kayu manis annisa soraya

52
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis rempah yang menjadi milik masyarakat dunia, selain cengkeh adalah kayu manis. Bangsa Greek dan Roma memperoleh kayu manis dari pedagang-pedagang Arab. Bangsa Portugislah yang mencari rempah-rempah, termasuk kayu manis, dari tempat asalnya sekitar tahun 1500. Sri Lanka menjadi pengekspor kayu manis, yang diperoleh dari pertanaman alam. Barulah 100 tahun kemudian, ketika Belanda mulai berperan penting di Sri Lanka, kayu manis mulai diperkebunkan (Sastrapradja, 2012). Di dunia Internasional, kayu manis dikenal dengan nama cinnamon, berasal dari bahasa Yunani, kinnamon. Selain sebagai bahan mentah makanan dan minuman, produk ini bermanfaat untuk obat, industri kosmetik, minuman keras, rokok, roti, permen, serta industri pestisida (Anonymous a , 2013). Pohon kayu manis tidaklah tinggi. Daunnya hijau tua, tetapi yang muda berwarna merah, indah. Dalam

Upload: muthiaranifs

Post on 11-Feb-2016

83 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

afaf

TRANSCRIPT

Page 1: Kayu Manis Annisa Soraya

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jenis rempah yang menjadi milik masyarakat dunia, selain cengkeh adalah kayu

manis. Bangsa Greek dan Roma memperoleh kayu manis dari pedagang-pedagang

Arab. Bangsa Portugislah yang mencari rempah-rempah, termasuk kayu manis,

dari tempat asalnya sekitar tahun 1500. Sri Lanka menjadi pengekspor kayu

manis, yang diperoleh dari pertanaman alam. Barulah 100 tahun kemudian, ketika

Belanda mulai berperan penting di Sri Lanka, kayu manis mulai diperkebunkan

(Sastrapradja, 2012).

Di dunia Internasional, kayu manis dikenal dengan nama cinnamon, berasal dari

bahasa Yunani, kinnamon. Selain sebagai bahan mentah makanan dan minuman,

produk ini bermanfaat untuk obat, industri kosmetik, minuman keras, rokok, roti,

permen, serta industri pestisida (Anonymousa, 2013).

Pohon kayu manis tidaklah tinggi. Daunnya hijau tua, tetapi yang muda berwarna

merah, indah. Dalam pembudidayaan, pohon kayu manis dipangkas agar

menghasilkan banyak anakan. Anakan-anakan inilah yang batangnya dikuliti

untuk tujuan komersial. Bagian dalam kulit batanglah yang bermanfaat untuk

diperdagangkan (Sastrapradja, 2012).

Kayu manis Indonesia merupakan spesies cinnamomum burmannii blum, batang

dan bubuknya terbuat dari kulit pohon kayu manis. Istilah botani kayu manis

adalah “cassia vera”, yang secara lokal dikenal sebagai kayu yang manis. Sebesar

Page 2: Kayu Manis Annisa Soraya

2

85% kayu manis yang ditemukan di seluruh dunia saat ini berasal dari Indonesia.

Perkebunan terbesar kayu manis terdapat di pulau Sumatera (Anonymousb, 2014).

Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi

dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai kepada

konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses

pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui

proses penyimpanan (Sudiyono, 2004).

Biaya tata niaga adalah semua ongkos yang dikeluarkan secara langsung dalam

pemberian jasa kegiatan tata niaga seperti, handling, packing, transport, grading,

sorting, dan lain-lain. Dalam konsep biaya, panen komoditas pertanian harus

dipandang sebagai kegiatan tata niaga. Jika kegiatan panen dipandang sebagai

kegiatan panen saja maka pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan kegiatan ini

dipandang sebagai biaya produksi, dan bila dipandang sebagai kegiatan tata niaga

maka pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan ini dipandang sebagai biaya tata

niaga (Hanafiah, 1986).

Margin tata niaga adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan

harga yang dibayar kepada penjual pertama (biasanya petani produsen) dan harga

yang dibayar oleh pembeli akhir (konsumen akhir) (Anonymousc, 2014).

Analisis biaya dan margin tata niaga sangat penting dalam memperbaiki sistem

tata niaga. Tinggi rendahnya ongkos/biaya tata niaga dapat mempengaruhi

efisiensi tata niaga. Disamping itu margin tata niaga terdiri dari berbagai macam

biaya-biaya dalam menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Sehingga,

jika terjadi kesalahan analisis dalam menentukan biaya dan margin dari suatu

Page 3: Kayu Manis Annisa Soraya

3

produk maka biaya yang dikeluarkan oleh produsen akan tinggi dan dapat

dikatakan tidak efisien serta margin yang diperoleh juga besar dan akibatnya

harga yang diterima konsumen akhir semakin tinggi.

Dengan melakukan analisa biaya dan margin tata niaga yang tepat, maka seluruh

pelaku kegiatan tataniaga akan diuntungkan. Produsen akan menerima harga yang

sesuai atas produknya, middle-man/perantara juga tetap mendapatkan keuntungan

yang sesuai dengan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan terhadap produk, serta

konsumen juga tidak merasa terbebani dengan harga komoditas yang mahal

karena biaya produksi dan panjangnya rantai pemasaran.

Karena analisa biaya dan margin tata niaga dianggap penting dan kayu manis

adalah salah satu tanaman hutan yang berpotensi untuk dikembangkan baik

didalam negeri maupun untuk di ekspor ke luar negeri maka kami mengambil

judul “Analisis Tataniaga Kayu Manis (Cinnamomumburmannii [Nees] Bl) Studi

Kasus: Desa Sampean, Kec. Dolok Sanggul, Kab. Humbang Hasundutan” sebagai

bahan penelitian tugas mata kuliah Tata Niaga Pertanian.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah:

1. Untuk menilai biaya dan margin tata niaga Kayu Manis di Desa Sampean Kec.

Dolok Sanggul, Kab. Humbang Hasundutan.

2. Untuk menilai efisiensi tata niaga Kayu Manis di Desa Sampean Kec. Dolok

Sanggul, Kab. Humbang Hasundutan.

3. Untuk menemukan cara memperbaiki metoda, organisasi serta kebijaksanaan

sistem tata niaga yang dapat mendukung kenaikan produksi serta pendapatan

Page 4: Kayu Manis Annisa Soraya

4

petani Kayu Manis di Desa Sampean Kec. Dolok Sanggul, Kab. Humbang

Hasundutan.

