kebijakan keuangan daerah dan transfer ke …
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DANTRANSFER KE DAERAH SERTA DANA DESA
Disampaikan Pada:Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2015
OUTLINEOUTLINE
Hubungan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah
Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah
Problem Mapping Keuangan Daerah
Perkembangan Kebijakan Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
Arah Kebijakan Transfer Ke daerah ke Depan
Kebijakan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Hubungan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah
Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah
Problem Mapping Keuangan Daerah
Perkembangan Kebijakan Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
Arah Kebijakan Transfer Ke daerah ke Depan
Kebijakan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
2
HUBUNGAN PERENCANAANPEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH
HUBUNGAN PERENCANAANPEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH
3
DASAR HUKUM PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN
Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional;
Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional;
Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah;
Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahanDaerah;
Perpres Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019
Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional;
Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional;
Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah;
Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahanDaerah;
Perpres Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019
4
POKOK-POKOK PENGATURAN PENYUSUNAN RENCANAPEMBANGUNAN
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satukesatuan tata cara perencanaan pembangunan untukmenghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangkapanjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakanoleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkatPusat dan Daerah.
Sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan untukmenjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.
Perencanaan pembangunan daerah harus mengacu kepadarencana pembangunan nasional.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satukesatuan tata cara perencanaan pembangunan untukmenghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangkapanjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakanoleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkatPusat dan Daerah.
Sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan untukmenjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.
Perencanaan pembangunan daerah harus mengacu kepadarencana pembangunan nasional.
5
RKPRPJMNasional
RPJPNasional
RenstraKL
Renja -KL
RAPBN
RKA-KL
APBN
KeppresRincianAPBN
Pedoman
Dijabarkan Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Diacu
Pemerintah
Pusat
Musren-bangnas
HUBUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DANDAERAH DAN PENGANGGARAN NASIONAL DAN DAERAH
RPJMDaerah
RPJPDaerah
RenstraSKPD
Renja -SKPD
RAPBD
RKA -SKPD
APBD
Kep KDHtentang
Rincian APBD
Diacu
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Diperhatikan
Dijabarkan
Pedoman
Pedoman
Diacu
Diselaraskan melalui Musrenbang
Pemerintah
Daerah
BUDGETING
RKPDaerah
Musren-bangda
PLANNING
KUA
6 6
M1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampumenjaga kedaulatan wilayah, menopangkemandirian ekonomi dengan mengamankansumber daya maritim, dan mencerminkankepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
M2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangandan demokratis berlandaskan Negara Hukum.
M3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif danmemperkuat jati diri sebagai negara maritim
M4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesiayang tinggi, maju dan sejahtera
M5. Mewujudkan Indonesia yang berdaya saingM6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim
yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskankepentingan nasional
M7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadiandalam kebudayaan
RPJMNRPJMN 20152015--20192019
CCC1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap
bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warganegara
C2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,demokratis dan terpercaya
C3. Membangun Indonesia dari pinggiran denganmemperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangkanegara kesatuan
C4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasisistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,bermartabat dan terpercaya
C5. Meningkatkan kualitas hidup manusia indonesiaC6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasionalC7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan
sektor-sektor strategis ekonomi domestikC8. Melakukan revolusi karakter bangsaC9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi
sosial indonesia
M1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampumenjaga kedaulatan wilayah, menopangkemandirian ekonomi dengan mengamankansumber daya maritim, dan mencerminkankepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
M2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangandan demokratis berlandaskan Negara Hukum.
M3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif danmemperkuat jati diri sebagai negara maritim
M4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesiayang tinggi, maju dan sejahtera
M5. Mewujudkan Indonesia yang berdaya saingM6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim
yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskankepentingan nasional
M7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadiandalam kebudayaan
C1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenapbangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warganegara
C2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,demokratis dan terpercaya
C3. Membangun Indonesia dari pinggiran denganmemperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangkanegara kesatuan
C4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasisistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,bermartabat dan terpercaya
C5. Meningkatkan kualitas hidup manusia indonesiaC6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasionalC7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan
sektor-sektor strategis ekonomi domestikC8. Melakukan revolusi karakter bangsaC9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi
sosial indonesia
7
1. Membangun dari pinggir dimaksudkan bahwa pembangunandimulai dari daerah, utamanya daerah perbatasan;
Relevansi Kebijakan HKPD DenganProgram Kabinet Kerja Jokowi (Nawacita Jokowi-JK)
2. Meningkatkan “kesempatan” bagi daerah untukmenumbuhkembangkan inovasi dan potensi lokal, sesuaidengan culture dan kebutuhan riil masyarakatnya;
2. Meningkatkan “kesempatan” bagi daerah untukmenumbuhkembangkan inovasi dan potensi lokal, sesuaidengan culture dan kebutuhan riil masyarakatnya;
3. Inovasi dan diskresi yang diberikan kepada Daerah harusdidukung dengan pendanaan dari Pusat dan kewenangandaerah untuk mengelolanya.
8
Sinergi Kebijakan Fiskal Nasional dan Daerah
KebijakanMoneter
KebijakanNeracaPembayaran
KebijakanSektor Riil
KebijakanFiskal
• Kebijakan fiskal daerahharus sejalan danmendukung dengankeempat kebijakan makronasional.
• Seluruh kebijakan makro,terutama Kebijakan Fiskalmempengaruhi KebijakanTransfer ke Daerah
Interrelasi Kebijakan Makro
KebijakanNeracaPembayaran
KebijakanSektor Riil
• Kebijakan fiskal daerahharus sejalan danmendukung dengankeempat kebijakan makronasional.
• Seluruh kebijakan makro,terutama Kebijakan Fiskalmempengaruhi KebijakanTransfer ke Daerah
9
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT DANDAERAH
10
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT DANDAERAH
• Hubungan keuangan pusat dan daerah timbul sebagaikonsekuensi dari adanya hubungan fungsi/urusan.
• Fungsi/Urusan dibagi antara pemerintah pusat dandaerah (6 urusan absolut yang menjadi kewenanganpemerintah pusat dan sebagian besar menjadi urusandaerah dan sebagian lainnya menjadi urusan konkuren),namun tanggungjawab akhir tetap pada pemerintahpusat – UU No.23/2014 tentang Pemerintahan Daerah.
• Penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah olehpemerintah daerah dilakukan dengan asasdesentralisasi (urusan yang menjadi tanggungjawabdaerah) dan tugas pembantuan (pelaksanaan urusanyang menjadi tanggung jawab pusat)
KONSEPSI HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DI INDONESIAMENGIKUTI PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTION
• Hubungan keuangan pusat dan daerah timbul sebagaikonsekuensi dari adanya hubungan fungsi/urusan.
• Fungsi/Urusan dibagi antara pemerintah pusat dandaerah (6 urusan absolut yang menjadi kewenanganpemerintah pusat dan sebagian besar menjadi urusandaerah dan sebagian lainnya menjadi urusan konkuren),namun tanggungjawab akhir tetap pada pemerintahpusat – UU No.23/2014 tentang Pemerintahan Daerah.
• Penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah olehpemerintah daerah dilakukan dengan asasdesentralisasi (urusan yang menjadi tanggungjawabdaerah) dan tugas pembantuan (pelaksanaan urusanyang menjadi tanggung jawab pusat)
11
• Pemberian kewenangan perpajakan kepadadaerah (local taxing power) dan kewenangandalam melakukan pinjaman;
• Kebijakan transfer (revenue assignment);• Keleluasaan untuk Belanja (expenditure
assignment).
Cakupan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah
• Pemberian kewenangan perpajakan kepadadaerah (local taxing power) dan kewenangandalam melakukan pinjaman;
• Kebijakan transfer (revenue assignment);• Keleluasaan untuk Belanja (expenditure
assignment).
12
Penerapan Prinsip Money Follows Function
13
PROBLEM MAPPING KEUANGAN DAERAHPROBLEM MAPPING KEUANGAN DAERAH
14
Proporsi terbesar belanjadaerah adalah belanjapegawai, dengan proporsidiatas 40% namunkecenderungannyamenurun. Proporsi belanja modal
relatif cukup kecil, dimanaberada pada tingkat terkecilpada struktur belanjasecara keseluruhan, namunproporsinya mengalamipeningkatan dari tahun 2011sampai 2015.
Proporsi terbesar belanjadaerah adalah belanjapegawai, dengan proporsidiatas 40% namunkecenderungannyamenurun. Proporsi belanja modal
relatif cukup kecil, dimanaberada pada tingkat terkecilpada struktur belanjasecara keseluruhan, namunproporsinya mengalamipeningkatan dari tahun 2011sampai 2015.
1515
Jenis Belanja Daerah(dalam miliar rupiah) 2011 2012 2013 2014 2015
Belanja Pegawai 26.859,6 30.579,2 33.342,7 36.058,9 41.689,9
Belanja Barang dan Jasa 10.688,6 11.662,4 13.279,1 17.224,2 20.003,9
Belanja Modal 7.291,6 9.680,5 11.146,3 15.094,8 17.963,2
Belanja Lain-Lain 9.371,8 12.436,8 14.818,2 14.827,9 21.506,8
Total 54.211,7 64.359,0 72.586,4 83.205,8 101.163,8
Proporsi terbesar belanjadaerah adalah belanjapegawai, dengan proporsidiatas 40% namunkecenderungannyamenurun. Proporsi belanja modal
relatif cukup kecil, dimanaberada pada tingkat terkecilpada struktur belanjasecara keseluruhan, namunproporsinya mengalamipeningkatan dari tahun 2011sampai 2015.
Proporsi terbesar belanjadaerah adalah belanjapegawai, dengan proporsidiatas 40% namunkecenderungannyamenurun. Proporsi belanja modal
relatif cukup kecil, dimanaberada pada tingkat terkecilpada struktur belanjasecara keseluruhan, namunproporsinya mengalamipeningkatan dari tahun 2011sampai 2015.
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran
Peranan PAD (kemandiriandaerah) masih relatifrendah khususnya kab/kotasehingga kurang menjaminefisiensi dan akuntabilitaspenggunaan belanja.
Peranan PAD yang masih relatifrendah disebabkan oleh basispajak daerah khususnyakab/kota yang masih terbatas.
16
Peranan PAD yang masih relatifrendah disebabkan oleh basispajak daerah khususnyakab/kota yang masih terbatas.
NASIONAL SE-PROVINSI JAWA TIMUR
• SiLPA di level nasional cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan bahkan diperkirakan hampirmencapai dua kali lipat, SiLPA dari tahun 2009-2013 sebesar Rp52,2 triliun menjadi Rp100,58 triliun.
• SiLPA se-Provinsi Jawa Timur juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun, SiLPA dari tahun 2009-2013 sebesar Rp6,21 triliun menjadi Rp9,58 triliun.
• Semakin besar SiLPA tahun berkenaan memberikan indikasi perencanaan anggaran dan pelaksanaanyang kurang baik yang pada gilirannya berdampak terhadap kurang optimalnya pelayanan kepadamasyarakat.
17
• SiLPA tahun berkenaan masing-masing Pemerintah Daerah di Jawa Timur mempunyai pergerakan yang meningkat dancukup beragam.
• Semakin besar SiLPA tahun berkenaan memberikan indikasi semakin besarnya dana yang tidak digunakan dalam memenuhipelayanan dasar kepada masyarakat.
18
Dana simpanan daerah terus mengalamipeningkatan dari tahun ke tahun.
Dana dalam bentuk simpanan berjangkamengalami kenaikan secara signifikan.
Besarnya simpanan daerah menunjukkanperencanaan belanja yang kurang baikatau adanya kecenderungan daerahmelakukan investasi jangka pendek dalambentuk simpanan berjangka.
19
Sumber: Bank Indonesia, 2014
• APBD seharusnya ditetapkanpaling lambat 31 Desembersebelum TA berjalan;
• Per tanggal 24 Maret 2015terdapat 528 daerah telahmenyampaikan APBD-nya kepadaKemenkeu. Dari 482 daerahtersebut, yang menetapkan APBD-nya tepat waktu (sebelum 31Desember) sebanyak 458 daerah(87%) naik dari tahun 2014 ygmencapai 354 daerah (67%).
• APBD seharusnya ditetapkanpaling lambat 31 Desembersebelum TA berjalan;
• Per tanggal 24 Maret 2015terdapat 528 daerah telahmenyampaikan APBD-nya kepadaKemenkeu. Dari 482 daerahtersebut, yang menetapkan APBD-nya tepat waktu (sebelum 31Desember) sebanyak 458 daerah(87%) naik dari tahun 2014 ygmencapai 354 daerah (67%).
-255075100125150175200225250275300325350375400425450475
211
274327
354
458
176139 116 92
5862 60 43 4710
GRAFIK PENETAPAN APBD TA 2011-2015PROV., KAB., DAN KOTA DI INDONESIA
per Tanggal 24 Maret 2015Des ThnSblmJan
Peb
Mar
Apr
20
• APBD seharusnya ditetapkanpaling lambat 31 Desembersebelum TA berjalan;
• Per tanggal 24 Maret 2015terdapat 528 daerah telahmenyampaikan APBD-nya kepadaKemenkeu. Dari 482 daerahtersebut, yang menetapkan APBD-nya tepat waktu (sebelum 31Desember) sebanyak 458 daerah(87%) naik dari tahun 2014 ygmencapai 354 daerah (67%).
• APBD seharusnya ditetapkanpaling lambat 31 Desembersebelum TA berjalan;
• Per tanggal 24 Maret 2015terdapat 528 daerah telahmenyampaikan APBD-nya kepadaKemenkeu. Dari 482 daerahtersebut, yang menetapkan APBD-nya tepat waktu (sebelum 31Desember) sebanyak 458 daerah(87%) naik dari tahun 2014 ygmencapai 354 daerah (67%).
-2011 2012 2013 2014 2015
-255075
100125150175200225
2011 2012 2013 2014 2015
4356
7555
72
181211
274 270 355
156161
8791 67
GRAFIK PENYAMPAIAN APBD TA 2011-2015PROV., KAB., DAN KOTA DI INDONESIA
per Tanggal 24 Maret 2015Des ThnSblmJanuari
Februari
Maret
• Hingga bulanJanuari2015, terdapat 36daerah di ProvinsiJawa Timur telahmenyampaikanAPBDnya danterdapat 3 daerahmenyampaikanpada bulanFebruari 2015.
• Sementara ituterdapat 38 daerahtelah menetapkanAPBD tepat waktudan 1 daerah yangmenetapkan APBDpada Januari2015.
• Hingga bulanJanuari2015, terdapat 36daerah di ProvinsiJawa Timur telahmenyampaikanAPBDnya danterdapat 3 daerahmenyampaikanpada bulanFebruari 2015.
• Sementara ituterdapat 38 daerahtelah menetapkanAPBD tepat waktudan 1 daerah yangmenetapkan APBDpada Januari2015.
21
• Hingga bulanJanuari2015, terdapat 36daerah di ProvinsiJawa Timur telahmenyampaikanAPBDnya danterdapat 3 daerahmenyampaikanpada bulanFebruari 2015.
