas mereka yaitu tulisan Jawa. Tulisan Jawa berasal dari suatu

bentuk tulisan Sansekerta Dewanagari dari India Selatan yang biasa

disebut dengan tulisan Palawa, tetapi dalam waktu berabad-abad tulisan

itu mengalami perubahan hingga menjadi Aksara Jawa yang sering

Page 48: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

34

digunakan pada kesusastraan Jawa. Namun sekarang dalam kehidupan

sehari-hari orang Jawa menggunakan huruf latin tidak menggunakan

tulisan Jawa (Koentjaraningrat, 1984: 21).

Sistem teknologi masyarakat Jawa dipengaruhi oleh mata

pencahariannya. Mata pencaharian masyarakat Jawa berasal dari

pekerjaan-pekerjaan kepegawaian, pertukangan dan perdagangan, tapi

yang menjadi mayoritas mata pencaharian masyarakat Jawa di desa

adalah bertani. Mata pencaharian masyarakat Jawa sangat berpengaruh

terhadap kebudayaanya. Masyarakat Jawa masa kini sudah lebih modern

dalam hal teknologi dan mata pencahariannya juga lebih beragam.

Kodiran (Koentjaraningrat, 1999: 344), menjabarkan masyarakat

Jawa membedakan kelompok masyarakat menjadi priyayi dan bendara

yang terdiri dari pegawai negeri, kaum terpelajar, keluarga kraton dan

keturunan bangsawan yang hidup di kota dengan wong cilik seperti

petani-petani, tukang-tukang, pekerja kasar dan lain sebagaiya.

Berdasarkan gengsi kelompok priyayi dan bendara merupakan lapisan

paling atas, sedangkan wong cilik berada di lapisan paling bawah.

Meskipun saat ini perbedaan antara kedua kelompok masyarakat di atas

tidak terlalu mencolok dan terlihat, namun hal itu mempengaruhi proses

pembentukan kebudayaan masyarakat Jawa. Misalnya pada kelompok

masyarakat wong cilik dalam bertani muncul budaya- budaya menanam

atau teknologi menanam mulai dari cara membajak (luku), persemaian

benih (pawinih), pemindahan tunas (nguriti/ndaut), hingga menuai padi.

Page 49: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

35

Masyarakat Jawa juga sering membuat suatu pertunjukkan seni

budaya sebagai wujud syukur kepada sang pencipta atas hasil panennya.

Mereka juga memiliki cara sendiri dalam berekreasi dan berkesenian.

Sedangkan pada kelompok masyarakat priyayi dan bendara, budaya

timbul kehidupan sehari- hari mereka dalam hal busana, cara bergaul,

dan lain sebagainya. Biasanya kebudayaan Jawa yang hidup di kota- kota

Yogyakarta dan Surakarta (Solo) merupakan peradaban orang Jawa yang

berakar di Kraton.

Pola rekreasi dan kesenian terdapat keberagaman yang dimiliki

oleh budaya Jawa. Masyarakat Jawa sejak dulu memiliki kesenian

sendiri-sendiri di berbagai lapisan masyarakat. Koentjaraningrat (1984:

212) menjelaskan kesenian yang biasanya selalu ada di masyarakat desa

adalah penari wanita (ledhek), tarian tayuban, dan pertunjukkan wayang

kulit. Kesenian-kesenian itu yang dikembangkan bervariasi pada setiap

daerah. Tak jarang pelaku seni desa yang tersohor dan berbakat diminta

untuk mengadakan pertunjukkan di kota. Tarian-tarian rakyat Jawa sejak

dulu merupakan sumber ilham kesenian istana atau kraton. Sehingga

kesenian masyarakat kota berpengaruh terhadap kesenian masyarakat

kota di kebudayaan Jawa. Dibandingkan dengan masyarakat desa,

kelompok priyayi lebih sering mengadakan acara yang mempertunjukkan

kesenian dan budaya Jawa seperti pada upacara khitanan, perkawinan

dan kelahiran. Kemudian ditegaskan kembali oleh Koentaraningrat

(1984: 286) bahwa bentuk kesenian Jawa yang begitu digemari priyayi

Page 50: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

36

Jawa, yaitu seni drama wayang kulit maupun wayang orang, seni suara

gamelan yang erat kaitannya dengan tarian-tarian Jawa istana. Tarian-

tarian Jawa yang ada di istana atau kraton sangat banyak dan beragam

serta terus berkembang hingga saat ini. Tarian-tarian di istana dan kraton

adalah tarian yang sakral dan penuh dengan arti kehidupan, bahkan sudah

menjadi tradisi yang turun temurun.

Sistem sosialisasi masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi

kesopanan dan kesantunan. Adat istiadat masyarakat Jawa

mengedepankan sopan santun untuk menghargai orang lain. Tingkah laku

inilah yang menjadi karakteristik masyarakat Jawa. Budaya sopan selalu

diajarkan secara turun menurun oleh masyarakat Jawa melalui segala

aspek komunikasi yang mempertimbangkan lawan bicara atau dengan

siapa mereka bicara. Pada dasarnya tingkah laku dan adat sopan santun

orang Jawa memang sangat berorientasi secara kolateral. Masyarakat

Jawa menjunjung tinggi sikap tenggang rasa (tepa selira) antar sesama

(Koentjaraningrat, 1984: 440).

Koentjaraningrat (Munandar Soelaeman, 2001: 42) menjelaskan

bahwa nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan

manusia. Sistem nilai budaya dalam masyarakat menyangkut masalah-

masalah pokok bagi kehidupan manusia.

Orientasi nilai budaya bisa merupakan nilai, konsep, dan

kebiasaan. Dapat berupa perilaku langsung apabila menghadapi

permasalahan maupun berupa karakter. Masyarakat Jawa memiliki

Page 51: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

37

budaya yang sangat beragam dan penuh makna budi pekerti. Budaya ini

lah yang menjadikan identitas masyarakat Jawa sebagai masyarakat yang

berbudi pekerti luhur dan memiliki nilai budaya yang tinggi. Budaya

yang berbudi pekerti luhur ini yang perlu dilestarikan keberadaannya di

masyarakat Jawa untuk mempertahankan kualitas hidup namun tetap

berkembang mengikuti perkembangan zaman.

3. Hakikat Kearifan Lokal

Budaya Jawa memiliki peranan penting dalam budaya Indonesia,

termasuk bahasanya. Bahasa Jawa menjadi salah satu pemerkaya bahasa

Indonesia. Aspek yang tidak terpisahkan dari budaya adalah kearifan

lokal. Hal ini juga dijelaskan Haryati Soebadio (Ayatrohaedi, 1986: 18)

bahwa kearifan lokal merupakan suatu identitas budaya bangsa yang

menyebabkan budaya tersebut mampu menyerap dan mengolah

kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri.

Moendarjito (Ayatrohaedi, 1986: 40) menjabarkan bahwa unsur

budaya sebagai kearifan lokal memiliki ciri sebagai berikut: a) mampu

bertahan terhadap budaya luar; b) memiliki kemampuan mengakomodasi

unsur-unsur budaya luar; c) mempunyai kemampuan mengintegrasikan

unsur budaya luar kedalam budaya asli; d) mempunyai kemampuan

mengendalikan; e) mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Hoed (2008: 107) menjelaskan bahwa terdapat nilai-nilai yang

muncul dalam kecerdasan masyarakat Jawa semasa masyarakat itu

Page 52: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

38

sendiri ada. Artinya kearifan lokal Jawa itu sudah teruji oleh waktu dan

melekat pada masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan sumber di atas dapat disimpulkan bahwa

kearifan lokal merupakan akumulasi pengetahuan yang tumbuh dan

berkembang dalam sebuah komunitas yang merangkum perspektif

teologis, kosmologis, dan sosiologis. Kearifan lokal bersandar pada

filosofi, nilai-nilai, etika dan perilaku yang melembaga secara tradisional

untuk mengelola sumber daya (alam, manusia dan budaya) secara

berkelanjutan. Dapat dirumuskan sebagai pandangan hidup sebuah

komunitas mengenai fenomena alam maupun sosial yang dapat

mentradisi atau secara turun temurun dan telah ada pada suatu daerah

tertentu. Kearifan lokal dapat berbentuk sebagai kesenian, tradisi serta

nilai-nilai yang sudah melekat dan membudaya dalam suatu masyarakat

tersebut.

Masyarakat dan kebudayaan di mana pun selalu dalam keadaan

berubah, ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebab-sebab yang berasal

dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri dan sebab-sebab

perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Perubahan

ini selain karena adanya difusi kebudayaan dan adanya penemuan-

penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi. Salah satu bentuk

proses perubahan sosial yang terwujud dalam masyarakat adalah proses

yang dilakukan oleh generasi muda terhadap generasi yang lebih tua.

Proses ini dilakukan dengan belajar meniru pola tindakan generasi tua

Page 53: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

39

sehingga hasilnya berjalan lambat dan memakan waktu yang panjang.

Sedangkan perubahan di dalam masyarakat yang maju, biasanya

terwujud melalui proses penemuan dalam bentuk penciptaan baru dan

melalui proses difusi (http://m.kompasiana.com/post/read).

Proses perubahan berbagai faktor yang mempengaruhi suatu

penerimaan dan penolakan kebudayaan baru di antaranya: masyarakat

terbiasa memiliki hubungan atau kontak dengan orang-orang yang

berasal dari luar kebudayaan tersebut, pandangan hidup dan nilai-nilai

kebudayaan baru harus berlandaskan agama yang berlaku, corak struktur

sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan

baru dan suatu unsur kebudayaan bisa diterima jika sebelumnya sudah

ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan kebudayaan baru

tersebut

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk

pedoman pembelajaran berbasis budaya sebagai muatan materi tingkat

SMP/MTs yaitu unsur- unsur budaya yang dikembangkan merupakan jati

diri masyarakat Jawa yang terdiri atas :

1. Nilai- nilai luhur dibagi menjadi empat bagian: yaitu a) nilai

luhur spiritual yang mencakup nilai kejujuran, kesusilaan, dan

nilai kesabaran, b) nilai luhur personal moral yang mencakup

mencakup nilai kerendahan hati, tanggung jawab, percaya diri,

pengendalian diri, integritas, kepemimpinan, ketelitian,

ketangguhan, welas asih, kesopanan atau kesantunan dalam

Page 54: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

40

bersikap, c) nilai luhur sosial mencakup nilai kerja sama, nilai

keadilan, kepedulian, ketertiban dan toleransi nasionalisme, d)

nilai luhur bersikap dan berperilaku mencakup nilai sikap cinta

tanah air dan menjunjung tinggi kearifan lokal dan menghargai

budaya nasional.

2. Artefak dibagi menjadi: a) artefak seni sastra mencakup

tembang (gedhe, tengahan, macapat, dolanan), geguritan dan

sesorah, b) artefak seni pertunjukan mencakup tarian rakyat,

musik tradisional, teater tradisional, dan wayang kulit, c)

artefak seni lukis mencakup batik, d) artefak seni busana

mencakup busana adat, e) artefak seni kriya mencakup kriya

logam, kriya kayu, kriya tanah, kriya kulit, anyaman, kriya

tekstil, f) artefak seni arsitektur mencakup bangunan rumah

tinggal, bangunan umum, bangunan rumah ibadah, bangunan

istana, perabot, g) artefak seni boga mencakup santapan,

makanan ringan, minuman khas, g) artefak ilmu kesehatan

mencakup ngadi salira (jamu, lulur, dll), h) artefak seni

permainan tradisional mencakup permainan tradisional adat.

3. Adat dibagi menjadi: a) adat sosial mencakup jati diri dalam

lingkungan masyarakat (gotong royong, upacara ritual), b) adat

ekonomi mencakup sistem lumbung desa, sistem pertanian,

dan pranata mangsa (penanggalan, musiman, pasaran), c) adat

Page 55: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

41

politik mencakup rembug desa, struktur pemerintahan dari rt,

rw dan lurah.

(http://rudidarmawandisdikkotayk.wordpress.com//pedoman-

pembelajaran-berbasis-budaya)

Kesimpulannya masyarakat Jawa membagi setiap unsur-unsur

budaya tidak lepas dari tradisi yang sudah dilaksanakan oleh para leluhur.

Tradisi ini tetap dilestarikan bahkan dijadikan pedoman hidup,

pelaksanaan upacara ada dan struktur pemerintahan.

4. Nilai dan Budi Pekerti Budaya Jawa

Nilai budaya sifatnya sangat umum namun sulit dijelaskan secara

rasional dan nyata yang diresapi masyarakat sejak kecil dalam kehidupan

masyarakatnya serta dipatuhi sebagai pedoman hidup. Selanjutnya nilai

budaya ini yang diteruskan kedalam norma-norma masyarakat. Menurut

Koentjaraningrat (1996: 76) nilai budaya terdiri dari konsep-konsep

mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga dan penting oleh warga

suatu masyarakat, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman

orientasi pada kehidupan para warga masyarakat yang bersangkutan.

Budaya inilah yang menjadi karakteristik melalui penerapan adat- istiadat

di suatu masyarakat.

Kneller (1989: 89) memberikan pengertian nilai budaya adalah

cita-cita tertinggi yang berharga untuk diperjuangkan. Beberapa nilai

tersebut sangat jelas seperti kejujuran, sementara yang lain sulit

diungkapkan seperti kepercayaan akan nilai tertinggi harkat individu.

Page 56: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

42

Kesimpulannya adalah nilai budaya secara umum dapat dikatakan

sebagai hal yang penting dan berharga dari suatu budaya sehingga patut

untuk diperjuangkan. Nilai-nilai ini yang menjadi fokus masyarakat

penganutnya dan dijadikan pedoman kehidupan. Budaya masyarakat

Jawa memiliki nilai-nilai luhur yang juga digunakan sebagai pedoman

hidup hingga saat ini.

Koentjaraningrat (Budiono Herusatoto, 2008: 164) menjabarkan

nilai tradisi dibagi menjadi empat, yaitu: a) nilai budaya adalah berupa

ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan

masyarakat misalnya gotong royong atau sifat suka kerjasama berdasar

solidaritas; b) norma adalah nilai budaya yang sudah terkait kepada

peranan anggota masyarakat dalam lingkungannya, dan menjadi

pedoman tingkah laku masing-masing; c) sistem hukum adalah hukum

adat pernikahan dan hukum adat kekayaan; d) aturan khusus adalah

mengatur kegiatan yang jelas terbatas ruang lingkup dalam masyarakat

dan bersifat konkret.

Nilai budaya Jawa dipandang sebagai bagian paling abstrak dari

sistem budaya manusia dan sikap masyarakat merupakan fokus dari

kebudyaan masyarakat Jawa yang telah menyatu di dalam kehidupan

seluruh masyarakat Jawa. Nilai budaya Jawa merupakan bagian dari

budaya yang mencerminkan karakter budaya tersebut secara keseluruhan.

Budaya Jawa menjunjung tinggi budi pekerti dan pembentukan akhlak

mulia demi bekal hidup di masa depan. Pada masyarakat Jawa nilai-nilai

Page 57: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

43

budaya luhur dan budi pekerti ditanamkan sejak dini. Jumlah nilai

budaya Jawa sangat banyak dan beragam.

Hal ini senada dengan penjabaran Budiono Herusatoto (2008:

145) tentang panca kreti atau lima perbuatan untuk menilai tingkah laku

seseorang yang dipakai sebagai paradigma, yaitu : a) trapsila adalah

penilaian pertama seseorang dilihat dari gerak gerik, polah tingkah, cara

menghormati orangtua dan sesamanya; b) ukara adalah penilaian

seseorang menurut gaya bicaranya dilihat dari runtut, jelas, jujur dan

sebaliknya; c) sastra adalah penilaian seseorang menurut kepandaiannya

dalam bekerja dilihat dari kalimat atau bahasa dalam menulis

menggunakan kalimat yang baik atau tidak; d) susila adalah penilaian

seseorang menurut moral dilihat dari banyak ditemukannya seseorang

yang sopan dan santun namun moralnya tidak dapat dipertanggung

jawabkan; e) karya adalah penilaian seseorang melalui hasil karya yang

dikerjakannya.

Manusia dibentuk oleh kesusilaan yang berarti bahwa manusia

hidup dalam norma-norma yang membatasi tingkah lakunya, yang

menunjukkan bagaimana bertingkah laku dalam masyarakat. Adanya

keseimbangan antara kebutuhan individu dan masyarakat juga

merupakan salah satu bentuk kesusilaan. Hal ini sesuai dengan

penjabaran Hadiatmaja bahwa nilai-nilai yang mendasari keselarasan dan

keseimbangan tersebut antara lain mawas diri, budi luhur, tepa slira,

mrawira, rasa rumangsa (http://kotakita.weebly.com).

Page 58: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

44

Budaya Jawa menjunjung tinggi budi pekerti dan pembentukan

akhlak mulia demi bekal hidup di masa depan. Pada masyarakat Jawa

nilai-nilai budaya luhur dan budi pekerti ditanamkan sejak dini. Jumlah

nilai budaya Jawa sangat banyak dan beragam. Nilai-nilai budaya Jawa

tercermin pada nilai-nilai budaya nusantara yang tercantum dalam

Peraturan Daerah (Perda) D.I. Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2011, pasal

dua ayat dua menyebutkan bahwa :

“ Nilai-nilai luhur budaya sebagaimana dimaksud pada ayat satu

diantaranya meliputi a) kejujuran, b) kerendahan hati, c)

ketertiban/kedisiplinan, d) kesusilaan, e) kesopanan/kesantunan, f)

kesabaran, g) kerjasama, h) toleransi, i) tanggung jawab, j) keadilan, k)

kepedulian, l) percaya diri, m) pengendalian diri, n) integritas, o) kerja

keras, p) ketelitian, q) kepemimpinan, r) ketangguhan”

( http://www.pendidikan-diy.go.id).

Nilai-nilai budaya Jawa ditanamkan dan dipelajari sejak kecil

bermula dari keluarga dan lingkungan sekitar melalui penanaman budi

pekerti. Suwardi Endraswara (2006: 23) memaparkan penanaman budi

pekerti masyarakat Jawa melalui beberapa pembentukan yaitu a)

pembentukan akhlak keselarasan dengan cara menanamkan prinsip

hormat yang terkait dengan unggah-ungguh dan tata krama Jawa,

menanamkan kerukunan hidup; b) pembentukan akhlak keutamaan hidup

dengan cara menanamkan watak arif dan jujur, menanamkan akhlak

mawas diri, menanamkan watak ikhlas, membentuk watak eling yang

dimaksudkan bahwa manusia harus selalu ingat kepada Tuhan Yang

Maha Esa; c) pembentukan akhlak sopan santun dengan cara membentuk

sikap rendah hati, membentuk unggah-ungguh dan tatakrama yang baik

Page 59: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

45

dan benar yang merujuk pada aturan yang baik untuk mendidik

kesopanan masyarakat dan d) pembentukan watak pengendalian diri

dengan cara membentuk akhlak ngati-ati yaitu setiap perbuatan atau

tindakan harus dilakukan dengan penuh perencanaan dan tidak terburu-

buru, penanaman watak nrima yaitu manusia hendaklah selalu menerima

kehendak dan takdir Tuhan.

Penanaman nilai budaya Jawa melalui pendidikan berbasis

budaya di Indonesia memiliki kaitan yang erat dengan konsep pendidikan

Tamansiswa. Hal ini disebabkan Ki Hadjar Dewantara sebagai pendiri

Tamansiswa yang juga merupakan bapak pendidikan nasional yang telah

meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional yang berorientasi budaya.

Sehingga ada pengaruh yang kuat dari konsep taman siswa terhadap

pendidikan berbasis budaya di Indonesia. Berikut adalah butir-butir

konsep Tamansiswa yang di kemukaan Ki Hadjar Dewantara (H.A.R

Tilaar, 2000: 68):

a. Bahwa kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, bahkan

kebudayaan merupakan alas atau dasar pendidikan.

b. Kebudayaan yang menjadi alasan pendidikan tersebut haruslah bersifat

kebangsaan.

c. Pendidikan mempunyai arah yaitu untuk mewujudkan keperluan

perikehidupan.

d. Arah tujuan pendidikan ialah untuk mengangkat derajat negara dan

rakyat.

Page 60: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

46

e. Pendidikan yang visioner.

Terlihat pada butir-butir rumusan konsep Tamansiswa bahwa

pendidikan menjunjung tinggi kebudayaan bahkan menjadi landasan

dalam penyelenggaraan pendidikan karena kebudayaan merupakan

karakter suatu bangsa. Ki Hadjar Dewantara tidak hanya berbicara

mengenai masyarakat Jawa saja, tetapi yang dimaksud adalah masyarakat

kebangsaan Indonesia artinya kebudayaan yang dimiliki atau yang akan

dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat Indonesia. Kemudian

pendidikan pada konsep taman siswa dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat yang riil dengan tujuan untuk meningkatkan

derajat negara dan rakyat. Pendidikan nasional mengangkat unsur

ketaman siswaan dalam menerapkan budaya sebagai landasan pendidikan

untuk meningkatkan hak-hak asasi manusia dan melaksanakan tanggung

jawab bersama sebagai bangsa Indonesia daam melestarikan budaya

bangsa.

Beberapa nilai budaya diatas diatas menjelaskan bahwa

pandangan hidup orang Jawa memiliki keseimbangan dan keselarasan

serta menerima segala sesuatu yang diberikan oleh Tuhan. Masyarakat

Jawa menjunjung tinggi kaidah-kaidah tersebut dalam hidup dengan

sesama karena mereka percaya, perbuatan baik akan dibalas dengan

perbuatan baik begitu pula sebaliknya. Masyarakat Jawa asli memegang

teguh pendirian dan kepercayaannya. Walaupun banyak pengaruh dari

luar, masyarakat Jawa tetap menjalankan nilai luhur budaya lokal mereka

Page 61: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

47

dan patuh terhadap budaya atau adat istiadat mereka. Nilai kesatuan

dalam bentuk gotong royong merupakan ciri khas masyarakat Jawa dan

masih banyak lagi nilai budaya yang menunjukkan kearifan lokal

masyarakat Jawa. Nilai-nilai luhur budaya Jawa yang mengutamakan

keselarasan inilah yang perlu di tanamkan kepada pewaris bangsa sebagai

bekal dalam pembangunan.

Pendidikan humaniora dalam masyarakat Jawa yang mengajarkan

nilai-nilai kemanusiaan dan pernyataan simbolisnya merupakan bagian

integral dari sitem budaya sehingga dapat ditemukan macam pendidikan

humaniora sesuai dengan pengelompokan masyarakat. Dalam setiap

kelompok masyarakat, pendidikan itu diselenggarakan baik secara formal

dan informal melalui bentuk komunikasi sosial.

Pendidikan dalam lingkungan keluarga secara tidak langsung

membentuk watak dan karakter seseorang. Ketika beranjak remaja dan

menjadi dewasa watak terbagi menjadi watak buruk dan watak baik.

Senada dengan itu, Budiono Herusatoto (2008: 146) menjabarkan budaya

Jawa memiliki pandangan terhadap watak baik seseorang, yaitu a) rereh

adalah watak sabar dan mengekang diri; b) ririh adalah watak tidak

tergesa-gesa atas segala sesuatu itu sebelum diperbuat atau dipirkan

terlebih dahulu; c) ngati-ati adalah watak selalu berhati-hati dalam setiap

tindakan. Pendidikan budi pekerti perlu dibangun seiring penanaman

disiplin ilmu pengetahuan untuk bekal peserta didik di masa depan.

Page 62: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

48

Budiono Herusatoto (2008: 147) menjabarkan watak seseorang

tidak selalu baik, namun ada halnya watak itu buruk, yaitu a) adigang

adalah watak sombong karena mengandalkan diri kepada kedudukaan

atau pangkat dan derajat; b) adigung adalah watak sombong karena

mengandalkan kepandaian dan kepintaran diri sendiri, sehingga

meremekan orang lain; c) adiguna adalah watak sombong karena

mengandalkan kepada keberanian dan kepintaran bersilat lidah atau

berdebat.

Setiap tatanan serta aturan mengandung nilai dan pesan moral

yang dijadikan rambu-rambu bertingkah laku dalam kehidupan

bermasyarakat oleh suku Jawa. Salah satunya berupa tradisi simbolis

lisan yang berupa nasihat atau ungkapan yang diucapkan orangtua

kepada anak. Makna yang terkandung dalam nasihat dan ungkapan

orangtua kepada anaknya dapat dilihat dari segi budi luhur, budi pekerti

dan etika. Tradisi simbolis yang digunakan sebagai rambu-rambu dalam

tingkah laku dalam masyarakat Jawa tidak hanya sebatas lisan yang

diberikan orangtua kepada anaknya. Dapat berupa pendidikan budi

pekerti di sekolah dan melalui kesenian. Secara tradisional, budi pekerti

mulai ditanamkan sejak masa kanak-kanak, baik di rumah maupun

disekolah kemudian berlanjut di kehidupan bermasyarakat. Pendidikan

informal atau pendidikan didalam lingkungan keluarga mulai ditanamkan

pengertian baik dan benar seperti etika, tradisi lewat dongeng, tembang,

Page 63: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

49

dolanan atau permainan anak-anak dan kesenian lain yang mencerminkan

hidup bekerjasama dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan.

Suwardi Endraswara (2006: 72) menjelaskan bahwa sebagai

contoh pertama selain berperilaku halus dan sopan, juga berbahasa yang

baik untuk menghormati sesama. Bahasa yang digunakan seperti krama

atau bahasa halus yang digunakan oleh seseorang yang lebih muda

kepada seseorang yang lebih sepuh atau tua dan ngoko atau bahasa biasa

yang digunakan oleh seseorang yang muda dengan sebayanya. Contoh

kedua yaitu melantunkan tembang sebagai pengantar tidur dengan tujuan

penuh permohonan kepada Yang Maha Pencipta.

Selain pendidikan informal dan non-formal yang berkembang dan

berpengaruh positif, pendidikan formal sangat berpengaruh bagi tumbuh

kembang siswa selanjutnya. Adapun implementasinya di bagi menjadi :

a) Pendidikan Budi Pekerti, pendidikan budi pekerti merupakan program

pengajaran di sekolah yang bertujuan mengembangkan watak atau

tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan

sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat

dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afektif

(perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir

rasional) dan ranah skill (keterampilan dalam mengolah data,

mengemukakan pendapat, dan kerjasama).

b) Media Pendidikan Budi Pekerti, dalam mempelajari pendidikan budi

pekerti tidak semata-mata memberikan pemahaman dan pengertian

Page 64: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

50

mengenai sopan santun dan moral saja, tetapi perlu adanya

pembiasaan baik berupa lisan atau artefak yaitu: 1) memasang tokoh

wayang di sekolah. Waluyo (Suwardi Endraswara, 2006: 73)

mengemukakan dalam cerita wayang, biasanya budi pekerti yang

jahat akan kalah dengan budi pekerti yang baik. Tokoh-tokoh

wayang dapat digunakan sebagai media penanaman budi pekerti, 2)

memberdayakan lagu dolanan anak. Dalam tembang dolanan anak,

dibagi menjadi tiga watak yaitu 1) membentuk watak yang religius

dengan cara peserta didik akan belajar watak religi dari keluarga.

Jika keluarga termasuk taat dalam menjalankan kaidah religi, tentu

peserta didik akan menurutnya, 2) membentuk watak rajin dan tidak

sombong dengan cara penanaman sikap rajin, baik dalam belajar

maupun bekerja saat di sekolah, 3) membentuk watak prihatin

dengan cara belajar berpuasa (Suwardi Endraswara, 2006: 84).

Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal empat yang berbunyi, “ Pendidikan Nasional bertujuan

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan.”

Page 65: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

51

Menurut draft kurikulum berbasis kompetensi tahun 2001,

pengertian budi pekerti dapat ditinjau dengan dua cara, yaitu :

konsepsional dan operasional,

a) Pendidikan Budi Pekerti secara Konsepsional mencakup hal-hal

sebagai berikut: usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam

segenap peranannya sekarang dan masa yang akan datang, upaya

pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, dan

perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan

tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, dan seimbang dalam hal

lahir batin, material spiritual, dan individu sosial, dan upaya

pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi

seutuhnya yang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan,

pembiasaan, pengajaran, dan latihan serta keteladanan.

b) Pendidikan Budi Pekerti secara Operasional adalah upaya untuk

membekali peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan

selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal masa

depan agar memiliki hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta

menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan

dan sesama makhluk. Dengan demikian terbentuklah pribadi

seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa ucapan, perbuatan,

sikap, pikiran, perasaan, kerja, dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai

Page 66: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

52

agama serta norma dan moral luhur bangsa.

(http://www.diskominfo.karangasembkab.go.id)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan dalam

pendidikan, budi pekerti akan mengidentifikasi perilaku positif yang

diharapkan dapat terwujud dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap,

perasaan, dan kepribadian peserta didik. Pada tahap awal proses

penanaman nilai, siswa diperkenalkan pada tatanan hidup bersama.

Peserta didik harus dikondisikan dan diajak untuk melihat dan

mengalami hidup bersama yang baik dan menyenangkan.

Paul Suparno (Nurul Zuriah, 2007: 46) menjabarkan bahwa nilai-

nilai budi pekerti yang perlu ditanamkan pada jenjang Sekolah Dasar

yaitu a) religius dengan cara mengenal hari-hari besar agama dan

menjelaskan nilai-nilai hidup masing-masing agama serta saling

menghormati antar agama, b) sosial dengan cara melalui kegiatan baris-

berbaris untuk masuk kelas hal ini akan memperkenalkan siswa sikap

saling menghargai, saling membantu, saling memperhatikan dan

kerjasama, c) gender dengan cara menanamkan kesetaraan gender, d)

keadilan dengan cara memperlakukan dan memberikan kesempatan serta

hak dan kewajiban yang sama bagi laki-laki dan perempuan secara wajar,

e) demokrasi dengan cara sikap menghargai dan mengakui adanya

perbedaan dan keragaman pendapat secara wajar, jujur, dan terbuka.