1.3 Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah:

1. Sebagai Salah Satu Tugas Praktikum Tata Niaga Pertanian Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Sebagai bahan referensi bagi pembaca dan tambahan ilmu pengetahuan bagi

kalangan akademisi.

Page 5: Kayu Manis Annisa Soraya

5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Komoditi

Menurut Rismunandar dan Paimin (2001), sistematika kayu manis adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Ranales

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmannii, Cinnamomum chinense Bl. ,

Cinnamomum dulce Nees.

Daun kayu manis duduknya berseling panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-

5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya

hijau tua. Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning.

Kelopak bunga berjumlah enam helai dalam dua rangkaian. Benang sarinya

berjumlah 12 helai terangkai dalam empat kelompok. Buahnya adalah buah buni

berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang. Warna buah muda hijau

tua dan buah tua ungu tua. Panjang buah sekitar 1,3-1,6 cm dan diameter 1,32 cm

dan diameter 0,59-1,68 cm, tergantung jenis kayu manis.

Page 6: Kayu Manis Annisa Soraya

6

Kulit batang pokok, cabang dan ranting mengandung minyak asiri dan merupakan

komoditas ekspor. Umumnya kayu manis relatif cepat pertumbuhannya,

mempunyai mahkota pohon cukup padat, berakar dalam, dan berdaya regenerasi

kuat. Karakter tanaman ini menjadikan kayu manis sebagai tanaman penghijauan

(Rismunandar, 2001).

Kayu manis dapat ditemukan tumbuh liar di hutan pada ketinggian 0-2000 m dpl.

Namun, tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur, agak berpasir, dan kaya

bahan organik pada ketinggian 500-1500 m dpl. Perbanyakan kayu manis ini

dengan biji atau tunas berakar. Dalam perdagangan dikenal dengan nama

Cassiavera, digunakan sebagai bumbu masak, bahan penyedap untuk pembuatan

kue atau sebagai ramuan obat (Dalimartha, 2009).

2.2 Manfaat Komoditi

Sebelum Masehi, kulit kayu manis dikenal sebagai sumber pewangi untuk

membalsam mumi raja-raja Mesir serta peningkat cita rasa masakan dan

minuman. Aroma kulitnya ini berasal dari minyak asiri yang diperoleh melalui

penyulingan uap. Minyak asiri juga dipakai sebagai komponen dalam obat

tradisional. Kloppenburg Versteegh menganjurkan bahwa kayu manis dapat

dijadikan jamu untuk penyakit disentri dan singkir angin. Bianchini, Corbetta dan

Kiangsiu mengatakan bahwa minyak kayu manis sudah ratusan tahun dikenal di

belahan dunia barat dan timur sebagai penyembuh reumatik, mencret, pilek, sakit

usus, jantung, pinggang, dan darah tinggi. Sementara Sumaryo Syu dalam buku

Resep Jamu Jawa mengemukakan bahwa untuk kesuburan wanita, kayu manis

dijadikan komponen jamu bersama dengan tanaman lain seperti bawang putih,

kencur, dan jiungrahap.

Page 7: Kayu Manis Annisa Soraya

7

Manfaat lain minyak kayu manis adalah memiliki efek untuk mengeluarkan angin

(karminatif) dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik).

Selain itu, minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan

pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion, parfum, dan cream.

Untuk pengolahan makanan dan minuman, minyak kayu manis sudah lama

dimanfaatkan sebagai pewangi atau pengikat cita rasa, diantaranya untuk

minuman keras, minuman ringan (softdrink), agar-agar, kue, kembang gula,

bumbu gulai, dan sup (Rismunandar, 2001).

Rasa kulit kayu pedas, sedikit manis, bersifat hangat, dan wangi. Berkhasiat

menghilangkan dingin untuk menghangatkan lambung, meluruhkan keringat, anti

rematik, meningkatkan nafsu makan, dan meredakan nyeri. Kulit kayu, daun dan

akar juga berkhasiat obat. Untuk penyimpanan, kulit kayu dijemur dengan

menggunakan pelindung (Dalimartha, 2009).

2.3 Tata niaga sebagai Disiplin Ilmu

Perekonomian yang menyangkut persoalan cara kita berpencaharian dan cara kita

hidup, dapat dibagi ke dalam tiga aspek pokok, yaitu produksi, distribusi

(marketing) dan konsumsi. Dalam pengertian ekonomi, produksi dan distribusi

adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan

daripada barang dan jasa, sedang konsumsi adalah kegiatan yang bertalian dengan

penurunan kegunaan daripada barang dan jasa (Hanafiah, 1986).

Istilah tata niaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari kata

marketing. Tata niaga merupakan kegiatan yang meliputi: kegiatan pembelian,

kegiatan menjual, kegiatan pembungkusan, kegiatan pemindahan, kelancaran arus

Page 8: Kayu Manis Annisa Soraya

8

barang dan jasa dan sebagainya. Atau dengan lebih singkat tata niaga adalah

segala kegiatan yang bersangkut paut dengan semua aspek proses yang terletak

diantara fase kegiatan sektor produksi barang-barang dan jasa-jasa sampai

kegiatan sektor konsumen (Sihombing, 2010).

Tata niaga merupakan salah satu cabang aspek pemasaran yang menekankan cara

suatu produk dapat sampai ke tangan konsumen (distribusi). Tata niaga dapat

dikatakan efisien bila mampu mendistribusikan hasil produk kepada konsumen

dengan biaya semurah-murahnya dan mampu membagi keuntungan yang adil

kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga

(Tim Penulis PS, 2008).

Pemasaran pertanian merupakan bagian dari ilmu pemasaran pada umumnya,

tetapi dapat dianggap sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Anggapan ini

didasarkan pada karakteristik produk pertanian yang khusus dan spesifik serta

subjek dan objek pemasaran pertanian itu sendiri. Tata niaga hasil pertanian

dikembangkan dengan lebih menitikberatkan aspek kebijakan atau intervensi

pemerintah. Fokus tata niaga lebih berpihak kepada petani (Anonymousd, 2006).

Page 9: Kayu Manis Annisa Soraya

9

BAB IIIRUANG LINGKUP DAN METODE

3.1 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengambil data

primer dan data sekunder. Data primer diolah dari wawancara langsung kepada

sampel yaitu: petani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang

pengecer. Data sekunder diperoleh melalui lembaga terkait yaitu Badan Pusat

Statistik (BPS), melalui buku dan internet yang ada hubungannya dengan

penelitian ini.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mensurvey tentang komoditi kayu manis dari

farm gate (petani) sampai ke konsumen akhir. Sampel penelitian dilakukan secara

purposive ke wilayah yang dituju yaitu Desa Sampean, Kecamatan Dolok

Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. Alat analisis yang digunakan

meliputi marketing margin, perhitungan share, efisiensi dan elastisitas.