• Sementara ituterdapat 38 daerahtelah menetapkanAPBD tepat waktudan 1 daerah yangmenetapkan APBDpada Januari2015.
• Hingga bulanJanuari2015, terdapat 36daerah di ProvinsiJawa Timur telahmenyampaikanAPBDnya danterdapat 3 daerahmenyampaikanpada bulanFebruari 2015.
• Sementara ituterdapat 38 daerahtelah menetapkanAPBD tepat waktudan 1 daerah yangmenetapkan APBDpada Januari2015.
0
5
10
15
20
25
30
35
S.d Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
2
19
11
6
1 0 0 03
26
8
20 0 0 0
4
21
11
20 0 1 01
27
8
30 0 0 0
4
32
30 0 0 0 0
Penyampaian APBD Prov. Jawa Timur
2011 2012 2013 2014 2015
* Data Per 25 Maret 2015
Masih banyak daerah yang mendapatkan opini disclaimer dan tidak wajar atasLKPD mereka.
Untuk LKPD tahun 2013, dari 456 daerah yang telah diaudit oleh BPK, 98daerah mendapatkan opini WTP, 56 daerah mendapatkan opini WTP DenganParagraf Penjelasan, 277 daerah mendapatkan opini WDP, 7 daerahmendapatkan opini Tidak Wajar dan 18 daerah mendapatkan opini TidakMemberikan Pendapat.
Masih banyak daerah yang mendapatkan opini disclaimer dan tidak wajar atasLKPD mereka.
Untuk LKPD tahun 2013, dari 456 daerah yang telah diaudit oleh BPK, 98daerah mendapatkan opini WTP, 56 daerah mendapatkan opini WTP DenganParagraf Penjelasan, 277 daerah mendapatkan opini WDP, 7 daerahmendapatkan opini Tidak Wajar dan 18 daerah mendapatkan opini TidakMemberikan Pendapat.
22
23
Akuntabilitas Provinsi Jawa Timur sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan hasilopini BPK dimana pada 4 tahun berturut-turut dari tahun 2010 hingga tahun2013 Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Timur didominasi opini WDP, WTP DPP,dan WTP. Namun pada tahun 2013 terdapat penambahan 1 daerah yangmemperoleh opini TW dan berkurangnya jumlah daerah yang memperoleh opiniWTP.
Akuntabilitas Provinsi Jawa Timur sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan hasilopini BPK dimana pada 4 tahun berturut-turut dari tahun 2010 hingga tahun2013 Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Timur didominasi opini WDP, WTP DPP,dan WTP. Namun pada tahun 2013 terdapat penambahan 1 daerah yangmemperoleh opini TW dan berkurangnya jumlah daerah yang memperoleh opiniWTP.
PERKEMBANGAN KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAHDAN DANA DESA
24
PERKEMBANGAN KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAHDAN DANA DESA
1. Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam rangka penyelenggaraanpemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;
2. Mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat danDaerah dan mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antardaerah;
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di daerah danmengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah;
4. Memprioritaskan penyediaan pelayanan dasar di daerahtertinggal, terluar, terpencil, terdepan, dan pasca bencana;
5. Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastrukturdasar;
6. Mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang lebihefisien, efektif, transparan, dan akuntabel;
7. Meningkatkan kualitas pengalokasian Transfer ke Daerah dengan tetapmemperhatikan akuntabilitas dan transparansi;
8. Meningkatkan kualitas pemantauan dan evaluasi Dana Transfer ke Daerah.
Kebijakan Umum Transfer ke Daerah
1. Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam rangka penyelenggaraanpemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;
2. Mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat danDaerah dan mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antardaerah;
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di daerah danmengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah;
4. Memprioritaskan penyediaan pelayanan dasar di daerahtertinggal, terluar, terpencil, terdepan, dan pasca bencana;
5. Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastrukturdasar;
6. Mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang lebihefisien, efektif, transparan, dan akuntabel;
7. Meningkatkan kualitas pengalokasian Transfer ke Daerah dengan tetapmemperhatikan akuntabilitas dan transparansi;
8. Meningkatkan kualitas pemantauan dan evaluasi Dana Transfer ke Daerah.
25
26
• Dana Perimbangan berperan cukup besar dalam melakukan pemerataan kempuan keuangan antardaerah yang tercermin dari semakin kecilnya koefisien variasi dari 1.21 menjadi 0.68 (Data APBD TA.2013)
Dana PerimbanganDana Perimbangan
Dana Bagi HasilDana Bagi Hasil
Dana Alokasi UmumDana Alokasi Umum
Dana Alokasi KhususDana Alokasi Khusus
Dana Otsus PAPUADana Otsus PAPUA
Dana Otsus ACEHDana Otsus ACEHDanaOtsusDanaOtsus
DBH PBBDBH PBB
DBH PPhDBH PPh
DBH CHTDBH CHT
DBH Pajak
Dana Otsus PAPUA BRTDana Otsus PAPUA BRT
Dana Transferke Daerah
Dana Transferke Daerah
Dana Bagi HasilDana Bagi Hasil
Dana Alokasi UmumDana Alokasi Umum
Dana Alokasi KhususDana Alokasi Khusus
Dana Otsus PAPUADana Otsus PAPUA
Dana Otsus ACEHDana Otsus ACEHDana OtsusDana Otsus
Dana Otsus PAPUA BRTDana Otsus PAPUA BRT
DANATRANSFER KEDAERAH DAN
DESA
DanaPerimbangan
DanaPerimbangan
PosturPostur TransferTransfer keke Daerah TA 2014Daerah TA 2014 PosturPostur TransferTransfer keke DaerahDaerah dandan DanaDana DesaDesa TA 2015TA 2015
DBH PBBDBH PBB
DBH PPhDBH PPh
DBH CHTDBH CHT
DBH Pajak
Dana Otsus &Penyesuaian
Dana Otsus &Penyesuaian
Dana Otsus ACEHDana Otsus ACEH
Dana Infras Otsus PapuaDana Infras Otsus Papua
Tamb Penghasilan GuruTamb Penghasilan Guru
DanaOtsusDanaOtsus
DanaPenyesuaian
DanaPenyesuaian
KehutananKehutanan
PertumPertum
PerikananPerikanan
MigasMigas
DBH SDA
Panas BumiPanas Bumi
Dana Insentif DaerahDana Insentif Daerah
TRANSFERKE DAERAH
Tunjangan Profesi GuruTunjangan Profesi Guru
Bantuan Op SekolahBantuan Op Sekolah
Dana Infras Otsus PaBaratDana Infras Otsus PaBarat
Dana P2D2Dana P2D2
Dana Keistimewaan DIYDana Keistimewaan DIY
Dana DesaDana Desa
Dana Otsus ACEHDana Otsus ACEH
Tamb Penghasilan GuruTamb Penghasilan Guru
Dana OtsusDana Otsus
DanaTransfer Lainnya
DanaTransfer Lainnya
Dana Insentif DaerahDana Insentif Daerah
DANATRANSFER KEDAERAH DAN
DESA
Tunjangan Profesi GuruTunjangan Profesi Guru
Bantuan Op SekolahBantuan Op Sekolah
Dana P2D2Dana P2D2
DanaKeistimewaanDI Yogyakarta
DanaKeistimewaanDI Yogyakarta
Dana Inf. Otsus PapuaDana Inf. Otsus Papua
Dana Inf. Otsus PaBaratDana Inf. Otsus PaBarat KehutananKehutanan
PertumPertum
PerikananPerikanan
MigasMigas
DBH SDA
Panas BumiPanas Bumi
27
POSTUR
2014 2015 PERUBAHAN
APBNP APBN APBN-P*APBNP 2015 – APBN 2015
Nominal %
1. Transfer ke Daerah 596.504 637.975,1 643.834,5 5.859,40 0,9%
1.1. Dana Perimbangan 491.882 516.401,0 521.760,5 5.359,50 1,0%
1.1.1. Dana Bagi Hasil (DBH) 117.663 127.692,5 110.052,0 -17.640,50 -13,8%
1.1.1.1. DBH Pajak 46.116 50.568,7 54.216,6 3.647,90 7,2%
1.1.1.2. DBH Sumber Daya Alam 71.547 77.123,8 55.835,4 -21.288,40 -27,6%
Dalam Miliar Rupiah
1.1.1.2. DBH Sumber Daya Alam 71.547 77.123,8 55.835,4 -21.288,40 -27,6%
1.1.2. Dana Alokasi Umum 341.219 352.887,8 352.887,8 0,00 0,0%
1.1.3. Dana Alokasi Khusus 33.000 35.820,7 58.820,7 23.000,00 64,2%
1.2. Dana Otonomi Khusus 16.148 16.615,5 17.115,5 500,00 3,0%
1.3. Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta 523 547,5 547,5 0,00 0,0%
1.4. Dana Transfer Lainnya 87.948 104.411,1 104.411,1 0,00 0,0%
2. Dana Desa - 9.066,2 20.766,2 11.700,00 129,1%
J U M L A H 596.504 647.041,3 664.600,7 17.559,40 2,7%
* Setelah penambahan optimalisasi sebesar Rp3 Triliun pada pagu DAK
28
1. Menetapkan perkiraan alokasi DBH secara tepat waktu sesuaidengan rencana penerimaan berdasarkan potensi daerahpenghasil sebagai dasar penyaluran.
2. Menyalurkan alokasi DBH berdasarkan rencana penerimaanuntuk menjamin kepastian jumlah dan waktu.
3. Menyempurnakan sistem penganggaran dan pelaksanaan atasPNBP yang dibagihasilkan ke daerah.
4. Melakukan perhitungan kurang bayar/lebih bayar DBH denganmemperhitungkan penyaluran tersebut berdasarkan realisasipenerimaan.
5. Mempercepat penyelesaian penghitungan PNBP SDA yangbelum dibagihasilkan.
29
1. Menetapkan perkiraan alokasi DBH secara tepat waktu sesuaidengan rencana penerimaan berdasarkan potensi daerahpenghasil sebagai dasar penyaluran.
2. Menyalurkan alokasi DBH berdasarkan rencana penerimaanuntuk menjamin kepastian jumlah dan waktu.
3. Menyempurnakan sistem penganggaran dan pelaksanaan atasPNBP yang dibagihasilkan ke daerah.
4. Melakukan perhitungan kurang bayar/lebih bayar DBH denganmemperhitungkan penyaluran tersebut berdasarkan realisasipenerimaan.
5. Mempercepat penyelesaian penghitungan PNBP SDA yangbelum dibagihasilkan.
KEBIJAKAN DAU 2015
1. Menerapkan formula DAU secara konsisten dengan penerapan prinsip NonHold Harmless, melalui pembobotan dalam Formula DAU yaitu pada:o Alokasi Dasar;o Komponen Kebutuhan Fiskal;o Komponen Kapasitas Fiskal.2. Meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah (sebagaiequalization grant) yang ditunjukkan oleh Indeks Williamson yang palingoptimal, melalui pembatasan porsi alokasi dasar dan mengevaluasi bobotvariabel kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal, dengan arah mengurangiketimpangan fiskal antar daerah, serta memperhatikan jumlah daerah yangmengalami penurunan DAU dan total penurunannya relatif kecil.3. Menetapkan besaran DAU yang bersifat final (tidak mengalami perubahan),dalam hal terjadi perubahan APBN yang menyebabkan PDN Netobertambah atau berkurang.
1. Menerapkan formula DAU secara konsisten dengan penerapan prinsip NonHold Harmless, melalui pembobotan dalam Formula DAU yaitu pada:o Alokasi Dasar;o Komponen Kebutuhan Fiskal;o Komponen Kapasitas Fiskal.2. Meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah (sebagaiequalization grant) yang ditunjukkan oleh Indeks Williamson yang palingoptimal, melalui pembatasan porsi alokasi dasar dan mengevaluasi bobotvariabel kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal, dengan arah mengurangiketimpangan fiskal antar daerah, serta memperhatikan jumlah daerah yangmengalami penurunan DAU dan total penurunannya relatif kecil.3. Menetapkan besaran DAU yang bersifat final (tidak mengalami perubahan),dalam hal terjadi perubahan APBN yang menyebabkan PDN Netobertambah atau berkurang.
30
Bobot Penghitungan Kapasitas Fiskal Dinaikkan Untuk MengalokasikanDAU yang Lebih Besar Bagi Daerah yang Kapasitasnya Rendah
BOBOT VARIABEL 2014 2015PROVINSI KAB/KOTA PROVINSI KAB/KOTA
ALOKASI DASAR 40% 49% 40% 49%CELAH FISKAL 60% 51% 60% 51%VARIABEL KEBUTUHAN FISKAL- INDEKS JUMLAH PENDUDUK 30% 30% 30% 30%- INDEKS LUAS WILAYAH 14% 13% 14% 13%
(LUAS LAUT) 35% 40% 35% 40%(LUAS LAUT) 35% 40% 35% 40%- INDEKS IKK 27% 28% 27% 28%- INDEKS IPM 15% 15% 17% 17%- INDEKS PDRB /cap 14% 14% 12% 12%
VARIABEL KAPASITAS FISKAL- PAD 58% 60% 70% 65%- DBH PAJAK 55% 57% 100% 80%- DBH SDA 63% 57% 100% 95%
31
KEBIJAKAN DAKKEBIJAKAN DAK DALAMDALAM APBN 2015APBN 2015
1. Mendukung pencapaian prioritas nasional dalam RKP, serta melakukanrestrukturisasi bidang DAK sehingga lebih fokus dan berdampaksignifikan;
2. Membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatifrendah dalam membiayai pelayanan publik untuk mendorongpencapaian standar pelayanan minimal (SPM), melalui penyediaansarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat;
3. Memprioritaskan daerah tertinggal, daerah perbatasan dengan negaralain, daerah pesisir dan kepulauan sebagai kriteria khusus dalampengalokasian DAK;
4. Melanjutkan kebijakan affirmatif DAK yang diprioritaskan pada bidanginfrastruktur dasar untuk daerah tertinggal dan perbatasan yangmemiliki kemampuan keuangan relatif rendah.
5. Perubahan jumlah bidang DAK dari 19 bidang pada APBN 2014 menjadi14 bidang pada APBN 2015
6. Perubahan kriteria kewilayahan dari 6 kriteria (ketahanan pangan, rawanbencana, pariwisata, daerah tertinggal, perbatasan, dan pesisirkepulauan) pada APBN 2014 menjadi 3 kriteria (daerahtertinggal, perbatasan, dan pesisir kepulauan) pada APBN 2015
1. Mendukung pencapaian prioritas nasional dalam RKP, serta melakukanrestrukturisasi bidang DAK sehingga lebih fokus dan berdampaksignifikan;
2. Membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatifrendah dalam membiayai pelayanan publik untuk mendorongpencapaian standar pelayanan minimal (SPM), melalui penyediaansarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat;
3. Memprioritaskan daerah tertinggal, daerah perbatasan dengan negaralain, daerah pesisir dan kepulauan sebagai kriteria khusus dalampengalokasian DAK;
4. Melanjutkan kebijakan affirmatif DAK yang diprioritaskan pada bidanginfrastruktur dasar untuk daerah tertinggal dan perbatasan yangmemiliki kemampuan keuangan relatif rendah.