Siswa juga diajarkan untuk membuat kesepakatan dan kesepahaman

bersama secara terbuka dan saling menghormati, f) kejujuran dengan cara

Page 67: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

53

melalui kegiatan mengoreksi hasil ujian secara silang dalam kelas. Cara

ini semata bukan untuk meringankan tugas guru, namun untuk

menanamkan kejujuran dan tanggung jawab pada diri siswa, g)

kemandirian dengan cara melalui kegiatan ekstrakurikuler. Melalui

kegiatan ini siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk mengeksplorasi

kemampuan yang dimiliki dan mengembangkannya seoptimal mungkin,

h) daya juang dengan cara melalui kegiatan olahraga. Pertumbuhan fisik

merupakan perkembangan proses tahap demi tahap dan untuk mencapai

perkembangan yang optimal dibutuhkan daya dan semangat juang. Dan

juga untuk menumbuhkan sikap sportivitas pada siswa. Berani bersaing

secara wajar, namun juga berani untuk menerima kekalahan dan

mengakui kemenangan orang lain dengan setulus hati, i) tanggung jawab

dengan cara pembagian tugas piket kelas secara bergiliran. Kebersihan

dan kenyamanan kelas bukan hanya tugas karyawan namun menjadi

tanggung jawab bersama, j) penghargaan terhadap lingkungan alam

dengan cara pelaksanaan tugas kerja bakti yang berkaitan dengan

semangat kerjasama atau gotong royong. Dalam kerja bakti tidak hanya

berbicara tentang menyapu dan membersihkan halaman tetapi juga

menjaga tanaman dan tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah agar

tetap asri dan terjaga dengan baik.

Wujud penanaman nilai luhur budaya Jawa salah satunya adalah

seni. Terdiri dari seni rupa, seni sastra, seni suara, seni tari, seni musik,

Page 68: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

54

dan seni drama. Aktifitas seni merupakan salah satu dari perilaku

manusia yang dalam pengungkapannya penuh dengan tindakan simbolis.

Sejalan dengan pemikiran diatas, Ir. Sri Mulyono (Budiono

Herusatoto, 2008: 178) menjelaskan bahwa dalam budaya Jawa, wayang

kulit purwa merupakan kesenian yang merangkum beberapa unsur seni

dalam satu kesatuan seni, yaitu; a) tindakan simbolis yang pertama

dilakukan oleh yang menanggap wayang dengan tujuan misalnya untuk

meruwat atau hajatan dan menyediakan ubarampe (keperluan untuk

pertunjukan wayang; b) tindakan simbolis yang kedua dilakukan oleh

dalang sebagai tokoh utama dalam pagelaran wayang, yang menguasai

jalan cerita, kode atau pertanda penabuh gamelan dan yang

menggerakkan wayang; c) tindakan simbolis yang ketiga dilakukan oleh

para penabuh gamelan dan sinden. Iringan gamelan ada 7 tahapan, yaitu

klenengan, talu, pethet nem, pathet sanga, pathet manyura, tancep kayon,

dan golek; d) tindakan simbolis yang keempat dilakukan oleh pencipta

atau penyungging wayang. Wanda wayang yang terdiri dari bentuk,

warna, macam pakaian, serta dedeg dan tinggi rendahnya ukuran wayang

memiliki arti yang berbeda; e) seni tari memiliki seluruh tindakan

simbolis hampir diseluruh gerak langkah atau pola-pola setiap tarian; f)

seni busana atau pakaian, masyarakat Jawa memiliki aturan simbolis dari

corak dan jenis kain, potongan dan warna baju, bentuk dan corak kain

penutup kepala melambangkan kebesaran dan tingkat ilmu atau usia dari

Page 69: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

55

masing-masing pemakainya; g) seni rupa dikenal sebagai bentuk simbolis

dengan tujuan dan maksud tertentu yang bersifat magis.

Seni tembang merupakan media dakwah dalam penyebaran Islam

pada masa Walisongo. Tembang macapat merupakan salah satu

kelompok tembang yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh

masyarakat sejak dulu. Masyarakat Jawa tradisional meyakini tembang

tersebut memiliki makna proses kehidupan manusia, proses dimana

Tuhan memberikan ruh, hingga manusia tersebut kembali lagi kepada-

Nya. Fase kehidupan manusia dalam falsafah Jawa berdasarkan tembang

macapat, yaitu: a) maskumambang adalah gambaran dimana manusia

masih di alam ruh, yang kemudian di tanamkan dalam rahim ibu; b) mijil

adalah gambaran dari proses kelahiran manusia; c) sinom adalah

gambaran dari masa muda yang indah penuh harapan dan angan-angan;

d) kinanthi adalah gambaran dari masa pembentukan jati diri dan meniti

jalan menuju cita-cita, berasal dari kata kanthi yang artinya tuntun; e)

asmaradhana adalah gambaran dari masa-masa dirundung asmara,

dimabuk cinta; f) gambuh berasal dari kata jumbuh yang artinya bersatu,

memiliki arti berkomitmen untuk menyatukan cinta dalam rumah tangga;

g) dhandanggula adalah gambaran dari kehidupan yang telah mencapai

tahap kemapanan sosial, kesejahteraan, hidup yang berkecukupan; h)

durma adalah gambaran perwujudan dari rasa syukur kita kepada Tuhan,

maka dalam hidup kita harus bersedekah; i) pangkur adalah gambaran

manusia memiliki fase kehidupan dimana dia akan mulai mundur dari

Page 70: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

56

kehidupan ragawi dan menuju kehidupan jiwa atau spiritualnya; j)

megatruh adalah gambaran terpisahnya nyawa dari jasad manusia; k)

pocung adalah gambaran dimana manusia yang tertinggal hanyalah jasad

dan dibalut dalam kain kafan menuju liang lahat

(http://budayasenijawa.wordpress.com).

Berdasarkan pendapat narasumber tersebut dapat disimpulkan

bahwa tradisi masyarakat Jawa dalam menanamkan nilai budaya yang

mengandung ajaran budi pekerti dan norma-norma lainnya kepada

generasi selanjutnya tidak hanya melalui tembang dan kegiatan

religiusitas saja, namun dapat ditanamkan melalui kesenian wayang,

gamelan, tari dan seni rupa. Walaupun ada ungkapan yang saat ini tidak

lagi relevan karena kemajuan zaman, namun kearifan ini perlu pula

dipakai sebagai model bagi penanaman dan pengembangan budi pekerti

luhur atau pendidikan karakter bagi generasi muda. Pendidik dapat

memberi tauladan moralitas berkomunikasi di sekolah. Dimana moralitas

tersebut berhubungan dengan unggah-ungguh dan sopan santun yang

tepat (Suwardi Endraswara, 2006: 59).

D. Budaya Sekolah

Aan Komariah dan Cepi Triatna (2008: 45) mengemukakan

bahwa sekolah sebagai suatu organisasi memiliki budaya tersendiri yang

dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai persepsi, kebiasaan-kebiasaan,

kebijakan pendidikan, dan perilaku orang di dalamnya. Budaya sekolah

menampakkan sifat “unik”, yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan

Page 71: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

57

aturan, kebiasaan-kebiasaan, upacara, dan lambang yang memberikan

corak yang khas kepada sekolah yang bersangkutan. Apa yang

ditampilkan oleh setiap sekolah sesungguhnya menggambarkan budaya

sekolah yang mempunyai pengaruh mendalam terhadap proses dan cara

belajar.

Penerapan budaya pada pendidikan diperlukan berbagai strategi.

Strategi tersebut digunakan untuk mengimplementasikan budaya Jawa

terutama nilai dan budi pekerti yang merupakan kompetensi sikap dan

tidak bisa menjadi mata pelajaran. Ajat Sudrajat (Darmiyati Zuchdi,

2011: 152), mengatakan bahwa pelaksanaan budaya sekolah untuk

membentuk karakter terpuji diorganisasikan dan diterapkan

menggunakan strategi sebagai berikut: a) permodelan (modeling), yaitu

pihak sekolah harus memahami pentingnya permodelan bagi peserta

didik dalam bersikap di lingkungan sekolahnya, memperlakukan dan

melayani orangtua maupun memperlakukan dan melayani peserta didik

sendiri. Selain pendidik, orang tua juga memainkan peranan yang sangat

penting sebagai model bagi anak-anaknya. Selain itu, masyarakat juga

sebagai contoh dan model yang dapat menjadi pendorong keberhasilan

para peserta didik dalam menerapkan nilai, norma dan kebiasaan-

kebiasaan yang baik, b) pengajaran (teaching), yaitu pihak sekolah

bersama keluarga dan masyarakat harus memberikan perhatian yang

serius terhadap pentingnya pembelajaran nilai, norma, dan kebiasaan-

kebiasaan yang baik bagi peserta didik. Semua kegiatan harus

Page 72: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

58

diorganisasikan secara tepat sesuai dengan karakter yang sedang

dibudayakan, (c) penguatan lingkungan (reinforcing), yaitu agar

pendidikan karakter dapat berkembang dan berjalan dengan efektif harus

didiukung dengan adanya penguatan yang konsisten yaitu dengan

dilaksanakan komunikasi secara terus menerus berkaitan dengan nilai,

norma, kebiasaan-kebiasaan yang telah menjadi prioritas dan juga

memberikan kesempatan peserta didik untuk menerapkan nilai-nilai

tersebut. Penguatan tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan yang

mendukung keterlaksanaan pendidikan tersebut atau pemasangan slogan-

slogan yang bermuatan nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan baik,

majalah dinding dan lain sebagainya.

Semua individu memiliki posisi yang sama untuk mengangkat

citra melalui performance yang merujuk pada budaya sekolah efektif

(Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2008: 103).

Montago dan Dawson mengartikan bahwa budaya merupakan the

way of life, yaitu cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu

pula dari suatu bangsa (Daryanto, 2015: 1). Deal dan Kennedy

mengatakan bahwa budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai

milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai

warga suatu masyarakat (Daryanto, 2015: 9).

Sharifah menjabarkan bahwa budaya sekolah boleh diartikan

sebagai cara hidup sekolah yang meliputi segala perbuatan sekolah diluar

dan didalam ruangan yang mencerminkan nilai, kepercayaan dan norma

Page 73: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

59

yang bekerjasama sesama warganya, ada yang diwarisi secara turun

temurun, ada yang telah dibentuk oleh warga sekolah itu sendiri

(Daryanto, 2015: 20). Menurut lingkup tatanan dan pola yang menjadi

karakteristik sebuah sekolah, kebudayaan memiliki dimensi yang dapat

diukur, menjadi ciri budaya sekolah seperti: a) tingkat tanggung jawab,

kebebasan dan independensi warga sekolah, komite sekolah lainnya

dalam berinisiatif, b) sejauh mana warga sekolah atau personil sekolah

dianjurkan dalam bertindak progresif, inovatif, dan berani mengambil

resiko, c) sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi,

tujuan, sasaran sekolah, dan upaya mewujudkannya (Daryanto, 2015:

18).

Berdasarkan pendapat dari beberapa sumber di atas budaya

sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah dan

mutu kehidupan yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau aktif,

positif dan profesional.

E. Kegiatan Ekstrakurikuler

Usman dan Lilis (1993: 22) menjelaskan pengertian kegiatan

ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran

baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud

serta tujuan untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan,

pengetahuan, serta kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai

bidang studi.

Page 74: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

60

Suharsimi Arikunto (Suryosubroto, 1997: 271) menjabarkan

kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, diluar struktur

program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan. Kegiatan

ekstrakurikuler tercantum dalam Permendikbud No. 62 Tahun 2014 yang

menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler

yang dilakukan siswa diluar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan

kegiatan korikuler, dibawah bimbingan dan pengawasan satuan

pendidikan.

Kesimpulannya kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan

tambahan diluar jam pelajaran yang diadakan dengan maksud

memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan

siswa. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan.

Pelaksanaan ekstrakurikuler di sekolah sangat bervariatif

tergantung dari kebijakan sekolah, sarana dan prasarana, tenaga dan dana

yang tersedia serta sesuai dengan otonomi daerah (Khamidi, 2008: 98).

Tujuan kegiatan ekstrakurikuler pada umumnya adalah untuk

mengembangkan bakat siswa sesuai dengan minatnya. Kegiatan ini juga

bermanfaat untuk mengisi waktu luang anak didik pada kegiatan yang

positif dan dapat memperkaya ketrampilan, meningkatkan rasa percaya

diri, menumbuhkan jiwa sportivitas dan lain sebagainya.

Usman dan Lilis (1993: 22) menjabarkan tujuan dari kegiatan

ekstrakurikuler yaitu : a) meningkatkan kemampuan anak didik dalam

Page 75: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

61

aspek kognitif maupun afektif; b) mengembangkan bakat serta minat

siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju manusia seutuhnya; c)

mengetahui serta membedakan hubungan antara satu mata pelajaran

dengan mata pelajaran lainnya.

Kesimpulannya kegiatan ekstrakurikuler memiliki tujuan dapat

mengembangkan bakat dan minat sesuai kemampuan siswa,

mengembangkan karakter siswa, dapat melatih sikap kerjasama, disiplin,

kejujuran dan tanggung jawab pada siswa. Dengan kata lain, kegiatan ini

memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa dalam upaya pembinaan

manusia seutuhnya.

Orientasi kegiatan ekstrakurikuler ini adalah untuk lebih

memperkaya dan memperluas wawasan keilmuan dan kepribadian serta

meningkatkan kemampuan tentang sesuatu yang telah dipelajari dalam

satu bidang studi. Seperti yang tersebut dalam tujuan pelaksanaan

ekstrakurikuler sekolah kegiatan ekstrakurikuler harus meningkatkan

kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif dan psikomotor,

mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi

menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif, dapat mengetahui

dan mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan

pelajaran lainnya. (http://pengertian-kegiatan-ekstrakurikuler.html)

Page 76: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

62

Keterkaitan kegiatan ekstrakurikuler dengan aspek psikologi

tertulis dalam petunjuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler

oleh Depdikbud (1995: 134) yaitu:

“Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengaitkan

pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan

dan kebutuhan lingkungan serta usaha pemantapan dan pembentukan

kepribadian siswa agar terpadu ke arah kemampuan mandiri, percaya

diri, dan kreatif”.

Kegiatan ekstrakurikuler yang berhubungan dengan kegiatan

jasmani, Maksum (2007: 27) menjabarkan bahwa terdapat pengaruh

aktivitas olahraga terhadap beberapa dimensi psikologi, salah satunya

keterkaitan antara olahraga dan konsep diri, dimana mereka yang telibat

aktif dalam kegiatan olahraga menunjukkan tingkat kepercayaan diri

yang lebih tinggi dibandingan dengan mereka yang tidak.

Ekstrakurikuler pada hakikatnya merupakan jalur pembinaan

yang erat kaitannya dengan pengembangan kemampuan yang dimiliki

anak didik termasuk penanaman nilai kepribadian yaitu nilai percaya diri.

Kepercayaan diri merupakan keyakinan untuk melakukan sesuatu

pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang didalamnya terdapat

keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab,

rasional, dan realistis (Ghufron dan Rini Risnawita, 2012: 35). Upaya

meningkatkan kepercayaan diri dapat dilakukan di sekolah yaitu melalui

kegiatan yang diterima di kelas atau kegiatan intrakurikuler sesuai

Page 77: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

63

dengan mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan

menampung bakat dan minat siswa. Format kegiatan yang dilakukan

pada program ekstrakurikuler dibedakan menjadi, a) individual yaitu

format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa secara perseorangan,

b) kelompok yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh

kelompok siswa, c) klasikal yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang

diikuti siswa dalam satu kelas, d) gabungan yaitu format kegiatan

ekstrakurikuler yang diikuti siswa antar kelas atau antar sekolah, e)

lapangan yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti seorang atau

sejumlah siswa melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan.

Siswa akan belajar untuk menghadapi dan menyelesaikan

masalah dengan cara positif dan menjadi pribadi yang lebih terbuka.

Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat menjadi wadah penyaluran energi

dan menjadi sarana pengembangan kreativitas siswa

(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Ekstrakurikuler).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan siswa diluar kegiatan

pembelajaran yang berfungsi untuk menjadikan siswa aktif dan produktif.

Disamping itu, kegiatan dalam ekstrakurikuler juga mengajarkan adanya

kerjasama, tanggung jawab, dan disiplin serta mengembangkan

kemampuan siswa pada penanaman nilai kepribadian siswa.

F. Penelitian Yang Relevan

Page 78: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

64

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Galih Setyorini, 2014 tentang ”Implementasi

Kebijakan Pendidikan Berbasis Budaya di Kota Yogyakarta”

menunjukkan bahwa implementasi pendidikan berbasis budaya di

Yogyakarta sudah berjalan baik. Pelaksanaan yang dilakukan oleh

masing-masing sekolah dalam mendukung proses implementasi

kebijakan pendidikan berbasis budaya adalah dengan cara: 1) sosialisasi

kepala sekolah kepada guru serta karyawan; 2) pengintegrasian nilai-nilai

kesemua mata pelajaran; 3) membiasakan anak dengan kegiatan yang

berwawasan nilai budaya; 4) program sekolah/kegiatan sekolah seperti

muatan lokal dan ekstrakurikuler dan penggunaan hari khusus untuk

Bahasa Jawa; 5) penciptaan kultur sekolah yang berwawasan budaya.

Namun masih ada hal yang perlu ditingkatkan, seperti

ketercukupan dana, kurangnya sarana dan prasarana untuk meningkatkan

mutu pendidikan berbasis budaya. Upaya mengatasi kendala tersebut

adalah dengan cara antara lain, menghimbau pada guru serta karyawan

agar mereka dapat selalu menciptakan kultur yang baik dan berwawasan

budaya dan cara melakukan penggunaan dana dengan seefektif dan

seefisien mungkin sehingga dana tersebut dapat digunakan untuk

kegiatan lain seperti melakukan sewa alat musik gamelan.

Dalam penelitian yang dilakukan Galih Setyorini memiliki

persamaan tujuan yakni ingin mengetahui bagaimana kebijakan

pendidikan yang berbasis budaya khususnya budaya Jawa. Sedangkan

Page 79: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

65

perbedaannya dalam penelitian menekankan pada kebijakan sekolah yang

dibuat untuk mendukung penerapan nilai-nilai budi pekerti Jawa melalui

kegiatan ekstrakurikuler.

Penelitian yang dilakukan Chandra Adi Putra, 2015 tentang

“Implementasi Pendidikan Berbasis Budaya Jawa Di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Yogyakarta” menunjukkan bahwa implementasi

pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa dilaksanakan melalui berbagai hal dan memaksimalkannya

kedalam komponen pendidikan, yaitu dengan cara : a) penerapan pada

visi, misi dan tujuan sekolah, b) penyesuaian pada kurikulum dan materi

pendidikan, c) pengajaran melalui program pendidikan, d) pemodelan

dan pembiasaan dari pendidik, e) pengkondisian sarana prasarana dan

lingkungan sekolah.

Namun masih ada hal yang perlu ditingkatkan, seperti belum

semua pendidik berhasil memaksimalkan penyampaian materi budaya

Jawa kepada peserta didik dikarenakan belum adanya pedoman baku

untuk pelaksanaan beberapa program pendidikan budaya Jawa, dalam hal

fasilitas penggunaan media pembelajaran bahasa Jawa oleh pendidik

kurang maksimal, dan beberapa hambatan tersebut lebih karena sekolah

ini merupakan sekolah swasta sehingga terkendala dana dalam

penyediaan hal-hal pendukung pendidikan berbasis budaya Jawa.

Upaya mengatasi kendala tersebut adalah dengan cara : 1)

menyelenggarakan pelatihan budaya Jawa untuk pendidik dengan

Page 80: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

66

bantuan yayasan maupun pihak dari luar sekolah; (2) membuat pedoman

pelaksanaan beberapa program pendidikan budaya Jawa dengan bantuan

yayasan dan pihak luar yang ahli sebagai acuan; (3) peningkatan minat

peserta didik melalui pengenalan dan pembelajaran yang menarik; dan

(4) berkoordinasi dengan yayasan atau pihak terkait lainnya untuk

peningkatan fasilitas belajar budaya Jawa.

Dalam penelitian yang dilakukan Chandra Adi Putra memiliki

perbedaan dalam penelitian lebih menekankan pada kebijakan sekolah

yang dibuat untuk mendukung penerapan nilai-nilai budi pekerti Jawa

melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Penelitian ini akan membahas mengenai kebijakan sekolah dalam

menerapkan nilai budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler di

Taman Muda IP Yogyakarta, faktor penghambat dalam proses penerapan

serta strategi yang dilakukan dalam menanggulangi hambatan yang

dijumpai pada saat penerapan nilai budaya Jawa tersebut.

G. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan bekal penting untuk mengajarkan norma,

mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja di kalangan warga

masyarakat. Peran pendidikan menjadi lebih penting ketika arus

globalisasi yang membawa pengaruh nilai-nilai dan budaya sering

bertentangan dengan nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia.

Kesadaran diri sebagai warga bangsa dan mengukuhkan ikatan-ikatan

Page 81: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

67

sosial dengan tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku bangsa, dan

agama sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional.

Dalam kajian kebudayaan, setiap tatanan serta aturan

mengandung nilai dan pesan moral yang dijadikan rambu- rambu

bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai budaya Jawa

saat ini mulai meluntur di kalangan generasi muda dengan semakain

derasnya arus globalisasi. Akibatnya adalah budaya luar yang negatif

mudah terserap tanpa ada pemilihan yang cukup kuat. Gaya hidup

modern yang tidak didasari akhlak dan budi pekerti yang luhur ini cepat

masuk mudah ditiru oleh generasi muda. Perilaku negatif, seperti

tawuran, kasus pelecehan seksual, tindakan anarkis menjadi budaya baru

yang dianggap dapat mengangkat jati diri mereka.

Untuk mewujudkan perilaku siswa yang berbudi baik sesuai nilai-

nilai budaya, sangat diperlukan dukungan lingkungan keluarga,

lingkungan pendidik bahkan lingkungan masyarakat. Dukungan orangtua

dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam membentuk perilaku siswa,

misalnya melalui komunikasi antara pendidik dengan orangtua yang

berlangsung secara efektif dan berkesinambungan.

Sekolah sebagai ajang pengajaran pendidikan budi pekerti

haruslah memiliki kebijakan mengenai adanya penanaman nilai-nilai

budaya Jawa guna mencapai pendidikan berbasis budaya di sekolah atas

dasar nilai-nilai luhur.

Page 82: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

68

Kesimpulannya, sudah sewajarnya para pendidik melakukan

berbagai usaha dalam melakukan perbaikan dalam pelaksanaan

pendidikan budi pekerti untuk mengisi jiwa peserta didik dengan

perbuatan moral yang baik. Dan penerapan pendidikan budi pekerti

tersebut dapat diwujudkan melalui upaya keteladanan, pembiasaan,

pengamalan, dan pengkondisian lingkungan.

Secara lebih jelas kerangka pikir ini akan digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian

Struktur di atas terkandung bagian-bagian dan hubungan antar

bagian yang diatur dengan baik untuk mencapai tujuan. Hubungan dari

tiap bagian dibentuk oleh garis lurus. Garis lurus menandakan saluran

komando atau perintah. SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta,

SD Taman Muda Ibu

pawiyatan

Yogyakarta

Kebijakan sekolah dalam

menerapkan nilai-nilai

budaya Jawa melalui

kegiatan ekstrakurikuler

Pelestarian budaya Jawa

melalui pendidikan dan

kegiatan ekstrakurikuler

Penanaman unsur, nilai dan

budi pekerti budaya Jawa

melalui kegiatan

ekstrakurikuler

Pendidikan berbasis

budaya Jawa melalui

kegiatan ekstrakurikuler

Page 83: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

69

memiliki kebijakan yang telah disepakati bersama dalam menerapkan

nilai budaya melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Tujuan SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta menerapkan

kebijakan tersebut adalah untuk melestarikan budaya Jawa melalui

pendidikan dan kegiatan ekstrakurikuler. Kemudian dalam penerapan

budaya Jawa tersebut ditanamkan unsur, nilai, dan budi pekerti melalui

kegiatan ekstrakurikuler.

Hasil yang dicapai sekolah adalah menerapkan pendidikan

berbasis budaya Jawa melalui kegitan ekstrakurikuler. Evaluasi

dilakukan guna mempertahankan nilai luhur yang diterapkan sejak dulu

dan masih dilestarikan hingga sekarang.

H. Pertanyaan Penelitian

1. Apa saja bentuk nilai-nilai budaya jawa yang di terapkan di sekolah?

2. Bagaimana cara menanamkan nilai-nilai budaya jawa dalam kegiatan

sekolah?

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam penanaman nilai-nilai

budaya jawa di sekolah?

4. Bagaimana strategi dalam mengatasi kendala tersebut?

Page 84: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

70

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif, artinya

bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau

menguraikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat

faktual (Sudarwan Danim, 2002: 41). Lebih lanjut dapat dijelaskan

(Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 25) bahwa penelitian kualitatif bersifat

deskriptif-analitis. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil

wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan,

disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk

angka-angka. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada sifat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah (Sugiyono, 2011: 15).

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber dimana data diperoleh.

Suharsimi Arikunto (1998: 114) mengemukakan apabila peneliti

menggunakan kuesioner dan wawancara dalam pengumpulan datanya,

maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau

menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis

Page 85: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

71

maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka

sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Apabila

peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen dan catatanlah yang

menjadi sumber data, sedang isi catatan adalah subjek penelitian atau

variabel penelitian.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah informan yang akan

memberikan data tentang variabel yang akan diteliti dan diamati oleh

peneliti yang terdiri kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan

beberapa peserta didik di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Yogyakarta yang beralamatkan di Jalan Tamansiswa No. 25 Wirogunan,

Mergangsan, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara dan

teknik dokumentasi pada bulan September sampai dengan Desember

2015, setelah peneliti memperoleh izin.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam mengumpulkan data mempengaruhi seberapa besar

efektif data yang diambil. Teknik dalam mengumpulkan data harus

disesuaikan dengan variabel dan subjek penelitian. Menurut Sugiyono

(2011: 309) dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan

Page 86: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

72

pada kondisi yang alamiah sumber data primer dan teknik pengumpulan

data lebih banyak pada observasi peran serta (participan obsevation),

wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi. Sedangkan,

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi Partisipatif

Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara

langsung karena untuk membuktikan sesuatu dan memperoleh keyakinan

perlu adanya pengalaman yang langsung. Melalui pengamatan ini akan

diketahui hal-hal yang hanya dapat dipahami secara langsung. Secara

umum pengamatan mengoptimalkan kemampuan untuk melihat,

menghayati dan merasakan hal yang dirasakan subjek sehingga

menunjukkan sesuatu yang natural dan sebenar-benarnya.

Moleong (2013: 164) menegaskan bahwa observasi partisipatif

dalam istilah lain disebut sebagai pengamatan berperanserta karena untuk

mengamati dan mencermati peneliti harus terlibat melakukan kegiatan

yang dilakukan subjek. Pengamatan berperanserta pada dasarnya berarti

mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai

pada yang sekecil-kecilnya sekalipun.

Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan mengamati,

mendengarkan dan berperan serta saat program berlangsung, mengingat

banyaknya kegiatan ekstrakurikuler berbasis budaya Jawa di sekolah ini.

Page 87: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

73

Observasi dilaksanakan pada proses pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler berbasis budaya Jawa dengan menggunakan pedoman

observasi guna mendalami program secara detail dan berkala.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya kecil (Sugiyono, 2011: 194).

Selanjutnya menurut Easterberg (Sugiyono, 2011: 320)

mengemukakan bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu. Dalam wawancara ini

pedoman wawancara tetap sangat diperlukan untuk mengarahkan pokok

pembicaraan dalam wawancara. Teknik wawancara dengan pendekatan

menggunakan petunjuk umum wawancara ini untuk mengetahui secara

mendetail pendangan dari setiap responden. Untuk memahami kebijakan

sekolah dalam menerapkan nilai budaya Jawa melalui kegiatan

ekstrakurikuler ini dilakukan kepada subjek-subjek penelitian yaitu

pendidik pengampu program, kepala sekolah dan beberapa peserta didik

yang sesuai pertimbangan.

Page 88: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

74

Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah untuk

mengetahui kebijakan sekolah tentang menerapkan budaya Jawa. Untuk

mendapat informasi yang lebih akurat dan variatif, maka wawancara

juga dilakukan kepada guru yang menyangkut keadaan sekolah,

termasuk di dalamnya adalah metode pembelajaran yang digunakan,

suasana sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler. Wawancara juga

dilakukan terhadap peserta didik yang dipilih secara acak. Peserta didik

sebagai pengguna yang langsung merasakan layanan yang diberikan di

sekolah, termasuk di dalamnya adalah suasana sekolah dan metode

pembelajaran yang digunakan guru.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2011: 330) menjelaskan dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang. Pengambilan dokumen

dalam penelitian ini berupa catatan peristiwa yang bersangkutan.

Moleong (2013: 216) mengemukakan dokumen ialah setiap bahan

tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena

adanya permintaan seorang penyidik. Pengertian dokumen ini dalam

artian jika dalam penelitian ditemukan record yang sudah ada di lokasi

penelitian dan sesuai dengan masalah yang diteliti tentu saja akan

dimanfaatkan. Record ini dapat berupa segala dokumen yang

menyangkut program pendidikan berbasis budaya Jawa.

Page 89: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

75

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

pemeriksaan dokumen-dokumen/data yang berkaitan dengan budaya

mutu dan menggunakan bantuan perekam suara pada saat melakukan

wawancara.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini instrumen utamanya adalah peneliti sendiri (human

instrument) yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih

informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan

atas temuannya (Sugiyono, 2011: 309).

Peneliti terjun ke lapangan sendiri karena peneliti merupakan

instrumen kunci. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga

menggunakan instrumen yang berbentuk pedoman observasi, pedoman

wawancara, dan dokumentasi.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mengacu pada konsep Miles dan Hubberman (Sugiyono, 2011: 343-345)

yaitu:

1. Reduksi Data

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

Page 90: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

76

membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2011: 338). Dengan demikian

data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

dan mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini reduksi data

dilakukan dengan cara melakukan analisis pada hasil catatan lapangan

dan wawancara dari beberapa informan untuk dirangkum dan

dikategorisasikan.

2. Penyajian Data

Penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya. Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2011: 341).