Model Marketing Margin adalah sebagai berikut:

MP = Pr – Pf

Keterangan:

MP = Marjin Pemasaran (Marketing Margin)

Pr = Harga di tingkat Pengecer

Pf = Harga di tingkat petani/produsen

Page 10: Kayu Manis Annisa Soraya

10

Model Perhitungan share setiap fungsi adalah sebagai berikut:

Share Petani = Pf x 100% Pr

Share Biaya = TC x 100% MP

Share Profit = ∑ π x 100% MP

Keterangan:

Pf = Harga di tingkat produsen

Pr = Harga di tingkat konsumen

TC = Total biaya keseluruhan (Total Cost)

∑ π = Total keuntungan seluruh tingkatan lembaga

MP = Marjin Pemasaran (Marketing Margin)

Model perhitungan efisiensi adalah sebagai berikut:

E = Jl+JpOt+Op

Keterangan:

E = Efisiensi tata niaga

Jl = Keuntungan lembaga tata niaga

Jp = Keuntungan produsen

Ot = Ongkos tata niaga

Op = Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen

Model perhitungan elastisitas adalah sebagai berikut:

Page 11: Kayu Manis Annisa Soraya

11

E = 1 x Pf dimana b = Pr x Pf b Pr Pf2

Keterangan:

E = Elastisitas tata niaga

Pf = Harga di tingkat produsen

Pr = Harga di tingkat konsumen

3.2 Definisi Istilah yang digunakan

Definisi dari istilah-istilah yang digunakan:

1. Biaya tataniaga adalah semua ongkos yang dikeluarkan secara langsung

dalam pemberian jasa kegiatan tata niaga seperti, handling, packing, transport,

grading, sorting,dan lain-lain.

2. Efisiensi adalah perbandingan antara besarnya keuntungan (profit) petani

produsen dan seluruh middlemen (perantara) yang terlibat dengan seluruh

ongkos tataniaga yang dikeluarkan oleh middlemen dan biaya produksi serta

ongkos pemasaran yang dikeluarkan oleh petani.

3. Elastisitas adalah persentase perubahan harga di tingkat konsumen dengan

persentase perubahan harga di tingkat produsen.

4. Marketing Margin adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen akhir

dengan harga yang diterima oleh produsen.

5. Price spread adalah kelompok harga beli dan harga jual juga biaya-biaya tata

niaga menurut fungsi pemasaran dan margin keuntungan dari tiap lembaga.

6. Profit margin adalah rasio keuntungan kotor dibagi dengan penjualan bersih.

7. Share margin adalah angka-angka price spread yang dipersenkan terhadap

harga beli konsumen.

Page 12: Kayu Manis Annisa Soraya

12

3.3 Pemilihan Kualitas Komoditi

Mutu dan kualitas kayu manis hanya ditentukan dan bergantung pada usia cabang

atau pohon dari mana ia di ambil, pada usia yang lebih muda maka kualitas kulit

kayu adalah kurang baik. Semakin muda tanaman dipanen, semakin rendah mutu

kulit yang dihasilkan. Makin tua umur tanaman dipanen, makin tebal kulit yang

diperoleh, makin tinggi produksi dan makin tinggi pula mutu kulit yang

dihasilkan.

Saat yang paling baik untuk memotong batang kayu manis adalah pada waktu

kulitnya mudah mengelupas. Keadaan ini hanya bisa dicapai setelah pohon kayu

manis mengalami kekeringan beberapa waktu yang disusul oleh musim hujan.

Kulit kayu manis yang terbaik diperoleh dari batang, makin besar batang makin

banyak kulit kayu manis yang diperoleh. Sedangkan kulit yang berasal dari

cabang mempunyai kualitas yang lebih rendah, oleh karena itu diusahakan sedapat

mungkin agar percabangannya sedikit.

Salah satu cara untuk mendapatkan kulit kayu manis yang bermutu baik adalah

dengan cara penanganan pasca panen yang baik. Penanganan pasca panen kayu

manis dimulai dari saat pemotongan, pengeringan sampai penyimpanan. Untuk

mengantisipasi cuaca mendung atau hujan, biasanya petani mengeringkan kulit

kayu manis dengan cara tradisional yaitu diangin-anginkan dengan cara

meletakkan kulit di atas rak-rak bambu atau diikat lalu digantung. Hal ini akan

memakan waktu yang relatif lama serta peluang terkena serangan mikroorganisme

akan besar yang akhirnya akan mengurangi mutu kulit kayu manis dan

menurunkan harganya. Untuk mengurangi resiko ini, dapat dilakukan dengan

pengeringan buatan sehingga pengeringan dapat dilakukan terus menerus tanpa

Page 13: Kayu Manis Annisa Soraya

13

tergantung pada iklim, dapat menghemat waktu dan tenaga, dapat menghasilkan

kulit kayu manis kering yang lebih seragam dan mutu yang lebih baik

(Fitriyeni, 2011).

Kulit kayu manis yang berada di Desa Sampean tergolong kulit manis yang

berkualitas lumayan baik karena dipanen setelah berumur minimal 8 tahun sampai

10 tahun dan kulit yang dipanen adalah bagian batang pohon. Petani kayu manis

selalu memangkas cabang-cabang pohon agar tidak menghasilkan kulit cabang

yang mutunya rendah akan tetapi cara penanganan pasca panen kayu manis yaitu

pengeringan masih dilakukan secara tradisional, petani masih mengandalkan

cahaya matahari untuk proses pengeringan kayu manis yang telah dipanen.

3.4 Area/Lokasi serta Saluran (Channel) yang dipilih

Humbang Hasundutan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia.

Dibentuk pada 28 Juli 2003, kabupaten ini mempunyai luas sebesar 2.335,33 km²

dan ber-ibukotakan Dolok Sanggul. Kondisi fisik kabupaten ini berada pada

ketinggian 330-2.075 meter dpl. Menurut data tahun Sensus Penduduk 2010

penduduknya berjumlah 171.650 jiwa.

