keawetan alami dua belas jenis kayu dari hutan...

16
KEAWETAN ALAMI DUA BELAS JENIS KAYU DARI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT TERHADAP SERANGAN RAYAP DEA SEPTIANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: lamcong

Post on 15-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

KEAWETAN ALAMI DUA BELAS JENIS KAYU DARI

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT TERHADAP

SERANGAN RAYAP

DEA SEPTIANA

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keawetan Alami Dua

Belas Jenis Kayu dari Hutan Pendidikan Gunung Walat terhadap Serangan Rayap

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Dea Septiana

NIM E24090064

ABSTRAK

DEA SEPTIANA. Keawetan Alami Dua Belas Jenis Kayu dari Hutan Pendidikan

Gunung Walat terhadap Serangan Rayap. Dibimbing oleh FAUZI FEBRIANTO

dan ARINANA.

Penelitian ini bertujuan menganalisis sifat keawetan alami 12 jenis kayu yang

tumbuh di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Institut Pertanian Bogor

terhadap serangan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren dan rayap

kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light. Bagian gubal dan teras dari kayu

bungur, jabon, filicium, puspa, simpur, tanjung, agathis, mahoni, pasang, sungkai,

krey payung, dan salam dengan ukuran diameter antara 15-35 cm digunakan

dalam penelitian ini. Penilaian keawetan alami kayu terhadap serangan rayap

mengacu pada SNI 01.7207-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai

kehilangan berat kayu bervariasi menurut jenis kayu dan bagian gubal dan teras.

Bagian gubal dan teras kayu filicium, bagian gubal bungur, pasang, dan bagian

teras kayu simpur, mahoni memiliki keawetan alami paling tinggi (kelas awet II)

terhadap serangan rayap tanah. Bagian gubal dan teras kayu salam dan bagian

teras kayu bungur, puspa, tanjung termasuk kelas awet III. Bagian gubal kayu

simpur, sungkai, pinus, mahoni, puspa, tanjung dan bagian teras kayu pasang,

sungkai, dan pinus termasuk kelas awet IV. Bagian gubal maupun teras kayu

agathis, jabon, dan bagian teras kayu pinus memiliki keawetan alami paling

rendah (kelas awet V). Bagian gubal maupun teras 12 jenis kayu tergolong pada

kelas awet I terhadap rayap kayu kering, kecuali bagian gubal kayu agathis,

pinus, dan jabon termasuk kelas awet II.

Kata kunci: gubal, hutan pendidikan gunung walat, keawetan alami, rayap, teras.

ABSTRACT

DEA SEPTIANA. Natural Durability of 12 Woods Species Grown in Mount

Walat Forest Education against Termites Attacked. Supervised by FAUZI

FEBRIANTO and ARINANA

The objective of this research was to analyze the natural durability of 12 woods

species grown in Mount Walat Forest Education, Bogor Agricultural University

against subterranean termite (Coptotermes curvignathus Holmgren) and dry wood

termite (Cryptotermes cynocephalus Light). Sapwood and heartwood parts of

bungur, jabon, puspa, simpur, tanjung, agathis, mahoni, pasang, sungkai, krey

payung, and salam with diameter in the range of 15-35 cm were used in this

experiment. Assessment of natural durability of wood against termite attacked

referred to SNI 01.7207-2006. The results indicated that the weight losses of

woods were varied among species and wood part. Sap and heartwoods of filicium,

sapwood of bungur, pasang, and heartwood of simpur, and mahoni had the highest

natural durability against C. curvignathus (2nd

class). Sap and heartwood of salam,

heartwood of bungur, puspa, tanjung were classified to 3rd

class. Sap and

heartwood of pinus, sungkai, sapwood of simpur, mahoni, puspa, tanjung and

heartwood of pasang were classified to 4th

class. Sap and heartwood of agathis,

jabon, and pinus had the lowest natural durability against C. curvignathus (5th

class). Almost all parts of 12 woods species tested belonged to 1st class against C

cynocephalus except sapwood of agathis, pinus, and jabon belonged to 2nd

class.

Keywords: heartwood, mount walat education forest, natural durability, sapwood,

termite

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

KEAWETAN ALAMI DUA BELAS JENIS KAYU DARI

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT TERHADAP

SERANGAN RAYAP

DEA SEPTIANA

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Judul Skripsi : Keawetan Alami Dua Belas Jenis Kayu dari Hutan Pendidikan

Gunung Walat terhadap Serangan Rayap

Nama : Dea Septiana

NIM : E24090064

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS

Pembimbing I

Arinana, Shut MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh,

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, M.Sc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini

berjudul “Keawetan Alami Dua Belas Jenis Kayu dari Hutan Pendidikan Gunung

Walat Terhadap Serangan Rayap”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu

syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Departemen Hasil Hutan, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Desember 2012 hingga September 2013.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS dan Arinana, SHut MSi yang telah

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi mulai dari awal sampai

akhir penulisan.