Setelah direduksi data kemudian disajikan dengan uraian singkat,

tabel, dan bagan sesuai dengan fokus penelitian agar mudah dipahami

dan memudahkan dalam pengambilan kesimpulan untuk menjawab

rumusan masalah. Yang paling digunakan dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks atau uraian singkat yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan

Kegiatan analisis data yang terakhir adalah penarikan kesimpulan.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat dan mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

Page 91: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

77

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel

(Sugiyono, 2011: 345). Penarikan kesimpulan diperoleh dari reduksi data

dan display data. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian

kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan

bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih

bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di

lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

G. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,

credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Dalam

penelitian ini digunakan uji kredibilitas data dengan melakukan

triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu (Sugiyono, 2011: 372).

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi

dengan teknik yaitu hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara lalu

dicek dengan observasi dan kajian dokumen yaitu:

a. Triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil

metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik. Triangulasi

Page 92: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

78

sumber dilakukan peneliti dengan membandingkan informasi dari

satu orang dengan orang lainnya. Sedangkan triangulasi teknik

dilakukan dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari

teknik wawancara dan membuktikannya dengan melalui teknik

observasi dan dokumentasi. Tujuannya adalah agar informasi yang

diperoleh benar-benar berdasarkan realitas yang ada.

b. Melakukan validitas data merujuk pada masalah kualitas data dan

metode yang digunakan dalam penelitian, hal ini bertujuan agar

memperoleh data yang akurat dan dipertanggungjawabkan.

c. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing skripsi dengan

maksud validitas data.

Page 93: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

79

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa yang terletak di Jalan Taman Siswa No. 25, Mergangsan,

Yogyakarta. Sekolah ini berdiri pada tahun 1992. Sekolah Dasar yang

didirikan tahun 1922 oleh Ki Hadjar Dewantara ini, menerapkan

pelajaran budi pekerti melalui olah rasa dan seni budaya serta penerapan

sistem among berupa keseimbangan pendidikan orangtua/keluarga,

lembaga sekolah, dan masyarakat.

1. Visi

"Menjadi sekolah bermutu, berbasis seni budaya dan pendidikan

budi pekerti luhur"

2. Misi

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, efisien dan terukur

untuk mewujudkan pendidikan bermutu.

b. Menyelengarakan pendidikan kesenian dan penanaman nilai-nilai

budaya untuk mewujudkan pendidikan berbasis seni budaya.

c. Menerapkan "among system" dengan tekanan keteladanan silih asah,

silih asih dan silih asuh implementasi pendidikan budi pekerti luhur.

3. Tujuan

a. Meningkatkan mutu pembelajaran dengan meningkatkan kemampuan

pamong, baik kompetensi akademik maupun profesionalismenya,

Page 94: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

80

yang diharapkan pada gilirannya mampu meningkatkan prestasi

belajar siswa.

b. Memenuhi 8 (delapan) aspek standar nasional pendidikan secara

bertahap, dengan tekanan melengkapi sarana dan prasarana

pendidikan, tersedianya dana operasional yang cukup, serta membuka

peluang peran serta masyarakat secar proporsional.

c. Implementasi secara intergral nilai-nilai budi pekerti luhur dan

konsep-konsep ketamansiswaan dalam pembelajaran khususnya, dan

pendidikan pada umumnya.

d. Menyiapkan peserta didik dengan bekal yang cukup untuk

melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

4. Keadaan Siswa

Tabel 1. Jumlah Rombongan Belajar

No Tahun Pelajaran Rombongan Belajar Kelas

1 2 3 4 5 6 Jumlah

1 2007/2008 1 1 1 1 1 1 6

2 2008/2009 1 1 1 1 1 1 6

3 2009/2010 2 1 1 1 1 1 7

4 2010/2011 1 2 1 1 1 1 7

5 2011/2012 1 1 2 1 1 1 7

6 2012/2013 1 1 1 1 1 1 6

7 2013/2014 1 1 1 1 1 1 6

8 2014/2015 1 1 1 1 1 1 6

Tabel 2. Jumlah Peserta Didik

No Tahun Pelajaran Peserta Didik

1 2 3 4 5 6 Jumlah

1 2007/2008 18 28 18 17 24 37 142

2 2008/2009 21 15 24 18 17 25 120

3 2009/2010 37 20 17 26 17 18 135

4 2010/2011 11 30 24 16 26 16 123

Page 95: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

81

5 2011/2012 10 9 31 25 17 27 119

6 2012/2013 17 12 12 34 26 20 121

7 2013/2014 20 17 15 12 34 29 127

8 2014/2015 22 23 16 15 15 34 125

5. Keadaan Pendidik

Tabel 3. Keadaan Pendidik

Status Kepegawaian

Jabatan Jumlah

Kepala Guru

Sekolah Kelas Agama Penjas Mulok

L P L P L P L P L P L P L + P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (12) (13) (14) (15) (16)

1. PNS 1 1 2 1 2 3 5

2. BUKAN PNS

a. Tetap Yayasan 1 1 1 1 2

b. Tidak Tetap / Honor 1 4 2 1 4 2 10 12

c. Guru Bantu Pusat 1 - 1 1

d. Guru Bantu Daerah - - -

Jumlah - 1 1 5 2 3 1 - 1 6 5 15 20

6. Keadaan Tenaga Kependidikan

Tabel 4. Jumlah Tenaga Kependidikan Berdasarkan Status

Kepegawaian

Status Kepegawaian Jumlah

Pegawai Tetap Yayasan 2

Pegawai Tidak Tetap 3

Jumlah 5

Tabel 5. Jumlah Tenaga Kependidikan Berdasarkan

Pengalaman Kerja

No. Bidang Tugas Jumlah

1 Kepala Tata Usaha 1

2 Bendahara Sekolah

3 Kasir Sekolah 1

4 Petugas TU/Admisistrasi 1

5 Laboran

Page 96: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

82

6 Pustakawan

7 Jaga Malam

8 Satpam

9 Pesuruh/Tukang Kebun 2

7. Keadaan Ruangan

Tabel 6. Jumlah Keadaan Ruangan

No. Jenis Ruang Milik

Bukan Milik Baik Rusak Ringan Rusak Berat Sub-Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Ruang Kelas 6 6

2. Ruang

Perpustakaan 1 1

3.

Laboratorium

IPA 1 1

4. Ruang

Kepala

Sekolah 1 1

5. Ruang Guru 1 1

6. Ruang

Komputer 1 1

7.

Tempat

Ibadah 1 1

8

Ruang

Kesehatan

(UKS) 1 1

9

Kamar

Mandi / WC

Guru 1 1

10

Kamar

Mandi / WC

Siswa 3 3

11 Gudang 1 1

12

Ruang

Sirkulasi /

Selasar 0

13 Tempat

Bermain /

Tempat

Olahraga 1 1

Page 97: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

83

8. Prestasi Siswa

Tabel 7. Prestasi Siswa

No. Tahun Jenis Kejuaraan Tingkat Juara ke-

1 2008 Seni Suara Keagamaan (MTQ) Kota Juara III putri

2 2008 Futsal Kota Harapan I, Juara III

3 2008 POR Dini Kecamatan Juara I

4 2008 Sepak takraw Kota Juara III

5 2008 Nyanyi tunggal Kota Harapan I

6 2008 Cerita rakyat UPT Harapan II

7 2008 Cerita rakyat bergambar Kecamatan Juara I

8 2008 Hasta karya UPT Juara I

9 2008 Seni suara (nyanyi tunggal) UPT Juara I

10 2008 MTQ :

- Menyanyi

- Seni Lukis

- Adzan

- Tartil

Kecamatan

- Juara I putri,

Juara II putra

- Juara II putra

- Harapan I

- Harapan I

11 2008 Permainan rakyat :

- Lepetan

- Benthik

Propinsi

- Juara III

- Juara II

12 2008 Langen carita Kota Harapan I

13 2008 Transliterasi Kota Juara III

14 2008 Panembromo Kota Juara I

15 2008 Mocopat Kota Juara II

16 2009 MTQ Kecamatan Juara III

17 2009 Senil Musik Tradisional Propinsi Juara III

18 2009 Dolanan Anak Kota Juara I

19 2009 Dolanan Anak Kota Juara II

20 2010 Lomba daur ulang Kota - Juara 2 (kelas I)

- Juara 3 (kelas II)

- Juara harapan I

(kelas V)

21 2010 Modelling Propinsi Juara I putri

22 2010 Drumband Propinsi Juara I Paramanandi

23 2010 Modelling Kota Juara harapan I putra

24 2010 Panembromo,macapat,pidato

basa Jawa

Kota Juara I panembromo

25 2011 Drumband Propinsi Juara harapan I

26 2011 Menyanyi solo Propinsi Juara I

27 2011 Kria nusantara Nasional Juara II lomba

bakiak

28 2011 Dolanan anak Kota Juara II ( penyanyi

Page 98: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

84

terbaik II )

29 2011 Macopat UPT Juara II

30 2011 Pidato bahasa Jawa UPT Juara I

31 2011 Panembromo Kota Juara I

32 2012 Perkusi Propinsi Juara I

33 2013 Festival Lomba Siswa Seni

Nasional (FLS2N)

UPT Harapan II Pidato

34 2013 Macopat Kota Juara III

35 2013 Panembromo Kota Juara III

36 2013 Panembromo UPT Juara I

37 2013 Pekan etiket budaya UPT Juara I

38 2014 MTQ Kecamatan Juara III Puitisasi

39 2014 MTQ Kecamatan Harapan I Pildacil

40 2014 MTQ Kecamatan Harapan 1 Tartil

9. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa Yogyakarta meliputi karawitan, bahasa Jawa, nembang, tari,

dolanan anak, membatik, ensamble musik, komputer, vokal, seni lukis,

TPA, pramuka, pencak silat, drum band, dan bahasa Inggris.

10. Nilai-nilai yang terkandung dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

a. Karawitan

Ekstrakurikuler karawitan memiliki nilai ketelitian, nilai percaya

diri, nilai kerjasama didalamnya. Hal ini dikarenakan berlatih karawitan

memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, ini disebabkan nada-nada

dalam gamelan tersebut berbeda antara alat musik satu dengan yang

lainnya. Nilai percaya diri dan kerjasama juga ditanamkan ekstrak ini

sebab dibutuhkan kerjasama untuk menghasilkan karya musik yang indah

dan juga nilai percaya diri ditanamkan pada kegiatan ini dengan maksud

Page 99: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

85

melatih siswa berani menunjukkan minat dan bakat nya terhadap

karawitan. Nilai lain yang terkandung pada karawitan diantaranya adalah:

1) Nilai Estetika : Seni karawitan melalui gamelan yang lengkap ditabuh

oleh 10 hingga 15 penabuh atau niyaga. Kaitannya dalam hal ini dari

alat musik yang berbeda dengan dimainkan secara keseluruhan akan

menghasilkan suara yang harmonis dan dinamis sehingga akan

memunculkan estetika keindahan suara di dalamnya, suara yang unik

yang menimbulkan rasa nyaman bagi penikmatnya.

2) Nilai Historis : Seni Karawitan adalah warisan budaya leluhur,

keberadaannya sangat erat hubungannya dengan perjalanan

kebudayaan masyarakat Jawa, perkembangannya hingga saat ini

menyimpan sejarah yang bisa dijadikan pelajaran yang diharapkan

dapat menumbuhkan semangat untuk terus menjaga budaya bangsa.

3) Nilai Budaya : Seni Karawitan adalah kebudayaan asli masyarakat

Jawa yang telah lahir sebelum masuknya pengaruh agama Hindu dan

Budha, eksistensinya tetap bertahan hingga hari ini, diakui dan tetap

dinikmati oleh masyarakat bahkan dunia.

4) Nilai Spiritual : Gamelan dalam pada awal sejarahnya merupakan

perangkat alat musik yang sangat dikaitkan dengan upacara-upacara

keagamaan, sehubungan dengan perkembangan agama Islam di

Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, karawitan gamelan Jawa adalah

sarana dakwah dengan jalan akulturasi budaya lokal dengan budaya

Page 100: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

86

Islam. adapun syair-syair karawitan juga banyak mengandung unsur

nasihat-nasihat agama.

5) Nilai Demokrasi : Karawitan juga mengandung unsur demokratis

yakni berkaitan dengan peranan setiap alat musik gamelan, contoh

kendhang sebagai pemimpin dan pengendali disini terdapat peran

pengaturan yang dianalogikan sebagai eksekutif. Sementara gong

sebagai tanda pemberhentian atau pengawasan terhadap jalannya

permainan yang dianalogikan sebagai yudikatif. Sedangkan kenong

adalah legislatif yang mewakili perangkat lainnya.

6) Nilai Sosial : Pada seni karawitan, kandungan nilai sosial dapat kita

lihat pada kerjasama dan toleransi antar pemain yang berusaha

menyatukan berbagai jenis alat musik dengan saling mengikuti aturan

yang ada secara bersama-sama.

7) Nilai Psikologis : Melalui keindahan dan kehalusan seni suara dalam

Karawitan mampu mendidik rasa keindahan seseorang yang

memungkinkannya tumbuhnya kesadaran pada nilai sosial, moral dan

spiritual, orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa

kesetiakawanan tumbuh, tegur sapanya halus, tingkah laku lebih

sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-

gendhing.

b. Bahasa Jawa

Terkandung nilai integritas, nilai toleransi, nilai kesantunan, dan

nilai kerendahan hati. Bahasa Jawa merupakan salah satu warisan budaya

Page 101: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

87

yang harus dilestarikan dan dijaga karena jika tidak, dapat terkikis oleh

bahasa dari kebudayaan lain. Selain itu, bahasa Jawa merupakan bahasa

yang menyiratkan budi pekerti luhur atau merupakan cerminan dari tata

krama. Nilai lain yang terkandung dalam bahasa Jawa, yaitu:

1) Nilai Estetika : Bahasa Jawa terbagi menjadi Krama dan Ngoko.

Berikut ini adalah pembagian unggah ungguhin basa. Basa Ngoko:

Ngoko lugu dan Ngoko Andhap; Basa Madya : Madya Ngoko, Madya

Krama, Madyantara; Basa Krama: Mudha Krarna, Kramantara,

Wredha Krama, Krama Inggil, Krama Desa, Basa Kedathon.

2) Nilai Historis : Unggah ungguhing basa merupakan alat untuk

menciptakan jarak sosial, namun di sisi lain juga merupakan produk

dari kehidupan sosial.

3) Nilai Budaya : Penggunaan Basa Ngoko Krama dalam masyarakat

Jawa adalah Basa Krama dan Ngoko digunakan sebagai norma

pergaulan di masyarakat, tataran bahasa Jawa dipakai sebagai tata

unggah ungguh, penggunaan basa krama berfungsi sebagai alat untuk

menyatakan hormat dan kekerabatan, dan sebagai pengatur jarak

sosial

c. Nembang

Terkandung nilai kesusilaan, nilai kesopanan, nilai kesantunan,

nilai kesabaran, nilai kerendahan hati dan nilai toleransi. Dalam tradisi

sastra Jawa, buku-buku tentang tembang pada umumnya berisi ajaran

moral atau tuntunan budi pekerti yang luhur. Inti di dalam lirik tembang

Page 102: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

88

mengajarkan bahwa manusia sudah sepantasnya berbuat baik terhadap

alam, binatang, tumbuhan, bahkan terhadap manusia lain. Terhadap

sesama manusia pun, hendaknya kita bersikap sopan santun terhadap

orang yang lebih tua dan tidak ada salahnya kepada orang yang lebih

muda. Kemudian adanya sikap saling menghormati dan menghargai

pendapat orang lain, baik terhadap teman sendiri, guru, kepala sekolah

maupun warga sekolah lainnya.

Nilai-nilai yang terkandung pada nembang sarat dengan nilai-nilai

moral yang sangat penting bagi pembentukan karakter bangsa. Nilai-nilai

budi pekerti luhur yang terkandung dalam tembang-tembang Jawa sangat

urgen untuk disosialisasikan kepada generasi muda karena generasi muda

pada milenium ketiga ini sudah tidak banyak lagi yang mengenal,

mencintai, dan memahaminya. Nilai-nilai budi pekerti tersebut bersifat

dikotomis antara perbuatan baik dan tidak baik, perbuatan yang

diperbolehkan dan tindakan yang dilarang secara moral, perbuatan yang

perlu diteladani dan tindakan yang tidak perlu ditiru. Tidak hanya sarat

dengan nilai moral, tembang juga mengajarkan bagaimana proses

kehidupan manusia diawal hingga kembali kepada Tuhan, karena itu

sebagai manusia hendaklah selalu berdoa atas segala cobaan dalam hidup

yang mana kesabaran selalu diuji. Nilai lain dalam tembang, yaitu:

1) Nilai Estetika : Terbagi menjadi tiga, tembang macapat, tembang

tengahan, dan tembang gedhe. Tembang macapat dibagi menjadi

sebelas pupuh, yaitu: maskumambang, mijil, sinom, kinanthi,

Page 103: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

89

asmaradhana, gambuh, dhandanggulo, durma, pangkur, megatruh,

dan pocung.

2) Nilai Historis : Digunakan sebagai media dakwah para sunan untuk

menyebarkan dan mengajarkan agama Islam.

3) Nilai Budaya : Tembang merupakan warisan leluhur yang sampai

sekarang masih di uri-uri, agar tidak hilang dan terlupakan.

4) Nilai Spiritual : Melalui tembang macapat yang isi nya mengajarkan

tentang proses kehidupan manusia. Proses bagaimana Tuhan

memberikan ruh kepada manusia hingga manusia itu kembali lagi

pada-Nya.

d. Tari

Terkandung nilai kesabaran, nilai kerjasama, nilai percaya diri,

nilai kerja keras, dan nilai kedisiplinan. Dalam pelajaran tari umumnya

diajarkan tentang kesabaran dan kerja keras. Dalam setiap gerakan tari,

untuk menghasilkan gerakan yang indah dan gemulai tidak dapat berhasil

dalam sekejap, maka dari itu dibutuhkan kesabaran, kerja keras dan

semangat siswa. Konsep tari yang tenang mengalun, memiliki korelasi

positif dengan konsep etis Jawa yang senantiasa mengutamakan ketena

ngan, keseimbangan, keselarasan, dan harmonis dengan alam. Nilai lain

yang terdapat dalam tari yaitu:

1) Nilai Estetika : Menggunakan empat dasar keterampilan yaitu wiraga

(dasar keterampilan gerak tubuh atau fisik penari yang dapat

menyalurkan ekspresi batin dalam gerak tari); wirama (suatu pola

Page 104: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

90

untuk mencapai gerakan yang harmonis di dalam tari yang terdapat

pengaturan dinamika seperti aksen dan tempo tarian); wirasa

(ekspresi raut muka atau mimik yang menggambarkan karakter

tarian, penghayatan dan penjiwaan gerak sesuai dengan tarian;

wirupa (penampilan menari dari ujung atas sampai ujung bawah,

ditunjukkan melalui warna, busana, dan tata rias).

2) Nilai Historis : Seni tari klasik yang diciptakan pada masa Sultan

Hamengku Buwono Pertama. Tarian klasik sebagai suatu totalitas

merupakan perpaduan harmonis antara kulit luar yaitu gerak tubuh,

pakaian, ekspresi dengan substansi roh dan jiwa.

3) Nilai Budaya : Tari klasik Yogyakarta menggambarkan adanya

penggunaan simbol yang sarat makna pesan etik maupun estetik untuk

penanaman moral dan untuk membentuk kepribadian yang utuh lewat

pengenalan seni budaya. Tarian klasik juga digunakan sebagai strategi

perjuangan moral dan usaha untuk mencari jati diri orang Jawa.

4) Nilai Spiritual : Tarian Bedaya merupakan tarian tua yang lebih magis

dari tari serimpi. Diibaratkan sebagai bentuk tarian untuk keperluan

ritus agama asli yang berasimilasi dengan agama budha. Pementasan

tari memakan waktu tiga jam, oleh karena itu, para penari

sebelumnya harus menjalani puasa dan proses bersih diri agar

mendapat kekuatan lahir dan batin.

Page 105: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

91

e. Dolanan Anak

Lagu dolanan anak mengajarkan nilai kerjasama, nilai kejujuran,

nilai kedisipinan, nilai kesantunan dan nilai kerendahan hati. Inti dari

Gendhing dolanan anak lebih bersifat hiburan. Siswa diajarkan dan

dikenalkan tentang alat permainan, lagu- lagu untuk anak- anak yang

lazimnya dinyanyikan ketika memainkan permainan jaman dahulu. Ini

bertujuan walaupun sudah berkembangnya teknologi, siswa dengan

kerendahan hatinya untuk tidak melupakan alat permainan dan lagu

dolanan jaman dahulu. Secara umum dapat disampaikan bahwa semua

lagu dolanan anak banyak mengarah pada aspek falsafah hidup dan nilai

moral yang dibangun dalam nilai-nilai masyarakat Jawa, yang pantas

digunakan sebagai pembentuk karakter generasi muda penerus bangsa.

Nilai lain yang terkandung dalam lagu dolanan anak, yaitu:

1) Nilai Estetika : Gendhing dolanan anak pada umumnya memiliki ciri

sebagai berikut, yaitu : 1) bahasanya sederhana; 2) mengandung nilai

estetis; 3) jumlah barisnya terbatas; 4) berisi tentang hal-hal yang

selaras dengan keadaan anak-anak; 5) lirik dalam gendhing tersebut

bermakna religius, kebersamaan, rendah hati dan nilai sosial lainnya.

2) Nilai Historis : Lagu dolanan anak mengajarkan moral dengan lirik

jenaka dan sederhana yang bertujuan mudah diingat dan mudah

dihafal.

Page 106: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

92

f. Membatik

Pelajaran membatik mengajarkan nilai kesabaran, nilai integritas,

nilai kepedulian, dan nilai ketelitian bagi orang yang melakukannya.

Karena untuk menghasilkan sebuah karya yang baik di perlukan

kesabaran dan ketelitian. Pelestarian budaya batik melalui pendidikan

merupakan salah satu cara dalam mengenalkan budaya Jawa serta anak

didik dapat mengetahui nilai-nilai budaya yang diwariskan kepada

mereka sebagai generasi bangsa. Nilai yang terkandung dalam membatik,

yaitu:

1) Nilai Estetika : Memiliki bermacam-macam fungsi, tiga diantaranya

yaitu: a) batik sebagai busana (batik dianggap sebagai pakaian yang

cocok untuk menyambut tamu atau menghadi acara seremonial atau

kegiatan formal lainnya); b) batik sebagai karya seni (batik dibuat

dengan ketelitian tinggi dan sarat dengan nilai adiluhung); c) batik

sebagai artefak budaya (corak dan ragam batik pada setiap daerah

berbeda-beda, ini dikarenakan pola interaksi masyarakat dahulu

memiliki ide kreatif yang bermacam-macam dan pada tiap pola

tersebut mengandung makna atau simbol yang menunjukkan sejarah

atau latar belakang daerah tersebut.

2) Nilai Historis : Seni membatik adalah Warisan Budaya Leluhur, dalam

beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-

masa kerajaan Mataram, kemudian kerajaan Yogyakarta dan Solo.

Page 107: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

93

Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk

pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan raja-raja jaman dahulu.

3) Nilai Budaya : Seni Membatik sekarang ini menjadi bagian pakaian

tradisional Indonesia dan batik merupakan akulturasi budaya.

g. Bahasa Inggris

Terkandung nilai Integritas, ketelitian, kesabaran dan kerja keras.

h. Pramuka

Terdapat nilai kerjasama, kepedulian, keadilan, kepemimpinan,

ketangguhan.

i. Pencak Silat

Terdapat nilai pengendalian diri, kedisiplinan, ketangguhan,

kerendahan hati.

j. Drum Band

Terkandung nilai ketertiban atau kedisiplinan, kesabaran,

kerjasama, tanggung jawab, kerja keras.

k. Ensamble Musik

Terkandung nilai ketertiban/kedisiplinan, kerjasama, tanggung

jawab, percaya diri, kerja keras, ketelitian.

l. Komputer/ IT

Terdapat nilai tanggung jawab, nilai integritas, ketelitian.

m. Vocal

Terdapat nilai kerjasama, tanggung jawab, percaya diri.

Page 108: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

94

n. Seni Lukis

Terkandung nilai kesabaran, tanggung jawab, kerja keras.

o. TPA

Terdapat nilai kerendahan hati, kesabaran, kesantunan, ketelitian.

B. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan deskripsi hasil penelitian berdasarkan

rumusan masalah, dan pertanyaan penelitian, yang mencakup (1) bentuk

nilai-nilai budaya jawa yang di terapkan di sekolah; (2) cara

menanamkan nilai- nilai budaya jawa dalam kegiatan sekolah; (3) faktor

pendukung dan penghambat dalam penanaman nilai- nilai budaya jawa di

sekolah; dan (4) strategi dalam mengatasi kendala tersebut. Adapun

uraiannya sebagai berikut:

1. Bentuk Nilai-Nilai Budaya Jawa Yang di Terapkan di Sekolah

a. Pendidikan Berbasis Budaya

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa merupakan salah

satu sekolah berbasis budaya yang ada di kota Yogyakarta. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Ibu kepala sekolah dengan inisial “A” sebagai

berikut:

“Sekolah berbasis budaya adalah sekolah yang tidak

meninggalkan budaya Indonesia khususnya budaya Jawa seperti

tari, nembang, karawitan”.

Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu guru pamong

dengan inisial “E”, beliau menyatakan bahwa:

Page 109: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

95

“Pendidikan berbasis budaya itu pendidikan yang

mengintegrasikan dengan budaya. Jadi pendidikan yang sedikit

dicampur dengan budaya melalui kebiasaan sehari-hari”.

Guru pamong dengan inisial “D” juga mengungkapkan hal yang

sama, beliau mengungkapkan bahwa:

“Pendidikan berbasis budaya adalah semua ranah pendidikan

dihubungkan dengan budaya, budi pekerti, dan unggah ungguh”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan berbasis budaya adalah pendidikan yang menanamkan nilai-

nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam

rangka membina kepribadian generasi muda. Pada usia sekolah dasar,

anak cenderung meniru atau mencontoh hal-hal yang ada di lingkungan

mereka, dimana pada anak sekolah dasar proses inilah yang pertama

mereka lakukan dalam memenuhi rasa ingin tahu dan merespon stimulasi

lingkungan. Anak akan meniru semua yang mereka lihat, dengar dan

rasakan dari lingkungan.

Proses selanjutnya anak akan belajar mengenali semua perilaku

yang ditirunya dan mulai biasa membedakan mana perilaku yang dapat

diterima dan memberikan dampak positif serta mana perilaku yang tidak

bisa diterima dan memberikan dampak negatif. Setelah mereka dapat

membedakan mana yang baik, dan mana yang kurang baik kemudian

anak mulai membiasakan perilaku-perilaku yang baik dan diberi

penguatan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku. Dari sinilah

kemudian membentuk pemahaman anak dan pondasi kepribadian anak

secara utuh. Sebagai contoh guru among dengan inisial “E” menjelaskan

Page 110: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

96

bahwa pada saat kegiatan ekstrakurikuler berlangsung terdapat seorang

anak meniru tokoh kartun yang suka melempar barang ketika bertarung,

dan hal tersebut dilakukan kepada berkumpul dengan temannya pada saat

kegiatan ekstrakurikuler berlangsung. Kemudian, guru membantu

menjelaskan kepada siswa bahwa melempar barang kepada teman tidak

bisa diterima karena akan menyakiti teman dan hal tersebut tidak sopan.

Beranjak dari kejadian tersebut siswa belajar untuk membedakan

perilaku mana baik dan tidak baik. Guru among kemudian menjelaskan

kepada siswa bahwa perilaku yang baik yang ditiru oleh siswa akan

diberi penguatan dan pujian atau hadiah. Begitu pun sebaliknya perilaku

yang kurang baik yang ditiru oleh siswa akan mendapatkan sanksi tegas

dari guru. Kebiasaan dan pemahaman terhadap perilakunya inilah yang

kemudian terinternalisasi dalam karakternya dan menjadi komponen

dalam pembentukan kepribadianya. Oleh karena itu, SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa senantiasa menerapkan pendidikan berbasis

budaya di lingkungan sekolahnya. Hal ini menjadi penting karena SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa menjunjung tinggi budi pekerti

luhur untuk membentuk karakter anak menjadi baik, sopan, dan tahu

unggah-ungguh adat timur yang masih di anut di kota Yogyakarta ini.

b. Perda DIY No.5 Tahun 2011 Tentang Pendidikan Berbasis Budaya

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa pendidikan berbasis

budaya yang diterapkan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

berlandaskan Perda DIY No. 5 tahun 2011. Hal ini sesuai dengan

Page 111: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

97

ungkapan wakil kepala sekolah dengan inisial “M” yang menyatakan

bahwa:

“Pendidikan berbasis budayadi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa memang didasarkan pada Perda DIY No. 5 tahun

2011”.

Ibu kepala sekolah dengan inisial “A” juga menambahkan bahwa:

“Pendidikan berbasis budaya sudah di terapkan lama. Akan tetapi,

hasilnya tidak langsung memuaskan, karena membutuhkan proses

dan evaluasi dalam pelaksanaannya”.

Hal senada juga diungkapkan oleh guru pamong dengan inisial

“E”, beliau menyatakan bahwa:

“Pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa dilaksanakan berdasarkan pada Perda DIY No. 5

tahun 2011”.

Guru pamong dengan inisial “E” juga menambahkan bahwa:

“Akan bagus apabila setiap sekolah melaksanakan pendidikan

berbasis budaya berdasarkan Perda DIY No. 5 tahun 2011, karena

anak-anak mendapat pendidikan budaya Jawa salah satunya dari

sekolah. Hal ini menjadi penting mengingat hampir mayoritas

siswa dirumah berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.

Belum lagi keseharian siswa di rumah yang dilingkupi dengan

gadget, atau media elektronik yang lain yang sudah menggeser

jenis permainan dan kesenian tradisional. Pendidikan berbasis

budaya tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah

mengenalkan budaya kepada generasi muda”.

Hal senada juga diungkapkan oleh guru pamong dengan inisial

“D”, beliau menyatakan bahwa:

“Pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa sesuai dengan Perda DIY No. 5 tahun 2011, hal ini

dilakukan karena anak sekarang tidak kaya jaman saya dulu. Jadi

sekarang cenderung sikap suka-suka aku saja, terus ada Mamanya

juga yang bersikap suka-suka aku. Tapi kalau jaman dulu kan

tidak begitu, masih punya sikap sopan santun sama rasa takut atau

segan terhadap orangtua kalau sekarang kan tidak”.

