kayu manis

17
UJI EKSTRAK KULIT BATANG KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNII) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Shigella dysenteriae SECARA in vitro Noorhamdani AS.*, Niniek Burhan*, Ayunda Tamara Barito** ABSTRAK Barito, Ayunda Tamara. 2011. UJI EKSTRAK KULIT BATANG KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNII) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Shigella dysenteriae SECARA in vitro. Tugas Akhir. Fakultas kedokteran Universitas Brawija. Pembimbing: (1) Prof. Dr. dr. Noorhamdani AS, DMM, Sp.MK. (2) dr. Niniek Burhan Sp.PD-KPTi. Shigella dysenteriae merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit diare yang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Kayu manis telah dikenal oleh masyarakat mempunyai kegunaan untuk mengobati berbagai penyakit. Kulit batang kayu manis memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap Shigella dysenteriae. Kulit batang kayu manis mengandung bahan aktif minyak atsiri, saponin, flavonoid, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak kayu manis dalam menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae secara in vitro. Penelitian dilakukan dengan metode Tube Dilution Test. Hasil penelitian didapatkan Kadar Hambat Minimal (KHM) tidak dapat ditentukan dengan akurat karena kekeruhan dari warna ekstrak kulit batang kayu manis yang terlalu pekat dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) pada konsentrasi 11%. Hasil uji analisa ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan yang menerima ekstrak kulit batang kayu manis dengan berbagai konsentrasi dan kelompok kontrol (p = 0,000) dan terdapat hubungan antara konsentrasi ekstrak kulit batang kayu manis dengan pertumbuhan kuman Shigella dysenteriae (R = - 0,939). Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah ekstrak kulit batang kayu manis memiliki pengaruh dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Shigella dysenteriae secara in vitro dan semakin besar konsentrasi ekstrak kulit batang kayu manis semakin kecil tingkat pertumbuhan bakteri. Kata Kunci: Kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii), Shigella dysenteriae, efek antibakteri, Kadar Hambat Minimal (KHM), Kadar Bunuh Minimal (KBM) * Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Upload: desi-purnama-sari

Post on 30-Dec-2015

592 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kayu Manis

UJI EKSTRAK KULIT BATANG KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNII) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Shigella dysenteriae

SECARA in vitro

Noorhamdani AS.*, Niniek Burhan*, Ayunda Tamara Barito**

ABSTRAK

Barito, Ayunda Tamara. 2011. UJI EKSTRAK KULIT BATANG KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNII) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Shigella dysenteriae SECARA in vitro. Tugas Akhir. Fakultas kedokteran Universitas Brawija. Pembimbing: (1) Prof. Dr. dr. Noorhamdani AS, DMM, Sp.MK. (2) dr. Niniek Burhan Sp.PD-KPTi.

Shigella dysenteriae merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit diare yang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Kayu manis telah dikenal oleh masyarakat mempunyai kegunaan untuk mengobati berbagai penyakit. Kulit batang kayu manis memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap Shigella dysenteriae. Kulit batang kayu manis mengandung bahan aktif minyak atsiri, saponin, flavonoid, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak kayu manis dalam menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae secara in vitro. Penelitian dilakukan dengan metode Tube Dilution Test. Hasil penelitian didapatkan Kadar Hambat Minimal (KHM) tidak dapat ditentukan dengan akurat karena kekeruhan dari warna ekstrak kulit batang kayu manis yang terlalu pekat dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) pada konsentrasi 11%. Hasil uji analisa ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan yang menerima ekstrak kulit batang kayu manis dengan berbagai konsentrasi dan kelompok kontrol (p = 0,000) dan terdapat hubungan antara konsentrasi ekstrak kulit batang kayu manis dengan pertumbuhan kuman Shigella dysenteriae (R = - 0,939). Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah ekstrak kulit batang kayu manis memiliki pengaruh dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Shigella dysenteriae secara in vitro dan semakin besar konsentrasi ekstrak kulit batang kayu manis semakin kecil tingkat pertumbuhan bakteri.