5. Perubahan jumlah bidang DAK dari 19 bidang pada APBN 2014 menjadi14 bidang pada APBN 2015
6. Perubahan kriteria kewilayahan dari 6 kriteria (ketahanan pangan, rawanbencana, pariwisata, daerah tertinggal, perbatasan, dan pesisirkepulauan) pada APBN 2014 menjadi 3 kriteria (daerahtertinggal, perbatasan, dan pesisir kepulauan) pada APBN 2015
32
KebijakanKebijakan AfirmasiAfirmasi DAKDAK dalamdalam APBN 2015APBN 2015
Affirmative policy kepada 196 daerah tertinggal dan/atau daerah perbatasan yangberkemampuan keuangan relatif rendah, melalui:1. Pemberian alokasi DAK Tambahan bagi daerah tertinggal dan perbatasan yangberkemampuan keuangan relatif rendah, yang diperuntukan bagi DAK BidangInfrastruktur Dasar, yaitu: Infrastruktur Transportasi (sub bidang jalan dan sub bidang transportasiperdesaan); Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum; dan Infrastruktur Irigasi.2. Dana Pendamping untuk DAK Tambahan diatur berdasarkan kemampuankeuangan daerah, yaitu: Kemampuan Keuangan Daerah Rendah Sekali, diwajibkan menyediakan danapendamping paling sedikit 0% (nol persen); Kemampuan Keuangan Daerah Rendah, diwajibkan menyediakan danapendamping paling sedikit 1% (satu persen); dan Kemampuan Keuangan Daerah Sedang, diwajibkan menyediakan danapendamping paling sedikit 2% (dua persen).
33
Affirmative policy kepada 196 daerah tertinggal dan/atau daerah perbatasan yangberkemampuan keuangan relatif rendah, melalui:1. Pemberian alokasi DAK Tambahan bagi daerah tertinggal dan perbatasan yangberkemampuan keuangan relatif rendah, yang diperuntukan bagi DAK BidangInfrastruktur Dasar, yaitu: Infrastruktur Transportasi (sub bidang jalan dan sub bidang transportasiperdesaan); Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum; dan Infrastruktur Irigasi.2. Dana Pendamping untuk DAK Tambahan diatur berdasarkan kemampuankeuangan daerah, yaitu: Kemampuan Keuangan Daerah Rendah Sekali, diwajibkan menyediakan danapendamping paling sedikit 0% (nol persen); Kemampuan Keuangan Daerah Rendah, diwajibkan menyediakan danapendamping paling sedikit 1% (satu persen); dan Kemampuan Keuangan Daerah Sedang, diwajibkan menyediakan danapendamping paling sedikit 2% (dua persen).
KEBIJAKAN DAKKEBIJAKAN DAK DALAMDALAM APBNAPBN--P 2015P 2015
Dalam rangka mendukung pendanaan atas berbagai urusan pemerintahan danpenyelenggaran layanan publik yang telah diserahkan kepada daerah, maka salah satumekanisme pendanaan yang tepat untuk mendukung program prioritas nasional adalahmelalui DAK.
Untuk itu dalam APBN-P 2015, dialokasikan DAK Tambahan: Untuk mengakomodasi berbagai program/kegiatan yang mendukung prioritas Kabinet
Kerja (Kedaulatan Pangan, Revitalisasi Pasar Tradisional, Peningkatan LayananKesehatan, dan Peningkatan Konektivitas antar Wilayah), dialokasikan DAK TambahanPendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) pada TA 2015;
Untuk mengakomodasi berbagai usulan daerah yang disampaikan melalui DPR-RI dandisetujui oleh DPR-RI.
DAK Tambahan dialokasikan pada bidang:1) Bidang Infrastruktur Irigasi2) Bidang Pertanian3) Bidang Sarana Perdagangan4) Bidang Kesehatan, dan5) Bidang Transportasi/jalan
Pagu DAK Tambahan dalam APBN-P 2015 disepakati sebesar Rp23 Triliun.
Dalam rangka mendukung pendanaan atas berbagai urusan pemerintahan danpenyelenggaran layanan publik yang telah diserahkan kepada daerah, maka salah satumekanisme pendanaan yang tepat untuk mendukung program prioritas nasional adalahmelalui DAK.
Untuk itu dalam APBN-P 2015, dialokasikan DAK Tambahan: Untuk mengakomodasi berbagai program/kegiatan yang mendukung prioritas Kabinet
Kerja (Kedaulatan Pangan, Revitalisasi Pasar Tradisional, Peningkatan LayananKesehatan, dan Peningkatan Konektivitas antar Wilayah), dialokasikan DAK TambahanPendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) pada TA 2015;
Untuk mengakomodasi berbagai usulan daerah yang disampaikan melalui DPR-RI dandisetujui oleh DPR-RI.
DAK Tambahan dialokasikan pada bidang:1) Bidang Infrastruktur Irigasi2) Bidang Pertanian3) Bidang Sarana Perdagangan4) Bidang Kesehatan, dan5) Bidang Transportasi/jalan
Pagu DAK Tambahan dalam APBN-P 2015 disepakati sebesar Rp23 Triliun.
34
Tunjangan GuruPNSD
Tunjangan GuruPNSD
Tunjangan Guru PNSD melaluiTransfer ke Daerah
Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD
1. Tunjangan Profesi diberikan kepada Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah(PNSD) yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhipersyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Tunjangan Profesi Guru PNSD diberikan sebesar 1 (satu) kali gajipokok PNS yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan, tidak termasuk untuk bulan ke-13.
Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD
1. Tunjangan Profesi diberikan kepada Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah(PNSD) yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhipersyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Tunjangan Profesi Guru PNSD diberikan sebesar 1 (satu) kali gajipokok PNS yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan, tidak termasuk untuk bulan ke-13.
Tunjangan GuruPNSD
Tunjangan GuruPNSD
Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD
1. Tunjangan Profesi diberikan kepada Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah(PNSD) yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhipersyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Tunjangan Profesi Guru PNSD diberikan sebesar 1 (satu) kali gajipokok PNS yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan, tidak termasuk untuk bulan ke-13.
Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD
1. Tunjangan Profesi diberikan kepada Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah(PNSD) yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhipersyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Tunjangan Profesi Guru PNSD diberikan sebesar 1 (satu) kali gajipokok PNS yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan, tidak termasuk untuk bulan ke-13.
Tambahan Penghasilan Guru (Tamsil) PNSD
1. Dana Tambahan Penghasilan Bagi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah(PNSD) diberikan kepada guru yang belum mendapatkan tunjanganprofesi guru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Besarnya adalah Rp250.000,00 per bulan selama 12 bulan.
Tambahan Penghasilan Guru (Tamsil) PNSD
1. Dana Tambahan Penghasilan Bagi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah(PNSD) diberikan kepada guru yang belum mendapatkan tunjanganprofesi guru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Besarnya adalah Rp250.000,00 per bulan selama 12 bulan.
35
KebijakanBantuan Operasional Sekolah TA 2015
1.Dana BOS dialokasikan dalam APBN untuk meringankan bebanmasyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dasar yang lebihbermutu.
2.Dana BOS dialokasikan untuk SD/SDLB dan SMP/SMPLB sertadigunakan untuk: Biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar, dan Mendanai beberapa kegiatan lain sesuai petunjuk teknis
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.3. Dana BOS merupakan pelengkap dari kewajiban daerah untuk
menyediakan anggaran pendidikan dan bukan merupakanpengganti BOS Daerah (BOSDA).
4. Perhitungan Kebutuhan Alokasi Dana BOS diusulkan olehKementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Dana BOS disalurkan dari rekening kas negara ke rekening kasumum daerah provinsi untuk selanjutnya diteruskan ke sekolahdengan mekanisme hibah.
1.Dana BOS dialokasikan dalam APBN untuk meringankan bebanmasyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dasar yang lebihbermutu.
2.Dana BOS dialokasikan untuk SD/SDLB dan SMP/SMPLB sertadigunakan untuk: Biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar, dan Mendanai beberapa kegiatan lain sesuai petunjuk teknis
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.3. Dana BOS merupakan pelengkap dari kewajiban daerah untuk
menyediakan anggaran pendidikan dan bukan merupakanpengganti BOS Daerah (BOSDA).
4. Perhitungan Kebutuhan Alokasi Dana BOS diusulkan olehKementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Dana BOS disalurkan dari rekening kas negara ke rekening kasumum daerah provinsi untuk selanjutnya diteruskan ke sekolahdengan mekanisme hibah.
36
Dana Insentif Daerah (DID)
Dana Insentif Daerah dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten dan Kota untuk melaksanakan fungsi pendidikandengan mempertimbangkan kriteria kinerja tertentu, yang terdiri dari kriteria kinerja utama, kriteria kinerjakeuangan, kriteria kinerja pendidikan, kriteria kinerja ekonomi dan kesejahteraan, dan batas minimum kelulusankinerja.
No Kriteria Bobot Tahun 2014 Usulan BobotTahun 2015
Kriteria Kinerja Keuangan 50% 50%
1. Opini BPK atas LKPD 35% 35%
2. Penetapan Perda APBD tepat waktu 35% 35%
3. Effort peningkatan PAD 15% 15%
37
3. Effort peningkatan PAD 15% 15%
4. Penyampaian LKPD Tepat Waktu 15% 15%
Total Bobot Kriteria Kinerja Keuangan Daerah 100% 100%
Kriteria Kinerja Pendidikan 25% 25%
1. Partisipasi Sekolah (APK) 50% 50%
2. Reduction Shortfall IPM 50% 50%
Total Bobot Kriteria Kinerja Pendidikan 100% 100%
Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan 25% 25%
1. Pertumbuhan Ekonomi 30% 35%
2. Penurunan Tingkat Kemiskinan 30% 30%
3. Penurunan Tingkat Pengangguran 20% 20%
4 Kluster Kemampuan fiskal daerah (KFD) 20% 15%
Total Bobot Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan 100% 100%
DANA DESA
38
DANA DESA
PetaPeta SebaranSebaran DesaDesa PerPer ProvinsiProvinsi
Aceh6474
Sumut5389
Sumbar880
Kepri275
Riau1592
Kalbar1908
Kalteng1434
Kaltim833
Kaltara447
Gorontalo657
Sulut1490
Sulteng1839
Malut1063
Papua5118
PaBar1628
Bengkulu1341
Jambi1398
Babel309
Sumsel2817
Lampung2435
Banten1238
Jateng7809
Jabar5319
DIY392
Jatim7723
Bali636
NTB995
NTT2950
Kalteng1434
Kalsel1864
Sulbar576
Sulsel2253
Sultra1820
Maluku1191
Jumlah Desa74.093
(Kemendagri)
Jumlah Desa74.093
(Kemendagri)39
1. Menetapkan alokasi Dana Desa yang bersumber dari Belanja Pusat denganmengefektifkan program yang berbasis desa (sesuai dengan amanat UUNo.6 Tahun 2014 tentang Desa);
2. Mengalokasikan Dana Desa kepada kabupaten/kota berdasarkan jumlahdesa dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luaswilayah, dan tingkat kesulitan geografis;
3. Menyalurkan Dana Desa kepada kabupaten/kota melalui mekanismetransfer;
4. Dana Desa digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan Desadengan prioritas untuk mendukung program pembangunan Desa danpemberdayaan masyarakat Desa.
KEBIJAKAN UMUM DANAKEBIJAKAN UMUM DANA DESADESA
1. Menetapkan alokasi Dana Desa yang bersumber dari Belanja Pusat denganmengefektifkan program yang berbasis desa (sesuai dengan amanat UUNo.6 Tahun 2014 tentang Desa);
2. Mengalokasikan Dana Desa kepada kabupaten/kota berdasarkan jumlahdesa dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luaswilayah, dan tingkat kesulitan geografis;
3. Menyalurkan Dana Desa kepada kabupaten/kota melalui mekanismetransfer;
4. Dana Desa digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan Desadengan prioritas untuk mendukung program pembangunan Desa danpemberdayaan masyarakat Desa.
40
PENGALOKASIAN DANA DESA DALAM APBN 2015(BERDASARKAN PP 60/2014)
41
Keterangan:•Jumlah Penduduk adalah Jumlah Penduduk kabupaten/kota (sumber BPS)•Jumlah Penduduk Miskin adalah Jumlah Penduduk Miskin kabupaten/kota (sumber BPS)•Luas Wilayah adalah Luas Wilayah kabupaten/kota (sumber Kemendagri dan BIG)•IKK adalah IKK kabupaten/kota (sumber BPS)
PENGALOKASIAN DANA DESA DALAM APBNP 2015(BERDASARKAN REVISI PP 60/2014)
Transfer keDaerah
Transfer keDaerah
APBNAPBN DANA DESA PERKAB/KOTA
DANA DESA PERDESA
10 %Formula
90%Alokasi Dasar
25% x JumlahPenduduk Desa
MENTERI KEUANGANMENTERI KEUANGAN BUPATI/WALIKOTABUPATI/WALIKOTA
25% x JumlahPenduduk Desa
90%Alokasi Dasar
10 %Formula
Transfer keDaerah
Transfer keDaerah
Dana DesaDana Desa
25% x JumlahPenduduk Desa
35% x JumlahPenduduk Miskin Desa
10% x Luas WilayahDesa
30% x IKK
25% x JumlahPenduduk Desa
35% x JumlahPenduduk Miskin Desa
10% x Luas WilayahDesa
30% x IKG
Keterangan:• Jumlah Penduduk adalah Jumlah Penduduk Desa pada kabupaten/kota (sumber BPS)• Jumlah Penduduk Miskin adalah Jumlah Penduduk Miskin Desa pada kabupaten/kota (sumber BPS)• Luas Wilayah adalah Luas Wilayah Desa pada kabupaten/kota (sumber Kemendagri dan BPS)•IKK adalah IKK kabupaten/kota (sumber BPS) 42
Berdasarkan pagu APBN 2015 sebesar Rp9,066 Triliun, alokasi Dana Desa yang dihitung murniberdasarkan Formula Base diperoleh hasil:o rata-rata Dana Desa setiap desa Rp124,29 juta :o alokasi terendah Rp41,26 juta,o alokasi tertinggi Rp287,46 juta.,o rasionya 1 : 6,9
Perbedaan Hasil Perhitungan Dana Desa APBN 2015dan RAPBNP 2015
Berdasarkan pagu RAPBNP 2016 sebesar Rp20.766,2 Triliun, alokasi dana desa yang dihitungdengan menggunakan:1. Murni Formula Base diperoleh hasil:
o rata-rata Dana Desa setiap desa Rp280,27 juta :o alokasi terendah Rp96,50 juta,o alokasi tertinggi Rp693,31 juta.,o rasionya 1 : 7,2
2. Alokasi Dasar dan Formula Base diperoleh hasil: 90% pagu dana dibagi secara merata, 10 % pagu dana dibagi berdasarkan jumlah penduduk (bobot 25%), angka kemiskinan (bobot
35%), luas wilayah (bobot 10%), dan tingkat kesulitan geografis (bobot 30%)Diperoleh hasil:o rata-rata Dana Desa setiap desa sebesar Rp280,51 juta:o alokasi terendah Rp254,47 juta,o alokasi tertinggi Rp1.121,04 jutao rasionya 1 : 4,4
Berdasarkan pagu RAPBNP 2016 sebesar Rp20.766,2 Triliun, alokasi dana desa yang dihitungdengan menggunakan:1. Murni Formula Base diperoleh hasil:
o rata-rata Dana Desa setiap desa Rp280,27 juta :o alokasi terendah Rp96,50 juta,o alokasi tertinggi Rp693,31 juta.,o rasionya 1 : 7,2
2. Alokasi Dasar dan Formula Base diperoleh hasil: 90% pagu dana dibagi secara merata, 10 % pagu dana dibagi berdasarkan jumlah penduduk (bobot 25%), angka kemiskinan (bobot
35%), luas wilayah (bobot 10%), dan tingkat kesulitan geografis (bobot 30%)Diperoleh hasil:o rata-rata Dana Desa setiap desa sebesar Rp280,51 juta:o alokasi terendah Rp254,47 juta,o alokasi tertinggi Rp1.121,04 jutao rasionya 1 : 4,4 43
1. Sejalan dengan visi Pemerintah untuk Membangun Indonesia dari Pinggiran dalamkerangka NKRI, perlu dialokasikan dana yang lebih besar untuk memperkuatpembangunan daerah dan desa.