Mayoritas penduduk Humbang Hasundutan adalah petani. Komoditas pertanian

terbesar adalah kopi dengan luas panen 9.246 Ha dan produksi 6.461 ton

(Humbahas Dalam Angka 2007). Perkebunan kopi terdiri dari 48.45% luas lahan

pertanian dan perkebunan. Selain kopi, kabupaten ini juga kaya dengan

kemenyan. Dengan luas panen 5.235 Ha menghasilkan 1.278 ton. Luas lahan

kemenyan mencapai 23,16%. Komoditas lainnya adalah karet, kulit manis,

Page 14: Kayu Manis Annisa Soraya

14

kenikir, coklat, kelapa sawit, aren, kelapa, tebu, jahe, cengkeh, andaliman dan

jagung.

Penelitian dilaksanakan di Desa Sampean. Objek penelitian adalah petani dan

pengumpul kayu manis serta para pelaku ekonomi pemasaran yang terkait dalam

saluran pemasaran. Saluran pemasaran untuk kayu manis di Desa Sampeanyaitu:

Petani – Pengumpul – Pedagang Besar – Pengecer - Konsumen

3.5 Hambatan-hambatan yang dijumpai dalam Penelitian

Hambatan – hambatan yang dijumpai dalam melakukan penelitian adalah akses

perjalanan menuju ke Desa Sampean yang belum diketahui para peneliti

sebelumnya sehingga perlunya peran supir dalam menemukan daerah penelitian.

Selain itu penurunan jumlah petani yang memiliki usahatani kayu manis juga

menjadi penghambat, dikarenakan mereka mulai melirik komoditi lain yang lebih

menguntungkan seperti karet dan kemenyan.

BAB IVDESKRIPSI DAERAH, PELAKU DAN MATA RANTAI

PEMASARAN

Page 15: Kayu Manis Annisa Soraya

15

4.1 Gambaran Wilayah dan Batas Wilayah

Desa Sampean yang menjadi lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah

Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. Desa Sampean

terdiri dari dua dusun, yaitu Dusun I dan Dusun II. Desa ini merupakan daerah

beriklim sejuk dengan topografi berupa daerah yang berbukit dan bergelombang

dengan selingan dataran. Desa Sampean memiliki luas wilayah 1100 Ha dan

terletak pada ketinggian ± 1100 m diatas permukaan laut dengan curah hujan ±

2150 mm/tahun serta suhu udara antara 20 0C - 32 0C. Desa ini berjarak ± 20 km

dari pusat kota Kecamatan Dolok Sanggul.

Adapun batas-batas wilayah Desa Sampean sebagai berikut:

a. Sebelah timur berbatasan dengan Huta Gurgur

b. Sebelah barat berbatasan dengan Pusuk I

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Huta Gurgur selatan

d. Sebelah utara berbatasan dengan Sosor Tambok (BPS, 2011)

4.2 Fasilitas Wilayah

Berdasarkan data yang diperoleh desa memiliki luas wilayah 1100 Ha meliputi

pemukiman penduduk, persawahan, perladangan, perkebunan masyarakat, sekolah

dan perkantoran, jalan antar desa, hutan rakyat serta lahan kosong. Jumlah

penduduk desa sebanyak 560 jiwa, dimana laki-laki 240 jiwa dan perempuan 320

jiwa dengan jumlah keluarga 117 kk. Penduduk desa Sampean mayoritas

beragama Kristen Protestan dan bekerja sebagai petani dan sebagian wiraswasta.

Sarana dan prasarana yang ada dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1.1 Fasilitas desaNo Fasilitas Jumlah

Page 16: Kayu Manis Annisa Soraya

16

.1 Gereja 22 Kamar mandi umum 53 Sekolah Dasar 14 Poskesdes 15 Kantor Desa 1

Sumber: Data Primer diolah

4.3 Jenis Komoditi

Jenis komoditi yang diteliti dalam laporan ini adalah kayu manis. Tanaman ini

merupakan tanaman tahunan sama halnya dengan pinus dimana produk yang

dihasilkan berupa kayu dan kulit. Produk kayu yang dihasilkan dapat

dipergunakan untuk bahan bangunan dan produk kulit bisa dijadikan bumbu

masakan. Di desa Sampean produk yang dihasilkan hanya kulit kayu manis saja.

Produk yang dihasilkan selanjutnya dijual oleh petani kepada pengumpul.

Tanaman kayu manis ini memiliki jarak tanam tidak teratur dan pengelolaan serta

pemeliharaan tanaman ini tidak ada perlakuan khusus. Tanaman ini dapat dipanen

saat berumur 10 tahun, dimana tanaman tersebut telah memiliki nilai jual. Untuk

penjualan produk yang dihasilkan tanaman ini, petani Desa Sampean menjual

kulit basah seharga Rp 6.000/Kg dan Pedagang pengumpul menjual kulit kering

seharga Rp 15.000/Kg.

4.4 Pelaku Tataniaga

4.4.1 Petani

Produsen adalah orang yang melakukan kegiatan produksi, yaitu menghasilkan

suatu barang atau jasa dalam jumlah tertentu. Produsen yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah petani kayu manis di Desa Sampean Kecamatan Dolok

Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

Page 17: Kayu Manis Annisa Soraya

17

Jumlah petani yang mengusahakan kayu manis di Desa Sampean sebanyak 20

orang petani. Salah satunya adalah bapak Lerman Simanullang (54 tahun),

masyarakat asli Desa Sampean. Sejak 30 tahun yang lalu beliau sudah

menekuni usaha kayu manis ini. Beliau memiliki ladang kopi seluas 0,5 Ha.

Kayu manis yang dihasilkan adalah kayu manis yang tumbuh di ladang kopi

beliau. Menurut penuturan bapak Simanullang, pohon kayu manis dapat

dipanen setelah tumbuh selama 10 tahun dengan jumlah produksi sekali panen

adalah 20 – 30 Kg/Pohon.

Pohon kayu manis tidak dengan sengaja dibudidayakan di desa ini, biasanya

biji kayu manis dari pohon yang tua akan dimakan burung lalu jatuh dan

tersebar dihutan atau ladang, sehingga biji tersebut tumbuh menjadi bibit lalu

dipelihara dengan biaya produksi Rp 2.000/Kg biaya produksi yang dimaksud

meliputi pemakaian alat-alat untuk penyiraman, pemangkasan dan pemanenan.

Beliau mengambil keuntungan sebesar Rp 4.000/Kg dan menjual kayu manis

basah sebesar Rp 6.000/Kg kepada pedagang pengumpul.