Kata Kunci: Kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii), Shigella dysenteriae, efek antibakteri, Kadar Hambat Minimal (KHM), Kadar Bunuh Minimal (KBM)

* Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya

Page 2: Kayu Manis

TEST EXTRACT CINNAMOMUM (CINNAMOMUM BURMANNII) AS ANTIBACTERIAL OF BACTERIA IN Shigella dysenteriae in vitro

Noorhamdani AS.*, Niniek Burhan*, Ayunda Tamara Barito**

ABSTRACT

Barito, Ayunda Tamara. 2011. TEST EXTRACT CINNAMOMUM (CINNAMOMUM BURMANNII) AS ANTIBACTERIAL OF BACTERIA IN Shigella dysenteriae in vitro. Final Assignment. Medical Faculty of Brawijaya University. Supervisors: (1) Prof. Dr. dr. Noorhamdani AS, DMM, Sp.MK. (2) dr. Niniek Burhan Sp.PD-KPTi.

Shigella dysenteriae is a bacterial that causes diarrheal disease remains a helath problem in Indonesia. Cinnamon has been known by the public has an advantage on curing to treat various diseases. Cinnamon has potential substances that can be used as antibacterial againts Shigella dysenteriae. Cinnamon contains the active ingredients of essential oils, saponins, flavonoids, and tannins. The purpose of this study is to determine the effect of cinnamon extract againts the growth of bacteria Shigella dysenteriae in vitro. The methode used is Tube Dilution Test Method. The results showed that Minimum Inhibition Concentration (MIC) can not be determined accurately because color of cinnamon extract is too thick and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) at a concentration of 11%. The result of ANOVA test analysis shows that there are significant differences between treatment groups who received cinnamon extract with various concentrations and control group (p = 0,000) and there is a relationship between the concentration of cinnamon extract with the growth of bacteria Shigella dysenteriae (R = - 0,939). The conclusion from this study are cinnamon extract can inhibit bacterial growth and has bactericidal effect againts bacteria Shigella dysenteriae in vitro and the higher concetrations of cinnamon extract will result the decrease of growth level of bacteria.

Keyword: Cinnamon, Shigella dysenteriae, antibacterial effect, Minimum Inhibition Concentration (MIC), Minimum Bacteriacidal Concentration (MBC)

* Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya

Page 3: Kayu Manis

PENDAHULUAN

Diare akut sampai saat ini

masih merupakan masalah

kesehatan, tidak saja terjadi di

negara berkembang tetapi juga di

negara maju. Penyakit diare masih

sering menimbulkan kejadian luar

biasa dengan penderita yang banyak

dalam waktu yang singkat (Zein,

Sagala & Ginting 2004).

Di negara maju walaupun

sudah terjadi perbaikan kesehatan

dan ekonomi masyarakat tetapi

insiden diare infeksi tetap tinggi dan

masih menjadi masalah kesehatan.

Di negara maju diperkirakan insiden

sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun

(Zein dkk, 2004), sedang di negara

berkembang seperti di Indonesia

memiliki insiden lebih dari itu yaitu

1,6-2 kali episode/orang/tahun

(Depkes RI, 2002). Di Indonesia

diare merupakan penyebab

kematian nomor 2 pada balita dan

nomor 3 pada bayi serta nomor 5

pada semua umur (Depkes RI,

2002).

Kematian bayi dan balita

masih sangat tinggi di Indonesia,

data SDKI tahun 2003 menunjukkan

angka kematian bayi 35 per 1000

kelahiran hidup dan dari survey yang

sama SDKI pada tahun 2007

menunjukkan angka kematian bayi

34 per 1000 kelahiran, berarti hanya

terjadi penurunan 1 point selama

rentan waktu 4 tahun. Begitupun

dengan angka kematian balita SDKI

tahun 2003 menunjukkan angka 46

per 1000 kelahiran hidup dan SDKI

tahun 2007 menunjukkan angka 44

per kelahiran hidup, hanya terjadi

penurunan 2 point dalam rentan

waktu 4 tahun (Depkes RI, 2011).

Wabah umumnya terjadi

pada kondisi “crowding” (padat

penduduk), ditempat-tempat dimana

sanitasi lingkungan dan kebersihan

perorangan rendah, dan juga

biasanya terdapat pada daerah iklim

Page 4: Kayu Manis

tropis maupun iklim sedang

(Nathania, 2008).

Menurut WHO (1980) diare

adalah buang air besar encer atau

cair lebih dari tiga kali sehari. Diare

akut adalah diare yang awalnya

mendadak dan berlangsung singkat,

dalam beberapa jam atau hari dan

berlangsung kurang dari 15 hari.

