keasaman mineral alam

4
PENENTUAN KEASAMAN DARI MINERAL ALAM Oleh: Putri Putih Puspa Asri 3211121017 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang. Indonesia, khususnya Jawa Timur memiliki banyak sekali mineral alam seperti zeolit (Turen), piropilit (Pantai Selatan), pasir (pantai utara), gamping, bentonit, kaolin, dll. Beberapa mineral alam memiliki manfaat yang cukup besar dalam dunia industri, misalnya sebagai adsorben dan katalis. Eksplorasi mineral seringkali didasarkan atas ketersediaan (abundance), kandungan zat, sifat fisika dan kimia dari mineral tersebut. Untuk mengetahui kandungan dan sifat suatu mineral maka harus dilakukan karakterisasi. Salah satu karakterisasi sederhana dari suatu mineral adalah penentuan keasaman. Beberapa mineral alam menunjukkan tingkat keasaman yang berbeda, dan dengan adanya aktivasi, keasaman permukaan suatu mineral alam juga dapat berubah. 1.2 Teori Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-lain. Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Sedangkan berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu : a.Tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite) Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion- ion sodium (Na+). b. Mg, (Ca-bentonit–non swelling bentonite) Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal

Upload: putri-putih-puspa

Post on 24-Oct-2015

1.437 views

Category:

Documents


62 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keasaman Mineral Alam

PENENTUAN KEASAMAN DARI MINERAL ALAMOleh:

Putri Putih Puspa Asri3211121017

1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang. Indonesia, khususnya Jawa Timur

memiliki banyak sekali mineral alam seperti zeolit (Turen), piropilit (Pantai Selatan), pasir (pantai utara), gamping, bentonit, kaolin, dll. Beberapa mineral alam memiliki manfaat yang cukup besar dalam dunia industri, misalnya sebagai adsorben dan katalis. Eksplorasi mineral seringkali didasarkan atas ketersediaan (abundance), kandungan zat, sifat fisika dan kimia dari mineral tersebut. Untuk mengetahui kandungan dan sifat suatu mineral maka harus dilakukan karakterisasi. Salah satu karakterisasi sederhana dari suatu mineral adalah penentuan keasaman. Beberapa mineral alam menunjukkan tingkat keasaman yang berbeda, dan dengan adanya aktivasi, keasaman permukaan suatu mineral alam juga dapat berubah.

1.2 TeoriBentonit adalah istilah pada lempung

yang mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-lain. Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Sedangkan berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu : a. Tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling

bentonite)Na bentonit memiliki daya mengembang

hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-

9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).

b. Mg, (Ca-bentonit–non swelling bentonite)Tipe bentonit ini kurang mengembang

apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.

2. Metodologi Percobaan 2.1 Alat dan Bahan 

Alat – alat yang digunakan: Oven, Tanur, Ayakan 100 mesh, Gelas kimia 100 ml, Gelas ukur 25m, Satu set shaker, Sendok spatula, Pengaduk gelas, Neraca analitik, Gelas arloji, Cawan / kurs porcelin, Erlenmeyer 100mL, Kertas pH universal, Statif + buret, Penjepit besi, Corong gelas, Botol semprot.

Bahan – bahan yang digunakan: asam klorida, asam oksalat dihidrat, natrium hidroksida, akuades, indikator pp, mineral alam (zeolit , bentonit, kaolin, dll)2.2 Langkah Kerja

Ditimbang 0,5 g sampel mineral alam yang sudah ditumbuk halus (kira-kira 100 mesh), ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 25 mL HCl 2M. Dikocok dengan shaker pada 250 rpm selama 15 menit dan setelah itu didiamkan sejenak pada suhu ruang. Sampel disaring kemudian dicuci dengan akuades hingga pH filtrat sama dengan pH akuades (dengan bantuan kertas indikator pH universal). Sampel dikeringkan dalam oven / tanur pada 105-110o C selama 1 jam. Sejumlah sampel diambil (0,1-0,2g),dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 5-10mL akuades. Dengan bantuan indikator pp, titrasi larutan sampel dengan NaOH 1M hingga terjadi perubahan warna (duplo). Dilakukan hal yang sama untuk sampel sejenis yang tidak diaktivasi atau sampel mineral alam lainnya (sampel tanpa aktivasi hanya dipreparasi dengan cara mencuci sampel dengan akuades terlebih dahulu kemudian dikeringkan dalam oven)