4.4.2 Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengumpul adalah pedagang yang membeli hasil produksi produsen

dalam jumlah yang besar untuk dijual kembali ke pedagang lainnya. Biasanya

pedagang pengumpul menunggu hasil dari petani kayu manis. Fungsi tataniaga

yang dijalankan anatara lain, pengeringan dan pengikisan kayu manis.

Pedagang pengumpul kayu manis di Desa Sampean bernama bapak Hotbin

Siringo-ringo (38 tahun). Beliau telah menjadi pedagang pengumpul kayu

manis sejak 3 tahun terakhir ini. Selain menjadi pengumpul kayu manis, beliau

Page 18: Kayu Manis Annisa Soraya

18

juga merupakan pedagang pengumpul kemenyan dan petani padi sawah.

Dikarenakan kayu manis ini berproduksi 10 tahun sekali maka beliau tidak bisa

menggantungkan hidup hanya pada usaha pengumpulan kayu manis saja.

Beliau membeli kulit manis basah dari petani seharga Rp 6.000/Kg lalu beliau

mengeringkan dan mengikis kulit manis untuk siap dijual dengan biaya

masing-masing Rp 2000/Kg. Beliau mengambil keuntungan sebesar Rp

5.000/Kg Saat produk sudah siap dijual, beliau menjualkan produk kayu manis

ke pedagang besar seharga Rp 15.000/Kg.

Menurut penuturan beliau, produksi kayu manis di Desa Sampean ini dikatakan

cukup rendah, hal ini disebabkan oleh pohon kayu manis yang hanya

berproduksi 10 tahun sekali dan akar pohon yang sangat panjang dapat

merusak akar tanaman lain. Sehingga tidak ada kebun atau petani khusus yang

mengusahakan kayu manis ini.

4.4.3 Pedagang Besar

Pedagang besar adalah pedagang yang berperan sebagai penghubung antara

beberapa pedagang pengumpul dengan beberapa pedagang pengecer. Dalam

penelitian ini pedagang besar untuk komoditi kayu manis yang di jual oleh

pedagang pengumpul Desa Sampean bernama Juan Sitorus (40 tahun). Beliau

sudah menjadi pedagang besar semenjak 5 tahun terakhir. Beliau membeli

kayu manis dari pedagang pengumpul dengan harga Rp 15.000 dan menjualnya

ke pedagang pengecer di kota Medan seharga Rp 23.000 per Kg. Beliau hanya

melakukan fungsi pemindahan tempat yaitu transportasi dari Desa Sampean ke

Page 19: Kayu Manis Annisa Soraya

19

kota Medan dengan biaya sebesar Rp 5.000/Kg dan mengambil keuntungan

sebesar Rp 3.000/Kg.

4.4.4 Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer adalah pedagang yang berhubungan langsung dengan

konsumen. Dalam penelitian ini pedagang pengecer adalah pedagang kayu

manis di pasar Sentral Kota Medan yang bernama S. Silaban (42 tahun). Beliau

sudah menjadi pedagang di pasar Sentral selama 15 tahun. Beliau menuturkan

bahwa harga jual kayu manis di tingkat konsumen adalah Rp 30.000/Kg.

Beliau biasanya menerima pasokan kayu manis dari pedagang besar yang

langsung mengantar produk ke pasar Sentral. Beliau menjual kayu manis

dalam goni yang sudah disiapkan oleh beliau sendiri dengan biaya Rp

2.000/Kg dan bapak Silaban mengambil keuntungan sebesar Rp 5.000/Kg.

Bapak S.Silaban mengatakan bahwa harga kayu manis di pasar Sentral sangat

berbeda dengan pasar lain. Ada beberapa pasar yang mematok harga sangat

tinggi dan beliau menuturkan bahwa harga yang rendah di pasar Sentral ini

diakibatkan karena para pedagang tidak banyak mengambil untung dari produk

kayu manis.

4.5 Rantai Pemasaran

Page 20: Kayu Manis Annisa Soraya

20

Berikut adalah bagan rantai pemasaran kayu manis di desa Sampean Kec. Dolok

Sanggul Kab. Humbang Hasundutan:

Bagan 2.1 Bagan Saluran Pemasaran

Petani kayu manis di Desa Sampean menjual hasil produksinya berupa kulit basah

kepada pedagang pengumpul, lalu pedagang pengumpul mengeringkan dan

mengikis kulit basah dan dijual kepada pedagang besar. Lalu pedagang besar akan

mengantarkan kayu manis ke pedagang pengecer yang berada di Kota Medan.

Pedagang pengecer menjualkan kayu manis ini kepada konsumen di daerah kota

Medan dan sekitarnya.

BAB V

Petani Kayu Manis

Pedagang Pengecer

Konsumen

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Page 21: Kayu Manis Annisa Soraya

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Adapun analisis margin kayu manis (Cinnamomum burmannii [Nees] Bl)yang

diperoleh dari penelitian yang dilakukan di Desa Sampean, Kecamatan Dolok

Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan adalah sebagai berikut:

5.1.1 Analisis Price Spread

Tabel 1.2 Price SpreadNo Uraian Rp/Kg %

I PetaniHarga Jual 6.000 20Biaya Produksi 2.000 6,6Margin keuntungan 4.000 13,3Nisbah Margin keuntungan 2

II Pedagang PengumpulHarga Jual 15.000 50Harga Beli 6.000 20Biaya 4.000 13,3Pengeringan 2.000 6,6Pengikisan 2.000 6,6Margin keuntungan 5.000 16,6Nisbah margin keuntungan 1,25

III Pedagang Besar

Harga Jual 23.000 76,6Harga Beli 15.000 50Biaya 5.000 16,6Transport 5.000 16,6Margin keuntungan 3.000 10Nisbah margin keuntungan 0,6

IV Pedagang PengecerHarga Jual 30.000 1Harga Beli 23.000 76,6Biaya 2.000 6,6Pengemasan 2.000 6,6Margin keuntungan 5.000 16,6Nisbah margin keuntungan 2,5