Diare kronik adalah diare yang

berlangsung lebih dari 15 hari

namun tidak terus menerus dan

dapat disertai penyakit lain. Diare

persisten menyatakan diare yang

berlangsung 15-30 hari dan

berlangsung terus menerus

(Qauliyah, 2010).

Penyebab utama infeksi

disentri oleh bakteri di Indonesia

adalah Shigella, Salmonela,

Campylobacter jejuni, Escherichia

coli, dan Entamoeba histolytica (Zein

dkk, 2004) . Disentri ringan di

Amerika sering disebabkan oleh S.

sonnei, tetapi disenteri impor sering

disebabkan oleh S. flexneri atau

Shigella dysenteriae (Longmore et

al, 2010).

Selain disebabkan oleh

bakteri, diare juga dapat disebabkan

karena faktor malabsorbsi atau

faktor alergi makanan. Gangguan

malabsorbsi biasa terjadi pada

anak/bayi, yang dikarenakan

intoleransi laktosa, malabsorbsi

lemak dan protein. Sedangkan alergi

makanan biasa nya terjadi karena

makanan dan minuman yang sudah

terkontaminasi (Qauliyah, 2010).

Diare merupakan suatu

infeksi yang menimbulkan luka yang

menyebabkan tukak terbatas di

colon yang ditandai dengan gejala

khas yang disebut sebagai sindroma

disentri, yakni : 1) sakit di perut yang

disertai dengan tenesmus, 2) buang

air besar tidak tertahankan, dan 3)

tinja mengandung darah dan lendir.

Adanya darah dan lekosit dalam tinja

merupakan suatu bukti bahwa

Page 5: Kayu Manis

kuman penyebab disentri tersebut

menembus dinding kolon dan

bersarang di bawahnya

(Simanjuntak, 1991).

Penularan bakteri Shigella

dysenteriae terjadi secara orofaecal

dengan ambang infeksi yang rendah

dan merupakan basil yang rapuh

sehingga penularannya dapat

dicegah dengan cuci tangan saja

(hand washing disease) (Nathania

2008). Bakteri yang masih hidup

masuk ke dalam usus halus setelah

melewati asam lambung. Bakteri

tersebut berkembang biak di dalam

usus halus. Kemudian bakteri

mengeluarkan toksin. Akibat toksin

tersebut terjadi hipersekresi yang

selanjutnya akan menimbulkan

diare.

Penatalaksanaan diare akut

secara medis meliputi,

penanggulangan dehidrasi,

pemberian larutan oralit dan

pemberian antibiotik.

Penanggulangan kekurangan cairan

merupakan tindakan pertama dalam

mengatasi pasien diare. Hal

sederhana seperti meminumkan

banyak air putih atau oral rehidration

solution (ORS) seperti oralit harus

cepat dilakukan. Pemberian ini

segera apabila gejala diare sudah

mulai timbul. Pada penderita diare

yang disertai muntah, pemberian

larutan elektrolit secara intravena

merupakan pilihan utama untuk

mengganti cairan tubuh, atau

dengan diinfus (Qauliyah, 2010).

Antibiotik terpilih untuk infeksi

Shigella adalah ampisilin,

kloramfenikol, sulfametoxazol-

trimetoprim. Beberapa sumber lain

menyebutkan bahwa kanamisin,

streptomisin dan neomisin

merupakan antibiotik yang

dianjurkan untuk kasus-kasus infeksi

Shigella (Nathania, 2008).

Dari beberapa penelitian

tentang pola resistensi antibiotik

Page 6: Kayu Manis

terhadap Shigella dysenteriae,

didapatkan bahwa Shigella

dysenteriae telah resisten terhadap

kloramfenikol, streptomisin,

sulfanilamide, dan tetrasiklin.

Indonesia memiliki keanekaragaman

hayati tanaman tradisional, salah

satunya kayu manis. Kulit batang

kayu manis diduga memiliki zat yang

mempunyai efek antibakteri karena

memiliki kandungan zat aktif berupa

minyak atsiri, flavonoid saponin, dan

tannin (Widyastuti, 2004).

Seperti yang sudah

dijelaskan diatas bahwa Shigella

dysenteriae merupakan penyebab

penyakit diare (Longmore et al,

2010), dan Shigella merupakan

Gram negatif yang mempunyai

kemampuan mudah dalam

menyerap larutan, sehingga

memudahkan zat terlarut memasuki

dinding sel bakteri tersebut (Lingga,

2005). Sedangkan minyak atsiri,

bahan aktif yang terdapat dalam kulit

batang kayu manis memiliki

kemampuan menghambat

pertumbuhan bakteri merusak

membran sitoplasma (Widyastuti,

2004).