2. Orang tua dan kakak-kakak tersayang yang selalu memberikan doa dan

semangat.

3. Rekan-rekan Fakultas kehutanan khususnya THH 46 atas segala bantuan

dan motivasinya.

4. Andi Zaim, Edo, Adi W, Adi P, Intan, Bemby, Sally, Della, Tika, Novi,

Cuya, Ega, Dafi atas segala bantuan dan motivasinya.

Serta pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah

membantu kelancaran pembuatan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2014

Dea Septiana

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Keawetan Alami 2

Bungur (Lagerstroemia speciosa) 2

Jabon (Anthocephalus cadamba) 3

Puspa (Schima wallichii) 3

Simpur Batu (Dillenia grandifolia) 4

Tanjung (Mimusops elangi L) 4

Agathis (Agathis loranthifolia) 4

Mahoni (Swietenia macrophylla) 5

Pasang (Lithocarpus sundaicus) 5

Sungkai (Peronema canescens) 5

Krey Payung (Filicium decipiens) 6

Salam (Syzigium polyanthum) 6

Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren 6

Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus Light 7

METODE 8

Waktu dan Tempat 8

Bahan 8

Alat 9

Prosedur Penelitian 9

Pengujian keawetan alami kayu terhadap serangan rayap tanah 10

Pengujian keawetan alami kayu terhadap serangan rayap kayu kering 11

Analisis Data 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Keawetan alami kayu terhadap rayap tanah C. curvignathus 13

Keawetan alami kayu terhadap rayap kayu kering C. cynocephalus 15

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

RIWAYAT HIDUP 27

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan SNI

01.7202-2006 11 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering berdasarkan

SNI 01.7202-2006 12

DAFTAR GAMBAR

1 Ukuran diameter contoh uji kayu sebelum pemotongan 8 2 Pemotongan contoh uji kayu pada bagian teras dan gubal 9

3 Pengujian ketahanan kayu solid terhadap serangan rayap tanah C.

curvignathus dengan metode SNI 01.7202-2006. 10 4 Pengujian ketahanan kayu solid terhadap serangan rayap kayu kering C.

cynocephalus dengan metode SNI 01.7202-2006. 12 5 Kehilangan berat dua belas jenis kayu setelah diumpankan pada rayap

tanah C. curvignathus 13 6 Mortalitas rayap tanah C. curvignathus 15 7 Kehilangan berat dua belas jenis kayu setelah diumpankan pada rayap

kayu kering C. cynocephalus 16 8 Mortalitas rayap kayu kering C. cynocephalusError! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis data sidik ragam kehilangan berat kayu terhadap serangan

rayap tanah 21

2 Analisis data sidik ragam mortalitas rayap tanah 21 3 Analisis data sidik ragam kehilangan berat kayu terhadap serangan

rayap kayu kering 21 4 Analisis data sidik ragam mortalitas rayap kayu kering 22 5 Dokumentasi 23

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) mulai dibangun dan ditanam

pada tahun 1951 dan diperuntukkan bagi sarana pendidikan. Pada tanggal 14

Oktober 1969 HPGW seluas 359 ha telah ditunjuk sebagai hutan pendidikan yang

pengelolaannya diserahkan kepada Institut Pertanian Bogor (IPB) khususnya

Fakultas Kehutanan IPB. HPGW pada mulanya berupa lahan kosong dan sejak

tahun 1951 dilakukan penanaman dengan jenis Agathis loranthifolia. Tahun 1973

penutupan lahan HPGW mencapai 53%, dan pada tahun 1980 telah mencapai

100%. Tegakan yang ada di HPGW terdiri dari jenis Agathis loranthifolia, Pinus

merkusii, Swietenia macrophylla, Dalbergia latifolia, Schima wallichii, Gliricidae

sp., Altingia excelsa, Falcataria mollucana, Shorea sp., dan Acacia mangium.

Pada tahun 2005 ditemukan 44 jenis tumbuhan potensial termasuk 2 jenis rotan

dan 13 jenis bambu juga ditemukan tumbuhan obat sebanyak 68 jenis (Nandi

2013). Potensi hutan berdasarkan hasil inventarisasi hutan tahun 2010 yang

dilakukan oleh Universitas Goettingen adalah sebanyak 11 381 m3 kayu Agathis

loranthifolia (damar), 62 782 m2 kayu Pinus merkusii (pinus), 5 943 m

3 kayu

Schima wallichii (puspa), 19 809 m3 tanaman campuran (mix plantation) dan

sebanyak 826 m3

hutan sekunder. HPGW juga memiliki lebih dari 100 pohon

damar, pinus, kayu afrika sebagai sumber benih bibit unggul (Adirianto 2012).