Page 22: Kayu Manis Annisa Soraya

22

V KonsumenHarga Beli 30.000 1

5.1.2 Profit MarginTabel 1.3 Profit MarginTingkat Profit Margin (%)

I 13,3II 16,6III 10IV 16,6

5.1.3 Total Biaya Setiap Tingkat Tabel 1.4 Total biaya setiap tingkat

Tingkat Pengeringan PengikisanTransportasi Pengemasan Total

I 6,6 - - - 6,6II - 6,6 - - 13,2III - - 16,6 - 16,6IV - - - 6,6 6,6

Total 6,6 6,6 16,6 6,6 43

5.1.4 Total Ongkos dari Produsen ke konsumenTabel 1.5 Total Ongkos dari Produsen ke Konsumen

TingkatNisbah Profit

Margin

Biaya

Pengeringan

Pengikisan

Transportasi

Pengemasan Total

I 13,3 6,6 - - - - 19,9II 16,6 - 6,6 6,6 - - 29,8III 10 - - - 16,6 - 26,6IV 16,6 - - - - 6,6 23,2Total 56,5 6,6 6,6 6,6 16,6 6,6 99,5

5.1.5 Perhitungan

a. Perhitungan Marketing Margin

MM = Pr – Pf

MM = Rp 30.000 – Rp 6.000

MM = Rp 24.000

Page 23: Kayu Manis Annisa Soraya

23

b. Perhitungan Share tiap fungsi

Share petani = 6.000 x 100% = 20% 30.000

Share biaya = 13.000 x 100% = 54,16% 24.000

Share profit = 17.000 x 100% = 70,83% 24.000

c. Perhitungan Efisiensi

E= Jl + Jp = 13.000 + 4.000 = 17.000 = 1,3 (efisien) Ot + Op 11.000 + 2.000 13.000

d. Perhitungan Elastisitas

b = Pr - Pf = 30.000 x 6.000 = 180.000 = 5 Pf2 6.0002 36.000

E = 1 x Pf = 1 x 6.000 = 6.000 = 0,04 (Inelastis) b Pr 5 30.000 18.000

5.2 Pembahasan

Kayu manis dari Desa Sampean dijual seharga Rp 30.000 kepada konsumen yang

berada di kota Medan dan sekitarnya. Harga yang terjangkau tentunya

memberikan manfaat yang lebih bagi konsumen itu sendiri. Selain kayu manis

memiliki khasiat yang baik bagi kesehatan manusia, kayu manis juga banyak

dimanfaatkan konsumen sebagai bumbu dapur untuk meningkatkan cita rasa

masakan. Dengan harga yang terjangkau, konsumen memiliki dua keuntungan

pertama, konsumen memperoleh manfaat dari kayu manis dan kedua, dengan

harga yang terjangkau konsumen dapat menghemat pengeluarannya.

Page 24: Kayu Manis Annisa Soraya

24

Dari hasil analisis price spread dapat kita lihat apa saja komponen-komponen

yang membentuk harga di tingkat konsumen yaitu sebesar Rp 30.000,-.

Komponen–komponen tersebut meliputi biaya produksi petani, functional cost

dan keuntungan tiap tingkat lembaga pemasaran. Analisis price spread juga dapat

menunjukkan besar persentase komponen pembentuk harga terhadap harga akhir

di tingkat konsumen.

Analisis profit margin dapat menunjukkan besar persentase keuntungan tiap

tingkatan lembaga tata niaga terhadap harga akhir di tingkat konsumen. Dari

analisis ini kita juga dapat melihat lembaga mana yang mengambil keuntungan

paling besar dimana dalam hal ini lembaga yang paling besar mengambil

keuntungan adalah pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

Dari tabel 1.3 dapat kita lihat bahwa persentase biaya untuk memproduksi dan

memasarkan kayu manis adalah sebesar 43% dari harga akhir di tingkat

konsumen. Tabel 1.4 menerangkan tentang total ongkos dari produsen ke

konsumen yang dikeluarkan oleh masing-masing tingkatan. Dari tabel ini kita

dapat melihat apa saja functional cost yang dilakukan produsen dan lembaga

pemasaran serta berapa persentase functional cost masing-masing terhadap harga

akhir di tingkat konsumen. Tabel 1.4 menerangkan bahwa 56,5% dari harga akhir

merupakan persentase keuntungan seluruh tingkat lembaga tata niaga dan sebesar

43% dari harga akhir merupakan persentase biaya dan functional cost yang

dikeluarkan seluruh tingkat lembaga tata niaga sehingga jika dijumlahkan didapat

persentase sebesar 99,5% dari harga kayu manis yaitu Rp 30.000,-.

Page 25: Kayu Manis Annisa Soraya

25

Marketing margin kayu manis adalah sebesar Rp 24.000, angka ini menunjukkan

perbedaan harga di tingkat produsen dan konsumen. Angka ini juga menunjukkan

bahwa sebesar Rp 24.000,- nilai kayu manis terdapat di dalam lembaga tataniaga

yang berperan dalam pemasaran kayu manis.

Dari perhitungan share setiap fungsi diperoleh persentase penerimaan petani

terhadap harga akhir konsumen atau share petani sebesar 20%. Persentase seluruh

biaya baik biaya produksi maupun functional cost yang dilakukan lembaga tata

niaga terhadap harga akhir konsumen atau share biaya sebesar 54,16%. Persentase

keuntungan yang diperoleh seluruh lembaga tataniaga terhadap harga akhir

konsumen atau share profit sebesar 70,83%.

Kriteria penilaian efisiensi pada penelitian ini adalah jika E < 1, tidak efisien ; E >

1, efisien. Dari perhitungan efisiensi diperoleh tingkat efisiensi sebesar 1,3 (E > 1)

maka tataniaga kayu manis dikatakan efisien. Artinya sistem tata niaga kayu

manis ini mampu menyampaikan kayu manis dari produsen kepada konsumen

dengan biaya yang murah dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari

keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat

dalam kegiatan produksi dan tata niaga kayu manis tersebut.

Kriteria penilaian elastisitas pada penelitian ini adalah jika E < 1, inelastis ; E > 1,

elastis. Dari perhitungan elastisitas diperoleh tingkat elastisitas sebesar 0,04 (E <

1) maka tata niaga kayu manis dikatakan inelastis atau tidak elastis yang artinya

jika terjadi perubahan harga di tingkat produsen sebesar 10% maka perubahan

harga di tingkat konsumen mengalami perubahan sebesar 10% x 0,04 = 0,4% dan

sebaliknya.