Page 112: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

98

Guru pamong dengan inisial “D” juga menambahkan bahwa:

“Sebelum ada Perda sekolah sudah menerapkan pendidikan

berbasis budaya. Sampai sekarang masih diterapkan, malah

sekarang semakin maju semakin bersinergi. Jadi lebih banyak lagi

pelajaran budaya yang diterapkan. Kalau dulu cuma menanamkan

hal sehari-hari aja seperti sopan santun, budi pekerti, tapi kalau

sekarang grid nya atau pencapaiannya lebih tinggi lagi. Misalnya

sekarang bukan cuma unggah ungguh saja, belajar membatik

juga, belajar nembang juga kalau dulu cuma belajar sehari-hari

pake bahasa kromo, tapi sekarang kita belajar budaya tidak hanya

perilaku saja, tapi semua.

Beliau juga menambahkan bahwa:

“Untuk guru juga dituntut hal yang sama, berkiblat dari semboyan

Ki Hajar Dewantara. Kita harus Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing

Madya Mangun Karsa, sama Tut Wuri Handayani. Anak-anak

diberi kebebasan sendiri seperti semboyan Ing Madya Mangun

Karsa, guru tetap memberikan perhatian dan tetap memberikan

semangat”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa melaksanakan pendidikan

berbasis budaya didasarkan pada Perda DIY No. 5 tahun 2011.

Pendidikan berbasis budaya tersebut merupakan salah satu upaya

pemerintah mengenalkan budaya kepada generasi muda. Mengingat

sudah mulai bergesernya budaya timur ke budaya barat dan mulai

terkikisnya nilai-nilai budaya Jawa di kalangan generasi muda Indonesia

khususnya Yogyakarta.

c. Nilai-Nilai Budaya Jawa Yang di Terapkan di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti diketahui bahwa

pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, nilai-nilai budaya jawa yang

Page 113: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

99

diterapkan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa meliputi

penggunaan bahasa Jawa dalam berkomunikasi, penerapan sikap sopan

santun dan menghormati terhadap semua warga sekolah, berbaris

sebelum masuk kelas dan salim kepada Kepala sekolah dan guru, serta

wajib menyanyikan tembang dan lagu nasional. Nilai-nilai budaya Jawa

tersebut dapat diintegrasikan ke dalam bentuk nilai-nilai moralitas yang

mencakup sopan santun, religiusitas, sosialitas, keadilan, demokrasi,

kejujuran, kemandirian, daya juang, tanggung jawab, dan penghargaan

terhadap lingkungan alam maupun sosial.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu kepala sekolah dengan

inisial “A” sebagai berikut:

“Salah satunya kalau saya bicara dengan siswa itu menggunakan

bahasa Jawa, walaupun mereka menggunakan bahasa Indonesia

saya tetap menjawabnya menggunakan bahasa Jawa tidak

sepenuhnya krama terkadang juga ngoko alus karena semua sudah

saya anggap anak sendiri. Itu sebenarnya sudah contoh dan sudah

diterapkan tapi tidak terasa ini namanya pembiasaan. Kalau sama

guru-guru karena lebih sepuh dan sama-sama orang tua bahasanya

saya krama di lingkungan juga dibiasakan“.

Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu guru dengan inisial

“FHS”, beliau menyatakan bahwa:

“Bentuk-bentuk nilai budaya yang diterapkan oleh sekolah

sebetulnya lebih menekankan pada budi pekerti dan sopan santun.

Guru dengan inisial “D” juga mengungkapkan hal serupa, dalam

wawancara yang dilakukan, beliau menyatakan bahwa:

“Penanaman budi pekerti tidak hanya melalui program ya, tetapi

pada kegiatan sehari-hari di sekolah contohnya dari awal datang

Page 114: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

100

saling memberikan salam tapi kita juga perlu peran dari orangtua

sebetulnya kalau cuma di sekolah itu agak susah”.

Guru pamong dengan inisial “CM” menyatakan hal serupa dalam

wawancara yang dilakukan bahwa:

“Menyampaikan secara langsung mengenai budi pekerti itu sulit,

hanya bisa kalau dibiasakan saja misalnya membiasakan anak-

anak salim kalau datang ke sekolah itu kan sebenarnya juga

budaya Jawa”.

Hal serupa juga dijabarkan oleh guru dengan inisial “E”, beliau

menyatakan bahwa:

“Untuk pendidikan budaya kan di pelajaran sehari-hari, seperti

sikap salim kepada guru. Kemudian setiap pagi harus ada

kegiatan menyanyi atau nembang lagu daerah sebelum memulai

pelajaran. Itu merupakan kegiatan wajib setiap pagi, satu lagu

nasional dan satu lagu daerah, dan itu diutamakan lagu daerah

Jogja”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas dapat

disimpulkan bahwa nilai-nilai budaya Jawa yang diterapkan di SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa meliputi nilai pembiasaan

penggunaan bahasa Jawa dalam berkomunikasi, penerapan sikap sopan

santun dan menghormati terhadap semua warga sekolah, berbaris

sebelum masuk kelas dan salim kepada Kepala sekolah dan guru, serta

wajib menyanyikan tembang dan lagu nasional.

Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, kebiasaan hidup yang

baik dan menyenangkan harus senantiasa diterapkan dan dipupuk sedari

dini. Nilai-nilai budaya yang sudah diterapkan di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa apabila terus dapat dilakukan oleh seluruh

masyarakat sekolah maka akan berdampak budi pekerti yang baik bagi

Page 115: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

101

siswa. Budi pekerti tersebut dapat diintegrasikan ke dalam bentuk nilai-

nilai moralitas yang mencakup sopan santun, religiusitas, sosialitas,

keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang, tanggung

jawab, dan penghargaan terhadap lingkungan alam maupun sosial. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai budaya jawa yang diterapkan di SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa yaitu pembinaan nilai

keagamaan, tata karma (sopan santun), ketaatan kepada orangtua, disiplin

dan tanggung jawab, dan kemandirian.

2. Cara Menanamkan Nilai- Nilai Budaya Jawa Dalam Kegiatan Sekolah

a. Kebijakan Khusus Sekolah Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

Berbasis Budaya

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa sekolah memiliki

kebijakan sendiri terhadap penyelenggaran pendidikan berbasis budaya di

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. Hal ini senada dengan

ungkapan wakil Kepala Sekolah dengan inisial “M” yang menyatakan

bahwa:

“Sekolah membuat kebijakan terhadap penyelenggaraan

pendidikan berbasis budaya salah satunya dengan memasukkan

seni budaya ke dalam kegiatan intra atau kegiatan

pembelajarannya. Kegiatan tersebut meliputi tari, karawitan,

nembang yang tergabung dalam kegiatan intra. Dimana, apabila

di sekolah lain tari, karawitan, nembang masuk ke dalam kegiatan

ekstra”.

Hal senada juga diungkapkan oleh guru among dengan inisial

“E”, beliau menjelaskan bahwa:

“Sekolah membuat kebijakan khusus terhadap penyelenggaraan

pendidikan berbasis budaya salah satunya dengan mempelajari

dan menggunakan pendidikan budaya pada keseharian. Sebagai

Page 116: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

102

contoh seperti sikap cium tangan kepada guru. Kemudian setiap

pagi harus ada kegiatan menyanyi atau nembang lagu daerah

sebelum memulai pelajaran. Hal tersebut merupakan kegiatan

wajib setiap pagi, siswa menyanyikan satu lagu nasional dan satu

lagu daerah, dan diutamakan lagu daerah Yogyakarta”.

Ungkapan senada juga disampaikan oleh siswa yang mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler karawitan dan tari dengan inisial “DK”, siswa

tersebut menjelaskan bahwa:

“Kalau pas lagi latihan tari, kan gak di kelas terus jadi gak bosen.

Bisa belajar tari yang macam-macam, sama kalau main gamelan

itu bisa tahu macam-macam jenis gamelan”.

Hal senada juga diungkapkan guru dengan inisial “D”, beliau

menyatakan bahwa:

“Terdapat kebijakan khusus dari sekolah.Seperti Dinten Sabtu

Ngagem Bahasa Jawi. Kalau untuk penggunaan bahasa Jawa

setiap hari Sabtu itu, mereka bicara sama teman sebaya

menggunakan basa ngoko”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan

bahwa sekolah memiliki kebijakan sendiri terhadap penyelenggaran

pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa salah satunya dengan mempelajari dan menggunakan

pendidikan budaya pada keseharian. Sebagai contohnya siswa diwajibkan

belajar bahasa Jawa kromo, supaya mempunyai sopan santun kalau di

tanya guru dengan berbahasa Jawa, siswa dianjurkan selalu memiliki

sikap cium tangan kepada guru pada saat masuk dan keluar kelas.

Kemudian setiap pagi siswa harus menyanyi atau nembang lagu daerah

sebelum memulai pelajaran. Hal tersebut menjadi penting karena sebagai

Page 117: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

103

upaya sekolah mengenalkan budaya Jawa dan lagu-lagu kedaerahan

kepada siswa.

b. Penerapan Pendidikan Berbasis Budaya di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa

Tidak hanya memiliki kebijakan khusus, SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa juga menerapkan pendidikan berbasis budaya

tersebut ke dalam berbagai bentuk kegiatan. Berdasarkan hasil observasi

diketahui bahwa sekolah memiliki wadah terhadap penerapan pendidikan

berbasis budaya tersebut. Wadah tersebut disebut dengan kegiatan

ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ini pendidikan berbasis budaya lebih

terorganisir, terstruktur, dan sangat menarik karena terdapat berbagai

macam jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat disesuaikan dengan

bakat dan minat siswa. Hal tersebut senada dengan ungkapan guru

pamong dengan inisial “E”, beliau menjelaskan bahwa:

“Meskipun sekolah sudah mempunyai kebijakan khusus, akan

tetapi dalam penerapannya sekolah lebih memfokuskan pada

suatu wadah yang disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler”.

Ungkapan tersebut juga ditegaskan oleh wakil Kepala Sekolah

dengan inisial “M”, beliau menegaskan bahwa:

“Penerapan pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui pada keseharian siswa

dan pada kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut terbagi

menjadi beberapa macam ekstrakurikuler seperti tari, gamelan,

karawitan, pramuka, membatik, dolanan anak, dan nembang

Jawa”.

Guru pamong dengan inisial “D” juga mengungkapkan bahwa:

Page 118: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

104

“Penerapan pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui pada keseharian siswa

dan pada kegiatan ekstrakurikuler”.

Hal senada juga diungkapkan oleh siswa yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler pramuka dan nembang jawa dengan inisial “T”, siswa

dengan inisial “T” mengungkapkan bahwa:

“Penerapan pendidikan berbasis budaya diterapkan melalui

kegiatan ekstrakurikuler diantaranya tari, gamelan, karawitan,

pramuka, membatik, dolanan anak, dan nembang Jawa”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan

bahwa penerapan pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa diterapkan pada keseharian siswa di sekolah

yang meliputi menyanyikan lagu tembang jawa sebelum memulai

pelajaran. Selain itu, pada kegiatan ekstrakurikuler diantaranya

ekstrakurikuler tari, gamelan, karawitan, pramuka, membatik, dolanan

anak, dan nembang.

c. Dasar Landasan Penerapan Budaya Jawa Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler

Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah dengan inisial “A”

menyatakan bahwa:

“Dasar landasan yang pertama adalah perwal pemerintah kota

yang kedua memang sudah menjadi warisan budaya Ki Hadjar

Dewantara dimana anak-anak mendapatkan kecerdasan

pendidikan tetapi mereka juga harus mengenal kebudayaan. Di

sekolah ini sebenarnya untuk pedomannya mengacu pada

pendidikan yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara, dari sistem

pengajaran yaitu sistem among yang di kembangkan

menyesuaikan aturan dari dinas. Harapan visi misi adalah siswa

yang kami didik dan kami bimbing itu selain memiliki kecerdasan

juga memiliki jiwa seni serta berbudi luhur. Adanya jiwa seni

tersebut dapat memancarkan kehalusan dari diri kita maksudnya

Page 119: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

105

jika kita pintar saja tanpa jiwa seni maka kita akan menjadi keras

dalam arti kurang halus dalam bertindak tanduk di landasi dengan

budi pekerti luhur’’.

Sementara guru dengan inisial “E” dalam wawancaranya

menyatakan bahwa:

“Melaksanakannya pun berpedoman dari hal itu yang sudah

diturunkan dari guru-guru sebelumnya juga terus sekarang juga

ada arahan dari dinas untuk pendidikan berbasis budaya jadi kita

juga mengikuti aturan dari dinas dari diklat-diklat juga.Ada

karakter seni budaya, dari landasan tadi dari taman muda

sehingga kami menyusun visi misi yang menunjukkan

karakteristik SD Taman Muda yaitu mengangkat pendidikan

berbasis seni dan budaya Jawa”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

dasar landasan penerapan budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler

di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa adalah berlandasakan

pada pendidikan berbasis seni dan budaya. Kegiatan ini dilakukan

mengingat sebagai program baru kegiatan ini juga digunakan untuk

meneruskan dan mengembangkan kegiatan yang ada. Sebagai contoh,

sebelumnya sekolah terdapat kegiatan tembang dan tari tradisional serta

pelajaran membatik. Kegiatan tersebut pada awalnya hanya mendapatkan

diklat dan pembagian alat-alat batik dari program provinsi. Selanjutnya

pelajaran membatik tersebut dikembangkan oleh sekolah menjadi muatan

lokal. Disamping itu kegiatan ini dilakukan karena semakin minimnya

generasi muda yang mau belajar dan mengenal budaya Jawa, sehingga

terdapat kekhawatiran dari para pendidik apabila tidak dikenalkan sedari

dini dikhawatirkan tidak ada yang akan mencintai dan melestarikan

budaya daerahnya.

Page 120: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

106

d. Tujuan dan Fungsi Dari Penerapan Budaya Jawa Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler

Pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran

bahasa Jawa dan didukung dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler

budaya Jawa. Kegiatan ini bukan hanya sebagai kegiatan yang bersifat

nasionalisme akan tetapi kegiatan ini dilakukan mempunyai tujuan dan

fungsi tersendiri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu guru dengan

inisial “CM”, dalam wawancaranya beliau menyatakan bahwa:

“Kegiatan ini pasti sarat dengan makna, salah satu tujuannya

adalah untuk mengenalkan budaya daerah kepada generasi

muda”.

Hal senada diungkapkan oleh guru dengan inisial “D” dalam

wawancaranya beliau menyatakan bahwa:

“Kegiatan ini bertujuan mengenalkan dan melestarikan budaya

daerah khususnya budaya Jawa”.

Sementara guru dengan inisial “AP” dalam wawancaranya

menyatakan bahwa:

“Mengenalkan bahasa sampai dengan dolanan anak. Dengan

mengenal anak-anak diharapkan ada rasa memiliki dan

melestarikan”.

Hal senada diungkapkan oleh kepala sekolah dengan inisial

“FHS” dalam wawancaranya beliau menyatakan bahwa:

“Tujuannya supaya anak-anak itu bisa mencintai budayanya

sendiri,dan fungsinya menumbuhkan rasa cinta anak terhadap

budaya nusantara”.

Page 121: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

107

Sementara kepala sekolah dengan inisial “A” dalam

wawancaranya menyatakan bahwa:

“Tujuannya untuk melestarikan budaya bangsa,dan fungsinya

untuk menumbuhkan rasa cinta anak terhadap budaya nusantara”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

tujuan pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran

bahasa Jawa dan didukung dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler

budaya Jawa adalah untuk mengenalkan sedari dini anak-anak pada

budaya Jawa supaya generasi muda dapat mencintai budayanya sendiri,

mengenalkan bahasa sampai dengan dolanan anak yang terdapat pada

budaya tersebut, mempunyai rasa memiliki terhadap budaya Jawa, dan

mau melestarikan budaya yang sudah ada tersebut. Selain itu, kegiatan

ini berfungsi untuk menumbuhkan rasa cinta anak terhadap budaya

nusantara, dan melalui program tersebut dapat sebagai wadah untuk

menggali bakat dan potensi anak serta mengembangkannya.

e. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Berbasis Budaya Jawa Melalui

Kegiatan Ekstrakurikulerdi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa pembelajaran

pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran bahasa Jawa dan

didukung dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler budaya Jawa yang

meliputi ekstrakurikuler tari, gamelan, karawitan, pramuka, membatik,

Page 122: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

108

dolanan anak, dan nembang. Hal ini sejalan dengan ungkapan Ibu kepala

sekolah dengan inisial “A” yang menyatakan bahwa:

“Pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata

pelajaran bahasa Jawa dan didukung dengan adanya kegiatan

ekstrakurikuler yang meliputi ekstrakurikuler tari, gamelan,

karawitan, pramuka, membatik, dolanan anak, dan nembang

Jawa”.

Guru among dengan inisial “E” juga mengungkapkan bahwa:

“Pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata

pelajaran bahasa Jawa.”

Guru among juga menambahkan bahwa:

“Untuk kelas I atau II pada pembelajaran bahasa Jawa masih

sebatas tembang Jawa seperti tembang dolanan dengan judul

seperti jamuran, cublak-cublak suweng, ilir-ilir dll. Bagi kelas IV

ke atas itu tembang Jawanya berupa gambuh, pucung dan

sebagainya”.

Wakil kepala sekolah dengan inisial “M” menuturkan bahwa:

“Sebenarnya pada mata pelajaran bahasa Jawa sudah terdapat

tembang dan bahasa Jawa. Akan tetapi untuk SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa dipisah, antara pelajaran bahasa Jawa

yang masuk dalam pembelajaran dan pelajaran tembang masuk

dalam kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini dilakukan oleh pihak

sekolah supaya siswa lebih mendetail mengenal budaya Jawa biar

dan tembang Jawa”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran

bahasa Jawa dan didukung dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler.

Sebenarnya pada mata pelajaran bahasa Jawa sudah terdapat tembang

dan bahasa Jawa. Akan tetapi untuk SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Page 123: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

109

Tamansiswa dipisah, antara pelajaran bahasa Jawa yang masuk dalam

pembelajaran dan pelajaran tembang masuk dalam kegiatan

ekstrakurikuler. Hal ini dilakukan oleh pihak sekolah supaya siswa lebih

mendetail mengenal budaya Jawa dan tembang Jawa.

f. Upaya Sekolah dalam Mengembangkan Pendidikan Berbasis

Budaya

Hasil wawancara dengan guru among dengan inisial “E” yang

menyatakan bahwa:

“Upaya sekolah dalam mengembangkan pendidikan berbasis budaya

dengan cara setiap pagi menyanyikan lagu nasional sama lagu daerah.

Selain itu, pemahaman lainnya melalui budaya sopan santun. Contohnya

dengan orangtua, kan ada pendamping sini yang sudah sepuh. Kadang

anak-anak itu kalau berbicara pakai bahasa ngoko, kami ingat kan untuk

menggunakan bahasa kromo. Lebih baik memakai bahasa yang agak

halus, kalau tidak bisa lebih baik memakai bahasa Indonesia. Bahasa

ngoko lebih baik digunakan dengan teman sebaya nya saja”.

Hal senada diungkapkan oleh wakil kepala sekolah dengan inisial “M”,

beliau menyatakan bahwa:

“Upaya sekolah dalam mengembangkan pendidikan berbasis budaya

melalui budaya sopan santun yang ditunjukkan dari adab berbicara

dengan orang yang lebih tua menggunakan bahasa krama”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa upaya

sekolah dalam mengembangkan pendidikan berbasis budaya selain

melalui pembelajaran bahasa Jawa dan kegiatan ekstrakurikuler adalah

dengan cara setiap pagi menyanyikan lagu nasional sama lagu daerah.

Selain itu, pemahaman lainnya melalui budaya sopan santun yang

ditunjukkan dari adab berbicara dengan orang yang lebih tua

menggunakan bahasa krama.

Page 124: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

110

g. Metode Atau Cara Tertentu Dalam Mendukung Penerapan Budaya

Jawa

Hasil wawancara dengan guru among dengan inisial “CM” diketahui bahwa:

“Cara yang dilakukan untuk mendukung penerapan budaya Jawa

yaitu saya adakan raktik menyanyi langsung itu biasa

kegiatannya, terus tanya jawab tentang materi tembang yang telah

disampaikan biar anak merasakan langsung budaya jawa dengan

melakukannya”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu kepala sekolah dengan inisial “A”,

beliau menuturkan bahwa:

“Dalam mendukung penerapan budaya Jawa metode atau cara

yang dilakukan oleh sekolah adalah saya menganjurkan

menggunakan bahasa Jawa yang benar antar sesama guru,

membiasakan anak - anak dengar bahasa Jawa mencontoh dari

guru - gurunya yang menggunakan bahasa Jawa. Pemerintah dan

yayasan sangat berperan dalam kegiatan kegiatan di sekolah ini

seperti memberikan ijin tempat, gamelan, dan fasilitas lain kalau

tidak ada yayasan ya tidak bisa jalan sediri namanya juga sekolah

swasta. Komite itu mendukung sekali setiap kita mau pentas, mau

lomba, mau kemanapun itu orang tua kita ikutkan dalam

musyawarah biasanya jga langsung dapat bantuan dalam hal dana

untuk pelaksanaan program - program di sekolah”.

Guru dengan inisial “E”, menyatakan hal yang serupa dalam

wawancara berikut yaitu:

“Budaya jawa itu malah lebih mudah dikreasikan, contohnya

kalau di saya yang ekstra bahasa Jawa itu tidak full pelajaran

mencatat materi bahasa Jawa tapi main tebak- tebakkan dari

pepak basa Jawa kemudian praktik bernyanyi atau nembang bisa

juga diselingi dialog basa Jawa karena materi bahasa Jawa kan

banyak, budaya Jawa juga materinya banyak dan beragam

menurut saya bisa kadang kami mengkaitkan dengan pewayangan

juga, kemudian kami juga mengembangkan seperti batik saya

biasanya menggunakan tema agar anak bisa mengembangkan

sendiri, tapi ya ming opo anane kalau saya sendiri berbeda dengan

Page 125: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

111

yang memang guru tembang sama tari yang lebih bisa

mengembangkan karena memang ahlinya”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa sekolah

lebih mengutamakan nilai sopan santun dan nilai budi pekerti. Maka dari

itu dalam mendukung penerapan budaya Jawa metode atau cara yang

dilakukan oleh sekolah adalah dengan penggunaan bahasa Jawa yang

benar supaya anak didik membiasakan berkomunikasi menggunakan

bahasa Jawa yang benar antar sesama atau dengan guru. Juga melalui

kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas. Hal ini dilakukan supaya

terjadi pembiasaan seluruh masyarakat sekolah terhadap program yang

diadakan oleh sekolah terkait dengan pendidikan berbasis budaya Jawa.

h. Sarana dan Prasarana Yang Digunakan Untuk Menunjang Kegiatan

Ekstrakurikuler

Hasil wawancara dengan Ibu kepala sekolah dengan inisial “A”

menyatakan bahwa:

“Sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah masih

terbatas. Tapi sekolah mengusahakan semaksimal mungkin

supaya anak-anak mampu menerima pelajaran sebaik mungkin

dengan sarana dan prasarana yang sangat sederhana dan bisa

berjalan dengan baik”.

Guru among dengan inisial “E” juga menjelaskan bahwa:

“Bentuk sarana prasarana yang disediakan oleh sekolah

diantaranya pencak silat tempatnya di pendopo, tapi kalau

pendopo terlalu ramai tempatnya bisa di halaman.Akan tetapi

tergantung juga panas atau tidaknya cuaca. Kalau panas pakai

pendopo kalau tidak panas pakai halaman, jadi disesuaikan saja

sama kondisi. Ekstrakurikuler dolanan anak tetap di pendopo.

Ekstrak karawitan di ruang gamelan, kadang di pendopo, kadang

juga di SMP. Tergantung tempat mana yang bisa. Karena kita

belum punya alat sendiri dan juga lagi berusaha mengajukan

Page 126: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

112

proposal ke dinas. Kalau yang di ruang karawitan itu miliknya

yayasan, tapi kalau yang SMP milik sendiri”.

Hal senada juga diungkapkan oleh siswa dengan inisial “AJ” yang

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler drumband dan karawitan. Siswa

tersebut mengungkapkan bahwa:

“Sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah meliputi alat

musik dan pendopo sebagai ruang latihan”.

Hal senada juga disampaikan oleh siswa dengan inisial “AK”,

siswa dengan inisial “AK” menilai:

“Sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah meliputi

gamelan, alat musik, dan tempat latihan atau pendopo”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa sarana

dan prasarana yang disediakan oleh sekolah masih terbatas. Bentuk

sarana prasarana yang disediakan oleh sekolah diantaranya adalah

pendopo, gamelan, dan alat musik lainnya yang dipergunakan siswa pada

saat kegiatan ekstrakurikuler berlangsung.

3. Unsur Budaya Jawa yang Diaplikasikan Pada Kegiatan

Ekstrakurikuler

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang berinisial “E”,

menyatakan bahwa:

“Kalau di sekolah kita, lebih di utamakan nilai sopan santun nya

atau bisa juga nilai budi pekerti nya. Nilai lain dalam pendidikan

budaya di sekolah kita ini menggunakan tembang antara lain

macapat dan lewat panembromo juga. Kan dalam tembang itu,

arti kalimatnya juga mengajarkan tentang sopan santun dengan

orang tua, dengan alam bumi, dengan hewan juga harusnya

bertindak seperti apa. Jangan bertindak sesuka hati terhadap

tumbuhan hewan.

Page 127: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

113

Hal senada diungkapkan oleh guru dengan inisial “FHS” dalam

wawancaranya beliau menyatakan bahwa:

“Unsur budaya lebih pada unggah- ungguh jadi bagaimana cara

bersosialisasi sesuai dengan budaya Jawa, kemudian bahasa Jawa,

seni budaya Jawa dan hal- hal yang mengarah pada pembentukan

budi pekerti. Menanamkan nilai - nilai budaya Jawa kadang kami

juga menggunakan tokoh wayang seperti pandawa dan

punakawan agar mudah diterima oleh siswa. Bentuk

penanamannya lebih pada praktik langsung mengarahkan siswa

untuk memahami budi pekerti yang baik. Seperti membiasakan

siswa kalau di pagi hari datang terus salaman dengan guru pulang

juga salaman setelah beres- beres kelas”.

Sementara guru dengan inisial “AP” dalam wawancaranya

menyatakan bahwa:

“Terdapat unsur disiplin itu pada pelajaran karawitan, misalnya

kalau lewat gamelan itu tidak boleh dilompati, kita harus berlaku

sopan, kemudian juga diajarkan cara duduk itu tata cara nya

seperti apa harus duduk timpuh tidak boleh duduk sesuka hati”.

Hal senada diungkapkan oleh kepala sekolah dengan inisial “A”

dalam wawancaranya beliau menyatakan bahwa:

“Unsur budaya tersebut lebih mengarah ke sikap sopan santun,

menghargai menghormati, disiplin”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

unsur budaya yang dapat diaplikasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler

adalah sikap sopan santun dengan orang tua, dengan alam bumi, dengan

tumbuhan dan hewan juga tidak boleh bertindak sesuka hati. Selain itu,

terdapat unsur sikap disiplin yang dapat diterapkan pada kegiatan

ekstrakurikuler tersebut.

Page 128: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

114

4. Sikap Keteladanan Yang Terkandung Dalam Penanaman Nilai-Nilai

Budaya Jawa di Sekolah

Penanaman nilai-nilai budaya Jawa di sekolah merupakan salah

satu sarana dalam menanamkan pendidikan karakter kepada siswa.

Adapun sikap keteladanan yang dapat dipelajari dalam setiap tembang

dan budaya Jawa di sekolah berdasarkan hasil penelitian adalah:

a. Nilai Yang Terkandung Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Karawitan

Nilai budaya Jawa terdapat dalam kegiatan ekstrakurikuler

karawitan. Nilai yang terkandung meliputi nilai ketelitian, nilai percaya

diri, nilai kerjasama didalamnya. Hal ini dikarenakan berlatih karawitan

memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, ini disebabkan nada-nada

dalam gamelan tersebut berbeda antara alat musik satu dengan yang

lainnya. Nilai percaya diri dan kerjasama juga ditanamkan sebab

dibutuhkan kerjasama untuk menghasilkan karya musik yang indah dan

juga nilai percaya diri ditanamkan pada kegiatan ini dengan maksud

melatih siswa berani menunjukkan minat dan bakat nya terhadap

karawitan.

b. Nilai Yang Terkandung Dalam Kegiatan Bahasa Jawa

Terkandung nilai integritas, nilai toleransi, nilai kesantunan, dan

nilai kerendahan hati. Bahasa Jawa merupakan salah satu warisan budaya

yang harus dilestarikan dan dijaga karena jika tidak, dapat terkikis oleh

bahasa dari kebudayaan lain. Selain itu, bahasa Jawa merupakan bahasa

yang menyiratkan budi pekerti luhur atau merupakan cerminan dari tata

krama.

Page 129: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

115

c. Nilai Yang Terkandung Dalam Nembang

1) Mijil

Mijil merupakan tembang yang melambangkan proses kelahiran

manusia di dunia. Liriknya berbunyi:

Dedalane guna lawan sekti,

Kudu andhap asor,

Wani ngalah luhur wekasane,

Tumungkula yen dipun dukani,

Bapan den simpangi,

Ana catur mungkur.

Pesan yang disampaikan melalui lagu ini bahwa agar seseorang

menjadi orang yang berguna, harus selalu bertindak sopan kepada orang

lain.

2) Pangkur

Pangkur merupakan tembang yang digunakan untuk medhar

piwulang atau mengajarkan nasehat untuk anak cucu.

Mingkar mingkuring angkara,

Akarana karenan Mardi siwi,

Sinawung resmining kidung,

Sinuba sinukarta,

Mrih ketarta pakartining ngelmu luhung,

Kang tumrap ing tanah Jawa

Agama ageming aji.

Pesan yang disampaikan melalui lagu ini adalah bahwa seseorang

pemimpin haruslah memiliki tiang agama yang kokoh agar terhindar

dari angkara atau keburukan.