2. Dalam rangka memenuhi ketentuan UU 6/2014, yakni anggaran Dana Desa dari APBNsebesar 10% dari dan diluar dana transfer ke daerah secara bertahap, Pemerintahsedang menyiapkan Road Map Dana Desa.
3. Sesuai roadmap Dana Desa, dalam APBNP tahun 2015 diusulkan tambahan anggarandana desa sebesar Rp11.700,0 miliar, sehingga total dana desa dalam APBNP 2015sebesar Rp20.766,2 miliar.
4. Anggaran Dana Desa tersebut akan dialokasikan melalui mekanisme sebagai berikut:a. Alokasi dari Pusat ke kab/kota (ditetapkan dalam Perpres Rincian APBN)b. Alokasi dari kab/kota ke desa (ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah)
5. Untuk menghindari ketimpangan alokasi Dana Desa untuk setiap kab/kota dan setiapdesa, penghitungan alokasi dana desa akan dilakukan berdasarkan:a. alokasi yang dibagi secara merata; danb. alokasi yang dibagi berdasarkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas
wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.
KEBIJAKAN DANAKEBIJAKAN DANA DESADESA DALAM APBNDALAM APBN--PP 20152015
1. Sejalan dengan visi Pemerintah untuk Membangun Indonesia dari Pinggiran dalamkerangka NKRI, perlu dialokasikan dana yang lebih besar untuk memperkuatpembangunan daerah dan desa.
2. Dalam rangka memenuhi ketentuan UU 6/2014, yakni anggaran Dana Desa dari APBNsebesar 10% dari dan diluar dana transfer ke daerah secara bertahap, Pemerintahsedang menyiapkan Road Map Dana Desa.
3. Sesuai roadmap Dana Desa, dalam APBNP tahun 2015 diusulkan tambahan anggarandana desa sebesar Rp11.700,0 miliar, sehingga total dana desa dalam APBNP 2015sebesar Rp20.766,2 miliar.
4. Anggaran Dana Desa tersebut akan dialokasikan melalui mekanisme sebagai berikut:a. Alokasi dari Pusat ke kab/kota (ditetapkan dalam Perpres Rincian APBN)b. Alokasi dari kab/kota ke desa (ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah)
5. Untuk menghindari ketimpangan alokasi Dana Desa untuk setiap kab/kota dan setiapdesa, penghitungan alokasi dana desa akan dilakukan berdasarkan:a. alokasi yang dibagi secara merata; danb. alokasi yang dibagi berdasarkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas
wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.
44
APBN 2015 APBN-P 2015
Dana Desa Rp 9.066,2 miliar Rp 20.766,2 miliar
PENYALURAN DANA DESA
PEMERINTAH PUSAT(Mekanisme Transfer APBN)
KPA DJPKMenerbitkan SPM
KPA DJPKMenerbitkan SPM
1
KPPN Jakarta II selakuKuasa BUN
Menerbitkan SP2D
KPPN Jakarta II selakuKuasa BUN
Menerbitkan SP2D
2Bank Operasional
Melaksanakan TransferDD ke Kab/Kota
(dari RKUN ke RKUD)
Bank OperasionalMelaksanakan Transfer
DD ke Kab/Kota(dari RKUN ke RKUD)
3
45
PEMERINTAH KAB/KOTA(Mekanisme Transfer APBD)
KPA DJPKMenerbitkan SPM
KPPN Jakarta II selakuKuasa BUN
Menerbitkan SP2D
Bank OperasionalMelaksanakan Transfer
DD ke Kab/Kota(dari RKUN ke RKUD)
Pemerintah Kab/KotaMelaksanakan Transfer
DD ke Desa(dari RKUD ke RKUDes)
Pemerintah Kab/KotaMelaksanakan Transfer
DD ke Desa(dari RKUD ke RKUDes)
4
REKENINGKAS DESAREKENINGKAS DESA
5
MEKANISME DANJADWAL PENYALURAN DANA DESA
URAIANTAHAPAN PENYALURAN DD KETERANGAN/
PERSYARATANTAHAP I TAHAP 2 TAHAP 3
Proporsi 40% 40% 20% Dasar: Perpres Alokasi Dana Desa
Penyaluran DanaDesa dariPUSAT KEKAB./KOTA
Minggu II Bulan April Minggu IIBulan Agustus
Minggu IIBulan Oktober
Persyaratan:Perda APBD thn berjalan;
Perkada ttg tata cara pembagian danpenetapan Dana Desa setiap desa ; dan
Laporan realisasi thn sebelumnya.
Menteri Keuangan selaku BUN akan menyalurkan Dana Desa dari Rekening Kas Umum Negara(RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) untuk alokasi per Kab/Kota; Mekanisme penyaluran dari RKUN ke RKUD sesuai mekanisme APBN untuk Transfer keDaerah;
Selanjutnya Bupati/Walikota selaku BUD akan menyalurkan alokasi Dana Desa setiap Desa dariRKUD ke Rekening Kas Desa. Mekanisme penyaluran dari RKUD ke Rekening Desa sesuai mekanisme Transfer dalam APBD.
46
Penyaluran DanaDesa dariPUSAT KEKAB./KOTA
Persyaratan:Perda APBD thn berjalan;
Perkada ttg tata cara pembagian danpenetapan Dana Desa setiap desa ; dan
Laporan realisasi thn sebelumnya.
Penyaluran DanaDesa dari KAB /KOTA KE DESA
7 hari kerja setelahditerima di Kas
Daerah
7 hari kerja setelahditerima di Kas Daerah
7 hari kerja setelahditerima di Kas Daerah
Persyaratan:• Tahap I: Penyampaian APB Desa;•Tahap II: Laporan penggunaansemester sebelumnya.
Roadmap Dana Desa
2016
20172018 2019
Dana Desa (DD):Rp20.766,2 MRata-rata DD per Desa:Rp 280,3 jutaADD:Rp34.236,6 MBagi Hasil PDRD:Rp4.109,3 MTOTAL= Rp59.112,1 MRata2 perdesa:Rp797,8 juta
Dana Desa (DD):Rp47.684,7 MRata-rata DD per Desa:Rp643,6 jutaADD:Rp37.564,4 MBagi Hasil PDRD:Rp4.270,3 MTOTAL= Rp89.519,4MRata2 perdesa:Rp1.208,2 juta
Dana Desa (DD):Rp81.184,3MRata-rata DD per Desa:Rp1.095,7 jutaADD:Rp42.285,9MBagi Hasil PDRD:Rp4.975,9 MTOTAL= Rp128.446,3MRata2 perdesa:Rp1.733,6 juta
Penggunaan:- Sesuai kewenangan hak
asal usul dan kewenanganlokal berskala desa
- Open menu dg prioritas utkmendukung programpembangunan &pemberdayaan masyarakatdesa melalui pembangunaninfrastruktur dasar desa
- Tdk dapat digunakan utkpenghasilan tetap Kadesdan Perangkat Desa
Perencanaan:- APBDes- RKP Des- RPJM DesPedoman Pelaksanaan;Pendampingan;Pengembangan Database:Target Keberhasilan
Penggunaan:- Sesuai kewenangan hak asal
usul dan kewenangan lokalberskala desa
- Open menu dg prioritas utkmendukung programpembangunan & pemberdayaanmasyarakat desa melaluipembangunan infrastruktur dasardesa
- Tdk dapat digunakan utkpenghasilan tetap Kades danPerangkat Desa
Perencanaan:- APBDes- RKP Des- RPJM DesPedoman Pelaksanaan;Pendampingan;Pengembangan Database:Target Keberhasilan
Dana Desa (DD):Rp103.791,1MRata-rata DD per Desa:Rp 1.400,8 jutaADD:Rp55.939,8MBagi Hasil PDRD:Rp5.680,1MTOTAL= Rp165.411,1MRata2 perdesa:Rp2.232,5 juta
Dana Desa (DD):Rp111.840,2 MRata-rata DD per Desa:Rp 1.509,5 jutaADD:Rp60.278,0 MBagi Hasil PDRD:Rp6.384,6MTOTAL= Rp178.502,8 MRata2 perdesa:Rp2.409,2 juta
APBN-P2015
2016
47
Penggunaan:- Sesuai kewenangan hak asal usul
dan kewenangan lokal berskala desa- Open menu dg prioritas utk
mendukung program pembangunan& pemberdayaan masyarakat desamelalui pembangunan infrastrukturdasar desa
- Tdk dapat digunakan utk penghasilantetap Kades dan Perangkat Desa
Perencanaan:- APBDes- RKP DesPedoman Pelaksanaan;Pendampingan;Pengembangan DatabaseTarget Keberhasilan
Penggunaan:- Sesuai kewenangan hak asal
usul dan kewenangan lokalberskala desa
- Open menu dg prioritas utkmendukung programpembangunan &pemberdayaan masyarakatdesa melalui pembangunaninfrastruktur dasar desa
- melalui pembangunaninfrastruktur dasar Desa
- Tdk dapat digunakan utkpenghasilan tetap Kades danPerangkat Desa
Perencanaan:- APBDes- RKP Des- RPJM Des
Penggunaan:- Sesuai kewenangan hak
asal usul dan kewenanganlokal berskala desa
- Open menu dg prioritas utkmendukung programpembangunan &pemberdayaanmasyarakat desa melaluipembangunan infrastrukturdasar desa
- Tdk dapat digunakan utkpenghasilan tetap Kadesdan Perangkat Desa
Perencanaan:- APBDes- RKP Des- RPJM Des
Penggunaan:- Sesuai kewenangan hak
asal usul dan kewenanganlokal berskala desa
- Open menu dg prioritas utkmendukung programpembangunan &pemberdayaan masyarakatdesa melalui pembangunaninfrastruktur dasar desa
- Tdk dapat digunakan utkpenghasilan tetap Kadesdan Perangkat Desa
Perencanaan:- APBDes- RKP Des- RPJM DesPedoman Pelaksanaan;Pendampingan;Pengembangan Database:Target Keberhasilan
Penggunaan:- Sesuai kewenangan hak asal
usul dan kewenangan lokalberskala desa
- Open menu dg prioritas utkmendukung programpembangunan & pemberdayaanmasyarakat desa melaluipembangunan infrastruktur dasardesa
- Tdk dapat digunakan utkpenghasilan tetap Kades danPerangkat Desa
Perencanaan:- APBDes- RKP Des- RPJM DesPedoman Pelaksanaan;Pendampingan;Pengembangan Database:Target Keberhasilan
Jumlah Desa74.093
Jumlah Desa74.093 47
ARAH KEBIJAKAN TRANSFER KE DEPANARAH KEBIJAKAN TRANSFER KE DEPAN
Dasar Penyusunan Kebijakan Transfer TA.2016
• Kebijakan keberpihakan (affirmative policy) kepadadaerah-daerah yang saat ini masih tertinggal,terutama (a) kawasan perbatasan dan pulau-pulauterluar; (b) daerah tertinggal dan terpencil; (c) desatertinggal; (d) daerah-daerah yang kapasitaspemerintahannya belum cukup memadai dalammemberikan pelayanan publik.
RPJM2015-2019
• Disusun dengan mengacu pada RPJM dengan target-target yang lebih spesifik
• Melanjutkan kebijakan transfer dalam APBN-PTA.2015
RKP2016
49
• Disusun dengan mengacu pada RPJM dengan target-target yang lebih spesifik
• Melanjutkan kebijakan transfer dalam APBN-PTA.2015
RKP2016
•Terkait dengan kebijakan transfer ke daerah dan desadisusun dengan mempertimbangkan :
•Penerimaan Dalam Negeri sebagai Dasar PerhitunganTransfer ke Daerah dan Dana Desa yang diperkirakan tidakbanyak mengalami perubahan; dan•Jumlah daerah yang akan memperoleh alokasi danatransfer meningkat
RAPBN2016
Kebijakan Strategis Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA.2016
Arahan Presiden agar alokasi Transfer ke Daerah bagipembangunan infrastruktur daerah (Kab/Kota) terusditingkatkan;
Melanjutkan affirmative policy terkait alokasi DAK;
Pengalokasian DAU dengan tetap mempertimbangkanagar semua daerah memiliki kemampuan keuangandaerah yang sama untuk membiayai urusan yangmenjadi tanggungjawabnya.
Mengalokasikan dana desa dengan arah segeramencapai jumlah yang telah diamanatkan UU Nomor 6Tahun 2014.
Arahan Presiden agar alokasi Transfer ke Daerah bagipembangunan infrastruktur daerah (Kab/Kota) terusditingkatkan;
Melanjutkan affirmative policy terkait alokasi DAK;
Pengalokasian DAU dengan tetap mempertimbangkanagar semua daerah memiliki kemampuan keuangandaerah yang sama untuk membiayai urusan yangmenjadi tanggungjawabnya.
Mengalokasikan dana desa dengan arah segeramencapai jumlah yang telah diamanatkan UU Nomor 6Tahun 2014.