Penelitian juga mengatakan

bahwa kayu manis sudah terbukti

mempunyai efek antibakteri

terhadap Salmonella typhi dan

Pseudomonas yang merupakan

Gram negatif (Widyastuti, 2004).

Jadi, Shigella dysenteriae yang juga

merupakan Gram negatif dapat diuji

efektifitasnya menggunakan kulit

batang kayu manis yang memiliki

kandungan zat aktif berupa minyak

atsiri, flavonoid, saponin dan tannin

(Widyastuti, 2004).

Hal ini memberikan peluang

untuk mengembangkan kulit batang

kayu manis sebagai antibakteri

terhadap bakteri Shigella

dysenteriae. Untuk pengembangan

ini perlu dilakukan suatu penelitian

yang signifikan. Karena itu, peneliti

Page 7: Kayu Manis

mencoba untuk membuktikan

efektivitas kulit batang kayu manis

dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Shigella dysenteriae.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang

digunakan adalah penelitian

eksperimental in vitro dengan

menggunakan tube dilution test

untuk mengetahui aktivitas ekstrak

kulit batang kayu manis

(Cinamomum burmani) sebagai

antibakteri terhadap Shigella

dysenteriae. Tube dilution test

meliputi dua tahap, yaitu tahap

pengujian bahan pada medium broth

untuk menentukan KHM dan tahap

streaking pada media NAP untuk

mengetahui KBM.

Penelitian ini menggunakan 5

konsentrasi (11%, 10%, 9%, 8%,

7%) dari ekstrak kulit batang kayu

manis dan 1 kontrol Shigella

dysenteriae tanpa diberi ekstrak kulit

batang kayu manis. Jumlah

pengulangan yang perlu dilakukan

pada penelitian ini masing-masing

konsentrasi adalah 4 kali.

Prosedur penelitian meliputi

pembuatan ekstrak kulit batang kayu

manis, identifikasi bakteri uji

(Shigella dysenteriae), persiapan

suspensi uji Shigella dysenteriae,

dan uji antibakteri ekstrak kayu

manis.

Uji antibakteri ekstrak kulit

batang kayu manis, pertama kali

menyiapkan 7 tabung dan membuat

konsentrasi ekstrak kulit batang kayu

manis dalam berbagai konsentrasi,

kemudian dilanjutkan dengan

menginkubasi pada suhu 37o-37,5oC

selama 18-24 jam. Keesokan

harinya dilihat kekeruhan tiap

tabung, dicatat hasilnya dan

didapatkan KHM. Selanjutnya

dilakukan streaking larutan ekstrak

kulit batang kayu manis pada NAP,

dilanjutkan dengan menginkubasi

Page 8: Kayu Manis

pada suhu 37o-37,5oC selama 18-24

jam. Keesokan harinya dihitung

jumlah kolini yang tumbuh dengan

menggunakan colony counter,

dicatat hasilnya, dan didapatkan

KBM.

HASIL PENELITIAN

Setelah mengamati tingkat

kekeruhan diketahui bahwa

konsentrasi esktrak kulit batang kayu

manis yang telah dicampur dengan

suspensi kuman Shigella dysenteri,

yang menunjukkan kekeruhan

adalah konsentrasi besar, yaitu 11%,

10%, 9%, 8%. Sedangkan

konsentrasi yang tidak menunjukkan

kekeruhan justru konsentrasi yang

paling rendah, yaitu 7%. Pada

penelitian ini KHM tidak dapat

ditentukan karena semakin tinggi

konsentrasi ekstrak kayu manis

maka semakin keruh pula

larutannya. Secara teoritis, KHM

adalah konsentrasi terendah larutan

pada tabung yang ditunjukkan

dengan hasil biakan yang mulai

tampak jernih atau tidak ada

pertumbuhan mikroba (Dzen dkk,

2003). Peningkatan kekeruhan isi

tabung pada penelitian ini mungkin

karena wujud dasar ekstrak kulit

batang kayu manis adalah keruh

sehingga semakin tinggi konsentrasi

esktrak kulit batang kayu manis

maka semakin tinggi pula

kekeruhannya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa KHM ekstrak

kulit batang kayu manis terhadap

bakteri Shigella dysenteriae secara

dilusi tabung, yaitu tidak dapat

ditentukan dengan akurat. Tingkat

kekeruhan larutan dapat diamati

pada Gambar 5.3

Page 9: Kayu Manis

Gambar 5.3 Berbagai Konsentrasi Kulit Batang Kayu Manis

Setelah menghitung jumlah

koloni yang tumbuh, diketahui

bahwa pertumbuhan bakteri tidak

didapatkan pada larutan ekstrak kulit

batang kayu manis dengan

konsentrasi 11%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa KBM ekstrak

kulit batang kayu manis terhadap

bakteri Shigella dysenteriae adalah

11%.