Page 130: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

116

d. Nilai Yang Terkandung Dalam Tari

Terkandung nilai kesabaran, nilai kerjasama, nilai percaya diri,

nilai kerja keras, nilai kerendahan hati. Dalam pelajaran tari umumnya

siswa diajarkan tentang kesabaran dan kerja keras. Dalam setiap gerakan

tari, untuk menghasilkan gerakan yang indah dan gemulai tidak dapat

berhasil dalam sekejap, maka dari itu dibutuhkan kesabaran, kerja keras

dan semangat siswa. Dalam pelajaran dolanan anak diajarkan sikap kerja

sama dan percaya diri, dan kerendahan hati. Siswa diajarkan dan

dikenalkan tentang alat permainan, lagu-lagu untuk anak- anak yang

lazimnya dinyanyikan ketika memainkan permainan jaman dahulu. Ini

bertujuan walaupun sudah berkembangnya teknologi, siswa dengan

kerendahan hatinya untuk tidak melupakan alat permainan dan lagu

dolanan jaman dahulu. Ada kalanya sekolah mengadakan pentas untuk

acara dolanan anak, siswa diberikan tema, dan akan tampil menjadi

beberapa tim. Maka dari itulah nilai percaya diri sangat dibutuhkan pada

saat pertunjukan seperti ini.

e. Nilai Yang Terkandung Dalam Lagu Dolanan Anak

Terkandung nilai kerjasama, nilai kejujuran, nilai kedisipinan,

nilai kesantunan dan nilai kerendahan hati. Gendhing dolanan anak pada

umumnya memiliki ciri sebagai berikut, yaitu : 1) bahasanya sederhana;

2) mengandung nilai estetis; 3) jumlah barisnya terbatas; 4) berisi tentang

hal-hal yang selaras dengan keadaan anak-anak; 5) lirik dalam gendhing

tersebut bermakna religius, kebersamaan, rendah hati dan nilai sosial

Page 131: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

117

lainnya. Secara umum dapat disampaikan bahwa semua lagu dolanan

anak banyak mengarah pada aspek falsafah hidup dan nilai moral yang

dibangun dalam nilai-nilai masyarakat Jawa, yang pantas digunakan

sebagai pembentuk karakter generasi muda penerus bangsa.

f. Nilai Yang Terkandung Dalam Membatik

Terkandung nilai kesabaran, nilai integritas, nilai kepedulian, dan

nilai ketelitian bagi orang yang melakukannya. Karena untuk

menghasilkan sebuah karya yang baik di perlukan kesabaran dan

ketelitian. Pelestarian budaya batik melalui pendidikan merupakan salah

satu cara dalam mengenalkan budaya Jawa serta anak didik dapat

mengetahui nilai-nilai budaya yang diwariskan kepada mereka sebagai

generasi bangsa.

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Penanaman Nilai-Nilai

Budaya Jawa di Sekolah

Berikut ini akan diuraikan faktor pendukung dan faktor

penghambat dalam penanaman nilai-nilai budaya Jawa di sekolah.

Adapun uraiannya sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam penanaman nilai-nilai budaya Jawa di

sekolah, merupakan suatu kekuatan dalam melaksanakan serangkaian

kegiatan yang direncanakan. Dari hasil penelitian terdapat beberapa

faktor pendukung terselenggaranya pendidikan berbasis budaya. Seperti

yang telah disampaikan oleh Ibu kepala sekolah selaku penyelenggara

program kegiatan pendidikan berbasis budaya:

Page 132: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

118

“Respon dari siswa dan orangtua positif. Mereka senang karena ada

program ini, orang tua dan masyarakat sekolah juga turut

mendukung dan mampu bekerjasama dengan baik dalam

penyelenggaraan pendidikan berbasis budaya ini”.

Selain itu peneliti juga menemukan faktor pendukung lainnya.

Sebagaimana yang disampaikan oleh guru among yang menyatakan

bahwa:

“Pendidikan berbasis budaya ini sangat mendapat dukungan dari

Dinas. Hal ini ditunjukkan dari sikap positif dinas yang senantiasa

mengapresiasi pendidikan berbasis budaya ini dengan berbagai

piagam dan menjadikan sekolah sebagai sekolah percontohan

yang menerapkan pendidikan berbasis budaya”.

Senada dengan yang sudah di uraikan sebelumnya salah satu

siswa menyatakan bahwa:

“Faktor pendukungnya banyak kak, pemerintah, sekolah, guru,

orangtua, karena menjadi penting untuk mempelajari budaya

daerah sendiri”.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor pendukung pendidikan berbasis budaya dalam penanaman nilai-

nilai budaya Jawa di sekolah adalah pemerintah, sekolah, guru, orangtua,

siswa dan seluruh masyarakat sekolah yang memberikan dukungan

positif terhadap pelaksanaan pendidikan berbasis budaya ini.

b. Faktor Penghambat

Pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dalam penanaman nilai-

nilai budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

memiliki faktor penghambat, seperti yang disampaikan oleh kepala

sekolah yaitu:

Page 133: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

119

“Selama ini masalah yang sering menjadi kendala sekolah yaitu

kebiasaan keluarga siswa sendiri yang lebih sering menggunakan

Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dari pada bahasa

Jawa sehingga siswa kesulitan dalam berkomunikasi di sekolah.

Selain itu, masalah lainnya adalah keterbatasan dana sekolah

sehingga penyediaan sarana dan prasarana sekolah terbatas”.

Hal serupa juga disampaikan oleh guru among dengan inisial “E”,

beliau menyatakan bahwa:

“Kendala yang pertama itu dari kebiasaan keluarga siswa sendiri,

sebab untuk komunikasinya bahasa Indonesia yang dipakai,

bukan bahasa Jawa. Kemudian juga semakin lunturnya budaya

Jawa sendiri. Dari hal yang sepele aja, misalnya berjalan di depan

orang yang lebih tua, kalau anak jaman dulu kan berjalan

membungkuk sambil mengucapkan kata permisi itu tandanya

hormat tapi kalau sekarang sudah jarang yang jalannya

mengucapkan kata permisi sambil membungkuk.

Guru among menambahkan bahwa:

“Tapi sekarang sudah banyak siswa yang mulai membiasakan

menyapa kepada yang lebih tua. Sebab di sekolah ini kan yang

paling utama itu diterapkan sikap unggah ungguh atau sopan

santun. Karena yang saya lihat dengan SD lain, senakal-nakalnya

siswa sini itu masih bisa dikendalikan daripada siswa sekolah

lain. Entah mungkin penerapan budaya nya berbeda atau proses

pengajaran nya atau juga mungkin dari gurunya sendiri, anak-

anak itu melihat dan menirukan. Jadi guru itu pengaruhnya paling

besar disini”.

Beliau juga menjelaskan bahwa:

“Hal yang paling utama diajarkan oleh sekolah yaitu tentang tata

krama, sikap sopan santun, dan cara berperilaku. Diingat kan

setiap hari, melalui nilai-nilai pembiasaan yang diterapkan di

sekolah ini. Terus kendala yang lain lagi itu di pendanaan, karena

yang namanya seni itu kan mahal. Mulai dari alat-alatnya bahkan

para pelatihnya juga mahal. Tapi ya kita juga melakukan

semampu kita, kadang kita bilang mohon maaf dananya cuma ada

sedikit, tapi jika beliau sanggup ya tidak apa-apa. Tapi ya itu,

yang namanya finansial juga ada pengaruhnya sama kualitas.

Kadang kita dapatnya belum maksimal. Soalnya kalau untuk

karawitan itu menggunakan guru dari luar sekolah, karena pelatih

yang dari sini waktunya yang tidak memungkinkan karena beliau

Page 134: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

120

juga mengajar sekolah lain, jadinya kita ambil pelatih dari luar.

Kalau untuk tembang, gurunya juga dari sini, sama tari juga dari

sini”.

Hal senada juga diungkapkan oleh guru pamong dengan inisial

“D”, dalam wawancaranya beliau menyatakan bahwa:

“Kendala utama lebih kepada pendanaan dan alat untuk

pelaksanaan ekstrakurikuler karawitan. Selain itu, sekolah juga

belum mempunyai sanksi tegas apabila ada siswa yang melanggar

program tersebut, serta lemahnya pengawasan yang diberikan

oleh aparat sekolah sehingga sekolah tidak dapat mengontrol satu

persatu siswa pada saat program dilaksanakan”.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor penghambat pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dalam

penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa adalah kebiasaan sehari-hari siswa di rumah yang sering

menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa jawa, sehingga siswa

tidak terbiasa berbahasa jawa di lingkungan sekolah, keterbatasan dana

sekolah sehingga penyediaan sarana dan prasarana sekolah terbatas,

keterbatasan alat, kurangnya pelatih pada kegiatan ekstrakurikuler

karawitan sehingga sekolah menggunakan pelatih dari luar dengan

menggunakan pendanaan dari sekolah, sekolah belum memiliki sanksi

yang tegas, kurangnya kontrol dan pengawasan pada saat program

dilaksanakan.

6. Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis

Budaya Dalam Penanaman Nilai-Nilai Budaya Jawa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Upaya pihak sekolah dalam mengatasi setiap hambatan pada

pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dalam penanaman nilai-nilai

Page 135: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

121

budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diuraikan

dalam wawancara sebagai berikut.

Wakil Kepala sekolah dengan insial “M”, menjawab kendala

yang dihadapi melalui wawancara sebagai berikut:

“Sekolah melakukan kerjasama dengan seluruh masyarakat

sekolah dan orangtua untuk mensosialisasikan kegiatan yang

dicanangkan dalam hal penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, supaya orangtua turut

berperan serta menanamkan nilai-nilai budaya tersebut dirumah.

Sehingga anak tidak canggung lagi dalam mengucapkan bahasa

Jawa ketika berada di sekolah. Dalam hal pendanaan sekolah

dapat bekerjasama dengan orangtua siswa dan pemerintah. Akan

tetapi pada pelaksanaanya sekolah mengoptimalkan dahulu

kemampuan sekolah baru apabila tidak mampu meminta bantuan

orang tua siswa dan pemerintah”.

Guru pamong dengan inisial “E” menjelaskan bahwa:

“Kendala utama bagi siswa adalah ketika keseharian siswa tidak

diimbangi dengan penggunaan bahasa jawa, sehingga siswa

menjadi canggung dan tidak percaya diri dalam pengucapannya.

Maka dari itu, sekolah mengadakan program dinten sabtu

menggunakan bahasa Jawa, hal ini dilakukan untuk mengimbangi

kebiasaan anak-anak yang sering menggunakan bahasa Indonesia

dari pada bahasa Jawa. Dalam hal alat dan pelatih, sekolah

meminjam alat di SMP dan mendatangkan pelatih dari luar”

Hal senada juga diungkapkan oleh guru pamong dengan inisial

“D”, beliau menyatakan bahwa

“Sekolah melakukan kerjasama dengan guru, siswa dan orangtua

untuk mensosialisasikan kegiatan penanaman nilai-nilai budaya

Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, melalui

pendidikan berbasis budaya. Hal ini dilakukan supaya orangtua

turut berperan serta menanamkan nilai-nilai budaya tersebut

dirumah. Dalam hal pendanaan sekolah bekerjasama dengan

pemerintah dan orangtua. Meskipun pada pelasanaannya sekolah

akan mengoptimalkan kemampuannya terlebih dahulu. Apabila

dalam kondisi tertentu dan sekolah tidak mampu mengatasi maka

sekolah baru bekerjasama dengan pemerintah dan orangtua

siswa”.

Page 136: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

122

Guru among dengan inisial “D” juga mengungkapkan bahwa:

“Untuk kendala sarana prasarana sekolah biasanya bekerjasama

dengan SMP, sehingga setiap latihan siswa boleh menggunakan

alat-alat yang ada di SMP.Selain itu, untuk masalah gedung

sekolah sedemikian rupa sehingga jadwal pemakaian gedung

diatur supaya seluruh kegiatan ekstra dapat meggunakan semua

tanpa terkecuali”.

Wakil kepala sekolah dengan inisial “M” menambahkan bahwa:

“Selain yang sudah saya tuturkan di atas, kendala lain yang

sekolah hadapi adalah kurangnya kontrol dan pengawasan dari

aparat sekolah, maka dari itu sekolah memberikan kewenangan

penuh kepada masing-masing guru kelas untuk mengawasi setiap

kelasnya dan memberikan sanksi tegas bagi yang melanggar”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa upaya pihak sekolah dalam mengatasi setiap

hambatan pada pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dalam

penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Sekolah melakukan kerjasama dengan seluruh masyarakat sekolah dan

orangtua untuk mensosialisasikan kegiatan yang dicanangkan dalam

hal penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa, supaya orangtua turut berperan serta

menanamkan nilai-nilai budaya tersebut dirumah.

b. Diadakannya program menggunakan bahasa Jawa, hal ini dilakukan

untuk mengimbangi kebiasaan anak-anak yang sering menggunakan

bahasa Indonesia dari pada bahasa Jawa.

Page 137: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

123

c. Dalam hal pendanaan sekolah bekerjasama dengan pemerintah dan

orangtua supaya program dapat berjalan lancar.

d. Dalam hal alat musik yang digunakan pada saat kegiatan

ekstrakurikuler karawitan, sekolah sementara menggunakan alat

musik yang terdapat di SMP, meskipun sekolah juga berupaya

mengumpulkan dana untuk pembelian alat itu sendiri.

e. Kurangnya pelatih pada kegiatan ekstrakurikuler karawitan

diantisipasi oleh sekolah dengan mendatangkan pelatih dari luar,

supaya kegiatan ekstrakurikuler karawitan dapat berjalan dengan

optimal dan maksimal.

f. Kurangnya kontrol dan pengawasan dari sekolah pada saat program

dilaksanakan, maka dari itu sekolah memberikan tanggung jawab

kepada guru kelas untuk bertanggung jawab kepada masing-masing

kelas dan memberikan sanksi tegas bagi siswa yang melanggar.

C. Pembahasan

1. Bentuk Nilai – Nilai Budaya Jawa Yang di Terapkan di Sekolah

a. Pendidikan Berbasis Budaya

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pendidikan

berbasis budaya adalah pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur

yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka

membina kepribadian generasi muda. Pada usia sekolah dasar, anak

cenderung meniru atau mencontoh hal-hal yang ada di lingkungan

mereka, dimana pada anak sekolah dasar proses inilah yang pertama

Page 138: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

124

mereka lakukan dalam memenuhi rasa ingin tahu dan merespon stimulasi

lingkungan. Anak akan meniru semua yang mereka lihat, dengar dan

rasakan dari lingkungan.

Pendidikan berbasis budaya merupakan mekanisme yang

memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya

ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup.

Dalam suatu kehidupan bangsa, pendidikan memiliki peranan yang

sangat penting dan strategis untuk menjamin kelangsungan dan

perkembangan suatu bangsa. Dalam hal ini, pendidikan harus dapat

menyiapkan warga negara untuk menghadapi masa depannya. Dengan

demikian tidak salah apabila orang berpendapat bahwa cerah tidaknya

masa depan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikannya saat ini.

Pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang

sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak

manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus-

menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaan

menghasilkan generasi yang diharapkan. Demikian pula dengan

pendidikan di negeri ini. Bangsa Indonesia tidak ingin menjadi

bangsa yang bodoh dan terbelakang, terutama dalam menghadapi

zaman yang terus berkembang di era kecanggihan teknologi dan

komunikasi. Maka, perbaikan sumber daya manusia yang cerdas,

terampil, mandiri, dan berakhlak mulia terus diupayakan melalui proses

pendidikan.

Page 139: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

125

Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul dan

diharapkan, proses pendidikan juga senantiasa dievaluasi dan

diperbaiki. Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah

munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dalam

dunia pendidikan di Indonesia. Gagasan ini muncul karena proses

pendidikan yang selama ini dilakukan dinilai belum sepenuhnya

berhasil dalam membangun manusia Indonesia yang berkarakter.

Bahkan, ada juga yang menyebut bahwa pendidikan Indonesia telah

gagal dalam membentuk karakter calon generasi penerusnya. Penilaian

ini didasarkan pada banyaknya para lulusan sekolah dan sarjana

yang cerdas secara intelektual, namun tidak bermental tangguh dan

berperilaku tidak sesuai dengan tujuan mulia pendidikan.

Perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan mulia pendidikan

misalnya tindak korupsi yang ternyata dilakukan oleh pejabat yang

notabene adalah orang-orang berpendidikan. Belum lagi tindak

kekerasan yang akhir-akhir ini marak terjadi di negeri ini. Tidak sedikit

dari saudara kita yang begitu tega melakukan penyerangan, anarkis,

bahkan membunuh. Keadaan yang memprihatinkan sebagaimana tersebut

ditambah lagi dengan perilaku sebagian remaja Indonesia yang sama

sekali tidak mencerminkan sebagai remaja yang terdidik. Misalnya,

tawuran antar pelajar, terjerat narkoba baik sebagai pengedar maupun

pemakai, dan melakukan tindak asusila.

Page 140: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

126

Maka dari itu, dalam mengantisipasi seluruh dampak dari adanya

arus globalisasi saat ini SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta

menerapkan pendidikan berbasis budaya. Hal ini menjadi penting

mengingat, beberapa kasus di atas menunjukkan bahwa pendidikan kita

belum mampu membangun karakter bangsa. Praktik pendidikan yang

terjadi di kelas-kelas tidak lebih dari sekedar latihan-latihan skolastik,

seperti mengenal, membandingkan, melatih, dan menghafal. Praktik

pendidikan seperti ini lebih cenderung menekankan pada kemampuan

kognitif yang sangat sederhana pada tingkat paling rendah. Kenyataan

sebagaimana tersebut tentu saja membuat prihatin bagi kita semua.

Oleh karena itu, upaya perbaikan harus segera dilakukan. Salah satu

upaya adalah melalui pendidikan karakter. Upaya ini selain menjadi

bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, juga diharapkan

mampu menjadi pondasi utama dalam menyukseskan Indonesia di masa

mendatang.

b. Perda DIY No.5 Tahun 2011 Tentang Pendidikan Berbasis

Budaya

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa melaksanakan pendidikan berbasis budaya

didasarkan pada Perda DIY No. 5 tahun 2011. Pendidikan berbasis

budaya tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah mengenalkan

budaya kepada generasi muda. Mengingat sudah mulai bergesernya

Page 141: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

127

budaya timur ke budaya barat dan mulai terkikisnya nilai-nilai budaya

Jawa di kalangan generasi muda Indonesia khususnya Yogyakarta.

Pendidikan memiliki peranan yang besar dalam proses

pembudayaan. HAR Tilaar (2000: 49) menegaskan bahwa tanpa proses

pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang

bahkan memperoleh dinamikanya. Hal ini berarti bahwa pendidikan

memiliki peran penting dalam pengembangan budaya. Namun,

pengenalan potensi daerah kepada peserta didik dirasa belum cukup

untuk mengenalkan nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia

sehingga diperlukan cara lain untuk mengenalkan nilai-nilai luhur yang

dimiliki bangsa indonesia. Pada pengamatan yang telah dilakukan

peneliti, pada saat pembelajaran di kelas guru memberikan materi hanya

dengan berpedoman pada buku paket saja, selain itu guru tidak

mengkaitkan materi pelajaran dengan kebudayaan lokal. Hal ini

dimungkinkan karena sekolah sudah menerapkan pendidikan berbasis

budaya melalui program sekolah kegiatan ekstrakurikuler. Guru juga

memberikan tanggapan bahwa pembelajaran berbasis budaya bagus

untuk diterapkan agar anak-anak lebih mengenal dan menyukai budaya

daerah sendiri.

Anak-anak sekarang lebih suka dengan budaya lain dan lupa

dengan budaya sendiri. Hal itu terlihat dari aktivitas siswa disekolah,

sebagian besar siswa sekolah dasar sudah memiliki handphone, sehingga

waktu istirahat mereka gunakan untuk mengoperasikan handphone.

Page 142: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

128

Anak-anak lebih memilih asyik dengan handphone daripada mengisi

waktu istirahat untuk melakukan permainan tradisional. Selain itu ketika

anak-anak ditanya mengenai lagu-lagu daerah nya sendiri meraka hanya

sekedar mengetahui judul lagu tanpa mampu untuk menyanyikannya.

Budaya gotong royong juga hampir terkikis, jadwal piket kelas yang

seharusnya dilaksanakan secara kelompok sesuai dengan jadwal yang

telah disepakati, pada kenyataannya hanya beberapa siswa saja yang

melaksanakannya, itu saja harus dengan bimbingan guru. Siswa sekolah

dasar juga lebih senang mengakses internet daripada mempelajari tarian

dari kebudayaan sendiri. Namun guru juga belum sepenuhnya

menerapkan pembelajaran berbasis budaya karena ada kendala yang

dihadapi, dimana guru belum sepenuhnya memahami makna dari

pembelajaran berbasis budaya itu sendiri, selain itu kurangnya media

pembelajaran yang ada disekolah. Solusi agar guru mampu menciptakan

kebersamaan dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan

pembelajaran berbasis budaya.

c. Nilai-Nilai Budaya Jawa Yang di Terapkan di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai-nilai budaya

jawa yang diterapkan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

meliputi penggunaan bahasa Jawa dalam berkomunikasi, penerapan sikap

sopan santun dan menghormati terhadap semua warga sekolah, berbaris

sebelum masuk kelas dan salim kepada Kepala sekolah dan guru, serta

wajib menyanyikan tembang dan lagu nasional. Pada jenjang pendidikan

Page 143: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

129

Sekolah Dasar, kebiasaan hidup yang baik dan menyenangkan harus

senantiasa diterapkan dan dipupuk sedari dini. Nilai-nilai budaya yang

sudah diterapkan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa apabila

terus dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat sekolah maka akan

berdampak budi pekerti yang baik bagi siswa. Budi pekerti tersebut dapat

diintegrasikan kedalam bentuk nilai-nilai moralitas yang mencakup sopan

santun, religiusitas, sosialitas, keadilan, demokrasi, kejujuran,

kemandirian, daya juang, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap

lingkungan alam maupun sosial.

Kebudayaan sebagai suatu hal yang dipelajari atau dialami

bersama secara sosial oleh suatu anggota masyarakat. Dalam hal ini

manusia tidak hanya ditempatkan sebagai insan yang pasif tetapi

mempelajari apa yang ada, selain itu juga sebagai manusia yang aktif,

dimana mengalami bersama secara sosial. Seseorang yang mendapat

kebudayaan dari warisan sosial, dan pada gilirannya, mampu membentuk

kebudayaan kembali serta mengenalkan perubahan-perubahan yang

nantinya menjadi bagian dari warisan generasi berikutnya.

Budaya Jawa merupakan salah satu budaya terbesar yang diakui

keberadaannya. Budaya Jawa sangat kental akan simbolisme. Bentuk-

bentuk simbolisme tersebut sangat dominan dalam segala hal dan segala

bidang. Dalam masyarakat Jawa, pendidikan humaniora yang

mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan pernyataan simbolisnya

merupakan bagian integral dari sistem budaya sehingga dapat ditemukan

Page 144: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

130

macam pendidikan humaniora sesuai dengan pengelompokan

masyarakat. Dalam setiap kelompok masyarakat, pendidikan itu

diselenggarakan baik secara formal dan informal melalui bentuk

komunikasi sosial.

Setiap tatanan serta aturan mengandung nilai dan pesan moral

yang dijadikan rambu- rambu bertingkah laku dalam kehidupan

bermasyarakat oleh suku Jawa. Salah satunya berupa tradisi lisan yang

berupa nasihat atau ungkapan yang diucapkan orangtua kepada anak.

Makna yang terkandung dalam nasihat dan ungkapan orangtua kepada

anaknya dapat dilihat dari segi budi luhur, budi pekerti dan etika. Secara

tradisional, budi pekerti mulai ditanamkan sejak masa kanak-kanak, baik

di rumah maupun di sekolah kemudian berlanjut di kehidupan

bermasyarakat.

Pendidikan informal atau pendidikan didalam lingkungan

keluarga mulai ditanamkan pengertian baik dan benar seperti etika,

tradisi lewat dongeng, tembang, dolanan atau permainan anak-anak yang

mencerminkan hidup bekerjasama dan berinteraksi dengan keluarga dan

lingkungan. Sebagai contoh pertama selain berperilaku halus dan sopan,

juga berbahasa yang baik untuk menghormati sesama. Bahasa yang

digunakan seperti Kromo atau bahasa halus yang digunakan oleh

seseorang yang lebih muda kepada seseorang yang lebih sepuh atau tua

dan Ngoko atau bahasa biasa yang digunakan oleh seseorang yang muda

dengan sebayanya. Contoh kedua yaitu melantunkan tembang sebagai

Page 145: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

131

pengantar tidur dengan tujuan penuh permohonan kepada Yang Maha

Pencipta.

2. Cara Menanamkan Nilai- Nilai Budaya Jawa Dalam Kegiatan

Sekolah

a. Kebijakan Khusus Sekolah Terhadap Penyelenggaraan

Pendidikan Berbasis Budaya

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sekolah memiliki

kebijakan sendiri terhadap penyelenggaran pendidikan berbasis budaya di

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa salah satunya dengan

mempelajari dan menggunakan pendidikan budaya pada keseharian.

Sebagai contohnya siswa diwajibkan belajar bahasa Jawa kromo, supaya

mempunyai sopan santun kalau di tanya guru dengan berbahasa Jawa,

siswa dianjurkan selalu memiliki sikap cium tangan kepada guru pada

saat masuk dan keluar kelas. Kemudian setiap pagi siswa harus menyanyi

atau nembang lagu daerah sebelum memulai pelajaran. Hal tersebut

menjadi penting karena sebagai upaya sekolah mengenalkan budaya jawa

dan lagu-lagu kedaerahan kepada siswa.

Kebijakan pendidikan adalah suatu perumusan langkah-langkah

yang dijadikan pedoman untuk bertindak yang berkenaan dengan

masalah-masalah pendidikan dalam rangka tercapainya pendidikan yang

berkualitas. Pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diperoleh

seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan

mengikuti syarat-syarat yang jelas dan disiplin mulai dari Taman Kanak-

kanak sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, di dalam melaksanakan

Page 146: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

132

tugas pendidikan tersebut diperlukan pengaturan-pengaturan tertentu

yang disebut juga dengan kebijakan sekolah. Sehingga tujuan pendidikan

yang diharapkan oleh stakeholder lembaga pendidikan itu dapat tercapai.

Berdasarkan terori di atas kiranya tepat apabila SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa menerapkan kebijakan dalam penerapan

pendidikan berbasis budaya dalam keseharian supaya siswa sekolah dasar

lebih mengenal budaya daerah dan menumbuhkan rasa nasionalisme bagi

para generasi muda.

b. Penerapan Pendidikan Berbasis Budaya di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan

pendidikan berbasis budaya di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa diterapkan pada keseharian siswa di sekolah yang meliputi

menyanyikan lagu tembang jawa sebelum memulai pelajaran. Selain itu,

pada kegiatan ekstrakurikuler diantaranya ekstrakurikuler tari, gamelan,

karawitan, membatik, dolanan anak, bahasa Jawa dan nembang.

Kebudayaan sebagai fungsi kehidupan manusia dalam

hubungannya dengan manusia lain, alam sekitar dan dengan Tuhan untuk

kedamaian batin serta kehidupannya yang abadi, pada hakikatnya selalu

berubah sesuai dengan perubahan masyarakat dan perkembangan zaman.

Budaya dalam pengertian ini meliputi dimensi sistem berpikir, sistem

ekspresif seperti gaya bentuk seni, serta sistem orientasi nilai.

Kebudayaan dan adat istiadat mengatur dan mengarahkan tindakan

manusia baik gagasan, tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda

Page 147: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

133

kebudayaan secara fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk

lingkungan hidup tertentu sehingga dapat mempengaruhi pola berpikir

dan berbuatnya. Dengan kata lain di mana manusia hidup bermasyarakat,

pasti akan timbul kebudayaan.

c. Dasar Landasan Penerapan Budaya Jawa Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dasar landasan

penerapan budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa adalah berlandasakan pada pendidikan

berbasis seni dan budaya. Kegiatan ini dilakukan mengingat sebagai

program baru kegiatan ini juga digunakan untuk meneruskan dan

mengembangkan kegiatan yang ada. Sebagai contoh, sebelumnya sekolah

terdapat kegiatan tembang dan tari tradisional serta pelajaran membatik.

Kegiatan tersebut pada awalnya hanya mendapatkan diklat dan

pembagian alat-alat batik dari program dinas. Selanjutnya pelajaran

membatik tersebut dikembangkan oleh sekolah menjadi muatan lokal.

Disamping itu kegiatan ini dilakukan karena semakin minimnya generasi

muda yang mau belajar dan mengenal budaya Jawa, sehingga terdapat

kekhawatiran dari para pendidik apabila tidak dikenalkan sedari dini

dikhawatirkan tidak ada yang akan mencintai dan melestarikan budaya

daerahnya.

Page 148: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

134

d. Tujuan dan Fungsi Dari Penerapan Budaya Jawa Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

tujuan pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran

bahasa Jawa dan didukung dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler

budaya Jawa adalah untuk mengenalkan sedari dini anak-anak pada

budaya Jawa supaya generasi muda dapat mencintai budayanya sendiri,

mengenalkan bahasa sampai dengan dolanan anak yang terdapat pada

budaya tersebut, mempunyai rasa memiliki terhadap budaya Jawa, dan

mau melestarikan budaya yang sudah ada tersebut. Selain itu, kegiatan

ini berfungsi untuk menumbuhkan rasa cinta anak terhadap budaya

nusantara, dan melalui program tersebut dapat sebagai wadah untuk

menggali bakat dan potensi anak serta mengembangkannya.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan teori Koentjaraningrat

(1984:182) yang menyatakan kebudayaan adalah keseluruhan sistem

gagasan, tindakan berpola, dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

belajar. Kebudayaan merupakan suatu cara adaptasi manusia terhadap

lingkungannya. Artinya, nilai budaya adalah upaya yang mencakup

seluruh aspek kehidupan manusia, seluruh aktifitas manusia. Nilai

budaya dianggap sebagai konsepsi-konsepsi yang hidup dalam pikiran

sebagian warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap

bernilai, berharga, dan paling penting dalam hidup, sehingga dapat

Page 149: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

135

berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi

kepada kehidupan warga masyarakat.

e. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Berbasis Budaya Jawa Melalui

Kegiatan Ekstrakurikulerdi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pembelajaran

pendidikan berbasis budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa diterapkan melalui mata pelajaran bahasa Jawa dan

didukung dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler. Sebenarnya pada mata

pelajaran bahasa Jawa sudah terdapat tembang dan bahasa Jawa. Akan

tetapi untuk SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa dipisah, antara

pelajaran bahasa Jawa yang masuk dalam pembelajaran dan pelajaran

tembang masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini dilakukan oleh

pihak sekolah supaya siswa lebih mendetail mengenal budaya Jawa dan

tembang Jawa.