Page 2: Keasaman Mineral Alam

2.3 Diagram Alir

+ 25 ml HCl 2M-dikocok 250 rpm ±15 menit- diamkan-disaring

-dicuci - disamakanpH = pH aquades- Oven 105-110oC ± 15 menit

-diambil 0.1-0.2 gr+5-10 ml aquades+3 tetes indikator pp-dititrasi dengan NaOH 1M- diulangi untuk sampel sejenis tanpa aktivasi

3 Hasil Dan Pembahasan3.1 Data Percobaan‘’ Aktivasi Non aktivasi1. Berat

Kertas saring

0.5667 gr

Berat Kertas Saring

0.5187 gr

Berat Kertas + endapan

1.4436 gr

Berat kertas + endapan

1.1612 gr

Berat endapan

0.8769 gr

Berat endapan

0.6425 gr

Hasil TitrasiStandarisasi

(H2C2O4)Aktivasi Non Aktivasi

Massa = 0.9454 gr

massa =a) 0.2115 grb) 0.2008 gr

Massa=a) 0.2087 grb) 0.2043 gr

Simplo (ml)

Duplo (ml)

Simplo (ml)

Duplo (ml)

Simplo (ml)

Duplo (ml)

1,6 1.6 0.1 0.1 0.1 0.1

3.1 PembahasanPenentuan keasaman dari mineral alam ini

dapat dilakukan dengan titrasi asam basa, dengan metoda aktivasi dan non aktivasi. Pada

metoda aktivasi, sampel diaktivasi terlebih dulu dengan HCl sedangkan pada metoda non aktivasi sampel langsung dicuci dengan aquades tanpa adanya penambahan asam. Kemudian untuk mengetahui konsentrasi sampel, digunakan metoda titrasi asam basa dengan bantuan indikator pp yang bekerja pada trayek pH 8-14 yaitu kondisi basa, sehingga ketika sampel telah mencapai Titik Akhir titrasi yaitu terjadinya perubahan warna yaitu pada kondisi basa, sedangkan pada sampel didapatkan nilai 0.1 ml pada titrasi asam basa ini. Sehingga disimpulkan sampel bersifat tidak teralu asam, karena sedikit penambahan basa telah membuat sifat sampel menjadi basa.

Reaksi yang terjadi saat titrasi

NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + H2O

NaoH + H+ Na+ + H2O

4. KesimpulanDari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :1. Penentuan keasaman dari mineral alam

dapat dilakukan dengan metoda titrasi, khususnya titrasi asidi-alkalimetri.

2. Didaptakan konsentrasi sampel tanpa aktivasi dan dengan aktivasi adalah sama yaitu 0.009375 M

3. Sampel bersiat tidak terlalu asam karena sedikit penambahan basa dapat langsung merubah suasana sampel.

DAFTAR PUSTAKA1. Budiman, Senadi. 2012. Petunjuk

Praktikum Kimia Anorganik. Cimahi : Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas MIPA UNJANI

2. Christian,Garry.D.1994.”Analytical Chemistry”. John Willey and Sonc, Inc.

3. Sukardjo.1997.”Kimia Fisik”. Jakarta : PT.Rineka Cipta

4. Khopkar.1990.”Konsep Dasar Kimia Analitik”. Jakarta : UI-Press.

Putri Putih Puspa Asri

Kimia F-MIPA UNJANI

2012

0.5 gr sampel

ResiduFiltrat

Hasil

Data

Page 3: Keasaman Mineral Alam

PENENTUAN KEASAMAN DARI MINERAL ALAMOleh:

Putri Putih Puspa Asri3211121017