Berdasarkan kriteria bahwa

KBM dapat ditentukan dari

perhitungan jumlah koloni pada

medium agar padat kurang dari

0,1% original inokulum, maka

didapatkan KBM adalah 11%

(sedangkan 0,1% original inokukum

didapatkan 23,1 koloni). Hasil

penghitungan pertumbuhan bakteri

pada berbagai konsentrasi ekstrak

kulit batang kayu manis ditunjukkan

oleh Tabel 5.2.

KK

KB

Page 10: Kayu Manis

Tabel 5.2 Hasil Penghitungan Pertumbuhan Koloni Bakteri

Dosis Pengulangan 1

Pengulangan 2

Pengulangan 3

Pengulangan 4 Rata-rata

KK 279x104 283 x104 301 x104 295 x104 289,5 x104

11% 0 0 0 0 0

10% 329 339 374 282 331

9% 508 482 529 487 501,5

8% 664 720 685 765 708,5

7% 826 868 883 833 852,5

KB 0 0 0 0 0

OI 22600 23800 22800 23200 23100

Grafik 5.1 Rerata Koloni Shigella dysenteriae Tiap Ulangan Antar

Perlakuan

Bila jumlah koloni dari tiap-tiap

konsentrasi perlakuan dibandingkan

dengan jumlah koloni dari kontrol kuman,

terlihat penurunan yang signifikan dari

jumlah koloni bakteri. Kadar Bunuh

Minimum (KBM) merupakan kadar

terendah dari ekstrak yang mampu

membunuh bakteri, sehingga KBM dari

Page 11: Kayu Manis

ekstrak kulit batang kayu manis pada

penelitian ini adalah pada konsentrasi

ekstrak 11% karena pada konsentrasi

tersebut sudah tidak didapatkan

pertumbuhan koloni pada medium NAP

(pertumbuhan koloni kuman < 0,1 % dari

koloni pada original inoculum).

PEMBAHASAN

Untuk menentukan Kadar Hambat

Minimal (KHM) dilakukan pengamatan

tingkat kekeruhan larutan, didapatkan

bahwa larutan konsentrasi yang telah

dicampur dengan suspensi kuman

Shigella dysenteriae, yang menunjukkan

kekeruhan adalah larutan dengan

konsentrasi tinggi, yaitu 11%, 10%, 9%,

8%. Sedangkan yang tidak menunjukkan

kekeruhan justru larutan dengan

konsentrasi rendah, yaitu 7%. Hal ini

disebabkan karena kontrol bahan memiliki

warna yang pekat sehingga

mempengaruhi kekeruhan masing-masing

konsentrasi. Dari data tersebut dapat

disimpulkan, yaitu KHM ekstrak kulit

batang kayu manis tidak dapat ditentukan

dengan akurat.

Penelitian mengenai uji in vitro

ekstrak kayu manis terhadap Methicillin-

Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA)

dilakukan oleh Kurniati (2011) yang

menyimpulkan bahwa KHM tidak dapat

ditentukan dengan akurat karena

kekeruhan ekstrak kulit batang kayu manis

sangat pekat. Begitu juga kesimpulan

yang didapat pada penelitian yang

dilakukan oleh Herdianto (2011). Hal ini

membuktikan bahwa pada penelitian

ekstrak kulit batang kayu manis, tidak

dapat ditentukan KHM dengan akurat baik

untuk Gram negatif, Gram positif maupun

jamur.