Keawetan kayu merupakan hal yang penting karena kasus perusakan kayu

oleh organisme perusak kayu tidak hanya menimbulkan masalah secara teknis

namun juga secara ekonomis. Rayap merupakan hama yang sangat penting secara

ekonomis di berbagai negara, khususnya di daerah tropika karena banyak

menyebabkan kerusakan pada struktur kayu bangunan dan bahan berlignoselulosa

lainnya (Rismayadi 2008). Rayap juga merupakan organisme perusak yang

dikenal luas sebagai hama penting dalam kehidupan manusia. Rayap merupakan

organisme yang hidup sejak 300 juta tahun lalu. Selain populasinya yang tinggi,

rayap memiliki daya jelajah yang cukup luas. Oleh karena itu lebih dari 80%

daratan Indonesia merupakan habitat yang baik bagi kehidupan berbagai jenis

serangga termasuk tidak kurang dari 200 jenis rayap atau 10% dari keragaman

rayap yang tersebar di dunia merupakan bagian dari berbagai tipe ekosistem

Indonesia (Nandika et al. 2003).

Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai (service life) yang lama

(± 20 tahun). Kayu akan memiliki umur pakai yang lama bila mampu menahan

serangan faktor perusak kayu. Keawetan alami kayu digolongkan ke dalam 5

kelas awet dan tiap–tiap kelas awet memberi gambaran tentang umur kayu dalam

pemakaian (Seng 1964). Nilai keawetan bukanlah nilai yang mutlak sama untuk

kayu–kayu sejenis. Salah satu sifat yang penting pada kayu adalah keawetan alami

kayu. Keawetan alami kayu merupakan sifat ketahanan kayusecara alami terhadap

serangan organisme perusak kayu seperti serangga, jamur dan penggerek kayu di

laut. Keawetan kayu penting untuk diketahui karena berhubungan erat dengan

pemakaiannya (Sumarni & Muslich 2007). Umur pakai kayu dan perlakuan

pengawetan yang tepat dapat diprediksi jika keawetan alami dan jenis kayu yang

2

digunakan diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai

keawetan alami 12 jenis kayu yang berada di HPGW terhadap serangan rayap.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah

keawetan alami ke 12 jenis kayu dari HPGW terhadap rayap tanah (Coptotermes

curvignathus Holmgren) dan rayap kayu kering (Cryptotermes cynoceph alus); 2)

Bagaimanakah keawetan alami bagian kayu gubal dan teras terhadap rayap tanah

(Coptotermes curvignathus Light) dan rayap kayu kering (Cryptotermes

cynocephalus)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat keawetan alami 12 jenis

kayu dari HPGW terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus dan rayap kayu

kering C. cynocephalus secara laboratorium mengacu pada SNI 01.7207-2006.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

sifat keawetan alami 12 jenis kayu dari HPGW terhadap serangan rayap tanah C.

curvignathus dan rayap kayu kering C. cynocephalus.

TINJAUAN PUSTAKA

Keawetan Alami

Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu secara alamiah terhadap

serangan jamur, serangga, penggerek laut (marine borers) dalam lingkungannya

yang sesuai bagi organisme yang bersangkutan. Nilai suatu jenis kayu sangat

ditentukan oleh keawetannya, karena bagaimanapun kuatnya suatu jenis kayu,

penggunaannya akan kurang berarti jika keawetannya rendah dan penggunaannya

tidak tepat. Selain bergantung pada jenis kayu, jenis organisme yang menyerang

kayu juga mempengaruhinya (Martawijaya et al. 1981).

Keawetan secara alami ditentukan oleh jenis dan banyaknya zat ekstraktif

yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu. Kandungan zat ekstraktif

kayu bervariasi menurut jenis kayu, umur pohon, lokasi dalam batang dan lain–

lain. Hal inilah yang menyebabkan keawetan alami berbagai jenis kayu berbeda-

beda. Meskipun tidak semua ekstraktif beracun bagi organisme perusak kayu,

namun terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar ekstraktif kayu

keawetan alami kayu cenderung meningkat pula (Wistara et al. 2002). Tobing

(1977) menyatakan bahwa sifat keawetan kayu terhadap faktor perusak kayu

biologis dapat ditentukan dengan dua cara yaitu cara kuburan (graveyard test) dan

cara laboratorium (laboratory test).

Bungur (Lagerstroemia speciosa)

Kayu bungur memiliki kayu teras berwarna coklat merah pucat sampai

coklat kuning kemerah–merahan atau coklat merah. Kayu gubal berwarna coklat