50
LANGKAH-LANGKAH YANG TELAH DILAKUKAN TERKAIT KEBIJAKANTRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
1. Percepatan penyampaian informasi alokasi transfer ke daerah dandana desa melalui pengunggahan dalam website DJPK segera setelahpengambilan keputusan dalam rapat kerja banggar DPR RI bersamapemerintah untuk mempermudah Daerah dalam menyusun APBD;
2. Percepatan penyampaian informasi penetapan rincian transfer kedaerah dan dana desa dalam Peraturan Presiden melalui website DJPK.Kebijakan ini dilakukan juga dalam rangka mempermudah Daerahdalam menyusun APBD;
3. Pedoman penyusunan APBD harus dikoordinasikan terlebih dahulukepada Kemenkeu dan Bappenas sebelum ditetapkan Kemendagri.Kebijakan ini dilakukan untuk memastikan sinkronisasi pe-rencanaan dan penganggaran antara Pusat dengan Daerah.(Pasal 308 UU 23/2014)
1. Percepatan penyampaian informasi alokasi transfer ke daerah dandana desa melalui pengunggahan dalam website DJPK segera setelahpengambilan keputusan dalam rapat kerja banggar DPR RI bersamapemerintah untuk mempermudah Daerah dalam menyusun APBD;
2. Percepatan penyampaian informasi penetapan rincian transfer kedaerah dan dana desa dalam Peraturan Presiden melalui website DJPK.Kebijakan ini dilakukan juga dalam rangka mempermudah Daerahdalam menyusun APBD;
3. Pedoman penyusunan APBD harus dikoordinasikan terlebih dahulukepada Kemenkeu dan Bappenas sebelum ditetapkan Kemendagri.Kebijakan ini dilakukan untuk memastikan sinkronisasi pe-rencanaan dan penganggaran antara Pusat dengan Daerah.(Pasal 308 UU 23/2014)
51
1. Percepatan penyampaian informasi alokasi transfer ke daerah dandana desa melalui pengunggahan dalam website DJPK segera setelahpengambilan keputusan dalam rapat kerja banggar DPR RI bersamapemerintah untuk mempermudah Daerah dalam menyusun APBD;
2. Percepatan penyampaian informasi penetapan rincian transfer kedaerah dan dana desa dalam Peraturan Presiden melalui website DJPK.Kebijakan ini dilakukan juga dalam rangka mempermudah Daerahdalam menyusun APBD;
3. Pedoman penyusunan APBD harus dikoordinasikan terlebih dahulukepada Kemenkeu dan Bappenas sebelum ditetapkan Kemendagri.Kebijakan ini dilakukan untuk memastikan sinkronisasi pe-rencanaan dan penganggaran antara Pusat dengan Daerah.(Pasal 308 UU 23/2014)
1. Percepatan penyampaian informasi alokasi transfer ke daerah dandana desa melalui pengunggahan dalam website DJPK segera setelahpengambilan keputusan dalam rapat kerja banggar DPR RI bersamapemerintah untuk mempermudah Daerah dalam menyusun APBD;
2. Percepatan penyampaian informasi penetapan rincian transfer kedaerah dan dana desa dalam Peraturan Presiden melalui website DJPK.Kebijakan ini dilakukan juga dalam rangka mempermudah Daerahdalam menyusun APBD;
3. Pedoman penyusunan APBD harus dikoordinasikan terlebih dahulukepada Kemenkeu dan Bappenas sebelum ditetapkan Kemendagri.Kebijakan ini dilakukan untuk memastikan sinkronisasi pe-rencanaan dan penganggaran antara Pusat dengan Daerah.(Pasal 308 UU 23/2014)
ARAH KEBIJAKAN HKPD KE DEPAN … (1)(DRAFT REVISI UU 28/2009)
Peningkatan Kemandirian Daerah Dalam Pembiayaan UntukMeningkatkan Efisiensi dan Akuntabilitas
Memperluas basis pajak daerah melalui pendaerahan PBB P3.
Memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengenakan opsen ataspajak pusat (PPh Orang Pribadi).
Menyederhanakan struktur pajak daerah dan retribusi daerah.
Peningkatan Kemandirian Daerah Dalam Pembiayaan UntukMeningkatkan Efisiensi dan Akuntabilitas
Memperluas basis pajak daerah melalui pendaerahan PBB P3.
Memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengenakan opsen ataspajak pusat (PPh Orang Pribadi).
Menyederhanakan struktur pajak daerah dan retribusi daerah.
52
ARAH KEBIJAKAN HKPD KE DEPAN … (2)(DRAFT REVISI UU 33/2004)
1. Reformulasi Sumber Pendanaan APBDa. Reformulasi DBH: Memperkuat konsepsi by origin DBH (menghapus DBH yang tidak punya
dampak signifikan terhadap penerimaan daerah namun menyalahi prinsip byorigin), yaitu menghapus DBH Perikanan. Penyaluran DBH menggunakan mekanisme prognosa pada akhir tahun, yang
selanjutnya selisihnya dengan realisasi akan diperhitungkan pada tahunberikutnya.
b. Reformulasi DAU: Menghapus alokasi dasar (belanja pegawai daerah), sehingga formula DAU
hanya didasarkan pada Fiscal Gap, guna mengurangi dorongan inefisiensibelanja pegawai. Penetapan bobot daerah berdimensi jangka menengah (3 tahun) Kebutuhan fiskal diukur dengan ukuran kebutuhan riil (transisi penerapan 5
tahun)
1. Reformulasi Sumber Pendanaan APBDa. Reformulasi DBH: Memperkuat konsepsi by origin DBH (menghapus DBH yang tidak punya
dampak signifikan terhadap penerimaan daerah namun menyalahi prinsip byorigin), yaitu menghapus DBH Perikanan. Penyaluran DBH menggunakan mekanisme prognosa pada akhir tahun, yang
selanjutnya selisihnya dengan realisasi akan diperhitungkan pada tahunberikutnya.
b. Reformulasi DAU: Menghapus alokasi dasar (belanja pegawai daerah), sehingga formula DAU
hanya didasarkan pada Fiscal Gap, guna mengurangi dorongan inefisiensibelanja pegawai. Penetapan bobot daerah berdimensi jangka menengah (3 tahun) Kebutuhan fiskal diukur dengan ukuran kebutuhan riil (transisi penerapan 5
tahun)
53
c. Reformulasi DAK: DAK Prioritas Nasional: DAK harus benar-2 tepat sasaran dan mendukung target prioritas
program kerja pemerintah(i) prioritas bersifat fleksibel sesuai RKP; (ii) penentuan daerahberbasis pada kriteria prioritas pencapaian output; (iii) jumlah bidang per tahun relatifterbatas namun mempunyai dampak yg signifikan.
DAK untuk pencapaian SPM/SPN sektor layanan dasar (sektor kesehatan, pendidikan daninfrastruktur dasar (jalan, jembatan, air minum dan irigasi).
DAK untuk pencapaian prioritas nasional (dapat ditentukan setiap tahun sesuai prioritaspemerintah) berbasis prioritas kewilayahan dan/atau sektoral.
Konsep output based untuk mengurangi rigiditas petunjuk penggunaan dari Pusat (K/Lterkait), namun digantikan dengan target output yang harus dicapai oleh daerah.
Penerapan kerangka pendanaan jangka menengah pada DAK. Besaran DAK harus ditingkatkan secara signifikan agar arah pembangunan nasional dapat
lebih terkendali Tidak ada dana pendamping DAK
d. Mengintegrasikan dana transfer lainnya (yang penggunaannya telah ditentukan, seperti TPG,BOS, dll) ke dalam DAK yang dapat digunakan untuk kegiatan fisik dan non-fisik.
ARAH KEBIJAKAN HKPD KE DEPAN … (3)(DRAFT REVISI UU 33/2004)
c. Reformulasi DAK: DAK Prioritas Nasional: DAK harus benar-2 tepat sasaran dan mendukung target prioritas
program kerja pemerintah(i) prioritas bersifat fleksibel sesuai RKP; (ii) penentuan daerahberbasis pada kriteria prioritas pencapaian output; (iii) jumlah bidang per tahun relatifterbatas namun mempunyai dampak yg signifikan.
DAK untuk pencapaian SPM/SPN sektor layanan dasar (sektor kesehatan, pendidikan daninfrastruktur dasar (jalan, jembatan, air minum dan irigasi).
DAK untuk pencapaian prioritas nasional (dapat ditentukan setiap tahun sesuai prioritaspemerintah) berbasis prioritas kewilayahan dan/atau sektoral.
Konsep output based untuk mengurangi rigiditas petunjuk penggunaan dari Pusat (K/Lterkait), namun digantikan dengan target output yang harus dicapai oleh daerah.
Penerapan kerangka pendanaan jangka menengah pada DAK. Besaran DAK harus ditingkatkan secara signifikan agar arah pembangunan nasional dapat
lebih terkendali Tidak ada dana pendamping DAK
d. Mengintegrasikan dana transfer lainnya (yang penggunaannya telah ditentukan, seperti TPG,BOS, dll) ke dalam DAK yang dapat digunakan untuk kegiatan fisik dan non-fisik.
54
2. Penegasan mekanisme pendanaan sesuai urusan pemerintahana. Urusan daerah didanai dari APBD, dan APBD dilarang mendanai urusan Pusat
diserta dengan penerapan sanksi berupa pembatalan Perda APBD oleh Gubernuruntuk APBD Kab/Kota dan Mendagri untuk APBD Provinsi apabila Daerahmelanggar.
b. Urusan Pusat didanai dari APBN, dan K/L dilarang mendanai urusan Daerahc. Pelanggaran dikenakan sanksi pemotongan anggaran tahun berikutnya.
3. Pengendalian pemekaran daerahPengalokasian Dana Perimbangan kepada daerah otonom baru tidak secara otomatissetelah penetapan, namun baru dilakukan pada tahun kedua.
4. Pengendalian belanja daerah dan perbaikan pengelolaan keuangan:a. kontrol terhadap dana idle daerah, bila Pemda mempunyai deposito jangka > 2
bulan sebesar >1/12 belanja APBD, maka transfer dapat digantikan dengan SUN.Hal ini dimaksudkan agar daerah lebih fokus pada belanja untuk peningkatankuantitas dan kualitas public service delivery, dan mengurangi fokus daerah padainvestasi financial;
ARAH KEBIJAKAN HKPD KE DEPAN … (4)(DRAFT REVISI UU 33/2004)
2. Penegasan mekanisme pendanaan sesuai urusan pemerintahana. Urusan daerah didanai dari APBD, dan APBD dilarang mendanai urusan Pusat
diserta dengan penerapan sanksi berupa pembatalan Perda APBD oleh Gubernuruntuk APBD Kab/Kota dan Mendagri untuk APBD Provinsi apabila Daerahmelanggar.
b. Urusan Pusat didanai dari APBN, dan K/L dilarang mendanai urusan Daerahc. Pelanggaran dikenakan sanksi pemotongan anggaran tahun berikutnya.
3. Pengendalian pemekaran daerahPengalokasian Dana Perimbangan kepada daerah otonom baru tidak secara otomatissetelah penetapan, namun baru dilakukan pada tahun kedua.
4. Pengendalian belanja daerah dan perbaikan pengelolaan keuangan:a. kontrol terhadap dana idle daerah, bila Pemda mempunyai deposito jangka > 2
bulan sebesar >1/12 belanja APBD, maka transfer dapat digantikan dengan SUN.Hal ini dimaksudkan agar daerah lebih fokus pada belanja untuk peningkatankuantitas dan kualitas public service delivery, dan mengurangi fokus daerah padainvestasi financial;
55
b. Pengendalian batas maksimal kumulatif defisit APBD;c. Pengaturan mengenai belanja, utamanya batas minimal untuk belanja
infrastruktur yang langsung terkait dengan peningkatan kuantitas layananpublik dalam APBD.
5. Pengaturan mengenai Pinjaman Daeraha. Ruang yang lebih leluasa bagi daerah dalam melakukan pinjaman daerah
aturan tetap prudent namun tidak mempersulit daerah;b. Pengembangan Lembaga pembiayaan daerah semacam RIDF.
6. Surveillance serta reward and punishmentSurveillance dilakukan secara berkala, sebagai salah satu alat untuk memberikanreward and punishment kepada daerah yang didasarkan pada kinerjakeuangannya.
ARAH KEBIJAKAN HKPD KE DEPAN … (5)(DRAFT REVISI UU 33/2004)
b. Pengendalian batas maksimal kumulatif defisit APBD;c. Pengaturan mengenai belanja, utamanya batas minimal untuk belanja
infrastruktur yang langsung terkait dengan peningkatan kuantitas layananpublik dalam APBD.
5. Pengaturan mengenai Pinjaman Daeraha. Ruang yang lebih leluasa bagi daerah dalam melakukan pinjaman daerah
aturan tetap prudent namun tidak mempersulit daerah;b. Pengembangan Lembaga pembiayaan daerah semacam RIDF.
6. Surveillance serta reward and punishmentSurveillance dilakukan secara berkala, sebagai salah satu alat untuk memberikanreward and punishment kepada daerah yang didasarkan pada kinerjakeuangannya.
56
KEBIJAKAN DANA DEKONSENTRASI DANTUGAS PEMBANTUAN
57
PemerintahPemerintah (K/L)(K/L) berwenangberwenang menentukanmenentukan lokasilokasi,, anggarananggaran dandankegiatankegiatan yangyang akanakan didekonsentrasikandidekonsentrasikan dandan ditugaskanditugaskan dengandenganmemperhatikanmemperhatikan kemampuankemampuan keuangankeuangan negaranegara,, keseimbangankeseimbanganpendanaanpendanaan didi daerahdaerah,, dandan kebutuhankebutuhan pembangunanpembangunan daerahdaerah.”.”
(( PP 7/2008PP 7/2008 PasalPasal 2121 dandan PasalPasal 5050 ))
PenjelasanPenjelasan PP 7/2008PP 7/2008 PasalPasal 2121 dandan PasalPasal 5050•• Kemampuan keuangan negaraKemampuan keuangan negara pengalokasian disesuaikan dengan kemampuan
APBN dalam mendanai urusan pemerintah pusat melalui bagian anggaran K/L•• Keseimbangan pendanaan di daerahKeseimbangan pendanaan di daerah pengalokasian mempertimbangkan
kemampuan fiskal daerah yang terdiri dari besarnya transfer ke daerah dankemampuan keuangan daerah
•• Kebutuhan pembangunan daerahKebutuhan pembangunan daerah pengalokasian disesuaikan dengan prioritaspembangunan nasional dan prioritas pembangunan daerah
PRINSIP DASAR PENDANAANPRINSIP DASAR PENDANAAN
58
PenjelasanPenjelasan PP 7/2008PP 7/2008 PasalPasal 2121 dandan PasalPasal 5050•• Kemampuan keuangan negaraKemampuan keuangan negara pengalokasian disesuaikan dengan kemampuan
APBN dalam mendanai urusan pemerintah pusat melalui bagian anggaran K/L•• Keseimbangan pendanaan di daerahKeseimbangan pendanaan di daerah pengalokasian mempertimbangkan
kemampuan fiskal daerah yang terdiri dari besarnya transfer ke daerah dankemampuan keuangan daerah
•• Kebutuhan pembangunan daerahKebutuhan pembangunan daerah pengalokasian disesuaikan dengan prioritaspembangunan nasional dan prioritas pembangunan daerah
Mewujudkan proporsionalitas agar sebaran alokasi danaDekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tidakterkonsentrasi pada daerah tertentu.
Meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi danakuntabilitas dalam pengelolaan dana Dekonsentrasi danTugas Pembantuan.
Memberi masukan kepada Kementerian/Lembaga dalamperencanaan lokasi dan anggaran dana Dekonsentrasi danTugas Pembantuan
(PMK No. 156/PMK.07/2008 Sebagaimana telah disempurnakan dengan PMK No. 248/PMK.07/2010)
TUJUAN REKOMENDASITUJUAN REKOMENDASIBerdasarkan Prinsip Dasar Pendanaan Dekon-TP tersebut, setiaptahun Kementerian Keuangan menerbitkan rekomendasi kepadaK/L, dengan tujuan:
Mewujudkan proporsionalitas agar sebaran alokasi danaDekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tidakterkonsentrasi pada daerah tertentu.
Meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi danakuntabilitas dalam pengelolaan dana Dekonsentrasi danTugas Pembantuan.
Memberi masukan kepada Kementerian/Lembaga dalamperencanaan lokasi dan anggaran dana Dekonsentrasi danTugas Pembantuan
(PMK No. 156/PMK.07/2008 Sebagaimana telah disempurnakan dengan PMK No. 248/PMK.07/2010)
59
VariabelKeseimbangan
Pendanaandi Daerah
VariabelKemampuanFiskal Daerah
(KFD)
APBD : PAD dan Lain-LainPendapatan yg sah Dana Perimbangan Dana Otsus dan Dana
Penyesuaian Belanja PNSD
VARIABEL KESEIMBANGANPENDANAAN
VariabelKeseimbangan
Pendanaandi Daerah
Sumber Data :- KFD dari Pemda (APBD) dan Kemenkeu- IPM dari BPS
VariabelPembangunan
di Daerah(IPM)
Indikator PembangunanMasyarakat di Daerah, mencakupbidang : Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan rakyat
Untuk rekomendasi alokasi Tahun 2016, data fiskal menggunakan data tahun 2014 dan IPM Tahun 2013
60
KELOMPOK DAERAH REKOMENDASI TAHUN 2015
KuadranKuadran IIIIIIKFDKFD rillrill perkapitaperkapitadidi bawahbawah ratarata--ratarata
dandanIPMIPM di atasdi atas IPMIPM
NasionalNasional
KuadranKuadran IIIIKFDKFD rillrill perkapitaperkapitadidi atasatas ratarata--ratarata
dandanIPMIPM di atasdi atas IPMIPM
NasionalNasional
PrioritasPrioritas 22 NonNonPrioritasPrioritas
IPM Nasional
KuadranKuadran IIIIIIKFDKFD rillrill perkapitaperkapitadidi bawahbawah ratarata--ratarata
dandanIPMIPM di atasdi atas IPMIPM
NasionalNasional
KuadranKuadran IIIIKFDKFD rillrill perkapitaperkapitadidi atasatas ratarata--ratarata
dandanIPMIPM di atasdi atas IPMIPM
NasionalNasional
KuadranKuadran IIIIIIIIKFDKFD rillrill perkapitaperkapitadidi bawahbawah ratarata--ratarata
dandanIPMIPM didi bawahbawah IPMIPM
NasionalNasional
KuadranKuadran IVIVIIKFDKFD rillrill perkapitaperkapita
diatasdiatas ratarata--rataratadandan
IPMIPM didi bawahbawah IPMIPMNasionalNasional
61
Prioritas 1Prioritas 1 NonNonPrioritasPrioritas
Rata2 IKFDrill per kapita
DalamDalam PerencanaanPerencanaan LokasiLokasi dandan AlokasiAlokasi DanaDana DekonDekon/TP/TP TahunTahun 20162016::1.1. DDaerahaerah yangyang direkomendasikandirekomendasikan untukuntuk diprioritaskandiprioritaskan mendapatmendapat alokasialokasi danadana dekonsentrasidekonsentrasi dandan//atauatau
danadana tugastugas pembantuanpembantuan TT..AA 20162016 sebanyaksebanyak 390390 daerahdaerah,, dengandengan rincianrincian ::–– PrioritasPrioritas 11:: daerahdaerah yangyang mempunyaimempunyai tingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional,,
dandan tingkattingkat pembangunanpembangunan kesejahteraankesejahteraan masyarakatmasyarakat (IPM)(IPM) dibawahdibawah IPMIPM nasionalnasional.. KelompokKelompokdaerahdaerah iniini perluperlu mendapatmendapat perhatianperhatian melaluimelalui intervensiintervensi pemerintahpemerintah pusatpusat melaluimelalui kewenangankewenangan yangyangdimilikidimiliki sehinggasehingga dapatdapat menstimulasimenstimulasi percepatanpercepatan pembangunanpembangunan didi daerahdaerah tersebuttersebut melaluimelaluipenyelenggaraanpenyelenggaraan programprogram dandan kegiatankegiatan dekonsentrasidekonsentrasi dandan tugastugas pembantuanpembantuan.. KelompokKelompok daerahdaerahiniini sebanyaksebanyak 242242 daerahdaerah,, yangyang terdiriterdiri daridari 1515 ProvinsiProvinsi dandan 227227 KabupatenKabupaten/Kota/Kota
–– PrioritasPrioritas 22:: daerahdaerah yangyang mempunyaimempunyai tingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional,,namunnamun memilikimemiliki tingkattingkat pembangunanpembangunan kesejahteraankesejahteraan masyarakatmasyarakat (IPM)(IPM) didi atasatas IPMIPM nasionalnasional..KelompokKelompok daerahdaerah iniini diasumsikandiasumsikan sebagaisebagai ““daerahdaerah berkinerjaberkinerja baikbaik”,”, karenakarena walaupunwalaupun memilikimemilikitingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional namunnamun masihmasih dapatdapat secarasecara efektifefektifmelalukanmelalukan pembangunanpembangunan daerahdaerah melaluimelalui kegiatankegiatan pelayananpelayanan terhadapterhadap masyarakatmasyarakat dengandengan baikbaik..KelompokKelompok iniini perluperlu mempertahankanmempertahankan kinerjanyakinerjanya,, dengandengan diberikandiberikan programprogram dandan kegiatankegiatandekonsentrasidekonsentrasi dandan tugastugas pembantuanpembantuan yangyang berkesinambunganberkesinambungan.. KelompokKelompok daerahdaerah iniini sebanyaksebanyak 148148daerahdaerah,, yangyang terdiriterdiri daridari 1212 ProvinsiProvinsi dandan 136136 KabupatenKabupaten/Kota/Kota
DalamDalam PerencanaanPerencanaan LokasiLokasi dandan AlokasiAlokasi DanaDana DekonDekon/TP/TP TahunTahun 20162016::1.1. DDaerahaerah yangyang direkomendasikandirekomendasikan untukuntuk diprioritaskandiprioritaskan mendapatmendapat alokasialokasi danadana dekonsentrasidekonsentrasi dandan//atauatau
danadana tugastugas pembantuanpembantuan TT..AA 20162016 sebanyaksebanyak 390390 daerahdaerah,, dengandengan rincianrincian ::–– PrioritasPrioritas 11:: daerahdaerah yangyang mempunyaimempunyai tingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional,,
dandan tingkattingkat pembangunanpembangunan kesejahteraankesejahteraan masyarakatmasyarakat (IPM)(IPM) dibawahdibawah IPMIPM nasionalnasional.. KelompokKelompokdaerahdaerah iniini perluperlu mendapatmendapat perhatianperhatian melaluimelalui intervensiintervensi pemerintahpemerintah pusatpusat melaluimelalui kewenangankewenangan yangyangdimilikidimiliki sehinggasehingga dapatdapat menstimulasimenstimulasi percepatanpercepatan pembangunanpembangunan didi daerahdaerah tersebuttersebut melaluimelaluipenyelenggaraanpenyelenggaraan programprogram dandan kegiatankegiatan dekonsentrasidekonsentrasi dandan tugastugas pembantuanpembantuan.. KelompokKelompok daerahdaerahiniini sebanyaksebanyak 242242 daerahdaerah,, yangyang terdiriterdiri daridari 1515 ProvinsiProvinsi dandan 227227 KabupatenKabupaten/Kota/Kota
–– PrioritasPrioritas 22:: daerahdaerah yangyang mempunyaimempunyai tingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional,,namunnamun memilikimemiliki tingkattingkat pembangunanpembangunan kesejahteraankesejahteraan masyarakatmasyarakat (IPM)(IPM) didi atasatas IPMIPM nasionalnasional..KelompokKelompok daerahdaerah iniini diasumsikandiasumsikan sebagaisebagai ““daerahdaerah berkinerjaberkinerja baikbaik”,”, karenakarena walaupunwalaupun memilikimemilikitingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional namunnamun masihmasih dapatdapat secarasecara efektifefektifmelalukanmelalukan pembangunanpembangunan daerahdaerah melaluimelalui kegiatankegiatan pelayananpelayanan terhadapterhadap masyarakatmasyarakat dengandengan baikbaik..KelompokKelompok iniini perluperlu mempertahankanmempertahankan kinerjanyakinerjanya,, dengandengan diberikandiberikan programprogram dandan kegiatankegiatandekonsentrasidekonsentrasi dandan tugastugas pembantuanpembantuan yangyang berkesinambunganberkesinambungan.. KelompokKelompok daerahdaerah iniini sebanyaksebanyak 148148daerahdaerah,, yangyang terdiriterdiri daridari 1212 ProvinsiProvinsi dandan 136136 KabupatenKabupaten/Kota/Kota
REKOMENDASI TAHUN 2015REKOMENDASI TAHUN 2015
DalamDalam PerencanaanPerencanaan LokasiLokasi dandan AlokasiAlokasi DanaDana DekonDekon/TP/TP TahunTahun 20162016::1.1. DDaerahaerah yangyang direkomendasikandirekomendasikan untukuntuk diprioritaskandiprioritaskan mendapatmendapat alokasialokasi danadana dekonsentrasidekonsentrasi dandan//atauatau
danadana tugastugas pembantuanpembantuan TT..AA 20162016 sebanyaksebanyak 390390 daerahdaerah,, dengandengan rincianrincian ::–– PrioritasPrioritas 11:: daerahdaerah yangyang mempunyaimempunyai tingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional,,
dandan tingkattingkat pembangunanpembangunan kesejahteraankesejahteraan masyarakatmasyarakat (IPM)(IPM) dibawahdibawah IPMIPM nasionalnasional.. KelompokKelompokdaerahdaerah iniini perluperlu mendapatmendapat perhatianperhatian melaluimelalui intervensiintervensi pemerintahpemerintah pusatpusat melaluimelalui kewenangankewenangan yangyangdimilikidimiliki sehinggasehingga dapatdapat menstimulasimenstimulasi percepatanpercepatan pembangunanpembangunan didi daerahdaerah tersebuttersebut melaluimelaluipenyelenggaraanpenyelenggaraan programprogram dandan kegiatankegiatan dekonsentrasidekonsentrasi dandan tugastugas pembantuanpembantuan.. KelompokKelompok daerahdaerahiniini sebanyaksebanyak 242242 daerahdaerah,, yangyang terdiriterdiri daridari 1515 ProvinsiProvinsi dandan 227227 KabupatenKabupaten/Kota/Kota
–– PrioritasPrioritas 22:: daerahdaerah yangyang mempunyaimempunyai tingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional,,namunnamun memilikimemiliki tingkattingkat pembangunanpembangunan kesejahteraankesejahteraan masyarakatmasyarakat (IPM)(IPM) didi atasatas IPMIPM nasionalnasional..KelompokKelompok daerahdaerah iniini diasumsikandiasumsikan sebagaisebagai ““daerahdaerah berkinerjaberkinerja baikbaik”,”, karenakarena walaupunwalaupun memilikimemilikitingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional namunnamun masihmasih dapatdapat secarasecara efektifefektifmelalukanmelalukan pembangunanpembangunan daerahdaerah melaluimelalui kegiatankegiatan pelayananpelayanan terhadapterhadap masyarakatmasyarakat dengandengan baikbaik..KelompokKelompok iniini perluperlu mempertahankanmempertahankan kinerjanyakinerjanya,, dengandengan diberikandiberikan programprogram dandan kegiatankegiatandekonsentrasidekonsentrasi dandan tugastugas pembantuanpembantuan yangyang berkesinambunganberkesinambungan.. KelompokKelompok daerahdaerah iniini sebanyaksebanyak 148148daerahdaerah,, yangyang terdiriterdiri daridari 1212 ProvinsiProvinsi dandan 136136 KabupatenKabupaten/Kota/Kota
DalamDalam PerencanaanPerencanaan LokasiLokasi dandan AlokasiAlokasi DanaDana DekonDekon/TP/TP TahunTahun 20162016::1.1. DDaerahaerah yangyang direkomendasikandirekomendasikan untukuntuk diprioritaskandiprioritaskan mendapatmendapat alokasialokasi danadana dekonsentrasidekonsentrasi dandan//atauatau
danadana tugastugas pembantuanpembantuan TT..AA 20162016 sebanyaksebanyak 390390 daerahdaerah,, dengandengan rincianrincian ::–– PrioritasPrioritas 11:: daerahdaerah yangyang mempunyaimempunyai tingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional,,
dandan tingkattingkat pembangunanpembangunan kesejahteraankesejahteraan masyarakatmasyarakat (IPM)(IPM) dibawahdibawah IPMIPM nasionalnasional.. KelompokKelompokdaerahdaerah iniini perluperlu mendapatmendapat perhatianperhatian melaluimelalui intervensiintervensi pemerintahpemerintah pusatpusat melaluimelalui kewenangankewenangan yangyangdimilikidimiliki sehinggasehingga dapatdapat menstimulasimenstimulasi percepatanpercepatan pembangunanpembangunan didi daerahdaerah tersebuttersebut melaluimelaluipenyelenggaraanpenyelenggaraan programprogram dandan kegiatankegiatan dekonsentrasidekonsentrasi dandan tugastugas pembantuanpembantuan.. KelompokKelompok daerahdaerahiniini sebanyaksebanyak 242242 daerahdaerah,, yangyang terdiriterdiri daridari 1515 ProvinsiProvinsi dandan 227227 KabupatenKabupaten/Kota/Kota
–– PrioritasPrioritas 22:: daerahdaerah yangyang mempunyaimempunyai tingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional,,namunnamun memilikimemiliki tingkattingkat pembangunanpembangunan kesejahteraankesejahteraan masyarakatmasyarakat (IPM)(IPM) didi atasatas IPMIPM nasionalnasional..KelompokKelompok daerahdaerah iniini diasumsikandiasumsikan sebagaisebagai ““daerahdaerah berkinerjaberkinerja baikbaik”,”, karenakarena walaupunwalaupun memilikimemilikitingkattingkat kemampuankemampuan keuangankeuangan dibawahdibawah ratarata--ratarata nasionalnasional namunnamun masihmasih dapatdapat secarasecara efektifefektifmelalukanmelalukan pembangunanpembangunan daerahdaerah melaluimelalui kegiatankegiatan pelayananpelayanan terhadapterhadap masyarakatmasyarakat dengandengan baikbaik..KelompokKelompok iniini perluperlu mempertahankanmempertahankan kinerjanyakinerjanya,, dengandengan diberikandiberikan programprogram dandan kegiatankegiatandekonsentrasidekonsentrasi dandan tugastugas pembantuanpembantuan yangyang berkesinambunganberkesinambungan.. KelompokKelompok daerahdaerah iniini sebanyaksebanyak 148148daerahdaerah,, yangyang terdiriterdiri daridari 1212 ProvinsiProvinsi dandan 136136 KabupatenKabupaten/Kota/Kota
62
2.2. KementerianKementerian//LembagaLembaga wajibwajib memperhatikanmemperhatikan program/program/kegiatankegiatan yangyang merupakanmerupakan urusanurusanpemerintahpemerintah yangyang didanaididanai melaluimelalui mekanismemekanisme DekonsentrasiDekonsentrasi dandan TugasTugas PembantuanPembantuan secarasecaratertibtertib,, dandan taattaat padapada peraturanperaturan perundangperundang--undanganundangan..