Untuk menentukan Kadar Bunuh

Minimal (KBM) dilakukan perhitungan

koloni yang tumbuh dengan metode

colony counter. Jumlah koloni terbanyak

ditemukan pada larutan dengan

konsentrasi 7% disusul dengan 8%, 9%

dan 10%. Sedangkan pada larutan

dengan konsentrasi 11% tidak ditemukan

pertumbuhan koloni bakteri. Berdasarkan

kriteria bahwa KBM dapat ditentukan dari

Page 12: Kayu Manis

perhitungan jumlah koloni pada medium

agar padat kurang dari 0,1% original

inokulum (OI), maka didapatkan KBM

adalah 11 % (sedangkan 0,1% OI

didapatkan 23,1 koloni). Dari data tersebut

dapat disimpulkan dua hal yaitu, KBM

ekstrak kulit batang kayu manis adalah

larutan dengan konsentrasi 11% dan

hubungan antara besar konsentrasi

larutan ekstrak kulit batang kayu manis

dan tingkat pertumbuhan koloni

berbanding terbalik.

Minyak atsiri mengandung

eugenol yang tergolong turunan senyawa

fenol yang mempunyai efek antiseptik dan

bekerja dengan merusak membran sel.

Secara in vitro atau dalam penelitian ini,

minyak atsiri memiliki aktivitas untuk

menghambat kolonisasi dengan cara

mengganggu permeabilitas membran dan

proses transportasi.

Saponin menunjukkan aktifitas

sebagai antibakteri dengan cara dengan

cara merusak membran sitoplasma dan

membunuh sel (Aulia, 2008).

Flavonoid akan berikatan dengan

membran sel sehingga akan terjadi

kerusakan membran. Selain itu, flavonoid

merupakan senyawa toksik yang

mengakibatkan struktur tiga dimensi

protein terganggu dan terbuka menjadi

struktur acak tanpa adanya kerusakan

pada kerangka kovalen. Hal ini

menyebabkan protein denaturasi, namun

aktifitas biologisnya menjadi rusak

sehingga protein tidak dapat melakukan

fungsinya (Dea, 2003).

Sedangkan tanin bekerja dengan

cara merusakan dinding sel bakteri

menyebabkan sel bakteri tanpa dinding

yang disebut protoplasma (Hayati, 2006)

Kerusakan dinding bakteri yang

menyebabkan kerusakan membran sel

yaitu hilangnya sifat permeabilitas

membran sel, sehingga keluar masuknya

zat-zat antara lain air, nutrisi, enzim-enzim

tidak terseleksi. Apabila enzim keluar dari

dalam sel, maka akan terjadi hambatan

metabolisme sel dan selanjutnya akan

mengakibatkan terhambatnya

pembentukan ATP yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangbiakan sel.

Page 13: Kayu Manis

Bila hal ini terjadi, maka akan terjadi

hambatan pertumbuhan bahkan kematian

sel (Noviana, 2004).

Keempat zat aktif yang terkandung

dalam kulit batang kayu manis memiliki

mekanisme yang berbeda-beda sebagai

antibakteri. Namun, keempatnya bekerja

secara sinergis untuk menghambat

pertumbuhan dan membunuh bakteri

Shigella dysenteriae.

Dari penelitian-penelitian lain yang

telah dilakukan, telah dibuktikan bahwa

ekstrak kayu manis memiliki efek

antibakteri terhadap Salmonella Typhi

(Gram negatif) didapat KBM pada

konsenterasi 6,25% (Widyastuti, 2004).

Penelitian ekstrak kayu manis terhadap

bakteri Enterococcus Faecalis (Gram

positif) didapat KBM pada konsentrasi

0,5%. Sedangkan penelitian ekstrak kayu

manis terhadap Candida albicans yang

dilakukan oleh Herdianto (2011)

didapatkan KBM pada konsentrasi 22%.

Hal ini membuktikan bahwa ekstrak kayu

manis efektif untuk bakteri Gram negatif,

bakteri Gram positif, maupun jamur.

Berdasarkan hasil peneilitian uji

efek antibakteri ekstrak kayu secang

(Caesalpinia sappan. L) terhadap bakteri

Shigella dysenteriae yang dilakukan

Widyastutik (2010), didapatkan KBM pada

konsentrasi 15%. Sedangkan pada

penelitian oleh Rinyani (2007) tentang uji

antibakteri ekstrak etil asetat daun

Plantago major L. (daun sendok) terhadap

Shigella dysenteriae didapat KBM pada

konsentrasi 45%. Hal ini membuktikan

bahwa ekstrak kayu manis lebih efektik

untuk menghambat pertumbuhan bakteri

Shigella dysenteriae dibandingkan dengan

ekstrak kayu secang dan ekstrak asetat

daun Plantago major L dilihat dari

konsentrasi KBM yang didapat.