Page 26: Kayu Manis Annisa Soraya

26

Saluran tata niaga kayu manis di Desa Sampean dapat dikatakan sudah cukup

baik. Biaya yang dikeluarkan juga dalam batas wajar jika dilihat dari fungsi

pemasaran yang dilakukan oleh lembaga tata niaga. Akan tetapi jika ingin

meningkatkan pendapatan petani maka hal yang dapat dilakukan petani adalah

melakukan pengeringan kayu manis sebelum dijual ke pedagang pengumpul

sehingga harga jualnya juga akan tinggi. Tidak hanya kulit pohon kayu manis,

daun dan batang dari pohonnya sendiri juga dapat dijual oleh petani kayu manis

akan tetapi kendalanya disini tidak ada pedagang pengumpul atau konsumen yang

bersedia menerima produk pohon kayu manis yang berupa daun dan batang pohon

tersebut. Untuk itu dibutuhkan lebih banyak lagi pedagang pengumpul yang

memasarkan produk sampingan dari pohon kayu manis ini.

Dalam saluran tata niaga kayu manis ini terdapat 4 pihak yang terlibat yaitu

petani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer sampai ke

tangan konsumen. Untuk mengurangi biaya dan margin tata niaga dapat dilakukan

jika petani mulai membudidayakan pohon kayu manis walaupun berproduksi 10

tahun sekali. Tetapi jika dibudidayakan secara intensif dalam jumlah banyak dan

ditanam dalam waktu yang berbeda-beda maka produksi kayu manis akan

meningkat sehingga dapat menekan biaya produksi dan margin tata niaga.

Selain itu biaya dan margin tata niaga juga dapat ditekan dengan memangkas

saluran pemasaran (channel of marketing) yang ada. Pedagang pengumpul dapat

membeli sebuah alat transportasi sebagai investasi agar mempermudah akses

pedagang pengumpul tersebut jika ingin menyalurkan barang dari petani ke

konsumen di kota Medan. Jika pedagang pengumpul memiliki alat transportasi

pribadi maka pedagang tersebut tidak perlu menjual kayu manis ke pedagang

Page 27: Kayu Manis Annisa Soraya

27

besar sehingga peran pedagang besar dalam saluran tataniaga ini dapat

dihilangkan. Selain itu pedagang pengumpul juga dapat memaksimalkan

keuntungannya dengan mengangkut komoditi lain selain kayu manis.

Sebagai contoh perhitungan dari saran diatas dapat dilihat dari uraian berikut:

Tabel 1.6 Perhitungan perkiraanNo Uraian Rp/KgI Produsen

Harga Jual 8.000Biaya Produksi 1.000Biaya 2.000Pengeringan 1.000Pengikisan 1.000Margin keuntungan 5.000

II Pedagang PengumpulHarga Jual 16.000Harga Beli 8.000Biaya 2.000Transportasi 2.000Margin keuntungan 6.000

III Pedagang PengecerHarga Jual 23.000Harga Beli 16.000Biaya Pengemasan 1.000Margin keuntungan 6.000

IV KonsumenHarga Beli 23.000

Jika dibandingkan dengan analisis price spread pada tabel 1.1, dapat dilihat

bahwa harga kayu manis di tingkat produsen lebih tinggi jika melakukan fungsi

pemasaran yaitu pengeringan dan pengikisan serta keuntungan petani juga dapat

ditingkatkan. Harga di tingkat pedagang pengumpul juga akan lebih tinggi karena

pengumpul melakukan fungsi transportasi yang dapat memperlancar pemasaran

kayu manis serta pedagang pengumpul dapat meningkatkan keuntungannya

dengan tidak membebankan keuntungan tersebut kepada konsumen. Harga di

Page 28: Kayu Manis Annisa Soraya

28

tingkat konsumen juga lebih rendah dari harga sebelumnya, hal ini disebabkan

karena produksi kayu manis yang meningkat, biaya dan margin tataniaga dapat

ditekan sehingga pelaku tata niaga dapat diuntungkan dan konsumen juga dapat

memperoleh harga yang lebih terjangkau.

Page 29: Kayu Manis Annisa Soraya

29

BAB VIRENCANA UNTUK PERBAIKAN

6.1 Matriks Revisi

Berikut disajikan matriks revisi perbaikan saluran tata niaga:

Tabel 1.6 Matriks Revisi

Lembaga I1 I2 I3 Ket.1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Produsen √ √ √ √ √ √ √ √Pemasar √ √ √ √ √ √Pemerintah √ √ √ √ √ √ √ √

Keterangan:I1 = Share produsen

I1, 1 = Peningkatan pendidikan

I1, 2 = Peningkatan supply

I1, 3 = Harga input

I1, 4 = Penggunaan teknologi

I2 = Biaya tataniaga

I2,1 = Investasi

I2,2 = Peningkatan supply

I2, 3 = Harga bahan bakar

I2,4 = Informasi pasar

I3 = Keuntungan lembaga tataniaga

I3, 1 = Peningkatan supply

I3, 2 = Melakukan fungsi tataniaga

I3, 3 =Harga pasaran komoditi

I3, 4 = Penggunaan teknologi

Page 30: Kayu Manis Annisa Soraya

30

6.2 Kebijaksanaan dan Program Pemerintah

Untuk meningkatkan share produsen pihak pemerintah perlu mengadakan

program-program pendidikan dan pelatihan kepada petani terutama dalam

penyuluhan penguasaan teknologi baru oleh pihak pemerintah kepada petani

produsen. Petani juga harus mampu mengikuti dan mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh untuk usaha tani yang dilakukannya. Dengan ilmu yang dimiliki petani,

maka petani mampu meningkatkan produksi nya dengan cara menggunakan

teknologi, perluasan lahan, atau selektif dalam pemilihan input produksi agar hasil

panen dapat mengalami kenaikan.

Harga input juga mampu mempengaruhi tingkat share produsen. Dalam hal ini

peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengontrol harga-harga input produksi

petani. Jika pemerintah mampu mengendalikan harga input sedemikian rupa maka

petani akan bersemangat dalam memproduksi komoditi pertanian dalam jumlah

banyak dan akan meningkatkan share petani itu sendiri. Selain itu pemerintah juga

harus memberikan subsidi input produksi seperti pupuk, pestisida, pakan

ternak,dll sehingga petani dapat mengurangi biaya pembelian input dan akan

menghasilkan komoditi pertanian dalam jumlah besar.

Untuk menekan biaya tataniaga, peran pemerintah dibutuhkan dalam hal

pengendalian suku bunga kredit yang dijalankan oleh pihak lembaga keuangan

untuk memberikan kredit kepada lembaga tata niaga yang ingin memiliki barang

investasi guna kelancaran tata niaga seperti alat transportasi, mesin pengolah

komoditi, dll. Pemerintah harus mampu mengendalikan harga bahan bakar yang

kita ketahui sangat berpengaruh dalam proses tata niaga. Jika pemerintah ingin

menaikkan harga bahan bakar tentunya harus ada kompensasi berupa subsidi input

Page 31: Kayu Manis Annisa Soraya

31

produksi yang ditambah atau dengan kebijakan yang lain sehingga harga bahan

bakar ini tidak berpengaruh besar terhadap proses tataniaga. Pemerintah juga

harus memberikan informasi pasar yang jelas kepada petani dan lembaga tata

niaga.