Penerapan pendidikan berbasis budaya melalui kegiatan

ekstrakurikuler merupakan langkah strategis yang tepat dilakukan oleh

pihak sekolah. Karena, melalui kegiatan ekstrakurikuler ini sekolah

mampu menjembatani berbagai macam kepentingan dalam mengenalkan

budaya kedalam berbagai macam dan bentuk. Ekstrakurikuler adalah

kegiatan yang dilakukan siswa diluar jam belajar kurikulum standar.

Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan. Kegiatan

ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian,

bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang diluar bidang akademik.

Page 150: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

136

Kegiatan ini dilakukan swadaya dari pihak sekolah maupun siswa- siswi

itu sendiri untuk merintis kegiatan diluar jam pelajaran sekolah.

Sedangkan orientasi kegiatan ekstrakurikuler ini adalah untuk lebih

memperkaya dan memperluas wawasan keilmuan dan kepribadian serta

meningkatkan kemampuan tentang sesuatu yang telah dipelajari dalam

satu bidang studi.

f. Upaya Sekolah dalam Mengembangkan Pendidikan Berbasis

Budaya

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa upaya sekolah

dalam mengembangkan pendidikan berbasis budaya selain melalui

pembelajaran bahasa Jawa dan kegiatan ekstrakurikuler adalah dengan

cara setiap pagi menyanyikan lagu nasional dan lagu daerah. Selain itu,

pemahaman lainnya melalui budaya sopan santun yang ditunjukkan dari

adab berbicara dengan orang yang lebih tua menggunakan bahasa kromo.

Dalam kajian kebudayaan, setiap tatanan serta aturan mengandung

nilai dan pesan moral yang dijadikan rambu-rambu bertingkah laku

dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai budaya Jawa saat ini mulai

meluntur di kalangan generasi muda dengan semakin derasnya arus

globalisasi. Akibatnya adalah budaya luar yang negatif mudah terserap

tanpa ada pemilihan yang cukup kuat. Gaya hidup modern yang tidak

didasari akhlak dan budi pekerti yang luhur ini cepat masuk mudah ditiru

oleh generasi muda. Perilaku negatif, seperti tawuran, kasus pelecehan

seksual, tindakan anarkis menjadi budaya baru yang dianggap dapat

mengangkat jati diri mereka. Untuk mewujudkan perilaku peserta didik

Page 151: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

137

yang berbudi baik sesuai nilai-nilai budaya, sangat diperlukan dukungan

lingkungan keluarga, lingkungan pendidik bahkan lingkungan

masyarakat.

g. Metode Atau Cara Tertentu Dalam Mendukung Penerapan Budaya

Jawa

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sekolah lebih

mengutamakan nilai sopan santun dan nilai budi pekerti. Cara

menanamkan ungkapan-ungkapan yang mengandung ajaran kepada

generasi selanjutnya melalui tembang dan tulisan itu sangat baik

dilestarikan karena dengan tembang, pesan-pesan mudah masuk kedalam

hati sanubari. Walaupun ada ungkapan yang saat ini tidak lagi relevan

karena kemajuan zaman, namun kearifan ini perlu pula dipakai sebagai

model bagi penanaman dan pengembangan budi pekerti luhur atau

pendidikan karakter bagi generasi muda.

Hal ini dilakukan supaya terjadi pembiasaan seluruh masyarakat

sekolah terhadap program yang diadakan oleh sekolah terkait dengan

pendidikan berbasis budaya Jawa. Dukungan orangtua dan masyarakat

sangat dibutuhkan dalam membentuk perilaku peserta didik, misalnya

melalui komunikasi antara pendidik dengan orangtua yang berlangsung

secara efektif dan berkesinambungan.

h. Sarana dan Prasarana Yang Digunakan Untuk Menunjang Kegiatan

Ekstrakurikuler

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sarana dan

prasarana yang disediakan oleh sekolah masih terbatas. Bentuk sarana

Page 152: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

138

prasarana yang disediakan oleh sekolah diantaranya adalah pendopo,

gamelan, dan alat musik lainnya yang dipergunakan siswa pada saat

kegiatan ekstrakurikuler berlangsung.

Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

komponen. Salah satunya adalah sarana dan perasarana yang dibutukan

dalam proses belajar dan mengajar di sekolah. Berbicara sarana dan

prasarana di dalam lingkungan pendidikan merupakan aspek yang

menarik untuk di ulas, apalagi dalam kegiatan proses belajar dan

pembelajaran di sekolah yang berhubungan dengan pengunaan sarana

dan prasarana. Sarana dan Prasarana merupakan salah satu objek yang

sangat vital dalam mendukung tecapainya tujuan pendidikan dalam

proses belajar dan mengajar. Di era sekarang ini berbagai macam cara

telah di lakukan praktisi pendidikan untuk meningkatkan mutu

pendidikan salah satunya adalah dengan pemenuhan sarana dan prasarana

pendidikan. Kemampuan guru dan lembaga dalam memenuhi sarana dan

prasarana pendidikan akan sangat mempengaruhi efektivitas

pembelajaran.

i. Unsur Budaya Jawa yang Diaplikasikan Pada Kegiatan

Ekstrakurikuler

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

unsur budaya yang dapat diaplikasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler

adalah sikap sopan santun dengan orangtua, dengan alam bumi, dengan

tumbuhan dan hewan juga tidak boleh bertindak sesuka hati. Selain itu,

Page 153: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

139

terdapat unsur sikap disiplin yang dapat diterapkan pada kegiatan

ekstrakurikuler tersebut.

j. Sikap Keteladanan Yang Terkandung Dalam Penanaman Nilai-Nilai

Budaya Jawa di Sekolah

1) Nilai Yang Terkandung Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Karawitan

Nilai budaya Jawa terdapat dalam kegiatan ekstrakurikuler

karawitan. Nilai yang terkandung meliputi nilai ketelitian, nilai percaya

diri, nilai kerjasama didalamnya. Hal ini dikarenakan berlatih karawitan

memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, ini disebabkan nada-nada

dalam gamelan tersebut berbeda antara alat musik satu dengan yang

lainnya. Nilai percaya diri dan kerjasama juga ditanamkan sebab

dibutuhkan kerjasama untuk menghasilkan karya musik yang indah dan

juga nilai percaya diri ditanamkan pada kegiatan ini dengan maksud

melatih siswa berani menunjukkan minat dan bakat nya terhadap

karawitan.

2) Nilai Yang Terkandung Dalam Bahasa Jawa

Terkandung nilai integritas, nilai toleransi, nilai kesantunan, dan

nilai kerendahan hati. Bahasa Jawa merupakan salah satu warisan budaya

yang harus dilestarikan dan dijaga karena jika tidak, dapat terkikis oleh

bahasa dari kebudayaan lain. Selain itu, bahasa Jawa merupakan bahasa

yang menyiratkan budi pekerti luhur atau merupakan cerminan dari tata

krama.

Page 154: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

140

3) Nilai Yang Terkandung Dalam Tari

Terkandung nilai kesabaran, nilai kerjasama, nilai percaya diri,

nilai kerja keras, nilai kerendahan hati. Dalam pelajaran tari umumnya

siswa diajarkan tentang kesabaran dan kerja keras. Dalam setiap gerakan

tari, untuk menghasilkan gerakan yang indah dan gemulai tidak dapat

berhasil dalam sekejap, maka dari itu dibutuhkan kesabaran, kerja keras

dan semangat siswa.

4) Nilai Yang Terkandung Dalam Lagu Dolanan Anak

Lagu dolanan anak mengajarkan nilai kerjasama, nilai kejujuran,

nilai kedisipinan, nilai kesantunan dan nilai kerendahan hati. Gendhing

dolanan anak pada umumnya memiliki ciri sebagai berikut, yaitu : 1)

bahasanya sederhana; 2) mengandung nilai estetis; 3) jumlah barisnya

terbatas; 4) berisi tentang hal-hal yang selaras dengan keadaan anak-

anak; 5) lirik dalam gendhing tersebut bermakna religius, kebersamaan,

rendah hati dan nilai sosial lainnya. Secara umum dapat disampaikan

bahwa semua lagu dolanan anak banyak mengarah pada aspek falsafah

hidup dan nilai moral yang dibangun dalam nilai-nilai masyarakat Jawa,

yang pantas digunakan sebagai pembentuk karakter generasi muda

penerus bangsa.

5) Nilai Yang Terkandung Dalam Nembang

Nilai-nilai yang terkandung pada nembang sarat dengan nilai-nilai

moral yang sangat penting bagi pembentukan karakter bangsa. Nilai-nilai

budi pekerti luhur yang terkandung dalam tembang-tembang Jawa sangat

Page 155: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

141

urgen untuk disosialisasikan kepada generasi muda karena generasi muda

pada milenium ketiga ini sudah tidak banyak lagi yang mengenal,

mencintai, dan memahaminya. Nilai-nilai budi pekerti tersebut bersifat

dikotomis antara perbuatan baik dan tidak baik, perbuatan yang

diperbolehkan dan tindakan yang dilarang secara moral, perbuatan yang

perlu diteladani dan tindakan yang tidak perlu ditiru. Tidak hanya sarat

dengan nilai moral, tembang juga mengajarkan bagaimana proses

kehidupan manusia diawal hingga kembali kepada Tuhan, karena itu

sebagai manusia hendaklah selalu berdoa atas segala cobaan dalam hidup

yang mana kesabaran selalu diuji.

6) Nilai Yang Terkandung Dalam Membatik

Pelajaran membatik mengajarkan nilai kesabaran, nilai integritas,

nilai kepedulian, dan nilai ketelitian bagi orang yang melakukannya.

Karena untuk menghasilkan sebuah karya yang baik di perlukan

kesabaran dan ketelitian. Pelestarian budaya batik melalui pendidikan

merupakan salah satu cara dalam mengenalkan budaya Jawa serta anak

didik dapat mengetahui nilai-nilai budaya yang diwariskan kepada

mereka sebagai generasi bangsa.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Penanaman Nilai- Nilai

Budaya Jawa di Sekolah

a. Faktor Pendukung

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor pendukung

pendidikan berbasis budaya dalam penanaman nilai-nilai budaya Jawa di

sekolah adalah pemerintah, sekolah, guru, orangtua, siswa dan seluruh

Page 156: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

142

masyarakat sekolah yang memberikan dukungan positif terhadap

pelaksanaan pendidikan berbasis budaya ini.

Dalam mengembangkan potensi seorang siswa, tidak cukup jika

hanya dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah. Perlu

adanya waktu tambahan yang disediakan oleh pihak sekolah yaitu dengan

kegiatan ekstrakurikuler agar siswa mampu menyalurkan potensi yang

dimilikinya secara maksimal. Menurut Lutan Rusli (1986: 72) kegiatan

ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan

pelayanan konseling untuk membantu pengembangan siswa sesuai

dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat siswa melalui kegiatan yang

secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan

yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.

Sekolah sebagai suatu organisasi memiliki budaya tersendiri yang

dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai persepsi, kebiasaan-kebiasaan,

kebijakan pendidikan, dan perilaku orang di dalamnya (Aan Komariah

dan Cepi Triatna, 2008: 101). Budaya sekolah menampakkan sifat

“unik”, yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan aturan, kebiasaan-

kebiasaan, upacara, dan lambang yang memberikan corak yang khas

kepada sekolah yang bersangkutan. Apa yang ditampilkan oleh setiap

sekolah sesungguhnya menggambarkan budaya sekolah yang mempunyai

pengaruh mendalam terhadap proses dan cara belajar. Oleh karena itu,

perlunya dukungan dari pemerintah, sekolah, guru, orangtua, siswa dan

seluruh masyarakat sekolah dalam terselenggaranya program pendidikan

Page 157: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

143

berbasis budaya terhadap pelaksanaan menjadi penting mengingat sudah

mulai luntur dan terkikisnya serta tergesernya budaya timur menjadi

budaya barat, dan banyaknya kriminalitas seperti tawuran, bullying,

korupsi di negara ini dimana pelakunya adalah dari oknum pendidikan.

b. Faktor Penghambat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor penghambat

pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dalam penanaman nilai-nilai

budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa adalah

kebiasaan sehari-hari siswa di rumah yang sering menggunakan bahasa

Indonesia daripada bahasa jawa, sehingga siswa tidak terbiasa berbahasa

jawa dilingkungan sekolah, keterbatasan dana sekolah sehingga

penyediaan sarana dan prasarana sekolah terbatas, keterbatasan alat,

kurangnya pelatih pada kegiatan ekstrakurikuler karawitan sehingga

sekolah menggunakan pelatih dari luar dengan menggunakan pendanaan

dari sekolah, sekolah belum memiliki sanksi yang tegas, kurangnya

kontrol dan pengawasan pada saat program dilaksanakan.

4. Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis

Budaya Dalam Penanaman Nilai-Nilai BudayaJawa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa upaya pihak

sekolah dalam mengatasi setiap hambatan pada pelaksanaan pendidikan

berbasis budaya dalam penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diantaranya adalah sebagai berikut.

Page 158: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

144

a. Sekolah melakukan kerjasama dengan seluruh masyarakat sekolah dan

orangtua untuk mensosialisasikan kegiatan yang dicanangkan dalam

hal penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa, supaya orangtua turut berperan serta

menanamkan nilai-nilai budaya tersebut dirumah.

b. Diadakannya program dinten sabtu menggunakan bahasa Jawa, hal ini

dilakukan untuk mengimbangi kebiasaan anak-anak yang sering

menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa Jawa.

c. Dalam hal pendanaan sekolah bekerjasama dengan pemerintah dan

orangtua supaya program dapat berjalan lancar.

d. Dalam hal alat musik yang digunakan pada saat kegiatan

ekstrakurikuler karawitan, sekolah sementara menggunakan alat

musik yang terdapat di SMP, meskipun sekolah juga berupaya

mengumpulkan dana untuk pembelian alat itu sendiri.

e. Kurangnya pelatih pada kegiatan ekstrakurikuler karawitan

diantisipasi oleh sekolah dengan mendatangkan pelatih dari luar,

supaya kegiatan ekstrakurikuler karawitan dapat berjalan dengan

optimal dan maksimal.

f. Kurangnya kontrol dan pengawasan dari sekolah pada saat program

dilaksanakan, maka dari itu sekolah memberikan tanggung jawab

kepada guru kelas untuk bertanggung jawab kepada masing-masing

kelas dan memberikan sanksi tegas bagi siswa yang melanggar.

Page 159: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

145

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat diambil beberapa

kesimpulan:

1. Bentuk nilai-nilai budaya jawa yang diterapkan di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa meliputi meliputi penggunaan bahasa Jawa

dalam berkomunikasi, penerapan sikap sopan santun dan menghormati

terhadap semua warga sekolah, berbaris sebelum masuk kelas dan

salim kepada Kepala sekolah dan guru, serta wajib menyanyikan

tembang dan lagu nasional.

2. Cara menanamkan nilai-nilai budaya jawa dalam kegiatan sekolah di

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diterapkan pada

keseharian siswa di sekolah yang meliputi menyanyikan tembang jawa

sebelum memulai pelajaran. Selain itu, pada kegiatan ekstrakurikuler

diantaranya ekstrakurikuler tari, karawitan, bahasa Jawa, membatik,

dolanan anak, dan nembang.

3. Faktor pendukung pendidikan berbasis budaya dalam penanaman

nilai-nilai budaya Jawa di sekolah adalah pemerintah, sekolah, guru,

orangtua, siswa dan seluruh komunitas sekolah yang memberikan

dukungan positif terhadap pelaksanaan pendidikan berbasis budaya

ini. Sedangkan, faktor penghambat pelaksanaan pendidikan berbasis

budaya dalam penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa adalah kebiasaan sehari-hari siswa di

Page 160: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

146

rumah yang sering menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa

jawa, sehingga siswa tidak terbiasa berbahasa jawa dilingkungan

sekolah, keterbatasan dana sekolah sehingga penyediaan sarana dan

prasarana sekolah terbatas, keterbatasan alat, kurangnya pelatih pada

kegiatan ekstrakurikuler karawitan sehingga sekolah menggunakan

pelatih dari luar dengan menggunakan pendanaan dari sekolah,

sekolah belum memiliki sanksi yang tegas, kurangnya kontrol dan

pengawasan pada saat program dilaksanakan.

4. Upaya pihak sekolah dalam mengatasi setiap hambatan pada

pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dalam penanaman nilai-nilai

budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Sekolah melakukan kerjasama dengan seluruh masyarakat sekolah

dan orangtua untuk mensosialisasikan kegiatan yang dicanangkan

dalam hal penanaman nilai-nilai budaya Jawa di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa, supaya orangtua turut berperan serta

menanamkan nilai-nilai budaya tersebut dirumah.

b. Diadakannya program menggunakan bahasa Jawa, hal ini

dilakukan untuk mengimbangi kebiasaan anak-anak yang sering

menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa Jawa.

c. Dalam hal pendanaan sekolah bekerjasama dengan pemerintah dan

orangtua supaya program dapat berjalan lancar.

Page 161: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

147

d. Dalam hal alat musik yang digunakan pada saat kegiatan

ekstrakurikuler karawitan, sekolah sementara menggunakan alat

musik yang terdapat di SMP, meskipun sekolah juga berupaya

mengumpulkan dana untuk pembelian alat itu sendiri.

e. Kurangnya pelatih pada kegiatan ekstrakurikuler karawitan

diantisipasi oleh sekolah dengan mendatangkan pelatih dari luar,

supaya kegiatan ekstrakurikuler karawitan dapat berjalan dengan

optimal dan maksimal.

f. Kurangnya kontrol dan pengawasan dari sekolah pada saat program

dilaksanakan, maka dari itu sekolah memberikan tanggung jawab

kepada guru kelas untuk bertanggung jawab kepada masing-masing

kelas dan memberikan sanksi tegas bagi siswa yang melanggar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diajukan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Siswa disarankan agar meningkatkan motivasinya dalam

menjalankan pelaksanaan pendidikan berbasis budaya yang

ditetapkan oleh pihak sekolah. Hal ini dilakukan supaya siswa

dapat lebih mengenal budaya daerah dan mampu menumbuhkan

rasa nasionalisme.

Page 162: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

148

2. Bagi Guru

Guru diharapkan senantiasa mengontrol keterlaksanaan program

yang dicanangkan oleh sekolah dan memberikan sanksi tegas bagi

siswa yang melanggar, supaya ada efek jera bagi siswa yang

mengabaikan program tersebut.

3. Bagi Sekolah

Sekolah diharapkan melakukan evaluasi secara berkala terhadap

program yang dicanangkan. Hal ini menjadi penting karena

dengan adanya evaluasi sekolah mempunyai parameter terhadap

keberhasilan program tersebut.

4. Bagi OrangTua

Orangtua diharapkan bekerjasama dan memberikan dukungan

kepada anak ketika dirumah dengan cara membiasakan kepada

anak-anak berbicara menggunakan bahasa Jawa yang baik dan

benar sehingga anak termotivasi dalam melaksanakan program

yang di canangkan sekolah.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain hendaknya melakukan penelitian dengan

menggunakan pendekatan yang berbeda dan dengan objek yang

berbeda pula, sehingga hasil dari penelitian akan dapat lebih

menyempurnakan hasil penelitian ini.

Page 163: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

149

DAFTAR PUSTAKA

Aan Komariah dan Cepi Triatna. (2008). Visionary Leadreship Menuju Sekolah

Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Dunia

Pustaka Jaya.

B. Suryobroto. (1997). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta.

Bakker SJ, J.W.M. (1990). Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar. Yogyakarta:

Kanisius.

Benny H. Hoed. (2008). Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Fakultas

Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia.

Budiono Herusatoto. (2008). Simbolisme Budaya Jawa. Yogyakarta: Penerbit

Ombak

Chandra Adhi Putra. Skripsi. (2015). “Implementasi Pendidikan Berbasis Budaya

Di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta”. Yogyakarta: PGSD

UNY.

Darmiyati Zuchdi. (2011) . Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori dan

Praktek. Yogyakarta: UNY Press.

Daryanto. (2015). Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah. Yogyakarta: Gava

Media

Departemen Pendidikan dan Budaya. (1995). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan

Ekstrakurikuler. Jakarta: DEPDIKBUD

Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2013). Peraturan Daerah

Provinsi DIY No.5 Tahun 2011. Diakses dari: http://www.pendidikan-

diy.go.id/file/perda/Perda-no-5-2011.pdf. Pada hari Minggu tanggal

10 Februari 2013 pukul 22.46 WIB.

Galih Setyorini. Skripsi. (2014). “Implementasi Pendidikan Berbasis Budaya Di

Kota Yogyakarta”. Yogyakarta: FIP UNY

Ghufron dan Rini Risnawita. (2012). Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho. (2009). Kebijakan Pendidikan (Pengantar

Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan

Sebagai Kebijakan Publik). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

H.A.R Tilaar. (2000). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

http://diskominfo.karangasemkab.go.id/index.php/id/artikel/19-penerapan-nilai-

nilai-budi-pekerti-di-sekolah. Diakses pada hari Sabtu tanggal 28

September 2015 pukul 14.14 WIB.

Page 164: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

150

http://www.kotakita.weebly.com/wacana/nilai-nilai-dalam-surat-wedatama-untuk-

membangun-budi-pekerti-bangsa. Diakses pada hari Rabu tanggal 10

Agustus 2016 pukul 23.16 WIB.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Ekstrakurikuler. Diakses pada hari Selasa tanggal 3

Mei 2016 pukul 15.45 WIB.

http://pengertian-kegiatan-ekstrakurikuler.html. Diakses pada hari Minggu tanggal

8 Mei 2016 pukul 22.02 WIB.

http://budayasenijawa.wordpress.com. Diakses pada hari Senin tanggal 8 Agustus

2016 pukul 23.30 WIB.

http://m.kompasiana.com/post/read/619934/2/pendidikan-karakter-berbasis-

kearifan-budaya-lokal.html. Diakses pada hari Kamis tanggal 16 April

2015, pukul 02.12 WIB.

http://rudidarmawandisdikkotayk.wordpress.com//pedoman-pembelajaran-

berbasis-budaya. Diakses pada hari Kamis tanggal 16 April 2015, Jam

01.42 WIB.

http://www.frewaremini.com/2014/01/bab-pasal-ayat-uud-1945-penjelasan.html.

Diakses pada hari Minggu tanggal 29 September 2015 pukul 20.41

WIB.

http://smpn1karangdadap.sch.id/permendikbud-ri-no-62-tahun-2014-tentang-

kegiatan-ekstrakurikuler-pada-pendidikan-dasar-dan-pendidikan-

menengah. Diakses pada hari Minggu tanggal 29 September 2015

pukul 23.12 WIB.

Ibrahim Bafadal. (2009). Mengenal Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Dari

Sentralisai Menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Jamal Ma’mur Asmani. (2011). Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian

Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.

Joko Tri Prasetya, dkk. (2004). Ilmu Budaya Dasar MKDU. Jakarta: Rineka

Cipta.

Kemendiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: KEMENDIKNAS

Khamidi. (2008). Pendidikan Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: UNESA Univ

Press.

Ki Hadjar Dewantara. (2011). Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian

Pertama:Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman

Siswa.

__________________. (2011). Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Kedua:

Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Kneller, George F. (1989). Anthropologi Pendidikan: Suatu Pengantar. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 165: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

151

Koentjaraningrat. (2015). Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________ . (1996). Pengantar Antropologi 1. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________. (1999). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

_____________ . (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Lexy J. Moleong. (2013). Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Lutan Rusli. (1986). Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar Intrakurikuler,

Korikuler, dan Ekstrakurikuler. Jakarta: Karunia Jakarta Universitas

Terbuka.

Maksum. (2007). Psikologi Olahraga Teori dan Aplikasi. Surabaya: FIK UNSUB

Munandar Soelaeman. (2001). Ilmu Budaya Dasar (Suatu Pengantar ). Bandung:

PT. Refika Aditama.

Moh. Uzer Usman dan Lilis. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar

Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nanang Fattah.(2012). Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya

Offset.

Nur Zazin. (2011). Gerakan Menata Mutu Pendidikan: Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurul Zuriah. (2007). Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif

Perubahan (Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti secara

Konstektual dan Futuristik). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan Yang Unggul (Kasus

Pembangunan Pendidikan Di Kabupaten Jembrana 2000-2006).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusmin Tumanggor. Dkk. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ( Edisi Revisi).

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Sudarwan Danim. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka

Setia.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitif,

Kualitatif, dan R&D ). Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto.(1998). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar: Teori dan Praktek.

Jakarta: Dirjen Dikti.

Suwardi Endraswara.(2006). Budi Pekerti Jawa (Tuntutan Luhur dari Budaya

Adiluhung). Yogakarta: Buana Pustaka.

Page 166: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

152

Syafarrudin. (2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Zamroni. (2005). Mengembangkan Kultur Sekolah Menuju Pendidikan yang

Bermutu. Kumpulan Makalah Pasca Sarjana: UNY.

Page 167: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

153

LAMPIRAN

Page 168: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

154

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI

BUDAYA JAWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI

TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

PEDOMAN OBSERVASI

1. Mengamati Situasi dan Kondisi Sekolah.

2. Mengamati Situasi dan Kondisi Siswa.

3. Mengamati Situasi dan Kondisi Lingkungan Sekolah.

4. Mengamati Proses Pembelajaran dalam Pemanfaatan Lingkungan Sebagai

Sumber Belajar Siswa.

5. Mengamati Dampak Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa.

6. Mengamati Jenis Sumber Belajar yang Dapat digunakan

7. Mengamati Jenis Sumber Belajar yang Tepat digunakan.

8. Mengamati Kendala-kendala Dalam Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber

Belajar Siswa.

Page 169: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

155

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI

BUDAYA JAWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI

TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Jabatan :

4. Hari, tanggal :

B. Daftar pertanyaan:

1. Sejak kapan Bapak/Ibu mulai menjabat sebagai pamong di SD Taman

Muda IP ?

2. Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai pendidikan berbasis budaya?

3. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang Perda DIY No.5 Tahun 2011 dan

bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap Perda tersebut?

4. Apa sekolah Bapak/Ibu sudah menerapkan pendidikan berbasis budaya

sebagaimana tertuang dalam Perda DIY NO.5 Tahun 2011?

5. Apakah yang menjadi dasar landasan penerapan budaya Jawa melalui

kegiatan ekstrakurikuler?

6. Apakah ada kebijakan khusus dari sekolah yang mengatur tentang

penyelenggaraan pendidikan berbasis budaya melalui kegiatan

ekstrakurikuler?

7. Apakah tujuan dan fungsi dari penerapan budaya Jawa melalui kegiatan

ekstrakurikuler?

8. Apakah ada kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan penerapan

budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler?

Page 170: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

156

9. Bagaimana upaya sekolah dalam mengembangkan mengenai

pendidikan berbasis budaya?

10. Apa sajakah unsur budaya Jawa yang diaplikasikan pada kegiatan

ekstrakurikuler?

11. Apakah penanaman budi pekerti terintegrasi dalam pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler dan bagaimana bentuk penanaman budi pekerti

tersebut?

12. Apakah ada metode atau cara tertentu dalam proses belajar sehari-hari

yang mendukung penerapan budaya Jawa?

13. Bagaimana sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang

kegiatan ekstrakurikuler ini?

14. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi segala bentuk kendala yang

menghambat proses penerapan budaya Jawa di sekolah melalui

kegiatan ekstrakurikuler?

15. Apa saran yang Bapak/Ibu berikan dalam proses pendidikan berbasis

budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler?

Page 171: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

157

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI

BUDAYA JAWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI

TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

PEDOMAN WAWANCARA GURU

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Jabatan :

4. Hari, tanggal :

B. Daftar pertanyaan:

1. Sejak kapan Bapak/Ibu mulai menjabat sebagai pamong di SD Taman

Muda IP ?

2. Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai pendidikan berbasis budaya?

3. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang Perda DIY No.5 Tahun 2011 dan

bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap Perda tersebut?

4. Apa sekolah Bapak/Ibu sudah menerapkan pendidikan berbasis budaya

sebagaimana tertuang dalam Perda DIY NO.5 Tahun 2011?

5. Apakah yang menjadi dasar landasan penerapan budaya Jawa melalui

kegiatan ekstrakurikuler?

6. Apakah ada kebijakan khusus dari sekolah yang mengatur tentang

penyelenggaraan pendidikan berbasis budaya melalui kegiatan

ekstrakurikuler?

Page 172: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

158

7. Apakah tujuan dan fungsi dari penerapan budaya Jawa melalui kegiatan

ekstrakurikuler?

8. Apakah ada kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan penerapan

budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler?

9. Bagaimana upaya sekolah dalam mengembangkan mengenai

pendidikan berbasis budaya?

10. Apa sajakah unsur budaya Jawa yang diaplikasikan pada kegiatan

ekstrakurikuler?

11. Apakah penanaman budi pekerti terintegrasi dalam pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler dan bagaimana bentuk penanaman budi pekerti

tersebut?

12. Apakah ada metode atau cara tertentu dalam proses belajar sehari-hari

yang mendukung penerapan budaya Jawa?

13. Bagaimana sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang

kegiatan ekstrakurikuler ini?

14. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi segala bentuk kendala yang

menghambat proses penerapan budaya Jawa di sekolah melalui

kegiatan ekstrakurikuler?

15. Apa saran yang Bapak/Ibu berikan dalam proses pendidikan berbasis

budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler?

Page 173: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

159

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI

BUDAYA JAWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI

TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

PEDOMAN WAWANCARA SISWA

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Jabatan :

4. Hari, tanggal :

B. Daftar pertanyaan:

1. Menurut adik apa yang dimaksud dengan budaya Jawa?

2. Belajar budaya Jawa itu seperti apa?

3. Kegiatan ekstrakurikuler apa saja yang adik ikuti saat ini?

4. Kegiatan belajar yang menarik atau disukai apa?

5. Apa sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar yang adik ikuti?

6. Hal-hal apa saja yang menarik/mendukung dalam proses belajar budaya

Jawa?

7. Kenapa hari Sabtu harus menggunakan bahasa Jawa ?

8. Kenapa sebelum pelajaran sekolah harus menyanyikan lagu nasional

sama daerah?