3.3. KementerianKementerian//LembagaLembaga mempertimbangkanmempertimbangkan program/program/kegiatankegiatan tugastugas pembantuanpembantuan dengandengankomposisikomposisi belanjabelanja modalmodal yangyang lebihlebih besarbesar daridari jenisjenis belanjabelanja lainnyalainnya dalamdalam rangkarangkameningkatkanmeningkatkan perekonomianperekonomian daerahdaerah..
4.4. KementerianKementerian//LembagaLembaga melakukanmelakukan langkahlangkah--langkahlangkah percepatanpercepatan penyerapanpenyerapan anggarananggarankegiatankegiatan DekonsentrasiDekonsentrasi dandan TugasTugas PembantuanPembantuan dalamdalam rangkarangka pencapaianpencapaian targettargetpembangunanpembangunan nasionalnasional..
5.5. KementerianKementerian//LembagaLembaga melakukanmelakukan koordinasikoordinasi dengandengan kepalakepala daerahdaerah padapada saatsaat penyusunanpenyusunanRenjaRenja K/LK/L dalamdalam rangkarangka sinergisinergi kebijakankebijakan DekonsentrasiDekonsentrasi dandan TugasTugas PembantuanPembantuan..
6.6. KementerianKementerian//LembagaLembaga memberikanmemberikan masukanmasukan kepadakepada KepalaKepala DaerahDaerah agaragar memperhatikanmemperhatikanketersediaanketersediaan sumbersumber dayadaya manusiamanusia yangyang mampumampu dandan berpengalamanberpengalaman dalamdalam pengelolaanpengelolaankeuangankeuangan didi setiapsetiap SKPDSKPD sehinggasehingga tidaktidak mengganggumengganggu pelaksanaanpelaksanaan kegiatankegiatan dekonsentrasidekonsentrasidandan tugastugas pembantuanpembantuan,, terutamaterutama apabilaapabila pejabatpejabat dimaksuddimaksud berpindahberpindah tugastugas atauatau promosipromosi..
REKOMENDASI TAHUN 2015REKOMENDASI TAHUN 2015
2.2. KementerianKementerian//LembagaLembaga wajibwajib memperhatikanmemperhatikan program/program/kegiatankegiatan yangyang merupakanmerupakan urusanurusanpemerintahpemerintah yangyang didanaididanai melaluimelalui mekanismemekanisme DekonsentrasiDekonsentrasi dandan TugasTugas PembantuanPembantuan secarasecaratertibtertib,, dandan taattaat padapada peraturanperaturan perundangperundang--undanganundangan..
3.3. KementerianKementerian//LembagaLembaga mempertimbangkanmempertimbangkan program/program/kegiatankegiatan tugastugas pembantuanpembantuan dengandengankomposisikomposisi belanjabelanja modalmodal yangyang lebihlebih besarbesar daridari jenisjenis belanjabelanja lainnyalainnya dalamdalam rangkarangkameningkatkanmeningkatkan perekonomianperekonomian daerahdaerah..
4.4. KementerianKementerian//LembagaLembaga melakukanmelakukan langkahlangkah--langkahlangkah percepatanpercepatan penyerapanpenyerapan anggarananggarankegiatankegiatan DekonsentrasiDekonsentrasi dandan TugasTugas PembantuanPembantuan dalamdalam rangkarangka pencapaianpencapaian targettargetpembangunanpembangunan nasionalnasional..
5.5. KementerianKementerian//LembagaLembaga melakukanmelakukan koordinasikoordinasi dengandengan kepalakepala daerahdaerah padapada saatsaat penyusunanpenyusunanRenjaRenja K/LK/L dalamdalam rangkarangka sinergisinergi kebijakankebijakan DekonsentrasiDekonsentrasi dandan TugasTugas PembantuanPembantuan..
6.6. KementerianKementerian//LembagaLembaga memberikanmemberikan masukanmasukan kepadakepada KepalaKepala DaerahDaerah agaragar memperhatikanmemperhatikanketersediaanketersediaan sumbersumber dayadaya manusiamanusia yangyang mampumampu dandan berpengalamanberpengalaman dalamdalam pengelolaanpengelolaankeuangankeuangan didi setiapsetiap SKPDSKPD sehinggasehingga tidaktidak mengganggumengganggu pelaksanaanpelaksanaan kegiatankegiatan dekonsentrasidekonsentrasidandan tugastugas pembantuanpembantuan,, terutamaterutama apabilaapabila pejabatpejabat dimaksuddimaksud berpindahberpindah tugastugas atauatau promosipromosi..
63
Terima KasihTerima Kasih
Kementerian KeuanganJl. DR Wahidin No. 1, Gd. Radius Prawiro
Jakarta Pusat, Indonesia, 10710Telp. +6221-3509442Fax. +6221-3509443
Website : http://www. djpk.depkeu.go.id
No DBH PAJAK DBH SDA DAU DAK TRANSFERLAINNYA DESA JUMLAH
1 Provinsi Jawa Timur 2.360.556.945 497.015.297 1.587.261.707 66.039.190 3.701.477.027 - 8.212.350.166
2 Kab. Bangkalan 58.993.456 30.717.397 888.673.426 211.121.740 222.943.939 79.115.023 1.491.564.981
3 Kab. Banyuwangi 52.344.629 31.032.412 1.288.940.680 141.830.300 391.515.273 59.888.614 1.965.551.908
4 Kab. Blitar 32.812.302 28.266.695 1.037.911.125 145.856.470 361.497.606 62.103.692 1.668.447.890
5 Kab. Bojonegoro 241.685.999 949.170.738 895.987.113 67.346.180 312.542.329 116.539.758 2.583.272.117
6 Kab. Bondowoso 26.608.240 27.996.347 862.599.540 122.444.580 209.870.147 60.687.619 1.310.206.473
7 Kab. Gresik 127.581.957 27.840.008 873.265.959 110.844.780 251.330.481 91.691.495 1.482.554.680
8 Kab. Jember 59.647.855 28.652.927 1.586.836.602 208.153.250 467.188.346 71.400.973 2.421.879.953
9 Kab. Jombang 42.829.659 27.869.552 1.032.325.237 70.876.670 324.752.253 85.437.433 1.584.090.804
Alokasi Transfer ke Daerah Jawa TimurDalam APBN 2015
65
9 Kab. Jombang 42.829.659 27.869.552 1.032.325.237 70.876.670 324.752.253 85.437.433 1.584.090.804
10 Kab. Kediri 42.776.579 28.023.217 1.177.392.295 94.367.170 356.321.847 97.418.474 1.796.299.582
11 Kab. Lamongan 44.949.106 28.164.502 1.064.300.915 154.244.850 327.076.433 127.056.805 1.745.792.611
12 Kab. Lumajang 32.938.720 28.638.830 923.492.395 92.841.390 260.055.965 57.562.288 1.395.529.588
13 Kab. Madiun 27.455.446 28.477.315 832.357.223 138.123.730 239.959.711 55.287.810 1.321.661.235
14 Kab. Magetan 25.205.387 27.746.666 856.278.521 83.460.730 281.727.549 56.708.716 1.331.127.569
15 Kab. Malang 58.352.960 28.081.439 1.613.161.777 153.350.440 470.101.642 109.423.772 2.432.472.030
16 Kab. Mojokerto 49.332.627 27.763.943 923.747.632 88.135.250 277.043.793 82.636.892 1.448.660.137
17 Kab. Nganjuk 35.667.467 28.001.790 1.024.223.014 76.950.740 344.204.370 75.231.367 1.584.278.748
18 Kab. Ngawi 31.545.014 28.301.789 995.119.303 104.967.240 325.300.324 61.959.247 1.547.192.917
19 Kab. Pacitan 24.264.163 27.878.503 714.847.233 95.364.070 233.458.728 46.754.834 1.142.567.531
20 Kab. Pamekasan 39.374.503 27.742.497 817.903.633 143.369.090 221.910.875 54.023.090 1.304.323.688
No DBH PAJAK DBH SDA DAU DAK TRANSFERLAINNYA DESA JUMLAH
21 Kab. Pasuruan 59.901.037 27.789.592 1.089.359.282 80.654.920 300.839.153 96.110.603 1.654.654.58722 Kab. Ponorogo 33.614.279 28.127.479 993.319.105 89.213.600 314.436.595 78.829.344 1.537.540.40223 Kab. Probolinggo 40.853.242 27.835.650 956.969.595 78.887.940 253.564.016 94.777.663 1.452.888.10624 Kab. Sampang 43.355.678 27.742.497 788.345.170 229.951.050 169.581.504 58.384.564 1.317.360.46325 Kab. Sidoarjo 127.010.080 28.203.926 1.206.659.789 67.159.110 402.714.305 91.414.871 1.923.162.08126 Kab. Situbondo 30.131.093 27.812.010 787.728.919 123.132.470 203.315.617 38.962.693 1.211.082.80227 Kab. Sumenep 95.039.792 27.841.974 1.010.159.421 195.609.160 239.972.235 94.880.517 1.663.503.09928 Kab. Trenggalek 26.943.112 27.920.751 839.497.985 84.488.400 272.129.117 44.080.846 1.295.060.21129 Kab. Tuban 75.974.399 33.507.820 955.939.873 66.605.040 302.587.953 88.124.523 1.522.739.608
Alokasi Transfer ke Daerah Jawa TimurDalam APBN 2015
66
29 Kab. Tuban 75.974.399 33.507.820 955.939.873 66.605.040 302.587.953 88.124.523 1.522.739.60830 Kab. Tulungagung 30.918.238 27.903.687 1.111.457.117 110.360.560 387.867.390 71.037.288 1.739.544.28031 Kota Blitar 18.583.576 27.742.497 400.654.035 40.658.470 81.298.192 - 568.936.77032 Kota Kediri 33.848.174 27.742.497 634.461.169 33.818.740 114.960.439 - 844.831.01933 Kota Madiun 24.768.358 27.742.497 509.817.165 49.830.570 151.107.359 - 763.265.94934 Kota Malang 52.253.466 27.742.497 818.758.893 21.842.860 224.002.501 - 1.144.600.21735 Kota Mojokerto 21.387.837 27.742.497 382.373.637 31.249.630 74.803.100 - 537.556.70136 Kota Pasuruan 24.284.125 27.742.497 399.095.322 40.221.040 60.722.444 - 552.065.42837 Kota Probolinggo 24.896.544 27.742.497 463.649.666 46.543.730 105.523.823 - 668.356.26038 Kota Surabaya 291.566.436 27.742.497 1.147.385.486 12.955.800 487.828.199 - 1.967.478.41839 Kota Batu 18.849.096 27.746.850 413.219.693 43.377.140 55.476.876 6.484.041 565.153.696
Dana Tambahan Infrastruktur:Dana Tambahan Infrastruktur:
dalam 25 tahun seluruh kota-kota provinsi,kabupaten/kota, distrik atau pusat-pusat penduduk
lainnya terhubungkan dengan transportasi darat, laut,atau udara yang berkualitas
ditetapkan antara Pemerintah dan DPR berdasarkan usulanProvinsi pada setiap tahun anggaran, yang terutamaditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastrukturPasal 34 ayat (3)huruf fUU 21/2001
DASAR HUKUM DAN KEBIJAKANDASAR HUKUM DAN KEBIJAKANDANA TAMBAHAN INFRASTRUKTURDANA TAMBAHAN INFRASTRUKTUR
PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARATPROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT
DASAR HUKUM DAN KEBIJAKANDASAR HUKUM DAN KEBIJAKANDANA TAMBAHAN INFRASTRUKTURDANA TAMBAHAN INFRASTRUKTUR
PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARATPROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT
dalam 25 tahun seluruh kota-kota provinsi,kabupaten/kota, distrik atau pusat-pusat penduduk
lainnya terhubungkan dengan transportasi darat, laut,atau udara yang berkualitas
67
Penggunaan Dana Tambahan Infrastruktur Prov Papua dan Papua Barat tidakdiatur secara detai dalam UU, namun diarahkan untuk mempercepatpembangunan infrastruktur seperti: jalan, jembatan, dermaga, saranatransprtasi darat, sungai maupun laut dalam rangka mengatasi keterisolasiandan kesenjangan penyediaan infrastruktur antara Papua dan Papua Baratdengan daerah lainnya.
Dana yang berasal dari APBN dalam rangka pelaksanaan kewenangan KeistimewaanDIY yang diperuntukkan bagi dan dikelola oleh Pemerintah Provinsi DIY yangpengalokasian dan penyalurannya melalui mekanisme transfer ke daerah sesuaikebutuhan DIY dan kemampuan keuangan negara.
DANA KEISTIMEWAAN DIY
KEWENANGAN KEISTIMEWAAN DIY
DanaDana KeistimewaanKeistimewaan DIYDIY(UU(UU NomorNomor 1313 TahunTahun 2012)2012)
Wewenang tambahan tertentu yang dimiliki oleh DIY selain wewenang yangditentukan dalam UU Pemerintahan Daerah, yaitu:1. tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan
Wakil Gubernur;2. Kelembagaan ;3. Kebudayaan;4. Pertanahan;5. Tata Ruang.