Hasil penelitian ini, yaitu hasil

perhitungan pertumbuhan koloni bakteri

dianalisa dengan uji One Way ANOVA.

Dengan uji One Way ANOVA didapat

hasil p=0,000. Ini menunjukkan terdapat

perbedaan jumlah koloni yang bermakna

pada keenam kelompok dosis.

Dengan uji korelasi Pearson

didapatkan nilai korelasi sebesar -0,939.

Nilai negatif (-) didepan nilai korelasi

Page 14: Kayu Manis

menunjukkan bahwa hubungan keduanya

saling berlawanan yaitu semakin tinggi

dosis maka semakin rendah

pertumbuhan jumlah koloni dan

sebaliknya. Kemudian dari uji Regresi

diperoleh nilai Adjusted R square =

0,877, berarti bahwa pemberian ekstrak

kulit batang kayu manis dapat

menurunkan jumlah pertumbuhan koloni

bakteri sebesar 87,7%.

KESIMPULAN

Ekstrak kulit batang Kayu Manis

(Cinnamomum Burmannii) memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Shigella

dysenteriae secara in vitro. Semakin tinggi

konsentrasi ekstrak kulit batang kayu

manis maka semakin rendah tingkat

pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae.

Kadar Hambat Minimal (KHM)

Ekstrak kulit batang Kayu Manis terhadap

bakteri Shigella dysenteriae secara dilusi

tabung tidak dapat ditentukan dengan

akurat.

Kadar Bunuh Minimal (KBM)

Ekstrak kulit batang Kayu Manis terhadap

bakteri Shigella dysenteriae adalah

larutan dengan konsentrasi 11%.

Page 15: Kayu Manis

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii). Tanaman Obat. <http://kebunrayaenrekang.com/kayu-manis-cinnamomum-burmannii/.htm> Dilihat pada 24 September 2011

Assani S. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Aulia IA. 2008. “Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanolik Daun Arbenan (Duchesnea indica (Andr.) Focke) Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten Antibiotik Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya”. Tugas Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Azima F. 2009. Aktivitas Antioksidan dan

Anti-Agregasi Platelet Ekstrak Cassia Vera (Cinnamomum burmanni) Serta Potensinya Dalam Pencegahan Aterosklerosis pada Kelinci. Tesis S3. Bogor: Program Studi Ilmu Pangan Institut Pertanian.

Barry AL. 1980. Procedures for Testing

Antibiotics in Agar Media : Theotetical Considerations. Dalam : Antibiotics in Laboratory Medicine. Victor Lorian (eds). Baltimore : The Williams and Wilkins Company. 1-23.

Brooks GF, Butel JS, Morse SA. 2004.

Medical Microbiology, 23er edn. Singapore: The Mc-Graw Hill Companies, Inc.

Joker D. 2001. Informasi Singkat Benih.

Laporan. Bandung. Dea H. 2003. Artikel Daun Sirih Sebagai

Antibakteri Pasta Gigi. <http://www.unisosdem.org/article_

printfriendly.php?aid=2675&coid=2&caid=40> Dilihat 26 Juli 2011

Depkes RI, 2002. Diare Akut Disebabkan

Bakteri. Jakarta: Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D.

Depkes RI, 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Diastuti P. 2011. Manfaat Kayu Manis. Gaya Hidup Sehat. <http://purwatiwidiastuti.wordpress.com/2011/08/03/apa-sich-manfaatnya-kayu-manis-1/> Dilihat 24 september 2011

Dzen, Roekistiningsih, Santoso S,

Winarsih S. 2003. Bakteriologi Medik. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Hayati, N. 2006. Uji Daya Antibakteri Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Kemangi Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri E. Coli. Skripsi. Malang: Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri.

Harborne. 1996. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terbitan Kedua. Terjemahan : K. Padmawinata dan I. Soediro. Bandung : Penerbit ITB

Herdianto I. 2011. Uji Ekstrak Etanol

Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii) Sebagai Antimikroba Terhadap Candida Albicans Secara in vitro. Tugas Akhir. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Janecky R. 2010. Intracellular Shigella.