Page 174: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

160

HASIL WAWANCARA

(REDUKSI, PENYAJIAN, DAN KESIMPULAN)

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI

BUDAYA JAWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI

TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

Bagaimana Pendidikan Berbasis Budaya khususnya Jawa Yang Diterapkan

Di Sekolah

A: “Ya, kita mengajarkan tentang budaya Indonesia. Jadi dalam kegiatan

ekstrakurikulernya, ada pendidikan budaya seperti tadi. Tapi di sini, kegiatan

budaya Jawa semacam tari, nembang, karawitan, dan dolanan anak itu masuk

dalam intra bukan ekstrak. Jadi disini memang benar-benar diajarkan lebih

banyak tentang budaya Jawa”.

E: “Menurut saya pendidikan berbasis budaya itu pendidikan yang

mengintegrasikan dengan budaya. Jadi pendidikan kita sedikit dicampur

dengan budaya melalui kebiasaan sehari-hari”.

D: “Pendidikan berbasis budaya kalau sepengertian saya, semuanya dihubungkan

dengan budaya, budi pekerti, dan unggah ungguh”.

H: “Menurut saya pendidikan berbasis budaya itu pendidikan yang menerapkan

unsur dan ragam budaya sebagai materi pembelajaran”.

C: “Pendidikan berbasis budaya itu mengenalkan pengertian, macam, dan bentuk

budaya dalam pelajaran. Sekarang ini banyak sekolah yang menerapkan

pendidikan berbasis budaya, sekolah kita juga sudah lama menerapkan ini,

tidak hanya pelajaran inti saja namun lewat kegiatan ekstra juga”.

AP: “Menurut saya pendidikan yang menerapkan budaya dalam materi

pembelajaran”.

T: “Belajar macam-macam budaya nya orang Jawa”.

W: “Belajar Adat istiadatnya orang Jawa”.

R: “Ya, budaya nya orang Jawa”.

Page 175: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

161

Kesimpulan:

Pendidikan berbasis budaya Jawa yang diterapkan di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Yogyakarta memiliki pengertian pendidikan yang berintergrasi dengan

budaya Jawa, hal ini berhubungan budi pekerti, dan unggah ungguh. Begitu pula

hal nya pendidikan berbasis budaya Jawa mengajarkan kegiatan semacam tari,

karawitan, nembang, dolanan anak dan kegiatan lainnya.

Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu mengenai Perda DIY No.5 Tahun 2011

tentang Pendidikan Berbasis Budaya

A: “Menurut saya penanaman nilai luhur itu ditanamkan pada anak sejak usia

dini. Jadi mengenalkan budaya Indonesia kepada anak”.

M: “Sekolah kita insya allah sudah menerapkan nilai-nilai tersebut. Cuma

hasilnya kan tidak langsung memuaskan, tetap dibutuhkan proses, evaluasi

juga. Tapi yang jelas sekolah kita sudah menerapkan beberapa nilai luhur

seperti yang tercantum dalam perda”.

D: “Sebelum ada Perda itu juga, sekolah kita sudah menerapkan pendidikan

berbasis budaya itu. Sampai sekarang juga masih diterapkan, malah sekarang

semakin maju semakin bersinergi. Jadi lebih banyak lagi pelajaran budaya

yang diterapkan. Kalau dulu kan, kita cuma menanamkan hal sehari-hari aja

kaya sopan santun, budi pekerti, tapi kalau sekarang grid nya atau

pencapaiannya lebih tinggi lagi. Misalnya sekarang bukan cuma unggah

ungguh aja, jadi kita belajar membatik juga, belajar nembang juga kalau dulu

kan kita cuma belajar sehari-hari pake bahasa kromo, tapi sekarang kita

belajar budaya tidak hanya perilaku saja, tapi semua”.

E: “Kebetulan sekolah kita ada yang visi misi nya berbasis budaya dan sebelum-

sebelumnya juga sekolah kita terkenalnya tentang budaya Jawa nya. Ya, kita

sudah menerapkan, walaupun mayoritas guru- guru nya sekarang sudah guru

baru semua. Pengetahuan nya tentang budaya Jawa terbatas, tetapi kita tetap

mencoba terus berusaha belajar tentang budaya Jawa”.

C: “Menurut saya, upaya pemerintah untuk tetap melestarikan budaya melalui

pendidikan sangat bagus. Disamping kita bisa mengenal budaya, kita juga

dapat mempelajari budaya kita sendiri. Budaya Jawa ini sudah tergeser

dengan dunia barat yang norma kesopanan nya mulai diabaikan. Jadi dengan

adanya peraturan pemerintah ini, pihak sekolah juga berupaya menanamkan

nilai-nilai kesopanan melalui budaya Jawa”.

Page 176: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

162

H: “Saya menanggapi bahwa dengan adanya Perda tersebut, kebudayaan yang

hampir tergeser oleh modernisasi jadi dilestarikan kembali. Saya mendukung

keputusan pemerintah dalam menanggapi masalah pendidikan terkait budaya.

Dengan adanya budaya khususnya Jawa, kita masih tetap bisa mengajarkan

kepada siswa bagaimana berperilaku sopan dan berbudi pekerti luhur”.

AP: “Melalui budaya, kita akan tetap mengerti bagaimana cara bersikap kepada

orangtua bahkan kepada yang muda juga. Tidak hanya cukup dengan bersikap

saja, tapi ikut melestarikan budaya kita juga”.

Kesimpulan:

Perda DIY NO.5 Tahun 2011 mengatur tentang nilai- nilai luhur budaya, di SD

Taman Muda IP Yogyakarta sudah di terapkan tentang nilai-nilai luhur budaya

bahkan sudah ditanamkan sejak anak usia dini atau saat di Taman Indria (Taman

Kanak-Kanak). Penanaman nilai luhur budaya seperti sopan santun, budi pekerti,

dan ungguh –ungguh sudah sesuai dengan visi misi sekolah, namun tidak hanya

itu, pemberian materi tentang membatik, nembang dan kegiatan lain juga

diberikan untuk menambah wawasan mengenai budaya Jawa.

Bagaimana Kebijakan Khusus dari Sekolah Untuk Menanamkan Nilai-nilai

Budaya Jawa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

A: “Sekolah kita punya 5 nilai pembiasaan, yaitu senyum sapa salam, berbaris

sebelum masuk kelas, peduli terhadap sesama, semutlis, sama Java dan

English Day. Kalau untuk Java dan English Day, kita pakainya hari jumat

sama sabtu. Yang Java Day, kita masih berjalan sampai sekarang. Kalau yang

English Day, kita agak kesulitan soalnya guru yang mengerti terbatas’.

M: “Ya, kita buat kebijakan tentang seni budaya itu dimasukkan dalam kegiatan

intra atau kegiatan pembelajarannya. Seperti tadi, kegiatan seperti tari,

karawitan, nembang itu masuk ke dalam intra. Kalau sekolah lain kan masuk

dalam ekstra ya, kalau disini kita masukkan ke dalam intra”.

E: “Untuk pendidikan budaya kan di pelajaran sehari- hari, seperti sikap salim

kepada guru. Kemudian setiap pagi harus ada kegiatan menyanyi atau

nembang lagu daerah sebelum memulai pelajaran. Itu merupakan kegiatan

wajib setiap pagi, satu lagu nasional dan satu lagu daerah, dan itu diutamakan

lagu daerah Jogja”.

Page 177: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

163

D: “Ada. Kita ada Dinten Sabtu Ngagem Basa Jawi. Kalau untuk penggunaan

bahasa Jawa setiap hari Sabtu itu, mereka bicara sama teman sebaya ya

pakai basa ngoko”.

H: “Kalau pelaksanaannya pasti ikut aturan yang dari dinas, semuanya program

yang ada disini kan juga untuk kebaikan siswanya jadi dari dinas itu kita

mengembangkan sesuai karakteristik sekolah ini. Karena ini sekolah

berbasis budaya Jawa, jadi kita menerapkan kegiatan yang benar- benar

berkaitan atau mengajarkan budaya Jawa, melalui proses pembelajaran atau

kegiatan ekstra”.

C: “Dari sekolah kegiatan yang berkaitan dengan budaya Jawa itu, tidak hanya

melalui pelajaran saja, tetapi melalui kegiatan ekstra juga. Ini diharapkan

dapat memberi pembelajaran tentang budaya Jawa lebih banyak”.

AP: “Kalau perencanaan di awal tahun saya jarang ikut, karena memang saya kan

bukan guru pokok, cuma sendika dawuh ditugaskan seperti apa dari yayasan

dan dari sekolah selama untuk kepentingn bersama. Kalau saya lebih

melihat dari semangat anak-anak dalam belajar, paling kalau

memungkinkan ya dari kegiatan karawitan di akhir pertemuan melihat

kemampuan anak-anak seperti apa”.

Kesimpulan:

Kebijakan khusus dari SD Taman Muda IP Yogyakarta yang mengatur tentang

penanaman nilai budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler dapat dilihat dari

pembiasaan menggunakan bahasa Jawa pada hari Sabtu, kemudian kegiatan

ekstrakurikuler tentang budaya Jawa di masukkan ke dalam kegiatan

pembelajaran. Begitu pula, di wajibkan ada kegiatan menyanyi atau nembang

setiap pagi sebelum pelajaran dimulai.

Bagaimana Respon Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Pendidikan

Berbasis Budaya Jawa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan

DK: “Kalau pas lagi latihan tari, kan gak di kelas terus jadi gak bosen. Bisa

belajar tari yang macam-macam, sama kalau main gamelan itu bisa tahu

macam-macam jenis gamelan”.

AB: “Waktu jam latihan karawitan. Ada alatnya, jadi kita bisa latihan. Kalau lagi

di pakai, kita pakai punya SMP nya. Yang penting bisa latihan”.

Page 178: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

164

R: “Sukanya main gamelan seru bareng temen-temen”.

T: “Dolanan anak, bisa main congklak kadang-kadang main jamuran.

Belajarnya bisa sambil main, terus bisa belajar tari di pendopo juga,

tempatnya gak panas”.

Kesimpulan:

Respon siswa saat kegiatan ekstrakurikuler sangat antusias, mereka mau belajar

bermacam-macam kegiatan budaya Jawa tanpa rasa sungkan dan malas.

Bagaimana Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Berbasis Budaya Jawa

Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Yogyakarta

E: “Kalau yang kelas I atau II kan tembang nya masih tembang dolanan, seperti

jamuran dll. Kalau yang kelas IV ke atas itu kan sudah ada nembang

gambuh,pucung dll. Itu paling tidak biar anak-anak bisa nembang Jawa

seperti itu, walaupun memang kita sudah ada pelajaran bahasa Jawa sendiri.

Sebenarnya kan di bahasa Jawa itu kan sudah masuk, sudah ada tembang

dan bahasa Jawa. Tapi untuk sekolah kita dipisah, pelajaran bahasa Jawa

sendiri dan pelajaran tembang sendiri, biar lebih mendetail. Jadi anak-anak

benar-benar mengenal tembang Jawa seperti itu.

D: “Ada dong. Lewat ekstrak bahasa Jawa ada, pelajaran bahasa Jawa ada,

pelajaran membatik, tembang, dolanan anak. Kalau kelas satu hampir full.

Kalau untuk dolanan anak itu kita kaya main cublak-cublak suweng, main

dakon, main engklek kaya gitu. Tapi itu juga tergantung ada bahan atau gak,

kalau ada kita main kalau gak ada ya kita ganti yang lain.

AP: “Di ekstrakulikulernya sendiri saya mengajar berdasarkan pengalaman yang

sudah lebih dari 5 tahun disini seperti saya dulu belajar, merencanakannya

ya berdasarkan itu dan menyesuaikan di anak - anaknya juga ini berhubung

yang ikut ekstra kecil - kecil ya saya ngasih lancaran sendri bagian- bagian

yang mudah dulu sampai anak - anak bisa memainkan gamelan dan hafal

polanya. Ya saya menganggap anak- anak di sini seperti anak- anak saya

sendiri, ya saya menjelaskan bagaimana cara memainkan gamelannya, kalau

anak - anak capek ya saya beri istirahat yang penting anak - anak itu senang

belajar karawitannya biar kalau besok besar itu bisa mencintai budayanya

sendiri apalagi karawitan. Kebetulan karena tahun ini anak - anaknya tidak

Page 179: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

165

ada yang besar - besar ya saya menyampaikannya menggunakan bahasa

Indonesia, tapi juga kadang kadang menggunakan bahasa Jawa krama, saya

menghindari menggunakan bahasa Jawa ngoko biar anak - anak itu tidak

menirukan daripada ngoko kalau saya lebih menggunakan bahasa Indonesia.

C: “Kalau pelajarannya itu ada tembang, tari, batik, bahasa Jawa, terus ekstranya

ada bahasa Jawa, karawitan, dan dolanan anak. Unsur budaya lebih pada

seni budayanya ya, kemudian ditambah juga pada bahasanya, unggah-

ungguh, dan tata kramanya. Biasanya melalui jam tambahan, seperti

pelajaran tembang ini kan jam tambahan tapi jangan sampai mengganggu

jam yang pokok seperti untuk kelas IV sampai VI yang pelajarannya sudah

mulai banyak kan kasian kalau masih harus ada tambahan jam lagi jadi

harus pulang siang jadi untuk pelajaran tembang disesuaikan biasanya

dijadikan satu dengan ketamansiswaan”.

H: “ Ekstranya ada karawitan, dolanan, anak, tembang, kalau kegiatannya disini

anak-anak sering ikut serta dalam acara pentas diluar menampilkan apa

yang sudah mereka terima disini biasanya dolanan anak, tembang, tari atau

karawitan, kadang -kadang ada juga kegiatan studi wisata ke tempat

pembuatan wayang dan tempat- tempat budaya Jawa lainnya. Unsur seni di

pelajaran tari, bahasa Jawa tapi kalau krama inggil susah selain itu karena

istilah di tari tradisional itu bahasa Jawa semua misalnya “ngithing”

kemudian saya juga memberikan pengetahuan tentang budaya Jawa juga

yang disisipkan pada saat pelajaran.

Kesimpulan:

Kegiatan pembelajaran pendidikan berbasis budaya Jawa melalui kegiatan

ekstrakurikuler di berikan melalui kegiatan nembang, dolanan anak, tari,

membatik dan karawitan .

Upaya Sekolah Dalam Mengembangkan Pendidikan Berbasis Budaya

A: “Saya mengupayakan untuk melibatkan guru - guru dalam perencanaan, TU

bahkan kalau perlu orang tua siswa, soalnya kan ga mungkin saya itu

merencanakan sendiri ya, untuk memaksimalkan pengajaran di sekolah ini

perlu kerja sama dan saling keterkaitan”.

E: “Ya dengan cara ini tadi, setiap pagi menyanyikan lagu nasional sama lagu

daerah. Selain itu, pemahaman lainnya melalui budaya sopan santun.

Contohnya dengan orangtua, kan ada pendamping sini yang sudah sepuh.

Page 180: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

166

Kadang anak-anak itu kalau berbicara pakai bahasa ngoko, kami ingat kan

untuk menggunakan bahasa kromo. Lebih baik memakai bahasa yang agak

halus, kalau tidak bisa ya lebih baik memakai bahasa Indonesia. Bahasa

ngoko lebih baik digunakan dengan teman sebaya nya saja”.

M: “Sekolah memang memfokuskan di nilai budi pekerti atau biasanya kita

melalui kegiatan ekstrak ya. Biar lebih mengenal dan sayang budaya

sendiri kaya gitu”.

D: “Kalau kita lebih ke keseharian aja sama real aja. Misal kemarin kaya kita

ada kegiatan untuk ulang tahun Jogja, kita memakai pakaian adat. Jadi

anak-anak lihat dan tahu kalau baju adat orang Jogja itu seperti ini, bentuk

blangkon nya seperti ini, kebaya nya seperti ini gitu. Jadi harus real, kalau

gak mereka gak akan mengerti”.

E: “Kalau di sekolah kita, lebih di utamakan nilai sopan santun nya atau bisa

juga nilai budi pekerti nya. Maka nya sekolah mengadakan English Friday

sama dinten Sebtu ngagem basa Jawi. Tapi kalau pembiasaan pakai

English jujur susah ya. Soalnya guru nya terbatas, pemahaman saya sama

guru- guru yang lain juga terbatas”.

E: “Nilai lain dalam pendidikan budaya di sekolah kita ini menggunakan

tembang antara lain macapat dan lewat panembromo juga. Kan dalam

tembang itu, arti kalimatnya juga mengajarkan tentang sopan santun

dengan orang tua, dengan alam bumi, dengan hewan juga harusnya

bertindak seperti apa. Jangan bertindak sesuka hati terhadap tumbuhan

hewan dll. Kemudian ada nilai disiplin itu pada pelajaran karawitan,

misalnya kalau lewat gamelan itu tidak boleh dilompati, kita harus berlaku

sopan, kemudian juga diajarkan cara duduk itu tata cara nya seperti apa

harus duduk timpuh tidak boleh duduk sesuka hati”.

C: “Standar ketercapaiannya itu diserahkan pada guru masing - masing kalau

saya yang penting anaknya tahu maksud lagunya, hafal dan mengerti

bahwa tembang - tembang itu harus di lestarikan. Rencana kegiatan

biasanya disesuaikan anak - anaknya, terus berdasarkan pengalaman juga

untuk pemilihan lagunya”.

AP: “Upaya sekolah untuk kegiatan ekstra ini tidak ada ujian yang terlihat ujian,

jadi ya anak -anak karawitan seperti biasa tapi saya meminta lebih serius di

akhir pertemuan biar saya bisa melihat kemampuan anak-anak seperti apa

terus dari pengamatan setiap ekstra karawitan dilaksanakan. Anak -anak

Page 181: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

167

yang ikut ekstra karawitan rata - rata seneng, tapi saya juga kurang tahu ini

anak - anak lain kurang tertarik kenapa.

H: “Paling tidak mempersiapkan materinya dan menyesuaikan dengan kondisi

kelas, kondisi anak terus memberikan pandangan untuk pelaksanaan

program. Terutama masalah target waktu yang sangat perlu dipersiapkan

soalnya kalau tari kan beda dengan pelajaran lain tiap tahun itu durasi

waktu melatihnya sering berbeda tergantung anaknya saat praktik. Untuk

pelajaran tari saya tidak punya target khusus, saya selalu bilang ke siswa

kalian itu tidak harus menari menari yang bagus sekali yang penting kalian

itu satu hafal yang kedua paling tidak kalian paham tekniknya ga perlu

yang luwes karena beberapa anak ada juga yang terbatas dalam gerak. Dari

niat aja sebenarnya sudah terlihat, kalau anak- anak niat itu narinya pasti

pakai tenaga dan berusaha untuk bisa mengikuti.

Kesimpulan :

Upaya sekolah dalam mengembangkan pendidikan berbasis budaya melalui

kegiatan menyanyi kan lagu nasional dan nembang basa Jawa yang dilakukan

setiap pagi sebelum pelajaran dimulai. Dan juga adanya penggunaan bahasa Jawa

yang dilakukan setiap hari Sabtu, ini dimaksudkan agar siswa lebih mengerti

penggunaan bahasa Kromo kepada orang yang lebih tua. Melalui kegiatan tari,

membatik, dan juga karawitan juga dilakukan sekolah untuk mengembangkan

budaya Jawa. Dalam kegiatan ini biasanya disisipkan pesan moral, cara bersikap,

unggah – ungguh bahkan nilai religius.

Bagaimana Respon Siswa Mengenai Metode Atau Cara Tertentu Dalam

Mendukung Penerapan Budaya Jawa

W: “Soalnya kalau gak belajar lagu daerah, kalau di tanya ga tau, terus juga

supaya bisa bahasa Jawa kromo”.

AJ : ” Biar semangat belajar, sama biar hafal lagu daerah.

DK : “Biar belajar bahasa Jawa kromo, sama biar sopan kalau di tanya guru”.

AB: “Biar lebih sopan kalau ngomong sama guru, kan kadang kalau di tegur terus

juga kesel”.

T: “Soalnya belajar lagu- lagu daerah biar tahu”.

Kesimpulan:

Page 182: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

168

Respon siswa mengenai metode atau cara tertentu dalam mendukung penerapan

budaya Jawa sangat positif, siswa mau belajar tentang bahasa Kromo dan juga

belajar nembang yang dilakukan setiap pagi sebelum pelajaran dimulai.

Bagaimana Sarana Dan Prasarana Yang Digunakan Untuk Menunjang

Kegiatan Ekstrakurikuler

A: “Kita sebenarnya tidak punya apa - apa yang punya itu yayasan jadi untuk

fasilitas dari yayasan itu sudah sesuai akreditasi seperti lapangan anak- anak

bisa bermain dolanan jawa sampai nasional sudah sesuai, pendukung per

kelas sesuai, peralatan untuk tari pakai karawitan sudah sesuai terus kami

juga ada angklung. Kemudian di setiap kelas dan ruang guru itu sudah ada

tokoh wayang ada yang memang wayang yang dipasang ada yang gambar

wayang yang bisa diteladani sifat kesatrianya sama anak- anak. Misalnya

kalau di ruang guru itu ada tokoh semar dalam punokawan itu diibaratkan

sebagai guru yang sabar dan dijadikan panutan oleh anak- anaknya”.

M: “Ya, sementara ini kita berjalan dulu. Kalau menurut sesuai keinginan kita ya

masih kurang, kemampuan kita untuk sarana dan prasarana masih terbatas.

Tapi kita usahakan semaksimal mungkin supaya anak-anak itu bisa

menerima pelajaran sebaik mungkin dengan sarana dan prasarana yang

sangat sederhana itu dan bisa berjalan dengan baik”.

D: “Sarana prasarana nya sudah ada semua. Semuanya hampir milik sendiri,

yang milik yayasan itu cuma gamelan saja. Kaya ekstrak tari, kostum itu

milik sekolah sendiri, kaya angklung itu juga punya sendiri sama permainan-

permainan kaya dakon, gasingan dll itu juga milik sendiri. Kalau yang

gamelan karena mahal jadinya kita pinjam milik yayasan. Tapi itu juga tidak

selalu dipakai anak-anak, karena barang-barang begitu kan cepat rusak”.

E: “Ekstrak yang lain misal pencak silat itu tempat nya di pendopo, tapi kalau

pendopo terlalu ramai tempatnya bisa di halaman. Kan tergantung juga panas

atau tidaknya. Kalau panas ya kita pakai di pendopo kalau tidak panas ya kita

di halaman. Tapi sekarang ini enggak kaya jaman dulu, harusnya ya namanya

kegiatan fisik kaya gitu, mau panas atau enggak ya tetap di halaman. Jadi

benar-benar melatih fisik. Kalau anak-anak sekarang, di suruh panas-panasan

pasti banyak ngeluh nya. Apalagi kalau orangtuanya tau, pasti juga protes

karena di suruh panas-panasan. Jadi disesuaikan saja sama kondisi”.

Page 183: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

169

E: “Kalau ekstrak dolanan anak tetap di pendopo. Ekstrak karawitan di ruang

gamelan, kadang di pendopo, kadang juga di smp. Tergantung tempat mana

yang bisa. Karena kita belum punya alat sendiri dan juga lagi berusaha

mengajukan proposal ke dinas. Kalau yang di ruang karawitan itu miliknya

yayasan, tapi kalau yang smp milik sendiri”.

H: “Kami menggunakan fasilitas yayasan seperti pendopo dan gamelannya tapi

itu kan fasilitas umum jadi lumayan kesulitan kalau fasilitas itu baru

digunakan untuk umum jadi mau ga mau kita ngalah. Sarana seperti tape,

proyektor sekolah sudah punya dan dalam kondisi yang baik dan bisa

digunakan. Ya memang tidak lengkap sekali tapi sedikit demi sedikit ada

tambahan dari yayasan. Kalau lingkungannya sendiri sebenarnya karena

lingkungan pendidikan jadi sudah mendukung tapi kalau untuk kegiatan

yang siang hari itu lumayan terganggu kan tempat umum pendopo kita

belajar di pendopo sudah kurang kondusif karena ramai orang”.

C: “Sekolah ini sekolah yayasan Tamansiswa jadi ada dukungan dari yayasan

dalam melaksanakan kegiatan yang ada kaitannya dengan budaya Jawa.

Fasilitas juga banyak disediakan dari yayasan seperti pendopo dan

karawitan, lingkungan juga lingkungan perguruan taman siswa”.

AP: “Pertama karena ini sekolah Tamansiswa sehingga fasilitas dan guru -

gurunya pasti sudah mendukung, selanjutnya setahu saya dari dinas juga

mendukung terhadap pendidikan budaya Jawa. Soalnya saya juga sering

ngajari karawitan di luar kadang juga sering ngobrol sama orang-orang

dinas. Mungkin lebih ke bagaimana meningkatkan ketertarikan anak- anak

sini buat belajar budaya Jawa kalau menurut saya, fasilitas dan lainnya itu

proses pasti nanti akan meningkat.

T: “Ada gamelan pas pelajaran gamelan, terus kalo tari juga ada baju nya”.

AB: “Ada gamelan, alat musik lainnya juga ada”.

W: “Banyak alatnya, sama tempatnya di pendopo gak panas”.

Kesimpulan :

Sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler

sudah cukup memadai. Dalam kegiatan karawitan, sudah ada alat-alat gamelan

dan tempat untuk berlatih. Dalam kegiatan lain sudah ada pendopo sebagai tempat

latihan, untuk kegiatan tari dan dolanan anak, sudah ada kostum dan alat-alat

permainan.

Page 184: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

170

Apa Faktor Pendukung Dalam Penanaman Nilai Budaya Jawa

A: “Guru disini kreatif - kreatif, jadi kalau untuk materi pelajaran yang memang

belum ada disini ya mereka mencari sendiri di internet, tanya tanya, kalau

memang membutuhkan bantuan yayasan seperti karawitan itu baru nanti

minta pertolongan dari yayasan untuk ahli budaya. Guru disini dapat

berinteraksi sangat baik dengan siswa nya terutama untuk guru pamong bisa

membangun hubungan yang sangat dekat dengan anak - anak di kelasnya

masing -masing. Dari guru - guru juga saya menganjurkan menggunakan

bahasa Jawa yang benar antar sesama guru, membiasakan anak - anak

dengar bahasa Jawa mencontoh dari guru - gurunya yang menggunakan

bahasa Jawa”.

A: “Komite juga mendukung sekali setiap kita mau pentas, mau lomba, mau

kemanapun itu orang tua kita ikutkan dalam musyawarah biasanya jga

langsung dapat bantuan dalam hal dana untuk pelaksanaan program -

program di sekolah”.

M: “Ya, dalam menerapkan budaya itu kita harus konsisten dengan hal-hal yang

berkaitan tentang budaya Jawa. Jadi kita harus saling mendukung antara

sekolah, guru, orangtua, komite dan warga sekolah. Maksudnya, kita harus

sama-sama memiliki komitmen mempelajari budaya Jawa lebih banyak atau

lebih mendalam.

E: “Faktor pendukung dalam kegiatan ini semua warga sekolah, mulai dari

Kepala Sekolah, guru, siswa, petugas TU bahkan dari orangtua pun turut

mendukung dalam kegiatan penanaman nilai budaya Jawa”.

H: “Dari jumlah sebenarnya sudah sesuai menurut saya, guru tambahan untuk

tembang, tari, ketamansiswaan kemudian untuk mengatasi anak

berkebutuhan khusus itu juga ada kemudian ada pendamping juga,

kemudian untuk efektif dalam hal budaya Jawa kita masih belajar.

C: “Anak-anak itu aktif rasa ingin tahunya tinggi tapi kalau sudah tau yaudah

apalagi yang anak-anak putra itu yang cepat jenuh dan bosan jadi sering

rame sendiri. Kemampuan anak- anak menerima materi sudah cukup baik,

anak- anak ABK pun juga punya kemampuan yang baik terutama dalam hal

keterampilan budaya Jawa”.

AP: “Menurut saya guru - guru di sini sudah baik, ya memang guru di sekolah ini

pasti menyesuaikan dengan sekolah Tamansiswa. Setahu saya juga hampir

semua asli Jawa guru - gurunya. Cukup efektif. Kalau semua siswa saya

kurang tahu ya, kalau yang ikut ekstra karawitan ya mayoritas orang Jawa,

Page 185: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

171

ada 2 atau 3 anak yang bukan orang Jawa tapi malah senang belajar

karawitan ya ada”.

Kesimpulan:

Faktor pendukung dalam penanaman nilai budaya Jawa di SD Taman Muda IP

Yogyakarta adalah semua warga sekolah yang meliputi Kepala Sekolah, guru,

siswa, Komite, petugas TU dan orangtua siswa.

Apa Faktor Penghambat Dalam Penanaman Nilai Budaya Jawa

A: “Terus juga, anak-anak itu di rumah dibiasakan memakai bahasa Indonesia,

jadi di sekolah itu selalu diulang-ulang dalam penyampaian pemakaian

bahasa Jawa, maka itu setiap Sabtu ada hari khusus memakai bahasa Jawa, ini

juga dimaksudkan agar siapapun, dari suku manapun dapat melestarikan

budaya Jawa. Kalau anak-anak sendiri tidak protes dengan adanya

pembiasaan pemakaian bahasa Jawa, Cuma masalahnya masih susah atau

kadang-kadang lupa memakai bahasa kromo kepada orangtua”.

M: “Kalau anak-anak itu pengaruhnya kan kompleks, kadang pengaruh pergaulan,

terus media elektronik, dari media cetak juga. Tapi kita tetap memberikan

kepada anak-anak tentang karakter budaya”.

D: “Faktor penghambat nya biasanya ada di rumah siswa masing-masing. Jadi

apa gunanya, saya disini mengajarkan unggah – ungguh, cara bicara pakai

bahasa kromo, tapi saat di rumah kembali pakai bahasa Indonesia.Tapi itu

kecuali, mereka yang orangtuanya bukan orang Jawa. Di sekolah di ajarkan

sugeng enjang, tapi sampai rumah di ajarkan pakai bahasa Indonesia lagi,

jadinya kan tidak melekat. Saat rapat dengan wali murid juga, mereka ditanya

tentang penggunaan bahasa Jawa di rumah, ya mereka jawabnya memang

memakai bahasa Indonesia karena memang sudah kebiasaan”.