KEWENANGAN KEISTIMEWAAN DIY
68
Perkembangan AlokasiPerkembangan Alokasi dandan PaguPagu AlokasiAlokasiDanaDana KeistimewaanKeistimewaan DI Yogyakarta 2015DI Yogyakarta 2015
No. Bidang Kewenangan Alokasi (miliar Rupiah)2014 2015
1. Tata Cara Pengisian JabatanGubernur & Wakil Gubernur
0,4 -
2. Kebudayaan 375,2 420,82. Kebudayaan 375,2 420,8
3. Pertanahan 23,0 10,6
4. Kelembagaan pemerintah 1,7 1,7
5. Tata ruang 123,6 114,4
Jumlah 523,9 547,5
69
UU No.5 Tahun 1974UU Darurat No.11 &12
Tahun 1957
UU No.18 Tahun1997
UU No.34 Tahun2000
UU No.28 Tahun2009
Otonomi Percontohan Memperkuat OtonomiUU No.22 /1999UU No.25 /1999
70
• Pajak (40 Jenis) danRetribusi (150 Jenis)
• Pelimpahan PajakPusat PKB/BBNKB
• Open list• Pengendalian oleh
pusat/provinsi
• Krisis Ekonomi tidakbanyak berdampakterhadappeningkatan PAD
• Membatasi JenisPajak dan Retribusi
• Closed list• Pajak baru yang
potensial PBBKB
• Open list• Pengendalian
pungutan daerahyang bermasalahsulit dilakukan
• Closed list• Ada Pajak baru
yaitu, PBB-P2,BPHTB, dan PajakRokok
TAX RATIO DAN ELASTISITAS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAHTAX RATIO DAN ELASTISITAS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Nasional Provinsi Kab Kota Nasional Provinsi Kab Kota Nasional Provinsi Kab Kota
Tax Ratio (%) 1,45 1,07 0,39 0,70 1,56 1,12 0,43 0,79 1,66 1,17 0,50 0,87
Tax Elasticity 2,52 2,11 2,96 5,57 1,69 1,51 2,28 2,11 1,63 1,39 2,56 1,76Elastis Elastis Elastis Elastis Elastis Elastis Elastis Elastis Elastis Elastis Elastis Elastis
2011 2012 2013
Se-ProvKalteng
Prov Kab Kota Se-ProvKalteng
Prov Kab Kota Se-ProvKalteng
Prov Kab Kota
Tax Ratio 1,84 1,45 0,39 0,77 1,92 1,51 0,41 0,94 1,94 1,54 0,38 0,99
Tax Elasticity 3,52 4,03 1,85 2,98 1,35 1,31 1,29 2,80 1,09 1,19 0,53 1,40
2011 2012 2013
71
Secara Nasional, rasio penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PDRB (taxratio) masih sangat rendah meskipun terus mengalami peningkatan selama periode 2011 –2013 dari sebesar 1,45% pada tahun 2011 menjadi 1,66% pada tahun 2013.
Adapun tingkat elastisitas PDRD terhadap PDRB secara Nasional dapat dikatakan cukup baikmeskipun hanya sebesar 1,63 pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa upayapemungutan PDRD relatif lebih baik.
Se-ProvKalteng
Prov Kab Kota Se-ProvKalteng
Prov Kab Kota Se-ProvKalteng
Prov Kab Kota
Tax Ratio 1,84 1,45 0,39 0,77 1,92 1,51 0,41 0,94 1,94 1,54 0,38 0,99
Tax Elasticity 3,52 4,03 1,85 2,98 1,35 1,31 1,29 2,80 1,09 1,19 0,53 1,40
2011 2012 2013
PERANAN DPERANAN DANA PERIMBANGANANA PERIMBANGAN TERHADAP PENDAPATAN DAERAH YANGTERHADAP PENDAPATAN DAERAH YANGSEMAKIN MENURUNSEMAKIN MENURUN
Secara Nasional, peranan danaperimbangan terhadappendapatan daerah terusmengalami penurunan dari68,3% tahun 2010 menjadi55,3% pada tahun 2015.
Peranan dana perimbanganterhadap pendapatan daerah diprovinsi/kab/kota jugamengalami penurunan dari82,2% pada tahun 2010 menjadi73,8% pada tahun 2015.
Secara Nasional, peranan danaperimbangan terhadappendapatan daerah terusmengalami penurunan dari68,3% tahun 2010 menjadi55,3% pada tahun 2015.
Peranan dana perimbanganterhadap pendapatan daerah diprovinsi/kab/kota jugamengalami penurunan dari82,2% pada tahun 2010 menjadi73,8% pada tahun 2015.
72
Secara Nasional, peranan danaperimbangan terhadappendapatan daerah terusmengalami penurunan dari68,3% tahun 2010 menjadi55,3% pada tahun 2015.
Peranan dana perimbanganterhadap pendapatan daerah diprovinsi/kab/kota jugamengalami penurunan dari82,2% pada tahun 2010 menjadi73,8% pada tahun 2015.
Secara Nasional, peranan danaperimbangan terhadappendapatan daerah terusmengalami penurunan dari68,3% tahun 2010 menjadi55,3% pada tahun 2015.
Peranan dana perimbanganterhadap pendapatan daerah diprovinsi/kab/kota jugamengalami penurunan dari82,2% pada tahun 2010 menjadi73,8% pada tahun 2015.
9 (NINE) POINT TESTPROVINSI JAWA TIMUR9 (NINE) POINT TESTPROVINSI JAWA TIMUR
73
Tren Rasio Pendapatan terhadap Jumlah PendudukProvinsi Rata-rata kab/kota di dalam Provinsi
Rasio pendapatan per penduduk memberikan gambaran besaran dana yang digunakan untuk memberikanpelayanan dasar per-jiwa. Dibanding dengan rata-rata nasional baik provinsi ataupun kab/kota, daerah di Provinsi Jawa Timur memiliki tren
rasio pendapatan per jumlah penduduk yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata provinsi secara nasional.Demikian juga dengan rataan tren rasio pendapatan per kapita di Kab/Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur, masihlebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pendapatan per kapita kab/kota di seluruh Indonesia. . Hal ini mengindikasikan bahwa isu pemerataan pemberian layanan dasar per jiwa masih perlu ditingkatkan di
Provinsi Jawa Timur mengingat jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Timur yang berada di atas rata-rata pendudukdaerah lainnya.
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran
74
Rasio PAD/Total Pendapatan Daerah
Provinsi Rata-rata kab/kota di dalam Provinsi
Semakin besar rasio PAD terhadap pendapatan menunjukkan ketergantungan pendapatandaerah terhadap dana transfer pemerintah semakin kecil.
Jika dibanding dengan rata-rata provinsi lainnya, rasio PAD Provinsi Jawa Timur lebih besar. Haltersebut disebabkan transfer ke Provinsi Jawa Timur tidak sebesar rasio daerah lainnya. Halyang sama juga terjadi atas rataan PAD kab-kota yang ada di Provinsi Jawa Timur.
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran
75
Rasio Ruang Fiskal thd Total Pendapatan
Provinsi Rata-rata kab/kota di dalam Provinsi
Ruang fiskal merupakan gambaran pendapatan daerah yang peruntukannya masih bisa ditentukanpemerintah daerah secara bebas. Ruang fiskal merupakan pendapatan daerah dikurangi pendapatan yangbersifat earmarked (sudah ditentukan peruntukannya) dan belanja rutin (belanja pegawai dan bunga)
Ruang fiskal Provinsi Jawa Timur lebih tinggi dari provinsi lainnya, sehingga Pemerintah Provinsi Jawa Timurcenderung lebih leluasa dalam menentukan peruntukan belanjanya. Sedangkan kab/kota di dalam ProvinsiJawa Timur memiliki rasio Ruang Fiakal yang masih rendah, hal ini dikarenakan salah satu pendapatanterbesar (otsus dan penyesuaian) menjadi salah satu pengurang di kab/kota yang ada di Provinsi JawaTimur.
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran
76
Perbandingan Pendapatan dari Pajak dan Retribusi Daerahterhadap PDRB
Provinsi Rata-rata kab/kota di dalam Provinsi
Rasio pajak dan retribusi terhadap Pendapatan domestik bruto masih relatif cukup kecil,terlebih untuk kab/kota yang lebih rendah dari satu persen.
Rasio provinsi lebih rendah dibanding dengan kab/kota, namun untuk Provinsi Jawa Timurmasih cukup kecil. Pajak provinsi terbesar berasal dari pajak kendaraan bermotor dimanajumlah kendaraan bermotor di Prov. Jawa Timur masih lebih sedikit dibanding provinsi lainnya.
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran
77
Perbandingan Belanja Modal terhadap totalBelanja
Provinsi Rata-rata kab/kota di dalam Provinsi
• Belanja modal merupakan belanja yang identik dengan belanja yang diperuntukkan untuk pelayanan kemasyarakat.
• Tahun 2015 rasio belanja modal terhadap total pendapatan cenderung meningkat karena dalamrealisasi APBD belanja daerah khususnya belanja modal mempunyai penyerapan yang lebih rendah daribelanja lainnya.
• Belanja modal kab/kota cenderung meningkat dari tahun 2010, sama halnya dengan rasio belanjamodal Provinsi Jawa Timur.
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran
78
Perbandingan Pendapatan terhadap total BelanjaProvinsi Rata-rata kab/kota di dalam Provinsi
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran
• Rasio ini mengukur tingkat kemampuan keuangan daerah dalam mendanai belanja daerahnya.• Pada Tahun 2012 dan 2013, rasio pendapatan terhadap total belanja di atas pengeluaran belanja,
sementara pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, rasionya tidak mencapai 100%, artinya pada 2tahun terakhir ada bagian defisit pada APBD yang ditutup melalui pembiayaan.
• Demikian juga pada rata-rata kab/kota di dalam provinsi Jawa Timur, pada Tahun 2014 dan Tahun 2015sebagian belanja daerah ditutup dari pembiayaan.
79
Perbandingan Belanja Pegawai terhadap totalBelanja
Provinsi Rata-rata kab/kota di dalam Provinsi
Rasio ini mengukur tingkat kemampuan daerah mengalokasikan belanja pegawai terhadap totalbelanjanya. Semakin tinggi rasio belanja pegawai menunjukkan semakin sempitnya ruang gerakbelanja pemda.
Rasio belanja pegawai Provinsi Jawa Timur cenderung lebih rendah dan kab/kota di Jawa Timurcenderung lebih tinggi dibanding daerah lainnya.
Rasio belanja kab/kota di Jawa Timur cenderung menurun, sama dengan tren rata-rata kab/kotalainnya.
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran
80
• Rasio ini mengukur proporsi SiLPA tahunsebelumnya terhadap belanja daerahtahun berjalan.
• Rasio SiLPA yang besar menggambarkanbesaran dana yang belum digunakanuntuk pelayanan dasar ke masyarakat.
• SiLPA provinsi cenderung menurun sejaktahun 2010, sedangkan untuk kab/kotacenderung meningkat dari tahun 2010hingga tahun 2013. Linear dengan rata-rata kab/kota secara nasional, kab/kotadi Aceh mempunyai rasio SiLPA yangmeningkat.
• Rasio TA 2014 dan 2015 cenderungturun karena tahun tersebut masihmenggunakan data anggaran, dimanaanggaran SiLPA selalu lebih rendahrealisasi APBD.
Perbandingan SiLPA tahun Sebelumnya TerhadapTotal Belanja
Provinsi• Rasio ini mengukur proporsi SiLPA tahunsebelumnya terhadap belanja daerahtahun berjalan.
• Rasio SiLPA yang besar menggambarkanbesaran dana yang belum digunakanuntuk pelayanan dasar ke masyarakat.
• SiLPA provinsi cenderung menurun sejaktahun 2010, sedangkan untuk kab/kotacenderung meningkat dari tahun 2010hingga tahun 2013. Linear dengan rata-rata kab/kota secara nasional, kab/kotadi Aceh mempunyai rasio SiLPA yangmeningkat.
• Rasio TA 2014 dan 2015 cenderungturun karena tahun tersebut masihmenggunakan data anggaran, dimanaanggaran SiLPA selalu lebih rendahrealisasi APBD.
Rata-rata kab/kota di dalam Provinsi
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran81
Transfer Ke Daerah terdiridari transfer danaperimbangan, dana otsusdan dana penyesuaian. Transfer daerah yang rendah
menunjukkan tingkatkemandirian daerah,semakin rendah makadaerah semakin mandiri dansemakin tinggi semakintergantung pada PemerintahPusat.
Perbandingan Transfer ke Daerah terhadap TotalPendapatan
Provinsi Transfer Ke Daerah terdiri
dari transfer danaperimbangan, dana otsusdan dana penyesuaian. Transfer daerah yang rendah
menunjukkan tingkatkemandirian daerah,semakin rendah makadaerah semakin mandiri dansemakin tinggi semakintergantung pada PemerintahPusat.
Rata-rata kab/kota di dalam Provinsi
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran
82
Rasio ini mengukur tingkat kemampuandaerah membayar pokok utang dan bungadari pendapatan daerahnya dalam satuperiode. Rasio Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 -
2015 cenderung berada di kisaran angka0%. Kab/kota di Jawa Timur mempunyai rasio
yang berbeda dengan provinsi, secara rata-rata kab/kota di Jawa Timur mempunyairasio pembayaran pokok pinjaman danbunga diatas 0,1%. Namun, angka tersebutmasih lebih rendah dari rata-rata kab/kotasecara nasional. Rasio yang rendah tersebut ditengarai
karena besaran pendapatan dan SILPA yangcukup tinggi sehingga potensi pinjamanmasih terbilang rendah.
Perbandingan Pembayaran Pokok Bunga dan Utang terhadapPendapatan
Provinsi
Rasio ini mengukur tingkat kemampuandaerah membayar pokok utang dan bungadari pendapatan daerahnya dalam satuperiode. Rasio Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 -
2015 cenderung berada di kisaran angka0%. Kab/kota di Jawa Timur mempunyai rasio
yang berbeda dengan provinsi, secara rata-rata kab/kota di Jawa Timur mempunyairasio pembayaran pokok pinjaman danbunga diatas 0,1%. Namun, angka tersebutmasih lebih rendah dari rata-rata kab/kotasecara nasional. Rasio yang rendah tersebut ditengarai
karena besaran pendapatan dan SILPA yangcukup tinggi sehingga potensi pinjamanmasih terbilang rendah.
Rata-rata kab/kota di dalam Provinsi
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran 83
Perbandingan Belanja Barang & Jasa terhadap totalBelanja
Provinsi Rata-rata kab/kota di dalam Provinsi
• Rasio ini mengukur tingkat kemampuan daerah dalam mengalokasikan belanja barang dan jasaterhadap total belanjanya.
• Rasio belanja barang dan jasa per total belanja Provinsi Jawa Timur menunjukkan tren yangfluktuatif dari tahun 2010 sampai tahun 2015. Pada penganggaran tahun 2014 dan 2015,Provinsi Jawa Timur cenderung menetapkan proporsi anggaran belanja barang dan jasanya lebihrendah dari pada realisasi Sedangkan pada anggaran 2013 menunjukkan peningkatan.Kecenderungan yang sama juga terjadi pada rasio barang dan jasa terhadap total belanjakab/kota di Provinsi Jawa Timur.
* 2011-2013 Data Realisasi; 2014-2015 Data Anggaran