Untuk meningkatkan keuntungan tentunya lembaga tata niaga membutuhkan

teknologi. Penyuluhan teknologi dan informasi mengenai harga pasaran komoditi

sangat dibutuhkan. Pemerintah sebagai pemberi fasilitas diharapkan peka terhadap

kebutuhan lembaga tata niaga akan penyuluhan teknologi dan informasi harga.

6.3 Lembaga

Saluran tata niaga kayu manis yang ada di Desa Sampean sudah cukup efektif

dalam pelaksanaan pemasaran kayu manis tersebut. Dalam hal rencana perbaikan

yang disarankan diatas, perlu campur tangan pemerintah untuk mengaktifkan

kembali GAPOKTAN di lingkungan desa Sampean yang diketahui sudah 4 tahun

terakhir ini tidak beroperasi. Selain itu juga dibutuhkan penyuluh-penyuluh yang

kompeten dalam membimbing petani kayu manis agar meningkatkan

produksinya. Sehingga apabila pemerintah hendak menerapkan sebuah teknologi

baru para penyuluh dapat mensosialisasikan penggunaan teknologi tersebut

kepada petani. Peran GAPOKTAN bagi petani juga bermanfaat untuk

membagikan informasi penting terkait pertanian dan juga mempermudah

pemerintah jika ingin memberikan subsidi input produksi kepada para petani.

6.4 Fasilitas

Dari program diatas yaitu memberikan penyuluhan dan pelatihan, mengaktifkan

kembali GAPOKTAN dan mendatangkan penyuluh yang kompeten dibutuhkan

pembangunan sebuah aula atau balai desa di desa Sampean agar seluruh kegiatan

Page 32: Kayu Manis Annisa Soraya

32

dan program-program pemerintah terkait peningkatan mutu petani dapat

dilakukan di balai desa tersebut. Dengan adanya balai desa maka pemerintah akan

mudah mengumpulkan petani di desa Sampean untuk memberikan penyuluhan

dan motivasi kepada petani untuk menggalakkan lagi GAPOKTAN di desa

Sampean.

Untuk gedung, kantor kepala desa Sampean perlu di renovasi atau bahkan di

relokasi karena letak kantor yang menjorok ke bawah jalan sehingga jika hujan

datang kantor kepala desa kerap mengalami banjir. Selain itu perlu diberikan

sebuah komputer lengkap dengan aksesorisnya di dalam kantor kepala desa,

karena sampai sekarang kantor kepala desa Sampean tidak memiliki komputer

atau mesin tik untuk memperlancar administrasi desa tersebut.

Page 33: Kayu Manis Annisa Soraya

33

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Saluran tataniaga kayu manis di desa Sampean dimulai dari produsen,

pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer sampai ke konsumen.

2. Dari hasil analisis diperoleh margin keuntungan terbesar sebesar Rp 5.000/Kg

pada pedagang pengumpul dan pedagang pengecer dan margin keuntungan

terkecil sebesar Rp 3.000/Kg pada tingkat pedagang besar.

3. Nisbah margin keuntungan terbesar adalah sebasar 2,5 pada tingkat pedagang

pengecer dan nisbah margin keuntungan terkecil sebesar 0,6 pada tingkat

pedagang besar.

4. Share profit petani diperoleh sebesar 13,3%, share profit pedagang

pengumpul diperoleh sebesar 16,6%, share profit pedagang besar diperoleh

sebesar 10%, share profit pedagang pengecer diperoleh sebesar 16,6%, share

petani sebesar 20%.

5. Efisiensi tata niaga sebesar 1,3 berarti bahwa tata niaga kayu manis di desa ini

efisien. Nilai elastisitas sebesar 0,04 yang berarti bahwa tata niaga kayu manis

di desa ini adalah tidak elastis.

6. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan,

subsidi input produksi, menggalakkan GAPOKTAN kembali, mendatangkan

penyuluh yang kompeten, merelokasi kantor desa, memberikan fasilitas untuk

kebutuhan administrasi dan mendirikan aula atau balai desa.

Page 34: Kayu Manis Annisa Soraya

34

7.2 Saran

Saran untuk pembaca

Diharapkan pembaca dapat memberikan kritik yang membangun demi

kesempurnaan laporan ini.

Saran untuk peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan untuk melengkapi kekurangan laporan ini demi

kesempurnaan penelitian berikutnya.

Saran untuk pemerintah

Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan dan peka terhadap kebutuhan petani

dan lembaga tataniaga yang sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan hidup

masyarakat.

Page 35: Kayu Manis Annisa Soraya

35

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa.2013.diakses dari situs www.medanbisnisdaily.com/m/news/read /2013/06/13/34464/produksi-kulit-manis-sumut-naik-tipis/ pada tanggal 4 Juni 2015

Anonymousb.2014.diakses dari situs www.cassia.coop/id/produk/index.php? rub=9pada tanggal 4 Juni 2015

Anonymousc.2014.diakses dari situs p.ustjogja.ac.id/materi/1383115445Tatap% 20Muka%203 pada tanggal 5 Juni 2015

Anonymousd.2006.diakses dari situs tatiek.lecture.ub.ac.id pada tanggal 5 Juni 2015

Dalimartha, Setiawan.2009.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6: Hidup Sehat Alami dengan Tumbuhan Berkhasiat.Pustaka Bunda: Jakarta

Fitriyeni, Ira.2011.Skripsi.Kajian Pengembangan Industri Pengolahan Kulit Kayu Manis di Sumatera Barat”.Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor: Bogor

Hanafiah, AM.1986.Tataniaga Hasil Perikanan.UI-Press: Jakarta

Rismunandar, Paimin dan Farry B.2001.Kayu Manis: budidaya dan pengolahan.Penebar Swadaya: Jakarta

Sastrapradja, D Sejati.2012.Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia.Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta

Sihombing, Luhut.2010.Tata Niaga Hasil Pertanian.USU Press: Medan

Sudiyono, Armand.2004.Pemasaran Pertanian.UMM Press: Malang

Tim Penulis PS.2008.Agribisnis Tanaman Sayur.Penebar Swadaya: Jakarta