E: “Mungkin kendala yang pertama itu dari kebiasaan keluarga siswa sendiri,

sebab untuk komunikasinya bahasa Indonesia yang dipakai, bukan bahasa

Jawa. Kemudian juga semakin lunturnya budaya Jawa sendiri. Dari hal yang

sepele aja, misalnya berjalan di depan orang yang lebih tua, kalau anak jaman

dulu kan berjalan membungkuk sambil mengucapkan kata permisi itu

tandanya hormat tapi kalau sekarang sudah jarang yang jalan nya

mengucapkan kata permisi sambil membungkuk”.

Page 186: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

172

H: “ Menurut saya pendidik di SD ini yang betul- betul ahli budaya belum ada,

kita juga sering belajar dari ahli budaya dari yayasan seperti belajar

karawitan dan tembang - tembang untuk guru-guru setiap hari sabtu ya kita

juga sambil sharing-sharing tentang pengetahuan budaya Jawa yang bisa

disampaikan ke anak –anak”.

C: “Guru - guru disini berusaha menguasi materi meningkatkan kemampuan

kalau untuk memberikan pelajaran. Dari jumlah guru, jumlah kelas dan

kualitasnya sudah efektif dalam melaksanakan tugas - tugasnya juga sudah

efektif tinggal meningkatkan tanggung jawabnya saja. Mayoritas anak- anak

itu dari keluarga asli Jawa tapi malah kurang pengetahuan tentang budaya

Jawa, bicara menggunakan bahasa Jawa krama rata- rata masih banyak yang

kesulitan karena dari keluarga sendiri memang kurang tapi ada juga yang

anak- anak seniman Jawa itu pengalam seni budaya Jawanya yang memang

baik”.

AP: “Kalau karakteristiknya berbeda – beda. Dari kemampuan anak - anak disini

baik ya, walaupun ada yang memiliki kekurangan tapi dalam mempelajari

karawitan cukup baik, lumayan cepat kemampuan memahaminya.

Kesimpulan:

Faktor penghambat dalam penanaman nilai budaya Jawa yaitu kebiasaan siswa di

rumah yang tidak diajarkan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa kromo

kepada orangtua, mereka memilih memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa

sehari-hari sebab orangtua mereka juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan

menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian juga kurangnya sikap sopan santun

dan ungguh ungguh dalam bersikap. Kemudian kurangnya guru ahli dalam bidang

budaya juga menghambat proses pembelajaran. Hanya terdapat beberapa guru

yang cukup mampu di bidang budaya Jawa.

Bagaimana Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis

Budaya Dalam Penanaman Nilai Budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan

A: “Maka dari itu, kita adakan pembiasaan, supaya anak-anak tidak meninggalkan

ajaran unggah-ungguh maupun budi pekerti.

E: “Maka dari itu di sekolah kita, hal yang paling utama itu mengajarkan tata

krama, sikap sopan santun nya, cara berperilakunya. Diingat kan setiap hari,

melalui nilai-nilai pembiasaan yang diterapkan di sekolah ini. Terus kendala

Page 187: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

173

yang lain lagi itu di pendanaan, karena yang namanya seni itu kan mahal.

Mulai dari alat-alatnya bahkan para pelatihnya juga mahal. Tapi ya kita juga

melakukan semampu kita, kadang kita bilang mohon maaf dananya cuma ada

sedikit, tapi jika beliau sanggup ya tidak apa-apa. Tapi ya itu, yang namanya

finansial juga ada pengaruhnya sama kualitas. Kadang kita dapatnya belum

maksimal. Soalnya kalau untuk karawitan itu menggunakan guru dari luar

sekolah, karena pelatih yang dari sini waktunya yang tidak memungkinkan

karena beliau juga mengajar sekolah lain, jadinya kita ambil pelatih dari luar.

Kalau untuk tembang, gurunya juga dari sini, sama tari juga dari sini.

D: “Kalau masalah pendanaan itu, karena kita kan memang ada pelajaran bahasa

Jawa jadinya ya itu memang sudah dianggarkan. Dari SPP ada, dari BOS juga

ada, tapi kalau pelajaran itu cenderung dari BOS ya. Kaya membatik itu juga,

pokoknya kita dapat dana nya dari pemerintah lah, entah dari BOS atau mana.

Tergantung kendala nya dimana dulu, kalau masalah pendanaan dari situ tadi.

Kalau masalah alat, kita bisa pinjam dari yayasan, itu juga kalau pas gak di

pakai. Kadang kita pinjam milik smp atau sma, soalnya kalau kita mau pakai,

ya tinggal pakai saja, tidak dipungut biaya.

E: “Jadi kalau bisa ya, sekolah lebih menambahkan waktu nya untuk

pembelajaran budaya Jawa dan juga kalau bisa pemerintah membantu

masalah dana, supaya kegiatan pembelajaran budaya Jawa di sekolah ini

menjadi lancar.

C: “Saya berharap ada peningkatan guru baru baik dari pemahaman budaya Jawa,

materi dan upaya yang dilakukan untuk menambah minat anak-anak dalam

mengenal budaya Jawa. Jelas ini tidak berlangsung secara instan, tetap perlu

adanya evaluasi mengingat penerapan budaya Jawa ini hanya diajarkan di

sekolah saja. Banyak orangtua dari anak didik tersebut yang asli suku Jawa,

namun karena perkembangan dunia modern mulai jarang menggunakan

bahasa Jawa dalam percakapan sehari – hari”.

H: “Menanamkan nilai - nilai budaya Jawa kadang kami juga menggunakan

tokoh wayang seperti padawa dan punakawan agar mudah diterima oleh

siswa. Bentuk penanamannya lebih pada praktik langsung mengarahkan

siswa untuk memahami budi pekerti yang baik. Seperti membiasakan siswa

kalau di pagi hari datang terus salaman dengan guru pulang juga salaman

setelah beres- beres kelas”.

Page 188: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

174

Kesimpulan :

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan pendidikan

berbasis budaya dalam penanaman nilai budaya Jawa di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan :

1. Dengan cara pembiasaan untuk menggunakan bahasa kromo sebagai cara

berkomunikasi dengan orangtua, pembiasaan untuk berperilaku sopan

santun, tahu unggah ungguh dan berbudi pekerti luhur.

2. Pembiasaan juga dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler budaya Jawa.

3. Untuk pendanaan, upaya yang dilakukan pihak sekolah sudah ada bantuan

dari dana BOS.

4. Adanya peningkatan kualitas untuk guru dalam memberikan pembelajaran

tentang budaya Jawa.

5. Menanamkan nilai budi pekerti melalui tembang dan karawitan.

Page 189: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

175

CATATAN LAPANGAN

DI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

Catatan Lapangan (CL 01)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Kepala Sekolah Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta

Nama : A (Anastasia Riatriasih, M. Pd)

Hari/Tanggal : Rabu, 16 September 2015

Waktu : 10.00 – 11.30 WIB

Tempat : Kantor Kepala Sekolah

Kegiatan : Ijin penelitian dan wawancara

Deskripsi:

Pukul 10.00 WIB Peneliti datang ke SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Yogyakarta untuk bertemu dengan Ibu kepala sekolah yaitu Ibu Anastasia

Ratriasih, M. Pd. Namun sesampainya di tujuan, Ibu Anastasia sedang

melaksanakan pemantauan akreditasi untuk tahun 2015, akhirnya peneliti

disarankan untuk bertemu dengan Ibu Pur selaku TU. Kemudian peneliti mengisi

buku tamu yang memang digunakan sebagai data pelaksanaan penelitian di SD

Taman Muda IP Yogyakarta. Tujuan peneliti adalah untuk meminta ijin secara

lisan bahwa peneliti akan melakukan penelitian di SD Taman Muda IP

Yogyakarta mengenai kebijakan sekolah dalam menerapkan nilai-nilai budaya

Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan

dari penelitian ini. Peneliti memberikan surat ijin penelitian dan berkas-berkas

yang sudah dipersiapkan. Namun penelitian belum bisa dilakukan tanpa adanya

persetujuan dari Ibu Anastasia. Ibu Pur selaku TU menjanjikan hari berikutnya

agar peneliti bisa bertemu dengan Ibu Anastasia. Setelah bercakap-cakap panjang

Page 190: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

176

lebar akhirnya peneliti berpamitan untuk pulang dan mengucapkan terimakasih

atas kerjasama petugas TU yang bersedia menerima maksud kedatangan peneliti

untuk melaksanakan penelitian di SD Taman Muda IP Yogyakarta.

Page 191: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

177

Catatan Lapangan (CL 02)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Kepala Sekolah Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta

Nama : A (Anastasia Riatriasih, M. Pd)

Hari/Tanggal : Kamis, 17 September 2015

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Kantor Kepala Sekolah

Kegiatan : Ijin penelitian dan wawancara

Deskripsi :

Peneliti kembali datang ke SD Taman Muda IP Yogyakarta dengan tujuan

dapat bertemu dengan Ibu Anastasia serta dapat memohon ijin untuk

melaksanakan penelitian. Sesampainya disana peneliti hanya dapat bertemu

dengan Ibu Pur selaku petugas TU, dan beliau mengatakan bahwa Ibu Anastasia

sedang melaksanakan tugas diklat selama lima hari. Namun Ibu Pur meminta

kontak peneliti, dan beliau berkata akan menghubungi peneliti jika Ibu Anastasia

sudah kembali dari tugas diklat. Atas penjelasan dari Ibu Pur, peneliti

mengucapkan terimakasih dan meminta izin untuk pulang.

Page 192: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

178

Catatan Lapangan (CL 03)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Kepala Sekolah Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta

Nama : A (Anastasia Riatriasih, M. Pd)

Hari/Tanggal : Kamis, 24 September 2015

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Kantor Kepala Sekolah

Kegiatan : Ijin penelitian dan wawancara

Deskripsi :

Pukul 09.00 peneliti sudah berada di SD Taman Muda IP Yogyakarta

untuk kembali menindaklanjuti pertemuan sebelumnya terkait izin penelitian.

Akhirnya peneliti dapat bertemu dengan Ibu Anastasia dan mengutarakan tujuan

melakukan penelitian di SD Taman Muda IP Yogyakarta maka pada saat itu ijin

penelitian diterima untuk dapat melakukan penelitian dan mengikuti kegiatan

yang akan diadakan oleh di SD Taman Muda IP, Yogyakarta sampai batas waktu

yang ditentukan. Setelah Ijin Dari kepala sekolah diterima, Peneliti dikenalkan

kepada guru Pamong atau guru kelas 4 di SD Taman Muda IP, Yogyakarta. Pada

pertemuan dengan guru kelas peneliti kembali mengatur jadwal pertemuan untuk

membicarakan tema dan teknis pelaksanaan penelitian disebabkan karena

persiapan untuk ujian. Jadi, peneliti dapat melakukan penelitian disesuaikan

dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Setelah bercakap-cakap

panjang lebar dan peneliti juga sudah mendapatkan ijin maka saatnya berpamitan

untuk pulang dan mengucapkan terimakasih kepada kepala sekolah dan guru kelas

Page 193: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

179

yang berbaik hati karena telah memberikan ijin kepada peneliti untuk dapat

melakukan penelitian di SD Taman Muda IP, Yogyakarta.

Page 194: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

180

Catatan Lapangan (CL 04)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Kepala Sekolah Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta

Nama : A (Anastasia Riatriasih, M. Pd)

Hari/Tanggal : Selasa, 2 Oktober 2015

Waktu : 10.00 - 11.00 WIB

Tempat : Kantor Kepala Sekolah

Kegiatan : Penelitian dan wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap pertama dengan kepala

sekolah. Tema yang diambil adalah mengenai pelaksanaan pendidikan berbasis

budaya yang dilakukan di SD Taman Muda IP, Yogyakarta. Fokus penelitian

mengenai penerapan nilai-nilai budaya Jawa melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Peneliti kemudian menyampaikan bahwa untuk wawancara pada hari

pertama penelitian ini ssiwa belum akan dilibatkan. Setelah itu, peneliti bertanya

kepada kepala sekolah sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah disiapkan

sebelumnya. Tidak lama peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan kepala

sekolah, ini disebabkan sekolah akan melakukan persiapan acara untuk HUT Kota

Yogyakarta, maka dari itu setelah dirasa cukup informasi yang diberikan pada hari

pertama, peneliti memohon pamit untuk pulang dan memastikan kembali terkait

dengan pertemuan selanjutnya.

Page 195: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

181

Catatan Lapangan (CL 05)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Kepala Sekolah di SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Nama : A (Anastasia Ratriasih, M.Pd)

Hari/Tanggal : Selasa, 13 Oktober 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Kepala Sekolah SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap kedua dengan kepala

sekolah. Tema yang diambil adalah memahami Perda DIY No. 5 Tahun 2011.

Fokus penelitian mengenai kebijakan khusus dari sekolah yang mengatur

penyelenggaraan pendidikan berbasis budaya.

Setelah dirasa cukup informasi yang diberikan pada pertemuan kedua, peneliti

memohon pamit untuk pulang dan memastikan kembali terkait dengan pertemuan

selanjutnya.

Page 196: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

182

Catatan Lapangan (CL 06)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Kelas dan siswa di SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Nama : M (Masfur, S.Pd)

Hari/Tanggal : Rabu, 21 Oktober 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap pertama dengan guru

kelas. Tema yang diambil adalah memahami penerapan nilai budaya Jawa.

Fokus penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Pada pertemuan

pertama ini guru meminta peneliti untuk mengamati terlebih dahulu biar tidak

mengganggu proses pembelajaran, dan supaya target atau tujuan pembelajaran

maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti diminta untuk melakukan wawancara

setelah selesai pembelajaran.

Setelah selesai pembelajaran siswa diminta kembali ke kelas untuk

beristirahat dan diberitahukan bahwa peneliti akan melakukan sedikit wawancara

kepada beberapa siswa. Setelah wawancara dengan siswa selesai, kemudian

peneliti turut serta guru kelas untuk beristirahat ke ruang tamu sekolah sebelum

melanjutkan proses wawancara. Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat,

peneliti melanjutkan perbincangan dengan guru kelas.

Page 197: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

183

Selanjutnya, peneliti bertanya kepada guru kelas secara sesuai dengan

pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah dirasa cukup

informasi yang diberikan pada pertemuan pertama, peneliti memohon pamit untuk

pulang dan memastikan kembali terkait dengan pertemuan selanjutnya.

Page 198: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

184

Catatan Lapangan (CL 07)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Kelas dan siswa di SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Nama : D (Dwi Indah Prasetyowati, S.Pd)

Hari/Tanggal : Jumat, 23 Oktober 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap kedua dengan guru

kelas. Tema yang diambil adalah metode atau cara tertentu dalam proses belajar

sehari-hari yang mendukung penerapan budaya Jawa

Fokus penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Pada pertemuan

kedua ini guru meminta peneliti untuk mengamati proses penerapan nilai budaya

Jawa melalui kegiatan nembang dilanjutkan peneliti melakukan wawancara

dengan siswa .

Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat, peneliti melanjutkan

perbincangan guru kelas. Selanjutnya, peneliti bertanya kepada guru kelas secara

sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah

dirasa cukup informasi yang diberikan pada pertemuan kedua, peneliti memohon

pamit untuk pulang dan memastikan kembali terkait dengan pertemuan

selanjutnya.

Page 199: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

185

Catatan Lapangan (CL 08)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Ekstra Tembang di SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Nama : CM (Dra. Corijati Mudjijono, M.Pd)

Hari/Tanggal : Senin, 26 Oktober 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap pertama dengan guru

ekstra nembang. Tema yang diambil adalah tembang gambuh.

Fokus penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Pada pertemuan

pertama ini guru meminta peneliti untuk mengamati terlebih dahulu biar tidak

mengganggu proses pembelajaran, dan supaya target atau tujuan pembelajaran

maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti diminta untuk melakukan wawancara

setelah selesai pembelajaran.

Setelah selesai pembelajaran siswa diminta kembali ke kelas untuk

beristirahat dan diberitahukan bahwa peneliti akan melakukan sedikit wawancara

kepada beberapa siswa. Setelah wawancara dengan siswa selesai, kemudian

peneliti turut serta guru kelas untuk beristirahat ke ruang tamu sekolah sebelum

melanjutkan proses wawancara. Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat,

peneliti melanjutkan perbincangan dengan guru ekstra.

Page 200: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

186

Catatan Lapangan (CL 09)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Ekstra Tari dan Dolanan Anak di SD Taman Muda IP,

Yogyakarta

Nama : FNS (F. Hanny Setiawati, S.Pd)

Hari/Tanggal : Selasa, 27 Oktober 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap pertama dengan guru

ekstra tari dan dolanan anak. Tema yang diambil adalah dolanan anak sluku sluku

bathok.

Fokus penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Pada pertemuan

pertama ini guru meminta peneliti untuk mengamati terlebih dahulu biar tidak

mengganggu proses pembelajaran, dan supaya target atau tujuan pembelajaran

maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti diminta untuk melakukan wawancara

setelah selesai pembelajaran.

Setelah selesai pembelajaran siswa diminta kembali ke kelas untuk

beristirahat dan diberitahukan bahwa peneliti akan melakukan sedikit wawancara

kepada beberapa siswa. Setelah wawancara dengan siswa selesai, kemudian

peneliti turut serta guru kelas untuk beristirahat ke ruang tamu sekolah sebelum

melanjutkan proses wawancara. Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat,

peneliti melanjutkan perbincangan dengan guru ekstra.

Page 201: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

187

Catatan Lapangan (CL 10)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Kelas dan Pengampu Pelajaran Batik kelas IV dan siswa di

SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Nama : E (Eni Setyo Rahayu, S.Pd)

Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Oktober 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap ketiga dengan guru

kelas. Tema yang diambil adalah metode atau cara tertentu dalam proses belajar

sehari-hari yang mendukung penerapan budaya Jawa.

Fokus penelitian mengenai penerapan English Day dan Dinten Sebtu

Ngagem Basa Jawi. Pada pertemuan ketiga ini peneliti diajak oleh guru ke ruang

kelas untuk memperhatikan kondisi siswa. Saat jam pelajaran berlangsung siswa

diminta menggunakan basa Jawa kromo jika berbicara dengan guru kelas. Peneliti

diminta untuk melakukan wawancara setelah selesai pembelajaran.

Setelah selesai pembelajaran siswa diberitahukan bahwa peneliti akan

melakukan sedikit wawancara kepada beberapa siswa. Setelah wawancara dengan

siswa selesai, kemudian peneliti turut serta guru kelas untuk beristirahat ke ruang

tamu sekolah sebelum melanjutkan proses wawancara. Setelah diberi kesempatan

untuk beristirahat, peneliti melanjutkan perbincangan dengan guru kelas.

Selanjutnya, peneliti bertanya kepada guru kelas sesuai dengan pedoman

wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.

Page 202: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

188

Catatan Lapangan (CL 011)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Ekstra Tari dan Dolanan Anak SD Taman Muda IP,

Yogyakarta

Nama : FNS (F. Hanny Setiawati, S.Pd)

Hari/Tanggal : Selasa, 3 November 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap kedua dengan guru

ekstra tari dan dolanan anak. Tema yang diambil adalah tari perang.

Fokus penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Pada pertemuan ini

peneliti mengamati proses pembelajaran dan supaya target atau tujuan

pembelajaran maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti diminta untuk

melakukan wawancara setelah selesai pembelajaran.

Setelah selesai pembelajaran siswa diminta kembali ke kelas untuk

beristirahat dan diberitahukan bahwa peneliti akan melakukan sedikit wawancara

kepada beberapa siswa. Setelah wawancara dengan siswa selesai, kemudian

peneliti turut serta guru kelas untuk beristirahat ke ruang tamu sekolah sebelum

melanjutkan proses wawancara. Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat,

peneliti melanjutkan perbincangan dengan guru ekstra.

Page 203: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

189

Catatan Lapangan (CL 012)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Ekstra Karawitan SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Nama : AP (Agus Purwanto)

Hari/Tanggal : Kamis, 5 November 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap pertama dengan guru

ekstra karawitan.

Fokus penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Pada pertemuan ini

peneliti mengamati proses pembelajaran dan supaya target atau tujuan

pembelajaran maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti diminta untuk

melakukan wawancara setelah selesai pembelajaran.

Setelah selesai pembelajaran siswa diminta kembali ke kelas untuk

beristirahat dan diberitahukan bahwa peneliti akan melakukan sedikit wawancara

kepada beberapa siswa. Setelah wawancara dengan siswa selesai, kemudian

peneliti turut serta guru kelas untuk beristirahat ke ruang tamu sekolah sebelum

melanjutkan proses wawancara. Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat,

peneliti melanjutkan perbincangan dengan guru ekstra.

Page 204: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

190

Catatan Lapangan (CL 013)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Ekstra Nembang SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Nama : CM (Dra. Corijati Mudjijono, M.Pd)

Hari/Tanggal : Rabu, 11 November 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap kedua dengan guru

ekstra nembang.

Fokus penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Tema pada

pembelajaran hari ini adalah tembang Pucung. Pada pertemuan ini peneliti

mengamati proses pembelajaran dan supaya target atau tujuan pembelajaran

maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti diminta untuk melakukan wawancara

setelah selesai pembelajaran.

Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat, peneliti melanjutkan

perbincangan dengan guru ekstra. Peneliti menanyakan apa makna dibalik

tembang Pucung tersebut dan apakah ada kendala dalam pemberian materi

tersebut.

Page 205: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

191

Catatan Lapangan (CL 014)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Ekstra Tari dan Dolanan Anak SD Taman Muda IP,

Yogyakarta

Nama : FNS (F. Hanny Setiawati, S.Pd)

Hari/Tanggal : Jumat, 13 November 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap ketiga dengan guru

ekstra tari dan dolanan anak.

Fokus penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Tema pada pelajaran

ini adalah Tari Roro Ngigel pada siswi kelas IV. Pada pertemuan ini peneliti

mengamati proses pembelajaran dan supaya target atau tujuan pembelajaran

maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti diminta untuk melakukan wawancara

setelah selesai pembelajaran.

Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat, peneliti melanjutkan

perbincangan dengan guru ekstra. Peneliti menanyakan alasan Tari Roro Ngigel

hanya diberikan untuk siswi saja.

Page 206: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

192

Catatan Lapangan (CL 015)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Ekstra Karawitan SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Nama : AP ( Agus Purwanto)

Hari/Tanggal : Kamis, 19 November 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap kedua dengan guru

ekstra karawitan.

Fokus penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Pada pertemuan ini

peneliti mengamati proses pembelajaran dan supaya target atau tujuan

pembelajaran maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti diminta untuk

melakukan wawancara setelah selesai pembelajaran.

Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat, peneliti melanjutkan

perbincangan dengan guru ekstra. Peneliti menanyakan materi pada pembelajaran

hari ini.

Page 207: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

193

Catatan Lapangan (CL 016)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Ekstra Nembang SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Nama : CM (Dra. Corijati Mudjijono, M.Pd)

Hari/Tanggal : Selasa, 8 Desember 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap ketiga dengan guru

ekstra nembang.

Fokus penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Pada pertemuan ini

peneliti mengamati proses pembelajaran dan supaya target atau tujuan

pembelajaran maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti diminta untuk

melakukan wawancara setelah selesai pembelajaran.

Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat, peneliti melanjutkan

perbincangan dengan guru ekstra. Peneliti menanyakan materi pada pembelajaran

hari ini.

Page 208: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

194

Catatan Lapangan (CL 017)

Hasil Wawancara

Teknik : W (Wawancara)

Informan : Guru Ekstra Karawitan SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Nama : AP ( Agus Purwanto)

Hari/Tanggal : Kamis, 17 Desember 2015

Waktu : 10.00 – 11.00 WIB

Tempat : Kantor Guru SD Taman Muda IP, Yogyakarta

Kegiatan : Penelitian dan Wawancara

Deskripsi :

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap ketiga dengan guru

ekstra karawitan.

Fokus penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler. Pada pertemuan ini peneliti

mengamati proses pembelajaran dan supaya target atau tujuan pembelajaran

maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti diminta untuk melakukan wawancara

setelah selesai pembelajaran.

Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat, peneliti melanjutkan

perbincangan dengan guru ekstra. Peneliti menanyakan materi pada pembelajaran

hari ini.

Setelah cukup memperoleh hasil penelitian, peneliti kemudian berpamitan

dengan guru kelas maupun guru ekstra dan semua pihak yang telah membantu

karena waktu penelitian sudah selesai.

Page 209: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

195

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pedoman Wawancara

Kepala Sekolah dan Guru

Variabel Subjek Indikator No.

Item

Kebijakan

Sekolah Dalam

Menerapkan

Nilai - Nilai

Budaya Jawa

Melalui

Kegiatan

Ekstrakurikuler

Di SD Taman

Muda Ibu

Pawiyatan

Yogyakarta

Kepala

Sekolah

dan

Guru

1. Bentuk-bentuk Nilai Budaya Jawa Yang

Diterapkan Di Sekolah

a. Pendidikan Berbasis Budaya

b. Perda DIY No.5 Tahun 2011 tentang

Pendidikan Berbasis Budaya

c. Nilai-nilai Budaya Jawa Yang

Diterapkan di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Yogyakarta

2,3,4,5,

6,7,8

2. Cara Menanamkan Nilai-nilai Budaya Jawa

Dalam Kegiatan Sekolah

a. Kebijakan khusus sekolah terhadap

penyelenggaraan pendidikan berbasis

budaya

b. Penerapan pendidikan berbasis budaya di

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

c. Dasar Landasan Penerapan Budaya Jawa

Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

d. Tujuan dan Fungsi Dari Penerapan

Budaya Jawa Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler

e. Kegiatan pembelajaran pendidikan

berbasis berbasis budaya Jawa melalui

kegiatan ekstrakurikuler di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan

f. Upaya sekolah dalam mengembangkan

pendidikan berbasis budaya

g. Metode atau cara tertentu dalam

mendukung penerapan budaya Jawa

h. Sarana dan prasarana yang digunakan

untuk menunjang kegiatan

ekstrakurikuler

5,6,7,8,

9,12,13

3. Unsur Budaya Jawa yang Diaplikasikan

Pada Kegiatan Ekstrakurikuler

10

4. Sikap Keteladanan Yang Terkandung

Dalam Penanaman Nilai-Nilai Budaya Jawa

di Sekolah

a. Nilai Yang Terkandung Dalam Kegiatan

Ekstrakurikuler Budaya Jawa

10,11

Page 210: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

196

b. Nilai Yang Terkandung Dalam Lagu

Jawa

c. Nilai Yang Terkandung Dalam Tari Jawa

dan Dolanan Anak

5. Faktor pendukung dan penghambat dalam

penanaman nilai budaya Jawa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan

a. Faktor pendukung dalam penanaman

nilai budaya Jawa

b. Faktor penghambat dalam penanaman

nilai budaya Jawa

14

6. Upaya mengatasi hambatan pelaksanaan

pendidikan berbasis budaya dalam

penanaman nilai budaya Jawa di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan

14

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pedoman Wawancara Siswa

Variabel Subjek Indikator No. Item

Kebijakan

Sekolah Dalam

Menerapkan

Nilai - Nilai

Budaya Jawa

Melalui

Kegiatan

Ekstrakurikuler

Di SD Taman

Muda Ibu

Pawiyatan

Yogyakarta

Siswa

1. Bentuk-bentuk Nilai Budaya Jawa

Yang Diterapkan Di Sekolah

a. Pendidikan Berbasis Budaya

b. Nilai-nilai Budaya Jawa Yang

Diterapkan di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Yogyakarta

1,2

2. Cara Menanamkan Nilai-nilai

Budaya Jawa Dalam Kegiatan

Sekolah

a. Kegiatan pembelajaran

pendidikan berbasis berbasis

budaya Jawa melalui kegiatan

ekstrakurikuler di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan

b. Metode atau cara tertentu dalam

mendukung penerapan budaya

Jawa

c. Sarana dan prasarana yang

digunakan untuk menunjang

kegiatan ekstrakurikuler

3,4,5,6,7,8

Page 211: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

197

DOKUMENTASI SEKOLAH

Gambar 3. Pendopo Sekolah Tamansiswa

Gambar 4. Lapangan SD Taman Muda IP Yogyakarta

Gambar 5. HalamanDepan SD Taman Muda IP

Page 212: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

198

DOKUMENTASI SEKOLAH

Gambar 6. Kondisi PendopoTamansiswa

Gambar7. Visi Misi Taman Muda Ibu Pawiyatan

Gambar 8. Semboyan Ki Hajar Dewantara yang terdapat pada

dinding ruang guru

Page 213: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

199

DOKUMENTASI SEKOLAH

Gambar 9. Kegiatan Salim dengan Guru dan Kepala Sekolah pada

pagi hari

Gambar10. Kegiatanbarisberbaris sebelum memasuki kelas

Gambar 11. Kegiatan bersalaman dengan guru sebelum pulang

sekolah

Page 214: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

200

DOKUMENTASI SEKOLAH

Gambar12. Pamong menjelaskan cara membaca aksara jawa dalam

pembelajaranekstrakurikulerbahasa Jawa

Gambar 13. Aksara jawa yang di tulis peserta didik

Gambar 14. Pembelajaran notasi dan gerakan dalam kegiatan

ekstrakurikuler karawitan

Page 215: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

201

DOKUMENTASI SEKOLAH

Gambar 15. Peserta didik berlatih menggunakan gamelan dalam

ekstrakurikuler karawitan

Gambar 16. Tari Perang-perangan putra dalam ekstrakurikuler tari

Gambar 17. Tari Lilin untuk peserta didik putri dan putra dalam

ekstrakurikuler tari

Page 216: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

202

DOKUMENTASI SEKOLAH

Gambar 18. Peserta didik menyanyikan tembang tak pethik-pethik

dalam ekstrakurikulernembang

Gambar 19. Peserta didik memainkan dolanan jamuran

dalam ekstrakurikulerdolanananak

Gambar 20. Peserta didik memainkan dolanan cublak –cublak

suweng dalam ekstrakurikuler dolanan anak

Page 217: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

203

DOKUMENTASI SEKOLAH

Gambar 21.Peserta didik menggambar motif batik truntum

Gambar22. Peserta didik menggambar dan memberi warna motif

batik truntum dalam ekstrakurikulermembatik

Page 218: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

204

Page 219: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

205

Page 220: KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN NILAI …eprints.uny.ac.id/45443/1/Chandra Puspitasari_09110241021_skripsi.5... · bahwa masa depan penuh cita-cita indah itu dapat kau gapai

206