Runyen-Janecky Lab. <https://facultystaff.richmond.edu/> Dilihat 29 November 2010

Katayama Y, Robinson DA, Enright MC,

Chambers HF. 2005. Genetic

Page 16: Kayu Manis

Background Affects Stability of mecA in Staphylococcus aureus. Microbiol. 43: 2380-2383

Kurniati N. 2011. Uji Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis (Cinnamommum Burmannii) Sebagai Antimikroba Terhadap MRSA Secara in vitro. Tugas Akhir. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Lingga ME. 2005. Uji Aktivitas Antibakteri

Dari Ekstrak Air dan Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Bakteri Gram Negatif dan Gram positif Yang Diisolasi Dari Udang Dogol (Metapenaeus monoceros), Udang Lobster (Panulirus sp), dan Udang Rebon (Mysis dan Acetes). Laporan. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Longmore, Wilkinson, Davidson, Foulkes, Mafi. 2010. Oxford Handbook Of Clinical Medicine. New York: Oxford University Press Inc.

Maryati. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri

Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Staphylococcus sureus dan Escherichia coli. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah.

Megawati R. 2010. Analisis Mutu Minyak

Atsiri Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Meer. & Perry) Dari Maluku, Sumatera, Sulawesi dan Jawa Dengan Metode Metabolomic Berbasis GC-MS. Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah.

Mylasari A. 2009. “Pengaruh Ekstrak Kayu

Manis (Cinnamomum burmannii L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella dysentriae Secara In vitro”. Skripsi. Malang: Fakultas Biologi Universitas Muhammadiyah.

Najib A. 2006. Ringkasan Materi Kuliah Fitokimia II. Laporan. Universitas Muslim Indonesia.

Nathania D. 2008. Shigella Dysenteriae. Wordpress. <http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/devi-nathania-0781141271.pdf> Dilihat tanggal 3 Desember 2010

Naim, A.S. 2000. Natural Food Antimicrobial Systems. California: CRC Press LLC, California State Polytechnic University, Pomana

Nazia M. 2006. Anti-microbial Activity of

Cinnamomum Cassia Againts Diverse Microbial Flora With Its Nutritional and Medical Impact Respiratory. Pak J Bot 2006; 38(1): 169-74

Noviana L. 2004. Identifikasi Senyawa

Flavonoid Hasil Isolasi dari Proporlis Lebah Madu (Apis Mellifera) dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antibakteri (Staphylococcus Aureus). Skripsi. Malang: Jurusan Kimia Universitas Brawijaya.

Pelczar MJ dan Chan ECS. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.

Pompei R. 1980. Antiviral Activity of Glycyrrhizic Acid. Experientia 36 304-305.

Qauliyah A. 2010. Artikel Kedokteran Patofisiologi, Gejala Klinik dan Penatalaksanaan Diare. <http://astaqauliyah.com/> Dilihat 22 November 2010

Rinyani A. 2007. “Uji Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Plantago major L. (daun sendok) Terhadap Shigella dysenteriae”. Tugas Skripsi. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Rusmandar. 1997. Kayu Manis Budi Daya dan Pengolahan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 17: Kayu Manis

Santoso T B. 2010. Herbal: Kayu Manis. <http://www.detikhealth.com/read/2010/03/15/140356/1318506/769/herbal-kayu-manis> Dilihat 24 September 2011

Simanjuntak C H. 1991. Epidemiologi Disentri. Cermin Dunia Kedokteran. No.72 1991

Staff Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara.

Sulistiono DA. 2008. Saponin. F.MIPA. Universitas Mataram

Usman A. 2004. “Pengaruh Dekok Daun Kemangi (Ocimum Basilicum) Terhadap Pertumbuhan Kuman Salmonella Typhi Secara in vitro”. Tugas Akhir S1. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Widiastuti R. 2004. “Efek Antimikroba Ekstrak Batang Kayu Manis

(Cinnamomun burmanni) Terhadap Salmonella typhi”. Tugas Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah.

Widyastutik A. 2010. “Efektivitas Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan. L) Sebagai Antibakteri Pada Shigella dysenteriae”. Tugas Skripsi. Malang: Akademi Farmasi Putra Indonesia.

Wiyatno W. 2010. “Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis (Cinamomum burmani) Terhadap Stapylococcus Aurus dan Pseudomonas Aeruginosa Multiresisten Antibiotik”. Tugas Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Zein U, Sagala KH, & Ginting J. (2004).

Diare Akut Disebabkan Bakteri, Sumatera Utara: e-USU Repository.

Menyetujui,

Pembimbing I

Prof. Dr. dr. Noorhamdani AS, DMM, Sp.MK

NIP. 19501110 198002 1 001